Anda di halaman 1dari 88

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH

PADA MASYARAKAT PENDERITA HIPERTENSI


DI PUSKESMAS 23 ILIR
PALEMBANG

Oleh :

NUR KHOIRIYAH
18.14201.30.09

POGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2022
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH
PADA MASYARAKAT PENDERITA HIPERTENSI
DI PUSKESMAS 23 ILIR
PALEMBANG

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEPERAWATAN

Oleh :

NUR KHOIRIYAH
18.14201.30.09

POGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2022
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, 23 Juli 2022

Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Masyarakat Penderita


Hipertensi di Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022
(xvii + 55 Halaman, 7 tabel, 2 Bagan, 1 Gambar, 7 Lampiran)

Aktivitas fisik yang teratur membantu meningkatkan efisiensi jantung secara


keseluruhan. Mereka yang secara fisik aktif umumnya mempunyai tekanan darah
yang lebih rendah dan lebih jarang terkena tekanan darah tinggi. Mereka yang secara
fisik aktif cenderung untuk mempunyai fungsi otot dan sendi yang lebih baik, karena
organ-organ demikian lebih kuat dan lebih lentur. Penilitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada masyarakat penderita
hipertensi di Puskesmas 23 Ilir Palembang 06 April – 23 Juni Tahun 2022.
Desain penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas 23 Ilir Palembang. Sampel pada
penelitian ini adalah masyarakat penderita hipertensi di Puskesmas 23 Ilir Palembang
Tahun 2022, yang berjumlah 66 orang.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki aktivitas
fisik ringan sebanyak 49 orang (74,2%). Sebagian besar responden memiliki tekanan
darah normal sebanyak 40 orang (60,6%). Ada hubungan aktivitas fisik dengan
tekanan darah pada masyarakat penderita hipertensi di Puskesmas 23 Ilir Palembang
Tahun 2022 (ρ=0,028).
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan
tekanan darah. Oleh karena itu disarankan bagi puskesmas untuk mengadakan
kegiatan rutin setiap minggunya sebagai upaya pengendalian tekanan darah pada
penderita hipertensi melalui aktivitas fisik minimal 30 menit/hari, mengurangi
konsumsi makanan yang tinggi kadar natriumnya, dan tidak merokok.

Kata Kunci : Aktivitas Fisik, Hipertensi


Daftar Pustaka : 36 (2016-2020)

iii
ABSTRACT
BINA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCE
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
Student Thesis, 23 July 2022

Relationship Of Physical Activity With Blood Pressure In Community Of


Hypertension Patients At 23 Ilir Palembang Public Health Center In 2022
(xvii + 55 Pages, 7 Tables, 2 Charts, 1 Picture + 7 Attachments)

Regular physical activity helps improve the overall efficiency of the heart. Those
who are physically active generally have lower blood pressure and are less likely to
develop high blood pressure. Those who are physically active tend to have better
muscle and joint function, because such organs are stronger and more flexible. This
study aims to determine the relationship between physical activity and blood pressure
in people with hypertension at the 23 Ilir Health Center Palembang 06 April – 23
June in 2022.
The design of this study used a quantitative design with a cross sectional
approach. This research was conducted at 23 Ilir Health Center Palembang. The
sample in this study was people with hypertension at the 23 Ilir Health Center
Palembang in 2022, which amounted to 66 people.
The results of this study showed that most of the respondents had light physical
activity as many as 49 people (74.2%). Most of the respondents had normal blood
pressure as many as 40 people (60.6%). There is a relationship between physical
activity and blood pressure in people with hypertension at the 23 Ilir Palembang
Health Center in 2022 (ρ = 0.028).
The results showed that there was a relationship between physical activity and
blood pressure. Therefore, it is recommended for puskesmas to hold routine activities
every week as an effort to control blood pressure in people with hypertension through
physical activity at least 30 minutes / day, reducing consumption of foods that are
high in sodium content, and not smoking.

Key Words : Physical Activity, Hypertension


References : 36 (2016-2020)

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA


MASYARAKAT PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS 23 ILIR
PALEMBANG TAHUN 2022

Oleh :

NUR KHOIRIYAH
18.14201.30.09
Program studi keperawatan

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji sekripsi program
Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesahatan Bina Husada Palembaang

Palembang, 23 Juli 2022

Pembimbing

Ns. Amalia, S.Kep., M.Kes., M.Kep


NIDN : 0221057905

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Ns. Kardewi, S.Kep., M.Kes


NIDN : 0227038303

v
PANITIA SIDANG SKRIPSI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG

Palembang, 23 Juli 2022

KETUA

Ns. Amalia, S.Kep., M.Kes., M.Kep


NIDN : 0221057905

Anggota I

Ns. Mujahidin, S.Kep., M.Kes


NIDN : 0206048801

Anggota II

Ns. Nuriza Agustina, S.Kep., M.Kes., M.Kep


NIDN : 0202088601

vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. IDENTITAS

Nama : Nur Khoiriyah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat,Tanggal Lahir : Sukamulya, 04 April 2000

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Nama Orang Tua : Sudarno & Sri Winarni

Status : Belum menikah

Alamat Rumah : Desa Sukamulya RT 004, RW 002, KEC. Air

Sugihan, KAB. Ogan Komering Ilir, PROV. Sumatera

Selatan

Email : nurkhoiriyah165@gmail.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 2006-2012 : SD Negeri 1 Sukamulya

2. Tahun 2012-2015 : SMP Negeri 4 Air Sugihan

3. Tahun 2015-2018 : SMA Negeri 1 Air Sugihan

4. Tahun 2018-2022 : STIK Bina Husada Palembang

vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Skripsi ini kupersembahkan untuk semua orang yang selalu berperan dan berarti

dihidupku:

 Ayahku (Sudarno) dan Ibuku (Sri winarni) tercinta yang telah memberikan
semangat, nasihat, dukungan serta Do’a untukku selama proses penyelesaian
skripsi ini.
 Untuk saudara/saudariku : kakak ku (Agus Hermawan) , ayukku (Eka Fatmawati)
tersayang yang selalu mengingatkan dan memberikan dukungan, semangat serta
do’a semoga kalian selalu dalam lindungan allah SWT.
 Ari Lazuardy, trimakasih telah memberi semangat, motivasi serta dukungan
dalam penyelesaian skripsi ini
 Eka Meirita, Fiska Andriyani, Meylinda, Rani, trimakasih untuk kalian adik
sepupu serta sahabat baikku yang slalu ada saat senang maupun duka selalu
memberikan semangat, motivasi dan dukungan semoga kita semua bisa sukses
dijalan Allah SWT.
 MANGKU SINUM Squad 2018, Sahara, Alvina, Ella, Dessy, Ineska, Rini, Ade,
Indah, Ayu, Della, Grecy, Permata, Asna, Ondiana, kalian teman yang baik,
trimakasih pernah hadir dari awal asrama sampai saat ini selesainya sekripsi ini.
 Teman seperjuangan PSIK Reg A1 2018 trimakasih atas kebersamaan dan
kepedulian dari awal kuliah hingga kita akan lulus bersama-sama tahun ini.

MOTTO :

“ Kesuksesan bukanlah kunci dari kebahagiaan. Namun sebaliknya


kebahagiaan adalah kunci dari kesuksesan”
By. Nur Khoiriyah

viii
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulisan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang

berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Masyarakat

Penderita Hipertensi Di Puskesmas 23 Ilir Palembang”

Penyusunan skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

meraih gelar Sarjana Keperawatan. Dalam kesempatan ini penulisan ingin

menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Ns. Ersita,S.kep,M.Kes selaku Ketua STIK Bina Husada Palembang.

2. dr. Selvi Oktarina selaku kepala puskesmas 23 Ilir Palembang.

3. Ns. Kardewi,S.Kep.,M.Kes selaku Ketua Program Studi Keperawatan STIK Bina

Husada Palembang.

4. Ns. Amalia,S.Kep.,M.Kes.,M.Kep selaku dosen pembimbing yang sangat

berperan dalam penulisan skripsi ini, yang telah memberikan arahan, bimbingan,

masukan, kritik, dan saran dalam penulisan skripsi ini.

5. Ns. Mujahidin,S.Kep, M.Kes selaku penguji I yang telah memberikan masukan,

kritik, dan saran dalam penulisan skripsi ini.

6. Ns. Nuriza Agustina, S.Kep,M.Kes,M.Kep selaku penguji II yang telah

memberikan masukan, kritik, dan saran dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang yang

sudah membimbing saya selama proses perkuliahan

ix
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

terdapat kekuranga, baik dari ini maupun cara penulisannya. Dengan demikian

penulis sangat mengharapkan masukan yang sifatnya membangun berupa kritik dan

sarah sehingga menjadikan skripsi ini lebih baik lagi.

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya,

atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Palembang, 23 Juli 2022

Peneliti

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI........................................... ii
ABSTRAK....................................................................................................... iii
ABSTRACT..................................................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................ v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI........................................................... vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS...................................................................... vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO................................................................. viii
UCAPAN TERIMAKASIH........................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian................................................................................. 5
1.4 Tujuan Penelitian....................................................................................... 5
1.4.1 Tujuan Umum.................................................................................. 5
1.4.2 Tujuan Khusus................................................................................. 5
1.5 Manfaat Penelitian..................................................................................... 6
1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan................................................................. 6
1.5.2 Bagi Penulis..................................................................................... 6
1.5.3 Bagi Puskesmas 23 Ilir Palembang.................................................. 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Tekanan Darah................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Hipertensi....................................................................... 8
2.1.2 Klasifikasi Tekanan Darah............................................................... 9
2.1.3 Cara mengukur Tekanan Darah....................................................... 9
2.2 Konsep Dasar Hipertensi........................................................................... 11
2.2.1 Pengertian Hipertensi....................................................................... 11
2.2.2 Anatomi Fisiologi............................................................................. 12
2.2.3 Klasifikasi........................................................................................ 14
2.2.4 Gejala Hipertensi.............................................................................. 14
2.2.5 Etiologi............................................................................................. 14

xi
2.2.6 Komplikasi....................................................................................... 16
2.2.7 Patofisiologi..................................................................................... 17
2.2.8 Penatalaksanaan............................................................................... 18
2.2.9 Pencegahan Hipertensi..................................................................... 20
2.3 Aktivitas Fisik............................................................................................ 22
2.3.1 Pengertian ........................................................................................ 22
2.3.2 Kasifikasi Aktivitas Fisik................................................................. 23
2.3.3 Manfaat Aktivitas Fisik.................................................................... 24
2.3.4 Aktivitas Fisik Sehari-hari Untuk Usia Dewasa.............................. 26
2.3.5 Pengukuran Aktivitas Fisik.............................................................. 27
2.4 Penelitian Terkait....................................................................................... 31
2.5 Kerangka Teori.......................................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian........................................................................................ 34
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................... 34
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian.................................................................. 34
3.3.1 Populasi Penelitian........................................................................... 34
3.3.2 Sampel Penelitian............................................................................. 35
3.4 Kerangka Konsep........................................................................................ 37
3.5 Definisi Operasional................................................................................... 37
3.6 Pengumpulan Data...................................................................................... 38
3.7 Teknik Pengolahan Data............................................................................. 38
3.8 Teknik Analisa Data................................................................................... 40
3.8.1 Analisa Univariat............................................................................. 40
3.8.2 Analisa Bivariat................................................................................ 40
3.9 Etika Penelitian........................................................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1 Gambaran Umum Puskesmas 23 Ilir Palembang....................................... 42
4.2.1 Wilayah............................................................................................ 42
4.1.2 Geografi........................................................................................... 43
4.1.3 Transportasi..................................................................................... 43
4.1.4 Sumber Daya................................................................................... 43
4.1.5 Fasilitas Pelayanan Kesehatan......................................................... 44
4.1.6 Visi, Misi Dan Motto....................................................................... 44
4.2 Hasil Penelitian.......................................................................................... 46
4.2.1 Analisa Data ................................................................................... 46
4.2.2 Analisa Bivariat............................................................................... 48
4.3 Pembahasan............................................................................................... 49
4.3.1 Aktivitas Fisik.................................................................................. 49
4.3.2 Tekanan Darah.................................................................................. 50

xii
4.3.3 Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada
Masyarakat Hipertensi..................................................................... 51

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan.................................................................................................... 54
5.2 Saran ......................................................................................................... 54
5.2.1 Bagi Puskesmas 23 Ilir Palembang................................................. 54
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan ................................................................ 54
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya................................................................. 55

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

No. Tabel
2.1 Pengelompokan Tekanan Darah Dan Hipertensi Berdasarkan JNC7........ 9
2.2 Klasifikasi Hipertensi Pada Orang Dewasa............................................... 14
2.3 Contoh Klasifikasi Aktivitas Fisik Berdaasrkan Intensitasnya................. 24
3.1 Definisi Operasional.................................................................................. 37
4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik
Di Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022........................................... 47
4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah
Di Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022........................................... 47
4.3 Hubungan Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Masyarakat Penderita
Hipertensi di Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022.......................... 48

xiv
DAFTAR BAGAN

No. Bagan
2.1 Kerangka Teori.......................................................................................... 33
3.1 Kerangka Konsep....................................................................................... 37

xv
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar
2.1 Anatomi Fisiologi Aliran Darah di Paru-Paru dan Jantung....................... 12

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

1. Hasil Tabulasi Data


2. Kuesioner Penelitian
3. Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Awal
4. Surat Izin Pengambilan Data
5. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data
6. Surat Izin Selesai Penelitian
7. Dokumentasi

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kronik akibat pola hidup adalah sekelompok penyakit yang

mempunyai faktor-faktor risiko yang sama sebagai sebuah hasil dari pajanan selama

beberapa dekade, pola makan yang tidak sehat, merokok, kurang latihan olahraga dan

seringkali juga akibat stres psikologis. Faktor risiko utama diantaranya adalah

tekanan darah yang tinggi, kecanduan tembakau, kolesterol darah yang tinggi,

diabetes mellitus dan obesitas. Faktor-faktor tersebut akan menghasilkan berbagai

proses penyakit seperti stroke, serangan jantung, diabetes melitus, berbagai kanker

yang diinduksi oleh makanan dan tembakau, brokitis kronik, emfisema, dan banyak

lagi lainnya yang berkulminasi dalam tingginya angka kesakitan dan kematian.

Secara internasional penyakit penyakit tersebut dikenal juga sebagai penyakit tidak

menular atau penyakit degeneratif (Anies, 2020).

Hipertensi adalah salah satu penyakit dengan angka kejadian tertinggi di dunia.

Satu dari empat orang di dunia mengidap gangguan tekanan darah tinggi, dengan total

jumlah penderita lebih dari satu miliar. Seiring dengan pertambahan usia, persentase

kejadian tekanan darah tinggi pun semakin meningkat. Sepertiga dari jumlah

pendenita itu tinggal di negara maju dan dua pertiga hidup di negara berkembang.

Tekanan darah tinggi diperkirakan menyebabkan 7,1 juta kematian atau kira-kira 13%

dari seluruh kematian di dunia. Hasil penelitian World Health Organization (WHO)

1
2

menunjukkan bahwa hampir setengah dari kasus serangan jantung dipicu oleh

tekanan darah tinggi (Yahya, 2019).

Prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2019 sebesar 34,11%. Prevalensi

hipertensi pada penduduk di Indonesia yang berusia 18-24 tahun sebesar (13.22%),

umur 25-34 tahun (20,13%), umur 35-44 tahun ( 31,61%), umur 45-54 tahun

(45,32%), umur 55-64 tahun (55,22%), umur 65-74 tahun (63,22%) dan mengalami

peningkatan pada umur >75 tahun (69,53%). Prevalensi hipertensi yang tertinggi di

Indonesia berada di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar (44,13%)’, sedangkan yang

terendah di Provinsi Papua (22,22%) (Kemenkes RI, 2020).

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Sumatera Selatan (2019), didapatkan

prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) tertinggi per 10.000 penduduk di

Sumatera Selatan adalah Hipertensi (53,36) dan diiringi Penyakit Jantung (30,55),

Diabetes Melitus (28,85) dan terendah Psikosis (0,04) (Dinkes Sumsel, 2020).

Berdasarkan data pencapaian kinerja program penyakit tidak menular

Puskesmas 23 Ilir Palembang, pada kunjungan kesehatan penderita hipertensi pada

tahun 2020 sebanyak 1.445 pasien. Hal ini mengalami peningkatan yang tinggi pada

tahun 2021 sebanyak 62,39% atau sebanyak 2.316 kunjungan pasien hipertensi dan

pada periode bulan Januari-Maret sebanyak 195 kasus.

Hipertensi sangat dipengaruhi olehbanyak faktor. Salah satu faktor yang

mempengaruhi terhadap kejadian hipertensi yaitu aktivitas fisik. Orang yang kurang

melakukan aktivitas olahraga, pengontrolan nafsu makannya sangat labil sehingga

mengakibatkan konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan nafsu makan


3

bertambah yang akhirnya berat badannya naik dan dapat menyebabkan kegemukan.

Jika berat badan seseorang bertambah, maka volume darah akan bertambah pula,

sehingga beban jantung dalam memompa darah juga bertambah. Beban semakin

besar, semakin beratkerja jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh sehingga

tekanan perifer dan curah jantung dapat meningkat kemudian menimbulkan

hipertensi. Aktivitas fisik yang baik dan rutin akan melatih otot jantung dan tahanan

perifer yang dapat mencegah peningkatan tekanan darah. Olahraga yang teratur dapat

merangsang pelepasan hormone endorphin yang menimbulkan efek euphoria

danrelaksasi otot sehingga tekanan darah tidak meningkat (Kokkinos.,et al, 2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Mutiarawati (2019), yang berjudul hubungan

antara riwayat aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada usia 45-54 tahun studi

di wilayah kelurahan Tlogosari Kulon Semarang tahun 2019, ditemukan hasil bahwa

ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi.

Sehingga hendaknya semakin meningkatkan aktivitas fisik dalam sehari-hari, salah

satunya dengan lebih banyak berjalan kaki demi menjaga kondisi kesehatan.

Penelitian lain yang dilakukan Khomarun, et al,(2018) dalam jurnal mereka yang

berjudul pengaruh aktivitas fisik jalan pagi terhadap penurunan tekanan darah pada

lansia dengan hipertensi stadium I di Posyandu Lansia Desa Makam Haji, didapatkan

hasil bahwa terdapat perubahan yang signifikan dalam perubahan penurunan

tekanan darah sistolik pada responden setelah dilakukannya intervensi sebanyak 40

kali dalam waktu 8 minggu.


4

Aktivitas fisik yang teratur membantu meningkatkan efisiensi jantung secara

keseluruhan. Mereka yang secara fisik aktif umumnya mempunyai tekanan darah

yang lebih rendah dan lebih jarang terkena tekanan darah tinggi. Mereka yang secara

fisik aktif cenderung untuk mempunyai fungsi otot dan sendi yang lebih baik, karena

organ-organ demikian lebih kuat dan lebih lentur.

Aktivitas fisik merupakan suatu rangkaian gerak tubuh yang menggunakan

tenaga atau energi. Jenis aktivitas fisik yang sehari-hari dilakukan antara lain

berjalan, berlari, berolahraga, mengangkat, dan memindahkan benda, mengayuh

sepeda, dan lain-lain. Aktivitas fisik juga merupakan pergerakan anggota tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi

pemeliharaan fisik, mental dan kualitas hidup yang sehat dan bugar (Mahardikawati

& Roosita, 2018).

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada masyarakat

penderita hipertensi di Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat diketahui bahwa aktivitas fisik yang teratur

membantu meningkatkan efisiensi jantung secara keseluruhan. Mereka yang secara

fisik aktif umumnya mempunyai tekanan darah yang lebih rendah dan lebih jarang

terkena tekanan darah tinggi. Mereka yang secara fisik aktif cenderung untuk

mempunyai fungsi otot dan sendi yang lebih baik, karena organ-organ demikian lebih
5

kuat dan lebih lentur. Berdasarkan hal tersebut maka rumusan masalah dalam

penelitian ini belum diketahuinya hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada

masyarakat penderita hipertensi di Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka pertanyaan peneliti adalah hubungan

aktivitas fisik dengan tekanan darah pada masyarakat penderita hipertensi di

Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022 ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada masyarakat

penderita hipertensi di Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur,

jenis kelamin dan pendidikan di Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022.

2. Diketahuinya distribusi frekuensi aktivitas fisik pada masyarakat penderita

hipertensi di Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022.

3. Diketahuinya distribusi frekuensi tekanan darah pada masyarakat penderita

hipertensi di Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022.

4. Diketahuinya hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada

masyarakat penderita hipertensi di Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun

2022.
6

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan menambah bahan

bacaan bagi mahasiswa/ mahasiswi STIK Bina Husada Palembang untuk melanjutkan

penelitiannya.

1.5.2 Bagi Penulis

Bagi penulis sendiri untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi

penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan terutama mata

kuliah metodologi penelitian.

1.5.3 Bagi Puskesmas 23 Ilir Palembang

Hasil penelitian diharapkan menjadi data masukan dan sumber data untuk

tindak lanjut dalam pengambilan keputusan program pencegahan dan pengendalian

hipertensi.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam lingkup kajian ilmu keperawatan medikal bedah

dan yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah semua masyarakat penderita

hipertensi di Puskesmas 23 Ilir Palembang pada saat penelitian dilakukan. Masalah

yang diangkat yaitu tentang hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada

masyarakat penderita hipertensi. Adapun variabel yang akan diteliti yaitu aktivitas

fisik dan tekanan darah pada masyarakat penderita. Penelitian ini dilaksanakan pada

Tanggal 06 April – 23 Juni Tahun 2022. Desain penelitian yang digunakan yaitu
7

kuantitatif survey analitik dengan pendekatan desain cross sectional, dengan tekhnik

accidental sampling yaitu mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau

yang tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian, yang berjumlah 66

responden. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara

menggunakan kuesioner.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Tekanan Darah

2.1.1 Pengertian Tekanan Darah

Istilah “tekanan darah” berarti tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran

darah sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan darah dibedakan antara tekanan

darah sistolik dan tekanan darah diastolik.Tekanan darah sistolik adalah tekanan

darah pada waktu jantung menguncup (sistole). Adapun tekanan darah diastolic

adalah tekanan darah pada saat jantung mengendor kembali(diastole).Dengan

demikian, jelaslah bahwa tekanan darah sistolik selalu lebih tinggi dari pada tekanan

darah diastolik. Tekanan darah manusia senantiasa berayun-ayun antara tinggidan

rendah sesuai dengan detak jantung (Gunawan, 2018).

Tekanan darah uteri adalah tekanan lateral yang disebabkan oleh kolom darah

pada dinding pembuluh darah. Ia merupakan hasil curah jantung dan tahanan

pembuluh darah tepi. Tekanan darah tergantung pada volume darah yang diejeksikan,

kecepatannya, distensibilitas dinding artri, viskositas darah dan tekanan di dalam

pembuluh setelah ejeksi terakhir (Swartz, 2016).

Tekanan darah sistolik adalah puncak tekanan di dalam arteri. Ia diatur oleh isi

sekuncup (stroke volume) dan kelenturan pcmbuluh darah. Tekanan darah diastolic

adalah tekanan terendah di dalam arteri dan tergantung pada tahanan perifer.

8
9

Perbedaan tekanan sistolik dan di astolik adalah tekanan nadi (pulse pressure).

Tekanan darah pada lengan kanan biasanya 5-10 mmHg lebih tinggi daripada di

lengan kin. Tekanan darah sistolik di tungkai 15-20 mmHg lebih tinggi daripada di

lengan, meskipun orangnya sedang berbaring (Gunawan, 2018).

2.1.2 Klasifikasi Tekanan Darah

Topik mengenai klasifikasi peningkatan tekanan darah telah menjadi bahan

perbincangan di seluruh dunia, dan menuai kontroversi. Komite Nasional mengenai

Tekanan Darah dan Hipertensi sebuah cabang dari National Institutesof Health di

Amerika Serikat mengangkat topik ini pada 2003. Tujuh panduan dalam klasifikasi

dan jenis terapi hipertensi (dikenal sebagai pedoman JNC7) yang dirumuskannya

memberikan petunjuk revolusioner yang mengulas pentingnya pengendalian tekanan

darah di setiap tahapan (Kowalski, 2017).

Tabel 2.1
Pengelompokkan Tekanan Darah dan Hipertensi Berdasarkan JNC7

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Optimal 115 atau kurang 75 atau kurang
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage I 140-159 90-99
Hipertensi Stage II > 160 > 100
Sumber : Klowalski, 2017

2.1.3 Cara Mengukur Tekanan Darah

Pengkajian tekanan darah dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis,

karena itu perawat perlu lebih spesifik mengetahui pengukuran tekanan darah. Teknik

pengukuran tekanan darah meliputi sebagai berikut (Muttaqin, 2018).


10

a. Cara Palpasi

1. Hanya untuk mengukur tekanan sistolik.

2. Manset spigmomanometer yang digunakan harus sesuai dengan usia (manset

anak-anak lebih kecil dibandingkan dengan manset dewasa).

3. Kenakan manset pada lengan lalu pompa dengan udara secara perlahan sampai

denyut nadi pergelangan tangan tak teraba lagi. Kemudian tekanan di dalam

manset diturunkan dengan membuka lubang pemompa secara perlahan.

4. Amati tekanan pada skala spigmoinanometer.

5. Saat denyut nadi teraba kembali, baca tekanan pada skala spigmomanometer,

tekanan ini adalah tekanan sistolik.

b. Cara Auskultasi

1. Untuk mengukur tekanan sistolik dan diastolik.

2. Manset spigmomanometer diikatkan pada lengan atas, stetoskop ditempatkan

pada arteri brakialis pada permukaan ventral siku agak bawah manset

spigmomanometer.

3. Sambil mendengarkan denyut nadi, tekanan dalam spigmomanometer dinaikkan

dengan memompa udara ke dalam manset sampai nadi tidak terdengar lagi,

kemudian tekanan didalam spigmomanometer diturunkan secara perlahan.

4. Pada saat denyut nadi mulai terdengar kembali, baca tekanan yang tercantum

pada skala spigmomanometer, tekanan ini adalah tekanan sistolik.

5. Suara denyutan nadi selanjutnya menjadi agak keras dan tetap terdengar sekeras

itu sampai suatu saat denyutannya melemah atau menghilang sama sekali. Pada
11

saat suara denyutan yang keras itu berubah menjadi lemah, baca lagi tekanan

pada skala spigmomanometer, tekanan itu adalah tekanan diastolik.

6. Tekanan darah diukur saat klien berbaring. Ukur kembali tekanan darah pada

klien hipertensi saat klien berdiri.

7. Terkadang ditemukan masa bisu (auscultatory gap), yaitu suatu masa denyut

nadi tidak terdengar saat tekanan spigmomanometer diturunkan. Misalnya

denyut pertama terdengar pada tekanan 220 mmHg, suara denyut nadi

berikutnya baru terdengar pada tekanan150 mmHg. Jadi ada masa bisu pada

tekanan antara 220 dan 150 mmHg.

2.2 Konsep Dasar Hipertensi

2.2.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic dengan

konsisten di atas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada

peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Tekanan darah harus diukur dalam

posisi duduk dan berbaring (Baradero, dkk, 2016).

Hipertensi adaah meningkatnya tekanan darah arteri yang persisten .Hipertensi

adalah tekanan darah (TD) didistribusikan terus menerus. Insidensi terjadinya

komplikasi berbanding lurus dengan TD, jadi tidak ada definisi absolut untuk

hipertensi. Terapi biasanya bermanfaat untuk TD > 140/90 mmHg yang menetap

(NANDA, 2019).
12

2.2.2 Anatomi Fisiologi

Jantung merupakan organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga

dada, dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Jantung

terdapat di dalam sebuah kantung longgar berisi cairan yang disebut perikardium.

Keempat ruang jantung tersebut adalah atrium kiri dan kanan serta ventrikel kiri dan

kanan. Sisi kiri jantung memompa darah ke seluruh sel tubuh, kecuali sel-sel yang

berperan dalam pertukaran gas di paru-paru (ini disebut sebagai sirkulasi sistemik).

Sisi kanan jantung memompa darah ke paru-paru untuk mendapat oksigen (ini disebut

sirkulasi paru atau pulmoner) (Ardiyansyah, 2019).

Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi Aliran Darah di Paru-Paru dan Jantung

Sumber : Ardiansyah, 2019


13

a. Sirkulasi Sistemik

Darah masuk ke atrium kiri dan vena pulmonaris. Darah di atrium kiri

kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri melalui katup atrio ventikel (AV), yang

terletak di sambungan atrium dan ventrikel (katup ini disebut katup mitralis).

Semua katup jantung membuka ketika tekanan dalarn ruang jantung atau pembuluh

yang berada di atasnya melebihi tekanan di dalam ruang atau pembuluh yang ada

di bawah. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju sebuah arteri besar

berotot, yang disebut aorta. Darah mengalir dari ventrikel kiri ke aorta melalui

katup aorta. Darahdi aorta kemudian disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik,

yakni melalui arteri, arteriol, dan kapiler yang kemudian menyatu kembali untuk

membentuk vena-vena. Vena-vena dan bagian bawah tubuh mengembalikan darah

ke vena terbesar, yakni vena kava inferor. Vena dari bagian atas tubuh

mengembalikan darah ke vena kava superior, yakni ke dua vena kava yang

bermuara di atrium kanan (Ardiyansyah, 2019).

b. Sirkulasi Paru-paru

Darah di atrium kanan mengalir ke ventrikel mkanan melalui katup AV

lainnya, yang disebut katup semilunaris (trikuspidalis). Darah keluar dari ventrikel

kanan dan mengalir melewati katup ke-4, katup pulmonaris, dan ke dalam arteri

pulmonaris. Arteri pulmonaris ini bercabang-cabang lagi menjadi arteri

pulmonaris kanan dan kiri, yang masing-masing mengalir melalui sebelah kanan

dan kiri. Di paru-paru, arteri-arteri pulmonaris ini bercabang-cabang lagi menjadi

banyak cabang arteriol dan kemudian kapiler. Setiap kapiler memberi perfusi pada
14

satuan pernapasan, melalui sebuah alveolus. Semua kapiler menyatu kembali

untuk menjadi venula dan venula menjadi vena. Vena-vena ini kemudian menyatu

untuk membentuk vena pulmonaris yang besar. Darah mengalir dalam vena

pulmonaris, kembali keatrium kiri untuk menyelesaikan siklus aliran darah jantung

(Ardiyansyah, 2019).

2.2.3 Klasifikasi

The Sixth Report of the Joint National Committee on Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure (JNC VI) mendefinisikan tekanan darah tinggi

pada orang dewasa sebagai berikut (Brashers, 2018).

Tabel 2.2
Klasifikasi Hipertensi Pada Orang Dewasa

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Tahap l (ringan) 140-159 90-99
Tahap 2 (sedang) 160-179 100-109
Tahap 3 (berat) ≥180 ≥110
Sumber : Brashers, 2018

2.2.4 Gejala Hipertensi

Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada

hipertensi esensial. Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, atau migren

sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi. Kadang-kadang hipertensi esensial

berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ

sasaran seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung (Ardiyansyah, 2019).
15

2.2.5 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu

sebagai berikut (Widyanto dan Triwibowo, 2019).

a. Hipertensi esensial (hipertensi primer)

Sekitar 90-95% penderita hipertensi adalah hipertensi primer. Hipertensi

primer biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada individu pada akhir

30-an dan awal 50-an yang secara bertahap akan menetap. Hipertensi primer

secara pasti belum diketahui penyebabnya. Beberapa penelitian membuktikan

bahwa hipertensi primer dini didahului oleh peningkatan curah jantung, kemudian

menetap dan menyebabkan peningkatan tahanan tepi pembuluh darah total.

Gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebih, rangsang kopi yang

berlebih, rangsang konsumsi tembakau, obat-obatan, dan keturunan berpengaruh

pada proses terjadinya hipertensi primer. Penyakit hipertensi primer lebih banyak

terjadi pada wanita dan pada pria.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan karena gangguan

pembuluh darah atau organ tertentu. Secara sederhananya, hipertensi sekunder

disebabkan karena adanya penyakit lain. Berbeda dengan hipertensi primer,

hipertensi sekunder sudah diketahui penyebabnya seperti dìsebabkan oleh penyakit

ginjal, penyakit endokrin, obat dan lain sebagainya.


16

1. Penyakit parenkim ginjal

Permasalahan pada ginjal yang menyebabkan kerusakan parenkim akan

menyebabkan hipertensi. Kondisi hipertensi yang ditimbulkan akan semakin

memperparah kondisi kerusakan ginjal. Sekitar 80% penderita hipertensi pada

anak-anak disebabkan oleh penyakit ginjal.

2. Hipertensi Renovaskular

Hipertensi renovaskular menyebabkan gangguan dalam vaskularisasi

darah ke ginjal seperti arteroskierosis. Penurunan pasokan ginjal akan

menyebabkan produksi renin pisilateral dan meningkatkan tekanan darah,

sering diatasi secara farmakologis dengan ACE Inhibitor. Hipertensi pada

kehamilan termasuk dalam hipertensi renovaskular ini.

3. Endokrin

Gangguan aldosteronisme primer akan berpengaruh terhadap hipertensi.

Tingginya kadar aldosteron dan rendahnya kadar renin mengakibat kelebihan

natrium dan air sehingga berdampak pada meningkatnya tekanan darah.

4. Obat

Obat-obatan yang dapat menyebabkan hipertensi adalah alat kontrasepsi

KB hormonal seperti pil atau suntik, kortikosteroid dan obat anti depresi

trisiklik. Kebanyakan alat kontrasepsi mengandung kombinasi estrogen dan

progesterone dalam proporsi yang bervariasi dan mungkin bertentangan dengan

system renin-angiotensin yang menjaga keseimbangan regulasi cairan tubuh.


17

2.2.6 Komplikasi

Hipertensi akan menjadi masalah kesehatan yang serius jika tidak terkendali.

Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi yang berbahaya dan berakibat fatal

seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal (Widyanto dan Triwibowo,

2019).

2.2.7 Patofisiologi

Dimulai dengan atheroskierosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah

peripher yang berlanjut dengan kekakuan pernbuluh darah. Kekakuan pembuluh

darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang

menghambat gangguan peredaran darah peripher. Kekakuan dan kelambanan aliran

darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi

dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran

peningkatan tekanan darah dalam system sirkulasi (Wijayaningsih, 2019).

Pengetahuan patofisiologis hipertensi essensial sampai sekarang terus

berkembang, karena belum terdapat jawaban yang memuaskan yang menerangkan

terjadinya peningkatan tekanan darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung

dan tahanan perifer. Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan TD pada

hipertensi essensial yaitu faktor genetik, aktivitas tonus simpatis, faktor

hemodinamik, metabolisme Na dalam ginjal, gangguan mekanisme pompa sodium

Na (sodium pump) dan faktor renin, angiotensis, aldosteron. Patofisiologi disini lebih

mengacu pada penyebabnya (Wijayaningsih, 2019).


18

a. Faktor genetik, dibuktikan dengan banyak dijumpai pada penderita kembar

monozigot apabila salah satunya menderita hipertensi.

b. Peningkatan aktivitas tonus simpatis, pada tahap awal hipertensi curah jantung

meningkat, tahanan perifer normal, pada tahap selanjutnya curah jantung normal,

tahanan perifer meningkat dan terjadilah refleks auto-regulasi yaitu mekanisme

tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal.

c. Pergeseran cairan kapiler antara sirkulasi dan intestinal dikontrol oleh hormon

seperti angiotensin (vasopresin) termasuk system kontrol yang bereaksi cepat,

sedangkan sistem kontrol yang mempertahankan TD jangka panjang diatur oleh

cairan tubuh yang melibatkan ginjal.

d. Pengaruh asupan garam terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung

dan TD, keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam

sehingga kembali ke keadaan hemodinamik yang normal.

e. Sistem renin, angiotensin dan aldosteron. Renin distimulasi oleh saraf simpatis

yang berperan pada proses konversi angiotensin I menjadi angio-tensin II yang

berefek vasokontriksi. Dengan angio tensin II sekresi aldosteron akan meningkat

dan menyebabkan retensi Na dan air.

2.2.8 Penatalaksanaan

Untuk mengobati hipertensi, dapat dilakukan dengan menurunkan kecepatan

denyut jantung, volume sekuncup, atau TPR. Intervensi farmakologis dan

nonfarmakologis dapat membantu individu mengurangi tekanan darahnya (Corwin,

2016).
19

a. Pada sebagian orang, penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah,

kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung sehingga kecepatan denyu

tjantung dan volume sekuncup juga berkurang.

b. Olahraga, terutama bila disertai penurunan berat, menurunkan tekanan darah

dengan menurunkan kecepatan denyut jantung istirahat dan mungkin TPR.

Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya

ateroskierosis akibat hipertensi.

c. Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara

menghambat respons stres saraf simpatis.

d. Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi

karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan

dapat meningkatkan kerja jantung.

e. Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung

dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagian

diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan TPR.

f. Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung atau arteri

dengan menginterfensi influks kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi.

Sebagian penyekat saluran kalsium bersifat lebih spesifik untuk saluran lambat

kalsium otot jantung; sebagian yang lain lebih spesifik untuk saluran kalsium otot

polos vaskular. Dengan demikian, berbagai penyekat kalsium memiliki

kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan kecepatan denyut jantung,

volume sekuncup, dan TPR.


20

g. Penghambat enzim pengubah angiotensin II atau inhibitor ACE berfungsi untuk

menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk

mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Kondisi ini menurunkan tekanan

darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung

dengan menurunkan sekresi aldosteron, yang akhirnya meningkat kan

pengeluaran natrium pada urine kemudian menurunkan volume plasma dan curah

jantung. Inhibitor ACE juga menurunkan tekanan darah dengan efek bradikinin

yang memanjang, yang norinalnya memecah enzim. Inhibitor ACE

dikontraindikasi untuk kehamilan.

h. Antagonis (penyekat) reseptor beta (β-blocker), terutama penyekat selekif,

bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan

curah jantung.

i. Antagonis reseptor alfa (α-blocker) menghambat reseptor alfa di otot polos

vaskular yang secara normal berespons terhadap rangsangan simpatis dengan

vasokonstriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.

j. Vasodilator arteriol langsung dapat digunakan untuk menurunkan TPR.

k. Pada beberapa individu dapat mungkin mendapat manfaat dan diet pembatasan-

natrium.

l. Hipertensi gestasional dan preeklamsi-eklamsi membaik setelah bayi lahir.


21

2.2.9 Pencegahan Hipertensi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang melebihi 140 untuk

tekanan sistolik dan 90 untuk tekanan diastolik. Tekanan sistolik terjadi pada saat

jantung menguncup sementara tekanan diastolik pada saat jantung mengembang.

Penyakit yang oleh awam dikenal dengan istilah darah tinggi ini merupakan faktor

risiko terjadinya stroke dan gangguan jantung. Diet yang dikenal saat ini di negara

maju bagi pasien-pasien hipertensi adalah diet DASH, Dietary Approach to Stop

Hypertension, yang merupakan diet sayuran serta buah yang banyak mengandung

serat pangan (30 gram/hari) dan mineral tertentu (kalium, magnesium serta kalsium)

sementara asupan garamnya dibatasi (Hartono, 2016).

Faktor-faktor non-diet yang dapat memperberat hipertensi seperti kegemukan,

kebiasaan merokok, kurang istirahat, stres yang berlebihan (distress) dan kebiasaan

minum mnuman keras harus diatasi, sementara kebiasaan baru yang dapat

mengendalikan tekanan darah seperti olahraga aerobik yang teratur, relaksasi atau

meditasi, dan pendekatan spiritual sangat dianjurkan. Suplemen yang membantu

menurunkan tekanan darah seperti kalsium, magnesium dan omega-3 diperbolehkan

selama pemberiannya dilakukan dengan dosis dan indikasi yang tepat. Prinsip diet

yang berhubungan dengan pencegahan hipertensi mencakup sebagai berikut dibatasi.

(Hartono, 2016).

a. Upaya mempertahankan berat badan yang ideal/ normal menurut tinggi badan

dengan IMT yang tidak melebihi 22 dari lingkaran perut yang tidak lebih dari 90

cm pada laki-laki serta 80 cm pada wanita.


22

b. Penerapan diet DASH yang kaya serat pangan dan mineral tertentu di samping diet

rendah garam, rendah kolesterol lemak terbatas serta diet kalori seimbang menurut

penyakit penyertanya (hipertensi, dislipidemia serta diabetes melitus).

c. Membatasi asupan garam dapur hingga 3 gram/hari dengan memperhatikan

pemberian mineral seperti kalsium, kalium dan magnesium menurut angka

kecukupan gizi (AKG). Untuk pengurangan konsumsi natrium . Asupan kalsium

per hari menurut AKG: 800 mg/hari untuk laki-laki dan 1000 mg/hari untuk

wanita.

d. Membatasi bahan aditif pangan yang kaya akan natrium (MSG, sodium

bikarbonat, sodium nitrit, sodium benzoat) termasuk makanan 7 S (snack, saus

[saus tomat, kecap asin, taoco], sup yang dikalengkan, salted meat/fish [ham,

bologna, ikan asin], smoked meat/fish [ikan atau daging asap], seasonings

[berbagai bumbu yang kaya akan MSG] dan sauerkiaut [acar dan sayur asin]).

e. Olahraga aerobik secara teratur.

2.3 Aktivitas Fisik

2.3.1 Pengertian

Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap pergerakan jasmani yang dihasilkan

otot skelet yang memerlukan pengeluaran energi. Istilah ini meliputi rentang penuh

dari seluruh pergerakan tubuh manusia mulai dari olahraga yang kompetitif dan

latihan fisik sebagai hobi atau aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebaliknya, inaktivitas fisik bisa didefinisikan sebagai keadaan dimana pergerakan


23

tubuh minimal dan pengeluaran energi mendekati resting metabolic rates (Maryam,

dkk, 2018).

Aktivitas fisik mempengaruhi total energy expenditure, yang mana merupakan

jumlah dari basal metabolic rate (jumlah energi yang dikeluarkan saat istirahat dalam

suhu lingkungan yang normal dan keadaan puasa), thermic effect of food dan energi

yang dikeluarkan saat aktivitas fisik (Miles, 2017).

Aktivitas fisik merupakan perilaku multidimensi yang kompleks. Banyak tipe

aktivitas yang berbeda yang berkontribusi dalam aktivitas fisik keseluruhan; termasuk

aktivitas pekerjaan, rumah tangga (contoh: mengasuh anak, bersih-bersih rumah),

transportasi (contoh: jalan kaki, bersepeda), dan aktivitas waktu senggang (contoh:

menari, berenang). Lathan fisik (physical exercise) adalah subkategori dari aktivitas

waktu senggang dan didefinisikan sebagai aktivitas fisik yang direncanakan,

terstruktur, repetitif, dan bertujuan untuk pengembangan atau pemeliharaan kesehatan

fisik. Energi pada tubuh manusia dimanfaatkan dalam tiga cara; sebagai berikut

(Hardman & Stensel, 2016).

a. Rata-rata metabolik saat istirahat

Pada saat istirahat energi digunakan untuk menjaga temperatur tubuh,

kontraksi otot, dan sirkulasi darah.

b. Fungsi pencernaan dan asimilasi makanan

Sebelumnya dikenal dengan aksi dinamis spesifik. Istilah yang sekarang

ialah termogenesis yang dipengaruhi makanan atau efek termik makanan (thermic

effect of food).
24

c. Aktivitas fisik

Kegiatan yang termasuk dalam aktivitas fisik ialah pekerjaan harian,

aktivitas pada waktu luang, transportasi dari maupun menuju tempat kerja atau

lokasi lain.

2.3.2 Klasifikasi Aktivitas Fisik

Berdasarkan tingkat intensitasnya, aktivitas fisik dibagi menjadi aktivitas fisik

ringan, sedang, dan berat. Aktivitas fisik berat adalah kegiatan yang terus menerus

dilakukan minimal selama 10 menit sampai denyut nadi dan napas meningkat lebih

dari biasanya, contohnya ialah menimba air, mendaki gunung, lari cepat, menebang

pohon, mencangkul, dll. Sedangkan aktivitas fisik sedang apabila melakukan kegiatan

fisik sedang (menyapu, mengepel, dll) minimal lima hari atau lebih dengan durasi

beraktivitas minimal 150 menit dalam satu minggu. Selain kriteria di atas maka

termasuk aktivitas fisik ringan (Maryam, dkk, 2018).

Tabel 2.1
Contoh Klasifikasi Aktivitas Fisik Berdasarkan Intensitasnya
Aktivitas Ringan/ Sedang Aktivitas Berat
Berjalan pada kecepatan sedang atau cepat 4,8- Berjalan dengan kecepatan 8 km/jam atau
7,2 km/jam, sebagai contoh; lebih
• Berjalan ke kelas, kantor, atau toko; Jogging atau berlari
• Berjalan untuk rekreasi; Pendakian gunung, panjat tebing
Berjalan menuruni tangga atau menuruni bukit Bersepatu roda dengan kecepatan tinggi
Bersepatu roda dengan kecepatan sedang Bersepeda dengan kecepatan lebih dari
Bersepeda dengan kecepatan 5 sampai 9 pada 10 mph atau bersepeda pada tanjakan
permukaan datar atau sedikit tanjakan yang curam
Sepeda stasioner menggunakan usaha sedang Sepeda stasioner menggunakan usaha
Kalistenik ringan berat
Yoga Kalistenik berupa push up, pull up.
Karate, judo, tae kwon do, jujitsu
Sumber : Maryam, dkk, 2018
25

Pada umumnya mayoritas laki-laki memiliki tingkat aktivitas fisik yang berat,

sedangkan perempuan mayoritas aktivitas fisiknya adalah tingkat sedang. Hal ini

disebabkan perempuan lebih kurang gerak dibandingkan pria (Maryam, dkk, 2018).

2.3.3 Manfaat Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan faktor penting dalam memelihara kesehatan yang

baik secara keseluruhan. Menjadi aktif secara fisik memiliki manfaat kesehatan yang

signifikan, termasuk mengurangi resiko berbagai penyakit kronik, membantu

mengontrol berat badan dan mengembangkan kesehatan mental. Beberapa bentuk

aktivitas fisik juga bisa membantu memanajemen kondisi jangka panjang, seperti

artritis dan diabetes tipe 2, dengan mereduksi efek dari kondisi tersebut dan

meningkatkan kualitas hidup penderitanya (Healey, 2019).

Aktivitas fisik yang reguler secara konsisten terkait dengan penurunan resiko

mortalitas. Physical Activity Guidelines for Americans mendeskripsikan berbagai tipe

dan jumlah aktivitas fisik yang memberi dampak positif bagi kesehatan. Panduan

pada tahun 2008 merekomendasikan aktivitas aerobik intensitas sedang 150-300

menit atau 75-150 menit intensitas berat dalam seminggu untuk mencapai manfaat

kesehatan yang besar. Selain berpengaruh pada kesehatan fisik, Aktivitas fisik juga

mempengaruhi perkembangan, kesehatan, dan kinerja otak. Beberapa zat kimiawi

tubuh yang meningkat kadarnya oleh aktivitas fisik dan mempengaruhi otak ialah

sebagai berikut (Healey, 2019).

a. IGF-1 (Insulin-like Growth Factor 1), atau nama lainnya somatomedin C adalah

hormon yang similiar bentuk molekulernya dengan insulin. Hormon ini


26

memainkan peran penting pada pertumbuhan masa anak-anak dan mempunyai

efek anabolik saat dewasa. IGF-1 dirangsang oleh GH (Growth Hormon) dan

memerantarai banyak efek yang mendorong pertumbuhan. Sumber utama IGF-1

dalam darah ialah hati, yang mengeluarkan produk peptida ini ke dalam darah

sebagai respons terhadap stimulasi GH. IGF-1 kemudian menstimulasi

pertumbuhan tubuh secara sistemik, dan efek mendukung pertumbuhan pada

hampir semua sel di dalam tubuh, khususnya otot skelet, kartilago, tulang, hati,

ginjal, saraf, kulit, sel hematopoietik, dan paru-paru. Selain itu, IGF-1 adalah

regulator esensial untuk perkembangan otak, pematangan dan kelangsungan hidup

neuron.

b. Leptin (berasal dari bahasa latin yang, leptos, yang artinya “kurus) adalah hormon

yang terbuat dari sel-sel adiposa yang membantu untuk meregulasi keseimbangan

energi dengan menginhibisi rasa lapar. Leptin mempunyai mekanisme kerja yang

berkebalikan dengan ghrelin, “hormon lapar”. Kedua hormon tersebut bekerja

pada reseptor di nucleus arcuata pada hipotalamus untuk meregulasi napsu makan

untuk mencapai homeostasis energi. Reseptor leptin tidak hanya diekspresikan

pada hipotalamus namun juga di regio otak yang lain, seperti hipokampus dan

korteks prefrontal. Defisiensi leptin telah terbukti mengubah protein dan fungsi

neuronal pada tikus dengan obesitas.

c. Dopamin adalah zat kimia organik dari katekolamin dan keluarga dari

fenetilamin yang memainkan berbagai peran penting pada otak dan tubuh. Pada

otak, dopamin berfungsi sebagai neurotransmiter. Otak memiliki beberapa jalur


27

dopamin yang terpisah, satu yang paling banyak memiliki peran penting ialah

dalam reward-motivated behaviour. Di dalam otak, dopamin mempengaruhi

fungsi eksekutif, kontrol motorik, motivasi, dan kesadaran.

2.3.4 Aktivitas Fisik Sehari-hari untuk Usia Dewasa

Menurut WHO (2010) dalam Ismayantri (2019), jenis aktivitas fisik sehari-hari

untuk usia dewasa dibagi menjadi 5 antara lain :

a. Aktivitas bekerja

Aktivitas bekerja sesuatu aktivitas yang dilakukan manusia untuk tujuan

tertentu yang dilakukan dengan cara baik dan benar.

b. Transportasi

Transportasi merupkan perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke

tempat lain dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia

atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

melakukan aktivitas sehari-hari.

c. Aktivitas pekerjaan rumah

Pekerjaan yang tidak menghasilkan imbalan atau jasa, aktivitas pekerjaan

rumah dapat dilakukan bertujuan agar rumah dan sekitar rumah terlihat bersih dan

rapi, misalnya mencuci pakaian, mengepel lantai, menyiram tanaman, dll.

d. Olahraga

Olahraga adalah suatu kegiatan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh

kita.Sebelum berolahraga dianjurkan untuk melakukan pemansan supaya terhindar

dari cidera, misalnya jalan pagi, bersepeda, berenang, senam dan lain-lain.
28

e. Rekreasi

Rekreasi adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan seseorang ketika memiliki

waktu luang untuk menyegarkan fikiran dan badan, atau sebagai hiburan setelah

menjalani rutinitas yang membosankan.

2.3.5 Pengukuran Aktivitas Fisik

Menurut Harley (2019), empat dimensi dari aktivitas fisik meliputi

a. Mode atau tipe, merupakan aktivitas fisik spesifik yang dilakukan (contoh:

berjalan, berkebun, bersepeda).

b. Frekuensi, merupakan jumlah sesi per hari atau per minggu. Dalam konteks

Durasi, merupakan lamanya aktivitas (menit atau jam) selama jangka waktu

tertentu

c. Intensitas, merupakan tingkat pengeluaran energi yang merupakan indikator dari

kebutuhan metabolik dari sebuah aktivitas (Hasil aktivitas fisik dalam peningkatan

pengeluaran energi di atas tingkat istirahat, dan tingkat pengeluaran energi

berhubungan langsung dengan intensitas aktivitas fisik.

d. Dopamin adalah zat kimia organik dari katekolamin dan keluarga dari

fenetilamin yang memainkan berbagai peran penting pada otak dan tubuh. Pada

otak, dopamin berfungsi sebagai neurotransmiter. Otak memiliki beberapa jalur

dopamin yang terpisah, satu yang paling banyak memiliki peran penting ialah

dalam reward-motivated behaviour. Di dalam otak, dopamin mempengaruhi

fungsi eksekutif, kontrol motorik, motivasi, dan kesadaran


29

Aktivitas fisik secara umum dikuantifikasi dengan menentukan pengeluaran

energi dalam kilokalori atau dengan menggunakan metabolic equivalent (MET) dari

sebuah aktivitas. Satu MET merepresentisakan pengeluaran energi istirahat selama

duduk tenang dan umumnya diinterpretasikan sebagai 3,5 mL O2/kg/menit atau =

250 mL/menit konsumsi oksigen. Yang merepresentasikan nilai rata-rata untuk orang

standar dengan berat 70 kg. MET dapat dikonversikan menjadi kilokalori, yaitu 1

MET= 1 kcal/kg/jam. Konsumsi oksigen meningkat seiring intensitas aktivitas fisik.

Maka dari itu, kuantifikasi sederhana dari intensitas aktivitas fisik menggunakan cara

mengalikan pengeluaran energi istirahat. Sebagai contoh, melakukan aktivitas yang

membutuhkan konsumsi oksigen sebanyak 10,5 mL O2/kg/menit setara dengan 3

MET yaitu, 3 kali dari tingkat istirahat. Salah satu kuesioner untuk pengukuran

aktivitas fisik ialah IPAQ (International Physical Activity Questionnare) yang

memiliki dua versi, panjang dan pendek. Berdasarkan Guidelines for Data Processing

and Analysis of the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) – short &

long form (2016), karakteristik dari IPAQ ialah sebagai berikut (Strath et al, 2018).

a. IPAQ mengukur aktivitas fisik yang dilakukan di seluruh domain lengkap meliputi

1. Aktivitas fisik di waktu luang

2. Aktivitas domestik dan berkebun

3. Aktivitas fisik terkait kerja

4. Aktivitas fisik terkait transportasi


30

b. IPAQ menanyakan tentang tiga tipe spesifik aktivitas yang dilakukan di empat

domain di atas. Tipe aktivitas spesifik yang dinilai adalah berjalan, aktivitas

intensitas sedang, dan aktivitas intensitas berat.

c. Item-item dalam IPAQ versi pendek telah terstruktur untuk menyediakan skor

terpisah pada aktivitas berjalan, aktivitas intensitas sedang, dan aktivitas intensitas

berat. Komputasi dari total skor memerlukan penjumlahan dari durasi (dalam

menit) dan frekuensi (dalam hari) dari kegiatan tersebut.

IPAQ telah teruji validitas dan reabilitasnya tinggi di 12 negara sebagai

instrumen pengukuran aktivitas fisik untuk usia 15-69 tahun. IPAQ menilai keaktifan

fisik seseorang dalam empat domain, yaitu aktivitas fisik di waktu luang, aktivitas

domestik dan berkebun, aktivitas fisik terkait kerja, aktivitas fisik terkait transportasi.

Dalam setiap domain dibagi menjadi tiga intensitas, antara lain sebagai berikut

(Strath et al, 2018).

a. Berjalan kaki baik di rumah ataupun tempat kerja, atau aktivitas fisik intensitas

ringan, ialah aktivitas yang membutuhkan tenaga fisik yang ringan dan tidak

menyebabkan perubahan kecepatan pernapasan yang signifikan.

b. Aktivitas fisik intensitas sedang, ialah aktivitas yang memerlukan tenaga fisik

yang sedang dan membuat seseorang bernapas sedikit lebih cepat dari biasanya.

Contohnya antara lain mengangkat beban ringan dan bersepeda dalam kecepatan

reguler.
31

c. Aktivitas fisik intensitas tinggi, ialah aktivitas yang memerlukan tenaga fisik yang

berat dan membuat seseorang bernapas lebih cepat dari biasanya. Contohnya

antara lain mengangkat beban berat, aerobik, bersepeda cepat.

Data dari kuesioner IPAQ dipresentasikan dalam menit-MET (Metabolic

Equivalent of Task) per minggu. Kuantifikasi MET-menit/minggu mengikuti rumus

berikut.

a. MET-menit/minggu untuk berjalan = 3,3 x durasi berjalan dalam menit x durasi

berjalan dalam hari.

b. MET-menit/minggu untuk aktivitas sedang = 4,0 x durasi aktivitas sedang dalam

menit x durasi aktivitas sedang dalam hari.

c. MET-menit/minggu untuk aktivitas berat = 8,0 x durasi aktivitas berat dalam

menit x durasi aktivitas berat dalam hari.

d. MET-menit/minggu total aktivitas fisik = Penjumlahan MET-menit/minggu dari

aktivitas berjalan + aktivitas sedang + aktivitas berat.

Pengkategorian dari MET-menit/minggu total ialah sebagai berikut,

a. Kategori 1 (rendah), kriteria yang tidak termasuk dalam kategori 2 dan 3

b. Kategori 2 (sedang), yaitu apabila ada kriteria sebagai berikut;

1. aktivitas sedang sekurang-kurangnya 3 hari selama 20 menit, atau

2. 5 hari atau lebih aktivitas sedang dan/ atau jalan sekurang-kurangnya 30 menit,

atau

3. 5 hari atau lebih kombinasi semua intensitas aktivitas fisik dengan sekurang-

kurangnya 600 MET-menit/minggu


32

c. Kategori 3 (tinggi), yaitu apabila ada kriteria sebagai berikut;

1. Aktivitas berat sekurang-kurang 3 hari dengan 1500 MET-menit/minggu,

ATAU

2. 7 hari atau lebih kombinasi dari semua intensitas aktivitas fisik dengan 3000

MET-menit/minggu.

2.4 Penelitian Terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hasanudin, dkk (2019), tentang

hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada masyarakat penderita hipertensi

di Wilayah Tlogosuryo Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang,

didapatkan hasil aktivitas fisiksebagian besar responden dikategorikan kadang-

kadang yaitu sebanyak 31 orang (60,78%), dantekanan darah hampir seluruhnya

responden dikategorikan stadium 1 yaitu sebanyak 41 orang (81,39%), selanjutnya

data dianalisis menggunakan uji speraman rankdan didapatkan nilai Sig.= 0,005(α

≤0,05).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maskanah, dkk (2020), tentang

hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di Rumah

Sakit Muhammadiyah Palembang, didapatkan hasil terdapat hubungan aktivitas fisik

dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di poliklinik penyakit dalam Rumah

Sakit Muhammadiyah Palembang ini ditunjukan dari hasil uji fisher exact yaitu:

hubungan aktivitas fisik dengan sistol p value : 0,003, aktivitas fisik dengan diastol p

value : 0,013.
33

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marasinta (2016), tentang

pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa awal (18-

40 tahun) di Wilayah Puskesmas Bromo Medan, didapatkan hasil penelitian

menunjukkan terdapat pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi pada laki-

laki dewasa awal (18-40 tahun) dengan nilai p= 0,010 OR= 3,095 (95%CI: 1,292-

7,417). Disimpulkan bahwa laki laki dewasa awal (18-40 tahun) yang beraktivitas

fisik ringan memiliki perkiraan risiko 3 kali akan terkena hipertensi dibandingkan

dengan yang beraktivitas fisik sedang dan berat.

2.5 Kerangka Teori

Skema 2.1
Kerangka Teori

Perubahan pada Lansia


- Sel
- Kardiovaskular
- Respirasi
- Persarafan
- Muskuloskeletal Tekanan Darah :
- Gastromtestinal - Optimal Non
- Genitourinaria - Normal Farmakologi
- Vesika urinaria - Prehipertensi
- Vagina - Hipertensi Stage I
- Pendengaran - Hipertensi Stage II Aktivitas Fisik
- Penglihatan
- Endokrin
Sumber : Maryam, dkk, 2018
- Kulit Aktivitas Fisik
- Belajar dari memori Sehari-hari
- Inteligensi
- Personality dan
adjustment (pengaturan) Olahraga:
- Pencapaian - Berjalan kaki
(Achievement) - Jogging
- Bersepeda
- Berenang
Sumber : Maryam, dkk, 2018
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif survey analitik dengan

pendekatan desain cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika

korelasi antara hubungan dengan efek dengan cara pendekatan observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat artinya tiap subjek penelitian hanya

diobservasi sekali saja dan pengukuran dillakukan terhadap status karakter atau

variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2018).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas 23 Ilir Palembang pada Tanggal 06

April-23 Juni Tahun 2022.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpusannya. Jadi populasi bukan hanya orang,

tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar

jumlah yang ada pada objek/ subjek yang dipelajari, akan tetapi meliputi seluruh

34
35

karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh objek/ subjek itu (Setiadi, 2016). Populasi

dalam penelitian ini adalah semua masyarakat penderita hipertensi di Puskesmas 23

Ilir Palembang Tahun 2022, yang berjumlah 195 kasus.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain, sampel adalah elemen-elemen

populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya (Setiadi, 2016).

Pengambilan sampel di dalam penelitian ini adalah masyarakat penderita hipertensi di

Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022. Teknik sampling yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel (Setiadi, 2016). Untuk menentukan besar sampel yang

diambil pada saat penelitian dilaksanakan, dihitung menggunakan untuk populasi

kecil atau lebih kecil dari 10.000 dengan rumus (Setiadi, 2016).
36

Keterangan :

N : Besar Populasi

n : Besar Sampel

d : Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,1²)

Adapun kriteria sampel dalam penelitan ini sebagai berikut.

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria subyek penelitian mewakili sampel penelitian

yang memenuhi syarat sebagai sampel. Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Berusia ≥30 tahun.

2. Bisa membaca dan menulis.

b. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan subyek penelitian yang memenuhi

kriteria inklusi namun karena berbagai sebab. Dalam penelitian ini kriteria ekslusi

adalah sebagai berikut :

1. Penderita hipertensi mengalami komplikasi yang menyebabkan proses

penelitian terganggu.

2. Responden tidak ada ditempat selama penelitian.


37

3. Menderita gangguan jiwa.

4. Hipertensi gravidarum.

3.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar

variabel (Nursalam, 2018). Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Skema 3.1
Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Aktivitas Fisik Tekanan Darah

3.5 Definisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati/

diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau “definisi

operasional”. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada

pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta

pengembangan instrument (alat ukur) (Notoatmodjo, 2018). Adapun definisi

operasional dari penelitian adalah sebagai berikut.


38

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Definisi Alat Skala


Variabel Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
Aktivitas Aktivitas fisik Wawancara Kuesioner 1.Aktivitas fisik Ordinal
Fisik sehari-hari ringan, jika skor
meliputi < mean/median
berjalan, berlari, 2.Aktivitas Fisik
olahraga, dan Berat, jika skor
lain-lain yang ≤ mean/median
dilakukan
responden
sebelum
penelitian.
Tekanan Suatu keadaan Wawancara Kuesioner 1. Normal Ordinal
Darah yang (<140/90
menunjukkan mmHg)
jika tekanan 2. Hipertensi
darah sistolik (≥140/90
dan diastolik mmHg)
yang diukur (Brashers, 2018)
dengan
menggunakan
tensi meter

3.6 Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan data primer. Data primer

yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi : aktivitas fisik dan tekanan darah pada

masyarakat penderita hipertensi yang di peroleh melalui wawancara lansung dengan

responden dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada responden.


39

3.7 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh data

atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan

rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang di perlukan. Ada beberapa

kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan data dibagi menjadi 5 tahap,

yaitu (Setiadi, 2016).

1. Editing (Memeriksa)

Editing dalam penelitian ini adalah memeriksa kuesioner yang telah

diserahkan oleh peneliti pada responden.

2. Coding (Memberi Tanda Kode)

Adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dan para responden ke dalam

bentuk angka/ bilangan.

3. Skoring (Pemrosesan Data)

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati

pengkodean, maka Iangkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang

sudah di-entry dapat dianailisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-

entry data dan kuesioner ke paket program komputer. Ada bermacam-macam

paket program yang dapat digunakan untuk pemrosesan data dengan masing-

masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu paket program yang

sudah umum digunakan untuk entry data adaah paket program SPSS for Window.
40

4. Cleaning (Pembersihan Data)

Pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah benar atau belum.

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah di-enty apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan

terjadi pada saat kita meng-entry data ke computer.

5. Mengeluarkan informasi

Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan.

3.8 Teknik Analisa Data

Analisa data dilakukan dalam dua tahap yaitu :

3.8.1 Analisa Univariat

Analisis Univariat adalah cara analisis dengan mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada umumnya analisis ini

hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variable (Notoatmodjo, 2018).

Analisa yang dilakukan dengan melihat distribusi frekuensi dari masing-masing

kategori variable (umur, jenis kelamin, pendidikan, aktivitas fisik dan tekanan darah).

3.8.2 Analisa Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Square yang

merupakan uji parametrik (distribusi data normal) yang digunakan untuk mencari

hubungan dua variabel atau lebih bila datanya berbentuk skala kategorik.
41

3.9 Etika Penelitian

Dalam penelitian peneliti mengajukan permohonan ijin kepada Puskesmas 23

Ilir Palembang sebagai tempat penelitian melalui rekomendasi dari institusi

pendidikan. Selanjutnya lembar persetujuan disampaikan kepada responden dengan

menekankan pada etika yang meliputi:

1. Informed Consent

Subjek yang akan diteliti sebelumnya diberitahu tentang maksud, tujuan,

manfaat dan dampak dari tindakan yang dilakukan.

2. Anonymity

Anonymity merupakan etika penelitian dimana peneliti tidak mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur, tetapi hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang dikumpulkan dari subyek dijamin oleh peneliti,

seluruh informasi akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan hanya

kelompok tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas 23 Ilir Palembang

4.1.1 Wilayah

Puskesmas 23 Ilir Palembang merupakan salah satu Puskesmas yang terletak di

Kecamatan Bukit Kecil yang terletak di Jalan Datuk M. Akib No. 100. Didirikan pada

tahun 1984 (Proyek Inpres) dan sudah di renovasi pada tahun 2006 dan Pada tahun

2017 Puskesmas 23 Ilir Palembang mengalami renovasi kembali. Secara Geografis

Puskesmas 23 Ilir Palembang memiliki luas wilayah 6.043 KM dengan Batasan

Wilayah Yaitu :

a. Utara : Kelurahan 20 Ilir

b. Selatan : Kelurahan 22 Ilir

c. Timur : Kelurahan 18 Ilir

d. Barat : Kelurahan 26 Ilir

Saat ini Puskesmas 23 Ilir Palembang mempunyai 2 (dua) wilayah kerja yang

terdiri dari Kelurahan 23 Ilir dan Kelurahan 24 Ilir. Sebagian besar penduduk

bermukim di Rumah susun yaitu 8 Blok wilayah 23 Ilir dan 44 Blok wilayah 24 Ilir.

Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas 23 Ilir Palembang Palembang

berdasarkan data BPS Kota Palembang adalah 16.720 jiwa terdiri dari penduduk laki-

laki 8.327 jiwa dan penduduk perempuan 8.393 Jiwa.

42
43

4.1.2 Geografi

Wilayah kerja Puskesmas 23 Ilir Palembang terdiri dari Pemukiman Rumah

susun padat penduduk dan dataran rendah, serta sebagian wilayah penduduk ada yang

berada di pinggiran sungai (Parit Besar).

4.1.3 Transportasi

Puskesmas 23 Ilir Palembang terletak sangat strategis yaitu berada di tepi jalan,

untuk mencapai Puskesmas 23 Ilir Palembang relatif lebih mudah karena dilalui oleh

kendaraan umum dan juga dengan berjalan kaki, sehingga transportasi lancar karena

letaknya berada ditengah kota.

4.1.4 Sumber Daya

Sumber daya yang di miliki Puskesmas 23 Ilir Palembang Palembang meliputi

Sumber daya Manusia dan Daftar Fasilitas Kesehatan.

a. Sumber Daya Manusia

Data Sumber daya Manusia yang dimiliki Puskesmas 23 Ilir Palembang saat

ini berjumlah 42 Orang.

b. Sarana dan Prasarana

1. Anggaran / Dana :

a) Dana JKN

b) Dana Rutin dan APBD

c) Dana APBN

2. Peralatan
44

4.1.5 Fasilitas Pelayanan Kesehatan

a. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA/KB)

1. Ibu hamil (Bumil), Ibu Bersalin (Bulin), Ibu nifas (Bufas), Ibu menyusui Busui)

2. KB melayani IUD, Implant, Pil, Suntikan dan Kondom.

b. Pelayanan Pengobatan

1. Pengobatan umun

2. Pengobatan gigi

3. Rujukan

c. Penyuluhan Kesehatan

1. Penyuluhan di Puskesmas

2. Penyuluhan di Posyandu

3. Penyuluhan di SD / SLTP

4. Penyuluhan di Kelurahan

d. Pelayanan Laboratorium

1. Pemeriksaan HB

2. Pemeriksaan Trombosit

3. Tes kehamilan

4. Pemeriksaan Protein urine

5. Pemeriksaan Golongan darah

6. Pemeriksaan Dahak BTA


45

e. Gilingan Emas

1. Gizi

a) Pemberian Vit. A dan garam beryodium

b) Uji klinik garam beryodium

c) Konsultasi balita BGM dan Obesitas

2. Pelayanan Imunisasi (Setiap hari kamis)

a) BCG

b) Polio

c) DPT,HB,HIB ( Pentavalent)

d) Hepatitis B

e) Campak

f) TT calon pengantin & TT Bumil

g) Anti Tetanus Serum

3. Pelayanan Sanitasi

a) Memberikan konsultasi / penyuluhan penyakit akibat faktor lingkungan

b) Memberikan konsultasi tentang rumah sehat, jamban, sarana air bersih,

pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

4.1.6 Visi, Misi dan Motto

Visi, Misi dan Motto Puskesmas 23 Ilir Palembang sebagai berikut :

a. Visi

Tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal di Wilayah Kerja

Puskesmas 23 Ilir Palembang Ilir Palembang.


46

b. Misi

1. Meningkatkan kemitraan pada semua pihak

2. Meningkatkan profesionalisme seluruh petugas Puskesmas

3. Pengadaan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu prima

4. Memasyarakatkan Paradigma Sehat dan memberdayakan

5. Masyarakat/Keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada

c. Motto

Melayani dengan Ikhlas

4.2 Hasil Penelitian

4.2.2 Analisa Univariat

Analisis univariat yang dibuat berdasarkan distribusi statistik deskriptif dengan

sampel terdiri dari masyarakat penderita hipertensi di Puskesmas 23 Ilir Palembang

Tahun 2022, yang berjumlah 66 orang. Analisis ini dilakukan terhadap variabel

aktivitas fisik dan tekanan darah pada masyarakat penderita hipertensi.

4.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur, jenis

kelamin dan pendidikan terlihat dalam tabel berikut ini.


47

Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan Pendidikan di
Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)


1. Usia
41-50 tahun 2 3,0
51-60 tahun 37 56,1
61-70 tahun 19 28,8
71-80 tahun 8 12,1
2. Jenis Kelamin
Laki-laki 27 40,9
Perempuan 39 59,1
3. Pendidikan
SD 3 4,5
SMP 12 18,2
SMA 43 65,2
Perguruan Tinggi 8 12,1
Total 66 100

Tabel 4.1 diatas diketahui bahwa distribusi karakteristik responden, didapatkan

sebagian besar responden memiliki usia 51-60 tahun sebanyak 56,1%, sebagian besar

responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 59,1% dan sebagian besar

responden berpendidikan SMA sebanyak 62,2%.

4.2.1.1 Aktivitas Fisik

Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi responden menurut

aktivitas fisik setelah dikategorikan terlihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik di
Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022
No Aktivitas Fisik Jumlah Persentase (%)
1. Ringan 49 74,2
2. Berat 17 25,8
Total 66 100
Sumber : Data Primer, 2022
48

Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa dari 66 responden, yang memiliki

aktivitas fisik ringan sebanyak 49 orang (74,2%), lebih banyak jika dibandingkan

dengan responden yang memiliki aktivitas fisik berat yaitu sebanyak 17 orang

(25,8%).

4.2.1.2 Tekanan Darah

Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi responden menurut tekanan

darah setelah dikategorikan terlihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tekanan Darah di
Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022

No Tekanan Darah Jumlah Persentase (%)


1. Normal 40 60,6
2. Hipertensi 26 39,4
Total 66 100
Sumber : Data Primer, 2022

Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa dari 66 responden, yang memiliki

tekanan darah normal sebanyak 40 orang (60,6%), lebih banyak jika dibandingkan

dengan responden yang memiliki tekanan darah hipertensi yaitu sebanyak 26 orang

(39,4%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan dengan tabulasi silang (crosstab) dan uji chi-square

untuk menemukan bentuk hubungan statistik antara variabel independen (aktivitas

fisik) dengan variabel dependen (tekanan darah pada masyarakat penderita

hipertensi). Hasil analisis bivariat menemukan hubungan antara masing-masing

variabel independen dan variabel dependen. Tabel berikut ini menjelaskan hasil
49

analisa hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada masyarakat penderita

hipertensi di Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022.

Tabel 4.3
Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Masyarakat Penderita
Hipertensi di Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022

Tekanan Darah
Aktivitas Jumlah
No Normal Hipertensi ρ value OR
Fisik
n % n % n %
1. Ringan 34 69,4 15 30,6 49 100
2. Berat 6 35,3 11 64,7 17 100 0,028 4,156
Jumlah 40 60,6 26 39,4 66 100
Sumber : Data Primer, 2022

Pada tabel 4.3 didapatkan responden yang memiliki aktivitas fisik ringan dan

memiliki tekanan darah normal sebanyak 34 orang (69,4%), lebih banyak jika

dibandingkan dengan responden yang memiliki aktivitas fisik berat dan memiliki

tekanan darah normal yaitu sebanyak 6 orang (35,3%). Hasil uji statistik chi-square

didapatkan ρ value = 0,028, yang jika dibandingkan dengan nilai α = 0,05, maka ρ

value ≤ 0,05. Ini berarti ada hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada

masyarakat penderita hipertensi di Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022.

Didapatkan nilai OR (odd ratio) sebesar 4,156, yang berarti responden yang memiliki

aktivitas fisik ringan mempunyai peluang 4,156 kali untuk memiliki tekanan darah

normal dibandingkan dengan responden yang memiliki aktivitas fisik berat.


50

4.3 Pembahasan

4.3.1 Aktivitas Fisik

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan responden yang memiliki

aktivitas fisik ringan sebanyak 49 orang (74,2%), lebih banyak jika dibandingkan

dengan responden yang memiliki aktivitas fisik berat yaitu sebanyak 17 orang

(25,8%).

Menurut Maryam, dkk (2018), aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap

pergerakan jasmani yang dihasilkan otot skelet yang memerlukan pengeluaran energi.

Istilah ini meliputi rentang penuh dari seluruh pergerakan tubuh manusia mulai dari

olahraga yang kompetitif dan latihan fisik sebagai hobi atau aktivitas yang dilakukan

dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, inaktivitas fisik bisa didefinisikan sebagai

keadaan dimana pergerakan tubuh minimal dan pengeluaran energi mendekati resting

metabolic rates.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Maskanah, dkk (2020), tentang hubungan

aktivitas fisik dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di Rumah Sakit

Muhammadiyah Palembang, didapatkan hasil aktivitas fisik yang dilakukan penderita

hipertensi di poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang

sebagian besar adalah aktivitas fisik sedang yaitu sebanyak 45 responden (67,2%).

Berdasarkan hasil penelitian serta teori yang ada maka peneliti berasumsi

bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah melalui mekanisme penurunan

tahanan perifer. Penurunan tahanan perifer terjadi karena adanya perubahan pada

aktivitas sistem saraf simpatis dan respon vaskular setelah beraktivitas fisik. Pertama,
51

secara neurohumoral penurunan tekanan darah terjadi akibat adanya penurunan

aktivitas sistem saraf simpatis pada pembuluh darah perifer.

4.3.2 Tekanan Darah

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan responden yang memiliki

tekanan darah normal sebanyak 40 orang (60,6%), lebih banyak jika dibandingkan

dengan responden yang memiliki tekanan darah hipertensi yaitu sebanyak 26 orang

(39,4%).

Menurut Swartz (2016), tekanan darah uteri adalah tekanan lateral yang

disebabkan oleh kolom darah pada dinding pembuluh darah. Ia merupakan hasil

curah jantung dan tahanan pembuluh darah tepi. Tekanan darah tergantung pada

volume darah yang diejeksikan, kecepatannya, distensibilitas dinding artri, viskositas

darah dan tekanan di dalam pembuluh setelah ejeksi terakhir.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Maskanah dkk (2020), tentang hubungan

aktivitas fisik dengan tekanan darah pada penderita hipertensi di Rumah Sakit

Muhammadiyah Palembang, didapatkan hasil tekanan darah sistol sebagian besar

adalah hipertensi stage 1 yaitu 32 responden (47,8%), sedangkan tekanan darah

diastol sebagian besar adalah prehipertensi yaitu 32 responden (47,8%).

Berdasarkan hasil penelitian serta teori yang ada maka peneliti berasumsi

bahwa distribusi penderita hipertensi responden menunjukkan sebagian besar adalah

kategori hipertensi stage I, lansia di tas 60 tahun akan mengalami kenaikan tekanan

darah sistolik dan diastolik seiring bertambahnya usia. Pernyataan sejalan dengan
52

temuan peneliti, sebagian besar responden dalam penelitian ini berusia diatas 55

tahun.

4.3.3 Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Masyarakat

Penderita Hipertensi

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan responden yang memiliki

aktivitas fisik ringan dan memiliki tekanan darah normal sebanyak 34 orang (69,4%),

lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang memiliki aktivitas fisik berat

dan memiliki tekanan darah normal yaitu sebanyak 6 orang (35,3%). Hasil uji

statistik chi square didapatkan ρ value = 0,028, yang jika dibandingkan dengan nilai

α = 0,05, maka ρ value ≤ 0,05, sehingga Hipotesis Nol (Ho) ditolak, Hipotesis

Alternatif (Ha) diterima. Ini berarti ada hubungan aktivitas fisik dengan tekanan

darah pada masyarakat penderita hipertensi di Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun

2022. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan hubungan aktivitas fisik dengan

tekanan darah pada masyarakat penderita hipertensi terbukti secara statistik.

Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kokkinos.,et al (2019) yang

menyatakan bahwa, hipertensi sangat dipengaruhi oleh banyak factor, salah satu

faktor yang mempengaruhi terhadap kejadian hipertensi yaitu aktivitas fisik. Orang

yang kurang melakukan aktivitas olahraga, pengontrolan nafsu makannya sangat labil

sehingga mengakibatkan konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan nafsu

makan bertambah yang akhirnya berat badannya naik dan dapat menyebabkan

kegemukan. Jika berat badan seseorang bertambah, maka volume darah akan

bertambah pula, sehingga beban jantung dalam memompa darah juga bertambah.
53

Beban semakin besar, semakin beratkerja jantung dalam memompa darah ke seluruh

tubuh sehingga tekanan perifer dan curah jantung dapat meningkat kemudian

menimbulkan hipertensi. Aktivitas fisik yang baik dan rutin akan melatih otot jantung

dan tahanan perifer yang dapat mencegah peningkatan tekanan darah. Olahraga yang

teratur dapat merangsang pelepasan hormone endorphin yang menimbulkan efek

euphoria danrelaksasi otot sehingga tekanan darah tidak meningkat.

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh

Mutiarawati (2019), yang berjudul hubungan antara riwayat aktivitas fisik dengan

kejadian hipertensi pada usia 45-54 tahun studi di wilayah kelurahan Tlogosari Kulon

Semarang tahun 2019, ditemukan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara

aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Sehingga hendaknya semakin

meningkatkan aktivitas fisik dalam sehari-hari, salah satunya dengan lebih banyak

berjalan kaki demi menjaga kondisi kesehatan. Penelitian lain yang dilakukan

Khomarun, et al,(2019) dalam jurnal mereka yang berjudul pengaruh aktivitas fisik

jalan pagi terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi stadium I

di Posyandu Lansia Desa Makam Haji, didapatkan hasil bahwa terdapat perubahan

yang signifikan dalam perubahan penurunan tekanan darah sistolik pada responden

setelah dilakukannya intervensi sebanyak 40 kali dalam waktu 8 minggu.

Berdasarkan hasil penelitian serta teori yang ada maka peneliti berasumsi

bahwa orang yang tidak aktif beraktivitas fisik cenderung mempunyai frekuensi

denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras

pada setiap kontraksi. Makin keras otot jantung harus memompa, makin besar
54

tekanan yang dibebankan pada arteri sehingga tahanan perifer yang meningkat

menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Kurangnya aktivitas fisik juga dapat

meningkatkan resiko kelebihan berat badan yang akan menyebabkan resiko hipertensi

meningkat.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Distribusi responden sebagian besar memiliki usia 51-60 tahun sebanyak 56,1%,

sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 59,1% dan

sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 62,2%.

2. Distribusi responden sebagian besar memiliki aktivitas fisik ringan sebanyak 49

orang (74,2%).

3. Distribusi responden sebagian besar memiliki tekanan darah normal sebanyak 40

orang (60,6%).

4. Ada hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada masyarakat penderita

hipertensi di Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2022 (ρ=0,028).

5.2 Saran

Melihat hasil kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang perlu diperhatikan

dan ditindaklanjuti, sebagai berikut :

5.2.1 Untuk Puskesmas 23 Ilir Palembang

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan

tekanan darah. Oleh karena itu disarankan bagi puskesmas untuk mengadakan

kegiatan rutin setiap minggunya sebagai upaya pengendalian tekanan darah pada

55
56

penderita hipertensi melalui aktivitas fisik minimal 30 menit/hari, mengurangi

konsumsi makanan yang tinggi kadar natriumnya, dan tidak merokok.

5.2.2 Untuk Institusi Pendidikan

Diharapkan agar lebih memperhatikan dan memperbanyak materi tentang

keperawatan medikal bedah, khususnya tentang hipertensi dalam institusi pendidikan

kesehatan.

5.2.3 Untuk Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini merupakan penelitian observasional, bagi penelitian selanjutnya

disarankan untuk melakukan penelitian uji klinis tentang regimen aktivitas fisik.

Selain itu penelitian ini hanya menunjukkan hubungan antara 2 variabel aktivitas fisik

dan derajat hipertensi, untuk selanjutnya bisa ditingkatkan untuk melakukan analisa

hubungan faktor demografis dan sosioekonomi.


DAFTAR PUSTAKA

Anies, 2020. Waspada Ancaman Penyatit Tidak Menular. Jakarta. Elex Media
Komputindo

Ardiansyah, 2019. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta. Diva Press

Baradero, dkk, 2016. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler.


Jakarta. EGC

Brashers, 2018. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan Manajemen Edisi 2.


Jakarta. EGC

Corwin, 2016. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta. EGC

Dinkes Sumsel, 2020. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2019

Gunawan, 2018. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta. Kanisius

Hardman & Stensel, 2016. Physical Activity And Helath : The Evidence Explained.
London: Routledge.

Hartono, 2016. Hipertensi: The Sillent Killer. Artikel Penelitian dalam Rangka hari
Hipertensi Sedunia. Jakarta. Perhimpunan Hipertensi Indonesia.

Kemenkes RI, 2020. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta. Kemenkes RI

Khomarun, et al, 2018. Pengaruh Aktivitas Fisik Jalan Pagi Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Stadium I di Posyandu Lansia
Desa Makam Haji. Jurnal. Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan
Surakarta Jurusan Okupasi Terapi

Kokkinos.,et al, 2019. Biokimia Metabolisme dan Bioenergitika. Yogyakarta. PT.


Graha Ilmu.

Kowalski, 2017. Terapi Hipertensi Program 8 Minggu. Jakarta. Mizan Pustaka.

Maryam, dkk, 2018. Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta. Salemba
Medika.

Miles, 2017. Physical activity and health. Nutrition Bulletin. 32. Hlm. 314-363.

57
Mutiarawati, 2019. Hubungan antara riwayat aktivitas fisik dengan kejadian
hipertensi pada usia 45-54 tahun studi di wilayah kelurahan tlogosari Kulon
Semarang. Jurnal. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Muttaqin, 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta. Salemba Medika

NANDA, 2019. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan


Nanda Jilid 1. Jakarta. Media Action

Notoatmodjo, 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta. Rineka


Cipta

Setiadi, 2016. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Yogyakarta.
Graha Ilmu

Swartz, 2016. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta. Elex Media
Komputindo

Widyanto dan Triwibowo, 2019. Trend Desease Trend Penyakit Saat Ini.
Yogyakarta. Trans Info Media

Wijayaningsih, 2019. Standar Asuhan Keperawatan. Yogyakarta. Trans Info Media

Yahya, 2014. Menaklukan Pembunuh No. 1. Bandung. Mizan Pustaka

58
LAMPIRAN

59
HASIL TABULASI DATA

Frequencies
Statistics
AKtivitasFisik TekananDarah
N Valid 66 66
Missing 0 0

Frequency Table
AKtivitasFisik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringan 49 74.2 74.2 74.2
Berat 17 25.8 25.8 100.0
Total 66 100.0 100.0

TekananDarah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal 40 60.6 60.6 60.6
Hipertensi 26 39.4 39.4 100.0
Total 66 100.0 100.0

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
AKtivitasFisik * 66 100.0% 0 .0% 66 100.0%
TekananDarah

AKtivitasFisik * TekananDarah Crosstabulation


TekananDarah
Normal Hipertensi Total
AKtivitasFisik Ringan Count 34 15 49
% within AKtivitasFisik 69.4% 30.6% 100.0%
% within TekananDarah 85.0% 57.7% 74.2%
% of Total 51.5% 22.7% 74.2%
Berat Count 6 11 17
% within AKtivitasFisik 35.3% 64.7% 100.0%
% within TekananDarah 15.0% 42.3% 25.8%
% of Total 9.1% 16.7% 25.8%
Total Count 40 26 66
% within AKtivitasFisik 60.6% 39.4% 100.0%

60
% within TekananDarah 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 60.6% 39.4% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.145a 1 .013
Continuity Correctionb 4.800 1 .028
Likelihood Ratio 6.064 1 .014
Fisher's Exact Test .021 .015
Linear-by-Linear Association 6.052 1 .014
N of Valid Cases 66
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.70.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for AKtivitasFisik 4.156 1.295 13.330
(Ringan / Berat)
For cohort TekananDarah = 1.966 1.006 3.842
Normal
For cohort TekananDarah = .473 .273 .819
Hipertensi
N of Valid Cases 66

61
KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA


MASYARAKAT PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS 23 ILIR
PALEMBANG TAHUN 2022

Nama : …………….…………….

Kode : ……………. (Diisi Peneliti)

Tanggal/Waktu : ……………. (Diisi Peneliti)

A. DATA DEMOGRAFI

Petunjuk: Isilah data yang sesuai dengan pertanyaan, dan berikan tanda

checklist (√) pada tempat yang telah disediakan dibawah ini.

1. Umur : ……………. Tahun

2. Jenis kelamin :

Perempuan

Laki-laki

3. Tekanan Darah : ……………. mmHg

B. AKTIVITAS FISIK

Petunjuk pengisian kuesioner

a. Bacalah dengan teliti pernyataan dibawah ini.

b. Jawablah seluruh pernyataan berikut dengan mengisi memberi ceklist (√) pada

salah satu kolom yang telah disediakan.

Iya : Jika menurut anda pernyataan tersebut benar.

62
Tidak : Jika menurut anda pernyataan tersebut salah.

Jawaban kuesioner di bawah ini sesuai dengan aktifitas fisik anda!

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah jenis pekerjaan bapak atau ibu termasuk penjaga toko
?
2 Apakah jenis pekerjaan bapak atau ibu termasuk pekerja
buruh pabrik, tukang kayu ?
3 Apakah jenis pekerjaan bapak atau ibu termasuk kuli
bangunan, tukang bangunan, buruh tani ?
4 Apakah bapak atau ibu melakukan olahraga seperti jalan
pagi ?
5 Apakah bapak atau ibu melakukan olahraga seperti bulu
tangkis, bersepeda ?
6 Apakah bapak atau ibu melakukan olahraga seperti sepak bola
atau basket ?
7 Apakah anda saat waktu luang bersepeda atau berjalan <5
menit ?
8 Apakah anda saat waktu luang bersepeda atau berjalan 5-15
menit ?
9 Apakah anda saat waktu luang bersepeda atau berjalan 15-30
menit ?
10 Apakah anda saat waktu luang bersepeda atau berjalan 30-45
menit ?

63
64
65
66
67
68
69
70

Anda mungkin juga menyukai