Anda di halaman 1dari 101

PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN

DARAH PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI DESA LEMAHSUGIH


KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA
TAHUN 2022

SKRIPSI

Oleh

Elsa Elpiana
NIM. 18142011063

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
2022
PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI DESA LEMAHSUGIH
KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA
TAHUN 2022

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Pendidikan Program Sarjana Keperawatan

Oleh

Elsa Elpiana
NIM. 18142011063

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN


DARAH PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI DESA LEMAHSUGIH
KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA
TAHUN 2022

Karya Ilmiah Akhir ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan


Tim Penguji Karya Ilmiah Akhir Program Sarjana Ilmu Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas YPIB Majalengka

Majalengka, Agustus 2022

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Eti Wati, S.Kep., Ners., S.Pd., M.Pd. Yophi Nugraha, S.Kep., Ners., M.Kes.
NIP. 17.02.07.97.011 NIP. 17.02.06.10.091
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN


DARAH PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI DESA LEMAHSUGIH
KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA
TAHUN 2022

Karya Ilmiah Akhir ini telah diperiksa dan disahkan dihadapan Tim Penguji
Karya Ilmiah Akhir Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas YPIB Majalengka

Majalengka, Agustus 2022

Mengesahkan,

Ketua Penguji, Anggota Penguji 1, Anggota Penguji,

Eti Wati, S.Kep., Ners., S.Pd., M.Pd. Idris Handriana, S.Kep., Ners., M.Kep. Wini Fitrina Sofyan, M.Pd
NIP. 17.02.07.97.011 NIP. 17.02.02.11.097 NIP. 17.02.06.20.127

Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Program Studi


Universitas YPIB Majalengka Sarjana Ilmu Keperawatan & Profesi Ners

Idris Handriana, S.Kep., Ners., M.Kep. Rahayu Setyowati, S.Kp., M.Kep.


NIP. 17.02.02.11.097 NIP. 17.02.01.13.106
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir yang berjudul “Pengaruh


Terapi Bekam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penyakit
Hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten
Majalengka Tahun 2022” ini sepenuhnya karya sendiri. Tidak ada bagian
didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan lain dalam karya saya ini,
atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Majalengka, Agustus 2022


Yang Membuat Pernyataan

Materai
10.000

Elsa Elpiana
NIM. 18142011063

iii
BIODATA PENULIS

Identitas Pribadi:

Nama Lengkap : Elsa Elpiana

Tempat, Tanggal Lahir : Majalengka, 07 Oktober 1999

Agama : Islam

Alamat : Desa cigaleuh blok salasa lapang bola Rt/Rw008/002

desa cigaleuh kec.lemahsugih Kab.Majalengka

Riwayat Pendidikan :

1. SDN Cigaleuh III (2006-2012)

2. SMPN 3 Lemahsugih (2012-2015)

3. SMK Al-Farizi Bantarujeg (2015-2018)

4. S1 Keperawatan STIKes YPIB Majalengka (2018-2022)

iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Menuntut ilmu adalah takwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-


ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad.”
Abu Hamid Al Ghazali

“Apapun yang menjadi takdirmu, akan mencari jalannya menemukanmu.”


Ali bin Abi Thalib

“kamu tidak bisa kembali dan mengubah masalalu ,maka dari itu tataplah masa
depan dan jangan buat kesalahan yang sama duakali”
(penulis)

Alhamdulillah Alhamdulillahhirobbil'alamin. . .
Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang maha Agung,
semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku
untuk meraih cita-cita besarku.

Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda Riset Kusmanto dan
Ibundaku tercinta Ibu Mimin serta adikku satu-satunya Pebi Setiabudi Zialulhak,
terimakasih atas kasih sayang serta suport penuh terhadap saya yang begitu
besar sehingga saya dapat menyelesaikan kuliah program sarjana keperawatan,
saya sangat- sangat bersyukur dan bahagia.
Kepada keluarga besar Aki Anwar
Kepada keluarga besar Aki Jajang
Kepada kakaku tersayang (Rian Intansari & Anji )
Kepada kamu orang baik (Husni Mubarak)
yang telah suport saya terimakasih banyak .

Dan kupersembahkan skripsi ini untuk orang yang selalu nanya “kapan sidang?”
“kapan nyusul?” “kapan wisuda?” dan lain sejenisnya ,kalian adalah alasanku
segera menyelesaikan tugas akhir ini .

Kepada sahabat-sahabat terbaiku (BPC) & teman-teman sejawat saudara


seperjuangan S1 Keperawatan angkatan 2018 terimakasih ku ucapkan "
Tanpamu teman aku tak pernah berarti, tanpamu teman aku bukan siapa-siapa
yang takkan jadi apa-apa"
"I love you All"

v
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
Skripsi, Agustus 2022

ELSA ELPIANA

PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN


DARAH PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI DESA LEMAHSUGIH
KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN
2022

V bab + 73 halaman + 6 tabel + 2 gambar + 3 diagram + 8 lampiran

ABSTRAK

Pendahuluan. Hipertensi merupakan salah satu masalah yang mendapat prioritas


karena kasusnya semakin hari semakin tinggi. Kejadian hipertensi di UPTD
Puskesmas Lemahsugih tahun 2020-2021 mengalami kenaikan dari 27,3%
menjadi 33,2%. Upaya mencegah dan mengatasi hipertensi dapat dilakukan
dengan non farmakologis yaitu dengan terapi bekam. Tujuan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan
darah pada penyakit hipertensi. Metode. Penelitian ini menggunakan pre
eksperimen dengan desain the one group pretest-posttest desaign. Sampelnya
sebanyak 20 orang dengan teknik purposive sampling. Instrumennya
menggunakan lembar observasi. Analisis datanya menggunakan distribusi
frekuensi, tendensi sentral dan uji statistik paired t-test. Hasil dan Kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tekanan darah pada penderita hipertensi
usia sebelum terapi bekam yaitu sistolik 143,37 mmHg dan diastolik 92.80 mmH
dan sesudah terapi bekam yaitu sistolik 131.30 mmHg dan diastolik 85.50 mmHg.
Terdapat pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada penyakit
hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka
tahun 2022. Bagi pihak puskesmas, terapi bekam dapat dijadikan sebagai salah
satu alternatif untuk menangani hipertensi dan perlunya petugas kesehatan
memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada penderita hipertensi mengenai
terapi bekam. Penderita hipertensi agar melakukan kontrol tekanan darah dengan
teratur dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan mengenai terapi bekam yang
baik dan benar sehingga dapat menurunkan atau mengendalikan tekanan darah
secara optimal.

Kata Kunci: Hipertensi, Tekanan Darah, Terapi Bekam

vi
BACHELOR OF SCIENCE IN NURSING
FACULTY OF HEALTH SCIENCES
YPIB MAJALENGKA UNIVERSUTY
A paper, August 2022

ELSA ELPIANA

THE EFFECT OF MULTIFORARY HONEY ON THE LEVEL OF


DYSMENORRHEA PAIN IN LEVEL III NURSING STUDENTS AT YPIB
UNIVERSITY MAJALENGKA IN 2022

V chapter + 73 pages + 6 tables + 2 pictures + 3 diagrams + 8 appendices

ABSTRACT

Introduction. Hypertension is one of the problems that gets priority because the
cases are getting higher day by day. The incidence of hypertension in the UPTD
of the Lemahsugih Health Center in 2020-2021 has increased from 27.3% to
33.2%. Efforts to prevent and treat hypertension can be done non-
pharmacologically, namely cupping therapy. Purpose. This study aims to
determine the effect of cupping therapy on reducing blood pressure in
hypertension. Method. This study uses a pre-experimental design with the one
group pretest-posttest design. The sample is 20 people with purposive sampling
technique. The instrument uses an observation sheet. The data analysis used
frequency distribution, central tendency and paired t-test statistic test. Results
and Conclusions. The results showed that the average blood pressure in
hypertensive patients aged before cupping therapy was systolic 143,37 mmHg and
diastolic 92.80 mmHg and before cupping therapy was systolic 131.30 mmHg and
diastolic 85.50 mmHg. There is an effect of cupping therapy on reducing blood
pressure in hypertension in Lemahsugih Village, Lemahsugih District,
Majalengka Regency in 2022. For the puskesmas, cupping therapy can be used as
an alternative to overcome hypertension and the need for health workers to
provide counseling and guidance to hypertension sufferers regarding cupping
therapy . people with hypertension to control their blood pressure regularly and
observe good and correct health workers so that they can control blood pressure
optimally.

Keywords: Hypertension, Blood Pressure, Cupping Therapy

vii
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ridho dan

rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada

Penyakit Hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih

Kabupaten Majalengka Tahun 2022”.

Adapun maksud dan tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi

Ujian Sarjana pada Program S-1 Keperawatan Universitas YPIB Majalengka.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan dukungan serta

bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus

kepada semua pihak yang telah turut membantu atas penyusunan skripsi ini,

diantaranya kepada :

1. Jejen Nurbayan S.sos., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Imam Bonjol (YPIB)

Majalengka.

2. Dr. Wawan Kurniawan, SKM, S.Kep., Ners., M.Kes., selaku Rektor

Universitas YPIB Majalengka.

3. Idris Handriana, S.Kep., Ners., M.Kep., selaku Dekan Fakultas Universitas

YPIB Majalengka.

4. Rahayu Setyowati, S.Kp., M.Kep., selaku Ketua Program Studi S-1

Keperawatan Universitas YPIB Majalengka.

viii
5. Eti Wati, S.Kep., Ners., S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing Utama yang telah

memberikan arahan serta bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini.

6. Yophi Nugraha, S.Kep., Ners., M.Kes., selaku Pembimbing Pendamping yang

telah memberikan arahan serta bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini.

7. Kedua orang tua, terima kasih atas doa, dukungan serta nasehatnya selama ini

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-temanku, yang telah memberikan semangat dan kerja samanya selama

ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini akan bermanfaat bagi pembaca

pada umumnya dan penulis pada khususnya. Atas perhatiannya penulis ucapkan

terima kasih.

Majalengka, Agustus 2022

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................3
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................4
PERNYATAAN ..................................................................................................... iii
BIODATA PENULIS ............................................................................................ iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN..............................................................................v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR DIAGRAM .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 8
C Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................11
A. Hipertensi ............................................................................................. 11
1. Pengertian ........................................................................................ 11
2. Etiologi Hipertensi ........................................................................... 12
3. Klasifikasi Hipertensi ....................................................................... 13
4. Patofisiologi Hipertensi .................................................................... 14
5. Tanda dan Gejala Hipertensi ............................................................ 15
6. Faktor-faktor Resiko Hipertensi ...................................................... 17
7. Komplikasi Hipertensi ...................................................................... 21

x
8. Penanganan dan Pengobatan ............................................................ 22
B. Terapi Komplementer ........................................................................... 28
1. Pengertian ......................................................................................... 28
2. Klasifikasi Terapi Komplementer .................................................... 29
C. Terapi Bekam ....................................................................................... 29
D. Kerangka Teori ..................................................................................... 43
E. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................. 44
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................47
A. Kerangka Konsep ................................................................................. 47
B. Definisi Operasional ............................................................................. 48
C. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 49
D. Metode Penelitian ................................................................................. 49
1. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ............................................. 49
2. Populasi dan Sampel Penelitian........................................................ 50
3. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... 51
4. Instrumen Penelitian ......................................................................... 51
5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 52
6. Pengolahan Data ............................................................................... 54
7. Etika Penelitian ................................................................................. 55
8. Analisis Data..................................................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................60
A. Hasil Penelitian..................................................................................... 60
B. Pembahasan .......................................................................................... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................72
A. Kesimpulan ........................................................................................... 72
B. Saran ..................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan ..........................................................44


Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengaruh Terapi Bekam Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penyakit Hipertensi di Desa
Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka
Tahun 2022 .......................................................................................48
Tabel 4.1 Distribusi Tendensi Sentral Tekanan Darah Sebelum Terapi
Bekam pada Penyakit Hipertensi di Desa Lemahsugih
Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka Tahun 2022 .........60
Tabel 4.2 Distribusi Tendensi Sentral Tekanan Darah Sesudah Terapi
Bekam pada Penyakit Hipertensi di Desa Lemahsugih
Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka Tahun 2022 .........61
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas .........................................................................63
Tabel 4.4 Pengaruh Terapi Bekam terhadap Penurunan Tekanan Darah
pada Penyakit Hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan
Lemahsugih Kabupaten Majalengka Tahun 2022 ............................63

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Cupping set.........................................................................................37


Gambar 2.2 Lancing Device...................................................................................37

xiii
DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 2.1 Kerangka Teeori Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan


Darah pada Penderita Hipertensi ......................................................43
Diagram 3.1 Visualisasi Kerangka Pengaruh Terapi Bekam Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penyakit Hipertensi di Desa
Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka
Tahun 2022 .......................................................................................47
Diagram 3.2 Desain Penelitian ...............................................................................49

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3 Standar Operasional Prosedur (SOP) Terapi Bekam
Lampiran 4 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengukuran Tekanan Darah
Lampiran 5 Lembar Observasi
Lampiran 6 Hasil Pengolahan SPSS
Lampiran 7 Surat Ijin dan Balasan Penelitian
Lampiran 8 Lembar Bimbingan

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang dihadapi oleh

hampir seluruh negara di dunia ini. Hipertensi ditandai dengan adanya

peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh arteri secara terus

menerus lebih dari suatu periode. Menurut World Health Organization (WHO),

seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik sama dengan atau

di atas 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik sama dengan atau di atas

90 mmHg (WHO, 2021).

WHO pada tahun 2020 melaporkan bahwa sekitar 1,56 miliar penduduk

di dunia mengalami hipertensi. Hipertensi membunuh hampir 8 miliyar orang

setiap tahun di dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di kawasan

Asia Timur-Selatan. Prevanlensi hipertensi di beberapa negara berbeda, di

negara Amerika Serikat prevalensi hipertensi sebesar 20,5%, di negara Eropa

berkisar antara 10-15%, di Asia Timur sebesar 23,5% dan Asia Tenggara

sebesar 21,5% (WHO, 2021).

Jumlah kasus hipertensi di Indonesia pada tahun 2020 sebanyak

63.309.620 kasus, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi

sebanyak 427.218 kematian (0,7%). Hipertensi di Indonesia terjadi pada

kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64

tahun (55,2%) (Kementerian Kesehatan RI, 2021).

1
2

Prevalensi hipertensi tertinggi di Indonesia yaitu Provinsi Kalimantan

Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Sedangkan

prevalensi hipertensi di Provinsi Jawa Barat tahun 2019 sebesar 34,1% dan

tahun 2020 sebesar 35,7%. Sebagian besar kasus hipertensi di Provinsi Jawa

Barat berujung pada penyakit jantung sebesar 40-60% dan stroke sebesar 15-

30% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2021).

Berdasarkan data Provinsi Jawa Barat tahun 2020, jumlah kasus

hipertensi tertinggi terdapat di Kota Cirebon yaitu sebanyak 31.098 kasus

penemuan dan paling rendah terdapat di Kabupaten Pangandaran sebanyak

6.789 kasus penemuan hipertensi (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat,

2021).

Jumlah kasus hipertensi di Kabupaten Majalengka pada tahun 2019

sebanyak 15.092 orang (9,2%) dari jumlah 162.881 orang, sebanyak tahun

2020 sebanyak 18.469 orang (11,0%) dari jumlah 168.577 orang. Kejadian

hipertensi paling tinggi di Kabupaten Majalengka terdapat di UPTD Puskesmas

Lemahsugih pada tahun 2020 sebanyak 1.875 orang (27,3%) dari jumlah

sasaran sebanyak 8.745 orang, sedangkan paling rendah di Puskesmas

Cingambul sebanyak 254 kasus (3,9%) dari 6.512 orang (Dinas Kesehatan

Kabupaten Majalengka, 2021).

Pemilihan lokasi di UPTD Puskesmas Lemahsugih disamping karena

situasi pandemi juga kerena masih banyaknya kasus hipertensi terjadi di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Lemahsugih. Berdasarkan data UPTD

Puskesmas Lemahsugih pada tahun 2021 tercatat kejadian hipertensi sebanyak


3

2.907 orang (33,2%) dari jumlah sasaran sebanyak 8.745 orang. Berdasarkan

data ini, kejadian hipertensi di UPTD Puskesmas Lemahsugih tahun 2020-2021

mengalami kenaikan dari 27,3% menjadi 33,2%. Menurut data UPTD

Puskesmas Lemahsugih, desa dengan angka kasus hipertensi paling tinggi

terdapat di Desa Lemahsugih, data terbaru pada bulan Januari-Februari 2022

tercatat jumlah kasus hipertensi sebanyak 476 kasus.

Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat sehingga perlu

pencegahan dan penanganan agar tidak menimbulkan risiko atau komplikasi

yang lebih parah seperi jantung, stroke dan bahkan kematian. Berdasarkan

etiologinya, Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi Hipertensi primer atau

essensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer dengan insiden 80-95%

dimana pada Hipertensi jenis ini tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan

Hipertensi sekunder akibat adanya suatu penyakit atau kelainan yang

mendasari, seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,

feokromositoma, hiperaldosteronism, dan sebagainya (Potter & Perry, 2017).

Hipertensi juga dapat meningkat karena adanya beberapa faktor seperti

faktor yang tidak terkontrol dan faktor yang terkontrol. Faktor yang tidak dapat

dikontrol yaitu jenis kelamin, umur, dan genetik. Sedangkan faktor yang dapat

dikontrol yaitu manajemen diri, obesitas, kurang olahraga, kebiasaan merokok,

mengonsumsi garam berlebih, minum kopi dan stres. Faktor yang dapat

dikontrol menjadi salah satu cara pencegahan yang bisa dilakukan oleh para

penderita hipertensi untuk meringankan atau mengontrol tekanan darahnya

(Kementerian Kesehatan RI, 2018).


4

Upaya penanganan Hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

penanganan secara farmakologis dan non farmakologis. Penanganan secara

farmakologis yaitu dengan cara pemberian obat-obatan (farmakologis) meliputi

pemberian diuretik, penghambat simpatetik, betabloker, vasodilator dan

penghambat enzim konversi angiostensin. Sedangkan penanganan secara non

farmakologis seperti pengontrolan berat badan, diet rendah garam, diet rendah

lemak, olahraga, berhenti merokok, manajemen stres, seknik relaksasi dan

terapi komplementer (Potter & Perry, 2017).

Terapi komplementer pada pengobatan hipertensi merupakan sebuah

penanganan non farmakologis yang dapat dilakukan secara tradisional.

Menurut Hitchcock et al. dalam (Rufaida, 2018), terapi komplementer di bagi

menjadi dua yaitu invasif dan non invasif. Terapi komplementer invasif

contohnya adalah akupuntur dan cupping (bekam) yang menggunakan jarum

dalam pengobatannya. Sedangkan non invasif seperti terapi energi (reiki,

chikung, tai chi, prana, terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi aroma,

terapi nutrisi, food combining, terapi jus, terapi urin, hidroterapi colon dan

terapi sentuhan modalitas; akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki, rolfing, dan

terapi lainnya.

Terapi bekam termasuk ke dalam jenis terapi komplementer invasif yang

artinya dapat memberikan pengaruh secara langsung pada klien karena

menggunakan peralatan bekam. Terapi bekam adalah salah satu upaya

alternatif yang dapat dilakukan dalam menangani penyakit hipertensi agar tidak
5

terjadi komplikasi yang lebih parah dengan teknik pengeluaran darah dengan

alat tertentu atau alat bekam (Irawan & Ari, 2017).

Terapi bekam terbagi menjadi dua macam yaitu bekam kering dan bekam

basah. Pada metode bekam basah, sehabis terjalin bendungan lokal, prosesnya

dilanjutkan dengan penusukan jarum bekam di permukaan kulit menggunakan

pisau bekam atau bisturi agar darah kotor dapat dikeluarkan. Bekam basah

dianggap lebih efektif untuk berbagai penyakit, terutama penyakit yang

berkaitan dengan gangguan pada pembuluh darah. Berbeda dengan bekam

kering yang bisa jadi hanya mengobati penyakit ringan. Bekam basah bisa

menolong menanggulangi penyakit yang lebih parah, kronis ataupun

degeneratif, seperti hipertensi (Mardiah, 2018).

Terapi bekam mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan, salah

satunya manfaat dalam penurunan tekanan darah pada pasien penderita

hipertensi. Terapi bekam dapat menimbulkan reaksi peradangan (rubor, dolor,

kalor, funsiolesa), hal ini menunjukkan terjadinya kerusakan dari mast cell dan

lain-lain akibat pembekaman mengeluarkan beberapa zat seperti serotonin,

histamine, bradikinin, slow reacting substance (SRS), serta zat-zat lain yang

belum diketahui. Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan

arteriol, serta flare reaction pada daerah yang dibekam dan terjadi pengeluaran

faktor pembuat relaksasi derivat endotel (FBRDE, endhotelium-derived

relaxing factor/EDRF) atau sekarang lebih dikenal dengan nama Oksida Nitrat

(NO) yang akan berdampak pada relaksasi otot polos pembuluh darah. Saat

dilakukan pembekaman akan keluar zat-zat tersebut yang akan menyebabkan


6

relaksasi dan vasodilatasi pada pembuluh darah sehingga menurunkan tahanan

dari pembuluh darah yang akan berdampak pada menurunnya tekanan darah

(Irawan & Ari, 2017).

Terapi bekam basah diketahui dapat membersihkan tubuh dari toksik

dengan cara penyanyatan atau tusukan-tusukan kecil di permukaan kulit

kemudian dilakukan pengeluaran darah dengan alat tertentu. Dengan

dilakukannya bekam, tubuh akan mengeluarkan zat seperti serotonin, histamin,

brandkinin, slowreacing substance yang mengakibatkan terjadinya perbaikan

mikrosirkulasi pembuluh darah yang akan berefek relaksasi pada otot yang

kaku serta menstabilkan tekanan darah. Penderita hipertensi seletah

mendapatkan terapi bekam selama 7 hari mengalami penurunan tekanan darah

(Asis dkk., 2021).

Hasil penelitian (Nuridah & Yodang, 2021) mengenai pengaruh terapi

bekam terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Kolaka dengan metode study quasy eksperimental. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa setelah dilakukan pembekaman basah,

tekanan darah sistole dan diastole mengalami penurunan secara signifikan pada

kelompok intervensi sebesar 0,000.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Fatonah, 2019) mengenai pengaruh

terapi bekam terhadap tekanan darah penderita hipertensi di Klinik Master

Bekam Way Halim Bandar Lampung dengan metode eksperimen semu dan

jumlah respondennya 40 orang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terapi


7

bekam berpengaruh terhadap menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi

dengan  = 0,007.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Susanah dkk., 2017) mengenai

pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi di Poliklinik Trio Husada Malang dengan metode quasi

experimental with one group pretest-posttest design dengan responden

sebanyak 23 orang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi ( =

0,000).

Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Desa Lemahsugih

Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka terhadap 10 penderita

hipertensi, sebanyak 7 dari 10 penderita mengatakan penanganan hipertensi

selama ini hanya dilakukan dengan cara berobat dan memeriksakan tekanan

darah ke petugas kesehatan, sedangkan 3 dari 10 mengatakan selama ini hanya

mengurangi aktifitas fisik yang berat dan mengkonsumsi herbal untuk

menurunkan tekanan darahnya. Dari 10 penderita hipertensi tersebut, belum

ada yang pernah melakukan terapi bekam sebagai cara alternatif untuk

mengatasi hipertensi yang dideritanya.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Pada Penyakit Hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih

Kabupaten Majalengka Tahun 2022.”


8

B. Rumusan Masalah

Kejadian hipertensi di UPTD Puskesmas Lemahsugih tahun 2020-2021

mengalami kenaikan dari 27,3% menjadi 33,2% dan desa dengan angka kasus

hipertensi paling tinggi terdapat di Desa Lemahsugih yaitu pada bulan Januari-

Juli 2022 tercatat sebanyak 476 kasus, serta hasil studi pendahuluan di Desa

Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih, dari 10 penderita hipertensi belum ada

yang pernah melakukan terapi bekam sebagai cara alternatif untuk mengatasi

hipertensi yang dideritanya, pengobatan yang biasa dilakukan yaitu melakukan

kontrol tekanan darah, mengurangi aktifitas fisik yang berat dan beberapa

mengkonsumsi herbal untuk menurunkan tekanan darahnya. Maka pertanyaan

dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada pengaruh terapi bekam terhadap

penurunan tekanan darah pada penyakit hipertensi di Desa Lemahsugih

Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka Tahun 2022.”

C Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap penurunan

tekanan darah pada penyakit hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan

Lemahsugih Kabupaten Majalengka Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah sebelum terapi bekam pada

penyakit hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih

Kabupaten Majalengka Tahun 2022.


9

b. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah sesudah terapi bekam pada

penyakit hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih

Kabupaten Majalengka Tahun 2022.

c. Untuk mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan

darah pada penyakit hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan

Lemahsugih Kabupaten Majalengka Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan

pengambangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan khususnya tentang

penurunan tekanan darah pada pasien penderita Hipertensi dengan cara non

farmakologis yaitu dengan terapi bekam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi UPTD Puskesmas Lemahsugih

Melalui penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan

kepada petugas kesehatan mengenai intervensi non farmakologis kepada

penderita hipertensi dengan terapi bekam.

b. Bagi Universitas YPIB Majalengka

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi

kepustakaan di Universitas YPIB Majalengka mengenai pengaruh terapi

bekam terhadap penurunan tekanan darah pada penyakit hipertensi.


10

c. Bagi Pasien Hipertensi

Melalui penelitian ini dapat memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai penanganan non farmakologis untuk menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi yaitu dengan terapi bekam.

d. Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan sebagai dasar atau bahan pertimbangan untuk

penelitan sejenis di masa yang akan datang dengan memperhatikan

desain atau variabel lain yang diteliti.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.

Pada setiap detak jantung, tekanan darah bisa berkisar antara maksimum

(sistolik) dan minimum (diastolik). Tekanan sistolik adalah jumlah yang

muncul di bagian atas, dikenal dengan tekanan dara sistolik. Itu adalah

jumlah yang diukur dalam setiap detak jantung, ketika jantung berkontraksi

dan mendorong darah melalui arteri ke seluruh tubuh. Angka tekanan darah

sistolik yang normal adalah sekitar 120 mmHg kebawah, sedangkan tekanan

darah sistolik yang menunjukkan angka 140 mmHg keatas dianggap

sebagai Hipertensi atau tekanan darah tinggi (Potter & Perry, 2017).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem

peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas

nilai normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg (Aspiani, 2018). Hipertensi

adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi dan merupakan

salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita di dunia

termasuk di Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum

terjadi dalam masyarakat kita. Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada

11
12

arteri utama didalam tubuh terlalu tinggi. Hipertensi kini semakin sering

dijumpai pada orang lanjut usia (Kholifah, 2018).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

Hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi dan di batas normal yaitu

jika melebihi 140 / 90 mmHg.

2. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi

Hipertensi primer/essensial dengan insiden 80-95% dimana pada Hipertensi

jenis ini tidak diketahui penyebabnya. Selain itu terdapat pula Hipertensi

sekunder akibat adanya suatu penyakit atau kelainan yang mendasari, seperti

stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, feokromositoma,

hiperaldosteronism, dan sebagainya (Potter & Perry, 2017).

Kejadian Hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang

merupakan bentuk dari atherosklerosis (pengerasan arteri). Atherosklerosis

ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada dinding arteri

sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena sel-sel otot

arteri tertimbun lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi

penyempitan pada arteri dan penurunan elastisitas arteri sehingga tidak

dapat mengatur tekanan darah kemudian mengakibatkan Hipertensi.

Kekakuan arteri dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung

bertambah berat yang dimanisfestasikan dalam bentuk hipertrofi ventrikel

kiri dan gangguan fungsi diastolik karena gangguan relaksasi ventrikel kiri
13

sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi

(Potter & Perry, 2017).

Berdasarkan etiologinya, Hipertensi dibagi dua yaitu (Potter & Perry,

2017):

a. Hipertensi esensial, juga disebut Hipertensi primer atau idiopatik, adalah

Hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus Hipertensi

termasuk dalam kelompok ini. Kelainan hemodinamik utama pada

Hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer. Penyebab

Hipertensi esensial adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan

lingkungan.

b. Hipertensi sekunder, prevalensinya hanya sekitar 5-8 % dari seluruh

penderita Hipertensi. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh penyakit ginjal

(Hipertensi renal), penyakit endokrin, obat, dan lain-lain.

3. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Hipertensi menurut JNC 7 (Joint National Commitee on

the prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure)

adalah sebagai berikut (Kementerian Kesehatan RI, 2019):

a. Normal, jika sistolik < 120 mmHg dan distolik < 80 mmHg

b. Pre Hipertensi, jika sistolik 120-139 mmHg atau diastolik 80-89 mmHg

c. Hipertensi stadium 1, jika sistolik 140-159 mmHg atau diastolik 90-99

mmHg

d. Hipertensi stadium 2, jika sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 100

mmHg
14

4. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output

(curah jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung)

diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut

jantug). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom

dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam

mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri,

pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi

vaskular (Potter & Perry, 2017)

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di vasomotor, pada medulla diotak. Pusat vasomotor ini bermula

jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari

kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang

bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik

neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Aspiani, 2018).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan

Hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Meski etiologi Hipertensi

masih belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis
15

hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf,

ginjal, jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin,

sodium, dan air (Potter & Perry, 2017).

Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon

rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan

steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh

darah (Aspiani, 2018).

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal,

menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron

oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua

faktor ini cendrung mencetuskan keadaan Hipertensi (Alifariki, 2019).

5. Tanda dan Gejala Hipertensi

Pemeriksaan fisik pada pasien yang menderita Hipertensi tidak

dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi. Tetapi dapat

ditemukan perubahan pada retina, seperti pendarahan, eksudat (kumpulan

cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat terdapat edema

pupil (edema pada diskus optikus) (Potter & Perry, 2017)


16

Tahapan awal pasien kebanyakan tidak memiliki keluhan. Keadaan

simtomatik maka pasien biasanya peningkatan tekanan darah disertai

berdebar–debar, rasa melayang (dizzy) dan impoten. Hipertensi vaskuler

terasa tubuh cepat untuk merasakan capek, sesak nafas, sakit pada bagian

dada, bengkak pada kedua kaki atau perut (Aspiani, 2018)

Gejala yang muncul sakit kepala, pendarahan pada hidung, pusing,

wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa terjadi saat orang menderita

Hipertensi. Hipertensi dasar seperti Hipertensi sekunder akan

mengakibatkan penderita tersebut mengalami kelemahan otot pada

aldosteronisme primer, mengalami peningkatan berat badan dengan emosi

yang labil pada sindrom cushing, polidipsia, poliuria. Feokromositoma

dapat muncul dengan keluhan episode sakit kepala, palpitasi, banyak

keringat dan rasa melayang saat berdiri (postural dizzy) (Alifariki, 2019).

Saat Hipertensi terjadi sudah lama pada penderita atau Hipertensi

sudah dalam keadaan yang berat dan tidak diobati gejala yang timbul yaitu

sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan

menjadi kabur. Semua itu terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,

jantung dan ginjal. Pada penderita Hipertensi berat mengalami penurunan

kesadaran dan bahkan mengakibatkan penderita mengalami koma karena

terjadi pembengkakan pada bagian otak. Keadaan tersebut merupakan

keadaan ensefalopati Hipertensi (Alifariki, 2019).


17

6. Faktor-faktor Resiko Hipertensi

Faktor dapat yang mempengaruhi penurunan tekanan darah pada

penderita Hipertensiantara lain faktor yang dapat dikontrol dan tidak dapat

dikontrol (Potter & Perry, 2017).

a. Faktor yang tidak dapat dikontrol

1) Jenis Kelamin

Prevelansi terjadinya Hipertensi atau tekanan darah pada pria

sama dengan wanita. Hipertensi atau tekanan darah tinggi lebih

banyak terjadi pada pria usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak

menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60 % penderita

Hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan

hormon setelah menopause. Wanita yang belum mengalami

menopouse dilindungi hormon esterogen yang berperan dalam

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar

kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam

mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan

esterogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada

usia premenopause.

2) Umur

Insiden peningkatan tekanan darah meningkat seiring dengan

pertambahan umur. Semakin tinggi umur seseorah semakin tinggi

tekanan darahnya, jadi jika orang lebih tua cenderung mempunyai

tekanan darah tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Pada orang
18

lanjut usia (usia > 60 tahun) terkadang mengalami peningkatan

tekanan nadi karena arteri lebih kaku akibat terjadinya arterioklerosis

sehingga menjadi tidak lentur.

3) Genetik

Faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai resiko menderita Hipertensi atau tekanan

darah juga karena hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar

sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap

sodium individu. orang tua dengan Hipertensi mempunyai resiko dua

kali lebih besar untuk menderita Hipertensi dari pada orang yang tidak

mempunyai keluarga dengan riwayat Hipertensi. Jadi seseorang akan

memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan Hipertensi jika

orang tuanya adalah penderita Hipertensi.

b. Faktor yang dapat dikontrol

1) Obesitas

Obesitas adalah penumpukan lemak berlebih atatu abnormal

yang dapat mengganggu kesehatan. Seseorang dikatakan obesitas

apabila terjadi penambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka.

Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan

akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya berupa

kondisi dengan jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga

distribusi lemak diseluruh tubuh. Distribusi lemak dapat menyebabkan

resiko yang berhubungan dengan berbagai macam penyakit


19

degeneratif. Obesitas dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat

meningkatkan prevalensi Hipertensi, intoleransi glukosa, dan penyakit

jantung koroner aterosklerotik pada pasien-pasien yang obesitas.

2) Kurang olahraga

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan

Hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan

tekanan darah. Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan

kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga

bertambah akan memudahkan timbulnya Hipertensi. Meskipun

tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang berolahraga,

namun jika olahraga secara teratur akan lebih sehat dan mungkin

memiliki tekanan darah lebih rendah daripada mereka yang tidak

melakukan baik dari pada olahraga berat tetapi hanya sekali.

3) Kebiasaan merokok

Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang

membahayakan jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada

jantung dalam keadaan tegang karena tekanan darah tinggi maka

merokok dapat memperburuk keadaan tersebut. Merokok dapat

merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri menyempit dan lapisan

menjadi tebal dan kasar, nikotin, CO dan bahan lainya dalam asap

rokok terbukti merusak dinding pembuluh endotel (dinding dalam

pembuluh darah), mempermudah pengumpulan darah sehingga dapat


20

merusak pembuluh darah perifer. Keadaan paru-paru dan jantung

mereka yang tidak merokok dapat bekerja secara efisien.

4) Mengonsumsi garam berlebih

Konsumsi natrium berlebih menyebabkan kosentrasi natrium

didalam cairan ekstraseluler meningkat. Badan kesehatan dunia yaitu

WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat

mengurangi risiko terjadinya Hipertensi. Kadar sodium

direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram

sodium atau 6 gram garam) perhari.

5) Minum kopi

Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi

mengandung 75-200 mg karein, dimana dalam satu cangkir tersebut

berpotensi meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg. Konsumsi kopi

menyebabkan curah jantung meningkat dan terjadi peningkatan sistole

yang lebih besar dari tekanan distol. Hal ini terlihat pada orang yang

bukan peminum kopi yang menghentikannya paling sedikit 12 jam

sebelumnya.

6) Stres

Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan

curah jantung sehingga menstrimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun

stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi,

dan karakteristik personal.


21

7. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang

berbahaya, yaitu (Potter & Perry, 2017):

a. Payah Jantung

Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi jantung

tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini

terjadi karena kerusakan otot jantung atau sistem listrik jantung.

b. Stroke

Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadi stroke, karena

tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah

yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh

darah otak, maka terjadi pendarahan otak yang dapat berakibat kematian.

Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang

macet dipembuluh yang sudah menyempit.

c. Kerusakan ginjal

Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang

menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan

adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan

membuangnya kembali kedarah.

d. Kerusakan pengelihatan

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata,

sehingga mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur atau buta.

Pendarahan pada retina mengakibatkan pandangan menjadi kabur,


22

kerusakan organ mata dengan memeriksa fundus mata untuk menemukan

perubahan yang berkaitan dengan Hipertensi yaitu retinopati pada

Hipertensi. Kerusakan yang terjadi pada bagaian otak, jantung, ginjal dan

juga mata yang mengakibatkan penderita Hipertensi mengalami

kerusanan organ mata yaitu pandangan menjadi kabur.

Komplikasi yang bisa terjadi dari penyakit Hipertensi adalah tekanan

darah tinggi dalam jangka waktu yang lama akan merusak endotel arteri dan

mempercepat atherosclerosis. Komplikasi dari Hipertensi termasuk

rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh

darah besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit

serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner

(infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi

(Kementerian Kesehatan RI, 2019).

8. Penanganan dan Pengobatan

Penanganan atau pengobatan Hipertensi secara garis besar dibagi

menjadi dua jenis, yaitu (Potter & Perry, 2017):

a. Penanganan non farmakologis

Termasuk penanganan Hipertensi non farmakologis antara lain:

1) Pengontrolan Berat Badan

Hipertensi berkaitan kuat dengan berat badan berlebih. Makin

besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk

menyampaikan oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Volume

darah yang meningkat memberikan tekanan yang lebih besar pada


23

dinding pembuluh darah arteri. Penurunan tekanan darah dapat terjadi

karena penurunan berat badan. Penurunan berat badan akan diikuti

dengan penurunan dosis obat anti Hipertensi. Oleh karena itu, pasien

Hipertensi dianjurkan untuk menurunkan berat badan dengan cara diet

rendah energi dan melakukan latihan 30-45 menit sebanyak 4-6 kali

seminggu (Widyarani, 2017).

2) Diet Rendah Garam

Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh

yang memiliki fungsi menjaga keseimbangan cairan dan asam basa

tubuh serta berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot. Pola

makan sehari-hari umumnya mengandung natrium berlebih. Dalam

keadaan normal, jumlah natrium yang dikeluarkan tubuh melalui urin

sama dengan jumlah yang dikonsumsi. Konsumsi natrium berlebih

dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh sehingga

dapat menyebabkan edema dan/atau Hipertensi. Angka kecukupan

natrium dalam sehari adalah ± 2400 mg, dimana 2000 mg dipenuhi

dari konsumsi garam dapur dalam pemberian rasa pada masakan dan

400 mg sisanya terkandung dalam bahan makanan yang digunakan.

Satu gram garam dapur mengandung 387,6 mg natrium. Oleh karena

itu, dianjurkan konsumsi garam dapur sekitar 5 gram (setara dengan

1½ sendok teh) per hari (Nugraha, 2018).


24

3) Diet Rendah Lemak

Konsumsi lemak berlebih dapat meningkatkan risiko kejadian

Hipertensi, terutama lemak jenuh. Konsumsi lemak jenuh berlebih

dapat mengakibatkan kadar lemak dalam tubuh meningkat, terutama

kolesterol. Kolesterol yang berlebih akan menumpuk pada dinding

pembuluh darah sehingga mengakibatkan aliran darah tersumbat dan

tekanan darah menjadi meningkat. Asupan lemak yang dianjurkan

adalah 27% dari total energi dan < 6% adalah lemak jenuh. Angka

kebutuhan kolesterol yang dianjurkan adalah < 300 mg per hari

(Alifariki, 2019).

4) Olahraga

Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan

terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan

meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Jenis

olah raga atau aktifitas fisik pada lansia dapat dilakukan dengan cara

olahraga yang bersifat reaktif atau senam misalnya senam 10 menit,

senam Kegel, Yoga, Tai Chi dan Ergonomik. Senam Tai Chi

merupakan salah satu bentuk cara untuk menurunkan tekanan darah,

karena senam ini dapat menjadikan otot rileks dan mengurangi stress

sehingga menurunkan produksi hormone katekolamin dan kortisol

serta dapat menurunkan produksi renin dan angiostensin yang

merupakan faktor utama pemicu terjadinya Hipertensi. Dengan


25

gerakan yang lembut dari Tai Chi dapat menjadi pilihan olahraga yang

baik (Alifariki, 2019).

5) Berhenti Merokok

Kandungan nikotin di dalam rokok sangat berbahaya. Nikotin

akan masuk ke dalam aliran darah dan masuk ke otak. Otak

memberikan sinyal kepada kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon

adrenalin. Hormon adrenalin akan menyempitkan pembuluh darah

sehingga tekanan darah meningkat. Gas karbon monoksida dapat

menyebabkan pembuluh darah tegang dan kondisi kejang otot

sehingga tekanan darah naik. Rokok sebanyak 2 batang mampu

meningkatkan 10 mmHg tekanan darah sistolik dan diastolik.

Peningkatan tekanan darah akan menetap hingga 30 menit setelah

berhenti menghisap rokok. Pada saat efek nikotin hilang secara

perlahan, maka tekanan darah juga menurun perlahan. Namun, pada

perokok berat, tekanan darah akan selalu berada pada level tinggi

(Kementerian Kesehatan RI, 2019).

6) Manajemen Stres

Stres adalah respon alami dari tubuh dan jiwa seseorang pada

saat seseorang mengalami tekanan dari lingkungan. Hal tersebut dapat

merangsang tubuh mengeluarkan hormon adrenalin yang

menyebabkan jantung menjadi berdetak lebih cepat dan kuat sehingga

tekanan darah meningkat. Manajemen stres bisa dilakukan dengan


26

melakukan latihan pernapasan, yoga, meditasi dan latihan ringan

lainnya (Potter & Perry, 2017).

7) Teknik Relaksasi

Relaksasi pernafasan terdiri atas latihan dan praktik pernafasan

yang dirancang dan dijalankan untuk mencapai ventilasi yang lebih

terkontrol dan efisien, dan untuk mencapai mengurangi kerja bernafas.

Latihan pernafasan dapat meningkatkan pengembangan paru

sehinggga ventilasi alveoli meningkat dan akan meningkatkan

konsentrasi oksigen dalam darah sehingga kebutuhan oksigen

terpenuhi. Latihan nafas dalam bukanlah bentuk dari latihan fisik, ini

merupakan teknik jiwa dan tubuh yang bisa ditambahkan dalam

berbagai rutinitas guna mendapatkan efek rileks (Potter & Perry,

2017).

8) Terapi Bekam

Bekam berarti menghisap. Bekam merupakan sebuah metode

dengan mengeluarkan darah hasil metabolisme atau darah yang

terkontaminasi racun dan oksidan dari tubuh lewat permukaan kulit.

Cara ini dianggap lebih aman dibandingkan dengan cara pemberian

obat antioksidan atau obat kimia lainnya. Bekam basah dianggap lebih

efektif untuk berbagai penyakit, terutama penyakit yang berkaitan

dengan gangguan pada pembuluh darah. Berbeda dengan bekam

kering yang mungkin hanya menyembuhkan penyakit ringan, bekam


27

basah dapat membantu mengatasi penyakit yang lebih parah, akut,

kronis atau degeneratif, seperti hipertensi (Nuridah & Yodang, 2021).

b. Penanganan dengan obat-obatan (farmakologis)

Penanganan melalui obat-obatan yaitu (Alifariki, 2019):

1) Diuretik, obatan-obatan yang bekerja dengan cara mengeluarkan

cairan tubuh sehingga volume cairan di tubuh berkurang yang

mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh

obat-obatan yang termasuk golongan diuretik adalah Hidrokloritazid.

2) Penghambat simpatetik, bekerja dengan menghambat aktivitas saraf

simpatis. Contoh obatnya Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

3) Betabloker, melalui penurunan daya pompa jantung dan cara ini tidak

dianjurkan pada penderita yang diketahui mengidap gangguan

pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya Metopropol,

Proppranolol dan Atenolol.

4) Vasodilator, bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi

otot polos. Contoh obatnya Prasosin dan Hidralasin.

5) Penghambat enzim konversi Angiostensin, menghambat pembentukan

zat Angiotensin II (zat yang dapat meningkatkan tekanan darah).

Contoh obatnya Kaptopril.

6) Antagonis kalsium. Menurunkan daya pompa jantung dengan cara

menghambat kontraksi jantung. Contoh obatnya Nifedipin, Diltiasem

dan Verapamil.
28

7) Penghambat Reseptor Angiostensin II, dengan menghalangi

penempelan zat Angiostensin II pada reseptornya yang mengakibatkan

ringannya daya pompa jantung. Contoh obatnya Valsartan (Diovan).

B. Terapi Komplementer

1. Pengertian

Terapi komplementer adalah pengobatan holistik dengan terapi

tradisional yang digabungkan dalam pengobatan modern dapat digunakan

sebagai tambahan untuk terapi konvesional. terapi komplementer dikenal

juga sebagai terapi modalitas dengan pendekatan ortodoks dalam pelayanan

kesehatan (Potter & Perry, 2017).

Terapi komplementer juga disebut sebagai terapi alternatif sebagai

sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem

kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan,

dengan cara yang berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di

masyarakat atau budaya yang ada (Rufaida, 2018).

Terapi komplementer merupakan pengembangan terapi tradisional dan

ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi

keharmonisan individu dari aspek biologis, sikologis dan spiritual. Hasil

terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus klinis sehingga

telah disamakan dengan obat modern (Elfira, 2020).

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa komplementer

dapat diartikan sebagai cara atau upaya pengobatan tradisional yang


29

digabungkan dalam pengobatan modern sebagai terapi untuk pengobatan

kesehatan.

2. Klasifikasi Terapi Komplementer

Menurut Hitchcock et al. dalam (Rufaida, 2018), terapi komplementer

di bagi menjadi dua, yaitu:

a. Invasif, artinya tindakan yang langsung dapat memberikan pengaruhnya.

Terapi komplementer yang termasuk jenis ini contohnya adalah

akupuntur dan cupping (bekam) yang menggunakan jarum dalam

pengobatannya.

b. Non-invasif, artinya tindakan yang tidak langsung memberikan

pengaruhnya.

Terapi komplementer yang termasuk jenis ini seperti terapi energi

(reiki, chikung, tai chi, prana, terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi

aroma, terapi nutrisi, food combining, terapi jus, terapi urin, hidroterapi

colon dan terapi sentuhan modalitas; akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki,

rolfing, dan terapi lainnya.

C. Terapi Bekam

1. Pengertian

Terapi bekam merupakan suatu proses membuang darah kotor/toksin

yang berbahaya dari dalam tubuh melalui permukaan kulit dengan cara

menyedot. Darah kotor adalah darah yang mengandung racun/toksin atau

darah statis yang menyumbat peredaran darah, mengakibatkan sistem


30

peredaran darah tidak dapat berjalan lancar sehingga akan mengganggu

distribusi nutrisi dan imunitas seseorang, baik secara fisik maupun secara

mental. Toksin adalah endapan racun/zat kimia yang tidak bisa diurai oleh

tubuh. Toksin-toksin ini berasal dari pencemaran udara, maupun dari

makanan yang banyak mengandung zat pewarna, zat pengembang,

penyedap rasa, pemanis, pestisida sayuran, dan lain-lain (Rufaida, 2018).

Bekam berarti menghisap. Bekam merupakan sebuah metode dengan

mengeluarkan darah hasil metabolisme atau darah yang terkontaminasi

racun dan oksidan dari tubuh lewat permukaan kulit (Nuridah & Yodang,

2021). Bekam merupakan satu metode penyembuhan memakai fasilitas

gelas, tabung, ataupun bambu yang prosesnya dimulai dengan

melaksanakan pengekopan (membuat tekanan negatif dalam gelas, tabung,

ataupun bambu) pada titik bekam, sehingga memunculnya bendungan lokal

di permukaan kulit (Mardiah, 2018).

2. Manfaat Terapi Bekam

Sebagai suatu metode pengobatan, tentunya bekam mempunyai

khasiat. Manfaat terapi bekam diantaranya adalah (Rufaida, 2018):

a. Manfaat bekam pada penderita hipertensi merupakan proses

merendahkan sistem saraf simpatis serta menolong pengontrolan

kandungan hormon aldosteron di sistem saraf. Setelah itu, perihal

tersebut memicu sekresi enzim yang berperan selaku sistem angiotensin

renin yang bisa merendahkan volume darah, serta menghasilkan oksida


31

nitrat yang berfungsi dalam vasodilatasi pembuluh darah sehingga

penyusutan tekanan darah bisa terjalin (Nuridah & Yodang, 2021).

b. Mengeluarkan darah kotor, baik darah yang teracuni maupun darah yang

statis, sehingga peredaran darah yang semula tersumbat menjadi lancar

kembali.

c. Meringankan tubuh. Banyaknya kandungan darah kotor yang menumpuk

di bawah permukaan kulit seseorang akan mengakibatkan terasa malas

dan berat. Dengan dibekam, maka akan meringankan tubuh.

d. Menajamkan penglihatan. Tersumbatnya peredaran darah ke mata

mengakibatkan penglihatan akan menjadi buram. Setelah dibekam,

peredaran darah yang tersumbat kembali lancar dan mata bisa melihat

dengan terang.

e. Menyembuhkan berbagai macam penyakit. Macam penyakit yang dapat

disembuhkan dengan jalan berbekam, seperti: asam urat, darah tinggi,

jantung, kolesterol, masuk angin, migrain, sakit mata, stroke, sakit gigi,

vertigo, sinusitis, jerawat, sembelit, wasir, impotensi, kencing manis,

liver, ginjal, pengapuran dan lain-lain.

3. Macam-macam Terapi Bekam

Terapi bekam terbagi dua, yaitu bekam kering dan bekam basah.

Terapi bekam kering dilakukan dengan penghisapan pada permukaan kulit

di bagian tubuh tertentu (khususnya daerah punggung) menggunakan kop

vakum selama 3-4 menit. Terapi bekam kering dilakukan pada mereka yang

menderita kesulitan bergerak, mengalami mimisan, gangguan buang air,


32

haid tidak lancar, dan rasa mual. Terapi bekam basah diawali dengan

pengkopan pada daerah tubuh tertentu selama 3-4 menit. Setelah kop

dilepas, dilakukan pelukaan daerah yang sama menggunakan jarum steril,

dilanjutkan dengan pengkopan berikutnya untuk mengeluarkan darah

(Andhini, 2017).

Pada metode bekam basah, sehabis terjalin bendungan lokal,

prosesnya dilanjutkan denganpenusukan jarum bekamdi permukaan kulit

menggunakan pisau bekam atau bisturiagar darah kotor dapat dikeluarkan.

Bekam basah dianggap lebih efektif untuk berbagai penyakit, terutama

penyakit yang berkaitan dengan gangguan pada pembuluh darah. Berbeda

dengan bekam kering yang bisa jadi cuma mengobati penyakit ringan,

bekam basah bisamenolong menanggulangi penyakit yang lebih parah,

kronis ataupun degeneratif, seperti hipertensi. Terapi bekam mempunyai

banyak manfaat buat kesehatan, salah satunya manfaat dalam penurunan

tekanan darah padapasien penderita hipertensi (Mardiah, 2018).

4. Titik Terapi Bekam

Pengobatan bekam merupakan pengobatan alternatif yang menjadi

salah satu sunah Rasul selain rukiyah. Pengobatan ini akan menggunakan

metode menghisap darah kotor melalui kulit yang diberi sayatan halus.

Darah yang keluar berupa darah kental yang berwarna merah pekat hampir

menghitam. Pada darah yang mengalir ke seluruh tubuh banyak sekali

mengandung racun akibat pola hidup di jaman modern saat yang sangat

buruk, seperti makanan berpengawet, makanan berperwarna, pemanis


33

tambahan, penyedap tambahan, makanan siap saji serta masih banyak lagi

makanan yang menyebabkan toksin mengendap di tubuh. Alat yang

digunakan sebagai metode bekam adalah semacam cangkir atau cup yang

digunakan untuk menghisap darah yang ada di bawah lapisan kulit jangat.

Berikut tempat dimana titik bekam berada beserta masing-masing fungsinya

(Andhini, 2017). :

a. Titik Ummu Mughits

Titik bekam ini merupakan titik utama yang sering digunakan rosul

untuk mengobati berbagai penyakit. Titik bekam ini berada di atas kepala

tepatnya berada di ubun-ubun. Titik ummu mughits ini ditutupi rambut

kepala, oleh sebab itu saat melakukan terapi bekam biasanya rambut anda

akan dicukur untuk mempermudah pembekaman. Titik ini memiliki

khasiat yang luar biasa seperti dapat menyembuhkan hipertensi, stroke,

vertigo dan migrain yang memang semua penyakit tersebut berhubungan

langsung dengan kepala serta penyakit non medis seperti sihir.

b. Titik Qumah Duwah

Titik bekam tersebut berada disekitar tonjolan tulang belakang

tepatnya di kepala bagian bawah. Titik ini mampu mengobati berbagai

penyakit ringan dan berat seperti pandangan kabur karena syraf mata

juga ada di bekam pada titik tersebut, sakit kepala karena masih sangat

erat hubunganya dengan kepala jadi titik ini juga mampu mengatasi sakit

kepala. Vertigo atau yang sering disebut kebingungan otak ini akan

diobati dengan melakukan terapi bekam ini.


34

c. Titik Al-Akhdain

Titik bekam yang satu ini sedikit sulit ditemukan karena letaknya

tersembunyi disekitar internal jugular vein di bawah garis batas rambut

kepala belakang tepatnya diantara urat samping kiri dan kanan leher.

Titik ini juga sangat penting karena merupakan titik pusat usus besar dan

usus kecil dimana pusat dari perjalanan dan kegiatan kedua usus tersebut.

Melakukan bekam di titik ini akan mengobati penyakit disebabkan

kelebihan darah atau kerusakan pada jaringan darah disekitar kepala.

Selain itu titik bekam al-akhdain ini dapat mencegah sakit kepala, wajah,

telinga, hidung dan kerongkongan.

d. Titik Al-Khaahil

Nabi SAW pernah melakukan bekam di titik ini yang terletak di

bagian punuk atau di ujung atas tulang belakang yang terdapat diantara

dua pundak. Titik bekam ini akan mengobati berbagai penyakit yang ada

disekitar kepala serta gangguan syaraf seperti stres dan depresi.

e. Titik Al-Hammah

Titik bekam ini berada diantara pertemuan antara rambut bagian

atas dengan rambut bagian belakang yang berada di kepala bagian atas.

Pembekaman yang dilakukan pada titik al-hammah akan mengobati

masalah ingatan yang anda alami akibat kerusakan syaraf. Selain itu titik

bekam ini juga mampu mengobati gangguan penglihatan dan stroke atau

kekauan.
35

f. Titik Punggung

Titik ini merupakan titik yang paling sering dibekam. Tepatnya

berada di punggung kiri dan punggung kanan. Kedua bagian punggung

ini memiliki titik yang sama. Berbagai penyakit seperto gangguan saluran

pernapasan bisa diobati dengan melakukan bekam di titik tersebut seperti

gangguan asma, paru-paru dan bronkitis.

g. Titik Pinggang Atau Ala Warik

Nabi muhammad SAW pernah dibekam bagian pinggangnya. Letak

titik bekam ini berada di 2 jari lateral dari tulang belakang atau berada di

belakang pusar. Titik bekam yang terletak pada pinggang bermanfaat

mengobati gangguan pada ginjal serta susah buang air kecil.

h. Titik Pinggul

Selain pinggang yang memiliki titik bekam, bagian pinggul juga

memiliki titik bekam yang bermanfaat menghilangkan rasa nyeri akibat

jatuh.

i. Titik Pangkal Paha

Titik ini terletak di pangkal paha dengan khasiat untuk

menyembuhkan kaki yang lemas atau memar akibat terjatuh atau

dipukul. Titik ini juga akan menghilangka rasa nyeri ketika terbentur

benda keras di bagian pangkal paha.

j. Titik Betis Atau Lipatan Lutut


36

Titik bekam ini terletak di lipatan lutut. Saat anda melakukan

pembekaman di area ini akan membantu mengobati gangguan kandung

kemih, asam urat dan pegal linu.

Gambar 2.1
Daerah Titik Bekam
5. Alat Terapi Bekam

Alat terapi bekam dari tahun ke tahun mengalami modifikasi kearah

yang lebih mudah dan praktis. Pada masa kenabian, alat bekam dikabarkan

hanya menggunakan tanduk binatang, kemudian meningkat menggunakan

gelas atau benda setengah bola. Untuk menempelkannya pada permukaan

tubuh digunakan prinsip vakum dengan berbagai teknik. Pelukaan kulit pada

awalnya menggunakan ujung pedang, lalu berkembang menggunakan silet,

lebih berkembang lagi menggunakan pisau bedah, dan saat ini lebih banyak

digunakan jarum dengan dibantu alat pemantik. Perkembangan tersebut


37

tidak mengubah esensi terapi bekam, prinsip detoksifikasi tetap

dipertahankan (Rufaida, 2018).

Gambar 2.1 Cupping set

Peralatan tersebut digunakan untuk menghisap titik-titik bekam

dipermukaan kulit yang sudah ditetapkan. Gelas-gelas kaca tahan pecah ini

berdiameter besar, sedang, kecil dan digunakan sesuai dengan daerah

bekam.

Gambar 2.2 Lancing Device


38

Alat berbentuk seperti pulpen yang berguna untuk menusukkan jarum pada

waktu bekam basah.

6. Langkah-langkah Terapi Bekam

Langkah-langkah terapi bekam adalah sebagai berikut (Rufaida,

2018):

a. Mengkondisikan pasien terlebih dahulu

Catatan data pasien sangatlah penting untuk merekam identitas,

diagnosis penyakit, terapi yang sudah diberikan serta mengetahui

perkembangan penyakitnya. Data yang perlu dicatat antara lain adalah:

1) Identitas pasien, meliputi: Nama lengkap, umur, jenis kelamin, alamat

dan status perkawinan.

2) Identitas keluarga, meliputi: kedudukan dalam keluarga, pekerjaan

dan alamat tinggal. Beberapa penyakit berkaitan erat dengan

pekerjaan/lokasi pemukiman.

Tujuan melakukan anamnesis (wawancara) adalah untuk mengetahui

maksud pasien berobat, serta mendalami penyakit dan keluhan yang

dialami.

b. Melakukan pemeriksaan dan menentukan diagnosa penyakit

Pemeriksaan ini berguna untuk membuktikan apa yang dikeluhkan

pasien tersebut sesuai dengan kelainan fisik yang ada. Adakalanya pasien

mengeluhkan sesuatu tetapi tidak ditemukan kelainan fisik apapun dan

begitu juga sebaliknya. Pemeriksaan fisik tersebut adalah sebagai berikut:


39

1) Pemeriksaan umum, meliputi: tekanan darah, nadi, temperatur tubuh,

pernafasan, lidah iris (iridology), telapak tangan dan lain-lain. Yang

terpenting adalah bisa mengetahui penyakit yang di derita pasien.

2) Dari organ yang dikeluhkan pasien. Perhatikan perubahan warna kulit,

bentuk, tekstur atau perubahan lainnya yang kasat mata. Amati pula

ekspresi wajah, bentuk dan sikap serta cara berjalan pasien.

3) Palpasi (Perabaan, penekanan) atau perkusi (pengetukan) disekitar

tubuh yang mengalami keluhan. Auskultasi, yakni pemeriksaan

dengan menggunakan stetoskop untuk mengetahui adanya kelainan

pada rongga dada (jantung dan paru-paru) serta rongga perut

(lambung, usus, dan lain-lain).

4) Jika diperlukan lakukanlah pemeriksaan penunjang, seperti

laboratorium darah, urin dan tinja, rontgen (radiologi) dan sebagainya

Setelah diketahui keluhannya melalui anamnesis dan telah dilakukan

pemeriksaan maka dapat diambil kesimpulan mengenai penyakit yang

dialami oleh pasien (diagnosa). Diagnosa penyakit ini sebagai modal

dasar untuk menentukan langkah selanjutnya mengenai jenis terapi

apa yang cocok dilakukan, titik bekam mana yang akan dipilih serta

herbal penunjang apa yang memang diperlukan.

c. Menentukan Titik Bekam

Dalam menentukan titik bekam terdapat beberapa versi ada yang

berdasarkan lokasi keluhan, berdasarkan titik akupuntur dan ada yang

mendasarkan pada anatomi dan patofisiologi organ yang bermasalah.


40

1) Dalam memilih titik bekam ini, maka tidak perlu memakai banyak

titik. Sebab titik bekam yang banyak belum tentu lebih baik dan

efektif dibandingkan dengan satu titik.

2) Ada sekitar 12 titik utama yang disebutkan dalam hadits (disebut titik

bekam nabi), selebihnya merupakan pengembangan dari itu.

Diantaranya adalah titik di kepala, leher dan punggung, kaki dan lain

sebagainya.

3) Beberapa titik yang terlarang untuk dilakukan bekam adalah:

(a) Pusat kelenjar limfa atau getah bening di leher samping bawah

telinga kanan dan kiri (di ketiak kanan dan kiri, dan dilipatan

selangkangan kanan dan kiri

(b) Otak kecil bagian bawah (akhir tengkorak belakang bagian

bawah),

(c) Leher depan di bagian tenggorokan.

(d) Ulu hati

(e) Lubang alami seperti pusar, dubur, puting payudara, telinga

(f) Lutut belakang, depan dan samping

(g) Terlalu dekat dengan mata

(h) Perut dan pinggang wanita hamil

(i) Tepat pada varises, tumor/kanker, dan bagian yang bengkak pada

kasus gout/asam urat.


41

d. Mempersiapkan peralatan dan Pasien

1) Mempersiapkan peralatan bekam dan ruangan, yang paling utama

adalah menyiapkan agar alat-alat yang digunakan bisa steril

mengingat banyak penyakit yang dimungkinkan bisa menular melalui

perantara alat bekam seperti pasien hepatitis dan HIV-AIDS.

Menggunakan ruangan yang bersih, cukup penerangan, cukup

ventilasi dan aliran udara.

2) Mempersiapkan pasien, pasien perlu dipersiapkan terlebih dahulu baik

secara fisik maupun mental. Pasien perlu mendapatkan penjelasan

mengenai dasar terapi bekam sebagai tehnik pengobatan,

kontraindikasi (pantangan) bekam, serta proses kesembuhan dan yang

lainnya.

(a) Pasien diberikan support agar tidak gelisah dan takut terutama

bagi yang baru pertama kali dibekam.

(b) Disiapkan minuman air putih, madu atau sari kurma untuk pasien,

karena terkadang ketika sedang dibekam pasien merasa haus dan

untuk mengantisipasi jika pasien merasa lemas.

(c) Pasien wanita harus ditangani oleh ahli bekam wanita dan pasien

laki-laki oleh laki-laki. Untuk menjaga aurat maka hindari

membuka bagian tubuh yang tidak perlu.

(d) Posisi pasien dan ahli bekam harus nyaman agar pasien lebih

rileks dan bagi yang membekam bisa lebih mudah dan optimal

dalam mencapai titik-titik yang akan dibekam.


42

e. Pelaksanaan Terapi Bekam

Bekam dapat dipelajari oleh semua orang, akan tetapi harus

mengikuti tata cara yang benar yang dianjurkan untuk berbekam. Cara-

cara untuk melakukan bekam yaitu (Rufaida, 2018):

1) Mempersiapkan alat – alat untuk berbekam.

2) Sebelum berbekam dianjurkan untuk berdoa sesuai agama dan

kepercayaan.

3) Memukul-mukul bagian tubuh yang akan dibekam dengan sebat rotan

agar peredaran darah lancar.

4) Mensterilkan bagian tubuh yang akan dibekam dengan desinfektan.

5) Menghisap kulit dengan menggunakan gelas bekam.

6) Menusuk-nusuk bagian tubuh yang akan dibekam dengan jarum.

7) Menghisap kembali bagian tubuh yang telah ditusuk.

8) Diamkan selama kurang lebih 5-9 menit sampai darah kotor keluar.

9) Membersihkan dan membuang darah yang tertampung dalam gelas

bekam.

10) Membersihkan bekas luka bekam


43

D. Kerangka Teori

Berdasarkan uraian sebelumnya maka kerangka teori dapat dilihat pada

gambar berikut: Penanganan Hipertensi:


1. Penanganan non farmakologis
a. Pengontrolan berat badan
b. Diet rendah garam
c. Diet rendah lemak
d. Olahraga
e. Berhenti merokok
f. Manajemen stres
g. Teknik relaksasi
h. Terapi bekam
2. Penanganan dengan obat-obatan
Faktor Hipertensi:
a. Tidak dapat dikontrol (farmakologis); diuretik, penghambat
1) Jenis Kelamin simpatetik, betabloker, vasodilator
2) Umur danpenghambat enzim konversi Angiostensin
3) Genetik
b. Dapat dikontrol:
1) Obesitas
2) Kurang olahraga Tekanan Darah pada
3) Kebiasaan merokok Penderita Hipertensi
4) Mengonsumsi garam
berlebih
5) Minum kopi
6) Stres

Keterangan : Cetak Tebal Diteliti

Diagram 2.1 Kerangka Teeori Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi (Sumber: (Potter
& Perry, 2017); (Sabilu & Nuziyati, 2017); (Nugraha, 2018)
(Widyarani, 2017).
44

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Tabel 2.1
Hasil Penelitian yang Relevan

Nama Peneliti dan


No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
1 (Nuridah & Yodang, Pengaruh Terapi Hasil penelitian
2021) Bekam terhadap menunjukkan bahwa
Tekanan Darah setelah dilakukan
pada Penderita pembekaman basah,
Hipertensi: Studi tekanan darah sistole
Quasy dan diastole mengalami
Eksperimental penurunan secara
signifikan pada
kelompok intervensi
sebesar 0,000 ( < 0,05)
dan kelompok kontrol
( > 0,05) sehingga
disimpulkan bahwa ada
perbedaan rata‑ rata
tekanan darah pada
ketiga interval waktu
pengukuran pada
kelompok intervensi
2 (Fatonah, 2019) Pengaruh Terapi Hasil penelitian
Bekam Terhadap menunjukkan bahwa
Tekanan Darah rata-rata sebelum terapi
Penderita bekam rata-rata sitolik
Hipertensi di Desa sebesar 169,5 mmHg
Baleendah dan diastolik 97,5
Kabupaten mmH, dan sesudah
Bandung terapi bekam sistolik
145,0 mmHg dan
diastolik 90,5 mmHg,
serta terapi bekam
berpengaruh terhadap
menurunkan tekanan
darah pada pasien
hipertensi dengan  =
0,007
3 (Mardiah, 2018) Pengaruh Terapi Hasil penelitian
Bekam terhadap menunjukkan bahwa
Penurunan rata-rata sebelum terapi
Tekanan Darah bekam rata-rata sitolik
45

Nama Peneliti dan


No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
pada Penderita sebesar 155,0 mmHg
Hipertensi di dan diastolik 95,0
Rumah Sehat Ibnu mmH, dan sesudah
Sina Palembang terapi bekam sistolik
140,0 mmHg dan
diastolik 89,5 mmHg,
serta ada pengaruh
tekanan darah sistolik
sebelum dan setelah
dilakukan terapi bekam
dengan  = 0,000
4 (Sardaniah dkk., Pengaruh Terapi Hasil penelitian
2020) Bekam Terhadap menunjukkan bahwa
Penurunan rata-rata sebelum terapi
Tekanan Darah bekam rata-rata sitolik
Pada Penderita sebesar 176,5 mmHg
Hipertensi Di dan diastolik 101,5
Pondok mmH, dan sesudah
Pengobatan terapi bekam sistolik
Alternatif 162,0 mmHg dan
Miftahusyifa Kota diastolik 96,5 mmHg,
Bengkulu serta uji statistik nilai (
= 0,000) yang berarti
ada pengaruh yang
signifikan terapi bekam
terhadap perubahan
tekan darah pada
penderita hipertensi
5 (Susanah dkk., 2017) Pengaruh Terapi Hasil penelitian
Bekam Terhadap menunjukkan bahwa
Penurunan terdapat pengaruh terapi
Tekanan Darah bekam terhadap
Pada Penderita penurunan tekanan
Hipertensi Di darah pada penderita
Poliklinik Trio hipertensi di Poliklinik
Husada Malang Trio Husada Malang (
= 0,000)
6 (Irawan & Ari, Pengaruh Terapi Hasil penelitian
2017) Bekam Terhadap menunjukkan bahwa
Penurunan rata-rata sebelum terapi
Tekanan Darah bekam rata-rata sitolik
Pada Klien sebesar 162,0 mmHg
Hipertensi di dan diastolik 91,0
Kecamatan Binong mmH, dan sesudah
46

Nama Peneliti dan


No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
Kabupaten Subang terapi bekam sistolik
120,0 mmHg dan
diastolik 85,5 mmHg
dan terdapat pengaruh
terapi bekam basah
terhadap penurunan
tekanan darah pada
klien hipertensi dengan
 = 0,000
7 (Nur, 2018) Pengaruh Terapi Hasil penelitian
Bekam Terhadap menunjukkan bahwa
Penurunan terapi bekam dapat
Tekanan Darah menurunkan tekanan
Pada Kegawat darah pada pasien
Daruratan dengan  = 0,000
Hipertensi Di
Puskesmas
Pademawu
Pamekasan
8 (Asis dkk., 2021) Pengaruh Terapi Hasil penelitian
Bekam Basah menunjukkan bahwa
terhadap Perubahan rata-rata sebelum terapi
Tekanan Darah bekam rata-rata sitolik
pada Pasien sebesar 156,0 mmHg
Hipertensi di dan diastolik 90,0
Wilayah Bojong mmH, dan sesudah
Purwakarta terapi bekam sistolik
120,0 mmHg dan
diastolik 85,5 mmHg
dan setelah responden
mendapatkan terapi
basah selama 7 hari
terdapat pengaruh
tekanan darah sebelum
dan sesudah terapi
bekam basah dengan 
= 0,000
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel

yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti

(Notoatmodjo, 2018). Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mempelajari

pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada penyakit

hipertensi, maka kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada bagan

berikut:

1. Visualisasi kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Tekanan darah pada


Terapi bekam pasien penderita
hipertensi

Diagram 3.1 Visualisasi Kerangka Pengaruh Terapi Bekam Terhadap


Penurunan Tekanan Darah Pada Penyakit Hipertensi di
Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten
Majalengka Tahun 2022

2. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdiri dari dua varibel yaitu variabel bebas

(independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel independen dalam

47
48

penelitian ini yaitu terapi bekam, sedangkan variabel dependennya yaitu

penurunan tekanan darah.

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengaruh Terapi Bekam Terhadap


Penurunan Tekanan Darah Pada Penyakit Hipertensi di Desa
Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka
Tahun 2022

Definisi Cara Skala


No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
Dependen
1. Penurunan Keadaan tekanan Mengukur Sphyg- Hasil pengukuran Rasio
tekanan darah berdasarkan tekanan momano- tekanan darah
darah pada hasil pengukuran darah sistol meter sistole dan
penyakit sistol dan diastol / diastol merek diastole dalam
hipertensi dengan batasan GEA dan satuan mmHg
normal jika stetoskope sebelum dan
sistolnya < 120 sesudah perlakuan
mmHg atau
diastolnya < 80
mmHg dengan
alat
sphygmomano-
meter dan
stetoskope

Independen
2. Terapi Salah satu terapi Obervasi SOP - -
bekam komplementer
untuk menurunkan
tekanan darah
dengan cara
menghisap darah
kotor atau toksin
dalam tubuh
menggunakan alat
bekam
49

C. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada

penyakit hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih

Kabupaten Majalengka Tahun 2022.

Ho : Tidak ada pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada

penyakit hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih

Kabupaten Majalengka Tahun 2022.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah pre

experiment dengan desain penelitian One-Group Pretest-Posttest Design

(Satu Kelompok Prates-Postes). Menurut (Sugiyono, 2019), yaitu quasi

experimental atau eksperimen semu adalah penelitian eksperimen yang

dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Model

ini lebih sempurna jika dibandingkan dengan model lain karena sudah

menggunakan tes awal sehingga besarnya efek dari eksperimen dapat

diketahui dengan pasti:

Pretest Perlakuan Postest


O1 X O2

Diagram 3.2 Desain Penelitian


Keterangan:

O1 : Tekanan darah penderita hipertensi sebelum perlakuan

X : Perlakuan terapi bekam selama seminggu


50

O2 : Tekanan darah penderita hipertensi sesudah perlakuan

2. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi Penelitian

Populasi penelitian dapat dikatakan sebagai keseluruhan objek

penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2018). Populasi

dari penelitian ini adalah penderita hipertensi di Desa Lemahsugih

Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka. Pada bulan Januari –Juli

tahun 2022, tercatat jumlah penderita hipertensi sebanyak 476 orang.

b. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Arikunto, 2018).

Menurut Cohen dalam (Sugiyono, 2019), semakin besar sampel dari

besarnya populasi yang ada adalah semakin baik, jumlah minimal yang

baik untuk di analisis sebanyak 30 sampel. Berdasarkan teori tersebut

maka jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30 penderita hipertensi.

c. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang

ditentukan. Berikut ini adalah kriteria inklusinya:

1) Responden adalah penderita hipertensi di Desa Lemahsugih

Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka.

2) Bersedia mengikuti terapi bekam


51

3) Bersedia untuk tidak mengkonsumsi obat antihipertensi selama

perlakuan.

3) Bersedia menjadi responden, mempunyai riwayat hipertensi.

Kriteria eksklusi penelitian:

1) Tidak punya komplikasi seperti jantung, stroke dan lainnya.

2) Tidak mau mengkonsumsi jus tomat.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Desa Lemahsugih Kecamatan

Lemahsugih Kabupaten Majalengka pada tanggal 20 Julli-20 Agustus 2022.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau

dipergunakan untuk mengumpulkan data. Ini berarti, dengan menggunakan

alat-alat tersebut data dikumpulkan (Arikunto, 2018). Instrumen dalam

penelitian ini menggunakan daftar pertanyaan atau lembar observasi, SOP,

alat pengukur tekanan darah dan alat terapi bekam. Tekanan darah

dilakukan pengukuran dengan alat sphygmomano-meter merek GEA dan

stetoskope. Sedangkan untuk terapi bekam dengan lembar observasi dan

SOP. Pelaksanaan terapi bekam sebagai berikut (Rufaida, 2018):

a. Alat dan bahan yang dibutuhkan

1) Alat penghisap

2) Gelas / tabung bekam

3) Pulpen / penusuk jarum


52

b. Langkah-langkah terapi bekam:

1) Mempersiapkan alat – alat untuk berbekam.

2) Sebelum berbekam dianjurkan untuk berdoa sesuai agama dan

kepercayaan.

3) Memukul-mukul bagian tubuh yang akan dibekam dengan sebat rotan

agar peredaran darah lancar.

4) Mensterilkan bagian tubuh yang akan dibekam dengan desinfektan.

5) Menghisap kulit dengan menggunakan gelas bekam.

6) Menusuk-nusuk bagian tubuh yang akan dibekam dengan jarum.

7) Menghisap kembali bagian tubuh yang telah ditusuk.

8) Diamkan selama kurang lebih 5-9 menit sampai darah kotor keluar.

9) Membersihkan dan membuang darah yang tertampung dalam gelas

bekam.

10) Membersihkan bekas luka bekam

5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Pengumpulan data dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian yang dikeluarkan

oleh Universitas YPIB Majalengka dan Kantor Kesbangpol Kabupaten

Majalengka.

b. Setelah peneliti mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di Desa

Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka, selanjutnya

peneliti datang ke lokasi.


53

c. Peneliti lalu melakukan koordinasi dengan pihak UPTD Puskesmas

Lemahsugih untuk melalukan penelitian yang akan dilakukan. Peneliti

juga meminta ijin untuk memperoleh informasi mengenai data yang

mengalami Hipertensi.

d. Setelah di peroleh data yang mengalami Hipertensi di Desa Lemahsugih

Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka, peneliti kemudian

mencatat alamat calon responden yang akan diberikan perlakuan pada

penelitian ini. Untuk terapi bekam akan dibantu oleh teman yang sudah

mendapatkan sertifikat terapi bekam.

e. Peneliti didampingi kader dan teman yang sudah terlatih mengunjungi

rumah calon responden secara door to door dengan memperhatikan

protokol kesehatan Covid-19 yaitu menggunakan masker dan

menggunakan hand sanitizer, selanjutnya menjelaskan tujuan prosedur

penelitian dan teknik penelitian pada responden yaitu tentang terapi

bekam.

g. Peneliti meminta persetujuan dari calon responden untuk berpartisipasi

dalam penelitian. Setiap responden diberikan kebebasan untuk

memberikan persetujuan atau menolak untuk menjadi subjek penelitian.

Setelah calon responden menyatakan bersedia untuk mengikuti prosedur

penelitian, maka responden diminta untuk menanda tangani lembar

informed consent yang telah disiapkan peneliti dan peneliti meminta

nomor kontak atau nomor handphone responden.


54

h. Setelah responden mengisi lembar informed consent, peneliti

memberikan penjelasan mengenai terapi bekam dan juga menyampaikan

prosedurnya pada responden. Sebelum terapi bekam, peneliti melakukan

pengukuran tekanan darah terlebih dahulu dengan sphygmo-manometer

dan stetoskope. Kemudian responden diberi terapi bekam. Selesai di

terapi peneliti kembali melakukan pengukuran tekanan darah dengan

sphygmo-manometer dan stetoskope.

i. Peneliti memberikan reinforcement positif pada semua responden atas

keterlibatannya dalam penelitian.

6. Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut:

a. Editing (Pengeditan Data)

Pada tahap editing ini melakukan pengecekan dan perbaikan data

hasil pengukuran tekanan darah dan juga lembar observasi. Pada tahap

ini peneliti melakukan pengecekan data-data yang sudah dikumpulkan,

lengkap atau tidak lengkap. Hasil pemeriksaan sebanyak 30 data pada

penelitian ini dapat diolah dan dianalisis.

b. Tabulasi data

Setelah melakukan editing, selanjutnya dimasukan ke dalam format

pendataan lembar observasi sesuai dengan variabel yang akan di analisis

sebanyak 30 responden.
55

c. Data Entry (Pemasukan Data)

Data-data dari responden kemudian dimasukan ke dalam program

atau “software” SPSS for Window versi 25.0.

d. Cleaning Data (Pembersihan Data)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode dan ketidaklengkapan,

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

e. Pengeluaran hasil SPSS.

7. Etika Penelitian

Etika penelitian diperlukan untuk menghindari terjadinya tindakan

yang tidak etis dalam melakukan penelitian, maka dilakukan prinsip-prinsip

sebagai berikut (Hidayat, 2017) :

a. Lembar Persetujuan (Informed consent), lembar persetujuan berisi

penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan, tujuan penelitian, tata

cara penelitian, manfaat yang diperoleh responden, dan resiko yang

mungkin terjadi. Pernyataan dalam lembar persetujuan jelas dan mudah

dipahami sehingga responden tahu bagaimana penelitian ini dijalankan.

Untuk responden yang bersedia maka mengisi dan menandatangani

lembar persetujuan secara sukarela.

b. Anonimitas, untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan

nama responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode.


56

c. Confidentiality (Kerahasiaan), yaitu tidak akan menginformasikan data

dan hasil penelitian berdasarkan data individual, namun data dilaporkan

berdasarkan kelompok.

d. Sukarela, peneliti bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau

tekanan secara langsung maupun tidak langsung dari peneliti kepada

calon responden atau sampel yang akan diteliti.

8. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat pada penelitian ini karena skala rasio

menggunakan distribusi tendensi sentral yaitu mencari nilai rata-rata dan

nilai median dari hasil pengukuran nyeri sebelum dan sesudah perlakuan.

Tabel yang digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Distribusi Tendensi Sentral

Mean- Standar Minimal- 95% CI


Variabel
Median Deviasi Maksimal

Rumus menghitung nilai rata-rata dengan rumus sebagai berikut

(Arikunto, 2018):

Fx
M 
N

Keterangan :

M = Mean (nilai rata-rata)

Fx = Jumlah frekuensi

N = Banyaknya sampel
57

Rumus menghitung nilai median dengan rumus sebagai berikut

(Arikunto, 2018):

X (n  1)
Me 
2

Keterangan :

Me = Median

X= Data ke-n

n = Banyaknya sampel

Rumus menghitung nilai standar deviasi dengan rumus sebagai berikut

(Arikunto, 2018):

SD 
X 2

Keterangan :

SD = Standar Deviasi

X= Data ke-n

N = Banyaknya sampel

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan berupa tabulasi silang antara dua

variabel, yaitu independen dan dependen. Analisis ini dilakukan untuk

mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap tekanan darah penderita

hipertensi. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji t

dan menggunakan program SPSS 25.0 for windows. Rumus uji t banyak

ragamnya dan pemakaiannya sesuai dengan karateriktik data yang

dibedakan dan dilihat setelah dilakukan uji normalitas. Sebelum


58

dilakukan uji t, maka dilakukan terlebih dahulu uji normalitas. Jika data

berdistribusi normal maka dilakukan uji t berpasangan dan jika tidak

normal maka dilakukan uji wilcoxon (Sugiyono, 2019).

Rumus yang digunakan adalah rumus uji t berpasangan sebagai

berikut (Arikunto, 2018):

Keterangan:

t = nilai t hitung
x1 = rata-rata kelompok 1
x2 = rata-rata kelompok 2
s1 = simpangan baku sampel 1
s2 = simpangan baku sampel 2
s12 = varians sampel 1
2
s2 = varians sampel 2
r = korelasi antara dua sampel
Keputusan ujinya adalah dengan membandingkan nilai  dengan nilai α =

0,05, sebagai berikut:

1) Bila  value < α (0,05) atau thitung > ttabel maka Ho ditolak, artinya ada

pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada

penyakit hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih

Kabupaten Majalengka Tahun 2022.


59

2) Bila  value > α (0,05) atau thitung< ttabel maka Ho gagal ditolak,

artinya tidak ada pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan

darah pada penyakit hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan

Lemahsugih Kabupaten Majalengka Tahun 2022.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi bekam

terhadap penurunan tekanan darah pada penyakit hipertensi yang dilakukan di

Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka dengan

jumlah responden sebanyak 30 orang. Pengumpulan data dilakukan pada

tanggal 20 Julli-20 Agustus 2022 dengan memperhatikan protokol kesehatan

Covid-19 dan hasilnya adalah sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

a. Gambaran Tekanan Darah Sebelum Terapi Bekam pada Penyakit

Hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten

Majalengka Tahun 2022

Tabel 4.1 Distribusi Tendensi Sentral Tekanan Darah Sebelum


Terapi Bekam pada Penyakit Hipertensi di Desa
Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten
Majalengka Tahun 2022

Tekanan Darah Sebelum


Mean Min-
Terapi Bekam pada Penyakit SD 95% CI
Median Max
Hipertensi
143.37 122- 138.52-
Sistolik 12.970
143.50 165 148.21
92.80 90.30-
Diastolik 6.687 79-102
93.50 95.29

Berdasarkan tabel 4.1, menunjukkan bahwa rata-rata tekanan

darah sistolik pada penderita hipertensi sebelum terapi bekam adalah

143,37 mmHg, mediannya 143,50 mmHg dengan standar deviasi 12,970.

60
61

Tekanan sistolik paling rendah yaitu 122 mmHg dan paling tinggi 165

mmHg. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%

diyakini rata-rata tekanan sistolik pada penderita hipertensi sebelum

terapi bekam antara 138.52 mmHg sampai dengan 148.21 mmHg.

Sedangkan rata-rata tekanan diastolik pada penderita hipertensi sebelum

terapi bekam adalah 92.80 mmHg dengan median 93.50 mmHg dan

standar deviasi 6.687. Tekanan diastolik paling rendah yaitu 79 mmHg

dan paling tinggi 102 mmHg. Dari hasil estimasi interval dapat

disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata tekanan diastolik pada

penderita hipertensi sebelum terapi bekam berkisar antara 90.30 mmHg

sampai dengan 95.29 mmHg.

b. Gambaran Tekanan Darah Sesudah Terapi Bekam pada Penyakit

Hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten

Majalengka Tahun 2022

Tabel 4.2 Distribusi Tendensi Sentral Tekanan Darah Sesudah


Terapi Bekam pada Penyakit Hipertensi di Desa
Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten
Majalengka Tahun 2022

Tekanan Darah Sesudah


Mean Min-
Terapi Bekam pada Penyakit SD 95% CI
Median Max
Hipertensi
131.30 110.00- 127.18-
Sistolik 11.023
134.00 155.00 135.41
85.50 75.00- 83.22-
Diastolik 6.095
85.00 96.00 87.77

Berdasarkan tabel 4.2, menunjukkan bahwa rata-rata tekanan

darah sistolik pada penderita hipertensi sesudah terapi bekam adalah

131,30 mmHg, mediannya 134.00 mmHg dengan standar deviasi 11.023.


62

Tekanan sistolik paling rendah yaitu 110,00 mmHg dan paling tinggi

155.00 mmHg. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa

95% diyakini rata-rata tekanan sistolik pada penderita hipertensi sesudah

terapi bekam berkisar antara 127.18 mmHg sampai dengan 135.41

mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan diastolik pada penderita hipertensi

sesudah terapi bekam adalah 85,50 mmHg dengan median 85.00 mmHg

dan standar deviasi 6.095. Tekanan diastolik paling rendah yaitu 75.00

mmHg dan paling tinggi 96.00 mmHg. Dari hasil estimasi interval dapat

disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata tekanan diastolik pada

penderita hipertensi sesudah terapi bekam berkisar antara 83.22 mmHg

sampai dengan 87.77 mmHg.

2. Analisis Bivariat

a. Pengaruh Terapi Bekam terhadap Penurunan Tekanan Darah pada

Penyakit Hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih

Kabupaten Majalengka Tahun 2022

Salah satu syarat analisis uji-t adalah data berdistribusi normal, dan

hasil uji normalitas dengan Saphiro Wilk karena jumlah subyek < 50.

Ketentuan data berdistribusi normal jika nilai  > 0,05 dan tidak normal

jika nilai  < 0,05. Jika data berdistribusi normal maka analisis uji

menggunakan uji t berpasangan dan jika tidak normal maka analisis

menggunakan uji wilxocon.


63

Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov Sminorv
Tekanan Darah pada Lansia
Sig.
Penderita Hipertensi Statistic df
( value)
Sistolik sebelum Terapi Bekam 0.941 30 0.096
Diastolik sebelum Terapi Bekam 0.943 30 0.110
Sistolik sesudah Terapi Bekam 0.977 30 0.732
Diastolik sesudah Terapi Bekam 0.953 30 0.199

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa hasil uji normalitas dengan

Saphiro Wilk untuk data tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum

dan sesudah terapi bekam diperoleh nilai  sistolik sebelum terapi bekam

= 0,096; nilai  sistolik sesudah terapi bekam = 0,732; nilai  diastolik

sebelum terapi bekam = 0,110 dan nilai  diastolik sesudah terapi bekam

= 0,199. Karena nilai  > 0,05 maka data tekanan darah (sistolik dan

diastolik) pada penelitian ini berdistribusi normal sehingga uji

statistiknya menggunakan uji t berpasangan.

Tabel 4.4 Pengaruh Terapi Bekam terhadap Penurunan Tekanan


Darah pada Penyakit Hipertensi di Desa Lemahsugih
Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka Tahun
2022

Uji t berpasangan
Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi Beda
Mean N  value
Mean
Sistolik sebelum dan sesudah 143,37 12,07
30 0,000
terapi bekam 131.30 (turun)
Diastolik sebelum dan sesudah 92.80 7,3
30 0,000
terapi bekam 85.50 (turun)

Berdasarkan tabel 4.4, menunjukkan bahwa tekanan sistolik

sebelum terapi bekam rata-ratanya sebesar 143,27 mmHg dan setelah


64

terapi bekam menjadi 131.30 mmHg. Hal ini berarti ada penurunan

tekanan darah sistolik setelah terapi bekam sebesar 12,07 mmHg.

Sedangkan untuk tekanan diastolik sebelum terapi bekam rata-ratanya

sebesar 92.80 mmHg dan setelah terapi bekam menjadi 85.50 mmHg.

Hal ini berarti ada penurunan tekanan darah diastolik setelah terapi

bekam sebesar 7,3 mmHg. Dari hasil Wilcoxon test diperoleh  sebesar

0,000 (sistolik) dan sebesar 0,000 (diastolik). Dengan demikian maka

dapat disimpulkan bahwa terapi bekam terhadap penurunan tekanan

darah pada penyakit hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan

Lemahsugih Kabupaten Majalengka Tahun 2022.

B. Pembahasan

1. Gambaran Tekanan Darah Sebelum Terapi Bekam pada Penyakit Hipertensi

di Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka Tahun

2022

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata tekanan darah

sistolik pada penderita hipertensi sebelum terapi bekam adalah 143,37

mmHg dan diastolik 92.80 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa dilihat dari

rata-rata penyakit hipertensi responden sebelum terapi bekam mengalami

hipertensi stadium I karena berada pada ambang batas yang ditetapkan oleh

JNC 7 (Joint National Commitee on the prevention, detection, evaluation

and treatment of high blood pressure) dalam (Kementerian Kesehatan RI,

2019) bahwa hipertensi stadium 1 jika tekanan darah sistolik 140-159


65

mmHg atau diastolik 90-99 mmHg.

Hasil penelitian ini lebih lebih rendah dibanding dengan penelitian

yang dilakukan (Fatonah, 2019) di Desa Baleendah Kabupaten Bandung

menunjukkan bahwa rata-rata sebelum terapi bekam sitolik sebesar 169,5

mmHg dan diastolik 97,5 mmH atau termasuk kategori stadium II, dan juga

penelitian yang dilakukan oleh (Sardaniah dkk., 2020) di Pondok

Pengobatan Alternatif Miftahusyifa Kota Bengkulu menunjukkan bahwa

rata-rata sebelum terapi bekam rata-rata sitolik sebesar 176,5 mmHg dan

diastolik 101,5 mmH. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Irawan & Ari, 2017) di Kecamatan Binong Kabupaten Subang

menunjukkan bahwa rata-rata sebelum terapi bekam rata-rata sitolik sebesar

162,0 mmHg dan diastolik 91,0 mmH.

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.

Pada setiap detak jantung, tekanan darah bisa berkisar antara maksimum

(sistolik) dan minimum (diastolik). Tekanan sistolik adalah jumlah yang

muncul di bagian atas, dikenal dengan tekanan dara sistolik. Itu adalah

jumlah yang diukur dalam setiap detak jantung, ketika jantung berkontraksi

dan mendorong darah melalui arteri ke seluruh tubuh. Angka tekanan darah

sistolik yang normal adalah sekitar 120 mmHg kebawah, sedangkan tekanan

darah sistolik yang menunjukkan angka 140 mmHg keatas dianggap

sebagai Hipertensi atau tekanan darah tinggi (Potter & Perry, 2017).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem

peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas


66

nilai normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg (Aspiani, 2018). Hipertensi

adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi dan merupakan

salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita di dunia

termasuk di Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Masih terdapatnya penderita hipertensi di Desa Lemahsugih, maka

dari itu petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan tentang hipertensi

dan cara pencegahannya serta dapat memberikan salah satu alternatif

penanganan non farmakologis pada penderita hipertensi dengan terapi

bekam. Bagi penderita hipertensi agar mengurangi faktor risiko hipertensi

diantaranya mangatur pola makan seperti mengurangi makanan yang

mengandun kolesterol, garam tinggi, juga perlunya menjaga aktivitas dan

rutin melakukan olah raga serta melakukan kontrol tekanan darah secara

teratur.

2. Gambaran Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Usia Sesudah Terapi

bekam di Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata tekanan darah

pada penderita hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih

Kabupaten Majalengka sesudah terapi bekam yaitu sistolik 131.30 mmHg

dan diastolik 85.50 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata tekanan

darah sistolik dan diastolik responden sudah berada dalam batas pre

hipertensi, namun demikian tidak semua responden mengalami penurunan

setelah terapi bekam. Penurunan tekanan darah setelah terapi bekam yaitu

untuk penurunan sistolik sebesar 12,07 mmHg dan diastolik 7,3 mmHg.
67

Penuruan tekanan darah pada peneitian ini relatif kecil atau rendah hal ini

dapat dikarenakan terapi bekam pada penelitian ini hanya dilakukan satu

kali dan untuk menurunkan tekanan darah penyakit hipertensi perlu waktu

yang cukup lama, pada penelitian lain dilakukan terapi sampai 1 minggu hal

ini yang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah pada penelitian ini

lebih kecil.

Hasil penelitian ini menunjukkan lebih rendah dibanding dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Mardiah, 2018) di Rumah Sehat Ibnu Sina

Palembang menunjukkan bahwa rata-rata sesudah terapi bekam sistolik

140,0 mmHg dan diastolik 89,5 mmHg, juga penelitian yang dilakukan oleh

(Asis dkk., 2021) di Wilayah Bojong Purwakarta menunjukkan bahwa rata-

rata sesudah terapi bekam sistolik 120,0 mmHg dan diastolik 85,5 mmHg.

Upaya penanganan Hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

penanganan secara farmakologis dan non farmakologis. Penanganan secara

farmakologis yaitu dengan cara pemberian obat-obatan (farmakologis)

meliputi pemberian diuretik, penghambat simpatetik, betabloker, vasodilator

dan penghambat enzim konversi angiostensin. Sedangkan penanganan

secara non farmakologis seperti pengontrolan berat badan, diet rendah

garam, diet rendah lemak, olahraga, berhenti merokok, manajemen stres,

seknik relaksasi dan terapi komplementer (Potter & Perry, 2017).

Terapi komplementer pada pengobatan hipertensi merupakan sebuah

penanganan non farmakologis yang dapat dilakukan secara tradisional.

Menurut Hitchcock et al. dalam (Rufaida, 2018), terapi komplementer di


68

bagi menjadi dua yaitu invasif dan non invasif. Terapi komplementer invasif

contohnya adalah akupuntur dan cupping (bekam) yang menggunakan jarum

dalam pengobatannya. Sedangkan non invasif seperti terapi energi (reiki,

chikung, tai chi, prana, terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi aroma,

terapi nutrisi, food combining, terapi jus, terapi urin, hidroterapi colon dan

terapi sentuhan modalitas; akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki, rolfing, dan

terapi lainnya.

Terapi bekam termasuk ke dalam jenis terapi komplementer invasif

yang artinya dapat memberikan pengaruh secara langsung pada klien karena

menggunakan peralatan bekam. Terapi bekam adalah salah satu upaya

alternatif yang dapat dilakukan dalam menangani penyakit hipertensi agar

tidak terjadi komplikasi yang lebih parah dengan teknik pengeluaran darah

dengan alat tertentu atau alat bekam (Irawan & Ari, 2017).

Terapi bekam terbagi menjadi dua macam yaitu bekam kering dan

bekam basah. Pada metode bekam basah, sehabis terjalin bendungan lokal,

prosesnya dilanjutkan dengan penusukan jarum bekam di permukaan kulit

menggunakan pisau bekam atau bisturi agar darah kotor dapat dikeluarkan.

Bekam basah dianggap lebih efektif untuk berbagai penyakit, terutama

penyakit yang berkaitan dengan gangguan pada pembuluh darah. Berbeda

dengan bekam kering yang bisa jadi hanya mengobati penyakit ringan.

Bekam basah bisa menolong menanggulangi penyakit yang lebih parah,

kronis ataupun degeneratif, seperti hipertensi (Mardiah, 2018).


69

Sebagian besar pada penelitian yang telah dilakukan setelah terapi

bekam walaupun hasilnya belum maksimal namun tekanan darah penderita

hipertensi mengalami penurunan. Maka dari itu petugas kesehatan dapat

menerapkan terapi bekam sebagai salah satu alternatif penanganan non

farmakologis pada penderita hipertensi, memberikan penyuluhan dan

bimbingan mengenai terapi bekam dengan baik dan benar agar hasilnya

lebih maksimal. Bagi penderita hipertensi dapat melakukan terapi bekam

sebagai salah satu cara alternatif yang mudah dan murah untuk mengatasi

tekanan darah.

3. Pengaruh Terapi bekam terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita

Hipertensi Usia di Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten

Majalengka

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi

usia di Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka.

Adanya pengaruh hal ini karena terapi bekam merupakan salah satu cara

non farmakologis yang dapat menurunkan tekanan darah dimana terapi

bekam dengan teknik dan alat yang digunakan dapat memperlancar

peredarahan darah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Fatonah, 2019) mengenai pengaruh terapi bekam terhadap tekanan darah

penderita hipertensi di Desa Baleendah Kabupaten Bandung menunjukkan

bahwa terapi bekam berpengaruh terhadap menurunkan tekanan darah pada


70

pasien hipertensi dengan  = 0,007. Juga dengan hasil penelitian (Sardaniah

dkk., 2020) didapatkan uji statistik nilai ( = 0,000) yang berarti ada

pengaruh yang signifikan terapi bekam terhadap perubahan tekan darah

pada penderita hipertensi. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh

(Asis dkk., 2021) mengenai pengaruh terapi bekam basah terhadap

perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi di Wilayah Bojong

Purwakarta menunjukan bahwa setelah responden mendapatkan terapi basah

selama 7 hari terdapat pengaruh tekanan darah sebelum dan sesudah terapi

bekam basah dengan  = 0,000.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori bahwa terapi bekam

mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan, salah satunya manfaat dalam

penurunan tekanan darah pada pasien penderita hipertensi. Terapi bekam

dapat menimbulkan reaksi peradangan (rubor, dolor, kalor, funsiolesa), hal

ini menunjukkan terjadinya kerusakan dari mast cell dan lain-lain akibat

pembekaman mengeluarkan beberapa zat seperti serotonin, histamine,

bradikinin, slow reacting substance (SRS), serta zat-zat lain yang belum

diketahui. Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol,

serta flare reaction pada daerah yang dibekam dan terjadi pengeluaran

faktor pembuat relaksasi derivat endotel (FBRDE, endhotelium-derived

relaxing factor/EDRF) atau sekarang lebih dikenal dengan nama Oksida

Nitrat (NO) yang akan berdampak pada relaksasi otot polos pembuluh

darah. Saat dilakukan pembekaman akan keluar zat-zat tersebut yang akan

menyebabkan relaksasi dan vasodilatasi pada pembuluh darah sehingga


71

menurunkan tahanan dari pembuluh darah yang akan berdampak pada

menurunnya tekanan darah (Irawan & Ari, 2017).

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori bahwa terapi bekam diketahui

dapat membersihkan tubuh dari toksik dengan cara penyanyatan atau

tusukan-tusukan kecil di permukaan kulit kemudian dilakukan pengeluaran

darah dengan alat tertentu. Dengan dilakukannya bekam, tubuh akan

mengeluarkan zat seperti serotonin, histamin, brandkinin, slowreacing

substance yang mengakibatkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi

pembuluh darah yang akan berefek relaksasi pada otot yang kaku serta

menstabilkan tekanan darah. Penderita hipertensi seletah mendapatkan

terapi bekam selama 7 hari mengalami penurunan tekanan darah (Asis dkk.,

2021).

Adanya pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah

pada penderita hipertensi, maka petugas kesehatan dapat menerapkan terapi

bekam sebagai salah satu alternatif asuhan keperawatan untuk menurunkan

tekanan darah lansia yang menderita hipertensi sesuai dengan SOP serta

memberikan penyuluhan dan bimbingan dalam melakukan terapi sehingga

dapat dilakukan secara mandiri di rumah dengan pengawasan petugas. Bagi

penderita agar rajin melakukan pengontrolan tekanan darah dan bisa

menggunakan terapi bekam secara mandiri sesuai dengan petunjuk petugas

kesehatan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh terapi bekam terhadap

penurunan tekanan darah pada penyakit hipertensi di Desa Lemahsugih

Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Rata-rata tekanan darah pada penderita hipertensi usia di Desa Lemahsugih

Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka sebelum terapi bekam yaitu

sistolik 143,37 mmHg dan diastolik 92.80 mmH.

2. Rata-rata tekanan darah pada penderita hipertensi usia di Desa Lemahsugih

Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka sesudah terapi bekam yaitu

sistolik 131.30 mmHg dan diastolik 85.50 mmHg.

3. Terdapat pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada

penyakit hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten

Majalengka tahun 2022.

B. Saran

1. Bagi UPTD Puskesmas Lemahsugih

Bagi pihak puskesmas, terapi bekam dapat dijadikan sebagai salah

satu alternatif untuk menangani hipertensi dan perlunya petugas kesehatan

72
73

memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada penderita hipertensi

mengenai terapi bekam.

2. Bagi Universitas YPIB Majalengka

Mahasiswa keperawatan perlu diberikan pelatihan atau praktek

tentang penanganan non farmakologis penurunan tekanan darah dengan

terapi bekam sehingga diharapkan lulusan keperawatan mampu secara

profesional memberikan asuhan keperawatan pada masyarakat dalam

mengatasi hipertensi.

3. Bagi Pasien Hipertensi

Penderita hipertensi untuk melakukan kontrol tekanan darah dengan

teratur dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan mengenai terapi bekam

yang baik dan benar sehingga dapat menurunkan atau mengendalikan

tekanan darah secara optimal.

4. Bagi Peneliti Lain

Saran untuk peneliti yang akan datang perlu melibatkan tenaga

profesional dalam memberikan terapi bekam agar hasil penurunan tekanan

darah lebih maksimal dan jika dilakukan oleh peneliti sebaiknya berlatih

terlebih dahulu dengan tenaga profesional sehingga dapat membimbing

responden dengan baik dan benar.


DAFTAR PUSTAKA

Alifariki. (2019). Epidemiologi Hipertensi (Sebuah Tinjauan Berbasis Riset).


Yogyakarta: CV. Leutikaprio.

Andhini, N. F. (2017). Asuhan Masa Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Arikunto, S. (2018). Prosedur Penelitian Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Asis, A., Fadli, & Kenre, I. (2021). Pengaruh Terapi Bekam Basah terhadap
Perubahan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Jurnal Akademika
Baiturrahim Jambi, 10(2), 469. https://doi.org/10.36565/jab.v10i2.418

Aspiani, R. Y. (2018). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. (2021). Data Hipertensi di Kabupaten


Majalengka Tahun 2021. Majalengka: Dinas Kesehatan Kabupaten
Majalengka.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2021). Profil Kesehatan Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat 2019. Bandung: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

Fatonah, S. (2019). Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Penderita


Hipertensi. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 14(2), 123.
https://doi.org/10.26630/jkep.v14i2.1294

Hidayat, A. (2017). Metode Penelitian: Pengertian, Tujuan, Jenis - Uji Statistik.


Jakarta: PT Rineka Cipta.

Irawan, H., & Ari, S. (2017). Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Klien Hipertensi. Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1), 18.
https://doi.org/10.32831/jik.v1i1.12

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Pusat Data dan Informasi Kementerian RI :
Hipertensi. Infodatin.

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, (Hipertensi),


1–7. https://doi.org/10.1177/109019817400200403

Kementerian Kesehatan RI. (2021). Kemenkes. Profil Kesehatan Indonesia 2020.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kholifah, S. N. (2018). Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Acta Universitatis
Agriculturae et Silviculturae Mendelianae Brunensis.

Mardiah. (2018). Pengaruh Terapi Bekam terhadap Penurunan Tekanan Darah


pada Penderita Hipertensi di Rumah Sehat Ibnu Sina Palembang. Jurnal
Surya Medika.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Nugraha, B. A. (2018). Pengaruh Pemberian Jus Tomat Terhadap Tekanan Darah


Lansia Penderita Hipertensi Didesa Lemahireng Kecamatan Bawen. Jurnal
Ilmu Keperawatan Komunitas, 1(2), 1. https://doi.org/10.32584/jikk.v1i2.173

Nur, M. (2018). Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Penurunan Tekanan Darah


Pada Kegawat Daruratan Hipertensi Di Puskesmas Pademawu Pamekasan.
Journal of Islamic Medicine, 2(1), 34. https://doi.org/10.18860/jim.v2i1.5012

Nuridah, N., & Yodang, Y. (2021). Pengaruh Terapi Bekam terhadap Tekanan
Darah pada Penderita Hipertensi: Studi Quasy Eksperimental. Jurnal
Kesehatan Vokasional, 6(1), 53. https://doi.org/10.22146/jkesvo.62909

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2017). Buku Fundamental Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Rufaida, Z. (2018). Terapi Komplementer. E-Book Penerbit STIKes Majapahit.

Sabilu, Y., & Nuziyati. (2017). Tomato Juice (Lycopersicum commune) Reduces
Blood Pressure in Elderly Hypertensive Indonesians in Kulisusu, North
Buton. Asian Journal of Clinical Nutrition.
https://doi.org/10.3923/AJCN.2017.111.117

Sardaniah, S., Nurhasanah, H., & Marlena, F. (2020). Pengaruh Terapi Bekam
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Pondok
Pengobatan Alternatif Miftahusyifa Kota Bengkulu. Jurnal Vokasi
Keperawatan (JVK), 2(2), 181–199. https://doi.org/10.33369/jvk.v2i2.10697

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:


Alphabeta.

Susanah, S., Sutriningsih, A., & Warsono. (2017). Pengaruh Terapi Bekam
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Poliklinik
Trio Husada Malang. Journal Nursing News, 2(1), 281–291.

WHO. (2021). Hypertension. Diambil 17 Maret 2021, dari


https://www.who.int/health-topics/hypertension#tab=tab_1

Widyarani, L. (2017). Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Solanum Lycopersicum)


Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Stadium I.
Journal of Chemical Information and Modeling, 8(9), 1–58.

1.
Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:
Calon Responden
di
Desa Lemahsugih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka

Saya Elsa Elpiana dengan NIM 18142011063 saat ini sedang menyusun
tugas akhir di Program Studi S1 Keperawatan Universitas YPIB Majalengka akan
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi Bekam Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penyakit Hipertensi di Desa Lemahsugih
Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka Tahun 2022.”
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien penderita hipertensi dan manfaatnya untuk
menambah wawasan dan pengetahuan di bidang kesehatan terutama pengobatan
hipertensi dengan cara non medis (terapi bekam).
Pengumpulan datanya menggunakan lembar observasi dan alat
Sphygmomanometer untuk mengukur tekanan darah. Untuk itu saya mohon
bantuan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Apabila
Bapak/Ibu menyetujui atau bersedia untuk menjadi responden pada penelitian ini,
maka saya mengharap Bapak/Ibu untuk menandatangani lembar persetujuan.
Demikian atas perhatian, kerjasama, dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.

Hormat Peneliti,

Elsa Elpiana
Lampiran 2

PERSETUJUAN RESPONDEN

(INFORMED CONCENT)

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti mengenai maksud dan tujuan


penelitian dengan judul “Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Penyakit Hipertensi di Desa Lemahsugih Kecamatan
Lemahsugih Kabupaten Majalengka Tahun 2022” maka dengan ini saya
bertanda tangan di bawah ini:
Nama :………………………….
Umur :……………………tahun
Alamat :………………………….
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tanpa ada

paksaan dari pihak manapun.

Majalengka,……………………

Yang menyatakan,

…………………………….
(Responden)
Lampiran 3

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP )


TERAPI BEKAM

SOP TERAPI BEKAM


Pengertian Salah Satu terapi komplementer untuk menurunkan
tekanan darah dengan menggunakan alat bekam untuk
menghisap darah kotor dalam tubuh klien
Tujuan Untuk mengatasi penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi
Alat dan bahan 1. Tabung / gelas bekam
2. Alat penghisap
3. Pulpen / penusuk jarum
Persiapan 1. Menkondisikan klien
2. Memberitahun klien tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Pastikan suasana ruangan atau tempat nyaman
Pelaksanaan 1. Mempersiapkan alat – alat untuk berbekam.
2. Sebelum berbekam dianjurkan untuk berdoa sesuai
agama dan kepercayaan.
3. Memukul-mukul bagian tubuh yang akan dibekam
dengan sebat rotan agar peredaran darah lancar.
4. Mensterilkan bagian tubuh yang akan dibekam dengan
desinfektan.
5. Menghisap kulit dengan menggunakan gelas bekam.
6. Menusuk-nusuk bagian tubuh yang akan dibekam
dengan jarum.
7. Menghisap kembali bagian tubuh yang telah ditusuk.
8. Diamkan selama kurang lebih 5-9 menit sampai darah
kotor keluar.
9. Membersihkan dan membuang darah yang tertampung
dalam gelas bekam.
10.Membersihkan bekas luka bekam
Frekuensi Setiap hari kurang lebih 5-9 menit sampai darah kotor
keluar
Sumber (Rufaida, 2018)
Lampiran 4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PENGUKURAN TEKANAN DARAH

PENGUKURAN TEKANAN DARAH


SOP
Pengertian Tekanan darah bisa diartikan sebagai kekuatan yang
diberikan oleh sirkulasi darah terhadap dinding arteri
tubuh, yaitu pembuluh darah utama yang berada dalam
tubuh. Besarnya tekanan ini bergantung pada resistensi
pembuluh darah dan seberapa keras jantung bekerja
Tujuan Untuk mengukur tekanan darah
Alat dan bahan Sphygmomanometer Digital
Langkah-langkah 1. Duduklah di kursi yang nyaman serta istirahatlah sekitar
5 menit.
2. Balutkan bagian tengah tangan atau sekitar 3 cm dari
lekuk siku bagian dalam dengan selubung tensimeter,
pastikan dibalut dengan kencang namun jangan terlalu
kencang sebab akan mempengaruhi kualitas pembacaan
terhadap tensimeter digital.
3. Pastikan katup pelepas udara sudah tertutup
4. Aturlah tekanan yang yang diberi tensimeter 30 sampai
40mmHg lebih tinggi dari pembacaan sistole yang
terakhir, misalnya apabila tensi anda yang sebelumnya
adalah 120/80mmHg maka aturlah tekanan yang akan
diberi tensimeter 160mmHg.
5. Apabila prosesnya berjalan benar, maka secara perlahan
selubung akan menembang serta ketikan sudah
mencapai tekanan yang ditentukan secara perlahan
selubung akan mengempis antara 2 sampai 5mmHg/
detik. Angka tersebut akan ditunjukkan pada layar
tensimeter.
6. Catatlah angka yang yang ditunjukkan pada layar
tensimeter serta lakukan pengukuran secara berkala di
lain waktu. Apabila angka lebih tinggi berarti tekanan
sistole dan jika rendah berarti tekanan diastole.
Sumber (Alifariki, 2019)
Lampiran 5
Lembar Observasi

Tekanan
Tekanan
Darah
Nomor Darah
No (Sebelum Terapi Terapi Bekam
Responden (Akhir)
Bekam)
Sistole Diastole Sistole Diastole
1 001 140 80  135 75
2 002 142 79  138 78
3 003 145 102  142 88
4 004 140 87  128 75
5 005 160 100  145 92
6 006 144 95  136 92
7 007 150 90  146 85
8 008 160 102  122 85
9 009 142 90  140 88
10 010 144 100  135 93
11 011 134 92  119 78
12 012 130 93  115 75
13 013 132 95  133 90
14 014 125 95  124 96
15 015 128 94  125 88
16 016 145 84  137 82
17 017 165 100  155 92
18 018 144 85  120 85
19 019 122 95  122 90
20 020 127 96  125 85
21 021 162 85  142 85
22 022 130 97  110 85
23 023 160 90  135 90
24 024 148 101  126 82
25 025 142 82  115 80
26 026 164 100  140 92
27 027 122 92  117 79
28 028 143 92  130 80
29 029 162 90  145 85
30 030 149 101  137 95
Lampiran 5
Hasil Pengolahan SPSS

Explore

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Diastolik Pretest 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
Sistolik Pretest 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
Diastolik Postest 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
Sistolik Posttest 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Sistole Pretest Mean 143.3667 2.36812
95% Confidence Interval for Lower Bound 138.5233
Mean Upper Bound 148.2100
5% Trimmed Mean 143.3704
Median 143.5000
Variance 168.240
Std. Deviation 12.97075
Minimum 122.00
Maximum 165.00
Range 43.00
Interquartile Range 21.00
Skewness .091 .427
Kurtosis -.908 .833
Diastole Pretest Mean 92.8000 1.22089
95% Confidence Interval for Lower Bound 90.3030
Mean Upper Bound 95.2970
5% Trimmed Mean 93.0370
Median 93.5000
Variance 44.717
Std. Deviation 6.68710
Minimum 79.00
Maximum 102.00
Range 23.00
Interquartile Range 10.75
Skewness -.444 .427
Kurtosis -.662 .833
Sistole Postest Mean 131.3000 2.01269
95% Confidence Interval for Lower Bound 127.1836
Mean Upper Bound 135.4164
5% Trimmed Mean 131.2407
Median 134.0000
Variance 121.528
Std. Deviation 11.02396
Minimum 110.00
Maximum 155.00
Range 45.00
Interquartile Range 18.00
Skewness -.025 .427
Kurtosis -.679 .833
Diastole Posttest Mean 85.5000 1.11288
95% Confidence Interval for Lower Bound 83.2239
Mean Upper Bound 87.7761
5% Trimmed Mean 85.5185
Median 85.0000
Variance 37.155
Std. Deviation 6.09550
Minimum 75.00
Maximum 96.00
Range 21.00
Interquartile Range 10.50
Skewness -.188 .427
Kurtosis -.920 .833

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sistole Pretest .133 30 .182 .941 30 .096
*
Diastole Pretest .126 30 .200 .943 30 .110
Sistole Postest .131 30 .197 .977 30 .732
Diastole Posttest .134 30 .179 .953 30 .199
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

T-Test

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sistolik Pretest 143.3667 30 12.97075 2.36812
Sistolik Posttest 131.3000 30 11.02396 2.01269
Pair 2 Diastolik Pretest 92.8000 30 6.68710 1.22089
Diastolik Posttest 85.5000 30 6.09550 1.11288
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Sistolik Pretest & Sistolik 30 .687 .000
Posttest
Pair 2 Diastole Pretest & Diastole 30 .602 .000
Posttest

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence Interval Sig.
Std. Std. Error of the Difference (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 Sistolik 12.06667 9.65949 1.76357 8.45975 15.67358 6.842 29 .000
Pretest -
Sistolik
Posttest
Pair 2 Diastolik 7.30000 5.72442 1.04513 5.16247 9.43753 6.985 29 .000
Pretest -
Diastolik
Posttest

Anda mungkin juga menyukai