Anda di halaman 1dari 80

GAMBARAN KECEMASAN PADA KELUARGA PASIEN

YANG DIRAWAT DI RUANG ICU

RS PRIMAYA BEKASI TIMUR

SKRIPSI :

VITA YUANITA FITRIA

0432950420001

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S-1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH

BEKASI, 2021 – 2022


GAMBARAN KECEMASAN PADA KELUARGA PASIEN

YANG DIRAWAT DI RUANG ICU

RS PRIMAYA BEKASI TIMUR

SKRIPSI :

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

VITA YUANITA FITRIA

0432950420001

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S-1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH

BEKASI, APRIL 2021 – 2022

2
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan Hormat:

Saya bertandatangan dibawah ini:

Nama : Vita Yuanita Fitria

NIM : 0432950420001

Mahasiswa Jurusan Keperawatan program Studi S1 Keperawatan angkatan 2021

Menyatakan bahwa skripsi berjudul Gambaran Kecemasan Pada Keluarga Pasien

Yang Dirawat Di Ruang ICU Di Primaya Hospital Bekasi Timur adalah hasil

karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya

nyatakan dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya

Bekasi, 25 Agustus 2021

Materai 10.000

Vita Yuanita Fitria

3
LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN KECEMASAN PADA KELUARGA PASIEN


YANG DIRAWAT DI RUANG ICU
RS PRIMAYA BEKASI TIMUR

Diajukan dan disusun oleh:


Nama : Vita Yuanita Fitria
NIK : 0432950420001
Jurusan/Program Studi : Keperawatan/Program Studi Keperawatan S-1

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji pada Hari Jumat Tanggal 14


Bulan Januari Tahun 2022 dan diterima sebagai bagian persyaratan yang Sah dan
diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Jurusan
Keperawatan Program Studi Keperawatan S-1 Sekolah Tinggi Kesehatan Bani
Saleh.

Susunan Dewan Penguji


Ketua Dewan Penguji : Ns. Aty Nurillawaty R. M.Kep.,Sp.Kep. J ( )

Penguji II : Ns. Sunirah, M.Kep.,Sp.Kep.Mat ( )

Penguji III : Ns. Asih Minarningtyas, M.Kep. ( )

Mengetahui dan Menyetujui


Bekasi, Januari 2022
Ketua Jurusan Keperwatan Ka. Prodi Keperawatan S-1

(Ns.Puji Astuti, M.Kep.,Sp.Kep.MB) NIP: (Ns. Rika Harini,M.Kep.,Sp.Kep.An) NIP:


1320800010 132071768

4
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

GAMBARAN KECEMASAN PADA KELUARGA PASIEN

YANG DIRAWAT DI RUANG ICU

RS PRIMAYA BEKASI TIMUR

Skripsi ini telah disetujui untuk diuji sidangkan dihadapan Penguji Sidang Skripsi

Jurusan Keperawatan Program Studi Keperawatan S-1 Sekolah Tinggi Kesehatan

Bani Saleh.

Bekasi, Januari 2021

Pembimbing I

(Ns. Aty Nurillawaty Rahayu, Mkep, Sp.Kep.J)

Pembimbing II

(Ns.Sunirah, M.Kep, Sp. Kep. Mat)

KATA PENGANTAR

5
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena atas

berkat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Keperawatan Jurusan Keperawatan pada Program Studi Keperawatan

S1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh.

Gambaran Kecemasan Pada Keluarga Pasien Yang Dirawat Diruang ICU Primaya

Hospital Bekasi Timur. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan

berbagai pihak, penyusunan skripsi ini terasa sangat sulit. Oleh karena itu, saya

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ns. Aty Nurillawaty Rahayu, Mkep, Sp.Kep.J, selaku pembimbing I

yang senantiasa telah membimbing dan mengarahkan penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

2. Ibu Ns. Sunirah M.Kep.Sp. Kep.Mat selaku pembimbing II yang

senantiasa membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Ibu Ns. Asih Minarningtyas. M. Kep

4. Bapak Dr Mursyid Ma’sum, M.Agr Selaku Ketua STIKES Bani Saleh

Bekasi

5. Ibu Ns. Puji Astuti, M.Kep.,Sp.Kep.M.B, selaku Ketua Jurusan

Keperawatan STIKES Bani Saleh Bekasi

6. Ns. Rika Harini, M.Kep.,Sp.Kep.An selaku Ketua Prodi Jurusan

Keperawatan STIKES Bani Saleh Bekasi

6
7. Seluruh dosen dan staff Prodi Keperawatan STIKes Bani Saleh yang telah

memberikan bimbingan dan wawasan serta ilmu yang bermanfaat.

8. Staf perpustakaan, Eva Farhah,S.IP dan Wawan Setiawan, yang telah

bersedia menyediakan buku-buku sumber yang dibutuhkan.

9. Suami tersayang yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi kepada

penulis untuk menyusun skripsi ini

10. Orang Tua yang selalu mendoakan penulis dalam menyusun skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu per satu.

Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih

atas bantuan, nasihat serta dukungannya dalam penyusunan skripsi ini. Semoga

segala kebaikan yang diberikan oleh semua pihak yang telah membantu

mendapatkan balasan yang lebih dari Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan

baik isi maupun susunannya. Oleh karean itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis serta

para pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Bekasi, 11 Januari 2022

VitaYuanita Fitria

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI


UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

7
Sebagai sivitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh, saya yang
bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Vita Yuanita Fitria


NIM : 0432950420001
Program Studi : Keperawatan S-1
Jurusan : Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Non-exclusive Royalty-Free Right) atas skripsi saya yang berjudul:
Gambaran Kecemasan Pada Keluarga Pasien Yang Dirawat Diruang ICU Primaya
Hospital BekasiTimur.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini STIKES Bani Saleh berhak menyimpan, mengalih media/format-
kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di : Bekasi
Pada tanggal :
Yang menyatakan

(Vita Yuanita Fitria)

KETERANGAN KODE ETIK

(Terlampir)

8
ABSTRAK

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh


Jurusan Keperawatan Program Studi Keperawatan S1

9
SKRIPSI, 2021
VITA YUANITA FITRIA

GAMBARAN KECEMASAN PADA KELUARGA PASIEN YANG


DIRAWAT DIRUANG ICU RS PRIMAYA BEKASI TIMUR

Keluarga pasien unit perawatan intensif sering mengalami kecemasan karena rata-
rata kematian yang tinggi dari pasien dalam perawatan intensif. Dampak dari
kecemasan keluarga dapat menimbulkan ketidakmampuan keluarga dalam
mengambil keputusan sehingga menghambat pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat
kecemasan keluarga pada pasien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU)
di RS Primaya Bekasi Timur. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
pendekatan Cross Sectional dengan jumlah sample 73 orang yang diambil
cara metode kuisioner. Pengumpulan data dilakukan dilakukan dalam kurun
waktu 3 bulan, yaitu dari bulan Agutus - Oktober 2021 di RS Primaya Bekasi
Timur, dengan menggunakan instrumen HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden tidak mengalami cemas (33,0%),
responden mengalami kecemasan ringan (46,6%), responden mengalami
kecemasan sedang (12,4%), dan sebagian kecil responden mengalami kecemasan
berat (4,1%). Simpulan bahwa cemas ringan lebih banyak dialami oleh responden
sehingga disarankan bagi perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan pada keluarga pasien dengan,memberikan dukungan psikologis
keluarga dan membantu keluarga dalam pengambilan keputusan, demi
mengurangi tingkat kecemasan keluarga.
Kata Kunci : Tingkat Kecemasan, Keluarga
ABSTRACT

Bani Saleh Health Science School


Department of Nursing, S1 Nursing Study Program

10
Mini Thesis, 2021
VITA YUANITA FITRIA
DESCRIPTION OF ANXIETY IN THE FAMILY OF PATIENTS THAT WAS TAKEN IN ICU
ROOM PRIMAYA PRIVATE HOSPITAL BEKASI TIMUR

Family members of intensive care unit patients often experience anxiety because
of the high mortality rate of patients in intensive care. The impact of family
anxiety can lead to the family's inability to make decisions, thus hampering the
provision of nursing care to patients. The purpose of this study was to describe the
level of family anxiety in patients treated in the Intensive Care Unit (ICU) at
Primaya Hospital, East Bekasi. This study uses a descriptive design, the type of
research used in this study is descriptive with a cross sectional approach with a
sample of 73 people taken by non-probability sampling method. Data collection
was carried out within a period of 3 months, i.e. from month to month
August-October 2021 at Primaya Hospital, East Bekasi, using the HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale) instrument. The results showed that a small
proportion of respondents did not experience anxiety (33.0%), almost half of
respondents experienced mild anxiety (46.6%), more than half of respondents
experienced moderate anxiety (12.4%), and a small proportion of respondents
experienced anxiety. weight (4.1%). The conclusion is that mild anxiety is more
experienced by respondents, so it is recommended for nurses to improve the
quality of nursing services to patients' families by making anxiety interventions
such as assessing the anxiety felt by the family, providing family psychological
support and helping families in decision making, in order to reduce the level of
family anxiety.

Keywords : Anxiety Level, Family, Intensive and High Care Unit


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………. iii

11
LEMBAR PENGESAHAN …….……………………………………….. iv

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ….......………………… v

KATA PENGANTAR …………………………………...……………… vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


viii
…………….

KETERANGAN KODE ETIK ………………..…….…………………… ix

ABSTRAK ………………………………………………...................….… x

ABSTRACT …………………………......………………...................…… xi

DAFTAR ISI …………………………......………………...................…… xii

DAFTAR GAMBAR ……………..…......………………...................…… xiv

1. PENDAHULUAN ……………………………………………...…. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………..……………. 5

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………. 5

1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………….. 6

2. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………..…… 7

2.1 Konsep Kecemasan …..…………………………….....…………........ 7

2.2 Konsep Ruang ICU …………............………………………………… 16

2.4 Kerangka Teori Penelitian …..……………………..........………..….... 23

2.5 Kerangka Konsep Penelitian …..…………………….....…………....... 24

3. METODE PENELITIAN ………………………………………… 28

12
3.1 Desain Penelitian …..…………………………….....………….............. 28

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian …..………...……….....……...……....... 28

3.3 Populasi dan Sampel …..….........………………….....…………........... 28

4. HASIL PENELITIAN .…………………………………………… 37

4.1 Pelaksanaan Penelitian …..……………………….....…………............. 37

4.1 Analisa Univariat …..…………………………….....………….............. 37

5. PEMBAHASAN ……………………………………...…………… 43

6. KESIMPULAN DAN SARAN ……………..………………….…. 50

6.1 Kesimpulan …..…………………………….....…................………....... 50

6.2 Saran …..…………………………….....…………................................. 52

DAFTAR PUSTAKA ………………………………….………………….. 53

Lampiran

13
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ………..................................……. 23

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian …...……………………………. 30

xiv
1 BAB I

2 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Intensive Care Unit (ICU) merupakan unit di rumah sakit yang berfungsi

untuk perawatan pasien kritis, gawat, atau klien yang mempunyai resiko tinggi

kegawatan, penyakit akut, cedera atau penyakit yang mengancam nyawa atau

potensial mengancam nyawa yang diharapkan masih reversibel (dapat pulih

kembali). (Khusnuriyati, 2013).. Suasana yang serba cepat dan aktivitas ICU yang

sibuk menyebabkan keluarga mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan

pasien, perawat serta staf ICU yang lainnya sehingga keadaan pasien tidak mudah

diketahui oleh keluarga. Dalam keadaan ini keluarga merasa terasingkan,

terisolasi, takut akan kematian atau kecacatan pada tubuh pasien karena terpisah

secara fisik dengan pasien. Ditambah lagi dengan jam besuk yang dibatasi, tarif

ICU yang mahal, dan masalah keuangan yang belum tentu memadai. Keadaan

seperti inilah yang akan membuat keluarga mengalami kecemasan (Khusnuriyati,

2013).

Pemberian perawatan di ICU telah berpusat pada pasien kurang

memperhatikan kebutuhan keluarga, Penerimaan pasien ke ICU sering akut,

transisi non elektif memunculkan ketidakpastian bagi pasien serta keluarga pasien.

Paling sering kebutuhan fisiologis pasien menjadi keprihatinan bagi dokter

perawatan kritis. Memperhatikan kebutuhan sakit kritis penting selama episode

1
penyakit kritis, namun mengatasi kebutuhan psikologis keluarga pasien pada awal

penyakit kritis juga harus diperhatikan (Ronald & Sara, 2010). ICU untuk

peraturan kunjungan ke pasien dibatasi dan berbeda dengan unit lain sehingga

keluarga akan mengalami suatu keadaan depresi, kecemasan bahkan gejalatrauma

setelah anggota keluarganya dirawat di ruang ICU menurut McAdam dan Puntillo

dalam Bailey (2009). Kecemasan terjadi sebagai proses respon emosional ketika

pasien atau keluarga merasakan ketakutan, kemudian akan diikuti oleh beberapa

tanda dan gejala seperti ketegangan, ketakutan, kecemasan dan kewaspadaan

(Pratiwi & Dewi, 2016). Keadaan penyakit kritis menghadapkan keluarga pasien

ke tingkat tinggi dari tekanan psikologis. Gejala tekanan psikologis

mempengaruhi lebih dari setengah dari anggota keluarga terkena penyakit kritis

pasien. Proporsi anggota keluarga mengalami tekanan psikologis yang berat dari

penyakit kritis akan terus meningkat, sejalan dengan meningkatnya angka pasien

yang dirawat di unit perawatan intensif untuk penggunaan alat bantu nafas yang

berkepanjangan (Ronald & Sara, 2010). Beberapa faktor yang berhubungan stres

ini, kecemasan situasional muncul dari kekhawatiran tentang penderitaan dan

kematian pasien, prosedur, komplikasi dan peralatan yang digunakan dalam

perawatan pasien (Smith & Custard, 2014).

Pengobatan dan perawatan selama di ICU akan menimbulkan dampak

psikologi tidak hanya pada pasien namun berdampak pada keluarga. Beban

perawatan yang ditanggung keluarga pada anggota keluarga yang mempunyai

penyakit kritis dapat berdampak pada kecemasan. Anggota keluarga pasien sakit

kritis mengalami tingkat kecemasan tinggi situasional dan stress ketika orang-

2
orang tercinta yang dirawat di ICU. Perasaan takut dan tidak menentu sebagai

sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang dan

memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman. Salah satu

contoh dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas (Yusuf,

Fitryasari, & Nihayati, 2014).

Berbagai hasil jurnal penelitian mengemukakan bahwa keluarga dengan

anggota kelurga yang mempunyai penyakit kritis menanggung beban perawatan

yang tinggi, hal ini dapat berdampak pada kecemasan. Anggota keluarga pasien

sakit kritis mengalami tingkat kecemasan tinggi situasional dan stress ketika

orangorang tercinta yang dirawat di ruang rawat intensive (ICU). Beberapa faktor

yang berhubungan stress ini, kecemasan situasional muncul dari kekawatiran

tentang penderitaan dan kematian pasien akan datang, kekawatiran tentang

prosedur, komplikasi dan peralatan yang digunakan dalam perawatan pasien

(Smith & Custard, 2014).

Pasien dan anggota keluarga menjalani pengalaman berbeda dalam

menderita gangguan emosional selama tinggal di ICU dan setelah keluar ICU.

Kecemasan, depresi dan gangguan stress paska trauma lebih tinggi pada anggota

keluarga dari pada pasien, selanjutnya gejala-gejala ini pada anggota keluarga

bertahan tiga bulan, sementara menurun pada pasien. Selamat dari Unit Perawatan

Intensif mungkin mengalami tekanan psikologis untuk waktu yang lama, biasanya

pasien dan anggota keluarga menderita gejala kecemasan, depresi dan stres paska

trauma (Fumis, Ranzani, Martins, & Schettino, 2015).

3
Hadir dengan kritis, kondisi tidak stabil pasien membutuhkan perawatan

intensif sering didahulukan dari pada gejolak psikologis yang dialami keluarga

mereka. Mengatasi masalah psikologis ini tetap merupakan bagian integral dari

pendekatan perawatan kritis yang komprehensif, anggota keluarga memainkan

peran penting dalam mempromosikan kesejahteraan psikologis dari kondisi pasien

kritis. Kehadiran dan kepedulian keluarga, interaksi yang bermakna dan

kolaborasi dengan tim perawatan dapat membantu pasien selama perawatan di

ICU. Dengan demikian merupakan tanggung jawab penting dari perawat adalah

untuk mengatasi kebutuhan dan keprihatinan anggota keluarga selama di ICU

(Bailey, Sabbagh, Loiselle, Boileau, & McVey, 2010).

Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan atau memperingatkan

adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil

tindakan untuk mengatasi ancaman. Faktor yang mempengaruhi kecemasan dibagi

menjadi dua meliputi faktor internal (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan

pengalaman di rawat) dan eksternal (kondisi medis/diagnosis penyakit, akses

informasi, komunikasi terapeutik, lingkungan, fasilitas kesehatan) (Kaplan &

Sadock, 2010).

Berdasarkan hasil wawancara pasien yang dirawat diruang Primaya Hospital

Bekasi Timur selama 3 bulan yaitu tanggal 1 Februari sampai 30 April 2021

terdapat 20 pasien dengan akut miokard infark. Hasil wawancara dengan keluarga

pasien menyatakan semua keluarga pasien menunjukkan kecemasan ketika

menunggu keluarganya yang sedang dirawat di ICU, diantaranya ditunjukkan

dengan sulit tidur, mudah menangis dan gelisah. Banyak keluarga mengalami

4
kecemasan saat dipanggil oleh perawat ICU karena jam kunjung pasien dibatasi

dan tidak boleh ditunggu. Keluarga berprasangka buruk tentang kondisi medis

pasien jika dipanggil oleh perawat mereka beranggapan bahwa keluarganya kritis.

Disini peran perawat ICU sangat berperan penting dalam komunikasi. Keluarga

merasa mendapat akses informasi sangat kurang karena waktu awal masuk rumah

sakit dan waktu visit dokter dijelaskan. Keluarga pasien mengeluh saat menunggu

pasien merasa kurang nyaman karena tempat tunggu tidak ada fasilitas hiburan

dan mengeluh kedinginan saat menunggu keluarga pasien.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian

tentang gambaran kecemasan pada keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU

(Intensive Care Unit) RS Primaya Bekasi Timur.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan alasan pemilihan judul tersebut di atas, maka

perumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah gambaran kecemasan pada

keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU Primaya Hospital Bekasi Timur?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kecemasan pada keluarga pasien yang dirawat di

ruang ICU Primaya HBekasi Timur.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1. Diketahui tingkat kecemasan pada keluarga pasien di ruang ICU.

5
1.3.2.2. Diketahui kecemasan keluarga pasien berdasarkan karakteristik

responden (umur, jenis kelamin, pendidikan) di ruang ICU.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian dapat dijadikan Sebagai sumber bacaan atau referensi dalam

proses kegiatan belajar mengajar dan bahan pustaka tentang gambaran kecemasan

pada keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU.

1.4.2. Bagi Peneliti

Sebagai pedoman dalam strategi pelaksanaan dan aplikasi ilmu keperawatan

pada pasien dan keluarga dalam gambaran di ruang ICU dan wawasan penulis

dalam melaksanakan strategi pelakasanaan asuhan keperawatan.

6
BAB II

3 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kecemasan

2.1.1. Definisi Kecemasan

Kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas yang disertai dengan

adanya perasaan ketidakpastian, ketidakamanan, ketidakberdayaan dan isolasi,

kecemasan merupakan gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya rasa

khawatir dan ketakutan yang berkelanjutan tetapi tidak mengalami gangguan

dalam realita, kepribadian masih tetap utuh, perilaku terganggu tetapi masih

dalam batas normal (Stuart, 2016). Kecemasan adanya rasa takut akan terjadi

sesuatu yang disebabkan karena adanya antisipasi bahaya yang merupakan sinyal

bagi individu dalam mengambil tindakan untuk menghadapi ancaman (Sutejo,

2018). Kecemasan berbeda dari rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya

objek/sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh

individu dalam memelihara keseimbangan pengalaman cemas seseorang tidak

sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. (Suliswati, 20015). Jadi

dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosional pada seseorang

yang tidak jelas yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa

terancam disebabkan adanya ketegangan dari luar tubuh.

2.1.2. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2018), kecemasan ada empat tingkatan:

7
2.1.2.1 Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan

lahan persepsinya. Contohnya individu yang menghadapi ujian akhir, pasangan

dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan, individu yang akan melanjutkan

pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, dan individu yang tiba-tiba dikejar anjing

menggonggong.

2.1.2.2 Kecemasan Sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting

dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang

selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Contohnya pasangan

suami istri yang menghadapi kelahiran bayi pertama yang mengalami resiko

tinggi, keluarga yang mengalami perpecahan (berantakan), dan individu yang

mengalami konflik dalam pekerjaan.

2.1.2.3 Kecemasan Berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan

berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta

tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak

pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Contohnya

individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena

bencana alam, dan individu dalam penyanderaan.

8
2.1.2.4 Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena

mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi

pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat,

diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang

sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

Menurut Freud (team MGBK, 2010) terdapat tiga jenis kecemasan:

1) Kecemasan realistik

Yaitu ketakutan terhadap bahaya atau ancaman nyata yang ada dilingkungan

maupun didunia luar.

2) Kecemasan neorotik

Yaitu ketakutan terhadap hukuman yang akan menimpanya, kecemasan ini

berkembang adanya pengalaman yang diperoleh pada masa kanak-kanak terkait

dengan hukuman atau ancaman dari orang tua maupun orang lain yang otoritas

jika melakukan perbuatan salah (implusif).

3) Kecemasan moral

Yaitu rasa takut pada suara hati (super ego).

Berdasarkan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) kecemasan

dapat dikelompokan dengan gejala-gejala secara spesifik (Nursalam, 2013):

1) Perasaan meliputi firasat buruk, rasa cemas, mudah tersinggung.

9
2) Ketegangan meliputi ; lesu, tidak bisa istirahat dengan tenang, rasa

tegang, mudah menangis, mudah tersinggung, mudah terkejut, gemetar

dan gelisah.

3) Ketakutan meliputi: takut ditinggal sendiri, takut pada keramain, takut

pada orang asing.

4) Gangguan tidur yaitu sering terbangun tengah malam, tidak bisa tidur

nyenyak, mimpi buruk, susah tidur.

5) Gangguan kecerdasan: tidak bisa konsentrasi, ingatan menurun.

6) Gangguan depresi: sering merasa sedih, hilangnya minat, berkurangnya

kesenangan terhadap hobi.

7) Gejala somatik; merasa sakit pada tubuh, otot2 persendian,kaku.

8) Gejala pendengaran : telinga berdenging, penglihatan kabur, muka

merah.

9) Gejala kardiovaskuler misalnya berdebar-debar, nadi kencang, lemas

detak jantung menghilang berhenti sekejap.

10) Gejala respiratorik , misalnya merasa sesak nafas, tercekik, napas

pendek dan dangkal.

11) Gejala gastro intestinal meliputi: rasa terbakar diperut, mual, perut

terasa melilit, kembung, muntah, susah buang air besar.

12) Gejala urogenital meliputi: sering buang air kecil, tidak datang

menstruasi, haid yang berlebihan, masa haid yang pendek.

13) Gejala autonom meliputi mudah berkeringat, sakit kepala, sering

merasa pusing, mulut kering.

10
14) Tingkah laku meliputi gemetar, kulit kering, napas pendek dan cepat,

gelisah, muka tegang.

Cara memberikan penilaian terhadap tigkat kecemasan menurut Hamilton

Rating Scale For Anxiety ( HRS-A) terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-

masing dirinci lagi dengan gejala-gejala spesifik. Masing- masing kelompok

gejala diberi penilaian angka ( score ) antara 0 – 4.

0 : tidak ada gejala

1 : gejala ringan

2 : gejala sedang

3 : gejala berat

4 : gejala berat sekali

2.1.3. Penatalaksanaan Kecemasan

Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan atau manajemen pada tahap

pencegahan dan terapi memerlukan metode pendekatan yang bersifat holistik:

2.1.3.1 Penatalaksanaan farmakologi.

Dengan menggunakan obat – obatan misalnya anti kecemasan

benzodiazepim, obat ini tidak boleh digunakan dalam waktu lama karena bisa

meyebabkan ketergantungan.

2.1.3.2 Non farmakologi.

1) Distraksi : merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan

mengalihkan perhatian dari rasa cemas . Stimulus sensori yang menyenangkan

11
menyebabkan pelepasan endokrin akan menghambat stimulus cemas yang

mengakibatkan lebih sedikit stimulus yang ditransmisikan ke otak.

2) Relaksasi: Terapi relaksasi yang dapat dilakukan berupa relaksasi,

tarik nafas dalam, rmediasi, relaksai imajinasi dan visualisasi.

2.1.4 Tanda dan Gejala Kecemasan

Menurut Vye (dalam Purnamarini, Setiawan & Hidayat, 2016), gejala

kecemasan dapat diidentifikasi melalui 3 komponen:

2.1.4.1 Komponen kognitif :

Cara individu memandang, mereka berfikir bahwa adanya kemungkinan-

kemungkinan yang buruk yang selalu mengintainya sehingga menimbulkan rasa

khawatir, takut dan ragu yang berlebihan dan merasa dirinya 10 tidak mampu, dan

tidak percaya diri dan itupun merasa suatu ancaman bagi mereka.

2.1.4.2 Komponen fisik/ sensasi fisiologis

Gejala yang dapat dirasakan lansung seperti sakit kepala, sesak nafas,

tremor, detak jantung yang cepat, sakit perut, dan ketegangan otot.

2.1.4.3 Komponen perilaku

Melibatkan perilaku atau tindakan seseorang yang overcontrolling.

Menurut Greenberger dan Padesky (dalam Fenn & Byrne, 2013)

menjabarkan empat aspek kecemasan:

1) Physical symtom atau reaksi fisik yang terjadi pada orang cemas misalnya

otot tegang, telapak tangan berkeringat, sulit bernafas, jantung

berdebardebar, pusing.

12
2) Thought, yaitu pemikiran yang negatif dan irasional individu berupa

perasaan tidak siap, tidak mampu, merasa tidak memiliki ke ahlian, dan

tidak yakin dengan kemampuan dirinya sendiri. Pemikiran ini cendrung

akan menetap bila individu tidak merubah pemikirannya menjadi lebih

positif

3) Behavior, individu dengan kecemasannya cendrung menghidari situasi

penyebab kecemasan tersebut dikarenakan individu merasa dirinya

terganggu dan tidak nyaman seperti sakit kepala, mual, keringat dingin,

gangguan tidur. Perilaku yang muncul seperti kesulitan tidur karena

memikirkan pekerjaan.

4) Feellings, suasana hati individu dengan kecemasan cendrung meliputi panik,

perasaan marah, perasaan gugup saat ada pembicaraan dunia kerja.

2.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

Menurut Stuart (2013), faktor yang mempengaruhi kecemasan dibedakan menjadi

dua yaitu:

2.1.5.1 Faktor prediposisi

1) Teori Psikoanalitik

Teori Psikoanalitik menjelaskan tentang konflik emosional yang terjadi

antara dua elemen kepribadian diantaranya Id dan Ego. Id mempunyai dorongan

naluri dan impuls primitive seseorang, sedangkan Ego mencerminkan hati nurani

seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Fungsi

13
kecemasan dalam ego adalah mengingatkan ego bahwa adanya bahaya yang akan

datang (Stuart, 2013)

2) Teori Interpersonal

Stuart (2013) menyatakan, kecemasan merupakan perwujudan penolakan

dari individu yang menimbulkan perasaan takut. Kecemasan juga berhubungan

dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang

menimbulkan kecemasan. Individu dengan harga diri yang rendah akan mudah

mengalami kecemasan.

3) Teori perilaku

Pada teori ini, kecemasan timbul karena adanya stimulus lingkungan

spesifik, pola berpikir yang salah, atau tidak produktif dapat menyebabkan

perilaku maladaptif. Menurut Stuart (2013), penilaian yang berlebihan terhadap

adanya bahaya dalam situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan dirinya

untuk mengatasi ancaman merupakan penyebab kecemasan pada seseorang.

4) Teori biologis

Teori biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus yang

dapat meningkatkan neuroregulator inhibisi (GABA) yang berperan penting

dalam mekanisme biologis yang berkaitan dengan kecemasan. Gangguan fisik dan

penurunan kemampuan individu untuk mengatasi stressor merupakan penyerta

dari kecemasan.

14
2.1.5.2 Faktor presipitasi

2.1.5.2.1 Faktor Eksternal

1) Ancaman Integritas Fisik

Meliputi ketidakmampuan fisiologis terhadap kebutuhan dasar

seharihari yang bisa disebabkan karena sakit, trauma fisik,

kecelakaan.

2) Ancaman Sistem Diri

Diantaranya ancaman terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan,

dan perubahan status dan peran, tekanan kelompok, sosial budaya.

2.1.5.2.2 Faktor Internal

1) Usia

Gangguan kecemasan lebih mudah dialami oleh seseorang yang mempunyai usia

lebih muda dibandingkan individu dengan usia yang lebih tua (Kaplan &

Sadock, 2010).

2) Stressor

Stressor merupakan tuntutan adaptasi terhadap individu yang disebabkan oleh

perubahan keadaan dalam kehidupan. Sifat stresor dapat berubah secara

tiba-tiba dan dapat mempengaruhi seseorang dalam menghadapi kecemasan,

tergantung mekanisme koping seseorang. Semakin banyak stresor yang

dialami mahasiswa, semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh sehingga

jika terjadi stressor yang kecil dapat mengakibatkan reaksi berlebihan.

15
3) Lingkungan Individu yang berada di lingkungan asing lebih mudah

mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang biasa

dia tempati (Stuart, 2013).

4) Jenis kelamin

Wanita lebih sering mengalami kecemasan daripada pria. Wanita memiliki

tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan

bahwa wanita lebih peka dengan emosinya, yang pada akhirnya

mempengaruhi perasaan cemasnya (Kaplan & Sadock, 2010)

5) Pendidikan

Kemampuan berpikir individu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu semakin mudah berpikir

rasional dan menangkap informasi baru. Kemampuan analisis akan

mempermudah individu dalam menguraikan masalah baru.

16
2.1.6. Alat Ukur Tingkat Kecemasan

Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A atau HARS)

HAM-A atau HARS merupakan salah satu skala penilaian pertama yang

dikembangkan untuk mengukur tingkat gejala kecemasan. Skala ini terdiri dari 14

item, meliputi gejala dan mengukur tingkat kecemasan psikis (agitasi mental dan

tekanan psikologis) dan kecemasan somatik (Hamilton, 1959) terdiri dari suasana

hati yang cemas, ketegangan (respon terkejut, kelelahan, kegelisahan), ketakutan

(termasuk kegelapan, orang asing, orang banyak), insomnia, intelektual (kesulitan

berkonsentrasi), suasana hati depresi, gejala somatik (nyeri, kaku, bruksisme),

sensoris (tinnitus, penglihatan kabur), kardiovaskular (takikardi, palpitasi),

pernapasan (sesak dada, tersedak), gastrointestinal (termasuk gejala tipe iritasi

usus), genitourinary (frekuensi kencing, hilangnya libido), otonom (mulut kering,

sakit kepala, tegang), dan perilaku yang diamati saat wawancara (Thompson,

2015).

Skala penilaian pada setiap gejala kuesioner HARS antara 0 sampai 4

dengan rincian :

0: tidak ada gejala sama sekali

1: terdapat satu gejala dari yang ada

2: separuh dari gejala yang ada

3: lebih dari separuh dari gejala yang ada

4: semua gejala ada

Nilai akhir dari kuesioner ini dapat dikategorikan menjadi:

≤ 14 : tidak ada kecemasan

17
15 - 20 : ringan

21- 27 : sedang

28 - 41 : berat

42 - 56 : panik

2.2. Konsep Ruang Intensive Care Unit ( ICU)

2.2.1. Pengertian ICU

Unit rawat intensif merupakan area khusus pada sebuah rumah sakit dimana

pasien yang mengalami sakit kritis atau cidera memperoleh pelayanan medis, dan

keperawatan secara khusus (Pande, Kolekar, dan Vidyapeeth, 2013). Berdasarkan

keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1778/ Menkes/ SK/XII/ 2010

mendefinisikan Intensive Care Unit ( ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit

yang mandiri dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus pula yang

ditujukan untuk obervasi, perawatan, dan terapi pasien- pasien yang menderita

penyakit, cidera atau penyulit- penyulit yang mengancam nyawa atau potensial

mengancam nyawa. Unit perawatan ini melibatkan berbagai tenaga professional

yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam tim.

18
2.2.2. Jenis Pasien di ICU

Adapun pasien yang layak dirawat di ICU antara lain (Kemenkes RI, 2011):

1) Pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive care;

2) Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara

terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang

konstan terus menerus dan metode terapi titrasi;

3) Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan tindakan

segera untuk mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis.

2.2.3. Sistem Pelayanan di ICU

Penyelenggaraan pelayanan ICU di rumah sakit harus berpedoman pada

Keputusan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010

tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di rumah sakit. Pelayanan ICU

di rumah sakit meliputi beberap hal :

1) Etika kedokteran

Dimana etika pelayanan di ruang ICU harus berdasarkan falsafah dasar

“saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dan berorientasi

untuk dapat secara optimal, memperbaiki kondisi kesehatan pasien

2) Indikasi yang benar

Dimana pasien yang dirawat di ICU harus pasien yang memerlukan

intervensi medis segera oleh tim intensive care, pasien yang memerlukan

pengelolaan fungsi system organ tubuh secara terkoordinasi dan

berkelanjutan sehingga dapt dilakukan pengawasan yang konstan dan

19
metode terapi titrasi, dan pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan

kontinyu dan tindakan segera untuk mencegah timbulnya dekompensasi

fisiologis.

3) kerjasama multidisipliner

Dalam masalah medis kompleks dimana dasar pengelolaan pasien ICU

adalah pendekatan multidisiplin tenaga kesehatan dari beberapa ilmu terkait

yang memberikan kontribusinya sesuai dengan bidang keahliannya dan

bekerja sama di dalam tim yang dipimpin oleh seorang dokter intensivis

sebagai ketua tim.

4) kebutuhan pelayanan kesehatan

Pasien dimana kebutuhan pasien ICU adalah tindakan resusitasi yang

meliputi dukungan hidup untuk fungsi-fungsi vital seperti Airway (fungsi

jalan napas), Breathing (fungsi pernapasan), Circulation (fungsi sirkulasi),

Brain (fungsi otak) dan fungsi organ loain, dilanjutkan dengan diagnosis dan

terapi definitif.

5) peran koordinasi dan integrasi dalam kerja sama tim

Dimana setiap tim multidisiplin harus bekerja dengan melihat kondisi pasien

mislalnya sebelum masuk ICU, dokter yang merawat pasien melakukan

evaluasi pasien sesuai bidangnya dan member pandangan atau usulan terapi

kemudian kepala ICU melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil

kesimpulan, memberi instruksi terapi dan tindakan nsecara tertulis dengan

mempertimbangkan usulan anggota tim lainnya serta berkonsultasi dengan

konsultan lain dan dapat mempertimbangkan usulan-usulan anggota tim.

20
6) Asas prioritas

Yang mengharuskan setiap pasien yang dimasukkan ke ruang ICU harus

dengan indikasi masuk ke ruang ICU yang benar. Karena keterbatasan

jumlah tempat tidur ICU, maka berlaku asas prioritas dan indikasi masuk.

7) Sistem manajemen

Peningkatan mutu terpadu demi tercapainya koordinasi dan peningkatan

mutu pelayanan di rruang ICU yang memerlukan tim kendali mutu yang

anggotanya terdiri dari beberapa disiplin ilmu, dengan tugas utamanya

memberi masukan dan bekerja sama dengan staf structural ICU untuk selalu

meningkatkan mutu pelayanan ICU.

8) Kemitraan profesi

Dimana kegiatan pelayanan pasien di ruang ICU disamping multi disiplin

juga antar profesi seperti profesi medic, profesi perawat dan profesi lain.

Agar dicapai hasil optimal maka perlu peningkatan mutu SDM (Sumber

Daya Manusia) secara berkelanjutan, menyeluruh dan mencakup semua

profesi. Kesembilan, efektifitas, keselamatan dan ekonomis dimana unit

pela

9) Efektifitas, keselamatan dan ekonomis

Dimana unit pelayanan di ruang ICU mempunyai biaya dan teknologi yang

tinggi, multi disiplin dan multi profesi, jadi harus berdasarkan asas

efektifitas, keselamatan dan ekonomis.

21
10) Kontinuitas pelayanan yang ditujukan untuk efektifitas

Kesselamatan dan ekonomisnya pelayanan ICU. Untuk itu perlu

dikembangkan unti pelayanan tinggkat tinggi (High Care Unit = HCU).

Fungsi utama HCU adalah menjadi unit perawatan dari bangsal rawat dan

ruang ICU. Di HCU tidak diperlukan peralatan canggih seperti ICU tetapi

yang diperlukan adalah kewaspadaan dan pemantauan lebih tinggi.

2.2.4. Perawat ICU

Di Indonesia, ketenagaan perawat di ruang ICU di atur dalam Keputusan

Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010

tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah Sakit yaitu, untuk

ICU level I maka perawatnya adalah perawat terlatih yang bersertifikat bantuan

hidup dasar dan bantuan lanjut, untuk ICU level II diperlukan minimal 50% dari

jumlah seluruh perawat di ICU merupakan perawat terlatih dan bersertifikat ICU,

dan untuk ICU level III diperlukan 75% dari jumlah seluruh perawat di ICU

merupakan perawat terlatih dan bersertifikat ICU.

2.3. Konsep Keluarga

2.3.1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui

pertalian darah, adopsi, atau perkawinan (Setiadi. 2008). Keluarga, adalah unit

22
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri dan anaknya atau ayah dan

anaknya atau ibu dan anaknya. (Murwani dan Setyowati. 2010).

Keluarga juga didefinisikan sebagai suatu ikatan atau persekutuan hidup

dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama

atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau

tanpaanak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah

tangga (Suprajitno, 2010)

2.3.2. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (2014) :

2.3.2.1 Fungsi efektif

Berhubungan deengan fungsi internal keluarga dalam pemenuhan kebutuhan

psikososial fungsi efektif ini merupakan sumber energi kebahagiaan keluarga.

2.3.2.2 Fungsi sosialisasi

Sosialisasi dimulai sejak lahir, keberhasilan perkembangan individu dan

keluarga di capai melalui interaksi atau hubungan antar anggota. Anggota

keluarga belajar disiplin, belajar norma, budaya dan perilaku melalui hubungan

interaksi dalam keluarga.

2.3.2.3 Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi meneruskan keturunan dan menambahkan sumber daya

manusia.

23
2.3.2.4 Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga seperti

kebutuhan makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dll.

2.3.2.5 Fungsi keperawatan kesehatan

Kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan kesehatan dilihat

dari 5 tugas kesehatan keluarga yaitu :

1) Keluarga mengenal masalah kesehatan.

2) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi

masalah keessehatan.

3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah

kesehatan.

4) Memodifikasi lingkungan, menciptakan dan mempertahankan suasana

rumah yang sehat.

5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat.

24
Gejala (Purnamarini, Setiawan
Faktor – faktor yang mempengaruhi kecemasan Kondisi pasien di & Hidayat, 2016)
(Stuart, 2013) ruang perawatan a. Komponen kognitif
ICU b. Komponen fisik/ sensasi
Prediposisi Presipitasi
a. Teori psikoanalitik a. Eksternal fisiologis
b. Teori interpersonal - Ancaman fisik c. Komponen perilaku
c. Teori perilaku - Ancaman sistem
2.4. Kerangka Teori Penelitian

d. Teori biologis diri Kecemasan Keluarga


b. Internal
- Usia Tingkat kecemasan (Stuart, Pengukuran tingkat
- Stressor 2007) kecemasan
- Jenis kelamin a. Ringan Hamilton Anxiety
- Lingkungan b. Sedang Rating Scale
- Pendidikan c. Berat (Hamilton, 1959)
d. Panik

Tata Laksana
a. Farmakologi
b. Non-farmakologi
25
26

2.5. Kerangka Kosep Penelitian

Kerangka konsep penelitian merupakan suatu uraian dan visualisasi

hubungan antara kaitan konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara

variable yang satu dengan lainnya yang akan diamati atau diukur melalui

masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini peneliti membahas variabel mengenai gambaran

tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICU (Intensive Care Unit).

Secara skematis kerangka konsep penelitian dijabarkan sebagai berikut.

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Tingkat kecemasan
-Tidak ada kecemasan
Pasien Di Ruang ICU -Cemas Ringan
-Cemas Sedang
-Cemas Berat
2.6. Definisi Operasional
No
Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Standar
.
1. Usia Usia Melakukan Usia Nominal
berdasarkan wawancara diklasifikasikan
DEPKES RI dan melihat menjadi:
(2009) adalah KTP atau
1. Remaja: 12 –
satuan waktu identitas
25 tahun
yang mengukur responden.
waktu 2. Dewasa: 26 –

keberadaan 45 tahun

suatu benda 3. Lansia: 46 –


atau makhluk, 65 tahun
baik yang hidup
(DEPKES RI
maupun yang
2009)
mati.

2. Jenis Karakteristik Melakukan 1. Laki – laki Nominal


kelamin responden yang obervasi dan
2. Perempuan
dapat dilihat melihat
dari penampilan identitas
luar serta responden.
dibuktikan
dengan kartu
identitas.

3. Pendidikan Jenjang Melakukan 1. SD Nominal


pendidikan wawancara. 2. SMP
terakhir 3. SMA
dibuktikan 4. Perguruan
dengan ijazah Tinggi (PT)
terakhir

27
responden.

4. Pekerjaan Kegiatan Melakukan 1. Tidak bekerja Nominal


responden yang wawancara 2. Pegawai
dilakukan untuk dengan swasta
mendapatkan responden. 3. Wiraswasta
penghasilan dari
kegiatan
tersebut dan
masih dilakukan
sampai saat
wawancara.

5. Tingkat Tingkat Di ukur Semua hasil Ordinal


kecemasan kecemasan atau berdasarkan nilai dari setiap
keluarga kekhawatiran 14 item item pertanyaan
pasien di dan rasa takut pertanyaan di kumulatifkan
ruang ICU keluarga akan menurut menjadi:
apa yang HARS untuk
<14 : tidak
dialami anggota
0 : tidak ada cemas
yang sedang
gejala
sakit di dalam 15-20 : cemas

ruang ICU. 1: gejala ringan


ringan
21-27 : cemas
2: gejala sedang
sedang
28-41 : cemas
3: gejala berat
berat
42-56 : panic
4: panik

5. Hubungan Hubungan Melakukan 1. Ortu Nominal


dengan responden wawancara

28
pasien dengan pasien dengan 2. Suami/ Istri
yang disatukan responden. 3. Saudara
dengan ikatan Kandung
perkawinan, 4. Lain nya
kelahiran, (Paman, Bibi)
adopsi, dan
boleh jadi tidak
diikat oleh
hubungan
darah.

29
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah pedoman atau prosedur serta teknik dalam

perencanaan penelitian yang bertujuan untuk membangun strategi yang berguna

untuk membangun strategi yang menghasilkan blurprint atau model penelitian

(Moleong, 2014:71).

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif Jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan Cross

Sectional yaitu penilitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi

terhadap data variabel hanya satu kali saja dalam satu waktu (dalam waktu

bersamaan) dan tidak ada follow up (Setiadi, 2013).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RS Primaya Bekasi Timur, sejak bulan

Agustus 2021 sampai Oktober 2021.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek

atau obyek penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

30
31

ditarik kesimpulannya (Dahlan, 2010). Populasi dalam penelitian

adalah semua keluarga pasien yang dihitung dari jumlah pasien yang

di rawat di Primaya Hospital Bekasi Timur. Menurut studi

pendahuluan yang dilakukan, terdapat jumlah populasi yaitu

sebanyak 78 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel akan dilakukan

dengan metode non probability sampling yaitu teknik pengambilan

sampel tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel dalam hal ini adalah

populasi yang termasuk kriteria inklusi. Unsur populasi yang terpilih

menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor

lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh penelitian melalui

purposive sampling yaitu pengambilan sampel atau responden yang

didasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti, berdasarkan

ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya

(Notoatmojo, 2012).

Adapun kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang ditetapkan

peneliti sebagai berikut :


32

3.3.2.1 Kriteria Inklusi :

1) Keluarga pasien inti yang anggota keluarganya sedang di

rawat di ICU.

2) Keluarga pasien inti bersedia menjadi responden dan bisa

baca dan menulis.

3) Keluarga pasien yang mengalami kecemasan yang sudah

menunggu pasien minimal selama 1 hari.

3.3.2.2 Kriteria Ekslusi :

1) Penunggu pasien bukan anggota keluarga atau tidak

mempunyai hubungan keluarga dengan pasien.

2) Keluarga pasien tidak dapat membaca dan menulis.

3) Keluarga pasien yang anggotanya tidak dirawat di ruang ICU.

3.3.3. Besar Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Slovin (1960).

Keterangan

n : ukuran sampel atau jumlah responden.

N : ukuran populasi.

e : presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel

yang masih bisa di tolerir; = 0,05.


33

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 78

orang kemudian, sehingga presentase kelonggaran yang digunakan

adalah 5% dan hasil perhitungan dapat dibulatkan untuk mencapai

kesesuaian. Maka untuk mengetahui sampel penelitian dengan

perhitungan sebagai berikut:

78
n= 2
1+78(0,05)

78
n=
1+0,195

78
n=
1,195

n=65,27 atau 66 responden

Berdasarkan perhitungan rumus sampel tersebut maka jumlah

sampel yang di lakukan untuk pengambilan data penelitian ini

berjumlah 66 responden di Primaya Hospita Beksi Timur.

Sebagai antisipasi kemungkinan data yang terkumpul dari

responden tidak dapat dianalisis atau tidak lengkap maka besar sampel

ditambah 10% dari besar sampel minimum, sehingga dibutuhkan 73

responden dalam penelitian ini.

3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.4.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Primaya Hospital Bekasi Timur


34

3.4.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 3 bulan, yaitu dari bulan

Agustus - Oktober 2021.

3.5. Instrumennt Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan

data (Notoatmodjo, 2012).

Intrument yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan

HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Cara penilaian penggunaan

instrumen dalam penelitian ini dengan memberikan skor 0-4 pada masing-

masing pertanyaan, yaitu: skor 0 (tidak ada gejala/keluhan); skor 1 (gejala

ringan); skor 2 (gejala sedang); skor 3 (gejala berat), dan skor 4 (gejala

berat sekali/panik) (Hawari, 2001). Analisis data dilakukan dengan

menggunakan derajat tingkat kecemasan, yaitu: <14 (tidak cemas); 14-20

(kecemasan ringan); 21-27 (kecemasan sedang); 28-41 (kecemasan berat);

dan 42-56 (kecemasan berat sekali/panik) (Nursalam (2008).

3.6. Etika Penelitian

Etika penelitian dilakukan dengan menjaga kerahasiaan dan hak-hak

responden, menjamin kerahasiaan responden, dan kemungkinan terjadinya

ancaman bagi responden. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti

memulainya
35

dengan meminta surat izin penelitian dari STIKES Bani Saleh yang

kemudian disampaikan kepada pihak RS Primaya Bekasi Timur, setelah

mendapat persetujuan dari pihak RS Primaya Bekasi Timur kemudian

peneliti mendatangi calon partisipan dan meminta persetujuan calon

partisipan untuk menjadi partisipan penelitian. Setelah mendapat persetujuan

barulah dilaksanakan penelitian dengan memperhatikan etika-etika dalam

melakukan penelitian yaitu:

1) Informed Concent (lembar persetujuan)

Informed Concent adalah bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden. Tujuan informed concent adalah agar responden mengerti

maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya, jika

responden bersedia maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan. Apabila responden menolak maka peneliti harus

menghormati hak/ keputusan responden.

2) Anonymity (tanpa nama)

Etika dalam penelitian dengan memberikan jaminan bahwa dalam

penelitian tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur/ kuesioner hanya menuliskan kode pada lembar kumpulan data.

3) Confidentiality (kerahasiaan)

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil

penelitian baik informasi maupun masalah- masalah lainnya.

Seluruh informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti.
36

3.7. Pengumpulan, Pengelolahan dan Analisa Data

3.7.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan data primer yaitu data

yang diperoleh langsung dari sumber data yaitu keluarga pasien

yang datang menunggu di ruang tunggu ICU Primaya Hospital

Bekasi Timur. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah dengan membagikan kuesioner kepada

keluarga pasien yang telah memenuhi kriteria, melalui observasi,

wawancara kepada mereka. Jenis kuesioner yang digunakan adalah

pertanyaan tertutup dalam arti responden hanya memberikan

jawaban berupa tanda centang (√ ) pada kolom jawaban yang sudah

disediakan.

3.7.2. Pengolahan Data

Proses kegiatan pengolahan data (data processing) ini

terdiri dari beberapa jenis kegiatan,yaitu:

3.7.2.1 Editing (penyuntingan data)

Editing data dilakukan untuk memastikan data yang telah

diperoleh telah terisi dengan lengkap dan dapat dibaca dengan

baik. Dilakukan dengan cara mengkoreksi data yang telah

diperoleh, meliputi: kebenaran pengisian, kelengkapan

jawaban, relevansi jawaban terhadap pertanyaan dan

konsistensi jawaban. Apabila belum lengkap akan diklarifikasi


37

langsung saat responden mengumpulkan lembar kuesioner

tersebut.

3.7.2.2 Coding ( membuat kode)

Pemberian kode dengan cara memberikan kode pada masing-

masing pernyataan untuk memudahkan saat memasukkan data

(entry data), melakukan tabulasi dan analisis data

3.7.2.3 Entry Data (memasukkan data) dan Cleaning (pembersihan data)

Data yang telah diberi kode selanjutnya dimasukkan kedalam

program komputer dengan cara mengkorelasi secara distribusi

frekuensi sesuai dengan pengelompokan variabel- variabel

yaitu telah diteliti, setelah itu data akan dilakukan cleaning

yaitu pengecekan kesesuaian daripada komputer dengan nilai

yang telah diterapkan dan memastikan bahwa data telah bersih

dari kesalahan (ketidaksesuaian data), baik pada waktu

pengeditan maupun waktu pengkodean.

3.7.3. Analisa Data dan Pengolahan Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan analisis univariat yaitu

menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian

untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari

tiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Analisis data dalam

penelitian ini menggunakan SPSS for windows. Untuk


38

variabel pengetahuan Keluarga pasien dikumpulkan melalui

kuesioner kemudian ditabulasi dan dikelompokkan dan

diberi skor.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Pelaksanaan Penelitian

Bab ini membahas hasil penelitian yang dilakukan mengenai

gambaran tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat diruang ICU di

Primaya Hospital Bekasi Timur. Penelitian ini dilakukan pada keluarga

yang menunggu pasien ruang ICU dengan kriteria yang telah ditetapkan

peneliti. Pada bab ini peneliti menyajikan dan menjelaskan tentang hasil

penelitian yang telah dilakukan pada bulan Agustus – Oktober 2021 di

Primaya Hospital Bekasi Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan

menyebarkan kuesioner pada 73 responden.

4.2. Analisa Univariat Hasil Penelitian

Data yang telah didapatkan, selanjutnya di analisa dengan

menggunakan analisa univariat. Analisa univariat menggambarkan proporsi

dan distribusi frekuensi variabel penelitian secara deskriptif. Analisa ini

menghasilkan distribusi dan presentase setiap variable. Analisa univariat

pada penelitian ini meliputi tingkat kecemasan keluarga pasien ruang ICU

berdasarkan karakteristik keluarga di Primaya Hospital Bekasi Timur.

Hasil analisa univariat terhadap karakteristik keluarga pasien di

Primaya Hospital Bekasi Timur dapat dilihat sebagai berikut:

39
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia Keluarga Pasien Ruang ICU
di Primaya Hospital Bekasi Timur

Usia Frekuensi (n) Persentase (%)

12-25 27 37

26-45 38 52.1

46-65 8 10,9

Total 73 100%

Berdasarkan tabel 4.1. menunjukkan bahwa golongan usia yang

paling banyak ditemui adalah 26-45 tahun yakni sebanyak 38 responden

(52,1%), berikutnya sebanyak 27 responden (37%) termasuk golongan usia

12-25 tahun. Sisanya adalah responden dalam golongan usia 46-65 tahun

sebanyak 8 responden (10,9%).

Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Keluarga Pasien Ruang
ICU
di Primaya Hospital Bekasi Timur

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 29 39,7

Perempuan 44 60,3

Total 73 100%

40
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berjenis kelamin perempuan yang berjumlah 44 responden

(60,3%) dan sisanya yaitu laki-laki yang berjumlah 29 responden

(39,75%).

Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Keluarga Pasien Ruang ICU
di Primaya Hospital Bekasi Timur

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

SD 28 38,4

SMP 11 15,1

SMA 22 30,1

Perguruan Tinggi 12 16,4

Total 73 100%

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa jenjang pendidikan

yang telah ditempuh responden sangat bevariasi. Pendidikan yang paling

banyak ditemui adalah responden yang tamat pendidikan SD sebanyak 28

responden (38,4%), tamat pendidikan SMA ditemui sebanyak 22

responden (30,1%), kemudian tamat pendidikan SMP ditemui sebanyak 11

responden (15,1%), sedangkan paling terendah ditemui pada responden

yang tamat Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 12 responden (16,4%).

41
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Keluarga Pasien Ruang ICU
di Primaya Hospital Bekasi Timur
Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak bekerja 31 42.5

Pegawai swasta 23 31.5

Wiraswasta 19 26.0

Total 73 100%

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah yang paling

banyak adalah responden yang tidak bekerja yaitu sebanyak 31 responden

(42,5%), kemudian yang berprofesi sebagai pegawai swasta sebanyak 23

responden (31,5%), sedangkan yang paling rendah yaitu yang berprofesi

sebagai wiraswasta sebanyak 19 responden (26,0%).

Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien
Ruang ICU
di Primaya Hospital Bekasi Timur
Tingkat
Frekuensi (n) Persentase (%)
Kecemasan

Tidak cemas 27 33,0

Cemas Ringan 34 46,6

Cemas Sedang 9 12,4

Cemas Berat 3 4,1

Total 73 100%

42
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah yang paling

banyak adalah responden yang memiliki kecemasan ringan sebanyak 34

responden (46,6%), responden yang tidak merasa cemas sebanyak 27

responden (33,0%), yang memiliki kecemasan sedang sebanyak 9

responden (9%), dan responden yang memiliki kecemasan berat sebanyak

3 responden (4,1%).

Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Keluarga dengan Pasien
Ruang ICU
di Primaya Hospital Bekasi Timur
Hubungan dengan Frekuensi Persentase

Pasien (n) (%)

Suami 11 15,1

Istri 14 19,1

Ibu 11 15,1

Anak 31 42,4

Adik 1 1,4

Kakak 4 5,5

Lainnya 1 1,4

Total 73 100%

43
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa jumlah yang paling

banyak adalah responden sebagai kategori anak yaitu 31 responden

(42,4%). Kemudian, responden dengan kategori istri yaitu 14 responden

(19,1%). Responden sebagai kategori suami yaitu 11 responden (15,1%),

kategori ibu yaitu 11 responden (15,1%), dan kategori kakak yaitu (5,5%).

Responden yang paling sedikit adalah kategori adik yaitu 1 responden

(1,4%) dan kategori lainnya (1,4%).

44
BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Pembahasan Analisa Univariat

Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil penelitian yang diuraikan

secara rinci dan memberikan bahasan yang lebih mendalam untuk

memberikan hipotesis. Pada bab ini, peneliti akan mengaitkan hasil

penelitian dengan teori-teori yang telah ada dan dijabarkan pada bab

sebelumnya dan penelitian sebelumnya.

5.1.1. Gambaran Tingkat Kecemasan Berdasarkan Usia Keluarga Pasien

Hasil penelitian ini menunjukkan dari 73 responden bahwa usia keluarga

pasien yang paling banyak ditemui adalah usia 26-45 tahun yakni sebanyak 38

responden (52,1%). Sedangkan usia keluarga pasien yang paling sedikit ditemui

adalah usia 46-65 tahun. Penelitian sebelumnya juga mendukung bahwa rentang

usia keluarga pasien yang paling banyak adalah 36-45 tahun sebanyak 16

responden (50%) dari 32 responden (Sentana, 2016).

Umur seseorang menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kecemasan. Gangguan kecemasan lebih mudah dialami oleh seseorang yang

berumur lebih muda dibandingkan dengan seseorang yang berumur lebih tua

karena adanya penerimaan mekanisme koping yang lebih baik seiring dengan

meningkatnya kematangan jiwa seseorang (Gangka, Kadir, & Semana, 2013).

45
46

Peneliti berasumsi bahwa mekanisme koping dapat meningkat seiring dengan

kematangan jiwa seseorang, sehingga seseorang yang memiliki umur lebih muda

akan lebih mudah dalam mengalami kecemasan dibandingkan dengan umur

yang lebih tua. Akan tetapi, kecemasan juga dapat terjadi pada seseorang

yang lebih tua, karena faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan tidak hanya

umur, pendidikan dan jenis kelamin juga dapat mempengaruhi kecemasan.

5.1.2. Gambaran Tingkat Kecemasan Berdasarkan Jenis Kelamin Keluarga

Pasien

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis

kelamin perempuan yaitu berjumlah 44 responden (60,3%) dan laki-laki

berjumlah 29 responden (39,7%). Penelitian sebelumnya berlawanan dengan

penelitian ini yang menyebutkan bahwa laki-laki paling banyak menunggu

anggota keluarganya yang sakit di ruang intensif yaitu sejumlah 21 responden

(65,6%) (Sentana, 2016). Akan tetapi, beberapa hasil penelitian sebelumnya

sejalan dengan penelitian ini yang menyebutkan bahwa keluarga yang menunggu

pasien di ruang ICU dan ICCU berjenis kelamin perempuan yang berjumlah 18

(60%) dari 30 responden (Ismail, 2015) dan 16 responden perempuan (53,3%) dari

30 responden (Sugimin, 2017). Perempuan menjadi responden terbanyak dalam

penelitian tersebut, hal ini berkaitan dengan pekerjaan yang dimiliki dimana

perempuan merupakan anggota keluarga yang berada di rumah atau tidak bekerja

sehingga waktu yang dimiliki lebih banyak dibandingkan laki-laki (Ikawati &

Sulastri, 2011).
47

5.1.3. Gambaran Tingkat Kecemasan Berdasarkan Pendidikan Keluarga

Pasien

Responden penelitian ini umumnya memiliki tingkat pendidikan SD sejumlah 28

orang (38,4%) dan hanya sekitar 12 orang (16,4%) yang memiliki pendidikan akhir di

perguruan tinggi. Terdapat penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini yaitu

responden paling banyak ditemukan memiliki pendidikan akhir SD sebanyak 11

responden (45,8%) dari 24 responden (Retnaningsih & Etikasari, 2016). Kemampuan

berpikir seseorang dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, semakin tinggi

pendidikan maka semakin mudah seseorang berpikir secara rasional dan menangkap

informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah baru, sedangkan semakin rendah

pendidikan seseorang maka semakin mudah mengalami kecemasan (Sugimin, 2017).

Peneliti berasumsi bahwa responden yang memiliki pendidikan SD termasuk ke

dalam tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor kurang

pahamnya dalam menangkap informasi baru, menguraikan masalah, dan berpikir secara

rasional sehingga mudah untuk mengalami kecemasan. Akan tetapi 28 kecemasan yang

dimiliki oleh seseorang ini tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan tetapi juga dapat

dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin.

5.1.4. Gambaran Tingkat Kecemasan Berdasarkan Pekerjaan Keluarga

Pasien

Sebagian responden yang menunggu pasien di ruangan intensif tidak memiliki

pekerjaan, yaitu sebanyak 31 (42,5%) dari 73 responden termasuk ibu rumah tangga di

dalamnya. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa responden bekerja sebagai


48

wiraswasta (Sugimin, 2017), dan swasta (Retnaningsih & Etikasari, 2016). Menurut

Friedman dalam Suprajitno, (2004) terdapat beberapa fungsi dalam keluarga yang dapat

dilihat dan telah diterapkan oleh masyarakat yaitu fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi,

perawatan, dan fungsi ekonomi yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Penelitian yang dilakukan oleh Ikawati & Sulastri, (2011) menyebutkan bahwa

perempuan menjadi responden terbanyak dalam penelitian tersebut, karena berkaitan

dengan pekerjaan yang dimiliki dimana perempuan merupakan anggota keluarga yang

berada di rumah atau tidak bekerja sehingga waktu yang dimiliki lebih banyak

dibandingkan laki- laki.

Peneliti berasumsi bahwa, responden yang menunggu pasien di ruang intensif

adalah anggota keluarga yang tidak bekerja karena mereka memiliki lebih banyak waktu

dibandingkan dengan anggota keluarga yang bekerja. Anggota keluarga akan saling

bergantian dalam menjaga pasien di ruang intensif.

5.1.5. Gambaran Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Ruang ICU di

Primaya Hospital Bekasi Timur

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa anggota keluarga yang merawat

pasien di ruang intensif mengalami kecemasan ringan sebanyak 34 (46,6%), tidak

cemas 27 (37,0%), cemas sedang 9 (12,3%), dan cemas berat 3 (4,1%). Hal ini sesuai

dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa tingkat kecemasan keluarga

pasien berada di tingkat kecemasan ringan yaitu 16 orang (50%) dari 32 orang (Sentana,

2016). Penelitian yang dilakukan oleh Retnaningsih & Etikasari (2016) juga

menyebutkan bahwa keluarga mengalami kecemasan ringan sebanyak 16 (66,7%) dari


49

24 responden. Akan tetapi, penelitian lain menyebutkan bahwa keluarga pasien berada

pada tingkat kecemasan sedang-berat dari 48 responden (41,7%) mengalami kecemasan

berat (29,2%) sedang, (18,8%) ringan, dan 10,4% keluarga tidak mengalami kecemasan

(Woretma & Utami, 2016).

Pada penelitian ini, terdapat 3 anggota keluarga yang mengalami kecemasan berat.

Kecemasan berat yang dialami oleh keluarga pada penelitian ini

memiliki tanda-tanda gejala pernapasan seperti sering menarik napas, rasa tertekan atau

sempit di dada, perasaan tercekik, napas pendek; mengalami perasaan cemas seperti

firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, cemas, dan mudah tersinggung; mengalami

gejala perasaan seperti sedih, perasaan berubah sepanjang hari, bangun dini hari,

hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi hilangnya minat; dan gangguan

tidur seperti sulit untuk memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak nyenyak,

dan bangun dengan lesu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Sugimin, 2017)

menunjukkan bahwa kecemasan yang dialami oleh keluarga menunjukkan respon

maladaptif fisiologis lebih besar dibandingkan dengan respon adaptif fisiologis.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa responden pada

saat pengambilan data, anggota keluarga merasa khawatir dengan keadaan pasien karena

tidak dapat mengunjungi pasien terus menerus yang disebabkan adanya batasan jam

kunjung yang telah ditetapkan oleh rumah sakit serta adanya batasan pengunjung

dimana dikarenakan masih dalam suasana pandemic covid-19, mahalnya biaya karena

tidak memiliki asuransi, dan anggota mengungkapkan bahwa mereka tidak dapat

bekerja karena harus menemani anggota keluarga yang sakit. Penelitian sebelumnya

menyebutkan bahwa kecemasan yang dialami keluarga diakibatkan oleh penerimaan


50

pasien di ruangan ICU, proses pemulihan yang membuat keluarga merasa stress karena

harus berurusan dengan lingkungan yang baru, prosedur perawatan, ketidakpastian

terhadap sembuh tidaknya pasien yang dirawat di ruangan tersebut, masalah keuangan,

kurangnya dukungan sosial dari anggota keluarga lainnya, ketidakmampuan untuk

merawat anak, dan bekerja juga menjadi penyebab keluarga pasien ICU menjadi cemas

(Bolosi et al., 2018; Acaroglu et al., 2008). Dampak dari kecemasan yang dialami oleh

keluarga ini akan mempengaruhi pikiran dan motivasi sehingga keluarga tidak mampu

mengembangkan peran dan fungsinya sebagai pendukung dalam proses penyembuhan

dan pemulihan anggota keluarganya yang dirawat (Sibuea dalam Astuti & Sulastri,

2012). Menggerakkan sumber koping yang ada di lingkungan sekitar seperti dukungan

sosial, ekonomi, dukungan keyakinan budaya dapat membantu individu dalam

mengintegrasikan pengalaman serta strategi koping yang berhasil (Stuart, 2006).

Peneliti berasumsi bahwa anggota keluarga yang menunggu pasien mengalami

kecemasan ringan karena berkaitan dengan adaptasi dan mekanisme koping yang

dimiliki oleh anggota keluarga tersebut. Pada saat menunggu pasien, keluarga dapat

saling berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain, memberikan dukungan, berbagi

informasi, dan bekerja sama.

5.1.6. Gambaran Hubungan Keluarga dengan Pasien Ruang ICU di Primaya

Hospital Bekasi Timur

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 31 responden (42,4%) dari

73 responden yang menunggu pasien di ruang intensif Primaya Hospital Bekasi Timur

adalah anak dari pasien. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
51

Riyanti, S (2019) yang menunjukkan bahwa responden dengan kategori anak dari pasien

ditemukan paling banyak yaitu berjumlah 36 (42,9%) dari 84 responden.

Menurut penelitian Setiawati (2009) seorang anak memiliki tanggung jawab dan

kewajiban untuk merawat orang tuanya yang sedang sakit, terlebih jika orang tuanya

memiliki sakit kronis. Hal ini merupakan sebagai bentuk dari bakti seorang anak

terhadap orang tuanya. Selain itu, ikatan emosional, psikologis, dan fisik antara anak

dengan orang tua akan terjalin sangat kuat (Sugimin, 2017).


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada 73

responden di Primaya Hospital Bekasi Timur peneliti menyimpulkan sebagai

berikut :

6.1.1 Gambaran usia responden di Primaya Hospital Bekasi Timur menunjukkan

bahwa golongan usia yang banyak ditemui adalah 26-45 tahun yakni

sebanyak 38 responden (52,1%), berikutnya sebanyak 27 responden (37%)

termasuk golongan usia 12-25 tahun. Sisanya adalah responden dengan

golongan usia 46-65 tahun sebanyak 8 responden (10,9%).

6.1.2 Gambaran jenis kelamin responden di Primaya Hospital Bekasi Timur

menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin

perempuan yang berjumlah 44 responden (60,3%) dan sisanya yaitu laki-

laki yang berjumlah 29 responden (39,75%).

6.1.3 Gambaran tingkat pendidikan responden di Primaya Hospital Bekasi

Timur menunjukkan bahwa jenjang pendidikan yang telah ditempuh

responden sangat bevariasi. Pendidikan yang paling banyak ditemui adalah

responden yang tamat pendidikan SD sebanyak 28 responden (38,4%),

tamat pendidikan SMA ditemui sebanyak 22 responden (30,1%),

kemudian tamat pendidikan SMP ditemui sebanyak 11 responden

52
53

(15,1%), sedangkan paling terendah ditemui pada responden yang tamat

Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 12 responden (16,4%).

6.1.4 Gambaran pekerjaan responden di Primaya Hospital Bekasi Timur

menunjukkan bahwa jumlah yang paling banyak adalah responden yang

tidak bekerja yaitu sebanyak 31 responden (42,5%), kemudian yang

berprofesi sebagai pegawai swasta sebanyak 23 responden (31,5%),

sedangkan yang paling rendah yaitu yang berprofesi sebagai wiraswasta

sebanyak 19 responden (26,0%).

6.1.5 Gambaran tingkat kecemasan keluarga pasien ruang ICU di Primaya

Hospital Bekasi Timur menunjukkan bahwa jumlah yang paling banyak

adalah responden yang memiliki kecemasan ringan sebanyak 34 responden

(46,6%), responden yang tidak merasa cemas sebanyak 27 responden

(33,0), yang memiliki kecemasan sedang sebanyak 9 responden (9%), dan

responden yang memiliki kecemasan berat sebanyak 3 responden (4,1%).

6.1.6 Gambaran hubungan responden dengan pasien ruang ICU di Primaya

Hospital Bekasi Timur jumlah yang paling banyak adalah kategori anak

yaitu 31 responden (42,4%). Kemudian, responden dengan kategori istri

yaitu 14 responden (19,1%). Responden sebagai kategori suami yaitu 11

responden (15,1%), kategori ibu yaitu 11 responden (15,1%), dan kategori

kakak yaitu (5,5%). Responden yang paling sedikit adalah kategori adik

yaitu 1 responden (1,4%) dan kategori lainnya (1,4%).


54

6.2. Saran

6.2.1 Bagi PenelitI

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai tingkat kecemasan keluarga pasien diruang

ICU. Dan diharapkan bisa menambah atau mengembangkan

penelitian selanjutnya.

6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat memberikan referensi kepustakaan yang lebih

banyak mengenai teori kecemasan dalam keperawatan, selain itu

institusi pendidikan diharapkan dapat memberikan materi mengenai

bagaimana cara menangani atau mengendalikan kecemasan.


4 DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Widi. 2017. Asuhan Keperawatan Jiwa. Diakses di
http://repository.ump.ac.id/3986/3/WidiAstutiNurAfifah BAB II.pdf
Bailey, J. J., Sabbagh, M., Loiselle, C. G., Boileau, J., & McVey, L. (2010).
Supporting families in the ICU: A descriptive correlational study of
informational support, anxiety, and satisfaction with care. Intensive and
Dahlan. (2010). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Depkes RI. (2012). Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Perawatan
Intensif. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. (2011). Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit di Rumah Sakit. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI
Etikasari, E., Retnaningsih, D. 2016. Hubungan Komunikasi Perawat dengan
Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien di Unit Perawatan Kritis. Jurnal
Keperawatan Soedirman, Volume 11. No. 1.
Friedman. (2014). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan Praktik.
Edisi ke-5. Jakarta : EGC.
Fumis, R. R. L., Ranzani, O. T., Martins, P. S., & Schettino, G. (2015). Emotional
disorders in pairs of patients and their family members during and after
ICU stay. PLoS ONE, (1), 1–12. doi:10.1371/journal.pone.0115332
Gangka, Yesi. 2013. Faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien
preoperasi bedah mayor digestif di RSUP dr. Wahidin Sudiro Husodo
Makasar, http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/420.
Diperoleh tanggal 19 Juni 2019 pukul 20.05 WIB
Halgin, & Whitbourne. (2010). Psikologi Abnormal Perspektif Klinis Pada
Gangguan Psikologis (6th ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. (S. Riyadi, Ed.)
(Pertama.).Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hawari, D. (2012). Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Herkulana. (2013). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat
Kecemasan Anggota keluarga Pasien yang di rawat di ICU RSUD
Salatiga. Diakses dari http://repository.uksw.edu/handle/123456789/6693
Hidayat, A.A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan & Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika

55
56

Kaplan, HI, Saddock, BJ & Grabb, JA., (2010). Kaplan-Sadock Sinopsis


PsikiatriIlmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis. Tangerang : Bina Rupa
Aksar
Kemenkes RI. (2011). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Intensive
Care Unit (ICU) di Rumah Sakit., Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Khusnuriyati, S. 2013. Hubungan Dukungan Informasi Dengan Tingkat
Kecemasan Keluarga Pasien Yang Dirawat Di Ruang Icu Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Semarang Vol.243
http://jurma.unimus.ac.id/index.php/perawat/article/viewFile/243/243diun
duh pada tanggal 06 April 2017
McAdam, J.L. dan Puntillo, K. 2009. Symptoms Experienced by Family Members
of Patients in Intensive Care Units. American Journal of Critical Care, 18,
200-209.
Pande, S., Kolekar, B.D., & Vidyapeeth, D.Y.P. (2013). Training programs of
nurses working in intensive care unit. International Journal of Advanced
Research in Management and Social Sciences, 2 (suppl.6), 85-87.
Sentana, A. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Kecemasan Keluarga Pasien Yang Dirawat Di Ruang Intensif Care.Vol.10.
(2),4 http://poltekkesmataram.ac.id/cp/wpcontent/uploads/2016/12/4.-aan-
dwi-sentana.pdfdiunduh pada tanggal 06 April 2017
Stuart, G.W, 2016, Prinsip dan Praktik Keperawatan Jiwa Stuart Buku 2 : Edisi
Indonesia, Elseiver, Singapore
Sugimin. 2017. Kecemasan Keluarga Pasien Di Ruang Intensive Care UnitRumah
Sakit Umum Pusat Dokter Soeradji Tirtonegoro.
http://eprints.ums.ac.id/50989/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdfdiunduh
pada tanggal 24 juli 2017
Suliswati (2015). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta. Penerbit : Buku
Kedokteran EGC
Thompson C, Kinmonth AL, Steven L, et al. 2015.Effects of clinical practice
guideline and practice-based on detection and outcomes of depression in
primary care: Hampshire Depression Project Randomised Controlled trial.
Lancet, 355, 185-191

56
57
58

Lampiran 1. Distribusi Hasil Penelitian


K K K K K K
No.
o Jenis o Pendi o o Tingkat o Hubungan o
Ko Usia Pekerjaan
d Kelamin d dikan d d Kecemasan d dengan Pasien d
de
e e e e e e
perempu tidak
1 46-65 3 2 SD 1 1 tidak cemas 1
an bekerja anak 4
perempu pegawai
2 12-25 1 2 PT 4 2 tidak cemas 1
an swasta istri 2
3 12-25 1 laki-laki 1 SMA 3 wiraswasta 3 tidak cemas 1 anak 4
perempu tidak cemas
4 46-65 3 2 SD 1 1 2
an bekerja ringan ibu 3
cemas
5 26-45 2 laki-laki 1 SMP 2 wiraswasta 3 2
ringan anak 4
pegawai
6 12-25 1 laki-laki 1 SMA 3 2 tidak cemas 1
swasta anak 4
perempu tidak
7 46-65 3 2 SD 1 1 tidak cemas 1
an bekerja ibu 3
8 12-25 1 laki-laki 1 SMA 3 wiraswasta 3 tidak cemas 1 anak 4
perempu tidak cemas
9 46-65 3 2 SD 1 1 2
an bekerja ringan istri 2
tidak
10 26-45 2 laki-laki 1 SD 1 1 tidak cemas 1
bekerja anak 4
cemas
11 12-25 1 laki-laki 1 SMP 2 wiraswasta 3 2
ringan anak 4
perempu tidak cemas
12 46-65 3 2 SD 1 1 2
an bekerja ringan istri 2
perempu pegawai cemas
13 12-25 1 2 PT 4 2 3
an swasta sedang anak 4
perempu pegawai cemas
14 12-25 1 2 SMA 3 2 2
an swasta ringan istri 2
tidak
15 46-65 3 laki-laki 1 SD 1 1 tidak cemas 1
bekerja suami 1
perempu tidak cemas
16 26-45 2 2 SD 1 1 2
an bekerja ringan ibu 3
17 12-25 1 laki-laki 1 SMA 3 wiraswasta 3 tidak cemas 1 anak 4
perempu pegawai cemas
18 12-25 1 2 PT 4 2 2
an swasta ringan anak 4
19 26-45 2 laki-laki 1 SMP 2 wiraswasta 3 tidak cemas 1 anak 4
perempu tidak cemas
20 46-65 3 2 SD 1 1 3
an bekerja sedang ibu 3
pegawai cemas
21 12-25 1 laki-laki 1 SMA 3 2 2
swasta ringan kakak 6
perempu pegawai
22 26-45 2 2 PT 4 2 tidak cemas 1
an swasta ibu 3
59

perempu pegawai cemas


23 12-25 1 2 SMA 3 2 2
an swasta ringan anak 4
perempu pegawai cemas
24 12-25 1 2 PT 4 2 2
an swasta ringan anak 4
tidak cemas
25 26-45 2 laki-laki 1 SMP 2 1 3
bekerja sedang suami 1
perempu cemas
26 12-25 1 2 SMA 3 wiraswasta 3 2
an ringan istri 2
perempu tidak cemas
27 46-65 3 2 SD 1 1 3
an bekerja sedang ibu 3
pegawai cemas
28 26-45 2 laki-laki 1 SMA 3 2 2
swasta ringan anak 4
perempu
29 26-45 2 2 SMP 2 wiraswasta 3 tidak cemas 1
an anak 4
tidak cemas
30 12-25 1 laki-laki 1 PT 4 1 2
bekerja ringan suami 1
perempu tidak cemas
31 26-45 2 2 SD 1 1 3
an bekerja sedang ibu 3
pegawai
32 12-25 1 laki-laki 1 SMA 3 2 cemas berat 4
swasta suami 1
perempu tidak cemas
33 26-45 2 2 SD 1 1 2
an bekerja ringan ibu 3
perempu pegawai
34 12-25 1 2 SMA 3 2 tidak cemas 1
an swasta kakak 6
35 26-45 2 laki-laki 1 SMP 2 wiraswasta 3 tidak cemas 1 kakak 6
perempu pegawai cemas
36 12-25 1 2 PT 4 2 2
an swasta ringan anak 4
perempu tidak cemas
37 26-45 2 2 SD 1 1 3
an bekerja sedang anak 4
perempu cemas
38 12-25 1 2 SMA 3 wiraswasta 3 2
an ringan anak 4
perempu tidak
39 12-25 1 2 PT 4 1 tidak cemas 1
an bekerja adik 5
perempu cemas
40 26-45 2 2 SMA 3 wiraswasta 3 2
an ringan anak 4
perempu tidak
41 26-45 2 2 SD 1 1 tidak cemas 1
an bekerja anak 4
pegawai cemas
42 26-45 2 laki-laki 1 SMA 3 2 2
swasta ringan suami 1
perempu
43 26-45 2 2 SMP 2 wiraswasta 3 tidak cemas 1
an ibu 3
tidak
44 26-45 2 laki-laki 1 SD 1 1 cemas berat 4
bekerja suami 1
perempu tidak cemas
45 26-45 2 2 SD 1 1 2
an bekerja ringan istri 2
60

perempu
46 12-25 1 2 SMA 3 wiraswasta 3 tidak cemas 1
an istri 2
pegawai
47 26-45 2 laki-laki 1 PT 4 2 tidak cemas 1
swasta anak 4
perempu cemas
48 26-45 2 2 SMA 3 wiraswasta 3 2
an ringan istri 2
cemas
49 26-45 2 laki-laki 1 SMP 2 wiraswasta 3 2
ringan anak 4
perempu tidak cemas
50 26-45 2 2 SD 1 1 3
an bekerja sedang istri 2
pegawai cemas
51 12-25 1 laki-laki 1 SMA 3 2 2
swasta ringan suami 1
perempu tidak
52 26-45 2 2 SD 1 1 tidak cemas 1
an bekerja istri 2
53 26-45 2 laki-laki 1 SMP 2 wiraswasta 3 tidak cemas 1 anak 4
tidak
54 26-45 2 laki-laki 1 SD 1 1 tidak cemas 1
bekerja anak 4
perempu cemas
55 26-45 2 2 SMA 3 wiraswasta 3 2
an ringan anak 4
perempu tidak cemas
56 26-45 2 2 SD 1 1 2
an bekerja ringan anak 4
tidak
57 26-45 2 laki-laki 1 SD 1 1 tidak cemas 1
bekerja suami 1
perempu pegawai cemas
58 12-25 1 2 SMA 3 2 2
an swasta ringan istri 2
tidak cemas
59 26-45 2 laki-laki 1 SD 1 1 3
bekerja sedang suami 1
perempu cemas
60 26-45 2 2 SMA 3 wiraswasta 3 2
an ringan anak 4
perempu pegawai
61 12-25 1 2 PT 4 2 tidak cemas 1
an swasta istri 2
tidak cemas
62 26-45 2 laki-laki 1 SD 1 1 2
bekerja ringan suami 1
perempu pegawai
63 12-25 1 2 SMA 3 2 tidak cemas 1
an swasta istri 2
perempu tidak cemas
64 26-45 2 2 SD 1 1 2
an bekerja ringan anak 4
pegawai
65 12-25 1 laki-laki 1 PT 4 2 tidak cemas 1
swasta suami 1
cemas
66 26-45 2 laki-laki 1 SMP 2 wiraswasta 3 2
ringan anak 4
perempu tidak cemas
67 26-45 2 2 SD 1 1 3
an bekerja sedang anak 4
pegawai cemas
68 26-45 2 laki-laki 1 SMA 3 2 2
swasta ringan kakak 6
61

perempu pegawai cemas


69 12-25 1 2 PT 4 2 2
an swasta ringan istri 2
perempu tidak
70 26-45 2 2 SD 1 1 cemas berat 4
an bekerja ibu 3
tidak cemas
71 26-45 2 laki-laki 1 SD 1 1 2
bekerja ringan anak 4
perempu pegawai cemas
72 12-25 1 2 SMP 2 2 2
an swasta ringan lainnya 7
perempu tidak
73 26-45 2 2 SD 1 1 tidak cemas 1
an bekerja ibu 3

12-25 = 1 laki-laki =1 SD =1 tidak bekerja = 1


26-45 = 2 perempuan = 2 SMP = 2 pegawai swasta = 2
46-65 = 3 SMA = 3 wiraswasta = 3
PT = 4

tidak cemas = 1 Suami =1


cemas ringan = 2 Istri =2
cemas sedang = 3 Ibu =3
cemas berat = 4 Anak =4
Adik =5
Kakak =6
Lainnya =7

.
62

SURAT PERNYATAAN
KESEDIAAN MENJADI PEMBIMBING

Yang bertanda tangan dibawah ini;


Nama : …………………………………………………….
Nomor Induk Pegawai : …………………………………………………….
Instansi/Unit Kerja : …………………………………………………….
Pendidikan Terakhir : …………………………………………………….
Alamat Rumah : …………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
No. Hp : ……………………………………………………..

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa saya bersedia / tidak bersedia menjadi


Dosen Pembimbing I / II dalam rangka penulisan skripsi dari mahasiswa tersebut
dibawah ini:
Nama : ……………………………………………………
Nomor Induk Mahasiswa : ……………………………………………………
Jurusan : ……………………………………………………
Judul Skripsi :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggungjawab.

Bekasi, ……………………..
Yang Membuat Pernyataan

………………………………
63

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

NAMA :

NIM :

DOSEN PEMBIMBING I :

JUDUL SKRIPSI :

N Hari/Tanggal Masukan/saran Dosen Tanda Tangan


Materi Bimbingan
O Bimbingan Pembimbing Mahasiswa Pembimbing
64
63

PERMOHONAN MENGIKUTI UJIAN SIDANG SKRIPSI

Dengan ini saya:


Nama Mahasiswa : ……………………………………………………………
NIM : ……………………………………………………………
Jurusan : ……………………………………………………………
No. Hp dan Emai : ……………………………………………………………

Mengajukan permohonan untuk mengikuti sidang skripsi pada semester gasal / genap
tahun akademik 20…../20…., dengan keterangan sebagai berikut:
Judul Skripsi :
……………………………………………………………………….…………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

Dosen Pembimbing I : ………………………………………………..


Dosen Pembimbing II : ……………………………………………….

Sebagai bahan pertimbangan, saya lampirkann persyaratan pendukung untuk mengikuti


ujian sidang skripsi sebagai berikut:
No Persyaratan Memenuhi syarat*
1 Naskah skripsi lengkap beserta lembar persetujuan sidang Ya Tidak
2 Surat Keterangan telah menyelesaikan Persyaratan Ya Tidak
Akademik dan Keuangan
3 Pas foto terbaru 4x6 (2 lembar) dan 3x4 (2 lembar) latar Ya Tidak
berwarna merah, memakai almamater dan kemeja putih dan
jilbab putih (untuk wanita)
4 Fotokopi ijazah SMA legalisir atau sederajat dilegalisir Ya Tidak
5 Fotokopi KTP 1 lembar Ya Tidak
6 Fotokopi kartu keluarga 1 lembar Ya Tidak

Bekasi, …………………….
Diperiksa oleh Hormat saya
Koordinator Keperawatan S-1

Ns. Rika Harini, M.Kep.,Sp.Kep.An ……………………………….

Disetujui/Tidak disetujui
Ketua Jurusan,

Ns. Puji Astuti, M.Kep.,Sp.Kep.MB


64

Anda mungkin juga menyukai