Dosen Pengampu:
Pembimbing Klinik
Disusun oleh:
Ella Agustin 22.14901.10.31 Rani 22.14901.10.28
Dessy Triramadhani 22.14901.10.23 Sintia Bella 22.14901.10.24
Yuyun Efrianti 22.14901.10.40 Vina Sagita 22.14901.10.43
Ineska Sari 22.14901.10.16 Novita Sari 22.14901.10.25
Alvira 22.14901.10.04 Nur Khoiriyah 22.14901.10.34
Emilia Puspita Sari 22.14901.10.06 Eka Nur safitri 22.14901.10.29
Octia nurcahranti 22.14901.10.19 Fiska Andriyani 22.14901.10.30
Febri Fernando 22.14901.10.22 Lorenza al 22.14901.10.32
Yuyen 22.14901.10.14 Imelda Parawangsa 22.14901.10.26
Maria Ulfa 22.14901.10.38 Welly Saputra 22.14901.10.27
Sekar Putri 22.14901.10.15 Elistia Lestari 22.14901.10.08
Agum Satrio 22.14901.10.37
Dian Aditya Widyanti 22.14901.10.41
TAHUN 2022
2.1. Pengkajian........................................17
2.1.1. Identitas..................................18
DAFTAR ISI 2.1.2. Riwayat Kesehatan.................16
2.1.3. Pemeriksaan Fisik..................24
2.2. Analisa Data.....................................28
HALAMAN JUDUL ........................................ 2.3. Masalah Keperawatan......................29
HALAMAN PERSETUJUAN.......................ii 2.4. Prioritas Masalah..............................29
DAFTAR ISI...................................................v 2.5. Diagnosa Keperawatan.....................29
2.6. Intervensi Keperawatan....................29
BAB I...............................................................3 2.7. Implementasi Keperawatan..............30
1.1. Konsep Dasar Penyakit .....................3 2.8. Evaluasi Keperawatan......................30
1.1.1. Pengertian.................................3
1.1.2. Etiologi ....................................4 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .....35
1.1.3. Patofisiologi.............................6 3.1. Kesimpulan........................................36
1.1.4. Klasifikasi.................................7 3.2. Saran .................................................36
1.1.5. Manifestasi Klinik....................8
1.1.6. Komplikasi.............................10
1.1.7. Pemeriksaan Penunjang..........15
1.1.8. Penatalaksanaan.....................15
1.2. Konsep Asuhan Keperawatan DBD. 16
1.2.1. Pengkajian..............................16
1.2.2. Diagnosa Keperawatan...............
1.2.3. Rencana Tindakan .................17
BAB II............................................................17
HALAMAN PERSETUJUAN
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUANGAN RAWAT INAP BEDAH DAN
PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM BUNDA PALEMBANG
Menyetujui,
NIP. NIP.
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1. PENGERTIAN
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus dengue (arbovirus)
yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti yang apabila terlambat ditangani
akan menyebabkan Dengue Syok Sindrom (DSS) yang dapat menyebabkan kematian. Hal tersebut
disebabkan karena penderita mengalami defisit volume cairan akibat dari meningkatnya permeabilitas
atau kemampuan yang dimiliki zat/membrane partikel menembus kapiler pembuluh darah sehingga
penderita mengalami syok hipovolemik yang dapat menyebabkan kegagalan system organ yang
berujung pada kematian, sehingga pemberian cairan sangat penting untuk mengatasi masalah itu.
Derajat I : Demam mendadak 2-7 hari, gejala tidak khas, manifestasi perdarahan dengan uji
tourniquet positif.
Derajat III : Ditemukan tanda dini renjatan, adanya kegagalan sirkulasi, nafas cepat dan lemah,
tekanan darah menurun (20 mmHg) atau hipotensi, disertai kulit dingin, lembab dan
gelisah.
Derajat IV : Renjatan berat, nadi tidak teraba, terdapat DSS (dengue syok sindrom) dengan nadi
dan tekanan darah tak terukur.
Sari wijayaningsih, K. (2013), mengklasifikasikan DBD dalam empat derajat. Derajat 1, demam
mendadak 2-7 hari, gejala tidak khas, manifestasi perdarahan dengan uji tourniquet positif. Derajat
II (sedang), derajat I disertai manifestasi perdarahan lain. Derajat III, ditemukan tanda dini renjatan,
adanya kegagalan sirkulasi, nafas cepat dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg) atau
hipotensi, disertai kulit dingin, lembab dan gelisah. Derajat IV renjatan berat, nadi tidak teraba,
terdapat DSS (dengue syok sindrom) dengan nadi dan tekanan darah tak terukur.
3. Etiologi
Virus dengue, termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempat ditemukan diindonesia dengan den-3 serotype terbanyak.
Infeksi satu serotype terbanyak akan menimbulkan antibodi terhadap serotype yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotype lain tersebut. Seseorang yang tinggal
didaerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat
serotype virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah diindonesia (Sudoyo Aru,dkk 2009).
Wati (2009), menyatakan bahwa kejadian DBD pada responden yang pernah sakit DBD terdapat
hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian DBD. Penelitian yang dilakukan
Dardjito pada tahun 2008 menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan tidur siang
dengan kejadian DBD.
Nursalam, dkk (2008), menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang menyebabkan DBD sering kali
di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang
menggenang, bak yang jarang di kuras dan gantungan baju di kamar). Nyamuk Aedes Aegypti
biasanya menggigit pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore hari pada jam 16.00-18.00. Menurut
Soedjas (2011), menyebutkan bahwa nyamuk dari tetangga mungkin terbang ke rumah sekitarnya,
karena nyamuk memiliki daya jelajah hingga 100 meter.
4. Anatomi
a. Pembuluh Darah
1. Arteri
merupakan pmbuluh drah yng kluar dri jntung yng mmbawa drah
kseluruh bagian dan alattubuh. Pmbuluh drah arteri yng pling besar
yang keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri ini mempunyai
dindingyang kuat dantebal ttapi sifatnyaelastic dan terdiri dari
3lapisan. Asuhan Keperawatanpda arteri yng palingg bsar didalam
tbuh yaituu orta dan arteripulmonalis, gris tengahnya kira-kira 1-3cm.
Arteri inimempunyai cabang-cabang keseluruhan tubuh yang disebut
arteriolayang akhirnya akan mnjadi pmbuluh darah rambut(kapiler).
Arteri mndapat darah dari darah yng mngalir ddalamnya tetapi hnya
untuk tunika intima. Sedangkan umtuk lapisan lainnya mendapat
darah dari pembuluh darah yng dsebut vasavasorum.
2. Vena
3. Kapiler
Darah dalah cairann didalam pmbuluh drah yng mmpunyai fngsi sngat pnting dlam
tbuh yaitufungsi trnsportasi dlam tbuh yaitumembawa ntrisi, oksigendari sus danparu-
paru umtuk kmudian diedarkann keseluruh tbuh. Drah mmpunyai 2komponen
yaitukomponen pdat dan koomponencair. Darah brwarna mrah, wrna mrah trsebut
kndungan O2 lbih anyak mka wrnanya kan mnjadi mrah mda. Sdangkan Drah jga
pmbawa danpenghantar hrmon. Hrmon dri klenjar ndokrin keorgan ssarannya. Drah
mngangkut nzim, elektrolitdan brbagai zatt kmiawi umtuk ddistribusikan keseluruh
tbuh.
Peran pnting yng dilakukan darh yaitu dlam pengaturan suhu tubuh, karena dengan
cara konduksi darah membawa pnas tubh dri pusat produksi panas (hepar dan otot)
untuk didistribusikan ke selruh tubuh dn permukaan tubuh yang ada akhirnya ditur
pelepasannya dalam upaya homeostasis suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusiaa
bervariasi tergantung dari berat baadan seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70
cc/kgBB.
Dalm komponeen cair atau plasma ini mempunyai fungsi sebagai media transport,
berwarna kekuningan. Sedangkan pada komponen padt terdri dari sel-sel darah
eritrosit, leukosit dan trombosit. Pada batas tertentu diatur olh teknan osmotik dlam
pembluh darah dan jaringan. Bagian-bagian padt darah terndam dalam plama.
1. Sel-sel darah :
a. Eritrosiit
diperlukan Fe, Vit. B12, asam folat dan rantai globlin yang
merupkan senyawa protein. Selain itu untuk proses pematangan
(maturasi) diperlkan hormon eritropooetin yang dibuat oleh
ginjal, sehingga bila kekrangan salah satu unsur pembentkan
seperti di atas (kurang gizi) ataau ginjal mengalami keruusakan,
maka terjadi gangguaan eritroosit (anemia). Umur peredaran
eritrosit sekitar 105-120 hari. Pada kedaan penghancran eritrosit
yang berlebihan, misalny pada hemdialisis darah, hepar
kewawalahan kewalahan menglah bilirubin yang tiba-tiba banyak
jumlahnya. Maka akan timbul juga gejla kuning walaupun hati
tidak mengalaami kerusaakan. Eritroosit dihancurkan di organ lien
terutama pada proses penghancurannya dilepakan zat besi dan
pigmen bilirubin. Zat besi yang diguunakan untuk proses sintesa
sel eritrosit baru, sedangkan pigmeen bilirbin di dalam hati akan
mengalami proises konjugasi kimiawi menjadi pigmen empdu dan
keluar berama cairan empedu ke dalam usus. Jumlah normal
3
eritrost pada laki-laki 5,5 juta sel/mm , pada permpuan 4,8 juta
3
sel/mm . Di dalam sel eritrosit didapat hemglobin suatu senyawa
kimiawi yang tediri dari atas molekul hem yang mempunyai ion Fe
(besi) yang terait dengan rantai globulin (suatu senyawa protein).
a. Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian
akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan
mengaktivasi system complement. Akibat aktivasi dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida
yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel
dinding itu.
c. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis hemoragik.
Renjatan terjadi secara akut.
d. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah dan mengalami hypovolemik.
5. Manifestasi Klinis
f. Sakit kepala
i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah,
capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
Menurut Ngastiyah, 2014 penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas
disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala- gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari
ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling
ringan berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis,
sampai perdarahanyang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga
hematuria massif.
Susilaningrum dkk (2013), Gejala khas DBD berupa perdarahanpada kulit atau tanda perdarahan
lainnya seperti purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa,
perdarahan gusi, hematemesis, melena. Menurut Nursalam dkk (2008), mengatakan kasus DBD
ditandai dengan manifetasi klinis perdarahan kulit dapat berwujud memar atau dapat juga berupa
peradarahan spontan mulai dari petekie (muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung
selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh dan muka sampai epistaksis dan peradarahan gusi.
Menurut penelitian Zein, dkk (2015), mengatakan bahwa didapatkan jumlah anak yang mengalami
nyeri abdomen lebih banyak yaitu 34 penderita (68%). Menurut Suriadi & Yuliani (2010)
mengatakan manifestasi klinis pada anak DBD adanya nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu
hati.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi virus dengue adalah :
c. Serologi : uji HI (hemoaglutination inhibition test) dipakai untuk menentukan adanya infeksi virus
dengue
7. Penatalaksanaan
a. Minum banyak 1,5 - 2 liter/24 jam atau 1 sendok makan tiap 3-5 menit. Minuman berupa air the
manis, sirup, susu, sari buah, soft drink, atau oralit.
Menurut penelitian Andriani, dkk (2014), penatalaksanaan terapi DBD pada anak terdiri dari
2 terapi yaitu terapi suportif dan terapi simptomatik. Terapi suportif pada penderita DBD
berupa pergantian cairan intravena akibat terjadinya dehidrasi. Data terapi suportif terbanyak
ialah pemberian cairan kristaloid sebanyak 62 penderita (83.78%). Pada terapi DBD derajat I dan II
jenis cairan yang diberikan ialah kristaloid berupa RL/Asering/NaCl 0,9%. Sedangkan untuk terapi
simptomatik ada beberapa jenis yang diberikan salah satunya terapi antipiretik. Pada terapi
antipiretik, data hasil penelitian menunjukkan terapi terbanyak ialah pemberian sanmol sebanyak
58 penderita (78.38%).
Ngastyah (2014), mengatakan bahwa pengobatan yang diberikan biasanaya bersifat penurun
demam dan menghilangkan rasa sakit pada otot-otot atau sendi seperti sanmol. Pemberian minum
pada anak sedikit demi sedikit yaitu 1,5 - 2 liter dalam 24 jam, infus diberikan pada klien apabila
klien terus menerus muntah, tidak dapat minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi atau
hematokrit yang cenderung meningkat.
Sesuai dengan pernyataan (Tarwoto dan Wartonah, 2012) mengatakan bahwa kebutuhan cairan
pada anak usia 10 tahun yaitu 2000-2500 ml per 24 jam, pemberian cairan 1500 cc per hari atau 6
gelas ( 1gelas = 200cc) ditujukan untuk memberikan cairan yang cukup agar tidak terjadi dehidrasi
dan mengembalikan keseimbangan cairan.
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur (pada DBD sering menyerang anak dengan usia kurang 15 tahun), jenis kelamin,
alamat, nama orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang ke rumah sakit adalah panas tinggi
dan anak lemah.
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DBD, anak biasanya mengalami serangan
ulangan DBD dengan tipe virus yang lain.
4) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat beberapa faktor predisposisinya.
Anak yang menderita DBD sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka akan dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
c. Kondisi lingkungan
Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti
air yang menggenang dan gantungan baju kamar).
d. Pola kebiasaan
Anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara pada DBD grade IV bisa terjadi melena.
Pada anak DBD akan mengalami urine output sedikit. Pada DBD grade IV sering terjadi
hematuria.
4) Tidur dan istirahat
Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore
hari pada jam 16.00-18.00. Anak biasanya sering tidur pada siang hari dan pada sore
hari ,tidak memakai kelambu dan tidak memakai lotion anti nyamuk.
5) Kebersihan
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama
untuk memebersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti, dan tidak adanya keluarga
melakukan 3m plus yaitu menutup, mengubur, menguras dan menebar bubuk abate
e. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Pemeriksaan fisik secara umum :
1) Tingkat kesadaran
Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada grade III dan grade IV karena nilai
hematokrit meningkat menyebabkan darah mengental dan oksigen ke otak berkurang.
2) Keadaan umum
Lemah
Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi tidak teraba (grade IV), tekanan darah
menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC)
4) Kepala
5) Mata
Konjungtiva anemis
6) Hidung
Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV.
7) Telinga
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri
telan. Sementara tenggorokkan mengalami hyperemia pharing.
9) Leher
10) Dada/thorak
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, dan IV.
11) Abdomen
Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji tourniquet. Turgor kulit
menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan
dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan tekanan
antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang pada tangan. Setelah
dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan timbulnya petekie di bagian volar lengan
bawah (Soedarmo, 2008).
13) Genitalia
14) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku sianosis/tidak.
PATOFLOW DBD
Menggigit manusia
Viru Pen
s in
masu Intoleransi Aktifitasgk
k ata
Mekanisma tubuh untuk
melawan virus
alira Nurarif dan Ardhi,n2015
n pe
dara rm
h ea
Peningkatan asam lambung
bil
ita
Mual, muntah Vire
s
mia
di
nd
in
Kom
g
plem
pe
en
m
antig
bu
en
lu
antib
h
odi
da
meni
ra
ngka
h
t
Kebo
Pele cora
Hb turun pasa n
n plas
pepti ma
da
Nutrisi dan O2 ke jaringann Pe
menurun rda
rah
Pem an
Gangguan pemenuhan
beba ek
Tubuhkurang
nutrisi: lemasdari str
san ase
kebutuhan tubuh
hista lul
er
min
Risti syok a
l
hipovolemik
M i
a r
s a
u n
k
d
k a
e r
a
p h
e
m
b
u
l
u
h
d
a
r
a
h
o
t
a
k
m
e
l
a
l
u
i
sehingga mempengaruhi interstiti
hipotalamus al tubuh
Plasma
banyak
Suhu tubuh Oedema
mengu
meningkat
mpul
pada
Menek
jaringan
an
syaraf
C
Gangguan rasa nyaman
: nyeri
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN DBD
1. Hipertermi berhubungan dengan viremia sekunder terhadap infeksi dengue
2. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan suplai oksigen dalam jaringan
menurun
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis
2. INTERVENSI KEPERAWATAN
3. Edukasi
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
3. Edukasi
- Jelaskan tanda-tanda
pendarahan
- Anjurkan melapor jika
menemukan tanda-
tanda pendarahan
- Anjurkan membatasi
aktivitas
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
tranfusi darah, jika
perlu
2. Terapeutik
- Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
3.Edukasi
- Anjurkan pasien
duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat sebelum makan
2. Terapeutik
- Berikan tehnik
ninfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
3. Edukasi
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika prlu
BAB II
LAPORAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : An.A
No RM : 213923
Umur : 4 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan :-
Agama : islam
Status :-
Tanggal MRS : 24 november 2022
Tanggal Pengkajian : 24 november 2022
B. Keluhan Utama : pasien datang ke IGD Sekitar jam 12.01 dengan keluhan demam sejak 3
hari yang lalu, dan BAB Susah.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu : ibu Pasien mengatakan belum pernah terkena penyakit
seperti ini
2. Riwayat Kesehatan Sekarang : Ibu pasien mengatakan demam sejak 3 hari yang lalu, ibu
mengatakan suhu tubuh turun naik, ibu Pasien mengatakan Pasien buang air besar tidak ada
sejak hari minggu sebelum masuk rumah sakit.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga : Ibu Pasien mengatakan keluarga Pasien ada yang sedang
mengalami penyakit yang sama yaitu kakak Pasien, ibu pasien mengatakan ibu memiliki
penyakit vertigo, dan tidak ada keluarga lainnya yang memiliki penyakit hipertensi, DM,
jantung dan penyakit lainnya.
4. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5 = 15
BB / TB : 25 Kg / Cm
Tanda Vital :
N : 110 x/m
P : 24 x/m
S : 37,5 ˚C
D. Nutrion
1. BB Biasanya : 25 kg
2. Lingkar perut : cm
3. Lingkar kepala : cm
4. Lingkar dada :
5. Lingkar lengan atas :
6. IMT :-
ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (frekuensi, jumlah, ketidaknyamanan)
Pasien bisa BAK secara mandiri, frekuensi 8x sehari, jumlah ± 1500 ml, tidak ada nyeri
saat BAK
Riwayat kelainan kandung kemih
Tidak ada keluhan
Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi
Normal
Konstipasi dan factor penyebab konstipasi
Tidak ada
SistemIntegumen
1) Kulit (integritas kulit/hidrasi/turgor/warna/suhu)
ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : tidak teratur
2) Insomnia : tidak
3) Pertolongan untuk merangsang tidur : -
Aktivitas
1) Pekerjaan :
2) Kebiasaan olahraga : tidak berolahraga
3) ADL
a) Makan :-
b) Toileting :-
c) Kebersihan : bersih
d) Berpakaian : rapi
4) Bantuan ADL : tidak ada
5) Kekuatan otot : baik
6) ROM : baik
7) Resiko untuk cidera :-
b. Cardio respons
1) Penyakit jantung : tidak ada
2) Edoma esktremitas : tidak ada
3) Tekanan darah dan nadi :-
a) Berbaring
b) Duduk
4) Tekanan vena jugulari :
5) Pemeriksaanjantung
a) Inspeksi : tidak dilakukan
b) Palpasi : tidak dilakukan
c) Perkusi : tidak dilakukan
d) Auskultasi : tidak dilakukan
c. Pulmonary respon
1) Penyakit system nafas : tidak ada
2) Penggunaan O2 : tidak
3) Kemampuan bernafas : normal
4) Gangguan pernafasan (batu, suara nafas, sputum, dll)
Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi : tidak dilakukan
b) Palpasi : tidak dilakukan
c) Perkusi : tidak dilakukan
d) Auskultasi : tidak dilakukan
1. PERCEPTION/COGNITION
a. Oerintasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan :-
2) Kurang pengetahuan :-
3) Pengetahuan tentang penyakit : tidak tau cara penanganan dirumah
4) Orientasi (waktu, tempat, orang) :-
b. Sensasi/persepsi
1) Riwayat penyakit jantung : tidak ada
2) Sakit kepala : tidak ada
3) Penggunaan alat bantu : tidak ada
4) Penginderaan : Normal
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : daerah (Pampangan)
2) Kesulitan berkomunikasi : tidak ada
2. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : tidak ada
2) Perasaan putus asa/kehilangan : tidak ada
3) Keinginan untuk menciderai : tidak ada
4) Adanya luka/cacat : tidak ada
3. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan :-
2) Orang terdekat :-
3) Perubahan konflik/peran : tidak ada
4) Perubahan gaya hidup : tidak ada
5) Interaksi dengan orang lain : baik
4. SEXUALITY
a. Identitas seksual
1) Masalah/disfungsi seksual :-
2) Perioden menstruasi :-
3) Metode KB yang digunakan :-
4) Pemeriksaan SADARI :-
5) Pemeriksaan pasmear :-
5. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas : tidak ada
2) Kemampuan untuk mengatasi : tidak ada
3) Perilaku yang menampakkan cemas : tidak ada
6. LIFE PRINCIPLES
a. Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : tidak ada
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : tidak ada
3) Kegiatan kebudayaan : tidak ada
4) Kemampuan memecahkan masalah : baik
7. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : pasien mengatakan tidak ada alergi obat-obatan
b. Penyakit autoimmune : tidak ada
c. Tanda infeksi : tidak ada
d. Gangguan thermoregulasi : tidak ada
e. Gangguan /resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi neurovaskuler
peripheral, kondisihipertensi, perdarahan, hipoglikemia, syndrome disuse, gayahidup yang
tetap)
Tidak ada
8. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) :-
2) Quality (bagaimana kualitasnya) :-
3) Regio (dimana letaknya) :-
4) Scala (berapa skalanya) :-
5) Time (waktu) :-
b. Rasa tidak nyaman lainnya : tidak ada
c. Gejala yang menyertai : tidak ada
9. GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan
b. DDST (Form dilampirkan)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan tanggal 28 Oktober 2022
5. Eosinofil 0 % 2-4
6. Basofil 1 % 0– 1
7. Stab 4 % 2– 6
8. Segmen 11 % 50-70
9. Limfosit 76 % 25-40
10. Monosit 8 % 2 -8
TERAPI MEDIS
a. Paracetamol Flash
b. Infus RL 30 tts/menit
II. Analisa data
n Tanda (Sign) dan gejala (Symptom) Penyebab Faktor risiko Masalah (problem)
o
Mayor Minor
1. Cepat 1. Bising usus Pengetahuan 1 2 3 4 5 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
kenyang hiperaktif tentang protein
standar asupan
setelah 2. Otot pengunyah nutrisi yang
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
makan lemah tepat
Diare 1 2 3 4 5
(PPNI 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. jakarta: DPP PPNI)
O:
- Kulit teraba hangat
- Pasien tampak ada bitnik-bintik
merah ditangan pasien.
- P : 24x/m
- N : 110x/m
- S : 37,50C
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada An. A dengan demam berdarah denge (DBD) di ruang rawat inap RSU Bunda
- Hasil pengkajian pada An. A didapatkan data mengalami DBD dengan gejala yaitu demam dengan suhu 37,5, kulit terdapat bintik-bintik merah, tidak bisa bab 3
- Diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus An. A adalah hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, ketidakseimbangan nutrisi kurang
- Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah utama hipertermi adalah memantau tanda tanda vital, monitor warna kulit dan suhu, berikan obat
3.2 Saran
5.2 Saran
1. Bagi Penulis
Bisa memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya pada klien dengan resiko infeksi pada Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Profesi.
Perawat sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan pasien sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar
mampu merawat pasien secara komprehensif dan optimal, dan perawat juga harus bekerjasama dengan tim kesehatan yang lain (dokter,
ahli gizi, psikiatri dan pekerja sosial) dalam melakukan perawatan atau penanganan pasien.
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dan profesional sehingga dapat tercipta perawat profesional terampil,
inovatif dan bermutu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
Daftar Pustaka
Bararah, T & Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Cetakan 2 Rineka Cipta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016a). Psikologis. In Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed., pp. 328–xiv). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016b). Standar diagnosa keperawatan indonesia. In Dewan Pengurus Pusat.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016c). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018b). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat