Anda di halaman 1dari 84

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN TINDAKAN

PENCEGAHAN FLOUR ALBUS PADA REMAJA


PUTRI DI SMA NUSANTARA
LUBUK PAKAM
TAHUN 2021

SKRIPSI

OLEH :

NURUL HUDA SITEPU


17608072012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HAJI SUMATRA UTARA
TAHUN 2021
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU
PENCEGAHAN FLOUR ALBUS PADA REMAJA
PUTRI DI SMA NUSANTARA
LUBUK PAKAM
TAHUN 2021

SKRIPSI
Diajukan Untuk
Diajukan Memenuhi
Untuk Salah
Memenuhi Satu
Salah Syarat
Satu Menyelesaikan
Syarat Pendidikan
Menyelesaikan program
Pendidikan Studi
Program
Ilmu Keperawatan Guna Memperoleh
Studi Ilmu Keperawatan GunaGelar SarjanaGelar
Memperoleh Keperawatan
Sarjana (S.Kep) Sekolah
Keperawatan
Tinggi Sakit Haji Medan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

NURUL HUDA SITEPU


17608072012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HAJI SUMATRA UTARA
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : “Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Tindakan


Pencegahan Flour Albus pada Remaja Putri 2021”
Nama : Nurul Huda Sitepu
Nim : 17608072012
Prodi : Ilmu Keperawatan
Institusi : Universitas Haji Sumatra Utara

Skripsi Ini Telah Disetujui Untuk Dipertahanan


Pada Sidang Ujian Akhir

Medan, 02 Juni 2021

Disetujui Oleh :
Pembimbing

(Niasty Lasmy Zaen, SST,M.Kes )

Mengetahui :
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

( Yetti Fauziah Silalahi,S.Kep,Ns, M.Kep)

LEMBAR PENGESAHAN
Judul : “Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Tindakan
Pencegahan Flour Albus pada Remaja Putri 2021”
Nama : Nurul Huda Sitepu
Nim : 17608072012
Prodi : Ilmu Keperawatan
Institusi : Universitas Haji Sumatra Utara

Medan, 02 juni 2021

TIM PENGUJI

Nama Tanda tangan

1. Penguji I :Muslimah Pase S.Kep, Ns, M.Kep, Sp, KepJ .......................

2. Penguji II :Rosanti Muchsin, S. Kep Ns, M.Kes .......................

3. Penguji III :Niasty Lasmy Zaen, SST,M.Kes .......................

Mengesahkan :

Universitas Haji Sumatra Utara


Ketua

(Hj. Masdalifa Pasaribu, S.Kep, Ns, SKM, M.Kes)

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar

akademik (sarjana Keperawatan), baik di Stikes Rumah Sakit Haji Medan

maupun perguruan tinggi lain.

2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya, kecuali

arahan tim pembimbing.

3. Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesunggunya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka

saya menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainya sesuai norma yang

berlaku di perguruan tinggi ini.

Medan, 19 Mei 2021


Yang membuat pernyataan

(Nurul Huda Sitepu)


Nurul Huda Sitepu

Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Haji Sumatra Utara Medan

Medan, Maret 2021

Nurul Huda Sitepu

17608072012

ABSTRAK

Flour Albus atau keputihan dapat mengenai sebagian besar wanta termasuk

di dalamnya keputihan yang dapat mengenai remaja putri. Hal ini terkait dengan

pengetahuan remaja tentang Flour Albus, Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasikan hubungan pengetahuan dengan tindakan pencegahan Flour

Albus pada remaja putri di SMA Nusantara Lubuk Pakam.

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuantitatif

Collerational dengan mendekatan cross sectional .Data yang digunakan adalah

data Primer dengan instrument penelitian adalah kuisoner yang disebarkan pada

40 responden di kelas 1,2,3 diambil pengambilan Total Sampling . Analisis data

untuk pngujian hipotesis menggunakan uji kolerasi spearman brown (Colerattion

Spearmans’s Rho) diperoleh value (0,002) .dengan Nilai α <


͢ 0,05, menunjukkan

adanya hubungan pengetahuan dengan tindakan pencegahan flour albus pada

remaja putri di SMA Nusantara Lubuk Pakam.


Disimpulkan bahwa adanya hubunga pengetahuan dengan tindakan

pencegahan flour Albus pada remaja putri di SMA Nusantara Lubuk Pakam pada

tahun 2021.

Diharapkan penelitian ini menjadi sumber informasi untuk remaja dan

masyarakat, khusunya tentang hubungan pengetahuan dengan tindakan

pencegahan flour Albus pada remaja putri di SMA Nusantara Lubuk Pakam,

selanjutnya agar Peneliti Selanjutnya mengembangkan penelitian ini dengan

mengkaji faktor lingkungan dengan faktor kebiasaan pada remaja putri tersebut

terkait dengan flour albus (keputihan).

Kata Kunci : pengetahuan, pencegahan, Flour Albus

Daftar Pusataka : 5 buku 11 Jurnal (2012-2020)


Nursing Science Study Program

University of Hajj North Sumatra Medan

Medan, March 2021

Nurul Huda Sitepu

17608072012

ABSTRACT

Flour Albus or vaginal discharge can affect most women, including vaginal

discharge that can affect young women. This is related to the knowledge of

adolescents about Flour Albus. This study aims to identify the relationship

between knowledge and prevention measures for Flour Albus in young women at

Nusantara Lubuk Pakam Senior High School.

The type of research used in this study is quantitative collerational with a

cross sectional approach. The data used are primary data with the research

instrument being a questionnaire distributed to 40 respondents in class 1,2,3,

taking Total Sampling. Data analysis for hypothesis testing using the Spearman

brown correlation test (Colerattion Spearmans Rho) obtained a value (0.002).

With a value of < 0.05, indicating a relationship between knowledge and

prevention of flour albus in adolescent girls at SMA Nusantara Lubuk Pakam.


It is hoped that this research will become a source of information for

adolescents and the community, especially regarding the relationship between

knowledge and prevention of flour Albus in adolescent girls at Nusantara Lubuk

Pakam High School, furthermore so that further researchers develop this research

by examining environmental factors with habitual factors in these young women

related to flour. albus (leucorrhoea).

Keywords: knowledge, prevention, Flour Albus.

List of Centers: 5 books 11 Journals (2012-2020)


KATA PENGANTAR
Alhamdullilahirabbil’alamiin atas segala nikmat iman, islam, kesempatan,

serta ridho yang diberikan oleh Allah Subhanallahu’wata ala sehingga penulis

dapat menyelesaikan proposal yang berjudul : “Hubungan Pengetahuan Dengan

Tindakan Pencegahan Flour Albus Pada Remaja Putri Di Sma Nusantara Lubuk

Pakam Tahun 2021’’.

Proposal ini dibuat sebagai syarat Program Pendidikan Sarjana Keperawatan

di Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah Sakit

Haji Medan.Shalawat beriring Salam kepada Rasullulah sallalah wallaihi

wasallam dan sahabat Beliau yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Islam

yang sampai saat ini dapat di nikmati oleh seluruh manusia di penjuru dunia.

Penyelesaian Proposal ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari

pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini Peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Universitas Haji Sumatra Utara Medan yang telah menyediakan Sarana dan

Prasarana.

2. Dekan Universitas Haji Sumatra Utara Medan berserta civitas akamdemika yang

telah melaksanakan proses pembelajaran di Universitas Haji Sumatra Utara

Medan

3. Kepala Sekolah SMA Nusantara , guru dan Staf pegawai yang telah memberikan

izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

4. Dosen pembimbing Niasty Lasmy Zaen SST M.KES atas kesabaran membimbing

memotivasi dan saran dalam penyusunan skripsi ini Penguji I Muslimah Pase

ii
S.KEP, NS M. KEP SP.KEPJ selaku Penguji II Rosanti Mucshin S.KEP. NS

M.KES yang telah meluangkan waktu yang dan memberikan serta mengkritik

dalam perbaikan proposal ini.

5. Dalam setiap helai kelopak bunga dan semerbak wangi yang di pancarkan

olehnya, Peneliti haturkan terimakasih kepada Ibunda tercinta Budi ati dan kepada

ayahanda M. Asal Adam Sitepu . Sosok seorang ibu dan ayah yang luar biasa,

yang telah memberikan Peneliti hidup, menegakkan punggung, melangkah maju

sehingga peneliti dapat tegar menelusuri jalan kehidupan ini, terima kasih atas

support yang telah diberikan oleh kakak Biah, Abanganda Edi Dalimunte Adik

perempuan saya Nur Cahaya Ramadani, dan adik Laki-laki saya Muhammad

Ikhsan, terimakasih untuk teman saya Siti khadijah yang sudah berteman dengan

lama dengan saya terimakasih telah memberikan perhatian dan cinta, kasih

sayang dan doa yang tentu peneliti tidak bisa membalas

6. Terimakasih Peneliti ucapkan kepada seluruh Mahasiswa/ i dan teman sejawat di

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Haji Sumatra Utara Medan yang

telah memberikan hadiah terbaik bagi Peneliti semasa dibangku perkuliahan,

terima kasih untuk jalinan persahabatan dan kerja sama serta kebersamaan yang

indah selama menjalani pendidikan.Semoga kita menjadi pribadi yang selalu haus

akan ilmu laksana pribahasa padi yakni “semakin tua semakin merunduk”. Dan

tidak lupa peneliti ucapkan untuk seseorang yang pernah mengajariku untuk

menyingkapi proses hidup dengan selalu mendukungku .

iii
Guna menyempurnakan penelitian ini, Peneliti mengharapkan kritik dan saran

dari rekan-rekan pembaca sekalian. Akhir kata, Peneliti mengucapkan terimakasih

kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi

ini. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala membalasnya dengan setimpal pula.

Aamiin Yaa Robbal’alamiin

Medan, 27 Maret 2020

Penulis

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Flour albus / leukorea cairan putih adalah satu bentuk cairan vaginal atau

cairan putih pada wanita .Flour albus dapat terjadi secara fisologis maupun

patologis. Flour albus dikatakan cairan vaginal tau serviks patologis jernih, putih

berkabut atau kekuningan ketika kering pada pakaian. (Siswani, 2016 hal,11)

Pada remaja, penyebab keputihan adalah perilaku pecegahan keputihan yang

kurang baik yaitu personal hygine yang buruk setelah buang air kecil dan buang

air besar, menyebabkan patogen mengkontaminasi vulva. Pakaian ketat, celana

dalam yang tidak menyerap juga dapat menyebabkan iritasi. (Budianto,2017 hal,

29 ).

Flour Albus merupakan keluhan yang umum terjadi pada wanita di dunia,

terutama di wilayah Asia. Menurut studi badan kesehatan dunia (WHO) World

Health Organization memperkirakan 1 dari 20 remaja di dunia mengalami

keputihan setiap tahunnya. Jumlah wanita di dunia pada tahun 2017 mencapai 7,4

miliyar dan yang pernah mengalami keputihan sekitar 75% sedangkan wanita

eropa pada tahun 2017 sebanyak 930.003.460 jiwa dan mengalami keputihan

sebanyak 25 % . Di Indonesia sekitar 90 % wanita berpotensi mengalami

keputihan karena Negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis sehingga

jamur mudah tumbuh dan berkembang yang mengakibatkan terdapatnya masalah

keputihan (Nurul, dkk 2016)

1
2

Keputihan sangat beresiko terjadi pada remaja, sehingga perlu mendapat perhatian

khusus, Masa ini remaja putri yang mengalami pubertas yang ditandai dengan

menstruasi, pada sebahagian orang dapat mengalami keputihan. (Werdiyani dkk,

2018)

Menurut DEPKES RI (2015) dikatakan bahwa banyak remaja yang

memiliki perilaku buruk dalam pencegahan keputihan sebanyak (52 %) dan hanya

( 10 %) remaja yang sering menggunakan produk pembersih wanita (18,59 %)

remaja yang tidak mengeringkan genetalia eksterna setelah buang air kecil atau

buang air besar dengan menggunakan tisu atau handuk kering, dan (33,76%) yang

membersihkan genetalia eksterna dengan arah belakang ke depan dan (17%)

remaja yang sering menggunakan celana ketat dalam kehidupan sehari-hari, (25

%) remaja yang sering memakai bersama pakaian dalam dan handuk dengan

orang lain.

Pada umumnya wanita di Indonesia termasuk remaja putri di Indonesia

tidak tahu mengenai keputihan sehingga mereka menganggap keputihan sebagai

hal umum dan sepele. Hal tersebut karena rendahnya pegetahuan tentang personal

hygine yang kurang baik mengenai kesehatan reproduksi. Akibat dari keputihan

ini sangat fatal. Apabila terlambat dalam menanganinya akan mengakibatkan

kemandulan dan hamil di luar kandungan. Keputihan merupakan gejala awal dari

kanker leher rahim yang bisa berujung pada kematian (Sufiani, 2013)

Di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal

satu kali dalam hidupnya dan 45% lainnya mengalami keputihan dua kali atau
3

lebih. Perawatan genetalia eksterna yang kurang tepat dapat menjadi pemicu

terjadinya patologis. Berdasarkan data statistik di Indonesia tahun 2015 dari 43,3

juta jiwa remaja berusia 15-24 tahun di Indonesia berperilaku tidak sehat. Remaja

putri Indonesia dari 23 juta jiwa berusia 15-24 tahun 83 % pernah mengalami

berhubungan seksual, yang artinya remaja berpeluang mengalami PMS yang

merupakan salah satu penyebab keputihan. (Sony Agung 2018)

Berdasarkan Data statistik pada tahun 2018 di Sumatera Utara terdapat 14,

8 juta jiwa, jumlah jenis kelamin penduduk wanita 7,41 jiwa, jumlah wanita yang

mengalami keputihan di kota medan Sumatra Utara pada tahun 2013 sebanyak

855.281 dan sebanyak 45 % pernah mengalami keputihan.

Karakteristik wanita dengan keputihan (flour albus) yaitu seperti umur,

status pernikahan, paritas, metode kontrasepsi, siklus menstuasi, riwayar

gangguan reproduksi, status pendidikan dan status pekerjaaan. Ditujukan pada

kelainan kelainan ginekologik seperti riwayat seksual dan menstruasi, gejala

sistemik seperti keracunan atau nyeri tekan abdomen, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan penunjang, atau laboratorium (Lisnawati, 2013).

Dampak dari Flour Albus atau keputihan yang telambat atau tidak dapat

diobati dapat berakibat buruk bagi kehidupan seorang seseorang wanita, faktor-

faktor yang dapat meningkatkan terjadinya penyakit ini lingkungan,gaya hidup

dan kebersihan diri.

Remaja umumnya tidak memiliki cukup informasi mengenai kesehatan

reproduksi dan memiliki kesalahan persepsi tentang kesehatan reproduksi.

Minimnya pemahaman yang dimiliki oleh remaja disebabkan oleh kurangnya


4

ketersediaan akses untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi,

termasuk kesehatan pencegahan keputihan. (Maria, 2017).

Menurut Sulistianingsih, dkk (2015) wanita tidak bisa membedakan

keputihan normal fisiologis) dan kebutihan abnormal (patologis ) membuat wanita

tersebut merasa cemas menderita suatu penyakit kelamin atau sebaliknya wanita

tersebut mengabaikan keputihan yang dideritanya sehingga semangkin parah yaitu

menyebabkan kasus infeksi menular seksual (IMS).

Meskipun banyak wanita yang mengalami keputihan namun mereka

menganggap hal yang normal saja. Persepsi yang salah akan mendorong seseorang

untuk berprtilaku benar terhadap keputihan. Berdasarkan penelitian sebelumnya

yang dilakukan Surfitriana Hidayati pada tahun (2013) Mahasiswi kebidanan di

dapatkan bahwa adanya hubungan pengetahuan dengan upaya pencegahan

patologis flour albus tentang kebersihan genetalia eksterna pada remaja putri di

SMA Tunas Patria Ungaran Jambi.

Pada penelitian Susi Erna wati dkk (2017) juga didapatkan bahwa

adanya hubungan dengan cara pencegahan di SMK Ahmad Yani Gurah Kediri,

kurang

pengetahuan remaja menjadi salah satu penyebab terjadinya flour albus. Oleh

karena itu harus menjaga kebersihan alat reproduksi yang baik.

Berdasarkan survei awal pada bulan April 2021 , di SMA Nusantara Lubuk

pakam, melalui wawancara kepada 30 remaja yang memasuki masa pubertas,

terdapat 20 remaja yang sudah mengalami keputihan dan terdapat 10 remaja yang
5

belum atau jarang mengalami keputihan, remaja yang belum atau jarang

mengalami keputihan menyatakan tidak mengetahui keputihan saat ditanya

melalui wawancara langsung, dan remaja lainnya terlihat mengetahui tentang

keputihan tetapi hanya sebatas tahu dan tidak mengetahui secara mendalam

mengenai penyebab, gejala dan tindakan pencegahan pada flour albus (keputihan).

20 orang remaja yang sudah mengalami keputihan dikarenakan sudah sering

merasa gatal dan nyeri pada daerah eksterna genetalia yang mengakibatkan remaja

tersebut tidak dapat hadir ke sekolah untuk belajar sebagaimana semestinya dan

menganggu aktivitas lainnya

Berdasarkan Uraian Latar belakang tersebut peneliti merasa tertarik untuk

memberikan pengetahuan dengan tindakan pencegahan Flour Albus pada Remaja

putri di SMA Nusantara Lubuk pakam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat disimpulkan perumusan masalah sebagai

berikut :Apakah ada Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Pencegahan Flour

Albus pada Remaja Putri di SMA Nusantara?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan Peneliti ini untuk mengetahui adanya Hubungan Pengetahuan Dengan

Tindakan Pencegahan Flour Albous pada Remaja Putri di SMA Nusanta

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui n Pengetahuan Flour Albus pada Remaja di SMA Nusantara


6

2) Untuk mengetahui Tindakan Pencegahan Remaja di SMA Nusantara tentang

Flour Albus

3) Untuk mengetahui Hubungan dengan Tindakan pencegahan Flour Albus pada

Remaja di SMA Nusantara

1.4 Manfaat Peneitian

a) Tempat Penelitian

Hasil Penelitian yang dilakukan dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi

tempat penelitian tentang pencegahan Flour Albus pada Remaja di SMA

Nusantara Lubuk Pakam

b) Institusi Pendidikan

sebagai bahan Referensi dan masukan untuk perpustakaan yang dapat digunakan

untuk memperluas ilmu pengetahuan tentang pencegahan Flour Albus pada

remaja.

c) Penelitian Selanjutnya

sebagai referensi dan sumber informasi bagi peneliti selanjurnya dalam meneliti

tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan Flour Albus pada

remaja putri di SMA Nusantara Lubuk Pakam


7

1.5 Keaslian Penelitian


No Peneliti Judul Desain Variabel Hasil Peneleitian
Penelitian

1. Kuncoro S, Hubungan Jenis Penelitian Variabel Remaja memiliki


Welani Astuti, Pengetahuan ini adalah Independen pengetahuan baik, tentang
Mira Salim Tentang Analitik penelitian yaitu perilaku yang baik
Keputihan Observasional pengetahuan tentang keputihan
Dengan Desain Variabel Dependen sebanyak (53,7 %),
Perilaku, Sikap penelitian yaitu Perilaku sementara itu remaja yang
dan Tindakan menggunakan sikap dan memilikipengetahuan
Keputihan desain Cross Tindakan
buruk tentang keputihan
Pada Remaja sectional pencegahan flour
yaitu (53%) adanya
Putri albus
hubungan pengetahuan
tentang keputihan dengan
perilaku,sikap dan
pencegahan pada remaja
(p=0,023) remaja tingkat
pencegahan (PR 1,5)

2. Zuriati Hubungan Desain Variabel Hasil penelitian ini


Muhammad, pengetahuan penelitian ini Independen menunjukkan terdapat
AntoJHadi, dengan menggunakan yaitu:pengetahuan hubungan antara
tindakan Survey analitik SikapVariabel pengetahuan remaja putri
Ahmad Yani pencegahan dengan Dependen yaitu: dengan tindakan
keputihan di pendekatan Tindakan keputihan dengan
Mts Negeri cross sectional pencegahan menggunakan Chi square
Telaga Biru keputihan
Pvalue 0,003<0,05
Kabupaten
terdapat hubungan remaja
Gorontalo
dengan pencegahan
keputihan dengan
menggunakan Chi square

3. Mentari H, Hubungan Desain Variabel Hasil penelitian ini


Mokodongan Pengetahuan penelitian ini Independen yaitu : menunjukkan remaja di
Jhon Wantania, dengan Analitik Pengetahuan, kota mando memiliki
Freddy Wagey Perilaku, Observasional Variabel Dependen pengetahuan yang baik
Tindakan dengan yaitu perilaku dan tentang keputihan
Pencegahan menggunakan Tindakan memiliki perilaku/
Keputihan pendekatan Pencegahan tindakan yang baik (53,7
Pada Remaja Cross sectional Keputihan %), dan remaja yang
Putri di memiliki pengetahuan
Manado yang buruk tentang
keputihan dan memiliki
perilaku/tindakan yang
8

buruk (66,1%) dengan


hasik P 0,0,23 < 0,005)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Definisi

Menurut Ahmad (2012) dijelaskan bahwa remaja di definisikan sebagai masa

peralihan dari kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Batasan usia remaja berbeda-

beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut WHO (Badan PBB kesehatan

dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan dari segi

program pelayanan definisi remaja yang digunakan oleh Depertemen kesehatan

adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Sementara itu

menurut BKKBN (Diktorat remaja dan perlindungan Hak dan Reproduksi) batasan

usia remaja 10 sampai 21 tahun ( Depkes RI,2015).

WHO (World Health Organization) mendefinisikan remaja secara konseptual,

dibagi menjadi tiga kriteria yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi secara

legkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:

1. Remaja berkembang mulai dari pertama kali, menunjukkan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai mencapai masa kematangan seksual

2. Remaja mengalami perkembangan psikologis dan pola idenfikasi dari kanak-

kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi menuju keadaan yang

relative lebih mandiri (Utami 2017).

9
10

2.1.2 Pembagian Usia Remaja

Adapun menurut Depkes RI (2016), Masa remaja awal usia 11-15 tahun,

Masa remaja pertengahan 15- 17 tahun dan Masa remaja akhir 17-24 tahun,

Dikatakan dewasa 25 tahun keatas.

Menurut Soerjiningsih (2014) dalam tumbuh kembangnya dewasa, semua

remaja akan melewati masa sebagai berikut:

a. Masa remaja awal/ dini (Early Adolescence) umur 12-15 tahun

Tingkatan usia remaja pertama adalah remaja awal. Pada tahap ini remaja berada

pada treding usia 12 hingga 15 tahun umumnya remaja awal berada pada masa

sekolah menengah pertama (SMP), keistimewaan yang terjadi pada fase ini adalah

remaja telah berbah fisiknya dalam kurun waktu yang singkat. Remaja juga mulai

tertarik kepada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis.

b. Masa remaja pertengahan (Middle Adolescence) umur 15-18 tahun

Tingkatan usia remaja selanjutnya yaitu remaja pertengahan atau ada pula yang

menyebutnya dengan remaja madya. Pada tahap ini, remaja berada pada rentang

usia hingga 18 tahun. Umumnya remaja tengah berada pada masa Sekolah

Menengah Atas (SMA). Keistimewaan dari fase ini adalah mulai sempurnanya

perubahan fisik remaja. sehingga perubahan fisiknya sudah menyerupai fisik

dewasa. Remaja yang masuk pada tahap ini sangat mementingkan kehadiran

teman dan remaja akan senang jika banyak teman yang menyukainya.

c. Masa remaja lanjut (Late Adolescence) umur 18-21tahun

Tingkatan usia terakhir pada remaja adalah remaja akhir. Pada tahap ini,

remaja telah berusia sekitar 18-21 tahun. Remaja pada usia ini umumnya

10
11

tengah berada pada usia pendidikan di perguruan tinggi bagi remaja yang

tidak melanjutan ke perguruan tinggi, mereka berkerja dan mulai membantu

menafkahi anggota keluarganya. Keisimewaan pada fase ini adalah

seseorang remaja selain segi fisik sudah menjadi orang dewasa, dalam

bersikap juga sudah menganut nilai-nilai orang dewasa.

2.2 Flour Albus (Keputihan)

2.2.1 Definisi

Flour Albus didefinisikan sebagai keluarnya cairan dari vagina, cairan

tersebut bervariasi dan berkonsistensi (padat, cair kental) dalam warna (jernih,

putih, kuning, hijau, dan bau (normal dan berbau), flour albus sering tidak

ditangani serius dengan remaja, Padahal Flour Albus bisa jadi adanya indikasi

serius penyakit. Orang menganggap flour albus hal yang normal, pendapat ini

tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan

flour albus, flour albus normal merupakan hal yang wajar dan flour albus tidak

normal yang harus segera diobati (Purwono 2017).

Flour Albus atau yang lebih dikenal dengan keputihan merupakan cairan

putih yang berwarna kekuningan maupun kehijauan yang keluar dari alat kelamin

wanita. Leukorea dapat dikatakan sebagai segala cairan yang keluar dari

kewanitaan yang bukan merupakan darah. Cairan keluar tersebut berada dari

Vagina, Ovarium, Tuba Uteria maupun Serviks. Cairan tersebut menunjukkan

11
12

proses deskuamasi pada epitel dinding Vagina dikarenakan efek dari homon

estrogen terdapat pada mukosa vagina. (Inamm 2015).

Flour Albus atau leukorea merupakan pengeluaran cairan pervagina yang

bukan darah. Leukorea merupakan manifestasi klinis berbagai infeksi, keganasan

atau tumor jinak reproduksi gejala ini tidak menimbulkan mortalitas, tetapi

morbiditas karena selalu membasahi bagian dalam wanita dan dapat menimbulkan

iritasi, terasa gatal sehingga mengganggu dan menguranggi kenyamanan dalam

berhubungan seks. (Azwani 2015).

Menurut Survey demonstrasi kasus keputihan 200 kasus, tetapi hanya

sekitar 95 kasus yang mengalami keputihan dengan rasa gatal. Masalah keputihan

ini sering kali tidak diperhatikan oleh wanita penderita penyakit ini, akan tetapi

masalah keputihan ini jika tidak segera di tangani akan menyebabkan masalah

yang serius (DEPKES RI,2016).

Dampak keputihan dapat terjadi perlengketan pada rahim, saluran telur atau

tuba falofi sampai pembusukan indung telur oleh infeksi yang berat bisa terjadi

tuba ovarium abses atau kantung nanah yang menekan saluran telur atau indung

telur, apabila kedua sisi kanan dan sisi kiri dari tuba ovarium yang tertekan abses

maka dapat dikatakan bahwa tidak dapat mendapatkan keturunan atau dikatakan

mandul (Sukma,2017).

12
13

2.2.2 Klasifikasi Flour Albus

Adapun Klasifikasi Flour Albus menurut Puryani (2015) terbagi menjadi:

1. keputihan Normal (Fisiologis) keputihan yang terjadi menjelang dan sesudah

menstruasi, mendapatkan rangsangan seksual, mengalami stress berat, sedang

hamil atau mengalami kelelahan. Adapun cairan keluar berwarna jernih atau

kekuningan dan tidak berbau.

2. Keputihan Abnornal (Patologis) berbeda ddengan keputihan normal, keputihan

abnormal bisa dikategorikan penyakit. Keputihan jenis ini ditandai dengan

keluarnya lendir dalam jumlah banyak. Selain itu, lender tersebut berwarna

putih atau kekuningan dan memiliki bau yang sangat menyengat. Wanita yang

mengalami keputihan abnormal juga merasakan gatal dan terkadang merasa

nyeri.

2.2.3 Cara Penularan

Keputihan adalah keadaan yang terjadi secara fisiologis dan patologis

akibat infeksi kuman penyakit, keputihan patologis disebabkan Ph disekitar alat

genetalia wanita berfungsi sebagai sebagai asam Ph 4,5 menjadi lebih basa. Ph

asam gentalia berfungsi sebagai mekanisme pertahanan alat getalia terhdapat

patogen patogen di daerah tersebut. Perubahan Ph asam menjai basa

menyebabkan floral normal floral yang menyebabkan patogen- patogen

meninvansi di daerah genital. Kedaan ini yang menyebabkan vagina

mengeluarkan sekret yang tergantung pada penyebab maupun mikroorganisme

yang menyebabkan keputihan (Sibariang, 2016).

13
14

2.2.4 Tanda Dan Gejala

1. Keputihan normal (Fisiologi)

Sebenarnya tidak berwarna putih dan tidak cocok disebut keputihan, banyak

dipengaruhi oleh sistem hormonal, sehingga banyak sedikitnya sekret/cairan

vagina sangat bergantung pada siklus bulanan dan stress yang juga dapat

mempengaruhi siklus bulanan itu sendiri.

1. Cairan sekresi berwarna bening, tidak lengket dan encer

2. Tidak mengeluarkan bau yang menyengat.

3. Gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid dan tanda

masa subur pada wanita tertentu

4. Gadis muda kadang-kadang juga mengalami keputihan sesaat sebelum masa

pubertas, biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya.

5. Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan

juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan

tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim,

walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi atau alat kelamin luar.

6. Pada wanita hamil keputihan sering timbul, karena pada saat wanita hamil,

maka kekebalan tubuhnya akan menurun.

7. Pada waktu menopause di mana keseimbangan hormonalnya terganggu

8. Pada orang tua dimana kekebalan tubuhnya sudah menurun dapat pula timbul

keputihan

14
15

2. Keputihan abnormal (Patologis)

1. Keluarnya cairan berwarna putih pekat, putih kekuningan, putih kehijauan

atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental,

lengket dan kadang kadang berbusa.

2. Cairan ini mengeluarkan bau menyengat.

3. Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya serta dapat

mengakibatkan iritasi pada vagina

4. Merupakan salah satu ciri-ciri penyakit infeksi vagina yang berbahaya seperti

HIV, Herpes, Candyloma (Sari, 2012)

2.2.5 Penyebab Flour Albus :

Secara umum, keputihan dapat disebabkan beberapa faktor berikut :

1. Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk membersihkan organ kewanitaan.

Biasaya, hal ini dilakukan setelah buang air kecil ataupun buang air besar.

2. Menggunakan pakaian yang berbahan sintesis ketat, sehingga ruang yang ada

tidak memadai. Akibatnya timbulnya iritasi pada organ kewanitaan

3. Sering kali menggunakan WC yang kotor, sehingga memungkinkan adanya

bakteri yang dapat mengotori organ kewanitaaan.

4. Jarang mengganti Panty Liner.

5. Sering kali bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain, sehingga

kebersihan tidak terjaga.

6. Kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ kewanitaan.

15
16

7. Membasuh organ kewanitaan ke arah yang salah, yaitu pembasuhan dilakukan

dari arah belakang ke depan.

8. Aktivitas fisik yang sangat melelahkan sehingga daya tahan tubuh melemah.

9. Tidak segera mengganti pembalut ketika menstuasi

10. Pola hidup yang kurang sehat, seperti kurang olahraga, pola makan yang tidak

teratur, atau kurang tidur.

11. Kondisi kejiwaan yang sedang mengalami stress berat.

12. Menggunaan sabun pembersih untuk membersihkan organ kewanitaan secara

berlebihan, sehingga flora doderleins yang berguna menjaga tingkat

keasamaan di dalam organ wanita terganggu.

13. Kondisi Cuaca lembab khususnya di daerah Tropis.

14. Sering kali menggaruk Organ kewanitaan.

15. Tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang kotor.

16. Kadar gula yang tinggi. Kondisi menyebabkan jamur penyebab keputihan

tumbuh dengan subur.

17. Sering berganti-ganti pasangan ketika melakukan hubungan seksual.

18. Kondisi hormon yang tidak seimbang, Misalnya, terjadi peningkatan hormone

estrogen pada masa pertengahan siklus menstruasi

19. Infeksi akibat kondom atau alat kontrasepsi yang tertinggal di dalam organ

kewanitaan secara tidak sengaja.

20. Infeksi yang disebabkan oleh benang AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).

Menurut (Hamid bahari, hal 15) dalam buku Cara mudah atasi keputihan (2011).

16
17

Adapun menurut Yunanda (2017) beberapa pemicu keputihan yang perlu

diwaspadai:

1. Personal Hygine yang kurang.

2. Pemakaian pembersih yang tidak sehat.

3. Jamur

Keputihan jenis ini disebabkan infeksi jamur Candida albicans. Umumnya di pacu

faktor luar dan dalam tubuh sepeti kehamilan, kegemukkan, pemakain pil KB,

obat-obatan tertentu seperti steroid, antibiotik, diabetes daya tahan tubuh rendah,

iklim yang panas dan lembab

4. Parasit

Keputihan Infeksi Parasit Thicomonas Vaginalis termasuk dalam golongan

penyakit menular

seksual (PMS) karena penularannya terjadi melalui hubungan seksual. Namun,

penularan juga bisa terjadi melalui peralatan mandi pribadi atau dudukan kloset

yang sudah terkontaminasi

5. Virus

Keputihan Infeksi Virus sering ditimbulkan oleh penyakit kelamin seperti

Condyloma, Herpes, dan AIV/AIDS. Condyloma ditandai adanya kutil yang

sangat banyak disertai cairan yang berbau.Virus Herpes ditularkan oleh hubungan

seksual pemicu kanker rahim. (Nyiwi, 2015).

17
18

Berikut beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari

keputihan:

1) Hindari berganti-ganti pasangan hubungan seksual

2) Jagalah Kebersihan alat kelamin

3) Gunakan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan Ph di sekitar vagina

4) Bilaslah vagina ke Arah yang benar

5) Hindari pemakaian bedak vagina

6) Hindari membilas Vagina di toilet umum

7) Keringkan Vagina sebelum menggunakan celana dalam

8) Kurangi mengkonsumsi makanan Manis

9) Pilihlah celana dalam yang tidak ketat dan mudah menyerap keringat

10) Hindari berganti- ganti celana dengan orang lain

11) Ketika haid sering-seringlah mengganti pembalut

12) Jika sudah Terkena keputihan , gunakan kondom ketika hendak berhubungan

seksual

13) Bagi wanita yang sudah memasuki masa menopause, gunakan obat

mengandung estrogen

14) Bagi yang sudah menikah, lakukan pemeriksaan pap smear secara rutin.

18
19

Skor Keputihan menurut Rozanah (2010).

Tabel Skor Keputihan

Fisiologis Patologis

Keputihan menjelang dan sesudah Keputihan dengan cairan berwana

menstruasi kuning atau keruh

Cairan yang keluar dari vagina Cairan berwarna coklat disertai sedikit

berwarna jernih dan kuning merah

Keputihan yang dialami tidak berbau Keputihan dengan cairan berwarna

kuning dan lengket

Keputihan tidak disertai rasa gatal Keputihan berwarna kuning disertai bau

amis

Keputihan tidak lengket dan tidak Keputihan disertai adanya keluhan

Menempel. (gatal nyeri, panas)

Sumber : Skor Keputihan (2010)

2.3 Tindakan

2.3.1 Definisi

Tindakan manusia merupakan suatu hasil daripada bentuk pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan perilaku, Dengan kata lain Tindakan maupun sikap

merupakan respon ataupun reaksi seorang individu terhdap stimulus yang berasal

dari luar maupun dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif (tanpa tindakan: berfikir,

19
20

berpenapat, bersikap). Maupun secara aktif yaitu melakukan tindakan, Perilaku

aktif dapat dilihat sementara perilaku pasif tidak tampak seperti pengetahuan,

persepsi ataupun motivasi, beberapa ahli membedakan bentuk perilaku kedalam

tiga domain yaitu pengetahuan sikap dan tindakan atau yang lebih terkenal dengan

istilah Knowlage, Attitude, Practice. (SM Sembiring 2013)

2.3.2 Tindakan Pencegahan Flour Albus

Penatalaksanaan pada keputihan tergantung pada jenis kuman penyebab infeksi

seperti jamur, parasit, atau bakteri. Selain itu untuk mencegah keputihan patologis

atau keputihan yang berulang dianjurkan setiap perempuan termasuk remaja

melaksanakan perilaku sehat untuk menjaga kebersihan dan kesehatan intim yaitu

dengan cara :

1. Pola hidup sehat meliputi diet seimbang, istirahat cukup, hindari rokok dan

alkohol, olahraga teratur serta hindari stress yang berkepanjangan.

2. Gunakan pakaian dalam yang berbahan katun.

3. Mengganti pakaian dalam minimal 2 x sampai 3 x dalam sehari.

4. Hindari penggunaan celana ketat.

5. Mengganti pembalut atau panty liner pada waktunya untuk mencegah

tumbuhnya bakteri. Ini semua untuk menjaga kebersihan daerah vagina

dan agar selalu tetap kering

6. Membasuh vagina dengan cara yang benar yaitu dari depan (vagina) ke

belakang (anus) tiap kali buang air

20
21

7. Tidak menggunkan cairan pembersih vagina, karena dapat mematikan

flora normal vagina (Kusmiran, 2012).

8. Untuk mencegah iritasi pada vagina, hindari penggunaan bedak, sabun,

atau tisu dengan pewangi pada daerah vagina

9. Jangan membiasakan meminjam barang yang memudahkan penularan

seperti alat alat mandi dan sebagainya. Dan berhati-hati bila menggunakan

wc umum terutama untuk kloset duduk hindari duduk diatas kloset atau

mengelapnya terlebih dahulu.

10. Tidak membiasakan mengkonsumsi jamu-jamuan untuk mengatasi

keputihan, konsultasikan terlebih dahulu ke dokter.

11. Menggunakan Handuk khusus pada daerah genetalia tidak dianjurkan

untuk memakai handuk bergantian dengan teman

12. Membilas air dengan air hangat tidak disarankan karena dapat

menyebabkan daerah vagina menjadi merah membuat gatal semangkin

menjadi- jadi.

2.3.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Pencegahan

1. Pengetahuan

Untuk membentuk perilaku yang baik, remaja putri harus menambah

pengetahuannya, dengan cara menerima input atau

masukkan dan untuk itu seseorang harus mempertimbangkan logika untuk

berperilaku yang baik

2. Pengalaman

21
22

Pengalaman sangatlah berhubungan dengan sikap seseorang, semangkin

seseorang pernah mengalami sesuatu atau berpengalaman maka ia

mempunyai sikap yang positif, pengalaman merupakan sumber

pengetahuan dan cara untuk memperoleh pengalaman pengetahuan.

3. Melalui Orang tua

Orang tua mempunyai kemampuan memberikan pengetahuan kesehatan

reproduksi kepada anak remajanya, agar memiliki informasi dan proses

yang benar. Dengan informasi yang benar diharapakan remaja memiliki

sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab khususnya dengan alat

reproduksinya.

4. Sumber Informasi lainnya

Sumber informasi lainnya yang dapat menjadi sumber informasi dalam

bentuk media masa seperti televsi, radio, surat kabar, adapun sumber

informasi yang juga dapat diproleh melalui tenaga kesehatan, bidan, dokter

dan lainnya

2.3.4 Indikator Perilaku/Tindakan Pencegahan Flour Albus

Pengukuran perilaku/ Tindakan pencegahan menurut skala Likert (2012)

dikategorikan sebagai berikut yaitu :

a. Dikategorikan Baik, apabila responden mampu menjawab kuisoner

dengan nilai (60 -100 % )

b. Dikategorikan Buruk, apabila responden mampu menjawab kuisoner

dengan nilai (40- 60 %)

22
23

2.4 Pengetahuan

2.4.1 Definisi

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan

panca indranya. Pengetahuan sangat berbeda dengan kepercayaan (belief) tahayul

(supersitition) dan penerangan yang keliru (misingformation). Pengetahuan adalah

segala yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh manusia

(Mubarak,2012).

Pengetahuan merupakan hasil mengingat sesuatu hal, termasuk mengingat

kembali kejadian yang pernah di alami baik secara sengaja maupun tidak sengaja

dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap sesuatu

objek tertentu (Mubarak,2012).

Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai

dengan proses pengalaman yang dialami manusia. Menurut Brunner, proses

pengetahuan tersebut melibatkan tiga aspek yaitu proses informasi, proses

transformasi, dan proses evaluasi. Informasi baru yang di dapat merupakan

pengganti pengetahuan yang telah di peroleh sebelumnya atau merupakan

penyempurnaan informasi sebelumnya. Proses transformasi adalah proses

memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas-tugas baru. Proses

transformasi telah memadai (Mubarak,2012)

23
24

2.4.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Mubarak (2012) pengetahuan yang termasuk dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkat antara lain :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall) materi yang telah

dipelajari. Termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah di

terima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu yang dijelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dapat menginterpresikannya secara luas.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di

pelajari pada situasi atau kondisi yang nyata.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek kedalam

komponen- komponen, tetapi masih saling terkait dan masih di dalam suatu

struktur organisasi tersebut .

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi diartikan dengan kemampuan untuk meletakkan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi objek (Mubarak, 2012).

24
25

2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan.

Menurut (Mubarak, 2012) terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi

pengetahuan :

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan

orang lain menurut arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat

dan mengisi kehidupan demi mencapai keselamatan dan kebahagian. Pendidikan

diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

2) Pekerjaan

Lingkungan perkerjaan dapat memperoleh seseorang memperoleh pengetahuan

dan pengalaman, baik secara langsung maupun tidak langsung.

3) Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang

tahun. Semangkin cukup umur semangkin kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan berkerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang lebih dewasa dipercai dari orang lain

4) Minat

Minat sebagai salah suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal

sehingga di peroleh pengetahuan yang mendalam.

5) Pengalaman

25
26

Pengalaman adalah suatu kejadian yang permah di alami seseorang dalam

berinteraksi dalam lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan

pengalaman yang kurang baik, sebaiknya jika pengalaman tersebut

menyenangkan, maka secara psikologis dapat menimbulkan kesan yang sangat

mendalam dan sangat membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman

baik ini akhirnya dapat menimbulkan sifat positif bagi kehidupannya.

6) Kebudayaan Lingkungan sekitar

Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi seseorang.

Merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan berpengaruhnya dan

dapat mempengaruhi perkembangan dan prilaku orang dan kelompok apabila ada

suatu wilayah yang mmpunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat

mungkin masyarakat sekitar menjaga kebersihan lingkungan

7) Informasi

Kemudahan untuk memperoleh informasi dapat mempercepat seseorang

memperoleh pengetahuan baru (Mubarak, 2012).

2.4.4 Indikator Pengukuran Pengetahuan

Menurut Mubarak (2012) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menyatakan isi materi yang ingin di ukur

dari subjek penelitian atau responden. Menuru Nursalam (2011) pengukuran

pengetahuan dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan baik jika jawaban responden, dari kuesioner yang benar

76-100 %

26
27

b. Tingkat pengetahuan yang cukup jika jawaban responden dari kuesioner benar

56-75 %

c. Tingkat pengetahuan kurang jika jawaban responden dari kuisoner yang benar

<56 % (Nursalam 2011).

2.4.5 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Natoadmodjo (2011) cara memperoleh pengetahuan

dikelompokkan menjadi dua antara lain :

1. Cara tradisional/ non ilmiah yaitu tanpa penelitian ilmiah.Terbagi menjadi :

a. Cara coba salah (Trial and Erorr)

Cara coba- coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa

kemungkinan dalam memcahkan masalah apabila tidak berhasil,

dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil sampai masalah

tersebut dapat diselesaikan

b. Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi secara tidak sengaja

oleh orang bersangkutan

c. Cara kekuasaan/ otoritas

Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas

yaitu orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan baik secara

tradisi, otoritas, pemerintah pemimpin agama, ilmuan, maupun ahli

pengetahuan

d. Berdasarkan pengalaman pribadi

27
28

Dilakukan dengan cara kembali mengulang pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu.

e. Cara Akal Sehat (Common Sense)

Akal Sehat atau (Common Sense) kadang- kadang dapat menemukan

teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pengetahuan berkembang, para

orang tua zaman dahulu agar anaknya menuruti nasehat orangtuanya

agar anak dispilin menggunakan hukum fisik pada anaknya yang

berbuat salah

f. Kebenaran melalui wahyu

Ajaran atau dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan

dari Tuhan melalui para nabi kebenaran ini harus diterima dan diakui

oleh pengikut-nya, terlepas dari kebenaran apakah rasional atau tidak

g. Kebenaran Secara Intuisi

Diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran

dan tanpa melalui proses penalaran atau pemikiran, kebenaran ini

diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau bisikan hati saja

h. Melalui Jalan pikiran

Kebenaran yang diperoleh manusia melalui jalan pikirannya, baik

melalui induksi maupun deduksi pada dasarnya merupakan cara

melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-

pernyataan yang dikemukakkan, kemudian dicari hubungannya

sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan

i. Induksi

28
29

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan- pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.

Dalam berfikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan

pengalaman pengalam empiris yang ditangkap oleh indera atau hal-hal

yang nyata

j. Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesmipulan dari pernyataan- pernyataan

umum ke khusus, proses deduksi berlaku bahwa seseuatu yang

dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga

kebenaran pada semua peristiwa yang terjadi yang termasuk pada kelas

itu. Disini terlihat proses pikir pengetahuan dari pengetahuan umum

mencapai pengetahuan yang khusus

2. Cara modern atau cara Ilmiah, yaitu melalui proses penelitian

Cara ini sering disebut metode penelitian ilmiah atau leh popular disebut

metedeologi penelitian (research methodology)

2.5 Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini yang akan diteliti terdapat dua variabel yaitu variabel

Independen dan variabel dependen .Variabel Independen dalam penelitian ini

adalah Pengetahuan tentang flour albus sedangkan variabel dependen adalah

tindakan pencegahan flour albus pada remaja putri di SMA Nusantara Lubuk

Pakam.

29
30

Variable Independen (X) Variabel Dependen (Y)

Tindakan pencegahan flour


Pengetahuan tentang
albus pada remaja putri di SMA
flour albus
Nusantara Lubuk pakam

Gambar 2.1 kerangka konsep

Keterangan :

X : Variabel Independen

Y : Variabel Dependen

: Hubungan

2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian. Hasil suatu

penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang

telah di rumuskan. Jadi hipotesi pada penelitian ini adalah jawaban sementara

penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenerannya akan

dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian hasil penelitian,

maka Hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak

(Setiadi,2016).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Berdasarkan Tinjauan Pustaka dan kerangka peneliti sebagaimana telah

diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan hipotesisnya yaitu Adanya

30
31

hubungan pengetahuan dengan Tindakan pencegahan flour albus pada remaja

putri di SMA Nusantara Lubuk Pakam tahun 2021

31
BAB 3

METEDEOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitaif correlational

merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan

korelasional antara dua variabel/ lebih (Sugiono, 2017).

Penelitian ini merupakan objek penelitian menjelaskan tentang apa dan

atau siapa yang mejadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian

dilakukan, bisa juga ditambahkan dengan hal-hal lain yang diannggap perlu

(Husein umar, 2011)

3.1.2 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu

penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor beresiko

dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada suaru saat (Natoadmodjo, 2012) penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan dengan menyebarkan kuisoner kepada responden pada waktu yang

bersamaan.

3.2 Lokasi dan waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian di lakukan di SMA Swasta Nusantara Lubuk Pakam,

peneliti memilih lokasi penelitian ini karena adanya masalah tentang keputihan di

31
32

sekolah termasuk SMA Nusantara, masalah keputihan ini dan banyak siswi

menengah atas yang belum familiar tentang masalah keputihan,sebelumnya belum

pernah diteliti di lokasi tersebut karena akses transportasi yang mudah untuk

meneliti ke lokasi penelitian, lokasi ini dipilih karena jumlah Populasi dan sampel

dijadikan sebagai subjek penelitian di SMA Nusantara Lubuk Pakam.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan terhitung dari bulan Maret hingga bulan

September 2021

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut supriyadi (2013) .populasi adalah keseluruhan dalam jumlah dan

suatu himpunan yang diketahui karakteristiknya berdasarkan inferensi dan

generalisasi. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang mengalami/ belum

pernah mengalami flour albus di SMA Nusantara Lubuk pakam yang berjumlah

130 remaja siswi.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebuah gugus atau sejumlah anggota himpunan yang di pilih

secara tententu agar mewakili populasi (Supriadi 2013).

Jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Acidental Sampling,

adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan/inidental atau pada

peristiwa saat itu terjadi dimana secara kebetulan ditembui cocok dengan sumber

32
33

data Sugiono (2018), sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 40

orang remaja putri di SMA Nusantara Lubuk Pakam.

3.4 Definisi Operasiona

Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati , memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek.

Untuk menghindari tanggapan tentang konsep, maka penulis akan memberikan

batasan operasional sebagai berikut :

Tabel 3.4 Defenisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat Hasil Skala Ukur

Ukur Ukur

1. Independen : Pengetahuan Kuisoner a. Baik Ordinal

Pengetahuan responden tentang Terdiri dari 20 b. Cukup

Remaja tentang keputihan, pertanyaan c. Kurang

Flour penyebab dan dengan dua

albus (keputihan) gejala keputihan pilihan yakni

Benar : 1

Salah : 0

2. Dependen : Upaya yang telah Kuisoner a. Baik Ordinal

Tindakan dilakukan Yang terdiri dari b. Buruk

pencegahan responden dalam 15

Flour albus pemberantasan pertanyaan

(keputihan) pada keputihan,

remaja putri pengurangan

penyebab dan

33
34

gejala keputihan.

3.5 Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis terlebih dahulu mengajukan judul

penelitian kepada ketua program studi ilmu keperawatan, setelah itu penulis

mengajukan permohonan kepada Universitas Haji Sumatra Utara Medan untuk

melakukan studi pendahuluan terebut dibawa ke SMA Swasta Nusantara Lubuk

Pakam kab.Deli Serdang. Dan mendapatkan data untuk menyusun proposal. Maka

penulis melakukan proposal kemudian setelah proposal, maka penulis melakukan

penelitian kepada responden yang akan diteliti dengan menekankan pada masalah

etika meliputi:

a. Lembar Persetujuan (informed concent)

Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan

agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta

dampak yang akan terjadi selama dalam pengumpulan data, jika

responden bersedia diteliti mereka harus menandatangi lembar

persetujuan tersebut, jika tidak peneliti harus menghormati hak-hak

responden.

b. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasian responden, penulis tidak

mencantum namanya pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup

memberikan nomer kode pada masing-masing lembar tersebut.

34
35

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah di kumpulkan dari sumber

dijamin kerahasiannya. Hanya kelompok data tertentu saja yang

akan disajikan atau dilaporkan pada hasil riset (Hidayat,2014).

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data disusun dan dimodifikasi oleh peneliti dengan

mengacu pada kerangka konsep dan tinjauan pustaka (Nursalam, 2012).

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer (kuisoner/angket).

Angket / kuisoner adalah suatu cara pengumpulan data atau penelitian mengenai

suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum/ orang

banyak (Natoatmodjo, 2012). Penelitian akan dilakukan dengan prosedur

pengumpulan sebagai berikut :

1. Prosedur Administrasi

Penelitian ini akan dilaksanakan setelah penulis menerima surat izin pelaksanaan

penelitian dari institusi pendidikan yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Haji Medan. Selanjutnya membawa surat tersebut kepada pihak SMA

Nusantara Lubuk pakam Untuk memohon pelaksanaan penelitian

2. Prosedur Pelaksanaan

Adapun pelaksanaan ini akan dilaksanakan melalui online class selama kurang

lebih 40-60 menit dan dibagi menjadi 6 sesi, adapun tujuan setiap sesi yaitu :

35
36

a. Melakukan zoom metting dengan memberikan metting ID dan paswoord

untuk responden dapat join dikarenakan masih covid 19

b. Setelah melihat faktor penyebab dan gejala mengenai flour albus yang sudah

dijelaskan

c. Memberikan kuisoner pengetahuan dan kuisoner tindakan pencegahan flour

albus

d. Melakukan Evaluasi kembali untuk mengetahui faktor penyebab dan gejala

dan tindakan pencegahan flour albus pada remaja di SMA Nusantara Lubuk

Pakam

e. Menilai setiap hasil kuisoner yang sudah diberikan.

3.7 Metode Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2021, peneliti mengajukan

surat permohonan untuk melakukan penelitian di SMA Nusantara Lubuk pakam,

setelah mendapatkan surat permohonan dari Dekan Fakultas Universitas Haji

Sumatra Utara, peneliti bertemu dan memohon kepada pihak sekolah untuk dapat

melakukan penelitian di SMA Nusantara lubuk pakam dengan maksud

menjelaskan tujuan,prosedur dan manfaat penelitian yang akan dilakukan

sekaligus untuk membuat jadwal perencanaan penelitian di tempat tersebut,

peneliti melakukan kesepakatan dengan pihak sekolah untuk dapat menggunakan

waktu dan tempat nantinya akan melakukan penelitian, sebelum melakukan

penelitian peneliti meminta kesediaan responden untuk sebagai subjek penelitian

melalui lembar persetujuan sebagai responden, responden brhak menerima atau

36
37

menolak persetujuaan tersebut, responden yang menerima dapat menandatangani

lembar persetujuan tersebut.

2. Instrumen/ Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar kuisoner

1. pengetahuan flour albus

Terdapat 20 item pertanyaan dengan rincian pertanyaan positif yaitu pertanyaan

1,2,3,5,7,8,9,10,12,13,14,15,17,20 apabila menjawab benar diberi skor 1 dan salah

diberi skor 0 , begitu pun sebaliknya dengan pernyataan negatif yaitu

4,6,11,16,18,19 apabila menjawab benar diberi skor 0 dan salah diberi skor 1,

sehingga diperoleh total skor 20 x 1 = 20 kemudian di kategorikan sebagai

berikut:

a. Pengetahuan baik jika responden menjawab pernyataan benar sebanyak

76% - 100 dari 20 pernyataan dengan skor nilai (14-20)

b. Pengetahuan cukup jika responden menjawab pernyataaan benar sebanyak

56% - 75% dari 2o pernyataaan dengan skor nilai (7-13)

c. Pengetahuan kurang jika responden menjawab pernyataan benar sebanyak

< 56% dari 20 pernyataan dengan skor nilai (0-6)

Tabel kisi-kisi instrument pengetahuan

Variabel Penelitian Indikator No item instrument

1. pengetahuan flour 1. Definisi keputihan 1, 2,3

Albus 2. Gejala keputihan 5,8,9,14,17,20

3. tanda keputihan 7,10,12,13,15

37
38

2. Tindakan Pencegahan

Pengukuran variabel perilaku pencegahanberdasarkan 15 item pernyataan

dengan pilihan jawaban terdiri dari 4 pilihan yaitu: sangat setuju, setuju, netral,

tidak setuju

Variabel Penelitian Indikator No item instrument

2. Perilaku Pencegahan 1. Sangat Setuju 1,2,3,8,14

2. Setuju 4,7,11,15,10

3. Netral 5,13,12

4. Tidak Setuju 6 ,9

Jika pernyataan Positif maka akan diberi skor : 4 sangat setuju, 3 setuju, 2 netral

dan 1 tidak setuju

Jika pernyataan Negatif maka akan diberi skor : 1 sangat setuju, 2 setuju, 3 netral

4 tidak setuju

Setiap penilaian Likert mempunya Gradasi berupa kata- kata Sangat setuju (SS),

setuju (S) netral (N) sama dengan ragu-ragu, tidak setuju (TS)

Pengukuran perilaku pencegahan menurut skala Likert (2012) dikategorikan

sebagai berikut yaitu :

a. Dikategorikan Buruk, apabila responden mampu menjawab kuisoner

dengan nilai (40-60% )

38
39

b. Dikategorikan Baik, apabila responden mampu menjawab kuisoner dengan

nilai (60-100 %)

3.6.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisoner yang

mengacu pada tinjauan pustaka, kuisoner terdiri atas 2 bagian yaitu : data

demografi dan data pendidikan kesehatan

1. Kuisoner data demografi sebagai responden yang bertujuan untuk

mengetahui karakterstik responden yaitu berdasarkan Nama, Usia dan

pendidikan

2. Kuisoner pengetahuan yaitu bertujuan untuk mengetahui dan

mengidentifikasi responden mengenai tentang flour albus

3. Kuisoner sikap/tindakan pencegahan yaitu bertujuan untuk mengetahui

sikap/ tindakan responden dalam mencegah flour albus.

3. 8 Uji Validitas dan Relibilitas

A. Uji Validitas

Uji Validitas adalah ketetapan dalam kecermatan instrumen dalam,menjalankan

fungsi ukurnya. (Azwar 2011). Uji Validitas ada beberapa macam diantaranya,

construct validity, face validity, content validity yaitu cara untuk mengetahui

39
40

apakah alat ukur yang telah dibuat sudah memenuhi validitas isi maka dilakukan

dengan meminta dari seseorang yang pakar (Azwar,2011)

B. Uji Reablitas

Uji Reabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur

dapat dipercaya atau dapat dianadalkan (Natoadmodjo,2012) sebelum melakukan

pengumpulan data terlebih dahulu penulis melakukan uji reabilitas pada instrumen

penelitian.

Uji Validitas dan reabilitas ini sebelumnya sudah dilakukan peneliti

sebelumnya yaitu Surfitriana Hidayati pada tahun (2013) Mahasiswi kebidanan

dengan judul hubungan pengetahuan dengan upaya pencegahan patologis flour

albus tentang kebersihan genetalia eksterna pada remaja putri di SMA Tunas

Patria Ungaran Jambi, Uji validitas yang digunakan untuk variabel pengetahuan

yaitu dengan construct validity, dimana terdapat 20 pertanyaan yang valid dengan

nilai 0,786 Uji Reabilitas untuk variabel perilaku pencegahan atau menggunakan

rumus KR-15 dengan menggunakan skala likert dan didapat hasil 0,097 tidak

perlu lagi diuji validitas dan reablitias.

3.9 Pengolahan dan Teknik Analisis Data

3.9.1 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan berupa jawaban dari setiap pertanyaan kuesioner

akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing (Penyuntingan Data)

40
41

Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan

penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah kegiatan

untuk pengecekkan dan perbaikan isian formulir atau kuisoner tersebut meliputi,

dapat dibaca atau tidaknya data yang masuk dan kelengkapan pengisian.

b. Coding (pemberian Kode)

Setelah semua kuesioner di edit atau di sunting, selanjutnya dilakukan pemberian

kode atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data

angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam

memasukan data (data entry)

c. Data entry atau processing (Memasukkan Data)

Jawaban-jawaban dari masing masing responden yang dalam bentuk kode (Angka

atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software computer, Dalam proses

ini juga di tuntut ketelitian dari orang yang melakukan memasukkan data.

d. Cleaning (Pembersihan Data)

Apabila semua data dari setiap sumber atau responden selesai dimasukkan, perlu

dilakukan pengecekkan kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersih data

(Natoatmodjo, 2012).

3.9.2 Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dan dianalisa dengan

bantuan elektronik berupa perangkat-perangkat komputerisasi. Analisa dilakukan

dengan dua cara yaitu :

41
42

a) Analisa Univariat

Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk menganalisa tiap variable

dari hasil penelitian (Natoadmodjo, 2010). Analisa Univariat bertujuan untuk

menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian, yakni

menganalisis tiap-tiap variable penelitian. Analisis Univariat dimaksudkan pada

penelitian ini berdasarkan variabel independen dan varibel dependen yang diteliti

yaitu keputihan .

b) Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menguji ada tidaknya hubungan pengetahuan

dengan tindakan pencegahan flour albus pada remaja putri Analisa data

menggunkan formulasi korelasi Spearman Brown (Correlations Spearman’s Rho).

Uji kolerasi Spearman Brown digunakan dalam penelitian ini karena skala ukur

yang digunakan pada variabel pengetahuan dan tindakan pencegahan remaja putri

merupakan skala ordinal.

42
43

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda dibawah ini:

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Alamat :

Dengan adanya surat ini saya menyatakan bahwa saya bersedia untuk menjadi

responden dari penelitian “hubungan pengetahuan dengan sikap tindakan

pencegahan flour albus pada remaja putri di SMA Nusantara Lubuk Pakam” maka

dengan adanya surat ini saya mengakui dan bersuka rela untuk menjadi responden

tanpa adanya paksaan dari peneliti dan menyatakan ikut serta dalam penelitian

Demikian surat ini dapat dipergunakan dengan seperlunya

Deli Serdang,.............2021

43
44

( )

Lampiran 2

KUISONER

JUDUL PENELITIAN : Hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan

pada remaja putri di SMA Nusantara Lubuk Pakam tahun 2021

Tanggal penelitian ; ........................

Petunjuk pengsisian kuisoner

1. Pertanyaan mohon isi semua jangan ada yang tertinggal atau terlewat

2. Bila saudari tidak mengerti mintalah petunjuk dari peneliti

A. Data Umum

1. Nama :

2. Umur :

3. Sekolah :

4. Kelas :

5. Saat ini anda sudahkah anda mengalami menstruasi ? berilah tanda (√) pada

kotak:

44
45

□ ya □ Tidak

6. kapan anda mengalami keputihan ?

□ sebelum/ sesudah menstuasi

□ setiap saat

7. apakah sebelumnya pernah mendapatkan informasi tentang keputihan (flour

albus)?

□ ya □ tidak

8. jika pernah mendapatkan sumber informasi diatas darimana informasi

tersebut ?

□ Petugas kesehatan (bidan, perawat, dokter)

□ Media Cetak (Koran/ majalah)

□ Media Eletronik (TV, Handphone)

□ Keluarga

□ Teman

□ Tetangga

□ Tidak pernah/ Tidak ada

□ lainnya : Tuliskan .........

45
46

Lampiran 3

Kuisoner Penelitian Untuk Mengetahui Pengetahuan Flour Albus

(Keputihan)

Petunjuk Pengisian:

Inisial Responden :

Kelas:

Umur :

a. Berilah tanda checlist ( √ ) pada salah satu jawaban yang menurut anda benar

dan sesuai dengan apa yang anda ketahui

b. Semua pernyataan jangan sampai ada yang dilewatkan

c. Bila ada pertanyaan yang kurang dipahami, maka dapat ditanyakan langsung

dengan peneliti.

No Pernyataan Benar Salah

1. Keputihan adalah keluarnya cairan yang berlebihan


dari jalan lahir/ vagina selain darah menstruasi.

46
47

2. Keputihan adalah tanda paling penting di mulai pada


remaja

3. Keputihan yang biasa terjadi pada masa pre


menstruasi

4. Keputihan dapat menyebabkan gejala demam tinggi

5. Gejala yang timbul akibat keputihan adanya lendir


yang bebau sangat menyengat

6. Keputihan ditandai dengan adanya ruam kemerahan

7. Penggunaan Pakaian yang berbahan sintesis ketat


dapat menimbulkan keputihan.

8. Masa terjadinya keputihan pada masa pre menstruasi


syndrome yang dapat membuat vagina lembab

9. Sikus keputihan normal terjadi hari ke 6-14 setelah


menstruasi

10. Aktivitas fisik yang melelahkan dapat menyebabkan


keputihan

11. Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi


tidak dapat menyebabkan keputihan

12. Sering menggaruk organ kewanitaan dapat


menyebabkan keputihan

13. Personal Hygine yang kurang menyebabkan


keputihan

14. Perubahan Iklim yang lembab dapat menyebabkan


keputihan

15. Kurangi mengkonsumsi makanan manis dapat


menyebabkan keputihan

16. Menggunakan sabun pembersih untuk vagina yang


melebihi batas Ph untuk organ kewanitaan tidak dapat
menyebabkan keputihan.

17. Ph sabun yang tidak sesuai dapat menimbulkan


keputihan

47
48

18. Jarang mengganti Panty liner tidak dapat


menyebabkan keputihan

19. Stress yang berlebihan tidak dapat menyebabkan


keputihan

20. Tidak mengeringkan vagina sebelum menggunakan


celana dalam

Lampiran 4

Kuisoner Penelitian Untuk Mengetahui Perilaku/Tindakan Pencegahan

Flour Albus Pada Remaja Putri

Petunjuk Pengisian :

Inisial Responden :

Kelas:

Umur:

a. Berilah tanda checlist ( √ ) pada salah satu jawaban yang menurut anda

benar dan sesuai dengan apa yang anda ketahui

b. Semua pernyataan jangan sampai ada yang dilewatkan

c. Bila ada pertanyaan yang kurang dipahami, maka dapat ditanyakan

langsung dengan peneliti.

No Pernyataan Sangat Setuju Netral Tidak


Setuju Setuju

48
49

1. Mencuci tangan terlebih


dahulu sebelum menyetuh
daerah keperempuanan
2. Setelah melakukan buang air
besar/ kecil mengeringkan
daerah keperempuanan

3. memberihkan daerah Genetalia


dari depan ke belakang
4. Menganti pembalut pada saat
menstruasi minimal 3 kali
sehari
5. Menggunakan pakaian yang
longgar tidak ketat yang tidak
dapat menyerap keringat
6. Menggunakan panty liner
sesering mungkin
7. Menggunakan pembalut yang
kasar yang tidak dapat
menyerap cairan dengan baik
8. penggunaan obat bebas anti
jamur, gunakan obat sesuai
anjuran dokter spesialis kulit
9. Menggunakan air yang kotor
untuk membersihkan area
genetalia
10. Hindari pemakaian kontak
langsung handuk secara
bergantian
11. sabun pewangi buatan untuk
daerah genetalia sesuaikan
dengan Ph kewanitaan
12. Tidak dianjurkan mencukur
habis pada area genetalia
13. membilas air dengan arah
yang benar dari depan ke
belakang
14. pemakaian bedak khusus pada
area vagina secara terus

49
50

menerus pada area kewanitaan


15. Tidak mengkonsumsi obat-
obatan sembarangan untuk
pencegahan keputihan,
pemilihan obat sesuai dengan
anjuran dokter

Skala Likert dinilai dengan Sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju

Lampiran 5

Tabel 3.1

Poa Penelitian (Plan of Action)

N Keterangan Maret April Mei Juni Juli Agust-


O septem
ber
1. Acc judul
2. Survey awal penelitian

3. Membuat Bab 1- Bab 3


4. Seminar Proposal
5. Mengantar surat
penelitian
6. Melakukan Penelitian
7. Membuat Bab 4- Bab 5
8. Sidang Akhir Hasil
Penelitian

50
51

Lampiran 6
DOKUMENTASI

51
52

52
53

53
54

BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Penelitian
4.1.1 Keadaan Geografis

SMA Nusantara Lubuk Pakam merupakan salah satuSMA di Kabupaten

Deli serdang, Kecamatan Lubuk pakam, SMA Nusantara Lubuk Pakam terletak di

jalan Tengku Raja Muda No. 01 Lubuk Pakam, SMA Nusantara merupakan SMA

campuran SMA dan SMK, terdapat beberapa jurusan di SMA Nusantara yaitu

jurusan IPA ( ilmu pengetahuan alam ) dan jurusan IPS, (ilmu pengetahuan

sosial) di SMK Nusantara juga terdapat jurusan diantaranya Teknik Akutansi, Tata

Kelola Perkantoran,dan Teknik Komputer dan jaringan (TKJ).

SMA Nusantara terletak di Kota Lubuk Pakam sebelah utara Jalan Tengku

Fachrudin, Sebelah Barat didekat Toko Farfum Baba Farfum jalan Tengku

Fachrudin, sebelah Timur, di dekat Kantin Siang malam dan di sebalh selatan di

dekat dengan pajak/ pasar pembelajaan busana.

4.1.2 Lingkungan Fisik

SMA Nusantara terdiri atas lahan 3470 meter persegi, keadaan ini cukup

baik, siswa dan siswi mendapatkan ruangan yang cukup memadai, terdapat 4

lantai di SMA Nusantara Lubuk Pakam terdapat fasilitas- fasilitas yang memadai

diantaranya : terdapat perpustakaan, Laboratorium Bahasa Asing, Laboratorium

Komputer, Laboratorium MIPA, terdapat juga lapangan olahraga untuk siswa dan

siswi SMA nusantara.

54
55

4.1.3 Keadaaan Demografi

Jumlah siswa- siswi SMA Nusantara Lubuk Pakam berjumlah 560 orang,

dimana siswi terdiri dari 325 orang dan siswa terdiri dari 235 orang, yang terdiri

dari jurusan IPA (ilmu pengetahuan alam) dan IPS ( ilmu pengetahuan sosial)

pada kelas XI dan kelas XII

4.2 Data Demografi


Data demografi dalam penelitian ini meliputi Usia,, pendidikan,dan

Sumber informasi , Didapatkan data demografi responden sebagai berikut :

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden Di SMA

Nusantara Lubuk Pakam Kec. Lubuk Pakam Tahun 2021

4.2.1 analisa univariat


Data Demografi F %
Usia
15-16 30 75.0
17-18 10 25.0
Total 40 100
Pendidikan
X 22 55.0
XI 8 20.0
XII 10 25.0
Total 40 100
Sumber Informasi
Tenaga Kesehatan 13 32.5
Media Cetak 7 17.5
Teman 15 37.5
Keluarga 5 12.5
TOTAL 40 100

55
56

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa karakteristik responden penelitian

berdasarkan usia 15- 16 tahun sebanyak 30 orang dengan (75.0%). Sedangkan

karakteristik Pendidikan di kelas X 22 responden dengan persentase (55.0%). Dan

Karakteristik berdasarkan sumber informasi teman sebanyak 15 responden dengan

persentase (37.5%).

4.2.2 analisa bivariat


Tabel 4.2.3
4.2.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Flour Albus (Keputiham) di SMA Nusantara Lubuk Pakam Tahun 2021
Pengetahuan F Persentase
Baik 9 22.5%
Cukup 25 62.5%
Kurang 6 15.0 %
Total 40 100 %

Berdasarkan tabel distribusi di atas diperoleh pengetahuan masyarakt

tentang Flour Albus (Keputihan), mayoritas pengetahuan berada pada kategori

cukup sebanyak 25 responden dengan persentase (62.5%) dan minoritas berada

pada kategori kurang sebanyak 6 responden dengan persentase (15.0%).

Tabel 4.2.4
Distribusi Frekuensi Tindakan Pencegahan Flour Albus (Keputihan) di SMA
Nusantara Lubuk Pakam Tahun 2021
Pencegahan F Persentase
Baik 30 75.0%
Buruk 10 25.0%
Total 40 100 %

56
57

Berdasarkan tabel distribusi diatas diperoleh bahwa tindakan pencegahan

pada SMA Nusantara Lubuk Pakam tahun 2021 berdasarkan kategori baik

sebanyak 30 responden dengan persentase (75.0%) . Sedangkan Katogeri Buruk

didapatkan 10 responden dengan persentase (25.0%).

Tabel 4.2.5
Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Flour Albus
(Keputihan) di SMA Nusantara Lubuk Pakam Tahun 2021.
Pengetahuan Pencegahan P Value
Baik Buruk Total
F % F % F %
Baik 5 12,5 4 10 9 22,5
0,002
Cukup 19 47,5 6 15 25 62,5
Kurang 6 15 0 0 6 15
30 75 10 25 40 100

57
58

Hasil Statistic Dengan menggunakan SPSS


Statistics

UMUR KELAS PENGETAHUA PENCEGAHAN


N

Valid 40 40 40 40
N
Missing 0 0 0 0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PENGETAHUAN *
40 100.0% 0 0.0% 40 100.0%
PENCEGAHAN

Correlations

PENGETAHUA PENCEGAHAN
N

Correlation Coefficient 1.000 .824

Sig. (2-tailed) . .002


PENGETAHUAN

40 40
Spearman's rho
N

Correlation Coefficient .824 1.000

PENCEGAHAN Sig. (2-tailed) .002 .

N 40 40

58
59

5. PEMBAHASAN

5.1 Kejadian Pengetahuan Dengan Kejadian Keputihan

Pada Penelitian ini di dapatkan mayoritas jawaban kuisoner pengetahuan

berada pada kategori cukup sebanyak 25 responden dengan persentase (62.5 %),

hasil dari wawancara melalui kuisoner didapatkan bahwa remaja yang mengalami

flour albus (keputihan) menyatakan remaja tersebut biasanya mengalami

keputihan pada saat pre menstruasi seperti pernyataan kuisoner (nomor 3)

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (Kbbi) dalam Ilmiawati dan

Kuntoro (2016), dijelaskan bahwa pengetahuan yaitu suatu hal yang dapat

diketahui secara berkaitan dengan proses belajar mengajar. Kegiatan belajar

dipengaruhi banyak yang berasal dari faktor dalam, seperti motivasi, dan faktor

luas seperti sarana informasi yang tersedia serta keadaan alam sosial dan budaya.

Berdasarkan data demografi pada penelitian ini Analisa Univariat usia

mempengaruhi Pengetahuan kejadian keputihan didapatkan pada rentang usia 15-

16 tahun dengan persentase (75.0%), dikarenakan pada rentang usia tersebut

remaja sudah mengalami flour albus (keputihan), Pendidikan (kelas) juga

mempengaruhi pada kelas X didapatkan 22 responden dengan persentase (55.0%)

dan sumber informasi didapatkan 13 responden dengan persentase (32.5%)

Menurut Rahmi (2014) Keputihan juga dipengaruhi oleh Pengetahuan

remaja, dimana masih rendahnya pengetahuan remaja tentang keputihan,

kurangnya informasi yang diperoleh remaja, serta akses layanan kesehatan

reproduksi pada remaja yang belum memadai, Remaja yang kurang bergaul atau

59
60

bersosialisasi dengan orang lain karena hanya berfokus dengan game online

sehingga mengakibatkan minimnya pengetahuan remaja menjadi buruk

Pada Penelitian ini peneliti beranggapan bahwa minimnya pengetahuan

remaja terkait tentang flour Albus (keputihan) dikarenakan remaja pada saat ini

kurang mendapatkan informasi terkait tentang kesehatan reproduksi di sekolah,

remaja yang kurang bergaul atau bersosialisasi dan hanya berfokus pada game

online atau aplikasi online lainnya.

Berdasarkan data demografi pada penelitian ini Analisa Univariat usia

mempengaruhi Tindakan Pencegahan kejadian keputihan didapatkan pada

rentang usia 15-16 tahun dengan persentase (75.0%), dikarenakan pada rentang

usia tersebut remaja sudah mengalami flour albus (keputihan), Pendidikan (kelas)

juga mempengaruhi pada kelas X didapatkan 22 responden dengan persentase

(55.0%) dan sumber informasi didapatkan 13 responden dengan persentase

(32.5%)

Menurut Chalis (2015) keputihan di pengaruhi juga Tindakan pencegahan

dimana seseorang wanita yang mengalami keputihan diwajibkan untuk

mengetahui cara pencegahan keputihan, membersihkan daerah genetalia eksterna

khusunya pada wanita yang sudah mengalami haid/ menstruasi.

Pada penelitian ini peneliti berasumsi bahwa tindakan pencegahan

keputihan dimulai sejak dini, remaja yang mengalami haid / menstruasi pasti

sudah mengalami keputihan seharusnya remaja tersebut mengetahui cara atau

60
61

tindakan pencegahan keputihan sebelum keputihan menjadi penyakit yang lebih

serius.

5.2 Hubungan Tindakan Pencegahan Dengan Kejadian Keputihan

Pada penelitian ini mayoritas jawaban kuisoner tindakan pencegahan

berada pada kategori baik dengan persentase (75.0%), hasil dari wawancara

melalui kuisoner pernyataan (nomer 3) didapatkan mayoritas tindakan pencegahan

remaja membersihkan daerah genetalia dari depan ke belakang, dan (pernyataan

nomer 4) di dapatkan mengganti pembalut minimal 3 kali dalam sehari.

Tindakan menurut kamus besar (Kbbi) pada penelitian Ayunda (2015)

adalah reaksi individu terdapat rangsangan ataupun lingkungan disekitar,

bagaimana invididu tersebut menghadapi atau bereaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan data demografi pada penelitian ini Analisa Univariat usia

mempengaruhi Tindakan Pencegahan kejadian keputihan didapatkan pada

rentang usia 15-16 tahun dengan persentase (75.0%), dikarenakan pada rentang

usia tersebut remaja sudah mengalami flour albus (keputihan), Pendidikan (kelas)

juga mempengaruhi pada kelas X didapatkan 22 responden dengan persentase

(55.0%) dan sumber informasi didapatkan 13 responden dengan persentase

(32.5%)

Menurut Chalis (2015) keputihan di pengaruhi juga Tindakan pencegahan

dimana seseorang wanita yang mengalami keputihan diwajibkan untuk

61
62

mengetahui cara pencegahan keputihan, membersihkan daerah genetalia eksterna

khususnya pada wanita yang sudah mengalami haid/ menstruasi.

Pada penelitian ini peneliti berasumsi bahwa tindakan pencegahan

keputihan dimulai sejak dini, remaja yang mengalami haid / menstruasi pasti

sudah mengalami keputihan seharusnya remaja tersebut mengetahui cara atau

tindakan pencegahan keputihan sebelum keputihan menjadi penyakit yang lebih

serius.

5.3 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Keputihan

Pada penelitian ini, terdapat hubungan antara pengetahuan dengan

tindakan pencegahan dengan keputihan, Hasil Analisis ini mengunakkan

Spearman Rho dengan nilai P value 0,002 (p< 0,005). Sehingga H0 ditolak.

Mayoritas jawaban kuisoner didapatkan bahwa hasil dari pengetahuan

berada pada kategori cukup dengan persentase (62.5%) dan minoritas berada pada

kategori kurang dengan persentase (15.0%)

Mayoritas jawaban kuisoner didapatkan bahwa hasil dari tindakan

pencegahan berada pada kategori baik dengan persentase (75.0%) sedangkan

kategori buruk didapatkan (25.0%)

Pada hasil peneliti sebelumnya telah didapatkan Susi Ernawati dkk (2017)

yang dilakukan di SMK Ahmad Yani Gurah Kediri didapatkan hasil memiliki

pengetahuan baik (30.0%) memiliki pengetahuan cukup (60.0%) dan memiliki

pengetahuan kurang (10.0%), dan juga responden dengan tindakan baik (69,5%)

dan dikatakan buruk (30,5%) P value dengan menggunkan Uji Spearman Rho

62
63

dengan nilai p= 0,001 berarti terdapat hubungan yang signifikan dengan

pengetahuan dan tindakan

No Umur Kelas Hasil Kuisoner Hasil Kuisoner


Responden Pengetahuan Pencegahan
1. 16 XI 18 40
2. 15 X 6 45
3. 16 XI 11 40
4. 17 XII 6 60
5. 15 X 13 67
6. 17 XII 6 50
7. 15 X 6 50
8. 15 X 12 46
9. 16 XI 6 70
10. 16 XI 9 76
11. 16 XI 10 55
12. 18 XII 18 45
13. 18 XII 6 57
14. 15 X 10 48
15. 16 XI 18 80
16. 16 XI 8 78
17. 17 XII 9 77
18. 17 XII 11 66
19. 18 XII 11 66
20. 15 X 11 77
21. 18 XII 13 76
22. 15 X 20 80
23. 15 X 19 77
24. 16 XI 12 77
25. 17 XII 11 69
26. 17 XII 13 66
27. 15 X 12 69
28. 15 X 12 70
29. 15 X 11 71
30. 15 X 7 74
31. 15 X 8 75
32. 15 X 18 68
33. 15 X 17 63

63
64

34. 15 X 18 65
35. 15 X 18 64
36. 15 X 13 69
37. 15 X 13 72
38. 15 X 11 71
39. 15 X 11 70
40. 15 X 8 70

DATA DEMOGRAFI

UMUR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

15-16 TAHUN 30 75.0 75.0 75.0

Valid 17-18 TAHUN 10 25.0 25.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

KELAS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

X 22 55.0 55.0 55.0

XI 8 20.0 20.0 75.0


Valid
XII 10 25.0 25.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

PENGETAHUAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

BAIK 9 22.5 22.5 22.5

CUKUP 25 62.5 62.5 85.0


Valid
KURANG 6 15.0 15.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

PENCEGAHAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

64
65

60-100 % 30 75.0 75.0 75.0

Valid 40-59 % 10 25.0 25.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

65
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian tentang: Hubungan Pengetahuan Dengan

Tindakan Pencegahan pada Remaja Putri di SMA Nusantara Lubuk Pakam pada

tahun 2021 dengan jumlah Responden sebanyak 40 orang, maka dapat di ambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Remaja yang memiliki pengetahuan dengan karakteristik baik yakni

sebanyak 9 orang dengan persentase (22,5%), Remaja yang memiliki

karakteristik cukup sebanyak 25 orang dengan persentase (62,5%), Remaja

yang memiliki karakteristik kurang sebanyak 6 orang dengan persentase

(15,0%).

2. Kejadian keputihan pada remaja pada rentang usia 15-16 tahun terdapat 30

remaja dengan persentase (75.0%) dan 17-18 tahun terdapat 10 remaja

dengan persentase (25,0 %)

3. Maka di dapatkan nilai p sebesar 0,002 (p<0,05) yang menunjukkan

terdapatnya hubungan bermakna antara pengetahuan remaja dengan

tindakan pencegahan flour albus (keputihan) pada remaja putri di SMA

Nusantara Lubuk pakam. Dengan demikian Ha diterima Hо ditolak

65
66
66

5.2 Saran

1. Tempat penelitian

Disarankan kepada kepala sekolah agar dapat meningkat pemberian

inforamsi terkait tentang flour albus sehingga memudahakan siswi untuk

melakukan pencegahan tindakan keputihan bagi diri mereka sendiri.

2. Institusi Pendidikan

Diharapkan menjadi hasil penelitian ini sebgai referensi dan acuan kepada

mahasiswa/i selanjutnya dalam pengambilan kasus tentang flour albus dan

tindakan pencegahan flour albus dalam penerapan ilmu dan konsep

keperawatan reproduksi

3. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan

penelitian ini, mengkaji lebih dalam, bukan hanya sekedar flour albus

namun juga faktor-faktor lain yang berkaitan dan dapat mempengaruhi

flour albus dan tindakan pencegahannnya dengan mengembangkan

variabel penelitian dengan desain penelitian yang berbeda dan jumlah

sampel yang mungkin lebih banyak.


67

LEMBAR KONSUL

Nama : Nurul Huda Sitepu

Nim : 17608072012

Pembimbing : Niasty Lasmy Zaen SST, M.Kes

Judul Proposal : Hubungan pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan


Pada Remaja Putri di SMA Nusantara Lubuk Pakam Tahun 2021

No Hari/ Materi Saran Paraf


Tanggal

1. Kamis, 4 Pengajuan - Mencari judul


maret 2021 Judul yang belum
pernah diteliti
- Sudah diteliti
tetapi masalah
belum teratasi
2. Selasa, 9 ACC judul - Judul sudah di
maret 2021 ACC
3. Kamis, 18 BAB 1 - Mencari
april 2021 BAB 2 referensi
jurnal versi
terbaru dan
ambil
referensi
sebanyak
banyaknya
4. Senin, 26 BAB 1 - Perbaiki bab 1
April 2021 BAB 2 - Lanjutkan bab
2
5. Kamis, 29 BAB 1 - Perbaiki
April 2021 BAB 2 penulisan
BAB 3 sesuai dengan
68

buku panduan
6. Selasa, 8 BAB 1 - Tentukan
juni 2021 BAB 2 teknik
BAB 3 pengambilan
sampel dengan
baik
- perbaiki
7. Sabtu 12 BAB 1 - Perbaikan bab
juni 2021 BAB 2 1, 2, 3
BAB 3
8. Senin 21 BAB 1 - Acc perbaikan
juni 2021 BAB 2 proposal
BAB 3

Dosen Pembimbing

(Niasty Lasmy Zaen SST, M.KES )


69

Anda mungkin juga menyukai