Anda di halaman 1dari 76

Asuhan Keperawatan pada Ny.

S dengan Prioritas Masalah


Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman: Nyeri di Kelurahan
Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia

Karya Tulis Ilmiah (KTI)


Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan

Oleh
MAUREN R BR PASARIBU
142500016

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman: Nyeri di
Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai
salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapat bimbingan, bantuan
dan kerjasama dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku Wakil Dekan II Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Wakil Dekan III Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua Prodi DIII Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns,
M.Kep selaku sekretaris Prodi DIII Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera.
6. Ibu Nunung Febriany Sitepu, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dengan sabar, dan memberikan waktunya kepada penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat selesai tepat waktu.
7. Ibu Rehk Sonya Erienh, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktu, serta dengan sabar menguji dan membimbing penulis.
8. Ibu Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNS, Ph.D selaku dosen Pembimbing Akademik.

9. Teristimewa kepada kedua orang tua tersayang bapak M. Pasaribu, dan ibu T.Br
Sitinjak S.Pd yang sudah memberikan motivasi, dukungan, semangat, perhatian, dan
kasih sayang, serta mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan baik.
10. Brigadir Martin Pasaribu, Briptu Moses Pasaribu, dan Mario Pasaribu yang selalu
mendoakan, mendukung dan memberi semangat kepada penulis.
11. Pasien Ny. S beserta keluarga atas kerjasamanya dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
12. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan stambuk
2014 yang saling mendukung dan mendoakan penulis dalam penyelesaian Karya Tulis
Ilmiah ini.
13. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah memberikan
saran sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran untuk
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini
bermanfaat dalam memberikan informasi dibidang kesehatan.

Medan, 14 Juli 2017


Penulis

(Mauren R Br Pasaribu)
NIM. 142500016
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan................................................................................................i
Kata Pengantar........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan.....................................................................................................3
1.2.1 Tujuan Umum...................................................................................3
1.2.2 Tujuan Khusus..................................................................................3
1.3 Manfaat...................................................................................................3
BAB 2 PENGELOLAAN KASUS........................................................................4
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan
Rasa Nyaman: Nyeri...............................................................................4
2.1.1 Pengkajian Nyeri...............................................................................6
2.1.2 Analisa Data......................................................................................9
2.1.3 Rumusan Masalah.............................................................................10
2.1.4 Perencanaan......................................................................................12
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus...................................................................18
2.2.1 Pengkajian........................................................................................18
2.2.2 Analisa Data.....................................................................................30
2.2.3 Rumusan Masalah.............................................................................31
2.2.4 Perencanaan Keperawatan................................................................32
2.2.5 Implementasi Dan Evaluasi..............................................................38
BAB 3KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................44
3.1 Kesimpulan............................................................................................44
3.2 Saran.......................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan di Indonesia yang kita hadapi saat ini diantaranya yaitu masih adanya
penyakit menular, dan semakin meningkatnya penyakit tidak menular. Dari data kesehatan
yang dimiliki Indonesia, beberapa penyakit tidak menular nyatanya menduduki tataran atas
penyakit yang banyak di derita oleh masyarakat. Salah satu penyakit tidak menular yang
sekarang ini banyak di derita oleh masyarakat adalah penyakit sendi (Riskesdes, 2013).
Angka kejadian rematik pada tahun 2016 yang dilaporkan oleh organisasi kesehatan
dunia WHO adalah mencapai 20% dari penduduk dunia yang telah terserang rematik, dimana
5-10% adalah mereka yang 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun
(Wiyono, 2014). Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al 2014, prevalensi
nyeri rematik di Indonesia mencapai 25.6-35.8%. Dari data yang didapati ini, bisa dikatakan
bahwa, negara Indonesia mempunyai prevalensi nyeri rematik yang cukup tinggi dimana
keadaan seperti ini dapat menurunkan produktivitas negara akibat keterbasan fungsi fisik
penderita yang mengefek pada kualitas hidupnya (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian RI, 2013).
Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik,
progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris
(Chairuddin, 2003)
Masalah yang disebabkan oleh penyakit Rheumatoid Arthritis tidak hanya berupa
keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek
sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan kegagalan organ. Rheumatoid Arthritis
dapat mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri
serta gangguan tidur. Dengan demikian hal yang paling buruk pada penderita Rheumatoid
Arthritis adalah pengaruh negatifnya terhadap kualitas hidup (Gordon et al, 2002).
Dampak dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya, menimbulkan gangguan
kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik tidak hanya berupa
keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga terjadi hal yang paling ditakuti yaitu
menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari tetapi
juga efek sistemik yang tidak jelas dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau
mengakibatkan masalah seperti perubahan citra diri serta resiko tinggi terjadi cedera, keadaan
mudah lelah, dan rasa nyeri (Kisworo, 2012).
Nyeri lebih dari sekedar sebuah gejala; nyeri merupakan masalah yang memiliki prioritas
tinggi. Nyeri menandakan bahaya fisiologis dan psikologis bagi kesehatan dan pemulihan.
Nyeri berat dianggap sebagai situasi darurat yang perlu mendapat perhatian dan penanganan
yang tepat.
Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan
berbeda pada setiap orang. Ada yang mempersepsikan bahwa hidup rasa nyaman bila
mempunya banyak uang, ada juga yang indikatornya bila tidak ada gangguan dalam
hidupnya. Rasa nyeri pada penderita Rheumatoid Arthritis menyebabkan tidak terpenuhinya
kebutuhan rasa nyaman penderita tersebut. Dalam konteks asuhan keperawatan ini, maka
perawat harus memperhatikan dan membantu memenuhi kebutuhan rasa nyaman melalui
intervensi keperawatan (Asmadi, 2008).
Hasil pengkajian yang dilakakukan pada Ny. S di kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan
Polonia. selama lima hari, dimulai dari tanggal 12 juni 2017-16 juni 2017, yang menderita
penyakit Rheumatoid Arthritis, ditemukan prioritas masalah keperawatan adalah
kebutuhan rasa nyaman: nyeri. Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat
kasus ini sebagai Karya Tulis Ilmiah dengan judul : “Asuhan Keperawatan pada Ny. S
dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman: Nyeri di Kelurahan Sari Rejo
Kecamatan Medan Polonia”. Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
memberikan asuhan keperawatan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan prioritas masalah
kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri di Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan
Polonia.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan masalah
kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri.
2. Penulis mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan masalah
kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri.
3. Penulis mampu memberikan intervensi keperawatan pada klien dengan masalah
kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri.
4. Penulis mampu memberikan implementasi keperawatan pada klien dengan masalah
kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri.
5. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan masalah
kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri.

1.3 Manfaat
1. Untuk kegiatan belajar mengajar
Sebagai sumber informasi dalam menangani masalah kesehatan pada klien dalam
upaya pencegahan tentang adanya nyeri.
2. Untuk praktik keperawatan
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan masukan bagi
praktisi keperawatan guna meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien
dengan prioritas masalah rasa nyaman: nyeri.
3. Untuk kebutuhan klien
Membantu meningkatkan kesehatan klien dalam upaya perawatan dan pencegahan
tentang adanya nyeri.
BAB 2
PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Rasa Nyaman:
Nyeri
Kolcaba dalam Potter & Perry (2005), mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu
keadaan telah terpenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan
akan ketentraman, kelegaan, dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah
atau nyeri). Nyeri dapat mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna
kehidupan. Rasa nyeri muncul akibat respon psikis dan refleks fisik. Kualitas nyeri fisik
dinyatakan sebagai nyeri tusukan, nyeri tersayat, nyeri terbakar, rasa sakit, denyutan, sensasi
tajam, rasa mual, dan kram. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik timbul sebagai
respon terhadap nyeri dan dapat mengakibatkan perubahan tekanan darah, denyut nadi,
pernafasan, dan warna kulit.
Berdasarkan klasifikasinya secara umum, (Mubarak & Chayatin, 2008) nyeri terbagi atas
nyeri akut dan nyeri kronis.
a) Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan suatu kondisi yang biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan.
Awitan gejalanya mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri
akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang keduanya meningkat
presepsi nyeri (Mubarak & Chayatin, 2008).
Menurut Prasetyo, nyeri akut berdurasi singkat (kurang dari 6 bulan), memiliki onset yang
tiba-tiba, dan terlokalisir. Nyeri ini biasanya diakibatkan oleh trauma, bedah, atau imflamasi.
Hampir setiap individu pernah merasakan nyeri ini, seperti sakit kepala, sakit gigi, tertusuk
jarum, terbakar, nyeri otot, nyeri saat melahirkan dan nyeri sesudah tindakan pembedahan.
b) Nyeri Kronis
Nyeri kronis merupakan suatu kondisi yang biasanya berlansung lebih dari enam bulan.
Sumber nyeri bisa diketahui atau tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak
dapat disembuhkan. Selain itu pengindraan nyeri menjadi lebih dalam sehingga penderita
menjadi lebih mudah tersinggung dan sering mengalami insomnia. Akibatnya, mereka
menjadi kurang perhatian, sering merasa putus asa, dan terisolir dari kerabat dan keluarga.
Nyeri kronis biasanya hilang timbul dalam priode waktu (Mubarak & Chayatin, 2008).
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri menurut (Potter & Perry, 2006)
sebagai berikut :
a) Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan
lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat
mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.
b) Jenis Kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon terhadap nyeri.
Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan
hal yang unik pada setiap induvidu.
c) Kebudayaan
Keyakinan dan niali-nilai budaya mempengaruhi cara induvidu mengatasi nyeri. Induvidu
mempelajari apa apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal
ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.
d) Makna Nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara
seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar
belakang budaya induvidu tersebut.
e) Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi presepsi
nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan
upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Konsep ini merupakan
salah satu konsep yang perawat terapkan diberbagai terapi untuk menghilangkan nyeri,
seperti relasasi, teknik imajinasi, dan masase.
f) Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali menigkatkan
persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan.
g) Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin
intensif dan menurunkan kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada
setiap induvidu yang menderita penyakit dalam jangka lama.
h) Pengalaman Sebelumnya
Setiap induvidu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu
berarti bahwa induvidu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih muda pada masa yang
akan datang. Apabila seorang klien tidak pernah merasakan nyeri, maka persepsi pertama
dapat mengganggu koping terhadap nyeri.
i) Mekanisme Koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat seseorang merasakan
kesepian. Hal yang sering terjadi adalah klien yang merasa kehilangan kontrol terhadap hasil
akhir dari peristiwa yang terjadi.
j) Dukungan Keluarga dan Sosial
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri ialah kehadiran orang-orang terdekat
klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien.

2.1.1 Pengkajian Nyeri


Prasetyo (2010) mengatakan tindakan perawat yang perlu dilakukan oleh perawat
dalam melakukan pengkajian pada pasien nyeri akut adalah :
a. Mengkaji perasaan klien (respon psikologi yang muncul).
b. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
c. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien dalam keadaan
waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat berusaha untuk mengurangi
kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien
terhadap nyeri.
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatiakan seorang perawat di dalam memulai
mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. Girton (1984) dalam Prasetyo (2010),
mengidentifikasikan komponen-komponen tersebut, diantaranya:
1. Penentuan ada tidak nya nyeri:
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien
melaporkan adanya nyeri, walaupun adanya obsevasi perawat tidak menemukan adanya
cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien adalah nyata. Sebaliknya, ada
beberapa pasien yang terkadang justru menyembuyikan rasa nyerinya untuk menghindari
pengobatan.
2. Karakteristik nyeri (Metode P,Q,R,S,T)
a) Faktor pencetus (P: Provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini
perawat juga dapat melakuakan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cidera.
Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenetik maka perawat harus dapat
mengeksplor perasaan klien dan menyakan perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan
nyeri.
b) Kualitas (Q: Quality)
Kualitas nyeri merupakan suatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien
mendeskripsikan nyeri dengan kaliamat-kalimat: tajam, tumpul berdenyut, berpindah-pindah,
seperti tertindih, perih, tertusuk dan lain-lain, dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-bada
dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
c) Lokasi (R: Region)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk menunjukan semua
bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih
spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling
nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar).
d) Keparahan (S: Severe)
Tingkat keparahan paisen tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada
pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri
ringan, nyeri sedang, atau berat.
Skala Intensitas Nyeri (0-10)

e) Durasi (T: Time)


Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan durasi, dan rangkaian nyeri.
3. Respon-respon nyeri
a) Respon Fisiologis
Respon fisilogis yang timbul akibat nyeri antar lain:
Respon Fisiologis Terhadap Nyeri

Respon Simpatik Peningkatan frekuensi pernafasan


Dilatasi saluran bronkiolus
Peningkatan frekuensi denyut
jantung
Vasokontriksi perifer (pucat, peningkatan
tekanan darah)
Peningkatan gadar glukosa
darah Diaforesis
Peningkatan tegangan
otot Dilatasi pupil
Penurunan motilitas saluran cerna
Respon Parasimpatik Pucat
Ketegangan
otot
Penurunan denyut jantung atau tekanan
darah Pernafasan cepat dan tidak teratur
Mual dan muntah
Kelemahan atau kelelahan

b) Respon perilaku
Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukan oleh pasien antara lain: merubah posisi
tubuh, mengusap bagian yang sakit, menopang bagian nyeri yang sakit, mengeretakkan gigi,
menunjukan ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis, ekspresi verbal menangis,
mengerang, mengaduh, menjerit, dan meraung.
c) Respon afektif
Respon afektif juga perlu diperhatikan oleh seorang perawat di dalam melakukan pengkajian
terhadap pasien dengan ganguan rasa nyeri.
d) Pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien
Klien yang merasakan nyeri setiap hari akan mengalami gangguan dalam kegiatan sehari-
hari.
e) Presepsi klien tetang nyeri
Dalam hal ini, bagaimana klien menghubungkan antara nyeri yang ia alami dengan proses
penyakit atau hal lain dalam diri atau lingkungan sekitarnya,
f) Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri
Perawat terhadap hal ini perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasa klien gunakan saat
klien menjalani perawatan dirumah.

2.1.2 Analisa Data


Analisis data mencakup mengenali pola atau kecenderungan, membandigkan pola ini
dengan kesehatan yang normal, dan menarik konklusi tentang respon klien. Perawat
memperhatikan pola kencendrungan sambil memeriksa kelompok data. Kelompok data terdiri
atas batas karakteristik (Potter & Perry, (2005). Batas karekteristik adalah kriteria klinis yang
mendukung adanya katagori diagnostik. Kriteria klinis adalah tanda dan gejala objektif dan
subjektif atau faktor resiko. Batas karakteristik multiple yang dihasilkan dari data pengkajian
mendukung diagnosa keperawatan (Capernito, 1995).

2.1.3 Rumusan Masalah


Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada identifikasi kebutuhan klien. Bila
data pengkajian mulai menunjukan masalah, perawat diarahkan pada pemilihan diagnosa
yang sesuai. Diagnosa keperawatan berfokus pada mendefinisikan kebutuhan dasar
keperawatan dari klien (Gordon, 1994). Untuk mengidentivikasi kebutuhan klien, perawat
harus lebih dulu menentukan apa masalah kesehatan klein dan apakah maslah tersebut
potensial atau aktual (Potter & Perry, 2005). Diangnosa keperawatan NANDA mungkin
muncul pada klien dengan masalah nyeri adalah:
1. Nyeri yang berhubungan dengan

a) Cedera fisik dan trauma.

b) Penurunan suplay darah kejaringan.

c) Proses melahirkan normal.

2. Nyeri kronik yang berhubungan dengan

a) Jaringan parut.

b) Kontrol nyeri yang tidak adekuat.


3. Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan

a) Nyeri kronik.

4. Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan

a) Nyeri musculoskeletal.

b) Nyeri insisi.

5. Resiko cedera yang berhubungan dengan

a) Penurunan resepsi nyeri.

6. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan

a) Nyeri muskuloskeletal.

7. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan

a) Nyeri artritis panggul


8. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan
a) Nyeri punggung bagian bawah.

2.1.4 Perencanaan
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat
pada klien dan hasil yang di perkirakan di tetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk
mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2005). Berikut asuhan keperawatan pada klien
dengan masalah nyeri berdasarkan intervensi NIC (Nursing Interventions Classification)dan
kriteria hasil NOC (Nursing Outcomes Classification) meliputi:
N Diagnosa Keperawatan NOC NIC
o
1. Nyeri akut - Pain level Pain manajemen
berhubungan dengan - Pain kontrol 1. Lakukan pengkajian
peradangan sendi. - Konfort level nyeri secara
komperensif termasuk
Defenisi : pengalaman Kriteria Hasil: lokasi, karakteristik,
sensori dan emosional  Mampu durasi, frekuensi,
yang tidak mengontrol nyeri kualitas dan faktor
menyenangkan yang (tahu penyebab nyeri, presipitasi.
muncul akibat kerusakan mampu 2. Observasi reaksi
jaringan yang aktual atau menggunakan teknik nonverbal dari
potensial atau gambaran ketidak
nyamanan.
dalam hal kerusakan
sedemikian rupa nonfarmakologi 3. Gunakan teknik
(internasional asosiation untuk mengurangi komunikasi terapetik
for studi of pain ) : nyeri, mencari untuk mengetahui
awitan yang tiba-tiba atau bantuan). pengalaman nyeri
lambat dari intensitas  Melaporkan pasien.
ringan sehingga berat bahwa nyeri 4. Kaji kultur yang
dengan akhir yang dapat berkurang dengan mempengaruhu
di antisipasi atau di menggunakan respon nyeri.
prediksi dan berlangsung manajemen nyeri. 5. Evaluasi
<6 bulan.  Mampu pengalaman nyeri
Batas karakteristik : mengenali nyeri masa lampau.
 Perubahan (skala intensitas, 6. Evaluasi bersama
selera makan. frekuensi dan tanda pasien dan tim
 Perubahan nyeri). kesehatan lain tentang
tekanan darah.  Menyatakan ketidak efektifan
 Perubahan rasa nyaman kontrol nyeri masa
frekuensi jantung. setelah nyeri lampau.
 Perubahan berkurang. 7. Bantu pasien dan
frekuensi keluarga untuk
pernafasan. mencari dan
 Laporan isyarat. menemukan
 Diaphoresis. dukungan.
 Prilaku 8. Kontrol
distraksi lingkungan yang
(misal, dapat
berjalan, mempengaruhi
mondar- nyeri seperti suhu
mandir ruangan,
mencari pencahayaan dan
aktivitas yang kebisingan.
berulang). 9. Kurang faktor
 Mengekspresika presipitasi nyeri.
n prilaku (misal, 10. Pilih dan
gelisah, lakukan
merengek, penanganan nyeri
menangis). (farmakologi,
 Masker wajah non farmakologi
(misal, mata dan
kurang interpersonal).
bercahaya,tampak 11. Kaji tipe dan
kacau, gerakan mata sumber nyeri untuk
menentukan
berpancar atau intervensi.
tetap pada satu 12. Ajarkan tentang
fokus meringis). teknik non
 Sikap melindungi farmakologi.
area nyeri. 13. Berikan anakgetik
 Fokus untuk mengurangi
menyempit nyeri
(misal, gangguan 14. Evaluasi
persepsi nyeri keefektifan kontrol
hambatan proses nyeri.
berpikir, 15. Tingkatkan istirahat.
penurunan 16. Kolaborasikan
interaksi dengan dengan dokter jika ada
orang dan keluhan dan tindakan
lingkungan). nyeri tidak berhasil.
 Indikasi nyeri 17. Monitor
yang dapat penerimaan pasien
diamati. tentang manajemen
 Perubahan nyeri.
posisi untuk
menghindari Analgesic
nyeri. Administration

 Sikap 1. Tentukan lokasi,

tubuh karakteristik, kualitas

melindun dan derajat nyeri

gi. sebelum pemberian

 Dilatasi pupil. obat.

 Melaporkan 2. Cek instruksi dokter

nyeri secara tentang jenis obat,

verbal. dosis, frekuensi.

 Gangguan tidur. 3. Cek riwayat alergi.


4. Pilih analgesik yang

Faktor yang berhubungan: diperlukan atau

 Agen cedera kombinasi dari

(misal, biologis, analgesik ketika


pemberian lebih dari
zat kimia, fisik, satu.
psikologis). 5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe
dan beratnya nyeri.
6. Tentukan analgesik
pilihan , rute
pemberian, dan dosis
optimal.
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur.
8. Monitor vital
sign sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali.
9. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat.
10. Evaluasi
efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala.
2. Kerusakan mobilitas fisik. - Joint Exercise
Movement: therapy :
Defenisi : keterbatasan active ambulation
pada pergerakan fisik - MobilityLevel 1. Monitoring vital sign
tubuh atau satu atau lebih - Self Care: ADLs sebelum/ sesudah
ekstremitas secara - Transfer latihan dan lihat
mandiri dan terarah. performa respon pasien saat
nce latihan.
Batasan karakteristik: 2. Konsultasikan
 Penurunan waktu reaksi. Kriteria Hasil : dengan terapi fisik
 Kesulitan membolak  Klien tentang rencana
balik posisi. meningkat dalam ambulasi sesuai
 Melakukan aktivitas lain aktivitas fisik. dengan kebutuhan.
sebagai pengganti  Mengerti 3. Bantu klien untuk
pergerakan. tujuan dari menggunakan
 Dispnea setelah peningkatan tongkat saat berjalan
beraktivitas. mobilitas. dan cegah terhadap
 Perubahan cara berjalan.  Memverbalisasik cedera.
an perasaan dalam 4. Ajarkan pasien atau
 Gerakan bergetar. meningkatk tenaga kesehatan lain
 Keterbatasan an kekuatan tentang teknik
kemampuan melakukan dan ambulasi.
keterampilan motorik kemampuan 5. Kaji kemampuan
halus. berpindah. klien dalam
 Keterbatasan  Memperagakan mobilisasi.
kemampuan keterampilan penggunaan alat 6. Latih pasien
motorik kasar. bantu untuk dalam pemenuhan
 Keterbatasan mobilisasi (walker). kebutuhan ADLs
rentang pergerakan secara mandiri
sendi. sesuai kemampuan.
 Tremor akibat pergerakan. 7. Dampingi dan bantu
 Ketidakstabilan postur. pasien saat mobilisasi
 Pergerakan lambat. dan bantu penuhi
 Pergerakan kebutuhan ADLs.
tidak 8. Berikan alat bantu
terkoordinasi. jika klien
memerlukan.
Faktor yang berhubungan: 9. Ajarkan pasien
 Intoleransi aktivitas. bagaimana merubah
 Perubahan posisi dan berikan
metabolisme bantuan jika
selular. diperlukan.
 Ansietas.
 Indeks masa
tubuh diatas
perentil ke-75
sesuai usia.
 Gangguan kognitif.
 Konstraktur.
 Kepercayaan
budaya tentang
aktivitas sesuai
usia.
 Fisik tidak bugar.
 Penurunan
ketahan tubuh.
 Penurunan kendali
otot.
 Penurunan masa
otot.
 Malnutrisi.
 Gangguan
muskolosklet
al.
 Gangguan
neuromuskular,
nyeri.
 Agens obat.
 Penurunan
kekuatan otot.
 Kurang
pengetahuan
tentang aktivitas
fisik.
 Keadaan mood
depresif.
 Keterlambat
an
perkembang
an.
 Ketidaknyamanan.
 Disuse, kaku sendi.
 Kurang
dukungan
lingkungan
(misal, fisik atau
sosial).
 Keterbatasan
ketahanan
kardiovaskul
er.
 Kerusakan
integritas struktur
tulang.
 Program
pembatasan gerak.
 Keengganan
memulai
pergerakan.
 Gaya hidup
monoton.
 Gangguan
sensori
perseptual.
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus
2.2.1 Pengkajian

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN

I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 51 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan Bilal No. 18 B Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan
Medan Polonia
Tanggal Pengkajian : 12 juni 2017
Diagnosa Medis : Rheumatoid
Arthritis
I. KELUHAN UTAMA
Ny. S mengatakan nyeri pada kaki, kaku, kesemutan, dan linu pada kedua
kakinya.
II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1. Apa Penyebabnya
Ny. S mengatakan nyeri timbul pada saat terlalu banyak melakukan
aktivitas sehari-hari,jika terkena dingin dan jarang minum air putih.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan:
Ny. S mengatakan, keluhan yang dialaminya akan berkurang jika klien
beristirahat dan minum obat dari pelayanan kesehatan.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana Dirasakan
Ny. S mengatakan merasa kurang nyaman ketika lutut dan pergelangan kaki
terasa nyeri seperti ditusuk- tusuk.
2. Bagaimana Dilihat
Ny. S terlihat meringis dan tampak memegangi kakinya.
C. Region
1. Dimana Lokasinya
Ny. S mengatakan nyeri terjadi dibagian lutut dan pergelangan kaki.
2. Apakah menyebar
Ny. S mengatakan nyeri tidak menyebar.
D. Severity
Ny. S mengatakan nyeri pada bagian lutut dan pergelangan kaki seperi
ditusuk- tusuk dengan skala nyeri 6 diukur dengan menggunakan numeric
rating scale (0-10).
E. Time
Ny. S mengatakan bahwa waktu datangnya nyeri tidak menentu dan kadang-
kadang sakit timbul pada pagi hari.
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang Pernah Dialami
Ny. S sering pening.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Ny. S dibawah keluarganya berobat kerumah sakit dan minum obat.
C. Pernah dirawat/dioperasi
Ny. S pernah dirawat di rumah sakit internasional hospital.
D. Lama dirawat
Ny. S dirawat dirumah sakit internasional hospital selama 10 hari.
E. Alergi
Ny. S mengatakan tidak memiliki alergi.
F. Imunisasi
Ny. S mengatakan tidak mengetahui apakah sudah diimunisasi apa tidak.

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


A. Orang Tua
Ayah Ny. S pernah menderita penyakit diabetes mellitus.
Nenek Ny. S pernah menderita penyakit stroke ringan.
B. Saudara Kandung
Tidak ada yang memiliki riwayat penyakit.
C. Penyakit Keturunan yang Ada
Penyakit rematik.
D. Anggota Keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada.
E. Anggota Keluarga yang Meninggal
Tidak ada.
F. Penyebab Meninggal
Tidak ada.
V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi Klien Tentang Penyakitnya
Ny. S percaya dengan penyakitnya karena penyakit rematik yang ada pada
dirinya terjadi akibat dirinya kurang menjaga pola makan dan banyak
melakukan aktivitas sehari-hari.
B. Konsep Diri
- Gambaran diri: Ny. S mengatakan syukur untuk apa yang diberikan Tuhan
pada dirinya.
- Ideal diri: Ny. S mengatakan yakin dirinya akan sembuh dari penyakit
rematik.
- Harga Diri: Ny. S mengatakan keluarganya mendukungnya dan berada
disisinya dalam menghadapi penyakit yang dideritanya.
- Peran Diri: Ny. S berperan sebagai ibu rumah tangga.
- Identitas: Ny. S merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
C. Keadaan Emosi
Ny. S adalah orang yang sabar dan tenang dalam menghadapi masalah.
D. Hubungan Sosial
- Orang yang berarti: Ny. S mengatakan kalau keluarganya sangat berarti
yaitu suami dan anaknya.
- Hubungan dengan keluarga: Harmonis, Tidak ada masalah sama sekali
dalam keluarga.
- Hubungan dengan orang lain: Baik dan tidak ada masalah.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Tidak ada masalah.
E. Spritual
- Nilai dan keyakinan: Ny. S beragam Kristen protestan dan mengikuti
keyakinan sesuai ajaran agamanya.
- Kegiatan ibadah: Ny. S Rajin mengikuti ibadah minggu digereja dan
persekutuan rohani.
VI. STATUS MENTAL
- Tingkat Kesadaran: Klien tampak sadar penuh (compos mentis).
- Penampilan: Ny. S menggunakan pakaian yang rapi dan bersih.
- Alam Perasaan: Ny. S tampak lesu.
- Pembicaraan: Ny. S berbicara dengan nada yang normal dan tidak cepat.
- Afek: Ekspresi klien sesuai dengan pembicaraan.
- Interaksi selama wawancara: Ny. S tampak kooperatif dan memberikan
respon yang baik.
- Waham: Tidak ada waham pada klien.
- Persepsi: Klien mengatakan keadaannya sekarang adalah proses hidup yang
harus dilalui tanpa harus mengeluh.
- Memori: Tidak ada gangguan pada memori klien.
- Proses Pikir: Tidak ada masalah pada proses pikir Ny. S.
- Isi Pikir: Tidak ada masalah dalam pikirannya.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum: Keadaan klien compos mentis, tampilan sesuai dengan usia,
wajah akral hangat, badan tampak bersih.
B. Tanda-Tanda Vital:
- Suhu tubuh : 36,5°C
- Tekanan : 120/80
darah mmhg
- Nadi : 82x/menit
- Pernafasan : 22x/menit
- Skala nyeri :6
- TB : 160 cm
- BB : 75 kg
C. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala dan rambut:
Bentuk : Bulat dan simetris.
Ubun-ubun : Datar dan tidak ada benjolan.
Kulit kepala : Bersih dan berwarna sawo matang
2. Rambut:
Penyebaran dan keadaan rambut: Rambut lurus dan hitam panjang dan
penyebaran merata.
Bau : Rambut klien berbau vitamin rambut.
Warna kulit : Warna kulit klien tampak berwarna sawo
matang.
3. Wajah:
Warna kulit : Berwarna sawo matang.
Struktur wajah : Simetris kiri dan kanan.
4. Mata:
Kelengkapan mata dan kesimetrisan: Klien memiliki dua buah bola mata
lengkap yang simatris.
Palpebra : Tidak ditemukan adanya kelainan.
Konjungtiva dan sclera : Konjungtiva tidak anemis dan
sclera tidak ikterik.
Pupil : Normal, Berbentuk bulat, letak
sentral dan isokor.
Kornea dan iris : Normal.
Visus : Pandangan baik dan masih dapat
membedakan warna.
5. Hidung:
Tulang hidung dan posisi septum nasi: Normal. Tulang hidung tepat di
garis tengah wajah.
Lubang hidung : Simetris, lengkap dan tidak ada lesi.
Cuping hidung : Tidak ada pegerakan saat bernafas.
6. Telinga:
Bentuk telinga : Simetris kanan dan kiri.
Ukuran telinga : Ukuran telinga normal simetris
kanan dan kiri.
Lubang telinga : Bersih dan tidak ada serumen.
Ketajaman pendengaran : Ny. S dapat mendengarkan dengan
baik.
7. Mulut dan Faring:
Keadaan bibir : Bibir lembab, simetris.
Keadaan gusi dan gigi : Gusi dan gigi terlihat bersih.
Keadaan lidah : Lidah tampak bersih.
Orofaring : Tidak ditemukan adanya kelainan.
8. Leher:
Posisi trachea : Posisi trachea normal di bagian
medical.
Thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid.
Suara : Terdengar suara klien normal.
Kelenjar limfe : Tidak ditemukan adanya
pembengkakan pada kelenjar limfe.
Vena jugularis : Tidak ditemukan adanya kelainan
pada peradaan vena jugularis.
Denyut nadi karotis : Denyut nadi teraba.
9. Pemeriksaan Integument:
Kebersihan : Klien tampak bersih.
Kehangatan : Suhu tubuh klien dalam keadaan
normal.
Warna : Kulit berwarna sawo matang.
Turgor : Kembali < 2 detik.
Kelembaban : Kulit tampak kering.
Kelainan pada kulit : Tidak ditemukan adanya kelainan
pada kulit.
10. Pemeriksaan payudara dan ketiak:
Ukuran dan bentuk : Simetris kiri dan kanan.
Warna payudara dan areola : Warna payudara sama
dengan warna kulit dan areola berwarna
coklat.
Kondisi payudara dan putting : Normal.
Produksi ASI : Tidak dikaji.
Aksilla dan Clavicula : Tidak dikaji.
11. Pemeriksaan thoraks / dada:
Inspeksi thoraks : Bentuk dada normal.
Pernafasan (frekuensi, irama) : 22x/menit, irama regular.
Tanda Kesulitan Bernafas : Tidak ada kesulitan bernafas
dan tidak ada tidak ada sesak nafas.
12. Pemeriksaan paru:
Palpasi getaran suara : Getaran terasa saat klien
mengucapkan kata-kata.
Perkusi : Nada sonor.
Auskultasi : Suara nafas
bronkovesikuler,suara ucapan normal,
dan tidak ada suara tambahan.
13. Pemeriksaan jantung:
Inspeksi : Warna kulit dada normal,
tidak sianosis dan tidak ada
pembengkakan.
Palpasi : Denyutan teraba, tidak ada
massa atau benjolan.
Perkusi : Terdengar bunyi dullness.
Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan.
14. Pemeriksaan Abdomen:
Inspeksi (bentuk, benjolan) : Normal, bentuk simetris dan
tidak ada benjolan.
Auskultasi : Bising usus 16 kali/menit.
Palpasi : Ginjal tidak teraba.
Perkusi : Ada nyeri tekan pada ginjal
kiri.

15. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya:


Genitalia (rambut pubis, lubang uretra): Ny. S mengatakan kebersihan baik,
penyebaran rambut pubis merata, berwarna hitam dan tidak ada kelainan.
Anus dan perineum : Tidak ada kelainan.
16. Pemeriksaan muskuloskletal/ekstremitas (kesimetrisa, kekuatan otot,
edema):
Kesimetrisan : Ekstremitas atas simetris
dan ekstremitas bawa simetris.
Kekuatan otot : Kekuatan otot ekstremitas
atas dan bawah 4 (dapat bergerak dan
dapat melawan hambatan yang ringan).
Edema : Kaki agak sedikit
membengkak.
17. Pemeriksaan Neurologi (Nervus Cranialis):
NI/Olfaktorius: Ny.S mampu membedakan bau-bauan dengan
baik.
NII/Optikus: Pandangan masih baik dan mampu membedakan warna.
NIII/Okulomotorius: Mampu mengangkat kelopak mata, tidak terdapat
edema pada kelopak mata.
NV/Trigeminus: Nn. S mampu mengunyah dan mampu menggerakkan
rahang, mampu membedakan rasa panas dan dingin, mampu merasakan
nyeri, ada reflex berkedip NVII/Fasialis: Wajah simetris, mampu
menggerakkan otot wajah dan mulut.
NVIII/Vestibulocochlearis: Keseimbangan klien terjaga saat bergerak.
NIX/Glosofaringeus: Proses menelan normal, pengecapan Normal.
NXI/Asesorius: Gerakan bahu simetris kiri dan kanan.
NXII/ Hipoglosus: Gerakan lidah klien normal.
18. Fungsi motorik:
Cara berjalan: Pada saat berjalan kaki sebelah kanan klien agak sedikit
terangkat.
Romberg test: Dapat berdiri tegak
Pronasi-supinasi test: Mampu mengubah posisi telungkup secara mandiri.
Supinasi baik, mampu menekuk kaki secara mandiri.
19. Fungsi sensorik:
Identifikasi sentuhan ringan: Klien mampu menyatakan area kulit yang
disentuh.
Tes tajam-tumpul: Klien mampu membedakan benda tajam ataupun benda
tumpul yang disentuhkan dikulitnya.
Tes panas dingin: Klien mampu membedakan sensasi panas dan dingin
yang disentuhkan ke kulitnya.
Tes getaran: Klien merasakan getaran yang disentuhkan padanya.
20. Refleks:
Refleks bisep: Terangsang dengan baik pada motorik atas baik kanan atau
kiri.
Refleks trisep: Terangsang dengan baik pada motorik atas baik kanan atau
kiri.
Refleks patellar: Terangsang dengan baik pada motorik bawah baik kanan
atau kiri.
Refleks tendon Achilles: Terangsang dengan baik pada motorik bawah baik
kanan atau kiri.
Refleks plantar: Terangsang dengan baik pada motorik atas baik kanan atau
kiri.
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. Pola makan dan minum:
Frekuensi makan : Klien mengatakan makan 3 x sehari
Nafsu/ selera makan : Klien mengatakan selalu selera untuk
makan.
Nyeri ulut hati : Klien mengatakan tidak adanya merasakan
sakit di ulu hati.
Alergi : Klien mengatakan tidak memiliki alergi
Mual dan muntah : Klien mengatakan tidak ada
mengalami mual dan muntah saat
makan.

Waktu pemberian makan : Pagi jam 08.00 WIB, siang jam 13.00
WIB dan malam jam 20.00 WIB.
Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah):
Klien mengatakan tidak mengalami kesulitan untuk mengunyah.
2. Perawatan diri/personal hygiene:
Kebersihan tubuh : Klien tampak bersih. Klien mandi 2
kali sehari.
Kebersihan gigi dan mulut : Gigi dan mulut klien tampak bersih,
Klien menyikat gigi 2 kali sehari.
Kebersihan kuku kaki dan tangan: Baik dan bersih.
3. Pola Kegiatan/ Aktivitas:
Ny.S dapat melakukan aktivitas secara mandi, makan, eliminasi dan ganti
pakaian secara mandiri.
4. Pola Eliminasi:
1. BAB:
Pola BAB : Klien mengatakan 1 hari sekali
untuk BAB.
Karakter feses : Klien mengatakan feses berbentuk
lunak.
Riwayat perdarahan : Klien mengatakan tidak pernah
mengalami perdarahan.
BAB terakhir : Pagi jam 06.30 WIB.
Diare : Klien mengatakan tidak mengalami
diare.
Penggunaan Laksatif : Klien mengatakan tidak
menggunakan laksatif.
2. BAK:
Pola BAK : 7-8 kali/hari. Klien mengatakan
pola BAK sering tidak ada hambatan.
Karakter urine : Klien mengatakan warna dari urine
adalah kuning bening.
Nyeri BAK : Klien mengatakan tidak merasakan
adanya nyeri.
Riwayat penyakit ginjal : Klien mengatakan tidak ada
mengalami penyakit ginjal.
Penggunaan diuretic : Klien mengatakan tidak
menggunakan diuretik.
Upaya mengatasi masalah: Tidak ada masalah.
5. Mekanisme Koping:
Adaptif: Ny.S dapat berbicara dengan orang lain misalnya keluarga bila ada
masalah seperti masalah kesehatan dirinya.
2.2.2 ANALISA DATA
No Data Penyebab Masalah
Keperawatan
1. DS : Peradangan sendi Nyeri
- Klien mengeluhkan nyeri pada
pergelangan kaki dan lutut. Kelainan pada
tulang
- Klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk.
Erosi tulang dan
- klien mengatakan nyeri timbul
kerusakan
pada saat banyak melakukan
aktivitas sehari-hari, jika terkena pada tulang rawan
dingin dan jarang minum air putih.
DO : Ruptur tendon
- Skala nyeri : 6 dari NRS (0-10). secara parsial/ total
- Klien tampak meringis dan
tampak memegangi kakinya. Nyeri
- kaki klien agak
sedikit membengkak.
- Pemeriksaan TTV
- TD : 120/80 mmHg
- HR : 82 kali/menit
- RR : 22 kali/menit
- T : 36, 5°C
2. DS : Deformitas skeletal Kerusakan mobilitas
- Klien mengatakan pergelangan fisik
kaki terasa linu dan kesemutan pada Nyeri
saat melakukan aktivitas. pada
DO : ekstremitas bawah
- Klien tampak mengurut kakinya.
- Kaki agak sedikit membengkak. Penurunan
- Pada saat berjalan kaki sebelah
kanan agak sedikit terangkat. kekuatan otot

Keterbatas
an
aktivitas
Kerusakan mobilitas
fisik

2.2.3 RUMUSAN MASALAH


Masalah Keperawatan
1. Nyeri
2. Kerusakan mobilitas fisik

Diagnosa Keperawatan (Prioritas)


1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan sendi ditandai dengan pasien tampak
meringis,memegangi kakinya, pasien mengatakan sakit dibagian lutut dan pergelangan kaki,
intensitas nyeri skala 6 diukur dengan menggunakan numeric rating scale (0-10), nyeri
timbul pada saat klien banyak melakukan aktivitas sehari-hari, jika terkena dingin dan jarang
minum air putih.

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan Deformitas skeletal pada persendian


ditandai dengan klien mengatakan pergelangan kaki terasa linu dan kesemutan pada saat
melakukan aktivitas dan pada saat berjalan kaki sebelah kanan agak sedikit terangkat.
2.2.4 PERENCANAAN KEPERAWATAN
N Diagnosa Keperawatan NOC NIC
o
1. Nyeri akut - Pain level Pain manajemen
berhubungan dengan - Pain kontrol 1. Lakukan pengkajian
peradangan sendi. - Konfort level nyeri secara
komperensif termasuk
Defenisi : pengalaman Kriteria Hasil: lokasi, karakteristik,
sensori dan emosional  Mampu durasi, frekuensi,
yang tidak menyenangkan mengontrol nyeri kualitas dan faktor
yang muncul akibat (tahu penyebab presipitasi.
kerusakan jaringan yang nyeri, 2. Observasi reaksi
actual atau potensial atau mampu nonverbal dari
gambaran dalam hal menggunakan teknik ketidak nyamanan.
kerusakan sedemikian nonfarmakologi 3. Gunakan teknik
rupa (internasional untuk mengurangi komunikasi terapetik
asosiation for studi of nyeri, mencari untuk mengetahui
pain ) : bantuan). pengalaman nyeri
awitan yang tiba-tiba atau  Melaporkan pasien.
lambat dari intensitas bahwa nyeri 4. Kaji kultur yang
ringan sehingga berat berkurang dengan mempengaruhi
dengan akhir yang dapat menggunakan respon nyeri.
di antisipasi atau di manajemen nyeri. 5. Evaluasi
prediksi dan berlangsung  Mampu pengalaman nyeri
<6 bulan. mengenali nyeri masa lampau.
Batas karakteristik : (skala intensitas, 6. Evaluasi bersama
 Perubahan frekuensi dan tanda pasien dan tim
selera makan. nyeri). kesehatan lain tentang
 Perubahan  Menyatakan ketidak efektifan
tekanan darah. rasa nyaman kontrol nyeri masa
 Perubahan setelah nyeri lampau.
frekuensi jantung. berkurang. 7. Bantu pasien dan
 Perubahan keluarga untuk
frekuensi mencari dan
pernafasan. menemukan
 Laporan isyarat. dukungan.
8. Kontrol lingkungan
 Diaphoresis.
yang dapat
 Prilaku distraksi
mempengaruhi nyeri
seperti suhu
(misal, ruangan, pencahayaan
berjalan, dan kebisingan.
mondar- 9. Kurang faktor
mandir presipitasi nyeri.
mencari 10. Pilih dan
aktivitas yang lakukan
berulang). penanganan nyeri
 Mengekspresika (farmakologi,
n prilaku (misal, non farmakologi
gelisah, dan
merengek, interpersonal).
menangis). 11. Kaji tipe dan
 Masker wajah sumber nyeri untuk
(misal, mata menentukan
kurang bercahaya, intervensi.
tampak kacau, 12. Ajarkan tentang
gerakan mata teknik non
berpancar atau farmakologi.
tetap pada satu 13. Berikan anakgetik
fokus meringis). untuk mengurangi
 Sikap melindungi nyeri
area nyeri. 14. Evaluasi
 Fokus keefektifan kontrol
menyempit nyeri.
(misal, gangguan 15. Tingkatkan istirahat.
persepsi nyeri 16. Kolaborasikan
hambatan proses dengan dokter jika ada
berpikir, keluhan dan tindakan
penurunan nyeri tidak berhasil.
interaksi dengan 17. Monitor penerimaan
orang dan pasien tentang
lingkungan). manajemen nyeri.
 Indikasi nyeri
yang dapat Analgesic
diamati. Administration
1. Tentukan lokasi,
 Perubahan karakteristik, kualitas
posisi untuk dan derajat nyeri
menghindari
sebelum pemberian
nyeri.
obat.
 Sikap 2. Cek instruksi dokter
tubuh
melindun
gi.
 Dilatasi pupil.
 Melaporkan tentang jenis obat,
nyeri secara dosis, frekuensi.
verbal. 3. Cek riwayat alergi.
 Gangguan tidur. 4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
Faktor yang berhubungan: kombinasi dari analgesik
 Agen cedera ketika pemberian lebih
(misal, biologis, dari satu. 5.Tentukan
zat kimia, fisik, pilihan analgesik
psikologis). tergantung tipe dan
beratnya nyeri.
6. Tentukan analgesik
pilihan , rute
pemberian, dan dosis
optimal.
7. Pilih rute
pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur.
8. Monitor vital
sign sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali.
9. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat.
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda
dan gejala.
2. Kerusakan mobilitas fisik. - Joint Exercise
Movement: therapy :
Defenisi : keterbatasan active ambulation
pada pergerakan fisik - MobilityLevel 1. Monitoring vital sign
tubuh atau satu atau lebih - Self Care: ADLs sebelum/ sesudah
ekstremitas secara - Transfer latihan dan lihat
respon pasien
mandiri dan terarah. performa
saat latihan.
nce
2. Konsultasikan
Batasan karakteristik: Kriteria Hasil : dengan terapi fisik
 Penurunan waktu reaksi.  Klien tentang rencana
 Kesulitan membolak meningkat dalam ambulasi sesuai
balik posisi. aktivitas fisik. dengan kebutuhan.
 Melakukan aktivitas lain  Mengerti 3. Bantu klien untuk
sebagai pengganti tujuan dari menggunakan tongkat
pergerakan. peningkatan saat berjalan dan cegah
 Dispnea setelah mobilitas. terhadap cedera.
beraktivitas.  Memverbalisasi 4. Ajarkan pasien atau
 Perubahan cara berjalan. ka n perasaan tenaga kesehatan lain
 Gerakan bergetar. dalam tentang teknik
 Keterbatasan meningkatkan ambulasi.
kemempuan melakukan kekuatan dan 5. Kaji kemampuan
keterampilan motorik kemampuan klien dalam
halus. berpindah. mobilisasi.
 Keterbatasan  Memperagaka 6. Latih pasien
kemempuan keterampilan n penggunaan dalam pemenuhan
motorik kasar. alat bantu untuk kebutuhan ADLs
 Keterbatasan mobilisasi secara mandiri
rentang pergerakan (walker). sesuai kemampuan.
sendi. 7. Dampingi dan bantu
 Tremor akibat pergerakan. pasien saat mobilisasi
 Ketidakstabilan postur. dan bantu penuhi
 Pergerakan lambat. kebutuhan ADLs.
 Pergerakan 8. Berikan alat bantu
tidak jika klien
terkoordinasi. memerlukan.
9. Ajarkan pasien
Faktor yang berhubungan: bagaimana merubah
 Intoleransi aktivitas. posisi dan berikan
 Perubahan bantuan jika diperlukan.
metabolisme
selular.
 Ansietas.
 Indeks masa
tubuh diatas
perentil ke-75
sesuai usia.
 Gangguan kognitif.
 Konstraktur.
 Kepercayaan
budaya tentang
aktivitas sesuai
usia.
 Fisik tidak bugar.
 Penurunan
ketahan tubuh.
 Penurunan
kendali otot.
 Penurunan masa
otot.
 Malnutrisi.
 Gangguan
muskulosklet
al.
 Gangguan
neuromuskular,
nyeri.
 Agens obat.
 Penurunan
kekuatan otot.
 Kurang
pengetahuan
tentang aktivitas
fisik.
 Keadaan mood
depresif.
 Keterlambat
an
perkembang
an.
 Ketidaknyamanan.
 Disuse, kaku sendi.
 Kurang
dukungan
lingkungan
(misal, fisik atau
sosial).
 Keterbatas
an
ketahanan
kardiovaskuler.
 Kerusakan
integritas struktur
tulang.
 Program
pembatasan gerak.
 Keengganan
memulai
pergerakan.
 Gaya hidup
monoton.
 Gangguan
sensori
perseptual.
2.2.5 Implementasi dan Evaluasi
Pelaksanaan Keperawatan
Hari/ Tanggal NO. Implementasi Evaluasi
DX Keperawatan (SOAP)
Selasa I 1. Melakukan pengkajian S:
13 juni 2017 nyeri secara komperensif -Klien mengatakan
termasuk lokasi, masih merasakan nyeri
karakteristik, durasi, pada kaki di bagian
frekuensi, kualitas dan lutut dan pergelangan
faktor presipitasi. kaki. Saat beraktivitas
2. Mengobservasi reaksi nyeri tidak dirasakan,
nonverbal dari tetapi saat duduk baru
ketidaknyamanan gunakan merasakan nyeri.
teknik komunikasi terapetik - Klien mengatakan
untuk mengetahui mengerti dan akan
pengalaman nyeri pasien. mencoba
3. Mengkaji tipe dan menggunakan
sumber nyeri untuk nyeri kompres hangat
untuk menentukan untuk mengurang
intervensi. nyeri.
4. Mengajarkan tentang - Klien mengatakan
manajemen nyeri: nyeri dirasakan
kompres hangat. skala 6 (Sedang),
5. Mengevaluasi munculnya nyeri
keefektifan kontrol nyeri tidak pasti.
dan meningkatkan O:
istirahat. TD : 130/90
mmHg HR : 82
x/i
RR : 24
x/i T :
36,5°C
- P : Banyak
melakukan aktivitas
sehari-hari,jika terkena
dingin dan jarang
minum air putih.
- Q : Ditusuk- tusuk.
-R:Tutut dan
pergelangan
kaki.
- S: 6.
- T : Tidak menentu
dan kadang- kadang
sakit timbul pada
pagi hari.
- Klien tampak
mengerti manajemen
nyeri (kompres
hangat).
- Klien tampak
belum bisa
mengontrol nyeri
dan belum bisa
melakukan
manajemen nyeri
yang diajarkan. A:
Masalah
sebagian
teratasi.
Selasa II 1. Memonitoring vital sign P:
13 juni 2017 sebelum/ sesudah latihan Intervensi dilanjutkan.
dan melihat respon klien
saat latihan, dan kaji
kemampuan klien dalam S:
mobilisasi. 2.Melatih -Klien merasa sulit
pasien dalam pemenuhan untuk beraktivitas
kebutuhan ADLs secara akibat nyeri rasakan.
mandiri sesuai O:
kemampuan. TD : 120/80
3. Membantu klien saat mmHg HR : 80
mobilisasi dan bantu x/i
penuhi kebutuhan ADLs. RR : 22
x/i T :
36,7°C
- Klien tampak
mengurut kakinya.
-Kaki agak sedikit
membengkak.
- Pada saat berjalan
kaki sebelah kanan
agak sedikit
terangkat.
Kekuatan otot : 4
(dapat bergerak dan
dapat melawan
hambatan yang
ringan).
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan.
Rabu I 1. Melakukan pengkajian
14 juni 2017 nyeri secara komperensif
termasuk lokasi, S:
karakteristik, durasi, - Klien mengatakan
frekuensi, kualitas dan masih merasakan
faktor presipitasi. nyeri pada kaki di
2. Mengobservasi reaksi bagian lutut dan
nonverbal dari pergelangan kaki.
ketidaknyamanan gunakan Bila dibawa istirahat
teknik komunikasi terapetik (tidur) nyeri
untuk mengetahui berkurang.
pengalaman nyeri pasien. - Klien mengatakan
3. Mengkaji tipe dan mengerti dan akan
sumber nyeri untuk nyeri mencoba
untuk menentukan menggunakan
intervensi. kompres hangat
4. Mengajarkan tentang untuk mengurang
manajemen nyeri: nyeri.
kompres hangat. O:
5. Mengevaluasi TD : 130/90
keefektifan kontrol nyeri mmHg HR : 82
dan x/i
meningkatkan istirahat. RR : 24
x/i T :
36,5°C
Skala nyeri : 5
- Klien tampak
mengerti manajemen
nyeri
(kompres hangat)
dan bisa melakukan
manajemen nyeri
yang diajarkan.
- Klien sudah
bisa mengontrol
nyeri. A:
Masalah
sebagian
teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan.

Rabu II 1. Memonitoring vital sign


14 Juni 2017 sebelum/ sesudah latihan S:
dan melihat respon klien -Klien merasa sulit
saat latihan, dan kaji untuk beraktivitas
kemampuan klien dalam akibat nyeri rasakan.
mobilisasi. 2.Melatih O:
pasien dalam pemenuhan TD : 120/80
kebutuhan ADLs secara mmHg HR : 80
mandiri sesuai x/i
kemampuan. RR : 22
3. Membantu klien saat x/i T :
mobilisasi dan bantu 36,7°C
penuhi kebutuhan ADLs. Kekuatan otot : 4
(dapat bergerak dan
dapat melawan
hambatan yang
ringan).
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan.
Kamis I 1. Melakukan pengkajian S:
15 Juni 2017 nyeri secara komperensif -Klien mengatakan
termasuk lokasi, masih merasakan nyeri
karakteristik, durasi, pada kaki di bagian
frekuensi, kualitas dan lutut dan pergelangan
faktor presipitasi. kaki. Bila dibawa
2. Mengobservasi reaksi istirahat (tidur) nyeri
nonverbal dari berkurang.
ketidaknyamanan gunakan - Klien mengatakan
teknik komunikasi terapetik sudah mengerti dan
untuk mengetahui mencoba
pengalaman nyeri pasien. menggunakan kompres
3. Mengkaji tipe dan hangat dan tarik nafas
sumber nyeri untuk nyeri dalam untuk
untuk menentukan mengurangi nyeri.
intervensi. O:
4. Mengajarkan tentang TD : 130/90
manajemen nyeri: mmHg HR : 82
kompres hangat. x/i
5. Mengevaluasi RR : 24
keefektifan kontrol nyeri x/i T :
dan meningkatkan 36,5°C
istirahat. Skala nyeri : 5
- Klien tampak
mengerti manajemen
nyeri (kompres
hangat) teknik
relaksasi dan distraksi.
- Klien sudah bisa
mengontrol nyeri
dan bisa melakukan
manajemen nyeri
yang diajarkan.
A:
Masalah
sebagian
teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan.
Kamis II 1. Memonitoring vital sign S:
15 Juni 2017 sebelum/ sesudah latihan -Klien merasa sulit
dan melihat respon klien untuk beraktivitas
saat latihan dan kaji akibat nyeri rasakan.
kemampuan klien dalam O:
mobilisasi. 2.Melatih TD : 120/80
pasien dalam pemenuhan mmHg HR : 80
kebutuhan ADLs secara x/i
mandiri sesuai RR : 22
kemampuan. x/i T :
3. Membantu klien saat 36,7°C
mobilisasi dan bantu Kekuatan otot : 4
penuhi kebutuhan ADLs. (dapat bergerak dan
dapat melawan
hambatan yang
ringan).
A:
Masalah belum teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan.
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilaksanakan pada tanggal 12 juni 2017 sampai
dengan 16 juni 2017 di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia dapat diambil
kesimpulan bahwa yang menjadi prioritas masalah keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa
Rheumatoid Arthritis adalah masalah kebutuhan rasa nyaman : nyeri. Data – data yang
mendukung yaitu klien mengatakan sakit, kaku, kesemutan dan linu pada kedua kakinya.
Setelah dilakukan pengkajian intensitas nyeri, Skala nyeri berada dalam intensitas sedang
yaitu 6.
Intervensi yang diimplementasikan terkait dengan masalah kebutuhan dasar rasa nyaman
: nyeri adalah melakukan pengkajian nyeri secara komperensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan gunakan teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien, mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk nyeri untuk menentukan intervensi,
mengajarkan tentang manajemen nyeri: kompres hangat,teknik relaksasi dan distraksi,
mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri dan meningkatkan istirahat, dan senam rematik serta
memberikan massage yang lembut pada kaki.
Dari Implementasi yang telah dilakukan diperoleh hasil evaluasi bahwa masalah teratasi
sebagian yaitu klien mengatakan nyeri berkurang. dengan skala 3.

3.2. Saran
Dari pengkajian yang dilakukan pada Ny.S menunjukkan bahwa informasi tentang
penatalaksanaan nyeri bagi penderita rematik di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan
Polonia masih kurang. Untuk itu penulis menyarankan kepada pelayanan kesehatan
khususnya puskesmas untuk memberikan informasi tentang penatalaksanaan nyeri pada
rematik dengan tepat.
Adapun saran yang dapat penulis simpulkan adalah sebagai berikut :
1. Pihak Institusi Pendidikan
Agar lebih meningkatkan penerapan dan pengajaran asuhan keperawatan pada
mahasiswa, meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan keterampilan yang lebih
kepada mahasiswa dan menambah referensi tentang kebutuhan dasar rasa nyaman: nyeri.
2. Bagi mahasiswa
Agar dapat melaksanakan asuhan keperawatan yang baik, sebagai tenaga kesehatan
selalu menggunakan komunikasi dan prilaku yang baik sehingga dapat terjalin kerjasama
yang baik antara pasien, keluarga dan perawat demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
3. Bagi Klien
Dengan adanya bimbingan dan Asuhan Keperawatan yang dilakukan, diharapkan
dapat meningkatkan kenyamanan dan kesehatan klien dalam upaya perawatan dan
pencegahan nyeri.

DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, M. G dkk. 2013. Nursing interventions classification (NIC), Indonesian edition.
Indonesia: Mocomedia.

Carpenito, L. J. 1995. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Moorhead sue, dkk. 2013. Nursing outcomes classification (NOC), Idonesian edition.
Indonesia: Mocomedia.

Mubarak, W. I., & Nurul Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Teori
Dan Aplikasi dalam Praktek, Jakarta: EGC.

Nurarif, A. N., & Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan


Penerapan Diagnosa NANDA, NIC, NOC dalam Berbasis Kasus, Jogjakarta:
Mediaction.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Edisi 4, Jakarta: EGC.

Prasetyo, S. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Surakarta: Graha Ilmu

Riset Kesehatan Dasar, RI. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

LAMPIRAN

CATATAN PERKEMBANGAN

No.D Hari/tanggal Pukul Implementasi Evaluasi


X
I Rabu 09.00 1. Melakukan S:
14 Juni WIB pengkajian nyeri -Klien mengatakan
2017
secara komperensif masih merasakan sakit
termasuk lokasi, pada kaki di bagian
karakteristik, durasi, lutut dan pergelangan
frekuensi, kualitas dan kaki. Saat beraktivitas
faktor presipitasi. sakit tidak dirasakan,
2. Mengobservasi tetapi saat duduk baru
reaksi nonverbal dari merasakan sakit.
ketidaknyamanan - Klien mengatakan
gunakan teknik mengerti dan akan
komunikasi terapetik mencoba
untuk mengetahui menggunakan
pengalaman nyeri kompres hangat
pasien. untuk mengurang
3. Mengkaji tipe dan nyeri.
sumber nyeri untuk - Klien mengatakan
nyeri untuk nyeri dirasakan skala 6
menentukan (Sedang), munculnya
intervensi. nyeri tidak pasti.
4. Mengajarkan O:
tentang manajemen TD : 130/90
nyeri: kompres mmHg HR : 82
hangat. x/i
5.Mengevaluasi RR : 24
keefektifan kontrol x/i T :
nyeri dan 36,5°C
meningkatkan -P: Banyak melakukan
istirahat. aktivitas sehari-hari,
jika terkena dingin dan
jarang minum air
putih.
- Q : Ditusuk- tusuk.
-R:Tutut dan pergelangan
kaki.
- S: 6.
- T : Tidak menentu
dan kadang- kadang
sakit
timbul pada pagi hari.
- Klien tampak
mengerti manajemen
nyeri (kompres
hangat).
- Klien tampak belum
bisa mengontrol nyeri
dan belum bisa
melakukan manajemen
nyeri yang diajarkan.
A:
Masalah belum
teratasi. P:
Intervensi dilanjutkan.

II Rabu 10.00 1. Memonitoring


14 Juni WIB vital sign sebelum/ S:
2017
sesudah latihan dan -Klien mengatakan
melihat respon mampu melakukan
klien saat latihan, aktivitas untuk
dan kaji mengurangi nyeri yang
kemampuan klien rasakan.
dalam mobilisasi. O:
2. Menganjurkan TD : 120/80
pasien untuk untuk mmHg HR : 80
olahraga santai setiap x/i
pagi, seperti jalan RR : 22
santai. x/i T :
3. Melatih pasien 36,7°C
senam rematik dan -Klien tampak
memberikan massage mengurut kakinya.
yang lembut pada -Kaki agak
kaki. sedikit
membengkak.
- Pada saat berjalan kaki
sebelah kanan agak
sedikit terangkat, dan
klien
berjalan secara perlahan-
lahan.
-Kekuatan otot : 4
(dapat bergerak dan
dapat melawan
hambatan yang
ringan).
A:
Masalah belum
teratasi. P:
Intervensi dilanjutkan.
I Kamis 10.00 1. Melakukan S:
15 Juni WIB pengkajian nyeri -Klien mengatakan
2017
secara komperensif nyeri pada kaki di
termasuk lokasi, bagian lutut dan
karakteristik, durasi, pergelangan kaki akan
frekuensi, kualitas dan sedikit berkurang
faktor presipitasi. dengan cara tarik nafas
2. Mengobservasi dalam.
reaksi nonverbal dari - Klien mengatakan
ketidaknyamanan sudah dapat
gunakan teknik mengalihkan rasa
komunikasi terapetik nyerinya.
untuk mengetahui -Klien mengatakan
pengalaman nyeri sudah mengerti dan
pasien. akan mencoba
3. Mengkaji tipe dan menggunakan kompres
sumber nyeri untuk hangat untuk
nyeri untuk mengurang nyeri.
menentukan O:
intervensi. TD : 130/90
4. Mengajarkan mmHg HR : 82
tentang manajemen x/i
nyeri: kompres RR : 24
hangat teknik x/i T :
relaksasi dan 36,5°C
distraksi. Skala nyeri : 4
5.Mengevaluasi
- Klien tampak
keefektifan kontrol
mengerti manajemen
nyeri (kompres
hangat),teknik relaksasi
dan distraksi.
nyeri dan Klien dapat
meningkatkan melakukan
istirahat. manajemen nyeri
yang diajarkan.
- Klien sudah
bisa mengontrol
nyeri. A:
Masalah sebagian
teratasi. P:
Intervensi dilanjutkan.

II Kamis 10.40
15 Juni WIB 1. Memonitoring S:
2017
vital sign sebelum/ -Klien mengatakan
sesudah latihan dan latihan pemenuhan
melihat respon kebutuhan pergerakan
klien saat latihan, bermanfaat dilakukan.
dan kaji O:
kemampuan klien TD : 120/80
dalam mobilisasi. mmHg HR : 80
2. Menganjurkan x/i
pasien untuk untuk RR : 22
olahraga santai setiap x/i T :
pagi, seperti jalan 36,7°C
santai. Kekuatan otot : 4
3. Melatih pasien (dapat bergerak dan
senam rematik. dapat melawan
hambatan yang
ringan).
-Klien berjalan
secara perlahan-
lahan.
-Klien senam pagi dan
jalan santai.
A:
Masalah teratasi
sebagian P:
Intervensi dilanjutkan.
I Jumat 10.00 1. Melakukan S:
16 Juni WIB pengkajian nyeri -Klien mengatakan
2017
secara komperensif nyeri pada kaki di
termasuk lokasi, bagian lutut dan
karakteristik, durasi, pergelangan kaki
frekuensi, kualitas dan sudah mulai berkurang
faktor presipitasi. dengan kompres
2. Mengobservasi hangat, tarik nafas
reaksi nonverbal dari dalam dan beristirahat.
ketidaknyamanan -Klien mengatakan
gunakan teknik sudah mengerti dan
komunikasi terapetik mencoba
untuk mengetahui menggunakan kompres
pengalaman nyeri hangat dan tarik nafas
pasien. dalam untuk
3. Mengkaji tipe dan mengurangi nyeri.
sumber nyeri untuk O:
nyeri untuk TD : 130/90
menentukan mmHg HR : 82
intervensi. x/i
4. Mengajarkan RR : 24
tentang manajemen x/i T :
nyeri: kompres hangat 36,5°C
dan teknik relaksasi, Skala nyeri : 3
distraksi. -Klien terlihat rileks,
5.Mengevaluasi dapat beristirahat.
keefektifan kontrol - Klien tampak
nyeri dan mengerti manajemen
meningkatkan nyeri (kompres
istirahat. hangat) teknik
relaksasi dan distraksi
- Klien sudah bisa
mengontrol nyeri dan
bisa melakukan
manajemen nyeri yang
diajarkan.
A:
Masalah sebagian
teratasi. P:
Intervensi dilanjutkan.

II Jumat 11.00 1. Memonitoring S:


16 Juni WIB vital sign sebelum/ -Klien mengatakan
2017
sesudah latihan dan dapat
melihat respon mempertahankan dan
klien saat latihan, meningkatkan latihan.
dan kaji - Klien mengatakan
kemampuan klien mengerti dan akan
dalam mobilisasi. melakukan senam
2. Menganjurkan rematik serta olahraga
pasien untuk untuk santai setiap pagi.
olahraga santai setiap O:
pagi, seperti jalan TD : 120/80
santai. mmHg HR : 80
3. Melatih pasien x/i
senam rematik. RR : 22
x/i T :
36,7°C
Kekuatan otot : 4
(dapat bergerak dan
dapat melawan
hambatan yang
ringan).
-Klien mampu
melakukan kebutuhan
mobilisasi secara
mandiri dan melakukan
senam rematik. A:
Masalah
teratasi. P:
Intervensi dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai