Anda di halaman 1dari 163

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL)


DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA SABAI NAN ALUIH SICINCIN PADANG PARIAMAN

Penelitian Keperawatan Gerontik

WIDYA APRILYAN
NIM.1711311018

Dosen Pembimbing:
Dr. Rika Sabri, S.Kep.,M.Kes.,Sp.Kom
Ns. Yuanita Ananda., M.Kep

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
JULI 2021
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL)


DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA SABAI NAN ALUIH SICINCIN PADANG PARIAMAN

Penelitian Keperawatan Gerontik

WIDYA APRILYAN
NIM.1711311018

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
JULI 2021

ii
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL)


DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA SABAI NAN ALUIH SICINCIN PADANG PARIAMAN

Penelitian Keperawatan Gerontik

SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

WIDYA APRILYAN
NIM.1711311018

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
JULI 2021

iii
iv
v
UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadiran Allah SWT, atas segala nikmat dan

karunia-Nya yang telah Ia berikan kepada seluruh umat-Nya. Shalawat serta salam

dikirimkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW. Dengan nikmat dan

hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan

Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) dengan Kualitas Hidup Lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman”.

Terimakasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Ibu Dr. Rika Sabri,

S.Kep.,M.Kes.,Sp.Kom selaku pembimbing utama dan Ibu Ns. Yuanita Ananda,

M.Kep selaku pembimbing pendamping yang senantiasa dengan sabar telah

memberikan bimbingan, dorongan, dan saran sehingga penyusunan skripsi ini selesai

sesuai dengan yang diharapkan. Terimakasih yang tak terhingga juga disampaikan

kepada pembimbing akademik saya Ibu Ns. Zifriyanthi Minanda Putri,M.Kep yang

telah memberi motivasi, nasehat dan bimbingan selama mengikuti perkuliahan di

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Selain itu saya juga mengucapkan

terimakasih pada:

1. Ibu Hema Malini, S.Kp, MN, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas.

2. Ibu Emil Huriani, S.Kp., MN selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

vi
3. Ibu Dr. Yulastri Arif., S.Kep., M.Kep, Bapak Mohd. Jamil., S.Kp.,

M.Biomed, Ibu Ns. Mulyanti Roberto Muliantino., S.Kep., M.Kep selaku

penguji yang telah memberikan kritikan dan saran menuju kesempurnaan

skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Program Studi S1 Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

5. Seluruh Staff Administrasi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

6. Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat dan seluruh Staff yang telah

memberikan izin untuk dilakukan penelitian di Panti Sosial Tresna Werdha

Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman.

7. Rasa hormat dan terima kasih kepada kedua orang tua, selama ini telah

memberikan dukungan dan doa kepada penulis dalam setiap tahapan proses

penyusunan skripsi ini.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari adanya kesalahan

dan jauh dari kesempurnaan. Maka saran dan kritik dari semua pihak sangat

penulis harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan sehingga akhirnya skripsi

ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan untuk selanjutnya.

Padang, Juli 2021

Penulis

vii
FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

JULI 2021

Nama : Widya Aprilyan

No. BP : 1711311018

Hubungan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) dengan Kualitas Hidup
Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang
Pariaman

ABSTRAK
Proses penuaan pada lansia mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi sehingga
terjadinya peningkatan prevalensi penyakit degeneratif yang berdampak pada
kemampuan fungsional lansia. Kemampuan fungsional lansia dalam Activity Daily
Living (ADL) akan menjadi terbatas dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hal tersebut
penting untuk memastikan kesejahteraan hidup lansia.Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) dengan
kualitas hidup pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan cross
sectional dengan jumlah sampel 57 responden dengan teknik pengambilan sampel
yaitu Simple Random Sampling. Analisa bivariat menggunakan Uji Chi Square. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat kemandirian Activity Daily
Living (ADL) dengan kualitas hidup lansia dengan (P-Value = 0,006). Artinya
semakin baik tingkat kemandirian pada lansia maka semakin baik juga kualitas hidup
lansia dan begitupun sebaliknya. Penelitian ini menyarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk melanjutkan penelitian ini dalam jangkauan yang lebih luas dan
meneliti bagaimana pengaruh tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL)
terhadap kualitas hidup pada lansia.

Kata kunci : Lansia, Activity Daily Living (ADL), Kemandirian, Kualitas Hidup

Daftar Pustaka : 79 (2004 -2021)

viii
NURSING FACULTY

ANDALAS UNIVERSITY

JUNE 2020

Name : Widya Aprilyan

No. BP : 1711311018

The Relationship between the Level of Independence in the Activity of Daily Living
(ADL) with the Quality of Life in the Elderly at Tresna Werdha Sabai Nan Aluih
Sicincin Social Institutions Padang Pariaman

ABSTRACT
The aging process in the elderly results in a decrease in both physical and mental
function. This condition will cause an increase in the prevalence of degenerative
diseases in the elderly which then has an impact on their functional abilities.
Functional ability in the elderly shows independence in doing the Activity of Daily
Living (ADL). The limited independence in the Activity of Daily Living (ADL) causes
the elderly to fulfill their needs to be limited. This is important to ensure the welfare
of the elderly. The purpose of this study is to determine the relationship between the
level of independence of the Activity of Daily Living (ADL) with the quality of life of
the elderly at the Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Social Institution, Padang
Pariaman. This study is a quantitative study using cross sectional approach with a
sample of 57 respondents who were selected using the simple random sampling
technique. Bivariate analysis using Chi Square Test. The results showed that there
was a relationship between the level of independence of the Activity of Daily Living
(ADL) and the quality of life of the elderly (P-Value = 0.006), so that the better the
level of independence of the elderly, the better the quality of life of the elderly and
vice versa. This study suggests to further researchers to continue this research in a
wider range and examine how the influence of Activity Daily Living (ADL)
independence on the quality of life in the elderly.

Keywords : Elderly, Activity Daily Living (ADL), Independence, Quality of Life

Bibliography : 79 (2004-2021)

ix
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Dalam ................................................................................................... ii

Lembar Persetujuan Skripsi ............................................................................................. iv

Lembar Penetapan Panitia Penguji................................................................................... v

Abstrak ............................................................................................................................ viii

Abstract ............................................................................................................................. ix

Daftar Isi ............................................................................................................................ x

Daftar Bagan ................................................................................................................... xiv

Daftar Tabel .................................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 11

A. Konsep Lanjut Usia ............................................................................................. 11

1.Pengertian lansia ...................................................................................................... 11

2.Batasan umur lansia................................................................................................. 12

3.Proses menua ........................................................................................................... 12

4.Tugas perkembangan lansia .................................................................................... 13

5.Perubahan sistem organ pada lansia ....................................................................... 15

B. Konsep Kemandirian pada Lansia ...................................................................... 25

C. Konsep ADL (Activity Daily Living) ................................................................. 30

x
1.Pengertian ADL (Activity Daily Living) .......................................................... 30

2.Macam-macam ADL (Activity Daily Living) .................................................. 31

3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan ADL .................................. 32

4. Cara pengukuran ADL (Activity Daily Living) .............................................. 34

D. Konsep Kualitas Hidup lansia ............................................................................. 36

1.Pengertian Kualitas Hidup ................................................................................ 36

2.Komponen kualitas hidup ................................................................................. 37

3.Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup .......................................... 40

4.Pengukuran kualitas hidup ................................................................................ 44

BAB III KERANGKA KONSEP ................................................................................ 46

A. Kerangka Teori .................................................................................................... 46

B. Kerangka Konsep ................................................................................................. 48

C. Hipotesis Penelitian ............................................................................................. 48

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 50

A. Jenis Penelitian ..................................................................................................... 50

B. Populasi dan Sampel ............................................................................................ 50

C. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 52

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................................... 52

E. Instrumen Penelitian ............................................................................................ 56

F. Etika Penelitian .................................................................................................... 58

G. Metode Pengumpulan Data ................................................................................. 60

H. Teknik Pengolahan Data...................................................................................... 63

I. Analisa Data ......................................................................................................... 64

xi
BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................................... 67

A. Gambaran Umum ................................................................................................. 67

B. Karakteristik responden ....................................................................................... 68

C. Analisis Univariat ................................................................................................ 69

1.Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) ........................................ 69

2.Kualitas Hidup ................................................................................................... 70

D.Analisis Bivariat ..................................................................................................... 72

BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................................. 73

1. Gambaran Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) Lansia ................ 73

2. Gambaran Kualitas Hidup Lansia .......................................................................... 79

3. Hubungan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) dengan Kualitas


Hidup pada Lansia ................................................................................................. 86

BAB VII PENUTUP ..................................................................................................... 90

A.Kesimpulan .............................................................................................................. 90

B.Saran ......................................................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 93

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan ................................................................................... 105

Lampiran 2. Anggaran Dana Penelitian ................................................................... 107

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian ............................................................................. 108

Lampiran 4. Surat Selesai Penelitian........................................................................ 112

Lampiran 5. Kartu Bimbingan Proposal .................................................................. 113

Lampiran 7. Informed Consent ................................................................................. 115

Lampiran 8. Instrumen Penelitian ............................................................................ 116

Lampiran 10. Distribusi Kuesioner .......................................................................... 127

xii
Lampiran 11. Hasil Analisa Data ............................................................................ 136

Lampiran 12. Curiculum Vitae ................................................................................. 148

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Teoritis .......................................................................................... 47


Bagan 3.2 kerangka konsep ............................................................................................ 48

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indeks Pengukuran Activity Daily Living (ADL) ........................................ 36

Tabel 4. 1 Definisi Operasional ...................................................................................... 54

Tabel 4.2 Tabel Interpretasi ............................................................................................ 66

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ............................................. 68

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL)... 70

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup ............................................................. 71

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Lansia berdasarkan domain .............. 70

Tabel 5.5 Hubungan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) dengan
Kualitas Hidup Pada Lansia ......................................................................... 72

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses penuaan merupakan tahapan terakhir dari siklus hidup manusia yang

terjadi secara alamiah dan pasti akan dialami pada semua tahapan kehidupan.

Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU Nomor 13 tahun 1998 menjelaskan bahwa

lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

keatas.

Jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia disetiap negara di dunia

mengalami peningkatan. Populasi lansia meningkat pesat, pada tahun 2020

terdapat 727 juta orang berusia 65 tahun atau lebih di dunia. Dalam tiga dekade

mendatang, diperkirakan angka ini akan berlipat ganda menjadi 1,5 miliar pada

tahun 2050. Populasi lansia secara global akan meningkat dari 9,3% pada tahun

2020 menjadi 16% di tahun 2050 (United Nations, 2020).

Di Indonesia proporsi lansia meningkat dua kali lipat. Pada tahun 2020

menjadi 9,92% (sekitar 26 juta), dimana lansia perempuan 1% lebih banyak dari

pada lansia laki-laki (10,43 berbanding 9,42%). Diantara semua lansia di

Indonesia, lansia muda (60-69 tahun) mendominasi, mencapai 64,29%. Lansia

madya (70-79 tahun) persentase 27,23% dan lansia tua (diatas 80 tahun)

persentase 8,49%. Tahun 2020 jumlah penduduk lansia telah mencapai 10% yaitu

DI Yogyakarta (14,71%), Jawa Tengah (13,81%), Jawa Timur ((13,38%), Bali

1
2

(11,58%), Sulawesi Utara (11,51%) dan Sumatera Barat(10,7%) (Badan Pusat

Statistik, 2020).

Menurut Andriyani et al (2020) salah satu dampak dari peningkatan jumlah

lansia yaitu peningkatan rasio ketergantungan lansia. Berdasarkan survei Badan

Pusat Statistik di Indonesia pada tahun 2020, tercatat rasio ketergantungan lansia

sebesar 15,54%. Artinya 100 orang penduduk usia produktif (15-59 tahun) harus

menanggung 15 orang penduduk lansia. Ini menandakan bahwa peningkatan

jumlah lansia berbanding lurus dengan kebutuhan termasuk perawatan dalam

membiayai penduduk lansia (Badan Pusat Statistik, 2020). Terjadinya

peningkatan jumlah lansia juga akan berdampak terjadinya risiko lansia terlantar

(Yusran & Sabri, 2020). Secara statistik, jumlah lansia terlantar di Indonesia

mencapai 2,1 juta lansia sedangkan di Sumatera Barat lansia terlantar mencapai

angka 41.256 lansia (Badan Pusat Statistik, 2019). Mengingat dengan segala

keterbatasan yang dialami lansia pemerintah menyediakan panti jompo sebagai

salah satu alternatif perlindungan lansia (Yusran & Sabri, 2020).

Peningkatan kualitas hidup pada lansia sangat penting diperhatikan oleh

berbagai pihak, begitu juga dengan lansia yang tinggal di panti jompo (Yusran &

Sabri, 2020). Menurut Ekasari et al (2018) kualitas hidup adalah seberapa jauh

seseorang merasa puas atau tidak mengenai seluruh aspek kehidupan meliputi

kemandirian, privasi, penghargaan dan kebebasan bertindak. Ditambahkan oleh

Wardani & Dewi (2020) kualitas hidup merupakan salah satu faktor yang penting

dalam memastikan kehidupan seseorang disertai dengan perawatan dan dukungan

hingga datang kematian. Dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup merupakan


3

faktor penting dalam kehidupan seseorang yang menentukan puas atau tidak puas

dalam menjalankan kehidupan. Disertai dengan perawatan dan dukungan hingga

datangnya kematian.

Menurut data WHO (2019) pada rentang tahun 2000-2019 angka kualitas

hidup lansia meningkat secara global dengan persentase mencapai 8% dari 59

tahun menjadi 63 tahun. Benua Eropa berada pada urutan pertama dengan kualitas

hidup lansia yang tinggi yaitu 87-91%. Berdasarkan indeks kualitas hidup lansia

yang dibuat oleh Help Age Watch di 80 negara tahun 2019, Negara dengan urutan

pertama dengan kualitas hidup lansia yang baik terdapat di Norwegia dengan rata-

rata usia harapan hidup lansia sampai pada 82 tahun. Seluruh warga negara di

Norwegia dilindungi oleh sistem perawatan kesehatan yang didanai oleh

masyarakat umum. Sedangkan di Indonesia, berdasarkan data US News and

World Report tahun 2019, Indonesia berada pada peringkat ke- 40 dari 80 negara

yang di survei. Skor Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan

negara-negara lain. Skor indeks terendah terdapat pada indeks sistem kesehatan

dengan skor 0.1 dari skala 10 (Kompas, 2019).

Dalam penelitian Sabri et al (2019) ditemukan bahwa lebih dari sebagian

lansia di PSTW Sumatera Barat memiliki kualitas hidup yang rendah (52,4%).

Didukung oleh penelitian Sari & Susanti (2017) ditemukan lansia yang tinggal di

panti sosial tresna werdha Budi Luhur kota Jambi ditemukan (55%) lansia

memiliki kualitas hidup kurang baik. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Pramesona & Taneepanichskul (2018) pada lansia yang tinggal di
4

panti sosial kabupaten Yogyakarta, ditemukan bahwa sebagian besar lansia yang

tinggal di panti sosial memiliki kualitas hidup yang cukup (64,1 %).

Mengenai lansia yang tinggal di komunitas ditemukan dalam penelitian Putra

et al (2019) bahwa kualitas hidup lansia secara keseluruhan domain (fisik,

psikologi, sosial dan lingkungan) tidak ada perbedaan antara lansia yang tinggal

di panti dengan lansia yang tinggal komunitas ( p = 0,712). Didukung oleh

penelitian yang dilakukan Aniyati & Kamalah (2018) mengenai gambaran

kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Bojong I kabupaten Pekalongan

ditemukan sebagian besar kualitas hidup lansia berada pada tingkat cukup ( 74%).

Segi sosial, keluarga sangat berperan dalam hal sosialisasi lansia dengan orang

lain, keluarga juga dapat membantu lansia jika lansia mengalami keluhan atau

penyakit fisik, di panti ada yang dapat menggantikan fungsi keluarga yaitu teman

sebaya yang sama-sama tinggal di panti maupun petugas atau pengasuh (Aniyati

& Kamalah, 2018).

Status kesehatan yang menurun seiring bertambahnya usia akan

mempengaruhi kualitas hidup lansia (Ariyanto et al., 2020). Sabri et al( 2019)

dalam penelitiannya ditemukan bahwa status kesehatan mempengaruhi kualitas

hidup lansia di PSTW (p < 0,000). Kualitas hidup lansia meliputi kesehatan

fisik, kesehatan psikologis, hubungan interpersonal dan lingkungan.

Keterbatasan yang sering dialami dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sering

dikaitkan dengan kualitas hidup yang rendah, status kesehatan yang buruk, dan

peningkatan mortalitas (Ayuningtyas et al., 2019). Laporan Badan Pusat Statistik

tahun 2020, lansia Indonesia mengalami keluhan kesehatan baik fisik maupun
5

psikis dengan persentase (48,14%). Hampir seperempat lansia di Indonesia yang

mengalami sakit yaitu (24,35%). Dengan demikian angka kesakitan lansia ditahun

2020 merupakan titik terendah selama 6 tahun terakhir.

Menurut WHO (World Health Organization) kualitas hidup lansia dinilai dari

empat aspek yaitu kesehatan fisik, kesehatan psikologi, hubungan sosial dan

lingkungan. Kualitas hidup dipengaruhi oleh berbagai kondisi dan faktor antara

lain berhubungan dengan demografi (usia, jenis kelamin,suku), sosial ekonomi

(pendidikan, status sosial, pendapatan, dukungan sosial), budaya dan nilai,

kesehatan (status kesehatan, penyakit, status fungsional, ketersediaan layanan

kesehatan). Selain itu juga dipengaruhi oleh karakteristik personal (mekanisme

koping, efekasi diri) dan kehilangan kemandirian (Ekasari et al., 2018; Sabri et

al., 2019b).

Penurunan fungsi dan daya tahan tubuh pada lansia serta kondisi fisik yang

memburuk dapat membuat lansia cenderung membutuhkan bantuan dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari (Ayuningtyas et al., 2019; Mawaddah &

Wijayanto, 2020). Kemandirian lansia dihubungkan dengan kemampuan lansia

dalam melakukan fungsi tanpa memerlukan bantuan dalam melakukan kegiatan

sehari- hari (Tamher & Noorkasiani, 2018).

Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang terakumulasi dalam

perkembangannya. Dalam sikap tersebut individu akan terus belajar mandiri

untuk menghadapi berbagai situasi di lingkungannya sehingga individu dapat

berfikir dan bertindak secara mandiri (Mawaddah & Wijayanto, 2020). Menurut

Ekasari et al (2018) kemandirian lansia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari


6

(activity daily living) mengacu pada kemandirian seseorang dalam menjalankan

aktivitas dan kehidupan sehari-hari yang dilakukan secara rutin. Kemandirian

lansia tergantung pada status fungsional.

Dalam penelitian Susyanti & Nurhakim (2019) yang membahas tentang

karakteristik lansia yang tinggal di panti sosial jawa barat ditemukan bahwa

sebagian lansia memiliki tingkat kemandirian sedang (56,5%) lansia dalam

melakukan aktivitas masih memerlukan pertolongan dari pengasuh. Para lansia di

panti memiliki pengasuh yang dapat membantu mereka dalam melakukan

kegiatan membersihkan wisma, merapikan kamar, memasak, menyiapkan dan

mengantar makanan (Purnama et al., 2020). Hal yang sama juga ditemukan dalam

penelitian Rohadi et al (2016) bahwa 21 lansia yang tinggal di panti sosial Tresna

Werdha Senja Rawi, 15 lansia memiliki ketergantungan sedang ( 72%).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lansia antara lain umur,

status kesehatan, riwayat penyakit kronis, imobilitas, mudah jatuh, depresi, fungsi

mental dan kognitif, dukungan keluarga (Andriyani et al., 2020). Ditemukan

dalam penelitian Andriyani et al (2020) faktor dominan yang berhubungan

dengan kemandirian lansia dalam melakukan activity daily living adalah faktor

kondisi kesehatan dengan nilai OR= 86,00. Semakin baik status kesehatan lansia

maka akan semakin kecil tingkat ketergantungan yang dialami oleh lansia.

Dalam menilai status kesehatan lansia, dapat dinilai dari kemampuan lansia

dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (activity daily living). ADL

(Activity Daily Living) merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perawatan

diri (seperti makan, mandi, berpakaian, buang air) dan kegiatan disekitar rumah
7

yang merupakan dasar dalam kehidupan sehari-hari (Age UK, 2019). Ada dua

cara dalam menilai ADL (Activity Daily Living) yaitu menilai BADL (Basic

Activity Daily Living) dan IADL (Instrumental Activity Daily Living). Basic

Activity Daily Living berdasarkan indekskatz terdiri dari 6 aktifitas yaitu mandi,

berpakaian, toileting, berpindah, kontinen dan makan (Hurek et al., 2019).

Diproyeksikan jumlah lansia dengan keterbatasan ADL (Activity Daily Living)

naik 67% dari 3,5 juta hingga 5,9 juta antara 2015 dan 2040. Dan sebesar 116%

antara 2015 dan 2070 3,5 juta hingga 7,6 juta di Inggris (Wittenberg et al., 2018).

Dalam proses penuaan, lansia perlu memahami cara menjaga kesehatan yang baik

dan tepat dengan memahami dan mengetahui penyakit identik yang sering terjadi

pada lansia. Kesehatan tubuh yang baik serta kondisi tubuh yang prima membuat

lansia dapat mewujudkan active ageing sehingga lansia memiliki kualitas hidup

yang baik dan dapat berpartisipasi dalam rangka mempertahankan

kemandiriannya (Ayuningtyas et al., 2019).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Herman & Akhriani (2018) yang

membahas tentang “Determinants Activity of Daily Living (ADL) Elderly Tresna

Werdha Nursing Home (PSTW) Special Region of Yogyakarta”. Jumlah sampel

147 lansia yang berumur 60 tahun keatas yang tinggal di PSTW (Panti Sosial

Tresna Werdha) Yogyakarta. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah

ada 110 lansia yang mampu secara mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari

(activity daily living) dengan persentase 74,8% dan 37 lansia yang memiliki

ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari- hari (activity daily living)

dengan persentase 25,2%.


8

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Panti Sosial Tresna

Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman didapatkan data total lansia

sebanyak 110 dengan jumlah laki-laki 65 orang dan perempuan 45 orang. Dari

hasil wawancara dengan 10 lansia menggunakan kuesioner indeks barthel dan

kuesioner WHOQoL-BREEF. Diperoleh hasil menggunakan indeks barthel

terdapat 1 lansia melakukan kegiatan secara mandiri, 4 lansia dengan

ketergantungan ringan, 4 lansia dengan ketergantungan sedang dan 1 lansia

dengan tingkat ketergantungan berat (sangat bergantung). Data yang diperoleh

menggunakan kuesioner WHOQoL-BREEF terdapat 6 lansia dengan kualitas

hidup buruk dan 4 lansia dengan kualitas hidup baik.

Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

“Hubungan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) dengan Kualitas

Hidup Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang

Pariaman tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti

“Apakah ada hubungan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL)

dengan kualitas hidup lansia di panti sosial tresna werdha Sabai Nan Aluih

Sicincin Padang Pariaman tahun 2021 ?


9

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui Hubungan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living

(ADL) dengan Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman

tahun 2021.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat kemandirian Activity

Daily Living (ADL) lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan

Aluih Sicincin Padang Pariaman tahun 2021.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kualitas hidup pada lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang

Pariaman tahun 2021.

d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi domain kualitas hidup lansia

yaitu kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan di

Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang

Pariaman tahun 2021.

e. Untuk mengetahui hubungan tingkat kemandirian Activity Daily

Living (ADL) dengan kualitas hidup lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman tahun 2021.


10

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Dapat memberikan informasi mengenai hubungan tingkat kemandirian

Activity Daily Living (ADL) dengan kualitas hidup lansia sehingga dapat

dijadikan sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai ilmu keperawatan

gerontik dan dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan hubungan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL)

dengan kualitas hidup lansia.

3. Bagi Instansi Pelayanan Sosial

Sebagai masukan terhadap pemerintah dan pelayanan kesehatan

khususnya di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang

Pariaman, untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia agar dapat

meningkatkan tingkat kemandirian lansia dalam kehidupan sehari-hari.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya

mengenai hubungan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) dengan

kualitas hidup lansia

5. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan peneliti mengenai hubungan tingkat

kemandirian Activity Daily Living (ADL) dengan kualitas hidup lansia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lanjut Usia

1. Pengertian lansia

Lansia (lanjut usia) merupakan kelompok umur pada manusia yang

telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Secara alamiah

semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua yang tidak

dapat dicegah dan merupakan hal yang wajar dialami oleh orang yang

diberi karunia umur panjang, dimana semua orang berharap akan

menjalani hidup dengan tenang dan damai(Ekasari et al., 2018).

Menurut UU No. 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 ayat 2 berbunyi “ lanjut

usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 ( enam puluh) tahun

keatas”.Pada umumnya, lansia memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan

fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi serta penurunan

kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Muhith &

Siyoto, 2016a). Dapat disimpulkan lansia merupakan seseorang yang

berusia 60 tahun ke atas yang mengalami proses menurunnya bahkan

menghilangnya daya tahan tubuh secara perlahan-lahan dalam

menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berhubungan

dengan kesehatan lansia.

11
12

2. Batasan umur lansia

Menurut Padila (2013) usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia

berbeda- beda, umumnya berkisar antara (60-65) tahun. MenurutWHO

(World Health Organization), ada tiga batasan umus lansia:

a. Lanjut usia (elderly) usia 60-70 tahun

b. Lanjut usia madya usia 71-90 tahun

c. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

3. Proses menua

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita(Muhith &

Siyoto, 2016a). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang

tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak

permulaan kehidupan yang terjadi secara alami (Padila, 2013).

Proses penuaan yang terjadi secara terus - menerus akan

mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan.

Disertai dengan berbagai perubahan yang terjadi meliputi perubahan

fisik, psikologis dan sosial (Ekasari et al., 2019). Perubahan fisik yang

ditandai dengan rambut memutih, kulit keriput, berkurangnya

penglihatan, penciuman menurun, fungsi pengecapan yang kurang peka

dengan rasa manis dan asin, pendengaran berkurang, persendian kaku


13

dan sakit, inkontinensia. Perubahan psikologis yang dialami karena

perasaan kehilangan terutama pasangan hidup, sanak-keluarga ataupun

teman sebaya, serta sering menyendiri. Perubahan sosial yang terjadi

ketidakmampuan untuk merawat diri (Activity Daily Living) seperti

mandi, berpakaian, berdandan, berpindah tempat (Ekasari et al., 2019).

Proses setiap individu pada organ tubuh tidak sama, ada kalanya

seseorang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi sudah muncul

kekurangan- kekurangan yang mencolok (Muhith & Siyoto, 2016).

4. Tugas perkembangan lansia

Menurut (Sahrani et al., 2020) lansia merupakan tahap perkembangan

akhir dalam rentang kehidupan lansia. Sama seperti tahap-tahap

perkembangan sebelumnya yang memiliki tugas-tugas perkembangan,

demikian pula dengan tugas-tugas perkembangan lansia :

1. Menyesuaikan diri dengan kondisi fisik dan kesehatan yang

menurun. Seiring bertambahnya usia maka terjadi penurunan

kondisi fisik hal ini kerap dialami oleh lansia, sehingga lansia

rentan mengalami penyakit tertentu dan membutuhkan

penyesuaian diri untuk memilih aktivitas-aktivitas yang

mungkin dapat dilakukan sesuai kapasitasnya secara fisik.

2. Menyesuaikan diri saat memasuki masa pensiun dan dan

berkurangnya income (penghasilan). Sebagian besar lansia

memasuki masa pensiun sehingga pengahasilan dan aktivits


14

diluar rumah berkurang. Hal ini membuat lansia perlu

menyesuaikan diri dengan keadaan yang dapat dilakukan lebih

banyak dirumah agar tetap dapat produktif.

3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup. Kematian

pasangan hidup merupakan suatu hal yang tidak dapat

dihindari oleh lansia. Hal ini membuat lansia merasa

kehilangan dan kesepian sehingga pada kondisi yang seperti ini

lansia perlu dapat menyesuaikan diri dan tetap memiliki

hubungan yang akrab dengan anggota keluarga lainnya.

4. Membangun relasi dengan orang-orang seusia. Lansia

membutuhkan komunitas untuk dapat saling berinteraksi

dengan orang-orang seusia untuk dpat berbagi cerita,

pertemanan dan mengatasi rasa kesepian.

5. Menjaga kesehatan yang memuaskan. Lansia perlu mengatur

pola makan yang sehat serta menjaga daya tahan tubuh.

Menurut (Pipit Festy W, 2018) apabila lansia menjalankan tugas

sesuai dengan perkembangan dan mampu menyesuaikan diri terhadap

kenyataan sosial maka kesejahteraan lansia dapat tercapai secara optimal.

Jika memasuki masa lansia telah dipersiapkan untuk menjadi lansia

sejahtera multidimensi dalam aspek kesehatan fisik, mental dan sosialnya


15

5. Perubahan sistem organ pada lansia

Menurut Rhosma (2014) perubahan sistem organ sebagai akibat dari

proses penuaan. Ketika lansia mengalami proses menua, fungsi

independen lansia akan mengalami gangguan. Kata fungsi yang mengarah

pada kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari

(ADL/Activity Daily Living) yang berpengaruh terhadap kualitas hidup

lansia. Menurut Rhosma (2014) perubahan- perubahan yang terjadi pada

sistem tubuh lansia yaitu :

a. Sistem kardiovaskuler

Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu :

1. Jantung

a) Kekuatan otot jantung menurun

b) Katup jantung mengalami penebalan dan menjadi lebih kaku.

c) Nodus sinoatrial yang bertanggung jawab terhadap kelistrikan

jantung menjadi kurang efektif dalam menjalankan tugasnya

dan impuls yang dihasilkan melemah.

2. Pembuluh darah

a) Dinding arteri menjadi kurang elastis

b) Dinding kapiler menebal sehingga menyebabkan melambatnya

pertukaran antara nutrisi dan zat sisa metabolisme antara sel

dan darah.

c) Dinding pembuluh darah yang semakin kaku akan

meningkatkan tekanan darah sistolik maupun diastolik.


16

3. Darah

a) Volume darah menurun sejalan penurunan volume cairan

tubuh akibat proses menua.

b) Aktivitas sumsum tulang mengalami penurunan sehingga

terjadi penurunan jumlah sel darah merah, kadar hematokrit

dan kadar hemoglobin.

c) Kontraksi jantung melemah, volume darah yang dipompa

menurun dan cardiac output mengalami penurunan sekitar 1

% per tahun dari volume cardiac output orang dewasa normal

sebesar 5 liter.

b. Sistem pernapasan

1. Cavum thorak

a) Cavum thorak menjadi kaku seiring dengan proses klasifikasi

kartilago.

b) Vertebrae thorakalis mengalami pemendekan, dan

osteoporosis menyebabkan postur bungkuk yang akan

menurunkan ekspansi paru dan membatasi pergerakan thorak.

2. Otot bantu pernapasan

Otot abdomen melemah sehingga menurunkan usaha nafas

baik inspirasi maupun ekspirasi.

3. Perubahan intrapulmonal

a) Daya recoil paru semakin menurun seiring pertambahan usia.


17

b) Alveoli melar dan menjadi lebih tipis, dan walaupun jumlahnya

konstan, jumlah alveoli yang berfungsi secara keseluruhan.

c) Peningkatan ketebalan membran alveoli – kapiler, menurunkan

area permukaan fungsional untuk terjadinya pertukaran gas.

c. Sistem musculoskeletal

Sebagian lansia mengalami perubahan postur, penurunan rentang

gerak dan gerakan yang melambat.

1. Struktur tulang

a) Penurunan masa tulang menyebabkan tulang menjadi rapuh

dan lemah.

b) Columna vertebralis, mengalami kompresi sehingga

menyebabkan penurunan tinggi badan.

2. Kekuatan otot

a) Regenerasi jaringan otot berjalan lambat dan massa otot

berkurang.

b) Otot lengan dan betis mengecil dan bergelambir

c) Seiring dengan inaktivitas, otot kehilangan fleksibilitas dan

ketahanannya.

3. Sendi

a) Keterbatasan rentang gerak

b) Kartilago menipis sehingga sendi menjadi kaku, nyeri dan

mengalami inflamasi.
18

Penurunan massa otot dan densitas tulang menyebabkan

osteoporosis, tulang keropos dan rapuh sehingga berisiko

mengalami fraktur. Perubahan yang disebabkan oleh osteoporosis,

menurunnya pergerakan sendi, serta menurunnya kegiatan dan

ketahanan otot dapat berpengaruh terhadap kemampuan fungsional

lansia.

d. Sistem integumen

1. Kulit

a) Epidermis, mengalami perubahan ketebalan sangat sedikit

seiring penuaan seseorang. Namun, terdapat perlambatan dalam

proses perbaikan sel, jumlah sel basal yang lebih sedikit dan

penurunan jumlah dan kedalaman rete ridge. Rete ridge

dibentuk oleh penonjolan epidermal dari lapisan basal yang

mengarah kebawah ke dalam dermis. Akibatnya adalah proses

penyembuhan kulit yang rusak lambat dan kulit dapat

mengelupas jika penggunaan plester atau zat lain yang

menimbulkan gesekan (Nugroho, 2010).

b) Dermis, Pada saat individu mengalami penuaan, volume dermal

mengalami penurunan, dermis menjadi tipis, dan jumlah selnya

menurun. Konsekuensi fisiologis dari perubahan ini termasuk

penundaan dan penekanan timbulnya penyakit pada kulit,

penutupan dan penyembuhan luka lambat, penurunan


19

termoregulasi, penurunan respon inflamasi dan penurunan

absorbsi kulit terhadap zat-zat topical (Nugroho, 2010).

c) Subkutis, Secara umum, lapisan jaringan subkutan mengalami

penipisan seiring bertambahnya usia. Hal ini turut berperan

lebih lanjut terhadap kelemahan kulit dan penampilan kulit yang

kendur (Nugroho, 2010).

2. Rambut

a) Aktivitas folikel rambut menurun sehingga rambut menipis.

b) Penurunan melanin sehingga terjadi perubahan warna rambut.

3. Kuku

Penurunan aliran darah ke kuku menyebabkan bantalan kuku

menjadi tebal, keras dan rapuh dengan garis longitudinal.

4. Kelenjar keringat

Penurunan elastisitas kulit meningkatkan risiko gangguan

integritas kulit yang berpotensi menimbulkan cedera dan infeksi.

Regulasi suhu tubuh terganggu karena penurunan produksi

keringat. Sehingga meskipun suhu lingkungan tinggi, lansia bisa

saja tidak berkeringat. Sebaliknya, penurunan insulasi akibat

penurunan ketebalan lemak subkutan membuat lansia mudah

merasa dingin sehingga mereka membutuhkan pakaian yang lebih

tebal. Perubahan sistem integumen akibat proses menua

mempengaruhi mekanisme pertahanan tubuh, regulasi suhu tubuh

dan juga mempengaruhi persepsi seseorang tentang proses menua.


20

e. Sistem gastrointestinal

1. Cavum oris

a) Reabsorbsi tulang bagian rahang dapat menyebabkan

tanggalnya gigi sehingga menurunkan kemampuan

mengunyah.

b) Lansia yang mengenakan gigi palsu harus mengecek ketepatan

posisinya.

2. Esofagus

a) Reflek telan melemah sehingga meningkatkan risiko aspirasi.

b) Melemahnya otot halus sehingga memperlambat waktu

pengosongan.

3. Lambung

Penurunan sekresi asam lambung menyebabkan gangguan

absorbsi besi, vitami B 12, dan protein.

4. Intestinum

Menurunnya peristaltik usus disertai hilangnya tonus otot

lambung menyebabkan pengosongan lambung menurun sehingga

lansia akan merasa penuh setelah mengkonsumsi makanan meski

dalam jumlah sedikit. Pengosongan lambung yang melambat dan

penurunan sekresi asam lambung dapat menyebabkan

ketidaknyamanan, dan penurunan nafsu makan. Penurunan

peristaltik usus juga memperlambat waktu transit di kolon.


21

f. Sistem genitourinaria

Perubahan sistem genitourinaria mempengaruhi fungsi dasar

tubuh dalam BAK dan penampilan seksual. Perubahan akibat proses

menua:

1. Fungsi ginjal

a) Aliran darah ke ginjal menurun karena penurunan cardiac

output dan laju filtrasi glomerulus menurun.

b) Terjadinya gangguan dalam kemampuan mengkonsentrasikan

urin.

2. Kandung kemih

a) Tonus otot menghilang dan terjadi gangguan pengosongan

kandung kemih.

b) Penurunan kapasitas kandung kemih.

3. Miksi

a) Pada pria, dapat terjadi peningkatan frekuensi miksi akibat

pembesaran prostat.

b) Pada wanita, peningkatan frekuensi miksi dapat terjadi akibat

melemahnya otot perineal.

4. Reproduksi pria

Ukuran testis, mengecil dan ukuran prostat membesar

5. Reproduksi wanita

a) Terjadi atropi vulva

b) Penurunan jumlah rambut pubis


22

c) Sekresi vaginal menurun, dinding vagina menjadi tipis dan

kurang elastik.

g. Sistem persarafan

Perubahan pada sistem saraf mempengaruhi semua sistem tubuh

termasuksistem vaskuler, mobilitas, koordinasi, aktivitas visual dan

kemampuan kognitif. Perubahan pada proses menua :

1. Neuron

a) Terjadinya penurunan jumlah neuron di otak dan batang otak.

b) Sintesa dan metabolisme neuron berkurang

c) Massa otak berkurang secara progresif.

2. Pergerakan

a) Sensasi kinestetik berkurang

b) Gangguan keseimbangan

c) Penurunan reaction time

3. Tidur

a) Dapat terjadi insomnia dan mudah terbangun di malam hari

b) Tidur dalam (tahap IV) dan tidur REM berkurang

Sejalan dengan penurunan efisiensi kerja neuron, reaction time

akan melambat dan kemampuan untuk berespon terhadap stimulus

menjadi lambat. Lansia berisiko mengalami jatuh karena reaction time

dalam mempertahankan keseimbangan menurundan mengalami reaksi

hipotensi sekunder akibat penurunan volume darah. Keluahan berupa


23

gejala pusing, kepala berputar dan vertigo juga turut mempengaruhi

keseimbangan lansia.

Pada umumnya lansia mudah terbangun pada malam hari namun

mereka tidur cukup pada siang hari sehingga jam tidur lansia tetap

adekuat. Kejadian sering terbangun pada malam hari menyebabkan

lansia tidak dapat tidur nyenyak dan mudah lelah pada siang hari.

Perubahan pada sistem persarafan yang berupa rection time yang

melambat, perubahan keseimbangan, perubahan istirahat tidur dan

kognisi merupakan fungsi vital yang mempengaruhi kemampuan

dalam pemenuhan ADL.

h. Sistem sensori

Sistem sensori seperti penglihatan, pendengaran, peraba,

penciuman, dan perasa memfasilitasi komunikasi manusia dengan

lingkungan sekitarnya. Penurunan fungsi sensori mempengaruhi

kualitas hidup manusia (Rhosma, 2014).

Perubahan yang terjadi pada sistem sensoris akibat proses

penuaan (Nugroho, 2010) :

1. Penglihatan

Awalnya perubahan penglihatan dimulai dengan awitan

presbiopi, kehilangan kemampuan akomodatif, menurunnya ukuran

pupil (miosis pupi) karena sfinkter pupil mengalami sklerosis.

Perubahan warna ( menguning) dan kekeruhan lensa meningkat yang


24

terjadi dari waktu ke waktu dapat menimbulkan katarak yang

mengganggu penglihatan dan aktivitas setiap hari.

Perubahan pada indera penglihatan lansia, mempengaruhi

pemenuhan kebutuhan ADL. Pada lansia, adaptasi terhadap gelap

dan terang membutuhkan waktu lebih lama sehingga aktivitas ringan

seperti keluar masuk kamar mandi pada malam hari mengakibatkan

risiko jatuh pada lansia (Rhosma, 2014).

2. Pendengaran

Presbiokusis merupakan kehilangan pendengaran yang terjadi

pada lansia. Terjadinya penurunan pendengaran sensorineal saat

telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik

(saraf pendengaran, batang otak, atau jalur kortikal pendengaran).

3. Perasa

Penurunan kemampuan untuk merasakan rasa pahit, asin dan asam.

4. Penciuman

Sensasi penciuman bekerja akibat stimulasi reseptor olfaktorius

oleh zat kimia yang mudah menguap. Bau yang memasuki rongga

hidung yang berjalan ke atas sampai ke silia dari berjuta- juta sel

nervus olfaktorius yang mikroskopis. Dan dari sel ini, stimulus di

transmisikan ke korteks olfaktorius didalam otak. Sensasi penciuman

dan pengecapan saling berhubungan erat, dan kehilangan sensasi

penciuman mempunyai suatu efek dalam persepsi rasa. Kehilangan

kemampuan dalam penciuman dikenal sebagai anosmia.


25

5. Peraba

Penurunan kemampuan untuk merasakan nyeri tekan dan

perubahan suhu.

B. Konsep Kemandirian pada Lansia

Perubahan fisik yang terjadi pada lansia tentu akan mempengaruhi

kemandirian lansia. Kemandirian adalah kebebasan untuk bertindak, tidak

bergantung pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas

mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok

(Triningtyas & Muhayati, 2018). Ditambahkan oleh Ekasari et al (2018)

menyatakan bahwa kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari- hari

merupakan aktivitas seseorang dalam melakukan fungsi kehidupan sehari-hari

yang dilakukan secara rutin dan universal. Kemandirian pada lansia sangat

penting untuk merawat dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan dasar

manusia. kemandirian lansia dinilai dari kemampuan fungsional dalam

aktivitas sehari-hari (Triningtyas & Muhayati, 2018).

Menurut Triningtyas & Muhayati (2018) kemandirian memiliki beberapa

aspek :

1. Bebas, ditunjukkan melalui tindakan yang disesuaikan dengan

keinginan sendiri tanpa pengaruh dan paksaan serta tidak tergantung

orang lain.

2. Inisiatif, munculnya ide-ide untuk menghadapi dan memecahkan

masalah yang sedang dihadapi.


26

3. Gigih, tidak mengenal putus asa serta berusaha dengan giat untuk

meraih prestasi dan merealisasikan harapan yang dimiliki.

4. Percaya diri, meliputi prilaku dengan penuh kepercayaan terhadap

kemampuan sendiri dan berusaha mencapai kepuasan diri.

5. Pengendalian diri, adanya kemampuan diri untuk menyesuaikan

keinginan sendiri dan mempengaruhi lingkungan atau

memperhatikan norma-norma yang berlaku dalam rangka

menyelesaikan problem yang dihadapi.

Kemandirian lansia dihubungkan dengan kemampuan lansia dalam

melakukan fungsi tanpa memerlukan bantuan dalam melakukan kegiatan

sehari- hari (Tamher & Noorkasiani, 2018). Untuk menetapkan apakah salah

satu fungsi tersebut mandiri ditetapkan standar kemandirian pada lansia

sebagai berikut :

1. kegiatan mandi, dinilai kemampuan lansia untuk membersihkan

sendiri seluruh badannya serta cara mandi menggunakan gayung

atau shower. Dikatakan independen (mandiri), bila dalam aktivitas

mandi lansia memerlukan bantuan misalnya menggosok atau

membersihkan sebagian tertentu dari anggota badannya (punggung

atau kaki). Lansia mampu mandi sendiri tetapi tidak lengkap

seluruhnya.dikatakan tidak mandiri apabila lansia memerlukan

bantuan untuk lebih dari satu bagian badannya.


27

2. Berpakaian, dikatakan mandiri apabila lansia mampu mengambil

sendiri pakaian dengan lengkap tanpa bantuan, mengenakan baju.

Kecuali mengikat sepatu.

3. Penggunaan toilet, dikatakan mandiri apabila lansia mampu ke toilet

sendiri tanpa bantuan ( dapat menggunakan objek untuk menyokong

seperti tongkat, walker atau kursi roda), beranjak dari kloset,

merapikan pakaian sendiri, membersihkan sendiri organ ekskresi,

bila harus menggunakan bed pan hanya digunakan di malam hari.

Tergolong tidak mandiri apabila lansia memang memerlukan bed

pan atau pispot untuk keluar masuk toilet menggunakannya serta

merapikan pakaiannya selalu memerlukan bantuan.

4. Transferring, dikatakan independen bila mampu naik turun sendiri

ke/dari tempat tidur dan kursi atau kursi roda. Bila hanya

memerlukan sedikit bantuan atau bantuan yang bersifat mekanis.

Dikatakan tidak mandiri apabila selalu memerlukan bantuan untuk

kegiatan tersebut diatas atau tidak mampu melakukan satu/lebih

aktivitas transferring.

5. Kontinensia, tergolong mandiri apabila mampu mengontrol

perkemihan dan defekasi oleh diri sendiri, kadang- kadang

mengalami ketidakmampuan mempertahankan kontrol urin atau

defekasi , pengawasan membantu mempertahankan kontrol urin dan

defekasi, kateter digunakan atau kotnensa.


28

6. Makan, makan sendiri tanpa bantuan. makan sendiri kecuali

mendapatkan bantuan dalam mengambil makanan sendiri, menerima

bantuan dalam mengambil makanan sendiri, menerima bantuan

dalam makan sebagian atau sepenuhnya dengan menggunakan

selang atau cairan intravena.

Menurut Andriyani et al (2020) tingkat kemandirian lansia dapat

dijadikan dasar dalam menentukan perawatan dan intervensi yang diberikan

kepada lansia. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kemandirian

lansia :

1. Umur

Semakin bertambah usia seseorang maka akan semakin menurun

kemampuan fisiknya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga

lansia mengalami ketergantungan dan membutuhkan bantuan dari orang lain

dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Berdasarkan penelitian (Rohadi et

al., 2016) yang membahas tentang “Tingkat Kemandirian Lansia Dalam

Activity Daily Living di Panti Sosial Tresna Werdha Senja Rawi” bahwa

umur mempengaruhi kemauan dan kemampuan untuk melakukan aktivitas

sehari-hari pada lansia. Perubahan yang terjadi pada sistem musculoskeletal

terkait usia pada lansia menyebabkan perubahan penampilan, kelemahan,

dan lambatnya pergerakan yang menyertai penuaan.


29

2. Kondisi kesehatan

Komponen kesehatan merupakan faktor utama yang berhubungan

dengan penuaan aktif atau kemadirian lansia. Lanjut usia yang memiliki

tingkat kemandirian tertinggi adalah mereka yang secara fisik dan psikis

memiliki kesehatan yang cukup prima. Lansia dengan status kesehatan yan

baik dapat melakukan aktivitas fisik seperti mengurus keperluan sendiri,

bekerja dan melakukan kegiatan sosial. Status kesehatan yang rendah

disebabkan oleh kondisi fisik yang menurun, semakin tua akan

menyebabkan rentan terserang penyakit. Penyakit yang diderita

menyebabkan aktivitas terganggu dan tidak mampu memenuhi kehidupan

sendiri. Sehingga, kondisi kesehatan yang buruk cenderung bergantung

kepada orang lain (Andriyani et al., 2020).

3. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik sangat berhubungan dengan kemandirian pada lansia.

Semakin sering lansia melakukan aktivitas fisik maka semakin tinggi tingkat

kemandirian lansia sehingga meminimalisir bantuan dari orang lain

(Andriyani et al., 2020).

4. Fungsi kognitif

Fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan

aktivitas sehari-hari mempunyai hubungan, fungsi kognitif dipengaruhi

salah satunya faktor pendidikan. Lansia yang berpendidikan rendah akan


30

merasa kesulitan dalam menghitung dan berbahasa (Andriyani et al., 2020).

Menurut (Riza et al., 2018) fungsi kognitif menunjukkan proses menerima,

mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor stimulus untuk berfikir

dan menyelesaikan masalah.

5. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga sikap atau tindakan dan penerimaan keluarga yang

berfungsi terhadap anggota keluarga lain yang selalu siap memberi bantuan.

Dukungan keluarga sangat diperlukan dengan mekanisme koping lansia

karena adanya perubhan fisik yang menurun pada lansia yang ditandai

dengan penurunan kemampuan fungsional dan mengalami kesulitan dalam

melakukan tugas pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Andriyani et al., 2020).

C. Konsep ADL (Activity Daily Living)

1. Pengertian ADL (Activity Daily Living)

Activity Daily Living (ADL) adalah aktivitas keseharian rutin yang

dilakukan secara mandiri. Untuk memudahkan pemilihan intervensi secara

besar dan tepat bisa mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien

dengan penentuan kemandirian fungsional (Susetya, 2016). Menurut

Muhith & Siyoto (2016)activity daily living adalah suatu bentuk

pengukuran kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan

sehari-hari secara mandiri. Keterampilan dasar yang harus dimiliki


31

seseorang dalam merawat dirinya meliputi berpakaian, makan dan

minum, toileting, mandi serta berhias.

2. Macam-macam ADL (Activity Daily Living)

Menurut Pipit (2018) macam-macam Activity Daily Living (ADL) :

a. Activity Daily Living (ADL) dasar, biasa disebut ADL saja, ialah

keterampilan dasar yang wajib dimiliki seseorang untuk merawat

dirinya seperti berpakaian, makan dan minum, toileting, mandi,

berhias. Serta terdapat juga kontinensi buang air besar dan buang air

kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam referensi lain juga

disertakan kemampuan mobilitas.

b. Activity Daily Living (ADL) instrumental ialah ADL yang memiliki

korelasi dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan

sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon,

menulis, mengetik, mengelola uang kertas.

c. Activity Daily Living (ADL) vokasional ialah ADL yang memiliki

korelasi dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.

d. Activity Daily Living (ADL) non vokasional yaitu ADL yang bersifat

rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang.


32

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan ADL

Menurut Hardywinoto & Setiabudhi (2007) faktor-faktor yang

mempengaruhi kemampuan melakukan Activity Daily Living (ADL)

adalah:

a. Umur dan status perkembangan

Kemauan dan kemampuan ataupun bagaimanapun klien bereaksi

terhadap ketidakmampuan melaksanakan activity of daily living adalah

tanda dari faktor umur dan status perkembangan. Pada saat bayi

hingga dewasa perkembangan seseorang secara perlahan lahan

berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan activity of

daily living.

b. Kesehatan fisiologis

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan

partisipasi dalam activity of daily living, contoh sistem nervous

mengumpulkan, menghantarkan dan mengolah informasi dari

lingkungan. Sistem musculoskeletal mengkoordinasikan dengan sistem

nervous sehingga dapat merespon sensori yang masuk dengan cara

melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena

penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan activity

daily living secara mandiri.


33

c. Fungsi kognitif

Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang

dalam melakukan activity of daily living. Fungsi kognitif menunjukkan

proses menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor

stimulus untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental

memberikan kontribusipada fungsi kognitif dapat mengganggu dalam

berpikir logis dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan

activity of daily living

d. Fungsi psikososial

Fungsi psikososial merupakan kemampuan seseorang untuk

mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada

suatu cara yang realistic. Proses ini meliputi interaksi yang kompleks

antara perilaku intrapersonal dan interpersonal. Gangguan pada

intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep diri atau

ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalam tanggung jawab

keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti masalah

komunikasi, gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam

penampilan peran juga dapat mempengaruhi dalam pemenuhan

activity of daily living.

e. Tingkat stress

Stress adalah respon fisik nonspesifik terhadap berbagai macam

kebutuhan. Faktor yang dapat mempengaruhi stress (stressor) bisa

timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat mengganggu


34

keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa fisiologis seperti

injuri atau psikologis seperti kehilangan.

f. Status mental

Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang.

Keadaan status mental akan memberi implikasi pada pemenuhan

kebutuhan dasar individu. Seperti yang diungkapkan oleh Cahya yang

dikutip dari Baltes, salah satu yang dapat mempengaruhi

ketidakmandirian individu dalam memenuhi kebutuhannya adalah

keterbatasan status mental. Seperti halnya lansia yang memorinya

mulai menurun atau mengalami gangguan, lansia yang mengalami

apraksia tentunya akan mengalami ganggguan dalam pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan dasarnya.

4. Cara pengukuran ADL (Activity Daily Living)

Menurut Pipit (2018) ADL (Activity Daily Living) mencakup kategori

yang sangat luas dan dibagi-bagi menjadi sub kategori atau domain

seperti berpakain, makan minum, mobilitas, komunikasi, vokasional,

rekreasi, instrumental ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu

keterampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya

meliputi berpakaian, makan dan minum, toileting, mandi, berhias. Ada

juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil

dalam kategori ADL dasar ini.


35

Tabel 2.1 Indeks pengukuran activity daily living (ADL)

Skala Deskripsi dan Kehandalan, Waktu dan Komentar


jenis skala kesahihan dan Pelaksanaan
sensitivitas

Indeks barthel Skala ordinal Sangat handal <10 menit, Skala ADL
dengan skor 0 dan sangat sangat sesuai yang sudah
(total sahih, dan untuk skrining, diterima
dependen) – cukup penilaian formal, secara luas,
100 (total sensitive. pemantauan dan kehandalan
independen) : pemeliharaan dan
10 item makan, terapi. kesalahan
mandi, berhias, sangat baik.
berpakaian,cont
rol kandung
kencing, dan
control anus,
toileting,
transfer
kursi/tempat
tidur, mobilitas
dan naik
tangga.

Indeks katz Penilaian Kehandalan <10 menit sangat Skala ADL


dikotomi dan kesahihan sesuai untuk yang sudah
dengan urutan cukup ; skrining diterima
dependensi kisaran ADL penilaian formal, secara luas,
yang hierarkis: sangat terbatas pemantauan dan kehandalan
mandi, (6 item). pemeliharaan dan
berpakaian, terapi. kesahihan
toileting, cukup,
transfer, menilai
kontinensi, dan keterampila
makan. n dasar,
Penilaian dari tetapi tidak
A (mandiri menilai
pada keenam berjalan
36

item) sampai G dan naik


(dependen pada tangga.
keenam item).

FIM Skala ordinal Kehandalan <20 menit, Skala ADL


(Functional dengan 18 item, dan kesahihan sangat sesuai yang
Independence 7 level dengan baik, sensitive untuk skrining, diterima
Measure) skor berkisar dan dapat penilaian formal, sudah
antara 18-126; mendeteksi pemantauan dan diterima
area yang perubahan pemeliharaan secara luas.
dievaluasi ; kecil dengan 7 dan Pelatihan
perawatan diri level. pemeliharaan untuk
control stingfer, terapi serta petugas
transfer, evaluasi pengisi
lokomosi, program. lebih lama
komunikasi, karena item
dan kognitif banyak.
sosial.

D. Konsep Kualitas Hidup lansia

1. Pengertian Kualitas Hidup

Kualitas hidup diartikan sebagai hal yang berkaitan dengan kehidupan

mengenai kepuasan psikologis, kesehatan fisik dan kebahagiaan. Dalam

menentukan kualitas hidup sangat penting mempertimbangkan nilai

individu serta kepuasan didalam mencapai tujuan yang menentukan arah

hidup (Ilievová et al., 2016).

Kualitas hidup adalah seberapa puas atau tidak puas kehidupan

seseorang mengenai seluruh aspek kehidupan meliputi kemandirian,

privasi, pilihan, kehormatan, serta kebebasan bertindak. Kualitas hidup


37

pada lansia meliputi tiga aspek yaitu kesejahteraan fisik, kesejahteraan

psikologis dan kesejafteraan interpersonal (Ekasari et al, 2018).

Kualitas hidup lansia dikatakan baik jika kesehatan fisik, psikologis,

dan sosialnya baik (Setyani et al., 2016). Apabila seseorang dapat

mencapai kualitas hidup yang bagus, maka kehidupan individu tersebut

mengarah pada keadaan sejahtera. Kesejahteraan menjadi parameter

tingginya kualitas hidup lanjut usia sehingga mereka dapat menikmati

kehidupan masa tuanya (Rohmah et al., 2015).

2. Komponen kualitas hidup

Menurut WHO (2004) yang disebut WHOQoL-BREF komponen

kualitas hidup sebagai berikut ( Ekasari et al, 2018) :

a. Kesehatan fisik

1) Aktivitas kehidupan sehari-hari

2) Ketergantungan terhadap obat-obatan dan bantuan medis

3) Energi dan kelelahan

4) Mobilitas

5) Nyeri dan ketidaknyamanan

6) Tidur dan istirahat

7) Serta kapasitas kerja

b. Kesehatan psikologis

1) Citra tubuh dan penampilan

2) Perasaan negatif dan perasaan positif


38

3) Harga diri

4) Spiritualitas/agama/keyakinan personal

5) Berpikir,belajar

6) Memori dan konsentrasi

c. Hubungan sosial

1) Hubungan personal

2) Dukungan sosial

3) Aktivitas seksual

d. Lingkungan

1) Sumber finansial

2) Kebebasan

3) Keamanan fisik

4) Pelayanan kesehatan dan sosial

5) Keterjangkauan

6) Lingkungan sekitar

7) Kesempatan mendapat informasi maupun skil yang baru

8) Partisipan dan atau aktivitas diwaktu santai

9) Lingkungan fisik (pencemaran lingkungan, suara bising, jalan

raya, cuaca.

10) Transportasi
39

Sedangkan menurut WHO (2006) yang disebut WHOQoL-OLD

komponen kulitas hidup terdiri dari (Ekasari et al, 2018) :

a. Kemampuan sensori

Menggambarkan fungsi sensori serta dampak dari kehilangan

sensori terhadap kualitas hidup.

b. Otonomi

Ditujukan pada kemandirian lansia, kemampuan yang dimiliki serta

kebebasan terhadap kehidupan secara mandiri dan berani mengambil

keputusan tanpa pengaruh dari orang lain.

c. Aktivitas dimasa lalu dan masa yang akan datang

Menggambarkan kepuasan tentang pencapaian kehidupan dan

sesuatu yang diharapkan.

d. Partisipasi sosial

Menggambarkan partisiapasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari

terkhusnya di masyarakat.

e. Kematian dan menjelang ajal

Berkaitan dengan perhatian, kekhawatiran, dan ketakutan tentang

kematian dan menjelang ajal

f. Intimacy

Mengkaji kemampuan dalam hubungan personal dan hubungan intim.


40

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

Menurut (Ekasari et al, 2018) faktor- faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup yaitu :

a. Faktor demografi

1) Usia

Usia merupakan faktor pertama sangat berhubungan

dengan kualitas hidup lansia. Penelitian yang dilakukan oleh

(Joshi, 2020) menemukan bahwa usia merupakan indikator

penting terhadapkualitas hidup lansia. Lansia dengan usia yang

lebih rendah, memiliki kualitas hidup yang lebih baik secara

keseluruhan dibandingkan dengan usia yang lebih tinggi.

Sejalan dengan penelitian tersebut (Seangpraw et al., 2019).

menemukan bahwa seiring bertambahnya usia lansia kualitas

hidup lansia rata rata menurun. Lebih dari separuh lansia

mengalami kualitas hidup pada tingkat rendah, diikuti oleh

tingkat tinggi dan tingkat sedang.

2) Jenis kelamin

Menurut (Elsous et al., 2019)menemukan bahwa wanita

memiliki skor yang lebih tinggi daripada pria terkait dengan

kualitas hidup secara keseluruhan.(Seangpraw et al.,

2019)menambahkan bahwa jenis kelamin adalah prediktor

kualitas hidup pada lansia.Dibandingkan pria, wanita memiliki

kualitas hidup yang lebih baik. Alasan wanita mendapatkan


41

skor yang lebih tinggi pada kualitas hidup karena wanita

memiliki dukungan sosial yang lebih tinggi dari keluarga

ataupun teman.

3) Pendidikan

Faktor selanjutnya adalah pendidikan, hasil analisis

didapatkan bahwa lansa yang berpendidikan besar berpeluang

4,9 kali lebih besar memiliki kualitas hidup buruk

dibandingkan lansia yang berpendidikan tinggi (Indrayani &

Ronoatmojo, 2018). Lansia dengan pendidikan tinggi memiliki

potensi untuk belajar lebih banyak dan memperoleh

pengetahuan yang mendorong dan mencegah komplikasi lebih

lanjut dari penyakit yang dialaminya (Elsous et al., 2019).

4) Status Perkawinan

Hasil analisis Ardiani et al (2014) menunjukan bahwa lansia

yang ditinggalkan pasangannya kebanyakan tidak menikah lagi,

hal ini dikarenakan mereka menganggap mampu mengatasi

kondisi setelah ditinggalkan pasangannya, kebanyakan hal ini

terjadi pada lansia perempuan. Karena pada lansia laki-laki,

mereka cenderung mengharapkan bantuan dari istri.

Sementara perempuan biasanya lebih bisa mengabaikan

kerjasama dengan suaminya. sementara laki-laki cenderung

menikah kembali setelah bercerai atau istrinya meninggal, karena


42

mereka kurang berpengalaman dalam urusan rumah tangga.

Demikian juga dengan penelitian yang mengemukakan bahwa baik

pada pria maupun wanita, individu dengan status menikah

memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.

b. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik merupakan penilaian dalam kehidupan sehari hari

lansia dalam melakukan tindakan yang perlu dilakukan secara

benar.Aktivitas tersebut dilakukan tidak melalui upaya dan usaha yang

keras. Lansia yang mengalami penuaan optimal akan tetap aktif dan

tidak mengalami penyusutan dalam kehidupan sehari hari (Dewi,

2018).

Faktor fisik yang kurang baik akan membuat seseorang kesulitan

dalam mengaktualisasikan dirinya karena keterbatasan yang dia miliki.

Keterbatasan tersebut akan menghambat pencapaian kesejahteraan

fisik dan pada akhirnya berdampak pada kalitas hidup (Komalasari &

Yulia, 2020).

c. Tingkat Kemandirian

Pada masa lansia umumnya terjadi penurunan kondisi fisik

seperti tenaga berkurang, energi menurun, tulang makin rapuh dan

sebagainya, secara umum penurunan tersebut terjadi berlipat ganda

seiring semakin bertambahnya usia. Hal ini dapat menimbulkan


43

gangguan fungsi fisik, psikologik maupun sosial yang selanjutnya

dapat menyebabkan ketergantungan pada orang lain Claudia, 2016).

Salah satu kriteria orang yang mandiri adalah dapat

meaktualisasikan dirinya (Self Actualized) tidak mengantungkan

kepuasan–kepuasan utama kepada lingkungan dan kepada orang lain.

Adapun kriteria orang yang mandiri yaitu kemantapan relatif terhadap

Stressor, goncangan-goncangan atau frustasi, kemampuan

mempertahankan ketenangan jiwa, agen yang merdeka, aktif dan

bertanggung jawab. Lanjut usia yang mandiri dapat menghindari diri

dari penghormatan, status, prestise dan popularitas..

d. Latihan kesehatan berhubungan dengan kualitas hidup lansia

didasarkan pada kemampuan melakukan BADL dan IADL

e. Depresi

Lansia yang mengalami depresi mempunyai hubungan terhadap

keluhan somatik dari pada lansia yang tidak mengalami

depresi.Dampak depresi yang muncul pada lansia berupa kehilangan

nafsu makan, brat badan menurun, gangguan sistem pencernaan, dan

gangguan tidur. Lansia dengan gejala depresi berat dapat

menyebabkan terganggunya aktivitas psikomotor seperti melambatnya

pergerakan tubuh, respon verbal dan tidak ingin bicara Miller dalam

Rahim, 2019).
44

Depresi juga mengakibatkan perubahan mood, perasaan sedih

biasanya tidak disadari padahal mereka sering mengatkaan

kesepian.Dampak yang sering muncul adalah perasaan ingin

menangis, merasa hampa.Tidak bahagia, tidak berguna dan harga diri

rendah. Akibat dari fungsi psikososial ini menyebabkan lansia mulai

mengabaikan diri dan penampilannya (Miller dalam Rahim, 2019).

f. Interaksi Sosial

Kualitas hidup diindikasikan sebagai level fungsi sosial pada

kesehatan mental (Menlowics &Stein,2000;Shahrir,dkk,2006). Hal ini

penting dalam mendukung hubungan sosial (social belonging) dan

hubungan komunitas (community belonging) yang memiliki ikatan

oleh seseorang dengan lingkungan sosialnya. Seperti: senang

berkumpul dengan teman teman, mempunyai hubungan sosial, aktif

serta tidak mengalami kesulitan dalam hubungan sosial

(Syamsuddin,2008) dalam Rohmah 2012)

4. Pengukuran kualitas hidup

Penilaian kualitas hidup dikembangkan oleh WHOQoL Group

bersama lima belas pusat lapangan internasional secara bersamaan dalam

upaya mengembangkan penilaian kualitas hidup. Tujuan dari proyek ini

untuk mengembangkan suatu instrumen penilaian kualitas hidup yang

dapat dipakai secara nasional dan antar budaya. Instrumen WHOQoL ini

telah dikembangkan secara kolaborasi dalam sejumlah pusat dunia.


45

Instrumen WHOQoL-BREEF terdiri dari 26 item. Kuesioner ini

menggunakan skala likert dengan rating scale 1 – 5. Kuesioner ini menilai

empat domain yaitu kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan

interpersonal dan lingkungan (Nursalam, 2017).

Pertanyaan nomor 1 dan 2 pada kuesioner membahas tentang kualitas

hidup secara menyeluruh dan kesehatan secara umum. Domain 1- fisik,

terdapat pada pertanyaan nomor 3,4,10,15,16,17 dan 18. Domain 2 -

pasikologis, ada pada pertanyaan nomor 5,6,7,11,19 dan 26. Domain 3 -

hubungan sosial, ada pada pertanyaan nomor 20,21 dan 22. Domain 4 -

lingkungan, ada pada pertanyaan 8,9,12,13,14,23,24 dan 25. Instrument

ini terdiri dari pertanyaan positif, kecuali pada tiga pertanyaan yaitu

nomor 3,4 dan 26 yang bernilai negatif. Skor pada setiap domain di

transformasikan dalam skala 0-100 (WHO, 2004).


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori

Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki tahapan akhir dari fase

kehidupan yang terjadi secara alamiah dan tidak dapat dihindari (Ekasari et

al., 2018). Perubahan fisik dan psikologis dapat membuat lansia mengalami

kecenderungan untuk membutuhkan bantuan dalam hal memenuhi kebutuhan

sehari- hari (Mawaddah & Wijayanto, 2020). Kemandirian pada lansia sangat

penting untuk merawat dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan dasar

manusia. kemandirian lansia dinilai dari kemampuan fungsional dalam

aktivitas sehari-hari(Activity Daily Living)(Triningtyas & Muhayati, 2018).

Keterampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya

meliputi berpakaian, makan dan minum, toileting, mandi, berhias dan

berpindah tempat (Muhith & Siyoto, 2016b). MenurutAndriyani et al

(2020)kemandirian pada lansia dipengaruhi oleh umur, kondisi kesehatan,

fungsi kognitif dan dukungan keluarga.

Kualitas hidup pada lansia meliputi empat aspek yaitu kesejahteraan fisik,

kesejahteraan psikologis, hubungan soisal dan lingkungan (Ekasari et al.,

2018) kualitas hidup lansia dikatakan baik jika kesehatan fisik, psikologis,

dan sosialnya baik (Setyani et al., 2016). Apabila seseorang dapat mencapai

kualitas hidup yang bagus, maka kehidupan individu tersebut mengarah pada

keadaan sejahtera.

46
47

Bagan 3.1 Kerangka Teoritis

Perubahan fisik : Lansia


Perubahan psikologis :
- Sistem
kardiovaskuler
- Kehilangan finansial
- Sistem pernapasan
- Sistem - Kehilangan status
musculoskeletal - Kehilangan teman
- Sistem integument - Kehilangan
Tingkat kemandirian ADL
- Sistem pekerjaan/kegiatan
gastrointestinal Bentuk ADL : (Ekasari et al., 2019)
- Sistem
genitourinaria 1. Kemampuan makan.
- Sistem persarafan Faktor yang mempengaruhi
2. Transfer (berpindah).
- Sistem sensori tingkat kemandirian:
3. Personal Hygine.
(Rhosma, 2014)
4. Penggunaan toilet. 1. Umur
5. Mandi 2. Kondisi kesehatan
6. Mobilisasi 3. Fungsi kognitif
7. Kemampuan naik dan 4. Dukungan keluarga
turn tangga. (Andriyani et al.,
8. Berpakaian 2020)
9. Mengontrol BAB.
10. Mengontrol BAK
(Pipit., 2018)
- Kesehatan fisik
- Kesehatan
psikologis
- Hubungan
Kualitas hidup sosial
- Lingkungan
(WHO,2004)
Keterangan :

Diteliti Tidak diteliti

Sumber : (Andriyani et al., 2020; Ekasari et al.,2019; Pipit., 2018; Rhosma, 2014;
WHO., 2004)
48

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan

atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati

atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Konsep merupakan suatu

abstraksi yang dibentuk dengan mengenarilisasikan suatu pengertian. Oleh

karena itu, konsep tidak dapat diukur tapi dijabarkan kedalam variable-

variabel dan dari varibel itulah konsep dapat diamati dan diukur(Notoatmodjo,

2018).Variabel dependen pada penelitian ini adalah Kualitas hidup dan

variabel independen adalah tingkat kemandirian ADL (Activity Daily Living)

lansia.

Bagan 3.2 kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat kemandirian ADL Kualitas hidup

Domain Kualitas hidup

 Fisik
 Psikologis
 Hubungan sosial
 Lingkungan

C. Hipotesis Penelitian

H0 : Tidak terdapat hubungan tingkat kemandirian Activity Daily Living

(ADL) dengan kualitas hidup lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman.


49

Ha : Terdapat hubungan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL)

terhadap kualitas hidup lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan

Aluih Sicincin Padang Pariaman.


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan

desaign penelitian cross sectional. Desaigncross sectional merupakan desaign

penelitian yang dilakukan secara simultan (dalam waktu bersamaan)

(Notoatmodjo, 2018). Penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan

antara variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat) (Donsu,

2019). Jadi, pada penelitian ini menggunakan cross sectional untuk

mengetahui hubungan antara variabel independen (tingkat kemandirian

activity daily living) dengan variabel dependen (kualitas hidup lansia) yang

dilaksanakan dalam satu waktu.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi atau seluruh subjek yang

memenuhi karakteristik yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan

diperoleh kesimpulannya (Sugiyono, 2019). Populasi pada penelitian ini

adalah lansia yang bertempat tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai

Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman yang berjumlah 110 lansia.

50
51

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari jumlah populasi yang dapat

mewakili populasi itu sendiri, sampel harus memiliki karakteristik yang

sama dengan populasi (Sugiyono, 2019). Teknik pengambilan sampel

pada penelitian ini adalah Probability Sampling dengan menggunakan

Simple Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan

memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk

dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2019).

Sampel dalam penelitian ini yaitu lansia yang bertempat tinggal di

Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman.

Besar atau banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini

dihitung dengan menggunakan rumus Lameshow

Rumus :

(𝑍1 − 𝑎/2)2 𝑃𝑞𝑁


𝑛=
(𝑑2 𝑁 − 1) + (𝑍1 − 𝑎/2)2 𝑃𝑞

Keterangan

n = Besaransampel

Z = Tingkat kepercayaan sebesar 95% =1.96

P =Proporsi kasus terhadap populasi tertentu,50% (0.5)

q = 1 – P =(1 – 0.5)

N = 110 orang
52

(1.96)2 𝑥0.5𝑥0.5𝑥110
𝑛=
(0.1)2 (110 − 1) + (1.96)2 𝑥0.5𝑥0.5

105.644
𝑛=
2.05

𝑛 = 51.53

Jadi, jumlah sampel yang didapat dari hasil perhitungan dengan menggunakan

rumus Lameshow adalah 51,53, dibulatkan menjadi 52 sampel.

Kriteria sampel :

a. Kriteria Inklusi :

1) Lansia yang bertempat tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha

Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman.

2) Bersedia menjadi responden

3) Mampu berkomunikasi dengan baik

b. Kriteria Eksklusi

1) Lansia yang tidak kooperatif

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih

Sicincin Padang Pariaman. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari

sampai Juli 2021.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel

Variabel merupakan objek yang dijadikan sasaran dari sebuah

penelitian. Pada dasarnya variabel penelitian adalah keseluruhan isi yang


53

dibentuk peneliti untuk memperoleh informasi yang relevan, lalu ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2019). Variabel dalam penenlitian ini terdiri

dari dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.

Dimana variabel independen penelitian ini adalah tingkat kemandirian

Activity Daily Living (ADL) dan variabel dependen penelitian ini adalah

kualitas hidup lansia.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan variabel yang dipelajari berdasarkan

karakteristik yang diamati. Definisi operasional ditentukan berdasarkan

parameter pengukuran yang diteliti dan mewakili skala pengukuran untuk

masing-masing variabel (Donsu, 2019).

Tabel 4.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi alat ukur cara ukur Skala hasil ukur


Operasional ukur
Umur Kurun waktu Kuesioner Wawancara Nominal a) Lansia (60-70) tahun
sejak adanya terpimpin b). Lansia madya (71-90) tahun.
seseorang dan c). Sangat tua (>90) tahun
dapat diukur
menggunakan (WHO,2013)
satuan waktu.

Jenis Perbedaan Kuesioner Wawancara Nominal Perempuan


kelamin biologis yang terpimpin Laki laki
dibawa sejak
lahir (BPS, 2020).
54

Pendidikan Usaha membina Kuesioner Wawancara Nominal Tidak sekolah


dan terpimpin SD
mengembangkan SMP
kepribadian SMA
manusia baik Perguruan tinggi
rohani muapun
jasmani (BPS, 2020)
Status Perjanjian pribadi Kuesioner Wawancara Nominal Janda
perkawinan yang sah secara terpimpin Duda
agama,adat dan
hokum yang (BPS, 2020).
membentuk suatu
ikatan.
Penyakit Suatu keadaan Kusioner Wawancara Nominal DM
penyerta dimana terdapat terpimpin Gouth
suatu penyakit Hipertensi
yang terjadi Katarak
secara simultan Stroke
pada individu. Reumatik
Tidak ada

(BPS, 2020).
Variabel Aktivitas Kuesioner Wawancara Ordinal Data tidak terdistribusi normal
independen seseorang dalam terpimpin dengan signifikansi (P = 0.037)
Kemandirian melakukan fungsi dilihat dari nilai median.
(ADL) kehidupan sehari-
hari yang Median = 75
dilakukan secara
rutin. Value ≥ median (75) = mandiri

Value<median (75) = ketergantungan

(Azwar, 2016)

Variabel Persepsi Kuesioner Wawancara Ordinal Data terdistribusi normal dengan


dependen seseorang terpimpin signifikansi (P = 0.604) dilihat dari
Kualitas mengeni nilai mean.
hidup hidupnya yang
berkaitan dengan Mean = 189.4
tujuan dan
harapan. Value ≥ mean (189.4) = baik

Value< mean (189.4) = buruk

(Azwar, 2016)
55

Domain
Kualitas
Hidup
Kesehatan Kemampuan Kuesioner Wawancara Ordinal Data terdistribusi normal dengan
fisik tubuh untuk terpimpin signifikansi (P = 0.127) dilihat dari
menyesuaikan nilai mean
fungsi alat-alat
tubuhnya Mean = 44.2
terhadap keadaan
lingkungan Value ≥ mean (44.2) = baik

Value<mean (44.2) = buruk

(Azwar, 2016)
Kesehatan Tingkat Kuesioner Wawancara Ordinal Data tidak terdistribusi normal
psikologis kesejahteraan terpimpin dengan signifikansi (P = 0.026)
mental atau dilihat dari nilai median.
ketiadaan
gangguan jiwa Median = 50

Value ≥ median (50) = baik

Value <median (50) = buruk

(Azwar, 2016)

Hubungan Hubungan timbal Kuesioner Wawancara Ordinal Data tidak terdistribusi normal
sosial balik antara terpimpin dengan signifikansi (P = 0.046)
individu yang atu dilihat dari nilai median.
dengan yang
lainnya yang Median = 50
saling
mempengaruhi. Value ≥ median (50) = baik

Value < median (50) = buruk

(Azwar, 2016)
Lingkungan Segala sesuatu Kuesioner Wawancara Ordinal Data terdistribusi normal dengan
yang ada di terpimpin signifikansi (P = 0.497) dilihat dari
sekitar manusia nilai mean
yang
mempengaruhi Mean = 48.25
perkembangan
kehidupan Value ≥ mean ( 48.25) = baik
manusia baik
secara langsung Value<mean (48.25)= buruk
maupun tidak
langsung. (Azwar, 2016)
56

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian merupakan alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian (Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian ini

menggunakan dua kusioner yaitu :

1. Indeks barthel

Indeks Barthel merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk

mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan

mobilisasi (Pipit Festy W, 2018). Indeks barthel terdiri dari 10 butir item

terdiri dari kemampuan makan, transfer (berpindah), personal hygiene

(menyisir rambut, gosok gigi dll), penggunaan toilet, mandi, mobilisasi,

kemampuan naik dan turun tangga, berpakaian, mengontrol BAK dan

mengontrol BAB (Pipit Festy W, 2018).

Indeks barthel sudah dikenal secara luas, memiliki kehandalan dan

kesahihan yang tinggi. Pada penelitian Ihsani (2019) indeks barthel telah

menunjukkan keandalan yang tinggi interrator (0,95) dan uji reliabilitas

tes ulang (0,89). Dalam Iskandar (2006) yang melakukan uji keandalan

dan kesahihan indeks activity daily living barthel untuk mengukur status

fungsional dasar pada lansia di RSCM menunjukkan keandalan internal

consistency diperoleh nilai cronbach alpa 0,938 dan kesahihan konstruksi

indeks barthel di uji dengan spearman correlation coefficient dengan

melihat nilai rho (r) yaitu r > 0,3 pada masing-masing butir.
57

Hasil ukur tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) tergantung

pada distribusi data. Jika data terdistribusi normal maka hasil ukur tingkat

kemandirian Activity Daily Living (ADL) dilihat dari nilai mean. Jika data

tidak terdistribusi normal maka hasil ukur tingkat kemandirian Activity Daily

Living (ADL) dilihat dari nilai median(Azwar, 2016).

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa data


tidak terdistribusi normal, maka dilihat dari nilai median. Median = 75

a). Value ≥ median (75) = mandiri


b). Value < median (75) = ketergantungan

2. WHOQoL-BREEF

WHOQoL-BREEF merupakan instrumen penilaian kualitas hidup yang

mengukur 4 komponen penting yaitu komponen fisik, psikologis, hubungan

sosial, dan lingkungan (WHO, 2012a). WHOQoL-BREEF terdiri dari 26

pertanyaan yang telah mewakili komponen-komponen yang akan diukur dari

kualitas hidup. Kuesioner ini menggunakan skala likert dengan rating scale 1-

5 yang terdiri dari 26 item pertanyaan (WHO, 2012b).

Pertanyaan nomor 1 dan 2 pada kuesioner membahas tentang kualitas

hidup secara menyeluruh dan kesehatan secara umum. Domain 1- fisik,

terdapat pada pertanyaan nomor 3,4,10,15,16,17 dan 18. Domain 2 -

pasikologis, ada pada pertanyaan nomor 5,6,7,11,19 dan 26. Domain 3 -

hubungan sosial, ada pada pertanyaan nomor 20,21 dan 22. Domain 4 -
58

lingkungan, ada pada pertanyaan 8,9,12,13,14,23,24 dan 25. Instrument ini

terdiri dari pertanyaan positif, kecuali pada tiga pertanyaan yaitu nomor 3,4

dan 26 yang bernilai negatif. Skor pada setiap domain di transformasikan

dalam skala 0-100 (Koesmanto, 2013).

Secara keseluruhan WHOQoL-BREEF merupakan instrument yang valid

untuk mengukur kualitas hidup lansia. Uji validitas dan reliabilitas WHOQoL-

BREEF dilakukan oleh (Sabri, 2019) dengan hasil uji validitas 0,369 – 0,672

dan reliabilitas 0,949.

Hasil ukur kualitas hidup baik dan kualitas hidup buruk tergantung pada

distribusi data. Jika data terdistribusi normal maka hasil ukur kualitas hidup

dilihat dari nilai mean. Jika data tidak terdistribusi normal maka hasil ukur

kualitas hidup dilihat dari nilai median(Azwar, 2016).

Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti didapatkan bahwa data


terdistribusi normal, maka dilihat dari nilai mean. Mean = 189.4

a). Value ≥ median (189.4) = kualits hidup baik


b). Value<median (189.4) = kualitas hidup buruk

F. Etika Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2018) etika yang harus diperhatikan pada saat

penelitian :

1. Respect for Human Dignity (menghormati harkan dan martabat manusia)

Untuk menghormati harkat dan martabat responden, sebelum melakukan

penelitian terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan mengenai


59

maksud, tujuan, dan manfaat penelitian kepada responden di PSTW Sabai

Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman. Penelitian dilakukan selama 5

haridari tanggal 10 Juni – 15 Juni 2021. Dari hasil penjelasan yang telah

diberikan, responden menyetujui untuk dijadikan sebagai sampel dalam

penenlitian ini. Persetujuan tersebut secara formal dituliskan dalam

Informed consent

2. Respect for Privacy and Confidentiality (menghormati privasi dan

kerahasiaansubjek penelitian)

Untuk menghormati privasi dan kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan

nama responden dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data atau hasil penelitian yang disajikan ( misalkan: Tn.A atau Ny.B).

3. Respect for Justice and Inclusiveness (menghormati keadilan dan

inklusivitas/ keterbukaan)

Untuk menghormati keadilan dan keterbukaan, peneliti melakukan semua

subjek sama dimana seluruh responden diberikan pertanyaan sama yang

sesuai dalam pertanyaan di kuesioner.

4. Balancing Harms and Benefit

Untuk memperhitungkan manfaat dan menghindari kerugian yang

ditimbulkan, penenliti melaksanakan penenlitian sesuai dengan prosedur

yakni mengurus surat izin penenlitian, penggunaan informed consentdan

inisial nama responden serta menggunakan alat ukur yang sama untuk

setiap responden yaitu dengan kuesioner yang telah disediakan oleh


60

penenliti. Hal ini dilakukan dengan harapan agar hasil dari penelitian

dapat bermanfaat semaksimal mungkin bagi pihak- pihak terkait.

G. Metode Pengumpulan Data

Menurut Notoatmodjo (2018) metode pengumpulan data antara lain:

1. Data primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden

penelitian. Melalui pengisian kuesiuoner dengan wawancara terpimpin

yang dilakukan oleh peneliti pada lansia yang tinggal di Panti Sosial

Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman pada tanggal

10 Juni – 15 Juni 2021.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan penunjang dari data primer yang diperoleh

dari artikel, buku teori, jurnal yang mana data sekunder ini tidak perlu di

olah lagi.

3. Langkah - langkah pengumpulan data

1) Teknik administratif

a. Peneliti mengurus surat pengantar dari Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas untuk izin pengambilan data dan penelitian di

Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Padang Pariaman

pada tanggal 15 Maret 2021 dengan nomor surat

106/UN16.13.D/PG/2021.
61

b. Peneliti mengurus surat izin penelitian ke pihak Dinas Penanaman

Modal dan Pelayanan Satu Pintu melalui pendaftaran online

c. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan SatuPintu mengeluarkan

surat izin untuk ke Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat.

d. Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat memberikan surat izin

penelitian dan pengumpulan data awal ke Panti Sosial Werdha

Sabaih Nan Aluih Sicicin Padang Pariaman pada tanggal 25 Maret

2021 dengan nomor surat 070/392/UK-2021

e. Peneliti menyerahkan surat izin melakukan penelitian dari Dinas

Sosial Provinsi Sumatera Barat ke Panti Sosial Werdha Sabaih

Nan Aluih Sicicin Padang Pariaman pada tanggal 10 Juni 2021.

f. Mendapat persetujuan dari pihak Panti Sosial Tresna Werdha

Sabaih Nan Aluih Sicicin Padang Pariaman untuk melakukan

penelitian.

2) Teknik pelaksanaan

a. Peneliti mendatangi Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih

Sicincin Padang Pariaman pada tanggal 10 Juni 2021.

b. Peneliti didampingi bersama tim pengumpul data (enumerator)

sebanyak tiga orang yang berlatar belakang dari sekolah kesehatan

yang akan membantu dalam pengumpulan data.

c. Peneliti memberikan surat Izin penenlitian dan pengambilan data

yang diperoleh dari Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat dengan


62

nomor surat 070/392/UK-2021 kepada pengelolah Panti Sosial

Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman.

d. Setelah mendapat perizinan dari pihak pengelolah panti Peneliti

langsung melakukan pengumpulan data bersama enumerator.

e. Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan teknik Simple

Random Sampling dengan metode lotre. Sebelumnya peneliti

membuat gulungan kertas yang di dalamnya tertulis nomor atau

inisal nama. Gulungan kertas tersebut berjumlah 110 yang

merupakan populasi dari penelitian. Gulungan kertas tersebut

dikumpulkan dalam sebuah wadah berbentuk botol yang diberi

lubang kecil di permukaan atas. Lalu botol tersebut dikocok hingga

gulungan kertas keluar satu persatu hingga mencukupi banyak

sampel yang telah ditentukan yaitu sebanyak 52 sampel.

f. Setelah sampel sudah didapat, selanjutnya peneliti menjelaskankan

maksud tujuan penelitian serta meminta persetujuan kepada

responden dengan melengkapi lembar informed consent.

g. Pengisian kuesioner dilakukan dengan wawancara terpimpin

dimana pada penenlitian ini ada dua kuesioner yaitu indeks barthel

untuk tingkat kemandirian Activity Daily Living ( ADL) dan

WHOQol-Breef untuk kualitas hidup.

h. Kuesioner yang telah diisi dikumpulkan dan diperiksa

kelengkapannya. Jika sudah lengkap peneliti mengakhiri


63

pertemuan dan mengucapkan teriama kasih kepada responden atas

kerja samanya.

i. Peneliti melakukan pengolahan data dengan teknik pengolahan

data secara komputerisasi.

H. Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2018) pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan komputer sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Data (Editing)

Pada tahap ini, peneliti memeriksa kembali lembar kuesioner yang

telah diisi mengenai kelengkapan jawaban, kesalahan pengisisan dan

relevansi dari setiap jawaban yang diberikan. dari 57 lembar kuesioner

yang terkumpul, semua data terisi lengkap dan benar.

2. Pengkodean Data (Coding)

Setelah semua kuesioner selesai di edit, selanjutnya dilakukan

peng"kodean" atau "coding", yaitu data yang berupa kalimat atau huruf

diubah menjadi angka atau data numerik.

3. Memasukkan data (Entry Data)

Pada tahap ini, peneliti memasukkan seluruh data yang diperoleh dari

57 lembar kuesionerdan telah diberikan coding menggunakan program

IBM SPSS versi 25.


64

4. Membersihkan Data (Cleaning)

Pada tahap ini, peneliti memeriksa kembali seluruh data yang telah di

entry. Seperti kelengkpan data dan kesalahan dalam pemberian kode yang

mungkin terjadi pada saat data di entry kedalam computer sehingga

diperoleh data yang valid.

5. Tabulating

Pada tahap ini, peneliti melakukan penyususnan data yang disusun dalam

bentuk tabel sehingga lebih mempermudah dalam menganalisis data

sesuai dengan tujuan dari penenlitian. Terdapat empat tabel yang

digunakan yaitu karakteristik responden, kemandirian Activity Daily

Living (ADL), kualitas hidup dan hubungan tingkat kemandirian Activity

Daily Living (ADL) dengan kualitas hidup.

I. Analisa Data

1. Analisa univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian. Analisis ini hanya mengahasilkan distribusi

frekuensi dan persentase dari tiap variabel dalam penelitian (Notoatmodjo,

2018).

Analisis univariat dilaksanakan untuk mengetahui distribusi frekuensi

dan persentase dari karakteristik responden, tingkat kemandirian Activity

Daily Living (ADL) dan kualitas hidup lansia di Panti Sosial Tresna
65

Werdha Sabai Nan Aluih Padang Pariaman. Interpretasi tabel menurut

(Arikunto, 2018) sebagai berikut :

Tabel 4.2 Tabel Interpretasi


Interpretasi Persentase

Seluruh 100%

Hampir seluruh 76 - 99%

Sebagian besar 51-75%

Setengahnya 50%

Hampir setengahnya 26 - 49 %

Sebagian kecil 1 - 25 %

Tidak satupun 0%

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat adalah analisa data yang digunakan untuk

menganalisis dua variabel. Analisa bivariat digunakan untuk melihat

hubungan variabel independen dan variabel dependen. Tingkat

kemandirian activity daily living terhadap kualitas hidup lansia sebagai

variabel independen dan dependen. Uji yang digunakan untuk melihat

apakah ada hubungan antara dua variabel tersebut adalah Chi Square

(Donsu, 2019).

Interpretasi hasil uji hipotesis jika berdasarkan hubungan nilai p untuk

nilai p< 0,05, berarti terdapat hubungan yang bermakna dari kedua
66

variabel yang diuji. Tetapi jika p> 0,05, berarti tidak terdapat hubungan

yang bermakna dari dua variabel tersebut (Donsu, 2019).


67

BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum

Penelitian dilakukan pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin

Padang Pariaman pada tanggal 10 Juni – 15 Juni 2021. Banyak responden

pada penelitian ini yaitu 52 responden. pemilihan sampel dilakukan dengan

metode lotre. Penelitian dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada

responden melalui wawancara terpimpin. Sebelum melakukan penelitian,

peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada pihak pengelolah panti untuk

melakukan penelitian. Setelah mendapat izin, peneliti melakukan pemilihan

sampel dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling yaitu

pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap

anggota populasi untuk dijadikan sebagai sampel dengan menggunakan

metode lotre.

Sebelumnya peneliti membuat gulungan kertas yang di dalamnya tertulis

nomor atau inisal nama. Gulungan kertas tersebut berjumlah 110 yang

merupakan populasi dari penelitian. Gulungan kertas tersebut dikumpulkan

dalam sebuah wadah berbentuk botol yang diberi lubang kecil di permukaan

atas. Lalu botol tersebut dikocok hingga gulungan kertas keluar satu persatu

hingga mencukupi banyak sampel yang telah ditentukan yaitu sebanyak 52

sampel.
68

Selanjutnya, peneliti meminta persetujuan kepada responden yang telah

terpilih dan melakukan pengisian kuesioner dengan wawancara terpimpin.

Setelah pengisian kuesioner telah sesuai dengan jumlah sampel yaitu

sebanyak 52 sampel, maka peneliti melakukan pengolahan data dengan

menggunakan komputer. Hasil penelitian disajikan dalam analisis univariat

dan analisis bivariat.

B. Karakteristik responden

Table 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Lansia di Panti


Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman
Karakteristik Kategori f %

Umur Lansia (60 - 70 Tahun) 35 67.3


Lansia Madya (71- 90 Tahun) 16 30.8
Lansia Sangat Tua (>90 Tahun) 1 1.9

Jenis kelamin Laki – laki 35 67.3


Perempuan 17 32.7

Pendidikan Tidak sekolah 12 23.1


SD 20 38.5
SMP 11 21.2
SMA 7 13.5
Perguruan tinggi 2 3.8

Status perkawinan Duda 35 67.3


Janda 17 32.7

Penyakit penyerta Diabetes Mellitus 9 17.3


Gouth 3 5.8
Hipertensi 22 42.3
Katarak 2 3.8
Stroke 1 1.9
Reumatik 4 7.7
Tidak ada penyakit penyerta 11 21.2

Total 52 100

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa sebagian besar lansia berumur (60-

70 tahun) (67.3%) artinya lansia pada usia ini masih bisa untuk produktif.

Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki dengan status sebagai duda
69

(67.3%) hal ini disebabkan karena lansia tidak mau menyusahkan keluarga serta

ingin beribadah dengan tenang.

Hampir setengah dari responden dengan pendidikan terakhir Sekolah Dasar

(SD) (38.5%) yang mana tingkat pendidikan lansia masih rendah. Hampir

setengah dari responden mengidap penyakit Hipertensi (42.3%), artinya seiring

bertambahnya usia lansia sangat rentan untuk terkena penyakit. Dapat

disimpulkan bahwa karakteristik responden pada penelitian ini yaitu lansia yang

berumur (60-70 tahun) dengan jenis kelamin laki- laki dan status perkawinan

sebagai duda, pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) dan kebanyakan

mengidap penyakit Hipertensi.

C. Analisis Univariat

1. Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Activity Daily Living


(ADL) Lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman

Tingkat Kemandirian Activity f %


Daily Living (ADL)
Mandiri 27 51.9

Ketergantungan 25 48.1

Total 52 100

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa tingkat kemandirian Activity

Daily Living (ADL) lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman

sebagian besar mandiri (51.9%) dan hampir setengah dari lansia ketergantungan

(48.1%). Artinya tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) lansia


70

mandiri dimana lansia masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa

bergantung dengan orang lain. Dapat disimpulkan tingkat kemandirian Activity

Daily Living (ADL) lansia mandiri.

2. Kualitas Hidup

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Lansia di PSTW Sabai Nan

Aluih Sicincin Padang Pariaman

Kualitas Hidup f %

Baik 28 53.8

Buruk 24 46.2

Total 52 100

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa kualitas hidup lansia yang

tinggal di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman sebagian besar

kualitas hidup baik (53.8%) dan hampir setenga dari lansia memiliki kualitas

hidup buruk (46.2%). Dapat dilihat skor yang paling tertinggi yaitu kualitas

hidup baik artinya lansia dengan kualitas hidup baik akan mampu

mengaktualisasikan dirinya sehingga lansia dapat menikmati masa tuanya.


71

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Lansia Berdasarkan


Domain Kualitas Hidup di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Padang
Pariaman
Domain f %
Fisik
Baik 29 55.8
Buruk 23 44.2
Psikologis
Baik 28 53.8
Buruk 24 46.2
Hubungan sosial
Baik 32 61.5
Buruk 20 38.5
Lingkungan
Baik 27 51.9
Buruk 25 48.1
Total 52 100

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia pada

setiap domain berada pada kategori baik mulai dari fisik (55.8%), psikologis

(53.8%), hubungan sosial (61.5%), lingkungan (51.9%). Artinya sebagian

besar dari lansia memiliki kualitas hidup yang bagus dari setiap domain baik

fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Terlihat domain dengan

persentase tertinggi terdapat pada domain hubungan sosial


72

D. Analisis Bivariat

Tabel 5.5 Hubungan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL)


dengan Kualitas Hidup Pada Lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin
Padang Pariaman

Tingkat Kualitas Hidup Total P- value OR


Kemandirian
Activity Daily Baik Buruk
Living (ADL)

f % f % f %
Mandiri 19 70.4 8 29.6 27 100 0.027 4.2

Ketergantungan 9 36 16 64 25 100

Total 28 53.8 24 46.2 52 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar lansia yang

tinggal di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman memiliki kualitas

hidup baik dengan tingkat kemandirian yaitu mandiri (70.4%). Sedangkan

lansia dengan kualitas hidup buruk, lebih cenderung pada lansia dengan

ketergantungan (64%).

Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square didapatkan nilai (P- Value 0,027)

yang mana jika nilai (P< 0,05) menunjukkan adanya hubungan, artinya lansia

dengan tingkat kemandirian yang bagus akan memiliki kualitas hidup yang baik

sebaliknya lansia dengan ketergantungan memiliki kualitas hidup yang buruk.

Untuk itu dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan tingkat kemandirian

Activity Daily Living (ADL) dengan kualitas hidup pada lansia. Hasil analisis

juga diperoleh nilai OR= 4.2 artinya semakin bagus tingkat kemandirian

Activity Daily Living (ADL) lansia berpeluang 4.2 kali lebih baik kualitas

hidupnya.
73

BAB VI

PEMBAHASAN

1. Gambaran Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) Lansia di

PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat kemandirian

Activity Daily Living (ADL) lansia hampir sebagian besar mandiri yaitu

(51.9%).Tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) menunjukkan

kemampuan fungsional lansia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini

disebabkan rata-rata usia lansia berada pada kategori elderly, yang mana

lansia pada usia ini masih mampu untuk produktif dan masih mampu

melakukan kegiatan secara mandiri.

Penilaian tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) di ukur

dengan menggunakan Indeks Barthel yang merupakan alat ukur untuk

mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri yang terdiri dari

10 item pertanyaan meliputi makan, transfer (berpindah), personal hygiene

(menyisir rambut, gosok gigi dll), penggunaan toilet, mandi, mobilisasi,

kemampuan naik dan turun tangga, berpakaian, mengontrol BAK dan

mengontrol BAB.

Berdasarkan hasil analisis tanggapan lansia terhadap kuesioner Indeks

Barthel dari setiap item pertanyaan, skor yang paling tinggi terdapat pada

kegiatan diantaranya hampir seluruh dari lansia mampu melakukan aktivitas

mandi secara mandiri (96,5%). Hampir seluruh dari lansia mampu melakukan
74

aktivitas personal hygiene seperti (menyisir rambut, mencuci muka, mencukur

jenggot) (96,5%), hampir dari keseluruhan lansia mampu melakukan aktivitas

makan secara mandiri (93%), dan sebagian besar lansia mampu berpakaian

secara mandiri (66,7%). Sejalan dengan teori Dorothy Orem yang menyatakan

bahwa setiap individu memiliki kemampuan dalam melakukan perawatan

dirinya sendiri sehingga membantu individu dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya serta memelihara kesehatan dan mencapai kesejahteraan (Risnah &

Irwan, 2021).

Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian Suryani (2018) yang

dilakukan pada 52 lansia dengan judul penelitian “Hubungan Tingkat

Kemandirian dalam Aktivitas Sehari- hari dengan Resiko Jatuh pada Lansia

di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Kabupaten Padang Pariaman”

menunjukkan sebagian besar kemandirian Activity Daily Living (ADL) berada

pada tingkat mandiri (51,9%). Hal ini disebabkan karena lansia ingin menjadi

pribadi yang mandiri sehingga tidak menjadi beban bagi sekitarnya, hal ini

pun dikarenakan lansia merasa mampu melakukan aktivitas secara mandiri

sehingga membuat lansia tersebut merasa berguna untuk dirinya.

Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian Setyani et al (2016) yang

melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Kemandirian Activity Daily

Living (ADL) dengan Kualitas Hidup Lansia di UPT PSLU Jember”

menunjukkan sebagian besar kemandirian lansia dalam Activity Daily Living

(ADL) pada tingkat mandiri (57,5%). Hal ini disebabkan lansia dalam kondisi

kesehatan fisik yang baik. Kondisi kesehatan fisik yang baik pada lansia dapat
75

melakukan apapun tanpa perlu meminta bantuan dengan orang lain termasuk

melakukan kegiatan yang diadakan oleh UPT PSLU Jember, seperti senam

pagi, kerja bakti bersama, pengajian dan bimbingan keterampilan dengan

membuat kerajinan.

Sejalan dengan penelitian Widyastuti & Ayu (2019) yang menyatakan

bahwa kemandirian lansia dipengaruhi oleh aktivitas fisik yang berfungsi

untuk menyalurkan energinya guna menjaga tetap aktif. Lansia yang tetap

aktif dan sehat seiring dengan bertambahnya usia mempunyai manfaat yaitu

pulih dari penyakit lebih cepat, mengurangi resiko terkena penyakit kronis dan

mencegah jatuh (Safitri, 2017).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden berusia 60-70

tahun (67.3%). Berdasarkan batasan umur lansia menurut WHO termasuk

dalam kategori lansia (Elderly). Hai ini sejalan dengan penelitian Indah (2020)

yang membahas tentang “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Tingkat

Kemandirian ADL” diketahui sebagian besar umur responden 60-74 tahun

(66,7%). Menurut Ningrum & Chondro (2019) lansia dengan umur 60-74

tahun, pada usia ini masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari, namun jika

usia lansia semakin bertambah maka lansia akan membutuhkan bantuan orang

lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Berdasarkan penelitian Hurek et al (2019) ada hubungan yang bermakna

antara umur dengan kemandirian lansia dalam Activity Daily Living (ADL)

dengan nilai (P = 0,034) responden dengan kategori lansia tua memiliki resiko

ketergantungan 2 kali lebih besar dibandingkan dengan kategori umur lansia


76

awal. Hal ini sejalan dengan penenlitian Trize et al (2018) yang menunjukkan

adanya hubungan antara usia dengan kemandirian lansia dalam Activity Daily

Living (ADL) ( P-value = 0,02) yang menjelaskan bahwa usia lebih dari 70

tahun lebih berisiko 1,85 kali mengalami ketergantungan dalam ADL.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin

laki laki (67.3%) dan perempuan (32.7%). Hal ini sejalan dengan penelitian

Alfyanita et al (2016) yang membahas tentang “Hubungan Tingkat

Kemandirian dalam melakukan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari dan Status

Gizi pada Usia Lanjut di PSTW Sabai Nan Aluih” bahwa lebih dari

setengahnya responden berjenis kelamin laki-laki (68,2%). Didukung oleh

penelitian Susyanti & Nurhakim (2019) yang membahas tentang “Karakteritik

dan Tingkat Kemandirian Lansia di Panti Sosial Rehabilitas Lanju Usia

(RSLU) Pemerintah Provinsi Jawa Barat” dengan hasil penelitian yaitu

sebagian besar lansia berjenis kelamin laki-laki (72,6%).

Penelitian Baloch (2017) menjelaskan bahwa lansia laki-laki memiliki

tingkat kemandirian lebih tinggi dibandingkan lansia perempuan hal ini

disebabkan lansia berjenis kelamin perempuan banyak mengalami kelemahan

dan disabilitas sehingga mempengaruhi kemandirian Activity Daily Living

(ADL) sedangkan lansia laki-laki cenderung memiliki kondisi fisik yang lebih

baik dari pada perempuan.

Ditambahkan oleh Susyanti & Nurhakim (2019) lansia perempuan yang

tidak mendiri mengalami kelelahan fisik dalam menyelesaikan pekerjaan

rumah tangga sehingga tingkat kemandirian melemah. Hal ini juga


77

dipengaruhi oleh tradisi daerah dimana laki-laki hanya bertugas mencari

nafkah sedangkan perempuan mengurus pekerjaan rumahan. Namun

kenyataannya tingkat kemandirian laki laki lebih baik dibandingkan

perempuan dikarenakan laki-laki memiliki kondisi fisk yang lebih kuat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berstatus

duda (63.7%) dan berstatus janda (32.7%). Hal ini disebabkan karena ada dari

lansia yang ditinggal meninggal oleh pasangannya dan ada juga yang berpisah

karena perceraian. Hal ini sejalan dengan penelitian Panjaitan et al (2019)

yang mana proporsi yang paling tinggi yaitu lansia yang tidak punya pasangan

sebanyak 19 responden (26%). Sejalan dengan penelitian Indah (2020)

menjelaskan bahwa lansia dengan status duda/janda yang sebelumnya

mempunyai pasangan, ketika mengalami masalah kesehatan dapat

berkomunikasi dengan pasangannya. Setelah kehilangan pasangan semua

kegiatan akan dilakukan secara sendiri. Lansia yang memiliki pasangan lebih

mendorong pemenuhan aktifitas fisik lansia karena dengan status berpasangan

tentu akan mendukung baik dari pribadi ataupun pasangan dalam aktivitas.

Hasil penelitian menunjukkan hampir setengah responden mengidap

penyakit Hipertensi (42.3%). Sejalan dengan penelitian Ran et al (2017) yang

melakukan penelitian pada 291 lansia dari etnis Yi di Cina yang sebagian

besar lansia memiliki riwayat medis dan penyakit kronis salah satunya

Hipertensi menjelaskan bahwa kemampuan IADL dari lansia etnis Yi rendah

akan tetapi meraka dapat melakukan sebagian besar item ADL. Sejalan

dengan penelitian Widyastuti & Ayu (2019) menjelaskan bahwa lansia yang
78

mandiri disebabkan karena kemampuan lansia dalam mengolah gaya hidup

didukung dengan fasilitas yang disediakan oleh panti berupa lingkungan yang

bersih, makanan yang sehat, kegiatan olah raga yang terjadwal serta kegiatan

lain yang membantu lansia dalam menyalurkan hobinya. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan peneliti didapatkan bahwa setiap satu kali

seminggu dijadwalkan untuk para lansia melakukan kegiatan senam pagi dan

disediakan fasilitas olah raga yaitu permainan tenis meja.

Hasil penelitian mengenai pendidikan terakhir responden yang diketahui

bahwa hampir setengahnya pendidikan terakhir lansia yaitu Sekolah Dasar

(38,5%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Alfyanita et al

(2016) di PSTW Sicincin Padang Pariaman bahwa hampir seluruh lansia

berpendidikan rendah yaitu Sekolah Dasar (SD) (77,3%). Dijelaskan dalam

penelitian Baloch (2017) Tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa

adanya pengaruh dalam mendapatkan informasi tentang kesehatan.

Pendidikan pada dasarnya tidak hanya didapatkan dari bangku sekolah atau

formal namun juga didapatkan dari lingkungan keluarga, masyarakat dan dari

media lainnya (Yuswatiningsih & Suhariati, 2021). Menurut Alfyanita et al

(2016) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak

pengalaman hidup yang dilalui. Sehingga akan lebih siap dalam menghadapi

masalah yang terjadi terutama pada saat memasuki usia lanjut.

Menurut peneliti tingkat kemandirian yang tinggi pada lansia yang tinggal

di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman yaitu dengan kondisi

fisik dari setiap lansia yang masih bagus. Lansia merasa cukup sehat dalam
79

melakukan berbagai aktivitas yang ada di panti serta selalu ikut serta dalam

setiap kegiatan yang diadakan seperti senam pagi, pergi ke mesjid serta

melakukan berbagai kegiatan lain yang sesuai dengan hobi yang dimiliki oleh

lansia. untuk lansia dengan ketergantungan disebabkan adanya beberapa

penyakit kronis yang menghambat aktivitas lansia. Walaupun dalam

ketergantungan akan tetapi lansia masih mampu melakukan beberapa item

dari Activity Daily Living (ADL) seperti kegiatan makan, mandi,berpakaian,

BAK/BAB.

Kemandirian yang tinggi pada lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna

Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman disebabkan minimnya

jumlah petugas panti dimana pada satu wisma hanya ada satu petugas atau

biasa disebut pengasuh sedangkan untuk banyak lansia dalam satu wisma ada

6 sampai 8 lansia. Dengan keadaan yang seperti itu menuntut lansia untuk

mandiri dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari.

2. Gambaran Kualitas Hidup Lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin

Padang Pariaman

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kualitas hidup lansia

yang tinggal di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman sebagian

besar kualitas hidupnya baik (53,8%). Sejalan dengan penelitian (Setyani et

al., 2016) didapatkan hasil bahwa sebagian besar lansia memiliki kualitas

hidup yang baik (85,71%). Hal ini disebabkan karena sebagian besar lansia

memiliki persepsi yang baik mengenai kondisi dirinya dengan kondisi fisik.
80

Menurut Santiya Anbarasan (2015) kualitas hidup dapat diartikan

dengan keadaan kesehatan, fungsi fisik tubuh, persepsi mengenai kesehatan,

kepuasan kebutuhan, kognisi individu, ketidakmampuan fungsional,

gangguan psikiatri serta kesejahteraan. Menurut WHO kualitas hidup

meliputi empat aspek diantaranya kesehatan fisik, kesehatan psikologis,

hubungan sosial dan lingkungan (Ekasari et al., 2018).

Berdasarkan hasil analisis penelitian didapatkan sebagian besar (55.8%)

kualitas hidup lansia pada domain kesehatan fisik baik. Menurut WHO

(2004) indikator domain kesehatan fisik yaitu aktivitas sehari-hari,

ketergantungan obat-obatan dan bantuan medis, energy dan kelelahan,

mobilitas, sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat serta kapasitas

kerja.

Berdasarkan hasil analisis tanggapan lansia terhadap kuesioner

WHOQoL-Breef diketahui skor yang paling tinggi dari beberapa indikator

tersebut terdapat pada indikator aktivitas sehari- hari dimana sebagian besar

lansia puas dengan kemampuannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari

pada kategori sedang dan memiliki tenaga yang cukup untuk beraktivitas pada

kategori biasa-biasa saja (68,4%). Tidak hanya indikator aktivitas sehari-hari,

skor unggul juga terdapat pada indikator kapasitas kerja, dimana sebagian

besar lansia puas dengan kemampuan dalam bekerja pada kategori biasa-biasa

saja (61,4%).

Akan tetapi ada satu indikator yang sangat sering menggangu saat lansia

beraktivitas yaitu kesehatan fisik (61,4%). Hal ini disebabkan karena lansia
81

memiliki beberapa penyakit penyerta diantaranya Diabetes Mellitus, Gouth,

Hipertensi, Katarak, Stroke serta Reumatik. Sejalan dengan penelitian

Ningrum & Chondro (2019) bertambahnya usia seseorang lansia akan lebih

rentan terkena penyakit akibat dari proses degeneratif.

Hal ini terjadi karena dari usia responden diketahui bahwa sebagian besar

lansia berumur 60-70 tahun (67.3%) termasuk kedalam kategori elderly.

Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa umur berhubungan dengan

kualitas hidup pada lansia dengan nilai (P- Value = 0.021) hal ini sejalan

dengan penelitian Indrayani & Ronoatmojo (2018) menunjukkan adanya

hubungan yang bermakna antara umur dengan kualitas hidup pada lansia (P-

Value 0,025). Sejalan dengan penelitian Bozkurt et al (2016) penelitian yang

dilakukan pada lansia berumur 65-74 tahun yang membahas tentang “The

Determination of Functional Independence and Quality of Life of Older

Adults in a Nursing Home” menyatakan bahwa kualitas hidup lansia yang

berumur 65-74 tahun lebih baik dibandingkan lansia tua. Ini menunjukkan

bahwa kualitas hidup akan menurun seiring berjalannya waktu.

Menurut Baloch (2017) lansia yang berusia 70 tahun keatas

berkemungkinan memiliki kualitas hidup yang buruk dari pada lansia berusia

kurang dari 70 tahun. Hal ini ditemukan dalam penelitian Mahadewi & Ardani

(2018) dilakukan penelitian pada lansia yang berumur 75- 90 tahun di PSTW

Wana Seraya Denpasar Bali dengan hasil penelitian sebagian besar lansia

memiliki kualitas hidup buruk dikarenakan sebagian responden mengaku


82

seiring bertambahnya usia terjadinya penurunan kondisi fisik, keterbatasan

aktivitas, dan kurangnya berekreasi.

Berdasarkan hasil penelitian status kesehatan responden hampir

setengahnya mengidap penyakit Hipertensi (42.3%). Hal ini disebabkan

karena semakin bertambah usia seseorang semakin berkurang elastisitas

pembuluh darah, sehingga tekanan darah pada lansia mengalami kenaikan

dan dapat melebihi batas normal (Effendi & Widiastuti, 2021).

Hal ini sejalan dengan penelitian Santiya Anbarasan (2015) yang

menyatakan bahwa kualitas hidup lansia dengan hipertensi secara umum

baik akan tetapi pada dimensi kesehatan buruk dikarenakan hipertensi dapat

memberikan pengaruh pada vitalitas. Namun oarang yang mengidap

hipertensi yang memiliki optimisme yang tinggi dapat mengurangi perasaan

dan pandangan negatif sehingga mampu menghadapi masalah kesehatan

fisik dan psikis untuk mencapai kualitas hidup yang baik.

Hasil analisis penelitian mengenai kualitas hidup lansia pada domain

kesehatan psikologis sebagian besar baik (53,8%). Menurut WHO (2004)

indikator domain kesehatan psikologis yaitu body image, perasaan negatif,

perasaan positif, self- esteem, berpikir, belajar, memori dan konsesntrasi.

Berdasarkan analisis tanggapan dari lansia terhadap kuesioner WHOQoL-

Breef yaitu skor yang paling tinggi berada pada indikator body image

dimana lansia menjawab bahwa mereka dapat menerima penampilan tubuh

pada kategori sedang (78,9%).


83

Sebagian lansia juga merasa puas dengan dirinya dalam kategori sedang

(70,2%) dan sebagian lansia merasa hidupnya berarti (66,7%). Akan tetapi

lansia cukup sering memiliki perasaan negatif yaitu cemas dan putus asa.

Sejalan dengan penelitian Rohmah et al (2015) menyatakan bahwa

seseorang yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu menguasai

diri, mengelola emosi, memotivasi diri dan mengarahkan dirinya untuk lebih

produktif dalam berbagai hal. Sejalan

Hasil analisis mengenai kualitas hidup lansia pada domain hubungan

sosial sebagian besar (61,5%) baik. Menurut WHO (2004) indikator domain

hubungan sosial diantaranya relasi personal, dukungan sosial, serta aktivitas

seksual. Berdasarkan hasil analisis tanggapan lansia terhadap kuesioner

kualitas hidup WHOQoL-Breef didapatkan bahwa skor yang paling tinggi

terdapat pada indikator hubungan sosial yang mana sebagian besar lansia

puas dengan hubungan sosialnya (52,65%) dan hampir setengahnya lansia

puas dengan dukungan yang mereka peroleh dari teman-teman setempat

tinggal. Hal ini terjadi karena responden mendapat dukungan dari teman-

teman sebayanya. Adanya dukungan sosial dari teman sebaya akan

mempengaruhi respon-respon dan perilaku lansia sehingga dapat

berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia.

Sejalan dengan penenlitian Rohmah et al (2015) menjelaskan bahwa

kesejahteraan sosial menjadi salah satu faktor dalam menentukan kualitas

hidup seseorang. Kualitas hidup dikenal sebagai indikasi level fungsi sosial

pada kesehatan mental. Hal ini penting dalam mendukung hubungan sosial
84

yang merupakan ikatan yang dimiliki seseorang dengan lingkungan

sosialnya, diantaranya senang berkumpul bersama teman, tidak mengalami

kesulitan dalam bersosialisasi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui kualitas hidup lansia pada

domain lingkungan sebagian besar baik (51.9%). Menurut WHO (2004)

indikator domain lingkungan yaitu sumber financial, keamanan, perawatan

kesehatan dan sosial care, lingkungan rumah, kesempatan mendapatkan

berbagai informasi baru dan keterampilan (Skills), rekreasi. Berdasarkan

hasil analisis tanggapan terhadap kuesioner kualitas hidup WHOQoL-Breef

yaitu skor tertinggi terdapat pada indikator lingkungan rumah yang mana

sebagian besar lansia merasa lingkungan tempat tinggal mereka sehat

(63,2%) serta sebagian besar lansia dapat memenuhi kebutuhan dalam

kategori sedang (66,7%) dan sebagian besar kesempatan mendapatkan

berbagai informasi baru dan keterampilan (skills) (56,1%).

Menurut Ningrum & Chondro (2019) kualitas hidup berhubungan

dengan usia, jenis kelamin, status pernikahan. Dilihat dari jenis kelamin

responden diketahui sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (67.3%).

Berdasarkan hasil analisis peneliti menunjukkan bahwa jenis kelamin

berhubungan dengan kualitas hidup dengan nilai (P- Value = 0,006) hal ini

sejalan dengan penelitian Indrayani & Ronoatmojo (2018) yang menyatakan

bahwa adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kualitas hidup lansia

(P- Value 0.024).


85

Menurut Baloch (2017) lansia perempuan cenderung merasa kesepian

dan rasa khawatiran terhadap kondisi kesehatannya yang berpengaruh pada

kualitas hidup. Sedangkan lansia laki-laki memiliki kepuasan yang lebih

tinggi dalam beberapa aspek yaitu hubungan personal dan kondisi

kesehatannya. Hal ini sesuai dengan penelitian Setyani et al (2016)

berdasarkan analisis multivariat logistik regresi yang menyatakan bahwa

perempuan berisiko 1,3 kali memiliki kualitas hidup kurang dibandingkan

laki-laki.

Dari hasil penelitian diketahui hampir setengah dari responden

pendidikan terakhirnya Sekolah Dasar (SD) (38,5%). Berdasarkan hasil

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan lansia

masih tergolong rendah. Sejalan dengan penjelasan Putra & Utami (2014)

respon lansia terhadap perubahan yang terjadi sangat dipengaruhi oleh

pengetahuan, pengalaman hidup serta tingkat antisipasi terhadap perubahan.

Tingkat pendidikan juga merupakan hal terpenting dalam menghadapi

masalah. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin banyak pengalaman

hidup yang dilalui sehingga lebih siap dalam menghadapi masalah yang

terjadi.

Dari hasil penelitian dapat dilihat sebagian besar lansia berstatus duda

(67.3%). Berdasarkan hasil analisis peneliti menunjukkan bahwa status

perkawinan berhubungan dengan kualitas hidup dengan nilai (P- Value =

0.006) sejalan dengan penelitian Indrayani & Ronoatmojo (2018) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara status pernikahan dengan


86

kualitas hidup (P-value<0,05). Menurut (Fadillah et al., 2016) menyatakan

bahwa terdapat perbedaan signifikan antara penyesuaian diri dengan

hilangnya pasangan hidup pada lansia. lansia yang tidak punya pasangan

memiliki penyesuaian diri yang efektif yang dapat memberikan pengaruh

positif untuk tercapainya kepuasan hidup dan meningkatkan kualitas hidup.

3. Hubungan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) dengan

Kualitas Hidup pada Lansi di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Padang

Pariaman

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan

antara tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) dengan kualitas

hidup lansia. Hasil uji statistik analisa bivariat menggunakan uji Chi

Square diperoleh nilai (P-value = 0.027) dengan nilai OR = 4.2 yang

artinya semakin bagus tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL)

lansia berpeluang 4.2 kali lebih baik kualitas hidupnya. Hasil ini sejalan

dengan penelitian Sumbara et al (2019) yang menyatakan adanya hubungan

kemandirian Activity Daily Living (ADL) dengan kualitas hidup lansia

dengan (P- Value = 0.003). artinya semakin baik tingkat kemandirian

Activity Daily Living (ADL) maka semakin baik juga kualitas hidup dari

lansia.

Menurut (WHO, 2012a) menyebutkan bahwa kualitas hidup

dipengaruhi oleh kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial

dan lingkungan. Kemandirian dalam melakukan Activity Daily Living


87

(ADL) merupakan salah satu bagian dalam aspek fisik kualitas hidup

lansia. Sejalan dengan penenlitian Rohmah et al. (2015) menyatakan

terdapat hubungan antara faktor fisik dengan kualitas hidup lansia dengan

nilai (P-value = 0,000).

Pada penelitian ini aspek fisik pada lansia baik (52,6%). Hal ini

disebabkan karna sebagian besar lansia berusia (60-70 tahun) dimana pada

usia ini lansia masih produktif dan masih mampu melakukan aktivitas

secara mandiri. Sejalan dengan penelitian Widyastuti & Ayu (2019)

menyatakan bahwa kualitas hidup pada lansia sangat ditentukan oleh status

fungsional dan kondisi kesehatan dari lansia. Menurut teori Felce & Perry

kesejahteraan fisik difokuskan pada kesehatan. Pada masa lanjut usia,

lansia akan mengalami perubahan pada segi fisik, kognitif, maupun

psikososial seiring bertambahnya usia lansia (Rohmah et al., 2015).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup

yang baik lebih tinggi pada lansia dengan tingkat kemandirian yang bagus

(mandiri) (38,6%). Lansia merasa cukup sehat dalam menentukan

kebebasan mereka dan merasa senang melakukan kegiatan apa saja yang

ada di panti. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan lansia dalam

menjalankan kehidupannya sesuai dengan kondisi lansia dalam

kesehariannya serta senantiasa bersyukur dalam menjalani kehidupannya.

Secara teori kualitas hidup merupakan persepsi seseorang mengenai

hidupnya berdasarkan nilai dan kepercayaan personal yang mencakup

semua aspek kehidupan seperti lingkungan, kesehatan fisik, kesehatan


88

psikologis dan hubungan sosial (Ekasari et al., 2019). Begitupun

kemandirian, menurut Ayuningtyas et al (2019) kemandirian merupakan

kebebasan untuk bertindak atau keadaan seseorang dalam melakukan

aktivitas tanpa bergantung dengan orang lain.

Sejalan dengan penelitian Setyani et al (2016) yang menyatakan

terdapat hubungan positif dan keeratan hubungan 73,2% artinya semakin

baik tingkat kemandirian lansia maka semakin baik juga kualitas hidup

lansia, sebaliknya lansia dengan kondisi fisik yang menurun

memungkinkan untuk bergantung dengan orang lain dalam melakukan

kegiatan sehari-hari, hal tersebut memungkinkan lansia memiliki kualitas

hidup kurang.

Berdasarkan penelitian Rohmah et al (2015) menyatakan bahwa

terdapat pengaruh kondisi fisik terhadap kualitas hidup lansia dengan nilai

p = 0,000 dengan keeratan hubungan (r = 0,753) fisik yang berfungsi baik

memungkinkan lanjut usia untuk mencapai penuaan yang berkualitas

sehingga memungkinkan lansia pada kondisi optimal sehingga mereka

dapat menikmati masa tuanya dengan penuh makna. Sebaliknya faktor fisik

yang kurang baik akan membuat lansia kehilangan kesempatan untuk

mengaktualisasikan dirinya yang disebabkan oleh keterbatasan fisik.

Keterbatasan tersebut akan akan menghambat kesejahteraan fisik yang

pada akhirnya akan berdampak kualitas hidup yang rendah.

Sejalan dengan penelitian Bozkurt et al (2016) yang membahas

tentang “The Determination of Functional Independence and Quality of


89

Life of Older Adults in a Nursing Home” menyatakan bahwa selama lansia

tidak memiliki masalah dalam fungsi fisik serta keadaan emosional yang

baik, kemandirian fungsional mereka meningkat dan ketergantungan

berkurang.

kualitas hidup dalam kaitannya dengan kesehatan menunjukkan

kehidupan berfungsi baik. Kualitas hidup dapat dilihat dari kemampuan

lansia dalam melakukan aktivitas sehari- hari meliputi makan, mandi,

berpakaian, serta BAB/BAK. Hal ini sejalan dengan teori Dorothy Orem

yang menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan dalam

melakukan perawatan dirinya sendiri sehingga membantu individu dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya serta memelihara kesehatan dan mencapai

kesejahteraan (Risnah & Irwan, 2021).

Kondisi fisik yang semakin rentan membuat lanjut usia merasa

kehidupannya sudah tidak berarti lagi dan putus asa dengan kehidupan

yang dijalani dan menjadi salah satu tanda rendahnya kualitas hidup lanjut

usia di sana karena mereka tidak bisa menikmati masa tuanya. Oleh karena

itu, pelayanan kesehatan bagi penduduk lansia sangat menuntut perhatian,

agar kondisi mereka tidak sakit-sakitan dalam menghabiskan sisa usia. Di

sinilah pentingnya adanya panti werdha sebagai tempat untuk pemeliharaan

dan perawatan bagi lansia, di samping sebagai long stay rehabilitation

yang tetap memelihara kehidupan bermasyarakat yang dilakukan secara

rutin dan teratur akan sangat membantu kebugaran dan menjaga

kemampuan psikomotorik lansia.


90

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai hubungan tingkat

kemandirian Activity Daily Living (ADL) dengan total sampel sebanyak 52

responden maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Distribusi frekuensi karakteristik terbanyak pada responden yaitu

sebagian besar responden berumur (60-70 tahun) termasuk dalam

kategori elderly (67.3%). Sebagian besar responden berjenis kelamin

laki-laki dengan status sebagai duda (67.3%). Hampir setengah dari

responden pendidikan terkahirnya Sekolah Dasar (SD) (38,5%). Dan

hampir setengahnya mengidap penyakit Hipertensi (42.3%).

2. Tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman sebagian

besar mandiri (51.9%). Artinya lansia mampu melakukan fungsi

kegiatan sehari-hari tanpa bergantung dengan orang lain.

3. Kualitas hidup lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Padang

Pariaman secara keseluruhan baik (53.8%) dan

4. Berdasarkan keempat domain pada kualitas hidup juga baik, domain fisik

(55.8%), domain psikologis (53.8%), domain hubungan sosial (61.5%)

dan domain lingkungan (51.9%).


91

5. Adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kemandirian Activity

Daily Living (ADL) dengan kualitas hidup pada lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman (P Value =

0,027). Artinya semakin bagus tingkat kemandirian dari lansia makan

akan semakin baik kualitas hidup pada lansia.

B. Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dari hasil penelitian ini untuk dapat melanjutkan

penelitian dalam jangkauan yang lebih luas dan meneliti bagaimana

pengaruh kemandirian Activity Daily Living (ADL) terhadap kualitas

hidup pada lansia.

2. Bagi Institusi Pelayanan sosial

Sebagai bahan evaluasi bagi institusi agar dapat meningkatkan

kualitas pelayanan terkhususnya pada lansia agar tercapainya

kesejahteraan dalam setiap aspek baik fisik, psikologis, hubungan sosial

dan lingkungan dan melakukan screening kesehatan secara menyeluruh

pada lansia dan mencegah terjadinya resiko jatuh.

3. Bagi pelayanan keperawatan

Dengan adanya penelitian ini, yang menyatakan adanya hubungan

tingkat kemandirian dengan kualitas hidup yang akan berimplikasi

terhadap pelayanan keperawatan pada lansia untuk dapat meningkatkan


92

kemandirian secara optimal. Untuk itu diharapkan kepada professional

keperawatan untuk memperhatikan kesehatan lansia dari berbagai aspek

baik fisik. Psikologis, hubungan sosial dan lingkungan.


DAFTAR PUSTAKA

Age UK. (2019). Later life in the United Kingdom 2019 - Factsheet. May, 27.

https://www.ageuk.org.uk/our-impact/policy-research/policy-positions/

Alfyanita, A., Dinda Martini, R., & Kadri, H. (2016). Hubungan Tingkat

Kemandirian dalam Melakukan Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari dan Status

Gizi pada Usia Lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin.

Jurnal Kesehatan Andalas, 5(1), 201–208. https://doi.org/10.25077/jka.v5i1.469

Andriyani, W., Sudirman, & Yuniarsih, S. M. (2020). Faktor - Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kemandirian Lansia Dalam Melakukan Acitivity Daily

Living. Nursing Sciences Journal, 4(2), 15–30.

Aniyati, S., & Kamalah, A. D. (2018). Gambaran Kualitas Hidup Lansia Di Wilayah

Kerja Puskesmas Bojong I Kabupaten Pekalongan. Jurnal Ilmiah Kesehatan

Keperawatan, 14(1). https://doi.org/10.26753/jikk.v14i1.270

Ardiani, H., Lismayanti, & Rosnawati. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Kualitas Hidup di Kelurahan Mugarsari Kecamatan Taman Sari Kota

Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan, 9(1).

Arikunto. (2018). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.

93
94

Ariyanto, A., Puspitasari, N., Utami, D. N., & Yogyakarta, U. A. (2020). Aktivitas

Fisik Terhadap Kualitas Hidup Pada Lansia. Kesehatan Al-Irsyad, XIII(2), 145–

151.

Ayuningtyas, N. R., Mawarni, A., Agushybana, F., & Nugroho, R. D. (2019).

Gambaran Kemandirian Lanjut Usia Activity Daily Living Di Wilayah Kerja

Puskesmas Pegandan Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-

Journal), 8(1), 247–259.

Azwar, S. (2016). Metode Penenlitian (1st ed.). Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik penduduk lanjut usia (D. Susilo, R. Sinang, Y.

Rachmawati, & B. Santoso (eds.)). Badan Pusat Statistik.

Baloch, Q. B. (2017). Hubungan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL)

dengan Kualitas Hidup Lansia di Kelurahan Karangsem Kecamatan Laweyan

Surakarta. 11(1), 92–105.

Bozkurt, Ü., Yılmaz, M. R., & Yilmaz, M. (2016). The Determination of Functional

Independence and Quality of Life of Older Adults in a Nursing Home.

International Journal of Caring Sciences, 9(1), 1–198.

www.internationaljournalofcaringsciences.org

Claudia, L. (2016). Faktor Faktr Yang Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Lansia

di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota

Padang tahun2016. Skripsi Universitas Andalas, 5(2303).


95

Dewi, S. K. (2018). Level Aktivitas Fisik dan Kualitas Hidup Warga Lanjut Usia.

Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 14(3), 241.

https://doi.org/10.30597/mkmi.v14i3.4604

Donsu, J. D. T. (2019). Metodologi Penelitian Keperawatan. Pustaka Baru Press.

Effendi, N., & Widiastuti, H. (2021). Jurnal Kesehatan. Jurnal Kesehatan, 7(2), 353–

360. https://doi.org/10.24252/kesehatan.v7i2.54

Ekasari, M. F., Riasmini, N. M., & Hartini, T. (2018). Meningkatkan Kualitas Hidup

Lansia Konsep dan Berbagai Intervensi. Wineka Media.

Ekasari, M. F., Riasmini, N. M., & Hartini, T. (2019). Meningkatkan Kualitas Hidup

Lansia. Konsep dan Berbagai Strategi Intervensi. Wineka Media.

Elsous, A. M., Radwan, M. M., Askari, E. A., & Mustafa, A. M. A. (2019). Quality

of life among elderly residents in the Gaza Strip: A community-based study.

Annals of Saudi Medicine, 39(1), 1–7. https://doi.org/10.5144/0256-4947.2019.1

Fadillah, F., Mulyati, M., & Muhariati, M. (2016). Perbedaan Penyesuaian Diri

Terhadap Hilangnya Pasangan Hidup Pada Lansia Di Rumah Dengan Lansia Di

Panti Wedha. JKKP (Jurnal Kesejahteraan Keluarga Dan Pendidikan), 3(2),

85–88. https://doi.org/10.21009/jkkp.032.07

Hardywinoto, & Setiabudhi, T. (2007). Panduan Gerontologi. Pustaka Utama.


96

Herman, R., & Akhriani, H. N. (2018). Determinants Activity of Daily Living (ADL)

Elderly Tresna Werdha Nursing Home (PSTW) Special Region of Yogyakarta.

Journal of Ultimate Public Health, 2(1), 81–92. https://doi.org/10.22236/jump-

health.v2.i1.p81-92

Hurek, R. K. K., Setiaji, B., & Suginarty. (2019). Determinan Kemandirian Lansia

Dalam Melakukan Basic Activity Daily Living ( Badl ) Di Wilayah Kerja

Puskesmas Balauring Kec . Omesuri Kab . Lembata-Ntt Determinant

Independence in Doing Basic Activity Daily Living ( Badl ) in the Working

Area of Public He. Info Kesehatan, 9(1), 71–81.

Ihsani, H. (2019). Hubungan Activity of Daily Living (Adl) Dengan Keseimbangan

Tubuh Pada Lansia Di Posyandu Lansia Pandanwangi Blimbling Kota Malang.

http://eprints.umm.ac.id/46117/

Ilievová, Ľ., Žitný, P., & Jakobejova, J. (2016). The association between the quality

of life and depression of elderly in a nursing home institutional setting. Journal

of Health Sciences, 6(3), 162–167. https://doi.org/10.17532/jhsci.2016.364

Indah., H. (2020). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Tingkat Kemandirian ADL

(Activity Daily Living) pada Lansia.


97

Indrayani, & Ronoatmojo, S. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kualitas hidup lansia di Desa Cipasung Kabupaten Kuningan Tahun 2017.

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(1), 69–78.

https://doi.org/10.22435/kespro.v9i1.892.69-78

Iskandar, A. (2006). Uji Keandalan dan Kesahihan Indeks Activity of Daily Living

Barthel untuk Mengukur Status Fungsional Dasar pada Usia Lanjut di RSCM.

Universitas Indonesia, 106623.

Koesmanto. (2013). Hubungan Peran Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia yang

Mengalami Gangguan Fungsi Koginitif di Desa Windu Negara Kecematan

Kabupaten Banyumas.

Komalasari, W., & Yulia, A. (2020). The Relationship Between

Physical,Psychological Factors and The Quality of Life of the Elderly in the

Working Area of Andalas Padang Padang Health Center in 2019. Jurnal of

Social and Economics Research, 2(1), 23–30.

Kompas. (2019). Internasional. https://internasional.kompas.com

Mahadewi, G. A., & Ardani, G. A. I. (2018). Hubungan Tingkat Depresi dengan

Kualitas Hidup pada Lansia di Panti Sosial Werdha Wana Seraya Denpasar Bali.

E-Jurnal Medika, 7(8), 1–8.


98

Mawaddah, N., & Wijayanto, A. (2020). Peningkatan Kemandirian Lansia

Melaluiactivity Daily Living Training Dengan Pendekatankomunikasi

Terapeutikdi Rsj Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Nurul. Hospital

Majapahit, 12(1), 32–40.

MR, J. (2020). Factors Determining Quality of Life of Elderly People in Rural Nepal.

Gerontology & Geriatric Research, 9(3), 510-. https://doi.org/10.35248/2167-

7182.20.9.510.Copyright

Muhith, A., & Siyoto, S. (2016a). Pendidikan Keperawatan Gerontik (P. Cristian

(ed.); Edisi 1). CV.Andi Offset.

Muhith, A., & Siyoto, S. (2016b). Pendidikan Keperawatan Gerontik (P. Cristian

(ed.)). CV.Andi Offset.

Ningrum, B. P., & Chondro, F. (2019). Hubungan tingkat kemandirian dan kebugaran

dengan kualitas hidup lansia. Jurnal Biomedika Dan Kesehatan, 2(4), 138–143.

https://doi.org/10.18051/jbiomedkes.2019.v2.138-143

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Keperawatan. Rineka Cipta.

Nugroho, W. (2010). Keperawatan Gerontik (Edisi 2). EGC.

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis

(Edisi 4). Salemba Medika.

Padila. (2013). Keperawatan Gerontik. Nuha Medika.


99

Panjaitan, J., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Elisabeth, S. (2019). Gambaran Demografi

dan Faktor Sosial Berdasarkan Tingkat Kemandirian Usia Lanjut di Desa

Tuntungan II Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu.

Pipit Festy W. (2018). Buku Ajar Lansia “Lanjut Usia, Perspektif dan Masalah.”

UMSurabaya Publising.

Pramesona, B. A., & Taneepanichskul, S. (2018). Factors influencing the quality of

life among Indonesian elderly: A nursing home-based cross-sectional survey.

Journal of Health Research, 32(5), 326–333. https://doi.org/10.1108/JHR-08-

2018-037

Purnama, S. E., Khairani, & Ibrahim. (2020). Perbedaan Tingkat Kemandirian

Activity Daily Living Lansia Di Institusi Dengan Di Komunitas Differences in

the Independence Levels Activity Daily Living Between Elderly Living in the

Institution and in the Community. Idea Nursing Journal, XI(3), 21–28.

Putra, I. P. A., & Utami, G. T. (2014). Perbandingan kualitas hidup lansia di panti

sosial tresna werdha dengan lansia di keluarga. Jom Psik, I(2), 1–8.

Putra, Y., Mulfianda, R., & Akbar, N. (2019). Studi Comperative Kualitas Hidup

Lansia Yang Tinggal Di Masyarakat Dengan Lansia Yang Tinggal Di Rumoh

Seujahtra Geunaseh Sayang Kecamatan Ulee Kareng …. Prosiding SEMDI-

UNAYA …, 257–263.

http://jurnal.abulyatama.ac.id/index.php/semdiunaya/article/view/454
100

Rahim, U. M. bin A. (2019). Hubungan Antara Tingkat Depresi dengan Kualitas

Hidup pada Lansia di Panti Jompo Kota Malang. skripsi Universitas Brawijaya.

Ran, L., Jiang, X., Li, B., Kong, H., Du, M., Wang, X., Yu, H., & Liu, Q. (2017).

Association among activities of daily living, instrumental activities of daily

living and health-related quality of life in elderly Yi ethnic minority. BMC

Geriatrics, 17(1), 1–7. https://doi.org/10.1186/s12877-017-0455-y

Rhosma, S. D. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (Edisi 1). Deepublish.

Risnah, & Irwan, M. (2021). Falsafah Dan Teori Keperawatan Dalam Integrasi

Keilmuan. http://repositori.uin-alauddin.ac.id/17880/1/Buku_Falsafah Dan Teori

Keperawatan Dalam Integrasi Keilmuan.pdf

Riza, S., Desreza, N., & Asnawati. (2018). Tinjauan Tingkat Kemandirian Lansia

Dalam Activities Daily Living ( ADL ) di Gampong Lambhuk Kecamatan Ulee

Kareng Kota Banda Aceh. Jurnal Aceh Medika, 2(1), 166–170.

www.jurnal.abulyatama.ac.id/acehmedika

Rohadi, S., Putri, S. T., & Karimah, A. D. (2016). Tingkat Kemandirian Lansia

Dalam Activities Daily Living di Panti Sosial Tresna Werdha Senja Rawi.

Pendidikan Keperawatan Indonesia, 2(1), 17.

Rohmah, A. I. N., Purwaningsih, & Bariyah, K. (2015). Quality of Life Elderly.

Keperawatan, 3(2), 120–132.


101

Sabri, R. (2019). Efektivitas Model Keperawatan Pendampingan Berbasis Budaya

Minang Meningkatkan Kualitas Asuhan, Status Kesehatan Kepuasan dan

Kualitas Hidup Lansia di PSTW Sumbar.

Sabri, R., Hamid, A. Y. S., Sahar, J., & Besral. (2019). The effect of culture-based

interventions on satisfaction and quality of life of elderly at social welfare

institution in West Sumatera. Enfermeria Clinica, 29(Insc 2018), 619–624.

https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.06.010

Safitri, A. G. (2017). Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Activities Of Daily Living

(ADL) Pada Lansia di Kampung Cokrokusuman Yogyakarta. Skripsi Stikes

Jendral Achmad Yani.

Sahrani, R., Mawarpury, M., & Afriani. (2020). Tinjauan Pandemi Covid-19 Dalam

Psikologi Perkembangan. Syiah Kuala University Press.

http://www.unsyiahpress.unsyiah.ac.id

Santiya Anbarasan, S. (2015). Gambaran Kualitas Hidup Lansia Dengan Hipertensi

Di Wilayah Kerja Puskesmas Rendang Pada Periode 27 Februari Sampai 14

Maret 2015. Intisari Sains Medis, 4(1), 113.

https://doi.org/10.15562/ism.v4i1.57

Sari, mila triana, & Susanti. (2017). Gambaran Kualitas Hidup Lansia Di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Dan Lansia Di Kelurahan Paal V - Kota

Jambi Mila Triana Sari 1 , Susanti. 17(2), 178–183.


102

Seangpraw, K., Ratanasiripong, N. T., & Ratanasiripong, P. (2019). Predictors of

quality of life of the rural older adults in Northern Thailand. Journal of Health

Research, 33(6), 450–459. https://doi.org/10.1108/JHR-11-2018-0142

Setyani, N. D., Asih, S. W., & Rhosma, S. D. (2016). Hubungan Tingkat

Kemandirian Activity Of Daily Living (ADL) Dengan Kualitas Hidup Lansia Di

UPT Pslu Jember. Jurnal of Undergraduate Thesis, 1–12.

http://repository.unmuhjember.ac.id/id/eprint/944

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Sumbara, Mauliani, R., & Puspitasari, S. (2019). Hubungan Tingkat Kemandirian

dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia. Jurnal Keperawatan, 3(2), 120–132.

Suryani, U. (2018). Hubungan Tingkat Kemandirian Dalam Aktivitas Sehari-Hari

Dengan Resiko Jatuh Pada Lansia Di PTSW Sabai Nan Aluih Sicincin

Kabupaten Padang Pariaman. Kepemimpinan Dan Pengurusan Sekolah, 3(1),

89–98. https://ejurnal.stkip-pessel.ac.id/index.php/kp

Susetya. (2016). Gambaran Tindakan Keperawatan Dalam Pemenuhan Activity

Daily Living Pasien Fraktur Di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Fakultas

Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 126.


103

Susyanti, S., & Nurhakim, D. L. (2019). Karakteristik dan Tingkat Kemandirian

Lansia di Panti Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia (RSLU) Pemerintah Provinsi

Jawa Barat. Jurnal Medika Cendikia, 6(01), 21–32.

https://doi.org/10.33482/medika.v6i01.99

Tamher, S., & Noorkasiani. (2018). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan

Asuhan Keperawatan (A. Rida (ed.)). Salemba Medika.

Triningtyas, D. A., & Muhayati, S. (2018). Mengenal Lebih Dekat Tentang Lanjut

Usia. CV. AE Medika Grafika.

Trize, D. de M., Conti, M. H. S. de, Gatti, M. A. N., Quintino, N. M., Simeão, S. F.

A. P., & Vitta, A. de. (2018). Factors associated with functional capacity of

elderly registered in the Family Health Strategy. Fisioterapia e Pesquisa, 21(4),

378–383. https://doi.org/10.590/1809-2950/13223421042014

United Nations. (2020). World Population Ageing 2020 Highlights.

https://www.un.org/development/desa/pd/news/world-population-ageing-2020-

highlights

Wardani, N. P. S., & Dewi, F. I. R. (2020). Gambaran Kualitas Kehidupan Lansia Di

Gianyar Bali. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan Seni, 4(2), 383.

https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v4i2.8254.2020
104

WHO. (2004). Introduction , Administration , Scoring And Generic Version Of The

Assessment Field Trial Version December 2004 Programme On Mental Health

World Health Organization. December.

WHO. (2012a). WHOQOL-SRPB Field-Test Instrument: WHOQOL Spirituality,

Religiousness and Personal Beliefs (SRPB) Field-Test Instrument. World Health

Organization, 1–25.

WHO. (2012b). Whoqol-Srpb Whoqol-Srpb. 1–21.

Widyastuti, D., & Ayu. (2019). Tingkat ketergantungan lansia berdasarkan usia dan

jenis kelamin di panti sosial trsena werda nirwana puri samarinda. 1(1), 1–15.

Wittenberg, R., Hu, B., & Hancock, R. (2018). Projections of Demand and

Expenditure on Adult Social Care 2015 to 2040.

https://www.pssru.ac.uk/publications/pub-5421/

Yusran, R., & Sabri, R. (2020). Policy to Improve the Quality of Life and Welfare of

the Elderly in Nursing Homes in West Sumatra Province. 458(Icssgt 2019), 493–

497. https://doi.org/10.2991/assehr.k.200803.061

Yuswatiningsih, E., & Suhariati, H. I. (2021). Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan

Kemandirian Lansia Dalam Memenuhi Kebutuhan Sehari Hari (Studi.

8719(2006), 61–70.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan


JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Nama : Widya Aprilyan

Bp : 1711311018

Judul : Hubungan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) dengan Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Sabai Nan Aluih Padang Pariaman

No Kegiatan Januari 2021 Februari Maret 2021 April 2021 Mei 2021 Juni 2021 Juli 2021
2021

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan
judul
penelitian

2 Acc judul
penelitian

3 Penyusunan
proposal
penelitian

105
106

4 Persiapan
seminar
proposal

5 Seminar
proposal
penelitian

6 Perbaikan
proposal
penelitian

7 Pelaksanaan
penelitian

8 Pengolahan
data dan
analisis data

9 Penyusunan
hasil Penelitian

10 Ujian skripsi

11 Perbaikan hasil
skripsi
107

Lampiran 2. Anggaran Dana Penelitian

RENCANA ANGGARAN BIAYA

Judul : Hubungan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) dengan Kualitas

Hidup Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang

Pariaman

Nama : Widya Aprilyan

No. Bp : 1711311018

No Kegiatan Biaya

1. Penyusunan proposal penelitian Rp. 100.000,-

2. Penggadaan proposal dan ujian proposal Rp. 200.000,-

3. Pelaksanaan penelitian Rp. 250.000,-

4. Penyusunan skripsi Rp. 100.000,-

5. Perbaikan laporan setelah ujian skripsi Rp. 150.000,-

6. Penyelesaian skripsi Rp. 500.000,-

Total Rp. 1.300.000,-


108

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian


109
110
111
112

Lampiran 4. Surat Selesai Penelitian


113

Lampiran 5. Kartu Bimbingan Proposal


114

Lampiran 6. Lembar Permohonan Menjadi Responden

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:

Saudara/i

Di
Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas :

Nama : Widya Aprilyan


No. BP : 1711311018

Akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Kemandirian Activity


Daily Living (ADL) dengan Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan
Aluih Sicincin Padang Pariaman”.

Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi responden. Kerahasiaan semua informasi
yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila
Saudara/i menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan menandatangani lembaran
persetujuan dan menjadi responden yang akan diteliti. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu
sebagai responden saya ucapkan terimakasih.

Padang, Juni 2021

Peneliti
115

Lampiran 7. Informed Consent

FORMULIR PERSETUJUAN RESPONDEN

(Informed Consent)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Menyatakan bahwa :

1. Telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian “Hubungan Tingkat Kemandirian Activity


Daily Living (ADL) dengan Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan
Aluih Sicincin Padang Pariaman”
2. Telah diberikan kesempatan untuk bertanya dan mendapatkan jawaban terbuka dari peneliti.
3. Memahami prosedur penelitian yang akan dilakukan, tujuan dan manfaat dari penelitian yang
dilakukan.
Dengan pertimbangan di atas, dengan ini saya memutuskan tanpa paksaan dari pihak
manapun juga, bahwa saya bersedia/tidak bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam
penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya.

Padang, Juni 2021

Yang membuat pernyataan,

( )
116

Lampiran 8. Instrumen Penelitian

KARAKTERISTIK RESPONDEN

a) Nama (Inisial) :
b) Umur Responden :
60 - 70 tahun ( lansia)
71 - 91 tahun (lansia madya)
>90 tahun (lansia sangat tua)
c) Agama :
Islam
Kristen
Katolik
Budha
Hindu
Konghucu
d) Jenis Kelamin :
Laki- Laki
Perempuan
e) Pendidikan Terakhir :
Tidak Sekolah
Sekolah Dasar
Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Atas
Perguruan Tinggi
f) Status Perkawinan :
Tidak Menikah
Menikah
Duda
Janda
117

g) Penyakit Penyerta :
DM
Gouth
Hipertensi
Katarak
Stroke
Reumatik
Tidak ada
118

INDEKS BARTHEL

Aktivitas Elemen Skor

Makan 0 = tidak mampu

5 = dibantu (makanan di potong-potong dulu)

10 = mandiri

Mandi 0 = dibantu

5 = mandiri (menggunakan shower)

Personal hygiene 0 = dibantu

(cuci muka, menyisir 5 = mandiri

rambut, Bercukur

jenggot, gosok gigi)

Berpakaian 0 = dibantu seluruhnya

5 = dibantu sebagian

10 = mandiri (termasuk mengancing baju,

memakai tali sepatu, dan resleting)

Buang Air Besar 0 = tidak dapat mengontrol (perlu diberikan

(BAB) enema)

5 = kadang mengalami kecelakaan

10 = mampu mengontrol BAB

Buang Air Kecil 0 = tidak dapat mengontrol BAK, dan

(BAK) menggunakan kateter

5 = kadang emngalai kecelakaan

10 = mampu mengontrol BAK

Toileting / ke kamar 0 = dibantu seluruhnya

kecil 5 = dibantu sebagian


119

10= mandiri (melepas atau memakai pakaian,

menyiram WC, membersihkan organ kelamin

Berpindah (dari 0 = tidak ada keseimbangan untuk duduk

tempat tidur kekursi, 5 = dibantu satu atau dua orang, dan bisa duduk

dan sebaliknya) 10 = dibantu (lisan atau fisik)

15 = mandiri

Mobilisasi (berjalan 0 = tidak dapat berjalan

di permukaan datar) 5 = menggunakan kursi roda

10 = berjalan dengan bantuan satu orang

15 = mandiri

Naik Dan turun 0 = tidak mampu

tangga 5 = dibantu menggunakan tongkat

10 = mandiri

JUMLAH

Kriteria Hasil :

0 – 20 = ketergantungan penuh

21 – 61 = ketergantungan berat ( sangat tergantung)

62 – 90 = ketergantungan moderat

91 – 99 = ketergantungan ringan

100 = mandiri
120

WHOQOL-BREF
Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap kualitas hidup, kesehatan
dan hal-hal lain dalam hidup anda. Saya akan membacakan setiap pertanyaan kepada
anda, bersamaan dengan pilihan jawaban. Pilihlah jawaban yang menurut anda
paling sesuai. Jika anda tidak yakin tentang jawaban yang akan anda berikan
terhadap pertanyaan yang diberikan, pikiran pertama yang muncul pada benak anda
seringkali merupakan jawaban yang terbaik.

Camkanlah dalam pikiran anda segala standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian
anda. Kami akan bertanya apa yang anda pikirkan tentang kehidupan anda pada empat
mingguterakhir.

Kualitas hidup lansia secara umum


Sangat buruk Buruk Biasa saja Baik Sangat baik

1 2 3 4 5

1 Menurut anda bagaimana


kualitas hidup anda

2 Seberapa puaskah anda dengan


kesehatan anda

Kualitas Hidup Lansia Domain Kesehatan Fisik

Tdk Sedikit Dlm Sangat Dlm jml


sama jumlah sering berlebihan
sekali sedang

1 2 3 4 5

1 Seberapa jauh rasa fisik Bapak/ibu


mencegah Bapak/ibu dalam beraktivitas
sesuai kebutuhan Bapak/ibu ?

2 Seberapa sering Bapak/ibumembutuhkan


terapi medis untuk dapat berfungsi dalam
kehidupan sehari-hari ?

3 Apakah Bapak/ibu memiliki tenaga yang


cukup untuk beraktivitas sehari-hari ?

No Pertanyaan Sangat Buruk Biasa Baik Sangat


basa
121

buruk saja baik

1 2 3 4 5

4 Seberapa baikkah kemampuan bapak/ibu


dalam bergaul

5 Seberapa puas bapak/ibu dalam tidur

6 Seberapa puas bapak/ibu dengan


kemampuan anda untuk melakukan aktivitas
sehari-hari

7 Seberapa puas dgn kemampuan bapak/ibu


utk bekerja

Kualitas Hidup Lansia Domain Psikologis

Tidak Sedikit Dlm Sangat Dlm


Sama jml sering jml
sekali sedang berlebi
han

1 2 3 4 5

1 Seberapa jauh anda menikmati hidup

2 Seberapa jauh hidup anda merasa berarti

3 Seberapa jauh anda mampu berkonsentrasi


ketika melakukan pekerjaan

4 Apakah anda dapat menerima penampilan


tubuh anda

5 Seberapa puaskah anda dengan diri anda

Tidak Jarang Cukup Sangat Selalu


pernah Sering sering

5 4 3 2 1

6 Seberapa sering anda memiliki perasaan


negative seperti “feeling blue”, putus asa,
122

cemas dan depresi

Kualitas Hidup Lansia Domain Hubungan Sosial

Sangat tdk Tidak Biasa Memuas Sangat


memuaskan memu biasa kan memu
askan saja askan

1 2 3 4 5

1 Seberapa puaskah anda dengan hubungan


sosial anda

2 Seberapa puaskah anda dengan hubungan


seksual anda

3 Seberapa puaskah anda dengan dukungan


yang anda peroleh dari teman anda

Kualitas Hidup Lansia Domain Lingkungan

Tidak Sedikit Dlm Sangat Dlm jml


sama jumlah sering berlebihan
sekali sedang

1 Seberapa sering anda merasa aman


dalamkehidupan anda sehari-hari

2 Seberapa sering anda merasa lingkungan


tempat tinggal anda sehat

3 Apakah Bapak/ibu dapat memenuhi kebutuhan


Bapak/ibu ?

4 .Seberapa jauh ketersediaan informasi bagi


kehidupan Bapak/ibu dari hari ke hari ?

5 Seberapa sering Bapak/ibu memiliki


kesempatan untuk bersenang-senang/ rekreasi
?
123

6 Seberapa puaskah Bapak /ibu dengan kondisi


tempat tinggal Bapak/ibu saat ini ?

7 Seberapa puaskah Bapak /ibu dengan akses


Bapak/ibu pada layanan kesehatan ?

8 Seberapa puaskahBapak /ibu dengan rekreasi


yang Bapak/ibu jalani ?
124

KEMANDIRIAN KUALITAS HIDUP


DOMAIN KESEHATAN FISIK DOMAIN KESEHATAN PSIKOLOGIS
DOMAIN HUBUNGAN SOS DOMAIN LINGKUNGAN KESELURUHAN DOMAIN
NO U JK Pdd SP PP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JML KAT 1 2 3 4 5 6 7 JMLscore KAT 1 2 3 4 5 6 JMLscoreKAT 1 2 3 JMLscoreKAT 1 2 3 4 5 6 7 8 JMLscoreKATD1 D2 D3 D4 JML Kat
1 1 1 2 3 1 10 5 5 10 5 5 10 15 15 10 90 1 4 4 3 4 3 3 3 24 63 1 3 3 3 3 3 4 19 56 1 4 3 4 11 69 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 50 1 63 56 69 50 238 1
2 1 2 2 4 3 10 5 5 10 5 5 10 10 10 5 75 1 4 4 3 2 3 3 3 22 56 1 3 3 3 3 3 4 19 56 1 3 3 3 9 50 2 3 3 3 3 1 3 3 2 21 44 2 56 56 50 44 206 1
3 3 2 4 4 1 10 5 0 5 5 5 5 5 10 5 55 2 2 3 1 1 2 3 2 14 25 2 1 1 1 2 2 2 9 13 2 2 2 2 6 25 2 1 1 3 3 2 2 2 1 15 25 2 25 13 25 25 88 2
4 2 1 1 3 3 10 5 5 10 10 10 10 10 15 10 95 1 2 3 3 2 4 3 3 20 44 1 3 3 3 3 3 4 19 56 1 4 3 4 11 69 1 3 3 3 3 2 3 3 1 21 44 2 44 56 69 44 213 1
5 1 1 3 3 3 10 5 5 10 10 5 10 10 15 5 85 1 2 2 3 3 2 2 2 16 31 2 3 3 3 3 2 3 17 44 2 3 3 3 9 50 2 3 3 3 3 2 3 3 2 22 44 2 31 44 50 44 169 2
6 1 1 2 3 7 10 5 5 10 5 5 10 10 10 5 75 1 3 2 3 4 2 2 2 18 38 2 3 3 3 3 3 3 18 50 1 4 3 4 11 69 1 3 3 3 3 3 3 3 2 23 50 1 38 50 69 50 207 1
7 1 2 2 4 6 10 5 5 5 5 5 5 5 10 5 60 2 3 3 3 3 3 3 3 21 50 1 3 4 3 3 3 4 20 56 1 2 3 2 7 31 2 3 3 3 3 2 2 3 1 20 38 2 50 56 31 38 175 2
8 2 1 1 3 4 10 5 5 5 5 5 5 5 10 0 60 2 2 3 3 3 3 3 3 20 44 1 3 3 3 3 3 3 18 50 1 4 4 4 12 75 1 3 3 3 3 1 3 3 1 20 38 2 44 50 75 38 207 1
9 2 1 2 3 4 10 5 5 10 5 5 5 5 5 5 60 2 2 1 4 3 2 3 3 18 38 2 3 3 2 3 3 3 17 44 2 4 3 3 10 56 1 4 4 4 2 3 3 3 3 26 56 1 38 44 56 56 194 1
10 1 1 4 3 6 10 5 5 10 5 5 5 5 5 5 60 2 3 3 2 3 2 3 2 18 38 2 2 3 2 3 3 3 16 44 2 4 1 2 7 31 2 4 3 2 3 3 4 2 2 23 50 1 38 44 31 50 163 2
11 2 1 2 3 3 10 5 5 10 5 5 5 10 10 5 70 1 2 2 4 3 4 4 3 22 56 1 4 3 3 3 3 3 19 56 1 4 3 2 9 50 2 4 3 4 4 4 4 3 4 30 69 1 56 56 50 69 231 1
12 1 1 3 3 3 10 5 5 10 5 5 10 10 10 5 75 1 2 3 3 4 3 3 3 21 50 1 4 4 3 3 3 4 21 63 1 4 3 4 11 69 1 3 3 3 3 2 3 3 2 22 44 2 50 63 69 44 226 1
13 2 1 3 3 1 10 5 5 10 10 10 10 15 15 10 100 1 2 2 3 4 4 3 3 21 50 1 4 2 4 3 3 3 19 56 1 4 3 4 11 69 1 4 4 4 4 2 4 4 1 27 63 1 50 56 69 63 238 1
14 1 1 3 3 1 10 5 5 10 10 10 10 10 15 10 95 1 2 3 1 4 4 3 4 21 50 1 4 3 2 3 3 4 19 56 1 4 1 3 8 44 2 4 4 4 4 3 3 3 3 28 63 1 50 56 44 63 213 1
15 1 1 5 3 7 10 5 5 10 10 10 10 15 15 10 100 1 5 4 3 5 4 4 4 29 81 1 4 4 4 5 4 4 25 81 1 4 3 4 11 69 1 4 4 3 3 2 4 4 4 28 63 1 81 81 69 63 294 1
16 1 2 1 4 3 10 5 5 10 10 5 5 10 15 5 80 1 2 3 2 2 3 2 2 16 31 2 2 2 2 3 2 2 13 31 2 2 3 2 7 31 2 2 2 3 2 2 3 3 3 20 38 2 31 31 31 38 131 2
125

36 1 1 5 3 3 10 5 5 10 10 10 10 15 15 10 100 1 5 4 3 5 4 4 4 29 81 1 4 4 4 5 4 4 25 81 1 4 3 4 11 69 1 4 4 3 3 2 4 4 4 28 63 1 81 81 69 63 294 1
37 1 2 1 4 1 10 5 5 10 10 5 5 10 15 5 80 1 2 3 2 2 3 2 2 16 31 2 2 2 2 3 2 2 13 31 2 2 3 2 7 31 2 2 2 3 2 2 3 3 3 20 38 2 31 31 31 38 131 2
38 2 1 2 3 3 10 5 5 10 10 5 10 10 15 5 85 1 2 2 2 3 2 2 2 15 31 2 3 3 3 3 3 3 18 50 1 3 3 3 9 50 2 3 3 3 3 3 3 4 3 25 56 1 31 50 50 56 187 2
39 1 2 4 4 3 5 5 5 5 10 5 5 10 10 5 65 2 2 2 3 3 2 3 3 18 38 2 1 3 3 3 3 1 14 31 2 2 3 1 6 25 2 1 1 4 2 2 2 2 3 17 31 2 38 31 25 31 125 2
40 1 1 3 3 6 10 5 5 10 10 10 10 10 10 5 85 1 3 3 3 3 2 3 3 20 44 1 2 3 3 2 2 3 15 38 2 3 3 3 9 50 2 2 3 3 3 2 3 3 1 20 38 2 44 38 50 38 170 2
41 1 2 2 4 7 10 5 5 5 10 10 10 10 15 5 85 1 3 4 3 4 3 3 3 23 56 1 4 4 4 3 4 4 23 69 1 4 3 4 11 69 1 4 3 3 3 3 4 3 3 26 56 1 56 69 69 56 250 1
42 2 1 1 3 3 10 5 5 5 5 5 5 5 10 0 55 2 2 3 3 3 3 3 3 20 44 1 3 3 3 3 3 3 18 50 1 4 4 4 12 75 1 3 3 3 3 1 3 3 1 20 38 2 44 50 75 38 207 1
43 2 1 2 3 3 10 5 5 10 5 5 5 5 5 5 60 2 2 1 4 3 2 3 3 18 38 2 3 3 2 3 3 3 17 44 2 4 3 3 10 56 1 4 4 4 2 3 3 3 3 26 56 1 38 44 56 56 194 1
44 1 1 4 3 7 10 5 5 10 5 5 5 5 5 5 60 2 3 3 2 3 2 3 2 18 38 2 2 3 2 3 3 3 16 44 2 4 1 2 7 31 2 4 3 2 3 3 4 2 2 23 50 1 38 44 31 50 163 2
45 1 1 2 3 3 10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 2 4 1 3 3 3 2 2 18 38 2 2 3 2 3 3 3 16 44 2 3 2 2 7 31 2 4 4 4 4 4 4 4 3 31 75 1 38 44 31 75 188 2
46 1 2 1 4 7 10 5 5 5 5 5 5 10 10 0 60 2 2 3 3 3 3 3 3 20 44 1 1 2 2 1 1 1 8 6 2 2 2 2 6 25 2 2 3 3 2 1 1 2 1 15 25 2 44 6 25 25 100 2
47 1 2 1 4 7 10 5 5 5 5 5 5 10 10 0 60 2 2 3 3 3 3 3 3 20 44 1 1 2 2 1 1 1 8 6 2 2 2 2 6 25 2 2 3 3 2 1 1 2 1 15 25 2 44 6 25 25 100 2
48 2 1 2 3 3 10 5 5 10 5 5 5 10 10 5 70 1 2 2 4 3 4 4 3 22 56 1 4 3 3 3 3 3 19 56 1 4 3 2 9 50 2 4 3 4 4 4 4 3 4 30 69 1 56 56 50 69 231 1
49 1 1 3 3 7 10 5 5 10 5 5 10 10 10 5 75 1 2 3 3 4 3 3 3 21 50 1 4 4 3 3 3 4 21 63 1 4 3 4 11 69 1 3 3 3 3 2 3 3 2 22 44 2 50 63 69 44 226 1
50 2 1 3 3 7 10 5 5 10 10 10 10 15 15 10 100 1 2 2 3 4 4 3 3 21 50 1 4 2 4 3 3 3 19 56 1 4 3 4 11 69 1 4 4 4 4 2 4 4 1 27 63 1 50 56 69 63 238 1
51 1 1 3 3 7 10 5 5 10 10 10 10 10 15 10 95 1 2 3 1 4 4 3 4 21 50 1 4 3 2 3 3 4 19 56 1 4 1 3 8 44 2 4 4 4 4 3 3 3 3 28 63 1 50 56 44 63 213 1
52 1 1 4 3 7 10 5 5 10 10 10 10 10 10 5 85 1 2 2 3 3 2 3 3 18 38 2 3 4 4 4 3 3 21 63 1 4 2 3 9 50 2 4 3 3 4 3 4 3 3 27 63 1 38 63 50 63 214 1
3865 2301 2508 2625 2522 9956
67.81 44.25 48.23 50.5 48.5 191.5
126

17 2 1 2 3 3 10 5 5 10 10 5 10 10 15 5 85 1 2 2 2 3 2 2 2 15 31 2 3 3 3 3 3 3 18 50 1 3 3 3 9 50 2 3 3 3 3 3 3 4 3 25 56 1 31 50 50 56 187 2
18 1 2 4 4 2 5 5 5 5 10 5 5 10 10 5 65 2 2 2 3 3 2 3 3 18 38 2 1 3 3 3 3 1 14 31 2 2 3 1 6 25 2 1 1 4 2 2 2 2 3 17 31 2 38 31 25 31 125 2
19 1 1 3 3 3 10 5 5 10 10 10 10 10 10 5 85 1 3 3 3 3 2 3 3 20 44 1 2 3 3 2 2 3 15 38 2 3 3 3 9 50 2 2 3 3 3 2 3 3 1 20 38 2 44 38 50 38 170 2
20 1 2 2 4 1 10 5 5 5 10 10 10 10 15 5 85 1 3 4 3 4 3 3 3 23 56 1 4 4 4 3 4 4 23 69 1 4 3 4 11 69 1 4 3 3 3 3 4 3 3 26 56 1 56 69 69 56 250 1
21 1 2 1 4 2 5 5 5 10 5 5 10 5 10 5 65 2 2 2 3 3 3 2 2 17 38 2 3 3 2 4 2 3 17 44 2 3 3 4 10 56 1 2 2 3 3 3 3 4 2 22 44 2 38 44 56 44 182 2
22 2 2 3 4 3 10 5 5 5 10 5 5 10 10 5 70 1 2 2 2 2 3 2 2 15 31 2 2 3 3 2 2 3 15 38 2 2 3 2 7 31 2 2 2 3 2 2 2 3 3 19 38 2 31 38 31 38 138 2
23 1 1 2 3 3 10 5 5 10 10 10 10 10 15 10 95 1 3 2 3 3 3 3 3 20 44 1 3 3 3 3 3 4 19 56 1 3 2 3 8 44 2 3 3 3 2 4 3 3 3 24 50 1 44 56 44 50 194 1
24 1 2 1 4 7 10 5 5 10 10 5 10 10 15 5 85 1 4 3 3 2 3 3 3 21 50 1 3 3 2 3 3 3 17 44 2 3 3 3 9 50 2 3 3 3 3 3 3 3 3 24 50 1 50 44 50 50 194 1
25 1 2 2 4 2 10 5 5 5 5 5 5 5 10 5 60 2 3 3 3 3 3 3 3 21 50 1 3 4 3 3 3 4 20 56 1 2 3 2 7 31 2 3 3 3 3 2 2 3 1 20 38 2 50 56 31 38 175 2
26 2 1 1 3 6 10 5 5 5 5 5 5 5 10 0 55 2 2 3 3 3 3 3 3 20 44 1 3 3 3 3 3 3 18 50 1 4 4 4 12 75 1 3 3 3 3 1 3 3 1 20 38 2 44 50 75 38 207 1
27 2 1 2 3 1 10 5 5 10 5 5 5 5 5 5 60 2 2 1 4 3 2 3 3 18 38 2 3 3 2 3 3 3 17 44 2 4 3 3 10 56 1 4 4 4 2 3 3 3 3 26 56 1 38 44 56 56 194 1
28 1 1 4 3 1 10 5 5 10 5 5 5 5 5 5 60 2 3 3 2 3 2 3 2 18 38 2 2 3 2 3 3 3 16 44 2 4 1 2 7 31 2 4 3 2 3 3 4 2 2 23 50 1 38 44 31 50 163 2
29 1 1 2 3 4 10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 2 4 1 3 3 3 2 2 18 38 2 2 3 2 3 3 3 16 44 2 3 2 2 7 31 2 4 4 4 4 4 4 4 3 31 75 1 38 44 31 75 188 2
30 2 1 1 3 3 10 5 5 10 10 10 10 10 15 10 95 1 2 3 3 2 4 3 3 20 44 1 3 3 3 3 3 4 19 56 1 4 3 4 11 69 1 3 3 3 3 2 3 3 1 21 44 2 44 56 69 44 213 1
31 1 1 3 3 3 10 5 5 10 10 5 10 10 15 5 85 1 2 2 3 3 2 2 2 16 31 2 3 3 3 3 2 3 17 44 2 3 3 3 9 50 2 3 3 3 3 2 3 3 2 22 44 2 31 44 50 44 169 2
32 1 1 2 3 3 10 5 5 10 5 5 10 10 10 5 75 1 3 2 3 4 2 2 2 18 38 2 3 3 3 3 3 3 18 50 1 4 3 4 11 69 1 3 3 3 3 3 3 3 2 23 50 1 38 50 69 50 207 1
33 1 2 2 4 1 10 5 5 5 5 5 5 5 10 5 60 2 3 3 3 3 3 3 3 21 50 1 3 4 3 3 3 4 20 56 1 2 3 2 7 31 2 3 3 3 3 2 2 3 1 20 38 2 50 56 31 38 175 2
34 2 1 1 3 3 10 5 5 5 5 5 5 5 10 0 55 2 2 3 3 3 3 3 3 20 44 1 3 3 3 3 3 3 18 50 1 4 4 4 12 75 1 3 3 3 3 1 3 3 1 20 38 2 44 50 75 38 207 1
35 2 1 2 3 3 10 5 5 10 5 5 5 5 5 5 60 2 2 1 4 3 2 3 3 18 38 2 3 3 2 3 3 3 17 44 2 4 3 3 10 56 1 4 4 4 2 3 3 3 3 26 56 1 38 44 56 56 194 1
127

Lampiran 10. Distribusi Kuesioner

KUESIONER TINGKAT KEMANDIRIAN

Aktivitas Elemen f %

Makan 0= tidak mampu 0 0

5= dibantu (makanan dipotong-potong dulu) 2 7,0

10= mandiri 50 93,0

Mandi 0= dibantu 1 3,5

5= mandiri 51 96,5

Personal hygiene 0= dibantu 1 3,5


(cuci muka,menyisir
rambut, mencukur 5= mandiri 51 96,5
jenggot,gosokgigi)

Berpakaian 0= dibantu seluruhnya 2 1,8

5=dibantu sebagian 20 31,6

10=mandiri (termasuk mengancing baju,memakai talisepatu dan resleting) 30 66,7

BAB 0= tidakdapatmengontrol (perludiberikan enema 0 0


128

5=kadangmengalamikecelakaan 32 56,1

10= mampumengontrol BAB 20 43,9

BAK 0= tidakdapatmengontroldanmenggunakankateter 0 0

5=kadangmengalamikecelakaan 42 73,7

10= mampumengontrol BAK 10 26,3

Toileting/ke kamar 0= dibantu seluruhnya 3 1,8


mandi
5=dibantu sebagian 29 50,9

10= mandiri (melepas/memakai pakaian,menyiram wc,membersihkan organ 20 47,4


kelamin)

Berpindah(dari 0= tidak ada keseimbangan untuk duduk 0 0


tempat tidur kekursi,
5= dibantu satu atau dua orang, dan bisa duduk 20 36,8
dan sebliknya)
10= dibantu (lisan atau fisik) 28 54,4

15 (mandiri) 4 8,8

Mobilisasi (berjalan 0= tidak dapat berjalan 0 0


dipermukaandatar
5= menggunakan kursi roda 7 21,1

10= berjalan dengan bantuansatu orang 26 45,6


129

15= mandiri 19 33,3

Naikdan turun tangga 0= tidakmampu 10 14

5=dibantu menggunakan tongkat 30 68,4

10= mandiri 12 17,5


130

A. Kualitas Hidup

KUALITAS HIDUP LANSIA DOMAIN KESEHATAN FISIK

Pertanyaan Tidak sama Sedikit Dalam jumlah Sanga Dlm jml


sekali sedang berlebihan
tsering

f % f % f % f % F %

3 Seberapa jauh rasa fisik Bapak/ibu 2 3,5 7 12,3 13 22,8 35 61,4 0 0


mencegahBapak/ibu dalam beraktivitas
sesuai kebutuhan Bapak/ibu ?

4 Seberapa sering Bapak/ibu membutuhkan 0 0 6 10,5 25 43,9 18 31,6 8 14,0


terapime disuntuk dapat berfungsi dalam
kehidupan sehari-hari?

f % f % f % f % f %

5 Apakah Bapak/ibu memiliki tenaga yang 3 5,3 9 15,8 39 68,4 6 10,5 0 0


cukup untuk beraktivitas sehari-hari ?
131

Sangat Buruk Biasa-biasasaja Baik Sangat baik

No Pertanyaan Buruk

f % f % f % f % f %

6 Seberapabaikkahkemampuanbapak/ibuda 1 1,8 7 12,3 36 63,2 11 19,3 2 3,5


lambergaul

7 Seberapapuasbapak/ibudalamtidur 0 0 21 36,8 26 45,6 10 17,5 0 0

8 Seberapapuasbapak/ibudengankemampua 0 0 14 24,6 39 68,4 4 7,0 0 0


nandauntukmelakukanaktivitassehari-hari

9 Seberapapuasdgnkemampuanbapak/ibuut 0 0 18 31,6 35 61,4 4 7,0 0 0


kbekerja

KUALITAS HIDUP LANSIA DOMAIN PSIKOLOGIS

No Pertanyaan Tidak sama Sedikit Dalam jumlah Sangatsering Dalam


sekali sedang jumlah
berlebihan

f % f % f % f % F %

10 Seberapa jauh anda menikmat ihidup 6 10,5 12 21,1 27 47,4 12 21.1 0 0


132

11 Seberapa jauh hidup anda merasa 1 1,8 7 12,3 38 66,7 11 19,3 0 0


berarti

12 Seberapa jauh anda mampu 1 1,8 20 35,1 28 49,1 8 14,0 0 0


berkonsentrasi ketika melakukan
pekerjaan

13 Apakah anda dapat menerima 3 5,3 4 7,0 45 78,9 3 5,3 2 3,5


penampilan tubuh anda

14 Seberapa puaskah anda dengan diri 3 5,3 10 17,5 40 70,2 4 7,0 0 0


anda

Tidakpernah Jarang Cukup Sangatsering Selalu

Sering

f % f % f % f % F %

15 Seberapa sering anda memiliki 0 0 16 28,1 33 57,9 3 5,3 5 8,8


perasaan negative seperti “feeling
blue”, putus asa, cemas dan depresi
133

KUALITAS HIDUP LANSIA DOMAIN HUBUNGAN SOSIAL

NO Sangat tidak Tidak Biasa-biasa saja Memuaskan Sangat


memuaskan memuaskan memuaskan

f % f % f % f % %

16 Seberapa puaskah anda dengan 0 0 12 21,1 15 26,3 30 52,6 0 0


hubungan sosial anda

17 Seberapa puaskah anda dengan 5 8,8 11 19,3 37 64,9 4 7,0 0 0


hubungan seksual anda

18 Seberapa puaskah andadengan 2 3,5 19 33,3 18 31,6 18 31,6 5 9.6


dukungan yang anda peroleh dari
teman anda
134

KUALITAS HIDUP LANSIA DOMAIN LINGKUNGAN

No Pertanyaan Tidak sama Sedikit Dalam Sangatsering Dalam


sekali jumlah jumlah
sedang berlebihan

f % f % f % f % F %

19 Seberapa sering anda merasa aman dalam 3 5,3 9 15,8 22 38,6 23 40,4 0 0
kehidupan anda sehari-hari

20 Seberapa sering anda merasa lingkungan 3 5,3 4 7,0 36 63,2 36 63,2 0 0


tempat tinggal anda sehat

21 Apakah Bapak/ibu dapat memenuhi 0 0 3 5,3 38 66,7 16 28,1 0 0


kebutuhan Bapak/ibu ?

22 .Seberapa jauh ketersediaan informasi bagi 0 0 13 22,8 32 56,1 12 21,1 0 0


kehidupan Bapak/ibu dari hari ke hari ?

23 Seberapa sering Bapak/ibu memiliki 8 14,0 22 38,6 20 35,1 7 12,3 0 0


kesempatan untuk bersenang-senang/
rekreasi ?

24 Seberapa puaskah Bapak /ibu dengan 3 5,3 7 12,3 30 52,6 17 29,8 0 0


kondisi tempat tinggal Bapak/ibu saat ini ?

25 Seberapa puaskah Bapak /ibu dengan akses 0 0 9 15,8 36 63,2 12 21,1 0 0


135

Bapak/ibu pada layanan kesehatan ?

26 Seberapa puaskah Bapak /ibu dengan 17 29,8 12 21,1 24 42,1 4 7,0 0 0


rekreasi yang Bapak/ibu jalani ?
136

Lampiran 11. Hasil Analisa Data

KARAKTERISTIK RESPONDEN
UMUR

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Lansia 35 67.3 67.3 67.3
Lansia madya 16 30.8 30.8 98.1
lansia sangat tua 1 1.9 1.9 100.0
Total 52 100.0 100.0

JENIS KELAMIN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 35 67.3 67.3 67.3
perempuan 17 32.7 32.7 100.0
Total 52 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak sekolah 12 23.1 23.1 23.1
SD 20 38.5 38.5 61.5
SMP 11 21.2 21.2 82.7
SMA 7 13.5 13.5 96.2
perguruan tinggi 2 3.8 3.8 100.0
Total 52 100.0 100.0

STATUS PERKAWINAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Duda 35 67.3 67.3 67.3
Janda 17 32.7 32.7 100.0
Total 52 100.0 100.0
137

PENYAKIT PENYERTA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid DM 9 17.3 17.3 17.3
Gouth 3 5.8 5.8 23.1
Hipertensi 22 42.3 42.3 65.4
Katarak 2 3.8 3.8 69.2
Stroke 1 1.9 1.9 71.2
Reumatik 4 7.7 7.7 78.8
tidak ada 11 21.2 21.2 100.0
Total 52 100.0 100.0

1. Analisis univariat

A. Kemandirian ADL

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KEMANDIRIA
N
N 52
Mean 74.33
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 14.985
Most Extreme Differences Absolute .196
Positive .196
Negative -.146
Kolmogorov-Smirnov Z 1.412
Asymp. Sig. (2-tailed) .037
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.

Statistics

KEMANDIRIAN
N Valid 52
Missing 0
Mean 74.33
Median 75.00
138

Kat kemandirian

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid mandiri 27 51.9 51.9 51.9
ketergantungan 25 48.1 48.1 100.0
Total 52 100.0 100.0

B. Kualitas Hidup

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KUALITAS
HIDUP
N 52
Mean 189.40
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 45.076
Most Extreme Absolute .106
Differences Positive .081
Negative -.106
Kolmogorov-Smirnov Z .764
Asymp. Sig. (2-tailed) .604
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.

Statistics

KUALITAS HIDUP
N Valid 52
Missing 0
Mean 189.40
Median 194.00

Kat kualitas hidup

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 28 53.8 53.8 53.8
buruk 24 46.2 46.2 100.0
Total 52 100.0 100.0
139

UMUR * katkualitashidup2 Crosstabulation

katkualitashidup2 Total
baik buruk baik
UMUR Lansia Count 15 20 35
% within UMUR 42.9% 57.1% 100.0%
% of Total 28.8% 38.5% 67.3%
Lansia madya Count 13 3 16
% within UMUR 81.3% 18.8% 100.0%
% of Total 25.0% 5.8% 30.8%
lansia sangat tua Count 0 1 1
% within UMUR .0% 100.0% 100.0%
% of Total .0% 1.9% 1.9%
Total Count 28 24 52
% within UMUR 53.8% 46.2% 100.0%
% of Total 53.8% 46.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)


Pearson Chi-Square 7.702(a) 2 .021
Likelihood Ratio 8.533 2 .014
Linear-by-Linear Association 3.136 1 .077
N of Valid Cases 52
a 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .46.

JENIS KELAMIN * katkualitashidup2 Crosstabulation

katkualitashidup2 Total
baik buruk baik
JENIS KELAMIN laki-laki Count 24 11 35
% within JENIS KELAMIN 68.6% 31.4% 100.0%
% of Total 46.2% 21.2% 67.3%
perempuan Count 4 13 17
% within JENIS KELAMIN 23.5% 76.5% 100.0%
% of Total 7.7% 25.0% 32.7%
Total Count 28 24 52
% within JENIS KELAMIN 53.8% 46.2% 100.0%
% of Total 53.8% 46.2% 100.0%
140

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 9.341(b) 1 .002
Continuity Correction(a) 7.616 1 .006
Likelihood Ratio 9.655 1 .002
Fisher's Exact Test .003 .003
Linear-by-Linear
9.161 1 .002
Association
N of Valid Cases 52
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.85.

PENDIDIKAN * katkualitashidup2 Crosstabulation

katkualitashidup2 Total
baik Buruk baik
PENDIDIKAN tidak sekolah Count 6 6 12
% within PENDIDIKAN 50.0% 50.0% 100.0%
% of Total 11.5% 11.5% 23.1%
SD Count 13 7 20
% within PENDIDIKAN 65.0% 35.0% 100.0%
% of Total 25.0% 13.5% 38.5%
SMP Count 6 5 11
% within PENDIDIKAN 54.5% 45.5% 100.0%
% of Total 11.5% 9.6% 21.2%
SMA Count 1 6 7
% within PENDIDIKAN 14.3% 85.7% 100.0%
% of Total 1.9% 11.5% 13.5%
perguruan tinggi Count 2 0 2
% within PENDIDIKAN 100.0% .0% 100.0%
% of Total 3.8% .0% 3.8%
Total Count 28 24 52
% within PENDIDIKAN 53.8% 46.2% 100.0%
% of Total 53.8% 46.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)


Pearson Chi-Square 7.197(a) 4 .126
Likelihood Ratio 8.346 4 .080
Linear-by-Linear Association .316 1 .574
N of Valid Cases
52
a 4 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .92.
141

STATUS PERKAWINAN * katkualitashidup2 Crosstabulation

katkualitashidup2 Total
baik buruk baik
STATUS PERKAWINAN 3 Count 24 11 35
% within STATUS
PERKAWINAN 68.6% 31.4% 100.0%
% of Total 46.2% 21.2% 67.3%
4 Count 4 13 17
% within STATUS
PERKAWINAN 23.5% 76.5% 100.0%
% of Total 7.7% 25.0% 32.7%
Total Count 28 24 52
% within STATUS
PERKAWINAN 53.8% 46.2% 100.0%
% of Total 53.8% 46.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.


Value df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 9.341(b) 1 .002
Continuity Correction(a) 7.616 1 .006
Likelihood Ratio 9.655 1 .002
Fisher's Exact Test .003 .003
Linear-by-Linear
Association 9.161 1 .002
N of Valid Cases 52
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.85.
142

penyakit penyerta * katkualitashidup2 Crosstabulation

katkualitashidup2 Total
baik buruk baik
penyakit DM Count 5 4 9
penyerta % within penyakit
55.6% 44.4% 100.0%
penyerta
% of Total 9.6% 7.7% 17.3%
Gouth Count 0 3 3
% within penyakit
.0% 100.0% 100.0%
penyerta
% of Total .0% 5.8% 5.8%
Hipertensi Count 13 9 22
% within penyakit
59.1% 40.9% 100.0%
penyerta
% of Total 25.0% 17.3% 42.3%
Katarak Count 1 2 3
% within penyakit
33.3% 66.7% 100.0%
penyerta
% of Total 1.9% 3.8% 5.8%
reumatik Count 1 3 4
% within penyakit
25.0% 75.0% 100.0%
penyerta
% of Total 1.9% 5.8% 7.7%
tidak ada Count 8 3 11
% within penyakit
72.7% 27.3% 100.0%
penyerta
% of Total 15.4% 5.8% 21.2%
Total Count 28 24 52
% within penyakit
53.8% 46.2% 100.0%
penyerta
% of Total 53.8% 46.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)


Pearson Chi-Square 7.179(a) 5 .208
Likelihood Ratio 8.438 5 .134
Linear-by-Linear Association .535 1 .464
N of Valid Cases
52
a 8 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.38.
143

C. Domain kualitas hidup

1). Kesehatan Fisik

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

DOMAIN
KESEHATAN
FISIK
N 52
Mean 44.25
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 11.079
Most Extreme Absolute .163
Differences Positive .163
Negative -.132
Kolmogorov-Smirnov Z 1.174
Asymp. Sig. (2-tailed) .127
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.

Statistics

DOMAIN KESEHATAN FISIK


N Valid 52
Missing 0
Mean 44.25
Median 44.00

Kat kesehatanfisik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 29 55.8 55.8 55.8
buruk 23 44.2 44.2 100.0
Total 52 100.0 100.0
144

2. Kesehatan psikologis

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

DOMAIN
KESEHATAN
PSIKOLOGIS
N 52
Mean 47.38
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 15.855
Most Extreme Absolute .204
Differences Positive .159
Negative -.204
Kolmogorov-Smirnov Z 1.471
Asymp. Sig. (2-tailed) .026
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.

Statistics

DOMAIN KESEHATAN PSIKOLOGIS


N Valid 52
Missing 0
Mean 47.38
Median 50.00

Kat kesehatan psikologis

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 28 53.8 53.8 53.8
buruk 24 46.2 46.2 100.0
Total 52 100.0 100.0
145

3. Hubungan sosial
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

DOMAIN HUBUNGAN
SOSIAL
N 52
Mean 49.52
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 16.899
Most Extreme Differences Absolute .190
Positive .190
Negative -.183
Kolmogorov-Smirnov Z 1.373
Asymp. Sig. (2-tailed) .046
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.

Statistics

DOMAIN HUBUNGAN SOSIAL


N Valid 52
Missing 0
Mean 49.52
Median 50.00

Kat hubungan sosial

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 32 61.5 61.5 61.5
buruk 20 38.5 38.5 100.0
Total 52 100.0 100.0

4. Lingkungan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

DOMAIN
LINGKUNGAN
N 52
Mean 48.25
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 12.817
Most Extreme Differences Absolute .115
Positive .115
Negative -.097
Kolmogorov-Smirnov Z .829
Asymp. Sig. (2-tailed) .497
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
146

Statistics

DOMAIN LINGKUNGAN
N Valid 52
Missing 0
Mean 48.25
Median 50.00

Kat lingkungan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 27 51.9 51.9 51.9
buruk 25 48.1 48.1 100.0
Total 52 100.0 100.0

5. Analisis bivariat
katkemandirian2 * katkualitashidup2 Crosstabulation

katkualitashidup2 Total
baik buruk baik
katkemandirian2 Mandiri Count 19 8 27
% within kat
70.4% 29.6% 100.0%
kemandirian
% of Total 36.5% 15.4% 51.9%
ketergantungan Count 9 16 25
% within kat
36.0% 64.0% 100.0%
kemandirian
% of Total 17.3% 30.8% 48.1%
Total Count 28 24 52
% within kat
53.8% 46.2% 100.0%
kemandirian
% of Total 53.8% 46.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.170(b) 1 .013
Continuity
4.865 1 .027
Correction(a)
Likelihood Ratio 6.293 1 .012
Fisher's Exact Test .025 .013
Linear-by-Linear
Association 6.052 1 .014
N of Valid Cases 52
147

a Computed only for a 2x2 table


b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.54.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for
katkemandirian2 (mandiri / 4.222 1.322 13.490
ketergantungan)
For cohort
katkualitashidup2 = baik 1.955 1.098 3.481
For cohort
katkualitashidup2 = buruk .463 .241 .888
N of Valid Cases 52
148

Lampiran 8. Curiculum Vitae

CURICULUM VITAE

Nama : Widya Aprilyan

Tempat / Tanggal lahir : Anakan, 01 April 1999

Pekerjaan : Mahasiswa FKEP Unand

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Irigasi, Kel.Cupak Tangah, Kec. Pauh, Kota Padang

Nama Orang Tua

Ayah : Dekrison

Ibu : Mai Nila Sari

Riwayat Pendidikan :

No Pendidikan Tahun Lulus

1 SD N 06 Anakan 2005 - 2011

2 SMP N 1 Batang Kapas 2011 - 2014

3 SMAN 2 Painan 2014 - 2017

4 Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2017 - Sekarang

Anda mungkin juga menyukai