Anda di halaman 1dari 141

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR

PADA MAHASISWA SEMESTER VIII YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI


DI STIKES YPIB MAJALENGKA TAHUN 2021

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Pendidikan Program Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :
RINA IRYANTI
NIM. 17142011036

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
YPIB MAJALENGKA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DAN KUALITAS TIDUR

PADA MAHASISWA SEMESTER VIII YANG SEDANG MENYUSUN

SKRIPSI DI STIKES YPIB MAJALENGKA TAHUN 2021

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Sarjana Keperawatan STIKes YPIB Majalengka

Majalengka, September 2021

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Wawan Kurniawan, SKM., S.Kep.,Ners.,M.Kes Tresna Komalasari, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Menyetujui

LEMBAR PENGESAHAN

i
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR
PADA MAHASISWA SEMESTER VIII YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI
DI STIKES YPIB MAJALENGKA TAHUN 2021

Skripsi ini telah diperiksa dan disahkan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi S1
Keperawatan STIKes YPIB Majalengka

Majalengka, September 2021

Mengesahkan

Ketua Penguji Anggota Penguji Anggota Penguji

Dr.Wawan Kurniawan, SKM.,S.Kep.,Ners.,M.Kes Rina Nuraeni,S.Kep.,Ners.,M.Kes Heni,S.Kep.,Ners.,M.Kep

Mengetahui.

Ketua Program Studi S1 Keperawatan

STIKes YPIB Majalengka

Hera Hijriani, S.Kep.,Ners.,M.Kep

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

ii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan Antara Tingkat

Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Semester VIII Yang

sedang Menyusun Skripsi Di STIKes YPIB Majalengka Tahun 2021 ini

sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat

dan karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan in, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuwan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Majalengka, September 2021

Yang Membuat Pernyataan

Materai 6000

RINA IRYANTI

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

iii
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Q.S Al-Insyirah : 6)

-Where There Is A Will, There Is A Way-

“Hidup ini bagai skripsi, banyak bab dan revisi yang harus dilewati. Tapi akan selalu

berakhir indah bagi mereka yang pantang menyerah”

Karya kecilku ini ku persembahkan untuk :

 Kedua orangtuaku

 Saudara-saudara serta teman seperjuanganku

 Almamaterku

 Dan seseorang yang telah menemani hari-hariku

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

iv
A. Identitas

Nama : Rina Iryanti

Tempat/Tanggal Lahir : Majalengka, 20 Januari 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Blok Pos RT 02/07 Desa Sindangwasa

Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka

B. Riwayat Pendidikan

1. SDN Sindangwasa : Tahun 2006 - 2011

2. SMPN 1 Jatiwangi : Tahun 2011 - 2014

3. SMAN 1 Jatiwangi : Tahun 2014 - 2017

4. STIKes YPIB Majalengka : Tahun 2017 – sekarang

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

v
STIKes YPIB MAJALENGKA
Skripsi, September 2021

RINA IRYANTI
NIM. 17142011036

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA


MAHASISWA SEMESTER VIII YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI DI
STIKES YPIB MAJALENGKA TAHUN 2021

xviii +, 135 halaman, 6 tabel, 2 diagram, 1 gambar, 10 lampiran

ABSTRAK

Skripsi merupakan tugas akhir bagi mahasiswa yang seringkali menjadi salah
satu penyebab kecemasan. Kecemasan yang berlebihan akan mengganggu pola tidur
dan kualitas tidur mahasiswa. Penelitian ini bertujuan menganalisa hubungan tingkat
kecemasan dan kualitas tidur pada mahasiswa semester VIII yang sedang menyusun
skripsi di STIKes YPIB Majalengka Tahun 2021
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain Cross Sectional.
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa semester VIII sebayak 41 responden dengan
teknik simple random sampling. Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner.
Analisis yang digunakan univariat dan bivariat dengan menggunakan Uji Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami
kecemasan berat sebanyak 46,3%, dan responden yang mengalami kecemasan sedang
sebanyak 24,4%, sedangkan kualitas tidur kurang yaitu sebanyak 78,0%. Hasil
analisis uji Chi Square diperoleh nilai ρ value 0,000 (ρ<0,05). Sehingga dari hasil
tersebut diketahui bahwa adanya hubungan antara tingkat kecemasan dan kualitas
tidur pada mahasiswa semester VIII yang sedang menyusun skripsi di
STIKes YPIB Majalengka Tahun 2021.
Diharapkan agar mahasiswa dapat meningkatkan pemahaman dalam penatalaksanaan
kecemasan dan kualitas tidur. Salah satunya dengan terapi musik,

Kata Kunci : Mahasiswa, Skripsi, Tingkat Kecemasan, Kualitas Tidur


Kepustakaan : 37 (2011-20
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE

vi
BONJOL PRIMARY EDUCATION FOUNDATION
NURSING S1 STUDY PROGRAM
Thesis, September 2021

RINA IRYANTI
NIM. 17142011036

THE RELATIONSHIP OF ANXIETY LEVEL WITH SLEEP QUALITY IN


SEMESTER VIII STUDENTS WHO ARE COMPLETING THESIS AT
STIKES YPIB MAJALENGKA IN 2021

ABSTRACT

Thesis is a scientific work that is completed by students to get a bachelor's


degree, for students the thesis is considered a scary thing and a heavy burden as well
as an obstacle to graduation as a graduate. Excessive anxiety which will interfere with
sleep patterns and sleep quality of students. This study aims to analyze the
relationship between anxiety levels and sleep quality in semester VIII students who
are writing a thesis at STIKes YPIB Majalengka in 2021.
This research is a quantitative correlation study with a cross sectional
design. The sampling technique used is random sampling. The analysis used
univariate and bivariate using Chi Square with a value of = (0.05). Data collection
using the HARS questionnaire for anxiety levels and PSQI for sleep quality.
The results of this study showed that most of the 41 respondents
experienced severe anxiety as many as 19 respondents (46.3%) and moderate anxiety
as many as 10 respondents (24.4%) while the quality of sleep was lacking, namely 32
respondents (78.0%). The results of the Chi Square test analysis obtained a value of
0.000 (ρ <0.05). The conclusion is that there is a relationship between anxiety levels
and sleep quality in VIII semester students who are writing a thesis at STIKes YPIB
Majalengka in 2021.
It is hoped that students can increase knowledge and understanding in the
prevention or management of anxiety and regulate sleep patterns, straighten thoughts
and perceptions of problems so that they can show adaptive coping mechanisms in
dealing with anxiety.
Keywords: Student, Thesis, Anxiety Level, Sleep Quality
Literature : 37 (2011-2020)

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.

Shalawat dan salam semoga selamanya tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Kepada keluarganya, sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita semua

selaku umatnya. Aamiin..

Proposal penelitian ini berjudul “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas

Tidur Pada Mahasiswa Semester VIII Yang Sedang Menyusun Skripsi Di STIKes

YPIB Majalengka Tahun 2021”. Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan

dan hambatan yang penulis alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat

dari orang terdekat, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan proposal

skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

Jejen Nurbayan, S.Sos., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Imam Bonjol (YPIB)

Majalengka.

1. Dr. Wawan Kurniawan, SKM., S.Kep.,Ners.,M.Kes, selaku ketua STIKes

YPIB Majalengka serta selaku Pembimbing Utama yang telah banyak

menyediakan waktu, memberikan banyak ilmu serta membimbing dan

mengarahkan dengan penuh kesabaran.

viii
2. Hera Hijriani, S.Kep.,Ners.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan STIKes YPIB Majalengka.

3. Tresna Komalasari, S.Kep.,Ners.,M.Kep, selaku Pembimbing Pendamping

yang telah banyak menyediakan waktu, memberikan tambahan ilmu serta

membimbing dan mengarahkan dengan sabar.

4. Rina Nuraeni, S.Kep.,Ners.,M.Kes selaku Pembimbing Akademik yang telah

banyak membantu dan memberikan arahan selama masa perkuliahan.

5. Seluruh dosen pengajar Prodi S1 Keperawatan STIKes YPIB Majalengka

yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa

perkuliahan.

6. Seluruh staf dan karyawan STIKes YPIB Majalengka yang telah memberikan

bantuan kepada penulis.

7. Ayah, ibu, kakak serta keluargaku tercinta yang senantiasa memberikan do’a,

dukungan baik secara moril maupun materil dan spiritual sehingga penulis

dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.

8. Seluruh rekan mahasiswa STIKes YPIB Majalengka, khususnya Program

Studi S1 Keperawatan A 2017 yang telah memberikan bantuan, dukungan dan

solidaritasnya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.

9. Anzar Rusalam, yang selalu memberikan semangat dan motivasi setiap

harinya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah

membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.

ix
Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi

para pembaca khususnya mahasiswa keperawatan. Kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat diperlukan untuk memperbaiki proposal skripsi

ini.

Majalengka. September 2021

Penulis

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...............................................iii

PERSEMBAHAN DAN MOTTO..........................................................................iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................................v

ABSTRAK..............................................................................................................vi

ABSTRACT...........................................................................................................vii

KATA PENGANTAR .........................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................xi

DAFTAR DIAGRAM............................................................................................xv

DAFTAR TABEL.................................................................................................xvi

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xvii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

xi
B. Rumusan Masalah......................................................................................10

C. Tujuan Penelitian......................................................................................10

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................13

A. Konsep Kecemasan ...................................................................................13

1. Pengertian Kecemasan ........................................................................13

2. Jenis-Jenis Kecemasan.........................................................................14

3. Teori Kecemasan..................................................................................15

4. Gejala Kecemasan ...............................................................................16

5. Tingkat Kecemasan .............................................................................19

6. Respon Fisiologi dan Psikologi............................................................20

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan ..................................22

8. Alat Ukur Kecemasan .........................................................................25

B. Konsep Kualitas Tidur...............................................................................27

1. Pengertian Tidur...................................................................................27

2. Fungsi Tidur.........................................................................................28

3. Fisiologi Tidur .....................................................................................29

4. Tahapan Tidur......................................................................................30

5. Siklus Tidur..........................................................................................32

6. Kebutuhan Pola Tidur Normal.............................................................35

7. Gangguan Tidur...................................................................................37

xii
8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur............................................38

9. Kualitas Tidur.......................................................................................39

10. Pengkajian Kualitas Tidur....................................................................40

C. Konsep Skripsi ..........................................................................................42

1. Pengertian Skripsi................................................................................42

2. Macam-Macam Metode Penelitian Skripsi..........................................43

3. Hambatan-Hambatan Dalam Menyusun Skripsi..................................45

4. Hasil Penelitian Yang Terkait..............................................................45

D. Konsep Kerangka Teori.............................................................................47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................48

A. Kerangka Konsep ......................................................................................48

1. Visualisasi Kerangka Konsep..............................................................48

2. Definisi Operasional.............................................................................49

B. Jenis dan Desain Penelitian .......................................................................51

C. Hipotesis.....................................................................................................51

D. Populasi dan Sampel..................................................................................51

1. Populasi ...............................................................................................51

2. Sampel .................................................................................................52

3. Teknik Sampling..................................................................................53

E. Tempat Penelitian ......................................................................................54

F. Waktu Penelitian .......................................................................................54

xiii
G. Etika Penelitian .........................................................................................54

H. Instrumen Penelitian ..................................................................................56

I. Prosedur Pengumpulan Data......................................................................57

J. Teknik Pengolahan Data............................................................................58

K. Analisa Data...............................................................................................60

1. Analisis Univariat.................................................................................60

2. Analisis Bivariat ..................................................................................61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................63

A. Hasil Penelitian .........................................................................................63

1. Analisis Univariat.................................................................................63

2. Analisis Bivariat...................................................................................65

3. Hambatan Pada Saat Penelitian............................................................66

B. Pembahasan ...............................................................................................67

1. Analisis Univariat.................................................................................67

2. Analisis Bivariat ..................................................................................74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................79

1. Kesimpulan..........................................................................................79

2. Saran.....................................................................................................80

DAFTAR PUSTAKA

xiv
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.2 Kerangka Teori..................................................................................47

Diagram 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................48

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kebutuhan Tidur Manusia Berdasarkan Usia........................................37

Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................................50

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi ..............................................................................60

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa

Semester VIII Yang Sedang Menyusun Skripsi Di STIKes YPIB Majalengka Tahun

2021........................................................................................................................63

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Semester

VIII Yang Sedang Menyusun Skripsi Di STIKes YPIB Majalengka Tahun 202164

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur

Pada Mahasiswa Semester VIII Yang Sedang Menyusun Skripsi Di STIKes YPIB

Majalengka Tahun 2021.........................................................................................65

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahapan-Tahapan Siklus Tidur..........................................................36

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informed Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Lembar Concent Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Lembar Kuesioner

Lampiran 4 Permohonan Izin Studi Pendahuluan STIKes YPIB Majalengka

Lampiran 5 Surat Rekomendasi Studi Pendahuluan Kesbangpol

Lampiran 6 Permohonan Izin Penlitian STIKes YPIB Majalengka

Lampiran 7 Surat Rekomendasi Penelitian Kesbangpol

Lampiran 8 Hasil Pengolahan Data SPSS

Lampiran 9 Master Tabel

Lampiran 10 Catatan Pembimbing

xviii
xix
xx
xxi
xxii
1
1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia, dimana secara mendasar pendidikan mempunyai peran

penting agar meningkatkan kemampuan dasar manusia untuk dapat

mengembangkan, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh

karenanya, perluasa dan pemerataan kesempatan belajar merupakan salah satu

prioritas utama dalam pembangunan, baik sarana maupun prasarana

pendidikan tingkat dasar, menengah dan atas. Pada awalnya dimulai dengan

program wajib belajar 6 tahun, kemudian diperluas 9 tahun, sehingga

mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam pendidikan. Dengan

demikian, setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengikuti

pendidikan sampai tingkat atau minimal sampai tamat Sekolah Menengah

Atas (SMA/SMK).

Beberapa perguruan tinggi di Indonesia banyak yang telah

menerapkan aturan berkaitan dengan pembatasan batas masa studi pada

mahasiswanya, aturan tersebut berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan

1
2

Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 BAB III tentang beban dan

masa studi (pasal 5, ayat 1) yang menyatakan beban program studi sarjana

sekurang-kurangnya 144 sks dan sebanyak-banyaknya 160 sks yang

dijadwalkan untuk delapan semester dan dapat ditempuh dalam waktu kurang

dari delapan semester setelah pendidikan menengah, mahasiswa harus

melakukan penelitian dan mengerjakan tugas akhirnya yaitu dalam bentuk

skripsi (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI 232/U/2000).

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang menjalani pendidikan tinggi

di sebuah Universitas atau perguruan tinggi untuk menuntut ilmu dan

mengembangkan kemampuan kognitifnya, mendapatkan gelar dari hasil studi

yang telah ditempuh (Santoso, 2012). Mahasiswa adalah seseorang yang

sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang

menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri

dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji,

2012).

Biasanya usia remaja muda sedang menjalani pendidikan Diploma,

Sarjana, dan Pasca Sarjana, tetapi tidak sedikit mahasiswa yang berusia

dewasa muda masih kuliah Sarjana atau sedang menyusun tugas akhir

mahasiswa yang menjadi salah satu syarat lulus menjadi sarjana. (Hidayat,

2015).

Mahasiswa harus melakukan penelitian dan menuliskannya dalam

bentuk skripsi sebagai syarat kelulusan. Skripsi merupakan karya ilmiah yang
3

dibuat oleh mahasiswa setingkat strata satu (S1) untuk menyelesaikan tugas

akhir atau program studinya. Skripsi merupakan pembelajaran bagi

mahasiswa untuk mengasah kemampuan analisisnya dalam mengkaji,

menganalisis, memecahkan dan menyimpulkan masalah yang ditelitinya.

Tidak sedikit mahasiswa yang menjadi gelisah dan bahkan menjadi cemas

akibat tuntutan mengerjakan skripsi. Mengalami keluhan-keluhan lainnya efek

dari rasa cemas tersebut. Keharusan menyusun skripsi dimaksudkan agar

mahasiswa mampu menerapkan ilmu dan kemampuan sesuai dengan disiplin

ilmu yang dimiliki kedalam kenyataan yang dihadapi, skripsi juga merupakan

tolak ukur sejauh mana tingkat pemahaman mahasiswa sesuai dengan ilmu

yang dimiliki (Etty, 2013)

Salah satu contoh kecemasan yang sering ditemui dikalangan

mahasiswa tingkat akhir adalah cemas saat menghadapi pembuatan skripsi.

Skripsi merupakan tugas akhir bagi mahasiswa di perguruan tinggi yang

sering kali menjadi salah satu penyebab kecemasan. Masalah-masalah yang

umum dihadapi oleh mahasiswa dalam menyusun skripsi adalah banyaknya

mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan dalam menulis, adanya

kemampuan akademis yang kurang memadai, serta kurang adanya

ketertarikan mahasiswa pada penelitian (Slamet, 2014)

Kegagalan dalam menyusun skripsi juga disebabkan oleh adanya

kesulitan mahasiswa dalam mencari judul skripsi, kesulitan mencari literatur

dan bahan bacaan, dana yang terbatas, serta adanya kecemasan dalam
4

menghadapi dosen pembimbing. Cemas menyebabkan seseorang mencoba

untuk tidur, namun selama siklus tidurnya klien sering terbangun atau terlalu

banyak tidur. Cemas yang berlanjut dapat mempengaruhi kebiasaan tidur yang

buruk. (Potter dan Perry, 2005).

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang

tidak menyenangkan dan dialami oleh setiap makhluk hidup dalam kehidupan

sehari-hari yaitu dalam bentuk perasaan cemas, ketegangan, ketakutan,

gangguan kecerdasan, perasaan, depresi, gejala somatik, gejala sensorik,

gejala kardiovaskuler, gejala pernafasan, gejala gastrointestinal dan gangguan

tidur atau kualitas tidur (Hamilton dalam Tiara, 2015)

Kualitas tidur merupakan suatu keadaan tidur yang dijalani seseorang

individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun. Yang

mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, sepeti durasi tidur, latemsi

tidur, serta apek subjektif dari tidur. Dan kemampuan setiap orang untuk

mempertahankan keadaan tidur untuk mendapatkan tahap tidur REM (Rapid

Eyye Movement dan NREM (Non Rapid Eye Movement) yang pantas

menurut Khasanah 2012, dalam Ilham, (2014)

Setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk memenuhi

kebutuhan istirahat dan tidur (Guyton & Hall, 2011). Perubahan pola tidur

disebabkan oleh tuntutan sekolah, kegiatan sosial setelah sekolah, dan

pekerjaan paruh waktu yang menekan untuk tidur, sehingga menyebabkan

dewasa muda akan tidur lebih larut dan bangun lebih cepat pada waktu kuliah.
5

Akibat adanya tuntutan gaya hidup tersebut, maka akan memperpendek waktu

yang tersedia untuk tidur dan kebutuhan fisiologis, maka sering kali

mengantuk berlebihan di siang hari karena mengalami sejumlah perubahan

yang sering kali mengurangi waktu tidur (Potter & Perry, 2005).

Tuntutan akademik yang dihadapi mahasiswa menyebabkan gangguan

tidur terganggu dan kualitas tidur buruk disebabkan oleh stressor atau

kecemasan karena tugas akhir mahasiswa berupa skripsi. Hal ini diperkuat

oleh hasil peneliti Gaultney (2011) terhadap 1.845 mahasiswa yang

menyebutkan 27% mengalami setidaknya satu jenis gangguan tidur dan yang

paling sering dialami adalah narkolepsi, hipersomnia, obstruksi henti nafas

saat tidur, dan insomnia yang dapat menyebabkan kualitas tidur terganggu.

Kecemasan dan gangguan tidur yang terus berlangsung dapat

menyebabkan mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir mencapai

kesuksesan akademik IPK yang tinggi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian

Cabrera & Schub (2011) yang mencatat bahwa individu yang mengalami

gangguan tidur berdampak pada proses belajar, menurunkan daya tahan tubuh

seseorang, kurang tidur juga mengakibatkan penurunan kemampuan mental

seperti penurunan konsentrasi, motivasi belajar, kesehatan fisik, kemampuan

berpikir kritis, kemampuan berinteraksi dengan individu atau lingkungan di

kampus, dan penurunan kemampuan menyelesaikan tugas.

Dampak dari kecemasan salah satunya yaitu gangguan mental yang

umum dengan prevalensi seumur hidup yaitu 16%-29% (Katz, et all, 2013).
6

Dilaporkan bahwa perkiraan gangguan kecemasan pada dewasa muda di

Amerika adalah sekitar 18,1% atau sekitar 42 juta orang yang hidup dengan

dampak gangguan kecemasan seperti stress pasca trauma, kecelakaan, pasca

bencana, korban, dan dari dampak gangguan kecemasan umum seperti tegang,

kekhawatiran yang berlebihan, sulit konsentrasi dan fobia atau ketakutan.

Sedangkan gangguan kecemasan seumur hidup pada wanita sebesar 60% lebih

tinggi dibandingka pria karena pengaruh hormon dalam tubuh, dan hormon

pria dan wanita berbeda (NMH & Lowry, 2013). Salah satu faktor dari

kecemasan yaitu respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak

menyenangkan dan merupakan pengalaman subjektif individu dan tidak dapat

diobservasi secara langsung, hal tersebut terutama dialami oleh mahasiswa

dalam persiapan proposal dan menyelesaikan skripsi (Yousandra, 2014).

Organisasi Kesehatan Dasar (WHO, 2017) menyatakan bahwa depresi

dan kecemasan merupakan gangguan jiwa umum yang prevalensinya paling

tinggi. Lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia (3,6% dari populasi)

menderita kecemasan. Sementara itu jumlah penderita depresi sebanyak 322

juta orang di seluruh dunia (4,4% dari populasi) dan hampir separuhnya

berasal dari wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat.

Hasil penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2019)

menunjukkan bahwa kecemasan dan depresi menyebabkan kerugian ekonomi

global sebesar 1 trilyun USD setiap tahunnya akibat hilangnya produktivitas

sumberdaya manusia. Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Harvard Club


7

Indonesia bekerja sama dengan DPR RI, di Gedung Nusantara DPR RI,

Senayan, tanggal 10 September 2019, sebagai upaya menanggapi program

Presiden Joko Widodo periode kedua tentang SDM unggul, para narasumber

sepakat bahwa kesehatan fisik maupun jiwa merupakan prasyarat utama

untuk menghasilkan manusia-manusia unggul Indonesia (‘Sektor Kesehatan”,

2019).

Di Indonesia, menurut catatan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2018), menunjukkan prevalensi

gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala

kecemasan dan depresi untuk usia 15 tahun keatas mencapai sekitar 9,8% dari

jumlah penduduk Indonesia, terjadi peningkatan proporsi gangguan jiwa

cukup signifikan.

Prevalensi kecemasan di Jawa Barat Pada tahun 2019 menunjukkan

bahwa sebesar 7,8% untuk usia 15 tahun keatas atau sekitar 20 juta penduduk

mengalami depresi, gejala-gejala kecemasan saat menghadapi masalah,

diantaranya seperti kebanyakan tuntutan tugas-tugas sekolah, Ujian Nasional,

tugas akhir mahasiswa dalam bentuk skripsi (Depkes Jawa Barat, 2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Tri Okta Ratnaningtyas, (2020)

“Hubungan Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Tingkat

Akhir” sebanyak 133 responden terdapat 28 responden dengan presentase

90,0% mengalami kualitas tidur buruk karena kecemasan yng ringan dan
8

terdapat 93 responden dengan presentase 94,9% mengalami kualitas tidur

buruk karena kecemasan yang berat.

Hasil penelitan Julianto Laia, (2019) “Hubungan Tingkat Kecemasan

Dengan Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan

STIKes Wijaya Husada Bogor” hasil penelitian menujukkan dari 168

responden, diketahui 73 responden (43,5%) memiliki tingkat kecemasan

sedang dengan kualitas tidur yang buruk sebanyak 51 responden (46,8%).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Maria Puji Lestari, (2019)

“Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tingkat Kecemasan Mahasiswa Dalam

Menghadapi Tugas Akhir di Fakultas Kedokteran Umum Universitas

Malahayati Tahun 2019” dari 106 responden yang diteliti didapatkan

distribusi frekuensi kualitas tidur buruk sebanyak 76 orang (71,7%) dan

distribusi frekuensi terlihat bahwa mahasiswa yang tidak ada kecemasan

sebanyak 28 orang (26,4%). Kesimpulannya ada hubungan antarakualitas

tidur dan tingkat kecemasan pada mahasiswa.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alda Vania Sugiarta, (2018)

“Hubungan Tingkat Kecemasan Terhadap Kualitas Tidur Pada Mahasiswa

Angkatan 2018 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana” dari

106 responden, didapatkan hasil 83 responden mengalami kecemasan ringan,

diantaranya 30 responden mengalami kualitas tidur baik dan 53 responden

mengalami kualitas tidur buruk, sedangkan 21 responden mengalami

kecemasan sedang yang terdiri atas 1 responden mengalami kualitas tidur baik
9

dan 20 responden mengalami kualitas tidur buruk, serta 2 responden

mengalami kecemasan berat yang terdiri atas 1 responden mengalami kualitas

tidur buruk dan 1 responden mengalami kulitas tidur baik.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti

diperoleh data peneliti mewawancarai 5 orang mahasiswa S1 Keperawatan di

STIKes YPIB Majalengka pada tanggal 1 Maret 2021, dari lima orang

mahasiswa tersebut ada tiga orang yang mengalami tingkat kecemasan sedang

yang menunjukkan beberapa gejala dari kecemasan diantaranya yaitu cemas,

gelisah, tidur tidak nyenyak, mimpi buruk, daya ingat menurun, berdebar-

debar, sering menarik nafas panjang dan sering buang air kecil. Dan

mengalami kualitas tidur buruk dengan skor global >5 dengan keluhan bangun

tidur yang siang, terbangun ditengah malam, sulit tidur, mengantuk di siang

hari, dan sulit konsentrasi. Sedangkan dua orang mahasiswa mengalami

kategori tingkat kecemasan ringan yang meliputi beberapa gejala yaitu lesu,

mudah berkeringat, bangun dini hari, sukar konsentrasi dan mengalami

kualitas tidur yang baik.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur Pada

Mahasiswa Semester VIII Yang Sedang Menyusun Skripsi di STIKes YPIB

Majalengka tahun 2021.


10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas maka

dapat disimpulkan rumusan masalahnya yaitu “Apakah ada hubungan tingkat

kecemasan dengan kualitas tidur pada mahasiswa semester VIII yang sedang

menyusun skripsi di STIKes YPIB Majalengka tahun 2021?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada

mahasiswa semester VIII yang sedang menyusun skripsi di STIKes YPIB

Majalengka tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada

mahasiswa semester VIII yang sedang menyusun skripsi di STIKes

YPIB Majalengka tahun 2021.

b. Diketahuinya gambaran kualitas tidur pada mahasiswa semester VIII

yang sedang menyusun skripsi di STIKes YPIB Majalengka tahun

2021.

c. Diketahuinya hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada

mahasiswa semester VIII yang sedang menyusun skripsi di STIKes

YPIB Majalengka tahun 2021.


11

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Merupakan informasi dalam pengembangan cakrawala berfikir bagi

peneliti lain yang berkaitan dengan tingkat kecemasan dan kualitas

tidur.

2. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan memperkaya

wawasan ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.

3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan kajian terhadap teori

yang telah diperoleh mahasiswa selama mengikuti KBM di kampus

STIKes YPIB Majalengka

4. Manfaat Bagi Peneliti Lain

Pengalaman ilmiah berharga yang dapat meningkatkan pengetahuan

dan menambah wawasan tentang hal-hal yang berkaitan kecemasan

dengan kualitas tidur pada saat menyusun skripsi

5. Manfaat Bagi Responden/Mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi, motivasi atau

pendorong bagi responden khususnya para mahasiswa sehingga dapat

meningkatkan upaya penurunan kecemasan dan peningkatan kualitas

tidur.

6. Manfaat Bagi Peneliti


12

Penelitian ini dapat memberikan wawasan, menambah pengalaman

dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan

kedalam praktik nyata, dan memperoleh hasil dari kegiatan penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan

yang tidak menyenangkan dan dialami oleh setiap makhluk hidup

dlam kehidupan sehari-hari yaitu dalam bentuk perasaan cemas,

ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan,

perasaan cemas, ketegangan, ketakutam, gangguan tidur, gangguan

kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatik, gejala sensorik, gejala

kardiovaskuler, gejala pernafasan, gejala gastrointestinal (Hamilton

dalam Tiara, 2015).

Kecemasan menurut Freud (1993/1964) adalah suatu keadaan

perasaan afektif yang tidak menyenanagkan yang disertai dengan

sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan

datang (Semiun, 2006:87). Kecemasan adalah sebuah emosi dan

pengalaman subjektif dari seseorang, yang membuat seseorang tidak

nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan

13
14

dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Kusumawati & Hrtono,

2011:58).

Berdasarkan beberapa definisi diatas menurut para ahli dapat

disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan dimana

seseorang merasakan takut atau khawatir pada situasi tertentu yang

sangat mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan dan

menjadikan seseorang tersebut tidak berdaya, mengalami gangguan

tidur, somatik dan gangguan pernafasan.

2. Jenis-jenis Kecemasan

a. Kecemasan Rasional

Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang

mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakutan

diaggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme

pertahanan dasar kita.

b. Kecemasan Irasional

Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah

keadaan-keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang

mengancam.

c. Kecemasan fundamental

Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa

dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya.


15

Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensi yang

mempunyai peran fundamental bagi kehidupan manusia.

3. Teori Kecemasan

Menurut Stuart (2013) terdapat empat teori kecemasan, yaitu :

a) Teori Psikoanalitis

Kecemasan adalah konflik antara dua elemen kepribadian yaitu

id dan superego. Id mewakili dorongan insting, superego

mewakili hati nurani. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari id

dan superego. Dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego

bahwa ada bahaya.

b) Teori Interpersonal

Kecemasan timbul dalam hubungan interpersonal dan ini erat

kaitannya dengan kemampuan berkomunikasi. Semakin tinggi

tingkat ansietas, semakin rendah kemampuan seseorang untuk

berkomunikasi dengan orang lain.

c) Teori Perilaku

Kecemasan merupakan hasil frustasi. Frustasi yaitu semua yang

dapat mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan

yang diharapkan. Ahli teori perilaku menganggap kecemasan

sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan

diri untuk menghindari kepedihan. Teori konflik memandang


16

cemas sebagai pertentangan antara dua kepentingan yang

berlawanan. Cemas terjadi karena adanya hubungan timbal

balik antara konflik dan kecemasan : konflik menimbulkan

perasaan tidak berdaya, yang pada akhirnya meningkatkan

konflik yang dirasakan

d) Teori Keluarga

Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan sering terjadi

didalam keluarga. Gangguan kecemasan juga berkaitan erat

antara gangguan kecemasan dengan depresi.

4. Gejala Kecemasan

Menurut Sundari (2012) mengungkapkan bahwa gejala-gejala

kecemasan ada dua macam yaitu yang bersifat fisik dan mental.

a. Gejala kecemasan yang bersifat fisik merupakan suatu emosi yang

ditandai dengan meningkatnya aktivitas secara otonom, secara

khusus aktivitas pada sistem saraf simpatik, antara lain :

1) Jari-jari tangan dingin

2) Detak jantung makin cepat

3) Berkeringat dingin

4) Kepala pusing

5) Nafsu makan beerkurang

6) Tidur tidak nyenyak


17

7) Dada sesak nafas

b. Gejala kecemasan yang bersifat mental yaitu perasaan subjektif

terhadap tekanan, dan kognisi yang meliputi :

1) Ketakutan

2) Merasa akan ditimpa bahaya

3) Tidak dapat memusatkan perhatian

4) Tidak tentram

5) Ingin lari dari kenyataan

Menurut Stuart (2013) penderita yang mengalami

kecemasan biasanya meiliki gejala-gejala yang khas dan

terbagi dalam beberapa fase yaitu :

a. Fase 1

Keadaan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan

maka tubuh mempersiapkan diri untuk fight (berjuang). Pada fase

ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan

sekresi hormon adrenalin. Oleh karena itu, maka gejala adanya

kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan,

terutama di otot-otot dada, leher dan punggug. Dalam

persiapannya untuk berjuang, menyebabkan otot akan menjadi

lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme

otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis

dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang


18

mudah, dapat dilihat pada jari-jari tangan. Pada fase ini kecemasan

merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang

mengingatkan kita bahwa sistem syaraf fungsinya mulai gagal

mengolah informasi yang ada secara benar.

b. Fase 2

Disamping gejala klinis seperti ada fase satu, seperti gelisah,

ketegangan otot gangguan tidur dan keluhan perut, sendiri juga

mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motivasi diri.

Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab,

yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Akan tetapi

kadang-kadang dari cara tertawa yang keras dapat menunjukkan

tanda adanya gangguan kecemasan fase dua.

c. Fase 3

Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi

sedangkan stressor tetap saja berlanjut, penderita akan terjatuh

kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala yang

terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi

kaitannya dengan stress, gejala kecemasan pada fase tiga

umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya

tidak mudah terlihat katitannya dengan stress. Pada fase tiga ini

dapat terlihat gejala seperti intoleransi dengan rangsang sensoris,

kehilngan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang


19

sebelumnya telah mampu tolerir, gangguan reaksi terhadap

sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian.

5. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2013) dan Videback (2008) klasifikasi kecemasan

terbagi empat yaitu :

a. Kecemasan Ringan

Berhubung dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari

dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya, kecemasan ini dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta

kreativitas.

b. Kecemasan Sedang

Meningkatkan individu untuk berfokus pada hal yang penting

dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini

mempersempit lapang persepsinya individu. Dengan demikian,

individu tidak mengalami perhatian yang selektif namun dapat

berfokus lebih banyak area jika diarahkan untuk

melakukannya.

c. Kecemasan Berat

Sangat mengurangi lapang persepsinya individu. Individu

cenderung berfokus pasa sesuatu yang rinci dan spesifik serta


20

tidak berfikir tentang hal lain. Individu tersebut memerlukan

banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

d. Tingkat panik

Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan pengaruh,

ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya,

karena mengalami kehilangan kendali, individu yang

mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun

dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan

menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya

kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi

yang menyimpang, serta kehilangan pemikiran yang rasional.

Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan jika

berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi

kelelahan dan kematian.

6. Respon Fisiologi dan Psikologi

Menurut Stuart (2013) respon fisiologi dan psikolog yaitu :

a. Secara Fisiologis

1) Kardiovaskuler : palpitasi, jantung “berdebar”, tekanan

darah meningkat, rasa ingin pingsan karena tekanan darah

menurun, denyut nadi menurun.


21

2) Pernafasan : nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada,

nafas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, tercekik

dan terengah-engah.

3) Neuromuskular : reflek meningkat, reaksi terkejut, mata

berkedip-kedip, insomnia, tremor, gelisah dan mondar-

mandir, wajah tegang, kelemahan umum, serta tungkai

lemah dan gerakan yang janggal.

4) Gastrointestinal : kehilangan nafsu makan, menolak makan,

rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, diare dan nyeri

pada ulu hati.

5) Saluran perkemihan : tidak dapat menahan kencing, sering

berkemih.

6) Kulit : wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak

tngan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat,

dan berkeringat seluruh tubuh.

b. Secara Psikologi

1) Perilaku : gelisah ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut,

bicara cept, kurang koordinasi, cenderung mengalami

cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal,

melarikan diri dari masalah, hiperventilasi serta waspada.


22

2) Kognitif : perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa,

salah memberikan penilaian, hambatan berfikir, bingung,

sangat waspada.

3) Efektif : mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang,

gugup, ketakutan, waspada, dan kekhawatiran.

7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Stuart (2013) faktor-faktor yangg mempengaruhi

kecemasan meliputi :

a. Faktor Internal

1) Pengalaman

Sumber ancaman yang menimbulkan kecemasan tersebut

bersifat lebih aman. Penyebab kecemasan berasal dari

berbagai pengalaman di kehidupannya.

2) Respon terhadap stimulan

Kemampuan seseorang menelaah rangsangan atau besarnya

rangsangan yang diterima akan mempengaruhi kecemasan

yang timbul.

3) Usia

Pada usia yang semakin tua maka seseorang semakin

banyak pengalamannya bertambah.

4) Jenis Kelamin
23

Bahwa perempuan lebih cemas, sensitif akan

ketidakmampuannya dibandingkan laki-laki. Laki-laki

lebih aktif, eksploratif, dan rileks.

5) Status Sosial Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok maupun sekunder,

keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah

tercukupi dibandingkan dengan keluarga dengan status

ekonomi rendah.

6) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh pada

ketidakmampuan berpikir. Semakin tinggi tingkat

pendidikan maka semakin mudah seseorang untuk berpikir

rasional dan menangkap informasi baru. Kemampuan

menganalisis akan mempermudah seseorang dalam

menguraikan masalah baru.

7) Keadaan fisik

Individu yang mengalami gangguan fisik akan mudah

mengalami kelelahan fisik. Kelelahan fisik yang dialami

akan mempermudah individu mengalami kecemasan.

8) Jenis kelamin

Kecemasan dapat dipengaruhi oleh asam lemak dalam

tubuh. Wanita mempunyai produksi asam lemak bebas


24

lebih banyak dibanding pria sehingga wanita berisiko

mengalami kecemasan yang lebih tinggi dari pria.

b. Faktor Eksternal

1) Dukungan sosial

Dukungan sosial merupakan sumber koping individu.

Dukungan sosial dari kehadiran keluarga, orang tua dan

teman dekat dapat membantu seseorang mengurangi

kecemasan. Adanya dukungan sosial akan menyebabkan

seseoraang akan lebih siap dalam menghadapi

permasalahan.

2) Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan sekitar dapat menjadikan seseorang

akan lebih kuat dalam menghadapi permasalahannya,

misalnya lingkungan pekerjaan, lingkungan tempat tinggal.

3) Ancaman terhadap integritas fisik

Meliputi keterbatasan fisiologis, atau menurunnya

kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

4) Ancaman terhadap sistem diri

Meliputi hal yang dapat mengancam identitas, harga diri

dan fungsi sosial pada individu.


25

8. Alat Ukur Kecemasan

Menurut Hidayat (2010) ukuran skala kecemasan rentang respon dapat

ditentukan dengan menggunakan Hamilton Anxieta Rating Scale

(HARS) dengan skala HARS terdiri dari 14 komponen pertanyaan

yaitu

a. Perasaan cemas meliputi cemas, takut, mudah tersinggung dan

firasat buruk

b. Ketegangan meliputi lesu, tidur tidak tenang, gemetar, gelisah,

mudah terkejut dan mudah menangis.

c. Ketakutan meliputi akan gelap, ditinggal sendiri, orang asing

keramaian, lalu lintas, dan kerumunan orang banyak.

d. Gangguan tidur meliputi sukar tidur, terbangun malam hari,

tidak puas, bangun lesu, sering mimpi buruk dan mimpi

menakutkan.

e. Ganggguan kecerdasan meliputi daya ingat buruk

f. Perasaan depresi meliputi kehilangan minat, sedih, bangun dini

hari, berkurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah-

ubah sepanjang hari.

g. Gejala meliputi nyeri otot kaki, kekuatan otot, gigi gemertak,

suara tidak stabil.

h. Gejala sensori meliputi tinnitus, penglihatan kabur, muka

merah dan pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk.


26

i. Gejala kardiovaskuler meliputi takikardi, berdebar-debar, nyeri

dada, denyut nadi mengeras, rasa lemas seperti mau pingsan,

detak jantung hilang sekejap.

j. Gejala pernafasan meliputi rasa tertekan di dada, perasaan

tercekik, merasa nafas pendek atau sesak, sering menarik nafas

panjang.

k. Gejala saluran pencernaan meliputi sulit menelan, mual,

muntah, enek, konstipasi, perut melilit, defekasi lembek, nyeri

lambung, berat badan menurun, perut terasa panas dan

kembung.

l. Gejala urogenital mliputi sering kencing tidak dapat menahan

kencing.

m. Gejala vegetative atau otonom meliputi mulut kering, muka

kering, mudah berkeringat, sering pusing atau sakit kepala, dan

bulu roma berdiri.

n. Perilaku wawancara meliputi gelisah, gugup, tidak tenang,

gemetar, muka tegang, tonus otot meningkat dan nafas cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai

dengan kategori (Nursalam, 2015) :

0 : tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)

1 : ringan (satu dari gejala yang ada)

2 : sedang (separuh dari gejala yang ada)


27

3 : berat (lebih dari separuh gejala yang ada)

4 : sangat berat (seemua gejala yang ada).

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai

skor dan item 1-14 dengan hasil (Nursalam, 2015) :

Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan

Skor 6 – 14 = kecemasan ringan

Skor 15 – 27 = kecemasan sedang

Skor lebih dari 27 = kecemasan berat

B. Konsep Kualitas Tidur

1. Pengertian Tidur

Tidur merupakan suatu proses dan bersiklus yang menjadi

kebutuhan dasar bagi setiap individu dengan adanya penurunan status

kesadaran, baik kesadaran diri maupun kesadaran terhadap

lingkungan, yang terjadi selama periode tertentu (Potter & Perry,

20011)

Tidur adalah penurunan kesadaran dan respon terhadap

stimulasi internal maupun eksternal, tetapi seringkalikejadian yang

mengagetkan membangunkan individu dari tidur. Namun demikian,

tidur bukanlah proses pasif, tetapi sebuah keadaan dimana aktivitas

otak diistirahatkan. (Allen, 2012).


28

Berdasarkan beberapa pengertian diatas menurut para ahli

maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa tidur merupakan suatu

proses yang menjadi kebutuhan dasar manusia yang memiliki siklus

tertentu menjadikan seseorang mengalami penurunan kesadaran dan

kemampuan tubuh untuk merespon stimulus yang tidak begitu penting

fungsi dari tidur agar bisa menjaga keseimbangan, kebugaran,

kesehatan jasmani dari tidur atau istirahat karena tidur sangatlah

penting bagi manusia.

2. Fungsi Tidur

Fungsi tidur masih belum jelas (Hodgson, 1991). Tidur

dipercaya mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis

(Oswald, 1984; Aneh dkk, 1988). Menurut teori, tidur adalah waktu

perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga berikutnya. Selama

tidur NREM, fungsi biologis menurun. Laju denyut jantung normal

pada orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70 hingga 80 denyut

per menit atau lebih rendah jika individu berada pada kondisi fisik

yang sempurna.

Akan tetapi selama tidur laju denyut jantung turun sampai 60

denyut per menit atau lebih rendah. Hal ini berarti bahwa denyut

jantung 10 hingga 20 kali lebih sedikit dalam setiap jam. Secara jelas,

tidur yang nyenyak bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung,


29

(Potter & Perry, 2012:1473). Selain itu, selama tidur tubuh dilepaskan

hormon pertumbuhan untuk memperbaiki dan memperbaharui sel

epitel dan khusus seperti sel otak. Otak akan menyaring informasi

yang telah terekam sehari dan otak mendapat asupan oksigen serta

aliran darah serebral dengan optimal.

Fungsi lain yang dirasakan ketika individu tidur adalah

relaksasi otot sehingga laju metabolisme basal tubuh akan menurun.

Hal tersebut dapat membantu tubuh menyimpan lebih banyak energi

saat tidur. Bila individu kehilangan tidur selama waktu tertentu dapat

menyebabkan perubahan fungsi tubuh, baik kemampuan motorik

memori dan keseimbangan. Jadi tidur dapat membantu perkembangan

perilaku individu karena individu yang mengalami masalah pada tahap

REM akan merasa bingung dan curiga. (Hodgson, 1991 dalam Potter

& Perry, 2011).

3. Fisiologi Tidur

Sistem yang mengatur siklus tidur atau perubahan dalam tidur

adalah reticular activating system (RAS) dan bulbar sysnchronizing

regional (BSR) yang terletak pada batang otak dan bekerja secara

intermittent (Potter & Perry, 2011).

RAS merupakan jaringan sel yang membentuk sistem

komunikasi dua arah, memanjang dari batang otak hingga ke otak


30

tengah dan sistem limbik (Brunner & Suddarth, 2002). Selain itu, RAS

dapat menerima rangsangan visual, audio, nyeri dan stimulus dari

korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam

keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin

seperti norepineprin yang membuat individu waspada dan terjaga.

Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum

serotonin dari sel khusus yang berada di pons batang otak tengah,

yaitu BSR (Potter & Perry, 2011)

4. Tahapan Tidur

Tahapan tidur dapat diidentifikasi melalui pola

electroencephalograph (ECG), pergerakan mata, dan aktivitas otot.

Tahapan tidur diklarifikasikan dalam dua kategori, yaitu non-rapid eye

movemet (NREM) dan rapid eye movement (REM) (DeLaunner &

Lander, 2013).

a. Tidur NREM

Selama NREM seseorang yang tidur mengalami kemajuan melalui

empat tahapan selama siklus tidur yang tipikal 90 menit. Kualitas

tidur dari tahap 1 sampai tahap 4 bertambah dalam. Tidur yang

dangkal merupakan karakteristik dari tahap 1 dan 2 seeseorng lebih

mudah terbangun. NREM tahap 2 masih cukup ringan dengan

adanya perlambatan lebih lanjut dari pola EEG dan hilangnya


31

gerakan lambat dari mata. Setelah 20 menit atau lebih dari NREM

tahap 1 dan 2, tahap tidur dalam dimulai, yaitu NREM tahap 3 dan

4, NREM tahap meruppakan tidur dengan tingkat kedalaan sedang

hingga dalam, sedangkan NREM tahap 4 merupakan tanda tidur

paling dalam. Selama tahap ini terlihat bahwa gelombang EEG

menjadi rendah. NREM tahap 3 dan 4 membuat individu sulit

terbangun dan tahap ini memiliki nilai restoratif dan penting bagi

pemulihan fisik. (Potter & Perry, 2012).

b. Tidur REM

Setelah 90 menit atau lebih dari tahap NREM akan memasuki rapi

eye movement (REM). Pola EEG menyerupai keadaan terjaga,

terdapat gerakan mata yang cepat, pernafasan dan denyut jantung

tidak teratur dan lebih tinggi daripada ketika terjaga, penurunan

kontraksi otot termasuk otot wajah dan leher yang lembek, dan

tubuh bergerak. Mimpi terjadi 80% pada tidur REM. Perode tidur

REM menjadi lebih lama saat malam hari dan individu menjadi

lebih beristirahat. Orang dewasa biasanya memiliki 4 hingga 6

periode REM sepanjang malam, terhitung 20% sampai 25% dari

tidur. (Potter & Perry, 2012:1472).


32

5. Siklus tidur

Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai

dengan periode sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada

rasa kantuk yang bertahap berkembang secara teratur. Periode ini

seacara normal berakhir 10 hingga 30 menit, tetapi untuk seseorang

yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan berlangsung satu jam atau

lebih. Ketika seseorang tertidur, biasanya melewati 4 sampai 6 siklus

tidur penuh, tiap siklus tertidur terdiri 4 tahap dari tidur NREM dan

satu periode dari tidur REM.

Pola siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju ke tahap

4 NREM, diikuti kebalikan tahap 4 ke-3, lalu ke-2, diakhiri dengan

periode dari tidur REM. Seseorang biasanya mencapai tidur REM

sekitar 90 menit ke siklus tidur. Dengan tiap-tiap siklus yang berhasil,

tahap 3 dan 4 memendek, dan memperpanjang periode REM. Tidur

REM dapat berakhir sampai 60 menit selma akhir siklus tidur. Tidak

semua orang mengalami kemajuan yang konsisten menuju ke tahap

tidur yang biasa. (Potter & Perry, 2012:1472).

a. Tahapan Siklus Tidur

1) Tahap 1 : NREM

a) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur.

b) Tahap berakhir beberapa menit


33

c) Pengurangan aktivitas fisiologi dimulai dengan penurunan

secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme.

d) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori

seperti suara.

e) Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun

2) Tahap 2 : NREM

a) Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara

b) Kemajuan relaksasi

c) Untuk terbangun masih relatif mudah

d) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit

e) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban

3) Tahap 3 : NREM

a) Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam

b) Orang yag tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak

c) Otot-otot dalam keadaan santai penuh

d) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur

e) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit

4) Tahap 4 : NREM

a) Tahap 4 meupakan tahap tidur terdalam

b) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur

c) Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan

menghabiskan porsi malam yang seimbang pada tahap ini


34

d) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding

selama jam terjaga

e) Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit

f) Tidur sambil berjalan enuresis dapat terjadi

5) Tidur REM

a) Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi

pada REM. Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada

tahap yang lain

b) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai

tidur

c) Hal ini dicirikan dengan respon otonom dan pergerakan

mata yang cepat, fluktasi jantung dan kecepatan respirasi

dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah

d) Terjadi penurunan tonus otot

e) Peningkatan sekresi lambung

f) Sulit sekali membangunkan orang yang tidur

g) Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-

rata 20 menit. (Potter&Perry, 2012:1472-1473)


35

Tahap
Pratidur

Tahap 1 Tahap II Tahap III Tahap IV


NREM NREM NREM NREM

Tidur REM

Tahap II Tahap III


NREM NREM

Gambar 2.1 tahap-tahap siklus tidur (Potter & Perry, 2012:1473)

6. Kuantitas Tidur

Kuantitas tidur adalah keseluruhan waktu tidur yang dimiliki individu

(Kozier, et ak., 2011). Jumlah waktu tidur yang dibutuhkan setiap individu

berbeda-beda sesuai dengan tahap perkembangannya dari bayi sampai lanjut

usia.
36

Berikut ini tabel kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia (Hidayat, 2009)

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan

Tidur
0 - 1 bulan Masa neonates 14 – 18 jam/hari
1 bulan – 18 bulan Masa bayi 12 -14 jam/hari
18 bulan – 3 tahun Masa anak 11 – 12 jam/hari
3 tahun – 6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6 tahun – 12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12 tahun – 18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18 tahun – 40 tahun Masa dewasa muda 7-8 jam/hari
40 tahun – 60 tahun Masa dewasa tengah 7 jam/hari
60 tahun keatas Masa dewasa akhir 6 jam/hari
Tabel 2.1 Kebutuhan Tidur Manusia

Sebesar 60% dewasa muda di Amerika mengendara saat

mengantuk, dengan 24% diantaranya tertidur didepan setir. Dua puluh

dua persen remaja juga dilaporkan mengendara lebih cepat untuk

melawan kantuk. Angka-angka ini menunjukkan betapa banyak orang

dewasa muda yang mengambil resiko berbahaya untuk mengendara

saat mengantuk.

Orang muda yang sudah terbiasa dengan rasa kantuk, merasa

kemampuan akademis, produktifitas kerja, kreatifitas maupun

kemampuan komunikasinya tidak menurun sama sekali. Beberapa

pekerjaan atau tugas yang logis, menyenangkan dan amat menyita

perhatian dapat menyingkirkan sejenak rasa kantuk hingga memberi

gambaran yang keliru tentang kemampuan mental seseorang. Semua

dapat dikerjakan dengan baik dan cepat. Tetapi penelitian


37

menunjukkan bahwa orang yang kurang tidur dapat dengan mudah

mengingat beberapa hal tetapi kemudian sulit untuk menggunakan

informasi tersebut dengan kreatif dan konstruktif. Seseorang dapat saja

mengungkapkan pikiran-pikiran yang logis, tetapi kurang dapat

mengeluarkan ide-ide segar secara spontan.

7. Gangguan Tidur

Gangguan tidur sebenarnya bukanlah sebuah penyakit, melainkan

gejala dari berbagai gangguan fisik, mental dan spiritual (Johan &

Jachens, 2004). Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan

masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi maupun

berpendidikan rendah, orang muda serta yang paling sering ditemukan

pada usia lanjut. Pada orang normal, gangguan tidur yang

berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus

tidur bologisnya, menurun daya tahan tubuh serta menurun prestasi

kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang

pada akhirnya mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain

(Potter & Perry, 2011).

a. Insomnia

Insomna merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan

tidur baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam

yaitu insomnia insiasi atau tidal dapat memulai tidur, insomnia


38

intermiten tidak dapat mempertahankan tidur dan insomnia

terminal yaitu bangun secara dini atau tidak dapat tidur kembali.

b. Hipersomnia

Hipersomnia merupakan kelebihan tidur lebih, dari 9 jam di malam

hari dan biasanya berkaitan dengan gangguan psikologi seperti

depresi atau kegelisahan.

c. Parasomnia

Parasomnia merupakan suatu rangkaian gangguan yang

mempengaruhi tidur yang dapat menghilang sendiri dalam

penghidupan masa dewasa tengah dan selanjutnya. Mengigau,

mimpi yang aneh dan paralis tidur dapat disajikan sebagai keluhan.

d. Narkolepsia

Narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak pada

beberapa kali sehari. Sering disebut sebagai serangan tidur.

Penyebabnya tidak diketahui tetapi tidak diperkirakan akibat

keruskan genetik sistem saraf pusat.

8. Faktor-Faktor yang mempengaruhi tidur

Tidur dipengaruhi oleh beberapa hal seperti penyakit fisik,

obat-obatan, lingkungan, gaya hidup, keadaan stress, dan jadwal kerja

atau shift (Rafknowledge, 2004). Individu dengan penyakit fisik

tertentu mempengaruhi kemampuan untuk tertidur. Penyakit arthtritis


39

menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan sehingga akan menyulitkan

individu untuk tidur atau sleep apneu yang membuat kesulitan

bernafas sehingga dapat membuat individu terbangun.

Konsumsi obat yang memiliki efek samping tertentu dapat

mempengaruhi tidur. Obat diuretik berefek pada nokturia sehingga

individu sering terbangun dimalam hari (DeLauner & Ladner, 2002

dalam Wulandari). Faktor lingkungan sekitar kamar tidur dapat

mempengaruhi tidur. Lingkungan sekitar kamar yang bising, memiliki

teman tidur yang mengalami gangguan atau masalah tidur, dan kondisi

kamar seperti suhu, cahaya, ukuran dan kenyamanan tempat tidur.

Rafknowledge (2004) mengatakan bahwa kebiasaan

mengkonsumsi alkohol atau kafein membuat individu sulit tidur.

Selain itu, bahwa kecemasan, stress emosional dapat menyebabkan

individu meliputi sulit tidur, sering terbangun saat tidur atau terlalu

banyak tidur. Bila stress berkepanjangan dapat menyebabkan

kebiasaan tidur yang buruk (Potter & Perry, 2005).

9. Kualitas tidur

Kualitas tidur adalah kemampuan individu untuk dapat tidur

dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhan (Sulistyani,

2012). Kualitas tidur merupakan suatu keadaan tidur yang dijalani

seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat


40

terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek kualitatif dari tidur , durasi

tidur, latensi, aspek subjektif dari tidur. Kualitas tidur adalah

kemampuan setiap orang untuk mempertahankan keadaan tidur dan

untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang pantas

(Khasanah, 2012).

10. Pengkajian Kualitas Tidur

Kualitas tidur diukur menggunakan pengukuran kualitas tidur.

Pengukuran kualitas tidur dapat berupa kuesioner maupun sleep diary,

nocturnal polysomnography, dan multiple sleep latency test

(Hermawati, dkk., 2010). Sleep diary berupa pencatatan aktivitas tidur

sehari-hari, waktu ketika tertidur, aktivitas yang dilakukan dalam 15

menit setelah terbangun, dan makanan minuman serta medikasi yang

dikonsumsi. Pengukuran kualitas tidur telah dilakukan oleh beberapa

peneliti. Yi, Si, dan Shin (2006) melakukan pengukuran kualitas tidur

yang disebut SQS (Sleep Quality Scale). Buysee, dkk (1989) dalam

Rush (2000). Juga melakukan penelitian tentang pengukuran kualitas

tidur dengan menggunakan instrumen yang disebut The Pittsburgh

Sleep Quality Index (PSQI).

PSQI adalah instrument efektif yang yang digunakan untuk

mengukur kualitas tidur dan pola tidur pada orang dewasa. PSQI

dikembangkan untuk mengukur dan membedakan individu dengan


41

kualitas tidur yang baik dan kualitas tidur yang buruk. Kualitas tidur

merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan beberapa

dimensi yang seluruhnya dapat tercakup dalam PSQI.

Dimensi tersebut antara lain ada 7 komponen yaitu : kualitas

tidur subjektif, sleep latensi, durasi tidur, gangguan tidur, efisiensi

kebiasaan tidur, pengguanaan obat tidur dan disfungsi tidur siang hari.

Dimensi tersebut dinilai dalam bentuk pertanyaan dan memiliki bobot

penilaian masing-masing sesuai dengan standar buku. PSQI terdiri dari

7 komponen yang diberi nilai dan dijawab oleh individu itu sendiri

untuk mengukur kualitas tidur baik dan kualitas tidur buruk. Validitas

penelitian dari PSQI sudah teruji. Instrumen ini menghasilkan 7

(tujuh) skor yang sesuai dengan domain atau area yang disebutkan

sebelumnya. Nilai dari 7 komponen kemudian dijumlahkan menjadi

skor global. Skor global ≥ 5 dianggap memiliki gangguan tidur yang

signifikan. PSQI memiliki konsistensi internal dan koefisien reabilitas

( Cronbach’s Alpha) 0,83 untuk tujuh komponen tersebut.

II. Konsep Skripsi

1. Pengertian Skripsi

Skripsi merupakan karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa

setingkat strata satu (S1) untuk menyelesaikan tugas akhir atau

program studinya. Dalam penyusunan skripsi ini sebagai bentuk


42

pembelajaran bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan analisnya

dalam mengkaji, menganalisis, memecahkan dan menyimpulkan

masalah yang ditelitinya. Tidak sedikit mahasiswa yang menjadi

gelisah dan bahkan menjadi cemas akibat tuntutan skripsi, mengalami

keluhan-keluhan lainnya efek dari rasa cemas tersebut. Keharusan

menyusun skripsi dimaksudkan agar mahasiswa mampu menerapkan

ilmu yang dimiliki (Etty & Pramuditha, 20011 dalam Albar).

Skripsi adalah salah satu karya ilmiah dalam suatu bidang studi

yang ditulis oleh mahasiswa program S-1 pada akhir semester atau

suatu bidang studi dan salah satu persyaratan mahasiswa untuk

menyelesaikan studi dan menempuh gelar dari pendidikan yang

dijalani (Miftahul, 2011).

Skripsi adalah karya ilmiah mahasiswa yang disusun dalam

rangka memenuhi sebagian syarat penyelesaian studi pada program

strata (S-1). Karya ilmiah tersebut berupa laporan peneliian, baik

penelitian lapangan, penilaian pustaka, penelitian laboratorium,

maupun penelitian pengembangan. Penelitian lapangan merupakan

penelitian yang berorentasi pada pengumpulan data empirik di

lapangan berdasarkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Pendekatan kuantitaif merupakan pendekatan penelitian yang bersifat

deduktif-induktif, sedangkan penelitian kualitatif diorientasikan untuk

mengungkapkan gejala secara holistik konsektual melalui


43

pengumpulan data dari latar alami dan peneliti menempatkan diri

sebagai instrumen kunci (Moloeng, 2005:8-13).

2. Macam-Macam Metode Penelitian Skripsi

a. Pendekatan Kualitatif

Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang bersifat

deduktif-induktif (Moloeng, 2005:8-13)

1) Metode Etnografi

Metode etnografi adalah metode yang digunakan untuk

menginterpretasikan budaya, kelompok sosial dan suatu sistem

masyarakat. Penelitian etnografi bertujuan untuk mendeskripsikan cara

berpikir, adat, bahasa, kepercayaan dan perilaku hidup suatu

masyarakat.

2) Penelitian Historis

Penelitian ini bertujuan untuk membuat rekontruksi masa lampau

secara sistematis dan obejktif dengan mengumpulkan menilai,

memverifikasi dan mensistensis bukti untuk menetapkan fakta dan

mencapai konklusi yang dapat dipertahankan dan dalam hubungan

hipotesis tertentu.
44

3) Penelitian perkembangan

Yang bertujuan untuk menyelidiki pola dan urutan pertumbuhan dan

perubahan sebagai fungsi waktu.

b. Pendekatan kuantitatif

Pendekatan kuantitatif diorientasikan untuk mengungkapkan gejala

secara holistik kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dan

peneliti menenmpatkan diri sebagai instrumen kunci (Moleong, 2005:8-

13).

1) Penelitian Deskriptif

Penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis,

aktual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah

tertentu.

2) Penelitian Kausal-Komparatif

Penelitian ini untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-

akibat, tapi tidak dengan jalan eksperimen tetapi dilakukan dengan

pengamatan terhadap data dari faktor yang diduga menjadi penyebab

sebagai pembanding.

3) Penelitian Korelasional

Untuk mengkaji tingkat keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan

variasi faktor lain berdasarkan koefisien korelasi

4) Penelitian Eksperimental
45

Bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat

dengan melakukan kontrol atau kendali (Suryabrata, 1983).

3. Hambatan-Hambatan Dalam Menyusun Skripsi

Permasalahan yang biasanya sering dihadapi dalam menyusun skripsi

diantaranya kesulitan mencari literature, dana yang terbatas, tidak terbiasa

menulis, dalam arti menulis karya ilmiah, kurang terbiasa dengan sistem kerja

terjadwal dengan pengaturan waktu dengan sedemikian ketat dan masalah

mengatur waktu pertemuan dengan dosen pembimbing skripsi (Darmono dan

Hasan, 2005). Banyak mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan dalam

menulis, adanya kemampuan akademik kurang memadai, serta kurang adanya

ketertarikan mahasiswa dalam peneliitian (Slamet, 2003).

4. Hasil Penelitian Yang Terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri Okta

Ratnaningtyas, (2020) “Hubungan Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada

Mahasiswa Tingkat Akhir” sebanyak 133 responden terdapat 28 responden

dengan presentase 90,0% mengalami kualitas tidur buruk karena kecemasan

yang ringan dan terdapat 93 responden dengan presentase 94,9% mengalami

kualitas tidur buruk karena kecemasan yang berat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pradana Putra (2017) “dari total

subyek peneliti sebanyak 133 mahasiswa didapatkan 77 (57,9%) mahasiswa

mempunyai tingkat kecemasan normal, 22 (16,5%) mahasiiswa mempunyai


46

tingkat kecemasan ringan, 24 (18%) mahasiswa mempunyai tingkat

kecemasan sedang, 7 (5,3%) mahasiswa mempunyai tingkat kecemasan berat,

dan 3 (2,3%) mahasiswa mempunyai tingkat kecemasan sangat berat. Dari

total subyek penelitian sebanyak 133 mahasiswa dilaporkan 70 (52,6%)

mahasiswa memiliki kualitas tidur yang baik, dan 63 (47,4%) mahasiswa

mempunyai kualitas tidur yang buruk. Didapatkan hubungan signifikan

dengan arah hubungan positif antara tingkat kecemasan dan kualitas tidur.

Berdasarkan hasil penelitian Mujiyah dkk (2011), diperoleh bahwa

kendala-kendala penyusunan skripsi pada mahasiswa adalah kendala internal

yang meliputi malas sebesar (40%), motivasi rendah sebesar 926,7%), takut

bertemu dengan dosen pembimbing skripsi (6,7%), kendala eksternal yang

berasal dari dosen pembimbing meliputi : sulit ditemui, sebesar (36,7%),

minimnya waktu sebesar (23,3%), kurang koordinasi dan kesamaan persepsi

antara pembimbing 1 dan pembimbing 2 sebesar (26,7%), dan dosen sibuk

sebesar (13,3%) kendala meliputi buku-buku referensi yaitu kurangnya buku-

buku referensi yang berfokus pada permasalahan peneliti sebesar (53,3%),

referensi yang ada merupakan edisi lama sebesar (6,7%).

11. Konsep Kerangka Teori

Faktor-faktor kecemasan Tingkat Gejala kecemasan


kecemasan
1. Internal  1. Fisiologi :
 Pengalaman  Ringan gangguan tidur,
 Respon terhadap  Sedang diare, dll.
stimulus  Berat 2. Psikologi :
 Usia cemas, gelisah
 Jenis kelamin 3. Kognitif : mudah
 Ekonomi lupa, sulit
47



Respon
kecemasan

1. Respon
fisiologi
2. Respon
Psikologi
 Perilaku
 Kognitif
 Efektif
Pengkajian Kualitas Tidur
Keterangan : PSQI

1. Kualitas tidur baik


: Variabel yang diteliti 2. Kualitas tidur buruk

: Variabel yang tidak diteliti

Diagram 2.2 Kerangka Teori

(Sumber : Potter & Perry, 2005; dalam Wulandari 2012


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Menurut Nursalam (2017) kerangka konsep penelitian merupakan

abstraksi dari suatu realitas sehingga dapat dikomunikasikan dan membentuk

teori yang menjelaskan keterkaitan antara variable yang diteliti.

Berdasarkan kerangka penelitian dan tinjauan pustaka, maka penulis

mengambil beberapa variabel yang akan diteliti, yaitu Tingkat kecemasan

dengan Kualitas Tidur.

1. Visualisasi Kerangka Konsep

Konsep pada penelitian ini disusun secara sistematis berdasarkan

teori yang telah diuraikan pada bab tinjauan teori. Kerangka konsep

peneliti digambarkan dalam bagan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Kecemasan Kualitas Tidur

48
49

Diagram 3.1 Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur

Pada Mahasiswa Semester VIII Yang Sedang Menyusun Skripsi di

STIKes YPIB Majalengka

Menurut Sugiyono (2016) variabel penelitian adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini

terdiri dari :

a. Variabel independen (Bebas)

Variabel Independen (Bebas) adalah yang menjadi

sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (Terikat).

Jadi, variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi

(Sugiyono, 2018). Variabel independen yang diambil dalam

penelitian ini adalah Tingkat kecemasan.

b. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel Dependen (Terikat) adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel

bebas (Sugiyono, 2018). Variabel dependen yang diambil

dalam penelitian ini adalah Kualitas Tidur.


50

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga

memungkinkan penelitti untuk melakukan observasi atau pengukuran

secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Dalam penelitian

ini definisi operasional akan diuraikan dalam bentuk tabel sebagai

berikut :

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala


Dependen : Kepuasan seseorang Kuesioner Diukur 1 = kualitas tidur Ordinal

Kualitas tidur terhadap tidurnya, PSQI (The dengan buruk jika nilai

yang mencakup aspek Pittsburgh mengisi skor global > 5

kuantitas dan kualitas Sleep Quality kuesioner 0 = kualitas tidur

tidur yang dinilai dan Index) yang baik jika nilai

disimpulkan sebagai terdiri dari skor global < 5

kualitas tidur 19

pertanyaa

n
Independen : Suatu keadaan dimana Kuesioner Diukur Kriteria : Ordinal

Tingkat individu merasakan HARS dengan 3 = cemas berat,

Kecemasan ketegangan meliputi ; (Hamilton mengisi skor > 27

gelisah, tidur tidak Anxiety kuesioner 2 = cemas


51

tenang, gugup, Rating Scale) yang sedang,

gemetar, mudah terdiri dari skor 15-27

terkejut dan mudah 14 1 = cemas

menangis pertanyaa ringan, skor 6-14

n 0 = tidak cemas,

skor < 6

B. Jenis dan Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

melakukan prosedur penelitian penelitian ini menggunakan desain penelitian

kuantitatif korelasi dengan menggunakan pendekatan “cross sectional” yaitu

pengumpulan data untuk penelitian ini baik variabel independen dan dependen

dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus (Notoatmodjo, 2010).

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah penelitian

(Notoatmodjo, 2011). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Ha : Ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada mahasiswa

semester VIII yang sedang menyusun skripsi di STIKes YPIB Majalengka.


52

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti tersebut (Sugiyono, 2017).

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa S1 Keperawatan semester

VIII yang sedang menyusun skripsi di STIKes YPIB Majalengka yang

berjumlah 70 orang.

No Kelas Jumlah
1. A 36
2. B 34
Jumlah 70
Tabel 3.2 Jumlah Mahasiswa Semester VIII STIKes YPIB Majalengka

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan

objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2018). Pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin :

N
n= 2
1+ N (d )

keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi
53

d = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan 0,1 (10%)

70
n= 2
1+ 70(0,1 )

70
n=
1+ 71( 0,01)

70
n=
1+ 0,72

70
n=
1,72

n = 40,69  41 orang

Dari perhitungan tersebut maka jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu

41 orang mahasiswa semester VIII STIKes YPIB Majalengka.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :

1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2018). Kriteria dalam penelitian ini adalah :

a) Bersedia menjadi responden

b) Mahasiswa tingkat akhir STIKes YPIB Majalengka

2) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018). Kriteria dalam

penelitian ini adalah :


54

a) Tidak bersedia menjadi responden

b) Bukan mahasiswa tingkat akhir STIKes YPIB Majalengka

3. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan

sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple

random sampling yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi yang

dilakukan secara acak sederhana tanpa memerhatikan strata yang ada pada

populasi itu (Sugiyono, 2017).

E. Tempat Penelitian

Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah Kampus STIKes

YPIB Majalengka program studi S1 Keperawatan yang terletak di Jalan

Gerakan Koperasi No. 003 Majalengka 45411.

F. Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini waktu yang dilakukan pada bulan Juni 2021.

G. Etika Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mempertimbangkan etika

penelitian dengan memberikan perlindungan terhadap responden yang

menjadi subjek dalam penelitian ini. Hal ini dlakukan untuk mencegah
55

timbulnya masalah etik yang dapat terjadi selama proses penelitian

berlangsung dengan menerapkan prinsip etika riset penelitian yaitu

beneficience, prinsip menghargai martabat manusia dan prinsip mendapatkan

keadilan.

1. Inform Concent dan lembar persetujuan

Sebelum melakukan pengumpulan data peneliti menjelaskan kepada

responden tentang tujuan, manfaat, prosedur, hak-hak responden,

kerahasiaan identitasnya dan waktu yang diperlukan untuk mengisi

kuesioner serta kebebasan dalam berpartisipasi atau menolak dalam

penelitian ini. Semua responden yang menyetujui berpartisipasi diminta

membubuhkan tanda tangan pada surat persetujuan penelitian.

2. Confidently (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti. Data hasil penelitian

yang sudah diolah menggunakan program SPSS disimpan didalam suatu

folder kemudian diberi password dan tidak disebarluaskan.

3. Anonymity (tanpa nama)

Responden tidak perlu menuliskan nama pada kuesioner yang diisi.

Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan kode responden yang diisi

oleh peneliti sehingga informasi yang didapatkan dalam penelitian hanya

digunakan untuk keperluan penelitian dan analisis data serta tidak dapat

diketahui secara luas untuk kepentingan publikasi.


56

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini

instrumen yang digunakan yaitu angket untuk mengetahui tingkat kecemasan

dengan alat ukur skala HARS dan kualitas tidur dengan PSQI pada mahasiswa

yang sedang menyusun skripsi yang menjadi responden penelitian.

Kuesioner kecemasan menggunakan instrumen HARS (Hamilton

Anxietas Rating Scale). Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun

1959, yang diperkenalkan oleh Mrx Hamilton dan sekarang telah menjadi

standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic.

Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi

untuk melakukan pengukuran kecemasan yaitu 0,93 dan 0,97. Kuesioner

HARS ini terdiri dari 14 pertanyaan. Cara penilaian kecemasan komponen

kemudian dijumlahkan menjadi skor global. Skor global > 5 dianggap

memiliki gangguan tidur yang signifikan dan ≤ 5 kualitas tidur baik.

(Nursalam, 2015)

Kuesioner kualitas tidur menggunakan instrumen PSQI (Pittsburgh

Sleep Quality Index) dipublikasi pada tahun 1998 oleh University of

Pittsburgh, kemudian direvisi kembali oleh Carole Symth Tahun 2012 dengan

uji validitas dan reliabilitas (Cronbarch’s Alpha) adalah 0,83 untuk 7

pertanyaan (Carole, 2012). Banyak penelitian menggunakan alat ukur ini dan

telah diuji kesesuaian serta validitas, seperti pada penelitian Arifin (2015)
57

terhadap 30 responden dengan hail r tabel 0,361, penelitian Fatmawati (2013)

didapatkan hasil Cronbarch’s Alpha >0,6, sedangkan penelitian Maulida

(2014) diuji validitas dan reliabilitas memiliki hasil Cronbarch’s Alpha 0,753.

(Erfrandau, 2015). Kuesioner PSQI memiliki 19 pertanyaan kemudian

dikumpulkan menjadi 7 komponen.

I. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data peneliti dilakukan dengan melalui prosedur sebagai

berikut :

Setelah memperoleh surat izin untuk melakukan penelitian dari bagian

akademik STIKes YPIB Majalengka, peneliti mendatangi kesbangpol

untuk mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian di kampus

STIKes YPIB Majalengka. Setelah mendapat izin dari Kampus STIKes

YPIB Majalengka, peneliti melakukan pendekatan dengan mahasiswa dan

meminta izin untuk ditambahkan kedalam grup whatsapp. Selanjutnya

peneliti memberikan link kuesioner online melalui grup whatsapp,

kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dengan

melampirkan Lembar Permohonan Menjadi Responden dan Lembar

Persetujuan Menjadi Responden dalam bentuk file dokumen yang

dibagikan bersama kuesioner online. Setelah mahasiswa bersedia menjadi

responden penelitian, maka kuesioner diisi dan dijadikan sebagai data


58

penelitian. Setelah responden mengisi kuesioner online, peneliti memantau

tanggapan jawaban responden melalui google form. Tidak semua

tanggapan jawaban responden dijadikan data penelitian. Peneliti

mengambil data penelitian sesuai dengan tanggapan yang diberikan

terlebih dahulu atau yang masuk terlebih dahulu untuk mencapai jumlah

target sampel yang telah ditentukan yaitu peneliti mengambil 41 data dari

responden. Kemudian peneliti mengumpulkan kuesioner tersebut dari data

yang didapat digunakan sebagai data penelitian.

J. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012).

a. Editing

Pada tahap ini dilakukan penelitian terhadap kelengkapan, kejelasan dan

kesesuaian data yang diisi pada kuesioner, sehingga apabila ada data yang

kurang dapat langsung diketahui dan diperbaiki ditempat.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit dan disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean atau coding, yakni berupa data yang telah diedit dan diberi

kode dimasukkan kedalam komputer untuk diolah untuk kuesioner

3=cemas berat, skor >27,2= cemas sedang, skor 15-27, 1=cemas ringan,

skor 6-14, 0=tidak cemas, skor ≤6. Untuk kuesioner PSQI, 1=kualitas
59

tidur kurang jika nilai skor global >5, 0= kualitas tidur baik jika nilai skor

global ≤5

c. Entry

Pada tahap ini data-data dari masing masing responden dimasukan dalam

bentuk kode (angka) kemudian diolah kedalam software SPSS statistic.

Peneliti memasukkan jawaban-jawaban dari setiap responden dalam

bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program SPPSS

komputer. Data dari responden seperti karakteristik responden serta

variabel dari kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dan

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).

d. Cleaning

Melihat kembali data yang sudah dimasukan apakah sudah bersih dari

kesalahan dalam pengkodean atau saat entry data. Apabila data yang

diperoleh dari responden telah selesai dimasukkan, peneliti melakukan

pemeriksaan atau pengecekkan kembali untuk melihat kemungkinan

adanya kesalahan kode atau kelengkapan data, sehingga perlu dilakukan

perbaikan atau koreksi (cleaning).


60

K. Analisa Data

Analisa data merupakan pengumpulan data dari seluruh responden

yang dikumpulkan. Dalam melakukan analisa data terlebih dahulu diolah

dengan tujuan mengubah data menjadi informasi menggunakan program

SPSS.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan

cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel dalam penelitian yaitu dengan

melihat distribusi frekuensinya dengan menggunakan rumus :

f
P= X 100 %
N

Keterangan :

P = Proporsi

f = Frekuensi kategori

N = Jumlah sampel

Variabel F %

Jumlah

Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi

Menurut arikunto (2012) Hasil presentase akhir pada distribusi frekuensi

diinterpretasikan sebagai berikut :


61

0% : Tidak satupun responden

1%-25% : Sebagian kecil responden

26%-49% : kurang dari setengan responden

50% : setengah responden

51%-75% : lebih dari setengah responden

76%-99% : sebagian besar responden

100% : seluruh responden

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan

antara variabel bebas (independen) yaitu tingkat kecemasan, sedangkan

variabel terikat (dependen) yaitu kualitas tidur. Uji hipotesis yang

digunakan dalam analisis bivariat adalah uji Chi-Square pada nilai α =

0.05.

Analisis bivariat dalam penelitian ini dengan menggunakan uji Chi-

Square dengan rumus :

x2=
∑ (0−E) 2
E

Keterangan :

X2 = Distribusi kuantitas

O = Observasi/frekuensi yang diamati

E = Ekspektasi/harapan
62

Menentukan uji kemaknaan hubungan dengan cara membandingkan

nilai ρ value dengan nilai α = 0,05 pada taraf kepercayaan 95% dengan

kaidah keputusan sebagai berikut :

1) ρ value < 0,05 maka Ho ditolak, yang berarti ada hubungan yang

bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat.

2) ρ value >0, 05 maka Ho gagal ditolak, yang berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara variabel bebas dengan variabel

terikat.

BAB IV
63

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah mahasiswa

semester VIII yang sedang menyusun skripsi yang berjumlah 70 orang dan

jumlah sampel sebanyak 41 orang. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan tentang “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur

Pada Mahasiswa Semester VIII Yang Sedang Menyusun Skripsi Di STIKes

YPIB Majalengka Tahu 2021” didapat sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

a. Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa Semester VIII Yang

Sedang Menyusun Skripsi Di STIKes YPIB Majalengka Tahun 2021

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Kecemasan

Pada Mahasiswa Semester VIII Yang Sedang Menyusun Skripsi

Di STIKes YPIB Majalengka Tahun 2021

Kategori Frekuensi %
Tidak cemas 10 24,4
Cemas ringan 2 4,9
Cemas sedang 10 24,4
Cemas berat 19 46,3
Total 41 100,0
64

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 41 responden pada mahasiswa

semester VIII yang sedang menyusun skripsi di STIKes YPIB Majalengka

Tahun 2021, yang tidak cemas yaitu sebanyak 10 responden (24,4%), cemas

ringan yaitu sebanyak 2 responden (4,9%), cemas sedang yaitu sebanyak 10

responden (24,4%), dan cemas berat yaitu sebanyak 19 responden (46,3%).

Hal ini menunjukkan kurang dari setengah responden mengalami tingkat

kecemasan berat sebanyak 19 responden (46,3%).

b. Gambaran Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Semester VIII Yang Sedang

Menyusun Skripsi Di STIKes YPIB Majalengka Tahun 2021

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Kualitas Tidur Pada

Mahasiswa Semester VIII Yang Sedang Menyusun Skripsi Di STIKes

YPIB Majalengka Tahun 2021

Kategori Kualitas Tidur Frekuensi %


Kualitas Tidur Baik 9 22,0
Kualitas Tidur Kurang 32 78,0
Total 41 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kualitas tidur pada 41

responden mahasiswa semester VIII yang sedang menyusun skripsi di

STIKes YPIB Majalengka Tahun 2021. Hal ini menunjukkan sebagian besar

responden mengalami kualitas tidur kurang yaitu sebanyak 32 (78,0%).


65

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada

Mahasiswa Semester VIII Yang Sedang Menyusun Skripsi Di STIKes

YPIB Majalengka Tahun 2021.

Tabel 4.3 Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur

Pada Mahasiswa Semester VIII Yang Sedang Menyusun Skripsi

Di STIKes YPIB Majalengka Tahun 2021

Tingkat Kualitas Tidur Total ρ


Baik Kurang
Kecemasan value
N % N % n %
Tidak cemas 9 22,0 1 2,4 10 24,4
Cemas Ringan 0 0,0 2 4,9 2 4,9
Cemas Sedang 0 0,0 10 24,4 10 24,4 0,000
Cemas Berat 0 0,0 19 46,3 19 46,3
Total 9 22,0 32 78,0 41 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa dari 41

responden yang tidak mengalami kecemasan cenderung memiliki

kualitas tidur baik sebanyak 9 responden (22,0%), responden yang

mengalami kecemasan ringan cenderung memiliki kualitas tidur

kurang 2 sebanyak 2 responden (4,9%), responden yang mengalami

kecemasan sedang seluruhnya memiliki kualitas tidur kurang sebanyak

10 responden (24,4%), dan responden yang mengalami kecemasan

berat memiliki kualitas tidur kurang sebanyak 19 responden (46,3%).


66

Hasil uji statistik didapatkan adanya perbedaan, proporsi ini

dapat menunjukkan hasil yang bermakna terlihat dari hasil uji chi

square, yakni p value = 0,000 kurang dari nilai α (0,05) yang berarti

Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan antara tingkat

kecemasan dengan kualitas tidur pada mahasiswa semester VIII yang

sedang menyusun skripsi di STIKes YPIB Majalengka tahun 2021.

3. Hambatan Pada Saat Penelitian

Dalam pengumpulan data, setelah kuesioner disebarkan

kebanyakan responden menunda untuk mengisi kuesioner tersebut

sehingga memakan waktu yang cukup lama.

Selain itu, penelitian kuantitatif membutuhkan data berupa

angka dan menggunakan proses hitung dalam analisisnya, hambatannya

adalah pada saat mengolah data dalam program SPSS, karena terkadang

bagi yang belum mahir akan menghadapi masalah seperti hasil tidak valid,

maka peneliti harus menghitung ulang kemudian data yang dientry

biasanya banyak dan membutuhkan ketelitian sehingga apabila user salah

dalam mengentry data maka hasilnya error.

B. Pembahasan

1. Analisis Univariat
67

a. Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa Semester VIII Yang

Sedang Menyusun Skripsi Di STIKes YPIB Majalengka Tahun 2021.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di STIKes

YPIB Majalengka menunjukkan yang tidak cemas yaitu sebanyak 10

responden (24,4%), cemas ringan yaitu sebanyak 2 responden (4,9%),

cemas sedang yaitu sebanyak 10 responden (24,4%), dan cemas berat

yaitu sebanyak 19 responden (46,3%). Rata-rata penyebab kecemasan

yang terjadi dialami oleh mahasiswa dalam menyusun skripsi karena

kendala dan kesulitan proses mengerjakan skripsi sehingga

menimbulkan, malas menemui dosen pembimbing dan kebanyakan

mahasiswa kebingungan mencari judul skripsi dan referensi lainnya.

Penyebab kecemasan yang dialami mahasiswa yaitu karena

adanya kendala atau kesulitan-kesulitan yang dialami pada saat

penyusunan skripsi. Kendala yang sering dialami mahasiswa adalah

menemukan masalah, mencari judul yang efektif, sistematika proposal,

sistematika skripsi, kesulitan mencari literatur atau referensi, kesulitan

metode penelitian dan analisis data. Kesulitan yang lain yaitu

menuangkan ide kedalam bahasa ilmiah dan kesulitan dengan standar

tata tulis ilmiah. Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam

penyusunan skripsi adalah buku-buku refernsi tidak cukup tersedia di

perpustakaan, kesulitan menemui dosen pada saat akan bimbingan,


68

sibuk berorganisasi (Kinansi, 2013). Kendala-kendala yang dialami

mahasiswa semester akhir dalam meyusun skripsi dapat brkembang

menjadi sikap negatif yang akhirnya dapat menimbulkan suatu

kecemasan pada mahasiswa (Hidayat. 2013).

Kecemasan ringan dan sedang yang dialami responden

dikarenakan adanya faktor seperti keyakinan diri, dukungan sosial, dan

tuntutan orang tua. Individu yang memiliki kepercayaan diri kurang

akan mengakibatkan kecemasan. Kurangnya perolehan bantuan,

tingkah laku maupun materi. Kecemasan yang terjadi pada tingkat

akhir dikarenakan adanya kebiasaan baru yang dihadapi sehari-hari

dalam menyusun skripsi sehingga kewaspadaan meningkat (Fitria,

2007 dalam Retno, 2016).

Menurut Hawari (2012), tingkat kecemasan seseorang

berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari,

kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya. Manifestasi yang muncul pada

tingkat kecemasan ringan adalah kelelahan, persepsi meningkat,

kesadaran meningkat, maupun untuk belajar, motivasi meningkat, dan

tingkah laku sesuai situasi.


69

Hasil ini didukung oleh penelitian Julianto Laia (2019), dengan

hasil bahwa tingkat kecemasan sedang terjadi pada mahasiswa dalam

menyusun skripsi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri Okta Ratnaningtyas

(2020), dengan hasil bahwa tingkat kecemasan berat terjadi lebih

banyak pada mahasiswa dalam menyusun skripsi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alda Vania Sugiarto (2018)

“Hubungan Tingkat Kecemasan Terhadap Kualitas Tidur Pada

Mahasiswa Angkatan 2018 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Krida Wacana “ dari 106 responden, didapatkan hasil 83 responden

mengalami kecemasan ringan, diantaranya 30 responden mengalami

kualitas tidur baik dan 53 responden mengalami kualitas tidur buruk,

sedangkan 21 responden mengalami kecemasan sedang yang terdiri

atas 1 responden mengalami kualitas tidur baik dan 20 responden

mengalami kualitas tidur buruk, serta 2 responden mengalami

kecemasan berat yang terdiri atas 1 responden mengalami kualitas

tidur baik dan 1 responden mengalami kualitas tidur buruk.

Diharapkan mahasiswa mencari informasi terkait dengan

pencegahan dan penatalaksanaan menghadapi kecemasan dalam

penyusunan skripsi, meluruskan persepsi akan ketakutan terhadap


70

skripsi, berpikir positif bahwa dosen pembimbing tidak menakutkan

dan dapat membantu kesalahan-kesalahan skripsi baik dalam cara

penulisan atau tata Bahasa ilmiah sesuai dengan pedoman pembuatan

skripsi.

b. Gambaran Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Yang Sedang Menyusun

Skripsi Di STIKes YPIB Majalengka.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kualitas tidur

mahasiswa S1 keperawatan yang sedang menyusun skripsi di STIKes

YPIB Majalengka. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden

memiliki kualitas tidur kurang sebanyak 32 responden (78,0%).

Kualitas tidur pada responden dikarenakan adanya faktor dari individu

sendiri, dalam hal ini yaitu penyusunan skripsi sehingga responden

merasa tertekan sebab dari kecemasan, responden yang mengalami

kesulitan tidur, pola tidur terganggu, dengan ditandai fisik seperti

kelelahan, mata kantuk, mata panda dengan adanya hitam di area

kelopak bawah mata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas

tidur pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi kebanyakan

mengalami kualitas tidur kurang ditunjukkan dengan sulitnya

responden memulai tidur sehingga tidur larut malam, durasi tidur yang

tidak normal responden terkadang bangun di tengah malam untuk

mengerjakan skripsinya.
71

Menurut Hidayat (2013), kualitas tidur yang buruk pada

responden sebenarnya akan mengakibatkan masalah tersendiri bagi

fisik dan psikologis. Kualitas tidur yang buruk dapat ditandai dengan

tanda fisik dan psikologis, seperti ekspresi wajah, area gelap di sekitar

mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva memrah, kantuk yang

berlebihan (sering menguap), kurang mampu berkonsentrasi, dan

pusing. Rendahnya kualitas tidur juga dapat mengakibatkan

ketidakstabilan emosional, kurang percaya diri, apatis dan responden

menurun, daya ingat berkurang. Kualitas tidur mempunyai berbagai

macam aspek yang merupakan cara tidur yang berkualitas, sementara

itu ahli-ahli psikologi modern berpandangan bahwa tidur yang baik

ditandai oleh rasa nyenyak selama tidur (tidak mengalami gangguan

tidur), waktu tidur minimal 6 jam, tidak memperoleh mimpi buruk,

dan merasa segar saat terbangun dari tidur (Maas, 2011).

Kualitas tidur yang kurang juga akan berdampak pada

penurunan akademik yaitu hasil penyusunan skripsi menjadi kurang

maksimal bahwa pada suatu penelitian membuktikan bahwa tidur

kurang dari 6 jam dapat menyebabkan defisit kognitif, juga dilaporkan

remaja dengan gangguan tidur mengalami gangguan emosi, defisit

akademik, kehadiran sekolah, dan defisit penampilan sosial (Watty,

2010).
72

Kualitas tidur yang buruk berpengaruh bagi otak saat kita

memerlukannya untuk melakukan tugas tingkat tinggi misalnya

berfikir. Sebagian dari otak akan bkerja berlebihan pada saat orang

mengalami kurang tidur, biasanya hanya satu yang masih aktif dari

seluruh area otak. Ini merupakan fungsi yang rumit, termasuk

diantaranya memperbaharui kerja ingatan, merencanakan,

memperhatikan, menentukan waktu, menghadapi situasi yang tidak

terduga, dan kemampuan verbal (Rafknowledge, 2011).

Hasil ini didukung oleh penelitian Julianto Laia (2019) tentang

“Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada

Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Program Studi S1

Keperawatan STIKes Wijaya Husada Bogor” menunjukkan hasil

bahwa sebagian besar responden mengalami kualitas tidur buruk

sebanyak 51 responden (43,5%).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Maria Puji Lestari

(2019) “Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tingkat Kecemasan

Mahasiswa Dalam Menghadapi Tugas Akhir di Fakultas Kedokteran

Umum Universitas Malahayati Tahun 2019) didapatkan hasil sebanyak

76 (71,7%) responden mengalami kualitas tidur buruk.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri Okta Ratnaningtyas

(2020) “Hubungan Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada


73

Mahasiswa Tingkat Akhir” terdapat 93 responden dengan presentas

94,9% mengalami kualitas tidur buruk karena kecemasan berat.

Intervensi yang umum untuk mengatasi masalah kualitas tidur

yaitu salah satunya dengan aktivitas sleep hygiene. Sleep hygiene

merupakan salah satu intervensi keperawatan yang efektif dalam

mengatasi masalah kualitas tidur. Sleep hygiene bertujuan untuk

memberikan lingkungan dan kondisi yang kondusif untuk tidur dan

merupakan aspek yang mutlak dimanipulasi pada penatalaksanaan

masalah kualitas tidur. Sleep hygiene intervention bisa diberikan salah

satunya dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai

kesehatan tidur yang terdiri dari rangkaian rekomendasi lingkungan

dan perilaku tidur untuk menciptakan kualitas tidur yang optimal

(Mardalifa, Tiara, dkk, 2018).

Adapun intervensi lain yang lebih aplikatif untuk mengatasi

masalah kualitas tidur adalah dengan pemberian terapi musik. Terapi

musik adalah keahlian menggunakan musik atau elemen musik oleh

seorang terapis untuk meningkatkan, mempertahankan dan

mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual.

Musik merupakan terapi yang mampu merangsang penurunan hormon

kortisol yang dihilangkan pada saat cemas dan stress dan dan

meningkatkan pelepasan epineprine. Ketika tubuh dalam kondisi

cemas atau stress, dengan mendengarkan musik tubuh akan


74

melepaskan epineprin sehingga tubuh menjadi rileks. Kondisi rileks

ini akan meningkatkan kualitas tidur. Potter mendefinisikan terapi

musik sebagai teknik yang digunakan untuk menyembuhkan suatu

penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Jenis musik

yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan

kebutuhan, seperti musik klasik, instrumental, slow musik, pop, rock

dan musik modern lainnya.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada

Mahasiswa Semester VIII Yang Sedang Menyusun Skripsi

b. Di STIKes YPIB Majalengka Tahun 2021.

Berdasarkan tabel korelasi dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa kurang dari setengah responden yang tidak mengalami

kecemasan cenderung memiliki kualitas tidur baik sebanyak 9

responden (22,0%), sebagian kecil responden yang mengalami

kecemasan ringan cenderung memiliki kualitas tidur kurang sebanyak

2 responden (4,9%), kurang dari setengah responden mengalami

kecemasan sedang memiliki kualitas tidur kurang sebanyak 10

responden (24,4%), dan hampir setengah dari responden mengalami

kecemasan berat memiliki kualitas tidur kurang sebanyak 19

responden (46,3%). Hal ini dapat ditarik kesimpulan yaitu semakin


75

tidak cemas dalam menyusun skripsi maka semakin baik kualitas tidur

mahasiswa dan semakin berat kecemasan maka semakin buruk

kualitas tidur mahasiswa.

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa analisis bivariat

hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada

mahasiswa semester VIII yang sedang menyusun skripsi di STIKes

YPIB Majalengka tahun 2021. Menunjukkan ada hubungan yang

bermakna dengan nilai p = 0,000 berarti p < 0,05. Jadi dalam hal ini

hipotesis nol ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa tingkat

kecemasan sangat mempengaruhi kualitas tidur pada mahasiswa dalam

menyusun skripsi.

Salah satu penyebab terjadinya kualitas tidur kurang baik

adalah sebab dari kecemasan, kecemasan seringkali mengganggu tidur,

seseorang yang dipikirannya dipenuhi dengan masalah pribadi dan

merasa paling sulit rileks saat akan memulai tidur. Kecemasan

meningkatkan kadar norepinefrin dalam darah melalui sistem saraf

simpatis, perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya waktu tidur

tahap IV NREM (Non Rapid Eye Movement) dan tidur REM (Rapid

Eye Movement) serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur lain

dan lebih sering terbangun (Kozier, 2011).

Kualitas tidur yang buruk dapat ditandai dengan tanda fisik dan

psikologis, seperti ekspresi wajah, area gelap di sekitar mata, bengkak


76

di kelopak mata, konjungtiva memrah, kantuk yang berlebihan (sering

menguap), kurang mampu berkonsentrasi, dan pusing. Rendahnya

kualitas tidur juga dapat mengakibatkan ketidakstabilan emosional,

kurang percaya diri, apatis dan responden menurun, daya ingat

berkurang. Kualitas tidur mempunyai berbagai macam aspek yang

merupakan cara tidur yang berkualitas, sementara itu ahli-ahli

psikologi modern berpandangan bahwa tidur yang baik ditandai oleh

rasa nyenyak selama tidur (tidak mengalami gangguan tidur), waktu

tidur minimal 6 jam, tidak memperoleh mimpi buruk, dan merasa

segar saat terbangun dari tidur (Hidayat, 2013).

Waktu tidur yang kurang dari kebutuhan dapat mempengaruhi

sintesis protein yang berperan dalam memperbaiki sel-sel yang rusak

menjadi menurun. Kelelahan, meningkatnya stress, kecemasan serta

kurangnya konsentrasi dalam aktivitas sehari-hari adalah akibat yang

sering terjadi apabila waktu tidur tidak tercukupi. Tidur malam yang

berlangsung rata-rata 7 jam, terdiri dari 2 macam kondisi yaitu REM

dan NREM yang bergantian selama 4-6 kali. Seseorang yang kurang

cukup menjalani tidur jenis REM maka esok harinya akan menunj

ukkan kecenderungan untuk hiperaktif kurang dapat mengendalikan

diri dan emosi, nafsu makan bertambah. Tidur REM yang kurang

cukup, akan mengakibatkan esok harinya keadaan fisik menjadi

kurang fit (Asmadi, 2008).


77

Penelitian ini menujukkan adanya hubungan tingkat kecemasan

dengan kualitas tidur pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi,

hal ini dikarenakan kondisi psikologi tejadi pada seseorang akibat

ketegangan jiwa. Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi,

dihadapkan pada tugas yang begitu berat, hal ini sangat mudah sekali

untuk memicu perasaan stress yang akan menimbulkan pola tidur

seseorang dapat terganggu (Potter dan Perry, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri Okta Ratnaningtyas

(2020) “Hubungan Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada

Mahasiswa Tingkat Akhir” dengan hasil p value sebesar 0,014 berarti

p < dari 0,05.

Penelitian pendukung lain juga pernah dilakukan oleh Albar

tentang “Hubungan Antara Kecemasan Dengan Kualitas Tidur

Masiswa Selama Penyusunan Skripsi Di Stikes Aisyiyyah

Yogyakarta” dengan hasil p value sebesar 0,004 menunjukkan bahwa

adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dan

kualitas tidur.

Hasil tersebut dapat disimpulkan yaitu kecemasan pada

seseorang mahasiswa dapat mempengaruhi kualitas tidur pada

mahasiswa dan dalam hal ini kecemasan dapat berkurang dengan

adanya peran yang baik dari dosen pembimbing untuk mengurangi

tingkat kecemasan pada mahasiswa dalam menyusun skripsi dan


78

mahasiswa dapat mengatur pola tidur agar tidak mengalami gangguan

akibat kecemasan tersebut.

Setelah penlitian ini dilakukan bagi mahasiswa diharapkan agar

dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam pencegahan

atau penetalaksanaan kecemasan dan kualitas tidur dengan cara

mencari infomasi yang terkait dengan masalah yang dihadapi dan

meluruskan pikiran atau persepsi terhadap masalah serta mengatur

pola tidur sehingga mahasiswa dapat menunjukkan mekanisme koping

yang adaptif dalam menghadapi kecemasan.


79

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Hubungan Tingkat

Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Semester VIII Yang

Sedang Menyusun Skripsi Di STIKes YPIB Majalengka Tahun 2021” dapat

disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Kurang dari setengah responden mengalami tingkat kecemasan berat

pada mahasiswa semester VIII S1 Keperawatan STIKes YPIB

Majalengka Tahun 2021.

2. Sebagian Besar Responden memiliki kualitas tidur kurang pada

mahasiswa semester VIII S1 Keperawatan STIKes YPIB Majalengka

Tahun 2021.

3. Ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada mahasiswa

semester VIII S1 Keperawatan STIKes YPIB Majalengka Tahun 2021.


80

B. Saran

Terkait dengan hasil kesimpulan penelitian, terdapat beberapa saran

yang relevan untuk dijadikan acuan dalam pengembangan hasil penelitian ini,

yaitu sebagai berikut :

1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dalam menyusun skripsi agar menjaga pola tidur dan

meningkatkan tingkat kesadaran pentingnya kualitas tidur yang baik untuk

mengurangi kecemasan.

2. Institusi Pendidikan STIKes YPIB Majalengka

Agar menambah sarana dan prasarana dan literatur kepustakaan terutama

yang brhubungan dengan kebutuhan mahasiswa dalam melakukan penelitian.

3. Bagi penelitian lain

Pada penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang faktor faktor

lain yang mempengaruhi terjadinya kecemasan maupun kualitas tidur yang

dialami mahasiswa dengan mencari literature yang lebih banyak, mengambil

responden lebih banyak lagi sehingga didapatkan hasil yang lebih baik.
81
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :

Rineka Cipta.

Albar. 2014. Hubungan tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur di STIKes

Aisyiyah Yogyakarta. Diakses pada Tanggal 18 Februari 2021

Abidin. 2006. Masalah-masalah Yang Menghambat Penyusunan Skripsi.

Depkes Jawa Barat. 2019. www.depkes.go.id

Guyton, H. 2007. Fisiologi Kedokteran Aktifitas Otak Tidur, Gelombang

otak, Epilepsi dan Psikosis. Jakarta : EGC.

Kasmonah. 2010. Perbedaan Tingkat Kecemasan Mahasiswa Program Studi

S1 Keperawatan Reguler dan Lintas Jalur Dalam Menghadapi

Skripsi. Diakses pada tanggal 18 Februari 2021

Kompas. 2011. http://lifestyle.kompas.com

Kozier, Barbara, et all. 2004. Fundamental Of Nursing Concepts, Process and

Practice, Jakarta : EGC.

Kupfer, D.J.1989. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) A New

Instrument For Psychiatric Reseaarch and Practice.

Kusumawati dan Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :

Salemba Medika.
Miftahul Huda. Jurnal Dialogia, Vol 9. No, 2. 2011.

Moleong. 2005. Metodologi Penelitian. Bandung : Rosdakarya.

Mujiyah. 2011. Kendala-kendala Yang Dihadapi Mahasiswa Dalam Menulis

Skripsi. http://staff.unila.ac.id/janter/2012/05/30/kendala-mahasiswa-

dalam-menulis-skripsi/. Diakses tanggal 20 Feruari 2021

National Institute Of Mental Health, 2005.

National Sleep Fundation. 2007.

Nursalam 2015. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan

Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Reneika

Cipta.

Potter dan Perry. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawaatan Konsep,

Proses dan Praktik Edisi 4. Jakarta : EGC.

Pramuditha, A. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat

Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir Menghadapi Skripsi di STIKes

Aisyiyah Yogyakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatul Jakarta.

Retno Yulia Hstuti dan Tri Nurhayati. 2006. Hubungan Tingkat Kecemasaan

Dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Dalam Mengerjakan Skripsi di

Muhammadiyah Klaten. Diakses pada tanggal 20 Februari 2021

Rolfknowledge. 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur. Jakarta : PT Elex

Media Kompurindo.
Sarwono. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : Erlangga.

Semium, Y. 2006. Kesehatan Mental. Jakarta ; Penerbit Kanius.

Sugiono. 2012. Statistik Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.

Sulistiyani, Cicik. 2012. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Diponegoro Semarang.

Sulistiawati, 2005. Kecemasan Atau Cemas. http://www.artikel.kecemasan

anak.com. Diakses pada tanggan 20 Februari 2021.

Stuart dan Sundeen. 2008. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Buku Kedokteran

Jiwa. Jakarta ; EGC.

Sundari, S. 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta : Rineka

Cipta.

Tiara, P. 2015. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Kejang

Demam Pada Anak di Ruang Dalam RSUD Cideres Kabupate

Majalengka Tahun 2015.

Tri Ratnaningsih dan Widya Astutik, 2015. Hubungan Tingkat Kecemasan

Dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Dalam Mengerjakan Skripsi di

STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Diakses pada tanggal 20 Februari

2021.

Trismiati. 2006. Teori Kecemasan. http://artikelkecemasan.com. Diakses pada

tanggal 21 Februari 2021.


Tri Okta Ratnaningtyas. 2020. Hubungan Kecemasan Dengan Kualitas Tidur

Pada Mahasiswa Tingkat Akhir.

http://openjournal.masda.ac.id/index.php/edumasda.com

Wulandari. 2012. Hubungan Tingkat Stress Dengan Gangguan Tidur Pada

Mahasiswa Skripsi di Fakultas Rumpun Science Technologi.

Yeriko, Michael. 2010. Komsep Mahasiswa.

http://mr.yerikablogspot.com/2010/10/konsep mahasiswa.html.

Diakses pada tanggal 21 Februari 2021.

Yi, H, K, Shin. 2006. Development Of The Sleep Quality Scale Style, Sheet.

http://onlinelibrary.wiley.com

Yousandra, Resa. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Dalam Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa Prodi D-1V Bidan

Pendidikan Angakatan 2013 Di STIKes Prima Nusantara Bukittinggi

Tahun 2014.
Lampiran 1. LEMBAR INFORMED

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :

Mahasiswa Calon Responden

Di STIKes YPIB Majalengka

Dengan Hormat,

Saya Rina Iryanti mahasiswi Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKes) YPIB Majalengka dengan NIM 17142011036, bermaksud

akan melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan

Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Semester VIII Yang Sedang Menyusun Skripsi Di

STIKes YPIB Majalengka Tahun 2021”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada mahasiswa dalam menyusun skripsi.

Penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

mahasiswa sebagai responden dan bagi pelayanan keperawatan.

Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah mahasiswa yang sedang

menyusun skripsi akan mmenjawab pertanyaan dalam kuesioner online yang telah

disediakan, dengan waktu sampai selesaainya pengisian kuesioner.


Peneliti mengajak mahasiswa dapat melaksanakan pengisian kuesioner sesuai

dengan yang telah dijelaskan. Partisipasi mahasiswa dalam penelitian ini bersifat

sukarela dan tidak ada paksaan dari siapapun. Semua informasi terkait mahasiswa,

baik informasi tentang identitas maupun data hasil penelitian akan dijaga

kerahasiaannya dan tidak akan jatuh kepada pihak yang tidak berkepentingan. Data

akan dihapus dalam waktu 1 tahun setelah penelitian dilakukan.

Penelitian ini tidak memiliki resiko apapun bagi mahasiswa, hanya akan

diminta untuk meluangkan waktu beberapa menit untuk mengisi kuesioner.

Hormat saya,

RINA IRYANTI

NIM. 17142011036
Lampiran 2. LEMBAR CONSENT

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dengan ikhlas dan sukarela ikut

berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat

Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Semester VIII Yang Sedang

Menyusun Skripsi Di STIKes YPIB Majalengka Tahun 2021”.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa ada

paksaan dari pihak manapun.

Majalengka, Agustus 2021

Mengetahui,

Responden
Lampiran 3. LEMBAR KUESIONER SKALA HARS

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA

MAHASISWA SEMESETER VIII YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI DI

STIKES YPIB MAJALENGKA TAHUN 2021

A. Karakteristik Responden

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenis Kelamin :

B. Variabel Kecemasan

Peertanyaan dibawah ini menanyakan mengenai gejala-gejala kecemasan yang

anda rasakan. Berikan tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang

menurut anda paling sesuai.

Keterangan :

0 = Tidak ada gejala sama sekali

1 = gejala ringan (satu dari gejala yang ada)

2 = gejala sedang (separuh dari gejala yang ada)

3 = gejala berat (lebih dari separuh gejala yang ada)

4 = gejala sangat berat (semua gejala ada)


Tidak Satu Separu Lebih Semua
ada dari h dari dari gejala
gejala gejala gejala separuh ada
sama yang yang gejala
No Pertanyaan sekali ada ada yang
ada
0 1 2 3 4

1. Perasaan ansietas (cemas)


 Cemas
 Firasat buruk
 Takut akan pikiran sendiri
 Mudah tersinggung
2. Ketegangan
 Merasa tegang
 Lesu
 Tak bisa istirahat tenang
 Mudah menangis
 Gemetar
 Gelisah
3. Ketakutan
 Pada gelap
 Pada orang asing
 Ditinggal sendiri
 Pada binatang besar
 Pada keramaian lalu lintas
 Pada kerumunan orang banyak
4. Gangguan tidur
 Sukar tidur
 Terbangun malam hari
 Tidak nyenyak
 Bangun dengan lesu
 Mimpi buruk
 Mimpi menakutkan
5. Gangguan kecerdasan
 Sukar konsentrasi
 Daya ingat menurun
 Daya ingat buruk
6. Perasaan depresi (murung)
 Hilangnya minat
 Berkurangnya kesenangan pada hobi
 Sedih
 Bangun dini hari
 Perasaan berubah-ubah sepanjang
hari
7. Gejala somatik fisik (otot)
 Sakit dan nyeri di otot-otot
 Kaku
 Kedutan otot
 Gigi gemerutuk
 Suara tidak stabil
8. Gejala somatik fisik (sensorik)
 Tinitus (telinga berdenging)
 Penglihatan kabur
 Muka merah atau pucat
 Merasa lemas
 Perasaan seperti di tusuk-tusuk
9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan
pembuluh darah)
 Takikardi (denyut jantung cepat)
 Berdebar-debar
 Nyeri dada
 Denyut nadi mengeras
 Lesu atau lemas seperti mau pingsan

10. Gejala respiratory (pernafasan)


 Rasa tertekan atau sempit di dada
 Tercekik
 Sering menarik nafas
 Nafas pendek atau sesak
11. Gejala gastrointestinal (pencernaan)
 Sulit menelan
 Perut melilit
 Gangguan pencernaan
 Nyeri sebelum dan sesudah makan
 Perasaan terbakar di perut
 Rasa penuh (kembung)
 Mual
 Muntah
 BAB lembek
 Konstipasi (sukar BAB)
 Kehilangan berat badan
12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin)
 Sering BAK
 Tidak dapat menahan kencing
 Tidak datang bulan atau haid
 Darah haid berlebihan
 Darah haid sedikit
 Masa haid berkepanjangan
 Masa haid jangka pendek
 Haid beberapa kali dalam sebulan
 Ejakulasi dini
 Ereksi melemah
 Ereksi hilang
 Impotensi (disfungsi ereksi)
13. Gejala autonom
 Mulut kering
 Muka merah
 Mudah berkeringat
 Kepala pusing
 Kepala terasa berat
 Kepala terasa sakit
14. Tingkah laku
 Gelisah
 Tidak tenang
 Jari gemetar
 Kerut kening
 Muka tegang
 Otot tegang (mengeras)
 Nafas pendek dan cepat
 Muka merah
TOTAL SKOR
Sumber : Nursalam, 2015

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori

(Nursalam, 2015)

0 = Tidak ada gejala sama sekali

1 = gejala ringan (satu dari gejala yang ada)

2 = gejala sedang (separuh dari gejala yang ada)

3 = gejala berat (lebih dari separuh gejala yang ada)

4 = gejala sangat berat (semua gejala ada)

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14

dengan hasil (Nursalam, 2015)

Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan

Skor 7-14 = kecemasan ringan

Skor 15-27 = kecemasan sedang

Skor lebih dari 27 = kecemasan berat

Lampiran Kuesioner The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).


C. Variabel Kualitas Tidur

 Pertanyaan-pertanyaan berikut ini berkaitan dengan sifat-sifat tidur

anda selama satu bulan terakhir ini saja.

 Jawablah dengan tepat menurut kebiasaan anda sehari-hari, selain

pertanyaan nomor 1-4 berikan tanda (√) pada salah satu jawaban yang

menurut anda paling sesuai.

Keterangan :

0 = tidak pernah

1 = < 1 kali seminggu

2 = 1-2 kali seminggu

3 = > 3 kali seminggu

1. Jam berapa biasanya anda mulai


tidur malam?
2. Berapa lama waktu yang anda
perlukan untuk dapat mulai
tertidur setiap malam?
(waktu yang dibutuhkan saat
mulai berbaring hingga tertidur)
3. Jam berapa biasanya anda
bangun pagi?
4. Berapa lama anda tidur di
malam hari?

5. Selama sebulan ini seberapa


sering anda mengalami hal
dibawah ini :
0 = tidak 1 = < 1 kali 2 = 1-2 kali 3 = > 3 kali
pernah seminggu seminggu seminggu
5a. Tidak bisa tidur pada malam
hari dalam waktu 30 menit
5b. Terbangun tengah malam
5c. Terbangun karena harus ke
kamar mandi
5d. Terganggu pernafasan
5e. Batuk atau mendengkur keras
5f. Merasa kedinginan
5g. Merasa kepanasan
5h. Bermimpi buruk
5i. Merasa nyeri
5j. Dan lain lain...
6. Selama sebulan terakhir,
seberapa sering anda
mengkonsumsi obat tidur untuk
membantu anda tertidur?
7. Selama sebulan terakhir,
seberapa sering anda tidur
siang?
8. Seberapa sering anda
mengalami kesulitan
berkonsentrasi saat kuliah?
Baik sekali Baik Buruk Buruk sekali
9. Menurut anda sendiri,
bagaimana kualitas tidur anda
sebulan ini?

KETERANGAN SKORING PSQI

KOMPONEN Keterangan Skor


Komponen 1 (subjektif) Skor pertanyaan #9
0=sangat baik, 1=baik, 2=kurang, 3=sangat kurang
Komponen 2 (latensi tidur) Skor pertanyaan #2 + #5a
Skor pertanyaan #2 (<15menit=0), (16-30 menit=1),
(31-60menit=2), (>60menit=3) + skor pertanyaan
#5a, jika jumlah skor dari kedua pertanyaan tersebut
jumlahya 0 maka skornya = 0, jika jumlahnya 1-2=1
; 3-4=2 ; 5-6=3
Komponen 3 (lama tidur) Skor pertanyaan #4 (>7=0 ; 6-7=1 ; 5-6=2 ; <5=3)
Komponen 4 (efisiensi tidur) Skor pertanyaan no 1 dan 3
Jumlah jam tidur pulas (#4) / jumlah jam ditempat
tidur (kalkulasi #1 & #3) x 100%, (>85%=0 ; 75-
84%=1 ; 65-74%=2 ; ,65%=3)
Komponen 5 (gangguan tidur) Jumlah skor 5b hingga 5j (bila jumlahnya 0 maka
skornya =0, jika jumlahnya 1-9=1 ; 10-18=2 ;
18=27=3
Komponen 6 (penggunaan obat Skor pertanyaan #6
tidur) 0=tidak pernah, 1=1x seminggu, 2=2x seminggu,
3=>3x seminggu
Komponen 7 (disfungsi tidur) Skor pertanyaan #7 + #8, jika jumlahnya 0 maka
skornya =0, jika jumlahnya 1-2=1 ; 3-4=2 ; 5-6=3
Tota l Skor Jumlah skor komponen 1-7 (<5 : baik. >5 : buruk)

Statistics
Tingkat Kualitas Tidur
Kecemasan
Valid 41 41
N
Missing 0 0

Tingkat Kecemasan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak cemas 10 24,4 24,4 24,4
cemas ringan 2 4,9 4,9 29,3
Valid cemas sedang 10 24,4 24,4 53,7
cemas berat 19 46,3 46,3 100,0
Total 41 100,0 100,0

Kualitas Tidur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
kualitas tidur baik 9 22,0 22,0 22,0
Valid kualitas tidur kurang 32 78,0 78,0 100,0
Total 41 100,0 100,0

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tingkat Kecemasan * Kualitas 41 100,0% 0 0,0% 41 100,0%
Tidur

Tingkat Kecemasan * Kualitas Tidur Crosstabulation


Kualitas Tidur Total
kualitas kualitas
tidur baik tidur kurang
Tingkat Count 9 1 10
Kecemasan % within Tingkat 90,0% 10,0% 100,0%
tidak cemas
Kecemasan
% of Total 22,0% 2,4% 24,4%
cemas Count 0 2 2
ringan % within Tingkat 0,0% 100,0% 100,0%
Kecemasan
% of Total 0,0% 4,9% 4,9%
Count 0 10 10
cemas % within Tingkat 0,0% 100,0% 100,0%
sedang Kecemasan
% of Total 0,0% 24,4% 24,4%
Count 0 19 19
% within Tingkat 0,0% 100,0% 100,0%
cemas berat
Kecemasan
% of Total 0,0% 46,3% 46,3%
Count 9 32 41
% within Tingkat 22,0% 78,0% 100,0%
Total
Kecemasan
% of Total 22,0% 78,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 35,747a 3 ,000
Likelihood Ratio 36,654 3 ,000
Linear-by-Linear 28,175 1 ,000
Association
N of Valid Cases 41
a. 5 cells (62,5%) have expected count less than
5. The minimum expected count is ,44.
MASTER TABEL KECEMASAN SKALA HARS

No H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 H13 H14 SKOR


1 3 4 3 3 3 4 2 2 3 2 3 1 3 3 39
2 3 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 5
3 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 9
4 3 1 0 0 1 4 1 2 1 3 1 0 2 2 21
5 3 3 0 2 3 1 1 3 3 2 0 0 1 3 25
6 2 2 1 1 1 1 0 1 0 1 3 3 1 0 17
7 4 3 1 3 4 4 2 2 3 2 2 2 3 4 39
8 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
9 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 20
10 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 5
11 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 5
12 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 5
13 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27
14 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 5
15 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 5
16 2 3 2 2 2 1 0 0 0 0 0 0 1 1 14
17 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 5
18 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 5
19 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 5
20 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28
21 3 3 2 3 2 2 2 1 0 0 0 2 1 2 23
22 2 2 3 3 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 30
23 3 2 2 3 3 2 2 2 3 1 3 2 2 2 32
24 3 0 3 1 3 1 2 3 4 3 1 2 3 3 32
25 4 3 3 2 3 2 0 2 3 3 3 3 3 3 37
26 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 36
27 1 2 4 3 2 2 0 0 0 0 0 1 0 0 15
28 3 3 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 0 20
29 3 4 1 3 3 3 2 2 2 1 1 1 1 2 29
30 4 4 4 4 4 3 0 0 1 3 1 1 0 3 32
31 3 2 4 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 4 34
32 2 1 1 2 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 35
33 2 3 1 4 3 4 2 2 1 1 3 3 1 2 32
34 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 0 4 4 33
35 2 4 1 2 3 4 2 2 2 2 2 0 3 3 30
36 2 2 1 2 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 15
37 2 4 3 3 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 30
38 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28
39 3 2 2 4 2 4 3 3 2 2 2 2 2 3 36
40 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 35
41 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33
MASTER TABEL KUALITAS TIDUR PSQI

No G1 G2 G3 G4 5a 5b 5c 5d 5e 5f 5g 5h 5i 5j G6 G7 G8 G9 K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 SKOR
1 23:00 30' 5:30 7 2 1 2 1 0 1 3 3 1 0 0 3 3 1 1 2 1 0 2 0 3 9
2 21:00 15' 5:00 8 3 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 1 0 0 3
3 21:00 20' 3:00 6 0 1 1 0 2 0 1 1 0 0 0 1 2 3 3 1 1 1 1 0 2 9
4 22:00 10' 3:00 5 0 3 2 1 0 0 1 2 0 0 0 3 1 1 1 0 2 3 1 0 2 9
5 00;00 60' 5:00 6 3 0 0 0 1 2 0 1 0 2 0 3 1 0 0 3 1 0 1 0 2 7
6 23.00 15' 05.00 6 3 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 3 1 1 2 2 2 1 0 2 10
7 23:00 60' 5:20 6 3 3 3 2 1 1 3 3 2 0 0 3 3 0 0 3 1 1 2 0 3 10
8 0:00 10' 7:00 6 3 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 1 0 0 3
9 22:00 20' 4:00 7 1 1 2 1 1 1 3 1 1 2 0 3 2 2 2 1 0 0 2 0 3 8
10 23.00 60' 05.00 5 3 1 1 0 0 0 3 0 0 3 0 0 1 2 2 0 0 0 1 0 0 3
11 23:00 30' 04.00 8 3 1 1 0 0 0 3 1 0 3 0 0 1 2 2 0 0 0 1 0 0 3
12 21:00 60' 06:00 8 3 2 2 2 1 0 2 2 0 1 0 2 2 2 2 3 0 0 2 0 2 9
13 21:00 3' 4:00 7 0 2 1 0 0 0 2 3 3 3 0 0 2 2 2 0 1 0 2 0 1 6
14 2:00 15' 7:00 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 20
15 0:00 30' 5:00 5 3 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 1 0 0 3
16 21:00 30' 6:00 8 3 2 3 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2 2 2 2 0 0 1 0 0 5
17 23:00 30' 5:00 5 3 2 3 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 2 2 2 2 3 1 0 0 3
18 23.00 60' 07.00 6 3 2 3 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 2 2 2 2 3 1 0 3 3
19 22.00 60' 07.00 8 3 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 2 2 2 2 3 1 0 0 3
20 21:00 60' 4:00 8 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 3 3 1 0 0 1 0 0 5
21 0:00 60' 6:00 6 3 3 3 0 1 0 0 2 0 0 0 2 2 1 1 3 1 1 1 0 2 9
22 21:00 60' 5:00 7 1 2 2 0 1 2 2 1 1 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 0 2 11
23 22:30 30' 5:20 6 1 1 2 0 0 1 0 2 0 1 0 2 3 2 2 1 1 0 1 0 3 8
24 2:00 30' 9:00 7 3 2 2 2 2 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 3 1 2 2 0 1 9
25 22:00 15' 5:00 7 0 1 2 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 3 3 2 2 0 1 0 1 9
26 00.30 30' 08.00 7 1 2 2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 2 0 1 7
27 2:00 60' 8:00 6 3 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 3 1 0 1 0 2 7
28 23:00 15' 6:00 7 2 1 0 0 1 0 3 3 0 1 0 2 1 0 0 2 1 3 1 0 2 9
29 0:00 20' 4:00 4 3 3 1 1 0 2 2 2 2 0 0 0 3 0 0 2 3 0 2 0 1 8
30 22:00 15' 5:00 7 2 1 3 0 0 0 1 1 0 1 0 0 2 3 3 2 0 3 1 0 1 10
31 0:00 30' 6:00 5 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 0 0 1 0 0 3 2 0 2 0 2 9
32 21:00 30' 5:00 8 1 2 2 0 0 0 2 0 1 0 0 2 1 3 3 1 0 0 1 0 2 7
33 21.00 30' 05.30 7 2 3 3 1 1 2 3 1 2 0 0 1 3 1 1 2 0 1 2 0 2 8
34 23.00 30' 05.30 6 3 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 3 1 2 2 2 1 1 1 0 2 9
35 23:00 60' 5:30 6 2 3 0 0 0 3 1 2 2 0 0 2 2 3 3 2 1 0 2 0 2 10
36 22:00 10' 5:00 7 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 2 2 2 2 1 1 1 1 0 2 8
37 22:00 60' 4:00 6 2 3 3 0 0 1 3 1 1 3 0 2 2 2 2 3 1 0 2 0 2 10
38 21:00 10' 06.50 8 3 3 3 3 1 2 3 2 0 1 0 1 3 2 2 2 0 2 2 0 3 11
39 22:00 20' 4:00 6 2 1 1 0 0 0 3 0 1 0 0 3 2 1 1 2 2 2 1 0 3 11
40 2:00 10' 5:00 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 19
41 23:00 15' 5:00 6 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 2 2 2 1 1 0 1 0 2 7

Anda mungkin juga menyukai