SKRIPSI
ANISHA FITRIA
0432950317005
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH
BEKASI, 2021
PREVALENSI KECEMASAN PADA PASIEN YANG MENJALANI
HEMODIALISIS DI MASA PANDEMI COVID-19
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
Disusun Oleh :
ANISHA FITRIA
(0432950317005)
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH
BEKASI, 2021
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
ORISINILITAS
Dengan Hormat:
Materai 10000
Anisha Fitria
i
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Skripsi ini telah disetujui untuk diuji sidangkan dihadapan Penguji Sidang Skripsi
Jurusan Keperawatan Program Studi Keperawatan S-1 Sekolah Tinggi Kesehatan Bani
Saleh.
Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan STIKES Bani Saleh
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji pada Hari Selasa, Tanggal 31, Bulan
Agustus, Tahun 2021 dan diterima sebagai bagian persyaratan yang Sah dan
diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Jurusan Keperawatan
Program Studi Keperawatan S-1 Sekolah Tinggi Kesehatan Bani Saleh.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahnmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala
kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terwujud tanpa
adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih
yang sedalam – dalamnya kepada yang terhormat :
v
10. Ibuku Surmi Sri Mulyani S.Pd, mamah tercinta yang setiap harinya memberikan
dukungan lewat doa dan air mata. Terimakasih atas senyum yang tak lekang
putusnya, atas setiap kasih sayang tulus yang diberikan, atas cinta kasih yang tak
henti-hentinya. Terimakasih telah menjadi seorang mamah yang selalu
menguatkan, tanpa mamah aku tidak bisa menjadi seorang wanita sekuat dan
setangguh ini. Kehadiran mamah menjadi salahsatu sumber semangat, kekuatan,
saat menimba ilmu, saran dan nasihat mamah yang meneduhkan hati dan jiwa.
Izinkan anak mu ini untuk sembah bakti atas semua jasamu hingga detik ini,
doakan terus agar kelak anak mu ini bisa menjadi orang yang berguna bagi
agama, nusa dan bangsa.
11. Rina Apriliyani selaku kakak pertamaku. Terimakasih atas semua dukungan dan
semangat yang diberikan, tetaplah menjadi kakak yang baik untuk adik-adiknya.
12. Cucu Supriyatin, kaka keduaku. Terimakasih juga atas semua dukungan dan
semangat yang diberikan, tetaplah menjadi kakak yang baik untuk adik-adiknya.
13. Muhamad Ramdan, seseorang yang mengajariku untuk menyikapi proses hidup
dengan kesabaran. Terimakasih atas support terbaiknya selama kuliah hingga
terselesaikannya penulisan skripsi.
14. Teman – teman seperjuangan yang saling memberikan semangat dan bantuan
dalam menyusun tugas akhir ini.
15. Staf perpustakaan, Eva Farhah,S.IP dan Wawan Setiawan, yang telah bersedia
menyediakan buku-buku sumber yang dibutuhkan.
16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan banyak
terima kasih.
vi
Penulis
Sebagai sivitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh, saya
yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Anisha Fitria
NIM : 0432950317005
Program Studi : Keperawatan S-1 Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Bani Saleh Jurusan : Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini STIKES Bani Saleh berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan memublikasikan skripsi saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Bekasi
Pada Tanggal : 31-Juli-2021
Yang Menyatakan
vii
(Anisha Fitria)
viii
ABSTRAK
SKRIPSI, 2021
ANISHA FITRIA
ix
x
ABSTRACT
Background:. The high number of confirmed COVID-19 and high mortality rates have
a negative impact on the general public and on patients who are in hospital, one of
which is chronic kidney failure patients undergoing hemodialysis. The impact of the
pandemic causes mental and social disturbances for chronic kidney failure patients
undergoing hemodialysis (HD) at the hospital, even though they are not infected with
COVID-19. High anxiety can make the immune system decrease, so patients are at risk
for contracting COVID-19. Therefore, patients should make efforts to reduce anxiety.
Objective: This study aims to describe the anxiety level of hemodialysis patients during
the COVID-19 pandemic. Methods: This research is a type of quantitative research
with the design of this study using a Cross Sectional Study approach with the technique
of taking the sample using Concecutive Sampling. Results: The results of the study used
univariate analysis statistical methods with the results obtained that the anxiety level of
hemodialysis patients during the covid-19 pandemic was dominated by normal anxiety
as many as 84 people or (84.8%), abnormal borderline anxiety as many as 13 or
(13.1% ), Abnormal 2 or (2.0%). Conclusion: From the conclusions above, the
majority of hemodialysis patients are dominated by normal anxiety as many as 84
people or (84.8%). Suggestion: the results of the study are expected to be a source of
information about the issue of depression in hemodialysis patients, it can be useful for
hospitals and clinicians to improve the quality of hospital services. service institutions
facilitate the provision of counseling to hemodialysis patients and the patient's
psychological problems are easily identified and resolved immediately.
xi
DAFTAR ISI
xii
3.5 Populasi dan Sampel.........................................................................................22
3.5.1 Populasi Penelitian....................................................................................22
3.5.2 Sampel Penelitian......................................................................................22
3.5.3 Kriteria Inklusi Eklusi...............................................................................22
3.6 Instrumen Penelitian.........................................................................................23
3.7 Prosedur Penelitian...........................................................................................23
3.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data......................................................24
3.9.1 Teknik Pengolahan Data............................................................................24
3.9.2 Analisis Data.............................................................................................25
3.9 Etika Penelitian.................................................................................................26
3.10 Waktu dan Tempat Penelitian...........................................................................27
BAB 4 HASIL PENELITIAN.......................................................................................29
4.1 Analisis Univariat.............................................................................................29
BAB 5 PEMBAHASAN................................................................................................35
5.1 Karakteristik Responden...................................................................................35
5.1.1 Usia............................................................................................................35
5.1.2 Jenis Kelamin............................................................................................36
5.1.3 Pendidikan.................................................................................................36
5.1.4 Penghasilan................................................................................................36
5.1.5 Pekerjaan...................................................................................................37
5.1.2 Lama Hemodialisis....................................................................................37
BAB 6 PENUTUP..........................................................................................................39
6.1 Kesimpulan.......................................................................................................39
6.2 Saran.................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................41
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik Responden Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronis Yang Menjalani Hemodialisis Di Era Pandemi COVID-19. 30
xiv
DAFTAR SKEMA
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1
akumulasi zat toxic dalam sirkulasi, tetapi tindakan hemodialisis tidak dapat
menyembuhkan atau mengembalikan fungsi ginjal secara permanen. Pasien dengan
gagal ginjal kronis (GGK) biasanya harus menjalani terapi hemodialisis sepanjang
hidupnya (Mutaqqin, 2011). Hemodialisis adalah dialisis yang menggunakan mesin
dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada hemodialisis, darah dipompa
keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin dialaser. Didalam mesin dialaser darah
dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat
(suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu dialirkan kembali dalam tubuh. Proses
hemodialisis dilakukan 1-3 kali seminggu di Rumah Sakit dan setiap kalinya
membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam (Mahdiana, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa data
pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal kronis (GGK) di dunia pada tahun 2013
meningkat 50% dari tahun sebelumnya dan di Amerika angka kejadian penyakit
ginjal kronik meningkat 50 % pada tahun 2014 dan setiap tahun 200.00 orang
Amerika menjalani hemodialisis. Prevalensi gagal ginjal kronis (GGK) diseluruh
dunia diprediksi mencapai 8-16% dari populasi penduduk atau 2-3% dari populasi
dunia saat ini menderita gagal ginjal kronis. Jumlah pasien penyakit ginjal terminal
di Indonesia sekitar 50 orang per satu juta penduduk (Data & Informasi
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia). Masalah psikologis seperti depresi,
kecemasan, ide bunuh diri, masalah interpersonal, gangguan seksual, gangguan
kompulasif, psikosis, fobia, dan agresi meskipun para peneliti tidak sepakat dalam
hal prevalensi dan intensitas masalah ini di antara pasien Hemodialisis bahwa 10%
pasien Hemodialisis memiliki gangguan kejiwaan sementara itu hanya 2,5% pada
populasi umum.
Pasien yang menjalani Hemodialisis untuk waktu yang lama akan mengalami
perubahan serius dalam gaya hidup dan kepribadian (Mahdavi et al., 2013). Pada
saat menjalani hemodialisis, kecemasan bisa timbul dari kurangnya pengetahuan
yang terjadi selama terapi, harapan yang tidak pasti dari hemodialisis dan dampak
yang ditimbulkannya. Rasa ketakutan yang berhubungan dengan nyeri, perubahan
body image serta prosedur diagnosa menjadi salah satu dampak yang ditimbulkan
pada saat menjalani hemodialisis (Lewis, 2011).
2
Kecemasan merupakan masalah umum yang dialami oleh pasien GGK yang
menjalani terapi hemodialisis. Hasil penelitian pada pasien yang menjalani
hemodialisis menunjukkan 100% mengalami kecemasan (Kamil et al., 2018). Salah
satu efek dari gangguan kecemasan adalah perilaku, irasional, ketidakpatuhan,
ketakutan, ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari dan perasaan takut
akan kematian (Kim & Yang, 2015). Gangguan kecemasan berlangsung setidaknya
6 bulan, meluas dan bisa menjadi lebih buruk tanpa perawatan, prevalensi
kecemasan pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis sekitar
12% sampai 52% (Goh & Griva, 2018). Beberapa faktor yang menyababkan
kecemasan pada pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis antara lain self
efficacy, dukungan sosial, optimisme, jenis kelamin pendidikan dan pengetahuan.
Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan karena menentukan tingkat kecemasan
yang dialami oleh pasien (Mutoharoh, 2009 dalam Novitasari dan Hidayati, 2015).
Faktor jenis kelamin, diperkirakan jumlah yang menderita kecemasan baik akut
dan kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk, dengan perbandingan antara
wanita dan pria yaitu 2 banding 1 (Hawari, 2013). Menurut penelitian (Ratnawati,
2011) jenis kelamin/gender sangat berhubungam terhadap respon penyakit
kecemasan, serta penggunaan koping dalam menghadapi masalah kesehatan
khususnya pada pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis. Faktor usia juga
salah satu penyebab kecemasan pada pasien hemodialisis. Gangguan kecemasan
dimulai pada awal masa dewasa, antara lain 15-25tahun, tetapi angka terus
meningkat setelah usia 35tahun (Puri et al, 2011).
Penelitian ini didukung dari beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan
sebelumnya, mengatakan bahwa pasien yang menjalani hemodialisis mengalami
kecemasan seperti hasil penelitian (Julianty et al., 2018) di RSUD dr. Pirngadi
Medan mengatakan bahwa hasil penelitian didapati pasien mengalami kecemasan
ringan sebanyak 6 orang (9.7%), kecemasan sedang sebanyak 32 orang (51.6%),
sisanya adalah kecemasan berat sebanyak 24 orang (38.7%). Penelitian yang
dilakukan (Yanti & Miswadi, 2018) di RSUD Bengkalis Riau, mengatakan bahwa
didapatkan hasil penelitian pasien yang menjalani hemodialisis mengalami
kecemasan sebanyak 18 orang (60,0%), pengetahuan kurang sebanyak 20 orang
(66,7%), pengalaman yang kurang sebanyak 21 orang (70%), dan tidak mendapat
3
dukungan keluarga sebanyak 18 orang (60,0%). Penelitian yang dilakukan (Hana
Mosieh, 2020) di Arab Saudi mengatakan bahwa dari 122 pasien PGK, 24,6%
mengalami depresi dan 19,7% mengalami gejala kecemasan. Gejala kecemasan
lebih umum pada wanita dibandingkan pria (P = 0,04). Usia yang lebih tua secara
signifikan dikaitkan dengan depresi (P = 0,003). Gejala depresi dan kecemasan
pasien tidak signifikan terkait dengan tingkat pendidikan, status pekerjaan, durasi
penyakit, dan durasi hemodialisis.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Kota Bekasi
berdasarkan rekam medis menunjukkan bahwa jumlah pasien yang menjalani
hemodialisis ada 157 pasien. Tingkat kecemasan yang dialami pasien gagal ginjal
kronis (GGK) yang menjalani hemodialisis di era pandemi COVID-19 bervariasi
dari ringan, sedang, dan berat. Di Indonesia sendiri sudah banyak penelitian tentang
faktor yang berhubungan dengan kecemasan, namun diera pandemi ini belum ada
penelitian tentang pasien yang menjalani hemodialisis. Oleh karena itu, peneliti
bermaksud untuk melakukan penelitian tentang kecemasan pada pasien GGK yang
menjalani hemodialisis di era pandemi COVID-19.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang menjadi
fokus penelitian yaitu masalah kecemasan pada pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisis. Dimasa pandemi COVID-19, apakah ada masalah
kecemasan yang di alami pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di
masa pandemi COVID-19?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi prevalensi kecemasan pada pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisis di era pandemi COVID-19.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi gambaran karakteristik demografi pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di era pandemi COVID 19.
2. Mengidentifikasi kondisi kesehatan pada pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisis di era pandemi COVID 19.
4
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Menambah pengalaman dan pengetahuan bagi penelitian selanjutnya tentang
Prevalensi Kecemasan Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis.
2. Bagi mahasiswa keperawatan
Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya bagi mahasiswa keperawatan.
3. Bagi institusi pendidikan
Memberikan gambaran mengenai dampak COVID-19 terhadap kecemasan
pasien yang menjalani hemodialisis.
5
BAB 2 TINJAUAN TEORI
TINJAUAN TEORI
6
3. Hindari berjabat tangan dan berpelukan, hal ini untuk menghindari
kontak kulit seperti berjabat tangan dan berpelukan untuk mencegah
penyebaran virus Corona. Menghindari kontak saat ini adalah cara
terbaik, tangan dan wajah dapat menjadi faktor penularan virus Corona.
4. Jangan berbagi barang pribadi. Virus Corona mampu bertahan di
permukaan hingga tiga hari. Penting untuk tidak berbagi peralatan
makan, sedotan, handphone, dan sisir. Gunakan peralatan sendiri demi
kesehatan dan mencegah terinfeksi virus Corona.
5. Etika bersin dan batuk. Salah satu penularan virus Corona bisa melalui
udara. Saat bersin dan batuk, tutupi hidung dan mulut agar orang
disekitar kita tidak terpapar percikan kelenjar ludah. Lebih baik gunakan
tisu ketika menutup mulut dan hidung ketika bersin atau batuk. Cuci
tangan hingga bersih menggunakan sabun agar tidak ada kuman, bakteri,
dan virus yang tertinggal di tangan.
6. Membersihkan perabotan dirumah tidak hanya menjaga kebersihan
tubuh, tapi kebersihan lingkungan hidup juga sangat penting. Gunakan
disinfektan untuk membersihkan perabotan didalam ruangan. Bersihkan
permukaan yang mudah disentuh secara teratur, seperti gagang pintu,
meja, laptop, ponsel, dll. Kita juga bisa membuat disinfektan sendiri
dirumah dengan menggunakan pemutih dan air. Bersihkan perabotan
rumah duakali sehari.
7. Jaga jarak sosial. Salah satu cara efektif untuk mencegah penyebaran
virus Corona. Pemerintah telah melakukan kampanye jaga jarak fisik
atau phsycal distancing. Dengan menerapkan phsycal distancing ketika
beraktivitas diluar ruangan atau tempat umum, kita sudah mengambil
langkah awal pencegahan terinfeksi virus Corona.
8. Hindari berkumpul dalam jumlah banyak. Pemerintah Indonesia dan
Kepolisian Republik Indonesia telah membuat peraturan untuk tidak
melakukan aktivitas di keramaian selama pandemi. Tidak hanya tempat
umum, seperti tempat makan, gedung olahraga, tetapi tempat ibadah saat
ini harus mengalami dampak tersebut. Tindakan ini adalah upaya untuk
mencegah penyebaran virus corona. Virus Corona dapat menyebar
7
melalui makanan, peralatan, dan udara. Saat ini disarankan untuk
melakukan aktivitas dirumah saja, agar pandemi Virus Corona cepat
berlalu.
2.1.3 Dampak dari Pandemi COVID-19
Dampak dari pandemi COVID-19 terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Dampak positif dari COVID-19 menurut WHO (WHO, 2020) :
Kesadaran masyarakat akan pola hidup bersih dan sehat meningkat, Langit
cerah, polusi berkurang, Semakin dekat dengan keluarga, Lebih
memanfaatkan waktu kebersamaan.
2. Dampak negatif dari COVID-19 menurut (WHO, 2020) :
Perekonomian di seluruh dunia menurun, Kepanikan belanja dan
kelangkaan barang, Tenaga medis mengalami kelelahan fisik dan mental,
Perubahan dalam berinteraksi dan bersosialisasi, Penurunan pengguna
transportasi umum. Peningkatan transaksi non tunai dan masyarakat
mengalami kecemasan dan ketakutan terhadap COVID-19.
8
2.2.2 Etiologi
Penyakit ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit
lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illness).
Penyebab yang sering terjadi adalah diabetes melitus dan hipertensi. Selain
itu, ada beberapa penyebab dari gagal ginjal kronis yaitu penyakit
glomerular kronis (glomerulonefritis), infeksi kronis (pyelonefritis kronis,
turbokulosis), kelainan kongenital (polikistik ginjal), penyakit vaskuler
(renal nephrosclerosis), obstruksi saluran kemih (nephrolithis), penyakit
kolagen (System Lupus Erythematosus) dan obat-obatan nefrotoksis
(aminoglikosida).
2.2.3 Patofisiologi
Patofisiologi ginjal kronis pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan proses yang terjadi kurang lebih
sama. Pada stadium awal ginjal kronis kehilangan daya cadang ginjal (renal
reverve) pada keadaan dimana basal GFR masih normal atau malah
meningkat. Kemudian secara perlahan terjadi penurunan fungsi nefron yang
proregsif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.
Sampai GFR sebesar 60% pasien belum merasakan keluhan (asimtomatik)
tapi sudah ada peningkatan kadar urea dan kreatinum serum. Sampai GFR
sudah 30% mulai terjadi keluhan pada pasien seperti nokturia, lemah, mual,
nafsu makan berkurang, dan penurunan berat badan. Pada GFR dibawah
30% pasien memperlihatkan tanda dan gejala uremia yang nyata seperti
anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fiosfor dan
kalsium, pruritus, mual muntah, dan lain sebagainya. Pasien juga akan tejadi
hipovolemia dan hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit natrium
dan kalium. Jika tidak segera ditangani dengan baik dan terjadi terus
menerus maka akan mengakibatkan malnutrisi. Jika GFR dibawah 15%
akan terjadi gejala komplikasi yang lebih seius dan pasien sudah
memerlukan terapi pengganti ginjal yaitu dialisis atau transplantasi ginjal.
9
2.2.4 Manifestasi Klinis
Pada penyakit ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi
uremia, maka pasien akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala.
Keparahan tanda dan gejala tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan
ginjal, kondisi lain yang mendasari dan usia pasien (Brunner dan Suddarth,
2013).
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronis dikarenakan gangguan yang
bersifat sostematik. Ginjal sebagai koordinasi dalam peran sirkulasi
memiliki fungsi yang banyak (organ multifunction), sehingga kerusakan
kronis secara fisiologis ginjal akan mangakibatkan gangguan keseimbangan
sirkulsi dan vasomotor.
2.2.5 Dampak Penyakit Gagal Ginjal Kronis
Dampak PGK terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Dampak Fisik
Ada beberapa dampak fisik yang terjadi, yaitu :
a. Hiperkreatinimia
Terdapatnya kreatin dalam darah yang disebabkan oleh ketidak
mamuan ginjal mengekskresi kreatinin dan menyebabkan
penumpukan kreatin di dalam darah ( Suwitra, 2010).
b. Albuminuria
Pada penyakit ginjal kronik kehilangan protein melali urin dapat
menyebabkan terjadina penurunan kadar albumin serum atau
hipoalbuminemia. Dimana keluarnya albumin melalui urin adalah
karena peningkatan permeabilitas ditingkat glomerulus yang
menyebabkan protein lolos ke dalam filtrat glomerulus (Lin J, 2011).
c. Anemia
Anemia pada pasien penyakit ginjal kronis sangat berkaitan dengan
regulasi dari hormon eritropoetin yang dihasilkan oleh ginjal. Hormon
eritropoetin berfungsi sebagai stimulus pembentukan eritrosit yang
dilakukan oleh sumsum tulang belakang. Pada pasien dengan penyakit
ginjal kronik terjadi kerusakan pada jaringan ginjal yang menghambat
proses sekresi dari hormon eritropoetin ini sehingga akan menghambat
10
juga aktivitas sumsum tulang belakang untuk menghasilkan eritrosit
sehingga dalam jangka waktu yang lama akan terjadi kondisi anemia
pada pasien (Adamson, 2005 dalam Mardana 2010).
2. Dampak Psikologis
Menurut Kimmel (2001 dalam rokhmah,2017) cemas pada pasien gagal
ginjal kronik disebabkan oleh pembatasan diet dan cairan, komplikasi
penyakit, kekhawatiran terhadap masa depan, kehilangan pekerjaan,
ketergantungan terhadap terapi hemodialisis, serta keterbatasan dalam
aktifitas.
2.3 Konsep Hemodialisis
2.3.1 Definisi Hemodialisis
Hemodialisis didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari darah
pasien melewati membrane semipermeable (dialyzer) ke dalam dialisat.
Dialyzer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan sebagian volume
cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana tekanan
hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma (dengan
perbandingan sedikit larutan) melalui membrane. Dengan memperbesar
jalan masuk pada vaskuler, antikoagulansi dan produksi dialyzer yang dapat
dipercaya dan efisien, hemodialisa telah menjadi metode yang dominan
dalam pengobatan gagal ginjal akut dan kronik di Amerika Serikat.
Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus
yang dinamakan dialyzer (suatu membrane semipermeable) yang digunakan
untuk membersihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan
berdar dalam sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisis memerlukan jalan
masuk ke aliran darah, maka dibuat suatu hubungan buatan antara arteri dan
vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan (Nuari, 2017).
2.3.2 Tujuan Hemodialisis
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urine saat ginjal sehat.
2. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi
ginjal.
11
3. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan
yang lain.
2.3.3 Proses Hemodialisis
Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu tabung
ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen yang terpisah.
Darah dipompa dan dialirkan ke kompartemen darah yang dibatasi oleh
selaput semipermeabel buatan (artifisial) dengan kompartemen dialisat.
Kompartemen dialisat dialiri cairan dialisis yang bebas pirogen, berisi
larutan dengan komposisi elektrolit mirip serum normal dan tidak
mengandung sisa metabolisme nitrogen. Cairan dialisis dan darah yang
terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi yang rendah. Konsentrasi
zat terlarut sama dikedua kompartemen (disfusi). Kelebihan cairan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat
dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, dimana air bergerak dari
daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang
lebih rendah (cairan dialisat). Pada proses dialisis, air juga dapat berpindah
dari kompartemen darah ke kompartemen cairan dialisat dengan cara
menaikkan tekanan hidrostatik negatif pada kompartemen cairan dialisat.
Perpindahan air ini disebut ultrafiltrasi (Rahardjo dkk, 2015).
12
kekhawatiran terpapar virus. Rasa khawatir yang berlebihan tentu akan
mempengaruhi sistem imun mereka.
Perubahan aspek psikologis yang kurang baik pada pasien PGK dan
terjadinya infeksi COVID-19 tentu akan mempengaruhi kualitas hidup
pasien. Bukan hanya akibat pandemi, pasien PGK juga mengalami
permasalah fisik, psikososial dan spiritual akibat penyakitnya. Permasalah
fisik pada pasien pasien PGK seperti keluhan sesak napas, lemas,
keterbatasan aktifitas, ketergantungan fisik dan ketergantungan pada mesin
dialisis. Permaasalahan psikologis seperti cemas dan depresi. Sementara
permasalah sosial yang biasa dialami pasien PGK adalah adanya perubahan
peran dan gaya hidup serta ekonomi. Timbulnya berbagai permasalan
tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Banyak riset
menyebutkan bahwa masih banyak pasien PGK yang kualitas hidupnya
kurang baik. Berbagai referensi menyebutkan rendahnya skor kualitas hidup
menjadi prediktor kematian pasien PGK dengan hemodialisis. Menjaga agar
pasien PGK selalu sehat dengan kualitas hidup yang optimal tentu perlu
diperhatikan.
2.4.2 Etiologi
Kecemasan disebabkan faktor patofisiologis maupun faktor situasional,
penyebab kecemasan tidak spesifik bahkan tidak diketahui oleh individu.
Perasaan cemas diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis
dan prilaku, dapat juga diekspresikan secara tidak langsung melalui
timbulnya gejala dan mekanisme koping sebagai upaya melawan
kecemasan.
13
2.4.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala seseorang yang mengalami kecemasan, yaitu :
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, serta
mudah tersinggung.
b. Seseorang akan merasa tegang, tidak tenang, gelisah, dan mudah
terkejut.
c. Seseorang akan merasa takut bila sendiri, atau pada keramaian, dan
banyak orang.
d. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
e. Adanya keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang
belakang, pendengaran yang berdenging atau berdebar-debar, sesak
napas, mengalami gangguan pencernaan, berkemih atau sakit kepala.
2.4.4 Tingkat Kecemasan
1. Kecemasan Ringan (Stuart, 2016)
Kecemasan ringan akan muncul ketika ada tekanan dalam kehidupan
sehari-hari, pada tahap ini seseorang akan menjadi waspada dan
jangkauan persepsi akan meningkat. Kemampuan seseorang untuk
melihat, mendengar, dan menangkap atau mempersepsikan segala
sesuatu akan lebih meningkat dari sebelumnya. Kecemasan ini juga
lebih merangsang pembelajaran dan mengarah pada pertumbuhan dan
kreativitas.
2. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang akan terjadi dimana seseorang hanya berfokus pada
hal yang penting saja. Lapang persepsi menyempit sehingga kurang
melihat, mendengar dan menangkap. Seseorang memblokir area
tertentu tapi masih mampu mengikuti perintah jika diarahkan untuk
melakukannya.
3. Kecemasan Berat
Kecemasan berat ini muncul disebabkan oleh berkurangnya persepsi
yang cukup signifikan, yang cenderung fokus untuk memusatkan
sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berfikir tentang hal
lain. Semua perilaku ini ditujukan untuk mengurangi kecemasan,
14
sehingga seseorang memerlukan banyak pengarahan untuk fokus pada
suatu hal lain.
2.4.5 Faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan
Ada beberapa teori yang telah dikembangkan untuk menjelaskan faktor -
faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut ( Stuart.,2016). Antara lain :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
Sebagiam besar penelitian menunjukkan berbagai disfungsi sistem,
tidak hanya perubahan neurotransmiter tertentu selama gangguan
kecemasan, termasuk, sistem GABA. Sistem GABA adalah
pengaturan kecemasan yang terkait dengan aktivitas
neurotransmitter gamma-aminubutyric acid (GABA), yang
mengontrol aktivitas, atau tingkat pembakaran, dari neuron dibagian
otak yang bertanggung jawab untuk mengahasilkan kondisi
kecemasan, GABA adalah neurontansmiter penghambatan paling
umum di otak. Otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazipine. Reseptor ini membantu mengatur kecemasan.
Penghambatan GABA juga berperan utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan kecemasan sebagiamana halnya
dengan endrifin, kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik
dan selanjutnya kepastian untuk mengatasi stresor.
b. Faktor Psikologis
Faktor psikologis dapat dilihat dari beberapa pandangan, diantara
lain :
a) Pandangan Psikoanalitik
Pandangan psikoanalitik memaparkan bahwa cemas adalah
konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian-id
dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif,
sedangankan suoeregi mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan
fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
15
b) Pandangan interpesonal
Pandangan interpersonal adalah kecemasan yang disebabkan oleh
rasa takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal. Kecemasan terkain dengan perkembangan trauma,
seperti perpisahan dan kehilangan, yang dapat menimbulkan
kelemahan spesifik. Seseorang yang mengalami harga diri rendah
sangat rentan terhadap kecemasan yang berat.
c) Pandangan prilaku
Pandangan prilaku memaparkan bahwa kecemasan merupakan
produk frustasi, yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Para ahli percaya bahwa ini adalah dorongan batin untu belajar
menghindari rasa sakit. Seseorang yang terbiasa dengan
kehiduoan dini akan sering menunjukkan kecemasan yang
berlebihan di kemudian hari.
2. Faktor Presipitasi
a. Faktor Eksternal
a) Ancaman integritas diri
Meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau
menurunya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b) Ancaman sistem diri
Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
b. Faktor Internal
a) Potensial Stressor
Stresor psikososial merupakan keadaan yang menyebabkan
perubahan dalam kehidupan sehingga individu dituntut untuk
beradaptasi.
b) Usia
Usia dapat menentukan kecemasan, dan biasanya terjadi pada usia
muda karena keadaan emosi mereka belum stabil. Semakin cukup
umur, semakin matang tingkat pemikiran seseorang. Semakin tua
16
umur seseorang, semakin konstruktif dalam menangani masalah
yang dihadapi.
c) Jenis Kelamin
Kecemasan biasanya lebih banyak dialami oleh perempuan
dibandingkan laki-laki. Lebih tingginya kecemasan yang dialami
oleh perempuan disebabkan karena perempuan mempunyai
kepribadian yang lebih labih dan bersifat immature. Adanya peran
hormon juga mempengaruhi kondisi perempuan sehingga mereka
mudah cemas.
d) Pendidikan
Tingkat pendidikan individu berpengaruh terhadap kemampuan
berfikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu
semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru.
e) Pekerjaan dan Pendapatan
Pekerjaan yang tidak tetap dan pendapatan seseorang tiap
bulannya juga mempengaruhi tingkat kecemasan pada pasien
yang menjalani hemodialisis, karena biaya pengobatan setiap kali
mendapatkan tindakan hemodialisis tidak sedikit. Diketahui
bahwa masyarakat yang berpenghasilan rendah memiliki tingkat
kecemasannya lebih tinggi. Akibatnya, keadaan seperti ini
membuat individu mempunyai peningkatan kecemasan.
f) Keadaan Fisik
Individu yang mengalami gangguan fisik akan mudah kelelahan
fisik. Kelelahan fisik yang dialami akan mempermudah individu
mengalami kecemasan.
g) Lingkungan dan Situasi
Seseorang yang berada dilingkungan asing lebih mudah
mengalami kecemasan dibandingkan di lingkungan yang sudah
dikenalinya.
2.4.6 Hubungan Kecemasan dengan Tindakan Hemodialisis
Penyakit gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis memang
membutuhkan biaya yang cukup mahal. Hal ini mengakibatkan kecemasan
17
pada pasien bertambah, sehingga sangat dibutuhkan dukungan sosial
terhadap pasien yang menjalani hemodialisis (Luana, 2012). Karena
indikator masalah yang muncul selama hemodialisis, pasien akan timbul
rasa cemas. Oleh karena itu, banyak pasien dan keluarganya membutuhkan
dukungan emosional untuk mengatasi kecemasan akan penyakitnya.
Hemodialisa
Tingkat
kecemasaan
Tingkat depresi
18
BAB 3 METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
Tingkat kecemasan
Pasien 1. normal
hemodialisis di 2. borderline abnormal
era pandemi
COVID-19 3. abnormal
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Lama HD
Skema 3. 1 Kerangka Konsep
19
3.2 Definisi Operasional
20
55tahun.
21
menekankan pada pengukuran atau observasi data variable independen dan
dependen hanya satu kali saja pada saat yang sama.
Rumus : ( Z daS ) ²
Ket : n: besar sampel
22
3.5.3 Kriteria Inklusi Eklusi
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini yaitu :
1. Pasien dengan kesadaran compos mentis (GCS 15)
2. Pasien yang menjalani hemodialisis lebih dari 1 tahun
3. Pasien yang menjalani hemodialisis berusia diatas 26 tahun
4. Pasien GGK yang menjalani hemodialysis dilokasi penelitian
5. Pasien yang bersedia menjadi responden
23
3.7 Prosedur Penelitian
Peneliti membagi prosedur penelitian menjadi 3 tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap pelaporan. Tahapan ini dijabarkan, sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan peneliti meliputi beberapa langkah, sebagai berikut :
Tahap persiapan peneliti meliputi beberapa langkah, sebagai berikut. Peneliti
mencari topik terkait dengan fenomena yang ada, selanjutnya peneliti
mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing mengenai topik yang telah
ditetapkan sehingga dapat dibuatkan latar belakangnya. Kemudian peneliti
mengajukan surat permohonan izin ke bagian akademis prodi S1 Keperawatan
STIKES Bani Saleh setelah proposal penelitian mendapatkan persetujuan dan
telah disetujui oleh dosen pembimbing. Peneliti meminta izin untuk pengambilan
data di Rumah sakit Anna pekayon dan Rawa lumbu.
2. Tahap Pelaksanaan
Peneliti meminta ijin untuk mengambil data responden kepada ketua perawat,
setelah itu peneliti berkunjung keruangan HD untuk bertemu dengan responden.
Selanjutnya, peneliti memperkenalkan diri dan memberitahukan maksud dan
tujuan kepada seluruh responden, Kemudian peneliti membagikan kusioner
kepada responden, Kemudian peneliti melakukan pengumpulan data dari
kuesioner yang telah dibagikan
3. Tahap Akhir
Peneliti melakukan entry data dan melakukan pengolahan data menggunakan uji
statistik dengan bantuan program komputer yaitu software SPSS, dan proses
penyusunan akhir setelah itu peneliti mengkonsultasikan hasil penelitian dengan
dosen pembimbing.
24
3.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
3.9.1 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data adalah tahap yang dapat dilakukan untuk menganalisa data
yang sudah diteliti oleh penelitian dan dalam melakukan suatu pengolahan
data wajib disesuaikan pada kode yang diberikan pada variabel yang akan
1. Editing
2. Coding
3. Entry Data
responden atau simbol jawaban pada setiap variabel dalam media tertentu
misalnya master data (master tabel). Proses melakukan entry data dapat
statistik.
25
4. Tabulating
sebagainya.
5. Cleaning
Proses cleaning data adalah untuk mengecek atau melihat kembali data
yang selesai dimasukan dalam software statistik atau SPSS, proses ini
setiap variabel yang akan diteliti nantinya oleh peneliti. Dan disampaikan
data dari hasil penelitian ini dapat di kategorikan dengan hasil analisa
teguh pada sikap ilmiah dan etika penelitian meskipun yang kita lakukan tidak
(Hidayat,2014).
26
Prinsip dan Etika penelitian harus di perhatikan khususnya jika yang menjadi
1. Informed Concent
Sebelum dilakukan penelitian, peneliti menjelaskan mengenai partisipan
pasien, tujuan dilakukan penelitian atau tindakan, jenis data yang dibutuhkan,
komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat
penelitian, kerahasiaan data, serta informasi yang mudah dihubungi. Setelah
dijelaskan peneliti memberikan informed consent kepada responden sebelum
memberikan kuesioner. peneliti memberi kebebasan serta tidak adanya unsur
paksaan kepada responden mengenai hak untuk berpartisipasi atau tidaknya
dalam penelitian ini.
2. Confidentiality
Peneliti telah meminta responden untuk tidak menuliskan nama lengkapnya di
lembar kuesioner. Peneliti juga menggunakan coding sebagai pengganti
identitas responden. Selama pengambilan data berlangsung peneliti tetap
menjaga kerahasian informasi atau data yang telah diberikan oleh responden
dan hanya digunakan untuk kepentingan peneliti dalam menganalisa data saja.
3. Autonomity
Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
1. Prinsip manfaat
manfaat dari penelitian ini, tidak terdapat resiko yang menjadi dilema
dalam etik.
27
1. Prinsip menghormati manusia
penelitian ini.
2. Prinsip keadilan
satu sama lain, baik sebelum, selama dan sesudah dilakukan penelitian
ini.
28
Tabel 3. 2 Waktu Penelitian
No Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap Persiapan
1
Pengajuan Judul
2
Penyusunan Proposal
3
Seminar Proposal
4
Revisi Proposal
5 Pengurusan Uji Etik
penelitian
6
Pengurusan Ijin Penelitian
Tahap Pelaksanaan
7
Proses penyebaran kuesioner
Tahap Akhir
8
Analisa data
9
Penyusunan laporan akhir
10
Sidang hasil
29
BAB 4 HASIL PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan diruang Hemodialisis di 2 Rumah sakit swasta Kota Bekasi,
yaitu Rumah sakit Anna Medika Pekayon dan Rumah sakit Rawalumbu. Rumah sakit
swasta yang peneliti lakukan yaitu menyelenggarakan unit-unit pelayanan yang
mengemban tugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan
professional. Salah satu di dalamnya terdapat pelayanan Hemodialisis (Unit Pelayanan
Penyakit dalam). Ruang Hemodialisis di Rumah sakit Anna Medika Pekayon memiliki
3 shift dengan kapasitas 11 tempat tidur, dan pelayanan Hemodialisis dilakukan pada
hari senin s/d sabtu dari pukul 07:00-18:00 WIB. Sedangkan di Rumah sakit
Rawalumbu memiliki 3 shift dengan kapasitas 8 tempat tidur, dan pelayanan
Hemodialisis dilakukan pada hari senin s/d sabtu dari pukul 06:00-18:00 WIB.
Jumlah total responden yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini sebanyak
104 responden, namun pada saat dilakukan penelitian ada 5 orang responden yang
menolak dengan alasan cape dan takut, jadi total responden yang terlibat dalam
penelitin ini adalah 99 responden. Data karakteristik responden penelitian
menggambarkan kondisi yang berkaitan dengan responden penelitian meliputi
karakteristik demografi dan karakteristik kondisi kesehatan responden. Karakteristik
responden dijabarkan dalam tabel karakteristik demografi dan karakteristik kondisi
kesehatan responden. Pengolahan data responden dicatat dan diolah menggunakan
Microsoft Excel 2013 dan Statistical for the Social Sciences (SPSS) 26 . Hasil
pengolahan data responden disajikan dalam tabel sebagai berikut :
4.1 Analisis Univariat
Berdasarkan data yang terkumpul, didapatkan distribusi berdasarkan karakteristik
responden (meliputi : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan
durasi hemodialisa) dan tingkat kecemasan.
30
4.1.1 Karakteristik Responden
Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik Responden Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisis Di Era
Pandemi COVID-19.
Distribusi Frekuensi
N
Karakteristik Responden (n= 99)
o
F % Mean±SD
1 Kategori Usia
Dewasa Awal (26-35 tahun) 3 3.0
Dewasa Akhir (36-45 tahun) 19 19.2
Lansia Awal (46-55 tahun) 35 35.4
Lansia Akhir (56-65 tahun) 30 30.3
Manula (>65 Tahun) 12 12.1
Usia min-max (28-79)
Rerata Usia 53,81±10,283
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 50 50.5
Perempuan 49 49.5
3 Pendidikan
SD 18 18.2
SMP 17 17.2
SMA 44 44.4
Diploma/Sarjana 20 20.2
4 Pekerjaan
Tidak Bekerja/IRT 45 45.5
PNS 13 13.1
Wiraswasta/Lainnya 41 41.4
5 Penghasilan
Kurang dari UMR 59 59.6
Lebih dari UMR 40 40.4
Jumlah 99 100,0
Sumber : Hasil pengolahan data primer,2020
Keterangan : *f : frekuensi , % : presentasi, min : minimum, max : maximum, mean : rata-
rata, SD : standar deviasi.
31
4.1.2 Kondisi Kesehatan
Kepatuhan diit
43 42,2%
Patuh
56 54,9%
Tidak patuh
Lama HD
0-6 Bulan 14 14,1%
7-12 Bulan 20 20,2%
13-24 Bulan 21 21,2%
25-36 Bulan 16 16,2%
37-48 Bulan 6 6,1%
>48 Bulan 22 22,2%
Total 99 100,0%
Table 4.2 didapatkan data bahwa dari 99 responden, yaitu kebanyakan responden
juga tidak patuh terhadap diit (54,9%). Sedangkan pada keluarga responden yang
pernah terdampak virus Covid-19 cukup banyak yaitu (87,3%) dan karakteristik
lama hemodialisa (HD) responden sebagian besar yaitu 13-24 bulan dengan
32
4.1.3 Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani
Hemodialisis Di Era Pandemi COVID-19.
No Tingkat Kecemasan N %
1 Normal 84 84.8
3 Abnormal 2 2.0
Jumlah 99 100.0
Berdasarkan tabel 4.3 Tingkat kecemasan responden sebagian besar yaitu normal
dengan jumlah 84 responden (84,8%), diikuti responden dengan borderline
abnormal berjumlah 13 responden (13,1%), dan sebagian kecil responden dengan
abnormal berjumlah 2 responden (2%).
33
3.1.4 Prevalensi Kecemasan Berdasarkan Karakteristik demografi
Kecemasan
Karakteristik
No Borderline
Responden Normal Abnormal
Abnormal
1 Jenis kelamin
Laki-Laki 12 22 16
Perempuan 16 28 5
2 Usia
Dewasa Awal (26- 2 1 0
35 tahun)
Dewasa Akhir (36- 14 4 1
45 tahun)
Lansia Awal (46-55 31 4 0
tahun)
Lansia Akhir (56- 26 3 1
65 tahun)
Manula (>65 tahun) 11 1 1
3. Pendidikan
SD 16 1 1
SMP 13 4 0
SMA 38 5 1
Diploma/Sarjana 17 3 0
Penghasilan
4. < UMR 50 7 2
> UMR 34 6 0
5. Pekerjaan
Tidak Bekerja/IRT 36 7 2
PNS
Wiraswata/lainnya 12 1 0
36 5 0
6. Lama HD
0-6 Bulan 10 3 1
7-12 Bulan 19 1 0
13-24 Bulan 17 3 1
25-36 Bulan 13 3 0
37-48 Bulan 5 1 0
>48 Bulan 2 2 0
34
responden. Berdasarkan pendidikan terakhirnya mayoritas responden yang
pendidikan terakhirnya SMA memiliki tingkat kecemasan normal masing-
masing sebanyak 38 responden.
35
BAB 5 PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan pembahasan dari hasil penelitian dan keterbatasan dalam
penelitian yaitu Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Kecemasa Pada Pasien
Hemodialisis. Ditinjau dari beberapa teori dan penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya.
Penelitian ini dilaksanakan di RS Anna Medika dan RS Rawa Lumbu, populasi yang
diambil adalah pasien yang menjalani hemodialisis. Alat yang digunakan pada saat
pengambilan data yaitu kuesioner kecemasan yaitu HADS atau Hospital Anxiety
Depression Scale. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 99 responden.
36
usia dewasa begitu pula sebagian besar kecemasan dialami oleh yang
memiliki umur kurang lebih 21 sampai 45 tahun (Sadock & Sadock, 2011).
37
5.1.4 Penghasilan
Penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan rerata skor kecemasan
berdasarkan tingkat penghasilan. Sebagain besar responden (59,6%) memiliki
pendapatan yang dibawah UMR (< 4.580.000). Menurut Rychlik & Rulhoff
(2005) pasien yang menjalani hemodialisa secara langsung akan berdampak
pada aspek sosio ekonomi, dimana kondisi penyakit menyebabkan pasien
mengalami keterbatasan dalam melakukan akivitas sehari-hari termasuk di
dalamnya melaksanakan pekerjaan yang merupakan sumber penghasilan bagi
pasien dan keluarga. Kondisi menderita penyakit kronis ini menyebabkan
keterbatasan fisik dan sosial, masalah emosional dan kekurangan finansial
(Moser & Watkins, 2008).
5.1.5 Pekerjaan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 45 pasien (44,1%) tidak memiliki
pekerjaan. Umumnya responden tidak bekerja menjawab jika pekerjaan
(kegiatan yang dilakukan) sehari-harinya adalah duduk-duduk, menonton
televisi, tidur, makan, menyapu halaman dan tidak ada aktivitas lain karena
disebabkan tenaga mereka sudah tidak kuat lagi dan merasa cepat kelelahan.
Hal ini terkait karena setelah mendapatkan terapi hemodialisa pasien
cenderung mengalami penurunan fungsi fisik. Individu yang harus menjalani
hemodialisa sering mengalami kecemasan akan kondisi sakitnya yang tidak
dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya (Smeltzer & Bare,
2002), biasanya pasien akan mengalami masalah keuangan dan kesulitan
dalam mempertahankan pekerjaan. Penelitian yang dilakukan Asri (2006)
mengatakan bahwa 2/3 pasien yang mendapat terapi dialisis tidak pernah
kembali pada aktivitas atau pekerjaan seperti sediakala sehingga banyak
pasien kehilangan pekerjaannya.
38
menjalani hemodialisis merasa cemas akan penusukan jarum dialisa, melihat
darah yang ada di selang kateter dialisa, suara alarm unit dialisa yang
berbunyi, cemas sampai kapan penyakitnya dapat diatasi. Angka kejadian
kecemasan yang terjadi baik di dunia maupun di Indonesia sangat terlihat,
dibuktikan dengan beberapa penelitian yang memaparkan jumlah pasien yang
menjalani hemodialisis dan mengalami kecemasan. Penelitian yang dilakukan
di RS Universitas Kristen Indonesia menemukan bahwa dari 54 pasien
hemodialisis yang diteliti, didapati 28 responden menderita kecemasan ringan
dan 26 pasien menderita kecemasan sedang (Luana, Panggabean, Lengkong
& Christine, 2012). Penelitian Situmorang (2007), menyatakan pasien yang
menjalani tindakan hemodialisis lebih dari 20 kali seringkali mengalami
kecemasan karena hal-hal berikut ini yaitu masalah akses vaskuler, lamanya
tindakan hemodialisis dan akibat yang dirasakan saat hemodialisis
berlangsung seperti kram otot, hipotensi, sakit kepala, mual, muntah dan
nyeri dada.
39
BAB 6 PENUTUP
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menyimpulkan beberapa hal yang telah diuraikan pada bab-
bab sebelumnya dan penulis mengusulkan beberapa saran yang mungkin akan berguna
dan bermanfaat dalam melakukan penelitian selanjutnya.
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
40
institusi pelayanan maupun pendidikan, dengan melakukan penulisan pada
sampel yang lebih banyak.
2. Untuk penulisan selanjutnya agar meneliti status fungsional lain pada pasien
CKD seperti adekuasi nutrisi, adekuasi hemodialisis, serta control Calsium
dan Phospat sehingga dapat dilihat apakah faktor-faktor tersebut di atas
dapat mempengaruhi faktor yang telah diteliti.
41
DAFTAR PUSTAKA
Anees, M., Barki, H., Masood, M., Ibrahim, M., & Mumtaz, A. (2008). Depression in
Hemodialysis Patients. Pak J Med Sci, 24(4), 560–565.
Asri, Marthan, SW, M., & Purwanta. (2006). Hubungan dukungan Sosial dengan
tingkat depresi Pasien yang menjalani terapi Hemodialisis. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada. Jurnal Ilmu Keperawatan, 1(2), 82–86.
Bossola, M., Ciciarelli, C., Conte, G. L., Vulpio, C., Tazza, G., & Luigi, L. (2009).
Correlates of Symptoms of Depression and Anxiety in Chronic Hemodialysis
Patients. General Hospital Psychiatry, 32, 125–131.
http://dx.doi.org/10.1016/j.genhosppsych.2009.10.009
Goh, z. s, & Griva, K. (2018). anxiety and depression in patients with end-stage renal
disease: impact and management challeges- a narative review. Internasional
Journal of Nephrology and Renovascular Disease, 93–102.
Harahap, S. A. J., Yustina, I., & Ardinata, D. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan
Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Hemodialisis di RSUD Dr. Pringadi Medan.
Idea Nursing Journal, 6(3), 1–9. https://doi.org/10.52199/inj.v6i3.6736
Hulu, V. T., & Sinaga, T. R. (2019). Analisis Data Statistik Parametrik Aplikasi SPSS
dan Statcal (Sebuah Pengantar Untuk Kesehatan). Yayasan Kita Menulis.
Julianty, siti arafah, Yustina, I., & Ardinata, D. (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN The Factors Related to
Level of Anxiety of Hemodialysis Patients. Idea Nursing Journal, 6(3).
Kamil, L., Agustina, R., & Wahid, A. (2018). gambaran tingkat krisis pasien penyakit
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Ulin Banjarmasin.
Dinamika Kesehatan, 2(9), 366–377.
Kim, S., & Yang, J. (2015). faktor yang mempengaruhi stres pasien pada hemodialisis.
Jurnal Masyarakat Akademik Pendidikan Keperawatan Korea, 21(3), 340–349.
Lutfa, U., & Maliya, A. (2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Pasien
dalam Tindakan Kemoterapi di Rumah Sakit Dr. Moewardu Surakarta. Jurnal
42
Berita Ilmu Keperawatan, 1(4), 187–192.
Moser, D., & Watkins, J. (2008). Conceptualizing self-care in heart failure: a life course
model of patient characteristics. Journal of cardiovascular nursing, 23(3), 205–
218.
NA, L., Panggabean, S., Lengkong, J. V., & Christine, I. (2012). Kecemasan pada
Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RS Universitas
Kristen Indonesia. Media Medika Indonesia, 46(3), 6–11.
Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2011). Kaplan & sadock’s synopsis of psychiatry:
behavioral sciences/clinical psychiatry. Psychiatrist.Com, 3, 139–178.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J, L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner
Suddarth`s textbook of medical surgical nursing. 12th edition (Williams &
Wilkins. (ed.)). Lippincott.
43
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. EGC.
Yamada, T. (2020). patients with cronic kidney disease have a poorer prognosis of
coronavirus disease 2019.
Yanti, E. K., & Miswadi. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan
Pada Hemodialisis Di Ruangan Hemodialisis Rsud Bengkalis Tahun 2016. Jurnal
Ners, 2(1), 28–40.
Yuliana. (2020). Corona virus diseases (COVID-19) :Sebuah tinjauan literature. Parque
de Los Afectos. Jóvenes Que Cuentan, 2(February), 124–137.
https://doi.org/10.2307/j.ctvzxxb18.12
44
Lampiran 1 Informasi Penelitian
LEMBAR PENJELASAN UNTUK PENELITIAN PREVALENSI KECEMASAN
PADA PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI MASA PANDEMI
COVID-19
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara/i.
Di Tempat.
Saya Anisha Fitria mahasiswi Stikes Bani Saleh akan membuat suatu penelitian
yang berjudul “Prevalensi Kecemasan Pasien Yang Menjalani Hemodialisis Di Masa
Pandemi COVID-19”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi prevalensi
kecemasan pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di era pandemi
COVID-19.
Dengan mengetahui adanya dampak pandemi COVID-19 terhadap kecemasan
pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis, maka penelitian ini akan
sangat bermanfaat bagi peneliti untuk lebih memberikan perhatian bagi para pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Jika Bapak/Ibu bersedia ikut serta
dalam penelitian, maka Bapak/Ibu akan diminta untuk mengisi data-data demografi, dan
mengisi sebuah daftar isian yang disebut “Skala Kecemasan” untuk mengetahui apakah
Bapak/Ibu memiliki gejala-gejala kecemasan, karena gangguan ini sering ditemukan
pada penderita dengan kondisi medis umum.
Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan
maupun tekanan dari pihak manapun serta tidak dipungut biaya apapun selama dalam
penelitian. Seandainya, bapak/Ibu menolak untuk ikut serta dalam penelitian saya ini
maka tidak ada sanksinya.
Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas maka
Bapak/Ibu dapat menghubungi saya: Anisha Fitria (085921637861) di Kampus Stikes
Bani Saleh. Terima Kasih.
Bekasi, Maret 2021
Hormat Saya,
45
Lampiran 2 Informed Consent
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Setelah mendapat penjelasan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian “Prevalensi
Kecemasan Pasien Yang Menjalani Hemodialisis Di Masa Pandemi COVID-19” dan
setelah mendapat kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan penelitian tersebut, termasuk risikonya, maka dengan ini saya secara sukarela
dan tanpa paksaan menyatakan bahwa bersedia diikutsertakan dalam penelitian ini.
Bekasi, ………………..2021
(Anisha Fitria) ( )
ene
46
Lampiran 3 Identitas Responden
Nomor MR :
Tanggal :
A. Data Demografik
1. Nama :
2. Umur :
4. Alamat :
5. Pekerjaan :
6. Pendidikan :
B. Skor HADS-A :
47
Lampiran 4 Instrument HADS
NAMA :
JENIS KELAMIN :
ALAMAT :
Petunjuk :
“BACALAH PERNYATAAN DIBAWAH INI DENGAN BAIK BARU ANDA
SESUAIKAN PILIHAN DENGAN KEADAAN KELUHAN ANDA DALAM
SEMINGGU INI”
48
1. Saya merasa tegang atau tidak enak Tidak Ada (0)
Kadang-kadang (1)
Sering (2)
Sering Sekali (3)
2. Saya masih dapat menikmati hal-hal yang Tidak Ada (0)
biasa saya senangi Kadang-kadang (1)
Sering (2)
Sering Sekali (3)
3. Saya merasa takut kalau-kalau sesuatu yang Tidak Ada (0)
tidak mengenakkan akan terjadi kepada saya Kadang-kadang (1)
Sering (2)
Sering Sekali (3)
4. Saya bisa tertawa dan melihat sisi-sisi yang Tidak Ada (0)
lucu dari hal-hal yang saya lihat Kadang-kadang (1)
Sering (2)
Sering Sekali (3)
5. Perasaan khawatir menganggu pikiran saya Tidak Ada (0)
Kadang-kadang (1)
Sering (2)
Sering Sekali (3)
6. Saya merasa gembira Tidak Ada (0)
Kadang-kadang (1)
Sering (2)
Sering Sekali (3)
7. Saya dapat duduk dengan tenang dan merasa Tidak Ada (0)
nyaman Kadang-kadang (1)
Sering (2)
Sering Sekali (3)
8. Saya merasa seolah-olah semua pergerakan Tidak Ada (0)
49
saya menjadi lambat Kadang-kadang (1)
Sering (2)
Sering Sekali (3)
9. Saya merasa rasa takut sehingga saya merasa Tidak Ada (0)
mual dan perut saya mulas Kadang-kadang (1)
Sering (2)
Sering Sekali (3)
10. Saya merasa penampilan saya tidak menarik Tidak Ada (0)
lagi Kadang-kadang (1)
Sering (2)
Sering Sekali (3)
11. Saya merasa sesak seolah-olah saya dikejar- Tidak Ada (0)
kejar Kadang-kadang (1)
Sering (2)
Sering Sekali (3)
12. Saya menikmati hal-hal yang menyenangkan Tidak Ada (0)
Kadang-kadang (1)
Sering (2)
Sering Sekali (3)
13. Saya dapat tiba-tiba merasa cemas yang Tidak Ada (0)
berat, dapat menjadi panik dan gellisah Kadang-kadang (1)
Sering (2)
Sering Sekali (3)
14. Saya dapat menikmati buku yang bagus, Tidak Ada (0)
radio, dan program TV Kadang-kadang (1)
Sering (2)
Sering Sekali (3)
50
Lampiran 5 Riwayat Hidup Peneliti
Data Pribadi
Nama : Anisha Fitria
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi,16 Januari 2000
Agama : Islam
Alamat : Kp. Tanah Merdeka RT007/026 No.15 Cibitung-Bekasi
No.Hp : 085921637861
Email : anishafitria16@gmail.com
Riwayat Pendidikan
Tahun 2005-2011 : SDN Wanasari 09
Tahun 2011-2014 : SMP N 2 Cibitung
Tahun 2014-2017 : SMA N 1 Cibitung
51