Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah IKD
Disusun Oleh :
Kelompok VII
Hadiah Endang
Nirwana B
Rina
Subekti
1. Latar Belakang
Terapi bekam telah dikenal oleh berbagai bangsa di dunia sejak ribuan
tahun lalu. Dibangunan-bangunan ibadah dinasti pharaoh (firaun) terdapat
banyak relief yang mengilustrasikan terapi bekam. Setiap bangsa memiliki
metode bekam yang berbeda-beda, sejak dulu hingga sekarang beberapa suku
menggunakan tanduk hewan sebagai alat mengisap darah, dengan cara
melubangi ujung tanduk, mengisap udara dari dalam dan menyumbatnya
dengan pasta. Mereka menyebutnya horn therapy (terapi tanduk). Bangsa
romawi dan Yunani menggunakan gelas kaca untuk praktik bekam, mereka
menyalakan api di dalam gelas yang telah diisi dengan secarik kain guna
melakukan pengisapan, (Sharaf, 2012). Di zaman Rasulullah Shallallahu‘alaihi
wa sallam bekam sudah banyak dikerjakan oleh para sahabat Radhiallahu’anhu.
Bahkan menjadi sunnah dan kebiasaan mereka. Rasulullah shallallahu‘alaihi wa
sallam selain memerintahkan lima umatnya untuk merobat dengan bekam,
juga memberikan petunjuk tentang tempat-tempat yang sangat baik untuk
dibekam. Walaupun rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bukan tabib namun
semua perbuatannya merupakan petunjuk dari allah. Rasulullah memberikan
arahan kepada umatnya untuk melakukan bekam pada titik-titik tertentu.
Beberapa titik bekam yang diajarkan rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam dan
sangat baik untuk dibekam diantaranya adalah hammah, naqroh,
qomahduwah, akhdza’ain, kahil, mankib, dziqn, udzn, tsadyu, qithon, bathn,
shodr, maq’idah, rukbah, fakhdzu, saq, rusgh, nakhid, qodam, iltiwa’, wirik, na’is
dan katifain, (Umar, 2007).
Dimasa perkembangan islam sekitar tahun 300 hijriah, di Baghdad,
bekam merupakan pengobatan paling maju disaat itu. Mereka menggunakan
bekam bersama al-kayy bakar, fashid dan bekam jubb yaitu bekam yang
khusus terbuat dari gelas kaca yang indah, pisaunya pun khusus bentuknya
kecil dan tajam. Pisau itu direbus terlebih dahulu untuk mensterilkan. Para juru
bekamnya pun bermacam-macam, dari yang belajar karna turun-temurun,
bekam jalanan, hingga ahli bekam yang berpendidikan tinggi seperti
dilembaga kedokteran tinggi Jundi Syahpur, Harran, Syam, maupun
Iskandariyah. Namun banyak yang berasal dari madrasah piqih. Karena itu
bekam dan fasshid yang dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran saat itu,
sangat berbeda dengan bekam yang dilakukan oleh para juru bekam yang
tidak berpendidikan kedokteran, (Umar, 2007.
Bekam merupakan pengobatan yang usianya kurang lebih mencapai
hitungan abad. Hingga sampai ke Indonesia, ternyata belum banyak
masyarakat yang tahu metode pengobatan ini. Sementara itu belum ada
data statistik yang menggambarkan berapa prosentase masyarakat yang
tahu dan paham tentang metode pengobatan bekam.
Bekam merupakan bagian dari teori pengobatan dengan mengeluarkan
darah (“tutoring and APA,” n.d). Pada jaman Cina kuno teknik pengobatan ini
disebut dengan pengobatan tanduk, karena tanduk digunakan sebelum adanya cup
atau gelas dari kaca maupun pelastik. Sedangkan di Eropa pada abad ke-18 lintah
digunakan sebagai alat dalam melakukan pembekaman.
Sejarah penggunaan bekam hingga saat ini masih menjadi perdebatan, mulai
dari dimana, kapan, dan bagaimana perkembangannya. Berdasarkan awal
penggunaannya Yasin (2007) menyebutkan bahwa bekam sudah digunakan oleh
kaum Nabi Luth, dengan cara dilempari batu agar darah keluar dari tubuh pasien.
Gambaran yang diberikan masih menggunakan cara-cara yang tidak manusiawi,
walaupun ketika itu metode tersebut masih dianggap wajar.
Pendapat lain menyebutkan (As sufi, 2006) bahwa bekam sudah digunakan sejak
jaman Nabi Musa, tanpa menjelaskan metode ini pertama kali ditemukan atau
sebuah metode warisan dari masa sebelumnya. Sementara itu melihat
penyebarannya hingga sampai ke indonesia (Arixs, 2005) dijelaskan bahwa bekam
dimulai pada jaman Babylonia, berkembang di cina, kemudian ke India, menyebar ke
Arab, dan sampai di Indonesia. Klaim sejarah tersebut belum jelas bukti dan
sumbernya. Hingga saat ini masih sebatas pernyataan tanpa ada bukti fisik yang
menunjang.
kembali normal
3. Tujuan Bekam
Tujuan Bekam antara lain sebagai berikut:
a. Bekam merupakan suatu pengamalan sunnah Nabi
b. Penyembuhan penyakit
c. Pencegahan penyakit
d. Memulihkan dan meningkatkan system imuniti tubuh
e. Membangkitkan saraf-saraf yang tidak aktif atau lemah
f. Mengeluarkan racun dalam darah
4. Jenis Bekam
Secara umum bekam dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu bekam kering,
bekam basah, bekam seluncur atau meluncur dan bekam tarik.
a. Bekam kering (Yasin, 2007; As sufi, 2006) yaitu bekam tanpa sayatan atau tusukan
yang mengeluarkan darah. Bekam jenis ini hanya memindahkan darah kotor yang
menyebabkan penyakit dari tempat yang berpengaruh ke tempat yang kurang
berpengaruh atau menurut pendapat lain (“tutoring and APA,” n.d) dapat diartikan
menghisap permukaan kulit dan memijat tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan
darah kotor.
Bekam kering (Fatahillah, 2006) digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada
tubuh bagian belakang. Dalam proses pembekaman, bekam kering dilakuakn
sebelum permukaan kulit disayat atau ditusuk.
Manfaat bekam kering (Yasin, 2007; Fatahillah, 2006) pada tubuh yaitu
meringankan rasa sakit dan mengurangi penumpukan darah, penyakit paru-paru
yang kronis, mengobati nephritis, mengatasi radang pada organ bagian dalam
(selaput, jantung, urat syaraf atau daerah punggung bawah yang mulai sejajar dari
pusar ke bawah dan di sela tulang-tulang dada), menahan derasnya haid dan hidung
mimisan, mengatasi masuk angin, pemindahan darah dari pembuluh darah pasien
dan manginjeksikannya ke otot paha, serta khusus bagi anak-anak atau siapa saja
yang urat nadi mereka sulit ditemukan.
b. Bekam basah (Fatahillah, 2006; As sufi, 2006,) yaitu bekam dengan sayatan atau
tusukan dengan mengeluarkan darah statis atau darah kotor. Dengan Manfaat-
manfaat (“tutoring and APA,” n.d) sebagai berikut diantaranya membersihkan darah
dan meningkatkan aktifitas syaraf tulang belakang, memperbaiki permeabilitas
pembuluh darah, menghilangkan kejang-kejang, menghilangkan memar pada otot,
asma, pneumonia, dan angina pectoris, penyakit mata dan rabun, gangguan rahim
dan berhentinya menstruasi bagi wanita, rematik, sciatica (pegal di pinggang), encok,
gangguan tekanan darah arteriosclerosis (pengapuran pembuluh darah), sakit bahu,
dada, dan punggung, malas, lesu, dan banyak tidur, Luka (bisul, jerawat, gatal-gatal
pada kulit, dan luka bernanah), radang selaput jantung dan ginjal.
b. Tahap kedua melakukan bekam kering yaitu gelas dibiarkan berada pada tubuh
selama 3-5 menit, setelah itu di cabut. Manfaat dari tahap ini yaitu untuk
memindahkan berbagai unsur kotor pada bagian-bagian penting di dalam tubuh
(seperti persendian) ke bagian-bagian yang kurang penting (seperti permukaan
kulit). Pada bagian ini merupakan bagian anestesi atau membuat kebal titik tertentu
yang selanjutnya dilakukan penyayatan atau tusukan, sehingga ketika penyayatan
atau tusukan dilakukan pasien tidak merasakan sakit. Berikut gambar setelah
menentukan titik pada tubuh kemudian dilakuakan bekam kering dan beberapa titik
bekam kering pada tubuh,
Tahap ini dapat dilakukan berulang kali hingga tidak terdapat darah yang keluar
atau setelah terlihat cairan kuning keluar dari titik tersebut. Perlu diperhatikan dalam
melakukan tahap ini pembekam dianjurkan menyesuaikan dengan kondisi fisik dan
mental pasien. Dengan demikian, praktik bekam sudah selesai di bagian tubuh
tersebut.
e. Setelah tahapan-tahapan ini selesai jarum atau pisau yang digunakan harus dibuang
dan tidak digunakan kembali untuk pasien lain. Selain itu gelas atau cup harus
dibersihkan dengan air dan sabun serta dengan pembersih lainnya seperti saflon,
ditol, ataupun alkohol. Jika terdapat darah dalam gelas, maka gelas tersebut harus
dibersihkan benar-benar dengan klorin. Gelas dapat digunakan untuk satu orang
pada hari yang sama.
b. Pendidik
Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatan mereka
melalui penyediaan pengetahuan berhubungan dengan keperawatan dan
tindakan medis yang diterima bahwa klien / keluarga dapat menerima tanggung
jawab untuk hal-hal yang diketahuinya.Sebagai pendidik, perawat juga dapat
memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok-kelompok keluarga
beresiko tinggi, pekerja kesehatan dan lainnya on.Suitable penerapan terapi
bekam, peran perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada klien
tentang manfaat yang diperoleh dari terapi bekam, dan masalah kesehatan yang
dapat diatasi dengan menggunakan terapi bekam.
c. Konselor
Memberikan konseling / bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat
tentang masalah kesehatan sesuai prioritas.Konseling diberikan kepada individu /
keluarga dalam pengalaman kesehatan mengintegrasikan dengan pengalaman
masa lalu, pemecahan masalah terfokus pada masalah keperawatan, mengubah
perilaku terhadap perilaku yang terkait dengan sehat.Jika peran perawat dalam
menerapkan terapi bekam pada urutan masyarakat, perawat dapat memberikan
bimbingan kepada klien pada masalah kesehatan prioritas berpengalaman dan
mengubah perilaku klien terhadap pengalaman yang lebih baik dari kesehatan
sebelum melakukan kenseling pada terapi komplementer yang dapat diberikan
kepada pasien sebagai terapi memar.
d. Collabolator
Perawat bekerja dengan tim kesehatan dan keluarga berencana lainnya dalam
menentukan dan melaksanakan asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
klien serta dalam terapi bekam yang perawat memberikan. Penerapan klien,
perawat juga dapat bekerja dengan profesional kesehatan lainnya seperti dikter,
farmasi, ahli gizi untuk memaksimalkan kesehatan klien.
1. https://www.scribd.com/document/329888106/Bekam
2. Fatonah, S., Rihiantoro, T., Irawan, H., Ari, S., & Nurdiantini, I., Prastiwi, S., &
Nurmaningsari, T. (2012). Nursing News Volume 1, Nomor 2, 2016. Journal
3. http://puteribungsu.blogspot.com/2014/10/terapi-bekam-dalam-dunia-
kesehatan.html
4. http://keperawatanupi2016.blogspot.com/2016/12/terapi-bekam_24.html
5. https://www.scribd.com/document/331246231/indikasi-kontraindikasi-bekam