Disusun Oleh :
LAILA THORIQ 18613184
NILA ZAHROTUL AWALIYAH 18613166
HERLINDA AFRILIANA 18613151
DEVI OCTAVIA 18613150
Disusun Oleh :
LAILA THORIQ 18613184
NILA ZAHROTUL AWALIYAH 18613166
HERLINDA AFRILIANA 18613151
DEVI OCTAVIA 18613150
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ventilasi mekanik ( ventilator ) memegang peranan penting bagi dunia
keperawatan kritis dimana peranya sebagai pengganti bagi fungsi fentilasi
bagi pasien dengan gangguan fungsi respiratorik.
Ventilator merupakan alat bantu pernapasan bertekanan negatif atau
positif yang menghasilkan udara terkontrol pada jalan nafas sehingga pasien
mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam janhgka
waktu lama. Dimana tujuan dari pemasangan ventilator tersebut adalah
mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal untuk memenuhi
kebutuhan metabolik pasien, memperbaiki hipoksia dan memaksimalkan
transport oksigen.
Dua cara dalam menggunbakan ventilasi mekanik yaitu secara invasif
dan non invasif. Pemakaian secara invasif dengan menggunakan pipa endo
Trackeal Tube ( ETT ) akan menekan sistem pertahanan host, menyebabkan
trauma dan inflamasi lokal, sehingga meningkatkan kemungkinan aspirasi
patogen nasokomial dari oropharing disekitar cuff. Pemakaian secara non
invasif dengan menggunakan masker, penggunaan ventilator non invasif ini
di ICU jarang ditemukan, karenaa tidak adeknya adekuat oksigen yang masuk
ke dalam paru - paru, kecenderungan oksigen masuk kedalam abdomen,
maka dari itu pemakaian ventilator non invasif jarang sekali digunakan.
VAP adalah jenis infeksi paru – paru yang terjadi pada orang - orang
yang terpasang mesin pernafasan ( Ventilator ). Dirumah sakit lebih dari 48
jam. VAP adalah infeksi yang biasa ditemui dalam situasi perawatan kritis.
VAP dikaitkan dengan morbilitas dan mortalitas yang tinggi berkepanjangan
di ICU serta yang tinggal di rumah sakit tingkat keseluruhan VAP di rumah
sakit pada tahun 2003-2010 adalah 13,6. Ringkasan laporan pada Indonesia
meningkat sebesar 27%. Pentingnya masalah ini tercermin pada tingginya
insiden VAP antara infeksi yang paling umum di ICU. Biaya pengobatan
yang tinggi dengan jumlah hari yang dirawat lebih besar di ICU durasi yang
lebih lama dari mekanis dan kematian akan lebih meningkat.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi VAP adalah dengan
VAP bundle. VAP bundle di gambarkan sebagai sekelompok intervensi
berbasis untuk mencegah VAP. Pentingnya bundle adalah pencegahan infeksi
nosokomial VAP dapat mengurangi 10 kali lipat dan meningkatkan hasil
pasien terkait keselamatan dan kualitas pelayanan. Dengan seringnya
intervensi keperawatan yang diilakukan oleh petugas merawat, berakibat
terjadinya penyebaran organisme dari klien ke klien lainnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertia dari VAP ?
2. Apa penyebab dari VAP ?
3. Bagaimana proses perkembangan VAP ?
4. Bagaimana patogenesis VAP ?
5. Apa faktor resiko VAP ?
6. Apa pencegahan VAP ?
7. Bagaimana pengobatan VAP ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Secara umum untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan
penerapan VAP.
2. Tujuan Khusus
a) Mendapatkan gambaran pengetahuan perawat dalam perawatan ventilasi
mekanik.
b) Mendapatkan gambaran perawat dalam penerapan VAP.
c) Menganalisa hubungan pengetahuan perawat dalam penerapan VAP.
D. MANFAAT PENULISAN
a) Instansi Rumah Sakit
Dapat memberikan masukan kepada rumah sakit dalam membuat progaam
kerja terutama dalam bidang pelatihan – pelatihan khuisus untuk tenaga
keperawatan, dan melengkapi segala sarana dan prasarana yang berkaitan
dalam melaksanakan ontervensi keperawatan.
b) Institusi pendidikan
Bahan masukan bagi institusi pendidikan mengenai pengetahuan perawatan
dalam perawatan ventilasi mekanik.
c) Perawat
Sebagai evaluasi bagi perawat untuk melakukaan evaluasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN VAP
Ventilator Associated Pnemonia (VAP) adalah pnemonia nosokomial
yang terjadi setelah 48 jam pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik
baik itu melalui pipa endrotrakeal maupun pipa trakeostomi. VAP
didefinisikan sebagai pnemonia yang didapat oleh pasien-pasien yang
memakai ventilator mekanik selama > 2 hari terhitung sejak hari pertama
pemasangan ventilator, dimana ventilator tersebut masih dalam keadaan
terpasang sehari sebelum atau tepat pada hari pasien tersebut mendapta
ventilator, hari penerimaan pasien tersebut terhitung sebagai hari pertama.
American College of Chest Physicians mendefinikasikan VAP sebagai
pnemonia yang terjadi 48-72 jam setealh pemasangan ventilator yang ditandai
dengan adanya infiltrat baru atau infiltrat yang progesif, tanda-tanda infeksi
sistemik (demam dan tingginya white blood cell count), perubahan
karakteristik sputum dan adanya agen penyebab yang dapat terdeteksi.
VAP diabgia menjadi early onset (awitan dini) yang terjadi dalam 96
jam pertama setelah pemasangan ventilasi mekanis dan late onset (awitan
lambat) yan gterjadi lebih dari 96 jam setelah pemasangan ventilasi mekanis.
B. PENYEBAB VAP
Sebagian besar kasus VAP disebabkan oleh patogen yang normalnya
terdapat di orofaring dan saluran cerna, atau yang didapat dari petugas medis
yanag berasal dari lingkungan atau dari pasien-pasien lain.
Beberapa mikroorganisme penyebab VAP yang umum diketahui :
- Taphylococcus aureus - Klebsiella sp
- Streptococcus pnemoniar - Pseudomonas aeruginosa
- Haemophilus influenzae - Acinetobacter calcoaceticus
- Escherechia coli - Acinetobacter baumanni
Bakteri-bakteri penyebab early onset VAP biasanya merupakan bakteri
yang relatif lebih peka terhadap antibiotik, sedangkan late onset VAP biasanya
disebabkan oleh bakter-bakteri multi drug resisant (MDR) sehingga early
onset VAP biasanya memiliki prognosis yang lebih baik daripada onset VAP
(American Thoracic Society). atau yang perrnah mempunyai riwatar inap
dalam 90 hari sebelumnya beresiko lebih tinggi untuk terinfeksi patogen NDR
dan harus dikelola sebagai VAP awitan lambat ( perhimpunan dokter
imtensive care indonesia).
C. EPIDEMOLOGI
VAP merupakan infeksi nosokomial tersering kedua di ICU dan
merupakan infeksi tersering pada pasien- pasien yang menggunakan ventilator.
Sekitar 86 % pnemonia nosokomial berkaitan dengan ventilator yamg sering
disebut dengan VAP. 22,8 % meninggal di rumah sakit. Pasien yang menderita
VAP pada umunya cenderung lebih lama di rawat di ICU. Pasien yang tidak
menderita VAP rata – rata bertahan di icu sekitar 1 – 11 hari. Sedangkap pasien
yang menderita VAP rata – rata 1- 23 hari.
D. PATOGENESIS
Ada empat rute masuknya patogen tersebut masuknya ke dalam saluran
nafasbagian bawah :
1. Aspirasi patogen orofaring atau tumpahnya sekret yang mengandung
bakteri di sekitar cuff pipa endotrakeal, merupakan rute utama masuknya
bakteri kedalam saluran nafas bawah danm didapati terbanyak pada kasus
– kasus tertentu seperti kasus neurologis dan usia lanjut.
2. Inhalasi atau inokulasi patogen langsung ke dalam saluran nafas bawah,
misalnya kontaminasi pada alat alat bantu nafas yang digunakan pasien.
3. Hematogenik, misalnya memalalui kateter intravena yang terinfeksi
4. Penyebaran langsung melalui lumentraktus gastrointestinalis, namun ini
jarang terjadi.
E. FAKTOR RESIKO
http://scholar.unand.ac.id/5319/2/9.BAB%201.pdf
http://www.klikpdpi.com/konsensus/pnenosokomial/pnenosokomial.html