(NUT 395)
MODUL 11
Mereview Permasalahan Gizi Terkini Dari
Beberapa Artikel Ilmiah Internasional
DISUSUN OLEH
Khairizka Citra Palupi, S.Gz, MSc
C. Latihan
D. Kunci Jawaban
a. Latar belakang cukup baik menjelaskan secara rinci mulai dari fisiologis
lansia, besaran masalah osteoporosis, faktor risiko, serta tujuan
dilakukannya review sistematik
b. Metode penelitian berjalan dilakukan dengan terstruktur dan sistematis
meskipun memang tidak menggunakan software khusus
c. Hasilnya sudah cukup baik, menjelaskan sampel, design penelitian,
instrument pengukuran, hasil penelitian dan kesimpulan.
d. Cara melakukan pembahasan cukup baik yaitu menjelaskan mengenai
hasil penelitian kemudian dibandingkan penelitian lain yang sepemikiran
Santi Rahmawati1, Fadilatunnisa Hayatunnufus2, Ismi Dwi Maulida3, Anandia Zahra Salsabilla4
Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul.
Jl. Arjuna Utara No.9 Jakarta, Indonesia
ABSTRAK
Menurut WHO (2012) osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
berkurangnya masa tulang dan ada perubahan mikroarsitektur jaringan tulang, mengakibatkan
menurunya kekuatan tulang, meningkatnya kerapuhan tulang, dan resiko terjadinya patah
tulang. Faktor risiko osteoporosis bersifat multifaktorial atau banyak factor. Kejadian
osteoporosis paling banyak terjadi pada lansia yang memiliki indeks massa tubuh tidak normal,
baik berat badan berlebih maupun berat badan kurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh indeks massa tubuh terhadap osteoporosis pada lansia di Indonesia
berdasarkan hasil penelitian akademis. Pencarian literature dalam systematic review ini
menggunakan data yang telah dikumpulkan dengan melakukan penelusuran melalui Google
Scholar, dan PUBMED. Pembahasan dalam systematic review ini mencakup 6 artikel terkait
dengan pengaruh indeks massa tubuh terhadap kejadian osteoporosis. Hasil review artikel
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap
kejadian Osteoporosis pada lansia.
Duplikat Jurnal
N = 210
Tahapan pertama yang dilakukan text didapatkan hasil akhir artikel yang
pada metode ini adalah merumuskan sesuai adalah 6 artikel.
masalah penelitian untuk menuntun
HASIL
pencarian literatur yang dapat digunakan
Penelusuran artikel melalui basis data
berdasarkan kata kunci yang digunakan, Google Scholar, menghasilkan 492 artikel
Setelah pencarian literatur, peneliti akan yang teridentifikasi setelah memasukkan
melakukan penyaringan terhadap literatur kata kunci pertama, kedua dan ketiga yang
yang didapatkan dan dilanjutkan dengan tidak ditentukan dalam rentang tahun.
menganalisis hasil penelitian dari berbagai Peneliti kemudian melakukan skrining
literatur, tahap terakhir adalah pelaporan artikel berdasarkan judul duplikat sebanyak
yakni melakukan penulisan hasil yang 210. Skrining berdasarkan identifikasi
didapatkan dari penelitian. Dari 492 artikel abstrak variable sebanyak 268. Skrining
yang telah teridentifikasi, didapatkan 282 selanjutnya terhadap artikel assessmen full
artikel berdasarkan judul, kemudian text sebanyak 6, yang kemudian dengan
kembali dilakukan skrining berdasarkan artikel yang tersisa berdasarkan penilian
yang sesuai dengan kriteria untuk dilakukan
variable dan assessment berdasarkan full
review sebanyak
Tabel 1
Karakteristik Penelitian Intervensi pada Lansia
Humaryanto Gambaran Indeks Massa Tubuh dan 2019 347 < 40 tahun dan
dan Ahmad Densitas Massa Tulang Sebagai Faktor usia ≥ 70 tahun.
S Risiko Osteoporosis pada Wanita
Legiran. et al Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) 2015 38 52-70 tahun
dan Osteoporosis pada Wanita
Pascamenopause
Reeny P. et Hubungan IMT dengan Osteoporosis Wanita 2019 29 50-60 tahun
al 50-60 Tahun Subras Deutero Melayu Etnis
Bugis/Makassar
Soraya V. et Faktor-faktor yang Berhubungan dengan 2014 62 60-90 tahun
al Kejadian Fraktur Osteoporosis pada
Lansia
Sri A. et al Hubungan Antara Usia, Body Mass Index 2020 154 61-70 tahun
Dan Jenis Kelamin dengan Osteoporosis
Yuni P Gambaran Kepadatan Tulang Lansia 2015 28 50-65 tahun
Berdasarkan Status Gizi dan Asupan Kalsium
di Posyandu Lansia Kelurahan Sidosermo
Surabaya Tahun 2015
Tabel 2
Hasil Telaah Artikel dengan Faktor Risiko, IMT (Indeks Massa Tubuh)
Lim, J., & Park, H. S. (2016). Relationship Soke, Y. E., Judha, M., & Amestiasih, T.
between underweight, bone mineral (2016). Hubungan Pengetahuan Lansia
density and skeletal muscle index in tentang Osteoporosis dengan Perilaku
premenopausal Korean Mengkonsumsi Makanan Berkalsium di
women. International journal of clinical Panti Wredha X Yogyakarta. Jurnal
practice, 70(6), 462-468. Keperawatan Respati Yogyakarta, 3(1).
Núñez, N. P., Carpenter, C. L., Perkins, S. Verina, S., & Hardjosworo, S. A. Faktor-
N., Berrigan, D., Jaque, S. V., Ingles, S. Faktor yang Berhubungan dengan
A., & Hursting, S. D. (2007). Extreme Kejadian Fraktur Osteoporosis pada
obesity reduces bone mineral density: Lansia.
complementary evidence from mice and
women. Obesity, 15(8), 1980-1987.
PENGARUH INDEKS MASSA TUBUH (IMT)
TERHADAP OSTEOPOROSIS PADA LANSIA
DI INDONESIA: A SYSTEMATIC REVIEW
Disusun oleh :
Osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas
berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang
dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang
(Tandra, 2017).
Gejala osteoporosis
(Kemenkes, 2015).
Faktor Risiko yang dapat dicegah
antara lain indeks massa tubuh
(IMT)
Terdapat kontroversi kasus osteoporosis yang berhubungan dengan indeks massa tubuh.
Pada orang kurus dengan nilai IMT <18,5 memiliki Namun, penelitian lain menjelaskan
risiko osteoporosis tujuh kali dibandingkan dengan bahwa obesitas berkaitan dengan
orang normal atau obesitas. Kondisi ini penurunan massa tulang yang dapat
dimungkinkan karena rendahknya IMT berhubungan meningkatkan risiko osteoporosis
dengan rendahnya pencapaian massa tulang puncak (Andarini dkk, 2020).
dan tingginya massa tulang yang hilang
(Setyawati dkk, 2013).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh indeks massa tubuh terhadap osteoporosis
pada lansia di Indonesia berdasarkan hasil penelitian
akademis.
Metode
Humaryanto dan Gambaran Indeks Massa Tubuh dan Densitas Massa Tulang 2019 347 < 40 tahun dan usia ≥ 70
Ahmad S Sebagai Faktor Risiko Osteoporosis pada Wanita tahun.
Legiran. et al Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan 2015 38 52-70 tahun
Osteoporosis pada Wanita Pascamenopause
Reeny P. et al Hubungan IMT dengan Osteoporosis Wanita 50-60 Tahun 2019 29 50-60 tahun
Subras Deutero Melayu Etnis Bugis/Makassar
Soraya V. et al Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Fraktur 2014 62 60-90 tahun
Osteoporosis pada Lansia
Sri A. et al Hubungan Antara Usia, Body Mass Index Dan Jenis Kelamin 2020 154 61-70 tahun
dengan Osteoporosis
Yuni P Gambaran Kepadatan Tulang Lansia Berdasarkan Status Gizi 2015 28 50-65 tahun
dan Asupan Kalsium di Posyandu Lansia Kelurahan Sidosermo
Surabaya Tahun 2015
Tabel 2
Hasil Telaah Artikel dengan Faktor Risiko, IMT (Indeks Massa Tubuh)
Penulis (Tahun) Kategori N per group Metode Instrumen Hasil Kesimpulan
Penelitian Penelitian
Humaryanto, 1. Obesitas (IMT <25,0) 60 orang Cross Sectional Quantitative P value = 0,132 Individu yang mengalami obesitas cenderung mempunyai
et.al. (2019) 2. Berisiko (IMT < 23,0-24,9) 26 orang Ultrasound Bone proporsi osteoporosis yang besar, meskipun secara statistic
3. Berlebih (IMT ≥ 23,0) 0 orang Densitometry tidak ditemukan hubungan signifikan antara indeks massa
4. Normal (IMT 18,5-22,9) 68 orang tubuh dengan densitas tulang (p = 0132).
5. Kurang (IMT <18,5) 15 orang
Legiran, R.A. & Kurus – Normal 1. 27 orang Case Control Bone Mineral Density P value = 0,004 Terdapat hubungan yang bermakna antara osteoporosis dan
Gina Tanelvi Overweight – Obesitas 2. 49 orang Study (BMD) dengan tingkat IMT pada wanita pasca monopouse, yang mana IMT rendah
(2015) kepercayaan 95% memiliki risiko 4,25 kali lebih besar untuk menderita
OR sebesar 4,25 osteoporosis dibandingkan dengan wanita pascamenopouse
dengan kategori IMT tinggi.
Reeny P, et.al. 1. Berat badan lebih 1. 6 orang Cross Sectional Grading Metode Semi P value < 0,001 Terdapat korelasi negative yang signifikan antara nilai IMT
(2019) 2. Normal 2. 13 orang Kuantitatif Genant R = -0,604 dengan derajat osteoporosis (p<0,001) dan korelasinya
3. Berat badan kurang 3. 5 orang (Skla Ordinal) termasuk kuat.
Soraya V, et.al. 1. Obesitas 1. 40 orang Cross Sectional wawancara Pvalue = 0,492 Indeks massa tubuh tidak memiliki hubungan dengan kejadian
(2014) 2. Underweight dan Normal 2. 22 orang OR = 1,4 fraktur osteoporosis pada lansia. Responden yang mengalami
95% CI= 0,505 – obesitas berisiko 1,4 kali lebih besar mengalami fraktur
0,4136 osteoporosis
Sri A, et.al. 1. Gemuk Sekali (IMT>27,0 1. 28 orang Cross Sectional T-score pada femoral BMI terhadap BMI memiliki hubungan terhadap kejadian osteoporosis pada
(2020) kg/m2) 2. 25 orang neck dan lumbar spine osteoporosis femoral femoral neck. Osteoporosis pada lumbar spine (L1-L4) tidak
2. Gemuk (IMT 25,1 – 27,0 3. 86 orang (L1-L4) dengan neck P-value =0,000* memiliki hubungan yang bermakna dengan BMI.
kg/m2) 4. 10 orang diagnosis osteoporosis
3. Normal (IMT 18,5 – 25,0 5. 5 orang t-score <-2,5 BMI terhadap
kg/m2) osteoporosis L1-L4 P-
4. Kurus (IMT 17,0 – 18,4 value =0,053
kg/m2)
5. Kurus Sekali (IMT < 17,0
kg/m2)
Yuni P. (2015) 1. Normal 1. 1 orang Simple Random Hologic Sahara IMT normal (42,9%) Angka kejadian osteoporosis pada lansia di kelurahan
2. Tidak Normal 2. 6 orang Sampling Quantitative dan IMT tidak normal Sidosermo Surabaya adalah 25 % dengan kejadian osteoporosis
Ultrasound (57,1%) paling banyak terjadi pada lansia dengan status gizi yang tidak
Densitometry (QUS) 7 orang (24% ) normal atau kekurangan berat badan dan kelebihan berat
Osteoporosis badan.
PEMBAHASAN
Massa
Tulang
IMT Kurang ↓
Massa
atau
Otot
Underweight Osteoporosis
↓
Efek Remodellin
Estrogen protektif g tulang
× terganggu
KESIMPULAN
Kejadian osteoporosis paling banyak terjadi pada lansia yang memiliki indeks massa
tubuh tidak normal, baik berat badan berlebih maupun berat badan kurang. Hasil review
enam penelitian yang telah direview menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian Osteoporosis pada lansia. Lansia dengan IMT
berlebih atau obesitas berisiko, karena berhubungan dengan massa lemak tubuh, yang
merupakan predictor massa tulang karena meningkatkan tekanan mekanis melalui otot.
Namun, hal yang sama juga terjadi pada lansia dengan IMT yang rendah, karena
berkaitan dengan kekuatan tulang yang menurun, sehingga akan berkurangnya massa
tulang pada semua bagian tubuh.