Anda di halaman 1dari 107

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI

PEMENUHAN GIZI SEIMBANG DENGAN KEJADIAN


WASTING PADA BALITA USIA 12-24 BULAN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS GUNUNG JATI

SKRIPSI

Oleh :

WARAS MELATI

180711084

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
CIREBON
2022
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI
PEMENUHAN GIZI SEIMBANG DENGAN KEJADIAN
WASTING PADA BALITA USIA 12-24 BULAN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS GUNUNG JATI

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Cirebon

Oleh :
WARAS MELATI
180711084

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
CIREBON
2022
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMENUHAN


GIZI SEIMBANG DENGAN KEJADIAN WASTING PADA BALITA USIA 12-
24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG JATI

Oleh:
WARAS MELATI
NIM. 180711084

Telah dipertahankan di hadapan penguji proposal skripsi


Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Cirebon
Pada Tanggal Juni 2022

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

(Ito Wardin M.Kep.Ners) (Liliek Pratiwi, S. Kep.,


M.KM)

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Uus Husni Mahmud, S.Kp, M.Si.

iii
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya:

Nama : Waras Melati

NIM : 180711084

Judul Penelitian : Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Mengenai


Pemenuhan Gizi Seimbang Dengan Kejadian
Wasting Pada Balita Usia 12-24 Bulan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Gunung Jati
.

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan yang lain dan perguruan tinggi
lain. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya dan pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Cirebon, Juni 2022

WARAS MELATI

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji saya panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semua umat, Tuhan seluruh
alam dan Tuhan dari segala hal yang telah memberi rahmat dan hidayah nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan
Pengetahuan Ibu Balita Mengenai Pemenuhan Gizi Seimbang Dengan Kejadian
Wasting Pada Balita Usia 12-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati”
Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya
ridho Allah, dukungan dan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu
pada kesempatan ini dengan rendah hati dan rasa hormat yang sangat besar, saya
mengucapkan “Alhamdulillahirobbil’alamiin” beserta terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Cirebon


yakni, Uus Husni Mahmud, S.Kp. M.,Si
2. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Cirebon yakni, Asep Novi Taufik Firdaus,
M.Kep., Ners.
3. Ito wardin S.Kep.,Ners.,M.Kep. selaku pembimbing 1 yang telah
memberi dorongan, saran dan ilmu dalam proses pembuatan skripsi.
4. Liliek Pratiwi, S. Kep., M.KM selaku pembimbing 2 yang telah
memberi masukan dan memberi dukungan penuh dalam pembuatan
skripsi saya.
5. Kedua orang tua saya Mamah (Roni) dan bapak (Hanto) yang tercinta
dan penuh kasih sayang untuk saya, kalian alasan saya bersemangat
dalam menggapai cita-cita saya.
6. Terima kasih untuk teman hidup saya (Cusan) yang selalu mendoakan
dan menjadi support system saya dalam skripsi ini, sudah menjadi laki-
laki terbaik setelah bapak dalam hidup saya you’re my everything.
7. Fitri Alfiani, MKM, Apt selaku pembimbing akademik yang senantiasa
mendampingi selama belajar di Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Cirebon.
8. Seluruh dosen dan staff karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Cirebon yang telah mendidik dan memfasilitasi proses

v
belajar di Kampus Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Cirebon.
9. Kepala Puskesmas dan staff Puskesmas Gunung Jati yang memberikan
kesempatan untuk peneliti melakukan penelitian.
10. Sahabatku (Dahlia) terima kasih sudah menjadi sahabat saya dari kecil
sampai sekarang yang selalu menjadi penyemangat saya dan motivasi
saya dalam hal apapun.
11. Terimakasih untuk sahabat-sahabat saya yuyun ayu lestari, lukita dewi,
widi tri nur astuti, saskia meviane ardhana, ibnu alfan refaldi, teguh,
dan farhan.

Akhirnya saya sebagai manusia yang yang tidak sempurna memohon


maaf apabila ada kesalaha baik secara penulisan, isi maupun teknit
pengumpulan data dari skripsi saya, harapan saya semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya ibu balita.

Cirebon, Desember 2022

Waras Melati

vi
Abstrak

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA MENGENAI PEMENUHAN GIZI


SEIMBANG DENGAN KEJADIAN WASTING PADA BALITA USIA 12-24
BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG JATI

Waras Melati1, Ito Wardin2, Liliek Pratiwi3

Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas muhammadiyah Cirebon

Dosen Ilmu Keperawatan Universitas muhammadiyah Cirebon

Dosen Ilmu Keperawatan Universitas muhammadiyah Cirebon

Latar belakang : Wasting adalah kondisi ketika berat badan anak menurun, sangat
kurang, atau bahkan berada di bawah rentang normal. Presentase Kejadian
wasting di Cirebon pada tahun 2021 sebesar 10,26%. Wasting dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu ASI eklusif, pola asuh, tingkat pendidikan ibu, status
pekerjaan, jenis kelamin, usia, asupan nutrisi, penyakit infeksi dan BBLR, salah satunya
yang mempengaruhi yaitu pengetahuan ibu balita. Dampak pada wasting yaitu gangguan
kognitif, penurunan kecerdasan, gangguan perilaku, penyakit infeksi dan peningkatan
resiko kematian.
Tujuan : Mengetahui hubungan pengetahuan ibu balita mengenai pemenuhan gizi
seimbang dengan kejadian wasting pada balita usia 12-24 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Gunung Jati.
Metodologi : Desain Penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 58 responden. Teknik penganbilab sampel menggunakan teknik
purposive sampling. Instrumen penelitian terdiri dari kuesioner tentang pengetahuan
pemenuhan gizi seimbang dan pengukuran BB/TB balita di hitung menggunakan rumus
IMT. Kuesioner ini telah di uji validitas dan reabilitas dengan nilai koefisien cronbach’s
alpha 0,886. Uji hubungan menggunakan Chi-Square.
Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengetahui pengetahuan ibu
balita mengenai pemenuhan gizi seimbang di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati,
Mengetahui status gizi anak balita dengan kategori gizi normal, gizi kurus dan gizi sangat
kurus di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati.ada hubungan pengetahuan ibu balita
mengenai pemenuhan gizi seimbang dengan kejadian wasting pada balita usia 12-24
bulan dengan nilai sig 0,034 < 0,5.
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu balita mengenai pemenuhan
gizi seimbang dengan kejadian wasting pada balita usia 12-24 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Gunung Jati.
Saran : Diharapkan ibu balita meningkatkan pengetahuannya mengenai pemenuhan gizi
seimbang pada balita dalam pencegahan kejadian wasting, dan perawat meningkatkan
edukasi berkelanjutan mengenai pemenuhan gizi yang baik pada balita.
Kata kunci : Pemenuhan Gizi Seimbang, Pengetahuan, Wasting
Pustaka : 57 Pustaka

vii
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE KNOWLEDGE OF TODDLER
MOTHERS REGARDING THE FULFILLMENT OF BALANCED
NUTRITION WITH THE INCIDENCE OF WASTING IN TODDLERS
AGED 12-24 MONTHS IN THE WORKING AREA OF THE GUNUNG
JATI HEALTH CENTER
Waras Melati1, Ito Wardin2, Liliek Pratiwi3
Student of Nursing Science University of Muhammadiyah Cirebon
Lecturer of Nursing University of Muhammadiyah Cirebon
Lecturer of Nursing University of Muhammadiyah Cirebon
Background : Wasting is a condition when a child's weight is decreasing, severely
lacking, or even below the normal range. The prevalence of wasting in Cirebon in 2021
was 10.26%. Wasting can be influenced by several factors, namely exclusive
breastfeeding, parenting, mother's education level, employment status, gender, age,
nutritional intake, infectious diseases and BBLR, one of which affects the knowledge of
toddler mothers. The impact on wasting is cognitive impairment, decreased intelligence,
behavioral disorders, infectious diseases and an increased risk of death.
Objectives : Knowing the relationship between the knowledge of toddler mothers
regarding the fulfillment of balanced nutrition with the incidence of wasting in toddlers
aged 12-24 months in the Gunung Jati Health Center Working Area.
Methodology : Design of this study Using correlative descriptive. The sample in this
study was 58 respondents. The sample sampling technique uses purposive sampling
technique. The research instrument consists of a questionnaire on knowledge of fulfilling
balanced nutrition and measuring BB / TB for toddlers calculated using the BMI formula.
This questionnaire has been tested for validity and reability with a value of Cronbach's
alpha coefficient of 0.886. Test the relationship using Chi-Square.
Results: The results showed that knowing the knowledge of toddler mothers regarding
the fulfillment of balanced nutrition in the Gunung Jati Puskesmas Work Area, Knowing
the nutritional status of toddlers with normal nutrition categories, thin nutrition and very
thin nutrition in the Gunung Jati Puskesmas Work Area.there is a relationship between
the knowledge of toddler mothers regarding the fulfillment of balanced nutrition with the
incidence of wasting in toddlers aged 12-24 months with a sig value of 0.034 < 0.5..
Conclusion: There is a relationship between the knowledge of toddler mothers regarding
the fulfillment of balanced nutrition and the incidence of wasting in toddlers aged 12-24
months in the Gunung Jati Health Center Working Area.
Suggestion: It is hoped that mothers of toddlers will increase their knowledge about the
fulfillment of balanced nutrition in toddlers in the prevention of wasting events, and
nurses will increase continuous education about the fulfillment of good nutrition in
toddlers.
Keywords : Fulfillment of Balanced Nutrition, Knowledge, Wasting
Library : 57 Libraries

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................ii
PERNYATAAN.................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
Abstrak..............................................................................................................................ii
ABSTRACT.......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................ii
DAFTAR SINGKATAN..................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................2
1.1. Latar Belakang.................................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................................2
1.3.1. Tujuan Umum...........................................................................................2
1.3.2. Tujuan Khusus.........................................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian...........................................................................................2
1.4.1. Manfaat Teoritis.......................................................................................2
1.4.2. Manfaat Praktis........................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................2
2.1 Konsep Tingkat Pengetahuan..........................................................................2
2.1.1 Pengertian Pengetahuan..........................................................................2
2.1.2 Tingkat Pengetahuan...............................................................................2
2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan.................................2
2.2 Konsep Status Gizi...........................................................................................2
2.2.1 Pengertian Status Gizi..............................................................................2
2.2.2 Klasifikasi Status Gizi..............................................................................2
2.2.3 Penilaian Status Gizi................................................................................2
2.3 Konsep Balita....................................................................................................2
2.3.1 Masa Balita...............................................................................................2
2.4 Konsep Wasting................................................................................................2
2.4.1 Definisi Wasting........................................................................................2

ix
2.4.2 Penyebab Wasting.....................................................................................2
2.4.3 Dampak Wasting.......................................................................................2
2.4.4 Ciri – Ciri Wasting....................................................................................2
2.4.5 Cara Ukur Wasting...................................................................................2
2.5 Kerangka Teori................................................................................................2
2.6 Kerangka Konsep.............................................................................................2
2.7 Hipotesis............................................................................................................2
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................2
3.1. Desain Penelitian..............................................................................................2
3.2. Populasi dan Sampel........................................................................................2
3.2.1. Populasi.....................................................................................................2
3.2.2. Sampel.......................................................................................................2
3.3. Lokasi Penelitian..............................................................................................2
3.4. Waktu Penelitian..............................................................................................2
3.5. Variabel Penelitian...........................................................................................2
3.6. Definisi Operasional.........................................................................................2
3.7. Instrumen Penelitian........................................................................................2
3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas...........................................................................2
3.9. Teknik Pengumpulan Data..............................................................................2
3.9.1. Kuesioner..................................................................................................2
3.9.2. Dokumentasi.............................................................................................2
3.10. Tahap Alur Penelitian..................................................................................2
3.11. Pengolahan Data...........................................................................................2
3.12. Analisa Data..................................................................................................2
1. Analisa Univariat..............................................................................................2
2. Analisa Bivariat................................................................................................2
3.13. Uji Normalitas..............................................................................................2
3.14. Etika Penelitian.............................................................................................2
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................2
4.1 Hasil Penelitian.................................................................................................2
4.1.1 Analisis univariat......................................................................................2
4.1.2 Analisis Bivariat........................................................................................2
4.2. Pembahasan......................................................................................................2
4.3. Keterbatas Penelitian.......................................................................................2

x
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.................................................................................2
5.1. Simpulan...........................................................................................................2
5.2. Saran.................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................2

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 2.5 kerangka teori.............................................................................................2


Gambar 2.2.6 kerangka konsep..........................................................................................2

xii
DAFTAR TABEL

Table 1. indeks Antropometri berdasarkan BB/U...............................................................2


Table 2. indeks antropometri berdasarkan TB/U................................................................2
Table 3. Indeks antropometri berdasarkan BB/TB.............................................................2
Table 4. indeks antropometri..............................................................................................2
Table 5. definisi operasional..............................................................................................2
Table 6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pada Ibu Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati..........................................................................2
Table 7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Ibu balita di
wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati...............................................................................2
Table 10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Balita Mengenai Pemenuhan Gizi
Seimbang Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati........................................................2
Table 11 Distribusi Frekuensi Kategori Wasting Balita Responden Di wilayah Kerja
Puskesmas Gunung Jati......................................................................................................2
Table 12 Uji Normalitas Data............................................................................................2
Table 13 Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dengan Kejadian Wasting Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati..............................................................................2

xiii
DAFTAR SINGKATAN

UNICEF : United Nations International Childrens Emergency Fund


WHO : World Health Organitation
SSGBI : Studi Status Gizi Balita Di Indonesia
KEMENKES : Kementrian Kesehatan
DINKES : Dinas Kesehatan
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

lampiran 1..........................................................................................................................2
lampiran 2..........................................................................................................................2
lampiran 3..........................................................................................................................2
lampiran 4..........................................................................................................................2
lampiran 5..........................................................................................................................2
lampiran 6..........................................................................................................................2

xv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan

antara asupanzat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang

diperlukan untuk metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan

asupan zat gizi yang berbeda antara individu, hal ini tergantung pada usia

orang tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari dan berat

badan (Par’i, 2017).

Saat ini gizi merupakan masalah kesehatan yang masih menjadi

perhatian penting secara global. Kondisi ini yang sering dikenal dengan

istilah beban ganda masalah gizi (double burden of malnutrition) yang

merupakan tugas besar dari banyak negara di dunia. UNICEF menyatakan

bahwa hingga saat ini tidak ada satupun negara yang mampu memenuhi

target gizi global yang telah ditetapkan. Pada negara berkembang

khususnya, permasalahan ini diperparah dengan kondisi sosial ekonomi

yang tidak stabil, sehingga menimbulkan dampak yang lebih kompleks

(UNICEF, 2020).

United Nations International Childrens Emergency Fund

(UNICEF) memperkirakan 45,4 juta anak balita secara global mengalami

kekurangan gizi akut (wasting) pada 2020. Sebagian besar anak yang

kekurangan gizi ditemukan diwilayah konflik kemanusiaan, miskin, dan

memiliki layanan gizi terbatas. Berdasarkan kawasannya, presentase

balita penderita kekurangan gizi akut paling tinggi di Asia Selatan, yaitu

1
14,7%. Posisinya disusul oleh Afrika Barat dan Tengah dengan presentase

sebesar 7,2 % (UNICEF, 2020).

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan

permasalahan gizi yang cukup tinggi, terutama pada balita.Menurut data

World Health Organization Children Malnutrition (WHO) tahun 2020,

menyatakan prevalensi balita penderita gizi kurus (wasting) didunia

mencapai 49 juta anak. Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar

menunjukan bahwa secara nasional prevalensi balita kurus mengalami

peningkatan 10,2 % ditahun 2018 dan 14,4 % di tahun 2021 (WHO

2021).

Di Indonesia berdasarkan hasil Studi Status Gizi Balita Di

Indonesia (SSGBI) 2019 yaitu sebesar 23,50% terdapat 18 provinsi

(52,94%) yang memiliki angka prevalensi jumlahnya masih tinggi

diantaranya : Aceh (20,70%) , Sumatera Utara (18,70%), Jawa Tengah

(16,21%), serta Jawa Barat sebanyak (15,60%) dengan kejadian balita

sangat kurus dengan gizi buruk di wilayah Indonesia (Kemenkes, 2019) .

Berdasarkan hasil data Studi Status Gizi Balita Di Indonesia

(SSGBI) tahun 2021 prevalensi balita penderita gizi kurus (Wasting) di

Jawa Barat sebesar 5,3 % sedangkan prevalensi di Kabupaten Cirebon

yaitu sebesar 10.7 % (Kemenkes, 2021).

Daerah Kabupaten Cirebon adalah salah satu wilayah tertinggi di

Jawa Barat yang tidak terlepaskan dari permasalahan dengan menduduki

peringkat ke lima terkait kejadian wasting yang paling tinggi berdasarkan

data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon di Tahun

2
2019 kejadian wasting sebanyak 5,4% dan pada tahun 2020 sebesar 8,4%

serta pada tahun 2021 Kabupaten Cirebon jumlah wasting menjadi

10,26% menurut pusat data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon.

Dibulan Agustus Dimana dari 60 puskesmas kabupaten Cirebon jumlah

balita di seluruh puskesmas mengalami wasting tertinggi pertama di

Puskesmas Waled 20.18% dan kedua di Puskesmas Gunung Jati 16.35%

(Dinkes, 2021).

Data hasil survei gizi di Puskesmas Gunung jati didapatkan balita

yang mengalami wasting di Tahun 2019 sebanyak 13.53% dan pada tahun

2020 mengalami penurunan sebesar 12.52% , serta di tahun 2021 kejadian

wasting mengalami kenaikan jumlah wasting menjadi 16.35 % dan

ditahun 2022 jumlah kejadian wasting menjadi 17.52% menurut pusat

data dari Puskesmas Gunung Jati (Puskesmas Gunung Jati, 2022).

Wasting di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ASI eklusif, pola

asuh,tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan, jenis kelamin, usia, asupan

nutrisi, penyakit infeksi dan BBLR, salah satunya pengetahuan ibu.

Pengetahuan gizi merupakan kemampuan seseorang untuk

mengingat kembali kandungan gizi makanan, sumber serta kegunaan zat

gizi tersebut dalam tubuh. Pengetahuan gizi sendiri adalah salah satu

permasalahan di masyarakat yang menyebabkan berbagai masalah gizi

terutama wasting. Pada umumnya di masyarakat ibu yang memiliki

pengetahuan gizi sangat rendah. Para ibu tidak mengetahui cara

menghidangkan makanan agar anaknya tidak bosan, tidak mengetahui

pemilihan makanan yang bernilai gizi baik, dan tidak mengetahui cara

3
pengelolaan makanan yang baik. Hal ini akan mempengaruhi asupan gizi

yang diterima anak menjadi kurang (Antoni, 2018).

Pengetahuan gizi sesorang khususnya ibu sangat berpengaruh pada

status gizi anak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Defianti (2019)

menghasilkan bahwa anak balita yang mengalami wasting diwilayah kerja

puskesmas sako Palembang sebanyak 36 orang (7,4%) dari balita 488

balita yang dijadikan sampel. Wasting adalah status gizi kurang (z score

<-2 SD) atau gizi buruk (z score < -3 SD) berdasarkan hasil pengukuran

BB/PB atau BB/TB. 4 Bayi dan balita menjadi wasting akibat penurunan

berat badan secara cepat (bersifat akut). Wasting dapat terjadi akibat

kurangnya akses ke pelayanan kesehatan, pemenuhan gizi tidak adekuat

(seperti pemberian ASI ekslusif yang tidak memadai atau asupan gizi

yang tidak memenuhi standar kualitas dan kuantitas makanan bergizi),

kurangnya pengetahuan ibu tentang penyimpanan dan pengolahan

makanan serta buruknya sanitasi lingkungan. Bayi dengan berat badan

lahir rendah juga akan berisiko mengalami wasting (Adawiyah, 2020).

Dampak pada wasting dibedakan menjadi dampak jangka pendek

dan dampak jangka panjang. Dampak jangka pendek diantaranya

penurunan daya eksplorasi terhadap lingkungan, kurangnya bergaul

dengan teman sebaya, kepasifan dalam melakukan aktivitas, sering

merasa kelelahan, apatis, dan rentan terkena penyakit infeksi. Sedangkan

untuk dampak jangka panjang yaitu gangguan kognitif, penurunan

kecerdasan sehingga prestasi ikut menurun, gangguan perilaku,

pertumbuhan terhambat, dan peningkatan resiko kematian (Hastuti, 2017).

4
Masalah gizi kurang yang terjadi pada balita umumnya diakibatkan

karena tingkat konsumsi zat gizi yang rendah baik itu konsumsi energi,

protein, lemak, maupun karbohidrat. Kurangnya konsumsi zat gizi atau

defisiensi zat gizi pada balita dapat menyebabkan balita kurang gizi,

infeksi penyakit, dan mempengaruhi kecerdasan anak (Irma, 2019).

Kurangnya pengetahuan gizi ibu adalah salah satu penyebab kekurangan

gizi pada balita. Masalah gizi akan mengganggu proses tumbuh kembang

balita, baik secara fisik maupun mental, seperti gangguan fisiologis serta

metabolisme tubuh yang dapat mengakibatkan kematian. Pengetahuan

melambangkan sejauh mana seorang ibu memenuhi kebutuhan status gizi

dalam perawatan yang dilakukan melalui praktik pemberian makanan

yang baik (Pehe, 2022).

Hasil dari penelitian (Apriliana sari, 2020) tentang hubungan

pengetahuan ibu balita mengenai status gizi dengan kejadian wasting pada

balita usia 12-24 bulan di Desa Getasrbi. Dari 25 responden didapatkan

hasil Uji Chi square menunjukan nilai P value = 0,027 pada variable

pengetahuan yang artinya P value < 0,05. Berdasarkan penelitian tersebut

bahwa ada hubungan pengetahuan ibu balita mengenai status gizi dengan

kejadian wasting pada balita usia 12-24 bulan di desa gestrabi.

Riset yang ditemukan oleh penelitian (Pehe, 2022) tentang

hubungan pengetahuan ibu balita mengenai status gizi dengan kejadian

wasting pada balita 12- 24 bulan di kota kupang. Dari 127 responden

didapatkan hasil sebanyak 64 responden (50,4%) memiliki tingkat

pengetahuan yang cukup dan 73 responden (57,5%) memiliki tingkat

5
pengetahuan yang kurang baik. Hasil uji ibu tentang status gizi dengan

kejadian wasting dengan nilai p value = 0,003.

Hasil dari penelitian (Fajriani, 2020) tentang hubungan

pengetahuan ibu balita mengenai status gizi dengan kejadian wasting pada

balita usia 12-24 bulan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Idi Rayeuk.

Dari 96 responden di dapatkan hasil pengetahuan ibu cukup baik

sebanyak (61,4%). Hasil uji tentang status gizi dengan kejadian wasting

dengan nilai p value = 0.000.

Studi pendahuluan di Puskesmas Gunung Jati tentang Hubungan

Pengetahuan Ibu Balita Mengenai Status Gizi Dengan Kejadian Wasting

Pada Balita Usia 12-24 Bulan dilakukan Pada tanggal 21-23 Maret 2022

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada 15 Ibu Balita di

Puskesmas Gunung Jati, di dapatkan data bahwa 8 ibu balita masih

bertanya- tanya tentang status gizi yang baik pada balita, berdasarkan

hasil penutusan wawancara 5 ibu balita belum mengetahui apa itu wasting

. dan 2 ibu balita belum paham dampak dari kurangnya asupan nutrisi bagi

balita, maka ingin mengetahui bagaimana pengetahuan ibu balita

mengenai status gizi dengan kejadian wasting pada balita Usia 12-24

Bulan di Puskesmas Gunung Jati.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perlu penegasan

tentang rumusan masalah, guna mengarahkan kepada terlaksanaya

penelitian yang akan dilaksanakan adapun rumusan masalah yang

dimaksud adalah : “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Ibu Balita

6
Mengenai pemenuhan Gizi Seimbang Dengan Kejadian Wasting Pada

Balita Usia 12-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Mengenai Pemenuhan Gizi

Seimbang Dengan Kejadian Wasting Pada Balita Usia 12-24 Bulan

Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Pengetahuan Ibu Mengenai Pemenuhan Gizi

Seimbang pada Anak Balita di Di Wilayah Kerja Puskesmas

Gunung Jati.

b. Mengidentifikasi Pemenuhan Gizi Seimbang Anak Balita di Di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati

c. Menganalisis Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Mengenai

Pemenuhan Gizi Seimbang Dengan Kejadian Wasting Pada Balita

Usia 12-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi pengetahuan

yang bermanfaat dalam bidang ilmu keperawatan.

b. Bagi Institusi Pendidikan (Prodi Ilmu Keperawatan, UMC)

7
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan sistem

pembelajaran mahasiswa ilmu keperawatan untuk menambah

wawasan serta pustaka untuk penelitian yang lebih mendalam

mengenai Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Mengenai

Pemenuhan Gizi Seimbang Dengan Kejadian Wasting Pada

Balita Usia 12-24 Bulan

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Manfaat bagi peneliti selanjutnya yaitu sebagai acuan atau

bahan informasisehingga dapat ditelaah lebih lanjut factor-

faktor yang mempengaruhi kejadian wasting

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas Gunung Jati

Sebagai informasi dan bahan evaluasi dalam melakukan

penanganan pasien dengan wasting pada balita, dan melakukan

pencegahan dengan promosi kesehatan pada ibu dengan balita

wasting.

b. Bagi Masyarakat

Sebagai pemberi informasi serta wawasan ilmu pengetahuan

pada masyarakat tentang Hubungan Pengetahuan Ibu Balita

Mengenai Pemenuhan Gizi Seimbang Dengan Kejadian

Wasting Pada Balita Usia 12-24 Bulan.

c. Bagi Responden

Sebagai pemberi informasi serta wawasan ilmu pengetahuan

pada masyarakat tentang Hubungan Pengetahuan Ibu Balita

8
Mengenai Pemenuhan Gizi Seimbang Dengan Kejadian

Wasting Pada Balita Usia 12-24 Bulan.

9
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Tingkat Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, suatu pengetahuan

yang terurai secara sistematis dan terorganisasi, mempunyai metode dan

bersifat universal. Pengetahuan adalah bertujuan mencapai kebenaran

keilmuan atau kebenaran ilmiah tentang objek tertentu yang diperoleh

melalui pendekatan atau cara pandang (approach), metode (method), dan

system tertentu (Notoatmodjo, 2018).

Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui

proses sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap suatu objek

tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam

terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2019). Oleh

karena itu pengetahuan merupakan hasil dari rasa keingintahuan manusia

terhadap suatu objek, ataupun untuk meningkatkan pengetahuan dalam

bidang keilmuan (Suriasumantri, 2017).

Sumber pengetahuan adalah alat atau sesu-atu dari mana manusia

bisa memperoleh informasi tentang objek ilmu yang berbeda-beda

sifatdasarnya, karena sumber pengetahuan adalah alat, maka ia menyebut

indera, akal dan hati sebagai sumber pengetahuan, sumbernya

10
pengetahuan merupakan alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan

(Simbolon, 2021).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan ibu mengenai gizi anak akan

mempengaruhi ibu dalam pemilihan bahan makanan dan konsumsi

yang tepat, beragam, seimbang serta tidak menimbulkan

penyakit.Seseorang yang mempunyai pengetahuan gizi yang baik lebih

banyak menggunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang

nilai gizi yang ada pada makanan tersebut. Pengetahuan seseorang

terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Domain

kognitif yang termasuk dalam pengetahuan yang dibagi menjadi 6

tingkatan berdasarkan (Masturoh, 2018), yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi

yang telah dipelajari dan diterima dari sebelumnya. Tahu

merupakan tibfkatan yang paling rendah, untuk mengukur bahwa

seseorang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain mampu

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan suatu materi.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan materi yang diketahui secara benar, seseorang

yang telah paham terhadap suatu materi atau objek harus dapat

menyebutkan, menjelaskan, menyimpulkan, dan sebagainya.

11
3. Aplikasi (Application)

Kemampuan seseorang yang telah memahami suatu materi dapat

menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui

tersebut pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis (Analysis)

Kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi atau objek

tertentu ke dalam komponen-komponen yang terdapat dalam suatu

masalah dan berkaitan satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Kemampuan seseorang menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru, untuk meringkas suatu cerita

dengan menggunakan bahasa sendiri, dapat membuat kesimpulan

tentang artikel yang telah dibaca atau didengar.

6. Evaluasi (Evaluation)

Suatu kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap

suatu materi atau objek tertentu, penilaian itu didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri ataupun menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ditelaah.

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seorang ibu tentang gizi memiliki peran yang

sangat penting untuk menurunkan angka kematian balita, dengan

12
pengetahuan ibu yang baik mengenai status gizi , seseorang dapat

melakukan upaya untuk membuat anaknya memiliki gizi yang baik,

beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

berdasarkan (Fitriani & Yuliana, 2017).

1. Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut

menerima informasi. Peningkatan pengetahuan tersebut tidak

seluruhnya diperoleh pada pendidikan formal, tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan nonformal.

2. Pengalaman

Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta

pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan

kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi

dari keterampilan menalar secara alamiah dan etik yang bertolak

dari masalah nyata dari bidang kesehatan.

3. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola piker seseorang,

bertambahnya usia semakin berkembang pola piker dan daya

tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh akan

semakin banyak (Daryanto & Yuliana, 2017).

4. Sumber Informasi

13
Sumber informasi bisa didapat dari beberapa media, antara

lain: media cetak dan media elektronik. Sumber informasi dapat

diperoleh dari media elektronik yaitu: handphone, televisi dan

internet. Untuk informasi kesehatan, informasi juga bisa didapat

dari tenaga kesehatan yaitu: dokter, perawat, bidan dan tenaga

kesehatan lainnya.

Oleh karena itu pendidikan, pengalaman, usia, dan sumber

informasi dapat mempengaruhi pengetahuan ibu.

2.2 Konsep Status Gizi

2.2.1 Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah salah satu indikator yang digunakan untuk

mengetahui status kesehatan masyarakat. Status gizi keadaan tubuh yang

merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke

dalam tubuh dan penggunaannya. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Apabila tubuh

mendapatkan cukup zat gizi dan digunakan secara efisien maka akan

tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik,

perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada

tingkat sebaik mungkin (Prawesti, 2018).

Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang dapat dilihat untuk

mengetahui apakah seseorang tersebut itu normal atau bermasalah (gizi

salah). Gizi salah adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

kekurangan atau kelebihan dan atau keseimbangan zat-zat gizi yang

14
diperlukan untuk pertumbuhan, kecerdasan dan aktivitas atau

produktivitas. Status gizi juga dapat merupakan hasil akhir dari

keseimbangan antara makanan yang dimasukkan ke dalam tubuh

(nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi

tersebut (Syarfaini, 2020).

Oleh karena itu status gizi sesorang yang optimal akan

mempengaruhi pertumbuhan, kecerdasan, aktivitas, dan kesehatan yang

baik pada sesorang.

2.2.2 Klasifikasi Status Gizi

Status gizi balita merupakan salah satu indicator yang

menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Status gizi balita

dapat diukur secara antropometri. Indeks antropometri yang sering

digunakan, yaitu : berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi badan

terhadap umur (TB/U) dan berat badan terhadap tinggi badan (TB/BB).

Tetapi indeks BB/U merupakan indikator yang paling umum digunakan

karena mempunyai kelebihan yaitu mudah dan lebih cepat dimengerti

oleh masyarakat umum, baik untuk mengatur status gizi akut dan kronis,

berat badan dapat berflukutuasi, samgat sensitive terhadap perubahan-

perubahan kecil, dan dapat mendeteksi kegemukan (over wight). Berikut

klasifikasi indeks antropometri (Septikasari, 2018) :

a. Klasifikasi Berdasarkan Indikasi BB/U

Berat badan merupakan parameter yang memberikan gambaran

massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang

15
mendadak seperti adanya penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau

menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi, berat badan adalah

parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana

keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan

zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan

umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan

perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih

lambat. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U

lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini, Berikut ini merupakan

klasifikasi status gizi berdasarkan indikator BB/U yaitu (Septikasari,

2018):

Tabel Indeks Antropometri Berdasarkan BB/U

Kategori Zscore

Gizi buruk <-3,0

Gizi kurang - 3,0 sampai dengan < - 2,0

Gizi baik -2,0 sampai dengan + 1

Gizi lebih >+¿ 2

Table 1. indeks Antropometri berdasarkan BB/U

b. Klasifikasi berdasarkan indikator TB/U

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan

keadaan pertumbuhan skeletal atau tulang. Dalam keadaan normal,

pertumbuhan tinggi badan sejalan dengan pertambahan umur. Tidak

seperti berat badan, pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif

16
terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Sehingga

pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam

waktu yang relatif lama. Dengan demikian indikator TB/U sangat baik

untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan

keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita.

Berikut ini merupakan klasifikasi status gizi berdasarkan indikator TB/U

yaitu (Septikasari, 2018).:

Tabel Indeks Antropometri Berdasarkan TB/U

Kategori Zscore

Sangat pendek < -3,0

Pendek - 3,0 sampai dengan < - 2,0

Normal -2,0 sampai dengan + 3

Tinggi >+3

Table 2. indeks antropometri berdasarkan TB/U

c. Klasifikasi berdasarkan indikator BB/TB

BB/TB merupakan indikator pengukuran antropometri yang paling

baik, karena dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih

sensitif dan spesifik. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan,

artinya perkembangan berat badan akan diikuti oleh pertambahan tinggi

badan. Oleh karena itu, berat badan yang normal akan proporsional dengan

tinggi badannya . Berikut ini merupakan klasifikasi status gizi berdasarkan

indikator BB/TB yaitu (Septikasari, 2018).:

Tabel indeks antropometri berdasarkan BB/TB


17
Kategori Zscore

Sangat kurus < -3,0

Kurus - 3,0 sampai dengan < - 2,0

Normal -2,0 sampai dengan +1

Gemuk >+3

Table 3. Indeks antropometri berdasarkan BB/TB


2.2.3 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data

yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk

menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi

kurang maupun gizi lebih pada dasarnya status gizi dibagi menjadi dua

yaitu secara langsung dan tidak langsung (Supariasa, 2016).

1. Penilaian status gizi secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat

penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.

a. Antropometri

Antropometri merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi

tubuh dari berbagai tingkat umur antara lain : berat badan, lingkar

lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Antropometri telah

lama dikenal sebagai indikator sederhana untuk penilaian status

gizi perorangan maupun masyarakat. Antropometri sangat umum

digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai

ketidakseimbangan antara asupan energi dan protein.

b. Klinis

18
Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah

pertama untuk mengetahui keadaan gizi penduduk. Teknik

penilaian status gizi juga dapat dilakukan secara klinis.

Pemeriksaan secara klinis penting untuk menilai status gizi

masyarakat. Metode ini didasarkan atas peruahan-perubahan yang

terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini

dapat diliat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan

mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan

tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya

untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini

dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum

dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.

c. Biokimia

Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen

yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai

macam jaringan tubuh.

2. Penilaian staus gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga

yaitu:

a. Survei konsumsi makanan

Pengertian survei konsumsi makanan adalah metode penentuan

status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis

zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan

dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi

19
pada masyarkat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat

mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

b. Penggunaan statistik vital

Pengertian pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah

dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti

angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan, dan angka

kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang

berhubungan dengan status gizi. Penggunaannya dipertimbangkan

sebagai bahan dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi

masyarakat.

c. Penilaian faktor ekologi

Pengertian Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan

masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,

biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia

sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi,

dan lain-lain. Penggunaan pengukuran faktor ekologi dipandang

sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu

masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

2.3 Konsep Balita

2.3.1 Masa Balita

Anak Balita usia 1-5 tahun (usia prasekolah) merupakan kelompok

umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Beberapa kondisi yang

20
menyebabkan usia ini rawan gizi dan penyakit antara lain (Andriani,

2016):

(1) anak balita masih berada dalam masa transisi dari makanan bayi ke

makanan orang dewasa,

(2) biasanya anak sudah memiliki adik atau ibunya sudah bekerja

penuh sehingga perhatian ibu berkurang,

(3) usia ini anak sudah mulai bermain di tanah dan sudah bisa bermain

di luar sendiri sehingga lebih sering terpapar dengan lingkungan

kotor dan kondisi yang memungkinkan untuk terinfeksi dengan

berbagai penyakit,

(4) ibu sudah tidak begitu memperhatikan makanan anaknya, karena

ibu menganggap anak sudah bisa memilih makanan dan makanan

secara mandiri.

Masa balita sering kali disebut sebagai golden age, yaitu masa yang

sangat penting untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan

anak baik secara fisik, mental, maupun emosional (Puspitasari, 2021).

Oleh karena itu harus secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi

apabila ada kelainan. Kebutuhan akan asah, asih, dan asuh yang memadai

pada usia ini akan meningkatkan kelangsungan hidup anak dan

mengoptimalkan kualitas anak sebagai generasi penerus bangsa.

Kelompok anak balita merupakan kelompok yang sering menderita

kekurangan gizi (Judistiani, 2016).

Balita usia prasekolah merupakan konsumen aktif yaitu mereka

sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Perilaku makan sangat

21
dipengaruhi oleh keadaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. pada

usia ini kebutuhan zat gizi meningkatkarena masih berada pada masa

pertumbuhan cepat dan aktivitas tinggi. Demikian juga anak mempunyai

pilihan terhadap makanan yang disukai termasuk makanan jajanan. Oleh

karena itu jumlah dan variasi makanan harus mendapatkan perhatian

secara khusus dari ibu atau pengasuh anak, terutama dalam memberikan

paparan pilihan makanan yang sehat dengan gizi seimbang. Disamping

itu anak pada usia ini senang bermain di luar rumah sehingga lebih rentan

terkena penyakit infeksi dan kecacingan terutama pada anak yang sudah

memiliki masalah gangguan gizi (Judistiani, 2016).

2.4 Konsep Wasting

2.4.1 Definisi Wasting

Wasting adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang

mencerminkan berat badan anak terlalu kurus menurut tinggi badannya,

ditandai dengan z-score BB/Tb kurang dari -2 SD untuk wasting dan z-

score BB/TB kurang dari -3 SD untuk severe wasting (Kemenkes, 2020).

Wasting pada anak-anak merupakan hasil dari penurunan berat badan

yang cepat atau ketidakmampuan menambah berat badan (Unicef, 2019).

Wasting adalah kondisi ketika berat badan anak menurun, sangat

kurang, atau bahkan berada di bawah rentang normal. Anak yang

mengalami kondisi ini umumnya memiliki proporsi tubuh yang kurang

ideal.Pasalnya, kondisi ini membuat berat badan tidak sepadan (kurus)

dengan tinggi badan untuk anak di usia tertentu. Wasting adalah salah

22
satu masalah kesehatan utama. Sebab kondisi ini berhubungan langsung

dengan angka kejadian suatu penyakit (morbiditas)(WHO, 2020).

Dari pendapat para ahli diatas dapat menarik kesimpulan bahwa

wasting adalah anak yang mengalami penurunan berat badan yang cepat

atau ketidakmampuan mendambah berat badan pada anak tersebut.

2.4.2 Penyebab Wasting

Faktor penyebab wasting dikelompokkan 3 kategori yaitu

berdasarkan faktor ibu, anak dan keluarga. Faktor ibu yaitu ASI

eksklusif, pola asuh, tingkat pendidikan ibu, dan status pekerjaan. Faktor

anak yaitu jenis kelamin, usia, asupan nutrisi, penyakit infeksi dan

BBLR. Faktor keluarga yaitu ketahanan pangan keluarga, tingkat

ekonomi dan jumlah anggota keluarga (Prawesti, 2018).

1. Berdasarkan Faktor Ibu

a. ASI Eksklusif

ASI merupakan satu-satunya sumber asupan makanan yang

terbaik bagi bayi karena memiliki unsur-unsur memenuhi semua

kebutuhan nutrien selama periode 6 bulan. ASI harus diberika1n sampai

usia 24 bulan karena mengandung nutrisi esensial untuk mambantu

perkembangan dan pertumbuhan bayi agar lebih optimal. Pemberian ASI

dikelompokkan tiga waktu yaitu pemberian ASI ketika anak baru lahir

(kolostrum), pemberian ASI sampai usia 6 bulan tanpa

tambahanmakanan/minuman lain (eksklusif), pemberian ASI sampai

dengan usia 24 bulan disertai makanan pendamping ASI (Septikasari,

2018).

23
ASI yang keluar pada hari pertama dan kedua setelah

melahirkan biasa disebut dengan kolostrum. Kolostrum berwarna kuning

atau jernih karena mengandung sel hidup menyerupai sel darah putih

yang dapat membunuh kuman penyakit. Selain itu kolostrum

mengandung air, tinggi protein, lemak, laktose, mineral, vitamin, rendah

karbohidrat, immunoglobulin dan antibodi yang melindungi bayi dari

infeksi (Rochmawati, 2016).

Faktor yang bisa mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada

bayi yaitu :

1) Kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif. Pengetahuan

akan sangatberpengaruh terhadap perilaku termasuk perilaku dalam

pemberian ASI eksklusif,

2) aktivitas ibu yang menghambat pemberian ASI eksklusif.

Kesibukan ibu akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif

sehingga banyak ibu yang bekerja tidak dapat memberikan ASI

pada bayinya setiap 2-3 jam,

3) dukungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan

yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui ASI

eksklusif. Peran suami dan keluarga akan menentukan kelancaran

refleks pengeluaran ASI sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi

atau perasaan ibu,

4) dukungan tenaga kesehatan. Petugas kesehatan sangat penting

dalam melindungi, meningkatkan, dan mendukung usaha menyusui

(Septikasari, 2018).

24
b. Pola Asuh

Anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap

gangguan kesehatan dan gizi, karena pada masa ini masih terjadi proses

pertumbuhan dan perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam

jumlah yang besar. Pada masa anak-anak kelangsungan serta kualitas

hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya terutama ibu. Peran serta

keluarga terutama ibu dalam proses pola asuh sangat menentukan status

gizi pada anak (Husna, 2016).

Pola asuh merupakan cara orang tua membesarkan anak dengan

memenuhi kebutuhan anak, memberi perlindungan , mendidik anak, serta

mempengaruhi tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan

orang tua mengasuh anaknya adalah untuk membentuk kepribadian yang

matang. Demi membentuk kepribadian anak, orang tua menetapkan hal

yang harus diikuti seperti waktu tidur, waktu belajar, dan makanan anak

(Husna, 2016).

Dari pendapat para ahli di atas dapat menarik kesimpulan bahwa

pola asuh orang tua yang baik terhadap anak terutama polah asuh dari ibu

sangat menentukan status gizi pada anaknya dan mempengaruhi tingkah

laku anak dalam kehidupan sehari-hari.

Pola asuh orang tua dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

mempengaruhi pola asuh orangtua terhadap anak (Mcloby, 2016), yaitu:

1. faktor sosial ekonomi

25
2. pendidikan

3. nilai agama yang dianut oleh orangtua

4. kepribadian

5. jumlah pemilikan anak.

c. Tingkat Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi seseorang untuk

memahami dan menerima informasi. Orang tua dengan pendidikan yang

rendah akan lebih mengikuti pantangan yang ada daripada menerima hal

yang baru. Misalnya pantangan memakan makanan tertentu. Hal ini

dianggap bahwa pantangan yang sudah ada tidak akan memberikan

dampak apapun terhadap anak, bahkan jika dilanggar dianggap akan

berdampak buruk bagi anak. Orang tua dengan pendidikan yang baik

akan mengerti bagaimana mengasuh anak dengan baik, menggunakan

fasilitas pelayanan kesehatan dengan baik dan menjaga kebersihan

lingkungan (Septikasari, 2018).

Anak yang memiliki ibu dengan pendidikan rendah akan

meningkatkan risiko kejadian kurang gizi sebesar 1,5 kali lebih besar

dibandingkan dengan anak yag memiliki ibu dengan pendidikan tinggi.

Status sosial keluarga yang baik akan lebih berpeluang mampu

memenuhi kebutuhan keluarga termasuk dalam faktor pangan dan

menyediakan lingkungan tempat tinggal dengan sanitasi yang baik

sehingga anak dapat tumbuh dalam kondisi sehat (Septikasari, 2018).

d. Status Pekerjaan Ibu

26
Faktor ibu yang bekerja nampaknya belum berperan sebagai

penyebab utama masalah gizi pada anak, namun pekerjaan ini lebih

disebut faktor yang mempengaruhi dalam pemberian makanan, zat gizi,

dan pengasuh/ perawatan anak. Ibu yang bekerja di luar rumah biasanya

sudah mempertimbangkan untuk perawatan anaknya, namun tidak ada

jaminan untuk hal tersebut. Sedangkan untuk ibu yang bekerja di rumah

tidak memiliki alternatif untuk merawat anaknya(suhardjo, 2017).

2. Berdasarkan Faktor Anak

a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin menentukan besar kecilnya status gizi anak,

wasting paling sering dialami oleh anak laki-laki. Hal ini dikarenakan

anak laki-laki biasanya membutuhkan lebih banyak zat gizi seperti energi

dan protein daripada perempuan. Jenis kelamin merupakan faktor internal

seseorang yang berpengaruh (Ni’mah, 2019).

b. Usia

wasting paling sering dialami anak dengan umur 12-24 bulan.

Pada anak usia diatas 6 bulan, merupakan usia dimana balita sangat

tergantung pada makanan tambahan. Disamping itu anak juga sudah

mulai mengenal makanan jajanan. Apabila hal ini tidak terpenuhi dalam

kualitas maupun kuantitas makanan yang cukup maka status gizi anak

akan menurun.

Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan

pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang

27
tinggi setiap kilogram berat badannya. Karena makanan memberikan

sejumlah zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh kembang pada setiap

tingkat perkembangan dan usia yaitu masa bayi, balita, dan usia

prasekolah. Pemilihan makanan yang tepat dan benar sangat

mempengaruhi kecukupan gizi untuk tumbuh kembang fisik (Suhendri,

2019).

c. Asupan Nutrisi Yang Baik Bagi Balita

Asupan nutrisi merupakan makanan bergizi yang digunakan

untuk mencukupi kebutuhan tubuh. Asupan nutrisi pada anak yang tidak

adekuat dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan

perkembangan anak, bahkan apabila kondisi tersebut tidak ditangani

dengan baik maka risiko kesakitan dan kematian anak akan meningkat.

Selain itu tidak terpenuhinya nutrisi dalam tubuh dapat berpengaruh

terhadap sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang lemah

menyebabkan anak lebih rentan terkena penyakit menular dari

lingkungan sekitarnya terutama pada lingkungan dengan sanitasi yang

buruk maupun dari anak lain atau orang dewasa yang sedang sakit.

Karena daya tahan tubuh lemah, anak dengan asupan nutrisi tidak

adekuat sering kali mengalami infeksi saluran cerna berulang. Infeksi

saluran cerna inilah yang meningkatkan risiko kekurangan gizi semakin

berat karena tubuh anak tidak dapat menyerap nutrisi dengan baik. Status

gizi yang buruk dikombinasikan dengan infeksi dapat menyebabkan

keterlambatan pertumbuhan (Septikasari, 2018).

28
Kurang gizi pada anak menurunkan sistem imun yang akhirnya

akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit infeksi. Keadaan kurang

gizi mempunyaiefek terhadap mekanisme pertahanan terhadap antigen,

serta berpengaruh juga terhadap respon imun. Penurunan respon tersebut

yang dapat menyebabkan virus dengan mudah menginfeksi dan

bereplikasi, sehingga timbulah penyakit infeksi pada anak tersebut

(Tambunan, 2019).

Asupan makanan merupakan zat gizi yang dikonsumsi oleh tubuh

untuk beraktivitas serta mencapai kesehatan yang optimal. Energi

memiliki fungsi sebagai penunjang proses pertumbuhan, metabolism

tubh dan proses aktivitas fisik. Energi yang dibutuhkan berasal dari zat

gizi makro yang dikonsumsi seperti karbohidrat, protein dan lemak.

Karbohidrat memang zat gizi makro yang berperan sebagai sumber

energi utama karena 60-80% dari kebutuhan energi dipenuhi oleh

karbohidrat. Namun karbohidrat bukan satu-satunya zat gizi yang dapat

menghasilkan energi. Energi lainnya bisa didapatkan dari lemak dan

protein (Erika, 2022).

Oleh karena itu asupan nutrisi yang baik bagi balita sangat

berpengaruh untuk mencukupi kebutuhan tubuh anak. Asupan gizi yang

tidak adekuat dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan

perkembangan anak serta rentan terkena penyakit infeksi dan kematian

pada anak meningkat.

d. Penyakit Infeksi

29
Penyakit infeksi adalah penyakit yang diderita anak, bersifat akut

yang terjadi setiap bulan atau kronik yang terjadi baik dalam satu minggu

atau lebih secara terus menerus. Penyakit infeksi dapat menurunkan

nafsu makan anak, menyebabkan kehilangan bahan makanan karena

muntah/diare, dan gangguan penyerapan dalam saluran pencernaan,

sehingga dapat menyebabkan asupan nutrisi untuk tubuh berkurang.

Selain itu infeksidapat menghambat reaksi imunologis yang normal

dengan menghabiskan sumber energi di tubuh. Jika hal ini terjadi secara

terus menerus pertumbuhan dan perkembangan anak bisa terhambat serta

kondisi fisik juga akan mengalami pengurusan wasting (Prawesti, 2018).

Infeksi akan lebih mengakibatkan dampak yang berbahaya bila

menyerang seseorang yang kurang gizi. Infeksi menyebabkan terjadinya

penghancuran jaringan tubuh, baik untuk bibit penyakit itu sendiri

maupun penghancuran untuk memperoleh protein yang diperlukan untuk

mempertahankan tubuh. Hadirnya penyakit infeksi dalam tubuh anak

akan semakin memburuk jika disertai muntah dan diare. Dalam kondisi

ini, dalam tubuh terjadi penurunan imunitas atau penurunan daya tahan

tubuh terhadap serangan penyakit (Adriani, 2017).

Penyakit infeksi yang sering terjadi dan memiliki hubungan

terhadap terjadinya wasting adalah diare dan ISPA (Infeksi Saluran

Pernapasan Atas). Diare yang terjadi pada anak sangat berbahaya karena

dapat menyebabkan tubuh kehilangan cairan dalam jumlah banyak. Diare

dapat menimbulkan kerusakan pada mukosa usus sehingga protein,

cairan dan zat lainnya tidak dapat terserap dengan baik. Apabila nutrisi

30
tidak bisa terserap dengan baik, anak akan mengalami kekurangan gizi

sehingga tubuh anak perlahan-lahan akan kurus (Tambunan, 2019). ISPA

merupakan gangguan kesehatan yang sering menyerang balita yang

disebabkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme yang sering dikenal

yaitu bakteri, jamur, virus. Mikroorganisme ini tinggal dijaringan sel

tubuh dan memakan zat gizi dari untuk bertahan hidup. apabila tidak

segera mendapat pengobatan zat gizi yang tersedia di dalam tubuh akan

habis dan bisa menyebabkan anak kekurangan gizi serta kondisi fisik

yang menjadi kurus (Pandi, 2018).

Oleh karena itu penyakit infeksi pada balita dapat menyebabkan

terjadinya wasting, diare, ISPA pada balita karena infeksi dapat

menghambat imunologi pada balita menyebabkan system kekebalan

tubuh pada anak menurun sehingga anak sangat cepat terinfeksi penyakit.

e. BBLR

Berat badan lahir rendah pada bayi baru lahir disebabkan oleh

banyak faktor seperti terjadinya kelahiran prematur, yaitu usia kehamilan

saat bayi lahir, umumnya usia kehamilan di bawah 37 minggu atau bayi

kecil untuk usia kehamilan dan tingkat pertumbuhan prenatal yang

lambat atau kombinasi keduanya (Gogoi, 2018). BBLR adalah prediktor

yang kuat untuk mengukur berat badan pada fase selanjutnya karena bayi

dengan BBLR jarang mencapai ukuran berat badan normal pada masa

kanak-kanak. Studi pada populasi India mengungkapkan bahwa

penyebab BBLR banyak ragamnya yaitu: infeksi ibu, asupan gizi ibu

31
yang rendah, kehilangan nutrisi yang lebih tinggi, peningkatan kebutuhan

gizi selama kehamilan (Mandal, 2018).

Anak yang lahir dengan BBLR selain memiliki organ-organ dan

tubuh yang kecil juga mengalami defisit sel otak sebesar 10-17 %. Defisit

sel otak akan meningkat menjadi 30-40 % apabila bayi tidak

mendapatkan asupan makanan dengan baik. Defisit sel otak dapat

mengakibatkan gangguan pada sistem saraf yang akan mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Selain defisit sel otak bayi

dengan BBLR juga mengalami defisit simpanan gizi sehingga imunitas

atau daya tahan tubuh mengalami penurunan. Dengan demikian maka

bayi dengan BBLR akan mudah terserang penyakit terutama penyakit

infeksius (Hayati, 2019).

Dampak lain dari BBLR dapat berupa gagal tumbuh (grouth-

faltering), anak pendek (stunting) tiga kali lebih besar daripada non BBLR,

anak kurus (wasting), risiko malnutrisi, pertumbuhan terganggu, gangguan

mental dan fisik. Selain itu BBLR juga bisa memberikan dampak buruk

jangka panjang untuk kesehatan seperti kematian neonatal, morbiditas,

penurunan perkembangan kognitif, dan penyakit kronis. Bayi dengan

status BBLR meningkatkan resiko kematian hingga 20 kali dibandingkan

dengan bayi lahir lahir normal (F. Rahayu, 2020).

2.4.3 Dampak Wasting

Dampak pada wasting dibedakan menjadi dampak jangka pendek

dan dampak jangka panjang. Dampak jangka pendek diantaranya

32
penurunan daya eksplorasi terhadap lingkungan, kurangnya bergaul

dengan teman sebaya, kepasifan dalam melakukan aktivitas, sering merasa

kelelahan, apatis, dan rentan terkena penyakit infeksi. Sedangkan untuk

dampak jangka panjang yaitu gangguan kognitif, penurunan kecerdasan

sehingga prestasi ikut menurun, gangguan perilaku, pertumbuhan

terhambat, dan peningkatan resiko kematian (Hastuti, 2017).

Gizi kurang pada balita membawa dampak negatif terhadap

pertumbuhan fisik maupun mental, yang selanjutnya akan menghambat

prestasi belajar. Akibat lainnya adalah penurunan daya tahan, sehingga

kejadian infeksi dapat meningkat. Kekurangan gizi akan menyebabkan

hilangnya masa hidup sehat balita. Dampak yang lebih serius adalah

timbulnya kecacatan, tingginya angka kesakitan dan percepatan kematian

(Resqiah, 2018).

2.4.4 Ciri – Ciri Wasting

1. Ditandai dengan kurangnya berat badan menurut panjang/tinggi badan

anak (BB/TB).

2. Balita kurus disebabkan karena kekurangan makan atau terkena

penyakit infeksi yang terjadi dalam waktu yang singkat.

3. Karakteristik masalah gizi yang ditunjukkan oleh balita kurus adalah

masalah gizi akut.

4. Kulit yang kering, lemak di bawah kulit berkurang, dan otot mengecil

(Kemenkes, 2020).

33
2.4.5 Cara Ukur Wasting

Indeks Kategori status gizi Ambang batas (Z-Score)


Berat badan sangat kurang < -3
(severely underweight)
Berat badan menurut
Berat badan kurang -3 SD s.d. <-2 SD
umur (BB/U) anak usia
(underweight)
0 - 60 bulan
Berat badan normal -2 SD s.d. +1 SD
Risiko berat badan lebih >+ 1SD
Panjang badan atau Sangat pendek (severely stunted) <-3
tinggi badan menurut Pendek (stunted) -3 SD s.d. <-2 SD
umur (PB/U atau TB/U) Normal 2 SD s.d. +3 SD
anak usia 0 – 60 bulan Tinggi2 >+3
Gizi buruk (severely wasted) <-3 SD
Gizi kurang (wasted) -3 SD s.d <-2 SD
Indeks massa tubuh Gizi baik (normal) -2 SD s.d. +3 SD
menurut umur (IMT/U) Beresiko gizi lebih (possible risk +1 SD s.d. +2 SD
anak usia 0 – 60 bulan of overweight)
Gizi lebih (overweight) >+2 SD s.d. +3 SD
Obesitas (obese) >+3 SD
Indeks massa tubuh Gizi buruk (severe6ly thinnes) <-3 SD
menurut umur (IMT/U) Gizi kurang (thinnes) -3 SD s.d <-2 SD
anak usia 5 – 18 tahun Gizi baik (normal) -2 SD s.d. +1 SD
Gizi lebih (overweight) >+1 SD s.d. +2 SD
34
Obesitas (obese) >+ 2 SD
Table 4. indeks antropometri

Sumber : Kemenkes, 2020

2.5 Kerangka Teori

Klasifikasi Status Gizi Gizi Buruk Penyebab Wasting:


1. Faktor ibu
2. Faktor anak
Gizi Kurang 3. Faktor keluarga

Gizi Baik

Gizi Lebih

Pengetahuan ibu Kejadian wasting Dampak wasting:


mengenai pemenuhan pada balita usia
1. Kesehatan
gizi 12-24 bulan
pertumbuhan
2. Penyakit
infeksi
3. Penurunan
Faktor-faktor yang
kecerdasan
mempengaruhi
Faktor-faktor yang anak
pengetahuan : mempengaruhi kejadian
1. Pendidikan wasting:
2. Sumber informasi 1. ASI Eksklusif
3. Sosial budaya dan 2. Pola Asuh
ekonomi 3. Tingkat Pendidikan
4. Lingkungan Ibu
5. Pengalaman 4. Status pekerjaan
6. Usia 5. 35
Jenis kelamin
6. Usia
7. Asupan nutrisi
8. Penyakit infeksi
9. BBLR
Ket :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Gambar 1. 2.5 kerangka teori

Sumber : Notoatmodjo, 2018; Septikasari, 2018; Prawesti,2018; Fitriani &

Yuliana, 2017;

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep disusun sebagai kerangka kerja dalam melakukan

penelitian yang dihubungkan atau dikaitkan dengan variable-variabel yang

diamati melalui penelitian yang dimaksud.

Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan hubungan tingkat

pengetahuan ibu balitamengenai status gizi dengan kejadian wasting pada

balita usia 12-24 bulan.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Ibu Balita


Mengenai Pemenuhan Kejadian Wasting
Gizi Pada Balita

1. Jenis
kelamin
2. Usia
3. Asupan
nutrisi
4. Penyakit
infeksi
5. BBLR
6.
Variable Perancu

36
Gambar 2.2.6 kerangka konsep

2.7 Hipotesis

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep tersebut, maka

peneliti menggunakan rumus yang telah dirumuskan. Menyatakan bahwa

adanya hubungan antara variabel. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha : Adanya hubungan pengetahuan ibu Balita mengenai status gizi

dengan kejadian wasting pada balita usia 12-24 bulan di Puskesmas Gunung

Jati.

37
BAB III

METODE PENELITIAN
1

2.

3.

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan

desain penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan cross

sectional. Desian penelitian korelasional bertujuan untuk melihat hubungan

antara variabel satu dengan variabel yang lain (Notoatmodjo, 2018).

Penelitian kuantitatif merupakan upaya menemukan pengetahuan

menggunakan data berupa angka. Data berupa angka yang diperoleh,

kemudian digunakan sebagai alat untuk menganalisis, mencari hasil dari

objek yang diteliti (Donsu, 2019).

Cross sectional merupakan rancangan penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data

yang sekaligus dalam satu waktu (point time approach) (Notoatmodjo, 2018).

3.2. Populasi dan Sampel

2.

3.

3.1.

3.2.

3.2.1. Populasi

38
Populasi adalah wilayah general yang terdiri dari suatu objek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti

untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017).

Oleh karena itu populasi dalam penelitian ini adalah data terupdate tahun

2022 ibu balita di Puskesmas Gunung Jati yang berjumlah 155 Ibu balita.

Karena 15 Ibu balita telah di jadikan subjek pada studi penelitian maka masuk

kedalam kriteria drop out, dan jumlah populasi pada penelitian ini berjumlah

140 responden.

3.2.2. Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang terdapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sementara

sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili

populasi yang ada (Nursalam, 2020).

Dalam penelitian ini sampel akan ditentukan berdasarkan rumus

(Lemeshow, 1997 ) yakni :

n=Z 2 1−a /P ( 1−P ) N

d 2 ( N −1 ) + Z2 1−a /2 P ( 1−P )

Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi (140)
Z21- α / 2 : Nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95% = 1,96)
P : Proporsi 50% (0,5)
d : Derajat penyimpanan 10% (0,1)
Maka ukuran sampel yaitu :

39
n= Z2 1 – α / 2 P(1 – P) N

d2 ( N -1) + Z21 – α / 2P (1- P)


n= 1,962. 0,5.(1 – 0,5). 140

0,12. (140 -1) + (1,96)2 .0,5 (1- 0,5)


n = 134,456
2,3504
n = 57,20 dibulatkan menjadi 58 responden
n = 58 Responden

Teknik dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling

yang merupakan pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2018).

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1. Ibu yang bersedia menjadi responden dalam penelitian

2. Ibu yang memiliki balita dengan wasting

3. Dapat berkomunikasi dengan baik

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

1. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden

2. Ibu yang tidak kooperatif

3. Ibu yang tidak memiliki balita dengan wasting

3.3. Lokasi Penelitian

40
Lokasi penelitian adalah lokasi yang digunakan penelitian dalam

memperoleh informasi untuk menggali data yang diperlukan dalam

penelitian, penelitian ini akan di lakukan di Puskesmas Gunung Jati.

3.4. Waktu Penelitian

Penelitian telah dilakukan, yaitu pada bulan Maret 2022 sampai bulan

Juli 2022. Waktu penelitian dihitung sejak awal pengajuan judul skripsi,

pengambilan data, sampai dengan penyusunan laporan skripsi.

3.5. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap suatu benda, manusia, dan lainnya (Nursalam, 2020).

a.

b.

c.

d.

e.

1.

2.

3.

3.1.

3.2.

3.3.

3.4.

3.5.

41
3.5.1. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terkait

(dependen) (sugiyono, 2017). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu

pengetahuan ibu balita mengenai status gizi.

3.5.2. Variabel dependen (terkait) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akhir, karena adanya variabel bebas (independen)(sugiyono,

2017). Variabel terkait dalam penelitian ini yaitu kejadian wasting pada

balita usia 12-24 bulan.

3.6. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang dimaksud dengan

variabel penelitian dasarnya yaitu segala sesuatu yang terbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut kemudian ditarik untuk disimpulkan (Donsu, 2019).

Tabel 3.6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Independen
Pengetahuan Pengetahuan ibu yang Kuesioner Self-report 1. Kurang Ordinal
ibu balita meliputi pengetahuan dengan (mengisi baik :
mengenai tentang pemenuhan gizi menggunak kuesioner) skor 0
pemenuhan balita yang an skala 2. Baik :
gizi mempengaruhi kejadian guttman skor 1
wasting (Arikunto
,2013)
Dependen
Kejadian Keadaan berat badan timbangan Indeks 1. sangat kurus : Nominal
wasting pada balita yang tidak sesuai dacin dan antropometri: < 15 kg
balita usia dengan tinggi badan tinggi berat badan 2. Kurus : 15 kg
12-24 bulan dengan indikator BB/TB badan /tinggi badan sampai
dengan dengan 18,5
stature kg
meter 3. Normal : 18,5
kg sampai ke
25 kg
Table 5. definisi operasional
42
3.7. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan oleh penelitian untuk

mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran. Cara ini dilakukan

untuk memperoleh data yang objektif yang diperoleh untuk menghasilkan

kesimpulan penelitian yang objektif pula. Instrument penelitian adalah suatu

alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang

diamati . Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian

(Sugiyono, 2017).

Instrumen dalam penelitian ini berupa pertanyaan tentang Pengetahuan

Ibu Mengenai Pemenuhan Gizi Balita yang di adopsi dari peneliti sebelumnya

yang bernama Muhammad Farhan 2013.

Instrument penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini

kuesioner yang di bagikan secara langsung kepada ibu balita. Pertanyaan dalam

kuesioner bersifat konsisten dan tegas dalam memberikan jawaban seperti

jawaban kurang baik dan baik.

Instrument untuk variabel terikat, kejadian wasting dengan menggunakan

timbangan dacin dan stature meter digunakan untuk mengukur berat badan dan

tinggi badan balita dari mengetahui berat badan dan tinggi badan balita

kemudian di hitung menggunakan rumus IMT sehingga dapat diketahui

kategori status gizi balita.

3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas instrument menunujukan hasil dari suatu pengukuran

menggambarkan segi aspek yang diukur. Validitas sebenarnya menunjuk pada

hasil dari penggunaan instrument tersebut bukan pada instrumennya. Suatu

43
instrument dikatakan valid bila instrument tersebut benar-benar mengukur

aspek atau segi yang akan diukur (Sukmadinata, 2017).

Uji validitas pada penelitian ini menggunakan validitas konstruk dan di

lakukan dengan menggunakan teknik Product Moment. Kemudian dilanjutkan

dengan melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha

Cronbach. Validitas konstruk merupakan suatu konsep yang diciptakan dan

digunakan dengan kesengajaan dan kesadaran untuk tujuan ilmiah-ilmiah

tertentu (Hikmawati, 2017).

Uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan

menggunakan objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Untuk

mengukur variabel pengetahuan pada ibu, peneliti menggunakan kuesioner

pengetahuan dengan total 20 pernyataan yang telah dilakukan uji Validitas

dan Reliabilitas oleh (Farhan, 2013) yang reliabel dan layak untuk digunakan

dalam penelitian sebab nilai r tabel sebesar < 0,381 dan nilai r hitung sebesar

0,886 > 0.6 (Crobach’s Alpha’s).

3.9. Teknik Pengumpulan Data

Teknik ini, selain menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih

teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik dan alat

pengumpulan data dapat memungkinkan diperolehnya data yang objektif.

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini berupa data

primer dan data sekunder.

f.

g.

h.

44
i.

3.9.1. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan dan pernyataan

tertulis pada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel

yang akan diukur dan tau apa yang bisa diharapkan dari responden.

Selain itu, kuesioner cocok digunakan bila responden cukup besar dan

tersebar diwilayah yang luas (Donsu, 2019).

Oleh sebab itu, dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang

dibagikan secara langsung sebagai alat pengumpulan data. Kuesioner

berisi pernyataan yang diisi oleh responden berdasarkan tingkat

pengetahuan mereka. Jawaban dari responden akan dikumpulkan di

Kemudian setelah selesai kuesioner dikumpulkan kembali pada

peneliti, lalu ditabulasi,di prosentasekan dan dianalisis.

a. Kuesioner Pengetahuan

Kuesioner pengetahuan diukur menggunakan pertanyaan tertutup

berupa skala Guttman.

3.9.2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi cara pengumpulan data yang menghasilkan

catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti,

sehingga akan diperoleh yang lengkap, sah dan berdasarkan ilmiah.

Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang diperoleh

dalam penelitian seperti catatan, arsip (Nursalam, 2020). Disini peneliti

45
menggunakan teknik dokumentasi karena peneliti ingin memperkuat

data yang diperoleh.

3.10. Tahap Alur Penelitian

Tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian mulai dari

mengajukan surat izin lalu studi pendahuluan, pengumpulan data-data sampai

analisis data.

1) Mengajukan surat izin penelitian dari Universitas Muhammdiyah

Cirebon Ke Kesatuan Badan Politik (Kesbampol) untuk diserahkan

Ke Dinas Kesehatan Cirebon dan Wilayah Kerja Puskesmas

Puskesmas Gnungjati

2) Setelah dapat perizinan dapat melakukan bimbingan dengan dosen,

peneliti menyerahkan surat izin dari Universitas Muhammadiyah

Cirebon dan dari Kesatuan Badan Politik (Kesbampol).

3) Setelah responden terpilih sesuai dengan kriteria lalu peneliti

menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan berisi tujuan,

manfaat, prosedur penelitian.

4) Selanjutnya melakukan informed consent pada responden , kader,

bidan posyandu dan memberikan penjelasan mengenai Kuesioner

Pengetahuan pemenuhan gizi seimbang. Lalu, peneliti menyiapkn

lembar persetujuan untuk di tandatangani oleh responden yang

bersedia mengikuti penelitian ini.

46
5) Lalu penelitian ini selama tiga hari dan dibagi menjadi tiga tempat

yaitu di Desa Jatimerta 18 reponden, di Desa Astana 20 responden

dan di Desa Wanakaya 20 responden. Penelitian ini dilakukan di

posyandu-posyandu bersamaan dengan kegiatan mingguan yang

dilakukan oleh kader dan bidan posyandu dan responden diminta

untuk berkumpul di posyandu.

6) Peneliti mengambil data di Desa Jatimerta, di Desa Astana dan di

Desa Wanakaya pada saat Posyandu untuk mengukur Berat badan

dan Tinggi badan anak balita, serta peneliti meminta responden untuk

mengisi kuesioner kemudaian menyerahkan kuesioner pada saat itu.

Respondon diberi waktu 5-10 menit untuk mengerjakan kuesioner

waktu pengerjaan kuesioner setelah balita di timbang berat badannya

dan di ukur tinggi badannya.

7) Setelah data terkumpul, data akan dianalisa.

8) Melakukan proses bimbingan.

9) Penyusunan laporan hasil penelitian.

3.11. Pengolahan Data

Pengolahan data bertujuan untuk mengubah data menjadi informasi.

Informasi yang diperoleh digunakan untuk proses pengambilan keputusan,

terutama dalam pengajuan hipotesis. Setelah data terkumpul dilakukan

pengolahan data dengan cara perhitungan statistic untuk menentukan

besarnya hubungan pengetahuan ibu mengenai pemenuhan gizi dengan

kejadian wasting pada balita usia 12-24 bulan di puskesmas gunung jati.

47
Langkah-langkah dalam proses pengolahan data adalah sebagai berikut

(Suhana, 2019).

1. Editing

Editing atau kegiatan mengedit data dilakukan dengan tujuan untuk

.mengevaluasi kelengkapan, konsistensi, dan kesesuaian antara kriteria

data yang diperlukan untuk menguji hipotesis atau menjawab

pertanyaan penelitian.

2. Coding

Coding atau memberikan kode pada data dilakukan dengan tujuan

merubah data kualitatif menjadi data kuantitatif (kuantifikasi data) atau

membedakan aneka karakter. Pemberian kode sangat diperlukan

terutama dalam rangka pengolahan data, baik secara manual,

menggunakan kalkulator atau computer.

3. Tabulasi Data

Tabulasi data atau memasukan data ke dalam tabel-tabel yang

disediakan, baik table untuk data mentah maupun table kerja untuk

menghitung data tertentu secara statistik.

4. Cleaning Data

Cleaning data adalah pembersihan seluruh data atau pengecekan

kembali untuk mengetahui apakah masih ada data yang salah atau hilang

sehingga data tersebut dapat diperbaiki kemudian dianalisis. Hal

tersebut bertujuan untuk menghindari kesalahan dari data yang diolah,

baik kesalahan dalam pemberian kode, kesalahan membaca kode

48
maupun kesalahan pada waktu memasukan (entry) data ke dalam

program Komputer (Suhana, 2019).

3.12. Analisa Data

Analisis data pada penelitian dibagi menjadi 2 yaitu analisi

univariat dan analisis bivariat.

1. Analisa Univariat

Analisa data univariat adalah proses mengumpulkan data awal

masih acak dan abstrak, kemudian data diolah menjadi informasi yang

informative. Analisa ini seringkali digunakan untuk statistik deskriptif,

yang dilaporkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan proses (Donsu,

2019). Adapun analisis univariat yang akan di gunakan pada penelitian

ini adalah pengetahuan ibu balita mengenai pemenuhan gizi.

Rumus yang di gunakan dalam bentuk presentase (Arikunto,

2017) sebagai berikut :

F
P=
N

Keterangan :

P : Presentase

F : Frekuensi Data

N : Jumlah sampel

2. Analisa Bivariat

Analisa data bivariat adalah analisa data yang menganalisis dua

variabel. Analisa jenis ini sering digunakan untuk mengetahui

hubungan dan pengaruh x dan y antara variabel satu dan variabel lain.

49
Selain mencari hubungan x dan y, analisa bivariate juga dapat

digunakan untuk mencari perbedaan variabel x dengan z (Donsu,

2019). Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu balita mengenai

pemenuhan gizi balita dengan kejadian wasting pada balita usia 12-24

bulan di Puskesmas Gunung Jati.

Dengan menggunakan analisis statistic Chi square ( x 2) dengan

derajat kemaknaan (α) 5% diolah dengan menggunakan system

komputerisasi dengan menggunakan program SPSS.

Hasil analisis x 2 yaitu: apabila < 0,005, Ha diterima dan p> 0,05

maka Ha ditolak.

1. Ha diterima apabila p< 0,05 artinya terdapat hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen.

2. Ha ditolak apabila p> 0,05 artinya tidak terdapat hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen.

3.13. Uji Normalitas


Uji normalitas merupakan uji yang digunakan untuk menentukan

apakah ibu balita berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan

adalah Chi square (x2) digunakan untuk menghasilkan data yang

berdistribusi normal perlu membandingkan antara nilai sig (Muhid, 2019).

3.14. Etika Penelitian


Manusia sebagai subjek penelitian oleh karena itu tidak boleh

bertentangan dengan etika penelitian. Etika penelitian mencangkup

perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap subjek dan sesuatu yang

dihasilkan peneliti untuk masyarakat. Penelitian yang melibatkan manusia

atau hewan harus memperhatikan masalah etika. Etika adalah prinsip yang

50
mempengaruhi tindakan seseorang. Beberapa prinsip penelitian pada

manusia yang harus diperhatikan, antara lain:

1. Informed Concent

Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden. Informed concent tersebut diberikan sebelum

penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden. Tujuan informed concent adalah agar subjek

mengerti maksud dan tujuan penelitian. setelah mendapatkan informasi

yang jelas dan menandatangani formulir yang disediakan artinya

subjek menerima untuk dilakukan penelitian bila subjek menolak

penelitian, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati

haknya. Peneliti menjelaskan kuesioner kepada responden agar

responden mengerti/ jelas isi kuesioner tersebut .

2. Veracity (kejujuran)

Penelitian yang dilakukan telah dijelaskan secara jujur mengenai

manfaatnya, efeknya dan apa yang didapat jika responden dilibatkan

dalam penelitian tersebut. Agar responden jujur saat pengisian

kuesioner ditunggu sampai selesai oleh peneliti.

3. Juctice (Keadilan)

Dalam penelitian ini peneliti akan memperlakukan semua

responden dengan adil, tanpa membeda-bedakan satu sama lain.

Peneliti ini akan memperlakukan responden sesuai dengan desain

peneliti dan tujuan penelitian, memberikan hak yang sama dan

menjaga privasi responden.

51
4. Beneficience (Prinsip manfaat)

Sebuah penelitian hendaknya memberikan manfaat bagi

masyarakat umum, khususnya pada subjek penelitian dan

meminimalisir dampak merugikan bagi subjek penelitian. Penelitian

yang dilakukan tidak membahayakan responden, melainkan

memberikan manfaat bagi responden maupun maupun masyarakat

umum akan ada dampak negatif bagi ibu balita yang tidak mengetahui

pemenuhan gizi untuk mencegah terjadinya wasting pada balita.

52
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini di jalankan untuk mengetahui hubungan pengetahuan

ibu balita mengenai pemenuhan gizi seimbang dengan kejadian wasting

pada balita usia 12-24 bulan di wilayah kerja puskesmas gunung jati.

Subjek penelitian ini adalah ibu balita yang ada diwilayah kerja puskesmas

gunung jati yang berjumlah 58 ibu balita. Data yang terkumpul diolah dan

dianalisis oleh peneliti secara univariat dan bivariate menggunakan system

komputerisasi dengan program SPSS versi 26.

4.1.1 Analisis univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan untuk

mengetahui karakteristik responden berupa data umum, memperoleh

sumber dari informasi pengetahuan ibu balita mengenai pemenuhan gizi

seimbang.

1. Gambaran Karakteristik Responden dan Balita

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Pada Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati
No. Usia Responden Frekuensi presentase
1. 20-29 th 24 41.4
2. 30-39 th 25 43.1
3. 40-49 th 9 15.5
Total 58 100.0
Table 6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Pada Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati

53
Tabel 4.1 diatas menunjukan karakteristik responden

berdasarkan usia. Diketahui bahwa responden berusia 20-29 tahun

sebanyak 24 orang (41.4%), responden berusia 30-39 tahun sebanyak

25 orang (43.1%), dan responden berusia 40-49 tahun sebanyak 9

orang (15.5%).

b. Karakteristik Pendidikan

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pada Ibu balita di wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati

Pendidikan Frekuensi Presentase


SD 15 25.9
SMP 12 20.7
SMA 26 44.8
Perguruan Tinggi 4 8.6
Total 58 100.0

Table 7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Ibu


balita di wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati

Tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa karakteristik responden

berdasarkan pendidikan. Sebagian besar responden memiliki

pendidikan di tingkat SMA yaitu sebanyak 26 orang (44.8 %), diikuti

oleh responden yang memiliki pendidikan di SD sebanyak 15 orang

(25.9%), adapun responden yang memiliki pendidikan SMP sebanyak

12 orang (20.7%), dan sisanya memiliki pendidikan di perguruan

tinggi sebanyak 5 orang (8.6%).

54
2. Gambaran Pengetahuan dan Kategori Status gizi

a. Pengetahuan

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Balita Mengenai
Pemenuhan Gizi Seimbang Di Wilayah Kerja Puskesmas
Gunung Jati

No. Kategori pengetahuan Frekuensi Presentase


1. Baik 10 17.2
2. Kurang baik 48 82.8
Total 58 100.0

Table 8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Balita Mengenai


Pemenuhan Gizi Seimbang Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati

Dari tabel 4.5 diatas diperoleh hasil pengetahuan pada ibu balita

mengenai pemenuhan gizi seimbang jumlah responden yang memiliki

pengetahuan baik sebanyak 10 orang (17.2%) namun masih banyak

juga responden yang memiliki pengetahuan kurang baik yaitu

sebanyak 48 orang (82.8%).

b. Kategori Wasting

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Kategori Pemenuhan Gizi Balita
Responden Di wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati

No. Kategori wasting Frekuensi Presentase


1. Normal 10 17.2
2. Kurus 30 51.7
3. Sangat kurus 18 31.0
Total 58 100.0

Table 9 Distribusi Frekuensi Kategori Wasting Balita Responden Di wilayah


Kerja Puskesmas Gunung Jati

55
Dari tabel 4.6 diatas diperoleh hasil kategori wasting balita

memiliki kategori gizi normal yaitu sebanyak 10 orang (17.2%).

Balita yang memiliki kategori gizi kurus yaitu sebanyak 30 orang

(51.7%). Balita yang memiliki kategori gizi sangat kurus sebanyak

18 orang (31%). Cara mengukur wasting menggunakan alat

timbangan dacin dan stature meter untuk mengukur BB dan TB balita

dan dihitung menggunakan rumus IMT untuk mengetahui balita

termasuk kedalam kategori tersebut.

4.1.2 Analisis Bivariat

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan

ibu balita mengenai pemenuhan gizi seimbang dengan kejadian wasting

pada balita usia 12-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati,

dilakukan dengan menggunakan data skor pengetahuan dan skor kejadian

wasting. Alat yang digunakan adalah uji korelasi sehingga terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas, untuk mengetahui jenis uji korelasi yang

digunakan. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini, uji

normalitas secara statisk menggunakan uji Chi- Square untuk melakukan

pengambilan keputusan dalam uji normalitas Kolmogrov dapat dilakukan

dengan membandingkan nilai Sig, dengan signifikansi yang digunakan α=

0,05. Data dapat dikatakan normal jika nilai signifikansi lebih kecil dari

0,05 (<0,05).

56
Table 4.7 Uji Normalitas Data Kolmogorov Smirnov
Variabel Nilai Signifikan Keterangan
Pengetahuan 0,000 Tidak berkontribusi normal
Kejadian Wasting 0,000 Tidak berkontribusi normal

Table 10 Uji Normalitas Data

Berdasarkan tabel tersebut hasil uji normalitas masing-masing

variabel penelitian memiliki nilai sig lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi normal, nilai signifikan

variabel pengetahuan dan kejadian wasting 0,000 artinya <0,05.

Selanjutnya berdasarkan hasil uji normalitas data penelitian berdisitribusi

normal, maka teknik yang digunakan adalah dengan uji Chi-Square.

Tabel 4. 8
Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dengan Kejadian Wasting Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati

Kejadian Pengetahuan
Jumlah P Value
Wasting Normal Kurang baik
n % n % n %
Normal 10 100,0 0 0,0 10 17,2
Kurus 0 0,0 30 62,5 30 51,7 0,034
Sangat Kurus 0 0,0 18 37,5 18 31,0
Jumlah 10 100,0 48 100,0 58 100,0

Table 11 Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dengan Kejadian Wasting Pada


Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati

Berdasarkan pada tabel menunjukkan bahwa sebagian besar

responden (62.5%) dengan pengetahuan yang kurang baik dengan kategori

kejadian wasting balita kurus. Hasil Chi-Square diperoleh p value = 0,034

< α (0,05) dengan demikian menunjukkan bahwa Ho ditolak artinya

terdapat hubungan antara pengetahuan ibu balita mengenai pemenuhan

57
gizi dengan kejadian wasting pada balita usia 12-24 bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Jati.

2.

3.

4.

4.1.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengetahuan Ibu Balita Dalam Pemenuhan Gizi

Berdasarkan hasil analisa data pengetahuan ibu balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati dari 58 responden diperoleh

hasil lebih dari setengahnya sebanyak 48 responden (82,7%)

memiliki pengetahuan yang kurang baik atau masih terbilang

tinggi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita

belum mengetahui pemenuhan gizi yang baik pada balita.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lilis Kurnia

Bintang (2020) yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu balita

engenai pemenuhan gizi di Desa Tanjung Mulia diperoleh hasil

responden yang memiliki pengetahuan gizi yang kurang baik

sebanyak 21 responden (52,2%). Menurut (Suseno, 2021) yang

menyatakan bahwa pengetahuan ibu balita mengenai pemenuhan

gizi di Wilayah Kerja Puskemas Beringin Raya Kota Bengkulu

menunjukkan bahwa dari 50 responden hampis setengahnya

(34,0%) memiliki pengetahuan yang kurang baik.

58
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Wati

(2018) bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan ibu dengan status gizi anak balita. Hal ini

menunjukkan bahwa pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor

risiko yang mempengaruhi status gizi anak balita. Pengetahuan ibu

sangat penting peranannya dalam menentukan asupan makanan

karena tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap

perilaku dalam memilih makanan yang akan berdampak pada

asupan gizi anaknya. pengetahuan ibu yang berbeda dapat

mempengaruhi status gizi anak nya. Pengetahuan ibu yang baik

tentang gizi akan mempermudah ibu dalam mengasuh anak

terutama memperhatikan asupan makanan anak sehingga status gizi

anaknya baik. Sedangkan ibu yang mempunyai pengetahuan

kurang tentang gizi dapat mengakibatkan berkurangnya

kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-

hari yang merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi

(Wati, 2018).

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Safitri

(2018) yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan

status gizi anak balita. Ibu yang berpengetahuan baik rata-rata

memiliki anak yang bergizi baik pula. Seringkali pengetahuan

dikaitkan dengan tingkat pendidikan seseorang, seorang ibu yang

berpendidikan tinggi akan lebih mudah untuk menerima dan

memahami informasi yang didapat oleh karena itu ibu yang

59
memiliki pengetahuan cukup dan berpengetahuan baik rata rata

memiliki anak berstatus gizi baik pula (Safitri, 2018).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Nurhastuti

(2019) bahwa ada pengaruh antara pengetahuan ibu dan status gizi

balita. Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orangtua,

khususnya ibu merupakan salah satu penyebab kekurangan gizi

pada anak balita. Pengetahuan ibu tentang gizi adalah yang

diketahui ibu tentang pangan sehat, pangan sehat untuk golongan

usia tertentu dan cara ibu memilih, mengolah dan menyiapkan

pangan dengan benar. Pengetahuan gizi ibu yang kurang akan

berpengaruh terhadap status gizi balitanya dan akan sukar memilih

makanan yang bergizi untuk anaknya dan keluarganya (Nurhastuti,

2019).

Berdasarkan hasil penelitian (Soedarsono, 2021) menyatakan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

pemenuhan gizi anak balita, pada penelitian ini menunjukkan

bahwa p value sebesar 0,031 < 0,05. Balita yang memiliki ibu

pengetahuan kurang beresiko 4 kali lebih besar mengalami wasting.

Peneliti berasumsi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu

mengenai pemenuhan gizi pada anak balita yang memiliki kategori

pengetahuan kurang dapat mempengaruhi asupan gizi pada anak

balita yang bisa menyebabkan balita mengalami wasting.

1.

2.

60
3.

4.

4.1.

4.2.

4.2.1.

4.2.2.Kejadian Wasting Pada Balita Usia 12- 24 Bulan Di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Jati

Hasil penelitian didapatkan dari 58 responden, kejadian

wasting pada balita usia 12-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Gunung Jati responden yang memiliki kategori status gizi kurus

sebanyak 30 (51,7%), kemudian responden yang memiliki kategori

status gizi sangat kurus sebanyak 18 (31,0%) dan responden yang

memiliki kategori normal sebanyak 10 (17,2%). Penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian menyatakan bahwa kejadian

wasting dari 66 responden yang memiliki kategori gizi kurus

sebanyak (81,8%) (Rochmawati, 2016).

Banyak faktor balita yang mengalami kejadian wasting, baik

kategori balita kurus hingga kategori balita sangat kurus. Faktor

penyebab wasting dikelompokkan 3 kategori yaitu berdasarkan

faktor ibu, anak dan keluarga. Faktor ibu yaitu ASI eksklusif, pola

asuh, tingkat pendidikan ibu, dan status pekerjaan. Faktor anak

yaitu jenis kelamin, usia, asupan nutrisi, penyakit infeksi dan

BBLR. Faktor keluarga y aitu ketahanan pangan keluarga, tingkat

ekonomi dan jumlah anggota keluarga (Prawesti, 2018).


61
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Triveni, 2020)

bahwa pendidikan mempengaruhi kualitas gizi anak. Ketika

pendidikan ibu maka pengetahuan ibu rendah terhadap kesehatan

dan gizi menjadi rendah sehingga pola konsumsi untuk anak

menjadi tidak baik. Kondisi ini ditemukan di Sumatera Barat, ibu

dengan tingkat pendidikan rendah memiliki resiko yang besar

terhadap kualitas gizi anak dimana probabilitas risiko 5.699 kali

lebih besar dibandingkan dengan orang tua berpendidikan yang

lebih tinggi.

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Aritonang, 2022) hasil uji chi-square menunjjukan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian wasting pada

balita di UPTD Puskesmas Luahagrande Miniamolo Kabupaten

Nias Selatan dengan nilai p = 0,27<0,05. Hal ini ditunjukkan dari

86 jumlah responden, 84 responden yang memiliki pengetahuan

rendah dan 51 responden yang mengalami kejadian wasting.

Berdasarkan asumsi peneliti dapat disimpulkan bahwa adanya

hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian wasting pada

balita. Namun kejadian wasting pada balita membawa dampak

negatif terhadap pertumbuhan fisik maupun mental, yang

selanjutnya akan menghambat prestasi belajar. Akibat lainnya

adalah penurunan daya tahan, sehingga kejadian infeksi dapat

meningkat. Kekurangan gizi akan menyebabkan hilangnya masa

hidup sehat balita. Dampak yang lebih serius adalah timbulnya

62
kecacatan, tingginya angka kesakitan dan percepatan kematian

(Resqiah, 2018).

4.2.3. Hubungan Pengetahuan Ibu balita Mengenai Pemenuhan Gizi

dengan Kejadian Wasting Pada Balita Usia 12-24 Bulan Di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati

Berdasarkan hasil output uji statistic dengan menggunakan

Chi-Square, menunjukkan bahwa p-value dari penelitian 0,034

Maka diperoleh p < 0,05 secara statistic H0 ditolak, sehingga

terdapat hubungan pengetahuan ibu balita mengenai pemenuhan

gizi dengan kejadian wasting pada balita usia 12-24 bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati.

Dari hasil tabulasi silang distribusi frekuensi hubungan

pengetahuan ibu balita mengenai pemenuhan gizi dengan kejadian

wasting pada balita usia 12-24 bulan, memunculkan fakta bahwa

semakin rendahnya pengetahuan responden, maka pemenuhan gizi

pada anak akan berkurang. Berkaitan dengan kenyataan ini peneliti

berpendapat bahwa pengetahuan seseorang harus diiringi dengan

motivasi atau keinginan yang kuat untuk menambah pengetahuan

mengenai pemenuhan gizi dengan kejadian wasting pada balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Gunungjati.

Berdasarkan faktor penyebab terjadinya wasting yaitu

pengetahuan. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kejadian wasting, semakin kurang baik

63
pengetahuan ibu mengenai pemenuhan gizi seimbang semakin

besar kejadian wasting, hal ini terlihat pada tabel 4.5 didapatkan

responden yang paling banyak kategori pengetahuannya kurang

baik yang berjumlah 48 responden dan responden kategori

pengetahuan baik sebanyak 10 responden.

Selain faktor pengetahuan, tingkat pendidikan ibu juga

berpengaruh terhadap kejadian wasting. Tingkat pendidikan

sesorang akan berpengaruh terhadap daya terima informasi. Hal ini

dapat terlihat pada hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukan

bahwa rata-rata responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA

sebanyak 26 (44.8%), diikuti oleh responden yang memiliki tingkat

pendidikan SD sebanyak 15 (25.9%) dan responden yang memiliki

tingkat pendidikan SMP sebanyak 12 (20.7%), serta yang paling

sedikit responden yang memiliki tingkat pendidikan Perguruan

Tinggi sebanyak 4 (8.6%). Ibu yang berpendidikan tinggi

cenderung lebih mudah memahami informasi gizi, serta lebih

banyak mengaplikasikannya dalam pola asuh, termasuk dalam hal

praktik pemberian makan anak(R. M. Rahayu, 2018).

Menurut (Notoatmodjo, 2020) Pengetahuan diperoleh melalui

proses pendidikan dan pengalaman yang menjadi sebuah

pembelajaran, dan memiliki peran penting dalam membentuk

pengetahuan seseorang. Terbentuknya pengetahuan baru jika

didasari perilaku, kesadaran, minat, pengalaman dan lingkungan.

64
Sedangkan wasting adalah masalah gizi yang sifatnya akut,

sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu tidak lama

seperti kekurangan asupan makanan. Wasting ditandai dengan

kurangnya berat badan menurut panjang/tinggi badan anak

(BB/TB) (Noviana, 2022).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Maharani, 2019)

yang menunjukkan bahwa sebanyak 83,7% ibu balita yang

berpengetahuan kurang baik mengenai pemenuhan gizi dengan

kejadian wasting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batte

Puteh Kecamatan Woyla Barat, Kabupaten Aceh Barat.

Begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh (Waliyo,

2017) yang menunjukkan bahwa porposi pengetahuan ibu

mengenai pemenuhan gizi yang kurang baik (68,4%) lebih besar

jika dibandingkan dengan pengetahuan ibu mengenai pemenuhan

gizi yang baik (58,7%). Ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan ibu mengenai gizi dengan kejadian wasting di

Wilayah Kerja Puskesmas Selalong Kecamatan Sekadau Hilir

Kabupaten Kekadau.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian

(Apriliana sari, 2020) tentang hubungan pengetahuan ibu balita

mengenai status gizi dengan kejadian wasting pada balita usia 12-

24 bulan di Desa Getasrbi. Dari 25 responden didapatkan hasil Uji

Chi square menunjukan nilai P value = 0,027 pada variable

pengetahuan yang artinya P value < 0,05. Berdasarkan penelitian

65
tersebut bahwa ada hubungan pengetahuan ibu balita mengenai

status gizi dengan kejadian wasting pada balita usia 12-24 bulan di

desa gestrabi.

Penelitian ini juga sesuai dengan (Abidin, 2022) yang

menunjukkan bahwa hasil penelitian pengetahuan ibu balita

terhadap pemenuhan gizi mayoritas kategori kurang sebanyak 73

responden (69,5%). Didapatkan hasil uji Chi Square di peroleh

nilai P Value =0,000< 0,05, artinya bahwa ada hubungan antara

pengetahuan dengan kejadian wasting pada baduta di Wilayah

Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Utara.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Rhamadani, 2020)

yang menunjukkan bahwa hasil penelitian pengetahuan ibu

mengenai pemenuhan gizi terhadap kejadian wasting pada balita

memiliki pengetahuan kurang sebanyak 35 responden (54,7%). Di

dapatkan hasil uji chi- square diperoleh nilai P Value =0,007<0,05

artinya bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu balita dengan

kejadian wasting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh

Tenggarong.

Peneliti ini berasumsi bahwa pengetahuan dan tingkat

pendidikan ibu yang kurang baik mengenai pemenuhan gizi pada

balita sebagian besar balita akan mengalami kekurangan gizi dan

akan mengakibatkan resiko kejadian wasting pada balita,

sedangkan pengetahuan dan tingkat pendidikan ibu yang baik

mengenai pemenuhan gizi pada balita sebagian besar balita akan

66
mengalami pemenuhan gizinya baik sehingga dapat disimpulkan

bahwa pengetahuan dan tingkat pendidikan ibu yang kurang baik

mengenai pemenuhan gizi pada balita dapat mengakibatkan

kejadian wasting pada balita.

4.3. Keterbatas Penelitian

Berdasarkan pada pengalaman langsung peneliti dalam proses

penelitian ini, ada keterbatasan yang dialami dan dapat menjadi faktor

yang mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan pada penelitian ini

adalah ditemukan Response Bias dimana responden dalam menjawab

pertanyaan tidak sesuiai dengan keadaan diri sebenarnya yang dapat

merubah pengetahuan responden hal ini dapat mempengaruhi hasil

penelitian.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN


5.

67
5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada hubungan

pengetahuan ibu balita mengenai pemenuhan gizi dengan kejadian

wasting pada balita usia 12-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Gunung Jati, maka dapat di simpulkan sebagai berikut :

1. Mengetahui pengetahuan ibu balita mengenai pemenuhan gizi

seimbang di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Jati.

2. Mengetahui status gizi anak balita dengan kategori gizi normal,

gizi kurus dan gizi sangat kurus di Wilayah Kerja Puskesmas

Gunung Jati.

3. Adanya Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Mengenai

Pemenuhan Gizi Seimbang dengan Kejadian wasting pada

balita usia 12-24 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Gunung

Jati dengan hasil uji Chi-square diperoleh nilai hasil p = 0,034,

dengan nilai p = 0,034 < α = 0,05

5.2. Saran

5.2.1. Bagi Puskesmas Gunung Jati

Diharapkan puskesmas lebih memperhatikan tentang edukasi

maupun pengetahuan mengenai pemenuhan gizi pada balita agar

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan

optimal.

5.2.2. Bagi Perawat

68
Diharapkan lebih meningkatkan edukasi kepada ibu balita

dan masyarakat mengenai pemenuhan gizi pada balita sehingga

pengetahuan ibu balita meningkat.

5.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menjadi referensi dan

sumber informasi serta dapat melakukan penelitian tidak hanya pada

ibu balita tetapi kepada masyarakat lainnya agar menambah populasi

yang lebih besar, sehingga dapat diperoleh hubungan asupan nutrisi

pada balita mengenai pemenuhan gizi dengan kejadian wasting pada

balita usia 12-24 bulan

5.2.4. Bagi Responden

Diharapkan lebih meningkatkan kewaspadaan dalam

kejadian wasting, melalui terus menambah wawasan mengenai

pemenuhan gizi yang baik pada balita.

69
DAFTAR PUSTAKA

Abidin. (2022). Analisis Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Usia 6-24 Bulan.
Jurnal Ilmiah Obsgin, 14(3), 205–214.
Adawiyah, R. (2020). Gambaran kejadian stunting dan wasting pada bayi dan
balita ditenayan raya pekan baru. Journal of Nutrion Collage, 60–68.
Antoni. (2018). gambaran pengetahuan ibu mengenai pemenuhan gizi pada balita.
Jurnal Kesehatan.
Apriliana sari, F. (2020). hubungan pengetahuan dan sikap ibu balita tentang
pemberian makan tambahan dengan kejadian balita resiko wasting. Jurnal
Profesi Keperawatan, 2(1), 1–11.
Arikunto, S. (2017). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta. Jakarta.
Aritonang, S. O. B. (2022). Faktor risiko Wasting pada balita di UPTD Puskesmas
Luahagundre Maniamolo Kabupaten Nias Selatan. Journal of Healtcare
Tecnology and Medicine, 8(2615-109X), 951–961.
Dinkes. (2021). data dinas kesehatan kabupaten Cirebon.
Donsu. (2019). Metodologi Penelitian Keperawatan. Pustaka Baru.Yogyakarta.
Erika, N. (2022). ILMU GIZI (TEORI, APLIKASI,DAN ISU). Media Sains
Indonesia.
Fajriani. (2020). Hubungan Pengetahuan, sikap dan Tindakan Gizi Seimbang
keluarga dengan status gizi anak balita usia 2-5 tahun. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.
Farhan, M. (2013). Hubungan Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Gizi
Seimbang Dengan Perilaku Pemenuhan Gizi Pada Balita Usia 3-5 Tahun Di
Desa Banjarsari Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. skripsi universitas
islam negeri syarif hidayatullah.
Gogoi, N. (2018). Maternal and neonatal Risk Factors of Low birth weight
northest india. Academic Jurnal of Pediatrics & Neonatology, 5.
Hayati, S. (2019). faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian bayi berat
lahir rendah (BBLR) di RSUD Kota Bandung. Jurnal Keperawatan BSI, 7.
Hikmawati, F. (2017). Metodologi Penelitian. Rajawali Press.
Husna, M. R. (2016). Hubungan antara pola asuh dan pengetahuan orang tua
terhadap status gizi. Jurnal Farmasi Komunitas, 3, 1–6.
Irma. (2019). Pengaruh infeksi penyakit tropis terhadap kejadian gizi kurang pada
balita. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Judistiani, T. D. (2016). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
Erlangga.Yogyakarta
70
Kemenkes. (2019). Direktorat Gizi Masyarakat Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kemenkes. (2020). Direktorat Gizi Masyarakat Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kemenkes. (2021). Direktorat Gizi Masyarakat Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Maharani. (2019). Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Terkait Makanan
Tambahan Dengan Status Gizi Balita Di Kecamatan Wotla Barat. Jurnal
Action: Aceh Nutrition Journal, 2, 81–88.
Masturoh, A. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. RMIK. Jakarta
Mcloby, & M. (2016). Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Yang berperilaku Agresif
(Studi Diskriptif Kuantitatif Di TK Tunas Harapan Sawah Lebar Kota
Bengkulu). Jurnal Kesehatan.
Muhid. (2019). Analisis Statistik 5 Langkah Praktis analisis Statistik dengan SPSS
For windows. Zivatama Jawara.
Ni’mah, C. (2019). hubungan tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan pola
asuh ibu dengan wasting dan stunting pada balita keluarga miskin. Media
Gizi Indonesia.
Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Notoatmodjo. (2020). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Noviana, E. (2022). Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Wasting pada
Balita Umur 1-5 Tahun. JUrnal Kesehatan Poltekes Kemenkes RI
Pangkalpinang, 10.
Nurhastuti. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Terhadap Status
Gizi Balita. 106–115.
Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Keperawatan. Rineka Cipta. Jakarta
Par’i, H. M. (2017). Penilaian Status Gizi. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Pehe, Y. (2022). hubungan antara pengetahuan ibu tentang status gizi dengan
kejadian wasting. CHMK Nursing Scientific Journal, 1–9.
Prawesti, K. (2018). faktor0faktor yang mempengaruhi wasting pada balita usia
6-59 bulan di wilayah kerja puskesmas piyungan.
Puspitasari, D. (2021). Hubungan Pola Pemberian Makan, Sosial ekonomi dan
Riwayat BBLR terhadap Status gizi balita. Indonesian Midwifery and Health
Sciences Journal.
Rahayu, F. (2020). Karakteristik ibu Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Rahayu, R. M. (2018). The Biopsychosocial Determinants of Stunting and
71
Wasting In Children Aged 12-48 Months. Journal of Maternal and Child
Health, 3(2), 105–118.
Resqiah, A. F. (2018). Pemodelan determinan kejadian wasting pada balita di
indonesia tahun 2018 dengan logistik biner.
Rhamadani, R. amelia. (2020). Underweight, stunting, wasting dan kaitannya
terhadap asupan makanan, pengetahuan ibu dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan. In Jurnal riset gizi (Vol. 8, Issue 2).
Rochmawati. (2016). Gizi Kurus (wasting) pada balita di wilayah kerja puskesmas
kota pontianak. Jurnal Vokasi Kesehatan, II, 132–138.
Safitri. (2018). Hubungan Antara Sikap dan Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi
Berdasarkan BB/U pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Singkawang. Universitas Tanjungpura, 1–14.
Septikasari, M. (2018). faktor yang mempengaruhi orang tua dalam pemenuhan
nutrisi balita gizi kurang. Jurnal Kesehatan.
Simbolon, N. (2021). sumber ilmu pengetahuan dalam manajemen pendidikan.
Jurnal Ilmu Kependidikan Dan Keislaman, 9.
Soedarsono, antasya muslimah. (2021). faktor yang mempengaruhi kejadian
wating pada balita diwilayah kerja puskesmas simomulyo surabaya. Media
Gizi Kesmas, 10(02), 237–245.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta.
Suhana, N. (2019). Metodologi Penelitian Pendidikan. PT. Panca Terra Firma.
Suhendri, U. (2019). faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak di
bawah lima tahun (Balita). UIN.
Sukmadinata. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya.
Supariasa, I. (2016). Penilaian Status Gizi. ECG. Jakarta
Suriasumantri. (2017). Fisalfat Ilmu. pustaka sinar harapan.Yogyakarta
Suseno, Y. (2021). Hubungan Pengetahuan, Pola Pemberian Makana dan Status
Ekonomi Keluarga Terhadap Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Beringin Raya Bengkulu.
Syarfaini. (2020). Berbagai Cara Menilai Status Gizi. Universitas Alauddin Press.
Tambunan, A. D. (2019). analisis faktor risiko wasting pada balita di wilayah
kerja puskesmas Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur.
Triveni. (2020). analisis faktor yang menyebabkan kejadian wasting pada balita
usia 0-59 bulan di kabupaten pasaman dan di kota bukittinggi tahun 2019.
Journal Human Care, 5, 1016–1024.
UNICEF. (2020). Undernutrition contributes of nearly half of all deaths in
children under 5 and widespread in asia and Africa.
72
Waliyo, E. (2017). Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola Pemberian makanan
Pendamping Asi Terhadap Status Gizi pada umur 6-59 Bulan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Selalong Kecamatan Sekadau Hilir Kabupaten Sekadau.
Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 13.
Wati. (2018). Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan Ibu Dan Pendapatan
Orangtua Dengan Status Gizi Anak Balita Usia 1-5 tahun di Desa Duwet
Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. Universtas MUhammadiyah
Surakarta, 1–20.

73
Lampiran

74
lampiran 1
lembar konsultasi / Bimbingan Skripsi

75
76
lampiran 2
Surat Izin Penelitian

77
78
79
80
lampiran 3
Daftar Kuesioner
KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA
MENGENAI PEMENUHAN GIZI SEIMBANG DENGAN
KEJADIAN WASTING PADA BALITA USIA 12-24 BULAN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG JATI
Nomor Respoden : .......................... Tanggal : ............................

Data Demografi

Data Responden

Nama Inisial Ibu : ..........................................................

Umur Ibu : ..........................................................

Pendidikan Ibu : ..........................................................

Pekerjaa : ..........................................................
n
2. Data Balita

Nama Inisial Anak : ......................................................

Jenis Kelamin : ......................................................

Umur anak :......................tahun

Berat Badan : …………….Kg

Tinggi Badan :……………..cm

81
Kuesioner Pengetahuan Gizi Ibu

Isilah pernyataan-pernyataan berikut ini sesuai dengan pengetahuan Anda dengan


memberi tanda checklist (√) pada salah satu kolom Benar atau Salah!
No Pernyataan Benar Salah
1 Gizi seimbang adalah makanan yang terdiri dari beraneka
ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai
sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang.
2 Manfaat mengonsumsi aneka ragam makanan setiap
hari adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi tubuh,
sumber
tenaga, pengatur dan pembangun.
3 Kebutuhan gizi bayi dan balita sama dengan kebutuhan gizi
pada orang dewasa.
4 Kurang gizi dapat mengakibatkan anak mudah terserang
penyakit sehingga mengganggu pertumbuhannya.
5 Kekurangan gizi pada balita dapat diketahui dengan melihat
balita tidak selera makan.
6 Zat-zat gizi yang dibutuhkann oleh balita terdiri dari
karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral.
7 Makanan tinggi lemak baik untuk pertumbuhan balita.
8 Fungsi utama dari protein adalah sumber energi.
9 Nasi adalah termasuk makanan sumber karbohidrat.
10 Mengonsumsi garam beryodium adalah untuk mencegah
busung lapar.
11 Kekurangan yodium mengakibatkan kecerdasan balita
berkurang.
12 Buah-buahan dan sayuran merupakan bahan makanan yang
mengandung vitamin dan mineral.
13 Balita yang tidak mengonsumsi buah dan sayuran dapat
mengakibatkan kekurangan vitamin A, vitamin C, dan
serat.
14 Makanan cepat saji yang berlemak dan berkarbohidrat
tinggi adalah salah satu makanan bergizi seimbang.
15 Anak usia 3-5 tahun mempunyai rasa ingin tahu yang lebih
tinggi terutama dalam memilih menu makanannya.
16 Cairan yang dikonsumsi balita, terutama air minum tidak
kurang dari 1 liter atau setara dengan 6 gelas sehari.
17 Agar makanan yang kita makan aman bagi kesehatan maka
sebelum dimasak harus dicuci dengan bersih.
18 Makanan yang disajikan untuk balita tidak harus menarik
dalam segi warna dan kombinasi makanan.

82
19 Makanan perlu disajikan dengan hiasan, selain itu disajikan
dalam keadaan yang bersih, terhindar dari pencemaran
yang dapat membahayakan kesehatan.
20 Agar tidak bosan balita diberikan makanan ringan untuk
menambah nafsu makan.

83
lampiran 4
HASIL OUTPUT ANALISA DATA

Statistics
usia pendidikan
N Valid 58 58
Missing 0 0

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-29 th 24 41.4 41.4 41.4
30-39th 25 43.1 43.1 84.5
40-49th 9 15.5 15.5 100.0
Total 58 100.0 100.0

pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 15 25.9 25.9 25.9
SMP 12 20.7 20.7 46.6
SMA 26 44.8 44.8 91.4
perguruan tinggi 5 8.6 8.6 100.0
Total 58 100.0 100.0

84
HASIL OUTPUT UJI NORMALITAS

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan ibu balita 58 100.0% 0 0.0% 58 100.0%
kejadian wasting 58 100.0% 0 0.0% 58 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
pengetahuan ibu balita Mean 1.83 .050
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.73
Mean Upper Bound 1.93
5% Trimmed Mean 1.86
Median 2.00
Variance .145
Std. Deviation .381
Minimum 1
Maximum 2
Range 1
Interquartile Range 0
Skewness -1.781 .314
Kurtosis 1.212 .618
kejadian wasting Mean 2.14 .090
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.96
Mean Upper Bound 2.32
5% Trimmed Mean 2.15
Median 2.00
Variance .472
Std. Deviation .687
Minimum 1
Maximum 3
Range 2

85
Interquartile Range 1
Skewness -.184 .314
Kurtosis -.826 .618

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
pengetahuan ibu balita .502 58 .000 .457 58 .000
kejadian wasting .269 58 .000 .798 58 .000
a. Lilliefors Significance Correction

86
HASIL OUTPUT UJI CHI-SQUARE

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan ibu balita * 58 100.0% 0 0.0% 58 100.0%
kejadian wasting

pengetahuan ibu balita * kejadian wasting Crosstabulation


kejadian wasting
normal kurus sangat kurus Total
pengetahuan ibu balita baik Count 10 0 0 10
% within pengetahuan ibu 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
balita
kurang baik Count 0 30 18 48
% within pengetahuan ibu 0.0% 62.5% 37.5% 100.0%
balita
Total Count 10 30 18 58
% within pengetahuan ibu 17.2% 51.7% 31.0% 100.0%
balita

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value Df sided)
Pearson Chi-Square 34.639 a
2 .000
Likelihood Ratio 34.229 2 .000
Linear-by-Linear Association 24.441 1 .000
N of Valid Cases 58
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 2.59.

lampiran 5

87
DOKUMENTASI

88
89
90
91
lampiran 6
BIODATA PENULIS

Nama : Waras Melati


Nim : 180711084
Alamat : Blok Lor Rt/Rw 010/004 Desa Karangreja Kecamatan
Suranenggala Kabupaten Cirebon
No HP Aktif : 087847985358
Email Aktif : warasmelati10@gmail.com
Pendidikan : - TK Al-Furqon Lulus Tahun 2006
- SDN 1 Karangreja Lulus Tahun 2012
- SMPN 1 Suranenggala Lulus Tahun 2015
- SMA YADIKA Kedawung Cirebon Lulus Tahun 2018
- Universitas Muhammadiyah Cirebon

92

Anda mungkin juga menyukai