Anda di halaman 1dari 112

PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP PENURUNAN

KADAR GULA DARAH PADA PASIEN LANSIA DENGAN


DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI POLI GERIATRI
RSUD KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2023

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Program Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh :

Anggi Anggraeni Ridwan


NIM. 21142012003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
2023
PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP PENURUNAN
KADAR GULA DARAH PADA PASIEN LANSIA DENGAN
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI POLI GERIATRI
RSUD KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2023

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Program Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh :

Anggi Anggraeni Ridwan


NIM. 21142012003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
2023

i
ii
iii
iv
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA

Skripsi, Agustus 2023

ANGGI ANGGRAENI RIDWAN

PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP PENURUNAN KADAR


GULA DARAH PADA PASIEN LANSIA DENGAN DIABETES MELLITUS
TIPE 2 DI POLI GERIATRI RSUD KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2023

xviii + 63 halaman + 7 Tabel + 7 Gambar +2 Diagram + 11 Lampiran

ABSTRAK

Pendahuluan : Diabetes Mellitus tipe 2 memiliki kadar gula darah yang tinggi atau
hiperglikemia yang disebabkan oleh resistensi insulin sehingga glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel (Sari et al., 2019). Senam kaki mencegah cedera dan
meningkatkan sirkulasi darah pada pasien diabetes tipe 2 dan non-pasien. Penderita
dengan diabetes tipe 2 di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang sebanyak 131
(30,68%) kasus dari 427 total kunjungan Lansia tahun 2022 (Rekam Medik Poli
Geriatri RSUD Kabupaten Subang, 2022). Tujuan : Mengetahui pengaruh Senam
Kaki Diabetes Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Poli Geriatri RSUD Subang Tahun 2023. Metode : Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan desain/rancangan penelitian pra
eksperimen dalam bentuk one group pretest posttest, populasi dalam penelitian ini
sebanyak 131 rsponden serta sampel dalam penelitian ini sebanyak 21 responden.
Hasil : Kadar gula darah pre senam kaki diabetik sebesar 157,62 dengan standar
deviasi sebesar 44,711, dan post senam kaki diabetik sebesar 127,14 dengan standar
deviasi sebesar 27,229. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pre dan
post senam kaki diabetik pada Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang.
Hasil uji statistik diketahui p.Value = 0,000 (p.Value< 0,05). Kesimpulan : Upaya
yang dapat dilakukan dengan melakukan senam kaki diabetic secara rutin serta
melakukan penyuluhan terhadap pentingnya dilakukan senam kaki diabetik.

Kata Kunci : Senam Kaki Diabetes, Penurunan Kadar Gula Darah.


Kepustakaan : 47 Buah

v
BACHELOR OF SCIENCE IN NURSING
FACULTY OF HEALTH SCIENCES
YPIB UNIVERSITY MAJALENGKA

A Paper, August 2023

ANGGI ANGGRAENI RIDWAN

THE INFLUENCE OF DIABETIC FOOT EXERCISES ON DECREASING


BLOOD SUGAR LEVELS IN ELDERLY PATIENTS WITH TYPE 2
DIABETES MELLITUS AT THE GERIATRI POLICY OF
SUBANG REGENCY HOSPITAL
YEAR 2023

xviii + 63 Pages + 7 Table + 7 Picture + 2 Diagram + 11 attachment

ABSTRACT
Introduction : Type 2 Diabetes Mellitus has high blood sugar levels or
hyperglycemia caused by insulin resistance so that glucose cannot enter cells (Sari
et al., 2019). Foot exercises prevent injuries and improve blood circulation in type
2 diabetes patients and non-patients. There are 131 (30.68%) cases of patients with
type 2 diabetes in the Geriatric Polyclinic at the Subang Regency Hospital, out of
427 total visits for the elderly in 2022 (Medical Records of the Geriatric Polyclinic
at Subang Regency Hospital, 2022). Objective: Knowing the effect of Diabetic Foot
Exercise on Reducing Blood Sugar Levels in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus
at the Geriatric Polyclinic at Subang Hospital in 2023. Methods: The method used
in this study used a pre-experimental research design in the form of one group
pretest posttest, the population in this study were 131 respondents and the sample
in this study were 21 respondents. Results: The blood sugar level before diabetic
foot exercise was 157.62 with a standard deviation of 44.711, and post diabetic foot
exercise was 127.14 with a standard deviation of 27.229. There is a significant
difference between the results of pre and post diabetic foot exercises in the elderly
at the Geriatric Polyclinic at Subang District Hospital. The statistical test results
show that p.Value = 0.000 (p.Value <0.05). Conclusion: Efforts that can be made
by doing diabetic foot exercises regularly and conducting counseling on the
importance of doing diabetic foot exercises.
Diabetic Foot Exercise, Lowering Blood Sugar Levels

Keywords : Diabetic Foot Exercise, Lowering Blood Sugar Levels


Bibliography : 47 Pieces

vi
PERSEMBAHAN
Semua orang akan celaka kecuali orang-
orang yang berilmu,
Semua yang berilmu akan celaka
kecuali orang-orang yang
mengamalkannya,
Semua yang mengamalkan ilmu
akan celaka kecuali orang yang ikhlas
yang mengamalkannya”
Karya tulis ini kupersembahkan
untuk orang-orang yang kusayangi &
kucintai.
Suamiku tercinta, anakku dan seluruh
keluarga besar yang selalu mendukung
perjalan hidup penulis.
Subang, Agustus 2023
Anggi Anggraeni Ridwan

vii
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Anggi Anggraeni Ridwan


Tempat/Tanggal lahir : Subang, 17 Januari 1986
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / Kebangsaan : Sunda / Indonesia
Alamat : Kampung Cipaku RT/RW 07/02 Desa Cibogo
Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang
Email : anggieanggraenie@gmail.com
No. HP : 081394665365
Alamat Kantor : Jl. Brigjen Katamso No. 37 Subang
Pendidikan
1. SDN Margaharti : Tahun 1992-1997
2. SLTPN 1 Cibogo : Tahun 1997-2000
3. SMA PGRI 1 Subang : Tahun 2000-2003
4. D III Keperawatan Akper Pemkab : Tahun 2003-2006
Subang
5. Universitas YPIB Majalengka S 1 : Tahun 2021 sd sekarang
Keperawatan

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir. Penulisan Karya

Ilmiah Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana dalam bidang Keperawatan. Saya menyadari bahwa, tanpa

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk

menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima

kasih kepada :

1. H. Jejen Nurbayan, S.Sos, Selaku Ketua Yayasan Pendidikan Imam Bonjol

Majalengka;

2. Dr. Wawan Kurniawan, SKM., S.Kep., Ners., M.Kes., M.Kep, selaku Rektor

Universitas YPIB Majalengka;

3. Heni, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku Dekan Universitas YPIB Majalengka;

4. Rahayu Setyowati, S.Kp., M.Kep, selaku Ka. Prodi Sarjana Ilmu Keperawatan

Universitas YPIB Majalengka;

5. Hera Hijriani, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku dosen pembimbing utama yang

telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini;

6. Ayu Idaningsih, S.SI.T., M.Kes, selaku dosen pembimbing pendamping yang

telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini;

ix
7. Cicih Yuliawati, S.Kep., Ners, selaku Kepala Poli Geriatri RSUD Kabupaten

Subang yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya

perlukan serta memberikan ijin penulisan Karya Ilmiah Akhir;

8. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan

material dan moral; dan

9. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan Karya Ilmiah

Akhir ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan membalas segala

kebaikan dan bantuan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Ilmiah

Akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Majalengka, Agustus 2023

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

PERNYATAAN .............................................................................................. iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

ABSTRACT ...................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ viii

KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7

1. Tujuan Umum ....................................................................... 7

2. Tujuan Khusus ...................................................................... 7

xi
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

1. Manfaat Teoritis .................................................................... 7

2. Manfaat Praktis ..................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Mellitus ............................................................. 8

1. Pengertian............................................................................... 8

2. Etiologi ................................................................................... 8

3. Klasifikasi ............................................................................. 12

4. Manifestasi Klinis ................................................................. 13

5. Patofisiologis ......................................................................... 13

6. Penatalaksanaan .................................................................... 14

7. Komplikasi ............................................................................ 18

B. Kadar Gula Darah ......................................................................... 19

1. Pengertian .............................................................................. 19

2. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah ............... 20

3. Mekanisme Pengaturan Kadar Glukosa Darah ...................... 21

4. Pengukuran Kadar Glukosa ................................................ 22

C. Senam Kaki .................................................................................. 23

1. Pengertian............................................................................... 23

2. Manfaat ................................................................................. 23

3. Tujuan ................................................................................... 23

4. Standar Operasional Prosedur Senam Kaki.......................... 24

5. Intervensi dan Waktu Pelaksanaan Senam Kaki .................... 28

xii
D. Konsep Lansia ............................................................................. 29

1. Pengertian Lansia ................................................................... 29

2. Batasan Lansia ...................................................................... 29

3. Tipe Lansia ............................................................................ 30

4. Perubahan pada Lansia .......................................................... 32

5. Dampak Perubahan Pada Lansia ........................................... 35

E. Kerangka Teori ............................................................................. 36

F. Penelitian yang Relevan ............................................................... 36

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep ........................................................................ 39

1. Visualisasi Kerangka Konsep ............................................... 39

2. Variabel Penelitian ................................................................ 39

B. Definisi Operasional ................................................................... 40

C. Hipotesis Penelitian .................................................................... 40

D. Desain Penelitian ....................................................................... 41

1. Rancangan Penelitian ............................................................ 41

2. Populasi dan Sampel ............................................................. 41

3. Instrumen Penelitian............................................................... 43

4. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 44

5. Pengumpulan Data ................................................................ 44

6. Pengolahan Data .................................................................... 46

7. Analisis Data ......................................................................... 47

8. Jadwal Penelitian ................................................................... 51

xiii
9. Etika Penelitian ..................................................................... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................ 54

B. Pembahasan .................................................................................. 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 62

B. Saran ............................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Nilai Pemeriksaan Gula Darah ........................................................ 22

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 40

Tabel 3.2 Tabel Analisis Univariat ................................................................. 48

Tabel 3.3 Tabel Analisis Bivariat .................................................................... 51

Tabel 4.1 Kadar Gula Darah Pre dan Post Senam Kaki Diabetes ................... 54

Tabel 4.2 Uji Normalitas .................................................................................. 55

Tabel 4.3 Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Penurunan Kadar Gula

Darah ............................................................................................... 55

xv
DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 2.1 Kerangka Teori ........................................................................... 36

Diagram 3.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 39

xvi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2. 1 Gambar posisi senam kaki........................................................... 24

Gambar 2. 2 Gerakan latihan senam kaki ke-1 ............................................... 25

Gambar 2. 3 Gerakan latihan senam kaki ke-2 ............................................... 25

Gambar 2. 4 Gambar latihan senam kaki ke-3 ................................................ 26

Gambar 2. 5 Gambar latihan senam kaki ke-4 ................................................ 26

Gambar 2. 6 Gambar latihan senam kaki ke-9 ................................................ 27

Gambar 2. 7 Gambar latihan senam kaki ke-10 .............................................. 28

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat dari LPPM

Lampiran 2 Surat Pengantar Ijin Pendahulun dan Ijin Penelitian RSUD

Lampiran 3 Jawaban Surat Ijin Pendahuluan dan Ijin Penelitian

Lampiran 4 Surat Pengantar Ijin Pendahulun dan Ijin Penelitian Kesbangpol

Lampiran 5 Lembar Observasi

Lampiran 6 Informed Consent

Lampiran 7 SOP Senam Kaki Diabetes

Lampiran 8 Master Tabel Penelitian

Lampiran 9 Hasil Penelitian

Lampiran 10 Hasil Plagiasi

Lampiran 11 Lembar Monitoring

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus tipe 2 memiliki kadar gula darah yang tinggi atau

hiperglikemia yang disebabkan oleh resistensi insulin sehingga glukosa tidak

dapat masuk ke dalam sel (Sari et al., 2019). Penderita Diabetes Mellitus atau

hiperglikemia dari waktu ke waktu dapat mengalami komplikasi serius yang

menyebabkan kerusakan berbagai sistem tubuh terutama pada syaraf dan

pembuluh darah. Seperti akan terjadi resiko penyakit jantung, stroke dan

neuropati atau kerusakan saraf pada kaki yang meningkatkan kejadian pada

ulkus di kaki bahkan beresiko untuk di amputasi. Retinopati deabetikum juga

merupakan salah satu penyebab utama kebutaan yang bisa mengakibatkan

terjadinya kerusakan pembuluh darah kecil pada retina (Safitri & Nurhayati,

2019).

Kondisi ini memerlukan biaya perawatan medis yang cukup tinggi.

Dampak lain yang di timbulkan yaitu penurunan kualitas hidup bahkan dampak

dapat mengakibatkan kematian (Mildawati et al., 2019). Penderita Diabetes

Mellitus tipe 2 tidak tergantung pada insulin sehingga dapat diberikan metode

terapi untuk mengatasi Diabetes Mellitus tipe 2 (Yulita et al., 2019)

Senam kaki merupakan salah satu terapi yang dapat di berikan untuk

mengatasi Diabetes Mellitus tipe 2 (Sanjaya et al., 2019). Sejalan dengan hasil

penelitian Asniati (2021) tentang Pengaruh Senam Kaki Diabetik Dengan Koran

1
2

Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II, Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan senam kaki

diabetik terhadap kadar glukosa darah, nilai value = 0,000 < (0,05). Penelitian

ini merekomendasikan khususnya bagi masyarakat untuk dapat mengenali

senam kaki diabetik terhadap perubahan kadar glukosa darah.

Penelitain yang lain menurut Basuni, Ahmad (2022) tentang Pengaruh

Senam Kaki Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Dm Tipe 2.

Studi Di Posyandu Lansia Mawar Desa Mlaras, Sumobito, Jombang. Hasil

penelitian didapatkan sebelum diberikan senam kaki responden memiliki

kategori gula darah sedang sebanyak 7 orang (23,3%) dan sebagian besar dari

responden memiliki kategori kadar gula darah buruk sebanyak 17 orang (56.7%).

Setelah diberikan senam kaki diketahui sebagian besar responden memiliki

kategori kadar gula darah sedang sebanyak 19 orang (63,3%) dan responden

yang memiliki kategori gula darah buruk setelah diberikan senam kaki sebanyak

11 orang (36.7%). Dari uji statistik wilcoxon didapatkan nilai probabilitas

(p=0,001). Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas maka penulis mengambil

kesimpulan bahwa senam kaki diabetik mampu menurunkan kadar gula darah

jika dilakukan rutin dan benar.

Senam kaki mencegah cedera dan meningkatkan sirkulasi darah pada

pasien diabetes tipe 2 dan non-pasien. Perawat dapat membantu penderita

Diabetes Mellitus melakukan senam kaki sehingga dapat melakukannya secara

mandiri. Latihan kaki ini membantu meningkatkan sirkulasi darah, memperkuat

otot kaki, dan menggerakkan sendi kaki. Dengan demikian, diperkirakan


3

menjaga kaki penderita diabetes dapat meningkatkan kualitas hidupnya (Indarti

& Palupi, 2018). Terdapat variasi kadar gula darah sebelum dan sesudah

intervensi senam kaki, dengan nilai rata-rata 182,80 mg/dl sebelum intervensi

dan 143,13 mg/dl setelah intervensi, turun sebesar 39,67 mg/dl. Perubahan ini

menunjukkan bahwa aktivitas kaki mempengaruhi gula darah penderita diabetes.

Selain itu kadar gula darah juga dapat dikontrol dengan pola diet yang terukur,

melakukan senam kaki diabetik secara teratur, minum obat rutin dan yang tidak

kalah penting adalah pasien dengan diabetes mellitus melakukan kontrol rutin

agar kondisi kesehatannya dapat terkontrol.

Jika peningkatan kadar gula darah tidak cepat diatasi, dapat menyebabkan

banyak masalah. Seperti komplikasi Diabetes Mellitus tipe 2 yang bersifat kronis

dan akut. Komplikasi kronis dibagi menjadi dua yaitu makrovaskular dan

mikrovaskular. Komplikasi makrovaskular seperti penyakit jantung, penyakit

serebrovaskular, dan penyakit pembuluh darah perifer. Sedangkan komplikasi

mikrovaskuler seperti retinopati, penyakit ginjal, dan neuropati (Mildawati et al.,

2019).

Diabetes Mellitus masuk kedalah 5 penyakit terbanyak yang diderita

sebagian besar oleh lansia. Penyakit Diabetes Mellitus mengalami peningkatan

pesat di seluruh dunia data WHO tahun 2018 menunjukan tingginya glukosa

dalam darah telah menyebabkan kematian sekitar 2,2 juta jiwa pada tahun 2012.

Sebanyak 8,5% penduduk berusia minimal 18 tahun dan mengalami diabetes

melitus pada tahun 2014. Diabetes Melitus menjadi penyebab langsung kematian

1,6 juta warga tahun 2016. Data terbaru yang dirilus oleh Federasi Diabetes
4

Internasional menunjukan sekitar 415 juta orang berusia 20-79 tahun di seluruh

dunia mengalami penyakit diabetes melitus di tahun 2015. Angka ini akan di

prediksi meningkat menjadi 642 juta jiwa di tahun 2040 dengan angka kejadian

meningkat dari 8,8% menjadi 10,4%. China, India dan Amerika Serikat

merupakan tiga negara dengan jumlah penderita 116,4 juta, 77 juta, dan 31 juta.

Indonesia berada di peringkat ke 7 di antara 10 negara dengan jumlah penderita

terbanyak, yaitu sebesar 10,7 juta. Indonesia menjadi satu-satunya negara di

Asia tenggara pada daftar tersebut, sehingga dapat diperkirakan besarnya

kontribusi Indonesia terhadap prevalensi kasus diabetes di Asia Tenggara.

Berdasarkan Riset Kesehatan Indonesia Dasar (Riskesdas) yang

dilaksanakan pada tahun 2018 didapatkan peningkatan prevalensi pada provinsi

DI Yogyakarta 3,1%, DKI Jakarta 3,4%, Sulawesu Utara 3% dan Kalimantan

Timur 3,1%. Sedangkan Jawa Barat berada pada no urut 17, dengan prevalensi

sebesar 1,7% diperkirakan 570.611 penderita diabetes. Pada tahun 2020 total

penderita Diabetes Melitus mengalami kenaikan sebesar 21,36% menjadi

1.078.855 menurut Dinas Kesehatan Jawa Barat (Riskesdas, 2019).

Dinas Kesehatan Kabupaten Subang menyatakan Pada tahun 2019

terdapat 21.691 orang dan 2020 terdapat 16.830 orang yang mengalami diabetes

mellitus. Penderita dengan diabetes tipe 2 di Poli Geriatri RSUD Kabupaten

Subang sebanyak 131 (30,68%) kasus dari 427 total kunjungan Lansia tahun

2022 (Rekam Medik Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang, 2022).

Data Rekam Medik Poli Geriatri Rumah Sakit RSUD Kabupaten Subang

tahun 2022 tercatat 427 kunjungan pasien, jumlah kasus diabetes mellitus tipe 2
5

sebanyak 131 kasus (30,68%), LBP sebanyak 68 (16,79%), PPOK sebanyak 56

kasus (13,83%), CHF sebanyak 43 kasus (10,62), CAD sebanyak 24 kasus

(5,93%), osteo arthritis sebanyak 21 kasus (5,19%), stroke sebanyak 19 kasus

(4,69%), hipertensi sebanyak 18 kasus (4,44%), radiokulopati lumbal sebanyak

15 kasus (3,70%), dan CKD sebanyak 10 kasus (2,47%). Sebagai data

pembanding berdasarkan data rekam medik RS AMN PTPN VIII pada tahun

2022 tercatat 402 kunjungan pasien, jumlah kasus hipertensi sebanyak 99 kasus

(25.32%), DM sebanyak 66 (16,88%), PPOK sebanyak 52 kasus (13,30%),

squale stroke sebanyak 40 kasus (10,27), CAD sebanyak 27 kasus (6,91%), osteo

arthritis sebanyak 26 kasus (6,65%), CHF sebanyak 33 kasus (8,44%), LBP

sebanyak 21 kasus (5,37%), CKD sebanyak 15 kasus (3,84%), dan radiokulopati

lumbal sebanyak 12 kasus (3,07%).

Peneliti telah melakukan studi pendahuluan pada tanggal 27 Feberuari

2023, dan melakukan observasi dengan wawancara kepada 10 pasien dengan

diabetes mellitus tipe 2 yang berkunjung ke Poli Geriatri RSUD Kabupaten

Subang, di dapatkan hasil dari wawancara ditemukan 7 diantaranya mempunyai

glukosa darah tinggi yaitu lebih dari 200 mg/dl sedangkan 3 di antaranya

memiliki kadar gula darah normal atau di bawah 200 mg/dl. Lansia yang

mempunyai kadar gula darah normal menjawab bahwa biasanya mereka

menjaga pola hidupnya dengan memakan nasi merah, setelah jam 6 malam tidak

makan makanan yang berat, melakukan aktivitas fisik seperti senam prolanis

secara teratur yang diadakan di rumah sakit atau mengikuti kegiatan yang

dilaksanakan di puskesmas didekat rumahnya, minum obat rutin dan yang tidak
6

kalah penting adalah pasien dengan diabetes melitus melakukan kontrol rutin

agar kondisi kesehatannya dan gulanya dapat terkontrol. Sedangkan 7 pasien

yang kadar gula darahnya tinggi menjawab, makan mereka tidak teratur karena

seadanya saja, meminum obat pun kalau ingat atau saat terasa ada keluhan. Pada

saat ditanya apakah pernah melakukan senam kaki diabetes mellitus mereka

menjawab belum pernah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Asniati dan Hasna (2021) tentang pengaruh senam kaki diperoleh hasil

pengukuran nilai sebelum diberikan senam kaki diabetic sebesar 245,72 mg/dl.

Setelah diberikan senam kaki diabetik selama 5 hari terjadi penurunan rata-rata

nilai kadar glukosa darah sebesar 191,36 mg/dl. Hasil penelitian menunjukkan

adanya penurunan nilai kadar glukosa darah yang signifikan pada kelompok

eksperimen setelah diberikan perlakuan.

Berdasarkan masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan

menerapkan pengaruh senam kaki terhadap penurunan gula darah pada pasien

Lansia dengan Diabetes Mellitus tipe 2 di Poli Geriatri RSUD Kabupaten

Subang tahun 2023.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka peneliti

dapat membuat rumusan masalah yaitu “Apakah Ada Pengaruh Senam Kaki

Diabetes Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Lansia dengan

Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poli Geriatri RSUD Subang Tahun 2023? .


7

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Penurunan

Kadar Gula Darah Pada Pasien Lansia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 di

Poli Geriatri RSUD Subang Tahun 2023?.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui perbedaan rata-rata kadar gula darah sebelum dan sesudah

dilakukan senam kaki pada pasien Lansia dengan Diabetes Mellitus tipe 2

di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang tahun 2023.

b. Mengetahui pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Penurunan Kadar

Gula Darah Pada Pasien Lansia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poli

Geriatri RSUD Subang Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai tambahan kepustakaan ilmu

pengetahuan khususnya ilmu keperawatan terutama pengelolaan klien lansia

khususnya penerapan senam kaki diabetes untuk menurunkan kadar gula

darah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dalam

membimbing dan menambah pengetahuan mahasiswa tentang pengaruh


8

senam kaki diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien

Lansia dengan diabetes mellitus tipe 2.

b. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan rumah sakit untuk

mengadakan kegiatan senam kaki secara teratur bagi lansia pasien Lansia

dengan diabetes mellitus tipe 2 untuk menurunkan kadar gula darahnya.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan teori, informasi

dan acuan untuk melakukan penelitian ilmiah di bidang keperawatan

gerontik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus

1. Pengertian

Diabetes mellitus adalah suatu kondisi kronis dimana kapasitas tubuh

untuk memetabolisme karbohidrat, lipid, dan protein menurun, sehingga

terjadi hiperglikemia (Maria, 2021). Hiperglikemia merupakan salah satu

gejala diabetes mellitus, yaitu gangguan metabolisme yang disebabkan oleh

kelainan sekresi insulin ataukerja insulin (Marasabessy,et.al. 2020).

2. Etiologi

a. Diabetes Mellitus Tipe I

1) Faktor-faktor genetik

Orang yang menderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I;

sebaliknya, mereka mewarisi kecenderungan genetik untuk

mengembangkan diabetes tipe I. Individu dengan jenis antigen HLA

tertentu memiliki kecenderungan genetik ini (antigen leukosit

manusia). HLA adalah sekelompok gen yang mengontrolantigen

transplantasi dan fungsi imunologis lainnya. Hingga 95% orang kulit

putih (Kaukasia) dengan diabetes mellitus tipe 1 memiliki penanda

HLA tipe spesifik (DR3 atau DR4). Individu dengan salah satu dari dua

bentuk HLA memiliki peluang tiga hingga lima kalilipat untuk terkena

diabetes tipe I. Individu dengan HLA tipe DR3 dan DR4 memiliki

9
10

risiko 10 sampai 20 kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum

(Smeltzer & Bare, 2015).

2) Faktor-faktor imunologi

Ada bukti respon autoimun pada diabetes tipe 1. Ini adalah reaksi

menyimpang di mana antibodi merespons jaringan tubuh normal yang

mereka anggap sebagai jaringan asing. Autoanti bodi terhadap sel pulau

Langer hans dan insulin endogen (internal) ditemukan pada saat

diagnosis dan bahkan bertahun-tahun sebelum indikasi klinis diabetes

tipe I muncul (Smeltzer & Bare,2015).

3) Faktor-faktor lingkungan

Racun tertentu dapat memicu reaksi autoimun yang

menghancurkan sel beta (Padila, 2012). Aloksan, pirinuron

(rodentisida), dan streptozocting merupakan bahan kimia beracun yang

secara langsung dapat merusak sel beta (Maghfuri, 2016).

b. Diabetes Mellitus Tipe 2

Pada diabetes tipe 2, mekanisme yang menyebabkan resistensi

insulin dan penurunan sekresi insulin masih belum jelas. Faktorgenetik,

obesitas, usia, hipertensi, dan gaya hidup semuanya memiliki peran dalam

perkembangan resistensi insulin (LeMone, Burke & Bauldoff, 2016).

1) Faktor genetik

Diabetes dapat diturunkan dari orangtua kepada anak-anaknya.

Jika kedua orang tua menderita diabetes, keturunannya akan mewarisi

gen diabetes mellitus (Hasdianah, 2012).


11

2) Obesitas

Apabila 20% lebih berat badan yang diharapkan atau mempunyai

indeks massa tubuh (IMT) minimal 27kg/m 2. Obesitas, khususnya

obesitas visceral (lemak abdomen), dikaitkan dengan peningkatan

resistensi insulin (LeMone, Burke & Bauldoff, 2016).

3) Usia

Resistensi insulin meningkat pada usia 45 tahun. (Yasmara dkk,

2017) orang berusia 45-69 tahun beresiko 4 kali lebih besar menderita

DM tipe 2 daripada yang berusia ≤ 45 tahun.

4) Hipertensi

Seseorang mempunyai tekanan darah tinggi jika berada pada

kisaran >140/90mmHg (Fatimah, 2015).

5) Pola hidup

Malas berolahraga bisa menaikkan resiko mengalami diabetes

mellitus. Manfaat dari olahraga yaitu untuk membakar kalori yang

berlebih di tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh adalah faktor

utama penyebab diabetes mellitus selain disfungsi pankreas

(Hasdianah, 2012).

b. Diabetes Mellitus Tipe Lain

Diabetes mellitus tipe lain menurut Wijaya dan Putri (2013)

antaralain:

1) Penyakit pankreas, seperti pankreatitis, ca pankreas, dll

2) Penyakit hormonal, seperti akromegali yang merangsang sekresi sel-sel


12

beta sehingga hiperaktif dan rusak

3) Obat-obatan,seperti aloxan dan streptozokin, sitotoksin terhadap sel-sel

beta

4) Derivatthiazide, menurunkan sekresi insulin

3. Klasifikasi

Klasifikasi Diabetus mellitus menurut Wahyuni (2019),yaitu:

a. Tipe 1

Faktor autoimun merusak sel beta pankreas yang memproduksi

insulin, mengakibatkan diabetes mellitus tipe 1, yang berkembang setelah

usia 30 tahun. Pasien dengan diabetes tipe 1 perlu menggunakan insulin

eksogen untuk menjaga Glukosanya tetap terkendali.

b. Tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 terjadi akibat sel beta pancreas tidak cukup

membentuk insulin, terjadi pada usia <30 tahun terutama pada mereka

yang obesitas. Pengobatan secara mandiri yang bisa dilakukan yaitu

dengan diet dan olahraga, sedangkan pengobatan medis bisa dengan obat

dan insulin.

c. Tipe Kehamilan

Biasa juga disebut gestasional diabetus mellitus pada wanita hamil

yang sebelumnya tidak memiliki diabetus mellitus.

d. Tipe Lain

Akibat dari kelainan genetik, penyakit pankreas, obat, infeksi,

antibodi, sindrom penyakit dan penyakit dengan gangguan endokrin.


13

4. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala diabetes mellitus akut dan kronis dapat dibedakan.

Polifagia (banyak makan), polidipsia (banyak minum), poliuria (banyak

kencing/sering buang air kecil di malam hari), rasa lapar meningkat namun

berat badan cepat turun (5-10 kg dalam 2-4 minggu), dan cepat lelah

semuanya merupakan tanda-tanda akut diabetes mellitus. Kesemutan, kulit

yang terasa panas atau tertusuk jarum, mati rasa pada kulit, kram, lesu,

mengantuk, gangguan penglihatan, gigi yang mudah lepas, serta

berkurangnya kemampuan seksual, termasuk impotensi pada pria, merupakan

gejala-gejala dari diabetes mellitus kronis. Keguguran atau kematian janin

dalam kehamilan sering terjadi pada ibu hamil, begitu juga dengan bayi

dengan berat badan lebih dari 4 kg (Fatimah, 2015).

5. Patofisiologis

Karena sel beta pankreas telah rusak oleh proses autoimun, diabetes tipe

1 ditandai dengan ketidakmampuan untuk membuat insulin. Hiperglikemia

puasa disebabkan oleh produksi glukosa hati yang tidak terukur. Lebih lanjut,

meskipun glukosa dari makanan tetap berada dalam sirkulasi, namun tidak

dapat disimpan dihati, yang mengakibatkan hiperglikemia postprandial

(hiperglikemia setelah makan) (LeMone, Burke & Bauldoff, 2016). Ketika

kadar glukosa darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua

glukosa yang disaring, dan glukosa muncul dalam urin (glukosuria). Ekskresi

ini disertai dengan kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan.

Diuresisosmotik adalah istilah medis untuk penyakit ini.


14

Defisiensi insulin dapat menyebabkan penurunan berat badan dengan

mengganggu metabolisme protein dan lemak. Karena pengurangan

penyimpanan kalori, pasien merasakan peningkatan rasa lapar (polifagia).

Glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan dihati) dan

glukoneogenesis (pembuatan glukosa baru dari asam amino dan zat lain)

biasanya dikendalikan oleh insulin, tetapi pada individu yang kekurangan

insulin, proses ini tidak berhenti. Peningkatan pembentukan badan keton,

yang merupakan produk sampingan dari pemecahan lemak, merupakan

konsekuensi dari pemecahan lemak.

Resistensi insulin dan penurunan sekresi insulin adalah dua masalah

utama yang terkait dengan diabetes tipe 2. Insulin biasanya menempel pada

reseptor permukaan sel tertentu. Insulin mengikat reseptor ini, yang

menyebabkan urutan proses metabolisme glukosa dalam sel. Pada diabetes

tipe 2, resistensi insulin disertai dengan penurunan respon intraseluler ini.

Akibatnya, insulin kehilangan kemampuannya untuk menginduksi

penyerapan glukosa olehjaringan (LeMone, Burke & Bauldoff, 2016).

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien Diabetes Mellitus menurut Perkeni (2019)

yaitu:

a. Edukasi

Manajemen diri diabetes yang berhasil memerlukan keterlibatan

aktif pasien, keluarga, dan masyarakat. Menurut Atun (2013), diperlukan

pendidikan yang komprehensif, yang meliputi :


15

1) Perlunya pengendalian serta pemantauan diabetes mellitus

2) Hal-hal tentang intervensi farmakologis dan non farmakalogis

3) Hipoglikemia

4) Problem khusus yang dihadapi

5) Perawatan kaki pada diabetes

6) Pengembangan sistem pendukung dan pengajaran keterampilan

7) Mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

b. Manajemen diet Diabetes Mellitus

Nutrisi, diet, dan manajemen berat badan adalah landasan

pengobatan. Menurut Tarwoto (2013), susunan nutrisi diet diabetes

mellitus membutuhkan kalori, karbohidrat, lemak, protein, dan serat.

Indeks massa tubuh (BMI) atau indeks massa tubuh (BMI) formula

digunakan untuk menentukan status gizi:

Keterangan :

𝐵𝐵 (𝐾𝑔)
𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝐵 (𝑚)

BB kurang = IMT 18

BB normal = IMT 18.5 - 22,9

BB lebih = IMT >23

BB dengan resiko = IMT 23-24,9

Obsesitas I = IMT25-299

ObeseII= IMT>30
16

c. Latihan fisik

Dalam pengendalian kadar Glukosa dan pengurangan faktor risiko

kardiovaskular. Aktivitas fisik, menurut Smeltzer & Bare (2015), berupaya

untuk menurunkan kadar glukosa darah. Penyerapan glukosa otot dapat

membantu menurunkan berat badan, mengurangi stres, dan menjaga

bentuk tubuh Anda.

d. Obat-obatan penurunan Glukosa

Cara kerja obat penurun Glukosa menurut Emawati (2013) dibagi

menjadi empat golongan :

1) Pemicu sekresi insulin

(a) Sulfonylurea

Ini digunakan untuk mengobati diabetes tipe 2. Obat ini

merangsang sel beta pankreas untuk melepaskan insulin yang

disimpan. Glibenclamide dan glimepiride adalah dua contoh obat

ini.

(b) Glinid

Obat yang cara kerjanya dengan penekanan pada

meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Terdapat 2 golongan

obat yaitu repaglinide dan nateglinid.

2) Penambah sensitivitas terhadap insulin

Obat ini dapat menurun kan jumlah protein pengangkut glukosa,

sehingga meningkatkan ambilan glukosa perifer.


17

3) Penghambat gluconeogenesis

Metformin adalah contoh obat yang memiliki efek untuk

menurunkan glukosa hati (glukoneogenesis). Ini juga meningkatkan

penyerapan glukosa dijaringan perifer.

4) Penghambat glukosidasealfa

Acarbose adalah contoh obat yang bekerja dengan membatasi

penyerapan glukosa di usus kecil, menurunkan kadar Glukosa setelah

makan.

e. DPP-IVinhibitor

Ketika makanan memasuki sistem pencernaan, sel-sel mukosa usus

membuat hormon peptidaglukagon-likepeptide-1 (GLP-1). GLP-1 adalah

penghambat sekresi glukagon serta aktivator kuat pelepasan insulin.

f. Insulin

Menurut Soegondo, Soewondo & Subekti (2014) insulin dibedakan

menjadi:

1) Insulin memiliki waktu paruh yang pendek (short-acting) yaitu insulin

regular merupakan satu-satunya insulin bening atau larutan insulin,

sedangkan yang lain bersifat suspensi. Diantaranya Actrapid dan

humulin.

2) Insulin kerja cepat (rapid acting, cepat diabsorbsi adalah insulin analog

seperti novorapid, humalog dan apidra).

3) NPH yang meliputi Monotard, Insulatard, dan Humulin, adalah sejenis

insulin kerja menengah. NPH termasuk protamin dan sejumlah kecil


18

seng, yang keduanya dapat memicu respons imun pada orang-orang

tertentu.

4) Insulin kerja panjang mengandung banyak zink yang membantunya

bertahan lebih lama. Ultralente, lantus dan detemir adalah beberapa

contohnya.

7. Komplikasi

a. Komplikasi Akut

1) Ketoasidosis Diabetik (KAD)

Dapat terjadi karena dosisi insulin yang diberikan tidak sesuai dan

dalam keadaan sakit atau terinfeksi. Karakteristik ketoasidosis

dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Apabila tidak ditangani

dengan cepat menyebabkan koma.

2) Hipoglikemia

Hal ini terjadi apabila kadar Glukosa dibawah batas normal.

Hipoglikemia dapat menyebabkan koma hipoglikemik. Halinidapat

terjadi apabila penggunaan insulin yang melebih dosis dan kurangnya

mengkonsumsi karbohidrat setelah suntuk insulin. Cara yang dilakukan

untuk mencegah hipoglikemia salah satunya memantau kadar glukosa

secara berkala.

3) Hiperosmolar Non Ketonik (HNK)

Tanpa asidosis, terjadi peningkatan glukosa darah yang signifikan

(600-1200mg/dl), osmolaritas plasma yang sangat meningkat (330-380

mOs/ml), plasma keton (+/-) (PERKENI, 2015).


19

b. Komplikasi Kronis (Menahun)

Menurut Smeltzer (2015), kategori umum komplikasi jangka

panjang terdiri dari:

1) Makroangiopati: pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi,

pembuluh darah otak

2) Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina mata (retinopati

diabetik) dan Pembuluh darah kapiler ginjal (nefropati diabetik)

3) Neuropati: suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, dimana

serat-serat saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera atau penyakit

4) Komplikasi dengan mekanisme gabungan: rentan infeksi, contohnya

tuberkolusis paru, infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan infeksi kaki,

dan disfungsi ereksi.

B. Kadar Gula Darah

1. Pengertian

Jumlah gula atau glukosa dalam darah disebut sebagai kadar Glukosa.

Terlepas dari kenyataan bahwa kadar Glukosa terus berubah, mereka harus

dijaga dalam kisaran normal agar tubuh berfungsi secara normal. Kadar

Glukosa dapat dipengaruhi oleh berbagai alasan, salah satunya adalah

kekhawatiran (Masruroh, 2018).

Kadar glukosa dalam darah disebut sebagai Glukosa. Konsentrasi

Glukosa, juga dikenal sebagai kadar glukosa serum, dikontrol secara ketatdi
20

dalam tubuh. Sumber energi utama bagi sel-sel tubuh adalah glukosa yang

mengalir melalui darah (Setiawan, 2020).

2. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah

a. Usia

Salah satu unsur ireversibel yang mempengaruhi kadar glukosa

darah adalah usia. Setiap tahun berlalu, fungsi organ tubuh semakin

memburuk, sehingga fungsi pankreas dalam aktivitas insulin

berkurang. Akibatnya, mereka yang berusia diatas 45 tahun lebih rentan

terkena diabetes (PERKENI, 2015).

b. Obesitas

Obesitas menginduksi resistensi insulin, oleh karena itu semakin

tinggi IMT, semakin buruk kadar glukosa darah dalam tubuh.

Resistensi insulin dapat menyebabkan penurunan aktivitas insulin

dijaringan target, membuat kadar Glukosa lebih sulit untuk masuk

kedalam sel. Kadar glukosa darah meningkat akibat kondisi ini

(Yuliputra, 2022).

c. Aktivitas Fisik

Ketika otot menggunakan glukosa yang disimpan selama

aktivitas fisik, glukosa yang disimpan berkurang, memungkinkan kadar

glukosa darah pasien diabetes menjadi terkontrol (Dolongseda, 2017).

d. Tingkat Stress

Pada saat stress terjadi peningkatan hormon kortisol. Ketika kadar

hormon kortisol dalam tubuh cukup tinggi, jaringan tubuh kehilangan


21

kepekaannya terhadap insulin, sehingga menyebabkan kadar glukosa

darah menjadi tidak seimbang.

e. Kecemasan

Respon fisiologis tubuh manusia terhadap rasa khawatir dapat

menginduksi hipotalamus hipofisis untuk berespon kemudian

mempengaruhi fungsi endokrin pada insulin dan merangsang

glukoneogenesis sekaligus menghambat penyerapan glukosa, sehingga

terjadi peningkatan glukosa darah. Tingkat glukosa darah meningkat

sebanding dengan jumlah kekhawatiran (Yuliputra, 2022).

3. Mekanisme Pengaturan Kadar Glukosa Darah

Umpan balik negatif, yang digunakan untuk menjaga keseimbangan

tubuh, mengatur kadar Glukosa. Pankreas melacak jumlah glukosa dalam

darah. Pankreas menghasilkan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel

di hati, ketika konsentrasi glukosa turun akibat menelannya untuk

memenuhi kebutuhan energi tubuh (hati). Sel-sel kemudian bertransisi dari

glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosadi

lepaskan ke dalam aliran darah, menyebabkan kadar Glukosa meningkat.

Hormon lain dilepaskan dari sel pankreas ketika kadar Glukosa meningkat,

baik sebagai akibat dari perubahan glikogen atau sebagai akibat dari

pencernaan makanan. Insulin menginduksi hati untuk mengubah lebih

banyak glukosa menjadi glikogen (proses yang dikenal sebagai

glikogenosis), yang menurunkan kadar Glukosa. Diabetes tipe 1 ditandai

dengan kurangnya atau ketidakmampuan untuk memproduksi insulin,


22

sedangkan diabetes tipe 2 disebabkan oleh reaksi yang tidak memadai

terhadap insulin yang diproduksi (resistensi insulin). Kedua jenis diabetes

ini menyebabkan kadar glukosa darah meningkat sangat tinggi (Setiawan,

2020).

4. Pengukuran Kadar Glukosa

Enzim glukosa oksidase digunakan untuk menguji kadar

glukosadarah. Gula adalah zat pereduksi (pemberi H+). Metode yang paling

umum untuk menentukan kadar glukosa darah adalah dengan menggunakan

larutan tereduksi, seperti larutan Benedict. Tembaga Sulfat termasuk dalam

larutan Benedict (CuSO4). Na2CO3 dengan natrium sitrat

Karbohidrat/glukosa terbentuk sebagai bentuk enol reaktif dalam keadaan

basa (adanya Na2CO3). Ion Cu++ direduksi menjadi ion Cu+ oleh enolre

aktif (dari CuSO4). Endapan CuO(OH)2 dicegah dengan menambahkan

natrium sitrat ke dalam larutan. Para ahli telah menemukan sejumlah metode

kuantitatif untuk mengukur kadar Glukosa. Gluco Dr Blood Glucose Test

Meter adalah salah satu versi pemeriksaan praktis dengan akurasi tinggi.

2.5–4 mikroliter darah kapiler digunakan sebagai dasar tes, yang

direaksikan dengan bahan kimia yang termasuk dalam Check Strip.

Berikut kriteria nilai pada pemeriksaan gula darah :

Tabel 2.1 Nilai Pemeriksaan Gula Darah

No Kategori Baik Sedang Buruk


1 Gula darah puasa (mg/dl) 80-90 110-125 > 125
2 Gula darah 2 jam post 110-144 145-179 > 180
prandial (mg/dl)
Sumber : PERKENI (2015)
23

C. Senam Kaki

1. Pengertian

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien

Diabetes Mellitus tipe 2 untuk mencegah terjadinya luka dan membantu

melancarkan peredaran darah bagian kaki. Senam kaki dapat membantu

memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan

mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan

kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan

sendi (Sanjaya et al., 2019).

Indikasi dan kontraindikasi :

f. Indikasi : Semua penderita diabetes tipe 1 dan tipe 2 dapat mengambil

manfaat dari latihan kaki.

g. Kontraindikasi senam kaki diabetes mellitus termasuk dispnea dan

ketidaknyamanan dada. Periksa vitalitas dan keadaan emosional pasien.

2. Manfaat

Latihan kaki dapat meningkatkan sirkulasi darah, mengembangkan otot

kaki, dan menghindari kelainan kaki. Mereka dapat membantu meningkatkan

kekuatan otot betis dan paha serta mengatasi batas mobilitas sendi (Sanjaya

et al., 2019).

3. Tujuan

a. Meningkatkan aliran darah

b. Memperkuat otot

c. Mencegah malformasi kaki


24

d. Meningkatkan kekuatan otot

e. Mengatasi keterbatasan gerak

f. Menjaga terjadinya luka

4. Standar Operasional Prosedur Senam Kaki

Standart operasional prosedur senam kaki menurut Sari et al. (2019)

yaitu :

a. Pemanasan

1) Berdiri ditempat, angkat kedua tangan ke atas seluruh bahu, kedua

tangan bertautan, lakukan bergantian dengan posisi tangan di depan

tubuh.

2) Berdiri ditempat angkat kedua tangan ke depan tubuh sehingga lurus

bahu,kemudian gerakan kedua jari seperti hendak meremas, lalu buka

lebar.bergantian namun tangan diangkat ke kanan kiri tubuh hingga

lurus bahu (Julianwar, 2018).

b. Latihan inti

1) Perawat mencuci tangan

2) Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak

diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai.

Gambar 2. 1 Gambar posisi senam kaki


25

3) Letakkan tumit di lantai, luruskan dan tekuk jari kaki 10 kali.

Gambar 2. 2 Gerakan latihan senam kaki ke-1

4) Salah satu tumit diletakkan di lantai, angkat telapak kaki ke atas dan

kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki

diangkatkan keatas. Dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan

secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

Gambar 2. 3 Gerakan latihan senam kaki ke-2

5) Meletakkan tumit kaki di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan

lakukan gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki

sebanyak 10 kali.
26

Gambar 2. 4 Gambar latihan senam kaki ke-3

6) Meletakkan jari-jari kaki dilantai. Tumit diangkat dan lakukan gerakan

memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Gambar 2. 5 Gambar latihan senam kaki ke-4

7) Luruskan satu lutut. Kiri dan kanan, jari ke depan, lalu ke belakang 10

kali.

8) Luruskan satu kaki di lantai, angkat, dan gerakkan jari kaki ke arah

wajah, ulangi dengan kiri dan kanan.

9) Luruskan kaki Anda. Langkah 10 kali.

10) Luruskan kedua kaki dan tahan. Regangkan pergelangan kaki.

11) Luruskan dan angkat satu kaki 10 kali, putar pergelangan kaki. Ini

seperti tidur.
27

Gambar 2. 6 Gambar latihan senam kaki ke-9

12) Dengan menggunakan kedua kaki, buat bola koran di lantai. Bola yang

dibangun kemudian dibuka seperti sebelumnya.

a) Kemudian sobek koran menjadi dua dan pisahkan kedua lembar

kertas tersebut.

b) Satu robekan dipecah menjadi potongan-potongan kecil dengan

kedua kaki.

c) Potongan-potongan tersebut digerakkan bersama-sama dengan

kedua kaki, kemudian potongan-potongan tersebut diletakkan pada

bagian kertas yang masih utuh.

d) Bungkus semuanya dalam bentuk bola dengan kedua kaki.


28

Gambar 2. 7 Gambar latihan senam kaki ke-10

c. Pendinginan

1) Kaki kanan menekuk, kaki kiri lurus. Tangan kiri lurus kedepan selurus

bahu, tangan kanan di tekuk ke dalam. lakukan secara bergantian.

2) Posisi kaki membentuk huruf V terbalik, kedua tangan direntangkan ke

atas membentuk huruf V (Julianwar, 2018).

5. Intervensi dan Waktu Pelaksanaan Senam Kaki

Responden yang memenuhi syarat penelitian akan diperiksa kadar gula

darahnya sebelum melakukan senam kaki diabetik dengan koran. Penelitian

ini menggunakan koran untuk melakukan senam kaki diabetik. Senam kaki

dilakukan selama 2 minggu dengan durasi 30 menit, per minggunya

dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan (Taufik, 2020). Peneliti memimpin

intervensi, dengan bantuan asisten peneliti atau perawat sebanyak 2 orang.


29

D. Konsep Lansia

1. Pengertian

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas.

Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, yang menyebutkan

bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke

atas.

Lanjut usia bukan penyakit melainkan tahapan lanjut dari proses

kehidupan yang akan dijalani semua individu, di tandai dengan penurunan

kemampuan tubuh untuk beradaptasi (Sitanggang, 2021)

Lansia disebut dengan masa keemasan yang merupakan masa dimana

lansia belum tentu mampu melewati, lansia membutuhkan perawatan dan

bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan (Wiliyanarti, 2018).

2. Batasan Lansia

Menurut Depkes RI dalam Williyanarti (2018) menyebutkan bahwa

batasan atau pengelompokan lansia berdasarkan Departemen Kesehatan RI

(2003) meliputi : kelompok usia prasenilis/ virilitas, adalah kelompok yang

berusia 45-59 tahun.

c. Kelompok usia lanjut adalah kelompok yang berusia 60 tahun atau

lebih.

d. Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi adalah kelompok yang

berusia 70 tahun atau lebih, atau kelompok yang berusia atau lebih

dengan masalah kesehatan.


30

Sedangkan menurut WHO, Klasifikasi lanjut usia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45-59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

3. Tipe Lansia

Menurut Nugroho (2017), Lanjut usia dapat pula dikelompokan dalam

beberapa tipe yang bergantung pada karakter, pengalaman hidup,

lingkungan, kondisi fisik, mental sosial, dan ekonominya. Tipe ini antara

lain:

a. Tipe Optimis

Lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, mereka

memandang masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab

dan sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya. Tipe ini

juga sering disebut lanjut usia tipe kursi goyang (the rocking chairman)

b. Tipe Konstruktif

Lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup,

fleksibel dan tahu diri. Sifat ini terlihat sejak muda, tenang menghadapi

proses menua dan menghadapi akhir hayat.

c. Tipe Ketergantungan

Lanjut usia ini masih bias diterima dimasyarakat, tetapi pasif tidak

berambisi, tahu diri. Senang pada masa pensiunnya, berlibur tidak

bekerja dan banyak makan dan minum.


31

d. Tipe Defensif

Lanjut usia biasanya sebelumnya mempunyai riwayat

pekerjaan/jabatan yang tidak stabil, bersifat menolak bantuan, emosi

tidak terkontrol dan takut menghadapi “menjadi tua” dan menyenangi

masa pensiunnya.

e. Tipe Militan dan Serius

Lanjut usia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu

menyalahkan orang lain. Lanjut usia yang sering mengekspresikan

kepahitan hidupnya.

f. Tipe bermusuhan

Lanjut usia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan

kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif dan curiga. Biasanya, pada

saat muda pekerjaannya tidak stabil. Menganggap menjadi tua itu

bukan hal yang baik, takut mati, iri hati kepada orang yang muda.

g. Tipe Putus Asa

Lanjut usia yang suka membenci dan menyalahkan diri sendiri, bersifat

kritis dan tidak mempunyai ambisi, mengalami penurunan sosial

ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri. Lanjut usia yang mengalami

depresi dan memandang lanjut usia sebagai tidak berguna karena masa

yang tidak menarik. Biasanya perkawinan yang tidak bahagia,

membenci diri sendiri dan ingin cepat mati.


32

4. Perubahan Pada Lansia

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara

degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri

manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial,

dan sexual. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai

berikut:

a. Perubahan Fisik

1) Sistem Indra : Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) karena

hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama

pada bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,

sulit dimengerti, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Pada

penglihatan respon sinar menurun, adaptasi terhadap gelap

menurun, lapang pandang menurun dan katarak. Pada perasa

terjadinya penurunan sensitivitas papil-papil pengecap terutama

pada manis dan asin. Pada penciuman menjadi berkurang karena

pertumbuhan sel dalam hidung terhenti. Pada peraba, kulit menjadi

kering dan keras.

2) Sistem Intergumen : Lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastis

kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga

menjadi tipis dan berbercak.

3) Sistem Muskuloskeletal : Jaringan kartilago pada persendian

menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi

menjadi rata, berkurangnya kepadatan tulang sehingga akan


33

mengakibatkan osteoporosis, peningkatan jaringan penghubung

dan jaringan lemak pada otot, jaringan ikat sekitar sendi mengalami

penuaan elastisitas.

4) Sistem Kardiovaskuler : massa jantung akan bertambah pada lansia,

ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung

berkurang.

5) Sistem Respirasi : Perubahan jaringan ikat paru, otot, kartilago dan

sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan

kemampuan peregangan toraks berkurang.

6) Pencernaan dan Metabolisme : Kehilangan gigi, indra mengecap

menurun, rasa lapar menurun, hati makin mengecil dan menurunnya

tempat penyimpanan dan berkurangnya aliran darah.

7) Sistem Perkemihan : laju filtrasi, ekskresi dan reabsorpsi oleh ginjal

mengalami penurunan.

8) Sistem Saraf : Atropi yang progresif pada serabut saraf, penurunan

koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

9) Sistem Reproduksi : Terjadi atropi payudara pada wanita,

sedangkan pada laki-laki testis masih dapat memproduksi

spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara bertahap.

b. Perubahan kognitif

1) Memory (Daya ingat, ingatan)

2) IQ (Intellegent Quotient)

3) Kemampuan Belajar
34

4) Kemampuan Pemahaman

5) Pemecahan Masalah

6) Pengambilan Keputusan

7) Kebijaksanaan

8) Kinerja

9) Motivasi

c. Perubahan Mental dan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.

Lansia semakin matang dalam kehidupan beragama, hal ini terlihat

dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.

d. Perubahan Psikososial

1) Kesepian terjadi pada saat pasangan hidup meninggal terutama jika

lansia mengalami penurunan kesehatan.

2) Duka cita, meninggalnya pasangan hidup, teman dekat bahkan

hewan kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa rapuh pada

lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan

kesehatan.

3) Depresi, duka cita yang berkelanjutan dapat menimbulkan perasaan

kosong sehingga muncul keinginan untuk menangis yang berlanjut

menjadi episode depresi, juga dipengaruhi oleh menurunnya

kemampuan adaptasi dan lingkungan.

4) Gangguan cemas, bias terjadi panik, ketakutan, cemas, gangguan

stress. Ganguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda


35

dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, efek

samping obat atau gejala pengehentian obat.

5. Dampak Perubahan Pada Lansia

Proses menua dalam kehidupan manusia merupakan hal yang wajar

yang akan dialami oleh semua orang yang diberi umur panjang. Hanya saja

proses tersebut bergantung pada masing-masing individu yang

bersangkutan. Dampak perubahan tersebut diantaranya :

a. Secara individu

Proses menua dapat menimbulkan masalah, baik itu secara fisik,

biologi, maupun sosial. Hal ini juga mengakibatkan gangguan dalam

mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga menimbulkan

ketergantungan pada orang lain.

b. Kemunduran ini tidak hanya pada fisik tetapi terjadi pula pada kondisi

mental. Semakin lanjut usia maka kesibukan akan berinteraksi dengan

orang lain semakin berkurang. Hal ini akan mengakibatkan

berkurangnya integrasi dengan lingkungannya yang berpengaruh pada

kebahagiaannya.

c. Untuk mereka yang telah usia lanjut, sebagian dari lansia itu ada yang

masih mampu bekerja. Namun masalahnya bagaimana untuk

memanfaatkan tenaga dan kemampuan tersebut dalam keterbatasan

kerja.

d. Karena keadaan lansia, mereka membutuhkan tempat tinggal atau

fasilitas khusus.
36

E. Kerangka Teori

Senam Kaki
(2 minggu 6 kali
durasi 30 menit)

Faktor Resiko DM Tipe II :


1. Faktor Keturunan ata
Genetik Indikator Diabetes mellitus
tipe 2 :
2. Diet tidak Seimbang 1. HbA1c > 6.5 %
Penderita Lansia
dengan Diabetes 2. GDP > 126 mg/dl
3. Obesitas
Mellitus Tipe II 3. OGTT > 200mgdl
4. Dislipdemia (Kolesterol 4. Gula Darah Sewaktu <
HDL ≤ 35 mg/dl, 200mg/d;
trigliserida ≥250 mg/dl)

Penurunan Tetap Peningkatan


Kadar Gula Darah Kadar Gula Darah

Keterangan :

: Diteliti
: Tidak Diteliti

Sumber : Untari & Rohmawati (2014)

Diagram 2.1 Kerangka Teori pengaruh senam kaki pada pasien Lansia dengan
Diabetes Mellitus tipe 2 guna mengetahui pengaruh senam kaki
terhadap penurunan gula darah pada pasien Lansia dengan Diabetes
Mellitus tipe 2 di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang tahun 2023.

F. Penelitian yang Relevan

Tahun Judul Hasil


2021 Pengaruh Senam Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
Asniati Kaki Diabetik ada pengaruh yang signifikan senam kaki
Dengan Koran diabetik terhadap kadar glukosa darah, nilai
Terhadap Kadar nilai = 0,000 < (0,05). Penelitian ini
Glukosa Darah Pada merekomendasikan khususnya bagi
Penderita Diabetes masyarakat untuk dapat mengenali senam
Mellitus Tipe II
37

Tahun Judul Hasil


kaki diabetik terhadap perubahan kadar
glukosa darah.
2022 Pengaruh Senam Hasil penelitian didapatkan sebelum
Basuni Kaki Terhadap diberikan senam kaki responden memiliki
Penurunan Kadar kategori gula darah sedang sebanyak 7 orang
Gula Darah Pada (23,3%) dan sebagian besar dari responden
Penderita Dm Tipe 2. memiliki kategori kadar gula darah buruk
Studi Di Posyandu sebanyak 17 orang (56.7%). Setelah
Lansia Mawar Desa diberikan senam kaki diketahui sebagian
Mlaras, Sumobito, besar responden memiliki kategori kadar gula
Jombang darah sedang sebanyak 19 orang (63,3%) dan
responden yang memiliki kategori gula darah
buruk setelah diberikan senam kaki sebanyak
11 orang (36.7%). Dari uji statistik wilcoxon
didapatkan nilai probabilitas (p=0,001).
2021 Pengaruh Senam Analisis berdasarkan uji
Barus Kaki DM Terhadap parametrik (dependent simple t test)
Penurunan Kadar menunjukkan, ada perbedaan rerata kadar
Gula DarahPada gula darah diabetes mellitus tipe II sebelum
Pasien Diabetes (256.93 mg/dl) dan sesudah (207.93 mg/dl)
Mellitus Tipe Ii Di diberikan senam kaki DM dengan asmaul
Persadia Cabang husna dengan nilai p value (0.000) < α (0.05).
Cimahi Terdapat pengaruh pemberian senam kaki
DM dengan asmaul husna terhadap
penurunan kadar gula darah pada
pasien diabetes mellitus Tipe II. Hasil
penelitian ini dapat digunakan dalam
promotif dan
preventif dengan mengadakan program
senam kaki DM dengan asmaul husna untuk
mencegah
terjadinya komplikasi pada pasien diabetes
mellitus tipe II
2018 Pengaruh Senam Berdasarkan uji t-test dengan bantuan
Nuraeni Kaki Diabet program SPSS versi 16 diperoleh t-hitung
Terhadap Penurunan 16,073 dengan taraf signifikansi 0,05 dan
Kadar Gula Darah nilai df sebesar 25 masih lebih kecil dengan
Pada Penderita nilai batas kritis α = 0,05 (0,000 < 0,05).
Diabetes Mellitus Berdasarkan hasil ini maka dapat dinyatakan
Type II bahwa Senam Kaki berpengaruh terhadap
penurunan Kadar Gula Darah pada penderita
Diabetes Mellitus type II di wilayah kerja
Puskesmas Sape Kabupaten Bima. Sesuai
dengan hasil penelitian diharapkan penderita
mampu melakukan senam kaki secara
38

Tahun Judul Hasil


mandiri untuk membantu mengontrol kadar
gula darah selain dengan mengkonsumsi obat
maupun dengan diit, sehingga dapat
mengurangi komplikasi akibat peredaran
darah yang buruk seperti luka lama sembuh
yang berujung pada gangrene.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

1. Visualisasi Kerangka Konsep

Faktor Risiko diabetes mellitus Tipe 2 menurut Ariyanti et al (2019),

antara lain faktor keturunan atau genetik, diet tidak seimbang, obesitas,

dislipdemia (Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl, trigliserida ≥250 mg/dl), aktifitas

fisik kurang, tekanan darah tinggi dan virus dan bakteri.

2. Variabel Penelitian

Berdasarkan uraian teori dan tujuan penelitian yang dicapai dan

disesuaikan dengan adanya keterbatasan kemampuan dan waktu, maka

penulis melakukan modifikasi teori tersebut diatas menjadi variabel dependen

dan independen. Variabel independen yang diteliti yaitu senam kaki diabetes.

Sedangkan variabel dependennya ialah penurunan kadar gula darah pada

pasien Lansia dengan diabetes mellitus tipe 2, maka kerangka konsep

penelitian adalah seperti diagram berikut ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Senam Kaki Diabetes pada Penurunan Kadar Gula Darah pada


Pasien Lansia dengan Pasien Lansia dengan Diabetes
Diabetes Mellitus Tipe 2 Mellitus Tipe 2
Pre dan Post Senam Kaki Diabetes
Diagram 3.1 Visualisasi Kerangka Konsep

39
40

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Kriteria dan Skala


Variabel Alat Ukur Cara Ukur
Operasional Hasil ukur Ukur
Variabel Dependen
Kadar Gula Pemeriksaan kadar 1. SOP Pemeriksaan 0. ≤ 100 mg/dl Rasio
Darah pada Gula Darah 2. Glukomneter Gula Darah
Pasien Lansia Sewaktu pasien 3. Kapas Sewaktu 1. ≥ 200 mg/dl
dengan diabetes dengan DM Tipe II Alkohol
Tipe II dengan 4. Hand Scoond
menggunakan alat 5. Stik GDA
ukur pemeriksaan 6. Lanset
Gula Darah 7. Bengkok
8. Lembar
Observasi
Variabel Independen
Senam Kaki Aktivitas rutin SOP 1. Pemanasan
Diabetes menggunakan 2. Latihan Inti
metode dan gerakan 3. Pendinginan
yang disesuaikan
dengan kondisi
seseorang selama
fase latihan 2
minggu, 6 kali,
dengan durasi
selama 30 menit

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah pada

suatu penelitian (Notoatmodjo, 2018).

Hipotesis dalam penelitian ini :

Terdapat pengaruh senam kaki dengan penurunan kadar gula darah pada

pasien Lansia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poli Geriatri RSUD Kabupaten

Subang tahun 2023.


41

D. Desain Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain/rancangan penelitian pra

eksperimen dalam bentuk one group pretest posttest. Rancangan ini tidak ada

kelompok pembanding (control), tetapi akan dilakukan obervasi pertama

(pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi

setelah adanya eksperimen (program). Desain one group pretest posttest

digambarkan dalam diagram di bawah ini :

O1 1. X O2

Pretest Perlakuan Post test


(Pasien Lansia dengan Senam Kaki (Pasien Lansia dengan
Diabetes Mellitus) Diabetes Diabetes Mellitus)
Mellitus Tipe 2) Mellitus Tipe 2)
Diagram 3.1 Desain One Group Pretest Post Test

Keterangan :
O1 : Pretes Pasien Lansia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2
X : Perlakuan Senam Kaki Diabetes
O2 : Post Test Pasien Lansia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan sampel penelitian atau obyek yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah

kunjungan pasien Lansia dengan Diabetes Mellitus tipe 2 di Poli Geriatri

RSUD Kabupaten Subang sebanyak 131 orang.


42

b. Sampel

Sampel adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2018). Teknik pengambilan sampel secara simple random sampling yaitu

teknik simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel dari

anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata

yang ada dalam populasi itu (Sugiono, 2018).

Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan besar sampel

adalah menggunakan rumus Slovin (Nursalam, 2020) :

n= N
1)

1 N (d)2

Keterangan:

n = Besar sampel
N= Besar populasi
d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,2)

n = 131
1 131 (0,2)2

n= 131
6,24

n = 20,99

Jumlah sampel dilakukan pembulatan jadi 21 responden.

c. Kriteria Sampel

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari

suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. Pertimbangan


43

ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi

(Setiadi, 2018) . Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Pasien Lansia yang terdiagnosa Diabetes Mellitus Tipe 2 tercatat di

rekam medik per tahun 2022 di Poli Geriatri RSUD Kabupaten

Subang.

b) Pasien Lansia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 yang bersedia

menjadi responden dengan menandatangani surat persetujuan

(informed consent).

c) Riwayat Menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 selama 1-2 tahun.

d) Tidak mengalami luka kaki Diabetes Mellitus.

2) Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subyek

yang memenuhi kriteria inklusi dan studi karena berbagai sebab

(Nursalam, 2020). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

a) Responden yang mengundurkan diri.

b) Responden yang melakukan senam aerobik secara rutin.

c) Responden mengalami komplikasi gagal jantung, luka kaki diabetes,

atau komplikasi lain yang menyebabkan responden cepat lelah dan

dapat mengganggu jalannya penelitian.

3. Instrumen Penelitian

Penelitian ini akan mengumpulkan data dengan menggunakan :

a. Instrumen lembar observasi data demografi


44

Data demografi mengidentifikasi individu dengan diabetes

mellitus, diambil dari data Rekam Medik Poli Geriatri RSUD Kab.

Subang.

b. SOP senam kaki

Standar operasional prosedur (SOP) menggunakan koran dosis 6x2

minggu digunakan untuk intervensi latihan kaki diabetes. Diadopsi dari

penelitian sebelumnya, yaitu dari Basuni, A. (2022). Tentang Pengaruh

Senam Kaki Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Dm

Tipe 2 (Doctoral dissertation, ITSKes Insan Cendekia Medika Jombang).

c. SOP gula darah

Pengukur glukosa Easytouch digunakan untuk menilai gula darah

sebelum dan sesudah intervensi. Diadopsi dari penelitian sebelumnya,

yaitu dari Basuni, A. (2022). Tentang Pengaruh Senam Kaki Terhadap

Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Dm Tipe 2 (Doctoral

dissertation, ITSKes Insan Cendekia Medika Jombang).

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang

dari Tanggal 12-23 Juni tahun 2023.

5. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan sebagai berikut :

a. Menentukan masalah dan judul.

b. Mengurus pengantar surat izin penelitian ke Universitas YPIB

Majalengka.
45

c. Mengurus surat izin penelitian ke RSUD Kab. Subang.

d. Melakukan pemilihan calon responden dari rekam medik yaitu sebanyak

131 pasien Lansia dengan diabetes mellitus tipe 2, pengambilan data

dilakukan secara acak, dengan catatan pasien berdomisili di sekitar RSUD

Kabupaten Subang.

e. Menyusun daftar pasien Lansia dengan diabetes mellitus tipe 2 yang

terpilih menjadi sampel sebanyak 21 responden.

f. Menjelaskan kepada responden tentang penelitian yang akan dilakukan

dan bila bersedia maka diminta membuat informed consent.

g. Melakukan pengukuran gula darah dengan menggunakan alat GDA

sebelum dilakukan intervensi.

h. Peneliti memberikan intervensi senam kaki diabetes selama 6 kali dalam 2

minggu dengan durasi masing masing 30 menit.

i. Melakukan pengukuran gula darah setelah melakukan pertemuan terakhir

yaitu pada pertemuan ke 6 dengan menggunakan alat pemeriksaan GDA.

j. Melakukan kesepakatan dengan responden bahwa harus melakukan

intervensi dalam kurun waktu 2 minggu, dengan melakukan senam kaki

per minggu sebanyak 3 kali.

k. Bila terdapat responden tidak melakukan kesepakatan melakukan

intervensi senam kaki diabetes selama 2 minggu, walaupun saat dilakukan

pemeriksaan gula darah terjadi penurunan, penulis akan mengganti

responden mengambil data pasien Lansia dengan diabetes mellitus tipe 2

yang tersedia.
46

l. Penyusunan laporan penelitian.

6. Pengolahan Data

Setelah data dari hasil pemberian tindakan senam kaki diabetes selama 2

minggu terkumpul, selanjutnya data diolah secara manual / komputerisasi,

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

Mengedit adalah memeriksa lembar observasi responden. Tujuan dari

editing adalah untuk mengurangi kesalahan dan melengkapi kekurangan

pada data mentah. Peneliti melakukan pemilah-milahan data sesuai dengan

definisi operasional yang telah ditentukan, dengan cara mengecek ulang

data lembar observasi untuk mengurang kesalahan dalam penelitian ini.

b. Coding

Adalah mengklasifikasikan hasil lembar observasi kedalam kategori-

kategori yang dilakukan dengan cara memberi tanda/kode.

Variabel kadar gula darah :

0. ≤ 100 mg/dl

1. ≥ 200 mg/dl

c. Processing

Memproses data agar dapat dianalisa dengan cara memindahkan data

dari lembar observasi ke dalam master tabel. Setelah data dilakukan

pengeditan dilanjutkan dengan memberikan kode, selanjutnya Peneliti

memproses data terbut menggunakan program computer sehingga

memunculkan hasil pre dan post pemberian tindakan senam kaki diabetes.
47

d. Cleaning

Pengecekan kembali data yang telah di masukkan kedalam master

tabel/ kedalam Komputer untuk melihat ada kesalahan atau tidak. Proses ini

dilakukan oleh Peneliti untuk memudahkan orang yang akan melihat hasil

penelitian ini dan untuk mempermudah pembuatan analisis.

7. Analisis Data

Setelah seluruh data yang diperoleh diolah kemudian dilakukan

analisis data. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara analisis

univariat dan bivariat Analisis data dilakukan dengan menggunakan

perangkat lunak komputer melalui dua jenis analisis statistik, yaitu :

a. Analisis Univariat

Analisa ini dilakukan untuk melihat presentase/proporsi tiap variabel

dari hasil penelitian. Analisis presentase ini bertujuan menghitung jumlah

kategori dari lembar observasi dan menghasilkan distribusi frekuensi dari

persentase dari tiap variabel. Variabel-variabel yang ada dalam penelitian

ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif yaitu

menggunakan angka-angka dari data yang terkumpul kemudian diambil

kesimpulan secara umum (Notoatmodjo, 2018).

Data yang diperoleh dari lapangan, disajikan dalam bentuk tabel dan

dideskripsikan. Pendeskripsian data diperkuat dengan penyajian mean dan

median, tabel distribusi frekuensi.


48

1) Mean

Mean adalah nilai tengah pada suatu kelompok data yang

diperoleh dari penjumlahan keseluruhan data pada suatu kelompok

dibagi dengan banyaknya data (Notoatmodjo, 2018).

∑ 𝑥𝑖
𝑥=
𝑛

Keterangan :

x = Mean

xi = Jumlah tiap data

n = Jumlah data

2) Median

Median adalah suatu nilai yang terletak di tengah kelompok data

yang telah diurutkan dari nilai terkecil sampai terbesar atau sebaliknya

(Notoatmodjo, 2018).

1
𝑀𝑒 = (𝑛 + 1)
2

Keterangan :

Me = Mean

n = Jumlah data

Tabel tabulasi analisis univariat dapat dilihat dibawah ini :

Tabel 3.2. Tabulasi Analisis Univariat

Senam Kaki Statistika Deskriptif


N
Diabetik M (Std. D)
Pre Senam Kaki xx
Post Senam Kaki xx
49

b. Analisis Bivariat

Menurut Sugiono (2018) uji normalitas adalah uji yang dilakukan

untuk mengecek apakah data penelitian kita berasal dari populasi yang

sebenarnya normal. Tujuan dari pengujian kenormalan ini adalah untuk

mengetahui distribusi dari data hasil penelitian. Jika distribusi data hasil

penelitian diketahui normal, maka hasil penelitian dapat digeneralisasi ke

populasi. Dengarkan kata lain, perlakuan yang dikenakan pada sampel

diasumsikan akan menghasilkan produk yang tidak jauh berbeda jika

perlakuan dikenakan pada populasi.

Sebelum dilakukan uji silang terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas data yang sudah di input. Untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal, ada 3 cara untuk mengetahuinya :

1) Dilihat dari grafik histogram dan kurve normal, bila bentuknya

menyerupai bel shape, bila hasil seperti itu distribusi data normal.

2) Uji Kolmogorov smirnov, bila hasil uji signifikan (p value > 0,05) maka

distribusi normal. Namun uji Kolmogorov sangat sensitif dengan

jumlah sampel. Maksudnya, kalau sampelnya besar uji Kolmogorov

cenderung tidak normal.

3) Menggunakan nilai skewness dan standar error, jika nilai skewness

dibagi standar errornya menghasilkan angka 2, maka distribusi normal

(Agus, 2018).

Analisis bivariat ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam

kaki diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien Lansia
50

dengan diabetes mellitus tipe 2. Uji statistik yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan uji-t berpasangan (paired t-test) yaitu untuk

menguji perbedaan antara dua subyek yang sama namun mengalami dua

pengukuran yang berbeda. Uji t berpasangan biasa dilakukan pada subjek

yang diuji pada situasi sebelum (pre test) dan sesudah proses (post test),

atau subjek yang berpasangan ataupun serupa.

Adapun uji hipotesis dengan uji-t berpasangan (paired t-test)

menggunakan rumus:

D
t
 SD 
 
 n

Keterangan :

T = nilai t hitung

D = rata-rata selisih pengukuran pre test (X) dan post test (Y)

SD = Standar deviasi pengukuran pre test (X) dan post test (Y)

n = jumlah sampel

Kriteria uji :

1) Pendekatan klasik, yaitu dengan membandingkan nilai t hitung dengan

t tabel :

a) t hitung > t tabel maka Ho ditolak, artinya ada senam kaki diabetes

terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien Lansia dengan

diabetes mellitus tipe 2.


51

b) t hitung < t tabel maka Ho gagal ditolak, artinya tidak ada pengaruh

senam kaki diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pada

pasien Lansia dengan diabetes mellitus tipe 2.

2) Pendekatan probabilitas, dengan ketentuan:

a) Apabila p value < dari α (0.05) maka H0 ditolak, artinya ada

pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan kadar gula darah

pada pasien Lansia dengan diabetes mellitus tipe 2.

b) Apabila p value > dari α (0.05) maka H0 gagal ditolak, artinya tidak

ada pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan kadar gula

darah pada pasien Lansia dengan diabetes mellitus tipe 2

Tabel 3.3. Tabulasi Analisis Bivariat

Variabel Mean SD SE P-Value N


Senam Kaki Diabetes :
Sebelum Perlakuan
Sesudah Perlakuan xx

8. Jadwal Penelitian

Deskripsi Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus


Pengajuan Judul
Bimbingan Proposal
Ujian Proposal
Penelitian
Bimbingan Penelitian
Ujian Sidang Hasil
52

9. Etika Penelitian

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta

memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan

yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia

yaitu mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent).

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya

informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga

peneliti memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.

c. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,

berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,

keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius

subyek penelitian. Menekankan kebijakan penelitian, membagikan

keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan,

kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Peneliti

mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subyek untuk

mendapatkan perlakuan yang sama dalam penelitian.


53

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

guna mendapatkan hasil yang bennanfaat semaksimal mungkin bagi

subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi

(beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi

subyek (non maleficence) (Nursalam, 2020).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian pada 21 responden dan selanjutnya dilakukan

pengolahan data sehingga hasil penelitian akan disajikan ke dalam bentuk

tabulasi distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yaitu Pengaruh Senam

Kaki Diabetes Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes

Mellitus Tipe 2 di Poli Geriatri RSUD Subang Tahun 2023.

Berikut dibawah ini hasil penelitian yang telah dilakukan, disajikan dalam

bentuk tabulasi :

1. Distribusi Rata-Rata Kadar Gula Darah Pre dan Post Senam Kaki

Diabetes pada Pasien Lansia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poli

Geriatri RSUD Kabupaten Subang

Tabel 4.1. Distribusi Rata-Rata Kadar Gula Darah Pre dan Post Senam
Kaki Diabetes pada Pasien Lansia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang.

Kadar Gula Darah n Mean Standar Deviasi


Pre Senam Kaki Diabetes 21 157,62 44,711
Post Senam Kaki Diabetes 21 127,14 27,229

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil bahwa rata-rata kadar gula

darah pre senam kaki diabetes sebesar 157,62 dengan standar deviasi

sebesar 44,711, dan post senam kaki diabetes sebesar 127,14 dengan standar

deviasi sebesar 27,229.

54
55

2. Uji Normalitas

Tabel 4.2. Uji Normalitas Kadar Gula Darah Pre dan Post Senam Kaki
Diabetes pada Pasien Lansia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poli
Geriatri RSUD Kabupaten Subang

Kolmogorov-Smirnova
Statistik df sig.
Kadar Gula Darah pre 21 0,200
Kadar Gula Darah post 21 0,093

Setelah dilakukan uji normalitas dengan melihat hasil uji normalitas

Kolmogorov-Smirnov r hitung kadar gula darah pre = 0,200 > P value 0,05,

dan kadar gula darah post = 0,093 > P value 0,05. Maka distribusi normal,

oleh karena itu peneliti untuk melakukan analisis bivariat menggunakan

uji parametrik dengan uji Paired Samples Statistics.

3. Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Penurunan Kadar Gula

Darah di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Senam Kaki Diabetes Terhadap


Penurunan Kadar Gula Darah di Poli Geriatri RSUD Kabupaten
Subang.

Variabel Mean SD SE P-Value N


Kadar Gula Darah :
Pre Senam Kaki Diabetes 157,62 44,711 9,757 0,000 21
Post Senam Kaki Diabetes 127,14 27,229 5,942

Berdasarkan tabel 4.3, dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa

rata-rata kadar gula darah pre senam kaki diabetes sebesar 157,62 dengan

standar deviasi sebesar 44,711, rata-rata gula darah responden post senam

kaki diabetes sebesar 127,14 dengan standar deviasi sebesar 27,229. Terlihat

nilai mean perbedaan antara pre senam kaki diabetes dan senam kaki

diabetes sebesar 30,476 dengan standar deviasi sebesar 27,835 pada pasien
56

Lansia dengan diabetes mellitus di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang.

Hasil uji statistik diketahui p.Value = 0,000 (p.Value< 0,05) maka dapat

disimpulkan ada penurunan yang signifikan antara hasil pre dan post senam

kaki diabetes pada pasien Lansia dengan diabetes mellitus di Poli Geriatri

RSUD Kabupaten Subang.

B. Pembahasan

1. Distribusi Rata-Rata Kadar Gula Darah Pre dan Post Senam Kaki

Diabetes pada Pasien Lansia dengan Diabetes Mellitus di Poli Geriatri

RSUD Kabupaten Subang

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan

hasil kadar gula darah sebelum perlakuan dari 21 responden, mempunyai

kadar gula darah tidak normal dengan rata-rata kadar gula darah pre senam

kaki diabetes sebesar 157,62 mg/dl sedangkan rata-rata kadar gula darah post

senam kaki diabetes sebesar 127,14 mg/dl. Hasil penelitian menunjukan

bahwa semua responden yang memiliki kadar gula darah tidak normal

sebelum dilakukan intervensi, dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yang

mempengaruhi antara lain, keturunan, obesitas, usia, aktivitas fisik, serta

tingkat stress.

Hal ini sejalan dengan penelitian Husnul, dkk (2022), bahwa kadar gula

darah sebelum dilakukan senam kaki dengan skor rata-rata menjadi 251,06

mg/dl. Penelitian yang lain Barus, dkk (2021) juga menunjukan hasil dari 15

responden seluruhnya mempunyai kadar gula darah tidak normal, dengan


57

rata-rata kadar gula darah sebesar 256,93 mg/dl.

Hasil menunjukan setelah dilakukan senam kaki pada pasien diabetes

mellitus tipe 2 didapatkan hasil rata-rata 127,14 mg/dl. Hal ini terjadi

penurunan kadar gula darah sewaktu antara sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan sebesar 30,476 mg/dl. PERKENI (2015) menyebutkan individu

dikatakan menderita diabetes mellitus jika memiliki kadar gula darah sewaktu

≥ 200 mg/dl.

Pengendalian untuk menurunkan nilai gula darah sewaktu yang dapat

dilakukan adalah dengan melakukan gaya hidup sehat seperti meningkatkan

kesadaran akan pentingnya berolahraga, pola makan yang baik, serta

meminum obat secara teratur. Pengobatan dan terapi diabetes sangat

diperlukan agar terhindar dari kematian yang berhubungan dengan kadar gula

darah yang tinggi.

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat

penurunan fungsi organ (degeneratif) terutama gangguan organ pancreas

dalam menghasilkan hormon insulin untuk memetabolisme karbohidrat, lipid,

dan protein menurun, sehingga terjadi hiperglikemia (Maria, 2021). Dimana

adanya gaya hidup, mulai asal pola makan ataupun jenis makanan yang

dikonsumsi hingga berkurangnya aktivitas jasmani. Hal ini terjadi terutama

di kelompok usia dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi. Semakin

meningkat usia maka semakin beresiko bisa terkena menderita diabetes

mellitus (Fitriani, 2017).


58

Usia merupakan faktor resiko yang dapat menyebabkan seseorang

menderita penyakit Diabetes Mellitus. Semakin bertambahnya usia seseorang

yang terkait dengan penurunan fungsi tubuh, maka akan semakin tinggi resiko

orang tersebut terkena DM tipe 2 (International Diabetes Federation, 2021)

Komponen latihan jasmani atau olahraga sangat penting dalam

penatalaksanaan diabetes karena efeknya bisa menurunkan kadar glukosa

darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki

pemakaian insulin. Latihan jasmani atau olahraga untuk dianjurkan salah

satunya ialah senam kaki Diabetes Melitus.

Berdasarkan hasil pengukuran kadar gula darah masing-masing

penderita didapatkan bahwa aktivitas fisik dapat mempengaruhi kadar gula

darah dalam darah karena pada saat seseorang sedang melakukan latihan

jasmani, pada tubuh dapat terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar tubuh

oleh otot yang aktif serta terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks yang

meliputi fungsi sirkulasi, metabolism dan susunan saraf.

Upaya yang dapat dilakukan berkaitan dengan peningkatan kadar gula

darah adalah dengan dilakukan penyuluhan tentang penyakit diabetes

mellitus, serta yang terpenting mengenai tatacara pengendalian kadar gula

darah agar tidak terjadi peningkatan secara signifikan, selain itu dapat

dilakukan pula pemeriksaan rutin pada Lansia dengan diabetes mellitus setiap

kali melakukan kunjungan untuk memeriksakan kesehatannya, serta ttidak

kalah penting yaitu membuat laporan grafik peningkatan dan penuruanan

kadar gula darah, bila menemukan data dengan perubahan yang sangat
59

signifikan sangat dimungkinkan dilakukan home visite untuk mengetahui

status kesehatan Lansia dengan diabetes mellitus tipe 2.

2. Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Kadar Gula Darah pada

Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang

Hasil uji statistik diketahui p.Value = 0,000 (p.Value< 0,05) maka dapat

disimpulkan ada pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan kadar

gula darah pada pasien diabetes dengan nilai rata-rata 30,476 di Poli Geriatri

RSUD Kabupaten Subang.

Hasil yang didapatkan sejalan dengan penelitian Barus, dkk (2021)

yang dilakukan di Cimahi, bahwa terdapat pengaruh pemberian senam kaki

DM dengan asmaul husna terhadap penurunan kadar gula darah pada

pasien diabetes mellitus Tipe II p value (0.000) < α (0.05).

Kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 setelah diberikan

intervensi senam kaki selama 6 kali selama 2 minggu mengalami penurunan

dengan nilai rata-rata 127,14 mg/dl. Sebelum pasien melakukan senam kaki hasil

gula darah pasien dengan total responden sebanyak 21 orang mencapai 157,62

mg/dl. Maka dengan dilakukannya latihan senam kaki dapat membantu

pasien-pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 menurunkan kadar gula darah.

Latihan fisik senam kaki yang dilakukan dengan menggerakkan seluruh

sendi kaki dan pergelangan kaki yang disesuaikan dengan kemampuan

pasien. Latihan ini dilakukan pada ke 2 kaki secara bersamaan untuk

melancarkan aliran darah serta otot-otot pada kaki tungkai agar menjadi lentur

dan kuat tertuama pada kedua pergelangan kaki dan jari-jari kaki (Chain,
60

Carlo, and Carlo, 2019) dalam Husnul (2022).

Kadar gula darah individu sangat di pengararuhi oleh aktivitas fisik,

semakin banyak tubuh bergerak dapat meningkatkan penggukaan glukosa

oleh otot. Hal ini terjadi ketika peningkatan glukosa dalam tubuh untuk

menstabilkan kadar gula darah. Dalam keadaan normal, keseimbangan gula

darah dapat diperoleh melalui mekanisme system saraf, regulasi glukosa dan

status hormonal. Penjelasan lain menunjukkan bahwa aktivitas fisik

berhubungan langsung dengan tingkat pemulihan gula darah di otot.

Beraktivitas fisik dimana tubuh banyak melakukan gerakan maka

glukosa yang disimpan digunakan oleh otot-otot dalam tubuh untuk

merespons dan glukosa yang disimpan terurai. Ketika ini terjadi dengan otot

mengambil glukosa dari darah, menurunkan gula darah dan meningkatkan

kontrol glikemik. Kegiatan tersebut diantaranya senam dan jalan kaki.

Manfaat yang didapat penderita diabetes mellitus saat berkativitas fisik

atau berolahraga bisa menurunkan kadar glukosa, komplikasi, mencegah

kegemukan. Aktivitas fisik salah satunya sanam kaki sangat berguna untuk

meningkatkan sensitivitas darah, memperbaiki sensitivitas terhadap insulin

dan memperbaiki kadar glukosa darah (Trisna and Musiana, 2018)

Hasil dari penelitian ini penurunan kadar glukosa darah setelah

dilakukan senam kaki disebabkan oleh metabolic yang dipengaruhi oleh lama

latihan, berat latihan, tingkatan kadar insulin plasma. Pada saat melakukan

senam kaki, tubuh sangat memerlukan energi sehingga otot yang tadinya

tidak aktif menjadi aktif karena disebabkan oleh peningkatan kebutuhan


61

glukosa. Penelitian ini juga di dukung oleh (Hardika, 2018) ) Penderita

diabetes mellitus yang mendapatkan terapi latihan kaki diabetik secara rutin

akan mengalami penurunan kadar gula darah yang lebih cepat. Pemberian

senam kaki diabetik pada dasarnya dapat memberikan arahan kepada

penderita diabetes tentang cara melakukan senam kaki diabetik di rumah,

sehingga memungkinkan penderita diabetes mellitus secara tidak langsung

menurunkan kadar gula darah atau menurunkan kadar gula darah setiap hari.

dapat membantu pasien terhindar dari kenaikan gula darah yang tidak

terkontrol dan komplilasi yang tidak diinginkan bahkan kematian.

Upaya yang dapat dilakukan adalah :

1. Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai diabetes mellitus,

bagaimana para Lansia mampu mengurangi komplikasi yang mungkin

timbul, dan yang tidak kalah penting adalah penyuluhan mengenai tatacara

mengontrol kadar gula darah agar dikemudian hari tidak terjadi kenaikan

secara signifikan.

2. Melakukan pemeriksaan fisik baik secara per sistem terhadap pasien

Lansia dengan diabetes mellitus tipe 2 untuk mengetahui kondisi

kesehatannya.

3. Melakukan senam kaki diabetes secara terjadwal dan berkelanjutan bagi

pasien Lansia denngan diabetes mellitus tipe 2.

4. Melakukan pemeriksaan kadar gula darah, saat Lansia berkunjung untuk

memriksakan kondisi kesehatannya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapatlah disimpulkan

hal-hal sebagai berikut :

1. Kadar gula darah pre senam kaki diabetes sebesar 157,62 dengan standar

deviasi sebesar 44,711, dan post senam kaki diabetes sebesar 127,14 dengan

standar deviasi sebesar 27,229.

2. Terdapat penurunan yang signifikan antara hasil pre dan post senam kaki

diabetes pada Lansia di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang. Hasil uji

statistik diketahui p.Value = 0,000 (p.Value< 0,05).

B. Saran

1. Bagi Universitas YPIB Majalengka

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan dapat digunakan

secara ilmiah, khususnya pada pasien diabetes mellitus khusunya Lansia pre

dan post perlakuan yaitu senam kaki diabetes.

2. Bagi Poli Geriatri RSUD Subang

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan untuk menetapkan

penatalaksaan senam kaki diabetes pada Lansia sebagai salah satu upaya

menurunkan kadar gula darah.

62
63

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan referensi untk penelitian lanjutan mengenai faktor

faktor yang lain yang berpengaruh terhadap perlakuan penatalaksanaan

senam kaki diabetes.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Maghfuri (2016). Buku Pintar Luka Diabetes Mellitus. Jakarta : Salma Medika.

Asniati & Hasanah (2021). Pengaruh Senam Kaki Diabetik Dengan Koran
Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus
Tipe II. Jurnal Kesehatan 10 (2) Desember 2021 (359-363).

Atun, S., Arianingum, R., Handayani, S., Rudyansah., Garson, M. (2013).


Identifikasi Dan Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa Kimia Dari Ekstrak
Etanol Kulit Buah Pisang (Musa paradisiaca L.). Indo. J. Chem, 7 (1):
83- 87.

Basuni, A. (2022). Pengaruh Senam Kaki Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah
Pada Penderita Dm Tipe 2 (Doctoral dissertation, ITSKes Insan
Cendekia Medika Jombang).

Barus, Sadaukur (2021). Pengaruh Senam Kaki DM Terhadap Penurunan Kadar


Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Persadia Cabang
Cimahi. Jurnal Kesehatan Budi Luhur, Vol. 15, No. 2, Juli, 2021. p-
ISSN 1978-8479. e-ISSN 2581-0111.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2020). Profil Kesehatan. Dinas


Kesehatan Provinsi Jawa Barat (pp. 1–101).

(2020). Jumlah Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan Kabupatenkota


di Jawa Barat https://opendata.jabarprov.go.id/id. Diunduh Tanggal 10
Maret 2023 Pukul 15.30 WIB.

Dolongseda, F. V., Masi, G. N., & Batha, Y. B. (2017). Hubungan Pola Aktivitas
Fisik dan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe II Di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Panaran
Kasih GMIM Manado. e-journal Keperawatan.

Ermawati. (2013). Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu.


Jakarta: Mitra Wacana Medika.

Fatimah, R.N (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. Jakarta: J MAJORITY. Vol. 4, No.
5:93-99.

Hasdianah (2012). Mengenal Diabetes Melitus pada Orang Dewasa dan Anak-
Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika.
International Diabetes Federation. (2021). IDF Diabetes Atlas 10Th Edition. In
International Diabetes Federation.
https://doi.org/10.1016/j.diabres.2013.10 .013.

Indarti, E. T., & Palupi, H. (2018). Senam Kaki Lebih Efektif Meningkatkan
Sirkulasi Darah Ke Kaki Dibanding Penurunan Kadar Glukosa Pada
Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Rejoso.
Senam Kaki Lebih Efektif Meningkatkan Sirkulasi Darah Ke Kaki
Dibanding Penurunan Kadar Glukosa Pada Penderita Diabetes
Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Rejoso More, 4(2), 141–147.
https://doi.org/10.33023/jikep .v4i2.193.

Ida Untari, R. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Usia


Pertengahan dalam Menghadapi Proses Menua (Aging
Process). Jurnal Keperawatan AKPER 17 Karanganyar ISSN:
2338, 6800.

Julianwar, verrindiena indriadni. (2018). Pengaruh senam diabetes melitus


(AEROBIC) terhadap nilai kadar gula darah pada lansia di puskesmas
solokanjeruk kabupaten bandung (Vol. 7, Issue 2).

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2019). Riset Kesehatan Dasar Tahun


2018. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2019.

Khatimah, Husnul; Mutmainna, Amriati; Suarnianti, Suarnianti. Pengaruh Senam


Kaki Diabetes Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pasien Dm
Tipe 2 Di Puskesmas Paccerakkang. Jimpk: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
& Penelitian Keperawatan, 2022, 2.3: 333-341.

LeMone, Burke, & Bauldoff (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa.
Jakarta: EGC.

Marasabessy, N. B., & Nasela, S. J. (2020). Pencegahan Penyakit Diabetes Melitus


(DM) Tipe 2. Penerbit NEM.

Maria, I. (2021). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Dan Asuhan


Keperawatan Stroke. Cv Budi Utama.

Mildawati, Diani, N., & Abdurrahman, W. (2019). Hubungan Usia, Jenis Kelamin
dan Lama Menderita Diabetes dengan Kejadian Neuropati Perifer
Diabetik. Caring Nursing Journal, 3(2), 31–37.

Masruroh, E. (2018). Hubungan umur dan status gizi dengan kadar gula darah
penderita diabetes melitus tipe II. Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(2).
Notoatmodjo, S. (2018). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta

-------------- (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

-------------- (2008). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. In salemba Medika:


Jakarta.

Nuraeni (2018). Pengaruh Senam Kaki Diabet Terhadap Penurunan Kadar Gula
Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Type II. Jurnal Kedokteran
Media Informasi Ilmu Kedokteran dan Kesehatan. Vol 2 No 2.
DOI: http://dx.doi.org/10.36679/kedokteran.v3i2.80

Padila (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Nuha Medika.

PERKENI. (2015). Buku Pedoman Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan


Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.

Rekam Medik Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang (2022). 10 Besar Penyakit
yang dirawat di Poi Geriatri Tahun 2022.

Rekam Medik Poli Geriatri RS AMN PTPN VIII Kabupaten Subang (2022). 10
Besar Penyakit yang dirawat di Poi Geriatri Tahun 2022.

Riyanto, Agus (2018). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta :


Nuha Medika.

Sari, N. D. P., Nawangsari, H. & Romli, L. Y., (2019). Pengaruh Senam Kaki
Terhadap Neuropati Perifer Pada Penderita Dm Tipe 2di Desa
Kaliwungu.

Safitri, Y., & Nurhayati, I. (2019). Pengaruh Pemberian Sari Pati Bengkuang
(Pachyrhizus Erosus) Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe Ii Usia 40-50 Tahun Di Kelurahan Bangkinang
Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota Tahun 2018. Jurnal Ners
Universitas Pahlawan, 3(1), 69–81.

Sanjaya, P. B., Luh, N., Eva, P., & Puspita, L. M. (2019). Pengaruh Senam Kaki
Diabetik Terhadap Sensitivitas Kaki Pada Pasien Dm Tipe 2.
Community of Publishing in Nursing (COPING), 7(2), 97–102.

Sitanggang, Y. F., Frisca, S., Sihombing, R. M., Koerniawan, D., Tahulending, P.


S., Febrina, C., ... & Siswadi, Y. (2021). Keperawatan Gerontik.
Yayasan Kita Menulis.
Soegondo, S. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid V Vol 3. Jakarta:
Salemba Medika.

Smeltzer, S.C, (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.


Setiawan, Y. (2020). Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Dm Tipe 2. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Medika drg. Suherman, 2(1).

Taufiq, I., Apriyani, H., & Sono, S. (2020). Senam Kaki Terapi Alternatif Dalam
Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe 2 di
Puskesmas Wilayah Kotabumi Lampung Utara Tahun 2019. Jurnal
Pengabdian Kesehatan Beguai Jejama, 1(1).

Tarwoto, Wartonah & Suryati, E.S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah


Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : CV Sagung Seto.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada


Bab 1 Pasal 1 Ayat 2.

Wiliyanarti, P. F., & Aisyah, S. (2023). Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan


Media Audiovisual terhadap Perilaku Lansia tentang Personal
Hygiene. JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan), 6(2), 205-214.

Widyagdo, A., & Nugroho, C. (2017). Kondisi rongga mulut pada lansia kabupaten
Brebes. Indonesian Oral Health Journal, 2(1).

Wahyuni, K. I., Setiadi, A. A. P., & Wibowo, Y. I. (2019). Efektivitas edukasi


pasien diabetes mellitus tipe 2 terhadap pengetahuan dan kontrol
glikemik rawat jalan di RS anwar medika. Pharmascience, 6(01), 1-9.

Yulita, R. F., Waluyo, A., & Azzam, R. (2019). Pengaruh Senam Kaki terhadap
Penurunan Skor Neuropati dan Kadar Gula Darah pada Pasien DM
Tipe 2 di Persadia RS. TK. II. Dustira Cimahi. Journal of Telenursing
(JOTING), 1(1), 80-95.

Yuliputra, S. S. (2022). Hubungan Kecemasan Dengan Kadar Glukosa Pasien


Diabetes Melitus Di Poli Rawat Jalan RSI Sultan Agung
Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Sultan Agung
Semarang).

Yulianti, Yeni (2021). Pengaruh Senam Kaki Diabetes Mellitus terhadap Kadar
Gula Darah Penderita DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Ciemas.
Jurnal Lentera. Volume 4, Nomor 2, Desember 2021. e.ISSN 2809-
2929. p.ISSN 2541-4119.
LAMPIRAN
INFORMED CONSENT

(PENJELASAN PENELITIAN)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Anggi Anggraeni Ridwan

NIM : 21142012003

Alamat :

Adalah mahasiswa Universitas YPIB Majalengka Jurusan Strata 1 Keperawatan

akan melakukan penelitian tentang “Pengaruh senam kaki diabetes terhadap

penuruanan kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Poli

Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Pengaruh senam kaki diabetes terhadap penuruanan kadar gula darah

pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang

Tahun 2023.

A. Kesukarelaan untuk Ikut Penelitian

bapa/ibu/sdra/sdri bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini dan bebas

mengundurkan diri sewaktu-waktu jika tidak berkenan menjadi responden

penelitian.

B. Prosedur Penelitian

bapa/ibu/sdra/sdri akan diberikan informasi mengenai manfaat dan tujuan dari

penelitian ini, apabila bapa/ibu/sdra/sdri bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini, selanjutnya Saya mohon untuk menandatangani lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Kemudian bapa/ibu/sdra/sdri mengisi


data diri, membaca penjelasan tentang cara mengisi kuesioner, setelah itu

bapa/ibu/sdra/sdri dapat mengisi kuesioner yang tersedia.

C. Kewajiban Subjek Penelitian

Sebagai responden penelitian, Saya mohon bapa/ibu/sdra/sdri berkenan untuk

menandatangani lembar persetujuan, mengikuti kegiatan penelitian dan mengisi

lembar kuesioner secara lengkap dengan informasi yang sebenar- benarnya.

D. Risiko, Efek Samping, dan Penanganannya

Tidak ada risiko atau efek samping yang ditimbulkan. Tidak perlu khawatir

identitas bapa/ibu/sdra/sdri sebagai responden akan dijaga. Penelitian akan

dilakukan selama ± 35 menit.

E. Manfaat

Keuntungan yang didapatkan adalah anda dapat meningkatkan wawasan

bapa/ibu/sdra/sdri tentang pelaksanaan senam kaki diabetik.

F. Kompensasi

Sebagai ucapan rasa terimakasih atas kesediaan menjadi responden,

bapa/ibu/sdra/sdri akan mendapat ballpoint.

G. Pembiayaan

Semua biaya yang terkait penelitian akan ditanggung peneliti.

H. Informasi Tambahan

Bila ada hal yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut, bapa/ibu/sdra/sdri dapat

menghubungi :
Nama : Anggi Anggraeni Ridwan

NIM : 21142012003

Alamat :

Terima Kasih

Anggi Anggraeni Ridwan


INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :

Telah mendapat keterangan secara rinci dan jelas mengenai:


1. Penelitian yang berjudul “Pengaruh senam kaki diabetes terhadap
penuruanan kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II di
Poli Geriatri RSUD Kabupaten Subang Tahun 2023”.
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subjek
3. Manfaat ikut sebagai subjek penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Prosedur penelitian
Dan subjek penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena
itu saya bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subjek penelitian
dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari
pihak manapun.
Subang, .....................2021
Peneliti, Responden,

(Anggi Anggraeni Ridwan) (…………………)


SOP SENAM KAKI DIABETES MELLITUS

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan


yang dilakukan oleh pasien diabetes
Definisi mellitus untuk mencegah terjadinya luka
dan membantu memperlancarkan peredaran
darah bagian kaki
a. Memperbaiki sirkulasi darah
b. Memperkuat otot-otot kecil
c. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
Tujuan
d. Meningkatkan kekuatan otot betis dan
paha
e. Mengatasi keterbatasan gerak sendi
a. Indikasi
Senam kaki ini dapat diberikan kepada
seluruh penderita diabetes mellitus
dengan tipe I maupun tipe II. Namun
sebaiknya diberikan sejak pasien
didiagnosa menderita diabtes mellitus
Indikasidan kontra indikasi sebagai itndakan penceganahan dini.
b. Kontraindikasi
a) Klien mengalami perubahan fungsi
fisiologis sepertidispnue atau nyeri
dada
b) Orang yang depresi, khwatir atau
cemas
1. Persiapan alat : kertas Koran 2 lembar,
kursi (jika tindakan dilakukan dalam
posisi duduk), hand scon.
2. Persiapan klien : kontrak topic, waktu,
Prosedur tempat dan tunjuandilaksanakan senam
kaki
3. Persiapan lingkungan : ciptakan
lingkungan yang nyaman bagi pasien,
jaga privacy pasien
Pelaksanaan
1. Berdiri ditempat, angkat kedua tangan keatas
seluruh bahu, kedua tangan bertautan, lakukan
bergantian dengan posisi tangan di depan tubuh.
2. Berdiri ditempat angkat kedua tangan ke depan
tubuh sehingga lurus bahu, kemudian gerakan
PEMANASAN kedua jari seperti hendak meremas, lalu buka
lebar. Secara bergantian namun tangan
diangkat ke
kanan kiri tubuh hingga lurus bahu
LATIHAN INTI
Duduk secara tegak diatas kursi (jangan
bersandar) dengan meletakan kaki dilantai

Dengan meletakan tumit di lantai, jari-jari


kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu
bengkokan kembali ke bawah seperti cakar.
Lakukan sebanyak 10 kali.

Dengan meletakan tumit dilantai, angkat


telapak kaki ke atas.kemudian, jari-jari kaki
diletakan dilantai dengan tumit kaki
diangkatkan ke atas. Cara ini diulangi
sebanyak 10 kali

Tumit kaki diletakan dilantai. Bagian dengan


kaki diangkat keatas dan buat putaran 360o
dengan pergerakan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali

Jari-jari kaki diletakan dilantai. Tumit diangkat


dan buat putaran 360o dengan pergerakan pada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali
Kaki diangkat keatas dengan meluruskanlutut.
Buat putaran 360o dengan pergerakan pada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali

Lutut diluruskan lalu dibengkokan kembali


kebawah sebanyak 10 kali. Ulani langkah
ini untuk kaki yang sebelahnya.
Seperti latihan sebelumnya, tetapi kali ini
dengan kedua kaki bersamaan.
Angkat kedua kaki luruskan dan
pertahankan posisi tersebut, lalu gerakan
kaki pada pergelangan kaki, kedepan dan
kebelakang
Letakan sehelai kertas surat kabar dilantai.
Robek kertas menjadi dua bagian
Bentuk kertas itu menjadi seperti
bola dengan kedua belah kaki. Kemudian,
buka bola itu menjadi lembaran seperti
semula dengan menggunakan kedua belah
kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja.

PENDINGINAN Kaki kanan menekuk, kaki kiri lurus.


Tangan kiri lurus kedepan selurus bahu,
tangan kanan di tekuk ke dalam. lakukan
secara bergantian.
2. Posisi kaki membentuk huruf V terbalik,
kedua tangan direntangkan ke atas
membentuk huruf V.

Sumber dari: Basuni (2022)


STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
CEK GULA DARAH ACAK (GDA)

PEMERIKSAAN GULA DARAH


Pemeriksaan gula darah digunakan untuk
Pengertian
mengetahui kadar gula darah seseorang.
Indikasi 1. Klien yang tidak mengetahui penyakitnya
2. Penderita DM
Tujuan Untuk mengetahui kadar gula sewaktu sebagai
indikatr adanya metabolism karbohidrat.
Persiapan alat 1. Glukometer / alat monitor kadar glukosa
darah
2. Kapas Alkohol
3. Hand scoon bila perlu
4. Stik GDA / strip tes glukosa darah
5. Lanset / jarum penusuk
6. Bengkok
7. Tempat sampah
Persiapan lingkungan 1. Menjaga privasi klien
2. Sebelum dilakukan tindakan probandus/ orang
diberika informasi untuk tidak makan
(puasa)mulai jam 10 malam (sekitar 12 jam
sebelum praktikum dimulai).
Prosedur 1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien.
2. Mencuci tangan.
3. Memakai handscoon bila perlu
4. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
5. Dekatkan alat disamping pasien.
6. Pastikan alat bisa digunakan.
7. Pasang stik GDA pada alat glukometer.
8. Mengurut jari yang akan ditusuk (darah
diambil dari salah satu ujung jari telunjuk,
jari tengah, jari manis tangan kiri / kanan).
9. Desinfeksi jari yang akan ditusuk
dengan kapas alkohol.
10. Menusukkan lanset di jari tangan pasien, dan
biarkan darah mengalir secara spontan.
Sumber dari : Basuni (2022)
LEMBAR OBSERVASI

No. Hasil GDA


Responden Sebelum Sesudah
1
2
3
dst
Statistics

gdpre gdpost

N Valid 21 21

Missing 0 0
Minimum 100 80
Maximum 260 180

Explore

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

gdpre .133 21 .200* .946 21 .279


gdpost .175 21 .093 .945 21 .276

a. Lilliefors Significance Correction


*. This is a lower bound of the true significance.
T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 gdpre 157.62 21 44.711 9.757

gdpost 127.14 21 27.229 5.942

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 gdpre & gdpost 21 .807 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the

Std. Error Difference Sig. (2-


Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 gdpre - gdpost 30.476 27.835 6.074 17.806 43.146 5.017 20 .000
Master Tabel Penelitian

Pre Senam Gula Darah Pre Gula Darah


Post Senam
No Responden Kaki Senam Kaki Post Senam
Kaki Diabetes
Diabetes Diabetes Kaki Diabetes
1 Ny. C √ 110 √ 100
2 Ny. M √ 100 √ 80
3 Ny. N √ 150 √ 120
4 Tn. O √ 160 √ 110
5 Tn. I √ 220 √ 160
6 Tn. A √ 260 √ 150
7 Ny. C √ 120 √ 110
8 Ny. N √ 140 √ 110
9 Tn. T √ 100 √ 100
10 Tn. D √ 200 √ 160
11 Tn. A √ 180 √ 170
12 Ny. A √ 150 √ 120
13 Ny. M √ 150 √ 140
14 Ny. C √ 200 √ 180
15 Tn. T √ 160 √ 140
16 Tn. R √ 180 √ 120
17 Tn. T √ 120 √ 110
18 Ny. T √ 100 √ 100
19 Ny. S √ 120 √ 100
20 Tn. S √ 220 √ 140
21 Ny. T √ 170 √ 150

Anda mungkin juga menyukai