Anda di halaman 1dari 131

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG


HIPERTENSI DENGAN DUKUNGAN KELUARGA
DALAM PROSES PENYEMBUHAN HIPERTENSI
PADA LANSIA DI PUSKESMAS BANJAREJO
KOTA MADIUN

Oleh:
LISTYANA WIJAYANTI
201302034

PRODI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG


HIPERTENSI DENGAN DUKUNGAN KELUARGA
DALAM PROSES PENYEMBUHAN HIPERTENSI
PADA LANSIA DI PUSKESMAS BANJAREJO
KOTA MADIUN

Diajukan untuk memenuhi


Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:
LISTYANA WIJAYANTI
201302034

PRODI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017

i
ii
iii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Bismillahhirohmannirohim..

Puji syukur Alhamdulillah senantiasa ku panjatkan kepada Allah SWT


atas karunia-Nya yang begitu besar yang telah memberikan kemudahan,
kelancaran dan kekuatan yang luar biasa kepada saya. Semoga keberhasilan ini
menjadi satu langkah awal bagi saya untuk dapat meraih cita-cita saya.
Untuk Bapak dan Ibu saya, yang telah memberikan dukungan moril
maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada
kata seindah lantunan do’a yang paling khusyuk selain do’a yang terucap dari
orang tua. Ucapan terima kasih saja takkan pernah cukup untuk membalas
kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cinta ku untuk
kalian Bapak Ibuku.
Untuk Pak Hariyadi, S.Kp., M.Pd dan Ibu Dian Anisia W,
S.Kep.,Ns.,M.Kes terimakasih telah memberikan bimbingan dan masukan dalam
penyusunan proposal dan skripsi dengan penuh sabar dan ketelatenan. Semoga
Allah memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan.
Untuk semua dosen STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun terimakasih
yang telah mendidik dan membimbingku selama ini. Semoga Allah membalas
semua kebaikan dan ilmu yang telah diajarkan.
Untuk Fitri Dwi Herdiyanti, Mas Aditama, Bella Astrika Dio Yolanda,
Restyana Saraswati, terimakasih telah menjadi partner yang baik di perjalanan
masa kuliah saya dan terimaksih telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Untuk teman-teman satu almamater dan seperjuanganku perjuangan kita
belum selesai sampai disini. Mari kita lanjutkan dengan membuktikan bahwa kita
mampu menjadi perawat yang profesional dan bisa diandalkan agar dapat
mengharumkan nama STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Listyana Wijayanti

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Bekasi, 02 Januari 1995

Agama : Islam

Alamat : Perum. Mojopurno Blok.B No.48

Email : listyana.madiun@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
2013-Sekarang : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
2010-2013 : SMK YPK TENGGARONG KALTIM
2007-2010 : SMP YPK TENGGARONG KALTIM
2001-2007 : SDN 008 TENGGARONG KALTIM

vi
ABSTRAK

Listyana Wijayanti
201302034

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG HIPERTENSI


DENGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PROSES PENYEMBUHAN
HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS BANJAREJO KOTA
MADIUN.

131 Halaman + 14 Tabel + 2 Gambar + Lampiran

Meningkatnya prevalensi hipertensi setiap tahun yang masih menjadi beban


kesehatan di masyarakat karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit hipertensi. Oleh karena itu diperlukan adanya dukungan keluarga yang
baik dalam proses penyembuhan hipertensi. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui hubungan pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan dukungan
keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi pada lansia di Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun.
Rancangan penelitian ini Corelations dengan pendekatan Cross Sectional.
Populasi sejumlah 56 pasien hipertensi, sampel yang digunakan sejumlah 36
responden. Sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. uji statistik
Somers D dengan α = 0,05.
Hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan keluarga baik (61,11%), dan
dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi baik (58,34%). Hasil
analisis Somers D diperoleh p value = 0,000 < α = 0,05. Yang berarti ada
hubungan antara pengetahuan keluarga dengan dukungan keluarga dalam proses
penyembuhan hipertensi pada lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
Keeratan hubungan dari 0,603 adalah kuat.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubunganpengetahuan keluarga
tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan
hipertensi pada Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun. Diharapkan
pengetahuan keluarga tentang hipertensi semakin tinggi dan dukungan keluarga
dalam proses penyembuhan hipertensi selalu berjalan dengan baik.

Kata kunci : Pengetahuan, dukungan keluarga, hipertensi.

vii
ABSTRACT

Listyana Wijayanti
201302034

CORRELATION BETWEEN FAMILY KNOWLEDGE ABOUT


HYPERTENSION WITH FAMILY SUPPORT OF HYPERTENSION
HEALING AT AGED IN PUBLIC HEALTH CENTER IN BANJAREJO
MADIUN

131 Pages, 14 Tables, 2 Pictures and Enclosure

Increasing of hypertension prevalency every year which still become


health burden in society because lack of pandemic hypertension family
knowledge. Therefore needed by the existence of good family support in course of
healing hypertension. The aim of this research is to know corelation between
family knowledge about hypertension with family support in course of healing
hypertension at aged in Public Health Center of Banjarejo Madiun.
This Research device is Correlations with Cross Sectional approach.
Population counted 56 hypertension patient, sampel that used counted of 36
responders. Sampling that used is Purposive Sampling and used statistical test of
Somers D with  = 0,05
Result of research known that knowledge of good family ( 61,11%), and
family support in course of healing of good hypertension ( 58,34%). Result of
Somers D analysis obtained by p value = 0,000 < α = 0,05. meaning there was
correlation between family knowledge with family support in course of healing
hypertension at aged in Public Health Center of Banjarejo Madiun. Hand in glove
of correlation from 0,603 which means was strength.
Conclusion in this research is there are correlation between family
knowledge about hypertension with family support in course of healing
hypertension at aged in Public Health Center of Banjarejo Madiun. Expected by
family knowledge about excelsior hypertension and family support in course of
healing the hypertension always walk better.

Keywords : Knowledge, family support, hypertension

viii
DAFTAR ISI

Sampul Dalam...........................................................................................................i
Lembar Persetujuan.................................................................................................ii
Lembar Pengesahan................................................................................................iii
Lembar Persembahan..............................................................................................iv
Lembar Pernyataan Keaslian Penelitian...................................................................v
Daftar Riwayat Hidup.............................................................................................vi
Abstrak...................................................................................................................vii
Abstract.................................................................................................................viii
Daftar Isi.................................................................................................................ix
Daftar Tabel............................................................................................................xi
Daftar Gambar........................................................................................................xii
Daftar Lampiran....................................................................................................xiii
Daftar Istilah.........................................................................................................xiv
Daftar Singkatan.....................................................................................................xv
Kata Pengantar......................................................................................................xvi

BAB 1 PENDAHULUAN
131.1 Latar Belakang...............................................................................1
131.2 Rumusan Masalah..........................................................................5
131.3 Tujuan Penelitian...........................................................................5
131.4 Manfaat Penelitian.........................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan...................................................................................8
2.2 Hipertensi.....................................................................................13
2.3 Dukungan Keluarga.....................................................................24
2.4 Konsep Lansia..............................................................................32
2.5 Konsep Dasar Lanjut Usia...........................................................39
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual...................................................................43
3.2 Hipotesis.......................................................................................45
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian..........................................................................46
4.2 Populasi dan Sampel....................................................................46
4.3 Teknik Sampling..........................................................................50
4.4 Kerangka Kerja Penelitian...........................................................51
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Opersional................................52
4.6 Instrumen Penelitian.....................................................................54
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................58
4.8 Prosedur Pengumpulan Data........................................................58
4.9 Teknik Analisa Data.....................................................................63
4.10 Etika Penelitian............................................................................67
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Dan Lokasi.....................................................68

ix
5.2 Karakteristik Responden.............................................................69
5.3 Hasil Penelitian...........................................................................75
5.4 Pembahasan.................................................................................82
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan.................................................................................83
6.2 Saran............................................................................................84

Daftar Pustaka........................................................................................................85
Lampiran................................................................................................................88

x
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 4.1 Definisi Opersional Pengetahuan Keluarga tentang


Hipertensi dengan Dukungan Keluarga dalam Proses
Penyembuhan Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun...................................................................53
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan Keluarga.......................56
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Dukungan Keluarga dalam
Proses Penyembuhan Hipertensi.....................................................56
Tabel 4.4 Interval Koefisien Korelasi Spearman Rank...................................66
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden Di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun........................70
Tabel 5.2 Tendensi Sentral Berdasarkan Usia Responden Di
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun................................................70
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Responden Di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun........................70
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden Di
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun................................................71
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Hubungan
Keluarga Dengan Pasien Di Puskesmas Banjarejo Kota
Madiun............................................................................................71
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tentang Informasi
Penyembuhan Hipertensi Oleh Tenaga Medis Di
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun................................................72
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menderita
Hipertensi Di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.........................72
Tabel 5.8 Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi Pada
Responden Di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun........................73
Tabel 5.9 Dukungan Keluarga Dalam Proses Penyembuhan
Hipertensi Di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.........................74
Tabel 5.10 Tabel Silang Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi
Dengan Dukungan Keluarga Dalam Proses Penyembuhan
Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Banjarejo Kota
Madiun............................................................................................74

xi
DAFTAR GAMBAR

Nomer Judul Gambar Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan Keluarga


tentang Hipertensi dengan Dukungan Keluarga dalam
Proses Penyembuhan Hipertensi Pada Lansia di
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.........................................43
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Pengetahuan
Keluarga tentang Hipertensi dengan Dukungan
Keluarga dalam Proses Penyembuhan Hipertensi Pada
Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.........................51

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat-surat Izin Penelitian ....................................................... 88


Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian .................................................. 92
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ................................ 93
Lampiran 4 Kisi-kisi Kuesioner .................................................................. 94
Lampiran 5 Lembar Kuesioner ................................................................... 95
Lampiran 6 Tabulasi Pengetahuan Keluarga dengan Dukungan
Keluarga .................................................................................. 100
Lampiran 7 Tabulasi Pengetahuan Keluarga .............................................. 102
Lampiran 8 Tabulasi Dukungan Keluarga .................................................. 103
Lampiran 9 Distribusi Frekuensi.................................................................. 105
Lampiran 10 Hasil Uji Korelasi Hubungan Pengetahuan Keluarga
Tentang Hipertensi dengan Dukungan Keluarga
Dalam Proses Penyembuhan Hipertensi Pada Lansia
Di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun .................................... 107
Lampiran 11 Hasil Uji Korelasi Somer’s D .................................................. 108
Lampiran 12 Lembar Konsultasi ................................................................... 109
Lampiran 13 Jadwal Kegiatan Penelitian ...................................................... 111
Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian ........................................................... 112

xiii
DAFTAR ISTILAH

Analysis : Analisis
Anonimaty : Tanpa Nama
Application : Aplikasi
Arteri : Pembuluh darah
Confidentiality : Kerahasiaan
Comprehension : Memahami
Diastol : Tekanan darah pada saat jantung sedang
berelaksasi / beristirahat
Esensiel : Mendasar
Etiologi : Penyebab
Evaluation : Evaluasi
Hipertensi : Tekanan Darah tinggi
Informed concent : Pernyataan persetujuan
instrumental support material bantuan finansial dan material
support
Know : Tahu
Prevalensi : Jumlah keseluruhan kasus penyakit yang
terjadi pada suatu waktu tertentu disuatu
wilayah.
Primer : Yang pertama
Problem solving cycle : kasus pemecahan masalah
Purposive sampling : Suatu teknik sampling yang sifatnya dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah
dikenal sebelumnya
Receall : mengingat kembali
Sekunder : Tingkatan ke dua
Sistolik : Tekanan darah pada saat terjadi kontraksi
otot jantung
Statistic Product and Service : Perangkat lunak untuk mengolah data
Solution (SPSS) statistic
Synthesis : Sintesis
Survey : Memantau
Value enhancer : Tingkatan nilai
World health organitations : Organisasi dunia kesehatan

xiv
DAFTAR SINGKATAN

GBHN : Garis Besar Haluan Negara


mmHg : Milimeter merkuri
Hydrargyrum mg : Miligram
Na : Natrium
SPSS : Statistical Package for the Social Scienses
WHO : World Health Organization

xv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya, Skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi dengan

judul “Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Hipertensi dengan Dukungan

Keluarga dalam Proses Penyembuhan Hipertensi pada Lansia di Puskesmas

Banjarejo Kota Madiun”. Tersusunnya skripsi ini tentu tidak lepas dari

bimbingan, saran dan dukungan moral kepada saya, untuk itu saya sampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Drg. Totok Dwi Sanjaya, selaku kepala Puskesmas Banjarejo Kota Madiun

2. Bambang Subanto, SH sebagai Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Kota Madiun.

3. Zaenal Abidin, S.KM, M.Kes (Epid) sebagai Ketua STIKES Bhakti Husada

Mulia Madiun.

4. Mega Arianti P., S.Kep.,Ns.M.Kep sebagai Ketua Prodi S-1 Keperawatan

STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

5. Hariyadi, S.Kp.,Ns M.Kep sebagai pembimbing 1 skripsi yang telah

memberi petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya proposal skipsi

ini.

6. Dian Anisia W., S.Kep.,Ns.M.Kep sebagai pembimbing 2 skripsi yang telah

memberi petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya proposal skipsi

ini.

xvi
7. Anastasia Eko, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku dewan penguji yang telah bersedia

meluangkan waktu dan pikirannya untuk menguji skripsi yang telah dibuat

oleh penulis.

8. Keluarga tercinta yang telah memberikan do’a, nasehat-nasehat dan

semangat yang tiada hentinya.

9. Sahabat-sahabat dan teman-teman Program Studi S1 Keperawatan angkatan

2013 yang selalu bersama dalam suka dan duka dalam penyelesaian skripsi

ini

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan

dalam penyelesaian skripsi ini.

Saya menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, sehingga diharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak

yang bersifat membangun selalu demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Madiun, Agustus 2017


Penulis

Listyana Wijayanti
NIM. 201302034

xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi termasuk masalah yang besar dan serius karena sering

tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya

di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Brunner &

Suddarth, 2002). Ketika gejala timbul, hipertensi sudah menjadi penyakit

yang harus diterapi sumur hidup, pengobatan yang harus dikeluarkan

cukup mahal dan membutuhkan waktu yang lama. Selain prevalensinya

yang tinggi dan cenderung meningkat pada masa yang akan datang, tingkat

keganasannya juga tinggi. Bila tidak ditangani dengan baik akan

menimbulkan masalah lain berupa komplikasi berbagai organ penting

seperti jantung, ginjal, otak dan mata. Hipertensi juga dapat menyebabkan

permanen dan kematian mendadak. (Dewi, 2013). Hipertensi merupakan

faktor utama penyakit kardiovaskuler penyebab dari kematian tertinggi di

Indonesia. Sejauh ini banyak penderita penyakit hipertensi yang tidak

patuh melaksanakan yang di berikan dari pihak Rumah Sakit karena

kurangnya pengetahuan serta dukungan dari keluarga tentang proses

penyembuhan hipertensi (Rosyid & Effendi, 2011).

Diseluruh dunia hampir satu milyar orang menderita hipertensi. Dua

pertiga penyakit hipertensi ini terjadi di Negara berkembang. Hipertensi

1
mengakibatkan 8 juta orang meninggal setiap tahunnya. Kira-kira

sepertiga populasi penduduk di Asia Tenggara mempunyai penyakit

hipertensi (WHO, 2011). Indonesia sendiri prevalensi hipertensi sudah

melebihi rata-rata Nasional. Menurut profil kesehatan Provinsi Jawa Timur

pada tahun 2016, data jumlah penderita hipertensi yang diperoleh dari

dinas kesehatan Provinsi Jawa Timur terdapat 275.000 jiwa penderita

hipertensi. Dari hasil survey tentang penyakit terbanyak di rumah sakit di

Provinsi Jawa Timur, jumlah penderita hipertensi sebesar 4,89% pada

hipertensi essensial dan 1,08% pada hipertensi sekunder. (Dinkes Provinsi

Jawa Timur, 2016). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Madiun,

hipertensi menjadi urutan ke 7 dari 10 besar penyakit di Kota Madiun pada

tahun 2016. Kasus hipertensi yang terjadi pada tahun 2016 di Kota Madiun

sebanyak 7.637 kasus. Berdasarkan tingkat usia, penderita hipertensi pada

tahun 2016 di Kota Madiun menurut Dinas Kesehatan Kota Madiun

terdapat 1.281 kasus atau 16,77% di Puskesmas Banjarejo. Sebanyak 672

penderita hipertensi pada lansia atau 4,66%. Dan sebanyak 609 penderita

hipertensi pada orang dewasa atau 4,25% (Dinkes Kota Madiun, 2016).

Penatalaksanaan hipertensi bertumpu pada pilar pengobatan standar

dan merubah gaya hidup yang meliputi mengatur pola makan, mengatur

pola aktivitas, sering berolahraga, menghindari alkohol, dan rokok.

Penatalaksanaan hipertensi ini diperlukan pengetahuan keluarga dalam

proses penyembuhannya, serta dukungan keluarga agar proses

penyembuhan berjalan dengan baik (Dalimartha, et al, 2008).

2
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan (Soetjiningsih, 2009). Dukungan dari keluarga meliputi

penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan

material berupa bantuan nyata, suatu kondisi dimana benda atau jasa akan

membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan

langsung, seperti seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu

pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi,

menjaga dan merawat saat sakit dan dapat membantu memecahkan

masalah menurut Sarafino, (1994) dalam Christine, (2010).

Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil

menghadapi masalah dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan

(Taylor 2009), dari penelitian Taylor, (2009) yang berjudul Hubungan

Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien Gastritis Di Puskesmas

Jatinangor, mengatakan bahwa dari 30 keluarga, 8 anggota keluarga atau

sekitar (30%) dari dukungan keluarga menunjukan baik, sedangkan 22

anggota keluarga atau sekitar (70%) menunjukan dukungan keluarga tidak

baik. Dari hasil peneliti, (70%) anggota keluarga tidak mendukung.

Faktor-faktor kurangnya dukungan keluarga disebabkan oleh faktor

persepsi, dan kurang nya pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga,

padahal, perhatian dan empati terhadap pengobatan yang dijalani pasien

3
akan membuat seseorang merasa lebih dihargai dan mempengaruhi tingkah

laku, meningkatkan kesejahteraan psikologis (Rustiana, 2011).

Jika pengetahuan tidak ada maka pasien hipertensi akan tidak patuh

dalam proses penyembuhan, sehingga penyakit hipertensi tidak terkendali

dan terjadi komplikasi. Apabila pengetahuan baik maka pasien hipertensi

akan patuh dalam melaksanakan proses penyembuhan, sehingga penyakit

hipertensi dapat terkendali. Pengetahuan merupakan hasil dari proses

mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat

menjadi dapat untuk proses penyembuhan penyakit pasien hipertensi.

Dalam proses mencari tahu ini, mencakup beberapa metode dan konsep-

konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman

(Notoatmodjo, 2010). Dengan bertambah umur seseorang dapat

berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi

pada umur-umur tertentu kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang (Agoes, dkk 2011).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 10 pasien hipertensi

pada bulan Maret 2017 diperoleh informasi bahwa 3 pasien hipertensi

menyatakan anggota keluarga mendukung proses penyembuhan karena

ada yang menjadi tulang punggung keluarga untuk mencari nafkah, dan

sebagai kepala rumah tangga. Dan sebanyak 7 pasien hipertensi

menyatakan bahwa anggota keluarganya kurang mendukung proses

penyembuhan karena kurangnya pengetahuan dan sebagian ada yang jauh

dari anggota keluarganya. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti

4
ingin melakukan penelitian mengenai pengetahuan keluarga tentang

hipertensi dengan dukungan keluarga tentang proses penyembuhan pasien

hipertensi pada lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.

Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan di atas, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan

pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam

proses penyembuhan hipertensi pada lansia di wilayah Puskesmas

Banjarejo Kota Madiun”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan

penelitian yaitu: ”Apakah ada hubungan pengetahuan keluarga tentang

hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan

hipertensi pada lansia di wilayah Puskesmas Banjarejo Kota Madiun"?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan

dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi pada lansia di

wilayah Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi di

Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.

5
2. Mengidentifikasi tingkat dukungan keluarga tentang pasien hipertensi

di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.

3. Menganalisis hubungan pengetahuan keluarga tentang hipertensi

dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi pada

lansia di wilayah Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan keluarga

tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan

hipertensi pada lansia di wilayah Puskesmas Banjarejo Kota Madiun. di

harapkan:

1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan tentang pentingya proses penyembuhan

hipertensi pada pasien yang menderita penyakit hipertensi serta

dukungan keluarga pada pasien hipertensi sebagai bahan masukan

untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Pasien

Bahan pertimbangan dan masukan bagi pasien hipertensi agar

mengetahui dampak tentang pengetahuan hipertensi, sehinga pasien

akan mematuhi proses penyembuhan penyakit hipertensi.

3. Bagi Keluarga

Bahan pertimbangan dan masukan bagi keluarganya akan pentingnya

memberi dukungan pada pasien hipertensi sehingga dapat menjadi

6
masukan bagi keluarganya untuk memberi motivasi terhadap dukungan

tersebut.

4. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai masukan bagi perawat dalam melaksanakan asuhan

keperawatan kepada penderita hipertensi khususnya yang kurang

memahami pengetahuan hipertensi serta kurangnya dukungan dari

keluarganya.

7
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari

mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2009). Dan dengan bertambahnya umur

seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang

diperoleh, akan tetapi pada umur-umur tertentu kemampuan penerimaan

atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. (Agoes, dkk 2011).

Sedangkan menurut Slameto (2012) menyebutkan bahwa semakin tinggi

tingkat pengetahuan seseorang maka semakin membutuhkan pusat-pusat

pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya dan keluarganya.

Jadi menurut saya, pengetahuan itu sangat penting, karna kalau kita kurang

pengetahuan maka kita juga akan menjadi kurang tanggap dalam

permasalahan kesehatan ataupun permasalahan lainnya. Dan akan menjadi

suatu perkara yang nantinya menjadi masalah besar.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut

Notoatmodjo (2009) mempunyai 6 tingkat, yaitu :

8
1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (receall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Contoh,

dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada

anak balita.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi

materi tersebut secara benar. Contoh, menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat

menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip, dan menggunakan rumus statistik

dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah

kesehatan dari kasus pemecahan masalah (problem solving cycle) di

dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang di berikan.

9
4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata-kata

kerja dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Misalnya: dapat menyusun, dan sebagainya terhadap suatu

teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi

dilakukan dengan menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang

telah ada.

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2009) ada 2 faktor yang mempengaruhi

pengetahuan.

1. Faktor Internal

a. Pendidikan

Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh

1
Notoatmodjo (2009) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah

setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan

kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN

Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu

usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam

dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

b. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle

Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2009) Mengatakan bahwa

tidak adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis

cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk

menjadi dasar pembentukan sikap. Pengalaman pribadi haruslah

meninggalkan kesan yang kuat, karena itu sikap akan lebih mudah

terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang

melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam

dan lama membekas.

c. Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan saat berulang tahun.

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang

yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum

1
cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari

pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka

makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah

yang dihadapi.

2. Faktor Eskternal

a. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer ataupun sekunder, keluarga

dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding

dengan keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan

mempengaruhi kebutuhan akan informasi termasuk kebutuhan

sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.

b. Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai

pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu

hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap

terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi

tersebut apabila arah sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya

digunakan untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap

suatu inovasi yang berpengaruh perubahan perilaku, biasanya

digunakan melalui media masa.

1
2.2 Hipertensi

2.2.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten

dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90

mmHg (Dewi, 2013). Menurut WHO (World Health Organization), batas

normal adalah 120-140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi

seseorang disebut mengidap hipertensi jika tekanan darah sistolik ≥ 160

mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 95 mmHg, dan tekanan darah

perbatasan bila tekanan darah sistolik antara 140 mmHg- 160 mmHg dan

tekanan darah diastolik antara 90 mmHg-95 mmHg. Sedangkan menurut

lembaga-lembaga kesehatan nasional (The National Institutes of Health)

mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan sistolik yang sama atau di atas

140 dan tekanan diastolik yang sama atau di atas 90.

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi

Menurut (Utami, 2009) ada 2 jenis hipertensi, yaitu :

1. Hipertensi primer

Hipertensi primer juga disebut hipertensi ‘esensial’ atau ‘idiopatik’

dan merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun

terakhir telah banyak penelitian untuk mencari etiologinya.Tekanan

darah merupakan hasil curah jantung dan resistensi vascular, sehingga

tekanan darah meningkat jika curah jantung meningkat, resistensi

vascular perifer bertambah, atau keduanya. Beberapa faktor yang

1
pernah dikemukakan relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi

yaitu, genetik, lingkungan, jenis kelamin, dan natrium.

2. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat

dikelompokkan seperti, penyakit parengkim ginjal (3%) dimana setiap

penyebab gagal ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, sebab-sebab

penyumbatan) yang menyebabkan kerusakan parenkim akan

cenderung menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan

mengakibatkan kerusakan ginjal. Penyakit renovaskular (1%) dimana

terdiri atas penyakit yang menyebabkan gangguan pasokan darah

ginjal dan secara umum di bagi atas aterosklerosis dan fibrodisplasia.

Endokrin (1%) jika terdapat hipokalemia bersama hipertensi,

tingginya kadar aldosteron dan rennin yang rendah akan

mengakibatkan kelebihan-kelebihan (overload) natrium dan air.

Dengan derajat Hipertensi sebagai berikut:

a. Derajat 1 (ringan) 140-159/ 90-99

b. Derajat 2 (sedang) 160-179/ 100-109

a. Derajat 3 (berat) ≥ 180-110

b. Hipertensi sistolik yang terisolasi ≥ 140 < 90

2.2.3 Etiologi Hipertensi

Sebagian besar kasus tekanan darah tinggi tidak dapat

disembuhkan. Keadaan tersebut berasal dari suatu kecenderungan genetik

yang bercampur dengan faktor-faktor risiko seperti stres, kegemukan,

1
terlalu banyak makan garam, kurang gerak badan dan penyumbatan

pembuluh darah, ini disebut hipertensi esensial. Kalau seseorang

mempunyai sejarah hipertensi keluarga dan mengidap hipertensi ringan,

dia dapat mengurangi kemungkinan hipertensi berkembang lebih hebat

dengan memberi perhatian khusus terhadap faktor-faktor risiko tersebut.

Untuk kasus-kasus yang lebih berat, diperlukan pengobatan untuk

mengontrol tekanan darah. Jenis lain dari hipertensi dikenal sebagai

hipertensi sekunder, yaitu kenaikan tekanan darah yang kronis terjadi

akibat penyakit lain, seperti kerusakan ginjal, tumor, saraf, renovaskuler

dan lain-lain.

2.2.4 Tanda dan Gejala Hipertensi

Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak

mempunyai tanda-tanda. Boleh jadi berlangsung selama beberapa tahun

tanpa disadari oleh orang tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba-tiba,

misalnya pada waktu mengadakan pemeriksaan kesehatan, atau pada saat

mengadakan pemeriksaan untuk asuransi jiwa. Kadang-kadang tanda-

tanda tekanan darah tinggi yang digambarkan itu adalah sakit kepala,

pusing, gugup, dan palpitasi (Sugiharto, 2007).

Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya

ialah apabila terjadi komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada

waktu kerja keras. Ini menunjukkan bahwa otot jantung itu sudah turut

terpengaruh sehingga tenaganya sudah berkurang yang ditandai dengan

sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain

1
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada

retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan

pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus

optikus) dan penglihatan kabur (Sugiharto, 2007).

Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal.

Kebanyakan orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari,

pusing, berdebar-debar, dan berdengung ditelinga merupakan tanda-tanda

hipertensi. Tanda-tanda tersebut sesungguhnya dapat terjadi pada tekanan

darah normal, bahkan seringkali tekanan darah yang relatif tinggi tidak

memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan

seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur

tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah

berlangsung beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing,

napas pendek, pandangan mata kabur, dan mengganggu tidur (Slameto,

2012).

Tanda dan Gejala Hipertensi menurut (Utami, 2009), antara lain :

1. Sakit pada bagian belakang kepala

2. Leher terasa kaku

3. Kelelahan

4. Mual

5. Sesak napas

6. Gelisah

7. Muntah

1
8. Suka tidur

9. Pandangan jadi kabur

2.2.5 Faktor-Faktor Risiko Hipertensi

Menurut (Sugiharto, 2007) faktor resiko hipertensi ada 6 yaitu:

1. Genetik

Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih

banyak menderita hipertensi, lebih tinggi hipertensinya, dan lebih

besar tingkat morbiditasnya maupun mortilitasnya, sehingga

diperkirakan ada kaitan hipertensi dengan perbedaan genetik.

Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen

angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik.

2. Usia

Kebanyakan orang berusia di atas 60 tahun sering mengalami

hipertensi, bagi mereka yang mengalami hipertensi, risiko stroke dan

penyakit kardiovaskular yang lain akan meningkat bila tidak ditangani

secara benar.

3. Jenis kelamin

Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-monopause

dibanding pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormone.

4. Geografi dan lingkungan

Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi

kelompok daerah kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa

Indian, Amerika Selatan yang tekanan darahnya rendah dan tidak

1
banyak meningkat sesuai dengan pertambahan usia dibanding

masyarakat barat.

5. Pola hidup

Tingkah laku seseorang mempunyai peranan yang penting terhadap

timbulnya hipertensi. Mereka yang kelebihan berat badan di atas 30%,

mengkonsumsi banyak garam dapur, dan tidak melakukan latihan

mudah terkena hipertensi.

6. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun

hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan

menyebabkan peningkatan tekana darah karena nikotin akan diserap

pembulu darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh

darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan

memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin

(Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh

darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan

yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok

menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan

tekana darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan

oksigen yang cukup kedalam organ dan jaringan tubuh.

1
2.2.6 Pencegahan Hipertensi

Pencegahan hipertensi sendiri menurut (Junaidi, 2010) yaitu :

1. Olahraga atau aktivitas fisik

Olahraga atau aktivitas fisik yang cukup dan teratur merupakan salah

satu cara yang efektif dan terbukti dapat membantu menurunkan

hipertensi. Olahraga dan aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita

hipertensi adalah derajat sedang dan dilakukan sekitar 30 – 60 menit

setiap hari.

2. Mengelola stres

Untuk mengatasi stres bisa dilakukan dengan teknik relaksasi seperti

meditasi, latihan pernafasan dalam, rileksasi otot progresif, dan

sebagainya. Kegiatan tersebut sangat sederhana tetapi mampu

membarikan respon rileks yang dibutuhkan oleh tubuh yang

mengalami stres seperti duduk dengan santai, menonton televisi,

membaca buku dan berbaring santai.

3. Tidak merokok

Merokok juga merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi.

Dalam rokok terkandung berbagai zat yang dapat merusak lapisan

dinding arteri, yang pada akhirnya akan membentuk plak atau kerak di

arteri. Kerak dan plak ini menyebabkan penyempitan lumen atau

diameter arteri, sehingga diperlukan tekanan yang lebih besar untuk

memompa darah hingga organ-organ yang membutuhkan.

1
4. Membatasi konsumsi alkohol

Alkohol atau etanol jika diminum dalam jumlah besar dapat

meningkatkan tekanan darah. Hal itu dapat terjadi karena alkohol

merangsang dilepaskan epinefrin atau adrenalin, yang membuat arteri

menciut dan menyebabkan penimbunan air dan natrium. Selain itu

orang yang mengonsumsi alkohol secara berlebih beresiko terkena

penyakit jantung dan stroke.

5. Membatasi konsumsi kafein

Kafein merupakan suatu zat yang dapat meningkatkan tekanan darah

yang terdapat dalam kopi, teh, coklat, dan soft drink. Untuk

mengurangi efeknya, batasilah konsumsi kafein dengan hanya

meminum tiga cangkir teh, dua cangkir kopi, atau dua kaleng soft

drink sehari.

6. Mengatasi kegemukan

Obesitas atau kegemukan adalah kelebihan berat badan sebagai akibat

penimbunan lemak untuk menyimpan energi, sebagian lagi untuk

menyekat panas, menyerap guncangan, dan untuk fungsi lainya.

2.2.7 Penatalaksanaan Hipertensi

Penanganan hipertensi ada 3 macam, Menurut (Junaidi, 2010) yaitu :

1. Pengobatan

Pengobatan hipertensi di bagi 2 kategori : pengobatan non-

farmakologis dan pengobatan farmakologis.

2
a. Pengobatan non-farmakologis, merupakan pengobatan tanpa obat-

obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini,

penurunan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan

menjalani pola hidup sehat dan bahan-bahan alami. Misalnya :

penderita yang kelebihan berat badan di anjurkan menurunkan

berat badannya sampai batas ideal dengan cara membatasi makan

dan mengurangi makanan berlemak, melakukan olahraga, berhenti

merokok, pandai menyiasati dan mengelola stress.

b. Pengobatan farmakologis, adalah pengobatan yang menggunakan

obat-obatan modern. Pengobatan farmakologis dilakukan pada

hipertensi dengan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih.

Biasanya pengobatan farmakologis dengan obat-obatan modern

dilakukan dengan pengobatan non-farmakologis.

2. Pengaturan Aktivitas

Penanganan hipertensi salah satunya dengan mengatur aktivitas sehari

hari. Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan

disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan

penderita. Misalnya melakukan jogging ringan atau jalan-jalan,

bersepeda atau streching.

3. Pengaturan Diit

Modifikasi diet atau pengaturan diit sangat penting pada klien

hipertensi, tujuan utama dari pengaturan diet hipertensi adalah

mengatur tentang makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan

2
darah tinggi dan mengurangi penyakit kardiovaskuler. Secara garis

besar, ada empat macam diet untuk menanggulangi atau minimal

mempertahankan keadaan tekanan darah, yakni : diet rendah garam,

diet rendah kolestrol, lemak terbatas serta tinggi serat, dan rendah

kalori bila kelebihan berat badan. Misalnya, diit rendah garam, rendah

kalori, rendah lemak dan rendah serat.

2.2.8 Komplikasi Hipertensi

1. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan

tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila

arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan

menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya

berkurang.

2. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah

sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma

(Corwin, 2009). Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-

tiba, seperti, orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti

orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit

digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak

dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak

(Corwin, 2010).

3. Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium

2
atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui

pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi

ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-

perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi

disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan

bekuan (Corwin, 2009).

4. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya

glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron

akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.

Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui

urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,

menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik

(Corwin, 2009).

5. Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah

yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan

terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan

di dalam paru-paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan

ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema

(Amir, 2010) Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada

hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada

2
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan

mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf

pusat. Neron-neron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta

kematian (Corwin, 2009).

2.3 Dukungan Keluarga

2.3.1 Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan (Soetjiningsih, 2009). Pada hakekatnya keluarga

diharapkan mampu berfungsi untuk mewujudkan proses pengembangan

timbal balik rasa cinta dan kasih sayang antara anggota keluarga, antar

kerabat, serta antar generasi yang merupakan dasar keluarga yang

harmonis (Soetjiningsih, 2009). Hubungan kasih sayang dalam keluarga

merupakan merupakan suatu rumah tangga yang bahagia. Dalam

kehidupan yang diwarnai oleh rasa kasih sayang maka semua pihak

dituntut agar memiliki tanggung jawab pengorbanan, saling tolong

menolong, kejujuran, saling mempercayai, saling membina pengertian dan

damai dalam rumah tangga (Soetjiningsih, 2009).

2
2.3.2 Bentuk Dukungan Keluarga

Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan (Friedman, 2010) yaitu:

1. Dukungan Penilaian

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami

kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi

koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan

ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian

yang positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang

dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi

pengaharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat,

persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan

perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang

yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu

meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi

alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek

yang positif.

2. Dukungan Instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti

pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata

(instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda

atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di

dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau

meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan

2
pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit

ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan

masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu

dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga

sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.

3. Dukungan Informasional

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab

bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah,

memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa

yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan

informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi

dirinya dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stressor.

Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan

memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan

menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini keluarga

sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.

4. Dukungan Emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara

emosional, sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi

mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai.

Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa

dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat,

empati, rasa percaya, perhatian, sehingga individu yang menerimanya

2
merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan

tempat istirahat dan memberikan semangat.

2.3.3 Dukungan Keluarga Bagi Kesehatan Lansia

Menurut Kuntjoro (2012) dukungan yang diberikan keluarga pada

lansia dalam merawat dan meningkatkan status kesehatan adalah

memberikan pelayanan dengan sikap menerima kondisinya.

Bomar (2010) menjelaskan bahwa dukungan keluarga adalah suatu

bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk

dukungan emosi, penghargaan, informasi dan instrumental. Dukungan

sosial keluarga mengacu pada dukungan-dukungan yang dipandang oleh

anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses atau diadakan untuk

keluarga. Dukungan bisa atau tidak digunakan tapi anggota keluarga

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Keluarga merupakan sistem pendukung yang berarti sehingga dapat

memberikan petunjuk tentang kesehatan mental, fisik dan emosi lanjut

usia. Dukungan keluarga itu dapat dibagi menjadi empat aspek yaitu

dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan informasional dan

dukungan emosional (Kaplan, 2010).

2.3.4 Komponen Dukungan Keluarga

Menurut Sarafino dalam Christine (2010) komponen-komponen

dukungan keluarga terdiri dari :

2
1. Dukungan Pengharapan

Dukungan pengharapan adalah strategi koping yang dapat digunakan

dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan dukungan

yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu.

Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang

masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengharapan positif individu

kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau

perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang

lain, misalnya dukungan keluarga dalam bentuk pemberian informasi

seperti meminta penjelasan tentang penyembuhan yang harus dijalani

oleh pasien hipertensi pada dokter dapat membantu meningkatkan

strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan

pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.

2. Dukungan nyata

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti

pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata

(instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda

atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di

dalamnya bantuan langsung, seperti seseorang memberi atau

meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan

pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit

serta sangat berperan aktif dalam setiap pengobatan dan perawatan.

Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu. Pada

2
dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan

praktis dan tujuan nyata.

3. Dukungan informasi

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab

bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dalam masalah,

memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa

yang dilakukan oleh seseorang. Dukungan keluarga dalam bentuk

pemberian informasi seperti meminta penjelasan tentang pengobatan

yang harus dijalani oleh pasien hipertensi pada dokter. Pada dukungan

informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi

informasi.

4. Dukungan emosional

Dukungan emosional memberikan individu perasaa nyaman, merasa

dicintai, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya,

perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada

dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan

memberikan semangat, perhatian, mendoakan dan membesarkan hati

pasien gagal ginjal kronik agar tidak mudah putus asa.

2.3.5 Manfaat Dukungan Keluarga

Wilis dalam Fiedman (2010) menyimpulkan bahwa baik efek-efek

penyangga (dukungan sosial melindungi individu terhadap efek negatif

dari stres) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung

mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan.

2
Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial

terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi secara adekuat

terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh

dari sakit dan di kalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan

emosi.

Serason (1993) dalam Kuncoro (2012) berpendapat bahwa

dukungan keluarga mencakup 2 hal yaitu :

1. Jumlah sumber dukungan yang tersedia, merupakan persepsi individu

terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu

membutuhkan bantuan.

2. Tingkat kepuasan akan dukungan yang diterima berkaitan dengan

persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan

berdasarkan kualitas).

2.3.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Purnawan (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga adalah :

1. Faktor Internal

a. Tahap Perkembangan

Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini

adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan setiap rentang usia

(bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan

kesehatan yang berbeda-beda.

3
b. Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh

variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang,

pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan

membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk

memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan

menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga

kesehatan dirinya.

c. Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya

dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami

respons stress dalam setiap perubahan hidupnya cenderung

berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan

cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam

kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang

mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama ia sakit.

Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara

emosional terhadap ancaman penyakit mungkin akan menyangkal

adanya penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.

d. Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani

kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan,

3
hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari

harapan dan arti dalam hidup.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya

penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan

bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel psikososial mencakup:

stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja.

Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari

kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan

kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat

ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap

gejala penyakit yang dirasakannya. Sehingga ia akan segera

mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada

kesehatannya.

b. Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan

kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara

pelaksaan kesehatan pribadi.

2.4 Konsep Lansia

2.4.1 Definisi Lansia

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi

didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang

3
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak

permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang

berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak,

dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologi maupun

psikologi. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,

contohnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur,

rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,

penglihatan semangkin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang

tidak proposional. WHO dan Undang-Undang nomor 13 tahun 1998

tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan

bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua.

Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang

berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan

proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan

dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dalam kematian. Dalam Buku

Ajar Geriatri, Prof.Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono

(1994) bahwa (menjadi adalah proses menghilangnya secara perlahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan

yang diderita. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia

secara perlahan memgalami kemunduran struktur dan fungsi organ.

3
Kondisi ini dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut

usia, termasuk kehidupan seksualnya.

Proses menua merupakan proses terus-menurus atau berkelanjutan

secara alami dan umumnya dialami oleh semua mahluk hidup. Misalnya,

terjadinya penurunan daya ingat pada otak, susunan saraf, dan jaringan

lain, hingga tubuh mati sedikit demi sedikti. Kecepatan proses menua

setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama. Ada kalanya seseorang

tergolong lanjut usia atau masih muda, tetapi telah menunjukan

kekurangan yang mencolok (deskripansi). Ada pula orang telah

tergolong lanjut usia, penampilan masih sehat, segar bugar, dan

badan tegak.

Walaupun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai

penyakit yang sering dialami lanjut usia. Manusia secara lambat dan

progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan

menempuh semangkin banyak penyakit degenerative (misalnya:

hipertensi, arteriosklerosis, diabetes melitus, dan kanker) yang akan

menyebabkan berakhirnya hidup dengan episode terminal yang

dramatis, misanya: stroke, inframiokard, koma asidotik, kanker

metastasis, dan sebagainya.

Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor

yang saling berkaitan. Sampai saat ini, banyak teori yang menjelaskan

tentang proses menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua

didefinisikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,

3
intrinsik, progesif, dan detrimental. Keadaan tersebut dapat

menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap

lingkungan untuk dapat bertahan hidup. Berikut akan di kemukakan

bermacam-macam teori proses menua yang penting.

2.4.2 Klasifikasi Lansia

1. Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut:

a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa

virilitas

b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium

c. Kelompok usia lanjut (kurang dari 65 tahun) senium

2. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), usia lanjut dibagi

menjadi empat kriteria berikut ini:

a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59

tahun

b. Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun

c. Usia tua (old) antara 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

3. Menurut pasal 1 Undang-Undang no. 4 tahun 1965:

Seseorang ikatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut

setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak

mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk

keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima nafkah dari orang

lain (Santoso, 2009).

3
2.4.3 Karakteristik Lansia

Menurut Keliat dalam Maryam (2008), lansia memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13

tentang kesehatan).

2. Kebutuan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi

adaptif hingga kondisi maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

Karakteristik penyakit yang dijumpai pada lansia diantaranya:

a. Penyakit yang sering multipel, saling berhubungan satu sama lain

b. Penyakit bersifat degeneratif, serta menimbulkan kecacatan

c. Gejala sering tidak jelas, berkembang secara perlahan

d. Masalah psikologis dan sosial sering terjadi bersamaan

e. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut

f. Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenic

Hasil penelitian profil penyakit lansia di empat kota (Padang,

Bandung, Denpasar, dan Makasar) adalah sebagai berikut (Santoso, 2009):

1. Fungsi tubuh yang dirasakan menurun; penglihatan (76,24%); daya

ingat (69,3%); seksual (58,04%); kelenturan (53,23% ); gigi dan mulut

(51,12%).

2. Masalah kesehatan yang sering muncul: sakit tulang atau sendi

(69,39%); sakit kepala (51,5%); daya ingat menurun (38,51%);

3
selera makan menurun (30,08%); mual atau perut perih (26,66%);

sulit tidur (24,88%); dan sesak napas (21,28%)

3. Penyakit kronis: reumatik (33,14%); hipertensi (20,66%); gastritis

(11,34%); dan penyakit jantung (6,45%).

2.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan dan penyakit yang

sering terjadi pada lansia di antaranya hereditas, atau keturunan genetik,

nutrisi atau makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan

stress (Santoso, 2009).

2.4.5 Perubahan yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya (Santoso, 2009):

1. Perubahan kondisi fisik

Perubahan pada kondisi fisik pada lansia meliputi perubahan dari

tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem

pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem

pengaturan tubuh, muskolosketal, gastrointestinal, urogenital, endokrin,

dan integumen. Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan

pada lansia diantaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah, kekacuan

mental akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak nafas, pada saat

melakukan aktifitas/ kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah, nyeri

pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing,

berat badan menurun, gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran,

dan sulit menahan kencing.

3
2. Perubahan kondisi mental

Pada umumnya lansia mengalami penurunann fungsi kognitif dan

psikomotor. Perubahan-perubahan ini erat sekali kaitannya dengan

perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau

pengetahuan, dan situasi lingkungan. Dari segi mental dan emosional

sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan

cemas. Adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan

timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna

lagi. Hal ini bisa meyebabkan lansia mengalami depresi.

3. Perubahan psikososial

Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap

perubahan ini sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu

yang bersangkuatan.

4. Perubahan kognitif

Perubahan pada fungsi kognitif di antaranya adalah kemunduran pada

tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang

memerlukan memori jangka pendek, kemampuan intelektual tidak

mengalami kemunduran, dan kemampuan verbal akan menetap bila

tidak ada penyakit yang menyertai.

3
2.5 Konsep Dasar Lanjut Usia

2.5.1 Pengertian Lanjut Usia

Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60

tahun keatas (Setiabudi dan Hardywinoto, 2005). “Menua adalah suatu

proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi)

dan memperbaiki kerusakan yang di derita” (Constantinides dalam Boedhi

Dharmojo, 201).

Lanjut usia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap

infeksi dan akan semakin menumpuk banyak distorsi metabolik dan

struktural yang di sebut sebagai “penyakit degeneratif” (seperti hipertensi,

aterosklerosis, diabetes melitus, dan kanker) sehingga lanjut usia

berpotensi mengalami komplikasi lanjut seperti stroke, infark miokard,

koma asidotik, metastasis kanker dsb.

Jadi lanjut usia dapat kita artikan sebagai kelompok penduduk

yang berusia 60 tahun ke atas proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya.

2.5.2 Batasan Lanjut Usia

Menurut WHO Lanjut usia (elderly) ialah kelompok usia 60

sampai 74 tahun, Lanjut usia tua (old) ialah kelompok usia 75 sampai 90

tahun, Usia sangat tua (very old) ialah usia di atas 90 tahun. Sedangkan

3
menurut pendapat Sumiati dalam buku keperawatan gerontik (2000)

Membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut:

Umur 40 – 65 tahun : masa setengah umur (prasenium), 65 tahun ke atas :

masa lanjut usia (senium). Lain halnya dengan pendapat Masdani (2000)

yang mengatakan bahwa lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia

dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi fase prasenium, antara 55 dan

65 tahun dan fase senium, antara 65 tahun hingga tutup usia. Sedangkan

menurut Setyonegoro dalam buku keperawatan gerontik (2000)

Pengelompokan lanjut usia sebagai berikut : Lanjut usia (geriatric age)

lebih dari 65 atau 70 tahun. Untuk umur 70-75 tahun (young old), 75-80

tahun (old), dan lebih dari 80 tahun (very old).

2.5.3 Perubahan yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Suatu proses yang tidak dapat dihindari yang berlangsung secara

terus-menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya menyebabkan

perubahan anatomis, fisiologis dan dan biokemis. Pada jaringan tubuh dan

akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan

(Depkes RI, 1998). Perubahan yang terjadi pada lanjut usia yaitu:

1. Perubahan Fisiologis

Menurut Nugroho (2008) terjadi perubahan fisik meliputi perubahan

dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya

sistem pernapasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem

pengaturan suhu tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal,

genitourinaria, endokrin dan integumen. Menurut setia budhi (1999)

4
perubahan yang terjadi pada sel seseorang menjadi lanjut usia yaitu

adanya perubahan genetika yang mengakibatkan terganggunya

metabolisme protein, gangguan metabolisme DNA, terjadi ikatan

DNA dengan protein stabil yang mengakibatkan gangguan genetika,

gangguan kegiatan enzim dan system pembuatan enzim, menurunnya

proporsi protein diotak, otot, ginjal darah dan hati, terjadinya

pengurangan parenchim serta adanya penambahan lipofuscin.

2. Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis pada lanjut usia meliputi short term memory,

frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi

kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan (Maryam,

2008).

3. Perubahan psikis

Pada lanjut usia adalah besarnya individual differences pada lanjut

usia. Lanjut usia memiliki kepribadian yang berbeda dengan

sebelumnya. Penyesuaian diri lanjut usia juga sulit karena

ketidakinginan lanjut usia untuk berinteraksi dengan lingkungan

ataupun pemberian batasan untuk dapat berinteraksi (Hurlock, 2000).

4. Perubahan Sosial

Umumnya lanjut usia banyak yang melepaskan partisipasi sosial

mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang

lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan

mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement

4
theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lanjut usia juga

mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lanjut usia.

5. Perubahan Ekonomi

Menurut Kuntjoro (2002) Pada umumnya perubahan ini diawali ketika

masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lanjut

usia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam

kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering

diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran,

kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa

pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada usia lanjut pada umumnya

mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya

akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka.

Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-

hari.

4
BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HEPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang

dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor


: Yang Mempengaruhi Dukungan :
Pengetahuan Keluarga Dukungan Keluarga Dalam
Pendidikan Pengetahuan
PengalamanTentang Hipertensi Proses Penyembuhan
Faktor Emosi
Usia Hipertertensi
Spiritual Pada Lansia
Ekonomi Faktor Sosioekonomi
Informasi Latar Belakang / Budaya

Keterangan :

: Hubungan

: Berpengaruh

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka konsep hubungan antara pengetahuan keluarga


tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses
penyembuhan hipertensi pada lansia di Puskesmas Banjarejo
Madiun.

43
Pengetahuan keluarga terhadap hipertensi sangat penting karena

dengan tingginya pengetahuan keluarga terhadap penyakit hipertensi dapat

membantu anggota keluarga dalam penanganan/ penyembuhan penyakit

hipertensi. Pengetahuan keluarga tersebut harus di dasari dengan tingginya

informasi yang di dapat, pengalaman yang pernah dialami sebelumnya

juga bisa menambah ilmu untuk lebih dalam lagi mengetahui tentang

penyakit hipertensi, faktor yang mempengaruhi pengetahuan juga bisa

karena kurangnya pendidikan, dan faktor usia karena mungkin sudah tidak

mampu mengingat apa-apa saja untuk proses penyembuhan pada anggota

yang terkena hipertensi. Faktor ekonomi salah satunya bisa jadi

penghalang untuk mendukungnya proses penyembuhan pada penderita

hipertensi. Keluarga harus mengerti tentang proses penyembuhan pada

penderita hipertensi dengan demikian diperlukan dukungan yang besar dari

keluarga, sehingga proses penyembuhan bisa berjalan dengan baik. Dan

jika dukungan itu tidak di dapatkan pada yang menderita hipertensi, maka

kemungkinan proses penyembuhan tidak berjalan dengan baik.

Kebanyakan lansia sangat butuh dukungan dari keluarganya, agar proses

penyembuhan hipertensi berjalan dengan lancar. Faktor yang

mempengaruhi dukungan pada keluarga adalah dengan tingkat

pengetahuan, faktor emosi, spiritual keluarga, faktor sosioekonomi

keluarga, dan dari latar belakang keluarga itu sendiri. Dalam proses

penyembuhan pada hipertensi dibutuhkan 2 variabel untuk proses

penyembuhan agar berjalan dengan baik.

4
3.2 Hipotesis

Hipotesa adalah jawaban sementara dari suatu penelitian yang

kebenarannya dibuktikan dalam penelitian setelah melalui pembuktian dari

hasil penelitian maka hipotesis dapat benar atau juga salah, dapat diterima

atau ditolak (Notoatmodjo, 2010).

H1 : Ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang hipertensi

dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi

pada lansia.

4
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab

pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang

mungkin timbul selama proses penelitian (Nursalam, 2008).

Berdasarkan tujuan penelitian desain yang digunakan dalam

penelitian ini adalah korelasional yaitu untuk mengungkapkan hubungan

korelatif antara variabel independen dengan dependen. Peneliti dapat

mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, menguji

berdasarkan teori yang ada (Nursalam, 2008). Penelitian ini menggunakan

Cross Sectional dimana dalam desain ini variabel independen dan

dependen pengukurannya dilakukan hanya satu kali atau satu saat

(Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu

hubungan antara pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan

dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi pada lasia di

Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah subjek atau objek yang memenuhi kriteria yang

diharapkan. Populasi adalah keseluruhan suatu variabel yang menyangkut

masalah yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota

46
keluarga yang menderita Hipertensi di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun

dalam kurun waktu 2 bulan terakhir Februari-Maret yang rata-rata dalam 1

bulan sejumlah 56 penderita Hipertensi pada Lansia.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Sampel dalam penelitian ini

adalah pasien hipertensi pada lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.

Kriteria sampel dalam penelitian meliputi kriteria inklusi dan

eksklusi. Kriteria ini diperlukan dalam upaya mengendalikan variabel

penelitian yang tidak diteliti tetapi memiliki pengaruh terhadap variabel

independen. Kriteria inklusi merupakan karakteristik yang dimiliki oleh

subjek penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria eksklusi

merupakan karakteristik dari subjek penelitian yang tidak memenuhi syarat

sebagai sampel (Hidayat, 2009). Dengan kriteria sampel sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

saetiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Nursalam, 2008).

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

a. Bersedia menjadi responden.

b. Keluarga penderita Hipertensi pada lansia yang masih dalam

proses penyembuhan di Puskesmass Banjarejo Kota Madiun.

4
c. Keluarga yang merawat (Suami/ Istri, Anak, Cucu, Saudara,

Sepupu). Dan keluarga yang tinggal bersama pasien.

d. Keluarga yang bisa membaca dan menulis.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang tidak memenuhi kriteria inklusi karena adanya penyakit yang

mengganggu, hambatan etis dan subjek menolak berpatisipasi

(Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini kriteria eksklusinya adalah :

a. Keluarga yang menolak untuk menjadi responden

b. Keluarga yang memiliki penyakit seperti Jantung, Paru,

Stroke dan sebagainya, tidak memungkinkan untuk dijadikan

responden.

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah anggota keluarga

penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.

Sampel yang digunakan sebanyak 36 responden dengan teknik

pengambilan sampel adalah purposive sampling.

Untuk menentukan jumlah sampel yang digunakan rumus Slovin (Sevilla,

Consuelo G. et. al, 2007) sebagai berikut :


𝑁
n=
1+𝑁(𝑑)2

4
Keterangan :

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

d : batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas

toleransi kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan

persentase. Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel

menggambarkan populasi. Misalnya, penelitian dengan batas kesalahan

5% berarti memiliki tingkat akurasi 95%. Penelitian dengan batas

kesalahan 10% memiliki tingkat akurasi 90%. Dengan jumlah populasi

yang sama, semakin kecil toleransi kesalahan, semakin besar jumlah

sampel yang dibutuhkan.


𝑁
n=
1+𝑁(𝑑)2

56
n = 1+56(0,1)2

56
n = 1+56(0.01)

56
n = 1+0,56

56
n = 1,56

n = 35,897 = 36

Jadi jumlah minimal sampel adalah 36 responden.

4
4.3 Teknik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh

dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar

sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013).

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan

cara non probability sampling atau purposive sampling. Purposive

sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu sesuai yang peneliti kehendaki yaitu sampel yang sesuai dengan

kriteria inklusi (Setiadi, 2007).

5
4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Populasi
Semua Keluarga penderita Hipertensi di Puskesmas Banjarejo sebanyak 56

Sampel
Sebagian Keluarga penderita Hipertensi di Puskesmas Banjarejo sebanyak 36
orang
Variabel terikat :
Teknik
Sampling
Dukungan Keluarga
Purposive

Pengolahan data
Desain Penelitian
Analitik dengan pendekatan cross
Editing, coding, scoring, tabulating
sectional

Pengumpulan data
Analisis : Somers’D
Menggunakan Kuesioner

Variabel bebas :
Pengetahuan keluarga Hasil dan kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian hubungan pengetahuan keluarga tentang


hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan
Pelaporan
hipertensi pada lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.

5
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

4.5.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi

objek pengamatan penelitian. Sugiyono (2011) menyatakan bahwa

variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga di

peroleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Penjelasan variabel-variabel tersebut adalah :

1. Variabel independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel depeden

(Sugiyono, 2011). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

pengetahuan keluarga.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang di pengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel dependen (Sugiyono, 2011).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga

dalam proses penyembuhan hipertensi.

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah menjelaskan semua variabel dan semua

istilah yang akan di gunakan dalam penelitian secara optimal, sehingga

mempermudah pembacaan penguji dalam mengartikan makna penelitian

(Nursalam, 2008).

5
Tabel 4.1 Definisi Operasional pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan
dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi pada lasia
di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.

Variabel Definisi Skala


Parameter Alat ukur Skor
penelitian Operasional data
Variabel Tingkat a. pengertian Kuesioner Ordinal Skor:
Independen : pengetahuan b. tanda gejala Benar = 1
pengetahuan yang dimiliki c. penyebab Salah = 0
keluarga keluarga e. penatalaksanaan
tentang pasien f. faktor resiko Dengan kategori:
hipertensi hipertensi
a. Baik =
tentang
(>75%)
sejumlah
b. Cukup =
pertanyaan
(60 – 75%)
yang
c. Kurang =
dilakukan oleh
(<60%)
peneliti
(Arikunto,
2002)
Variabel Informormasio 1. Dukungan Kuesioner Ordinal Selalu = 4
Dependen : nal saat informasi Sering = 3
dukungan keluarga 2. Dukungan Kadang = 2
keluarga memberikan penilaian Tidak pernah=1
dalam informasi 3. Dukungan
Baik=79-100%
proses tentang hal instrumental
Cukup=56-78%
penyembuha yang di 4. Dukungan
Kurang= ≤55%.
n hipertensi butuhkan emosional
pasien. (Nursalam,
Penilaian 2008)
ketika
keluarga

5
memberikan
dukungan dan
penghargaan
pada pasien.
Instrumental
saat keluarga
membantu
pasien dalam
aktifitasnya.
Emosional saat
keluarga
benar-benar
memperhatika
n kesehatan
pasien.

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan di gunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010) Dalam penelitian ini

menggunakan intrumen penelitian berupa kuesioner. Kuesioner bersifat

pertanyaan tertutup.

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang di gunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

hal-hal yang dia ketahui (Arikunto, 2010). Kuesioner yang di gunakan

adalah kuesioner tertutup dimana sudah disediakan jawabannya sehingga

responden tinggal memilih (Arikunto, 2010).

Dalam penelitian ini variabel pengetahuan keluarga tentang

hipertensi, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa

kuesioner (daftar pertanyaan). Pertanyaan yang digunakan adalah angket

5
tertutup atau berstruktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa

sehingga responden hanya tinggal memilih atau menjawab yang sudah ada

(responden hanya memberikan tanda () pada jawaban yang telah

disediakan). Dalam penelitian ini variabel dukungan keluarga dalam

proses penyembuhan hipertensi pengumpulan data menggunakan

instrument penelitian berupa kuesioner (daftar pertanyaan). Secara

langsung mendatangi keluarga pasien dan memberikan kuesioner sehingga

peneliti dapat mengetahui seberapa sering keluarga mendukung proses

penyembuhan hipertensi pada lansia.

4.6.1 Validitas dan Reliabilitas

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang

diberikan kepada responden, kemudian dilakukan pengujian terhadap

kuesioner untuk mengukur tingkat kebaikan kuesioner, maka dapat

dilakukan analisis validitas dan reliabilitas. Validitass menunjukan sejauh

mana relevansi pertanyaan terhadap apa yang ditanyakan atau apa yang

ingin diukur dalam penelitian. Validitas suatu indeks yang menunjukkan

alat ukur benar-benar mengukur apa yang diukur (Nursalam, 2011). Untuk

mengukur r atau koefisien korelasi dan tingkat signifikannya dapat

digunakan bantuan program komputer. Menurut Arikunto 2011, rumus

korelasi yang dapat digunakan adalah yang dikemukakan oleh Person,

yang dikenal dengan rumus korelasi product moment pearson. Adapun ≤

0,05 maka item pertanyaan dinyatakan valid, begitupun sebaliknya jika

signifikannya > 0,05 maka item pertanyaan dinyatakan tidak valid. Atau

5
didasarkan pada nila r, dimana pertanyaan dinyatakan valid apabila r

hitung > r tabel pada taraf signifikan 5%, sehingga pertanyaan dapat

digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.

Untuk hasil uji validitas kuesioner pengetahuan keluarga tentang

hipertensi diperoleh r hitung antara 0,976-0,688 item pertanyaan

dinyatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel (0,652) pada taraf

signifikan 5% yaitu r hitung > r tabel. Dan untuk hasil uji validitas

kuesioner dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi

diperoleh r hitung antara 0,987–0,319 item pertanyaan dinyatakan valid

jika r hitung lebih besar dari r tabel (0,863) pada taraf signifikan 5% yaitu

r hitung > r tabel.

4.2 Tabel hasil uji validasi variabel pengetahuan keluarga

No r Hitung Syarat Keterangan


1. 0,749 >0,652 Item Soal Valid
2. 0,749 >0,652 Item Soal Valid
3. 0,976 >0,652 Item Soal Valid
4. 0,826 >0,652 Item Soal Valid
5. 0,976 >0,652 Item Soal Valid
6. 0,761 >0,652 Item Soal Valid
7. 0,976 >0,652 Item Soal Valid
8. 0,688 >0,652 Item Soal Valid
9. 0,761 >0,652 Item Soal Valid
10. 0,761 >0,652 Item Soal Valid

4.3 Tabel hasil uji validasi variabel dukungan keluarga dalam proses
penyembuhan hipertensi.

No r Hitung Syarat Keterangan


1. 0,891 >0,863 Item Soal Valid
2. 0,891 >0,863 Item Soal Valid
3. 0,891 >0,863 Item Soal Valid
4. 0,375 >0,863 Item Soal Tidak Valid
5. 0,319 >0,863 Item Soal Tidak Valid
6. 0,891 >0,863 Item Soal Valid
7. 0,704 >0,863 Item Soal Valid

5
8. 0,973 >0,863 Item Soal Valid
9. 0,973 >0,863 Item Soal Valid
10. 0,926 >0,863 Item Soal Valid
11. 0,926 >0,863 Item Soal Valid
12. 0,926 >0,863 Item Soal Valid
13. 0,950 >0,863 Item Soal Valid
14. 0,987 >0,863 Item Soal Valid
15. 0,987 >0,863 Item Soal Valid
16. 0,987 >0,863 Item Soal Valid
17. 0,891 >0,863 Item Soal Valid
18. 0,891 >0,863 Item Soal Valid

4.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan

konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan

kontruk-kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan

disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Setelah 10 item pertanyaan

Pengetahuan Keluarga dan 20 item pertanyaan Dukungan Keluarga di uji

kevalidannya, maka proses berikutnya masuk pada uji reliabilitas

kuesioner tersebut dengan cara yang sama dengan komputerisasi

menggunakan teknik Alpha Cronbach (α) dalam uji reliabilitas r hasil

adalah alpha. Jika r alpha > r tabel pernyataan tersebut reliabel, begitu juga

sebaliknya. Suatu instrument dikatan reliabel jika memberikan nilai Alpha

Cronbach > 0,6 (Sujarweni, 2014). Dan hasil dari reliabilitas untuk hasil

kuesioner yang sudah valid menunjuk nilai alpha 0,783, dan untuk

kuesioner variabel pengetahuan keluarga tentang hipertensi disini sudah

reliabel karena nilai sudah memenuhi syarat yaitu 0,783 > 0,6. Dan hasil

dari reliabilitas untuk hasil kuesioner yang sudah valid menunjuk nilai

alpha 0,769, dan untuk kuesioner variabel dukungan keluarga dalam

5
proses penyembuhan hipertensi disini sudah reliabel karena nilai sudah

memenuhi syarat yaitu 0,769 > 0,6.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun

dan akan dilakukan pada bulan Januari-Agustus 2017.

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2008).

4.8.1 Pengumpulan Data

1. Mengajukan persetujuan judul kepada KaProdi S1 Keperawatan yang

telah disetujui oleh Pembimbing 1 dan Pembimbing 2.

2. Mengurus perijinan persetujuan judul penelitian sebagai pengantar

surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada ketua STIKES

Bhakti Husada Mulia Madiun untuk melakukan penelitian di

Puskesmas Banjerojo Kota Madiun.

3. Mengurus surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada

Kepala KESBANGPOLINMAS Kota Madiun untuk melakukan

penelitian di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.

4. Mengurus surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada

Kepala Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.

5
5. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan pengumpulan data yaitu

dengan mendatangi Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.

6. Setelah mendapatkan data. Lalu peneliti melakukan penelitian dari

rumah ke rumah pasien penderita hipertensi.

7. Peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden tentang

maksud dan tujuan dari penelitian.

8. Peneliti juga menjelaskan syarat-syarat yang bisa di jadikan sebagai

responden, yaitu responden yang tidak menderita penyakit paru-paru,

jantung, dan stroke.

9. Apabila calon responden bersedia menjadi responden, maka

dipersilahkan untuk menandatangani informed concent, dan apabila

calon responden tidak bersedia menjadi responden maka peneliti tetap

menghormati keputusan itu.

10. Peneliti membagikan kuesioner kepada responden yang telah

menandatangani informed concent kemudian responden mengisi

kuesioner.

11. Setelah kuesioner diisi oleh responden maka kuesioner tersebut

dikumpulkan kembali kepada peneliti pada saat itu juga.

12. Setelah kuesioner terkumpul peneliti memeriksa kelengkapan data dan

jawaban dari kuesioner yang diisi oleh responden.

5
4.8.2 Analisa Data

Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan

penelitian setelah kegiatan pengumpulan data. Menurut Azwar (2010), ada

tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu :

1. Editing

Yaitu memeriksa kelengkapan data, kesinambungan data, dan

keseragaman data, apakah sudah sesuai seperti yang diharapkan atau

tidak. Hal ini dimaksudkan untuk menilai kelengkapan,

kesinambungan, keserasian, dan kejelasan data yang diperoleh dari

responden agar seluruh data yang diterima dapat diolah dan dianalisa

dengan baik dan mudah.

Peneliti memeriksa kembali semua data yang telah dikumpulkan

melalui kuesioner, hal ini untuk mengecek kembali apakah kuesioner

sudah diisi dan bila ada ketidakcocokan meminta kembali mengisi yang

masih kosong.

2. Coding

Yaitu kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2009). Peneliti dalam

penelitian memberikan kode terhadap kelompok variabel sebagai

berikut :

Data demografi :

a. Jenis Kelaminn

1= Laki-laki

6
2= Perempuan

b. Usia:

1= 13-45 tahun

2= 46-70 tahun

c. Pendidikan terakhir:

1= SD

2= SMP

3= SMA

4= Perguruan Tinggi

d. Pekerjaan

1= PNS

2= Swasta

3= Wiraswasta

4= Buruh Tani

e. Status Hubungan Keluarga dengan

Pasien 1= Anak

2= Orang Tua

3= Suami / Istri

4= Saudara Yang Tinggal Serumah Dengan Pasien

f. Apakah saudara sudah diberitahu oleh tenaga kesehatan tentang

penyembuhan hipertensi?

1= Sudah

2= Belum

6
g. Berapa lama menderita hipertensi?

1= 1-2 tahun

2= 3-4 tahun

3= ≥5 tahun

h. Apakah keluarga ada yang menderita penyakit seperti paru-paru,

jantung, stroke?

1= YA

2= TIDAK

3. Scoring

Yaitu penilaian data dengan memberikan skor pada pertanyaan

yang berkaitan dengan tindakan responden. Hal ini dimaksudkan untuk

memberikan bobot pada masing-masing jawaban, sehingga

mempermudah perhitungan (Nazir, 2011).

Skor kuesioner dukungan keluarga :

Selalu = 4

Sering = 3

Kadang-kadang = 2

Tidak pernah = 1

Menurut Setiadi (2007) hasil pengolahan data dukungan

keluarga di klasifikasikan sebagai berikut :

Skor atau nilai 79-100% : Dukungan keluarga baik

Skor atau nilai 56-78% : Dukungan keluarga cukup

Skor atau nilai ≤55% : Dukungan keluarga kurang

6
4. Tabulating

Tabulating adalah kegiatan memasukkan data ke dalam tabel-

tabel, dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus

dalam berbagai kategori (Nazir, 2011).

4.9 Teknik Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk mengelompokkan data berdasarkan

variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan varabel dari

seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono,

2013).

Pada penelitian ini menggunakan sistem komputer yaitu SPSS

dalam penghitunganya. Adapun analisa data dalam penelitian ini yaitu :

4.9.1 Analisa Deskriptif

Analisa deskriptif adalah suatu prosedur pengolahan data dengan

menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk

tabel atau grafik (Nursalam, 2008).

1. Data Umun

Untuk prosentase data umum meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan

kemudian dikelompokkan sesuai jawaban yang diisi pada kuesioner

menggunakan rumus Distribusi frekuensi.

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan, pekerjaan, jenis

kelamin dan status pernikahan dalam bentuk distribusi frekuensi :

6
P = 𝐹 x 100%
𝑁

Keterangan :

P : Peresentase

F : Frekuensi jumlah reponden

N : Banyaknya responden

2. Data Khusus

a. Variabel Independen

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu

dilakukan pengolahan data, tetapi sebelumnya setiap item

pertanyaan diberi skor sebagai berikut :

Skor :

1 = Benar

0 = Salah

a. Baik = (>75%)

b. Cukup = (60 – 75%)

c. Kurang = (<60%)

b. Variabel Dependen

Selalu =4

Sering =3

Kadang-kadang =2

Tidak Pernah =1

Untuk mengetahui kategori variabel dukungan keluarga

digunakan dengan rumus :

6
𝑆𝑃
N=
𝑆𝑀 x 100 %

Keterangan :

N : nilai yang didapat

SP : skor yang didapat responden

SM : skor maksimal

Menurut Setiadi (2007) hasil pengolahan data dukungan keluarga

di klasifikasikan sebagai berikut :

Skor atau nilai 79-100% : Dukungan keluarga baik

Skor atau nilai 56-78% : Dukungan keluarga cukup

Skor atau nilai ≤55% : Dukungan keluarga kurang

4.9.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang di duga atau

berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini analisis bivariat

dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga tentang

hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan

hipertensi pada lansia. Pengolahan analisa data bivariat ini dengan

menggunakan bantuan komputerisasi SPSS 16.0 For Windows. Uji

statistik yang akan di gunakan adalah Somers’D dengan α = 0.05. Dasar di

gunakannya uji statistik Somers’D, jika data yang akan diolah

mengandung unsur skala ordinal maka dapat dilakukan uji Somers’D.

Adapun pedoman signifikansi memakai panduan sebagai berikut : Bila p

value < α (0,05), maka signifikan atau ada hubungan. Korelasi Somers’D

menurut Sugiyono (2012) sebagai berikut:

6
Dimana :

6 𝑑𝑖2
rs = 1 – 𝑖=1
𝑛(𝑛2−1)

rs = koefisien korelasi Somers’D yang menunjukkan keeratan hubungan

antara unsur-unsur variabel x dan variabel y

di = selisih mutlak antara rangking data varaibel x dan variabel y (x1-y1)

n = banyaknya responden atau sampel yang diteliti

Apabila hasil perhitungan koefisien korelasi Somers’D rs hitung >

rs tabel maka hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0)

ditolak, adanya hubungan pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan

dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi pada lansia.

Tetapi bila sebaliknya rs hitung < rs tabel maka hipotesis nol (H0) diterima

dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak, yaitu tidak ada hubungan pengetahuan

keluarga tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses

penyembuhan hipertensi pada lansia.

Tabel 4.4 Interval Koefisien Korelasi Somers’D (Sugiyono, 2012)

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan


0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat

6
4.10 Etika Penelitian

Setiap penelitian yang menggunakan subjek manusia tidak boleh

bertentangan dengan etika.

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subjek penelitian,

peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan

dilakukan serta manfaat dilakukannya penelitian. Setelah diberikan

penjelasan, lembar persetujuan di berikan kepada subjek penelitian.

Jika subjek penelitian bersedia diteliti maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan. Peneliti juga tidak memaksa

subjek penelitian untuk menjadi responden apabila tidak mau untuk di

teliti.

2. Tanpa Nama (Anonimaty)

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden sehingga hanya

peneliti saja yang mengetahui hasil jawaban dari masing-masing

responden. Selanjutnya peneliti hanya memberikan kode berupa

nomor urut pada lembar kuesioner yang urutannya hanya diketahui

oleh peneliti saja.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang di berikan oleh responden dijamin oleh

peneliti. Penyajian atau pelaporan hasil riset hanya terbatas pada

kelompok data tertentu yang terkait dengan masalah penelitian.

6
BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan dari pengumpulan data

dengan kuesioner yang telah diisi oleh responden dan peneliti mengenai hubungan

pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses

penyembuhan hipertensi pada Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun. Hasil

penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel.

Pengumpulan data dilakukan selama 1 bulan yaitu mulai tanggal 22 Juni-

13 Juli 2017. Dengan jumlah responden sebanyak 36 responden, sedangkan

penyajian data dibagi menjadi dua yaitu data umum dan data khusus. Data umum

terdiri dari data demografi yang meliputi : jenis kelamin, usia, pendidikan,

pekerjaan, status hubungan dengan pasien, informasi penjelasan tentang

penyembuhan, berapa lama menderita penyakit hipertensi, dan adakah keluarga

yang menderita penyakit berat. Setelah data umum disajikan dilanjutkan dengan

data khusus yang didasarkan pada variabel yang diukur, yaitu pengetahuan

keluarga tentan hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan

hipertensi pada lansia.

5.1 Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian

Puskesmas Banjarejo merupakan salah satu dari 6 Puskesmas yang

ada di Kota Madiun, yaitu terletak di dataran rendah di wilayah Kecamatan

Taman. Secara administratif, wilayah Puskesmas Banjarejo di bagi

menjadi 4 wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan Banjarejo, Kejuron,

68
Mojorejo, dan Manisrejo. Luas wilayah seluruhnya 6,7 km dengan batas-

batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kelurahan Kanigoro, Kelurahan Klegen, Kelurahan

Kartoharjo.

- Sebelah Timur : Kelurahan Munggut, Kelurahan Mojopurno.

- Sebelah Selatan : Kelurahan Sidorejo, Kelurahan Demangan.

- Sebelah Barat : Kelurahan Taman, Kelurahan Pandean.

5.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian terdiri dari data umum dan data khusus. Data

umum meliputi, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status

pernikahan, informasi tentang penyembuhan hipertensi dan lama nya

menderita hipertensi. Sedangkan data khusus menampilkan pengetahuan

keluarga tentang hipertensi, dukungan keluarga dalam proses

penyembuhan hipertensi, dan hubungan pengetahuan keluarga tentang

hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan

hipertensi.

5.2.1 Data Umum

Data umum yang di identifikasi dari responden adalah jenis

kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status hubungan keluarga dengan

pasien, informasi tentang penyembuhan hipertensi dan lama nya menderita

hipertensi.

6
Karakteristik Responden

a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden di


Puskesmas Banjarejo Kota Madiun pada bulan Juli 2017.

No Jenis Kelamin Frekuensi ( f ) Persentase ( % )


1. Laki-laki 14 38,89
2. Perempuan 22 61,11
Total 36 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar

respondennya sebanyak 22 responden (61,11%) berjenis kelamin

perempuan.

b. Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 5.2 Tendensi Sentral berdasarkan usia responden di Puskesmas


Banjarejo Kota Madiun pada bulan Juli 2017.

Minimal Standar CI
No Variabel Mean Modus Median
Maksimal Deviasi 95%
34
1. Usia 46,11 48 46,50 5,19 55,15
56
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa rata-rata usia

responden adalah 46,11 tahun, rata-rata usia yang sering muncul pada

responden adalah 48 tahun. Usia yang termuda adalah 34 tahun

sedangkan yang tertua adalah 56 tahun.

c. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan terakhir


responden di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun pada bulan
Juli 2017.

No Pendidikan Terakhir Frekuensi ( f ) Persentase ( % )


1. SD 5 13,89
2. SMP 12 33,33
3. SMA 13 36,11

7
4. Perguruan Tinggi 6 16,67
Total 36 100
Sumber : Data Primer.

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebanyak 13

responden (36,11%) paling banyak berpendidikan terakhir SMA dan 5

responden (13,89%) paling sedikit berpendidikan terakhir SD.

d. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan responden di


Puskesmas Banjarejo Kota Madiun pada bulan Juli 2017.

No Pekerjaan Frekuensi ( f ) Persentase ( % )


1. PNS 7 19,44
2. Swasta 8 22,22
3. Wiraswasta 13 36,11
4. Buruh Tani 8 22,22
Total 36 100
Sumber : Data Primer.

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebanyak 13

responden (36,11%) paling banyak memiliki pekerjaan wiraswasta dan

sebanyak 7 responden (19,44%) paling sedikit memiliki pekerjaan PNS.

e. Karakteristik responden berdasarkan status hubungan keluarga


dengan pasien

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan status hubungan keluarga


dengan pasien di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun pada
bulan Juli 2017.

Status Hubungan keluarga


No Frekuensi ( f ) Persentase ( % )
Dengan Pasien
1. Anak 28 77,77
2. Orang Tua 0 0
3. Suami / Istri 5 13,88
4. Saudara yang tinggal serumah 3 8,33
Total 36 100
Sumber : Data Primer.

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebanyak 28

responden (77,77%) paling banyak memiliki status hubungan dengan

7
pasien yaitu adalah Anak nya dan sebanyak 3 responden (8,33%) paling

sedikit memiliki status hubungan dengan pasien yaitu Orang tua nya.

f. Karakteristik responden berdasarkan tentang informasi


penyembuhan hipertensi oleh tenaga medis.

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi berdasarkan informasi tentang


penyembuhan hipertensi oleh tenaga medis di Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun pada bulan Juli 2017.

No Informasi Frekuensi ( f ) Persentase ( % )


1. Sudah 36 100
2. Belum 0 0
Total 36 100
Sumber : Data Primer.

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebanyak 36

responden (100%) sudah mendapatkan informasi tentang penyembuhan

hipertensi oleh tenaga medis.

g. Karakteristik responden berdasarkan lama menderita hipertensi

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi berdasarkan lama menderita hipertensi di


puskesmas Banjarejo Kota Madiun pada bulan Juli 2017.

Berapa Lama Menderita


No Frekuensi ( f ) Persentase ( % )
Hipertensi
1. 1-2 Tahun 16 44,40
2. 3-4 Tahun 12 33,30
3. ≥ 5 Tahun 8 22,3
Total 36 100
Sumber : Data Primer.

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa sebanyak 16

responden (44,40%) paling banyak menderita hipertensi selama 1-2

tahun dan sebanyak 8 responden (22,3%) paling sedikit menderita

hipertensi selama ≥ 5 tahun.

7
5.2.2 Data Khusus

Setelah mengetahui data umum dalam penelitian ini maka berikut

akan ditampilkan hasil penelitian yang terkait dengan data khusus yang

meliputi menampilkan pengetahuan keluarga tentang hipertensi, dukungan

keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi, dan hubungan

pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam

proses penyembuhan hipertensi. dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

serta tabulasi silang tentang variabel independen dan variabel dependent.

a. Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi di Puskesmas


Banajarejo Kota Madiun.

Tabel 5.8 Pengetahuan keluarga pada responden di Puskesmas


Banjarejo Kota Madiun pada bulan Juli 2017.

No Pengetahuan Keluarga Frekuensi ( f ) Persentase ( % )


1. Baik 22 61,11
2. Cukup 10 27,78
3. Kurang 4 11,11
Total 36 100
Sumber : Data primer.

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa secara umum dukungan

keluarga yang diperoleh pasien hipertensi di Puskesmas Banjarejo Kota

Madiun dari 36 responden termasuk dalam kategori baik yaitu 22

responden (61,11%) dan sebanyak 4 responden (27,78%) termasuk

dalam kategori kurang.

7
b. Dukungan Keluarga Tentang Pasien Hipertensi di Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun.

Tabel 5.9 Dukungan keluarga pada responden di Puskesmas Banjarejo


Kota Madiun pada bulan Juli 2017

No Dukungan Keluarga Frekuensi ( f ) Persentase ( % )


1. Baik 21 58,34
2. Cukup 12 33,33
3. Kurang 3 8,33
Total 36 100
Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dukungan keluarga pada

pasien hipertensi di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun dari 36

responden sebanyak 21 responden (58,34%) dukungan keluarga baik

dan sebanyak 3 responden (8,33%) dukungan keluarga kurang

c. Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi dengan


Dukungan Keluarga dalam Proses Penyembuhan Hipertensi pada
Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.

Tabel 5.10 Tabel silang pengetahuan keluarga dengan dukungan


keluarga pada pasien hipertensi di Puskesmas Banjarejo
Kota Madiun pada bulan Juli 2017.

Dukungan Keluarga
Baik Cukup Kurang Total
Pengetahuan
N % N % N % N %
Keluarga
Baik 18 50 4 11,2 0 0 22 61,2
Cukup 2 5,6 6 16,6 2 5,6 10 27,8
Kurang 1 2,7 2 5,6 1 2,7 4 11
Total 21 58,2 12 33,2 3 8,2 36 100
α = 0,05 r = 0,603 ρ value = 0,000

Berdasarkan tabel 5.10 diatas menunjukkan bahwa pengetahuan

keluarga yang paling banyak diberikan kepada responden termasuk ke

dalam kategori baik sebanyak 22 responden (61,2%) serta dukungan

keluarga yang di dapatkan oleh responden adalah 21 (58,2%) dalam

kategori baik.

7
Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik

Somers’ D dengan program SPSS versi 16.0 di dapatkan ρ value =

0,000 < α = 0,05 artinya Ha diterima berarti ada hubungan pengetahuan

keluarga tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses

penyembuhan hipertensi pada Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota

Madiun. Hasil uji Somer’ D bahwa r hitung = 0,603 yaitu positif, yang

berarti semakin tinggi pengetahuan keluarga maka semakin baik

dukungan keluarga yang dialami oleh pasien hipertensi. Keeratan

hubungan dapat dilihat dari nilai r = 0,603 yang dikategorikan kuat

(0,60-0,788) yang artinya keeratan hubungan pengetahuan keluarga

tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses

penyembuhan hipertensi pada Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota

Madiun adalah kuat.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi di Puskesmas Banjarejo


Kota Madiun.

Hasil penelitian tabel 5.8 menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga

yang diterima oleh pasien hipertensi di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun

adalah termasuk dalam kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak 22

responden (61,11%). Penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Fara Ida Umami (2015) Hubungan

Pengetahuan Keluarga dengan Dukungan Keluarga terhadap Asupan

Natrium Penderita Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Kabupaten Sukoharjo.

7
Yang menunjukan dari 45 responden, 25 responden (57,8%) memiliki

pengetahuan keluarga baik.

Menurut Viera, et al (2008), peningkatan pengetahuan keluarga

tentang hipertensi dapat digunakan untuk upaya pencegahan kekambuhan

hipertensi seperti dalam menjaga pola makan, serta pola aktivitas yang

baik. Menurut Slameto (2012) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat

pengetahuan seseorang maka semakin membutuhkan pusat-pusat

pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya dan keluarganya.

Berdasarkan dari faktor predisposisi tingkat pengetahuan. Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, diantaranya

pendidikan (Notoadmodjo, 2010). Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui

bahwa sebagian besar responden di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun

berpendidikan SMA sebanyak 10 responden (27,77%). Menurut

Notoatmodjo (2010) pendidikan dapat memperluas wawasan dan

pengetahuan seseorang. Secara umum seseorang yang memiliki

pendidikan yang lebih tinggi akan cenderung untuk mendapatkan

informasi baik dari orang lain maupun dari media masa. Semakin besar

informasi yang di dapatkan semakin banyak pula pengetahuan yang di

dapat tentang kesehatan sehingga peneliti berpendapat seorang yang

berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan

dengan yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Namun perlu ditekankan

bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula.

7
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi pengetahuan pasien yaitu

usia, dapat diketahui berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa usia

responden terbanyak adalah 46-70 tahun yaitu sebanyak 22 responden

(61,11%). Menurut Notoatmodjo (2012) usia merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi pengetahuan. Semakin bertambahnya usia, maka

semakin banyak pengalaman hidup yang di jalani nya, sehingga banyak

pengetahuan baik yang di dapatkan.

Dari analisa kuesioner kepada responden, sebanyak 10 soal diketahui

bahwa pengetahuan keluarga yang paling sedikit tentang aktivitas pasien

hipertensi pada lansia. Dari 36 responden, sebanyak 4 responden yang

menjawab benar tentang penatalaksanaan lansia.

Penatalaksanaan hipertensi bertumpu pada pilar pengobatan standar

dan merubah gaya hidup yang meliputi mengatur pola makan, mengatur

pola aktivitas, sering berolahraga, menghindari alkohol, dan rokok.

Penatalaksanaan hipertensi ini diperlukan pengetahuan keluarga dalam

proses penyembuhannya, serta dukungan keluarga agar proses

penyembuhan berjalan dengan baik (Dalimartha, et al, 2008).

Peneliti berasumsi bahwa keluarga harus mengetahui tentang apa

saja penatalaksanaan yang boleh di lakukan dan yang tidak boleh di

lakukan pada pasien hipertensi pada lansia. Jika keluarga dapat membatasi

penatalaksanaan pasien hipertensi pada lansia dengan benar, maka proses

penyembuhan hipertensi bisa berjalan dengan baik.

7
5.3.2 Dukungan Keluarga dalam Proses Penyembuhan Hipertensi Pada
Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun

Berdasarkan hasil penelitian tabel 5.9 menunjukkan bahwa

dukungan keluarga yang diterima oleh pasien hipertensi di Puskesmas

Banjarejo Kota Madiun adalah termasuk dalam kategori dukungan baik

yaitu sebanyak 21 responden (58,34%) dan sebanyak 3 responden (8,33%)

termasuk dalam kategori dukungan kurang. Penelitian ini memiliki hasil

yang sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Sulistyarini (2013)

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pencegahan terjadinya Hipertensi

di Ruang Rawat Inap RS. Baptis Kediri yang menunjukan dari 25

responden lebih dari 50% responden memiliki dukungan keluarga baik

sebanyak 37 responden (92%).

Berdasarkan hasi tabel 5.5 Status hubungan keluarga dengan pasien

Hipertensi di Puskesmas Banjrejo kota Madiun dapat diketahui bahwa

status hubungan keluarga dengan pasien yang paling banyak mendukung

yaitu dari Anak nya, sebanyak 28 responden (77,77%). Penelitian ini

memiliki hasil yang sama dengan Prasetyo Tri Utomo (2013).

Menurut Efendi (2009), bahwa keluarga terdiri dari anggota yang

saling ketergantungan satu sama lainnya. Dukungan keluarga dapat berasal

dari hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengakatan, hal ini

disebabkan oleh sumber dukungan keluarga yang ada. Dukungan keluarga

dapat diwujudkan dengan memberikan perhatian, bersikap empati,

memberikan dorongan, memberikan saran, memberikan pengetahuan dan

sebagainya.

7
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 36 responden,

sebanyak 13 responden (36,11%) bekerja sebagai wiraswasta dan

sebanyak 7 responden (19,44%) bekerja sebagai PNS. Thomas (2013)

mengatakan pekerjaan merupakan kesibukan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupan keluarga. Simamora (2014)

menyatakan bahwa ekonomi adalah kegiatan menghasilkan uang di

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya pengobatan

kepada anggota yang sedang sakit.

Dari analisa kuesioner kepada responden, sebanyak 16 soal diketahui

bahwa dukungan keluarga yang paling banyak tentang Dukungan

Informasional. Dari 36 responden, sebanyak 15 responden yang menjawab

benar tentang Dukungan Informasional. Dukungan informasional adalah

pemberian informasi terkait dengan hal yang dibutuhkan individu. Sebagai

makhluk sosial, manusia tidak bisa menghindar dari berhubungan dari

orang lain. Dalam berhubungan dengan orang lain, manusia mengikuti

sistem komunikasi dan informasi yang ada. Sistem dukungan informasi

mencakup pemberian nasihat, saran serta umpan balik mengenai keadaan

individu. Jenis informasi yang dapat diberikan seperti menolong individu

untuk mengenali dan mengatasi masalah yang sedang dihadapi (Suryadun,

2014).

Peneliti berasumsi bahwa dukungan yang baik dari keluarga dapat di

pengaruhi juga oleh seberapa banyak waktunya di habiskan bersama

keluarga. Apabila keluarga memiliki pekerjaan yang mengharuskannya

7
untuk jauh dari keluarga dan jarang memiliki waktu bersama,

dimungkinkan dukungan tidak terlalu baik.

5.3.3 Hubungan pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan


dukungan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi
pada Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.

Hasil uji Somer’s D menunjukkan bahwa ρ value = 0,000 < α = 0,05

artinya Ha diterima dengan demikian ada hubungan pengetahuan keluarga

tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan

hipertensi pada lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun. Hasil uji

Somer’s D bahwa r hitung = 0,603 yaitu positif, yang berarti semakin

tinggi pengetahuan keluarga maka semakin baik dukungan keluarga

dengan pasien hipertensi. Keeratan hubungan dapat dilihat dari

pengetahuan keluarga tentang hipertensi baik sebanyak (61,2%) dan

dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi pada Lansia

baik sebanyak (58,2%) nilai r = 0,603 yang dikategorikan kuat (0,60-

0,799) yang artinya keeratan hubungan pengetahuan keluarga tentang

hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan

hipertensi adalah kuat. Penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan

penelitian yang di lakukan Prasetyo Tri Utomo (2013) Hubungan Tingkat

Pengetahuan Keluarga dengan Dukungan keluarga dalam upaya

pencegahan kekambuhan hipertensi pada Lansia si Desa Blulukan

Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar yaitu Ha diterima, yang

artinya terdapat ada hubungan.

Dari hasil analisa data diperoleh pengetahuan keluarga baik dengan

dukungan keluarga yaitu dukungannya baik. Hal ini didukung oleh teori

8
yang dikemukakan oleh Niven (2008) yang menyatakan bahwa salah satu

faktor pengetahuan baik yang mempengaruhi proses penyembuhan yaitu

dari dukungan. Dukungan yang baik merupakan domain penting bagi

seseorang, seseorang akan merasakan perasaan saling memiliki antara satu

sama lain sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung.

Keluarga sebagai kesatuan sosial yang saling berhubungan atau

interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain sebagai

satu ikatan atau kesatuan, maka didalamnya terdapat fungsi-fungsi dan

peran keluarga terhadap anggotanya, antara lain adalah fungsi psikologis

dan peran perawatan kesehatan. Dukungan keluarga merupakan bagian

dari pasien yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Pasien akan

merasa nyaman dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan

dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut menimbulkan

kepercayaan dalam diri pasien untuk menghadapi, mengelola penyakitnya

dengan lebih baik dan meminimalkan keterbatasan fisik serta mau

menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang

kesehatannya. (Setiadi, 2008)

Tingkat keeratan hubungan antara Pengetahuan Keluarga dengan

Dukungan Keluarga adalah kuat. Menurut Notoatmodjo (2010) Faktor

yang mempengaruhi pengetahuan dengan dukungan yaitu ada nya faktor-

faktor pendidikan, pengalaman, usia, ekonomi, dan pengetahuan.

Hal yang menarik dalam penelitian ini adalah adanya responden

dengan pengetahuan keluarga yang kurang namun dukungan keluarga nya

cukup sebanyak (5,6%). Hal ini dapat terjadi karena anggota keluarga

8
merasakan naluri untuk mendukung proses penyembuhan hipertensi pada

Lansia. Penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan Prasetyo Tri

Utomo (2013) Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan

Dukungan keluarga dalam upaya pencegahan kekambuhan hipertensi pada

Lansia si Desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.

Berdasarkan hasil tersebut, peneliti berasumsi bahwa pengetahuan

keluarga yang baik pada pasien hipertensi dapat mendukung jalannya

proses penyembuhan hipertensi. Dukungan keluarga terhadap pasien perlu

segera diatasi karena akan mempengaruhi kondisi kesehatan pasien

hipertensi. Dalam hal ini peneliti berpendapat bahwa keluarga sebagai

orang yang paling dekat dengan lansia secara langsung maupun tidak

langsung akan mempengaruhi semangat lansia untuk menjalani proses

penyembuhan hipertensi.

5.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti merasa belum optimal

akan hasil yang telah didapatkan karena terdapat kelemahan dan

keterbatasan antara lain :

1. Salah satu cara pengumpulan data menggunakan kuesioner,

memungkinkan responden menjawab pertanyaan dengan tidak jujur

atau tidak mengerti pertanyaan yang dimaksud, sehingga

menimbulkan beda persepsi tetapi kuesioner ini telah dilakukan uji

validitas dan reliabilitas.

8
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini peneliti akan menyampaikan tentang hubungan pengetahuan

keluarga tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses

penyembuhan hipertensi pada Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat Pengetahuan Keluarga pada pasien Hipertensi di Puskesmas

Banjarejo Kota Madiun adalah baik yaitu sebanyak 61,11%.

2. Tingkat Dukungan Keluarga pada pasien Hipertensi di Puskesmas

Banjarejo Kota Madiun adalah baik yaitu 58,34%.

Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga tentang

hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan

hipertensi pada Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun dengan ρ

value = 0,000 ≤ 0,05. Nilai keeratan antara dua variabel yaitu 0,603 yang

dikategorikan kuat (0,60-0,799).

83
6.2 SARAN

1. Bagi responden (lingkungan di wilayah kerja PKM Banjarejo

Kota Madiun).

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pemahaman

tentang pengetahuan keluarga tentang hipertensi sehingga masyarakat

dapat mengetahui dan dapat mencegahnya.

2. Bagi tenaga kesehatan (Perawat)

Tenaga kesehatan (perawat) yang bekerja di Puskesmas Banjarejo

Kota Madiun diharapkan dapat memberikan penyuluhan tentang

pentingnya pengetahuan hipertensi dan dukungan keluarga dalam

proses penyembuhan hipertensi pada Lansia..

3. Bagi tempat penelitian (Puskesmas Banjarejo Kota Madiun)

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan

daftar pustaka berkaitan dengan hubungan pengetahuan hipertensi

dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi

pada Lansia.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Menjadi referensi untuk penelitan selanjutnya dengan berbagai

variabel yang lebih baik.

5. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Diharapkan institusi dapat menyediakan referensi yang lebih banyak

lagi dan dapat mempergunakan hasil penelitian ini sebagai referensi

baru dan bahan tolak ukur untuk melakukan penelitian selanjutnya.

84
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A dkk 2013, Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Faktor Resiko


Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi. (Diakses januari 2016).

, dkk, 2011. Tatalaksana Hipertensi, cermin Dunia Kedokteran,


Volume 39 no.4.

Amir, M. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung


Koroner. Jakarta : PT. Intisari Media Utama.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.


Jakarta

Azwar, A. 2009. Sikap manusia: Teori Dan Pengukurannya Edisi 2. Yogyakarta


Pustaka Belajar.

Bomar, P.J. 2010. Promoting Health In Families: To Nursing Practice.


Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Brunner & Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.

Christine. 2010. Skripsi Hubungan Dukungan Keluarga dengan Sikap Lansia


dalam Penyembuhan Hipertensi di Rumah Sakit Advent Medan. Diakses
pada 20 Januari 2017

Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3 : Jakarta: EGC.

Dalimartha, et al. 2008. Care Your Self, Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus +.

Darmojo, R. Boedhi, Martono Hadi 1999. Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan
Umur Lanjut, Edisi 8. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Darmojo, R. Boedhi, 2011. Beberapa aspek gerontology dan pengantar geriatric.


Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Dewi, R.P. 2013. Penyakit Penyakit Mematikan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Depkes RI. 2008. Profil Derpartemen Kesehatan. Jakarta

Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2016. Profil Kesehatan Indonesia.

8
Dinkes Kota Madiun. 2016. Profil Kesehatan Indonesia.

Friedman, 2010. Keperawatan Keluarga Teori Dan Praktek. Edisi 5, Jakarta:


EGC.

Hidayat, A.A, 2009. Metodologi Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data.


Jakarta : Salemba Medika

Hurlock B.E. 2007. PSIKOLOGI Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Junaedi, Edi. 2013. Hipertensi kandas Berkat Herbal, Jakarta: Imprint Argo
Media Pustaka.

Kaplan M. Norman. 2010. Measurenment of Blood Preasure and Primary


Hypertension: Pathgenesis in Clinical Hypertension: Sevent Edition.
Baltimore, Maryland USA: Williams & Wilkins.

Kontjoro, S. Z. 2012. Dukungan Sosial Pada Lansia. Diaskes pada tanggal 22 juli
2016.

Maryam, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba


Medika.

Masdani, 2002. Keperawatan Gerontik ed 2. Jakarta : Penerbit EGC.

Nazir. 2011. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Notoatmodjo, S. 2012. Pengantar pendidikan Kesehtan dan Ilmu Perilaku


Kesehatan. Yogyakarta: Adi Offset.

. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka


Cipta.

. 2009. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT.


Rineka Cipta.

Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : EGC.

Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika.

Rosyid, F.N., Efendi,N., 2011. Hubungan Pengetahuan Tentang Hipertensi


Dengan Dukungan Keluarga Dalam Proses Penyembuhan. Kabupaten
Sumenep Madura.

8
Rustiana, 2011. Faktor-faktor Dukungan Keluarga dengan Pengetahuan
Keluarga pada lanjut usia penderita Hipertensi. Kabupaten Boyolali.

Santoso, H. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia . Jakarta : Gunung Mulia.

Setyonegoro, 2000. Batasan Usia Lanjut. Jakarta : Salemba Medika.

Setiabudhi, T. 2008. Gangguan Pola Tidur Pada Lanjut Usia. Cermin Dunia
Kedokteran No. 53, Jakarta. Majalah Dunia Kedokteran PT Temprint.

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha


Ilmu.

Sevilla, Consuelo G. Et. Al. 2007. Research Methods. Rex Printing Company.
Quezon City.

Slameto, 2012. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Rineke Cipta,


Jakarta.

Soetjiningsih. 2009. Tumbuh Kembang dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung


Seto.

Sugiharto. 2007. Faktor-faktor hipertensi pada masyarakat. Studi kasus di


Kabupaten Karanganyar.

Sugiyono, 2010. Statistic Untuk Penelitian. Jawa Barat : IKAPL.

Sugiyono, 2009. Statistic Untuk Penelitian. Jawa Barat : IKAPL

Sumiati, 2000. Dasar-dasar Ilmu Gerontologi. Jakarta : EGC.

Suriyasa, P. 2009. Tingkat Pendidikan Menurunkan Resiko hipertensi. Jurnal


berita Kedokteran Masyarakat, vol 20, No 4.

Taylor, E.S. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta : Kencana.

Utami P. Solusi Sehat Mengatasi Hipertensi. Jakarta Selatan: Agromedia; 2009.

WHO 2011. World Health Organization. World Health Statistic. Geneva : WHO.
Retrieved December 5, 2015.

8
Lampiran 1

Surat Izin Penelitian dari STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

8
Surat Ijin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

8
Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan

9
Surat Keterangan Selesai Penelitian

9
Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi Dengan Dukungan


Keluarga Dalam Proses Penyembuhan Hipertensi pada Lansia
Di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.

Assalammu’alaikum Wr. Wb
Saya adalah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun yang sedang melakukan penelitian. Penelitian ini
dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan
keluarga tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses
penyembuhan hipertensi pada lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun. Saya
mengharapkan partisipasi Saudara/Saudari, Bapak/Ibu yang menjadi subjek dalam
penelitian ini dengan menjawab pernyataan-penyataan yang ada pada kuesioner.
Identitas dan jawaban Saudara/Saudari dan Bapak/Ibu akan dijamin
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan.
Responden dapat memilih untuk menolak berpartisipasi dalam penelitian ini
kapan pun tanpa ada tekanan dari siapa pun.
Jika Saudara/Saudari, Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian ini
perhatikan petunjuk pengisian kuesioner untuk menjawab pernyataan yang ada
dan menandatangani formulir persetujuan ini. Terimakasih atas partisipasinya.

Madiun, Juli 2017


Peneliti

( Listyana Wijayanti )

9
Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Alamat :

Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam pengambilan data atau sebagai


responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa “Program Studi S1
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun” bernama Listyana
Wijayanti yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi
Dengan Dukungan Keluarga Dalam Proses Penyembuhan Hipertensi pada Lansia
Di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun ”.

Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini besar manfaatnya
bagi peningkatan ilmu keperawatan dan akan dijamin kerahasiaannya.

Madiun , Juli 2017

Responden

( )

9
Lampiran 4

KISI-KISI KUESIONER

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG HIPERTENSI


DENGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PROSES
PENYEMBUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA
DI PUSKESMAS BANJAREJO
KOTA MADIUN

No. Variabel Penelitian Parameter No. Soal


1. Pengetahuan a. pengertian 1-2
Keluarga b. tanda gejala 3
c. penyebab 4-7
e. penatalaksanaan 8
f. faktor resiko 9-10
2. Dukungan Keluarga 1. Dukungan Informasi 1–4
2. Dukungan Penilaian 5–7
3. Dukungan Instrumental 8 – 12
4. Dukungan Emosional 13 – 16

9
Lampiran 5

No. Responden

LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG HIPERTENSI
DENGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PROSES
PENYEMBUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA
DI PUSKESMAS BANJAREJO
KOTA MADIUN

Petunjuk :

1. Berilah tanda centang (  ) pada salah satu jawaban yang benar!


2. Semua pertanyaan harus dijawab!
3. Bila ada yang kurang dimengerti silahkan bertanya kepada peneliti!

A. DATA DEMOGRAFI
1. Apa jenis kelamin
anda? Laki-laki
Perempuan

2. Berapa usia anda?


18-45 tahun
46-70 tahun

3. Apa pendidikan terakhir anda?


SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi

9
4. Apa pekerjaan
anda? PNS
Swasta
Wiraswasta
Buruh Tani

5. Apa status hubungan anda dengan pasien?


Anak
Orang Tua
Suami / Istri
Saudara yang tinggal serumah dengan pasien

6. Apakah saudara sudah diberitahu oleh tenaga kesehatan tentang


penyembuhan hipertensi?

7 Sudah
Belum

7. Berapa lama pasien menderita


hipertensi? 1 – 2 tahun
3 – 4 tahun
≥ 5 tahun

8. Apakah keluarga ada yang menderita penyakit seperti paru-paru,


jantung, stroke?
1= YA
2= TIDAK

9
Lembar Kuesioner Pengetahuan Hipertensi

Petunjuk menjawab : Berilah tanda (√) pada kolom jawaban yang sesuai.

Jawaban
No Pertanyaan Benar Salah
1 Penyakit hipertensi merupakan tekanan darah tinggi
2 Hipertensi pada lansia adalah dimana lansia mengalami
peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg
3 Apabila lansia mengalami sakit kepala, rasa berat di
tengkuk, susah tidur, pusing merupakan tanda gejala
tekanan darah tinggi
4 Mengkonsumsi garam berlebihan akan menyebabkan
tekanan darah tinggi
5 Membatasi makanan berlemak dan penggunaan jelantah
merupakan salah satu usaha untuk mencegah tekanan
darah tinggi
6 Keturunan, jenis kelamin, umur merupakan faktor
penyebab terjadinya tekanan darah tinggi
7 Merokok dan minuman alkohol merupakan penyebab
timbulnya kekambuhan penyakit tekanan darah tinggi
8 Orang yang memiliki riwayat hipertensi harus rutin
memeriksakan tekanan darah ke pelayanan kesehatan
terdekat
9 Apabila lansia menderita gagal ginjal, penyakit jantung,
stroke, gangguan perkemihan merupakan komplikasi
tekanan darah tinggi
10 Apabila lansia mengalami gangguan gerak seperti
ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf pusat timbul setelah mengalami
hipertensi bertahun-tahun

9
Lembar Kuesioner Dukungan Keluarga dalam Proses Penyembuhan
Hipertensi

1. Selalu : Keluarga selalu mengingatkan kepada bapak/ibu


jadwal kontrol ke Puskesmas
2. Sering : Keluarga sering mengingatkan kepada bapak/ibu
untuk kontrol ke Puskesmas
3. Kadang - kadang : Keluarga kadang-kadang mengingatkan kepada
bapak/ibu setiap kontrol ke Puskesmas
4. Tidak Pernah : Keluarga tidak pernah mengingatkan kepada
bapak/ibu untuk kontrol ke Puskesmas
Selalu Sering Kadang- Tidak
Skor
No Pertanyaan kadang Pernah
(4) (3) (2) (1)
Dukungan Informasi
1 Keluarga bapak/ibu mengetahui
sesuai jadwal kontrol ke
puskesmas
2 Keluarga bapak/ibu memberikan
informasi yang berhubungan
dengan jadwal kontrol ke
Puskesmas
3 Keluarga bapak/ibu
memberitahukan tentang berapa
kali jadwal harus ke Puskesmas
4 Keluarga bapak/ibu mengingatkan
jadwal untuk kontrol ke
Puskesmas
Dukungan Penilaian
5 Apakah bapak/ibu setiap sakit
berobat ke Puskesmas
6 Apakah bapak/ibu mempelajari
kembali apa yang di anjurkan oleh
petugas kesehatan ketika berada
di rumah
7 Apakah keluarga peduli dengan
penyembuhan bapak/ibu
Dukungan Instrumental
8 Keluarga bapak/ibu memberikan
ongkos/uang kepada bapak/ibu
untuk datang ke Puskesmas

9
9 Keluarga bapak/ibu memberikan
waktu untuk istirahat yang cukup
10 Keluarga bapak/ibu selalu siap
bila bapak/ibu meminta bantuan
untuk mengantar ke Puskesmas
11 Keluarga memberikan menu diet
sehari-hari ke bapak/ibu
12 Keluarga melayani dan membantu
ketika bapak/ibu membutuhkan
sesuatu
Dukungan Emosional
13 Keluarga mendukung pada saat
bapak/ibu menyatakan akan pergi
ke Puskesmas
14 Keluarga bersedia menemani pada
saat bapak/ibu menyatakan akan
pergi ke Puskesmas
15 Keluarga memotivasi bapak/ibu
dalam menjalani proses
penyembuhan
16 Keluarga memberikan dorongan
bapak/ibu untuk tetap menjaga
kesehatan

9
Lampiran 6

Tabulasi Pengetahuan Keluarga dengan Dukungan Keluarga

Status
Lama Menderita
No. Jenis Hubungan Dukungan Pengetahuan
Usia Pendidikan Pekerjaan Informasi Penyakit
Resp Kelamin dengan Keluarga Keluarga
Hipertensi Berat
Keluarga
1 1 47 2 2 1 1 3 2 1 1
2 2 36 3 1 1 1 3 2 1 1
3 1 48 2 3 1 1 3 2 1 1
4 2 46 3 2 1 1 2 2 1 1
5 2 47 1 3 1 1 2 2 1 1
6 1 50 1 4 1 1 3 2 2 2
7 2 38 3 2 1 1 2 2 1 1
8 1 44 2 3 1 1 2 2 2 1
9 2 50 3 3 1 1 1 2 1 1
10 1 44 3 2 1 1 1 2 1 1
11 1 56 2 4 1 1 2 2 1 1
12 2 46 3 3 3 1 1 2 1 1
13 2 52 3 3 3 1 1 2 2 2
14 2 48 3 3 1 1 1 2 2 2
15 1 49 4 1 1 1 1 2 1 1
16 2 55 2 4 1 1 2 2 1 1
17 2 45 1 4 1 1 1 2 1 1
18 2 44 4 1 1 1 1 2 1 1
19 1 53 2 3 1 2 2 2 2 3
20 1 48 2 4 1 1 2 2 2 2
21 2 40 1 4 1 1 3 2 2 2
22 2 46 2 3 1 1 1 2 1 1
23 2 45 2 3 1 1 3 2 2 1

10
24 1 47 4 1 1 1 1 2 3 2
25 2 39 4 1 1 1 2 2 2 2
26 2 34 3 2 1 1 3 2 2 1
27 2 42 3 3 1 1 1 2 2 1
28 2 48 3 2 1 1 1 2 1 1
29 1 43 3 2 1 1 1 2 2 3
30 2 52 3 3 1 1 2 2 1 2
31 2 53 3 3 1 1 1 2 1 1
32 2 40 1 2 3 1 2 2 1 1
33 1 51 2 4 1 1 1 2 1 2
34 1 48 3 1 1 1 2 2 3 2
35 2 40 4 1 1 1 1 2 3 3
36 1 46 2 4 1 1 3 2 1 3

10
Lampiran 7
Tabulasi Pengetahuan Keluarga

No. Pengetahuan Keluarga


Kode Kategori
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SP SM %
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 10 90 1 Baik
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 1 Baik
3 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 10 80 1 Baik
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 1 Baik
5 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 90 10 90 1 Baik
6 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 70 10 70 2 Cukup
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 1 Baik
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 1 Baik
9 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 80 10 80 1 Baik
10 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 80 10 80 1 Baik
11 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 80 10 80 1 Baik
12 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 80 10 80 1 Baik
13 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 70 10 70 2 Cukup
14 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 60 10 60 2 Cukup
15 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 80 10 80 1 Baik
16 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 10 80 1 Baik
17 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 80 10 80 1 Baik
18 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 80 10 80 1 Baik
19 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 50 10 50 3 Kurang
20 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 60 10 60 2 Cukup
21 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 60 10 60 2 Cukup
22 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 80 10 80 1 Baik
23 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 90 10 90 1 Baik
24 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 80 10 80 2 Cukup
25 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 60 10 60 2 Cukup
26 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 90 10 90 1 Baik
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 90 10 90 1 Baik
28 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 80 10 80 1 Baik
29 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 40 10 40 3 Kurang
30 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 60 10 60 2 Cukup
31 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 80 10 80 1 Baik
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 90 10 90 1 Baik
33 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 70 10 70 2 Cukup
34 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 70 10 70 2 Cukup
35 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 50 10 50 3 Kurang
36 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 5 10 50 3 Kurang

102
Lampiran 8

Tabulasi Dukungan Keluarga

Dukungan Keluarga
No.Res SP SM % Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 55 64 85,94 Baik
2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 51 64 79,69 Baik
3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 4 4 4 2 46 64 71,88 Baik
4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 55 64 85,94 Baik
5 3 3 3 3 4 2 3 4 2 3 2 3 4 4 3 3 49 64 76,56 Baik
6 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 38 64 59,38 Cukup
7 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 51 64 79,69 Baik
8 4 4 3 3 4 3 2 1 4 3 1 1 3 3 3 3 45 64 70,31 Cukup
9 4 4 3 4 2 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 4 55 64 85,94 Baik
10 4 4 4 3 4 4 3 4 3 2 4 4 4 4 4 4 59 64 92,19 Baik
11 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 62 64 96,88 Baik
12 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 2 4 4 59 64 92,19 Baik
13 3 2 2 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 45 64 70,31 Cukup
14 2 3 3 2 2 3 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 46 64 71,88 Cukup
15 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 60 64 93,75 Baik
16 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 58 64 90,63 Baik
17 4 4 4 4 3 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 58 64 90,63 Baik
18 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 59 64 92,19 Baik
19 2 3 3 2 2 3 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 46 64 71,88 Cukup
20 1 1 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 37 64 57,81 Cukup
21 3 2 2 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 44 64 68,75 Cukup
22 3 4 2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 57 64 89,06 Baik
23 3 2 2 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 45 64 70,31 Cukup

10
24 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 3 2 1 2 1 28 64 43,75 Kurang
25 4 3 2 1 4 3 2 3 2 2 1 1 2 2 3 3 38 64 59,38 Cukup
26 2 3 3 2 2 3 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 46 64 71,88 Cukup
27 2 3 3 2 2 3 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 46 64 71,88 Cukup
28 4 3 2 4 4 2 4 3 3 4 3 3 4 4 2 4 53 64 82,81 Baik
29 1 1 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 37 64 57,81 Cukup
30 4 2 2 4 3 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 55 64 85,94 Baik
31 4 4 4 3 2 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 58 64 90,63 Baik
32 4 3 2 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 57 64 89,06 Baik
33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 61 64 95,31 Baik
34 3 4 3 3 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 33 64 51,56 Kurang
35 2 3 2 4 1 1 2 1 2 2 1 1 3 2 3 3 33 64 51,56 Kurang
36 4 4 3 2 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 58 64 90,63 Baik

10
Lampiran 9

Distribusi Frekuensi Responden

Jenis Kelamin Frekuensi %


Laki-laki 14 38,89
Perempuan 22 61,11
Total 36 100

Lama Anggota Keluarga Menderita Hipertensi Frekuensi %


1-2 Tahun 16 44,40
3-4 Tahun 12 33,30
≥ 5 Tahun 8 22,3
Total 36 100

Pendidikan Frekuensi %
SD 5 13,89
SMP 12 33,33
SMA 13 36,11
PT 6 16,67
Total 36 100

Pekerjaan Frekuensi %
PNS 7 19,44
SWASTA 8 22,22
WIRASWASTA 13 36,11
BURUH TANI 8 22,22
Total 36 100

Status Hubungan dengan Keluarga Frekuensi %


Anak 28 77,77
Orang Tua 0 0,00
Suami / Istri 5 13,88
Saudara yang tinggal serumah 3 8,33
Total 36 100

10
Informasi Frekuensi %
Sudah 36 100
Belum 0 0
Total 36 100

Keeluarga memiliki riwayat penyakit berat Frekuensi %


Ya 0 0,00
Tidak 36 100,00
Total 36 100

10
Lampiran 10

Hasil Uji Korelasi

Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi


dengan Dukungan Keluarga dalam Proses Penyembuhan
Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan_keluarga *
36 100.0 0 .0% 36 100.0
Dukungan_keluarga
% %

Pengetahuan_keluarga * Dukungan_keluarga Crosstabulation


Count
Dukungan_keluarga
Baik Cukup Kurang Total
Pengetahuan_keluarga Baik 18 4 0 22
Cukup 2 6 2 10
Kurang 1 2 1 4
Total 21 12 3 36

Directional Measures
Asymp
. Std. Approx Approx.
Value Errora . Sig.
Tb
Ordinal by Somers' d Symmetric .567 .122 4.239 .000
Ordinal
Pengetahuan_keluarg
.564 .119 4.239 .000
a Dependent
Dukungan_keluarga
.569 .131 4.239 .000
Dependent
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null
hypothesis.

10
Lampiran 11

Hasil Uji Korelasi Somer’s D

Symmetric Measures

Asymp. Std. Approx. Approx.


Value Error a
Tb Sig.

Interval by Interval Pearson's R .564 .128 3.978 .000c


Ordinal by Ordinal Somer’s D Corelation .603 .129 4.406 .000c
N of Valid Cases 36

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

10
Lampiran 12

10
11
Lampiran 13

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Bulan
No. Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
Pembuatan dan Konsul
1.
Judul
2. Penyusunan Proposal

3. Bimbingan Proposal

4. Ujian Proposal

5. Revisi Proposal

6. Pengambilan Data
Penyusunan dan Konsul
7.
Skripsi

8. Ujian Skripsi

11
Lampiran 14

Dokumentasi Penelitian

112

Anda mungkin juga menyukai