Disusun Oleh:
Kelompok 5
Nama NIM
1. Lia Astriyani NIM 2004603
2. Dhina Novi Ariana 2004550
3. Rizkiyani razik 2004578
4. Made sri yuliati 2004564
5. Dian Farida 2004551
6. Hariyani Sri Utami 2004602
7. Supartini 2004586
8. Dhian Kumala 2004549
SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batuk-pilek alias selesma atau common cold adalah infeksi saluran napas atas
(ISPA). Infeksi saluran pernafasan Akut (ISPA) adalah radang akut saluran
pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik ataupun
bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru
(Wijayaningsih, 2013). Batuk pilek merupakan penyakit yang menyerang baik anak
maupun dewasa. Seorang anak dapat mengalami 6-8 episode selesma setiap tahunnya,
bahkan 10-15% anak dapat mengalami hingga 12 kali episode sakit selesma per
tahun. Seiring bertambahnya usia, kejadian selesma akan berkurang, hanya 2-3 kali
per tahun (Arifianto, 2012: 93).
Di Indonesia kasus ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian
bayi. Sebanyak 36,4% kematian bayi pada tahun 2008 (32,1%) pada tahun 2009
(18,2%) pada tahun 2010 dan 38,8% pada tahun 2011 disebabkan karena ISPA. Selain
itu, ISPA sering berada pada daftar sepuluh penyakit terbanyak penderitanya di rumah
sakit. Berdasarkan data dari P2 program ISPA tahun 2009, cakupan penderita ISPA
melampaui target 13,4%, hasil yang diperoleh 18.749 penderita. Survei mortalitas
yang dilakukan Subdit ISPA tahun 2010 menempatkan ISPA sebagai penyebab
terbesar kematian bayi di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian
balita (Depkes RI, 2012 ).
Masa bayi atau balita merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Batuk pilek
merupakan alasan tersering orang tua membawa anak ke dokter. Umumnya karena
orangtua merasa khawatir akan batuk, pilek dan radang tenggorokan si anak (kadang
juga karena anak menolak makan); mereka khawatir ada masalah yang serius terkait
keluhan tersebut. Kekhawatiran ini disebabkan karena para orangtua tidak memahami
patofisiologi batuk pilek (yang dikenal juga sebagai common cold, faringitis akut atau
rhinofaringitis akut)(Pujiarto, 2014). Bila seorang anak mengalami common cold,
umumnya gejala yang dirasakan meliputi demam yang tak telalu tinggi, sakit kepala,
lemas, bersin-bersin, hidung mampet, hidung meler, radang tenggorokan, dan batuk.
Ingus yang encer bening maupun kental, berwarna kuning atau hijau kadang juga
menyertai gejala common cold (Harjaningrum, 2011: 4).
Touch therapy atau massage (pemijatan) adalah salah satu tekhnik yang
mengkombinasikan manfaat fisik sentuhan manusia dengan manfaat emosional seperti
ikatan batin (bounding). Aktivitas pijat menimbulkan kontak antara anak dan orang
tua, anak akan merasa tentram dan nyaman karena dampak psikologis dari pemijatan
ini adalah menyatakan rasa sayang. Terlebih lagi bila pemijatan dilakukan dengan
memberi penghangat sehingga secara fisik badan anak akan terasa hangat, sedangkan
secara kejiwaan hubungan anak dengan orang tua bertambah intim (Pratyahra, 2012
dalam Setiawan, 2015). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Rumahorbo, 2016)
didapati 15 responden yang menggunakan terapi sentuhan atau pemijatan sebagai
upaya untuk mengatasi ISPA pada balita dan mayoritas responden melakukan terapi
sentuhan setiap kali balita mengalami batuk pilek (66,7%).
Berdasarkan banyaknya yang sudah menggunakan terapi pijat khususnya
untuk pasien ISPA dan banyaknya jumlah balita yang mengalami ISPA, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui manfaat menggunaan terapi
pijat dalam mengatasi ISPA.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah adalah apa manfaat terapi pijat dalam mengatasi batuk pilek(ISPA).
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui terapi pijat dalam mengatasi batuk pilek (ISPA)
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujan penelitian yang dibuat, maka manfaat
peneliati ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan dan informasi terkait dengan pemilihan terapi
komplementer khususnya pijat yang digunakan keluarga dan masyarakat dalam
mengatasi batuk-pilek (ISPA)
2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya bidan
dalam pemberian penyuluhan terhadap upaya mengatasi ISPA secara
komplementer serta dapat meningkatkan wawasan keperawatan dalam ilmu terapi
komplementer sehingga nantinya bidan juga mampu mengembangkan, meneliti
dan melaksanakan terapi pijat.
3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dan bahan perbandingan
bagi penelitian sejenis, khususnya keefektifan terapi pijat yang banyak digunakan
oleh pasien ISPA agar dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk masyarakat
luas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pijat
Pijat, pijit, atau urut adalah metode penyembuhan atau terapi kesehatan
tradisional, dengan cara memberikan tekanan kepada tubuh – baik secara terstruktur,
tidak terstruktur, menetap, atau berpindah tempat – dengan memberikan tekanan,
gerakan, atau getaran, baik dilakukan secara manual ataupun menggunakan alat
mekanis. Pijat biasanya menggunakan tangan, jemari, sikut, lengan, kaki, atau alat
pemijat. Pijat dapat memberikan relaksasi, rasa nyaman, dan kebugaran. Pada
beberapa kasus, pijat dapat digolongkan sebagai tindakan medis terapi penyembuhan,
misalnya pada kasus kram otot, terkilir, atau keseleo. Pijat dapat berupa kegiatan
terapi kesehatan, bersifat rekreasional, atau bersifat seksual (pijat erotis). Pijat dapat
dilakukan tanpa atau dengan minyak pelumas; misalnya membaluri dengan minyak
pijat aroma terapi, losion pelembab kulit, parem kocok, minyak kayu putih, minyak
angin, atau balsem hangat. Minyak pelumas ini biasanya digunakan untuk
memberikan efek licin dan hangat. Pijat secara spesifik berkembang di beberapa
kebudayaan di dunia, dan adalah penyembuhan secara tradisional yang kini diterima
di dunia Barat (wikipedia, 2021).
Pijat dapat dilakukan dengan berbagai teknik.menurut (Agustin, 2021) Berikut ini
adalah beberapa jenis terapi pijat yang diketahui aman untuk dilakukan:
1. Pijat jaringan dalam (deep tissue massage)
Jika tubuh terasa kaku dan nyeri, jenis terapi pijat ini cocok dilakukan karena
terapis akan fokus memberikan tekanan pada lapisan otot, tendon, dan jaringan lain
di bawah permukaan kulit. Selain itu, pijat jaringan dalam juga bisa meringankan
cedera otot, seperti keseleo.
1) LR-3 atau titik hati 3. Titik ini berada bagian lunak di antara ibu jari kaki dan
jari kedua pada kaki.
2) LI4 atau titik usus besar berada di jari tangan. Posisinya di bagian lunak antara
jari telunjuk dan ibu jari.
3) SP-6 atau titik limpa 6. Titik ini berada sekitar tiga jari di atas pergelangan
kaki, tepatnya pada bagian lunak atau otot betis bagian bawah.
Selain beberapa manfaat di atas, akupresur juga diduga baik untuk membantu
mengurangi nyeri otot dan sendi, seperti pada penyakit arthritis. Meskipun umumnya
cukup aman, terapi alternatif ini dapat menimbulkan nyeri dan memar di titik yang
ditekan. Saat hendak mencoba terapi akupresur, pastikan memilih terapis yang telah
berpengalaman dan memiliki kompetensi di bidang ini.
Gambar 2.2 teknik pijat akupresur
Berbeda dengan terapi pijat pada umumnya, Thai massage dilakukan di atas
matras dan mengharuskan orang yang dipijat untuk turut bergerak aktif. Terapi
pijat ini menggunakan teknik penarikan, peregangan, dan gerakan yang
menyerupai yoga.
Gambar 2.3 teknik pijat Thai
Berdasarkan gambar 2.3 Cara ini dapat mengurangi kekakuan otot dan nyeri
punggung, bahkan telah terbukti dapat mengobati masalah keseimbangan dan
gejala migrain.
B. Manfaat Pijat
Selain sebagai metode relaksasi, terapi pijat juga dapat memberikan beragam
manfaat lain bagi kesehatan, yaitu:
1. Meredakan sakit kepala
Terapi pijat bisa bermanfaat untuk meringankan keluhan sakit kepala,
termasuk migrain. Studi menunjukkan bahwa terapi pijat dapat meredakan gejala
nyeri dan memperbaiki kualitas tidur pada orang yang sering merasakan sakit
kepala atau migrain.
2. Meringankan nyeri punggung
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa pijat dapat mengatasi gejala nyeri
punggung kronis. Namun, manfaat terapi pijat sebagai metode pengobatan nyeri
punggung masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
3. Mengurangi nyeri sendi
Nyeri dan kaku pada sendi merupakan salah satu keluhan yang cukup umum
terjadi. Kondisi ini bisa disebabkan oleh radang sendi atau osteoartritis. Studi
menunjukkan bahwa terapi pijat bisa dilakukan sebagai terapi tambahan
untuk meringankan nyeri dan meningkatkan pergerakan sendi pada orang yang
mengalami radang sendi.
4. Mengurangi stres
Terapi pijat diketahui dapat membantu tubuh untuk meningkatkan empat jenis
hormon yang menimbulkan perasaan bahagia, yaitu serotonin, dopamin,
endorphin, dan oksitoksin. Peningkatan hormon-hormon tersebut, tentu dapat
membuat tubuh menjadi lebih rileks sehingga stress yang dirasakan sebelumnya
pun akan berkurang.
5. Memperbaiki kualitas tidur
Pijat yang dilakukan secara rutin terbukti dapat menurunkan tingkat depresi dan
rasa cemas serta meningkatkan kualitas tidur. Hal ini karena pijat dapat memicu
pelepasan hormon serotonin, hormon yang dapat menimbulkan rasa tenang.
Terapi pijat juga telah terbukti bermanfaat tak hanya bagi orang dewasa, tetapi
juga anak-anak dan remaja.
6. Merangsang pembentukan jaringan otot
Kelumpuhan, stroke, atrofi otot, atau multiple sclerosis adalah beberapa jenis
kondisi yang dapat menyebabkan menyusutnya jaringan otot. Untuk merangsang
kembali pembentukan jaringan otot yang menyusut tersebut, terapi pijat bisa
dilakukan sebagai terapi tambahan pada penderita kondisi tersebut.
Selain itu, penelitian juga menyatakan bahwa terapi pijat bermanfaat untuk
meringankan gejala akibat kondisi tertentu, seperti gangguan pencernaan dan saraf,
cedera otot, insomnia, dan nyeri sendi. Selain beberapa hal di atas, terapi pijat dapat
menjadi sarana relaksasi dan mengurangi gejala atau efek samping pengobatan
kanker. Pijat juga dapat membangun sistem kekebalan tubuh, meredakan nyeri,
bengkak, kelelahan, dan rasa mual.
PEMBAHASAN
2. Waktu Pemijatan Pemijatan akupresur batuk pilek pada ketujuh titik yang sudah
dijelaskan dapat dilakukan setiap hari, untuk memudahkan pasien pijat dilakukan
satu kali sehari, namun harus ditambahkan dengan resep herbal atau obat dokter
dan istirahat yang cukup. Pengobatan yang baik memerlukan waktu sekitar 3 hari
untuk sembuh (Hartono, 2012: 250).
3. Langkah-Langkah Pijat Akupresur Batuk Pilek
a. Persiapan petugas Cuci tangan dengan 6 langkah efektif di air mengalir
sebelum melakukan pijat akupresur kepada anak sebagai langkah awal
pencegahan infeksi.
b. Persiapan alat Menyiapkan tempat datar, bantal, tissu basah, minyak
pijat/zaitun.
c. Membersihkan area pijat menggunakan tissu basah dan mengoleskan area
yang akan dipijat menggunakan minyak pijat.
d. Melakukan pemijatan hingga batas lutut anak dengan menggunakan 5 teknik
pijat dasar, yaitu effleurage (menyentuh ringan), petrissage (meremas),
friction (menggosok), taponement (tepukan ringan), dan vibration
(menggetarkan) pada meridian Yang kaki: Lambung.
1) Melakukan pemijatan pada titik ST 36. Seperti pada gambar 3.1. Letaknya
3 cun di bawah patella, lateral crista os tibia. Pemijatan dilakukan searah
jarum jam dengan tekanan sedang atau tidak kuat sebanyak 30 kali
putaran atau tekanan.
2) Melakukan pemijatan pada titik ST 40 seperti pada gambar 3.2. Letaknya
8 cun di bawah patella, lateral crista os tibia. Pemijatan dilakukan
berlawanan arah jarum jam dengan tekanan sedang sampai kuat sebanyak
40-60 kali putaran atau tekanan.
3) Beralih ke tangan kiri. Melakukan pemijatan dengan menggunakan 5
teknik pijat dasar, yaitu effleurage, petrissage, friction, taponement, dan
vibration)
a) Pijat pada meridian Yang Tangan: M. Usus Besar. Melakukan
pemijatan pada titik LI 4. Letaknya pertengahan sisi radial os
metacarpal II pada dorsum manus. Pemijatan dilakukan berlawanan
arah jarum jam dengan tekanan sedang sampai kuat sebanyak 40-60
kali putaran atau tekanan.
b) Lalu pijat meridian Yin Tangan: M. Paru. Melakukan pemijatan pada
titik LU 7. Letaknya di proximal processus styloideus os radii, 1½
cun di atas tangan antara 2 tendon. Pemijatan dilakukan searah jarum
jam dengan tekanan sedang atau tidak kuat sebanyak 30 kali putaran
atau tekanan.
4) Beralih ke kepala dan wajah. Melakukan pijat pada meridian: Usus besar.
Melakukan pemijatan pada titik LI 20. Letaknya pada kerutan nasolabialis
lateral titik LI 19, ½ cun di sebelah ala nasi. Pemijatan dilakukan
berlawanan arah jarum jam dengan tekanan sedang sampai kuat sebanyak
40-60 kali putaran atau tekanan.
5) Beralih ke dada. Melakukan Pijat pada meridian: Paru-paru. Melakukan
pemijatan pada titik LU 1. Letaknya pada garis lateral dada III, setinggi 25
sela iga 1 sampai iga 2. Pemijatan dilakukan searah jarum jam dengan
tekanan sedang atau tidak kuat sebanyak 30 kali putaran atau tekanan.
6) Bersihkan daerah tubuh yang terkena minyak pijat dengan tissu basah.
7) Cuci tangan kembali dengan 6 langkah efektif di air mengalir.
C. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah hubungan antara konsep konsep yang ingin diamati atau
diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoadmodjo, 2012:82). Kerangka
teori pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Farmakologi
a. Dekongestan
b. Antihistamin
c. Analgesik
2. Metode non farmakologi
a. Akupresure
b. Jeruk nipis dan garam
c. Madu dan Kayu Manis
Sumber: Arifianto (2012: 100); Dewi, dkk (2017: 7-8); Ramayulis, Lesmana
(2008: 62); Sarwono (2001: 20-22); Sakri (2015: 65).
E. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan tentang suatu dalil atau kaidah, tetapi yang
kebenarannya belum terujikan secara empirik. Dengan kata lain hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap permasalahan yang kebenaran jawaban ini akan
dibuktikan secara empirik dengan penelitian yang akan dilakukan.
Adapun hipotesis yang peneliti rumuskan dalam penelitian ini adalah “Ada
pengaruh Akupresur terhadap lamanya batuk pilek.”
F. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. Definisi operasional
ini penting dan diperlukan agar pengukuran variabel atau pengumpulan data (variabel)
konsisten antara sumber data responden yang satu dengan responden yang lain, oleh
karena itu untuk mendapatkan kejelasan dalam penelitian ini maka perlu adanya
sebuah definisi operasional. (Notoadmodjo, 2012 :85)
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Adrian, Kevin. (2019). Mengenal Akupresure dan Manfaatnya Untuk Tubuh Anda.
https://www.alodokter.com/mengenal-akupresur-dan-manfaatnya-untuk-tubuh-anda.
Dewi, L H, dkk, 2017, Pengenalan Ilmu Pengobatan Timur Akupresur Level II KKNI
Akupresur Aplikatif Untuk Mengurangi Keluhan Pada Kasus-Kasus Kebidanan,, LKPI
Kunci Jemari: P3AI.
Harjaningrum, A. (2011). Smart Patient : Mengupas Rahasia Menjadi Pasien Cerdas. PT.
Lingkar Pena Kreativa.
Hartono, W., 2012. Akupresur untuk Berbagai Penyakit. Yogyakarta: Rapha Publishing
https://media.neliti.com/media/publications/114343-IDhubungan-peran-orang-tua-
dalam-pencegaha.pdf
Kemenkes RI, 2015, Panduan Akupresur Mandiri Bagi Pekerja di Tempat Kerja, Kementrian
Kesehatan.
Pratyahara, Dayu. 2012. Miracle Touch for Your Baby. Java Litera.
Rumahorbo, A.T., (2016). Terapi Komplementer Dalam Mengatasi ISPA pada Keluarga
yang memiliki Balita di Desa Beganding Kabupaten Karo.
Sin Heo dkk. (2016). Pengaruh Akupresur Terhadap Penurunan Lamanya Batuk Pilek di
Rumah Sakit Kovalen Korea Selatan. http//www.journaltcm.com