Anda di halaman 1dari 5

RESUME MATERNITAS

UNSAFE ABORTION

Di susun oleh :
Arum Putri Nata (AOA0200928)
D-III Keperawatan / Bekisar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN D3KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG
2021

 
1 PENGERTIAN UNSAFE ABORTION
Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh orang yang
tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak
komplikasi bahkan kematian. (Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI).

Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan
tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat
membahayakan keselamatan jiwa pasien.  (Behrman Kliegman, 2000:167).

Dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai
upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari tindakan medis tertentu itu, hanya disebutkan
syarat untuk melakukan tindakan medis tertentu.

Berdasarkan UU Kesehatan RI No. 36 Thn 2009, Pasal 75 bahwa setiap orang dilarang melakukan aborsi
dapat dikecualikan berdasarkan indikasi kedaruratan media yang dideteksi sejak usia dini kehamilan dan
aturan ini diperkuat dengan Pasal 77 yang berisi pemerintah wajib melindungi dan mencegah
perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 mengenai tindakan aborsi yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab sera bertentangan dengan norma agama dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai tindakan tertentu untuk
menyelamatkan ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU Kesehatan) adalah pengertian yang sangat rancu dan
membingungkan masyarakat dan kalangan medis.

2 PENYEBAB
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai.
Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti :

 Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.


 Alasan psikososial, dimana ibu tidak sendiri tidak punya anak lagi.
 Kehamilan di luar nikah.
 Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban ekonomi.
 Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
 Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
 Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi.

3 METODE
Metode aborsi yang tidak aman yang umumnya digunakan di berbagai negara bervariasi, dari metode
teknik medis lanjut yang digunakan oleh dokter sampai teknik tradisional berbahaya yang digunakan
oleh dukun, teman, atau tetangga yang menolong atau oleh wanita hamil itu sendiri.

Untuk para pelaku abortus yang tidak profesional, upaya yang dilakukan antara lain adalah memasukkan
cairan ke dalam uterus. Cairan yang digunakan bervariasi, mulai dari air sabun sampai disinfektan rumah
tangga yang dimasukkan melalui semprotan ataupun alat suntik. Di beberapa negara juga menggunakan
pasta yang bersifat abortif yang mengandung zat iritatif. Sediaan jamu dan obat-obatan per oral juga
sering digunakan. Berbagai jamu dan obat yang diduga bersifat abortif dapat ditemukan di pasaran
bebas di negara-negara berkembang. Di Bangladesh, obat-obat tersebut kemungkinan mengandung air
raksa.

Metode lain yang relatif lebih berbahaya adalah memasukkan alat atau benda asing ke dalam rongga
rahim. Di India digunakan pucuk wortel yang telah dikeringkan; di Philipin alat tesebut adalah pisang
atau daun tumbuh-tumbuhan lokal kalachulchi. Di Ghana, digunakan ranting pohon comelina yang jika
dimasukkan ke dalam rahim akan menyerap air dan mengembang membuka leher rahim serta
menyebabkan abortus. Jenis lain adalah tanaman Jatropha yang mengandung bahan kimia korosif yang
dapat menyebabkan abortus.

Di Amerika latin, upaya abortus dilakukan dengan memasukkan ujung kateter yang lentur ke dalam
rongga rahim. Ujung yang lain diikatkan di pangkal paha. Wanita tersebut kemudian disuruh berjalan
sehingga ujung kateter yang berada di dalam rongga rahim bergoyang-goyang menggangu isi rahim dan
merangsang abortus. Ada pula yang menggunakan cairan kina yang toksik pada bayi dan si ibu. Ada juga
para wanita yang melakukan sendiri dengan memasukkan plastik berongga ke dalam rongga rahim,
kemudian memasukkan alat atau kawat melalui plastik tersebut untuk mengorek rongga rahim.

4 CIRI CIRI
 Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis
 2.      Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana
 3.      Kurangnya fasilitas dan sarana
 4.      Status illegal

5 KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi akibat tindakan-tindakan yang tidak aman terhadap kehamilan yang tidak
diinginkan misalnya dengan melakukan abortus provokatus oleh dukun, dengan meminum jamu-
jamuan, ramuan.

Pengakhiran kehamilan yang tidak aman menurut WHO yaitu pengakhiran kehamilan yang tidak
dikehendaki dengan cara yang mempunyai resiko tinggi terhadap keselamatan jiwa perempuan tersebut
sebab dilakukan oleh individu yang tidak mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang sangat
diperlukan, serta memakai peralatan yang tidak memenuhi persyaratan minimal bagi suatu tindakan
medis tersebut.
Akibat dari tindakan yang tidak aman tersebut akan memberikan resiko infeksi, perdarahan, sisa hasil
konsepsi yang tertinggal di dalam rahim dan perforasi yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian
apabila tidak mendapatkan pertolongan yang segera.

Tingginya AKI mengindikasikan masih rendahnya tingkat kesejahteraan penduduk  dan secara tidak
langsung mencerminkan kegagalan pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi risiko kematian ibu. 
Peningkatan kualitas perempuan merupakan salah satu syarat pembangunan sumber daya manusia.

Strategi untuk menurunkan risiko kematian karena aborsi tidak aman adalah dengan menurunkan
‘demand’ perempuan terhadap aborsi tidak aman.  Ini dapat dimungkinkan bila pemerintah mampu
menyediakan fasilitas keluarga berencana yang berkualitas dilengkapi dengan konseling.

Konseling keluarga berencana dimaksudkan untuk membimbing klien melalui komunikasi dan
pemberian informasi yang obyektif untuk membuat keputusan tentang penggunaan salah satu metode
kontrasepsi yang memadukan aspek kesehatan dan keinginan klien, tanpa menghakimi.  Bagi remaja
yang belum menikah, perlu dibekali dengan pendidikan seks sedini mungkin sejak mereka mulai
bertanya mengenai seks.  Namun, perlu disadari bahwa risiko terjadinya kehamilan selalu ada, sekalipun
pasangan menggunakan kontrasepsi. Bila akses terhadap pelayanan aborsi yang aman tetap tidak
tersedia, maka akan selalu ada ‘demand’ perempuan terhadap aborsi tidak aman.

6 DAMPAK UNSAFE ABORTION BAGI SISTEM REPRODUKSI

Resiko kesehatan yang mungkin terjadi akibat aborsi adalah infeksi pada rahim, perdarahan hebat,
embolisme(tersumbatnya pembuluh darah oleh bekuan darah), rahim yang terkoyak atau bolong,
komplikasi anastesi, kejang, dan luka leher rahim. Rahim terpaksa harus diangkat bila kondisinya parah,
bahkan tak jarang nyawa pun harus dikorbankan (Harjaningrum, 2005).

Perempuan yang secara diam-diam melakukan aborsi, setelah proses aborsi biasanya akan mengalami
Post Abortion Syndrome (PAS) atau sering juga disebut Post Traumatic Stress Syndrome. Gejala yang
sering muncul adalah depresi, kehilangan kepercayaan diri, merusak diri sendiri, mengalami gangguan
fungsi seksual, bermasalah dalam berhubungan dengan kawan, perubahan kepribadian yang mencolok,
serangan kecemasan, perasaan bersalah dan penyesalan yang teramat dalam.

Selain itu, mereka juga sering menangis berkepanjangan, sulit tidur, sering bermimpi buruk, sulit
konsentrasi, selalu teringat masa lalu, kehilangan ketertarikan untuk beraktivitas, dan sulit merasa dekat
dengan anak-anak yang lahir kemudian (Harjaningrum, 2005). Pengalaman banyak orang menunjukkan
bahwa pengalaman buruk berkenaan dengan aborsi akan dikenang terus menerus dan menjadi beban
psikologis yang tidak mudah untuk diatasi dalam perjalanan hidup selanjutnya (Kusmaryanto, 2002).

7 UPAYA MENGATASI POST ABORTION


Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi Post Abortion Syndrome (PAS) tersebut
diantaranya (Alison &Catherine, 1991) :

 Melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan pasca aborsi ke dokter untuk memastikan bahwa
kondisi rahim dan servik sudah sehat kembali.
 Bila merasa depresi akibat perasaan bersalah sebaiknya meminta bantuan konselor untuk
mengatasi masalah dan membicarakan perasaannya untuk membantu mengenali dan
memahami kondisi diri.
 Berusaha terbuka pada orang terdekat atau keluarga atas apa yang telah dialaminya agar tidak
merasa sendiri.
 Mendekatkan diri pada Tuhan, biasanya dengan lebih rajin berdoa minta ampun pada Tuhan
karena telah berbuat dosa dan rajin mendoakan janin yang telah diaborsi.
 Berusaha mencegah terjadinya kontak seksual dengan pasangan dan berusaha menyibukkan diri
dengan aktivitas baru yang lebih berguna.
 Berusaha untuk jujur dan berani memaafkan diri sendiri serat belajar menerima konsekwensi
dari keputusan yang telah diambil

8 FAKTOR YANG MENDORONG ABORSI

Tindak aborsi akibat kehamilan yang tidak inginkan mencerminkan ketidaktahuan remaja tentang
masalah seksualitas yang menyangkut banyak hal. Ketidaktahuan membuat remaja orang berpikir
bahwa janin itu hanyalah segumpal darah tanpa arti sehingga bisa dibuang sama seperti darah
menstruasi. Ketidaktahuan ini membuat remaja perempuan yang terlambat mengalami siklus
menstruasi lalu mengambil pil atau obat pelancar datang bulan yang sebenarnya pil atau obat aborsi
(Kusmaryanto, 2002).

Adapun faktor-faktor yang mendorong para remaja melakukan aborsi dengan sengaja (Harjaningrum,
2005), antara lain :

a. Faktor ekonomi

Aborsi dilakukan karena alasan ekonomi, misalnya kondisi ekonomi yang belum mapan sehingga masih
tergantung pada orang tua, dan alasan belum bekerja kerap menjadi faktor pendorong.

b. Faktor sosial

Mereka yang hamil di luar nikah, umumnya melakukan aborsi karena khawatir akan dampak sosial
seperti putus sekolah/ kuliah, malu pada lingkungan sekitar, takut mendapat ejekan dari masyarakat,
sang pacar yang tidak mau bertanggung jawab, bingung siapa yang akan mengasuh bayi, atau karena
takut terganggu karir masa depannya.

Anda mungkin juga menyukai