Anda di halaman 1dari 78

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA SKIZOFRENIA PADA

PASIEN NY. A. D DAN NY. M.I.T DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN WAHAM KEBESARAN DI
RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. V. L.
RATUMBUYSANG PROVINSI
SULAWESI UTARA

KARYA TULIS ILMIAH


STUDI KASUS

OLEH :
TEORISTA NOOR DINATA SETYANINGSIH
NIM. 21200008

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III MANADO


MARET 2024
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA SKIZOFRENIA PADA
PASIEN NY. A.D DAN NY. M.I.T DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN WAHAM KEBESARAN DI
RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. V. L.
RATUMBUYSANG PROVINSI
SULAWESI UTARA

KARYA TULIS ILMIAH


STUDI KASUS

Diajukan
Untuk memenuhi persayaratan dalam menyelesaikan
Pendidikan program Diploma III Keperawatan

OLEH :
TEORISTA NOOR DINATA SETYANINGSIH
NIM. 21200008

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO


MARET 2024
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah telah diajukan oleh :

Nama : Teorista Noor Dinata Setyaningsih


Nim : 21200008
Judul : Asuhan Keperawatan Jiwa Skizofrenia Pada Pasien Ny. A. D dan
Ny. M. I. T Dengan Masalah Keperawatan Waham Kebesaran di
Rumah Sakit jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi
Utara
Telah diterima dan disetujui oleh tim pembimbing proposal Karya Tulis Ilmiah
Akademi Keperawatan Rumkit TK III Manado sebagai salah satu persyaratan
menyelesaikan pendidikan Diploma III.

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Noifke Kaghoo, S.Kep.,M.Kes Ni Wayan Ariani, S.ST


NIDN 0927119002

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III MANADO


MARET 2024

i
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah/ Laporan Tugas Akhir ini telah diterima dan disetujui oleh
Tim Penguji Ujian Akhir Akademi Keperawatan Rumkit Tk. III Manado sebagai
salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Diploma III.

Pimpinan Sidang

Velicia Tampil, S.E.,ME

Anggota Penguji
Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Noifke Kaghoo,S.Kep.,M.Kes Ni Wayan Ariani,S,ST


NIDN 0927119002

Mengetahui :
Direktur Akper Rumkit Tk. III Manado

dr. Bambang Setiawan,M.Kes


NUPN 9909926477

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III MANADO


MARET 2024

ii
Akademi Keperawatan Rumkit Tk. III Manado
Program Studi Diploma Keperawatan
Karya Tulis Imliah, 2024
ABSTRAK
Teorista Noor Dinata Setyaningsih
Asuhan Keperawatan Jiwa Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan
Waham Kebesaran
Halaman 77 + tabel 1 + gambar 2
Karya tulis ilmiah ini dilatar belakangi kasus pasien skizofrenia dengan masalah
keperawatan waham kebesaran di ruang inap Rumah Sakit jiwa Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara. Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa
fungsional dengan gangguan utama pada proses pikir serta disharmoni (keretakan,
perpecahan) antara proses pikir, afek atau emosi, kemauan dan psikomotor
disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi, asosiasi
terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi.Waham Kebesaran adalah keyakinan
atau kepercayaan sesorang tentang dirinya yang tidak sesuai dengan kenyataan
yang sebenarnya. Karya tulis ilmiah ini berbentuk studi kasus yang dimana
dilaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan prosesnya studi kasus
meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi. Pada proses
asuhan keperawatan yang dilaksanakan pada kedua pasien menggunakan Strategi
Pelaksanaan yang mencakup. SP 1 : Latihan orientasi realita : orientasi orang,
tempat, dan waktu serta lingkungan sekitar. SP 2 : Mengajarkan cara minum obat
secara teratur. SP 3 : Melatih pemenuhan kebutuhan dasar. SP 4 : Melatih
kemampuan positif yang dimiliki. Pada studi kasus ini hanya diambil dua pasien
yaitu pasien Ny. A. D dan Ny. M. I. T dan pada kedua pasien ini dilakukan
perbandingan. Tujuan dilakukan studi kasus ini agar peneliti dapat melakukan
asuhan keperawatan pada Ny. A. D dan Ny. M. I. T sehingga pasien dapat belajar
dan meningkatkan pengetahuan serta peneliti juga dapat mengetahui
perbandingannya.
Kata kunci : Skizofrenia, Waham Kebesaran
Kepustakaan: 12 (2020 – 2023)

iii
Akademi Rumkit Nursing III Manado
Nursing Diploma Study Programs
Scientific Papers, 2024
ABSTRACT

Nursing Care for Psychiatric Schizophrenia with Nursing Problems Delusions of


Grandiosity
77 Pages + 1 Table + 2 Pictures
This scientific paper is based on the case of a schizophrenic patient with nursing
problems of delusions of grandeur in the inpatient ward of the Prof. Mental
Hospital. Dr. V. L. Ratumbuysang, North Sulawesi Province. Schizophrenia is a
form of functional psychosis with major disturbances in thought processes as well
as disharmony (rifts, splits) between thought processes, affect or emotions,
volition and psychomotor accompanied by distortion of reality, especially due to
delusions and hallucinations, associations are divided so that incoherence arises.
Delusions of Grandiosity is a person's beliefs or beliefs about himself that are not
in accordance with actual reality. This scientific paper is in the form of a case
study in which nursing care is carried out for patients with the case study process
including assessment, diagnosis, intervention, implementation and evaluation.
The nursing care process carried out for both patients uses an implementation
strategy that includes: SP 1: Reality orientation training: orientation to people,
place and time as well as the surrounding environment. SP 2: Teach how to take
medication regularly. SP 3: Train to fulfill basic needs. SP 4: Train your positive
abilities. In this case study only two patients were taken, namely Mrs. A.D and
Mrs. M. I. T and in these two patients a comparison was carried out. The purpose
of this case study is so that researchers can provide nursing care to Mrs. A.D and
Mrs. M. I. T so that patients can learn and increase their knowledge and
researchers can also find out the comparison.
Keywords: Schizophrenia, Delusions of Grandiosity
Literature: 12 (2020- 2023)

iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini
Nama : Teorista Noor Dinata Setyaningsih
NIM : 21200008
Program Studi : D III Keperawatan
Alamat : Jl. 14 Februari 9 Komp. RS. R.W. Mongisidi Manado
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Jiwa Skizofrenia Dengan Masalah
Keperawatan Waham Kebesaran di Rumah Sakit jiwa Prof. Dr.
V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini merupakan hasil karya saya sendiri
dan semua literature yang di kutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan
benar. Apabila ternyata ditemukan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan hasil karya
orang lain baik sebagian maupun keseluruhan maka saya bersedia menerima
sanksi berupa pencabutan gelar akademik.

Manado , Maret 2024


Yang membuat pernyataan

Teorista Noor Dinata Setyaningsih

v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Skizofrenia pada pasien Ny.
A. D dan Ny. M. I. T Dengan Masalah Keperawatan Waham Kebesaran” Adapun
maksud dan tujuan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi
tugas akhir sebagai persyaratan dalam menyelesaikan proses Pendidikan Diploma
III Keperawatan di Akademi Keperawatan Rumkit TK. III Manado. Namun
dengan adanya doa, bimbingan dan arahan serta motivasi dari berbagai pihak,
maka Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu pekenankanlah
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kolonel Ckm (Purn). Budi Setiawan, S.H., A.Md.Kep, selaku ketua


Yayasan Wahana Bakti Karya Husada perwakilan Sulawesi Utara.
2. dr. Bambang Setiawan, M.Kes selaku direktur Akademi Keperawatan
Rumkit TK. III Manado yang telah membimbing dan mendidik penulis
selama mengikuti pendidikan.
3. Velicia Tampil, S.E.,ME selaku pimpinan sidang Karya Tulis Ilmiah
4. Ns. Noifke Kaghoo, S.Kep.,M.Kes selaku Pembimbing I yang sudah
memberikan pengetahuan pada penulis dalam menyusun Karya Tulis
Ilmiah dalam bentuk Studi Kasus.
5. Ni Wayan Ariani, S.ST selaku Pembimbing II yang telah membantu
memberi petunjuk dan arahan bagi penulis dalam menyusun Karya Tulis
Ilmiah Studi Kasus.
6. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Keperawatan Rumkit TK. III Manado
yang telah banyak menyumbangkan ilmu pengetahuan sehingga penulis
mendapat kemudahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus.
7. Keluarga tercinta yang tak hentinya mencurahkan perhatian, kasih sayang,
terutama ibu dan bapak yang senantiasa memberikan dorongan baik moral
maupun material serta doa untuk keberhasilan penulis.

vi
8. Bripda Rahmat Hidayat terimakasih telah berkontribusi banyak dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, yang selalu meluangkan waktu, tenaga,
ataupun pikiran kepada saya.
9. Almamater SPARTA yang telah memberikan motivasi dan menjadi
inspirasi buat penulis dalam menyelesaikan Studi Kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan
penulis ini.

Manado , Maret 2024

Penulis

Teorista Noor Dinata S.

vii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .......................................................v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


A.Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
C.Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
D.Tujuan ................................................................................................................ 4
E.Manfaat ............................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................. 6


A.Konsep Dasar Skizofrenia .................................................................................. 6
B.Konsep Dasar Waham ........................................................................................ 8
C.Asuhan Pengkajian Waham ............................................................................. 20

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 26


A.Desain Studi Kasus........................................................................................... 26
B.Batasan Istilah .................................................................................................. 26
C.Partisipan .......................................................................................................... 26
D.Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................................ 27
E.Pengumpulan Data ............................................................................................ 27
F.Uji Keabsahan Data .......................................................................................... 27
G.Analisa Data ..................................................................................................... 27
H.Etika Penelitian ................................................................................................ 28

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 29


A.Hasil ................................................................................................................. 29
B.Pembahasan ...................................................................................................... 53

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 56


A.Kesimpulan ...................................................................................................... 56
B.Saran ................................................................................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 58

viii
LAMPIRAN.........................................................................................................60

ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1 Rentang Respon ....................................................................................11

Gambar 2 Pohon Masalah Waham........................................................................23

x
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1 Rencana Keperawatan...............................................................................24

xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan mental menjadi perhatian serius dalam bidang kesehatan ,
seiring dengan peningkatan insiden penyakit mental, termasuk skizofrenia
yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif seseorang. Hal ini menyebabkan
kesulitan dalam pemikiran yang jernih, manajemen emosi yang terganggu,
dan tantangan dalam berinteraksi soisal. Gangguan ini dapat bersifat
episodik atau bersifat kronis, berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
(Lero et al., 2023)

Skizofrenia adalah bentuk psikosis, suatu jenis gangguan mental yang


dicirikan oleh distorsi dalam berpikir, persepsi, emosi, bahasa, rasa diri dan
perilaku. Gejala umum dari skizofrenia mencakup: 1) pengalaman
halusinasi dimana seseorang mendengar,melihat, atau merasakan sesuatu
yang sebenarnya tidak ada; 2) waham yaitu keyakinan atau kecurigaan yang
tidak sesuai dengan realitas dan tidak dimiliki oleh orang lain dalam konteks
budaya mereka; 3) perilaku yang tidak normal, seperti tindakan tidak
teratur, berkeliaran tanpa tujuan, berbicara sendiri, penampilan aneh, kurang
peduli terhadap penampilan diri, atau tampak tidak terurus; 4) ucapan yang
tidak teratur, seperti berbicara yang tidak koheren atau tidak relevan;
dan/atau 5) gangguan emosi, yang ditandai oleh apatis atau
ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi secara jelas melalui
ekspresi wajah atau bahasa tubuh. (Paramita, 2021)

Distorsi dalam proses berpikir, yang ditandai oleh gejala positif seperti
waham, merupakan salah satu manifestasi dari skizofrenia. Orang yang
mengalami gejala ini cenderung melakukan tindakan-tindakan yang sesuai
dengan jenis waham yang mereka alami. Misalnya, mereka mungkin
memiliki tingkat kecurigaan yang tinggi terhadap diri sendiri atau orang
lain, meyakini bahwa mereka memiliki kekuasaan yang luar biasa atau
kekuatan yang melebihi manusia pada umumnya, menganggap diri mereka
memiliki penyakit yang parah atau dapat menular kepada orang lain, atau

1
bahkan percaya bahwa mereka sudah meninggal. Waham adalah keyakinan
yang tidak sesuai dengan realitas dan sulit diubah secara logis oleh pihak
lain. Keyakinan ini muncul dari pemikiran yang telah kehilangan kontrol.
Waham dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam proses perkembangan,
seperti pengalaman penolakan, eksposur terhadap kekerasan, kurangnya
kasih sayang, konflik dalam hubungan orang tua, dan pengalaman aniaya.
(Yuli, 2023)

Dampak yang timbul dariPasien menampakkan gejala waham dengan


menolak untuk makan dan kurang memperhatikan perawatan diri. Ekspresi
wajahnya mencerminkan perasaan sedih, gembira, atau ketakutan tanpa
sebab yang jelas. Gerakannya tidak terkontrol, mudah tersinggung, dan isi
pembicaraannya sering tidak sesuai dengan realitas, terkadang bahkan
terkait dengan hal-hal yang tidak nyata. Pasien cenderung menghindar dari
interaksi dengan orang lain, sering mendominasi pembicaraan,
menggunakan bahasa kasar, dan terlibat secara berlebihan dalam kegiatan
keagamaan.. Untuk mengurangi atau memperkecil dampak dari kejadian
waham tersebut dibutuhkan penanganan yang tepat yang diberikan oleh
perawat untuk mengontrol kejadian waham dengan melakukan Strategi
pelaksanaan dan terapi aktivitas kelompok. (Lero et al., 2023)

Menurut World Health Organization (WHO) 2022 terdapat 300 juta


orang di seluruh dunia mengalami gangguan jiwa seperti depresi, bipolar,
demensia, termasuk 24 juta orang yang mengalami skizofrenia. Dari data
prevalensi skizofrenia tercatat relatif lebih rendah dibandingkan dengan data
prevalensi gangguan jiwa lainnya. Namun berdasarkan National Institute of
Mental Health (NIMH), skizofrenia merupakan salah satu dari 15 penyebab
besar kecacatan di seluruh dunia. (Mashudi, 2022) Gangguan proses pikir
waham biasanya dianggap sulit untuk diobati. Pada populasi umum
gangguan proses pikir waham memiliki prevalensi sekitar 0,18%, sedangkan
prevalensi pada rawat inap psikiatris antara 1 dan 4%. Prevalensi gangguan
proses pikir waham sebenarnya cenderung lebih tinggi, dikarenakan

2
kurangnya wawasan dalam mencegah serta mencari bantuan dalam
mengenali penyakit tersebut ( Amidos et al., 2022)

Berdasarkan data Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang


Provinsi Sulawesi Utara tahun 2023 selama 3 bulan terakhir yang
mengalami Skizofrenia berjumlah 224 orang, yang mengalami masalah
keperawatan waham berjumlah 15 orang.

Faktor-faktor yang memengaruhi kekambuhan skizofrenia bisa


kompleks, namun empat faktor yang umumnya diidentifikasi termasuk
peran pengobatan yang tidak konsisten, tekanan lingkungan, tingkat
dukungan sosial, dan faktor biologis seperti ketidakseimbangan zat kimia
otak. Mempertahankan pengobatan yang teratur dan dukungan sosial yang
adekuat dapat berperan penting dalam mengelola risiko kekambuhan pada
individu dengan skizofrenia; Tiga faktor utama yang memengaruhi
kekambuhan skizofrenia melibatkan kepatuhan pengobatan, peran
pengasuh, dan dukungan keluarga. Kepatuhan pada pengobatan rutin dapat
mengurangi risiko kekambuhan, meskipun penggunaan anti psikotik jangka
panjang dapat menyebabkan efek samping seperti gerakan tidak terkontrol
dan mengantuk. Selain itu, pengetahuan keluarga juga memainkan peran
kunci dalam pencegahan kekambuhan. Pengetahuan keluarga memengaruhi
perilaku dan penilaian terhadap pasien skizofrenia, dengan pengetahuan
yang efektif dapat meningkatkan kemampuan adaptasi pasien. Kurangnya
pengetahuan keluarga dapat menyebabkan sikap kurang asertif terhadap
pasien, dan kekurangan pemahaman tentang kesehatan mental dalam
keluarga dapat mengarah pada perawatan yang tidak adil terhadap pasien.
Oleh karena itu, selain perawatan medis, pengetahuan tentang karakteristik
skizofrenia penting bagi pasien dan keluarganya untuk memastikan
penanganan yang lebih baik.. (Paramita, 2021)

Berdasarkan latar belakang di atas yang sudah dijelakan, sehingga


penulis tertarik untuk menerapkan Asuhan Keperawatan pada Pasien
Skizofrenia dengan Masalah Keperawatan Waham Kebesaran di Rumah
Sakit Jiwa Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara.

3
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Jiwa Pada pasien Skizofrenia
dengan masalah Keperawatan Waham Kebesaran di Rumah Sakit Jiwa
Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mampu diterapkan Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien Ny. A. D
dan Ny. M.I. T Skizofrenia dengan masalah Keperawatan Waham
Kebesaran di Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara.
2. Tujuan khusus
a. Dilakukan Pengkajian pasien Skizofrenia Dengan Masalah
Keperawatan Waham Kebesaran di Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang
Provinsi Sulawesi Utara.
b. Dirumuskan Diagnosa Keperawatan pada Pasien Skizofrenia dengan
Masalah Keperawatan Waham Kebesaran di Rumah Sakit Jiwa
Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara.
c. Dilakukan Perencanaan pada Pasien Skizofrenia dengan Masalah
Keperawatan Waham Kebesaran di Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang
Provinsi Sulawesi Utara.
d. Dilakukan Implementasi pada Pasien Skizofrenia dengan Masalah
Keperawatan Waham Kebesaran di Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang
Provinsi Sulawesi Utara.
e. Dilakukan Evaluasi pada Pasien Skizofrenia dengan Masalah
Keperawatan Waham Kebesaran di Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang
Provinsi Sulawesi Utara.
D. Manfaat
1. Manfat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Dengan malakukan penelitian secara langsung peneliti mendapat
pengalaman dalam mengupayakan masalah waham kebesaran
pada pasien skizofrenia dapat teratasi dan peneliti juga bisa
mendapat ilmu atau pengetahuan, keterampilan serta wawasan
semakin meningkat.

4
b. Bagi Instusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan pengembangan pada pembelajaran,
meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta menjadi refrensi
bagi mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan dengan
masalah keprawatan waham kebesaran pada pasien skizofrenia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pasien
Pasien yang mengalami skizofrenia mendapat informasi dan
bantuan dalam mengatasi masalah perawatan dalam bentuk
asuhan keperawatan dengan standar yang berlaku.
b. Bagi Profesi Keperawatan
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk tenaga perawat
dalam mengatasi masalah waham kebesaran
c. Bagi Rumah Sakit
Bisa dijadikan bahan acuan pada saat melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien skizofrenia dengan masalah
keperawatan waham kebesaran.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Skizofrenia
1. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari kata yang terdiri dari “schizo” berarti terbagi,
dan “phrenia” yang berarti pikiran. Jadi Skizofrenia adalah seseorang
yang jiwanya terganggu sehingga gangguan ini berpengaruh pada setiap
pikiran, perasaan dan perilaku. (Santoso, 2020).
Skizofrenia adalah gangguan psikologis fungsional yang ditandai oleh
gangguan utama pada proses berpikir, menciptakan disharmoni antara
proses pikir, efek/emosi, kemauan, dan psikomotor. Gejalanya melibatkan
distorsi kenyataan, terutama disebabkan oleh waham dan halusinasi.
Asosiasi pikiran terbagi-bagi, menyebabkan inkohrensi atau
ketidaklurusannya. Penderita skizofrenia juga dapat mengalami afek dan
emosi yang tidak sesuai atau inadekuat, sementara perilaku psikomotor
mereka dapat mencerminkan penarikan diri, ambivalensi, dan tingkah laku
yang bizar. Dengan kata lain, skizofrenia melibatkan gangguan kompleks
dalam berbagai aspek fungsi mental dan perilaku individu.((Frebriyana,
2021)
Jadi dapat disimpulkan penyakit skizofrenia adalah suatu masalah jiwa
yang terganggu dimana dapat mempengaruhi individu dalam berpikir,
merasakan, dan berperilaku.
2. Tipe Skizofrenia
Menurut (Ramayani, 2019) Skizofrenia dibagi menjadi beberapa jenis
yaitu:
a. Skizofrenia Simplek
Deskripsi tersebut menggambarkan gejala gangguan kepribadian
skizoid. Gangguan kepribadian skizoid sering muncul pertama kali pada
usia pubertas. Gejala utamanya melibatkan kedangkalan emosi dan
kemunduran kemauan, yang dapat menyebabkan individu tampak
dingin, jauh, atau kurang tertarik pada interaksi sosial. Meskipun
gangguan ini tidak selalu menyebabkan gangguan proses berfikir,

6
waham, atau halusinasi, individu dengan jenis gangguan kepribadian ini
cenderung lebih terisolasi secara emosional dan cenderung menarik diri
dari hubungan sosial.
b. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya berlangsung secara perlahan atau subakut, sering
muncul pada masa remaja, khususnya di antara usia 15 hingga 20 tahun.
Gejalanya yang mencolok melibatkan gangguan dalam proses berpikir,
kelainan dalam kemauan, dan munculnya depersonalisasi atau keadaan
ganda pada diri. Gangguan psikomotor, seperti manerisme,
pembentukan kata baru (neologisme), atau tingkah laku yang cenderung
kekanak-kanakan, seringkali terlihat. Waham dan halusinasi juga
menjadi ciri khas yang muncul secara signifikan.
c. Skizofrenia Katatonia
Deskripsi tersebut cocok dengan gejala awal episode psikotik,
seperti pada gangguan skizofrenia. Psikosis seringkali muncul pertama
kali pada rentang usia 15-30 tahun, dan seringkali disebabkan oleh stres
emosional. Gejala akut seperti kegelisahan katatonik atau katatonik
stupor dapat terjadi selama episode psikotik. Keadaan ini mencirikan
periode di mana individu mengalami pemisahan dari realitas, mungkin
mengalami halusinasi atau waham, dan dapat terjadi perubahan
signifikan dalam fungsi kognitif dan emosional mereka.
d. Skizofrenia Paranoid
Tanda yang mencolok dalam kondisi ini adalah munculnya waham
utama, yang diikuti oleh waham tambahan dan pengalaman halusinasi.
Melalui pemeriksaan yang cermat, dapat terungkap adanya gangguan
dalam proses berfikir, ketidaknormalan dalam ekspresi emosi, dan
penurunan kemauan.
e. Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia muncul secara tiba-tiba, dan pasien mengalami
sensasi seolah-olah berada dalam keadaan mimpi. Kesadarannya
mungkin terasa kabur. Pada kondisi ini, timbul perasaan seakan-akan
dunia sekitarnya dan identitas dirinya mengalami perubahan,

7
semuanya tampak memiliki makna yang sangat khusus bagi pasien.
f. Skizofrenia Residual
Skizofrenia dengan gejala primer menurut Bleuler, namun tanpa
kejelasan terkait adanya gejala sekunder. Kondisi ini muncul setelah
beberapa episod serangan Skizofrenia.
g. Skizofrenia Afektif
Selain gejala Skizofrenia, terdapat juga gejala yang mencolok
seperti depresi (skizo depresif) atau mania (psiko-manik). Jenis ini
memiliki kecenderungan untuk pemulihan tanpa efek samping,
meskipun mungkin juga akan mengalami serangan kembali.
3. Gejala Skizoenia
Menurut (Ramayani, 2019) gejalanya dibagi menjadi dua:
1) Gangguan proses pikir (bentuk, langkah, dan isi pikiran) dan yang
paling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi.
2) Gangguan afek emosi
a) Terjadi kedangkalan afek emosi
b) Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan
c) Emosi berlebihan
d) Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang
baik
B. Konsep Dasar Waham
1. Definisi Waham
Waham merupakan keyakinan yang tertanam kuat dan tidak dapat
dikoreksi berdasarkan fakta dan realitas. Keyakinan ini bersifat patologis
dan tidak terkait dengan norma kebudayaan lokal. Kehadiran waham
menandakan adanya gangguan mental yang serius, dan konten waham
dapat memberikan wawasan terhadap faktor-faktor dinamis yang menjadi
penyebab gangguan mental. Pembentukan keyakinan waham berfungsi
sebagai mekanisme pertahanan diri terhadap rasa takut dan untuk
memenuhi kebutuhan individu. (Amidos et al., 2022 )
Waham merujuk pada keyakinan yang tidak benar, berdasarkan
kesimpulan yang keliru tentang faktor eksternal, tidak sejalan dengan

8
tingkat kecerdasan dan latar belakang budaya pasien, dan tidak dapat
diperbaiki dengan alasan. Ini adalah keyakinan klien yang tidak sesuai
dengan realitas, dipertahankan tanpa dapat diubah secara logis oleh orang
lain. Keyakinan ini muncul dari pemikiran klien yang kehilangan kendali.
(Amidos et al., 2022 )
Dengan merujuk pada beberapa definisi di atas, dapat disarikan bahwa
waham adalah suatu keyakinan yang tidak benar dan dipertahankan secara
teguh oleh klien tanpa didukung oleh bukti-bukti yang konkret.
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
Keterlibatan keluarga yang relatif kuat dalam konteks delusi
atau waham dapat dihubungkan dengan pola partisipasi. Anggota
keluarga yang mengekspresikan gangguan ini memiliki risiko yang
lebih tinggi untuk mengalaminya dibandingkan dengan orang-
orang pada umumnya. Penelitian pada manusia kembar juga
mengindikasikan adanya faktor keterlibatan. (Santoso, 2020)
2) Teori Psikososial
Sistem keluarga dalam perkembangan skizofrenia dianggap
sebagai keluarga dengan fungsi yang tidak optimal. Ketegangan di
antara pasangan suami-istri memiliki dampak pada anak-anak.
Berbagai masalah dalam lingkungan keluarga dapat menghambat
perkembangan anak. (Meilasari, 2021)
3) Teori Interpersonal
Dikemukakan oleh (Lero et al., 2023) Seseorang yang
mengalami psikosis cenderung menciptakan dinamika hubungan
orang tua-anak yang sarat dengan tingkat kecemasan yang tinggi.
Jika kondisi ini tidak diatasi, dapat mengakibatkan perasaan
ambivalen terhadap konsep diri anak.
4) Psikodinamika
Keterbatasan rangsangan atau perhatian dari ibu dapat
menghambat perkembangan emosional, menyebabkan bayi

9
mengalami gangguan dalam pembentukan rasa aman, dan
kegagalan dalam membangun kepercayaan diri. Hal ini
mengakibatkan terbentuknya ego yang rentan karena rusaknya
harga diri yang parah, munculnya perasaan kehilangan kendali,
ketakutan, dan ansietas berat. Sikap curiga terhadap orang lain
dapat muncul sebagai manifestasi dan berlanjut sepanjang
kehidupan. Proyeksi menjadi mekanisme koping yang umum
digunakan sebagai bentuk pertahanan terhadap pengalaman
emosional tersebut.(Amidos et al., 2022)
b. Faktor Presipitasi
1) Stres biologi
Stres biologi yang berhubungan dengan respon neurologi yang
maladaptif termasuk:
a) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
proses informasi.
b) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.
2) Stres Lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
3) Pemicu Gejala
Pemicu merujuk pada faktor pendorong dan stimulus yang
secara reguler memicu munculnya episode baru dalam suatu
penyakit. Pemicu ini umumnya terkait dengan respons neurobiologis
yang tidak sesuai dengan kesehatan. Faktor-faktor ini dapat berasal
dari lingkungan, sikap, dan perilaku individu.

10
3. Rentang Respon
Menurut (Amidos et al., 2022), rentang respon waham sebagai berikut :
Respon adatif Respon maladatif

Pikiran logis Disorientasi pikiran Gangguan pikir


waham
Persepsi Akurat Ilusi Sulit berespon
Emosi Konsisten Reaksi emosi ber (+/-) Perilaku kacau
Perilaku sosial Perilaku aneh / tidak Isolisasi sosial
Berhubungan sosial biasa Halusinasi
Menarik diri
Gambar 1 Rentang respon Waham

4. Fase Waham
Menurut (Santoso, 2020) Proses terjadinya waham dibagi menjadi
enam yaitu:
a. Fase Lack of Human need
Waham sering kali bermula dari ketidakpuasan kebutuhan klien,
baik secara fisik maupun psikologis. Dari segi fisik, individu dengan
waham sering kali berasal dari lapisan sosial dan ekonomi yang sangat
terbatas. Mereka sering menghadapi kondisi kehidupan yang sulit dan
kurang sejahtera. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat
mendorong mereka untuk mengadopsi bentuk kompensasi yang tidak
tepat. Di sisi lain, ada juga klien yang memiliki kecukupan sosial dan
ekonomi, namun mengalami kesenjangan antara realitas dan ideal diri
yang tinggi. Sebagai contoh, seseorang mungkin memiliki gelar
sarjana tetapi sangat ingin dianggap sebagai individu yang sangat
cerdas, berpengalaman, dan dihormati dalam lingkupnya. Waham
seringkali muncul karena adanya kebutuhan yang mendalam untuk
diakui dan eksis dalam dunia ini. Faktor-faktor seperti rendahnya

11
penghargaan selama masa pertumbuhan dan perkembangan juga dapat
memengaruhi munculnya waham.
b. Fase lack of self esteem
Ketidakmampuan untuk menerima pengakuan dari lingkungan,
bersamaan dengan kesenjangan yang signifikan antara citra diri yang
diharapkan (self ideal) dan realitas diri (self reality), menciptakan
situasi di mana kebutuhan yang mendasar tidak terpenuhi. Terlebih
lagi, dalam konteks di mana lingkungan telah mencapai standar tinggi
dengan kekayaan dan teknologi komunikasi canggih, respons adaptif
terhadap kondisi ini terkadang tidak sesuai. Sebagai contoh, meskipun
individu tersebut berpendidikan tinggi dan memiliki kekuasaan yang
besar, mereka tetap mempertahankan citra diri yang melebihi
lingkungan sekitarnya. Ironisnya, realitas diri mereka jauh dari
harapan tersebut. Dari segi pendidikan, materi, pengalaman, serta
dukungan sistem semuanya mengalami kekurangan yang signifikan.
c. Fase control internal external
Klien berusaha untuk bersikap rasional dengan menyadari bahwa
keyakinannya atau pernyataannya tidak berdasar dan cenderung
menutupi kekurangan serta tidak sesuai dengan realitas. Namun,
menghadapi realitas merupakan tugas yang sangat sulit bagi klien ini.
Kekurangan ini berakar dari ketidakoptimalan pemenuhan kebutuhan
tersebut sejak masa kecil. Meskipun lingkungan sekitar klien berupaya
memberikan koreksi terhadap pernyataan yang tidak benar, usaha ini
tidak selalu efektif karena tingginya tingkat toleransi dan keinginan
untuk menjaga perasaan klien. Lingkungan cenderung menjadi
pendengar pasif dan enggan melakukan konfrontasi yang
berkelanjutan, dengan alasan bahwa pengakuan dari klien tidak secara
langsung merugikan orang lain..
c. Fase environment support
Kepercayaan beberapa individu di lingkungan klien menyebabkan
klien merasa didukung. Seiring berjalannya waktu, klien mulai
menganggap apa yang dikatakan orang-orang tersebut sebagai

12
kebenaran karena sering diulang. Dari sini, mulai muncul masalah
kontrol diri dan disfungsi norma (Super Ego), yang ditandai dengan
hilangnya perasaan bersalah ketika berbohong..
e. Fase comforting
Klien merasa puas dengan keyakinan dan kebohongannya, dan
meyakini bahwa semua orang cenderung mempercayainya dan
memberikan dukungan. Keyakinan ini sering disertai oleh pengalaman
halusinasi ketika klien berada sendirian dan terpisah dari
lingkungannya. Akibatnya, klien semakin memilih untuk menyendiri
dan menghindari interaksi sosial, menciptakan pola isolasi sosial yang
lebih sering terjadi.
f. Fase improving
Tanpa adanya konfrontasi dan upaya koreksi yang dilakukan,
keyakinan yang keliru pada klien cenderung meningkat seiring
berjalannya waktu. Waham yang muncul seringkali terkait dengan
pengalaman traumatis masa lalu atau kebutuhan yang tidak terpenuhi
(rantai yang terputus). Waham ini cenderung menjadi permanen dan
sulit untuk dikoreksi. Isi dari waham tersebut dapat menimbulkan
ancaman terhadap diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu,
sangat penting untuk mengguncang keyakinan klien melalui
pendekatan konfrontatif, sambil juga memperkaya keyakinan
religiusnya dengan meyakinkan bahwa tindakan tertentu dapat
menghasilkan dosa besar dan memiliki konsekuensi sosial yang
signifikan.
5. Jenis Waham
Menurut (Meilasari, 2021) bahwa jenis waham yaitu :

a. Waham kebesaran: Seseorang meyakini bahwa dirinya memiliki


keagungan atau kekuasaan istimewa yang diutarakan secara berulang,
meskipun klaim tersebut tidak sesuai dengan realitas. Contohnya, bisa
berupa pernyataan seperti, "Saya adalah pejabat di Departemen
Kesehatan!" atau, "Saya memiliki tambang emas."

13
b. Waham curiga: Seseorang meyakini bahwa ada pihak atau kelompok
tertentu yang berupaya merugikannya atau menyakiti dirinya, dan
keyakinan tersebut diucapkan berulang kali, meskipun tidak sesuai
dengan kenyataan. Contohnya, seperti mengatakan, "Saya yakin semua
saudara saya berusaha menghancurkan hidup saya karena mereka iri
dengan kesuksesan yang saya capai."
c. Waham agama: Seseorang meyakini suatu agama secara berlebihan dan
mengutarakan keyakinan tersebut secara berulang, walaupun keyakinan
tersebut tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya, seperti menyatakan,
"Saya harus mengenakan pakaian putih setiap hari agar bisa masuk
surga."
d. Waham somatic: Seseorang yakin bahwa tubuhnya atau sebagian
tubuhnya mengalami gangguan atau terkena penyakit, dan keyakinan
tersebut diucapkan berulang kali, meskipun tidak sesuai dengan fakta.
Sebagai contoh, bisa dikatakan, "Saya meyakini bahwa saya menderita
kanker," walaupun pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan
tanda-tanda kanker, namun pasien tetap bersikeras bahwa ia mengalami
penyakit tersebut.
e. Waham nihilistik: Seseorang meyakini bahwa dirinya telah meninggal
atau tidak lagi ada di dunia ini, dan keyakinan tersebut diulang berkali-
kali, meskipun tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh dari pernyataan
tersebut bisa berbunyi, "Saya yakin ini adalah alam kubur, dan semua
yang ada di sini adalah roh-roh".
f. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan ke dalam pikirannya.
g. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa
yang dia pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya
kepada orang tersebut
6. Tanda dan Gejala
Menurut (Tri & Oktaviani, 2022) Tanda dan gejala gangguan proses
pikir dalam bentuk waham dapat dikelompokkan menjadi tujuh gejala,
melibatkan penolakan terhadap makan dan penggunaan bahasa yang

14
kasar.
a. Waham Kebesaran
1) DS : Klien menyatakan bahwa dia memiliki peran sebagai presiden,
nabi, wali, artis, dan sejumlah peran lainnya yang tidak sesuai
dengan fakta tentang dirinya.
2) DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti
c) Klien mudah marah
d) Klien mudah tersinggung
b. Waham Curiga
1) DS :
a) Klien menunjukkan tingkat kecurigaan dan kewaspadaan
yang berlebihan terhadap orang-orang tertentu.
b) Klien menyatakan bahwa ia merasa sedang diawasi dan
menganggap dirinya berada dalam ancaman atau bahaya.
2) DO :
a) Klien tampak waspada.
b) Klien tampak menarik diri.
c) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya.
d) Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti )
c. Waham Agama
1) DS : Klien menunjukkan keyakinan yang berlebihan terhadap suatu
agama, yang diungkapkan secara berulang-ulang namun tidak
konsisten dengan fakta atau realitas.
2) DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Klien tampak bingung karena harus melakukan isi
wahamnya
c) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti)

15
d. Waham Somatik
1) DS :
a) Klien mengatakan merasa yakin menderita penyakit fisik
b) Klien mengatakan merasa khawatir sampai panik
2) DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti )
c) Klien tampak bingung
d) Klien mengalami perubahan pola tidur
e) Klien kehilangan selera makan
e. Waham Nihilistik
1) DS : Klien menyatakan berulang-ulang bahwa ia telah meninggal
dunia, namun pernyataan tersebut tidak sesuai dengan realitas atau
fakta.
2) DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti )
c) Klien tampak bingung
d) Klien mengalami perubahan pola tidur
e) Klien kehilangan selera makan
f. Waham Sisip Pikir :
1) DS :
a) Klien mengatakan ada ide pikir orang lain yang disisipkan
dalam pikirannya yang disampaikan secara berulang dan
tidak sesuai dengan kenyataan.
b) Klien mengatakan tidak dapat mengambil keputusan
2) DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Klien tampak bingung

16
c) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti)
d) Klien mengalami perubahan pola tidur
g. Waham Siar Pikir
1) DS :
a) Klien mengatakan bahwa orang lain mengetahui apa yang
dia pikirkan yang dinyatakan secara berulang dan tidak
sesuai dengan kenyataan.
b) Klien mengatakan merasa khawatir sampai panik
c) Klien tidak mampu mengambil keputusan
2) DO :
a) Klien tampak bingung
b) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti)
c) Klien tampak waspada
d) Klien Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
e) kehilangan selera makan
7. Penatalaksanaan Medis Menurut (Amidos et al., 2022)
penatalaksanaan medis waham antara lain :
a. Psikofarmalogi

1) Litium Karbonat, jenis litium yang umumnya digunakan untuk


mengobati gangguan bipolar, diikuti oleh litium sitial. Tetap efektif
dalam menjaga stabilitas mood pada individu dengan gangguan
bipolar. Gejala-gejala dapat mereda dalam rentang waktu 1-3
minggu setelah konsumsi obat ini. Litium juga digunakan untuk
mencegah atau mengurangi intensitas serangan kambuh pada
pasien bipolar yang memiliki riwayat mania.

2) Haloperidol merupakan antipsikotik (tranquilizer utama) pertama


dari kelompok butirofenon. Mekanisme kerjanya belum
sepenuhnya diketahui. Haloperidol terbukti efektif dalam
mengatasi gangguan perilaku serius pada anak-anak yang
cenderung melawan dan meledak-ledak. Obat ini juga bermanfaat

17
dalampengobatansementara pada anak anak yang mengalami hipera
ktivitas. Keterlibatan dalam aktivitas motorik yang berlebihan
dapat menunjukkan adanya gangguan perilaku, seperti impulsif,
kesulitan dalam menjaga fokus perhatian, tingkah agresif, fluktuasi
suasana hati yang tidak stabil, dan kurangnya toleransi terhadap
frustrasi.

3) Karbamazepin telah terbukti berhasil dalam mengatasi kejang


psikomotor dan nyeri trigeminal. Secara kimiawi, obat ini tidak
terkait dengan obat antikonvulsan lain atau obat yang umumnya
digunakan untuk mengatasi rasa sakit pada neuralgia trigeminal.
a) Pasien yang mengalami hiperaktif atau agitasi memiliki risiko
potensi rendah terhadap obat antipsikotik. Pendekatan ini
bertujuan mengurangi dan mengatasi gejala agitasi guna
menjaga keamanan pasien. Metode ini melibatkan penggunaan
obat antipsikotik untuk meredakan gejala waham pada pasien.
b) Antipsikotik atipikal, seperti olanzapin dan risperidone,
merupakan opsi pertama. Risperidone hadir dalam tablet 1mg,
2mg, dan 3mg, sementara Clozapine tersedia dalam tablet
25mg dan 100mg.
c) Antipsikotik tipikal seperti klorpromazin dan haloperidol
digunakan dalam dosis klorpromazin sebanyak 25-100mg.
Keefektifan obat ini terlihat dalam meredakan gejala positif.
d) Retreat tinggi potensial terjadi pada seseorang yang mengalami
waham. Individu ini cenderung menjauh dari interaksi sosial
dengan orang lain dan lebih fokus pada dunianya sendiri,
termasuk khayalan dan pemikirannya sendiri. Oleh karena itu,
salah satu pendekatan dalam manajemen pasien yang
mengalami waham adalah potensi penarikan diri. Hal ini
menunjukkan bahwa penanganannya lebih difokuskan pada
gejala waham itu sendiri, khususnya pada gejala penarikan diri
yang berhubungan dengan kecanduan morfin yang biasanya
terjadi sebelum periode waktu berikutnya, menyebabkan

18
isolasi dari lingkungan sosial.
e) ECT (Electro Convulsive Therapy) tipe katatonik adalah suatu
metode dimana arus listrik dialirkan melalui otak untuk
menimbulkan kejang singkat. Prosedur ini menghasilkan
perubahan dalam keseimbangan kimiawi otak yang dapat
mengurangi gejala penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia
katatonik. ECT bisa menjadi opsi jika gejala sangat parah atau
jika pengobatan obat tidak efektif dalam meredakan episode
katatonik.
b. Psikoterapi
Meskipun penggunaan obat-obatan merupakan aspek penting
dalam mengatasi pasien yang mengalami waham, psikoterapi juga
memiliki peranan yang signifikan. Psikoterapi mungkin tidak cocok
untuk semua individu, terutama jika gejala sangat parah sehingga sulit
untuk terlibat dalam proses terapi yang melibatkan komunikasi dua
arah. Jenis psikoterapi antara lain :
1) Terapi perilaku atau biasa disebut behavioral therapy adalah
prosedur pengobatan yang berfokus pada perubahan perilaku,
pikiran dan perasaan negatif. Beberapa kondisi tersebut bisa
berdampak pada perilaku membahayakan diri.
2) Terapi kelompok adalah suatu bentuk psikoterapi yang melibatkan
satu atau lebih terapis yang bekerja dengan beberapa orang pada
waktu yang bersamaan. Jenis terapi ini tersedia secara luas di
berbagai lokasi termasuk praktik terapi swasta, rumah sakit, klinik
kesehatan mental, dan pusat komunitas.
3) Terapi keluarga adalah jenis konseling psikologis atau psikoterapi
yang dapat membantu setiap anggota keluarga agar dapat
meningkatkan komunikasi dan menyelesaikan masalah. Saat dalam
masa sulit, metode ini bisa dibilang sangat baik untuk menemukan
solusi yang tepat, hingga mendapatkan penanganan terkait masalah
kesehatan mental atau perilaku salah satu anggotanya.
4) Terapi dukungan adalah memberikan support terhadap klien

19
sehingga mampu menyelesaikan krisis yang dihadapinya dengan
cara membangun hubungan yang bersifat suportif antara klien-
terapis, meningkatkan kekuatan klien, meningkatkan keterampilan
koping klien, meningkatkan kemampuan klien menggunakan
sumber kopingnya, meningkatkan otonomi klien dalam keputusan
tentang pengobatan, meningkatkan kemampuan klien mencapai
kemandirian seoptimal mungkin, serta meningkatkan kemampuan
mengurangi distres subyektif dan respons koping yang maladaptif.
C. Asuhan keperawatan Waham
a. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Dalam identitas ada : nama pasien, usia, jenis kelamin, agama,
tempat tinggal atau alamat, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,
nomor rekam medik, alasan masuk, keluarga yang bisa dihubungi
(Santoso, 2020)
b. Alasan masuk rumah sakit
Masalah yang dialami pasien adalah suka menyendiri, terlihat
murung, menghiraukan dirinya, tidak mau beriteraksi,
berpenampilan tidak sesuai, dan membuat pihak lain terganggu
(Santoso, 2020).
c. Faktor predisposisi
1) Biologi
a) Faktor seseorang pernah mengalami nutrisi yang terganggu
dilihat dari anoreksia, BB menurun, dan rambut mengalami
kerontokan.
b) Gangguan jiwa juga dapat di alami karena adanya riwayat
keluarga
c) Seseorang yang pernah mengalami trauma kepala dan
riwayat penggunaan obat.
d) Mengalami kecacatan, adanya gangguan neuromuskular,
kelemahan dan kelelahan

20
2) Psikologis
a. Tidak dapat berkomunikasi, gagap dan kurangnya
keterampilan komunikasi verbal.
b. Terjadi perceraian dalam keluarga.
c. Pasien cepat down, kehilangan harapan karena kecewa,
menarik diri, dan mengalami cemas yang meningkat.
(Santoso , 2020).
3) Sosial budaya
Seseorang yang mengalami perubahan hidup berupa
pekerjaan yang sulit di dapatkan, keluarga yang tidak utuh,
adanya insiden dan kerusuhan. (Santoso, 2020).
d. Riwayat penyakit dahulu
Seseorang pernah mengalami trauma kepala dan infeksi.
(Santoso, 2020).
e. Pemeriksaan fisik
1) Pada saat terjadi kecemasan pasien mengalami peningkatan TD,
denyut nadi, dan pernafasan.
2) Ukur BB dan tinggi badan pasien
3) Pasien mengalami kecacatan, kelemahan sendi dan otot, dan
keluhan fisik
4) Penampilan pasien tidak bersih, tidak teratur, dan tidak terawat.
(Santoso , 2020).
f. Psikologi
Terjadinya skizofrenia dapat dipengaruhi oleh masalah psikologi:
1) Genogram
Menggambarkan minimal hubungan keluarga dengan
pasien, pola asuh dan keputusan dijelaskan serta masalah yang
terkait dengan komunikasi.
2) Konsep diri
a) Ketidakjelasan dalam pribadi seseorang dimana pasien
kadang tidak merasa cukup dengan identitasnya sebagai
wanita atau pria.

21
b) Pandangan buruk pada diri sendiri, misalnya pasien tidak
menyukai bagian tubuhnya contohnya pasien tidak suka
dengan ukuran badannya yang terlalu tinggi atau pendek.
c) Harga diri rendah dimana pasien merasa tidak dapat
melakukan apapun, menolak diri dan berpandangan tidak
punya harapan (Santoso , 2020).
g. Hubungan sosial
Saat terjalinnya hubungan sosial antara perawat dan klien,
biasanya perawat akan mengajukan pertanyaan seperti siapakah
orang berarti dalam hidup klien, kepada siapa tempatnya mengaduh,
berbicara, dan meminta support, penguatan dan bantuan.
h. Spritual
Pasien tidak mampu menjalankan aktivitas keagamaan secara
rutin (Santoso , 2020) .
i. Pemeriksaan mental
1) Penampilan
Berpenampilan tidak sesuai dengan pakaian yang diguanakan dan
tidak rapi dari atas kepala sampai kaki.
2) Karakteristik gaya bicara
Klien bisa didekripsikan sebagai pendiam, kadang bicara cepat
kadang lambat, tertahan, masa bodoh, berbicara tersendat-sendat,
dramatis, cepat emosi, kadang tidak sopan, keras, banyak bicara
dan membisu.
3) Alam perasaan
Ketika sedih pasien merasa percaya diri, tidak punya harapan,
ketakutan, putus asa dan khawatir.
4) Afek
Keadaan pasien bisa diketahui pada kondisi datar, labil dan
tumpul adalah saat pasien ada dalam situasi senang dan sedih
wajah pasien tidak mengekspresikannya keadaan yang dialami,
emosi pasien berubah sangat cepat, pasien mngeluarkan reaksi
hanya ketika mengalami luapan emosi yang kuat.

22
5) Interaksi selama wawancara
Saat beribicara pasien tidak mampu melihat orang yang
mengajaknya bcara, pasien cepat tersinggung, suka mencurigai,
dan tidak mau di ajak kerja sama.
6) Persepsi
Masalah persepsi berupa halusinasi tentang lingkungan yang
pasien rasakan dan pribadi pasien sangat perlu dijelaskan
berdasarkan kondisi dan gejala yang di alami saat mengalami
halusinasi.
j. Pohon Masalah
Berdasarkan data yang diperoleh, ditetapkan bahwa diagnosis
keperawatan waham adalah:

kerusakan komunikasi verbal


(Effect/akibat)

Gangguan proses pikir waham


(Core problem )

Harga diri rendah


( Causa/penyebab )

Gambar 2 pohon masalah waham

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Amidos et al., 2022) Masalah keperawatan yang sering
muncul pada klien waham adalah: Gangguan proses pikir: waham,
Kerusakan komunikasi verbal dan Harga diri rendah.

23
3. Rencana Keperawatan
Tabel 1. Rencana keperawatan (Tri & Oktaviani, 2022)

DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWA
TAN
TUJUAN KRITERIA INTERVENSI
TUM/TUK EVALUASI
GANGGUAN TUM : Setelah 3 hari Bina hubungan saling
PROSES Klien dapat interaksi selama percaya dengan
PIKIR berfikir 15 menit klien menguunakan prinsip
AHAM sesuai menunjukan komunikasi terapeutik :
realitas ekspresi wajah 1. Sapa klien dengan
TUK : bersahabat nama baik verbal
Klien dapat menunjukan rasa maupun non verbal
membina senang, ada kontak 2. Perkenalkan diri
hubungan mata, mau berjabat 3. tanyakan nama
saling tangan , lengkap,dan nama
percaya menyebutkan panggilan yang
nama , dan mau disukai klien
menjawab 4. Jelaskan tujuan
pertemuan. .

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan dilakukan dalam seringkali disebabkan oleh
kurangnya kebiasaan perawat dalam menggunakan rencana tertulis
ketika menjalankan tindakan keperawatan. (Amidos et al., 2022).
Pelaksanaan implementasi keperawatan jiwa dilakukan dengan
merujuk pada Strategi Pelaksanaan (SP) yang sesuai dengan setiap
masalah utama yang muncul. Dalam hal gangguan proses pikir,
terdapat empat jenis SP yang dapat diterapkan:
SP 1 : Latihan orientasi realita : orientasi orang, tempat, dan waktu
serta lingkungan sekitar.
SP 2 : Mengajarkan cara minum obat secara teratur
SP 3 : Melatih pemenuhan kebutuhan dasar
SP 4 : Melatih kemampuan positif yang dimiliki

24
5. Evaluasi Keperawatan
Proses evaluasi berlangsung secara terus-menerus untuk menilai
dampak tindakan keperawatan terhadap klien. (Amidos et al., 2022).
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan terhadap respons
diimplementasikan. Jenis dibedakan menjadi dua, Evaluasi proses atau
formatif dilakukan setelah tindakan telah dilaksanakan, dengan tujuan
untuk mengevaluasi seluruh proses pelaksanaan. Di sisi lain, evaluasi
hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respons klien
terhadap tujuan umum dan tujuan khusus. Dengan kata lain, evaluasi
formatif fokus pada penilaian dan perbaikan selama pelaksanaan,
sementara evaluasi sumatif mengevaluasi hasil akhir dan pencapaian
tujuan secara keseluruhan yang telah ditetapkan.

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Studi Kasus


Studi kasus ini berbentuk penelitian deskriptif merupakan studi untuk
mencari dan mendalami masalah Asuhan Keperawatan. Studi kasus yang ada
diarahkan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan seperti apa Asuhan
Keperawatan diterapkan secara langsung pada pasien Skizofrenia dengan
Masalah Keperawatan Waham Kebesaran di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V.
L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara.
B. Batasan Istilah
Dalam menjaga terjadinya pemahaman yang salah pada judul penelitian,
oleh karena itu pentingnya peneliti harus membrikan Batasan istilah yang
pakai dalam penelitian ini yaitu :
1. Asuhan keperawatan merupakan suatu metode yang terstruktur dan
bersistem dalam pemberian asuhan keperawatan yang dipusatkan pada
respond dan reaksi untuk individu pada suatu kelompok atau perorangan,
berhubungan dengan gangguan kesehatan yang sedang dihadapi atau
dirasakan baik secara actual maupun potensial. (Maulana et al., 2019)
2. Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan
utama pada proses pikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara
proses pikir, afek atau emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi
kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi, asosiasi terbagi-bagi
sehingga timbul inkoherensi. (Amidos et al., 2022)
3. Waham Kebesaran adalah keyakinan atau kepercayaan sesorang tentang
dirinya yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Waham
kebesaran menyebabkan seseorang merasa dirinya sangat hebat, memiliki
keistimewaan yang luar biasa, dan lain sebagainya. (Yuli, 2023)
C. Partisipan
Dalam keperawatan jiwa dan pasien merupakan partisipan. Subjek yang
digunakan ialah 2 pasien yang mempunyai kasus yang sama. Dalam
penelitian ini subjek yang digunakan yaitu pasien skizofrenia yang dewasa

26
mengalami gangguan proses pikir waham yang memiliki keyakinan atau
kepercayaan yang diyakini.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Studi kasus ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Prof. dr.
V.L.Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara.
2. Waktu
Penelitian akan dilaksanakan selama empat hari pada tanggal 21 – 24
Februari 2024.
E. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan
utama, perasaan, afek) sumber data adalah dari pasien, keluarga dan
perawat.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik.
3. Studi dokumentasi dari hasil rekam medis pasien.
F. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data berarti menguji kualitas data atau informasi yang
ditemukan sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Pada karya
tulis ilmiah ini keabsahan data dilaksanakan dengan :
1.Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan.
2.Menvalidasikan data yang sudah didapat dari pasien kepada orang lain
yang lebih mengerti.
G. Analisa Data
Analisa data dilaksanakan ditempat penelitian dengan proses
mengemukakan fakta, kemudian melakukan trigulasi data. Teknik analisa
data dipakai dengan cara setiap jawaban studi kasus yang didapat dari hasil
interprestasi data dinarasikan sesuai wawancara yang secara dalam dilakukan
demi menjawab rumusan masalah studi kasus. Teknik analisa data juga
dipakai dengan proses observasi oleh studi kasus dan studi dokumentasi yang
dimana data diperoleh untuk selanjutnya diiterpretasikan oleh peneliti dengan

27
membandingkan teori yang yang ada sebagai bahan dalam memberikan
rekomendasi untuk rencana keperawatan.
H. Etika Penelitian
Etika yang harus diperhatikan dalam studi kasus adalah :
1. Informed Consend (lembar persetujuan menjadi partisipan)
Informed Consend yaitu bentuk persetujuan pasien dalam rangka
melaksanakan tindakan yang diketahui dan ditanda tangani oleh perawat
ruangan, pasien dan penulis
2. Anonymity (tanpa nama hanya inisial yang dicantumkan)
Dalam menjaga kerahasiaan identitas subjek, penulis tidak
mencantumkan nama subjek pada lembar asuhan keperawatan, lembar
tersebut hanya akan memakai insial nama.
3. Confidientially (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dari pasien dijamin oleh penulis, hanya
kelompok data tertentu yang akan disajikan, informasi untuk pendidikan,
dan jika diperlukan untuk proses hukum.

28
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Hasil Pengambilan Data

Data di ambil di Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L Ratumbuysang Provinsi
Sulawesi Utara di ruangan Maengket yang dilaksanakan mulai dari tanggal 21
februari 2024 sampai 24 februari 2024. Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V. L
Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara berada di jalan Bethesda, Ranotana.
Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V. L Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara
memiliki fasilitas-fasilitas seperti Unit Gawat Darurat, Instalasi Gawat darurat
Laboraturium, Poliklinik yang didalamnya ada Pemeriksaan MMPI, Bebas
Narkoba dan berbadan sehat, Farmasi dan Rawat Inap yang terdiri dari
Ruangan Kabela, Bunaken, Maengket, Alabadiri, Cakalele, dan katrili.

2. Pengkajian
a. Identitas pasien

PEMERIKSAAN PASIEN 1 PASIEN 2


Ruang rawat Maengket Maengket
No. CM 27542 26534
Tanggal rawat 06 januari 2024 23 desember 2022
Tanggal Pengkajian 21 Februari 2024 21 februari 2024

IDENTITAS PASIEN 1 PASIEN 2


PASIEN
Nama Ny. A. D. (P) Ny. M. I. T. (P)
Umur 48 thn 56 thn
Pendidikan SD SMA
Pekerjaan ART Tidak ada
Alamat Malalayang Tuminting

29
b. Alasan masuk

ALASAN PASIEN 1 PASIEN 2


MASUK Pasien mengatakan Pasien mengatakan
majikannya yang keluargannya yang
mengantarnya ke RSJ dan membawanya di RSJ
pasien selalu mengaku karena sering marah-
bahwa dirinya orang kaya. marah dan selalu
mengaku dia seorang
pengusaha
DIAGNOSA
MEDIS Skizofrenia Skizofrenia

c. Riwayat kesehatan sekarang

RIWAYAT
KESEHATAN PASIEN 1 PASIEN 2
SEKARANG
Jelaskan kondisi Pasien tampak tenang Pasien tampak tenang
saat dikaji dan cemas dan putus asa

d. Faktor presipitasi

FAKTOR
PRESIPITASI PASIEN 1 PASIEN 2
(PENCETUS)
Biologi Pasien berbicara dengan Pasien bicara agak tidak
jelas jelas
Psikologi Pasien selalu Pasien sering
menyendiri menyendiri
Sosial Pasien Pemalu dan Pasien Mudah
Jarang berkomunikasi berkomunikasi dengan
dengan pasien yang lain orang lain

30
e. Faktor predisposisi

FAKTOR PASIEN 1 PASIEN 2


PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami
gangguan jiwa di
masa lalu ?
 Ya Tidak
Ya
 Tidak
2. Pengobatan
sebelumnya
 Berhasil Berhasil
 Kurang berhasil
 Tidak berhasil
3. Trauma
 Aniaya fisik Aniaya seksual
Tidak memiliki
Jelaskan : pasien
 Aniaya Seksual trauma
pernah dilecehkan
 Penolakan
oleh orang tidak
 Kekerasan dikenal
dalam Keluarga
 Tindakan Masalah
Kriminal keperawatan :
 Sindrom
trauma
4. Anggota keluarga
yang gangguan jiwa pemerkosaan
?
Tidak ada
 Ada Tidak ada
 Tidak
5. Mekanisme koping
 Negoisasi/
kompromi
Displacement Negoisasi/ kompromi
Tidak ada
 Tehnik relaksasi diplacement
regresi
 Aktivitas
konstruktif
 Menghindar
 Mencederai diri
 Lainnya
6. Sumber mekanisme
koping Pasien mengatasi
Pasien mengatasi
masalah dengan cara
maslah dengan cara
melakukan hal positif
melakukan hal positif
7. Pengalaman masa
lalu yang tidak Pasien pernah
Pasien selalu dibenci
menyenangkan ditinggalkan suaminya

31
ketika sedang orang lain saat
mengandung mempunya barang
mewah

Buat genogram (3 generasi ):

PASIEN 1

Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien

PASIEN 2
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
........ : tinggal
serumah

32
f. Pemeriksaan fisik

PEMERIKSAAN PASIEN 1 PASIEN 2


FISIK
1. Keadaan Baik Baik
umum Compos mentis Compos mentis
2. Tingkat TD:121/87 mmHg TD: 115/81 mmHg
kesadaran N:84 x/mnt N:85x/mnt
0
3. TTV SB:36,1 c SB:36oc
P:21 x/mnt P:21x/mnt

4. Ukur :
BB: 55kg BB: 53kg
BB / TB
TB: 158 cm TB: 163 cm
5. Keluhan fisik Tidak ada Tidak ada
6. Pemeriksaan Rambut terlihat Wajah terlihat kusam
fisik berminyak, wajah kusam

Tidak ada riwayat


7. Riwayat Tidak ada riwayat
pengobatan
pengobatan
pengobatan
penyakit fisik

33
g. Psikososial

PSIKOSOSIAL PASIEN 1 PASIEN 2


1. Konsep diri
a. Citra tubuh Pasien mengatakan Pasien mengatakan
menyukai seluruh menyukai rambutnya
tubuhnya

b. Identitas Pasien mengatakan Pasien mengatakan


bekerja sebagai bahwa dirinya
asisten hakim dan mempunyai
seorang kaya raya perusahaan

c. Peran Pasien mengatakan Pasien mengatakan


bahwa dirinya ibu dirinya adalah bos
anak 1

d. Ideal diri Pasien mengatakan Pasien mengatakan


suka memakai baju suka sekali memakai
bagus penjepit rambut yang
bagus

e. Harga diri Pasien mengatakan Pasien mengatakan


tidak suka mengobrol tidak terlalu suka
dengan orang yang mengobrol dengan
tidak nyambung orang lain

34
2. Hubungan sosial
a. Orang yang Pasien mengatakan Pasien menganggap
berarti bahwa anaknya bahwa dirinya berarti
paling berarti
b. Peran dalam Pasien mengatakan Pasien mengatakan
kegiatan tidak mempunyai selalu menjadi ketua
kelompok/masyar peran penting di kegiatan saat acara
akat masyarakat hanya apapun
warga biasa

c. Hambatan dalam Pasien mengatakan


Pasien kadang suka
berhubungan kadang susah untuk
marah jika ada yang
dengan orang lain beradaptasi dengan
tidak sesuai dengan
lingkungan baru
keinginannya

3. Spiritual
Pasien beragama
a. Nilai dan Pasien beragama
katolik
keyakinan kristen protestan

Pasien selalu
b. Kegiatan ibadah Pasien selalu
mengikuti kegiatan
mengikuti kegiatan
ibadah bersama dan
ibadah bersama dan
selalu berdoa
selalu berdoa

h. Status mental

STATUS MENTAL PASIEN 1 PASIEN 2


1. Penampilan fisik
 Tidak rapi Terlihat rapi Terlihat rapi
 Rambut kotor dan Rambut berminyak Tidak

35
kusam
 Penggunaan Tidak Tidak
pakaian tidak
sesuai
 Gigi kotor Ya Ya
 Badan bau Tidak Tidak

 Kuku panjang Tidak Tidak

dan kotor
 Cara berpakaian
tidak seperti Tidak Tidak

biasanya

2. Pembicaraan
 Cepat Ya Ya

 Keras
 Gagap
Ya
 Inkoherensi
Jelaskan : pasien
 Lambat
selalu bicara melantur
 Membisu
 Tidak mampu
Masalah
memulai keperawatan :
pembicaraan

3. Aktivitas motorik
erusakan
 Lesu komunikasi verbal
Ya
 Tegang
Jelaskan : pasien
 Gelisah
jarang melakukan Jelaskan: pasien tidak
 Agitasi
aktivitas ada masalah dalam
 Tik Masalah aktivitas motorik
 Grimasen keperawatan :
 Tremor  Deficit aktivitas
 Kompulsif deversional/
hiburan

36
4. Alam perasaan
 Sedih Ya  Ketakutan
 Ketakutan Jelaskan : pasien Jelaskan : pasien
mengungkapan mengatakan takut
 Putus asa bahwa pasien sedih pada saat mengingat
 Kuatir pada saat mengingat pengalamannya.
dia dimasukan ke
 Gembira RSJ.
berlebihan
5. Afek
 Datar Ya
Jelaskan : Pasien
 Tumpul
tampak bingung
 Labil bercerita dan tidak
akan memulai
 Tidak sesuai bercerita jika tidak di Ya
ajak bercerita
6. Interaksi selama Masalah
keperawatan:
wawancara
 Bermusuhan  Kerusakan
interaksi sosial
 Tidak kooperatif
 Mudah
tersinggung Jelaskan : tidak ada Jelaskan : tidak ada
 Kontak mata masalah dalam masalah dalam
tidak ada interaksi selama interaksi selama
 Kontak mata wawancara wawancara
mudah
beralih/kurang
 Defensive
 Curiga
7. Persepsi Halusinasi :
 Pendengaran Jelaskan : tidak Jelaskan : tidak
 Penglihatan pernah mengalami pernah mengalami
 Perabaan halusinansi halusinansi
 Pengecapan

37
8. Isi pikir waham
Kebesaran
 agama Jelaskan : karena Kebesaran
 Somatic pasien terus Jelaskan : karena
mengatakan bahwa pasien selalu
 Kebesaran dia seorang kaya mengatakan bahwa
 Curiga raya dirinya seorang bos

 Nihilistik Masalah Masalah


keperawatan : keperawatan :

9. Arus pikir  Perubahan  Perubahan


proses pikir proses pikir
 Sirkumstansial
 Tangensial
Pengulangan Pengulangan
 Kehilangan pembicaraan pembicaraan
Jelaskan : karena Jelaskan : karena
asosiasi
pasien selalu pasien selalu
 Pengulangan mengatakan bahwa mengatakan bahwa
dia orang kaya raya dia seorang bos
pembicaraan /
Masalah Masalah
perseverasi keperawatan : keperawatan

 Perubahan  perubahan
10. Tingkat kesadaran proses pikir proses pikir
 Bingung
 Sedasi
 Stupor Jelaskan:pasien Jelaskan : pasien
 Disorientasi selalu bisa selalu bisa menjawab
waktu menjawab pertanyaan
 Disorientasi orang pertanyaan
 Disorientasi
tempat
11. Memori
 Gangguan daya
ingat jangka Jelaskan : pasien Jelaskan : pasien
panjang mampu mengingat mampu mengingat
 Gangguan daya kejadian yang di kejadian yang di lalui
ingat jangka lalui
pendek

38
 Gangguan daya
ingat saat ini
 Konfabulasi
Apakah anda
memisahkan diri ?
 Ya
 Tidak Tidak Tidak

Frekuensi makan sehari : 3xsehari 3x sehari

Frekuensi kudapan sehari 1x sehari 2 x sehari

:
Nafsu makan :
 Meningkat
 Menurun Menurun Meningkat

 Berlebihan
 Sedikit-sedikit
Berat badan :
 Meningkat
Menurun Meningkat
 Menurun
BB terendah :
50 kg 55 kg
BB tertinggi:
65 kg 70kg

Tidur
Apakah ada masalah
tidur ?
Ya
Tidak Tidak
Tidak
Apakah merasa segar
Ya Ya
setelah bangun tidur ?
Ya
Tidak
Apakah ada kebiasaan
Ya Ya
tidur siang ?

39
Ya
Tidak
Lama tidur siang : 2 jam 2-3 jam
Apa yang menolong tidur Tidak ada Tidak ada
?
Tidur malam jam : 20.00 21.00
bangun jam : 05.00 06.00
Apakah ada gangguan
tidur ? Tidak ada Tidak ada
 Sulit bangun tidur
 Bangun terlalu pagi
 Somnabulisme
 Terbangun saat tidur
 Gelisah saat tidur
Kemampuan pasien
dalam mengantisipasi
Kebutuhan sendiri Tidak Tidak

 Ya
 Tidak
Membuat keputusan
berdasarkan keinginan
Tidak Tidak
sendiri
 Ya
 Tidak
Mengatur penggunaan
obat
Tidak Tidak
 Ya
 Tidak
Melakukan pemeriksaan
kesehatan
 Ya
Ya Ya
 Tidak

40
Pasien memiliki system
pendukung
Keluarga :
Ya : Ya Ya
Tidak :
Terapis :
Ya : Ya Ya
Tidak :
Teman sejawat:
Ya : Ya Ya
Tidak :
12. Tingkat konsentrasi
dan berhitung
 Mudah beralih Jelaskan : pasien Jelaskan : pasien
 Tidak mampu dapat berkonsentrasi dapat berkonsentrasi
berkonsentrasi dengan baik dan dengan baik dan
 Tidak mampu berhitung dengan berhitung dengan
berhitung benar benar
sederhana
13. Kemampuan
penilaian
 Gangguan ringan
 Gangguan
bermakna
14. Daya tilik diri
 Mengingkari Jelaskan : pasien Jelaskan : pasien tidak

penyakit yang tidak menampakkan menampakkan daya

diderita daya tilik diri tilik diri

 Menyalahkan
hal-hal diluar
dirinya.

41
i. Kebutuhan perencanaan pulang

KEBUTUHAN PASIEN 1 PASIEN 2


PERENCANAAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi
kebutuhan
Ya
Tidak
 Makanan Tidak Tidak
Ya
Tidak
 Keamanan
Tidak Tidak
Ya
Tidak
 Perawatan kesehatan
Ya Tidak Tidak
Tidak
 Transportasi
Ya Tidak Tidak
Tidak
 Tempat tinggal Tidak Tidak
Ya
Tidak
 Uang
Tidak Tidak
Ya Jelaskan : semua Jelaskan : semua
Tidak kebutuhan pasien kebutuhan pasien
disediakan oleh disediakan oleh
RSJ RSJ

2. Kegiatan hidup sehari-hari


a. Perawatan diri
 Mandi
BT
BM BM
BM
 Kebersihan
BM BM
BT

BM BM BM

42
 Makan
BM BM
BT BM
 BAB/BAK
BT BM BM BM
 Ganti pakaian Jelaskan : pasien Jelaskan : pasien
sudah bisa sudah bisa
BT BM melakukan melakukan
perawatan diri perawatan diri

b. Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola Tidak
makan anda ? Jelaskan : pasien Ya
Ya kurang menyukai
Tidak makanan di RSJ

c. Kelompok sosial
Ya Tidak Ya
Tidak Jelaskan : pasien
d. Apakah klien menikmati saat sering menyendiri
kerja, kegiatan produktif atau
hobi ? Ya
Ya Ya
Tidak
I. Pengetahuan kurang tentang

PENGETAHUAN PASIEN 1 PASIEN 2


KURANG
TENTANG
1. Penyakit jiwa Penyakit jiwa Penyakit jiwa
2. System pendukung
3. Pencegahan
kekambuan
4. Obat – obat yang
diminum
5. Sumber koping
J. Terapi medis (no, nama obat , dosis, rutte, indikasi, kontraindikasi )
PASIEN 1
No. Nama obat Dosis Rutte Indikasi Kontraidikasi
1. Haloperidol 5mg 3x1 Skizofrenia Hipersensivitas,
koma, kejang
yang tidak
terkontrol
2. Trihexyphenidyl 2mg 0-0-1 Parkinson Retensi urin,

43
glaukoma,
obstruksi
saluran cerna
3. Clorilex 5mg 0-0-1 skizofrenia Mengantuk,
peningkatan
berat badan, dan
pandangan
kabur

PASIEN 2
No. Nama obat Dosis Rutte Indikasi Kontraidikasi
1. Haloperidol 5 mg 3x1 Skizofrenia Hipersensivitas,
koma, kejang
yang tidak
terkontrol
2. Triex 2mg 2x1 Parkison dan Mulut
parkinosonisme kering,gangguan
saluran
pencernaan,
pusing
3. Risperidone 2mg 0-0-1 Skizofrenia Pusing dan sulit
menjaga
keseimbangan
l. Analisa data

Data Masalah
Pasien 1
Data - Pasien mengatakan majikannya yang Gangguan proses
subjektif membawannya ke RSJ pikir waham
- Pasien mengatakan bahwa dirinya kebesaran
adalah orang kaya yang mempunyai
segalanya

Data - Pasien tampak cemas


objektiff - Pasien tampak gelisah
- Pasien banyak bicara

Pasien 2
Data - Pasien mengatakan keluargannya yang Gangguan proses
subjektif membawanya ke RSJ karena sering pikir waham
marah – marah kebesaran
- Pasien mengatakan bahwa dirinya
seorang bos pengusaha
Data - Pasien banyak bicara
objektif - Pasien hiperaktif

44
Pohon masalah

Pohon masalah
Pasien 1 Pasien 2
Effect(akibat) Effect(akibat)
Isolasi sosial Kerusakan komunikasi verbal

Problem Problem
Gangguan proses pikir waham Gangguan proses pikir waham

Cause(penyebab) Cause (penyebab)


Harga diri rendah Harga diri rendah

45
m. Rencana keperawatan

Diagnosa Rencana Keperawatan


keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
(TUM/TUK)
Pasien 1
Gangguan TUM : klien Setelah dilakukan pengkajian Bina hubungan saling percaya dengan Ajarkan pasien
proses pikir mampu didapatkan hasil prinsip komunikasi terapeutik, yaitu: untuk bersosialisasi
waham membangun a. Pasien bisa menerima perawat a. Sapa pasien dengan ramah baik verbal
kebesaran kepercayaan di sampingnya
maupun non verbal
dirinya b. Pasien mengatakan mau
TUK: klien dapat menerima bnatuan perawat b. Perkenalkan diri dengan sopan
membina c. Pasien tidak menimbulkan
c. Tanyakan nama lengkap pasien dan
hubungan saling tanda- tanda curiga
percaya dengan d. Pasien mengijinkan perawat nama panggilan.
perawat duduk disebelahnya
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjukkan sikap empati dan
menerima pasien apa adanya.
 SP 1 : Latihan orientasi realita :
orientasi orang, tempat, dan waktu
serta lingkungan sekitar.
 SP 2 : Mengajarkan cara minum

46
obat secara teratur
 SP 3 : Melatih pemenuhan
kebutuhan dasar
 SP 4 : Melatih kemampuan positif
yang dimiliki

Pasien 2
Gangguan TUM: klien Setelah dilakukan pengkajian Bina hubungan saling percaya dengan Ajarkan pasien
proses pikir mampu didapatkan hasil: prinsip komunikasi terapeutik, yaitu: untuk bersosialisasi
waham membangun a. Pasien bisa menerima perawat a. Sapa pasien dengan ramah baik verbal
kebesaran kepercayaan di sampingnya
maupun non verbal
dirinya b. Pasien mengatakan mau
TUK: klien dapat menerima bantuan perawat b. Perkenalkan diri dengan sopan
membina c. Pasientidak menimbulkan
c. Tanyakan nama lengkap pasien dan
hubungan saling tanda-tanda curiga
percaya dengan d. Pasien mengijinkan perawat nama panggilan.
perawat duduk disebelahnya
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjukkan sikap empati dan
menerima pasien apa adanya.
 SP 1 : Latihan orientasi realita :
orientasi orang, tempat, dan waktu

47
serta lingkungan sekitar.
 SP 2 : Mengajarkan cara minum
obat secara teratur
 SP 3 : Melatih pemenuhan
kebutuhan dasar
 SP 4 : Melatih kemampuan positif
yang dimiliki

n. Implementasi keperawatan

Diagnosa Implementasi
keperawatan
Pasien 1 dan 2 21 februari 2024 22 februari 2024 23 februari 2024 24 februari 2024
Gangguan 08.45 12.30 09.30 11.00
proses pikir Fase orientasi Fase orientasi Fase orientasi Fase orientasi
waham 1. Memberikan salam 1. Memberikan salam 1. Memberikan salam 1.Memberikan salam
kebesaran terapeutik dan kenalan : terapeutik dan kenalan : terapeutik dan kenalan : terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. a. Memberikan salam. a. Memberikan salam. a. Memberikan salam.
b. Memperkenalkan diri b. Memperkenalkan diri b. Memperkenalkan diri b. Memperkenalkan diri
dan menanyakan nama dan menanyakan dan menanyakan nama dan menanyakan
pasien. nama pasien. pasien. nama pasien.
c. Memanggil nama c. Memanggil nama c. Memanggil nama c. Memanggil nama

48
panggilan yang disukai. panggilan yang panggilan yang disukai. panggilan yang
d. Menyampaikan tujuan disukai. d. Menyampaikan tujuan disukai.
interaksi. d. Menyampaikan tujuan interaksi. d. Menyampaikan tujuan
2. Melakukan evaluasi dan interaksi. 2. Melakukan evaluasi dan interaksi.
validasi data : 2. Melakukan evaluasi dan validasi data : 2.Melakukan evaluasi dan
a. Menanyakan perasaan validasi data : a. Menanyakan perasaan validasi data :
pasien hari ini. a. Menanyakan pasien hari ini. a. Menanyakan perasaan
b. Memvalidasi /evaluasi perasaan pasien hari b. Memvalidasi /evaluasi pasien hari ini.
masalah pasien. ini. masalah pasien. b. Memvalidasi
3. Melakukan kontrak : b. Memvalidasi 3. Melakukan kontrak : /evaluasi masalah
a. Waktu. /evaluasi masalah a. Waktu. pasien.
b. Tempat. pasien. b. Tempat. 3. Melakukan kontrak :
c. Topik. 3. Melakukan kontrak : c. Topik. a. Waktu.
Fase kerja a. Waktu. Fase kerja b. Tempat.
1. Menjelaskan cara b. Tempat. 1. Menjelaskan cara c. Topik.
mengendalikan waham c. Topik. memenuhi kebutuhan Fase kerja
dengan orientasi realita: Fase kerja pasien yang tidak 1. Menjelaskan kemampuan
panggil nama, orientasi 1. Menjelaskan tentang terpenuhi positif yang dimiliki
waktu, orang dan obat yang dikonsumsi 2. Melatih cara memenuhi pasien
tempat/lingkungan. 2. Mendiskusikan manfaat kebutuhan dasar pasien 2.Mendiskusikan
2. Melatih pasien orientasi minum obat dan yang tidak terpenuhi kemampuan positif yang
realita : panggil nama, kerugian tidak minum (mandi,makan,olahraga) dimiliki pasien
orientasi waktu, orang dan obat dengan pasien Fase terminasi 3.Melatih kemampuan
tempat/lingkungan 3. Melatih pasien cara 1. Mengevaluasi respon positif yang
Fase terminasi minum obat secara pasien terhadap tindakan: dipilih(menulis buku
1. Mengevaluasi respon teratur a. Data subjektif. harian)
pasien terhadap tindakan: Fase terminasi b. Data Objektif. Fase terminasi
a. Data subjektif. 1. Mengevaluasi respon 2. Melakukan rencana tindak 1. Mengevaluasi respon

49
b. Data Objektif. pasien terhadap lanjut. pasien terhadap
2. Melakukan rencana tindak tindakan: 3. Melakukan kontrak untuk tindakan:
lanjut. a. Data subjektif. pertemuan berikutnya: a. Data Subjektif.
3. Melakukan kontrak untuk b. Data Objektif. a. Waktu. b. Data Objektif.
pertemuan berikutnya: 2. Melakukan rencana b. Tempat.
a. Waktu. tindak lanjut. SP 4:
b. Tempat. 3. Melakukan kontrak SP 3: - Menjelaskan kemampuan
untuk pertemuan - Menjelaskan cara positif yang dimiliki
SP 1: berikutnya: memenuhi kebutuhan pasien
- Menjelaskan cara a. Waktu. pasien yang tidak terpenuhi - Mendiskusikan
mengendalikan waham b. Tempat. - Melatih cara memenuhi kemampuan positif yang
dengan orientasi realita: kebutuhan dasar pasien dimiliki pasien
panggil nama, orientasi Sp 2: yang tidak terpenuhi - Melatih kemampuan
waktu, orang dan - Menjelaskan tentang obat (mandi,makan,olahraga) positif yang
tempat/lingkungan. yang dikonsumsi dipilih(menulis buku
- Melatih pasien orientasi - Mendiskusikan manfaat harian)
realita : panggil nama, minum obat dan kerugian
orientasi waktu, orang dan tidak minum obat dengan
tempat/lingkungan pasien
- Melatih pasien cara
minum obat secara teratur

50
o. Evaluasi keperawatan

Diagnosa Evaluasi
keperawatan
Pasien 1 Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
21 feb 2024 22 feb 2024 23 feb 2024 24 feb 2024
Gangguan SP 1: SP 2: SP 3: SP4:
proses pikir S: S: S : pasien mengatakan bahwa S:
waham - Pasien mengatakan - pasien mengatakan rajin dirinya bisa melakukan - pasien merasa bahagia
kebesaran bahwa dirinya meminum obat dengan kebutuhan dasar tanpa - Pasien mengatan suka
menerima untuk teratur dibantu sekali menulis jika tidak
diajarkan SP1 - pasien mengatakan sudah O : pasien mampu memenuhi ada kegiatan
- Pasien mengatakan mengetahui obat yang kebutuhan dasar dengan O : pasien mampu melakukan
dirinya senang telah dikonsumsi mandiri seperti : kemampuan positif yang
- pasien sudah mengetahui - Makan 3xsehari dimiliki dengan mandiri
O:pasien mampu manfaat minum obat dan - Mandi 2xsehari (menulis buku harian)
melakukan latihan kerugian tidak meminum - Olahraga A : masalah teratasi
orientasi realita : obat A : masalah teratasi P : intervensi dihentikan
menyebutkan nama, O: pasien tampak P : intervensi dihentikan
waktu, orang dan bersemangat mempelajari
tempat/lingkungan tentang manfaat dan
dengan dibantu nama obat yang
sebagian dikonsumsi dengan
A : masalah teratasi dibantu sebagian
sebagian A: masalah teratasi
P : intervensi dilanjutkan sebagian
dengan bantuan perawat P: intervensi dilanjutkan
dengan bantuan perawat

51
Pasien 2 Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
21 feb 2024 22 feb 2024 23 feb 2024 24 feb 2024
Gangguan S: S: S : pasien mengatakan bisa S : pasien mengatakan suka
proses pikir - pasien mengatakan - pasien mengatakan rajin memenuhi kebutuhan dasar membaca buku jika tidak ada
waham bahwa dirinya meminum obat dengan tanpa dibantu kegiatan
kebesaran bersemangat untuk teratur O : pasien mampu memenuhi O : pasien mampu melakukan
berlatih - pasien mengatakan sudah kebutuhan dasar dengan kemampuan positif yang
- pasien mengatakan mengetahui obat yang mandiri seperti : dimiliki dengan mandiri
bahwa dirinya sangat telah dikonsumsi - Makan 3xsehari (membaca buku)
senang berlatih - pasien sudah mengetahui - Mandi 2xsehari A : masalah teratasi
O: pasien mampu manfaat minum obat dan - Olahraga P : intervensi dihentikan
melakukan latihan kerugian tidak meminum A : masalah teratasi
orientasi realita : obat P : intervensi dihentikan
menyebutkan nama, O:pasien tampak
waktu, orang dan bersemangat mempelajari
tempat/lingkungan tentang manfaat dan
dengan dibantu sebagian nama obat yang
A : masalah teratasi dikonsumsi dengan
sebagian dibantu sebagian
P : intervensi dilanjutkan A: masalah teratasi
dengan bantuan perawat sebagian
P: intervensi dilanjutkan
dengan bantuan perawat

52
53
B. Pembahasan
1. Pengkajian

Tahap ini diberlakukan pada pasien Gangguan proses pikir Waham


Kebesaran dengan pendekatakan menggunakan komunikasi terapeutik dalam
bentuk interakasi perawat-pasien dengan tujuan memperoleh informasi dan
data mengenai status pasien. Sumber data di dapat dari pasien sendiri dan
perawat.
a. Identitas pasien
Identitas meliputi : nama pasien, usia, jenis kelamin, agama, tempat
tinggal atau alamat, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam
medik. Pada pengkajian didapatkan nomor rekam medik pasien 1 ialah
27542, tanggal dirawat 6 februari 2024 Ny. A. D berumur 48 tahun,
pendidikan SD, pekerjaan asisten rumah tangga, alamat Malalayang
sedangkan pasien 2 nomor rekam medik 26534, tanggal 23 desember 2022
yaitu pasien Ny. M. I. T yang usianya 56 tahun berpendidikan SMA tidak
memiliki pekerjaan dan beralamat Tuminting.
b. Alasan masuk
Didapatkan data alasan masuk, Ny. A. D mengatakan majikannya yang
mengantarnya ke RSJ dan pasien selalu mengatakan bahwa dirinya orang
kaya. Sedangkan, Ny M. I. T. Mengatakan keluargannya yang
membawanya ke RSJ dikarenakan suka marah – marah dan selalu
mengaku bahwa dirinya seorang bos di perusahaan.
c. Faktor presipitasi
Pada tinjauan teori terdapat faktor biologi, psikologi, dan sosial budaya.
Data yang didapat pada pasien Ny. A. D berbicara dengan jelas dan lancar
sedangkan Ny. M. I. T berbicara agak tidak jelas , psikologinnya Ny. A.D
dan Ny. M.I.T mengalami penurunan motivasi dan minat. Faktor sosial
yang muncul pada Ny. A. D adalah pasien pemalu dan jarang
berkomunikasi dengan orang lain sedangkan Ny. M. I. T adalah mudah
berkomunikasi dengan orang lain.
d. Pemeriksaan fisik
Pada tinjauan teori diperoleh, pasien bersih , teratur, dan terawat,
penampilan rapi, rambut rapi, gigi kotor, wajah kusam. Data yang didapat
pada kasus yaitu pasien Ny.A. D dan Ny. M. I. T keadaannya baik , tingkat
kesadaran Ny. A. D dan Ny. M. I. T adalah compos mentis , keluhan fisik
Ny. A. D dan Ny. M. I. T mengatakan tidak ada keluhan.

53
e. Psikososial
Pada tinjauan teori psikososial dibagi terdiri dari konsep diri, hubungan
sosial, dan spiritual. Pada kasus di atas di dapat yaitu konsep diri dari
pasien Ny. A. D dimana pada bagain citra tubuh Ny. A. D mengatakan
menyukai seluruh bagian tubuhnya, Ny. M. I. T mengatakan bagian tubuh
yang paling dia sukai adalah rambutnya, pada bagian identitas Ny. A.D
mengatakan sebagai asisten hakim dan orang kaya sedangkan, Ny. M. I. T
mengatakan bahwa dirinya seorang bos perusahaan, pada bagian ideal diri
Ny. A. D mengatakan suka memakai baju bagus sedangkan, Ny. M. I. T
mengatakan suka memakai penjepit rambut yang bagus. Pada bagian harga
diri Ny. A. D mengatakan tidak suka mengobrol dengan orang yang tidak
nyambung sedangkan Ny. M. I. T mengatakan tidak terlalu suka
mengobrol dengan orang lain. Pada hubungan sosial pasien Ny. A. D
mengatakan orang yang paling berarti dalam hidupnya ialah anaknya
sedangkan, pada Ny. M. I. T adalah dirinya sendiri. Ny A. D beragama
kristen protestan sedangkan Ny. M. I. T beragama katolik dan kedua
pasien suka berdoa dan mengikuti ibadah bersama
f. Status mental
Pada tinjauan teori status mental dilihat dari penampilan fisik,
pembicaraan, alam perasaan dan afek. Pada pengkajian didapat
penampilan Ny. A. D dan Ny. M. I. T rapi, alam perasaan Ny. A.D sedih
dan afek terlihat datar sedangkan pada Ny. M. I. T merasa ketakutan
namun afek tidak sesuai
2. Diagnosa

Berdasarkan pengumpulan data dan analisa data maka diperoleh masalah


keperawatan pada ke 2 pasien Ny. A. D dan juga Ny. M. I. T yaitu masalah
keperawatan Gangguan proses pikir Waham Kebesaran. Maka disusunlah
perencanaan dalam menyelesaiakan masalah keperawatan pada Ny. A. D dan
Ny. M. I. T

3. Intervensi

Intervensi merupakan rencana keperawatan yang dilakukan penerapan


strategi pelaksanaan pada Ny. A. D dan Ny. M. I. T meliputi SP 1, SP 2, SP 3
dan SP 4.
4. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari perencanaan agar tercapainya tujuan


diagnosa keperawatan waham kebesaran. Kemudian strategi pertemuan
selanjutnya yang dilakukan yaitu pada pasien Ny. A. D dan Ny. M. I. T
dilaksanakan SP 1 yaitu latihan orientasi realita : orientasi orang, waktu,

54
tempat/ lingkungan, SP 2 menganjurkan minum obat secara teratur, SP 3
melatih pemenuhan kebutuhan dasar, SP 4 melatih kemampuan positif yang
dimiliki.
5. Evaluasi

Pada tinjauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah pasien


mempercayai perawat dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan pada tahap
SP 1, SP 2, SP 3, dan Sp 4 pasien sudah bisa mempraktekannya meski harus
dalam pengawasan perawat . Tahap SP 1 melatih orientasi realita :orientasi
orang, waktu, tempat/lingkungan yang dilakukan pada Ny. A. D dan Ny.
M.I.T.pasien mampu melakukan latihan orientasi realita dengan dibantu
sebagian hasilnya masalah teratasi sebagian dan dilanjutkan intervensi dengan
dibantu oleh perawat. Dilanjutkan SP 2 pada Ny. A. D dan Ny. M.I.T pasien
tampak bersemangat mempelajari tentang manfaat minum obat dan kerugian
jika tidak minum obat dengan dibantu sebagian jadi masalah teratasi sebagian
dan dilanjutkan intervensi dengan dibantu oleh perawat Untuk SP 3 Ny. A.D
dan Ny. M.I.T sudah bisa melakukan pemenuhan kebutuhan dasar seperti
makan, mandi, olahraga tanpa dibantu dan masalah teratasi, intervensi
dihentikan. Pada SP 4 melatih kemampuan positif yang dimiliki Ny. A.D dan
Ny. M.I.T dan pasien sudah bisa melakukannya Ny. A. D menulis buku
harian sedangkan Ny. M. I. T membaca buku dengan mandiri dan masalah
teratasi, intervensi dihentikan.

55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Selama proses pengkajian didapatkan data – data yang mendukung Ny.
A. D dan Ny. M. I. T mengalami gangguan jiwa dengan diagnosa medis
Skizofrenia Pasien mengalami gangguan proses pikir Waham Kebesaran.
Pada pasien 1 Ny. A. D didapatkan faktor presdiposisi yang timbul ialah
berbicara tidak jelas, psikologinya mengalami penurunan motivasi dan
minat, Faktor sosial yang mucul ialah pasien pemalu dan jarang
berkomunikasi dengan orang lain. Pada tinjauan teori status mental dilihat
dari penampilannya rapi, alam perasaannya sedih dan afek terlihat datar.
Sedangkan pada pasien 2 Ny. M. I. T didapatkan faktor presdiposisi yang
timbul ialah berbicara agak tidak jelas, psikologinya mengalami penurunan
motivasi dan minat, Faktor sosial yang mucul ialah pasien mudah
berkomunikasi dengan orang lain. Pada tinjauan teori status mental dilihat
dari penampilannya rapi, alam perasaannya merasa ketakutan namun afek
tidak sesuai.

2. Diagnosa
Diagnosa yang diangkat pada Ny. A.D dan Ny. M.I.T yaitu Gangguan
proses pikir waham kebesaran .
3. Intervensi / perencanaan
Intervensi disesuaikan dengan Strategi Pelaksanaan.
4. Implementasi
Pada pasien Ny. A.D dan Ny. M.I.T dilaksanakan penjelasan mengenai
SP 1, SP 2, SP 3, SP 4.
5. Evaluasi
Pada tahap SP 1, SP 2, SP 3, SP 4 pasien sudah bisa mempraktekannya
meski harus dalam pengawasan perawat. Pasien juga mampu mengisi waktu
luang dengan kegiatan positif.
B. Saran
a. Bagi Peneliti
Dengan malakukan penelitian secara langsung peneliti mendapat
pengalaman dalam mengupayakan masalah waham kebesaran pada pasien

56
skizofrenia dapat teratasi dan peneliti juga bisa mendapat ilmu atau
pengetahuan, keterampilan serta wawasan semakin meningkat.
b. Bagi Instusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan pengembangan pada pembelajaran, meningkatkan
pengetahuan dan wawasan serta menjadi refrensi bagi mahasiswa dalam
melakukan asuhan keperawatan dengan masalah keprawatan waham
kebesaran pada pasien skizofrenia
c. Bagi Pasien
Pasien yang mengalami skizofrenia mendapat informasi dan bantuan
dalam mengatasi masalah perawatan dalam bentuk asuhan keperawatan
dengan standar yang berlaku.
d. Bagi Profesi Keperawatan
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk tenaga perawat dalam
mengatasi masalah waham kebesaran
e. Bagi Rumah Sakit
Bisa dijadikan bahan acuan pada saat melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien skizofrenia dengan masalah keperawatan waham
kebesaran.

57
DAFTAR PUSTAKA

Amidos, J., Sari, U., & Indonesia, M. (2022). Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Tn . S Dengan Masalah Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran :
Studi Kasus. April. https://doi.org/10.31219/osf.io/692px
Amidos, J., Sari, U., & Indonesia, M. (2022). Penerapan Asuhan Keperawatan
Jiwa Dengan Gangguan Proses Pikir : Waham Penerapan Asuhan
Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran
Pendekatan Strategi Pelaksanaan ( SP ) 1-4 : Studi Kasus. March, 1–4.
https://doi.org/10.31219/osf.io/ewj4u
Frebriyana, faiz brisri. (2021). Askep skizofrenia.
Lero, L., Avelina, Y., Kesehatan, F. I., Nusa, U., & Pelaksanaan, S. (2023).
Penerapan Strategi Pelaksanaan 1 dan 2 Pada Pasien Dengan Gangguan
Proses Pikir : Waham Kebesaran di UPTD Puskesmas Kopeta
Implementation Of Implementation Strategy 1 and 2 In Patients With
Thought Process Disorders : Delusions Of Grandeur At The UPTD Of.
10(1).
Mashudi. (2022). Asuhan Keperawatan Skozofrenia. 2018, 1–5.
Maulana, I., Suryani, S., Sriati, A., Sutini, T., Widianti, E., Rafiah, I., Hidayati, N.
O., Hernawati, T., Yosep, I., & Hendrawati, H. (2019). Penyuluhan
Kesehatan Jiwa untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat tentang
Masalah Kesehatan Jiwa di Lingkungan Sekitarnya. Media Karya Kesehatan,
2(2).
Meilasari, S. (2021). Asuhan keperawatan jiwa pada klien tn. c dengan masalaha
utawa waham kebesaran di wilayah siwalan kerto selatan surabaya.
Paramita, T. (2021). Dinamika Pasien dengan Gangguan Skizofrenia. 17(1), 12–
19.
Ramayani, desak ayu ita. (2019). KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN Tn. B dan Tn. R DENGAN
DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
HALUSINASI PENDENGARAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IV
DENPASAR SELATAN. April.
Santoso . (2020). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN
SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT
PERAWATAN DIRI DI RSJD Dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA.
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Tri, F., & Oktaviani, ita apriliyani. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH WAHAM KEBESARAN : STUDI
KASUS Mahasiswa Program Studi Keperawatn Program Sarjana dan
Program Pendidikan Profesi Program Studi Keperawatan dan Program
Psikiatri , Universitas Harapan Bangsa , Jawa Tengah. 2, 151–158.

58
Yuli, mufaizah ayu & retno. (2023). STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
JIWA PADA NY . S DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM
KEBESARAN DI RSJD Dr . RM . SOEDJARWADI Universitas
Muhammadiyah Klaten. 1–16.

59
BIODATA DIRI

Nama : Teorista Noor Dinata Setyaningsih


TTL : Blora, 01 Juli 2003
Alamat : Ds. Kuncen, Kec. Padangan, Kab. Bojonegoro, Jawa Timur
No. Telepon : 085785643326
E-mail : teorista2003@gmail.com

Riwayat Sekolah:
1. TK Aisyiyah 2 Cepu (2 tahun)
2. SDN 14 Cepu (2 tahun)
3. SDN Padangan 03 (4 tahun)
4. MTs Plus Al- Hadi Padangan (3 tahun)
5. MAN 5 Bojonegoro (3 tahun)

60
Surat pengambilan data dan penelitian

61
62
DOKUMENTASI

Pasien 1 Pasien 2
Kontrak waktu dan mengkaji kontrak waktu dan mengkaji

Melakukan hal positif yang ada pada pasien

63

Anda mungkin juga menyukai