Dosen :
Logo STIKes
Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
dengan massa tulang yang rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro arsitektur tulang dan
penurunan kualitas tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Wardhana, 2012 dan
Hikmiyah dan Martin, 2013). Osteoporosis memiliki dampak yang cukup parah bagi kesehatan.
juga menyebabkan kecacatan, ketergantungan pada orang lain, gangguan psikologis sehingga
menurunkan kualitas dan fungsi hidup serta menigkatkan mortalitas (Hikmiyah dan Martin,
2013).
(WHO) menyebutkan bahwa sekitar 200 juta orang menderita Osteoporosis di seluruh dunia.
Pada tahun 2050, diperkirakan angka patah tulang pinggul akan meningkat 2 kali lipat pada
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, angka insiden
patah tulang paha atas tercatat sekitar 200/100.000 kasus pada wanita dan pria diatas usia 40
tahun diakibatkan osteoporosis. World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa 50%
patah tulang paha atas ini akan menimbulkan kecacatan seumur hidup dan menyebabkan angka
kematian mencapai 30% pada tahun pertama akibat komplikasi imobilisasi. Data ini belum
termasuk patah tulang belakang dan lengan bawah serta yang tidak memperoleh perawatan
diubah dan yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain adalah
usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, sedangkan faktor risiko yang dapat diubah antara lain
adalah status gizi, asupan kalsium, konsumsi alkohol, kopi, merokok, hormon endogen seperti
estrogen, menopause dini, aktifitas fisik, dan penggunaan steroid jangka panjang ( Wardhana,
2012 ).
meningkatnya usia, pertumbuhan tulang akan semakin menurun. Sel osteoblas akan lebih cepat
mati karena adanya sel osteoklas yang menjadi lebih aktif, sehingga tulang tidak dapat
digantikan dengan baik dan massa tulang akan terus menurun (Agustin, 2009). Hasil penelitian
Prihatini, et al(2010) menyatakan bahwa pada usia kurang dari 35 tahun 5,7 % sampel beresiko
osteoporosis dan proporsinya terus meningkat dengan bertambahnya usia. Proporsinya mulai
Status gizi berkaitan erat dengan berat badan. Berat badan yang ringan, indeks massa
tubuh yang rendah, dan kekuatan tulang yang menurun memiliki risiko yang lebih tinggi
terhadap berkurangnya massa tulang pada semua bagian tubuh wanita (Krisdiana, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Septriani (2013) menyatakan bahwa berat badan rendah akan lebih
menurunkan kepadatan tulang. Berat badan berlebih (overweight dan obesitas) mengakibatkan
apoptosis serta meningkatkan proliferasi dan diferensiasi osteoblas dan ostosit (Septriani, 2013
Salah satu faktor penting terjadinya osteoporosis adalah kebiasaan minum kopi. Di
Indonesia konsumsi minum kopi cukup tinggi, mengingat bahwa Indonesia adalah negara
penghasil kopi terbesar ketiga di dunia.Kandungan kafein pada kopi dapat mengurangi
penyerapan kembali kalsium di dalam ginjal, sehingga kalsium keluar bersama urin (Kosnayani,
2007). Berdasarkan hasil penelitian di Bogor menyatakan bahwa 60,6% wanita dewasa
yang dilakukan oleh Prihatini, 2010 menyatakan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara
kebiasaan minum kopi dengan osteoporosis. Proporsi resiko osteoporosis lebih tinggi pada
Salah satu faktor yang berpengaruh penting dalam terjadinya osteoporosis adalah
kalsium. Kalsium merupakan makromineral yang terbanyak di dalam tubuh yaitu sekitar 1000
mg. Kalsium berperan dalam mineralisasi tulang dan mempertahankan densitas tulang yang
normal. Hasil penelitian Kosnayani (2007)menunjukkan bahwa asupan kalsium yang tinggi
Salah satu cara pengukuran kepadatan tulang yaitu dengan DualEnergy X-ray
WHO, karena lebih sensitif dan akurat dalam menilai densitas mineral tulang (Putra, 2011).
Pemeriksaan DEXA harganya cukup mahal, sehingga tidak semua daerah atau Rumah Sakit
Salah satu Rumah Sakit yang menyediakan pelayanan pemeriksaan Bone Mineral
Density (BMD) adalah RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Berdasarkan hasil survei
pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Juli 2015 di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso
Surakarta didapatkan jumlah pasien yang melakukan pemeriksaan BMD semakin meningkat
setiap tahun. Pada tahun 2014 sebanyak 136 pasien yang melakukan pemeriksaaan BMD.
Terdapat sebanyak 59 pasien (43,3 %) terdiagnosis osteoporosis. Pada bulan juli 2015 dari 13
pasien yang melakukan pemeriksaan BMDsebanyak 7 pasien (53,8%) terdiagnosis
osteoporosis.
perbedaan usia, status gizi, frekuensi minum kopi dan asupan kalsium pada pasien osteoporosis
dan non osteoporosisdi Poli Rawat jalan RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.
B. Rumusan Masalah
6. Apa yang akan terjadi apabila osteoporosis tidak ditangani dengan segera dan bagaimana
cara penatalaksanaannya?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan studi kasus ini adalah penulis ingin memperoleh pengalaman
2. Tujuan Khusus
I. KARAKTERISTIK KELUARGA
A. DEFINISI
mendefinisikan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh
mereka sebagai bagian dari keluarga. Menurut UU No. 10 1992, keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Definisi lain keluarga
adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang
sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota
keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN 1999, cit Setyowati 2008).
B. CIRI-CIRI KELUARGA
6. Kerjasama
7. Interaksi
C. STRUKTUR KELUARGA
dengan kesehatan
keluarga dan sanak saudara baik dari pihak suami dan istri.
Pemegang Kekuasaan:
E. PERAN KELUARGA
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy (1998),
1. Peran ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan sebagai
peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak
itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
F. TIPE KELUARGA
1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
bibi).
salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya.
4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan dengan pasangan atau anaknya
6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama ( guy and
lesbian family).
1. Keluarga inti ( Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak- anak.
2. Keluarga besar ( Extended Family) adalah keluarga inti di tambah sanak saudara,
misalnya ; nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3. Keluarga berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
4. Keluarga duda atau janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi karena
bersama.
6. Keluarga kabitas (Cahabitation) adalah keluarga yang terdiri dari dua orang
G. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama
yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota
1. Fungsi Agama
keagamaan, dan sekaligus pemberian identitas agama pada setiap anak yang lahir.
yang sangat kokoh berupa kehidupan beragama yang didapatkan sejak dari dalam
rumah.
pengertian dan penanaman nilai-nilai sosial budaya yang ada di tengah masyarakat.
Sikap hidup, tata nilai, etika, sopan santun, budi pekerti yang sudah
menjadi milik masyarakat, didapatkan dan ditanamkan sejak awal dalam kehidupan
keluarga
cinta dan kasih sayang di antara semua anggotanya. Jika anak-anak mendapatkan
suasana cinta dan kasih sayang dalam keluarga, mereka akan tumbuh menjadi
manusia yang penuh cinta dan kasih sayang. Hal ini akan menjadi modal besar bagi
semua anggota keluarga untuk mengembangkan sikap cinta dan kasih sayang dalam
4. Fungsi Perlindungan
Keluarga harus menjadi tempat yang aman, nyaman dan menenteramkan semua
merasa tenang, aman dan damai, karena merasa terlindungi. Tidak ada tindakan
5. Fungsi Reproduksi
penerus bangsa dan negara. Dalam kehidupan keluarga, salah satu tujuan utama
adalah mendapatkan keturunan. Hal ini tidak bisa didapatkan secara sah dan halal,
satu dengan yang lainnya, berkomunikasi dan berinteraksi secara sehat dan
bagi semua anak. Dalam kehidupan keluarga, proses pendidikan berjalan dengan
7. Fungsi Ekonomi
Maka harus ada proses pemberdayaan ekonomi dalam keluarga yang bisa
lingkungan alam sekitar. Keluarga tidak boleh eksklusif yang tidak mengenal
tetangga dan masyarakat di sekitar. Demikian pula keluarga harus peduli dengan
bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi: (Suprajitno, 2004)
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh
kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan
sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Dalam hal ini
keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar. Tetapi keluarga
mempunyai keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian,
lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan
semua tindakan keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja,
dalam kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah. Friedman
dalam Proses keperawatan keluarga juga membagi dalam lima tahap proses
Effendi (2004) dengan melalui membina hubungan kerjasama yang baik dengan
maksud dan tujuan, serta minat untuk membantu keluarga dalam mengatasi
membina komunikasi dua arah dengan keluarga .Friedman (1998: 55) menjelakan
proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari lima langkah dasar meliputi :
A. PENGKAJIAN
keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai
1. Pengumpulan data
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan
tipe keluarga
penggelolaan penyakit.
a. Pendidikan
keluarga .
kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam
6) Aktiftas
Pola aktifitas yang dipilih oleh suatu keluarga dapat berpengaruh terhadap
7) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
8) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien
b) Struktur Kekuasaan
psikologik
c) Struktur peran
keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila
peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan
9) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
c) Fungsi kesehatan
adalah ;
Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan
luasnya masalah
kesehatan.
penyakit.
diperlukan memadai.
dalam keluarga
pencegahan penyakit
d) Fungsi reproduksi
d. Fungsi ekonomi
adalah :
dan papan
situasi/stressor.
permasalahan
menghadapi permasalahan
2. Pemeriksaan Fisik
klinik.
3. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber
tempat.
serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga
dengan masyarakat.
atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan
yang dimilikinya
bermain
Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini
Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya
5. Harapan keluarga
manusia atas perubahan pola interaksi potensial atau aktual individu. Perawat
Kolaborasi dan koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan untuk
pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan
dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa
keperawatan mengacu pada PES dimana untuk problem dapat digunakan rumusan
NANDA.
1) Contoh 1
a) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga
kekurangan nutrisi.
b) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga
c) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga
keputusan dan ketidak mampuan merawat, maka dari 3 diagnosa tersebut cukup
tersebut
2) Contoh 2
Sudah ada data yang menunjangtapi belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan
rumah kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang
Contoh;
Balita.
Contoh;
bapak R
Menyusun prioritas
Friedman (1998:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi bersama
yang dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan prioritas perasaan peka terhadap
1. Sifat Masalah
Ancaman kesehatan 2
1
Keadaan sejahtera
diubah
Mudah 2 2
1
Sebagian
0
Tidak dapat
Tinggi 3 1
Sedang 2
1
rendah
4. Menonjolnya masalah
ditangani
1 1
Ada masalah, tetapi tidak
perlu segera ditangani
Skoring :
skor
x Bobot
angka tertinggi
a. Kriteria 1
Sifat masalah ; bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena
yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan
oleh keluarga
b. Kriteria 2
masalah
c. Kriteria 3
Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada
memperbaiki masalah.
Adanya kelompok ‘high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah
d. Kriteria 4
melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang terlebih dahulu
Menyusun tujuan
a. Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung dan spesifik
b. Tujuan jangka menengah
c. Tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan mempunyai tujuan
tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar.
Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan
3. Perencanaan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan dalam
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Efendy,1998).
Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan
rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).
a. Skala prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi dan disusun
berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam menyusun prioritas masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa criteria sebagai berikut :
1. Sifat masalah (actual, risiko, potensial)
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
3. Potensi masalah untuk dicegah
4. Menonjolnya masalah
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah dari satu proses
skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglay (1978) dalam
Effendy (1998)
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
Skala : Wellness 3
Aktual 3
Resiko 2 1
Potensial 1
4 Menonjol masalah
Skala :
Segera 2
Tidak perlu 1 1
Tidak dirasakan 0
Cara Skoring :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor dibagi dengan makna teringgi dan kalikanlah
dengan bobot.
Skor
X bobot
Angka Tertinggi
3. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria
4. Fakto-faktor yang dapat mempengaruhi penetuan prioritas
Tingkat kemandirian keluarga dilihat dari tujuh kriteria yang kemampuan yang telah dicapau oleh
keluarga yaitu :
Tingkat Kemandirian
No kriteria
1 2 3 4
1. Menerima petugas √ √ √ √
2. Menerima pelayanan rencana keperawatan √ √ √ √
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar √ √ √
4. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran √ √ √
5. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran √ √ √
6. Melakukan tindakan pencegahan secara asertif √ √
7. Melakukan tindakan peningkatan/ promotif secara aktif √
b. Rencana
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan. Tujuan
dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan stressor dan intervensi
dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis
pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder,
dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan tersier (Anderson & Fallune,
2000).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang
mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan
tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada
lima tugas keluarga.
Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya adalah sebagai
berikut :
1. Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai masalah
2. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui dan meluruskan
mengenai intervensi/interpretasi yang salah.
3. Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang faktor-faktor
penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan, cara mendapatkan
pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara teratur.
4. Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan.
5. Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah diketahui dan
apa yang telah dilaksanakan.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu :
a. Sumber daya keluarga
b. Tingkat pendidikan keluarga
c. Adat istiadat yang berlaku
d. Respon dan penerimaan keluarga
e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan criteria
dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja valuasi
sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan
perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi tingkat
aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998)
Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana :
S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga setelah
diberikan implementasi keperawatan.
O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan
yang obyektif.
A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.
P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis (Suprajitno,2004)
Rencana Perawatan :
Penyusunan Tujuan
Mengindentifikasi sumber-sumber
Mendefinisikan pendekatan alternatif
Memilih intervensi perawatan
Penyusun prioritas
Intervensi :
Evaluasi Perawatan
BAB III
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA KELUARGA TUAN. A DI KELURAHAN CEMPAKA BARU
KECAMATAN KEBAYORAN JAKARTA PUSAT
I. DATA UMUM
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Ny. A
2. Usia : 90 Tahun
3. Pendidikan : SD
4. Agama : Islam
5. Suku Bangsa : Indonesia
6. Pekerjaan :-
7. Alamat : Lingungan Blok Pataking RT.001 RW.006
8. Komposisi Keluarga : keluarga usia lanjut
9. Tanggal Pengkajian : Selasa, 31 mei 2022
No Nama L/ Hub dg Umur Pend Pekekerjaan Imunisasi Ket
( Inisial) P KK BCG DPT Polio Campak
1 Ny. A P Istri 90 SD -
10. Genogram
Keteranga :
Tinggal serumah Garis penikahan
Garis keturunan
Perempuan
Meninggal dunia
Laki-laki Client
dapur wc
Ruang Keluarga
Kamar Kamar
pintu
ANALISA DATA
No Data Masalah
1. DS : Nyeri Akut
DO :
Skala nyeri : 3
TD : 140/100 mmHg
R : 22x/menit
BB : 40 Kg
TB : 155 Cm
DO :
Ny. A terlihat gelisah
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul akibat osteoporosis antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.
2. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan gangguan fungsi ekstremitas dan penurunan kekuatan
otot.
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi proses osteoporosis dan program
terapi.
SKORING MASALAH
2 Kemungkinan masalah dapat diubah : 2 2/2x2= 2 Kemungkinan masalah untuk diubah mudah
Skala : karena keluarga telah mengetahui gejala
Mudah 2 osteoporosis, perawat juga memberi penyuluhan
Sebagian 1 tentang gejala osteoporosis dan dapat dipahami
Tidak dapat diubah 0 oleh keluarga Ny. A.
3 Potensi masalah untuk dicegah 1 3/3x1=1 Masalah riwayat osteoporosis adalah riwayat
Skala : dahulu dari Ny. A, sekarang sudah sembuh dari
Tinggi 3 osteoporosis tetapi tubuh menjadi memendek
Rendah 2 dikarenakan adanya gejala dari osteoporosis
Cukup 1 tersebut.
4 Menonjol masalah 2 2/2X2=1 Keluarga Ny. A mengatakan segera ditangani agar
Skala : tidak menyebar ke bagian tulang lainnya
Segera 2
Tidak perlu 1
Tidak dirasakan 0
N TGL
DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP) TTD
O WAKTU
1 Nyeri akut 8 Juni 2022 Lakukan pengkajian S : Ny. A mengatakan nyeri sudah
nyeri secara berkurang
komprehensif termasuk O : tingkat nyeri Ny. A pada tingkat
lokasi, karakteristik, 3
durasi, frekuensi, A : masalah teratasi
kualitasm dan factor P : lanjutkan intervensi
presipitassi.
Control lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, kebisingan.
Ajarkan teknik
nonfarmakologi
(distraksi, guide
imagery).