Anda di halaman 1dari 50

Asuhan Keperawatan Pada Ny.

S dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar : Personal Hygiene
di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

JESSICA YOLANDA S

142500062

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JULI 2017

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sang pencipta semesta,
manusia dan kehidupan beserta segala isinya, atas berkat-Nya saya dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.
S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar : Personal Hygiene di Kelurahan
Sari Rejo Medan Polonia”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Ahli Madya Keperawatan di
Program Studi DIII Keperawatan fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.

Dalam meneyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keperawatan


Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp KMB, selaku Pembantu
Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku Pembantu
Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Jenny Marlindawani Purba, SKp, MNS, Ph.D, selaku Dosen
pembimbing Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan dan
meluangkan waktu serta pikiran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program
Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku Dosen Pembimbing Akademik.
8. Kedua orangtua saya, Drs. Lintong Simangunsong dan Novida Panjaitan
yang mendukung dalam segala moril maupun materil dan dukungan
dengan penuh kasih sayang sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.

Universitas Sumatera Utara


9. Yang tersayang kakak, abang dan adik khususnya Fransisca Nababan,
Zebe Clinton Polin Simangunsong, Mickhel Novlin simangunsong, Chisya
Rut Thitania Simangunsong dan Cheisy Sarah Thithania Simangunsong
yang senantiasa memberikan dukungan dan doa.
10. Seluruh teman-teman mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Sumatera Utara di Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2014
khususnya Noviyanti Simanjuntak, Maria Anastasia Simanjuntak, Carolina
Sinaga, Eka Rina Perangin-Angin, Dede Atika, Desi Situmeang dan
teman-teman satu bimbingan saya yang telah berpartisipasi memberi
motivasi, semangat dan dukungan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
kata sempurna baik dari tulisan maupun susunannya. Maka dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari semua
pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengharapkan tugas akhir ini dapat memberikan


manfaat bagi pembaca pada umumnya dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat dan karunianya bagi kita semua.

Medan, 18 Juli 2017

Penulis

Jessica Yolanda S
142500062

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman Orisinalitas

Lembar Pengesahan …………………………………………………………..... i


Kata Pengantar ………………………………………………………………… ii
Daftar Isi ……………………………………………………………………….. iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………. 1
1.2 Tujuan ……………………………………………………………….. 4
1.2.1 Tujuan Umum …………………………………………………. 4
1.2.2 Tujuan Khusus ………………………………………………… 4
1.3 Manfaat ……………………………………………………………… 4
BAB II PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri ……………………………….. 6
2.1.1 Pengertian Perawatan Diri …...………………………………... 6
2.1.2 Tingkat Kemampuan Perawatan Diri …………………………. 7
2.1.3 Macam-macam Perawatan Diri ……………………………….. 9
2.1.4 Manifestasi Klinik ……………………………………………. 13
2.1.5 Tujuan Perawatan Diri ……………………………………….. 14
2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri …………. 14
2.1.7 Dampak Perawatan Diri ……………………………………… 16
2.1.8 Upaya Perawat Dalam Melakukan Perawatan Diri ………….. 16
2.2 Konsep Dasar Lansia ……………………………………………….. 17
2.2.1 Pengertian Lansia …………………………………………….. 17
2.2.2 Proses Menua ………………………………………………… 18
2.2.3 Batasan Lansia ……………………………………………….. 18
2.2.4 Tipe-tipe Lansia ……………………………………………… 19
2.2.5 Perubahan Pada Lansia ………………………………………. 19
2.2.6 Perubahan Kognitif …………………………………………... 21
2.3 Asuhan Keperawatan Kasus ……………………………………….. 22
2.3.1 Pengkajian ……………………………………………………. 22
2.3.2 Analisa Data ………………………………………………….. 25

Universitas Sumatera Utara


2.3.3 Masalah Keperawatan ………………………………………... 27
2.3.4 Intervensi Keperawatan ……………………………………… 27
2.3.5 Implementasi dan Evaluasi …………………………………... 32
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 36
3.2 Saran ……………………………………………………………….. 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR KONSULTASI

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Defisit perawatan diri mandi yaitu hambatan kemampuan untuk melakukan
atau memenuhi aktivitas mandi/hygiene. Defisit perawatan diri menggambarkan
suatu keadaan seseorang yang mengalami hambatan kemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri, seperti mandi, berganti pakaian, makan dan
eliminasi. Jika seseorang tidak dapat melakukan semua perawatan diri, situasi ini
digambarkan sebagai defisit perawatan total. Namun, diagnosis tersebut dapat
diklasifikasi dalam masalah yang lebih spesifik, dengan batasan karakteristiknya
masing-masing, masalah-masalah ini dapat berdiri sendiri atau dalam berbagai
kombinasi, seperti Defisit perawatan diri : makan dan deficit perawatan diri :
mandi/hygiene dan makan, (Nursing Interventions Clarification/NIC, 2012).
Lansia bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut
dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Pudjiastuti, 2003). Proses penuaan
merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan, yaitu masa anak, masa
dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu (Mubarak,
2009).
Menua Constantinides (1994 dalam Setiadi, 2005) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan
progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat
irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses
alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun
sosial akan saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada
lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan
(impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan

Universitas Sumatera Utara


(disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan
proses kemunduran (Bondan, 2006).
Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur
dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem yang ada pada tubuh
manusia. Proses ini menjadikan kemunduran fisik maupun psikis. Kemunduran
fisik ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, penurunan pendengaran,
penglihatan memburuk, gerakan lambat, dan kelainan berbagai fungsi organ vital.
Sedangkan kemunduran psikis terjadi peningkatan sensitivitas emosional,
menurunnya gairah, bertambahnya minat terhadap diri, berkurangnya minat
terhadap penampilan, meningkatnya minat terhadap material, dan minat kegiatan
rekreasi tidak berubah (hanya orientasi dan subjek saja yang berbeda (Mubarak,
2009).
Fakta di masa lalu, merawat klien lanjut usia (lansia) dianggap sebagai area
berteknologi rendah, dijelaskan sebagai area yang bukan salah satu area praktik
keperawatan bergengsi (Basford, 2006). Terdapat keraguan bahwa klien lansia
dengan demensia merupakan kekhawatiran utama dalam penyediaan pelayanan
asuhan keperawatan lanjut (home care). Bahwa seiring dengan semakin lanjutnya
usia, mental serta kecakapan fisik melambat sampai beberapa tingkat, sehingga
lansia distigmatisasi sebagai bagian bawah dalam kelompok sosial dan kebutuhan
khusus mereka kurang dikenali, sehingga perawatan home care tidak
maksimal (Larsson, 2007).
Sensus penduduk tahun 1901, menemukan kurang dari dua juta masyarakat
Inggris berusia lebih dari 65 tahun. Pada 1989, diperkirakan jumlah penduduk
lansia sekitar sembilan juta. Walaupun lansia yang lebih muda (65-75 tahun)
secara statistik menunjukkan sikap yang tetap mandiri, terdapat peningkatan
signifikan pada lansia yang lebih tua (75 tahun ke atas) yang menyebabkan
kesulitan tertentu bagi penyedia perencana kesehatan dan perawatan sosial. Pada
1991, bahwa 44% penduduk lansia berusia lebih dari 75 tahun. Diperkirakan pada
2041 proporsi penduduk lansia yang lebih tua akan melebihi 50%. Dalam istilah
lain, diprediksi bahwa antara 1991 dan 2011 jumlah lansia akan meningkat sampai
sekitar 700.000 dan sekitar 75% terdiri dari lansia yang berusia lebih dari 75 tahun
(OPCS, 1991). Antara 60% dan 75% lansia penghuni panti jompo menderita

Universitas Sumatera Utara


beberapa bentuk demensia (Stockslager, 2007). Bahwa tingkat kerusakan jaringan
otak meningkat melalui kombinasi dari pengurangan sejumlah darah teroksigenasi
yang mencapai daerah otak, dan efek proses penuaan pada organ lain dan pada
system tubuh. Efek kondisi yang dapat dipantau ini adalah kehilangan
keterampilan sehari-hari seperti mandi, makan dan minum, berpakaian, dan
eliminasi, serta rasa frustasi akibat kehilangan kepercayaan diri dan harga diri
yang dapat digabungkan dengan cara perawat memperlakukan klien lansia
(Kitson, 1990). Salah satu upaya perawatan terhadap lansia berupa home care
untuk mempertahankan individualitas dan pemberdayaan karena perawatan
tersebut adalah tentang pemberian asuhan spesial untuk memenuhi kebutuhan
spesial. Sehingga ketergantungan permanen pada lansia dapat dikurangi.
Pengkajian keperawatan untuk kelompok klien ini perlu dikonsentrasikan pada
mengukur efek kerusakan dalam kemampuan untuk berkomunikasi, mobilisasi,
dan terlibat dalam aktivitas sosial. Intervensi keperawatan selanjutnya harus
berfokus pada memfasilitasi adaptasi individu guna mengembalikan kesejahteraan
dan kemandirian (Basford, 2006)
Berdasarkan kasus di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia dengan klien Ny.
S berumur 72 tahun, ditemukan bahwa klien lansia mengalami masalah dalam hal
perawatan diri disebabkan karena adanya perubahan dalam kodisi fisik dan
psikologisnya.
Kasus yang dialami Ny. S merupakan kasus dengan prioritas masalah
kebutuhan dasar personal hygiene defisit. Penulis memprioritaskan masalah ini
dikarenakan perubahan kondisi pada fisik dan psikologi klien yang dapat
mempengaruhi status kesehatan klien lansia. Oleh karena itu, perawat perlu
memberikan asuhan keperawatan yang dapat membantu klien lansia dalam
pemenuhan kebutuhan perawatan dirinya terkait dengan kondisi kesehatan pada
Ny. S.
Permasalahan kebutuhan personal hygiene haruslah diperhatikan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian pasien, penulis tertarik
untuk membuat karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan keperawatan pada Ny. S
dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar : Personal Hygiene di Kelurahan Sari
Rejo Medan Polonia”

Universitas Sumatera Utara


1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah memberikan gambaran nyata
tentang asuhan keperawatan pada klien lansia dengan defisit perawatan diri
dan memberi pengetahuan pada pembaca tentang asuhan keperawatan
kepada klien lansia dengan defisit perawatan diri.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien lansia
dengan Defisit Perawatan diri.
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah keperawatan pada
klien lansia dengan Defisit Perawatan diri.
c. Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada klien
lansia dengan Defisit Perawatan diri.
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada
klien lansia dengan Defisit Perawatan diri.
e. Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada klien
lansia dengan Defisit Perawatan diri.

1.3 Manfaat
a. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil karya tulis imiah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi insitusi
penyelenggara pendidikan Diploma III keperawatan khususnya dalam
mengembangkan suatu panduan bagi mahasiswa di dalam mempersiapkan
mahasiswa untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien lansia
dengan defisit perawatan diri. Selain itu, hasil karya tulis ilmiah ini juga
dapat digunakan oleh institusi untuk membantu mhasiswa bagaimana
mengidentifikasi kebutuhan dasar klien lansia dan meningkatkan
kemampuan mahasiswa membantu klien lansia dalam pemenuhan
kebutuhan dasar.

Universitas Sumatera Utara


b. Bagi Praktek Keperawatan
Hendaknya meningkatkan komunikasi terapeutik terhadap klien lansia
sehingga asuhan keperawatan dapat tercapai. Selain itu juga ditingkatkan
hubungan kerjasama antara pihak rumah sakit dan keluarga dalam
perawatan baik di rumah sakit maupun setelah klien lansia pulang ke
rumah.

c. Bagi Klien Lansia


Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk membantu klien
lansia mengatasi masalah defisit perawatan diri, sehingga klien lansia
dapat melakukan perawatan diri dengan baik meskipun mempunyai
keterbatasan fisik.

d. Bagi Mahasiswa
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
yang bermakna bagi mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan defisit perawatan diri.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Perawatan Diri


2.1.1 Pengertian Perawatan Diri
Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan
perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik
secara fisik maupun psikologis (Hidayat, 2009). Kebersihan diri adalah upaya
individu dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi kebersihan rambut, gigi
dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit, dan kebersihan dalam berpakaian dalam
meningkatkan kesehatan yang optimal (Effendy, 1998). Lansia perlu mendapatkan
perhatian dengan mengupayakan agar mereka tidak terlalu tergantung kepada
orang lain dan mampu mengurus diri sendiri (mandiri), menjaga kesehatan diri,
yang tentunya merupakan kewajiban dari keluarga dan lingkungannya. Dalam
teori self care Dorothea Orem menganggap bahwa perawatan diri merupakan
suatu kegiatan membentuk kemandirian individu yang akan meningkatkan taraf
kesehatannya. Sehingga bila mengalami defisit, ia membutuhkan bantuan dari
perawat untuk memperoleh kemandiriannya kembali (Hapsah, 2008).
Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status kesehatan, di
mana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan
mencegah terjadinya penyakit. Upaya ini lebih menguntungkan bagi individu
karena lebih hemat biaya, tenaga dan waktu dalam mewujudkan kesejahteraan dan
kesehatan. Upaya pemeliharaan kebersihan diri mencakup tentang kebersihan
rambut, mata, telinga, gigi, mulut, kulit, kuku, serta kebersihan dalam berpakaian.
Dalam upaya pemeliharaan kebersihan diri ini, pengetahuan keluarga akan
pentingnya kebersihan diri tersebut sangat diperlukan. Karena pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 1997).
Menurut Andarmoyo (2012), dalam kehidupan sehari-hari kebersihan
merupakan hal yang sangat penting yang harus diperhatikan karena kebersihan
akan mempengaruhi kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan klien.
Praktek perawatan diri seseorang dipengaruhi oleh faktor pribadi, sosial dan

Universitas Sumatera Utara


budaya. Jika seseorang sakit biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan.
Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele,
padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara
umum. Sebagai seorang perawat hal yang penting yang perlu diperhatikan selama
perawatan diri klien adalah memberikan kemandirian klien sebanyak mungkin,
memperhatikan kemampuan klien dalam melakukan praktik perawatan diri,
memberi privasi dan penghormatan, serta memberi kenyamanan fisik kepada
klien.

2.1.2 Tingkat Kemampuan Perawatan Diri Lansia


Perubahan patofisiologis pada korteks serebri mengakibatkan lansia
mengalami defisit perawatan diri. Sehingga perlu diupayakan penyusunan
aktivitas sehari-hari yang lebih sederhana dan singkat yang dapat menimbulkan
kepuasaan bagi lansia dalam melakukannya (Smeltzer, 2001). Dalam Nursalam
(2009), klasifikasi tingkat kemampuan perawatan diri (tingkat ketergantungan
klien) berdasarkan teori Orem terdiri dari butuh sedikit bantuan (minimal care),
butuh bantuan sebagian dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri (partial
care), dan butuh bantuan penuh dalam memenuhi perawatan diri (total care).
Berdasarkan Activity Daily Living (ADL) Barthel, tingkat ketergantungan klien
terdiri dari mandiri, ketergantungan ringan, ketergantungan sedang,
ketergantungan berat, dan ketergantungan total.

Tabel : Indeks ADL Barthel

No Aktivitas Kemampuan Skor

1 Transfer (tidur duduk) Mandiri 3


Dibantu satu orang 2
Dibantu dua orang 1
Tidak mampu 0

Universitas Sumatera Utara


2 Mobilisasi (berjalan) Mandiri 3
Dibantu satu 2
orang/walker
Dengan kursi roda 1
Tergantung orang lain 0

3 Penggunaan toilet (pergi ke/dari WC, Mandiri 1


melepas/mengenakan celana, Perlu pertolongan 0
menyeka, menyiram) orang lain

4 Membersihkan diri (lap muka, sisir Mandiri 1


rambut, sikat gigi) Perlu pertolongan 0
orang lain

5 Mengkontrol BAB Kontinen teratur 2


Kadang-kadang 1
inkontinen
Inkontinen 0

6 Mengontrol BAK Kontinen teratur 2


Kadang-kadang 1
inkontinen
Inkontinen 0

7 Mandi Mandiri 1
Tergantung orang lain 0

8 Berpakaian (mengenakan baju) Mandiri 2


Sebagian dibantu 1
Tergantung orang lain 0

9 Makan Mandiri 2
Perlu pertolongan 1
Tergantung 0

Universitas Sumatera Utara


Nilai ADL = 19 : Mandiri
15 – 18 : Ketergantungan Ringan
10 – 14 : Ketergantungan Sedang
5–9 : Ketergantungan Berat
0 –4 : Ketergantungan Total

2.1.3 Macam–Macam Perawatan Diri


Pemeliharaan perawatan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang
dikatakan memiliki perawatan diri yang baik apabila, orang tersebut dapat
menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut,
rambut, mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan
kerapihan pakaiannya.
Menurut Potter dan Perry (2006) macam-macam perawatan diri adalah:
a. Perawatan Kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi,
ekskresi, pengatur temperatur, dan sensasi. Kulit memilki tiga lapisan
utama yaitu epidermis, dermis dan subkutan. Epidermis (lapisan luar)
disusun beberapa lapisan tipis dari sel yang mengalami tahapan berbeda
dari maturasi, melindungi jaringan yang berada di bawahnya terhadap
kehilangan cairan dan cedera mekanis maupun kimia serta mencegah
masuknya mikroorganisme yang memproduksi penyakit. Dermis,
merupakan lapisan kulit yang lebih tebal yang terdiri dari ikatan kolagen
dan serabut elastik untuk mendukung epidermis. Serabut saraf, pembuluh
darah, kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan folikel rambut bagian yang
melalui lapisan dermal. Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum, minyak,
cairan odor, kedalam folikel rambut. Sebum meminyaki kulit dan rambut
untuk menjaga agar tetap lemas dan liat. Lapisan Subkutan terdiri dari
pembuluh darah, saraf, limfe, dan jaringan penyambung halus yang terisi
dengan sel-sel lemak. Jaringan lemak berfungsi sebagai insulator panas
bagi tubuh. Kulit berfungsi sebagai pertukaran oksigen, nutrisi, dan cairan
dengan pembuluh darah yang berada dibawahnya, mensintesa sel baru, dan

Universitas Sumatera Utara


mengeliminasi sel mati, sel yang tidak berfungsi. Sirkulasi yang adekuat
penting untuk memelihara kehidupan sel. Kulit sering kali merefleksikan
perubahan pada kondisi fisik dengan perubahan pada warna, ketebalan,
tekstur, turgor, temperatur. Selama kulit masih utuh dan sehat, fungsi
fisiologisnya masih optimal.

b. Mandi
Mandi adalah bagian perawatan diri total. Mandi dapat dikategorikan
sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi di tempat tidur yang lengkap
diperlukan bagi individu dengan ketergantungan total dan memerlukan
perawatan diri total. Keluasan mandi individu dan metode yang digunakan
untuk mandi berdasarkan pada kemampuan fisik individu dan kebutuhan
tingkat perawatan diri yang diperlukan. Individu yang bergantung dalam
kebutuhan perawatan dirinya sebagian atau individu yang terbaring di
tempat tidur dengan kecukupan diri yang tidak mampu mencapai semua
bagian badan memperoleh mandi sebagian di tempat tidur. Pada lansia,
mandi biasanya dilakukan dua kali sehari atau lebih sesuai selera dengan air
dingin atau air hangat. Diusahakan agar satu kali mandi tidak dibawah
pancuran atau konsensional, tetapi merendam diri di bak mandi yang akan
memberi kenikmatan, relaksasi dan menambah tenaga serta kebugaran
tubuh. Penting juga membersihkan alat kelamin dan kulit antara dubur dan
alat kelamin (perineum). Gosokan dimulai dari sisi alat kelamin kearah
dubur. Bagi wanita, puting payudara jangan lupa dibersihkan dan kemudian
dikeringkan. Setelah selesai mandi keringkan badan, termasuk rongga
telinga, lipatan-lipatan kulit dan celah-celah jari kaki untuk menghindarkan
timbulnya infeksi jamur, juga pada semua lipatan-lipatan kulit lainnya
(Setiabudhi, 2002).

c. Perawatan Mulut
Perawatan mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut,
gigi, gusi, dan bibir. Menggosok, membersihkan gigi dari partikel partikel
makanan, plak, dan bakteri, memasase gusi, dan mengurangi

Universitas Sumatera Utara


ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman.
Beberapa penyakit yang muncul akibat perawatan gigi dan mulut yang
buruk adalah karies, radang gusi, dan sariawan. Perawatan mulut yang baik
memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan.
Golongan lansia sering mengalami tanggalnya gigi geligi. Salah satu sebab
adalah karena proses penuaan dan penyebab lain yang lebih sering adalah
kurang baiknya perawatan gigi dan mulut. Osteoporosis dan periodontitis
pada lansia menyebabkan akar gigi agak longgar dan dicelah-celah ini
sering tersangkut sisa makanan. Inilah penyebab terjadinya peradangan.
Karies timbul antara lain akibat fermentasi sisa makanan yang menempel
pada gigi oleh kuman yang lambat laun mengakibatkan lobang pada enamel
gigi dan bila tidak ditambal akan menyebabkan radang dan kematian syaraf
gigi karena infeksi. Setelah konsumsi makanan dan minuman yang bersifat
asam, gigi perlu dibersihkan yaitu kumur-kumur dengan air. Maka penting
untuk menggosok gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari dan sangatlah
dianjurkan untuk berkumur-kumur atau menggosok gigi setiap kali selepas
makan (Setiabudhi, 2002).

d. Perawatan Mata, Hidung dan Telinga


Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk
membersihkan mata, hidung, dan telinga selama individu mandi. Secara
normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena
secara terus-menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu
mata mencegah masuknya partikel asing kedalam mata. Normalnya, telinga
tidak terlalu memerlukan pembersihan. Namun, telinga yang serumen
terlalu banyak telinganya perlu dibersihlkan baik mandiri atau dibantu oleh
keluarga. Perawatan telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman
pendengaran. Bila benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, maka
akan mengganggu konduksi suara. Hidung berfungsi sebagai indera
penciuman, memantau temperatur dan kelembapan udara, serta mencegah
masuknya partikel asing ke dalam system pernapasan.

Universitas Sumatera Utara


e. Perawatan Rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara
penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau
ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut
sehari-hari. Menyikat, menyisir dan bershampo adalah cara-cara dasar
higienis perawatan rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi indikator
status kesehatan umum, perubahan hormonal, stress emosional maupun
fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan dapat
mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut merupakan bagian dari tubuh
yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut
perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi. Kerontokan rambut
sering terjadi pada lansia. Jumlah rambut rata-rata adalah lebih 100.000
helai, 80% bersifat aktif tumbuh dan sisanya 20% berada dalam stadium
tidak aktif. Rambut membutuhkan perawatan yang baik dan teratur,
terutama pada wanita. Agar tidak mengalami banyak kerontokan, antara
lain karena kurangnya sanitasi atau adanya infeksi jamur yang lazim
disebut ketombe. Rata-rata 50-100 helai rambut dapat rontok dalam masa
sehari. Oleh itu rambut sebaik-baiknya perlu dicuci dengan shampo yang
mengandung anti ketombe yang cocok. Cuci rambut sebaiknya dilakukan
tiap 2 atau 3 hari dan minimal sekali seminggu (Setiabudhi, 2002).

f. Perawatan Kaki dan Kuku


Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk
mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang
tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau
ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku penting dalam
mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk
kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam
keadaan sehat dan bersih. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau
pada waktu yang terpisah. Pada lansia, proses penuaan memberi perubahan
pada kuku yaitu pertumbuhan kuku menjadi lebih lambat, permukaan tidak
mengkilat tetapi menjadi bergaris dan mudah pecah karena agak keropos.

Universitas Sumatera Utara


Warnanya bisa berubah menjadi kuning. Kuku bisa menjadi lembek
terutama kuku kaki akan menjadi lebih tebal dan kaku serta sering ujung
kuku kiri dan kanan menusuk masuk ke jaringan disekitarnya (ungus
incarnates). Pengguntingan dilakukan setelah kuku direndam dalam air
hangat selama 5-10 menit karena pemanasan membuat kuku menjadi
lembek dan mudah digunting (Setiabudhi, 2002).

g. Perawatan Genetalia
Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Seseorang
yang paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah yang beresiko
terbesar memperoleh infeksi. Seseorang yang tidak mampu melakukan
perawatan diri dapat dibantu oleh keluarga untuk melakukannya.

2.1.4 Manifestasi Klinik


Menurut Depkes (2000), manifestasi klien lansia dengan defisit perawatan
diri adalah :
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologi
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial
a. Interakasi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
e. BAB/BAK disembarang tempat

Universitas Sumatera Utara


2.1.5 Tujuan Perawatan Diri
a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
b. Memelihara kebersihan diri seseorang
c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
d. Pencegahan penyakit
e. Meningkatkan percaya diri seseorang
f. Menciptakan keindahan

2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri


Menurut Potter & Perry (2005), sikap seseorang melakukan perawatan
diri (personal hygiene) dipengaruhi oleh sejumlah faktor yaitu : citra tubuh,
praktik sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan, variabel kebudayaan,
pilihan pribadi, dan kondisi fisik.
a. Citra tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan
fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap
peningkatan citra tubuh individu (Stuart & Sundeen, 1991). Citra tubuh ini
dapat seringkali berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan
hygiene seseorang.

b. Praktik Sosial
Kelompok-kelompok sosial wadah seorang individu berhubungan dapat
mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Praktik hygiene lansia dapat berubah
dikarenakan situasi kehidupan. Misalnya, lansia yang tinggal di rumah
perawatan tidak dapat mempunyai privasi dalam lingkungan yang baru.
Mereka tidak mempunyai kemampuan fisik untuk membungkuk keluar masuk
bak mandi kecuali kamar mandi telah dibentuk untuk mengakomodasi
keterbatasan fisik mereka.

c. Status Sosial Ekonomi


Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan yang digunakan. Dari segi ekonomi, harus diperhatikan apakah

Universitas Sumatera Utara


individu dapat menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant,
sampo, pasta gigi, dan kosmetik. Sedangkan dari aspek sosial dilihat apakah
penggunaan produk-produk tersebut merupakan bagian dari kebiasaan sosial
yang dipraktikkan oleh kelompok sosial individu.

d. Pengetahuan
Pengetahuan akan pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktek hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri
tidaklah cukup. Seseorang juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan
diri sehingga akan terus meningkatkan perawatan dirinya.

e. Variabel Kebudayaan
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan
hygiene. Seorang dari latar belakang kebudayaan berbeda memiliki praktik
perawatan diri yang berbeda. Keyakinan yang didasari kultur sering
menentukan definisi tentang kesehatan dan perawatan diri.

f. Pilihan Pribadi
Menurut pilihan dan kebutuhan pribadi, setiap individu memiliki
keinginan dan pilihan tentang kapan untuk melakukan perawatan diri dan
bagaimana ia melakukannya.

g. Kondisi Fisik
Semakin lanjut usia seseorang, maka akan mengalami kemunduran
terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan
peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan di
dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Sehingga dapat meningkatkan bantuan
orang lain.

Universitas Sumatera Utara


2.1.7 Dampak Perawatan Diri
a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan
fisik pada kuku.

b. Gangguan psikosoial
Masalah sosial yang berhubungan dengan defisit perawatan diri adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
aktualisasi diri menurun dan gangguan dalam interaksi sosial.

2.1.8 Upaya Perawat Dalam Melakukan Perawatan Diri


Perawat memiliki peran penting didalam upaya menjaga dan memenuhi
kebutuhan personal hygiene pasien. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara
melakukan proses keperawatan yaitu (Hidayat, 2006) :
1) Riwayat Keperawatan
Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari-hari, sarana dan
prasarana yang dimiliki, serta faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene individu baik faktor pendukung maupun faktor pencetus.
2) Pemeriksaan fisik pada pemeriksaan fisik, kaji personal hygiene individu,
mulai dari ekstremitas atas sampai bawah:
a) Rambut : Amati kondisi rambut (warna, tekstur, kualitas), apakah
tampak kusam? Apakah ditemukan kerontokan?
b) Kepala : Amati dengan seksama kebersihan kulit kepala. Perhatikan
adanya ketombe, kebotakan, atau tanda-tanda kemerahan.
c) Mata : Amati adanya tanda-tanda ikterus., konjungtiva pucat, secret
pada kelopak mata, kemerahan dan gata-gatal pada kelopak mata.
d) Hidung : Amati kondisi kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis,
perdarahan hidung, tanda-tanda pilek yang tak kunjung sembuh, tanda-
tanda alergi, atau perubahan pada daya penciuman.

Universitas Sumatera Utara


e) Mulut : Amati kondisi mulut dan amati kelembabannya. Perhatikan
adanya lesi, tanda-tanda radang gusi atau sariawan, kekeringan atau
pecah-pecah.
f) Gigi : Amati kondisi dan kebersihan gigi. Perhatikan adanya tanda-
tanda karang gigi, karies, gigi pecah-pecah, tidak lengkap atau gigi
palsu.
g) Telinga : Amati kondisi dan kebersihan telinga. Perhatikan adanya
serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi, atau perubahan pada
daya pendengaran.
h) Kulit : Amati kondisi kulit (tekstur, turgor, kelembaban) dan
kebersihannya. Perhatikan adanya perubahan warna kulit, kulit keriput,
lesi, atau pruritus.
i) Kuku tangan&kaki : Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan
adanya kelainan atau luka.
j) Personal hygiene secara umum : Amati kondisi dan kebersihan kulit
secara umum. Perhatikan adanya kelainan kulit atau bentuk tubuh.

2.2 Konsep Dasar Lansia


2.2.1 Pengertian Lansia
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai
umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000). Usia lanjut
adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005). Usia lanjut adalah suatu proses alami
yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006). Menua secara normal dari system saraf
didefinisikan sebagai perubahan oleh usia yang terjadi pada individu yang sehat
bebas dari penyakit saraf “jelas” menua normal ditandai oleh perubahan gradual
dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu (Tjokronegroho Arjatmo & Hendra
Utama, 1995). Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi

Universitas Sumatera Utara


dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua
merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak
lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Wahyudi, 2000).

2.2.2 Proses Menua


Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami dan pasti
akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang (Nugroho, 2000).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley & Patricia, 2006).

2.2.3 Batasan Lansia


Menurut WHO, batasan lansia meliputi:
1. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun
2. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
3. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
4. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas

Menurut Masdani (2006), mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan


dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian:
1. Fase iuventus antara 25dan 40 tahun
2. Verilitia antara 40 dan 50 tahun
3. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun
4. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia

2.2.4 Tipe-Tipe Lansia


Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri
daripada tinggal bersama anaknya. Nugroho (2000), menjelaskan tipe-tipe lansia
antara lain :
1. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.

Universitas Sumatera Utara


2. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan,
mempunyai kegiatan.
3. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses
penuaan yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani,
kehilangan kekuasaan, jabatan, teman.
4. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
5. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan
diri, minder, pasif dan kaget.

2.2.5 Perubahan Pada Lansia


Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung
rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya
umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah
sebagai berikut :
1. Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati,
jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
2. Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun,
berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga
mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap
suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive
terhadap sentuhan.
3. Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya
membedakan warna menurun.
4. Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara
atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%

Universitas Sumatera Utara


terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi
menyebabkan otosklerosis.
5. Sistem Cardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisidari tidur ke duduk
(duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi
65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi
dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole
normal ± 95 mmHg.
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
beberapa factor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara
lain: Temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigildan
tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan
kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya
aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak
berganti.
8. Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun
pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,
waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul
konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
9. Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun
sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi

Universitas Sumatera Utara


atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan
disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks
sekunder.
10. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone,
dan testoteron.
11. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas
akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan
rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan
pada bentuk sel epidermis.
12. Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan
tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan
mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi
lamban, otot mudah kram dan tremor.

2.2.6 Perubahan Kognitif


Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul akibat
kesalahan konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif. Akan tetapi
perubahan struktur dan fisiologi yang terjadi pada otak selama penuaan tidak
mempengaruhi kemampuan adaptif & fungsi secara nyata (Ebersole & Hess,
1994).

Universitas Sumatera Utara


2.3 Asuhan Keperawatan Kasus
2.3.1 Pengkajian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan sesuai dengan jadwal praktik
mahasiswa di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia, mahasiswa mulai melakukan
pengkajian keperawatan pada Ny. S yang dilakukan secara lengkap terdapat di
lampiran.
A. Biodata

Ny. S merupakan seorang wanita yang berusia 72 tahun, suami Ny. S


telah meninggal dunia. Pendidikan terakhir Ny. S adalah sekolah dasar (SD),
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan beragama Islam. Ny. S beralamat di Jl.
Teratai No. 35, Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia.

B. Keluhan Utama
Dalam pengkajian yang dilakukan pada Ny. S, keluarga mengatakan Ny.
S sering lupa (pikun) akan aktifitas yang telah dilakukannya.

C. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ny. S mengatakan bahwa dirinya selalu melakukan aktifitas kebersihan
dirinya secara baik dan teratur, akan tetapi keluarga mengatakan bahwa Ny. S
tidak melakukan kebersihan diri dengan baik dan benar dikarenakan beliau pelupa
(pikun).

D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Keluarga mengatakan bahwa klien memilki riwayat penyakit stroke di
masa lalu dan hipertensi sampai sekarang, saat ini klien menerima terapi obat-
obatan yang membantunya untuk menurunkan tekanan darah. Keluarga
mengatakan bahwa Ny. S belum pernah dioperasi dan tidak memiliki riwayat
alergi.

Universitas Sumatera Utara


E. Genogram

Ket :

: : Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Klien

Ny. S mengatakan bahwa suaminya telah meninggal. Klien memiliki 2


orang anak perempuan dan 2 orang anak laki-laki. Anak pertama sudah menikah
dan memiliki dua orang anak. Anak kedua juga sudah menikah dan memilik tiga
orang anak. Anak ketiga telah meninggal dunia. Anak keempat merupakan
seorang perempuan dan belum menikah.

F. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan bahwa suaminya meninggal karena terkena serangan
jantung. Klien juga mengatakan bahwa anak ketiganya meninggal karena kanker
darah.

G. Riwayat Kesehatan Psikososial


Persepsi klien tentang dirinya, klien mengatakan bahwa dirinya bersih.
Konsep diri, klien berperan sebagai ibu dari 4 orang anaknya.

Universitas Sumatera Utara


Hubungan sosial, klien mengatakan orang yang berarti di dalam hidupnya
adalah anak dan cucunya. Hubungan klien dengan orang lain kurang baik karena
orang-orang menganggapnya pelupa (pikun).
Spiritual, klien menganut agama Islam dan percaya akan adanya Tuhan
Yang Maha Esa di dunia ini.

H. Status Mental
1. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien lansia compos mentis.
2. Penampilan
Saat dilakukan pengkajian, penampilan klien lansia tampak
kurang bersih, pakaian sering tidak diganti setelah mandi, tercium
bau pesing dari tubuh klien lansia, kuku terlihat panjang dan
mulut berbau tidak sedap.
3. Pembicaraan
Klien lansia selalu berbicara dengan nada yang keras, cepat,
tampak berfikir pada waktu berbicara, dan mampu memulai
pembicaraan pada saat diwawancara.
4. Interaksi Selama Wawancara
Klien tidak mudah tersinggung.
5. Persepsi
Klien lansia mengatakan bahwa dirinya selalu membersihkan
seluruh bagian tubuh ketika mandi walaupun pada kenyataannya
klien tidak tampak bersih.
6. Proses Pikir
Klien lansia tampak mengulangi perkataannya agar lawan
bicaranya percaya dan tertarik dengan apa yang dikatakannya.
7. Isi Pikir
Jika klien lansia diberikan pertanyaan maka klien lansia mampu
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan jawaban dari
pertanyaan tersebut.

Universitas Sumatera Utara


8. Memori
Klien kurang mampu mengingat kejadian jangka pendek maupun
jangka panjang.

2.3.2 Analisa Data

NO Data Penyebab Masalah


Keperawatan
1. DS: Gangguan kemampuan Defisit
- Keluarga untuk melakukan atau perawatan diri
mengatakan menyelesaikan aktifitas (mandi, berhias,
bahwa klien perawatan diri secara makan/minum
lansia hanya mandiri. dan eliminasi).
mandi 1x
sehari, tidak
mengganti
pakaian
setelah mandi,
tidak ingin
memotong
kuku tangan
dan kaki.
- Keluarga
mengatakan
bahwa klien
lansia sering
mengompol
saat tidur.
- Keluarga
mengatakan
bahwa klien
lansia

Universitas Sumatera Utara


berantakan
ketika
makan/minum.

DO:
- Klien tampak
kurang bersih.
- Kuku terlihat
panjang.
- Badan klien
tampak kotor
dan berbau
pesing.
- Mulut
mengeluarkan
bau tidak
sedap.

2. DS: Gangguan proses pikir Gangguan


1. Keluarga kognitif.
mengatakan
bahwa klien
jarang bergaul
maupun
bersosialisasi
dengan orang
lain karena
klien takut
adanya
penolakan.

Universitas Sumatera Utara


2. Klien
mengatakan
lingkungannya
tidak mengerti
sama sekali
tentang klien.
DO:
1. Klien sering
duduk
menyendiri di
teras rumah.
2. Kurang dalam
kontak mata.
3. Klien tidak
ingin
pembicaraanya
dipotong.

2.3.3 Masalah Keperawatan


a. Defisit perawatan diri (mandi, berhias, makan/minum dan eliminasi).
b. Gangguan kognitif.

2.3.4 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Perencanaan
Defisit Tujuan dan criteria hasil :
perawatan diri NOC
(mandi, Dalam waktu 4 hari klien akan mampu menunjukkan
berhias, perawatan diri dengan indikator :
makan/minum 1. Klien tidak mengaalami defisit perawatan diri.
dan eliminasi). 2. Klien mampu melakukan kebersihan diri secara

Universitas Sumatera Utara


mandiri.
3. Klien mampu melakukan berhias/berpakaian
secara baik.
4. Klien mampu melakukan makan/minum dengan
baik.
5. Kilen mampu melakukan BAB/BAK secara
mandiri.
Rencana tindakan Rasional
NIC
1. Latih klien cara-cara 1. Dengan klien
perawatan diri mengetahui
a. Jelaskan pentingnya
pentingnya kebersihan
menjaga diri
kebersihan diri. diharapkan
b. Jelaskan alat-alat klien dapat
untuk menjaga melakukan
kebersihan diri. perawatan diri
c. Jelaskan cara-cara secara
melakukan mandiri tanpa
kebersihan diri. harus
d. Latih klien diperhatikan
mempraktekkan oleh orang
cara menjaga lain.
kebersihan diri.
2. Latih klien 2. Dengan
berdandan/berhias menjelaskan
a. Berpakaian. pentingnya
b. Menyisir rambut. berdandan/ber
c. Berhias. hias
diharapkan
dapat

Universitas Sumatera Utara


membantu
merubah
penampilan
klien supaya
terlihat lebih
rapih.
3. Latih klien makan 3. Dengan
/minum secara mandiri melatih klien
a. Jelaskan cara cara makan
mempersiapkan yang benar
makan/minum. bias/dapat
b. Jelaskan cara melakukan
makan/minum makan sesuai
yang tertib. dengan
c. Jelaskan cara tahapan
merapikan makan yang
peralatan baik.
makan/minum
setelah dipakai.
d. Praktek makan
sesuai dengan
tahapan makan
yang baik.
4. Ajarkan klien 4. Dengan klien
melakukan BAB/BAK mengetahui
secara mandiri cara
a. Jelaskan tempat BAB/BAK
BAB/BAK secara yang baik
mandiri. diharapkan
b. Jelaskan cara klien mampu
membersihkan diri BAB/BAK di
setelah BAB/BAK. tempat yang

Universitas Sumatera Utara


c. Jelaskan cara sesuai dan
membersihkan dapat
tempat BAB/BAK. melakukan
BAB/BAK
dengan baik.

Gangguan Tujuan dan kriteria hasil :


Kognitif NOC
1. Klien dapat membuat keputusan.
2. Klien dapat menunjukkan proses pikir yang logis,
terorganisasi.
3. Klien dapat berespon dengan tepat terhadap
isyarat komunikasi dan lingkungan.
4. Klien akan mencapai fungsi kognitif yang optimal
5. Klien mampu berpartisipasi dalam kegiatan
keagamaan.
Rencana tindakan Rasional
NIC
1. Minimalkan 1. Gangguan kognitif
ketakutan, merupakan
kekhawatiran, ancaman terhadap
firasat atau harga diri,
ketidaknyamanan hubungan
. perawat-klien
yang positif dapat
membantu klien
mengekspresikan
rasa takut dan
merasa aman
dalam lingkungan
dimana ia berada.
2. Pantau dan 2. Respon kognitif

Universitas Sumatera Utara


modifikasi biasanya
lingkungan untuk mencakup
fisik untuk gangguan sensori
meningkatkan dan persepsi yang
keamanan. dapat
membahayakan
keamanan klien.
3. Persiapkan untuk 3. Hubungan yang
berinteraksi baik antara
dengan kontak perawat dan klien
mata dan dapat
sentuhan, jika memudahkan
diperlukan. perawat dalam
melakukan
intervensi
keperawatan.
4. Beri dukungan 4. Hubungan yang
kepada klien dan penuh perhatian
keluarga saat dengan orang lain
periode akan
disorientasi klien. meningkatkan
konsep diri yang
positif,
komunikasi
dengan orang
yang terdekat
sering kali dapat
lebih mudah
dimengerti
daripada
komunikasi
dengan orang

Universitas Sumatera Utara


asing.
5. Beri umpan balik 5. Memberikan
positif dan umpan balik dapat
penguatan untuk membuat
perilaku yang seseorang merasa
sesuai. dihargai.

2.3.5 Implementasi dan Evaluasi

Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


Tanggal
Kamis, Defisit 1. Melatih klien cara- SOAP
08 Juni perawatan diri cara perawatan diri S: Klien mengatakan
2017 ( mandi, a. Menjelaskan merasa segar dan
berhias, pentingnya nyaman setelah
makan/minum menjaga mandi.
dan eliminasi) kebersihan diri. O:
b. Menjelaskan - Klien tampak
alat-alat untuk berpakaian
menjaga dengan rapi
kebersihan diri. dan bersih.
c. Menjelaskan - Ketombe pada
cara-cara rambut
melakukan berkurang.
kebersihan diri. - Kulit klien
d. Melatih klien terlihat bersih.
mempraktekkan - Klien mampu
cara menjaga melakukan

Universitas Sumatera Utara


kebersihan diri. perawatan
2. Melatih klien mulut secara
berdandan/berhias mandiri.
a. Berpakaian. - Klien mampu
b. Menyisir menyiapkan
rambut. alat
c. Berhias. makan/minum
3. Melatih klien dengan baik.
makan /minum A: Defisit perawatan
secara mandiri diri (mandi, berhias,
a. Menjelaskan makan/minum dan
cara eliminasi) (+)
mempersiapkan P: Intervensi
makan/minum. dilanjutkan.
b. Menjelaskan Bantuan perawatan
cara diri (Eliminasi).
makan/minum - Menjelaskan
yang tertib. cara
c. Menjelaskan membersihkan
cara merapikan diri setelah
peralatan BAB/BAK
makan/minum yang baik dan
setelah dipakai. benar.
d. Mempraktekkan
cara makan
sesuai dengan
tahapan makan
yang baik.
4. Mengajarkan klien
melakukan
BAB/BAK secara
mandiri

Universitas Sumatera Utara


a. Menjelaskan
tempat
BAB/BAK
secara mandiri.
b. Menjelaskan
cara
membersihkan
diri setelah
BAB/BAK.
c. Menjelaskan
cara
membersihkan
tempat
BAB/BAK.

Jumat, Gangguan 1. Meminimalkan SOAP


09 Juni kognitif ketakutan, S: Klien mengatakan
2017 kekhawatiran, sudah mampu
firasat atau mengatasi rasa takut,
ketidaknyamanan. khawatir dan
2. Memantau dan ketidaknyamanannya.
memodifikasi - Klien
lingkungan untuk mengatakan
fisik untuk sudah mampu
meningkatkan berinteraksi
keamanan. dengan
3. Mempersiapkan keluarga dan
untuk berinteraksi lingkungan.
dengan kontak mata - Klien
dan sentuhan, jika mengatakan
diperlukan. belum mau

Universitas Sumatera Utara


4. Memberi dukungan berpartisipasi
kepada klien dan dalam kegiatan
keluarga saat keagamaan.
periode disorientasi O: Klien mulai dapat
klien. berkomunikasi dengan
5. Memberi umpan anggota keluarga dan
balik positif dan lingkungan sekitar.
penguatan untuk A: Gangguan kognitif
perilaku yang (+)
sesuai. P: Intervensi
dilanjutkan.
- Bantu klien
berpartisipasi
pada kegiatan
keagamaan.

Universitas Sumatera Utara


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan proses keperawatan pada Ny. S yang dimulai dari
Pengkajian, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi disimpulkan diagnosa
keperawatan yang di peroleh dari Ny. S adalah :
1. Defisit perawatan diri (mandi, berhias, makan/minum dan eliminasi)
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktifitas sendiri ditandai dengan klien lansia hanya
mandi 1x sehari, tidak mengganti pakaian setelah mandi, tidak
memotong kuku tangan dan kaki.
2. Gangguan kognitif berhubungan dengan gangguan proses pikir
ditandai dengan klien jarang bergaul maupun bersosialisai dengan
orang lain karena takut adanya penolakan.

Adapun intervensi dan implementasi yang utama dilakukan pada Ny. S telah
diperbuat adalah meningkatkan kemampuan klien lansia untuk melakukan dan
menyelesaikan perawatan diri secara mandiri dengan perencanaan sebelumnya
sehingga hasilnya sudah mendekati kriteria hasil yang sudah ditetapkan.
Sedangkan evaluasi hasil dari asuhan keperawatan Ny. S dengan masalah defisit
perawatan diri di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia dimana kedua masalah itu
belum teratasi sepenuhnya dan intervensi masih perlu untuk dilanjutkan dibantu
oleh keluarga.

3.2 Saran
Dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan, pengetahuan dan
pemahaman tentang asuhan keperawatan pada klien lansia dengan masalah defisit
perawatan diri, penulis menekankan pentingnya mengatasi atau mengurangi
masalah defisit perawatan diri yang bisa terjadi pada klien lansia dapat terpenuhi
dengan baik.
a. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi informasi
tambahan bagi institusi pendidikan keperawatan dalam mempersiapkan

Universitas Sumatera Utara


mahasiswa untuk dapat memberikan asuhan keperawatan professional
pada lansia yang mengalami defisit perawatan diri.
b. Bagi Praktek Keperawatan
Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan yang optimal dalam
pemenuhan kebutuhan dasar klien lansia yang mengalami defisit
perawatan diri dan melibatkan keluarga dalam merawat klien lansia.
c. Bagi Klien Lansia
Sebaiknya klien lansia mampu menjalin kerja sama yang baik dengan
perawat dan tim kesehatan lainnya, serta untuk mempercepat proses
perawatan klien lansia sekaligus meningkatkan kesiapan keluarga dalam
merawat klien lansia.
d. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa yang hendak melakukan asuhan keperawatan hendaknya
lebih dahulu memahami tentang kebutuhan dasar klien lansia yang
terkait dengan masalah defisit perawatan diri sehingga mahasiswa dapat
memberikan asuhan keperawatan yang bersifat komprehensif.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Basford, L. (2006). Teori dan Praktik Keperawatan: Pendekatan Integral pada


Asuhan Pasien. Jakarta: EGC.

Stockslager, J.L., Schaeffer, L. (2007). Buku Saku Asuhan Keperawatan


Geriatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Hidayat. A.A.A, (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi konsep


dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Mubarak, W.I. (2005). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
Dalam Praktik. Jakarta: EGC.

Nugroho, W. (2009). Keperawatan Gerontik & Geriatric. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Kitson, A. (1990). The Dialetics of Dementia, With Particular Reference to


Alzheimer’s Disease, Ageing and Society. 10.

Tarwoto & Wartonah. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan: Salemba Medika: Jakarta.

Arjatmo, T. & Utama, H. (1995). Ilmu Keperawatan gerontik. Edisi 4. Jakarta:


EGC.

Smeltzer. (2001). Kemampan Perawatan Diri Pasien Lansia. Jakarta: EGC.

Potter, A.P. & Perry, A.G. (2006), Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktik. Edisi Keempat, Jakarta: EGC.

Stanley & Patricia. (2006). Fundamentals of Nursing : Concepts, Procces and


Pratice. Edisi 3. St. Louis: Mosby Year Book.

Stuart & Sundeen. (1991). Buku Saku Keperawatan. Edisi 5. Jakarta: Buku
Kedokteran. EGC.

Nursalam. (2011). Model Asuhan Keperawatan terhadap Peningkatan Adaptasi


Kognisi. Jurnal Ners.

Notoadmojo. (1997). Pengetahuan Kognitif. Jakarta: Rineka Cipta.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi ( SOAP )


/Pukul
Kamis, 08 1. Melatih klien cara-cara S: Klien mengatakan
Juni 2017 perawatan diri merasa segar dan nyaman
10.00 WIB a. Menjelaskan pentingnya setelah mandi.
menjaga kebersihan diri. O:
Dx 1 b. Menjelaskan alat-alat - Klien tampak
untuk menjaga berpakaian dengan
kebersihan diri. rapi dan bersih.
c. Menjelaskan cara-cara - Ketombe pada
melakukan kebersihan rambut berkurang.
diri. - Kulit klien terlihat
d. Melatih klien bersih.
mempraktekkan cara - Klien mampu
menjaga kebersihan diri. melakukan
2. Melatih klien perawatan mulut
berdandan/berhias secara mandiri.
a. Berpakaian. - Klien mampu
b. Menyisir rambut. menyiapkan alat
c. Berhias. makan/minum
3. Melatih klien makan dengan baik.
/minum secara mandiri A: Defisit perawatan diri
a. Menjelaskan cara (mandi, berhias,
mempersiapkan makan/minum dan
makan/minum. eliminasi) (+)
b. Menjelaskan cara P: Intervensi dilanjutkan.
makan/minum yang Bantuan perawatan diri
tertib. (Eliminasi).
- menjelaskan cara

Universitas Sumatera Utara


c. Menjelaskan cara membersihkan diri
merapikan peralatan setelah BAB/BAK
makan/minum setelah yang baik dan
dipakai. benar.
d. Mempraktekkan cara
makan sesuai dengan
tahapan makan yang
baik.
4. Mengajarkan klien
melakukan BAB/BAK
secara mandiri
a. Menjelaskan tempat
BAB/BAK secara
mandiri.
b. Menjelaskan cara
membersihkan diri
setelah BAB/BAK.
c. Menjelaskan cara
membersihkan tempat
BAB/BAK.

Universitas Sumatera Utara


Hari/Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi ( SOAP )
/Pukul
Jumat, 09 Juni 1. Meminimalkan ketakutan, S: Klien mengatakan
2017 kekhawatiran, firasat atau sudah mampu mengatasi
10.00 WIB ketidaknyamanan. rasa takut, khawatir dan
2. Memantau dan ketidaknyamanannya.
Dx 2 memodifikasi lingkungan - Klien mengatakan
untuk fisik untuk sudah mampu
meningkatkan keamanan. berinteraksi dengan
3. Mempersiapkan untuk keluarga dan
berinteraksi dengan kontak lingkungan.
mata dan sentuhan, jika - Klien mengatakan
diperlukan. belum mau
4. Memberi dukungan kepada berpartisipasi
klien dan keluarga saat dalam kegiatan
periode disorientasi klien. keagamaan.
5. Memberi umpan balik O: Klien mulai dapat
positif dan penguatan untuk berkomunikasi dengan
perilaku yang sesuai. anggota keluarga dan
lingkungan sekitar.
A: Gangguan kognitif (+)
P: Intervensi dilanjutkan.
Bantu klien berpartisipasi
pada kegiatan keagamaan.

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR KONSULTASI KTI

Nama : Jessica Yolanda S

NIM : 142500062

Pembimbing : Jenny Marlindawani Purba, SKp, MNS, Ph.D

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Prioritas


Masalah Kebutuhan Dasar : Personal Hygiene di
Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai