Anda di halaman 1dari 125

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN SELF ESTEEM


PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG
MENJALANI KEMOTERAPI

Studi Dilaksanakan Di Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G


Ngoerah di Denpasar

OLEH:

NI WAYAN MURDI
NIM. 21.322.1199

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN SELF ESTEEM


PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG
MENJALANI KEMOTERAPI

Studi Dilaksanakan Di Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Prof. Dr.I.G.N.G


Ngoerah di Denpasar

Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali untuk memenuhi
salah satu persyaratan menyelesaikan Program Sarjana Keperawatan

OLEH:

NI WAYAN MURDI
NIM. 21.322.1199

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

Nama : Ni Wayan Murdi


Nim : 21.322.1199
Judul : Hubungan Dukungan Suami dengan Self Esteem pada Pasien
Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi
Program studi : Keperawatan Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Wira Medika Bali
Telah diperiksa dan disetujui untuk mengikuti ujian skripsi

Denpasar, 9 Januari 2023


Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Ni Ketut Citrawati, S.Kep., M. Kep Ns. Silvia Ni Nyoman Sintari, S.Kep., M.AP
NIK: 2.04.10.277 NIK: 2.04.07.004

ii
LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

Nama : Ni Wayan Murdi


Nim : 21.322.1199
Judul : Hubungan Dukungan Suami dengan Self Esteem pada Pasien
Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi
Program studi : Keperawatan Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Wira Medika Bali
Telah dipertahankan di depan dewan penguji sebagai persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana dalam bidang Keperawatan pada tanggal Januari
2023.

Nama Tanda Tangan

Penguji I (Ketua) : Ns. Ni Putu Wiwik Oktaviani, S.Kep., M.Kep ……………

Penguji II (Anggota) : Ns. Ni Ketut Citrawati, S.Kep., M.Kep ……………

Penguji III (Anggota) : Ns. Silvia Ni Nyoman Sintari, S.Kep., M.AP ……………

Denpasar, Januari 2023


Denpasar, Juli 2018 Mengetahui
Mengesahkan Program Studi Keperawatan Pogram Sarjana
STIKes Wira Medika PPNI Bali Ketua
Ketua

Drs. I Dewa Agung Ketut Sudarsana, MM. Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kep
NIK. 2.04.13.695. NIK.2.04.10.403

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Hubungan Dukungan Suami dengan Self Esteem pada Pasien Kanker Payudara
yang Menjalani Kemoterapi” tepat pada waktunya.
Pada saat penyusunan Skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan sejak
awal sampai terselesainya Skripsi ini, untuk itu dengan segala hormat dan
kerendahan hati, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. I Dewa Agung Sudarsana, MM selaku ketua STIKes Wira Medika Bali
yang telah memberikan izin penyusunan Skripsi ini.
2. Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kep selaku ketua Program
Studi Keperawatan Program Sarjana yang telah memberikan izin dalam
penyusunan Skripsi ini.
3. Ns. Ni Ketut Citrawati, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat
waktu.
4. Ns. Silvia Ni Nyoman Sintari, S.Kep., M.AP selaku pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi ini
tepat waktu.
5. Dr. I Wayan Sudana, M.Kes selaku Direktur Utama RSUP Prof.Dr.I.G.N.G
Ngoerah yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di
Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Prof.Dr.I.G.N.G Ngoerah.
6. Orang tua, seluruh keluarga dan sahabat penulis yang telah memberikan
semangat dan dukungannya.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini.

iv
Akhirnya, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Denpasar, Januari 2023


Penulis

(Ni Wayan Murdi)

v
ABSTRAK

Hubungan Dukungan Suami dengan Self Esteem pada Pasien Kanker Payudara
yang Menjalani Kemoterapi

Ni Wayan Murdi 1 Ni Ketut Citrawati 2 Silvia Ni Nyoman Sintari 3

Wanita yang menderita kanker payudara dan menjalani kemoterapi mengalami


gangguan bukan pada fisik saja tetapi juga pada kondisi emosi dan mentalnya serta
beresiko mengalami penurunan self esteem. Salah satu cara meningkatkan self
esteem pada pasien kanker adalah dengan cara meningkatkan peran serta suami
dalam proses perawatan pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara dukungan suami dengan self esteem pada pasien
kanker payudara. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Poliklinik Bedah
Onkologi, jumlah sampel 106 responden yang dipilih dengan teknik purposive
sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berada pada
kategori self esteem sedang yaitu sebanyak sedang yaitu sebanyak 51 orang (60%)
dan dukungan suami sedang yaitu sebanyak 41 orang (48,8%). Hasil uji Rank
Spearmen diperoleh nilai p value 0,000 (p <ɑ), yang berarti ada hubungan antara
self esteem dengan dukungan suami pada pasien kanker payudara dengan nilai r
hitung sebesar 0,608 (hubungan positif). Diharapkan suami pasien senantiasa
mendukung pasien dalam setiap menjalankan proses pengobatan, baik berupa
dukungan fisik, psikis maupun financial sehingga dapat meningkatkan self esteem
pasien.

Kata kunci: kanker payudara, self esteem, dukungan suami

vi
ABSTRACT

The Corelation between Husband’s Support with Self Esteem in Breast Cancer
Patients at The Clinical Oncology Surgery

Ni Wayan Murdi 1 Ni Ketut Citrawati 2 Silvia Ni Nyoman Sintari 3


Women who suffer from breast cancer and undergo chemotherapy experience
disturbances not only in their physical condition but also in their emotional and
mental condition and are at risk of experiencing a decrease in self-esteem. One
way to increase self-esteem in cancer patients is to increase the husband's
participation in the patient care process. The purpose of this study was to
determine the relationship between husband's support and self-esteem in breast
cancer patients. This study used descriptive corelasional methode with cross
sectional. The research was conducted at the Surgical Oncology Polyclinic, with
a total sample of 106 respondents selected by purposive sampling technique. The
results showed that most of the respondents were in the moderate self-esteem
category, namely as many as 51 people (60%) and moderate husband support,
namely as many as 41 people (48.8%). Spearmen's Rank test results obtained a p
value of 0.000 (p <ɑ), which means there is a relationship between self-esteem
and husband's support in breast cancer patients with an r count of 0.608 (positive
relationship). It is expected that the patient's husband will always support the
patient in carrying out the treatment process, both in the form of physical,
psychological and financial support so as to increase the patient's self-esteem.

Keywords: breast cancer, self esteem, husband's support

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i


LEMBAR PERSETUJUAN................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
1.3.1 Tujuan umum ........................................................................ 6
1.3.2 Tujuan khusus ....................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
1.4.1 Manfaat teoritis...................................................................... 7
1.4.2 Manfaat praktis...................................................................... 7
1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Teori.................................................................................... 10
2.1.1 Self Esteem Pada Pasien Kanker Payudara ........................... 10
2.1.2 Konsep Kanker Payudara....................................................... 19
2.1.3 Konsep Kemoterapi .............................................................. 26
2.1.4 Konsep Dukungan Suami...................................................... 30
2.1.5 Hubungan Dukungan suami dengan Self Esteem pada
pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi........... 34
2.2 Kerangka konsep penelitian............................................................... 36
2.3 Hipotesis ........................................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian............................................................................... 38
3.2 Kerangka Kerja.................................................................................. 39
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 40
3.3.1 Tempat Penelitian.................................................................. 40
3.3.2 Waktu Penelitian.................................................................... 40
3.4 Populasi dan Sampel.......................................................................... 40
3.4.1 Populasi.................................................................................. 40
3.4.2 Sampel penelitian................................................................... 40
3.4.3 Teknik sampling..................................................................... 41
3.5 Variabel Penelitian dan Definasi Operasional Variabel................... 43
3.5.1 Variabel Penelitian................................................................. 43
viii
3.5.2 Definisi operasional variable................................................. 43
3.6 Jenis dan Cara Pengumpulan Data..................................................... 44
3.6.1 Jenis data................................................................................ 44
3.6.2 Cara pengumpulan data ......................................................... 45
3.6.3 Instrumen pengumpulan data................................................. 47
3.7 Uji Validitas Dan Reliabilitas........................................................... 49
3.8 Pengolahan dan Analisis Data.......................................................... 50
3.8.1 Teknik Pengolahan Data........................................................ 50
3.8.2 Teknik analisa data ............................................................... 52
3.9 Etika Penelitian.................................................................................. 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian.................................................................................. 59
4.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian........................................ 59
4.1.2 Karakteristik responden......................................................... 60
4.1.3 Hasil pengamatan terhadap objek penelitian berdasarkan
variabel penelitian.................................................................. 62
4.1.4 Hasil analisa data................................................................... 63
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian............................................................. 64
4.2.1 Identifikasi self esteem pada pasien kanker payudara ……... 64
4.2.2 Identifikasi dukungan suami pada pasien kanker
Payudara................................................................................. 77
4.2.3 Hubungan self esteem dengan dukungan suami pada pasien
kanker payudara..................................................................... 70
4.3 Keterbatasan Penelitian...................................................................... 74
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan............................................................................................ 75
5.2 Saran ................................................................................................ 76

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Pentahapan Kanker Payudara Berdasarkan Tumor, Nodus dan


Metastasis (pentahapan TNM).................................................... 24
Tabel 2.2 : Bentuk Dukungan Suami Pada Pasangan Dengan Kanker
Payudara...................................................................................... 33
Tabel 3.1 : Definisi Operasional Hubungan Dukungan suami dengan Self
esteem Pasien Kanker Payudara di Poliklinik Bedah Onkologi
RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah tahun 2022............................ 44
Tabel 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Umur................................. 61
Tabel 4.2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan....................... 61
Tabel 4.3 : Self Esteem pada Pasien Kanker Payudara di Poliklinik
Bedah Onkologi RSUP Sanglah Denpasar tahun 2020................ 63
Tabel 4.4 : Dukungan Suami pada Pasien Kanker
Payudarada Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Sanglah
Denpasar tahun 2020........................................................................ 63
Tabel 4.6 : Analisa Hubungan Self Esteem dengan Dukungan Suami pada
Pasien Kanker Payudara .................................................................. 64

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Suami dengan Self


Esteem Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi... 36
Gambar 3.1 : Rancangan Penelitian Hubungan Dukungan suami dengan Self
esteem pada Pasien Kanker Payudara di Poliklinik Bedah
Onkologi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Tahun 2022........... 38
Gambar 3.2 : Kerangka Kerja Hubungan Dukungan suami dengan Self
Esteem pada Pasien Kanker Payudara di Poliklinik Bedah
Onkologi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Tahun 2022........... 39

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Rencana Pelaksanaan Penelitian


Lampiran 2: Rencana Anggaran Dana Penelitian
Lampiran 3: Rencana Lembar Informasi Penelitian
Lampiran 4: Rencana Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5: Kuesioner Penelitian
Lampiran 6: Kisi-Kisi Kuesioner
Lampiran 7: Master Tabel
Lampiran 8: Lembar studi pendahuluan
Lampiran 9: Lembar Bimbingan
Lampiran 10: Analisa Data
Lampiran 11: Etik
Lampiran 12: Ijin Penelitian
Lampiran 13: Dokumentasi

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini pola hidup dan konsumsi masyarakat terutama generasi muda

mengalami pergeseran ke arah gaya hidup konsumtif. Gaya hidup masyarakat

konsumtif yang serba instan dan cepat menyebabkan kecenderungan terhadap

berbagai penyakit kronis. Penyakit tersebut antara lain gangguan jantung, stroke,

diabetes tipe 2 dan sekitar lebih dari 40% dari penyakit tersebut adalah penyakit

kanker. Salah satu jenis kanker yang memiliki insiden yang relatif tinggi yaitu

kanker payudara. Kanker payudara merupakan penyakit neoplasma yang bersifat

ganas, dimana sel payudara mengalami proliferasi, diferensiasi abnormal dan

tumbuh secara autonom yang menyebabkan infiltrasi ke jaringan sekitar merusak

serta menyebar ke bagian tubuh yang lain (Smeltzer & Bare, 2017).

Wanita yang menderita kanker payudara dan menjalani kemoterapi

mengalami gangguan bukan pada fisik saja tetapi juga pada kondisi emosi dan

mentalnya (Anjar et al., 2020). Payudara tidak hanya berfungsi sebagai organ

yang berperan dalam menghasilkan air susu, namun juga berperan sebagai organ

yang memiliki daya tarik (attractiveness) bagi kaum pria atau suaminya, sehingga

payudara mempunyai arti psikologis tersendiri bagi masing-masing wanita

(Retnaningsih, Roudhotul, Mariyati, 2021). Pasien yang mengalami kanker

payudara cenderung akan malu dengan suaminya karena organ daya tariknya

mengalami suatu penyakit yang tidak biasa. Kemoterapi selain memberikan efek

positif juga memberikan efek samping yaitu berupa rambut rontok, tubuh lemah,

1
kulit membiru atau menghitam serta rusaknya payudara yang mengakibatkan

terjadinya perubahan terhadap self esteem pasien (Stuart, G.W. & Sundeen, 2013;

Sudana, 2016).

World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 287.850

kasus baru kanker payudara yang akan didiagnosis pada wanita di Amerika

Serikat pada tahun 2022 (WHO, 2022). Data International Agency for Research

on Cancer yang dirilis WHO tahun 2018 menunjukan bahwa kanker payudara

mempunyai insiden tertinggi nomor satu di seluruh dunia dengan angka kejadian

sebesar 2.088.849 (11,6%) dari total 18.078.957 kasus kanker dengan angka

kematian sebesar 626.679 (6,6%) dari total 9.555 027 kematian (WHO, 2018).

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukan prevalensi kanker payudara

menempati urutan pertama di Indonesia yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk

dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk, yang diikuti kanker leher

rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per

100.000 penduduk (Kementrian Kesehatan RI, 2018).

Data Dinas Kesehatan Provinsi Bali (2021) menunjukan kanker payudara

menempati urutan pertama pasien kanker di Bali, dimana terjadi peningkatan

persentase kasus setiap tahunnya. Pada tahun 2018 sebanyak 556 kasus baru

pasien kanker payudara dari total 2220 kasus kanker payudara, tahun 2019

sebanyak 278 kasus baru dari total 956 kasus kanker payudara dan tahun 2020

sebanyak 779 kasus baru dari total 4.267 pasien kanker payudara. Sebaran

penyakit kanker payudara dari kabupaten/kota di Bali pada tahun 2018 yaitu 309

kasus baru berasal dari Mangusada dan Denpasar sebanyak 179 kasus baru. Tahun

2
2019 yaitu Mangusada sebanyak 193 kasus baru dan Denpasar sebanyak 68 kasus

baru. Tahun 2020 yaitu sebanyak 674 pasien berasal dari Gianyar dan 102 pasien

berasal dari Mangusada (Data Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2020).

Adanya permasalahan psikologis yang dialami oleh pasien

mengindikasikan bahwa kanker payudara yang dialaminya merupakan suatu

kondisi yang sangat menekan sehingga hal ini menyebabkan self esteem yang

rendah. Pasien kanker yang menjalani kemoterapi mengekspresikan

ketidakberdayaan, merasa tidak sempurna, merasa malu dengan penyakitnya,

merasa tidak bahagia, merasa tidak menarik lagi, perasaan kurang diterima oleh

orang lain, merasa terisolasi, takut, berduka berlama-lama di tempat tidur,

ketidakmampuan atau merasa gagal dalam memenuhi kebutuhan keluarga, kurang

tidur, sulit berkonsentrasi, kecemasan dan depresi. Self esteem merupakan hasil

penilaian individu terhadap dirinya sendiri. Penilaian ini menyatakan suatu sikap

yang berupa penolakan atau penerimaan dan juga menunjukkan seberapa besar

individu itu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil, dan berharga

(Anggraini et al., 2018).

Self esteem yang rendah pada pasien kanker payudara yang menjalani

perawatan kemoterapi bila tidak diatasi maka dapat memperlambat proses

penyembuhan, menurunkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan kanker

payudara baik kemoterapi maupun radioterapi, menurunkan sistem imun,

menurunkan nafsu makan pasien, merasa terisolasi, takut, berduka, berlama-lama

di tempat tidur, selain itu juga menyebabkan stres dan depresi, mengalami

3
penurunan mental secara drastis akibatnya pasien dapat mengalami depresi

bahkan bunuh diri (Nurhidayati & Rahayu, 2018; Pardede et al., 2020).

Salah satu cara meningkatkan self esteem pada pasien kanker adalah

dengan cara meningkatkan peran serta keluarga terutama suami. Pada keadaan

psikologi yang kurang baik akibat kondisi fisik pasien kanker payudara sangat

membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga terutama

suami dari pasien itu sendiri. Suami merupakan orang yang terdekat dengan

pasien yang memberikan ketenangan dan kenyamanan dalam berbagai kondisi

penyakit yang dialami pasien. Dukungan suami adalah suatu dukungan yang

bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari suaminya serta dapat menimbulkan

pengaruh positif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis (Nurhidayati & Rahayu,

2018).

Seseorang yang mendapatkan dukungan suami akan merasa diperhatikan,

disayangi, merasa berharga dapat berbagi beban, percaya diri dan menumbuhkan

harapan sehingga mampu menangkal atau mengurangi stres (Mubarak, 2017).

Pentingnya dukungan suami dalam pengobatan fisik maupun psikologis pasien

kanker payudara dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati &

Rahayu (2018), dimana terdapat berbagai macam bentuk dukungan yang

diberikan suami kepada pasien (istri) yang sedang menjalani kemoterapi yaitu

dukungan emosional dengan memberi semangat dan pujian saat kemoterapi,

dorongan, menghibur serta memotivasi pasien menjalani pengobatan, dukungan

penilaian dengan peduli pengobatan dan membiarkan pasien yakin dengan proses

kemoterapi, dukungan instrumental dengan menanggung biaya pemeriksaan,

4
memberi bantuan saat beraktivitas, mengantar saat kemoterapi, memberi fasilitas

hiburan, serta memenuhi kebutuhan makan dan minum, dan dukungan informasi

dengan memberi fasilitas buku, mencari di internet, aktif bertanya pada dokter.

Selain untuk pasien kanker payudara, dukungan suami juga dapat

diaplikasikan pada berbagai kasus antara lain menurut Bakri et al. (2019) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa dukungan suami berpengaruh terhadap kualitas

pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Sempur Kota Bogor. Hasil

penelitian yang sama juga ditunjukan dalam penelitian Fairus & Widiyanti (2014)

menunjukan bahwa dukungan suami dapat menurunkan depresi pasangannya pada

masa post nifas. Hal yang sama juga ditunjukan dalam penelitian Nurianti et al.,

(2021) dimana hasil penelitiannya menunjukan bahwa dukungan suami dapat

menurunkan kecemasan ibu yang akan menjalani persalinan

Jumlah pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Prof.

Dr.I.G.N.G Ngoerah pada tahun 2020 sebanyak 5.023 kunjungan dimana terdapat

947 pasien yang menjalani kemoterapi, tahun 2021 sebanyak 8.303 kunjungan

dimana terdapat 1.123 pasien yang menjalani kemoterapi serta tahun 2022

terdapat 4.112 pasien (periode Januari-Agustus 2022) dimana terdapat 841 yang

menjalani kemoterapi. Studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Poliklinik

Bedah Onkologi RSUP Prof.Dr.I.G.N.G Ngoerah pada tanggal 1-2 Agustus 2022

dilakukan wawancara terhadap 8 pasien tentang self esteem diperoleh hasil bahwa

5 orang mengatakan merasa diri tidak berharga, merasa diri tidak berdaya, merasa

diri tidak ada yang dibanggakan karena penyakitnya, tidak menerima dengan

keadaan sakitnya, serta merasa diri tidak berguna, sedangkan 3 orang responden

5
mengatakan hal yang sama, namun menerima dengan keadaan sakitnya serta

masih merasa berguna dalam perannya sebagai seorang ibu dan istri bagi keluarga

terutama untuk suaminya.

Selama ini pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi mengalami

penurunan self esteem akibat adanya luka pada payudara maupun perubahan

penampilan akibat efek samping kemoterapi sehingga diperlukan dukungan dari

suami sebagai pasangan dan orang yang terdekat dengan pasien untuk

meningkatkan self esteem pasien. Namun dari hasil observasi dan wawancara

terdapat beberapa pasien yang sangat jarang didampingi oleh suami dalam

menjalani kemoterapi, padahal pendampingan suami sangat diperlukan oleh

pasien saat menjalani kemoterapi. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang hubungan dukungan suami dengan self esteem

pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Poliklinik Bedah

Onkologi RSUP Prof. Dr.I.G.N.G Ngoerah.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian

yaitu “Adakah hubungan dukungan suami dengan self esteem pada pasien kanker

payudara yang menjalani kemoterapi di Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Prof.

Dr. I.G.N.G Ngoerah?”

6
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan dukungan

suami dengan self esteem pada pasien kanker payudara yang menjalani

kemoterapi di Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Prof. Dr.I.G.N.G Ngoerah.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi dukungan suami pada pasien kanker payudara yang

menjalani kemoterapi di Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Prof. Dr.I.G.N.G

Ngoerah

2. Mengidentifikasi self esteem pada pasien kanker payudara yang menjalani

kemoterapi di Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Prof. Dr.I.G.N.G Ngoerah

3. Menganalisis hubungan dukungan suami dengan self esteem pada pasien

kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Poliklinik Bedah Onkologi

RSUP Prof. Dr.I.G.N.G Ngoerah.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan dalam

pengembangan ilmu keperawatan terkait perawatan pada pasien kanker payudara

khususnya dalam hal meningkatkan self esteem pasien kanker payudara melalui

dukungan dari suami.

7
1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi perawat

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan melalui keikutsertaan suami dalam proses perawatan pasien kanker

payudara sehingga mampu meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

2. Bagi rumah sakit

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam

penyusunan standar operasional prosedur (SOP) perawatan pada pasien kanker

payudara dengan cara melibatkan suami dalam proses perawatan.

3. Bagi Pasien

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peran serta suami dalam

proses perawatan pasien kanker payudara, sehingga melalui dukungan suami

maka pasien akan merasa lebih dihargai dan dicintai suaminya sehingga proses

penyembuhan secara psikis dapat membantu penyembuhan fisik pasien.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan penelitian yang

berkaitan dengan usaha meningkatkan self esteem pasien kanker payudara melalui

peningkatan dukungan suami, sehingga dapat diteliti lebih lanjut tentang faktor-

faktor apa saja yang berpengaruh terhadap self esteem pasien.

1.5 Keaslian penelitian

Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan sejenis dengan penelitian ini adalah:

1. Taufik et al. (2019) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengalaman Suami

Dalam Mendampingi Istri Dengan Kanker Payudara yang Sedang Menjalani

8
Kemoterapi”. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif,

dengan pendekatan fenomenologi, menggunakan teknik purposive sampling

terhadap 5 partisipan. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam dan

observasi, serta dianalisis menggunakan cara content thematic. Hasil

penelitian menunjukan rata-rata suami penderita kanker payudara menyatakan

bahwa mereka bingung, cemas, marah, serta mengalami gangguan pola tidur

saat istri mereka terdiagnosa kanker dan harus menjalani kemoterapi.

Keinginan suami yang besar untuk kesembuhan istri memunculkan dorongan

yang penuh secara internal maupun eksternal. Namun adapula terdapat

hambatan dalam menjalani kemoterapi dari segi faktor ekonomi, sosial,

psikologis istri. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada desain

penelitian yang digunakan. Persamaannya terletak pada variabel bebas

penelitian yang digunakan.

2. Bakri et al. (2019) dalam penelitiannya yangn berjudul Hubungan Dukungan

Suami Dengan Pemberian Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sempur

Kota Bogor Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian

crossectional, menggunakan teknik purposive sampling terhadap 83

responden. Data dikumpulkan dengan penyebaran kuesioner. Analisa data

dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan bahwa

tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif

dengan p value sebesar 0,220 dan Odd Ratio sebesar 1,97. Perbedaan dengan

penelitian ini terletak pada variabel terikat, responden dan Teknik Analisa

9
data yang digunakan. Persamaannya terletak pada variabel bebas penelitian

yang digunakan.

3. Sudana (2016), dalam penelitiannya yang berjudul “Gambaran Harga Diri

Pada Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemotrapi Di RSUD Ulin

Banjarmasin”. Penelitian ini mengunakan metode deskriptif dengan

pendekatan survei di lakukan di RSUD Ulin Banjarmasin. Sampel penelitian

sebanyak 30 responden yang di ambil dengan tehnik purposive sampling.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar penderita

kanker payudara yang menjalani kemotrapi memiliki harga diri tinggi yaitu

sebanyak 53,3% dan sebanyak 46,7% memiliki harga diri sedang. Perbedaan

dengan penelitian ini terletak pada salah satu variabelnya, metode penelitian

dan teknik analisa data yang digunakan. Persamaannya terletak pada salah

satu variabel yang digunakan.

4. Lusiatun, Mudigdo, A. & Murti., (2016) dalam penelitiannya yang berjudul

“The Effect of Self-Efficacy, Family Support, and Socio-Economic Factors

on the Quality of Life of Patients with Breast Cancer at Dr. Moewardi

Hospital, Surakarta”. Sampel penelitian sebanyak 96 responden yang di ambil

dengan tehnik purposive sampling. Hasil penelitian dengan regresi logistic

berganda menunjukan terdapat hubungan yang positif antara self efficacy,

dukungan keluarga, pendidikan dan pendapatan terhadap kualitas hidup

pasien kanker payudara. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada

beberapa variabelnya yaitu self efficacy, pendapatan dan pendidikan, jumlah

variabel yang digunakan dan teknik analisa data yang digunakan.

10
Persamaannya terletak pada salah satu variabel yang digunakan yaitu

dukungan keluarga/pasangan serta metode penelitian yaitu crossectional

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Self Esteem Pada Pasien Kanker Payudara

2.1.1.1 Pengertian self esteem pada Pasien Kanker Payudara yang Menjalani

Kemoterapi

Self esteem adalah persepsi tentang penerimaan diri, kompetensi diri, dan

sikap terhadap diri sendiri sendiri (NANDA, 2021).

Self esteem adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Self esteem juga

didefinisikan sebagai komponen evaluasi terhadap diri; penilaian afektif di dalam

konsep diri yang terdiri dari perasaan berharga dan penerimaan, yang

dikembangkan dan dipelihara sebagai konsekuensi dari kesadaran individu akan

kompetensinya, pencapaiannya, dan umpan balik dari lingkungan (Stuart, G.W. &

Sundeen, 2013)

Coopersmith (1967 dalam Mahdalena & Aiyub (2017) mendefinisikan self

esteem sebagai evaluasi yang dibuat individu terhadap dirinya, yang

mengindikasikan sejauh mana individu mempercayai bahwa dirinya mampu,

penting, sukses, dan berharga.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa self esteem pada

pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi merupakan penilaian personal

dari individu penderita kanker payudara yang mengalami perubahan fisik terutama

12
pada payudara mengenai perasaan berarti dan berharga yang diekspresikan

melalui sikap-sikap individu terhadap dirinya.

2.1.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi self esteem

Menurut Stuart, G.W. & Sundenen (2013) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi self esteem seorang individu Sumber-sumber terpenting yang

mempengaruhi pembentukan dan perkembangan self esteem adalah:

1. Faktor Fisik Seperti umur, ciri fisik dan penampilan wajah manusia.

Misalnya: beberapa orang cenderung memiliki harga diri yang tinggi apabila

memiliki wajah yang menarik.

2. Faktor Psikologis Seperti kepuasan kerja, persahabatan, kehidupan romantis.

Misalnya: seorang laki-laki memperlakukan pasangannya dengan sangat

romantis, maka akan meningkatkan harga dirinya

3. Faktor Lingkungan Sosial seperti keluarga, orang tua dan teman sebaya.

Misalnya: kalau orang tua mampu menerima kemampuan anaknya

sebagaimana yang ada, maka anak menerima dirinya sendiri. Tetapi, kalau

orang tua menuntut lebih tinggi dari apa yang ada pada diri anak sehingga

mereka tidak menerima sebagaimana adanya.

4. Faktor Tingkat Intelegensi Semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang,

maka semakin tinggi pula harga dirinya dan jelas bahwa tingkat

intelegensinya ternyata mempengaruhi harga diri seseorang dan terlihat

adanya hubungan positif diantara keduanya.

13
5. Faktor Status Sosial Ekonomi Secara umum seseorang yang berasal dari

status sosial ekonomi rendah memiliki harga diri yang lebih rendah daripada

yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi.

6. Faktor Ras dan Kebangsaan Seseorang yang berkulit hitam dan bersekolah

disekolah-sekolah orang yang berkulit putih memiliki harga diri yang lebih

tinggi daripada orang-orang Australia, India, dan Irlandia.

7. Faktor Urutan Keluarga Anak tunggal cenderung memiliki harga diri yang

lebih tinggi daripada anak- anak yang memiliki saudara sekandung. Selain itu

anak laki-laki sulung yang memiliki adik kandung perempuan cenderung

memiliki harga diri yang lebih tinggi.

Menurut Coopersmith (1967, dalam Oktavia, 2015) sumber-sumber

terpenting yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan self esteem

adalah:

1. Pengalaman dalam keluarga

Coopersmith (1967, dalam Oktavia, 2015) menyimpulkan bahwa ada

beberapa tipe perilaku orangtua yang dapat meningkatkan self esteem, yaitu:

1) Menunjukkan penerimaan, afeksi, minat, dan keterlibatan pada kejadian-

kejadian yang dialami anak

2) Menerapkan batasan-batasan jelas prilaku anak secara teguh dan konsisten,

3) Memberikan kebebasan dalam batas-batas yang menghargai inisiatif

4) Bentuk disiplin yang tak memaksa (menghindari hak-hak istimewa dan

mendiskusikan alasan-alasannya daripada memberikan hukuman fisik).

2. Umpan balik dalam performa

14
Self esteem diperoleh sebagai agen penyebab yang aktif terhadap hal-hal

yang terjadi di dunia dan dalam pengalaman untuk mencapai tujuan serta

mengatasi rintangan-rintangan atau kesulitan yang muncul. Self esteem sebagian

terbentuk berdasarkan perasaan individu tentang kemampuan (competence) dan

kekuatan (power) untuk mengontrol atau mengendalikan kejadiankejadian yang

menimpa kehidupan individu itu sendiri.

3. Perbandingan sosial

Perbandingan sosial adalah hal penting yang dapat mempengaruhi self

esteem karena perasaan mampu atau berharga diperoleh dari performa individu

yang sebagian besar dilihat dari perbandingan antara peforma individu satu

dengan individu lainnya ketika melakukan tugas yang sama. Bahkan tujuan

pribadi individu secara luas berasal dari inspirasi sukses dari tokoh yang dikagumi

individu dan tolak ukur tercapainya tujuan tersebut dapat dilihat dari

membandingkan capaian kesuksesan pribadi individu dengan capaian kesuksesan

sang tokoh idola. Evaluasi tentang capaian kesuksesan ataupun performa individu

paling banyak diterima dari lingkungan sosial terdekat, seperti keluarga, teman-

teman sebaya, guru ataupun dosen, serta rekan kerja.

2.1.1.3 Komponen/dimensi self esteem

Menurut Coopersmith (1967, dalam Oktavia, 2015), komponen atau

aspek-aspek dalam self esteem terdiri dari:

15
1. Significance (Keberartian)

Significance merupakan penerimaan perhatian dan kasih sayang dari orang

lain. Penerimaan dan perhatian ditandai dengan adanya kehangatan, tanggapan,

minat, serta rasa suka terhadap individu sebagaimana individu itu sebenarnya.

2. Power (Kekuatan)

Power menunjukkan suatu kemampuan untuk bisa mengatur dan

mengontrol tingkah laku orang lain berdasarkan pengakuan dan rasa hormat yang

diterima individu dari orang lain. Kesuksesan dalam area power diukur dengan

kemampuan individu dalam mempengaruhi arah tindakan dengan mengendalikan

perilakunya sendiri dan orang lain. Power meliputi penerimaan, perhatian, dan

perasaan terhadap orang lain.

3. Competence (Kompetensi)

Competence dimaksudkan sebagai keberhasilan dalam mencapai prestasi

sesuai tuntutan, baik tujuan atau cita-cita, baik secara pribadi maupun yang

berasal dari lingkungan sosial. Kesuksesan dalam area competence ditandai

dengan tingginya tingkat performa, sesuai dengan tingkat kesulitan tugas dan

tingkat usia.

4. Virtue (Kebajikan)

Menunjukkan adanya suatu ketaatan untuk mengikuti standar moral, etika,

dan agama. Seseorang yang mengikuti kode etik dan moral yang telah diterima

dan terinternalisasi di dalam diri berasumsi bahwa perilaku diri yang positif

ditandai dengan keberhasilan memenuhi kode tersebut.

Menurut Felker (1974, dalam Irawati, 2016) komponen self esteem terdiri dari:

16
1. Feelings of belonging

Komponen ini menyangkut perasaan bahwa seseorang individu merupakan

bagian dari kelompok tertentu, diterima, dicintai dan dihargai oleh kelompoknya.

2. Feelings of competence

Komponen ini menyangkut perasaan individu ketika dia berhasil

mencapau suatu hasil yang diharapkan. Perasaan ini merupakan persepsi

mengenai kemampuan yang dimiliki seseorang

3. Feelings of worth

Merupakan komponen self esteem yang menyangkut perasaan mengenai

apakah seseorang berharga atau tidak di mata orang lain.

Rosenberg (1995, dalam dalam Irawati, 2016) menyatakan bahwa self

esteem memiliki dua aspek, yaitu penerimaan diri dan penghormatan diri. Kedua

aspek tersebut memiliki lima dimensi yaitu: dimensi akademik, sosial, emosional,

keluarga, dan fisik.

1. Dimensi akademik mengacu pada persepsi individu terhadap kualitas

pendidikan individu.

2. Dimensi sosial mengacu pada persepsi individu terhadap hubungan sosial

individu.

3. Dimensi emosional merupakan hubungan keterlibatan individu terhadap

emosi individu.

4. Dimensi keluarga mengacu pada keterlibatan individu dalam partisipasi dan

integrasi di dalam keluarga.

17
5. Dimensi fisik yang mengacu pada persepsi individu terhadap kondisi fisik

individu.

2.1.1.4 Tingkatan self esteem

Stuart, G.W., and Sundenen, S.J (2013), menyebutkan bahwa individu

dengan self esteem yang berbeda hidup dalam dunia yang berbeda. Individu yang

memiliki penilaian yang rendah terhadap dirinya terhambat oleh tingkat

kecemasan, kemampuan yang rendah dalam mengungkapkan perasaan, serta lebih

sering menderita gangguan psikosomatis dan perasaan depresi. Adapun

karakteristik umum yang tampak pada individu dari berbagai tingkatan self esteem

menurut adalah sebagai berikut:

1. Tingkat self esteem tinggi

Individu yang memiliki self esteem tinggi akan puas dengan karakter dan

kemampuan dirinya yang ditandai dengan adanya evaluasi diri yang positif

sehingga memiliki gambaran diri yang positif, mampu menerima masukan dari

lingkungannya, dapat melakukan evaluasi secara positif dan mampu

mengoptimalkan dan mengendalikan harga diri yang dimilikinya. Individu dengan

self esteem yang tinggi lebih independen dalam menghadapi berbagai macam

situasi, memiliki karakter yang konsisten dalam merespon sesuatu. Gambaran

dirinya akan menjelaskan bahwa individu tersebut adalah seorang yang bernilai

dan penting, mempunyai kemampuan sebaik individu lain seusianya. Individu

tersebut merasa bahwa dirinya dinilai sebagai seorang yang berharga dan

dipertimbangkan oleh orang-orang terdekatnya (Stuart, G.W. & Sundeen, 2013).

18
Individu dengan self esteem yang tinggi ini juga memiliki kemampuan

untuk mempengaruhi orang lain dikarenakan adanya pengakuan orang-orang

terhadap cara pandang dan pendapat yang dimilikinya. Selain itu, individu dengan

self esteem yang tinggi juga merasa percaya diri dengan pandangan dan keputusan

yang dibuatnya, serta sikap-sikap positif yang dimiliki oleh individu dengan harga

diri tinggi akan membimbingnya pada penerimaan pribadi dan kepercayaan

terhadap reaksi dan konklusi yang dibuatnya sendiri, serta memacu individu

tersebut untuk memunculkan ide-ide baru. Selain itu, sikap-sikap positif pada

individu dengan self esteem yang tinggi akan membantunya memiliki

kemandirian sosial yang lebih baik (Stuart, G.W. & Sundeen, 2013).

2. Tingkat self esteem sedang

Pada dasarnya individu yang memiliki tingkat self esteem sedang memiliki

kesamaan dengan individu yang memiliki tingkat self esteem yang tinggi dalam

hal penerimaan diri. Individu tersebut memiliki penerimaan yang relatif baik,

pertahanan yang baik, serta pemahaman dan penghargaan yang sangat baik.

Namun, kurang konsisten dalam mempertahankan pandangannya. Selain itu,

individu dengan self esteem sedang juga ragu-ragu dengan penghargaan yang

dimilikinya dan cenderung tidak yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya

dibandingkan individu lainnya. Individu tersebut memiliki sejumlah pernyataan

positif tentang dirinya, tetapi penilaian yang dimilikinya mengenai kemampuan,

keberartian, dan harapan lebih moderat dibandingkan yang lain (Stuart, G.W. &

Sundeen, 2013).

19
3. Tingkat self esteem rendah

Individu dengan self esteem rendah adalah individu yang hilang

kepercayaan dirinya dan tidak mampu menilai kemampuan serta atribut-atribut

dalam dirinya. Individu dengan self esteem rendah menilai atribut-atribut yang ada

di dalam dirinya sebagai hal yang negatif. Individu tersebut mempunyai sikap

yang negatif terhadap dirinaya sendiri. Gambaran diri pada individu tersebut

cenderung memberi kesan depresi dan pesimis. Individu dengan self esteem

rendah tidak yakin dengan ide, kemampuan, dan pandangannya sendiri. Individu

tersebut juga merasa bahwa lingkungan tidak memberikan perhatian kepada setiap

hal yang dilakukannya. Individu dengan self esteem yang rendah juga merasa

terisolasi, tidak pantas dicintai, tidak mampu mengekspresikan diri, dan tidak

mampu mempertahankan dirinya sendiri. Individu tersebut bahkan merasa terlalu

lemah untuk melakukan konfrontasi dan melawan kelemahan yang dimilikinya

sendiri. Individu dengan self esteem yang rendah memiliki perasaan ditolak, ragu-

ragu, dan tidak berharga. Individu tersebut merasa tidak memiliki kekuatan, hal

ini menyebabkan ekspektasi individu akan masa depannya sangat rendah (Stuart,

G.W. & Sundeen, 2013).

2.1.1.5 Pengukuran self esteem

Pengukuran self esteem yang banyak digunakan adalah skala Rosenberg

dan Coopersmith. Pengukuran self esteem dengan skala Rosenberg terdiri dari 10

item pertanyaan yang mengukur secara umum penilaian self esteem secara positif

dan negatif. Skala Rosenberg versi Bahasa Indonesia menggunakan lima poin

pemilihan yaitu untuk pertanyaan unfavourable sangat tidak setuju (4), tidak

20
setuju (3), tidak menentukan setuju atau tidak setuju (2), setuju (1) dan sangat

setuju (0), sedangkan untuk pertanyaan favourable sangat tidak setuju (0), tidak

setuju (1), tidak menentukan setuju atau tidak setuju (2), setuju (3) dan sangat

setuju (4).

Kuesioner self esteem menurut Coopersmith (1967) terdiri dari 50 item

pertanyaan yang disesuaikan dengan keadaan diiri sendiri. Cara memilih jawaban

dengan memilih diantara dua pilihan yaitu seperti saya dan tidak seperti saya,

kemudian menjumlahkan seluruh skornya (Coopersmith, 1967 dalam Stuart, G.W.

& Sundenen, 2013)

Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala pengukuran Rosenberg

Self Esteem Scale (RSAS) karena jumlah kuesioner yang lebih sedikit dan

sederhana sehingga tidak membebankan responden saat menjawab kuesioner

(Sarandria, 2017).

2.1.2 Konsep Kanker Payudara

2.1.2.1 Definisi kanker payudara

Kanker payudara adalah jenis kanker yang berasal dari kelenjar saluran

dan jaringan penunjang payudara yang merupakan kanker solid yang mempunyai

insiden tertinggi nomer 1 di Negara barat (Tjakra, 2010). Menurut Smeltzer &

Bare (2017) kanker payudara adalah suatu penyakit neoplasma ganas yang berasal

dari parenkim. Kanker ini mulai tumbuh di dalam jaringan payudara, di dalam

kelenjar susu, saluran susu dan jaringan lemak payudara. Hal yang serupa juga

diungkapkan oleh Price, S.A. & Wilson (2013), yang menyatakan bahwa kanker

payudara adalah tumor ganas pada jaringan payudara. Jaringan payudara terdiri

21
dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu),

dan jaringan penunjang payudara. Word Health Organization (WHO) penyakit ini

dimasukkan ke dalam International Classification of Disease (ICD) dengan kode

174-175.

Berdasarkan pengertian ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa kanker payudara adalah suatu penyakit neoplasma ganas yang berasal dari

parenkim. Kanker ini mulai tumbuh di dalam jaringan payudara, di dalam kelenjar

susu, saluran susu dan jaringan lemak payudara.

2.1.2.2 Etiologi kanker payudara

Smeltzer & Bare (2017) menjelaskan bahwa tidak ada satu pun penyebab

spesifik dari kanker payudara, sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormon, dan

kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini.

1. Hormon

Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting

dalam kanker payudara. Dua hormon ovarium yaitu Exstradiol dan Progesteron

mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor

pertumbuhan kanker payudara. Dengan demikian semua wanita dianggap beresiko

untuk mengalami kanker payudara selama masa kehidupan mereka.

2. Genetik

Kanker payudara terjadi karena adanya kerusakan pada gen yang mengatur

pertumbuhan dan diferensiasi sel, sehingga sel itu tumbuh dan berkembang biak

tanpa dapat dikendalikan. Kerusakan gen itu dapat disebabkan oleh karsinogen,

virus, hormon dan sebagainya. Sekumpulan faktor genetik beresiko menyebabkan

22
terjadinya kanker. Beberapa keluarga yang memiliki riwayat keturunan kanker

beresiko lebih tinggi untuk menderita kanker tertentu bila dibandingkan dengan

keluarga lainnya yang tidak menderita kanker. Misalnya resiko wanita untuk

menderita kanker payudara meningkat 1,5-3 kali jika ibunya atau saudara

perempuannya menderita kanker.

2.1.2.3 Faktor-faktor risiko kanker payudara

Smeltzer & Bare (2017) menjelaskan bahwa faktor-faktor risiko pasien

dengan kanker payudara mencakup:

1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara, resiko mengalami kanker payudara

pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun.

2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari

wanita dengan kanker payudara

3. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia

30 tahun berisiko hampir dua kali lipat.

2.1.2.4 Tanda dan gejala kanker payudara

Price, S.A. & Wilson (2013) menyatakan bahwa ada tiga tanda dan gejala

kanker payudara dilihat dari fase-fasenya yaitu:

1. Fase awal

Kanker payudara asimtomatik (tanpa tanda dan gejala). Tanda dan gejala

yang paling umum adalah benjolan dan penebalan pada payudara. Kebanyakan

kira-kira 90% ditemukan oleh penderita sendiri. Kanker payudara pada stadium

dini biasanya tidak menimbulkan keluhan.

2. Fase lanjut

23
1) Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya.

2) Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati.

3) Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau

diobati.

4) Puting sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari puting atau keluar air

susu pada wanita yang sedang tidak hamil atau tidak menyusui.

5) Puting susu tertarik ke dalam.

6) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peud d’orange).

3. Metastase luas

1) Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.

2) Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.

3) Peningkatan alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran

ke tulang.

4) Fungsi hati abnormal.

2.1.2.5 Diagnosis dan skrining

Diperkirakan 95% wanita yang didiagnosis pada tahap awal kanker

payudara dapat bertahan hidup lebih dari 5 tahun setelah diagnosis, sehingga

banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita menjalani SADARI

(periksa payudara sendiri) di rumah secara rutin dan menyarankan dilakukannya

pemeriksaan rutin tahunan untuk mendeteksi adanya benjolan pada payudara.

Pemeriksaan penunjang lain juga dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya

kanker payudara selain dengan tes fisik. Pemeriksaan ini meliputi mammografi,

ultrasonografi dan biopsi (Smeltzer & Bare, 2017).

24
2.1.2.6 Pentahapan kanker payudara

Menurut Price, S.A. & Wilson (2013) pentahapan mencakup

pengklasifikasian kanker payudara berdasarkan pada keluasan penyakit.

Pentahapan segala bentuk kanker sangat penting karena hal ini dapat membantu

tim perawatan kesehatan merekomendasikan pengobatan terbaik yang ada.

1. Stadium I (stadium dini)

Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran

(metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini, kemungkinan

penyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa ada atau tidak

metastase ke bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di laboratorium.

2. Stadium II

Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada

kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh

hanya 30 - 40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I

dan II biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada

seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk

memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.

3. Stadium III

Tumor sudah cukup besar, sel kanker akan menyebar ke seluruh tubuh,

dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah tidak

ada artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan

kemoterapi (pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-kadang

juga dilakukan operasi untuk mengangkat bagian payudara yang sudah parah.

25
Usaha ini hanya untuk menghambat proses perkembangan sel kanker dalam tubuh

serta untuk meringankan penderitaan penderita semaksimal mungkin. Adapun

pentahapan kanker payudara disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1
Pentahapan Kanker Payudara Berdasarkan Tumor, Nodus dan Metastasis
(pentahapan TNM)

Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II A T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium II B T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium III A T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium III B T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium IIIC Tiap T N3 M0
Stadium IV Tiap T Tiap N M1
Sumber: Tjakra, Panduan Pelaksanaan Kanker Solid (2010)

Keterangan:

Tumor Primer (T)

T0 : Tidak ada bukti tumor primer

Tis : Karsinoma in situ, karsinoma intraduktal, karsinoma lobular in situ atau

penyakit Paget’s putting susu dengan atau tanpa tumor.

T1 : Tumor kurang dari 2 cm dalam dimensi terbesarnya.

T2 : Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak kurang dari 5 cm dalam dimensi

terbesarnya.

T3 : Tumor lebih dari 5 cm dalam dimensi terbesarnya

26
T4 : Tumor sembarang ukuran dengan arah perluasan ke dinding dada atau

kulit

Nodus Limfe Regional

N0 : Tidak ada metastasis nodus limfa regional

N1 : Metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral (s) yang dapat digerakkan.

N2 : Metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral (s) yang terfiksasi pada

satu sama lain atau pada struktur lain nya

N3 : Metastasis ke nodus limfe mamaria internal ipsilateral

Metastasis Jauh (M)

M0 : Tidak ada metastasis yang lebih jauh

M1 : Metastasis jauh termasuk metastasis ke nodus limfe supra klavikular

ipsilateral (Tjakra, 2010).

2.1.2.7 Pengobatan

Menurut Smeltzer, S. C & Barre (2017) , pengobatan kanker payudara meliputi :

1. Pembedahan

Pembedahan digunakan untuk penatalaksanaan kanker stadium dini.

Pembedahan dapat berupa lumpektomi (hanya menghilangkan tumor dan sedikit

sel normal di sekitar jaringan tumor pada payudara) ataupun mastektomi

(pengangkatan seluruh payudara tanpa nodus limfa dibawah lengan).

2. Terapi radiasi (Radioterapi)

Radioterapi adalah penggunaan sinar berenergi tinggi (seperti sinar x)

untuk membunuh atau memperkecil sel kanker. Terapi ini diterapkan setelah

27
menjalani pembedahan untuk menurunkan resiko kekambuhan sebesar 50-70 %,

juga dilakukan sebelum pembedahan untuk mengecilkan masa tumor.

3. Kemoterapi

Kemoterapi juga diterapkan setelah menjalani pembedahan

untuk menurunkan resiko kekambuhan, sebelum pembedahan untuk mengecilkan

masa tumor, dan sebagai terapi utama saat terjadi kekambuhan.

4. Terapi hormonal

Terapi ini bermanfaat pada reseptor estrogen dan progesteron positif

baik pada stadium dini maupun metastasis. Terapi ini digunakan baik secara

tunggal ataupun setelah kemoterapi, misalnya: tamoxifen, letrozol

2.1.3 Konsep Kemoterapi

2.1.3.1 Definisi kemoterapi

Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan sitotoksik dalam terapi kanker

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019)

Smeltzer, S. C & Barre (2017) menyatakan bahwa kemoterapi adalah

penggunaan obat-obat kimia untuk memperlambat penyebaran atau bahkan

membunuh sel kanker.

Kemoterapi dalam pengertian yang paling umum, adalah pengobatan

penyakit dengan bahan kimia terutama untuk membunuh mikro-organisme atau

sel-sel kanker. Dalam penggunaan populer, itu merujuk kepada antineoplastik

yaitu obat-obatan yang digunakan untuk mengobati kanker atau kombinasi obat

ini ke regimen sitotoksik standar perawatan (Tjakra, 2010).

28
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemoterapi

adalah penggunaan obat-obat kimia untuk memperlambat penyebaran atau bahkan

membunuh sel kanker.

2.1.3.2 Cara pemberian kemoterapi

Smeltzer, S. C & Barre (2017) menjelaskan bahwa kemoterapi dapat

diberikan dengan berbagai macam cara sebagai berikut:

1. Kemoterapi sebagai terapi primer

Sebagai terapi utama yang dilaksanakan tanpa radiasi dan pembedahan

terutama pada kasus kanker jenis korio karsinoma, leukemia dan limfoma.

2. Kemoterapi adjuvant 

Pengobatan tambahan pada pasien yang akan mendapatkan terapi lokal atau

paska pembedahan atau radiasi.

3. Kemoterapi neoadjuvant 

Pengobatan tambahan pada pasien yang akan mendapat terapi lokal atau

mendahului pembedahan dan radiasi.

4. Kemoterapi kombinasi

Kemoterapi yang diberikan bersamaan dengan radiasi pada kasus karsinoma

lanjut.

2.1.3.3 Efek samping pemberian kemoterapi

Penatalaksanaan efek samping kemoterapi merupakan bagian penting dari

pengobatan dan perawatan pendukung atau suportif pada penyakit kanker.

Efek samping disebabkan dari efek non spesifik dari obat-obat sitotoksik sehingga

menghambat proliferasi tidak hanya sel-sel tumor melainkan juga sel normal.

29
Efek samping obat kemoterapi atau obat sitotoksik dapat berupa mukositis,

alopesia, infertilitas, trombositopenia, anemia, serta mual muntah (Smeltzer &

Bare, 2017).

Tjakra (2010) menyatakan bahwa intensitas efek samping tergantung pada

karakteristik obat, dosis pada setiap pemberian, maupun dosis komulatif,

sedangkan dari sisi psikologis juga memiliki pengaruh yang bermakna. Efek

samping secara umum pada pasien yang menjalani kemoterapi meliputi efek

samping secara fisiologis dan efek samping secara psikologis.

1. Efek samping fisiologis dari kemoterapi

Mekanisme kerja kemoterapi berhubungan erat dengan siklus sel, sebagian

besar obat kemoterapi hanya bekerja pada sel yang aktif membelah dan beberapa

dari obat tersebut menyerang fase tertentu dari siklus sel secara spesifik. Karena

obat kemoterapi menyerang sel yang mudah membelah maka sel normal yang

aktif membelah juga menjadi sasaran. Efek samping tersebut antara lain:

1) Penekanan pada sumsum tulang

Obat kemoterapi mempengaruhi sel-sel sehingga dapat membelah dengan

cepat. Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadi penurunan sel darah putih,

sel trombosit dan sel darah merah. Apabila sel darah merah terkena pengaruh obat

kemoterapi maka penderita akan lebih mudah mengalami infeksi, mudah memar

dan mudah mengalami pendarahan.

2) Kerusakan pada sel folikel rambut

30
Obat kemoterapi menyebabkan sel rambut membelah dengan cepat yang

akan menyebabkan kerontokan pada rambut. Kerontokan rambut bervariasi mulai

dari kerontokan rambut ringan sampai dengan alopesia.

3) Kerusakan pada sel-sel saluran pencernaan

Obat kemoterapi mengakibatkan sel-sel yang melapisi saluran pencernaan

membelah dengan cepat sehingga mengakibatkan nafsu makan berkurang, mual

muntah, diare, konstipasi dan faringitis.

4) Kerusakan pada sel reproduksi

Obat kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel reproduksi

sehingga berdampak pada gangguan alat-alat reproduksi (infeksi dan peradangan)

yang menyebabkan nyeri dan berpotensi menyebabkan kemandulan.

2. Efek samping psikologis dari kemoterapi

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2019) efek samping

psikologis pada pasien yang menjalani kemoterapi antara lain depresi, kecemasan,

stress dan mudah tersinggung.

2.1.3.4 Jenis kemoterapi pada pasien kanker payudara

Kemoterapi diberikan sebagai kombinasi. Kombinasi kemoterapi yang

akan menjadi standar menurut NCCN (National Comprehensive Cancer Network)

(dalam Tjakra, 2010), yaitu:

1. CMF (Cyclophospamide-Mettrexate-5 Fluoru Uracil)

2. CAF; CEF (Cyclophospamide-Adriamycin/Epirubicin-5 Fluoro Uracil)

3. T-A (Taxanes/Paclitacel/Doxetacel-Adriamicin)

4. Gapecitabene (Xelode oral)

31
5. Beberapa kemoterapi lain, seperti Nevalbine, Gemcitabine (+ cisplatinum)

diberikan sebagai kemoterapi lapis 3.

2.1.4 Konsep Dukungan Suami

2.1.4.1 Definisi Dukungan Suami

Dukungan suami diterjemahkan sebagai sikap penuh perhatian yang

ditujukan dalam bentuk kerjasama yang baik, serta memberikan dukungan moral

dan emosional (Taufik et al., 2019)

Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan suami terhadap istri,

suatu bentuk dukungan di mana suami dapat memberikan bantuan secara

psikologis baik berupa motivasi, perhatian dan penerimaan. Dukungan suami

merupakan hubungan bersifat menolong yang mempunyai nilai khusus bagi istri

sebagai tanda adanya ikatan-ikatan yang bersifat positif (Goldberger & Breznis,

1982 dalam (Nurhidayati & Rahayu, 2018).

Dukungan suami dan pemberian perhatian akan membantu istri dalam

mendapat kepercayaan diri dan harga diri sebagai seorang istri. Dukungan yang

diberikan suami sangat mungkin untuk memberi sumbangan terhadap kestabilan

psikologis seseorang (Nurhidayati & Rahayu, 2018; Pratiwi, 2015)

2.1.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Suami

1. Keintiman (kedekatan hubungan)

Dukungan suami lebih banyak didapat dari keintiman dari pada aspek-

aspek lain dalam interaksi sosial, semakin intim seseorang maka dukungan yang

diperoleh akan semakin besar. Pemberian dukungan sosial dari suami atau istri

32
lebih memiliki keterdekatan yang lebih tinggi dari pada sumber dukungan yang

lainnya. Keterdekatan yang dimaksud di sini lebih menekankan pada kualitas

hubungan bukan kuantitasnya. Individu yang memiliki suatu hubungan dekat

dapat dipercaya cenderung memiliki kesehatan mental yang baik.

2. Harga Diri

Individu dengan harga diri memandang bantuan dari orang lain merupakan

suatu bentuk penurunan harga diri karena dengan menerima bantuan orang lain

diartikan bahwa individu yang bersangkutan tidak mampu lagi dalam berusaha.

3. Ketersediaan pemberi dukungan

Individu yang yakin mendapat dukungan dari pasangannnya apabila

menghadapi kesulitan dapat mengatasi permasalahannya dengan lebih kreatif dari

pada mereka yang ragu dengan ketersedian dukungan.

4. Kualitas pertemuan

Pasangan hidup mempunyai frekuensi pertemuan yang lebih tinggi

dibanding dengan sumber dukungan yang lain. Sehingga pemberian dukungan

sosial dapat lebih sering diberikan oleh suami atau istri daripada sumber-sumber

yang lain (Cohen, 1991 dalam, Hani, 2014).

Menurut Mubarak (2017), dukungan suami atauapun keluarga dapat

diberikan dalam beberapa bentuk yaitu: dukungan informasional, dukungan

penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan emosional. Berikut ini dapat

dijelaskan tentang bentuk-bentuk dukungan tersebut:

1. Dukungan emosional

33
Suami sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan

serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan

emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya

kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan, cinta, simpati, dan

empati.

2. Dukungan penilaian / penghargaan

Suami bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing

dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber validator identitas anggota

keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, dan perhatian, penilaian

ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang.

3. Dukungan instrumental/fasilitas

Suami merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit.

Dukungan ini juga mencakup bantuan langsung, seperti dalam bentuk uang,

peralatan, dan waktu.

4. Dukungan informasional

Suami berfungsi sebagai sebuah kolektor dan deseminator (penyebar)

informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi

yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini

adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan

dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek

dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan pemberian

informasi.

34
Menurut (Nurhidayati & Rahayu, 2018) adapun bentuk dukungan suami

pada pasangan yang menderita kanker payudara disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.2
Bentuk Dukungan Suami Pada Pasangan Dengan Kanker Payudara

No Dukungan Indikator Perilaku


1 Instrumental Menanggung pemeriksaan kesehatan, Memberi bantuan saat
kesulitan beraktivitas, Mengantar saat kemoterapi, Memberi fasilitas
hiburan saat kemoterapi, Memenuhi kebutuhan makan dan minuman
2 Penghargaan Peduli dengan proses pengobatan kemoterapi, mengingatkan jadwal
kemoterapi
3 Emosional Menghibur, Memotivasi, Menerima, Mengerti pasangan
4 Informasi Aktif bertanya pada petugas kesehatan, Memberi buku, mencari
tahu melalui internet, memberi saran dan nasehat

2.1.4.3 Alat ukur dukungan suami

Untuk kuesioner dukungan suami terdiri dari 12 pertanyaan yang dikutip

dari Nursalam (2015). Mengukur dukungan suami menggunakan kriteria

penilaian sebagai berikut:

TP = Tidak pernah, nilai: 0

KD = Kadang- kadang, nilai: 1

SR = Sering, nilai: 2

SL = Selalu, nilai: 3

Skor penilaian adalah sebagai berikut:

1. Dukungan suami tinggi jumlah nilai 25-36

2. Dukungan suami sedang jumlah nilai 13-24

3. Dukungan suami rendah jumlah nilai 0-12 (Nursalam, 2015).

35
2.1.5 Hubungan Dukungan suami dengan Self Esteem pada pasien Kanker

Payudara yang Menjalani Kemoterapi

Pasien kanker payudara yang menerima dukungan dari suami akan

membuat pasien merasa nyaman, diperhatikan, dan tidak sendirian melakukan

kemoterapi. Dukungan berupa semangat yang diberikan oleh suami dapat

membuat pasien lebih nyaman dan merasa dihargai sebagai seorang wanita

sehingga self esteem pasien meningkat. Suami adalah orang yang paling dekat

dengan istri didalam sebuah keluarga yang senantiasa memberikan nasehat, saran,

maupun pemberian informasi tentang kesehatan pasien yang diperoleh dari

petugas kesehatan (Nurhidayati & Rahayu, 2018)

Penurunan self esteem pada pasien kanker payudara membutuhkan

penanganan baik dari petugas medis maupun dari suami pasien yang merupakan

orang terdekat pasien. Suami yang selalu berada bersama pasien hendaknya

memberikan dukungan penuh terhadap pasien. Dukungan suami adalah sikap,

tindakan dan penerimaan suami terhadap pasangan yang sakit. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara dukungan suami dan

status kesehatan anggotanya dimana peran suami sangat penting bagi setiap aspek

perawatan kesehatan pasangannya (Mubarak, dkk, 2010).

Penelitian (Nurhidayati & Rahayu, 2018) menunjukan bahwa dukungan

pasangan pada perempuan dengan kanker payudara yang menjalani kemoterapi

sangat penting dilakukan yang mencakup dukungan instrumental, penghargaan,

emosional, dan informasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Lusiatun,

Mudigdo, A. & Murti., (2016) anggota keluarga terutama suami mampu

36
memberikan berbagai bentuk dukungan kepada penderita kanker payudara secara

emosional dengan merawat pasangannya.

Pentingnya dukungan suami dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan

oleh (Taufik et al., 2019) yang menunjukan hasil bahwa Rata-rata pasangan

penderita kanker payudara menyatakan bahwa mereka bingung, cemas, marah,

serta mengalami gangguan pola tidur saat istri mereka terdiagnosa kanker dan

harus menjalani kemoterapi. Keinginan pasangan yang besar untuk kesembuhan

istri memunculkan dorongan yang penuh secara internal maupun eksternal.

Namun adapula terdapat hambatan dalam menjalani kemoterapi dari segi faktor

ekonomi, sosial, psikologis istri. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya

dukungan suami.

Berkaitan dengan hal ini, perlu upaya untuk meningkatkan dukungan

suami yang berupa dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan

informational ataupun dukungan penilaian/ penghargaan yang sangat diperlukan

oleh pasien/penderita yaitu dengan cara mengikutsertakan keluarga dalam setiap

program keperawatan, seperti pengobatan atau penyuluhan serta memperkuat self

esstem pasien. Motivasi bagi pasien sangatlah penting ini berdasarkan penelitian,

dimana pasien kanker payudara yang mempunyai motivasi yang kurang

disebabkan kurangnya motivasi ekstrinsik yang menyatakan bahwa dukungan dari

keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan

masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi

untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat. Peran pasangan saat

kemoterapi pada pasien kanker payudara orang terdekat dalam suatu hubungan

37
akan sangat berati didalam kehidupanya, cinta dari pasangan mendorong pasien

untuk menjalankan terapinya (Taufik et al., 2019).

2.2 Kerangka konsep penelitian

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat

dikomunikasikan sehingga membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antar variabel (variabel yang diteliti maupun variabel yang tidak diteliti

(Nursalam, 2015). Kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Faktor yang mempengaruhi Dukungan suami


dukungan suami:
1. Dukungan suami tinggi
1. Keintiman
2. Ketersediaan pemberi 2. Dukungan suami sedang - Peningkatan
dukungan 3. Dukungan suami rendah kepatuhan
3. Kualitas pertemuan dalam
menjalani
kemoterapi
- Menurunkan
efek psikologis
dari kemoterapi
Faktor yang mempengaruhi Self - Memperkuat
esteem: hubungan
Self esteem pasien kanker suami istri
1. Faktor Fisik payudara
2. Faktor psikologis
3. Faktor Lingkungan Sosial
- Self esteem tinggi
4. Faktor Tingkat Intelegensi - Self esteem sedang
5. Faktor Status Sosial Ekonomi - Self esteem rendah
6. Faktor Ras dan Kebangsaan

Keterangan:

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

38
= alur pikir

Gambar 2.1
Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Suami dengan Self Esteem Pasien Kanker
Payudara yang Menjalani Kemoterapi

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan sebuah jawaban sementara tentang hubungan yang

diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris

(Nursalam, 2015).

Hipotesis penelitian (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan ada

hubungan/pengaruh antar variabel yang satu dengan yang lain (ada hubungan

dukungan suami dengan self esteem pada pasien kanker payudara yang menjalani

kemoterapi)

39
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian non

eksperimental (deskriptif) dengan studi korelasionel yaitu penelitian yang

mengkaji korelasi hubungan antar variabel. Penelitian ini bertujuan menganalisa

hubungan Antara variabel dukungan suami dengan self esteem pasien kanker

payudara. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang

bersifat analitik yaitu peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada

satu saat. Kata satu saat bukan berarti semua subjek diamati tepat pada saat yang

sama, tetapi artinya tiap subjek hanya di observasi satu kali saja dan pengukuran

variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut. Pada penelitian ini

dukungan suami dan self esteem pasien kanker payudara diukur satu kali saja dan

pengukuran variabel dilakukan pada satu subjek disaat yang sama (Nursalam,

2015)

Variabel independent:
dukungan suami pada pasien
kanker payudara
Uji Intepretasi/
hubungan makna
Variabel dependent: self
esteem pada pasien kanker
payudara

40
Gambar 3.1
Rancangan Penelitian Hubungan Dukungan suami dengan Self esteem pada Pasien
Kanker Payudara di Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah
Tahun 2022
3.2 Kerangka Kerja

Populasi
Seluruh pasien kanker payudara stadium II dan III yang berkunjung ke
Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah pada tanggal-
29 Oktober-21 November 2022 sebanyak 106 pasien

Teknik Sampling
NonProbability Sampling dengan Teknik Purposive Sampling

Kriteria Kriteria
inklusi eksklusi

Sampel
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 84 responden yang
memenuhi kriteria inklusi

Teknik Pengumpulan Data


Melakukan pengukuran tentang dukungan suami dengan menggunakan
kuesioner dukungan suami dan self esteem dengan menggunakan kuesioner self
esteem

Analisis Data
Analisis Bivariat menggunakan Uji Statistik Non Parametrik menggunakan Korelasi
Rank Spearman

Penyajian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Gambar 3.2

41
Kerangka Kerja Hubungan Dukungan suami dengan Self Esteem
pada Pasien Kanker Payudara di Poliklinik Bedah Onkologi
RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Tahun 2022

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Poliklinik Bedah

Onkologi Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah.

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober-21 November 2022

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang diteliti (Setiadi, 2012).

Menurut Sugiyono (2011), Populasi adalah wilayah keseluruhan yang terdiri atas

objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kanker

payudara stadium II dan III yang menjalani kemoterapi dan berkunjung ke

Poliklinik Bedah Onkologi Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah pada tanggal 29 Oktober-

21 November 2022 sebanyak 106 pasien.

3.4.2 Sampel penelitian

Sampel adalah pengambilan sebagian kecil objek dari populasi yang

dianggap sudah mewakili seluruh karakteristik populasi yang diteliti (Nursalam,

42
2015). Menurut Sugiyono (2018) sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau

yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Pada

penelitian ini yang menjadi sampel adalah seluruh pasien kanker payudara yang

menjalani kemoterapi dan berkunjung ke Poliklinik Bedah Onkologi Prof. Dr.

I.G.N.G Ngoerah yang memenuhi kriteria inklusi.

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan diteliti (Sugiyono, 2018). Kriteria inklusi

dalam penelitian ini yaitu:

1) Pasien yang bersedia menjadi responden dan kooperatif.

2) Pasien kanker payudara stadium II dan III dengan pengobatan kemoterapi

diatas seri ke 3

3) Pasien yang bisa membaca dan menulis

4) Pasien yang yang masih memiliki suami dan tinggal bersama

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kreteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2015).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu:

1) Pasien yang mengalami gangguan komunikasi verbal dan gangguan

pendengaran

2) Pasien dengan nyeri berat (7-10 skala nyeri)

3) Responden yang sudah pernah menjadi subjek penelitian yang sama

3.4.3 Teknik sampling

43
Teknik sampling yang digunakan adalah non probability (non random

sampling) jenis purposive sampling. Nursalam (2015) menyatakan purposive

sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel

diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah

penelitian). Menurut Sugiyono (2018). purposive sampling yaitu teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti. Pada

peneilitian ini sampel pasien kanker payudara di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah

dipilih dari semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sesuai

dengan pertimbangan peneliti.

Perhitungan jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dihitung dengan

rumus (Nursalam, 2015)

N = Perkiraan jumlah populasi

n = Perkiraan jumlah sampel

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,05)

Jumlah pasien kanker payudara yang berkunjung ke Poliklinik Bedah

Onkologi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah pada pada bulan Januari-Agustus

2022 adalah sebanyak 841 pasien dengan rata-rata kunjungan pasien sebanyak

106 kunjungan per bulan. Adapun perhitungan jumlah sampel yaitu:

106
n=
1+ 106 (0,052)

n= 106

1+ 0,265

n 44
n= 83,79 = 84 responden

Jadi jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sudah sesuai

dengan perhitungan jumlah sampel yaitu sebanyak 84 responden.

3.5 Variabel Penelitian dan Definasi Operasional Variabel

3.5.1 Variabel Penelitian

Nursalam (2015) menyatakan variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang

dimiliki oleh anggota suatu kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan

yang dimiliki oleh kelompok tersebut. Sugiyono (2018) menyatakan variabel

adalah karateristik individu atau objek yang mempunyai nilai atau skor yang

berbeda untuk individu. Dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu satu

variabel bebas (independent) dansatu variabel tergantung (dependent).

1. Variabel bebas (independen)

Menurut Sugiyono (2018), variabel bebas adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat

(dependent). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu dukungan suami.

2. Variabel terikat (dependent)

Menurut Nursalam (2015), variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independen).

Variabel tergantung dalam penelitian ini yaitu self esteem pasien kanker payudara.

3.5.2 Definisi operasional variabel

Definisi operasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah yang

digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah

45
pembaca dalam mengertikan makna penelitian (Sugiyono, 2018). Definisi

operasional penelitan ini diuraikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1
Definisi Operasional Hubungan Dukungan suami dengan Self esteem Pasien
Kanker Payudara di Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah
tahun 2022

Variabel Definisi Alat Ukur Skala Skor


1 2 4 5 6
Variabel Jawaban responden terhadap Kuesioner Ordinal 1. Dukungan
independe perilaku suami yang berupa Dukungan suami rendah: skor
n: sikap memperhatikan, suami 0-12
Dukungan menghargai dan mencintai 2. Dukungan suami
Suami yang diberikan suami kepada sedang: skor 13-24
pasien kanker payudara yang 3. Dukungan
terdiri dari dukungan suami tinggi skor
emosional dan penghargaan, 25-36
dukungan fasilitas, dan
dukungan informasi sehingga
pasien merasa aman dan
nyaman dalam perawatan
penyakitnya

Variabel Jawaban responden tentang Kuesioner Ordinal 1. Self esteem rendah:


dependen: penilaian terhadap dirinya self esteem jika skor < 33,3%
Self sendiri yang berupa 2. Self esteem sedang:
esteem penerimaan dan penolakan, jika skor 33,3-
seberapa jauh individu 66,7% dan kriteria
tersebut percaya bahwa 3. Self esteem tinggi:
dirinya mampu, penting, jika skor > 66,7%
berhasil, serta berharga.
terhadap penyakit kanker
payudara yang diderita

3.6 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

3.6.1 Jenis data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Nursalam (2015), menyatakan bahwa data primer adalah data yang

diperoleh dari sumber pertama baik wawancara atau hasil pengisian kuesioner

46
sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan secara tidak langsung

atau sudah dikumpulkan oleh pihak lain misalnya dari rekam medis pasien. Data

primer dalam penelitian ini diperoleh melalui pengisian kuesioner dukungan

suami dan self esteem pada pasien kanker payudara. Data sekunder dalam

penelitian ini berupa diagnosa medis yang didapatkan dari catatan medis pasien.

3.6.2 Cara pengumpulan data

Pada penelitian ini, peneliti telah melibatkan dua orang peneliti

pendamping (enumerator) yang bertugas saat pengumpulan data dan

berpendidikan S1 Keperawatan yang merupakan perawat di Poliklinik Bedah

Onkologi. Sebelum pengumpulan data, perawat tersebut diberi penjelasan tentang

instrumen pengukuran dukungan suami dan self esteem pada pasien kanker

payudara. Langkah-langkah pengumpulan data yaitu:

1. Prosedur Administratif

1) Peneliti telah mengajukan permohonan ijin yang telah dipersiapkan oleh

institusi STIKes Wira Medika Bali yang telah ditandatangani Ketua Program

Studi Keperawatan Program Sarjana yang ditujukan kepada Direktur Utama

RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah. Penelitian ini telah dinyatakan laik etik

oleh Komite Penelitian RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah dengan nomor surat

2769/UN14.2.2.VII.14/LT/2022 tertanggal 24 Oktober 2022. Penelitian ini

juga telah mendapatkan ijin penelitian dengan nomr surat

LB.02.01/XIV.2.2.2/48023/2022 tertanggal 28 Oktober 2022

2) Setelah mendapatkan ijin dan dinyatakan laik etik oleh Komite Penelitian

RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah, peneliti mengajukan permohonan ijin

47
kepada kepala intalasi Rawat Jalan, Koordinator Pelayanan Keperawatan

Rawat Jalan, Penanggung Jawab Poliklinik Bedah Onkologi dan telah

diijinkan untuk melakukan penelitian di Poliklinik Bedah Onkologi.

2. Prosedur Teknis

1) Peneliti dibantu oleh dua orang enumerator yaitu perawat yang bertugas di

Poliklinik Bedah Onkologi yang berpendidikan S1 Keperawatan.

2) Dua orang enumerator telah dikumpulkan dan dilakukan persamaan persepsi

tentang instrumen pengukuran dukungan suami dan self esteem pada pasien

kanker payudara, penyebaran dan pengumpulan kuesioner, serta penentuan

sampel penelitian sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

3) Peneliti telah memilih sampel berdasarkan teknik purposive sampling,

sehingga akan diperoleh sampel sebanyak 84 responden selama 1 bulan

penelitian (29 Oktober-21 November 2022).

4) Peneliti telah melakukan pemilihan sampel yang dilakukan dengan melihat

rekam medis pasien sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah

peneliti tetapkan.

5) Peneliti melakukan validasi jadwal kunjungan pasien sesuai dengan jadwal

kunjungan yang dijadwalkan dengan jumlah kunjungan pasien saat penelitian.

6) Responden yang menjalani proses kemoterapi untuk seri selanjutnya yang

sudah tercatat diregister kemoterapi ditemui oleh peneliti dan enumerator di

ruang kemoterapi ruang Mahotama yaitu sebanyak 56 responden, sedangkan

responden yang ditunda kemoterapi untuk berbagai alasan, peneliti

menemuinya di Poliklinik Bedah Onkologi yaitu sebanyak 28 responden.

48
7) Peneliti melakukan pendekatan kepada responden dengan menggunakan

pendekatan komunikasi terapeutik dan memilih responden berdasarkan kriteria

inklusi, dimana peneliti mengambil sampel sebanyak 4-5 responden perhari.

Namun dalam beberapa hari penelitian peneliti mendapat responden sebanyak

4-6 responden perhari.

8) Responden yang sudah pernah menjadi subjek penelitian, tidak diperkenankan

lagi untuk mengisi kuesioner penelitian.

9) Pada saat proses penelitian, peneliti dan peneliti pendamping telah

menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

10) Saat proses penelitian berlangsung, peneliti memperkenalkan diri,

menjelaskan manfaat dan tujuan penelitian, menjelaskan inform concent, bila

responden setuju maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan

(informed concent) dan apabila responden menolak maka peneliti tidak

memaksa dan menghormati haknya.

11) Setelah mendapatkan persetujuan responden, peneliti bersama dua orang

enumerator menjelaskan tentang langkah-langkah penelitian kepada

responden.

12) Peneliti dibantu dengan dua orang enumerator melakukan pengambilan data

dukungan suami dan self esteem pada pasien kanker payudara melalui

pengisian kuesioner yang diisi secara bersamaan oleh responden selama

kurang lebih 15 menit.

13) Mengecek kelengkapan kuesioner.

49
14) Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden karena sudah

berpartisipasi dalam penelitian ini serta memberikan kenang-kenangan kepada

reesponden.

15) Melakukan pengolahan data.

16) Menganalisa data menggunakan bantuan komputer.

3.6.3 Instrumen pengumpulan data

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati (Nursalam, 2015).

1. Kuesioner Dukungan Suami

Kuesioner dukungan suami terdiri dari 12 pernyataan yang dikutip dari

Nursalam (2015) sehingga instrumen ini tidak dilakukan uji validitas dan

reliabilitas. Komponen pernyataan dukungan suami terdiri dari komponen

dukungan emosional dan penghargaan (pertanyan 1,2,3, dan 4), komponen

dukungan fasilitas (pertanyaan 5,6,7, dan 8), komponen dukungan informasi

(pertanyaan 9,10,11, dan 12). Adapun kriteria penilaian sebagai berikut:

TP = tidak pernah: 0

KD = kadang – kadang: 1

SR = sering: 2

SL = selalu: 3

Skor penilaian adalah sebagai berikut:

1) Dukungan suami rendah bila jumlah nilai 0-12

2) Dukungan suami sedang bila jumlah nilai 13- 24

3) Dukungan suami tinggi bila jumlah nilai 25-36

50
3. Kuesioner Self Esteem

Pengukuran self esteem menggunakan skala Rosenberg atau Rosenberg Self

Esteem Scale (RSES). RSES adalah alat ukur yang dikembangkan oleh Morris

Rosenberg (1965 dalam Sarandria, 2012). RSES adalah alat ukur yang paling

banyak digunakan untuk mengukur self esteem secara umum (Demo, dalam

Heatherton & Wyland, dalam Sarandria, 2012). RSES merupakan alat ukur yang

bersifat self-administrated questionnaire yang mengukur self esteem dalam skala

likert satu sampai empat. Setengah dari item merupakan ekspresi positif, dan

setengahnya lagi merupakan ekspresi negatif. Semakin rendah skor, semakin

merepresentasikan self esteem yang tinggi. Sebaliknya, semakin tinggi skor,

semakin merepresentasikan self esteem yang rendah. Internal consistency pada

RSES sebesar 0,87, dan terbukti valid dan reliabel (Baldwin and Courneya,

dalam Irawati, 2016).

Pengukuran self esteem dengan skala Rosenberg terdiri dari 10 item

pernyataan yang mengukur secara umum penialain self esteem secara positif dan

negatif. Skala Rosenberg versi Bahasa Indonesia menggunakan lima poin

pemilihan yaitu untuk pertanyaan unfavourable (negative) sangat tidak setuju (4),

tidak setuju (3), tidak menentukan setuju atau tidak setuju (2), setuju (1) dan

sangat setuju (0), sedangkan untuk pertanyaan favourable (positif) sangat tidak

setuju (0), tidak setuju (1), tidak menentukan setuju atau tidak setuju (2), setuju

(3) dan sangat setuju (4). Kriteria penilaian yaitu Self esteem rendah: jika skor ≤

33,3%, self esteem sedang: jika skor 33,3-66,7% dan kriteria, self esteem tinggi:

jika skor > 66,7% (Rosenberg 1965 dalam Sarandria, 2012).

51
3.7 Uji Validitas Dan Reliabilitas

Validitas berarti instrumen yang digunakan harus dapat mengukur apa

yang seharusnya diukur (Dahlan, 2014). Reliabilitas (keandalan) yaitu adanya

suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilakukan oleh orang yang berbeda

ataupun waktu yang berbeda (Sugiyono, 2018). Pengujian validitas dalam

penelitian ini menggunakan teknik korelasi pearson product moment (r), dimana

butir-butir instrumen dikatakan valid apabila r hitung > r tabel (Dahlan, 2014).

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan koefisien alpha cronbach

yang merupakan model internal consistency score berdasarkan korelasi rata-rata

antara butir-butir (items) yang equivalen. Alpha cronbach merupakan salah satu

koefisien reliabilitas yang paling sering digunakan. Skala pengukuran dikatakan

reliabel jika memiliki nilai Alpha Cronbach minimal 0,70 (Riwidikdo, 2014)

Kuesioner self esteem dengan menggunakan skala Rosenberg versi

Indonesia telah dilakukan uji validitas dengan nilai antara 0,415-0,703 dan nilai

reliabilitas 0,8587 dengan jumlah responden 71 orang (Azwar 2009, dalam

Irawati, 2016). RSES pernah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh Ariyani

(dalam Sarandria, 2012) dan juga kembali validitas dan reliabilitas RSES dan

didapatkan hasil yang valid dan reliabel. Pada sampel 140 orang dengan rentang

usia 16-24 tahun di Jakarta, reliabilitas RSES berdasarkan nilai alpha sebesar

0,9024 dan validitas berkisar antara 0,3296-0,822 (r tabel = 0,2456).

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

3.8.1 Teknik Pengolahan Data

52
1. Editing

Sebelum data diolah lebih lanjut, sangat perlu dilakukan pemeriksaan

(editing) data untuk menghindari kekeliruan atau kesalahan data. Pada tahap ini

dilakukan pemilihan terhadap data yang penting atau diperlukan saja, data yang

objektif (tidak bias) serta mengumpulkan data ulang untuk melengkapi data yang

kurang (Nursalam, 2015).

Pada tahap ini peneliti telah melakukan pemilihan terhadap data yang

penting atau diperlukan saja, data yang objektif (tidak bias) serta mengumpulkan

data ulang untuk melengkapi data yang kurang. Pada penelitian ini editing

dilakukan dengan cara pengecekan isian lembar kuesioner dukungan suami dan

self esteem pasien kanker payudara dengan memeriksa kelengkapan pengisian

kuesioner.

2. Coding

Menurut Nursalam (2015), Coding merupakan proses mengklasifikasi

data yang sesuai sebelum data diolah lebih lanjut. Pada tahap ini dilakukan

pemilihan terhadap data yang penting atau diperlukan saja, data yang objektif

(tidak bias) serta mengumpulkan data ulang untuk melengkapi data yang kurang.

Pada penelitian ini semua data telah diberikan kode untuk memudahkan

proses pengolahan data. Pemberian kode dilakukan dengan cara yaitu untuk

nomer responden diberi kode R1 dan seterusnya sampai dengan R86. Umur > 18

tahun - 45 tahun (dewasa) kode 1, usia 46 - 59 tahun (dewasa lanjut/pertengahan)

kode 2 dan kode 3 ≥ 60 tahun (lansia). Tingkat pendidikan diberi kode 1: tidak

sekolah, kode 2: sekolah dasar, kode 3: SLTP, kode 4: SLTA dan kode 5:

53
Diploma/PT. Self esteem rendah diberi kode 1, self esteem sedang diberi kode 2,

dan self esteem tinggidiberi kode 3. Dukungan suami rendah diberi kode 1,

dukungan suami sedang diberi kode 2, dan dukungan suami tinggi diberi kode 3.

3. Entry

Data yang telah divalidasi kemudian dimasukkan ke komputer secara

manual kemudian diolah dengan sistem komputerisasi dan disimpan untuk

memudahkan dalam pemanggilan data bila diperlukan Menurut Sugiyono (2018),

entry adalah memasukan data ke dalam media agar mudah mencari apabila data

itu diperlukan kembali.

Pada penelitian ini data yang telah divalidasi kemudian dimasukkan ke

komputer secara manual kemudian diolah dengan sistem komputerisasi dan

disimpan untuk memudahkan dalam pemanggilan data bila diperlukan. Pada

penelitian ini entry dilakukan dengan cara memindahkan data karakteristik

responden, data dukungan suami dan data self estemm ke dalam komputer

berdasarkan hasil pengkodean agar mudah mencari apabila data itu diperlukan

kembali.

4. Tabulasi

Data yang sudah diproses dicocokkan dan diperiksa kembali dengan data

yang didapatkan pada lembar observasi. Bila ada perubahan dan perbedaan hasil

segera dilakukan pengecekan ulang (Nursalam, 2015).

54
Pada penelitian ini tabulasi telah dilakukan dengan cara mengecek

kesalahan-kesalahan yang menghubungkan jawaban responden satu sama lain,

setelah itu dilakukan analisa data dengan bantuan komputer.

3.8.2 Teknik analisa data

1. Teknik penyajian data

Teknik penyajian data merupakan cara bagaimana data dapat disajikan

dengan baik agar dapat mudah dipahami oleh pembaca (Nursalam, 2015).

Teknik penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam

bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi.

2. Analisa data

Analisa data merupakan suatu proses atau analisa yang dilakukan secara

sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan (Nursalam, 2015). Adapun

analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

1) Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari

jenis datanya. Pada data kategorik menghasilkan distribusi frekuensi responden

berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan sebagainya (Sugiyono,

2018)

55
Pada penelitian ini analisis univariat digunakan untuk menggambarkan

distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pasien, tingkat pendidikan

pasien, data dukungan suami dan self esteem pasien kanker payudara yang

digambarkan dalam bentuk jumlah (frekuensi) dan persentase (%). Data dianalisis

dengan menggunakan statistik deskriptif, kemudian hasilnya disajikan dalam

bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi.

2) Analisis bivariat

Menurut Nursalam (2015), analisis bivariat dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau bekorelasi. Dalam penelitian ini

menggunakan analisis bivariat. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji

statistik inferensial nonparametrik karena skala pengukuran variabel yang

digunakan adalah kategorik (ordinal) (Riwidikdo, 2014).

Pada penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk menguji ada tidaknya

hubungan antara variabel dukungan suami dengan self esteem pasien kanker

payudara. Menurut Dahlan (2014), untuk menguji hipotesis variabel berbentuk

ordinal digunakan uji Korelasi Rank Spearmen. Uji Korelasi Rank Spearman

adalah uji yang digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji

signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan

berbentuk ordinal (Dahlan, 2014). Jika p< ɑ (0,05) maka H0 ditolak yang artinya

ada hubungan dukungan suami dengan self esteem pasien kanker payudara.

Menurut Riwidikdo (2014) kekuatan p hitung uji Korelasi Rank Spearman yaitu

0,000-0,199 sangat lemah, 0,200-0,399 lemah, 0,400-0,599 sedang, 0,600-0,799

56
kuat, dan 0,800-1,000 sangat kuat. Menurut Riwidikdo (2014), arah korelasi p

hitung ada dua yaitu korelasi positif bila searah (semakin besar nilai xi atau

variabel bebas, semakin besar pula nilai yi atau variabel terikat) dan negatif bila

berlawanan arah (semakin besar nilai xi, semakin kecil pula nilai yi atau

sebaliknya).

3.9 Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2015),, semua riset yang melibatkan manusia sebagai

subjek, harus berdasarkan 7 prinsip dasar etika penelitian yaitu menghormati

orang (respect for person), manfaat (beneficence), tidak membahayakan subjek

penelitian (non-maleficence), dan keadilan (Justice), lembar persetujuan

responden (inform concent), anonimity (tanpa nama), dan confidentiality

(kerahasiaan).

1. Menghormati orang (respect for person)

Pada penelitian ini peneliti telah menjelaskan maksud, tujuan dan manfaat

penelitian kepada setiap responden sehingga responden berhak mengikuti atau

menolak berpartisipasi dalam penelitian dan peneliti menghormati atau

menghargai hak respoden. Pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi

berhak untuk mengikuti atau menolak untuk menjadi responden penelitian.

2. Manfaat (beneficence)

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kesinambungan

pelaksanaan asuhan keperawatan onkologi. Bagi pasien kanker payudara,

57
penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai gambaran untuk meningkatkan

dukungan dan peran serta suami serta self esteem pasien dalam menghadapi

kemoterapi, sehungga mempercepat proses kesembuhan dan mencegah metastase.

3. Tidak membahayakan subjek penelitian (non-maleficence)

Pada penelitian ini tidak ada bahaya terhadap subjek penelitian. Penelitian

ini tidak membahayakan responden karena tidak menimbulkan resiko. Responden

pasien kanker payudara dapat terus menjalani terapi, tanpa takut akibat yang

ditimbulkan dari penelitian ini.

4. Keadilan (justice)

Pada penelitian ini semua responden diperlakukan sama, sehingga tidak

ada pembedaan antara responden yang satu dengan yang lain. Responden pasien

kanker payudara dapat mengisi kuesioner dukungan suami dan self esteem secara

bersamaan tanpa adanya tekanan dari pihak manapun. Peneliti menjamin bahwa

semua responden kanker payudara diperlakukan secara adil.

5. Informasi dan persetujuan (inform concent)

Pada penelitian ini lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian

dilaksanakan pada seluruh pasien kanker payudara stadium II dan III yang diteliti.

Jika subyek bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan

tersebut, tetapi jika tidak bersedia maka peneliti tetap menghargai hak-haknya.

Pada penelitian ini terdapat 2 responden yang menolak karena pasien merasa nyeri

dan peneliti tidak memaksakan hal tersebut,

6. Anonimity (tanpa nama)

58
Demi menjaga kerahasiaan identitas responden dalam penelitian ini,

peneliti tidak mencantumkan nama lengkap responden pada lembar pengumpulan

data yang diisi oleh responden, lembar tersebut hanya diberi kode nomor.

Responden diberi kode R1 sampe R84 sesuai dengan urutan responden yang

mengisi kuesioner.

7. Confidentiality (kerahasiaan)

Pada penelitiani ini kerahasiaan informasi baik data demografi, data

dukungan suami dan data self esteem yang telah dikumpulkan dari subyek

penelitian ini dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu

saja yang disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian. Peneliti menjamin

kerahasian data responden kanker payudara tidak akan dimanfaatkan untuk

kepentingan lain, selain untuk penelitian ini.

59
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah meupakan

rumah sakit pendidikan tipe A di kota Denpasar (Permenkes 1636 tanggal 12

Desember 2005). RSUP Prof. Dr I.G.N.G Ngoerah saat ini berstatus Badan

Layanan Umum (BLU) yang langsung berada dibawah Kementrian Kesehatan,

serta merupakan rujukan untuk provinsi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara

Barat, dan Bali. RSUP Prof. Dr I.G.N.G Ngoerah berlokasi di Jalan Diponogoro

Denpasar, dengan luas area + 13,5 hektar.

Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di Poliklinik Bedah Onkologi

RSUP Prof. Dr.I.G.N.G Ngoerah. Poliklinik Bedah Onkologi yang melayani

beberapa kasus kanker seperti kanker payudara (carsinoma mamae), LNH

(Limfoma Non Hodkin), carsinoma recti, SCC (Scuamosa Cell Carsinoma) lidah

dan lain-lain. Fasilitas umum yang ada di Poliklinik Bedah Onkologi terdiri 1

ruang periksa dengan 2 bed serta 4 meja untuk untuk administrasi dan

pemeriksaan pasien. Tenaga keperawatan di Poliklinik Bedah Onkologi terdiri

dari 3 perawat yang berpendidikan Ners sebanyak 2 orang dan pendidikan

Diploma Keperawatan sebanyak 1 orang. Salah satu pelayanan unggulan RSUP

Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah adalah pelayanan kanker terpadu. RSUP Prof.

Dr.I.G.N.G Ngoerah memiliki pelayanan kanker terpadu yang difokuskan

60
melayani pasien dengan kasus kemoterapi. Selama ini program yang telah

dilaksanakan untuk meningkatkan self esteem pada pasien kanker payudara adalah

melalui pemberian edukasi untuk meningkatkan harga diri pasien baik melalui

media leaflet, televisi dan penyampaian langsung oleh petugas kesehatan. Selain

itu RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah juga menerapkan program terapi supportif

berupa terapi paliatif yang selain memberikan pelayanan rohani dan paliatif

terhadap pasien, pelayanan ini juga ikut melibatkan keluarga atau suami/pasangan

dalam terapi tersebut, namun pelaksanaannya selama ini belum optimal yang

disebabkan karena tidak semua keluarga ikut aktif dalam melakukan perawatan

terhadap pasien, pasien diantar oleh anggota keluarga yang berbeda-beda serta

kesibukan dari anggota keluarga masing-masing.

4.1.2 Karakteristik Responden

Responden ini berjumlah 84 orang, yang dipilih dari pasien Poliklinik

Bedah Onkologi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah pada periode 29 Oktober-21

November 2022. Adapun karakteristik responden ini terdiri dari umur, pendidikan

dan status perkawinan.

1. Karakteristik responden berdasarkan umur

Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel

4.1.

61
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Responden
No Umur
Frekuensi (F) Persentase (%)
1 > 18 tahun - 45 tahun 18 21.4
2 46 - 59 tahun 46 54.8
3 ≥ 60 tahun 20 23.8
Total 84 100

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui proporsi kelompok umur

responden sebagian besar berumur 46-59 tahun (middle ege) (WHO, 2018) yaitu

sebanyak 46 orang (54,8%).

2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada

tabel 4.2.

Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Responden
No Pendidikan
Frekuensi (F) Persentase (%)
1 tidak sekolah 0 0
2 SD 5 6.0
3 SLTP 17 20.2
4 SLTA 36 42.9
5 Diploma/Perguran Tinggi 26 31.0
Total 84 100

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat diketahui kategori responden

berdasarkan pendidikan sebagian besar memiliki pendidikan SLTA yaitu

sebanyak 36 orang (42,9 %)

4.1.3 Hasil Pengamatan Terhadap Objek Penelitian Berdasarkan Variabel

Penelitian

62
1. Identifikasi dukungan suami pada pasien kanker payudara

Identifikasi dukungan suami diukur dengan kuesioner melalui pertanyaan

dukungan emosional dan penghargaan, dukungan fasilitas, serta dukungan

informasi. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap 84 responden diperoleh hasil

distribusi dukungan suami pada pasien kanker payudara adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4
Dukungan Suami pada Pasien Kanker Payudarada Poliklinik Bedah Onkologi
RSUP Prof. I.G.N.G Ngoerah tahun 2022

No Dukungan suami Responden


Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Rendah 7 7
2 Sedang 41 48,8
3 Tinggi 36 42,9
Total 84 100

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dijelaskan bahwa hasil identifikasi

terhadap responden berdasarkan dukungan suami pasien dalam menjalani

kemoterapi diperoleh sebagian besar responden

2. Identifikasi self esteem pasien pada pasien kanker payudara

Identifikasi self esteem pasien diukur melalui pertanyaan yang penilaian

personal dari pasien penderita kanker payudara yang mengalami perubahan fisik

terutama pada payudara mengenai perasaan berarti dan berharga yang

diekspresikan melalui sikap-sikap individu terhadap dirinya. Berdasarkan hasil

pengukuran terhadap 84 responden diperoleh hasil distribusi self esteem pada

pasien kanker payudara adalah sebagai berikut:

63
Tabel 4.3
Self Esteem pada Pasien Kanker Payudara di Poliklinik Bedah Onkologi
RSUP Prof. I.G.N.G Ngoerah tahun 2022

Responden
No Self Esteem
Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Rendah 5 6.0
2 Sedang 51 60.7
3 Tinggi 28 33.3
Total 84 100

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dijelaskan bahwa hasil identifikasi

terhadap responden berdasarkan self esteem pada pasien kanker payudara

diperoleh sebagian besar responden berada pada kategori self esteem sedang yaitu

sebanyak 51 orang (60%)

4.1.4 Hasil analisis data

1. Analisa hubungan self esteem dengan dukungan suami pada pasien kanker

payudara

Hubungan self esteem dengan dukungan keluarga pasien pada kanker

payudara dicari melalui uji Korelasi Rank Spearman Dimana uji statistik ini

melihat kemaknaan melalui nilai p dan interval kepercayaan (95% CI), sedangkan

untuk melihat kekuatan hubungan dilihat dari nilai r. Hasil analisa data tersebut

disajikan dalam tabel berikut:

64
Tabel 4.5

Analisa Hubungan Dukungan Suami dengan Self Esteem pada Pasien Kanker
Payudara di Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Prof. I.G.N.G Ngoerah tahun 2022

Self Esteem
Dukunga Total Nilai p r
n Suami Rendah Sedang Tinggi
n % n % n % n %
Rendah 4 4,8 2 2,4 1 1,2 7 8,3
Sedang 1 1,2 36 42,9 4 14,3 41 48,8 0,000 0,60
Tinggi 0 0 13 15,5 23 27,4 36 42,9 8
Total 5 6 51 60,7 28 33,3 84 100

Tabel 4.6 di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden berada

pada kategori self esteem sedang dan kategori dukungan suami sedang yaitu

sebanyak 36 orang (42,9%). Hasil uji Rank Spearman diperoleh p value 0,000 (p

<ɑ), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara self esteem dengan

dukungan suami pada pasien kanker payudara. Berdasarkan tabel diatas dapat

dilihat nilai koefisien r sebesar 0,608 yang artinya arah korelasi antara kedua

variabel adalah positif (semakin tinggi dukungan suami maka semakin tinggi self

esteem pada pasien kanker payudara) dengan kekuatan hubungan yang kuat

(0,600-0,799).

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Dukungan suami pada pasien kanker payudara

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar pasien kanker

payudara di Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Prof. dr. I.G.N.G Ngoerah

mendapatkan dukungan suami sedang yaitu sebanyak 41 orang (48,8%). Suami

adalah anggota keluarga yang dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan

dalam lingkungan keluarga dan pendamping utama dari istri. Anggota keluarga

65
terutama suami dipandang sebagai orang yang bersifat mendukung dan selalu

siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Achjar, 2010).

Dukungan sosial dari suami menjadi faktor utama dukungan suami dalam kasus

kanker payudara ini. Pasien mendapatkan rasa nyaman, rasa aman, rasa senang,

dan dukungan emosional dari suami akan meningkatkan kesehatan jiwa yang

berdampak pada proses penyembuhan (Friedman, 2010). Dukungan suami

berperan dalam peningkatan harga diri, pencegah stres, dan membantu perbaikan

psikologis pasien kanker payudara. Perbaikan psikologis ini akan berdampak

pada semangat pasien menjalani kemoterapi dan pengobatan lainnya, sehingga

hal ini dapat membantu mempercepat proses penyembuhannya (Maeda dkk.,

2014). Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap dukungan dari pasangan

atau suami, hal tersebut disebabkan karena semakin tinggi tingkat intelegensi

seseorang yang dipengaruhi oleh tingkat Pendidikan, maka semakin tinggi

kemampuan menigkatkan rasa kepedulian terhadap keluarga (Notoatmodjo,

2009; Stuart, G.W. & Sundeen, 2013).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Kundre (2018) yang

dilakukan pada 52 pasien kanker payudara di RSUP Prof. Dr. R.D. Kdanau

Menado, dimana mayoritas pasien kanker payudara memiliki tingkat pendidikan

SMA dan memiliki dukungan keluarga yang baik sebanyak 47 orang (90,4%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya mengenai

dukungan suami seperti penelitian yang diadakan di RSUP Dr. Mohammad

Hoesien Palembang pada 51 penderita kanker serviks didapatkan mayoritas

mendapatkan dukungan suami tinggi yaitu sebanyak 31 orang (60,8%)

66
(Anggraini, Ningsih dan Jaji, 2018). Penelitian lainnya yang sejalan dengan hasil

penelitian ini dilakukan di RSUP Prof. Dr R.D Kdanou Manado dimana dari 52

penderita kanker payudara 92,3% mendapatkan dukungan keluarga yang baik

(Kundre, 2018). Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Adipo et al. (2019)

dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien

Yang Menjalani Kemoterapi diperoleh hasil bahwa dukungan suami pada pasien

yang menjalani kemoterapi di RSUD Arifin Ahmad Provinsi Riau sebagian besar

rendah, yaitu 25 orang (64,1%) (Adipo et al., 2019). Hasil yang berbeda ini dapat

dikarenakan dukungan suami dipengaruhi berbagai faktor internal dan eksternal

yang berbeda pada setiap individu. faktor internal yang terdiri dari tahap

perkembangan, pendidikan dan tingkat pengetahuan, faktor emosi dan aspek

spiritual serta faktor eksternal yang terdiri dari penerapan fungsi keluarga, faktor

sosial ekonomi dan latar belakang budaya (Friedman, 2010). Perbedaan hasil ini

juga dapat dikarenakan perbedaan karakteristik responden.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti berpendapat bahwa mayoritas

dukungan suami kategori sedang dan tinggi dalam penelitian ini menunjukan

bahwa dukungan suami memiliki fungsi yang penting dalam perawatan kesehatan

anggota keluarga sehingga meningkatkan derajat kesehatan keluarga, namun

terdapat 7 responden yang memiliki dukungan suami yang kurang, dimana

dukungan suami yang kurang tersebut memiliki distribusi yang sama diantara

ketiga dukungan yaitu dukungan informasi, dukungan emosional dan penghargaan

serta dukungan fasilitas dengan persentase 33,33%. Hal ini menjelaskan bahwa

ketiga dukungan tersebut memiliki kekuatan dan andil yang sama dalam

67
menurunkan self esteem pada pasien tersebut. Selain itu, hal tersebut disebabkan

karena beberapa faktor yang mempengaruhi seperti karakteristik responden itu

sendiri, latar belakang budaya, serta konflik yang ada dalam keluarga tersebut.

Dukungan suami sangat diperlukan pada pasien kanker, agar dapat lebih

meningkatkan semangat hidup atau motivasi dalam diri pasien kanker payudara

dalam menjalani pengobatan. Sebagai petugas kesehatan, perawat bertugas

memberikan penjelasan kepada keluarga agar senantiasa mendukung dan

memotivasi pasien untuk menjalani kemoterapi, sehingga mampu mengurangi

efek samping kemoterapi secara psikologis seperti rasa putus asa, depresi,

kecemasan dan lain-lain.

4.2.2 Self esteem pada pasien kanker payudara

Pada penelitian ini hasil analisis univariat menunjukkan sebagian besar

responden berada pada kategori self esteem sedang yaitu sebanyak 51 orang

(60%). Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden yang masuk dalam

kategori kelompok berumur 46-59 tahun (middle ege) (WHO, 2018) yaitu

sebanyak 46 orang (54,8%) dan berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 36 orang

(42,9 %).

Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan Santrock (2007), dimana Self

esteem cenderung meningkat pada usia 50 - 60 tahun. Peningkatan self esteem

pada usia tersebut dapat dikarenakan usia dewasa lanjut secara psikologis telah

mencapai perkembangan kognitif yang optimal. Selain itu semakin tua umur

seseorang maka proses-proses pekembangan mentalnya bertambah baik, akan

tetapi pada usia tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak

68
secepat seperti ketika berusia belasan tahun. Bertambahnya usia seseorang

berpengaruh pada pertambahan pengetahuan dan perilaku seseorang, akan tetapi

pada usia-usia tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau

mengingat pengetahuan akan berkurang. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa

sebagian kecil responden berada pada kategori umur 18-45 tahun, hal ini

menunjukan bahwa semakin muda umur seseorang, maka self esteem juga belum

terbentuk secara maksimal. Menurut Notoadmodjo (2012), menyatakan bahwa

salah satu hal yang mempengaruhi self esteem adalah pengalaman hidup, sehingga

semakin bertambah umur seseorang maka pengalaman hidupnya akan bertambah

pula (Perry, 2013)

Faktor lain yang mempengaruhi self esteem pada pasien kanker payudara

tingkat intelegensia yang dilihat dari tingkat pendidikan pasien. Hal ini sesuai

teori yang disampaikan Notoatmodjo (2009) bahwa jenjang pendidikan seseorang

yang semakin tinggi maka pasien akan lebih mudah dalam menerima informasi

yang diberikan oleh tenaga kesehatan, sehingga akan mempengaruhi self esteem

pasien. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang,

maka semakin tinggi pula harga dirinya dan jelas bahwa tingkat intelegensinya

ternyata mempengaruhi harga diri seseorang dan terlihat adanya hubungan positif

diantara keduanya, sehinngga pendidikan seseorang secara tidak langsung akan

mempengaruhi kemampuan beradaptasi terhadap stresor dan keberhasilan dalam

berpartisipasi akan menimbulkan self esteem yang tinggi (Notoatmodjo, 2009;

Stuart, G.W. & Sundeen, 2013). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini dimana

69
sebagain besar responden memiliki self esteem yang sedang dan berpendidikan

SLTA

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Robin et all (2002 dalam

Anggraeni, dkk, 2016) yang meneliti tentang hubungan self esteem dengan usia

yang dilakukan dengan melibatkan 326.641 responden, dengan rentang usia 9

hingga 90 tahun, disebutkan bahwa self esteem cenderung meningkat di rentang

usia 40-60 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Suwistianisa.

R, dkk (2015) dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Depresi

Pada Pasien Kanker yang Dirawat Di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau,

dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki

tingkat pendidikan SMA sebanyak 23 responden (38,3%) dan memiliki tingkat

depresi yang rendah. Dimana salah satu faktor yang mempengaruhi depresi adalah

self esteem. Hasil yang sama juga ditunjukan oleh penelitian Halimatussakdiah &

Junardi (2017), dimana hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden

berada pada kategori pendidikan menengah (SLTA) sebanyak 32 (49,2%) patuh

terhadap pengobatan, dimana salah satu factor yang mempengaruhi kepatuhan

adalah self esteem (Halimatussakdiah & Junardi, 2017).

Hasil penelitian ini didukung oleh Pardede et al. (2020) yang meneliti

tentang self esteem pasien kanker payudara dimana hasil penelitiannya

menunjukan 61,8 % responden memiliki high self esteem. Hasil penelitian yang

sama juga ditunjukan oleh Sancahya dan Susilawati, (2020) dimana hasil

penelitiannya menunjukan 51% responden memiliki self esteem yang tinggi,

dimana dalam penelitian ini self esteem hanya dibagi ke dalam 2 kategori yaitu

70
rendah dan tinggi. Hal yang sama ditunjukan oleh Aprilianto et al. (2021) dimana

sebagian besar responden berada pada kategori self esteem moderate (sedang)

yaitu sebanyak 20 responden (35.7%)

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti berpendapat bahwa

umur, pendidikan dan status perkawinan berhubungan dengan self esteem,

Dimana berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden dengan

kategori umur dewasa akhir, tingkat pendidikan tinggi dan yang berstatus sudah

menikah cenderung memiliki tingkat self esteem yang lebih tinggi dari pada

responden dengan kategori yang lain. Responden yang memiliki self esteem

kategori sedang atau rendah akan cenderung mempengaruhi proses kesembuhan

pasien. Dimana responden yang mengalami penurunan self esteem akan

mengalami penurunan motivasi untuk sembuh sehingga pasien akan merasa tidak

yakin bahwa dirinya dapat menjalani pengobatan dengan baik sehingga

menurunkan potensi pasien untuk sembuh. Salah satu faktor-faktor yang

mempengaruhi optimisme kesembuhan pasien kanker payudara adalah harga diri

atau self esteem, oleh karena itu penting kiranya bagi pasien kanker payudara

untuk meningkatkan self esteem untuk membantu proses penyembuhan.

4.2.3 Hubungan dukungan suami dengan self esteem pada pasien kanker

payudara

Hasil penelitian ini menunjukan hubungan bermakna self esteem dengan

dukungan suami pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di

Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah. Hal tersebut dilihat

71
dari nilai p value 0,000 (p <ɑ), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara self esteem dengan dukungan suami pada pasien kanker payudara dengan

nilai r hitung sebesar 0,608 yang artinya arah korelasi antara kedua variabel

adalah positif (semakin tinggi dukungan suami maka semakin tinggi self esteem

pada pasien kanker payudara) dengan kekuatan hubungan yang kuat (0,600-0,799).

Pasien kanker payudara yang memiliki self esteem yang tinggi akan patuh

menjalani menjalani pengobatan kanker payudara baik itu kemoterapi maupun

radioterapi. Penurunan self esteem pada pasien kanker payudara membutuhkan

penanganan baik dari petugas medis maupun dari suami pasien yang merupakan

orang terdekat pasien. Suami yang selalu berada bersama pasien hendaknya

memberikan dukungan penuh terhadap pasien. Pasien kanker payudara

membutuhkan dukungan suami karena dukungan suami sangat berpengaruh

terhadap kesehatan mental pasangannya. Henriksson dan Arestedt (2013, dalam

Anggraini, dkk., 2016) menyatakan bahwa pasien kanker yang diberikan

dukungan keluarga atau suami berupa dukungan emosional; misalnya dengan

memberikan perhatian, kasih sayang, dan empati, dukungan instrumental;

misalnya dengan memberikan bantuan tenaga, dana, dan waktu, dukungan

informasional; dengan memberikan saran nasihat, juga informasi, dan terakhir

dukungan penghargaan; misalnya dengan memberikan umpan balik dan

menghargai, jika semuanya terpenuhi maka kualitas hidup pasien kanker akan

meningkat dan secara tidak langsung akan meningkatkan self esteem pasien

(Rosenberg, 1995, dalam dalam Irawati, 2016; Mahayani et al., 2020)

72
Dukungan suami pada pasien kanker payudara dapat berupa dukungan

informasional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan

emosional. Dukungan informasi yang dapat diberikan berupa pemberian saran,

sugesti, informasi yang dapat menenangkan pasien. Dukungan penghargaan yang

diberikan keluarga pada pasien dalam bentuk memberikan support, penghargaan,

dan perhatian. Bantuan berupa pembiayaan perawatan dan meluangkan waktu

turut menjaga atau mengantarkan pasien menjalani kemoterapi merupakan bentuk

dukungan instrumental yang keluarga berikan kepada pasien. Sedangkan

perhatian, mendengarkan dan didengarkan, cinta, simpati, dan empati diberikan

suami menjadi dukungan emosional yang sangat berarti bagi pasien kanker

payudara (Mubarak, 2012).

Dukungan suami tersebut akan berpengaruh terhadap psikologis pasien

kanker payudara dalam menjalani kemoterapi yang merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh terhadap tingkat self esteem (Stuart, G.W. dan Sundenen, S.J.

2013). Dukungan suami membuat pasien kanker payudara merasa diterima

dengan kondisi penyakit yang dialami. Suami dapat mengajak mereka untuk

berbagi pengalaman atau aktivitas bersama. Hal ini membuat pasien kanker

payudara tidak merasa bahwa penyakit yang ia derita merupakan beban sehingga

self esteem pasien akan meningkat. Psikologi juga berperan penting dalam

kesembuhan pasien. Karena kurang rasa percaya diri dan kondisi psikologis lemah

menimbulkan rasa cemas yang membuat keadaan pasien semakin parah. Penderita

kanker payudaya dengan self esteem yang tinggi akan mengikuti pengobatan

secara intensif, baik itu kemoterapi maupun terapi radiasi. Mencegah penurunan

73
self esteem pasien saat menjalani pengobatan kemoterapi, tenaga medis dan suami

memiliki peranan yang sangat penting. Anggota keluarga yang selalu bersama

pasien harus mendukung secara penuh pasien dalam menjalani pengobatan

kemoterapi (Taufik et al., 2019).

Hasil ini didukung oleh penelitian Anggraini, dkk, 2018 yang

mendapatkan hasil pengaruh bermakna dukungan keluarga terutama suami

terhadap self esteem pasien kanker serviks di RSUP Dr Mohmmad Hoesin

Palembang dengan OR 4,242 yang berarti pasien kanker serviks yang

mendapatkan dukungan keluarga (suami) tinggi 4,242 kali berpeluang memiliki

self esteem tinggi dibandingkan pasien kanker serviks yang mendapatkan

dukungan suami rendah (Anggraini et al., 2018). Penelitian lainnya juga

mendapatkan hasil yang sama, dimana dukungan sosial keluarga mempunyai

hubungan yang bermakna dengan harga diri pasien kanker payudara yang

menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik kekuatan hubungan yang sedang

(Kundre, 2018). Penelitian Husni, Romadoni, Rukiyati (2015) bahwa dukungan

positif yang diberikan keluarga dapat membuat pasien kanker payudara lebih kuat

dalam melawan kanker tersebut. Wanita yang mengalami kanker payudara akan

memiliki konsep diri yaitu harga diri yang negatif dan juga dapat mempengaruhi

tingkah laku dalam berhubungan dengan orang lain. Self esteem yang positif

menunjang terbentuknya individu dengan kepribadian yang sehat. Penderita

dengan Self esteem yang negatif penderita akan mengalami depresi yang parah

dan akan dapat mempercepat perkembangan kanker payudara bahkan sampai pada

kematian (Kamelia, 2012 dalam Sastra, 2016).

74
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti berpendapat bahwa pasien

penderita kanker payudara yang mendapatkan dukungan suami yang baik (sedang

dan tinggi) berhubungan positif terhadap peningkatan self esteem. Jumlah

perbandingan responden yang memiliki dukungan suami yang sedang dengan self

esteem tinggi dalam penelitian ini memiliki jumlah yang paling besar yaitu 42,9%.

Hal ini disebabkan karena dukungan suami walaupun masih dalam kategori

sedang, namun sudah mampu meningkatkan self esteem pasien melalui

keberadaan suami yang berada 24 jam disamping pasien, yang memberikan

semangat, dukungan, pendampingan dan motivasi dalam pengobatan pasien.

Pengobatan pasien kanker payudara tidak hanya berasal dari pengobatan medis

saja, namun peran seorang pendamping hidup (suami) yang memegang peranan

yang sama pentingnya dengan terapi medis, sehingga walaupun dukungan suami

masih dalam kategori sedang namun sudah bisa menimbulkan self esteem yang

tinggi bagi pasien.

Pasien dengan self esteem yang sedang dan tinggi akan dapat menjalani

kemoterapi dan bertahan dengan efek samping buruk akibat pengobatan yang

dijalani. Hal ini akan berdampak pada proses penyembuhan pasien kanker

payudara. pasien penderita kanker payudara yang sebagian besar memiliki self

esteem yang sedang dan tinggi akan selalu berusaha mengatasi segala macam

gejala ketidaknyamanan akibat penyakit kanker atau akibat dari pengobatannya.

Melalui dukungan suami maka akan dapat memberikan dukungan baik moril

maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan

pengobatan pada pasien kanker payudara yang membutuhkan waktu yang cukup

75
panjang. Pasien yang memiliki self esteem pasien yang tinggi akan berusaha tetap

bertahan dengan kondisi yang buruk akibat efek samping pengobatan, sehingga

self esteem sangat berpengaruh dalam meningkatkan derajat kesehatan pasien.

4.2 Keterbatasan Penelitian

1. Sulitnya menemui pasien kanker payudara saat menjalani pengobatan di RS

karena pasien kanker payudara yang kontrol ke Poliklinik Bedah Onkologi

disibukkan dengan berbagai keperluan terkait pemeriksaan seperti cek lab,

rontgen, dan konsul-konsul terkait penyakit pasien serta sehingga

kemungkinan responden menjawab tergesa-gesa

2. Pada penelitian ini Setiap responden telah diberikan waktu yang sama dalam

mengisi kuesioner namun terdapat beberapa responden yang dibantu oleh

keluarga dalam mengisi kuesioner karena keterbatasan waktu saat kontrol ke

rumah sakit

3. Peneliti tidak mengontrol faktor-faktor lain yang mempengaruhi dukungan

suami (keintiman, ketersediaan pemberi dukungan, kualitas pertemuan) dan

self esteem (faktor fisik, faktor psikologis, faktor lingkungan sosial, faktor

tingkat intelegensi, faktor status sosial ekonomi dan faktor ras dan

kebangsaan), sehingga besarnya pengaruh dari faktor-faktor tersebut tidak

bisa peneliti tentukan.

76
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sesuai dengan tujuan

penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Dukungan suami pasien dalam menjalani kemoterapi diperoleh sebagian

besar responden berada pada kategori dukungan suami sedang yaitu sebanyak

41 orang (48,8%).

2. Self esteem pada pasien kanker payudara diperoleh sebagian besar responden

memiliki self esteem kategori sedang yaitu sebanyak 51 orang (60%)

3. Hasil analisis data diperoleh p value 0,000 (p <ɑ), sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan suami dengan self esteem

pada pasien kanker payudara dengan nilai r hitung sebesar 0,608 yang artinya

arah korelasi antara kedua variabel adalah positif (semakin tinggi dukungan

suami maka semakin tinggi self esteem pada pasien kanker payudara) dengan

kekuatan hubungan yang kuat (0,600-0,799).

5.3 Saran

1. Kepada Pasien Kanker Payudara dan Keluarga

Diharapkan suami dapat selalu mendukung pasien dalam menjalankan

proses pengobatan, baik berupa dukungan fisik, psikis maupun keuangan sehingga

dapat meningkatkan self esteem pasien.

77
2. Kepada Direktur Rumah Sakit

1) Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan pada pasien kanker payudara

terutama dalam hal meningkatkan keikutsertaan keluarga (suami) dalam

perawatan pasien kanker payudara sehingga mampu meningkatkan mutu

pelayanan rumah sakit.

2) Melakukan bimbingan psikologis dan edukasi secara berkelanjutan yang

dapat dilakukan oleh medis dan perawat Instalasi Kanker kepada pasien

kanker payudara sehingga mampu meningkatkan self esteem yang pada

akhirnya akan membantu proses penyembuhan.

3. Kepada Perawat Ruang Perawatan Pasien Kanker

1) Memberikan edukasi kepada pasien kanker payudara agar mentaati

ketentuan pengobatan yang diberikan seperti kontrol tepat waktu,

melaksanakan kemoterapi tepat waktu, serta mengikuti instruksi dari

petugas kesehatan

2) Memberikan semangat kepada pasien kanker payudara yang menjalani

kemoterapi agar selalu kuat dan patuh menjalani kemoterapi

3) Mengingatkan keluarga agar selalu mendukung dan mendampingi pasien

4. Kepada peneliti selanjutnya

a. Memanfaatkan media pengumpulan data online seperti google form

sehingga responden dapat leluasa mengisi kuesioner dimanapun tanpa

terbatas waktu dan tempat.

78
b. Agar mengontrol faktor-faktor lain yang mempengaruhi dukungan suami

(keintiman, ketersediaan pemberi dukungan, kualitas pertemuan) dan self

esteem (faktor fisik, faktor psikologis, faktor lingkungan sosial, faktor

tingkat intelegensi, faktor status sosial ekonomi dan faktor ras dan

kebangsaan), sehingga besarnya pengaruh dari faktor-faktor tersebut dapat

ditekan.

79
DAFTAR PUSTAKA

A.A. G.A Sancahya dan P.A. Susilawati (2020). Hubungan Antara Dukungan
Sosial Keluarga Dengan Self Esteem Pada Remaja Akhir Di Kota Denpasar
Anak Agung Gede Ariputra Sancahya dan Luh Kadek Pande Ary Susilawati
Program Studi Sarjana Psikologi , Fakultas Kedokteran , Universitas
Udayana Abstrak Perkemb. Jurnal Psikologi Udayana Edisi Khusus
Psikologi Umum, 52-62, 52–62.

Achjar, K. A. (2010). Aplikasi Asuhan Keperawatan Keluarga. CV. Sagung Seto.

Adipo, S., Jumaini, & Damanik, S. R. H. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga


Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Yang Menjalani Kemoterapi Di Ruang
Anyelir Rsud Arifin Achmadprovinsi Riau. Jurnam Online Mahasiswa
Fakultas Keperawatan, 53(9), 1689–1699.

Anggraini, S., Ningsih, N., & Jaji. (2018). Hubungan antara Dukungan Keluarga
dengan Self Esteem pada perawatan Paliatif Pasien Kanker Serviks. Seminar
Nasional Keperawatan “Tren Perawatan Paliatif Sebagai Peluang Praktik
Keperawatan Mandiri,” 4(1), 164–172.

Anjar, F., Setyani, R., Milliani, C. D., Tetap, D., Tinggi, S., Kesehatan, I., Rapih,
P., Sakit, R., & Rahayu, P. (2020). Tingkat Kecemasan Pasien Kanker
Payudara yang Mendapatkan Kemoterapi. Carolus Journal of Nursing, 2(2),
170–176.

Aprilianto, E., Lumadi, S. A., & Handian, F. I. (2021). Family social support and
the self-esteem of breast cancer patients undergoing neoadjuvant
chemotherapy. Journal of Public Health Research, 10(2).
https://doi.org/10.4081/jphr.2021.2234

Bakri, I., Sari, M. M., & Pertiwi, F. D. (2019). Hubungan Dukungan Suami
Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Sempur Kota
Bogor Tahun 2018. Promotor, 2(1), 27.
https://doi.org/10.32832/pro.v2i1.1786

Dahlan, S. (2014). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan (pp. 1–49). Salemba
Medika.

Fairus, M., & Widiyanti, S. (2014). Hubungan Dukungan Suami dengan Kejadian
Depresi Postpartum pada Ibu Nifas. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai,
VII(1), 11–18.
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKM/article/view/260

Friedman, M. . (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan


Praktek. Edisi ke-5. EGC.

80
Hani, R. U. (2014). Hubungan Dukungan Suami Terhadap Keberhasilan
Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan. Skripsi., 1–70.

Irawati, R. I. (2016). Gambaran Harga Diri Siswa Tunanatera di Sekolah Luar


Biasa (SLB-A) TPA Bintoro Kabupaten Jember. Skripsi, 1–92.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Panduan Penatalaksanaan


Kanker Payudara (Breast Cancer Treatment Guideline). Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 4(4), 1–50.
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf

Kementrian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2018.
Kementrian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kundre, R. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Harga Diri Pasien


Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Di Ruang Delima Rsup Prof.
Dr. R.D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan, 6(1).

Lusiatun, Mudigdo, A. & Murti., M. (2016). The Effect of Self-Efficacy, Family


Support, and Socio Economic Factors on the Quality of Life of Patients with
Breast Cancer at Dr. Moewardi Hospital, Surakarta. Journal of Epidemiology
and Public Health, 1 (3), p.182-194.

Maeda, T., Morishima, I., Ueno, E., Umemoto, T., & Sasaki, K. D. (2014). The
Predictors of Psychological Status among Primary Breast Cancer Patients in
Japan. Open Journal of Nursing, 04(03), 169–180.
https://doi.org/10.4236/ojn.2014.43022

Mahayani, N. luh P., Sukraandini, N. K., & Suniyadewi, N. W. (2020). Hubungan


Dukungan Keluarga dengan Self Esteem pada Pasien Kanker Payudara di
Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Sanglah Denpasar. Jurnal Akademika
Baiturrahim Jambi, 9(2), 181. https://doi.org/10.36565/jab.v9i2.210

Mahdalena, L., & Aiyub. (2017). Hubungan dukungan sosial dengan harga diri
pada penderita kanker. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan,
2(3), 1–9.

Mubarak, W. dkk. (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas 2; konsep dan aplikasi.


Jakarta : Salemba Medika. Salemba Medika.

NANDA. (2021). NANDA International, Nursing Diagnoses Definitions and


Classification 2021–2023 Twelfth Edition (12th ed.). Thiama.

Notoadmodjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. PT Rineka


Cipta.
81
Nurhidayati, T., & Rahayu, D. A. (2018). Dukungan Pasangan pada Pasien
Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi Di RSI Sultan Agung
Semarang. Jurnal Keperawatan Soedirman, 12(3), 156.
https://doi.org/10.20884/1.jks.2017.12.3.755

Nurianti, I., Saputri, I. N., & Crisdayanti Sitorus, B. (2021). Hubungan Dukungan
Suami Dengan Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Proses Persalinan.
Jurnal Kebidanan Kestra (Jkk), 3(2), 163–169.
https://doi.org/10.35451/jkk.v3i2.493

Nursalam. (2015). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Salemba Medika.

Oktavia, S. (2015). Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Terhadap


Tingkat Self Esteem Pada Penderita Pasca Stroke. JURNAL Psikologi
Pendidikan Dan Perkembangan, 3(2), 110–118.

Pardede, J. A., Simamora, M., & Simanjuntak, G. V. (2020). Family Support and
Self-Esteem of Patient with Breast Cancer. EAS Journal of Nursing and
Midwifery, 2(3), 173–177.
https://doi.org/10.36349/EASJNM.2020.v02i03.026

Potter, A., & Perry, A. (2013). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik, Ed.8 Vol.2. EGC.

Pratiwi. (2015). Hubungan Dukungan Pasangan Dan Efikasi Diri Dengan


Kepatuhan Menjalani Pengobatan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II .
Surakarta. Fakultas Psikologi Universitas Muhamadyah.

Price, S.A. & Wilson, L. M. (2013). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Edisi VI. Jakarta: EGC. EGC.

Retnaningsih, Roudhotul Auliyak , Mariyati, E. P. (2021). Kecemasan Penderita


Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Masa Pandemi Covid-19.
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 11(April), 5–6.

Riwidikdo, H. (2014). Statistik Kesehatan. Mitra Cendika.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak (2nd ed.). Erlangga.

Sarandria. (2012). Efektifitas Cognitive Behavioural Therapy (CBT) Untuk


Meningkatkan Self Esteem Pada Dewasa Muda. Fakultas Psikologi Program
Magister Profesi Klinis Dewasa Universitas Indonesia.Depok, 1–141.

Setiadi. (2012). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Graha Ilmu.

Smeltzer, S. C & Barre, B. G. (2017). Buku ajar keperawatan medikal-bedah


Brunner & Suddarth. Journal of Chemical Information and Modeling.

82
Smeltzer & Bare. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 4. EGC.

Stuart, G.W. & Sundeen, S. J. (2013). Buku saku keperawatan jiwa.6 thediton.
EGC.

Sudana, C. & M. (2016). Gambaran Harga Diri Pada Pasien Kanker Payudara
Yang Menjalani Kemotrapi Di RSUD Ulin Banjarmasin. Vol.1 Edis, 44–49.

Sugiyono. (2018). Metodologi Penelitian pendidikan pendekatan kuantitatifa,


kualitatif dan R&D. Universitas Pendidikan Indonesia, 1(Metodologi
Penelitian), 1–58.

Taufik, R., Chrisnawati, & Andi, C. L. (2019). Pengalaman Suami Dalam


Mendampingi Istri Dengan Kanker Payudara Yang Sedang Menjalani
Kemoterapi. Jksi, 4, 1–10.

Tjakra. (2010). Panduan Pelaksanaan Kanker Solid. Sagung Seto.

WHO. (2018). International Agency for Research on Cancer: Cancer incidence


and mortality statistics worldwide and by region.
https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/cancers/20-Breast-fact-sheet.pdf.

WHO. (2022). Breast Cancer Facts and Statistics.


https://www.breastcancer.org/facts-statistics

83
Lampiran 1

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN

Waktu
September November Desember
No Kegiatan Agustus 2022 Oktober 2022 Januari 2022
2022 2022 2022
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Studi Pendahuluan
2 Penyusunan
proposal
3 Seminar proposal
4 Revisi proposal
5 Pengurusan ijin
penelitian
6 Pengumpulan data
7 Pengolahan data
8 Analisis data
9 Penyusunan laporan
10 Sidang hasil
penelitian
11 Revisi laporan
Lampiran 2

ANGGARAN DANA PENELITIAN

No Anggaran Jumlah
A Persiapan
1 Studi pustaka Rp. 300.000.00
2 Penggandaan proposal (foto copy) Rp. 500.000.00
3 Konsumsi Rp. 150.000,00
4 Revisi proposal Rp. 100.000,00
B Pelaksanaan
1 Pengurusan izin Rp. 200.000,00
2 Penggandaan lembar observasi Rp. 500.000,00
3 Akomodasi dan transportasi Rp. 200.000,00
4 Pengolahan data (Analisa data) Rp. 300.000.00
5 Honor enumerator Rp. 300.000,00
C Tahap akhir
1 Penyusunan skripsi Rp. 500.000,00
2 Presentasi hasil penelitian (ujian skripsi) Rp. 300.000,00
3 Revisi hasil penelitian dan penggandaan
Rp. 200.000,00
skripsi
Jumlah Rp. 3.550.000,00

V2- 1
072017-IC_AS
Lampiran 3

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN

Judul Penelitian : Hubungan Dukungan Suami dengan Self Esteem pada kanker
payudara di Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G
Ngoerah tahun 2022
Peneliti : Ni Wayan Murdi
NIM : 21.322.1199
Peneliti adalah mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Sarjana
STIKes Wira Medika Bali.
Saudara telah diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi ini
sepenuhnya bersifat sukarela. Saudara boleh memutuskan untuk berpartispasi atau
mengajukan pertanyaan atas penelitian ini kapanpun tanpa ada konsekwensi dan
dampak negatif. Sebelum saudara memutuskan, saya akan menjelaskan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dukungan suami dan Self Esteem
pasien kanker payudara di Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Prof. Dr. I.G.N.G
Ngoerah Tahun 2022. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai salah satu solusi
dalam meningkatkan Self Esteem pada pasien kanker payudara yang menjalani
kemoterapi, sehingga membantu proses penyembuhan.
2. Jika saudara besedia ikut serta dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan
tentang langkah-langkah pengisian kuesioner yang akan peneliti bagikan. Kuesioner
ini terdiri dari 3 bagian yaitu kuesioner yang pertama berisi tentang data demografi,
kuesioner kedua berisi gambaran tentang dukungan suami, dan kuesioner ketiga
berisi tentang Self Esteem. Sebelum anda menjawab kuesioner tersebut, ada baiknya
anda membaca dulu petunjuk pengisian kuesioner yang telah disediakan.
3. Saya harap saudara dapat memberikan jawaban sesuai dengan kondisi saudara.

V2- 1
072017-IC_AS
4. Jika ada yang kurang jelas silakan saudara tanyakan kepada peneliti
5. Jika saudara telah memahami dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini,
silakan saudara menandatangani lembar persetujuan yang telah dilampirkan.

Peneliti

(Ni Wayan Murdi)

V2- 1
072017-IC_AS
Lampiran 4
RM.1.14.1/IC/2
RSUP SANGLAH DENPASAR
016

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT)
SEBAGAI PESERTA PENELITIAN

Kami meminta Bapak/ Ibu (atau putra/ putri Bapak/ Ibu) untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Kepesertaan dari penelitian ini bersifat sukarela. Mohon agar dibaca penjelasan dibawah dan silakan bertanya bila
ada pertanyaan/ bila ada hal hal yang kurang jelas.

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN SELF ESTEEM PADA PASIEN KANKER


PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI
Peneliti Utama Ni Wayan Murdi
Prodi/ Fakultas/ Univ/ Keperawatan Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira
Departmen/ Instansi Medika Bali
Peneliti Lain -
Lokasi Penelitian Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Prof Dr. I.G.N.G Ngoerah
Sponsor/ Swadana
Sumber pendanaan

Penjelasan tentang penelitian


Wanita yang menderita kanker payudara dan menjalani kemoterapi mengalami gangguan bukan pada
fisik saja tetapi juga pada kondisi emosi dan mentalnya. Payudara tidak hanya berfungsi sebagai organ yang
berperan dalam menghasilkan air susu, namun juga berperan sebagai organ yang memiliki daya tarik
(attractiveness) bagi kaum pria atau suaminya, sehingga payudara mempunyai arti psikologis tersendiri bagi
masing-masing Wanita. Pasien yang mengalami kanker payudara cenderung akan malu dengan suaminya karena
organ daya tariknya mengalami suatu penyakit yang tidak biasa. Kemoterapi selain memberikan efek positif juga
memberikan efek samping yaitu berupa rambut rontok, tubuh lemah, kulit membiru atau menghitam serta
rusaknya payudara yang mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap harga diri pasien

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan harga diri pada pasien
kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Prof Dr.I.G.N.G Ngoerah. Penelitian
ini melibatkan 84 peserta penelitian. Peserta penelitian adalah Pasien yang bersedia menjadi responden dan
kooperatif, pasien kanker payudara stadium II dan III dengan pengobatan kemoterapi diatas seri ke 3, pasien yang
bisa membaca dan menulis serta pasien yang yang masih memiliki suami dan tinggal bersama. Kuesioner dukungan
suami terdiri dari 12 pernyataan dan kuesioner harga diri terdiri yang terdiri dari 10 pernyataan. Kuesioner ini diisi
oleh responden dilakukan secara bersamaan selama kurang lebih 15 menit. Penelitian dilakukan pada saat jam
lengang sekitar pukul 12.00-14.00 wita.

Manfaat yang didapat oleh peserta penelitian


Kepesertaan dalam penelitian ini dapat meningkatkan peran serta suami dalam proses perawatan pasien
kanker payudara, sehingga melalui dukungan suami maka pasien akan merasa lebih dihargai dan dicintai suaminya
sehingga proses penyembuhan psikis dapat membantu penyembuhan fisik pasien.

1
Ketidaknyamanan dan resiko/ kerugian yang mungkin akan dialami
oleh peserta penelitian
Penelitian ini tidak menimbulkan resiko dan tidak akan memberikan
ketidaknyamanan pada peserta peneliti. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan
selama kurang lebih 15 menit untuk mengisi kuesioner, sehingga tidak akan
mengganggu waktu tunggu pasien di poliklinik.

Penelitian ini sudah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian FK UNUD/ RSUP Prof.
Dr.I.G.N.G Ngoerah yang telah melakukan telaah proposal.

Alternatif tindakan/ pengobatan


Pada penelitian ini tidak terdapat alternatif atau pengobatan.

Kompensasi, Biaya Pemeriksaan/ Tindakan dan ketersediaan


perawatan medis bila terjadi akibat yang tidak diinginkan
Pada penelitian ini tidak ada kompensasi, biaya pemeriksaan/tindakan
perawatan medis bila terjadi akibat yang tidak diinginkan karena penelitian ini tidak
menimbulkan resiko.

Kerahasiaan Data Peserta Penelitian


Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari peserta penelitian ini
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang disajikan
atau dilaporkan pada hasil penelitian. Pada pengisian lembar kuisioner, identitas
peserta penelitian hanya dicantumkan kode responden saja.

Kepesertaan pada penelitian ini adalah sukarela.


Kepesertaan Ibu/ Saudari pada penelitian ini bersifat sukarela. Ibu/ Saudari
dapat menolak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada penelitian atau
menghentikan kepesertaan dari penelitian kapan saja tanpa ada sanksi. Keputusan Ibu/
Saudari untuk berhenti sebagai peserta peneltian tidak akan mempengaruhi mutu dan
akses/ kelanjutan pengobatan ke RSUP Prof Dr. I.G.N.G Ngoerah.

JIKA SETUJU UNTUK MENJADI PESERTA PENELITIAN

Jika setuju untuk menjadi peserta peneltian ini, Ibu/ Saudari diminta untuk
menandatangani formulir ‘Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Sebagai *Peserta Penelitian/
*Wali’ setelah Ibu/ Saudari benar-benar memahami tentang penelitian ini.
Ibu/ Saudari akan diberi Salinan persetujuan yang sudah ditanda tangani ini.

Bila selama berlangsungnya penelitian terdapat perkembangan baru yang


dapat mempengaruhi keputusan Ibu/ Saudari untuk kelanjutan kepesertaan dalam
penelitian, peneliti akan menyampaikan hal ini kepada Ibu/ Saudari. Bila ada
pertanyaan yang perlu disampaikan kepada peneliti, silakan hubungi (Ni Wayan Murdi)
081337880223, email (niwayanmurdi83@gmail.com)

Tanda tangan Ibu/ Saudari dibawah ini menunjukkan bahwa Ibu/ Saudari
telah membaca,
Tanda tangan saksi diperlukan telah pada
memahami
formulirdanConsent
telah mendapat kesempatan
ini hanya untuk
bila (Diisi olehbertanya
peneliti)
kepada peneliti
Peserta Penelitian memilikitentang penelitian
kemampuan untuk ini dan menyetujui
mengambil keputusan,untuk menjadi
tetapi tidak dapatpeserta
membaca/
tidak dapatpenelitian.
bicara atau buta

Wali dari peserta penelitian tidak dapat membaca/ tidak dapat bicara atau buta
Komisi Etik secara spesifik mengharuskan tanda tangan saksi pada penelitian ini (misalnya untuk penelitian
Peserta/ Subyek Penelitian, Wali,
resiko tinggi dan atau prosedur penelitian invasive)

Catatan:

Saksi harus merupakan keluarga peserta penelitian, tidak boleh anggota tim penelitian.

Saksi:
Saya menyatakan bahwa informasi pada formulir penjelasan telah dijelaskan dengan benar dan
dimengerti oleh peserta
Tanda penelitian
Tangan dan Namaatau walinya dan persetujuanTanda
untukTangan
menjadidan
peserta
Namapenelitian
diberikan secaraTanggal
sukarela.(wajib diisi): / / Tanggal (wajib diisi): / /

Hubungan dengan

Peserta/ Subyek Penelitian:

Nama dan Tanda T


tangan saksi tanggal

(Jika tidak Peneliti


diperlukan tanda tangan saksi, bagian tanda tangan saksi ini
dibiarkan kosong)

Tanda Tangan dan Nama Tanggal

1
Lampiran 5

1
KUESIONER PENELITIAN

A. Diisi oleh peneliti


Nomor responden: …
Kemoterapi seri ke:
B. Diisi oleh Responden
Petunjuk pengisian
1. Berilah tanda check (√) pada kotak sesuai dengan jawaban yang dipilih.
2. Untuk items yang tidak berisi kotak, silahkan isi sesuai dengan
jawabanresponden
1. Data Demografi.
1) Umur:
1. 18-45 tahun
2. 46-59 tahun
3. ≥ 60 tahun
2) Pendidikan terakhir:
1. tidak sekolah
2. SD
3. SLTP
4. SLTA
5. Akademi/PT

3) Kuesioner Dukungan Suami

1
Petunjuk pengisian
1. Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan penilaian
anda dengan cara memberi tanda check (√)
2. Jika anda ingin mengganti pilihan jawaban karena jawaban pertama salah,
maka cukup dengan member tanda (X) pada tanda check (√) yang salah,
kemudian beri tanda check (√) baru pada kolom jawaban yang anda anggap
benar
3. Keterangan pilihan jawaban:
0) Tidak Pernah artinya anda tidak pernah dilakukan, tidak pernah terlihat
atau sangat bertolak belakang dengan sikap dan perilaku keluarga
1) Kadang-kadang artinya jarang dilakukan atau hampir tidak pernah
terlihat pada sikap dan perilaku keluarga
2) Sering artinya tidak selalu terlihat pada sikap dan perilaku keluarga
3) Selalu artinya selalu dilakukan atau selalu terlihat pada sikap dan perilaku
keluarga

Jawaban
Selalu Sering Kadang- Tidak
No Pertanyaan
kadang pernah
3 2 1 0
A Dukungan Emosional dan Penghargaan
1 Suami mendampingi saya dalam
perawatan
2 Suami selalu memberi pujian dan
perhatian kepada saya
3 Suami tetap mencintai dan memperhatikan
keadaan saya selama saya sakit
4 Suami memaklumi bahwa sakit yang saya
alami sebagai suatu musibah
B Dukungan fasilitas
5 Suami selalu menyediakan waktu dan
fasilitas jika saya memerlukan untuk
keperluan pengobatan saya
6 Suami sangat berperan aktif dalam setiap
pengobatan saya dan perawatan sakit saya
7 Suami bersedia membiayai / mencari
jaminan kesehatan bagi pengobatan saya
8 Suami berusaha mencarikan kekurangan

1
sarana dan peralatan perawatan yang saya
perlukan

C Dukungan Informasi
9 Suami memberitahu tentang hasil
pemeriksaan dan pengobatan dari dokter
yang merawat kepada saya
10 Suami mengingatkan saya kontrol, minum
obat, dan makan
11 Suami memperingatkan saya tentang
prilaku- prilaku yang memperburuk
penyakit saya
12 Suami menjelaskan kepada saya saat
bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas
tentang penyakit / pengobatan saya
Total
Sumber: Nursalam (2015). Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instument Penelitian Keperawatan

2. Kuesioner Self Esteem


Petunjuk pengisian

1
1. Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan penilaian
anda dengan cara memberi tanda check (√)
2. Jika anda ingin mengganti pilihan jawaban karena jawaban pertama salah,
maka cukup dengan member tanda (X) pada tanda check (√) yang salah,
kemudian beri tanda check (√) baru pada kolom jawaban yang anda anggap
benar
Jawaban
Sangat
No Pertanyaan Tidak Sangat
Tidak Netral Setuju
Setuju Setuju
Setuju
1 Saya merasa diri saya
cukup berharga, setidak-
tidaknya sama dengan
orang lain
2 Saya rasa banyak hal yang
baik dalam diri saya
3 Saya orang yang gagal
4 Saya mampu mengerjakan
sesuatu seperti apa yang
dapat dikerjakan orang
lain
5 Saya rasa tidak banyak
yang dapat saya
banggakan pada diri saya
6 Saya menerima keadaan
diri saya seperti apa
adanya
7 Secara keseluruhan saya
puas dengan diri saya
8 Saya berharap saya dapat
lebih dihargai
9 Saya sering merasa tidak
berguna
10 Kadang-kadang saya
merasa bahwa diri saya
tidak baik
Total
Sumber: Rosenberg (1995, dalam Irawati, 2016). Gambaran Self esteem Siswa Tunanetra di
Sekolah Luar Biasa TPA Bintaro Kabupaten Jember

Lampiran 6
KISI-KISI KUESIONER

1
1. Kuesiner Self Esteem
No. Pernyataan Jenis Pernyataan
1 Positif
2 Positif
3 Negatif
4 Positif
5 Negatif
6 Positif
7 Positif
8 Positif
9 Negatif
10 Negatif

2. Kuesioner Dukungan Suami


No. Pernyataan Jenis Pernyataan
1 Positif
2 Positif
3 Positif
4 Positif
5 Positif
6 Positif
7 Positif
8 Positif
9 Positif
10 Positif
11 Positif
12 Positif

1
Lampiran 7
MASTER TABEL

Karajteristik dukungan keluarga self esteem

um pendidika 1 1 1 1 Tota kod


tanggal No ur n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 Total % kriteria kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 l % kriteria e
29/10/22 86,1
1 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 31 1 tinggi 3 3 4 3 2 2 1 3 4 0 0 22 55 sedang 2
“ 72,2 62,
2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 26 2 tinggi 3 4 3 4 3 4 2 2 2 0 1 25 5 sedang 2
“ 63,8 57,
3 3 2 2 1 2 1 1 2 2 2 3 2 2 3 23 9 sedang 2 3 4 3 4 3 1 3 2 0 0 23 5 sedang 2
“ 86,1
4 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 31 1 tinggi 3 4 3 3 4 3 3 3 4 1 0 28 70 tinggi 3
31/10/22 58,3
5 2 1 3 1 1 1 1 3 1 2 2 2 2 2 21 3 sedang 2 1 3 2 4 2 4 3 2 1 0 22 55 sedang 2
“ 66,6
6 2 2 3 1 1 1 1 2 3 2 3 2 3 2 24 7 sedang 2 4 3 3 4 2 2 2 4 0 0 24 60 sedang 2
“ 63,8 47,
7 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23 9 sedang 2 3 3 2 3 2 2 1 2 1 0 19 5 sedang 2
“ 63,8
8 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 3 2 23 9 sedang 2 2 3 2 3 2 3 4 3 1 1 24 60 sedang 2
“ 61,1
9 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 22 1 sedang 2 3 3 3 3 3 3 3 2 1 0 24 60 sedang 2
1/11/22 66,6 62,
10 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 24 7 sedang 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 25 5 sedang 2
“ 97,2
11 1 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 35 2 tinggi 3 2 4 2 2 2 2 2 2 4 4 26 65 sedang 2
“ 33,3
12 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 3 rendah 1 0 2 0 2 1 1 1 2 0 1 10 25 rendah 1
“ 83,3
13 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 30 3 tinggi 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 50 sedang 2
“ 63,8
14 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 23 9 sedang 2 4 3 3 2 2 2 2 2 3 3 26 65 sedang 2
Karajteristik dukungan keluarga self esteem

um pendidika 1 1 1 1 Tota kod


No ur n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 Total % kriteria kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 l % kriteria e
tanggal
2/11/22 61,1 67,
15 3 2 3 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 22 1 sedang 2 3 3 3 4 3 4 3 3 0 1 27 5 tinggi 3
“ 66,6
16 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 24 7 sedang 2 3 4 3 3 3 2 3 2 4 3 30 75 tinggi 3
“ 61,1 62,
17 3 3 2 2 3 2 1 2 1 2 1 2 2 2 22 1 sedang 2 2 3 2 3 4 2 1 3 3 2 25 5 sedang 2
“ 33,3
18 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 3 rendah 1 3 4 3 2 3 4 2 3 4 4 32 80 tinggi 3
“ 61,1 62,
19 3 3 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 3 2 22 1 sedang 2 2 3 4 2 2 2 2 2 2 4 25 5 sedang 2
“ 63,8 62,
20 2 2 3 3 3 2 1 2 1 2 1 2 2 1 23 9 sedang 2 2 3 2 3 4 2 3 2 2 2 25 5 sedang 2
3/11/22 63,8
21 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 1 23 9 sedang 2 4 4 0 4 0 3 3 4 0 0 22 55 sedang 2
“ 66,6
22 2 2 1 1 1 2 1 2 1 3 3 3 3 3 24 7 sedang 2 4 4 3 4 3 2 2 1 1 2 26 65 sedang 2
“ 33,3 62,
23 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 3 rendah 1 3 2 3 4 3 3 4 3 0 0 25 5 sedang 2
“ 88,8
24 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 32 9 tinggi 3 3 4 3 4 3 3 4 4 0 0 28 70 tinggi 3
“ 91,6
25 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 33 7 tinggi 3 2 4 3 4 2 3 2 2 0 0 22 55 sedang 2
“ 33,3 32,
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 3 rendah 1 2 2 2 1 2 1 2 1 0 0 13 5 rendah 1
4/11/22 58,3
27 3 2 3 2 1 1 1 2 1 2 1 2 3 2 21 3 sedang 2 4 4 3 4 3 4 3 4 1 0 30 75 tinggi 3
” 61,1
28 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 3 3 22 1 sedang 2 3 4 3 4 2 2 3 2 0 1 24 60 sedang 2
“ 66,6
29 2 1 3 3 2 3 2 1 1 1 2 2 2 2 24 7 sedang 2 2 4 2 1 1 3 4 4 0 1 22 55 sedang 2
“ 66,6
30 3 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 24 7 sedang 2 4 3 3 3 3 3 3 3 0 1 26 65 sedang 2
“ 63,8
31 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 23 9 sedang 2 2 3 2 3 2 3 4 3 2 2 26 65 sedang 2
7/11/22
32 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 31 86,1 tinggi 3 3 3 4 3 4 3 4 3 0 1 28 70 tinggi 3

1
Karajteristik dukungan keluarga self esteem

um pendidika 1 1 1 1 Tota kod


No ur n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 Total % kriteria kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 l % kriteria e
tanggal 1
“ 63,8 62,
33 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 23 9 sedang 2 3 4 3 2 3 2 2 4 2 0 25 5 sedang 2
“ 91,6
34 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 33 7 tinggi 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 1 30 75 tinggi 3
“ 94,4
35 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 34 4 tinggi 3 3 4 3 2 3 3 4 2 1 1 26 65 sedang 2
“ 33,3 32,
36 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 3 rendah 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2 1 13 5 rendah 1
8/11/22 66,6
37 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 24 7 sedang 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 24 60 sedang 2
“ 61,1 57,
38 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 22 1 sedang 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 23 5 sedang 2
“ 66,6 52,
39 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 24 7 sedang 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 21 5 sedang 2
“ 66,6
40 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 24 7 sedang 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 12 30 rendah 1
“ 83,3
41 1 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 30 3 tinggi 3 3 4 2 3 4 3 4 3 4 0 30 75 tinggi 3
“ 33,3 32,
42 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 3 rendah 1 1 3 1 1 1 1 2 1 1 1 13 5 rendah 1
9/11/22 33,3 62,
43 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 3 rendah 1 2 2 2 2 3 2 4 3 2 3 25 5 sedang 2
“ 97,2 52,
44 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 35 2 tinggi 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 21 5 sedang 2
“ 94,4
45 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 34 4 tinggi 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 4 24 60 sedang 2
“ 66,6
46 1 2 3 1 3 1 1 2 2 2 2 2 3 2 24 7 sedang 2 3 4 2 4 2 3 2 2 2 4 28 70 tinggi 3
“ 63,8 57,
47 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 23 9 sedang 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 3 23 5 sedang 2
10/11/22 83,3 77,
48 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 30 3 tinggi 3 3 4 3 4 3 2 4 2 4 2 31 5 tinggi 3
10/11/22 97,2 57,
49 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 35 2 tinggi 3 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 23 5 sedang 2

1
Karajteristik dukungan keluarga self esteem

um pendidika 1 1 1 1 Tota kod


No ur n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 Total % kriteria kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 l % kriteria e
tanggal
“ 63,8
50 2 2 2 1 1 3 2 2 3 1 2 2 2 2 23 9 sedang 2 4 3 4 2 2 2 2 2 3 2 26 65 sedang 2
“ 63,8 62,
51 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 23 9 sedang 2 2 2 4 1 2 3 2 3 3 3 25 5 sedang 2
“ 61,1
52 3 2 2 3 2 1 3 1 1 1 2 2 2 2 22 1 sedang 2 2 2 2 2 2 3 2 3 4 4 26 65 sedang 2
11/11/22 86,1 82,
53 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 31 1 tinggi 3 3 2 3 2 4 4 4 4 3 4 33 5 tinggi 3
“ 80,5
54 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 29 6 tinggi 3 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 34 85 tinggi 3
“ 61,1 57,
55 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 3 1 22 1 sedang 2 3 4 2 2 3 2 2 4 1 0 23 5 sedang 2
“ 61,1
56 1 2 3 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 22 1 sedang 2 2 3 2 2 4 3 2 3 2 3 26 65 sedang 2
“ 61,1 57,
57 3 2 1 2 1 2 1 2 1 2 3 3 2 2 22 1 sedang 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 23 5 sedang 2
13/11/22 94,4 77,
58 2 1 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 34 4 tinggi 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 31 5 tinggi 3
“ 97,2 77,
59 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 35 2 tinggi 3 4 3 3 3 3 4 3 4 2 2 31 5 tinggi 3
“ 97,2 87,
60 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 35 2 tinggi 3 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 35 5 tinggi 3
“ 63,8 52,
61 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 3 3 2 2 23 9 sedang 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 21 5 sedang 2
“ 66,6
62 1 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 7 sedang 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 4 26 65 sedang 2
16/11/22 61,1 62,
63 3 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 22 1 sedang 2 2 2 2 2 3 2 3 4 3 2 25 5 sedang 2
“ 94,4
64 1 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 34 4 tinggi 3 3 4 2 3 2 3 4 3 3 3 30 75 tinggi 3
“ 94,4 72,
65 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 34 4 tinggi 3 2 3 4 3 4 2 3 3 2 3 29 5 tinggi 3
16/11/22 66,6
66 1 2 1 3 1 2 2 2 1 2 3 3 2 2 24 7 sedang 2 4 3 3 2 2 2 4 2 2 2 26 65 sedang 2

67 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 32 88,8 tinggi 3 4 3 4 3 4 3 2 2 2 4 31 77, tinggi 3

1
Karajteristik dukungan keluarga self esteem

um pendidika 1 1 1 1 Tota kod


No ur n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 Total % kriteria kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 l % kriteria e
tanggal 9 5
“ 91,6
68 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 33 7 tinggi 3 3 3 3 4 2 2 2 2 2 1 24 60 sedang 2
17/11/22 97,2 87,
69 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 35 2 tinggi 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 35 5 tinggi 3
“ 91,6 77,
70 1 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 33 7 tinggi 3 3 3 3 2 4 4 2 3 4 3 31 5 tinggi 3
“ 91,6
71 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 33 7 tinggi 3 3 3 3 4 3 2 2 2 2 2 26 65 sedang 2
“ 61,1
72 3 2 1 2 1 2 1 2 1 2 3 3 2 2 22 1 sedang 2 2 4 1 3 2 4 2 2 3 3 26 65 sedang 2
“ 97,2 82,
73 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 35 2 tinggi 3 2 4 3 4 4 3 3 3 3 4 33 5 tinggi 3
18/11/22 88,8 82,
74 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 32 9 tinggi 3 3 4 3 2 4 4 4 3 3 3 33 5 tinggi 3
“ 88,8
75 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 32 9 tinggi 3 3 4 3 4 2 3 2 3 3 3 30 75 tinggi 3
“ 91,6
76 1 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 33 7 tinggi 3 3 2 2 2 3 1 4 4 2 3 26 65 sedang 2
“ 66,6
77 2 2 1 3 1 2 1 2 2 2 3 3 2 2 24 7 sedang 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 24 60 sedang 2
“ 77,7
78 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 1 3 3 28 8 tinggi 3 3 3 4 3 4 2 4 3 4 2 32 80 tinggi 3
21/11/22 66,6 62,
79 2 2 1 3 1 2 1 2 2 2 3 3 2 2 24 7 sedang 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 25 5 sedang 2
“ 88,8
80 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 32 9 tinggi 3 4 2 3 3 3 4 4 1 4 4 32 80 tinggi 3
“ 97,2 57,
81 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 35 2 tinggi 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 23 5 sedang 2
“ 91,6
82 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 33 7 tinggi 3 2 4 3 4 3 4 3 2 3 4 32 80 tinggi 3
21/11/22 66,6
83 2 2 1 3 1 2 2 2 1 2 3 3 2 2 24 7 sedang 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 22 55 sedang 2
“ 88,8
84 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 32 9 tinggi 3 3 4 4 2 3 3 4 3 2 4 32 80 tinggi 3

1
181 180 176 182 168 183 171 180 186 204 196 189 Total
Dukungan Emosional
dan Penghargaan Dukungan fasilitas Dukungan informasi  
719 702 775 2196
32,74 % 31,97% 35,29% 100%

Keterangan:
1) Umur:
1. 18-45 tahun
2. 46-59 tahun
3. ≥ 60 tahun

2) Pendidikan terakhir:
1. tidak sekolah
2. SD
3. SLTP
4. SLTA
5. Akademi/PT

3) Status pekerjaan:
1. Tidak bekerja

1
2. Bekerja

1
Lampiran 8

ANALISA DATA

umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid > 18 tahun - 45 tahun 18 21.4 21.4 21.4

46 - 59 tahun 46 54.8 54.8 76.2

> 60 tahun 20 23.8 23.8 100.0

Total 84 100.0 100.0

pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 5 6.0 6.0 6.0

SLTP 17 20.2 20.2 26.2

SLTA 36 42.9 42.9 69.0

Diploma/Perguran Tinggi 26 31.0 31.0 100.0

Total 84 100.0 100.0

dukungan * selfesteem Crosstabulation


selfesteem
rendah sedang tinggi Total
dukungan rendah Count 4 2 1 7
% within self esteem 80.0% 3.9% 3.6% 8.3%
% of Total 4.8% 2.4% 1.2% 8.3%
sedang Count 1 36 4 41
% within self esteem 20.0% 70.6% 14.3% 48.8%
% of Total 1.2% 42.9% 4.8% 48.8%
tinggi Count 0 13 23 36
% within self esteem 0.0% 25.5% 82.1% 42.9%
% of Total 0.0% 15.5% 27.4% 42.9%
Total Count 5 51 28 84
% within self esteem 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 6.0% 60.7% 33.3% 100.0%

Correlations

dukungan selfesteem

dukungan Pearson Correlation 1 .608**

Sig. (2-tailed) .000

N 84 84
selfesteem Pearson Correlation .608** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 84 84

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

1
Lampiran 9
Studi Pendahuluan

1
Lampiran 10
Lembar Bimbingan

1
1
Lampiran 11

Etik Penelitian

1
Lampiran 12

Ijin Penelitian

1
Lampiran 13
Dokumentasi

1
1

Anda mungkin juga menyukai