Anda di halaman 1dari 42

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Keperawatan Kertas Karya Diploma

2016

Asuhan Keperawatan pada Tn. A yang


Mengalami Perilaku Kekerasan dengan
Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar
Rasa Amandan Nyaman di Rumah Sakit
Jiwa Prof. Dr. MIldrem Medan

Pasaribu, Nengsih
Universitas Sumatera Utara

https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8773
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
Asuhan Keperawatan pada Tn. A yang Mengalami
Perilaku Kekerasan dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar
Rasa Amandan Nyaman di Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. MIldrem Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)


Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan

Oleh
NENGSIH PASARIBU
132500049

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan bagi penulis
sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn.A yang Mengalami Perilaku Kekerasan dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Aman Dan Nyaman di Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara”. Disusun sebagai persyaratan
dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III bagi mahasiswa Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya tulis ilmiah ini,
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Setiawan, S.Kp.,MNS.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep.,NS.,M.Kep selaku Wakil Dekan I dan dosen
penguji yang telah memberkan kritik dan saran dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini.
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep.,NS.,M.Kep.,Sp.KMB selaku Wakil Dekan II
sekaligus dosen pembimbing akademik yang dengan sabar membimbing
penulis dalam menyelesaikan program pendidikan DIII Keperawatan dan Dr.
Siti Saidah Nasution, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat selaku Wakil Dekan III Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp.,M.Kepselaku ketua Prodi DIII Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Jenny Marlindawani Purba, S.Kp.,MNS,Ph.D selaku dosen pembimbing
yang telah membimbing penulis dengan sabar dan memberikan waktunya
kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, ayah R. Pasaribu dan ibu R.
Napitupulu, Nenek saya T. Naibaho, dan ketiga adik-adikku Grasella
Pasaribu, Manogihon Pasaribu, Romualdi Pasaribu dan anggota keluarga
lainnya yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Michelle B, Dralely S, Lastry S, Sisca H, Ulan S, Christina L, Togi G, dan
kak Risma Purba yang selalu siap dalam memberikan masukan kepada
penulis.
8. Teristimewa kepada Martha Yohana, Vinesca Grace, Olivani Priscila, Nepy
Esterliani,Clara Stefani, Yemima Putri, Siska Monica yang terus memberikan
semangat kepada penulis dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
9. Seluruh teman-teman DIII Keperawatan Stambuk 2013 yang namanya tidak
dapat disebutkan satu per satu disini.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan serta pengetahuan
yang penulis miliki, maka dari itu penulis mengharapkaan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari pembaca untuk penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap Karya Tulis Imiah ini dapat memberikan manfaat
kepada pembaca.

Medan,27 Juni 2016


Penulis

Nengsih Pasaribu

DAFTAR ISI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lembar Orisinalitas ........................................................................... i

Lembar Pengesahan ............................................................................ ii

Kata Pengantar.................................................................................... iii

Daftar Isi .............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1


B. Tujuan ....................................................................................... 2
C. Manfaat ..................................................................................... 3

BAB II PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan


Dasar Rasa Aman dan Nyaman ........................................... 4
1. Pengkajian ........................................................................... 11
2. Analisa data ......................................................................... 13
3. Rumusan masalah ............................................................... 14
4. Perencanaan ........................................................................ 15
B. Asuhan Keperawatan Kasus .................................................. 18
1. Pengkajian ........................................................................... 18
2. Analisa Data ........................................................................ 22
3. Rumusan Masalah ............................................................... 23
4. Perencanaan ........................................................................ 24
5. Implementasi dan evaluasi .................................................. 27

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................... 34
B. Saran ......................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 35

LAMPIRAN

Lampiran 1: Catatan Perkembangan

Lampiran 2: Lembar Konsultasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hierarchy of needs (hirarki kebutuhan) dari Abraham Maslow memperhatikan
bahwa manusia memiliki 5 tingkat kebutuhan yaitu physiological needs
(kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan akan rasa aman dan
nyaman), love and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa
memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization
(kebutuhan akan aktualisasi diri). Apabila dari salah satu kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi dapat berakibat tingginya tingkat stress di kalangan masyarakat, tetapi
ketika kebutuhan tersebut terpenuhi maka perasaan-perasaaan yang demikian itu
tidak akan muncul, sehingga individu selalu merasa bahwa ia selalu dalam kondisi
yang aman (Mubarak, 2007).
Bila kebutuhan rasa aman dan nyaman tidak terpenuhi maka seseorang akan
merasa bahwa dirinya berada dalam situasi yang tidak aman. Kondisi ini dapat
menimbulkan rasa cemas, dimana klien merasa bahwa ada yang mengancam
dirinya.Bila situasi ini berlangsung terus-menerus dapat mengakibatkan individu
tersebut mengalami gangguan jiwa.
Salah satu bentuk gangguan jiwa yang umum terjadi adalah perilaku
kekerasan yangmerupakan gejala paling sering muncul pada klien skizoprenia,
dimana sekitar 70% dari penderita skizoprenia mengalami perilaku kekerasan.
Menurut Stuart dan Sundeen (1999), klien dengan perilaku kekerasan memiliki
masalah kebutuhan dasar aman dan nyaman karena ada kebutuhan dalam dirinya
yang belum terpenuhi sehingga klien cenderung bersikap curiga, mudah
tersinggung dan waspada terhadap rangsangan yang datang menghampirinya.
Pasien dengan perilaku kekerasan mengungkapkan emosi terhadap kejadian
yang dianggapnya mengancam dan merupakan suatu bentuk respon kecemasan
terhadap kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga dirasakan bahwa dirinya berada
dalam situasi yang tidak aman dan timbul rasa tidak nyaman pada dirinya yang
dirasakan sebagai bentuk ancaman (Stuart & Sudden, 2001).
Dari pengalaman selamadinas di Ruangan Dolok Martimbang selama 5 hari,
terdapat 30% diantaranya dengan diagnose perilaku kekerasan. Dari hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


observasi terlihat bahwa klien tidak merasa nyaman di satukan dengan pasien
yang lain terlihat dari sikap klien yang suka menyendiri dan menolak di dekati
oleh teman satu ruangannya, adapun hasil wawancara dengan 5 orang pasien
mengatakan bahwa di ruangan tersebut tidak aman, karena banyak orang jahat
yang mengancam dirinya.
Pengambilan kasus Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakan di Ruangan Dolok
Martimbang Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan selama 5hari,
dimulai dari tanggal 23 s/d 27 Mei.2016.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah memberikan gambaran
nyata tentang asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar
rasa aman dan nyaman pada klien dengan masalah perilaku kekerasan di Rumah
Sakit Jiwa Prof. dr. M Ilderm Medan.
2. Tujuan Khusus
a. Perawat mampu melakukan pengkajian pada klien dengan masalah
kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman.
b. Perawat mampu membuat diagnosa pada klien dengan masalah
kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman.
c. Perawat mampu memberikan intervensi keperawatan pada klien
dengan masalah kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman.
d. Perawat mampu memberikan implementasi keperawatan pada klien
dengan masalah kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman.
e. Perawat mampu membuat evaluasi keperawatan pada klien dengan
masalah kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman.

C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Memberikan informasi dan masukan bagi pelayanan rumah sakit pirngadi
dalam mengambil kebijakan asuhan keperawatan khususnya pada klien
dengan gangguan rasa nyaman dalam meningkatkan rasa nyaman klien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
institusi penyelenggara pendidikan Diploma III Keperawatan khususnya
dalam mengembangkan suatu panduan bagi mahasiswa didalam
mempersiapkan mahasiswa untuk membantu mahasiswa bagaimana
mengidentifikasi kebutuhan dasar klien dan meningkatkan kemampuan
mahasiswa untuk membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
3. Bagi Klien
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk membantu klien
mengatasi masalah rasa aman dan nyamannya, sehingga klien dpat
melakukan kegiatan sehari-hari dengan percaya diri dan mampu
memandang dirinya secara positif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar


Rasa Aman dan Nyaman

2.1 Defenisi Aman dan Nyaman


Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis
(Potter & Perry, 2006).Perawat harus mengkaji bahaya yang mengancam
keamanan klien dan lingkungan, dan selanjutnya melakukan intervensi
yang diperlukan.Dengan melakukan hal ini, maka perawat adalah orang
yang berperan aktif dalam usaha pencegahan penyakit, pemeliharaan
kesehatan, dan peningkatan kesehatan. Ketika kebutuhan fisiologis
seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai
muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi dan keteraturan akan menjadi
kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, makaakan timbul rasa
cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan
lainnya.
Menurut Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2006) mengatakan
Kenyamanan atau rasa aman adalah suatu keadaan terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu
melebihi masalah).
Kenyamanan dipandang secara holistik, yaitu :
a. Fisik berhubungan dengan sensasi tubuh.
b. Sosial berhubungan dengan hubungan interpersonal keluarga dan
sosial.
c. Psikospiritual berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.
d. Lingkungan berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan usnur alamiah
lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah
memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan dan
bantuan.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamana


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamana
dibagi oleh (Yusuf, 2015).
a. Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah yang tidak terkendali akan mudah
terjadi dan mempengaruhi keamanan dan kenyamanan.
b. Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran
menurun memudahkan terjadinya resiko injury menyebabkan klien
selalu merasa tidak aman dalam beraktivitas dan tidak nyaman
dengan keterbatasan fisik yang dialaminya.
c. Gangguan Persepsi Sensori
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya
seperti gangguan penciuman, pendengaran dan penglihatan yang
lebih sering tidak nyata menimbulkan rasa tidak nyaman saat
gangguan datang.
d. Keadaan Imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang
sehingga mudah terserang penyakit.
e. Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangnya,
paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
f. Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca
dapat menimbulkan kecelakaan.
g. Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat
diprediksi sebelumnya,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


h. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resistensi dan anafilaktik syok.
i. Status nutrisi
Keadaan nutrisi yang kurang menimbulkan kelemahan dan mudan
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya kelebihan nutrisi
beresiko terhadap penyakit tertentu.
j. Usia
Perbedaan usia membedakan akibat yang terjadi dari apa yang
dilakukan.
k. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna
dalam berspon terhadap tingkat kenyamanannya.
l. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu
meningkatkan dan mengatasi kenyamanan dalam hidupnya.

2.3 Definisi Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan menjadi masalah di banyak negara seperti
Amerika, Australia, dan negara maju lainnya. Bentuk kekerasan yang
sering terjadi seprti perkelahian, pemukulan, penyerangan dengan senjata,
tawuran, perampokan, pemerkosaan, penganiayaan, dan pembunuhan
(Evans, 2000 & Shalala, 2001 dalam Purba dkk,2008).Perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain
(Yosep, 2007).

2.4 Faktor-faktor yang Menyebabkan Perilaku Kekerasan


Ada berapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang
dijelaskan oleh Townsend (1996) adalah:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari berupa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
a. Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls
agresif: sistem limbik, lobus frontal, dan hipotalamus.
Neotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau
menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan
sistem informasi, ekspresi emosi, perilaku, dan memori. Apabila
ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatan atau
menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada
lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan,
kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif.Sistem
limbik terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif.
Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif (
Goldstein dikutip dari Townsend, 1996).
b. Biokimia
Goldstein (dikutip dari Townsend, 1996) menyatakan bahwa
berbagai neurotransmitter (efinefrine, noreepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan seretonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan
fight atau flightyang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang
respon terhadap stres.
c. Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara
perilaku agresif dengan genetik karyotype XYY.
d. Gangguan Otak
Sindrome otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan.Tumor otak, khususnya yang
menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang
menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan epilepsi, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2. Teori Psikologik
a. Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah.Agresi dan
tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestie yang dapat
meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam
kehidupannya.Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan
pengungkapkan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan
rendahnya harga diri.
b. Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contohperan mereka,
biasanya orangtua mereka sendiri.Contoh peran tersebut ditiru
karena dipersepsikan sebagai prestie atau berpengaruh, atau jika
perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki
persepsi ideal tentang orangtua mereka selama tahap
perkembangan awal namun, dengan perkembangan yang
dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan
orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau
mempunyai orangtua yang mendisiplinkan anak mereka dengan
hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah
dewasa (Owens & Straus dikutip dari Townsend, 1996).
3. Teori Sosiokultural
Pakar sosiologi lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan
struktur sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara
umum menerima perilaku kekerasan sebagi cara untuk menyelesaikan
masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan,
apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak
dapat terpenuhi secara konstruktif.Penduduk yang ramai/padat dan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan.Adanya
keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.

2.5 Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan


Untuk mendapatkan data perilaku kekerasan, perawat harus melakukan
observasi terhadap tanda dan gejala perilaku klien sebagai berikut (Yusuf,
2015):
a. Emosi yang meliputi: perasaan tidak adekuat, tidak aman, marah
(dendam) dan jengkel.
b. Intelektual antara lain mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat
dan meremehkan
c. Fisikyaitu muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat,
sakit fisik, penyalahgunaan zat dan tekanan darah meningkat.
d. Spritual yaitu meliputi: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri,
keraguan, tidak bermoral, kebejatan, kreativitas terlambat.
e. Sosial seperti: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan,
ejekan, humor.

2.6 Proses terjadinya perilaku kekerasan


Marah adalah ungkapan emosi individu terhadap kejadian yang
dialami atau dirasakan dimana dianggap sebagai ancaman sehingga
individu mengalami ketegangan.Marah adalah suatu keadaan emosional,
yang merentang dari sifat mudah tersinggung hingga marah yang hebat
(Kaplan & Sadock, 1998).Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
sebagai respons terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 2001).
Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang, meninju,
menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang
kejam. Bila hal ini disalurkan maka akan terjadi perilaku agresif. Perasaan
marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan
oleh perasaan marah dapat berfluktasi sepanjang rentang adapfif dan
maladptif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Respon Respon

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif AgresifViolence

Gambar 2.1 Rentang respon marah (Ermawati dkk.,2009)


Keterangan:
a. Asertif adalah kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
akan memberikan kelegaan pada individu dan tidak menimbulkan
masalah.
b. Frustasi adalah kemarahan yang diungkapkan sebagai respons yang terjadi
akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena tidak realistis atau adanya
hambatan dalam proses pencapaian.
c. Pasif merupakan respons lanjutan dari frustasi diaman individu tidak
mampu mengungkapkan perasaan.
d. Agresif adalah perilaku menyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih dapat terkontrol. Perilaku
yang tampak dapat berupa: muka masam, bicara kasar, menuntut, dan
kasar disertai kekerasan.
e. Violence (amuk) adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang
lain dan lingkungan. Amuk merupakan respons kemarahan yang paling
maladaptif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dilakukan terhadap klien mendiskusikan faktor resiko
yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan.
Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara dengan klien, pengamatan
langsung dan pemeriksaan. Hal-hal yang perlu dikaji meliputi:
Faktor Predisposisi(Yusuf, 2015):
1. Psikoanalisis
Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan hasil dari
dorongan insting (instinctual drives).
2. Psikologis
Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil dari
peningkatan frustasi.Tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan
frustasi berkepanjangan.
3. Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas
sebagai berikut.
a. Sistem limbik
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosi
serta perilaku seperti makan, agresif, dan respon seksual.Selain itu,
mengatur system informasi dan memori.
b. Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpanan memori dan melakukan
interprestasi pendengaran.
c. Lobus frontal
Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis, serta
pengelolaan emosi dan alasan berpikir.
d. Neurotransmiter
Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada agresivitas adalah
serotonin (5-HT), Dopamin, Norepineprin, Acetylcholine, dan
GABA.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Perilaku (behavioral)
a. Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar
mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespons positif
tehadap frustasi.
b. Penekanan emosi berlebihan (over rejection)pada anak-anak atau
godaan (seduction) orang tua memengaruhi kepercayaan (trust) dan
percaya diri (self esteem) individu.
c. Perilaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada anak
(child abuse) atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga
memengaruhi penggunaan kekerasan sebagai koping.
5. Sosial kultural
a. Norma
Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima akan
menimbulkan sanksi. Kadang kontrol sosial yang sangat ketat (strict)
dapat menghambat ekspresi marah yang sehat dan menyebabkan
individu memilih cara yang maladaptif lainnya.
b. Budaya
Budaya asertif dimasyarakat membantu individu untuk berespons
terhadap marah yang sehat.
Faktor Prespitasi
Semua faktor ancaman antara lain sebagai berikut (Yusuf, 2015):
1. Internal
a. Kelemahan
b. Rasa percaya menurun
c. Takut sakit
d. Hilang kontrol
2. Eksternal
a. Penganiayaan fisik
b. Kehilangan orang yang dicintai
c. Kritik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. ANALISA DATA
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri
dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.Data fokus adalah
data tentang perubahan-perubahan atau repon klien terhadap kesehatan dan
masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan
terhadap klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses
keperawatan.
Dari informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang masalah-
masalah yang dihadapi klien.Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk
menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta
tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien.
Tujuan pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi tentang
keadaan kesehatan klien, menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien,
menilai keadaan kesehatan klien, membuat keputusan yang tepat dalam
menentukan langkah-langkah berikutnya.Tipe data terbagi dua, yaitu data
subjektif dan objektif.
Data Subjektif adalah data yang didapkan dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa
ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan , ide klien terhadap status
kesehatan lainnya. Sedangkan data Objektif adalah data yang dapat diobservasi
dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium,
sentuh/ raba) selama pemeriksaan fisik.Misalnya frekuensi nadi, pernafasan,
tekanan darah, berat badan dan tingkat kesadaran (Yusuf Ah, 2015):
1. Data Subjektif
- Klien mengatakan seperti semua orang memusuhinya dan ingin
menyakitinya
- Klien mengatakan tidak aman di ruangannya
- Klien mengatakan dengan marah-marah dan merusak atau menyakiti
orang lain ia merasa puas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


- Klien mengatakan tidak nyaman dengan apa yang ia alami, karena
sesaat setelah marah-marah ia menyesal dan menjadi semakin takut
dengan orang yang ingin mendekatinya
2. Data Objektif
- Klien terlihat berbicara sendiri dan tiba-tiba merusak barang-barang
sendiri
- Ekspresi wajah tegang
- Klien tampak tidak nyaman
- Marah-marah tanpa sebab dan terkadang menangis
- Menyakiti orang lain
- Konsentrasi rendah

3. RUMUSAN MASALAH
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan
mobilisasi yang aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama
pengkajian.Analisa menampilkan kelompok data yang mengidentifikasi ada atau
resiko terjadi masalah.Saat mengidentifikasi diagnosa keperawatan, perawat
menyusun strategi keperwatan untuk mengurangi atau mencegah bahaya
berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau gangguan mobilisasi (Potter &
Perry, 2006).
Dan berdasarkan diagnosa keperawatan yang ada, dapat dirumuskan pohon
masalah sebagai berikut:
Resiko Perilaku Kekerasan
Definisi : Kondisi dimana klien merasa tidak aman dan nyaman serta klien
memiliki persepsi bahwa setiap rangsangan yang datang merupakan suatu
ancaman.
Perilaku Kekerasan(Effect)

Gangguan Rasa Aman dan Nyaman (Care Problem)

Curiga pada orang lain, khawatir orang lain menyakiti dirinya (Causa)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. PERENCANAAN
Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan mengawali
langkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah kategori dari
perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil
diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan
tersebut.Selama perencanaan, dibuat prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien
dan keluarganya, perawat berkonsul dengan anggota tim perawat kesehatan
lainnya, menelaah literature yang berkaitan memodifikasi asuhan, dan mencatat
informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan
penatalaksaan klinik (Potter & Perry, 2005).

Perencanaa Keperawatan

Dx:Gangguan rasa nyaman


NOC (Nursing Outcome Clasification):
1. Status kenyamanan lingkungan
2. Status kenyamanan fisik
3. Status kenyamanan psikospiritual
4. Status kenyamanan sosiokultural

Kriteria Hasil:
1. Tingkat agitasi
2. Tingkat kecemasan
3. Kepuasan Klien: Lingkungan Fisik
4. Tingkat Kelelahan
5. Tingkat rasa takut
6. Nyeri: Efek yang Menggsnggu
7. Tingkat Nyeri
8. Tidur
9. Tingkat Stres
10. Kontrol Gejala
11. Perfusi Jaringan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Rencana Tindakan Rasional
NIC (Nursing Intervention 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
Clasification): meyakinkan
1. Pengurangan kecemasan 2. Kurangi stimuli yang menciptakan
2. Teknik Menenangkan perasaan takut maupun cemas
3. Perekatan Budaya 3. Tingkatkan diskusi terbuka terkait
4. Manajemen Demensia persamaan dan perbedaan budaya
5. Manajemen Demensia: 4. Sediakan lingkungan fisik dan
Memandikan rutinitas sehari-hari yang konsisten
6. Manajemen Lingkungan: 5. Pastikan privasi dan keamanan saat
kenyamanan membuka baju dan memandikan
7. Pemberian Obat 6. Manipulasi lingkungan klien untuk
8. Manajemen Nyeri mendapatkan kenyamanan yang
9. Pengaturan Posisi optimal
10. Terapi Relaksasi 7. Pertahankan prinsip 6 benar obat
11. Peningkatan Keamanan 8. Lakukan pengkajian nyeri meliputi:
12. Peningkatan Efikasi diri lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
13. Bantuan modifikasi diri kualitas, intensitas, dan faktor
14. Dukungan spiritual pencetus
15. Peningkatan sistem 9. Menempatkan klien pada posisi yang
dukungan nyaman
Manajemen Tambahan: 10. Penggunaan teknik-teknik relaksasi
16. Dukungan kelompok seperti: meditasi, tarik napas dalam
11. Menyediakan lingkungan yang tidak
mengancam
12. Berikan informasi mengenai perilaku
yang ingin dilakukan klien
13. Bantu klien mengidentifikasi tujuan
spesifik untuk berubah
14. Mendorong klien untuk mengikuti
kegiatan ibadah dan berdoa
15. Anjurkan klien untuk berpartisipasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dalam kegiatan sosial dan masyarakat
16. Anjurkan klien mengikuti TAK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI

RUMAH SAKIT JIWA PROF.MUHAMMAD ILDERM

SUMATERA UTARA

I. PENGKAJIAN
1. BIODATA
Nama : Tn.A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 26 tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kisaran
Tanggal Masuk RS : 12 Maret 2016
No. Register : 03.30.28
Ruangan kamar : Dolok Martimbang
Tanggal pengkajian : 24 Mei 2016
Diagnosa Medis : Skizofrenia paranoid

2. Keluhan Utama
Klien sering tiba-tiba ingin merusak barang, memukul orang.Klien mudah
marah dan tersinggung bila diajak berbicara.Klien merasa tidak nyaman
diruangannya karena klien menganggap orang yang tidak dikenalnya adalah orang
jahat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Genogram

Keterangan:
: Laki-kaki

: Perempuan

: Klien

4. Riwayat Kesehatan Sekarang


a. Provocative/palliative
Klien sering melamun dan tidak mau melakukan apa-apa, lebih suka
menyendiri. Tiba-tiba ingin mengamuksaat diajak berbicara oleh orang
disekitarnya dan klien mengatakan dengan menyendiri atau mengamuk, keadaan
akan menjadi lebih baik danklien merasa puas.
b. Quantity/quality
Klien mengatakan tidak suka di ruangannya karena klien merasa bahwa
ada yang mengancam dirinya sehingga klien merasa tidakaman dan nyaman oleh
karena itu juga klientampak lebih senang menyendiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Severity
Klien merasa cemas, takut dengan orang-orang dilingkungansekitarnya
sehingga klien merasa tidak aman dan nyaman.
d. Time
Sampai saat ini klien masih mengalami kondisi tersebut selama 1 tahun
terakhir ini.

5. Riwayat kesehatan masa lalu


Klien sudah mengalami gangguan jiwa selama 1 tahun terakhir ini dan
klien baru pertama kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa, klien sebelumnya tidak
pernah dirawat ataupun dioperasi.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa seperti
klien, begitu juga dengan saudara kandung klien tidak memiliki riwayat gangguan
jiwa dan juga keluarga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dan anggota
keluarga tidak ada yang meninggal.

7. Riwayat Keadaan Psikososial


Klien mengatakan ia kesal, marah karena merasa sudah di asingkan oleh
keluarga karena penyakitnya.Klien tidak merasakan ada yang kurang dari dirinya,
klien paling menyukai bentuk tubuhnya yaitu hidungnya karena ia merasa
hidungnya mancung, klien ingin cepat sembuh dan ingin pulang ke rumah tetapi
klien merasa jengkel, kesal karena sudah dianggap sakit jiwa oleh seluruh
keluarganya apalagi klien hanyalah seorang anak laki-laki yang tidak memiliki
pekerjaan dan hanya tamatan SMP, klien juga merasa orang-orang disekitarnya
terlihat memusuhinya dan mengancam dirinya sehingga klien merasa tidak aman
dan nyaman. Saat diajak berkomunikasi klien tampak tegang dan menjawab
dengan suara tinggi.Sesaat setelah marah-marah klien tampak menyesal dan
mengatakan menjadi takut dengan orang yang mendekatinya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Klien menganggap ibunya adalah orang yang paling berarti, hubungan
keluarga klien kurang harmonis karena klien sering berkelahi dengan ayah dan
abangnya dan selama klien dirawat di rumah sakit jiwa hubungan sosialisasi
dengan orang lain juga kurang baik karena klien lebih banyak menyendiri dan
kurang percaya dengan orang lain, klien menganggap orang lain adalah ancaman
karena kurangnya sosialisasi antar klien dengan teman-teman di ruangan,
menyebabkan klien memiliki teman yang terbatas. Dan klien merasa semua orang
memusuhinya.Klien menganut keyakinan Agama Kristen tetapi selama klien di
rumah sakit klien jarang mengikuti ibadah.

8. Status Mental
Klien sadar penuh (compos mentis), klien berperilaku curiga melihat orang
lain, klien kurang memperhatikan penampilannya, karena ia rasa tidak terlalu
penting. Saat wawancara klien mudah diajak berbicara, namun klien berbicara
cepat, pandangan tajam dan menjawab pertanyaan dengan singkat-singkat dengan
suara agak tinggi dan klien kurang konsentrasi, klien mengatakan sering ingin
marah terhadap orang-orang disekitarnya karena klien merasa bahwa orang-orang
terlihat memusuhinya sehingga ia rasa mengancam dirinya. Proses pikir klien
terganggu terlihat dari apa saja yang dikatakannya tentang orang-orang yang ada
disekitarnya, klien terus berpikir bahwa semua orang adalah orang jahat dan
mengancam dirinya.

9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien Compos mentis, suhu tubuh T: 36,5˚C, Tekanan dara
(TD): 110/90 mmhg, nadi (RR): 80x/I, pernafasan (HR): 23x/i, tinggi badan:
160cm, berat badan: 63kg.Bentuk kepala klien bulat, simetris dan normal dengan
kulit kepala kotor dan bau, wajah klien tampak merah dan tegang, klien memiliki
2 mata dengan posisi simetris, dan tidak ada kelainan, pandangan klien tajam
ketika klien marah, hidung klien simetris dengan dua lubang hidung dan tidak ada
cuping hidung, bentuk telinga klien simetris kiri dan kanan, tetapi klien sesekali
mendengar suara-suara yang menyuruhnya melakukan kekerasan, mulut klien
kurang bersih, bibir menghitam karena rokok, gigi merapat, gigi kuning dan kotor,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


klien dapat membedakan rasa asam dan manis, rahang klien terlihat mengatup
ketika rasa marah muncul, tidak dilakukan pemeriksaan pada leher, kulit klien
warna coklat dan sedikit kotor, akral klien hangat dan turgor kembali normal, kulit
disekitar mata terdapat lingkaran hitam, klien terlihat mengepalkan tangannya
ketika rasa marah muncul, suka melempar dan memukul, klien sering gelisah dan
berjalan mondar-mandir di ruangan.

10. Pola Kebiasaan Sehari-Hari


Klien makan 3kali sehari, nafsu makan klien kuat, tidak ada riwayat alergi
maupun mual muntah.Saat makan klien tampak memisahkan diri baik saat
sarapan, makan siang maupun makan sore.Klien saat makan lahap, 1 porsi
makanan habis dengan nasi + lauk + sayur, tidak ada masalah saat makan dan
minum.
Tubuh klien terlihat kurang bersih tetapi klien rajin mandi, gigi dan mulut
terlihat kotor, kuku kaki dan tangan panjang.Aktivitas mandi, makan, eliminasi,
ganti pakaian dilakukan secara mandiri tetapi masih berantakan, klien kurang mau
beraktivitas dengan orang lain karena selalu curiga dan selalu ingin marah dengan
teman lain yang mendekatinya dan juga klien tidak mau ikut kebaktian yang
diadakan di rumah sakit.
Klien BAB 2 kali sehari, karakter feses normal, tidak ada perdarahan,
terakhir BAB dipagi hari, tidak diare dan tidak pernah menggunakan
laksatif.Klien kurang lebih 4 kali sehari BAK, tidak menggunakan kateter, tidak
nyeri, tidak menggunakan diuretic dan tidak ada masalah saat BAK.
Mekanisme koping klien maladaptif. Klien mengatakan apabila ada
masalah maka ia akan menyendiri, memikirkan sendiri masalahnya, klien jarang
membicarakan masalahnya dengan orang lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


II. ANALISA DATA

No Data Masalah keperawatan


1. DS:
Klien mengatakan merasa
cemas, bahwa ada yang
mengancam dirinya
diruangan
DO: Gangguan rasa nyaman
1. Klien menyendiri
2. Klien tidak suka jika ada
yang mendekat kepadanya
3. Klien khawatir orang lain
2. menyakiti dirinya

DS:
Klien mengatakan mudah
marah dan sering emosi
hingga ingin merusak
barang-barang, memukul
orang.
DO: Resiko Perilaku Kekerasan
1. Marah-marah tanpa
sebab
2. Gelisah dan tidak
nyaman
3. Terlihat sering
mengepalkan tangan
4. Merusak barang-barang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


III. Rumusan Masalah
a. Masalah Keperawatan:
1. Gangguan Rasa Nyaman
2. Resiko Perilaku kekerasan
b. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
Gangguan rasa nyaman ditandai dengan klien merasa gelisah, cemas,
kurang puas dengan keadaan, kurang senang dengan situasi tersebut,
ketidakmampuan untuk relaks, curiga dan merasa terancam di lingkungan
sekitarnya.

IV. Perencanaan Keperawatan


Gangguan Rasa Nyaman
Perencanaa Keperawatan

Dx:Gangguan rasa nyaman


NOC (Nursing Outcome Clasification):
1. Status kenyamanan lingkungan
2. Status kenyamanan fisik
3. Status kenyamanan psikospiritual
4. Status kenyamanan sosiokultural
Kriteria Hasil:
1. Tingkat kecemasan
2. Kepuasan klien: lingkungan fisik
3. Tingkat rasa takut
4. Tingkat rasa stress

Rencana Tindakan Rasional


NIC (Nursing Intervention 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
Clasification): meyakinkan
1. Pengurangan kecemasan 2. Manipulasi lingkungan klien untuk
2. Manajemen lingkungan: mendapatkan kenyamanan yang
kenyamanan optimal
3. Pemberian obat 3. Pertahankan prinsip 6 benar obat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Dukungan spiritual 4. Mendorong klien untuk mengikuti
5. Peningkatan sistem kegiatan ibadah dan berdoa
dukungan 5. Anjurkan klien untuk berpartisipasi
6. Dukungan kelompok dalam kegiatan sosial dan masyarakat
6. Anjurkan klien mengikuti TAK

Resiko Perilaku Kekerasan


Perencanaa Keperawatan

Dx: Perilaku kekerasan


Tujuan dan kriteria hasil:
1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang dilakukannya
4. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasannya
5. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya
6. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, verbal, dan
dengan terapi obat.

Rencana Tindakan Rasional


1.Bina hubungan saling percaya 1. Kepercayaan dari klien merupakan
hal yang mutlak serta akan
2. Bantu klien mengidentifikasi memudahkan dalam melakukan dalam
penyebab perilaku kekerasan. pendekatan dan tindakan keperawatan
kepada klien.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-
tanda perilaku kekerasan 2. Berikan klien kesempatan
mengungkapkan perasaan kesalnya
4. Diskusikan bersama klien perilaku untuk mengurangi setress dan penyebab
kekerasan apa yang dilakukan saat perasaan kesal diketahui
marah
. 3. Menarik kesimpulan bersama klien
. 5. Diskusikan akibat perilaku supaya klien mengetahui secara garis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kekerasannya besar tanda-tanda marah atau kesal.

. 6. Bantu klien untuk mengontrol 4. Klien mengetahui perilaku kekerasan


perilaku kekerasan dengan cara fisik, yang biasa dilakukan dan dapat
verbal, dan minum obat membantu klien menemukan cara yang
dapat menyelesaikan masalah

5. Dengan mengetahui akibat perilaku


kekerasan diharapkan klien dapat
merubah perilaku kekerasannya

6. Mengajarkan kepada klien cara


mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik, verbal , maupun spiritual.

7. Latih klien minum obat secara teratur


dengan prinsip 5 benar (benar nama,
pasien, obat, waktu,dan dosis obat)
disertai penjelasan guna obat dan akibat
berhenti minum obat).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


V. Implementasi dan Evaluasi
1. Gangguan Rasa Nyaman
Hari/tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Selasa, 24 Gangguan 1. Mengajarkan S:
Mei 2016 rasa pasien untuk 1. Klien mengatakan
nyaman melakukan teknik masih cemas/takut
tarik napas dalam dengan teman
(relaksasi) diruangannya
2. Mengusahakan karena mereka akan
lingkungan yang berbuat jahat kepada
kondusif bagi klien klien
dan meyakinkan 2. Klien mengatakan
klien bahwa ia tidak mau minum
aman dekat obat
perawat. O:
3. Menjelaskan - Klien tampak
manfaat obat gelisah
(Risperidone 2mg, - Klien kurang
Chloro 50 fokus
mg)kepada klien A:
Gangguan rasa nyaman
(+)
Klien tidak mau minum
obat (+)
P:
intervensi dilanjutkan
1. Menganjurkan klien
mengikuti ibadah
2. Anjurkan klien
bergabung dengan
kegiatan kelompok
seperti TAK.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Rabu, 25 Gangguan 1. Menanyakan S:
Mei 2016 rasa kembali kepada 1. Klien lupa dengan
nyaman klien cara relaksasi manfaat minum obat
tarik napas dalam 2. Klien mengatakan
dan manfaat akan minum obat
minum obat agar dia cepat
2. Menjelaskan pulang
kembali kepada 3. Klien mengatakan
klien bahwa tidak ingin
minum obat sangat mengikuti kegiatan
penting untuk ibadah
kesembuhan klien 4. Klien mengikuti
3. Mengajarkan TAK dan mulai
kepada klien untuk berinteraksi dengan
berdoa dan teman diruangannya
mengikuti kegiatan O:
ibadah - Klien tampak
4. Menjelaskan tenang
kepada klien - Klien ingin
manfaat dikunjungi
berinteraksi keluarganya
dengan teman A:
seperti mengikuti Klien tidak ingin
TAK mengikuti ibadah (+)
P:
intervensi dilanjutka

Kamis, 26 Gangguan 1. Menanyakan S:


Mei 2016 rasa kembali kepada 1. Klien masih
nyaman klien topic mengingat topik
pertemuan yang dibicarakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sebelumnya semalam
2. Menjelaskan 2. Klien mengatakan
kembali manfaat sudah mulai nyaman
beribadah dengan
3. Memberi motivasi lingkungannya
bahwa keluarga karna saat
klien pasti ingin mengikuti TAK dia
klien cepat sembuh berinteraksi dengan
dan pulang teman-temannya
3. Klien mengatakan
malas mengikuti
kegiatan ibadah
4. Klien mengatakan
ingin bertemu
dengan keluarganya
O:
- Klien tenang
- Klien sudah
mau berbicara
dengan
temannya
A:
Klien tidak ingin
mengikuti kegiatan
ibadah (+)
P:
Intervensi dilanjutkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.Resiko Perilaku Kekerasan
Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi
tanggal
Selasa, 24 Perilaku 1. Membina hubungan S :
Mei 2016 kekerasan saling percaya 1. Klien mau
dengan berjabat tangan
menggunakan salam dan berinteraksi
09.00 wib terapeutik, berjabat 2. Klien mengatakan
SP 1 tangan, menjelaskan marah dan kesal
tujuan interaksi, dan jika diganggu,
membuat kontrak 3. Klien
topik, waktu, dan mengatakan jika
tempat setiap kali dia mulai marah
bertemu klien. jantungnya
2. Mendiskusikan berdetak kencang,
tentang penyebab tangan mengepal,
marah, kesal yang muka merah
dialami klien 4. Klien mengatakan
3. Mengidentifikasi kalau sudah
tanda-tanda perilaku marah akan
kekerasan melempar barang-
4. Mengkaji perilaku barang, berkelahi
kekerasan apa yang 5. Klien mengatakan
dilakukan saat orang-orang
marah disekitarnya
5. Mengkaji akibat menjadi takut
perilaku kekerasan 6. Klien
klien mengorientasikan
6. Membantu klien kembali cara tarik
mengontrol perilaku nafas dalam dan
kekerasan secara memukul kasur
fisik. dan bantal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Menganjurkan klien O:
memasukan ke - Klien tampak
dalam jadwal gelisah
kegiatan harian - Tangan
mengepal
- Klien tidak
mau berjabat
tangan
A:
Klien masih cepat
marah (+)
P:
Intervensi
dilanjutkan
Selasa, 24 Perilaku 1. Membina hubungan S:
Mei 2016 kekerasan saling percaya 1. Klien masih ingat
2. Menanyakan kembali kepada perawat
kepada klien dan klien mampu
11.00 wib SP 2 bagaimana cara mengorientasikan
mengontrol perilaku kembali cara tarik
kekerasan secara fisik napas dalam.
1. 2. Klien mengatakan
3. Melatih klien minum malas minum
obat secara teratur obat.
dengan prinsip 6 benar O:
(benar klien, obat, - Klien tampak
dosis, cara, waktu dan tenang
kontinuitas) - Klien mau
4. Menganjurkan klien berjabat
memasukan ke dalam tangan
jadwal kegiatan harian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


A:
Klien malas minum
obat (+)
P:
Intervensi
dilanjutkan

Rabu, 25 Perilaku 1. Membina hubungan S:


Mei 2016 kekerasan saling percaya 1. Klien tersenyum
2. Menanyakan kembali 2. Klien minum obat
kepada klien prinsip 3. Klien mengatakan
6 benar minum obat mau mencoba
10.00 wib SP 3 3. Mengajarkan klien meminta dengan
cara mengungkapkan baik, menolak
rasa marah secara dengan baik,
verbal mengungkapkan
4. Menganjurkan klien perasaan dengan
memasukan ke dalam baik.
jadwal kegiatan O:
harian - Klien tenang
- Ekspresi
wajah baik
A:
Klien belum bisa
meminta dengan
baik (+)
P:
Intervensi
dilanjutkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Rabu, 25 Perilaku 1. Membina hubungan S:
Mei 2016 kekerasan saling percaya 1. Klien
2. Diskusikan hasil mengatakan
latihan mengontrol senang perawat
13.00 Wib perilaku kekerasan berbincang-
SP 4 secara verbal bincang
3. Mengajarkan klien dengannya lagi
latihan untuk 2. Klien
beribadah mengorientasikan
4. Masukan ke jadwal cara meminta,
latihan berdoa menolak dan
mengungkapkan
perasaan dengan
baik
3. Klien
mengatakan tidak
ingin mengikuti
ibadah
O:
- Mimik wajah
klien baik
- Klien ingin
beribadah
A:
Klien tidak ingin
beribadah (+)
P:
Intervensi
dilanjutkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada Tn.A dengan masalah
kebutuhan dasar rasa nyaman selama beberapa hari, yaitu pada tanggal 23 sampai
26 Mei 2016.Sebagai langkah dalam penyusunan karya tulis ilmiah dapat ditarik
kesimpulan.
Pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara (anamnesa)
atau (autoanamnesa) mengobservasi klien yaitu dari segi penampilan,
pembicaraan, perilaku klien kemudian ditambah dengan menelaah catatan medic
dan catatan keperawatan.
Hasil evaluasi yang didapat penulis maka disimpulkan kebutuhan rasa
nyaman klien telah terpenuhi ditandai dengan klien mau berinteraksi dengan
teman-teman diruangannya, mau mengikuti kegiatan ibadah dan berdoa dan
masalah perilaku kekerasan klien sebagian teratasi.

B. Saran
a. Bagi Rumah Sakit
Bagi rumah sakit agar dapat meningkatkan mutu pelayanan dan
fasilitas yang memadai untuk meningkatkan rasa nyaman klien.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan agar lebih banyak menyediakan buku yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar rasa nyaman,
sebagai bahan bacaaan bagi mahasiswa guna meningkatkan kualitas
pendidikan bagi setiap mahasiswa khususnya mahasiswa DIII
keperawatan Universitas Sumatera Utara.
c. Bagi Klien
Meningkatkan pengetahuan klien tentang mengurangi kecemasannya
kepada lingkungan sekitar dan meningkatkan pengetahuan tentang
cara mengontrol perilaku kekerasan dengan secara fisik, prinsip 6
benar obat, dan secara verbal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M.G dkk.(2013). Nursing Interventions Classification (NIC), 6th


Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia.

Ermawati, dkk.(2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa.


Jakarta: Trans Info Media.

Herdman, H.T. (2012). Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Jakarta: EGC.

Moorhead Sue, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th


Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia.

Mubarak, W.I. (2007).Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalam Praktek.Cetakan pertama. Jakarta: EGC.

Potter, P & Perry, A. (2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses dan Praktik. Edisi 4, Volume 2 Jakarata : EGC.

Stuart , Sudeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 3.Jakarta : EGC.

Townsend, M.C. (1996).Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan


Psikiatri.Edisi 3. Jakarta: EGC.

Videbeck, S.L. (2008).Buku Ajar Keperawatan Jiwa ( Psychiatric MentalHealth


Nursing). Jakarta: EGC

Yusuf, dkk.(2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba


Medika.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai