DISUSUN OLEH :
CHINTIA YOLA ANDINI
1514401049
Moksibusi adalah cara merangsang titik akupunktur dengan menggunakan moksa yaitu
cerutu yang terbuat dari daun Ngai (Arthemisia vulgaris) dengan cara dibakar. Daya
panas dari moksa tersebut melalui titik akupunktur akan dialirkan menembus
permukaan kulit, otot dan kemudian sampai pada titik dan meridian sehingga akan
menimbulkan reaksi pengobatan, pencegahan dan perbaikan serta perawatan. Moxa
tersedia dalam kerucut kecil, stik-tube besar berbentuk seperti rokok yang terbuat dari
tumbuhan herbal tersebut atau sebagai wol yang dapat dip untir pada salah satu ujung
jarum akupunktur, yang lalu disisipkan ke dalam kulit secara normal dan moxa-nya
disulut.
Moxa lepas terkadang juga dibakar dalam kotak yang diletakkan di atas tubuh untuk
membantu menyebarkan panas yang dihasilkan ke daerah yang lebih luas. Moxabustion
bisa bersifat langsung, yakni dibakar pada tubuh dalam kerucut atau jarum
akupunktur, ataupun tidak langsung, yakni dibakar di atas kulit dengan cara
memegang stik moxa 2,5 cm (1 inchi) di atas bagian sasaran atau dengan zat-zat lain,
misalnya jahe atau garam, ditempatkan di antara kulit dan moxa yang sedang terbakar.
3. MACAM-MACAM MOKSA
1. Moksa Kerucut yang dapat digunakan untuk moksibasi cara langsung dan cara
tidak langsung.
2. Moksa Batang yang dapat digunakan untuk moksibasi cara langsung, cara
mematuk, cara rotasi, dan cara jarum panas .
Telah dilakukan riset di jerman, dengan menggunakan teknologi scan cahaya photon,
dimana ketika moksa dibakar dan diarahkan ke tubuh, asap yang mengenai tubuh akan
mengaktifkan system meridian. Pada system scan akan terlihat warna kebiruan pada jalur
meridian yang terkena asap. Hal ini hanya akan aktif jika menggunakan moksa yang
berasal dari jenis tanaman Artemisia Vulgaris. dimana tanaman ini mempunyai frekuensi
yang sama dengan meridian tubuh manusia.
Di negara Jepang beberapa puluh tahun yang lalu, seorang praktisi moksa di Jepang
bernama Sawada berhasil menyembuhkan pasien TBC hanya menggunakan moksa
dimana saat itu obat antibiotik dan obat TBC (tuberculosis) masih belum ditemukan.
Beberapa tahun belakangan ini beberapa praktisi senior yang menekuni Japanese
Acupuncture dan mendalami moksa (direct moksa) telah dilakukan riset di negara bagian
Afrika untuk menangani kasus TBC (tuberculosis) dan AIDS. Banyak bukti yang
menunjukkan bahwa dengan melakukan okyu (driect moksa) dapat meningkatkan
imunitas dan daya tahan tubuh pasien. Umumnya pasien TBC ataupun pasien yang
sedang menjalani program kemoterapi, daya tahan tubuhnya akan menjadi lemah dan
mengalami banyak efek samping, dengan terapi okyu (direct moksa) ini sangat
membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan mengurangi efek samping dari
kemoterapi tersebut. Sehingga akan membuat vitalitas pasien bertambah dan dapat
menjalani aktifitas dengan efek samping kemoterapi yang sangat minim.
DAFTAR PUSTAKA