Anda di halaman 1dari 47

MODUL KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

Discovery Learning I

BEKAM

Semester VII Tahun Ajaran


2019/2020

Dosen Pengampu :

Mardiyanti, M.Kep.,MDS

Disusun Oleh :

Kelompok 4 PSIK A 2016

Pipit Tina Sari 11161040000008

Annisa Putri Utami 11161040000013

Vina Ayu Wardani 11161040000018

Ikhsanul Amal Reformasi 11161040000019

Cindy Januar Fitri 11161040000029

Nur Wasilah 11161040000037

Akromul Ikhsan Baihaqi 11161040000082

Izzah Amalina 11161040000083

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

SEPTEMBER/2019

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.​

Alhamdulillah hirobbil’alamin. Kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena

berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kami dapat menyusun makalah ini tepat
pada

waktunya. Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat hambatan dan

pembelajaran yang sangat bermanfaat. Namun, berkat dorongan dan motivasi


yang tinggi

dari berbagai pihak, hambatan tersebut dapat kami atasi. Maka dari itu, berkat
bantuan

mereka kami ucapkan


terimakasih.

Dengan segala hormat ucapan kami tujukan


kepada:

1. Mardiyanti, M.Kep.,MDS dan Ita Yuanita, M.Kep, selaku dosen pembimbing

Modul Keperawatan Komplementer.

2. Orang tua yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan


makalah ini.

3. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

motivasi.

4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
langsung

maupun tidak langsung turut andul dalam penyelesaian makalah


ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk

penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami


harapkan

untuk menyempurnakan makalah selanjutnya. Kami juga berharap semoga


makalah yang

sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama para


pembaca.

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Ciputat, 24 September 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
...................................................................................................... 2

DAFTAR ISI
.................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
................................................................................................ 4

1.1 Definisi
................................................................................................................ 4

1.2 Sejarah
................................................................................................................ 4

1.3 Issue Terkini


....................................................................................................... 7

1.4 Hadits Berkaitan Bekam


..................................................................................... 8

1.5 Tujuan Penulisan


................................................................................................. 9

BAB II TEORI
............................................................................................................... 10

2.1 Jenis-Jenis Bekam


............................................................................................. 10

2.2 Cara Kerja Bekam


............................................................................................. 10

2.3 Manfaat Bekam


................................................................................................. 14

2.4 Titik – Titik Bekam dan Manfaat Setiap Titik Bekam .....................................
14

2.5 Kontraindikasi Titik Bekam


.............................................................................. 15

2.6 Cara Kerja Bekam Menurut Medis


................................................................... 16

2.7 Hal – Hal Harus Diperhatikan


.......................................................................... 18

BAB III TABEL RANGKUMAN ILMIAH ..................................................................


20
BAB IV IMPLEMENTASI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN ........................... 26

DAFTAR PUSTAKA
..................................................................................................... 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi ​Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan

darah kotor
dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Hijamah adalah pengobatan yang
sudah

dikenal sejak ribuan tahun sebelum masehi. Nama lainnya adalah bekam,
canduk,

canthuk, kop, mambakan, di Eropa dikenal dengan istilah “Cuping Therapeutic

Method”. Dalam bahasa Mandarin disebut Pa Hou


Kuan.

Kata “Hijamah” berasal dari bahasa Arab, dari kata Al Hijmu yang berarti
pekerjaan membekam. Al Hajjam berarti ahli bekam. Al Hijmu berarti
menghisap

atau menyedot. Al Hajjam sama dengan Al Mashshah, yaitu tukang menghisap


atau

tukang menyedot. Sedangkan Al Mihjam atau Al Mihjamah merupakan alat


untuk

bekam yang berupa tabung gelas untuk menampung darah yang dikeluarkan
dari

kulit.

1.2 Sejarah ​Hijamah/bekam/cupping/kop/chantuk dan banyak istilah lainnya sudah

dikenal
sejak zaman dulu, yaitu kerajaan Sumeria, kemudian terus berkembang
sampai

Babilonia, Mesir, Saba, dan Persia. Pada zaman Rasulullah, beliau


menggunakan

kaca berupa cawan atau mangkuk tinggi. Pada zaman China kuno mereka
menyebut

hijamah sebagai “perawatan tanduk” karena tanduk menggantikan kaca. Pada


kurun

abad ke-18 (abad ke-13 Hijriyah), orang-orang di Eropa menggunakan lintah


sebagai

alat untuk hijamah. Pada satu masa, 40 juta lintah diimpor ke negara Perancis
untuk

tujuan itu. Lintah-lintah itu dilaparkan tanpa diberi makan. Jadi bila
disangkutkan

pada tubuh manusia, dia akan terus menghisap darah tadi dengan efektif.
Setelah

kenyang, ia tidak berupaya lagi untuk bergerak dan terus jatuh lantas
mengakhiri

upacara hijamahnya.

Bekam merupakan bentuk pengobatan yang sangat tua sekali sehingga


tidak ada

data yang pasti berkaitan dengan asal muasal bekam, siapa atau bangsa apa
yang

pertama melakukan bekam dan dimana bekam itu dilakukan serta bagaimana
alat

dan cara melakukan bekam. Ada beberapa data atau beberapa buku yang
sedikit

banyak menggambarkan asal muasal bekam itu pertama kali dilakukan


sehingga bisa

memberikan informasi bagaimana bekam itu dilakukan dan kapan


dilakukannya.

Namun antara sumber yang satu dengan sumber yang lainnya banyak
bertentangan

mengenai awal mula ditemukannya


bekam.

Awal mula bekam di Barat dan Timur Tengah pertama kali di lakukan oleh

bangsa Mesir. Dimana di dalam ​The Ebers Papyrus ​yang ditulis sekitar tahun
1550

SM mengatakan bahwa bangsa Mesir melakukan terapi pengobatan bekam


untuk

mengobati semua gangguan penyakit. Namun dari buku yang lain mengatakan

bahwa sebelum bekam dilakukan oleh bangsa Mesir, pengobatan bekam telah

dilakukan lebih dahulu oleh bangsa Sumeria sekitar 4000 SM yang kemudian
berkembang ke Babilonia, Saba', Persia dan termasuk berkembang ke Mesir.
Di

Mesir, bekam sudah ada sejak zaman kekuasaan Firaun, sekitar tahun 2500
SM. Pada

masa Raja Ramses II, sekitar tahun 1200 SM bekam berkembang di Mesir
dengan

cara melempari batu kepada orang yang lewat kemudian setelah terjadi lebam

dikeluarkan darahnya. Di sisi lain ada yang mengatakan bahwa metode


bekam

dengan melakukan lemparan batu dengan kasar sudah lebih dulu terjadi pada
saat

zamannya Nabi Luth yaitu sekitar sebelum tahun 1800


SM.

Di Persia Kuno yang hidup tahun 3.000 SM, pengobatan bekam


berkembang

pesat dengan pengobatan lainnya yaitu pengobatan dengan menggunakan


herbal

(tumbuhan dan laut) dan terapi fisik lainnya seperti kay dan
fashid.

Kemudian dari Mesir, pengobatan bekam yang mengalami perkembangan


pesat

dan memunculkan para dokter/terapis bekam masuk ke Yunani Kuno. Di


Yunani

kuno, bekam mendapatkan sambutan hangat termasuk dari Galen dan


Hippocrates

yang keduanya merupakan pelaku bekam dan pendukung setia terapi


pengobatan

bekam. Bahkan sebagai bentuk dukungan Galen terhadap pengobatan bekam

sampai-sampai Galen mengutuk siapa saja dokter/pengobat yang tidak


menggunakan

pengobatan bekam termasuk Erasistratus (seorang praktisi pengobatan). Dari


Yunani

kuno dan Roma, pengobatan bekam sampai kepada bangsa Arab dan Persia
Muslim

melalui Alexandria dan Byzantium (Turki). Pada saat Rasulullah belum lahir,

pengobatan bekam sebenarnya sudah berkembang pesat dilakukan oleh


bangsa Arab

Quraisy. Kemudian pengobatan bekam dikukuhkan lagi oleh Rasulullah bahwa

pengobatan bekam baik untuk pengobatan penyakit. Dari sini sebenarnya, kita

mendapat pelajaran bahwa adanya hadist Rasulullah yang mengatakan


kebaikan

bekam, sebenarnya untuk lebih mengukuhkan bagi bangsa Arab dan Islam

khususnya bahwa bekam sangat baik dijadikan sebagai sarana pengobatan


diantara

pengobatan yang lainnya.

Di zaman Rasulullah, pengobatan bekam mengalami evolusi lanjutan


dengan

sudah mulai menggunakan konsep dasar keilmuan dimana bekam tidak bisa

dilakukan secara sembarangan namun harus berdasarkan kaidah keilmuan


yang

disampaikan oleh hadist Rasulullah. Hal itu terbukti dengan petunjuk


Rasulullah

yang memberikan arahan bahwa pengobatan bekam itu harus disesuaikan


dengan

titik tertentu yang ada pada tubuh seseorang karena di dalam tubuh seseorang
mempunyai letak titik yang berbeda dan mempunyai fungsi yang berbeda. Jadi
tidak

seperti masa awal pertama kali bekam muncul yang dilakukan dengan metode
kasar

dan menyakitkan sehingga sampai menimbulkan efek samping yang tidak baik

bahkan sampai menimbulkann kematian karena asal-asalan mengeluarkan


darah dan

alat yang dipakai pun tidak memenuhi


kesehatan.

Kemudian pada masa perkembangan Islam, pengobatan bekam mencapai

puncaknya di Irak sekitar tahun 300 Hijriah. Hal ini dibuktikan dengan

ditemukannya berbagai macam metode dan alat-alat baru yang lebih higienis
serta

mempunyai konsep perpaduan dari Rasulullah (Titik Bekam Nabi) dan ilmu

kesehatan yang lainnya. Sehingga pada masa itu, bermunculan para praktisi

pengobatan bekam profesional yang mengenyam pendidikan pengobatan


bekam dan

praktisi pengobatan bekam yang diperoleh dari keturunan maupun dari


otodidak dan

di jalanan. Selain dipelajari oleh orang yang bergerak di bidang pengobatan,


bekam

juga dipelajari oleh orang yang bukan bergerak di bidang pengobatan seperti
orang

yang mempelajari ilmu agama. Sehingga pada saat itu para terapis
pengobatan

bekam sangat banyak ragamnya antara yang menguasai bekam berdasarkan


ilmu dan

yang tidak berdasarkan ilmu. Tidak seperti pengobatan bekam pada masa
awal-awal
yang melakukan bekam hanya di kalangan
kerajaan.

Selanjutnya pada abad ke-18 bekam mengalami perkembangan yang


sangat

pesat di dataran Eropa dan Amerika dengan diterbitkannya jurnal-jurnal ilmiah

bekam dan penelitian bekam. Banyak pakar bekam yang non-muslim

mengembangkan teknik dan penelitian bekam sehingga menjadi pakar bekam


yang

luar biasa. Diantara pakar bekam Eropa adalah Ambroise Pare (1590 - 1590)
yang

merupakan ahli Bedah bahkan ada yang menjuluki beliau Bapaknya Ahli
Bedah. Ada

lagi Sir Arthur Keith (1866 - 1955) seorang Ahli Bedah dan Anatomi Tubuh
juga

menjadi pakar bekam di Skotlandia yang mengatakan bahwa terdapat


keberhasilan

yang baik pengobatan dengan menggunakan


bekam.

Namun pada zaman sekarang karena mudahnya akses informasi dan


mobilitas,

banyak orang melakukan terapi pengobatan bekam hanya melalui buku tanpa

petunjuk praktisi atau belajar bekam dengan seorang instruktur. Mereka sudah

merasa cukup denga ilmu yang ada, apalagi sudah merasa mendapatkan
pasien.

Ironis memang, sebab kalau kita kaji konsep pengobatan bekam mempunyai
banyak
dimensi dan keilmuan. Dimana untuk melakukan tindakan bekam selain
mengetahui

unsur kesehatan medis dan tradisional dan konsep keilmuannya, dalam


menentukan

titik bekam kita juga harus mengetahui beberapa titik bekam rekomendasi
Nabi, titik

bekam akupoin, titik bekam sen, titik bekam menurut anatomi fisiologi dan

sebagainya dan harus bijak dalam menempatkan atau mengaplikasikan titik


tersebut

kepada pasien.

1.3 Issue Terkini

Berdasarkan Laporan Umum Penelitian tentang Pengobatan dengan


Metode

Bekam tahun 2001 M (pada 300 kasus) dalam buku Ad Dawa’u l-Ajib yang
ditulis

oleh ilmuwan Damaskus Muhammad Amin Syaikhu didapat data sebagai


berikut:

1. Dalam kasus-kasus tekanan darah tinggi, tekanan darah turun hingga


mencapai

batas-batas normal.

2. Dalam kasus-kasus tekanan darah rendah, tekanan darah naik hingga batas
batas

normal.

3. Jumlah sel-sel darah putih (leukosit) meningkat dalam 60% kasus dan
masih

dalam batas-batas normal.

4. Kadar gula darah turun pada pengidap kencing manis dalam 92,5 %
kasus.
5. Jumlah asam urat di darah turun pada 83,68%
kasus.

6. Pada darah bekam yang keluar, didapati bahwa eritrosit yang didalamnya

berbentuk aneh tidak berfungsi normal, menganggu kinerja sel


lain.

1.4 Hadits Berkaitan Bekam

1. HR Bukhari ‫ﺳﻞ ﻻر ِة ﺣﺠﻢ ﻻﯾ ِﺔ ا ٍ ﯾﻲ أﻧٍﻰ ﯾﺘٍﻰ ن ﯾﻲ‬


ٍ ‫ ﻻﺑ ِﺔ‬:‫ُش فء ُ ْي ﻻﺛﺔث‬
ٍ ٍِ ٍ ِ
“Kesembuhan itu berada pada tiga hal, yaitu minum madu, sayatan
pisau

bekam dan sundutan dengan api (kay). Sesungguhnya aku melarang


ummatku

(berobat) dengan kay.”

2. HR Bukhari – MuslimA

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Salam


bersabda :

ٍ ‫ُِﻧﻲ ﺳﺜٍﻰ ٍ ﺣﺘَُِ ْﻢ ﻫﺐ‬


‫ﻻ ﺟﻢ ُ ْﻣﻒ‬

“Sesungguhnya metode pengobatan yang paling ideal bagi kalian


adalah

hijamah (bekam) dan fashdu


(venesection).”

3. Dari Jabir Almuqni berkata : "Aku tidak akan merasa sehat sehingga

berbekam, karena sesungguhnya aku pernah mendengar rosulullah

Sholollohu Alaihi Wasalam bersabda yang artinya : “Sesungguhnya


pada

bekam itu terkandung


kesembuhan”
4. Dart Ibnu Umar, Rosulullah Sholollohu Alaihi Wasalam bersabda
:

”Tidaklah aku melalui satu dari langit-langit yang ada, melainkan para

malaikat mengatakan :” Hai Muhammad,perintahkan umatmu untuk

berbekam,karena sebaik-baik sarana yang kalian pergunakan untuk


berobat

adalah bekam, al-kits, dan syuniz semacam


tumbuh-tumbuhan ”.

5. Dari Annas bin Malik Rosulullah Sholollohu Alaihi Wasalam bersabda


:

‘Sesungguhnya pengobatan yang paling ideal yang kalian pergunakan


adalah

hijamah (Bekam)”.

1.5 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian dari bekam.

2. Mengetahui sejarah dari bekam.

3. Mengetahui issue trend terkini bekam.


4. Mengetahui jenis-jenis dari bekam.

5. Mengetahui cara kerja dari terapi bekam.

6. Mengetahui manfaat dari bekam.

7. Mengetahui hasil penelitian dari para ahli tentang terapi


bekam.

8. Mengetahui implementasi dalam asuhan keperawatan dari terapi


bekam.
9

BAB II

TEORI

2.1 Jenis-Jenis Bekam

Secara umum bekam dapat dilakuakn dengan tiga cara yaitu bekam kering,
bekam

basah, dan bekam seluncur atau meluncur. Bekam kering yaitu bekam tanpa
sayatan

atau tusukan yang mengeluarkan darah. Bekam jenis ini hanya memindahkan
darah

kotor yang menyebabkan penyakit dari tempat yang berpengaruh ke tempat


yang

kurang berpengaruh atau menurut pendapat lain.dapat diartikan menghisap

permukaan kulit dan memijat tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah


kotor.

Bekam kering digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada tubuh bagian

belakang. Dalam proses pembekaman, bekam kering dilakuakn sebelum


permukaan

kulit disayat atau ditusuk.

Bekam basah yaitu bekam dengan sayatan atau tusukan dengan

mengeluarkan darah statis atau darah kotor. Dengan Manfaat-manfaat sebagai


berikut

diantaranya membersihkan darah dan meningkatkan aktifitas syaraf tulang


belakang,

memperbaiki permeabilitas pembuluh darah, menghilangkan kejang-kejang,

menghilangkan memar pada otot, asma, pneumonia, dan angina pectoris,


penyakit

mata dan rabun, gangguan rahim dan berhentinya menstruasi bagi wanita,
rematik,

sciatica (pegal di pinggang), encok, gangguan tekanan darah arteriosclerosis

(pengapuran pembuluh darah), sakit bahu, dada, dan punggung, malas, lesu,
dan

banyak tidur, Luka (bisul, jerawat, gatal-gatal pada kulit, dan luka bernanah),
radang
selaput jantung dan ginjal.

Bekam seluncur atau meluncur merupakan bekam sebagai pengganti


kerokan

yang bermanfaat untuk membuang angin, melemaskan otot, dan melancarkan

peredaran darah. Metode ini serupa dengan guasha (Cina) dan scrapping
(Inggris).

2.2 Cara Kerja Bekam

Tata cara dalam melakukan bekam secara umum dapat dilakukan dalam
beberapa

tahap, namun sebelum melakukan tahap-tahap tersebut ada baiknya


pembekam

mengkondisikan pasien dengan meberikan informasi mengenai segala sesuatu


tentang

bekam atau tahapan-tahapan dalam melaksanakan bekam, sehingga pasien


tidak kaget

dengan tahapan-tahapan yang dilakukan. Terutama pada pasien yang baru


melakukan

pengobatan ini, karena bisa jadi pasien merasa takut ketika pertama kali
melakukan

10

bekam dan ketika darah keluar dari tubuhnya. Mengenai posisi pasien,
berbaring

dengan bertumpu pada rusuknya dilantai merupakan posisi terbaik khususnya


bagi

pasien yang merasa takut ketika dilakukan pembekaman, yang memiliki


masalah

peredaran darah, serta anemia. Namun secara umum bekam dilakukan dalam
posisi
duduk.

Setelah pasien sudah dikondiskan maka saatnya memulai tahap pertama


yaitu

mencari titik untuk melakukan pembekaman. Gelas (cup) di letakkan tepat


diatas titik

pada tubuh yang sudah ditentukan, kemudian dilakukan penghisapan sehingga


terjadi

kehampaan udara pada sebagian besar gelas. Kemudian pada kulit pasien dan
jaringan

yang terhisap ke dalam gelas, terlihat berbentuk lingkaran. Darah dan


beberapa unsur

ikut tersedot ke permukaan kulit, sehingga tampak sebagai daerah lingkaran


berwarna

merah, karena terjadinya pengumpulan darah di tempat


tersebut.

Tahap kedua melakukan bekam kering yaitu gelas dibiarkan berada pada
tubuh

selama 3-5 menit, setelah itu di cabut. Manfaat dari tahap ini yaitu untuk

memindahkan berbagai unsur kotor pada bagian-bagian penting di dalam tubuh

(seperti persendian) ke bagian-bagian yang kurang penting (seperti permukaan


kulit).

Pada bagian ini merupakan bagian anestesi atau membuat kebal titik tertentu
yang

selanjutnya dilakukan penyayatan atau tusukan, sehingga ketika penyayatan


atau

tusukan dilakukan pasien tidak merasakan sakit. Berikut gambar setelah


menentukan

titik pada tubuh kemudian dilakuakan bekam kering dan beberapa titik bekam
kering

pada tubuh,
Tahap ketiga melakukan penyayatan atau tusukan. Ketika melakukan
penyayatan

pertama kali, lebih baik pembekam mengenali karakter kulit pasien, keadaan

pembuluh darahnya, dan kondisi-kondisi terkait lainnya. Setelah itu penyayatan


dapat

dilakukan pada beberapa gelas secara bersamaan. Terdapat ketentuan dalam

melakukan penyayatan (penyiletan atau penggoresan ringan) yaitu penyayatan

dilakukan pada bagian luar kulit dengan kedalaman sayatan kurang lebih
0,1mm atau

melakukan penyayatan ringan. Kedalaman sayatan atau tusukan dapat


dilakukan

berbeda-beda sesuai dengan penyakit pasien, tetapi tidak dianjurkan sampai


mengenai

pembuluh darah arteri atupun vena. Ketentuan panjang sayatan kurang lebih
4mm,

banyaknya sekitar 15 sayatan dalam satu titik. Alat yang digunakan sebagai
penyayat

yaitu dengan menggunakan silet medis tau pisau cukur yang telah
disterilkan.

11

Terdapat beberapa catatan dalam melakukan tahap ini yaitu pada kasus
pasien

yang mengidap penyakit yang berhubungan dengan peredaran darah atau


gula, tidak

diperkenankan untuk menggunakan sayatan. Tetapi menggunakan tusukan


dengan

jumlah maksimal sebanyak 30 tusukan dalam satu titik. Kemudian ketika


melakukan
penyayatan, sayatan harus sejajar dengan panjang tubuh dari arah kepala
menuju kaki

dan tidak diperkenankan untuk melakukan penyayatan dengan arah melebar.


Sayatan

diupayakan tidak mengenai pembuluh darah vena maupun arteri yang terlihat,

misalnya dipunggung tangan atau telapak kaki. Setelah itu jarak antara sayatan
yang

satu dengan sayatan yang lain sekitar


3mm.

Tahap keempat melakukan bekam basah yang dilakukan setelah


penyayatan atau

tusukan. Tahap ini dilakukan sekitar 3-5 menit sampai terlihat darah kental
keluar,

setelah itu gelas dilepaskan secara hati-hati agar tidak mengalir di tubuh
pasien. Pada

kasus tertentu jika gelas dibiarkan menempel dikulit dalam jangka waktu yang
lama

(10 menit atau lebih), maka dipermukaan kulit akan muncul beberapa
gelembung

seperti luka bakar. Gelembung-gelembung yang mengandung cairan limfe ini


bisa

ditusuk, sehingga cairan tersebut dapat dikeluarkan. Namun tidak dianjurkan


untuk

menghilangkan gelembung- gelembung ini, tetapi sebaiknya diperlakukan

sebagaimana luka-luka bakar ringan. Kemudian darah dibersihkan dengan tisu


atau

sapu tangan. Bagian tubuh yang disayat dibersihkan dengan pembersih seperti
madu,

minyak habbatusauda, atau alkohol. Bisa juga tempat tersebut di balut, khusus
pada
bagian telapak kaki dan pada pasien yang mengidap peyakit diabetes. Berikut

merupakan gambar titik bekam


basah,

Tahap ini dapat dilakukan berulang kali hingga tidak terdapat darah yang
keluar

atau setelah terlihat cairan kuning keluar dari titik tersebut. Perlu diperhatikan
dalam

melakukan tahap ini pembekam dianjurkan menyesuaikan dengan kondisi fisik


dan

mental pasien. Dengan demikian, praktik bekam sudah selesai di bagian tubuh

tersebut.

Setelah tahapan-tahapan ini selesai jarum atau pisau yang digunakan harus

dibuang dan tidak digunakan kembali untuk pasien lain. Selain itu gelas atau
cup

harus dibersihkan dengan air dan sabun serta dengan pembersih lainnya
seperti saflon,

ditol, ataupun alkohol. Jika terdapat darah dalam gelas, maka gelas tersebut
harus

12

dibersihkan benar-benar dengan klorin. Gelas dapat digunakan untuk satu


orang pada

hari yang sama.

Beberapa catatan yang perlu diperhatikan pada pasien bekam yaitu pada
kasus

pasien yang diketahui mengidap hepatitis, harus diperlakukan hati-hati agar


virus
yang ada pada pasien tidak berpindah ke pembekam. Oleh karena itu,
pembekam

dianjurkan menggunakan sarung tangan. Begitu pula gelas yang digunakan


pada

pasien mengidap hepatitis, disediakan gelas khusus dan tidak boleh digunakan
untuk

pasien lain. Setelah pasien hepatitis sembuh, gelas dibuang. Pada kondisi yang

berbeda yaitu ketika pasien pingsan, gelas segera dicabut, dibaringkan, dan
diberi

minuman yang mengandung


gula.

Selanjutnya pada pasien yang menderita tekanan darah rendah lebih baik

diperlakukan hati-hati dengan meminimalisasi jumlah bagian yang dibekam.


Sebelum

melakukan pembekaman pasien dianjurkan mengkonsumsi minuman manis


atau

makanan yang meningkatkan kalori. Pembekam selalu memantau tingkat

kesadarannya, agar pasien tidak pingsan karena terlalu banyak mengeluarkan


darah.

Untuk itu pembekam menghindari pembekaman di daerah punggung bagian


bawah

yaitu daerah punggung yang sejajar dengan pusar ke bawah, karena hal itu
dapat

menyebabkan turunnya tekanan darah dengan


cepat.

Kondisi tubuh pasien setelah melakukan pembekaman sebagian dapat


langsung

merasakan manfaatnya ketika pertama kali melakukan pembekaman, tetapi


sebagian

yang lain membutuhkan lebih dari sekali pembekaman. Selain itu pasien akan
merasakan naiknya suhu badan, yaitu setelah dua hari melakukan
pembekaman. Pada

pasien yang merasakan langsung manfaat dari pembekaman biasanya tidak

melakukan istirahat secara wajar atau tidak beristirahat total. Padahal pola-pola

seperti itu yang dapat menyebabkan kembalinya penyakit. Oleh karena itu
pasien

dianjurkan beristirahat selama satu atau dua hari setelah berbekam yang
disesuaikan

dengan jumlah titik yang dibekam. Kemudian pasien dianjurkan untuk tidak

melakukan hubungan seksual selama 24 jam sebelum dan setelah berbekam,


dilarang

merokok selama 48 jam, serta mengkonsumsi alkohol selama 48


jam.

13

2.3 Manfaat Bekam

Manfaat bekam kering pada tubuh yaitu meringankan rasa sakit dan
mengurangi

penumpukan darah, penyakit paru-paru yang kronis, mengobati nephritis,


mengatasi

radang pada organ bagian dalam (selaput, jantung, urat syaraf atau daerah
punggung

bawah yang mulai sejajar dari pusar ke bawah dan di sela tulang-tulang dada),

menahan derasnya haid dan hidung mimisan, mengatasi masuk angin,


pemindahan
darah dari pembuluh darah pasien dan manginjeksikannya ke otot paha, serta
khusus

bagi anak-anak atau siapa saja yang urat nadi mereka sulit
ditemukan.

Manfaat bekam basah pada tubuh diantaranya membersihkan darah dan

meningkatkan aktifitas syaraf tulang belakang, memperbaiki permeabilitas


pembuluh

darah, menghilangkan kejang-kejang, menghilangkan memar pada otot, asma,

pneumonia, dan angina pectoris, penyakit mata dan rabun, gangguan rahim
dan

berhentinya menstruasi bagi wanita, rematik, sciatica (pegal di pinggang),


encok,

gangguan tekanan darah arteriosclerosis (pengapuran pembuluh darah), sakit


bahu,

dada, dan punggung, malas, lesu, dan banyak tidur, Luka (bisul, jerawat,
gatal-gatal

pada kulit, dan luka bernanah), radang selaput jantung dan


ginjal.

2.4 Titik – Titik Bekam dan Manfaat Setiap Titik


Bekam

1. Di bagian atas kepala (ummu mughits), caranya dengan mencukur rambut


pada

bagian yang akan dibekam. Bekam di kepala sangat efektif untuk terapi
penakit

migrain, vertigo, sakit kepala menahun, darah tinggi, stroke, suka


mengantuk,

sakit gigi, sakit mata, melancarkan peredaran darah, perbaikan sistem


kekebalan

tubuh, dan lain-lain.


2. Di sekitar urat leher (al akhda’iin), titik ini untuk mengobati penyakit seperti:
sakit

kepala, wajah, kedua telinga, mata, polip (hidung) dan tenggorokan, gigi
seri

lidah, kanker darah, melancarkan peredaran


darah.

3. Di bawah kepala (An Naqrah), sekitar empat jari di bawah (tulang tengkorak

paling bawah), bermanfaat menyembuhkan radang mata (pada anak-anak),


tumor

pada telinga, berat kepala, bintik-bintik di wajah,


jerawat.

4. Daerah antara dua pundak (al kaahil), merupakan titik paling sentral untuk

mengatasi berbagai macam


penyakit.

14

5. Daerah sekitar pundak kiri dan kanan (Naa ‘is), yaitu daging lembut di
pundak

yang tegang ketika merasa takut. Bekam pada titik ini dapat bermanfaaat
untuk

menetralisir keracunan dan penyakit


liver.

6. Daerah punggung (di bawah tulang belikat), bekam di daerah ini banyak
memiliki

keistimewaan dan
kahsiatnya.

7. Daerah punggung bagian bawah dan tulang ekor untuk penyakit pegal/nyeri
di
pinggang dan wasir.

8. Pangkal telapak kaki (iltiwa’ – di bawah mata kaki) untuk penyakit nyeri di
kaki,

asam urat, kaku, dan


pegal-pegal.

9. Di tempat-tempat yang dirasakan sakit.

2.5 Kontraindikasi Titik Bekam

a. Beberapa tempat yang menjadi pusat kelenjar limpa dan getah bening
seperti di

area berikut ini :

1. Titik yang berada di leher samping dibawah


telinga

2. Titik yang berada di kedua ketiak kanan dan kiri

3. Area selakangan depan sebelah kanan dan


kiri

4. Titik tepat dibawah otak kecil diakhir tulang tengkorak


belakang

5. Area di leher depan bagian


tenggorokan

b. Tak boleh membekam pada tempurung lutut dan area dibawah / lipatan
lutu

c. Dilarang membekam pada area lubang alami tubuh seperti lubang telinga,
mulut,

hidung, mata, pusar dan


lainnya

d. Dilarang juga membekam pada area sendi besar


tubuh

e. Jangan membekam lipatan siku bagian


dalam

f. Jangan melakukan pembekaman pada area yang terdapat pembuluh darah


besar /

nadi

g. Dilarang membekam perut wanita hamil

h. Area yang sedang terluka / borok juga terlarang untuk dibekam


diatasnya

i. Dilarang membekam pada area tubuh yang terkena


infeksi

j. Area yang bengkak karena benturan dan asam urat juga terlarang untuk
dibekam

k. Pada area tubuh yang terkena tumor atau


kanker

l. Dilarang membekam pada area yang terkena


varises

15

m. Bagian tubuh yang terkena cacar air juga gak boleh di


bekam

n. Titik yang sudah pernah dibekam kecuali sudah berlalu 1


bulan

2.6 Cara Kerja Bekam Menurut Medis

Menurut kedokteran tradisional, di bawah kulit, otot, maupun fascia terdapat


suatu

poin atau titik yang mempunyai sifat istimewa. Antara poin satu dengan poin
lainnya

saling berhubungan membujur dan melintang membentuk jaring-jaring atau


jala. Jala
ini dapat disamakan dengan meridian atau habl. Dengan adanya jala ini, maka
terdapat

hubungan yang erat antara bagian dalam dengan bagian luar, antara bagian
kiri tubuh

dan bagian kanan tubuh, antara organ-organ tubuh dengan jaringan bawah
kulit,

antara organ yang satu dengan organ lainnya, antara organ dengan tangan
dan kaki,

antara organ padat dengan organ berongga, dan lain sebagainya, sehingga
membentuk

suatu kesatuan yang tak terpisahkan dan dapat bereaksi secara serentak.
Kelainan

yang terjadi pada satu poin ini dapat ditularkan dan mempengaruhi poin
lainnya. Juga

sebaliknya, pengobatan pada satu poin akan menyembuhkan poin lainnya.


Teori ini

dapat menjelaskan bahwa seseorang yang sakit matanya tidak perlu dibekam
pada

matanya, namun dapat dibekam di daerah kepala atau sekitar tengkuknya.


Atau

seseorang yang mengalami gangguan pada pencernaannya dapat terlihat


gambaran

penyakit di lidahnya. Sehingga untuk mengobati pencernaannya dapat dibekam


pada

titik poin pencernaan atau lidahnya, dan sebaliknya untuk mengobati penyakit
pada

lidah dapat dibekam di poin saluran


pencernaannya.

Penelitian terbaru di dunia kedokteran modern ternyata menemukan bahwa


poin-
poin itu adalah merupakan poin istimewa ‘motor points’ pada perlekatan

neuromuskular yang mengandung banyak mitokondria, kaya pembuluh darah,

mengandung tinggi mioglobin, sebagian besar selnya menggunakan


metabolisme

oksidatif, dan lebih banyak mengandung cell mast, kelenjar limfe, kapiler,
venula,

bundle dan pleksus saraf, serta ujung saraf akhir, dibanding dengan daerah
yang

bukan poin istimewa.

Para peneliti membuktikan bahwa apabila dilakukan pembekaman pada


satu poin,

maka kulit (kutis), jaringan bawah kulit (sub kutis) fascia dan ototnya akan
terjadi

kerusakan dari mast cell dan lain-lain. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan
beberapa

zat seperti serotonin, histamin, bradikinin, slow reacting substance (SRS), serta
zat-

16

zat lain yang belum diketahui. Zat-zat inilah yang menyebabkan terjadinya
dilatasi

kapiler dan arteriol, serta flare reaction pada daerah yang dibekam, dilatasi
kapiler

juga dapat terjadi ditempat yang jauh dari tempat


pembekaman.

Reaksi-reaksi itu menyebabkan terjadi perbaikan mikrosirkulasi pembuluh


darah

yang memicu timbulnya efek relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta
akibat
vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil. Fakta
terpenting

dari proses pembekaman pada poin istimewa – poin istimewa adalah


dilepaskannya

corticotrophin releasing factor ​(CRF), serta releasing factors lainnya oleh

adenohipofise. CRF selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya ACTH,

corticotrophin,​ dan ​corticosteroid.​ ​Corticosteroid ​ini mempunyai efek

menyembuhkan peradangan serta menstabilkan


permeabilitas sel.

Pada proses pembekaman pada poin istimewa pun didapati munculnya


golongan

histamine. Golongan histamine mempunyai manfaat dalam proses reparasi

(perbaikan) sel dan jaringan yang rusak, serta memacu pembentukan reticulo

endothelial cell, yang akan meninggikan daya resistensi (daya tahan) dan
imunitas

(kekebalan) tubuh.

Penelitian lainnya menunjukkan bahwa pembekaman di kulit akan


menstimulasi

kuat syaraf permukaan kulit yang dilanjutkan pada cornu posterior medulla
spinalis

melalui syaraf A-delta dan C, serta traktus spinothalamicus ke arah thalamus


yang

akan menghasilkan endorphin. Sedangkan sebagian rangsangan lainnya akan

diteruskan melalui serabut aferen simpatik menuju motor neuron dan


menimbulan

reflek intubasi nyeri. Efek lainnya adalah dilatasi pembuluh darah kulit, dan

peningkatan kerja jantung. Efek pembekaman masih terus berjalan sampai ke


sistem
endokrin pada sistem sentral melalui hypothalamus dan pituitary. Dua kelenjar

penting ini terangsang sehinga menghasilkan ACTH, TSH, dan FSH-LH.


Kemudian

pada sistem perifer langsung berefek pada organ untuk menghasilkan


hormone-

hormon insulin, thyroxin, adrenalin, corticotrophin, estrogen, progesterone,

testosterone. Hormone-hormon inilah yang bekerja di tempat jauh dari


pembekaman.

17

2.7 Hal – Hal Harus Diperhatikan

1. Bekam tidak dianjurkan terhadap:

a. Penderita diabetes (kencing manis) atau pendarahan, kecuali juru bekam


yang

benar-benar ahli.

b. Pasien yang fisiknya sangat lemah

c. Penderita infeksi kulit yang merata

d. Orang tua, jika mereka tidak sangat membutuhkannya, karena lemahnya


fisik

mereka

e. Anak-anak penderita dehidrasi (kekurangan cairan) (bekam


basah).

f. Penderita penyakit kanker darah


g. Penderita yang sering mengalami keguguran
kandungan

h. Penderita penyakit gila dan ketidakstabilan


emosi

i. Penderita Hepatitis A dan B apabila sedang dalam kondisi parah. Adapun


bila

kondisi sudah tidak parah atau penyakit tersebut merupakan penyakit

menahun, maka tidak mengapa untuk diobati dengan


bekam

j. Pengidap penyakit kuning karena hepatitis

k. Pasien yang melakukan cuci darah

l. Pasien yang mengalami kelainan klep jantng, kecuali di bawah


pengawasan

dokter dan orang yang benar-benar ahli


bekam

m. Wanita hamil pada 3 bulan


pertama

n. Terhadap orang yang baru memberikan donor darah kecuali setelah


berlalu

beberapa hari, tergantung kondisi kesehatannya. Demikian pula


terhadap

penderita vertigo, sampai keadaan dirinya


rileks.

o. Pada penderita dengan kelainan cairan lutut, dalam pembekaman jangan

sampai gelas bekam dipasang pada daerah yang sakit, melainkan di


sekitarnya.

p. Varises yang terjadi di betis, maka pembekaman dilakukan di kanan kiri

varises secara hati-hati

q. Pembekaman terhadap pasien yang mengidap penyakit liver (hati) harus


dilakukan secara sangat
hati-hati

r. Penyakit perdarahan atau diabetes (kencing manis) jika dilakukan

pembekaman, maka tidak dengan sayatan, melainkan dengan tusukan


ringan

dengan jarum akupuntur

18

s. Untuk penderita anemia, pembekaman dilakukan satu demi satu, sesuai

dengan kesiapan kondisi tubuhnya. Jika pasien mengalami pingsan,


maka

gelas bekam harus segera dicabut dan pasien diberi minuman yang

mengandung gula (air manis).


19
BAB III
TABEL RANGKUMAN ILMIAH
Jumlah Judul Metode
Alat ukur
sampel Rangkuman/ penelitian
penelitian
hasil penelitian
Kekurangan
EFEKTIFITAS TERAPI BEKAM / HIJAMAH DALAM MENURUNKAN NYERI KEPALA
(CEPHALGIA) 2017
Quasi experiment dengan design penelitian pre and post test without control
Menggunakan Skala Analog Visual (VAS) oleh Potter & Perry (2005).
Sampel sebanyak 30 responden, yang diperoleh dengan teknik purposive sampling.
Responden adalah laki-laki dan perempuan berusia 18-65 tahun yang mengalami nyeri
kepala
Berdasarkan hasil uji pairet t-test di dapatkan nilai ρ = 0,000 (ρ < α) yang artinya Ho
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat nyeri kepala
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapi bekam.
Level II b (hasil penelitian dengan metode quasi experiment)
Alat ukur yang digunakan hanya menggunakan visual analog, yang hanya melihat
ekspresi wajah responden saja
PENGARUH TERAPI BEKAM THIBBUN NABAWI TERHADAP KADAR KOLESTEROL,
GULA DARAH, DAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI
Quasi experiment dengan design one group pretest and post test
Sebelum melakukan terapi terlebih dahulu dilakukan pretest untuk data awal.
Selanjutnya dilakukan terapi bekam thibbun nabawi sebanyak satu
Sampel sebanyak ​15 responden. Diambil dengan metode ​non probability sampling ​dengan
teknik ​purposive sampling
Level II b (hasil penelitian dengan metode quasi experiment) ​Berdasarkan pada hasil
Jumlah p ​ engolahan data dan analisis
responden ​data dapat disimpulkan bahwa
kurang, karena ​terdapat perbedaaan tekanan
untuk ​darah sistolik dan diastolic,
penelitian ​kadar gula darah dan
experiment ​kolesterol sebelum dan setelah diberikan intervensi bekam thibbun nabawi di klinik
Crew Bekam Kediri.
dibutuhkan minimal 20-30 responden.
Dari hasil tersebut didapatkan tekanan darah rata-rata pada
20
Level of Evidence
kemudian setelah diberikan intervensi
DI KLINIK CREW BEKAM KEDIRI terjadi penurunan tekanan darah
TAHUN 2018 menjadi dan hasil posttest tekanan
kali perlakuan. Pengambilan posttest darah didapatkan sebesar 131,37/83,33
dilakukan setelah satu jam setelah mmHg.
perlakuan bekam
Kadar kolesterol dalam darah rata-rata
sebelum diberikan perlakuan adalah
237,33 mg/dL dan setelah diberi
perlakuan kadar kolesterol dalam darah
rata- rata didapatkan sebesar 217,33
mg/dL. Sehingga penurunan kadar
kolesterol rata-rata sebesar 20 mg/dL.
Artinya terapi bekam thibbunnabawi
dapat menurunkan kadar kolesterol
dalam darah.

21
kelompok ​sampel sebelum diberikan
intervensi adalah 148/92,67 mmHg,
kemudian setelah diberikan intervensi
terjadi penurunan tekanan darah
menjadi dan hasil posttest tekanan
darah didapatkan sebesar 131,37/83,33
mmHg.
kelompok ​sampel sebelum diberikan
intervensi adalah 148/92,67 mmHg,

Kadar gula dalam darah rata- rata sebelum diberi intervensi adalah 154,13 mg/dL dan
setelah diberi intervensi didapatkan

22
sebesar 137,80 mg/dL. Sehingga penurunan kadar gula dalam darah rata-rata sebesar
16,33 mg/dL. Hal tersebut membuktikan bahwa terapi bekam thibbunnabawi dapat
menurunkan kadar gula dalam darah.
KECAMATAN JELBUK JEMBER 2018
Pre experiment dengan rancangan
PENGARUH BEKAM TERHADAP
pretest- postest design.
PENURUNAN NYERI PADA KLIEN
Menggunakan instrumen Numeric
DENGAN TRAPEZIUS MYALGIA
Rating Scale (NRS). Skala nyeri yang
PADA PEKERJA ANGKUT DI
terdapat pada pada NRS terbagi
menjadi 5 skala, yaitu tidak ada nyeri
(0) nyeri ringan (1-3), nyeri sedang
(4-6), nyeri berat (7-9) dan nyeri sangat
berat (10).
Menggunakan instrumen Numeric
Rating Scale (NRS). Skala nyeri yang
terdapat pada pada NRS terbagi
menjadi 5 skala, yaitu tidak ada nyeri
(0) nyeri ringan (1-3), nyeri sedang
(4-6), nyeri berat (7-9) dan nyeri sangat
berat (10).
Jumlah sampel 15 responden. Tehnik
pengambilan sampelnya menggunakan
consecutive sampling yang memenuhi
kriteria inklusi
Jumlah sampel 15 responden. Tehnik
pengambilan sampelnya menggunakan
consecutive sampling yang memenuhi
kriteria inklusi 23
Jumlah sampel 15 responden. Tehnik Hasil yang diperoleh menunjukkan
pengambilan sampelnya menggunakan bahwa rata- rata skala nyeri di awal dan
consecutive sampling yang memenuhi akhir perlakuan bekam adalah 3.267 ±
kriteria inklusi 0.704. Hasil uji statistik didapatkan ρ
value 0,00 < 0,05 (α), artinya rerata
skala nyeri sebelum bekam berbeda
dengan setelah bekam. Nilai paired
correlation adalah senilai 84.7%, yang
artinya pengaruh bekam pada
penurunan nyeri klien trapezius myalgia
adalah 84.7% sedangkan 15.3%
sisanya dipengaruh oleh faktor yang
lain.
Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa rata- rata skala nyeri di awal dan
akhir perlakuan bekam adalah 3.267 ±
0.704. Hasil uji statistik didapatkan ρ
value 0,00 < 0,05 (α), artinya rerata
skala nyeri sebelum bekam berbeda
dengan setelah bekam. Nilai paired
correlation adalah senilai 84.7%, yang metode quasi experiment)
artinya pengaruh bekam pada Level II b (hasil penelitian dengan
penurunan nyeri klien trapezius myalgia metode quasi experiment)
adalah 84.7% sedangkan 15.3% Jumlah responden kurang, karena
sisanya dipengaruh oleh faktor yang untuk penelitian experiment dibutuhkan
lain. minimal 20-30 responden.
Hasil yang diperoleh menunjukkan Jumlah responden kurang, karena
bahwa rata- rata skala nyeri di awal dan untuk penelitian experiment dibutuhkan
akhir perlakuan bekam adalah 3.267 ± minimal 20-30 responden.
0.704. Hasil uji statistik didapatkan ρ Jumlah responden kurang, karena
value 0,00 < 0,05 (α), artinya rerata untuk penelitian experiment dibutuhkan
skala nyeri sebelum bekam berbeda minimal 20-30 responden.
dengan setelah bekam. Nilai paired Jumlah responden kurang, karena
correlation adalah senilai 84.7%, yang untuk penelitian experiment dibutuhkan
artinya pengaruh bekam pada minimal 20-30 responden.
penurunan nyeri klien trapezius myalgia Jumlah responden kurang, karena
adalah 84.7% sedangkan 15.3% untuk penelitian experiment dibutuhkan
sisanya dipengaruh oleh faktor yang minimal 20-30 responden.
lain. Jumlah responden kurang, karena
Hasil yang diperoleh menunjukkan untuk penelitian experiment dibutuhkan
bahwa rata- rata skala nyeri di awal dan minimal 20-30 responden.
akhir perlakuan bekam adalah 3.267 ±
0.704. Hasil uji statistik didapatkan ρ EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI
value 0,00 < 0,05 (α), artinya rerata BEKAM DAN TERAPI PIJAT
skala nyeri sebelum bekam berbeda REFLEKSI TERHADAP TEKANAN
dengan setelah bekam. Nilai paired DARAH PADA PENDERITA
correlation adalah senilai 84.7%, yang HIPERTENSI
artinya pengaruh bekam pada Pre-Eksperiment Design , Two group
penurunan nyeri klien trapezius myalgia Pre- Posttest Design
adalah 84.7% sedangkan 15.3% Paired Sample t-test untuk menilai
sisanya dipengaruh oleh faktor yang Tekanan Darah pre- posttest dan uji
lain. beda antara keompok bekam dan pijat
Level II b (hasil penelitian dengan refleksi menggunakan independent
metode quasi experiment) sample t-test
Level II b (hasil penelitian dengan Paired Sample t-test untuk menilai
metode quasi experiment) Tekanan Darah pre- posttest dan uji
Level II b (hasil penelitian dengan beda antara keompok bekam dan pijat
metode quasi experiment) refleksi menggunakan independent
Level II b (hasil penelitian dengan sample t-test
60 responden yang diperoleh melalui sistole.
kuota sampling selama 30 hari, sample P= 0,018 maka H0 ditolak yang artinya
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu terdapat perbedaan efektifitas untuk TD
kelompok bekam dan pijat refleksi. sistole.
Teknik pengambilan sample dengan P= 0,018 maka H0 ditolak yang artinya
metode accidental sampling. terdapat perbedaan efektifitas untuk TD
60 responden yang diperoleh melalui sistole.
kuota sampling selama 30 hari, sample
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu P= 0,978 maka H0 diterima yang
kelompok bekam dan pijat refleksi. artinya tidak ada perbedaan efektifitas
Teknik pengambilan sample dengan dalam menurunkan TD diastole
metode accidental sampling. P= 0,978 maka H0 diterima yang
60 responden yang diperoleh melalui artinya tidak ada perbedaan efektifitas
kuota sampling selama 30 hari, sample dalam menurunkan TD diastole
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu P= 0,978 maka H0 diterima yang
kelompok bekam dan pijat refleksi. artinya tidak ada perbedaan efektifitas
Teknik pengambilan sample dengan dalam menurunkan TD diastole
metode accidental sampling.
Kesimpulan : Bekam lebih efektif
menurunkan TD sistole dibandingkan
pijat refleksi.
Kesimpulan : Bekam lebih efektif
menurunkan TD sistole dibandingkan
pijat refleksi.
Level II b
Level II b
Level II b
Level II b
Level II b
(hasil penelitian dengan metode quasi
experiment)
(hasil penelitian dengan metode quasi
experiment)
24 (hasil penelitian dengan metode quasi
P= 0,018 maka H0 ditolak yang artinya experiment)
terdapat perbedaan efektifitas untuk TD (hasil penelitian dengan metode quasi
sistole. experiment)
P= 0,018 maka H0 ditolak yang artinya (hasil penelitian dengan metode quasi
terdapat perbedaan efektifitas untuk TD experiment)
(hasil penelitian dengan metode quasi dua minggu kemudian setelah bekam
experiment) dipeiksa dengan metode enzimatik
Peneliti kurang memperhatika n kolorimetrik.
faktor-faktor lain yang menyebabkan Sebelum melakukan terapi terlebih
hipertensi. dahulu dilakukan pretest untuk data
Peneliti kurang memperhatika n awal, yaitu darah vena diambil 3ml
faktor-faktor lain yang menyebabkan untuk pemeriksaan total kolesterol dan
hipertensi. dua minggu kemudian setelah bekam
Peneliti kurang memperhatika n dipeiksa dengan metode enzimatik
faktor-faktor lain yang menyebabkan kolorimetrik.
hipertensi. 11 responden dengan memenuhi kriteia
Peneliti kurang memperhatika n inklusi dan eksklusi
faktor-faktor lain yang menyebabkan 11 responden dengan memenuhi kriteia
hipertensi. inklusi dan eksklusi
Peneliti kurang memperhatika n 11 responden dengan memenuhi kriteia
faktor-faktor lain yang menyebabkan inklusi dan eksklusi
hipertensi.
Peneliti kurang memperhatika n
faktor-faktor lain yang menyebabkan
hipertensi.
Peneliti kurang memperhatika n
faktor-faktor lain yang menyebabkan
hipertensi.
Peneliti kurang memperhatika n
faktor-faktor lain yang menyebabkan
hipertensi.

PENGARUH TERAPI BEKAM


TERHADAP KADAR KOLESTEROL
TOTAL
Analitik eksperimental dan dianalisis
dengan metode uji t bepasangan untuk
melihat pebedaan kadar kolesteol total
sebelum dan sesudah terapi bekam /
pre- posttes
Sebelum melakukan terapi terlebih
dahulu dilakukan pretest untuk data
awal, yaitu darah vena diambil 3ml
untuk pemeriksaan total kolesterol dan
total sebelum dan sesuadah terapi
bekam
P = 0,000 yang artinya terdapat
pebedaan bemakna kadar kolesterol
total sebelum dan sesuadah terapi
bekam
Level II b (hasil penelitian dengan
metode quasi experiment)
Level II b (hasil penelitian dengan
metode quasi experiment)
Level II b (hasil penelitian dengan
metode quasi experiment)
Level II b (hasil penelitian dengan
metode quasi experiment)
Level II b (hasil penelitian dengan
metode quasi experiment)
Jumlah responden kurang, karena
untuk penelitian experiment dibutuhkan
minimal 20-30 responden
Jumlah responden kurang, karena
untuk penelitian experiment dibutuhkan
minimal 20-30 responden
Jumlah responden kurang, karena
25 untuk penelitian experiment dibutuhkan
P = 0,000 yang artinya terdapat minimal 20-30 responden
pebedaan bemakna kadar kolesterol Jumlah responden kurang, karena
total sebelum dan sesuadah terapi untuk penelitian experiment dibutuhkan
bekam minimal 20-30 responden
P = 0,000 yang artinya terdapat Jumlah responden kurang, karena
pebedaan bemakna kadar kolesterol untuk penelitian experiment dibutuhkan
total sebelum dan sesuadah terapi minimal 20-30 responden
bekam Jumlah responden kurang, karena
P = 0,000 yang artinya terdapat untuk penelitian experiment dibutuhkan
pebedaan bemakna kadar kolesterol minimal 20-30 responden

BAB IV

IMPLEMENTASI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN


a) Identifikasi Pasien

1. Mencatat Identitas Umum: Nama, alamat, usia, jenis kelamin,


status

2. Mencatat Identitas Keluarga: Kedudukan dan status dalam


keluarga

b) Anamnesa Pasien

1. Keluhan pasien, keluhan utama, keluhan tambahan/lain, riwayat


penyakit

2. Keluhan dari masing-masing organ tubuh

c) Pemeriksaan Fisik Pasien

1. Pemeriksaan Umum: tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, lidah, iris,


telapak

tangan, dll

2. Pengamatan, pendengaran, dan penciuman dari daerah keluhan, dan dari


masing-

masing organ

3. Perabaan sekitar keluhan dan perabaan pada sekitar organ


lain

4. Pengetukan daerah sekitar keluhan dan pada organ


lain

d) Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan khusus: iris mata (iridologi), lidah, telinga, telapak tangan


dll

2. Pemeriksaan penunjang: laboratorium, radiologi, CT-Scan, MRI


dll

e) Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut
f) Implementasi

Dx : Nyeri Akut

a. Melakukan Teknik Tarik Nafas Dalam

b. Mendengarkan Shalawat

c. Membacakan Doa Ruqyah

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmadi, A., Farhadi, K., Schwebel, D., Saeb, M., Choubsaz, M.,
Mohammadi,

R.(2009). The effectiveness of wet-cupping for nonspecific low back pain in


Iran:

A randomized Controlle d Trial. Journal of Complementary Therapies in

Medicine, 17, 9-15

2. Helma, Rismawati dkk. 2018. Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Kadar

Kolesterol Total. Jurnal Kesehatan. 7(3).


50-53

3. Indri Rachmadila, 2009. Metode Pengobatan Bekam, Jakarta: FISIP


UI

4. Nurhikmah. 2017. Efektifitas Terapi Bekam/Hijamah Dalma Menurunkna


Nyeri
Kepala (Cephalgia). Nursing Care Journal. 1(1). 28 –
31

5. Oktarina, Rohatami. 2015. Efektifitas Pemberian Terapi Bekam dan Terapi


Pijat

Refleksi Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Artikel


Publikasi

Ilmia

6. Yasin, Syihab Al-Badri. 2012. 20 Warisan Pengobatan Islami. Solo: Pustaka

Arafah

7. Yugi Hari Chandra Purnama. 2018. Pengaruh Bekam Terhadap Penurunan


Nyeri

Pada Klien Dengan Trapezius Myalgia Pada Pekerja Angkut di Kecamatan


Jelbuk

Jember. The Indonesian Journal of Health


Science
27

Anda mungkin juga menyukai