Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

"ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT DIARE"

DOSEN PEMBIMBING:
Lilis Maghfiroh., S.Kep., Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH :
Kelompok 1 (5B KEPERAWATAN)

1. Andin Nur Alifiatus S (2002013017)


2. Diah Ayuk Ekawati (2002013043)
3. Febrina Alifah (2002013047)
4. Intan Berliana Dwi Cahyani (2002013053)
5. Mar'atun Jamilah (2002013023)
6. Moh. Yoga Fuad A. (2002013037)
7. Priscillia Nur Agustina (2002013042)
8. Sovea Choirun Nisya’ (2002013045)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak

Lamongan, 27 Desember 2022

Menyetujui,

Anggota Kelompok 1 :

1. Andin Nur Alifiatus S 2002013017 (............................)

2. Diah Ayuk Ekawati 2002013043 (............................)

3. Febrina Alifah 2002013047 (............................)

4. Intan Berliana Dwi Cahyani 2002013053 (............................)

5. Mar'atun Jamilah 2002013023 (............................)

6. Moh. Yoga Fuad A. 2002013037 (............................)

7. Priscillia Nur Agustina 2002013042 (............................)

8. Sovea Choirun Nisya’ 2002013045 (............................)

Mengetahui,
Dosen Pengampu,

Lilis Maghfuroh., S.Kep., Ns., M.Kep


i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “AUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT DIARE” sesuai waktu yang
ditentukan. Makalah ini di susun sebagai salah satu persyaratan mengikuti proses belajar
mengajar Mata Kuliah Keperawatan Anak Prodi S1 Keperawatan, Universitas
Muhammadiyah Lamongan.

Selama penyusunan, penulis mendapat banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat
Bapak/Ibu :
• Dr. Abdul Azis Alimul Hidayat, S.Kep, Ners, M.Kes selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Lamongan
• Arifal Aris, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dekan Universitas Muhammadiyah Lamongan
• Suratmi, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Kaprodi S1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan
• Lilis Maghfuroh., S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing mata kuliah
Keperawatan Anak
• Semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil dalam penulisan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat diterima, serta bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.

Lamongan, 27 Desember 2022

Kelompok 1 (5B-Keperawatan)

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................................i


KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Pengertian ............................................................................................................ 3
2.2 Etiologi ................................................................................................................ 3
2.3 Patofisiologi ........................................................................................................ 5
2.4 Pathway ............................................................................................................... 6
2.5 Manifestasi Klinis................................................................................................ 7
2.6 Komplikasi .......................................................................................................... 7
2.7 Klasifikasi............................................................................................................ 8
2.8 Penatalaksanaan................................................................................................... 8
2.9 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................... 9
2.10 Konsep Hospitalisasi .......................................................................................... 9
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................... 10
3.1 Pengkajian ......................................................................................................... 10
3.2 Analisis Data ..................................................................................................... 11
3.3 Diagnosa Keperawatan ...................................................................................... 11
3.4 Intervensi ........................................................................................................... 12
3.5 Implementasi ..................................................................................................... 15
3.6 Evaluasi ............................................................................................................. 16
BAB 4 PENUTUP ........................................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 17
4.2 Saran .................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 18

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun)
terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena diare.
Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan
nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta
anak didunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2016) diare
merupakan salah satu penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita. Solusi dalam hal ini
adalah memberikan pengajaran kepada orang tua mengenai kesehatan dan perawatan
anak dan bayi di rumah. Namun dalam menjalankannya seseorang harus mengetahui
bayak hal seperti penyesuaian terhadap kehidupan, pengkajian klinis dan yang pasti
asuhan keperawatan pada bayi baru lahir (pengkajian, perencanaan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi) .Melalui makalah ini pembaca dapat mengetahui tentang
asuhan apa saja yang akan diberikan kepada bayi dan anak yang menderita penyakit
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian penyakit Diare?
1.2.2 Apa saja etiologi dari penyakit Diare?
1.2.3 Apa saja patofisiologi dari penyakit Diare?
1.2.4 Bagaimana menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Diare?
1.2.5 Apa saja komplikasi dari penyakit Diare?
1.2.6 Bagaimana menjelaskan cara mengatasi Diare?
1.2.7 Apa saja pemeriksaan penunjang dari Diare?
1.2.8 Bagaimana konsep Hospitalisasi dari Diare?
1.2.9 Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak yang terkena penyakit
Diare ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui tentang pengertian penyakit Diare
1.3.2 Mengetahui tentang etiologi dari penyakit Diare.
1.3.3 Mengetahui tentang patofisiologi dari penyakit Diare

1
1.3.4 Mengetahui penyebab dan proses terjadinya Diare
1.3.5 Mengetahui komplikasi dari penyakit Diare
1.3.6 Mengetahui cara mengatasi Diare
1.3.7 Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Diare
1.3.8 Mengetahui tentang konsep Hospitalisasi dari Diare
1.3.9 Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak yang terkena penyakit
Diare

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO) penyakit diare didefinisikan
sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja
yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih
dari biasanya yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan
muntah atau tinja yang berdarah (Saputri, N. et.al. 2019).
Sedangkan menurut Kemenkes (2014) Diare adalah suatu penyakit dengan
tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi pada tinja yakni lebih lembek
atau lebih cair serta frekuensi buang air besar lebih banyak dari biasanya. Diare
merupakan penyebab kematian balita nomor dua di dunia (16%) setelah pnemonia
(17%). Kematian pada anak-anak meningkat sebesar 40% tiap tahunnya yang
disebabkan diare (WHO, 2009 dalam zainul, 2017).
Pada umumnya, diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan
tubuhnya yang masih lemah dan berada di fase oral sehingga balita sangat rentan
terhadap penyebaran bakteri penyebab diare (Endang, S 2015). Hingga kini diare
masih menjadi child killer (pembunuh anak-anak) peringkat pertama di Indonesia.
Semua kelompok usia dapat terserang diare, baik balita, anak-anak dan orang dewasa,
tetapi penyakit diare berat dengan kematian yang tinggi terjadi pada bayi dan balita.

2.2 Etiologi
Menurut Simadibrata (2007) dalam Widyastuti (2011), menyatakan lebih dari
90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan 10% nya dikarenakan faktor
lain seperti makanan, efek obat, imunodefisiensi, dan keadaan-keadaan tertentu.
Menurut Departmen Kesehatan (2010), Infeksi pada saluran pencernaan merupakan
penyebab utama diare pada anak balita.
2.2.1 Faktor Infeksi, dapat disebabkan oleh :
a. Bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter.
b. Virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus

3
c. Parasite : Cacing (Ascaris, Tricharis, Oxcyuris, Strongyloides), Protozo
(Entamoeba, histolytica, giardia lambia, Trichomonasthominis), jamur
(Candida Jualbicans)
2.2.2 Faktor malabsorpsi, terbagi menjadi dua yaitu karbohidrat dan lemak.
a. Malabsorpsi karbohidrat, kepakaan terhadap lactoglobulis dalam susu
formula dapat menyebabkan diare pada balita. Gejalanya berupa diare berat,
tinja yang berbau asam, dan sakit pada perut.
b. Malabsorpsi lemak, terdapat lemak trygliserida pada makanan dapat
menyebabkan diare. Dengan bantuan kelenjar lipase, trygliserida dapat
mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsopsi usus. Jika tidak
terdapat kelenjar lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, dapat
menyebabkan diare karena lemak tidak terserap dengan baik.
2.2.3 Faktor makanan
Makanan yang terkontaminasi lebih banyak terjadi pada anak dan balita,
seperti makanan yang tercermar, basi, mengandung racun, mengandung
banyak lemak, mentah (sayuran) dan makanan yang kurang matang.
2.2.4 Faktor psikologis
Jika anak mengalami gangguan psikis seperti rasa takut, cemas, dan
tegang secara berlebihan dapat menyebabkan diare kronis. Tetapi biasanya
bukan terjadi pada balita melainkan pada anak dewasa.
2.2.5 Obat-obatan

Obat-obatan yang dapat menyebabkan diare diantaranya, antibiotik dan


antacid.

2.2.6 Imunodefisiensi atau defisiensi imun terutama SigA (Secretory


Imunoglobulin A) Dapat mengakibatkan berlipat gandanya bakteru, flora,
usus, dan jamur terutama candida.
2.2.7 Non-spesifik Terjadi pada keadaan tertentu, seperti mengonsumsi makanan
pedas, asam dan lain-lain

4
2.3 Patofisiologi
Menurut Tanto dan Liwang (2006) dan Suraatmaja (2007), proses terjadinya
diare disebabkan oleh berbagai factor diantaranya :
2.3.1 Faktor infeksi Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang
masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus
dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan
usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya
mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit.
Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan transpor aktif
dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi
cairan dan elektrolit akan meningkat.
2.3.2 Faktor malabsorpsi Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus
sehingga terjadilah diare.
2.3.3 Faktor makanan Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu
diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untukmenyerap makan yang
kemudian menyebabkan diare.
2.3.4 Faktor psikologis Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan
yang dapat menyebabkan diare.

5
2.4 Pathway

Faktor infeksi Malabsorbsi faktor makanan Faktor psikologi

Kuman masuk Tekanan osmotik Toksin tidak dapat Cemas


dan berkembang meningkat diabsorbsi
dalam usus
Respon simpatis
Pergeseran air Hiperperistaltik
Toksin dalam dan elektrolit ke Adrenalin
dinding usus halus rongga usus meningkat
Kemampuan
absorbsi menurun Pasokan darah ke
Hipersekresi air isi rongga usus usus untuk
dan elektrolit meningkat menyerap nutrisi
usus meningkat ditingkatkan

Diare

BAB sering dengan konsistensi encer Inflamasi saluran pencernaan

Mual dan muntah


Frekuensi Cairan yang Reflek
defekasi keluar spasme otot
banyak dinding perut
Anoreksia
BAB encer Dehidrasi Dx. Nyeri akut
dengan atau
(D.0077)
tanpa darah
Dx. Defisit
Dx. Risiko nutrisi
Dx. Diare ketidakseimba (D.0019)
(D.0020) ngan cairan
(D.0036)

6
2.5 Manifestasi klinis
Menurut Setiati (2014), tanda dan gejala bisa bersifat inflamasi atau noninflamasi.
Diare noninflamasi bersifat sekretorik (watery) bisa mencapai lebih dari 1 liter per hari.
Biasanya tidak disertai dengan nyeri abdomen yang hebat dan tidak disertai darah atau
lender pada feses. Demam dapat dijumpai atau tidak. Gejala mual dan muntah bisa
dijumpai. Pada diare tipe ini penting diperhatikan kecukupan cairan karena pada kondisi
yang tidak terpantau dapat meyebabkan terjadinya kehilangan cairan yang
mengakibatkan syok hipovolemik. Diare yang bersifat inflamasi bisa berupa sekretori
atau disentri. Biasanya disebabkan oleh patogen yang bersifat invasif. Gejala mual,
muntah, disertai dengan demam, nyeri perut hebat dan tenesmus, serta feses berdarah dan
berlendir merupakan gejala dan tanda yang dapat dijumpai.

2.6 Komplikasi

Menurut Dwienda (2014), komplikasi yang dapat diakibatkan oleh diare adalah
sebagai berikut:

• Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, hipertonik).


• Hipokalemia (dengan gejala ineteorismus, lemah, bradikardi).
• Hipoglikemi.
• Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

Menurut Marcdante (2014), komplikasi utama dari diare adalah dehidrasi dan
gangguan fungsi kardiovaskular akibat hipovolemia berat. Kejang dapat terjadi dengan
adanya demam tinggi, terutama pada infeksi Shigella. Abses intestine dapat terjadi pada
infeksi Shigella dan Salmonella, terutama pada demam tifoid, yang dapat memicu
terjadinya perforasi usus, suatu komplikasi yang dapat mengancam jiwa. Muntah hebat
akibat diare dapat menyebabkan rupture esofagus atau aspirasi. Kematian akibat diare
mencerminkan adanya masalah gangguan sistem hemeostatis cairan dan elektrolit, yang
memicu terjadinya dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit dan instabilitas vascular, serta
syok. Diperkirakan 10% pasien yang menderita demam tifoid akan menjadi penyebar
kuman S. typhi selama 3 bulan, dan 4% akan menjadi karier kronik. Risiko menjadi karier
kronik pada anak cukup rendah.

7
2.7 Klasifikasi
Menurut Kyle (2014) klasifikasi diare yaitu :
2.7.1 Diare akut.

Didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi


defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini
dapat menyertai infeksi saluran napas atas (ISPA) atau saluran kemih (ISK), terapi
antibiotik atau pemberian obat pencahar (Laksatif). Diare akut biasanya sembuh
sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik
jika dehidrasi tidak terjadi.

2.7.2 Diare kronis.

Didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan


kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari. Kerap
sekali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorbsi,
penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi laktosa atau
diare nonspesifik yang kronis atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut
yang tidak memadai.

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis
Menurut Setiati (2014), penanganan diare akut sebagai berikut :
2.8.1 Rehidrasi Cairan Pada keadaan awal dapat diberikan sediaan cairan/bubuk hidrasi
peroral setiap kali diare. Pemberian hidrasi melalui cairan infus dapat
meggunakan sediaan berupa Ringer Lactat ataupun NaCl isotonis.
2.8.2 Pengaturan Asupan Makanan Pemberian asupan makanan diberikan secara
normal, sebaiknya dalam porsi kecil namun dengan frrekuensi yang lebih sering.
Pilih makanan yang mengandung mikronutrien dan energy (pemenuhan
kebutuhan kalori dapat diberikan bertahap sesuai toleransi pasien). Menghindari
makanan atau minuman yang mengandung susu karena dapat terjadinya toleransi
laktosa, demikian juga makanan yang pedas ataupun mengandung lemak yang
tinggi.

8
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kyle (2014), pemeriksaan laboratorium dan diagnostic untuk diare yaitu :
2.9.1 Kultur feses
dapat mengindikasikan adanya bakteri.
2.9.2 Feses untuk adanya ovum dan parasite
dapat mengindikasikan adanya parasite.
2.9.3 Feses untuk panel atau kultur virus
untuk menentukan adanya rotavirus atau virus lain.
2.9.4 Feses untuk darah samar
dapat positif jika inflamasi atau ulserasi terdapat di saluran GI.
2.9.5 Feses untuk leukosit
dapat positif pada kasus inflamasi atau infeksi.
2.9.6 pH feses/mengurangi zat
untuk melihat apakah diare disebabkan oleh intoleransi Karbohidrat.
2.9.7 Panel elektrolit
dapat mengindikasikan dehidrasi.
2.9.8 Radiografi abdomen (KUB) :
adanya feses di usus dapat mengindikasikan konstipasi atau impaksi feses
(massa feses yang imobil dan mengeras); tingkat cairan-udara dapat
mengindikasikan obstruksi usus.

2.10 Konsep Hospitalisasi

Menurut Wong (2012), Reaksi hospitalisasi pada bayi adalah: Bayi sedang
mengembangkan ciri kepribadian sehat yang paling penting yaitu rasa percaya. Rasa
percaya dibangun melalui pemberian kasih sayang yang terus menerus dari orang yang
mengasuhnya. Bayi berusaha mengendalikan lingkungannya dengan ungkapan
emosional, seperti menangis atau tersenyum. Dirumah sakit, tandatanda semacam itu
sering terlewatkan atau disalah artikan, dan rutinitas dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan staf rumah sakit bukan kebutuhan bayi tersebut. Asuhan yang tidak konsisten
dan penyimpangan dari rutinitas harian bayi tersebut dapat menyebabkan rasa tidak
percaya dan menurunkan rasa kendali

9
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama, suku bangsa, alamat, diagnosa
medis
3.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, hubungan dengan klien, pendidikan,
pekerjaan, dan alamat.
3.1.3 Keluhan utama
Meliputi buang air besar (BAB) lebih 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair
(diare tanpa dehidrasi) BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau
BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <14 hari maka diare
tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau
lebih adalah diare persisten
3.1.4 Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah diderita
b. Riwayat kesehatan sekarang :
• Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah suhu badan mungkin
meningkat.
• Tinja makin cair, mungkin disertai lender atau lender dan darah. Warna
tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu
• Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya
makin lama makin asam.
• Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
• Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi
mulai tampak.
• Penurunan nafsu makan

Tanda dan Gejala :

• Kram abdomen
• Nyeri abdomen

10
• Menghindari makanan
• Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
• Diare
• Bising usus hiperaktif
• Kurang informasi
• Kurang minat pada makanan
• Membran mukosa pucat
• Ketidakmampuan memakan makanan
• Tonus otot menurun
• Mengeluh gangguan sensasi asam
• Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (recommended daily allowance)
• Cepat kenyang setelah makan
• Sariawan rongga mulut
• Steatorea
• Kelemahan otot pengunyah
• Kelemahan otot untuk menelan

3.2 Analisis data

Menurut Setiawan (2012), Analisis data merupakan metode yang dilakukan


perawat untuk mengkaitkan data klien menghubungkan data serta tersebut dengan konsep
teori dan prinsip yang relevan keperawatan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan pasien dan keperawatan pasien. Dalam analisis data
perawat juga menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk memeriksa setiap potong
informasi dan menentukan relevansinya terhadap masalah kesehatan klien dan
hubungannya dengan potongan informasi lain.

3.3 Diagnosa keperawatan


3.3.1 Diare b.d BAB encer dengan atau tanpa darah (D.0020)
3.3.2 Risiko ketidakseimbangan cairan b.d Dehidrasi (D.0036)
3.3.3 Nyeri akut b.d Reflek spasme otot dinding perut (D.0077)
3.3.4 Defisit nutrisi b.d Anoreksia (D.0019)

11
3.4 Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 Diare b.d BAB Eliminasi Fekal (L.04033) Manajemen diare (I.03101)
encer dengan atau Setelah dilakukan tindakan Observasi
tanpa darah ...x24jam maka yang - identifikasi penyebab diare
(D.0020) diharapkan - identifikasi riwayat pemberian
- kontrol pengeluaran feses makanan
meningkat (5) - monitor warna,volume,frekuensi
- distensi abdomen dan konsistensi tinja
menurun (5) - monitor tanda dan gejala
- teraba massa pada rektal hypovolomia
menurun (5) Terapeutik
-konsistensi feses membaik - berikan asupan cairan oral
(5) - berikan cairan intravena
-frekuensi BAB membaik Edukasi
(5) - anjurkan mkanan porsi kecil dan
-peristaltik usus membaik sering bertahap
(5) - anjurkan hindari makanan yang
berbentuk gas
- anjurkan pemberian ASI
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian obat
antimotilitas
- kolaborasi pemberian obat
pengeras feses
2 Risiko Ketidakseimbangan cairan Manajemen cairan (I.03098)
ketidakseimbangan (L.03020) Observasi
cairan b.d Setelah dilakukan tindakan - monitor status hidrasi
Dehidrasi ...x24jam maka diharapkan - monitor BB harian
(D.0036) - asupan cairan meningkat - monitor pemeriksaan laboratorium
(5) Terapeurik
- output urine meningkat - Catat intake-outake dan

12
(5) hitung balance cairan 24 jam
- membran mukosa lembab - Berikan asupan cairan, sesuai
meningkat (5) kebutuhan
- asupan makanan - Berikan cairan intravena, jika
meningkat (5) perlu
- edema menurun (5) Kolaborasi
- dehidrasi menurun (5) - Kolaborasi pemberian
- asites menurun (5) deuritik, jika perlu

3 Nyeri akut b.d Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)


Reflek spasme otot Setelah dilakukan tindakan Observasi
dinding perut ...x24jam maka yang - Identifikasi skala nyeri
(D.0077) diharapkan - Identifikasi nyeri non verbal
- kemampuan melakukan - Identifikasi faktor memper
aktivitas meningkat (5) berat dan memperingan nyeri
- keluhan nyeri menurun - Identifikasi pengetahuan dan
(5) kelainan tentang nyeri
- meringis menurun (5) Terapeutik
- anoreksia menurun (5) - Berikan teknik non
- mual menurun (5) farmakologis
- muntah menurun (5) - Kontrol lingkungan yang
- nafsu makan membaik memperberat rasa nyeri
(5) - Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik
4 Defisit nutrisi b.d Status nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi (I.03119)

13
Anoreksia b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
(D.0019) ...x24jam maka yag - Identifikasi status nutrisi
diharapkan - Identifikasi alergi dan
-porsi makanan yang intoleransi makanan
dihabisskan meningkat (5) - Identifikasi makanan yamg
-kekuatan otot pengunyah disukai
meningkat (5) Terapeutik
-kekuatan otot menelan (5) - Lakukan oral hygiene
-nyeri abdomen menurun - Fasilitasi menentukan
(5) pedoman diet
-diare menurun (5) - Sajikan makanan secara
-bising usus membaik (5) menarik dan suhu yang
-nafsu makan membaik (5) sesuai
- Berikan suplemen makanan
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan

14
3.5 Implementasi
Implementasi adalah rencana tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
dari kreteria hasil yang dibuat. Tahap pelaksanaan dilakukan setelah rencana tindakan
di susun dan di tunjukkan kepada nursing order untuk membantu pasien mencapai
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat sesuai dengan masalah yang pasien hadapi.
Tahap pelaksaanaan terdiri atas tindakan mandiri dan kolaborasi yang mencangkup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi
koping. Agar kondisi pasien cepat membaik diharapkan bekerjasama dengan keluarga
pasien dalam melakukan pelaksanaan agar tercapainya tujuan dan kriteria hasil yang
sudah di buat dalam intervensi. Adapun implementasi yang dapat dilakukan sesuai
dengan perencanaan yaitu :
• Monitor frekuensi BAB
• Mengobservasi tanda dan gejala dehidrasi (kulit membrane mukosa kering,
kenaikan berate jenis urine tiap 4 jam, dan rasa haus).
• Pantau masukan dan keluaran dengan cermat meliputi frekuensi, warna, dan
konsistensi.
• Monitor masukan makanan/ cairan dengan hitung intake kalori harian
• Monitor mual dan muntah
• Monitor adanya penurunan berat badan
• Monitor lingkungan selama makan
• Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
• Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
• Monitor turgor kulit
• Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
• Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
• Monitor adanya alergi makanan
• Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
• Monitor kalori dan intake nutrisi
• Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral

15
3.6 Evaluasi
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari
evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung.
Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan
informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing)
(Achjar.2010). adapun komponen SOAP yaitu S (Subjektif) dimana perawat menemui
keluhan pasien yang masih dirasakan setelah diakukan tindakan keperawatan, O
(Objektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat
secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah tindakan keperawatan,
A (Assesment) adalah interprestsi dari data subjektif dan objektif, P (Planing) adalah
perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau
ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya
(Rohmah & Saiful,2012). Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang
pasien hadapi yang telah di buat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil.
Adapun hasil yang diharapkan yaitu:
• Tidak terjadi dehidrasi
• Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
• Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
• Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
• Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
• Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
• Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

16
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada pengkajian diare ditemukan perbedaan antara tinjauan teori dengan tinjauan
kasus yaitu pada kasus ditemukan tentang klien sering BAB dan ditemukan data yang
menunjang tentang masalah kekurangan volume cairan. Sedangkan pada tinjauan teori
banyak masalah ditemukan pada setiap pola dan pengkajian fisiknya.
Data – data yang ditemukan pada tinjauan kasus pengkajian pada diare tidak jauh
berbrda dengan tinjauan teorinya. Beberapa masalah yang ditemukan yaitu
kekurangan volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, nyeri,
kurangnya pengetahuan
4.2 Saran
4.2.1 Diharapkan kepada perawat dalam mengumpulkan data agar menggunakan
berbagai sumber informasi dengan menggunakan teknik-teknik wawancara,
observasi, pengkajian fisik dan dokumentasi agar data yang terkumpul akurat
dan komprehensif.
4.2.2 Untuk meningkatkan mutu keperawatan maka diperlukan pendokumentasian
proses keperawatan sebagai salah satu bukti pertanggung jawaban terhadap
usaha yang telah diberikan maka sebaiknya rumah sakit menyiapkan format
untuk pendokumentasian
4.2.3 Dalam menetapkan diagnose keperawatan diharapkan perawat agar
memperhatikanresponklien yang berbeda-beda terhadap masalah kesehatan
melalui pengkajianbiopsikososial spiritual dan cultural yang komprehensif.
4.2.4 Agar masalah keperawatan dapat teratasi dengan baik diperlukan kerjasama tim
paramedic dan tenaga kesehatan lainnya dalam menangani masalah klien
4.2.5 Kepada perawat ruangan dan anggota kesehatan lainnya melanjutkan rencana
keperawatan dan memodifikasi yang sesuai dengan kondisi klien.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fahrunnisa; Fibriana, A. I. 2017. Pendidikan kesehatan Dengan Media Kalender “Pintare”


(Pintar Atasi Diare). Journal of Health Education. Diakses pada tanggal 15 April 2019.

Nursalam et al. (2017). asuhan keperawatan pada anak diare dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi. Jakarta : salem a medika. Diakses pada tgl 28 desember 2022, pukul 20.45

repository.poltekkes-denpasar.ac.id pertama kali diindeks oleh Google pada April 2018

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2064/3/BAB%20II.pdf

repository.unimus.ac.id pertama kali diindeks oleh Google lebih dari 10 tahun lalu

http://repository.unimus.ac.id/1769/4/BAB%20II.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai