TIM PENELITI :
Ketua :
Silfia Sekar A.M.E.S, S.ST.,M.Tr.Keb (0714108607)
Anggota :
1. Mery Mom (141915401007B)
2. Zeferina Dos Santos Noemia Garcia (141915401006)
3. Venia Cardoso Pereira (141915401005)
i
KEBIDANAN
Oleh :
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Ketua Pelaksana
Menyetujui
Ketua STIKes Bhakti Mulia Ketua LPPM
iii
HALAMAN PUBLIKASI
Kepala Perpustakaan
iv
SURAT PERNYATAAN
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi.
Yang menyatakan,
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penelitian yang berjudul “ Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Tingkat Ekonomi
Keluarga dengan Pertumbuhan Fisik Balita di Desa Banjarejo Kecamatan
Ngadiluwih Kabupaten Kediri “ peneliti menyadari banyak pihak yang telah membantu
dan memberi bimbingan dalam penyusunan penelitian ini sehingga dapat terselesaikan, untuk
itu peneliti mengucapkan Terimakasih kepada :
1. Bapak Ahmad Wasis Setyadi, S.Kep.,NS.,MSi.,MPH. Selaku Ketua STIKes Bhakti Mulia
2. Kepala Desa Banjarejo yang telah memberikan ijin, menyediakan tempat dan kelancaran
mengambil data.
4. Seluruh Dosen dan staf karyawan STIKes Bhkati Mulia Kediri yang telah membantu dalam
Dan semua pihak yang terkait dalam penulisan penelitian ini yang belum penulis sebutkan.
Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan penelitian ini. Semoga Penelitian ini
Peneliti
vi
ABSTRAK
Sekar, Silfia (2020) Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Tingkat Ekonomi Keluarga
dengan Pertumbuhan Fisik Balita di Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten
Kediri
vii
ABSTRACT
Sekar, Silfia (2020) The Relation of Mother Education Level and Family Economy
Level with Under Five Year Old Children Physic Growth in Banjarejo Village
Ngadiluwih District Kediri Regency
Under five year old children is group who show the rapid growth so it needs more
attention for the health condition. Lack of nutrient to under five year old children will
cause failure of physic growth and smart development and also decrease body immune
which effect the increase of morbidity and mortality rate. The purpose of the research
was to know the relation of mother education level and family economy level with under
five year old children physic growth.The type of research which was used wasanalytic
design cross sectional. It was got sample as many as33under five year oldchildren by
using simple random sampling technique. Instruments which were used were interview
mother education level and family economy level, body weights/ measurement and KMS
(Health Card). Research result then was analyzed univariately and bivariately.
Univariatelyfor the mother education variable showed result that respondent who had
basic education level as many as 18 respondents (54.5%), respondents who had middle
education level were9 respondents (27.3%), and respondents who had high education
level were6 respondents (18.2 %), then for variableof family economy level showed the
result that respondents who had low economy level were 16 respondents (48.5%),
respondents who hadmoderate economy level were 11 respondents (33.3%), and
respondents who had higheconomy level were6 respondents (18.2%), and for variable
of under five year old children physic growth showed result that respondents who had
under five year old children with bad physic growth were 6 respondents (18.2%),
respondents who had under five year old children with less physic growth were 4
respondents (12.1%), and respondents who had under five year old children with good
physic growth were 23 respondents (69.7%). Then it was continuedwith analysis
bivariate by using Spearman Rank test was got result that there was relation of mothers
education level with under five year old children physic growth, that was t account
4.176 ≥ t table 2.0399 and also there was relation of family economy level with under
five year old children physic growth, that was t account 4.639 ≥ t table 2.0399.Under
five year old children with family who had high social-economy commonly fulfilled
nutrient need were enough compared with children with low social-economy.
Key words: Mother Education, Family Economy, Under Five Year Old Children Physic
Growth.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PUBLIKASI………………………………………………………. iv
SURAT PERNYATAAN……………………………………………………….. v
KATA PENGANTAR........................................................................................... vi
ABSTRAK............................................................................................................. vii
ABSTRACT............................................................................................................. viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar 1
Belakang........................................................................................
1.2. Rumusan 5
Masalah...................................................................................
1.3. Tujuan 6
Penelitian....................................................................................
1.4. Manfaat 6
Penelitian..................................................................................
ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3.2. Hipotesis................................................................................................ 29
x
4.7. Teknik Pengumpulan Data..................................................................... 35
5.2. Pembahasan............................................................................................ 48
5.3. Keterbatasan............................................................................................ 58
6.1. Kesimpulan............................................................................................. 59
6.2. Saran....................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 61
LAMPIRAN.......................................................................................................... 64
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR SINGKATAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Seorang anak bukan merupakan seorang dewasa dalam bentuk kecil, karena
ia mempunyai sifat berlainan dari orang dewasa. Ia harus tumbuh dan berkembang
sampai dewasa agar dapat berguna bagi masyarakat (Wahidiyat, I., 2007).
Tumbuh kembang merupakan hal utama, hakiki, dan khas pada anak.
atau ukuran sel dan jaringan interseluler. Kembang (berkembang) adalah proses
tertentu, seorang anak dalam banyak hal bergantung kepada orang dewasa,
penyakit dan sebagainya. Oleh karena itu semua orang yang mendapat tugas
mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan
berkembang, misalnya keperluan dan lingkungan anak pada waktu tertentu agar
anak dapat tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya. Bila lingkungan akibat sesuatu
hal menjadi buruk, maka keadaan tersebut hendaknya segera diubah sedemikian
rupa sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan dengan sebaik-
Secara garis besar, tumbuh kembang dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu
tumbuh kembang fisik, intelektual, dan emosional. Selain itu, kualitas tumbuh
1
kembang anak ini ditentukan oleh faktor potensi genetic heredokonstitusional (ras,
genetik, jenis kelamin, dan kelainan bawaan) dan peran lingkungan (Muslihatun,
W. N., 2010).
peristiwa percepatan dan perlambatan. Peristiwa tersebut akan berlainan dalam satu
kejadian yang berbeda dalam setiap organ tubuh namun masih saling berhubungan
satu sama lain, misalnya terjadi perubahan tentang besarnya, jumlah, dan ukuran
ditingkat sel maupun organ pada individu serta perubahan bentuk dan fungsi
pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan intelektual (Hidayat, A.,
2008).
Suatu kelainan bisa terjadi jika ada faktor genetik dan atau karena faktor
anak. Peran lingkungan, juga menjadi faktor penting untuk mencukupi kebutuhan
dasar tumbuh kembang anak. Kebutuhan dasar tumbuh kembang anak meliputi
Lingkungan ini meliputi lingkungan mikro (ibu atau pengganti ibu), lingkungan
mini (ayah, kakak, adik, status sosial ekonomi), lingkungan meso (hal-hal di luar
nya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya
potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Salah satunya
adalah faktor keluarga dan adat istiadat. Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak yaitu pekerjaan/ pendapatan keluarga yang memadai akan
2
menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder, pendidikan ayah/ ibu yang
baik dapat menerima informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak
yang baik, menjaga kesehatan, dan pendidikan yang baik pula (Marimbi, H., 2010).
Tubuh anak yang dibesarkan dalam kondisi sosial ekonomi yang kurang,
cenderung akan lebih kecil dibandingkan dengan anak-anak yang kondisi sosial
berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, dan lingkar perut), evaluasi
anak sejak dini. Bila diketahui gangguan pertumbuhan sejak dini maka pencegahan
Sayangnya, hampir 85% lebih buku kesehatan anak yang berobat ke dokter
anak atau ke dokter justru tidak pernah digambarkan grafik pertumbuhan berat
badan. Grafik pertumbuhan berat badan sering digambar oleh kader posyandu bagi
N., 2010).
3
Sebanyak 50% bayi mengalami gangguan kenaikan sejak usia 6 bulan yang
tidak pernah terdeteksi oleh orang tua dan dokter hanya karena dalam buku
N., 2010).
sebesar 8,80%, gizi kurang sebesar 19,24%, gizi normal sebesar 68,48%, dan gizi
lebih sebesar 3,48%. Berdasarkan data Riskesdas 2007, terjadi penurunan yang
cukup signifikan angka kekurangan gizi pada balita yaitu mencapai 18,4%, terdiri
dari gizi buruk 5,4% dan gizi kurang 13%, sedangkan balita stunting (pendek)
mencapai 36,8%, balita wasting (kurus) mencapai 4,3%, dan gizi lebih mencapai
4,3%. Sementara itu, berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010, prevalensi balita
kurang gizi (berat badan kurang) sebesar 18,0% diantaranya 4,9% dengan gizi
buruk. Sedangkan prevalensi balita pendek (stunting) sebesar 35,6%, dan prevalensi
2006 diketahui bahwa di Jawa Timur terdapat 17,5 % balita yang menderita Kurang
Energi Protein (KEP) terdiri dari 2,6 % balita gizi buruk dan 14,96 % balita gizi
kurang (Sumber: Subdin Kesga). Jumlah balita yang ditimbang tahun 2006 sebesar
2.193.958, jumlah berat badannaik 1.560.784 (71,14 %), yang BGM 65.277 (2,98
%) dan balita gizi buruk yang mendapat perawatan 10.227 (78,65 %) dari seluruh
4
Ngadiluwih Kabupaten Kediri tanggal 1-18 November 2015. Dari pendataan yang
banyak, yaitu sebanyak 5 anak balita dinyatakan BGM dan 19 anak balita
dinyatakan BGT dari jumlah total anak balita yang ditimbang saat posyandu yaitu
209 anak balita atau jika di persentasikan sebesar 11,48%. Berdasarkan uraian
Pendidikan Ibu dan Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Pertumbuhan Fisik Balita di
ini yaitu: “Bagaimanakah Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Tingkat Ekonomi
5
4. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan ibu dan tingkat ekonomi
balita.
Sebagai masukan kepada ibu yang memiliki anak balita di wilayah Desa
fisik balita.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
perlindungan, dan bantuan yang dilakukan pada anak untuk menjadi dewasa.
meliputi pendidikan formal dan pendidikan bukan formal (Yusof, N., 2007).
7
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 20/2003 pasal
(Sumardiono, 2007).
2007).
8
Jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai
9
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
1. Pendidikan Dasar
a. Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain
yang sederajat.
2. Pendidikan Menengah
3. Pendidikan Tinggi
10
spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
a. Akademi.
b. Politeknik.
c. Sekolah Tinggi.
d. Institut.
e. Universitas.
wanita yang melahirkan kita atau emak atau panggilan hormat kepada wanita
Suparyanto, 2010).
11
1. Anticipatory, adalah suatu masa sebelum wanita menjadi ibu ketika wanita
jalan dalam melaksanakan peran ibu yang tidak disampaikan oleh sistem
sosial.
4. Tahap personal. Pada tahap ini wanita telah mahir malaksanakan perannya
pencapaian peran ibu, yaitu usia ibu pada waktu melahirkan, persepsi ibu
pada waktu melahirkan anak pertama kali, memisahkan ibu dan anaknya
secepatnya, stres sosial, dukungan sosial, konsep diri, sifat pribadi, sikap
Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani Oikonomia, yang terdiri atas dua
kata, yaitu Oikosberarti rumah tangga dan nomosyang berarti aturan. Dengan
demikian, Oikonomia dapat diartikan sebagai aturan yang berlaku untuk memenuhi
12
sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi,
pemerintah telah menetapkan pendapatan bagi pekerja demi pencapaian hidup yang
Mekanisme Pengupahan UMK tahun 2012, UMK untuk Kabupaten Kediri Provinsi
selamat bila telah berpenghasilan sekitar Rp. 2.200.000,- perbulan (Siahaan, J.,
2012).
Keluarga adalah (1) unit terkecil dari masyarakat, (2) terdiri dari 2
orang atau lebih dalam satu atap yang mempunyai hubungan yang intim,
tangga (biasanya bapak atau ibu atau keluarga lain yang dominan) yang saling
(4) setiap anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi masing-masing yang
serta nilai dan norma hidup yang didasari sistem kebudayaan, (6) mempunyai
13
2.4.2. Ciri-ciri Keluarga
(1) mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat yang dilandasi oleh
oleh nilai budaya ketimuran yang kental yang mempunyai tanggung jawab
besar, (3) umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga yang
musyawarah dan mufakat, (4) sedikit berbeda antara yang tinggal di pedesaan
saling menghormati satu sama lain dan sedikit sulit menerima inovasi baru
1. Nuclear family (keluarga inti). Terdiri dari orang tua dan anak yang masih
menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak
keluarga lainnya.
2. Extented family (keluarga besar). Satu keluarga yang terdiri dari satu atau
dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang
3. Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala
kepadanya.
14
4. Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak,
perkawinan terdahulu.
6. Three generation family. Keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu
7. Single adult living alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu
8. Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami
dan pemberi rasa aman kepada anggota keluarga. Selain itu, sebagai anggota
15
perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi, dan
multiplikasi sel dan bertambanya jumlah zat interseluler. Oleh karena itu
pertumbuhan dapat diukur dalam sentimeter atau inch dan dalam kilogram
atau pound. Selain itu dapat pula diukur dalam keseimbangan metabolik,
yaitu retensi kalsium dan nitrogen oleh badan (Wahidiyat, I., 2007).
pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa
16
4. Dalam pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti
proses kematangan, seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis, atau
proses tumbuh kembang anak. Faktor ini juga merupakan faktor bawaan
anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri khasnya. Melalui genetik yang
terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas
lain. Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin, ras, dan suku
2. Faktor lingkungan
1) Lingkungan Prenatal
17
Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai
dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil,
2) Lingkungan Postnatal
a. Budaya lingkungan
A., 2008).
18
b) Keadaan keluarga.
d) Keadaan rumah.
b) Pendapatan keluarga.
c) Pengeluaran keluarga.
c. Nutrisi
perkembangannya.
dapat dengan mudah diperoleh, namun pada saat musim yang lain
justru sebaliknya.
19
ke seluruh tubuh dapat teratur serta dapat meningkatkan stimulasi
g. Status kesehatan
A., 2008).
20
Kebutuhan asih ini meliputi: kasih sayang orang tua, rasa aman, harga diri,
Pemberian stimulus ini sudah dapat dilakukan sejak masa pranatal, dan
setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin
antaranya:
1. Pengukuran antropometri
21
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan
atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang,
otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui
status keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, berat badan juga dapat
standar baku NCHS juga dapat digunakan kartu menuju sehat (KMS).
mudah.
22
Pengukuran lingkar kepala ini digunakan sebagai salah satu parameter
Penilaian ini digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot, namun
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Pemeriksaan radiologis
23
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai usia tumbuh kembang,
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas 1 tahun atau lebih
populer dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Masa balita merupakan
usia penting dalam tumbuh kembang anak secara fisik. Pada usia tersebut,
pertumbuhan seorang anak sangatlah pesat sehingga memerlukan asupan zat gizi
kesadaran sosial, emosional, dan intelegensi anak berjalan sangat cepat. Hal ini
2008).
Pada masa ini, anak bersifat egosentris, yaitu mempunyai sifat keakuan yang
kuat sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap sebagai miliknya. Menurut
teori Erikson, anak berada pada fase mandiri vs malu/ ragu-ragu (otonomi vs
doubt). Hal ini terlihat dengan berkembangnya kemampuan anak, yaitu dengan
belajar untuk makan atau berpakaian sendiri. Pada masa ini, anak perlu dibimbing
dengan akrab, penuh kasih sayang, tetapi juga tegas, sehingga anak tidak
mengalami kebingungan. Jika orang tua mengenal kebutuhan anak, maka anak akan
24
berkembang perasaan otonominya sehingga anak dapat mengendalikan otot-otot
2.7. Konsep Dasar Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Tingkat Ekonomi
sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai
oleh tubuh bagian bawah. Pada masa fetal (kehamilan 2 bulan), pertumbuhan
kepala lebih cepat dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu merupakan 50%
dari total panjang badan. Selanjutnya, pertumbahan bagian bawah akan bertambah
secara teratur. Pada usia 2 tahun, besar kepala kurang dari seperempat panjang
mengalami siklus yang berbeda pada kehidupan manusia. Peristiwa tersebut dapat
secara cepat maupun lambat tergantung dari individu atau lingkungan. Proses
percepatan dan perlambatan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor herediter, faktor
lingkungan, dan faktor hormonal. Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan
lingkungan setelah bayi lahir), seperti budaya lingkungan, sosial ekonomi keluarga,
nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam keluarga, dan status kesehatan.
Anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi umumnya pemenuhan
25
kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan anak dengan sosial ekonomi
rendah. Demikian juga dengan anak yang berpendidikan rendah, tentu akan sulit
menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak
26
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Hormon
somatotropin
Tiroid
Glukokortikod
Faktor Postnatal:
Faktor Pranatal: Budaya
Gizi Ibu pada waktu lingkungan
hamil Nutrisi
Lingkungan mekanis Iklim dan cuaca Tingkat ekonomi
Zat kimia/toksin Olahraga atau
keluarga
Hormonal latihan fisik
Pertumbuhan
Posisi anak Rendah
dalam keluarga fisik balita
Sedang
Status kesehatan Tinggi Buruk
Status sosial Kurang
Baik
ekonomi
Tingkat pendidikan
ibu
Pendidikan Dasar:
SD/ MI, dan SMP
Pendidikan
Menengah:
SMK/SMA
Keterangan: Pendidikan Tinggi:
Akademi, Institut,
: diteliti Universitas,
Sekolah Tinggi
: tidak diteliti
: pengaruh
27
28
3.2. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:
Ho:
1. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pertumbuhan fisik
balita.
2. Tidak ada hubungan antara tingkat ekonomi keluarga dengan pertumbuhan fisik
balita.
H1:
1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pertumbuhan fisik balita.
2. Ada hubungan antara tingkat ekonomi keluarga dengan pertumbuhan fisik balita.
28
BAB IV
METODE PENELITIAN
adalah mencakup proses penelitian yang terdiri dari perencanaan penelitian, dan
Desain penelitian dapat menjadi petunjuk bagi peneliti untuk mencapai tujuan
penelitian dan juga sebagai penuntun peneliti dalam seluruh proses penelitian
(Riyanto, 2011).
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah analitik desain
cross sectional, dimana peneliti akan meneliti hubungan tingkat pendidikan ibu dan
4.2.1. Populasi
30 29
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak
294 balita.
4.2.2. Sampel
target yang akan diteliti secara langsung, kelompok ini meliputi subjek yang
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari ibu yang memiliki
sebanyak 10% dari populasi (Arikunto, 2006). Jadi, jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 30 balita. Kemudian untuk menjaga seandainya ada drop
4.3.3. Sampling
2010). Tehnik pengambilan sampel ini sangat penting, karena apabila salah
dalam menggunakan tehnik sampling maka hasilnya pun akan jauh dari
anggota sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam populasi itu. Cara pengambilan sampel ini yang pertama adalah
30
mereka nomor. Kemudian melakukan pengundiansampai jumlah sampel yang
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
2010).
Kediri yang mempunyai anak berumur 1-5 tahun dan mempunyai KMS
2. Ibu yang memiliki anak berumur 1-5 tahun yang bersedia menjadi
responden.
Ibu yang memiliki anak berumur 1-5 tahun yang sedang bepergian
Kabupaten Kediri.
31
4.4.2. Waktu Penelitian
Sugiono (2003) menyatakan variabel penelitian ini adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan menarik kesimpulan darinya
lain, artinya variabel dependen berubah akibat perubahan pada variabel bebas
(Riyanto, 2011).
32
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang
> Rp.
2.200.000,-
33
4.6.2. Variabel Dependen
Variabel Definisi Parameter Skala Alat Ukur Kriteria Scoring
Kurang: bila
hasil
pengukuran dari
KMS pada
kurva garis
kuning atau
pada garis
kuning
Dijelaskan cara atau metode yang digunakan untuk pengumpulan data. Dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
34
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua data, yaitu:
Pertama, data diperoleh langsung dari ibu dengan melakukan wawancara tingkat
pendidikan ibu dan tingkat ekonomi keluarga. Kedua, data diperoleh dari hasil
penimbangan berat badan balita, kemudian dibandingkan dengan buku KMS (Kartu
Menuju Sehat).
berikut:
akan dilaksanakan.
7. Peneliti melakukan wawancara kepada responden dan bila ada pertanyaan yang
35
4.8. Instrumen Penelitian
Teknik dan alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah: Pertama, wawancara tingkat pendidikan ibu dan tingkat ekonomi
keluarga. Kedua, timbangan berat badan dan buku KMS (Kartu Menuju Sehat).
masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin
36
2. Membuat Lembaran Kode (Coding Sheet)
merekam data secara manual. Lembaran kode berisi nomor responden, dan
rendah, angka 2 untuk tingkat ekonomi sedang, dan kode angka 3 untuk
(Notoatmodjo, 2010).
responden.
4. Tabulasi
37
Tabulasi dilakukan dengan memasukkan data kedalam tabel yang
Proses tabulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah
dilakukan analisa data. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
1. Analisa Univariat
Keterangan:
F
X = x 100 %
n persentase
X: Hasil
38
2. Analisis Bivariat
Rumus:
Keterangan:
6∑ b bi: Selisih pengamatan
2
i
ρ¿ 1− 2 tiap pasang dalam urutan
n(n −1)
n: Besar sampel
5) Bila n lebih dari 30, dimana dalam tabel tidak ada, maka pengujian
t=r
√ n−2
1−r
2
39
4.10.Rencana Penyajian Data
data komunikatif dan lengkap, dalam arti data yang disajikan dapat menarik
perhatian pihak lain untuk membacanya dan mudah memahami artinya. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan penyajian dalam bentuk tabel dan diagram
lingkaran atau piechart yang diisi persentase hasil penelitian dari tingkat pendidikan
4.11.Etika Penelitian
Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti MuliaPare - Kediri
40
4.11.3. Kerahasiaan (Confidentiality)
peneliti, hanya kelompok data yang akan dilaporkan pada hasil riset
41
BAB V
Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang
Dari hasil pengumpulan data yang dilaksanakan pada tanggal 18-24 April
responden yang digunakan sebagai sampel penelitian dan dari hasil pengumpulan
Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk diagram lingkaran dengan analisis
Kediri.
43
42
18%
Pendidikan Dasar
55% Pendidikan Menengah
Pendidikan Tinggi
27%
18%
43
yaitu sebanyak 11 responden (33,3%), dan responden yang memiliki
18%
12% Buruk
Kurang
Baik
70%
Balita
sampel besar (n > 30) dilakukan perhitungan dengan uji korelasi tata
44
jenjang yang dikemukakan oleh Spearman. Adapun tabel kontingensi
6 ∑ bi
2
ρ¿ 1− 2
n(n −1)
¿ 0,6
t=r
√ n−2
1−r 2
¿ 4,176
sebesar 4,176. Untuk mengetahui harga t ini signifikan atau tidak, maka
= n – 2. Oleh karena disini uji dua pihak, maka harga t dilihat dari harga t
untuk uji dua pihak dengan dk = 31 diperoleh harga t tabel yaitu 2,0399
fisik balita.
Balita
dengan sampel besar (n > 30) dilakukan perhitungan dengan uji korelasi
45
hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pertumbuhan fisik balita untuk
6 ∑ bi
2
ρ¿ 1− 2
n(n −1)
¿ 0,64
t=r
√ n−2
1−r
2
¿ 4,639
sebesar 4,639. Untuk mengetahui harga t ini signifikan atau tidak, maka
= n – 2. Oleh karena disini uji dua pihak, maka harga t dilihat dari harga t
untuk uji dua pihak dengan dk = 31 diperoleh harga t tabel yaitu 2,0399
fisik balita.
5.2. Pembahasan
Kediri
46
menengah yaitu sebanyak 9 responden (27,3%), serta tingkat pendidikan
teknologi. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, akan
antara lain disebabkan oleh: rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru,
pendidikan dengan kebutuhan, visi dan moralitas pendidik serta anak didik
tingkat pendidikannya masih rendah, yaitu tamatan SD/ SMP. Hal ini bisa
jadi disebabkan oleh pola pikir masyarakat di Desa Banjarejo yang masih
atau SMP, setelah itu mencari kerja untuk membantu meringankan beban
masa depan.
47
tersedia membuat mereka memilih jalan pintas untuk tidak bersekolah atau
putus sekolah.
sekolah yang lebih tinggi itu tidak penting, harus perlahan-lahan dihilangkan.
Selain itu, masyarakat hendaknya diberi informasi bahwa hingga saat ini
Kabupaten Kediri
diperoleh pun menjadi relatif lebih rendah (Luvy, S., dkk., 2009).
48
Menurut Gunawan, Totok (2012) orang yang berpendapatan rendah
penganguran tinggi.
(54,5%) merupakan tamatan SD/ MI, dan SMP. Rendahnya taraf pendidikan
Banjarejo paling banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suami
derajat kesehatan dan gizi masyarakat. Gejala itu tampak pada timbulnya
berbagai kasus gizi buruk pada kelompok umur bawah lima tahun yang dapat
49
pemerintah sebaiknya lebih aktif mendorong dan mencari alternatif mata
Kabupaten Kediri
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dengan
membedakan status gizi kurang, baik, dan lebih. Status gizi baik atau status
gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan
otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi
mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu
50
atau lebih zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek
memiliki pertumbuhan fisik yang baik. Namun, dari 33 responden masih ada
beberapa balita yang mengalami pertumbuhan fisik kurang. Dari anak dengan
pertumbuhan fisik yang kurang serta buruk ini dimungkinkan karena anak
sebagai petani atau tukang becak, sehingga jumlah zat gizi yang mereka
(asupan makanan).
(snack) sehingga menyebabkan anak malas untuk makan, serta adanya tradisi
pemerintah, seperti susu atau telur, makanan tersebut diberikan kepada suami
menghidupi keluarganya.
51
Pemantauan pertumbuhan anak sejak lahir sangatlah penting. Selain
dapat menentukan normal atau tidaknya proses pertumbuhan pada anak, juga
pertumbuhan anak. Oleh karena itu, apabila terjadi gangguan dalam proses
Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi anak balita dapat melalui
perbaikan perilaku masyarakat. Dalam hal ini semua pihak harus dilibatkan,
pemberian ASI sampai dua tahun, serta cara membuat variasi menu makanan
agar anak tidak mudah bosan. Kader juga harus aktif mengajak ibu-ibu yang
berupa produk susu atau bubur gratis untuk balita gizi buruk.
5.2.4. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pertumbuhan Fisik Balita di Desa
52
signifikasinya 5% menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat
satu faktor yang penting dalam menunjang pertumbuhan fisik balita karena
berarti semakin tinggi pendidikan ibu anak balita maka semakin baik tingkat
status gizi cukup erat kaitannya, sebab dengan tingkat pendidikan yang baik,
maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang
cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatannya, dan gizi
anaknya.
Akan tetapi, seseorang yang hanya tamat sekolah dasar belum tentu
gizi bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik. Hanya saja tetap
53
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
bidang gizi.
ataupun pengajian rutin. Kader juga harus ikut dilibatkan dalam memberikan
posyandu.
54
banyak terjadi pada kelompok masyarakat di daerah pedesaan yang
Sebagian besar dari masalah tersebut disebabkan oleh berbagai faktor salah
hubungan bermakna antara tingkat ekonomi keluarga dengan status gizi balita.
Keluarga dengan status ekonomi tinggi akan memiliki balita dengan status gizi
pangan di tingkat rumah tangga menjadi rendah. Hal ini juga didukung oleh
makanan.
dapat memenuhi kebutuhan akan makanannya terutama untuk memenuhi zat gizi
Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang diperoleh
dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari
penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan beberapa jenis bahan
makanan lainnya.
55
Namun, dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga
seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan
pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang
gizi hal-hal yang dapat dilakukan misalnya saja dengan memberikan penyuluhan
tentang makanan yang begizi bagi anak balita dan cara membuat variasi menu
makanan. Masyarakat harus disadarkan bahwa makanan yang bergizi itu tidak
harus mahal, misalnya saja untuk kebutuhan protein. Protein yang disediakan
tidak harus berupa protein hewani, tetapi ibu dapat menggantinya dengan
Selain itu, upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara
telur ataupun susu terutama kepada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah
5.3. Keterbatasan
Faktor yang diteliti pada penelitian ini hanyalah status sosial ekonomi yang
berupa tingkat pendidikan ibu dan tingkat ekonomi keluarga. Sementara faktor
56
seperti budaya lingkungan, nutrisi, iklim dan cuaca, olahraga atau latihan fisik,
BAB VI
6.1. Kesimpulan
Ibu dan Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Pertumbuhan Fisik Balita Di Desa
berikut:
6.1.1. Lebih dari setengahnya tingkat pendidikan ibu dalam kategori tingkat
6.1.2. Kurang dari setengahnya tingkat ekonomi keluarga dalam kategori tingkat
6.2.3. Lebih dari setengahnya pertumbuhan fisik anak balita dalam kategori
6.2.4. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pertumbuhan fisik balita,
yaitu berdasarkan uji spearman rank diperoleh t hitung 4,176 ≥ t tabel 2,0399.
57
6.2.5. Ada hubungan antara tingkat ekonomi keluarga dengan pertumbuhan fisik
balita, yaitu berdasarkan uji spearman rank diperoleh t hitung 4,639 ≥ t tabel
2,0399.
6.2. Saran
berupa produk susu atau bubur gratis untuk balita gizi buruk.
lain yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik balita seperti budaya
lingkungan, nutrisi, iklim dan cuaca, olahraga atau latihan fisik, posisi anak
dalam keluarga, serta status kesehatan. Dengan kata lain sampel dibuat lebih
diteliti.
58
DAFTAR PUSTAKA
Almaitser, S. (2006). Prinsip Dasar llmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Fatimah, Siti. (2010). Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi
Balita BGM di Desa Karangasem Kecamatan Kertanegara Kabupaten
Purbalingga. Karya Tulis Ilmiah.
Gunawan, Totok. (2007). Geografi Sma Xii Ips.Bekasi: Penerbit Inter Plus.
Hartono. (2007). Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Jakarta: CV Citra Praya.
Hidayat, Alimul Aziz. (2007). Metode Penelitian Kebidanan & Tehnik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, Alimul Aziz. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
59
Katon. (2012). Kualitas Pendidikan Indonesia dalam Kacamata Kasrakter
Bangsa<http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/29/kualitas-pendidikan-
indonesia-dalam-kacamata-karakter-bangsa/>diakses tanggal 3 Juli 2012 jam
03.30 WIB.
Luvy, S., dkk. (2009). Seri Panduan Belajar dan Evaluasi Ekonomi SMP/MTs Kelas
VIII. Jakarta: Yudisthira.
Marendra, Zulfito., dkk. (2008). Buku Pintar Menu Balita. Jakarta: Wahyu Media.
Marimbi, Hanum. (2010). Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar pada
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Muaris, Hindah. (2006). Bekal Sekolah Untuk Anak Balita. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Noviana M., Dian. (2009). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Status Ekonomi
Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Desa Tanjung Baru Wilayah Kerja
Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu
Tahun 2009. Karya Tulis Ilmiah.
Rashid, A., dkk. (2006). Krisis & Konflik Institusi Keluarga. Kuala Lumpur: Taman
Shamelin Perkasa, Cheras.
60
Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuhamedika.
Sarah, M. (2010). Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi dan Pola Asuh Dengan Status
Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan
Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Karya Tulis Ilmiah.
Yusof, Najeemah Md. (2007). Konsep Pendidikan. Kuala Lumpur: Zafar Sdn.Bhd.
61
Lampiran 1
KODE :
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Setelah saya mendapatkan penjelasan dari saudara Desy Nurul ‘Aini Mahasiswa
Program Studi Ilmu Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti MuliaPare -
Kediriyang akan melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan ibu dan
tingkat ekonomi keluarga dengan pertumbuhan fisik balita, maka saya bersedia menjadi
responden dengan senang hati dan ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.
Partisipasi saya dalam memberikan keterangan pada penelitian ini tidak berakibat
negatif bagi diri saya, keluarga maupun masyarakat. Saya mengerti bahwa penelitian ini
akan digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan sehingga dapat digunakan
untuk meningkatkan derajat kesehatan secara umum.
Demikian pernyataan ini saya buat tanpa ada paksaan dari siapapun.
Kediri, 2020
Responden
62
(...........................................)
Lampiran 2
1 2 3
Nomor Pendidikan Dasar: Pendidikan Menengah: Pendidikan Tinggi:
Responden SMK/SMA
SD/ MI, dan SMP Akademi, Institut,
Universitas, Sekolah
Tinggi
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
63
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
64
32 √
33 √
Total Skor 18 9 6
1 2 3
Nomor Rendah: Sedang: Tinggi:
Responden
< Rp. 999.000,- Rp. 999.000,- Rp. 2.200.000,- > Rp. 2.200.000,-
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
65
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
32 √
33 √
66
Total Skor 16 11 6
Pertumbuhan FisikBalita
1 2 3
Nomor Buruk: Kurang: Baik:
Responden
Bila Hasil Pengukuran Dari Bila Hasil Pengukuran Pada Kurva Garis
KMS Pada Kurva Garis Dari KMS Pada Kurva Hijau Bila Hasil
Merah Atau Dibawah Garis Garis Kuning Atau Pada Pengukuran Dari
Merah Garis Kuning KMS
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
67
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
32 √
68
33 √
Total Skor 6 4 23
Lampiran 3
6.1. Tabel hubungan tingkat pendidikan ibu dan pertumbuhan fisik balita
Nomor Tingkat Urutka Beri Pertumbuhan Urutkan Beri Xi- yi bi 2
Pendidikan n Rank Fisik Balita Ran
Responde Ibu k (bi)
n (yi)
(xi)
3 2 1 (9,5) 23 3 1 (3,5) 22 1 1
4 2 1 (9,5) 23 3 1 (3,5) 22 1 1
5 2 1 (9,5) 23 3 1 (3,5) 22 1 1
6 2 1 (9,5) 23 3 1 (3,5) 22 1 1
8 2 1 (9,5) 23 3 2 (8,5) 22 1 1
69
10 1 1 (9,5) 9,5 3 2 (8,5) 22 -12,5 156,25
19 2 2 (23) 23 3 3 (22) 22 1 1
22 2 2(23) 23 3 3 (22) 22 1 1
28 2 3 (30,5) 23 3 3 (22) 22 1 1
0 2412
70
Berdasarkan tabel di atas yaitu hubungan tingkat pendidikan ibu dengan
pertumbuhan fisik balita menunjukkan hasil sebagai berikut:
6 ∑ bi
2
ρ¿ 1− 2
n(n −1)
6.2412
¿ 1−
33 ( 332−1 )
14472
¿ 1−
33 ( 1089−1 )
14472
¿ 1−
35904
¿ 1−0,4
¿ 0,6
Kemudian karena jumlah sampel 33 responden, sehingga dilakukan uji lagi dengan
rumus di bawah ini:
t=r
√ n−2
1−r 2
= 0,6
√ 33−2
1−0,62
= 0,6 √ 48,44
= 0,6.6,9597
¿ 4,176
71
6.2. Tabel hubungan tingkat pendidikan ibu dan pertumbuhan fisik balita
Nomor Tingkat Urutka Beri Pertumbuhan Urutkan Beri xi- yi bi 2
Ekonomi n Rank Fisik Balita Ran
Responde Keluarga k (bi)
n (yi)
(xi)
72
14 1 1 (9) 9 1 3 (22) 3,5 5,5 30,25
0 2145
73
Berdasarkan tabel di atas yaitu hubungan tingkat pendidikan ibu dengan
pertumbuhan fisik balita menunjukkan hasil sebagai berikut:
6 ∑ bi
2
ρ¿ 1− 2
n(n −1)
6.2145
¿ 1−
33 ( 33 −1 )
2
12870
¿ 1−
33 ( 1089−1 )
12870
¿ 1−
33 ( 1088 )
12870
¿ 1−
35904
¿ 1−0,36
¿ 0,64
Kemudian karena jumlah sampel 33 responden, sehingga dilakukan uji lagi
dengan rumus di bawah ini:
t=r
√ n−2
1−r
2
= 0,64
√ 33−2
1−0,64
2
= 0,64
√ 31
1−0,41
= 0,64
√ 31
0,59
= 0,64 √52,54
= 0,64.7,249
¿ 4,639
Setelah itu dibandingkan dengan harga t tabel. Untuk mengetahui t tabel dihitung
dengan rusmus sebagai berikut:
dk = n-2
dk = 33-2
dk = 31
74
(31-30) : (40-30) = (x-2,042) : (2,021-2,042)
1 : 10 = (x-2,042) : -0,021
10x – 20,42 = -0,021
10x = 20,399
x = 2,0399
Lampiran 4
75
NILAI-NILAI DALAM DISTRIBUSI t
76
12 0.695 1.356 1.782 2.179 2.681 3.055
77
78