Anda di halaman 1dari 16

Harga Diri Rendah

I. Proses Terjadinya Masalah

1. Pengertian

Menurut Carpenito (2007), harga diri rendah merupakan suatu


keadaan ketika individu mengalaami evaluasi diri negatif mengenai diri
atau kemampuan diri dalam waktu yang lama. Harga diri rendah (HDR)
terdiri dari dua macam, yaitu harga diri rendah situasional dan harga diri
rendah kronik. harga diri rendah situasional suatu keadaan dimana
seseorang memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang dirinya dalam
berespon terhadap suatu kejadian atau peristiwa (kehilangan, perubahan).
Harga diri rendah kronis adalah suatu kondisi penilaian diri negatif yang
berkepanjangan pada seseorang atas dirinya dalam waktu yang lamaHarga
diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri.

Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau


kronis (kritik diri yangtelah berlangsung lama) dapat diekspresikan secara
langsung atau tidak langsung (Stuart & Sundeen, 2006).Harga diri rendah
adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiridan
kemampuan diri (Keliat, 2011). Menurut Nanda (2015), harga diri rendah
kronik adalah evaluasi diri atau perasaan negatif tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yang berlangsung lama.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa


harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri.
2. Rentang Respon

Saat menghadapi stressor (masalah) konsep diri seseorang dapat


menghasilkan dua respon, yaitu respon yang adaptif dan respon yang
maladaptif. Untuk lebih jelasnya, lihat skema rentang respon konsep diri
berikut:

Gambar 1. Skema Rentang Respon Konsep Diri(Stuart& Laraia, 2005)

a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan melatarbelakangi pengalaman nyata yang sukses dan diterima,
ditandai dengan citra tubuh yang positif dan sesuai, ideal diri yang
realitas, konsep diri yang positif, harga diri tinggi, penampilan peran
yang memuaskan, hubungan interpersonal yang dalam, dan rasa
identitas yang jelas.

b. Konsep diri positif adalah individu yang mempunyai pengalaman yang


positif dalam berativitas diri, tanda dan gejalanya ditunjukkan dengan
mengungkapkan keputusan dan keinginan yang tinggi.

c. Harga diri rendah adalah transmisi antara respon konsep diri yang
adapti dengan respon konsep diri yang maladapti. Tanda dan gejala
yang ditunjukkan seperti perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa
bersalah terhadap diri sendiri, dan merendahkan martabat diri sendiri.

d. Kerancuan identitas (difusi identitas) adalah kegagalan individu


mengintegrasi aspek-aspek.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap
diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan, serta
ketidakmampuan membedakan dirinya dengan orang lain. Tanda dan
gejala yang ditunjukkan adalah tidak adanya percaya diri,
ketergantungan, sukar mengambil keputusan, bermasalah dalam
hubungan interpersonal, ragu-ragu, dan proyeksi.

3. Penyebab

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya harga diri


rendah ada dua faktor, yaitu faktor predisposisi (faktor risiko) dan faktor
presipitasi (faktor pencetus).
a. Faktor Predisposisi

1) Biologi

Faktor herediter, riwayat penyakit atau trauma kepala

2) Psikologis

a) Penolakan dan harapan orang tua yang tidak realistis

b) Kegagalan berulang

c) Kurang mempunyai tanggungjawab personal

d) Ketergantungan pada orang lain

e) Ideal diri yang tidak realistis

f) Penilaian negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis identitas,


peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis
g) Pengaruh penilaian internal individu

3) Faktor Sosial Budaya

a) Penilaian negatif dari lingkungan terhadap pasien yang


mempengaruhi penilaian pasien
b) Sosial ekonomi rendah

c) Riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak

d) Tingkat pendidikan rendah


b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor
dari luar individu (eksternal or internal sources) yang dibagi lima
kategori:
1) Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan frustasi
yang dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan.
Terdapat tiga jenis transisi peran yaitu perkembangan, situasi dan
sehat-sakit
2) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan. Sepanjang
kehidupan individu sering menghadapi transisi peran yang dapat
menimbulkan stres tersendiri bagi individu. Stuart dan Sundeen,
1998 mengidentifikasi transisi peran menjadi 3 kategori, yaitu:
a) Transisi Perkembangan

Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada


identitas. Setiap tahap perkembangan harus dilalui individu
dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-beda.
Hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri.
b) Transisi Peran situasi.

Transisi peran situai terjadi sepa njang daur kehidupan,


bertambah atau berkurang orang yang berarti melalui kelahiran
atau kematian, misalnya status sendiri menjadi berdua atau
menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan
peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran, yaitu konflik
peran tidak jelas atau peran berlebihan.
c) Transisi Peran Sehat-Sakit

Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri


dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat
mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran
diri, identitas diri, peran dan harga diri.
4. Tanda dan Gejala

Secara umum, tanda dan gejala klien dengan harga diri rendah
menurut Stuart & Sundeen (2005) adalah sebagai berikut:
a. Data subjektif, meliputi mengkritik diri sendiri atau orang lain, merasa
dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan, merasa tidak mampu,
merasa bersalah, sikap negatif pada diri sendiri, sikap pesimis pada
kehidupan, mengeluhkan sakit fisik, pandangan hidup yang
terpolarisasi, menolak kemampuan diri sendiri, pengurangan
diri/mengejek diri sendiri, merasa cemas dan takut, merasionalisasi
penolakan/menjauh dari umpan balik positif, mengungkapkan
kegagalan pribadi, serta ketidakmampuan menentukan tujuan.
b. Data objektif, meliputi produktivitas menurun, berperilaku destruktif
pada diri sendiri, berperilaku destruktif pada orang lain,
penyalahgunaan zat, menarik diri dari hubungan sosial, ekspresi wajah
malu dan rasa bersalah, menunjukkan tanda depresi (sukar tidur, sukar
makan), tampak mudah tersinggung/mudah marah.

Menurut Carpenito (2007), tanda dan gejala harga diri rendah pada
seseorang, berdasarkan jenisnya,dibedakan menjadi dua, yaitu harga diri
rendah kronis (HDRK) dan harga diri rendah situasional.

a. Harga Diri Rendah Kronis

1) Kriteria mayor:

Pernyataan negatif atas dirinya, ekspresi rasa malu/bersalah,


penilaian diri seakan-akan tidak mampu menghadapi kejadian
tertentu, menjauhi rasionalisasi/menolak umpan balik positif dan
membesarkan umpan balik negatif mengenai diri, ragu-ragu untuk
mencoba sesuatu yang baru.

2) Kriteria minor

Seringnya menemui kegagalan dalam pekerjaan, bergantung pada


pendapat orang lain, penampilan tubuh buruk (kontak mata, postur,
dan gerakan), tidak asertif/pasif, ragu-ragu,dan sangat ingin mencari
ketentraman atau jaminan secara berlebihan.

b. Harga Diri Rendah Situasional

1) Kriteria mayor

Kejadian yang berulang dari penilaian diri yang negatif dalam


berespons terhadap peristiwa yang pernah dilihat secara positif,
menyatakan perasaan negatif tentang dirinya (tidak berdaya, putus
asa, tidak berguna).

2) Kriteria minor

Adanya pengungkapan diri yang negatif, mengekspresikan rasa malu


atau rasa bersalah, penilaian diri tidak mampu mengatasi
peristiwa/situasi kesulitan membuat keputusan, mengisolasi diri
(pengabaian diri), isolasi sosial.

Menurut Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala


Harga Diri Rendah adalah :
a. Pandangan hidup yang pesimis

b. Penolakan terhadap kemampuan diri

c. Penurunan produktivitas

d. Tidak berani menatap lawan bicara

e. Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi

f. Bicara lambat dengan nada suara lemah

5. Akibat

Harga diri rendah dapat menimbulkan suatu masalah kesehatan yaitu


isolasi social, perilaku kekerasan, terhadap diri sendiri, orang lain, atau
lingkungan, dan halusinasi pendengaran dan halusinasi penglihatan; dan
dapat juga mengakibatkan adanya harga diri rendah.
II. A. Pohon Masalah
B. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

1. Masalah Keperawatan

1) Harga diri rendah


2) Defisit Pengetahuan Keluarga

2. Data yang Perlu Dikaji

Hal-hal yang perlu dikaji yaitu sebagi berikut:

a. Bagaimana pandangan/ penilaian Anda tentang diri sendiri?

b. Bagaimana penilaian Anda terhadap diri sendiri

c. Mempengaruhi hubungan Anda dengan orang lain?

d. Apa yang menjadi harapan Anda?

e. Apa saja harapan yang telah Anda tercapai?

f. Apa saja harapan yang belum berhasil Anda capai?

g. Apa upaya yang Anda lakukan untuk mencapai harapan yang


belum terpenuhi?
h. Observasi adanya penurunan produktivitas, tidak berani menatap
lawan bicara, lebih banyak menundukkan kepala saat, berinteraksi,
dan bicara lambat dengan nada suara lemah

Berdasarkan model adaptasi stuart (2009), hal-hal yang perlu dikaji


dalam asuhan keperawatan jiwa yaitu sebagai berikut:
a. Faktor predisposisi

1) Faktor biologi

Kaji apakah terjadinya harga diri rendah karena faktor


herediter, riwayat penyakit atau trauma kepala.
2) Psikologis

Kaji apakah terjadinya harga diri rendah karena penolakan dan


harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang,
kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan
pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis, penilaian negatif
pasien terhadap gambaran diri, krisis identitas, peran yang
terganggu, ideal diri yang tidak realistis, dan pengaruh
penilaian internal individu.
3) Faktor Sosial Budaya

Kaji apakah terjadinya harga diri rendah karena penilaian


negatif dari lingkungan terhadap pasien yang mempengaruhi
penilaian pasien, sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan
lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak, dan tingkat
pendidikan rendah.
b. Faktor Presipitasi

Kaji apakah terjadinya harga diri rendah karena Ketegangan peran


atau karena Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis
atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan.
c. Respon terhadap stressor

Kaji respon pasien terhadap harga diri rendah yang dialami terkait
kognitif, afektif, fisiologi, perilaku, dan sosial. Kaji apakah pasien
mengkritik diri sendiri atau orang lain, merasa dirinya sangat
penting yang berlebih-lebihan, merasa tidak mampu, merasa
bersalah, sikap negatif pada diri sendiri, sikap pesimis pada
kehidupan, mengeluhkan sakit fisik, pandangan hidup yang
terpolarisasi, menolak kemampuan diri sendiri, pengurangan
diri/mengejek diri sendiri, merasa cemas dan takut, merasionalisasi
penolakan/menjauh dari umpan balik positif, mengungkapkan
kegagalan pribadi, serta ketidakmampuan menentukan tujuan.
produktivitas menurun, berperilaku destruktif pada diri sendiri,
berperilaku destruktif pada orang lain, penyalahgunaan zat,
menarik diri dari hubungan sosial, ekspresi wajah malu dan rasa
bersalah, menunjukkan tanda depresi (sukar tidur, sukar makan),
tampak mudah tersinggung/mudah marah.
d. Kemampuan untuk mengatasi masalah

Kaji apakah pasien mampu mengatasi masalah yang ditimbulkan,


kaji apakah yang telah dilakukan pasien selama masalah itu terjadi.
kaji apakah yang telah dilakukan dapat mengatasi masalah yang
timbul?
4) Mekanisme koping

kaji apakah yang telah dilakukan pasien selama masalah itu terjadi.
kaji apakah mekanisme koping yang dilakukan pasien termasuk
dalam konstruktif atau destruktif.
5) Rentang respon koping

Kaji rentang respon koping pasien berdasarkan mekanisme koping


yang dilakukan oleh pasien dalam menyelesaikan masalahnya,
apakah termasuk dalam kategori adaptif atau maladaptif.

III. Diagnosa Keperawatan

1. Harga diri rendah


2. Defisit pengetahuan keluarga

IV. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan asuhan keperawatan jiwa, klien mampu mengatasi


masalah gangguan harga diri rendah kronik
2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan asuhan keperawatan jiwa, klien mampu:

a. Membina hubungan saling percaya

b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan

d. Menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai kemampuan

e. Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan

f. Merencanakan kegiatan yang telah dilatih


3. Tindakan keperawatan

a. BHSP kepada klien

1) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien

2) Perkenalkan diri kepada klien dan tanyakan nama panggilan klien


yang disukai
3) Buat kontrak asuhan keperawatan yang akan perawat lakukan
bersama klien, lamanya waktu, dan tempat pelaksanaan asuhan.
4) Tanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.

5) Yakinkan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang


diperoleh untuk kepentingan terapi.
6) Tunjukkan sikap empati terhadap klien.

b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki


pasien :
1) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif
pasien (buat daftar kegiatan)
2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian
yang negatif setiap kali bertemu dengan pasien
c. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

1) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini ( pilih
dari daftar kegiatan ) : buat daftar kegiatan yang dapat dilakuakn
saat ini
2) Bantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien
d. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan berdasarkan
daftar kegiatan yang dilakukan
1) Diskusikan kegiatan yang akan dipilih untuk dilatih saat pertemuan

2) Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia tetapkan

e. Melatih kegiatan yang telah dipilih pasien sesuai kemampuan

1) Latih kegiatan yang dipilih (alat atau cara melakukannya)

2) Bantu pasien memasukkan pada jadwal kegiatn untuk latihan dua


kali per hari
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang
diperlihatkan pasien
f. Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya
dan menyusun rencana kegiatan
1) Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan
2) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari

3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan


aktifitas

4) Susun daftar aktifitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan


keluarga
5) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya setelah
pelaksanaan kegiatan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC


Ed. Herman T.H and Komitsuru. S. 2015. Nanda Internasional Nursing
Diagnosis, Definition and Clasification 2015-2017. Edisi 10. EGC.
Jakarta.
Keliat,dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC. NANDA.2012.
Diagnosis Keperawatan Definisi dan Kalsifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Stuart, G. W. & Laraia. 2005. Principles and Practice of Phychiatric Nursing.
Edisi 8. Missouri: Mosby Years Book.
Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai