Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY Z. DENGAN KETUBAN PECAH DINI


PRIORITAS MASALAH NYERI MELAHIRKAN
DI RUANG KAMAR BERSALIN RS UNIVERSITAS AIRLANGGA

Disusun Oleh :
Kelompok 2B – Stase Profesi Keperawatan Maternitas
1. Iffah Ismiyah (132229132)
2. Christin Natalia Core Mega (132229136)
3. Maria Yenilodia Nahak (132229140)
4. Umi Ida Maulidah (132229196)
5. Desy Kaita Anamah (132229144)
6. Anggraini Rambu May Hary (132229145)
7. Konstantiana Yustina Jango Wolo (132229146)
8. Natalia Rosa Correia Barros (132229147)
9. Imelda Adelwati Kaba’u (132229148)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
LEMBAR PENGESAHAN MAKALAH SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY Z. DENGAN KETUBAN PECAH DINI


PRIORITAS MASALAH NYERI MELAHIRKAN
DI RUANG KAMAR BERSALIN RS UNIVERSITAS AIRLANGGA

Oleh Kelompok 2B
1. Iffah Ismiyah (132229132)
2. Christin Natalia Core Mega (132229136)
3. Maria Yenilodia Nahak (132229140)
4. Umi Ida Maulidah (132229196)
5. Desy Kaita Anamah (132229144)
6. Anggraini Rambu May Hary (132229145)
7. Konstantiana Yustina Jango Wolo (132229146)
8. Natalia Rosa Correia Barros (132229147)
9. Imelda Adelwati Kaba’u (132229148)

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


Fakultas Keperawatan Ruang OK Rumah Sakit
Universitas Airlangga Universitas Airlangga

Ni Ketut Alit Armini, S.Kp.,M.Kes Frida Syamsiana, S.Keb.,Bd.


NIP. 19741029 200312 2 002 NIP.
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas
pembuatan dan penyusunan laporan seminar kasus yang berjudul " ASUHAN
KEPERAWATAN PADA NY Z. DENGAN KETUBAN PECAH DINI
PRIORITAS MASALAH NYERI MELAHIRKAN DI RUANG KAMAR
BERSALIN RS UNIVERSITAS AIRLANGGA " untuk memenuhi tugas
Praktik Profesi Ners pada stase Keperawatan Maternitas bersama dengan ini kami
juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ni Ketut Alit Armini, S.Kp., M.Kes.
serta pihak-pihak yang telah terlibat berpartisipasi dan juga membantu kami
dalam pembuatan dan penyusunan laporan seminar kasus ini. Semoga laporan
seminar kasusini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tugas pembuatan dan penyusunan laporan seminar kasus kami in tentu
saia masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran kami
terima dengalebar dan lapang dada demi perbaikan dan penyempumaan
pembuatan dan penyusunan laporan seminar kasus ini untuk menjadi sebuah
laporan kasus yang jauh lebih baik dan juga untuk pembelajaran bagi kami dan
anda dalam menyclesaikan tugas-tugas laporan kasus lain di kemudian hari.

Surabaya, 03 Juni 2023


4

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN MAKALAH SEMINAR KASUS .................. 2


KATA PENGANTAR ................................................................................. 3
DAFTAR ISI ................................................................................................ 4
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 5
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 6
1.3 Tujuan............................................................................................. 6
1.4 Manfaat ........................................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN TEORI ......................................................................... 8
2.1 Konsep Ketuban Pecah Dini ................................................................. 8
2.1.1 Definisi Ketuban Pecah Dini .............................................................. 8
2.1.2 Fungsi Air Ketuban ............................................................................ 8
2.1.3 Klasifikasi Ketuban Pecah Dini .......................................................... 9
2.1.4 Etiologi Ketuban Pecah Dini ........................................................... 10
2.1.5 Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini ............................................. 11
2.1.6 Patofisiologi Ketuban pecah dini ...................................................... 11
2.1.7 WOC ............................................................................................... 12
2.1.8 Komplikasi Ketuban Pecah Dini ...................................................... 12
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang Ketuban pecah dini .................................... 13
2.1.10 Pencegahan Ketuban Pecah Dini .................................................... 14
2.1.11 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini ............................................. 14
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Ketuban Pecah Dini ........................ 17
2.2.1 Pengkajian ....................................................................................... 17
2.2.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................... 25
2.2.3 Intervensi Keperawatan.................................................................... 26
2.2.4 Implementasi Keperawatan .............................................................. 29
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 29
BAB 3 TINJAUAN KASUS ...................................................................... 30
BAB 4 PEMBAHASAN............................................................................. 47
BAB 5 PENUTUP ...................................................................................... 50
5.1Kesimpulan ......................................................................................... 50
5.2 Saran .................................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 51
5

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketuban pecah prematur merupakan salah satu masalah yang sering terjadi
pada periode kehamian. Ketuban pecah dini (KPD) atau sering disebut dengan
Premature Rupture of the Membrane (PROM) merupakan pecahnya selaput
ketuban sebelum waktunya melahirkan (Rohmawati, 2018). Sebagian besar
ketuban pecah dini yang terjadi pada umur kehamilan diatas 37 minggu,
sedangkan pada umur kehamilan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak
(Lazuarti, 2020). Ketuban pecah dini menyebabkan dampak yang serius pada
morbiditas dan mortalitas ibu serta bayi yang dikandungnya, sehingga dapat
menyebabkan angka kematian neonatal cukup tinggi (Legawati, 2018). Angka
kejadian KPD terjadi lebih tinggi pada wanita dengan serviks inkompeten,
polihidramnion, malpresentasi janin, janin kembar atau adanya infeksi pada
serviks atau vagina (Sudarmi, 2013). Masalah keperawatan yang sering muncul
akibat ketuban pecah dini yaitu ibu mengalami ansietas, ibu merasa khawatir
dengan kondisi kehamilannya akan berisiko pada bayinya, resiko infeksi juga
dapat terjadi pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat terjadi korioamnionitis,
sedangkan pada bayi dapat terjadi septicaemia, pneumonia, omfelitis (Sarwono,
2013).
World Health Organization (WHO) telah memaparkan bahwa pada tahun
2017 angka kejadian ketuban pecah dini di dunia sebanyak 50-60% (Wulandari,
et al., 2019). Di Indonesia pada tahun 2020 angka kejadian ketuban pecah dini
sebanyak 65% (Wulandari, et al., 2019). Di Jawa Timur pada tahun 2018
angkakejadian ketuban pecah dini sebanyak 4,07% (Riskesdas, 2018). Pada
kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6-19%, sedangkan pada
kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan (Syarwani, 2020).
Komplikasi yang dapat terjadi dari ketuban pecah dini yaitu dapat
mengakibatkan infeksi perinatal, kompresi tali pusat, solusio plasenta, serta
adanya sindrom distress pada napas bayi baru lahir (Ratnawati, 2016). KPD akan
berisiko terhadap terjadinya oligohidramnion yang dapat menekan tali pusat
sehingga dapat terjadi asfiksia (Prastuti, 2016). Akibat lain yang terjadi adalah
6

necrotizing enterocolitis, perdarahan intraventrikular, sepsis neonatorum, serta


dapat terjadi kematian, sedangkan komplikasi pada jangka panjang dapat
mengakibatkan kecacatan (Prabantori, 2011). Untuk mengatasi permasalahan
tersebut maka peran perawat sangat dibutuhkan dalam pemberian asuhan
keperawatan maternitas agar penanganan ketuban pecah dini dapat sesuai dengan
keadaan yang ada dan dapat memperkecil resiko terjadinyakomplikasi.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan Ketuban Pecah Dini
di Ruang Kamar Bersalian RS Universitas Airlangga?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Ketuban Pecah Dini di Ruang Bersalin RS Universitas Airlangga.
2. Tujuan Khusus
1. Mereview konsep teori masalah kesehatan Ketuban Pecah Dini
2. Mengkaji Ny “L” dengan diagnosas Ketuban Pecah Dini di Ruang
Kamar Bersalin RS Unair
3. Menentukan diagnosa keperawatan pada Ny “Z” dengan diagnosa
medis Ketuban Pecah Dini di Ruang Kamar Bersalin RS Unair.
4. Merencanakan asuhan keperawatan pada Ny “Z” dengan diagnosa
medis Ketuban Pecah Dini di Ruang Kamar Bersalin RS Unair
5. Melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny “Z” dengan
diagnosa medis Ketuban Pecah Dini di Ruang Kamar Bersalin RS Unair
6. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada Ny “Z” dengan diagnosa medis
Ketuban Pecah Dini di Ruang Kamar Bersalin RS Unair
7. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny “Z” dengan
diagnosa medis Ketuban Pecah Dini di Ruang Kamar Bersalin RS
Unair.
1.4 Manfaat
1. Bagi akademis
7

Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan


khususnya dalam hal asuhan keperawatan ginekologi dengan diagnosa
Ketuban Pecah Dini.

2. Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit


Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di rumah
sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan maternitas dengan
diagnosa Ketuban Pecah Dini dengan baik.
3. Bagi mahasiswa
Hasil studi kasus ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi mahasiswa
lainnya yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan
Ginekologi dengan diagnosa Ketuban Pecah Dini.
4. Bagi profesi kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan Maternitas
dengan diagnosa Ketuban Pecah Dini.
8

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Ketuban Pecah Dini

2.1.1 Definisi Ketuban Pecah Dini


Ketuban Pecah Prematur (KPP) atau Ketuban Pecah Dini (KPD)
secara teknis didefinisikan sebagai pecah ketuban spontan sebelum awitan
persalinan, terlepas dari usia kehamilan (Kennedy, 2014). Ketuban pecah
dini dikenal dengan istilah Premature/Spontaneus/Early Rupture of
Membrane (PROM) adalah pecah selaput ketuban secara spontan sebelum
adanya tanda persalinan atau dimulainya tanda inpartu pada usia
kehamilan lebih dari 37 minggu (Jazayeri, 2015). Ketuban pecah dini
adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada
primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (Mochtar,
2012).

2.1.2 Fungsi Air Ketuban

Air ketuban berada di dalam kantong ketuban, mempunyai berbagai fungsi


antara lain,
1. Memungkinkan janin untuk bergerak bebas dan perkembangan
muskuloskeletal
2. Memelihara janin dalam lingkungan suhu yang relatif stabil, yang
meliputi janin sehingga melindungi janin dari kehilangan panas,
3. Memungkinkan perkembangan paru janin
4. Sebagai bantalan dan melindungi janin. Saat trimester kedua, janin
mampu menghirup cairan ke dalam paru dan menelannya, sehingga
mendorong perkembangan dan pertumbuhan normal sistem paru dan
pencernaan. Janin bergerak bebas dalam AK (Air Ketuban) sehingga
membantu perkembangan otot dan tulang. Kantung ketuban terbentuk
saat duabelas hari setelah pembuahan, kemudian segera terisi oleh
AK. Saat minggu-minggu awal kehamilan, AK terutama mengandung
9

air yang berasal dari ibu, setelah sekitar duapuluh minggu urin janin
membentuk sebagian besar AK
5. Mengandung nutrien, hormon dan antibodi yang melindungi dari
penyakit.
6. Air ketuban berkembang dan mengisi kantong ketuban mulai dua
minggu sesudah pembuahan. Setelah sepuluh minggu kemudian AK
mengandung protein, karbohidrat, lemak, fosfolipid, urea, dan
elektrolit, untuk membantu pertumbuhan janin. Pada saat akhir
kehamilan sebagian besar AK terdiri dari urin janin.
7. Air ketuban secara terus menerus ditelan, “dihirup” dan diganti lewat
proses ekskresi seperti juga dikeluarkan sebagai urin. Merupakan hal
yang penting bahwa AK dihirup ke dalam paru janin untuk membantu
paru mengembang sempurna, AK yang tertelan membantu
pembentukan mekonium keluar saat ketuban pecah. Apabila ketuban
pecah terjadi selama proses persalinan disebut ketuban pecah spontan,
apabila terjadi sebelum proses persalinan disebut sebagai ketuban
pecah dini. Sebagian besar AK tetap berada dalam rahim sampai
neonatus lahir (Kosim, 2010).

2.1.3 Klasifikasi Ketuban Pecah Dini

Klasifikasi ketuban pecah dini dibedakan menjadi 2, yaitu :


8. Ketuban Pecah Dini Preterm / Preterm Premature Rupture of the
Membrane (PPROM)
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban pada saat umur
kehamilan ibu antara 34 minggu sampai kurang dari 37 minggu
(POGI, 2016).
9. Ketuban Pecah Dini Aterm / Premature Rupture of the Membrane
(PROM)
Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm merupakan pecahnya
ketuban pada saat umur kehamilan ibu ≥37 minggu (POGI, 2016).
10

2.1.4 Etiologi Ketuban Pecah Dini

Penyebab ketuban pecah prematur masih belum diketahui secara


pasti. Namun beberapa faktor predisposisi yang berhubungan dengan
kejadian KPD antara lain, yaitu :
1. Infeksi vagina atau serviks
Infeksi seperti gonorrhea, streptococcus, group B dan
grandelavaginalis bacteriolis fragilis, lactobacilli, shaphylococus.
Bakteri ini melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan adanya
pembukaan dan perubahan serviks dan pecahnya selaput ketuban.
2. Serviks yang inkompetensia
Kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada
servik uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intrauterin
Tekanan intrauterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) pada usia lebih dari 37 minggu sering mengalami
KPD.
4. Keadaan fetus yang abnormal
Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya letak sungsang atau letak
lintang dapat menyebabkan KPD.
5. Trauma yang didapat
Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini
karena biasanya disertai infeksi.
6. Riwayat KPD
Ibu hamil yang memiliki riwayat KPD pada kehamilan sebelumnya
beresiko 2-4 kali mengalami KPD kembali akibat adanya penurunan
kandungan kolagen dan membran sehingga memicu terjadinya KPD.
7. Makrosomia
Berat badan neonates >4000 gram menimbulkan overdistensi uterus
yang mengakibatkan uterus menipis/selaput merangsang dan pecah.
8. Hipermoftalitas
11

Kontraksi otot uterus rahim menjadi meningkat yang menekan selaput


amnion.
9. Faktor lain :
a. Faktor golongan darah yang tidak sesuai menimbulkan
kelemahan bawaan pada bayi, termasuk kelemahan jaringan kulit
ketuban.
b. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
c. Faktor multi graviditas, merokok, dan perdarahan antepartum.
d. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C)
(Nugroho,2012).

2.1.5 Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini

Tanda dan gejala ketuban pecah dini, antara lain :


1. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
2. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri
pucat dan bergaris warna darah.
3. Cairan yang mengalir tidak berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila duduk atau berdiri, kepala
janin yang sudah terletak dibawah biasanya “mengganjal” atau
“menyumbat” kebocoran untuk sementara.
4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung
janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
(Nugroho, 2012).

2.1.6 Patofisiologi Ketuban pecah dini

Pecahnya selaput ketuban dalam persalinan umumnya disebabkan


oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Ketuban pecah karena
pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimiawi yang menyebabkan
selaput ketuban menjadi rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban
sudah rapuh. Ada keseimbangan antara sintesis dan degradasi matriks
ekstraseluler. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen
12

menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan ketuban pecah


(Saifuddin, 2014).
Terjadi peningkatan pada periodonitis dan ketuban pecah dini
cenderung terjadi. Selaput ketuban sangat kuat pada awal kehamilan.
Pada trimester ketiga, selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya
kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran rahim,
kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester akhir, terjadi perubahan
biokimiawi pada selaput ketuban (Saifuddin, 2014).

2.1.7 WOC

2.1.8 Komplikasi Ketuban Pecah Dini

Komplikasi yang dapat terjadi akibat ketuban pecah dini yaitu :


1. Komplikasi pada Ibu
a. Infeksi intrapranatal dalam persalinan
b. Infeksi peurperalis/masa nifas
c. Dry labour (partus lama)
13

d. Perdarahan post partum


e. Meningkatkan tindakan operatif obstetric khususnya SC
f. Morbilitas dan mortalitas maternal (Rahmawati 2014 dalam Izati
2020).
2. Komplikasi pada Janin
a. Prematuritas
Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya
adalah Respiratory Distress Syndrome, Neonatal Feeding
Problem, dan hipotermia.
b. Prolaps funiculli (penurunan tali pusat)
Hipoksia dan afiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi).
c. Sindrom deformitas janin
Morbilitas dan mortalitas perinatal (Rahmawati 2014 dalam Izati
2020).

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang Ketuban pecah dini

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus KPD, yaitu :


1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Tes Lakmus (tes nitrazin)
1) Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna,
konsistensi, bau, dan pHnya.
2) Cairan yang keluar dari vagina ini adalah kemungkinan
air ketuban, urine atau secret vagina.
3) Secret vagina ibu pH: 4,5-5,5 dengan kertas nitrazin
tidak berubah warna, tetap kering
4) Tes lakmus jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air
ketuban 7-7,5. Darah dan infeksi vagina dapat
menghasilkan tes palsu (Nugroho, 2012).
b. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada
gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan gambaran daun pakis.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
14

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat jumlah cairan ketuban


dalam kavumuteri.
a. Amniotic Fluid Index (AFI)
b. Aktivitas janin
c. Pengukuran berat badan janin
d. Detak jantung janin
e. Kelainan kongenital atau deformitas

2.1.10 Pencegahan Ketuban Pecah Dini

Pencegahan ketuban pecah dini terbagi 2 yaitu :


1. Pencegahan primer
Untuk mengurangi terjadinya pecah ketuban dini, dianjurkan bagi
ibu hamil untuk mengurangi aktivitas pada akhir trimester kedua dan
awal trimester ke 3, serta tidak melakukan kegiatan yang
membahayakan kandungan selama kehamilan. Ibu hamil juga harus di
edukasi supaya berhenti merokok dan minum alkohol. Berat badan ibu
sebelum kehamilan juga harus cukup mengikuti Indeks Massa Tubuh
(IMT) supaya tidak berisiko timbul komplikasi. Selain itu, pasangan juga
di edukasi agar menghentikan koitus pada trimester akhir kehamilan bila
ada faktor predisposisi (Hasan, 2021).
2. Pencegahan sekunder
Mencegah infeksi intrapartum dengan antibiotika spektrum luas :
gentamicin IV 2 x 80 mg, ampicillin IV 4 x 1 mg, amoxicillin IV 3 x 1
mg, penicillin IV 3 x 1,2 juta iµ, metronidazol drip. Pemberian
kortikosteroid pada ibu bisa menimbulkan kontroversi, karena di satu
pihak dapat memperburuk keadaan ibu karena menurunkan imunitas di
lain pihak dapat menstimulasi pematangan paru janin (surfaktan) (Hasan,
2021).

2.1.11 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini

Penanganan ketuban pecah dini pada kehamilan, yaitu :


1. Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan preterm
a. Rawat di rumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenbreg,
15

tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah


terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan mencapai 37
minggu.
b. Berikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak
tahan ampisilin) dan metronidazole 2x500 mg selama 7 hari.
c. Jika umur kehamilan <32-34 minggu dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar
listin dan spingomielin tiap minggu. Sediaan terdiri atas
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari atau
deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
e. Jika usia 32-37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
(-) beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu sudah inpartu, tidak ada
infeksi berikan antibiotik (salbutamol), deksametason dan induksi
sesudah 24 jam.
g. Jika usia kehamilan 32-37 minggu ada infeksi beri antibiotik dan
lakukan induksi
h. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterine) bergantung pada usia janin dan risiko infeksi
(Lockhart dan Lyndon, 2014).
2. Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm
a. Kehamilan >37 minggu induksi dengan oksitosin bila gagal SC.
Dapat pula diberikan misoprostol 50 µg intra vaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi beri antibiotik dosis tinggi dan
persalinan diakhiri dengan :
1) Induksi persalinan
Induksi adalah proses stimulasi untuk merangsang kontraksi
rahim sebelum kontraksi alami terjadi, dengan tujuan untuk
16

mempercepat proses persalinan.


Sebelum melakukan induksi persalinan maka harus dihitung
untuk melihat seberapa matangnya serviks
2.1 Tabel Bishop Score
Nilai
Faktor
0 1 2 3

Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 ≥5


Pendataran serviks 0-30 40-50 60-70 ≥80
(%)
Penurunan kepala -3 -2 -1, 0 +1, +2
(cm)
Amat
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
lunak
Posisi serviks Posterior Tengah Anterior Anterior

Sumber : Nugroho (2012:59)


a) Bila skor pelvic <5 lakukan pematangan serviks kemudian
induksi jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan SC.
b) Jika skor >5, maka lakukan induksi persalinan, partus
pervaginam
c) Jika skor ≥ 6, maka induksi cukup dilakukan dengan oksitosin
d) Jika ≤5 maka matangkan dulu serviks dengan prostaglandin
atau cateter folley.
2) Persalinan secara normal/pervaginam
Persalinan normal adalah proses persalinan melalui kejadian secara
alami dengan adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui dengan
pembukaan untuk mengeluarkan bayi.
3) Sectio Caesarea
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut
untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
17

3. Penatalaksanaan lanjutan
a. Kaji denyut jantung janin setiap jam, suhu, nadi setiap 2 jam.
b. Lakukan DJJ setiap jam sebelum persalinan.
c. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu untuk menghindari
terjadinya infeksi (Lockhart dan Lyndon, 2014).
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Ketuban pecah dini

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses


keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang
masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap
tindakan keperawatan (Prawirohardjo, 2016). Keberhasilan proses
keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas :
1. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak
dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independen tetapi melalui
suatu interaksi atau komunikasi (Wiknjosastro, 2016).
a. Identitas
1) Nama : dikaji untuk mengenal dan mengetahui nama pasien agar
tidakkeliru dalam memberikan asuhan keperawatan.
2) Umur : untuk mengetahui umur pasien, pada ibu yang sangat
rentanterjadi katuban pecah dini yaitu usia 35 tahun keatas.
3) Agama : sebagai keyakinan individu untuk proses kesembuhannya.

4) Suku/bangsa : dikaji untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan atau


adat istiadat yang mempengaruhi kesehatan.
5) Pendidikan : dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien,
semakin tinggi tingkat pendidikan pasien maka semakin mudah
pasien menerima informasi dari petugas kesehatan.
6) Pekerjaan : dikaji untuk mengukur dan mengetahui tingkat sosial
ekonominya. Semakin berat pekerjaan, maka resiko terjadinya
ketuban pecah dini akan semakin besar.
18

7) Alamat : dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila


diperlukan.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk megetahui alasan pasien datang ke
fasilitas kesehatan. Pada kasus ibu dengan ketuban pecah dini
keluhan yang muncul adalah ibu mengatakan keluar cairan
merembes dari kemaluannya, keluar bercak banyak dari vagina,
perut mules (Nugroho, 2012)
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui penyebab terjadinya masalah yang dialami
pasien, mengetahui sejak kapan cairan ketuban merembes, warna
cairan ketuban, berapa banyak cairan ketuban yang keluar dan
mengetahui masalah atau komplikasi lain yang muncul pada ibu
hamil dengan ketuban pecah dini.
3) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui tentang pertama kali pasien pasien mendapatkan
menstruasi (menarche), teratur atau tidak, siklus haid, lama
menstruasi, banyaknya darah dan sifat darah (cair atau ada
gumpalan), disminorhoe atau tidak, haid pertama haid terakhir.
4) Riwayat Kehamilan
Dikaji untuk mengetahui jumlah kehamilan, anak yang lahir hidup,
persalinan atenatal, persalinan prematur, keguguran, persalinan
dengan tindakan, riwayat perdarahan pada kehamilan, persalinan
atau nifas sebelumnya.
5) Riwayat Persalinan
Hal yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status pernikahan
sah atau tidak, karena bila menikah tanpa status yang jelas akan
berkaitan dengan psikologisnya.
6) Riwayat Keluarga Berencana (KB)
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut Keluarga
Berencana dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, ada keluhan
19

selama menggunakan kontrasepsi.


7) Riwayat Kesehatan Dahulu
Dikaji untuk mengetahui apakah ada hubungan dengan masalah
yang dihadapi oleh pasien pada saat ini.
8) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji untuk mengetahui apakah ada penyakit menurun dalam
keluarga seperti asma, diabetas mellitus, hipertensi, jantung, dan
riwayat penyakit yang menular lainnya.
c. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Mengetahui kecukupan asupan gizi selama hamil, bagaimana menu
makanan, frekuensi makan, jumlah per hari dan juga untuk
mengetahui bagaimana pasien mencukupi kebutuhan cairan selama
hamil meliputi jumlah per hari, frekuensi minum, dan jenis dari
minuman tersebut (Ratnawati, 2016).
2) Personal Hygiene
Data ini dikaji untuk mengetahui tentang kebiasaan pasien
mengenai cara perawatan diri dengan kesehatan dirinya, meliputi
mandi, keramas, ganti baju atau celana dalam, kebersihan kuku,
gosok gigi (Ratnawati, 2016).
3) Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, warna dan bau, serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah
(Ratnawati, 2016).
4) Pola Aktivitas dan Istirahat/tidur
Dikaji untuk mengetahui aktivitas ibu apakah terlalu membuat ibu
merasa lelah, waktu istirahat ibu baik siang maupun malam hari
(Ratnawati, 2016).
5) Aktivitas Sexual
Mengkaji tentang berapa kali pasien melakukan hubungan sexual
dalam satu minggu, apakah ada gangguan atau keluhan saat
20

berhubungan sexual dengan suami (Ratnawati, 2016)


6) Pola Psikososial Budaya
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien dan keluarga menganut adat
istiadat yang menguntungkan atau merugikan pasien, misalnya
kebiasaan pantangan makanan atau kebiasaan yang tidak
diperbolehkan selama hamil dalam adat masyarakat setempat. Pada
kasus ketuban pecah dini mitos atau adat yang ada adalah ibu hamil
tidak boleh makan tape ketan terlalu banyak karena bisa
menyebabkan ketuban pecah sebelum waktunya (Ratnawati, 2016).
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
Untuk mengatahui keadaaan umum pasien secara keseluruhan
dengan kriteria baik yaitu apabila ibu mampu melakukan aktivitas
secara mandiri tanpa bantuan atau lemah apabila ibu tidak bisa
melakukan aktivitas secara mandiri.
a) Kesadaran
Menggambarkan tentang kesadaran pasien, kategori dari
kesadaran adalah composmentis yaitu pasien sadar sepenuhnya
apatis yaitu pasien dalam keadaan sadar tetapi acuh tak acuh,
somnolen yaitu pasien tampak mengantuk, selalu ingin tidur,
sopor yaitu pasien tidak memberikan respon ringan maupun
sedang, koma yaitu pasien tidak dapat bereaksi terhadap
stimulus apapun (Matondang, 2013).

b) Tekanan Darah
Untuk mengetahui faktor risiko hipertensi atau hipotensi.
Keadaan normal 110/60 sampai 140/90 dan diastolik antara 70-
90 mmHg. Hipertensi jika tekanan sistolik sama dengan atau
>140 mmHg dan Hipotensi jika tekanan diastolik sama dengan
atau 70 mmHg (Astuti, 2012).
c) Suhu
21

Untuk mengetahui suhu badan pasien, suhu badan normal adalah


36,5℃ sampai 37,2℃, bila suhu tubuh lebih dari 37,2℃ disebut
demam atau febris (Astuti, 2012).
d) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam satu menit,
frekuensi denyut jantung normalnya 60-100 kali per menit
e) Respirasi
Pernapasan pasien dapat diobservasi dari frekuensi per menit,
kedalaman, keteraturan dan tanda-tanda yang menyertai, seperti
bunyi napas dan bau napas, pernapasan normal yaitu 16-20 kali
per menit pada orang dewasa.
f) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu
g) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan ibu
h) Lingkar lengan atas
Untuk mengetahui lingkar lengan ibu
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a) Rambut
Dikaji untuk mengetahui warna rambut, kebersihan rambut, dan
rambut mudah rontok atau tidak.
22

b) Wajah
Dikaji untuk mengetahui keadaan wajah pasien pucat atau tidak,
adakah kelainan, adakah oedema.
c) Mata
Dikaji untuk mengetahui warna konjungtiva dan sklera,
kebersihan mata, ada kelainan atau tidak dan adakah gangguan
penglihatan (rabun jauh/rabun dekat). Pada wanita dengan
ketuban pecah dini konjungtiva pucat.
d) Hidung
Dikaji bagaimana kebersihannya, ada polip atau tidak, ada
gangguan penciuman atau tidak.
e) Telinga
Dikaji kebersihannya, ada serumen atau tidak dan ada tidak
gangguan pendengaran.
f) Mulut dan Gigi
Untuk menilai warna, integritas jaringan, gangguan pada mulut,
karies gigi, gusi berdarah atau tidak.
g) Leher
Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar tiroid,
kelenjar limfe dan parotitis atau tidak.
2) Dada dan Axila
Untuk mengetahui bentuk dada simetris atau tidak, ada
benjolan atau tidak pada payudara, nyeri atau tidak, keadaan
puting, hiperpigmentasi areola dan kolostrum ASI sudah keluar
atau belum.
3) Abdomen
a) Inspeksi
Inspeksi dilakukan untuk mengetahui apakah ada pembedahan,
ada luka bekas operasi atau tidak, striae gravidarum, linea agra
atau alba (Rahmatina, 2018).
b) Palpasi
- Kontraksi : pada kasus ibu dengan ketuban pecah dini terjadi
23

gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan kontraksi


uterus yang ditandai dengan rasa nyeri di bagian perut,
ekspresi wajah meringis, ibu menahan sakit dan keadaan
umum lemah.
- Leopold I : untuk menentukan tinggi fundus uteri sehingga
dapat diketahui berat janin, umur kehamilan dan bagian janin
yang terjadidi fundus uteri seperti membujur atau akan kosong
jika posisi janin melintang. Kepala bulat padat mempunyai
gerakan pasif (ballotement), bokong tidak padat, lunak, tidak
mempunyai gerak pasif (bantuan atau gerak ballotement).
- Leopold II : untuk menentukan letak pungguung janin dapat
untuk mendengar detak jantung janin pada punctum maximum
dengan teknik kedua telapak tangan melakukan palpasi pada
sisi kanan dan kiri (Rahmatina, 2018).
- Leopold III : untuk mengetahui bagian terendah janin, bila
teraba bulat padat (kepala) dan bila teraba bulat tidak keras
(bokong). Menentukan apakah bagian tersebut sudah masuk
ke pintu atas panggul atau masih dapat digerakkan.
- Leopold IV : untuk menentukan apa yang bagian terbawah
janin dan seberapa jauh sudah masuk pintu atas panggul
(Mochtar, 2012)
- Tafsiran Berat Janin (TBJ) : dapat ditentukan berdasarkan
Johnson Toschock yang berguna untuk mengetahui
pertimbangan persalinan secara spontan pervaginam
(Rahmatina, 2018).
c) Auskultasi
Untuk mendengarkan DJJ (Denyut Jantung Janin).
Terdengarnya jantung janin menunjukkan bahwa janin hidup
dan tanda pasti kehamilan, puncthum maximum janin tergantung
presentasi, posisi, dan kehamilan kembar, biasanya pada daerah
punggung janin, frekuensi diatas 120-160x per menit
(Rahmatina, 2018).
24

4) Pemeriksaan panggul
Pada lingkar panggul jarak antara tepi atas simfisis pubis
superior kemudian ke lumbal kelima ke sisi sebelahnya sampai
kembali ke tepi atas simfisis pubis diukur dengan metlin
normalnya 80-90 cm.
5) Anogenital
Menurut Ratnawati (2016), pemeriksaan anogenital terdiri atas
a) Vulva – Vagina
- Varices : ada varices atau tidak, oedem atau tidak
- Luka : ada luka bekas operasi atau tidak
- Kemerahan : ada kemerahan atau tidak
- Nyeri : ada nyeri atau tidak
- Pengeluaran pervaginam : terjadi pengeluaran pervaginam
atau tidak. Pada kasus ibu dengan ketuban pecah dini keluar
cairan ketuban merembes melalui vagina.
b) Perineum
- Bekas luka : ada bekas luka perineum atau tidak
- Lain-lain : ada bekas luka lain atau tidak, ada kemerahan dan
nyeri atau tidak
c) Anus
- Haemorhoid : terjadi haemorhoid atau tidak
- Lain-lain : terdapat kelainan lain pada anus atau tidak
d) Inspekulo
- Vagina : ada benjolan atau tidak, ada kemerahan serta infeksi
atautidak
- Portio : ada erosi atau tidak
e) Vagina Toucher
- Pembukaan : sudah ada pembukaan serviks atau belum.
Pada kasus ketuban pecah dini terjadi pada pembukaan serviks
< 4 cm.
- Presentasi : untuk mengetahui presentasi bawah janin
apakahkepala atau bokong.
25

- Posisi : untuk mengetahui posisi janin memanjang atau melintang


- Kesan panggul : untuk mengetahui kesan panggul normal
atautidak
6) Ekstremitas
Dikaji ekstremitas atas dan bawah. Ekstremitas atas dikaji
ada atau tidak gangguan atau kelainan dan bentuk. Ekstremitas
bawah dikaji bentuk, oedema, dan varises.
c. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nugroho (2012), pemeriksaan penunjang ada 2 jenis yaitu :
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna,
konsentrasi, baudan pHnya. Sekret vagina ibu hamil pH (4-5).
b) Tes lakmus (tes niazin) : jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH
air ketuban yaitu 7-7,5 darah dan infeksi vagina dapat
menghasilkan tes yang positif palsu
c) Mikroskopik (tes pakis) : dengan meneteskan air ketuban
pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
2) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada
kasusketuban pecah dini terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Risiko infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan


tubuh primer(ketuban pecah sebelum waktunya) (SDKI, D.0142)
2. Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks (SDKI,
D.0079)
3. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran akan kegagalan (SDKI,
D.0080; 180)
4. Risiko cedera pada janin dibuktikan dengan faktor risiko
persalinan lama kala 1, induksi persalinan (SDKI, D.0138)
26

5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar


informasi (SDKI, D.0111)

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan diberikan jika kemampuan merawat diri


klien berkurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi self care yang
sebenarnya sudah diketahui. Berikut intervensi yang dapat dilakukan
sesuai Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018) :
1. Risiko infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer (ketuban pecah sebelum waktunya)
1) Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan
tingkat infeksimenurun.
2) Kriteria Hasil : Tingkat Infeksi (SLKI, L.14137; 139).
a. Demam menurun
b. Kemerahan menurun
c. Nyeri menurun
d. Bengkak menurun
e. Kadar sel darah putih membaik
3) Intervensi : Pencegahan Infeksi (SIKI, 1.4539; 278)
a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkunganpasien
c. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
d. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
e. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
f. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
2. Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks
1) Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan
tingkat nyeri adekuat dan ibu dapat beradaptasi dengan nyeri saat
kontraksi
2) Kriteria Hasil : Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan
27

3) Intervensi : Manajemen Nyeri (SIKI, 1.08238; 201)


a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitasnyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respons nyeri non verbal
d. Berikan teknik nonfamakologi untuk mengurangi nyeri
e. Jelaskan penyebab nyeri
f. Jelaskan strategi meredakan nyeri
g. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
1) Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan
tingkat ansietas menurun.
2) Kriteria Hasil : Tingkat Ansietas (SLKI, L.09093; 132).
a. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
b. Perilaku gelisah menurun
c. Perilaku tegang menurun
d. Frekuensi pernapasan menurun
e. Frekuensi nadi menurun
f. Pola berkemih membaik
3) Intervensi : Reduksi Ansietas (SIKI, 1.09314; 387)
a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
b. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
c. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
d. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
e. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
f. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
g. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
h. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
i. Latih teknik relaksasi
28

4. Risiko cedera pada janin dibuktikan dengan faktor risiko persalinan lama
kala 1, induksi persalinan.
1) Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
infeksimenurun.
2) Kriteria Hasil Tingkat Cedera (SLKI, L.14136).
Kejadian cedera pada janin menurun
3) Intervensi : Pemantauan Denyut Jantung Janin (SIKI, 1.02056)
a. Identifikasi status obstetrik
b. Identifikasi riwayat obstetrik
c. Atur posisi pasien
d. Lakukan manuver leopold untuk menentukan posisi janin
e. Periksa denyut jantung janin selama 1 menit
f. Monitor denyut jantung janin
g. Monitor tanda vital ibu
h. Informasikan hasil pemantauan
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
1) Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
pengetahuan meningkat
2) Kriteria Hasil : Tingkat Pengetahuam (SLKI, L.12111; 146).
a. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat
b. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun
c. Perilaku membaik
3) Intervensi : Edukasi Proses Penyakit (SIKI, 1.12444; 106)
a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b. Jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit
c. Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit
d. Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi
e. Ajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala yang dirasakan
f. Informasikan kondisi pasien saat ini
g. Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan gejala memberat atau
tidak biasa
29

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini dilakukan sesuai dengan


intervensi keperawatan yang sudah dibuat, setiap implementasi akan ada respon hasil
dari pasien setiap harinya. Implementasi keperawatan ini dilakukan dengan tujuan
pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri (self care) dengan penyakit
yang dialami oleh pasien sehingga pasien mencapai derajat kesembuhan yang optimal
dan efektif (Lazuarti, 2020)

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi bertujuan untuk mencapai tujuan yang sudah disesuaikan dengan


kriteria hasil selama tahap perencanaan yang dapat dilihat melalui kemampuan pasien
untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2012).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pengkajian tanggal: 29 Mei 2023 Jam : 14.35


Tanggal MRS : 29 Mei 2023 No. RM : 0000xx
Ruang/Kelas : VK/III Dx. Medis: G1P0A0

Nama Ibu : Ny. Z Nama Suami: Tn. Y Ke: 1


Umur : 25 th Umur : 28 th
Identitas

Agama : Islam Agama : Islam


Pendidikan: SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan: IRT Pekerjaan : Swasta
Suku/Bangsa: Jawa/Indonesia Suku/Bangsa: Mongolia
Alamat: Purworejo Alamat : Purworejo
Keluhan Utama: ketuban merembes sejak pukul 06.00 dan lendir darah
Riwayat Sakit dan Kesehatan

Riwayat penyakit/prenatal/ intranatal/ postpartum (coret yang tidak perlu) saat ini:
pasien datang ke RS karena keluar air jam 06.00 setelah bangun tidur. Tidak ada
kontraksi, cairan yang keluar jernihdan lendir berwarna pink

Penyakit/operasi yang pernah diderita: tidak ada

Penyakit yang pernah diderita keluarga: tidak ada

Riwayat alergi: O ya O tidak Keterangan:

Lain-lain: Resiko Infeksi

Menarche: 13 tahun Siklus:lancar (28-30 hari)


Menstruasi

Banyaknya: ±150 cc Lama: ±5-6 hari


Riwayat

HPHT: 02 September 2022 Dismenorhea: hari pertama


Usia Kehamilan: 37-38 minggu Taksiran Partus: 10 Juni 2023
Lain-lain: tidak ada masalah keperawatan

G1P0A0
Usia KB/
Hamil Usia Jenis
Penolong Penyulit BB/PB anak Jenis/
ke- kehamilan persalinan
Riwayat Obstetri

saat ini Lama


Hamil Saat Ini
Keterangan
Genogram : meninggal

: laki laki

: perempuan

: pasien
Keadaan umum: baik Kesadaran: compos mentis
Observasi

Berat badan: 55kg Tinggi badan:147 cm


Tanda Vital: TD:123/90 mmHg ; Nadi: 93x/mnt ; Suhu: 36,60C ; RR: 20x/mnt
CRT: <2 detik ; Akral: hangat ; GCS: 456 (15)
Lain-lain: tidak ada masalah keperawatan

Rambut:
Mata: konjungtiva : ananemis; Sklera : anikterik ; Pupil : isokhor
O Edema palpebra ; O Penglihatan kabur ; lain-lain: tidak ada masalah
Hidung: O Epistaksis ; lain-lain: tidak ada masalah
Kepala dan leher

Mulut: mukosa bibir : lembab; lidah : merah muda ; gigi : bersih


Kebersihan mulut: bersih ; lain-lain: tidak ada masalah
Telinga: gangguan pendengaran: tidak ada gangguan; O Otorhea ; O otalgia ;
O tinitus ; kebersihan: baik; lain-lain: tidak ada masalah
Cloasma: tidak ada ; Jerawat: tidak ada
O Nyeri telan ; O pembesaran kelenjar tiroid ; O Vena jugularis
Lain-lain: tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

Jantung: Irama: Reguler; S1/S2 : Tunggal; Nyeri dada : tidak ada


Bunyi: normal / murmur / gallop ;
Nafas: Suara nafas: vesikuler / wheezing / stridor / Ronchi,
Dada (Thoraks)

Keterangan:
Jenis: dispnoe / kusmaul / ceyne stokes, Keterangan:
Batuk: tidak ada; Sputum : tidak ada; Nyeri: tidak ada
Payudara: konsistensi : lunak; areola : hiperpigmentasi; papilla : menonjol
Simetris/asimetris ; Produksi ASI : tidak ada ; Nyeri : tidak ada
Lain-lain: tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
 Ginekologi:
Pembesaran: ada / tidak ; benjolan: ada / tidak , area: -
Ascites: ada / tidak ; Bising usus: 10x/menit; Nyeri tekan : tidak ada
Luka: tidak ada; Lain-lain: tidak ada
 Prenatal dan Intranatal:
Inspeksi: Striae: ada; Línea: negra
Palpasi: Leopold I : 29 cm, 3 jari dibawah PX dan bagian fundus teraba
lunak, kurang bundar dan tidak melenting yaitu bokong
Leopold II : pada bagian kiri perut ibu teraba
datar,memanjang,keras dan seperti tahanan yaitu punggung dan
Perut (Abdomen)

pada bagian kanan perut ibu teraba bagian terkecil janin yaitu
ekstremitas
Leopold III: bagian terendah teraba bulat, keras dan melenting yaitu
kepala yang sudah masuk PAP
Leopold IV: posisi tangan konvergen,teraba kepala janin sudah
masuk PAP
DJJ: 142x/menit
Lain-lain:tidak ada
 Postpartum:
Fundus uteri: _______________ ; Kontraksi uterus:
___baik____________________
Luka: ____terdapat luka hecting_________________ ; Lain-lain:
_____________________________
Lain-lain: tidak ada
Masalah keperawatan: Nyeri melahirkan

Keputihan: tidak ada; Perdarahan: tidak ada


Laserasi: tidak ada; VT: Ø __4_______cm; eff: _________%
Genitalia

Miksi: 4-5x/hari; Defekasi: 1x


Lain-lain: tidak ada
Masalah keperawatan: Resiko Infeksi

Kemampuan pergerakan: bebas / terbatas ; Kekuatan otot: 5-5-5-5


Refleks: Patella ____ ; Triceps ____ ; Biceps ____ ; Babinsky: _____
Tangan dan

Brudzinsky: ____ ; Kernig ____ Keterangan:


kaki

Edema: tidak ada; Luka: tidak ada


Lain-lain: tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
Aspek Sebelum Sesudah
hamil*/melahirkan*/sakit* hamil*/melahirkan*/sakit*
Nutrisi Klien makan 3-4x/hari, Klien makan 5-6x/hari, nafsu
tidak mual muntah makan meningkat selama hamil
Eliminasi Klien BAB 1x/hari, BAK 5- Klien BAB 1x/hari, BAK 5-
6x/hari 6x/hari, tidak ada keluhan
Istirahat/tidur Tidur siang 1 jam, tidur Tidur siang sesuai waktu, bisa
malam 7 jam lebih dari 1 jam, malam 7 jam
Aktivitas Aktivitas bebas sebagai Lebih banyak istirahat,
IRT, tidak ada gangguan mengurangi aktivitas
Perubhan

Seksual Tidak ada masalah Tidak ada masalah


Kebersihan Bersih Bersih
Diri
Koping Klien dapat menyelesaikan Klien bersyukur dan bahagia
masalah dalam kehidupan dengan kehamilan, bagaimanapun
proses persalinan yang penting
bayi sehat
Ibadah 5x/hari 5x/hari
Konsep diri Tidak ada masalah Tidak ada masalah

*) coret yang tidak perlu

Kontrasepsi: tidak ada


Pengetahuan dan Perilaku

Perawatan bayi/diri (coret yang tidak perlu): klien rutin kontrol kehamilan ke
puskesmas dan ke dokter kandungan
Merokok: tidak
Kesehatan

Obat-obatan/Jamu: kalk, tablet tambah darah


Lain-lain:
Klien khawatir dengan bayinya karena ketuban merembes tapi tidak ada
kontraksi
Masalah keperawatan:
Ansietas
Defisit Pengetahuan

Laboratorium Foto/Radiologi USG Lain-lain


HbsAg nonreaktif (+) Tes lakmus (+)
HIV nonreaktif
Pemeriksaan Penunjang

Sar Cov negatif


dan Terapi

Terapi/ Tindakan medis: Observasi : vital sign, pro evaluasi AFI


CHPB
RL 1000cc/24 jam tanda korioamnitis
Eritromicicn 4x250 mg /P.O bila fetal distress pro SC cito
Dexamethason 2x 6mg/P.O
SF 2x1 tab/P.O
Kalk 2x1 tab /P.O

Surabaya, 29 Mei 2023

Ners,

(Kelompok 2B)
LEMBAR KHUSUS PERSALINAN (INTRANATAL)
1. Pemeriksaan Awal
Tanggal : 31-5-2023 Jam : 19.00 WIB
TTV : TD 110/60 mmHg Nadi : 60x/menit
0
Suhu : 36 C RR : 18x/menit
Pemeriksaan Palpasi abdomen : TFU 31
Vaginal Touche : 4 cm
Discharge Vagina : Lendir dan darah
Kontraksi uterus : Frekuensi: 2x10’ Kekuatan : 30” Lamanya :
DJJ : 138 x/mnt
Status Janin : Hidup/Tidak Jumlah : 1 Presentase : Kepala

2. Kala persalinan
 KALA I
a. Mulai persalinan : Tanggal : 31-5-2023 Jam: 19.15 WIB
b. Tanda – tanda vital : TD : 110/63 mmHg Nadi: 70x/menit Suhu: 360C
RR 20x/menit
c. Lama kala I : 3 Jam 20 Menit 2 detik
d. Keadaan psikososial : Ibu tampak meringis kesakitan
e. Keluhan : Nyeri perut menjalar ke punggung
f. Tindakan : tidur dengan posisi miring kekiri dan lakukan teknik relaksasi
nafas dalam
g. Terapi :-
h. Observasi kemajuan kala I
Kontraksi Pembukaan Keterangan
Tanggal/Jam Ketuban DJJ
uterus cerviks
31-5-2023
19.00 4x10’ 30’’ 7 Menkonial 138
20.00 4x10’ 30’’ Menkonial 140
21.00 5x10’ 45’’ Menkonial 139
21.30 5x10’ 50’ 10 Menkonial 152

 KALA II
1. Kala II dimulai : Tanggal : 31-5-2023 Jam: 21.30 WIB
2. Tanda – tanda vital : TD 120/60 mmHg Nadi: 90x/menit Suhu:360C
RR 20x/menit
3. Lama kala II : 2 Jam 30 menit
4. Upaya meneran : Ya
5. Keadaan psikososial : baik
6. Bayi lahir jam : 21.32
7. Jenis kelamin : Laki – laki/Perempuan BB : 2300 gram PB: ……cm
8. Nilai APGAR menit I : 8/9 Menit V: 10
9. Perineum : Utuh/Episiotomi/Ruptur
10. Rupture derajat :1/2/3/4
11. Penjahitan perineum : Ya/Tidak
12. IMD : Ya/Tidak
13. Terapi : …………………………………………………………
14. Masalah lain : …………………………………………………………
 KALA III
1. Plasenta lahir jam : 21.42 WIB
2. Cara lahir plasenta : massage fundus uterus dan peregangan tali pusat terkendali
3. Karakteristik plasenta:
Ukuran : ……………………..…………………………………..
Panjang tali pusat : ±45 cm
Jumlah pembuluh darah: …………. Arteri: ………….. Vena: …………..
Keutuhan : lengkap
4. Kontraksi uterus : + baik
5. Perdarahan : ±200 cc
6. Intervensi : massage uterus 15x
7. Terapi : oksitosin 10 IU via IM Paha

 KALA IV
1. Mulai jam : 22.30 WIB
2. Tanda – tanda vital : TD 120/80 mmHg Nadi: 90 x/menit Suhu: 360C
RR 20 x/menit
3. Kontraksi uterus : baik
4. Perdarahan : ±110 ml
5. Tindakan :
- Pamol 3x500mg
- KIE untuk vulva hygiene

PARTOGRAF (dilampirkan)
FORMAT ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS:
- Klien mengatakan Kekhawatiran mengalami Ansietas
khawatir dengan kegagalan (D.0080)
bayinya karena
ketuban sudah
merembes tapi belum
ada kontraksi
DO:
- Pasien tampak gelisah
- TD : 123/90 mmHg
- Nadi : 93x/menit
- RR : 20x/menit
DS:
- Klien mengatakan Kurang terpapar informasi Defisit Pengetahuan
tidak tahu apa yang (D.0111)
menyebabkan ketuban
pecah dini

DO:
- Pasien tampak turun
dari tempat tidur dan
berjalan

DS:
- Klien mengatakan Ketidakefektifan pertahanan Resiko Infeksi
ketuban pecah perifer (D.0142)
sebelum HPL

DO:
- Ketuban merembes
berwarna jernih +
merah muda

DS : Resiko Persalinan kala 1 lama Resiko Cedera Janin


- Klien pengatakan (D.0138)
ketuban pecah
sebelum HPL
DO :
- Ketuban merembes
berwarna jernih +
pink
- DJJ : 145
DS :
- Klien mengatakan Kontraksi Uterus Nyeri melahirkan (D.0079)
nyeri di perut
- P : Nyeri dirasakan
saat terjadi kontraksi
- Q: Mules karena ada
kontraksi bayi
- R : Pada jalan lahir
- S: skala 8/10
- T : hilang timbul
dalam 30 detik
DO :
- TD : 110/60 mmHg
- Nadi : 70x/menit
- RR : 20x/menit

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN (P-E-S)

29-05-2023

1. Ansietas b.d kekhawatiran mengenai kegagalan d.d tampak tegang, tampak gelisah
2. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d tidak mengetahui penyebab
yang dialami
3. Resiko cedera pada janin b.d ketuban pecah dini
4. Resiko infeksi b.d ketidakefektifan pertahanan tubuh primer (ketuban pecah sebelum
waktunya)
31-05-2023
5. Nyeri melahirkan b.d pengeluaran janin d.d mengeluh nyeri, perineum terasa tertekan,
tampak meringis, berposisi meringankan nyer
FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
Rencana (Intervensi)
Tanggal Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rasional
Keperawatan
(P-E-S)
29-05-2023 Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas (I.12444) 1. Mengetahui tanda
kekhawatiran keperawatan selama 1x1 jam Observasi : ansietas secara verbal
mengenai kegagalan diharapkan Tingkat Ansietas 1. Monitor tanda tanda dan nonverbal
d.d tampak tegang (L.09093) menurun dengan ansietas (verbal dan 2. Menumbuhkan rasa
kriteria hasil : nonverbal) percaya pasien
1. Verbalisasi khawatir Terapeutik : 3. Mengurangi kecemasan
menurun 2. Ciptakan lingkungan pasien
2. Perilaku gelisah terapeutik 4. Agar pasien dapat
menurun 3. Temani pasien untuk mengungkapkan
3. Perilaku tegang mengurangi kecemasan perasaan yang sedang
menurun Edukasi : dirasakan
4. Pucat menurun 4. Anjurkan 5. Mengurangi ketegangan
5. Tekanan darah mengungkapkan pasien
menurunfrejuensi nadi perasaan dan persepsi 6. Agar pasien lebih rileks
menurun 5. Latih kegiatan sehingga dapat
6. Pola berkemih pengalihan mengurangi kecemasan
membaik 6. Latih teknik relaksasi yang dirasakan pasien

29-05-2023 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Proses Penyakit 1. Mengetahui waktu yang
b.d kurang terpapar keperawatan selama 1x6 jam (I.12444) tepat untuk pasien
informasi d.d tidak diharapkan Tingkat Observasi : diberi informasi
mengetahui penyebab Pengetahuan (L.1211) 1. Identifikasi kesiapan dan 2. Memberi informasi
yang dialami menurun dengan kriteria hasil kemampuan menerima pada klien
: informasi 3. Agar klien bisa kenali
1. Kemampuan Edukasi : dini penyebabnya
menjelaskan 2. Jelaskan penyebab dan 4. Agar klien bisa tahu
Diagnosa
Rencana (Intervensi)
Tanggal Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rasional
Keperawatan
(P-E-S)
pengetahuan tentang faktor resiko penyakit komplikasi sehingga
suatu topik meningkat 3. Jelaskan tanda dan gejala menghindari faktor
2. Pertanyaan tentang penyakit pencetus yang bisa
masalah yang dihadapi 4. Ajarkan cara meredakan diubah
menurun atau mengatasi gejala 5. Agar tidak
3. Perilaku membaik yang dirasakan memperberat gejala
5. Informasikan kondisi 6. Agar klien tahu kondisi
pasien saat ini terkini
6. Anjurkan melapor jika 7. Agar bisa tertangani
merasakan tanda dan lebih dini untuk
gejala memberat atau mencegah komplikasi
tidak biasa
29-05-2023 Risiko cedera pada Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Denyut Jantung 1. Mengetahui riwayat
janin b.d risiko kehamilan yang pernah
keperawatan selama 1x6 jam Janin (1.02056)
ketuban pecah dini dialami pasien
diharapkan menurun dengan Observasi : 2. Mengetahui nilai DJJ
untuk
kriteria hasil Tingkat Cedera 1. Identifikasi status
mengetahuikeadaan
obstetrik
(L.14136) menurun dengan janin
2. Identifikasi riwayat
3. Memposisikan pasien
Kriteria Hasil : obstetrik
untuk memudahkan
3. Monitor denyut jantung
1. Kejadian cedera pada pemeriksaan
janin
janin menurun 4. Menentukan posisi
Terapeutik :
2. DJJ dalam batas janin
4. Atur posisi pasien
normal 5. Mengetahui nilai DJJ
5. Lakukan manuver
untuk
leopold untuk
mengetahuikeadaan
menentukan posisi janin
Diagnosa
Rencana (Intervensi)
Tanggal Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rasional
Keperawatan
(P-E-S)
6. Periksa denyut jantung janin
janin selama 1 menit 8. Menginformasikan
Edukasi : keadaan janin dari hasil
Informasikan hasil pemantauan DJJ
29-05-2023 Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi (I.4539) 1. Memantau adanya
ketidakefektifan keperawatan selama 1x6 jam Observasi : infeksi lokal ataupun
pertahanan tubuh diharapkan Tingkat Infeksi 1. Monitor tanda dan gejala sistemik
primer (ketuban pecah (L.14137) menurun dengan infeksi lokal dan 2. Memutus rantai
sebelum waktunya) kriteria hasil : sistemik dengan transmisi atau penyebab
1. Cairan ketuban yang mengukur suhu mikroorganisme yang
merembes menurun Terapeutik : dapat memperburuk
2. Suhu dalam rentang 2. Mencuci tangan sebelum kondisi pasien
normal (36,5-37,5C) dan sesudah kontak 3. Untuk mencegah
dengan pasien dan masuknya
lingkungan sekitar pasien mikroorganisme yang
3. Pertahankan teknik dapat memperburuk
aseptik pada pasien kondisi pasien
beresiko tinggi 4. Untuk mencegah
Edukasi : masuknya
4. Jelaskan tanda dan gejala mikroorganisme yang
infeksi dapat menyebabkan
5. Anjurkan meningkatkan terjadinya infeksi
asupan nutrisi 5. Dapat mempercepat
6. Anjurkan meningkatkan proses penyembuhan
asupan cairan 6. Agar membantu proses
rehidrasi
Diagnosa
Rencana (Intervensi)
Tanggal Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rasional
Keperawatan
(P-E-S)
31-05-2023 Manajemen Nyeri (I.08238) 1. Mengetahui
Nyeri melahirkan b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi : karakteristik, lokasi,
pengeluaran janin d.d keperawatan selama 1x1 jam 1. Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi,
diharapkan Tingkat Nyeri karakteristik, durasi, kualitas, dan intensitas
mengeluh nyeri, (L.08066) menurun dengan frekuensi, kualitas dan nyeri
perineum terasa kriteria hasil : intensitas nyeri 2. Mengetahui skala nyeri
3. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri yang dirasakan
tertekan, tampak menurun 3. Identivikasi respon nyeri 3. Mengetahui respon
meringis, berposisi 4. Perineum terasa nonverbal nyeri yang dirasakan
tertekan menurun Terapeutik : 4. Mengurangi nyeri
meringankan nyeri 5. Meringis menurun 4. Berikan teknik 5. Agar pasien nenahami
6. Berfokus pada diri nonfarmakologi untuk penyebab dan
sendiri menurun mengatasi nyeri (teknik pemicunyeri
nafas dalam) 6. Paham cara mengontrol
Edukasi : nyeri
5. Jelaskan penyebab, 7. Memantau sejauh mana
periode, dan pemicu tingkat nyeri yang
nyeri dirasakan
6. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
7. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf
Keperawatan dan Jam dan Jam


Ansietas b.d 29-05-2023 29-05-2023 S:
kekhawatiran 14.00 1. Mencuci tangan sebelum kontak 21.00 - Pasien mengatakan
mengenai kegagalan 14.10 dengan pasien khawatir dengan
d.d tampak tegang 2. Memantau keadaan umum pasien bayinya karena
14.10 R : kesadaran composmentis, ketuban sudah rembes
GCS 456 tapi belum ada
3. Melakukan TTV kontraksi
R : TD : 103/65 mmHg ; N : O:
15.00 87x/mnt - Pasien tampak gelisah,
RR : 20x/mnt ; S : 36C ; SpO2 : tegang
15.00 98% - TD : 111/68 mmHg
DJJ : 143x/mnt - Nadi : 66x/menit
15.01 4. Memantau tanda tanda ansietas - RR : 19x/menit
R : Pasien tampak tegang dan A : Masalah belum teratasi
gelisah P : Lanjutkan intervensi no 1-
15.03 5. Menciptakan lingkungan 8
terapeutik dengan
15.05 memperkenalkan diri
6. Menanyakan kepada pasien
mengenai hal yang membuat
cemas
R : Pasien cemas akan kondisi
bayinya
7. Melatih kegiatan pengalihan
untuk mengalihkan perhatian dari
pikiran buruk
8. Melatih teknik relaksasi
pernapasan sederhana
R : ibu memahami dan dapat
mempraktikkan


Defisit pengetahuan 29-05-2023 29-05-2023 S:
b.d kurang terpapar 15.08 1. Mengidentifikasi kesiapan dan 21.00 - Pasien mengatakan
informasi d.d tidak kemampuan menerima informasi sudah tau cara
tau penyebab yang R: klien dinilai mampu menerima mencegah ketuban
dialami 15.09 informasi keluar dengan bedrest
2. Menjelaskan penyebab dan faktor O:
yang dapat menyebabkan ketuban - Pasien memahami apa
15.11 pecah dini yang sudah
R : Ibu mengerti disampaikan
3. Menjelaskan tanda dan gejala saat - Pasien tidak tampak
15.12 terjadi ketuban pecah dini bingung terkait bayi
R : Ibu mengerti dan dirinya
4. Mengajarkan cara meredakan atau - Pasien bertanya setiap
15.14 mengatasi gejala yang dirasakan ada hal baru di KIE
dengan relaksasi pernapasan
R : Ibu memahami dan dapat A : Masalah teratasi sebagian
mempraktikkan P : Lanjutkan intervensi no 6
5. Menginformasikan kondisi bayi
bahwa DJJ 143x/menit, DJJ
dalam batas normal
R : Ibu paham dan mengerti
6. Menganjurkan melapor jika
merasakan tanda dan gejala
memberata tau tidak biasa
R: Ibu mengertii

Resiko cedera pada 29-05-2023 29-05-2023 S:
janin berhubungan 16.00 1. Mengidentifikasi status dan 21.00 - Pasien mengatakan
dengan Ketuban riwayat obstetrik ketuban merembes
Pecah Dini 16.00 R : kehamilan saat ini G1POOO O:
dengan masalah KPD - DJJ : 138x/menit
16.02 2. Mengatur tur posisi pasien - Leopold I : TFU 29
telentang cm, 3 jadi dibawah PX
R : pasien kooperatif dan bagian fundus
16.04 3. Melakukan manuver leopold teraba lunak, kurang
R: bundar dan tidak
- Leopold I : TFU 29 cm, 3 jadi melenting yaitu
dibawah PX dan bagian fundus bokong
teraba lunak, kurang bundar dan - Leopold II : pada
tidak melenting yaitu bokong bagian kiri perut ibu
- Leopold II : pada bagian kiri teraba
perut ibu teraba datar,memanjang,keras
datar,memanjang,keras dan dan seperti tahanan
seperti tahanan yaitu punggung yaitu punggung dan
dan pada bagian kanan perut ibu pada bagian kanan
teraba bagian terkecil janin yaitu perut ibu teraba bagian
ekstremitas terkecil janin yaitu
- Leopold III: bagian terendah ekstremitas
teraba bulat, keras dan melenting - Leopold III: bagian
yaitu kepala yang sudah masuk terendah teraba bulat,
PAP keras dan melenting
- Leopold IV: posisi tangan yaitu kepala yang
konvergen,teraba kepala janin sudah masuk PAP
sudah masuk PAP - Leopold IV: posisi
16.06 4. Memeriksa denyut jantung janin tangan
selama 1 menit konvergen,teraba
R : DJJ : 138x/mnt kepala janin sudah
16.07 5. Informasikan hasil pemantauan masuk PAP
DJJ -
R : pasien memahami A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi no 1-5


Resiko infeksi b.d 29-05-2023 29-05-2023 S:
ketidakefektifan 16.08 1. Mempertahankan teknik aseptik 21.00 - Pasien mengatakan
pertahanan tubuh dengan menggunakan sarung ketuban merembes
primer (ketuban tangan O:
pecah sebelum 16.08 2. Memantau tanda dan gejala - Tidak ada tanda
waktunya) infeksi dengan mengukur suhu infeksi
R : suhu ibu 36C - Suhu 36C
16.09 3. Menjelaskan tanda dan gejala - Ketuban merembes
infeksi yaitu peningkatan suhu, A : Masalah belum teratasi
R : ibu memahami P : Lanjutkan intervensi no 1-
16.10 4. Menganjurkan untuk 5
meningkatkan asupan nutrisi
R : ibu memahami
16.10 5. Menganjurkan untuk
meningkatkan asupan cairan
R : Ibu memahami


Nyeri melahirkan b.d 31-05-2023 31-05-2023 S:
pengeluaran janin d.d 20.00 1. Mengidentifikasi lokasi, 21.00 - Pasien mengatakan
mengeluh nyeri, karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri area perut tak
perineum terasa kualitas dan intensitas nyeri tertahankan
tertekan, tampak R: - P: Nyeri dirasakan saat
meringis, berposisi P : Nyeri dirasakan saat terjadi terjadi kontraksi
meringankan nyeri kontraksi - Q: mules karena ada
Q: mules karena ada kontraksi kontraksi bayi
bayi - R : pada jalan lahir
R : pada jalan lahir - S : skala 8/10
S : skala 8/10 - T : hilang timbul
T : hilang timbul dalam 30 dalam 30 detik
detik O:
2. Mengidentifikasi respon nyeri - Pasien tampak
20.00 nonverbal meringis menahan
R : Ibu tampak meringis dan nyeri
memposisikan diri untuk - TD : 120/80 mmHg
mengurangi nyeri - Nadi : 90 x/menit
3. Memberikan teknik - RR : 24x/menit
20.01 nonfarmakologi nafas dalam A : Masalah belum teratasi
untuk untuk mengatasi nyeri P : Lanjutkan intervensi no 1-
R : ibu memahami dan mampu 6
mempraktikkan
4. Menjelaskan penyebab nyeri
20.03 R : pasien mengatakan nyeri
sekali dan tidak sanggup menahan
nyeri
5. Menjelaskan strategi meredakan
20.05 nyeri
R : ibu memahami
6. Menganjurkan memonitor nyeri
20.07 secara mandiri
R : pasien mengatakan nyeri
timbul ketika ada kontraksi bayi
BAB 4
PEMBAHASAN
Asuhan keperawatan pemberian teknik relaksasi napas dalam untuk mengontrol nyeri

melahirkan kala I pada ibu primigravida dengan persalinan normal yang dilakukan pada

tanggal 31 Mei 2023 yang Dokumentasi pasien dilakukan pada tanggal 31 Mei 2023, pasien

berusia 25 tahun G1P000. Uraian data sudah disesuaikan dengan tahapan proses asuhan

keperawatan meliputi pengkajian, merumuskan diagnosis, menyusun intervensi, melakukan

implementasi dan evaluasi keperawatan.

Asuhan Keperawatan Pemberian Prosedur Teknik Relaksasi Napas Dalam untuk

Meningkatkan Adaptasi Nyeri Melahirkan Kala I pada Ibu Primigravidadengan Persalinan

Normal (Studi Kasus dilakukan di Ruang VK Bersalin RS Universitas Airlangga) diperoleh

data yaitu pasien dengan no RM. 0000XXXX, berusia 25 tahun. Pasien diterima di VK RSUA

tanggal 29 Juni Pukul 13.45 WIB dikarenakan ketuban pecah dini cairan yang keluar jernih

dan lendir berwarna pink belum ada kontraksi dan di observasi di ruang VK . dan mulai kala 1

pada tanggal 31 Mei 2023 jam 19:15. Pasien mengalami perut mulas dan nyeri hilang timbul.

Pasien mengeluh nyeri hilang timbul, pasien tampak ekspresi wajah meringis, berposisi

meringankan nyeri dan uterus teraba membulat sehingga gejala dan tanda tersebut merupakan

gejala dan tanda nyeri melahirkan. Setelah dilakukan pemeriksaan, keadaan umum pasien

baik, kesadaran compos mentis. TD : 110/63mmHg, N : 70x/menit, S : 36°C, RR:20X/menit,

TFU : ½ pusat precesus xyfoideus, Mcd : 31 cm, DJJ:+138X/menit, bukaan 4cm. Sehingga

diberikan Pemberian tindakan keperawatan berupa : 1) Mengajarkan teknik relaksasi napas

dalam pada pasien,tindakan relakasi napas dalam dilakukan selama proses kala I berlangsung.

2) Menginformasikan hasil dan rencana tindakan. 3) Memposisikan untuk miring kanan dan

kiri, menganjurkan pasien untuk membatasi mobilisasi. 4) Mengobservsi TD tiap 4 jam,

kesejahteraan janin tiap 1 jam dan kemajuan persalinan (tiap 1 jam).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fadlun & Feryanto, (2011) Ibu yang

menjalani persalinan normal akan mengalami nyeri melahirkan akibat dilatasi serviks. Dilatasi

serviks terjadi karena komponen muskulofibrosa tertarik dari serviks ke arah atas akibat
kontraksi uterus yang kuat. Prosedur teknik relaksasi napas dalam yang merupakan bagian dari

asuhan keperawatan yang digunakan oleh perawat dengan pasien diagnosis nyeri melahirkan

dengan persalinan normal, pada pasien 1 . Menurut Andarmoyo (2013), terapi non

farmakologis yang dapat diterapkan dalam mengatasi nyeri salah satunya adalah teknik

relaksasi napas dalam untuk mengontrol nyeri melahirkan kala I dengan persalinan normal.

Teknik relaksasi napas dalam dapat mengontrol nyeri dengan meminimalkan aktifitas

simpatik dan system saraf otonom. Ibu meningkatkan aktifitas komponen saraf parasimpatik

vegetative secara simultan. Teknik tersebut dapat mengurangi sensasi nyeri yang di rasakan

dan mengontrol intensitas reaksi ibu tuntuk mengurangi nyeri pada ibu inpartu kala I di RS

BPM Kota Yogyakarta pre test nilai rata-rata sebesar (63,3%) setelah post test menjadi

(49,0%). Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari teknik relaksasi napas

dalam berpengaruh pada nyeri ibu inpartu kala I di RS BPM Kota Yogyakarta

(Sulistyaningsih, 2011).
49
50

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pemberian manajemen nyeri pada ibu dengan nyeri melahirkan kurang efektif
untuk menurunkan tingkat nyeri
2. Pengukuran tingkat nyeri menggunakan skala numerik yaitu skala tingkat
nyeri dalam rentang 1-10, dan memudahkan perawat untuk menilai penurunan
tingkat nyeri
3. Diagnosa keperawatan nyeri melahirkan masih ada, penurunan tingkat nyeri
belum maksimal dikarenakan perawatan dengan manajemen nyeri dilakukan
selama 1 jam tanpa menggunakan analgesik.
4. Hasil yang didapatkan sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), keluhan nyeri tidak menurun, perineun tertekan tidak menurun,
meringis tidak menurun, perineum terasa tertekan tidak menurun, berfokus
pada diri sendiri tidak menurun.

5.2 Saran
Hasil makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta
keterampilan untuk melakukan asuhan keperawatan pada ibu bersalin sehingga
mampu memberikan pelayanan yang profesional
51

DAFTAR PUSTAKA

Andalas, Mohd dkk. (2019). Ketuban Pecah Dini dan Tata Laksananya. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala. Volume 19 Nomor 3. Diakses pada 30 Juni 2022.
Retrieved from http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/18119
Astuti, P. H. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan I Kehamilan. Yogyakarta:
Rohima Press.
Hasan, Nurul Annisa. (2021). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan
Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan Aterm di RSUD Lanto DG.
Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019. Skripsi. Makassar: Universitas
Muhammadiyah Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Izati, Diffa Khuni’. (2020). Asuhan Keperawatan pada Ny. Y dengan Diagnosa
Medis “Post Sectio Caesarea dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini” di Ruang
Nifas RSUD Bangil Pasuruan. Karya Tulis Ilmiah. Sidoarjo: Akademi
Keperawatan Kerta Cendekia.
Jazayeri, Allahyar. (2015). Premature Rupture of Membranes. Amerika: Medscape
Reference: Drugs, Diseases & Procedure.
Kennedy, Betsy B. (2014). Modul Manajemen Intrapartum. Jakarta: EGC.
Lazuarti, Selvy. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Partum dengan
Ketuban Pecah Dini yang Dirawat di Rumah Sakit. Karya Tulis Ilmiah.
Samarinda: Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur.
Legawati & Riyanti. (2018). Determinan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di
Ruang Cempaka RSUD DR Doris Sylvanus Palangkaraya. Jurnal Surya
Medika. Volume 3 Nomor 2, 95-105. Diakses pada 24 Juni 2022. Retrieved
from https://www.neliti.com/publications/258707/determinan-kejadian-
ketuban-pecah-dini-kpd-di-ruang-cempaka-rsud-dr-doris-sylvan
Lockhart, Anita & Lyndon Saputra. (2014). Asuhan Kebidanan Neonatus Normal
dan Patologis. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher.
Mochtar, Rustam. (2012). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Edisi III. Jakarta: EGC.
Nugroho, T. (2012). Patologi Kebidanan: Ketuban Pecah Dini. Yogyakarta: Nuha
Medika.
POGI. (2016). Ketuban Pecah Dini. Indonesia: Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia.
Prastuti, Ananda. (2016). Perbandingan Morbiditas Perinatal pada Ketuban Pecah
Dini ≥ 18 Jam dengan < 18 Jam di RSUD Dr. M. Soewandhie Surabaya.
Skripsi. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Prabantori, dkk. (2011). Peran Endinuclease-G sebagai Biomark Kehamilan dengan
52

Ketuban Pecah Dini. JBP. Volume 13 Nomor 1. Diakses pada 12 Juli 2022.
Retrieved from http://journal.unair.ac.id
Rahmatina, Yanti. (2018). Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Ketuban
Pecah Dini di Ruangan Bersalin Rawat Inap Puskesmas Sikumana Tanggal
13 s/d 15 November Tahun 2019. Karya Tulis Ilmiah. Kupang: Stikes Citra
Husada Mandiri.
Rahmawati, Wiwin R., Siti Arifah & Anita Widiastuti. (2019). Pengaruh Pijat
Punggung terhadap Adaptasi Nyeri Persalinan Fase Aktif Lama Kala II dan
Perdarahan Persalinan pada Primigravida. Artikel Penelitian. Program Studi
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.
Ratnawati, Nopi A. (2016). Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny. S Umur 34
Tahun G2P1A0 Umur Kehamilan 39 Minggu dengan Ketuban Pecah Dini di
RSU Assalam Gemolong Sragen. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: Stikes
Kusuma Husada.
Riskesdas. (2018). Laporan Provinsi Jawa Timur Riskesdas 2018. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Rohmawati, Nur & Arulita Ika Fibriana. (2018). Ketuban Pecah Dini di Rumah
Sakit Umum Daerah Ungaran. Higeia Journal of Public Health Research and
Development, Volume 2 Nomor 1. Diakses pada 24 Juni 2022. Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia
Saifuddin, A. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Sudarmi. (2013). Hubungan Ketuban Pecah Dini ≥12 Jam dengan Gawat Janin di
Ruang Bersalin RSUP NTB. Media Bina Ilmiah, Volume 7 Nomor 5. Diakses
pada 24 Juni 2022. Retrieved from https://docobook.com/5-hubungan-
ketuban-pecah-dini-12-jam-dng-gawat-janin-sudarmi.html
Syarwani, Teuku I., Hermie M. M. Tendean., & John J. E. Wantania. (2020).
Gambaran Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado Tahun 2018. Medical Scope Journal (MSJ). Volume 1
Nomor 2, 24-29. Diakses pada 24 Juni 2022. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/msj/article/view/27462
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Wulandari, I. A., Febrianti, M., & Octaviani, A. (2019). Faktor-Faktor yang
Berhubungan Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSIA Sitti

Anda mungkin juga menyukai