Anda di halaman 1dari 116

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN STRES DENGAN KEJADIAN

PREMENSTRUAL SYNDROME PADA MAHASISWI TINGKAT AKHIR


REGULER FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH
PRINGSEWU

SKRIPSI

OLEH :
WIDYA ASTUTI
NPM : 1801065

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH
PRINGSEWU TAHUN 2022
ii

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN STRES DENGAN


KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA
MAHASISWI TINGKAT AKHIR REGULER FAKULTAS
KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana S1 Keperawatan

OLEH :
WIDYA ASTUTI
NPM : 1801065

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH
PRINGSEWU TAHUN 2022

ii
iii

UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
Skripsi, 2022
Widya Astuti
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN STRES DENGAN KEJADIAN
PREMENSTRUAL SYNDROME PADA MAHASISWI TINGKAT AKHIR
REGULER FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH
PRINGSEWU
XIV + halaman + 9 table + 2 gambar + 8 lampiran
ABSTRAK
World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa premenstruasi
syndrome (PMS) angka kejadian cukup tinggi, yaitu hampir 75% wanita usia
subur di seluruh dunia mengalami. Berdasarkan hasil pra survey pada
mahasiswa semester akhir universitas aisyah pringsewu dimana dari 10 orang
terdapat 9 orang mengatakan mengalami premenstrual syndrome Dengan
Keluhan yang dialami mahasiswi bervariasi mulai dari lebih sensitif, mudah
marah, nyeri perut, sakit pinggang dan rasa tegang pada payudara. Tujuan
penelitian ini adalah Diketahui Hubungan Pengetahuan Dan Stres Dengan
Kejadian Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler
Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitafif. Jenis pendekatan


yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan survey cross sectional.
Dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. jumlah
sampel 136 responden dengan menggunakan uji statistik gamma.

Hasil penelitian ini diperoleh melalui uji gamma didapatkan nilai sebesar
p=0,059 (<0,05), hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan kejadian premenstrual syndrome Pada Mahasiswi
Tingkat Akhir Reguler Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu.
Hasil analisa data diperoleh nilai sebesar p=0,024 (<0,05), hal ini
menunjukan bahwa ada hubungan antara Stres Dengan Kejadian
Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas
Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu. Diharapkan mahasiswa dapat
mengelola dan mengontrol kondisi stres akademik dengan baik. Adapun
upaya yang dapat dilakukan seperti melakukan kegiatan yang disukai (hobi),
melakukan komunikasi dengan teman dan istirahat yang cukup.

Kata kunci : Pengetahuan, Stres, Premenstrual Syndrome


Kepustakaan : 55 (2013-2021)

iii
iv

AISYAH UNIVERSITY OF PRINGSEWU


FACULTY OF HEALTH
BACHELOR OF NURSING STUDY PROGRAM
Undergraduate Thesis, 2022
WidyaAstuti
CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND STRESS WITH
PREMENSTRUAL SYNDROME ON FINAL-YEAR STUDENTS OF
FACULTY OF HEALTH AT THE AISYAH UNIVERSITY OF
PRINGSEWU
XIV + pages + 9 tables + 2 figures + 8 attachments
ABSTRACT
Premenstrual syndrome (PMS), according to data from the World Health
Organization (WHO), affects nearly 75% of women globally who are of
childbearing age. Nine out of ten respondents to an AisyahPringsewu University
pre-survey of final-year students claimed to have premenstrual syndrome. Female
students' complaints ranged from feeling more sensitive and agitated to having
backaches, stomachaches, and breast tension. The research objective was to
determine the correlation between knowledge and stress with premenstrual
syndrome on final-year students of Faculty of Health at the Aisyah University of
Pringsewu.
This research used quantitative research. The type of approach used was a cross-
sectional survey design, with the sampling technique using total sampling. The
number of samples was 136 respondents using the gamma statistic test.

The results of this study showed that there is no correlation between knowledge
and the incidence of premenstrual syndrome in the final-yearstudents of the
Faculty of Health at the AisyahUniversity of Pringsewu with a value of p = 0.059
(0.05) obtained by using the gamma test.The data analysis yielded a value of p =
0.024 (0.05), indicating a correlation between stress and the prevalence of
premenstrual syndrome in regular final-year students of Faculty of Health at the
Aisyah University of Pringsewu. It is expected of students that they have good
stress management and control skills. In terms of actions that can be taken, these
include engaging in students’ hobbies interacting with friends, and getting enough
sleep.

Keywords : Knowledge, Stress, Premenstrual Syndrome


References : 55 (2013-2021)

iv
v

v
vi

vi
vii

MOTTO

“sesungguhnya allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri”

(QS Ar Rad. 11)

“ Tetaplah rendah hati seberapa tinggi pun kedudukan kita. tetaplah percaya diri
seberapa pun kekurangan kita. tetaplah bersyukur apa pun keadaan kita“

(Widya Astuti)

vii
viii

BIODATA PENULIS

A. Identitas Penulis
Nama : Widya Astuti
NPM : 1801065
Tempat, Tgl Lahir : Gedung Makripat, 29 Maret 2001
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Orang Tua : Ayah : Suwito

: Ibu : Manisih
Alamat : Gedung Makripat, Kec Hulu Sungkai, Kab
Lampung Utara.
No. Hp : 082278050722
Email : widyaastuti0329@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

1. TK (2005-2006) : TK Wiyata Bhakti


2. SD (2006-2012) : SDN 01 talang Padang
3. SMP (2012-2015) : MTS Miftahul Ulum Bukit Kemuning
4. SMA (2015-2018) : MAN 2 Lampung Utara

viii
ix

PERSEMBAHAN

1. Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah


memberikan kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Teruntuk kedua orang tua saya bapak Suwito dan ibu Manisih yang telah
mendidikku dari kecil hingga sekarang, yang selalu memberikan
semangat, dan doa restu, serta dukungan tiada henti.
3. Terimakasih kepada ibu Eva Yunitasari, S.Kep., Ners., M.Kep selaku
dosen pembimbing yang selalu membimbing penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada kedua kakak laki-laki saya dan adik perempuan, serta keluarga
yang selalu mendukung dan memberikan semangat dalam segala situasi.
5. Teman- teman keperawatan angkatan 18 yang telah saling memberikan
semangat. Untuk temanku Adinda Qamara Pratiwi, Hudhani Nora Dwipa,
Heni Kurnia Putri, yang telah membantu dan mangiatkan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepada diri saya sendiri yang sudah berjuang sangat kuat untuk bisa
sampai di titik ini.

ix
x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan
Karunia-Nya, sehingga penyusunan Skripsi yang berjudul “Hubungan
Pengetahuan Dan Stres Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome Pada
Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah
Pringsewu”, dapat saya selesaikan. Penyelesaian Skripsi ini juga berkat dorongan
dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis
menghaturkan rasa terimakasih kepada bapak/ibu yang terhormat:
1. Sukarni, S.ST.,M.Kes., selaku ketua yayasan Aisyah lampung.
2. Wisnu Prabowo Wijayanto,S.Kep.,Ners.,MAN, selaku Rektor Universitas
Aisyah Pringsewu Lampung.
3. Ikhwan Amirudin, S.Kep., Ners.,M.Kep, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Aisyah Pringsewu Lampung.
4. Rini Palupi, S.Kep., Ners.,M.Kep, selaku Kepala program Studi Keperawatan
Universitas Aisyah Pringsewu Lampung dan juga penguji I.
5. Eva Yunitasari, S.Kep., Ners.,M.Kep, selaku pembimbing utama dan
pendamping yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penulisan
penelitian ini.
6. Riska Hediya Putri, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku penguji II yang telah
membantu kritik dan saran dalam menyelesaikan penulisan penelitian ini.
7. Seluruh staf, dosen, dan tata usaha program studi ilmu keperawatan
Universitas Aisyah Pringsewu Lampung. Teman-teman dan orang-orang yang
telah mendukung dan memotivasi diri saya.
Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah di
berikan dan semoga Skripsi ini dapat dijadikan pedoman untuk melakukan
penelitian.
Pringsewu, 29 Juni 2022

x
xi

Widya astuti

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI.............................................. ii
ABSTRAK........................................................................................................ iii
ABSTRACK..................................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ORSINALITAS...................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. vi
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... vii
BIODATA........................................................................................................ viii
MOTTO............................................................................................................ ix
PERSEMBAHAN............................................................................................. x
KATA PENGANTAR.................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 6
1. Tujuan Umum.......................................................................... 6
2. Tujuan Khusus......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 7
E. Ruang Lingkup penelitian.............................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teoritis........................................................................ 9
B. Penelitian Terkait........................................................................... 32
C. Kerangka Teori........................................................................... 34
D. Kerangka Konsep....................................................................... 35
E. Hipotesis ....................................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis penelitian ............................................................................... 36
B. Waktu dan Tempat penelitian......................................................... 36
C. Rencana Penelitian.......................................................................... 36
D. Subyek Penelitian........................................................................... 37
E. Variabel Penelitian.......................................................................... 37
F. Definisi Operasional Penelitian...................................................... 38
G. Teknik pengumpulan Data.............................................................. 39
H. Instrumen Penelitian....................................................................... 39
I. Pengolahan data ............................................................................. 43

12
J. Uji Validitas dan Rehabilitas.......................................................... 45
K. Analisis Data................................................................................... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Tempat Penelitian........................................... 47
B. Hasil Penelitian............................................................................. 49
C. Pembahasan.................................................................................. 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan................................................................................... 74
B. Saran............................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

13
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori...................................................................... 34


Gambar 2.2 Kerangka Konsep................................................................... 35

14
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Oprasional variable.......................................................... 38


Tabel 3.2 Kisi-kisi kuisoner SPAF................................................................ 41
Tabel 3.3 Jumlah butir instrument penelitian pengetahuan
premenstrual syndrome.................................................................. 41
Tabel 3.4 Kisi kisi dan Jumlah butir instrument penelitian stress................. 43
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden
BerdasarkanPengetahuan Premenstrual Syndrome Pada
MahasiswaSemester Akhir Reguler Fakultas Kesehatan
UniversitasAisyah Pringsewu........................................................ 49
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Stres
PadaMahasiswa Semester Akhir Reguler Fakultas
KesehatanUniversitasAisyah Pringsewu....................................... 49
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian
Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswa Semester
Akhir Reguler Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah
Pringsewu....................................................................................... 50
Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Premenstrual
Syndrome Pada Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler
Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu.......................51
Tabel 4.5 Hubungan Stres Dengan Kejadian Premenstrual
Syndrome Pada Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler
FakultasKesehatan Universitas Aisyah Pringsewu........................52

15
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Pra Survei


Lampiran 2. Balasan pra survey
Lampiran 3. Surat izin penelitian
Lampiran 4. balasan penelitian
Lampiran 5. Informed Consent
Lampiran 6. Lembar Kuesioner
Lampiran 7. Output analisis univariat dan bivariat
Lampiran 8. Lembar Konsultasi

16
17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Premenstrual Syndrome (PMS) adalah ketidaknyamanan atau gejala-gejala

fisik dan mental yang timbul saat wanita akan mengalami siklus menstruasi

Premenstrual Syndrome merupakan kumpulan gejala yang mencakup

perubahan secara fisik, emosional, kognitif dan perilaku yang biasanya

muncul 10 - 14 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika menstruasi

dimulai, yang sangat mengganggu aktifitas sehari-hari. Prevalensi sindrom

premenstruasi cukup tinggi yaitu sekitar 70- 90% perempuan pada usia

reproduktif dan lebih seringditemukan pada wanita berusia 20 – 40 tahun

mengalami gejala-gejala pramenstruasi yang dapat mengganggu beberapa

aspek dalam kehidupannya. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya

pendarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya (Nurlaeli, 2020).

World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa premenstruasi

syndrome (PMS) angka kejadian cukup tinggi, yaitu hampir 75% wanita usia

subur di seluruh dunia mengalami. Di Amerika kejadiannya mencapai 70-

90%, Swedia sekitar 61-85%, Maroko 51,2%, Australia 85%, Taiwan 73%,

dan Jepang mencapai 95% yang mengalami PMS (Anggaraini, 2018).

Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2017 menyatakan kesehatan

reproduksi masuk dalam gols nomor 5 yaitu menjamin kesetaraan gender

serta memberdayakan seluruh wanita dan perempuan(WHO, 2020).


18

Di indonesia pada wanita usia subur dengan rentang 15 – 49 tahun

diperkirakan berjumlah 71 juta jiwa Prevalensi PMS dibeberapa daerah di

Indonesia menunjukkan hasil yang berbeda.Jakarta Selatan menunjukkan

45% siswi SMK mengalami PMS. Kudus didapatkan prevalensi PMS pada

mahasiswi Akademi Kebidanan sebanyak 45,8%. Provinsi Padang

menunjukkan 51,8% siswi SMA mengalami PMS, Purworejo pada siswi

sekolah menengah atas, prevalensi PMS sebanyak 24,6%. Sedangkan

Semarang tahun 2003 didapatkan prevalensi kejadian PMS sebanyak 24,9%

(Rabani, 2018).

Premenstrual syndrome (PMS) dibagi menjadi 2 gejala dan dampak nya.

Pertama Gejala fisik meliputi perut kembung, payudara nyeri, kelelahan,

nyeri panggul, sakit punggung, serta sakit kepala. Selanjutnya gejala

psikologisnya meliputi mudah marah, emosi, mudah tersinggung, mudah

menangis, sulit berkonsentrasi, dan depresi. Dampak Premenstrual Syndrome

yaitu terhadap penurunan produktivitas kerja, sekolah maupun hubungan

interpersonal.Rasa cemas berlebihan, cepat marah, nyeri pada payudara, mual

muntah, timbul jerawat, nyeri pinggang, hingga pingsan. Sehingga

Premenstrual Syndrome memiliki kecenderungan dapat mengurangi

produktivitas remaja pada umumnya. Premenstrual Syndrome telah

dilaporkan dapat mempengaruhi sebanyak 90% wanita usia reproduksi

(wahyuni et al, 2017)

Premenstrual Syndrome(PMS) terdiri dari dari beberapa tipe A (anxiety

atau mudah cemas) yaitu gejala psikologis yang paling banyak dialami
19

sebanyak 80%. Gejala yang dirasakan cemas, sensitive, saraf tegang serta

perasaan labil bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai

sedang. tipe H (Hyperhydration) terjadi pada gejala fisik sekitar 60% gejala

yang dirasakan perut kembung, nyeri pada payudara, pembengkakan kaki dan

tangan.tipe C (Craving) sebanyak 40% dengan gejala hipoglikemia seperti

kelelahan, jantung berdebar, pusing hingga pingsan. tipe D (Depresi)

sebanyak 20% yang ditandai dengan rasa depresi, menangis, lemah, gangguan

tidur, pelupa. dan terahir tipe P (Plain) dengan gejala timbulnya jerawat, kulit

dan rambut berminyak, dismenorea, mual dan muntah( Meita, 2020).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakuhkan pengindraan terhadap sesuatu objek tertentu, pengindraan terjadi

melalui pengelihatan, penciuman,rasa, raba, dan sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014). Perlunya

mengetahui Premenstrual Syndromeadalah untuk meningkatkan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi sehingga memiliki sikap dan prilaku kehidupan

yang baik (Khatarina, 2017).

Stres merupakan reaksi tanggung jawab seseorang, baik secara fisik

maupun psikologis karna adanya perubahan.kemarahan, kecemasan dan

bentuk lain emosi merupakan reaksi stres. ketegangan merupakan respon

psikologis dan fisiologis seseorang terhadap stressor berupa

ketakutan,kemarahan, kecemasan, frustasi atauaktivitas saraf otonom.sebelum

menstruasi dan menghilang dengan keluarnya darah menstruasi, serta dialami

oleh banyak wanita sebelum siklus menstruasi( putri ,2017)


20

Dampak negatif yang timbul dari premenstrual syndrom yaitu beberapa

wanita melaporkan gangguan hidup yang parah akibat premenstrual syndrom

yang secara negatif mempengaruhi hubungan interpersonal mereka.

Penurunan produktivitas penderita PMS yang sangat bermakna dibandingkan

control yang berkaitan dengan keluhan sukar berkonsentrasi, menjadi pelupa,

menurunnya entusiasme, mudah tersinggung dan labilitas emosi, serta

menurunnya kemampuan koordinasi. Bila nyeri haid atau gejala lain tidak

segera di tangani dengan baik tentunya dapat mengganggu aktifitas sehari

hari dan apabila nyeri menstruasi terjadi dalam jangka waktu lama maka

dapat mempengaruhi nilai konsentrasi dan mengganggu aktifitasSecara

ekstrem PMS yang dihubungkan secara temporal dengan lebih tingginya

insiden kriminaltas, pikiran bunuh diri, dan percobaan bunuh diri yang

dilakukan penderita PMS pada fase prahaid dibandingkan dengan waktu-

waktu lain dalam siklus haid (putri,2017).

Menurut penelitian Farujiah (2017) yang berjudul “Hubungan

Pengetahuan Dengan Sikap Remaja Tentang Coping Premenstrual Syndrome

Di Sman 9 Kendari” Didapatkan hasil penelitian yaitu sebagian besar remaja

memiliki pengetahuan yang baik tentang coping premenstrual syndrome, dari

62 remaja, remaja yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 36 remaja

(58,0%) dan berpengetahuan kurang sebanyak 20 remaja (32,3%). dan sikap

yang positif tentang coping premenstrual syndrom. Dari 62 remaja, remaja

yang memiliki sikap positif sebanyak 43 remaja (69,4%) dan remaja yang

memiliki sikap negatif sebanyak 19 remaja (30,6%).Hasil penelitian juga


21

menyatakan bahwa semakin baik pengetahuan remaja tentang coping

premenstrual syndrom maka semakin positif sikap remaja.

Penelitian lain yang dilakukanLestari (2020), yang berjudul “Hubungan

Stres Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (Pms) Pada Siswi Di Sman 1

Godean, Sleman” didapatkan hasil Tingkat stres pada siswi SMAN 1 Godean

dalam kategori normal sebanyak 39 responden (39.4%).Kejadian

Premenstrual Syndrome (PMS) yang terjadi pada siswi SMAN 1 Godean

berdasarkan tingkat gejala PMS sebagian besar tidak mengalami gejala

hingga gejala ringan sebanyak 71 responden (71.7%).Terdapat hubungan

bermakna antara stres dengan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada

siswi di SMAN 1 Godean.

Berdasarkan hasil pra survey pada mahasiswa program studi keperawatan

semester akhir Universitas Aisyah Pringsewu menggunakan metode

wawancara dimana dari 10 orang terdapat 9 orang mengatakan mengalami

premenstrual syndrome. Dengan Keluhan yang dialami mahasiswi bervariasi

mulai dari lebih sensitif, mudah marah, nyeri perut, sakit pinggang, rasa

tegang pada payudara dan sensitif.Beberapa mahasiswi juga mengeluh

mengalami gangguan tidur, sakit kepala dan timbul jerawat pada wajah.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakuhkan

penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dan Stres Dengan Kejadian

Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas

Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu ”


22

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka penulis

membuat rumusan masalah yaitu “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Dan

Stres Dengan KejadianmPremenstrual Syndrome Pada Mahasiswi Tingkat

Akhir Reguler Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu ”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui Hubungan Pengetahuan Dan Stres Dengan Kejadian

Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas

Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan Premenstrual Syndrome

pada Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas Kesehatan

Universitas Aisyah Pringsewu.

b. Diketahui distribusi frekuensi tingkat stres Pada Mahasiswi Tingkat

Akhir Reguler Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu.

c. Diketahui distribusi frekuensi kejadian Premenstrual Syndrome Pada

Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas Kesehatan Universitas

Aisyah Pringsewu.

d. Diketahui hubungan pengetahuan dengan kejadian Premenstrual

Syndrome Pada Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas Kesehatan

Universitas Aisyah Pringsewu.


23

e. Diketahui hubungan stres dengan kejadian Premenstrual Syndrome

Pada Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas Kesehatan

Universitas Aisyah Pringsewu.

D. Manfaat

1. Bagi institusi

Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan Hubungan Pengetahuan Dan Stres Dengan Kejadian

Premenstrual Syndromedan sebagai bahan bacaan di perpustakaan

Universitas Aisyah Pringsewu.

2. Bagi mahasiswi (responden)

Menambah pengetahuan mahasiswi mengenai Premenstrual Syndrome

(PMS).

3. Bagi peneliti

Menambah pengalaman penulis dalam melakukan penelitian tentang

Premenstrual Syndrome dan sebagai salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan program Pendidikan S1 Keperawatan .

E. Ruang Lingkup

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain

deskriptif kolerasi menggunakan pendekatan cross sectional, dengan uji

analisis gamma, penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi, dengan

teknik pengambilan sampel total sampling, Objek penelitian nya adalah

Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah


24

Pringsewu, subjek penelitian ini adalah 136 responden, tempat penelitian

ini dilakukan di Universitas Aisyah Pringsewu, Penelitian ini telah

dilaksanakan tanggal 7 - 21 april 2022.


25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Premenstrual syndrome

a. Pengertian

Syndrome premenstruasi (PMS) merupakan gangguan siklus yang

umum terjadi pada wanita muda dan pertengahan, ditandai .dengan

gejala fisik dan emosional yang konsisten, terjadi selama fase luteal

pada siklus menstruasi. Gejala-gejala pada gangguan menstruasi dapat

berupa payudara yang membengkak, puting susu yang nyeri, bengkak,

dan mudah tersinggung. Beberapa wanita mengalami gagguan yang

cukup berat seperti kram yang disebabkan oleh kontraksi otot-otot

halus rahim, sakit kepala, sakit pada bagian tengah perut, gelisah, letih,

hidung tersumbat, dan rasa ingin menangis.

Syndrom premenstruasi merupakan kumpulan gejala fisik,

psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita

dan secara konsisten terjadi selama tahap luteal dari siklus menstruasi

akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat

ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan menstruasi. Gejala-

gejala tersebut dapat diperkirakan dan biasanya terjadi secara reguler

pada 7-14 hari sebelum datangnya menstruasi (Irmawati, 2020)


26

b. Etiologi Premenstruasi Syndrome

Menurut Irmawati (2020). beberapa penyebab Premenstruasi

Syndrome antara lain :

1) Faktor Hormonal

Ketidakseimbangankadarhormoneestrogen dan progesteron dimana

estrogen berlebih hingga melampaui batas normal sedangkan

progesteron menurun.Akibatnya terjadi retensi cairan dan natrium

sehingga terjadi pertambahan berat badan, pembengkakan jaringan

yang mengakibatkan nyeri payudara serta perut terasa kembung.

2) Faktor Kimiawi Kadar hormon yang tidak seimbang akan

mempengaruhi neurotransmitter di otak terutama serotonin.

Dimana aktivitas serotonin sendiri berhubungan dengan gejala

depresi, kecemasan, ketertarikan, kelelahan, agresif, perubahan

pola makan, kesuiltan untuk tidur dan peningkatan selera makan.

Kadar serotonin pada wanita yang mengalami premenstrual

syndrome rendah.

3) Faktor Genetik

Genetik memainkan peran penting dimana gen sangat erat

kaitannya dengan PMS, biasanya dua kali lebih tinggi (93%) pada

kembar satu telur (monozigot) di bandingkan dengan kembar dua

telur (44%).
27

4) Faktor Psikologis

Perempuan yang peka terhadap faktor psikologis mengalami

perubahan hormon sehingga sering mengalami PMS. Faktor

psikologis yang dimaksud adalah stres, dimana gejala – gejala PMS

makin nyata dialami oleh wanita yang terus menerus mengalami

tekanan psikologi.

5) Faktor gaya hidup

Faktor gaya hidup dalam diri wanita terhadap pengaturan pola

makan juga memegang peranan yang tak kalah penting. Makan

terlalu banyak atau terlalu sedikit, sangat berperan terhadap

gejalagejala PMS. Makanan terlalu banyak garam akan

menyebabkan retensi cairan, dan membuat tubuh bengkak. Terlalu

banyak mengkonsumsi minuman beralkohol dan minum-minuman

berkafein dapat mengganggu suasana hati dan melemahkan tenaga.

Rendahnya kadar vitamin dan mineral dapat menyebabkan gejala-

gejala dari PMS semakin memburuk.

makanan yang baik digambarkan seperti 4 sehat 5 sempurna,

pola seperti ini dimaksudkan untuk dapat melengkapi

keseimbangan gizi, 4 sehat 5 sempurna terdiri dari nasi, sayur, lauk

pauk, buah dan susu, dengan demikian diharapkan kandungan

karbohidrat, lemak, protein, kalsium dan zat besi lainnya, dapat

terpenuhi dalam susunan 4 sehat 5 sempurna. Karbohidrat, lemak,

protein dan zat besi berperan sangat penting bagi tubuh untuk
28

menopang aktifitas tubuh. Menurut Yundhi (2017) hidup yang

tidak teratur seperti :

a) Melakukan cara hidup diluar kebiasaan yang wajar dan sehat,

b) Tidur terlalu larut malam atau begadang, karena akan

membahayakan kesehatan,

c) Tidur kurang dari 8 jam sehari dan tidur ditempat yang tidak

baik untuk kesehatan,

d) Melakukan latihan jasmani atau olahraga yang tidak teratur.

Abnormalitas kelenjar tiroid/hipotiroid atau rendahnya

aktivitas kelenjar tiroid dapat menyerupai gejala PMS. Dengan

demikian kelenjar tiroid mempunyai peran sebagai penyebab

PMS. Namun, beberapa pasien PMS mempunyai kelenjar

tiroid yang normal.

6) Faktor sosio - demografi

Menurut putri (2017) faktor sosio-demografi yang berhubungan

dengan kejadian PMS adalah umur, status perkawinan, pernah atau

tidak melahirkan, pendidikan, pendapatan, usia menarche, dan

tempat tinggal. Berikut penjelasannya:

a) Umur

Premenstrual syndrome (PMS) dapat dihubungkan dengan

siklus ovulasi, karena itu gejala-gejala PMS dapat terjadi

kapan saja setelah menarche dan berlanjut hingga ovulasi

berhenti pada saat menopause. Sebagian besar pasien yang


29

mencari pengobatan untuk PMS berusia antara pertengahan

20-an sampai dengan akhir 30-an, meskipun banyak wanita

melaporkan mengalami gejala- gejala PMS lebih awal

b) Pengetahuan

Menurut suatu penelitian terdapat perbedaan yang mencolok

dimana wanita yang tidak menamatkan pendidikan menengah

lebih sering melaporkan adanya

gejala premenstrual syndrome (PMS) dari pada mereka yang

berpendidikan menengah dan perguruan tinggi atau mereka

yang telah menamatkan perguruan tinggi

c) Pendapatan

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa ada hubungan yang

erat antara pengaruh kejiwaan dengan status ekonomi

seseorang. Penghasilan keluarga merupakan suatu potensi

yang sangat baik dalam memperoleh informasi kesehatan

d) Pekerjaan

Wanita yang bekerja mengalami berbagai stres ditempat kerja,

baik stres yang bersifat fisik karena beberapa kondisi

lingkungan kerja fisik yang berada diatas nilai ambang batas

yang diperkenankan, atau juga dapat ditambah oleh adanya

stres yang bersifat non fisik (psikososial), yang dapat

berpengaruh terhadap kondisi kesehatannya


30

e) Status perkawinan

Sebuah penelitian yang berjudul Biological, Social and

Behavioral Factors Associated with Premenstrual Syndrome

yang melibatkan 874 wanita di Virginia menemukan fakta

bahwa mereka yang telah menikah cenderung mempunyai

resiko yang lebih kecil untuk mengalami PMS (3,7%) dari

pada mereka yang tidak menikah (12,6%)

f) Usia Menarche

Hormon yang berpengaruh terhadap terjadinya menarche

adalah estrogen dan progesterone. Estrogen berfungsi

mengatur siklus menstruasi, sedangkan

progesterone berpengaruh pada uterus yaitu dapat mengurangi

kontraksi selama siklus haid. Agar menarche tidak

menimbulkan keluhankeluhan, sebaiknya status gizinya baik.

Status gizi dikatakan baik, apabila asupan zat gizi yang

diperlukan baik protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin

dan air digunakan oleh tubuh sesuai kebutuhan

c. Patofisiologi Premenstuasi Syndrome

Penyebab kompleksitas gejala PMS tidak diketahui secara pasti,

meskipun beberapa teori yang diusulkan, termasuk ketidakseimbangan

progesteron estrogen, kelebihan aldosteron, hipoglikemia,

hyperprolaktinemia, dan faktor-faktor psikogenik. Ketidak seimbangan

hormonal sebelumnya, di duga berhubungan dengan gejala-gejala


31

klinis dari PMS/PMDD, tetapi pada konsesus yang terbaru, fungsi

ovarium fisiologis dipercaya sebagai pemicu. Hal ini didukung oleh

keberhasilan penekanan siklus ovarium baik secara medis bedah untuk

menghilangkan keluhan-keluhan premenstruasi.

Riset lebih lanjut menunjukkan bahwa serotonin (5 hidroksi

triptamin), suatu neurotransmiter yang sangat penting di dalam

patogenesis dari PMS/PMDD. Keduanya, ekstrogen dan progesteron

mempengaruhi aktivitas serotonin. Banyak gejala dari gangguan alam

perasaan lain sesuai dengan gambaran PMS/PMDD berhubungan

dengan disfungsi serotonin.

Siklus menstruasi yang biasanya terjadi adalah 28 hari. Pada

pertengahan siklus (sekitar hari ke-14), produksi LH-Liteinizing

Hormon (Hormon Yang betanggung jawab terhadap ovulasi) tertekan,

yang memicu ovulasi. Selama masa separuh ke-2 dari siklus

menstruasi (sekitar hari ke-14 sampai hari ke-28), jika keseimbangan

hormon estrogen dan progesteron stabil, maka PMS tidak akan

muncul. Bagaimanapun bila kadar progesteron tidak normal, kadar

serotonin dapat menurun dan tertekan.

Terdapat suatu perubahan pada pola sekresi kelenjar pituitari

(sebuah kelenjar utama di otak yang memproduksi banyak hormon).

Hari ini mengubah pola sekresi kelenjar pituitari yang akan

menyebabkan hormon menekan kejadian yang lain terlalu awal (sekitar


32

hari ke-11) atau lebih lambat (sekitar hari ke-18). Selama waktu ini,

kadar progesteron juga akan menurun dibandingan dengan kadar

estrogen. Ketidakseimbangan ini menyebabkan gejala PMS yang

mengganggu bahkan terasa sakit. (Irmawati, 2020)

d. Jenis-jenis premenstruasi syndrome

Tipe dan gejala PMS. Dr.Guy E. Abraham, ahli kandungan dan

kebidanan dari fakultas kedokteran UCLA, AS membagi PMS

menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. 80% PMS

termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60% PMS C 40% dan PMS D

20%. Kadang-kadang seorang wanita mengalami kombinasi gejala,

misalnya tipe A dan D secara bersamaan, dan setiap tipe memiliki

gejalanya sendiri-sendiri. Berikut tipe dan gejala PMS antara lain:

1) PMS tipe A PMS

tipe A (Anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif,

saraf tegang, perasaan labil. Gejala ini timbul akibat

ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: Hormon

estrogen terlalu tingggi dibandingkan dengan hormon progesteron.

Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk

mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada

penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium.

Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan

berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.


33

2) PMS tipe H

PMS tipe H (Hypehydration) memiliki gejala edema

(pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada,

pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum

haid. Dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet

makanan.

3) PMS tipe C (Craving)

PMS tipe C (Craving) ditandai dengan rasa lapar dan ingin

mengkonsumsi makanan yang manis-manis. Pada umumnya sekitar

20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak timbul

gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing

kadang sampai pingsan. Rasa ingin menyentap makanan manis bisa

disebabkan karena stres.

4) PMS tipe D (Depresion)

PMS tipe D (Depresion) ditandai dengan depresi, ingin menangis,

lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung dan sulit dalam

mengucapkan kata-kata (verbalisasi). Biasanya PMS tipe D

berlangsung bersamaan dengan tipe A, hanya sekitar 3% dari

seluruh tipe PMS yang benar-benar murni tipe D (Icemi Sukarni,

2013).

e. Manifestasi Klinis

Gejala premenstrual syndrome, menurut Setyani (2018) sebagai

berikut:
34

1) Gejala fisik Perut kembung, nyeri payudara, sakit kepala, kejang,

nyeri panggul, hilang koordinasi, nafsu makan bertambah, hidung

tersumbat, perubahan defekasi, jerawat, sakit punggung, gatal,

kepanasan.

2) Gejala Emosional. Depresi, cemas, tidak mampu, lelah suka

menangis, agresif, pelupa, tidak bisa tidur, tegang, rasa

bermusuhan, suka marah, perubahan dorongan seksual, konsentrasi

berkurang, merasa tidak aman, keinginan menyendiri, perasaan

bersalah, kelelahan.

Adapun gejala lain menurut (setiana, 2017) gejala syndrome

prementruasi yang sering terjadi sebagai berikut

1) Perubahan fisik : sakit punggung, perut kembung, payudara terasa

penuh dan nyeri, perubahan nafsu makan, se,belit, pusing, sakit

kepala, daerah panggulterasa berat dan tertekan, hot flashes ( kulit

wajah, leher, seta dada tampak merah dan terasa hangat), susah

tidur, mual, kelainan pada kulit ( timbul jerawat), pembekakan

jaringan atau nyeri persendian dan penambahan berat badan.

2) Perubahan psikis : perubahan suasana hati, mudah marah, cemas,

depresi, mudah tersinggung, gelisah dan perubahan mood secara

tiba tiba.

3) Perubahan mental : takut, sulit berkonsentrasi, dan pelupa.


35

f. Pencegahan dan penanggulangan

Gejala-gejala Sindrom Pramenstruasi dapat diredakan dengan cara-

cara berikut ini:

1) Mengkonsumsi pil kontrasepsi oral.

2) Obat anticemas, seperti Selective Serotonin Reuptake Inhibitors

(SSRIs), yang dapat digunakan setiap hari atau selama 14 hari

sebelum menstruasi.

3) Obat nyeri over the counter (OTC), yaitu obat-obatan penghilang

nyeri seperti asam asetilsalisilat, asetaminofen, dan obat

antiinflamasi nonsteroid. Obat-obatan ini dapat membantuh

menyembuhkan gejala fisik yang sifatnyasedang, seperti nyeri otot

atau sakit kepala.

4) Melakukan diet, seperti mengurangi kafein (mengurangi rasa

tertekan, mudah tersinggung, dan gelisah); garam, termasuk

kandungan sodium pada makanan kemasan (mengurangi

kembung); mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat kompleks dan

serat, seperti roti gandum, pasta, sereal, buah, dan sayuran;

menambah asupan protein pada menu makanan; mengkonsumsi

makanan kaya vitamin dan mineral; mengurangi gula dan lemak

(meningkatkan energi dan menstabilkan mood), dan menghentikan

konsumsi alkohol.

5) Melakukan olahraga seperti aerobik selama 30 menit sebanyak

empat hingga enam kali dalam seminggu. Aerobik melatih otot


36

besar yang membantu meredakan ketegangan syaraf dan

kecemasan, serta retensi cairan yang menyebabkan perut terasa

penuh.

6) Makan teratur, tidur yang cukup, dan berolahraga. Lakukan

relaksasi seperti pijat atau hal lain yang membuat anda merasa

nyaman.

7) Melakukan terapi alternatif lain. Misalnya, menggunakan

aromaterapi, akupuntur, minum jamu, atau mengkopres perut

dengan bantal panas.

2. Stres

a. Definisi

Selye mengartikan bahwa stress merupakan respon manusia yang

bersifat non-spesifik tentang semua tuntutan kebutuhan yang ada

dalam diri seseorang. Sementara Hawari mengartikan bahwa stress

merupakan reaksi tubuh terhadap stressor psikososial (beban

kehidupan atau tekanan mental). Selanjutnya, Maramis mengatakan

bahwa stress merupakan semua masalah atau tuntutan untuk

menyesuaikan diri karena hal tersebut merupakan suatu hal yang

mengganggu keseimbangan diri. (Sunaryo, 2016)

Menurut Donsu (2017) Stress merupakan suatu reaksi non-

spesifik yang muncul karena adanya rangsangan/tekanan (stimulus

stressor), stress merupakan suatu reaksi adaptif dan memiliki sifat

individual, sehingga suatu stress akan berbeda tanggapannya bagi


37

setiap orang. Dari beberapa pengertian stress diatas dapat disimpulkan

bahwa stress merupakan reaksi tubuh terhadap tuntutan hidup yang

bisa muncul karena pengaruh lingkungan dimana seseorang berada.

b. Klasifikasi Stress

Stress dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu :

1) Stress fisik, stress ini dapat diakibatkan oleh suhu/temperature

yang sangat tinggi/sangat rendah, suara yang sangat berisik,

cahaya yang sangat terang, atau tersengat listrik.

2) Stress kimiawi, stress ini bisa diakibatkan oleh bakteri, virus, atau

parasite yang menyebabkan timbulnya penyakit.

3) Stress kimiawi, yang dapat disebabkan oleh asam basa yang kuat,

zat beracun, obat-obatan, gas, dan hormon.

4) Stress fisiologi, yang dapat disebabkan oleh gangguan struktur,

organ, fungsi jaringan, atau sistemik sehingga memicu fungsi

tubuh yang tidak normal.

5) Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, yang disebabkan

karena terdapat gangguan pertumbuhan dan pekembangan pada

masa bayi sampai masa tua.

6) Stress psikis/emosional, yang diakibatkan karena adanya

gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya, dan

kepercayaan. (Sunaryo,2016).

c. Sumber Stress

Sumber stress memiliki tiga aspek, yaitu:


38

1) Diri sendiri

Sumber stress ini biasanya muncul karena terjadinya konflik

antara keinginan dan kenyataan yang berbeda.

2) Keluarga

Stress bisa muncul karena adanya masalah keluarga, hal ini dapat

terjadi saat adanya perselisihan dalam keluarga, masalah keuangan

dalam keluarga, dan terdapat tujuan yang berbeda pada anggota

keluarga.

3) Masyarakat dan lingkungan

Masyarakat dan lingkungan juga menjadi salah satu faktor dari

sumber stress.Misalnya kurangnya hubungan interpersonal, dan

kurang adanya pengakuan di masayarakat. (Donsu, 2017)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wildani et al (2019)

dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi stress akademik

didapatkan hasil bahwa stress akademik dipengaruhi oleh 2 faktor:

1) Faktor dari dalam individu (internal) yaitu self efficacy, hardiness,

serta motivasi.

2) Faktor dari luar diri (eksternal) yaitu dukungan sosial.

d. Gejala Stress

Posen (1995) dalam Patimah (2016) mengatakan terkait gejala

umum dari stress yang ditampilkan dengan berbagai bentuk, tetapi

dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu:


39

1) Fisik (phsycal)

Contoh dari gejala fisik ini di tandai dengan munculnya kelelahan

tubuh, nyeri kepala, suli tidur, jantung berdebar lebih cepat, nafas

cepat dan terengah-engah, bibir kering, mengelurkan keringat

yang lebih banyak dari biasanya.Otot tegang, perut melilit, dll.

2) Mental/kejiwaan (mental)

Contoh dari gejala ini ditandai dengan kebingungan, menurunnya

daya ingat serta konsentrasi, hilangnya rasa humor, ragu-ragu, dll.

3) Emosional (emotional)

Contoh dari gejala emosional ini misalnya muncul rasa gelisah,

timbulnya rasa tegang, cemas, frustasi, ketakutan yang belebihan,

dll.

4) Perilaku (behavioral)

Contoh dari prilaku yang menunjukkan gejala stess misalnya nafsu

makan berkurang, minum alcohol atau merokok yang berlebihan,

mudah menangis dan menyalahkan orang lain.

Menurut Bram dalam Donsu (2017), gejala stress dibagi menjadi:

1) Fisik, contoh dari gejala fisik misalnya insomnia, sakit kepala,

sulit BAB, gangguan pencernaan, radang usus, gatal-gatal.

2) Emosional, contoh dari gejala emosional misalnya pemarah,

mudah tersinggung, sensitive, gelisah, pencemas, mudah

menangis, sedih, dan mood sering beubah-ubah.


40

3) Intelektual, contoh dari gejala intelektual misalnya sring lupa,

pikiran menjadi kacau, melamun, menurunnya daya ingat.

4) Interpersonal, contoh dari gejala intepesonal misalnya kurang

pecaya dengan orang lain, tidak mudah bergaul, mengingkari janji,

acuh tak acuh, sering menyalahkan orang lain.

e. Tingkat stress

Stress dapat dibagi menjadi 3 tingkatan diantaranya :

1) Stress ringan, stress ringan merupakan stress yang tidak merusak

sisi fisiologis dari seseorang. Stress ringan ini lebih sering dialami

oleh semua orang. contohnya lupa, dikomentari, ketiduran dan

kemacetan. Stress ringan biasanya terjadi hanya dalam beberapa

menit/jam saja. Stress ini tidak akan menyebabkan timbulnya

penyakit kecuali jika dihadapi secara terus menerus.

2) Stress sedang, stress sedang mampu menimbulkan terjadinya

penyakit. Stress sedang biasanya terjadi lebih lama, mulai dari

beberapa jam sampai beberapa hari. Stressor yang mampu

menimbulkan stress sedang ini misalnya kesepakatan yang belum

terselesaikan, mengharapkan pekerjaan yang baru, beban kerja

yang terlalu berat, atau terdapat anggota keluarga yang pergi

terlalu lama.

3) Stress berat, stress berat merupakan stress kronis yang dapat

terjadi selama beberapa minggu hingga beberapa tahun. Stressor

yang mampu menimbulkan stress berat ini misalnya hubungan


41

antara suami & istri yang tidak harmonis, penyakit fisik yang

diderita sejak lama, kesulitan ekonomi/finensial(Wulandari, 2017).

f. Dampak Stress

Berdasarkan Dhabhar &MC Ewen (2001) dalam Donsu (2017),

dijelaskan bahwa apabila stress masih dalam tahap ringan maka stress

tersebut akan memberi dampak yang baik di dalam diri seseorang, hal

tersebut akan memotivasi dan menimbulkasn semangat dalam

menghadap tantangan. Sedangkan apabia stress dengan tingkat yang

tinggi maka stress tersebut akan menyebabkan depresi, penyakit

kardiovaskuler, penurunan respon imun, bahkan kanker. Berikut ini

merupakan dampak lain yang dapat dipengaruhi oleh stress, yaitu:

1) Dampak bagi spiritualitas, stress yang tidak bisa terkontrol dapat

mengganggu spiritual biasanya berupa kehilangan rasa yakin dan

keimanan terhadap tuhan, dan juga berupa sifat-sifat negatif yang

muncul karena kemarahannya kepada tuhan.

2) Dampak bagi tubuh, biasanya seseorang yang mudah merasakan

stress maka akan sangat mudah pula terserang berbagai macam

jenis penyakit fisik. Apabila stress tidak diatur dengan baik maka

biasanya akan memicu terganggunya sistem hormonal, rusaknya

vitamin dan mineral, serta menyebabkan lemahnya imun tubuh.

Stress akan memicu keluarnya hormon adrenalin yang berlebihan,

dan menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan keras.


42

3) Dampak bagi imunitas, stressor menjadi stimulus yang mampu

menyebabkan aktivasi, resisten, serta ekhausi.

g. Alat ukur stres

Alat ukur stres merupakan hasil penilaian terhadap berat ringannya

stres yang dialami oleh seseorang yang biasanya berupa kuesioner

dengan menggunakan sistem scoring yang akan diisi oleh responden

dalam suatu penelitian. Ada beberapa jenis kuesioner yang sering

dipakai untuk mengetahui tingkat stres terutama pada mahasiswa,

antara lain :

1) Kessler Psycologycal Distres Scale

Alat ukur pada stres yang terdiri dari 10 pertanyaan atau lebih

yang diajukan kepada responden dengan skor 1 untuk jawaban

dimana responden tidak pernah mengalami stres, 2 untuk jawaban

jarang mengalami stres, 3 untuk jawaban kadang-kadang

mengalami stres, 4 untuk jawaban sering mengalami stres, dan 5

untuk jawaban selalu mengalami stres dalam waktu 30 hari

terakhir. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal.

a) Skor ≤ 20 : Tidak mengalami stres

b) Skor 20 - 24 : Stres ringan

c) Skor 25 - 29 : Stres sedang

d) Skor ≥ 30 : Stres berat


43

2) Perceived Stres Scale

Self report questionnaire yang terdiri dari pertanyaan yang dapat

mengevaluasi tingkat stres selama beberapa bulan terakhir dalam

kehidupan

subjek penelitian. Skor PSS diperoleh dengan reversing responses

(Sebagai contoh, 0 = 4, 1=3, 2=2, 3=1, 4=0). Soal dalam Perceived

stess Scale ini akan menanyakan tentang perasaan dan pikiran

responden dalam beberapa bulan terakhir. Anda akan diminta

untuk mengindikasikan seberapa sering perasaan ataupun pikiran

dengan membulatkan jawaban atas pertanyaan yang ada,

kemudian menjumlahkan skor dari masing-masing jawaban

a) Tidak pernah diberi skor 0

b) Hampir tidak pernah / jarang diberi skor 1

c) Kadang-kadang diberi skor 2

d) Cukup sering diberi skor 3

e) Sangat sering / selalu diberi skor 4

Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan

tingkatan stres sebagai berikut :

a) Stres ringan (total skor- 1-14)

b) Stres sedang (total skor 15-26)

c) Stres berat (total skor > 26)


44

3) Hassles Assesment Scale For Student in College (HASS/ col)

Alat ukuran stres yang terdiri dari 54 pernyataan yang merupakan

suatu skala yang terdiri dari kejadian umum yang tidak

menyenangkan bagi para mahasiswa. Setia kejadian tersebut

diukur berdasarkan frekuensi terjadinya dalam satu bulan, dalam

bentuk skala sebagai berikut :

a) Tidak pernah diberi 0

b) Sangat jarang diberi skor 1

c) Beberapa kali diberi skor 2

d) Sering diberi skor 3

e) Sangat sering diberi skor 4

f) Hampir setiap saat diberi skor 5

Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan sengan

tingkatan stres. Skor kurang dari 75 menunjukan seseorang

mengalami stres ringan, skor 75-135 menunjukan seseorang

mengalami stres sedang, skor lebih dari 135 menunjukan

seseorang mengalami stres berat (putri, 2017).

3. Pengetahuan

a. Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,


45

penciuman, rasa dan raba. Sebagaian pengetahuan manusia

dipergunakan melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2018).

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercangkup dalam domain kognitif menurut

(notoatmodjo, 2018) mempunyai 6 tingaktan yaitu :

1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk juga mengingat kembali

(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahani (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang subyek yang

diketahui dapat menginterprestasikan materi tersebut dengan benar.

3) Memahami (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan

untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya).

4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu ebyek kedalaman komponen-

komponen.

5) Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan suatu bentuk keseluruhan

yang baru

6) Evaluasi (Evalution) Evalusasi berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan penelitian terhadap suatu materi atu abyek. Pengukuran


46

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

(kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin di ukur

dari subyek penelitian atau responden.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Dalam Diri Seseorang Ada dua faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.Faktor internal meliputi status kesehatan, intelegasi,

perhatian, minta dan bakat.Sedangkan faktor eksternal meliputi

keluarga, masyarakat dan metode pembelajaran. Beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut Notoatadmojo, (2018)

antara lain :

1) Faktor internal

a) Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah bimbingan yang akan

diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain

menuju kearah cita-cita tertentu yang menetukan manusia

untuk mecapai keselamatandan kebahagian.

b) Pekerjaan Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidpannya dan kehidupa

keluarganya.

c) Umur Semakin cukup umur individu, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja.
47

d) Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informais yang

lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas

e) sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu

stimulus atau obyek, baik yang bersifat intern sehingga

manifestasinya tidak dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

prilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas

menunjukan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus

tertentu.

2) Eksternal

a) Faktor lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi

yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok.

b) Social budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang

dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan

bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status

ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga

status sosialekpnomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang.
48

d. Ukuran Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2013) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang akan di ukur dari subjek penelitian atau responden kedalam

pengetahuan yang ingin di ukur dan di sesuaikan dengan

tingkatannya. Pengukuran pengetahuan penulis menggunakan

pengkategorian yaitu:

1) Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76 - 100% dari

seluruh pernyataan.

2) Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56 - 75% dari

seluruh pernyataan.

3) Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar kurang dari

56% dari seluruh pertanyaan.

Berdasarkan kuisoner yang di ambil dari Fikri Habibah dalam

penelitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan Pms (Premenstrual

Syndrome) Dalam Mengatasi Kecemasan Saat Pms Di Smpn 1

Kasihan Bantul. Yang berjumlah 15 pertanyaan.

1) Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76 - 100% dari

12 sampai 15 pertanyaan

2) Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56 - 75% dari

8 sampai 11 pertanyaan.

3) Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar kurang dari

56% dari 7 pertanyaan.


49

B. Penelitian Terkait

1. Menurut penelitian (Nuvitasari, 2020) yang berjudul “Tingkat Stres

Berhubungan Dengan Premenstrual Syndrome Pada Siswi Smk Islam”

didapatkan hasil menunjukkan terdapat hubungan (korelasi) antara tingkat

stres dengan premenstrual syndrome pada siswi SMK Islam dengan nilai

koefisiensi korelasi spearman (rtest) sebesar 0,681 dengan p-value 0,0001

sehingga ρ < α = 0,05 maka H0 ditolak. Hasil penelitian ini menyebutkan

bahwa koefisien korelasi spearman yang sebesar 0,681 dan bertanda

positif. Artinya hubungan antara tingkat stres dengan premenstrual

syndrome pada siswi SMK Islam kuat dan searah. Apabila tingkat stres

yang dialami siswi semakin meningkat (berat) maka premenstrual

syndrome yang dialami siswi akan semakin meningkat (berat) juga dan

sebaliknya.

2. Menurut penilitian (kurniawati et al, 2020) yang berjudul “Hubungan

Pengetahuan Dengan Penanganan Dismenorea Pada Remaja Putri Di Kota

Semarang“ Jenis penelitian observasional dengan rancangan cross

sectional,. Hasil penelitian Sebagian besar pengetahuan remaja putri

tentang dismenorea termasuk kategori cukup yaitu sebanyak 18 responden

(60,0%) dari 30 responden. Sedangkan Penanganan dismenorea remaja

putritermasuk kategori ada upaya yaitu sebanyak 27 responden (90.0%).

Berdasarkan hasil pengujian sebesar 0,884 (0,884 > 0,05) sehingga lebih

besar dari 0,05.dapat simpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan


50

tentang dismenorea dengan penanganan dismenorea pada remaja putri di

kelurahan Pakintelan, kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.

3. Menurut penelitian (Setiyowati et al, 2020) yang berjudul “Hubungan

Pengetahuan Premenstrual Syndrom Dengan Upaya Mengatasi

Prementrual Syndrom Pada Remaja Putri Di Rw 1 Desa Klunjukan,

Kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan“ Penelitian ini menggunakan

C. Kerangka Teori Penelitian

Gambar 2.1Kerangka Teori

6. faktor sosio -
1. Faktor hormonal
demografi
a. Peningkatan
kadarEsterogen a. umur
b. Penurunan kadar b. statusperkawinan
Progesteron c. pernah atau tidak
melahirkan

2. Faktor kimiawi
d. p pengetahuan
a. perubahan e. pendapatan
kadarserotonin g. tempat tinggal.
b. defisiensi
endorphin
KejadianPremenstrual
syndrome
3. Faktor genetik
a. riwayat keluarga

4. Faktor psikologis Stres

Keterangan :
:Yang diteliti : Yang tidak diteliti

Sumber : Irmawati (2020), putri (2017)


51

D. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori dari Notoatmodjo (2016), mengenai faktor yang

mempengaruhi pengetahuan maka dibuatlah kerangka konsep penelitian

sebagai berikut : Gambar 2.2 kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan dan stres Kejadian premenstrual


syndrome

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian, patokan dugaan atau dalil

sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian

(Notoatmodjo, 2018). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha:

 Ada hubungan stres dengan kejadian Premenstrual Syndrome Pada

Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas KesehatanUniversitas

Aisyah Pringsewu.

Ho :

 tidak Ada Hubungan Pengetahuan Dengan kejadian Premenstrual

Syndrome Pada Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas Kesehatan

Universitas Aisyah Pringsewu.


52

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitafif. Penelitian kuantitatif

adalah definisi pengukuran data dan stastistik objektif melalui perhitungan

ilmiah berasal dariberasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang

diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan

frekuensi dan persentase tanggapan mereka (Notoatmodjo, 2018)

B. Waktu & Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Universitas Aisyah Pringsewu Lampung

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 7-21 april Tahun 2022.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik,Survey

analitik merupakan penelitian yang menilai mengapa serta bagaimana suatu

fenomena kesehatan terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika

hubungan antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek. Jenis

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan survey

cross sectional, yaitu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika

hubungan (korelasi) antara faktor resiko dengan efek, dengan cara

pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus atau subjek penelitian

hanya diamati sekali saja (point time approach). (Notoatmodjo, 2018)


53

D. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti. Meskipun

peneliti hanya mengambil sebagian dari objek yang diteliti, tetapi hasilnya

dapat mewakili atau mencakup seluruh objek yang diteliti (Notoatmodjo,

2018).Populasi dalam penelitian ini adalah 136 mahasiswi Tingkat Akhir

Reguler Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu.

2. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah

total sampling yaitu seluruh jumlah populasi (Notoatmodjo, 2018).

Sampel yang diambil dalam penelitian ini Mahasiswi Tingkat Akhir

Reguler Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu yang

berjumlah 136 orang terdiri dari 50 mahasiswi prodi S1 keperawatan

semester 8, 23 mahasiswi prodi S1 gizi semester 8, dan 63 mahasiswi

prodi D3 kebidanan semester 6.

E. Variabel Penelitian

Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2018).

Variable dalam penelitian ini terbagi menjadi duavariable yaitu :

Variable dependen/terikat :Kejadianpremenstrual syndrome

Variable independen/bebas : pengetahuan dan stress


54

F. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional merupakan batasan pada variabel-variabel yang

diamati/diteliti, yang berfungsi untuk mengarahkan pengamatan atau

pengukuran dari setiap variabel yang berkaitan serta sebagai pengembangan

alat ukur/instrument.(Notoatmodjo, 2018).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala


oprasional ukur
Dependen
Kejadian sekumpulan Shortened Menjawab 0: PMS Ordinal
Premenstrua keluhan dan premenstrual pertanyaan jika skor
l syndrome gejala assessment dengan total
fisik,emosional, form (sPAF) memberikan > 30
dan prilaku yang tanda 1: Tidak
terjadipada centang PMS jika
mahasiswitingkat pada skor total ≤
akhir jawaban 31
yang sesuai

Independen
pengetahuan Kemampuan Kuisoner Menjawab 0: Kurang Ordinal
mahasiswi untuk pertanyaan apabila
menjawab dengan Skor < 56
dengan benar memberikan %
pertanyaan tanda 1: Cukup
Premenstrual centang apabila
syndromeyang pada Skor 56 -
diperoleh dari jawaban 75%
hasil kuesioner yang sesuai 2: Baik
apabila
Skor 76 –
100 %
Stres Rasacemas/ Perceived Menjawab 0: Stress Ordinal
depresi atau StressScale pertanyaan ringan jika
tidak (PSS) dengan total nilai
nyamanyangdi memberikan 1-13
rasakan pada saat tanda
menjelang centang 1 : stres
mentruasi pada sedang
jawaban jika
yang sesuai Total nilai
14-26

2: Stress
berat jika
total nilai
55

>27
G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer yaitu data

yang diperoleh melalui hasil observasi langsung dengan menggunakan

angket.

1. Pengumpulan data pada penelitian ini dimulai setelah mendapatkan surat

izin penelitian dari Universitas Aisyah Pringsewu.

2. Pengambilan data dilakukan sengan cara menyebarkan kuisioner/angket

secara online,dengan cara membagikan link Google form melalui grup

whatsapp. Penyebaran kuisioner ini dilakukan dengan membagikan link

tersebut dengan cara masuk kedalam grup setiap semester untuk

menjelaskan dan menganjurkan mengisi link google form.

Angket/kuisioner online yang digunakan sudah di lengkapi dengan

instruksi/petunjuk pengerjaan disetiap bagian kuisioner.

3. Pengambilan data dilakukan selama 14 hari terhitung sejak tanggal 7 – 21

april 2021, hal tersebut dikarnakan beberapa mahasiswa tidak langsung

mengisi kuisoner yang telah disebarkan setelah dikonfirmasi kembali

ternyata ada beberapa kendala tidak memiliki sinyal yag cukup dan ada

juga yang tidak memiliki kuota internet, sehingga peneliti perlu

mengingatkan atau mengkonfirmasi kembali kepada responden untuk

mengisi kuisoner.

4. Setelah semua reponden mengisi kuisoner maka saya mengunduh hasil

kuisoner di pada google drive yang berbentuk excel kemudian peneliti

melakukan tabulasi data.


56

H. Instrument Penelitian

Instrument penelitian merupakan peralatan yang digunakan ketika

melakukan pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam suatu

penelitian dapat berupa: kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi,

atau formulir lain yang ada kaitannya dengan pencatatan dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2018).

1. Informed consent

Informed consen merupakan suatu proses persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian, yang dilakukan dengancara menyampaian

informasi secara relevan kepada responden penelitian untuk memperoleh

persetujuan sebelum dilakukan partisipan dalam penelitian.Apabila

responden tidak bersedia megisi kuseioner maka peneliti harus

menghormati hak mereka.

2. Premenstrual syndrome

Data sindrom pramenstruasi diperoleh dari hasil pengisisan shortened

premenstrual assessment form (sPAF) oleh responden. sPAF merupakan

kuesioner yang sudah teruji validitas dan reabilitasnya. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan di Korea, di ketahui bahwa keandalan dari

kuesioner ini adalah 0,80 konsistensi internal (Cronbach alpha) adalah

0,91 dan korelasi antara coeffeciecy score adalah 0,92. sPAF telah

diterjemahkan oleh Himpunan Penerjemah Indonesia sebelum dilakukan

uji validitas dan reliabilitas. Kuesioner ini berisi 10 pertanyaan terkait


57

dengan gejala sindrom premenstruasi yang di derita responden. Setiap

pertanyaan memiliki bobot

nilai 1-6 poin(1 = tidak mengalami, 2 = sangat ringan, 3 = ringan, 4 =

sedang, 5 = berat, 6 = ekstrim). Hasil dari kuesioner ini di kategorikan

menjadi dua yaitu :

1. PMS jika skor total > 31 dan

2. Tidak PMS jika skor total ≤ 30

Table 3.2
Kisi-kisi kuisoner SPAF
Variable dimensi indikator No
soal
Pms Fisik 1. payudara terasa nyeri 1
2. nyeri punggung, nyeri sendi 6
3. berat badan meningkat 7
4. nyeri bagian perut 8
5. bengkak pada kaki atau pergelangan 9
tangan 10
6. perut kembung
psikis 1. tidak mampu mengatasi masalah 2
2. merasa dibawah tekanan 3
3. mudah marah 4
4. merasa sedih atau murung 5
Total 10

3. Pengetahuan

Berdasarkan kuisoner yang di ambil dari Fikri Habibah dalam penelitian

yang berjudul Hubungan Pengetahuan Pms (Premenstrual Syndrome)

Dalam Mengatasi Kecemasan Saat Pms Di Smpn 1 Kasihan Bantul.Yang

berjumlah 15 pertanyaan.

1) Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76 - 100% dari

11 sampai 15 pertanyaan
58

2) Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56 - 75% dari

8 sampai 11 pertanyaan.

3) Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar kurang dari

56% dari 8 pertanyaan.


59

Table 3.3
Jumlah butir instrument penelitian pengetahuan premenstrual syndrome

Favorable 1,3,4,5,6,7,12,13,15
Unfavorable 2,8,9,10,11,13
Jumlah 15

4. Stres

Tingkat stress diukur dengan menggunakan Perceived Stress Scale

(PSS). PSS telah terstandar dan memiliki tingkat validitas dan reliabilitas

yang baik. diketahui bahwa keandalan dari kuesioner ini bahwa koefisien

cronbach alpha stress pada taraf keseluruhan skala penelitian terbukti

reliable (10 item,α = 0.787). hasil tersebut mwnunjukan bahwa skala

penelitian ini dapat dikatakan ukup memuaskan dan dapat dipercaya

untuk mengukur perceived stress.Skala ini termasuk jenis summarize

rating scale dimana skor diperoleh dengan menjumlahkan seluruh butir

item yang terdiri dari 10 pertanyaan. Dalam skala ini terdapat 5 interval

jawaban dengan nilai 0-4. Item-item pertanyaan bersifat negatif, namun

untuk item pertanyaan yang positif skornya dibalik. Kelima alternatif

jawaban dalam skala ini yaitu: 0 = tidak pernah 1 = hampir tidak pernah

2 = kadang-kadang 3 = cukup sering4= sangat sering

Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan

tingkatan stres sebagai berikut :

d) Stres ringan (total skor- 1-14)

e) Stres sedang (total skor 15-26)

f) Stres berat (total skor > 26)

Table 3.4
60

Kisi kisi dan Jumlah butir instrument penelitian stress

Dimensi Favorable Unfavorable Jumlah


perceived
stress
Perceived 1,2,3,6,9,10 5 7
distress
Perceived 4,7,8 3
coping
Total 6 4 10

I. Pengolahan Data

Setelah mendapatkan data yang dikumpulkan melalui kuisioner, setelah itu

akan dilakukan pengolahan data. Data yang telah diperoleh akan dilakuhkan

pengolahan data menggunakan program statistik computer. Menurut

Notoatmodjo (2018) langkah-langkah yang digunakan saat melakukan

pengolahan data yaitu:

1. Editing (pengeditan)

Editing merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa dan

memperbaiki isi yang ada di formulir/kuisioner yang telah disebar kepada

subjek.setelah kuisioner dikumpulkan dari semua responden, maka

kuisioner tersebut akan diperiksa apakah semua pertanyaan telah terisi,

apakah tulisan dapat terbaca, apakah jawaban relevan, serta apakah

jawaban dari pertanyaan tersebut konsisten dengan jawaban pertanyaan

yang lainnya. Apabila jawaban belum lengkap, jika memungkinkan maka

perlu dilakukan pengambilan data ulang, tetapi jika tidak memungkinkan

maka akan dimasukan dalam pengolahan data missing.

2. Coding (pengkodean)
61

Setelah melakukan pengeditan pada kuisioner, peneliti akan melakukan

pengkodean atau Coding. Coding merupakan kegiatan untuk mengubah

data yang masih berbentuk kalimat menjadi data yang berbentuk angka atau

bilangan. Pengkodean ini sangat berguna ketika memasukkan data (data

entry).

a) Pengetahuan di kategorikan menjadi 3 yaitu :

1) Kurang diberi kode 0

2) Cukup diberi kode 1

3) Baik diberi kode 2

b) Stres dikatagorikan menjadi 3 yaitu:

1) Stres ringan diberi kode 0

2) Stres sedang diberi kode 1

3) Stres berat diberi kode 2

c) Kejadian Premenstrual syndrome dikatagorikan menjadi 2 yaitu:

1) Pms diberi kode 0

2) Tidak pms diberi kode

3. Data entry (memasukkan data)

Proses memasukkan data merupakan memasukkan jawaban-jawaban dari

setiap responden dalam bentuk kode (angka/huruf) yang dimasukkan ke

dalam program softwere computer. Salah satu pake program yang paling

sering digunakan untuk memasukkan data penelitian adalah paket program

SPPS for window.

4. cleaning (pengecekan)
62

cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

didapatkan dari semua reponden yang telah selesai dimasukkan, untuk

melihat adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya, kemudian akan dilakukan koreksi.

J. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada penelitian ini digunakan pengetahuan kesehatan reproduksi yang telah di

uji validitas oleh Habibah (2017) dengan judul “Hubungan Pengetahuan Pms

(Premenstrual Syndrome) Dalam Mengatasi Kecemasan Saat Pms Di Smpn 1

Kasihan Bantul”. Pada penelitian ini telah dilakukan uji coba dengan subjek

yang memiliki karakteristik yang sesuai yaitu remaja yang mengalami

premenstrual syndrome . dan setelah dilakukan Uji reliabilitas menggunakan

uji alpha cronchbach dengan kesimpulan jika alpha croncbach > 0,6 maka

soal reliabel demikian pula sebaliknya. Dalam uji validitas dan reliabilitas

kuesioner ini dengan mengunakan computer progam SPSS 16.Berdasarkan

hasil uji relabilitas pada instrumen pola makan dengan nilai alpha cronchbach

adalah 0,911.

K. Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini dengan memanfaatkan perangkat lunak

komputer. Adapun analisis yang dilakukan terbagi dua, yaitu:

1. Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan analisa yang dipakai untuk mengetahui

distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang sedang diamati, sehingga

dapat mengetahui karakter/gambaran tiap variabel. (Notoatmodjo,2018)


63

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisis yang dilakuhkan terhadap dua

variablel, yaitu variable yang diduga berhubungan atau berkorelasi.

Analisis yang dilakuhkan untuk mengetahui hubungan yang signifikan dari

kedua variable. Yaitu variable bebasdan variable terikat. Pada penelirian

ini menggunakan uji gamma. uji gamma adalah salah satu uji hipotesis

korelatif yang mengukur hubungan antara 2 variabel katagorik dan

katagorik dengan table B x K.(dahlan, 2018)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian


64

Universitas Aisyah Pringsewu atau juga disebut uap adalah sebuah

perguruan tinggi swasta yang berkedudukan di pringsewu. Universitas

aisyah pringsewu berdiri pada tanggal 20 juni 2019 berdasarkan surat

keputusan direktur jendral pendidikan tinggi departemen pendidikan dan

kebudayaan nomor 417/KPT/I/2019 sebagai hasil penggabungan dari tiga

institusi perguruan tinggi, yaitu Stikes Aisyah Pringsewu, STT Aisyah

Dan Akbid Medika Bakti Nusantara.kampus ini berlokasi di Jl. A. Yani,

No 1A, Tambahrejo, kec. Gadingrejo, kab. Pringsewu, Lampung,

Indonesia. Pada tahun pertama Stikes Aisyah berdiri pada tanggal 20

agustus 2009 yang beralamatkan di Jl KH. Ghalib No. 60 Pringsewu utara

kecamatan Pringsewu Kabupaten Tanggamus. Seiring berjalannya waktu,

pada tahun 2010 atau satu tahun perjalanan Stikes Aisyah Pringsewu telah

membeli aset berupa lahan seluas 12.500 m2 di gadingrejo.

Setelah menggabungkan 3 institusi dan menjadi Universitas Aisyah

Pringsewu (UAP) terbentuklah 3 fakultas pertama yaitu:

a. Fakultas Ilmu Kesehatan, yang terdiri dari program studi: S1

keperawatan, Profesi Ners, D4 kebidanan, S1 Gizi, S1 Farmasi.

b. Fakultas Teknologi Informasi, yang terdiri dari program satudi:

Teknik Informatika, D3 Teknik Elektro.

c. Fakultas Sosial Bisnis, yang terdiri dari program studi: S1 Psikologi &

S1 Akuntansi.

Fakultas kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu memiliki visi & misi,

yaitu:
65

a. Visi

Menjadi pusat pendidikan dan pengembangan IPTEKS ( Ilmu

Pengetahuan Dan Teknologi ) dibidang kesehatan yang unggul dan

berkelanjutan dalam penyelenggaraanpendidikan di tingkat nasional

2035.

b. Misi

1) Mengembangakan ilmu pengetahuan, teknologi (integrated) yang

memberikan terwujudnya SDM yang unggul dan berdaya saing di

tingkat nasional.

2) Menghasilkan tenaga kesehatan yang professional yang menguasai

ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mempuyai wawasan global

3) Peningkatan aktivitas penelitian dan pengabdian masyarakat dalam

rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a) Pengetahuan
66

Variabel pengetahuan dalam penelitian di bagi dalam 3

kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Distribusi frekuensi

responden berdasarkan pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Premenstrual
Syndrome Pada Mahasiswa Semester Akhir Reguler Fakultas Kesehatan
Universitas Aisyah Pringsewu

Variable Frekuensi Presentase (%)


Baik 100 73,5
Cukup 32 23,5
Kurang 4 2,9
Total 136 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dari 136 responden

didapatkan hasil pengetahuan baik sebanyak 100

(73,5%),responden yang pengetahuan cukup sebanyak 32 (23,5%)

dan responden yang pengetahuan kurang 4 (2,9%).

b) Stres

Variabel stress dalam penelitian di bagi dalam 3 kategori

yaitu ringan, sedang dan berat. Distribusi frekuensi responden

berdasarkan stres dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Stres Pada Mahasiswa
Semester Akhir Reguler Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu

Variable Frekuensi Presentase (%)


Ringan 5 3,7
Sedang 55 40,4
Berat 76 55,9
Total 136 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa dari 136

respondendidapatkan hasil tingkat stres ringan sebanyak 5 (3,7%),


67

responden stres sedang sebanyak 55 (40,4%) dan stres berat

sebanyak 76 (55,9%).

c) Premenstrual Syndrome

Variabel premenstrual syndrome dalam penelitian di bagi 2

kategori yaitu PMS dan tidak PMS. Distribusi frekuensi responden

berdasarkan premenstrual syndrome dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Premenstrual
SyndromePada Mahasiswa Semester Akhir Reguler Fakultas Kesehatan
Universitas Aisyah Pringsewu

Variable Frekuensi Presentase(%)


PMS 131 96,3
Tidak PMS 5 3,7
Total 136 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa dari 136 responden

didapatkan hasil mahasiswi yang mengalami PMS sebanyak 131

(96,3%) dan yang tidak mengalami PMS 5 (3,7%).

2. Analisis Bivariat
68

a) Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Premenstrual

Syndrome pada Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas

Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu.

Tabel 4.4
Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome Pada
Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah
Pringsewu

Kejadian pms p-value


Pengetahuan Pms Tidak pms N %
N % N %
Kurang 2 50,0 2 50,0 4 2,9
Cukup 30 93,8 2 6,3 32 23,5 0,059
Baik 99 99,0 1 1,0 100 73,5
Total 131 96,3 5 3,7 136 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 di atas tentang Hubungan

Pengetahuan Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome Pada

Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas Kesehatan Universitas

Aisyah Pringsewu, berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh

melalui uji gamma pada penelitian ini didapatkan nilai sebesar

p=0,059 (<0,05), hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan

antara pengetahuan dengan kejadian premenstrual syndrome Pada

Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas Kesehatan Universitas

Aisyah Pringsewu. Pada penelitian ini didapatkan nilai koefisien

gamma (r) sebesar -0,854 yang menunjukkan korelasi negatif yang

berarti semakin baik pengetahuan maka kejadian Premenstrual

Syndrome akan semakin rendah, begitupula sebaliknya.


69

a) Hubungan Stres Dengan Premenstrual Syndrome Pada


Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas Kesehatan
Universitas Aisyah Pringsewu

Tabel 4.5
Hubungan Stres Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome Pada
Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah
Pringsewu

Kejadian pms p-
Stres Pms Tidak pms N % value
N % N %
Ringan 4 80,0 1 20,0 5 3,7
Sedang 51 92,7 4 7,3 55 40,4 0,024
Berat 76 38.6 0 61.4 76 55,9
Total 131 96,3 5 3,7 136 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 di atas tentangHubungan Stres

Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswi

Tingkat Akhir Reguler Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah

Pringsewu, berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh melalui

uji gamma pada penelitian inididapatkan nilai sebesar p=0,024

(<0,05), hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara Stres

Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswi Tingkat

Akhir Reguler Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu.

Pada penelitian ini didapatkan nilai koefisien gamma (r) sebesar -

0,928 yang menunjukan korelasi negatif yang berarti semakin

tinggi tingkat stres maka semakin tinggi kejadian premenstrual

syndrome.
70

C. Pembahasan

1. Analisis Univariat

a) Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswa Semester Akhir

Reguler Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu

Dari table 4.1 hasil penelitian ini menunjukan bahwa rata-

rata dari 136 responden terdapat 100 (73,5%) mahasiswi yang

memiliki pengetahuan baik.Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Setiyowati, (2018) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

tentang premenstrual syndrome dengan kategoriBaik 66,1% atau

72 siswi. Sebanyak 22,0% atau 24 siswi memiliki katagori cukup,

sebanyak 11,9% atau 13 orang memiliki kategori kurang, dan 0,0%

atau 0 siswi memiliki kategori tidak baik.

Berdasarkan teori Notoatmodjo, (2003) dalam Setiyowati,

(2018) mengatakan pengetahuan adalah hasil tahu seseorang

setelah melakukan pengideraan terhadap objek tertentu seperti

indera pengelihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba.

Selain itu juga pengetahuan manusia dapat di peroleh melalui mata

dan telinga yaitu proses melihat serta mendengar dan proses

pengalaman belajar juga mempengaruhi pengetahuan

tersebut.Pengetahuan seseorang biasanya di peroleh dari

pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya :


71

media massa, media elektronik, buku petunjuk, media poster,

kerabat dekat dan sebagainya.

Hasil penelitian sebanyak 11,9% atau 13 orang memiliki

kategori kurang. Kurangnya pengetahuan tentang premenstruasi

syndrome yang dimiliki sebagian besar mahasiswi dapat

disebabkan karena mahasiswi belum mendapatkan materi

Kesehatan Reproduksi yang mempelajari tentang premenstruasi

syndrome.Sebagiannya sudah lupa dengan materi Kesehatan

Reproduksi yang mempelajari tentang premenstruasi

syndrome.Menurut widyastuti (2009) dalam Desriva, (2018)

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat penting, agar

memiliki sikap dan perilaku yang bertanggung jawab terhadap

kesehatan diri mereka sendiri. Pembekalan pengetahuan tentang

perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan dan kematangan

seksual, akan memudahkan mahasiswi untuk memahami serta

mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya.

Menurut Setiyowati, dkk., (2020) Pengetahuan tentang

perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan, dan kematangan

seksual akan memudahkan mahasiswi untuk memahami serta

mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya terkait

kejadian premenstrual syndrome. Setiap wanita perlu mendapatkan

informasi tentang haid serta tentang alat reproduksi wanita.

Dengan melaksanakan berbagai metode untuk memberikan


72

pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, diharapkan akan

tumbuh keadaan yang kondusif dalam peningkatan pengetahuan

tentang premenstrual syndrome.

Dari data diatas peneliti berasumsi bahwa di jaman yang

sangat modern dan canggih ini mahasiswi memanfaatkan media

sosial untuk lebih banyakmembaca dan mencari pengetahuan

tentang premenstrual syndromeyang lebih banyak lagi sehingga

pengetahuan tidak hanya didapat dari institusi pendidikan namun

bisa didapatkan dari mana saja contohnya media massa, media

elektronik, buku petunjuk, media poster, kerabat dekat dan

sebagainya.

b) Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Stres Pada

Mahasiswa Semester Akhir Reguler Fakultas Kesehatan

Universitas Aisyah Pringsewu

Dari table 4.2 hasil penelitian ini menunjukan bahwa rata-

rata dari 136 responden yang mengalami stres berat sebanyak 76

(55,9%).Berdasarkan penelitian Kartikasari & Sari, (2017) dalam

Nuvitasari, dkk (2020) menjelaskan bahwa stress adalah respon

tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap tuntutan beban yang

merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia

yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan

internal dan eksternal (stresor). Stres adalah suatu reaksi fisik dan
73

psikis terhadap setiap tuntutan yang menyebabkan ketegangan dan

mengganggu stabilitas kehidupan sehari-hari

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Septiwiyarsi & Nila,

(2021) yang didapatkan menunjukkan bahwa sebagian kecil

responden mengalami stres, hal inidikarenakan setiap mengalami

permasalahan sering tidak bisa mengontrol emosi dan

amarah,sehingga mengakibatkan responden bertambah

stres,responden tidak aktif melakukan cara untuk merelaksasikan

diri agar mengurangi stres dalam dirinya.Selain itu responden juga

tidak memiliki kesadaran untuk mencari informasi tentang cara

mengatasi stres,baik dari media massa maupun media elektronik.

Menurut Trisnowati, dkk., (2020) stress pada mahasiswa

tingkat akhir dapat dicetuskan oleh salah satunya pengerjaan tugas

akhir. Tugas akhir merupakan salah satu persyaratan kelulusan

mahasiswa.Ketentuan-ketentuan mengenai tugas akhir diatur oleh

masing-masing fakultas, dengan mengikuti standar universitas.

Tugas akhir di kampus Universitas Pringsewu bagi mahasiswa

program diploma III berbentuk paper atau proyek akhir sedangkan

bagi mahasiswa program sarjana (S1) berbentuk skripsi. Pada

umumnya, mahasiswa yang sedang menulis tugas akhir sering

mengalami permasalahan.Banyaknya tugas yang harus diselesaikan

oleh mahasiswa serta deadline yang cukup singkat serta situasi

yang monoton selama satu semester akhir dapat membuat


74

mahasiswa yang tidak dapat menghadapi perubahan akan merasa

tertekan, rentan mengalami stres yang mengganggu atau yang

biasanya dikenal dengan stress akademik. Stres yang dialami

mahasiswa tingkat akhir dalam mengerjakan skripsi termasuk stres

yang negatif sebab stres tersebut memberikan dampak negatif yang

buruk pada diri mahasiswa tersebut. Stres yang dialami pada

mahasiswa dapat dilihat dari empat aspek, yaitu: gejala fisik, gejala

emosional, gejala kognitif, dan gejala interpersonal.

Berdasarkan teori Hartanto, et al., (2018) stres adalah suatu

reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang menyebabkan

ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan sehari-hari.

Tingkat stres dibagi menjadi lima tingkatan yaitu stres normal,

stres ringan, stres sedang, stres berat, dan stres sangat berat. Stres

bisa berefek negatif pada tubuh mahasiswa hanya saja perbedaanya

hanya pada sumbernya dan bagaimana mereka merespon. Apabila

stres berlangsung lama dan terjadi terus menerus dapat

menyebabkan tingkat stres yang lebih berat dan menimbulkan

keluhan bahkan gangguan pada tubuh jika tidak dapat

memanajemen stres dengan benar. Stres yang terjadi memiliki

dampak, antara lain: dampak fisiologik, psikologik, dan dampak

perilaku.

Berdasarkan pembahasan diatas, peneliti berasumsi bahwa

saat mengalami stres, seseorang pasti merasakan ada sesuatu yang


75

mengganjal di hati. Menurut peneliti, bereaksi berlebihan berarti

memiliki reaksi emosional terhadap suatu situasi yang melebihi

seharusnya. Untuk menghindari hal tersebut,dengan mempelajari

penyebab tanggapan emosional lebih dalam dan menemukan cara

baru untuk mengatasinya.

c) Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian

Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswa Semester Akhir

Reguler Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu

Berdasarkan analisa datadiketahui bahwa dari 136

responden didapatkan hasil mahasiswi yang mengalami PMS

sebanyak 131 (96,3%) dan yang tidak mengalami PMS 5 (3,7%).

Penelitian Trisnowati, dkk., (2020) dan Nuvitasari, dkk., (2020)

menyatakan Sindrom premenstruasi atau premenstrual syndrome

(PMS) atau merupakan kumpulan perubahan gejala fisik dan

psikologi yang terjadi pada fase luteal (7-10 hari sebelum

menstruasi) dan mereda hampir segera menjelang menstruasi dan

menjadi satu gangguan yang umum terjadi pada wanita dalam

masa reproduksi (sekitar umur 15–46 tahun). Gejala-gejala dimulai

pada hari ke 5 sampai 10 hari sebelum menstruasi, dan gejala-

gejala tersebut memburuk selama siklus ovulasi. Gejala-gejala ini

biasanya berupa payudara bengkak, putting susu yang nyeri,

bengkak tangan kaki, dan mudah tersinggung. Beberapa wanita

mengalami gangguan yang cukup berat seperti kram, sakit kepala,


76

sakit pada bagian tengah perut, gelisah, cemas, takut, letih,

hidungtersumbat, dan rasa ingin menangis.Dalam bentuk yang

paling berat, sering melibatkan depresi dan kemarahan, kondisi ini

dikenal sebagai gejala datang bulan atau PMS, dan mungkin

membutuhkan penanganan medis.Premenstrual syndrome dibagi

menjadi tiga yaitu premenstrual syndrome ringan, sedang, dan

berat.

Premenstrual syndrome terjadi pada saat fase luteal, pada

fase ini akan terjadi ketidakseimbangan antara hormon estrogen

dan progesteron, dimana estrogen akan menekan progesteron yang

menyebabkan timbulnya gejala-gejala fisik pada premenstrual

syndrome. Gejala Premenstrual Syndrome dapat diperkirakan dan

biasanya terjadi secara regular pada dua minggu periode sebelum

menstruasi (Soviana & Putri, 2017 dalam Nuvitasari, dkk., 2020).

Penyebab utama premenstrual syndrome adalah faktor hormonal

yaitu perubahan hormon gonad seperti progesteron dan estrogen,

faktor perubahan kimia otak seperti sistem GABA (gamma-

aminobutyric acid) dan serotonin (Ritung & Olivia, 2018).

Berdasarkan teori Safitri, (2016) dalam Septiwiyarsi & Nila,

(2021) menyatakan Premenstrual syndrome memiliki tingkat

kesakitan tinggi. Walaupun premenstrual syndrome tidak

mengancam nyawa, namun dapat mempengaruhi produktivitas dan

mental wanita.Sekitar 75% wanita mengeluhkan gejala


77

premenstrual syndrome dan 30% diantaranya memerlukan

pengobatan.Penelitian ini didukung oleh penelitian Meita, dkk.,

(2020) menyatakan 32,4% mengalami premenstrual

syndrome.Pada kelompok usia muda premenstrual

syndromesangatlah umum, hal ini menunjukkan terdapat masalah

kesehatan yang sangat signifikan. Sindrom ini biasanya lebih

mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan

hormonal dalam siklus haid.

Berdasarkan teori dalam penelitian Rahmawati, (2019)

menunjukkan pada saat stres terjadi pengaktifan Aksis Hypotalamic

Pituitary Axis (HPA) yang menyebabkan pengeluaran hormon

kortisol. Kortisol yang dilepaskan akan menghambat pelepasan

Gonadotropin Releasing Hormone(GnRH) dan Leutinizing

Hormone (LH). Selamasiklus menstruasi, peran LH sangat

dibutuhkandalam menghasilkan hormon estrogen dan progesteron.

Pengaruh hormon kortisol inimenyebabkan terjadinya

ketidakseimbangan hormon yang mengakibatkan premenstrual

syndrome (PMS). Teori lain menyatakan bahwa ketika terjadi stres,

tubuh akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen, progesteron,

dan prostaglandin yangberlebihan. Estrogen berlebihan dapat

menyebabkan peningkatan kontraksi uterus berlebihan.Selainitu,

juga dapat menyebabkan pertambahan cairan sehingga

mengakibatkan bertambahnya berat badan, nyeri payudara atau


78

payudara keras, dan perut kembung, sedangkan progesteron

bersifatmenghambat kontraksi.Hormon prostaglandin adalah

hormon yang berfungsi dalam memicukontraksi otot rahim untuk

mengeluarkan darah menstruasi dari dalam rahim. Hormon

prostaglandin akan meningkat menjelang haid. Hormon ini juga

memicu adanya nyeri punggung selama menstruasi. Karena

peningkatan relative tinggi, otot tubuh yang lain cenderung

menegang termasuk otot punggung bagian bawah sebelum

menstruasi.

Menurut Giyarto, (2018) menjelaskan gejala premenstruasi

yang cukup parah memiliki pengaruh negatif pada aktivitas sehari-

hari individu yang bersangkutan. Hal ini dapat hilang begitu

dimulainya pendarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya.

Sekitar 14 persen perempuan antara usia 20 hingga 35 tahun,

sindrom pramenstruasi dapat sangat hebat pengaruhnya sehingga

mengharuskan mereka beristirahat dari perkuliahan.

Responden dalam penelitian ini sering mengalami gejala

psikologis. Menurut penelitian Lumingkewas, dkk., (2021) Gejala

psikologis merupakan kunci utama pada gejala PMS. Menurut

beberapa peneliti, faktor utama yang memengaruhi gejala

psikologis ialah adanya ketidakseimbangan antara kadar hormon

estrogen dan progesteron dalam tubuh sebelum memasuki fase

menstruasi itu berlangsung. Hormon estrogen dan progestreron


79

tersebut yang akan memengaruhi kadar serotonin dalam otak,

kadar serotonin secara langsung memengaruhi suasana hati

sehingga terjadi perubahan psikologis, fisik dan perilaku.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala mayoritas

responden yang mengalami premenstrual syndrome yaitu

timbulnya jerawat. Menurut penelitian Wahyuni, (2020)

menjelaskan faktor hormonal cukup berperan dalam timbulnya

gejala saat menjelang haid. Perubahan hormon dapat menyebabkan

kelenjar sebasea memroduksi sebum yang lebih banyak dari

biasanya yang dapat menyumbat pori-pori sehingga bisa

menimbulkan jerawat.

Gejala psikologis (perasaan senang, depresi, cemas atau

moodswing) yang paling banyak dialami responden dalam

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Heryaningtyas et al, (2020) menyatakan kondisi tersebut terjadi

karena perubahan pada hormon estrogen akan memengaruhi

hormon serotonin. Kadar serotonin akan berpengaruh terhadap

suasana hati. Berkurangnya hormon serotonin juga akan

menimbulkan efek depresi, kemarahan, agresivitas, iritabilitas dan

perasaan lemah. Menurut Zulfadriawan, (2019) menyatakan

beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat

sebelum dan saat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan

hormon estrogen dan progesteron yaitu hormon estrogen terlalu


80

tinggi dibandingkan hormon progesteron. Kondisi ini juga ada

disebagian responden dalam penelitian ini.

Sindrom pramenstruasi yang dialami oleh para mahasiswi

dapat menganggu produktifitas pendidikan, menyebabkan

ketidakhadiran, meningkatkan biaya perawatan kesehatan,

mengganggu aktivitas sehari-hari dan dapat mempengarhi

kesehatan mental seperti depresi dan insomnia (Fugate Woods&

Kenney, 2019; Shahbazi, 2020).

Menurut asumsi peneliti, pengetahuan tentang premenstrual

syndrome sangat penting, agar setiap individu memliki sikap dan

prilaku yang bertanggung jawab terhadap kesehatan diri mereka.

Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara

fisik dan kejiwaan akan memudahkan untuk memahami serta

mengatasi beberapa keadaan yang membingungkan.

2. Analisa Bivariat

a) Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Premenstrual

Syndrome Pada Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas

Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu.

Berdasarkan hasil analisa data tentang tentang Hubungan

Pengetahuan Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome Pada

Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas Kesehatan Universitas

Aisyah Pringsewu, yang diperoleh melalui uji gamma pada

penelitian ini didapatkan nilai sebesar p=0,059 (<0,05), hal ini


81

menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan

kejadian premenstrual syndrome Pada Mahasiswi Tingkat Akhir

Reguler Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu. Pada

penelitian ini didapatkan nilai koefisien gamma (r) sebesar -0,854

yang menunjukkan korelasi negatif yang berarti semakin baik

pengetahuan maka kejadian Premenstrual Syndrome akan semakin

rendah, begitupula sebaliknya.

Penelitian ini didukung dengan penelitian Rahmawati,

(2019) menyatakan setelah dilakukan analisa bivariat dengan

menggunakan uji statistic chi square, diperoleh nilai p value =

0,116 maka p >0,05, yang berartitidak ada Hubungan Pengetahuan

Dengan Premenstrual Syndrome Responden di MTsN 1 Nagan

Raya Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan.

Penelitian ini juga didukung penelitian Desriva, (2018)

berjudul “Hubungan Pengetahuan Terhadap Sikap Remaja Dalam

Menanggulangi Premenstruasi Syndrome Di Prodi D-Iii

Kebidanan Stikes Pmc Tahun 2017”menyatakan hasil uji Chi-

Square diperoleh ρ value 0.803 yang dilihat dari Continuity

Correction, karena ρ > 0.05 maka Ha ditolak berarti tidak terdapat

hubungan antara pengetahuan terhadap sikap remaja dalam

menanggulangi premenstruasi syndrome di Prodi D-III Kebidanan

STIKes Pekanbaru Medical Center.


82

Berdasarkan penelitian Nurrahmatan, (2021) berjudul

“Relationship of Knowledge, Stress, Consumption Patterns, and

Sport Patterns of PMS (Premenstrual Syndrome) in Adolescent

Girls” menunjukkan bahwa hasil uji statistik menggunakan uji chi

square, untuk variable pengetahuan diperoleh hasil perhitungan p

value = 0,116> α 0,05, maka tidak ada hubungan antara

pengetahuan dengan premenstrual syndrome.

Penelitian lainnya yaitu penelitian Setiyowati, dkk., (2020)

menyatakan hasil analisis bivariat diperoleh hasil p-value sebesar

0,283, (0,283>0,05), maka tidak ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan premenstrual syndrome dengan upaya

mengatasi premenstrual syndrome pada remaja putri di Desa

Klunjukan RW 01, Kecamatan Sragi, Kabupaten pekalongan.

Berdasarkan teori dalam penelitian Desvira, (2018)

memaparkan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

(wentbehavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku

yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripadaperilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan.

Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6

tingkat.Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung

dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini

yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek


83

positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap

makin positif terhadap objek tertentu.

Penelitian ini sesuai dengan teori Saryono dkk, 2009 dalam

Rahmawati, (2019) bahwa pengetahuan tidak menyebabkan

Premenstrual Syndrome (PMS) namun penyebab dari

Premenstrual Syndrome (PMS) adalah: 1) Faktor hormonal : Peran

hormon ovarium tidak begitu jelas, tetapi gejala premenstrual

syndrome sering berkembang ketika ovarium tertekan. Faktor

hormonal yaitu terjadi ketidak seimbangan antara hormon estrogen

dan progesterone. Kadar hormon estrogen sangat berlebihan dan

melampaui batas normal sedangkan kadar progesterone menurun.

Hal ini menyebabkan perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor

dan system pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran

hormon seks dalam sel. 2) Faktor kimiawi: Faktor kimiawi sangat

mempengaruhi danmunculnya Premenstrual Syndrome (PMS).

Bahan-bahan kimia tertentu di dalam otak seperti serotonin,

berubah-ubah selama siklus menstruasi. Serotonin sangat

mempengaruhi suasana hati yang berhubungan dengan gejala-

gejala depresi, kecemasan, ketertarikan,kelelahan,perubahan pola

makan, kesulitan untuk tidur, agresif dan peningkatan selera. 3)

Faktor genetik : Faktor genetik juga memainkan suatu peran yang

sangat penting, yaitu insidensi Premenstrual Syndrome (PMS) dua

kalilebih tinggi pada kembar satu telur (monozigot) dibandingkan


84

kembar dua telur. 4) Faktor psikologis : Faktor psikis, yaitu stres

sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian Premenstrual

Syndrome (PMS) dan Gejala-gejala Premenstrual Syndrome (PMS)

akan semakin meningkat jika di dalam diri seorang wanita

mengalami tekanan. 5) Faktor gaya hidup : Faktor gaya hidup

didalam diri seseorang terhadap pengaturan pola makan juga

memegang peran yang tidak kalah penting. Makan terlalu banyak

atau terlalu sedikit, sangat berperan terhadap gejala-gejala

Premenstrual Syndrome(PMS).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nia Desriva,(2018)

dengan judul Hubungan Pengetahuan Terhadap Sikap Remaja

Dalam Menanggulangi Premenstruasi Syndrome Di Prodi D-III

Kebidanan Stikes PMC. Mayoritas pengetahuan remaja Prodi D-III

Kebidanan tentang premenstruasi syndrome adalah

kurang.Mayoritas pengetahuan remaja Prodi D-III Kebidanan

tentang Premenstruasi Syndrome adalah cukup.Tidak terdapat

hubungan antara pengetahuan terhadap sikap remaja dalam

menanggulangi Premenstruasi Syndrome.

Menurut asumsi peneliti, pengetahuan bukanlah salah satu

faktor yang bisa mempengaruhi kejadian premenstrual syndrome.

premenstrual syndrome bisa terjadi karna faktor lain seperti faktor

hormon, genetika, kimiawi, psikologis, dan juga gaya hidup. Jadi

meskipun seseorang itu paham terkait tanda dan gejala


85

premenstrual syndrome jika ada faktor lain yang mempengaruhi

tahu saja tidak cukup untuk menangani premenstrual syndrome.

b) Hubungan Stres Dengan Premenstrual Syndrome Pada

Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas Kesehatan

Universitas Aisyah Pringsewu.

Berdasarkan hasil analisa data tentang tentangHubungan

Stres Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswi

Tingkat Akhir Reguler Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah

Pringsewu, yang diperoleh melalui uji gamma pada penelitian ini

didapatkan nilai sebesar p=0,024 (<0,05), hal ini menunjukan

bahwa ada hubungan antara Stres Dengan Kejadian Premenstrual

Syndrome Pada Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas

Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu. Pada penelitian ini

didapatkan nilai koefisien gamma (r) sebesar -0,928 yang

menunjukan korelasi negatif yang berarti semakin tinggi tingkat

stres maka semakin tinggi kejadian premenstrual syndrome.

Penelitian ini didukung dengan penelitian Septiwiyarsi &

Nila, (2021) menyatakan sebanyak 15 responden (37,5%) siklus

menstruasi tidak normal dan sebagian besar 25 responden (62,5)

siklus menstruasi normal. Sebanyak 3 responden (7,5%)

mengalami stres sangat berat, sebanyak 9 (22,5%) responden

mengalami stres berat, sebanyak 10 responden (25,0%) mengalami

stres sedang, sebanyak 12 responden (30,0%) mengalami stres


86

ringan dan sebanyak 6 responden (15,0%) tidak mengalami stress

atau normal. Adanya hubungan antara tingkat stres dengan

gangguan premenstrual syndrome pada remaja putri di SMA

Negeri 8 Kota Jambi tahun 2020 dengan nilai p value 0,012.

Penelitian yang dilakukan oleh (Ilmi & Utari, 2018)

mendukung penelitian ini, mahasiswi Fakultas Kesehatan

Masyarakat (FKM) dan Dept. Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Indonesia menemukan bahwa setidaknya ada 83,3%

mahasiswi yang memiliki tingkat stres yang tinggi mengalami

Premenstrual Syndrom(PMS) dengan gejala berat. Pada mahasiswi

Fakultas Fisioterapi Universitas Hasanuudin menemukan sebanyak

28% mengalami stres ringan, 33% mengalami stres sedang dan

diantaranya mengalami siklus menstruasi tidak normal. Sedangkan

penelitian Puji, dkk., (2021) menunjukkan terdapat hubungan

bermakna variabel stres terhadap kejadian Premenstrual

syndrome(PMS).

Penelitian yang mendukung yaitu Damayanti & Dori,

(2021) berjudul “Hubungan Stres Akademik Dan Kualitas Tidur

Terhadap Sindrom Pramenstruasi Selama Pembelajaran Daring

Di Masa Pandemi COVID-19” menyatakan terdapat hubungan

yang signifikan antara stres akademik (p-value 0.000) dengan

derajat sindrom pramenstruasi.Tingkat stres akademik

mahasiswakeperawatan lebih tinggi dibandingkan jurusan lainnya


87

(Rosyidah, dkk.,2020). Penelitian melaporkan prevalensi stres

akademik mahasiswa Sarjana Keperawatan Universitas

Pembangunan Nasional Veteran Jakarta selama proses

pembelajaran jarak jauh bahwa beberapa mahasiswa mengalami

stres sedang (34.3%), sebagian mengalami stres berat (25.7%), dan

stres ringan sebanyak (14.3%) (Rosaline & Anggraeni,

2020).Tugas pembelajaran yang diberikan selama proses

pembelajaran jarak jauh lebih banyak daripada pembelajaran di

kampus (Kusnayat et al., 2020). Beban pembelajaran yang berlebih

dan deadline pengumpulan tugas yang singkat dapat

mengakibatkan kondisi stres pada mahasiswa (Hasanah et al.,

2020).

Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat stres yang tinggi

akan berhubungan gejala Premenstrual Syndrom (PMS). Sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Irma, (2020) menunjukkan

bahwa psikis sangat berpengaruh, kejadian psikis penderita dapat

memperberat Premenstrual Syndrom (PMS).Stres mengakibatkan

penyimpangan pengeluaran beta-endorphin yang menimbulkan

gejala pramenstruasi.Keluhan pada psikis seperti mengalami

depresi, lebih sensitif, mudah emosi, tidur tidak nyenyak, mudah

lelah, cepatnya terjadi perubahan suasana hati (Pratiwi dan

Haryanto, 2019; Irma, 2020).


88

Menurut Fatimah, et al., (2016) dalam Nurvitasari, dkk.,

(2020) Salah satu penyebab premenstrual syndrome (PMS) karena

faktor psikis, yaitu stres sangat besar pengaruhnya terhadap

kejadian premenstrual syndrome (PMS). Gejala-gejala

premenstrual syndrome (PMS) akan semakin meningkat jika

didalam diri seorang wanita mengalami tekanan. Semakin berat

stres seseorang maka resiko mengalami premenstrual

syndromesemakin meningkat.Ini terjadi adanya abnormalitas

neuroendokrin pada siklus menstruasi yang banyak terjadi pada

fase premenstrual.

Penelitian yang dilakukan oleh Andiarna (2018) terhadap 35

mahasiswi di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel

Surabaya, menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna

antara tingkat stress dengan kejadian premenstrual syndrome (p =

0,040) sehingga stress merupakan salah satu faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya kejadian premenstrual syndrome.

Penelitian Nurvitasari, dkk., (2020) menyebutkan bahwa

ada hubungan positif antara tingkat stres dengan premenstrual

syndrome, yaitu semakin besar nilai tingkat stres maka semakin

besar pula nilai premenstrual syndrome. Dengan nilai ρ = 0,0001

dimana nilai ρ < α = 0,05, artinya bahwa Hα diterima. Nilai

koefisien korelasi 0,681 menurut tabel inteprestasi korelasi yaitu

tingkat hubungan kuat dan arah korelasi positif.


89

Penelitian Marlina, (2018) mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan pre menstrual syndrome pada remaja puteri

kelas X dan XI di Pesantren Modren Nurul Hakin Deli Serdang,

asil uji chi Square didapatkan hasilp = 0,036 < dari 0,05 maka ada

hubungan yang bermakna antara stres dengan PMS dengan OR =

4,024 artinya orang yang stres akan mengalami PMS 4 kali lebih

besar dari pada orang yang tidak stress.

Teori, Ritung & Olivia, (2018) menyatakan ketika

seseorang mengalami stres yang berkelanjutan akan terjadi

penurunan serotonin, apabila kadar serotonin dalam keadaan

rendah dapat memicu pergeseran pola hormon estrogen dan

progesteron yang dapat menimbulkan beberapa gejala fisik

premenstrual syndrome seperti nyeri payudara dan kembung.

Gejala-gejala premenstrual syndrome akan semakin nyata dialami

oleh remaja putri yang terus-menerus mengalami tekanan

psikologis. Semakin berat tekanan psikologi seseorang maka dapat

memperberat terjadinya ketidakseimbangan hormon estrogen dan

progesteron (hormon estrogen semakin meningkat dan hormon

progesteron menurun) yang menyebabkan semakin berat

premenstrual syndrome yang dialami.Selain itu, stres juga dapat

meningkatakan produksi prolaktin yang dapat memperberat

keluhan premenstrual syndrome.


90

Peneliti berasumsi bahwa stres bukan merupakan satu-

satunya faktor yang meningkatkan kejadian premenstrual

syndrome, akan tetapi stress dapat memperberat gejala

premenstrual syndrome. Diharapkan mahasiswa dapat mengelola

dan mengontrol kondisi stres akademik dengan baik agar dapat

meminimalisir risiko premenstrual syndrome. Adapun upaya yang

dapat dilakukan untuk mengatasi stres dengan cara melakukan

kegiatan yang disukai (hobi), melakukan komunikasi dengan teman

dan istirahat yang cukup.


91

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Universitas Aisyah Pringsewu

tentang Hubungan Pengetahuan Dan Stres Dengan Kejadian

Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas

Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu memperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

1. Dari 136 responden didapatkan hasil pengetahuan baik sebanyak 100

(73,5%), responden yang pengetahuan cukup sebanyak 32 (23,5%)

dan responden yang pengetahuan kurang 4 (2,9%).

2. Dari 136 responden didapatkan hasil tingkat stres ringan sebanyak 5

(3,7%), responden stres sedang sebanyak 55 (40,4%) dan stres berat

sebanyak 76 (55,9%).

3. Dari 136 responden didapatkan hasil mahasiswi yang mengalami PMS

sebanyak 131 (96,3%) dan yang tidak mengalami PMS 5 (3,7%).

4. Hasil analisa data yang diperoleh melalui uji gamma pada penelitian

ini didapatkan nilai sebesar p=0,059 (<0,05), hal ini menunjukan

bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian

premenstrual syndrome Pada Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler

Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah Pringsewu.

5. Hasil analisa data yang diperoleh melalui uji gamma pada penelitian
ini didapatkan nilai sebesar p=0,024 (<0,05), hal ini menunjukan
bahwa ada hubungan antara Stres Dengan Kejadian Premenstrual
92

Syndrome Pada Mahasiswi Tingkat Akhir Reguler Fakultas Kesehatan


Universitas Aisyah Pringsewu.
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti mencoba

memberikan saran kepada pihak yang berkaitan dengan penelitian ini,

pihak-pihak tersebut yaitu:

1. Bagi Universitas Aisyah Pringsewu

Penelitian diharapkan dapat menambah pustaka dan menjadi

sumber bacaan yang ada dalam perpustakaan di kampus Universitas

Aisyah Pringsewu terkait hubungan pengetahuan dan stress dengan

kejadian premestrual syndrome pada mahasiswi fakultas kesehatan

Universitas Aisyah Pringsewu.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar memperluas

populasi dan menambah variabel yang lebih banyak lagi. Peneliti

selanjutnya dapat juga mengubah desain penelitian menjadi desain

eksperimen dengan adanya pemberian intervensi guna mengatasi

premenstrual syndrome pada mahasiswi.

3. Bagi mahasiswi

Penelitian ini Diharapkan mahasiswa dapat mengelola dan mengontrol

kondisi stres akademik dengan baik agar dapat meminimalisir risiko

premenstrual syndrome. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk

mengatasi stres dengan cara melakukan kegiatan yang disukai (hobi),

melakukan komunikasi dengan teman dan istirahat yang cukup.


93

DAFTAR PUSTAKA

Andiarna, F. (2018).Korelasi Tingkat Stres Dengan Kejadian Sindrom


Premenstruasi Pada Mahasiswi. Journal Of Health Science And Prevention,
2(1), 8–13.
Arikunto, S. (2013).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Pt.
Rineka Cipta.
Dahlan, Sm,. (2018). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba
Damayanti, Arlia Fika & Dora Samaria.(2021). Hubungan Stres Akademik Dan
Kualitas Tidur Terhadap Sindrom Pramenstruasi Selama Pembelajaran
Daring Di Masa Pandemi Covid-19.Jkep. Vol.6 No. 2 November 2021 Hlm
184-209
Donsu, Jdt. (2017). Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Farujiah. (2017). Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Remaja Tentang Coping
Premenstrual Syndrome Di Sman 9 Kendari.(Skripsi Tidak Dipublikasikan )
Prodi D Iv Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari
Fugate Woods, N., & Kenney, N. J. (2019).Menstrual-Cycle-Related Disorders.In
Routledge International Handbook Of Women’s Sexual And Reproductive
Health (Vol. 7). Https://Doi.Org/10.4324/978135103562 0-8
Giyarto.(2018). Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta Dalam Mengerjakan Skripsi. Ums
Press; 2018
Habibah, F., (2017). Hubungan Pengetahuan Pms (Premenstrual Syndrome)
Dalam Mengatasi Kecemasan Saat Pms Di Smpn 1 Kasihan Bantul.
( Skripsi Tidak Dipublikasikan) Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Hartanto, S. S., Astuti, W., Nugrahati, T., Sutomo, H., & Nada, S. K.
(2018).Hubungan Antara Tingkat Strss Dengan Kejadian Premenstruasi
Syndrome Pada Mahasiswi Di Asrama Putri Stikes Bahrul Ulum Tambak
Beras Jombang. Well Being, 3(1), 12–19.
Hasanah, U., Ludiana, Immawati, & Ph, L. (2020).Gambaran Psikologis
Mahasiswa Dalam Proses Pembelajaran Selama Pandemi Covid-19. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 8(3), 299–306.
Heryaningtyas F, Putra I, Sudiman J. (2020). Karakteristik Premenstrual
Syndrome Pada Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan
94

2017 Di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.E-Jurnal Med Udayana.


2020;9(5):58–61.
Icemi Sukarni & Wahyu P. (2013).Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta,
Ilmi, A. F., & Utari, D. M. (2018).Faktor Dominan Premenstrual Syndrome
Mahasiswi (Studi Pada Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Dan
Departemen Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Indonesia). Media Gizi
Mikro Indonesia, 10(1), 39–50. Https://Doi.Org/10.22435/Mgmi.V10i1.
1062
Irma, F. (2020).Hubungan Tingkat Stres Dengan Sindrom Pramenstruasi Pada
Siswi Sma Irma Fidora 1) , Nur Intan Yuliani 2) Universitas
Muhammadiyah Sumatera Barat. Xiv(01), 70–74.
Irmawati, (2020). Hubungan Gaya Hidup Sehat Dengan Kejadian Premenstruasi
Syndrome (Pms) Pada Mahasiswi S1 Keperawatan Stikes Panakkukang
Makassar. (Skripsi Tidak Dipublikasikan) Program Studi S1 Keperawatan
Stikes Panakkukang Makassar
Khatarina, T., & Yuliana (2017). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
Melalui Audio Visual Dengan Hasil Pengetahuan Setelah Penyuluhan Pada
Remaja Sma Negri 2 Pontianak Tahun 2017, Iisn 2252-8121
Kurniawati, T., Setiyowati, W., Mahardika, D., (2020). Hubungan Pengetahuan
Dengan Penanganan Dismenorea Pada Remaja Putri Di Kota Semarang.
Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan Dan Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Bakti Utama Pati Volume 11 No 1, Hal 20 - 24, Januari 2020
Issn 2087-4154.
Kusnayat, A., Sumarni, N., Mansyur, A. S., & Zaqiah, Q. Y. (2020).Pengaruh
Teknologi Pembelajaran Kuliah Online Di Era Covid-19 Dan Dampaknya
Terhadap Mental Mahasiswa. Eduteach : Jurnal Edukasi Dan Teknologi
Pembelajaran, 1(2), 153–165.
Lestari, W., (2020). Hubungan Stres Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome
(Pms) Pada Siswi Di Sman 1 Godean, Sleman.Program Studi Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Lumingkewas, Charisma., Eddy Suparman, Suzanna P. Mongan. (2021).
Gambaran Premenstrual Syndrome Pada Remaja Periode Akhir Di
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.E-Clinic. 2021;9(1):45-50
Doi: Https://Doi.Org/10.35790/Ecl.9.1.2021.31855
Marlina, Rina Hutasuhut. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pre
Menstrual Syndrome Pada Remaja Puteri Kelas X Dan Xi Di Pesantren
Modren Nurul Hakin Deli Serdang
95

Meita, Jt., (2020). Faktor Yang Berhubungan Dengan Premenstrual Syndrom


(Pms) Pada Remaja Putri Di Sma Negeri 01 Kota Palembang. Program
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (S1) Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya 2020.
Nia Desriva. (2018). Hubungan Pengetahuan Terhadap Sikap Remaja Dalam
Menanggulangi Premenstrual Syndrom Di Prodi D-Iii Kebidanan Stikes
Pmc Tahun 2017.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. (2018). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Pt. Rineka Ciptaha Medika
Nurlaeli, H., (2020.) Pentingnya Pendidikan Kesehatan Reproduksi Dan
Seksualitas Pada Remaja Santri Putri Pondok Pesantren Watu Ringkel
Darussalam – Karangpucung. E.Issn: 2715-7547
Nurrahmatan. (2021). Relationship Of Knowledge, Stress, Consumption Patterns,
And Sport Patterns Of Pms (Premenstrual Syndrome) In Adolescent Girls.
Jurnal Proteksi Kesehatan Vol.10, No.1, Mei 2021, Pp. 6-14 Issn 2580-0191
(Online), Issn 2338 – 5634 (Print)
Nuvitasari, W,E., Susilaningsih., Kristiana, A,S., (2020). Tingkat Stres
Berhubungan Dengan Premenstrual Syndrome Pada Siswi Smk Islam.Jurnal
Keperawatan Jiwa Volume 8 No 2 Hal 109 – 116. P-Issn2338-2090e-Issn
2655-8106.
Patimah, Siti. (2016). Manajemen Stres Dalam Perspektif Pendidikan
Islam.Bandung: Alfabeta.
Pratiwi, R.D And Haryanto, S., (2019). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Tingkat Stress Pada Mahasiswa S1 Semester Akhir Fakultas
Ekonomi Jurusan Management Keuangan Universitas Pamulang. Jurnal
Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, 3(1), Pp.1- 15.
Puji, L. K. R., Ismaya, N. A., Ratnaningtyas, T. O., Hasanah, N., & Fitriah, N.
(2021).Hubungan Antara Aktivitas Fisik , Stres Dan Pola Tidur Dengan
Premenstrual Syndrome (Pms) Pada Mahasiswi Prodi D3 Farmasi Stikes
Kharisma Persada. Edu Dharma Journal: Jurnal Penelitian Dan Pengabdian
Masyarakat, 5(1), 1– 8.
Putri,Dp., (2017).Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Premenstrual Syndrom Pada Mahasiswi Tingkat Akhir Prodi S1
KeperawatanStikes Bhakti Husada Mulia Madiun Tahun 2017. (Skripsi
Tidak Dipublikasikan) Progam Studi S1 Keperawatan Stikes Bhakti Husada
Mulia Madiun.
96

Rabani, Ni., (2018).Hubungan Tingkat Stres Dengan Pre-Menstrual Syndrome


Pada Mahasiswi D Iv Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kendari Tahun 2018. Prodi D Iv Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kendari.
Rahmawati.(2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Pms
(Premenstrual Syndrome) Pada Remaja Putri Di Mtsn 1 Nagan Raya
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya Tahun 2019.Skripsi. Program
Studi D4 Kebidanan Fakultas Farmasi Dan Kesehatan Institut Kesehatan
Helvetia Medan
Reeder, S, J. Metin, L, L, & Griffin, D, K. (2015) Keperawatan Mataernitas
Kesehatan Wanita Bayi & Keluarga, Edisi 18. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran Egc
Ritung, D. C., & Olivia, S. (2018). Hubungan Stres Terhadap Premenstrual
Syndrome (Pms) Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara Angkatan 2011. Tarumanagara Medical Journal, 1(1), 59–
62.
Rosaline, M. D., & Anggraeni, D. T. (2020).Factors Related To Academic Stress
During The Covid-19 Pandemic In Nursing Students Of Upn Veteran
Jakarta. Advances In Health Sciences Research, 30(44), 374–379.
Https://Doi.Org/10.2991/Ahsr.K.201125. 064
Rosyidah, I., Efendi, A. R., Arfah, M. A., Jasman, P. A., & Pratami, N.
(2020).Gambaran Tingkat Stres Akademik Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Keperawatan Unhas. Jurnal Abdi, 2(1), 33–39.
Septiwiyarsi, Nila Nuraini. (2021). Hubungan Tingkat Stres Dengan Gangguan
Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswi Kebidanan Universitas
Adiwangsa Kota Jambi Tahun 2021. Scientia Journal Vol 10 No 2
Desember 2021
Setiana, Dp., (2017). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswi Tingkat Akhir Prodi S1
Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun Tahun 2017. ( Skripsi
Tidak Dipublikasikan ) Program Studi S1 Keperawatan Stikes Bhakti
Husada Mulia Madiun.
Setiyowati, Dwi. (2018). Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswi Kelas Vii
Tentang Premenstruasi Syndrome Di Smp Negeri 07 Samarinda.Skripsi.
Program Study Diploma Iii Keperawatan Universitas Muhammdiyah
Klimantan Timur
Setiyowati, W., Kurniawati, T., Nursaroh, M., (2020). Hubungan Pengetahuan
Premenstrual Syndrom Dengan Upaya Mengatasi Prementrual Syndrom
Pada Remaja Putri Di Rw 1 Desa Klunjukan, Kecamatan Sragi, Kabupaten
Pekalongan.Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan Dan Kesehatan Sekolah Tinggi
97

Ilmu Kesehatan Bakti Utama PatiVolume 11 No 1, Hal 25 - 30, Januari


2020 Issn 2087-4154.
Setyani, F., (2018).Pengaruh Premenstrual Syndrome Terhadap Motivasi Belajar
Mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. (Skripsi
Tidak Dipublikasikan) Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Shahbazi, F. (2020).Prevalence Of Symptoms And Medication Use Among Female
Medical Students And Pharmacy Clients With Premenstrual Syndrome : A
Cross-Sectional Study In Iran. Https://Doi.Org/10.1002/Jppr.1609
Sopiyudin, D. (2018). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Sunaryo.(2016). Psikologi Untuk Keperawatan Edisi 2.Jakarta : Egc.
Tatik Trisnowati, Sri Lestari, Marni. (2020). Pengaruh Tugas Akhir Terhadap
Kejadian Premenstrual Syndrome (Pms) Dan Perilaku Saat Pms. Jurnal
Kesehatan Indonesia (The Indonesian Journal Of Health), Vol. X, No. 2,
Maret 2020.
Wahyuni L, Hidayati Nf. (2020). Tipe Dan Cara Mengatasi Pre Menstruasi
Sindrom Pada Mahasiswi Kebidanan Unmuh Surabaya.J Um Surabaya.
Wahyuni, Septa D., Asparian., Dody, Izhar. (2017). Determinan Yang
Berhubungan Dengan Premenstrual Syndrom (Pms) Pada Remaja Putri Di
Smpn 7 Kota Jambi. Jurnal Kesmas Jambi, Vol 2 (1); Hal 59 – 70
Who. 2020. Physical Activity [Online]. Switzerland: World Health Organization.
Available: Http://Www.Who.Int/ (Diakses Pada Tanggal 02 October 2021).
Wildani, Et Al. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stress
Akademik.Hal.142-149.
Wulandari, Nurfitria. (2017). Hubungan Kecerdasan Emosional (Emotional
Quotient) Terhadap Tingkat Stress Pada Mahasiswa Tahun Pertama
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.(Skripsi Tidak
Dipublikasikan).Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Yundhi, A., (2017). Hubungan Antara Gaya Hidup Sehat Dengan Tingkat
Kesegaran Jasmani Siswa Kelas Viii Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Sleman.Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi
Universitas Negri Yogyakarta.
Zulfadriawan Z. (2019). Sistem Pakar Diagnosa Premenstrual Syndrome Dengan
Metode Bayes [Internet]. Universitas Mercu Buana Yogyakarta; 2019.
98

LAMPIRAN
99

LAMPIRAN 1
100

LAMPIRAN 2
101

LAMPIRAN 3
102

LAMPIRAN 4
103

LAMPIRAN 5

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Setelah saya mendapatkan informasi penjelasan dan memahami mengenai


penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan
Sikap Menghadapi Premenstrual Syndrome PadaMahasiswi Semester akhir
Program Studi Keperawatan Universitas Aisyah Pringsewu”

Maka dengan ini saya:


Nama :
NIM :
Usia :
Usia menarch / menstruasi pertama. :
Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian ini dengan tidak ada paksaan
dan ancaman dari pihak manapun.Saya tahu bahwa saya berhak menolak atau
mengundurkan diri sebagai responden.

Selanjutnya saya tahu bahwa jawaban yang saya berikan bersifat rahasia apapun
jawaban saya tidak akan mempengaruhi kegiatan yang berada di Universitas
Aisyah Pringsewu.

Pringsewu,……………2021

Peneliti Responden

( Widya Astuti ) ( )
LAMPIRAN 6

KUISIONER PENELITIAN

PENGETAHUAN

beri tanda ceklis () pada kolom benar jika anda anggap pernyataan benar, dan
pada kolom salah jika anda anggap pernyataan salah.

No Pertanyaan Benar Salah


1 Kumpulan gejala fisik dan psikologi yang terjadi
7-10 hari menjelang mentruasi disebut PMS
(Premenstrual syndrome)
2 PMS terjadi setelah mendapat haid
3 Gejala fisik yang muncul menjelang menstruasi
diantaranya perut kembung
4 PMS biasanya terjadi 7-10 hari sebelum datang
haid
5 Perut terasa sakit merupakan gejala fisik yang
dirasakan menjelang menstruasi
6 Saat menjelang menstruasi wanita mengalami
payudara terasa kencang dan teraba keras
7 Otot/sendi menjadi kaku dan nyeri adalah hal
yang wajar menjelang menstruasi
8 Jerawat tidak bisa muncul menjelang menstruasi
9 Perasaan senang merupakan gejala psikologis
(mental)
10 Depresi/merasa tertekan sering muncul menjelang
menstruasi, Hal itu tidak normal
11 Gejala yang muncul pada semua wanita
menjelang menstruasi itu sama
12 Gejala-gejala fisik dan psikologi tersebut akan
normal kembali dengan datangnya menstruasi
13 Kebiasaan makan makanan yang kadar gula
tinggi, garam dan coklat dapat mengurangi gejala
PMS
14 Semakin usia bertambah gejala PMS semakin
ringan
15 Mengkonsumsi ramuan tradisional atau obat anti
nyeri dapat mengurangi resiko terjadinya PMS
Sumber : (Habibah, 2017)
KUISONERSTRES (PERCEIVED STRESS SCALE)

Petunjuk : Pertanyaan-pertanyaan dalam skala ini menanyakan tentang perasaan


dan pikiran Anda selama satu bulan terakhir. Dalam setiap kasus, Anda akan
diminta untuk menunjukkan dengan cara menyilang () pilihan yang diberikan

Keterangan:

0 : Tidak pernah1 : Hampir tidak pernah 2 : Kadang-kadang3 : Cukup Sering


4: Sangat sering

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Pada satu bulan belakangan ini, seberapa
sering Anda marah karena sesuatu hal
yang terjadi tiba-tiba?
2 Pada satu bulan belakangan ini,seberapa
sering Anda merasa bahwa Anda tidak
dapat mengontrolhal hal penting dalam
hidup Anda?
3 Pada satu bulan belakangan ini,seberapa
seringAnda merasa gugup dan tertekan?
4 Pada satu bulan belakangan ini,seberapa
seringAnda merasa yakin tentang
kemampuan Anda untuk menangani
masalah pribadi Anda?
5 Pada satu bulan belakangan ini,seberapa
seringAnda merasa bahwa sesuatu yang
akan Anda lakukan berjalan dengan cara
Anda?
6 Pada satu bulan belakangan ini,seberapa
seringAnda merasa bahwa Anda tidak
bisa mengatasi semua hal yang
semestinya harus Anda lakukan?
7 Pada satu bulan belakangan ini,seberapa
seringAnda mampu mengontrol rasa
jengkel dalam hidup Anda?
8 Pada satu bulan belakangan ini,seberapa
seringAnda merasa bahwa Anda berada
dipuncak segala hal?
9 Pada satu bulan belakangan ini,seberapa
seringAnda marah karena hal-hal yang
berada di luar kendali Anda?
10 Pada satu bulan belakangan ini,seberapa
seringAnda merasa kesulitan menumpuk
begitu banyak dan Anda tidak bisa
mengatasinya?

KUISONER
KEJADIAN PREMENSTRUALSYNDROM
(Shortened Premenstrual Assessment Form)

Petunjuk : untuk setiap gejala di bawah ini,beri tanda lingkaran () pada angka
yang paling sesuai menggambarkan intensitas gejala premenstruasi yang kamu
alami selama siklus terakhir menstruasi.

Keterangan :

1= tidak mengalami,2 = sangat ringan, 3 = ringan,4 = sedang,5 = berat,

6 = ekstrim

No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6
1 Payudaraterasanyeri,terjadipe
mbengkakan pada payudara
2 Merasa

tidakmampuatautidaksanggup
mengatasi masalah
3 Merasa dibawah tekanan atau
merasatertekan
4 Mudah marah
atautemperamental
5 Merasa sedih atau murung
6 Nyeri punggung, nyeri sendi
dan otot,atau kaku sendi
7 Berat badan meningkat
8 Nyeri pada bagian perut
9 Bengkak pada kaki atau
pergelangankaki
10 Perut terasa kembung

Lampiran 7
HASIL ANALISA UNIVARIAT DAN BIVARIAT

Frequency Table
katagori pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 4 2.9 2.9 2.9

Cukup 32 23.5 23.5 26.5

Baik 100 73.5 73.5 100.0

Total 136 100.0 100.0

katagori stress

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 5 3,7 3,7 3,7

1 55 40,4 40,4 44,1

2 76 55,9 55,9 100,0

Total 136 100,0 100,0

katagori pms
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pms 131 96.3 96.3 96.3

tidak pms 5 3.7 3.7 100.0

Total 136 100.0 100.0


Crosstabs
katagori pengetahuan * katagori pms Crosstabulation

katagori pms

pms tidak pms Total

katagori pengetahuan kurang Count 2 2 4

% within katagori 50.0% 50.0% 100.0%


pengetahuan

% within katagori pms 1.5% 40.0% 2.9%

% of Total 1.5% 1.5% 2.9%

cukup Count 30 2 32

% within katagori 93.8% 6.3% 100.0%


pengetahuan

% within katagori pms 22.9% 40.0% 23.5%

% of Total 22.1% 1.5% 23.5%

baik Count 99 1 100

% within katagori 99.0% 1.0% 100.0%


pengetahuan

% within katagori pms 75.6% 20.0% 73.5%

% of Total 72.8% .7% 73.5%


Total Count 131 5 136

% within katagori 96.3% 3.7% 100.0%


pengetahuan

% within katagori pms 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 96.3% 3.7% 100.0%

Symmetric Measures

Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Gamma -.854 .138 -1.886 .059


N of Valid Cases 136

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
katagori stres * katagori pms Crosstabulation

katagori pms

0 1 Total

katagori stress 0 Count 3 2 5

% within katagori stres 60,0% 40,0% 100,0%

% within katagori pms 2,3% 40,0% 3,7%

% of Total 2,2% 1,5% 3,7%

1 Count 52 3 55

% within katagori stres 94,5% 5,5% 100,0%

% within katagori pms 39,7% 60,0% 40,4%

% of Total 38,2% 2,2% 40,4%

2 Count 76 0 76

% within katagori stres 100,0% ,0% 100,0%

% within katagori pms 58,0% ,0% 55,9%

% of Total 55,9% ,0% 55,9%


Total Count 131 5 136

% within katagori stress 96,3% 3,7% 100,0%

% within katagori pms 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 96,3% 3,7% 100,0%

Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Ordinal by Ordinal Gamma -,963 ,027 -2,258 ,024


N of Valid Cases 136

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Lampiran 7

Anda mungkin juga menyukai