Oleh :
04061003049
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010
1
Pengaruh Penggunaan Teknik Bekam dalam Meningkatkan
Skripsi
Oleh :
04061003049
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010
2 LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
TAHUN 2010
Disetujui untuk diajukan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan
Pembimbing II Pembimbing I
Ns. Bina Melvia, S. Kep., M. Kep Ns. Esti Budi Rahayu S. Kep,. M. Kep,. Sp. Mat
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
3
FAKULTAS KEDOKTERAN
NIM : 04061003049
PEMBIMBING SKRIPSI
NIP. 19792401.2004.2.2004
NIP.
Mengetahui,
dr. H. Syaihusinsyah
NIP. 19490129.197602.1.002
HALAMAN PENGESAHAN
4
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu
Pembimbing I :
NIP. 19792401.2004.2.2004
Pembimbing II :
NIP.
Penguji I :
NIP. 19840720.2008.2.2003
Penguji II :
NIP. 19730717.2001.2.2002
MOTTO
5
Sesungguhnya bersama kesulitan ada
meraih kesuksesan.
(Booker T. Washington)
Kupersembahkan Kepada :
sayangku
persahabatan
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, puji dan Syukur hanya kepada Allah SWT, karena atas kehendak dan
karunia-Nya segala upaya yang dilakukan manusia dapat terwujud dan disempurnakan.
Demikian juga atas kehendak Allah, maka peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Pengaruh Penggunaan Teknik Bekam dalam Meningkatkan Produksi ASI pada Ibu
Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Indralaya Tahun 2010. Dalam penulisan skripsi
ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena
itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayah dan ibu tercinta yang selalu memberikan kasih dan sayangnya, mendoakan
3. Bapak dr. Sjaihusinsjah selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
4. Ibu Ns. Esti Budi Rahayu, S. Kep., M. Kep., Sp. Mat selaku pebimbing I yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
7
5. Ibu Ns. Bina Melvia, S. Kep., M. Kep selaku pebimbing II yang selalu meluangkan
waktu dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hati dalam memberikan arahan dan
6. Ibu Jum Natosba, S.Kep.,Ns sebagai penguji I dan Ibu Nurna Ningsih, S.Kp., M.Kes
sebagai penguji II yang telah memberikan masukan dan saran sehingga penulisan
7. Seluruh staf dan pengajar serta karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan
8. Kak Novico yang selalu mendoakan, memberikan semangat dan dukungannya serta
memberikan hiburan disaat aku dalam kesulitan dan kesedihan. Terima kasih
9. Kak Dedi, yang telah menemani awal-awal perjuanganku di PSIK UNSRI dan yang
10. Ayuk Leli dan kak Aam yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
11. Piwin dan Tina yang selalu memberikan dukungan dan doa.
12. Keluarga Macek Desi, Macek Rusma, dan seluruh keluarga ku di Pagaralam yang
13. Teman-teman dekatku Diah, Heni, Cek yet, Chika, Via, Temi, dan Anten yang tidak
14. Teman satu bimbinganku Dilfera, Esther, dan Renita yang telah berjuang bersama-
15. Teman-teman dekatku di PSIK UNSRI Yosi, Yeyen, Alju, Fuji, Ratih, Ayu, Riska,
Elda, Weni, Susmi, Bang Zou, Zaki, Alwin, Edwin, Agung yang telah memberikan
8
16. Anak-anak muslimah khususnya anak-anak atas (Cha2, Wulan, Lidya, Ari, Uci, Sisil,
Vivi, Asih, Resti, Risma, Tia, dll) yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang
17. Teman-teman seperjuangan angkatan 2006 yang telah membantu dan memberikan
semangat.
18. Mbak Tita dan Mbak Indah yang bersedia memberikan bantuan.
19. Bidan Meli, Bidan Yanti, Bidan Ima, kader Posyandu desa Tanjung Raya yang telah
20. Sendal jepit kuning dan leptopku yang telah menemani perjuanganku selama ini.
21. Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Indralaya yang telah bersedia membantu
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh
karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi
Akhirnya peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Peneliti
9
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Pengaruh Penggunaan Teknik Bekam dalam Meningkatkan Produksi ASI pada Ibu Menyusui
di Wilayah Kerja Puskesmas Indralaya Tahun 2010.
ABSTRAK
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-
garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan
bagi bayinya. Ibu tidak mau memberikan ASI secara eksklusif dengan alasan ibu merasa
bahwa ASI tidak cukup atau tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi, ibu bekerja,
adanya perasaan cemas dengan merasa ASI kurang cukup, dan adanya hambatan dari
anggota keluarga dan masyarakat sekitar. Saat ini telah dikenal suatu alternatif berupa
bekam yang dapat mengatasi kekhawatiran ibu menyusui akan produksi ASI yang kurang
dan sampai saat ini penelitian tentang hal tersebut belum ada.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimental dengan menggunakan desain pre
test dan post test group. Yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan teknik
bekam dalam meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui. Penelitian ini dilakukan selama
3 minggu, mulai dari minggu ke-3 bulan Juni sampai minggu ke-1 bulan Juli 2010 di wilayah
kerja puskesmas Indralaya. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
sedang menyusui terutama yang menpunyai produksi ASI kurang yang berjumlah 16 orang
yang didapatkan secara accidental sampling.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara penggunaan teknik
bekam dalam meningkatkan produksi ASI (P value = 0,019) dengan tingkat kesalahan 5%
atau 0,05. Peneliti menyarankan pada petugas pelayanan kesehatan agar dapat lebih
meningkatkan penyuluhan serta melakukan sosialisasi kepada ibu menyusui tentang
pentingnya penggunaan teknik bekam dalam meningkatkan produksi ASI serta diharapkan
petugas kesehatan dapat mengikuti pelatihan bekam tersebut.
ABSTRACT
Mother's Milk (ASI) is a lipid emulsion in a solution of protein, lactose and inorganic salts
secretion by the mammary gland of mothers which serve as food for her baby. Mother does
not want to give breast milk exclusively with reason women feel that breastfeeding is not
enough or not to go out on the first day of the birth of babies, working mothers, the feelings of
anxiety with feeling less adequate breast milk, and there is resistance from family members
and surrounding communities. When this has been known for an alternative with a bruise that
can overcome the fears of breast-feeding mother will produceless milk and so far the
research about it is has not find yet.
This research uses quasi-experimental research design using pre test and post test group.
Which aims to find out the effective use of techniques to increase milk production bruise on
breast-feeding mothers. This research was conducted over three weeks, starting from the 3rd
week of June until the first week of July in the working area Indralaya clinic. Population and
samples in this study are all mothers who breastfeeding especially have milk production
which amounted to approximately sixteen people who got by accidental sampling.
The results showed a significant correlation between the use of techniques to increase milk
production bleed (P value = 0.019) with an error rate of 5% or 0.05. Researchers suggest the
health care workers in order to further improve the education and socialization to the nursing
mothers about the importance of using techniques to increase milk production bleed and
expected health workers are able to follow the training bruise.
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................................... v
KATA PENGANTAR....................................................................................................... vi
ABSTRAK...................................................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................................. xv
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian................................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................................... 6
12
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 7
A. ASI...................................................................................................................... 7
1. Pengertian ASI............................................................................................ 7
2. Komposisi ASI............................................................................................. 8
3. Volume ASI................................................................................................. 9
4. Manfaat ASI................................................................................................ 10
B. Bekam.................................................................................................................. 32
1. Pengertian bekam....................................................................................... 32
2. Peralatan bekam......................................................................................... 33
4. Jenis-jenis bekam....................................................................................... 35
7. Lamanya membekam................................................................................. 39
C. Peran Perawat..................................................................................................... 44
13
D. Teori model keperawatan yang berhubungan dengan penelitian......................... 45
DEFINISI PENELITIAN...................................................................................... 48
B. Hipotesa penelitian............................................................................................... 49
C. Definisi operasional.............................................................................................. 49
A. Desain Penelitian................................................................................................. 52
C. Tempat Penelitian................................................................................................ 54
D. Waktu Penelitian.................................................................................................. 54
E. Etika Penelitian.................................................................................................... 55
A. Pelaksanaan penelitian........................................................................................ 64
C. Karakteristik responden....................................................................................... 66
D. Analisis................................................................................................................. 67
1. Analisis univariat............................................................................................ 67
2. Analisis bivariat.............................................................................................. 69
BAB VI : PEMBAHASAN............................................................................................... 71
A. Keterbatasan Penelitian....................................................................................... 71
B. Karakteristik responden....................................................................................... 72
C. Analisis univariat.................................................................................................. 74
14
D. Analisis Bivariat.................................................................................................... 76
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 80
B. Saran................................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
15
DAFTAR TABEL
Tabel 5.6 Distribusi teknik bekam terhadap peningkatan produksi ASI di wilayah
16
DAFTAR SKEMA
17
DAFTAR LAMPIRAN
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif dapat menyelamatkan lebih dari 30 ribu
balita di Indonesia. Dalam siaran pers yang dikirim UNICEF, jumlah bayi di Indonesia
yang mendapatkan ASI eksklusif terus menurun. Menurut Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) dari 1997 hingga 2002, jumlah bayi usia enam bulan yang
mendapatkan ASI eksklusif menurun dari 7,9% menjadi 7,8%. Sementara itu, hasil SDKI
2007 menunjukkan penurunan jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hingga
7,2%. Pada saat yang sama, jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula
meningkat dari 16,7% pada 2002 menjadi 27,9% pada 2007. UNICEF menyimpulkan,
cakupan ASI eksklusif enam bulan di Indonesia masih jauh dari rata-rata dunia, yaitu
Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2007 oleh Nutrition & Health
Surveillance System (NSS) yang bekerja sama dengan Balitbangkes dan Helen Keller
(Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukan bahwa
cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%, sedangkan di pedesaan
4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara hanya 1%-
19
13% sedangkan di pedesaan 2%-13%. Permasalahan yang utama rendahnya angka
cakupan ASI ini adalah karena faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI,
Ibu tidak mau memberikan ASI secara eksklusif dengan alasan ibu merasa bahwa
ASI tidak cukup atau tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi, ibu bekerja,
adanya perasaan cemas dengan merasa ASI kurang cukup, dan adanya hambatan dari
anggota keluarga dan masyarakat sekitar. Pemberian ASI eksklusif dapat mempercepat
penurunan angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi balita yang
pada akhirnya akan meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas
Air Susu Ibu adalah makanan utama untuk bayi (Bobak, 2005). Air Susu Ibu (ASI)
adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik
yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya
(Hapsari, 2009).
Faktor- faktor yang mempengaruhi produksi ASI, antara lain makanan ibu, faktor
kejiwaan ibu, pengaruh persalinan dan klinik bersalin, penggunaan alat kontrasepsi
faktor tersebut akan berpengaruh dalam produksi ASI pada ibu yang sedang menyusui
(Hapsari, 2009).
Indikator yang bisa digunakan untuk mengetahui produksi ASI yang dimiliki ibu
kurang, antara lain : kenaikan berat badan kurang dari 500 gram sebulan, setelah 2
minggu berat bayi yang pada hari-hari pertama biasanya menurun belum mencapai
berat lahir, jumlah air kecil bayi sedikit dan terkonsentrasi; kurang dari 6 kali sehari;
berwarna gelap; dan berbau tajam, bayi tidak puas setelah menyusu, bayi sering
menangis, bayi menolak disusui, kotoran bayi keras; kering; dan berwarna hijau,
20
payudara ibu tidak membesar selama kehamilan, ASI tidak keluar setelah melahirkan
atau refleks, yang menyebabkan air susu beredar dari sel-sel payudara melalui
pembuluh hingga puting payudara. Hormon ini berkontraksi ketika ada hisapan dari bayi
pada puting dan perekatan mulut bayi di areola ibu (Kusumawardhani, 2010)
proses menyusui sesuai dengan perannya, adapun peran perawat adalah memberikan
melakukan penyedotan dan pengeluaran darah kotor dari permukaan tubuh. Sedangkan
yang dimaksud dengan darah kotor adalah darah yang mengandung racun (toxin) atau
darah statis yang menyumbat peredaran darah, mengakibatkan sistem peredaran darah
tidak dapat berjalan dengan lancar sehingga akan mengganggu distribusi nutrisi dan
imunitas seseorang, baik secara fisik maupun secara mental (Islamic Media, 2008).
Ketika peredaran darah di daerah payudara terutama pada sinus laktiferus lancar maka
eksklusif dari 98% ibu-ibu yang menyusui (Roesli, 2000), sedangkan di Sumatera
Selatan didapatkan data hanya 64% anak umur di bawah 2 bulan yang diberi ASI
eksklusif kemudian presentase ini menurun menjadi 46% untuk anak 2-3 bulan dan 14%
untuk anak 4-6 bulan. Oleh karena itu hanya 1 dari 7 bayi yang mendapat ASI eksklusif
21
ketika semua bayi dianjurkan diberi ASI eksklusif (Statistik Kesejahteraan Rakyat,
2003). Jumlah bayi yang lahir di wilayah kerja puskesmas Indaralaya dari januari
sampai 31 maret 2010 sebanyak 118 bayi, jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
payudara dan akupresure untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu yang menyusui
agar gizi bayi bisa tercukupi dan ibu dapat memberikan ASInya secara eksklusif. Bentuk
pelayanan ini dikenal dengan Teknik Bekam. Teknik Bekam ini dilakukan berdasarkan
beberapa sumber pustaka yang telah peneliti pelajari. Peneliti mengharapkan dengan
Teknik Bekam ini dapat meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui.
Berdasarkan hasil penelitian yang sebelumnya telah dilakukan pilot studi dengan
menggunakan teknik accidental sampling yang dilakukan selama 3 minggu mulai dari
tanggal 17 Juni samapai 8 Juli 2010 pada 16 orang responden di wilayah kerja
mempunyai produksi ASI yang sedikit dan 9 orang (56,2%) responden mempunyai
produksi ASI banyak sebelum dilakukan pembekaman. Dan sebanyak 12 orang (75%)
responden mempunyai produksi ASI yang banyak dan 4 orang (25%) responden
mempunyai produksi ASI sedikit setelah dilakukan pembekaman, dengan nilai p value
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulakan bahwa adanya perbedaan yang
signifikan antara produksi ASI sebelum dan sesudah dibekam, artinya bekam
B. Rumusan Masalah
atau refleks, yang menyebabkan air susu beredar dari sel-sel payudara melalui
22
pembuluh hingga puting payudara. Apabila bayi tetap menyusui dalam waktu lama,
produksi oksitosin akan terhambat. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI,
antara lain makanan ibu, faktor kejiwaan ibu, pengaruh persalinan dan klinik bersalin,
perawatan payudara. Produksi ASI yang kurang jika tidak diatasi dapat menimbulkan
dampak buruk pada bayi. Untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi pada bayi akibat
tidak diberi ASI diperlukan peran perawat untuk membantu meningkatkan produksi ASI
pada ibu menyusui untuk membantu ibu dalam memcukupi gizi bayi melalui pemberian
ASI eksklusif.
dalam meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui. Oleh karena itu, teknik bekam
akan dilakukan dan akan diukur pengaruhnya terhadap peningkatan produksi ASI.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian karena ingin
selama ini belum dibuktikannya penggunaan teknik bekam dalam peningkatan produksi
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan teknik
2. Tujuan Khusus
teknik bekam.
D. Manfaat Penelitian
produksi ASI pada Ibu menyusui dengan produksi ASI yang kurang.
yang kurang. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal dalam
ASI pada ibu yang sedang menyusui, terutama pada ibu menyusui dengan produksi
ASI kurang.
Penelitian ini merupakan penelitian pada area keperawatan maternitas pada masa child
bearing.
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam studi kepustakaan, Penulis akan mengulas tentang ASI (Air Susu Ibu),
komposisi ASI, Volume ASI, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI, Proses
pengeluaran ASI, mekanisme produksi ASI, teknik bekam, dan peran perawat, serta teori
1. Pengrtian ASI
Air susu ibu sebagai makanan bayi yang paling ideal dan tidak dapat digantikan
oleh susu formula sudah tidak perlu diragukan lagi. Keberhasilan pemberian ASI eksklusif
6 bulan dapat diwujudkan dengan motivasi yang kuat, pengetahuan dasar tentang
menyusui, usaha yang terus menerus, dan dukungan fasilitas persalinan Sayang Bayi.
menyusui harus selalu ditingkatkan agar mereka dapat berperan aktif dalam mengatasi
kendala yang mungkin timbul selama proses menysusui (Roesli & Yohmi, 2009).
Air Susu Ibu adalah makanan utama untuk bayi (Bobak, 2005). Air Susu Ibu (ASI)
adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik
yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya
(Hapsari, 2009).
25
Air susu ibu (ASI) adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh
bayi. ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan
Air susu ibu memberikan keuntungan nutrisi, antiviral, antibakteri dan psikososial
bagi bayi. Faktor antialergi dalam susu ibu akan menghindari bayi dari alergi yang umum
terjadi pada masa bayi (Potter & Parry, 2006). Menurut Worthington Roberts (1993)
a. Bayi mendapat imunoglobin untuk melindunginya dari banyak penyakit dan infeksi.
b. Bayi lebih jarang menderita infeksi telinga dan saluran pernapasan atas.
c. Bayi lebih jarang mengalami diare dan penyakit saluran cerna lain.
e. Bayi memiliki lebih sedikit kemungkinan untuk menderita limpoma tipe tertentu.
g. Bayi yang disusui memiliki lebih sedikit masalah dengan pemberian makan yang
h. Insiden bayi untuk mengalami obesitas dan hipertensi pada masa dewasa menurun.
2. Komposisi ASI
ASI memiliki komposisi yang berbeda-beda dari hari ke hari. Menurut Referensi
a. Kolostrum.
Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan
(4-7 hari) yang berbeda karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang
ASI transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari) dimana kadar
lemak dan laktosa lebih tinggi dan kadar protein, mineral lebih rendah.
ASI matang adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan volume
bervariasi yaitu 300 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi.
Volume ASI pada tahun pertama adalah 400 700 ml/24 jam, tahun kedua 200
Tabel 2.1
Komposisi ASI
3. Volume ASI
Volume ASI pada tahun pertama adalah 400 700 ml/24 jam, tahun kedua 200
400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200 ml/24 jam. Di negara industri rata-rata volume ASI
pada bayi dibawah usia 6 bulan adalah 750 gr/hari dengan kisaran 450 1200 gr/hari
(ACC/SCN, 1991). Pada studi Nasution.A (2003) volume ASI bayi usia 4 bulan adalah
500 800 gr/hari, bayi usia 5 bulan adalah 400 600 gr/hari, dan bayi usia 6 bulan
penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air
susu yang dapat diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil,
terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan, hanya memproduksi
sejumlah kecil ASI. Emosi seperti tekanan (stress) atau kegelisahan merupakan faktor
menyusui.
4. Manfaat ASI
Menurut Asuh wikia (2008), ASI mempunyai banyak manfaat sebagai berikut :
terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu.
ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi
2. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi,
karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua
3. Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan
bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan
manfaat.
4. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu sapi adalah
28
6. Dokter sepakat bahwa ASI mengurangi resiko infeksi lambung-usus, sembelit,
dan alergi.
7. ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit. Contohnya, ketika ibu
antibodi ibu terhadap penyakit tersebut diteruskan kepada bayi melalui ASI.
8. ASI lebih bisa menghadapi efek kuning (jaundice). Level bilirubin dalam darah
pengganti ASI.
9. ASI selalu siap sedia setiap saat bayi menginginkannya, selalu dalam keadaan
10. Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga memberikan
kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman, nyaman dan terlindungi, dan
11. Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan karena
12. Bayi prematur lebih cepat tumbuh apabila mereka diberikan ASI perah.
Komposisi ASI akan teradaptasi sesuai dengan kebutuhan bayi, dan ASI
bermanfaat untuk menaikkan berat badan dan menumbuhkan sel otak pada bayi
prematur.
13. Beberapa penyakin lebih jarang muncul pada bayi ASI, di antaranya: kolik, SIDS
(kematian mendadak pada bayi), eksim, Chrons disease, dan Ulcerative Colitis.
14. IQ pada bayi ASI lebih tinggi 7-9 point daripada IQ bayi non-ASI. Menurut
penelitian pada tahun 1997, kepandaian anak yang minum ASI pada usia 9 1/2
tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi daripada anak-anak yang minum susu
formula.
29
15. Menyusui bukanlah sekadar memberi makan, tapi juga mendidik anak. Sambil
menyusui, eluslah bayi dan dekaplah dengan hangat. Tindakan ini sudah dapat
menimbulkan rasa aman pada bayi, sehingga kelak ia akan memiliki tingkat
emosi dan spiritual yang tinggi. Ini menjadi dasar bagi pertumbuhan manusia
menuju sumber daya manusia yang baik dan lebih mudah untuk menyayangi
orang lain.
1. Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali
2. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan pindah
3. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko lebih rendah
4. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan botol
5. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa harus
membawa banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air panas,
dsb.
6. ASI lebih murah, karena tidak usah selalu membeli susu kaleng dan
perlengkapannya.
7. ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu steril.
9. ASI tak bakalan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah payudara.
Bila gudang ASI telah kosong. ASI yang tidak dikeluarkan akan diserap kembali
30
oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak pernah basi dan ibu tak perlu
1. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu kayu bakar atau
2. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam
5. Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab
6. Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air panas,
dll.
1. Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan
3. Terjadi penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi sakit lebih
sedikit.
5. Melindungi lingkungan karena tak ada pohon yang digunakan sebagai kayu
a. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak
secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan.
Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila
sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak
mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar
pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna,
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring
nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori
yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter
ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan,
maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa
kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi
seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak
jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping
bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan
32
makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin
dalam ASI.
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu
dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk
Pada ibu ada 2 macam reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui
1. Reflek Prolaktin
Gambar 2.1
Proses produksi ASI/ refleks prolaktin
Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap
payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada putting susu dan aerola
33 ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus kelobus
anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran
darah dan sampai pada kelenjar kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan
Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada
payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks
memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut :rooting reflex (reflex menoleh).
Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-
down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami
goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let
down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan
akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin
Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan
memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin
lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan
anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemberian ASI kurang
mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan
atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu
selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin
buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang
yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah
produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh
karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu
sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu
e. Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan
Dalam Alfarisi (2008), Laktasi adalah Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran
ASI. Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang
dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi
secara besar-besaran.
menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap
f. Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan
setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga
mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran
susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.
Menurut Hapsari (2009), menjelaskan tentang proses laktasi. Proses laktasi terdiri atas 4
1. Mammogenese
Selama kehamilan kadar progesteron dan estrogen yang tinggi dapat mencegah
2. Laktogenese
plasenta lahir, produksi progesteron dan estrogen sangat berkurang sehingga pada
hari ke 3 post partum mammae membesar, keras dan nyeri. Prolaktin dan steroid
a. Laktogenesis I
Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang
36
kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi
ASI sebenarnya. Tetapi bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil
mengeluarkan (bocor) kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan
b. Laktogenesis II
progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap
tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan
fase Laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah
menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga
apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi,
namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh. Hormon lainnya,
seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun
tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-
sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya
tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi
37
yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga
c. Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan
beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil,
sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III. Pada
tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI
dikosongkan.
3. Galaktopoese
antara kelahiran jabang bayi dan permulaan laktasi kira-kira 50 jam. Galaktopoese
dipengaruhi oleh 2 macam faktor, yaitu : faktor mekanik dan faktor neural. Setelah
hamil, tetapi karena jabang bayi mengisap puting susu (faktor mekanik) atau
karena jabang bayi menangis (faktor neural), maka kedua faktor tersebut dapat
a. Kadar prolaktin yang bertambah pada tiap ada reflaks menghisap jabang bayi,
yang mungkin dapat mengurangi keluarnya PIF (Prolactin Inhibiting Factor) dari
hipotalamus.
38
b. Merangsang neurohipofisis untuk mengeluarkan oksitosin, yang dapat
Faktor neural akan hilang jika ibu merasa takut atau tertekan.
4. Galaktokinese
sel-sel mioepithel alveoli dan saluran-saluran halus untuk mengeluarkan air susu.
Skema 2.1
Proses Laktasi
1. rasa takut
2. rasa tertekan
PIF : (-)
Hipofisis
MAMMAE
Menyusui setiap dua-tiga jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi. Untuk wanita
pada umumnya, menyusui atau memerah ASI delapan kali dalam 24 jam akan
39
menjaga produksi ASI tetap tinggi pada masa-masa awal menyusui, khususnya empat
bulan pertama. Bukanlah hal yang aneh apabila bayi yang baru lahir menyusui lebih
sering dari itu, karena rata-ratanya adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, atau
(artinya akan lebih banyak dari rata-rata) adalah cara terbaik untuk menjaga produksi
ASI tetap tinggi dan bayi tetap kenyang. Tetapi perlu diingat, bahwa sebaiknya
menyusui dengan durasi yang cukup lama setiap kalinya dan tidak terlalu sebentar,
Dalam Bote (2009), mengatakan ada beberapa hal yang dapat menghambat produksi
ASI, yaitu :
a. Feedback inhibitor :
Suatu faktor lokal, bila saluran ASI penuh mengirim impuls untuk mengurangi
produksi.
Cara mengatasi : saluran dikosongkan secara teratur (ASI eksklusif dan tanpa
jadwal).
b. Stress / rasa sakit : akan menghambat atau inhibisi pengeluaran oksitosin. Misalnya
pada saat Sinus laktiferus penuh/payudara sudah bengkak
c. Penyapihan
Indikator yang bisa digunakan untuk mengetahui produksi ASI yang dimiliki ibu kurang
1. Kenaikan berat badan kurang dari 500 gram sebulan. Setelah 2 minggu, berat bayi
40 yang pada hari-hari pertama biasanya menurun, belum mencapai berat lahir.
2. Jumlah air kecil bayi sedikit dan terkonsentrasi, kurang dari 6 kali sehari, berwarna
Bayi yang kekurangan ASI dapat disebabkan oleh beberapa hal. Faktor
penyebabnya juga dapat bersumber pada ibu atau bayinya. Faktor menyusui yang dapat
menyebabkan kekurangan ASI antara lain :penyusuan yang tertunda, Perlekatan yang
tidak baik, Penyusuan yang jarang atau dilakukan dalam waktu singkat, Tidak menyusui
pada malam hari, Pemberian botol atau empeng, Pemberian minuman lain selain ASI.
Selain faktor menyusui ada faktor psikologis ibu yang juga dapat menyebabkan
kekurangan ASI :kurang percaya diri, ibu khawatir / terlalu stres, ibu terlalu lelah, ibu tidak
Gambar 2.2
Refleks Turunnya ASI
41
(Sumber : Rahmawati dan Alia Andriani, 2009)
reflex). Oksitosin menstimulasi otot di sekitar payudara untuk memeras ASI keluar. Ibu
di payudara dan ada juga yang merasakan sakit sedikit, tetapi ada juga yang tidak
merasakan apa-apa. Refleks turunnya susu tidak selalu konsisten khususnya pada
masa-masa awal. Tetapi refleks ini bisa juga distimulasi dengan hanya memikirkan
tentang bayi, atau mendengar suara bayi, sehingga terjadi kebocoran. Sering terjadi,
payudara yang tidak menyusui bayi mengeluarkan ASI pada saat bayi menghisap
payudara yang satunya lagi. Lama kelamaan, biasanya setelah dua minggu, refleks
Refleks turunnya susu ini penting dalam menjaga kestabilan produksi ASI, tetapi
dapat terhalangi apabila ibu mengalami stres. Oleh karena itu sebaiknya ibu tidak
mengalami stres. Refleks turunnya susu yang kurang baik adalah akibat dari puting lecet,
terpisah dari bayi, pembedahan payudara sebelum melahirkan, atau kerusakan jaringan
payudara. Apabila ibu mengalami kesulitan menyusui akibat kurangnya refleks ini, dapat
dibantu dengan pemijatan payudara, penghangatan payudara dengan mandi air hangat,
a. Hormon proolaktin
42
Hormon prolaktin bekerja langsung dengan rangsangan puting susu. Ketika
menyusui bayi, impuls sensori masuk dari daerah puting ke bagian anterior dari
kelenjar pituitari dan otak. Di sinilah prolaktin dihasilkan dan disekresi ke dalam
darah. Ketika prolaktin dalam darah masuk ke dalam kontak dengan sel asinus, susu
akan dihasilkan. Tingkat prolaktin dalam darah tetap tinggi sampai 75-90 menit
produksi susu selanjutnya. Prolaktin lebih tinggi di malam hari daripada siang hari
(Sandra, 2002).
susu untuk bekerja, memproduksi susu. Sel-sel pembuat susu sesungguhnya tidak
langsung bekerja ketika bayi menyusu. Sebagian besar hormon Prolaktin berada
dalam darah selama kurang lebih 30 menit, setelah proses menyusui. Jadi setelah
payudara dan merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja. Jadi, hormon
Prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya. Susu yang disedot/dihisap bayi saat
dengan tanaman teh atau tanaman kembang kertas. Jika kita memetik pucuk teh atau
kembang kertas, maka akan tumbuh dari bawah ketiak daun, dua buah cabang baru.
Jadi semakin sering dipetik, semakin banyak pucuk mudanya. Jika tidak dipetik, tidak
akan ada cabang baru. Begitu pula dengan ASI, semakin sering disedot bayi,
semakin banyak ASI yang diproduksi. Semakin jarang bayi menyusu, semakin sedikit
ASI yang diproduksi. Jika bayi berhenti menyusu, maka payudara juga akan berhenti
43
memproduksi ASI (Rahadian P Paramita Breastfeeding Counseling: A Training
b. Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin dapat distimulus baik sebelum dan selama menyusui (Sandra,
hormon Oksitosin selain hormon Prolaktin. Hormon Oksitosin diproduksi lebih cepat
daripada Prolaktin. Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah menuju payudara.
Kontraksi ini menyebabkan ASI hasil produksi sel-sel pembuat susu terdorong
Kadang-kadang, ASI mengalir hingga keluar payudara ketika bayi sedang tidak
menyusu. Mengalirnya ASI ini disebut refleks pelepasan ASI. Produksi Hormon
Oksitosin bukan hanya dipengaruhi oleh rangsangan dari payudara. Hormon oksitosin
juga dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan ibu. Jadi ketika ibu mendengar suara
bayi, meskipun mungkin bukan bayinya, ASI dapat menetes keluar. Suara tangis bayi,
sentuhan bayi, atau ketika ibu berpikir akan menyusui bayinya, atau bahkan ketika
ibu memikirkan betapa sayangnya kepada sang bayi, ASI dapat menetes keluar. Jika
refleks pelepasan ASI ibu tidak bekerja dengan baik, maka bayi akan mengalami
menyusunya. Akibatnya, bayi akan kelelahan dan memperoleh sedikit ASI. Kadang-
ASI, padahal tidak. Payudara tetap memproduksi ASI, tetapi ASI tidak mengalir
keluar. Jadi refleks pelepasan ASI ini sangat penting bagi bayi (Rahadian P Paramita
44
11. Berbagai masalah menyusui
Menurut Danuatmaja (2003), ada beberapa masalah dalam proses menyusui, yaitu
masalah menyusui karena terdapat masalah dari ibu atau masalah yang timbul dari bayi.
Masalah-masalah pada ibu yang dapat timbul sehingga proses menyusui menjadi
Akibat kurang informasi banyak ibu yang menganggap susu formula sama
baiknya, bahkan lebih baik dari ASI. Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat
memberikan susu formula jika merasa ASInya kurang atau terbentur kendala
informasi kepada ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin. Untuk
dapat melaksanakan program ASI eksklusif, ibu dan keluarganya perlu diberikan
pemberian susu formula, pentingnya rawat gabung, cara menyusui yang baik dan
benar dan siapa yang harus dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah seputar
menyusui.
Ada beberapa bentuk puting susu, yaitu normal, cekung, datar atau masuk
kedalam. Pada saat hamil biasanya puting menjadi lentur, namun kerap pula
terjadi sampai sesudah bersalin puting susu belum juga menonjol. Banyak ibu
kumpulan muara saluran ASI dan tidak mengandung ASI. ASI disimpan di sinus
laktiferus yang terletak di daerah areola mammae. Jadi untuk mendapatkan ASI,
areola yang harus damasukkan ke dalam mulut bayi agar hisapan dan gerakan
lidah bayi dapat memerah ASI keluar. Untuk menarik puting keluar, dapat
45
digunakan nipple shield atau breast shield, namun jika cara ini kurang membantu,
ibu harus dibantu agar dapat memasukkan areolanya sebanyak mungkin kedalam
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang dan nyeri.
Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara
sebagai tanda ASI mulai banyak di produksi. Untuk menghindari dan mengatasi
payudara bengkak, berilah ASI pada bayi segera setelah lahir dengan posisi yang
benar dan tanpa jadwal. Jika produksi ASI melebihi kebutuhan bayi, keluarkan ASI
dengan cara diperah sebelum mulai menyusui bayi. Jangan berikan minuman lain
Untuk mengurangi rasa sakit yang tidak tertahankan dan demam akibat
Ini masalah yang paling banyak dialami oleh ibu yang menyusui. Puting nyeri atau
lecet terjadi akibat beberapa faktor. Yang dominan adalah kesalahan posisi
menyusui saat bayi hanya menghisap pada puting. Puting lecet juga dapat terjadi
jika pada akhir menyusui, bayi tidak benar-benar melepaskan hisapan atau jika
ibu sering membersihkan puting dengan alkohol atau sabun. Untuk mengatasi
puting lecet dan nyeri adalah dengan memperbaiki posisi menyusui. Mulailah
menyusui dari payudara yang tidak sakit karena biasanya hisapan pertama bayi
yang lapar lebih keras. Untuk mengobati lecet, gunakan cara alami, yaitu dengan
mengoleskan sedikit ASI pada puting tersebut dan biarkan kering. Jika rasa sakit
tersumbat karena tekanan ibu jari saat menyusui, posisi bayi atau bra yang terlalu
ketat sehingga saluran ASI tersumbat dan tidak menyalurkan ASI. Sumbatan juga
dapat terjadi karena ASI dalam saluran tersebut tidak langsung dikeluarkan
gunakan bra yang menunjang tetapi tidak terlalu ketat. Sebaiknya ibu juga lebih
sering menyusui dari payudara yang tersumbat, dan pijatlah daerah yang
tidak diatasi dengan baik, maka dapat berlanjut menjadi radang payudara.
Payudara akan terasa bengkak, sangat sakit, bewarna merah dan disertai
dokter untuk meminta antibiotik yang sesuai, juga obat pereda sakit.
Perawatan yang bisa dilakukan untuk abses payudara sama dengan perawatan
untuk radang payudara, namun nanah yang ada harus dikeluarkan dengan insisi.
Selama luka bekas insisi belum sembuh maka bayi hanya dapat menyusui dari
Masih banyak ibu merasa ASInya kurang, mungkin karena setelah beberapa hari
payudaranya tidak terasa tegang lagi, sementara bayi sering minta disusukan. Hal
yang perlu diinformasikan pada ibu adalah bahwa kondisi ini adalah wajar.
Mekanisme menyusu dari ibu berbeda dengan minum melalui botol. Istilah
bingung puting dipakai untuk bayi yang tidak mau menyusu lagi pada ibu karena
telah dicoba minum dari botol. Tanda-tanda bayi bingung puting adalah menolak
menyusu dari ibu, jika menyusu mulutnya mencucu seperti minum dari dot, dan
bingung puting, jangan memberi bayi minum dari botol. Jika memberi ASI
Selain sakit, hal-hal yang membuat bayi enggan menyusu adalah karena bingung
puting, teknik menyusui yang salah dan ASI kurang lancar atau terlalu deras. Atasi
Sebagian ibu menganggap apabila melahirkan bayi kembar maka ASInya tidak
tambahan kepada bayinya tanpa mencoba dahulu. Hal ini tidak benar. Produksi
ASI sesuai dengan rangsangan yang diberikan. Dua bayi atau lebih akan
merangsang lebih banyak atau sering sehingga produksi ASI juga lebih banyak.
Biasanya salah seorang bayi akan menghisapnya lebih kuat dari yang lain
kedua payudara berikan secara bergantian. Menyusui kedua bayi dapat bersama-
sama atau bergantian. Sebaiknya mulai dengan bayi yang lebih kecil dulu jika
Menangis merupakan cara bayi berkomunikasi sehingga jika bayi menangis perlu
dicari penyebabnya. Bayi menangis belum tentu karena lapar atau haus, bisa saja
48
karena bayi takut, kesepian, bosan, basah, kotor, sakit atau rasa ASI tidak enak
Sebaiknya ASI dikeluarkan atau diperah dan diberikan kepada bayi dengan sonde
lambung atau pipet untuk bayi yang lahir kurang bulan atau dengan gangguan
menahan bawah dagu bayi, bayi dapat dilatih untuk menghisap, sementara ASI
yang telah dikeluarkan diberikan dengan pipet atau selang kecil pada puting.
Biasanya dengan posisi tertentu bayi dapat disusukan jika celahnya hanya
terdapat pada bibir atau langit lunak, namun jika celahnya luas sampai meliputi
bibir, gusi dan langit-langit keras perlu dibuatkan protease yang akan menutup
celah itu supaya bayi bisa minum tanpa tersedak. Bayi diberikan ASI dengan
Sebaiknya bayi dirawat untuk mendapat terapi sinar bila bilirubin mencapai kadar
kurangnya pemberian ASI pada hari-hari pertama, karena ASI pada hari-hari
pertama masih sedikit dan pengeluaran feses atau kotoran bayi sedikit, maka
timbul ikterus (kuning) dini. Dokter biasanya akan meminta ibu menyusui lebih
sering sehingga ASI lebih banyak dan pengeluaran kotoran bayi lebih lancar.
49
B. Bekam
1. Pengrtian Bekam
Gambar 2.3
Proses Bekam
membakan. Di eropa disebut cupping dan fire bottle. Dalam bahasa mandarin disebut Pa
Hou Kuan. Dalam bahasa arab disebut hijamah, dari kata al-hijmu yang berarti pekerjaan,
yaitu membekam. Al-Hajjam berarti ahli bekam. Al-Hijmu berarti menghisap atau
yang berupa gelas untuk menampung darah yang dikeluarkan dari kulit, atau gelas untuk
Menurut Dr. Aiman Al-Husaini, bekam Adalah metode pengobatan klasik yang kini
muncul kembali dan menjadi tren. Pelatihan bekam dan praktiknya menarik minat banyak
Khususnya karena Bekam memiliki kedudukan istimewa dalam tradisi pengobatan Nabi
pengobatan paling utama yang kalian gunakan adalah Bekam (HR. Al-Bukhari no. 5696
dan Muslim no. 1577 dari Sahabat Anas bin Malik ). Hendaklah kalian semua melakukan
pengobatan dengan bekam di tengah tengkuk, karena sesungguhnya hal itu merupakan
obat dari tujuh puluh dua penyakit (HR. Thobroni) (Islamic Media, 2008).
Bekam merupakan sunnah Rasul dan wasiat para malaikat, bekam merupakan oleh-
oleh Nabi pada waktu Isra Miraj selain perintah sholat lima waktu. Sebagaimana sabda
Nabi SAW : Aku tidak berjalan di hadapan sekelompok malaikat pun pada malam ketika
aku diisrokan, kecuali mereka berkata, wahai Muhammad, perintahkan ummatmu agar
Maka secara bahasa, bekam berarti menghisap. Menurut istilah, bekam berarti
kulit, yang kemudian ditampung di dalam gelas (Umar, 2008). Kesimpulan definisi
mihjamah, yang menyebabkan pemusatan dan penarikan darah di sana, lalu dilakukan
penyayatan kulit dengan pisau bedah, guna untuk mengeluarkan darah (Untoro, 2007).
2. Peralatan Bekam
Peralatan bekam dalam Fatahillah (2007), Peralatan yang diperlukan dalam proses
berbekam adalah :
51
Peralatan tersebut digunakan untuk menghisap titik-titik permukaan kulit yang sudah
ditetapkan. Gelas-gelas kaca tahan pecah ini berdiameter besar, sedang, kecil, dan
b. Lancing divice
Alat ini harus steril. Digunakan sebagai penyayat atau toreh atau memberikan
tusukan kecil dan digunakan hanya sekali pakai atau satu orang.
Untuk mencukur bulu-bulu halus atau rambut kepala jika harus dicukur.
Waktu berbekam yang baik menurut Fatahillah (2007), mengatakan bahwa Ibnu
Sina dalam kitab beliau menyebutkan tentang waktu yang paling baik untuk berbekam
ialah pada waktu tengah hari (Pukul 14 atau 15) karena pada waktu itu saluran darah
sedang mengembang dan darah-darah toksid sedang dikeluarkan. Jadi mengikuti prinsip
yang sama kita boleh menguapkan pesakit selama jam, istirahat selama 15 menit dan
mulai dibekam. Diriwayatkan oleh Abu Hurairoh r.a Nabi Saw bersabda :
Barang siapa berbekam pada 17, 19 dan 21 hari bulan Hijriyah maka itu adalah hari hari
yang menyembuhkan penyakit . Bagi orang sakit yang memerlukan perawatan segera,
52 sebagai seorang perawat kita mesti menolong segala upaya dengan ilmu yang telah Allah
anugrahkan pada kita. Berilah sentuhan-sentuhan Ilahiah serta memohon pada-Nya,
karena berbekam seperti juga memakan obat hanyalah salah satu cara pengobatan
sedangkan yang menyembuhkan adalah ALLAH, tapi karena berbekam adalah Sunnah
Rasullah SAW maka ia mempunyai satu hikmah yang luar biasa dari sisi khasiatnya.
4. Jenis-jenis Bekam
Kemajuan teknologi menjadikan alat bekam lebih mudah dan praktis dalam
dengan kebutuhan dalam mencari kesembuhan terhadap rasa sakit yang dirasakan.
Pada awalnya bekam hanya dikenal dengan dua cara. Yaitu, bekam basah dan bekam
kering. Tapi sekarang selain dari macam bekam tersebut, masyarakat juga mengenal
Metode pembekaman ini merupakan cara pengeluaran darah statis atau darah kotor
Metode ini hanya digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri atau melenturkan otot-
otot, terutama pada punggung atau badan bagian belakang. Tindakan ini dilakukan
c. Bekam Meluncur
Metode ini sebagai pengganti kerokan yang dapat membahayakan kulit karena dapat
merusak pori-pori. Tindakan ini dapat bermanfaat untuk membuang angin pada
53
d. Bekam Tarik
Metode ini hanya menghilangkan rasa nyeri atau penat di bagian dahi, kening, dan
Dalam penjelasan Untoro (2007), ada beberapa orang yang tidak boleh dibekam
sebagai berikut :
g. Ibu yang habis melahirkan (ibu yang masih dalam keadaan nifas)
Perlu diperhatikan selama berbekam pasien dilarang tidur, dan setelah berbekam
pasien harus menahan diri untuk tidak mandi ataupun tidur kurang lebih selama 3 (tiga)
jam.
yang membujur dan melintang pada seluruh tubuh, yang menghubungkan permukaan
tubuh dengan organ, organ dengan organ, organ dengan jaringan peninjang, jaringan
penunjang satu dengan yang lainnya, tubuh bagian kanan dengan yang kiri, tubuh yang
atas dengan yang bawah, yang luar dengan yang dalam, organ tubuh dengan anggota
gerak, sehingga membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan dan beraksi
bersama-sama apabila mendapat rangsanganpenyakit dari luar tubuh atau penyakit dari
dalam tubuh. Melalui meridian inilah mengalir energi yang disebut chi yang berperan
dalam menyeimbangkan fungsi tubuh tadi. Dengan mengaktifkan titik-titik dari meridian,
maka energi chi akan mengalir sepanjang meridian menuju bagian tubuh yang tidak
patogen dari luar tubuh, sehingga bila ada penyakit yang masuk, maka meridian akan
berperan mengusirnya. Bila patogen itu sangat kuat, maka meridian akan mengalami
kelainan. Di samping itu, meridian juga merupakan tempat manifestasi fenomena organ-
organ, baik yang normal maupun yang tidak normal. Sebab, setiap kelainan dari organ
akan dipancarkan ke meridian, sehingga kelainan organ dalam tubuh bisa diketahui dari
Titik meridian (titik tho)merupakan titik imajinier yang tidak terlihat. Namun,
fungsinya bisa dibiktikan dengan penyuntikan suatu radioisotop pada titik meridian
dariorgan tertentu, yang ternyata bisa dilihat pada organ dari meridian tersebut. Secara
tradisional titik meridian bisa dibuktikan dengan menekan bagian tubuh, bila tepat pada
titik meridian, maka bagian yang ditekan akan merasa ngilu (Umar, 2008).
kulit. Titik yang dibekam bisa titik akupuntur, akupresur, refleksi, titik tung, tho dan
55
sebagainya. Namun yang berkembang di Indonesia saat ini adalah membekam pada titik-
titik meridian akupuntur dan titik-titik bekam nabi (Prophet Potent Point) (Umar, 2008).
Titik meridian adalah bagian tertentu dari tubuh yang sangat sensitif. Di tempat
tersebut banyak impuls biolistrik, yang menurut tradisional Cina, impuls listrik itu disebut
chi, dan di Jepang disebut ki. Dalam kedokteran kuno disebut tho. Dari penelitian
ternyata titik itu mengandung kumpulan syaraf dan motor neuron dan pembuluh darah
mikrovaskuler. Titik ini juga disebut Motor Point yang terletak pada perlekatan otot-syaraf.
dan sebagian besar menggunakan metabolisme oksidatif sehingga tahan dari kelelahan.
Jaringan di sekitar titik juga sangat istimewa karena banyak mengandung mast sel dan
kelenjar limfe, kapiler dan venula halus yang merupakan sel untuk pertahanan tubuh.
Juga banyak ditemukan bundle dan pleksus saraf. Dengan demikian, titik-titik tadi sangat
sensitif dengan rangsangan bekam. Asalkan bekam dilakukan tepat pada titik-titik tadi,
maka akan terjadi proses pada kapiler dan arteriola, peningkatan jumlah leukosit, limposit
dan sistem retikulo-endothelial, pelepasan ACTH, kortisol, endorpin, enkefalin, dan faktor
Pada setiap proses penghisapan kulit, akan diikuti dengan pengumpulan jaringan
bawah kulit, dan darah dengan segala komponen yang ada di bawah kulit. Ini mempunyai
pada permukaan kulit. Rangsangan ini akan dilanjutkan pada cornu posterior medula
spinalis melalui syaraf A delta dan C, serta traktus spino thalamikus ke arah thalamus
melalui serabut aferen simpatik menuju ke motor neuron dan menimbulkan refleks
intubasi simpatis, sehingga menimbulkan intubasi nyeri secara general melalui siklus
endorphin dan segmental simpatis. Efek lain yang ditimbulkan adalah pengumpulan
56
darah di bawah kulit yang disertai dengan dilatasi pembuluh darah kulit, peningkatan
kerja jantung sekaligus membuka pori-pori kulit. Sedangkan akibat tekanan negatif yang
ditimbulkan dari penghisapan akan menyebabkan congesti pasif dari jaringan lokal di
permukaan superfisial dan meningkatkan dilatasi pembuluh darah. Ini akan meningkatkan
volume aliran darah dan mempercepat sirkulasi darah, sehingga suplai darah ke kulit
menjadi lebih baik. Dengan demikian, sel-sel dipermukaan kulit dapat dipertahankan
pembuluh darah dan fagositosis sel-sel darah, peningkatan suhu lokal, menguatnya
kekuatan, daya tahan tubuh serta imunitas. Ini akan menjaga tubuh dari serangan
Pada bekam basah, hujamah damamiyah atau hijamah rothbah, di mana setelah
penghisapan kulit akan dilanjutkan dengan pengeluaran darah, maka suhu kulit di area
lokal akan meningkat. Hal ini disertai dengan dilatasi kapiler, peningkatan permeabilitas
proses ini mengakibatkan perbaikan sirkulasi darah, membuang stasis darah, membuang
patogen angin dan patogen basah, melancarkan chi dan darah, membuang patogen
dingin dan meredakan nyeri. Di bawah efek penghisapan dan penarikan kulit karena
tekanan negatif ini, akan terjadi proses penekanan titik-titik tadi tepat di bawah kulit di
sepanjang meridian. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa efek terapi tidak hanya
mengenai bagian permukaan kulit yang dibekam saja, tetapi bisa menembus ke dalam
jaringan di bawahnya. Dengan demikian, terapi bekam ini akan bekerja di sepanjang
7. Lamanya Membekam
Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas tentang lamanya membekam
terlalu banyak pengaruhnya antara memebekam sebentar atau lama, 5 atau 15 menit.
Menurut Umar (2008), ada beperapa langkah yang harus dilakukan dalam memulai
b. Perhatikan Suhu Udara pasien dan lingkungan / ruangan, karena jika udara
c. Ukur Tensi Pasien, Jika tensi rendah tidak dianjurkan berbekam karena ditakutkan
pasien lemah,
m. Buka kembali daerah bekam, jika ada darah bersihkan dengan kapas / tisu yang
Menurut Umar (2008), Titik- titik bekam untuk meningkatkan produksi ASI adalah
Titik bekam untuk peningkatan produksi ASI di daerah perut dan dada adalah pada
Titik Center of Chest (Titik pusat dada, merupakan pancaran selaput jantung
(pericardium), terletak pada tengah-tengah antara kedua putting payudara, di sela iga
Titik bekam untuk peningkatan produksi ASI berdasarkan titik nabi berada pada
Gambar 2.3
Titik bekam untuk ASI kurang
59
(Sumber : Umar, 2008)
Menurut Umar (2008), ada beberapa reaksi pigmen pada kulit bekas bekam adalah
sebagai berikut :
a. Bekas bekam yang muncul berwarna ungu kegelapan atau hitam, pada umumnya hal
b. Bekas bekam yang muncul berwarna ungu disertai plaque (bercak-bercak), pada
umumnya hal ini menandakan terjadinya gangguan/ kelainan gumpalan darah yang
c. Bekas bekam yang muncul berbentuk bintik-bintik ungu yang tersebar dengan
tingkatan warna yang berbeda (ada yang tua dan ada yang ungu muda). Hal ini
d. Bekas bekam yang muncul berwarna merah cerah, biasanya hal ini menunjukkan
terjadinya defisiensi Yin, defisiensi Qi dan darah atau rasa panas yang dahsyat
e. Bekas bekam yang muncul berwarna merah gelap, hal ini mengindikasikan kondisi
lemak di dalam darah yang tinggi disertai dengan adanya panas patogen.
f. Bekas bekam yang muncul berwarna agak pucat/putih dan tidak hangat ketika
disentuh, hal ini mengindikasikan terjadinya defisiensi cold (dingin) dan adanya gas
patogen.
g. Adanya garis-garis pecah/ruam pada permukaan bekas bekam dan rasa sedikit gatal,
hal ini mengindikasikan kondisi adanya wind (lembab) patogen dan gangguan gas
patogen.
60
h. Munculnya uap air pada dinding bagian dalam gelas bekam, menandakan kondisi
gangguan gas yang parah pada tubuh. Adanya darah tipis pada blister merupakan
Skema 2.2
Kaitan Bekam dengan Produksi ASI
Hisapan bayi
Medula Spinalis
Aliran darah
Terangsang untuk memproduksi ASI Suplai darah ke kelenjar mamae lebih baik
Berdasarkan penjelasan Umar (2008) dan Alfarisi (2008), maka dapat dikaitkan
terbentuklnya tekanan negatif di dalam cawan/kop sehingga terjadi drainase cairan tubuh
berlebih (darah kotor) dan toksin, menghilangkan perlengketan/adhesi jaringan ikat dan
akan mengalirkan darah bersih ke permukaan kulit dan jaringan otot yang mengalami
Apabila dilakukan pembekaman pada titik bekam (titik center of chest dan titik
tsadyu), maka akan terjadi kerusakan mast cell dan lain-lain pada kulit, jaringan bawah
kulit (subkutis), fascia dan ototnya. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa
mediator seperti serotonin, histamine, bradikinin, slow reacting substance (SRS), serta
zat-zat lain yang belum diketahui. Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan
arteriol, serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi
di tempat yang jauh dari tempat pembekaman. Ini menyebabkan terjadinya perbaikan
mikrosirkulasi pembuluh darah. Dengan adanya dilatasi pembuluh darah ini diharapkan
sumbatan pada saluran ASI juga dapat diatasi,sehingga produksi ASI dapat berangsur-
angsur lancar kembali. Serta mempercepat aliran darah ke otak sehingga kerja
hipotalamus menjadi cepat terutama untuk mengeluarkan hormon untuk produksi dan
pengeluaran ASI.
Menurut Potter & Perry (2005), peran perawat diantaranya sebagai pendidik dalam
komunitas ibu menyusui terutama tentang ASI yang menjadi suatu pengetahuan bagi
mereka. Beberapa informasi dan tindakan yang dapat diberikan oleh perawat adalah:
1. Menjelaskan tentang ASI yang merupakan makanan yang terbaik bagi bayi terutama
pada 6 bulan pertama kehidupannya.
62
2. Menjelaskan bahwa pemberian ASI kepada bayi merupakan sesuatu hal yang sangat
penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena ASI mengandung banyak
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI kepada bayi secara eksklusif selama 6
bulan.
5. Membantu ibu menyusui yang mempunyai produksi ASI kurang dengan teknik
bekam.
peningkatan produksi ASI yang merupakan pengetahuan bagi ibu menyusui diharapkan
dapat terbentuk sikap pada ibu untuk melakukan terapi bekam untuk meningkatkan
produksi ASI nya sehingga dapat memberikan makanan yang terbaik pada bayi mereka.
Ramona Mercer. Teori ini lebih menekankan pada stress antepartum (sebelum
Mercer membagi teorinya menjadi dua pokok bahasan (Tomey & Alligood, 2006) :
a. Efek stress Anterpartum, stress Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan
dan pengalaman negative dari hidup seorang wanita, tujuan asuhan adalah
1) Hubungan Interpersonal.
2) Peran keluarga
3) Stress Anterpartum
63
4) Dukungan sosial
Metode Role menurut Mercer adalah bagaimana seorang ibu mendapatkan identitas
baru yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran yang lengkap dengan dirinya
sendiri.
Peran ibu dapat dicapai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk
menyebutkan tentang stress anterpartum terhadap fungsi keluarga, baik yang positif
a. Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu, dimana wanita mulai melakukan penyesuaian
sosial dan psikologis dengan mempelajari segala sesuatu yang dibutuhkan untuk
b. Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran dibutuhkan sesuai
c. Informal
Dimana wanita telah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan
perannya
d. Personal
64
Merupakan peran terakhir, dimana wanita telah mahir melakukan perannya sebagai
ibu.
Perbandingan, Reva Rubin menyebutkan peran ibu telah dimulai sejak ibu menginjak
kehamilan pada masa 6 bulan setelah melahirkan, tetapi menurut Mercer mulainya peran
Wanita dalam menjalankan peran ibu dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a. Faktor Ibu
Faktor dari ibu yang mempengaruhi peran ibu antara lain : umur ibu pada saat
melahirkan, persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali, stress social,
memisahkan ibu pada anaknya secepatnya, dukungan sosial, konsep diri, sifat
b. Faktor Bayi
Faktor dari bayi yang mempengaruhi peran ibu antara lain : temperament, kesehatan
bayi.
c. Faktor-faktor lainnya
Faktor lain yang mempengaruhi peran ibu adalah latar belakang etnik, status
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan kaitan teori Ramona Mercer dalam penelitian
ini, dimana menyangkut pencapaian peran ibu setelah 3-7 bulan yang sangat berkaitan
dengan pemberian ASI kepada bayinya yang bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor.
65
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN,
HIPOTESA PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-
konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmodjo, 2005).
kerangka pikir yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Kerangka konsep
Skema 3.1
Kerangka konsep penelitian
Teknik Bekam
Bekam Luncur
Bekam Tarik
66
Bekam Kering
Bekam Basah
Peningkatan Produksi ASI
Faktor Confounding
1. makanan
4. perawatan payudara
Keterangan :
diteliti
Kerangka konsep dibuat untuk menggambarkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
B. Hipotesis Penelitian
67
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan
pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau harus
ditolak, berdasarkan fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian
(Hidayat, 2007).
Jadi hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan produksi ASI sebelum
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel
terikat
68
Produksi ASI Suatu proses Kuesioner Mengisi sebelum dibekam : Nominal
untuk dan lembar Kuesioner 1. Banyak jika > 7
menghasilkan Observasi dan 2. Sedikit jika < 7
ASI pada ibu observasi
menyusui. (sesuai Sesudah dibekam :
indikator 1. Banyak jika > 9
produksi 2. Sedikit jika < 9
ASI yang
dapat
dilihat dari
berat
badan bayi,
volume ASI
sendiri,
Urin bayi
dll.)
Karakteristik
Responden
Umur Usia Kuesioner Mengisi 3. Tidak risiko Nominal
responden Kuesioner 4. Risiko tinggi
saat ini
berdasarkan
ulang tahun
terakhir.
69
BAB IV
METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari disain penelitian, populasi dan sampel, tempat penelitian, waktu
penelitian, etika penelitian, intervensi, alat pengumpulan data, prosedur pengumpulan data,
A. Desain Penelitian
bentuk desain eksperimen yang lebih kuat validitas internalnya daripada rancangan
70 desain pre test dan post test group. Menurut Arikunto (2007), di dalam desain pre test
dan post test group ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen
dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen disebut pre
test, dan observasi sesudah eksperimen disebut post test. Perbedaan antara pre test
dan post test diasumsikan merupakan efek dari treatment atau eksperimen. Bentuk
O1 X O2
Keterangan:
X = Terapi bekam
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang
Hidayat, 2007).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang memiliki ASI yang
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
menentukan dapat atau tidaknya sempel yang tersebut digunakan (Hidayat, 2007).
a. Ibu menyusui dengan produksi ASI kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan
e. Ibu dengan bayi yang selalu merasa tidak puas setelah menyusu (menangis)
C. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja puskesmas Indralaya Ogan Ilir. Pemilihan tempat
penelitian ini dengan alasan untuk memudahkan peneliti mencari subyek penelitian
karena pada wilayah kerja puskesmas Indralaya banyak terdapat masalah pada ASI ibu
D. Waktu Penelitian
Tabel 4.1
Jadwal Penelitian
72
No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
8 Pengumpilan
Data
9 Pengolahan
dan Analisis
Data
10 Penyusunan
Hasil
11 Persiapan
Sidang
Skripsi
12 Sidang
Skripsi
13 Perbaikan
Skripsi
E. Etika Penelitian
Penelitian ini juga memenuhi prinsip etik dan formulir informed consent yang diberikan
1. Prinsip etik
beneficence, dan justice. Prinsip etik yang mendasari penelitian ini dijelaskan
sebagai berikut:
73 a. Autonomy
Autonomy adalah kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri
atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara suka rela dengan
memberikan tanda tangan pada lembar informed concent. Tujuan, manfaat, dan
mengundurkan diri pada saat penelitian. Pada saat penelitian satu subyek
penelitian mengundurkan diri karena terjadi perdarahan pada luka bekas bekam
dan satu subyek penelitian tidak melakukan kontrol ulang. Artinya melalui etika
penelitian ini peneliti akan melakukan kontrak terlebih dahulu kepada responden
b. Non-maleficence
cidera bagi orang lain. Subyek penelitian diupayakan bebas dari rasa tidak
penjelasan kepada responden tentang cara kerja bekam dan mempersiapkan ibu
pada posisi yang baik (berbaring atau tengkurep) agar sewaktu dibekam
Efek samping yang bisa terjadi adalah alergi, meski kejadian alergi jarang
alergi pada responden, seperti: nyeri, panas, gatal, maupun bengkak setelah
dilakukan bekam.
74
Selain itu efek samping yang dapat ditemukan pada proses bekam adalah
pasien pening/lemas, pingsan, kulit merah atau gatal, kulit benjol, ngilu/pegal,
lapar atau dahaga (Jandesain, 2009). Jika hal tersebut terjadi maka lakukan
madu, 2) jangan panik, sapukan air di atas muka, tekan pada titik antara bibir
minyak but-but.
c. Beneficence
merugikan orang lain (Suhaemi, 2004). Pada penelitian ini saat melakukan
tindakan bekam pada ibu menyusui, peneliti melakukan tindakan penelitian yang
d. Justice
Justice adalah prinsip moral berlaku adil untuk semua individu (Suhaemi,
2004). Penelitian ini tidak melakukan diskriminasi pada kriteria yang tidak relevan
penelitian, artinya setiap responden memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
data responden dengan inisial saja tidak menuliskan nama lengkapnya) subyek
75
juga dijaga dengan ketat. Selain itu proses pembekaman dilakukan dengan
2. Informed consent
diberikan informasi yang lengkap tentang penelitian. Persetujuan telah diberikan saat
consent pada penelitian ini berdasarkan kriteria yang dibuat Portney dan Watkins
dimengerti.
d. Persetujuan diberikan dengan sukarela dan tidak ada sanksi apapun jika subyek
penuh kesadaran.
f. Subyek penelitian dapat mengundurkan diri dari penelitian pada saat kapan saja
a. Identitas pasien
76
Status pasien merupakan deskripsi subyek penelitian dan karakteristik ASI
pada ibu menyusui. Deskripsi subyek meliputi : umur, jenis kelamin, diagnosa
breastfeeding Inefectif dan produksi ASI. Karakteristik ASI terdiri dari : keadaan ASI
apakah mencukupi apa tidak untuk bayi, banyaknya produksi ASI yang biasa dilihat
dari beberapa indikator produksi ASI yang telah disebutkan di atas dll.
b. Instrumen Penelitian
yang ditanyakan dan diamati. Lembar observasi yang diajukan berisikan identitas
yang ada hubungannya dengan penggunaan teknik bekam. Lembar observasi ini
terdiri dari 13 pertanyaan tentang produksi ASI yang berkaitan dengan teknik bekam
Lembar observasi mengenai indikator produksi ASI yang dilakukan pada ibu
memilih jawaban yang dianggap benar kemudian akan dihitung frekuensinya dengan
Prosedur penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan.
1. Tahap persiapan
a) Persiapan Instrumen
data.
77
a. setiap pembekam wajib memiliki alat bekam yang standar dan perlengkapan
sterilisasi.
AIDS, maka alat yang digunakan hanya boleh untuk pasien tersebut saja dan
pasien.
aman.
b) Persiapan Administrasi
Pada tahap ini peneliti akan mengurus perizinan tempat penelitian dengan
mengajukan surat permohonan izin penelitian dari pimpinan Program Studi Ilmu
Indralaya.
c) Persiapan Peneliti
78
Peneliti yang akan melakukan kegiatan penelitian harus memperhatikan standar
b. Lakukan pemeriksaan/diagnosa tanda vital dan fisik pasien dan catat dalam
lembar pemeriksaan.
c. Jelaskan kepada pasien segala sesuatu tentang bekam dan pastikan pasien
consent).
membekam.
f. Tentukan titik yang akan dibekam (untuk produksi ASI titik bekamnya adalah
titik center of chest dan titik tsadyu), bersihkan, dan disinfektan daerah
tersebut.
h. Titik-titik pembekaman wajib diawasi oleh pembekam sejak awal hingga akhir
j. Berikan anjuran untuk terapi herbal dan kapan waktu berbekam lagi.
k. Jika pasien pingsan saat dibekam lakukan hal-hal sebagai berikut : pastikan
pasien berbaring dan istirahatkan seketika dan berikan madu, jangan panik,
sapukan air di atas muka, tekan pada titik antara bibir dan hidung, sapukan
2. Tahap pelaksanaan
79
Pada tahap ini, peneliti akan melakukan pengumpulan data dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
penelitian
5. Memberikan terapi bekam pada titik bekam untuk produksi ASI (titik Tsadyu yaitu
titik yang berada di bawah payudara dan titik center of chest yaitu titik yang
berada di tengah-tengah antara kedua puting payudara, di sela iga ke-4 dan ke-
5).
7. Setelah itu dicatat produksi ASI pada format yang tersedia. Seterusnya jika
diperlukan hari ke-14 dilakukan pengambilan data kembali dengan cara yang
sama.
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan program komputer
1. Pengolahan data
Menurut Hastono (2001), Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian
menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada empat tahapan dalam
a. Editing
kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas, releven
80
dan konsisten. Pada penelitian ini editing akan dilakukan setiap selesai
pengisian formulir pengkajian masalah produksi ASI. Bila ada data yang tidak
b. Coding
angka atau bilangan, untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga
c. Entry data
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah melewati
dianalisis. Proses data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke
paket komputer.
d. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan untuk mengecek kembali apakah data yang sudah
2. Analisis Data
a) Analisa univariat
Analisa univariat yang dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian untuk
Pada penelitian ini analisis univariat dilakukan meliputi produksi ASI (menghitung
bertambah tidaknya produksi ASI pada ibu dengan menggunakan indikator dari
produksi ASI yang telah dibahas pada bab sebelumnya yang meliputi
81
pertambahan berat badan bayi; frekuensi berkemih dll.). Produksi ASI sebelum
diberi teknik bekam, diberi nilai 0 dan produksi ASI setelah diberi teknik bekam,
b) Analisa bivariat
Analisis ini digunakan untuk melihat perbedaan antara hasil sebelum intervensi
dengan pemeberian teknik bekam dengan hasil setelah intervensi. Untuk melihat
Jika > p value = produksi ASI banyak dengan teknik bekam. Jika < p value =
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu, mulai dari tanggal 17 juni sampai 8
juli 2010. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Indralaya. Jenis penelitian
ini adalah penelitian kuasi eksperimental dengan menggunakan desain pre test dan post
test group. Teknik pengambil sampel peneliti adalah non-probability sampling, yaitu
dengan menggunakan teknik accidental sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini
adalah 16 orang.
82
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
km. Batas wilayahnya, berbatasan utara dengan kecamatan Indralaya Utara; berbatasan
Dengan jumlah penduduk 3677 jiwa, mayoritas agama islam, adapun mata
pencarian 80% adalah petani, 20% (jasa, PNS, buruh, penjual jasa). Jumlah wilayah
kerja Puskesmas Indralaya ada 17 desa, 3 kelurahan. Untuk menjalankan tugas sehari-
hari dibantu 2 pustu, BBD yang ditempatkan di setiap desa. Transportasi antar desa ke
desa yang lain dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat ataupun roda dua dan
jalan kaki.
dari dana APBD dan sebagian swadaya, apabila dirasakan sangat perlu demi untuk
kelancaran tugas, sedangkan untuk obat-obatan bersumber dari Inpres, APBD, JPKM,
secara umum obat-obatan dapat dikatakan cukup, hanya beberapa jenis saja yang
masih dirasakan kurang dan dapat dikatakan cukup, dan dapat diatasi dengan cara
swadaya.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerja.
serta lingkungan.
83
Adapun fungsi dari Puskesmas itu sendiri adalah :
Salah satu upaya Puskesmas adalah upaya kesehatan wajib puskesmas yang
salah satu programnya adalah pelayanan kesehatan dasar yang berupa kesehatan Ibu,
Anak & KB. Pelayanan KIA menekankan peranan ibu dalam pertumbuhan bayi dan
pelayanan ini bayi sampai usia kurang 1 bulan merupakan golongan umur yang memiliki
risiko gangguan kesehatan paling tinggi, upaya yang dilakukan antara lain melakukan P2
oleh tenaga kesehatan. Pelayanan (umur 0-28 hari) minimal 2 kali, kunjungan pertama
umur 0-7 hari dan yang kedua pada umur 8-28 hari dan melakukan penyuluhan kepada
ibu tersebut.
C. Karakteristik Responden
Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.1 untuk karakteristik responden berdasarkan
umur.
Tabel 5.1
Distribusi responden berdasarkan umur
umur terdapat 5 orang (31,2%) yang mempunyai umur dibawah 20 tahun dan di atas 35
tahun, sedangkan responden yang berumur antara 20-35 tahun terdapat 11 orang
(68,8%).
Karakteristik pekerjaan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bekerja dan tidak bekerja.
Tabel 5.2
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan
berjumlah 16 orang tidak bekerja (100%). Hal ini dikarenakan mereka semua merupakan
yaitu pendidikan rendah (SD dan SMP) dan pendidikan tinggi (SMA dan Sarjana). Untuk
Tabel 5.3
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
85
Tabel 5.3 diatas menunjukan tingkat pendidikan responden pada penelitian ini
sama banyak antara yang berpendidikan rendah dengan berpendidikan tinggi, yaitu
D. Analisis
1. Analisis Univariat
Analisis ini untuk mengetahui gambaran hasil pengolahan data yang terdiri dari
Data yang didapatkan untuk produksi ASI sebelum dilakukan bekam dapat dilihat
Tabel 5.4
Produksi ASI sebelum dibekam
pembekaman.
Data yang didapatkan untuk produksi ASI sesudah dilakukan bekam dapat dilihat
Tabel 5.5
Produksi ASI sesudah dibekam
86
Produksi ASI Frekuensi Persen (%)
Banyak 12 orang 75 %
Sedikit 4 orang 25 %
Total 16 orang 100 %
Sumber : hasil observasi dan wawancara dengan responden
pembekaman.
2. Analisis Bivariat
wilayah kerja Puskesmas Indralaya tahun 2010. penelitian ini menggunakan uji chi
square dengan membandingkan p value dengan = 0,05, dimana jika nilai p < 0,05
berarti ada hubungan yang bermakna antara teknik bekam terhadap peningkatan
produksi ASI dan jika nilai p > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna
Tabel 5.6
Distribusi teknik bekam terhadap peningkatan produksi ASI di wilayah
kerja puskesmas Indralaya tahun 2010
87
Sumber : hasil perhitungan dengan SPSS
Berdasarkan tabel 5.6, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sekitar 7 orang
(43.8%) responden yang mempunyai produksi ASI sedikit dan 9 orang (56.2%) yang
responden (75%), dimana responden yang memiliki produksi ASI banyak semakin banyak
dan yang sedikit menjadi banyak. Sedangkan yang sedikit hanya berjumlah 4 orang (25%).
Dari tabel 5.7 diatas, didapatkan hasil uji statistik uji chi square dengan p value =
0,019, dengan demikian nilai p value lebih kecil dari nilai = 0,05. Ini berarti ada hubungan
yang bermakna antara teknik bekam dengan peningkatan produksi ASI pada ibu menyusui
yang terdapat di wilayah kerja puskesmas Indralaya sebelum dilakukan bekam dengan
88
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
dalam Meningkatkan Produksi ASI pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas
Indralaya Tahun 2010 peneliti menyadari masih ada kekurangan atau keterbatasan
dalam penelitian ini. Keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti antara lain :
1. Peneliti hanya melakukan penelitian dalam skala kecil dan hanya dilakukan satu kali
yaitu pada saat penelitian. Dari segi waktu, dimana jadwal penelitian dibuat sendiri
oleh peneliti dan pelaksanaan penelitian di lapangan terlalu singkat yaitu tiga minggu
2. Adanya masalah yang dihadapi peneliti selama penelitian menyebabkan data yang
dihasilkan tidak terlalu akurat dan tidak 100 % mengalami keberhasilan. Dari 16
orang responden yang mempunyai produksi ASI banyak setelah dibekam adalah 12
orang (75%).
89
4. Pada saat penelitian situasi di wilayah kerja puskesmas Indralaya kurang kondusif
karena daerah yang menjadi tempat penelitian lumayan jauh. Selain itu sebagian
besar responden belum mengenal tentang bekam sehingga mereka merasa takut
dan tidak bersedia untuk menjadi responden walaupun peneliti sudah menjelaskan
5. Penelitian ini hanya meneliti produksi ASI sebelum dan sesudah bekam yang
6. Peneliti tidak mendapatkan persentase dari penyebab rendahnya produksi ASI pada
B. Karakteristik Responden
1. Umur
(31,2 %) responden yang memiliki umur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dan
umur tidak mempunyai hubungan atau sangat kecil hubungannya dengan produksi
ASI yang diukur sebagai indikator bayi terhadap ASI. Lipsman et al (1985) dalam
ACC/SCN (1991), menemukan bahwa pada ibu menyusui usia remaja dengan gizi
25 bayi.
Dari pernyataan diatas sudah jelas diterangkan bahwa usia pada ibu menyusui
tidak ada pengaruhnya dengan produksi ASI mereka. Asalkan kecukupan gizinya
90
terpenuhi dengan baik maka produksi ASI mereka dapat mencukupi kebutuhan
bayinya.
Data tentang umur ini hanya dipergunakan untuk mengetahui umur responden
produksi ASI.
2. Pekerjaan
semuanya tidak bekerja (100 %), karena kebanyakan mereka merupakan ibu rumah
tangga.
Menurut penjelasan Arifin (2004), salah satu penyebab Ibu tidak memberikan
ASI adalah ibu-ibu yang sering keluar rumah baik untuk urusan pekerjaan ataupun
kegiatan sosial, maka mereka menganggap susu sapi merupakan satu-satunya jalan
responden dalam penelitian merupakan ibu rumah tangga yang tidak bekerja,
sehingga secara teori mereka mempunyai banyak waktu untuk memberikan ASI
kepada bayinya. Dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa kurangnya produksi ASI
pada responden bukan karena alasan pekerjaan tetapi ada faktor lain yang
menyebabkan seperti gizi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arifin (2004) yang
mengatakan bahwa salah satu penyebab produksi ASI yang kurang adalah gizi ibu
yang kurang.
3. Pendidikan
91
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa, dari 16 orang responden
terdapat 8 orang (50 %) responden yang memiliki pendidikan rendah (SD,SMP) dan
pendidikan ibu biasanya pemahaman ibu tentang ASI pun rendah dan kurangnya
kepercayaan diri ibu untuk dapat menyusui. Hal inilah yang mendorong ibu lebih
ASI pun akan menurun karena frekuensi pemberiannya yang sangat jarang.
Pernyataan di atas dapat kita pahami bahwa pendidikan dan pemahaman ibu
sangat berperan dalam pemberian ASI sehingga akan berpengaruh dengan produksi
C. Analisis Univariat
produksi ASI yang sedikit dan 9 orang (56,2%) responden mempunyai produksi ASI
mempunyai produksi ASI yang banyak dan 4 orang (25%) responden mempunyai
produksi ASI sedikit setelah dilakukan pembekaman. Data di atas menunjukkan bahwa
sebelum dilakukan bekam masih ada responden yang memiliki produksi ASI kurang dan
jumlah responden yang mempunyai produksi ASI banyak bertambah setelah dilakukan
ASI, diataranya kenaikan berat badan kurang dari 500 gram sebulan atau setelah usia 2
minggu berat bayi yang pada hari-hari pertama cenderung menurun belum kembali
mencapai berat lahir, jumlah kencing bayi sedikit dan terkonsentrasi; yaitu kurang dari 6
kali sehari; berwarna gelap dan berbau tajam, bayi tidak puas setelah menyusu, bayi
sering menangis, bayi menolak disusui, kotoran bayi keras; kering dan berwarna hijau,
payudara ibu tidak membesar selama hamil, setelah melahirkan ASI tidak keluar.
Menurut Mom & Kiddie (2010), Berikut ini beberapa tanda bayi yang dinilai
mendapatkan ASI yang cukup diantaranya, bayi menyusu tiap 2 3 jam atau minimal 8
kali dalam sehari serta selalu terlihat kenyang setelah minum ASI, tidur pulas sekitar 2
3 jam setelah minum ASI, frekuensi BAK (buang air kecil) dan BAB (buang air besar)
cukup sering dalam sehari; bayi akan BAK 6 - 8 kali dalam sehari, ceria dan aktif,
pertumbuhan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) sesuai grafik pertumbuhan.
Sebagai contoh, pada usia 1 - 3 bulan, kenaikan berat badan bayi sangat cepat, bisa
mencapai sekitar 1 3 kilogram. Menurut dr. Adi pertambahan berat badan tergantung
juga dengan genetik orang tuanya, jika pertambahan berat badannya kurang dari 1 kg
pada awal kehidupan dikenal dengan genetik mungil atau small bones.
Dari beberapa indikator inilah secara tidak langsung dapat kita observasi untuk
mengetahui cukup atau tidaknya produksi ASI ibu yang sedang menyusui, dan atas
dasar inilah kita dapat melakukan intervensi untuk membantu dalam meningkatkan
produksi ASI tersebut dengan berbagai cara diantaranya dengan teknik bekam.
responden yang mempunyai produksi ASI banyak setelah dilakukan intervensi (bekam),
hal ini menunjukkan bahwa bekam bisa dijadikan sebagai cara untuk membantu ibu-ibu
menyusui dalam meningkatkan produksi ASI mereka. Hal ini senada dengan pendapat
dari Umar (2008), yang mengatakan bahwa dengan bekam dapat menyebabkan
93
terjadinya pembuangan darah kotor yang dapat menyumbat pembuluh darah di sekitar
payudara yang dapat menghambat proses produksi ASI itu sendiri. Bekam juga dapat
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah, jika darah kotor tersebut sudah dikeluarkan
dan terjadi vasodilatasi pembuluh darah maka peredaran darah di sekitar payudara
Menurut Bayi sehat Comunity (2008), mengatakan bahwa ada beberapa faktor
yang dapat menyebabkan produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi, diantaranya :
kehamilan berikutnya semasa menyusui, kekurangan gizi yang cukup berat, penggunaan
alkohol atau merokok, retentio plasentae (tersisanya jaringan plasenta dalam rahim),
payudara yang kurang berkembang (ini sangat jarang terjadi), bayi dalam kondisi sakit
Masalah pada menyusu baik itu dari ibu atau pun bayi di atas dapat menyebabkan
kurangnya produksi ASI. Hal ini dikarenakan adanya peranan yang sangat besar antara
kedua belah pihak untuk mendukung terjadinya proses produksi ASI itu. Jika ada
masalah pada ibu maka ibu tidak dapat menghasilkan produksi ASI yang mencukupi
untuk bayinya. Begitu juga jika ada masalah dengan bayi, maka bayi juga tidak dapat
merangsang pengeluaran ASI melalui hisapan mulutnya sehingga ASI yang telah
diproduksi dengan banyak juga tidak akan keluar sesuai dengan kebutuhan bayi.
berusaha untuk dapat mengontrol hal tersebut melalui kriteria inklusi yang telah dibuat
berusaha agar hasil yang didapatkan benar-benar akibat dari intervensi (bekam) yang
(25%) responden yang masih mempunyai produksi ASI kurang setelah dilakukan bekam.
Hasil analisis penelitian ini dengan menggunakan chi square didapatkan bahwa ada
hubungan bermakna antara teknik bekam terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu
menyusui, dimana didapatkan nilai p. value = 0,019. Hal ini menunjukan adanya
perbedaan yang mendasar pada produksi ASI ibu menyusui sebelum dilakukan bekam
Penelitian ini senada dengan pendapat yang disampaikan oleh Umar (2008), yang
mengatakan bahwa ketika melakukan pembekaman pada titik untuk ASI kurang (tidak
lancar) yaitu titik center of chest dan titik tsadyu dapat memberikan efek pada produksi
ASI karena adanya rangsangan yang diberikan melalui bekam tersebut dengan adanya
payudara, kemudian mengompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara
bergantian. Ini berguna untuk merangsang otot dan hormon di sekitar payudara sehingga
ASI yang keluar dari payudara semakin banyak. Selain itu suatu penelitian menyebutkan,
lebih dari 80% penyebab ibu tidak berhasil memberikan ASI eksklusif dikarenakan ibu
banyak pikiran. Santaikan pikiran dan buang jauh-jauh pikiran yang membuat stres. Jika
banyak pikiran, sensor pada otak secara tidak langsung akan memerintahkan hormon
Pemijatan dan rileks, semua itu dilakukan dalam kegiatan bekam, karena sebelum
dibekam pada titik ASI akan dilakukan pemijitan dan mensugesti ibu-ibu untuk tenang
dan rileks selama pembekaman. Bahkan menurut Umar (2008), selama pembekaman
95
pasien dianjurkan untuk beristighfar sebanyak-banyaknya untuk membantu
kesimpulan bahwa teknik bekam memang dapat dilakukan untuk membuang sumbatan-
sumbatan yang berupa darah kotor pada pembuluh darah di sekitar payudara yang dapat
menghambat proses produksi dan pengeluaran ASI. Sehingga ketika darah yang
menyumbat terutama di daerah sinus laktiferus dapat dibuang maka produksi ASI dapat
kembali lancar.
Apalagi jika diiringi dengan frekuensi menyusui yang sering, maka dapat
membantu memperbanyak produksi ASI itu sendiri. Tanpa adanya rangsangan melalui
hisapan bayi maka produksi ASI yang banyak tidak akan tampak dan tidak akan
bermanfaat untuk bayinya, karena hisapan bayi dapat merangsang turunnya ASI dan
dapat menyebabkan payudara terus bekerja dalam memproduksi ASI. Jadi, bekam
hanya membantu memperlancar produksi ASI dari luar untuk menyebabkan vasodilatasi
dari pembuluh darah di sekitar payudara sedangakan hisapan bayi membantu agar
Pada saat penelitian, peneliti telah berusaha untuk melakukan penelitian dengan
mengikuti teknikal prodesur bekam itu sendiri. Peneliti melakukan bekam pada
responden selama 10 menit lebih karena responden dalam penelitian ini sudah baligh
atau dewasa seperti penjelasan dalam Umar (2008). Peneliti juga telah melakukan
pemijatan setelah bekam basah dan membersihkan lagi alat bekamnya. Cara bekam
yang dilakukan peneliti juga sudah sesuai dengan petunjuk untuk bekam yang terdiri dari
bekam luncur, bekam tarik, bekam kering, dan diakhiri dengan bekam basah (Fatahillah,
2007).
96
Selama penelitian, peneliti tidak menggunakan seluruh alat yang dapat dipakai
dalam bekam seperti glukometer karena dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan
pemeriksaan gula darah, peneliti hanya menanyakan riwayat penyakit yang pernah
diderita oleh responden jika responden meyakinkan bahwa responden tersebut tidak
mengalami sakit Diabetes (kencing manis), maka peneliti akan melakukan bekam. Selain
itu peneliti juga tidak menggunakan masker dan pisau cukur dengan alasan kenyamanan
dan tidak diperlukannya pisau cukur dalam penelitian ini karena titik yang akan dibekam
terdapat pada bagian badan belakang dan depan dari responden yang tidak memerlukan
beneficence, dan justice telah peneliti usahakan dilakukan dengan baik tetapi selama
masyarakat menganggap intervensi (bekam) yang akan diberikan dapat melukai mereka.
Padahal peneliti sudah menjelaskan dengan sejelas-jelasnya langkah kerja dan manfaat
dari penelitian tersebut tetapi responden yang didapatkan masih dalam jumlah yang
kecil.
Hasil yanga didapat pada penelitian ini juga diperkuat dengan hasil wawancara
dengan responden setelah dibekam, dimana didapatkan hasil bahwa hampir sebagian
besar responden merasa lebih enak dan ringan pada tubuhnya serta adanya perubahan
dengan produksi ASI mereka walaupun hanya terjadi perubahan yang tidak terlalu
Dari beberapa responden, ada juga yang mengatakan tidak ada perubahan dan
setelah ditanya lebih dalam hal tersebut dikarenakan responden tidak memberikan ASI
nya, sehingga responden mengeluhkan adanya rasa nyeri di payudaranya. Rasa nyeri
yang dirasakan responden merupakan indikator adanya penambahan ASI tetapi karena
97
ASI tidak diberikan menyebabkan terjadinya bendungan pada payudara dan inilah yang
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
bahwa :
1. Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari umur, pekerjaan dan
98
2. Jumlah responden yang produksi ASInya sedikit sebelum dilakukan intervensi
dengan bekam berjumlah 4 orang (25%), sedangkan yang mempunyai produksi ASI
4. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara teknik bekam
dengan peningkatan produksi ASI dengan tingkat kemaknaan 0,019 dengan tingkat
B. Saran
Ada beberapa saran yang dapat diberikan setelah mengetahui hasil dari penelitian
ini, diantaranya :
kepada ibu yang sedang menyusui dengan cara memberikan penyuluhan ataupun
Perlu diadakannya pelatihan dan sosialisasi bagi perawat dan petugas kesehatan
dari sector pendidikan tentang manfaat bekam dalam meningkatkan produksi ASI
digunakan untuk meningkatkan produksi ASI selama mereka menyusui. Selain itu,
DAFTAR PUSTAKA
Arcapasa. (2009). Teori Model Kebidanan. Http/ Arcapasa. Wordpress.Com. Diakses tanggal
10 Mei 2010
Arifin. (2004). Pemberian ASI eksklusif dan faktor yang mempengaruhinya. http:// Library
USU. Ac. Id/ download/ FKM/ FKM-arifin4.pdf. Diakses tanggal 24 Juli 2010
Arikunto. (2007). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta
Asuh Wikia. (2008). Manfaat ASI. http:// asuh. Wikia. Com/ wiki/ manfaat-ASI. Diakses
tanggal 22 Juni 2010
Ayahbunda. (2009). Jika produksi ASI kurang. www. Ayahbunda. Co. Id. Diakses tanggal 16
Maret 2010
100
Aziz, A. (2007). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Surabaya : Salemba
Medika
Bayisehat Community. (2008). Produksi ASI kurang. www. Bayi sehat. Com/ breasfeding.
Main menu.5/ 256-produksi ASI-kurang-html. Diakses tanggal 17 Juli 2010
Bote. (2009). ASI dan Laktasi. Http:// Botes. wordpress. Com. Diakses tanggal 20 Maret
2010
Chris, Holden & Anita, Macdonald. (2000). Nitrition and Child Health. London : Bailliere
Tindall
Dahlan, M, S. (2009). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika
Dinas Kesehatan RI. (2008). Ibu baru memberikan ASI eksklusif dua persen. Jakarta
Evawany. (2009). Peran ASI bagi bayi. www. Damandiri. Or. Id/ file/
evawanyaritonangipbab2. pdf. Diakses tanggal 22 Mei 2010
Februhartanty. (2009). ASI dari ayah untuk ibu dan bayi. Jakarta : semesta Media
Gerald B, Marenstein & Sandra L, Gardner. (2002). Fifth Edition Handbook of Neonatal
Intensive Care. Mosby
Hamid, AY. (2008). Buku Ajar Riset Keperawatan konsep, etika, & instrumentasi. Jakarta :
EGC
101
Hidayat A. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba medika
Hidayat, A. (2007). Metodologi Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : salemba
Medika
Islamic M. (2008). Penjelasan Singkat Beberapa Metode Terapi dengan Thibbun Nabawi.
Http;// www. Islamic. Xtgem. Com. Diakses tanggal 5 Mei 2010
Kementrian Negara Pemberdayaan Wanita. (2008). 86 % Bayi di Indonesia tidak Diberi ASI
Eksklusif. www. Indonesia.go.id. diakses tanggal 20 Maret 2010
Lusa. (2009). Fisiologi Laktasi. www. Lusa.web. id /fisiologi laktasi. Diakses tanggal 22 Mei
2010
Mom & Kiddie. (2010). Tanda bayi cukup ASI. http:// lifestyle. Okezone. Com/read/ 2010/ 06/
25/ 27/ 346662/ apakah-bayiku-sedah-cukup-minum-ASI. Diakses tanggal 24 Juli 2010
Nursalam. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta. Sagung Seto
Paramita. (2008). Mekanisme produksi ASI. www. Alqoernia. Wordpress. Com. Diakses
tanggal 20 Mei 2010
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta : EGC
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan volume 2. Jakarta : EGC
Referensi kesehatan. (2008). Produksi ASI & faktor yang mempengaruhi. Diakses tanggal 5
Mei 2010
102
Revanhecher. (2010). Hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap dengan
frekuensi pemberian ASI eksklusif pada bayi. http:// revanhecher. Wordpress. Com/
2010/ 06/ 11/ hubungan-tingkat-pendidikan-pengetahuan-dan-sikap-dengan-frekuensi-
pemberian-ASI-eksklusif-pada-bayi/. Diakses tanggal 24 Juli 2010
Roesli & Yohmi. (2009). Manajemen Laktasi. www. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Coml.
Diakses tanggal 20 Maret 2010
Sandra, L. (2002). Second Edition Breasfeeding Special Care Babies. London : Bailliere
Tindall
Susanti, S. (2010). Profil Puskesmas Indralaya kab. Ogan Ilir tahun 2010 (tahun kerja 2009).
Indralaya
Tomey & Alligod, (2006). Nursing theorists & their work. Mosby
Wilkinson J, M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
103
104
Lembar observasi dan wawancara mengenai produksi ASI sebelum dan sesudah
Petunjuk pengisian
2. Berilah tanda () pada kotak kecil didepan salah satu pilihan yang dianggap tepat
oleh ibu.
Karakteristik Responden
Responden ke :
Tanggal :
Umur responden :
Pekerjaan :
105 Pendidikan :
No Kriteria observasi Ya Tidak
1 Apakah Asi keluar memancar saat putting susu dipencet ?
2 Apakah ASI keluar memancar tanpa memencet payudara ?
3 Apakah ASI keluar memancar dalam 72 jam pertama
persalinan ?
4 Apakah payudara ibu terasa penuh atau tegang sebelum
menyusui ?
5 Apakah payudara ibu terasa kosong setelah menyusui ?
6 Apakah ASI keluar segera setelah bayi mulai menyusu ?
7 Apakah tidak ada rasa nyeri/lecet dan bendungan dalam
payudara ?
8 Apakah dalam 24 jam pascapersalinan ASI telah keluar ?
9 Apakah ASI masih menetes setelah menyusui ?
10 Apakah payudara terasa lunak/lentur setelah menyusui ?
11 Apakah setelah menyusui, bayi akan tertidur/tenang selama
3-4 jam ?
12 Apakah bayi buang air kencing sekitar 8 kali sehari dan
seminggu ?
Keterangan :
Ya : Nalainya 1
Tidak : Nilainya 0
106
LEMBAR KONSULTASI
10
Indralaya, 2010
Pembimbing I
107
Ns. Esti Budi Rahayu, S.Kep., M. Kep., Sp. Mat
LEMBAR KONSULTASI
10
Indralaya, 2010
Pembimbing II
108
Ns. Bina Melvia G, S.Kep., M.Kep
109