Anda di halaman 1dari 147

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI GIZI

SEIMBANG TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK USIA 9-12 TAHUN


DI SEKOLAH DASAR NEGERI MAJA SELATAN 1 TAHUN 2021
KABUPATEN MAJAENGKA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Pendidikan Program Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :
RIMA AMELIA NURWAHYI
NIM. 17142011035

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
YPIB MAJALENGKA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
HUBUNGAN DAN SIKAP MENGENAI GIZI SEIMBANG TERHADAP
STATUS GIZI PADA USIA 9-12 TAHUN DI SDN MAJA SELATAN 1
TAHUN 2021 KABUPATEN MAJALENGKA
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Sarjana Keperawatan STIKes YPIB Majalengka

Majalengka, September 2021


Menyetujui

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Wawan Kurniawan, SKM,. S.Kep.,Ners., M.Kes Desi Evitasari, SST., M.Kes

i
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI GIZI SEIMBANG

TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH

DASAR NEGERI MAJA SELATAN 1 TAHUN 2021

Skripsi ini telah diperiksa dan di sahkan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi S1

Keperawatan STIKes YPIB Majalengka

Majalengka, September 2021

Mengesahkan

Ketua Penguji Anggota Penguji Anggota Penguji

Wawan Kurniawan,SKM.,S.Kep.,Ners.,M.Kes Heni,S.Kep.,Ners.,M.Kep Rina Nuraeni,S.Kep.,Ners.,M.Kes

Mengetahui

Ketua Program Studi S1 Keperawatan

STIKes YPIB Majalengka

Hera Hijriani, S.Kep.,Ners.,M.Kep

ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan Pengetahuan Dan

Sikap Mengenai Gizi Seimbang Terhadap Status Gizi Pada Usia 9-12 Tahun

Di SDN Maja Selatan 1 Tahun 2021 ini sepenuhnya karya-karya saya sendiri.

Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan

saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak

sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya

apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan lain

dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya

ini.

Majalengka, September 2021

Yang Membuat Pernyataan

Materai 10000

(………………………..)

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

Nama : Rima Amelia Nurwahyi

Tempat/Tanggal Lahir : Sumedang, 13 September 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cipadung RT 02/14 Kelurahan Kotakaler

Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang

B. Riwayat Pendidikan

1. SDN Tegalkalong II : Tahun 2006-2011

2. SMPN 4 Sumedang : Tahun 2011-2014

3. SMAN 2 Sumedang : Tahun 2014-2017

4. STIKes YPIB Majalengka : Tahun 2017-sekarang

iv
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI GIZI
SEIMBANG TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK USIA 9-12 TAHUN
DI SDN MAJA SELATAN 1 TAHUN 2021

RIMA AMELIA NURWAHYI


NIM. 17142011035

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES YPIB MAJALENGKA
Skripsi, September 2021

V bab , xiii, 87 halaman,14 table, 2 diagram, 1 gambar, lampiran 19

ABSTRAK
Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi sehari-hari dengan jenis dan
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan, serta berpedoman pada prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat
badan secara teratur agar terhindar dari permasalahan gizi. Penelitian bertujuan
menganalisa hubungan pengetahuan dan sikap mengenai gizi seimbang terhadap
status gizi pada anak usia 9-12 tahun.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain Cross Sectional. Sampel
penelitian ini adalah siswa SDN Maja Selatan 1 sebanyak 86 responden dengan
teknik total sampling. Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner. Analisis
yang digunakan univariate dan bivariate dengan menggunakan Uji Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden pengetahuan kurang
38,4%, sikap negative 50%, status gizi kurang 57%. Dari hasil analisis data
diperoleh nilai p<0,005, sehingga dari hasil tersebut diketahui bahwa adanya antara
pengetahuan dan sikap mengenai gizi seimbang terhadap status gizi pada anak usia
9-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri Maja Selatan 1. Diharapkan agar tenaga
kesehatan dapat mengadakan penyuluhan tentang pentingnya gizi seimbang pada
anak sekolah dasar, dan untuk para responden dapat merubah sikap dengan
menerapkan pola makan gizi seimbang pada kehidupan sehari-hari.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Status Gizi
Kepustakaan : 32 (2011-2021)

v
THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDES
REGARDING BALANCED NUTRITION ON NUTRIONAL STATUS IN
CHILDREN AGED 9-12th AT SDN MAJA SELATAN 1 IN 2021

RIMA AMELIA NURWAHYI


NIM.17142011035

NURSING STUDY PROGRAM


STIKes YPIB MAJALENGKA
Thesis, September 2021

V bab , 87 pages, 14 table, 2 diagrams, 1 pictures, 19 appendices

ABSTRACT
Balanced nutrition is daily in the type and amount according to the needs, and is
guided by the principles of food diversity, physical activity, clean living behavior
and monitoring body weight regularly to avoid nutritional problems. This is study
aims to analize the relationship between knowledge and attitudes regarding
balanced nutritional status in children aged 9-12th at SDN Maja Selatan 1 in 2021.
This research is quantitative research with a cross-sectional design. The sample of
this research is the students of SDN Maja Selatan 1 with 86 respondents sampling
using a total sampling technique. The instrument of this research used a
questionnaire. The analysis used univariate and bivariate using Chi-Square Test.
The results showed that most of the respondents experienced lack knowledge
38,4%, ngatif attitudes 50%, poor nutritional status 57%. The results of the Chi-
Square test analysis obtained a value of 𝜌<0,005.
So from these results, it is known that there is a relationship between knowledge
and attitudes regarding balanced nutritional status in children aged 9-12th at SDN
Maja Selatan 1 in 2021. It is expected that health workers can make counseling
about the importance of balanced nutrition for school children and for the
respondents, they can change their attitude by implementing a balanced nutritional
diet in daily life.

Keywords : knowledge, attitude and nutritional status


Literature : 32 (2011-2021)

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi penelitian ini. Shalawat dan salam semoga selamanya tercerahkan kepada

Nabi Muhammad SAW. Kepada keluarganya, sahabatnya dan mudah-mudahan

sampai kepada kita semua selaku umatnya. Amiin..

Proposal penelitian ini berjudul “Hubungan Dan Sikap Mengenai Gizi

Seimbang Terhadap Status Gizi Pada Usia 9-12 Tahun Di Sekolah Dasar Negeri

Maja Selatan 1 Tahun 2021 Kabupaten Majalengka”. Dalam penyusunan skripsi

ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami, namun berkat

dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat, sehingga penulis mampu

menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Jejen Nurbayan, S.Sos selaku Ketua Yayasan STIKes YPIB Majalengka.

2. Dr. Wawan Kurniawan, SKM., M.Kes selaku Ketua Studi STIKes YPIB

Majalengka serta selaku Pembimbing Utama yang telah banyak

menyediakan waktu, memberikan banyak menyediakan waktu, memberikan

banyak ilmu serta membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran.

3. Hera Hijriani, S.Kep, selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan STIKes

YPIB Majalengka.

vii
4. Desi Evitasari, SST., M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah

banyak menyediakan waktu, memberikan tambahan ilmu serta

membimbing dan mengarahkan dengan sabar.

5. Rina Nuraeni, S.Kep.,Ners.M.Kes, selaku Pembimbing Akademik yang

telah banyak membantu dan memberikan arahan selama masa perkuliahan.

6. Seluruh dosen pengajar Prodi S1 Keperawatan STIKes Majalengka yang

telah memberikan bantuan kepada penulis.

7. Seluruh staf dan karyawan STIKes YPIB Majalengka yang telah

memberikan bantuan kepada penulis.

8. Ayah, ibu adik serta keluargaku tercinta yang senantiasa memberikan do’a

dukungan baik secara moril maupun materil dan spiritual sehingga penulis

dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.

9. Seluruh rekan mahasiswa STIKes YPIB Majalengka, khususnya Program

Studi S1 Keperawatan A 2017 yang telah memberikan bantuan, dukungan

dan solidaritasnya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi

ini.

10. M Faqih Nawawi, yang selalu memberikan semangat dan motivasi setiap

harinya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah

membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.

viii
Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi

para pembaca khususnya mahasiswa keperawatan. Kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat diperlukan untuk memperbaiki proposal

skripsi ini.

Majalengka, September 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................. iii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iv

ABSTRAK .......................................................................................................... v

ABSTRACT ....................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv

DAFTAR DIAGRAM........................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 9

A. Pedoman Umum Gizi Seimbang ............................................................... 9

1. Pengertian Gizi Dan Seimbang ........................................................... 9

2. Macam-macam Zat Gizi ................................................................... 10

x
3. Pilar Gizi Seimbang .......................................................................... 14
B. Pesan Gizi Seimbang Anak Sekolah ...................................................... 15
C. Tumpeng Gizi Seimbang ........................................................................ 21
D. Status Gizi ............................................................................................. 24
1. Pengertian Status Gizi....................................................................... 24
2. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi ........................................... 24
3. Cara Penilaian Status Gizi ................................................................ 27
4. Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah .................................................. 30
5. Masalah Gizi Pada Usia Anak Sekolah ............................................. 32
6. Pengukuran Gizi Antropometri ......................................................... 36
E. Pengetahuan .......................................................................................... 39
1. Pengertian Pengetahuan ................................................................... 39
2. Tingkat Pengetahuan ........................................................................ 41
3. Pentingnya Pengetahuan Gizi ........................................................... 42
F. Sikap ..................................................................................................... 43
1. Pengetahuan Sikap............................................................................ 43
2. Komponen Sikap ............................................................................. 45
G. Status Gizi ............................................................................................. 46
1. Pengertian Status Gizi ...................................................................... 46
H. Anak Usia Sekolah ................................................................................ 47
1. Pengertian Anak Usia Sekolah ......................................................... 47
2. Karakteristik Anak Sekolah ............................................................. 48
3. Batas Usia Anak Sekolah ................................................................. 49
4. Perkembangan Anak ........................................................................ 50
I. Kerangka Teori ...................................................................................... 62

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 63

A. Kerangka Konsep Penelitian .................................................................. 63


B. Variabel Penelitian ................................................................................ 64
C. Definisi Operasional ............................................................................... 65
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 69

xi
E. Metode Penelitian .................................................................................. 69
1. Jenis Penelitian ................................................................................ 69
2. Populasi Dan Sampel ........................................................................ 69
3. Instrumen Penelitian ........................................................................ 71
4. Tempat Penelitian ............................................................................. 73
5. Waktu Penelitian ............................................................................. 74
6. Teknik Pengambilan Data ................................................................. 74
7. Prosedur Pengambilan Data .............................................................. 74
F. Pengolahan Data..................................................................................... 75
G. Teknik Analisa Data ............................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA

xii
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Angka Kecukupan Gizi .....................................................................30

Table 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak ...................................36

Table 2.3 Skala Skor .........................................................................................42

Table 3.1 Definisi Operasional ....................................................................... 55

Table 3.2 Usia dan Jumlah Siswa SDN Maja Selatan 1 .....................................60

Table 3.3 Kisi-kisi kuesioner ..............................................................................62

Table 3.4 Distribusi Frekuensi ...........................................................................68

Table 3.5 Interpretasi Data ................................................................................69

Table 3.6 Tabel Silang ......................................................................................69

Table 4.1 Distribusi Pengetahuan Mengenai Gizi Seimbang Pada Anak Usia 9-12
Tahun SDN Maja Selatan 1 ...............................................................................71

Table 4.2 Distribusi Frekuensi Mengenai Gizi Seimbang Pada Anak Usia 9-12
Tahun SDN Maja Selatan 1 Tahun 2021 ............................................................72

Table 4.3 Distribusi Frekuensi Status Gizi Pada Anak Usia 9-12 Tahun SDN Maja
Selatan 1 Tahun 2021.........................................................................................73

Table 4.4 Hubungan Pengetahuan Mengenai Gizi Seimbang Terhadap Status Gizi

Pada Anak Usia 9-12 Tahun di SDN Maja Selatan 1 Tahun 2021.......................74

Table 4.5 Hubungan Sikap Mengenai Gizi Seimbang Terhadap Status Gizi Pada

Anak Usia 9-12 Tahun Di SDN Maja Selatan 1 pada Tahun 2021 ......................75

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang ................................................... 22

xiv
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.4 Kerangka Teori .............................................................................51

Diagram 3.1 Kerangka Teori .............................................................................53

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak sekolah menurut definisi WHO (World Health Organization)

yaitu golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia

lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun. Sedangkan menurut Gunarsa

(2008), masa anak usia sekolah adalah masa tenang atau masa latent dimana

apa yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan

berlangsung terus pada masa-masa selanjutnya. Tahap usia ini disebut juga

sebagai usia kelompok dimana anak mulai mengalihkan perhatian dan

hubungan intim dalam keluarga kerjasama antar teman dan sikap-sikap

terhadap kerja atau belajar.

Umumnya pada permulaan usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah

dengan demikian anak mulai mengenal dunia baru, anak-anak mulai

berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya dan mulai mengenal

suasana baru di lingkungannya. Hal-hal yang baru dialami oleh anak-anak

yang sudah mulai masuk dalam usia sekolah akan mempengaruhi kebiasaan

makan mereka. Anak-anak akan merasakan kegembiraan di sekolah, rasa

takut akan terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak-anak ini

menyimpang dari kebiasaan makan yang diberikan kepada mereka (Moehji,

2009).

Anak sekolah dasar merupakan salah satu kelompok yang rawan

mengalami gizi kurang diantaranya penyebab ialah tingkat ekonomi yang

1
2

rendah dan asupan makanan yang kurang seimbang serta rendahnya

pengetahuan orang tua. Anak sekolah dengan pola makan seimbang

cenderung memiliki status gizi yang baik (Anzarkusuma dkk, 2014).

Setiap individu pasti memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang

suatu hal, sama halnya dengan anak usia 9-12 tahun. Anak usia sekolah (9-

12) tahun merupakan kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus

sebagai proses pertumbuhan dan perkembangan (Aan et al.., 2014). Untuk

mencapai proses pertumbuhan dan perkembangan yang sempurna

diperlukan adanya aspek pengetahuan meliputi wawasan kesehatan dan

aspek psikologi seperti kecerdasan, persepsi serta emosi. Persepsi

merupakan pengetahuan yang diserap dan dipelajari dari hasil pengindraan

terhadap objek tertentu (Putriyani., 2013). Menurut Notoadmodjo (2007),

pengetahuan seseorang terhadap sesuatu mengandung dua aspek yaitu aspek

positif dan aspek negative (Saptiningsih, 2014).

Pengetahuan tentang gizi mendorong terjadinya perubahan perilaku

yang positif. Masalah Gizi yang terjadi pada anak, baik itu gizi kurang dan

gizi lebih akan membawa dampak negative pada anak diantaranya,

rendahnya prestasi belajar anak. Dan banyak hal yang membuktikan anak

dengan masalah gizi akan mengalami hambatan pertumbuhan otak dan

mempengaruhi tingkat kecerdasannya. Maka perlu diberikan pendidikan

gizi pada anak disekolah.Pengenalan pendidikan gizi disekolah berarti

memberikan materi gizi secara formal yang dicantumkan di dalam

kurikulum dan terintegrasi dalam mata pelajaran. Pendidikan gizi pada anak
3

usia sekolah banyak manfaatnya. Salah satunya dapat memberikan

pengaruh positif terhadap pengetahuan.

Sikap adalah perasaan positif ataupun negatif sebagai respon

seseorang terhadap suatu objek, orang dan lingkungan, sebagai hasil dari

pengetahuan dan pengalaman yang telah didapatkan. Sikap sendiri memiliki

empat tingkatan yaitu menerima, merespon, menghargai dan bertanggung

jawab (Notoatmodjo, 2012).

Untuk terwujudnya sikap agar menjadi sebuah perilaku yang nyata

diperlukan faktor yang nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi

yang memungkinkan. Faktor-faktor yang yang dapat mempengaruhi sikap

adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting,

pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga

keagamaan serta faktor stress emosional (Notoatmodjo, 2012; Azwar,

2011).

Masalah gizi pada anak hakekatnya adalah masalah kesehatan

masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan

pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya

masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan dan

penanggulangannya harus dari berbagai faktor. Kurangnya pendidikan dan

pengetahuan orang tua, motivasi, dan partisipasi. Kurangnya pendidikan

pada anak akan mempengaruhi pengetahuan anak sehingga anak kurang

mengerti masalah gizi. Motivasi yang dimaksud disini adalah besarnya

dorongan orang tua untuk mengetahui besarnya peranan gizi bagi kesehatan
4

anak-anaknya. Partisipasi disini adalah keikut sertaan para orang tua untuk

berperan penting menjaga kesehatan anak-anaknya agar terpenuhi gizi yang

seimbang (Christon, 2010).

Angka gizi buruk sampai saat ini masih tinggi dan menjadi fokus

perhatian dunia. Menurut data dari Food and AgricultureOrganization

(FAO) sekitar 870 juta orang dari 1,7 miliar penduduk dunia atau satu

delapan orang penduduk dunia menderita gizi buruk. Sebagian besar

(sebanyak 852 juta) diantaranya tinggal di negara berkembang.

Masalah gizi di Indonesia terutama di beberapa wilayah di bagian

Timur seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua Barat, dinilai masih

tinggi. Namun secara nasional, status gizi di Indonesia mengalami

perbaikan yang signifikan. Sebagai contoh provinsi NTT penurunan

prevalensi stunting sebanyak 9,1% hampir 2% pertahun penurunan, hal ini

menunjukkan upaya multisektor, baik di tingkat pusat dan daerah. Penderita

gizi buruk tentu tidak terlepas dari pantauan tenaga kesehatan, dimana pun

kasusnya tenaga kesehatan dibentuk untuk selalu siaga membantu perbaikan

gizi penderita.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi (2019) pada

anak sekolah dasar di Jakarta, yang menunjukkan terdapat 62,7% responden

SDS memiliki pengetahuan tinggi, sedangkan 58,1% pada siswa SDN

memiliki pengetahuan rendah. Lebih dari separuh responden baik di SDN

dan SDS mempunyai sikap positif (50,3%;55,9%). Responden SDS lebih


5

banyak mempunyai status gizi gemuk (19,1%;16,2%) dan obesita

(24,2%;10,8%) dibandingkan responden SDN.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Kemenkes, 2018)

didapatkan status gizi anak 5-12 tahun menurut indeks massa tubuh / umur

di Indonesia, yaitu prevalensi kurus adalah 9,3 terdiri dari 2,5% sangat kurus

dan 6,8% kurus. Masalah gemuk pada anak di Indonesia juga masih tinggi

dengan prevalensi 20,6% terdiri dari gemuk 11,1% dan sangat gemuk

(obesitas) 9,5%. Sedangkan prevalensi pendek yaitu 23,6% terdiri dari 6,7

sangat pendek dan 16,9% pendek (Riskesdas, 2018).

Perbaikan gizi nasional dapat dilihat berdasarkan Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) 2018. Pada prevalensi gizi kurang (Underweight)

perbaikan itu terjadi berturut-turut dari tahun 2013 sebesar 19,6% naik

menjadi 17,7% di 2018%. Prevalensi stunting dari 37,2% turun menjadi

30,8%, dan prevalensi kurus (wasting) dari 12,1% turun menjadi 10,2%.

Prevalensi gizi buruk pada tahun 2017 sebesar 0,62% dan pada tahun

2018 sebesar 0, 57%, berdasarkan data tersebut prevalensi gizi buruk di

Jawa Barat mengalami penurunan dari tahun ke tahun namun prevalensi gizi

buruk tahun 2018 belum memenuhi target yang ditetapkan, hal ini di

sebabkan langsung asupan makanan yang kurang adekuat, kejadian

penyakit infeksi.

Hasil dari penjaringan SD/MI Puskesmas Maja 2020, yang

dilakukan penjaringan kesehatan mencapai 406 orang laki-laki dan 303

orang perempuan. Ada 4 sekolah Dasar (SD) yang diatas ambang batas 15%
6

yaitu SD Maja Selatan I, SD Maja Selatan VII, SD Maja Utara I, SD

Tegalsari II. SD Maja dengan prevalensi masalah kurusnya yang paling

besar, perlu adanya validasi dan intervensi secara terpadu dan

berkesinambungan. Status gizi anak di Sekolah Dasar Maja Selatan I pada

tahun 2020 dalam kategori sangat kurus 43%, kurus sebanyak 60%, gemuk

45%, dan obesitas 20%. (UPT Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka,

2020).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti

diketahui bahwa jumlah anak usia 9-12 tahun ada di SDN Maja Selatan 1

sebanyak 86 siswa. Selanjutnya peneliti membagikan kuesioner tanpa

nama kepada 10 siswa yang ada di SDN Maja Selatan 1. Dari kuesioner

menunjukkan sebanyak 4 siswa tahu tentang pengetahuan mengenai gizi

seimbang, 3 siswa cukup mengetahui tentang pengetahuan mengenai gizi

seimbang, dan 3 siswa lainnya tidak mengetahui tentang pengetahuan

mengenai gizi seimbang. Sedangkan hasil tentang sikap mengenai gizi

seimbang diperoleh hasil 7 siswa mempunyai sikap yang mendukung gizi

seimbang terlihat dari hasil kuesioner yang di peroleh dan 3 siswa lainnya

tidak mendukung terhadap sikap gizi seimbang jarang sarapan pagi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk

mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai gizi

seimbang terhadap status gizi pada anak usia sekolah di SDN Maja Selatan

1 tahun 2021.
7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka dirumuskan

pertanyaan penelitian “Apakah terdapat hubungan pengetahuan dan sikap

mengenai gizi seimbang terhadap status gizi pada anak sekolah SDN Maja

Selatan 1 tahun 2021?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai gizi

seimbang terhadap status gizi pada anak sekolah dasar di SDN Maja

Selatan 1 tahun 2021.

b. Tujuan Khusus

1) Mengetahui gambaran pengetahuan mengenai gizi seimbang

pada anak sekolah dasar di SDN Maja Selatan 1 tahun 2021.

2) Mengetahui gambaran sikap mengenai gizi seimbang serta pada

anak sekolah dasar di SDN Maja Selatan 1 tahun 2021.

3) Mengetahui gambaran status gizi anak SDN Maja Selatan 1

tahun 2021.

4) Mengetahui hubungan pengetahuan mengenai gizi seimbang

terhadap status gizi pada anak sekolah di SDN Maja Selatan 1

tahun 2021.

5) Mengetahui hubungan sikap mengenai gizi seimbang terhadap

status gizi pada anak sekolah di SDN Maja Selatan 1 tahun 2021.
8

D. Manfaat Penelitian

Dengan diketahuinya hubungan pengetahuan dan sikap terhadap

status gizi pada anak sekolah di SDN Maja Selatan 1 tahun 2021, maka hasil

penelitian dapat dimanfaatkan baik secara praktis maupun teoritis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikanteoritis tentang

hubungan pengetahuan dan sikap gizi seimbang terhadap status

gizi pada usia 9-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri Maja Selatan

1.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi anak

siswa-siswi di Sekolah Dasar Negri Maja Selatan 1

terutama memberikan gambaran tentang gizi seimbang

pada anak usia sekolah (9-12 tahun) dari segi

pengetahuan dan sikap gizi seimbang sehingga pihak

sekolah dapat melaksanakan edukasi dan meningkatkan

kegiatan yang positif di lingkungan sekolah.

b. Bagi Responden di SDN Maja Selatan 1

Penelitian ini akan memberikan tambahan

pengetahuan kepada anak usia sekolah tentang

pengetahuan dan sikap gizi terhadap status gizi seimbang


9

terhadap penyakit infeksisalah satu faktor yang

mempengaruhi status gizi anak secara otomatis tidak

akan memiliki nafsu makan yang baik, sehingga tidak

akan ada asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh.

c. Bagi STIKes YPIB Majalengka

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu

dan referensi bagi mahasiswa keperawatan mengenai

hubungan pengetahuan dan sikap mengenai gizi

seimbang terhadap status gizi pada usia 9-12 tahun

sehingga dapat menjadi referensi mahasiswa ketika

melakukan penyuluhan tentang gizi.

d. Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

melakukan penelitian selanjutnya tentang sikap anak

terhadap gizi seimbang dengan mengkaji faktor lainnya

selain faktor pengetahuan anak tentang status gizi

seimbang.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pedoman Umum Gizi Seimbang

1. Pengertian Gizi Seimbang

Secara umum, pengertian gizi seimbang adalah susunan asupan

sehari-hari yang jenis dan jumlah zat gizinya sesuai dengan kebutuhan

tubuh. Pemenuhan asupan gizi ini juga harus memperhatikan prinsip

keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih, dan

mempertahankan berat badan normal guna mencegah masalah gizi.

Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu

sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi

dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan

(Dirjen BKM, 2002).

Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung

zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh,

dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas, fisik,

perilaku hidup bersih dan memperhatikan berat badan normal untuk

mencegah masalah gizi (Kemenkes, RI, 2014).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat di simpulkan bahwa gizi

seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi

dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.

10
11

2. Macam-macam Zat Gizi

Zat gizi berhubungan erat dengan makanan dan fungsi mkananan

tersebut dimana pengelompokkan zat gizi dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

a) Zat penghasil energy yang terdiri dari kelompok karbohidrat,

lemak, dan protein seperti kentang, beras, ketela pohon, roti,

sagu, dll.

b) Zat pembangun yaitu kelompok protein, mineral, dan vitamin

seperti telur, ikan, ayam, daging, dan kacang-kacangan.

c) Zat pengatur yaitu vitamin dan mineral seperti kelompok buah

dan sayur.

Adapun menurut Bulan, 2013 uraian macam-macam zat gizi adalah sebagai

berikut :

a. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan salah satu sumber energy selain lemak dan

protein. Karbohidrat menyumbangkan energy sebesar 4 kalori/gram dan

merupakan senyawa organic yang terdiri dari carbon (C), Hidrogen (H),

Oksigen (O) yang tersimpan dalam otot dan hati. Karbohidrat dapat

dikelompokan menurut sakarida yang membentuk strukturnya yaitu :

1) Monosakarida yaitu yang terdiri dari satu

sakarida.monosakarida adalah jenis karbohidrat yang mudah

diserap melalui usus halus ke dalam darah kemudian menuju

hati, dan tidak dipecah dalam proses pencernaan. Contohnya

glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Beberapa sumber makanan


12

yang mengandung glukosa adalah tetes tebu, buah-buahan,

sayuran, selanjutnya contoh fruktosa adalah madu dan

beberapa dalam buah lainnya, sedangkan galaktosa yang

merupakan hasil dari pencernaan laktosa.

2) Disakarida yang terdiri dari dua sakarida atau dua

monoakarida yang salah satunya berbentuk glukosa.

Contohnya sukrosa, laktosa, dan maltose. Beberapa

makanan yang mengandung sukrosa adalah gula, dan

beberapa juga terdapat pada buah dan sayuran, selanjutnya

contoh laktosa adalah gula dalam susu, sedangkan contoh

maltose adalah gula yang terdapat padi-padian.

3) Polisakarida atau karbohidrat kompleks. Sebelum diserap

polisakarida harus dipecah dulu menjadi monosakarida.

Contoh dari polisakarida adalah tepung, glikogen, dan serat.

b. Protein

Protein merupakan sumber energy yang dibutuhkan tubuh untuk

pertumbuhan dan perkembangan dan menghasilkan 4 kalori/gram sama

dengan karbohidrat. Protein merupakan senyawa organic atom Carbon

(C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), dan disimpan dalam otot

dan tulang, darah, kulit, kartilago, dan limfe. Protein ini akan dipecah

menjadi dumber energy apabila zat gizi karbohidrat dan lemak tidak

mencukupi. Pengelompokan protein dapat dibedakan menurut

sumbernya yaitu hewani dan nabati. Sumber protein hewani antara lain
13

daging, ikan, telur, ayam dan sebagainya. Sedangkan sumber protein

nabati antara lain tempe, tahu, kacang-kacangan dan sebagainya.

c. Lemak

Lemak adalah sumber energy lain di samping karbohidrat dan

protein. Setiap gram lemak menghasilkan 9 kalori lebih besar dari

karbohidrat dan protein. Lemak adalah senyawa organic yang

mengandung Carbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O) dan larut

dalam alcohol dan larutan organic lainnya, akan tetapi tidak larut dalam

air. Lemak dibagi menjadi dua macam yaitu asal lemak jenuh dan tak

jenuh.Contoh sumber makanan asam lemak jenuh adalah daging merah,

produk olahansusu, makanan yang mengandung minyak seperti

mentega, dan lainnya.Sedangkan asam lemak tak jenuh ada dua jenis

yaitu asam lemak tak jenuh tunggal dan asam lemak tak jenuh

ganda.Contoh asam lemak tak jenuh tunggal seperti minyak sayuran,

minyak kacang, dan minyak zaitun.Sedangkan asam lemak tak jenuh

ganda banyak terkandung dalam minyak bunga matahari, kacang

kedelai, serta minyak ikan.

d. Vitamin

Vitamin merupakan mikronutrien yang dibutuhkan oleh tubuh

manusia terutama untuk pengaturan fungsi-fungsi dalam tubuh. Vitamin

adalah senyawa organic yang terdiri dari atom Carbon (C), Hidrogen

(H), dan Oksigen (O), kadang-kadang Nitrogen (N) atau elemen lain

yang dibutuhkan dalam jumlah kecil agar metabolism pertumbuhan dan


14

perkembangan berlangsung normal. Vitamin dapat diklasifikasikan

menjadi dua yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut

dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air adalah B(B1, B2, B5, B6,

B12), vitamin C, Biotin, Folat, dan asam pantotenat. Sedangkan vitamin

yang larut dalam lemak yaitu Vitamin A, D ,E , dan K.

e. Mineral

Mineral adalah mikronuterien yang dibutuhkan tubuh untuk

meningkatkan dan mempertahankan kesehatan.Mineral berada dalam

tubuh terutama di semua cairan dan jaringan tubuh.Mineral dapat

dikelompokan menjadi mineral utama (makromineral) dan trace mineral

(mikromineral). Dikelompokan mineral utama apabila jumlah dalam

tubuh lebih besar dari 5 gram, sedangkan mikromineral apabila

jumlahnya dalam tubuh kurang dari 5 gram atau dibutuhkan sangat

kecil.Makromineral yaitu mineral yang diperlukan oleh tubuh dalam

jumlah >100 mg/hari.Contoh makromineral yaitu Calsium, Phospor,

Natrium, Kalium, Clorin, Magnesium.Sedangkan mikromineral yaitu

mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah <100 mg/hari.Contoh

mikromineral yaitu Crom, Cobalt, Cuprum, Ferrum, Zeng Fluor.

3. Pilar Gizi Seimbang

Terdapat 4 (empat) pilar gizi seimbang, yaitu (Kemenkes RI, 2014) :

a. Konsumsi aneka ragam makanan


15

Makanan yang dikonsumsi harus mengandung semua jenis

zat gizi yang dibutuhkan tubuh, porsi yang seimbang, dalam jumlah

yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur.Selain itu,

minum air putih yang cukup karena penting untuk metabolism tubuh

dan pencegahan dehidrasi.

b. Membiasakan perilaku hidup bersih

Prinsip kesehatan yang menjadi dasar pelaksanaan program

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah mencegah lebih

baik daripada mengobati.PHBS sendiri adalah semua perilaku

secara sadar yang dilakukan oleh seseorang agar terhindar dari

penyakit serta ikut serta dalam kegiatan di masyarakat yang

berhubungan dengan masalah kesehatan.

c. Melakukan aktivitas fisik

Aktivitas fisik dilakukan untuk menyeimbangkan antara zat

gizi yang masuk dan keluar dari dalam tubuh

d. Memantau berat badan secara teratur untuk mempertahankan berat

badan normal

Indicator yang digunakan untuk mengukur keseimbangan zat

gizi remaja dan dewasa dikenal dengan sebutan Indeks Massa Tubuh

(IMT).Pengukuran IMT perlu dilakukan secara tertentu agar terlihat

apakah terjadi penyimpangan atau tidak.


16

B. Pesan Gizi Seimbang Anak Sekolah

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung

zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh

berdasarkan jenis kelamin, umur, dan status kesehatan.Gizi seimbang bagi

anak sekolah dipenuhi setiap hari dengan makanan yang beraneka

ragam.Konsumsi makanan dengan pola gizi seimbang harus memperhatikan

empat prinsip dasar yaitu mengkonsumsi aneka ragam makanan, melakukan

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), melakukan aktivitas fisik, dan

memonitor berat badan ideal. Berikut pesan gizi seimbang untuk anak usia

6-9 tahun. Berdasarkan Kemenkes RI tahun 2014, 10 pesan gizi seimbang

yaitu :

1. Syukuri dan nikmati keanekaragaman

Cara menerapkan pesan ini adalah dengan cara

mengonsumsi keanekaragaman pangan yang terdiri dari makanan

pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan air serta akan lebih baik

bila mengonsumsi lebih dari satu jenis dari setiap kelompok

makanan setiap kali makan. Hal ini sangat penting dilakukan karena

semakin beragam makanan yang dikonsumsi akan semakin mudah

tubuh mendapatkan zat gizi (Kemenkes, RI tahun 2014).Selain

keanekaragaman makanan, perlu juga diperhatikan aspek keamanan

yang berarti makanan yang dikonsumsi bebas dari bahan kimia

maupun cemaran biologis dan benda lain yang dapat membahayakan

kesehatan. Makanan yang baik adalah dengan cara tiak tergesa-gesa


17

agar makanan yang dapat dicerna dan diserap dengan baik oleh

tubuh Kemenkes, RI 2014).

2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan

Sayuran dan buah merupakan sumbr vitamin, mineral dan

serat. Fungsi sayuran dan buah-buahan diantara lain sebagai

antioksidan dan cukup berperan dalam menjaga kenormalan tekanan

darah, kadar gula dan kolesterol darat serta berpera untuk

melancarkan buang air besar sehingga menurunkan resiko

kegemukan (Kemenkes RI, 2014). WHO menganjurkan konsumsi

sayur dan buah sebesar 400 gram per hari (250 gram sayur dan 150

gram buah).Untuk orang Indonesia sendiri dianjurkan sekitar 300-

400 gram perhari yang dua per tiganya merupakan bagian saYuran

(Kemenkes RI, 2014). Terdapat 3 golongan sayuran yaitu :

a. Golongan A, sangat rendah kalori seperti ketimun, selada,

lobak, daun bawang dan labu air.

b. Golongan B, yang terkandung gizi per porsi (100 gram)

terdiri dari 25 kalori, 5 gram karbohidrat dan 1 gram protein

seperti bayam, brokoli, kangkung, kol, sawi dan wortel.

c. Golngan C, yang kandungan gizi per porsi (100 gram) terdiri

dari 50 kalori, 10 gram karbohidrat dan 3 gram protein

seperti bayam merah, daun katuk, daun melinjo, nangka

muda dan daun papaya. Untuk buah-buahan yang

dikonsumsi adalah buah yang berarna dengan kandungan zat


18

gizi perporsi buah atau 50 gram, mengandung 50 kalori dan

10 gram karbohidrat. Contoh buah-buahan sebagai penukar

1 porsi buah antara lain alpukat (1/2 buah besar), anggur (20

buah sedang), apel merah (1 buah kecil), apel malang (1 buah

sedang) dan belimbing (1 buah besar) (Kemenkes RI, 2014).

3. Biasakan mengonsumsi ikan dan sumber protein lainnya

Sumber protein terdiri dari protein hewani dan protein

nabati. Yang termasuk protein hewani adalah daging hewan

ruminansia, daging unggas, ikan, telur dan susu serta olahannya.

Yang termasuk protein nabati adalah kedele, tahu, tempe, kacang

hijau, kacang tanah, kacang merah, dan lain-lain (Kemenkes RI,

2014).

Kebutuhan protein hewani adalah sebesar 70-140 gram (2-4

porsi) perhari, serta dengan 2-4 potong dang sapi ukuran sedang, 2-

4 potong daging ayam ukuran sedang atau 2-4 potong ikan ukuran

sedang. Sedangkan kebutuhan protein nabati adalah sebesar 100-200

gram (2-4 porsi) sehari setara dengan 4-8 potong tempe atau tahu

ukuran sedang (Kemenkes Ri, 2014).

4. Biasakan mengonsumsi aneka ragam makanan pokok

Makanan pokok adalah makanan yang mengandung

karbohidrat, seperti beras, jagung, singkong, ubi, talas dan sagu

(Kemekes RI, 2014).

5. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak


19

Dalam sehari, konsumsi maksimal untuk gula adalah sebesar

50 gram (4 sendok makan), garam sebesar 2000 mg (1 sendok teh)

serta 67 gram (5 sendk makan) untuk konsumsi lemak atau minyak.

Apabila dikonsumsi berlebih akan meningkatkan risiko hipertensi,

stroke, diabetes, dan serangan jantung (Kemenkes RI, 2014).

6. Biasakan sarapan

Sebagian besar kebutuhan gizi dalam segari (15-30%) dapat

dipenuhi dengan sarapan. Sarapan adalah kegiatan makan dan

minum yang dilakukan antara jam bangun pagi hingga jam 9 pagi.

Sarapan yang baik terdiri dari pangan karbohidrat, lauk pauk,

sayuran dan buah-buahan serta minuman.Porsi sarapan adalah

seperempat dari porsi harian bagi orang yang biasa makan kudapan

pagi dan siang, namun bagi orang yang tidak bisa makan kudapan

pagi dan siang porsi sarapannya adalah sepertiga dari porsi harian

(Kemenkes RI, 2014).

7. Biasakan minum air putih yang cukup aman

Air adalah zat makro esensial yang berarti dibutuhkan oleh

tubuh dalam jumlah banyak, karena tubuh tidak dapat memproduksi

air sendiri.Sekitar dua pertiga dari berat tubuh kita adalah

air.Kebutuhn air bagi tubuh yang di dapat melalui makanan dan

minuman, namun sebagian besar didapatkan melalui minuman yaitu

paling sedikit dua liter atau delapan gelas sehari bagi remaja dan

dewasa. Air yang dibutuhkan oleh tubuh, selain cukup juga harus
20

bebas dari kuman penyakit dan bahan berbahaya (Kemenkes RI,

2014).

8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan

Sangat dianjurkan untuk membaca label pangan yang tertera

pada kemasan terutama kandungan zat gizi dan tanggal

kadaluarsanya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kandungan gizi

dan ada tidaknya zat berbahaya di dalam produk yang akan kita

konsumsi (Kemenkes RI, 2014).

9. Cuci tangan dengan sabun dengan air bersih dan mengalir

Hal yang diperlukan untuk menjaga kebersihan secara

menyeluruh dan mencegah bakteri berpindah dari tangan ke

makanan yang dikonsumsi. Mencuci tangan dengan sabun dan air

mengalir sebaiknya dilakukan saat sebelum dan sesudah makan,

sebelum dan sesudah memegang makanan, sesudah buang air besar,

sebelum memberikan ASI, sesudah memegang inatang dan sesudah

berkebun (Kemekes, RI 2014).

10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan

normal

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dilakukan

untuk membakar energy, dilakukan selama 30 menit setiap hari atau

minimal 3-5 kali dalam seminggu.Contoh dari aktivitas fisik yang

dapat dilakukan sehari-hari adalah berjalan kaki, menyapu, mencuci,

berkebun dan nain turun tangga (Kemenkes RI, 2014).


21

Manfaat dari aktivitas fisik adalah mencegah kematian dini,

mencegah penyakit tidak menular (stroke, kanker DM), menurunkan

resiko hipertensi dan kolesterolemia, meningkatkan kapasitas

fungsional, mengoptimalkan kesehatan mental serta mencegah

trauma dan serangan jantung mendadak (Kemenkes RI, 2014).

Latihan fisik adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara

terstruktur dan terencana untuk meningkatkan kesegaran jasmani,

contoh dari latihan fisik adalah berlari, jogging, bermain bola, senam

dan lain-lain.

Mempertahankan berat badan normal dilakukan dengan cara

aktivitas fisik yang teratur dan diimbangi dengan menerapkan pola

konsumsi dengan prinsip gizi seimbang, hal ini dilakukan agar

terhindar dari penyakit. Untuk mengukur status gizi anak biasa

diukur dengan beberapa indicator tertentu, yaitu jenis kelamin, usia,

berat badan, tinggi badan atau panjang badan dan lingkar kepala.

C. Tumpeng Gizi Seimbang

Tumpeng gizi seimbang adalah gambaran dan penjelasan mengenai

porsi atau ukuran dari empat pilar gizi seimbang yaitu keanekaragaman

pangan, PHBS (cuci tangan sebelum makan), aktivitas fisik dan pemantauan

berat badan. Tumpeng ini terdiri dari empat lapis yang menggambarkan

empat pilar gizi seimbang. Semakin ke atas tumpeng akan semakin kecil

yang berarti pangan yang di bagian atas dibutuhkan sedikit (Kemenkes RI,
22

04). Berikut ini adalah gambar tumpeng gizi seimbang berisi empat pilar

gizi seimbang yang dirancang untuk membantu memilih makanan dengan

jenis dan jumlah yang tepat.

Gambar 2.1

Tumpeng Gizi Seimbang

TGS terdiri atas beberapa potongan kecil, dan dipuncak terdapat

potongan terkecil. Luasnya potongan TGS menunjukkan porsi makanan

yang harus dikonsumsi tiap orang per hari.

TGS dialasi oleh potongan yang berisi air putih. Air putih

merupakan bagian terbesar dan zat gizi esensial bagi tubuh. Dalam sehari,

kebutuhan air putih untuk tubuh minimal 2 lietr (8 gelas). Selain itu,

diatasnya terdapat potongan besar yang merupakan golongan makanan

pokok (sumber karbohidrat). Golongan ini dianjurkan dikonsumsi 3-8 porsi.

Kemudian diatasnya lagi terdapat golongan sayur dan buah sebagai sumber

vitamin dan mineral. Keduanya dalam potongan yang berbeda untuk

menekankan pentingnya peran dan porsi setiap golongan. Ukuran potongan


23

sayur dalam TGS sengaja dibuat lebih besar dari pada buah yang terletak di

sebelahnya. Dengan begitu, jumlah sayur yang harus dikonsumsi setiap hari

sedikit lebih besar (3-5 porsi) daripada buah (2-3 porsi). Selanjutnya di

lapisan ketiga dari bawah ada golongan protein, seperti daging, telur, ikan,

susu dan produk susu (yogurt, mentega, keju, dan lain-lain) di potongan

kanan, sedangkan dipotongan kiri ada kacang-kacangan serta hasil olahan

seperti tahu, tempe, oncom. Terakhir dan menempati puncak TGS dalam

potongan yang sangat kecil adalah minyak, gula dan garam yang dianjurkan

dikonsumsi seperlunya.

Selain Tumpeng Gizi Seimbang, penyusunan pesan-pesan dalam

pedoman gizi seimbang merupakan salah satu bentuk strategi pendidikan

gizi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pesan-pesan dalam

pedoman gizi seimbang tersebut tertuang dalam 13 Pesan Umum Gizi

Seimbang, yaitu :

1) Makanlah aneka ragam makanan

2) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

3) Makanlah sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan

energi

4) Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari

kebutuhan energi

5) Gunakan garam beryodium

6) Makanlah makanan sumber zat besi


24

7) Berikan air susu ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 6

bulan dan tambahkan makanan pendamping ASI (MP-ASI)

sesudahnya

8) Biasakan makan pagi

9) Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya

10) Lakukan aktivitas fisik secara teratur

11) Hindari minum minuman beralkohol

12) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

13) Bacalah label pada makanan yang dikemas

D. Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah hasil dari keseimbangan antara asupan zat

gizi dengan kebutuhan tubuh, yang dapat diinterpretasikan dengan

variabel tertentu. Apabila terjadi ketidakseimbangan akan terjadi

keadaan patologi dalam tubuh yang disebut dengan malnutrisi (Ayu,

2008).

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh

keseimbangan antara zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat

gizi yang diperlukan untuk metabolism tubuh. Setiap individu

membutuhkan asupan zat gizi yang berbeda antar individu, hal ini

tergantung pada usia orang tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh

dalam sehari, dan berat badan (Par’l, Holil M. dkk, 2017).


25

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1995/Menkes/SK/XII/2010, penuntuan klasifikasi status gizi untuk anak

usia SD (termasuk kelompok usia 5-18 tahun) menggunakan indikator

massa tubuh menurut umur (IMT/U) :

a. Sangat Kurus : <-3 SD

b. Kurus : -3 SD sampai dengan <-2 SD

c. Normal : -2 SD sampai dengan 1 SD

d. Gemuk : >1 SD sampai dengan 2 SD

e. Obesitas : >2 SD

2. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi zat gizi dan penyakit

infeksi yaitu:

a. Konsumsi Zat Gizi

Konsumsi zat gizi adalah konsumsi zat gizi seseorang yang

didapatkan dari makanan dan minuman yang dikonsumi selama

1 hari (24 jam). Apabila zat-zat gizi yang ada pad makanan

kurang maka status gizi akan kurang dan sebaliknya, apabila zat-

zat gizi yang ada pada makanan lengkap maka status gizi baik.

b. Infeksi

Antara status gizi dan infeksi terdapat interaksi. Infeksi dapat

menimbulkan gizi kurang melalui berbagai mekanismenya.

Akibat adanya infeksi dapat menyebabkan nafsu makan. Jika hal


26

ini terjadi maka zat gizi yang masuk kedalam tubuh juga

berkurang dan akan mempengaruhi keadaan gizi jika keadaan

gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun

sehingga kemampuan tubuh mempertahakan diri terhadap

infeksi menjadi menurun (Kusharto & Supariasa, 2014).

3. Cara Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan melaui beberapa cara yaitu,

penilaian status gizi secara langsung dan tidak langsung.

a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

1) Antropometri

Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia.

Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai

macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh

dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Parameter

yang diukur antara lai BB, TB, LLA, Lingkar Kepala,

Lingkar Dada, Lemak Subkutan.

2) Klinis

Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan

yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan

zat gizi. Hal tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel

seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada


27

organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh

seperti kelenjar tiroid.

3) Biokimia

Adalah suatu pemeriksaan specimen yang diuji

secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam

jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara

lain: urine, tinja, darah, beberapa jaringan tubuh lain

seperti hati dan otot.

4) Biofisik

Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode

penentuan status gizi dengan melihat kemampuan

fungsi, khususnya jaringan, dan melihat perubahan

struktur jaringan.

b. Penilaian status gizi secara tidak langsung

1) Survey konsumsi makanan

Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang

dikonsumsi

2) Statistic vital

Adalah dengan menganalisis data beberapa statistic

kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka

kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data

lainnya yang berhubungan dengan gizi.


28

3) Faktor ekologi

Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa

malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil

interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan

budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung

dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dll.

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk

mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat

sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi

(Supariasa, Bakri, & Fajar, 2012).

4. Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah

Kebutuhan gizi anak usia sekolah relatif lebih besar daripada

anak dibawahnya, karena pertumbuhan lebih cepat terutama

penambahan tinggi berat badan. Perbedaan kebutuhan gizi anak

laki-laki dan perempuan dikarenakan anak laki-laki lebih banyak

melakukan aktivitas fisik sehingga membutuhkan energi lebih

banyak. Sedangkan perempuan sudah masuk masa baligh sehingga

membutuhkan protein dan zat besih yang lebih banyak (Istianty dan

Ruslianti, 2013).

Golongan ini disebut golongan anak sekolah yang biasanya

mempunyai banyak perhatian dan aktifitas di luar rumah sehingga

sering melupakan waktu makan. Makan pagi (sarapan) perlu


29

diperhatikan untuk menjaga kebutuhan tubuh, dan supaya akan lebih

mudah menerima pelajaran di sekolah. Makanan anak usia sekolah

seperti makanan orang dewasa. Bertambahnya berbagai ukuran

tubuh pada proses tumbuh, salah satunya dipengaruhi oleh faktor

gizi (Istianti dan Rustianti, 2013).

1. Protein

Protein dibutuhkan untuk membangun dan memelihara otot,

darah, kulit dan jaringan serta organ tubuh. Pada anak, fungsi

terpenting adalah untuk membangun antibodi, sumber energi

bagi tubuh, membentuk dan menggantikan tubuh yang rusak,

menghasilkan hormon dan enzim dan meningkatkan

metabolisme.

2. Lemak

Lemak berfungsi sebagai sumber energi, penyerapan

beberapa vitamin. Selain itu, lemak juga berfungsi untuk

pertumbuhan, terutama sel otak.

3. Karbohidrat

Asupan karbohidrat secara tidak langsung berperan dalam

proses pertumbuhan. Konsumsi karbohidrat akan disipan di

dalam tubuh dalam bentuk glikogen atau lemak tubuh.

4. Vitamin dan mineral

Vitamin dan mineral dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil

daripada protein, lemak dan karbohidrat tetapi sangat esensial


30

untuk tubuh. Keduanya mengatur keseimbangan kerja tubuh dan

kesehatan secara keseluruhan.

Tabel 2.1

Angka Kecukupan GiziYang Dianjurkan Untuk Anak Usia

Sekolah

Umur BB TB Energi Protein Lemak Karbohidrat

(thn) (kg) (cm) (kkal) (g) (g) (g)

7-9 27 130 1850 49 72 10

10-12 34 142 2100 56 70 13

(pria)

10-12 36 145 2000 60 67 20

(wanita)

Sumber : Kemenkes, 2013

Menurut Martianto (2006) rekomendasi konstribusi energi dan zat gizi

sarapan sebanyak 25 persen, makan siang 30 persen, makan malam 25 persen dan

makan selingan pagi dan sore masing-masing 10 persen.

5. Masalah Gizi Pada Usia Anak Sekolah

Gizi merupakan hal yang sangat penting bagi anak. Sebab,

perkembangan dan pertumbuhan anak, sangat memerlukan asupan

gizi yang cukup. Akan tetapi, gizi buruk menjadi salah satu masalah

kesehatan yang cukup banyak menimpa rakyat Indonesia, terutama

di wilayah bagian timur.


31

a. Stunting

Stunting adalah gangguan dalam pertumbuhan dan

perkembangan anak yang membuatnya tinggi badannya

terhambat sehingga tidak sesuai dengan anak seusianya.

Gejala anak yang mengalami stunting berupa :

1) Postur anak lebih pendek dari teman-teman seusianya

2) Proporsi tubuh mungkin tampak normal, tapi anak

terlihat lebih muda atau kecil untuk usianya

3) Berat badan rendah untuk anak seusianya

4) Pertumbuhan tulang terhambat

b. Anak yang kurus

Di Indonesia, anak-anak cenderung memiliki tubuh yang

kurus, apalagi bila dibesarkan dalam keluarga berpenghasilan

rendah atau miskin. Kurusnya tubuh anak, disebabkan oleh

kurangnya asupan zat gizi. Hal tersebut dapat meningkatkan

risiko anak terkena berbagai penyakit infeksi, dan gangguan

hormonal, yang berdampak buruk pada kesehatannya. Masalah

gizi ini dapat dicegah dengan mengonsumsi.

c. Kelebihan berat badan (overweight)

Anak dikatakan overweight (kegemukan) ketika berat

badannya tidak sebanding dengan tinggi badannya. Kondisi ini

tentu akan membuat tubuh anak tampak gemuk dan kurang ideal.

Selain memiliki tubuh yang gemuk, anak dengan berat badan


32

berlebih juga memiliki ciri ukuran lingkar pinggang dan pinggul

di atas normal. Kondisi ini jga kerap membuat anak mengalami

kelelahan parah serta nyeri otot dan sendi. Lebih buruknya,

overweight membuat anak terserang penyakit. Penyakit yang

muncul contohnya penyakit jantung, stroke, diabetes, hingga

gangguan muskuloskeletal seperti arthritis. Usahakan selalu

memberikan makanan sehat untuk anak, membawa bekal anak

sekolah, dan camilan sehat untuk anak guna mengoptimalkan

kebutuhan gizinya.

d. Obesitas

Obesitas atau kegemukan sebagai akiban penimbunan lemak

tubuh yang berlebihan. Sejak tahun 1998, WHO telah

mendeklarasikan obesitas sebagai epidemik global. Rata-rata

wanita memiliki lemak tubuh lebih banyak dibandingkan pria.

Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan

lemak tubuh lebih dari 5% dianggap mengalami obesitas

(Poltekkes Depkes Jakarta, 2010).

Penyebab obesitas diantaranya adalah faktor genetik, pola

makan yang berlebih, kurang aktivitas, emosi serta lingkungan.

Penyebab penumpukan lemak diduga sebagian besar disebabkan

oleh interaksi faktor internal contohnya seperti genetik dan

faktor eksternal antara lain aktivitas, sosial ekonomi dan lain-

lain (Poltekkes Depkes Jakarta, 2010).


33

e. Bertubuh Pendek

Kebanyakan anak di Indonesia memiliki tinggi badan yang

pendek. Rata-rata tinggi anak Indonesia, lebih pendek daripada

standar WHO. Mayoritas anak laki-laki lebih pendek 12,5 cm.

Sementara itu, rata-rata anak perempuan lebih pendek 9,8 cm.

Tubuh pendek pada masa kanak-kanan dapat diakibatkan

oleh kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan. Tubuh

pendek dapat menimbulkan berbagai dampak.

Beberapa diantaranya adalah penurunan kekebalan tubuh,

fungsi kognitif, hingga gangguan sistem metaboslisme.

Gangguan tersebut dapat menimbulkan risiko penyakit

hipertensi, obesitas, jantung koroner, dan diabetes melitus.

f. Anemia Gizi Besi

Anemia gizi besi adalah kekurangan kadar haemoglobin

(Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi

yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Penyebabnya

yaitu kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak

mencakup kebutuhan tubuh. Kebutuhan tubuh akan zat besi

meningkatkan pada masa anak-anak dan remaja. Anemia dapat

berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi,

prestasi belajar, dan produktivitas. Akan tetapi masalah gizi ini

dapat dicegah dengan makanan tinggi zat besi, asam folat,

vitamin A, vitamin C dan zinc.


34

g. Status Gizi Buruk

Keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh

rendahnya konsumsi, energi dan protein dari makanan sehari-

hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Adapun tanda

dan gejala gizi buruk adalah terlihat kurus, berat badan sulit

bertambah atau bahkan cenderung turun, kulit kering bersisik,

gusi bengkak dan berdarah, mudah lelah, kekuatan otot

melemah, dan lain-lain.

h. Status Gizi Kurang

Terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-

zat gizi esensial. Adapun gejalanya adalah pertumbuhan

kegagalan, lekas marah, kulit menjadi kering keripik, kurangnya

kekuatan dalam otot, bengkak perut dan kaki dan lain-lain.

6. Pengukuran Gizi Antropometri

Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara

langsung menilai status gizi, khususnya keadaan energi dan protein

tubuh seseorang. Dengan demikian, antropometri merupakan

indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah kekurangan

energi dan protein yang dikenal KEP. Antropometri dipengaruhi

oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Konsumsi makanan dan

kesehatan (adanya infeksi) merupakan faktor lingkungan yang

mempengaruhi antropometri (Aritonang, 2013).


35

Dibandingkan dengan metode lainnya, pengukuran

antropometri lebih praktis untuk menilai status gizi (khususnya

KEP) di masyarakat. Ukuran tubuh yang biasanya dipakai untuk

melihat pertumbuhan fisik adalah berat badan (BB), tinggi badan

(TB), lingkar lengan atas (LILA), lingkar kepala (LK), tebal lemak

dibawah kulit (TL) dan pengukuran tinggi lutut. Penilaian status gizi

antropometri disajikan dalam bentuk indeks misalnya BB/U, TB/U,

BB/TB, IMT/U (Aritonang, 2013).

Parameter dan indeksi antropmetri yang umum digunakan

untuk menilai status gizi anak umur 5-18 tahun Indeks Massa Tubuh

Menurut Umur (IMT/U). Indeks Massa Tubuh adalah angka yang

berhubungan dengan berat badan menurut tinggi badan.

Rumus IMT = Berat Badan (Kg)

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Rumus cara mencari Z-Score = Z-Score = NIS – NMBR

NSBR

Keterangan :

NIS : Nilai Individu Subyek

NMBR : Nilai Median Baku Rujukan

NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan


36

Berdasarkan ketentuan FAO/WHO, batas ambang IMT di Indonesia

dimodifikasi kembali sesuai dengan pengalaman klinis dan penelitian, sehingga

diambil kesimpulan batas ambang IMT di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1

(Patimah, 2017).

Status gizi merupakan suatu keadaan kesehatan yang berkaitan dengan asupan

zat gizi dan ditunjukkan dengan indikator antropometri. Kategori/klasifikasi status

gizi berikut ini (Aritonang, 2013).

Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas/Zscore

IMT/U Sangat kurus <-3SD

anak usia 5-18 tahun Kurus -3SD hingga <-2SD

Normal -2SD hingga 1SD

Gemuk >1SD hingga 2SD

Obesitas >2SD

Standar Antropometri anak digunakan untuk menilai atau menentukan status

gizi anak. Penilaian status gizi anak dilakukan dengan membandingkan hasil

pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri

anak. Klasifikasi penilaian status gizi berdasarkan Indeks Antropometri sesuai


37

dengan kategori status gizi pada WHO Child Growth Standards untuk usia 0-5

tahun The WHO Reference 2007 untuk anak 5-18 tahun.

Penilaian status gizi berdasarkan antropomeri dapat diukur menggunakan

parameter tunggal seperti umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,

lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Pada

umumnya, penilaian status gizi menggunakan parameter gabungan seperti : Berat

Badan menurut Umur (BB/U),Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan

menurut Tinggi Badan (BB/TB) dan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).

Penilaian status gizi untuk umur 5-18 tahun menggunaka parameter IMT/U. (Istiany

dkk, 2013).

IMT = BB (kg)/TB2 (m2)

Z score = Nilai IMT yang diukur-Median Nilai IMT (lihat tabel)

Standar Deviasi

E. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari seseorang melihat,

mendengar,mencium, merasa dan meraba sehingga menjadi tahu. Faktor

yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang adalah tingkat

pendidikan, pengalaman, informasi, lingkungan budaya dan sosial

ekonomi. Di dalam diri seseorang yang akan terjadi sebuah proses yang

berurutan yaitu Awerness (kesadaran) dimana seseorang sadar dengan

adanya stimulus. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus yang di


38

dapatkan. Kemudian trail, yaitu seseorang mulai mencoba melakukan

stimulus yang didapatkan. Sehingga, terjadilah perubahan perilaku

(Notoatmodjo, 2012). Sedangkan menurut Tim penyusun kamus Besar

Bahasa Indonesia (2002 dalam Notoatmodjo 2012) menjelaskan bahwa

definisi dari pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenan

dengan hal (mata pelajaran).

Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam

pengetahuan yang ingin diukur dan disesuaikan dengan tingkatannya.

Adapun jenis pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran

pengetahuan secara umum dibagi 2 jenis yaitu :

a. Pernyataan subjektif

Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pertanyaan essay

digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif

dari penilai, sehingga hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai

dari waktu ke waktu.

b. Pertanyaan objektif

Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple choise),

betul salah dan pernyataan menjodohkan dapat dinilai secara

pasti oleh penilai.

Menurut Arikunto (2010), pengukuran tingkat pengetahuan

dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu :


39

1) Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-

100% dengan benar dari total jawaban pertanyaan.

2) Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-

75% dengan benar dari total jawaban pertanyaan.

3) Pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab

<56% dari total jawaban pertanyaan.

2. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang akan mempengaruhi sikap dan

perilaku yang diambil dalam memilih makanan yang dikonsumsi,

sehingga akan berpengaruh pada status gizi individu yang bersangkutan.

Akan etapi tingkat pendidikan belum tentu mempengaruhi pengetahuan

seseorang mengenai gizi seimbang. Walaupun seseorang memiliki

tingkat pendidikan yang rendah, apabila orang tersebut rajin mencari

informasi mengenai gizi seimbang, tingkat pengetahuan mengenai gizi

seimbangnya pun akan meningkat (Departemen gizi dan kesehatan

masyarakat FKM UI, 2014; Istiono et al, 2009).

Namun faktor tingkat pendidikan seseorang menentukan mudah

tidaknya seseorang menyerap dan memahami informasi mengenai

pengetahuan gizi. Hal ini perlu diketahui untuk memilih metode

penyuluhan apa yang tepat untuk digunakan. Dalam kepentingan gizi

keluarga, pendidikan amat diperlukan agar seseorang lebih tanggap

terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan bisa mengambil


40

tindakan secepatnya (Departemen gizi dan kesehatan masyarakat FKM

UI, 2014).

Terdapat enam tingkatan pengetahuan, yaitu (Notoatmodjo, 2012):

a. Tahu (know)

Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah

dengan mengingatkan suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Untuk mengukur seseorang suatu materi adalah

dengan cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan serta

menyatakan.

b. Memahami (comprehension)

Dapat menjelaskan dan menginterprestasikan apa yang diketahui

menggunakan bahasanya sendiri.

c. Aplikasi (application)

Dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk

menggunakan pengetahuan yang diketahui dan telah dipahami

d. Analisis (analysis)

Dapat menjelaskan materi secara lebih terperinci namun masih

terorganisir dan masih saling berkaitan.

e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan baru yang

didapat sehingga menghasilkan formula-formula baru.

f. Evaluasi (evaluation)
41

Kemampuan seseorang untuk menilai suatu materi atau objek

dengan kriteria tertentu.

3. Pentingnya Pengetahuan Gizi

Pentingnya pengetahuan gizi terhadap konsumsi didasari atas tiga

hal, yaitu (Departemen gizi dan kesehatan masyarakat FKM UI, 2014):

a. Status gizi yang cukup sangat penting bagi kesehatan dan

kesejahteraan.

b. Setiap orang akan memiliki gizi yang cukup, apabila makanan

yang dikonsumsi mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan.

c. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang berguna sehingga

penduduk dapat belajar mengolah dan menkonsumsi pangan

dengan baik sehingga terjadi perbaikan gizi.

F. Sikap

1. Pengetahuan Sikap

Sikap adalah perasaan positif ataupun negatif sebagai respon

seseorang terhadap suatu objek, orang dan lingkungan, sebagai hasil dari

pengetahuan dan pengalaman yang telah didapatkan. Sikap sendiri memiliki

empat tingkatan yaitu menerima, merespon, menghargai dan bertanggung

jawab (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Azwar (2016), salah satu aspek yang sangat penting guna

memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan dan

pengukuran. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan


42

sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Penyataan sikap

mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap,

yaitu kalimat bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap.

Pernyataan ini disebut dengan pernyataan favorable. Sebaliknya pernyataan

sikap mungkin pula dapat berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang

bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan

seperti ini disebut unfavorable.

Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas

pernyataan favorable dan unfavorable dalam jumlah yang seimbang.

Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak

semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung

sama sekali objek sikap. Isi kuesioner :

Tabel 2.3 Skala Skor

Pernyataan Nilai Nilai

Favourable Unfavourable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (ST) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Peneliti melakukan pengukuran sikap menggunakan skala Likertdikenal

dengan teknik “Summated rattings”. Hasil pengukuran dapat diketahui


43

dengan mengetahui interval (jarak) dan interpretasi persen agar mengetahui

penilaian dengan metode mencari interval (I) skor persen dengan

menggunakan rumus :

I= 100 maka I = 100 = 25

Jumlah kategori 4

Maka kriteria interprestasi skornya berdasarkan interval :

a. Nilai 0% - 25% = Sangat setuju

b. Nilai 26% - 50% = Setuju

c. Nilai 51% - 75% = Kurang setuju

d. Nilai 76% - 100% = Tidak setuju

2. Komponen Sikap

Terdapat tiga komponen sikap yang telah dikemukakan, yaitu

(Azwar, 2011) :

a. Komponen kognitif

Kepercayaan yang dimiliki oleh individu terhadap suatu opini

mengenai isu yang sedang berkembang di masyarakat.

b. Komponen efektif
44

Aspek emosional seseorang yang merupakan dasar dari suatu

sikap dan paling lama bertahan, serta memiliki pengaruh yang

paling besar dalam merubah sikap seseorang.

c. Komponen konatif

Kecenderungan seseorang untuk bereaksi terhadap suatu

kejadian dengan caranya sendiri.

G. Anak Usia Sekolah

1. Pengertian

Anak usia sekolah merupakan anak yang sedang berada pada

periode usia pertengahan yaitu anak yang berusia 6-12 (Santrock, 2008),

sedangkan menurut Yusuf (2011) anak usia sekolah merupakan anak

usia 6-12 tahun yang sudah dapat mereaksikan rangsang intelektual atau

melaksanakan tugas-tugas belajar yang mentut kemampuan intelektual

atau kemampuan kognitif (seperti : membaca, menulis, dan

menghitung).

Umumnya pada pemulaan usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah,

dengan demikian anak mulai mengenal dunia baru, anak-anak mulai

berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya dan mulai

mengenal suasana baru di lingkungannya. Hal-hal baru yang dialami

oleh anak-anak yang sudah mulai masuk dalam usia sekolah akan

mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Anak-anak akan merasakan

kegembiraan di sekolah, rasa takut akan terlambat tiba di sekolah,


45

menyebabkan anak-anak ini menyimpang dari kebiasaan makan yang

diberikan kepada mereka (Moehji, 2009).

Karakteristik anak usia sekolah menurut Hardiansyah dan Supariasa

(2016) yaitu anak usia sekolah (6-12) yang sehat memiliki ciri

diantaranya adalah banyak bermain di luar rumah, melakukan aktivitas

fisik yang tinggi, serta beresiko terpapar sumber penyakit dan perilaku

hidup yang tidak sehat. Secara fisik dalam kesehariannya anak akan

sangat aktif bergerak, berlari, melompat, dan sebagainya. Akibat dari

tingginya aktivitas yang dilakukan anak, jika tidak diimbangi dengan

asupan gizi yang seimbang dapat menimbulkan beberapa masalah gizi

yaitu diantaranya adalah malnutrisi (kurang energi dan protein), anemia

defisiensi besi, kekurangan vitamin A dan kekurangan yodium.

2. Karakteristik Anak Sekolah

Anak sekolah merupakan golongan yang mempunyai karakteristik

mulai mencoba mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan-

batasan norma. Disinilah variasi individu mulai lebih mudah dikenali

seperti perkembangan kepribadian, serta asupan makanan (Yatim,

2002).

1. Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah.

2. Aktivitas fisik anak semakin meningkat

3. Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya.


46

Anak pada usia sekolah sedang dalam masa perkembangan

dimana mereka sedang dibina untuk mandiri, berperilaku

menyesuaikan dengan lingkungan, peningkatan berbagai

kemampuan dan berbagai perkembangan lain yang membutuhkan

fisik yang sehat, maka perlu ditunjang oleh keadaan gizi yang baik

untuk tumbuh kembang yang optimal. Kondisi ini dapat dicapai

melalui proses pendidikan dan pembiasaan serta penyediaan

kebutuhan yang sesuai, khususnya melalui makanan sehari-hari

seseorang anak (Adriani & Wirjatmadi, 2012).

Moehji, 1993 (dalam Safriana 2012) mengemukakan anak-

anak usia sekolah sudah cenderung dapat memilih makanan yang

disukai dan mana yang tidak. Anak-anak mempunyai sifat yang

berubah-ubah terhadap makanan. Seringkali anak memilih makanan

yang salah terlebih lagi jika tidak dibimbing oleh orang tuanya.

Selain itu anak lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah

sehingga anak lebih sering menemukan aneka jajanan baik yang

dijual disekitar sekolah, lingkungan bermain ataupun pemberian

teman.

3. Batas Usia Anak Sekolah

Anak pada usia 7-13 tahun merupakan masa-masa

pertumbuhan paling pesat kedua setelah masa balita. Anak sudah

lebih aktif meilih makanan yang disukai atau disebut konsumen


47

aktif. Kebutuhan energi lebih besar karena mereka lebih banyak

melakukan aktivitas fisik, misalnya berolahraga, bermain, atau

membantu orang tua. Makanan yang beraneka ragam sangat

bermanfaat bagi kesehatan yang optimal akan menghasilkan

pertumbuhan yang optimal. Perhatian terhadap kesehatan sangatlah

diperlukan, pendidikan juga digalakan untuk perkembangan mental

yang mengacu pada skill anak. Anak sekolah biasanya mempunyai

kebiasaan jajan makanan tinggi kalori yang rendah serat, sehingga

sangat rentan terjadi kegemukan atau obesitas.

Masa usia sekolah dasar terbagi kelas rendah (1, 2, dan 3)

dan siswa kelas tinggi (4, 5 dan 6) masa ini ditandai anak mulai

memasuki bangku sekolah dasar, dan mulai sejarah baru yaitu masa

pengenalan lingkungan sosial yang lebih luas (Sudarmawan, 2013).

4. Perkembangan Anak Usia 9-12 Tahun

a. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil atau tenang. Anak

menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat serta belajar berbagai

keterampilan. Perubahan nyata terlihat pada system tulang, otot

dan keterampilan gerak berlari, memanjat, melompat, berenang,

naik sepeda, main sepatu roda adalah kegiatan fisik dan

keterampilan gerak yang banyak dilakukan oleh anak. Pada

prinsipnya selalu aktif bergerak penting bagi anak. Perbedan


48

seks dalam pertumbuhan fisik menonjol dibanding tahun-tahun

sebelumnya yang hamper tidak nampak.

b. Perkembangan Bicara

Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam

berhubungan dengan orang lain. Bertambahnya kosa kata yang

berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak

perbendaharaan kata yang dimiliki. Bila pada masa kanak-kanak

awal anak berbeda pada tahap mengobrol, maka kini kegiatan

bicara berkurang. Pada umumnya anak perempuan berbicara

lebih banyak daripada anak laki-laki karena anak laki-laki

berpendapat bahwa terlalu banyak berbicara kurang sesuai

dengan perannya sebagai laki-laki.

c. Perkembangan Kognitif

Jean Piaget (1896-1980) seorang ahli psikologis berkebangsaan

Swiss melakukan studi mengenai perkembngan kognitif nak

secara intensif dengan pengamatan yang cermat selama

bertahun-tahun. Piaget mengembangkan teori bagaimana

kemampuan anak untuk berfikir melalui satu rangkaian tahapan.

Mulai timbul pengertian tentang jumlah, panjang, luas dan besar.

Anak dapat berfikir dari banyak arah atau dimensi pada satu

objek. Mengalami kemajuan dalam pengembangan konsep.

Pengalaman langsung sangat membantu dalam berpikir.

d. Perkembangan Emosi
49

a) Emosi anak berlangsung relative lebih singkat (sebentar)

b) Emosi anak kuat atau hebat

c) Emosi anak mudah berubah

d) Emosi anak nampak berulang-ulang

e) Respon emosi anak berbeda-beda

f) Emosi anak dapaat diketahui atau dideteksi dari gejala

tingkah lakunya

g) Emosi anak mengalami perubahan dan kekuatannya

h) Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional

e. Perkembangan Sosial

Ditandai meluasnya lingkungan sosial dari pengaruh luar. Mulai

mendekati teman sebayanya dan mulai melepaskan diri dari

keluarga. Bermain secara berkelompok memberikan peluang

dan pelajaran kepada anak berinteraksi, bertenggang rasa dengan

sesame teman. Pengaruh teman sebaya sangat besar baik yang

bersifat positif seperti pengembangan konsep diri dan

pembentukan harga diri, maupun negative.

f. Minat Membaca

a) Usia 7-8 tahun : masih senang dengan cerita khayal.

b) Kegemaran membaca mencapai puncaknya usia 9-12

tahun.
50

c) Sifat ingin tahu & realistis pada anak laki-laki lebih

menyukai bacaan petualangan, misterius, sejarah, hobi,

sport.

d) Anak perempuan cenderung cerita binatang, puisi, cerita

dari kitab suci, kehidupan seputar rumah tangga, dsb.

g. Kegiatan Bermain

a) Kegiatan sekolah mengurangi waktu bermain di masa

sebelumnya.

b) Ditunjang dengan : TV, radio dan buku bacaan

c) Bermain kelompok lebih disukai

d) Bermain kelompok lainnya seperti basket, volley, sepak

bola

e) Permainan konstruktif (kreativitas anak)


51

H. Kerangka Teori

1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Tingkat Sosial
Ekonomi
4. Lingkungan Status gizi
Pengetahuan
5. Genetik pada anak
dan Sikap
6. Metabolisme usia sekolah
mengenai gizi
Basal seimbang
7. Status Tunggal
8. Pola Makan
9. Enzim Tubuh &
Hormon
10. Aktivitas Fisik

Keterangan :

= variabel diteliti

= variabel tidak diteliti

Diagram 2.1 Kerangka Teori

(Zuhdy, 2015; Adriani & Wirjatmadi, 2012; Arisman, 2010; Krisnansari,

2010)
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan latar belakang dari tinjauan pustaka maka variabel yang

akan diteliti adalah hubungan pengetahuan dan sikap mengenai gizi

seimbang terhadap gizi pada anak sekolah di SDN Maja Selatan tahun 2021

maka kerangka konsep penelitian ini adalah :

Variabel Independent Variabel Dependent

Pengetahuan mengenai
gizi seimbang

Status gizi pada anak


sekolah

Sikap mengenai gizi


seimbang

Diagram 3.1 Visualisasi Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan Dan

Sikap Mengenai Gizi Seimbang terhadap Status Gizi pada Usia

Anak Sekolah di SDN Maja Selatan pada tahun 2021.

53
54

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati yang nilainya

bervariasi antara satu objek lainnya dan terukur (Riyanto, 2011). Jenis

variabel menurut hubungan antara variabel dikelompokan menjadi dua jenis

yaitu:

1. Variabel Bebas (Variabel Independen)

Adalah variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain, artinya

apabila variabel independen berubah maka mengakibatkan perubahan

variabel lain. Nama lain variabel independen adalah variabel bebas,

risiko, predikator, kausa. Variabel independent dalam penelitian ini

adalah pengetahuan dan sikap anak sekolah mengenai gizi seimbang.

2. Variabel Terikat (Variabel Dependent)

Adalah variabel yang variasi nilainya dipengaruhi atau tergantung oleh

satu atau lebih variabel lain, artinya variabel dependent berubah akibat

perubahan pada variabel bebas. Nama lain variabel dependen adalah

variabel terikat, efek, hasil, outcome, respon atau event. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah status gizi pada usia anak sekolah

di SDN Maja Selatan.


55

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Cara Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

ukur

Variabel Independen

1. Pengetahuan kemampuan Angket Kuesioner 0 : Kurang bila responden Ordinal

mengenai gizi seseorang dan hasil dapat menjawab <56%

seimbang dari proses mencari dari total jawaban

tahu, dari yang pertanyaan

tadinya tidak tahu


1 : Cukup, jika responden
menjadi tahu yang
dapat menjawab 56-75%
diketahui atau
56

disadari oleh dengan benar dari total

seseorang tentang jawaban pertanyaan.

susunan asupan
2 : Baik, jika responden
makanan sehari-hari
dapat menjawab 76-100%
yang jenis dan jumlah
dengan benar dari total
yang cukup, tidak
jawaban pertanyaan.
berlebihan dan tidak
(Arikunto, 2010).
kekurangan.

2. Sikap Reaksi atau respon Angket Kuesioner 0: Negatif, jika Ordinal

anak terhadap status skor pernyataan

gizi seimbang sikap responden <

50%. (Sunaryo,

2013)
57

1: Positif, Jika

pernyataan sikap

responden ≥50%

(Sunaryo, 2013)

Variabel Dependen

1. Status gizi Hasil dari Stature 1. Timbangan 0: Kurang= <18,5 kg/m2 Ordinal
keseimbangan antara
Meter Berat Badan
asupan zat gizi 1: Normal= 18,5-25,0
Manual
dengan kebutuhan (IMT) kg/m2
tubuh, tergantung 2. Stature Meter
pada usia, jenis 2: Lebih= >25,01 kg/m2

kelamin, aktivitas (Patimah,2017)


tubuh dalam sehari,
dan berat badan.
58
58

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah :

Ada hubungan pengetahuan dan sikap mengenai gizi seimbang terhadap

status gizi pada anak usia 9-12 tahun di SDN Maja Selatan 1 tahun 2021.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

analitik korelatif merupakan suatu penelitian yang mencoba mengetahui

mengapa masalah kesehatan tersebut bisa terjadi, kemudian melakukan

analisa hubungan antara faktor risiko dengan faktor efek. Pendekatan

Cross Sectional yang artinya rancangan penelitian yang mempelajari

hubungan antara faktor risiko dengan faktor efek, dimana melakukan

observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu

yang sama (Riyanto, 2011).

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek (manusia, binatang,

percobaan, data laboratorium, dll) yang akan diteliti dan memenuhi

karakteristik yang ditentukan (Riyanto, 2011). Populasi dalam

penelitian ini adalah siswa siswi kelas III, IV, V, VI yang berusia 9-

12 tahun di SDN Maja Selatan 1 yang berjumlah 86 orang dengan

masing-masing usia 9 tahun berjumlah 8 orang, usia 10 tahun


59

berjumlah 8 orang, usia 11 tahun berjumlah 22 orang, dan usia 12

tahun berjumlah 33 orang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan

sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi

(Nursalam, 2011). Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

Total Sampling. Teknik Total Samplingadalah teknik pengambilan

sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono,

2007). Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono

(2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi

dijadikan sampel penelitian semuanya.Sampel dalam penelitian ini

adalah anak usia 9-12 tahun di SDN Maja Selatan 1 berjumlah 86

orang.
60

Table 3.2 Usia dan Jumlah Siswa SD Negeri Maja Selatan 1,

Kabupaten Majalengka

No. Nama Sekolah Usia Siswa Jumlah

9 10 11 12 13 Siswa

tahun tahun tahun tahun tahun

1 SD Negeri Maja 8 15 23

Selatan 1 (Kelas 3)

2 SD Negeri Maja 8 16 24

Selatan 1 (Kelas 4)

3 SD Negeri Maja 6 16 22

Selatan 1 (Kelas 5)

4 SD Negeri Maja 17 11 28

Selatan 1 (Kelas 6) (tidak

diteliti)

Jumlah 8 23 22 33 11 97

3. Instrumen Penelitian

Menurut Suharismi Arikunto (2006: 101), “Instrumen pengumpulan

data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam

kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis

dan dipermudah olehnya.” Instrumen atau alat yang digunakan dalam

penelitian ini berupa tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau alat lain
61

yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegasi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok

(Suharismi Arikunto, 2006: 139).

Instrument yang dilakukan pengumpulan data menggunakan alat yang

sama pada pengambilan data yaitu stature meter dan timbangan berat

badan manual. Kuesioner pengetahuan terdiri dari 35 item pertanyaan

dengan nilai korelasi antara 0, 355 dengan reliabilitas sangat baik yaitu

0,967. Sementara mengenai gizi seimbang terhadap status gizi terdiri

dari item dengan nilai korelasi antara 0,602-0,374 dengan reliabilitas

sangat baik yaitu 0,374.


62

Table 3.3 Kisi-kisi kuesioner

Variabel Faktor Indikator No Butir Jml


Hubungan 1. Pengertian Gizi a. Definisitentang 1, 2, 3, 4, 5
pengetahuan dan gizi 8
sikap mengenai gizi b. ManfaatGizi 6, 7, 8
seimbang terhadap 2. Makanan Bergizi a. Macam-macam 9, 10, 11, 12,
status gizi pada anak makananbergizi 13
usia 9-12 tahun di b. Makanan yang
SDN Maja Selatan 1 mengandung
Tahun 2021 14, 15, 16, 17,
zat-zat yang 10
18
diperlukan oleh
tubuh

3. Makanan Bergizi a. MakananPokok 19, 20, 21


Seimbang b. Lauk-pauk 22, 23
c. Sayuran 9
24, 25
d. Buah-buahan
26, 27
4. Faktor yang a. Pertumbuhan 28, 29
mempengaruhi b. Usia 30, 31
Gizi c. JenisKegiatan
dan Ukuran 32
Tubuh
d. Keadaan Sakit
dan 33, 34 8
Penyembuhan
e. Keadaan
Fisiologis khusus
(Ibu hamil dan 35
menyusui)

Jumlah 35

a. Uji validitas

Validitas merupakan ketepatan atau kecermatan pengukuran,

valid artinya alat tersebut mengukur apa yang ingin diukur.

Disamping itu juga validitas menunjukkan sejauh mana item

pertanyaan kuesioner mampu menggambarkan konsep yang akan

diukur.
63

Suatu variabel pertanyaan dikatakan valid bila skor variabel tersebut

berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Teknik korelasi

Pearson Product Moment dengan rumus :

r= N (∑XY) – (∑X∑Y)

V(N∑X2 – (∑Y2)(N∑Y2 – (∑Y)2 )

Keputusan Uji :

Bila r hitung lebih besar dari r tabel (0,3610) artinya variabel valid

Bila r hitung lebih kecil dari r tabel (0,3610) artinya variabel tidak

valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

sesuatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal

ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap

konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Arikunto, 2006).

Suatu variabel pertanyaan dikatakan valid bila skor variabel

tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Teknik

korelasi Pearson Product Moment dengan rumus :


64

r= N (∑XY) – (∑X∑Y)

V(N∑X2 – (∑Y2)(N∑Y2 – (∑Y)2 )

Keputusan Uji :

Bila r hitung lebih besar dari r tabel (0,3610) artinya variabel valid

Bila r hitung lebih kecil dari r tabel (0,3610) artinya variabel tidak

valid.

4. Tempat Penelitian

Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah SDN Maja

Selatan 1 yang terletak di Jalan Pasukan Sindangkasih No. 06, Maja

Selatan, Kec. Maja, Kab. Majalengka, Provinsi Jawa Barat.

5. Waktu Penelitian

Penilitian ini akan dilaksanakan di SDN Maja Selatan 1 pada bulan

September tahun 2021.

6. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan membagikan kuesioner dan diisi langsung oleh

responden untuk menanyakan pengetahuan dan sikap usia anak sekolah

mengenai gizi seimbang, kemudian untuk mengetahui status gizi anak

dilakukan pengukuran berat badan manual dan tinggi badan dengan

menggunakan stature meter.

Pengambilan data ini dilakukan dengan menerapkan protokol

kesehatan yang ketat. Yang harus diperhatikan saat pengambilan data


65

yaitu 5M mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi

kerumunan, dan mengurangi mobilitas untuk mencegah penularan dan

penyebaran virus corona COVID 19.

7. Prosedur Pengumpulan Data

a. Mengajukan permohonan ijin dari Ka Prodi S1 Keperawatan

STIKes YPIB Majalengka.

b. Mengajukan permohonan izin dan surat balasan dari Kepala Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Majalengka.

c. Mengajukan permohonan ijin penelitian dari Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Majalengka.

d. Mengajukan permohonan ijin penelitian dari Dinas Pendidikan

Kabupaten Majalengka.

e. Mengajukan permohonan ijin penelitian dari Kepala UPT

Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka.

f. Mengajukan permohonan ijin penelitian dari Kepala Sekolah

DasarNegeri Maja Selatan 1 Kecamatan Maja Kabupaten

Majalengka.

g. Peneliti didampingi oleh Kepala Sekolah menemui responden,

sebelum responden mengisi kuesioner dijelaskan terlebih dahulu

tujuan dan manfaat penelitian kepada responden. Juga disampaikan

tentang jaminan kerahasiaan atas jawaban yang diberikan dalam

kuesioner dan penelitian tidak berdampak negatif bagi responden.


66

h. Setelah responden memahami penjelasan yang diberikan, responden

diminta persetujuannya sebagai responden dalam penelitian, dengan

mendatangani informed consent sebagai buktinya.

i. Membagikan kuesioner kepada responden dan penjelasan cara

mengisinya, waktu pengisian selama 20-30 menit, dan

mempersilahkan responden untuk mengisi kuesioner.

j. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi dan diperiksa

kelengkapannya, apabila terdapat kekurangan maka responden

diminta untuk mengisi kembali.

F. Pengolahan Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan beberapa

tahapan dan aturan yang sesuai dengan pendekatan penelitian yang

digunakan sehingga diperoleh suatu kesimpulan (Arikunto, 2010).

Adapun tahapan pengolahan data adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Data ( Editing )

Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan atau pengecekan data

dari setiap variable dalam penelitian yang dikumpulkan. Setelah

responden memberikan jawaban pada kuesioner, peneliti

memastikan jawaban setiap pertanyaan dalam kuesioner telah

dijawab dengan lengkap oleh responden dan apabila ditemukan

jawaban yang masih kosong atau tidak lengkap maka peneliti


67

meminta kembali kepada responden untuk melengkapinya. Hal ini

dimaksudkan agar tidak terjadi data yang missing saat pengolahan

selanjutnya.

b. Pemberian Kode ( Coding Data )

Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah

melakukan pengkodean. Setiap jawaban responden diubah kedalam

kode sesuai dengan hasil ukur. Pengkodean dilakukan untuk

pengetahuan anak usia 9-12 tahun tentang gizi seimbang terhadap

status gizi yaitu diberi kode 1 jika skor pengetahuan responden 76-

100%, 2 jika skor pengetahuan responden 56-75% dan 3 jika skor

pengetahuan responden <56%. Sedangkan sikap diberi kode 1 jika

skor pernyataan sikap responden ≥50% dan jika 2 skor pernyataan

sikap responden <50%.

c. Entry Data

Kode-kode yang sudah dibuat dimasukan atau dientry ke

dalam computer untuk dianalisis. Pada saat memasukan setiap data

dilakukan secara teliti agar tidak terjadi kesalahan. Analisis

dilakukan dengan bantuan SPSS versi 20.

d. Pembersihan Data ( Cleaning Data )

Selajutnya, dilakukan pengecekan kembali terhadap analisis

yang dilakukan dan apabila terjadi kekurangan atau kehilangan data

maka dilakukan perbaikan.


68

G. Teknik Analisa Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (soft

ware).

Langkah-langkah analisis data sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

Hasil jawaban responden disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan presentase dengan rumus sebagai berikut :

P= f x 100%
n

Keterangan :

P = Proporsi Kategori (%)

f = Jumlah yang didapat

n = Jumlah Sampel

Table 3.4 Distribusi Frekuensi

Variable F %

Jumlah
69

Table 3.5 interpretasi Data

No Skala Pengukuran Interpretasi

1 0 Tidak ada satupun

2 1-25% Sebagian kecil responden

3 26%-49% Kurang dari setengahnya

4 50% Setengahnya responden

5 51%-75% Lebih dari setengahnya

6 76%-99% Sebagian besar responden

7 100% Seluruh responden

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariate dilakukan terhadap dua variable yang diduga

berhubungan satu sama lain. Dalam proses analisis bivariate ini untuk

mempermudah dibuat table silang sebagai berikut:

Table 3.6 Tabel Silang

Variable Bebas Variable Terikat (Sikap) Jumlah


(Pengetahuan) Positif Negative
F % F %
Kurang
Cukup
Baik
Jumlah
Menghitung Chi Square dengan rumus (Arikunto, 2016):
70

x2 = N (ad – bc)2
(a+c)(b+d)(a+b)(c+d)

Keterangan :

x2 = Nilai Chi-Square

N = Jumlah sampel

Syarat uji Chi Square yaitu (Sugiyono, 2018):

1) Nilai p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak, yang berarti ada

hubungan/perbedaan yang bermakna antara variable bebas dan

variable terikat.

2) Nilai p-value >0,05 maka Ho gagal ditolak, yang berarti tidak ada

hubungan/perbedaan yang bermakna antara variable bebas atau

variable terikat.

H. Etika Penelitian

Penelitian dimulai dengan melakukan berbagai prosedur yang berhubungan

dengan etika penelitian meliputi :

a. Informed concent, diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed

concent merupakan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Sebelum peneliti mengambil data dari calon responden, maka perlu

dijelaskan terlebih dahulu kepada responden perihal tujuan, manfaat dan

prosedur dalam penelitian. Setelah calon responden memahami dan

menyetujui menjadi responden selanjutnya dilakukan pengumpulan

data.
71

b. Anonymity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar

pengumpulan data (kuesioner). Hal ini dimaksudkan agar identitas

responden dapat dirahasiakan dan responden dapat memberikan

jawaban yang sesuai dengan keadaannya tanpa adanya paksaan.

c. Confidentiality, kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti,

sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan dala hasil penelitian.


72

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SDN Maja

Selatan 1 tentang “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Gizi

Seimbang Terhadap Status Gizi Pada Anak Usia 9-12 Tahun Di SDN Maja

Selatan 1 Kabupaten Majalengka Tahun 2021” didapatkan hasil sebagai

berikut:

1. Analisis Univariat

a. Gambaran Pengetahuan Mengenai Gizi Seimbang Pada Anak Usia 9-12

Tahun di SDN Maja Selatan 1 Tahun 2021

Table 4.1 Distribusi Pengetahuan Mengenai Gizi Seimbang Pada

Anak Usia 9-12 Tahun Di SDN Maja Selatan 1 Tahun 2021

No. Item Penilaian F (%)

1. Kurang 33 38,4

2. Cukup 28 32,6

3. Baik 25 29,1

Total 86 100

Berdasarkan table 4.1 didapatkan responden dengan pengetahuan

kurang mengenai gizi seimbang pada anak usia 9-12 Tahun di SDN

Maja Selatan 1 tahun 2021 sebanyak 33 orang (38,4%), sedangkan

responden dengan pengetahuan cukup mengenai gizi seimbang pada


73

anak usia 9-12 tahun di SDN Maja Selatan 1 tahun 2021 sebanyak 28

orang (32,6%), dan untuk responden dengan pengetahuan baik

mengenai gizi seimbang pada anak usia 9-12 tahun di SDN Maja Selatan

1 tahun 2021 sebanyak 25 orang (29,1%). Hasil tersebut menunjukkan

bahwa lebih dari setngahnya responden di SDN Maja Selatan 1 pada

tahun 2021 berpengetahuan kurang. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Jambi (2019) pada anak sekolah di Jakarta,

yang menunjukkan terdapat 62,7% responden yang memiliki

pengetahuan tinggi, sedangkan 58,1% responden yang memiliki

pengetahuan rendah.

b. Gambaran Sikap Mengenai Gizi Seimbang Pada Anak Usia 9-12 Tahun

di SDN Maja Selatan 1 Tahun 2021

Table 4.2 Distribusi Frekuensi Mengenai Gizi Seimbang Pada Anak

Usia 9-12 Tahun SDN Maja Selatan1 Tahun 2021

No. Item Penilaian F (%)


1 Sikap Negatif 43 50,0
2 Sikap Positif 43 50,0
Total 100,0 100,0

Berdasarkan table 4.2 didapatkan responden dengan sikap negative

tentang gizi seimbang sebanyak 43 orang (50%), dan responden dengan

sikap positif mengenai gizi seimbang sebanyak 43 orang (50%). Hasil


74

tersebut menunjukkan bahwa kurang dari setengahnya responden di

SDN Maja Selatan 1 bersikap negative. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Jambi (2019) pada anak sekolah dasar di

Jakarta. Lebih dari separuh responden baik yang mempunyai sikap

positif 50,3%.

c. Gambaran Status Gizi Anak Usia 9-12 Tahun di SDN Maja Selatan 1

Tahun 2021

Table 4.3 Distribusi Frekuensi Status Gizi Pada Anak Usia 9-12

Tahun SDN Maja Selatan 1 Tahun 2021

No Item Penilaian F (%)


1 Kurang 49 57,0
2 Normal 25 29,1
3 Lebih 12 14,0
Total 86 100,0

Berdasarkan table 4.3 didapatkan responden dengan status gizi kurang

sebanyak 49 orang (57%), sedangkan responden dengan status gizi normal

sebanyak 25 orang (29,1%) dan responden dengan status gizi lebih sebanyak 12

orang (14%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa kurang dari setengahnya

responden di SDN Maja Selatan 1 berada dalam status gizi kurang. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi (2019) pada anak sekolah di Jakarta, yang
75

menunjukkan terdapat 19,1% responden yang memiliki status gizi gemuk dan

24,2% reponden yang memiliki obesitas.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan Mengenai Gizi Seimbang Terhadap Status Gizi

Pada Anak Usia 9-12 Tahun di SDN Maja Selatan 1 Tahun 2021

Table 4.4 Hubungan Pengetahuan Mengenai Gizi Seimbang

Terhadap Status Gizi Pada Anak Usia 9-12 Tahun di

SDN Maja Selatan 1 Tahun 2021

No Pengetahuan Status Gizi Total P value


Kurang Normal lebih
F % F % F % F %

1 Kurang 22 18,8 5 9,6 6 4,6 33 100 0.001


2 Cukup 20 16 5 8,1 3 3,9 28 100
3 Baik 7 14,2 15 7,3 3 3,5 25 100
Total 49 49 25 25 12 12 86 100

Berdasarkan table 4.4 bahwa responden yang berpengetahuan kurang dan

kategori status gizi kurang sebesar 18,8% sedangkan pada responden yang

berpengetahuan cukup dan kategori status gizi kurang sebesar 16% sedangkan

pada responden yang berpengetahuan baik dan kategori status gizi kurang

sebesar 14,2% di SDN Maja Selatan 1 pada tahun 2021. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa proporsi responden dengan kategori status gizi kurang


76

lebih tinggi pada responden yang berpengetahuan kurang dibandingkan dengan

responden yang berpengetahuan cukup.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi (2019) hasil yang

menunjukkan 62,7% pengetahuan tinggi, sedangkan 58,1% pada siswa yang

memiliki pengetahuan rendah. Lebih dari separuh responden yang mempunyai

sikap positif 50,3%, 19,1% responden lebih banyak mempunyai status gizi

gemuk, dan 24,2% obesitas.

Perbedaan proporsi ini menunjukkan hasil yang bermakna terlihat dari uji

chi square dengan p value 0,001 (p<0,005) yang berarti hipotesis nol ditolak

atau ada hubungan antara pengetahuan mengenai gizi seimbang terhadap status

gizi pada anak usia 9-12 tahun di SDN Maja Selatan 1 pada tahun 2021.

b. Hubungan Sikap Mengenai Gizi Seimbang Terhadap Status Gizi Pada

Anak Usia 9-12 Tahun Di SDN Maja Selatan 1 pada Tahun 2021

Table 4.5 Hubungan Sikap Mengenai Gizi Seimbang Terhadap

Status Gizi Pada Anak Usia 9-12 Tahun Di SDN Maja

Selatan 1 pada Tahun 2021

No Pengetahuan Status Gizi Total P value


Kurang Normal Lebih
F % F % F % F %

1 Positif 6 24,5 25 12,5 12 6 43 100 0.000


2 Negative 43 24,5 0 12,5 0 6 43 100
3 Total 48 49,0 25 25,0 12 12,0 86 100
77

Berdasarkan table 4.5 didapatkan bahwa responden dengan sikap

negative dan positif dan kategori status gizi kurang sebesar 24,5%,

sedangkan responden dengan sikap positif dengan kategori status gizi

kurang sebesar 24,5% di SDN Maja Selatan 1 Pada Tahun 2021.

Perbedaan proporsi ini menunjukkan hasil bermakna yang terlihat dalam

uji chi square p value 0,000 (p<0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak atau

ada hubungan antara sikap mengenai gizi seimbang terhadap status gizi pada

anak usia 9-12 tahun di SDN Maja Selatan 1 pada tahun 2021.

B. PEMBAHASAN

1. Analisis Univariat

a. Gambaran Pengetahuan Anak Usia 9-12 Tahun Mengenai Gizi

Seimbang Di SDN Maja Selatan 1 Pada Tahun 2021.

Berdasarkan pada hasil penelitian menunjukkan bahwa

responden yang berpengetahuan kurang sebesar 33 orang (38,4%)

dan responden yang berpengetahuan cukup sebesar 28 orang

(32,6%), dan responden yang berpengetahuan baik sebanyak 25

orang (29,1%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa lebih dari

setengahnya responden di SDN Maja Selatan 1 pada tahun 2021

berpengetahuan kurang.

Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan

Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Jambi (2019) menunjukkan bahwa terdapat 62,7% responden


78

memiliki pengetahuan tinggi, sedangkan 58,1% pada siswa SDN

memiliki pengetahuan rendah. Ini kemungkinan disebabkan

kurangnya responden dalam meningkatkan pengetahuan baik

melalui jenjang pendidikan dan juga ketebatasan paparan informasi

yang diperoleh tentang gizi seimbang.

Dalam kepentingan gizi keluarga, pendidikan amat

diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah

gizi di dalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya

(Departemen gizi dan kesehatan masyarakat FKM UI, 2014).

Pengetahuan merupakan hasil dari seseorang melihat,

mendengar, mencium, merasa dan meraba sehingga menjadi tahu.

Factor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang adalah

tingkat pendidikan, pengalaman, informasi, lingkungan budaya dan

sosial ekonomi. Di dalam diri seseorang akan terjadi sebuah proses

yang berurutan yaitu Awareness (kesadaran) dimana seseorang

sadar dengan adanya stimulus. Interest (merasa tertarik) terhadap

stimulus yang didapatkan. Kemudian trial, yaitu seseorang mulai

mencoba melakukan stimulus yang didapatkan sehingga, terjadilah

perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt Behavior).

Salah satunya yantu proses adopsi perilaku yang didasari oleh


79

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang didasaro

oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).

Tingkat pengetahuan seseorang akan mempengaruhi sikap

dan perilaku yang diambil di dalam memilih makanan yang

dikonsumsi, sehingga akan berpengaruh pada status gizi individu

yang bersangkutan. Akan tetapi tingkat pendidikan belum tentu

mempengaruhi pengetahuan seseorang mengenai gizi seimbang.

Walaupun seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah,

apabila orang tersebut rajin mencari informasi mengenai gizi

seimbang, tingkat pengetahuan gizi seimbangnya pun akan

meningkat (Departemen dan kesehatan masyarakat FKM UI, 2014;

Istino et al, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dalam rangka

meningkatkan pengetahuan anak usia 9-12 tahun mengenai gizi

seimbang diharapkan anak berperan aktif dalam kegiatan yang

mandiri khususnya tentang gizi seimbang seperti browsing melalui

internet, membaca jurnal, e-book, buku perpustakaan dan media

lainnya.

Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat melibatkan

orang tua dan guru sekolah untuk mencari informasi kepada siswa

terkait pentingnya gizi seimbang terhadap status gizi anak sesuai

kebutuhan tubuh dan memperhatikan berat badan normal untuk

mencegah masalah gizi.


80

b. Gambaran Sikap Anak Usia 9-12 Tahun Mengenai Gizi Seimbang

SDN Maja Selatan 1 pada Tahun 2021

Hasil penelitian pada anak usia 9-12 tahun di SDN Maja

Selatan 1 tentang gizi seimbang menunjukkan bahwa responden

yang memiliki sikap negative sejumlah 50%. Jika diperhatikan,

kurang dari setengahnya responden di SDN Maja Selatan 1 pada

tahun 2021 bersikap negative mengenai pentingnya gizi seimbang.

Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan

oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Jambi (2019) menunjukkan bahwa lebih dari separuh

responden baik lebih banyak mempunyai sikap positif (50,3%).

Hal ini kemungkinan disebabkan dari persesi responden

yang beranggapan bahwa gizi seimbang tidak berpengaruh terhadap

tumbuh kembang manusia. Diharapkan agar tenaga kesehatan dapat

mengadakan penyuluhan tentang pentingnya gizi seimbang pada

anak sekolah dasar, dan untuk para responden dapat merubah sikap

dengan menerapkan pola makan gizi seimbang pada kehidupan

sehari-hari. Dan untuk sekolah dasar diharapkan agar memantau

status gizi anak berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT).

Sikap adalah perasaan positif ataupun negative sebagai

respon seseorang terhadap suatu objek, orang dan lingkungan,


81

sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalaman yang telah

didapatkan. Sikap sendiri memiliki empat tingkatan yaitu menerima,

merespon, menghargai dan bertanggung jawab (Notoatmodjo,

2012).

Menurut Azwar (2016), salah satu aspek yang sangat penting

guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah

pengungkapan dan pengukuran. Pernyataan sikap adalah rangkaian

kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang

hendak di ungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau

mengatakan hal-hal positif mengenai objek sikap, yaitu kalimat

bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini

disebut dengan pernyataan favorable. Sebaliknya pernyataan sikap

mungkin pula dapat berisi hal-hal negative engenai objek sikap yang

bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap.

Pernyataan seperti ini disebut unfarable.

Terwujudnya sikap agar menjadi sebuah perilaku yang nyata

diperlukan factor pendukung atau kondisi yang memungkinkan.

Factor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap adalah pengalaman

pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh

kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan dan lembaga

keagamaan serta factor stress emosional (Notoatmodjo, 2012).

Sikap adalah evaluasi, perasaan, dan cenderung seseorang

yang relative konsisten terhadap suatu objek atau gagasan yang


82

terdiri dari aspek keyakinan dan evaluasi atribut (Umar Husein,

2007).

Sikap merupakan suatu ekspresi perasaan seseorang yang

merefleksikan kesukaannya atau ketidaksukaannya terhadap suatu

objek (Damiati, dkk, 2017).

Penelitian ini menggambarkan sikap positif mengenai gizi

seimbang yang telah dimiliki lebih dari setengah responden.

Menumbuhkan sikap baik mengenai gizi seimbang dapat dilakukan

dengan adanya dukungan dari lingkungan sekitar supaya lebih

memahami pentingnya gizi seimbang bagi tumbuh kembang

manusia terutama pada anak.

Setelah penelitian ini dapat dilakukan bagi siswa untuk

merubah sikap dengan menerapkan pola makan gizi seimbang dalam

jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan.

c. Gambaran Status Gizi Anak Usia 9-12 Tahun SDN Maja Selatan 1

Tahun 2021

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan responden status

gizi kurang pada anak Usia 9-12 tahun 2021 di SDN Maja Selatan 1

Tahun 2021 sebanyak 49 orang (57%), sedangkan responden dengan

status gizi normal sebanyak 25 orang (29,1%) dan responden dengan

status gizi lebih sebanyak 12 orang (14%).


83

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Jambi (2019) hasil yang menunjukkan 19,1% responden lebih

banyak mempunyai status gizi gemuk, dan 24,2% obesitas.

Menurut WHO, Gizi adalah asupan makanan yang sesuai

dengan kebutuhan gizi tubuh. Gizi baik adalah keseimbangan antara

asupan makanan dan aktivitas fisik. Kurang gizi dapat menyebabkan

kekebalan tubuh berkurang, peningkatan kerentanan terhadap

penyakit, gangguan perkembangan fisik dan mental, serta

mengurangi produktivitas. Gizi sebagai ilmu yang mempelajari

proses yang terjadi pada organisme hidup. Proses tersebut mencakup

pengambilan dan pengolahan zat padat dan cair dari makanan yang

diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan,

berfungsinya organ tubuh dan menghasilkan energy.

Menurut Depkes tentang Gizi dan Nutrisi dengan mengutip

dari Sadjaja (2009) mengemukakan bahwa gizi yang dalam Bahasa

Arab “Al Gizzai” sudah dikenal sejak tahun 19-50an merupakan

terjemahan dari Bahasa Inggris “Nutrition”. Secara professional kata

nutrisi digunakan di kalangan ilmu peternakan dan kedokteran

hewan. Dalam pedoman gizi seimbang, Kementerian Kesehatan

(KEMKES) mendefinisikan gizi seimbang adalah susunan pangan

sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang

sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperlihatkan prinsip


84

keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan

mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.

Secara umum, pengertian gizi seimbang adalah susunan

asupan sehari-hari yang jenis dan jumlah zat gizinya sesuai dengan

kebutuhan tubuh. Pemenuhan asupan gizi ini juga mempertikan

prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup

bersih, dan mempertahankan berat badan normal guna mencegah

masalah gizi.

Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang

mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan

kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman

pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memperhatikan

berat badan normal untuk mencegah masalah gizi (Kemenkes, RI,

2014).

Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh

individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5

kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan

tidak kekurangan (Dirjen BKM, 2002).

Ada beberapa hal yang menjadi factor yang mempengaruhi

status gizi salah satunya adalah jenis kelamin dimana hasil penelitian

menunjukkan bahwa anak yang masuk dalam kategori status gizi lebih

sebagian besar berjenis kelamin perempuan yang disebabkan olej

perubahan hormonal yang selanjutnya adalah usia dimana rata-rata usia


85

responden adalah 9-12 tahun. Factor yang lainnya adalah factor

lingkungan dimana kebiasaan makan mereka dipengaruhi oleh

keluarga, teman, media terutama iklan di televisi. Sedangkan factor lain

yang tidak kalah pentingnya adalah metabolism basal yaitu energy yang

dibutuhkan tubuh saat beristirahat untuk mempertahankan fungsi

pernafasan, sirkulasi darah, peristaltic usus, tonus otot, temperature

tubuh, kegiatan kelenjar serta vegetative lain.

Intervensi yang umum untuk mengatasi masalah gizi pada

anak yaitu memberikan buah dan sayur dalam setiap menu makanan,

memberikan makanan yang mempunyai sumber karbohidrat seperti

kentang, roti, nasi dan sereal, memberikan makanan yang mempunyai

sumber protein seperti daging, telur, ikan dan kacang-kacangan dan

memberikan asupan vitamin dari susu dan prosuk tunannya. Agar anak

tidak mengalami kurang gizi maka orangtua harus berusaha keras untuk

memenuhi nutrisi yang seimbang karena masa pertumbuhan anak

sangat tergantung kepada apa yang ia makan.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan Mengenai Gizi Seimbang Terhadap Status

Gizi Pada Anak Usia 9-12 Tahun di SDN Maja Selatan 1 Tahun

2021

Analisis bivariate untuk melihat hubungan pengetahuan dan

status gizi anak memperoleh p value 0,001. Hasil analisis bivariate


86

yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Jambi (2019) yang memperoleh p value

0,001. Diharapkan agar tenaga kesehatan dapat mengadakan

penyuluhan tentang pentingnya gizi seimbang pada anak sekolah

dasar, dan untuk para responden dapat merubah sikap dengan

menerapkan pola makan gizi seimbang pada kehidupan sehari-hari.

Dan untuk sekolah dasar agar memantau status gizi anak

berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT).

Hasil ini berarti ada hubungan pengetahuan dan status gizi

anak hal ini disebabkan kurangnya kesempatan responden dalam

meningkatkan pengetahuan baik melalui jenjang pendidikan

maupun kegiatan, browsing atau seminar mengenai gizi seimbang

dan responden secara umum kurang memahami peran penting gizi

seimbang dalam meningkatkan status gizi pada anak.

Pengetahuan atau kognitif banyak berhubungan dengan

informasi sebagai domain penting dalam terbentuknya tindakan

seseorang. Untuk pengukuran suatu pengetahuan salah satu teknik

yang dilakukan adalah pengisian kuesioner yang memuat isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Tingkatan

yang ingin diukur disesuaikan dengan tingkatan domain kognitif

(Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,


87

penciumana, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga, pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membantu tindakan

seseorang (Notoatmodjo, 2012).

Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat melibatkan

orang tua dan guru sekolah untuk mencari informasi kepada siswa

terkait pentingnya gizi seimbang terhadap status gizi anak sesuai

kebutuhan tubuh dan memperhatikan berat badan normal untuk

mencegah masalah gizi.

b. Hubungan Sikap Mengenai Sikap Gizi Seimbang Terhadap Status

Gizi Pada Anak Usia 9-12 Tahun SDN Maja Selatan 1 Tahun 2021

Analisis bivariate untuk melihat hubungan sikap dan status

gizi anak memperoleh p value 0,000. Hasil analisis bivariate yang

dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Jambi (2019) yang memperoleh p value 0,001. Hasil ini

berarti ada hubungan sikap dan status gizi anak. Diharapkan agar

tenaga kesehatan dapat mengadakan penyuluhan tentang pentingnya

gizi seimbang pada anak sekolah dasar, dan untuk para responden

dapat merubah sikap dengan menerapkan pola makan gizi seimbang

pada kehidupan sehari-hari. Dan untuk sekolah dasar agar memantau

status gizi anak berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT).


88

Hal ini disebabkan dari persepsi responden yang

beranggapan bahwa gizi seimbang ini tidak penting karena tidak

berpengaruh terhadap tumbuh kembang manusia. Hal ini

memperkuat secara statistic bahwa sikap berpengaruh secara

bermakna.

Sikap adalah perasaan positif ataupun negative sebagai

respon seseorang terhadap suatu objek, orang dan lingkungan,

sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalaman yang telah

didapatkan. Sikap sendiri memiliki empat tingkatan yaitu menerima,

merespon, menghargai dan bertanggung jawab (Notoatmodjo,

2012).

Menurut Azwar (2016), salah satu aspek yang sangat penting

guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah

pengungkapan dan pengukuran. Pernyataan sikap adalah rangkaian

kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang

hendak di ungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau

mengatakan hal-hal positif mengenai objek sikap, yaitu kalimat

bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini

disebut dengan pernyataan favorable. Sebaliknya pernyataan sikap

mungkin pula dapat berisi hal-hal negative engenai objek sikap yang

bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap.

Pernyataan seperti ini disebut unfarable.


89

Terwujudnya sikap agar menjadi sebuah perilaku yang nyata

diperlukan factor pendukung atau kondisi yang memungkinkan.

Factor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap adalah pengalaman

pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh

kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan dan lembaga

keagamaan serta factor stress emosional (Notoatmodjo, 2012).

Sikap adalah evaluasi, perasaan, dan cenderung seseorang

yang relative konsisten terhadap suatu objek atau gagasan yang

terdiri dari aspek keyakinan dan evaluasi atribut (Umar Husein,

2007).

Sikap merupakan suatu ekspresi perasaan seseorang yang

merefleksikan kesukaannya atau ketidaksukaannya terhadap suatu

objek (Damiati, dkk, 2017).

Sikap adalah perasaan positif atau negative sebagai respon

seseorang terhadap suatu objek, orang dan lingkungan, sebagai hasil

dari pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan. Sikap sendiri

memiliki empat tingkatan yaitu menerima, merespon, menghargai

dan bertanggung jawab (Notoatmodjo, 2013).

Penelitian ini menggambarkan sikap baik mengenai gizi

seimbang telah dimiliki lebih dari setengah responden.

Menumbuhkan sikap baik mengenai gizi seimbang dapat dilakukan

dengan adanya dukungan dari lingkungan eksternal maupun

internal. Menumbuhkan sikap positif mengenai gizi seimbang


90

dilakukan dengan adanya dukungan keluarga, teman, dan media

seperti dinyatakan Azwar (2011) bahwa sikap memiliki tiga

komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Kognitif adalah

kepercayaan yang dimiliki oleh individu terhadap suatu opini

mengenai isu yang sedang berkembang di masyarakat. Sedangkan

afektif adalah aspek emosional seseorang yang merupakan dasar

dari suatu sikap yang paling lama bertahan, serta memiliki pengaruh

yang paling besar dalam merubah sikap seseorang. Dan untuk

konatif adalah kecenderungan seseorang untuk bereaksi terhadap

suatu kejadian dengan cara sendiri.

Anak harus lebih aktif untuk memahami kebutuhan gizi

tubuh mereka dengan cara menggali lebih banyak informasi

mengenai gizi seimbang dimana gizi seimbang ini akan berpengaruh

terhadap tumbuh kembang anak yang didalamnya ada komponen

pengetahuan mengenai gizi seimbang dan kemudian pendapat anak

mengenai gizi seimbang.

Setelah penelitian ini dapat dilakukan dengan bantuan orang

tua dan guru sekolah bagi siswa untuk merubah sikap dengan

menerapkan pola makan gizi seimbang dalam jumlah yang cukup,

tidak berlebihan dan tidak kekurangan.


91

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Mengenai Gizi Seimbang Terhadap Status Gizi Pada

Anak Usia 9-12 Tahun di SDN Maja Selatan 1 Tahun 2021” dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut :

1. Lebih dari setengahnya responden (38%) di SDN Maja Selatan 1 pada

tahun 2021 berpengetahuan kurang.

2. Kurang dari setengahnya responden (50%) di SDN Maja Selatan 1 tahun

2021 bersikap negative.

3. Kurang dari setengahnya responden (57%) di SDN Maja Selatan 1 tahun

2021 berada dalam status gizi kurang.

4. Ada hubungan pengetahuan mengenai gizi seimbang terhadap status gizi

pada anak usia 9-12 tahun di SDN Maja Selatan 1 tahun 2021.

5. Ada hubungan sikap mengenai gizi seimbang terhadap status gizi pada

anak usia 9-12 tahun di SDN Maja Selatan 1 tahun 2021


92

B. SARAN

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka

a. Memberikan pendidikan mengenai pedoman gizi seimbang melalui

penyuluhan dan edukasi pada anak di sekolah-sekolah di wilayah

naungan puskesmas.

b. Evaluasi berkala mengenai kecukupan gizi anak baik secara

kuantitatif maupun kualitatif.

2. Bagi Tempat Penelitian

Bagi tempat penelitian agar memantau status gizi anak berdasarkan

Indeks Massa Tubuh (IMT).

3. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan agar menambah referensi dan kepustakaan

terutama yang berhubungan dengan kebutuhan mahasiswa dalam

melakukan penelitian untuk menunjang teori-teori yang sudah ada.

4. Bagi Ilmu Keperawatan

Bagi ilmu keperawatan agar dapat mengidentifikasi status gizi anak

sehingga dapat lebih memperhatikan permasalahan dan menemukan

solusi dari gangguan status gizi yang terjadi pada anak.

5. Bagi Peneliti Lain

Mengembangkan desain penelitian lain dalam menguraikan lebih

lanjut hasil penelitian ini yang dapat dilakukan pada sekolah yang diberi

perlakuan tertentu dan yang tidak diberi perlakuan.


93

6. Bagi Responden

Menambah wawasan dan mengunggah informasi mengenai

pentingnya gizi seimbang untuk anak supaya lebih memahami tentang

kebutuhan tubuh anak.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S, Soetardjo S, Soekatri M (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur

Kehidupan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Almatsier, S. (2003). Prinsip Dasar Ilmu Gizi (pertama ed.) jakarta : Gramedia

Pustaka Utama.

Erry Yudhya Mulyani, Intan Silviana Mustikawati, dkk (2014). Pengetahuan, Sikap

dan Perilaku Gizi Seimbang Anak Sekolah Dasar Di SDN GU 12 PAGI.

Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul. Jurnal Abdimas

Vol 1 No. 1.

Kemenkes RI. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementerian Kesehatan

RI.

Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Dalam Negeri RI (2011). Pedoman Penyediaan Makanan Tambahan

Anak Sekolah. Keputusan Menteri Dalam Negeri No.18.

Patricia Renata, Anna Maria Dewajanti (2017). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Siswa Kelas IV dan V

di Sekolah Dasar Tarakanita Gading Serpong. Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Journal Kedokteran

Meditek. Vol 23, No. 16 Jan-Maret.

PKGK/PUSKA UI. (2010). Buku Pegangan Guru Sekolah Dasar: Gizi Seimbang.

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.


Pusat Penelitian Dan Pengembangan Gizi Dan Makanan Direktoriat Bina Gizi

Masyarakat, (2006). Survei Penilaian Status Gizi Pada Anak Sekolah Usia

6-18 Tahun Di 10 Kota Besar Di Indonesia, Bogor, Pusat Penelitian Dan

Pengembangan Gizi Dan Makanan.

Ratnasari D, Lupi Purniasih (2019). Status Gizi dan Pola Konsumsi Makanan Anak

Usia Sekolah (7-12 Tahun) Di Desa Karangsembung. Prodi Ilmu Gizi,

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhadi Setiabudi Brebes, Indonesia.

Jurnal Ilmiah Gizi Kesehatan (JIGK) Vol.1, Agustus 2019, pp. 34-41.

SEAMEO RECFON. (2011). Modul Untuk Guru Sekolah Dasar yang Sederajat:

Gizi dan Kesehatan. Jakarta: SEAMEO RECF1ON

Supariasa, Bakri B, Fajar I (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2002.


Lampiran Kuesioner

Nama :

TTL :

Kelas :

Petunjuk Pengisian:

1. Bacalah soal-soal dengan teliti sebelum menjawab.

2. Jumlah soal pilihan ganda ada 30 butir.

3. Berikan tanda silang ( X ) pada jawaban yang paling tepat.

4. Jika ingin mengganti jawaban, berilah tanda sama dengan ( = ) pada jawaban

pertama, lalu berikan tanda silang ( X ) pada jawaban yang kedua.

Jawablah pertanyaan di bawah ini :

1. Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari tentang ...

a. Makanan b. Olahraga

c. Kebugaran d. Kelincahan

2. Bahan dasar penyusun bahan makanan disebut dengan ...

a. Karbohidrat b. Lemak

c. Protein d. Zat Gizi


3. Istilah zat gizi dalam Bahasa Arab “Giza” yang berarti…

a. Zat makanan b. Zat pembangun

c. Zat pengatur tubuh d. Zat penghasil energy

4. Bahan makanan atau zat makanan dalam Bahasa inggris dikenal dengan

istilah…

a. Giza b. Nutrition

c. Lemak d. Protein

5. Ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dan

hubungannya dengan kesehatan yang optimal adalah ...

a. Ilmu Gizi b. Ilmu Sehat

c. Ilmu Bugar d. Ilmu Olahraga

6. Agar kebutuhan zat gizi tubuh terpenuhi, maka harus makan makanan

yang ...

a. Banyak b. Bergizi dan Seimbang

c. Sedikit d. Sangat Banyak

7. Zat gizi yang berfungsi untuk mebentuk sel-sel baru dan mengganti

jaringan yang rusak adalah ...

a. Lemak b. Protein

c. Karbohidrat d. Vitamin
8. Memberi tenaga untuk belajar dan melakukan aktivitas lain,

membangun agar anak bertambah besar dan tinggi, lincah dan pintar,

mengatur dan melindungi badan agar tidak mudah sakit merupakan Tri

Guna dari ...

a. Makanan b. Air

c. susu d. Buah

9. Makanan empat sehat lima sempurna terdiri dari nasi, lauk, sayur, buah,

dan ...

a. Air Putih b. Air Teh

c. Kopi d. susu

10. Telur merupakan bahan makanan yang termasuk protein ...

a. Hewani b. Nabati

c. Nabat dan Hewani d. Hewani dan Nabati

11. Buah-buahan yang mengandung banyak air yang berguna bagi tubuh

diantaranya...

a. Semangka b. pisang

c. alpukat d. apel

12. Bahan makanan yang berperan sebagai sumber tenaga bagi tubuh adalah

...

a. Karbohidrat b. Mineral
c. Protein d. Vitamin

13. Bahan makanan yang merupakan bagian dari tubuh dan memegang

peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel,

jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan adalah...

a. Karbohidrat b. Mineral

c. Protein d. Lemak

14. Di bawah ini, bahan makanan yang menganduk lemak adalah ...

a. Nasi b. Buah

c. Daging d. Sayur

15. Protein disebut juga sebagai ...

a. Zat pembangun b. Zat pengganti

c. Zat pengatur d. Zat tenaga

16. Dibawah ini vitamin yang larut dalam air adalah ...

a. B dan C b. B dan C

c. A dan D d. E dan K

17. Dibawah ini vitamin yang larut dalam lemak adalah ...

a. B dan C b. B dan C

c. A dan D d. E dan K
18. Mineral banyak terdapat pada sumber makanan hewani dan ...

a. Telur b. Daging

c. Ikan d. nabati

19. Mengkonsumsi makanan dalam jumlah melebihi kebutuhan tubuh

(konsumsi berlebih) disebut ...

a. Gizi berlebih b. Gizi kurang

c. Gizi seimbang d. Gizi baik

20. Jika konsumsi makanan tidak sesuai atau lebih sedikit dari kebutuhan

tubuh akan terjadi ...

a. Gizi berlebih b. Gizi kurang

c. Gizi seimbang d. Gizi baik

21. Nasi, jagung, singkong, roti dan sagu masuk ke dalam jenis makanan ...

a. Lauk-pauk b. Makanan pokok

c. Buah-buahan d. Sayuran

22. Di bawah ini yang termasuk makanan yang mengandung protein,

kecuali ...

a. Daging b. Telur

c. Ikan d. Kangkung
23. Dalam makanan bergizi seimbang daging, telur, ikan, tahu dan tempe

termasuk dalam kategori ...

a. Lauk-pauk b. Makanan pokok

c. Buah-buahan d. Sayuran

24. Dibawah ini yang termasuk sumber makanan nabati adalah ...

a. Nasi, jagung, singkong b. Daging, telur, ikan

c. Apel, mangga, pisang d. Bayam, kangkung, buncis

25. Yang termasuk dalam kelompok makanan yang mengandung serat atau

makanan berserat adalah ...

a. Bayam b. Daging

c. Mangga d. Singkong

26. Buah jeruk banyak mengandung vitamin ...

a. A b. B

c. C d. D

27. Kebutuhan zat gizi yang lebih utama pada masa ...

a. Bayi b. Anak-anak

c. Dewasa d. Lanjut Usia

28. Kekurangan zat gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan fisik

dan mental, kegiatan fisik pada manusia mulai meningkat pada masa ...

a. Bayi b. Anak-anak
c. Dewasa d. Lanjut Usia

29. Usia merupakan faktor kedua yang mempengaruhi zat gizi, semakin tua

usia seseorang maka kebutuhan energi dan zat-zat gizi akan semakin ...

a. Banyak b. Sedikit

c. Sedang d. Banyak sekali

30. Pada usia dewasa, zat gizi diperlukan untuk penggantian jaringan tubuh

rusak, meliputi perombakan dan ...

a. Penggantian sel b. Pembentukan sel

c. Penamaan sel d. Penghapusan sel

31. Semakin banyak seseorang melakukan kegiatan fisik maka kebutuhan

energi yang dibutuhkan semakin ...

a. Sedikit b. Sedang

c. Banyak d. Sedikit sekali

32. Orang yang mempunyai ukuran tubuh gemuk membutuhkan energi

yang lebih ... dibandingkan orang yang mempunyai ukuran tubuh lebih

kecil.

a. Sedikit b. Sedang

c. Banyak d. Sedikit sekali

33. Pada keadaan sehat terjadi perombakan protein tubuh. Oleh karena itu,

agar kondisi tubuh kembali normal maka pada periode penyembuhan

diperlukan peningkatan konsumsi ...


a. Karbohidrat b. Vitamin

c. Lemak d. Protein

34. Mengkonsumsi buah-buahan dapat memperlancar buang air besar

karena mengandung banyak…

a. Karbohidrat b. Vitamin

c. Lemak d. Protein

35. Apabila tubuh membutuhkan makanan sebagai sumber energy maka

akan muncul rasa…

a. Haus b. Lapar

c. Demam d. Sakit
FREQUENCIES VARIABLES=PengetahuanKat SikapKat IMTKat

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies
Notes

Output Created 24-SEP-2021 15:15:43

Comments

Input Data C:\Users\TOSHIBA\Documents\File


Imow\1.sav

Active Dataset DataSet2

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 86

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with


valid data.

Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=PengetahuanKat
SikapKat IMTKat

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00,00

Elapsed Time 00:00:00,00

Statistics

IMT Anak Usia 9-12


Pengetahuan Gizi Sikap Tahun
N Valid 86 86 86

Missing 0 0 0

Frequency Table
Pengetahuan Gizi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang 33 38,4 38,4 38,4

Cukup 28 32,6 32,6 70,9

Baik 25 29,1 29,1 100,0

Total 86 100,0 100,0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Positif 43 50,0 50,0 50,0

Negatif 43 50,0 50,0 100,0

Total 86 100,0 100,0

IMT Anak Usia 9-12 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang 49 57,0 57,0 57,0

Normal 25 29,1 29,1 86,0

Lebih 12 14,0 14,0 100,0

Total 86 100,0 100,0


FREQUENCIES VARIABLES=PengetahuanKat SikapKat IMTKat

/STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE


SUM

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 24-SEP-2021 15:16:21

Comments

Input Data C:\Users\TOSHIBA\Documents\File


Imow\1.sav

Active Dataset DataSet2

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 86

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with


valid data.

Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=PengetahuanKat
SikapKat IMTKat

/STATISTICS=STDDEV VARIANCE
RANGE MINIMUM MAXIMUM MEAN
MEDIAN MODE SUM

/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00,02

Elapsed Time 00:00:00,02

Statistics

IMT Anak Usia 9-12


Pengetahuan Gizi Sikap Tahun

N Valid 86 86 86

Missing 0 0 0

Mean ,91 1,50 1,57

Median 1,00 1,50 1,00

Mode 0 1a 1

Std. Deviation ,821 ,503 ,728

Variance ,674 ,253 ,530

Range 2 1 2

Minimum 0 1 1

Maximum 2 2 3

Sum 78 129 135

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Frequency Table

Pengetahuan Gizi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang 33 38,4 38,4 38,4


Cukup 28 32,6 32,6 70,9

Baik 25 29,1 29,1 100,0

Total 86 100,0 100,0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Positif 43 50,0 50,0 50,0

Negatif 43 50,0 50,0 100,0

Total 86 100,0 100,0

IMT Anak Usia 9-12 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang 49 57,0 57,0 57,0

Normal 25 29,1 29,1 86,0

Lebih 12 14,0 14,0 100,0

Total 86 100,0 100,0

CROSSTABS

/TABLES=PengetahuanKat BY SikapKat

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ

/CELLS=COUNT EXPECTED

/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs
Notes

Output Created 24-SEP-2021 15:17:02

Comments

Input Data C:\Users\TOSHIBA\Documents\File


Imow\1.sav

Active Dataset DataSet2

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 86

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.

Cases Used Statistics for each table are based on


all the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.

Syntax CROSSTABS

/TABLES=PengetahuanKat BY
SikapKat

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ

/CELLS=COUNT EXPECTED

/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00,02

Elapsed Time 00:00:00,02

Dimensions Requested 2

Cells Available 524245


No S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 SKOR Max %
1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 17 40 42,5
2 2 1 3 1 3 3 3 4 3 3 26 40 65
3 3 2 1 2 1 1 2 1 1 2 16 40 40
4 3 2 3 3 1 1 1 1 1 2 18 40 45
5 1 1 2 3 3 1 3 3 1 1 19 40 47,5
6 4 4 3 2 1 4 3 4 4 4 33 40 82,5
7 2 4 2 2 3 3 3 3 3 4 29 40 72,5
8 3 1 4 2 4 3 2 3 2 4 28 40 70
9 1 2 3 1 1 4 1 1 1 1 16 40 40
10 3 1 4 2 1 1 1 1 1 1 16 40 40
11 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 18 40 45
12 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 19 40 47,5
13 1 2 4 1 1 1 1 1 1 1 14 40 35
14 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 18 40 45
15 3 1 4 3 4 4 3 4 3 3 32 40 80
16 1 1 3 1 1 3 1 3 2 3 19 40 47,5
17 1 3 2 3 2 2 2 1 1 1 18 40 45
18 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 14 40 35
19 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 14 40 35
20 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 15 40 37,5
21 1 1 3 1 3 3 2 2 1 2 19 40 47,5
22 1 1 4 1 4 4 4 4 3 4 30 40 75
23 1 2 3 2 1 1 1 2 2 2 17 40 42,5
24 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 12 40 30
25 4 3 4 3 4 4 3 4 3 2 34 40 85
26 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 17 40 42,5
27 1 3 1 2 3 2 1 2 2 2 19 40 47,5
28 3 2 3 2 3 4 3 2 3 4 29 40 72,5
29 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 15 40 37,5
30 2 4 4 3 3 3 3 4 4 3 33 40 82,5
31 2 1 3 2 1 1 2 1 2 2 17 40 42,5
32 2 2 3 2 1 2 2 1 2 1 18 40 45
33 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 28 40 70
34 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 15 40 37,5
35 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 12 40 30
36 4 1 3 2 4 4 4 3 4 4 33 40 82,5
37 2 2 2 1 2 3 2 2 1 1 18 40 45
38 4 3 4 2 3 3 3 3 3 4 32 40 80
39 3 2 1 1 3 1 3 1 1 2 18 40 45
40 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 17 40 42,5
41 3 1 2 2 3 3 3 4 3 3 27 40 67,5
42 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 14 40 35
43 1 2 3 2 1 2 3 1 1 2 18 40 45
44 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 36 40 90
45 3 2 2 3 2 1 1 2 2 1 19 40 47,5
46 1 3 2 2 3 3 4 4 4 4 30 40 75
47 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 14 40 35
48 4 1 2 1 1 3 2 4 4 4 26 40 65
49 1 1 2 2 1 1 3 2 3 2 18 40 45
50 4 2 1 1 1 2 4 4 4 4 27 40 67,5
51 1 4 1 1 2 1 1 2 2 2 17 40 42,5
52 3 2 2 1 3 1 4 4 4 4 28 40 70
53 4 1 4 1 2 4 2 2 4 4 28 40 70
54 3 1 2 2 1 3 3 3 3 3 24 40 60
55 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 32 40 80
56 1 2 1 4 4 1 1 1 1 2 18 40 45
57 3 1 1 2 1 3 1 1 1 1 15 40 37,5
58 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 19 40 47,5
59 2 3 2 2 1 1 1 2 2 3 19 40 47,5
60 1 1 1 1 3 1 2 3 2 2 17 40 42,5
61 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 37 40 92,5
62 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 16 40 40
63 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 28 40 70
64 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 40 100
65 3 2 1 4 4 1 4 3 3 3 28 40 70
66 3 4 3 1 4 4 4 4 4 4 35 40 87,5
67 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 36 40 90
68 4 2 3 3 3 4 4 2 3 4 32 40 80
69 3 2 1 1 4 4 4 4 4 4 31 40 77,5
70 1 2 2 1 1 2 2 1 3 2 17 40 42,5
71 3 1 3 3 4 3 1 2 3 3 26 40 65
72 2 3 1 1 2 1 2 1 2 3 18 40 45
73 2 2 1 2 4 4 4 4 4 4 31 40 77,5
74 4 4 3 4 4 2 3 2 2 4 32 40 80
75 2 4 3 3 1 4 4 3 3 3 30 40 75
76 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 33 40 82,5
77 3 2 1 3 4 4 4 4 4 4 33 40 82,5
78 4 4 3 3 3 2 2 4 4 3 32 40 80
79 2 4 3 3 3 1 4 4 4 4 32 40 80
80 2 3 4 4 3 4 4 4 4 3 35 40 87,5
81 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 36 40 90
82 2 1 2 2 3 1 1 3 1 2 18 40 45
83 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 40 97,5
84 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 37 40 92,5
85 4 3 4 4 4 3 2 4 4 4 36 40 90
86 3 4 4 4 3 4 2 4 4 4 36 40 90
DAFTAR STATUS GIZI

No. BB (kg) TB (m)2 Nilai IMT KATEGORI


Responden
1. 25 138 13 Kurang 0
2. 27 137 14 Kurang 0
3. 30 141 15 Kurang 0
4. 25 137 13,3 Kurang 0
5. 28 152 12 Kurang 0
6. 31 141 15,6 Kurang 0
7. 45 156 18,5 Normal 1
8. 30 137 16 Kurang 0
9. 20 125 13 Kurang 0
10. 32 140 16,3 Kurang 0
11. 35 147 16 Kurang 0
12. 44 150 20 Normal 1
13. 41 146 19 Normal 1
14. 39 148 18 Normal 1
15. 53 147 24,5 Normal 1
16. 26 133 15 Kurang 0
17. 28 140 14 Kurang 0
18. 44 146 21 Normal 1
19. 30 146 14 Kurang 0
20. 35 141 18 Normal 1
21. 50 148 23 Normal 1
22. 32 140 16 Kurang 0
23. 62 153 26,5 Lebih 2
24. 35 137 19 Normal 1
25. 30 138 16 Kurang 0
26. 31 147 14 Kurang 0
27. 42 158 17 Normal 1
28. 34 134 19 Normal 1
29. 27 126 17 Normal 1
30. 43 137 23 Normal 1
31. 32 132 18 Normal 1
32. 32 126 20 normal 1
33. 35 138 18 Normal 1
34. 24 131 14 Kurang 0
35. 30 133 17 Normal 1
36. 23 129 14 Kurang 0
37. 23 125 14,5 Kurang 0
38. 25 133 14 Kurang 0
39. 26 125 17 Normal 1
40. 26 134 14 kurang 0
41. 23 131 13 Kurang 0
42. 34 133 19 Normal 1
43. 35 133 20 Normal 1
44. 25 129 15 Kurang 0
45. 17 118 12 Kurang 0
46. 24 127 15 Kurang 0
47. 27 129 16 Kurang 0
48. 22 118 15,5 Kurang 0
49. 22 122 15 Kurang 0
50. 26 126 16 Kurang 0
51. 63 134 35 Normal 1
52. 45 145 21 Normal 1
53. 30 142 15 Kurang 0
54. 40 139 21 Normal 1
55. 25 131 14,5 Kurang 0
56. 28 137 15 Kurang 0
57. 30 141 15 Kurang 0
58. 50 138 26 Lebih 2
59. 33 132 19 Normal 1
60. 30 142 15 Kurang 0
61. 40 139 21 Normal 1
62. 25 131 14,5 Kurang 0
63. 28 137 15 Kurang 0
64. 30 141 15 Kurang 0
65. 50 138 26 Lebih 2
66. 33 132 19 Normal 1
67. 55 153 23,5 Lebih 2
68. 24 135 13 kurang 0
69. 47 154 20 Normal 1
70. 31 143 15 Kurang 0
71. 30 155 12,5 Kurang 0
72. 30 146 14 Kurang 0
73. 25 133 14 Kurang 0
74. 30 155 12,5 Kurang 0
75. 30 146 14 Kurang 0
76. 25 133 14 Kurang 0
77. 32 136 17 Normal 1
78. 62 153 26,5 Lebih 2
79. 56 150 25 Lebih 2
80. 50 138 26 Lebih 2
81. 33 132 19 Normal 1
82. 28 137 15 Kurang 0
83. 30 141 15 Kurang 0
84. 33 132 19 Normal 1
85. 40 139 21 Normal 1
86. 60 150 27 lebih 2

Anda mungkin juga menyukai