Madinatul Munawwaroh1*
ABSTRAK
ABSTRACT
METODE
Pencarian ini menghasilkan analisis dari 12 laporan yang disajikan sebagai berikut.
1. Osteoporosis
Osteoporosis, atau tulang keropos, adalah penyakit yang ditandai dengan massa
tulang yang rendah dan kemunduran struktural jaringan tulang yang menyebabkan
kerapuhan tulang. Osteoporosis juga bisa menyebabkan peningkatan risiko patah tulang
pinggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan. Baik laki-laki maupun perempuan dapat
berisiko mengalami osteoporosis meskipun penyakit ini dapat dicegah dan diobati. Di
Amerika Serikat, lebih dari 53 juta orang sudah menderita osteoporosis atau memiliki risiko
tinggi karena massa tulang yang rendah (National Institutes of Health Osteoporosis and
Related Bone Diseases, 2018).
Jaringan tulang akan terus-menerus hilang oleh resorpsi lalu dibangun kembali,
tulang yang keropos terjadi jika laju resorpsi lebih dari laju pembentukan kembali.
Perkembangan massa tulang akan mencapai puncaknya pada masa pubertas, selanjutnya
massa tulang akan berkurang. Pembentukan kembali massa tulang sangat ditentukan oleh
faktor genetik, kesehatan selama pertumbuhan, nutrisi, status endokrin, jenis kelamin, dan
aktivitas fisik. Menopause dan usia lanjut menyebabkan ketidakseimbangan antara laju
resorpsi dan laju pembentukan kembali (resorpsi menjadi lebih tinggi), sehingga
meningkatkan risiko patah tulang (Sozen, 2016).
2. Kalsium
Kalsium adalah zat gizi yang paling melimpah di tubuh manusia. Lebih dari 99% (1,2-
1,4 kg) kalsium disimpan di tulang dan gigi. Kurang dari 1% ditemukan dalam cairan
ekstraseluler. Ketika orang dewasa mengkonsumsi kalsium sebagai makanan atau
suplemen, tingkat penyerapannya rata-rata adalah sekitar 30%, namun hal ini bisa sangat
bervariasi karena beberapa faktor, misalnya saja dalam kehamilan ketika lebih banyak
kalsium dibutuhkan untuk janin yang tumbuh, laju penyerapan kalsium akan meningkat
(National Institute of Health US, 2013).
Kalsium diperlukan untuk pembangunan tulang, kalsium akan membentuk bagian dari
zat yang menyatukan dinding sel yang berdekatan. Selain itu kalsium sangat penting dalam
respons terhadap rangsangan otot dan sel saraf. Sumber utama kalsium adalah susu dan
produk susu, daging, dan sayuran yang mengandung fitat (asam fitat) dan garam oksalat
(Encyclopaedia Britannica, 2018).
Kalsium digunakan di seluruh tubuh dalam jumlah kecil. Penelitian telah
mengkonfirmasi bahwa kalsium dibutuhkan dalam pembuluh darah kontraksi, vasodilatasi,
fungsi otot, transmisi saraf, sinyal intraseluler, dan sekresi hormon. Fungsi kalsium ini dapat
berbeda antar organ, tetapi sebagai satu kesatuan sistem dalam tubuh manusia, kalsium
memiliki peranan penting. Setiap perubahan serum kalsium dalam tubuh akan
mempengaruhi satu atau lebih dari fungsi organ-organ tersebut. Misalnya, penderita penyakit
hipokalsemia akan memiliki risiko kejang karena ada hubungannya dengan transmisi saraf
dan sinyal intraseluler (National Institute of Health US, 2013).
5. Pengaruh Diet dan Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Osteoporosis pada Lansia
Berdasarkan penelitian Marjan (2013), tingkat kecukupan energi yang lebih berpeluang
menurunkan kejadian osteoporosis dibandingkan dengan tingkat kecukupan energi yang
normal. Penelitian tersebut juga menunjukkan hasil bahwa tingkat kecukupan protein yang
kurang dapat menjadi faktor risiko terhadap kejadian osteoporosis dibandingkan dengan
tingkat kecukupan protein yang normal.
Selain itu, penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa subjek yang memiliki tingkat
aktivitas fisik dalam kategori kurang berpeluang mengalami osteoporosis 8 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan subjek yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang sedang, maka tingkat
aktivitas fisik yang kurang merupakan faktor risiko atau penyebab terjadinya osteoporosis.
SIMPULAN
Osteoporosis, atau tulang keropos, adalah penyakit yang ditandai dengan massa
tulang yang rendah dan kemunduran struktural jaringan tulang yang menyebabkan
kerapuhan tulang. Homeostasis kalsium yang efektif penting dalam banyak proses biologis,
termasuk metabolisme tulang, proliferasi sel, koagulasi darah, hormonal signalling
transduction dan fungsi neuromuscular. Osteoporosis terjadi sebagai akibat penuaan pada
tulang. Sebagian besar massa tulang dalam tubuh manusia adalah tulang kortikal. Khusus
untuk orang yang sangat tua, risiko penipisan tulang kortikal dan risiko patah tulang lebih
besar. Berdasarkan penelitian Marjan (2013), tingkat kecukupan energi dan protein yang
kurang, serta kurangnya aktifitas fisik berpeluang meningkatkan kejadian osteoporosis.
DAFTAR PUSTAKA