Sectio Caesarea
Dosen pengampu :
chinthia kartikaningtias,S.Kep,Ns,M.Kep
Disusun oleh:
1.Alifia Nurrafikarisma
2.Annisa Dian
3.Arum Putri Nata
4.Djenia Bugis
5.Eka Laila
6.Laksmi Rosyida.
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah-Nya kepada kita
semua sehingga kita masih dapat melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya. Sholawat beserta salam kita junjungkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada Ibu chinthia
kartikaningtias,S.Kep,Ns,M.Kep, selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Reproduksi
dan semua teman-teman yang telah membantu dan memberikan motivasi sehingga dapat
terselesaikannya tugas ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas ini. Sehingga kritik
dan saran yang sifatnya membangun, sangat kami harapkan untuk penyempurnaan tugas ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Insidensi kelahiran sesarea telah meningkat secara dramatis pada beberapa tahun
terakhir, dari sekitar 5,5% pada tahun 1970 menjadi 22,7% pada tahun 1985 dan terus
mengalami kenaikan hingga 24% pada tahun 1988, dilaporkan sampai saat ini rentang
insidensi persalinan sesarea antara 10%-40% dari semua kelahiran.
Berdasarkan data yang ada penyebab langsung kematian pada ibu terdiri dari
perdarahan (35%), ekslampsi (20%), infeksi (7%), sedangkan untuk penyebab yang tidak
diketahui (33%). Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami
KPD.
Menurut WHO (World Health Organization) memperkirakan bahwa angka
persalinan dengan section caesarea sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan
di negara-negara berkembang dibandingkan dengan 20% Britania Raya, 23% ei Amerika
Serikat dan Kanada pada 2003 memiliki angka 21%.
Di Indonesia, secara garis besar jumlah dari persalinan Caesar di rumah sakit
pemerintah adalah sekita 20-25% dari total persalinan, sedangkan untuk rumah sakit
swasta jumlahnya sangat tinggi, yaitu sekitar 30-80% dari total persalinan.
Berdasarkan data dari RSUD Sumedang dari tanggal 1 Januari 2013 sampai dengan
31 Mei 2013 didapatkan data bahwa jumlah angka persalinan secara section caesarea
sebanyak 388 jiwa, sedangkan partus spotan terbanyak 720 jiwa. Dari data tersebut dapat
disimpulkan angka persalinan dengan section caesarea masih tinggi dimana jumlahnya
sekitar 50% dari jumlah persalinan spontan. Di RSU Ahmad Yani Metro Jakarta
menunjukkan peningkatan dari 112 (17,41%) tindakan per 643 persalinan pada tahun
2008. Berdasarkan data dinas kesehatan Jakarta, jumlah tindakan section caesarea pada
tahun 2012 adalah 113.796 (Menkes RI, 2012).
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia bersama Pemerintah (Departemen
Kesehatan dan Departemen Kesejahteraan Sosial) mengeluarkan surat edaran direktorat
jenderal pelayanan medic (Dirjen Yanmedik) Departemen Kesehatan RI yang
menyatakan bahwa angka section caesaria untuk rumah sakit pendidikan atau rujukan
sebesar 20% dan rumah sakit swasta 15%.
1
2
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep pembedahan sectio caesarea dan seperti apakah asuhan
keperawatan pada pasien section caesarea?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui konsep pembedahan sectio caesarea dan asuhan keperawatan pada
pasien section caesarea
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi Uterus
Uterus merupakan organ berongga dan berdinding tebal, terletak di tengahtengah
rongga panggul di antara kandung kemih dan rektum. Uterus pada wanita nulipara
dewasa berbentuk seperti buah avokad atau buah pir dengan ukuran 7,5 x 5 x 2,5 cm.
Uterus terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu corpus uteri dan serviks uteri,
dimana kedua bagian tersebut menyatu pada bagian yang disebut ismus. Hampir seluruh
dinding uterus diliputi oleh serosa (peritoneum viseral) kecuali di bagian anterior dan di
bawah ostium histologikum uteri internum. Uterus mempunyai tiga lapisan:
1. Lapisan serosa (peritoneum viseral). Di bawahnya terdapat jaringan ikat subserosa;
lapisan yang paling padat dan terdapat berbagai macam ligament yang memfiksasi
uterus ke serviks.
2. Miometrium; lapisan otot uterus dan lapisan paling tebal, terdiri atas serabutserabut
otot polos yang dipisahkan oleh jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah.
Miometrium terdiri atas tiga lapisan, otot sebelah luar berjalan longitudinal dan
lapisan sebelah dalam berjalan sirkuler, di antara kedua lapisan ini otot polos berjalan
saling beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan
berelaksasi. Ketebalan miometrium sekitar 15 mm pada uterus perempuan nulipara
dewasa.
3. Endometrium; lapisan terdalam yang terdapat di sekitar rongga uterus. Endometrium
terdiri atas epitel selapis kubik, kelenjar-kelenjar dan stroma dengan banyak
pembuluh darah yang berkelok-kelok. Endometrium mengalami perubahan yang
cukup besar selama siklus menstruasi. Bagian atas uterus disebut fundus uteri dan
merupakan tempat tuba Falopii kanan dan kiri masuk ke uterus.
Umumnya uterus pada perempuan dewasa terletak di sumbu tulang panggul dalam
posisi anteversiofleksio, yaitu fundus uteri mengarah ke depan, hampir horizontal,
dengan mengadakan sudut tumpul antara korpus uteri dan serviks uteri. Di Indonesia,
uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus uteri berarah ke belakang) yang pada
umumnya tidak memerlukan pengobatan.
3
4
terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka,
operasi bisa saja dilakukan
d. Factor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan
lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.
e. Kelainan kontraksi Rahim
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action)
atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses
persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati jalan
lahir dengan lancar.
f. Ketuban pecah dini
Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus
segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar sehingga
tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang mengelilingi
janin dalam rahim.
g. Rasa takut kesakitan
Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses
rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal
paha yang semakin kuat dan “menggigit”. Kondisi tersebut karena keadaan yang
pernah atau baru melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas
menjalaninya. Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak tahan melahirkan
dengan sakit. Kecemasan yang berlebihan juga akan mengambat proses persalinan
alami yang berlangsung.
4. Janin
a. Gawat janin, seperti janin dengan kasus prolapse tali pusat, insufisiensi
uteroplasenta berat, malpresentasu, seperti letak melintang, janin dengan
presentasi dahi. Kehamilan ganda dengan bagian terendah janin kembar adalah
pada posisi melintang bokong.
b. Bayi besar
c. Letak sungsang
7
Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah
jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada
posisi yang lain.
5. Plasenta
a. Plasenta previa
Pemisahan plasenta sebelum waktunya (sulosio). Plasenta previa adalah plasenta
yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim, sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri interim (OUI)
b. Plasenta lepas (Solution placenta)
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim
sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi dilakukan untuk menolong janin
segera lahir sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air
ketuban.
c. Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Normalnya plasenta
menempel di dinding rahim akan terlepas dengan sendirinya pada saat bayi lahir.
Namun pada plasenta akreta,plasenya menempel kuat pada dinding rahim
sehingga tidak dapat lepas sendiri. Pada umumnya dialami ibu yang mengalami
persalinan yang berulang kali, ibu berusia rawan untuk hamil (di atas 35 tahun),
dan ibu yang pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan
menempelnya plasenta.
6. Kelainan tali pusat
a. Prolapses tali pusat (tali pusat menumbung)
Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini, tali
ousat berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah berada di jalan lahir
sebelum bayi.
b. Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat tidak
terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin
tetap aman.
8
Salah satu kerugian utamanya adalah perdarahan dari tepi sayatan yang lebih
banya karena terpotongnya otot; juga, sering luka insisi tanpa dikehendaki meluas ke
segmen atas sehingga nilai penutupan retroperitoneal yang lengkap akan hilang.
3. Section Caesarea Klasik
Insisi tegak lurus dibuat langsung pada dinding korpus uterus. Janin dan
plasenta dikeluarkan, dan insisi ditutup dengan tiga lapisan jahitan menggunakan
benang yang diserap. Tindakan ini dilakukan dengan menembus lapisan uterus yang
paling tebal pada korpus uterus. Hal ini terutama bermanfaat ketika kandung kemih
dan segmen bawah mengalami perlekatan yang ekstensif akibat seksio sesarea
sebelumnya, kadang kala, tindakan ini dipilih saat janin dalam posisi melintang atau
pada kasus plasenta previa anterior.
Indikasi :
a. Janin kurang dari 34 minggu dengan presentasi bokong, karena segmen bawah
masih belum terbentuk secara adekuat dan insisi melintang mungkin terlalu sempit
untuk melakukan pelahiran janin tanpa menimbulkan trauma
b. Akses segmen bawah uterus terhambat karena adanya jaringan fibrosa
c. Bayi yang tercekam pada letak lintang
d. Kesulitan dalam menyiapkan segmen bawah
1) Adanya pembuluh-pembuluh darah besar pada dinding anterior
2) Vesica urinaria yang letaknya tinggi dan melekat
Kerugiannya :
a. Bayi sering diekstraksi bokong dahulu sehingga kemungkinan aspirasi cairan
ketuban lebih besar.
b. Myometrium yang tebal harus dipotong, sinus-sinus yang lebar dibuka, dan
perdarahannya banyak.
c. Apabila placenta melekat pada dinding depan uterus, insisi akan memotongnya
dan dapat menimbulkan kehilangan darah dari sirkulasi janin yang berbahaya.
d. Letak insisi tidak tertutup dalam cavun peritonei generalisata dan isi uterus yang
terinfeksi kemungkinan besar merembes dengan akibat peritonitis.
e. Insidensi pelekatan isi abdomen pada luka jahitan uterus lebih tinggi
f. Insidensi rupture uteri pada kehamilan berikutnya lebih tinggi.
11
Panggul sempit
Sectio Caesarea
Defisiensi
pengetahuan Jaringan Jaringan Penurunan Psikologi
terputus terbuka progresteron
dan estrogen
Ansietas Penambahan
anggota baru
Kerusakan Merangsang
Integritas pertumbuhan
Jaringan kelenjar susu Tuntutan
anggota baru
Peningkatan
Meragsang Proteksi hormone Bayi
area kurang prolaktin menangis
sensorik
Ketidakefektifan
pemberian ASI
Defisiensi
pengetahuan
trombosis,
7. Ruptur uteri pada kehamilan berikutnya
8. Trauma tindakan operasi persalinan. Operasi merupakan tindakan paksa pertolongan
persalinan sehingga menimbulkan trauma jalan lahir. Trauma operasi persalinan
meliputi Perluasan luka episiotomi, Perlukaan pada vagiana, Perlukaan pada serviks,
Perlukaan pada forniks-kolfoporeksis, Terjadi ruptura uteri lengkap atau tidak lengka
dan Terjadi fistula dan ingkontinensia
9. Tekanan langsung pada kepala janin yang mengakibatkan penekanan pusat-pusat vital
pada medula oblongata
10. Aspirasi oleh air ketuban, mekonium dan cairan lambung
11. Perdarahan dan edema jaringan saraf pusat.
12. Trauma langsung pada bayi seperti fraktura ekstremitas, Dislokasi persendian, Ruptur
alat-alat vital :hati, lien dan robekan pada usus.
13. Fraktur tulang kepala
14. Perdarahan atau trauma jaringan otak
15. Trauma langsung pada mata, telinga, hidung, dan lainnya
G. Fase pembedahan
Ada tiga fase dalam tahap pembedahan, yaitu :
a. Fase praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan
berakhirketika pasien dikirim ke meja operasi.
b. Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah kebagian atau
departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
c. Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah
tindakan harus tetap menyadari bahwa ibu terjaga dan sadar serta harus menggunakan
instrumen dan menangani jaringan secara hati-hati.
Tindak lanjuti dengan seksio sesaria dengan tetap memperhatikan hal-hal berikut:
- Jangan menggunakan tampon abdomen. Gunakan retractor sesedikit mungkin dan
dengan tenaga minimal.
- Suntikkan 30 ml larutan lidokain di bawah peritoneum uterovesikalke arah lateral
sampai ligamentum teres uteri. Tidak perlu anastesi tambahan. Peritoneum sensitife
terhadap nyeri; myometrium tidak sensitife terhadap nyeri.
- Berikan informasi kepada ibu bahwa ia akan merasa tidak nyaman akibat traksi ketika
bayi dilahirkan. Ketidaknyamanan ini biasanya tidak lebih dari yang terjadi selama
pelahiran per vagina.
- Perbaiki uterus tanpa mengeluarkannya dari abdomen.
- Anastesi lokal tambahan dapat diperlukan untuk memperbaiki dinding abdomen.
I. Langkah-Langkah Pembedahan
Tinjau kembali indikasi. Pastikan bahwa pelahiran per vagina tidak memungkiankan.
Periksa kehidupan janin dengan mendengarkan denyut jantung janin dan periksa
presentasi janin.
Tinjau kembali prinsip perawatan umum, prinsip perawatan operasi, dan pasang infus
IV.
Gunakan anastesi spinal, anastesi lokal dengan lidokain, ketamine atau anastesi
umum.
- Anastesi lokal merupakan anastesi alternatif yag aman jika tidak tersedia anastesi
umum, ketamine, atau anastesi spinal dan tidak ada individu yang terlatih dalam
menggunakan anastesi tersebut.
Tentukan apakah insisi vertikal tinggi diindikasikan
- Segmen bawah uterus tidak dapat menjadi area insisi karena adanya pelekatan
yang tebal dari seksio sesaria sebelum nya.
- Bayi letak lintang (punggung bayi berada dibawah) sehingga insisi segmen bawah
uterus tidak dapat dilakukan dengan aman.
- Malformasi janin (misalnya kembar siam).
- Terdapat fibroid yang besar diatas segmen bawah uterus.
- Banyak pembuluh darah disegmen bawah uterus karena adanya plasenta previa.
- Karsinoma serviks.
16
Jika kepala bayi sudah masuk jauh ke dalam panggul seperti pada persalinan macet,
bersihkan vagina untuk membantu pelahiran seksio sesaria.
Miringkan meja operasike kiri atau letakkan bantal atau linen yang telah dilipat
dipunggung kanan bawah ibu untuk mengurangi sindrom hipotensi telentang.
Membuka uterus
Gunakan pisau bedah untuk membuat insisi melintang sepanjang 3 cm di segmen
bawah uterus. Insisi tersebut seharusnya beraa sekitar 1 cm di bawah insisi serosa
vesikouterin yang di buat untuk menurunkan kandung kemih.
17
Lebarkan insisi dengan menempatkan satu jari disetiap insisi dan menar ke atas dan
kesamping secara hati-hati pada saat yang sama.
Jika segmen bawah uterus tebal dan sempit, lebarkan insisi dalam bentuk sabit dengan
menggun gunting sebagai pengganti jari untuk menghindari pelebaran pembuluh
darah uterus.
Pegang ujung insisi dengan klem. Pastikan insisi terpisah dari kandung kemih.
Perhatikan adanya perluasan insisi rus secara cermat.
Jahit insisi dan perluas insisi dengan jahitan jelujur mengunci (continuous locking)
menggunakan benang cutgut kromik (atau poliglikolik) 0.
Jika terdapat perdarahan lebih lanjut dari area insisi, tutup dengan jahitan berbentuk 8.
Tidak perlu dilakukan jahitan lapisan kedua yang rutin pada insisi uterus.
Menutup abdomen
Perhatikan insisi uterus secara cermat sebelum menutup abdomen. Pastikan tidak ada
perdarahan dan uterus keras. Gunakan spons untuk mengeluarkan bekuan darah di
dalam abdomen. Periksa adanya cedera pada kandung kemih secara cermat dan
perbaiki cedera tersebut jika memang terjadi.
Tutup fasia dengan jahitan jelujur menggunakan benang cutgut kromik (atau
poliglikolik) 0.
Jika terdapat tanda-tanda infeksi, tutup jaringan subkutan dengan kasa dan buat
jahitan longgar menggunakan benang cutgut (atau poliglikolik) 0. Tutup kulit dengan
penutup lambat setelah infeksi dibersihkan.
Jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tutup kulit dengan jahitan matras vertikal
menggunakan benang nilon (atau sutra) 3-0 dan tutup dengan balutan steril.
Dorong abdomen diatas uterus dengan lembut untuk mengeluarkan bekuan darah dari
uterus dan vagina.
Minta asisten (yang memakai sarung tangan steril atau sarung tangan yang di
desinfeksi tingkat tinggi) memberi tekanan pada tepi insisi untuk mengontrol
perdarahan.
Buat insisi sampai ketuban, kemudian lebarkan insisi menggunakan gunting.
Setelah memecahkan ketuban, pegang kaki bayi, dan lahirkan bayi.
Lahirkan plasenta dan ketuban
Pegang tepi insisi dengan forsep Allis atau forsep Green Armytage.
Tutup insisi minimal menggunakan 3 lapis jahitan.
- Tutup lapisan pertama yang terdekat dengan rongga uterus dengan jahitan jelujur
menggunakan benang cutgut kromik (atau poliglikolik) 0, tetapi hindari menjahit
desidua.
- Tutup lapisan kedua otot uterus dengan jahitan putus-putus menggunakan benang
cutgut kromik (atau poliglikolik) 1.
- Tutup serabut superfisial dan serosa dengan jahitan jelujur menggunakan benang
cutgut kromik (atau poliglikolik) 0 dan jarum atraumatik.
Tutup abdomen seperti pada seksio sesaria segmen bawah uterus.
- Masase uterus untuk mengeluarkan darah dan bekuan darah. Adanya bekuan
darah akan menghambat kontraksi uterus yang efektif.
- Berikan oksitosin 20 unit dalam 1 L cairan IV (salin normal atau laktat Ringer)
dengan kecepatan 60 tetes permenit dan ergometrin 0,2 mg ini dapat melalui IM
serta prostaglandin. Obat-obatan ini dapat diberikan secara bersamaan atau
berurutan.
Jika terdapat tanda-tanda infeksi atau saat ini ibu demam, berikan kombinasi
antibiotik sampai ibu tidak demam selama 48 jam.
- Ampisilin 2 g melalui IV setiap 6 jam
- Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan melalui IV setiap 24 jam
- Ditambah metronidazol 500 mg melalui IV setiap 8 jam.
Berikan analgetik yang tepat.
masa gestasi, seksio sesaria yang dilakukan sebelum 28 minggu tanpa persalinan
melibatkan massa otot korpus, bahkan pada insisi transversal bawah.
Terdapat dua jenis seksio sesaria yaitu insisi uterus yang melibatkan segmen atau
uterus (korpus/fundus) dan insisi uterus yang hanya melibatkan segmen bawah uterus
yang tidak dapat berkontraksi. Jenis yang pertama adalah jenis insisi vertikal dan dikenal
sebagai insisi klasik atau seksio sesaria. Jenis yang kedua dapat melibatkan baik insisi
transversal bawah maupun insisi vertikal bawah. Resiko rupture uterus yang selanjutnya
secara langsung berhubungan dengan nis parut uterus. Wanita yang sebelumnya
mengalami insisi uterus transversal bawah adalah antara 0,19 dan 0,8%. Wanita dengan
jaringan parut klasik beresiko mengalami rupture uterus yang sangat membahayakan,
sekitar 12%.
Salah satu jenis rupture uterus bersifat sangat membahayakan, yaitu sebagian besar
jahitan insisi lama lepas, membrane janin juga mengalami rupture, semua atau sebagian
janin keluar ke dalam rongga peritoneum, dan terdapat perdarahan yang signifikan. Jenis
lainnya adalah dehisensi atraumatis, yaitu tidak semua insisi lama lepas, membrane janin
tidak mengalami rupture, janin tetap berada dalam uterus, dan perdarahan minimal atau
tidak ada.
Penyebab mortidibilitas dan mortalitas mencakup resiko anastesi, cedera pada
kandung kemih dan usus yang terjadi karena tidak hati-hati, perdarahan, infeksi luka, dan
peningkatan masalah pernafasan pada bayi baru lahir.
Faktor yang terkait dengan angka keberhasilan VBAC yang lebih tinggi mencakup
indikasi seksio sesaria sebelumnya tidak terulang (mis, presentasi bokong atau
malpresentasi, gawat janin, preeklamsia). Faktor yang terkait dengan seksio sesaria
berulang setelah persalinan percobaan mencakup kemungkinan indikasi berulang untuk
seksio sesaria sebelumnya (mis, disproporsi sefalopelvik, persalinan gagal mengalami
kemajuan, distosia persalinan).
Tenaga medis harus mendiskusikan pilihan penatalaksanaan untuk persalinan dan
pelahiran dengan wanita selama periode prenatal. Data dasar yang diperoleh kunjungan
awal mencakup berikuy ini:
1. Riwayat
a. Usia gestasi, dalam hitungan minggu, pada saat seksio sesaria
b. Jenis seksio sesaria
c. Alasan seksio sesaria
23
d. Lama persalinan
e. Dilatasi serviks pada saat pelahiran
2. Pemeriksaan fisik
a. Jaringan parut di abdomen
3. Pemeriksaan pelvis
a. Pelvimetri klinis
b. Serviks dan introitus vagina pada wanita yang belum pernah melahirkan jika
semua bayi sebelumnya dilahirkan melalui seksio sesaria.
Jika insisi sebelumnya adalah insisi transversal bawah atau insisi vertical bawah,
pilihan penatalaksanaan nya:
1. Seksio sesaria berulang elektif dan dijadwalkan
2. Seksio sesaria berulang elektif setelah awitan persalinan
3. Percobaan persalinan melalui vagina.
Dari perspektif kesehatan, semua wanita yang telah memiliki insisi pada segmen
bawah uterus dan tidak ada kontraindikasi harus di dorong untuk mencoba persalinan
melalui vagina. Apabila wanita memilih seksio sesaria berulang efektif terjadwal tanpa
menunggu awitan persalinan. Kemungkinan wanita itu akan dijadwalkan pada minggu
gestasi ke-39. Wanita kandidat VBAC sebaiknya diperkenalkan untuk melahirkan secara
normal.
Penalaksanaan asuhan untuk wanita kandidat VBAC dalam persalinan dan
pelahiran sama seperti penatalaksanaan asuhan untuk setiap wanita dalam persalinan,
dengan pengecualian perlu dilakukan pemantauan yang lebih sering (setiap 15 menit
dalam kala satu dan 5 menit dalam dua persalinan. Dalam penatalaksaan persalinan kala
3, akan sangat berguna untuk mengingat bahwa terdapat peningkatan insiden plasenta
yang terimplantasi pada jaringan ut uterus. Penatalaksanaan dehisensi jaringan parut
asimptomatik setelah persanlinan melalui vagina adalah tidak melakukan apa-apa, karena
defek tersebut akan sembuh sendiri minggu pascapartum.
24
M. Asuhan Keperawatan
B. Saran
Berdasarkan tinjauan dan pembahasan kasus, kesimpulan diatas penulis memberikan
sedikit masukan atau saran yang diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar institusi pendidikan dapat meningkatkan atau menambah referensi,
sehingga dapat membantu penulis atau mahasiswa yang akan membahas materi yang
sama.
2. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat mengaplikasikan
asuhan keperawatan terutama yang berkaitan dengan informasi kesehatan section
caeesarea.
3. Bagi Masyarakat/Keluarga
Agar tetap melanjutkan upaya-upaya kesehatan yang telah diketahui dan disarankan
demi peningkatan derajat kesehatan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Blackwell, Wiley. 2014. Nursing Diagnoses Definitions and Clatification 2015-2017:
Publishing: NANDA International
Bulechek, Gloria M, dkk. 2013. Nursing Intervention Clatification (NIC): Elsevier Mosby
Forte, W.R., Oxorn, Harry. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica
Moorhead, Sue, dkk. 2008. Nursing Outcome Clatification (NOC): Elsevier Mosby
Reeder, S.J., dkk. 2011.Keperawatan Maternitas Keshatan Wanita, Bayi & Keluarga
Volume 2 Edisi 18. Jakarta : EGC
Yulianti, Devi. Pamilih. 2006. Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan &
Persalinan. Jakarta : EGC
iii