Sectio Caesarea
Dosen pengampu :
chinthia kartikaningtias,S.Kep,Ns,M.Kep
Disusun oleh:
1.Alifia Nurrafikarisma
2.Annisa Dian
3.Arum Putri Nata
4.Djenia Bugis
5.Eka Laila
6.Laksmi Rosyida.
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah-Nya kepada kita
semua sehingga kita masih dapat melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya. Sholawat beserta salam kita junjungkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada Ibu chinthia
kartikaningtias,S.Kep,Ns,M.Kep, selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Reproduksi
dan semua teman-teman yang telah membantu dan memberikan motivasi sehingga dapat
terselesaikannya tugas ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas ini. Sehingga kritik
dan saran yang sifatnya membangun, sangat kami harapkan untuk penyempurnaan tugas ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Insidensi kelahiran sesarea telah meningkat secara dramatis pada beberapa tahun
terakhir, dari sekitar 5,5% pada tahun 1970 menjadi 22,7% pada tahun 1985 dan terus
mengalami kenaikan hingga 24% pada tahun 1988, dilaporkan sampai saat ini rentang
insidensi persalinan sesarea antara 10%-40% dari semua kelahiran.
Berdasarkan data yang ada penyebab langsung kematian pada ibu terdiri dari
perdarahan (35%), ekslampsi (20%), infeksi (7%), sedangkan untuk penyebab yang tidak
diketahui (33%). Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami
KPD.
Menurut WHO (World Health Organization) memperkirakan bahwa angka
persalinan dengan section caesarea sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan
di negara-negara berkembang dibandingkan dengan 20% Britania Raya, 23% ei Amerika
Serikat dan Kanada pada 2003 memiliki angka 21%.
Di Indonesia, secara garis besar jumlah dari persalinan Caesar di rumah sakit
pemerintah adalah sekita 20-25% dari total persalinan, sedangkan untuk rumah sakit swasta
jumlahnya sangat tinggi, yaitu sekitar 30-80% dari total persalinan.
Berdasarkan data dari RSUD Sumedang dari tanggal 1 Januari 2013 sampai dengan
31 Mei 2013 didapatkan data bahwa jumlah angka persalinan secara section caesarea
sebanyak 388 jiwa, sedangkan partus spotan terbanyak 720 jiwa. Dari data tersebut dapat
disimpulkan angka persalinan dengan section caesarea masih tinggi dimana jumlahnya
sekitar 50% dari jumlah persalinan spontan. Di RSU Ahmad Yani Metro Jakarta
menunjukkan peningkatan dari 112 (17,41%) tindakan per 643 persalinan pada tahun 2008.
Berdasarkan data dinas kesehatan Jakarta, jumlah tindakan section caesarea pada tahun
2012 adalah 113.796 (Menkes RI, 2012).
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia bersama Pemerintah (Departemen
Kesehatan dan Departemen Kesejahteraan Sosial) mengeluarkan surat edaran direktorat
jenderal pelayanan medic (Dirjen Yanmedik) Departemen Kesehatan RI yang menyatakan
bahwa angka section caesaria untuk rumah sakit pendidikan atau rujukan sebesar 20% dan
rumah sakit swasta 15%.
1
2
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep pembedahan sectio caesarea dan seperti apakah asuhan keperawatan
pada pasien section caesarea?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui konsep pembedahan sectio caesarea dan asuhan keperawatan pada
pasien section caesarea
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi Uterus
Uterus merupakan organ berongga dan berdinding tebal, terletak di tengahtengah
rongga panggul di antara kandung kemih dan rektum. Uterus pada wanita nulipara dewasa
berbentuk seperti buah avokad atau buah pir dengan ukuran 7,5 x 5 x 2,5 cm.
Uterus terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu corpus uteri dan serviks uteri, dimana
kedua bagian tersebut menyatu pada bagian yang disebut ismus. Hampir seluruh dinding
uterus diliputi oleh serosa (peritoneum viseral) kecuali di bagian anterior dan di bawah
ostium histologikum uteri internum. Uterus mempunyai tiga lapisan:
1. Lapisan serosa (peritoneum viseral). Di bawahnya terdapat jaringan ikat subserosa;
lapisan yang paling padat dan terdapat berbagai macam ligament yang memfiksasi
uterus ke serviks.
2. Miometrium; lapisan otot uterus dan lapisan paling tebal, terdiri atas serabutserabut
otot polos yang dipisahkan oleh jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah.
Miometrium terdiri atas tiga lapisan, otot sebelah luar berjalan longitudinal dan lapisan
sebelah dalam berjalan sirkuler, di antara kedua lapisan ini otot polos berjalan saling
beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi.
Ketebalan miometrium sekitar 15 mm pada uterus perempuan nulipara dewasa.
3. Endometrium; lapisan terdalam yang terdapat di sekitar rongga uterus. Endometrium
terdiri atas epitel selapis kubik, kelenjar-kelenjar dan stroma dengan banyak pembuluh
darah yang berkelok-kelok. Endometrium mengalami perubahan yang cukup besar
selama siklus menstruasi. Bagian atas uterus disebut fundus uteri dan merupakan
tempat tuba Falopii kanan dan kiri masuk ke uterus.
Umumnya uterus pada perempuan dewasa terletak di sumbu tulang panggul dalam
posisi anteversiofleksio, yaitu fundus uteri mengarah ke depan, hampir horizontal, dengan
mengadakan sudut tumpul antara korpus uteri dan serviks uteri. Di Indonesia, uterus sering
ditemukan dalam retrofleksio (korpus uteri berarah ke belakang) yang pada umumnya
tidak memerlukan pengobatan.
3
4
Distosia (kemajuan persalinan yang abnormal) adalah indikasi yang paling umum
kedua (30%), yang pada umumnya ditujukan sebagai suatu “kegagalan kemajuan’
dalam persalinan. Hal ini mungkin berhubungan dengan ketidaksesuaian antara ukuran
panggul dengan ukuran kepala janin (disproporsi sefalopelvik), kegagalan induksi, atau
aksi kontrasi uterus yang abnormal
3. Ibu
Penyakit ibu yang berat, seperti penyakit jantung berat, diabetes mellitus, preeklamsia
berat atau eklamsia, kanker serviks, atau infeksi berat (yaitu virus herpes simpleks tipe
II atau herpes genitalis dalam fase aktif atau dalam 2 minggu lesi aktif). Penyakit
tersebut membutuhkan persalinan seksio sesarea karena beberapa alasan : untuk
mempercepat pelahiran dalam suatu kondisi yang kritis karena klien dan janinnya tidak
mampu menoleransi persalinan atau janin akan terpajan dengan risio bahaya yang
meningkat saat melalui jalan lahir.
Pembedahan uterus sebelumnya, termasuk miomektomi, pelahiran sesarea sebelumnya
dengan insisi klasik, atau rekonstruksi uterus.
Obstruksi jalan lahir karena adanya fibroid atau tumor ovarium
a. Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki resiko
melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun ke atas. Pada
usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko, misalnya tekanan
darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklamsia. Eklampsia
(keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga dokter
memutuskan persalinan dengan sectio caesarea.
b. Tulang Panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak melahirkan
secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan
c. Persalinan sebelumnya dengan section caesarea
Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan
selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada
indikasi yang mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu
besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka, operasi
bisa saja dilakukan
6
5. Plasenta
a. Plasenta previa
Pemisahan plasenta sebelum waktunya (sulosio). Plasenta previa adalah plasenta
yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri interim (OUI)
b. Plasenta lepas (Solution placenta)
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim
sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi dilakukan untuk menolong janin
segera lahir sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban.
c. Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Normalnya plasenta
menempel di dinding rahim akan terlepas dengan sendirinya pada saat bayi lahir.
Namun pada plasenta akreta,plasenya menempel kuat pada dinding rahim sehingga
tidak dapat lepas sendiri. Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan
yang berulang kali, ibu berusia rawan untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu yang
pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya
plasenta.
6. Kelainan tali pusat
a. Prolapses tali pusat (tali pusat menumbung)
Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini, tali ousat
berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum
bayi.
b. Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat tidak
terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin
tetap aman.
bawah uterus, yang merupakan bagian paling tipis dengan aktivitas uterus yang paling
sedikit, maka tipe insisi ini kehilangan darah minimal. Area ini lebih mudah mengalami
pemulihan, dan mengurangi kemungkinan terjadinya rupture jaringan perut pada
kehamilan berikutnya.
Insisi awal (membuka rongga abdomen) dibuat secara melintang daerah
peritoneum uterus, yang menempel dengan kendur tepat diatas kandung kemih. Lipatan
peritoneum bawah dan kandung kemih dipisahkan dari uterus, dan otot-otot uterus
diinsisi secara tegak lurus ataupun secara melintang. Selaput ketuban dipecahkan, dan
janin dilahirkan.
Plasenta dikeluarkan dan pemberian oksitosin melalui intravena dilakukan untuk
membuat uterus berkontraksi. Insisi uterus dijahit dalam dua lapisan, dengan lapisan
kedua bertumpang tindih dengan lapisan pertama. Susunan kedua lipatan penutup ini
menutup rapat insisi uterus dan diyakini untuk mencegah lokia masuk kedalam rongga
peritoneum. Kemudian daerah peritoneum visceral dirapatkan kembali dengan satu
lapis jahitan kontinu menggunakan benang jahit yang dapat diserap. Rongga abdomen
dibersihkan dari tampon. Lavase dengan menggunakan salin normal dilakukan untuk
mengurangi infeksi pasca bedah dan kemudian abdomen ditutup dengan jahitan lapis
demi lapis.
Keuntungannya :
a. Insisinya ada pada segmen bawah uterus. Namun demikian, kita harus yakin bahwa
tempat insisi ini berada pada segmen bawah yang tipis dan bukannya pada bagian
inferior dari segmen atas yang muskuler.
b. Otot tidak dipotong tetapi dipisah ke samping; cara ini mengurangi perdarahan
c. Insisi jarang terjadi sampai placenta
d. Kepala janin biasanya berada dibawah insisi dan mudah diekstraksi
e. Lapisan otot yang tipis dari segmen bawah rahim lebih mudah dirapatkan kembali
disbanding segmen atas yang tebal
f. Keseluruhan luka insisi terbungkus oleh lipatan vesicouterina sehingga mengurangi
perembasan ke dalam cavum peritonei generalisata
g. Reptur jaringan cicatrix yang melintang kurang membahayakan jiwa ibu dan janin,
karena :
1) Insidensi rupture tersebut lebih rendah
9
2) Kejadian ini jarang terjadi sebelum aterm. Dengan demikian pasien sudah
dalam pengamatan ketat dirumah sakit.
3) Perdarahan dari segmen bawah yang kurang mengandung pembuluh darah itu
lebih sedikit dibandingkan perdarahan corpus
4) Rupture bekas insisi melintang rendah letaknya kadang-kadang saja diikuti
dengan ekspulsi janin atau dengan terpisahnya placenta, sehingga masih ada
kesempatan untuk menyelamatkan bayi.
Kerugiannya :
a. Jika insisi terlampau jauh ke lateral, seperti terjadi pada kasus yang bayinya terlalu
besar, maka pembuluh darah uterus dapat terobek sehingga menimbulkan
perdarahan hebat.
b. Prosedur ini tidak dianjurkan kalau terdapat abnormalitas pada segmen bawah,
seperti fibroid atau varices yang luas.
c. Pembedahan sebelumnya atau pelekatan yang padat yang menghalangi pencapaian
segmen bawah akan mempersulit operasi.
d. Kalau segmen bawah belum terbentuk dengan baik, pembedahan melintang sukar
dikerjakan.
e. Kadang-kadang vesica urinaria melekat pada jaringan cicatrix yang terjadi
sebelumnya sehingga vesica urinaria dapat terluka.
2. Sesarea Membujur (Segmen-Bawah)
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti pada insisi
melintang. Insisi membujur dibuat dengan scalpel dan dilebarkan dengan gunting
tumpul untuk menghindari cedera pada bayi.
Insisi membujur mempunyai keuntungan, yaitu kalau perlu luka insisi bisa
diperlebar keatas. Pelebaran ini diperlukan kalau bayinya besar, pembentukan segmen
bawah jelek, ada malposisi janin seperti letak lintang atau kalau ada anomali janin
seperti kehamilan kembar yang menyatu (conjoined twins).
Salah satu kerugian utamanya adalah perdarahan dari tepi sayatan yang lebih
banya karena terpotongnya otot; juga, sering luka insisi tanpa dikehendaki meluas ke
segmen atas sehingga nilai penutupan retroperitoneal yang lengkap akan hilang.
3. Section Caesarea Klasik
Insisi tegak lurus dibuat langsung pada dinding korpus uterus. Janin dan plasenta
dikeluarkan, dan insisi ditutup dengan tiga lapisan jahitan menggunakan benang yang
10
diserap. Tindakan ini dilakukan dengan menembus lapisan uterus yang paling tebal
pada korpus uterus. Hal ini terutama bermanfaat ketika kandung kemih dan segmen
bawah mengalami perlekatan yang ekstensif akibat seksio sesarea sebelumnya, kadang
kala, tindakan ini dipilih saat janin dalam posisi melintang atau pada kasus plasenta
previa anterior.
Indikasi :
a. Janin kurang dari 34 minggu dengan presentasi bokong, karena segmen bawah
masih belum terbentuk secara adekuat dan insisi melintang mungkin terlalu sempit
untuk melakukan pelahiran janin tanpa menimbulkan trauma
b. Akses segmen bawah uterus terhambat karena adanya jaringan fibrosa
c. Bayi yang tercekam pada letak lintang
d. Kesulitan dalam menyiapkan segmen bawah
1) Adanya pembuluh-pembuluh darah besar pada dinding anterior
2) Vesica urinaria yang letaknya tinggi dan melekat
Kerugiannya :
a. Bayi sering diekstraksi bokong dahulu sehingga kemungkinan aspirasi cairan
ketuban lebih besar.
b. Myometrium yang tebal harus dipotong, sinus-sinus yang lebar dibuka, dan
perdarahannya banyak.
c. Apabila placenta melekat pada dinding depan uterus, insisi akan memotongnya dan
dapat menimbulkan kehilangan darah dari sirkulasi janin yang berbahaya.
d. Letak insisi tidak tertutup dalam cavun peritonei generalisata dan isi uterus yang
terinfeksi kemungkinan besar merembes dengan akibat peritonitis.
e. Insidensi pelekatan isi abdomen pada luka jahitan uterus lebih tinggi
f. Insidensi rupture uteri pada kehamilan berikutnya lebih tinggi.
11
Panggul sempit
Sectio Caesarea
Defisiensi
pengetahuan Jaringan Jaringan Penurunan Psikologi
terputus terbuka progresteron
dan estrogen
Ansietas Penambahan
anggota baru
Kerusakan Merangsang
Integritas pertumbuhan
Jaringan kelenjar susu Tuntutan
anggota baru
Peningkatan
Meragsang Proteksi hormone Bayi
area kurang prolaktin menangis
sensorik
G. Fase pembedahan
Ada tiga fase dalam tahap pembedahan, yaitu :
a. Fase praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan
berakhirketika pasien dikirim ke meja operasi.
b. Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah kebagian atau departemen
bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
c. Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah
Seksio sesaria (terutama pada ibu • Hindari penggunaan anastesi lokal pada ibu
yang mengalami gagal jantung dengan eklamsi,preeklamsia berat, atau
memiliki riwayat laparotomy.
• Hindari penggunaan anastesi lokal pada ibu
yang obesitas,takut, atau alergi terhadap
lignokain atau obat-obat terkait.
• Hindari penggunaan anastesi lokal jika kurang
berpengalaman dalam melakukan seksio
sesaria.
• Jangan disuntikan dalam pembuluh darah.
Tindak lanjuti dengan seksio sesaria dengan tetap memperhatikan hal-hal berikut:
- Jangan menggunakan tampon abdomen. Gunakan retractor sesedikit mungkin dan
dengan tenaga minimal.
15
I. Langkah-Langkah Pembedahan
• Tinjau kembali indikasi. Pastikan bahwa pelahiran per vagina tidak memungkiankan.
• Periksa kehidupan janin dengan mendengarkan denyut jantung janin dan periksa
presentasi janin.
• Tinjau kembali prinsip perawatan umum, prinsip perawatan operasi, dan pasang infus
IV.
• Gunakan anastesi spinal, anastesi lokal dengan lidokain, ketamine atau anastesi umum.
- Anastesi lokal merupakan anastesi alternatif yag aman jika tidak tersedia anastesi
umum, ketamine, atau anastesi spinal dan tidak ada individu yang terlatih dalam
menggunakan anastesi tersebut.
• Tentukan apakah insisi vertikal tinggi diindikasikan
- Segmen bawah uterus tidak dapat menjadi area insisi karena adanya pelekatan yang
tebal dari seksio sesaria sebelum nya.
- Bayi letak lintang (punggung bayi berada dibawah) sehingga insisi segmen bawah
uterus tidak dapat dilakukan dengan aman.
- Malformasi janin (misalnya kembar siam).
- Terdapat fibroid yang besar diatas segmen bawah uterus.
- Banyak pembuluh darah disegmen bawah uterus karena adanya plasenta previa.
- Karsinoma serviks.
• Jika kepala bayi sudah masuk jauh ke dalam panggul seperti pada persalinan macet,
bersihkan vagina untuk membantu pelahiran seksio sesaria.
• Miringkan meja operasike kiri atau letakkan bantal atau linen yang telah dilipat
dipunggung kanan bawah ibu untuk mengurangi sindrom hipotensi telentang.
16
Membuka uterus
• Gunakan pisau bedah untuk membuat insisi melintang sepanjang 3 cm di segmen
bawah uterus. Insisi tersebut seharusnya beraa sekitar 1 cm di bawah insisi serosa
vesikouterin yang di buat untuk menurunkan kandung kemih.
• Lebarkan insisi dengan menempatkan satu jari disetiap insisi dan menar ke atas dan
kesamping secara hati-hati pada saat yang sama.
• Jika segmen bawah uterus tebal dan sempit, lebarkan insisi dalam bentuk sabit dengan
menggun gunting sebagai pengganti jari untuk menghindari pelebaran pembuluh darah
uterus.
17
• Jika terdapat perdarahan lebih lanjut dari area insisi, tutup dengan jahitan berbentuk 8.
Tidak perlu dilakukan jahitan lapisan kedua yang rutin pada insisi uterus.
Menutup abdomen
• Perhatikan insisi uterus secara cermat sebelum menutup abdomen. Pastikan tidak ada
perdarahan dan uterus keras. Gunakan spons untuk mengeluarkan bekuan darah di
dalam abdomen. Periksa adanya cedera pada kandung kemih secara cermat dan perbaiki
cedera tersebut jika memang terjadi.
• Tutup fasia dengan jahitan jelujur menggunakan benang cutgut kromik (atau
poliglikolik) 0.
• Jika terdapat tanda-tanda infeksi, tutup jaringan subkutan dengan kasa dan buat jahitan
longgar menggunakan benang cutgut (atau poliglikolik) 0. Tutup kulit dengan penutup
lambat setelah infeksi dibersihkan.
• Jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tutup kulit dengan jahitan matras vertikal
menggunakan benang nilon (atau sutra) 3-0 dan tutup dengan balutan steril.
• Dorong abdomen diatas uterus dengan lembut untuk mengeluarkan bekuan darah dari
uterus dan vagina.
• Pegang tepi insisi dengan forsep Allis atau forsep Green Armytage.
• Tutup insisi minimal menggunakan 3 lapis jahitan.
- Tutup lapisan pertama yang terdekat dengan rongga uterus dengan jahitan jelujur
menggunakan benang cutgut kromik (atau poliglikolik) 0, tetapi hindari menjahit
desidua.
- Tutup lapisan kedua otot uterus dengan jahitan putus-putus menggunakan benang
cutgut kromik (atau poliglikolik) 1.
- Tutup serabut superfisial dan serosa dengan jahitan jelujur menggunakan benang
cutgut kromik (atau poliglikolik) 0 dan jarum atraumatik.
• Tutup abdomen seperti pada seksio sesaria segmen bawah uterus.
• Pegang pergelangan kaki dan tarik keluar melalui insisi dengan hati-hati untuk
melahirkan tungkai dan selesaikan pelahiran, seperti pada bayi presentasi
bokong.
b. Punggung bayi berada dibawah
• Jika punggung bayi berada dibawah, insisi uterus vertikal tinggi merupakan
insisi yang dipilih.
• Setelah insisi dibuat, masukkan tangan kedalam uterus dan temukan kaki bayi.
Tarik kaki bayi melalui insisi dan selesaikan pelahiran seperti pada bayi
presentasi bokong.
• Anda akan memerlukan beberapa lapis jahitan untuk memperbaiki insisi
vertikal.
4. Plasenta previa
• Jika ditemukan plasenta anterior letak rendah, buat insisi melalui plasenta dan
lahirkan janin.
• Jika plasenta tidak dapat dilepaskan secara manual setelah pelahiran bayi, diagnosis
yang ditegakkan adalah plasenta akreta yaitu suatu temuan yang biasa pada area
jaringan parut seksio sesaria sebelumnya. Lakukan histereomi.
• Ibu dengan plasenta prevasia beresiko tinggi mengalami hemoragi pascapartum.
Jika terdapat perdarahan ditempat plasenta, tutup area perdarahan dengan benang
cutgut kromik (atau poliglikolik).
• Perhatikan perdarahan pada periode awal paspartum dan lakukan tindakan yang
tepat.
• Jika terdapat tanda-tanda infeksi atau saat ini ibu demam, berikan kombinasi antibiotik
sampai ibu tidak demam selama 48 jam.
- Ampisilin 2 g melalui IV setiap 6 jam
- Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan melalui IV setiap 24 jam
- Ditambah metronidazol 500 mg melalui IV setiap 8 jam.
• Berikan analgetik yang tepat.
secara langsung berhubungan dengan nis parut uterus. Wanita yang sebelumnya
mengalami insisi uterus transversal bawah adalah antara 0,19 dan 0,8%. Wanita dengan
jaringan parut klasik beresiko mengalami rupture uterus yang sangat membahayakan,
sekitar 12%.
Salah satu jenis rupture uterus bersifat sangat membahayakan, yaitu sebagian besar
jahitan insisi lama lepas, membrane janin juga mengalami rupture, semua atau sebagian
janin keluar ke dalam rongga peritoneum, dan terdapat perdarahan yang signifikan. Jenis
lainnya adalah dehisensi atraumatis, yaitu tidak semua insisi lama lepas, membrane janin
tidak mengalami rupture, janin tetap berada dalam uterus, dan perdarahan minimal atau
tidak ada.
Penyebab mortidibilitas dan mortalitas mencakup resiko anastesi, cedera pada
kandung kemih dan usus yang terjadi karena tidak hati-hati, perdarahan, infeksi luka, dan
peningkatan masalah pernafasan pada bayi baru lahir.
Faktor yang terkait dengan angka keberhasilan VBAC yang lebih tinggi mencakup
indikasi seksio sesaria sebelumnya tidak terulang (mis, presentasi bokong atau
malpresentasi, gawat janin, preeklamsia). Faktor yang terkait dengan seksio sesaria
berulang setelah persalinan percobaan mencakup kemungkinan indikasi berulang untuk
seksio sesaria sebelumnya (mis, disproporsi sefalopelvik, persalinan gagal mengalami
kemajuan, distosia persalinan).
Tenaga medis harus mendiskusikan pilihan penatalaksanaan untuk persalinan dan
pelahiran dengan wanita selama periode prenatal. Data dasar yang diperoleh kunjungan
awal mencakup berikuy ini:
1. Riwayat
a. Usia gestasi, dalam hitungan minggu, pada saat seksio sesaria
b. Jenis seksio sesaria
c. Alasan seksio sesaria
d. Lama persalinan
e. Dilatasi serviks pada saat pelahiran
2. Pemeriksaan fisik
a. Jaringan parut di abdomen
3. Pemeriksaan pelvis
a. Pelvimetri klinis
23
b. Serviks dan introitus vagina pada wanita yang belum pernah melahirkan jika semua
bayi sebelumnya dilahirkan melalui seksio sesaria.
Jika insisi sebelumnya adalah insisi transversal bawah atau insisi vertical bawah,
pilihan penatalaksanaan nya:
1. Seksio sesaria berulang elektif dan dijadwalkan
2. Seksio sesaria berulang elektif setelah awitan persalinan
3. Percobaan persalinan melalui vagina.
Dari perspektif kesehatan, semua wanita yang telah memiliki insisi pada segmen
bawah uterus dan tidak ada kontraindikasi harus di dorong untuk mencoba persalinan
melalui vagina. Apabila wanita memilih seksio sesaria berulang efektif terjadwal tanpa
menunggu awitan persalinan. Kemungkinan wanita itu akan dijadwalkan pada minggu
gestasi ke-39. Wanita kandidat VBAC sebaiknya diperkenalkan untuk melahirkan secara
normal.
Penalaksanaan asuhan untuk wanita kandidat VBAC dalam persalinan dan pelahiran
sama seperti penatalaksanaan asuhan untuk setiap wanita dalam persalinan, dengan
pengecualian perlu dilakukan pemantauan yang lebih sering (setiap 15 menit dalam kala
satu dan 5 menit dalam dua persalinan. Dalam penatalaksaan persalinan kala 3, akan sangat
berguna untuk mengingat bahwa terdapat peningkatan insiden plasenta yang terimplantasi
pada jaringan ut uterus. Penatalaksanaan dehisensi jaringan parut asimptomatik setelah
persanlinan melalui vagina adalah tidak melakukan apa-apa, karena defek tersebut akan
sembuh sendiri minggu pascapartum.
24
M. Asuhan Keperawatan
B. Saran
Berdasarkan tinjauan dan pembahasan kasus, kesimpulan diatas penulis memberikan
sedikit masukan atau saran yang diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar institusi pendidikan dapat meningkatkan atau menambah referensi,
sehingga dapat membantu penulis atau mahasiswa yang akan membahas materi yang
sama.
2. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat mengaplikasikan
asuhan keperawatan terutama yang berkaitan dengan informasi kesehatan section
caeesarea.
3. Bagi Masyarakat/Keluarga
Agar tetap melanjutkan upaya-upaya kesehatan yang telah diketahui dan disarankan
demi peningkatan derajat kesehatan.
27
DAFTAR PUSTAKA
• Blackwell, Wiley. 2014. Nursing Diagnoses Definitions and Clatification 2015-2017:
Publishing: NANDA International
• Bulechek, Gloria M, dkk. 2013. Nursing Intervention Clatification (NIC): Elsevier Mosby
• Forte, W.R., Oxorn, Harry. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica
• Moorhead, Sue, dkk. 2008. Nursing Outcome Clatification (NOC): Elsevier Mosby
• Reeder, S.J., dkk. 2011.Keperawatan Maternitas Keshatan Wanita, Bayi & Keluarga
Volume 2 Edisi 18. Jakarta : EGC
• Yulianti, Devi. Pamilih. 2006. Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan &
Persalinan. Jakarta : EGC
iii