Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RESUME

Konsep Manajemen Laktasi

Tugas ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Maternitas

Dosen pengampu :

chinthia kartikaningtias,S.Kep,Ns,M.Kep

Disusun oleh :

Arum Putri Nata

AOA0200928

Kelas: Bekisar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN D3 KEPERAWATAN

STIKES KENDEDES MALANG

2020/2021

       
Menerapkan manajemen laktasi sejak masa kehamilan penting untuk
dilakukan. Tujuannya agar Bunda dapat memenuhi kebutuhan air susu ibu
(ASI) yang dibutuhkan Si Kecil dengan baik. 

Manajemen laktasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mencapai


keberhasilan dalam menyusui. Manajemen laktasi sebaiknya sudah dilakukan sejak
awal kehamilan, hingga selama masa menyusui.

Persiapan Menyusui Sejak Masa Kehamilan

Secara alami, manajemen laktasi sudah dimulai sejak awal kehamilan. Hal ini
ditandai dengan payudara yang mulai membesar, areola yang terlihat lebih gelap,
serta puting yang menjadi tegak.

Selain perubahan fisik pada payudara, perubahan hormon sebagai rangkaian


persiapan menyusui juga akan terjadi. Kadar hormon prolaktin dan oksitosin yang
berperan dalam mempersiapkan laktasi akan mengalami peningkatan semasa
kehamilan.

Peningkatan kadar hormon prolaktin bermanfaat dalam menunjang produksi


air susu. Sementara hormon oksitosin, bertanggung jawab terhadap keluarnya air
susu. Efek kedua hormon ini juga membuat Bunda tetap tenang, santai, serta siap
mengurus dan menyusui bayi.

Nah, selain perubahan hormon, pada bulan ke empat


kehamilan, kolostrum juga sudah mulai diproduksi. Produksi air susu dan keluarnya
air susu ini telah diatur secara alami hingga saat persalinan tiba.

Saat-Saat Mulai Menyusui

Tahap berikutnya dalam manajemen laktasi adalah tahap menyusui. Proses


menyusui sudah dapat langsung dilakukan sejak beberapa menit setelah bayi
dilahirkan.
Air susu yang pertama kali keluar merupakan kolostrum. Kolostrum
mengandung gizi terbaik bagi bayi baru lahir, sehingga penting untuk diberikan.

Pada awal menyusu, bayi secara naluri sudah bisa mengisap puting ibu.
Namun, penting untuk melatih bayi agar bisa menyusu pada payudara dengan posisi
perlekatan yang baik, agar proses menyusui dapat berjalan lancar.

Melatih bayi menyusu memang bukan hal yang mudah. Agar prosesnya
berjalan lancar, ciptakan suasana yang lebih santai dan pastikan Bunda berada
pada posisi yang nyaman.

Setelah itu, letakkan Si Kecil di antara payudara sampai kulitnya menempel


pada kulit Bunda. Ketika ia merasa nyaman, maka proses pemberian ASI pertama
kali sudah bisa dimulai.

Dalam proses manajemen laktasi ini, biarkan bayi yang berinisiatif untuk
menyusu pada payudara. Jika bayi tidak lapar, maka dengan sendirinya dia akan
tetap tidur di dada Bunda.

Namun jika bayi merasa lapar, ia akan mulai menggerak-gerakkan kepalanya.


Apabila mata bayi mulai terbuka dan ia menaruh kepalan tangannya ke mulut, maka
ini waktu yang tepat untuk bayi menyusu.

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan saat Menyusui

Setelah bayi sudah mampu menyusu, beberapa hal berikut ini perlu
diperhatikan agar manajemen laktasi dapat terus berjalan dengan lancar:

1. Frekuensi pemberian ASI

Disarankan untuk memerhatikan frekuensi pemberian ASI, yaitu sekitar 8-12


kali dalam 24 jam. Tujuannya bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi,
tetapi juga membantu menjaga produksi ASI agar terus bertambah banyak.
Beberapa hari setelah dilahirkan, umumnya bayi akan menyusu setiap 1-2
jam di siang hari dan beberapa kali saja di malam hari. Rata-rata durasi menyusu
adalah 15-20 menit untuk tiap payudara.

2. Tanda kecukupan ASI yang diberikan

Pahami juga tanda-tanda bayi sudah cukup ASI atau belum. Jika asupan air
susu memadai, air seni bayi akan berwarna kuning jernih. Setelah bayi menyusu
dengan cukup dan kenyang, payudara ibu akan terasa lebih lunak, dan bayi akan
terlihat puas.

Selain tanda-tanda tersebut, perhatikan juga kenaikan berat badan Si Kecil.


Berat badan bayi yang sehat cenderung bertambah sekitar 18-28 gram setiap hari,
selama tiga bulan pertama usianya.

3. Asupan makanan yang dikonsumsi ibu

Beberapa jenis makanan dianggap dapat memicu reaksi negatif pada bayi,
yaitu cokelat, bumbu rempah, jeruk, kubis, bunga kol, dan brokoli. Namun, tidak
semua bayi memiliki reaksi yang sama.

Ibu menyusui perlu membatasi konsumsi makanan dan minuman berkafein.


Selain itu, hindari mengonsumsi minuman maupun makanan yang mengandung
alkohol, untuk mencegah masuknya alkohol ke dalam ASI.

4. Masalah saat menyusui

Waspadai beragam masalah yang sering timbul saat menyusui, seperti nyeri
payudara, luka pada puting, penyumbatan air susu, mastitis, dan abses payudara.
Bunda disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan secara berkala,
agar masalah ini dapat dicegah dan ditangani sejak dini.
5. Kondisi kesehatan Bunda

Agar proses laktasi berjalan lancar, Bunda perlu menjaga kesehatan dengan
baik. Caranya adalah dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi
makanan bergizi seimbang, beristirahat dan minum air putih yang cukup, serta
mengelola stres.

Jika Bunda sedang sakit, proses menyusui sebenarnya tetap bisa dilakukan.
Namun bila Bunda terkena penyakit menular, seperti flu, hindari berada di dekat Si
Kecil untuk sementara waktu, agar ia tidak tertular. Setidaknya, gunakan masker
penutup hidung dan mulut, serta selalu cuci tangan sebelum menyusui Si Kecil.

Pada ibu menyusui yang perlu menjalani pengobatan khusus, terutama


pengobatan jangka panjang, misalnya dengan kemoterapi, radioterapi, obat
antiansietas, atau obat antimigrain, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk
mengetahui efek sampingnya terhadap bayi.

Beberapa cara di atas merupakan cara manajemen laktasi yang bisa dimulai
sejak awal kehamilan. Bunda yang memiliki masalah dalam manajemen laktasi
dapat berkonsultasi dengan konsultan laktasi atau dokteruntuk mendapatkan solusi
yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai