OLEH
MARDHIANA
213001070066
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kebidanan
OLEH
MARDHIANA
213001070066
Nama : MARDHIANA
Jenis Kelamin : PEREMPUAN
Tempat/ TanggalLahir : TANJUNG PANDAN,30 APRIL 1975
AnakKe : 1 DARI 3 BERSAUDARA
Agama : ISLAM
Pekerjaan : PEGAWAI NEGERI SIPIL
Nama Orang Tua
Ayah : LA.ABU ( ALM .)
Ibu : RUSNI (ALM.)
Nomor HP : 0813 7300 0990
Riwayat Pendidikan :1. 1981 – 1987 : SDN .NO.12 TG.PANDAN
2. 1987 – 1990 :SMPN .3 TG PANDAN
3. 1990 – 1993 : SPK PEMDA BELITUNG
4. 1993- 1994 : D I,PPB BELITUNG
5. 2011 - 2013 : D 3 POLTEKKES
PALEMBANG
6. 2022 -2023 : S I UNIVERSITAS
ADIWANGSA JAMBI
ABSTRAK
MARDHIANA. 213001070066
HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN IBU, SUMBER DAYA MANUSIA
KESEHATAN, LETAK GEOGRAFIS DENGAN RENDAHNYA
CAKUPAN SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL PADA NEONATUS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYUNG LENCIR TAHUN 2022
Program Studi S1 Kebidanan, Universitas Adiwangsa Jambi
Hipotiroid kongenital (HK) adalah kelainan pada bayi sejak lahir yang
disebabkan defisiensi sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid, dan berkurangnya
kerja hormon tiroid pada tingkat selular. Tujuan skrining hipotiroid kongenital
(SHK) adalah menghilangkan atau menurunkan mortalitas, morbiditas dan
kecacatan akibat penyakit hipotiroid kongenital.
Penelitian ini menggunakan survey deskriptif analitik dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kecemasan
ibu, sumber daya manusia kesehatan, letak geografis dengan rendahnya cakupan
skrinning hipotiroid kongenital pada neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas
Bayung Lencir Tahun 2022. Penelitian ini dilaksanakan bulan Desember tahun
2022. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas sebanyak 1.379 orang, sampel
pada penelitian ini sebanyak 90 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian
ini menggunakan alat ukur kuesioner, teknik yang digunakan yaitu teknik random
sampling. Penelitian ini menggunakan analisa Univariat dan Bivariat
menggunakan uji korelasi Chi Square.
Hasil penelitian telah diuji dengan uji chi square yaitu terdapat 56 responden
(62,2%) tidak melakukan skrinning, sedangkan 34 responden (37,8%) melakukan
skrinning. Dari 53 responden (58,9%) tidak mempunyai kecemasan atau
kecemasannya ringan, dan 37 responden (41,1%) mempunyai kecemasan sedang
dan berat. Dari 41 reponden (45,6%) terdapat sumber daya manusia kesehatan
yang mampu, sedangkan 49 responden (54,4%) terdapat pada sumber daya
manusia kesehatan yang tidak mampu. Dari 60 responden (66,7%) terdapat pada
letak geografis terpencil, sedangkan 30 responden (33,3%) terdapat pada letak
geografis tidak terpencil. Ada hubungan antara kecemasan ibu (p value = 0,016),
sumber daya manusia kesehatan ( p value = 0,002), letak geografis ( p value =
0,001) dengan rendahnya cakupan skrinning hipotiroid kongenital di wilayah
kerja puskesmas bayung lencir.
iv
ABSTRACT
MARDHIANA. 21300170066
RELATIONSHIP BETWEEN MATERNAL ANXIETY, HEALTH HUMAN
RESOURCES, GEOGRAPHICAL LOCATION AND LOW COVERAGE
OF CONGENITAL HYPOTHYROID SCREENING IN NEONATES IN
THE WORKING AREA OF BAYUNG LNCIR PUSKESMAS IN 2022
Midwifery Study Program, Adiwangsa University, Jambi
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini guna memenuhi syarat untuk menyelesaikan pendidikan di
Universitas Adiwangsa Jambi.
Pada penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
mengingat keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, namun penulis berusaha
semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya. Selama proses penyusunan skripsi
ini penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak maka
pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Seno Aji S.Pd,M.Eng,Prac Selaku Rektor Universitas Adiwangsa Jambi.
2. Ibu Subang Aini Nasution, SKM.,M.Kes Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Adiwangsa Jambi
3. Ibu Diane Marlin, S.Keb., M.Keb Selaku Ketua Program Studi S1 Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Adiwangsa Jambi
4. Ibu Yesi Mustika Sari, S.ST.,M.Keb selaku pembimbing yang banyak memberi
arahan, bimbingan serta dorongan dalam penyusunan skripsi ini
5. Dosen dan staff Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Adiwangsa Jambi yang telah banyak memberi ilmu dan bimbingan
selama penulis mengikuti pendidikan
6. Serta semua pihak yang terlibat dan turut membantu dalam menyelesaikan
proposal skripsi ini.
Penulis menyadari apa yang disajikan dalam proposal ini masih banyak
terdapat kekurangan baik dari segi materi maupun teknisnya. Untuk itu perlu
adanya kritik dan saran yang membangun yang penulis harapkan dalam
penyempurnaannya.
Jambi, Februari 2023
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ..............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
ABSTRAK .............................................................................................................iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi
DAFTAR ISI .........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................................... 4
1.3 Ruang Lingkup .................................................................................................. 4
1.4 Tujuan dan Manfaat .......................................................................................... 5
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 70
vii
5.2 Saran ................................................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Konsultasi
3. Kuesioner Penelitian
4. Data Penelitian
5. Hasil Penelitian
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Hipotiroid kongenital (HK) adalah kelainan pada bayi sejak lahir yang
pada anak perempuan dari pada anak laki-laki dengan perbandingan 2:1.
10% dari jumlah penduduk, diperkirakan 5% dari jumlah penduduk 210 juta
gangguan tuli (840.000). Memiliki anak yang tumbuh dan berkembang secara
1
2
normal. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh bawaan (faktor biologis),
faktor biologi yang dapat menghambat tumbuh kembang anak adalah adanya
belum menjadi program rutin sehingga kasus HK belum layak dapat dikelola
55.647 bayi di RSHS dan 25.499 bayi di RSCM dengan angka kejadian
usia 1 bulan . Mengingat gejala hipotiroid pada bayi baru lahir biasanya tidak
berat kecuali jika mendapat terapi secara dini maka pemeriksaan skrining
upaya deteksi dan terapi dini maka secara kumulatif keadaan ini akan
hari dan akan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang besar pada masa
mendatang. Upaya ini diharapkan dapat menjamin bahwa bayi yang menderita
yang optimal. Pengobatan optimal bisa tercapai antara lain dengan kerjasama
secara bertahap, sehingga tahun 2013 SHK baru dilakukan di 11 provinsi. Hal
dan penyediaan kebutuhan program SHK melalui APBN, APBD atau sumber
Tahun 2022 terdapat 166 bayi yang di lakukan skrinning. Kemudian data yang
4
diperoleh peneliti di Puskesmas Bayung Lencir pada tahun 2022 jumlah bayi
yang dilakukan skrining hipotiroid kongenital sejumlah 5 bayi dari 1.379 bayi.
Lencir masih kurangnya sumber daya manusia kesehatan, ibu yang merasa
hipotiroid kongenital.
Indonesia lebih tinggi 1:1.500 kelahiran hidup. Dan berdasarkan data yang
diperoleh dari Puskesmas Bayung Lencir tahun 2021 jumlah bayi yang di
skrining hipotiroid kongenital sejumlah 6 bayi dari 1.598 bayi, dari data di
Materi penelitian ini adalah tentang kelainan pada bayi baru lahir, khususnya
Wilayah Kerja Puskesmas Bayung Lencir pada bulan desember Tahun 2022.
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas sebanyak 1.379 orang, sampel
pada penelitian ini sebanyak 90 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Desain
cross sectional dan menggunakan alat ukur kuesioner, teknik yang digunakan
1.4.1 Tujuan
1.4.2 Manfaat
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan
2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi di perpustakaan
2.1.1 Pengertian
Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak
lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik (Kosim
patologis rendah tiroksin yang mungkin atau mungkin tidak disertai dengan
baru lahir. Hormon tiroid, tiroksin (T4), merupakan hormon yang diproduksi
penting peranannya pada bayi dan anak yang sedang tumbuh. Kekurangan
hormon tiroid pada bayi dan masa awal kehidupan, bisa mengakibatkan
(Permenkes, 2014).
oleh faal tiroid berkurang sudah tidak tepat lagi. Kini dianut keadaan dimana
efek hormon tiroid dijaringan kurang (contoh pada defisiensi yodium justru
bekerja keras). Tiroid fetus mulai menagkap radioaktif yodium pada minggu
12, 14 dan mulai memproduksi hormon sendiri pada minggu 19, 22. Aksi
hipofisis tiroid pada fetus mulai berfungsi (intact) pada bulan ke-5. Dengan
demikian kita perlu hati-hati untuk menggunakan obat antitiroid sejak minggu
19, 22, supaya tidak terjadi supresi TSH endogen dengan akibat timbulnya
hipotiroidisme fetal.
retardasi mental yang dapat dicegah. Kelainan ini disebabkan oleh kurang atau
tidak adanya hormon tiroid sejak dalam kandungan. Hormon tiroid sudah
205).
2.1.2 Etiologi
sekunder terjadi kelainan pada kelenjar hipofisis, dan hipotiroid tersier terjadi
tubuh akan hormon tiroid (Marmi dan Rahardjo, 2012: 364). Terjadinya
iklim dan tidak terdapat predileksi untuk golongan etnis tertentu. Umumnya
8,4% dari 1.420 kasus hipotirod kongenital disertai oleh kelainan bawaan
tiroid. Kelenjar tiroid mungkin ada tetapi mungkin terjadi masalah dengan
produksi hormon tiroid. Mungkin ada masalah dalam kelenjar pituitari itu
peningkatan TSH dan oleh karena itu tidak akan terdeteksi pada screening
3. Dishormogenesis (4-15%)
2010).
2.1.4 Insidensi
Serikat adalah 1 dari 3500 kelahiran hidup. Lebih sering ditemukan pada anak
perempuan dari pada anak laki-laki dengan perbandingan 2:1. Anak dengan
11
tinggi lagi sebesar 1:1.500 kelahiran hidup (IDAI 2010). Di RSUP Wahidin
skrining nasional, telah menjadi jelas bahwa insiden bervariasi dengan lokasi
2.1.5 Patofisiologi
Pada umur gestasi 10-11 minggu, kelenjar tiroid fetal sudah mampu
menghasilkan hormon tiroid, namun kadarnya masih sedikit. Saat gestasi 18-
normal, pada masa ini aksis pituitari-tiroid fetal secara fingsional sudah bebas
membuat T4 dan T3, iodium masuk kedalam sel folikel kelenjar tiroid dengan
cara transport aktif. Didalam sel iodium akan dioksidasi oleh enzim tiroid
= tiroksin (T4) dan satu molekul MIT dengan satu molekul DIT akan
mediator utama yang mempunyai efek biologis dari kelenjar tiroid dengan
Pengaruh kadar hormon tiroid ibu terhadap fetus sangat minimal, tetapi
penyakit tiroid ibu dapat mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid fetus atau
proses mielinisasi dari sistem jaringan saraf. Periode kritis terbesar untuk
memperlihatkan gejala klinis yang khas, dan bila ada umumnya gejala sangat
ringan dan kurang jelas. Hanya kurang dari 5% bayi dengan hasil skrining
dilahirkan.
14
menemukan bukti penyakit tiroid autoimun ibu atau diet kekurangan yodium
malas minum (kurang kuat) dan masalah makan lainnya, serta hipotermia.
Pada saat skrining hanya sedikit dijumpai tanda klinis. Beberapa bayi
menunjukkan tanda klasik seperti wajah sembab, pangkal hidung rata dengan
prolaktin. Jarang sekali dijumpai goiter, namun pada bayi yang lahir dari ibu
dengan penyakit Graves dan diobati dengan PTU sering didapatkan goiter
dari pada hipotiroid primer. Bayi dicurigai mengalami hipotiroid sekunder bila
terdapat bibir sumbing pada bibir dan /atau palatum, nistagmus, hipoglikemia,
1. Gangguan makan (malas, kurang nafsu makan, dan sering tersedak pada
3. Konstipasi
4. Tangisan parau
5. Pucat
16. Letargi
17. Fontanel anterior dan posterior paten dengan sutura kranialis lebar
19. Hipotonia
16
3. Sembelit
a b
1. Wajah bayi dengan hipotiroid kongenital, wajah kasar dengan lidah besar
2. Hernia umbilikalis dan postur hipotonik, wajah kasar pada bayi dengan
hipotiroid kongenital
17
Hambatan pertumbuhan dan perkembangan lebih nyata dan pada umur 3-6
semakin terbelakang, terlambat duduk dan berdiri serta tidak mampu belajar
masalah emosi dan perilaku pada anak. Beberapa masalah emosi dan perilaku
1. Kecemasan yaitu rasa tegang, takut dan khawatir akan sesuatu yang
mengancam dirinya.
3. Depresi
4. Masalah perilaku sosial yaitu perilaku yang kurang sesuai dengan tuntutan
sosial.
6. Keluhan somatis yaitu keluhan fisik seperti sering pusing, mual, muntah,
2.1.7 Pengobatan
yang terjadi pada bayinya, dan yang sangat penting dijelaskan adalah
pengobatan dini dan adekuat akan memperbaiki prognosis bayinya (Rudy dan
Susanto, 2009).
terapi diberikan secara dini. Untuk neonatus yang terdeteksi pada minggu-
seperti sebesar 10-15 µg/kg/hari karena lebih cepat dalam normalisasi kadar
T4 dan TSH.
hipotiroid
serum tiroksin dan TSH menurut umur (age reference range). Pemberian Pil
Tiroksin dengan cara digerus/ dihancurkan dan bisa dicampur dengan ASI
atau air putih. Terapi sulih hormon dengan pil tiroksin (L-thyroxine) harus
pemberian dosis permulaan 10-15 pg/kg. Pada bayi cukup bulan diberikan
oleh usia pasien saat terapi dimulai dan jumlah dosis. Pada HK berat, perlu
Pengobatan optimal bisa tercapai antara lain dengan kerjasama orang tua /
kembang bayi.
dokter.
2.1.8 Prognosis
linier pada sebagian besar kasus mengalami kejar tumbuh yang optimal
usia 3 bulan akan mengakibatkan taraf IQ subnormal atau lebih rendah (IDAI,
mendapatkan bahwa IQ pasien pada usia 1 tahun sebesar 115, usia 18 bulan
sebesar 104, dan usia 36 bulan sebesar 103. Pada pemeriksaan saat usia 36
bulan didapatkan “hearing speech” dan “practical reasoning” lebih rendah dari
mental, tetapi ada beberapa hal yang kurang pada anak dengan hipotiroid
kongenital. Kasus berat dan yang tidak mendapatkan terapi adekuat pada 2
21
neurologis antara lain gangguan koordinasi pada motorik kasar dan halus,
dan gangguan bicara. Tuli sensorineural ditemukan pada sekitar 20% kasus
bergantung pada awitan terapi, anak yang penanganannya dimulai pada usia 1
Sejarah skrining bayi baru lahir Deteksi dini kelainan bawaan melalui
skrining pada bayi baru lahir (BBL) merupakan salah satu upaya untuk
mendapatkan generasi yang lebih baik. Skrining atau uji saring pada bayi baru
lahir (Neonatal Screening) adalah tes yang dilakukan pada saat bayi berumur
beberapa hari untuk memilah bayi yang menderita kelainan kongenital dari
bayi yang sehat (Kementrian kesehatan RI, 2012). Itu sebabnya, skrining
harus dilakukan di awal kehidupan, pada hari-hari pertama pasca lahir, untuk
paling pahit, kematian pada bayi. Skrining juga merupakan langkah awal
22
Skrining bayi baru lahir dimulai pada 1960-an setelah Dr. Robert Guthrie
skrining bayi baru lahir. Tes screening neonatal bervariasi diberbagai dunia
1. Phenilketonuria
2. Hypothyroidism
skrining pada bayi sejak tahun 1968 (Nati, 2012). Diantara penyakit-penyakit
yang bisa dideteksi dengan skrining pada bayi baru lahir yaitu hipotiroid
dapat diselamatkan 277 bayi dengan HK, kelainan primer sebanyak 246 (1:
4.254 kelahiran) dan 10 bayi dengan hipotiroid sentral (1: 68.200 kelahiran).
melakukan skrining bayi baru lahir sebagai program nasional seperti Thailand,
23
yang baru lahir, kejadian itu awalnya dilaporkan berada di kisaran 1: 3.000
bahwa skrining ini mendeteksi jauh lebih banyak kasus dibandingkan yang
dicurigai secara klinis pada tahap yang lebih awal dalam kehidupan (Holmes
dan Baker, 2011). Skrining bayi baru lahir melibatkan hal berikut:
setelah kelahiran.
2. Bayi harus diperiksa dengan hati-hati dan dilakukan skrining ulang untuk
3. Tes skrining dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Kriebs dan
Mengingat gejala hipotiroid pada bayi baru lahir biasanya tidak terlalu
kecuali jika mendapat terapi secara dini maka sangat di perlukan skrining
24
ketika umur bayi 48 sampai 72 jam. Sebaiknya darah tidak diambil dalam 24
jam pertama setelah lahir karena pada saat itu kadar TSH masih tinggi,
dini dan memiliki prognosis yang lebih baik, terutama dalam perkembangan
Teknik pengambilan darah melalui tumit bayi (heel prick) adalah cara
Persiapan alat
1. Sarung tangan
2. Lancet
3. Kartu-kertas saring
4. Kapas
5. Alkohol 70%
6. Kasa steril
7. Rak pengering
25
1. Cuci tangan menggunakan sabun dengan air bersih mengalir dan pakailah
sarung tangan
4. Digosok-gosok
6. Supaya aliran darah lebih lancar, posisikan kaki lebih rendah dari kepala
bayi
7. Tentukan lokasi penusukan yaitu bagian lateral atau medial tumit (daerah
berwarna merah),
8. Bersihkan daerah yang akan ditusuk dengan antiseptik kapas alkohol 70%,
biarkan kering.
9. Tusuk tumit dengan lanset steril sekali pakai dengan ukuran 2 mm.
10. Setelah tumit ditusuk, usap tetes darah pertama dengan kain kasa steril
11. Kemudian lakukan pijatan lembut sehingga terbentuk tetes darah yang
12. Selanjutnya teteskan darah ke tengah bulat kertas saring sampai bulat dan
terisi penuh dan tembus kedua sisi. Hindarkan tetesan darah yang berlapis-
lapis (layering). Ulangi meneteskan arah ke atas bulatan lain. Bila darah
lanset baru.
13. Sesudah kedua bulatan kertas saring terisi penuh, tekan bekas tusukan
diatas kepala bayi. Bekas tusukan tidak perlu diberi plester ataupun
pembalut.
di atas permukaan datar yang kering dan tidak menyerap (non absorbent).
laboratorium.
4. Jangan menyimpan spesimen di dalam laci dan kena panas atau sinar
Bila tes konfirmasi mendapatkan hasil kadar TSH kurang dari 20 mU/L,
b. Kadar TSH > 20 mU/L, maka perlu dilakukan pemeriksaan TSH dan
FT4 serum.
mengukur kadar T4 atau TSH yang dilakukan pada kertas saring pada usia 3-4
dengan kadar T4 beraada pada persentil 10-20. Jepang dan sebagian besar
dan pengobatan penyakit tiroid pada bayi dan anak. Dalam periode tersebut
TSH normal yang didapatkan pada saat skrining, peran autoimunitas sebagai
etiologi dari penyakit, dan pengobatan optimal yang diberikan sehingga anak
dapat berkembang normal bila penyakit terdeteksi dini (Rudy dan Susanto,
2009).
pertumbuhan fisik yang normal, karena terapi efektif bila dimulai pada
dengan cacat mental (kretinisme) tidak lagi terlihat (Donaldson dan Jones,
2013).
(IQ) dan usia saat diagnosis. Bahkan ketika didiagnosis dini, perkembangan
sampai tiga tahun pertama kehidupan. Oleh karena itu penting bagi pasien
untuk menerima pengobatan dini dan dekat tindak lanjut (Rastogi and
LaFranchi, 2010).
2.3.1 Usia
2.3.2 Pendidikan
2.3.3 Pekerjaan
2012).
2.3.4 Pengetahuan
Tingginya pengetahuan ibu akan hal ini disebabkan karena ibu telah
hipotiroid kongenital.
sesuai dengan ketentuan yang berbunyi bahwa sumber daya manusia yang
dalam upaya kesehatan perlu mencukupi jumlah, jenis, dan kualitas, serta
kesehatan (Perpres RI, 2012). SDMK salah satu bagian penting dalam
peningkatan jumlah dan proporsi penduduk usia produktif dan lanjut usia
merupakan bagian dari SDMK. Tenaga tersebut terdiri dari tenaga medis,
(Permenkes, 2014).
34
2.3.6 Logistik
2. lanset,
4. kasa steril
5. sarung tangan
sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua
yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga
kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu
afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi dari pada orang tua dengan kelas
sosial bawah. Adapun hal yang bisa dilakukan yaitu dengan Menjelaskan
penuh dengan rasa takut dan khawatir, dimana perasaan takut dan khawatir
akan sesuatu hal yang belum pasti akan terjadi. Kecemasan berasal dari
bahasa Latin (anxius) dan dari bahasa Jerman (anst), yaitu suatu kata yang
emosi yang muncul saat individu sedang stress, dan ditandai oleh perasaan
respon fisik (jantung berdetak kencang, naiknya tekanan darah, dan lain
sebagainya).
1. Kecemasan Ringan
serta kreatifitas. Tanda dan gejala antara lain: persepsi dan perhatian
2. Kecemasan Sedang
yang lebih terarah. Respon fisiologi : sering nafas pendek, nadi dan
3. Kecemasan Berat
37
serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan
4. Panik
yang rasional. Kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika
kematian. Tanda dan gejala dari tingkat panik yaitu tidak dapat fokus
Letak geografis adalah titik wilayah maupun negara yang secara luas
sehingga perihal ini sangat menentukan masa depan pada suatu negara
letak geografis Indoneisa yaitu terletak di antra benua Australia dan Asia,
(Meilani, 2009).
aspek itu meliputi : Letak, terkait dengan lokasi geografis, luas, bentuk dan
rumah sakit tujuan tujuan (Mubasyiroh, R., Nurhotimah, E., & Laksono,
Faktor Pendukung :
1. Usia
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Pengetahuan
5. Kecemasan Ibu Rendahnya Cakupan
Skrining Hipotiroid
Kongenital Pada Neonatus
Faktor Pendorong :
1. Logistik
2. Letak Geografis
3. Dukungan Keluarga
4. Sumber Daya Manusia
Kesehatan
METODOLOGI PENELITIAN
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi
Desember 2022.
ini adalah:
Kecemasan Ibu
Sumber Daya
Rendahnya Skrining
Manusia
Hipotiroid Kongenital
Kesehatan
Letak Geografis
40
41
3.4.1 Populasi
Populasi target penelitian ini adalah semua ibu nifas yang berdomisili di
adalah semua ibu nifas yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Bayung
Lencir. Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2022 terdapat 1.379 ibu
orang (0,3%) jumlah tersebut masih jauh dari target capaian yang ditentukan
yaitu 30%.
3.4.2 Sampel
Kriteria Eksklusi :
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah cross sectional dan
ket:
N = jumlah populasi
peneliti:
Definisi Alat
No Variabel Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
kuesioner oleh peneliti untuk mendapatkan data kecemasan ibu, sumber daya
responden.
Ha yaitu :
neonatus.
neonatus.
Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer, yaitu data
frekuensi dan presentase dari tiap variabel terikat dan bebas yang akan diteliti.
tersebut, dilakukan uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% (α=0,05).
pengolahan data statistik, yang nantinya akan diperoleh nilai. Nilai akan
kesehatan, dan letak geografis. Berikut hasil penelitian akan diuraikan sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi skrinning hipotiroid kongenital di Wilayah
Kerja Puskesmas Bayung Lencir Tahun 2022
Skrinning Hipotiroid Frekuensi Persentase
Kongenital
Melakukan 34 37,8
Jumlah 90 100
46
47
ini :
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kecemasan Ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Bayung Lencir Tahun 2022
Kecemasan Ibu Frekuensi Persentase
Jumlah 90 100
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Sumber Daya Manusaia Kesehatan di Wilayah
Kerja Puskesmas Bayung Lencir Tahun 2022
Sumber Daya Manusia Kesehatan Frekuensi Persentase
Mampu 41 45,6
Jumlah 90 100
orang (54,4%) terdapat sumber daya manusia kesehatan yang tidak mampu.
dibawah ini :
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Letak Geografis di Wilayah Kerja
Puskesmas Bayung Lencir Tahun 2022
Letak Geografis Frekuensi Persentase
Terpencil 60 66,7
Jumlah 90 100
ibu, sumber daya manusia kesehatan dan letak geografis dengan cakupan
berikut :
49
Hipotiroid Kongenital
Tabel 4.5
Hubungan Kecemasan Ibu dengan Rendahnya Cakupan Skrinning
Hipotiroid Kongenital Pada Neonatus di Wilayah Kerja
Puskesmas Bayung Lencir Tahun 2022
sedang dan berat terdapat 29 responden (32,2%) tidak melakukan skrinning dan 8
responden (8,9%).
50
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh bahwa p
value sebesar 0,016, jika dibandingkan dengan nilai α (0,05) maka nilai p value
lebih kecil dari pada nilai α (0,016 < 0,05), artinya bahwa terdapat hubungan yang
mempunyai kecemasan sedang dan berat berpeluang lebih besar untuk tidak
cakupan skrinning hipotiroid kongenital dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.6
Hubungan Sumber Daya Manusia Kesehatan dengan Rendahnya Cakupan
Skrinning Hipotiroid Kongenital di Wilayah Kerja Puskesmas
Bayung Lencir Tahun 2022
dari 49 responden (54,4%) yang sumber daya manusia kesehatannya tidak mampu
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh bahwa p
value sebesar 0,002, jika dibandingkan dengan nilai α (0,05) maka nilai p value
lebih kecil dari pada nilai α (0,002 < 0,05), artinya bahwa terdapat hubungan yang
Tahun 2022. Nilai OR yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 0,227 (0,091-
0,564) artinya bahwa sumber daya manusia kesehatan yang tidak mampu
kongenital.
Hipotiroid Kongenital
Tabel 4.7
Hubungan Letak Geografis dengan Rendahnya Cakupan Skrinning
Hipotiroid Kongenital di Wilayah Kerja Puskesmas
Bayung Lencir Tahun 2022
Skrinning Hipotiroid Kongenital
P
Tidak OR
Letak Geografis Melakukan Total value
Melakukan
f % F % F %
Terpencil 45 50,0 15 16,7 60 66,7 5,182
Tidak Terpencil 11 12,2 19 21,1 30 33,3 0,001 (2,014-
13,331)
Total 56 62,2 34 37,8 90 100
Sumber : Hasil olah data primer tahun 2023
52
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh bahwa p
value sebesar 0,001, jika dibandingkan dengan nilai α (0,05) maka nilai p value
lebih kecil dari pada nilai α (0,001 < 0,05), artinya bahwa terdapat hubungan yang
kongenital di wilayah kerja puskesmas bayung lencir tahun 2022. Nilai OR yang
diperoleh dalam penelitian ini sebesar 5,182 (2,014-13,331) artinya bahwa letak
geografis terpencil memiliki peluang lebih besar untuk tidak melakukan skrinning
hypotiroid kongenital.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Fidyawati dkk (2022), bahwa lebih
yang disebabkan defisiensi sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid, dan
2014).
yang didapat oleh responden. Untuk itu, perlu pendidikan kesehatan terhadap
23,53%.
sedang stress, dan ditandai oleh perasaan tegang, pikiran yang membuat
individu merasa khawatir dan disertai respon fisik (jantung berdetak kencang,
kecemasan sedang dan ringan terhadap skrining hipotiroid kongenital, hal ini
disebabkan oleh sebagian besar responden masih merasa cemas dan merasa
merasa belum ada tanda dan gejala penyakit. Oleh sebab itu sebaiknya
dilakukan penyuluhan.
orang (54,4%) terdapat sumber daya manusia kesehatan yang tidak mampu.
55
bahwa masih ditemukan sumber daya manusia kesehatan yang tidak mampu
pelaksana yang semuanya berprofesi bidan. Jumlah SDM yang terlibat didalam
yang menjadi tugas pokok dan fungsi organisasi. Sumber daya manusia
program, dan prosedur suatu kegiatan apabila tidak dikelola dengan baik dan
sumber daya manusia kesehatan yang tidak mampu dalam melakukan skrining
56
berkompeten. Oleh karena itu, perlu perbaikan di sisi tatanan sumber daya
(29,06%) dan kategori kurang baik yaitu 105 (70,94%). Banyak ditemukan
tinggal di tempat yang terpencil umumnya desa-desa yang masih terisolir dan
masyarakat.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh bahwa
p value sebesar 0,016, jika dibandingkan dengan nilai α (0,05) maka nilai p
value lebih kecil dari pada nilai α (0,016 < 0,05), artinya bahwa terdapat
artinya ibu yang mempunyai kecemasan sedang dan berat berpeluang lebih
0,029).
takut atau tidak tenang yang dialami oleh pasien ketika datang ke tempat
58
pelayanan kesehatan (Stuart, 2017). Hasil studi serupa dengan penelitian lain
kepatuhan kunjungan posyandu selama masa pandemi COVID-19 (R. P. Sari &
Utami, 2020). Penelitian tersebut juga sesuai dengan hasil survei publik yang
sudah ada dukungan dari petugas kesehatan, selain responden masih memiliki
mereka merasa belum ada tanda dan gejala penyakit. Oleh sebab itu sebaiknya
dilakukan penyuluhan.
menyarankan ibu untuk istirahat yang cukup, berfikiran positif buang jauh-
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh bahwa
p value sebesar 0,002, jika dibandingkan dengan nilai α (0,05) maka nilai p
value lebih kecil dari pada nilai α (0,002 < 0,05), artinya bahwa terdapat
penelitian ini sebesar 0,227 (0,091-0,564) artinya bahwa sumber daya manusia
kesehatan yang tidak mampu memiliki peluang lebih besar untuk tidak
Frangky dan Siswati (2020), hasil perhitungan korelasi kualitas SDM yang
dilakukan diperoleh hasil t hitung sebesar 10,10 dan t tabel sebesar 1,98 dengan
jumlah sampel sebanyak 100 orang responden dengan ketentuan t hitung > t
tabel, maka terdapat pengaruh positif antar kualitas SDM terhadap pelayanan
pengaruh yang kuat. Dengan demikian terdapat pengaruh positif dan signifikan
berkontribusi baik dalam subsistem input maupun subsistem proses. Studi yang
60
2020).
masyarakat. Oleh karena itu, perlu perbaikan di sisi tatanan sumber daya
dengan cara melakukan pelatihan untuk sumber daya manusia kesehatan yang
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh bahwa
p value sebesar 0,001, jika dibandingkan dengan nilai α (0,05) maka nilai p
value lebih kecil dari pada nilai α (0,001 < 0,05), artinya bahwa terdapat
tahun 2022. Nilai OR yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 5,182 (2,014-
13,331) artinya bahwa letak geografis terpencil memiliki peluang lebih besar
hubungan yang bermakna dari semua variabel yang memiliki hubungan dengan
(p=0,002)<(0,005).
(baik social maupun geografis) dan akses ekonomi merupakan faktor kunci
Pada penelitian ini juga melihat faktor dalam model The Four As yakni
telah banyak digunakan oleh ahli medis, antropolog dan epidemologi yang
terutama menekankan jarak (baik sosial maupun geografis) dan aspek ekonomi
5.1 Kesimpulan
daya manusia kesehatan dan letak geografis dengan rendahnya cakupan skrinning
simpulkan bahwa:
terpencil
64
65
5.1.6 Ada hubungan antara sumber daya manusia kesehatan dengan rendahnya
5.2 Saran
Eka Fatmawati. Pentingnya skrining pada bayi agar kaki anak tumbuh
sempurna megembalikan semangat belajar. http://www. Diakses pada
tanggal 28 November 2022; 2012
IDAI. 2010. Buku Ajar Endokrinologi Anak Edisi I. Jakarta: Badan penerbit
IDAI.
IDAI. 2010. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta: Badan penerbit IDAI.
IDAI. 2014. Tumbuh kembang anak hipotiroid kongenital yang diterapi dini
dengan Levo-tiroksin dan Dosis Awal Tinggi.
http://saripediatri.idai.or.id/15-2-2.pdf. Diakses tanggal 28 November
2022.
Kriebs Jan M dan Carolyn L. Gegor. 2009. Buku Saku Asuhan Kebidanan
Varney. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Lumsden Hilary dan Debbie Holmes. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Yang
Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Makda Dkk, 2012. Factors associated with knowledge of and satisfaction with
newborn screening education: a survey of mothers.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3908555/pdf/gim201287a.
pdf. Diakses pada tanggal 28 November 2022.
Marmi Dkk. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Nati, Francinita MM. 2012. Pentingnya Skrining Pada Bayi Agar Kaki Anak
Tumbuh Sempurna Mengembalikan Semangat Belajar.
http://www.mitrakeluarga.com/download/majalah_rsmk5.pdf. Diakses
pada tanggal 28 November 2022.
Sudoyo Dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Wirawan, Adi Dkk. 2013. Tumbuh Kembang Anak Hipotiroid Kongenital yang
Diterapi dini dengan Levo-tiroksin dan Dosis Awal Tinggi.
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/15-2-2.pdf. Diakses tanggal 28
November 2022.
Yusuf Elvi Andriani dan Zulkarnain. 2007. Masalah Emosi dan Perilaku pada
Anak Penderita Hipotiroid Kongenital.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19065/1/mkn-mar2007
40%20(6).pdf. Diakses pada tanggal 28 November 2022
HALAMAN KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI S1 KEBIDANAN
Nama :
Umur :
Jumlah Kelahiran :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun.
Peneliti, Responden,
…………………………………. ..............…………………………
Isilah kuesioner di bawah ini sesuai dengan kondisi Anda yang sebenarnya
dengan memilih salah satu jawaban dan berilah tanda silang (X) pada kotak yang
disediakan.
2. KECEMASAN IBU
Keterangan:
0: Tidak ada
1: Ringan
2: Sedang
3: Berat
4: Berat Sekali
No. Pernyataan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
Skor Total =
Tingkat Kecemasan: Skor Total:
Tidak Ada Kecemasan < 14
Kecemasan Ringan 14 – 20
Kecemasan Sedang 21 – 27
Kecemasan Berat > 27
3. SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
1) Apakah terdapat tenaga pelaksana program skrining hipotiroid
kongenital?
YA TIDAK
4. LETAK GEOGRAFIS
1) Apa daerah tempat tinggal ibu saat ini?
a. Terpencil
b. Tidak Terpencil
*Daerah Terpencil adalah daerah yang sulit dijangkau karena berbagai
sebab seperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan
dan rawa), transportasi, sosial, dan ekonomi.
2) Apakah ibu kesulitan dalam mengakses fasilitas kesehatan untuk
melakukan skrining hipotiroid kongenital?
YA TIDAK
DATA PENELITIAN
ANALISIS UNIVARIAT
kecemasan ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tidak ada kecemasan -
kecemasan ringan 53 58.9 58.9 58.9
(skor <14-20)
kecemasan sedang dan
37 41.1 41.1 100.0
berat (skor 21->27)
Total 90 100.0 100.0
letak geografis
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid terpencil 60 66.7 66.7 66.7
tidak terpencil 30 33.3 33.3 100.0
Total 90 100.0 100.0
ANALISIS BIVARIAT
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.977a 1 .008
b
Continuity Correction 5.859 1 .016
Likelihood Ratio 7.245 1 .007
Fisher's Exact Test .009 .007
Linear-by-Linear Association 6.899 1 .009
b
N of Valid Cases 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.98.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for kecemasan ibu
(tidak ada kecemasan -
kecemasan ringan (skor <14-20) .286 .111 .741
/ kecemasan sedang dan berat
(skor 21->27))
For cohort Skirining hipotiroid
.650 .475 .890
kongenital = tidak melakukan
For cohort Skirining hipotiroid
2.269 1.159 4.443
kongenital = melakukan
N of Valid Cases 90
sumber daya manusia kesehatan * Skirining hipotiroid kongenital
Crosstab
Skirining hipotiroid
kongenital
tidak
melakukan melakukan Total
sumber daya manusia mampu Count 18 23 41
kesehatan % of Total 20.0% 25.6% 45.6%
tidak mampu Count 38 11 49
% of Total 42.2% 12.2% 54.4%
Total Count 56 34 90
% of Total 62.2% 37.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 10.752 1 .001
b
Continuity Correction 9.368 1 .002
Likelihood Ratio 10.919 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear
10.633 1 .001
Association
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.49.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for sumber daya
manusia kesehatan (mampu / .227 .091 .564
tidak mampu)
For cohort Skirining hipotiroid
.566 .388 .826
kongenital = tidak melakukan
For cohort Skirining hipotiroid
2.499 1.390 4.493
kongenital = melakukan
N of Valid Cases 90
letak geografis * Skirining hipotiroid kongenital
Crosstab
Skirining hipotiroid
kongenital
tidak melakukan melakukan Total
letak geografis Terpencil Count 45 15 60
% of Total 50.0% 16.7% 66.7%
tidak terpencil Count 11 19 30
% of Total 12.2% 21.1% 33.3%
Total Count 56 34 90
% of Total 62.2% 37.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 12.503a 1 .000
b
Continuity Correction 10.925 1 .001
Likelihood Ratio 12.424 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear Association 12.364 1 .000
b
N of Valid Cases 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.33.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for letak geografis
5.182 2.014 13.331
(terpencil / tidak terpencil)
For cohort Skirining hipotiroid
2.045 1.250 3.347
kongenital = tidak melakukan
For cohort Skirining hipotiroid
.395 .236 .661
kongenital = melakukan
N of Valid Cases 90