Anda di halaman 1dari 92

LAPORAN PENELITIAN DOSEN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DAN TINGKAT


EKONOMI KELUARGA DENGAN PERTUMBUHAN
FISIK BALITA DI DESA BANJAREJO
KECAMATAN NGADILUWIH
KABUPATEN KEDIRI

TIM PENELITI :

Ketua :
Silfia Sekar A.M.E.S, S.ST.,M.Tr.Keb (0714108607)

Anggota :
1. Mery Mom (141915401007B)
2. Zeferina Dos Santos Noemia Garcia (141915401006)
3. Venia Cardoso Pereira (141915401005)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI MULIA
PARE – KEDIRI
2020

i
KEBIDANAN

LAPORAN PENELITIAN DOSEN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DAN TINGKAT


EKONOMI KELUARGA DENGAN PERTUMBUHAN
FISIK BALITA DI DESA BANJAREJO
KECAMATAN NGADILUWIH
KABUPATEN KEDIRI

Oleh :

Silfia Sekar Arum Mandalia.E.S, S.ST.,M.Tr.Keb


NIDN 0714108607

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI MULIA
PARE – KEDIRI
2020

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

1. Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan


Tingkat Ekonomi Keluarga dengan
Pertumbuhan Fisik Balita di Desa
Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih
Kabupaten Kediri
2. Bidang Kegiatan : Penelitian Dosen
3. Bidang Ilmu : Kebidanan
4. Ketua Pelaksana
a. Nama Lengkap dan Gelar : Silfia Sekar A.M.E.S, S.ST.,M.Tr.Keb
b. NIK : 0714108607
c. NIDN : 0714108607
d. Alamat : STIKes Bhakti Mulia
5. Anggota Pelaksana
a. Nama Lengkap : Danang Dwi Prastyo
NIM : 074100004
b. Nama Lengkap : Maria Imakulata Haki
NIM : 074100013
c. Nama Lengkap : Norbertus Primus Kolo
NIM : 074100021
6. Tempat Pelaksanaan : Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih
Kabupaten Kediri
7. Waktu Pelaksanaan : Februari – April 2020

Ketua Pelaksana

Silfia Sekar A.M.E.S, S.ST.,M.Tr.Keb


NIDN. 0714108607

Menyetujui
Ketua STIKes Bhakti Mulia Ketua LPPM

Ahmad Wasis,S.Kep.Ns.,M.Kep Febrina Dwi.N, S.ST.,MPH


NIDN. 0706038101 NIDN. 0716028903

iii
HALAMAN PUBLIKASI

Laporan penelitian ini telah dan dipublikasikan di Perpustakaan STIKes Bhakti


Mulia bulan Juli 2020.
Inventaris : ……………………………………………………………………..

Kepala Perpustakaan

Kristin Anggalia N., Amd.Tp


NIK. 2110210002

iv
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Silfia Sekar A.M.E.S, S.ST.,M.Tr.Keb

Institusi : STIKes Bhakti Mulia Pare – Kediri

Menyatakan bahwa penelitian yang berjudul :

“Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Tingkat Ekonomi Keluarga dengan


Pertumbuhan Fisik Balita di Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri”
adalah bukan penelitian orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam
bentuk yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi.

Yang menyatakan,

Silfia Sekar A.M.E.S, S.ST.,M.Tr.Keb

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penelitian yang berjudul “ Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Tingkat Ekonomi
Keluarga dengan Pertumbuhan Fisik Balita di Desa Banjarejo Kecamatan
Ngadiluwih Kabupaten Kediri “ peneliti menyadari banyak pihak yang telah membantu
dan memberi bimbingan dalam penyusunan penelitian ini sehingga dapat terselesaikan, untuk
itu peneliti mengucapkan Terimakasih kepada :

1. Bapak Ahmad Wasis Setyadi, S.Kep.,NS.,MSi.,MPH. Selaku Ketua STIKes Bhakti Mulia

Kediri yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas pendidikan.

2. Kepala Desa Banjarejo yang telah memberikan ijin, menyediakan tempat dan kelancaran

mengambil data.

3. Respoden yang ikut berpartisipasi membantu melaksanaan penelitian ini

4. Seluruh Dosen dan staf karyawan STIKes Bhkati Mulia Kediri yang telah membantu dalam

penyelesaian penelitian ini.

Dan semua pihak yang terkait dalam penulisan penelitian ini yang belum penulis sebutkan.

Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan penelitian ini. Semoga Penelitian ini

bermanfaat bagi peneliti dan pembaca pada umumnya.

Kediri, Juli 2020

Peneliti

vi
ABSTRAK

Sekar, Silfia (2020) Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Tingkat Ekonomi Keluarga
dengan Pertumbuhan Fisik Balita di Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten
Kediri

Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat


sehingga memerlukan perhatian yang lebih untuk kondisi kesehatannya. Kekurangan
gizi pada anak balita akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan serta menurunkan daya tahan tubuh yang berakibat
meningkatnya angka kesakitan dan kematian. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dan tingkat ekonomi keluarga dengan
pertumbuhan fisik balita. Jenis penelitian yang digunakan analitik desain cross
sectional. Didapatkan sampel sebanyak 33 balita dengan menggunakan teknik simple
random sampling. Instrumen yang digunakan berupa wawancara tingkat pendidikan ibu
dan tingkat ekonomi keluarga, timbangan berat badan, dan buku KMS (Kartu Menuju
Sehat). Hasil penelitian kemudian dianalisa secara univariat dan bivariat. Secara
univariat untuk variabel tingkat pendidikan ibu menunjukkan hasil bahwa responden
yang memiliki tingkat pendidikan dasar yaitu sebanyak 18 responden (54,5%),
responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah yaitu sebanyak 9 responden
(27,3%), dan responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu sebanyak 6
responden (18,2%), kemudian untuk variabel tingkat ekonomi keluarga menunjukkan
hasil bahwa responden yang memiliki tingkat ekonomi rendah yaitu sebanyak 16
responden (48,5%), responden yang memiliki tingkat ekonomi sedang yaitu sebanyak
11 responden (33,3%), dan responden yang memiliki tingkat ekonomi tinggi yaitu
sebanyak 6 responden (18,2%), dan untuk variabel pertumbuhan fisik balita
menunjukkan hasil bahwa responden yang memiliki balita dengan pertumbuhan fisik
buruk yaitu sebanyak 6 responden (18,2%), responden yang memiliki balita dengan
pertumbuhan fisik kurang yaitu sebanyak 4 responden (12,1%), dan responden yang
memiliki balita dengan pertumbuhan fisik baik yaitu sebanyak 23 responden
(69,7%).Kemudian dilanjutkan dengan analisa bivariat dengan menggunakan uji
Spearman Rank didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu
dengan pertumbuhan fisik balita, yaitu t hitung 4,176 ≥ t tabel2,0399 serta ada
hubungan antara tingkat ekonomi keluarga dengan pertumbuhan fisik balita, yaitu t
hitung 4,639 ≥ t tabel2,0399.Anak balita dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi
tinggi umumnya pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan anak
dengan sosial ekonomi rendah.

Kata kunci: Pendidikan Ibu, Ekonomi Keluarga, Pertumbuhan Fisik Balita.

vii
ABSTRACT

Sekar, Silfia (2020) The Relation of Mother Education Level and Family Economy
Level with Under Five Year Old Children Physic Growth in Banjarejo Village
Ngadiluwih District Kediri Regency

Under five year old children is group who show the rapid growth so it needs more
attention for the health condition. Lack of nutrient to under five year old children will
cause failure of physic growth and smart development and also decrease body immune
which effect the increase of morbidity and mortality rate. The purpose of the research
was to know the relation of mother education level and family economy level with under
five year old children physic growth.The type of research which was used wasanalytic
design cross sectional. It was got sample as many as33under five year oldchildren by
using simple random sampling technique. Instruments which were used were interview
mother education level and family economy level, body weights/ measurement and KMS
(Health Card). Research result then was analyzed univariately and bivariately.
Univariatelyfor the mother education variable showed result that respondent who had
basic education level as many as 18 respondents (54.5%), respondents who had middle
education level were9 respondents (27.3%), and respondents who had high education
level were6 respondents (18.2 %), then for variableof family economy level showed the
result that respondents who had low economy level were 16 respondents (48.5%),
respondents who hadmoderate economy level were 11 respondents (33.3%), and
respondents who had higheconomy level were6 respondents (18.2%), and for variable
of under five year old children physic growth showed result that respondents who had
under five year old children with bad physic growth were 6 respondents (18.2%),
respondents who had under five year old children with less physic growth were 4
respondents (12.1%), and respondents who had under five year old children with good
physic growth were 23 respondents (69.7%). Then it was continuedwith analysis
bivariate by using Spearman Rank test was got result that there was relation of mothers
education level with under five year old children physic growth, that was t account
4.176 ≥ t table 2.0399 and also there was relation of family economy level with under
five year old children physic growth, that was t account 4.639 ≥ t table 2.0399.Under
five year old children with family who had high social-economy commonly fulfilled
nutrient need were enough compared with children with low social-economy.

Key words: Mother Education, Family Economy, Under Five Year Old Children Physic
Growth.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN........................................................................... i

HALAMAN SAMPUL DALAM.......................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. iii

HALAMAN PUBLIKASI………………………………………………………. iv

SURAT PERNYATAAN……………………………………………………….. v

KATA PENGANTAR........................................................................................... vi

ABSTRAK............................................................................................................. vii

ABSTRACT............................................................................................................. viii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL.................................................................................................. xii

DAFTAR SINGKATAN....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar 1
Belakang........................................................................................
1.2. Rumusan 5
Masalah...................................................................................
1.3. Tujuan 6
Penelitian....................................................................................
1.4. Manfaat 6
Penelitian..................................................................................

ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Pendidikan....................................................................... 7

2.2. Konsep Dasar Ibu.................................................................................... 11

2.3. Konsep Dasar Ekonomi.......................................................................... 13

2.4. Konsep Dasar Keluarga.......................................................................... 14

2.5. Konsep Dasar Pertumbuhan Fisik........................................................... 16

2.6. Konsep Dasar Balita............................................................................... 25

2.7. Konsep Dasar Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dan TingkatEkonomi


Keluarga Dengan Pertumbuhan Fisik Balita..........................
26

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Konseptual.............................................................................. 28

3.2. Hipotesis................................................................................................ 29

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian.................................................................................... 30

4.2. Populasi, Sampel, Dan Sampling........................................................... 30

4.3. Kriteria Populasi..................................................................................... 32

4.4. Tempat Dan Waktu Peneltian................................................................ 33

4.5. Variabel Penelitian............................................................................... 33

4.6. Definisi Operasional Variabel................................................................ 34

x
4.7. Teknik Pengumpulan Data..................................................................... 35

4.8. Instrumen Penelitian............................................................................... 37

4.9. Metode Pengolahan Data Dan Teknik Analisis Data............................. 37

4.10. Rencana Penyajian Data....................................................................... 41

4.11. Etika Penelitian..................................................................................... 42

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian....................................................................................... 43

5.2. Pembahasan............................................................................................ 48

5.3. Keterbatasan............................................................................................ 58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan............................................................................................. 59

6.2. Saran....................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 61

LAMPIRAN.......................................................................................................... 64

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual............................................................... 28

Gambar 5.1. Diagram Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu di Desa Banjarejo


Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri tahun 2014............
44

Gambar 5.2 Diagram Distribusi Tingkat Ekonomi Keluarga di Desa


Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri tahun
2014.......................................................................................
44

Gambar 5.3 Diagram Distribusi Pertumbuhan Fisik Balita di Desa


Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri tahun
2014.......................................................................................
45

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.6.1.Variabel Independen...................................................................... 34


Tabel 4.6.2. Variabel Dependen....................................................................... 35

xiii
DAFTAR SINGKATAN

BGM : Bawah Garis Merah


BGT : Bawah Garis Titik
BOS : Bantuan Operasional Sekolah
GBHN : Garis-garis Besar Haluan Negara
KEP : Kurang Energi Protein
KMS : Kartu Menuju Sehat
MA : Madrasah Aliyah
MAK : Madrasah Aliyah Kejuruan
MI : Madrasah Ibtidaiyah
MTs : Madrasah Tsanawiyah
NCHS : National Center for Health Statistics
PKMD : Praktik Komunitas Masyarakat Desa
PSG : Pemantauan Status Gizi
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
SD : Sekolah Dasar
SE : Surat Edaran
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMK : Sekolah Menengah Kejuruan
SMP : Sekolah Menengah Pertama
Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional
UMK : Upah Minimum Kabupaten/ Kota
WHO : World Health Organization

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seorang anak bukan merupakan seorang dewasa dalam bentuk kecil, karena

ia mempunyai sifat berlainan dari orang dewasa. Ia harus tumbuh dan berkembang

sampai dewasa agar dapat berguna bagi masyarakat (Wahidiyat, I., 2007).

Tumbuh kembang merupakan hal utama, hakiki, dan khas pada anak.

Tumbuh adalah proses bertambahnya ukuran/dimensi akibat penambahan jumlah

atau ukuran sel dan jaringan interseluler. Kembang (berkembang) adalah proses

pematangan/maturasi fungsi organ tubuh termasuk berkembangnya kemampuan

mental intelegensi serta perilaku anak (Mansjoer, A., dkk., 2007).

Walaupun pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma

tertentu, seorang anak dalam banyak hal bergantung kepada orang dewasa,

misalnya mengenai makanan, perawatan, bimbingan, perasaan aman, pencegahan

penyakit dan sebagainya. Oleh karena itu semua orang yang mendapat tugas

mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan

berkembang, misalnya keperluan dan lingkungan anak pada waktu tertentu agar

anak dapat tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya. Bila lingkungan akibat sesuatu

hal menjadi buruk, maka keadaan tersebut hendaknya segera diubah sedemikian

rupa sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan dengan sebaik-

baiknya (Wahidiyat, I., 2007).

Secara garis besar, tumbuh kembang dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu

tumbuh kembang fisik, intelektual, dan emosional. Selain itu, kualitas tumbuh

1
kembang anak ini ditentukan oleh faktor potensi genetic heredokonstitusional (ras,

genetik, jenis kelamin, dan kelainan bawaan) dan peran lingkungan (Muslihatun,

W. N., 2010).

Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terdapat dua peristiwa, yaitu

peristiwa percepatan dan perlambatan. Peristiwa tersebut akan berlainan dalam satu

organ tubuh. Peristiwa percepatan dan perlambatan tersebut merupakan suatu

kejadian yang berbeda dalam setiap organ tubuh namun masih saling berhubungan

satu sama lain, misalnya terjadi perubahan tentang besarnya, jumlah, dan ukuran

ditingkat sel maupun organ pada individu serta perubahan bentuk dan fungsi

pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan intelektual (Hidayat, A.,

2008).

Suatu kelainan bisa terjadi jika ada faktor genetik dan atau karena faktor

lingkungan yang tidak mampu mencukupi kemampuan dasar tumbuh kembang

anak. Peran lingkungan, juga menjadi faktor penting untuk mencukupi kebutuhan

dasar tumbuh kembang anak. Kebutuhan dasar tumbuh kembang anak meliputi

kebutuhan bio-psikososial (asuh) dan kebutuhan psikososial (asih dan asah).

Lingkungan ini meliputi lingkungan mikro (ibu atau pengganti ibu), lingkungan

mini (ayah, kakak, adik, status sosial ekonomi), lingkungan meso (hal-hal di luar

rumah), dan lingkungan makro (Muslihatun, W. N., 2010).

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidak

nya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya

potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Salah satunya

adalah faktor keluarga dan adat istiadat. Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap

tumbuh kembang anak yaitu pekerjaan/ pendapatan keluarga yang memadai akan

2
menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua

kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder, pendidikan ayah/ ibu yang

baik dapat menerima informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak

yang baik, menjaga kesehatan, dan pendidikan yang baik pula (Marimbi, H., 2010).

Tubuh anak yang dibesarkan dalam kondisi sosial ekonomi yang kurang,

cenderung akan lebih kecil dibandingkan dengan anak-anak yang kondisi sosial

ekonominya cukup terjamin (Anis, dkk., 2010)

Penilaian tumbuh kembang meliputi evaluasi pertumbuhan fisis (kurva/grafik

berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, dan lingkar perut), evaluasi

umur tulang, evaluasi pertumbuhan gigi geligi, evaluasi neurologis dan

perkembangan sosial, serta evaluasi keremajaan (Mansjoer, A., dkk., 2007).

Pemantauan pertumbuhan anak sejak lahir sangat penting. Selain dapat

menentukan pola normal pertumbuhan pada anak, juga dapat menentukan

permasalahan dan faktor yang mempengaruhi dan mengganggu pertumbuhan pada

anak sejak dini. Bila diketahui gangguan pertumbuhan sejak dini maka pencegahan

dan penanganan gangguan pertumbuhan tersebut dapat diatasi sejak dini

(Muslihatun, W. N., 2010).

Sayangnya, hampir 85% lebih buku kesehatan anak yang berobat ke dokter

anak atau ke dokter justru tidak pernah digambarkan grafik pertumbuhan berat

badan. Grafik pertumbuhan berat badan sering digambar oleh kader posyandu bagi

bayi yang menimbang di posyandu, sehingga banyak kelainan dan gangguan

kesehatan sering terjadi keterlambatan deteksi dan penanganannya (Muslihatun, W.

N., 2010).

3
Sebanyak 50% bayi mengalami gangguan kenaikan sejak usia 6 bulan yang

tidak pernah terdeteksi oleh orang tua dan dokter hanya karena dalam buku

kesehatannya tidak pernah tergambar grafik kenaikan berat badan (Muslihatun, W.

N., 2010).

Berdasarkan Susenas 2005, persentase balita yang menderita gizi buruk

sebesar 8,80%, gizi kurang sebesar 19,24%, gizi normal sebesar 68,48%, dan gizi

lebih sebesar 3,48%. Berdasarkan data Riskesdas 2007, terjadi penurunan yang

cukup signifikan angka kekurangan gizi pada balita yaitu mencapai 18,4%, terdiri

dari gizi buruk 5,4% dan gizi kurang 13%, sedangkan balita stunting (pendek)

mencapai 36,8%, balita wasting (kurus) mencapai 4,3%, dan gizi lebih mencapai

4,3%. Sementara itu, berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010, prevalensi balita

kurang gizi (berat badan kurang) sebesar 18,0% diantaranya 4,9% dengan gizi

buruk. Sedangkan prevalensi balita pendek (stunting) sebesar 35,6%, dan prevalensi

balita kurus (wasting) adalah 13,3%.

Sedangkan berdasarkan hasil Survey Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun

2006 diketahui bahwa di Jawa Timur terdapat 17,5 % balita yang menderita Kurang

Energi Protein (KEP) terdiri dari 2,6 % balita gizi buruk dan 14,96 % balita gizi

kurang (Sumber: Subdin Kesga). Jumlah balita yang ditimbang tahun 2006 sebesar

2.193.958, jumlah berat badannaik 1.560.784 (71,14 %), yang BGM 65.277 (2,98

%) dan balita gizi buruk yang mendapat perawatan 10.227 (78,65 %) dari seluruh

jumlah balita gizi buruk 13.066.

Studi pendahuluan selama Praktik Komunitas Masyarakat Desa (PKMD)

yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu KeperawatanSekolah Tinggi

Ilmu KesehatanBhakti MuliaPare – Kediridi Desa Banjarejo Kecamatan

4
Ngadiluwih Kabupaten Kediri tanggal 1-18 November 2015. Dari pendataan yang

telah dilakukan selama kegiatan tersebut, tercatat bahwa di Desa Banjarejo

ditemukan anak balita yang mengalami gangguan dalam pertumbuhan fisikmasih

banyak, yaitu sebanyak 5 anak balita dinyatakan BGM dan 19 anak balita

dinyatakan BGT dari jumlah total anak balita yang ditimbang saat posyandu yaitu

209 anak balita atau jika di persentasikan sebesar 11,48%. Berdasarkan uraian

tersebut maka penulis memilih judul penelitian tentang “Hubungan Tingkat

Pendidikan Ibu dan Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Pertumbuhan Fisik Balita di

Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri.”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian

ini yaitu: “Bagaimanakah Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Tingkat Ekonomi

Keluarga dengan Pertumbuhan Fisik Balita?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Tingkat Ekonomi

Keluarga dengan Pertumbuhan Fisik Balita.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat pendidikan ibu.

2. Mengidentifikasi tingkat ekonomi keluarga.

3. Mengidentifikasi pertumbuhan fisik balita.

5
4. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan ibu dan tingkat ekonomi

keluarga dengan pertumbuhan fisik balita.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan bagi peneliti mengenai hubungan tingkat

pendidikan ibu dan tingkat ekonomi keluarga dengan pertumbuhan fisik

balita.

1.4.2. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai masukan kepada ibu yang memiliki anak balita di wilayah Desa

Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri tentang cara menilai dan

mendeteksi ganguan pertumbuhan anak.

1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber informasi dan data dasar khususnya mengenai hubungan

tingkat pendidikan ibu dan tingkat ekonomi keluarga dengan pertumbuhan

fisik balita.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Pendidikan

2.1.1. Definisi Pendidikan

Menurut M. J. Langevelt, pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,

perlindungan, dan bantuan yang dilakukan pada anak untuk menjadi dewasa.

Berdasarkan GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara), pendidikan adalah

usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam

dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Sementara menurut

Notoatmodjo (2003), pendidikan secara umum adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain sehingga mereka melakukan

apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari beberapa pendapat

tersebut, disimpulkan bahwa pendidikan pada dasarnya adalah segala upaya

yang terencana untuk mempengaruhi, memberikan perlindungan dan bantuan

sehingga peserta memiliki kemampuan untuk berperilaku sesuai harapan.

Pendidikan dapat dikatakan juga sebagai proses pendewasaan pribadi

(Maulana, H. D. J., 2009).

Pendidikan ialah aktiviti perkembangan dan penyuburan pemikiran

serta kuasa-kuasa semula jadi melalui pembelajaran yang sudah dirancang,

meliputi pendidikan formal dan pendidikan bukan formal (Yusof, N., 2007).

7
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 20/2003 pasal

1, definisi pendidikan yang dianut dalam Sistem Pendidikan Nasional

Indonesia adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

(Sumardiono, 2007).

2.1.2. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai,

dan kemampuan yang dikembangkan (pasal 1). Jenjang pendidikan terdiri

atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (pasal

14). Jenjang pendidikan ini berlaku untuk pendidikan formal (Sumardiono,

2007).

Pada tiap level atau jenjang pendidikan, masing-masing memiliki jenis

kegiatan yang sama berupa penyelenggaraan sistem belajar dan mengajar

yang didasarkan pada kurikulum pelajaran yang sesuai dengan ketentuan

yang ada dalam undang-undang (Bastia, I., 2006).

2.1.3. Jalur Pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk

mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai

dengan tujuan pendidikan. Sistem Pendidikan Nasional Indonesia mengakui

ada 3 jalur pendidikan, yaitu: pendidikan formal, nonformal, dan informal.

8
Jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi (pasal 1). Pendidikan di sekolah mulai SD-SMP-SMA-

Perguruan Tinggi adalah model perwujudan model pendidikan formal yang

paling mudah dikenali masyarakat.

Sementara itu, jalur pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di

luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan

berjenjang (pasal 1). Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecapakan

hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan

pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan

dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang

ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Jalur pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan

lingkungan (pasal 1). Hasil pendidikan informal diakui sama dengan

pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai

dengan standar nasional pendidikan (pasal 27 ayat 2) (Sumardiono, 2007).

2.1.4. Unsur Pendidikan

Tiga unsur pendidikan meliputi Input (sasaran dan pelaku pendidikan),

Proses (upaya yang direncanakan), dan Output (perilaku yang diharapkan)

(Maulana, H. D. J., 2009).

2.1.5. Fungsi dan Tujuan Pendidikan

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 20/2003,

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

9
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab (pasal 3).

2.1.6. Klasifikasi Pendidikan

1. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi

jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk:

a. Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain

yang sederajat.

b. Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs),

atau bentuk lain yang sederajat.

2. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.

Pendidikan menengah berbentuk:

a. Sekolah Menengah Atas (SMA).

b. Madrasah Aliyah (MA).

c. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

d. Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

3. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,

10
spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Perguruan tinggi dapat berbentuk:

a. Akademi.

b. Politeknik.

c. Sekolah Tinggi.

d. Institut.

e. Universitas.

(Rachmawati, A., 2011)

2.2. Konsep Dasar Ibu

2.2.1. Definisi Ibu

Menurut Kamus Dewan (2000: 475), ibu diartikan sebagai seorang

wanita yang melahirkan kita atau emak atau panggilan hormat kepada wanita

yang sudah bersuami (Rashid, A., dkk., 2006).

2.2.2. Peran Ibu

1. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya.

2. Mengurus rumah tangga.

3. Sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya.

4. Sebagai pelindung anak-anaknya.

5. Pencari nafkah tambahan dalam keluarga (Zulfajri EM, 2001 dalam

Suparyanto, 2010).

2.2.3.Tahap Pelaksanaan Peran Ibu

Mercer mengemukakan empat tahap pelaksanaan peran ibu:

11
1. Anticipatory, adalah suatu masa sebelum wanita menjadi ibu ketika wanita

memulai penyesuaian sosial dan psikologis terhadap peran barunya dengan

mempelajari apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.

2. Tahap formal. Dimulai dengan peran sesungguhnya seorang ibu.

3. Tahap informal. Ditemukan pada saat wanita telah mampu menemukan

jalan dalam melaksanakan peran ibu yang tidak disampaikan oleh sistem

sosial.

4. Tahap personal. Pada tahap ini wanita telah mahir malaksanakan perannya

sebagai ibu (Purwandari, A., 2008).

2.2.4. Variabel yang Mempengaruhi Peran Ibu

Mercer menemukan sebelas variabel yang mempengaruhi wanita dalam

pencapaian peran ibu, yaitu usia ibu pada waktu melahirkan, persepsi ibu

pada waktu melahirkan anak pertama kali, memisahkan ibu dan anaknya

secepatnya, stres sosial, dukungan sosial, konsep diri, sifat pribadi, sikap

dalam membesarkan anak, status kesehatan ibu (Purwandari, A., 2008)

2.3. Konsep Dasar Ekonomi

Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani Oikonomia, yang terdiri atas dua

kata, yaitu Oikosberarti rumah tangga dan nomosyang berarti aturan. Dengan

demikian, Oikonomia dapat diartikan sebagai aturan yang berlaku untuk memenuhi

kebutuhan hidup dalam suatu rumah tangga (Suparmoko, M., 2007).

Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan

12
sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi,

dan/atau distribusi (S, Alam., 2006).

Untuk peningkatan dan memajukan kesejahteraan masyarakat maka

pemerintah telah menetapkan pendapatan bagi pekerja demi pencapaian hidup yang

layak yang disebut dengan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). Berdasarkan

SE Gubernur Jatim nomor 560 tanggal 18 Agustus 2011 tentang tatacara

Mekanisme Pengupahan UMK tahun 2012, UMK untuk Kabupaten Kediri Provinsi

Jawa Timur adalah sebesar Rp. 999.000,- (Soekarno, R., 2011).

Pejabat Badan Pusat Statistik mengatakan, rumah tangga di Indonesia bisa

selamat bila telah berpenghasilan sekitar Rp. 2.200.000,- perbulan (Siahaan, J.,

2012).

2.4. Konsep Dasar Keluarga

2.4.1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah (1) unit terkecil dari masyarakat, (2) terdiri dari 2

orang atau lebih dalam satu atap yang mempunyai hubungan yang intim,

pertalian darah/ perkawinan, (3) terorganisasi di bawah asuhan kepala rumah

tangga (biasanya bapak atau ibu atau keluarga lain yang dominan) yang saling

berhubungan satu dengan lainnya, saling bergantung antar anggota keluarga,

(4) setiap anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi masing-masing yang

dikoordinasi oleh kepala keluarga, (5) mempunyai keunikan masing-masing

serta nilai dan norma hidup yang didasari sistem kebudayaan, (6) mempunyai

hak otonomi dalam mengatur keluarganya, misalnya dalam hal kesehatan

keluarga (Ali, Z., 2009).

13
2.4.2. Ciri-ciri Keluarga

Ciri-ciri keluarga di setiap negara berbeda-beda bergantung pada

kebudayaan, falsafah hidup, dan ideologi negaranya. Keluarga di Indonesia

(1) mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat yang dilandasi oleh

semangat kegotongroyongan, (2) merupakan satu kesatuan utuh yang dijiwai

oleh nilai budaya ketimuran yang kental yang mempunyai tanggung jawab

besar, (3) umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga yang

dominan dalam mengambil keputusan walaupun prosesnya melalui

musyawarah dan mufakat, (4) sedikit berbeda antara yang tinggal di pedesaan

dan di perkotaan-keluarga di pedesaan masih bersifat tradisional, sederhana,

saling menghormati satu sama lain dan sedikit sulit menerima inovasi baru

(Ali, Z., 2009).

2.4.3. Tipe Keluarga

Friedman (1986) membagi tipe keluarga seperti berikut ini:

1. Nuclear family (keluarga inti). Terdiri dari orang tua dan anak yang masih

menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak

keluarga lainnya.

2. Extented family (keluarga besar). Satu keluarga yang terdiri dari satu atau

dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang

satu sama lain.

3. Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala

keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung

kepadanya.

14
4. Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak,

tinggal dalam satu rumah yang sama.

5. Blended family. Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan,

yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil

perkawinan terdahulu.

6. Three generation family. Keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu

kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.

7. Single adult living alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu

orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.

8. Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami

istri paruh baya (Ali, Z., 2009).

2.4.4. Peran Keluarga

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Ayah

sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom,

dan pemberi rasa aman kepada anggota keluarga. Selain itu, sebagai anggota

masyarakat/ kelompok sosial tertentu. Ibu sebagai pengurus rumah tangga,

pengasuh, pendidik anak-anak, pelindung keluarga, dan juga sebagai pencari

nafkah tambahan keluarga. Selain itu, sebagai anggota masyarakat. Anak

berperan sebagai pelaku psikososial sesuai perkembangan fisik, mental,

sosial, dan spiritual (Ali, Z., 2009).

2.4.5. Fungsi Keluarga

Undang-undang No. 10 tahun 1992 membagi fungsi keluarga menjadi

8, yaitu: fungsi keagamaan, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi

15
perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi, dan

fungsi pelestarian lingkungan (Ali, Z., 2009).

2.5. Konsep Dasar Pertumbuhan Fisik

2.5.1. Definisi Pertumbuhan

Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam aspek fisis akibat

multiplikasi sel dan bertambanya jumlah zat interseluler. Oleh karena itu

pertumbuhan dapat diukur dalam sentimeter atau inch dan dalam kilogram

atau pound. Selain itu dapat pula diukur dalam keseimbangan metabolik,

yaitu retensi kalsium dan nitrogen oleh badan (Wahidiyat, I., 2007).

Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat

membelah diri dan mensintesis protein baru, menghasilkan peningkatan dan

berat seluruh atau sebagian bagian sel (Wong, 2009).

2.5.2. Ciri-ciri Pertumbuhan

Pertumbuhan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Dalam pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal

bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tinggi badan, lingkar

kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan lain-lain.

2. Dalam pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat

pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa

konsepsi hingga dewasa.

3. Pada pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama yang

sudah ada selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus,

lepasnya gigi susu, atau hilangnya refleks-refleks tertentu.

16
4. Dalam pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti

proses kematangan, seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis, atau

dada (Hidayat, A., 2008).

2.5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, antara lain:

1. Faktor genetik/ herediter

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir

proses tumbuh kembang anak. Faktor ini juga merupakan faktor bawaan

anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri khasnya. Melalui genetik yang

terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas

dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan

pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur

pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang (Marimbi, H. 2010).

Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai

dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak di samping faktor-faktor

lain. Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin, ras, dan suku

bangsa(Hidayat, A., 2008).

2. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting

dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki.

Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal (yaitu,

lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (yaitu, lingkungan

setelah bayi lahir).

1) Lingkungan Prenatal

17
Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai

dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil,

lingkungan mekanis, zat kimia atau toksin, dan hormonal.

2) Lingkungan Postnatal

Selain faktor lingkungan intrauteri terdapat lingkungan setelah lahir

yang juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, seperti budaya

lingkungan, sosial ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca,

olahraga, posisi anak dalam keluarga, dan status kesehatan.

a. Budaya lingkungan

Budaya lingkungan dalam hal ini adalah budaya di masyarakat yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagai

contoh, anak yang dalam usia tumbuh kembang membutuhkan

makanan yang bergizi, namun karena terdapat adat atau budaya

tertentu yang melarang makan dalam masa tertentu padahal makanan

tersebut dibutuhkan untuk perbaikan gizi, maka tentu akan

menggangu atau menghambat masa tumbuh kembang.

b. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Anak dengan keluarga yang memiliki sosial

ekonomi tinggi umumnya pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik

dibandingkan dengan anak dengan sosial ekonomi rendah (Hidayat,

A., 2008).

Yang termasuk dalam faktor sosial adalah:

a) Keadaan penduduk suatu masyarakat.

18
b) Keadaan keluarga.

c) Tingkat pendidikan orang tua.

d) Keadaan rumah.

Sedangkan data ekonomi dari faktor sosial ekonomi meliputi:

a) Pekerjaan orang tua.

b) Pendapatan keluarga.

c) Pengeluaran keluarga.

d) Harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim

(Supariasa, 2002 dalam Sarah, M., 2010).

c. Nutrisi

Dalam nutrisi terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan seperti protein, karbohidrat, lemak,

mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan nutrisi seseorang tidak

atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan

perkembangannya.

d. Iklim dan cuaca

Iklim dan cuaca sangat berperan dalam pertumbuhan dan

perkembangan. Misalnya pada saat musim tertentu kebutuhan gizi

dapat dengan mudah diperoleh, namun pada saat musim yang lain

justru sebaliknya.

e. Olahraga atau latihan fisik

Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak

karena dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen

19
ke seluruh tubuh dapat teratur serta dapat meningkatkan stimulasi

perkembangan tulang, otot, dan pertumbuhan sel lainnya.

f. Posisi anak dalam keluarga

Secara umum, anak pertama atau tunggal memiliki kemampuan

intelektual lebih menonjol dan cepat berkembang karena sering

berinteraksi dengan orang dewasa, namum dalam perkembangan

motoriknya kadang-kadang terlambat karena tidak ada stimulasi

yang biasanya dilakukan saudara kandungnya.

g. Status kesehatan

Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian

pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak

berada dalam kondisi sehat dan sejahtera, maka percepatan untuk

tumbuh kembang menjadi sangat mudah dan sebaliknya (Hidayat,

A., 2008).

2.5.4. Kebutuhan Dasar Anak

Menurut Soetjiningsih (2002), kebutuhan dasar ini dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu asuh, asih, dan asah.

1) Asuh (Kebutuhan Fisik-Biomedis)

Yang termasuk kebutuhan asuh adalah: nutrisi yang mencukupi dan

seimbang, perawatan kesehatan dasar, pakaian, perumahan, higiene diri

dan lingkungan, dan kesegaran jasmani (olah raga dan rekreasi).

2) Asih (Kebutuhan Emosi dan Kasih Sayang)

20
Kebutuhan asih ini meliputi: kasih sayang orang tua, rasa aman, harga diri,

dukungan/ dorongan, mandiri, rasa memiliki, dan kebutuhan akan sukses,

mendapatkan kesempatan, dan pengalaman.

3) Asah (Kebutuhan Stimulasi)

Pemberian stimulus ini sudah dapat dilakukan sejak masa pranatal, dan

setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin

(Nursalam, dkk., 2008).

2.5.5. Penilaian Pertumbuhan Fisik

Dalam melakukan penilaian terhadap pertumbuhan anak, terdapat beberapa

cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi tumbuh kembang anak, di

antaranya:

1. Pengukuran antropometri

Dalam pengukuran antropometri terdapat dua cara dalam

pengukuran, yaitu pengukuran berdasarkan usia dan pengukuran tidak

berdasarkan usia. Pengukuran berdasarkan usia misalnya berat badan

berdasarkan usia, tinggi badan berdasarkan usia, dan lain-lain. Sedangkan

pengukuran tidak berdasarkan usia mislanya pengukuran berat badan

berdasarkan tinggi badan, lingkar lengan atas berdasarkan tinggi badan,

dan lain-lain. Pengukuran antropometri ini meliputi:

1) Pengukuran berat badan

21
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan

atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang,

otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui

status keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, berat badan juga dapat

digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan yang

diperlukan dalam tindakan pengobatan. Penilaian berat badan

berdasarkan usia menurut WHO dengan standar NCHS (National

Center for Health Statistics) yaitu menggunakan persentil sebagai

berikut: persentil ke 50-3 dikatakan normal, sedangkan persentil kurang

atau sama dengan tiga termasuk kategori malnutrisi. Selain penggunaan

standar baku NCHS juga dapat digunakan kartu menuju sehat (KMS).

Sebagaimana penelitian Anwar (2003), dengan adanya KMS

perkembangan anak dapat dipantau secara praktis, sederhana, dan

mudah.

2) Pengukuran tinggi badan

Pengukuran ini digunakan untuk menilai status perbaikan gizi.

Pengukuran ini dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai

gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Penilaian tinggi badan

berdasarkan usia menurut WHO dengan standar baku NCHS yaitu

menggunakan persentase dari median sebagai berikut: lebih dari atau

sama dengan 90 % dikatakan normal, sedangkan kurang dari 90 %

dikatakan malnutrisi kronis (abnormal).

3) Pengukuran lingkar kepala

22
Pengukuran lingkar kepala ini digunakan sebagai salah satu parameter

untuk menilai pertumbuhan otak. Penilaian ini dapat dilakukan dengan

cara menggunakan kurva lingkar kepala.

4) Pengukuran lingkar lengan atas

Penilaian ini digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot, namun

penilaian ini tidak banyak berpengaruh pada keadaan jaringan tubuh

apabila dibandingkan dengan berat badan. Penilaian ini juga dapat

dipakai untuk menilai status gizi pada anak.

2. Pemeriksaan fisik

Penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dapat juga

ditentukan dengan melakukan pemeriksaan fisik; melihat bentuk tubuh;

membandingkan bagian tubuh dan anggota gerak lainnya; menentukan

jaringan otot dengan memeriksa lengan atas, bokong, dan paha;

menentukan jaringan lemak; melakukan pemeriksaan pada triseps; serta

menentukan pemeriksaan rambut dan gigi.

3. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan ini dilakukan guna menilai keadaan pertumbuhan dan

perkembangan anak yang berkaitan dengan keberadaan penyakit. Adapun

pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan kadar

hemoglobin, pemeriksaan serum protein (albumin dan globulin),

hormonal, dan pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dapat menunjang

penegakan diagnosis suatu penyakit ataupun evaluasinya.

4. Pemeriksaan radiologis

23
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai usia tumbuh kembang,

seperti usia tulang apabila dicurigai adanya gangguan pertumbuhan

(Hidayat, A., 2008).

2.6. Konsep Dasar Balita

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas 1 tahun atau lebih

populer dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Masa balita merupakan

usia penting dalam tumbuh kembang anak secara fisik. Pada usia tersebut,

pertumbuhan seorang anak sangatlah pesat sehingga memerlukan asupan zat gizi

yang sesuai dengan kebutuhannya. Kondisi kecupukan gizi terebut sangatlah

berpengaruh dengan kondisi kesehatannya secara berkesinambungan pada masa

mendatang (Muaris, H., 2006).

Pada usia balita, perkembangan kemampuan berbahasa, berkreativitas,

kesadaran sosial, emosional, dan intelegensi anak berjalan sangat cepat. Hal ini

merupakan landasan bagi perkembangan anak selanjutnya (Marendra, Z., dkk.,

2008).

Pada masa ini, anak bersifat egosentris, yaitu mempunyai sifat keakuan yang

kuat sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap sebagai miliknya. Menurut

teori Erikson, anak berada pada fase mandiri vs malu/ ragu-ragu (otonomi vs

doubt). Hal ini terlihat dengan berkembangnya kemampuan anak, yaitu dengan

belajar untuk makan atau berpakaian sendiri. Pada masa ini, anak perlu dibimbing

dengan akrab, penuh kasih sayang, tetapi juga tegas, sehingga anak tidak

mengalami kebingungan. Jika orang tua mengenal kebutuhan anak, maka anak akan

24
berkembang perasaan otonominya sehingga anak dapat mengendalikan otot-otot

dan rangsangan lingkungan (Nursalam, dkk., 2008).

2.7. Konsep Dasar Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Tingkat Ekonomi

Keluarga dengan Pertumbuhan Fisik Balita

Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi

sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai

dari arah kepala ke kaki (cephalokaudal). Kematangan pertumbuhan tubuh pada

bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti

oleh tubuh bagian bawah. Pada masa fetal (kehamilan 2 bulan), pertumbuhan

kepala lebih cepat dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu merupakan 50%

dari total panjang badan. Selanjutnya, pertumbahan bagian bawah akan bertambah

secara teratur. Pada usia 2 tahun, besar kepala kurang dari seperempat panjang

badan keseluruhan, sedangkan ukuran ekstermitas lebih dari seperempatnya

(Nursalam, dkk., 2008).

Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, setiap individu akan

mengalami siklus yang berbeda pada kehidupan manusia. Peristiwa tersebut dapat

secara cepat maupun lambat tergantung dari individu atau lingkungan. Proses

percepatan dan perlambatan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor herediter, faktor

lingkungan, dan faktor hormonal. Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan

prenatal (yaitu, lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (yaitu,

lingkungan setelah bayi lahir), seperti budaya lingkungan, sosial ekonomi keluarga,

nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam keluarga, dan status kesehatan.

Anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi umumnya pemenuhan

25
kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan anak dengan sosial ekonomi

rendah. Demikian juga dengan anak yang berpendidikan rendah, tentu akan sulit

menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak

meyakini pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan

kesehatan lain yang menunjang dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan

anak (Hidayat, A., 2008).

26
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Konseptual

Faktor genetik/herediter Faktor lingkungan

 Hormon
somatotropin
 Tiroid
 Glukokortikod

Faktor Postnatal:
Faktor Pranatal:  Budaya
 Gizi Ibu pada waktu lingkungan
hamil  Nutrisi
 Lingkungan mekanis  Iklim dan cuaca Tingkat ekonomi
 Zat kimia/toksin  Olahraga atau
keluarga
 Hormonal latihan fisik
Pertumbuhan
 Posisi anak Rendah
dalam keluarga fisik balita
Sedang
 Status kesehatan Tinggi Buruk
 Status sosial Kurang
Baik
ekonomi
Tingkat pendidikan
ibu

Pendidikan Dasar:
SD/ MI, dan SMP
Pendidikan
Menengah:
SMK/SMA
Keterangan: Pendidikan Tinggi:
Akademi, Institut,
: diteliti Universitas,
Sekolah Tinggi
: tidak diteliti

: pengaruh

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan


Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Pertumbuhan Fisik Balita

27
28
3.2. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:
Ho:
1. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pertumbuhan fisik
balita.
2. Tidak ada hubungan antara tingkat ekonomi keluarga dengan pertumbuhan fisik
balita.
H1:
1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pertumbuhan fisik balita.
2. Ada hubungan antara tingkat ekonomi keluarga dengan pertumbuhan fisik balita.

28
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan

dan pelaksanaan penelitian (Suchman, 1967). Sedangkan menurut Shah (1972)

adalah mencakup proses penelitian yang terdiri dari perencanaan penelitian, dan

pelaksanaan penelitian atau proses operasional penelitian. Maka dalam konteks

hakikat yang sempit desain penelitian adalah perencanaan pemilihan jenis

penelitian yang akan digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Desain

merupakan suatu kerangka acuan bagi pengkajian hubungan antar variabel

penelitian (Budiman, 2011).

Desain penelitian dapat menjadi petunjuk bagi peneliti untuk mencapai tujuan

penelitian dan juga sebagai penuntun peneliti dalam seluruh proses penelitian

(Riyanto, 2011).

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah analitik desain

cross sectional, dimana peneliti akan meneliti hubungan tingkat pendidikan ibu dan

tingkat ekonomi keluarga dengan pertumbuhan fisik balitapada saat yang

bersamaan (sekali waktu).

4.2. Populasi, Sampel, dan Sampling

4.2.1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek (manusia, binatang percobaan, data

laboratorium, dll) yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang

ditentukan (Riyanto, 2014).

30 29
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak

balita di Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri sebanyak

294 balita.

4.2.2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat

mewakili atau representatif populasi. Sampel sebaiknya memenuhi kriteria

yang dikehendaki, sampel yang dikehendaki merupakan bagian dari populasi

target yang akan diteliti secara langsung, kelompok ini meliputi subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (Riyanto, 2014).

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari ibu yang memiliki

anak balita di Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri

sebanyak 10% dari populasi (Arikunto, 2006). Jadi, jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 30 balita. Kemudian untuk menjaga seandainya ada drop

out, maka ditambah 10% dari hasil menjadi 33 balita.

4.3.3. Sampling

Tehnik sampling merupakan tehnik pengambilan sampel (Sugiyono,

2010). Tehnik pengambilan sampel ini sangat penting, karena apabila salah

dalam menggunakan tehnik sampling maka hasilnya pun akan jauh dari

kebenaran (penyimpangan) (Notoatmodjo, 2010).

Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

random sampling yang berupa simple random sampling, yaitu pengambilan

anggota sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang

ada dalam populasi itu. Cara pengambilan sampel ini yang pertama adalah

dengan mencatat terlebih dahulu semua anggota populasi dan memberi

30
mereka nomor. Kemudian melakukan pengundiansampai jumlah sampel yang

diinginkan terpenuhi. Nomor yang telah diambil tersebut lalu dicocokkan

dengan daftar nama yang sudah dibuat.

4.3. Kriteria Populasi

4.3.1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,

2010).

1. Ibu yang tinggal di Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten

Kediri yang mempunyai anak berumur 1-5 tahun dan mempunyai KMS

(Kartu Menuju Sehat).

2. Ibu yang memiliki anak berumur 1-5 tahun yang bersedia menjadi

responden.

4.3.2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).

Ibu yang memiliki anak berumur 1-5 tahun yang sedang bepergian

dalam waktu yang cukup lama saat dilakukan penelitian.

4.4. Tempat dan Waktu Penelitian

4.4.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih

Kabupaten Kediri.

31
4.4.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari – April 2020.

4.5. Variabel Penelitian

Sugiono (2003) menyatakan variabel penelitian ini adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan menarik kesimpulan darinya

(Budiman, 2011). Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi 2, yaitu:

4.5.1. Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel

lain, artinya apabila variabel independen berubah maka akan mengakibatkan

perubahan variabel lain (Riyanto, 2011).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan ibu

dan tingkat ekonomi keluarga.

4.5.2. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel

lain, artinya variabel dependen berubah akibat perubahan pada variabel bebas

(Riyanto, 2011).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan fisik balita.

4.6. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan definisi variabel-variabel yang akan diteliti

secara operasional di lapangan. Definisi operasional bermanfaat untuk

32
mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang

akan diteliti serta untuk pengembangan instrumen (Riyanto, 2011).

4.6.1. Variabel Independen


Variabel Definisi Parameter Skala Alat Ukur Kriteria Scoring

Tingkat Pendidikan Pendidikan Ordinal Wawancara Tingkat Skor


pendidikan terakhir yang Dasar: SD/ pendidikan ibu:
ibu diikuti oleh MI, dan SMP 1= Pendidikan
ibu dan telah Pendidikan Dasar
lulus Pendidikan Dasar
Menengah: 2= Pendidikan
SMK/SMA Pendidikan Menengah
Menengah
Pendidikan 3= Pendidikan
Tinggi: Pendidikan Tinggi
Akademi, Tinggi
Institut,
Universitas,
Sekolah
Tinggi

Tingkat Besarnya Rendah: Ordinal Wawancara Tingkat Skor


ekonomi penghasilan ekonomi
keluarga keluarga <Rp. keluarga: 1 = Ekonomi
dinilai dengan 999.000,- Rendah
uang yang Rendah
Sedang: 2= Ekonomi
diperoleh
Sedang Sedang
selama satu Rp. 999.000,-
bulan (dalam Rp. Tinggi 3= Ekonomi
satuan rupiah/ 2.200.000,- Tinggi
bulan)
Tinggi:

> Rp.
2.200.000,-

33
4.6.2. Variabel Dependen
Variabel Definisi Parameter Skala Alat Ukur Kriteria Scoring

Pertumbuhan Hasil Dalam satuan Ordinal Timbangan Pertumbuhan Skor


fisik balita penimbangan kilogram berat badan fisik balita:
berat badan 1= Buruk
balita yang Melihat pada Buku KMS Buruk: Bila
buku KMS (Kartu Menuju hasil 2= Kurang
dibandingkan
dengan buku (Kartu Menuju Sehat) pengukuran dari
3= Baik
KMS (Kartu Sehat) KMS pada
Menuju Sehat) kurva garis
merah atau
dibawah garis
merah

Kurang: bila
hasil
pengukuran dari
KMS pada
kurva garis
kuning atau
pada garis
kuning

Baik: Bila hasil


pengukuran dari
KMS pada
kurva garis
hijau

4.7. Teknik Pengumpulan Data

Dijelaskan cara atau metode yang digunakan untuk pengumpulan data. Dalam

suatu penelitian kadang-kadang tidak hanya menggunakan satu cara pengumpulan

data (Notoatmodjo, 2010).

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2010).

34
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua data, yaitu:

Pertama, data diperoleh langsung dari ibu dengan melakukan wawancara tingkat

pendidikan ibu dan tingkat ekonomi keluarga. Kedua, data diperoleh dari hasil

penimbangan berat badan balita, kemudian dibandingkan dengan buku KMS (Kartu

Menuju Sehat).

Dalam penelitian ini prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Peneliti mengajukan izin kepada Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti MuliaPare – Kediri.

2. Peneliti mengajukan izin penelitian kepada Dinkes Kabupaten Kediri dan

mengajukan izin pada kepala desa serta bidan setempat.

3. Setelah mendapat izin peneliti mengambil data-data tentang responden yang

diperlukan untuk mengadakan penelitian di tempat tersebut.

4. Peneliti datang ke rumah klien, kemudian melakukan pendekatan kepada klien

untuk mendapatkan persetujuan dari klien sebagai responden penelitian yang

akan dilaksanakan.

5. Peneliti menerangkan tujuan penelitian kepada responden.

6. Peneliti memberikan lembar persetujuan responden untuk ditandatangani.

7. Peneliti melakukan wawancara kepada responden dan bila ada pertanyaan yang

sulit dimengerti/ tidak jelas diberi kesempatan untuk bertanya.

8. Peneliti melakukan penimbangan berat badan balita, kemudian hasil dari

penimbangan dimasukkan ke dalam buku KMS (Kartu Menuju Sehat).

9. Jawaban yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan dan diperiksa

kelengkapanya oleh peneliti kemudian dilakukan analisa.

35
4.8. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa: kuesioner (daftar

pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan

pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Teknik dan alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian

ini adalah: Pertama, wawancara tingkat pendidikan ibu dan tingkat ekonomi

keluarga. Kedua, timbangan berat badan dan buku KMS (Kartu Menuju Sehat).

4.9. Metode Pengolahan Data dan Tehnik Analisis Data

4.9.1. Metode Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari responden sebelum dianalisis data tersebut

harus melalui tahapan dalam pengolahan data, yaitu:

1. Editing (Penyuntingan Data)

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan

melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata

masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin

dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (drop

out) (Notoatmodjo, 2010).

Editing dilakukan di lapangan. Peneliti mengumpulkan dan

memeriksa kembali kelengkapan data atau informasi yang diperoleh. Hasil

editing didapatkan semua data terisi lengkap dan benar.

36
2. Membuat Lembaran Kode (Coding Sheet)

Lembaran kode adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk

merekam data secara manual. Lembaran kode berisi nomor responden, dan

nomor-nomor pertanyaan (Notoatmodjo, 2010).

Peneliti memberikan kode pada setiap jawaban dari responden.

Untuk variabel tingkat pendidikan ibu, peneliti memberikan kode angka 1

untuk pendidikan dasar, angka 2 untuk pendidikan menengah, dan kode

angka 3 untuk pendidikan tinggi. Untuk variabel tingkat ekonomi

keluarga, peneliti memberikan kode angka 1 untuk kode tingkat ekonomi

rendah, angka 2 untuk tingkat ekonomi sedang, dan kode angka 3 untuk

tingkat ekonomi tinggi. Sedangkan untuk variabel pertumbuhan fisik

balita, peneliti menggunakan kode 1 untuk balita yang pertumbuhan

fisiknya buruk, kode 2 untuk balita yang pertumbuhan fisiknya kurang,

dan kode angka 3 adalah balita yang pertumbuhan fisiknya baik.

3. Memasukkan Data (Data Entry)

Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau

kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan

(Notoatmodjo, 2010).

Peneliti memberikan skor pada masing-masing jawaban responden.

Kemudian tiap item pertanyaan dijumlahkan berdasarkan jawaban dari tiap

responden.

4. Tabulasi

Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau

yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010).

37
Tabulasi dilakukan dengan memasukkan data kedalam tabel yang

tersedia kemudian melakukan pengukurang masing-masing variabel.

Proses tabulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah

perhitungan manual dan menggunakan progam. Dalam penelitian ini

proses tabulasi data dan analisa data menggunakan perhitungan manual.

4.9.2. Tehnik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, kemudian

dilakukan analisa data. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisa univariat dan bivariat.

1. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya

dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase

dari tiap variabel. Misalnya distribusi frekuensi responden berdasarkan:

umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sebagainya (Notoatmodjo,

2010). Dalam penelitian ini, analisis univariat bertujuan untuk mengetahui

distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu dan tingkat ekonomi keluarga

yang merupakan variabel dependen dan pertumbuhan fisik balita yang

merupakan variabel independen

Rumus menentukan persentase adalah:

Keterangan:
F
X = x 100 %
n persentase
X: Hasil

F: Frekuensi hasil pencapaian

n: Total seluruh observasi

38
2. Analisis Bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariat tersebut diatas, hasilnya

akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat

dilanjutkan analisis bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010).

Dalam analisis bivariat ini dilakukan beberapa tahap, antara lain:

1) Analisis proporsi atau persentase, dengan membandingkan distribusi

silang antara dua variabel yang bersangkutan, yaitu hubungan tingkat

pendidikan ibu dengan pertumbuhan fisik balita dan hubungan tingkat

ekonomi keluarga dengan pertumbuhan fisik balita.

2) Analisis dari hasil uji statistik, yaitu uji spearman rank.

Rumus:
Keterangan:
6∑ b bi: Selisih pengamatan
2
i
ρ¿ 1− 2 tiap pasang dalam urutan
n(n −1)
n: Besar sampel

3) Jika harga ρ hitung ≥ρ tabel, maka Ho ditolak.

4) Jika harga ρ hitung <ρ tabel, maka Ho diterima.

5) Bila n lebih dari 30, dimana dalam tabel tidak ada, maka pengujian

signifikansinya menggunakan rumus :

t=r
√ n−2
1−r
2

6) Untuk mengetahui harga t ini signifikan atau tidak, maka dibandingkan

dengan harga t tabel, untuk taraf kesalahan 5 %.

7) Jika harga t hitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak.

8) Jika harga t hitung < t tabel, maka Ho diterima.

39
4.10.Rencana Penyajian Data

Tehnik penyajian data merupakan cara bagaimana untuk menyajikan data

sebaik-baiknya agar mudah dipahami oleh pembaca (Hidayat, A., 2007).

Rencana penyajian hasil dalam penelitian ini menggunakan prinsip penyajian

data komunikatif dan lengkap, dalam arti data yang disajikan dapat menarik

perhatian pihak lain untuk membacanya dan mudah memahami artinya. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan penyajian dalam bentuk tabel dan diagram

lingkaran atau piechart yang diisi persentase hasil penelitian dari tingkat pendidikan

ibu, tingkat ekonomi keluarga, dan pertumbuhan fisik balita.

4.11.Etika Penelitian

Penelitian akan dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari Program

Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti MuliaPare - Kediri

dengan menekankan pada etika penelitian sebagai berikut:

4.11.1. Lembar Persetujuan (Informed Concent)

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan. Jika subjek bersedia, maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.

4.11.2. Tanpa Nama (Anonimity)

Subjek penelitian tidak mencantumkan nama pada lembar alat ukur.

40
4.11.3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh

peneliti, hanya kelompok data yang akan dilaporkan pada hasil riset

(Hidayat, A., 2007).

41
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang

“Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Tingkat Ekonomi Keluarga dengan

Pertumbuhan Fisik Balita di Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri”.

5.1. Hasil Penelitian

Dari hasil pengumpulan data yang dilaksanakan pada tanggal 18-24 April

2020 di Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri didapatkan 33

responden yang digunakan sebagai sampel penelitian dan dari hasil pengumpulan

data didapatkan hasil sebagai berikut :

5.1.1. Analisa Univariat

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk diagram lingkaran dengan analisis

yang digunakan adalah analisis univariat yaitu untuk mengetahui distribusi

frekuensi tingkat pendidikan ibu dan tingkat ekonomi keluarga yang

merupakan variabel dependen dan pertumbuhan fisik balita yang merupakan

variabel independen di Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten

Kediri.

1. Tingkat Pendidikan Ibu

Distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu di Desa Banjarejo

Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri, dari pengumpulan data

didapatkan hasil sebagai berikut:

43
42
18%

Pendidikan Dasar
55% Pendidikan Menengah
Pendidikan Tinggi
27%

Gambar 5.1. Diagram Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu di Desa


Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri tahun 2014

Berdasarkan data dari gambar 5.1 dapat diketahui bahwa responden

yang memiliki tingkat pendidikan dasar yaitu sebanyak 18 responden

(54,5%), responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah yaitu

sebanyak 9 responden (27,3%), dan responden yang memiliki tingkat

pendidikan tinggi yaitu sebanyak 6 responden (18,2%).

2. Tingkat Ekonomi Keluarga

Distribusi frekuensi tingkat ekonomi keluarga di Desa Banjarejo

Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri, dari pengumpulan data

didapatkan hasil sebagai berikut:

18%

49% Ekonomi Rendah


Ekonomi Sedang
Ekonomi Tinggi
33%

Gambar 5.2. Diagram Distribusi Tingkat Ekonomi Keluarga di Desa


Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri
tahun 2014

Berdasarkan data dari gambar 5.2 dapat diketahui bahwa

responden yang memiliki tingkat ekonomi rendah yaitu sebanyak 16

responden (48,5%), responden yang memiliki tingkat ekonomi sedang

43
yaitu sebanyak 11 responden (33,3%), dan responden yang memiliki

tingkat ekonomi tinggi yaitu sebanyak 6 responden (18,2%).

3. Pertumbuhan Fisik Balita

Distribusi frekuensi pertumbuhan fisik balita di Desa Banjarejo

Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri, dari pengumpulan data

didapatkan hasil sebagai berikut:

18%

12% Buruk
Kurang
Baik
70%

Gambar 5.3. Diagram Distribusi Pertumbuhan Fisik Balita di Desa


Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri tahun
2014

Berdasarkan data dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa responden

yang memiliki balita dengan pertumbuhan fisik buruk yaitu sebanyak 6

responden (18,2%), responden yang memiliki balita dengan

pertumbuhan fisik kurang yaitu sebanyak 4 responden (12,1%), dan

responden yang memiliki balita dengan pertumbuhan fisik baik yaitu

sebanyak 23 responden (69,7%).

5.1.2. Analisa Bivariat

1. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pertumbuhan Fisik

Balita

Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (tingkat

pendidikan ibu) dan variabel dependen (pertumbuhan fisik balita) dengan

sampel besar (n > 30) dilakukan perhitungan dengan uji korelasi tata

44
jenjang yang dikemukakan oleh Spearman. Adapun tabel kontingensi

hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pertumbuhan fisik balita untuk

perhitungan spearman sudah terlampir.

6 ∑ bi
2

ρ¿ 1− 2
n(n −1)

¿ 0,6

t=r
√ n−2
1−r 2

¿ 4,176

Berdasarkan hasil perhitungan uji Spearman Rank dengan taraf

kesalahan (α) sebesar 5% (0,05) maka diperoleh hasil perhitungan t hitung

sebesar 4,176. Untuk mengetahui harga t ini signifikan atau tidak, maka

perlu dibandingkan dengan t tabel untuk taraf kesalahan tertentu dengan dk

= n – 2. Oleh karena disini uji dua pihak, maka harga t dilihat dari harga t

untuk uji dua pihak dengan dk = 31 diperoleh harga t tabel yaitu 2,0399

sehingga t hitung ≥ t tabel. Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima

yaitu ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pertumbuhan

fisik balita.

2. Hubungan antara Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Pertumbuhan Fisik

Balita

Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (tingkat

ekonomi keluarga) dan variabel dependen (pertumbuhan fisik balita)

dengan sampel besar (n > 30) dilakukan perhitungan dengan uji korelasi

tata jenjang yang dikemukakan oleh Spearman. Adapun tabel kontingensi

45
hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pertumbuhan fisik balita untuk

perhitungan spearman sudah terlampir.

6 ∑ bi
2

ρ¿ 1− 2
n(n −1)

¿ 0,64

t=r
√ n−2
1−r
2

¿ 4,639

Berdasarkan hasil perhitungan uji Spearman Rank dengan taraf

kesalahan (α) sebesar 5% (0,05) maka diperoleh hasil perhitungan t hitung

sebesar 4,639. Untuk mengetahui harga t ini signifikan atau tidak, maka

perlu dibandingkan dengan t tabel untuk taraf kesalahan tertentu dengan dk

= n – 2. Oleh karena disini uji dua pihak, maka harga t dilihat dari harga t

untuk uji dua pihak dengan dk = 31 diperoleh harga t tabel yaitu 2,0399

sehingga t hitung ≥ t tabel. Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima

yaitu ada hubungan antara tingkat ekonomi keluarga dengan pertumbuhan

fisik balita.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Tingkat Pendidikan Ibu di Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten

Kediri

Berdasarkan gambar 5.1 tentang tingkat pendidikan ibu di Desa

Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri didapatkan bahwa

kelompok tingkat pendidikan ibu terbanyak adalah tingkat pendidikan dasar

yaitu sebanyak 18 responden (54,5%), dan sisanya adalah tingkat pendidikan

46
menengah yaitu sebanyak 9 responden (27,3%), serta tingkat pendidikan

tinggi yaitu sebanyak 6 responden (18,2%).

Tingkat pendidikan masyarakat dapat dijadikan indikator dan gambaran

mengenai kemampuan penduduk dalam menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, akan

semakin tinggi kualitas orang tersebut (Hartono, 2007).

Berdasarkan Katon (2014), rendahnya mutu pendidikan secara umum

antara lain disebabkan oleh: rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru,

rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi

pendidikan dengan kebutuhan, visi dan moralitas pendidik serta anak didik

yang rendah dan mahalnya biaya pendidikan.

Hasil penelitian yang didapatkan, diperoleh sebagian besar responden

tingkat pendidikannya masih rendah, yaitu tamatan SD/ SMP. Hal ini bisa

jadi disebabkan oleh pola pikir masyarakat di Desa Banjarejo yang masih

tradisional apalagi responden merupakan ibu-ibu yang tinggal di wilayah

pedesaan akibatnya informasi yang diterima sangatlah kurang sehingga

kesadaran mereka tentang pentingnya pendidikan umumnya masih rendah.

Mereka beranggapan bahwa anak-anak mereka cukup sekolah sampai SD

atau SMP, setelah itu mencari kerja untuk membantu meringankan beban

orang tua, kemudian menikah dan berkeluarga karena pendidikan sekolah

dirasakan tidak selalu memberikan jaminan kehidupan yang lebih baik di

masa depan.

Selain itu, kemiskinan orang tua, kondisi geografis yang kurang

mendukung, serta ditunjang dengan masih minimnya sarana pendidikan yang

47
tersedia membuat mereka memilih jalan pintas untuk tidak bersekolah atau

putus sekolah.

Oleh karena itu, upaya perbaikan terhadap pentingnya suatu pendidikan

perlu dilakukan. Masyarakat khususnya yang tinggal di daerah pedesaan

harus disadarkan bahwa anggapan mereka tentang menuntut pendidikan

sekolah yang lebih tinggi itu tidak penting, harus perlahan-lahan dihilangkan.

Selain itu, masyarakat hendaknya diberi informasi bahwa hingga saat ini

pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk meringankan beban rakyat

miskin dalam bersekolah yaitu dengan menyediakan bantuan berupa dana

BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan bantuan beasiswa bagi anak

berprestasi maupun kurang mampu.

5.2.2. Tingkat Ekonomi Keluarga di Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih

Kabupaten Kediri

Berdasarkan gambar 5.2 tentang tingkat ekonomi keluarga di Desa

Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri didapatkan bahwa

kelompok tingkat tingkat ekonomi keluarga terbanyak adalah tingkat

ekonomi rendah yaitu sebanyak 16 responden (48,5%), dan sisanya adalah

tingkat ekonomi sedang yaitu sebanyak 11 responden (33,3%), serta tingkat

ekonomi tinggi yaitu sebanyak 6 responden (18,2%).

Sebagian besar penduduk Indonesia umumnya berpenghasilan rendah.

Salah satu penyebabnya adalah tingkat pendidikan. Rendahnya tingkat

pendidikan menyebabkan rendahnya kualitas tenaga kerja sehingga

produktivitas tenaga kerja juga rendah. Akibatnya, jumlah pendapatan yang

diperoleh pun menjadi relatif lebih rendah (Luvy, S., dkk., 2009).

48
Menurut Gunawan, Totok (2012) orang yang berpendapatan rendah

cenderung tidak berfikir tentang masa depan anak sehingga mereka

mempunyai banyak anak. Hal itu mengakibatkan tingginya pertumbuhan

penduduk. Mereka juga cenderung menjadikan anak sebagai sumber tenaga

kerja untuk keluarga. Orang yang berpendapatan rendah tidak mempunyai

kemampuan untuk menabung. Rendahnya tingkat tabungan menyebabkan

terbatasnya dana yang terakumulasi di bank. Terbatasnya modal

menyebabkan lapangan pekerjaan tidak dapat diperluas sehingga tingkat

penganguran tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ekonomi keluarga di Desa

Banjarejo umumnya memiliki tingkat ekonomi rendah yaitu rata-rata

berpenghasilan: <Rp. 999.000,- perbulan. Hal ini salah satunya disebabkan

oleh rendahnya taraf pendidikan akhir masyarakat. Sebanyak 18 responden

(54,5%) merupakan tamatan SD/ MI, dan SMP. Rendahnya taraf pendidikan

tersebut mengakibatkan kemampuan pengembangan diri mereka terbatas,

rendahnya kemampuan dan ketidakberdayaan sehingga menyebabkan

sempitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki. Akibatnya pekerjaan yang

mendominasipun adalah pekerjaan kasar. Pada umumnya ibu-ibu di Desa

Banjarejo paling banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suami

bekerja wiraswasta seperti buruh, petani, tukang becak, ataupun pedagang.

Rendahnya tingkat ekonomi dapat menyebabkan terjadinya penurunan

derajat kesehatan dan gizi masyarakat. Gejala itu tampak pada timbulnya

berbagai kasus gizi buruk pada kelompok umur bawah lima tahun yang dapat

mengakibatkan turunnya kualitas generasi mendatang. Oleh karena itu,

49
pemerintah sebaiknya lebih aktif mendorong dan mencari alternatif mata

pencaharian pada masyarakat pedesaan. Selain itu, pemerintah sebaiknya juga

meningkatkan kemampuan masyarakat,misalnya saja dengan memberikan

suatu keterampilan atau kursus maupun pendidikan keterampilan seperti mini

lokakarya sehingga masyarakat akan lebih kreatif dan inovatif.

Dengan peningkatan kemampuan tersebut maka pendapatan masyarakat

pun akan ikut meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan

kesejahteraannya dan dapat mengetaskan diri dari garis kemiskinan.

5.2.3. Pertumbuhan Fisik Balita di Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih

Kabupaten Kediri

Dari hasil penelitian diketahui pertumbuhan fisik balita di Desa

Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri yaitu dari 33 responden

didapatkan bahwa sebagian besar balita memiliki pertumbuhan fisik baik

yaitu sebanyak 23 responden (69,7%), dan sisanya adalah balita dengan

pertumbuhan fisik kurang yaitu sebanyak 4 responden (12,1%), serta balita

dengan pertumbuhan fisik buruk yaitu sebanyak 6 responden (18,2%).

Menurut Almatsier (2006), status gizi merupakan gambaran keadaan

tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dengan

membedakan status gizi kurang, baik, dan lebih. Status gizi baik atau status

gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan

secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan

otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi

mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu

50
atau lebih zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek

toksin dan membahayakan.

Hasil penelitian yang didapatkan, diperoleh sebagian besar responden

memiliki pertumbuhan fisik yang baik. Namun, dari 33 responden masih ada

beberapa balita yang mengalami pertumbuhan fisik kurang. Dari anak dengan

pertumbuhan fisik yang kurang serta buruk ini dimungkinkan karena anak

kurang asupan gizi yang diperlukan, disebabkan karena kondisi ekonomi

orang tua yang sebagian besar berpendapatan rendah yaitu sebanyak 16

responden (48,5%) dan bahkan tidak menentu dengan pekerjaan misalnya

sebagai petani atau tukang becak, sehingga jumlah zat gizi yang mereka

peroleh dari makanan tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh mereka

(asupan makanan).

Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang merupakan

penyebab tak langsung antara lain ketidaktahuan masyarakat khususnya ibu-

ibu akan manfaat makanan bagi kesehatan sehingga mengakibatkan buruknya

mutu gizi khususnya makanan balita.

Adanya kebiasaan anak kecil lebih suka mengkonsumsi makanan ringan

(snack) sehingga menyebabkan anak malas untuk makan, serta adanya tradisi

pada masyarakat yaitu apabila anaknya mendapat bantuan makanan dari

pemerintah, seperti susu atau telur, makanan tersebut diberikan kepada suami

bukan kepada anaknya karena mereka menganggap suami lebih

membutuhkan makanan dengan gizi lebih untuk bekerja keras guna

menghidupi keluarganya.

51
Pemantauan pertumbuhan anak sejak lahir sangatlah penting. Selain

dapat menentukan normal atau tidaknya proses pertumbuhan pada anak, juga

dapat menentukan permasalahan-permasalahan yang dapat mengganggu

pertumbuhan anak. Oleh karena itu, apabila terjadi gangguan dalam proses

pertumbuhan, maka pencegahan dan penanganan gangguan pertumbuhan

tersebut dapat diatasi sejak dini.

Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi anak balita dapat melalui

perbaikan perilaku masyarakat. Dalam hal ini semua pihak harus dilibatkan,

baik dari sektor pemerintah, kesehatan, maupun masyarakat. Misalnya saja

dalam bidang kesehatan yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang

makanan yang bergizi dan seimbang, penyuluhan tentang pentingnya

pemberian ASI sampai dua tahun, serta cara membuat variasi menu makanan

agar anak tidak mudah bosan. Kader juga harus aktif mengajak ibu-ibu yang

memiliki anak balita untuk rutin mengikuti kegiatan posyandu, karena

melalui kegiatan posyandu tersebut, pertumbuhan fisik anak balita dapat

terpantau secara berkala.

Selain itu, pemerintah sebaiknya memberikan kemudahan pada

masyarakat dalam pelayanan kesehatan serta memberikan bantuan yang

berupa produk susu atau bubur gratis untuk balita gizi buruk.

5.2.4. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pertumbuhan Fisik Balita di Desa

Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri

Dari hasil penelitian terhadap 33 responden dengan menggunakan uji

statistik menggunakan “spearman rank correlation” dengan taraf

52
signifikasinya 5% menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat

pendidikan ibu dengan pertumbuhan fisik balita.

Tingkat pendidikan khususnya tingkat pendidikan ibu merupakan salah

satu faktor yang penting dalam menunjang pertumbuhan fisik balita karena

unsur pendidikan ibu dapat berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak.

Makin tinggi pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan ibu terdapat

kemungkinan makin baik pula tingkat ketahanan pangan keluarga,

pengasuhan anak, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang tersedia.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Siti Fatimah

(2010) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan gizi ibu berhubungan positif

dengan tingkat pendidikan yang berarti semakin tinggi pendidikan yang

berarti semakin tinggi pendidikan ibu anak balita maka semakin baik tingkat

pengetahuan gizi ibu.

Menurut Marimbi (2010) hubungan tingkat pendidikan ibu dengan

status gizi cukup erat kaitannya, sebab dengan tingkat pendidikan yang baik,

maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang

cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatannya, dan gizi

anaknya.

Akan tetapi, seseorang yang hanya tamat sekolah dasar belum tentu

kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi

dibandingkan orang lain yang pendidikannya tinggi. Karena sekalipun

pendidikannya rendah jika orang tersebut rajin mendengarkan penyuluhan

gizi bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik. Hanya saja tetap

harus dipertimbangkan bahwa faktor tingkat pendidikan turut pula

53
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami

pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Masyarakat dengan tingkat

pendidikan yang rendah akan lebih baik mempertahankan tradisi-tradisi yang

berhubungan dengan makanan, sehingga sulit menerima informasi baru

bidang gizi.

Sebagai tenaga kesehatan, dalam upaya meningkatkan perbaikan gizi

balita dapat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan-penyuluhan tentang

makanan bergizi seimbang yang dapat menunjang pertumbuhan fisik balita.

Penyuluhan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu maupun

kegiatan-kegiatan lain yang melibatkan masyarakat, misalnya arisan ibu-ibu

ataupun pengajian rutin. Kader juga harus ikut dilibatkan dalam memberikan

penyuluhan serta aktif menggerakkan masyarakat agar rutin mengikuti

posyandu.

Diharapkan melalui kegiatan ini, dapat meningkatkan pengetahuan ibu

sehingga meskipun pendidikan ibu tersebut rendah, pertumbuhan fisik

anaknya tetap dapat berjalan normal.

5.2.5. Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Pertumbuhan Fisik Balita di

Desa Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri

Dari hasil penelitian terhadap 33 responden dengan menggunakan uji

statistik menggunakan “spearman rank correlation” dengan taraf signifikasinya

5 % menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan

pertumbuhan fisik balita.

Pertumbuhan fisik balita merupakan salah satu indikator yang

menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Berbagai masalah gizi lebih

54
banyak terjadi pada kelompok masyarakat di daerah pedesaan yang

mengkonsumsi bahan pangan yang kurang baik jumlah maupun mutunya.

Sebagian besar dari masalah tersebut disebabkan oleh berbagai faktor salah

satunya adalah faktor lingkungan yang berupa faktor ekonomi.

Berdasarkan penelitian Dian Noviana M. (2009) menunjukkan bahwa ada

hubungan bermakna antara tingkat ekonomi keluarga dengan status gizi balita.

Keluarga dengan status ekonomi tinggi akan memiliki balita dengan status gizi

baik dibandingkan dengan keluarga yang berpenghasilan rendah.

Menurut Mily (2009), faktor kemiskinan sering menimbulkan kasus gizi

buruk, sebab tekanan ekonomi membuat kuantitas maupun kualitas ketersediaan

pangan di tingkat rumah tangga menjadi rendah. Hal ini juga didukung oleh

pendapat dari Hanum Marimbi (2010) yang menyatakan bahwa keterbatasan

penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak

dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan

yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah

makanan.

Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang

dapat memenuhi kebutuhan akan makanannya terutama untuk memenuhi zat gizi

dalam tubuhnya. Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan, pendapatan

merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan.

Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang diperoleh

dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari

penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan beberapa jenis bahan

makanan lainnya.

55
Namun, dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga

yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan

seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan

pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang

berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa

ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab

buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.

Sebagai tenaga kesehatan, dalam rangka meningkatkan upaya perbaikan

gizi hal-hal yang dapat dilakukan misalnya saja dengan memberikan penyuluhan

tentang makanan yang begizi bagi anak balita dan cara membuat variasi menu

makanan. Masyarakat harus disadarkan bahwa makanan yang bergizi itu tidak

harus mahal, misalnya saja untuk kebutuhan protein. Protein yang disediakan

tidak harus berupa protein hewani, tetapi ibu dapat menggantinya dengan

memberikan protein nabati seperti tahu ataupun tempe.

Selain itu, upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara

memberikan bantuan berupa makanan ataupun minuman bergizi misalnya saja

telur ataupun susu terutama kepada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah

ataupun kepada balita dengan gizi kurang.

5.3. Keterbatasan

Faktor yang diteliti pada penelitian ini hanyalah status sosial ekonomi yang

berupa tingkat pendidikan ibu dan tingkat ekonomi keluarga. Sementara faktor

lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik balita bermacam-macam

56
seperti budaya lingkungan, nutrisi, iklim dan cuaca, olahraga atau latihan fisik,

posisi anak dalam keluarga, serta status kesehatan.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan

Ibu dan Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Pertumbuhan Fisik Balita Di Desa

Banjarejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri” diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

6.1.1. Lebih dari setengahnya tingkat pendidikan ibu dalam kategori tingkat

pendidikan dasar, yaitu sebesar 54,5%.

6.1.2. Kurang dari setengahnya tingkat ekonomi keluarga dalam kategori tingkat

ekonomi rendah, yaitu sebesar 48,5%.

6.2.3. Lebih dari setengahnya pertumbuhan fisik anak balita dalam kategori

pertumbuhan fisik baik, yaitu sebesar 69,7%.

6.2.4. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pertumbuhan fisik balita,

yaitu berdasarkan uji spearman rank diperoleh t hitung 4,176 ≥ t tabel 2,0399.

57
6.2.5. Ada hubungan antara tingkat ekonomi keluarga dengan pertumbuhan fisik

balita, yaitu berdasarkan uji spearman rank diperoleh t hitung 4,639 ≥ t tabel

2,0399.

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Tempat Penelitian

1. Pentingnya usaha peningkatan pengetahuan ibu tentang gizi pada anak

balita. Usaha peningkatan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan oleh

kader-kader posyandu setempat, terutama tentang pengasuhan anak dan

manfaat makanan bagi kesehatan khususnya anak balita.

2. Kepada petugas kesehatan, yakni bidan yang bekerja di polindes Desa

Banjarejo agar dapat meningkatkan upaya-upaya pelatihan terhadap kader-

kader posyandu secara rutin sebagai usaha peningkatan keterampilan kader

agar akses informasi tepat diterima oleh ibu-ibu.

3. Kepada pemerintah setempat agar memberikan kemudahan pada

masyarakat dalam pelayanan kesehatan serta memberikan bantuan yang

berupa produk susu atau bubur gratis untuk balita gizi buruk.

6.2.2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat lebih mengontrol faktor-faktor

lain yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik balita seperti budaya

lingkungan, nutrisi, iklim dan cuaca, olahraga atau latihan fisik, posisi anak

dalam keluarga, serta status kesehatan. Dengan kata lain sampel dibuat lebih

homogen, atau menjadikan faktor-faktor tersebut menjadi variabel yang ikut

diteliti.

58
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. (2009). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Almaitser, S. (2006). Prinsip Dasar llmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto, Suharsini. (2006). Prosedur Pnelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Bastian, Indra. (2006). Akutansi Pendidikan. Yogyakarta: Erlangga.

Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan Buku Pertama. Bandung: PT Refika Aditama.

Fatimah, Siti. (2010). Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi
Balita BGM di Desa Karangasem Kecamatan Kertanegara Kabupaten
Purbalingga. Karya Tulis Ilmiah.

Gunawan, Totok. (2007). Geografi Sma Xii Ips.Bekasi: Penerbit Inter Plus.

Hartono. (2007). Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Jakarta: CV Citra Praya.

Hidayat, Alimul Aziz. (2007). Metode Penelitian Kebidanan & Tehnik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, Alimul Aziz. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

59
Katon. (2012). Kualitas Pendidikan Indonesia dalam Kacamata Kasrakter
Bangsa<http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/29/kualitas-pendidikan-
indonesia-dalam-kacamata-karakter-bangsa/>diakses tanggal 3 Juli 2012 jam
03.30 WIB.

Luvy, S., dkk. (2009). Seri Panduan Belajar dan Evaluasi Ekonomi SMP/MTs Kelas
VIII. Jakarta: Yudisthira.

Mansjoer, Arif., dkk.(2007). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Marendra, Zulfito., dkk. (2008). Buku Pintar Menu Balita. Jakarta: Wahyu Media.

Marimbi, Hanum. (2010). Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar pada
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.

Maulana, Heri D.J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Mily. (2009).Seminar Kesehatan Gizi vs Gizi Buruk<http://mily.


wordpress.com/seminar-kesehatan-gizi-vz-gizi-buruk/>diakses tanggal 3 Juli
2012 jam 04.00 WIB. 61

Muaris, Hindah. (2006). Bekal Sekolah Untuk Anak Balita. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

Muslihatun,-Nur Wafi. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:


Fitramaya.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Noviana M., Dian. (2009). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Status Ekonomi
Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Desa Tanjung Baru Wilayah Kerja
Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu
Tahun 2009. Karya Tulis Ilmiah.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Purwandari, Atik. (2008). Konsep Kebidanan Sejarah & Profesionalisme. Jakarta:


EGC.
Rachmawati, Ayu. Maret 2011. Aku, Pendidikan, dan Biologi
<http://nenkiuedubio.blogspot. com/2011/04/klasifikasi-pendidikan.html>diakses
tanggal 28 Februari 2011 jam 12.00 WIB.

Rashid, A., dkk. (2006). Krisis & Konflik Institusi Keluarga. Kuala Lumpur: Taman
Shamelin Perkasa, Cheras.

60
Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuhamedika.

S, Alam. (2007). Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Sarah, M. (2010). Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi dan Pola Asuh Dengan Status
Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan
Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Karya Tulis Ilmiah.

Siahaan, Jarar. 23 Mei 2011. Gaji PNS Naik Lagi <http://jararsiahaan.com/berita-


tentang/kenaikan-gaji-pns-tahun-2012-gaji-pegawai-negeri-sipil-naik/173/
>diakses tanggal 28 Februari 2012 jam 12.00 WIB.

Soekarno, Rahardi. 18 November 2011. Inilah Besar UMK Kota/ Kabupaten di


Jatim<http://www.beritajatim.com/detailnews.php/6/Politik_Pemerintahan/2011-
11-18/118145/_Inilah_Besar_UMK_Kota/_Kabupaten_di_Jatim>diakses tanggal
28 Februari 2012 jam 05.00 WIB.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung:


Penerbit Alfabeta.

Sumardiono. (2007). Homeschooling A Leap For Better Learning Lompatan Cara


Belajar. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Suparmoko. (2007). Ekonomi 1 SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira.

Suparyanto. (2010). Konsep Ibu Menyusui<http://dr-suparyanto.blogspot.


com/2010/07/konsep-ibu-menyusui.html>diakses tanggal 2 Februari 2012 jam
18.30 WIB.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional & Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen-Cet.2-Jakarta:Visimedia, 2007.

Wahidiyat, Iskandar. (2007). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika Jakarta.

Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Yusof, Najeemah Md. (2007). Konsep Pendidikan. Kuala Lumpur: Zafar Sdn.Bhd.

61
Lampiran 1

KODE :
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Umur :

Setelah saya mendapatkan penjelasan dari saudara Desy Nurul ‘Aini Mahasiswa
Program Studi Ilmu Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti MuliaPare -
Kediriyang akan melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan ibu dan
tingkat ekonomi keluarga dengan pertumbuhan fisik balita, maka saya bersedia menjadi
responden dengan senang hati dan ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.
Partisipasi saya dalam memberikan keterangan pada penelitian ini tidak berakibat
negatif bagi diri saya, keluarga maupun masyarakat. Saya mengerti bahwa penelitian ini
akan digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan sehingga dapat digunakan
untuk meningkatkan derajat kesehatan secara umum.
Demikian pernyataan ini saya buat tanpa ada paksaan dari siapapun.

Kediri, 2020
Responden

62
(...........................................)

Lampiran 2

DISTRIBUSI TINGKAT PENDIDIKAN IBU DI DESA BANJAREJO


KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI

Tingkat Pendidikan Ibu

1 2 3
Nomor Pendidikan Dasar: Pendidikan Menengah: Pendidikan Tinggi:
Responden SMK/SMA
SD/ MI, dan SMP Akademi, Institut,
Universitas, Sekolah
Tinggi

1 √

2 √

3 √

4 √

5 √

6 √

63
7 √

8 √

9 √

10 √

11 √

12 √

13 √

14 √

15 √

16 √

17 √

18 √

19 √

20 √

21 √

22 √

23 √

24 √

25 √

26 √

27 √

28 √

29 √

30 √

31 √

64
32 √

33 √

Total Skor 18 9 6

Persentase 54,5 % 27,3 % 18,2 %

DISTRIBUSI TINGKAT EKONOMI KELUARGA DI DESA BANJAREJO


KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI

Tingkat Ekonomi Keluarga

1 2 3
Nomor Rendah: Sedang: Tinggi:
Responden
< Rp. 999.000,- Rp. 999.000,- Rp. 2.200.000,- > Rp. 2.200.000,-

1 √

2 √

3 √

4 √

5 √

6 √

7 √

8 √

65
9 √

10 √

11 √

12 √

13 √

14 √

15 √

16 √

17 √

18 √

19 √

20 √

21 √

22 √

23 √

24 √

25 √

26 √

27 √

28 √

29 √

30 √

31 √

32 √

33 √

66
Total Skor 16 11 6

Persentase 48,5 % 33,3 % 18,2 %

DISTRIBUSI PERTUMBUHAN FISIK BALITA DI DESA BANJAREJO


KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI

Pertumbuhan FisikBalita

1 2 3
Nomor Buruk: Kurang: Baik:
Responden
Bila Hasil Pengukuran Dari Bila Hasil Pengukuran Pada Kurva Garis
KMS Pada Kurva Garis Dari KMS Pada Kurva Hijau Bila Hasil
Merah Atau Dibawah Garis Garis Kuning Atau Pada Pengukuran Dari
Merah Garis Kuning KMS

1 √

2 √

3 √

4 √

5 √

6 √

7 √

67
8 √

9 √

10 √

11 √

12 √

13 √

14 √

15 √

16 √

17 √

18 √

19 √

20 √

21 √

22 √

23 √

24 √

25 √

26 √

27 √

28 √

29 √

30 √

31 √

32 √

68
33 √

Total Skor 6 4 23

Persentase 18,2 % 12,1 % 69,7 %

Lampiran 3

TABEL PENOLONG UNTUK MENGHITUNG KORELASI SPEARMAN RANK

6.1. Tabel hubungan tingkat pendidikan ibu dan pertumbuhan fisik balita
Nomor Tingkat Urutka Beri Pertumbuhan Urutkan Beri Xi- yi bi 2
Pendidikan n Rank Fisik Balita Ran
Responde Ibu k (bi)
n (yi)
(xi)

1 3 1 (9,5) 30,5 3 1 (3,5) 22 8,5 72,25

2 1 1 (9,5) 9,5 2 1 (3,5) 8,5 1 1

3 2 1 (9,5) 23 3 1 (3,5) 22 1 1

4 2 1 (9,5) 23 3 1 (3,5) 22 1 1

5 2 1 (9,5) 23 3 1 (3,5) 22 1 1

6 2 1 (9,5) 23 3 1 (3,5) 22 1 1

7 2 1 (9,5) 23 1 2 (8,5) 3,5 19,5 380,25

8 2 1 (9,5) 23 3 2 (8,5) 22 1 1

9 1 1 (9,5) 9,5 1 2 (8,5) 3,5 6 36

69
10 1 1 (9,5) 9,5 3 2 (8,5) 22 -12,5 156,25

11 1 1 (9,5) 9,5 1 3 (22) 3,5 6 36

12 1 1 (9,5) 9,5 3 3 (22) 22 -12,5 156,25

13 3 1 (9,5) 30,5 3 3 (22) 22 8,5 72,25

14 1 1 (9,5) 9,5 1 3 (22) 3,5 6 36

15 1 1 (9,5) 9,5 3 3 (22) 22 -12,5 156,25

16 1 1 (9,5) 9,5 3 3 (22) 22 -12,5 156,25

17 1 1 (9,5) 9,5 3 3 (22) 22 -12,5 156,25

18 1 1 (9,5) 9,5 1 3 (22) 3,5 6 36

19 2 2 (23) 23 3 3 (22) 22 1 1

20 1 2 (23) 9,5 2 3 (22) 8,5 1 1

21 1 2 (23) 9,5 3 3 (22) 22 -12,5 156,25

22 2 2(23) 23 3 3 (22) 22 1 1

23 1 2 (23) 9,5 3 3 (22) 22 -12,5 156,25

24 1 2 (23) 9,5 2 3 (22) 8,5 1 1

25 1 2 (23) 9,5 3 3 (22) 22 -12,5 156,25

26 3 2 (23) 30,5 3 3 (22) 22 8,5 72,25

27 3 2 (23) 30,5 3 3 (22) 22 8,5 72,25

28 2 3 (30,5) 23 3 3 (22) 22 1 1

29 3 3 (30,5) 30,5 3 3 (22) 22 8,5 72,25

30 3 3 (30,5) 30,5 3 3 (22) 22 8,5 72,25

31 1 3 (30,5) 9,5 1 3 (22) 3,5 6 36

32 1 3 (30,5) 9,5 3 3 (22) 22 -12,5 156,25

33 1 3 (30,5) 9,5 2 3 (22) 8,5 1 1

0 2412

70
Berdasarkan tabel di atas yaitu hubungan tingkat pendidikan ibu dengan
pertumbuhan fisik balita menunjukkan hasil sebagai berikut:
6 ∑ bi
2

ρ¿ 1− 2
n(n −1)

6.2412
¿ 1−
33 ( 332−1 )

14472
¿ 1−
33 ( 1089−1 )

14472
¿ 1−
35904

¿ 1−0,4

¿ 0,6

Kemudian karena jumlah sampel 33 responden, sehingga dilakukan uji lagi dengan
rumus di bawah ini:

t=r
√ n−2
1−r 2

= 0,6
√ 33−2
1−0,62

= 0,6 √ 48,44
= 0,6.6,9597
¿ 4,176

71
6.2. Tabel hubungan tingkat pendidikan ibu dan pertumbuhan fisik balita
Nomor Tingkat Urutka Beri Pertumbuhan Urutkan Beri xi- yi bi 2
Ekonomi n Rank Fisik Balita Ran
Responde Keluarga k (bi)
n (yi)
(xi)

1 3 1 (9) 31,5 3 1 (3,5) 22 9,5 90,25

2 1 1 (9) 9 2 1 (3,5) 8,5 0,5 0,25

3 2 1 (9) 23,5 3 1 (3,5) 22 1,5 2,25

4 1 1 (9) 9 3 1 (3,5) 22 -13 169

5 2 1 (9) 23,5 3 1 (3,5) 22 1,5 2,25

6 2 1 (9) 23,5 3 1 (3,5) 22 1,5 2,25

7 1 1 (9) 9 1 2 (8,5) 3,5 5,5 30,25

8 2 1 (9) 23,5 3 2 (8,5) 22 1,5 2,25

9 1 1 (9) 9 1 2 (8,5) 3,5 5,5 30,25

10 1 1 (9) 9 3 2 (8,5) 22 -13 169

11 1 1 (9) 9 1 3 (22) 3,5 5,5 30,25

12 2 1 (9) 23,5 3 3 (22) 22 1,5 2,25

13 3 1 (9) 31,5 3 3 (22) 22 9,5 90,25

72
14 1 1 (9) 9 1 3 (22) 3,5 5,5 30,25

15 1 1 (9) 9 3 3 (22) 22 -13 169

16 1 1 (9) 9 3 3 (22) 22 -13 169

17 2 1 (9) 23,5 3 3 (22) 22 1,5 2,25

18 1 2 (23,5) 9 1 3 (22) 3,5 5,5 30,25

19 2 2 (23,5) 23,5 3 3 (22) 22 1,5 2,25

20 1 2 (23,5) 9 2 3 (22) 8,5 0,5 0,25

21 2 2 (23,5) 23,5 3 3 (22) 22 1,5 2,25

22 1 2 (23,5) 9 3 3 (22) 22 -13 169

23 2 2 (23,5) 23,5 3 3 (22) 22 1,5 2,25

24 2 2 (23,5) 23,5 2 3 (22) 8,5 15 225

25 2 2 (23,5) 23,5 3 3 (22) 22 1,5 2,25

26 1 2 (23,5) 9 3 3 (22) 22 -13 169

27 1 2 (23,5) 9 3 3 (22) 22 -13 169

28 3 2 (23,5) 31,5 3 3 (22) 22 9,5 90,25

29 3 2 (23,5) 31,5 3 3 (22) 22 9,5 90,25

30 2 3 (31,5) 23,5 3 3 (22) 22 1,5 2,25

31 1 3 (31,5) 9 1 3 (22) 3,5 5,5 30,25

32 1 3 (31,5) 9 3 3 (22) 22 -13 169

33 1 3 (31,5) 9 2 3 (22) 8,5 0,5 0,25

0 2145

73
Berdasarkan tabel di atas yaitu hubungan tingkat pendidikan ibu dengan
pertumbuhan fisik balita menunjukkan hasil sebagai berikut:
6 ∑ bi
2

ρ¿ 1− 2
n(n −1)
6.2145
¿ 1−
33 ( 33 −1 )
2

12870
¿ 1−
33 ( 1089−1 )
12870
¿ 1−
33 ( 1088 )
12870
¿ 1−
35904
¿ 1−0,36
¿ 0,64
Kemudian karena jumlah sampel 33 responden, sehingga dilakukan uji lagi
dengan rumus di bawah ini:

t=r
√ n−2
1−r
2

= 0,64
√ 33−2
1−0,64
2

= 0,64
√ 31
1−0,41

= 0,64
√ 31
0,59
= 0,64 √52,54
= 0,64.7,249
¿ 4,639

Setelah itu dibandingkan dengan harga t tabel. Untuk mengetahui t tabel dihitung
dengan rusmus sebagai berikut:
dk = n-2
dk = 33-2
dk = 31

74
(31-30) : (40-30) = (x-2,042) : (2,021-2,042)
1 : 10 = (x-2,042) : -0,021
10x – 20,42 = -0,021
10x = 20,399
x = 2,0399

Lampiran 4

75
NILAI-NILAI DALAM DISTRIBUSI t

α untuk uji dua fihak (two tail test)

0.50 0.20 0.10 0.05 0.02 0.01

α untuk uji satu fihak (one tail test)

Dk 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005

1 1.000 3.078 6.314 12.706 31.821 63.657

2 0.816 1.886 2.920 4.303 6.965 9.925

3 0.765 1.638 2.353 3.182 4.541 5.841

4 0.741 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604

5 0.727 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032

6 0.718 1.440 1.943 2.447 3.143 3.707

7 0.711 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499

8 0.706 1.397 1.860 2.306 2.896 3.335

9 0.703 1.383 1.833 2.262 2.821 3.250

10 0.700 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169

11 0.697 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106

76
12 0.695 1.356 1.782 2.179 2.681 3.055

13 0.692 1.350 1.771 2.160 2.650 3.012

14 0.691 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977

15 0.690 1.341 1.753 2.131 2.602 2.947

16 0.689 1.337 1.746 2.120 2.583 2.921

17 0.688 1.333 1.740 2.110 2.567 2.898

18 0.688 1.330 1.734 2.101 2.552 2.878

19 0.687 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861

20 0.687 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845

21 0.686 1.323 1.721 2.080 2.518 2.831

22 0.686 1.321 1.717 2.074 2.508 2.819

23 0.685 1.319 1.714 2.069 2.500 2.807

24 0.685 1.318 1.711 2.064 2.492 2.797

25 0.684 1.316 1.708 2.060 2.485 2.787

26 0.684 1.315 1.706 2.056 2.479 2.779

27 0.684 1.314 1.703 2.052 2.473 2.771

28 0.683 1.313 1.701 2.048 2.467 2.763

29 0.683 1.311 1.699 2.045 2.462 2.759

30 0.683 1.310 1.697 2.042 2.457 2.750

40 0.681 1.303 1.684 2.021 2.423 2.704

60 0.679 1.296 1.671 2.000 2.390 2.660

120 0.677 1.289 1.658 1.980 2.358 2.617

∞ 0.674 1.282 1.645 1.960 2.326 2.576

77
78

Anda mungkin juga menyukai