Anda di halaman 1dari 127

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN

REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA

REMAJA SMK ALAM LESTARI RUTENG

SKRIPSI

Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SarjanaKeperawatan

Oleh

AURELIA LIS

NPM : 19201008

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2022/2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING

SKRIPSI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN
REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA
REMAJA SMK ALAM LESTARI RUTENG
OLEH :

AURELIA LIS

NPM : 19201008

Telah dikoreksi dan disetujui untuk direkomendasikan kepada dewan


penguji Pada tanggal 18 Januari 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Ns,Kornelia Romana Iwa, M.Kep. Ns, Yohana Hepilita, M.Kep.


NIDN : 0829048705 NIDN : 0830018802

Diketahui
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners

Ns. Oliva Suyen Ningsih, M.Kep.


NIDN : 0828048605

ii
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN

REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA

REMAJA SMK ALAM LESTARI RUTENG

OLEH :
AURELIA LIS

NPM : 19201008

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 2 Juni 2023


dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Penguji I/Utama

Ns. Claudia Fariday Dewi, M.kep


NIDN : 807079003

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Kornelia Romana Iwa, M.Kep. Ns. Yohana Hepilita, M.Kep.


NIDN : 0829048705 NIDN : 0830018802

Disahkan
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng

David Djerubu , S.Fil.,MA


NIDN : 0831126119

iii
MOTTO

Mulailah dengan niat dan usaha,

Tidak ada hasil yang sia-sia, karena ilmu akan bermanfaat pada waktunya.

iv
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :


1. Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat, Rahmat, dan Cinta Kasihnya
saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapa, mama, serta keluarga yang selalu memberikan doa serta
dukungannya kepada saya.

v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Aurelia Lis

Npm : 19201008

Program Studi : Sarjana Keperawatan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul

“HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN

REPRDUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA

REMAJA SMK ALAM LESTARI RUTENG” adalah hasil karya saya

sendiri,kecuali yang secara tertulis dirujuk dalam naskah ini dan dituliskan

dalam daftar Pustaka dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya

karya ilmiah.

Jika kemudian hari skripsi ini bermasalah karena dianggap hasil plagiasi,

maka saya sebagai penulis siap bertanggungjawab.

Ruteng, 2 Juni 2023

Pembuat Pernyataan,

Aurelia Lis

vi
vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

rahmat-nya saya bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan

Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual

Pranikah pada Remaja di SMK Alam Lestari Ruteng” . Penulisan dan pembuatan

skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan

Progran Studi Sarjana Keperawatan.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena

itu, saya ingin mengucapkan terimaksih kepada semua pihak yang sudah

membimbing, mengarahkan dan membantu saya menyelesaikan skripsi ini,

terutama kepada :

1. Romo Prof. Dr. Yohanes Servatius Lon, MA selaku Rektor Universitas

Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng.

2. Pater David Djrubu, S. Fil., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng.

3. Ibu Ns. Oliva Suyen Ningsih, M. Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana

Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners Universitas Katolik Indonesia

Santu Paulus Ruteng.

4. Ibu Ns. Kornelia Romana Iwa, M. Kep selaku pembimbing 1 yang selalu

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu, saran, arahan

serta membantu saya dalam proses penyusunan skripsi ini.

viii
5. Ibu Ns. Yohana Hepilita, M. Kep selaku pembimbing 2 untuk semua

bimbingan, arahan, saran, dan ilmu dan bantuan yang di berikan kepada

saya selama proses penyusunan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu dosen dan staf program Studi Sarjana Keperawatan Universitas

Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng yang telah membekali saya dengan

segala ilmu pengetahuan selama proses perkuliahan.

7. Kedua orang tua (Papa Ali dan Mama Ana) yang selalu memberikan kasih

sayang, doa, dukungan, nasehat, serta atas kesabarannya yang luar biasa

dalam setiap langkah hidup saya. Sehingga saya berhasil menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

Ruteng, 18 januari 2023

Aurelia Lis

Npm : 19201008

ix
Program Studi Sarjana Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng
ABSTRAK
Aurelia Lis
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN
REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA
REMAJA SMK ALAM LESTARI RUTENG
Latar Belakang : Prilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh
hasrat seksual,baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-
bentuk tingkah laku ini bisa bermacam- macam, mulai dari perasaan tertarik
sampai dengan tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Objek
seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau bahkan diri sendiri.
Tujuan : Penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pranikah pada remaja SMK Alam
Lestari Ruteng.
Metode Penelitian : metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif
korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 50 orang remaja di SMK Alam Lestari dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner tingkat
pengetahuan dan kuisioner perilaku. Analisa data menggunakan Chi Square.
Hasil : Hasil penelitian uji Chi Square diperoleh nilai p value 0,003< α = 0,05.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual pranikah pada remaja SMK Alam
Lestari Ruteng.

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Kesehatan Reproduksi, Perilaku Seksual


Pranikah.

x
Nursing Undergraduate Study Program
Faculty of Health Sciences
Catholic University of Indonesia Santu Paulus Ruteng

ABSTRACT
Aurelia Lis
THE RELATIONSHIP LEVEL OF KNOWLEDGE ABOUT
REPRODUCTIVE HEALTH WITH PRENARITAL SEXUAL BEHAVIOR
IN ADOLESCENTS AT SMK ALAM LESTARI RUTENG
Background: Sexual behavior is any behavior that is driven by sexual desire,
both with the opposite sex and with the same sex. The forms of this behavior can
vary, ranging from feelings of interest to the behavior of dating, kissing and
sexual intercourse. The sexual object can be another person, an imaginary person
or even oneself.
Purpose: This study was to determine the relationship between the level of
knowledge about reproductive health and premarital sexual behavior in
adolescents at SMK Alam Lestari Ruteng.
Research Methods: the method used in this study is descriptive correlational
with a cross sectional approach. The sample in this study was 50 teenagers at
Alam Lestari Vocational High School using a purposive sampling technique.
Measuring tools used are knowledge level questionnaires and behavioral
questionnaires. Data analysis using Chi Square.
Results: The results of the Chi Square test obtained a p-value of 0.003 <α = 0.05.
It can be concluded that there is a relationship between the level of knowledge
about reproductive health and premarital sexual behavior in adolescents at SMK
Alam Lestari Ruteng.

Keywords: Knowledge Level, Reproductive Health, Premarital Sexual


Behavior.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL................................................ii

KATA PENGANTAR....................................................................................iii

DAFTAR ISI...................................................................................................iv

DAFTAR TABEL...........................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................5

C. Tujuan Penelitian..................................................................................6

1. Tujuan Umum.................................................................................6

2. Tujuan Khusus................................................................................6

D. Manfaat Penelitian................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................8

A. Tinjauan Teori........................................................................................8

1. Remaja...........................................................................................8

a) Defenisi.....................................................................................8

xii
2. Pengetahuan..................................................................................10

a) Defenisi.....................................................................................10

b) Tingkat Pengetahuan................................................................10

c) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi..........................................13

3. Kesehatan reproduksi...................................................................16

a) Defenisi.....................................................................................16

b) Alat Reproduksi........................................................................18

c) Upaya Kesehatan Reproduksi...................................................21

d) Persiapan Reproduksi Yang sehat............................................25

4. Perilaku...........................................................................................28

a) Defenisi....................................................................................28

b) Domain Perilaku......................................................................29

c) Faktor-faktor Yang mempengaruhi.........................................33

5. Perilaku Seksual Pranikah.............................................................34

a) Defenisi.....................................................................................34

b) Bentuk Perilaku Seksual Pranikah............................................34

c) Dampak perilaku Seksual Pranikah..........................................40

d) Pencegahan Perilaku Seksual Pranikah....................................41

B. Kerangka Teori........................................................................................43

C. Kerangka konsep.....................................................................................44

D. Hipotesis………………………………………………………………..44

E. Penelitian Terkait.....................................................................................45

xiii
xiv
BAB III METODE PENELITIAN................................................................47

A. Rancangan Penelitian............................................................................47

B. Tempat Penelitian.................................................................................47

1. Lokasi Penelitian............................................................................47

2. Waktu Penelitian.............................................................................47

C. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................47

1. Populasi...........................................................................................47

2. Sampel............................................................................................48

D. Variabel Penelitian................................................................................51

E. Defenisi Oprasional Variabel Penelitian..............................................51

F. Instrumen Penelitian.............................................................................52

G. Uji Validitas dan Reliabilitas................................................................52

H. Metode Pengumpulan Data...................................................................54

I. Analisis Data.........................................................................................57

J. Alur Penelitian......................................................................................58

K. Etika Penelitian.....................................................................................59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................80

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian....................................................80

B. Hasil Penelitian.....................................................................................81

C. Pembahasan..........................................................................................84

1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin.......................................84

xv
2. Karakteristik Berdasarkan Usia......................................................85

3. Karakteristik Berdasarkan Kelas....................................................86

4. Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja......86

5. Perilaku Seksual Pranikah..............................................................88

6. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi

Dengan Perilaku Seksual Pranikah.................................................88

D. Keterbatasan Penelitian........................................................................89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................90

A. Kesimpulan...........................................................................................90

B. Saran.....................................................................................................90

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...91

xvi
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

OTMY : OnTrack Media Indonesia

IQ : Intellegence Quotient

ICPD : International Conference on Population Development

HPV : Human Papiloma Virus

KTD : Kehamilan Tidan di Inginkan

PMS : Penyakit Menular Seksual

HIV/AIDS : Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency

Syndrome

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terkait...........................................................................42

Tabel 3.1 Defenisi Oprasional Variabel Penelitian......................................48

Tabel 3.2 Kategori Tinggi Rendahnya Reliabilitas.....................................51

xviii
DAFTAR ISTILAH

Gadget : Gawai

Dreaded : Ditakuti

Life skills : Keterampilan hidup

Seks education : Pendidikan seksual

Growth spurt : Percepatan pertumbuhan

Early adolescence : Remaja awal

Late adolescence : Remaja akhir

Know : Tahu

Recall : Mengingat

Comprehension : Memahami

Petting : Bercumbu

Problem solving cyclel : Pemecahan masalah

Sexual intercourse : Hubungan seksual

Touching : sentuhan

Intellegence quotient : Tingkat kecerdasan

Knowledge : Pengetahuan

Attitude : Sikap

xix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Oprasional Variabel Penelitian ini adalah Tingkat Pengetahuan

Tentang Kesehatan Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual

Pranikah pada Remaja SMK Alam Lestari Ruteng.

Tabel 3.2 Kategori Tinggi Rendahnya Reliabilitas.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan jenis Kelamin di SMK di

Alam Lestari Ruteng.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di SMK Alam

Lestari Ruteng

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas di SMK Alam

Lestari Ruteng

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Reproduksi di SMK Alam Lestari Ruteng

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku seksual pranikah di

SMK Alam Lestari Ruteng.

Tabel 4.6 Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan

perilaku seksual pranikah

xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori.........................................................................40

Gambar 2.2 Kerangka Konsep......................................................................41

Gambar 3.1 Alur Penelitian...........................................................................56

xxi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Inform Consent (lembar persetujuan partisipan)

Lampiran 2 Kuesioner Pengetahuan

Lampiran 3 Kuisioner Perilaku

Lampiran 4 Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 Surat Selesai Penelitian

Lampiran 8 Master Tabel Penelitian

Lampiran 9 Hasil Analisa Univariat

Lampiran 10 Hasil Analisa Bivariat

Lampiran 11 Dokumentasi

xxii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja sebagai penerus generasi bangsa,mempunyai peran penting

dalam pembangunan dan citra negeri. Remaja merupakan peralihan priode

perkembangan dari masa kanak-kanak menuju perkembangan dewasa

dimana semua fenomena perkembangan terjadi. Afridah dkk. menjelaskan

masa remaja pada umumnya di mulai pada usia 10-13 tahundan berakhir

pada usia 18-22 tahun. (Afridah & Fajariana, 2018). World Health

Organization (WHO) mengatakan bahwa remaja merupakan individu yang

sedang mengalami masa peralihan secara berangsur-angsur mencapai

kematangan seksual,mengalami perubahan jiwa (dari jiwa kanak-kanak

menjadi jiwa dewasa),dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri (dimana remaja sudah mampu

mengatur kehidupannya sendiri tanpa bantuan sepenuhnya dari orangtua

ataupun orang terdekat).(Afridah & Fajariana, 2018)

Remaja merupakan masa dimana terjadi perkembangan baik secara

fisik maupun psikis yang pesat(Angela et al., 2021). Rasa ingin tahu yang

tinggi,jiwa petualang dan berani mengambil tantangan tanpa

mempertimbangkan resiko yang ada merupakan salah satu ciri remaja.

Pada masa remaja ini berbagai masalah dapat terjadi, masalah-masalah

tersebut yaitu : Penampilan, akademis,depresi,komunikasi dengan orang

terdekat,bullyng atau perundungan,percintaan,kecanduan

1
gadget,rokok,minuman keras dan obat-obatan terlarang,dan prilaku

seksual pranikah. Masalah remaja yang sering di jumpai pada umumnya

adalah seperti kebiasaan merokok pada remaja laki-laki. (Iwa et al., 2017)

dan seksual pranikah pada remaja yang merupakan masalah yang serius

karena berkaitan dengan rendahnya penggunaan kontrasepsi (kondom),dan

remaja cendrung memiliki lebih banyak pasangan seksual jika mulai

melakukan hubungan seksual pranikah pada usia yang lebih dini

(Undaryati, 2017).

Remaja merupakan suatu priode penting dari rentang kehidupan,

suatu periode transisional,masa perubahan,masa usia bermasalah, masa

dimana individu mencari identitas diri, usia menyeramkan ( dreaded), dan

ambang menuju kedewasaan. Krori menyatakan bahwa perubahan yang

penting pada masa remaja ini di pengaruhi oleh meningkatnya pengaruh

dari teman sebaya, pola prilaku sosial yang lebih matang, pembuatan

kelompok sosial yang baru,dan munculnya nilai-nilai baru dalam memilih

teman dan pemimpin serta nilai dalam penerimaan sosial. (Angela et al.,

2021)

Kurangnya pemahaman tentang bahaya perilaku seksual pranikah

pada remaja mengakibatkan remaja terjerumus ke hal-hal yang tidak di

inginkan,sebab pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang

penting yaitu kognitif, sehingga rasa ingin tahu untuk hal-hal baru selalu

ada, emosi,sosial dan seksual,perkembangan ini akan berlangsung pada

usia 12-20 tahun.Kurangnya pemahaman tentang seks pranikah ini

2
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : adat istiadat,budaya,agama, dan

kurangnya informasi dari sumber yang benar. Kuranganya pemahaman

tentang seks pranikah ini akan mengakibatkan berbagai dampak yang

justru amat merugikan kelompok remaja dan keluarganya

(Soetijiningsih,2013).

Dampak yang di akibatkan oleh prilaku seksual pranikah antara

lain adalah timbulnya masalah psikologis yang sangat serius,seperti rasa

bersalah, depresi, marah, dan agresi. Sementara akibat psikososial yang

timbul karena prilaku seksual pranikah ini antara lain ketegangan mental

dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah,misalnya, pada

kasus remaja yang hamil di luar nikah. Belum lagi tekanan dari masyarakat

yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Selain itu resiko yang lain

adalah terganggunya kesehatan bagi yang bersangkutan,resiko kelainan

janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi. Di samping itu tingkat putus

sekolah remaja hamil juga sangat tinggi, hal ini di sebabkan karena rasa

malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid

yang hamil di luar nikah. Masalah ekonomi juga akan membuat

permasalahan ini menjadi semakin rumit dan kompleks (Kusparlina,

2016).

Prilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh

hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis.

Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam- macam, mulai dari

perasaan tertarik sampai dengan tingkah laku berkencan, bercumbu dan

3
bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam

khayalan atau bahkan diri sendiri (Sarwono,2015).

Di Indonesia ada sekitar 4,5% remaja laki-laki dan 0,7% remaja

perempuan usia 15-19 tahun yang mengaku pernah melakukan hubungan

seksual pranikah. Pada remaja usia 15-19 tahun, proporsi terbesar

berpacaran pertama kali pada usia 15-17 tahun. Sekitar 33,3% remaja

perempuan dan 34,5% remaja laki laki yang berusia 15-19 tahun mulai

berpacaran pada saat mereka belum berusia 15 tahun. Pada usia tersebut di

khawatirkan belum memiliki keterampilan hidup (life skills) yang

memadai, sehingga mereka beresiko memiliki prilaku pacaran yang tidak

sehat,antara lain melakukan hubungan seksual pranikah. Ada beberapa

alasan remaja melakukan hubungan seksual pranikah ntara lain ; di

paksa,merasa sudah siap,butuh di cintai,dan takut di ejek teman karena

masih gadis atau perjaka,(Andriani & Suhrawardi, 2022).

Survei yang di lakukan oleh OnTrack Media Indonesia (OTMI) di

empat kabupaten termasuk Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur,

menunjukan sekitar 29%-31% remaja telah melakukan hubungan seksual

sebelum menikah. Remaja tersebut juga tidak mengetahui dampak seks

bebas serta 50% remaja terpapar media pornografi (Kelen 2015). Upaya

yang di lakukan untuk mengatasi perilaku seksual pranikah antara lain :

memberikan contoh tingkah laku yang tidak menyimpang norma-norma

bai norma hukum maupun norma sosial kepada peserta didik, guru

memberikan motivasi kepada peserta didik, guru memberikan informasi

4
tentang bahaya seks pranikah, memenuhi kebutuhan fisik yang paling

pokok, memberikan hubungan dan ikatan emosional, membimbing dan

mengendalikan perilaku, mengajarkan cara berkomunikasi (Soetijiningsih,

2008). Hingga saat ini, jumlah data pasti tentang remaja yang melakukan

hubungan seksual pranikah di kabupaten Manggarai tidak di temukan

(Angela et al., 2021)

Berdasarkan pengambilan data awal yang di lakukan pada tanggal

11 Januari 2023, di dapatkan bahwa tingkat pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi dan seksual masih sangat minim. Sebagian besar

siswa SMK ALAM LESTARI RUTENG masih belum memahami tentang

kesehatan reproduksi dan masih merasa bahwa berbicara tentang seksual

adalah hal yang tabuh. Banyak siswa yang merasa bahwa perilaku seksual

itu hanya ketika berhubungan badan (bersetubuh), sedangkan berpegangan

tangan, berpelukan, dan bahkan berciuman itu merupakan hal yang wajar

dalam berpacaran. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap 10

responden, terdapat beberapa siswa yang pernah melakukan hubungan

seksual, dan mereka berpikir bahwa itu hal yang wajar saat berpacaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat di rumuskan “apakah ada hubungan

tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan prilaku seksual

pranikah pada remaja.

5
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

pengetahuan kesehatan reproduksi dengan prilaku seksual pranikah

pada remaja.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden,usia dan jenis kelamin siswa

SMK Alam Lestari Ruteng

b. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan

reproduksi siswa SMK Alam Lestari Ruteng

c. Mengetahui perilaku seksual pranikah pada remaja SMK Alam

Lestari Ruteng.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat mengembangkan ilmu kesehatan reproduksi

remaja terutama untuk seks education sedini mungkin

2. Manfaat praktisi

a. Untuk responden

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bahaya

perilaku seksual pranikah yang mengakibatkan kehamilan tidak di

inginkan dan pernikahan usia dini

b. Untuk pihak sekolah

6
hasil penelitian ini dapat sebagai masukan untuk sumber informasi

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi sehingga pendidikan tentang kesehatan reproduksi

remaja secara dini dan sikap seksual pranikah dapat lebih fokus

untuk di ajarkan kepasa siswa SMK ALAM LESTARI.

c. Untuk Peneliti

Hasil penelitian ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

program studi ilmu keperawatan dan berguna untuk menambah

wawasan serta pengalaman bagi peneliti terhadap masalah

kesehatan.

d. Untuk Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan, sumber informasi, dan

bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya agar bisa lebih di

kembangkan dalam materi-materi yang lainnya untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Tinjauan Tentang Remaja

a. Pengertian

Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi

pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks skunder, tercapai

fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. World

Health Organization (WHO) mengidentifikasikan remja sebagai periode

pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa kanak-

kanak dan sebelum dewasa, dari usia 10-19 tahun. (Wantania &

Suparman, 2016)

1) Masa remaja awal (early adolescence) yaitu dari usia 10-14 tahun.

Pada tahap ini perubahan fisik secara umum di mulai, biasanya di

awali dengan percepatan pertumbuhan dan segera di ikuti oleh

perkembangan organ seks dan timbul ciri-ciri seks skunder.

2) Masa remaja akhir (lateadolescence) meliputi bagian akhir dari masa

remaja yaitu nusia antara 15-19 tahun. Perubahan fisik utama sudah

terjadi meskipun tubuh masih berkembang.

8
Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut Sensus Penduduk (2010)

sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk dunia.

Pada masa remaja, individu mengalami perubahan baik fisik, psikis maupun

sosial. Remaja memiliki karakteristik berupa :

1) Rasa ingin tahu yang besar.

2) Gemar terhadap tantangan dan selalu ingi mencoba hal-hal baru.

3) Cendrung berkelompok.

4) Masih mencari jati diri.

5) Mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya.

6) Cendrung melakukan tindakan tanpa pemikiran yang matang sehingga

masalah yang di alami remaja juga khas.

Masa remaja di warnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai

kesempatan, dan seringkali menghadapi risiko-risiko kesehatan reproduksi.

Banyak sekali remaja yang sudah aktif secara seksual ( meski tidak selalu atas

pilihan sendiri).Remaja perlu mendapat perhatian serius karena remaja termasuk

dalam usia sekolah dan usia kerja dan sangat berisiko terhadap masalah-masalah

kesehatan reproduksi yaitu perilaku seksual pranikah, NAPZA, dan HIV/AIDS.

Hasil SDKI (2012) KRR menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi belum memadai, yang dapat di lihat dengan hanya 35,5%

remaja perempuan dan 31,2% remaja laki-laki usia 15-19 tahun mengetahui

bahwa perempuan dapat hamil dengansatu kali berhubungan seksual. Begitu pula

gejala PMS kurang di ketahui oleh remaja, meskipun hanya 9,9% remaja

9
perempuan dan 10,6% remaja laki-laki memiliki pengetahuan komperehensif

mengenai HIV-AIDS. Tempat pelayanan remaja juga belum banyak di ketahui

oleh remaja.(Wantania & Suparman, 2016)

2. Tinjauan Tentang Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Pengindraan terjadi melalui

panca indera yakni, indera pendengaran, pengelihatan, penciuman, perasaan

dan perabaan. Sebagian pengetahuan manusia di dapat melalui pendengaran

dan pengelihatan.

a. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam kondisi kognitif mempunyai

enam tingkatan menurut (Notoadmojo, 2012).

1. Tahu (Know)

Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di

pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (Recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di

terima.

Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda

kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

10
1. Memahami (Comprehension)

Memahami di artikan sebagai sesuatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui, dan

dapat mengintrepetasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, meyebutkan contoh, menyimpulkan, dan

sebagainya terhadap objek yang di pelajari. Misalnya dapat

menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

2. Aplikasi (aplication)

Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat di artikan sebagai aplikasi

atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya

dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-

perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip

dalam pemecahan masalah (problem solving cyclel) di dalam

pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang di berikan.

11
3. Analysis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu

materi atau suatu objek ke dalam satu struktur organisasi, dan

masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini

dapat di lihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahan,

mengelompokan, dan sebagainaya.

4. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk

meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

5. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian tehadap suatu materi atau objek.

Penilain-penilaian itu di dasarkan pada suatu kriteria yang

telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang

cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat

menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat

menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB,

dan sebagainya.

12
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu menurut (Syiah,

2012).

1. Faktor Internal

Faktor internal yang di maksud adalah keadaan atau kondisi

jasmani.

Faktor internal terdiri dari dua aspek yaitu :

1. Aspek biologis

Kondisi umum yang menandai tingkat kebugaran

organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas dalam

mengikuti pelajaran. Kondisi organ yang lemah dapat

menurunkan kualitas semangat belajar, sehingga materi

yang di pelajari kurang atau tidak berbekas. Kesehatan

indera pendengaran juga dapat mempengaruhi

kemampuan dalam menyerap informasi dan

pengetahuan.

2. Aspek psikologis

Banyak faktor yang termasuk dalam aspekn

psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan

kualitas pengetahuan, di antara faktor-faktor tersebut

ada faktor rohani yang di pandang sebagai esensial

adalah sebagai berikut :

13
a. Intelegensia

Tingkat kecerdasan manusia atau intellegence

Quotient (IQ) tak dapat di ragukan lagi sangat

menentukan tingkat pengetahuan.

b. Sikap

Sikap yang positif terhadap materi yang di sajikan

merupakan pertanda awal yang baik bagi proses

belajar, sebaliknya sikap negatif terhadap materi

pelajaran menimbulkan kesulitan dalam belajar.

c. Bakat

Seseorang akan lebih mudah menyerap pengetahuan

apabila sesuai dengan bakat yang di milikinya.

Secara umum, bakat di kumpulkan potensial

dimiliki untuk mencapai keberhasilan.

d. Minat

Sebagai suatu kecendrungan atau keinginan yang

tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan

seseorang untuk menekuni dan memperhatikan

suatu hal dan pada akhirnya di peroleh pengetahuan

yang mendalam.

14
e. Motivasi

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal

organisme baik manusia maupun hewan yang

mendorong untuk berbuat sesuatu. Dalam

pengertian itu, motivasi berarti pemasuk daya untuk

bertingkah laku secara terarah.

2. Faktor eksternal

1. Lingkungan social

Lingkungan sekolah seperti para staf, administrasi dan

teman-teman dapat mempengaruhi semangat belajar

seseorang. Para guru yang selalu menunjukan sikap dan

perilaku yang simpatik dan memperhatikan siswa yang

teladan, baik, dan rajin khususnya dalam belajar, misalnya

rajin belajar dalam berdiskusi, dapat menjadi daya dororng

yang positif bagi kegiatan belajar.

2. Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah

gedung tempat belajar, rumah, tempat dan letaknya, alat-

alat belajar, cuaca dan waktu belajar yang di gunakan

siswa, faktor-faktornini di pandang turut menentukan

tingkat keberhasilan seseorang.

15
3. Faktor pendekatan belajar

Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar yang

meliputi strategi dan metode yang di gunakan untuk melakukan

metode pembelajaran.

b. Tinjauan Tentang Kesehatan Reproduksi pada Remaja

a. Pengertian

Deskripsi kesehatan reproduksi yang di tetapkan dalam

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan

(international conference on population and development/ ICPD)

adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan

hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala

hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta

proses-prosesnya. Guna mencapai kesejahtraan yang berhubungan

dengan fungsi dan sistem reproduksi, maka setiap orang

(khususnya remaja) perlu mengenal dan memahami tentang hak-

hak reproduksi dan seksual berikut ini (Supriyanto, 2015) :

1. Hak untuk hidup,

2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan,

3. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala hal bentuk

diskriminasi,

4. Hak privasi,

5. Hak kebebasan berfikir,

6. Hak atas informasi dan edukasi,

16
7. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta membentuk atau

merencanakan sebuah keluarga,

8. Hak untuk memutuskan apakan ingin dan kapan mempunyai

anak,

9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan,

10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan

11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena

politik,

12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan.

Masa remaja adalah fase pertumnbuhan dan perkembangan saat

individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini

terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk pertumbuha serta

kematangan dari fungsi organ reproduksi. Seiring dengan

pertumbuhan fisik, remaja juga mengalami perubahan jiwa.

Remaja menjadi individu yang sensitif, mudah menangis, mudah

cemas, frustasi, tetapi juga mudah tertawa. Perubahan emosi

menjadikan remaja sebagai idividu yang agresif dan mudah

bereaksi terhadap rangsangan. Remaja mulai mampu berfikir

abstrak, senang mengkritik, dan ingin mengetahui hal yang baru.

Bila tidak di dasari dengan pengetahuan yang cukup, mencoba hal

yang baru berhubungan dengan kesehatan reproduksi bisa

memvberikan dampak yang akan menghancurkan masa depan

remaja dan keluarga ( Poltekes Depkes Jakarta I. 2015).

17
b. Alat reproduksi

Selain memahami hak-hak reproduksi dan seksual, remaja juga

perlu memahami anatomis alat reproduksi dan fungsinya. Dibawah

ini di jelaskan secara singkat mengenai alat reproduksi pria dan

wanita dengan fungsi fisiologisnya masing-masing.

1. Alat reproduksi pria

a. Testis

Pria memiliki dua tetis untuk memperoduksi sperma yang

di bungkus oleh lipatan kulit berbentuk kantung yaitu

skrotum. Dimulai sejak masa puber, sepanjang masa

hidupnya pria akan memproduksi sperma. Selain itu, testis

juga menghasilkan hormon testosteron. Di sisi belakang

masing-masing testis terdaoat epidimis, yaitu tempat

sperma mengalami pematamgan. Saluran selanjutnya

adalah vas deferens, saluran ini dan masuk ke vesika

seminalis sebagai tempat penampungan sperma.

b. Penis

Penis adalah alat reproduksi yang membawa cairan mani

kedalam vagina. Di dalam penis terdapat saluran uretra.

Jika ada rangsangan seksual, maka darah di dalam penis

akan terpompa. Akibatnya, penis menjadi tegang dan

mengeras, lalu cairan semen yang mengandung sperma

18
keluar dari vesika seminalis dan uretra terpancar keluar.

Proses tersebut di kenal sebagai istilah ejakulasi.

19
2. Alat reproduksi wanita

a. Ovarium

Setiap wanita memiliki sepasang ovarium, yang setiap

bulan secara bergantian mengeluarkan satu sel telur (ovum)

yang matang. Ovarium juga mengahasilkan hormon

esterogen dan progesteron.

1. Tuba falopi

Sepasang tuba falopi menghubungkan ovarium dengan

rahim pada sisi kiri dan kanan.

2. Uterus

Uterus (rahim) adalah tertanamnya ovum yang telah di

buahi, yang selanjutnya akan bertumbuh dan

berkembang menjadi janin. Bila tidak terjadi

pembuahan, maka ada lapisan dinding uterus yang

terkelupas dan terjadi pendarahan yang di sebut

mensturasi. Bagian akhir dari uterus yang berhubungan

dengan vagina di sebut seviks.

3. Vagina

Vagin adalah saluran yang menghubungkan uterus

dengan alat reproduksi bagian luar. Vagina merupakan

tempat masuknya penis saat melakukan hubungan

seksual.

20
c. Upaya yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi

Perlu di sadari bahwa kesehatan reproduksi tidak dapat

di pisahkan dari kesehatan secara umum, sehingga upaya u

tuk mempertahankan kondisi prima dalam hal kesehatan

reproduksi harus di dukung oleh perilaku hidup sehat dan

bersih. Misalnya, makan dengan menu seimbang, adanya

keseimbangan antara bekerja dan istirahat, olahraga,

rekreasi, dan lainnya ( Poltekes Depkes Jakarta I, 2015).

1. Penggunaan pakaian dalam

Pakaian dalam yang di gunakan sebaiknya terbuat dari

bahan yang menyerap keringat, misalnya katun atau

kaus. Kain yang tidak menyerap keringat akan

menimbulkan rasa panas dan lembab. Kondisi ini akan

menimbulkan ketidaknyamanan bagi pemakai, serta

kondusif bagi pertumbuhan jamur. Pakaian dalam yang

dikanakan juga harus dalam keadaan bersih dan ukuran

yang sangat tepat. Pakaian yanga terlalu sempit atau

penggunaan karet yang berlebihanakan mengganggu

kerja kulit dan menimbulkan rasa gatal.

2. Penggunaan handuk

Masyarakat indonesia masih menggunakan handuk

sebagai perlengkaan mandi yang di pakai secara

berulang, bahkan ada yang menggunakan satu handuk

21
secra bersamaan dalam satu keluarga. Tetapi yang perlu

di perhatikan adalah handuk harus selalu di jemur setiap

kali selesai di pakai. Handuk di jemur agar terkena

sinar matahari, sehingga jasad renik yang ada pada

handuk mati dan tidak menimbulkan infeksi. Sebaiknya

handuk tidak di gunakan lebih dari sati minggu atau bila

sudak tidak nyaman di pergunakan. Namun, walaupun

dalam satu keluarga, penggunaan handuk secara

bersamaan hendaknya di hindari. Handuk yang di

gunakan secara bersamaan bisa menjadi media

penularan penyakit kulit dan kelamin misalnya scabies

dan predikulosis pubis.

Scabies di sebabkan oleh tungau Sarcoptes scabies

var.Horminis. Gejala scabies yang utama adalah

pruritis pada malam hari, karena aktivitas tangau

meningkat pada suhu kulit yang lembab dan hangat.

Pedikulosis pubis di sebabkan oleh kutu Pthirus pubis.

Bila kutu ini menggigit, maka todak terlihat jelas bekas

gigitannya. Namun setelah 30 hariakan timbul pruritis,

eritema dan infeksi sekunder.

22
3. Memotong bulu pubis

Alat kelamin pria dan wanita di tumbuhi bulu. Guna

memlihara kebersihan dan kerapian, bulu-bulu pubis

sebaiknya di cukur. Bagi pemeluk agam islam, di

sunahkan untuk mencukur habis bulu-bulu pubis setiap

40 hari. Dengan mencukur bulu-bulu pubis, kebersihan

blu-bulu pubis akan terjaga, sehingga sehingga tidak

terjadi media kehidupan kutu dan jasadrenik, serta

aroma yang tidak sedap. Bulu pubis yang terlalu

panjang dan lebat (khususnya bagi remaja putri) akan

selalu terpapar oleh urin saat buang air kecil.

4. Kebersihan alat kelamin luar

Bagi remaja putri, membiasakan diri untuk

membersihkan vulva setiap setelah buang air kecil atau

uang air besar dan mengeringkan sampai benar-benar

kering sebelum mengenakan pakaian dalam adalah

perilaku yang benar. Teknik membersihkan vulva

adalah dari arah depan ke belakang. Jika perlu, gunakan

air bersih yang hangat. Bersihkan vulva dengan tidak

menggunakan cairan atiseptik secara berlebihan, karena

akan merusak flora normal, yitu bakteri doderline.

Kuman ini mencegah glikogen pada lendir vagina

23
menjadi asam (Ph ± 4,5) yang bersifat bakterisida

(menumbuh kuman). Penggunaan antiseptik yang

berlebihan akan menumbuh flora normal ini dan

memberi kesempatan berkembang biaknya kuman

patogenik, sehingga tubuh akan rentan dengan infeksi.

Bagi remaja putra, glans penis juga harus di bersihkan

dari sisa urine setiap setelah buang air kecil. Khusus

bagi remaja putra yang tidak di lakukan sirkumsisi pada

preputiumnya, pada saat membersihkan preputium

harus diretraksi sehingga seluruh permukaan glans

penis dapat dibersihkan. Hal ini di lakukan karena

cairan urine yang mengandung urea dapat merusak

selaput lendir glans penis atau menimbulkan ulserasi

pada meatus uretrae.

5. Penggunaan pembalut wanita

Pada saat haid, remaja putri harus memakai pembalut

wanita yang bersih. Pilih pembalut yang tidak berwarna

dan tidak mengandung parfum (pewangi). Hal ini di

lakukan untuk mengurangi paparan zat kimia pada

vulva. Setelah buang air kecil atau buang air besar,

ganti dengan pembalut yang bersih (baru). Jenis ukuran

pembalut di sesuaikan dengan kebutuhannya, misalnya

pada saat menjelang haid dan mulain terasa ada

24
keputihan yang sifatnya fisiologis, bisa mengunakan

pembalut yang berukuran kecil (pantyliner).

6. Meningkatkan imunitas

Human Papiloma Virus (HPV) adalah jasad renik yang

bersifat onkogenik (menyebabkan kanker). Wanita

yang terinfeksi HPV umumnya akan menderita kanker

serviks (kanker leher rahim) dalam waktu 10-20 tahun,

tetapi pada beberapa kasus ada yang prosesnya berjalan

sangat cepat yaitu hanya dalam waktu 1-2 tahun. Semua

perempuan beresiko terkena kanker serviks, dan risiko

meningkat apabila telah melakukan kegiatan seksual

aktif pada usia muda (<20 tahun), berganti-ganti

pasangan, sering mengalami kehamilan, merokok, dan

menderita penyakit menular seksual. Meningkatkan

imunitas terhadap APV melalui vaksinasi merupakan

salah satu upaya mencegah kanker serviks, yang sangat

efektif bila di lakukan oleh remaja putri sejak usia 10

tahun.

d. Persiapan Reproduksi yang Sehat pada Remaja

Adapun yang berhubungan dengan persiapan

berproduksi yang sehat adalah sebagai berikut :

25
1. Remaja pria

Pada remaja pria, dilakukan sirkumsisi.

Sirkumsisi adalah memotong atau membuang

seluruh preoutium pada alat reproduksi pria.

Sebaiknya setiap remaja pria melakukan

sirkumsisi. Karena bila sirkumsisi tidak di

lakukan maka kebersihan penis tidak terpelihara,

maka terjadi peradangan glans penis dan

preputium (balanopostitis). Hal ini terjadi

karena sperma mengumpul di bawah preputium

yang menimbulkan terjadi bercak kemerahan

dan deskuamasi terutama yang berhubungan

dengann korona, serta menimbulkan rasa gatal.

Peradangan ini bisa berlanjut dengan komplikasi

stenosis preputium, serta kontraksi frenulum

atau penyempitan meatus urinarius eksternus.

2. RemajaPutrii

Mencegah anemia, tekanan darah adalah

kekuatan yang di keluarkan oleh darah pada

dinding pembuluh darah. Satuan pengukuran

tekanan darah menggunakan standar milimeter

air raksa (mmHg). Pengukuran tekanan darah di

26
lakukan pada arteri dekat jantung. Tekanan

darah normal adalah 120/80 mmHg. Tekanan

darah di katakan tinggi bila sistolik >160

mmHg dan diastolik >95 mmHg. Untuk

mempersiapkan fungsi reproduksi yang sehat,

remaja putri perlu memonitor keadaan tekanan

darahnya. Bila tekanan darah mengalami

peningkatan, segera konsultasi dengan dokter

untuk mendapatkan pengobatan. Tekanan darah

yang tinggi saat bereproduksi akan

memudahkan terjadinya kondisi kegawat

daruratan obstetric yaitu preeklamsia berat dan

eklamsia. Preeklamsia berat adalah hipertensi

yang di sertai dengan protein dalam urin,

sedangkan di katakan eklamsia bila kondisi

tersebut di sertai dengan kejang.

Untuk menjaga agar remaja putri tidak

menderita hipertensi, diantaranya dengan cara

sebagai berikut :

a. Menjaga agar berat badan tidak berlebihan,

yaitu berat badan seimbang dengan tinggi

badan. Berat badan yang berlebih cendrung

memiliki resiko tekanan darah tinggi.

27
b. Tidak minum alkohol, karena kadar alkohol

yang tinggi dalam minuman dan di konsumsi

terus menerus akan memicu hipertensi.

c. Tidak merokok.

d. Tidak melakukan hubungan seksual

pranikah.

Hubungan seks adalah perilaku yang di lakukan sepasang

individu karena adanya dorongan seksual dalam bentuk

penetrasipenis kedalam vagina. Perilaku ini di sebut juga koitus,

tetapi jiga ada penetrasi kemulut (oral) atau ke anus (anal). Koitus

secra moralitas hanya di lakukan oleh sepasang individu yang

telah menikah. Hubungan seks pranikah sangat nerugikan bagi

remaja.

c. Tinjauan tentang Perilaku

a. Defenisi Perilaku

Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan

seseorang dalam melakukan responterhadap sesuatu dan kemudian

di jadikan kebiasaan karena adanya nilai yang di yakini. Perilaku

manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktifitas dari

manusia baik yang di amati maupun tidak dapat di amati oleh

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam

bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku secara rasional

dapat di artikan sebagai respon organisme atau seseorang terhadap

28
rangsangan dari luar subyek tersebut. Respon ini terbentuk dua

macam yakni bentuk pasif dan bentuk aktif dimana bentuk pasif

adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan

tidak secara langsung dapat di lihat dari orang lain, sedangkan

bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu dapat di observasi secara

langsung (Triwibowo, 2015).

b. Domain Perilaku

Menurut Triwibowo (2015) perilaku manusia sangat kompleks dan

mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Perilaku terbagi dalam

tiga domain yaitu :

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terkjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,

yakni : indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa,

dan raba. Pengetahuan yang di cakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkat yakni :

a) Tahu (Know), artinya sebagai mengingat sesuatu materi

yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk dalam

pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh

29
sebab itu “tahu” merupakan tingkayt pengetahuan yang

paling rendah.

b) Memahami (comperhension), di artikan sebagai suatu

kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek

yang di ketahui, dan dapat menginterpretasi materi

tersebut secara benar.

c) Aplikasi (application), di artikan sebagai kemampuan

untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada

situasi atau kondisi sebenarnya.

d) Analisis (analysis), suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek kedalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

e) Sintesis (synthesis), menunjuk kepada suatu

kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan

bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

f) Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan

untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau objek.

30
2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam kehidupan

sehari-hari, sikap merupakan reaksi yang bersifat emosional

terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak , dan bukan merupakan pelaksanaan

motif tertentu. Sikap mempunyai tiga komponen pokok yakni :

a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu

objek.

b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap

suatu objek.

c) Kecendrungan untuk bertindak

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :

1) Menerima (receiving), di artikan bahwa orang (subjek)

mau dan memperhatikan stumulus yang di berikan (objek).

Misalnya sikap orang terhadap gizi, dapat di lihat dari

kesediaan dan perhatian seseorang terhadap ceramah-

ceramah.

2) Merespon (responding), memberikan jawaban apabila di

tanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang di

berikan adalah suatu indikasi dari sikap. Suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

di berikan berarti orang dapat menerima ide tersebut.

31
3) Menghargai (voluing), mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain

terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap

tingkatan yang ke tiga. Misalnya : seorang ibu yang

mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbang

anaknya ke posyandu.

4) Bertanggung jawab (responsible), bertanggung

jawab atas segala sesuatu yang di pilihnya dengan

segla resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktek atau tindakan (practice)

Tindakan terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :

1) Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai

objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil

merupakan tindakan tingkat pertama.

2) Respon terpimpin (guiderespons), dapat melakukan

sesuatu sesuai dengan urutan yang benarsesuai dengan

contoh merupakan indicator tindakan tingkat kedua.

3) Mekanisme (mechanisme), apabila seseorang telah

dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ini

sudah mencapai tindakan tingkat ketiga.

4) Adaptasi (adaptation), adalah suatu praktek atau

tindakan yang sudah berkembanhg dengan baik.

32
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

1) Faktor predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor positif yang

mempermudah terwujudnya praktek, maka sering di sebut

sebagai faktor pemudah. Adapun yang termasuk faktor

predisposisi, yaitu : kepercayaan, keyakinan, pendidikan,

motivasi, persepsi, pengetahuan.

2) Faktor pendukung

Faktor pendukung terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan. Fasiitas ini pada hakikatnya mendukung atau

memungkinkan terwujudnya perilaku, sehingga di sebut

faktor pendukung atau pemungkin.

3) Faktor pendorong

faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan atau petugas lainnya, yang merupakan

kelompok refrensi dari perilaku masyarakat. Perilaku orang

lebih banyak di pengaruhi oleh orang-orang penting

(Triwibowo, 2015).

33
5. Tinjauan Tentang Prilaku Seksual

a. Defenisi Prilaku Seksual

Prilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh

hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis ( Sarwono,

2015).

Prilaku seksual yang di dasari oleh dorongan seksual atau kegiatan

mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai prilaku di

sebut sebagai prilaku seksual. Prilaku seksual pranikah merupakan

segala tingkah laku yang dorong oleh hasrat seksual untuk mendapatkan

kesenangan organ seksual yang di lakukan tanpa melalui proses

pernikahan yang sah menurut hukum maupun agama.

b. Bentuk Prilaku Seksual Pranikah

Sarwono (2015) menyebutkan bahwa perilaku seksual bermula dari

perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu, dan

bersenggama.

Objek dari perilaku seksual tersebut bisa berupa orang lain, orang dalam

khayalan, atau diri sendiri.

1) Perasaan tertarik, yaitu minat dan keinginan remaja untuk

melakukan perilaku seksual berupa perasaan suka, perasaan

sayang, dan perasaan cinta.

2) Berkencan, yaitu aktivitas remaja ketika berpacaran berupa

berkunjung ke rumah pacar, saling mengunjungi dan

berduaan.

34
3) Bercumbu, yaitu aktivitas seksual di saat pacaran yang di

lakukan remaja berupa berpegangan tangan, mencium pipi,

mencium bibir, meraba payudara, meraba alat kelamin di

atas baju, dan meraba alat kelamin di balik baju.

4) Bersenggama, yaitu kesediaan remaja untuk melakukan

hubungan seksual dengan pacarnya atau lawan jenis.

Menurut Crooks & Baur (2016) prilaku seksual remaja meliputi :

1. Masturbasi

Masturbasi yang di maksud adalah stimulasi alat kelamin sendiri

untuk memperoleh kesenangan seksual.

2. Ekspresi seksual noncoital

Seks noncoital mengacu pada kontak fisik erotis yang meliputi

ciuman (kissing), pegangan (holding), sentuhan (touching),

stimulasi manual atau stimulasi oral-genital, tapi bukan koitu.

a. Ciuman (Kissing) dengan mulut tertutup cendrung lebih

lembut dan penuhkasih sayang, sedangkan ciuman

dengan mulut terbuka (deep atau french kissing) lebih

memiliki intensi seksual.

b. Sentuhan (touching) sebagai landasan seksualitas

manusia yang di bagikan dengan yang lain. Sentuhan

itu sendiri adalah bentuk komunikasi utama, sebuah

suara sunyi yang menghindari perangkap kata-kata

sambil mengepresikan perasaan saat itu.

35
c. Stimulasi oral-genital ini dapat di lakukan secara

bersamaan (dari pasangan ke pasangannya). Selain itu,

stimulasi oral-genital ini terdiri dari dua jenis yaitu ;

cunnilingus dan fellatio. cunnilingus adalah stimulasi

oral yang di lakukan laki-laki terhadap vagina

pasangannya sedangkan fellatio adalah stimulasi oral

yang di lakukan oleh perempuan terhadap penis

pasangannya.

3. Hubungan seksual (sexual intercourse)

Hubungan antara laki-laki dan perempuan terdapat tahap-tahap

yang berlangsung dalam kedekatan fisik sebagai berikut :

a. Bersentuhan (touching)

Perilaku seksual yang terjadi di tahap ini secara umum di

katakan pantas terjadi di kencan pertama. Berpegangan tangan

dan berpelukan termasuk dalam tahap ini.

b. Berciuman (kissing)

Perilaku seksual yang terjadi di tahap ini berkisar dari ciuman

singkat, ciuman sebentar, ciuman lama, sampai ciuman intim

atau di sebut juga deep kissing.

c. Bercumbu (petting)

Tahap ini terdiri dari sentuhan dan stimulasi terhadap area-area

sensitif dari pasangan. Bercumbu biasanya meningkat dari

36
cumbuan yang ringan hingga cumbuan di daerah genital (heavy

genital petting).

d. Hubungan seksual (sexual intercourse)

Perilaku seksual dengan memasukan penis kedalam vagina.

Menurut Sarwono (2015), masalah seksualitas pada remaja timbul

karena faktor-faktor sebagai berikut :

1. Meningkatnya libido seksual

Perubahan-perubahan hormonal meningkatkan hasrat seksual

(libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini

membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual

tertentu.

2. Penundaan usia perkawinan

Penyaluran hasrat seksual tidak dapat segera di lakukan karena

adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum karena

adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan

batas usia menikah, maupun karena norma sosial yang

semakin lama menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk

perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan

lain-lain).

3. Tabu-larangan

Semakin usia kawin di tunda, norma-norma agama tetap

berlaku di mana seseorang di larang melakukan hubungan seks

sebelum menikah. Bahkan larangannya berkembang lebih jauh

37
kepada tingkah laku yang lain seperti berciuman dan

masturbasi. Remaja yang tidak dapat menahan diri kan

cendrung untuk melanggar larangan-larangan tersebut. Orang

tua sendiri, baik kaerna ketidaktahuannya maupun karena

sikapnya yang masih menganggap tabu pembicaraan mengenai

seks secara terbuka malah cendrung membuat jarak dengan

anak dalam masalah ini. Pada akhirnya hal ini akan

menyebabkan perilaku seksual yang tidak di harapkan.

4. Kurangnya informasi tentang seks

Kecendrungan pelanggaran makin meningkat karena adanya

penyebaran informasi dan rangsngan sksual melalui media

massa serta teknologi canggih (video casette, VCD, telepon

genggam, internet, dan lain-lain). Remaja yang sedang dalam

priode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yan di

lihat dan apa yang di dengarnya dari media massa, karena

mereka pada umumnya belum pernah mengetahui masalah

seksualitas secara lengkap di orang tuanya.

5. Pergaulan yang makin bebas

Kecendrungan pergaulan yang makin bebas antara laki-laki

dan perempuan dalam masyarakat sebagai akibat

berkembangnya peran dan pendidikan perempuan sehingga

kedudukan perempuan semakin sejajar dengan laki-laki.

6. Adanya kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah

38
Faktor melakukan hubungan seksual pranilah sangat penting

untuk di pertimbangkan, karena bila tidak ada kesempatan baik

ruang maupun waktu, maka hubungan seksual pranikah tidak

akan terjadi. Terbukanya kesempatan pada remaja untuk

melakukan hubungan seksual di dukung oleh hal-hal sebagai

berikut :

a. Kesibukan orangtua yang menyebabkan kyrangnya

perhatian pada anak. Tuntutan kebutuhan hidup sering

menjadi alasan suami-istri bekerja di luar rumah dan

menghabiskan hari-harinya dengan kesibukan masing-

masing sehingga perhatian terhadap anak remajanya

terabaikan.

b. Pemberian fasilitas (termasuk ruang) pada remaja sering

berlebihan. Adanya ruang berlebihan membuka peluang

bagi remaja untuk membeli fasilitas, misalnya menginap di

hotel atau night club sampai larut malam. Situasi ini

sangat mendukung terjadinya hubungan seksual pranikah.

c. Pergeseran nilai-nilai moral dan etika di masyarakat dapat

membuka peluang yang mendukung hubungan seksual

pranikah pada remaja. Misalnya, dewasa ini pasangan

remaja yang menginap di hotel atau night club adalah hal

yang biasa, sehingga tidak di tanyakan atau di persyaratkan

untuk menunjukan akte nikah.

39
d. Kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi

remaja khususnya wanita untuk melakukan hubungan

seksual pranikah. Karena kemisikinan ini, remaja putri

terpaksa bekerja. Namun, seringkali mereka tereksploitasi,

bekerja lebih dari 12 jam sehari, bekerja di perumahan

tanpa di bayar hanya di beri makan dan pakaian, bahkan

beberapa mengalami kekerasan seksual.

c. Dampak Perilaku seksual

Sebagian dari perilaku seksual memang tidak terdampak apa-apa,

terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang di timbulkan. Tetapi

pada sebagian perilaku seksual yang lain berpeluang besar

memungkinkan masuknya sperma kedalam vagina, perilaku seksual

tersebut dampaknya bisa cukup serius (Simkins, 1984 dalam Sarwono,

2015).

Dampak negatif perilaku seksual pranikah yang dapat timbul pada

remaja di antaranya sebagai berikut (Sarwono, 2015)

1. Dampak psikologis meliputi perasaan bersalah, rendah diri, depresi,

marah, takut dan berdosa.

2. Dampak fisik meliputi dapat menyebabkan kehamilan tidak di

inginkan (KTD) sampai tindakan aborsi, tertular penyakit menular

seksual (PMS) seperti syphiliss, herpes, ghonorhoe, hingga

HIV/AIDS.

40
3. Dampak sosial yang timbul seperti di kucilkan di lingkungan

sekitar, putus sekolah karena menanggung aib dan merasa malu,

perubahan peran menjadi ibu dan belum memiliki kesiapan untuk

beralih peran menjadi ibu, timbulnya tekanan dari masyarakat yang

mencela.

d. Pencegahan seksual pranikah

Pencegahan seksual pranikah yaitu :

1. Menghindari melakukan hubungan seksual sebelum menikah

2. Menghindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan

dorongan seksual, seperti menonton video porno

3. Melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti olahraga, seni,

keagamaan

4. Mencari informasi dan mendiskusikan dengan orang tua,

pelayanan kesehatan, guru BK, teman sebaya mengenai perilaku

seksual.

41
42
B. Kerangka Teori

Faktor Predisposisi :

1. Pengetahuan

2. Sikap

3. Keyakinan

4. Nilai

Faktor Pendukung :
1. Ketersediaan Sumber Daya Perilaku Seksual Pranikah
Kesehatan
2. Keterjangkauan Sumber
Daya Kesehatan

Pengetahuan :
1. Rendah
2. Sedang
3. Tinggi

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(Sumber : Lauwrence Green (1980) dalam Triwibowo, 2015).

43
C. Kerangka Konsep

Pengetahuan Perilaku Seksual


Kesehatan Pranikah
Reproduksi Remaja

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Hubungan

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang

masih bersifat praduga karena masih harus di buktikan kebenarannya.

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pemikiran yang talah di

kemukakan di atas, maka dapat di rumuskan hipotesis dalam penelitian ini

adalah :

Hipotesis nol (Ho) : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku

seksual pada remaja

Hipotesis alternatif (Ha): Adanya hubungan antara pengetahuan dan

perilaku seksual pada remaja.

44
E. Penelitian Terkait

No Peneliti dan judul Metode penelitian dan Hasil penelitian Perbedaan


penelitian jenis penelitian
1 Tirsa A. Sirupa. et al. Jenis penelitian ialah Hasil penelitian Variabel
(2016) deskriptif dengan mendapatkan 200 independen :
Pengetahuan, sikap, dan desain potong lintang responden. Terdapat 182 Pengetahuan dan
perilaku remaja tentang responden (91%) memiliki sikap
kesehatan reproduksi pengetahuan yang baik dan Varabel
192 responden (96%) Dependen :
memiliki sikap yang baik Perilaku remaja
tentang kesehatan Tempat penelitian,
reproduksi. Perilaku remaja waktu penelitian
tentang kesehatan dan jumlah
reproduksi menunjukkan responden pada
adanya kecenderungan penelitian ini
pergeseran nilai-nilai. sebanyak 50 orang.
2 Ni Luh Putu Rustiari Metode Penelitian ini Dari hasil di dapatkan Variabel
Dewi, IB Wirakusuma dengan pendekatan bahwa dari 108 responden Independen :
Pengetahuan dan cross-sectional desain. di dapatkan sumber Pengetahuan
Perilaku Seksual Jenis penelitiannya informasi terbanyak di Variabel Dependen
Pranikah pada Remaja adalah kuantitatif. peroleh oleh remaja adalah : Perilaku seksual
SMA di Wilayah Kerja dari media elektronik pranikah
Puskesmas (televisi,radio) dan internet, Tempat Penelitian :
Tampaksiring I yaitu masing-masing Puskesmas
sebesar 74,1%, sumber Tampaksiring I
informasi yang paling Waktu penelitian
sedikit di gunakan ialah dan jumlah

45
telepon genggam (sms responden dalam
kesehatan) yaitu sebanyak penelitian
33 orang dari 108 (30,6%).
Sedangkan hasil analisa
Hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi
dengan perilaku seksual
pranikah dari 10 responden
di temukan adanya
hubungan antara tingkat
pengetahuan d
3 Wiwik Afridah, Ratna Penelitian ini Hasil penelitian ini dapat Variabel
Fajariani dengan judul menggunakan studi disimpulkan bahwa Independen :
penelitian Tingkat kasus one-shot dengan responden yang memiliki Tingkat
Pengetahuan Kesehatan jenis penelitian tingkat pengetahuan rendah Pengetahuan
Reproduksi pada Siswa kuantitatif sebanyak 6,90%, yang Variabel Dependen
SMA Kanjeng Sepuh memiliki tingkat : Kesehatan
Gresik pengetahuan sedang Reproduksi
sebanyak 58,62%, dan yang Tempat Penelitian :
memiliki tingkat Kanjeng Sepuh
pengetahuan tinggi Gresik
sebanyak 34,48%. Waktu penelitian
dan jumlah
responden dalam
penelitian.

46
BAB III

METODE PENELITAN

A. Rencana Penelitian

Rencana penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Design yang di gunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional cross sectional artinya tiap subjek

penelitian hanya di observasi sekali saja dan pengukuran di lakukan terhadap suatu karakter

atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua objek

penelitian di amati pada waktu yang sama (Notoadmojo,2014, p. 38). Metode ini di gunakan

untu mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan prilaku

seksual pranikah di SMK Alam Lestari Ruteng.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini telah di laksanakan di SMK Alam Lestari

2. Waktu penelitian

Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan April tahun 2023.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas subyek yang mempunyai

karakteristik dan kualitas tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di teliti kemudian

di tarik kesimpulan (SujarweniV.Wiratna, 2014). Dalam penelitian ini yang menjadi

populasi adalah siswa kelas 1 dan 2yang berjumlah 50 orang.

47
2. Sample

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang di miliki oleh populasi yang di

gunakan untuk penelitian (Sujarweni V. Wiratna, 2014). Untuk itu sampel yang di ambil

dari populasi harus benar-benar mewakili dan valid. Menurut Sugiyono, (2017), teknik

pengambilan sampel dengan menggunakan metode total sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel dimana, jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan di ambil total

sampling karena jumlah populasi kurang dari 100. Jadi jumlah sampel dalam penelitian

adalah sebanyak 50 orang siswa di SMK Alam Lestari Ruteng.

a. Teknik sampling

Sampling penelitian ini merupakan proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili

populasi yang ada (Nursalam, 2016). Teknik sampling dan cara pengambilan sampel

yang di gunakan dalam penelitian yakni dengan nonprobability sampling jenis teknik

purposive sampling dimana teknik ini menetapkan sampel sesuai dengan yang di

tentukan oleh peneliti (Nursalam, 2016). Nursalam menjelaskan bahwa sampel adalah

bagian populasi yang di gunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling. Sampel

dalam penelitian merupakan siswa kelas 1 dan 2 di SMK Alam Lestari Ruteng.

b. Besar sample

Adapun rumus yang di gunakan dalam menentukan besar sampel yang di teliti, yaitu

sebagai berikut (Nursalam, 2016).

n=N

1+N(e)

50

1+50(0,05)2

50

48
1+ 50(0,0025)

50

1+0,125

50

1,125

= 44

n = 44

Keterangan :

n : jumlah sampel yang di perlukan

N : Jumlah populasi

e : Tingkat kesalahan sampel (di tetapkan 5% atau 0,05)

c. Kriteria sampel

1) Kriteria inklusi

Kriteria sampel yang di inginkan peneliti berdasarkan tujuan penelitian.

a) Responden kelas 1 dan 2

b) Bersedia menjadi responden

2) Kriteria ekslusi

Kriteria khusus yang menyebabkan calon responden yang memenuhi kriteria

inklusi harus di keluarkan dari kelompok penelitian.

a) Responden yang tidak bersedia mengisi kuisioner

b) Responden yang tidak selesai mengisi kuisioner

c) Responden yang tidak hadir pada saat penelitian.

49
D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi (X)

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku seksual pranikah (Y)

E. Defenisi Oprasional Variabel Penelitian

Defenisi oprasional yang di maksud untuk memperjelas pengertian variabel-variabel yang

akan di teliti dengan alat instrumen dan teknik penelitian yang di pilih oleh peneliti sesuai

dengan keterbatasan keinginan peneliti (Nursalam, 2006). Pada penelitian ini mendefenisikan

defenisi oprasional sebagai berikut

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala ukur


Independen Hasil pemahaman Kuisioner Pengetahuan Ordinal
Pengetahuan responden mengenai menggunakan Baik : 11-15
materi reproduksi skala Guttman, Cukup :6-10
dan seksual yang di dengan 15 Rendah : 1-5
ingat setelah pertanyaan.
mendapatkan
pendidikan
kesehatan
Dependen Pendapat remaja Kuisioner Perilaku Ordinal
Perilaku tentang kesehatan menggunakan Baik : 11-15
reproduksi dan skala likert Cukup :6-10
seksual dengan 15 Rendah : 1-5
pertanyaan.

50
F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan cara dan atau alat untuk mengumpulkan data dalam

pekerjaan penelitian (Azwar dan Prihartono, 2014). Instrumen penelitian yang di gunakan

dalam penelitian ini adalah kuisioner

1. Kuisioner pengetahuan

Kuisioner ini berisi tentang pengetahuan responden tentang reproduksi dengan alat ukur

kuisioner menggunakan skala Guttman, pemberian skor pada kuisioner ini adalah

jawaban benar di beri skor 1 dan jawaban salah di beri skor 0. Terdapat 15 pertanyaan

dalam kuisioner pengetahuan dengan bernilai positif 1, 2, 3,5,7,8,9,10, 11,12. Sedangkan

pertanyaan bernilai negatif pada nomor 4, 6, 14, 15

2. Kuisioner perilaku

Kuisiner ini berisi prilaku responden tentang seksual dengan alat ukur kuisioner

menggunakan skala Guttman. Pemberian skor pada kuisioner yaitu untuk jawaban Benar

di beri skor 1 dan jawaban Salah di beri skor 0. Terdapat 15 pertanyaan dalam kuisioner

perilaku.

G. Uji Validitas dan Reabilitas

1. Uji Validitas

Menurut Notoadmojo (2014) uji validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukan

tingkat kevaliditasan dan keaslian suatu istrumen. Suatu in strumen di katakan valid

apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang dio teliti secara tepat. Uji validitas

dalam penelitian ini di lakukan di SMK Alam Lestari Ruteng dengan pertanyaan

kuisioner pengetahuan berjumlah 15 pertanyaan, dan kuisioner tentang prilaku berjumlah

15 pertanyaan.

Rumus yang dapat digunakan untuk uji validitas yang dikemukakan oleh pearson yang

dikenal dengaan rumus product moment.

51
Rumus : r x y = r∑ xy - (∑x).(∑y)

√N(∑x2) – (∑x2)N (∑x2) – (∑y2)

Keterangan :

Rxy = product moment correlation

∑x = jumlah skor item

∑y = jumlah skor total

n = jumlah responden

Untuk mengetahui suatu pernyataan valid, maka harus ada korelasi antar skor

pernyataan dengan jumlah skor total. Jika hasil nilai r hitung > r tabel, maka di

katakan butir pernyataan tersebut valid.

a. Kuisioner Pengetahuan dan Perilaku

Kuisioner yang di gunakan adalah kuisioner yang di adaptasi dari penelitian

sebelumnya dan di lakukan uji validitas pada 33 orang remaja di SMAK St.

Thomas Aquinas pada tanggal 22 maret tahun 2023 dengan r hitung sebesar

0,344 dengan taraf signifikan sebesar 0,05 (5%). Dari hasil uji validitas yang

di lakukan terhadap 30 item pertanyaan dinyatakan valid

2. Uji Reliabilitas

Realibilitas adalah petunjuk yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat

dipercaya dan dapat diandalkan. Untuk menguji realibilitas digunakan metode Alpha

Cronbach. Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel atau tidaknya suatu

instrumen penelitian umumnya adalah perbandingan antara r hitung diwakili dengan nilai

alpha dengan r tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikan 5%. Suatu

pernyataan dikatakan reliabel jika nilai alpha cronbach > 0,60. setelah dilakukan uji

52
reliabilitas pada tanggal 21 maret 2023 diperoleh hasil sebesar 0,813 untuk kuesioner

Pengetahuan dan perilaku maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner ini dinyatakan

reliabel.

Tabel 3.2Kategori Tinggi Rendahnya Reliabilitas (Suilo, 2013).

Alpha Tingkat realibilitas


0,00-0,20 Reabilitas rendah
>0,20-0,40 Agak rendah
>0,40-0,60 Cukup
>0,60-0,80 Reliable
>0,80-1,00 Sangat reliable

H. Metode Pengumpulan Data

Menurut Nursalam (2013) metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari responden dan data diperoleh

dari berbagai informasi tentang responden berkaitan dengan objek penelitian yang akan

dilakukan. Data primer dalam penelitian ini di peroleh secara langsung dari responden

melalui kuesioner yang telah di buat oleh peneliti dengan memilih alternatif jawaban yang

telah di sediakan.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh langsung dari SMK Alam Lestari Ruteng

yang di teliti.

53
a. Pengolahan dan analisis data

1. Pengolahan data

Setelah berhasil dikumpulkan, langkah selanjutnya yang perlu di lakukan

adalah mengolah data sedemikian rupa, sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh

data tersebut (Azrul, 2014), selanjutnya di lakukan pengolahan data dengan cara

sebagai berikut :

a. Editing

Setiap lembar kuisioner diperiksa untuk memastikan bahwa setiap

pertanyaan yang terdapat dilembar kuisioner telah terisi semua.

b. Coding

Setelah kuesioner di edit atau di sunting. Selanjutnya di lakukan koding

yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data atau

angka atau bilangan

1. Kriteria pengetahuan tentang seksual

Benar : 1

Salah : 0

2. Kriteria tentang perilaku seksual

Pernah :1

Tidak pernah : 0

3. Kriteria Usia

16 tahun :1

17 tahun :2

18 tahun :3

54
4. Kriteria Jenis Kelamin

Laki-Laki : 1

Perempuan :2

5. Kriteria Kelas

1 SMA :1

2 SMA :2

c. Skoring

Skoring yaang di berikan pada penilaian ini adalah :

1. Pengetahuan

a. Pernyataan positif (favourable) pengetahuan, pertanyaan ini

terdapat pada nomor (1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 14, dan 15

Benar : 1

Salah : 0

b. Pertanyaan negatif (unfavourable), Pertanyaan ini terdapat pada

nomor (4, 9, 12, dan 13)

2. Perilaku

a. Pertanyaan positif (favourable), pertanyaan ini terdapat pada nomor

(1-15)

d. Processing

Melakukan pemindahan atau memasukan data dari kuisioner ke dalam

komputer untuk diproses. Memasukkan data ke dalam komputer dilakukan

dengan cara komputerisasi dan manual.

55
e. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden yang selesai

dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan

koreksi oleh peneliti. Proses ini disebut dengan pembersihan data

(Notoadmojo, 2011).

I. Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dan diolah kemudian data disajikan dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan deskriptif dengan persentase yang dilengkapi dengan tabel distribusi

frekuensi dan diagram, kemudian diambil kesimpulan secara narasi dengan digram atau

grafik. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif, yaitu

univariat dengan distribusi frekuensi.Untuk distribusi frekuensi menggunakan rumus

penentuan pesentase.

a. Analisa univariate

Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian. Bentuk analisa univariat tergantung pada jenis datanya. Untuk data

numerik di gunakan nilai mean, rata-rata, median, dan standar deviasi. Pada umumnya

pada analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase setiap variabel

(Notoadmojo, 2011).

b. Analisa bivariate

Analisa biavariat dilakukan terhadap dua bariabel yang saling berhubungan.Uji statistik

yang digunakan adalah chi square. Uji chi squaremerupakan salah satu uji statistik non

parametrik (distribusi dimana besaran-besaran populasi tidak diketahui). Dalam penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan

56
reproduksi dengan perilaku seksual pranikah pada remaja. Dalam penelitian ini kuisioner

yang telah diisi akan dilakukan tabulasi dan analisa data untuk mengetahui hubungan

diantara dua variabel. Dalam pengelolahan data ini akan dilakukan dengan menggunakan

komputer melalui program SPSS dengan tingkat signifikasi p <0,05. Bila p <0,05 maka

Ha diterima Ho ditolak dan bila p >0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima.

Rumus : x2 = ∑ (fo-fh)2

fh

keterangan :

x = chi-square

fo = frekuensi yang diperoleh

fh = frekuensi yang diharapkan.

J. Alur Penelitian

Penelitian ini memiliki alur sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan terlebih dahulu peneliti menyusun proposal penelitian, setelah

peneliti mengurus surat pengambilan data awal untuk melakukan studi pendahuluan di

SMK Alam Lestari Ruteng.

2. Tahap Pelaksanaan

Bertemu dengan responden, menjelaskan tentang penelitian (etik), jika responden setuju

maka peneliti akan memberikan informed consent dengan mengisi kuisioner. Setelah

semua data terkumpul, kemudian peneliti merekap dan menganalisis data.

3. Tahap Akhir

Setelah di analisis dan mendapatkan hasil peneliti menjelaskan hasil dan menarik

kesimpulan dari hasil penelitian yng telah di dapat.

57
K. Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menjamin hak-hak responden, peneliti menekankan

pada etika sebagai berikut.

1. Informed consent

Informed consent adalah suatu bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut di berikan

kepada responden sebelum di lakukan penelitian. Tujuan Informed consent yaitu agar

responden mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia maka harus

menandatangani lembar persetujuan akan tetapi jika responden tidak bersedia peneliti

harus menghormati hak responden. Dalam penelitian ini sebelum mengambil data dari

responden, di lakukan informed consent terlebih dahulu (Hidayat, 2011)

2. Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

menggunakan responden peneliti dengan cara tidak mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan inisial atau kode pada lembar pengumpulan data.

Dalam mengisi kuesioner responden tidak perlu mencantumkan nama lengkapnya hanya

dengan menggunakan inisial saja (Hidayat, 2011).

3. Confendiantialy(kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Dan semua data mengenai responden akan

dimusnahkan oleh peneliti setelah enam bulan.

58
4. otonomi

Responden mempunyai kebebasan dan hak dalam mengambil keputusan secara sadar dan

di pahami dengan baik, bebas tanpa paksaan untuk berpartisipasi dalam penelitian atau

dapat mengundurkan diri dari penelitian.

5. Fair Handling (Penanganan yang adil)

Peneliti memberikan responden hak dan perlakuan yang sama dengan menghormati

seluruh persetujuan yang yang di sepakati, serta semua klien yang menjadi responden

penelitian mempunyai kesemptan yang sama untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dan

akan mendapatkan perlakuan yang sama dari peneliti.

6. Non-maleficent

Dalam penelitian ini, peneliti telah mengusahakan bahwa tidak ada pihak yang dirugikan.

59
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

SMK Alam Lestari Ruteng terletak di Kelurahan Golo Dukal, Kecamatan Langke

Rembong Kabupaten Manggarai, SMK Alam Lestari Ruteng ini memiliki kompetensi

keahlian yaitu Perhotelan, ATPH/Pertanian dan Akuntansi dan keuangan lembaga yang sama

dengan sekolah kejuruan lain. Kurikulum yang di terapkan di SMK Alam Lestari adalah

Kurikulum 2013. Guru yang mengajar di SMK Alam Lestari Ruteng terdapat 27 orang 2

orang PNS dan 25 Orang Non PNS. Banyaknya siswa yang ada di SMK Alam Lestari

Ruteng sebanyak 225 siswa.

Kegiatan proses belajar mengajar di sekolah tersebut meliputi ekstrakurikuler dan

kurikuler. Bimbingan konseling yang di laksanakan di SMK Alam Lestari Ruteng bertujuan

untuk mengatur dan mendidik anak didiknya agar tidak melakukan hal atau berprilaku buruk

dan di luar dari peraturan- peraturan yang telah di tentukan. Tugas guru BK untuk

membimbing anak didiknya agar mempunyai sikap dan perilaku yang baik. SMK Alam

Lestari Ruteng memiliki VISI dan MISI yaitu sebagai berikut :

VISI : Membentuk manusia yang unggu dalam prestasi, beraklak, berpikir ilmiah, kritis,

kreatif, inovatif, mandiri, santun dalam berperilaku, dan solidaritas

MISI :

1. Membentuk peserta didik agar mampu meningkatkan prestasi akademik lulusan.

2. Membentuk peserta didik yang beraklak, berbudi pekerti luhur, berpikir ilmiah,

kritis, kreatif, inovatif dan mandiri.

60
3. Membentuk peserta didik yang sadar akan status, hak dan kewajibannya dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4. Membentuk peserta didik yang mampu bertanggung jawab secara sosial budaya dan

pelestarian lingkungan hidup.

5. Membentuk peserta didik yang mampu mengembangkan sumber daya secara

optimal dalam menyongsong era global.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah di laksanakan pada tanggal 29 April 2023 pada siswa kelas X dan

XI SMK Alam Lestari Ruteng. Jumlah responden dari penelitian ini adalah sebanyak 50

orang. Dari hasil penyebaran kuisioner yang di lakukan terhadap 50 responden siswa kelas X

dan XI SMK Alam Lestari Ruteng tahun 2023 di dapatkan hasil sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin

Tabel 4.1 : Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin (n = 50)

No Jenis kelamin n %
1 Laki-Laki 19 38%
2 Perempuan 31 62%
Jumlah 50 100%
Sumber : data Primer diolah 2023

Dari tabel 4.1 di ketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin

Perempuan sebanyakn(62 %), dan sisanya berjenis kelamin laki-laki sebanyak (38%).

61
b. Usia

Tabel 4.2 : Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia (n = 50)

No Usia N %
1 16 tahun 8 16 %
2 17 tahun 35 70 %
3 18 tahun 7 14 %
Jumlah 50 100 %
Sumber : Data Primer diolah 2023.

Dari tabel 4.2 di ketahui bahwa sebagian besar responden berusia 17 tahun sebanyak

(70 %), responden yang berusia 16 tahun sebanyak (16%), dan responden yang

berusia 18 tahun sebanyak (14%).

c. Kelas

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelas (n = 50)

No Kelas N %
1 1 SMA 23 46 %
2 2 SMA 27 54 %
Jumlah 50 100 %
Sumber : Data Primer diolah 2023.
Dari tabel4.3 di ketahui bahwa sebagian besar responden kelas 2 SMA sebanyak (54%),

dan sisanya kelas 1 SMA sebanyak (46%).

2. Tingkat pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi pada remaja dapat di lihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan reproduksi

di SMK Alam Lestari Ruteng (n = 50)

No Kategori N %
1 Rendah 47 94 %
2 Cukup 3 6%
3 Baik 0
Jumlah 50 100 %
Sumber. Data Primer diolah tahun 2023.

62
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa pengetahuan responden tentang kesehatan

reproduksi remaja sebagian besar (94 %) adalah dalam kategori rendah, dan pengetahuan

responden tentang kesehatan reproduksi remaja sebanyak (6 %) dalam kategori cukup.

3. Perilaku responden terhadap seksual pranikah dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.5Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku seksual pranikah di SMK Alam

Lestari Ruteng (n = 50)

No Kategori N %
1 Rendah 6 12 %
2 Cukup 44 88 %
3 Baik 0
Jumlah 50 100 %

Sumber : Data Primer di olah tahun 2023.

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa perilaku seksual pranikah pada remaja

menunjukan sebagian besar (88%) yaitu dalam kategori perilaku yang cukup, dan

perilaku seksual pranikah pada remaja sebanyak (12%) dalam kategori rendah.

4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual

Pranikah pada Remaja SMK Alam Lestari dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Berdasarkan data-data yang di dapatkan dari 50 responden yang ada di SMK Alam

Lestari Ruteng tahun 2023, setelah di peroleh skor dari 2 variabel yaitu pengetahuan

kesehatan reproduksi dan perilaku seksual pranikah terdapat hasil yang signifikan.

63
Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi dengan

Perilaku seksual Pranikah SMK Alam Lestari Ruteng tahun 2023 (n = 50).

Kategori Perilaku
Rendah Cukup Total p-value
Pengetahua n % n % n %
n
Rendah 4 8,5% 43 91,5% 47 100% 0,003
Cukup 2 66,7% 1 33,3% 3 100%
Jumlah 6 80% 44 20% 50 100%
Sumber : Data Primer diolah tahun 2023.

Berdasarkan tabel 4.6 Diperoleh tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi rendah

dengan perilaku seksual pranikah cukupyaitu sebanyak 43 responden (91,5%), tingkat

pengetahuan kesehatan reproduksi rendah dengan perilaku seksual pranikah rendah yaitu

sebanyak 4 responden (8,5%), tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi cukup dengan

perilaku seksual pranikah rendah yaitu sebanyak 2 responden (66,7 %), dan tingkat

pengetahuan kesehatan reproduksi cukup dengan perilaku seksual pranikah cukup yaitu

sebanyak 1 responden (33,3%). Dengan hasil p-value 0,003 dan di nyatakan signifikan.

C. Pembahasan

1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian ini di ketahui bahwa sebagian besar responden berjenis

kelamin perempuan. Pembelajaran seksual sedini mungkin di perlukan oleh anak usia

remaja untuk membentuk diri yang positif. Konsep diri yang positif akan membentuk

anak remaja untuk memiliki sikap menjaga dan menghargai diri dan lawan jenisnya.

Anak laki-laki harus mengetahui yang terjadi pada perempuan misalnya perubahan fisik

pada anak perempuan, emosional dan lain-lain.

Di masa sekarang banyak terjadi penyimpangan seksual, perilaku ini bisa berasal dari

anak-anak hingga dewasa. Jenis-jenis penyimpangan seksual ini dapat berupa Pedofilia
64
(perilaku seksual terhadap anak di bawah umur), Ekshibisionisme ( dorongan atau

tindakan mengekspos alat kelamin kepada orang yang tidak menginginkannya atau

kepada orang asing), Voyeurism (merangsang dengan melihat atau menonton orang-orang

yang tidak berpakaian (telanjang), Fetihism (obsesi seksual yang terjadi ketika seseorang

mengalami respon seksual yang intens terhadap objek yang bukan manusia), Frotteurism

(Ketertarikan seseorang untuk menggesek-gesekan bagian genetalianya ke tubuh orang

lain tanpa persetujuan korban), dan lainnya. Perilaku penyimpangan seksual ini

melanggar norma yang berlaku di masyarakat (Wisnu Sri Hestinjung, 2022).

2. Karakteristik berdasarkan usia

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 17

tahun yaitu sebanyak 35 responden. Tingginya masalah remaja pada saat ini tentang

kesehatan reproduksi memiliki kelompok yang rentan terjadi masalah seperti

penyimpangan perilaku seksual pranikah. Disebabkan masih kurangnya kesetabilan

emosional dari setiap remaja. Dari ketidaksetabilan tersebut faktor pemicu utama adalah

usia yang masih di bawah umur yang menyebabkan banyak penyimpangan perilaku

seksual pranikah di kalangan remaja.

Ada 2 tugas perkembangan remaja yaitu :

1. Tugas perkembangan remaja awal atau usia pubertas (usia 10-14 tahun)

2. Tugas perkembangan remaja madya (usia 14-17 tahun).

Pada tugas perkembangan remaja awal ada beberapa hal yang harus di jalani yaitu

bantu anak memahami masa pubertas, memberikan penjelasan soal mensturasi bagi anak

perempuan serta mimpi basah bagi anak laki-laki sebelum mereka mengalaminya, dengan

begitu anak sudah di beri persiapan tentang perubahan yang akan terjadi pada dirinya,

hargai privasi anak, dukung anak untuk melakukan komunikasi terbuka tekankan kepada

anak bahwa proses kematangan seksual setiap individu itu berbeda-beda, beri pemahaman

65
kepada remaja bahwa cinta kepada lawan jenis punya batas dan aturan, dan pada saat

yang tepat remaja akan menjalani bagaimana mencurahkan kasih sayang dan cinta kepada

lawan jenis dalam bingkai pernikahan, diskusikan tentang permasalahan emosional dan

seksual. Sedangkan pada tugas perkembangan remaja madya ada beberapa hal yang

harus di jalani yaitu dukung anak-anak mengambil keputusan sambil memberi informasi

berdasarkan apa yg seharusnya iya mengambil keputusan itu, diskusikan kepada anak

tentang perilaku seks yang tidak sehat dan ilegal, perkembangan aspek-aspek biologis,

menerima peranan orang dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan masyarakat sendiri,

mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan / orang dewasa yang lain,

mendapatkan pandangan hidup sendiri, dan merealisasi suatu identitas sendiri dan dapat

mengadakan partisipasi dalam kebudayaan pemuda itu sendiri, dengan tetap kontrol dari

orang tua.

Usia remaja adalah usia yang paling banyak mengalami perubahan baik fisik maupun

psikis seseorang, jika individu tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap dan tugas

perkembangan maka ia akan menjadi remaja yang tangguh tanpa merasa ada yang

terlewati dan kehilangan fase yang sangat Indah, dan mampu menjalani tugas kehidupan

selanjutnya yakni usia dewasa yang paling panjang dalam rentang kehidupan manusia

(Jannah, 2016)

3. Karakteristik berdasarkan kelas

Berdasarkan hasil penelitian di ketahu bahwa sebagian besar responden kelas 2 SMA, dan

sisanya kelas 1 SMA.

66
4. Tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja

Berdasarkan hasil penelitian tentang kesehatan reproduksi pada remaja sebagian besar

memiliki kategori rendah yaitu (94 %), kategori cukup sebesar (6%).

Menurut ( A. Wawan dan Dewi M, 2012) salah satu faktor internal yang

mempengaruhi pengetahuan yaitu usia. Usia adalah umur individu yang terhitung mulai

saat di lahirkan sampai berulang tahun. Usia merupakan kurun waktu sejak adanya

seseorang dan dapat di ukur menggunakan satuan waktu di pandang dari segi kronologis,

individu normal dapat dilihat drajat perkembangan anatomis dan fisiologis sama (Sonang

etal.,2019). Usia jiga dapat di defenisikan sebagai usia seseorang pada saat ulang tahun

terakhir (Nur et al.,n.d).

Berdasarkan dari beberapa defenisi tentang usia maka dapat di simpulkan sebagai

lamanya seseorang hidup di hitung dari tahun lahirnya sampai dengan ulang tahunnya

yang terakhir. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan yaitu data

tersebut menunjukan bahwa minat remaja untuk mengetahui tentang kesehatan reproduksi

sangat tinggi, hal ini dapat di sebabkan karena masalah reproduksi merupakan maslah

yang sedang tren di kalangan remaja, yang tunjang pula dengan tersedianya fasilitas

informasi di masyarakat.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja di antaranya

sebagai berikut : Pengaruh media informasi, Pengaruh pendidikan, pengaruh peran orang

tua (Rezky Yuliana Thaha, 2021).

5. Perilaku Seksual Pranikah

Hasil penelitian tentang perilaku seksual pranikah sebesar (88%) dalam kategori

perilaku yang cukup. Dari data penelitian di atas terdapat perilaku rendah lebih besar dari

perilaku cukup. Perilaku rendah yang di maksud dalam penelitian ini adalah perilaku

67
yang mendukung adanya perilaku seksual pranikah, sedangkan perilaku cukup adalah

perilaku yang tidak mendukung adanya perilaku seksual pranikah pada remaja.

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

perilaku yaitu pendidikan, informasi/media, sosial, budaya dan ekonomi, lingkungan,

pengalaman, usia dan pekerjaan.

6. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Keehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual

Pranikah

Hasil penelitian antara tingkat tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan

perilaku seksual pranikah pada remaja menunjukan hasil yang signifikan. Perilaku

seksual pranikah yang di lakukan oleh remaja pada saat ini mendapatkan perhatian yang

sangat serius, penyebab dari salah satu perilaku seksual pranikah yang negatif dapat

berdampak buruk bagi remaja, yaitu terjadinya kehamilan yang tidak di inginkan,

HIV/AIDS, kanker seviks, dll.

Usia yang belum matang untuk melakukan seksual pranikah mengakibatkan psikologi

remaja tersebut terganggu, contohnya rasa yang tidak nyaman, rasa bersalah, depresi,

pesimis dan lain-lain. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik

pula pengetahuannya, bertambahnya umur seseorang dapat pula bertambahnya

pengetahuan yang di peroleh, sumber pengetahuan terdapat dari pengindraan, indra

pendengaran, indra penciuman, indra pengelihatan, rasa dan raba. (Wijayanti,2013).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu : faktor predisposisi (

Predisposing factors) yang meliputi umur, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan dan sikap,

faktor pemungkin (Enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, dan faktor

penguat (Reinforcing factors) yang terwujud dalam dukungan yang di berikan oleh

keluarga maupun tokoh masyarakat (Notoadmodjo, 2014 : 76).

68
D. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, dalam proses perjalanannya dari rancangan hingga

hasil penelitian, di akui peneliti masih banyak kekurangan dan keterbatasan, berikut

disampaikan beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :

1. Perilaku responden dalam mengerjakan soal tidak fokus atau tidak serius untuk

menjawab semua soal yang di berikan sehingga mengurangi kevalidan data yang

di kumpulkan.

2. Peneliti tidak mengontrol sebagian faktor yang ikut mempengaruhi terjadinya

perilaku seksual pranikah yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, pengaruh rang

lain, media massa dan emosional.

69
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian siswa kelas X dan XI SMK Alam Lestari Ruteng sejumlah 50

responden yaitu hubungan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual

pranikah pada remaja dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar responden memiliki karakteristik berusia17 tahun yaitu sebanyak

(70%), dan sebaian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 31 (62%).

2. Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang rendah yaitu

sebesar (78%).

3. Sebagian besar responden memiliki perilaku rendah sebanyak 37 (74%).

4. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku

seksual pranikah di SMK Alam Lestari Ruteng tahun 2023 pada kelas X dan XI

dengan p-value 0,003 dimana semakin rendah pengetahuan mengenai kesehatan

reproduksi maka perilaku yang terjadi pada remaja mengenai seksual pranikah

juga semakin rendah (didukung).

B. Saran

1. Kepala Sekolah dan Guru-Guru di SMK Alam Lestari Ruteng

Kepala sekolah dan Guru-Guru di SMK Alam Lestari Ruteng agar meningkatkan

pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dan pendidikan seksual. Sehingga menciptakan

remaja yang peduli terhadap kesehatan reproduksi.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan untuk metode pengumpulan data dengan cara wawancara sehingga data yang

digunakan akan mengurangi resiko kurang valid. Selain itu disarankan lebih banyak

70
variabel yang di masukan atau di teliti sehingga mampu mengetahui variabel yang paling

berhubungan dengan perilaku seksual pranikah.

71
DAFTAR PUSTAKA

Afridah, W., & Fajariana, R. (2018). Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Siswa Sma

Kanjeng Sepuh Gresik. Medical and Health Science Journal, 1(1), 53–57.

https://doi.org/10.33086/mhsj.v1i1.616

Andriani, R., & Suhrawardi, S. (2022). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Dengan

Perilaku Seksual Pranikah. Jurnal Inovasi Penelitian, 2(10), 3441–3446. https://stp-mataram.e-

journal.id/JIP/article/view/1341

Angela, S., Halu, N., & Dafiq, N. (2021). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Seks

Pranikah. 6(10), 12–20.

Entjaurau, R., Kolibu, F. K., & Korompis, G. E. . (2020). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap

Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Di Smk Kristen

Getsemani Manado. Kesmas, 9(4), 131–138.

Hidayat, A. (2011). RisetKeperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika

Iwa, K. R., Sari, K. R., & Sari, S. P. (2017). Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Tecnique

(SEFT) terhadap Perilaku Merokok Remaja Laki-Laki di SMK Kesehatan Ruteng Kabupaten

Manggarai. Universitas Diponegoro Semarang.

Kusparlina, E. P. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi

dengan Perilaku Seks Bebas. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, VII(1), 60–64.

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/14-37-1-PB.pdf

Notoatmojo. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT Rineka Cipta

Notoadmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Ni Luh Putu Rustiari Dewi, IB. Wirakusuma, (2017). Pengetahuan Dan Perilaku Seksual Pranikah

72
Pada Remaja SMA di Wilayah Kerja Puskesmas Tampaksiring I. E-Journal Medika

Nursalam, (2013). Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi 3. Jakarta :

Salemba Medika

Nursalam, (2016). Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis. 4th edn. Jakarta :

Rineka Cipta

Poltekes Depkes I, (2015). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Salemba Medika : Jakarta

Sarwono, S. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Soetjiningsih. (2013). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV Sagung Seto

Sugiyono, (2017). Metedologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

V Wiratna sujarweni. (2014) Metedologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Gava Media

Triwibowo, (2015). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Undaryati, Y. M. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku

Seksual Remaja Putri. Jurnal Insan Cendekia, 3(2), 9–14. https://doi.org/10.35874/jic.v3i2.276

Wantania, J. J. E., & Suparman, E. (2016). tentang kesehatan reproduksi. 4.

Notoadmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta

Wawan, A. dkk. 2012. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.

Yogyakarta :Nuha Medika

73
Wijayanti, Rahayu, dkk. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Terhadap

Perilaku Seksual Remaja pada Siswa di SMAdi Kecamatan Baturaden dan Purwokerto : https ://jks.

fikes. unsoed.ac.id/indeks.php/jks.

Wisnu Sri Hestinjung, dkk (2022). Peran Pola Asuh Orang Tuan Dengan Penyimpangan Seksual :

Literatur Review

74
LAMPIRAN 1

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Setelah mendapatkan informasi dan penjelasan dari peneliti saya yang bertanda

tangan di bawah ini, menyatakan bersedia dan setuju berpartisipasi sebagai responden

penelitian yang di lakukan oleh peneliti (Aurelia Lis) yang berjudul “Hubungan Tingkat

Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja

SMK Alam Lestari Ruteng”.

Demikian surat kesedian ini saya buat dengan penuh kesadaran dan sebanar-benarnya,

tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Ruteng, ………2023

Peneliti Responden

Aurelia Lis (…………………)

LAMPIRAN 2

75
1. KUESIONER “KUESIONER HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG

KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA

REMAJA “

Tujuan : Kuesioner ini di rancang untuk mengetahui “KUESIONER HUBUNGAN TINGKAT

PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERILAKU SEKSUAL

PRANIKAH PADA REMAJA”

Petunjuk umum pengisian kuesioner :

1. Bacalah pernyataan yang di berikan dengan baik sehingga di mengerti

2. Setiap pernyataan hanya berlaku untuk satu jawaban

3. Pilih salah satu jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan kondisi yang di alami

dengan memberi tanda ceklis pada pilihan yang di pilih

4. Jika mengalami kesulitan dalam menjawab dapat menanyakan langsung kepada peneliti.

No. Responden :

A. DATA DEMOGRAFI

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin

: Laki-laki

:Perempuan

76
4. Kelas :

: 1 SMA

: 2 SMA

5. Agama :

6. Alamat :

B. PERNYATAAN PENGETAHUAN TENTANG SEKSUAL

No Pernyataan Benar Salah


1 Pemberian rangsangan pada diri sendiri
merupakan bagian dari aktivitas seksual
2 Bergandengan tangan bukan bentuk
aktivitas seksual
3 Berpelukan merupakan bentuk aktivitas
seksual
4 Aktivitas seksual yang di lakukan
sendiri tanpa ada pasangan, tidak
berdampak negatif.
5 Berciuman adalah aktivitas yang di
larang dalam pergaulan remaja.
6 Aktivitas berpelukan di kalangan remaja
dapat memicu terjadinya seks bebas
7 Aktivitas berciuman dengan mulut yang
terluka, beresiko menularkan penyakit
seksual.
8 Rangsangan mulut pada pasangan
pranikah adalah bagian dari aktivitas
seksual beresiko.
9 Rangsangan dengan mulut pada tubuh
pasangan dengan penggunaan alat
kontrasepsi, tidak beresiko sama sekali
menularkan HIV.
10 Berhubungan badan dengan alat
kontrasepsi tidak menjamin mencegah
kehamilan
11 Berhubungan badan tanpa melibatkan
alat kelamin bukan merupakan aktivitas
beresiko
12 Berhubungan badan hanya sekali tidak
memiliki kemungkinan hamil
13 Berhubungan badan tanpa melibatkan
alat kelamin dapat menularkan HIV
14 Berhubungan badan setelah
bertunangan adalah bukan aktivitas seks
pranikah

77
15 Berhubungan seks pranikah dapat
menyebabkan maslah penurunan
prestasi akademik di sekolah.

Kriteria pengetahuan tentang seksual

Benar : 1

Salah : 0

A. PERNYATAAN TENTANG PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

No Pernyataan Pernah Tidak


Pernah
1 Memberikan rangsangan dengan tangan
pada alat kelamin sendiri
2 Memberikan rangsangan dengan tangan
pada alat kelamin pasangan
3 Berpegangan tangan dengan psangan
4 Bergandengan lengan dengan pasangan
5 Mengecup wajah pasangan
6 Mengecup pipi pasangan.
7 Berciuman dengan pasangan
8 Meraba tubuh pasangan
9 Berpelukan dengan pasangan
10 Merangkul tubuh pasangan
11 Menggunakan mulut pada tubuh
pasangan
12 Berhubungan seksual hanya
menyentuhkan genetalia saja
13 Berhubungan seksual tanpa alat
kontrasepsi
14 Berhubungan seksual dengan
menngunakan alat kontrasepsi
15 Berhubungan seksual lebih dari satu
pasangan.

Sumber : (Muflih & Syafitri, 2018)

Kriteria tentang perilaku


Pernah :1
Tidak Pernah : 2

78
Correlations

x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x1 x2 x2 x2 x2 x2 x2
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5

x Pears 1 -.0 -.1 -.2 .4 .1 .0 .2 .0 .5 .0 .2 .0 -.1 -.1 -.0 .2 .1 .1 .3 .3 .1 .1 .2 .3


1 on 83 55 50 67 55 89 89 13 71 50 66 87 34 34 50 10 75 60 00 96 99 21 66 11
** ** *
Correl
ation

Sig. .6 .3 .1 .0 .3 .6 .1 .9 .0 .7 .1 .6 .4 .4 .7 .2 .3 .3 .0 .0 .2 .5 .1 .0
(2- 45 89 61 06 88 24 03 41 01 82 35 31 58 58 82 41 30 73 90 22 66 04 35 78
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears -.0 1 -.2 .3 -.0 -.1 -.1 -.1 -.3 -.2 -.1 -.1 -.4 .1 .2 -.1 -.3 -.2 -.3 -.4 -.3 -.5 -.3 -.4 -.4
2 on 83 67 33 19 99 40 12 56 45 67 71 05 34 97 67 06 67 56 57 11 49 32 86 24
* * * ** ** ** *
Correl
ation

Sig. .6 .1 .0 .9 .2 .4 .5 .0 .1 .3 .3 .0 .4 .0 .3 .0 .1 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0
(2- 45 34 58 19 66 38 34 42 70 54 40 20 58 93 54 83 34 42 07 78 01 59 04 14
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears -.1 -.2 1 -.1 .1 .3 .3 .2 .1 .0 .2 .4 .2 -.2 -.2 .2 .2 .0 .1 .1 .2 .3 .1 .1 .1


3 on 55 67 00 00 53 96 89 60 52 00 07 30 81 81 50 10 10 60 59 42 43 21 24 67
* * *
Correl
ation

Sig. .3 .1 .5 .5 .0 .0 .1 .3 .7 .2 .0 .1 .1 .1 .1 .2 .9 .3 .3 .1 .0 .5 .4 .3
(2- 89 34 80 80 44 22 03 73 72 64 19 98 14 14 61 41 56 73 78 74 51 04 91 54
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears -.2 .3 -.1 1 .0 .0 -.0 .0 -.1 -.0 -.2 -.4 -.4 .5 .5 .0 -.3 -.4 -.5 -.5 -.3 -.5 -.1 -.4 -.6
4 on 50 33 00 00 60 47 00 34 52 27 72 77 35 35 91 28 00 35 57 26 64 05 72 14
** ** ** ** * ** ** ** ** **
Correl
ation

Sig. .1 .0 .5 1. .7 .7 1. .4 .7 .2 .0 .0 .0 .0 .6 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .5 .0 .0
(2- 61 58 80 00 41 97 00 58 72 03 06 05 01 01 15 62 21 01 01 64 01 62 06 00
tailed) 0 0

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

79
x Pears .4 -.0 .1 .0 1 .2 .2 .4 .2 .3 .0 .3 .0 -.3 -.1 .0 .1 .2 .1 .1 .2 .0 .2 .3 .3
5 on 67 19 00 00 39 02 17 97 32 00 00 72 56 93 00 75 83 34 71 02 87 45 00 80
** * * *
Correl
ation

Sig. .0 .9 .5 1. .1 .2 .0 .0 .0 1. .0 .6 .0 .2 1. .3 .1 .4 .3 .2 .6 .1 .0 .0
(2- 06 19 80 00 80 60 16 93 59 00 90 89 42 82 00 30 10 58 40 60 31 70 90 29
tailed) 0 0 0

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .1 -.1 .3 .0 .2 1 .0 .1 .2 -.0 .4 .2 -.0 -.1 -.1 .2 .1 .1 .0 .2 .4 .3 .2 .2 -.0


6 on 55 99 53 60 39 89 21 08 13 18 41 21 44 44 99 57 55 32 66 57 63 19 41 05
* * ** *
Correl
ation

Sig. .3 .2 .0 .7 .1 .6 .5 .2 .9 .0 .1 .9 .4 .4 .0 .3 .3 .8 .1 .0 .0 .2 .1 .9
(2- 88 66 44 41 80 22 03 46 45 15 77 09 25 25 91 83 88 60 34 08 38 20 77 77
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .0 -.1 .3 -.0 .2 .0 1 .4 .0 .3 .2 .1 .2 -.2 -.0 -.0 .0 -.0 .1 .2 .2 .2 .1 .2 .2


7 on 89 40 96 47 02 89 85 50 03 33 12 34 24 87 93 43 65 87 84 83 99 81 44 62
* **
Correl
ation

Sig. .6 .4 .0 .7 .2 .6 .0 .7 .0 .1 .5 .1 .2 .6 .6 .8 .7 .2 .1 .1 .0 .3 .1 .1
(2- 24 38 22 97 60 22 04 83 86 92 35 89 10 29 06 13 18 98 09 11 91 14 71 41
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .2 -.1 .2 .0 .4 .1 .4 1 .2 .3 .0 .0 .1 -.0 -.0 -.1 .0 .4 .2 .2 .3 .2 .1 .1 .2


8 on 89 12 89 00 17 21 85 44 48 00 50 63 39 39 44 19 47 44 23 36 50 51 86 15
* ** * **
Correl
ation

Sig. .1 .5 .1 1. .0 .5 .0 .1 .0 1. .7 .3 .8 .8 .4 .9 .0 .1 .2 .0 .1 .4 .3 .2
(2- 03 34 03 00 16 03 04 71 47 00 84 66 31 31 23 17 09 71 13 56 60 01 01 29
tailed) 0 0

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .0 -.3 .1 -.1 .2 .2 .0 .2 1 -.0 .1 .2 -.0 -.1 -.4 .1 .2 .3 .3 .2 .3 .3 .3 .3 .2


9 on 13 56 60 34 97 08 50 44 84 34 29 12 79 40 34 81 07 45 75 24 94 92 55 23
* * * * * *
Correl
ation

80
Sig. .9 .0 .3 .4 .0 .2 .7 .1 .6 .4 .2 .9 .3 .0 .4 .1 .0 .0 .1 .0 .0 .0 .0 .2
(2- 41 42 73 58 93 46 83 71 42 58 00 49 20 10 58 14 82 49 21 66 23 24 42 13
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .5 -.2 .0 -.0 .3 -.0 .3 .3 -.0 1 .1 .2 .1 -.0 -.0 .0 .1 .0 .0 .0 .3 .1 .0 .2 .4


1 on 71 45 52 52 32 13 03 48 84 05 07 55 84 84 52 93 52 70 90 03 45 88 07 18
** * *
0 Correl
ation

Sig. .0 .1 .7 .7 .0 .9 .0 .0 .6 .5 .2 .3 .6 .6 .7 .2 .7 .6 .6 .0 .4 .6 .2 .0
(2- 01 70 72 72 59 45 86 47 42 62 48 91 42 42 72 83 72 99 19 86 19 27 48 15
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .0 -.1 .2 -.2 .0 .4 .2 .0 .1 .1 1 .1 .1 -.4 -.1 .2 .2 .0 .0 .2 .2 .4 .2 .1 .1


1 on 50 67 00 27 00 18 33 00 34 05 71 73 01 34 27 63 50 00 14 33 77 10 71 75
* * **
1 Correl
ation

Sig. .7 .3 .2 .2 1. .0 .1 1. .4 .5 .3 .3 .0 .4 .2 .1 .7 1. .2 .1 .0 .2 .3 .3
(2- 82 54 64 03 00 15 92 00 58 62 40 34 21 58 03 40 82 00 31 92 05 42 40 29
tailed) 0 0 0

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .2 -.1 .4 -.4 .3 .2 .1 .0 .2 .2 .1 1 -.0 -.4 -.7 .2 .3 .1 .2 .2 .2 .2 .0 .2 .3


1 on 66 71 07 72 00 41 12 50 29 07 71 26 01 79 14 83 24 29 13 44 71 90 72 35
* ** * ** *
2 Correl
ation

Sig. .1 .3 .0 .0 .0 .1 .5 .7 .2 .2 .3 .8 .0 .0 .2 .0 .4 .2 .2 .1 .1 .6 .1 .0
(2- 35 40 19 06 90 77 35 84 00 48 40 86 21 00 31 28 91 00 33 71 27 19 26 57
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .0 -.4 .2 -.4 .0 -.0 .2 .1 -.0 .1 .1 -.0 1 -.3 -.0 .2 .1 .3 .3 .5 .3 .4 .1 .4 .4


1 on 87 05 30 77 72 21 34 63 12 55 73 26 94 12 17 31 73 71 17 68 89 45 65 41
* ** * * * ** * ** ** *
3 Correl
ation

Sig. .6 .0 .1 .0 .6 .9 .1 .3 .9 .3 .3 .8 .0 .9 .2 .4 .0 .0 .0 .0 .0 .4 .0 .0
(2- 31 20 98 05 89 09 89 66 49 91 34 86 23 49 26 68 33 34 02 35 04 19 06 10
tailed)

81
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears -.1 .1 -.2 .5 -.3 -.1 -.2 -.0 -.1 -.0 -.4 -.4 -.3 1 .3 -.1 -.2 -.2 -.3 -.3 -.3 -.3 -.2 -.4 -.4
1 on 34 34 81 35 56 44 24 39 79 84 01 01 94 45 34 98 81 10 55 61 71 24 01 22
** * * * * * * * * * *
4 Correl
ation

Sig. .4 .4 .1 .0 .0 .4 .2 .8 .3 .6 .0 .0 .0 .0 .4 .0 .1 .0 .0 .0 .0 .2 .0 .0
(2- 58 58 14 01 42 25 10 31 20 42 21 21 23 49 58 92 14 80 42 39 34 10 21 14
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears -.1 .2 -.2 .5 -.1 -.1 -.0 -.0 -.4 -.0 -.1 -.7 -.0 .3 1 .0 -.4 -.2 -.4 -.3 -.2 -.3 -.2 -.4 -.4
1 on 34 97 81 35 93 44 87 39 40 84 34 79 12 45 00 91 81 40 55 24 71 24 01 22
** * ** * ** * * * * *
5 Correl
ation

Sig. .4 .0 .1 .0 .2 .4 .6 .8 .0 .6 .4 .0 .9 .0 1. .0 .1 .0 .0 .2 .0 .2 .0 .0
(2- 58 93 14 01 82 25 29 31 10 42 58 00 49 49 00 04 14 10 42 10 34 10 21 14
tailed) 0

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears -.0 -.1 .2 .0 .0 .2 -.0 -.1 .1 .0 .2 .2 .2 -.1 .0 1 .3 .1 .1 .1 .4 .1 .2 .2 -.0


1 on 50 67 50 91 00 99 93 44 34 52 27 14 17 34 00 28 00 34 71 66 73 62 14 44
**
6 Correl
ation

Sig. .7 .3 .1 .6 1. .0 .6 .4 .4 .7 .2 .2 .2 .4 1. .0 .5 .4 .3 .0 .3 .1 .2 .8
(2- 82 54 61 15 00 91 06 23 58 72 03 31 26 58 00 62 80 58 40 06 34 41 31 09
tailed) 0 0

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .2 -.3 .2 -.3 .1 .1 .0 .0 .2 .1 .2 .3 .1 -.2 -.4 .3 1 .2 .2 .3 .2 .4 .7 .3 .4


1 on 10 06 10 28 75 57 43 19 81 93 63 83 31 98 91 28 10 81 60 45 33 16 83 61
* ** * * ** * **
7 Correl
ation

Sig. .2 .0 .2 .0 .3 .3 .8 .9 .1 .2 .1 .0 .4 .0 .0 .0 .2 .1 .0 .1 .0 .0 .0 .0
(2- 41 83 41 62 30 83 13 17 14 83 40 28 68 92 04 62 41 14 39 70 12 00 28 07
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

82
x Pears .1 -.2 .0 -.4 .2 .1 -.0 .4 .3 .0 .0 .1 .3 -.2 -.2 .1 .2 1 .7 .5 .5 .4 .2 .5 .4
1 on 75 67 10 00 83 55 65 47 07 52 50 24 73 81 81 00 10 48 83 50 86 94 49 56
* ** * ** ** ** ** ** **
8 Correl
ation

Sig. .3 .1 .9 .0 .1 .3 .7 .0 .0 .7 .7 .4 .0 .1 .1 .5 .2 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0
(2- 30 34 56 21 10 88 18 09 82 72 82 91 33 14 14 80 41 00 00 01 04 97 01 08
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .1 -.3 .1 -.5 .1 .0 .1 .2 .3 .0 .0 .2 .3 -.3 -.4 .1 .2 .7 1 .7 .5 .6 .3 .7 .6


1 on 60 56 60 35 34 32 87 44 45 70 00 29 71 10 40 34 81 48 79 98 49 92 33 09
* ** * * * ** ** ** ** * ** **
9 Correl
ation

Sig. .3 .0 .3 .0 .4 .8 .2 .1 .0 .6 1. .2 .0 .0 .0 .4 .1 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0
(2- 73 42 73 01 58 60 98 71 49 99 00 00 34 80 10 58 14 00 00 00 00 24 00 00
tailed) 0

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .3 -.4 .1 -.5 .1 .2 .2 .2 .2 .0 .2 .2 .5 -.3 -.3 .1 .3 .5 .7 1 .6 .8 .5 .9 .6


2 on 00 57 59 57 71 66 84 23 75 90 14 13 17 55 55 71 60 83 79 80 33 03 41 58
** ** ** * * * ** ** ** ** ** ** **
0 Correl
ation

Sig. .0 .0 .3 .0 .3 .1 .1 .2 .1 .6 .2 .2 .0 .0 .0 .3 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0
(2- 90 07 78 01 40 34 09 13 21 19 31 33 02 42 42 40 39 00 00 00 00 03 00 00
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .3 -.3 .2 -.3 .2 .4 .2 .3 .3 .3 .2 .2 .3 -.3 -.2 .4 .2 .5 .5 .6 1 .5 .3 .6 .3


2 on 96 11 42 26 02 57 83 36 24 03 33 44 68 61 24 66 45 50 98 80 66 42 40 97
* ** * * ** ** ** ** ** ** *
1 Correl
ation

Sig. .0 .0 .1 .0 .2 .0 .1 .0 .0 .0 .1 .1 .0 .0 .2 .0 .1 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0
(2- 22 78 74 64 60 08 11 56 66 86 92 71 35 39 10 06 70 01 00 00 01 51 00 22
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .1 -.5 .3 -.5 .0 .3 .2 .2 .3 .1 .4 .2 .4 -.3 -.3 .1 .4 .4 .6 .8 .5 1 .6 .7 .6


2 on 99 49 43 64 87 63 99 50 94 45 77 71 89 71 71 73 33 86 49 33 66 04 62 88
** ** * * ** ** * * * ** ** ** ** ** ** **
2 Correl
ation

83
Sig. .2 .0 .0 .0 .6 .0 .0 .1 .0 .4 .0 .1 .0 .0 .0 .3 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0
(2- 66 01 51 01 31 38 91 60 23 19 05 27 04 34 34 34 12 04 00 00 01 00 00 00
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .1 -.3 .1 -.1 .2 .2 .1 .1 .3 .0 .2 .0 .1 -.2 -.2 .2 .7 .2 .3 .5 .3 .6 1 .5 .4


2 on 21 32 21 05 45 19 81 51 92 88 10 90 45 24 24 62 16 94 92 03 42 04 35 92
* ** * ** ** ** **
3 Correl
ation

Sig. .5 .0 .5 .5 .1 .2 .3 .4 .0 .6 .2 .6 .4 .2 .2 .1 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0
(2- 04 59 04 62 70 20 14 01 24 27 42 19 19 10 10 41 00 97 24 03 51 00 01 04
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .2 -.4 .1 -.4 .3 .2 .2 .1 .3 .2 .1 .2 .4 -.4 -.4 .2 .3 .5 .7 .9 .6 .7 .5 1 .7


2 on 66 86 24 72 00 41 44 86 55 07 71 72 65 01 01 14 83 49 33 41 40 62 35 07
** ** * ** * * * ** ** ** ** ** ** **
4 Correl
ation

Sig. .1 .0 .4 .0 .0 .1 .1 .3 .0 .2 .3 .1 .0 .0 .0 .2 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0
(2- 35 04 91 06 90 77 71 01 42 48 40 26 06 21 21 31 28 01 00 00 00 00 01 00
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .3 -.4 .1 -.6 .3 -.0 .2 .2 .2 .4 .1 .3 .4 -.4 -.4 -.0 .4 .4 .6 .6 .3 .6 .4 .7 1


2 on 11 24 67 14 80 05 62 15 23 18 75 35 41 22 22 44 61 56 09 58 97 88 92 07
* ** * * * * * ** ** ** ** * ** ** **
5 Correl
ation

Sig. .0 .0 .3 .0 .0 .9 .1 .2 .2 .0 .3 .0 .0 .0 .0 .8 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0
(2- 78 14 54 00 29 77 41 29 13 15 29 57 10 14 14 09 07 08 00 00 22 00 04 00
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .2 -.4 .2 -.2 .1 .1 .2 .2 .3 .2 .1 .2 .1 -.0 -.3 .0 .6 .2 .3 .4 .2 .4 .6 .4 .5


2 on 39 58 39 39 99 79 79 59 19 19 20 66 92 32 83 60 20 39 19 10 79 92 08 36 24
** * ** * ** ** * **
6 Correl
ation

Sig. .1 .0 .1 .1 .2 .3 .1 .1 .0 .2 .5 .1 .2 .8 .0 .7 .0 .1 .0 .0 .1 .0 .0 .0 .0
(2- 80 07 80 80 66 20 16 46 70 20 08 34 85 60 28 41 00 80 70 18 16 04 00 11 02
tailed)

84
N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .1 -.2 .1 -.0 .1 .1 .1 .1 .1 .1 .1 .2 -.0 .1 -.3 .0 .2 .1 .1 .2 .1 .2 .1 .2 .3


2 on 44 10 44 90 20 07 67 56 92 32 80 62 39 92 36 90 95 44 92 46 67 96 79 62 15
7 Correl
ation

Sig. .4 .2 .4 .6 .5 .5 .3 .3 .2 .4 .3 .1 .8 .2 .0 .6 .0 .4 .2 .1 .3 .0 .3 .1 .0
(2- 25 42 25 19 07 52 52 87 84 65 17 41 30 84 56 19 96 25 84 67 52 95 19 41 74
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .1 -.2 .1 -.0 .1 .1 -.1 -.1 .1 .1 .1 .2 -.0 -.0 -.3 .3 .6 .1 .1 .2 .1 .2 .4 .2 .3


2 on 44 10 44 90 20 07 09 30 92 32 80 62 39 72 36 59 84 44 92 46 67 96 90 62 15
* ** **
8 Correl
ation

Sig. .4 .2 .4 .6 .5 .5 .5 .4 .2 .4 .3 .1 .8 .6 .0 .0 .0 .4 .2 .1 .3 .0 .0 .1 .0
(2- 25 42 25 19 07 52 46 72 84 65 17 41 30 90 56 40 00 25 84 67 52 95 04 41 74
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .1 -.3 .1 -.2 .1 .1 -.0 -.0 .2 .1 .2 .3 .0 -.1 -.4 .4 .8 .1 .2 .3 .2 .3 .6 .3 .3


2 on 79 98 79 24 49 34 21 43 39 64 24 26 58 99 18 47 51 79 39 07 09 68 09 26 92
* * ** ** * ** *
9 Correl
ation

Sig. .3 .0 .3 .2 .4 .4 .9 .8 .1 .3 .2 .0 .7 .2 .0 .0 .0 .3 .1 .0 .2 .0 .0 .0 .0
(2- 19 22 19 11 08 58 08 12 80 62 11 64 48 66 15 09 00 19 80 82 44 35 00 64 24
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

x Pears .1 -.0 .1 -.4 .0 .1 -.1 .1 .1 -.0 .0 .3 .1 -.2 -.2 .0 .4 .3 .1 .2 .1 .3 .3 .1 .3


3 on 99 72 99 34 87 92 01 13 39 05 87 94 17 43 43 43 33 43 39 19 66 80 05 49 12
* * * *
0 Correl
ation

Sig. .2 .6 .2 .0 .6 .2 .5 .5 .4 .9 .6 .0 .5 .1 .1 .8 .0 .0 .4 .2 .3 .0 .0 .4 .0
(2- 66 89 66 12 31 85 76 33 40 80 31 23 18 72 72 11 12 51 40 20 57 29 85 09 77
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

85
x Pears .4 -.4 .3 -.3 .4 .4 .3 .4 .4 .3 .3 .4 .4 -.3 -.3 .3 .6 .5 .6 .7 .7 .8 .6 .7 .6
3 on 26 54 99 67 47 34 95 75 35 91 58 00 21 61 97 79 04 78 31 67 41 07 75 65 94
* ** * * ** * * ** * * * * * * * * ** ** ** ** ** ** ** ** **
1 Correl
ation

Sig. .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0
(2- 13 08 21 36 09 12 23 05 11 24 41 21 15 39 22 30 00 00 00 00 00 00 00 00 00
tailed)

N 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

86
Correlations
x26 x27 x28 x29 x30 x31
x1 Pearson Correlation .239 .144 .144 .179 .199 .426*
Sig. (2-tailed) .180 .425 .425 .319 .266 .013
N 33 33 33 33 33 33
x2 Pearson Correlation -.458** -.210 -.210 -.398* -.072 -.454**
Sig. (2-tailed) .007 .242 .242 .022 .689 .008
N 33 33 33 33 33 33
x3 Pearson Correlation .239 .144 .144 .179 .199 .399*
Sig. (2-tailed) .180 .425 .425 .319 .266 .021
N 33 33 33 33 33 33
x4 Pearson Correlation -.239 -.090 -.090 -.224 -.434* -.367*
Sig. (2-tailed) .180 .619 .619 .211 .012 .036
N 33 33 33 33 33 33
x5 Pearson Correlation .199 .120 .120 .149 .087 .447**
Sig. (2-tailed) .266 .507 .507 .408 .631 .009
N 33 33 33 33 33 33
x6 Pearson Correlation .179 .107 .107 .134 .192 .434*
Sig. (2-tailed) .320 .552 .552 .458 .285 .012
N 33 33 33 33 33 33
x7 Pearson Correlation .279 .167 -.109 -.021 -.101 .395*
Sig. (2-tailed) .116 .352 .546 .908 .576 .023
N 33 33 33 33 33 33
x8 Pearson Correlation .259 .156 -.130 -.043 .113 .475**
Sig. (2-tailed) .146 .387 .472 .812 .533 .005
N 33 33 33 33 33 33
x9 Pearson Correlation .319 .192 .192 .239 .139 .435*
Sig. (2-tailed) .070 .284 .284 .180 .440 .011
N 33 33 33 33 33 33

87
x10 Pearson Correlation .219 .132 .132 .164 -.005 .391*
Sig. (2-tailed) .220 .465 .465 .362 .980 .024
N 33 33 33 33 33 33
x11 Pearson Correlation .120 .180 .180 .224 .087 .358*
Sig. (2-tailed) .508 .317 .317 .211 .631 .041
N 33 33 33 33 33 33
x12 Pearson Correlation .266 .262 .262 .326 .394* .400*
Sig. (2-tailed) .134 .141 .141 .064 .023 .021
N 33 33 33 33 33 33
x13 Pearson Correlation .192 -.039 -.039 .058 .117 .421*
Sig. (2-tailed) .285 .830 .830 .748 .518 .015
N 33 33 33 33 33 33
x14 Pearson Correlation -.032 .192 -.072 -.199 -.243 -.361*
Sig. (2-tailed) .860 .284 .690 .266 .172 .039
N 33 33 33 33 33 33
x15 Pearson Correlation -.383* -.336 -.336 -.418* -.243 -.397*
Sig. (2-tailed) .028 .056 .056 .015 .172 .022
N 33 33 33 33 33 33
x16 Pearson Correlation .060 .090 .359* .447** .043 .379*
Sig. (2-tailed) .741 .619 .040 .009 .811 .030
N 33 33 33 33 33 33
x17 Pearson Correlation .620** .295 .684** .851** .433* .604**
Sig. (2-tailed) .000 .096 .000 .000 .012 .000
N 33 33 33 33 33 33
x18 Pearson Correlation .239 .144 .144 .179 .343 .578**
Sig. (2-tailed) .180 .425 .425 .319 .051 .000
N 33 33 33 33 33 33
x19 Pearson Correlation .319 .192 .192 .239 .139 .631**
Sig. (2-tailed) .070 .284 .284 .180 .440 .000
N 33 33 33 33 33 33

88
x20 Pearson Correlation .410* .246 .246 .307 .219 .767**
Sig. (2-tailed) .018 .167 .167 .082 .220 .000
N 33 33 33 33 33 33
x21 Pearson Correlation .279 .167 .167 .209 .166 .741**
Sig. (2-tailed) .116 .352 .352 .244 .357 .000
N 33 33 33 33 33 33
x22 Pearson Correlation .492** .296 .296 .368* .380* .807**
Sig. (2-tailed) .004 .095 .095 .035 .029 .000
N 33 33 33 33 33 33
x23 Pearson Correlation .608** .179 .490** .609** .305 .675**
Sig. (2-tailed) .000 .319 .004 .000 .085 .000
N 33 33 33 33 33 33
x24 Pearson Correlation .436* .262 .262 .326 .149 .765**
Sig. (2-tailed) .011 .141 .141 .064 .409 .000
N 33 33 33 33 33 33
x25 Pearson Correlation .524** .315 .315 .392* .312 .694**
Sig. (2-tailed) .002 .074 .074 .024 .077 .000
N 33 33 33 33 33 33
x26 Pearson Correlation 1 .601** .247 .454** .321 .634**
Sig. (2-tailed) .000 .166 .008 .068 .000
N 33 33 33 33 33 33
x27 Pearson Correlation .601** 1 .468** .361* .039 .426*
Sig. (2-tailed) .000 .006 .039 .830 .014
N 33 33 33 33 33 33
x28 Pearson Correlation .247 .468** 1 .803** .296 .450**
Sig. (2-tailed) .166 .006 .000 .095 .009
N 33 33 33 33 33 33
x29 Pearson Correlation .454** .361* .803** 1 .368* .540**
Sig. (2-tailed) .008 .039 .000 .035 .001
N 33 33 33 33 33 33

89
x30 Pearson Correlation .321 .039 .296 .368* 1 .402*
Sig. (2-tailed) .068 .830 .095 .035 .021
N 33 33 33 33 33 33
x31 Pearson Correlation .634** .426* .450** .540** .402* 1
Sig. (2-tailed) .000 .014 .009 .001 .021
N 33 33 33 33 33 33

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 33 100.0

Excludeda 0 .0

Total 33 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items

.813 30

90
MASTER TABEL

Lampiran Master Tabel Pengetahuan

Nama Usia JK Kelas P P P3 P P P6 P7 P8 P9 P1 P1 P1 P1 P1 P1 Total Coding


1 2 4 5 0 1 2 3 4 5
1
1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1
E 16 thn L SMA 0 0 0 0
1
1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 5 1
F 16 thn L SMA 1 1 1 1
2
0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 6 2
L 16 thn L SMA 0 1 0 0
2
0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 4 1
A 16 thn p SMA 0 0 0 0
2
1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 5 1
R 16 thn p SMA 1 0 0 1
2
1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 4 1
M 16 thn p SMA 0 1 0 1
2
1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 5 1
A 16 thn p SMA 0 1 0 1
1
0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 6 1
A 16 thn p SMA 0 1 0 1
1
1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 5 1
G 17 thn L SMA 0 1 1 0
1
1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 4 1
J 17 thn L SMA 0 1 1 0
1
0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 3 1
A 17 thn L SMA 1 1 1 1
2
0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 5 1
K 17 thn L SMA 1 1 1 1
2
0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 5 1
N 17 thn L SMA 0 1 0 1
V 17 thn L 2 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 5 2
91
SMA
1
1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 5 1
A 17 thn L SMA 1 1 1 1
1
1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 5 1
M 17 thn L SMA 1 1 0 0
2
1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 5 1
A 17 thn L SMA 0 1 0 0
1
0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 5 1
A 17 thn L SMA 0 0 1 0
2
0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 4 2
S 17 thn L SMA 0 0 1 0
2
1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 5 1
D 17 thn L SMA 1 1 1 1
2
1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 5 1
R 17 thn p SMA 0 1 1 1
2
1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 5 1
A 17 thn p SMA 0 0 0 0
2
1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 5 1
Y 17 thn p SMA 0 0 1 0
2
0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 4 1
F 17 thn p SMA 0 1 0 1
1
0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 5 1
M 17 thn p SMA 1 0 0 1
1
1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 5 1
A 17 thn p SMA 1 1 0 1
1
1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 5 1
A 17 thn p SMA 1 1 0 0
1
0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 4 1
N 17 thn p SMA 0 1 0 1
1
0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 5 1
A 17 thn p SMA 0 1 0 0
1
0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 4 1
N 17 thn p SMA 1 1 0 1

92
1
1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 5 1
M 17 thn P SMA 1 0 1 1
1
1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 5 1
A 17 thn P SMA 1 0 0 0
2
0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 4 1
P 17 thn P SMA 0 1 0 1
2
1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 5 1
L 17 thn P SMA 0 0 1 0
2
1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 5 1
I 17 thn P SMA 0 0 1 0
1
1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 5 1
R 17 thn P SMA 0 0 1 1
2
0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 5 1
I 17 thn P SMA 0 0 1 0
1
1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 5 1
A 17 thn P SMA 1 1 0 1
1
0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 5 1
R 17 thn P SMA 1 1 0 1
1
0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 4 1
F 17 thn P SMA 1 1 0 1
2
1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 5 1
S 17 thn P SMA 0 1 0 0
2
0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 5 1
P 17 thn P SMA 0 0 0 1
2
0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 5 1
K 17 thn P SMA 0 0 0 1
2
1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 5 1
K 18 thn L SMA 1 0 1 0
2
0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 5 1
F 18 thn L SMA 0 0 0 1
2
1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 5 1
R 18 thn L SMA 1 0 1 0
2
0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 5 1
I 18 thn P SMA 0 1 1 1
93
1
1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 5 1
H 18 thn P SMA 1 1 0 1
1
1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 5 1
W 18 thn P SMA 1 0 0 1

94
Lampiran Master Tabel Perilaku

Nama Usia JK Kelas P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P1 P1 P1 P13 P1 P1 Total Coding


0 1 2 4 5
1
1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 6 2
E 16 thn L SMA
1
1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 2
F 16 thn L SMA
2
0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3 1
L 16 thn L SMA
2
1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 6 2
A 16 thn P SMA
2
1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 7 2
R 16 thn P SMA
2
1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 8 2
M 16 thn P SMA
2
1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 7 2
A 16 thn P SMA
1
1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 6 2
A 16 thn P SMA
1
0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 1
G 17 thn L SMA
1
0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 7 2
J 17 thn L SMA
1
1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 8 2
A 17 thn L SMA
2
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 8 2
K 17 thn L SMA
2
0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 6 2
N 17 thn L SMA
V 17 thn L 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
95
SMA
1
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 10 2
A 17 thn L SMA
1
1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 6 2
M 17 thn L SMA
2
0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 7 2
A 17 thn L SMA
1
0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 6 2
A 17 thn L SMA
2
0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 6 2
S 17 thn L SMA
2
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 10 2
D 17 thn L SMA
2
1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 5 1
R 17 thn P SMA
2
1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 7 2
A 17 thn P SMA
2
0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 6 2
Y 17 thn P SMA
2
0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 7 2
F 17 thn P SMA
1
0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 7 2
M 17 thn P SMA
1
0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 6 2
A 17 thn P SMA
1
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1
A 17 thn P SMA
1
1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 2
N 17 thn P SMA
1
1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 6 2
A 17 thn P SMA
1
1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 7 2
N 17 thn P SMA

96
1
1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 7 2
M 17 thn P SMA
1
1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 7 2
A 17 thn P SMA
2
1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 6 2
P 17 thn P SMA
2
1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 7 2
L 17 thn P SMA
2
0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 6 2
I 17 thn P SMA
1
1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 7 2
R 17 thn P SMA
2
0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 6 2
I 17 thn P SMA
1
0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 6 2
A 17 thn P SMA
1
0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 6 2
R 17 thn P SMA
1
0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 7 2
F 17 thn P SMA
2
1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 7 2
S 17 thn P SMA
2
0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1
P 17 thn P SMA
2
0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 6 2
K 17 thn p SMA
2
0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 8 2
K 18 thn L SMA
2
1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 6 2
F 18 thn L SMA
2
1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 7 2
R 18 thn L SMA
2
1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 7 2
I 18 thn p SMA
97
1
1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 7 2
H 18 thn p SMA
1
1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 7 2
W 18 thn p SMA
1
1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 6 2
N 18 thn L SMA

98
Lampiran Hasil Analisis Univariat

Frequency
Pengetahuan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 39 78.0 78.0 78.0
2 11 22.0 22.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Perilaku
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 37 74.0 74.0 74.0
2 13 26.0 26.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 8 16.0 16.0 16.0
2 35 70.0 70.0 86.0
3 7 14.0 14.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

jenis kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 19 38.0 38.0 38.0
2 31 62.0 62.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

99
Kelas
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 SMA 23 46.0 46.0 46.0
2 SMA 27 54.0 54.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

100
Lampiran Hasil Bivariat

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengetahuan * 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
perilaku

pengetahuan * perilaku Crosstabulation


perilaku
1 2 Total
pengetahuan 1 Count 34 4 38
% within 89.5% 10.5% 100.0%
pengetahuan
% within perilaku 85.0% 40.0% 76.0%
2 Count 6 6 12
% within 50.0% 50.0% 100.0%
pengetahuan
% within perilaku 15.0% 60.0% 24.0%
Total Count 40 10 50
% within 80.0% 20.0% 100.0%
pengetahuan
% within perilaku 100.0% 100.0% 100.0%

101
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.882a 1 .003
Continuity Correctionb 6.586 1 .010
Likelihood Ratio 7.831 1 .005
Fisher's Exact Test .007 .007
Linear-by-Linear 8.704 1 .003
Association
N of Valid Cases 50

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.40.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for 8.500 1.833 39.421
pengetahuan (1 / 2)
For cohort perilaku = 1 1.789 1.006 3.184
For cohort perilaku = 2 .211 .071 .624
N of Valid Cases 50

FREQUENCIES VARIABLES=PENGETAHUAN PERILAKU USIA JK


/NTILES=4
/STATISTICS=MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE SUM
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics

102
pengetahuan perilaku usia jenis kelamin
N Valid 50 50 50 50
Missing 0 0 0 0
Mean 1.22 1.26 1.98 1.62
Median 1.00 1.00 2.00 2.00
Mode 1 1 2 2
Minimum 1 1 1 1
Maximum 2 2 3 2
Sum 61 63 99 81
Percentiles 25 1.00 1.00 2.00 1.00
50 1.00 1.00 2.00 2.00
75 1.00 2.00 2.00 2.00

103
E.

104
105

Anda mungkin juga menyukai