Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH PEMBERIAN BEKAM TERHADAP PRODUKSI ASI

PADA IBU NIFAS DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG


SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


Memperoleh gelar Sarjana Kebidanan
Program Pendidikan Sarjana Kebidanan dan Profesi

Disusun Oleh :

SINTIA MELINDA PUTRI

NIM : 32101800013

PROGRAM KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN

PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI

FAKULTAS KEDOKTERAN

SEMARANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pengobatan modern telah berkembang di masa sekarang dan

merupakan sistem pengobatan suatu penyakit dengan menggunakan obat

dari bahan kimia sintesis, tetapi dalam penggunaannya obat-obat sintesis

kurang baik untuk dikonsumsi dalam jangka panjang karena dapat

menimbulkan efek samping yang lebih besar (Shofa, 2016 : 2).

Penggunaan pengobatan tradisional pada negara berkembang

digunakan secara luas baik sebagai pengobatan alternatif ataupun

komplementer. WHO mendefinisikan pengobatan tradisional sebagai

penggunaan praktek-praktek kesehatan yang beragam dengan

pendekatan pengetahuan dan keyakinan yang mencakup penggunaan

tanaman, hewan, senyawa mineral, terapi spiritual, teknik manual, dan

latihan yang diterapkan secara tunggal maupun kombinasi untuk

mempertahankan kondisi sehat, sebagaimana digunakan untuk

mengobati, mendiagnosa, dan mencegah penyakit (WHO 2002).

Di Indonesia sendiri dari 82.666 sampel yang digunakan dalam

Riskesdas Nasional tahun 2013, 30,4 % atau sekitar 25.131 sampel

menjadi pengguna pelayanan kesehatan tradisional. Pengobatan

tradisional di Indonesia sendiri telah berkembang sebagai salah satu

bentuk upaya kesehatan masyarakat. Beberapa jenis terapi pengobatan

tradisional yang banyak digunakan masyarakat Indonesia antara lain


herbal, akupuntur, dan bekam.

Bekam merupakan salah satu terapi yang kini sedang

berkembang dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Terapi

ini merupakan metode tradisional yang dikenal berasal dari Timur

Tengah. Namun, sesungguhnya bekam telah dikenal dan digunakan

sejak zaman kerajaan Sumeria, Babilonia, Mesir, Saba, dan Persia.

Terapi tradisional ini kemudian berkembang dan digunakan oleh

berbagai negara sehingga bekam dikenal dengan bermacam- macam

nama seperti Al-hijamah (Arab), Pa Hou Kuan (China) ataupun

cupping (Eropa dan Amerika) (Abdullah et al. 2011).

Terapi bekam terdiri atas 2 jenis yakni bekam basah dan bekam

kering. Bekam kering dibagi lagi menjadi bekam luncur, bekam api,

dan bekam tarik. Bekam basah dan kering dibedakan dari ada tidaknya

darah yang keluar. Bekam luncur dilakukan dengan meng-kop pada

bagian tubuh tertentu dan meluncurkan ke bagian tubuh yang lain.

Sedangkan bekam tarik dilakukan dengan mengkop beberapa detik

kemudian ditarik dan ditempelkan kembali pada kulit (Widada 2011).

Bekam sendiri memiliki banyak manfaat di dunia kesehatan yang

biasanya digunakan untuk pengobatan hipertensi, diabetes, kolesterol,

sakit persendian, saraf terjepit, disminorea, sakit kepala dan migrain

(Agus, 2019).

Dalam penelitian Eman A. Mohamed (2017) yang berjudul Effect of

Dry Cupping in Treatment of Nausea and Vomiting during Pregnancy,


menyebutkan bahwa bekam juga bermanfaat untuk mengurangi mual

dan muntah pada kehamilan trimester pertama. Dalam review artikel

Caroline et al. (2018) yang berjudul Cupping therapy and chronic back

pain, menyebutkan bahwa bekam merupakan metode yang menjanjikan

untuk pengobatan sakit punggung kronis pada orang dewasa. Dalam

penelitian Britton et al. (2014) yang berjudul Improvement in Lactation

with Traditional Chinese Medicine and Western Herbal Medicine

menyebutkan bahwa bekam merupakan terapi yang berpengaruh pada

ibu yang mengalami masalah dalam produksi ASI.

Saat ini masalah yang sering dialami wanita sesudah melahirkan atau

saat awal masa nifas salah satunya yaitu produksi ASI yang sedikit

sehingga tidak dapat terlaksananya ASI esklusif. Dalam upaya membantu

masalah tersebut, biasanya ibu maupun praktisi kesehatan lebih

mengedepankan obat kimia sintetik yang diberikan oleh dokter. Alasannya

obat dari dokter pada umumnya lebih praktis dan lebih disukai oleh pasien

ketika seseorang diberikan pilihan obat lain selain obat kimia sintetik.

Padahal di dalam Al quran sudah dijelaskan ada berbagai macam terapi

terutama bekam yang bisa digunakan tanpa harus mengonsumsi obat-

obatan. Dalam HR. Abu Daud juga menyebutkan bahwa “Apabila ada

sesuatu yang lebih baik untuk kalian gunakan berobat, maka sesuatu

tersebut adalah bekam” (Agus, 2019).


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dapat

disimpulkan adalah “Apakah terdapat perbedaan peningkatan ASI

terhadap Ibu yang diberikan bekam di Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Semarang?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian bekam terhadap peningkatan

produksi ASI di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui adakah perbedaan produksi ASI pada sebelum dan

sesudah dilakukan bekam.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi tentang Terapi Bekam dengan peningkatan

produksi ASI. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan bacaan serta

acuan untuk penelitian lanjutan terutama yang berkaitan dengan

manfaat Terapi bekam dengan kebidanan.

b. Dapat dijadikan bahan referensi serta perbandingan untuk penelitian

selanjutnya.
2. Manfaat Praktis

a. Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk

mengevaluasi terapi bekam di Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Semarang.

b. Institusi

harapkan dari hasil penelitian ini pengobatan Thibbun Nabawi bisa

semakin banyak diketahui dan bisa dijadikan sebagai literatur dan

refrensi untuk fakultas lain.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Air Susu Ibu (ASI)

a. Definisi ASI

ASI merupakan suatu emulsi dalam larutan protein, laktosa

dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah

kelenjar payudara ibu pasca melahirkan dan berguna sebagai

makanan bayi. ASI merupakan cairan alamiah yang mudah

didapat dan fleksibel dapat diminum tanpa persiapan khusus

dengan temperatur yang sesuai dengan bayinya serta bebas dari

kontaminasi bakteri (Sitepoe, 2013).

b. Kandungan dalam ASI

ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh

karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat

tambahan air walaupun berada ditempat yang suhu udara panas.

Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu

formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat

menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu

formula. Komposisi ASI yaitu : karbohidrat, protein, lemak,

mineral, vitamin (Hubertin, 2004 ).


Di dalam ASI terdapat laktosa, laktosa ini merupakan

karbohidrat utama dalam ASI yang berfungsi sebagai salah satu

sumber untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI

hampir dua kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada

susu formula (Badriul, 2008).

ASI juga mengandung lemak, kadar lemak dalam ASI

pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya.

Lemak ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi

yang terjadi secara otomatis. Selain jumlahnya yang

mencukupi, jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung

lemak rantai panjang yang merupakan lemak kebutuhan sel

jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai

jumlah yang cukup tinggi. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6,

DHA (Docoso Hexsaconic Acid) dan Acachidonid acid

merupakan komponen penting untuk meilinasi bayi

(Hubertin, 2004).

Selain karbohidrat, lemak, protein, ASI juga mengandung

mineral, vitamin K, vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan

vitamin yang larut dalam air. Hampir semua vitamin larut dalam

air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI.

Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar

vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi

dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat
mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang (Badriul, 2008).

c. Perbedaan komposisi ASI dari hari ke hari, yaitu (Utami, 2013) :

1) Kolostrum

Kolostrum memiliki susu pertama yang keluar berbentuk

cairan kekuning-kuningan yang lebih kental dari ASI matang.

Kolostrum mengandung protein, vitamin yang larut dalam

lemak, dan mineral yang lebih banyak dari ASI matang.

Kolostrum sangat penting untuk diberikan karena selain tinggi

akan immunoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun pasif bagi

bayi, kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar untuk

membersihkan saluran pencernaan bayi baru lahir. Produksi

kolostrum dimulai sejak masa kehamilan sampai beberapa hari

setelah kelahiran. Namun, pada umumnya kolostrum

digantikan oleh ASI transisi dalam dua sampai empat hari

setelah kelahiran bayi.

2) ASI transisi / peralihan

ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi

kolostrum sampai kurang lebih dua minggu setelah

melahirkan. Kandungan protein dalam ASI transisi semakin

menurun, namun kandungan lemak, laktosa dan vitamin larut

air, semakin meningkat. Volume ASI transisi semakin


meningkat seiring dengan lama menyusui dan kemudian

digantikan oleh ASI matang.

3) ASI matang / matur

ASI matang mengandung dua komponen berbeda

berdasarkan waktu pemberian yaitu foremilk dan hindmilk.

Foremilk merupakan ASI yang keluar pada awal bayi

menyusu, sedangkan hindmilk keluar setelah permulaan let-

down. Foremilk mengandung vitamin, protein, dan tinggi akan

air. Hindmilk mengandung lemak empat sampai lima kali lebih

banyak dari foremilk.

d. Manfaat ASI

Beberapa manfaat ASI untuk ibu dan bayi (Roesli, 2009) :

1) Untuk Ibu

a) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan

b) Mengurangi terjadinya anemia

c) Menjarangkan kehamilan

d) Mengecilkan rahim

e) Lebih cepat langsing kembali

f) Mengurangi kemungkinan menderita kanker

g) Lebih ekonomis

h) Tidak merepotkan dan hemat waktu

i) Memberikan kepuasan bagi ibu


2) Untuk Bayi

a) ASI sebagai nutrisi, karena komposisinya yang sesuai

dengan kebutuhan bayi. Salah satu keajaiban ASI adalah

secara otomatis akan mengubah komposisinya sesuai

dengan perubahan dan kebutuhan bayi di setiap tahap

perkembangannya.

b) ASI meningkatkan daya tahan tubuh, karena mengandung

zat protektif bayi yang mendapat ASI lebih jarang

menderita penyakit karena adanya zat protektif dalam ASI

seperti lactobacillus bifidus, laktoferin, lisozim,

komplemen C3 dan C4, antibody, dan munitas seluler.

c) ASI meningkatkan kecerdasan, Mengandung asam lemak

yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi

dengan pemberian ASI eksklusif potensial lebih pandai.

d) Menunjuang perkembangan motorik sehingga bayi yang

diberi ASI eksklusif akan lebih cepat jalan.

e) Pemberian ASI dengan menyusui akan meningkatkan

kasih sayang antara ibu dan bayinya.

e. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mitrami (2017)

yang berjudul Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan


produksi ASI pada ibi post partum. Menyebutkan ada beberapa

faktor yang mempengaruhi produksi ASI, yaitu :

1) Paritas

Jumlah persalinan yang pernah dialami ibu memberikan

pengalaman dalam memberikan ASI dan mengetahui cara

untuk meningkatkan produksi ASI sehingga tidak ada masalah

bagi ibu dalam memberikan ASI. Pada ibu yang baru pertama

kali melahirkan dan ibu yang lebih dari dua kali melahirkan

anak seringkali menemukan masalah dalam memberikan ASI.

Masalah yang sering muncul yaitu puting susu lecet akibat

kurangnya pengalaman yang dimiliki atau belum siap

menyusui secara fisiologi dan perubahan bentuk serta kondisi

puting susu yang tidak baik.

2) Pekerjaan Ibu

Ibu yang bekerja sebagai IRT memiliki keberhasilan

dalam memproduksi ASI atau memberikan ASI eksklusif di

bandingkan dengan ibu yang bekerja di luar rumah. Hal ini

disebabkan karena meskipun mereka habis melahirkan dan

masih harus menyusui anaknya tetapi mereka harus kembali

bekerja setelah cuti melahirkan selesai, sehingga waktu yang

dimiliki untuk merawat bayi dan frekuensi menyusui akan

berkurang. Frekuensi menyusui akan mempengaruhi produksi

ASI. Semakin sering seorang ibu menyusui maka akan


mempengaruhi hormon yang akan memperbanyak produksi

ASI.

3) Keadaan putting susu

Bentuk dan kondisi puting susu tidak baik seperti adanya

infeksi pada payudara, payudara bengkak dan puting susu tidak

menonjol merupakan faktor yang mempengaruhi dalam

pemberian ASI diantaranya adalah produksi ASI yang sedikit

sehingga tidak cukup dikonsumsi oleh bayi.

4) Psikologis Ibu

Kondisi psikologis ibu seperti merasa cemas dapat

mempengaruhi produksi ASI karena butuh penyesuaian pada

ibu postpartum. Oleh karena itu, diharapkan tenaga kesehatan

dapat memberikan informasi untuk menyiapkan kondisi

psikologis ibu agar ibu lancar dalam memberikan ASI atau

menyusui bayinya sehingga bayi tersebut bisa mendapatkan

ASI dengan baik. Ibu yang sering menyusui bayinya akan

membantu proses produksi ASI sehingga ASI keluar lancar.

5) Dukungan keluarga

Dukungan keluarga mempunyai hubungan dengan

suksesnya produksi ASI dan pemberian ASI eksklusif kepada

bayi. Dukungan keluarga adalah dukungan untuk memotivasi

ibu memberikan ASI saja kepada bayinya sehingga

meningkatkan frekuensi produksi ASI. Suami dan keluarga


dapat berperan aktif dalam pemberian ASI dengan cara

memberikan dukungan emosional atau bantuan praktis lainnya.

f. Cara memperlancar produksi ASI

Beberapa cara yang digunakan untuk memperlancar produksi ASI

yaitu :

1) Pijat oksitosin

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk

mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah

pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai

tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk

merangsang hormone prolactin dan oksitosin setelah

melahirkan (Roesli, 2009).

Pijat oksitsin ini dilakukan untuk merangsang refleks

oksitosin atau reflex let down. Selain untuk merangsang

refleks let down manfaat pijat oksitosin adalah memberikan

kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement),

mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon

oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi

sakit (Depkes RI, 2007).

2) Teknik Marmet

Teknik ini merupakan kombinasi antara cara memerah

ASI dan memijat payudara sehingga reflek keluarnya ASI


dapat optimal. Teknik memerah ASI dengan cara marmet ini

pada prinsipnya bertujuan untuk mengosongkan ASI dari sinus

laktiferus yang terletak dibawah areola sehingga diharapkan

dengan pengosongan ASI pada daerah sinus laktiferus ini akan

merangsang pengeluaran hormon prolactin. Pengeluaran

hormone prolactin ini selanjutnya akan merangsang mammary

alveoli untuk memproduksi ASI. Makin banyak ASI

dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara maka akan

semakin banyak ASI akan diproduksi (Soraya, 2006).

3) Kompres hangat payudara

Kompres hangat pada payudara akan memberikan sinyal

ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika

reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus di rangsang,

sistem efektor mengeluarkan sinyal dengan vasodilatasi perifer

. Kompres hangat payudara selama pemberian ASI akan dapat

meningkatkan aliran ASI dari kelenjar-kelenjar penghasil ASI

(Hamranani, 2010).

4) Breast care (Perawatan payudara)

Breast care adalah pemeliharaan payudara yang

dilakukan untuk memperlancar ASI dan menghindari kesulitan

pada saat menyusui dengan melakukan pemijatan (Welford,

2009). Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama

hamil sampai menyusui. Hal ini karena payudara merupakan


satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok

bayi baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin

(Azwar, 2008).

Perawatan payudara merupakan suatu tindakan yang

dilaksanakan baik oleh pasien maupun dibantu orang lain yang

dilaksanakan mulai hari pertama atau kedua setelah

melahirkan. Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan

sirkulasi dan mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga

memperlancar pengeluaran ASI serta menghindari terjadinya

pembengkakan dan kesulitan menyusui, selain itu juga

menjaga kebersihan payudara agar tidak mudah terkena infeksi

(DEPKES RI, 2007).

5) Teknik Massase Rolling

Tehnik Massase Rolling (Punggung) adalah tindakan

yang memberikan sensasi relaks pada ibu dan melancarkan

aliran syaraf serta saluran ASI kedua payudara (Perinasia,

2010). Massage rolling (punggung) akan memberikan

kenyamanan dan membuat rileks ibu karena massage dapat

merangsang pengeluaran hormon endorphin serta dapat

menstimulasi refleks oksitosin. Teknik pemijatan pada titik

tertentu dapat menghilangkan sumbatan dalam darah dan

energi di dalam tubuh akan kembali lancar (Dalimartha, 2008).


Punggung merupakan titik akupresur untuk

memperlancar proses laktasi. Selain itu saraf pada payudara

dipersarafi oleh saraf punggung atau dorsal yang menyebar

disepanjang tulang belakang (Cooper, Bart, 2005).

Penelitian oleh Mulyati (2009) Massase merupakan salah

satu terapi pendukung yang efektif untuk mengurangi

ketidaknyamanan fisik serta memperbaiki mood. Pengurangan

ketidaknyaman pada ibu menyusui akan membantu lancarnya

pengurangan ASI. Massase rolling (punggung) memberikan

efek rileks pada ibu secara tidak langsung dapat menstimulasi

hormon oksitosin yang dapat membantu proses kelancaran

produksi ASI.

6) Terapi Bekam

Dalam penelitian yang di lakukan Britton (2014)

menjelaskan bahwa jika ibu nifas yang melakukan bekam akan

mengendurkan otot-otot serta melancarkan peredaran darah

sehingga ibu bisa merasa lebih tenang dan rileks dalam

keadaan tersebut akan mempermudah hormon-hormon untuk

bekerja meningkatkan produksi ASI. Saat melakukan terapi

hendaknya ibu selalu dipantau bagaimana pengeluaran ASI

nya.
2. Thibbun Nabawi

a. Definisi Thibbun Nabawi

Thibbun nabawi adalah segala sesuatu yang disebutkan oleh

Al-Quran dan As-Sunnah yang Shahih yang berkaitan dengan

kedokteran baik berupa pencegahan (penyakit) atau pengobatan

(Al-Jauziyah, 2007).

b. Jenis-jenis Thibbun Nabawi

Terdapat tiga metodologi pengobatan Nabi (Al-Jauziyah, 2007) :

1) Dengan menggunakan obat-obatan alamiah, seperti meminum

madu, hijamah (bekam), kayy (pengobatan dengan besi panas),

gurah, jintan hitam.

2) Dengan menggunakan obat- obatan ilahiyah, seperti ruqyah,

penggunaan wewangian atau parfum untuk kesehatan jiwa, dan

lainnya.

3) Kombinasi dari kedua pengobatan tersebut.

c. Hijamah

1) Definisi Hijamah / bekam

Hijamah / bekam menurut bahasa berart peristiwa

penghisapan darah dan mengeluarkannya dari permukaan

kulit yang kemudian ditampung didalam gelas khusus yang

menyebabkan penarikan darah. Hijamah sebagai metode


pengobatan dengan penyedotan kulit dibagian tertentu untuk

mengeluarkan racun dan oksidan dalam tubuh melalui

goresan tipis pada pembuluh darah perifer pada lapisan

epidermis (Jerry, 2018).

2) Jenis-jenis Hijamah

Berdasarkan metodenya, bekam diklasifikasikan menjadi 2

jenis, yaitu (Agus, 2019). :

a) Bekam kering merupakan bekam yang tidak diikuti

dengan pengeluaran darah.

b) Bekam basah adalah bekam yang diaawali dengan bekam

kering lalu kulit digores dengan menggunakan lancet atau

pisau bedah dan dilanjutkan dengan penghisapan darah

dengan hand pump.

3) Ketentuan dalam Terapi Bekam

Terdapat ketentuan-ketentuan yang disyaratkan (Agus, 2019).

diantaranya yaitu :

a) Bekam dan Puasa

Mengenai hukum bekam ketika puasa, dikalangan

ulama terdapat perbedaan pendapat.Sebagian ada yang

memandang haram berbekam ketika puasa, tetapi sebagian

lagi memperbolehkannya. Perbedaan pendapat tersebut


tidak lepas dari keberadaan hadits yang menyatakan

kebolehan dan ketidakbolehan bekam pada waktu puasa.

Akan tetapi, disisi lain Nabi Muhammad SAW.

memberikan rukhsoh (keringanan) kepada orang yang

berpuasa untuk melaksanakan bekam. Hal ini sesuai dengan

HR. Bukhari yang berbunyi “Dari Ibnu ‘Abbas berkata

bahwa Nabi Muhammad SAW. berbekam dalam keadaan

berihram dan berpuasa”.

b) Mandi setelah Bekam

Dalam ajaran islam, mandi dilakukan karena 4 hal,

sebagaimana yang disebutkan dalam HR. Abu Daud

“Mandi karena empat sebab, yakni karena janabat, hari

jumat, berbekam, dan memandikan mayat”. Anjuran mandi

setelah bekam tidak lain disebabkan karena pada saat

bekam, tubuh seseorang akan kotor karena adanya darah

yang keluar. Setelah berbekam, sangat dianjurkan untuk

mandi agar badan kembali segar dan bersih, sehingga dapat

melakukan aktivitas ibadah.

c) Waktu Ideal untuk Berbekam

Waktu Ideal untuk melakukan bekam yaitu setiap

tanggal 17, 19, dan 21 dari bulan hijriah. Hal tersebut sesuai

dengan sabda Rasulullah dalam HR. Abu Daud yaitu


“Barang siapa yang berbekam pada tanggal tujuh belas,

sembilan belas, dan dua puluh satu (kalender hijriah), maka

bekam tersebut menjadi obat segala penyakit.

4) Titik-titik Bekam

Terdapat beberapa macam titik bekam yang telah

direkomendasikan oleh Nabi Muhammad SAW. (Agus, 2019).

Diantaranya yaitu:

a) Al akhda’ain. Terletak di sekitar otot urat leher kanan dan

kiri, disekitar vena jugularis interna, dan sekitar otot

sternocleidomastodeus.

b) Iltiwa’. Terletak di bawah mata kaki bagian dalam

(malleolus medialis), antara malleolus medialis dengan

tulang tumit (calcaneus).

c) Al Kahil. Terletak di sekitar tonjolan tulang leher belakang

(processus spinosus vertebrae VII), antara bahu kanan dan

kiri setinggi pundak.

d) Hammah (‘Alaa Ro’sun). Titik paling atas kepala, terletak

ditulang ubun-ubun (os parietale) bagian depan, yaitu

terletak di titik pertemuan antara batas rambut bagian

belakang dengan batas rambut bagian depan.


e) Yafukh. Terletak di titik pertemuan tulang tengkorak depan

dan belakang, yaitu antara tulang ubun-ubun dan tulang

dahi.

f) Al Katifain. Kedua bahu.

g) ‘Ala warik. Daerah pinggul.

h) Qomahduah. Terletak di tulang kepala belakang di sekitar

tonjolan tulang.

i) ‘Ala dzoril qodami. Terletak di bagian kaki belakang

dibawah lekukan lutut.

j) Umu mugits. Terletak di tulang tengkorak di bagian atas

agak ke belakang. Tepatnya di tulang ubun-ubun (di 2/3

bagian depan).

B. Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Thibbun Nabawi (Bekam) Produksi ASI


D. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah pengaruh pemberian bekam

terhadap produksi ASI di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu Nifas di Rumah

Sakit Islam Sultan Agung Semarang pada bulan agustus 2019.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah 5 responden yang memenuhi

syarat kriteria inklusi dan eksklusi.

3. Kriteria

a. Kriteria inklusi

1) Ibu Gravida 2

2) Ibu yang pernah menyusui sebelumnya

3) Berat lahir di bayi atas 2500 g

4) Ibu yang bersedia dilakukan penelitian

b. Kriteria esklusi

1) Ibu atau bayi dengan adanya komplikasi pada riwayat hamil

sebelumnya

2) Berat lahit kurang dar 2500 g

3) Ibu atau bayi yang memiliki kelainan atau cacat


B. Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan bulan Agustus – September 2019 di Rumah

Sakit Islam Sultan Agung Semarang .

C. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis penelitian ini adalah Eksperimen Pre-Experimental Design

dengan One-Group Pretest-Postest. Penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah untuk menguji pengaruh pemberian bekam

terhadap produksi ASI di Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Semarang.

2. Teknik sampling dalam penelitian ini dilakukan secara Purposive

sampling.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independent/bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terapi bekam.

2. Variabel Dependent/terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah produksi ASI.

E. Definisi Oprasional Penelitian

F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


G. Alat ukur / Instrumen dan Bahan Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner,

dan instrument yang digunakan adalah alat terapi bekam.

H. Prosedur Penelitian

Observasi/survey Lapangan

Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis data

Laporan hasil penelitian

Anda mungkin juga menyukai