OLEH :
TEORISTA NOOR DINATA SETYANINGSIH
NIM. 21200008
Diajukan
Untuk memenuhi persayaratan dalam menyelesaikan
Pendidikan program Diploma III Keperawatan
OLEH :
TEORISTA NOOR DINATA SETYANINGSIH
NIM. 21200008
Pembimbing I Pembimbing II
i
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah/ Laporan Tugas Akhir ini telah diterima dan disetujui oleh
Tim Penguji Ujian Akhir Akademi Keperawatan Rumkit Tk. III Manado sebagai
salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Diploma III.
Pimpinan Sidang
Anggota Penguji
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
Direktur Akper Rumkit Tk. III Manado
ii
Akademi Keperawatan Rumkit Tk. III Manado
Program Studi Diploma Keperawatan
Karya Tulis Imliah, 2024
ABSTRAK
Teorista Noor Dinata Setyaningsih
Asuhan Keperawatan Jiwa Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan
Waham Kebesaran
Halaman 77 + tabel 1 + gambar 2
Karya tulis ilmiah ini dilatar belakangi kasus pasien skizofrenia dengan masalah
keperawatan waham kebesaran di ruang inap Rumah Sakit jiwa Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara. Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa
fungsional dengan gangguan utama pada proses pikir serta disharmoni (keretakan,
perpecahan) antara proses pikir, afek atau emosi, kemauan dan psikomotor
disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi, asosiasi
terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi.Waham Kebesaran adalah keyakinan
atau kepercayaan sesorang tentang dirinya yang tidak sesuai dengan kenyataan
yang sebenarnya. Karya tulis ilmiah ini berbentuk studi kasus yang dimana
dilaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan prosesnya studi kasus
meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi. Pada proses
asuhan keperawatan yang dilaksanakan pada kedua pasien menggunakan Strategi
Pelaksanaan yang mencakup. SP 1 : Latihan orientasi realita : orientasi orang,
tempat, dan waktu serta lingkungan sekitar. SP 2 : Mengajarkan cara minum obat
secara teratur. SP 3 : Melatih pemenuhan kebutuhan dasar. SP 4 : Melatih
kemampuan positif yang dimiliki. Pada studi kasus ini hanya diambil dua pasien
yaitu pasien Ny. A. D dan Ny. M. I. T dan pada kedua pasien ini dilakukan
perbandingan. Tujuan dilakukan studi kasus ini agar peneliti dapat melakukan
asuhan keperawatan pada Ny. A. D dan Ny. M. I. T sehingga pasien dapat belajar
dan meningkatkan pengetahuan serta peneliti juga dapat mengetahui
perbandingannya.
Kata kunci : Skizofrenia, Waham Kebesaran
Kepustakaan: 12 (2020 – 2023)
iii
Akademi Rumkit Nursing III Manado
Nursing Diploma Study Programs
Scientific Papers, 2024
ABSTRACT
iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini
Nama : Teorista Noor Dinata Setyaningsih
NIM : 21200008
Program Studi : D III Keperawatan
Alamat : Jl. 14 Februari 9 Komp. RS. R.W. Mongisidi Manado
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Jiwa Skizofrenia Dengan Masalah
Keperawatan Waham Kebesaran di Rumah Sakit jiwa Prof. Dr.
V. L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini merupakan hasil karya saya sendiri
dan semua literature yang di kutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan
benar. Apabila ternyata ditemukan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan hasil karya
orang lain baik sebagian maupun keseluruhan maka saya bersedia menerima
sanksi berupa pencabutan gelar akademik.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Skizofrenia pada pasien Ny.
A. D dan Ny. M. I. T Dengan Masalah Keperawatan Waham Kebesaran” Adapun
maksud dan tujuan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi
tugas akhir sebagai persyaratan dalam menyelesaikan proses Pendidikan Diploma
III Keperawatan di Akademi Keperawatan Rumkit TK. III Manado. Namun
dengan adanya doa, bimbingan dan arahan serta motivasi dari berbagai pihak,
maka Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu pekenankanlah
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
vi
8. Bripda Rahmat Hidayat terimakasih telah berkontribusi banyak dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, yang selalu meluangkan waktu, tenaga,
ataupun pikiran kepada saya.
9. Almamater SPARTA yang telah memberikan motivasi dan menjadi
inspirasi buat penulis dalam menyelesaikan Studi Kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan
penulis ini.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .......................................................v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
viii
LAMPIRAN.........................................................................................................60
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan mental menjadi perhatian serius dalam bidang kesehatan ,
seiring dengan peningkatan insiden penyakit mental, termasuk skizofrenia
yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif seseorang. Hal ini menyebabkan
kesulitan dalam pemikiran yang jernih, manajemen emosi yang terganggu,
dan tantangan dalam berinteraksi soisal. Gangguan ini dapat bersifat
episodik atau bersifat kronis, berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
(Lero et al., 2023)
Distorsi dalam proses berpikir, yang ditandai oleh gejala positif seperti
waham, merupakan salah satu manifestasi dari skizofrenia. Orang yang
mengalami gejala ini cenderung melakukan tindakan-tindakan yang sesuai
dengan jenis waham yang mereka alami. Misalnya, mereka mungkin
memiliki tingkat kecurigaan yang tinggi terhadap diri sendiri atau orang
lain, meyakini bahwa mereka memiliki kekuasaan yang luar biasa atau
kekuatan yang melebihi manusia pada umumnya, menganggap diri mereka
memiliki penyakit yang parah atau dapat menular kepada orang lain, atau
1
bahkan percaya bahwa mereka sudah meninggal. Waham adalah keyakinan
yang tidak sesuai dengan realitas dan sulit diubah secara logis oleh pihak
lain. Keyakinan ini muncul dari pemikiran yang telah kehilangan kontrol.
Waham dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam proses perkembangan,
seperti pengalaman penolakan, eksposur terhadap kekerasan, kurangnya
kasih sayang, konflik dalam hubungan orang tua, dan pengalaman aniaya.
(Yuli, 2023)
2
kurangnya wawasan dalam mencegah serta mencari bantuan dalam
mengenali penyakit tersebut ( Amidos et al., 2022)
3
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Jiwa Pada pasien Skizofrenia
dengan masalah Keperawatan Waham Kebesaran di Rumah Sakit Jiwa
Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mampu diterapkan Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien Ny. A. D
dan Ny. M.I. T Skizofrenia dengan masalah Keperawatan Waham
Kebesaran di Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara.
2. Tujuan khusus
a. Dilakukan Pengkajian pasien Skizofrenia Dengan Masalah
Keperawatan Waham Kebesaran di Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang
Provinsi Sulawesi Utara.
b. Dirumuskan Diagnosa Keperawatan pada Pasien Skizofrenia dengan
Masalah Keperawatan Waham Kebesaran di Rumah Sakit Jiwa
Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara.
c. Dilakukan Perencanaan pada Pasien Skizofrenia dengan Masalah
Keperawatan Waham Kebesaran di Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang
Provinsi Sulawesi Utara.
d. Dilakukan Implementasi pada Pasien Skizofrenia dengan Masalah
Keperawatan Waham Kebesaran di Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang
Provinsi Sulawesi Utara.
e. Dilakukan Evaluasi pada Pasien Skizofrenia dengan Masalah
Keperawatan Waham Kebesaran di Rumah Sakit Jiwa Ratumbuysang
Provinsi Sulawesi Utara.
D. Manfaat
1. Manfat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Dengan malakukan penelitian secara langsung peneliti mendapat
pengalaman dalam mengupayakan masalah waham kebesaran
pada pasien skizofrenia dapat teratasi dan peneliti juga bisa
mendapat ilmu atau pengetahuan, keterampilan serta wawasan
semakin meningkat.
4
b. Bagi Instusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan pengembangan pada pembelajaran,
meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta menjadi refrensi
bagi mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan dengan
masalah keprawatan waham kebesaran pada pasien skizofrenia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pasien
Pasien yang mengalami skizofrenia mendapat informasi dan
bantuan dalam mengatasi masalah perawatan dalam bentuk
asuhan keperawatan dengan standar yang berlaku.
b. Bagi Profesi Keperawatan
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk tenaga perawat
dalam mengatasi masalah waham kebesaran
c. Bagi Rumah Sakit
Bisa dijadikan bahan acuan pada saat melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien skizofrenia dengan masalah
keperawatan waham kebesaran.
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Skizofrenia
1. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari kata yang terdiri dari “schizo” berarti terbagi,
dan “phrenia” yang berarti pikiran. Jadi Skizofrenia adalah seseorang
yang jiwanya terganggu sehingga gangguan ini berpengaruh pada setiap
pikiran, perasaan dan perilaku. (Santoso, 2020).
Skizofrenia adalah gangguan psikologis fungsional yang ditandai oleh
gangguan utama pada proses berpikir, menciptakan disharmoni antara
proses pikir, efek/emosi, kemauan, dan psikomotor. Gejalanya melibatkan
distorsi kenyataan, terutama disebabkan oleh waham dan halusinasi.
Asosiasi pikiran terbagi-bagi, menyebabkan inkohrensi atau
ketidaklurusannya. Penderita skizofrenia juga dapat mengalami afek dan
emosi yang tidak sesuai atau inadekuat, sementara perilaku psikomotor
mereka dapat mencerminkan penarikan diri, ambivalensi, dan tingkah laku
yang bizar. Dengan kata lain, skizofrenia melibatkan gangguan kompleks
dalam berbagai aspek fungsi mental dan perilaku individu.((Frebriyana,
2021)
Jadi dapat disimpulkan penyakit skizofrenia adalah suatu masalah jiwa
yang terganggu dimana dapat mempengaruhi individu dalam berpikir,
merasakan, dan berperilaku.
2. Tipe Skizofrenia
Menurut (Ramayani, 2019) Skizofrenia dibagi menjadi beberapa jenis
yaitu:
a. Skizofrenia Simplek
Deskripsi tersebut menggambarkan gejala gangguan kepribadian
skizoid. Gangguan kepribadian skizoid sering muncul pertama kali pada
usia pubertas. Gejala utamanya melibatkan kedangkalan emosi dan
kemunduran kemauan, yang dapat menyebabkan individu tampak
dingin, jauh, atau kurang tertarik pada interaksi sosial. Meskipun
gangguan ini tidak selalu menyebabkan gangguan proses berfikir,
6
waham, atau halusinasi, individu dengan jenis gangguan kepribadian ini
cenderung lebih terisolasi secara emosional dan cenderung menarik diri
dari hubungan sosial.
b. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya berlangsung secara perlahan atau subakut, sering
muncul pada masa remaja, khususnya di antara usia 15 hingga 20 tahun.
Gejalanya yang mencolok melibatkan gangguan dalam proses berpikir,
kelainan dalam kemauan, dan munculnya depersonalisasi atau keadaan
ganda pada diri. Gangguan psikomotor, seperti manerisme,
pembentukan kata baru (neologisme), atau tingkah laku yang cenderung
kekanak-kanakan, seringkali terlihat. Waham dan halusinasi juga
menjadi ciri khas yang muncul secara signifikan.
c. Skizofrenia Katatonia
Deskripsi tersebut cocok dengan gejala awal episode psikotik,
seperti pada gangguan skizofrenia. Psikosis seringkali muncul pertama
kali pada rentang usia 15-30 tahun, dan seringkali disebabkan oleh stres
emosional. Gejala akut seperti kegelisahan katatonik atau katatonik
stupor dapat terjadi selama episode psikotik. Keadaan ini mencirikan
periode di mana individu mengalami pemisahan dari realitas, mungkin
mengalami halusinasi atau waham, dan dapat terjadi perubahan
signifikan dalam fungsi kognitif dan emosional mereka.
d. Skizofrenia Paranoid
Tanda yang mencolok dalam kondisi ini adalah munculnya waham
utama, yang diikuti oleh waham tambahan dan pengalaman halusinasi.
Melalui pemeriksaan yang cermat, dapat terungkap adanya gangguan
dalam proses berfikir, ketidaknormalan dalam ekspresi emosi, dan
penurunan kemauan.
e. Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia muncul secara tiba-tiba, dan pasien mengalami
sensasi seolah-olah berada dalam keadaan mimpi. Kesadarannya
mungkin terasa kabur. Pada kondisi ini, timbul perasaan seakan-akan
dunia sekitarnya dan identitas dirinya mengalami perubahan,
7
semuanya tampak memiliki makna yang sangat khusus bagi pasien.
f. Skizofrenia Residual
Skizofrenia dengan gejala primer menurut Bleuler, namun tanpa
kejelasan terkait adanya gejala sekunder. Kondisi ini muncul setelah
beberapa episod serangan Skizofrenia.
g. Skizofrenia Afektif
Selain gejala Skizofrenia, terdapat juga gejala yang mencolok
seperti depresi (skizo depresif) atau mania (psiko-manik). Jenis ini
memiliki kecenderungan untuk pemulihan tanpa efek samping,
meskipun mungkin juga akan mengalami serangan kembali.
3. Gejala Skizoenia
Menurut (Ramayani, 2019) gejalanya dibagi menjadi dua:
1) Gangguan proses pikir (bentuk, langkah, dan isi pikiran) dan yang
paling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi.
2) Gangguan afek emosi
a) Terjadi kedangkalan afek emosi
b) Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan
c) Emosi berlebihan
d) Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang
baik
B. Konsep Dasar Waham
1. Definisi Waham
Waham merupakan keyakinan yang tertanam kuat dan tidak dapat
dikoreksi berdasarkan fakta dan realitas. Keyakinan ini bersifat patologis
dan tidak terkait dengan norma kebudayaan lokal. Kehadiran waham
menandakan adanya gangguan mental yang serius, dan konten waham
dapat memberikan wawasan terhadap faktor-faktor dinamis yang menjadi
penyebab gangguan mental. Pembentukan keyakinan waham berfungsi
sebagai mekanisme pertahanan diri terhadap rasa takut dan untuk
memenuhi kebutuhan individu. (Amidos et al., 2022 )
Waham merujuk pada keyakinan yang tidak benar, berdasarkan
kesimpulan yang keliru tentang faktor eksternal, tidak sejalan dengan
8
tingkat kecerdasan dan latar belakang budaya pasien, dan tidak dapat
diperbaiki dengan alasan. Ini adalah keyakinan klien yang tidak sesuai
dengan realitas, dipertahankan tanpa dapat diubah secara logis oleh orang
lain. Keyakinan ini muncul dari pemikiran klien yang kehilangan kendali.
(Amidos et al., 2022 )
Dengan merujuk pada beberapa definisi di atas, dapat disarikan bahwa
waham adalah suatu keyakinan yang tidak benar dan dipertahankan secara
teguh oleh klien tanpa didukung oleh bukti-bukti yang konkret.
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
Keterlibatan keluarga yang relatif kuat dalam konteks delusi
atau waham dapat dihubungkan dengan pola partisipasi. Anggota
keluarga yang mengekspresikan gangguan ini memiliki risiko yang
lebih tinggi untuk mengalaminya dibandingkan dengan orang-
orang pada umumnya. Penelitian pada manusia kembar juga
mengindikasikan adanya faktor keterlibatan. (Santoso, 2020)
2) Teori Psikososial
Sistem keluarga dalam perkembangan skizofrenia dianggap
sebagai keluarga dengan fungsi yang tidak optimal. Ketegangan di
antara pasangan suami-istri memiliki dampak pada anak-anak.
Berbagai masalah dalam lingkungan keluarga dapat menghambat
perkembangan anak. (Meilasari, 2021)
3) Teori Interpersonal
Dikemukakan oleh (Lero et al., 2023) Seseorang yang
mengalami psikosis cenderung menciptakan dinamika hubungan
orang tua-anak yang sarat dengan tingkat kecemasan yang tinggi.
Jika kondisi ini tidak diatasi, dapat mengakibatkan perasaan
ambivalen terhadap konsep diri anak.
4) Psikodinamika
Keterbatasan rangsangan atau perhatian dari ibu dapat
menghambat perkembangan emosional, menyebabkan bayi
9
mengalami gangguan dalam pembentukan rasa aman, dan
kegagalan dalam membangun kepercayaan diri. Hal ini
mengakibatkan terbentuknya ego yang rentan karena rusaknya
harga diri yang parah, munculnya perasaan kehilangan kendali,
ketakutan, dan ansietas berat. Sikap curiga terhadap orang lain
dapat muncul sebagai manifestasi dan berlanjut sepanjang
kehidupan. Proyeksi menjadi mekanisme koping yang umum
digunakan sebagai bentuk pertahanan terhadap pengalaman
emosional tersebut.(Amidos et al., 2022)
b. Faktor Presipitasi
1) Stres biologi
Stres biologi yang berhubungan dengan respon neurologi yang
maladaptif termasuk:
a) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
proses informasi.
b) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.
2) Stres Lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
3) Pemicu Gejala
Pemicu merujuk pada faktor pendorong dan stimulus yang
secara reguler memicu munculnya episode baru dalam suatu
penyakit. Pemicu ini umumnya terkait dengan respons neurobiologis
yang tidak sesuai dengan kesehatan. Faktor-faktor ini dapat berasal
dari lingkungan, sikap, dan perilaku individu.
10
3. Rentang Respon
Menurut (Amidos et al., 2022), rentang respon waham sebagai berikut :
Respon adatif Respon maladatif
4. Fase Waham
Menurut (Santoso, 2020) Proses terjadinya waham dibagi menjadi
enam yaitu:
a. Fase Lack of Human need
Waham sering kali bermula dari ketidakpuasan kebutuhan klien,
baik secara fisik maupun psikologis. Dari segi fisik, individu dengan
waham sering kali berasal dari lapisan sosial dan ekonomi yang sangat
terbatas. Mereka sering menghadapi kondisi kehidupan yang sulit dan
kurang sejahtera. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat
mendorong mereka untuk mengadopsi bentuk kompensasi yang tidak
tepat. Di sisi lain, ada juga klien yang memiliki kecukupan sosial dan
ekonomi, namun mengalami kesenjangan antara realitas dan ideal diri
yang tinggi. Sebagai contoh, seseorang mungkin memiliki gelar
sarjana tetapi sangat ingin dianggap sebagai individu yang sangat
cerdas, berpengalaman, dan dihormati dalam lingkupnya. Waham
seringkali muncul karena adanya kebutuhan yang mendalam untuk
diakui dan eksis dalam dunia ini. Faktor-faktor seperti rendahnya
11
penghargaan selama masa pertumbuhan dan perkembangan juga dapat
memengaruhi munculnya waham.
b. Fase lack of self esteem
Ketidakmampuan untuk menerima pengakuan dari lingkungan,
bersamaan dengan kesenjangan yang signifikan antara citra diri yang
diharapkan (self ideal) dan realitas diri (self reality), menciptakan
situasi di mana kebutuhan yang mendasar tidak terpenuhi. Terlebih
lagi, dalam konteks di mana lingkungan telah mencapai standar tinggi
dengan kekayaan dan teknologi komunikasi canggih, respons adaptif
terhadap kondisi ini terkadang tidak sesuai. Sebagai contoh, meskipun
individu tersebut berpendidikan tinggi dan memiliki kekuasaan yang
besar, mereka tetap mempertahankan citra diri yang melebihi
lingkungan sekitarnya. Ironisnya, realitas diri mereka jauh dari
harapan tersebut. Dari segi pendidikan, materi, pengalaman, serta
dukungan sistem semuanya mengalami kekurangan yang signifikan.
c. Fase control internal external
Klien berusaha untuk bersikap rasional dengan menyadari bahwa
keyakinannya atau pernyataannya tidak berdasar dan cenderung
menutupi kekurangan serta tidak sesuai dengan realitas. Namun,
menghadapi realitas merupakan tugas yang sangat sulit bagi klien ini.
Kekurangan ini berakar dari ketidakoptimalan pemenuhan kebutuhan
tersebut sejak masa kecil. Meskipun lingkungan sekitar klien berupaya
memberikan koreksi terhadap pernyataan yang tidak benar, usaha ini
tidak selalu efektif karena tingginya tingkat toleransi dan keinginan
untuk menjaga perasaan klien. Lingkungan cenderung menjadi
pendengar pasif dan enggan melakukan konfrontasi yang
berkelanjutan, dengan alasan bahwa pengakuan dari klien tidak secara
langsung merugikan orang lain..
c. Fase environment support
Kepercayaan beberapa individu di lingkungan klien menyebabkan
klien merasa didukung. Seiring berjalannya waktu, klien mulai
menganggap apa yang dikatakan orang-orang tersebut sebagai
12
kebenaran karena sering diulang. Dari sini, mulai muncul masalah
kontrol diri dan disfungsi norma (Super Ego), yang ditandai dengan
hilangnya perasaan bersalah ketika berbohong..
e. Fase comforting
Klien merasa puas dengan keyakinan dan kebohongannya, dan
meyakini bahwa semua orang cenderung mempercayainya dan
memberikan dukungan. Keyakinan ini sering disertai oleh pengalaman
halusinasi ketika klien berada sendirian dan terpisah dari
lingkungannya. Akibatnya, klien semakin memilih untuk menyendiri
dan menghindari interaksi sosial, menciptakan pola isolasi sosial yang
lebih sering terjadi.
f. Fase improving
Tanpa adanya konfrontasi dan upaya koreksi yang dilakukan,
keyakinan yang keliru pada klien cenderung meningkat seiring
berjalannya waktu. Waham yang muncul seringkali terkait dengan
pengalaman traumatis masa lalu atau kebutuhan yang tidak terpenuhi
(rantai yang terputus). Waham ini cenderung menjadi permanen dan
sulit untuk dikoreksi. Isi dari waham tersebut dapat menimbulkan
ancaman terhadap diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu,
sangat penting untuk mengguncang keyakinan klien melalui
pendekatan konfrontatif, sambil juga memperkaya keyakinan
religiusnya dengan meyakinkan bahwa tindakan tertentu dapat
menghasilkan dosa besar dan memiliki konsekuensi sosial yang
signifikan.
5. Jenis Waham
Menurut (Meilasari, 2021) bahwa jenis waham yaitu :
13
b. Waham curiga: Seseorang meyakini bahwa ada pihak atau kelompok
tertentu yang berupaya merugikannya atau menyakiti dirinya, dan
keyakinan tersebut diucapkan berulang kali, meskipun tidak sesuai
dengan kenyataan. Contohnya, seperti mengatakan, "Saya yakin semua
saudara saya berusaha menghancurkan hidup saya karena mereka iri
dengan kesuksesan yang saya capai."
c. Waham agama: Seseorang meyakini suatu agama secara berlebihan dan
mengutarakan keyakinan tersebut secara berulang, walaupun keyakinan
tersebut tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya, seperti menyatakan,
"Saya harus mengenakan pakaian putih setiap hari agar bisa masuk
surga."
d. Waham somatic: Seseorang yakin bahwa tubuhnya atau sebagian
tubuhnya mengalami gangguan atau terkena penyakit, dan keyakinan
tersebut diucapkan berulang kali, meskipun tidak sesuai dengan fakta.
Sebagai contoh, bisa dikatakan, "Saya meyakini bahwa saya menderita
kanker," walaupun pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan
tanda-tanda kanker, namun pasien tetap bersikeras bahwa ia mengalami
penyakit tersebut.
e. Waham nihilistik: Seseorang meyakini bahwa dirinya telah meninggal
atau tidak lagi ada di dunia ini, dan keyakinan tersebut diulang berkali-
kali, meskipun tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh dari pernyataan
tersebut bisa berbunyi, "Saya yakin ini adalah alam kubur, dan semua
yang ada di sini adalah roh-roh".
f. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan ke dalam pikirannya.
g. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa
yang dia pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya
kepada orang tersebut
6. Tanda dan Gejala
Menurut (Tri & Oktaviani, 2022) Tanda dan gejala gangguan proses
pikir dalam bentuk waham dapat dikelompokkan menjadi tujuh gejala,
melibatkan penolakan terhadap makan dan penggunaan bahasa yang
14
kasar.
a. Waham Kebesaran
1) DS : Klien menyatakan bahwa dia memiliki peran sebagai presiden,
nabi, wali, artis, dan sejumlah peran lainnya yang tidak sesuai
dengan fakta tentang dirinya.
2) DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti
c) Klien mudah marah
d) Klien mudah tersinggung
b. Waham Curiga
1) DS :
a) Klien menunjukkan tingkat kecurigaan dan kewaspadaan
yang berlebihan terhadap orang-orang tertentu.
b) Klien menyatakan bahwa ia merasa sedang diawasi dan
menganggap dirinya berada dalam ancaman atau bahaya.
2) DO :
a) Klien tampak waspada.
b) Klien tampak menarik diri.
c) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya.
d) Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti )
c. Waham Agama
1) DS : Klien menunjukkan keyakinan yang berlebihan terhadap suatu
agama, yang diungkapkan secara berulang-ulang namun tidak
konsisten dengan fakta atau realitas.
2) DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Klien tampak bingung karena harus melakukan isi
wahamnya
c) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti)
15
d. Waham Somatik
1) DS :
a) Klien mengatakan merasa yakin menderita penyakit fisik
b) Klien mengatakan merasa khawatir sampai panik
2) DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti )
c) Klien tampak bingung
d) Klien mengalami perubahan pola tidur
e) Klien kehilangan selera makan
e. Waham Nihilistik
1) DS : Klien menyatakan berulang-ulang bahwa ia telah meninggal
dunia, namun pernyataan tersebut tidak sesuai dengan realitas atau
fakta.
2) DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Inkoheren ( gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti )
c) Klien tampak bingung
d) Klien mengalami perubahan pola tidur
e) Klien kehilangan selera makan
f. Waham Sisip Pikir :
1) DS :
a) Klien mengatakan ada ide pikir orang lain yang disisipkan
dalam pikirannya yang disampaikan secara berulang dan
tidak sesuai dengan kenyataan.
b) Klien mengatakan tidak dapat mengambil keputusan
2) DO :
a) Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
b) Klien tampak bingung
16
c) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti)
d) Klien mengalami perubahan pola tidur
g. Waham Siar Pikir
1) DS :
a) Klien mengatakan bahwa orang lain mengetahui apa yang
dia pikirkan yang dinyatakan secara berulang dan tidak
sesuai dengan kenyataan.
b) Klien mengatakan merasa khawatir sampai panik
c) Klien tidak mampu mengambil keputusan
2) DO :
a) Klien tampak bingung
b) Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti)
c) Klien tampak waspada
d) Klien Perilaku klien tampak seperti isi wahamnya
e) kehilangan selera makan
7. Penatalaksanaan Medis Menurut (Amidos et al., 2022)
penatalaksanaan medis waham antara lain :
a. Psikofarmalogi
17
dalampengobatansementara pada anak anak yang mengalami hipera
ktivitas. Keterlibatan dalam aktivitas motorik yang berlebihan
dapat menunjukkan adanya gangguan perilaku, seperti impulsif,
kesulitan dalam menjaga fokus perhatian, tingkah agresif, fluktuasi
suasana hati yang tidak stabil, dan kurangnya toleransi terhadap
frustrasi.
18
isolasi dari lingkungan sosial.
e) ECT (Electro Convulsive Therapy) tipe katatonik adalah suatu
metode dimana arus listrik dialirkan melalui otak untuk
menimbulkan kejang singkat. Prosedur ini menghasilkan
perubahan dalam keseimbangan kimiawi otak yang dapat
mengurangi gejala penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia
katatonik. ECT bisa menjadi opsi jika gejala sangat parah atau
jika pengobatan obat tidak efektif dalam meredakan episode
katatonik.
b. Psikoterapi
Meskipun penggunaan obat-obatan merupakan aspek penting
dalam mengatasi pasien yang mengalami waham, psikoterapi juga
memiliki peranan yang signifikan. Psikoterapi mungkin tidak cocok
untuk semua individu, terutama jika gejala sangat parah sehingga sulit
untuk terlibat dalam proses terapi yang melibatkan komunikasi dua
arah. Jenis psikoterapi antara lain :
1) Terapi perilaku atau biasa disebut behavioral therapy adalah
prosedur pengobatan yang berfokus pada perubahan perilaku,
pikiran dan perasaan negatif. Beberapa kondisi tersebut bisa
berdampak pada perilaku membahayakan diri.
2) Terapi kelompok adalah suatu bentuk psikoterapi yang melibatkan
satu atau lebih terapis yang bekerja dengan beberapa orang pada
waktu yang bersamaan. Jenis terapi ini tersedia secara luas di
berbagai lokasi termasuk praktik terapi swasta, rumah sakit, klinik
kesehatan mental, dan pusat komunitas.
3) Terapi keluarga adalah jenis konseling psikologis atau psikoterapi
yang dapat membantu setiap anggota keluarga agar dapat
meningkatkan komunikasi dan menyelesaikan masalah. Saat dalam
masa sulit, metode ini bisa dibilang sangat baik untuk menemukan
solusi yang tepat, hingga mendapatkan penanganan terkait masalah
kesehatan mental atau perilaku salah satu anggotanya.
4) Terapi dukungan adalah memberikan support terhadap klien
19
sehingga mampu menyelesaikan krisis yang dihadapinya dengan
cara membangun hubungan yang bersifat suportif antara klien-
terapis, meningkatkan kekuatan klien, meningkatkan keterampilan
koping klien, meningkatkan kemampuan klien menggunakan
sumber kopingnya, meningkatkan otonomi klien dalam keputusan
tentang pengobatan, meningkatkan kemampuan klien mencapai
kemandirian seoptimal mungkin, serta meningkatkan kemampuan
mengurangi distres subyektif dan respons koping yang maladaptif.
C. Asuhan keperawatan Waham
a. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Dalam identitas ada : nama pasien, usia, jenis kelamin, agama,
tempat tinggal atau alamat, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,
nomor rekam medik, alasan masuk, keluarga yang bisa dihubungi
(Santoso, 2020)
b. Alasan masuk rumah sakit
Masalah yang dialami pasien adalah suka menyendiri, terlihat
murung, menghiraukan dirinya, tidak mau beriteraksi,
berpenampilan tidak sesuai, dan membuat pihak lain terganggu
(Santoso, 2020).
c. Faktor predisposisi
1) Biologi
a) Faktor seseorang pernah mengalami nutrisi yang terganggu
dilihat dari anoreksia, BB menurun, dan rambut mengalami
kerontokan.
b) Gangguan jiwa juga dapat di alami karena adanya riwayat
keluarga
c) Seseorang yang pernah mengalami trauma kepala dan
riwayat penggunaan obat.
d) Mengalami kecacatan, adanya gangguan neuromuskular,
kelemahan dan kelelahan
20
2) Psikologis
a. Tidak dapat berkomunikasi, gagap dan kurangnya
keterampilan komunikasi verbal.
b. Terjadi perceraian dalam keluarga.
c. Pasien cepat down, kehilangan harapan karena kecewa,
menarik diri, dan mengalami cemas yang meningkat.
(Santoso , 2020).
3) Sosial budaya
Seseorang yang mengalami perubahan hidup berupa
pekerjaan yang sulit di dapatkan, keluarga yang tidak utuh,
adanya insiden dan kerusuhan. (Santoso, 2020).
d. Riwayat penyakit dahulu
Seseorang pernah mengalami trauma kepala dan infeksi.
(Santoso, 2020).
e. Pemeriksaan fisik
1) Pada saat terjadi kecemasan pasien mengalami peningkatan TD,
denyut nadi, dan pernafasan.
2) Ukur BB dan tinggi badan pasien
3) Pasien mengalami kecacatan, kelemahan sendi dan otot, dan
keluhan fisik
4) Penampilan pasien tidak bersih, tidak teratur, dan tidak terawat.
(Santoso , 2020).
f. Psikologi
Terjadinya skizofrenia dapat dipengaruhi oleh masalah psikologi:
1) Genogram
Menggambarkan minimal hubungan keluarga dengan
pasien, pola asuh dan keputusan dijelaskan serta masalah yang
terkait dengan komunikasi.
2) Konsep diri
a) Ketidakjelasan dalam pribadi seseorang dimana pasien
kadang tidak merasa cukup dengan identitasnya sebagai
wanita atau pria.
21
b) Pandangan buruk pada diri sendiri, misalnya pasien tidak
menyukai bagian tubuhnya contohnya pasien tidak suka
dengan ukuran badannya yang terlalu tinggi atau pendek.
c) Harga diri rendah dimana pasien merasa tidak dapat
melakukan apapun, menolak diri dan berpandangan tidak
punya harapan (Santoso , 2020).
g. Hubungan sosial
Saat terjalinnya hubungan sosial antara perawat dan klien,
biasanya perawat akan mengajukan pertanyaan seperti siapakah
orang berarti dalam hidup klien, kepada siapa tempatnya mengaduh,
berbicara, dan meminta support, penguatan dan bantuan.
h. Spritual
Pasien tidak mampu menjalankan aktivitas keagamaan secara
rutin (Santoso , 2020) .
i. Pemeriksaan mental
1) Penampilan
Berpenampilan tidak sesuai dengan pakaian yang diguanakan dan
tidak rapi dari atas kepala sampai kaki.
2) Karakteristik gaya bicara
Klien bisa didekripsikan sebagai pendiam, kadang bicara cepat
kadang lambat, tertahan, masa bodoh, berbicara tersendat-sendat,
dramatis, cepat emosi, kadang tidak sopan, keras, banyak bicara
dan membisu.
3) Alam perasaan
Ketika sedih pasien merasa percaya diri, tidak punya harapan,
ketakutan, putus asa dan khawatir.
4) Afek
Keadaan pasien bisa diketahui pada kondisi datar, labil dan
tumpul adalah saat pasien ada dalam situasi senang dan sedih
wajah pasien tidak mengekspresikannya keadaan yang dialami,
emosi pasien berubah sangat cepat, pasien mngeluarkan reaksi
hanya ketika mengalami luapan emosi yang kuat.
22
5) Interaksi selama wawancara
Saat beribicara pasien tidak mampu melihat orang yang
mengajaknya bcara, pasien cepat tersinggung, suka mencurigai,
dan tidak mau di ajak kerja sama.
6) Persepsi
Masalah persepsi berupa halusinasi tentang lingkungan yang
pasien rasakan dan pribadi pasien sangat perlu dijelaskan
berdasarkan kondisi dan gejala yang di alami saat mengalami
halusinasi.
j. Pohon Masalah
Berdasarkan data yang diperoleh, ditetapkan bahwa diagnosis
keperawatan waham adalah:
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Amidos et al., 2022) Masalah keperawatan yang sering
muncul pada klien waham adalah: Gangguan proses pikir: waham,
Kerusakan komunikasi verbal dan Harga diri rendah.
23
3. Rencana Keperawatan
Tabel 1. Rencana keperawatan (Tri & Oktaviani, 2022)
DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWA
TAN
TUJUAN KRITERIA INTERVENSI
TUM/TUK EVALUASI
GANGGUAN TUM : Setelah 3 hari Bina hubungan saling
PROSES Klien dapat interaksi selama percaya dengan
PIKIR berfikir 15 menit klien menguunakan prinsip
AHAM sesuai menunjukan komunikasi terapeutik :
realitas ekspresi wajah 1. Sapa klien dengan
TUK : bersahabat nama baik verbal
Klien dapat menunjukan rasa maupun non verbal
membina senang, ada kontak 2. Perkenalkan diri
hubungan mata, mau berjabat 3. tanyakan nama
saling tangan , lengkap,dan nama
percaya menyebutkan panggilan yang
nama , dan mau disukai klien
menjawab 4. Jelaskan tujuan
pertemuan. .
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan dilakukan dalam seringkali disebabkan oleh
kurangnya kebiasaan perawat dalam menggunakan rencana tertulis
ketika menjalankan tindakan keperawatan. (Amidos et al., 2022).
Pelaksanaan implementasi keperawatan jiwa dilakukan dengan
merujuk pada Strategi Pelaksanaan (SP) yang sesuai dengan setiap
masalah utama yang muncul. Dalam hal gangguan proses pikir,
terdapat empat jenis SP yang dapat diterapkan:
SP 1 : Latihan orientasi realita : orientasi orang, tempat, dan waktu
serta lingkungan sekitar.
SP 2 : Mengajarkan cara minum obat secara teratur
SP 3 : Melatih pemenuhan kebutuhan dasar
SP 4 : Melatih kemampuan positif yang dimiliki
24
5. Evaluasi Keperawatan
Proses evaluasi berlangsung secara terus-menerus untuk menilai
dampak tindakan keperawatan terhadap klien. (Amidos et al., 2022).
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan terhadap respons
diimplementasikan. Jenis dibedakan menjadi dua, Evaluasi proses atau
formatif dilakukan setelah tindakan telah dilaksanakan, dengan tujuan
untuk mengevaluasi seluruh proses pelaksanaan. Di sisi lain, evaluasi
hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respons klien
terhadap tujuan umum dan tujuan khusus. Dengan kata lain, evaluasi
formatif fokus pada penilaian dan perbaikan selama pelaksanaan,
sementara evaluasi sumatif mengevaluasi hasil akhir dan pencapaian
tujuan secara keseluruhan yang telah ditetapkan.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
26
mengalami gangguan proses pikir waham yang memiliki keyakinan atau
kepercayaan yang diyakini.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Studi kasus ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Prof. dr.
V.L.Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara.
2. Waktu
Penelitian akan dilaksanakan selama empat hari pada tanggal 21 – 24
Februari 2024.
E. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan
utama, perasaan, afek) sumber data adalah dari pasien, keluarga dan
perawat.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik.
3. Studi dokumentasi dari hasil rekam medis pasien.
F. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data berarti menguji kualitas data atau informasi yang
ditemukan sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Pada karya
tulis ilmiah ini keabsahan data dilaksanakan dengan :
1.Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan.
2.Menvalidasikan data yang sudah didapat dari pasien kepada orang lain
yang lebih mengerti.
G. Analisa Data
Analisa data dilaksanakan ditempat penelitian dengan proses
mengemukakan fakta, kemudian melakukan trigulasi data. Teknik analisa
data dipakai dengan cara setiap jawaban studi kasus yang didapat dari hasil
interprestasi data dinarasikan sesuai wawancara yang secara dalam dilakukan
demi menjawab rumusan masalah studi kasus. Teknik analisa data juga
dipakai dengan proses observasi oleh studi kasus dan studi dokumentasi yang
dimana data diperoleh untuk selanjutnya diiterpretasikan oleh peneliti dengan
27
membandingkan teori yang yang ada sebagai bahan dalam memberikan
rekomendasi untuk rencana keperawatan.
H. Etika Penelitian
Etika yang harus diperhatikan dalam studi kasus adalah :
1. Informed Consend (lembar persetujuan menjadi partisipan)
Informed Consend yaitu bentuk persetujuan pasien dalam rangka
melaksanakan tindakan yang diketahui dan ditanda tangani oleh perawat
ruangan, pasien dan penulis
2. Anonymity (tanpa nama hanya inisial yang dicantumkan)
Dalam menjaga kerahasiaan identitas subjek, penulis tidak
mencantumkan nama subjek pada lembar asuhan keperawatan, lembar
tersebut hanya akan memakai insial nama.
3. Confidientially (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dari pasien dijamin oleh penulis, hanya
kelompok data tertentu yang akan disajikan, informasi untuk pendidikan,
dan jika diperlukan untuk proses hukum.
28
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Hasil Pengambilan Data
Data di ambil di Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L Ratumbuysang Provinsi
Sulawesi Utara di ruangan Maengket yang dilaksanakan mulai dari tanggal 21
februari 2024 sampai 24 februari 2024. Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V. L
Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara berada di jalan Bethesda, Ranotana.
Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V. L Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara
memiliki fasilitas-fasilitas seperti Unit Gawat Darurat, Instalasi Gawat darurat
Laboraturium, Poliklinik yang didalamnya ada Pemeriksaan MMPI, Bebas
Narkoba dan berbadan sehat, Farmasi dan Rawat Inap yang terdiri dari
Ruangan Kabela, Bunaken, Maengket, Alabadiri, Cakalele, dan katrili.
2. Pengkajian
a. Identitas pasien
29
b. Alasan masuk
RIWAYAT
KESEHATAN PASIEN 1 PASIEN 2
SEKARANG
Jelaskan kondisi Pasien tampak tenang Pasien tampak tenang
saat dikaji dan cemas dan putus asa
d. Faktor presipitasi
FAKTOR
PRESIPITASI PASIEN 1 PASIEN 2
(PENCETUS)
Biologi Pasien berbicara dengan Pasien bicara agak tidak
jelas jelas
Psikologi Pasien selalu Pasien sering
menyendiri menyendiri
Sosial Pasien Pemalu dan Pasien Mudah
Jarang berkomunikasi berkomunikasi dengan
dengan pasien yang lain orang lain
30
e. Faktor predisposisi
31
ketika sedang orang lain saat
mengandung mempunya barang
mewah
PASIEN 1
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
PASIEN 2
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
........ : tinggal
serumah
32
f. Pemeriksaan fisik
4. Ukur :
BB: 55kg BB: 53kg
BB / TB
TB: 158 cm TB: 163 cm
5. Keluhan fisik Tidak ada Tidak ada
6. Pemeriksaan Rambut terlihat Wajah terlihat kusam
fisik berminyak, wajah kusam
33
g. Psikososial
34
2. Hubungan sosial
a. Orang yang Pasien mengatakan Pasien menganggap
berarti bahwa anaknya bahwa dirinya berarti
paling berarti
b. Peran dalam Pasien mengatakan Pasien mengatakan
kegiatan tidak mempunyai selalu menjadi ketua
kelompok/masyar peran penting di kegiatan saat acara
akat masyarakat hanya apapun
warga biasa
3. Spiritual
Pasien beragama
a. Nilai dan Pasien beragama
katolik
keyakinan kristen protestan
Pasien selalu
b. Kegiatan ibadah Pasien selalu
mengikuti kegiatan
mengikuti kegiatan
ibadah bersama dan
ibadah bersama dan
selalu berdoa
selalu berdoa
h. Status mental
35
kusam
Penggunaan Tidak Tidak
pakaian tidak
sesuai
Gigi kotor Ya Ya
Badan bau Tidak Tidak
dan kotor
Cara berpakaian
tidak seperti Tidak Tidak
biasanya
2. Pembicaraan
Cepat Ya Ya
Keras
Gagap
Ya
Inkoherensi
Jelaskan : pasien
Lambat
selalu bicara melantur
Membisu
Tidak mampu
Masalah
memulai keperawatan :
pembicaraan
3. Aktivitas motorik
erusakan
Lesu komunikasi verbal
Ya
Tegang
Jelaskan : pasien
Gelisah
jarang melakukan Jelaskan: pasien tidak
Agitasi
aktivitas ada masalah dalam
Tik Masalah aktivitas motorik
Grimasen keperawatan :
Tremor Deficit aktivitas
Kompulsif deversional/
hiburan
36
4. Alam perasaan
Sedih Ya Ketakutan
Ketakutan Jelaskan : pasien Jelaskan : pasien
mengungkapan mengatakan takut
Putus asa bahwa pasien sedih pada saat mengingat
Kuatir pada saat mengingat pengalamannya.
dia dimasukan ke
Gembira RSJ.
berlebihan
5. Afek
Datar Ya
Jelaskan : Pasien
Tumpul
tampak bingung
Labil bercerita dan tidak
akan memulai
Tidak sesuai bercerita jika tidak di Ya
ajak bercerita
6. Interaksi selama Masalah
keperawatan:
wawancara
Bermusuhan Kerusakan
interaksi sosial
Tidak kooperatif
Mudah
tersinggung Jelaskan : tidak ada Jelaskan : tidak ada
Kontak mata masalah dalam masalah dalam
tidak ada interaksi selama interaksi selama
Kontak mata wawancara wawancara
mudah
beralih/kurang
Defensive
Curiga
7. Persepsi Halusinasi :
Pendengaran Jelaskan : tidak Jelaskan : tidak
Penglihatan pernah mengalami pernah mengalami
Perabaan halusinansi halusinansi
Pengecapan
37
8. Isi pikir waham
Kebesaran
agama Jelaskan : karena Kebesaran
Somatic pasien terus Jelaskan : karena
mengatakan bahwa pasien selalu
Kebesaran dia seorang kaya mengatakan bahwa
Curiga raya dirinya seorang bos
Perubahan perubahan
10. Tingkat kesadaran proses pikir proses pikir
Bingung
Sedasi
Stupor Jelaskan:pasien Jelaskan : pasien
Disorientasi selalu bisa selalu bisa menjawab
waktu menjawab pertanyaan
Disorientasi orang pertanyaan
Disorientasi
tempat
11. Memori
Gangguan daya
ingat jangka Jelaskan : pasien Jelaskan : pasien
panjang mampu mengingat mampu mengingat
Gangguan daya kejadian yang di kejadian yang di lalui
ingat jangka lalui
pendek
38
Gangguan daya
ingat saat ini
Konfabulasi
Apakah anda
memisahkan diri ?
Ya
Tidak Tidak Tidak
:
Nafsu makan :
Meningkat
Menurun Menurun Meningkat
Berlebihan
Sedikit-sedikit
Berat badan :
Meningkat
Menurun Meningkat
Menurun
BB terendah :
50 kg 55 kg
BB tertinggi:
65 kg 70kg
Tidur
Apakah ada masalah
tidur ?
Ya
Tidak Tidak
Tidak
Apakah merasa segar
Ya Ya
setelah bangun tidur ?
Ya
Tidak
Apakah ada kebiasaan
Ya Ya
tidur siang ?
39
Ya
Tidak
Lama tidur siang : 2 jam 2-3 jam
Apa yang menolong tidur Tidak ada Tidak ada
?
Tidur malam jam : 20.00 21.00
bangun jam : 05.00 06.00
Apakah ada gangguan
tidur ? Tidak ada Tidak ada
Sulit bangun tidur
Bangun terlalu pagi
Somnabulisme
Terbangun saat tidur
Gelisah saat tidur
Kemampuan pasien
dalam mengantisipasi
Kebutuhan sendiri Tidak Tidak
Ya
Tidak
Membuat keputusan
berdasarkan keinginan
Tidak Tidak
sendiri
Ya
Tidak
Mengatur penggunaan
obat
Tidak Tidak
Ya
Tidak
Melakukan pemeriksaan
kesehatan
Ya
Ya Ya
Tidak
40
Pasien memiliki system
pendukung
Keluarga :
Ya : Ya Ya
Tidak :
Terapis :
Ya : Ya Ya
Tidak :
Teman sejawat:
Ya : Ya Ya
Tidak :
12. Tingkat konsentrasi
dan berhitung
Mudah beralih Jelaskan : pasien Jelaskan : pasien
Tidak mampu dapat berkonsentrasi dapat berkonsentrasi
berkonsentrasi dengan baik dan dengan baik dan
Tidak mampu berhitung dengan berhitung dengan
berhitung benar benar
sederhana
13. Kemampuan
penilaian
Gangguan ringan
Gangguan
bermakna
14. Daya tilik diri
Mengingkari Jelaskan : pasien Jelaskan : pasien tidak
Menyalahkan
hal-hal diluar
dirinya.
41
i. Kebutuhan perencanaan pulang
BM BM BM
42
Makan
BM BM
BT BM
BAB/BAK
BT BM BM BM
Ganti pakaian Jelaskan : pasien Jelaskan : pasien
sudah bisa sudah bisa
BT BM melakukan melakukan
perawatan diri perawatan diri
b. Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola Tidak
makan anda ? Jelaskan : pasien Ya
Ya kurang menyukai
Tidak makanan di RSJ
c. Kelompok sosial
Ya Tidak Ya
Tidak Jelaskan : pasien
d. Apakah klien menikmati saat sering menyendiri
kerja, kegiatan produktif atau
hobi ? Ya
Ya Ya
Tidak
I. Pengetahuan kurang tentang
43
glaukoma,
obstruksi
saluran cerna
3. Clorilex 5mg 0-0-1 skizofrenia Mengantuk,
peningkatan
berat badan, dan
pandangan
kabur
PASIEN 2
No. Nama obat Dosis Rutte Indikasi Kontraidikasi
1. Haloperidol 5 mg 3x1 Skizofrenia Hipersensivitas,
koma, kejang
yang tidak
terkontrol
2. Triex 2mg 2x1 Parkison dan Mulut
parkinosonisme kering,gangguan
saluran
pencernaan,
pusing
3. Risperidone 2mg 0-0-1 Skizofrenia Pusing dan sulit
menjaga
keseimbangan
l. Analisa data
Data Masalah
Pasien 1
Data - Pasien mengatakan majikannya yang Gangguan proses
subjektif membawannya ke RSJ pikir waham
- Pasien mengatakan bahwa dirinya kebesaran
adalah orang kaya yang mempunyai
segalanya
Pasien 2
Data - Pasien mengatakan keluargannya yang Gangguan proses
subjektif membawanya ke RSJ karena sering pikir waham
marah – marah kebesaran
- Pasien mengatakan bahwa dirinya
seorang bos pengusaha
Data - Pasien banyak bicara
objektif - Pasien hiperaktif
44
Pohon masalah
Pohon masalah
Pasien 1 Pasien 2
Effect(akibat) Effect(akibat)
Isolasi sosial Kerusakan komunikasi verbal
Problem Problem
Gangguan proses pikir waham Gangguan proses pikir waham
45
m. Rencana keperawatan
46
obat secara teratur
SP 3 : Melatih pemenuhan
kebutuhan dasar
SP 4 : Melatih kemampuan positif
yang dimiliki
Pasien 2
Gangguan TUM: klien Setelah dilakukan pengkajian Bina hubungan saling percaya dengan Ajarkan pasien
proses pikir mampu didapatkan hasil: prinsip komunikasi terapeutik, yaitu: untuk bersosialisasi
waham membangun a. Pasien bisa menerima perawat a. Sapa pasien dengan ramah baik verbal
kebesaran kepercayaan di sampingnya
maupun non verbal
dirinya b. Pasien mengatakan mau
TUK: klien dapat menerima bantuan perawat b. Perkenalkan diri dengan sopan
membina c. Pasientidak menimbulkan
c. Tanyakan nama lengkap pasien dan
hubungan saling tanda-tanda curiga
percaya dengan d. Pasien mengijinkan perawat nama panggilan.
perawat duduk disebelahnya
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjukkan sikap empati dan
menerima pasien apa adanya.
SP 1 : Latihan orientasi realita :
orientasi orang, tempat, dan waktu
47
serta lingkungan sekitar.
SP 2 : Mengajarkan cara minum
obat secara teratur
SP 3 : Melatih pemenuhan
kebutuhan dasar
SP 4 : Melatih kemampuan positif
yang dimiliki
n. Implementasi keperawatan
Diagnosa Implementasi
keperawatan
Pasien 1 dan 2 21 februari 2024 22 februari 2024 23 februari 2024 24 februari 2024
Gangguan 08.45 12.30 09.30 11.00
proses pikir Fase orientasi Fase orientasi Fase orientasi Fase orientasi
waham 1. Memberikan salam 1. Memberikan salam 1. Memberikan salam 1.Memberikan salam
kebesaran terapeutik dan kenalan : terapeutik dan kenalan : terapeutik dan kenalan : terapeutik dan kenalan :
a. Memberikan salam. a. Memberikan salam. a. Memberikan salam. a. Memberikan salam.
b. Memperkenalkan diri b. Memperkenalkan diri b. Memperkenalkan diri b. Memperkenalkan diri
dan menanyakan nama dan menanyakan dan menanyakan nama dan menanyakan
pasien. nama pasien. pasien. nama pasien.
c. Memanggil nama c. Memanggil nama c. Memanggil nama c. Memanggil nama
48
panggilan yang disukai. panggilan yang panggilan yang disukai. panggilan yang
d. Menyampaikan tujuan disukai. d. Menyampaikan tujuan disukai.
interaksi. d. Menyampaikan tujuan interaksi. d. Menyampaikan tujuan
2. Melakukan evaluasi dan interaksi. 2. Melakukan evaluasi dan interaksi.
validasi data : 2. Melakukan evaluasi dan validasi data : 2.Melakukan evaluasi dan
a. Menanyakan perasaan validasi data : a. Menanyakan perasaan validasi data :
pasien hari ini. a. Menanyakan pasien hari ini. a. Menanyakan perasaan
b. Memvalidasi /evaluasi perasaan pasien hari b. Memvalidasi /evaluasi pasien hari ini.
masalah pasien. ini. masalah pasien. b. Memvalidasi
3. Melakukan kontrak : b. Memvalidasi 3. Melakukan kontrak : /evaluasi masalah
a. Waktu. /evaluasi masalah a. Waktu. pasien.
b. Tempat. pasien. b. Tempat. 3. Melakukan kontrak :
c. Topik. 3. Melakukan kontrak : c. Topik. a. Waktu.
Fase kerja a. Waktu. Fase kerja b. Tempat.
1. Menjelaskan cara b. Tempat. 1. Menjelaskan cara c. Topik.
mengendalikan waham c. Topik. memenuhi kebutuhan Fase kerja
dengan orientasi realita: Fase kerja pasien yang tidak 1. Menjelaskan kemampuan
panggil nama, orientasi 1. Menjelaskan tentang terpenuhi positif yang dimiliki
waktu, orang dan obat yang dikonsumsi 2. Melatih cara memenuhi pasien
tempat/lingkungan. 2. Mendiskusikan manfaat kebutuhan dasar pasien 2.Mendiskusikan
2. Melatih pasien orientasi minum obat dan yang tidak terpenuhi kemampuan positif yang
realita : panggil nama, kerugian tidak minum (mandi,makan,olahraga) dimiliki pasien
orientasi waktu, orang dan obat dengan pasien Fase terminasi 3.Melatih kemampuan
tempat/lingkungan 3. Melatih pasien cara 1. Mengevaluasi respon positif yang
Fase terminasi minum obat secara pasien terhadap tindakan: dipilih(menulis buku
1. Mengevaluasi respon teratur a. Data subjektif. harian)
pasien terhadap tindakan: Fase terminasi b. Data Objektif. Fase terminasi
a. Data subjektif. 1. Mengevaluasi respon 2. Melakukan rencana tindak 1. Mengevaluasi respon
49
b. Data Objektif. pasien terhadap lanjut. pasien terhadap
2. Melakukan rencana tindak tindakan: 3. Melakukan kontrak untuk tindakan:
lanjut. a. Data subjektif. pertemuan berikutnya: a. Data Subjektif.
3. Melakukan kontrak untuk b. Data Objektif. a. Waktu. b. Data Objektif.
pertemuan berikutnya: 2. Melakukan rencana b. Tempat.
a. Waktu. tindak lanjut. SP 4:
b. Tempat. 3. Melakukan kontrak SP 3: - Menjelaskan kemampuan
untuk pertemuan - Menjelaskan cara positif yang dimiliki
SP 1: berikutnya: memenuhi kebutuhan pasien
- Menjelaskan cara a. Waktu. pasien yang tidak terpenuhi - Mendiskusikan
mengendalikan waham b. Tempat. - Melatih cara memenuhi kemampuan positif yang
dengan orientasi realita: kebutuhan dasar pasien dimiliki pasien
panggil nama, orientasi Sp 2: yang tidak terpenuhi - Melatih kemampuan
waktu, orang dan - Menjelaskan tentang obat (mandi,makan,olahraga) positif yang
tempat/lingkungan. yang dikonsumsi dipilih(menulis buku
- Melatih pasien orientasi - Mendiskusikan manfaat harian)
realita : panggil nama, minum obat dan kerugian
orientasi waktu, orang dan tidak minum obat dengan
tempat/lingkungan pasien
- Melatih pasien cara
minum obat secara teratur
50
o. Evaluasi keperawatan
Diagnosa Evaluasi
keperawatan
Pasien 1 Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
21 feb 2024 22 feb 2024 23 feb 2024 24 feb 2024
Gangguan SP 1: SP 2: SP 3: SP4:
proses pikir S: S: S : pasien mengatakan bahwa S:
waham - Pasien mengatakan - pasien mengatakan rajin dirinya bisa melakukan - pasien merasa bahagia
kebesaran bahwa dirinya meminum obat dengan kebutuhan dasar tanpa - Pasien mengatan suka
menerima untuk teratur dibantu sekali menulis jika tidak
diajarkan SP1 - pasien mengatakan sudah O : pasien mampu memenuhi ada kegiatan
- Pasien mengatakan mengetahui obat yang kebutuhan dasar dengan O : pasien mampu melakukan
dirinya senang telah dikonsumsi mandiri seperti : kemampuan positif yang
- pasien sudah mengetahui - Makan 3xsehari dimiliki dengan mandiri
O:pasien mampu manfaat minum obat dan - Mandi 2xsehari (menulis buku harian)
melakukan latihan kerugian tidak meminum - Olahraga A : masalah teratasi
orientasi realita : obat A : masalah teratasi P : intervensi dihentikan
menyebutkan nama, O: pasien tampak P : intervensi dihentikan
waktu, orang dan bersemangat mempelajari
tempat/lingkungan tentang manfaat dan
dengan dibantu nama obat yang
sebagian dikonsumsi dengan
A : masalah teratasi dibantu sebagian
sebagian A: masalah teratasi
P : intervensi dilanjutkan sebagian
dengan bantuan perawat P: intervensi dilanjutkan
dengan bantuan perawat
51
Pasien 2 Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
21 feb 2024 22 feb 2024 23 feb 2024 24 feb 2024
Gangguan S: S: S : pasien mengatakan bisa S : pasien mengatakan suka
proses pikir - pasien mengatakan - pasien mengatakan rajin memenuhi kebutuhan dasar membaca buku jika tidak ada
waham bahwa dirinya meminum obat dengan tanpa dibantu kegiatan
kebesaran bersemangat untuk teratur O : pasien mampu memenuhi O : pasien mampu melakukan
berlatih - pasien mengatakan sudah kebutuhan dasar dengan kemampuan positif yang
- pasien mengatakan mengetahui obat yang mandiri seperti : dimiliki dengan mandiri
bahwa dirinya sangat telah dikonsumsi - Makan 3xsehari (membaca buku)
senang berlatih - pasien sudah mengetahui - Mandi 2xsehari A : masalah teratasi
O: pasien mampu manfaat minum obat dan - Olahraga P : intervensi dihentikan
melakukan latihan kerugian tidak meminum A : masalah teratasi
orientasi realita : obat P : intervensi dihentikan
menyebutkan nama, O:pasien tampak
waktu, orang dan bersemangat mempelajari
tempat/lingkungan tentang manfaat dan
dengan dibantu sebagian nama obat yang
A : masalah teratasi dikonsumsi dengan
sebagian dibantu sebagian
P : intervensi dilanjutkan A: masalah teratasi
dengan bantuan perawat sebagian
P: intervensi dilanjutkan
dengan bantuan perawat
52
53
B. Pembahasan
1. Pengkajian
53
e. Psikososial
Pada tinjauan teori psikososial dibagi terdiri dari konsep diri, hubungan
sosial, dan spiritual. Pada kasus di atas di dapat yaitu konsep diri dari
pasien Ny. A. D dimana pada bagain citra tubuh Ny. A. D mengatakan
menyukai seluruh bagian tubuhnya, Ny. M. I. T mengatakan bagian tubuh
yang paling dia sukai adalah rambutnya, pada bagian identitas Ny. A.D
mengatakan sebagai asisten hakim dan orang kaya sedangkan, Ny. M. I. T
mengatakan bahwa dirinya seorang bos perusahaan, pada bagian ideal diri
Ny. A. D mengatakan suka memakai baju bagus sedangkan, Ny. M. I. T
mengatakan suka memakai penjepit rambut yang bagus. Pada bagian harga
diri Ny. A. D mengatakan tidak suka mengobrol dengan orang yang tidak
nyambung sedangkan Ny. M. I. T mengatakan tidak terlalu suka
mengobrol dengan orang lain. Pada hubungan sosial pasien Ny. A. D
mengatakan orang yang paling berarti dalam hidupnya ialah anaknya
sedangkan, pada Ny. M. I. T adalah dirinya sendiri. Ny A. D beragama
kristen protestan sedangkan Ny. M. I. T beragama katolik dan kedua
pasien suka berdoa dan mengikuti ibadah bersama
f. Status mental
Pada tinjauan teori status mental dilihat dari penampilan fisik,
pembicaraan, alam perasaan dan afek. Pada pengkajian didapat
penampilan Ny. A. D dan Ny. M. I. T rapi, alam perasaan Ny. A.D sedih
dan afek terlihat datar sedangkan pada Ny. M. I. T merasa ketakutan
namun afek tidak sesuai
2. Diagnosa
3. Intervensi
54
tempat/ lingkungan, SP 2 menganjurkan minum obat secara teratur, SP 3
melatih pemenuhan kebutuhan dasar, SP 4 melatih kemampuan positif yang
dimiliki.
5. Evaluasi
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Selama proses pengkajian didapatkan data – data yang mendukung Ny.
A. D dan Ny. M. I. T mengalami gangguan jiwa dengan diagnosa medis
Skizofrenia Pasien mengalami gangguan proses pikir Waham Kebesaran.
Pada pasien 1 Ny. A. D didapatkan faktor presdiposisi yang timbul ialah
berbicara tidak jelas, psikologinya mengalami penurunan motivasi dan
minat, Faktor sosial yang mucul ialah pasien pemalu dan jarang
berkomunikasi dengan orang lain. Pada tinjauan teori status mental dilihat
dari penampilannya rapi, alam perasaannya sedih dan afek terlihat datar.
Sedangkan pada pasien 2 Ny. M. I. T didapatkan faktor presdiposisi yang
timbul ialah berbicara agak tidak jelas, psikologinya mengalami penurunan
motivasi dan minat, Faktor sosial yang mucul ialah pasien mudah
berkomunikasi dengan orang lain. Pada tinjauan teori status mental dilihat
dari penampilannya rapi, alam perasaannya merasa ketakutan namun afek
tidak sesuai.
2. Diagnosa
Diagnosa yang diangkat pada Ny. A.D dan Ny. M.I.T yaitu Gangguan
proses pikir waham kebesaran .
3. Intervensi / perencanaan
Intervensi disesuaikan dengan Strategi Pelaksanaan.
4. Implementasi
Pada pasien Ny. A.D dan Ny. M.I.T dilaksanakan penjelasan mengenai
SP 1, SP 2, SP 3, SP 4.
5. Evaluasi
Pada tahap SP 1, SP 2, SP 3, SP 4 pasien sudah bisa mempraktekannya
meski harus dalam pengawasan perawat. Pasien juga mampu mengisi waktu
luang dengan kegiatan positif.
B. Saran
a. Bagi Peneliti
Dengan malakukan penelitian secara langsung peneliti mendapat
pengalaman dalam mengupayakan masalah waham kebesaran pada pasien
56
skizofrenia dapat teratasi dan peneliti juga bisa mendapat ilmu atau
pengetahuan, keterampilan serta wawasan semakin meningkat.
b. Bagi Instusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan pengembangan pada pembelajaran, meningkatkan
pengetahuan dan wawasan serta menjadi refrensi bagi mahasiswa dalam
melakukan asuhan keperawatan dengan masalah keprawatan waham
kebesaran pada pasien skizofrenia
c. Bagi Pasien
Pasien yang mengalami skizofrenia mendapat informasi dan bantuan
dalam mengatasi masalah perawatan dalam bentuk asuhan keperawatan
dengan standar yang berlaku.
d. Bagi Profesi Keperawatan
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk tenaga perawat dalam
mengatasi masalah waham kebesaran
e. Bagi Rumah Sakit
Bisa dijadikan bahan acuan pada saat melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien skizofrenia dengan masalah keperawatan waham
kebesaran.
57
DAFTAR PUSTAKA
Amidos, J., Sari, U., & Indonesia, M. (2022). Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Tn . S Dengan Masalah Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran :
Studi Kasus. April. https://doi.org/10.31219/osf.io/692px
Amidos, J., Sari, U., & Indonesia, M. (2022). Penerapan Asuhan Keperawatan
Jiwa Dengan Gangguan Proses Pikir : Waham Penerapan Asuhan
Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan Proses Pikir : Waham Kebesaran
Pendekatan Strategi Pelaksanaan ( SP ) 1-4 : Studi Kasus. March, 1–4.
https://doi.org/10.31219/osf.io/ewj4u
Frebriyana, faiz brisri. (2021). Askep skizofrenia.
Lero, L., Avelina, Y., Kesehatan, F. I., Nusa, U., & Pelaksanaan, S. (2023).
Penerapan Strategi Pelaksanaan 1 dan 2 Pada Pasien Dengan Gangguan
Proses Pikir : Waham Kebesaran di UPTD Puskesmas Kopeta
Implementation Of Implementation Strategy 1 and 2 In Patients With
Thought Process Disorders : Delusions Of Grandeur At The UPTD Of.
10(1).
Mashudi. (2022). Asuhan Keperawatan Skozofrenia. 2018, 1–5.
Maulana, I., Suryani, S., Sriati, A., Sutini, T., Widianti, E., Rafiah, I., Hidayati, N.
O., Hernawati, T., Yosep, I., & Hendrawati, H. (2019). Penyuluhan
Kesehatan Jiwa untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat tentang
Masalah Kesehatan Jiwa di Lingkungan Sekitarnya. Media Karya Kesehatan,
2(2).
Meilasari, S. (2021). Asuhan keperawatan jiwa pada klien tn. c dengan masalaha
utawa waham kebesaran di wilayah siwalan kerto selatan surabaya.
Paramita, T. (2021). Dinamika Pasien dengan Gangguan Skizofrenia. 17(1), 12–
19.
Ramayani, desak ayu ita. (2019). KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN Tn. B dan Tn. R DENGAN
DIAGNOSA MEDIS SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
HALUSINASI PENDENGARAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IV
DENPASAR SELATAN. April.
Santoso . (2020). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN
SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT
PERAWATAN DIRI DI RSJD Dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA.
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Tri, F., & Oktaviani, ita apriliyani. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH WAHAM KEBESARAN : STUDI
KASUS Mahasiswa Program Studi Keperawatn Program Sarjana dan
Program Pendidikan Profesi Program Studi Keperawatan dan Program
Psikiatri , Universitas Harapan Bangsa , Jawa Tengah. 2, 151–158.
58
Yuli, mufaizah ayu & retno. (2023). STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
JIWA PADA NY . S DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM
KEBESARAN DI RSJD Dr . RM . SOEDJARWADI Universitas
Muhammadiyah Klaten. 1–16.
59
BIODATA DIRI
Riwayat Sekolah:
1. TK Aisyiyah 2 Cepu (2 tahun)
2. SDN 14 Cepu (2 tahun)
3. SDN Padangan 03 (4 tahun)
4. MTs Plus Al- Hadi Padangan (3 tahun)
5. MAN 5 Bojonegoro (3 tahun)
60
Surat pengambilan data dan penelitian
61
62
DOKUMENTASI
Pasien 1 Pasien 2
Kontrak waktu dan mengkaji kontrak waktu dan mengkaji
63