Anda di halaman 1dari 21

Sistem Pengobatan Romawi

Kelompok 3
Chanifah
Dian Sarawa
Mutmainnah M.
St. Nur Fadhilah R.M.
Dian Saputra
Mutmainnah
Vivi Afriani
Budiman
Abdillah
Gina Sakinah
Astriani
Nur Sakinah
Nini

Muh. Arifuddin
Suhartina
Risyah
Asmawati
Yulianti Pattang
Muzdhalifah
Asnidar
Arni Aries
Hana
Nur Islamiah
Dian Adriani
Afdil Viqar
Dian ekawati
Monadilla muchran

Bangsa Romawi pertama kali mempelajari
ilmu pengobatan dari bangsa Yunani. Faktanya,
sebagian besar dokter Romawi berasal dari
Yunani, atau merupakan keturunan Yunani.
Seperti bangsa Yunani, bangsa Romawi
percaya pada empat cairan tubuh (empedu
hitam, empedu kuning, lendir, dan darah) dan
metode pengobatan dengan cara pengeluaran
darah. Dokter Romawi yang paling penting
adalah Galenus, yang hidup pada tahun 100-an
Masehi dan menulis sebuah buku tentang
pengobatan. Buku Galenus tersebut
(sebenarnya merupakan versi pendeknya)
menjadi buku pengobatan utama yang
digunakan oleh para dokter di Eropa selama
ratusan tahun berikutnya.

Galenus mengulangi banyak penelitian
Hippokrates mengenai empat cairan, namun dia juga
menambahkan banyak sekali hasil penelitiannya
tentang tubuh manusia. Galenus mempelajari bagian
dalam tubuh manusia dengan cara memeriksanya
langsung. Biasanya dia mengamati tubuh prajurit
atau gladiator yang terluka. Dan dia membedah
banyak hewan untuk mengetahui cara kerja tubuh
mereka. Galenus tentunya mengetahui tentang
anatomi lebih banyak daripada Hippokrates. Galenus
memahami bahwa darah dialirkan ke seluruh tubuh
oleh jantung. Dan dia sudah mengungkap bahwa
saraf mengendalikan gerakan tubuh, dan bahwa
manusia berpikir menggunakan otak. Namun dia
tidak membuat banyak kemajuan dalam hal metode
pengobatan terhadap manusia. Dia masih berpikiran
bahwa metode pengeluaran darah adalah cara yang
baik.
Satu kelompok ahli medis Yunani yang tinggal
di Roma yang disebut dengan para Methodist,
mendukung pendapat sederhana tentang
pengobatan dan membatasi tindakan pengobatan
hanya pada pembersihan/mandi, diet, massage,
dan sedikit obat. Hal ini tidak berarti bahwa para
praktisi awal dan kelompok lain tidak mengetahui
pentingnya sentuhan. Pencetus pemikiran ini
adalah Asclepiades. Diantara sumbangannya
yang banyak pada dunia kedokteran Roma adalah
risalah pergesekan (massage) dan latihan.
Meskipun pendapat ini sudah tidak dipakai lagi,
pemikiran ini disebutkan lagi oleh Aulus Aurelius
Coenellius Celsus (abad 25 SM-50 SM) dalam
tulisannya tentang massage (pemijatan).

Dalam tulisannya berjudul On Joints,
Hippocrates menulis para ahli
pengobatan/ dokter harus menguasai
banyak keahliaan dan terutama massage
(bagian/bab/ayat IX, baris 25-26).
Hippocrates juga menyebutkan bahwa
tindakan lanjut setelah berkurangnya bahu
yang bergeser, massage hendaknya
dilakukan dengan lembut, tangan yang
halus (bagian/ayat/bab IX, baris 31-33).
Oleh karena itu, Hipocrates merupakan
pencetus massage terapi.

Dalam masa periode transisi antara
dominasi Yunani dan Roma pada masa kuno,
ada beberapa tokoh yang membantu
mengedarkan pengetahuan kedokteran Yunani
dan menyatukannya dengan kedokteran Roma.
Salah satunya adalah Aulus Celsus, yang oleh
banyak ahli dianggap sebagai ahli sejarah
kedokteran yang penting. Hasil tulisannya
berjudul De Medicina merupakan karya
kedokteran Roma yang terkenal dan
menjembatani perbedaan antara masa
periodenya dan masa Hippocratic Corpus.
Dalam masa ini, massage telah diterima dan
bahkan Julius Caesar (abad 100-44 SM)
menggunakan massage untuk mengobati
epilepsinya. Pengikut selanjutnya dari ilmu
kedokteran Hippocratic adalah Galen of
Pergamon (abad 130-200SM).

Galen adalah dokter dari Roma yang belajar
ilmu kedokteran di Alexandria (Saudi Arabia) dan
kemudian menjadi dokter pribadi kaisar Roma
Marcus Aurelius. Dalam kurang lebih 100 risalah
kedokterannya, Galen mengumpulkan dan
menggabungkan pengetahuan tentang anatomi
dan kedokteran Yunani; system pengobatannya
terus mendominasi dunia kedokteran hingga abad
pertengahan dan bahkan hingga sekarang.
Diantara hasil karyanya, karya yang berjudul De
Sanitate tuenda memperhatikan latihan, manfaat
mandi, dan massage. Seiring dengan adanya
pembagian kekaisaran Roma menjadi wilayah
timur dan barat, penurunan dalam pembelajaran
lebih banyak terjadi dan semakin bertambah hebat
di Roma barat daripada di Yunani timur
(Byzantium)
Peralatan Medis Romawi Kuno
Vaginal Speculum
Salah satu yang paling spektakuler,peralatan
medis Roma adalah dilator vagina atau
spekulum (dioptra). Ini terdiri dari priapiscus
dengan 2 (atau kadang-kadang 3 atau 4)
dovetailing katup yang dibuka dan ditutup
dengan menangani dengan mekanisme sekrup,
sebuah pengaturan yang masih bisa ditemukan
di Specula dari abad ke-18 Eropa. Soranus
adalah penulis pertama yang membuat spekulum
menyebutkan khusus dibuat untuk vagina.
Graeco-Romawi penulis ginekologi dan
kebidanan sering menganjurkan penggunaannya
dalam diagnosis dan pengobatan gangguan
vagina dan rahim, namun itu adalah salah satu
yang paling langka alat-alat medis yang masih
hidup. Specula besar dan mudah dikenali dan
seharusnya tidak menderita sama tingkat
kehancuran sebagai instrumen tipis, seperti
penyelidikan, pisau bedah dan jarum. Sebagai
sumber perunggu, bagaimanapun, mereka
mungkin telah lebih peka terhadap daur ulang
dari instrumen yang lebih kecil.
Rectal Speculum
Sebutan paling awal untuk
rectal speculum yang
ditemukan dalam tulisan
Hippocrates (iii.331)
Pasien diterlentangkan untuk
memeriksa bagian ulserasi
usus melalui dubur.

Bone Levers
Seperti kutipan Galen,
peralatan ini digunakan untuk
tulang yang patah
dikembalikan pada posisi
semula, dan dapat juga
digunakan untuk meluruskan
gigi.
Bone Forceps
Soranus (lxiv) mengatakan bahwa
dalam kasus janin impaction dari
tempurung kepala, kepala dapat
dibuka dengan alat yang tajam dan
potongan-potongan tengkorak dengan
tulang forsep dihapus. Paul Aigenita
(VI.xc) mengatakan bahwa dalam
suatu depresi fraktur tengkorak
"tulang retak harus dihilangkan dalam
fragmen, dengan jari jika mungkin,
jika tidak, dengan forsep tulang."
Cupping Vessels for Bloodletting atau
Alat penyedot darah, yang besar
digunakan untuk daerah yang lebih
besar pada tubuh, seperti punggung
atau paha. peralatan yang lebih kecil
akan diterapkan pada lengan.

Tubes to Prevent Contractions &
Adhesions
Setelah operasi pada hidung, rektum,
vagina, dll, itu biasa untuk
memasukkan tabung timah atau
perunggu untuk mencegah kontraksi
atau adhesi dan juga untuk
memasukan obat-obatan.

Clyster for Administering Enemas

Tile Cautery
Auterisasi dipekerjakan untuk tingkat
yang hampir luar biasa di zaman
kuno, dan ahli bedah dikeluarkan
banyak kecerdikan dalam merancang
berbagai bentuk instrumen ini. Yang
kauterisasi dipekerjakan untuk hampir
setiap kemungkinan tujuan: sebagai
seorang 'counter-iritasi', sebagai
haemostatic, sebagai sarana untuk
menghancurkan tumor, dll.
Portable Probe Case
silinder biasa digunakan untuk
menyimpan dan melindungi probe tipis
dan curettes digunakan oleh dokter.
Hippocrates menyebutkan kasus
peralatan portabel untuk digunakan pada
housecalls.

Male Caltheter

Obstetrical Hooks/Sharp Hooks
Kait, tumpul dan tajam, sering disebutkan
dalam bahasa Yunani dan sastra Latin,
dan melayani tujuan yang sama mungkin
kita menggunakannya untuk: tumpul untuk
bedah dan membesarkan pembuluh darah
seperti jarum aneurism modern; yang
tajam untuk menangkap dan mengangkat
potongan-potongan kecil jaringan untuk
eksisi dan untuk memperbaiki dan
mencabut tepi luka. Dalam pembedahan,
banyak manipulasi yang kita lakukan
dengan forseps bedah mayat dilakukan
oleh orang dahulu dengan kait tajam.
Epilation Forceps
Sejauh ini jumlah terbesar forsep jenis ini bukan alat
bedah, tetapi alat rumah tangga. Banyak yang digunakan
untuk pencukuran bulu (hair removal) atau digunakan oleh
para seniman.
Uvula Forceps
Dalam Aetius (II.iv.2), ada deskripsi yang menarik dari
amputasi anak lidah dengan terlebih dahulu
menghancurkannya dalam forsep untuk mencegah
perdarahan dan kemudian memotong nya. Hippocrates
(I.63) menyebutkan anak lidah crusher sebagai salah satu
instrumen yang diperlukan untuk perlengkapan dokter.
Scalpels
Surgical Scissors
Oribasius penulis bedah memperlakukan pemotongan
rambut sebagai prosedur medis yang teratur dalam bab
khusus karyanya. Celsus juga sering merujuk memotong
rambut sebagai ukuran terapeutik. Mungkin orang dahulu
menemukan kesulitan dalam menempatkan kelebihan
cukup halus untuk tujuan bedah gunting mereka. Kami
memiliki sedikit referensi untuk penggunaan gunting untuk
memotong jaringan.

Spatula Probes
Hampir setiap penulis medis menyebutkan
spathomele. Terdiri dari tangkai panjang
dengan titik olivary di satu ujung dan spatula
di ujung lainnya. Itu adalah farmasi bukan
alat bedah ketat. Akhir zaitun digunakan
untuk mengaduk obat-obatan, yang spatula
untuk menyebarkan mereka di bagian yang
sakit. Yang spathomele digunakan oleh
pelukis untuk mempersiapkan dan
mencampur warna mereka. Angka yang
sangat besar di mana mereka ditemukan
akan menunjukkan bahwa penggunaannya
tidak terbatas pada orang-orang medis.
Probes/Curettes
Lingkup seni cyathiscomele medis terbukti,
seperti flat spathomele, kadang-kadang
bertindak sebagai suara, tapi terutama untuk
campuran, mengukur dan menerapkan obat-
obatan. Ada yang diadaptasi untuk digunakan
sebagai curettes. Jumlah besar di mana alat
ini terjadi akan dengan sendirinya
menunjukkan bahwa itu digunakan untuk
berbaring serta tujuan medis.

Claudius Galeneus: The Royal
Family Docter
Galen (131-201 M)
Melalui tulisan dan ajaran Galen, seorang
dokter Yunani yang berpraktek di Roma pada
abad ke-2 Masehi, sistem pengobatan
berdasarkan cairan tubuh mencapai
kemajuan selama 1500 tahun kemudian.
Galen menguraikan secara panjang lebar
suatu sistem yang mengharuskan
mempertahankan keseimbangan cairan di
suatu individu yang sakit dengan
menggunakan obat-obatan yang memiliki
sifat berlawanan. Sebagai contoh, untuk
mengobati radang atau inflamasi (in = di
dalam dan flame = api, panas) eksternal
digunakan mentimun yang bersifat dingin.

Galen telah memberikan pedoman yang
bersifat rasional dan sistematis dalam
memilih obat (walaupun pada saat ini
dianggap salah). Menurut Galen, masing-
masing keempat cairan tubuh memiliki
sifat tertentu, yakni : darah bersifat lembab
dan hangat, dahak (yang dianggap
berasal dari otak) bersifat lembab dan
dingin, empedu (yang dianggap berasal
dari hati) bersifat hangat dan kering, serta
empedu hitam (yang dianggap berasal
dari limpa dan lambung) bersifat dingin
dan kering. Selain itu, keempat cairan
tubuh tersebut mempengaruhi sistem
metabolisme dan temperamen seseorang,
seperti melankolis atau sanguinis.
Hubungan tersebut dapat dilihat pada
gambar.
Dengan mengaitkan antara penyakit yang
diobservasi dengan ketidakseimbangan
cairan tubuh tertentu, obat-obatan dapat
diklasifikasikan berdasarkan efek
berlawanan yang ditimbulkan terhadap
suatu penyakit. Sebagai contoh, jika
dianggap bagian tubuh yang sakit bersifat
lebih hangat 10 satuan dan lebih kering 7
satuan dari normal, maka obat yang
diberikan di permukaan tubuh harus
bersifat lebih dingin 10 satuan dan lebih
lembab 7 satuan dari normal. Jika bagian
yang sakit letaknya lebih dalam,
dibutuhkan penyesuaian dosis agar obat
tidak kehilangan kekuatannya sebelum
mencapai target pengobatan.
Selain itu, Galen telah mengenalkan teknik
perdarahan, yakni mengurangi volume darah
yang dianggap banyak mengandung penyakit.
Teknik ini diadopsi oleh orang-orang Islam
pada jaman berikutnya yang dikenal sebagai
bekam atau pengobatan Nabi (prophetic
medicine). Teknik ini masih dipakai dalam
sistem pengobatan Unani (Unani Arabic
Medicine) sampai saat ini. Galen juga
menyarankan penggunaan polifarmasi (banyak
obat, sekarang dikenal sebagai Shotgun
Prescription) dengan argumen tubuh pasien
akan mengeluarkan berbagai obat yang
kompleks tersebut untuk menjaga
keseimbangkan cairan tubuh. Saat ini
polifarmasi dikenal sebagai pengobatan yang
tidak rasional.

Meski demikian, Galen telah menciptakan suatu
sistem yang sempurna mengenai fisiologi,
patologi dan pengobatan serta merumuskan
doktrin yang diikuti selama 1500 tahun. Dia
adalah pengarang yang memiliki karya paling
banyak di jamannya maupun jaman lain dan
telah mendapat penghargaan untuk 500 buku
tentang kedokteran serta 250 buku lainnya
tentang filsafat, hukum maupun tata bahasa.
Karya tulisnya dalam ilmu kedokteran termasuk
uraian berbagai obat-obatan yang berasal dari
alam dengan formula dan cara pembuatannya.
Dialah orang pertama yang memperkenalkan
teknik mencampur atau melebur masing-masing
bahan. Teknik ini kemudian dikenal sebagai
farmasi Galenik.
Sampai dengan awal abad VI era Kristen,
belum terdapat kemajuan ilmu pengetahuan yang
berarti bagi peradaban manusia hingga pada abad
XII dan XIII beberapa ilmuwan Islam memberikan
sumbangsih yang besar terhadap perkembangan
ilmu kedokteran dan kefarmasian sampai dengan
era berikutnya. Ilmuwan dan filsuf Islam (Arab)
tidak hanya mengadopsi ilmu pengobatan dan
ilmu pengetahuan Yunani tetapi juga melengkapi,
menyempurnakan dan bahkan mengoreksi
naskah-naskah ilmuwan Yunani sebelumnya.
Pada masa kejayaan Islam terdapat beberapa
nama yang memberikan kontribusi yang sangat
besar terhadap perkembangan ilmu kefarmasian.
Berikut ini akan diuraikan beberapa ilmuwan Islam
yang karya-karyanya sangat mempengaruhi
perkembangan ilmu kefarmasian berikutnya.

Pliny
Pliny adalah seorang jenderal, duta dan diplomat
Romawi yang memiliki hobi mengumpulkan berbagai
pengetahuan ilmiah selama hidupnya. Pliny
merupakan ilmuwan seangkatan dengan Dioscorides
yang mempunyai minat dan sumber yang sama.
Pliny menulis ensiklopedi yang diterjemahkan
sebagai Natural History yang sebagian isinya
menguraikan tentang obat.
Largus
Scribonius Largus adalah dokter Romawi yang
menulis buku Compositiones sekitar tahun 43 M
yang merupakan dispensatorium yang pertama. Di
dalam naskah tersebut diuraikan berbagai simplisia
(simplicia) dan campuran berbagai simplisia/obat
(composita).

Anda mungkin juga menyukai