Anda di halaman 1dari 15

INFEKSI NOSOKOMIAL

VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP)

Disusun Oleh :
LAILA THORIQ 18613184
NILA ZAHROTUL AWALIYAH 18613166
HERLINDA AFRILIANA 18613151
DEVI OCTAVIA 18613150

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2019
INFEKSI NOSOKOMIAL
VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP)

Disusun Oleh :
LAILA THORIQ 18613184
NILA ZAHROTUL AWALIYAH 18613166
HERLINDA AFRILIANA 18613151
DEVI OCTAVIA 18613150

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2019
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................
Kata Pengantar....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................................
D. Manfaat .........................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
A. Pengertian VAP .............................................................................................
B. Penyebab VAP ...............................................................................................
C. Epidemologi ...................................................................................................
D. Patogenensis VAP..........................................................................................
E. Faktor Resiko VAP .......................................................................................
F. Pencegahan VAP ...........................................................................................
G. Pengobatan VAP ...........................................................................................
BAB III PENUTUP .............................................................................................
A. KESIMPULAN ..............................................................................................
B. SARAN ...........................................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat, taufik serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah untuk memenuhi tugas Manajemen Patient Safety dengan tepat waktu.
Dalam makalah ini kami membahas tentang salah satu infeksi nosokomial yaitu
Ventilator Associated Pnemonia (VAP). Dengan dibuatnya makalah ini kami
selaku penyusun dan penulis berharap pembaca bisa menambah pengetahuan
tentang infeksi yang didapatkan ketika di rumah sakit yaitu infeksi nososkomial
VAP.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sangat kami harapkan untuk memperbaiki penyusunan makalah
selanjutnya.

Ponorogo, 23 Agustus 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ventilasi mekanik ( ventilator ) memegang peranan penting bagi dunia
keperawatan kritis dimana peranya sebagai pengganti bagi fungsi fentilasi
bagi pasien dengan gangguan fungsi respiratorik.
Ventilator merupakan alat bantu pernapasan bertekanan negatif atau
positif yang menghasilkan udara terkontrol pada jalan nafas sehingga pasien
mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam janhgka
waktu lama. Dimana tujuan dari pemasangan ventilator tersebut adalah
mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal untuk memenuhi
kebutuhan metabolik pasien, memperbaiki hipoksia dan memaksimalkan
transport oksigen.
Dua cara dalam menggunbakan ventilasi mekanik yaitu secara invasif
dan non invasif. Pemakaian secara invasif dengan menggunakan pipa endo
Trackeal Tube ( ETT ) akan menekan sistem pertahanan host, menyebabkan
trauma dan inflamasi lokal, sehingga meningkatkan kemungkinan aspirasi
patogen nasokomial dari oropharing disekitar cuff. Pemakaian secara non
invasif dengan menggunakan masker, penggunaan ventilator non invasif ini
di ICU jarang ditemukan, karenaa tidak adeknya adekuat oksigen yang masuk
ke dalam paru - paru, kecenderungan oksigen masuk kedalam abdomen,
maka dari itu pemakaian ventilator non invasif jarang sekali digunakan.
VAP adalah jenis infeksi paru – paru yang terjadi pada orang - orang
yang terpasang mesin pernafasan ( Ventilator ). Dirumah sakit lebih dari 48
jam. VAP adalah infeksi yang biasa ditemui dalam situasi perawatan kritis.
VAP dikaitkan dengan morbilitas dan mortalitas yang tinggi berkepanjangan
di ICU serta yang tinggal di rumah sakit tingkat keseluruhan VAP di rumah
sakit pada tahun 2003-2010 adalah 13,6. Ringkasan laporan pada Indonesia
meningkat sebesar 27%. Pentingnya masalah ini tercermin pada tingginya
insiden VAP antara infeksi yang paling umum di ICU. Biaya pengobatan
yang tinggi dengan jumlah hari yang dirawat lebih besar di ICU durasi yang
lebih lama dari mekanis dan kematian akan lebih meningkat.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi VAP adalah dengan
VAP bundle. VAP bundle di gambarkan sebagai sekelompok intervensi
berbasis untuk mencegah VAP. Pentingnya bundle adalah pencegahan infeksi
nosokomial VAP dapat mengurangi 10 kali lipat dan meningkatkan hasil
pasien terkait keselamatan dan kualitas pelayanan. Dengan seringnya
intervensi keperawatan yang diilakukan oleh petugas merawat, berakibat
terjadinya penyebaran organisme dari klien ke klien lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertia dari VAP ?
2. Apa penyebab dari VAP ?
3. Bagaimana proses perkembangan VAP ?
4. Bagaimana patogenesis VAP ?
5. Apa faktor resiko VAP ?
6. Apa pencegahan VAP ?
7. Bagaimana pengobatan VAP ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Secara umum untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan
penerapan VAP.
2. Tujuan Khusus
a) Mendapatkan gambaran pengetahuan perawat dalam perawatan ventilasi
mekanik.
b) Mendapatkan gambaran perawat dalam penerapan VAP.
c) Menganalisa hubungan pengetahuan perawat dalam penerapan VAP.
D. MANFAAT PENULISAN
a) Instansi Rumah Sakit
Dapat memberikan masukan kepada rumah sakit dalam membuat progaam
kerja terutama dalam bidang pelatihan – pelatihan khuisus untuk tenaga
keperawatan, dan melengkapi segala sarana dan prasarana yang berkaitan
dalam melaksanakan ontervensi keperawatan.
b) Institusi pendidikan
Bahan masukan bagi institusi pendidikan mengenai pengetahuan perawatan
dalam perawatan ventilasi mekanik.
c) Perawat
Sebagai evaluasi bagi perawat untuk melakukaan evaluasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN VAP
Ventilator Associated Pnemonia (VAP) adalah pnemonia nosokomial
yang terjadi setelah 48 jam pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik
baik itu melalui pipa endrotrakeal maupun pipa trakeostomi. VAP
didefinisikan sebagai pnemonia yang didapat oleh pasien-pasien yang
memakai ventilator mekanik selama > 2 hari terhitung sejak hari pertama
pemasangan ventilator, dimana ventilator tersebut masih dalam keadaan
terpasang sehari sebelum atau tepat pada hari pasien tersebut mendapta
ventilator, hari penerimaan pasien tersebut terhitung sebagai hari pertama.
American College of Chest Physicians mendefinikasikan VAP sebagai
pnemonia yang terjadi 48-72 jam setealh pemasangan ventilator yang ditandai
dengan adanya infiltrat baru atau infiltrat yang progesif, tanda-tanda infeksi
sistemik (demam dan tingginya white blood cell count), perubahan
karakteristik sputum dan adanya agen penyebab yang dapat terdeteksi.
VAP diabgia menjadi early onset (awitan dini) yang terjadi dalam 96
jam pertama setelah pemasangan ventilasi mekanis dan late onset (awitan
lambat) yan gterjadi lebih dari 96 jam setelah pemasangan ventilasi mekanis.
B. PENYEBAB VAP
Sebagian besar kasus VAP disebabkan oleh patogen yang normalnya
terdapat di orofaring dan saluran cerna, atau yang didapat dari petugas medis
yanag berasal dari lingkungan atau dari pasien-pasien lain.
Beberapa mikroorganisme penyebab VAP yang umum diketahui :
- Taphylococcus aureus - Klebsiella sp
- Streptococcus pnemoniar - Pseudomonas aeruginosa
- Haemophilus influenzae - Acinetobacter calcoaceticus
- Escherechia coli - Acinetobacter baumanni
Bakteri-bakteri penyebab early onset VAP biasanya merupakan bakteri
yang relatif lebih peka terhadap antibiotik, sedangkan late onset VAP biasanya
disebabkan oleh bakter-bakteri multi drug resisant (MDR) sehingga early
onset VAP biasanya memiliki prognosis yang lebih baik daripada onset VAP
(American Thoracic Society). atau yang perrnah mempunyai riwatar inap
dalam 90 hari sebelumnya beresiko lebih tinggi untuk terinfeksi patogen NDR
dan harus dikelola sebagai VAP awitan lambat ( perhimpunan dokter
imtensive care indonesia).
C. EPIDEMOLOGI
VAP merupakan infeksi nosokomial tersering kedua di ICU dan
merupakan infeksi tersering pada pasien- pasien yang menggunakan ventilator.
Sekitar 86 % pnemonia nosokomial berkaitan dengan ventilator yamg sering
disebut dengan VAP. 22,8 % meninggal di rumah sakit. Pasien yang menderita
VAP pada umunya cenderung lebih lama di rawat di ICU. Pasien yang tidak
menderita VAP rata – rata bertahan di icu sekitar 1 – 11 hari. Sedangkap pasien
yang menderita VAP rata – rata 1- 23 hari.
D. PATOGENESIS
Ada empat rute masuknya patogen tersebut masuknya ke dalam saluran
nafasbagian bawah :
1. Aspirasi patogen orofaring atau tumpahnya sekret yang mengandung
bakteri di sekitar cuff pipa endotrakeal, merupakan rute utama masuknya
bakteri kedalam saluran nafas bawah danm didapati terbanyak pada kasus
– kasus tertentu seperti kasus neurologis dan usia lanjut.
2. Inhalasi atau inokulasi patogen langsung ke dalam saluran nafas bawah,
misalnya kontaminasi pada alat alat bantu nafas yang digunakan pasien.
3. Hematogenik, misalnya memalalui kateter intravena yang terinfeksi
4. Penyebaran langsung melalui lumentraktus gastrointestinalis, namun ini
jarang terjadi.
E. FAKTOR RESIKO

Faktor resiko pada pneumonia sangat banyak dibagi menjadi 2 bagian :

1) Faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh


Pernyataan kronik ( misalnya penyakit jantung, PPDK, diabetes,
alkoholisme, azotemia). Perawatan di rumah sakit yang lama. Koma
pemakaian obat tidur, perokok, intubasi endotrakeal, malnutrisi, umur
lanjut, pengobatan steroid, pengobatan antibiotik, waktu operasi yang
lama, sepsis, syok hemoragik, infeksi berat di luar paru dan cidera paru
akut ( acute lung injury ) serta bronkiektasis.
2) Faktor eksogen adalah :
a. Pembedahan
Besar resiko kejadian pneumonia nosokomial tergantung pada jenis
pembedahan, yaitu torakotomi ( 40 % ). Operasi abdomen atas ( 17 % )
dan operasi abdomen bawah ( 5% ).
b. Penggunaan antibiotik :
Antibiotik dapat memfasilitasi kejadian kolonisasi, terutama antibiotik
yang aktifv terhadap streptococcus di orofaring dan bakteri anaerob di
saluran pencernaan. Sebagai contoh, pemberian antibiotik golongan
penisilin mempengaruhi flora normal di orofaring dan saluran pencernaan.
Sebagaimana diketahui streptococcus merupakan flora normal di orofaring
melepaskan bakterocins yang menghambat pertumbuhan bakteri gram
negatif. Pemberian penisilin dosis tinmggi akan menurunkan sejuimlah
bakteri gram positif dan meningkatkan koloinisasi bakteri gram di
orofaring.
c. Peralatan terapi pernafasan
Konstaminasi pada peralatan ini, terutama oleh bakteri pseudomonas
aeruginosa dan bakteri gram negatif lainnya sering terjadi.
d. Pemasangan pipa / selang mastrogastrik, pemberian antasit dan
alimentasi enteral.
Pada individu sehat, jarang dijumpai bakteri gram negatif dilambung
karena asam lambung dengan ph <3 mampui dengan cepat membunuh
bakterti yang tertelan. Pemberian antasid/penyekat H2 yang
mempertahankan pH> 4 menyebabkan peningkatan kolonisasi bakteri
gram negatif aerobig di lambung, sedangkan larutan enteral mempunyai
pH netral 6,4 – 7,0.
e. Lingkungan rumah sakit
 Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan prosedur
 Penatalaksanaan dan pemakaian alat – alat yang tidak sesuai prosedur
seperti alat bantu nafas, serlang makanan, selang infus dan kateter.
 Pasien dengan kuman MDR tidak dirawat diruang isolasi
F. PENCEGAHAN VAP
Intervensi keperawatan banyak berperan dalam pencegahan kejadian VAP,
diantaranya :
a.Tindakana pencegahan kolonisasi bakteri di orofaring dan saluran
pencernaan. Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan diantaranya :
 Mencuci tangan
 Selalu mencuci tangan selama 10 detik harus dilakukan sebelum dan
setelah kontak dengan pasien. Selain itu, sarung tangan harus dipakai
bila kontak dengan atau endotrakeal sekresi oral.
 Sunction
Sunction endotrakeal merupakan prosedur penting dan sering dialkukan
untuk pasien yang membutuhkan ventilasi mekanis. Prosedur ini
diakukan untuk mempertahankan potensial jalan nafas, memudahkan
penghilangan sekret jalan nanfa, merangsang batuk dalam, dan
mencegah terjadinya pneumonia.
 Oral Dekontaminasi
Oral dekontaminasi atau perawatan mulut juga merupakan salah satu
tinfakan mengurangi jumlah bakteri dalam rongga mulut pasien yang
dapat dilakukan dengan intervensi mekanis dan farmakologis.
Intervendi mekanik termasuk manyikat gigi dan pembilaan dari rongga
mulut untuk menghilangkan plak gigi.Adapun intervensi farmakologis
melibatkan pengguanaan antimikroba. Penggunaan antibiotik
profilaksis sitemik tidak menurunkan kejadian VAP dan ketika agen-
agen yang digunakan tidak tepat, dapt mengembangkan resistensi
antibiotik.
 Perubahan posisi tidur
Rutin mengubah pasien minimal setiap dua jam dapat meningkatkan
drainase paru dan menurunkan resiko VAP. Penggunaan tempat tidru
mamapu rotasi lateral terus menerus dapat menururnkan kejadian
pneumonia tetapi tidak menruurnkan angka kematian atau durasi
ventilasi mekanis.
b.Tindakan pencegahan untuk mencegah aspirasi ke paru-paru. Selain strategi
utnuk mencegah kolonisasi, strategi untuk mencegah aspirasi juga dapat
digunakan untuk mengurangi resiko VAP.
Strategi tersebut meliputi :
 Menyapih dan ekstubasi dini
Karena adanya suatu sekang endotrakeal merupakan presdiposisi pasien
Vap, oleh karena itu pasien harus diobservasi setiap hari. Jika
memungkinkan menyapih dan ekstubasi lebih dini dari ventilasi
mekanis lebih dianjurkan.
 Posisi Semi Fowler
Memberikan psosisi [asien dalam posisi semiflower dengan kepala
tempat tidur ditinggilan 30o sampai 45o mencegah refleks dan aspirasu
bakteri dari lambung ke dalam saluran nafas. Cukup mengangkat kepala
30otempat tidur dapat menurunkan VAP sebesar 34%.
G.PENGOBATAN VAP
Beberapa pedoman dalam pengobatan pneumonia nosokomial :
1. Semua terapi awal antibuiotik adalah empirik dengan pilihan antibiotik yang
harus mampu mencakup sekurng-kurangnya 90% dari patogen yang
mungkin sebagai penyebab, perhitungan pasa resistensi setempat.
2. Terapi awal anatibuotik secara empiris pada kasus yang berat dibutuhkan
doisi dengan cara pemeberian yang adekuat untuk menjamin efektivitas
yang maksimal. Pemberian terapi empiris harus intravena dengan suli terapi
pada pasien yan g terseleksi, dengan respon klinis dan fungsi saluran cerna
yang baik.
3. Pemberian antibiotik secara de-eskalasi harus dipertimbangkan setelah ada
hasil kultur yang berasala dari slauran nafas bawah dan ada perbaikan
respons klinis.
4. Kombinasi antibiotik diberikan pada pasuen dengan kemungkinan terinfeksi
kuman MDR.
5. Jangan mengganti antibiotik sebelin 72 jam, kecuali jika keadaan klinis
memburuk.
6. Data mikroba dan sesitive dapat digunakan untuk mengubah pilihan e,pirik
apabila respons klinis awal tidak memuaskan. Modifikasi pemberian
antibiotik berdasarkan data mikrobial dan uji kepekaan tidak akan
mengubah mortalitas apabila terapi empirik telah memebrikan hasil
memuaskan.
Prinsip pemilihan terapi VAP yang eat adalah pengetahuan tentang organisme
yang mungkin menyebakan Vap, pola kepekaan lokaal pada ICU,
rejimenantibiotik yang rtasional, dan ke3mampuan untuk menentukan kapan
antibiotik harus dilanjutkan atau dihentikan. Terapi efektif yang dilakukan
secara cepat (awal) dapat menurunkan angka mortalitas.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah pneumonia yang terjadi
lebih dari 48 jam setelah pemasangan intubasi endotrakeal. Patogen penyebab
pneumonia nosokomial berbeda dengan pneumonia komuniti. Pneumonia
nosokomial dapat disebabkan oleh kuman bukan multi drug resistance (MDR)
misalnya S.pneumoniae, H. Influenzae, Methicillin Sensitive Staphylococcus
aureus (MSSA) dan kuman MDR misalnya Pseudomonas aeruginosa,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter spp dan Gram positif
seperti Methicillin Resistance Staphylococcus aureus (MRSA). Pneumonia
nosokomial yang disebabkan jamur, kuman anaerob dan virus jarang terjadi.
Bahan pemeriksaan untuk menentukan bakteri penyebab dapat diambil dari
dahak, darah, cara invasif misalnya bilasan bronkus, sikatan bronkus, biopsi
aspirasi transtorakal dan biopsi aspirasi transtrakea.
B.SARAN
Ada beberapa faktor resio terjadinya infeksi nosolomial VAP di antaranya
petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan prosedur,
penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur, seperti
alat bantu napas, selang makanan, selang infus, kateter dll, pasien dengan
kuman MDR tidak dirawat di ruang isolasi. Dengan demikian setiap Rumah
Sakit harus menerapkan Management Patient Safety dengan baik, sehingga
penyebaran infeksi nosokomial dapat di minimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.klikpdpi.com/konsensus/pnesokomial/pnenosokomial.html

http://scholar.unand.ac.id/5319/2/9.BAB%201.pdf

http://www.klikpdpi.com/konsensus/pnenosokomial/pnenosokomial.html

Anda mungkin juga menyukai