Anda di halaman 1dari 62

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH TERAPI BERMAIN BONEKA DENGAN KECEMASAN


PADA ANAK HOSPITALISASI USIA 3-5 TAHUN DI RUANG
MAWAR RSUD KOTA KENDARI

OLEH:
NUR WAHIDA
S.0018.P.025

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA KESEHATAN
KENDARI 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Proposal : Pengaruh Terapi Bermain Boneka dengan


Kecemasan pada Anak Hospitalisasi Usia 3-5 Tahun
Di Ruang Mawar RSUD Kota Kendari
Nama Mahasiswa : Nur Wahida
NIM : S.0018.P.025
Program Studi : S1 Keperawatan
Telah disetujui dan memenuhi syarat untuk dipertahankan dalam ujian
proposal.

Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

I Wayan Romantika, S.Kep., Ns., M.Kep Siti Umrana, S.Kep., Ns., M.Kes
NIDN 0920029101 NIDN 0905128204

Mengetahui,

Ketua
Program Studi S1 Keperawatan

Narmawan, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN 0910038705

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan tangan di bawah ini:

Nama : Nur Wahida

Nim : S.0018.P.025

Program studi : S1 keperawatan

Judul : Pengaruh Terapi Bermain Boneka dengan

Kecemasan pada Anak Hospitalisasi Usia 3-5

Tahun Di Ruang Mawar RSUD Kota Kendari

Menyatakan bahwa proposal penelitian ini adalah hasil karya saya sendiri

dan belum perna diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana baik pada program

sarjana S1 Keperawatan STIKes Karya Kesehatan maupun pada perguruan

tinggi lainnya.

Hasil penelitian ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah yang disebutkan menurut daftar rujukan.

Demikian penelitian ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada paksaan

dari pihak manapun.

Kendari, 01 Maret 2022


Yang membuat pernyataan,

Nur Wahida

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian dengan

judul “Pengaruh Terapi Bermain Boneka dengan Kecemasan pada Anak

Hospitalisasi Usia 3-5 Tahun Di Ruang Mawar RSUD Kota Kendari” tepat pada

waktunya, guna sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka

menyelesaikan kuliah Program Sarjana Keperawatan STIKes Karya Kesehatan.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimah kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada kedua orang tua dan kedua saudara

saya. Ucap terima kasih juga saya berikan kepada bapak I Wayan Romantika,

S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing I dan Ibu Siti Umrana, S.Kep., Ns.,

M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan

saran sehingga terselesaikannya Proposal Penelitian.

Terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan pula kepada yang

terhormat:

1. Ibu Dr. Tuti Dharmawati, SE.,M.Si.,AK.,Qia.,C.A, selaku Ketua Badan

Pembina Yayasan Karya Kesehatan.

2. Bapak Dr. Muh. Syaiful Saehu, ST.,M.Si selaku Ketua STIKes Karya

Kesehatan.

3. Bapak Tahiruddin S.kep, MSc selaku Wakil Ketua I STIKes Karya

Kesehatan.

4. Bapak Muhaimin Saranani, S.Kep,. Ns., M.Sc selaku Wakil Ketua II STIKes

Karya Kesehatan.

5. Ibu Risnawati, SKM., M.Kes selaku wakil ketua III STIKes Karya Kesehatan.

iv
6. Ibu Narmawan, s.Kep., Ns., M.kep selaku Ketua Program Studi Sarjana

Keperawatan.

7. Seluruh dosen jurusan S1 Keperawatan STIKes Karya Kesehatan Kendari

yang telah memberikan ilmunya kepada saya.

8. Seluruh teman-teman yang telah memberikan support atau dukungan

kepada penulis.

Saya menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangannya baik isi

maupun susunanya. Semoga proposal ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi

saya tapi juga bagi pembaca.

Kendari, 01 Maret 2022

Penulis, Nur Wahida

v
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN..........................................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................vii
DAFTAR TABEL........................................................................................................ viii
DAFTAR BAGAN.....................................................................................................viiix
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................4
1.4 Maanfaat.....................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................6
2.1 Tinjauan Teori............................................................................................................6
2.2 Penelitian Terdahulu...............................................................................................25
2.3 Kerangka Teori.........................................................................................................28
2.4 Kerangka Konsep....................................................................................................29
2.5 Hipotessis.................................................................................................................29
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................29
3.1 Desain Penelitian.....................................................................................................29
3.2 Lokasi Dan Waktu....................................................................................................29
3.3 Populasi dan Sampel..............................................................................................30
3.4 Variabel Penelitian...................................................................................................31
3.5 Defenisi Oprasional Variabel..................................................................................32
3.6 Instrumen Penelitian................................................................................................32
3.7 Pengolahan dan Analisis Data...............................................................................33
3.8 Etika Penelitian........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................38
LAMPIRAN..................................................................................................................41

vi
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 Faces Image Scale (FSI)

vii
DAFTAR TABEL

Table 3.1 One Group Pretest-Posttest

Tabel 3.2 Defenisi Oprasional Variabel

viii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Bagan 2.2 Kerangka Konsep

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sop Terapi Bermain Boneka

Lampiran 2 Lembar Observasi

Lampiran 3. Surat Permohonan Menjadi Respon

Lampiran 4. Surat Persetujuan Responden

Lampiran 5. Persetujuan Pengambilan Data Awal

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2018

bahwa 3%-10% pasien anak yang di rawat di Amerika Serikat mengalami

stres selama hospitalisasi. Sekitar 3%-7% dari anak Usia sekolah yang

dirawat di Jerman juga mengalami hal yang serupa, 5%-10% anak yang

dihospitalisasi di kanada dan Selandia Baru juga mengalami tanda stres

selama di hospitalisasi. Sementara itu, dari data (UNICEF, 2021) jumlah anak

usia pra sekolah di 3 negara terbesar dunia mencapai 148.958 anak dengan

insiden anak yang dirawat di rumah sakit yaitu 57 juta anak setiap tahunnya

dimana 75% mengalami trauma berupa ketakutan dan kecemasan saat

menjalani perawatan.

Presentase anak yang mengalami keluhan kesehatan dan di rawat

inap pada tahun 2017-2018 sebesar 3.21%, di perkotaan sebesar 3,80%

mendapatkan perawatan rawat inap yang relative lebih tinggi dibandingkan

dengan di pedesaan sebesar 2,59%. Berdasarkan jenis kelamin, tidak terlihat

perbedaan yang signifikan antara persentase anak laki-laki dan anak

perempuan yang di rawat inap (SUSENAS, 2018).

Data ini sesuai dengan hasil penelitian yang menjelaskan dari 18 anak

yang berada dilingkungan rumah sakit yang baik terdapat 9 anak (50%) yang

mengalami cemas sedang, sedangkan 12 anak yang kurang nyaman dengan

lingkungan rumah sakit terdapat 5 anak (50%) yang tidak mengalami cemas

(Endang, 2018).

1
2

Kecemasan pada anak prasekolah yang sakit dan dirawat di rumah

sakit, merupakan salah satu bentuk gangguan yaitu tidak terpenuhinya

kebutuhan aman nyaman berupa kebutuhan emosional anak yang tidak

adekuat sehingga memerlukan penanganan sedini mungkin. Dampak dari

keterlambatan dalam penanganan kecemasan pada anak, biasanya anak

akan menolak perawatan, pengobatan, cemas, ketakutan mengalami cedera

tubuh dan nyeri, malu serta kehilangan kemandirian dan kontrol. Kondisi ini

dapat mempengaruhi proses perawatan dan pengobatan serta penyembuhan

dari anak yang sakit (Farida, 2018).

Ada berberapa hal yang dapat menurunkan kecemasan pada anak

salah satunya dengan terapi bermain. Terapi bermain adalah suatu kegiatan

dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan,

memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan

diri untuk berperan dan berperilaku dewasa. Ada beberapa fungsi bermain di

rumah sakit antara lain: mengenalkan anak pada lingkungan dan keadaan

yang asing, mengajarkan untuk bisa membuat keputusan dan kontrol, untuk

mengurangi stres dan cemas, untuk mengurangi nyeri, mengenalkan tentang

tujuan dan penggunaan alat medis (Pujiati, 2021).

Dari hasil penelitian tentang terapi boneka tangan untuk menurunkan

ansietas anak karena hospitalisasi, skor tanda gejala ansietas pada pasien

mengalami penurunan dari sebelum dilakukan terapi yaitu 95,2% dan setelah

dilakukan terapi yaitu 42,9%. Sehingga dapat dilihat adanya penurunan tanda

gejala ansietas sebesar 49,6% (Asti, 2019).

Berdasarkan survey awal ditemukan jumlah data yang diperoleh di

Rumah Sakit Umum Daerah Kendari tepatnya di Ruang Mawar, pada tahun
3

2019 sebanyak 689 orang, tahun 2020 sebanyak 97 orang, tahun 2021

sebanyak 468 orang dan jumlah anak dalam empat bulan terakhir yaitu

sebanyak 205 orang. Jadi total anak yang mendapatkan perawatan dari

tahun 2019-2022 sebanyak 1.459 orang anak yang di rawat di ruang bangsal

tersebut dengan berbagai keluhan penyakit yang di rasakan. Berdasarkan

hasil wawancara pada petugas kesehatan yang sedang bertugas, tingkat

kecemasan anak yang di rawat di ruan bangsal tersebut berbeda-beda

tergantung pada penyakit yang di alaminya. Menurut perawat terapi bermain

dulunya pernah di terapkan pada anak-anak yang sedang di rawat di ruang

bangsal tersebut akan tetapi sekarang sudah jarang bahkan tidak pernah

diterapkan dengan alasan “anak-anak merusak alat-alat terapi bermain yang

telah di sediakan”. Perawat juga mengatakan sebelumnya belum ada peneliti

yang meneliti tentang terapi bermain boneka di Ruangan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul pengaruh terapi bermain boneka untuk menurunkan kecemasan

pada anak usia 3-5 tahun dengan hospitalisasi di Ruang Mawar RSUD Kota

Kendari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah di uraikan di atas maka

rumusan masalah pada penelitian ini Apakah Ada Pengaruh Terapi Bermain

Boneka untuk menurunkan kecemasan pada anak usia 3-5 tahun dengan

hospitalisasi di Ruang Mawar RSUD Kota Kendari?


4

1.3 Tujuan Penelitian

1.

1.1

1.2

1.3

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Terapi Bermain Boneka untuk

menurunkan kecemasan pada anak usia 3-5 tahun dengan

hospitalisasi di Ruang Mawar RSUD Kota Kendari.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik anak yang mengalami kecemasan

seperti jenis kelamin dan umur.

b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan anak sebelum dan sesudah

terapi.

c. Menganalisis pengaruh terapi Bermain Boneka untuk menurunkan

kecemasan pada anak usia 3-5 tahun dengan hospitalisasi di

Ruang Mawar RSUD Kota Kendari.

1.4 Manfaat

1.

1.1

1.2

1.3

1.4

1.4.1 Bagi Mahasiswa


5

Penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan untuk melakukan

penelitian selanjutnya khususnya mengenai pengaruh Terapi Bermain

Boneka untuk menurunkan kecemasan pada anak usia 3-5 tahun

dengan hospitalisasi di Ruang Mawar RSUD Kota Kendari.

1.4.2 Bagi Institusi

Dapat menambah kepustakaan khususnya mengenai pengaruh

terapi bermain boneka untuk menurunkan kecemasan pada anak usia

3-5 tahun dengan hospitalisasi di Ruang Mawar RSUD Kota Kendari

serta bisa menjadi bahan pertimbangan bagi mahasiswa yang akan

praktik keperawatan komunitas dan keperawatan keluarga.

1.4.3 Bagi Rumah Sakit

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat di jadikan acuan

untuk penangan kecemasan pada anak usia 3-5 tahun dengan

hospitalisasi.

1.4.4 Bagi Masyarakat

Di harapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan

menambah wawasan pengetahuan masyarakat mengenai terapi

bermain boneka untuk penurunan tingkat kecemasan pada anak usia

3-5 tahun.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.
2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Tinjauan Hospitalisasai

1.

2.

2.1

2.1.1

2.1.1.1 Pengertian Hospitalisasi

Menurut World Health Organization (WHO) tahun

2015, hospitalisasi merupakan pengalaman yang

mengancam ketika anak menjalani hospitalisasi karena

stressor yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak

aman.

Pengertian hospitalisasi menurut para ahli dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. menurut Vianti tahun (2020) hospitalisasi merupakan

bentuk stressor individu dan proses yang mengharuskan

anak tinggal di rumah sakit menjalani terapi serta

perawatan sampai pemulanganya kembali kerumahnya.

2. Menurut Siam tahun (2020) hospitalisasi adalah proses

yang karena berbagai alasan baik terencana ataupun

darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit

untuk menjalani perawatan sampai keadaanya semakin

membaik sehingga dapat beraktivitas seperti biasaya.

6
Selama proses tersebut anak maupun orang tua akan

mendapatkan berbagai kejadian ataupun pengalaman

yang dapat memicu stres dan trauma tersendiri.

7
7

3. Menurut Olivia tahun (2018) hospitalisasi merupakan

suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana

atau darurat, mengharuskan anak tinggal di rumah sakit,

menjalani terapi dan perawatan sampai pemulanganya

kembali ke rumah.

Berdasarkan beberapa definisi hospitalisasi yang

telah di jelaskan di atas penulis menyimpulkan hospitalisasi

merupakan kondisi dimana anak di haruskan tinggal dirumah

sakit dan mendapatkan perawatan sehingga dapat

menimbulkan stress dan cemas karena suasana baru,

tempat yang baru dan orang-orang yang baru bagi anak.

2.1.1.2 Dampak Hospitalisasi

Dampak dari hospitalisasi khususnya pada pasien

anak-anak menurut Nurfatima (2019) yaitu:

1. Kecemasan.

2. Merasa asing dengan lingkungan yang baru.

3. Berhadapan dengan sejumlah individu yang belum.

dikenal.

4. Perubahan gaya hidup dari yang biasa.

5. Harus menerima tindakan medis atau perawatan.

6. Beresiko mengalami gangguan bahasa dan

perkembangan keterampilan kognitif.

7. Pengalaman buruk di rumah sakit sehingga dapat

merusak hubungan dekat antara ibu dan anak.


8

Dampak lain dari hospitalisasi secara psikologis

menurut Rasman (2020) antara lain:

1) Depresi.

2) Stres.

3) Takut.

4) Kecemasan.

2.1.1.3 Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres akibat

hospitalisasi.

Faktor-faktor yang yang dapat menimbulkan stres

akibat hospitalisasi adalah sebagai berikut:

1. Faktor lingkungan rumah sakit.

Suasana rumah sakit yang tidak familiar, wajah-

wajah yang asing, berbagai macam bunyi dari mesin

yang digunakan, dan bau yang khas dapat menimbulkan

kecemasan dan ketakutan baik bagi anak ataupun orang

tua (Utami, 2014).

2. Faktor berpisah dengan orang yang sangat berarti.

Berpisah dengan suasana rumah sendiri, benda-

benda yang familiar digunakan sehari-hari, juga rutinitas

yang dilakukan dan juga berpisah dengan anggota

keluarga lainnya (Utami, 2014).

3. Faktor kurang informasi yang didapat anak dan orang tua

ketika akan menjalani hospitalisasi.

Hal ini dimungkinkan dimana proses hospitalisasi

merupakan hal yang tidak umum di alami oleh semua


9

orang. Proses ketika menjalani hospitalisasi juga

merupakan hal yang rumit dengan berbagai prosedur

yang dilakukan (Utami, 2014).

4. Faktor kehilangan kebebasan dan kemandirian ataupun

rutinitas rumah sakit, prosedur medis yang dijalani

seperti tirah baring, pemasangan infus dan lain

sebagainya sangat mengganggu kebebasan dan

kemandirian anak yang sedang dalam tahap

perkembangan (Utami, 2014).

5. Faktor pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan

kesehatan.

Semakin sering seorang anak berhubungan

dengan rumah sakit, maka semakin kecil bentuk

kecemasan atau malah sebaliknya (Utami, 2014).

6. Faktor perilaku dan interaksi dengan petugas rumah

sakit khusunya perawat mengingat anak masih memiliki

keterbatasan dalam perkembangan kognitif, bahasa dan

komunikasi (Utami, 2014).

2.1.1.4 Respon anak ketika menjalani hospitalisasi

1. Cemas akibat perpisahan.

Kecemasan yang timbul merupakan bentuk

emosional terhadap penilaian sesuatu yang berbahaya,

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya

(Utami, 2014).
10

2. Kehilangan kendali.

Kurang kendali akan mengakibatkan persepsi

ancaman dan dapat mempengaruhi keterampilan koping

ancaman dan dapat mempengaruhi keterampilan koping

anak-anak. Kehilangan kendali pada anak sangat

beragam dan tergantung pada usia serta tingkat

perkembanganya (Utami, 2014) seperti:

a. Kehilangan kendali pada bayi.

Bayi yang sedang mengembangkan ciri

kepribadian sehat yang paling penting yaitu rasa

percaya yang dibangun melalui pemberian kasih

sayang secara terus menerus dari orang yang

mengasuhnya. Bayi berusaha mengendalikan

lingkungannya dengan ungkapan emosional seperti

menangis dan tersenyum (Utami, 2014).

b. Kehilangan kendali pada balita.

Akibat sakit dan di rawat di rumah sakit, anak

akan kehilangan kebebasan dala mengembangkan

otonominya. Balita bergantung pada konsistensi dan

familiaritas ritual harian guna memberikan stabilitas

dan kendali selama masa pertumbuhan dan

perkembangan. Area balita dalam hal ritual

mencakup makan, tidur, mandi, toileting dan bermain

(Utami, 2014).
11

c. Kehilangan kendali pada anak prasekolah.

Anak usia prasekolah menerima keadaan

masuk rumah sakit dengan rasa ketakutan. Jika anak

sangat ketakutan ia akan menampilkan perilaku

agresif seperti mengigit, menendang-nendang,

bahkan berlari keluar ruangan. Selain itu ada

sebagian anak yang menganggapnya sebagai

hukuman sehingga timbul malu dan bersalah,

dipisahkan, merasa tidak aman dan kemandiriannya

terbatas. Beberapa diantaranya akan menolak masuk

rumah sakit dan secara terbuka menangis tidak mau

di rawat. Ekspresi marah, tidak mau bekerja sama

dengan perawat dan ketergantungan pada orang tua.

Biasanya akan bertanya karena bingung dan tidak

mengetahui keadaan di sekelilingnya. Selain itu, anak

juga akan menangis, bingung, khususnya bila keluar

darah atau mengalami nyeri pada anggota tubuhnya.

Ditambah lagi, beberapa prosedur medis dapat

membuat anak semakin takut, cemas, dan stress

(Utami, 2014).

d. Kehilangan kendali pada anak sekolah.

Banyak rutinitas di rumah sakit seperti tirah

yang dipaksakan, penggunaan pispot, ketidak

mampuan memilih menu, kurang privasi, kegiatan

mandi di tempat tidur, penggunaan kursi roda atau


12

brankar dapat menyebabkan ancaman dan

kehilangan kendali pada anak sekolah. Akan tetapi

jika anak-anak di izinkan untuk memegang kendali

dengan cara melibatkannya dalam setiap prosedur

yang memungkinkan, mereka akan berespon dengan

sangat baik terhadap prosedur apapun (Utami, 2014).

e. Kehilangan kendali pada remaja.

Segala sesuatu yang mempengaruhi

kemandirian, pengakuan diri, dan kebebasan dalam

pencarian identitas dari pada remaja akan

menimbulkan ancaman dan kehilangan kendali.

Penyakit yang membatasi kemampuan fisik

seseorang dan hospitalisasi yang memisahkan

seseorang dari sistem pendukungnya merupakan

krisis situasional yang utama. Remaja akan bereaksi

terhadap ketergantungan dengan penolakan, tidak

mau bekerjasama atau menarik diri (Utami, 2014).

2.1.1 Tinjauan Tentang Kecemasan Pada Anak

1.

2.

2.1

2.1.1

2.1.2

2.1.2.1 Pengertian kecemasan


13

Kecemasan berasal dari bahasa latin yaitu “anxius”

yang berarti penyempitan atau pencekikan. Kecemasan

mirip dengan rasa takut tapi dengan fokus kurang spesifik,

sedangkan ketakutan bisanya respon terhadap beberapa

ancaman langsung. Kecemasan adalah kondisi emosi

dengan timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang

dan merupakan pengalaman yang samar-samar disertai

dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak menentu

yang disebabkan oleh suatu hal yang belum jelas (Ifdil,

2016).

Kecemasan merupakan kondisi dimana pasien

merasa kebigungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan

terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dapat

dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak

berdaya. Reaksi ini bersifat individual dan sangat bergantung

pada t ahap usia perkembangan anak, pengalaman anak,

pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem dukungan

yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya

(Ramaita R., 2019). Kecemasan juga merupakan keadaan

emosional yang tidak memiliki objek yang spesifik dan

kondisi ini di alami secara subjektif dan di sertai dengan

gejala-gelaja fisiologis (Mudatsir, 2017).

2.1.2.2 Jenis-jenis kecemasan


14

Jenis-jenis kecemasan secara umum menurut (Azis,

2021) mengatakan bahwa kecemasan terbagi menjadi 3,

yaitu fisik, behavioral, dan kognitif.

1. Ciri-ciri fisik dari kecemasan

a. Perasaan kegelisahan dan gugup.

b. Tangan atau anggota tubuh yang bergetar.

c. Telapak tangan yang berkeringat, sulit berbicara.

d. Leher atau punggung terasa kaku.

2. Ciri-ciri behavior (perilaku) dari kecemasan

a. Perilaku menghindar.

b. Perilaku melekat dan dependen

c. Perilaku terguncang.

3. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan

a. Keyakinan bahwa suatu yang mengerikan akan

segera terjadi.

b. Tanpa ada penjelasan yang jelas.

c. Ketakutan akan ketidak mampuan untuk mengatasi

masalah.

d. Berfikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan.

e. Khawatir terhadap hal-hal sepele.

f. Berfikir tentang hal mengganggu yang sama secara

berulang-ulang.

2.1.2.3 Tanda dan gejala kecemasan


15

Gejala-gejala kecemasan secara umum dibedakan

menjadi dua yaitu gejala fisik dan gejala psikis (Mukhoil,

2018):

1. Gejala-gejala kecemasan yang bersifat fisik berupa

gangguan pada sistem saraf, berdebar-debar, sesak

nafas, berkeringat, telapak tangan dan kaki dingin,

kelelahan fisik, sakit kepala, mulut kering dan

pencernaan tidak sempurna.

2. Gejala-gejala yang bersifat psikis yaitu gangguan tidur

(mimpi buruk), tidak mampu memusatkan perhatian,

perasaan sensitif (mudah merasa malu dan tegang),

mudah khawatir dan takut, tidak tenang dan cepat

bingung, bersikap pesimis dan tidak percaya diri serta

merasa tidak bahagia.

2.1.2.4 Factor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada

anak.

Factor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan

pada anak yang mengalami hospitalisasi adalah sebagia

berikut:

1. Jenis kelamin

Anak pada usia 3-6 tahun kecemasanya lebih

sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki.

Hal ini karena laki-laki lebih aktif dan eksplorasif

sedangkan perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh


16

tekanan lingkungan, kurang sabar dan menggunakan air

mata (Rahayu, 2018).

2. Umur

Semakin tua seseorang, maka semakin baik

dalam mengendalikan emosinya (Rahayu, 2018).

3. Lama hari rawat

Lama hari rawat dapat mempengaruhi seseorang

yang sedang dirawat juga keluarga pasien. Kecemasan

pada anak yang dirawat di rumah sakit akan sangat

terlihat pada hari pertama, kedua bahkan hari ketiga,

selanjutnya cemas akan berkurang. Kecemasan pada

anak bisa berkurang karena adanya dukungan dari orang

tua, teman, aktivitas di rumah sakit, dan petugas yang

ada di rumah sakit (Rahayu, 2018).

4. Lingkungan rumah sakit

Lingkungan rumah sakit merupakan suasana

yang baru bagi anak, sehingga anak akan sering merasa

takut dan terancam tersakiti oleh tindakan yang akan

dilakukan kepada dirinya. Lingkungan rumah sakit juga

akan memberikan kesan tersendiri bagi anak (Rahayu,

2018).

2.1.2.5 Manifestasi cemas pada anak

Manifestasi cemas pada anak adalah sebagai

berikut:

1. Fase protes
17

Pada fase ini, anak-anak bereaksi secara agresif,

mereka menangis dan memanggil orang tuanya,

menolak perhatian dari orang lain, dan pendekatan pada

orang asing dapat menjadi penentu peningkatan stres

(Farida, 2018).

2. Fase putus asa

Pada fase ini, tangisan berhenti dan muncul

depresi. Anak menjadi kurang begitu aktif, tidak tertarik

untuk bermain, tidak tertarik terhadap makanan dan

menarik diri dari orang lain. Lama perilaku tersebut

berlangsung bervariasi. Kondisi fisik anak dapat

memburuk karena menolak untuk makan, minum, dan

bergerak (Farida, 2018).

3. Fase pelepasan

Pada tahap ini, tampak anak menyesuaikan diri.

Anak menjadi lebih tertarik pada lingkungan sekitar,

bermain dengan orang lain dan tampak membentuk

hubungan baru. Akan tetapi, perilaku ini merupakan hasil

kepasrahan dan bukan tanda-tanda kesenangan (Farida,

2018).

2.1.2.6 Tingkat kecemasan

Menjelaskan tingkat kecemasan terbagi menjadi

empat yaitu:

1. Cemas ringan (mild anxiety)


18

Cemas ringan adalah cemas dalam kisaran

normal yang berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari yang menyebabkan seseorang

menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsi,

seperti melihat, mendengarkan dan gerakan

menggenggam lebih kuat. Kecemasan tingkat ini dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan

kreativitas (Permana, 2013).

2. Cemas sedang (Moderate Anxiety)

Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk

memusatkan pada hal yang penting dan

mengesampingkan hal yang lain, sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif namun dapat

melakukan sesuatu yang lebih terarah. Kecemasan ini

memperkuat lapang persepsi individu, seperti

penglihatan, pendengaran, dan gerakan menggenggam

berkurang (Permana, 2013).

3. Cemas berat (Savare Anxiety)

Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi

seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan

pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat

berfikir tentang hal ini. Semua perilaku ditunjukkan untuk

mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan

banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada

suatu area lain (Permana, 2013).


19

4. Panik

Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan

dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Karena

mengalami kehilangan kendali, anak yang mengalami

panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun

dengan pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan

aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang

menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.

Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan

dan jika berlangsung dalam waktu yang lama dapat

terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian

(Permana, 2013).

2.1.2.7 Respon terhadap kecemasan

Kecemasan dapat mempengaruhi kondisi tubuh

seseorang, respon kecemasan pada anak antara lain:

1. Anak yang mengalami gangguan kecemasan akibat

perpisahan akan menunjukkan sakit perut, sakit kepala,

mual, muntah, demam ringan, gelisah, kelelahan, sulit

berkonsentrasi, dan mudah marah (Fazrin, 2017).

2. Respon psikologis terhadap kecemasan biasanya

tampak gelisah, terdapat ketegangan fisik, tremor, reaksi

terkejut, bicara cepat, kurang koordinasi, menarik diri dari

hubungan interpersonal, melarikan diri dari masalah,

menghindar, dan sangat waspada (Fazrin, 2017).


20

3. Respon kognitif pada kecemasan biasanya

mempengaruhi kemampuan berfikir baik proses fikir

maupun isi fikir, diantaranya adalah tidak mampu

memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa,

menurunnya lapang persepsi, bingung, sangat waspada,

kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut

pada gambaran visual, takut pada cedera atau kematian

dan mimpi buruk (Fazrin, 2017).

2.1.2.8 Alat ukur kecemasan

Pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan untuk

mengetahui, memantau, mengidentifikasi masalah, dan

engevaluasi kondisi tubuh dalam merespon suatu tindakan,

kemudian faktor yang mempengaruhi perubahan pada salah

satu atau beberapa tanda vital seperti usia, jenis kelamin,

lingkungan, rasa sakit, dan kecemasan. Tanda-tanda vital

normal pada anak usia 3-5 tahun yaitu, nadi 120 kali per

menit saat bangun, 65-100 kali per menit saat tidur, tekanan

darah sistol 95-110 dan diastolic 56-70 dan frekuensi

pernafasan 22-34 kali permenit. Pada saat cemas medula

kelenjar adrenal akan mensekresikan norepinofrin dan

epinefrin yang engakibatkan vasokontriksi sehingga

meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, dan pernafasan

(Farida, 2018).

Selain menggunakan tanda-tanda vital alat ukur

kecemasan pada anak dapat menggunakan Faces Image


21

Scale (FSI). Faces Image Scale terdiri dari dari lima kategori

ekspresi wajah yang menggambarkan situasi atau keadaan

dari kecemasan, mulai dari ekspresi wajah sangat senang

(skor 1) hingga sangat tidak senang (skor 5) (Farida, 2018).

Gambar 2.1 Faces Image Scale (FSI).


Sumber: Journals.pos.org

2.1.2 Tinjauan Tentang Terapi Bermain Boneka

1.

2.

2.1.

2.1.1.

2.1.2.

2.1.2.1. Pengertian terapi bermain

Pengertian terapi bermain menurut para ahli adalah

sebagai berikut:

1. Menurut Handayani tahun (2019) menyatakan terapi

bermain adalah suatu usaha untuk mengubah tingkah laku

dan menempatkan seorang anak pada situasi bermain.

2. Menurut Habibi tahun (2022) menyatakan terapi bermain

adalah cara atau metode pengungkapan konflik diri yang


22

dilakukan oleh anak secara tidak sadar dan harus mampu

untuk mematahkan mekanisme pertahanan dalam diri

anak, sehingga anak bisa untuk mengungkapkan segala

emosi negatif yang dirasakan serta mampu memperoleh

hasil yang memuaskan selama mereka bermain.

3. Menurut Mulia tahun (2021) menyatakan terapi bermain

merupakan salah satu cara efektif untuk mengatasi stres

anak ketika di rawat di rumah sakit.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan

terapi bermain merupakan salah satu cara yang dilakukan

untuk mengurangi stres pada anak yang di rawat di rumah

sakit dengan mengungkapkan semua emosinya melalui

permainan yang dimainkan.

2.1.2.2. Tujuan terapi bermain

Tujuan terapi bermain Zellawati (2011) adalah

sebagai berikut:

1. Menciptakan suasana aman bagi anak-anak untuk

mengekspresikan diri mereka.

2. Memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari

aturan soasial dan mengatasi masalah mereka.

3. Memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk

berekspresi dan mencoba sesuatu yang baru.

2.1.2.3. Fungsi bermain

Adapun fungsi bermain pada anak adalah sebagai

berikut:
23

1. Perkembangan sensorik-motorik merupakan komponen

terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat

penting untuk perkembangan fungsi otot (Fazrin, 2017).

2. Perkembangan intelektual dimana anak melakukan

eksplorisasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu

yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenai

warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek

(Fazrin, 2017).

3. Perkembangan sosial yaitu perkembangan sosial

ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan

lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan

belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang

lain akan membantu anak untuk mengembangkan

hubungan sosial dan belajar memecahkan dari

hubungan tersebut (Fazrin, 2017).

4. Perkembangan kreativitas adalah kemapuan untuk

menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam

bentuk objek atau kegiatan yang dilakukannya (Fazrin,

2017).

5. Perkembangan kesadaran diri melalui bermain, anak

akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur

tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal

kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan

mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain

(Fazrin, 2017).
24

6. Bermain sebagai terapi. Pada saat anak dirawat di

rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan

yang sangat tidak menyenangkan seperti: marah, takut,

cemas, sedih dan nyeri. Melakukan permainan anak

akan terlepas dari ketergantungan dan stres yang

dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak

akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada

permainannya (Fazrin, 2017).

2.1.2.4. Prinsip pelaksanaan terapi bermain

Prinsip pelaksanaan terhadap bermain Fazrin (2017)

adalah sebagai berikut:

a. Permainan tidak banyak menggunakan energi, waktu

bermain lebih singkat untuk menghindari kelelahan dan

alat-alat permainannya lebih sederhana.

b. Mainan harus relative aman dan terhindar dari infeksi

silang.

c. Sesuai dengan kelompok usia.

d. Tidak bertentangan dengan terapi.

e. Perlu keterlibatan orang tua dan keluarga.

2.1.2.5. Bermain boneka

Permainan boneka adalah memberikan suatu cara

yang tidak mengancam untuk anak-anak bermain di luar

fikiran dan perasaan mereka. Dalam permanian boneka,

terapis mendapatkan informasi tentang pandangan pikiran

anak, perasaan anak, dan tingkah laku anak. Selama bermain


25

dengan boneka anak-anak melakukan berbagai hal seperti

mengidentifikasi diri dengan boneka, memproyeksikan

perasaan sendiri dalam figure permainan, dan memindahkan

konfliknya dalam figure permainan (Zellawati, 2011).

1) Jenis-jenis boneka dalam terapi bermain Zellawati (2011)

meliputi:

a) Boneka bayi.

b) Boneka yang secara anatomi benar, baik laki-laki

maupun perempuan.

c) Boneka keluarga.

d) Binatang dari kain.

e) Boneka manusia dari berbagai ras dan suku bangsa

contohnya suku jawa, batak, papua, amerika Afrika,

dll.

f) Perlengkapan boneka seperti rumah, baju, tempat

tidur, dll.

g) Boneka dengan berbagai karakter dengan ukuran

kecil.

2.2 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran penulis tidak ditemukan penelitian yang

sama namun ada beberapa penelitian yang mirip dan peneliti

menjadikannya sebagai acuan, yang diantaranya:

1.

2.

2.1
26

2.2

2.2.1 Penelitian yang dilakukan oleh Anggi Nur Hidayati dan Arnika Dwi

Asti tahun 2019 dengan judul penelitian tentang terapi boneka

tangan untuk menurunkan ansietas anak karena efek hospitalisasi.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas penerapan terapi

permainan boneka tangan terhadap penurunan ansietas pada anak

usia prasekolah akibat efek hospitalisasi. Variable: a) bebas:

bermain boneka tangan, b) terikat: menurunkan kecemasan anak.

Metode rancangan penelitian menggunakan pre-test dan post-test

pada individu atau kelompok. Hasil penelitian sebelumnya terapi

bermain boneka tangan efektif untuk dilakukan pada anak dengan

efek hospitalisasi untuk meningkatkan keterampilan komunikasi

sehingga menurunkan ansietas.

2.2.2 Penelitian yang dilakukan oleh Wowo Wahyu Pernama dengan judul

penelitian tentang pengaruh permainan boneka tangan dalam

mengurangi kecemasan pre operatif pada anak usia pra sekolah di

rumah sakit jantung dan pembulu darah harapan kita Jakarta tahun

2013. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas

penatalaksanaan non farmakologis (menggunakan metode

permainan boneka tangan) dalam menurunkan tingkat kecemasan

pada anak usia pra sekolah yang akan dilakukan tindakan operasi.

Variable: a) bebas: bermain boneka tangan, b) terikat: menurunkan

kecemasan anak. Metode: purposive samping dengan teknik

pengumpulan data kualitatif. Hasil penelitian sebelumnya ada

hubungan signifikan antara permainan boneka tangan dengan


27

kecemasan pada anak usia pra sekolah yang akan dilakukan

tindakan operasi.

2.2.3 Penelitian yang dilakukan oleh Bermandha Hargi Dwitantya Putri,

Rinik Eko Kapti dan Tina Handayani dengan judul penelian tentang

efektivitas permainan boneka tangan terhadap penurunan

ketakutan anak hospitalisasi pada usia pra sekolah (3-6 tahun di

RSUD Dr. R. Koesma Kabupaten Tuban tahun 2016 . Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui efektifitas permainan boneka tangan

terhadap penurunan ketakutan anak hospitalisasi pada usia pra

sekolah (3-6 tahun di RSUD Dr. R. Koesma Kabupaten Tuban.

Variable: a) bebas permainan boneka tangan, b) terikat penurunan

kecemasan anak. Metode quasi-eksperimental menggunakan teknik

purposive sampling. Hasil penelitian: terdapat efektifitas terapi

bermain boneka tangan dalam menurunkan ketakutan pada anak

usia pra sekolah (3-6 tahun) di RSUD Dr. Koesma Tuba.


28

2.3 Kerangka Teori

Bermain Boneka

Fungsi bermain
Hospitalisasi 1. Perkembangan
sensorik-motorik
2. Perkembangan
intelektual.
Dampak hospitalisasi:
1. Kecemasan. 3. Perkembangan
sosial.
2. Stress.
3. Takut. 4. Perkembangan
kesadaran diri
4. Merasa asing dengan
lingkungan yang baru. melalui bermain.
5. Bermain sebagai
5. Berhadapan dengan sejumlah
individu yang belum dikenal. terapi
6. Perubahan gaya hidup dari
yang biasa
7. Harus menerima tindakan Kecemasan
medik atau perawawatan
8. Beresiko mengalami
gangguan bahasa dan
perkembangan keterampilan Tingkat cemas
kognitif. 1. Ringan
9. Pengalaman buruk di rumah 2. Sedang
sakit sehingga dapat merusak 3. Berat
hubungan dekat antara ibu 4. Panik
dan anak.

Factor-faktor yang
berhubungan dengan
kecemasan pada anak:
1. Jenis kelamin
2. Umur
3. Lama hari rawat
4. Lingkungan rumah
sakit

Bagan 2.1 : Kerangkaka Teori


Sumber: Nurfatima (2019)
28

2.4 Kerangka Konsep

Variable independen Variable dependen

Terapi bermain Kecemasan pada


boneka anak

Keterangan:

: variabel yang mempengaruhi

: variabel yang di pengaruhi

: Arah hubungan

Bagan 2.2 : Kerangkaka Konsep

2.5 Hipotessis

Hipotesis pada penelitian ini adalah:

2.5.1 H1: Ada pengaruh terapi bermain boneka terhadap penurunan


kecemasan anak hospitalisasi.
2.5.2 H0: Tidak ada pengaruh terapi bermain boneka terhadap
penurunan kecemasan anak hospitalisasi.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.

3.
3.1 Desain Penelitian

Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu pre Experiment

design. Dengan menggunakan pendekatan one group pretest-posttest, one

group pretest-posttest yaitu desain penelitian yang terdapapat pretest

sebelum di beri perlakuan dan posttest setelah perlakuan.

Table 3.1 : one group pretest-posttest


Pretest Perlakuan Posttest
O1 X O2

Keterangan :

O1 : Nilai pretest (sebelum perlakuan)

O2 : Nilai posttest (setelah perlakuan)

X : Pemberian intervensi dengan pemberian terapi

bermain boneka

3.2 Lokasi Dan Waktu

3.2.1 Lokasi
Penelitian ini akan dilakakuan di Ruang Mawar RSUD Kota
Kendari.
3.2.2 Waktu
Penelitian ini akan dilaksanan pada bulan Mei sampai dengan
bulan Juni tahun 2022.

29
30

3.3 Populasi dan Sampel

1.
2.
3.
3.1
3.2
3.3
3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu.

(Jasmalinda, 2021). Perkiraan sumber populasi dalam 1 tahun

terakhir jumlah anak usia 3-5 tahun yang rentan mengalami

kecemasan (ansietas) di ruang Mawar RSUD kota Kendari sebanyak

40 anak.

3.3.2 Penentuan Besar Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jumlah sampel untuk penelitian

eksperimental minimal 15 sampel. (NoevieSusanti, 2017). Menurut

rumus Federer (1963) untuk penelitian eksperimental sederhana

yaitu:

(r-1)(-1) ≥15

Keterangan :

t : Banyak perlakuan.

r : Banyak ulangan

Peneliti ingin menguji pengaruh bermain boneka terhadap

kecemasan pada anak usia 3-5 tahun dengan 1 kelompok perlakuan.

Diketahui: t = 1 kelompok perlakuan

(r-1)(t-1)≥ 15
31

(1-1)(r-1) ≥ 15

0 – (r-1) ≥ 15

1r ≥ 15+ (0,1)

1r ≥ 15

X = 30

Maka peneliti membuat sampel penelitian untuk 1 kelompok

adalah 15 responden ditambah 10% anak untuk mengantisipasi drop

out.

3.3.3 Teknik Penarikan Sampel

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan data dengan

pertimbangan tertentu (Raudhah, 2017).

Menentukan sampel berdasarkan kriteria inklusif dan

eksklusi yang telah ditetapkan sebagai berikut:

1. Kriteria inklusif

Kriteria inklusif dari penelitian ini adalah Anak berusia 3-5

tahun.

2. Kriteria eksklusif

Kriteria eksklusif dari penelitian ini adalah orang tua yang

tidak bersedia diberikan intervensi terapi bermain boneka pada

anaknya.

3. Kriteria drop out

Kriteria drop out pada penelitian ini yakni:

a. Responden menolak melakukan terapi berain.

b. Responden tidak mengikuti prosedur secara penuh


32

3.4 Variabel Penelitian

Variable dalam penelitian terbagi mendajadi dua yakni variable

independen dan variabel dependen. Variabel independen merupakan gejala

yang menjadi fokus perhatian peneliti untuk diamati sementara variabel

dependen merupakan variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti

(Sutopo, 2015). Variabel dalam penelitian ini yaitu :

1. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu terapi bermain boneka.

2. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu tingkat kecemasan.

3.5 Defenisi Oprasional Variabel

Tabel 3.2 Defenisi Oprasional Variabel

Variabel Skala
Definisi oprasional Alat ukur
penelitian pengukuran
Terapi Terapi bermain boneka SOP -
bermian adalah cara untuk
boneka menghilangkan stress
dan kecemasaan
dengan cara tidak
memfokuskan klien
pada sesuatu yang
dihadapi.
Tingkat Tingkat kecemasan Faces Image Scale Rasio
kecemasan merupakan suatu (FSI) dan
rentang tentang respon pemeriksaan
yang membagi individu tanda-tanda vital
apakah termasuk anak:
cemas ringan, sedang, a. Tekanan darah
berat, dan panic. b. Nadi
c. Pernapasan

3.6 Instrumen Penelitian

3.4
3.5
3.6
3.6.1 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah sebagai alat yang akan digunakan

untuk mengumpulkan data. Instrument yang digunakan dalam


33

penelitian ini adalah SOP, tanda-tanda vital dan Faces Image Scale

(FSI).

3.7

3.8

3.9

3.9.1 Alat dan bahan penelitian

1. Alat

a. Stetoskop

b. Tensimeter

c. Thermometer

d. Alat tulis

2. Bahan

a. Boneka bayi.

b. Boneka keluarga.

c. Boneka binatang berukuran kecil.

d. Boneka karakter.

3.9.2 Jenis data

1. Data primer

Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli

atau pertama. data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi

ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui

narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang

yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan

sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data (Pratiwi,

2017).
34

2. Data sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung

kepada pengumpulan data (Pratiwi, 2017).

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

1.
2.
3.
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.7.1 Teknik pengolahan data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan

perhitungan komputerisasi program SPSS karena program ini

memiliki kemampuan analisis statatistik, sehingga mudah dipahami

cara pengoprasiannya. Adapun pengolahan data adalah sebagai

berikut:

1. Pemilihan menunjukkan pengamat mengedit dan mengfokuskan

pengamatannya secara sengaja atau tidak (Agung, 2017).

2. Pengubahan menunjukkan bahwa observasi boleh mengubah

perilaku atau suasana tanpa menganggu keajarannya (Agung,

2017).

3. Pencatatan menunjukkan upaya merekam kejadian-kejadian

menggunakan catatan lapangan, sistem kategori, dan metode-

metode lainnya (Agung, 2017).

4. Pengkodean menunjukkan proses penyederhanaan catatan-

catatan itu melalui metode reduksi data (Agung, 2017).


35

5. Rangkaian perilaku dan suasana menunjukkan bahwa observasi

melakukan serangkaian pengukuran yang berlainan pada

berbagai perilaku dan suasana (Agung, 2017).

6. In situ menunjukkan bahwa pengamatan kejadian terjadi melalui

situasi alamiah, walaupun tidak berarti menggunakan manipulasi

eksperimental (Agung, 2017).

7. Tujuan empiris menunjukkan bahwa observasi memiliki

bermacam-macam fungsi dalam penelitian, deskripsi, melahirkan

teori dan hipotesis, atau menguji teori atau hipotesis (Agung,

2017).

3.7.2 Analisis data

Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini, dilakukan

uji statitik dengan menggunakan alat hitung SPSS versi 24. Jenis

analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yakni:

1. Analisa univariat

Analisa univariat adalah data yang diperoleh data yang

diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi serta atau grafik.

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian (Pratiwi,

2017). Analisa data meliputi umur, jenis kelamin. Sedangkan

analisa data numerik meliputi tingkat kecemasan saat dilakukan

terapi bermain boneka pada anak usia 3-5 tahun. Pada penelitian
36

ini menggunakan analisis statistic menggunakan program

computer.

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa untuk mengetahui dua

variabel, baik berupa komparatif, asosiatif, maupun korelatif

(Pratiwi, 2017). Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan

untuk mengetahui pengaruh terapi bermain boneka terhadap

kecemasan pada anak usia 3-5 tahun di Ruang Mawar RSUD

Kota Kendari. Untuk menguji hipotesis tersebut dilakukan uji

normalitas terlebih dahulu dengan memakai uji statistik kolmogrov

smirnov serta diperoleh hasil data berdistribusi normal sehingga

dapat digunakan uji statistik Paired Sampel T-tes dan bila data

tidak berdistribusi normal dilakukan uji statistik Wilcoxon

(Monaliisya, 2021).

3.8 Etika Penelitian

Beberapa prinsip utama yang perlu dipahami oleh peneliti adalah

sebagai berikut:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia

Penulis perlu mempertimbangkan hak-hak subjek untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan penulis melakukan studi kasus

tersebut tentang tujuan penulis melakukan studi kasus tersebut tentang

pemberian teknik terapi bermain (widiyani, 2019).

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan pasien


37

Penulis harus bisa menjaga kerahasiaan atau privasi yang dimiliki

pasien, sehingga peneliti harus memperhatikan hak-hak dasar individu

tersebut (widiyani, 2019).

3. Prinsip keterbukaan

Prinsip ini harus dijaga penulis dengan kejujuran, preposion hak,

kecemasan, berkeperimanusiaan, dan penulis berhati-hati dalam

menjelaskan prosedur tindakan dengan jelas kepada pasien dan orang

tua pasin sebelum melakukan tindakan (widiyani, 2019).

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

Dalam sebuah studi kasus seharusnya mendapatkan hasil yang

bermanfaat bagi pasien. Penulis memberikan tindakan terapi bermain

boneka yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan akibat hospitalisasi

(widiyani, 2019).

5. Anonymity (kerahasiaan identitas)

Kerahasiaan partisipan dijaga oleh penulis dan hanya digunakan

untuk kepentingan penulisan studi kasus saja (widiyani, 2019).

6. Informed (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada partsipan yang terlebih

dahulu diberikan tentang tujuan dan prosedur dari studi kasus untuk

menandatangani inform consent (widiyani, 2019).


DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. Y. (2017). Metode Penelitian Kualitatif Dan Kualitatif. DENPASAR.

Asti, A. N. (2019). Terapi Boneka Tangan Untuk Menurunkan Ansietas Anaj Karena Efek

Hospitalisasi. Universitasity Research Colloqium .

Azis, R. N. (2021). Strategi Pembimbingan Rohani Untuk Mengatasi Kecemasan Pada

Pasien Kanker Payudara Di RS. Kanker Dharmais Jakarta. Jurnal International

Licendse 19(1).

Diani Octaviyani Handajani, N. Y. (2019). Apakah Ada Pengaruh Terapi Bermain Puzzle

Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah Yang Mengalami

Hospitalisasi Di RS Bhakti Rahayu Surabaya. Manajemen Kesehatan Indonesia

7 (3).

Dr. Oscar Primadi, M. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta:

Kementrian Kesehatan Repoblik Indonesia.

Endang, L. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Anak Pra

Sekolah Yang Mengalami Hospitalisasi. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 2 (1).

Farida, R. S. (2018). Penerapan Terapi Bermain Puzzel Terhadap Tingkat Kecemasan

Pada Hospitalisasi Anak Usia Prasekolah Di Bangsal Dahlia RSUD Wonosari.

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta.

Fazrin, H. S. (2017). Penerapan Terapi Bermain Anak Proses, Manfaat Dan

Pelaksanaanya. Ponorogo: Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES).

Habibi, M. M. (2022). Penanganan Kecemasan Pada Anak Usia Melalui Terapibermain.

Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan 7 (1).

Ifdil, D. F. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia (Lansia). Jurnal

Konselor 5 (2), 93-99.

Jasmalinda. (2021). Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan

Pembelian Konsumen Motor Yamaha Di Kabupaten Padang Pariaman. Jurnal

Inovasi Penellitian 1 (10).


Jawiah, I. K. (2021). Kegiatan Pengalihan (Storytelling) Untuk Menurunkan Kecemasan

Selama Hospitalisasi Pada Anak Dengan Demam Berdarah Dengue Di

Pelayanan Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan Merdeka (JKM) 1 (2).

Madepan Mulia, M. R. (2021). Penerapan Terapi Bermain Mewarnai Gambar Dengan

Pasir Warna Terhadap Kecemasan Anak Usia Pra Sekolah. Madago Nursing

Journal 2 (2).

Monaliisya, V. (2021). Pengaruh Pemberian Video Edukasi Terhadap Tingkat

Pengetahuan Remaja Sekolah Menengah Atas Tentang Pendewasaan Usia

Perkawinan Di Kota Bengkulu Tahun 2021. Program Sarjana Terapan Kebidanan

Poltekkes Kemenkes Bengkulu 6.

Mudatsir, M. D. (2017). Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia 3-

5 Tahun Yang Berobat Di Puskesmas. Jurnal Ilmu Keperawatan 5 (2).

Mukhoil. (2018). Kecemasan Dalam Proses Belajar. Jurnal Eksponen 8 (1).

Noeviesusanti, H. H. (2017). Pengaruh Bauran Pemasaran (4p) Terhadap Keputusan

Pembelian Perumahan PT. Berlian Bersaudara Propertindo. Jurnal Ilmiah

Ekonomi Global Masa Kini 8 (01).

Nurfatima. (2019). Peran Serta Orang Tua Dan Dampak Hospitalisasi Pada Anak Usia 3-

6 Tahun Di Ruang Anak RSUD Poso. Jurnal Bidan Cerdas 1 (3).

Olivia, A. I. (2018). Pengaruh Hospitalisasi Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

Preschool Di Rumah Sakit TK II Putri Hijau KESDAM I/BB Medan. Jurnal Riset

Hesti Medan 3 (2).

Permana, W. W. (2013). Pengaruh Permainan Boneka Tangan Dalam Mengurangi

Kecemasan Pre Operatif Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Rumah Sakit Jantung

Dan Pembulu Darah Harapan Kita Jakarta Tahun 2013. Universitas

Muhammadiyah Jakarta.

Pratiwi, N. I. (2017). Penggunaan Media Video Call Dalam Teknologi Komunikasi . Jurnal

Ilmiah Dinamika Sosial 1 (2).


Pujiati, H. J. (2021). Penurunan Tingkat Kecemasan Anak Melalui Terapi Bermain Di

Rumkital Dr. Midiyato Suratni Tanjungpinang. Jurnal Pengabdian Masyarakat

Indonesia (PMI) 1 (6).

Rahayu, F. S. (2018). Penerapan Terapi Bermain Puzzel Terhadap Tingkat Kecemasan

Pada Hospitalisasi Anak Usia Pra Sekolah Di Bangsal Dahlia RSUD Wonosari.

Yogyakarta.

Ramaita R., S. B. (2019). Pengaruh Terapi Token Ekonomi Terhadap Kecemasan Anak

Usia Prasekolah Yang Mengalami Hospitalisasi. Jurnal Kesehatan Perintis

(Perintis't Health Journal) 6 (2) , 95-103.

Rasman S. P., G. B. (2020). Perilaku Caring Perawat Terhadap Kecemasan Hospitalisasi

Anak Usia Pra Sekolah (2-6). Jurnal Kesehatan 13 (2), 144-151.

Raudhah, P. A. (2017). Pengaruh Orientasi Keirausahaan Terhadap Daya Tahan Hidup

Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Kelompok Pengelolahan Hasil Perikanan Di

Kota Makassar. Jurnal Analisis 6 (2), 188-193.

RSUD. (2021). Data Anak Yang Mendapatkan Perawtan Di RSUD Kota Kendari. Kendari.

SUSENAS. (2018). Profil Anak Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Kementrian

Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak (KPPPA).

Sutopo, T. &. (2015). Pengaruh Persepsi Tentang Harga, Promosi Dan Kualitas Pelaynan

Terhadap Volume Penjualan Paket Wisata Karimunjawa Di Biro Tour Dan Travel

Karimunjawa Beach Adventure. Diponegoro Journal Of Management 4 (2) , 1-11.

UNICEF. (2021). The Changing Childhood Projek. New York: United Nations Children's

Fund (UNICE).

Utami, Y. (2014). Dampak Hospitalisasi Terhadap Perkembangan Anak. Jurnal Ilmiyah

WIDYA 2 (2).

Vianti, R. A. (2020). Pengalaman Perawatan Mengatasi Dampak Hospitalisasi Pada

Anak. Jurnal PENA 34 (2).

W.N.Siam, Z. M. (2020). Efektifitas Penerapan Metode Family-Centered Care Terhadap

Pasien Anak Dengan Stress Hospitalisasi. Jurnal Ilmiah Stikes Citra Delima
Bangka Belitung 3 (2).

Widiyani, R. (2019). Penerapan Terapi Bermain Bercerita (Mendongeng) Pada Anak Usia

Pra Sekolah Untuk Menurunkan Kecemasan Akibat Hospitalisasi. Fakultas Ilmu

Kesejatan Universitas Muhammadiyah Pekajangan.

Zellawati, A. (2011). Terapi Bermain Untuk Mengatasi Permasalahan Pada Anak.

Majalah Ilmiah Informatika 2 (3).


LAMPIRAN
Lampiran 1

STANDAR OPRATIONAL PROSEDUR TERAPI BERMAIN BONEKA

STANDAR OPRATIONAL PROSEDUR TERAPI BERMAIN

BONEKA

Pengertian Terapi bermain adalah sebuah kegiatan bermain anak

dalam rangka membentuk perilaku anak menjadi lebih baik.

Tujuan 1. Mengurangi stres hospitalisasi pada anak.

2. Mengurangi kecemasan saat menjalani hospitalisasi.

3. Meningkatkan kreativitas anak.

4. Sebagai alat untuk mengukur kemampuan kognitif

klien (motoric halis).

Sasaran Anak yang dirawat di Ruang Mawar RSUD Kota Kendari

dengan batas usia 3-5 tahun.

Metode 1. Ceramah

2. Pengarahan

3. Terapi bermain boneka

Waktu dan Waktu :

tempat Tempat : Ruang Perawatan Anak RSUD Kota Kendari.

Persiapan Alat 1. Boneka bayi.

2. Boneka keluarga.

3. Boneka binatang berukuran kecil.

4. Boneka karakter.

Tahap kegiatan
Pra interaksi 1. Melakukan kontrak waktu.

2. Mengecek kesiapan anak (tidak mengantuk, tidak

rewel, keadaan umum membaik/kondisi yang

memungkinkan).

3. Menyiapkan alat.

Orientasi 1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien.

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.

3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum

prosedur pelaksanaan kegiatan dilakukan.

Kerja 1. Memberi petunjuk pada anak cara bermain.

2. Mempersilahkan anak untuk melakukan sendiri atau

dibantu.

3. Motivasi keterlibatan orang tua.

4. Memberikan pujian pada anak bila dapat melakukan.

5. Mengobservasi emosi anak saat bermain.

6. Menanyakan perasaan anak setelah bermain.

7. Menanyakan perasaan dan pendapat orang tua

tentang permainan.

Terminasi 1. Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan berpamitan

dengan pasien.

2. Membereskan dan mengembalikan alat-alat ketempat

semula.

3. Mencuci tangan.

4. Mencatat jenis permainan dan respon pasien serta


orang tua kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.
Lampiran 2

LAMBAR OBSERVASI KECEMASAN ANAK

Tanda tanda vital Kecemasan anak Keterangan


Inisian Jenis
Umur Pre-test Post-test Pre- Post-
Responden kelamin Normal Abnormal
No test test
TD Nadi RR TD Nadi RR
1

10
11

12

13

14

15

16

17

18
Lampiran 3

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPON

Kendari, …………/2022

Kepada Yth
Bapak/Ibu calon responden

Di Tempat

Dengang hormat
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nur wahida
Nim : S.0018.P.025

Perguruan Tinggi : Stikes Karya Kesehatan Kendari

Saya Mahasiswa STIKes Karya Kesehatan Kendari Jurusan S1 Keperawatan,


yang sedang melakukan peneltian dengan judul “Pengaruh Terapi Bermain Boneka
dengan Kecemasan pada Anak Hospitalisasi Usia 3-5 Tahun Di Ruang Mawar RSUD
Kota Kendari”
Dengan ini memohom kepada bapak/ibu untuk kiranya bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini. Penelitian ini di susun untuk memenuhi tugas akhir,
yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan.
Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian ataupun bahaya bagi responden.
Kerahasiaan informasi dari responden akan terjaga dan hanya digunakan untuk
keperluan dalam penelitian

Peneliti

Nur Wahida
Lampiran 4

SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Tempat Tanggal Lahir :
Umur :
Alamat :
No HP :

Bersedia berpartisipasi menjadi sampel dalam penelitian dengan judul


“Pengaruh Terapi Bermain Boneka dengan Kecemasan pada Anak Hospitalisasi
Usia 3-5 Tahun Di Ruang Mawar RSUD Kota Kendari” yang dilakukan oleh :

Nama : Nur wahida


Program Studi : S1 Keperawatan
Perguruan Tinggi : STIKES Karya Kesehatan Kendari

Kendari, ……..…….2022

Sampel Penelitian

(Nama Responden)
Lampiran 5

SURAT PENGAMBILAN DATA AWAL

Anda mungkin juga menyukai