Dosen Pengampu :
Burhannuddin, S.Si., M.Biomed
Nyoman Mastra SKM., S.Pd., M.Si
Disusun Oleh :
Kelompok III/STR TLM
Penyusun
Penyusun 1 Penyusun 2
i
Penyusun 3 Penyusun 4
Penyusun 5
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Mata Kuliah
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Ida Sang Hyang Widhi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan Laporan Praktikum yang berjudul “Laporan Identifikasi dan
Analisis Bakteri Enterik Salmonella Typhi Dan Shigella Dysentriae Pada Sampel
Feses”.
Laporan ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
Bakteriologi II Prodi Sarjana Terapan Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Poltekkes Kemenkes Denpasar. Selain itu, tujuan dari penulisan laporan ini adalah
untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai Identifikasi dan
Analisis Bakteri Enterik SalmonellaTyphi Dan Shigella Dysentriae Pada Sampel
Feses.
Ucapan terimakasih kami tujukan kepada Bapak Burhannuddin, S.Si.,
M.Biomed dan Bapak Nyoman Mastra SKM., S.Pd., M.Si selaku dosen pengampu
sekaligus pembimbing yang telah memberikan pembekalan dan langkah-langkah
dalam proses penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan
yang terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun
harapkan demi terciptanya laporan yang lebih baik lagi untuk masa mendatang.
Kelompok III
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 44
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 44
5.2 Saran........................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti
sel dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar
dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dapat memberikan
manfaat maupun sumber penyakit dibidang pangan. Banyak klasifikasi dari
bakteri, salah satunya adalah bakteri enterik patogen yang banyak
menyebabkan penyakit saluran cerna pada manusia Lebih dari 80% bakteri
perusak pada makanan disebabkan oleh bakteri enterik patogen.
Bakteri enterik patogen adalah bakteri yang umum menginfeksi saluran
pencernaan baik hewan maupun manusia. Bakteri tersebut banyak berasal dari
makanan dan air yang telah terkontaminasi. Bakteri tersebut merupakan
kelompok batang Gram negatif yang banyak dibiakkan di laboratorium klinis
dan paling umum menyebabkan penyakit saluran cerna. Famili yang termasuk
bakteri enterik patogen yang sering mengkontaminasi makanan mencakup
beberapa genus, diantaranya E. coli, Salmonella, Shigella, Enterobacter,
Klebsiella, Serratia, Proteus, dan lain-lain . Escherichia coli merupakan salah
satu bakteri koliform yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae.
Enterobacteriaceae merupakan bakteri enterik atau bakteri yang dapat hidup
dan bertahan di dalam saluran pencernaan.
Bakteri Salmonella sp tergolong dalam bakteri gram negatif, berbentuk
batang, tidak membentuk spora, bergerak dengan menggunakan flagel dan
secara morfologi menyerupai bakteri enterik lain .Bakteri Salmonella sp.
tegolong bakteri patogen yang sifatnya merugikan apabila bakteri. tersebut
menginfeksi manusia dan hewan. Bakteri Salmonella sp. bersifat fakultatif
anaerob. Menurut Aryulina et all., (2004) bakteri anaerob merupakan bakteri
yang tidak membutuhkan oksigen bebas untuk memperoleh energinya
sehingga energi yang diperoleh bakteri Salmonella sp. tersebut dari
perombakan senyawa organik tanpa menggunakan oksigen yang disebut
fermentasi. Bakteri Salmonella sp. memiliki ukuran berkisar antara 2-4 μm
dengan diameter tubuhnya berkisar antara 0,3-0,6 μm. Bakteri Salmonella sp.
1
dapat bertahan hidup pada suhu 35oC sampai dengan suhu 37oC, pertumbuhan
optimum bakteri Salmonella sp terjadi pada suhu hangat sehingga infeksi
bakteri yang menyebabkan penyakit demam tifoid dan diare disebabkan oleh
bakteri Salmonella sp (Arifin, 2015).
Bakteri Salmonella sp. dapat menyebabkan berbagai macam penyakit
apabila bakteri tersebut menyerang manusia. Penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella sp. adalah penyakit demam tifoid dan diare, dimana
penyakit demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan penyakit
diare disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica (Kurniawati et al., (2016).
Amarantini (2009) mengemukakan bahwa kuman Salmonella sp menghasilkan
endotoksin yang merupakan kompleks lipopolisakarida dan dianggap berperan
penting pada patogenesis demam tifoid. Endotoksin bersifat pirogenik serta
memperbesar reaksi peradangan dimana kuman Salmonella sp dapat
berkembang biak.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364 tahun
2006 menyatakan bahwa penularan penyakit demam tifoid yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella sp dapat melalui makanan atau pun minuman yang
tercemar sedangkan diare yang disebabkan oleh bakteri Salmonella sp dapat
berupa berak lembek sampai cair (mencret), bahkan dapat berupa cair saja,
yang lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari). Pada umumnya
faktor yang menyebabkan munculnya diare pada anak-anak serta orang dewasa
karena faktor lingkungan, faktor makanan dan minuman (Lailatul, 2013).
Shigellosis merupakan salah satu masalah kesehatan yang ditemukan
diseluruh dunia terutama pada negara berkembang termasuk Indonesia. Di
negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan
di negara berkembang lebih dari itu. Shigellosis disebabkan oleh bakteri
Shigella sp dan dapat menyebabkan penyakit disentri yaitu diare akut yang
disertai oleh darah dan lendir. Disentri basiler yang berat pada umumnya
disebabkan oleh Shigella dysenteriae, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh
Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli (EIEC). Penyakit ini
menyerang semua golongan umur dengan jumlah penderita baru terbanyak
pada golongan umur 1-4 tahun yang jumlahnya mencapai 5.231 orang (Subekti
2
et al, 2001). Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen
Kesehatan dari tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan insiden naik. Pada
tahun 2000 terdapat 301 kasus diare/1000 penduduk, pada tahun 2003 naik
menjadi 341/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk
dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk (Subdit Pengendalian Diare dan
Infeksi Saluran Pencernaan Kemenkes RI, 2011).
Shigella dysenteriae merupakan bakteri pathogen penyebab shigellosis
atau disentri basiler yang merupakan penyakit peradangan akut saluran
pencernaan manusia. Gejala klinis Shigellosis adalah peradangan usus, diare
tiba-tiba disertai nanah, darah dan lendir. Bakteri ini menyebar lewat
kontaminasi feses pada makanan dan air, menyebabkan disentri karena toksin
Shiga yang dihasilkan. Toksin yang diproduksi dapat menyerang lapisan usus
besar, menyebabkan pembengkakan, timbulnya nanah pada dinding usus dan
diare berdarah. Gejala lain yang ditimbulkan antara lain kejang perut, demam
tinggi, hilangnya nafsu makan, mual, muntah dan nyeri saat buang air besar
setelah 1-2 hari terinfeksi bakteri ini. Terapi antibiotik diberikan untuk
mempersingkat berlangsungnya penyakit dan penyebaran penyakit (Procop,
2003).
Untuk mengetahui jenis bakteri maka dilakukan uji terhadap bakteri
agar dapat diklasifikasikan bakteri berdasarkan jenis, sifat, kebutuhan oksigen,
kemampuan memfermentasi atau mengoksidasi gula, motilitas dan lainnya
sehingga didapatkan jenis bakteri enterik. Untuk melakukan pengujian
dibutuhkan media yang sesuai dengan kebutuhan bakteri. Media biakan atau
pertumbuhan mikroorganisma adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran
nutrisi yang digunakan untuk tumbuh dan berkembangbiak mikroorganisma
pada media tersebut. Media disusun berdasarkan komponen-komponen
penting yang diperlukan oleh mikroorganisma seperti mineral, karbohidrat,
asam amino, pH, air. Secara komersial media diformulasikan sedemikian rupa
sehingga dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi suatu mikroorganisme.
3
1. Media Padat Media padat mengnandung bahan pemadat atau agar sekitar
15% sehinga bentuknya padat. Menurut bentuk dan wadahnya dibedakan
menjadi 3 jenis : media tegak, media miring dan media lempeng. Pada
umumnya media ini dipergunakan untuk menumbuhkan bakteri maupun
jamur. Pada media lempeng agar pada umumnya digunaka untuk
mengisolasi mikrooorganisma oleh karena pada media ini akan tumbuh
isolat atau koloni-koloni bakteri dan jamur yang diduga ada dalam sampel
yang kita kultur. Dengan demikian kita dapat mengidentifikasi secara
makroskopis isolat mikroorganisma tersebut.
2. Media Setengan Padat atau Semisolid Media semisolid merupaka media
yang mengandung agar sekitar 0,3-0,4% agar sehingga konsistensinya
menjadi kenyal atau tidak padat dan tidak cair. Pada umumnya media ini
digunakan untuk melihat pergerakan atau motilitas bakteri. Bakteri
memiliki flagela yang digunakan untuk bergerak. Pada media semisolid
bakteri yang memiliki flagela terlihat pertumbuhannya melebar sampai
diluar bidang tusukan. Sebaliknya bakteri yang tidak memiliki flagela
pertumbuhannya terbatas pada bidang tusukan pada waktu melakukan
inokulasi.
3. Media Cair. Media cair merupakan media yang tidak ditambahai bahan
pemadat atau agar sehingga konsistensinya cair. Media cair pada
umumnya dipergunakan untuk melihat sifat pertumbuhan bakteri seperti
keruh uniform, membentuk endapan berpasir atau membentuk untaian
rambut atau caput medusae.
4
bakteri dapat berkembang dengan baik. Dalam pertumbuhannya,
mikroorganisme memerlukan bahan-bahan organik dan ion-ion pendukung
sebagai sumber energi dan katalis (Morse & Meitzner, 2010).
Dalam penanaman bakteri ke dalam media kultur tersebut, ada
beberapa persyaratan yang harus dilakukan dan diperhatikan seperti jenis
media yang digunakan karena media memiliki banyak jenis dan harus
disesuaikan dengan bakteri yang akan kita kultur, kemudian bakteri agar dapat
tumbuh dengan optimal membutuhkan suhu tertentu untuk dapat berkembang
biak. Biasanya bakteri membutuhkan suhu sekitar 37oC. Beberapa contoh
media yang digunakan pada kuktur bakteri adalah Nutrient Agar (NA),
Selenite Cystine Broth (SCB), Salmonella-Shigella Agar, dll. Dari beberapa
jenis yang sudah disebutkan, masing – masing media memiliki fungsi dan
karakteristik yang berbeda – berbeda mulai dari jenis makanan nya hingga
karakteristik media tersebut cair atau padat.
1.2.7 Apa saja Alat dan Bahan Pembuatan Media NA, TSIA, MRVP, SC,
1.2.8 Apa saja Prosedur Kerja Pembuatan Media NA, TSIA, MRVP, SC,
5
1.2.9 Bagaimana dengan hasil dan analisis dari penanaman bakteri pada
sampel feses di media NA, TSIA, MRVP, SC, SIM, SCB, SSA,
1.3 Tujuan
1.3.6 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Uji Bio Kimia
1.3.7 Untuk mengetahui alat dan bahan pembuatan media NA, TSIA,
1.3.9 Untuk mengetahui hasil dan analisis dari penanaman bakteri pada
sampel feses di media NA, TSIA, MRVP, SC, SIM, SCB, SSA,
1.4 Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Hasil dari laporan praktikum ini dapat menjadi landasan dalam
pengembangan media pembelajaran atau penerapan media
pembelajaran secara lebih lanjut. Selain itu juga menjadi sebuah nilai
tambah khasanah pengetahuan ilmiah dalam bidang pendidikan di
Indonesia.
6
b. Manfaat Praktis
1. Bagi mahasiswa, hasil laporan praktikum ini diharapkan dapat
meningkatkan kompetensi dan keterampilan mahasiswa yang
melakukan praktikum selain itu dapat mengimplementasikan ilmu
dan skill yang telah didapatkan pada praktikum yang telah
dilakukan pada dunia kerja nantinya
2. Bagi pihak lain, hasil praktikum diharapkan berguna sebagai bahan
evaluasi dan sumberbelajar bagi pihak lain yang menekuni bidang
yang sama selain itu diharapkan berguna bagi pembaca sebagai
sumber referensi praktikum bakteriologi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, dan Salmonella paratyphi B
infektif bagi manusia. Transmisi dari bakteri ini biasanya melalui fecal oral dan
Salmonella sp. Ditularkan kepada manusia, ketika manusia mengkonsumsi
makanan yang tercemar oleh bakteri tersebut. Selain dari makanan juga bisa
melalui hewan seperti kotoran reptil, ayam dan bebek yang mengkontaminasi
makanan maupun air, lalu makanan dan air tersebut di konsumsi oleh manusia
(Yuswananda, 2015).
Salmonella sp dapat menimbulkan penyakit pada tubuh manusia yang
disebut dengan Salmonellosis. Salmonellosis diakibatkan oleh makanan yang
tercemar oleh Salmonella sp. dikonsumsi oleh manusia. Salmonellosis ditandai
dengan gejala demam yang timbul secara akut, nyeri abdominal, diare, mual
dan terkadang muntah (Yuswananda, 2015).
9
(nutrient) yang digunakan utuk pertumbuhan bakteri. Media pertumbuhan
merupakan suatu bahan yang terdiri dari nutrisi, yang diperlukan untuk
pertumbuhan, pembiakan dan juga dapat digunakan untuk mengisolasi
mikroorganisme. Media pertumbuhan bakteri dapat berupa media padat,
media semi padat, dan media cair (Putri et al., 2017).
1. Selenite Cystine Broth (SCB)
Media SCB merupakan media enrichment selektif dimana media
ini khusus digunakan untuk bakteri Gram Negatif seperti Salmonella sp
dan E-Coli (Bridson, 2006). Media SCB berwarna orange, Sesuai dengan
pernyataan Kusuma (2009). SCB mengandung inhibitor natrium selenit
yang tereduksi menjadi selenium. Selenium akan bereaksi dengan asam
amino untuk menghambat pertumbuhan bakteri lainnya pada media
teresebut. Hasil positif pada media ini ditandai dengan kekeruhan dan
terjadinya perubahan warna pada media dari warna kuning ke warna
orange.
2. Salmonella Shigella Agar (SSA) (inokulasi)
Media SSA merupakan media selektif yang dapat menumbuhkan
bakteri Salmonella dan Shigella (Ningrum, 2014). Media SSA merupakan
media yang mempunyai selektif tinggi untuk isolasi Salmonella sp.
Salmomella shigella agar adalah media selektif untuk mengisolasi kuman
Salmonella sp. dan Shigella sp. dari sampel feses, urin, dan makanan
(Hada, 2011).
3. Nutrient Agar (NA)
Media NA merupakan media kompleks yang miliki kandungan
nutrisi tinggi yang terdiri dari ekstrak daging, ekstrak ragi atau tumbuh-
tumbuhan, atau protein sederhana dari sumber lain yang sangat
dibutuhkan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Media ini dapat
digunakan untuk budidaya bakteri dan isolasi biakan murni yang mana
media ini rutin digunakan di laboratorium (Radji, 2010). Nutrient Agar
(NA) adalah media dengan nutrisi minimal dan protein yang konsentrasi
rendah. Pertumbuhan koloni pada media ini menandakan bakteri
nonfastidious dan tidak memerlukan suplemen khusus. Nutrient Agar
10
(NA) banyak digunakan sebagai media penyimpan bakteri (Departemen
Mikrobiologi Klinik, 2015).
4. Methyl red-Voges Proskauer (MRVP)
Media MRVP digunakan untuk mengetahui sifat bakteri
memproduksi asam dengan tes MR dan produksi asetilmetilkarbinol
dengan tes VP. Cara untuk mengetahui sifat- sifat tersebut masing-masing
biakan bakteri ditetesi dengan reagen MR dan reagen VP. Hasil positif
ditandai dengan adanya warna merah pada permukaan media.
5. Sulfide Indol Motility (SIM)
Media sim bentuknya semisolid yang digunakan untuk mengetahui
produksi H2S, indol dan motilitas atau pergerakan suatu bakteri. Produksi
indol dapat diketahui dengan meneteskan 1-3 tetes reagen kovacs atau
Erlich ke dalam biakan bakteri. Hasil positif indol akan ditandai warna
merah pada permukaan biakan.
6. Simmon Cittrat Agar (SC)
Media ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan bakteri
dengan mempergunakan citrat sebagai karbon organik.
7. Uji Gula-Gula
Secara umum bakteri memfermentasi beberapa karbohidrat
tertentu dan penting dilakukan untuk mengetahui karakteristik bakteri.
Pada pembuatan media gula-gula biasanya dilengkapi dengan tabung
Durham kedalam media untuk mengetahui adanya produksi gas sebagai
hasil dari proses fermentasi. Beberapa contoh media gula-gula glukosa,
laktosa, sukrosa, trehalosa, inositol, dsb.
8. Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
TSIA yang digunakan untuk mengidentifikasi organisme intestinal
gram negatif berdasarkan kemampuannya untuk memfermentasikan
dektrosa, laktosa, dan sukrosa, serta menghasilkan sulfida (Zimbro et al.
2009)
9. Media Salenite Cystein Broth (SCB)
Media SCB mengandung inhibitor natrium slenit yang tereduksi
menjadi selenium merupakan media selektif yang artinya media ini dapat
11
digunakan khusus untuk bakteri gram negative seperti salmonella sp dan E.
coli, hasil positif pada media ini ditandai dengan kekeruhan dan perubahan
warna media menjadi orange. Selanjutnya hasil positif yang didapatkan dari
pengamatan media SCB di tanam ke media selektif SSA.
10. Media Alkaline Peptone Water (APW)
Alkaline Peptone Water adalah medium pertumbuhan bakteri cair
yangbiasanya digunakan untuk menumbuhkan bakteri jenis Vibrio. Medium
ini sebenarnya modifikasi dari medium Peptone Water yang ditambah sodium
klorida dan dinaikkan nilai pH nya, sehingga bersifat alkali atau basa.
12
pada cawan agar sehingga didapatkan koloni terpisah dan merupakan
biakan murni. Cara ini dasarnya ialah menggoreskan suspensi bahan
yang mengandung mikroba pada permukaan medium agar yang sesuai
pada cawan petri. Setelah inkubasi maka pada bekas goresan akan tumbuh
koloni- koloni terpisah yang mungkin berasal dari 1 sel mikroba,
sehingga dapat diisolasi lebih lanjut (Jutono dkk, 1980). Penggoresan
yang sempurna akanmenghasilkan koloni yang terpisah. Bakteri yang
memiliki flagella seringkali membentuk koloni yang menyebar terutama
bila digunakan lempengan yang basah. Untuk mencegah hal itu harus
digunakan lempengan agar yang benar-benar kering permukaannya.
13
serupa, tanpa hasil pegamatan fisiologis yang memadai mengenai kandungan
organik yang diperiksa maka penentuan spesiesnya tidak mungkin dilakukan.
Karakterisasi dan klasifikasi sebagian mikroorganisme seperti bakteri
berdasarkan pada reaksi enzimatik maupun biokimia. Mikroorganisme dapat
tumbuh pada beberapa tipe media yang menghasilkan tipe metabolit yang
dapat dideteksi dengan reaksi selang mikroorganisme dengan reagen test yang
dapat menghasilkan perubahan warna reagen. Uji biokimia dilakukan untuk
mengetahui sifat-sifat fisiologis koloni bakteri hasil isolasi. Biokimia bakteri
berkaitan dengan proses metabolisme sel bakteri. Identifikasi bakteri tidak
dapat dilakukan dengan mengetahui sifat mofologinya saja, namun harus
mengetahui sifat fisiologis bakteri juga. Sifat fisiologis bakteri sangat penting
diketahui apabila melakukan identifikasi bakteri karena sifat moroflogis
bakteri dapat tampak serupa bahkan tidak dikenal sehingga dengan melakukan
uji biokimia terhadap koloni bakteri dapat mengetahui sifat dan menentukan
spesies bakteri. Uji biokimia yang dilakukan menggunakan reagen test
(Handayani, Ekowati, & Pakpahan, 2013).
a) Uji Sulfide Indol Motility (SIM)
Uji indol berfungsi untuk mengetahui apakah bakteri memiliki
enzim triptophanase sehingga bakteri tersebut mampu mengoksidasi asam
amino triptophan membentuk indol. Adanya indol dapat diketahui dengan
penambahan reagen Ehrlich/Kovac’s yang berisi paradimetil amino
bensaldehid. Hasil uji indol dapat diketahui negatif (-) ditandai dengan
tidak adanya bentukan berwarna merah seperti lapisan cincin di
permukaan biakan. Apabila positif (+) ditandai dengan adanya bentukan
berwarna merah seperti lapisan cincin di permukaan biakan bakteri, dapat
diartikan bahwa sumber karbon berasal dari triptophan yang membentuk
indol (Lumantouw, Rondonuwu, & Singkoh, 2013).
b) Uji Methyl Red (MR)
Uji MR berfungsi untuk mengatahui ada tidaknya fermentasi asam
campuran (metilen glikon) pada koloni bakteri. Hasil uji MR dapat
diketahui negatif (-) ditandai dengan setelah penambahan methyl red,
media tidak mengalami perubahan warna menjadi merah. Apabila positif
14
(+) ditandai dengan setelah penambahan methyl red, media mengalami
perubahan warna menjadi merah, dapat diartikan bahwa asam campuran
(metilen glikon) dihasilkan oleh bakteri melalui proses fermentasi glukosa
pada media methyl red (Rahayu & Gumilar, 2017).
c) Uji Voges-Prokauer (VP)
Uji VP berfungsi untuk mengetahui hasil fermentasi glukosa
membentuk (asetoin) asetil metil karbinol. Hasil uji VP dapat diketahui
negatif (-) ditandai dengan setelah media ditambahkan reagen a napthol
dan KOH tidak mengalami perubahan warna menjadi merah. Apabila
positif (+) ditandai dengan setelah media ditambahkan reagen a napthol
dan KOH mengalami perubahan warna menjadi merah, dapat diartikan
bahwa hasil fermentasi glukosa dapat membentuk (asetoin) asetil metil
karbinol (Antriana, 2014).
d) Uji Simmon Citrat (SC)
Uji simmon citrat berfungsi untuk mengetahui sumber karbon
bakteri menggunakan sitrat atau tidak menggunakan sitrat. Hasil uji citrat
dapat diketahui negatif (-) ditandai dengan media bakteri tidak mengalami
perubahan warna dari hijau menjadi warna biru. Apabila positif (+)
ditandai dengan media bakteri mengalami perubahan warna dari hijau
menjadi biru, dapat diartikan bahwa salah satu sumber karbon bakteri
menggunakan sitrat (Ummamie et al., 2017).
e) Uji Motilitas
Uji motilitas berfungsi untuk mengetahui gerak. Hasil uji motilitas
dapat diketahui negatif (-) ditandai dengan pada bekas tusukan inokulasi
saja terdapat bentukan warna putih sepeti akar yang menyebar. Apabila
positif (+) ditandai dengan disekitar inokulasi terdapat bentukan warna
putih seperti akar yang menyebar, dapat diartikan bahwa bakteri yang
diinokulasi memiliki flagel sehingga dapat melakukan pergerakan
(Handayani et al., 2013).
f) Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Uji TSIA berfungsi untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
fermentasi karbohidrat (glukosa, laktosa, dan sukrosa). Hasil uji TSIA dapat
15
diketahui bakteri dapat memfermentasi glukosa saja ditandai dengan warna
kuning (asam) pada dasar media dan berwarna merah pada lereng (basa)
Alk/A atau Alkali/Acid. Apabila bakteri dapat memfermentasi semua
karbohidrat ditandai dengan warna kuning pada dasar media (asam) dan
berwarna kuning juga pada lereng media (asam) A/A atau Acid/Acid.
Apabila bakteri tidak dapat memfermentasi semua karbohidrat ditandai
dengan warna merah pada dasar media (basa) dan berwarna merah juga pada
lereng media (basa) Alk/Alk atau Alkali/Alkali (Anggraini, Aliza, &
Mellisa, 2016)
16
BAB III
METODE
17
memanaskan di atas hot plate magnetic stirer suhu 100o C
dengan kecepatan 60 rpm.
8) Setelah dipanaskan, kemudian Erlenmeyer ditutup
dengan kapasdan aluminium foil lalu diikat dengan tali.
9) Kemudian Erlenmeyer diletakkan pada autoclaf pada suhu
121o Cselama 15 menit.
10) Selanjutnya media dituangkan pada cawan petri yang
sudah steril.Cawan petri dan Erlenmeyer yang berisi media
di des terlebih dahulu dengan api bunsen sebelum dan
sesudah menuangkan media.
11) Kemudian media yang sudah memadat pada
cawan petri,dibalikkan dan dapat diberi label.
12) Media selanjutnya dapat disimpan di dalam chiller kulkas.
b. Bahan :
- Bubuk Triple Sugar Iron Agar
- Aquades 100 ml
17
3. Prosedur Kerja
1) Disinfeksi area kerja dengan alkohol 70%.
2) Siapkan alat dan bahan yang digunakan.
3) Tabung reaksi dibungkus dengan kertas buram lalu di
sterilkan didalam oven dengan suhu 150o C selama 2 jam.
4) Ambil bubuk Triple Sugar Iron Agar dengan menggunakan
aluminium foil yang telah ditimbang sebanyak 6,5 g.
5) Kemudian bubuk tersebut dituangkan kedalam Erlenmeyer.
6) Beaker glass yang sudah berisi aquades sebanyak 100 ml
dituangkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi bubuk Triple
Sugar Iron Agar tadi.
7) Homogenkan campuran bubuk media dan aquades dengan
memanaskan di atas hot plate magnetic stirer suhu 100 oC
dengan kecepatan 60 rpm.
8) Setelah dipanaskan, kemudian Erlenmeyer ditutup dengan
kapas dan aluminium foil lalu diikat dengan tali.
9) Kemudian Erlenmeyer diletakkan pada autoclaf pada suhu
121oC selama 15 menit.
10) Selanjutnya media dituangkan pada tabung reaksi yang
sudah steril. Tabung reaksi dan Erlenmeyer yang berisi
media di des
11) terlebih dahulu dengan api bunsen sebelum dan sesudah
menuangkanmedia.
12) Kemudian media ditutup dengan kapas dan diletakkan dengan
posisi sedikit miring, media yang sudah memadat pada tabung
reaksi dapat diberi label.
13) Media selanjutnya dapat disimpan di dalam chiller kulkas.
18
2. Alat dan Bahan :
a. Alat :
- Neraca Analitik - Aluminium foil
- Batang Pengaduk - Tali
- Gelas ukur - Autoclave
- Beaker glass - Kertas buram
- Labu Erlenmayer - Hot plate
- Tabung reaksi - Magnetic stirer
b. Bahan :
- Bubuk SCB 1,9 gram
- Aquades 100 ml
3. Prosedur Kerja
1) Disinfeksi meja bekerja & sterilisasi tabung reaksi, dengan
membungkus dengan kertas coklat ke dalam inkubasi dengan
suhu 150℃ selama 2 jam.
2) Timbang bubuk SCB sebanyak 1,9 gram menggunakan neraca
analitik.
3) Siapkan 100 ml aquades di dalam gelas ukur.
4) Tuangkan bubuk SCB kedalam gelas elenmeyer, dilanjutkan
dengan menuangkan aquades ke dalam gelas elenmeyer.
5) Homogenkan aquades dan bubuk SCB dengan menggunkan
automatic stirrer dengan temperatur 100oC dengan kecepatan 60
rpm
6) Setelah larutan tersebut homogen, tutup bibir gelas elenmeyer
dengan kapas dan alumunium foil.
7) Sterilisasi media tersebut pada autoclave suhu 121 ℃ selama 15
menit.
8) Setelah selesai di inkubasi, diamkan pada suhu ruang beberapa
saat hingga larutan tersebut hangat.
9) Media SCB bisa langsung digunakan untuk uji biokimia. Apabila
ingin disimpan, maka biarkan media dingin lalu masukkan ke
dalam kulkas dengan meletakkan tabung reaksi ke dalam beaker
19
glass dan beri label.
18
masukkan ke dalam kulkas dengan meletakkan tabung-tabung
reaksi ke dalam beaker glass dan beri label agar tidak tertukar.
19
7) Setelah selesai diinkubasi, biarkan beberapa saat, tetapi jangan
sampai dingin.
8) Ambil tabung reaksi yang disterilisasi tadi.
9) Tuangkan cairan SC ke 10 tabung reaksi tadi masing-masing 10
ml lalu dimiringkan hingga media membentuk lereng, biarkan
hingga padat.
10) Berikan label pada setiap tabung.
11) Disimpan dikulkas yang selanjutnya dapat digunakan untuk uji
biokimia.
18
5) Larutkan dengan akuades 200 ml didalam Erlenmeyer.
6) Homogenkan dengan stirrer.
7) Setelah dipanaskan, kemudian Erlenmeyer ditutup dengan
kapas dan aluminium foil lalu diikat dengan tali.
8) Kemudian Erlenmeyer diletakkan pada autoclave pada suhu
121oC selama 15 menit.
9) Setelah selesai, tunggu beberapa saat hingga media tersebut
hangat.
10) Nyalakan api bunsen, lalu sterilkan cawan petri dengan api
bunsen, kemudian tuang media tersebut kedalam cawan petri.
11) Diamkan sampai media benar-benar memadat.
18
2. Timbang media Laktosa sebanyak 0,5 gram
3. Masukkan media ke dalam Labu Erlenmayer
4. Tambahkan APW 100 mL
5. Aduk hingga homogen pada hot plate stirer menggunakan
magnetic stirer.
6. Sterilisasi media menggunakan autoclave pada suhu 121o C
7. Setelah selesai di inkubasi, diamkan pada suhu ruang
beberapa saat hingga larutan tersebut hangat.
8. Tuangkan larutan Laktosa kedalam tabung rekasi yang sudah
berisi tabung durham masing masing 10ml, berikan label pada
tabung reaksi
9. Jika sudah tetesi reagen bronthymol blue sampai berubah
warna menjadi biru.
10. Sterilkan kembali pada autoclave pada suhu 121oC. Setelah
steril, media diambil dari dalam autoclave dan dibiarkan
hingga dingin.
B. Maltosa
1. Siapkan media Maltosa (bubuk) dan apw dalam beaker glass
2. Timbang media Maltosa sebanyak 0,5 gram
3. Masukkan media ke dalam Labu Erlenmayer
4. Tambahkan APW 100 mL Aduk hingga homogen pada hot
plate stirer menggunakan magnetic stirer.
5. Sterilisasi media menggunakan autoclave pada suhu 121oC
6. Setelah selesai di inkubasi, diamkan pada suhu ruang
beberapa saat hingga larutan tersebut hangat.
7. Tuangkan larutan Maltosa kedalam tabung rekasi yang sudah
berisi tabung durham masing masing 10 ml, berikan label
pada tabung reaksi
8. Jika sudah tetesi reagen bronthymol blue sampai berubah
warna menjadi biru.
9. Sterilkan kembali pada autoclave selama. Setelah steril, media
18
diambil dari dalam autoclave dan dibiarkan hingga dingin.
C. Glukosa
1. Siapkan media Glukosa (bubuk) dan apw dalam beaker glass
2. Timbang media Glukosa sebanyak 0,5 gram
3. Masukkan media ke dalam Labu Erlenmayer
4. Tambahkan APW 100 mL
5. Aduk hingga homogen pada hot plate stirer menggunakan
magnetic stirer.
6. Sterilisasi media menggunakan autoclave pada suhu 121o C
7. Setelah selesai di inkubasi, diamkan pada suhu ruang
beberapa saat hingga larutan tersebut hangat.
8. Tuangkan larutan Glukosa kedalam tabung rekasi yang sudah
berisi tabung durham masing masing 10ml, berikan label pada
tabung reaksi
9. Jika sudah tetesi reagen bronthymol blue sampai berubah
warna menjadi biru.
10. Sterilkan kembali pada autoclave selama. Setelah steril, media
diambil dari dalam autoclave dan dibiarkan hingga dingin.
D. Sukrosa
1. Siapkan media Sukrosa (bubuk) dan apw dalam beaker glass
2. Timbang media Sukrosa sebanyak 0,5 gram
3. Masukkan media ke dalam Labu Erlenmayer
4. Tambahkan APW 100 mL
5. Aduk hingga homogen pada hot plate stirer menggunakan
magnetic stirer.
6. Sterilisasi media menggunakan autoclave pada suhu 121o C
7. Setelah selesai di inkubasi, diamkan pada suhu ruang
beberapa saat hingga larutan tersebut hangat.
8. Tuangkan larutan Sukrosa kedalam tabung rekasi yang sudah
berisi tabung durham masing masing 10 ml, berikan label
19
pada tabung reaksi
9. Jika sudah tetesi reagen bronthymol blue sampai berubah
warna menjadi biru.
10. Sterilkan kembali pada autoclave selama. Setelah steril, media
diambil dari dalam autoclave dan dibiarkan hingga dingin.
20
menggunakan alat hot plate dan magnetic stirrer. Pastikan
media larut dengan sempurna dan tidak meninggalkan
gumpalan.
4) Tuangkan media yang telah larut ke dalam maisng - masing
tabung reaksi.
5) Tutup tabung reaksi dengan kapas, ikat tabung – tabung
tersebut menjadi satu untuk kemudian di autoklaf.
6) Sterilisasi media menggunakan Autoklaf pada suhu 121°C
dan tekanan 2 atm selama 15 menit.
21
5) Siapkan 100 ml akuades ke dalam Erlenmeyer.
6) Homogenkan bubuk SCB dengan 100 ml akuades dengan
menggunakan automatic stirrer.
7) Setelah homogen, tuang ke dalam tabung reaksi yang telah di
sterilisasikan tadi sama rata pada 10 tabung reaksi sebanyak 10
ml.
22
inokulasi di dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 37o C.
3. Prosedur Kerja
23
b. Bahan
- Media NA (dari proses peremajaan)
3. Prosedur Kerja
A. Media TSIA
1) Siapkan alat dan bahan (koloni bakteri pada media NA).
2) Panaskan ose jarum sampe memerah dengan sudut 45o.
3) Dinginkan ose jarum. Ambil koloni bakteri tunggal dari media
NA.
4) Selanjutnya tusuk kedalam media TSIA (tidak sampai
dasar) dilanjutkan dengan penggoresan dilereng media TSIA.
5) Tutup kembali dengan kapas, lalu diinkubasi didalam
inkobator suhu 37o C selama 24 jam.
B. Media SIM
1) Siapkan alat dan bahan (koloni bakteri pada media NA).
2) Panaskan ose jarum sampe memerah dengan sudut 45o.
3) Dinginkan ose jarum. Ambil koloni bakteri tunggal dari media
NA.
4) Tusukkan ose jarum pada media SIM tegak lurus ke
dalam 2/3bagian media.
5) Tutup kembali dengan kapas, lalu diinkubasi didalam
inkobator suhu37oC selama 24 jam.
6) Setelah diinkubasi selanjutnya media SIM ditambahkan
dengan reagen kovac sebanyak 500 mikron.
C. Media MRVP
1) Siapkan alat dan bahan (koloni bakteri pada media NA).
2) Panaskan ose bulat sampe memerah dengan sudut 45o.
3) Dinginkan ose bulat. Ambil koloni bakteri tunggal dari media
NA. Campurkan pada media MRVP hingga homogen.
4) Tutup kembali dengan kapas, lalu diinkubasi didalam
inkobator suhu37o C selama 24 jam.
5) Setelah 24 jam, kemudian media tersebut dibagi menjadi dua
yaitu MR dan VP.
24
6) Untuk uji MR akan ditetesi reagen methyl red menggunakan
pipet tetes sebanyak 5 tetes, lalu diamati perubahan warna
yang terjadi.
7) Untuk uji VP digunakan 2 reagen yaitu 𝛼-naphthol dan KOH
40%, dengan menggunakan mikro pipet reagen 𝛼-naphthol di
tambahkan 600 mikro atau 0,6 ml dan KOH 40% 200 mikro
atau 0,2 ml. Amati perubahan warna yang terjadi.
D. Media SC
1) Siapkan alat dan bahan (koloni bakteri pada media NA).
2) Panaskan ose bulat sampe memerah dengan sudut 45o.
3) Dinginkan ose bulat. Ambil koloni bakteri tunggal dari media
NA.
4) Ose distreak pada lereng media SC.
5) Tutup kembali dengan kapas, lalu diinkubasi didalam inkobator
suhu37o C selama 24 jam
E. Uji Gula-Gula
1. Uji Laktosa
1) Bersihkan area kerja
2) Siapkan alat dan bahan yang digunakan
3) Amati koloni yang positif pada media NA
4) Siapkan api bunsen dan ose bulat, lalu ambil koloni
menggunakan ose yang sudah dipanaskan
5) Oleskan koloni didinding tabung, lalu bilas dengan larutan
media hingga homogeny
6) Setelah selesai inkubasi selama 24 jam
2. Uji Maltosa
1) Bersihkan area kerja
2) Siapkan alat dan bahan yang digunakan
3) Amati koloni yang positif pada media NA
4) Siapkan api bunsen dan ose bulat, lalu ambil koloni
menggunakan ose yang sudah dipanaskan
25
5) Oleskan koloni didinding tabung, lalu bilas dengan larutan
mediahingga homogen
1) Setelah selesai inkubasi selama 24 jam
3. Uji glukosa
1) Bersihkan area kerja
2) Siapkan alat dan bahan yang digunakan
3) Amati koloni yang positif pada media NA
4) Siapkan api bunsen dan ose bulat, lalu ambil koloni
menggunakan ose yang sudah dipanaskan
5) Oleskan koloni didinding tabung, lalu bilas dengan
larutan mediahingga homogen
6) Setelah selesai inkubasi selama 24 jam
4. Uji Sukrosa
1) Bersihkan area kerja
2) Siapkan alat dan bahan yang digunakan
3) Amati koloni yang positif pada media NA
4) Siapkan api bunsen dan ose bulat, lalu ambil koloni
menggunakan ose yang sudah dipanaskan
5) Oleskan koloni didinding tabung, lalu bilas dengan
larutan media hingga homogen
6) Setelah selesai inkubasi selama 24 jam
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a) Pembuatan Media
Tabel 1. Pembuatan Media
Jenis Media Hasil Gambar
Media NA Media berhasil dibuat
27
Media TSIA Media berhasil dibuat
28
b) Inokulasi Bakteri
Tabel 2. Inokulasi Bakteri
Jenis Media Hasil Gambar
Media SCB - Terjadi kekeruhan pada
media
c) Peremajaan Bakteri
Tabel 3. Peremajaan Bakteri
Jenis Media Hasil Gambar
Media NA Koloni bakteri dari media
SSA tidak dapat tumbuh
29
d) Uji Biokimia
Tabel 4. Uji Biokimia
Jenis Media Hasil Gambar
Media TSIA - Lereng media tabung
berwarna kuning
- Dasar media tabung
berwarna hitam
- Tidak terdapat warna
hitam
- Terdapat gelembung
gas H2S
Media SIM - Sulfur (+) = Terdapat
warna hitam
- Indole (-) = Tidak
terdapat cincin merah
ceri setelah
penambahan reagen
kovac
- Motility (+) =
terdapat kabut di
sekitar tusukan
Media SC - Dasar media berwarna
hijau dan lereng media
berwarna hijau
30
Media MRPV - MR (+) = Terjadi
perubahan warna merah
pada bagian permukaan
tabung setelah
ditambahkan reagen
- VP (-) = Tidak terjadi
perubahan warna setelah
media ditambahkan
reagen
31
4.2 Pembahasan
A. Analisa Prosedur
1. Pembuatan Media
Dalam proses pembuatan media sama seperti tahapan praktikum
sebelumnya pertama pembuatan media dilakukan proses disinfeksi tempat
kerja dengan menggunakan alkohol 70% untuk mengurangi angka kuman
dan bebas kontaminan. Kemudian petri dish dibungkus menggunakan kertas
buram dan disterilkan di dalam oven.
Dalam proses pembuatan media penting untuk memperhatikan
perhitungan berat media atau jumlah gram media yang akan dihomogenkan
dengan akuades guna mengikuti aturan etiket pada masing-masing
kemasanbubuk media dengan menggunakan rumus perhitungan. Jika
diketahui pada etiket kemasan media NA, yaitu digunakan 65 gram bubuk
yang dihomogenkan ke dalam 1 liter (1000 ml) aquades. Maka banyak
bubuk media yang ditimbang dengan volume 100 ml untuk digunakan.
Contoh rumus :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑚 (𝑔)
𝑏𝑢𝑏𝑢𝑘 𝑑𝑖 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (𝑔) = 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑟𝑖(𝑚𝑙)
𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡 (𝑚𝑙)
32
terutama ditujukan untuk membunuh endospore. Khusus pada pembuatan
media SSA sesuai etiket sedikit berbeda bahan tidak boleh dimasukkan ke
dalam autoclave untuk proses sterilisasi. Dengan begitu, aquades untuk
pembuatan media di sterilsasi terlebih dahulu. Setelah proses sterilisasi
aquades selesai barulah media bisa dicampur ke dalam aquades streil
tersebut dengan menggunakan hot plate magnetic stirrer.sedangkan pada
media uji gula-gula larutan yang dipakai untuk menghomogenkan bubuk
adalah larutan APW (Air Pepton Alkali). Yang mana larutan APW dibuat
terlebih dahulu sama dengan Langkah pembuatan pada media lainnya, yang
melalui proses sterilisasi alat, penimbangan, penghomogenan.
Proses sterilisasi dilakukan setelah larutan APW dicampurkan
dengan bubuk untuk media gula-gula yang mepliputi glukosa, laktosa,
maltose dan sukrosa. Yang mana masing-masing larutan APW yang telah
di buat ditambahkan bubuk media gula-gula sebanyak 0,5 gram dalam 100
ml larutan APW. Kemudian, bahan dilakukan proses sterilisasi. Pada media
uji gula-gula setelah sterilisasi ditambahkan dengan reagen bromothymol
blue. Penambahan reagen bromothymol blue digunakan sebagai indicator
pH yang mana setelah ditambahkan indicator ini media uji-gula akan
berubah menjadi biru tua yang menandakan media dalam suasana basa yang
disebabkan oleh penambahan APW tadi. Setelah proses sterilisasi selesai,
media didiamkan beberapa saat agar tidak terlalu panas ketika dituangkan
ke dalam wadah masing- masing sesuai jenis medianya. Media yang sudah
memadat kemudian segera di balik untuk selanjutnya di simpan di dalam
kulkas.
2. Inokulasi Bakteri
Apabila inokulasi bakteri tidak dilakukan di dalam BSC (Biological
Safety Cabinet). Langkah pertama dalam inokulasi bakteri, yaitu melakukan
disinfeksi tempat kerja dengan menggunakan alkohol 70%. Hal tersebut
bertujuan untuk menurunkan angka kuman atau patogen di sekitar
lingkungan kerja agar selama proses inokulasi, media inokulasi tetap steril
dan media bebas dari kontaminan. Selanjutnya, sampel feses akan diambil
33
menggunakan ose bulat yang terlebih dahuluhu disterilisasi menggunakan
api bunsen. Ose dipanasakan dengan sudut 45 hingga ujungnya memijar
sampai ke tangkai ose. Sehingga dalam proses inokulasi bakteri berlangsung
secara aseptis dan sampel bebas dari kontaminan. Sebelum pengamblan
ssampel, ose yang selesai dipanaskan dibiarkan sebentar agar tidak terlalu
panas. Ose yang masih panas ketika mengambil sampel / feses, bakteri di
dalamnya yang akan kita inokulasi bisa saja mati.
Pada praktikum ini, kultur atau inokulasi bakteri sebelum
diremajakan dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada media cair SCB dan
media agar SSA. SCB atau Selenite Cystine Broth digunakan untuk kultur
pengayaan bakteri Salmonella sp dari kotoran, bahan makanan dan bahan
lainnya. Caranya adalah dengan mengambil 1 ose steril sampel feses
kemudian masukkan pada media SCB, kemudian diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 37oC
Kemudian proses inokulasi bakteri yang tumbuh pada media SCB
ke dalam media SSA menggunakan streak 4 kuadran. Isolasi dengan metode
streak plate memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya, yaitu
koloni bakteri yang dihasilkan merupakan koloni tunggal, bakteri yang
kontaminan mudah dibedakan, dan dapat membuat goresan dengan pola.
Dalam proses streak kuadran sebelum dibuka dan sesudah ditutup bagian
mulut petri dish juga di desinfeksi terlebih dahulu dengan api bunsen. Hal
ini bertujuan untuk mencegah dan membunuh patogen atau benda asing lain
untuk mengontaminasi media yang dibuat. Penyimpanan media dilakukan
pada inkubator selama 24 jam dengan suhu 37℃. Proses inkubasi di dalam
inkubator dilakukan dengan waktu 24 jam dan suhu 37℃ agar bakteri yang
didapatkan dapat tumbuh dan bertahan hidup untuk dilakukan pemeriksaan
selanjutnya. Inkubasi dilakukan selama 24 jam karena pada waktu tersebut
bakteri dimungkinkan telah berada fase logaritmik atau ekponensial yang
mana pada fase tersebut bakteri melakukan pemelahan diri secara konstan
dan jumlah sel meningkat.
34
3. Peremajaan Bakteri
Sama dengan langkah sebelumnya sebelum melakukan pekerjaan
tempat kerja didisinfeksi terlebih dahulu dengan alkohol 70%. Selanjutnya,
ose bulat dipanasakan dengan sudut 450 hingga ujungnya memijar sampai
ke tangkai ose. Setelah itu, ose didinginkan beberapa saat agar koloni bakteri
yang diambil nanti tidak mati dikarenkan ose yang masih sangat panas.
Ketika ose sudah mulai dingin, ambil koloni bakteri dari media inokulasi
secukupnya. Setelah itu, koloni bakteri yang sudah diambil di gores ke dalm
media NA dengan streak 4 kudran. Penggunaan media NA sebagai media
peremajaan karena media NA (Nutrient Agar) termasuk media padat untuk
mempelajari koloni kuman. Selanjutnya, media NA yang sudah di streak
diinkubasi di dalam inkubator selama 24 jam dalam suhu 37°C dengan
psosisi terbalik untukmenghindarai penguapan air yang bisa jartuh ke
permukan media.
4. Uji Biokimia
Pada uji biokimia di lakukan dengan 5 uji, yaitu TSIA, SIM, MRVP,
SC dan Gula-gula (Laktosa, Maltosa, Glukosa dan Sukrosa). Seperti pada
prosedur sebelumnya sebelum melakukan pekerjaan tempat kerja
didesimfektan dengan alkohol 70% terlebih dahulu. Dalam praktikum uji
biokimia ini koloni bakteri di ambil dari media NA hasil peremajaan dari
media SSA yang terduga positif Salmonella. Dalam proses uji biokimia ini
pengambilan koloni bakteri menggunakan ose untuk digores atau ditusuk ke
dalam media uji yang dipanaskan terlebih dahulu sampai memijar dengan
sudut 45°.
Dalam uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar) ose yang digunakan adalah
ose jarum yang mana koloni bakteri yang telah diambil dengan ose jarum
ditusuk ke dalam media TSIA. Tujuan penggoresan seperti ini agar bakteri
merata berada pada bagian dasar tabung yang dimana nanti jika terjadi
perubahan pada seluruh media dari merah menjadi kuning menandakan
bahwa bakteri positif memfermentasi laktosa, glukosa dan laktosa dan
angkat terangkat dari dasar tabung apabila bakteri memproduksi gas.
35
Dalam uji MRVP (Media Methyl Red-Voges Proskauer) ose yang
digunakan aadalah ose bulat yang mana koloni bakteri diambil
menggunakan ose ini dan dicampurkan ke dalam media MRVP yang berupa
cairan hingga homogen.
Dalam uji SC (Simon Citrate) ose yang digunakan adalah ose bulat
yang mana koloni bakteri diaambil kemudian dilakukan penggoresan atau
streak pad lereng media saja. Penggoresan di lereng media SC ini bertujuan
untuk agar bakteri merata di lereng media yang mana nanti akan merubah
warna bagian bawah media lainnya ketika hasil uji positif ditandai dengan
perubahan warna dari hijau menjadi biru tua.
Dalam uji Gula-gula ose yang digunakan adalah ose bolat yang
mana uji gula-gula ini menggunakan 4 tabung reaksi yang terdiri dari
glukosa, laktosa, maltosa dan sukrosa.
Seluruh media yang telah dilakuakn streak atau penggoresan sesuai
perlakuan masing-masing selanjutnya diinkubasi di dalam inkubator pada
suhu 37°C untuk memelihara kultur bakteri dalam suhu tertentu selama
jangka waktu tertentu untuk memantau pertumbuhan bakteri yang mana
pertumbuhan bakteri pada media tersebut akan berlangsung optimal dan
bakteri dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Setelah diinkubasi selanjutnya media SIM ditambahkan dengan
reagen kovac sebanyak 500 mikron. Tujuan dari penambahan reagen kovac
ini, yaitu untuk menentukan kemampuan mikroorganisme menguraikan
asam amino tritofan. Selain media SIM, uji lanjut penambahan reagen
dilakukan juga pada uji MRVP. Media dibagi menjadi dua yaitu MR dan
VP. Untuk uji MR akan ditetesi reagen methyl red menggunakan pipet tetes
sebanyak 5 tetes. Untuk uji VP digunakan 2 reagen yaitu α-naphthol dan
KOH 40%, dengan menggunakan mikro pipet reagen α-naphthol
ditambahkan 600 mikro atau 0,6 ml dan KOH 40% 200 mikro atau 0,2 ml.
Tujuannya untuk menentukan kemampuan bakteri membentuk produk akhir
non-asam atau netral, seperti asetilmetilkarbinol dari asam-asam organik
yang dihasilkan dari metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan
terbentuknya kompleks berwarna merah muda.
36
B. Analisa Akhir
1. Pembuatan Media
Dalam pembuatan media yang dilakukan oleh kelompok kami
dalam praktikum identifikasi bakteri enterik, yaitu media TSIA (Triple
Sugar- Iron) berhasil dibuat. Media berhasil dibuat salah satunya
ditandai dengan berhasilnya media memadat setelah dituangkan ke dalam
tabung reaksi. Yang mana media TSIA merupakan media agar miring
sehingga setelah dituangkan ke dalam tabung, media langsung
dimiringkan samapimemadat. Berdasarkan fungsinya media pembiakan
bakteri dapat diklasifikasikan menjadi media umum, media pengaya,
media transport,media selektif, dan media selektif/diferensial. Uji Triple
Sugar Iron agar(TSIA) dirancang untuk membedakan antara kelompok
atau genera Enterobacteriaceae yang berbeda, yang semuanya merupakan
basil gramnegatif yang mampu memfermentasi glukosa dengan produksi
asam dan untuk membedakannya dari basil usus gram negatif lainnya.
Diferensiasi didasarkan pada fermentasi glukosa dan laktosa atau
produksi sukrosa dan hidrogen sulfida (H2S). Media TSIA mengandung
10 bagian laktosa:10 bagian sukrosa: 1 bagian glukosa dan pepton. Fenol
merah dan besi sulfat masing-masing berfungsi sebagai indikator
pengasaman dan pembentukan H2S. Indikator asam-basa fenol merah
dimasukkan untuk mendeteksi fermentasi karbohidrat ditunjukkan oleh
perubahan warna media karbohidrat dari oranye-merah menjadi kuning
dengan adanya asam. Dalam kasus dekarboksilasi oksidatif pepton,
produk alkali dibangun dan pH naik. Hal ini ditunjukkan dengan
perubahan warna medium dari merah jingga menjadi merah tua. Natrium
tiosulfat dan ferroamonium sulfat yang ada di dalam media mendeteksi
produksi hidrogen sulfida dan ditunjukkan dengan warna hitam pada
bagian bawah tabung.
2. Inokulasi Bakteri
- Media SCB
Hasil positif adanya kontaminasi Salmonella sp dapat dilihat dari
37
kultur pada media Selenite Cystine Broth (SCB). SCB merupakan media
selektif yang khusus digunakan untuk bakteri Gram negatif seperti
Salmonella sp. Selenite Cystine Brothdigunakan untuk kultur pengayaan
bakteri Salmonella sp dari kotoran, bahan makanan dan bahan lainnya.
Hasil positif pada media ini ditandai dengan kekeruhan dan perubahan
warna pada media dari warna kuning menjadi warna orange (Rizky
Amiruddin, Darniati and Ismail, 2017). SCB mengandung inhibitor
natrium selenit yang tereduksi menjadi selenium. Selenium akan bereaksi
dengan asam amino untuk menghambatpertumbuhan bakteri lainnya pada
media (Fajar, Fakhrurrazi andRazali, 2018).
- Media SSA
Keberadaan Salmonella dan Shigella dapat diketahui dengan cara
menginokulasikan sampel pada media Salmonella Shigella Agar. Bakteri
Salmonella menggunakan pepton yang berasal dari media SSA untuk
sumber energi. Shigella merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang,
tunggal, tidak memiliki flagel, aerobik ataupun aerobik fakultatif dan tidak
membentuk spora, serta habitatnya berada pada saluran pencernaan dengan
infeksinya melalui fase oral. Salmonella merupakan bakteri gram negatif
berbentuk batang, tidak berspora, bersifat anaerob fakultatif dan bergerak
dengan flagel peritrik kecuali Salmonella pullorum dan Salmonella
gallinarum SSA adalah media selektif untuk mengisolasi bakteri anggota
genus Salmonella dan bakterianggota genus Shigella, tetapi media SSA
tidak disarankan untuk pengujian bakteri anggota genus Shigella karena
beberapa strain Shigella akan terhambat (Apriani, Rahmawati and
Kurniatuhadi, 2019). Berdasarkan hasil pengamatan pada mediaSSA satu
sampel terdapat koloni yang hitam dan black center, hasil ini diduga
sebagai bakteri Salmonella sp yang menghasilkan H2S. Hasil uji SSA
memberikan zona kuning diantara koloni hitam dan pertumbuhan
mikrobanya berwarna merah atau hitam. Mikroba melakukan reduksi
tiosulfat menjadisulfat sehingga terlihat sebagai koloni hitam. Beberapa
salmonella sp menghasilkan bulatan hitam ditengah koloni (black centre)
sebagai hasil produksi gas H2S. Hasil pengamatan pada media SSA
38
ditemukan koloni berbentuk bulat, cembung dan berwarna hitam ini diduga
sebagai Salmonella sp. Pada bakteri Shigella sp pada SSA, koloni tampak
kecil dan halus serta tidak berwarna (Sari et al., 2018).
3. Peremajaan Bakteri
Tujuan proses peremajaan adalah agar bakteri memulai
metabolise kembali setelah penyiapan. Pada proses peremajaan dari media
SSA hasil inokulasi ke dalam media NA, koloni bakteri berhasil tumbuh
pada media NA dengan karakteristik bakteri berwarna putih, dengan
tekstur permukaan koloni bakteri halus. Prinsip dari peremajaan bakteri,
yaitu apabila bakteri ditanam kembali kedalam medium yang baru maka
bakteri tidak akan segera membelah diri tetapi mengalami fase-fase
pertumbuhan secara runut sebagai berikut:
- Fase permulaan. Fase ini juga dikenal sebagai fase initial atau lag
phase. Pada fase ini bakteri belum berkembangbiak atau perbanyakan
sel. Pada fase ini biasanya terjadi pembentukan enzym induktif atau
geminasi spora.
- Fase Pertumbuhan. Pada fase ini terjadi pertumbuhan yang dipercepat
dan sel bakteri belum memperbanyak diri secara optimal. Fase
Logaritma. Fase ini juga dikenal exponensial phase oleh karena pada
fase ini kecepatan pertumbuhan populasi sel berjalan maksimal dan
konstan. Sel bakteri sangat aktif membelah diri,
- Fase pertumbuhan diperlambat/terhambat. Pada fase ini pertumbuhan
sel bakteri mulai terhambat, kecepatan pertumbuhan makin lama makin
menurun. Penurunan kecepatan pertumbuhan sel disebabkan oleh
kehabisan nutrisi,akumulasi substansi toksik hasil metabolisme sel dan
perubahan ph yang tajam.
- Fase Stasioner. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sel adalah nol.
jumlah pembentukan sel baru sebagai hasil reproduksi seimbang
dengan jumlah sel yang mati.
- Fase Kematian. Fase ini dikenal sebagai phase of decline oleh karena
jumlah sel yang hidup makin lama makin menurun, sedangakan jumlah
39
kematian sel makin banyak. Hal ini disebabkan oleh kondisi
lingkungan yang tidak sesui terutama adanya akumulasi toksik hasil
metabolism.
4. Uji Biokimia
Pada uji TSIA (Triple Sugar-Iron Agar) setelah diinkubasi
diamati perubahan yang terjadi pada media, yang dimana terlihat bahwa
pada dasar tabung berwarna hitam, sementara lereng tabug berwarna
kuning. Bakteri juga memproduksi gas karena pada media terlihat adanya
media yang terangkat dari dasar tabung, dan juga memproduksi H2S
karena pada media tidak berwarna hitam. Hanya bakteri yang
menghasilkan H2S yang akan menunjukkan penghitaman yang pekat di
dasar media karena terjadi pengendapan ferosulfat yang tidak larut.
Uji TSIA dirancang untuk membedakan antara kelompok atau
generaEnterobacteriaceae yang berbeda, yang semuanya merupakan basil
gramnegatif yang mampu memfermentasi glukosa dengan produksi asam,
dan untuk membedakan Enterobacteriaceae dari bakteri gram lainnya. -
basil usus negatif Diferensiasi ini dibuat atas dasar perbedaan pola
fermentasi karbohidrat dan produksi hidrogen sulfida oleh berbagai
kelompok organisme usus. (Cappucino., 2018)
Pada uji SIM (Sulfide Indole Motility) setelah setelah diinkubasi
diamati perubahan yang terjadi pada media, yang dimana terlihat bahwa
tidak terdapat kabut pada area penusukan ose jarum yang menandakan
parameter motility negatif yang berarti bahwa bakteri tersebut tidak
bergerak. Warna media SIM pada permukaan berubah menjadi hitam
yang menadakan bahwa bakteri memproduksi sulfur dalam jumlah
banyak dan ketika ditambahkan reagen kovac media tidak membentuk
cincin merah ceri pada permukaan yang berarti bakteri tidak
memproduksi asan amino triptofanase. Triptofan merupakan asam amino
esensial, pengubahannya menjadi produk-produk metabolic dimediasi
oleh triptofanase. Indol dihasilkan melalui hidrolisis triptofan dapat
dideteksi dengan menambahkan reaksi kovac.
40
Berikut merupakan reaksi dari uji pada media SIM
41
diubah secara enzimatik menjadi asam piruvat dan karbon dioksida.
Selama reaksi ini, medium menjadi basa—karbon dioksida yang
dihasilkan bergabung dengan natrium dan air untuk membentuk natrium
karbonat, produk basa. Kehadiran natrium karbonat mengubah indikator
biru bromtimol yang dimasukkan ke dalam media dari hijau menjadi biru.
Pada uji MR-VP (Methyl Red-Voges Proskauer) yang dilakukan
pada praktikum kali ini, yang mana media dibagi menjadi dua, yaitu
media MR-VP setelah penambahan reagen methyl red pada uji MR dan
α-naphthol serta KOH 40% untuk uji VP, sesuai perlakuan/prosedur kerja
diamati terjadi reaksi positif pada uji MR nya karena warna akhir yang
ditunjukkan adalah merah atau merah muda. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa bakteri selulolitik hasil isolasi secara gerus
mampu mengoksidasi glukosa menjadi asam secara sempurna, atau
bakteri memfermentasikan asam campuran (metilen glikon). Lalu pada
uji VP dengan penambahan reagen alfa-naftol 600 mikron dan kalium
hidroksida 40% sebanyak 200 mikron tidak menunjukkan adanya
perubahan warna pada media, sehingga dapat disimpulkan bahwa uji VP
menunjukkan hasil negatif. Tes Voges-Proskauer menentukan
kemampuan beberapa organisme untuk menghasilkan produk akhir
nonasam atau netral, seperti asetilmetil-karbinol, dari asam organik yang
dihasilkan dari metabolisme glukosa. Fermentasi glukosa ini, yang
merupakan karakteristik E. aerogene. (Cappucino., 2018). Reagen yang
digunakan dalam pengujian ini, reagen Barritt, terdiri dari campuran α-
naphthol alkohol Dan larutan kalium hidroksida 40%. Deteksi
asetilmetilkarbinol membutuhkan produk akhir ini untuk dioksidasi
menjadi senyawa diasetil. Reaksi ini akan terjadi dengan adanya katalis
a-naftol dan gugus guanidin yang ada dalam pepton media MR-VP.
Akibatnya, kompleks merah muda terbentuk, memberikan warna mawar
ke medium.
42
Gambar 3. Gambar reaksi dari uji pada media MR-VP
Pada uji gula-gula yang meliputi, uji glukosa, laktosa, maltosa dan
sukrosa didapatkan hasil bahwa pada media uji gula glukosa terjadi
perubahan warna dari hijau pekat menjadi kuning dan pada tabung
durham terlihat gelembung. Dapat dikatakan bahwa bakteri dapat
memfermentasi glukosa dengan memproduksi asam dan gas. Sedangkan
pada media uji gula sukrosa terjadi perubahan warna dari hijau pekat
menjadi kuning pada sadar tabung dan sedikit hijau pada permukaan
tabung serta pada tabung durham terdapat sedikit gelembung. Dapat
dikatakan bahwa bakteri dapat mefermentasi sukrosa dengan
memproduksi asam dan gas. Pada media uji gula laktosa dan maltosa
tidak terjadi perubahan warna pada media dan tidak terdapat gelembung
pada tabung durham. Dapat dikatakan bahwa bakteri tidak mampu
memfermentasi maltosa dan laktosa serta tidak memproduksi asam dan
gas.
43
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari laporan pratikum yang telah dibuat dengan judul Identifikasi Bakteri
Enterik Salmonella Typhi Dan Shigella Dysentriae Pada Sampel Feses dapat
disimpulkan, bahwa :
Salmonella adalah bakteri gram negatif dan terdiri dari famili
Enterobacteriacea. Salmonella merupakan bakteri patogenik enterik dan
penyebab utama penyakit bawaan dari makanan (foodborne disease). Antigen
salmonella terdiri dari tiga yakni antigen terluar O, flagella H dan kapsul Vi
(virulensi).
Shigella sp dibagi menjadi 4 spesies yatu: Shigella dysentrial, Shigella
flexneri, Shigella boydii dan Shigella sonnei. (Jawetz dkk., 2005). Shigella sp
merupakan kuman kecil berbentuk batang dengan pengecatan gram bersifat
negatif ramping dengan ukuran 0,5 - 0,7 µm x 2 -3 µm, tidak mempunyai Flagel
sehingga tidak dapat bergerak dan tidak berspora.
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara
(nutrient) yang digunakan utuk pertumbuhan bakteri. Media pertumbuhan
merupakan suatu bahan yang terdiri dari nutrisi, yang diperlukan untuk
pertumbuhan, pembiakan dan juga dapat digunakan untuk mengisolasi
mikroorganisme.
Inokulasi merupakan pekerjaan memindahkan mikroba dari medium
yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi.
Dengan kata lain, inokulasi adalah suatu upaya untuk menanamkan mikroba.
Peremajaan bakteri bertujuan agar bakteri memulai metabolisme
kembali setelah penyiapan. Peremajaan bakteri dilakukan dengan mengambil
satu jarum ose biakan murni kemudian digoreskan dalam biakan agar dengan
permukaan miring, kemudian diinkubasi pada suhu 37 ̊C selama 24 jam.
Uji biokimia dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisiologis koloni
bakteri hasil isolasi. Biokimia bakteri berkaitan dengan proses metabolisme sel
bakteri.Uji biokimia yang dilakukan menggunakan reagen test sesuai perlakukan
masing-masing media uji.
44
Dalam praktikum yang kami lakukan dalam tahap pembuatan media
berhasildibuat salah satunya ditandai dengan berhasilnya media memadat setelah
dituangkan ke dalam tabung reaksi dan petri dish.
Pada praktikum pengamatanmedia hasil inokulasi feses didapatkan hasil
koloni bakteri pada media SSA, yaitu bakteri Salmonella yang mana
menghasilkan warna koloni bakteri yang hitam pada media SSA. Dalam uji
biokimia dapat didapatkan ciri-ciri bakteri tersebut sesuai dengan hasil uji
biokimia yang telah kami lakukan adalah berdasarkan uji TSIA bakteri tidak
memfermentasi glukosa, memproduksi H2S dan memproduksi gas.
Pada uji SIM menunjukka bahwa bakteri tidak dapat bergerak, bakteri
memproduksi asan amino triptofanase dan memproduksi sulfur.
Pada uji MR menunjukkan hasil yang positif karena warna akhir yang
ditunjukkan adalah merah atau merah muda. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa bakteri selulolitik hasil isolasi secara gerus mampu mengoksidasi
glukosa menjadi asam secara sempurna, atau bakteri memfermentasikan asam
campuran (metilen glikon). Lalu pada uji VP dengan menunjukkan adanya
perubahan warna pada media, sehingga dapat disimpulkan bahwa uji VP
menunjukkan hasil negatif.
Pada uji SC menunjukkan hasil negatif yang mana bakteri tidak
memproduksi menghasilkan sitrat.
Pada uji media gula-gula diperoleh hasil bakteri dapat memfermentasi
glukosa dengan memproduksi asam dan gas, mefermentasi sukrosa dengan
memproduksi asam dan gas, tidak mampu memfermentasi maltosa dan laktosa
serta tidak memproduksi asam dan gas.
5.2 Saran
Dengan adanya laporan praktikum yang telah penyusun buat ini, penyusun
berharap pembaca dapat memahami segala materi yang telah dijelaskan. Penulis
menyarankan agar pembaca membaca semua materi penting yang ada pada
laporan praktikum yang telah penyusun buat dengan rinci dan terurut agar tidak
ada materi yang membuat pembaca mengalami kendala dalam proses
pembelajaran dikarenakan semua materi memiliki dasar-dasar yang berkaitan.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
Oktober 2022
47