Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENYULUHAN KESEHATAN KOMBINASI KMC

DENGAN TERAPI MOZART TERHADAP SUHU TUBUH BBLR


RUANG PERINATOLOGI RSUD KAB TANGERANG

Disusun Untuk Menyelesaikan Tugas Stase Anak


Program Studi Profesi Ners
Disusun Oleh:

1. Humairoh (22030084)
2. Indah Fitriyani (22030092)
3. Lenia Vira Eka Putriani (22030066)
4. Lusia Amanda (22030103)
5. Maryam (22030075)
6. Marjuki (22030077)
7. Siti Retno Alifah (22030097)
8. Arieska Dwi Aryanti (22030086)
9. Bides Indra Cahya (22030101)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS YATSI MADANI

TANGERANG-BANTEN

2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN PENYULUHAN KESEHATAN

1. Judul Penyuluhan Kesehatan : Penyuluhan Kesehatan Dengan


Kombinasi KMC dan Terapi
Mozart Terhadap Suhu Tubuh
BBLR Di Ruang Perinatologi
RSUD Kab Tangerang
2. Ketua Pelaksana
a) Nama Lengkap : Marjuki
b) Jenis Kelamin : Laki-laki
c) NIM : 22030077
d) Disiplin Ilmu : Keperawatan
e) Prodi : Profesi Ners
f) Alamat : Jl. Arya Santika, No. 40 A., Bugel.
Karawaci. Telepon : 021-55725974
g) Alamat Rumah : Bumi Asri Blok D9/4 RT 5 RW 18
Jalan Rambutan IX Kelurahan
Kutabumi, Kecamatan Pasar Kemis,
Tangerang
3. Jumlah Anggota Penyuluhan : 8 ( Delapan )
4. Nama Anggota :
1. Humairoh (22030084)
2. Indah Fitriyani (22030092)
3. Lenia Vira Eka Putriani (22030066)
4. Lusia Amnada (22030103)
5. Maryam (22030075)
6. Siti Retno Alifah (22030097)
7. Arieska Dwi Aryanti (22030086)
8. Bides Indra Cahya (22030101)

5. Lokasi Kegiatan : Perinatologi RSUD Kab Tangerang


6. Jumlah Anggaran : Rp. 500.000
Menyetujui, Mengetahui,
Pembimbing Akademik CI Lahan

Ns. Ria Setia Sari., S.Kep.,M.Kep Ns. Eni Prihatin., S.Kep

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan penyuluhan
kesehatan sesuai dengan waktu yang ditentukan, penyuluhan kesehatan yang akan
kami lakukan berjudul “Kombinasi KMC dan Terapi Mozart Terhadap Suhu
Tubuh BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Kab Tangerang”. Kegiatan dilakukan
agar dapat mengatasi dan menstabilkan suhu tubuh pada BBLR selama di rumah
sakit. Kami menyadari bahwa jalannya penyuluhan kesehatan ini tidak akan
maksimal tanpa bantuan dari berbagai pihak, terutama RSUD Kabupaten
Tangerang yang sudah sangat mendukung dalam menyediakan tempat penyuluhan
kesehatan, sehingga penyuluhan kesehatan dapat berjalan optimal. Masih adanya
kekurangan dan kelemahan di dalam penyusunan proposal ini, baik pada isi,
bahasa maupun penyajiannya, maka kami sangat mengharapkan adanya tanggapan
berupa kritik dan saran yang membangun dari Pembimbing akademik dan CI
lahan guna penyempurnaan proposal ini di kemudian hari. Semoga proposal ini
dapat di terima oleh Pembimbing Akademik dan CI lahan sehingga kami dapat
melakukan penyuluhan kesehatan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

Tangerang, 05 Januari 2023

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Kegitan ....................................................................................... 4
1.3 Manfaat Kegiatan ................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep BBLR ........................................................................................ 5
2.2 Konsep Suhu Tubuh ...............................................................................8
2.3 Konsep Kangaro Mother Care (KMC).................................................... 9
2.4 Terapi Musik Mozart .......................................................................... ..11
2.5 Kombinasi Kangaroo Mother Care (KMC) Dan Terapi Mozart........... 13
BAB III METODE KEGIATAN
3.1 Bentuk Kegiatan ................................................................................... 14
3.2 Waktu dan Tempat ............................................................................... 14
3.3 Peserta dan Sasaran .............................................................................. 14
3.4 Keterlibatan Mitra................................................................................. 14
3.5 Jadwal Kegiatan .................................................................................... 15
3.6 Rencana Evaluasi ...................................................................................15
3.7 Rancangan Anggaran Biaya ..................................................................15
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................17
4.2 Saran ......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indikator kesehatan suatu bangsa masih dilihat dari tinggi
rendahnya angka kematian bayi (Maryuni, 2013). Masalah utama
penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada masa neonatus (bayi
baru lahir umur 0 - 28 hari). Menurut hasil Riskesdas 2013 menunjukkan
bahwa 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada umur 0 - 6 hari.
Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia,
bayi berat lahir rendah dan infeksi. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
adalah bayi yang memiliki berat badan kurang dari 2.500 gram pada saat
lahir tanpa memandang usia gestasi (Syaifudin, 2011). Bayi dengan berat
badan lahir rendah merupakan salah satu faktor utama peningkatan
mortalitas dan morbiditas bayi khususnya pada masa perinatal (Pantiwati,
2010). BBLR memiliki kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan
ekstra uterine akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya seperti paru-
paru, jantung, ginjal, hati, dan sistem pencernaan nya (Maryuni, 2013).
Beberapa masalah gangguan alat pencernaan dan masalah nutrisi
pada BBLR antara lain reflek menelan dan menghisap bayi yang lemah,
daya untuk mencerna, mengabsorpsi lemak, laktosa, vitamin yang larut
dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang (Maryuni, 2013).
Tercukupi nya kebutuhan nutrisi dapat dilihat dari bertambahnya berat
badan BBLR (Prawitasari dan Cahyo, 2010).
Angka kejadian BBLR di Indonesia masih cukup tinggi yaitu
10,2% jika dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam 5,3% dan
Thailand 6,6% dengan prevalensi tertinggi terjadi di Propinsi Nusa
Tenggara Timur 19,2% dan terendah di Propinsi Sumatra Barat 6%
(Riskesdas, 2013). Penyebab utama kesakitan dan kematian BBLR antara
lain asfiksia, infeksi dan hipotermia (Proverawati and Ismawati, 2010).
Penelitian yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan

1
2

bahwa kejadian BBLR di daerah masih cukup tinggi dan menjadi salah
satu penyebab kematian neonatal.
Semakin rendah berat badan bayi saat lahir berpengaruh terhadap
probabilitas kelangsungan hidup neonatal yang semakin rendah pula
(Simbolon, 2012). Vazirinejad dkk (2011) mengemukakan bahwa harapan
BBLR untuk bertahan hidup sebelum usia 28 hari adalah 76,2%, angka ini
meningkat dibandingkan tahun 2010 yang hanya 66,6%. Masalah BBLR
merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian khusus, karena BBLR
dapat menyebabkan gangguan perkembangan fisik, pertumbuhan
terhambat, dan gangguan perkembangan mental pada masa mendatang
(Aizid, 2012). Intervensi perawatan standar pada BBLR yang sering
dilakukan adalah meletakkan bayi dalam inkubator untuk menjaga suhu
tubuh agar tetap hangat, memberikan nutrisi sesuai kebutuhan bayi dan
memegang bayi seminimal mungkin untuk mengurangi penyebaran infeksi
(Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005).
Bayi dengan BBLR juga sangat rentan terjadinya hipotermia,
karena tipisnya cadangan lemak dibawah kulit dan belum matang nya
pusat pengatur panas di otak. Oleh sebab itu perawatan BBLR dilakukan
dalam inkubator (Priya, 2004). Di rumah sakit perawatan BBLR dengan
inkubator selain jumlahnya yang terbatas, penggunaan inkubator
memerlukan biaya yang tinggi hal ini terjadi dikarenakan perawatan
BBLR memerlukan waktu perawatan yang panjang (Andriyati & Romlah,
2015).
Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah perawatan bayi baru
lahir dengan melekatkan bayi di dada ibu (skin to skin contact) sehingga
suhu tubuh bayi tetap hangat (DEPKES, 2008). Terapi musik adalah
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, bentuk dan
gaya yang diorganisir sedemikian rupa sehingga tercipta musik yang
bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental (Sari, 2013). Pijat bayi
adalah mengurut bagian tubuh untuk melemaskan otot sehingga peredaran
darah lancar yang dilakukan pada seluruh permukaan tubuh bayi. Seni
pijat adalah terapi sentuhan kulit dengan menggunakan tangan. Pijat
3

meliputi manipulasi terhadap jaringan atau organ tubuh dengan tujuan


pengobatan serta sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan
gerakan manipulasi tertentu dari jaringan lunak tubuh (Latifah, 2012).
Bayi yang dilakukan PMK melakukan kontak kulit langsung
dengan ibu dimana kontak langsung ini (skin to skin) dapat memberikan
efek yang menenangkan bagi bayi sehingga bayi akan mempunyai waktu
tidur lebih lama, bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya sehingga
energi yang dimiliki tidak digunakan untuk menghasilkan panas atau
untuk mempertahankan kehangatan tubuh yang berpengaruh pada
peningkatan berat badan lebih cepat (Depkes RI, 2008).
Para ilmuwan telah menemukan bahwa gerakan atau suara musik
klasik memiliki nada yang sama dengan gerakan otak manusia sehingga
merangsang otak untuk bekerja lebih baik (Rahmawati dkk, 2014). Salah
satu jenis musik yang efektif digunakan untuk terapi musik ini adalah
terapi musik klasik Mozart (Sari, 2013). Musik klasik Mozart memiliki
keunggulan akan kemurnian dan kesederhanaan bunyi-bunyi. Irama,
melodi, dan frekuensi-frekuensi tinggi pada musik Mozart merangsang
dan memberi daya pada daerah–daerah kreatif dan motivasi dalam otak.
Musik karya Mozart memberi rasa nyaman tidak saja di telinga tetapi juga
bagi jiwa yang mendengarnya, karena musik klasik Mozart sesuai dengan
pola sel otak manusia (Sari, 2013).
Dari ketiga metode yang bisa dilakukan untuk membantu
meningkatkan berat badan pada BBLR tersebut Perawatan Metode
Kanguru dan pemberian terapi musik klasik Mozart lebih mudah
dilakukan karena tidak membutuhkan biaya yang tinggi dan tidak
memerlukan keahlian khusus untuk melakukannya sehingga nantinya
diharapkan terapi ini tetap bisa dilakukan orang tua bayi untuk perawatan
BBLR di rumah setelah bayi diizinkan pulang. Sedangkan untuk pijat bayi
memerlukan keterampilan khusus untuk bisa dilakukan terutama pada
BBLR (Roesli, 2010). Melihat dari fenomena yang terjadi pun, penulis
tertarik untuk melakukan kegiatan Pendidikan kesehatan tentang
pelaksanaan perawatan metode kangguru disertai dengan terapi musik
4

mozart di ruang perinatologi RSUD Kab. Tangerang karena melalui


metode ini bermanfaat bagi BBLR untuk membantu pertumbuhannya dan
juga ibu merasa lebih percaya diri sehingga lebih berperan aktif dalam
menyusui dan merawat bayinya, dan diharapkan dapat berdampak pada
penurunan AKB dan meningkatkan kualitas bayi BBLR.

1.2 Tujuan Kegiatan


Diketahui kombinasi KMC dan terapi mozart terhadap suhu tubuh BBLR

1.3 Manfaat Kegiatan


Diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.3.1 Rumah Sakit/Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai metode mana yang lebih efektif dalam peningkatan berat
badan BBLR. Sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai bahan
masukkan, dan dapat meningkatkan pelayanannya dalam
memberikan intervensi pada BBLR dalam upaya meningkatkan
kenaikan berat badan dengan Perawatan Metode Kanguru atau
terapi musik klasik Mozart.
1.3.2 Orangtua bayi
Dari hasil penelitian ini diharapkan orang tua bayi dapat
mengetahui manfaat Perawatan Metode Kanguru dan terapi musik
klasik Mozart pada BBLR.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep BBLR


2.1.1 Definisi BBLR
Menurut Suparanto dan Rosad (2015, 2020) Bayi berat lahir
rendah (BBLR) didefinisikan sebagai bayi dengan berat lahir kurang
dari 2.500 gram, BBLR dapat disebabkan oleh kelahiran prematur
(kelahiran sebelum usia gestasi 37 minggu) dengan berat badan yang
sesuai masa kehamilan (SMK), atau karena bayi yang beratnya kurang
dari berat yang semestinya atau kecil masa kehamilan (KMK), atau
keduanya (Suparyanto dan Rosad (2015, 2020). Bayi yang berada
diatas persentil 90 dinamakan besar untuk umur kehamilan dan yang
dibawah persentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan

2.1.1 Klasifikasi BBLR


Menurut Suparanto dan Rosad (2020) BBLR dapat
diklasifikasikan menurut berat lahir dan usia gestasi.
a. Berdasarkan berat lahir Berdasarkan berat lahir, BBLR dapat
diklasifikasikan menjadi:
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu bayi dengan berat
lahir 1.501 sampai dengan kurang dari 2.500 gram
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu bayi dengan
berat lahir antara 1.000 sampai 1.500 gram
3. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), yaitu bayi
dengan berat lahir dibawah 1.000 gram
b. Berdasarkan usia gestasi Berdasarkan usia gestasi, bayi baru
lahir dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Bayi kurang bulan (BKB) atau preterm, yaitu usia gestasi
kurang dari 37 minggu

5
6

2. Bayi cukup bulan (BCB) atau term, yaitu usia gestasi antara
37 minggu sampai 41 minggu 6 hari
3. Bayi lebih bulan (BLB) atau posterm, yaitu usia gestasi 42
minggu atau lebih

2.1.2 Faktor Predisposisi BBLR


Kelahiran BBLR dapat disebabkan oleh kelahiran kurang bulan,
pertumbuhan janin terhambat (PJT) atau keduanya.. Faktor-faktor
yang berhubungan dengan kelahiran BBLR mencakup faktor fetal,
maternal, uterus, dan plasenta.
Faktor – faktor yang dapat menyebabkan kejadian BBLR
diantaranya adalah:
a. Faktor Fetal
1. Kehamilan kembar
2. Gawat janin
3. Eritroblastosis
4. Faktor genetik, kelainan bawaan dan kelainan kromosom
5. Infeksi bawaan seperti rubella dan CMV
b. Faktor Maternal
1. Hipertensi
2. Preeklampsia dan eklampsia
3. Penyakit kronis dan penyakit infeksi
4. Malnutrisi
5. Merokok
6. Penyalahgunaan obat terlarang
7. Faktor maternal lain, seperti usia, paritas, dan status
ekonomi yang rendah
c. Faktor Uterus
1. Uterus bicornis
2. Serviks inkompeten
d. Faktor Plasenta
1. Plasenta previa
7

2. Solusio plasenta
3. Insufisiensi plasenta
4. Berbagai masalah anatomis, seperti infark multiple,
trombosis vaskuler umbilikal dan haemangioma
e. Faktor lainnya, seperti ketuban pecah dini dan oligohiramnion

2.1.3 Patofisiologi BBLR


Secara umum bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) ini
berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan
(prematur), padahal hampir semua lemak, glikogen, dan mineral,
contohnya zat besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit selama 8
minggu terakhir untuk bayi, BBLR disamping itu juga disebabkan
terjadinya dismaturitas, yang berarti bayi lahir cukup bulan (usia
kehamilan >37 minggu), tapi berat badan lahirnya lebih kecil
disbanding masa kehamilannya, yaitu kurang dari 2.500 gram.
Masalah ini dapat terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
pada saat dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit-penyakit
ibu contohnya apabila ada kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang dapat mengakibatkan nutrisi yang
diperoleh bayi jadi tidak adekuat. (Aisyah, 2020).

2.1.4 Penatalaksanaan BBLR


a. Medikamentosa
1. Pemberian Vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskular satu kali
pemberian, atau
2. Vitamin K oral 2 mg tiga kali pemberian (saat lahir, saat
umur 3 – 10 hari, dan umur 4 – 6 minggu).
b. Mempertahankan suhu tubuh normal
1. Gunakan salah satu cara menghangatkan suhu tubuh bayi
seperti kontak dari kulit ke kulit, kangaroo mother care,
pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat sesuai yang
tersedia di tempat pelayanan.
8

2. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan


dingin
3. Ukur suhu tubuh sesuai jadwal
c. Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi merupakan
penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi baru lahir
karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Risiko
infeksi lebih tinggi pada bayi prematur atau bayi berat lahir
rendah
d. Pemberian minum/ nutrisi Pemberian nutrisi pada BBLR
dilakukan dengan mengacu pada pedoman yang ada dan kondisi
BBLR (Suparyanto dan Rosad (2015, 2020).

2.2 Konsep Suhu Tubuh


a. Definisi Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang
dihasilkan dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar (Syah,
2019). Suhu tubuh merupakan salah satu tanda vital yang
menggambarkan kondisi kesehatan seseorang. Energi panas yang
dihasilkan akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi
darah. Manusia merupakan mahluk yang memiliki suhu tubuh relatif
konstan terhadap suatu perubahan pada suhu lingkungan. Petahanan
suhu tubuh yang konstan diatur oleh sistem termoregulasi, dimana
termoregulasi merupakan proses fisiologis dimana mengatur atau
mempertahankan suhu tubuh manusia (H Kara, 2022).

b. Klasifikasi Suhu Tubuh


Suhu tubuh dapat dibagi menjadi empat, antara lain (Kemenkes
RI, 2019):
a. Hipotermia dengan suhu tubuh < 36,5°C.
b. Normal dengan suhu tubuh diantara 36,5°C - 37,5°C.
c. Demam / febris dengan suhu tubuh diantara 37,5°C - 40°C.
d. Hipertermia dengan suhu tubuh > 40°C
9

2.3 Konsep Kangaroo Mother Care (KMC)


2.3.1 Definisi Kangaroo Mother Care (KMC)
Perawatan metode kangguru merupakan alternatif metode
perawatan bayi baru lahir. Metode ini adalah salah satu teknik yang
tepat dan sederhana, serta murah dan sangat dianjurkan untuk
perawatan pada bayi BBLR. Metode ini tidak hanya menggantikan
inkubator, tetapi juga dapat memberikan manfaat lebih yang tidak
didapat dari pemberian inkubator. Pemberian metode kangguru ini
dirasa sangat efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang sangat
mendasar seperti kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari infeksi,
stimulasi, keselamatan dan kasih sayang (Kadek Vida Ardiyani,
2019).

2.3.2 Jenis-Jenis Perawatan Metode Kangguru


Jenis Perawatan Metode Kangguru Pemberian metode kangguru
terdapat dua jenis, perawatan metode kangguru intermittent dan
kontinyu:
a. Perawatan Metode Kangguru Intermittent
Metode ini biasanya dilakukan pada fasilitas unit
perawatan khusus dan intensif. Metode ini tidak diberikan secara
terus menerus sepanjang waktu, hanya diberikan ketika ibu
mengunjungi bayi yang masih berada dalam inkubator dengan
durasi minimal satu jam secara terus menerus dalam satu hari.
Metode ini dapat dimulai pada bayi yang Intermittent sakit, yang
berada dalam proses penyembuhan tetapi masih memerlukan
pengobatan medis (seperti infus, tambahan oksigen dengan
konsentrasi rendah).
b. Perawatan Metode Kangguru Kontinyu Metode
Metode kontinyu ini bisa dilakukan di unit rawat gabung
atau ruangan yang diperuntukkan untuk perawatan kangguru
ataupun dilakukan di rumah. Pada metode kontinyu ini dapat
10

dilakukan sepanjang waktu. Perawatan kontinyu dapat


diterapkan apabila kondisi bayi dalam kondisi stabil yakni bayi
dapat bernafas secara alami atau spontan tanpa oksigen bantuan.
(Kadek Vida Ardiyani, 2019).

2.3.3 Tahap kerja Kangaroo Mother Care (KMC)


a. Cuci tangan dengan menggunakan air mengalir atau hand rub
b. Ukur suhu tubuh bayi dengan termometer
c. Bebaskan baju ibu
d. Bayi hanya menggunakan topi, popok dan kaos kaki yang telah
dihangatkan terlebih dahulu
e. Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit
ibu dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu.
Posisi kan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan
dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala sedikit ekstensi
dimiringkan ke kanan atau ke kiri

Gambar 2.1 Posisi bayi saat dilakukan kangaroo mother care.


f. Gendong kan bayi di antara payudara ibu, usahakan salah satu
bagian telinga atau pipi menempel ke dada ibu, pastikan ibu
dapat melihat posisi hidung bayi
g. Setelah posisi bayi baik, pakaikan baju berukuran besar pada ibu
agar menutup bayi dan ibu
h. Selanjutnya ibu dapat beraktivitas seperti biasa sambil
membawa bayinya dalam posisi tegak lurus di dada ibu (skin to
skin contact) seperti kanguru
11

Gambar 2.3 Posisi ibu saat melakukan kangaroo mother care.


i. Cara memasukkan dan mengeluarkan bayi dari baju kanguru,
misalnya saat akan disusui yaitu pegang bayi pada satu tangan
diletakkan di belakang leher sampai punggung bayi, kemudian
topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya agar kepala bayi tidak tertekuk dan tak menutupi saluran
nafas ketika bayi berada pada posisi tegak
j. Setelah dilakukan KMC selama 2 jam, ukur suhu tubuh bayi
k. Catat hasil pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan KMC
• Tahap Terminasi
1. Melakukan tindakan evaluasi
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut
3. Berpamitan dan mendoakan

2.4 Terapi Musik Mozart


2.4.1 Definisi Musik Mozart
Terapi (therapy) adalah penanganan penyakit. Terapi juga
sebagai pengobatan . Musik adalah suara atau nada yang mengandung
irama. Potter juga mendefinisikan terapi musik sebagai teknik yang
digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan
bunyi atau irama tertentu. Jenis musik yang digunakan untuk terapi
musik dapat disesuaikan dengan keinginan seperti musik klasik,
instrumentalia, dan slow musik (Fabiana Meijon Fadul, 2019).
Musik klasik dengan tempo 60 per menit mengaktifkan otak kiri
dan kanan, kerja pada otak kiri dan kanan dapat memaksimalkan
proses belajar dan penyimpanan informasi. Musik klasik karya Mozart
12

memiliki kemurnian dan kesederhanaan dalam bunyi-bunyi yang


dihasilkan. Melodi dan frekuensi yang tinggi pada karya-karya Mozart
mampu merangsang dan memberdayakan kreatif dan motivasi di
dalam otak. Komposisi yang disusun telah berhasil menghadirkan
kembali keteraturan bunyi yang pernah dialami bayi selama dalam
kandungan. Namun tidak berarti karya composer klasik lainnya tidak
dapat digunakan (Fabiana Meijon Fadul, 2019).

2.4.2 Manfaat Musik Mozart


Menurut Pusat Terapi Musik dan Gelombang Otak Indonesia
mengatakan bahwa manfaat musik adalah:
a. Relaksasi Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran
b. Meningkatkan Kecerdasan
c. Meningkatkan Motivasi adalah:
d. Pengembangan Diri
e. Meningkatkan Kemampuan Mengingat
f. Kesehatan Jiwa
g. Mengurangi Rasa Sakit
h. Menyeimbangkan Tubuh
i. Meningkatkan Kekebalan
j. Meningkatkan Olahraga Mendengarkan (Fabiana Meijon Fadul,
2019).

2.4.3 Tahap kerja


Menurut literature terapi musik tidak efektif jika digunakan
secara terus-menerus, penerapan terapi musik yang efektif sekitar 25-
90 menit per hari cukup sebagai terapi (Demir, dalam Fabiana Meijon
Fadul, 2019). terapi musik sendiri dilakukan untuk menstabilkan suhu
tubuh pada BBLR, karena disaat bayi mendengarkan musik bayi akan
menghasilkan hormon endorfin, dimana hormon ini dapat membuat
bayi merasa rileks dan dapat tidur secara tenang.
13

2.5 Kombinasi Kangaroo Mother Care (KMC) Dan Terapi Mozart


2.5.1 Pemberian Kombinasi Kangaroo Mother Care (KMC) Dan Terapi
Mozart
Meningkatkan suhu tubuh pada BBLR. Selain itu ada manfaat
lain yang didapatkan dari penggunaan kombinasi kangaroo mother
care dan terapi musik klasik mozart, antara lain metode ini sangat
efisien dibanding dengan inkubator, mengurangi resiko terjadinya
infeksi, dapat meningkatkan hubungan antar ibu dan bayi (sebagai
bonding), dapat merefleksikan bayi dan membuat bayi tidur tenang,
menstabilkan ttv pada bayi, dan dapat digunakan secara mandiri
sehingga ibu dapat merawat BBLR saat di rumah namun tetap dengan
pengawasan. Ketika bayi diberikan tindakan kombinasi kangaroo
mother care (KMC) dan terapi musik klasik mozart bayi akan
mendapatkan kehangatan dari ibunya melalui kontak skin to skin, dan
bayi juga akan merasa rileks ketika diperdengarkan musik yang dapat
membuat bayi tidur tenang. Sehingga apabila tindakan KMC dan
terapi musik ini dilakukan secara bersamaan akan memberikan
peningkatan suhu tubuh/kestabilan suhu tubuh yang lebih efektif
(Penelitian et al., 2019).

2.5.2 Tujuan Kombinasi Kangaroo Mother Care (KMC) Dan Terapi Mozart
Bertujuan untuk dapat membantu termoregulasi pada bayi
dengan mengurangi kehilangan panas pada bayi dengan cara membuat
bayi tidur secara tenang (Hariati, 2010 dalam Penelitian et al., 2019)).
Bayi baru lahir banyak menghabiskan waktunya sekitar 70% atau
lebih untuk tidur aktif, sedangkan untuk tidur aktif ini membutuhkan
pemakaian energi yang lebih karena frekuensi jantung, tekanan darah,
aliran darah ke otak dan frekuensi pernafasan lebih tinggi, dengan
dilakukannya terapi musik dapat mengurangi pemakaian energi
dengan meningkatkan tidur tenang (Penelitian et al., 2019).
BAB III

METODE KEGIATAN

3.1 Bentuk Kegiatan


Bentuk kegiatan yang digunakan merupakan sebuah rangkaian yang
sistematis, diantaranya: Bekerjasama dengan Universitas Yatsi Madani
dan RSUD Kabupaten Tangerang, guna menyelenggarakan penyuluhan.
a. Memberikan leaflet sebelum kegiatan
b. Penyuluhan dilakukan kepada pasien dan keluarga
c. Memberikan materi tentang Kombinasi KMC dan Terapi Mozart
Terhadap Suhu Tubuh BBLR
d. Pelaporan akhir

3.2 Waktu dan Tempat


Kegiatan Penyuluhan Kesehatan ini dilaksanakan di ruang
Perinatologi RSUD Kabupaten Tangerang pada bulan Januari 2023.

3.3 Peserta dan Sasaran


a. Peserta dalam program penyuluhan ini adalah pasien dan keluarga
b. Sasaran dalam penyuluhan kesehatan yaitu pasien dan keluarga di
ruang perinatologi

3.4 Keterlibatan Mitra


Mitra yang terlibat dalam program penyuluhan kesehatan yaitu:
RSUD Kabupaten Tangerang di ruang Perinatologi.

14
15

3.5 Jadwal Kegiatan


Kegiatan Penyuluhan Kesehatan ini akan dilakukan RSUD Kabupaten
Tangerang

Hari
No Agenda Kegiatan
1 2 3

Menentukan tempat penyuluhan dan mengurus


1
perizinan

2 Koordinasi dengan tempat Kepala Perinatologi

3 Kegiatan penyuluhan

4 Monitoring dan evaluasi

5 Pelaporan akhir

3.6 Rancangan Evaluasi


Evaluasi kegiatan dilakukan setelah kegiatan penyuluhan, yaitu dengan
cara memberikan kombinasi KMC dan terapi mozart terhadap suhu tubuh
BBLR. Adapun hasil yang harus tercapai adalah untuk membantu dalam
mengatasi terjadinya hipotermi pada BBLR dan untuk menstabilkan suhu
tubuh pada BBLR.

3.7 Rencana Anggaran Belanja


a. Kebutuhan Dana yang dibutuhkan untuk melakukan program
penyuluhan kesehatan ini sebesar Rp. 500.000.- (Lima Ratus Ribu)
b. Sumber Dana Sumber dana untuk menjalankan program penyuluhan
kesehatan ini didapatkan dari mahasiswa.
c. Modal Awal Kegiatan penyuluhan kesehatan harus tetap dilaksanakan
dengan dana awal yang diberikan 75% dari pengajuan awal, ketika
proposal sudah disetujui.
16

d. Prediksi Biaya Pembiayaan yang digunakan dalam kegiatan ini


diperkirakan habis untuk:
1) Penyuluhan
2) Pembuatan proposal
3) Desiminasi hasil kegiatan
Adapun rekapitulasi usulan pembiayaannya sebagai berikut (rincian
terlampir):

Tabel 3.1
Rekapitulasi Usulan Pembiayaan Pendidikan Kesehatan

No. Uraian Jumlah (Rp)

1. Proposal dan LPJ Rp. 80.000,-

2. Leaflet, Poster dan Bingkai Rp. 150.000,-

3 Gift dan Snack Rp. 270.00

Total Biaya Rp. 500.000


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kombinasi KMC dan terapi muzart terhadap suhu tubuh BBLR
adalah bahwa pemberian kombinasi lebih efektif diterapkan untuk
meningkatkan suhu tubuh pada bayi dengan berat lahir rendah atau BBLR
dibandingkan dengan hanya pemberian terapi musik mozart saja.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi orang tua
Bagi orang tua yang memiliki bayi dengan berat badan lahir
rendah dapat menerapkan kangaroo mother care dan terapi musik
mozart dalam membantu meningkatkan suhu tubuh bayi berat lahir
rendah yang sering kali mengalami hipotermi.
4.2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan
Agar lebih memahami bagaimana manfaat kombinasi
Kangoroo Mother Care (KMC) dan terapi musik mozart untuk
dapat meningkatkan suhu tubuh pada BBLR dan dapat diterapkan
sebagai intervensi selama perawatan dan dapat diaplikasikan serta
sebagai pengobatan non farmakologis dalam meningkatkan suhu
tubuh pada bayi berat lahir rendah (BBLR).
4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Dari hasil pendidikan kesehatan ini diharapkan dapat
memberikan hasil yang signifikan terkait kombinasi KMC dan
terapi musik mozart terhadap suhu tubuh BBLR serta pemahaman
mengenai metode non farmakologi yang efektif untuk
meningkatkan suhu tubuh BBLR.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, nur. (2020). No Title. Faktor-Faktor Yang Mengetahui Peningkatan


BBLR.
Fabiana Meijon Fadul. (2019). 済無No Title No Title No Title. 6–24.
H Kara, O. A. M. A. (2022). Gambaran tingkat suhu tubuh pada bayi dengan berat
badan lahir rendah di RSUD Tabanan tahun 2022. Paper Knowledge .
Toward a Media History of Documents, 7(2), 107–115.
Kadek Vida Ardiyani. (2019). Gambaran Asuhan Keperawatan Pemberian
Metode Kangaroo Mother Cace Untuk Mengatasi Hipotermi Pada Bayi Bblr
Di Ruang Nicu Rsd Mangusada Badung Tahun 2019. 53(9), 1689–1699.
Penelitian, H., Pengabdian, D. A. N., & Seri, M. (2019). KOMBINASI KMC DAN
TERAPI MUSIK MOZART TERHADAP SUHU TUBUH Keywords :
Kangaroo mother care , Mozart classical music , body temperature , low
birth weight baby. 75–82.
Suparyanto dan Rosad (2015. (2020). 済無No Title No Title No Title. Suparyanto
Dan Rosad (2015, 5(3), 248–253.
Syah, A. (2019). Aplikasi Kangaroo Mother Care Untuk Meningkatkan Suhu
Tubuh Pada Bayi Berat Lahir Rendah Dengan Hipotermi. Karya Tulis
Ilmiah, 4–11.

18

Anda mungkin juga menyukai