Anda di halaman 1dari 37

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


LEUKEMIA

MAKALAH

oleh:
Kelompok 2
1. Aldila Kurnia P. 112310101006
2. Dhara Ayu P 112310101013
3. Frandita Eldiansyah 112310101014
4. Ria Rohma Wati 112310101015
5. Ajeng Di Retnani 112310101020
6. Dini Dian Flowerenty 112310101022
7. Bima Satria 112310101030
8. Silvi Anita Uslatu. R. 112310101035
9. Dita Oktaviana M. 112310101039
10. Wahyu Elok P. 112310101043
11. Subaida 112310101048
12. Meisita Tiara N. 112310101052
13. Eka Desi Pratiwi 112310101053
14. Agung Randy 112310101060

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2013
ii

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


LEUKEMIA

MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik 6A
dosen pengajar: Ns.Wantiyah, M.Kep

oleh:
Kelompok 2

1. Aldila Kurnia P. 112310101006


2. Dhara Ayu P 112310101013
3. Frandita Eldiansyah 112310101014
4. Ria Rohma Wati 112310101015
5. Ajeng Di Retnani 112310101020
6. Dini Dian Flowerenty 112310101022
7. Bima Satria 112310101030
8. Silvi Anita Uslatu. R. 112310101035
9. Dita Oktaviana M. 112310101039
10. Wahyu Elok P. 112310101043
11. Subaida 112310101048
12. Meisita Tiara N. 112310101052
13. Eka Desi Pratiwi 112310101053
14. Agung Randy 112310101060

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2013
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Swt. karena berkat ridho
dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat guna
memenuhi tugas IKK 6A.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dr. Sujono Kardis Sp.Kj yang
mendukung kegiatan kami.
2. Ns. Wantiyah., M. Kep. sebagai dosen pengajar mata kuliah IKK 6A
3. Teman-teman sebagai sumber inspirasi yang juga telah banyak membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kritik dan saran yang membangun juga kami harapkan dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya.Kami juga berharap bahwa
makalah ini nantinya dapat berguna bagi para pembaca dalam mencari ilmu dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Jember, Desember 2013 Penulis


i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................. 2
1.4 Manfaat .............................................................................................. 2
1.5 Implikasi Keperawatan .................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI LEUKIMIA.................................................... 4
2.1 Pengertian........................................................................................... 4
2.2 Epidemiologi....................................................................................... 4
2.3 Etiologi................................................................................................ 7
2.4 Klasifikasi........................................................................................... 8
2.5 Tanda Gejala....................................................................................... 9
2.6 Patofisiologi......................................................................................... 9
2.7 Komplikasi.......................................................................................... 10
2.8 Pemeriksaan Penunjang.................................................................... 11
2.9 Penatalaksanaan................................................................................. 12
2.10 Pencegahan............................................................................................14
BAB 3 PATHWAY LEUKIMIA..........................................................................16
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................18
4.1 Pengkajian Keperawatan.....................................................................18
4.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................24
4.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................25
4.4 Implementasi Keperawatan..................................................................27
4.5 Evaluasi keperawatan...........................................................................27
v

BAB 5 PENUTUP................................................................................................29
5.1 Kesimpulan............................................................................................29
5.2 Saran......................................................................................................29
SOAL KASUS.......................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan
sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke
jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, dkk, 2002). Leukimia adalah suatu penyakit
yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplasitik dari sel-sel organ hemopoietik,
yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal (stem cell) yang akan
membentuk suatu klon sel leukimia. Insidensi leukemia di negara barat adalah
13/100.000 penduduk/ tahun. Leukemia merupakan 2,8% dari seluruh kasus
kanker, belum ada angka pasti mengenai insiden leukemia di Indonesia.
Penyakit kanker darah menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak.
Namun, penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat. Itulah sebabnya
lebih dari 60% anak penderita kanker yang ditangani secara medis sudah
memasuki stadium lanjut. Pengobatan penyakit leukemia memerlukan waktu yang
lama. Paling cepat lima tahun, bahkan bisa lebih, apalagi jika saat ditemukan
penyakitnya sudah mencapai stadium tiga. Pengobatannya sendiri merupakan
kombinasi antara operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Maka dari itu penulis
mencoba untuk membahas mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan
leukimia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menetapkan beberapa
rumusan masalah, di antaranya adalah sebagai berikut.
1.2.1 Apa pengertian leukemia?
1.2.2 Bagaimana epidemiologi leukemia?
1.2.3 Apa saja etiologi leukemia?
1.2.4 Bagaimana klasifikasi dari leukimia?
1.2.5 Apa saja tanda dan gejala leukemia?
1.2.6 Bagaimana patofisiologi leukemia?
1.2.7 Apa saja komplikasi dan prognosis leukemia?
1.2.8 Bagaimana tata cara penatalaksanaan leukemia?
2

1.2.9 Bagaimana cara pencegahan leukemia?


1.2.10 Bagaimana pathway leukemia?
1.2.11 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien leukemia?

1.3 Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah di atas, penulis dapat merumuskan tujuan
penulisan dari makalah ini, di antaranya:
1.3.1 untuk mengetahui pengertian leukemia;
1.3.2 untuk mengetahui epidemiologi leukemia;
1.3.3 untuk mengetahui etiologi leukemia;
1.3.4 untuk mengetahui klasifikasi leukemia;
1.3.5 untuk mengetahui tanda dan gejala leukemia;
1.3.6 untuk mengetahui patofisiologi leukemia;
1.3.7 untuk mengetahui komplikasi dan prognosis leukemia;
1.3.8 untuk mengetahui penataaksanaan leukemia;
1.3.9 untuk mengetahui pencegahan leukemia;
1.3.10 untuk mengetahui pathway leukemia;
1.3.11 untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien leukemia.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 sebagai tambahan perbendaharaan karya tulis ilmiah yang dapat
dijadikan referensi dalam pembelajaran mahasiswa jurusan
keperawatan;
1.4.2 dengan mengetahui segala hal yang berkaitan dengan penyakit
leukopenia dan leukemia maka kita dapat memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien leukopenia dan leukemia dengan baik.

1.5 Implikasi Keperawatan


Pasien dengan diagnosa medis leukemia mengalami suatu kejadian yang
tidak diharapkan. Sebagai perawat kita perlu memberikan dorongan serta
dukungan pada pasien saat dilakukannya pemeriksaan fisik baik secara psikis atau
yang lainnya, hal tersebut digunakan untuk meneliti beberapa kemungkinan yang
terjadi pada pasien sehingga sebagai perawat seyogyanya kita har us
menjelaskan kepada pasien beserta anggota keluarganya mengenai perawatan
3

tindak lanjut dan berbagai tindakan darurat yang harus dilakukan kepada pasien
tersebut.
4

BAB 2. TINJAUAN TEORI LEUKEMIA

2.1 Definisi
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang artinya putih dan
haima yang artinya darah. Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi
sumsum tulang dan jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang
membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan
membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel
semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan menggantikannya.
Namun, terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang. Dimana sel-sel
baru ini terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak
mati seperti seharusnya. Hal ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang
menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.
Menurut Suriadi, 2001, Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang
masih imatur dalam jaringan pembentuk darah. Leukimia adalah suatu keganasan
pada alat pembuat sel darah berupa proliferasi patologis sel hemopoetik muda
yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah
normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, dkk, 2002).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumsum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal (Smeltzer, 2001).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam
sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari
sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

2.2 Epidemiologi
Insiden paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 dan 5
tahun yaitu ALL (Acute Lymphoid Leukemia). Anak perempuan menunjukkan
prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki. Penderita ANLL (Acute
5

Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus leukemia pada anak.
Dan resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai kelainan
kromosom bawaan seperti Sindrom Down (Smeltzer, 2001).
Leukemia merupakan keganasan yang sering dijumpai tetapi hanya
merupakan sebagian kecil dari kanker secara keseluruhan. Menurut Handayani
(2008) ada beberapa data epidemiologi menunjukkan hasil sebagai berikut.
a. Insidensi
Insidensi leukemia di negara barat adalah 13/100.000 penduduk/
tahun. Dan leukemia merupakan 2,8% dari seluruh kasus kanker, belum ada
angka pasti mengenai insiden leukemia di Indonesia.
b. Frekuensi relatif
Frekuensi relatif di Negara Barat menurut Guns yaitu: Leukemia akut
60%, CLL 25%, CML 15%. Sedangkandi Indonesia, frekuensi CLL sangat
rendah. Dan CML merupakan leukemia kronis yang paling sering di jumpai.
c. Usia
1) ALL terbanyak pada anak-anak dan dewasa
2) AML pada semua usia, lebih sering pada orang dewasa
3) CML pada semua usia tersering usia 40-60 tahun
4) CLL terbanyak pada orang tua
d. Jenis kelamin
Leukimia lebih sering di jumpai pada laki-laki dibandingkan
wanita dengan perbandingan 2:1.

2.3 Etiologi
Penyebab yang pasti dari penyakit ini belum diketahui, akan tetapi terdapat
beberapa faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
a. Genetik
Adanya penyimpangan kromosom. Insidensi leukemia meningkat pada
penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma
Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van
Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von
Reckinghausen, dan neurofibromatosis (Wiernik, 1985; Wilson, 1991 dalam
Handayani 2008). Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya
perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau
pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
6

b. Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik
dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran . Hal ini
berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi
(Wiernik,1985 dalam Handayani, 2008) .
c. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan
kromosom dapatan, misal: radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang
dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya
ANLL (Wiernik,1985; Wilson, 1991 dalam Handayani, 2008).
d. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia
menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi
tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang
merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan (Wiernik, 1985
dalam Handayani, 2008). Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan
leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia. Jenis leukemia yang
ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia (Kumala, 1990 dalam Reeves, 2001).
e. Bahan Kimia dan Obat-obatan
Paparan kromis dari bahan kimia (benzen) dihubungkan dengan
peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering
terpapar benzen (Wiernik,1985; Wilson, 1991 dalam dalam Handayani, 2008).
Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML,
antara lain: produk – produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan
ladang elektromagnetik (Soeparman, 1998).

f. Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (alkilator dan inhibitor topoisomere II) dapat
mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML.
Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan
kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML (Soeparman, 1998).
g. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia ( ANLL ) ditemukan pada
pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus
7

lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat
dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien
yang mendapat terapi radiasi misal: pembesaran thymic, para pekerja yang
terekspos radiasi dan para radiologis.

2.4 Klasifikasi Leukimia


Leukemia pada dasarnya dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai
berikut:
a. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke
semua sel myeloid (monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit).
Semua kelompok usia dapat terkena. Insidensi meningkat sesuai
bertambahnya usia (Mansjoer, 2002). Leukemia nonlimfositik yang paling
sering terjadi utamanya pada orang dewasa (85%) daripada anak-anak
(15%) dan lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada wanita. Gejala klinis
yang dapat terlihat pada klien LMA adalah rasa lelah, pucat, nafsu makan
hilang, anemia, petekie, pendarahan, nyeri tulang, serta infeksi dan
pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati, dan kelenjar mediastinum.
Kadang-kadang juga ditemukan hipertrofi gusi, khususnya pada leukemia
akut monoblastik dan mielomonolitik (Handayani, 2008).
b. Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid.
Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit
ini lebih ringan. LMK jarang menyerang individu di bawah 20 tahun
(Mansjoer, 2002). Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi tanda
dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-
tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa dan
limpa membesar (Handayani, 2008).
c. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada
anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia
4 tahun, setelah usia 15 LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur
8

berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga


mengganggu perkembangan sel normal (Mansjoer, 2002).
d. Leukemia Limfositik Kronis (LLC)
LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70
tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa
saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain (Mansjoer, 2002).

2.5 Tanda dan Gejala


Hal-hal yang dapat diperhatikan untuk mengidentifikasi leukemia yaitu
dengan adanya tanda dan gejala sebagai berikut (Baughman,2000) :
a. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan
sumsum tulang memproduksi sel darah merah sehingga dapat ditandai dengan
berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, dan jumlah sel
darah merah kurang. Pasien yang menderita leukemia biasanya mengalami
pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
b. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan
menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk
mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.
c. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan
mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang
sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena
trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara
spontan.
d. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
e. Penurunan nafsu makan
f. Kelemahan dan kelelahan fisik
Selain apa yang telah di sebutkan dan dijelaskan diatas ada beberapa sumber
yang juga menyebutkan tanda dan gejala yang dapat muncul yaitu: pucat, demam,
anemia, perdarahan (ptekia, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi), kelemahan,
9

nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan, purpura, pembesaran
hepar dan lien, adanya gejala tidak khas (sakit sendi atau tulang karena infiltrasi
sel-sel ganas), jika terdapat infiltrasi ke dalam susunan saraf pusat, dapat
ditemukan tanda meningitis, peningkatan cairan cerebrospinal mengandung
protein dan penurunan glukosa (Nursalam, 2005).

2.6 Patofisiologi
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang
disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu
sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang
sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang
dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan
sel darah normal. Terdapat dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai
leukemia, yaitu:
a. Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering
ditemukan pada leukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini
diakibatkan karena produksi yangdihasilkan adalah sel yang immatur.
b. Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah
normal atau jaringan vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses
infiltrasi dan sebagai bagian darikonsekuensi kompetisi untuk
mendapatkan elemen makanan metabolik.
Sejumlah besar sel pertama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit
dalam sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ
hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar (splenomegali,
hepatomegali). Poliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal
sel hematopoetik lainnya dan mengarah ke pengembangan/pembelahan sel yang
cepat dan ke sitopenias (penurunan jumlah). Pembelahan dari sel darah putih
mengakibatkan menurunnya immunocompetence dengan meningkatnya
kemungkinan terjadi infeksi (Long, 1996).
Jika penyebab leukemia adalah virus, maka virus tersebut akan mudah
masuk ke dalam tubuh manusia, jika struktur antigen virus sesuai dengan struktur
1

antigen manusia. Begitu juga sebaliknya, bila tidak sesuai maka akan ditolak oleh
tubuh. Dimana struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari
berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan
tubuh (Ngastiyah, 1997). Menurut Uriadi (2001), prosesnya meliputi: normalnya
tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya
proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositopenia, sistem retikuloendotelial akan
terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah
mengalami infeksi, manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone
marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat, gangguan pada nutrisi dan
metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan
leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan meningkatnya tekanan jaringan dan
adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati,
limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian.

2.7 Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:
a. Gagal sumsum tulang (bone marrow failure)
Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah merah dalam jumlah
yang memadai, biasanya ditandai dengan:
1) Lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah merah terlalu
sedikit).
2) Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih
3) Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
b. Infeksi
Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga
dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem
imun tidak efektif.
c. Hepatomegali (Pembesaran Hati
d. Splenomegali (Pembesaran Limpa)
1

Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan LGK sebagian


berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar,
bahkan beresiko untuk pecah.
e. Limpadenopati
Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjar getah
bening dalam ukuran, konsistensi, ataupun jumlahnya.
f. Kematian.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan
pemeriksaan sumsum tulang.
a. Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan
kadang-kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan penurunan
eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari
50.000/mm3, sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis
lebih dari 50.000/mm3.
b. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut
ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel
leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang
matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel
berinti dalam sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi
merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti.
Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B.
Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan
peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah
granulosit lebih dari 30.000/mm3.

2.9 Penatalaksanaan
1

Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang
diberikan. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi,
konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak
menerima berbagai agens kemoterapeutik untuk menimbulkan remisi. Periode
intensif diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama fase konsolidasi untuk
memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan organ vital lain. Terapi rumatan
diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk memperpanjang remisi.
Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah prednison
(antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik), asparaginase (menurunkan kadar
asparagin (asam amino untuk pertumbuhan tumor), metotreksat (antimetabolit),
merkaptopurin, sitarabin (menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia
granulositik akut), alopurinol, siklofosfamid (antitumor kuat), dan daunorubisin
(menghambat pembelahan sel selama pengobatan leukemia akut) (Betz,Cecily L.
2002).
Selain apa yang telah di jelaskan diatas, pada klien dengan leukemia dapat
dilakukan beberapa penatalaksaan sebagai berikut.
a. Pelaksanaan kemoterapi
1) Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase.
Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau
tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari
5%.
2) Fase profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan
hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invisi sel leukemia ke otak.
Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami
gangguan sistem saraf pusat.
3) Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan
remisi dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh.
1

Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap


untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi
sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat
dikurangi.
b. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Hidayat, 2008) yaitu:
1) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
a) Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi
anemia. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang
dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi trombosit.
b) Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
2) Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal.
Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit,
tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a) Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi
kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara
kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai
5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat
mengurangi gejala-gajala yang tampak.
b) Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa
tidak memperbanyak diri lagi.
c) Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
d) Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan
masa remisi
3) Pengobatan imunologik
Pengobatan imunologik bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia
yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan
seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.
a. Pencangkokan sumsum tulang
b. Irradiasi krania
1

2.10 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Tindakan yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Pengendalian terhadap pemaparan sinar radioaktif
Pencegahan ini ditujukan kepada petugas radiologi dan pasien yang
penatalaksanaan medisnya menggunakan radiasi. Untuk petugas radiologi
dapat dilakukan dengan menggunakan baju khusus anti radiasi,
mengurangi paparan terhadap radiasi, dan pergantian atau rotasi kerja.
Untuk pasien dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan diagnostik
radiologi serendah mungkin sesuai kebutuhan klinis.
2) Pengendalian terhadap pemaparan lingkungan kimia
Pencegahan ini dilakukan pada pekerja yang sering terpapar dengan
benzene dan zat aditif serta senyawa lainnya. Dapat dilakukan dengan
memberikan pengetahuan atau informasi mengenai bahan-bahan
karsinogen agar pekerja dapat bekerja dengan hati-hati. Hindari paparan
langsung terhadap zat-zat kimia tersebut.
3) Mengurangi frekuensi merokok
Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok perokok berat agar dapat
berhenti atau mengurangi merokok. Satu dari empat kasus LMA
disebabkan oleh merokok. Tindakan yang dapat dilakukan dengan
memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok yang bisa menyebabkan
kanker termasuk leukemia (LMA).
4) Pemeriksaan kesehatan pranikah
Pencegahan ini lebih ditujukan pada pasangan yang akan menikah.
Pemeriksaan ini memastikan status kesehatan masing-masing calon
mempelai. Apabila masing-masing pasangan atau salah satu dari pasangan
tersebut mempunyai riwayat keluarga yang menderita sindrom Down atau
1

kelainan gen lainnya, dianjurkan untuk konsultasi dengan ahli hematologi.


Jadi pasangan tersebut dapat memutuskan untuk tetap menikah atau tidak.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan
penyakit atau cedera menuju suatu perkembangan ke arah kerusakan atau
ketidakmampuan. Dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini
dan pengobatan yang cepat dan tepat.
1

BAB 3 PATHWAY
LEUKEMIA

Faktor etiologi: virus, abnormalitas


kromosom, sinar radioaktif, sinar X,
bahan kimia, dan infeksi

Leukosit immature yang berlebihan

Menekan produksi elemen darah normal

Leukemia

Sel-sel leukemik Efek kemoterapi Kemoterapi

Disfugsi sumsum
Mual, anoreksia, Kurang informasi
tulang Allopesia
muntah
Kurang
Menurunkan Menurunkan Menurunkan Gangguan Citra Ketidakseimbangan Pengetahuan
trombosit nutrisi:
neutrofil eritrosit Tubuh Tubuh kurang dari

Produksi plateletMenurunkan sistem eritropeni Ansietas


menurun pertahanan tubuh
Hb menurun
trombositopeniaprimer

Suplai O2 anemia
Resiko PendarahanResiko Infeksi
menurun

Gangguan Perfusi
jaringan
1

Peningkatan Menumpuk di
Intoleransi konsumsi kalori Infiltrasi ke Infiltrasi ke SSP
sumsum tulang organ
Aktivitas
Nyeri Tulang limfoid S. Neurologis
Sel neoplastik
Splenomegali, terganggu
cepat membelah
hepatomegali,
limfadenopati

Sel normal Peningkatan laju


kurang metabolik Sakit kepala,
nutrisi penglihatan
kelelahan kabur

Penurunan BB Nyeri Akut Resiko Cedera


Malaise
dan
Ketidakseimbangan kelemahan
nutrisi : kurang umum
dari kebutuhan
tubuh

Intoleransi
Aktivitas
1

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian Keperawatan


a. Biodata
1. Identitas klien
Identitas klien meliputi: nama/nama panggilan, tempat tanggal lahir/usia,
jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnosa medik, dan rencana terapi.
2. Identitas orang tua
a) Ayah, meliputi: nama, usia, pedidikan, pekerjaan/sumber penghasilan,
agama, dan alamat.
b) Ibu, meliputi: nama, usia, pedidikan, pekerjaan/sumber penghasilan,
agama, dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan utama
Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat
pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
b) Riwayat keluhan utama
Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda
anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-
tanda leukopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-
tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran
mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu
limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran
testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di sekitar
rectal, nyeri
c) Keluhan pada saat pengkajian
1

Pada saat perawat melakukan pengkajian biasanya didapatkan bahwa


klien tampak pucat, lemah, pusing, berkunang saat berdiri dan nafsu
makan menurun, klien tampak gelisah.
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar
monozigot.
c. Pengkajian Perpola
1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Tidak spesifik dan berhubungan dengan kebiasaan buruk dalam
mempertahankan kondisi kesehatan dan kebersihan diri. Kadang ditemukan
laporan tentang riwayat terpapar bahan-bahan kimia dari klien.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Adanya mual, muntah, dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang
tidak adekuat pada klien dengan leukimia.
3) Pola eliminasi
Klien kadang mengalami diare, penegangan pada perianal, nyeri
abdomen, dan ditemukan darah segar pada feses, darah dalam urin, serta
penurunan urin output. Pada inspeksi didapatkan adanya abses perianal, serta
adanya hematuria.
4) Pola latihan dan aktivitas
Klien penderita ALL sering ditemukan mengalami penurunan kordinasi
dalam pergerakan, keluhan nyeri pada sendi atau tulang. Klien sering dalam
keadaan umum lemah, dan ketidakmampuan melaksnakan aktivitas rutin
seperti berpakaian, mandi, makan, toileting secara mandiri. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan penurunan tonus otot, kesadaran somnolence, keluhan
jantung berdebar-debar (palpitasi), adanya murmur, kulit pucat, membran
mukosa pucat, penurunan fungsi saraf kranial dengan atau disertai tanda-
tanda perdarahan serebral. Klien mudah mengalami kelelahan serta sesak saat
beraktifitas ringan, dapat ditemukan adanya dyspnea, tachipnea, batuk,
crackles, ronchi dan penurunan suara nafas. Penderita ALL mudah
mengalami perdarahan spontan yang tak terkontrol dengan trauma minimal,
gangguan visual akibat perdarahan retina, demam, lebam, purpura,
perdarahan gusi,
epistaksis.
5) Pola kognitif dan perseptual
2

Klien penderita ALL sering ditemukan mengalami penurunan kesadaran


(somnolence), iritabilits otot dan “seizure activity”, adanya keluhan sakit
kepala, disorientasi, karena sel darah putih yang abnormal berinfiltrasi ke
susunan saraf pusat.
6) Pola Istirahat dan tidur
Klien memperlihatkan penurunan aktifitas dan lebih banyak waktu yang
dihabiskan untuk tidur /istrahat karena mudah mengalami kelelahan.
7) Pola konsep diri dan persepsi diri
Konsep diri pada klien dengan leukimia tidak banyak mengalami
perubahan. Namun, pada ideal diri klien akan cenderung mengalami
perubahan karena klien tidak mampu berperan di keluarga maupun di
masyarkat sesuai dengan harapan masyarakat di lingkungannya.
8) Pola peran dan hubungan
Klien dengan leukimia biasanya merasa kehilangan waktu untuk bekerja
karena kondisinya yang lemah. Klien juga merasa kehilangan waktu untuk
bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat serta warga masyarakat di
lingkungan tempat tinggalnya.
9) Pola reproduksi/seksual
Klien biasanya mengalami penurunan dalam aktivitas seksual karena
kelemahan fisik yang dirasakan. Keluarga klien cenderung lebih
memperhatikan dan memberikan kasih sayang kepada klien.
10) Pola koping/toleransi stress
Klien berada dalam kondisi yang lemah dengan pertahan tubuh yang
sangat jelek. Dalam pengkajian dapat ditemukan adanya depresi, withdrawal,
cemas, takut, marah, dan iritabilitas. Juga ditemukan perubahan suasana hati,
dan bingung.
11) Pola keyakinan dan nilai
Kegiatan beribadah selama kondisi sakit mengalami penurunan. Namun,
klien biasanya lebih cenderung mendekatkan diri kepada Tuhan.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Lemah
2) Kesadaran : Compos Mentis (tergantung dari kondisi penyakitnya
tingkat kesadaran bisa berubah menjadi koma jika leukosit sudah
berinfiltrasi ke sistem saraf pusat.
3) TTV : Untuk hasil TTV tergantung dari kondisi pasiennya.
4) Pemeriksaan fisik pada bagian tubuh
2

1. Kepala :
a. Lingkar kepala :
b. Rambut : kebersihan.(bersih) warna. (hitam)
Tekstur (kasar) distribusi rambut.(merata)
Kuat/mudah tercabut. . .( kuat )
2. Mata :
a. Sklera :Normal/non ikterik
b. Konjungtiva :anemis
c. Palpebra :
d. Pupil :ukuran 2mm .bentuk isokor, reaksi cahaya
berkurang
3. Telinga :
a. Simetris : ya
b. Serumen : Ada
c. Pendengaran: Baik
4. Hidung :
a. Septum simetris :ya
b. Sekret :tidak
c. Polip :tidak
5. Mulut :
Kebersihan kurang, warna pucat kelembaban kering, gusi mudah
berdarah
a. Lidah :kemungkinan adanya sariawan
b. Gigi : kemungkinan terjadi caries pada gigi atasnya
6. Leher :
a. Kelenjer getah bening :
Teraba di colli dextra diameter 1x1/2x1 ½ cm dan di inguinal
dextra ada 3 bh diameter ½ x 1 ½ x 2 cm
b. Kelenjer tiroid : Tidak ada pembengkakan
c. JVP : 5-2 cm H2O
7. Dada :
2

a. Inspeksi :Normal
b. Palpasi :Normal
c. Perkusi :normal
d. Auskultasi : bunyi ronchi

8. Jantung :
a. Inspeksi : iktus cordis di IC V
b. Auskultasi :-
c. Palpasi :-

9. Paru-paru :
a. Inspeksi :simetris
b. Palpasi :fremitus kiri=kanan
c. Perkusi :-
d. Auskultasi :vesikuler
10. Perut :
a. Inspeksi :ada purpura
b. Palpasi :Hepar kenyal dan pinggirnya tajam
c. Perkusi :timpani
d. Auskultasi :bising usus normal (4x/menit)

11. Punggung :bentuk normal


12. Ekstremitas: Kekuatan dan tonus otot lemah
13. Genitalia :-
14. Kulit:
a. Warna : pucat
b. Turgor :kemungkinan terjadi kembali dalam waktu
< 2 detik
c. Integritas :ada purpura di abdomen
d. Elastisitas :kemungkinan tidak elastis
2

e. Pemeriksaan persistem:
1) Sistem pernapasan
Nafas pendek, dispnea, tachipnea, batuk, RR meningkat, ronchi.
2) Sistem pencernaan
Distensi abnormal, bising usus meningkat, anoreksia, mual, muntah,
penurunan BB, stomatitis, ulkus mulut, hipertrofi gusi, diare, feses hitam,
nyeri tekan perianal.
3) Sistem kardiovaskuler
Palpitasi, takikardi, murmur jantung, kulit dan membrane mukosa pucat,
konjungtiva anemis.
4) Sistem perkemihan
Penurunan output urin, hematuria.
5) Sistem persarafan
Defisit syaraf cranial/tanda perdarahan serebral, penurunan koordinasi,
kesemutan, paretesia, otot iritabilitas, kejang, pusing, sakit kepala,
disorientasi.
6) Sistem musculoskeletal
Nyeri tulang/sendi, nyeri tekan sterna, kram otot, kelelahan, kelemahan.
f. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium pada klien dengan leukemia yang biasanya muncul yaitu:
a. Anemi normokrom normositer
b. Leukosit : meningkat >15.000/mm3 (N = 5000-10000/ mm3)
c. Sitogenik: kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang
pada kromosom 6, 11
d. H : menurun ( < 12.0 – 16.0 g/dL).
e. Trombosit: Menurun (<150.000-400.000/mm3)
f. SDP : meningkat (>50.000)
g. PT/PTT : memanjang
h. Copper serum : meningkat
i. Zink serum : menurun
Produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum tulang
memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi
hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang.

4.2 Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan turunnya produksi
hemoglobin
b. Nyeri berhubungan dengan kerusakan sumsum tulang
2

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake yang tidak adekuat, efek kemoterapi
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan metabolisme suplai
O2 ke jaringan terganggu
e. Resiko pendarahan berhubungan dengan menurunnya trombosit dalam
darah
f. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun
g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi, alopesia
h. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian, perubahan status
kesehatan, krisis situasional
i. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi
j. Resiko cidera berhubungan dengan proses pembekuan darah yang
terganggu
2

4.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


1 Gangguan perfusi jaringan Tujuan: a. Kaji TTV, kaji pengisian a. Memberikan
berhubungan dengan turunnya Setelah dilakukan tindakan kapiler informasi tentang
produksi hemoglobin keperawatan diharapkan derajat/ keadekuatan
perfusi jaringan berhubungan perfusi jaringan dan
dengan komponen seluler membantu
dapat teratasi. menentukan
Kriteria Hasil : kebutuhan intervensi.
a. Menunjukan perfusi b. Meningkatkan
adekuat b. Tinggikan kepala tempat ekspansi paru dan
b. Tanda-tanda vital normal tidur sesuai dengan memaksimalkan
( TD = 120/80 mmHg, RR toleransi oksigenasi untuk
= 18-20 x/menit, Suhu = kebutuhan seluler.
36,5-37,5 0C, Nadi = 60- c. Dapat
100 x/menit) c. Kaji untuk respon verbal mengindikasikan
c. CRT normal (< 2 detik) gangguan fungsi
d. Tidak ada tanda- serebral karena
tanda sianosis. hipoksia.
2

d. Dispneu karena
d. Awasi upaya pernafasan, regangan jantung
auskultasi bunyi nafas. lama/peningkatan
kompensasi curah
jantung.
e. Mengidentifikasi
e. Kaji pemeriksaan lab defisiensi dan
klien, utamanya Hb kebutuhan
pengobatan / respon
terhadap terapi.
f. Berkolaborasi dengan tim f. Memaksimalkan
medis lainnya dalam transport oksigen ke
pemberian terapi jaringan.
medikasi oksigen
2

4.4 Implementasi Keperawatan


Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat sebelumnya. Berikut contoh implementasi keperawatan pada diagnosa
utama.
No Diagnosa Implementasi
1. Gangguan perfusi 1) Telah mengkaji ttv, kaji
jaringan pengisian kapiler
berhubungan dengan 2) Telah meninggikan kepala
turunnya produksi tempat tidur sesuai dengan
hemoglobin toleransi
3) Telah mengkaji untuk respon verbal
4) Telah mengawasi upaya
pernafasan, auskultasi bunyi nafas.
5) Telah mengkaji pemeriksaan lab
klien, utamanya Hb
6) Telah berkolaborasi dengan tim
medis lainnya dalam pemberian
terapi medikasi oksigen.

4.5 Evaluasi Keperawatan


Setelah dilakukan implementasi keperawatan dilakukan suatu evaluasi
yang bertujuan untuk menilai sejauh mana keberhasilan dari tindakan keperawatan
yang dilakukan. Pada evaluasi ini biasanya yang digunakan adalah SOAP dan
SOAPIE. Dari evaluasi ini dapat ditentukan apakah maslah keperawatan teratasi,
teratasi sebagian, ataupun tidak teratasi. Berikut contoh evaluasi pada diagnosa
utama.

No Diagnosa Evaluasi
2

1. Gangguan perfusi jaringan S:


Klien mengatakan, “ saya sudah tidak
berhubungan dengan
sesak napas lagi”
turunnya produksi
O:
hemoglobin TTV
TD : 110-140/ 70-90
Nadi: 60-100
RR : 18-24
CRT < 2 detik
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

BAB 5 PENUTUP
2

5.1 Kesimpulan
Leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat
pembentuk darah. Insiden paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara
3 dan 5 tahun yaitu ALL (Acute Lymphoid Leukemia). Anak perempuan
menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki. Dan ANLL
(Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus leukemia
pada anak. Dan resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai
kelainan kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Etiologi pasti masih belum
diketahui. Namun terdapat berbagai faktor predisposisi seperti genetik,
lingkungan, saudara kandung, virus, dan lain sebagainya.

5.2 Saran
Setelah membahas mengenai asuhan keperawatan pada lansia ini penulis
menyarankan untuk perawat diharapkan dapat meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan pada klien dengan leukemia. Untuk masyarakat diharapkan dapat
melakukan pengobatan secara optimal untuk kesembuhan penyakitnya. Untuk
mahasiswa agar lebih memahami tentang leukemia agar dapat melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan leukemia secara optimal.
3

SOAL KASUS
1. Seorang perempuan 30 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan demam
tinggi, lemas, dan terkadang terjadi perdarahan di gusi. Setelah dilakukan
pemeriksaan didapatkan sel kanker pada sumsum tulang dan jaringan getah
bening. Sel-sel kanker ini terus melakukan pembelahan meski tubuh tidak
membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya. Selain itu
juga didapatkan bahwa jumlah leukosit mengalami peningkatan melebihi
batas normal. Penyakit yang dialami oleh klien adalah
a. Leukimia
b. Leukopeni
c. Anemia
d. Tumor sumsum tulang
e. Kanker sumsum tulang
2. Berdasarkan kasus diatas, insidensi paling sering terjadi pada usia...
a. Anak-anak 3-5 tahun
b. Remaja usia 12-20 tahun
c. 20-30 tahun
d. 30-40 tahun
e. > 40 Tahun
3. Jumlah leukosit yang mungkin didapatkan dari kasus di atas adalah...
a. >5000 leukosit/mm3
b. ±7000 leukosit/mm3
c. ±9000 leukosit/mm3
d. ±10000 leukosit/mm3
e. >15000 leukosit/mm3
4. Seorang laki-laki berusia 35 tahun di diagnosa mengalami leukimia. Klien
mengeluhkan rasa lelah, pucat, nafsu makan hilang, anemia, petekie,
pendarahan, nyeri tulang, infeksi dan pembesaran kelenjar getah bening,
limpa, hati, dan kelenjar mediastinum. Sel kanker telah mengenai sel stem
hematopeotik dan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. Jenis leukimia yang
mungkin dialami klien adalah...
a. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
b. Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
c. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
d. Leukemia Limfositik Kronis (LLC)
e. Leukimia Limfositik Permanen (LLP)
5. Seorang klien didiagnosa mengalami Leukemia Limfositik Akut (LLA). Pada
saat pengjian didapatkan klien sering ditemukan mengalami penurunan
kesadaran, iritabilits otot dan “seizure activity”, adanya keluhan sakit kepala,
3

disorientasi, karena sel darah putih yang abnormal berinfiltrasi ke susunan


saraf pusat. Berdasarkan 11 pola Gordon, pola apakah yang telah dikaji
tersebut...
a. Pola kognitif dan perseptual
b. Pola latihan dan aktivitas
c. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
d. Pola koping/toleransi stress
e. Pola Istirahat dan tidur
6. Pada hasil pemeriksaan laboratorium, hasil yang mungkin didapatkan pada
klien dengan leukimia adalah...
a. Anemi normokrom makrositik
b. Jumlah leukosit 5000-10000/ mm3
c. Jumlah Hb 7,3 mg/dl
d. Trombosit >150.000/mm3
e. Zink serum meningkat
7. Seorang klien didiagnisa mengalami leukimia. Saat ini klien berada dalam
kondisi yang lemah dengan pertahan tubuh yang sangat jelek. Dalam
pengkajian ditemukan klien merasa depresi, cemas, takut, marah, dan
iritabilitas terhadap penyakit yang dialaminya. Selain itu juga ditemukan
perubahan suasana hati, dan bingung. Diagnosa yang muncul dari kasus
diatas adalah...
a. Resiko infeksi
b. Resiko cidera
c. Intoleransi aktivitas
d. Ansietas
e. Gangguan perfusi jaringan
8. Intervensi yang dapat diberikan sesuai diagnosa diatas adalah...
a. Memberikan antibiotik dan vitamin untuk meningkatkan pertahanan
tubuh dan mencegah infeksi
b. Memodifikasi lingkungan yang aman dan nyaman
c. Bantu klien untuk memilih aktivitas yang dapat dilakukan
d. Berikan pendidikan kesehatan terkait penyakit yang dialami dan
motivasi
e. Monitoring cairan tubuh klien
9. Tn. T, 40 tahun didiagnosa mengalami leukimia. Saat ini klien berada dalam
kondisi yang lemah. Dari kasus di atas jika dilihat dari segi epidemiologi
leukemia berdasarkan faktor usia secara umum yang lebih sering terjadi pada
usia Tn. T adalah leukemia jenis...
a. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
b. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
3

c. Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)


d. Leukemia Limfositik Kronis (LLC)
e. Leukemia Mielogenus Limfositik (LML)
10. Seorang laki-laki 43 tahun dengan leukemia datang ke rumah sakit dengan
keluhan demam tinggi, lemas, dan terkadang terjadi perdarahan di gusi.
Perawat S. melakukan pengkajian untuk mengetahui penyebab penyakit yang
dialami oleh klien. Yang bukan salah satu faktor penyebab terjadinya
leukemia adalah…
a. Genetik
b. Bahan Kimia dan Obat-obatan
c. Obat-obatan
d. Radiasi
e. Bersentuhan dengan darah

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah (alih bahasa: Yasmin


Asih). Jakarta: EGC
Handayani, Wiwik & Andi Sulistyo Hariwibowo. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta:
Salemba Medika
Mansjoer, Arif, dkk. 2002. Kapita selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.
Jakarta: Salemba
Merdeka
Price, Sylvia A & Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC
Reeves, Charlene J et al. 2001. Medical-Surgical Nursing (alih bahasa: Joko
Setyono). Ed. I. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth (alih bahasa: Agung Waluyo, dkk). Jakarta: EGC
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai