Anda di halaman 1dari 93

KATA SAPAAN PADA MASYARAKAT MELAYU RIAU KOTA PEKAN BARU

KECAMATAN TAMPAN

KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

SKRIPSI

OLEH

SISKA ELVIRA YOULIA PANJAITAN

NIM 130701061

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memeroleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila
pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan
gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Desember 2017

Penulis,

Siska Elvira Youli Panjaitan

Universitas Sumatera Utara


KATA SAPAAN PADA MASYARAKAT MELAYU RIAU

KOTA PEKAN BARU KECAMATAN TAMPAN

KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

OLEH
SISKA ELVIRA YOULIA PANJAITAN
NIM 130701061

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Alih Kata Sapaan pada Masyarakat Melayu Riau Kota Pekan Baru
Kecamata Tampan. Masalah yang diteliti adalah bentuk kata sapaan dan sistem sapaan yang
digunakan masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru Kecamatan Tampan berdasarkan hubungan
nonkekerebatan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik.Dalam
pengumpulan data digunakan metode kualitatif dan simak dengan teknik simak libat cakap,
teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat.Sedangkan metode pengkajian data
menggunakan metode padan dan agih dengan teknik bebas unsur langsung (BUL). Berdasarkan
hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa (a) bentuk kata sapaan Masyarakat
Melayu Riau Kota Pekan Baru Kecamata Tampan ada sebelas, 1) Bentuk sapaan kepada orang
tua laki-laki dan perempuan, 2)Bentuk sapaan kepada anak laki-laki dan perempuan, 3) Bentuk
sapaan kepada kakak laki-laki dan perempuan, 4) Bentuk sapaan kepada adik laki-laki dan
perempuan, 5) Bentuk sapaan kepada kakek dan nenek, 6) Bentuk sapaan kepada kakek buyut
dan nenek buyut, 7) Bentuk sapaan kepada kakak ayah atau ibu yang laki-laki dan perempuan, 8)
Bentuk sapaan kepada adik ayah atau ibu yang laki-laki dan perempuan, 9) Kata sapaan bidang
agama, 10) Kata sapaan dalam bidang adat, 11) Kata sapaan umum. Sistem sapaan yang
digunakan Masyarakat Melayu Ria kota Pekan Baru Kecamatan Tampan berdasarkan hubungan
nonkekerebatan ada enam, 1. Sapaan Berdasarkan Usia, 2) Sapaan Berdasarkan Panggilan
Sayang, 3) Sapaan Berdasarkan Garis Keturunan, 4) Sapaan Berdasarkan Julukan, 5) Sapaan
Berdasarkan Profesi/ Gelar, 6) Sapaan Berdasarkan Penggolongan Kata.

Kata kunci : kata sapaan, masyarakat melayu riau, sosiolinguistik

Universitas Sumatera Utara


PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya.Skripsi

ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.Adapun judul skripsi ini adalah

“Kata Sapaan pada Masyarakat Melayu Riau Kota Pekan Baru Kecamatan Tampan”.

Saya juga menyadari penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak.Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan rendah hati dan rasa tulus ikhlas saya

sampaikan kepada semua pihak.

1. Dr. Budi Agustono, M.S., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara

yang telah menyediakan fasilitas untuk belajar di kampus bagi penulis.

2. Prof. Drs. Mauly Purba, M.A. Ph.D., sebagai Wakil Dekan I, Dra. Heristina Dewi, M.Pd.,

sebagai Wakil Dekan II dan Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., sebagai Wakil Dekan

III.

3. Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P., sebagai Ketua Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas

Ilmu Budaya, Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum., sebagai seketaris Program Studi Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,Universitas Sumatera Utara yang telah memberi dukungan

kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Program Studi Sastra Indonesia.

4. Dra. Salliyanti, M.Hum., sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan

pengarahan, masukan, ilmu, perhatian, dorongan, motivasi dan meluangkan waktu kepada

penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Penulis merasa bersyukur sekaligus berterima

kasih atas kesabaran, waktu, dan tenaga yang telah ibu berikan pada penulis dalam

Universitas Sumatera Utara


penyusunan skripsi ini, tanpa bantuan ibu, penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi

ini.

5. Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum., sebagai dosen pembimbing II, yang telah memberikan

pengarahan, masukan, ilmu, perhatian, dorongan, motivasi dan meluangkan waktu kepada

penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Penulis merasa bersyukur sekaligus berterima

kasih atas kesabaran, waktu, dan tenaga yang telah bapak berikan pada penulis dalam

penyusunan skripsi ini, tanpa bantuan bapak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi

ini.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan berbagai materi perkuliahan.

7. Kepada Pak Slamet, yang telah memberi banyak bantuan serta dukungan, penulis

mengucapkan banyak terima kasih.

8. Orang yang paling istimewa dalam hidup penulis sekaligus penulis banggakan yaitu

Ayahanda Sudirman Panjaitan dan Ibunda tercinta Alm Yusliana ws yang telah

membesarkan, melindungi, dan membimbing penulis dengan cinta dan kasih sayang, serta

senantiasa memberikan doa yang tulus kepada penulis. Dan juga adik-adikku tercinta,

tersayang dan terkasih Uci Putri Ayunda Panjaitan, Chili Lusi Oktin Panjaitan, dan si

bungsu kami Fiqih Maiyosi Panjaitan.

9. Kepada orang yang penulis sayangi Kakak Sepupu tercinta Syahrida Panjaitan yang selalu

mengingatkan penulis untuk menjaga kesehatan, memberi dukungan, serta memberi

perhatian, penulis ucapkan banyak terima kasih. Terkhusus kepada Rosmawati dan Al

Mukmin Surahma Sitorus yang selalu mendampingi penulis dari awal perkuliahan, memberi

Universitas Sumatera Utara


dukungan dan semangat serta banyak membantu moril bagi penulis. Penulis berharap agar

selalu bersama hingga berhasil di kemudian hari.

10. Sahabat seperjuangan Juli Indah Panggabean, Juli Hardianti, Fika, Rahmi, Intan, Nadia,

Miftah, Ucha, Lisna, Anggun, Aina dan teman-teman stambuk 2013 Program Studi Sastra

Indonesia yang selalu membantu dalam kegiatan perkuliahan dan juga dalam pengerjaan

skripsi ini. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih ke pada Almaida Sahrani, Hertaty Sireger,

Hesniati Rambe adik-adik yang telah ikut berparti sipasi membantu dalam proses pembuatan

skripsi khususnya sengat membantu dalam penelitian penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini.Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun. Akhirnya,

penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai Kata

Sapaan Pada Masyarakat Melayu Riau Kota Pekan Baru Kecamatan Tampan : Kajian

Sosiolinguistik.

Medan, Agustus 2017

Penulis,

Siska Elvira Youli Panjaitan

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN

PERNYATAAN …………………………………………………………………………. i

ABSTRAK ……………………………………………………………………………….. ii

PRAKATA ………………………………………………………………………………. iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….. vi

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………… …….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………………………. 1

1.2 Batasan Masalah ……………………………………………………………................. 5

1.3 Rumusan Masalah ………………………………………………………………........... 6

1.4 Tujuan Penelitian ………………………………………………………………………. 6

1.5 Manfaat Penelitian ………………………………………………………....................... 6

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN

TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………………….......... 8

2.1 Konsep …………………………………………………………………………………. 8

2.1.1 Bahasa ………………………………………………………………………………… 8

2.1.2 Kata Sapaan …………………………………………………………………………... 9

2.1.3 Kata Sapaan Kekerabatan ……………………………………………………………. 10

2.1.4 Kata Sapaan Nonkekerabatan ………………………………………………………... 10

2.1.5 Masyarakat Tutur ………………………………………………………...................... 11

Universitas Sumatera Utara


2.1.6 Dialek ……………………………………………………………….......................... 11

2.2 Landasan Teori ……………………………………………………………................... 11

2.2.1 Sosiolinguistik ………………………………………………….................................. 12

2.2.2 Kata Sapaan …………………………………………………………………………. 13

2.2.3 Bentuk dan Jenis Kata Sapaan ………………………………………………………. 14

2.3 Tinjauan Pustaka ……………………………………………………………………….. 17

2.4 Penelitian yang Relevan ……………………………………………………................... 20

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………………… 21

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………………………………. 21

3.1.1 Lokasi Penelitian ………………………………………………………………………. 21

3.1.2 Waktu Penelitian ………………………………………………………………………. 21

3.2 Data dan Sumber Data …………………………………………………………………... 21

3.2.1 Data ……………………………………………………………………….................... 21

3.2.2 Sumber Data …………………………………………………………………………… 22

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………. 23

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data …………………………………………….................. 24

3.5 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ………………………………………………….. 27

BAB IV PEMBAHASAN ……………………………………………………………......... 29

4.1 Bentuk Kata Sapaan …………………………………………………………………….. 29

4.1.1 Bentuk sapaan kepada Orang tua Laki-laki dan Perempuan …………………………... 29

4.1.2 Bentuk sapaan kepada Anak Laki-laki dan Perempuan ……………………………….. 31

Universitas Sumatera Utara


4.1.3 Bentuk sapaan kepada Kakak Laki-laki dan Perempuan ………………...................... 32

4.1.4 Bentuk sapaan kepada Adik Laki-laki dan Perempuan ……………………………… 33

4.1.5 Bentuk sapaan kepada Kakek dan Nenek …………………………………………… 34

4.1.6 Bentuk sapaan kepada Kakek Buyut dan Nenek Buyut …………………..................... 35

4.1.7 Bentuk sapaan kepada Kakak Ayah/Ibu yang Laki-laki dan Perempuan ....................... 36

4.1.8 Bentuk sapaan kepada Adik Ayah/Ibu yang Laki-laki dan Perempuan …...................... 37

4.1.9 Bentuk sapaan Nonkekerabatan dalam bidang Agama ………………………………… 38

4.1.10 Bentuk sapaan Nonkekerabatan dalam bidang Adat …………………….…................ 40

4.1.11 Bentuk sapaan Nonkekerabatan dalam bidang Umum …………………....................... 41

4.2 Sistem Sapaan Masyarakat Melayu Riau Berdasarkan Hubungan Nonkekerabatan …….. 42

4.2.1 Sapaan Berdasarkan Usia ………………………………………………………………. 43

4.2.2 Sapaan Berdasarkan Panggilan Sayang ……………………………………………........ 48

4.2.3 Sapaan Berdasarkan Garis Keturunan …………………………………………………. 51

4.2.4 Sapaan Berdasarkan Julukan …………………………………………………………… 54

4.2.5 Sapaan Berdasarkan Profesi/Gelar ……………………………………………………... 59

4.2.6 Sapaan Berdasarkan Penggolongan Kata ………………………………………………. 60

Universitas Sumatera Utara


BAB V PENUTUP ………………………………………………………………………… 64

5.I Simpulan ……………………………………………………………………………….... 64

5.2 Saran …………………………………………………………………………………….. 65

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………… 66

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang kaya akan keberagaman nilai budaya,

mulai Sabang sampai Merauke. Semuanya dapat berinteraksi dengan baik melalui sarana

bahasa.Bahasa digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi antara kelompok atau

masyarakat sosial.Hal ini juga terjadi dalam konteks sebuah kecamatan, salah satunya adalah

Kecamatan Tampan. Masyarakat yang tinggal di sini sebagian besar adalah penduduk asli,

namun ada juga berasal dari daerah lain. Etnik yang tinggal di Riau tidak hanya etnik

Minangkabau tetapi juga ada etnik Jawa.Dengan beragamnya penduduk yang tinggal di daerah

ini, secara tidak langsung berakibat pula pada beragamnya kebudayaan masyarakat tersebut.Hal

ini ikut memengaruhi bahasa yang digunakan, seperti pada penggunaan kata sapaan dalam

masyarakat Riau.

Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan buah pikiran dan

perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

untuk menjalin hubungan yang erat.Bahasa juga sebagai hasil budaya, mengandung nilai-nilai

sosial masyarakat penuturnya (Sumarsono, 2004: 21).Bahasa sering dianggap sebagai produk

sosial atau produk budaya, bahkan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan

itu.Sebagai produk sosial atau budaya tentu bahasa merupakan wadah aspirasi sosial, kegiatan

dan perilaku masyarakat, wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh

masyarakat pemakai bahasa itu.

Universitas Sumatera Utara


Sapaan adalah suatu ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi yang bersifat

tetap.Artinya, ujaran tersebut dari masa ke masa tetap seperti itu.Sapa menyapa tidak pernah

lepas dari kehidupan manusia, hal tersebut karena bertegur sapa sudah menjadi hal yang biasa

dalam kehidupan kita.Sapaan sangat berperan dalam kehidupan masyarakat.Sapaan dilakukan

oleh seseorang dengan orang lain dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan lawan tutur.

Kata sapaan yang digunakan masyarakat Melayu Riau beragam, seperti: kata sapaan antarsesama

masyarakat, kata sapaan antara anak dan ayahnya. Semua kata sapaan tersebut digunakan sesuai

dengan konteks masing-masing.Hal tersebut dipengaruhi oleh pergaulan dan pengetahuan dari

masyarakat itu sendiri.Selain itu, keragaman dipengaruhi oleh faktor keakraban.

Kata sapaan yaitu morfem, kata, atau frase yang dipergunakan untuk saling merujuk

dalam pembicaraan dan yang berbeda-beda menurut sifat hubungan antarpembicara

(Kridalaksana, 1993:191).Sedangkan sebutan adalah bagian kalimat yang memberi pernyataan

tentang topik.Berkaitan dengan faktor-faktor itulah penelitian ini perlu dilakukan.Hal ini

dilakukan agar dapat dilakukan sebuah pendeskripsian kata sapaan yang ada di Riau.

Menurut Chaer (2000:107) kata sapaan adalah kata-kata yang digunakan untuk menyapa,

menegur atau menyebut orang kedua atau orang yang diajak bicara. Chaer (2000:109) juga

menyatakan bahwa kata sapaan terbagi atas dua macam yaitu kata sapaan nama diri dan kata

sapaan nama kekerabatan. Kata sapaan nama diri dapat digunakan terhadap orang yang sudah

akrab dan orang yang sebaya atau jauh lebih muda. Kata sapaan kekerabatan digunakan dengan

aturan tertentu seperti kata sapaan yang digunakan kepada 1) orang tua laki-laki, 2) orang tua

perempuan, 3) saudara yang lebih tua baik itu saudara perempuan maupun saudara laki-laki, dan

4) saudara yang lebih muda baik itu saudara perempuan maupun saudara yang laki-laki.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan menurut Kridalaksana (1985:14) menyatakan bahwa semua bahasa

mempunyai sistem tutur sapa, yakni sistem yang mempertautkan seperangkat kata-kata atau

ungkapan-ungkapan untuk memanggil dan menyebut para pelaku dalam satu peristiwa

bahasa.Para pelaku itu adalah pembicara (pelaku 1), yang diajak bicara (pelaku 2), dan yang

disebut dalam pembicaraan (pelaku 3).Kata atau ungkapan yang dipakai dalam tutur sapa disebut

dengan kata sapaan.

Sapaan dilakukan oleh seseorang dengan orang lain dalam berinteraksi dan

berkomunikasi dengan lawan tutur. Kata sapaan yang digunakan masyarakat Riau kecamatan

Tampan beragam, seperti: kata sapaan antar sesama masyarakat, kata sapaan antara anak dan

ayahnya, kata sapaan antara masyarakat dan lurah. Semua kata sapaan tersebut digunakan sesuai

dengan konteks masing-masing.Hal tersebut dipengaruhi oleh pergaulan dan pengetahuan dari

masyarakat itu sendiri.Selain itu, keragaman dipengaruhi oleh faktor keakraban.

Kata Sapaan Pada Masyarakat Riau Kota Pekan Baru Kecamatan Tampan Kajian

Sosiolinguistik. Dari data yang telah dikumpulkan kata sapaan yang terdapat pada Masyarakat

Riau kecamatan Tampan terdapat tiga golongan kata sapaan yang digunakan yaitu: sapaan

umum, adat, dan agama yang merupakan bentuk sapaan nonkekerabatan.

1. Sapaan Umum

Kata Sapaan untuk kakak kandung laki-laki, pada masyarakat Riau kecamatan

Tampan.Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa kakak kandung laki-laki yaitu “anih,

uniang, uda,angah, abang, enek, andah, aa’, aciak dan uncu”. Contoh tuturan:

Universitas Sumatera Utara


A:Bilo Abangbabaliak ka kampong.

‘Kapan Abang balik ke kampong’

B:Beko pagi.

‘Nanti pagi’

2. Kata Sapaan Adat

Kata Sapaan untuk pemimpin suku.Untuk menyapa seseorang yang telah diangkat

menjadi pemimpin dalam kesatuan niniak mamak dalam satu nagari biasanya disapa dengan

urang tuo.Pengangkatan urang tuo pada masyarakat Riau biasanya dilakukan dengan cara di

musyawarahkan oleh seluruh masyarakat. Setelah dapat kata mufakat baru dilakukan pemilihan

urang tuo.Contoh tuturan:

A:Bilo tibo iko Rang Tuo.

‘Kapan Orang Tua itu datang’

B:Baru sabanta ko.

‘Baru saja’

A:Dengan sia Urang Tuo datang.

‘Dengan siapa Orang Tua datang’

B:Maik Ali

‘Muhammad Ali’

Kedua tuturan di atas menggunakan kata sapaan urang tuo untuk menyapa pemimpin

suku.Tempat berlangsung tuturan di atas adalah di warung dan di rumah penutur.

Universitas Sumatera Utara


3. Kata Sapaan Agama

Kata Sapaan untuk ulama perempuanMakcik.Sapaan yang digunakan untuk menyapa

ulama laki-laki pada masyarakat Riau yaitu Pakcik.Contoh tuturan:

A:Jan lupo karumah wak beko Macik.

‘Nanti jangan lupa ke rumah saya Macik’

B:Insyaallah

‘Insyaallah’

A: Jan lupo beko Pakcik ajari wak mangaji.

B: ‘Nanti jangan lupa Pakcikajari saya mengaji’

A: Iyo

B: ‘Iya’

Tuturan di atas digunakan untuk menyapa ulama perempuan pada masyarakat Riau.Tempat

berlangsungnya tuturan di atas adalah di pinggir jalan.

1.2. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini

difokuskan pada penelitian kualitatif dengan subjek kata sapaan pada masyarakat Melayu

Riau.Penelitian ini mengajukan dua masalah, yaitu.

1. Bentuk kata sapaan dalam masyarakat Melayu Riau.

2.Sistem sapaan yang digunakan dalam masyarakat Melayu Riau berdasarkan hubungan

nonkekerabatan.

Universitas Sumatera Utara


1.3. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah bentuk kata sapaan dalam masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru

Kecamatan Tampan?

2. Bagaimanakah sistem sapaan yang digunakan dalam masyarakat Melayu Riau kota Pekan

Baru Kecamatan Tampan berdasarkan nonkekerabatan?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dikaji, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk kata sapaan dalam masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru

Kecamatan Tampan .

2. Mendeskripsikan sistem sapaan yang digunakan dalam masyarakat Melayu Riau kota Pekan

Baru Kecamatan Tampan berdasarkan nonkekerabatan.

1.5. Manfaat Penalitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan teori

kebahasaan dan memberikan sumbangan pengetahuan untuk perkembangan linguistik pada

umumnya dan khususnya dalam kajian sosiolinguistik yang berkaitan dengan sistem sapaan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan deskripsi atau paparan tentang bentuk kata

sapaan pada masyarakat Melayu Riau dan sistem-sistem sapaan dalam masyarakat Melayu Riau

berdasarkan nonkekerabatan. Selain itu, diharapkan dari penelitian ini nantinya akan mampu

Universitas Sumatera Utara


memberikan suatu kontribusi data dasar bagi penelitian selanjutnya yang hendak melakukan

penelitian sejenis. Diharapkan pula dapat menambah wawasan peneliti sesuai bidang yang

dipelajari yaitu bidang linguistik.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep

Sesuai dengan topik, dalam tulisan ini digunakan beberapa konsep yaitu bahasa, kata

sapaan, bentuk kata sapaan kekerabatan, bentuk kata sapaan nonkekerabatan, masyarakat tutur,

dialek pada masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan.

2.1.1. Bahasa

Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang

berpola tetap dan dapat dikaidahkan (Chaer, 2004:11).Sebagai sebuah sistem, bahasa itu bersifat

sistematis juga bersifat sistemis.Sistematis maksudnya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola

tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan.Sistemis, artinya, sistem bahasa itu bukan

merupakan sebuah sistem tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem

fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon.Setiap bahasa memiliki sistem yang berbeda dari

bahasa yang lainnya.Oleh karena itu, lazim juga disebut bahwa bahasa itu bersifat universal.

Unik artinya memiliki ciri atau sifat khas yang tidak dimiliki bahasa lain; dan universal berarti,

memiliki ciri yang sama yang ada pada semua bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia secara

terminologi mengartikan “Bahasa sebagai sisem lambanga bunyi yang arbitrer yang digunakan

oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi.

Universitas Sumatera Utara


2.1.2. Kata Sapaan

Menurut Chaer (2000:107) kata sapaan adalah kata-kata yang digunakan untuk menyapa,

menegur atau menyebut orang kedua atau orang yang diajak bicara. Chaer (2000:109) juga

menyatakan bahwa kata sapaan terbagi atas dua macam yaitu kata sapaan nama diri dan kata

sapaan nama kekerabatan. Kata sapaan nama diri dapat digunakan terhadap orang yang sudah

akrab dan orang yang sebaya atau jauh lebih muda. Kata sapaan kekerabatan digunakan dengan

aturan tertentu seperti kata sapaan yang digunakan kepada 1) orang tua laki-laki, 2) orang tua

perempuan, 3) saudara yang lebih tua baik itu saudara perempuan maupun saudara laki-laki, dan

4) saudara yang lebih muda baik itu saudara perempuan maupun saudara yang laki-laki.

Menurut Kridalaksana (1985:14) kata sapaan adalah kata atau ungkapan yang dipakai

untuk menyebut atau memanggil pelaku dalam suatu peristiwa bahasa.Para pelaku itu ialah

pembicara (pelaku 1), yang diajak bicara (pelaku 2), dan yang disebut dalam pembicaraan

(pelaku 3).Kata yang dipakai dalam tutur sapa disebut kata sapaan. Dalam bahasa Indonesia

terdapat beberapa jenis kata sapaan, yaitu: (1) kata ganti (aku, kamu, ia, kami, kita, mereka,) ; (2)

nama diri (nama orang yang dipakai untuk semua pelaku); (3) istilah kekerabatan (bapak, ibu,

saudara, paman, adik). Sebagai kata sapaan, istilah kekerabatan tidak hanya dipakai terbatas di

antara orang-orang yang berkerabat, tetapi juga dengan orang lain); (4) gelar dan pangkat

(dokter, suster, guru). Contoh kata sapaan:

1. Nama Diri : “Andi, mau ke mana kau?”

2. Istilah kekerabatan : “Bapak kapan pulang?”

3. Gelar dan Pangkat : “Dokter mau ke mana?”

Kata sapaan digunakan dalam kehidupan sehari-hari, untuk menempatkan posisi yang

tepat.Dalam berinteraksi kata sapaan digunakan sebagai bagian dari tutur sapa.Kata sapaan

Universitas Sumatera Utara


menjadi sebutan yang menandakan penghargaan terhadap derajat maupun martabat seseorang

dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian yang dimaksud dengan kata sapaan dalam

penelitian ini adalah kata atau frase yang digunakan untuk menyapa atau memanggil lawan

bicara, yang bertujuan untuk memancing respon dari lawan bicara dalam peristiwa berbahasa,

kelangsungan peristiwa berbahasa dapat menetukan bentuk serta pemakaian kata sapaan apa

yang digunakan.

2.1.3. Kata Sapaan Kekerabatan

Kekerabatan merupakan suatu bentuk hubungan sosial yang terjadi karena keturunan dan

perkawinan. Sapaan dalam hubungan kekerabatan ialah sapaan yang digunakan untuk menyapa

orang yang lebih tua atau sebaliknya dalam sebuah keluarga disesuaikan menurut hubungan

keluarga seperti:

a. Sapaan berdasarkan keturunan atau hubungan darah

b. Sapaan hubungan keluarga berdasarkan perkawinan

2.1.4. Kata Sapaan Nonkekerabatan

Kata sapaan nonkekerabatan adalah kata sapaan yang digunakan untuk menyapa

seseorang dalam kelompok masyarakat diluar hubungan kekerabatan. Hal ini dikarenakan antar

sesama masyarakat harus saling menghormati, meskipun mereka kadang-kadang tidak menyadari

bahwa mereka adalah anggota dari suatu kelompok atau masyarakat, namun setidak-tidaknya

manusia berpikir dan bertindak dengan cara yang telah ditentukan oleh kelompok masyarakat.

Itulah sebabnya mengapa norma-norma yang ada di dalam masyarakat serta tata krama mereka

junjung tinggi didalam golongan atau masyarakat yang begitu kompleks. Kata sapaan

Universitas Sumatera Utara


nonkekerabatan dalam masyarakat, dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu (1) Kata sapaan

dalam Agama (2) Kata sapaan dalam profesi dan jabatan (3) Kata sapaan dalam adat.

2.1.5. Masyarakat Tutur

Abdul Chaer (2010) dalam Fishman (1976:28) menyebut masyarakat tutur adalah suatu

masyarakat yang anggota-anggotanya setidak-tidaknya mengenal satu variasi bahasa beserta

norma-norma yang sesuai dengan penggunaannya. Dengan pengertian terhadap masyarakat

seperti itu, maka setiap kelompok orang yang menggunakan bentuk bahasa yang sama, serta

mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa itu, mungkin

membentuk suatu masyarakat tutur.

2.1.6. Dialek

Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang

berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Para penutur dalam suatu dialek,meskipun

mereka mempunyai variasi bahasa yang bersifat perseorangan, memiliki kesamaan ciri yang

menandai bahwa mereka berada pada satu dialek yang berbeda dengan panutur lain yang berada

dalam dialeknya sendiri dengan ciri lain yang menandai dialeknya.

2.2. Landasan Teori

Data penelitian ini adalah kata sapaan pada masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru

kecamatan Tampan kajian sosiolinguistik. Kata sapaan yang dibahas dalam penelitian

beragam.Permasalah ini lebih berkaitan dengan permasalahan sosial

Universitas Sumatera Utara


masyarakatnya.Dalampenelitian ini dibahas mengenai jenis kata sapaan yang digunakan

masyarakatMelayu Riau.

Teori yang digunakan dalam memecahkan permasalahan penelitianini adalah teori

sosiolingistik.Dengan demikian, agar sampai pada tujuan tersebutmaka penulis mendeskripsikan

dan sekaligus menjelaskan bagaimana kata sapaanitu digunakan oleh masyarakat Riau.

2.2.1. Sosiolinguistik

Sosiolingistik yaitu ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dengan

masyarakat.Kajian sosiolinguistik disini bermakna bahwa adanya usaha memperhatikan dan

mengenal pasti kata sapaan bahasa Melayu Riau yang digunakan masyarakat Riau dalam

penuturan sebenarnya. Jadi, bagaimana kata sapaan itu digunakan, dalam situasi apa, oleh siapa

kepada siapa, keluarga yang bagaimana serta dalam kawasan apa akan menjadi pertimbangan

yang paling diperlukan untuk mengumpulkan data di lapangan.

Sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang melihat gejala sosial dan hubungannya

dengan masyarakat serta kebudayaan.Hal ini sesuai dengan pendapat Nababan (1984:2) yang

mengatakan sosiolinguistik adalah studi atau pembahasan dari bahasa, sehubungan dengan

penuturan bahasa itu sendiri sebagai anggota masyarakat.Boleh juga dikatakan bahwa

sosiolinguistik mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya

perbedaan variasi yang terdapat dalam bahasa yang bersangkutan dengan faktor-faktor

kemasyarakatan (sosial).

Selain itu, sosiolinguistik juga merupakan cabang linguistik yang merupakan

interdisiplinerantara linguistik dan ilmu sosiologi.Dalam sosiolinguistik yang dikaji adalah

hubungan bahasa dengan faktor sosial dalam suatu masyarakat tutur (Chaer dan Leoni Agusti,

Universitas Sumatera Utara


1995:4).Sosiolinguistik memandang sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi serta

merupakan bagian kemasyarakatan dan kebudayaan tertentu (Suwito, 1982:2). Suwito juga

menjelaskan bahwa variasi bahasa yang terdapat dalam pemakaian bahasa itu timbul karena

kebutuhan penutur akan adanya komukasi yang sesuai dengan konteks sosial.

2.2.2. Kata Sapaan

Bahasa tutur sapa merupakan bahasa sehari-sehari dalam bertegur sapa. Bahasa ini

cederung bersifat komunikatif dan digunakan oleh orang-orang yang saling mengenal atau

berasal dari kelompok tutur yang sama. Kata sapaan dalam penggunaannya, dapat mencerminkan

tingkat kesopanan berbahasa tutur atau lisan dari berbagai peristiwa tutur, misalnya dalam

menyapa, menegur, atau memanggil lawan tutur. Seseorang yang tidak tepat memakai kata

sapaan untuk menyapa orang lain, terutama menyapa orang yang lebih tua maka orang tersebut

dianggap kurang beradat atau kurang sopan. Selain itu, kesalahan penggunaan kata sapaan dalam

pemakaiannya dapat mengarah terjadinya salah paham atau konflik antara penyapa dengan orang

yang disapa. Kata yang diucapkan merupakan kata yang berasal dari penyebut nama diri dan

nama kerabat. Nama diri dapat digunakan dalam bentuk utuh seperti Rani, Rendra, Tina.Selain

itu juga dapat digunakan bentuk singkatannya,Ni(bentuk singkat dari Rani), Ren (bentuk singkat

dari Rendra), Tin (bentuk singkat dari Tina). Begitu juga dengan sebutan kekerabatan, digunakan

bentuk lengkap dan bentuk singkatnya.Bentuk lengkap dari sebutan kekerabatan dapat berupa

Bapak, Ibu, Ayah, Kakek, dan Nenek.Bentuk singkat nama kekerabatan dapat berupa Pak (bentuk

singkatan dari Bapak), Bu (bentuk singkatan dari Ibu), Yah (bentuk singkatan dari Ayah), Kek

dan Nek (bentuk singkatan dari Kakek dan Nenek).Hanya saja yang harus diperhatikan tidak

Universitas Sumatera Utara


semua ungkapan kekerabatan itu ada singkatannya.Berikut adalah beberapa contoh kata yang

dapat digunakan sebagai kata sapaan.

1. Nama diri, seperti Ayu, Rendi.

2. Kata yang tergolong istilah kekerabatan, seperti Bapak, Ibu, Paman, Bibi, Adik, Kakak, atau

Abang.

3. Gelar kepangkatan, profesi atau jabatan, seperti Kapten, Profesor, Dokter, Ketua, Lurah, atau

Camat.

4. Kata nama, seperti Tuan, Nyonya, Nona, Bung, atau Sayang.

5. Kata nama pelaku, seperti Penonton, Peserta, Pendengar, atau Hadirin.

6. Kata ganti persona kedua Anda.

2.2.3. Bentuk dan Jenis Kata Sapaan

Menurut Koenjaraningrat (dalam Syafyahya, 2000:19) jenis kata sapaan sebagai berikut:

(1) sapaan kekerabatan, (2) sapaan nonkekerabatan.Sistem sapaan kekerabatan adalah suatu

ungkapan yang digunakan oleh para pelaku bahasa dalam suatu keperluan yang berupa menyapa,

yang memiliki pertalian darah ataupun karena perkawinan.Senada dengan pernyataan di atas

dalam Syafyahya mengatakan bahwa istilah-istilah kekerabatan dalam suatu bahasa timbul

karena keperluan untuk menyatakan kedudukan diri seseorang secara komunikatif dalam suatu

keluarga. Menurut Syafyahya, dkk (2000:12) kata sapaan nonkekerabatan dapat dikelompokkan

menjadi tiga:

1. Kata Sapaan Bidang Agama

Sapaan bidang agama ialah kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang yang

mendalami dan bekerja dibidang agama.Penggunaan sapaan ini bergantung pada pendalaman

Universitas Sumatera Utara


seseorang terhadap agama, khususnya agama Islam.Kata Sapaan untuk ulama

perempuan.Sapaan yang digunakan untuk menyapa ulama laki-laki pada masyarakat Riau yaitu

Maciak.Contoh tuturan:

A: Jan lupo karumah wak beko Macik.

‘Nanti jangan lupa ke rumah saya Macik’

B:Insyaallah

‘Insyaallah’

A:Jan lupo beko Pakcik ajari wak mangaji.

‘Nanti jangan lupa Pakcik ajari saya mengaji’

B:Iyo

‘Iya’

Tuturan di atas digunakan untuk menyapa ulama perempuan dan laki-laki pada masyarakat

Riau.Tempat berlangsungnya tuturan di atas adalah di pinggir jalan.

2. Kata Sapaan Bidang Adat

Sapaan bidang adat ialah kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang yang

memangku jabatan dalam adat. Penggunaan kata sapaan ini bergantung kepada jabatannya dalam

adat.Kata Sapaan untuk pemimpin suku.Untuk menyapa seseorang yang telah diangkat

menjadi pemimpin dalam kesatuan niniak mamak dalam satu nagari biasanya disapa dengan

urang tuo.pengangkatanurang tuo pada masyarakat Riau biasanya dilakukan dengan cara di

musyawarahkan oleh seluruh masyarakat. Setelah dapat kata mufakat baru dilakukan pemilihan

urang tuo.Contoh tuturan:

A: Bilo tibo Rang tuo.

Universitas Sumatera Utara


‘Kapan Orang tua datang’

B: Baru sabanta ko

‘Baru saja’

A: Dengan Sia Urang tuo datang.

‘Dengan siapa Orang tua datang’

B: Maik Ali

` ‘Muhammad Ali’

Kedua tuturan di atas menggunakan kata sapaan urang tuo untuk menyapa pemimpin

suku.Tempat berlangsung tuturan di atas adalah di warung dan di rumah penutur.

3. Kata Sapaan Umum

Sapaan umum ialah kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang lain. Kata sapaan

seperti ini digunakan hampir diseluruh Kecamatan Tampan. Penggunaan kata sapaan ini

bergantung pada usia, pekerjaan, dan status sosial.Kata Sapaan untuk kakak kandung laki-

laki dan perempuan, pada masyarakat Riau.Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa kakak

kandung laki-laki yaitu “anih, uniang, uda,angah, abang, akak”. Contoh tuturan:

A: Bilo Abang babaliak ka kampong.

‘Kapan Abang balik ke kampung’

B: Beko pagi

‘Nanti pagi’

A:Akak bilo nak masak ayam ko

‘Kapan Kakak mau masak ayam itu’

B:beko akak masak

Universitas Sumatera Utara


‘Nanti kakak masak’

2.3. Tinjauan Pustaka

Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan.

Ada beberapa buku yang dipakai dalam memahami dan mendukung penelitian ini antara lain

buku yang berjudul Sosiolinguistik perkenalan awal oleh Chaer dan Agustina (2010) dan juga

buku Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa oleh Harimurti kridalaksana (1985). Berkaitan dengan

judul skripsi ini maka yang akan dibahas yaitu alih kata sapaan.

Ada beberapa defenisi kata sapan yakni sebagai berikut :

Menurut Chaer (2000:107) kata sapaan adalah kata-kata yang digunakan untuk menyapa,

menegur atau menyebut orang kedua atau orang yang diajak bicara. Chaer (2000:109) juga

menyatakan bahwa kata sapaan terbagi atas dua macam yaitu kata sapaan nama diri dan kata

sapaan nama kekerabatan. Kata sapaan nama diri dapat digunakan terhadap orang yang sudah

akrab dan orang yang sebaya atau jauh lebih muda. Kata sapaan kekerabatan digunakan dengan

aturan tertentu seperti kata sapaan yang digunakan kepada 1) orang tua laki-laki, 2) orang tua

perempuan, 3) saudara yang lebih tua baik itu saudara perempuan maupun saudara laki-laki, dan

4) saudara yang lebih muda baik itu saudara perempuan maupun saudara yang laki-laki.

Penelitian yang berkaitan dengan kata sapaan pernah dilakukan oleh Reni Friskilia

Sihombing (2016) dalam skripsinya dengan judul “Kata Sapaan Bahasa Batak Toba di Unit 5

Desa Panca Bakti dan Bakti Mulya Kecamatan Sungai Bahar” yang menjelaskan tentang

pemakaian kata sapaan dalam Bahasa Batak Toba di Desa Panca Bakti dan Bakti Mulya

Kecamatan Sungai Bahar ini, dikaitkan dengan adat dan kebiasaan yang berlaku dalam

masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode agih dalam menganalisis data. Dari hasil

penelitiannya, Reni Friskilia Sihombing menyimpulkan kata sapaan adalah cara atau sistem yang

Universitas Sumatera Utara


mempertautkan seperangkat kata atau ungkapan yang dipakai untuk menyebut atau memanggil

pelaku dalam suatu peristiwa bahasa.

Misnawati (2015) dalam tesisnya yang berjudul “Kata Sapaan Pada Masyarakat Ujuang

Batuang”, Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa

penelitian ini mengkaji tentang jenis-jenis kata sapaan yang ada pada masyarakat Ujuang

Batuang dan bagaimana penggunaan kata sapaan tersebut oleh masyarakat Ujuang Batuang.

Dilihat berdasarkan tiga golongan sapaan yang digunakan masyarakat Ujuang Batuang, yaitu:

(1) sapaan umum, (2) sapaan adat, dan (3) sapaan agama.

Damayanti Hasnah Faizah, AR Mangatur Sinaga (2013) dalam tesisnya yang berjudul

“sistem sapaan bahasa Melayu Riau dialek Kubu Kabupaen Rokan Hilir” Berdasarkan

penelitian yang telah penulis lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa sapaan kekerabatan adalah

sapaaan yang digunakan oleh mayarakat Kubu untuk menyapa orang Kubu yang mempunyai

hubungan keluarga baik dikarenakan pertalian darah maupun perkawinan. Sapaan tersebut dapat

bersifat vertikal dan horizontal.Sapaan yang bersifat vertikal yaitu orang tua kakek/nenek,

kakek/nenek, adik dan abang kakek /nenek, ayah/ibu, adik dan abang orang tua atau paman dan

bibi, mertua, anak, cucu, cicik, buyut/piyut, lembuyut, onta-onta, oneng-oneng.Sapaan yang

bersifat horizontal yaitu saudara sekandung, sepupu, istri, suami, dan ipar.Sapaan

nonkekerabatan adalah sapaan yang digunakan kepada orang yang tidak memiliki hubungan

darah dengan penyapa.

Nika Sari, Ermanto, dan M. Ismail Nst (2013) dengan judul “Sistem Kata Sapaan

Kekerabatan Dalam Bahasa Melayu Di Kepenghuluan Bangko Kiri Kecamatan Bangko Pusako

Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau” dimuat dalam Skripsinya. Berdasarkan hasil penelitian

bentuk kata sapaan berdasarkan keturunan patrilineal di Kepenghuluan Bangko Pusako

Universitas Sumatera Utara


Kecamatan Bangko Kiri Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau adalah Ayah, Abah, Apak, Atuk,

Ata, Unyang, Ino, Andung, Atuk, Ata, Ibu,Uwak, Pak Cik, Om, panggil nama, Andak,

Sulung,Udo,Utih, dan Kakak. Selanjutnya, kata sapaan dalam kekerabatan berdasarkan garis

perkawinandi Bangko Kiri adalah Ibu, Umak, Mamak, Ino, Andung, Atuk, Ata, Pak Cik, Uwak,

Om, Mak Cik, Incik, Apak, panggil nama, Abang, Andak, Ongah, Alang, Ucu, Ocik, Utih, Udo,

dan Ulung.Namun, bentuk kata sapaan tersebut pemakaiannya digunakan terhadap ego yang

berbeda dalam kerabat berdasarkan perkawinan atau kerabat berdasarkan keturunan.

Wenni Rusbiyantoro (2011) dalam Jurnal Parole, Vol. 2 No 1 Tahun 2011 yang berjudul

“Penggunaan Kata Sapaan Dalam Bahasa Melayu Kutai” pada tahap analisis data digunakan

metode padan. Pada penelitian ini hasil analisi data tentang sistem sapaan dalam Bahasa Melayu

Kutai disajikan secara informal, yaitu berupa kata-kata atau unsure biasa tanpa lambing-lambang

formal yang bersifat teknis.Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan dapat ditarik

kesimpulan bahwa masyarakat Kutai ketika menyapa dengan mitra tuturnya mempunyai aturan

tersendiri. Hal yang harus di perhatikan penutur kitaka menyapa adalah usia, status, hubungan

kekerabatan, dan kedekatan dengan mitra tutur. Dalam bahasa Melayu Kutai terdapat sejumlah

kata sapaan, yaitu sapaan yang berkaitan dengan kekerabatan, pronominal persona, nama diri,

dan gelar bangsawan.

Penelitian ini menjelaskan bentuk kata sapaan dan mendeskripsikan sistem sapaan yang

digunakan dalam masyarakat Melayu Riau.Hasil penelitian kata sapaan sebelumnya dapat

menjadi informasi bagi peneliti saat ini dalam meneliti kata sapaan pada masyarakat Melayu

Riau.

Universitas Sumatera Utara


2.4. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan kata sapaan pada masyarakat Melayu Riau adalah

penelitian Misnawati tentang Kata Sapaan Pada Masyarakat Ujuang Batuang.Berdasarkan hasil

penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh Misnawati,menjelaskan jenis kata sapaan

yang digunakan masyarakat Ujuang Batuang dan bagaimana kata sapaan itu digunakan oleh

masyarakat Ujuang Batuang.

Bentuk kata sapaan dalam penelitiannya meliputi tiga golongan kata sapaan yang

digunakan masyarakat Ujuang Batuang, yaitu : (1) kata sapaan umum, (2) kata sapaan adat, dan

(3) kata sapaan agama. Selanjutnya bagaimana kata sapaan itu digunakan oleh masyarakat

Ujuang Batuang.

Persamaan antara penelitian yang dilakukan adalah sama-sama mengkaji kata sapaan

dalam penelitiannya. Sementara perbedaannya adalah dalam penelitian yang dilakukan oleh

Misnawati hanya membahas mengenai jenis kata sapaan yang digunakan masyarakat Ujuang

Batuang,

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Pekan Baru Kecamatan Tampan Riau. Tampan adalah

sebuah kecamatan di kota Pekan Baru provinsi Riau, Indonesia. Tampan merupakan kecamatan

terluas dan memiliki penduduk terbanyak di kota Pekan Baru dengan jumlah penduduk 175.634

jiwa memiliki luasa wilayah 4.872 km2. Kecamatan Tampan kota Pekan Baru terdiri dari 4

kelurahan. Di kecamatan Tampan kota Pekan Baru juga tersedia sarana dan prasarana sosial

sebagai penunjang kegiatan yang dilakukan masyarakat.

3.1.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama sebulan setelah proposal disetujui.

3.2. Data dan Sumber Data

3.2.1 Data

Penelitian ini menggunakan data lisan.Data lisan berupa tuturan yang dituturkan oleh

penutur asli bahasa Melayu Riau yang bermukim di Kecamatan Tampan Kabupaten Pekan

Baru.Penuturan bahasa Melayu Riau di Kecamatan Tampan masih tergolong murni. Yang

memiliki sistem pemerintahan seperti desa-desa lain, hal ini mengindikasikan bahwa ada

kebudayaan tentang sapaan dalam berbahasa dan budaya tersebut sampai sekarang masih

dipertahankan. Dari lokasi penelitian inilah peneliti akan memperoleh data untuk bahan

Universitas Sumatera Utara


pengkajian variasi bentuk dan fungsi dalam sapaan bahasa Melayu Riau. Data yang akan

digunakan dalam pengkajian variasai bentuk dan fungsi dalam sapaan bahasa Melayu ini adalah

data lisan dan data verifikasi. Data verifikasi maksudnya adalah berupa data tuturan-tuturan

bahasa Melayu yang dibuat oleh peneliti sesuai dengan kriteria variasi bentuk dan fungsi dalam

sapaan bahasa Melayu atau tidak, kemudian diverifikasikan kepada informan (penutur asli) untuk

menentukan keabsahannya.

3.2.2 Sumber Data

Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu narasumber (Informan).

Narasumber dalam hal ini yaitu orang yang bisa memberikan informasi lisan tentang sesuatu

yang ingin kita ketahui. Seorang informan bisa saja menyembunyikan informasi penting yang

dimiliki oleh karena itu peneliti harus pandai-pandai menggali data dengan cara membangun

kepercayaan, keakraban dan kerjasama dengan subjek yang diteliti di samping tetap kritis dan

analitis. Peneliti harus mengenal lebih mendalam informannya, dan memilih informan yang

benar-benar bisa diharapkan memberikan informasi yang akurat.Data atau informasi juga dapat

diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau aktifitas yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian. Dari peristiwa atau aktivitas ini, peneliti bisa mengetahui proses

bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung.

Informasi kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan bisa digali lewat sumber

lokasinya, baik merupakan tempat maupun linkungannya.Dari pemahaman lokasi dan

lingkungan, peneliti bisa secara cermat mengkaji dan secara kritis menarik kemungkinan

Universitas Sumatera Utara


simpulan.Data lisan diperoleh dari penutur asli bahasa Melayu Riau yang berdasarkan kriteria

berikut ini.

1. Berjenis kelamin pria atau wanita.

2. Berusia 25-56 tahun( tidak pikun ).

3. Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak

pernah meninggalkan desanya.

4. Berstatus sosial menengah.

5. Memiliki kebanggaan terhadap isoleknya.

6. Sehat jasmani dan rohani ( Mahsun, 1995:106). Informan dalam penelitian ini berjumlah lima

orang, tiga perempuan dan dua laki-laki.

3.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

dan simak.Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa, dokumen,

arsip dan benda-benda lain. Sumber data pokok adalah tuturan, buku-buku tentang kata sapaan

dan metode dalam penelitian bahasa.Metode simak dapat disejajarkan dengan metode

pengamatan atau observasi (Sudaryanto, 2015:203).Metode simak memiliki teknik dasar yang di

sebut teknik sadap.Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan teknik sadap

sebagai teknik dasar karena penyimakan diwujudkan dengan penyadapan penggunaan bahasa

seseorang atau beberapa orang yang menjadi informan atau objek penelitian.Metode simak, yaitu

menyimak pembicaraan penutur dengan lawan tuturnya. Teknik dasar yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik sadap dengan cara menyadap tuturan. Teknik lanjutan yaitu teknik

Universitas Sumatera Utara


simak libat cakap (SLC) dan teknik simak bebas libat cakap (SBLC), dalam teknik ini peneliti

ikut aktif dalam peristiwa tuturan tersebut.Selanjutnya, peneliti melakukan pencatatan terhadap

tuturan tersebut.

Teknik catat dan rekam merupakan teknik lanjutan dalam metode simak.Disamping

melakukan penyimakan, penulis juga melakukan pencatatan.Pencatatan dilakukan langsung saat

peneliti menyimak percakapan yang terjadi di Kecamatan Tampan Kota Pekan Baru.

3.4. Metode dan Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini adalah metode padan

dan metode agih.Metode padan yaitu memadamkan kata sapaan dengan alat penentunya. Metode

padan yang digunakan terdiri dari dua bentuk yaitu metode padan translasional, metode ini

digunakan karena kata sapaan yang diteliti bukan saja dalam bahasa indonesia, tetapi juga bahasa

daerah, dan bahasa gaul. Metode padan translasional digunakan untuk memadankan bahasa

daerah, bahasa gaul tersebut ke dalam bahasa Indonesia (Sudaryanto, 2015:16).

Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya adalah bagian dari bahasa

itu sendiri (Sudaryanto, 2015:18).Metode agih dalam penelitian ini menggunkan teknik dasar

BUL (Bebas Unsur Langsung).Teknik ini digunakan untuk membagi satuan lingual data,

menjadi unsur-unsur yang bersangkutan dengan membentuk satuan lingual.

Berikut ini contoh bentuk sapaan dan sistem sapaan dalam bentuk nonkekerabatan pada

masyarakat Melayu Riau Kota Pekan Baru Kecamatan Tampan yang dianalisis dengan metode

agih dan padan.

1. Bentuk dan Pemakaian Kata Sapaan Kekerabatan Berdasarkan Garis Keturunan

Universitas Sumatera Utara


Kata sapaan kekerabatan berdasarkan keturunan merupakan kata sapaan yang digunakan

untuk menyapa orang yang mempunyai hubungan darah.Bentuk kata sapaan kekerabatan

berdasarkan keturunan dalam bahasa Melayu Riau penggunaannya ditentukan oleh keturunan

patrilineal atau menurut garis keturunan ayah.Berdasarkan hasil penelitian kata sapaan menurut

ayah ditemukan delapan belas kata sapaan. Adapun kata sapaan tersebut adalah Ayah, Abah,

Apak, Atuk, Ata, Unyang, Ino, Andung, Ibu,Uwak, Pak Cik, panggil nama, Andak, Sulung,

Udo,Utih, Kakak, dan Om. Namun, bentuk kata sapaan tersebut pemakaiannya digunakan

terhadap ego yang berbeda dalam kerabat berdasarkan keturunan seperti penjelasan berikut.

Bentuk kata sapaan Ayah, Abah,danApak pemakaiannya digunakan untuk menyapa ayah

kandung. Bentuk kata sapaan Atuk dan Ata pemakainnya digunakan untuk menyapa kakak dan

adik laki-laki dari kakek.Bentuk kata sapaan Unyang pemakaiannya digunakan untuk menyapa

ayah dari kakek.Bentuk kata sapaan Ino dan Andung pemakaiannya digunakan untuk menyapa

kakak dan adik perempuan kakek.Bentuk kata sapaan Ibu pemakaiannya digunakan untuk

menyapa kakak dan adik perempuan dari ayah.Bentuk kata sapaan Uwak, Pak cik pemakaiannya

digunakan untuk menyapa kakak dan adik laki-laki dari ayah.Bentuk kata sapaan Andak dan

Sulung pemakaiannya digunakan untuk menyapa kakak laki-laki.Bentuk kata sapaan Udo, Utih,

dan Kakak pemakaiannya digunakan untuk menyapa kakak perempua. Bentuk kata sapaan

Panggil namapemakaiannya digunakan untuk menyapa adik laki-laki, adik perempuan, anak,

dan cucu. Pemakaian kata sapaan dengan menyebut nama di gunakan untuk menyapa orang yang

lebih kecil umurnya.

Dari data yang telah dikumpulkan kata sapaan yang terdapat pada Masyarakat Riau

kecamatan Tampan terdapat tiga golongan sistem kata sapaan nonkekerabatan yang digunakan

yaitu: sapaan umum, adat, dan agama.

Universitas Sumatera Utara


1. Sapaan Umum

Kata Sapaan untuk kakak kandung laki-laki, pada masyarakat Riau kecamatan

Tampan.Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa kakak kandung laki-laki yaitu “anih,

uniang, uda,angah, abang, enek, andah, aa’, aciak dan uncu”. Contoh tuturan:

A: Bilo Abang babaliak ka kampong.

‘Kapan Abang balik ke kampong’

B: Beko pagi

‘Nanti pagi’

2. Kata Sapaan Adat

Kata Sapaan untuk pemimpin suku.Untuk menyapa seseorang yang telah diangkat

menjadi pemimpin dalam kesatuan niniak mamak dalam satu nagari biasanya disapa dengan

urang tuo.pengangkatanurang tuo pada masyarakat Riau biasanya dilakukan dengan cara di

musyawarahkan oleh seluruh masyarakat. Setelah dapat kata mufakat baru dilakukan pemilihan

urang tuo.Contoh tuturan:

A: Bilo tibo iko Rang tuo.

‘Kapan Orang tua itu datang’

B: Baru sabanta ko

‘Baru saja’

A: Dengan sia Urang tuo datang.

‘Dengan siapa Orang tua datang

B: Maik Ali

‘Muhammad Ali’

Universitas Sumatera Utara


Kedua tuturan di atas menggunakan kata sapaan urang tuo untuk menyapa pemimpin

suku.Tempat berlangsung tuturan di atas adalah di warung dan di rumah penutur.

3. Kata Sapaan Agama

Kata Sapaan untuk ulama perempuanMacik.Sapaan yang digunakan untuk menyapa

ulama laki-laki pada masyarakat Riau yaitu Pakciak.Contoh tuturan:

A: Jan lupo karumah wak beko Macik

‘Nanti jangan lupa ke rumah saya Macik’

B: Insyaallah

‘Insyaallah’

A: Jan lupo beko Pakcik ajari wak mangaji.

B: ‘Nanti jangan lupa Pakcik ajari saya mengaji’

A: Iyo

B: ‘Iya’

Tuturan di atas digunakan untuk menyapa ulama laki-laki pada masyarakat Riau.Tempat

berlangsungnya tuturan di atas adalah di pinggir jalan.

3.5. Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Untuk penyajian hasil data digunakan metode informal.Metode informal adalah

perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, walaupun dengan terminologi yang teknis

sifatnya (Sudaryanto, 2015:241).Dengan demikian, sajian hasil analisis data dalam penelitian ini

tidak memanfaatkan berbagai lambang, tanda, singkatan, seperti yang biasa digunakan dalam

Universitas Sumatera Utara


metode penyajian hasil analisis data secara formal.Metode sajian informal digunakan dalam

menuangkan hasil analisis pada tulisan ini karena pada dasarnya penelitian ini tidak memerlukan

notasi formal.Metode ini dimaksudkan agar dapat mempermudah pemahaman terhadap setiap

hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Bentuk Kata Sapaan

Hasil penelitian yang dikemukakan dalam bab ini yaitu bentuk kata sapaan dan sistem

sapaan yang digunakan dalam Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan

berdasarkan hubungan nonkekerabatan.

Bentuk kata sapaan dalam Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan

ada dua yaitu sapaan kekerabatan dan nonkekerabatan. Pemakaian sapaan berdasarkan hubungan

kekerabatan dan nonkekerabatanbeberapa di antaranya hampir sama dengan sapaan kekerabatan

dalam bahasa Indonesia 1) Bentuk sapaan kepada orang tua laki-laki dan perempuan, 2)Bentuk

sapaan kepada anak laki-laki dan perempuan, 3) Bentuk sapaan kepada kakak laki-laki dan

perempuan, 4) Bentuk sapaan kepada adik laki-laki dan perempuan, 5) Bentuk sapaan kepada

kakek dan nenek, 6) Bentuk sapaan kepada kakek buyut dan nenek buyut, 7) Bentuk sapaan

kepada kakak ayah atau ibu yang laki-laki dan perempuan, 8) Bentuk sapaan kepada adik ayah

atau ibu yang laki-laki dan perempuan9) Kata sapaan bidang agama 10) Kata sapaan dalam

bidang adat 11) Kata sapaan umum.

4.1.1. Bentuk Sapaan kepada Orang Tua Laki-laki dan Perempuan

Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan

kekerabatan Apakuntuk menyapa orang tua laki-laki dalam Indonesia yang berartiAyah,

sedangkan Amak untuk menyapa orang tua perempuan dalam bahasa Indonesia yang berarti Ibu.

Universitas Sumatera Utara


Sapaan Apak dan Amaklebih banyak digunakan mayoritas MasyarakatMelayu Riau kota Pekan

Baru kecamatan Tampan untuk menyapa kedua orang tuanya, seperti contoh data berikut,

1 A: Apak kamano jo dai tadi?

‘ Kemana saja Ayah dari tadi?’

B: Boli pupuk kawarung

‘Beli pupuk ke warung’

A: Lamo nyo Apak pai kawarung ko

‘Ayahlama sekali pergi ke warung itu’

B: Iyo, Apak bacakap-cakap di warung ko.

‘Iya, Ayah berbincang-bincang di warung itu’

2 A: Lah makan Amak kue iko?

‘Sudah Ibu makan kue itu?’

B: Lah makan tadi.

‘Sudah makan tadi’

A: Amak mua kito pai ke pasar.

‘Ayo kita pergi ke pasar Bu’

B: Mua la

‘Ayolah’

Universitas Sumatera Utara


Data (1 dan 2) di atas menggunakan sapaan Amak dan Apakyang digunakan untuk

menyapa orang tua laki-laki dan perempuan.Data (1dan 2) di atas terjadi di rumah.Tujuan dari

tuturan (1) adalah untuk menanyakan sesuatu kepada Ayah.Sedangkan tuturan (2) bermaksud

mengingatkan Ibunya makan.

4.1.2. Bentuk Sapaan kepada Anak Laki-laki dan Perempuan

Nak laki dan Nak perempuan dalam sapaan Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan

Tampan digunakan sebagai bentuk sapaan kepada anak laki-laki dan perempuan. Mayoritas

Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan lebih sering menggunakan sapaan

kekerabatan dengan menyebutkan Nama Diri sebagai bentuk sapaan kepada anak laki-laki dan

perempuan, seperti contoh data berikut,

3 A: Nak Ari singgahlah karumah

‘Ari singgahlah ke rumah’

B: Beko Ari karumah kalau indak lupo yo.

‘Ya, nanti Ari ke rumah kalau tidak lupa’

4 A: Lah dai tadi nak Rini datang?

‘Sudah dari tadi Rini datang?’

B: IndakRini baru ajo datang.

‘Tidak, baru saja Rini datang’

Universitas Sumatera Utara


Data (3 dan 4) di atas menggunakan sapaan Nama Diri yang digunakan untuk menyapa

anak laki-laki dan perempuan. Data (3 dan 4) di atas terjadi jalan dan di rumah. Tujuan dari

tuturan (3) adalah untuk memberi tawaran kepada seorang anak laki-laki.Sedangkan tuturan (4)

adalah menanyakan keadaan kepada seorang anak perempuan.

4.1.3 Bentuk Sapaan kepada Kakak Laki-laki dan Perempuan

Sapaan kekerabatan Abanguntuk menyapa kakak laki-laki, sedangkan Akak untuk

menyapa kakak perempuan dalam bahasa Indonesia yang berarti kakak anak tertua ayah dan ibu.

Sapaan Abang dan Akak lebih banyak digunakan mayoritas MasyarakatMelayu Riau kota Pekan

Baru kecamatan Tampan untuk menyapa kakak laki-laki dan perempuan, seperti contoh data

berikut,

5 A: Bilo Abang sampedi sini?

‘Kapan Kakak sampai di sini?’

B: Beko malam Abangsampe.

‘Kakak nanti malam sampai’

6 A: Akak abeak ndak pai kapakan?

‘Mengapa Kakak tidak pergi ke pekan?’

B: Akak ndak pai karano ndak do piti.

‘Kakak tidak pergi karena tidak ada uang’

Universitas Sumatera Utara


Data (5 dan 6) di atas menggunakan sapaan Abang dan Akakyang digunakan untuk

menyapa kakak laki-laki dan perempuan. Data (5dan 6) di atas terjadi di telefon dan di

rumah.Tujuan dari tuturan (5) adalah untuk menanyakan sesuatu kepada kakak laki-

laki.Sedangkan tuturan (6) bermaksud mengingatkan kakak perempuannya ke pekan.

4.1.4 Bentuk Sapaan kepada Adik Laki-laki dan Perempuan

Sapaan kekerabatan Adiak laki-lakiuntuk menyapa adik laki-laki, sedangkan Adiak

perempuan untuk menyapa adik perempuan dalam bahasa Indonesia yang berarti Anak termuda

Ayah dan Ibu. SapaanAdiak lebih banyak digunakan mayoritas MasyarakatMelayu Riau kota

Pekan Baru kecamatan Tampan untuk menyapa adik laki-laki dan perempuan, seperti contoh

data berikut,

7 A: Adiak ndak paham dengan pelajaran ko.

‘Adik tidak mengerti dengan pelajaran itu’.

B: Pantaslah manangi jo dai tadi Adiak.

‘Pantaslah Adik menangis saja dari tadi’.

8 A: Makanlah kue ko Adiak.

‘Makanlah kue itu Adik’.

B: Ya, beko Adiak makan kue ko.

‘Ya, nanti Adik makan kue itu’.

Universitas Sumatera Utara


Data (7 dan 8) di atas menggunakan sapaan Adiak yang digunakan untuk menyapa adik

laki-laki dan perempuan. Data (7 dan 8) di atas terjadi di rumah. Tujuan dari tuturan (7) adalah

untuk memberi tahu sesuatu bahwa adik tidak mengerti.Sedangkan tuturan (8) bermaksud

mengingatkan adik untuk makan.

4.1.5 Bentuk Sapaan kepada Kakek dan Nenek

Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan

kekerabatan Atuk dalam Indonesia yang berartiKakek, sedangkan Ninik dalam bahasa Indonesia

yang berarti Nenek. Sapaan Atuk dan Niniklebih banyak digunakan mayoritas

MasyarakatMelayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan untuk menyapa orang tua dari

Ayah dan Ibu, seperti contoh data berikut,

9 A:Lah lamo penyakik batokAtuk ndak membaik?.

‘Sudah lama penyakit batuk Kakektidak membaik?.

B: Lah lamo juga.

‘Sudah lama juga’

A: Beko siangAtuk baru di bao karumah sakit.

‘Nanti siangKakek baru dibawa ke rumah sakit’

10 A: Ahirnyo Ninik sampe juo di rumah.

‘Akhirnya sampai jugaNenek di rumah’.

Universitas Sumatera Utara


B: Alhamdulilah tibo jua di rumah.

‘Alhamdulilah tiba juga di rumah’.

Data (9 dan 10) di atas menggunakan sapaan Atuk dan Ninik yang digunakan untuk

menyapa kakek dan nenek. Data (9 dan 10) di atas terjadi di rumah. Tujuan dari tuturan (7)

adalah untuk memberi tahukan sesuatu yang terjadi kepada kakek.Sedangkan tuturan (8) merasa

bersyukur nenek sampai tujuan.

4.1.6 Bentuk Sapaan kepada Kakek Buyut dan Nenek Buyut

Sapaan kekerabatanKakek Buyut dan Nenek Buyut dalammayoritas MasyarakatMelayu

Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan di sebut dengan sapaan Unyangdalam bahasa

Indonesia yang berarti uyut. SapaanUnyanglebih banyak digunakan mayoritas

MasyarakatMelayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan untuk menyapa baik uyut laki-laki

maupanuyut perempuan, seperti contoh data berikut,

11 A: Unyang, di mano kunci motor latakan?

‘Dimana kunci motor Uyut letakan?’

B: Caliak di ateh lemari.

‘Lihat di atas lemari’

12 A: Unyang,minta pitih limaribu jo.

‘Uyut minta uang lima ribu saja’

Universitas Sumatera Utara


B: Ambiak dalam saku sarawah Unyang.

‘Ambil dalam saku rok Uyut’

Data (11 dan 12) di atas menggunakan sapaan Unyang yang digunakan untuk menyapa

kakek uyut laki-laki dan nenek uyut perempuan dari. Data (11 dan 12) di atas terjadi di rumah.

Tujuan dari tuturan (11) adalah untuk menanyakan sesuatu kepada kakek uyut laki-

laki.Sedangkan tuturan (12) meminta uang kepada nenek uyut perempuan.

4.1.7 Bentuk Sapaan kepada Kakak Ayah/Ibu yang Laki-laki dan Perempuan

Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan

kekerabatan Pakcikuntuk menyapa kakak laki-laki Ayah/Ibu dalam Indonesia, sedangkan

Makcik untuk menyapa kakak perempuan Ayah/Ibu dalam bahasa Indonesia. Sapaan Pakcik dan

Makcik lebih banyak digunakan mayoritas MasyarakatMelayu Riau kota Pekan Baru kecamatan

Tampan untuk menyapa kakak dari Ayah/Ibu, seperti contoh data berikut,

13 A: Bilo Pakcik datang karumah kami?

‘Pakcik kapan datang ke rumah kami?’

B: Beko Pakcik bilo kabari datangnyo.

‘Nanti Pakcik kabari kapan datangnya’

14 A: Makcik, banyak balanjoan yang Makcik bao ko.

‘Makcik, banyak sekali belanjaan yang Makcik bawa itu’

Universitas Sumatera Utara


B: Iyo untuak ka perluan stok sabulan.

‘lya untuk stok keperluan satu bulan’

Data (13 dan 14) di atas menggunakan sapaan Makcik dan Pakcik yang digunakan untuk

menyapa kakak laki-laki dan perempuan dari Ayah/Ibu. Data (13 dan 14) di atas terjadi di rumah

dan di jalan. Tujuan dari tuturan (13) adalah untuk menanyakan sesuatu ke pada kakak laki-laki

Ayah/Ibu.Sedangkan tuturan (14) bertegur sapa sambil basa-basi di jalan ke pada kakak

perempuan Ayah /Ibu.

4.1.8 Bentuk Sapaan kepada Adik Ayah/Ibu yang Laki-laki dan Perempuan

Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan

kekerabatan Omuntuk menyapa adik laki-laki Ayah/Ibu dalam Indonesia yang berartiPaman,

sedangkan Etekuntuk menyapa adik perempuan Ayah/Ibu dalam bahasa Indonesia yang berarti

Bibi. Sapaan Om dan Ibu lebih banyak digunakan mayoritas masyarakatmelayu Riau kota Pekan

Baru kecamatan Tampan untuk menyapa adik laki-laki dan perempuan Ayah/Ibu, seperti contoh

data berikut,

15 A: Om, ayo kita pai kakebun binatang

‘Pamanayo kita pergi ke kebun binatang’

B: Ayolah pai kita kakabun binatang.

‘Marilah kita pergi ke kebun binatang’

Universitas Sumatera Utara


16 A: Jadi Etekbali bahan untuak buek bolu?

‘Jadi Bibibeli bahan untuk buat bolu?’

B: Indak, malas mambuek nyo bali jadi jo

‘Tidak, males membuatnya beli jadi saja’

Data (15 dan 16) di atas menggunakan sapaan Om dan Etekyang digunakan untuk

menyapa adik laki-laki dan perempuan dari Ayah/Ibu. Data (15 dan 16) di atas terjadi di rumah

dan di pasar. Tujuan dari tuturan (15) adalah untuk mengajak kesuatu tempat kepada adik laki-

laki Ayah/Ibu.Sedangkan tuturan (16) menanyakan sesuatu yang ingin di beli sambil berjalan di

pasar kepada adik perempuan Ayah /Ibu.

4.1.9 Bentuk Sapaan Nonkekerabatan dalam Bidang Agama

Syafyahya (2000:12), mengatakan bahwa kata sapaan keagamaan adalah kata sapaan

yang digunakan untuk menyapa orang yang mendalami dan bekerja di dalam agama”.

Penggunan sapaan ini bergantung pada pendalaman seorang terhadap agama, khususnya agama

islam karena mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Masyarakat melayu Riau kota Pekan

Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan Ustadz, Mudim, Hajih dalam bahasa indonesi

digunakan untuk menyapa ulama laki-laki, sedangkan Hajah dalam bahasa indonesiauntuk

menyapa ulama perempuan. Sapaan Ustadz, Mudim, Hajih dan Hajahlebih banyak digunakan

mayoritas masyarakatmelayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan untuk menyapa

ulamalaki-laki dan perempuan, seperti contoh data berikut,

Universitas Sumatera Utara


17 A: Pak Ustadz bilo sampai?

‘Pak Ustadz kapan sampai di sini?’

B: Lah dai tadi

‘sudah dari tadi’

18 A: Rajin banah Pak Mudim membersihkan masjid ko

‘Pak Mudim rajin sekali membersihkan mesjid ini’

B: Lah kawajiban membersihkan masjid ni

‘Sudah kewajiban membersihkan mesjid ini’

19 A: Bao pulang dai mano Pak Haji

‘Pak Haji baru pulang dari mana’

B: Bao pulang dai mokah

‘Baru pulang dari mekkah’

20 A: Selamat mencuba bolu awak Bu Hajah

‘Selamat mencicipi bolu saya Bu Hajah’

B: Terimakasih

‘Terimakasih’

Data (17,18,19 dan 20) di atas menggunakan sapaan Ustadz, Mudim, Hajih dan

Hajahyang digunakan untuk menyapa ulama laki-laki dan perempuan. Data (17 dan 18) di atas

terjadi di mesjid dan data (19 dan 20) di rumah dan toko kue. Tujuan dari tuturan (17)) adalah

untuk bertanya kepada ulama yaitu pak Ustadz.Tuturan (18) bertegur sapa sambil basa-basi di

mesjid kepada ulama laki-laki seorang Mudim.Tuturan (19) menanyakan dari mana saja kepada

ulama laki-laki yaitu seorang Haja.Sedangkan tuturan (20) mempersilahkan hidangan untuk

dimakan oleh ulama perempuan yaitu seorang Haja.

Universitas Sumatera Utara


4.1.10 Bentuk Sapaan Nonkekerabatan dalam Bidang Adat

Sapaan bidang adat ialah kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang yang

memangku jabatan dalam adat. Penggunaan kata sapaan ini bergantung kepada jabatannya dalam

adat. Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan

kekerabatan untuk menyapa seseorang yang telah diangkat menjadi pemimpin dan kepala suku

dalam kesatuan biasanya disapa dengan Urang Tuo dan pembantu penghulu dalam bidang

pemerintahan biasanya menggunakan sapaan Kepalo Penghulu ( nama diri)seperti contoh data

berikut,

21 A: Sia Urang Tuo yang memimpin pernikahan ko?

‘Siapa Kepala Suku yang memimpin pernikahan itu?’

B: Sia ndak tau

‘Tidak tahu siapa’

22 A: Lah datang Kepalo Penghulu Rudi tadi karumah da?

‘Sudah ada Penghulu Rudi tadi ke rumah?’

B: Ndak do dai tadi karumah Kepalo Penghulu Rudi

‘Belum ada Penghulu Rudi ke rumah dari tadi’

Data (21 dan 22) di atas menggunakan sapaan Urang Tuo dan Kepalo Penghulu (nama

dari)yang digunakan untuk menyapa kepala suku dan pembantu penghulu dalam bidang

pemerintahan. Data (21 dan 22) di atas terjadi di rumah. Tujuan dari tuturan (21) adalah untuk

menanyakan dan ingin mengetahui siapa pemimpin suku dalam pernikahan.Sedangkan tuturan

(22) menanyakan penghulu sudah kerumah atau belum.

Universitas Sumatera Utara


4.1.11. Bentuk Sapaan Nonkekerabatan dalam Bidang Umum

Sapaan umum ialah kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang lain. Kata sapaan

seperti ini digunakan hampir diseluruh Kecamatan Tampan. Penggunaan kata sapaan ini

bergantung pada usia, pekerjaan, dan status sosial. Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru

kecamatan Tampan menggunakan sapaan kekerabatan untuk menyapa seorang saudara kandung

biasanya disebut sebagai Sedao Kandung, sedangkan sapaan kekerabatan untuk menyapa

seseorang yang bekerja sebagai ke pala desa disebutdengan kepalo desa, seperti contoh data

berikut,

23 A: Beapo Besedao Kandung kalian samuanyo?

‘Berapa Bersaudara Kandung kalian semuanya?’

B: Kami semuo Besedao Kandung ado lima

‘Kami semua Bersaudara Kandung ada lima’

24 A: Kalimaro pakKepalo Desa ado datang karumah awak?

‘Kemarin pak Kepala Desa ada singgsh ke rumah?”

B: Kalimaro ado

‘Ada kemarin’

Data (23 dan 24) di atas menggunakan sapaan Seodao Kandung dan Kepalo Desa yang

digunakan untuk menyapa saudara kandung dan pekerjaan seseorang ( status sosial). Data (23

dan 24) di atas terjadi di kantor. Tujuan dari tuturan (23) adalah sebagai interfiuuntuk

Universitas Sumatera Utara


menanyakan biodata keluarga. Sedangkan tuturan (24) menanyakan kepada kepala desa ada

singgah kerumah

4.2 Sistem Sapaan Masyarakat Melayu Riau Berdasarkan Hubungan Nonkekerabatan

Kata sistem diartikan sebagai prangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan

sehingga membentuk suatu totalitas.Sementara sapaan artinya kata atau frasa untuk saling

merujuk dalam pembicara dan yang berbeda-beda menurut sifat hubungan di antara pembicara.

Jika demikian maka sistem sapaan dapat diartikan sebagai tata cara menyapa yang berhubungan

dengan pamakaian bentuk sapaan di dalam berkomunikasi sesuai dengan pemakai bahasa pada

suatu tutur sapa.

Sistem sapaan nonkekerabatan merupakan suatu ungkapan yang digunakan para pelaku

bahasa dalam suatu keperluan yang berupa menyapa yang tidak memiliki pertalian darah ataupun

perkawinan. Dalam Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan sistem sapaan

nonkekerabatan terdiri atas:

1. Sapaan Berdasarkan Usia.

2. Sapaan Berdasarkan Panggilan Sayang.

3. Sapaan Berdasarkan Garis Keturunan.

4. Sapaan Berdasarkan Julukan.

5. Sapaan Berdasarkan Profesi/ Gelar.

6. Sapaan Berdasarkan Penggolongan Kata.

Universitas Sumatera Utara


4.2.1Sapaan Berdasarkan Usia

Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan berdasarkan

usia terbagi atas berapa, yaitu sebagai berikut:

4.2.1.1 Ninik/ Atuk ,Sapaan Ninik/Atuk digunakan untuk menyapa orang yang usianya sebaya

dengan nenek/kakek penyapa. Berikut contoh data,

25 A: Nandak ka mano Ninik?

‘Hendak ke mana Nenek?’

B: Balek karumah Ninik

‘Pulang ke rumah Nenek’

A: Hati-hati Ninik di jalan

‘Hati-hati di jalan Nenek

26 A: Nak tolong ambiakan Atuk makan

‘Nak tolong ambilkan Kakek makan’

B: Iya tuk

‘Iya Atuk’

A: Makasih ya nak

‘Terimakasih nak’

Universitas Sumatera Utara


Data (25 dan 26) di atas menggunakan sapaan Ninik (Nenek) dan Atuk (Kakek)yang

digunakan untuk menyapa berdasarkan usia. Data (25 dan 26) di atas terjadi di rumah dan di

jalan. Tuturan (25) adalah seseorangbertanya kepadaNenek. Sedangkan tuturan (26) Kakek

meminta makan kepada seseorang.

4.2.1.2 Om/Ibu

Sapaan Om/Ibu digunakan untuk menyapa orang yang usianya sebaya denganorang tua

penyapa.Berikut contoh data sapaan,

27 A: Baru bali mobil Om ya

‘Om baru beli mobil ya’

B: Indak mobil lamo nyo

‘Tidak mobil lamanya’

28 A: Ibu masak apo?

‘Ibu masak apa?’

B: Masak randang daging

‘Masak rendang daging’

Data (27 dan 28) di atas menggunakan sapaan Om dan Ibu yang digunakan untuk

menyapa berdasarkan usia. Data (27 dan 28) di atas terjadi di rumah. Tuturan (27) adalah

menanyakansebuah mobil baru. Sedangkan tuturan (28) menanyakan apa yang sedang dimasak

ibu.

Universitas Sumatera Utara


4.2.1.3 Abang/ Bang, Kakak/ Akak

Sapaan Abangdan Akak digunakan untuk menyapa orang yang usianya lebih tua dan

belum berkeluarga atau orang yang sebaya dengan Abang atau Kakak penyapa.Berikut contoh

data sapaan,

29 A:Bangdai mano jo?

‘Abang dari mana saja?

B: Dai sinin

‘Dari sana’

30A: Elok bana hatiAkakko

‘Baik benar hatiKakak ini’

B: Makasih

‘Terimakasih’

Data (29 dan 30) di atas menggunakan sapaan Bang (Abang) dan Akak (Kakak) yang

digunakan untuk menyapa berdasarkan usia. Data (29 dan 30) di atas terjadi di rumah dan di

jalan. Tuturan (29) adalah seseorang bertanya kepada abangnya dari mana saja. Sedangkan

tuturan (30) seseorang memuji kakak memiliki hati baik.

4.2.1.4 Nama Diri

Sapaan Nama Diri digunakan apabila penyapa sebaya usianya dengan

pesapa.Berikutcontoh data sapaan,

31 A: Risna nandak pai kamano?

‘Risna mau pergi ke mana?’

Universitas Sumatera Utara


B: Nandak pai ka kampung

‘Hendak pergi ke kampung’

32 A: Lah paham Riko dengan pelajaran ko?

‘Riko sudah mengerti dengan pelajaran ini?’

B: Riko lah paham pelejaran ko Rin

‘Riko sudah mengerti pelajaran ini Rin’

Data (31 dan 32) di atas menggunakan sapaan Risna (Nama Diri)) dan Riko (Nama Diri)

yang digunakan untuk menyapa berdasarkan usia. Data (31 dan 32) di atas terjadi di jalan dan di

sekolah. Tuturan (31) adalah seseorang bertanya kepada risna. Sedangkan tuturan (32) seorang

Rina menanyakan pada Riko mengerti dengan pelajaran yang diajarkan.

4.2.1.5 Budak

Sapaan Budak digunakan untuk menyapa orang yang usianya lebih muda dari pada

penyapa. Berikut contoh data sapaan,

(33) A: Lasak nyo Budak ko

‘Lasaknya Anak ini’

B:Budak ko sakik makanyo lasak

‘Anak itu sakit makanya lasak’

34 A: Mengapo rame sekali Budak-budak ko di lapangan voli ko

‘Mengapa ramai sekali Anak-anak di lapangan voli itu’

B:Yo Budak-budak ko sedang bertanding voli

‘Ya, Anak-anak itu sedang bertanding voli’

Data (33 dan 34) di atas menggunakan sapaan Budak yang digunakan untuk menyapa

berdasarkan usia. Data (33 dan 34) di atas terjadi di puskesmas dan di luar rumah. Tuturan (33)

Universitas Sumatera Utara


adalah seseorang terheran dan kesal terhadap budak yang lasak. Sedangkan tuturan (34)

seseorang terheran banyak budak berkumpul di lapangan.

4.2.1.6 Beliau

Sapaan Beliau digunakan untuk menyapa orang yang sudah akrab dengan

penyapa.Sapaan ini biasanya digunakan untuk orang yang lebih tua dari penyapa.Tetapi tidak

jarang sapaan ini juga digunakan kepada orang yang sebaya dengan penyapa. Berikut contoh

data sapaan,

35 A: Lah lamo Beliau kerja di kantor iko

‘Beliau sudah lama bekerja di kantor itu’

B: Lah lima tahun kerja di kantor ko

‘Sudah lima tahunbekerja di kantor itu’

36 A: Cubo Beliaujo yang bejalan dulu

‘Coba Beliau saja yang berjalan dahulu’

B: Yo lah baeklah

‘Ya sudahbaiklah’

Data (35 dan 36) di atas menggunakan sapaan Beliau yang digunakan untuk menyapa

berdasarkan usia. Data (35 dan 36) di atas terjadi di tempat kerja dan di jalan. Tuturan (35)

adalah penyapa mencari informasi sekaligus bertanya. Sedangkan tuturan (36) penyapa

menyuruh orang yang lebih tua untuk berjalan dahulu.

4.2.1.7 Sedao

Sapaan Sedao digunakan untuk orang yang sangat akrab dengan penyapa.Sapaan ini

digunakan kepada orang yang usianya sebaya dengan penyapa.Sapaan ini sebagai tanda

keakraban yang terjalin diantara keduanya. Berikut contoh data sapaan,

Universitas Sumatera Utara


37 A: Kalian beduoSedaoAkak Adiak yo?

‘Kalian berduaSaudara Kakak Adik ya?’

B: Yo, kami Akak Beradiak

‘Ya, kami Kakak Beradik’

38 A: Banyak nyo Sedaodatang karumah Kau

‘Banyak sekali Saudara datang ke rumah Kamu’

B: Iyo

‘Iya’

Data (37 dan 38) di atas menggunakan sapaan Sedao yang digunakan untuk menyapa

berdasarkan usia. Data (37 dan 38) di atas terjadi di suatu tempat di luar rumah. Tuturan (37)

adalah penyapa bertanya kepada kakak beradik mereka bersedao.Sedangkan tuturan (38)

penyapa mengatakan banyak sedao datang ke rumah.

4.2.2. Sapaan Berdasarkan Panggilan Sayang

Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan berdasarkan

panggilan sayang terbagi atas berapa, yaitu sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


4.2.2.1 Ino/ No atau Onsu

Sapaan Ino/ Onsu digunakan untuk menyapa orang yang disayang atau dimanja untuk

anak perempuan.Biasanya panggilan Ino digunakan untuk menyapa anak perempuan

satu-satunya dalam sebuah kelurarga, sedangkan sapaan Onsu biasanya digunakan untuk

menyapa anak perempua yang paling kecil dalam sebuah keluarga. Berikut contoh data,

39 A: Baek nyo Ino awak nin

‘Baiknya Anak satu-satu saya ini’

B: Amak bisa ajo malu Ino jadi nyo

‘Amak bisa saja malu Ino jadinya’

40 A: Mua kito ke pakan mambawa Onsu

‘Ayo kita ke pekan membawa Onsu’

B: Indak usah beko Onsu manangis jo di jalan

‘Tidak usah nanti Onsu menangis saja di jalan’

Data (39 dan 40) di atas menggunakan sapaan Ino dan Onsu yang digunakan untuk

menyapa berdasarkan panggilan sayang. Data (39 dan 40) di atas terjadi di suatu tempat di luar

rumah dan di dalam rumah. Tuturan (39) adalah penyapa yaitu seorang ibumengagumi inonya

yang baik. Sedangkan tuturan (40) penyapa ingin mengajak onsu pergi ke pekan dan seseorang

berkata tidak usah mengajak onsu pergi.

4.2.2.2 Kantan

Sapaan Kantan digunakan untuk menyapa orang yang disayang atau dimanja untuk anak

laki-laki.Berikut contoh data,

41 A: Dai mano joKantanamakko ndak nampak saharian?

Universitas Sumatera Utara


‘Dari mana saja Anak Laki-laki ibu ini, tidak kelihatan satu harian ini?’

B: Dai rumah kawan amak

‘Dari rumah teman bu’

42 A: Jan lupoKantan singgah karumah beko makcik

‘Nanti Kantan jangan lupa singgah ke rumahmakcik’

B: Yo insyallah kantan ndak lupo

‘Ya, insyallah kantan tidak lupa’

Data (41 dan 42) di atas menggunakan sapaan Kantan yang digunakan untuk menyapa

berdasarkan panggilan sayang. Data (41 dan 42) di atas terjadi di suatu tempat di rumah dan di

luar rumah. Tuturan (41) adalah penyapa yaitu seorang ibu resah dan gelisahkantannya tidak

kelihatan di rumah satu harian. Sedangkan tuturan (42) penyapa mengingatkan kantan singgah

ke rumah makciknya.

4.2.2.3 Manjo

Sapaan Manjo digunakan untuk menyapa orang yang disayang atau dimanja untuk anak

laki-laki, apabila dalam satu kelurga memilik anak laki-laki empat orang, sedangkan ketiga anak

laki-lakinya sudah berkeluarga dan tinggallah satu anak laki-laki dalam keluarga tersebut yang

belum berkelurga maka anak laki-laki yang belum berkeluarga ini biasanya disapa Manjo.

Berikut contoh data,

43 A: Mengapo adiak Manjo ndak bisa karumah?

Universitas Sumatera Utara


‘Mengapa adik Manjo tidak bisa ke rumah?’

B: Adiak Manjo sakik bu

‘Adik Manjo sakit bu’

44 A: Manjo nyo urang ko samo amaknyo

‘Anak laki-laki orang itu Manjo sama ibunya’

B: Biyarkan ajo la

‘Biyarkan sajalah’

Data (43 dan 44) di atas menggunakan sapaan Manjo yang digunakan untuk menyapa

berdasarkan panggilan sayang. Data (43 dan 44) di atas terjadi di suatu tempat di luar rumah.

Tuturan (43) adalah penyapa menanyakan mengapa manjo tidak datang ke rumah. Sedangkan

tuturan (44) penyapaterheran melihat anak laki-laki manja dengan ibunya.

4.2.3. Sapaan Berdasarkan Garis Keturunan

Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan berdasarkan

garis keturunan terbagi atas berapa, yaitu sebagai berikut:

4.2.3.1 Tengku

Sapaan Tengku digunakan untuk menyapa orang dari keturunan raja. Biasanya gelar ini

disertakan nama diri pemiliknya. Misalnya: Tengku Usman dan Tengku Ali, berikut contoh data,

45 A: Minantu Tengkuh Usman sangek elok dan rancak

Universitas Sumatera Utara


‘Menantu Tengkuh Usman sangat baik dan cantik’

B: Terimakasih ateh pujian nyo

‘Terimakasih atas pijuannya’

46 A: Di mano kito manganyial ikanTengkuh Ali?

‘Di mana kita memencing ikan Tengkuh Ali?

B: Di tompek pemancingan jo

‘Di tempat pemancingan saja’

Data (45 dan 46) di atas menggunakan sapaan Tengkuh yang digunakan untuk menyapa

berdasarkan garis keturunan. Data (45 dan 46) di atas terjadi di suatu tempat di luar rumah dan

dalam rumah. Tuturan (45) adalah penyapa mengagumi ke baikan dan ke cantikan menantu

seorang tengkuh. Sedangkan tuturan (46) penyapamenanyakan tempat memancing ikan kepada

seorang tengkuh.

4.2.3.2 Wan

Sapaan Wan digunakan apabila yang perempuan dari suku Melayu sedangkan yang laki-

laki berasal dari Timur Tengah, misalnya Arab.Maka keturunanya menggunakan Wan.Keturunan

pertama baik laki-laki maupun perempuan tetap menggunakan gelar Wandi depan namanya.

Apabila terjadi pernikahan perempuan dengan garis keterunan Wanmenikah dengan laki-laki

tanpa garis keturunan maka gelar Wan hanya jatuh kepada anak laki-laki. Namun apabila laki-

laki dari keturunan Wanmenikah dengan perempuan tanpa garis keturunana maka gelar Wan jauh

pada setiap anaknya. Biasanya gelar ini disertakan namadiri pemiliknya. Misalnya: Wan Safar,

Wan Ery, dan Wan Khoariah. Berikut contoh data,

Universitas Sumatera Utara


47 A: Kalimaro Wan Safar ndak singgah karumah

‘Kemarin Wan Safar tidak singgah kerumah’

B: Maaf ndak sompat singgah lah telat masuk kekantor

‘Maaf tidak sempat singgah sudah telat masuk ke kantor’

48 A: Wan Ery sedang po ko?

‘Wan Ery sedang apa itu?’

B: Sedang makan kue

‘Sedang makan kue’

Data (47 dan 48) di atas menggunakan sapaan Wanyang digunakan untuk menyapa

berdasarkan garis keturunan. Data (47 dan 48) di atas terjadi di suatu tempat di luar rumah.

Tuturan (47) adalah penyapa menanyakan mengapa tidak singgah ke rumah kepada wan.

Sedangkan tuturan (48) penyapa menanyakan apa yang sedang di lakukan wan.

4.2.3.3 Said

Sapaan Said digunakan apabila keturunan tengku menikah dengan keturunan Wan, maka

keturunan dari mereka menjadi Said. Biasanya gelar ini disertakan nama diri pemiliknya.

Misalnya: Said Eko, dan Said Salman. Berikut contoh data,

49 A: Abek Said Eko ndak masuk karumah?

‘Said Eko mengapa tidak masuk ke rumah?’

B: Kaki wak kotor segan hendak masuk karumah

‘Kaki saya kotor segan ingin masuk ke rumah’

Universitas Sumatera Utara


50 A: Bilo SaidSalman sampai di sinin?

‘Kapan SaidSalman sampai di sini?’

B: Beko siang

‘Nanti siang’

Data (49 dan 50) di atas menggunakan sapaan Said yang digunakan untuk menyapa

berdasarkan garis keturunan. Data (49 dan 50) di atas terjadi di suatu tempat di rumah. Tuturan

(49) adalah penyapa menyuruh seorang said masuk ke rumah.Sedangkan tuturan (50) penyapa

menanyakan kapan seorang said sampai di rumah.

4.2.4. Sapaan Berdasarkan Julukan

Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan berdasarkan

julukan terbagi atas berapa, yaitu sebagai berikut:

4.2.4.1 Tungkek Tempuong

Sapaan Tungkek Tempuong digunakan untuk menyapa orang yang sudah sangat tua tetapi

belum juga meninggal dunia, betapa tuanya orang itu sehingga ketika berjalan umpamakan

tempuong (tempurung kelapa) dapat dijadikan tongkatnya. Berikut contoh data,

51 A: Lah makan Tungkek Tempuong?

‘Sudah makan Tungkek Tempuong?’

B: Alun lai

‘Belum’

52 A: Tungkek Tempuong paham dengan cerito ibu ko

‘Tungkek Tempuong mengerti dengan cerita ibu itu’

Universitas Sumatera Utara


B: Ndak paham

‘Tidak mengerti’

Data (51 dan 52) di atas menggunakan sapaan Tungkek Tempuong yang digunakan untuk

menyapa berdasarkan julukan. Data (51 dan 52) di atas terjadi di suatu tempat di rumah. Tuturan

(51) adalah penyapa menanyakan seorang tungkek tempuong sudah makan apa belum.

Sedangkan tuturan (52) penyapa menanyakan mengerti dengan cerita seorang ibu kepada

tungkek tempuong.

4.2.4.2 Panglima Latu

Sapaan Panglima Latu digunakan untuk menyapa orang laki-laki yang sudah tua tetapi

belum juga menikah atau sapaan untuk laki-laki yang lama menikah.Berikut contoh data,

53 A:MengapoPanglima Latu balum menikah?

‘MengapaPanglima Latu belum menikah?’

B: Balum ado jodohnyo

‘Belum ada jodohnya’

54 A: Panglima Latukoelok hatinyo dan ganteng rupa nyo

‘Panglima Latu ini baik hatinya dan tampan wajahnya’

B:Terimakasih

‘Terimakasih’

Data (53 dan 54) di atas menggunakan sapaan Panglima Latu yang digunakan untuk

menyapa berdasarkan julukan. Data (53 dan 54) di atas terjadi di suatu tempat di luar rumah.

Tuturan (53) adalah penyapa bertanya kepada Panglima Latu. Sedangkan tuturan (54) penyapa

mengagumi dan menyukai sosok seorang Panglima Latu.

Universitas Sumatera Utara


4.2.4.3 Ateng

Sapaan Ateng digunakan untuk menyapa orang laki-laki yang postur tubuhnya kecil dan

pendek. Berikut contoh data,

55 A: Abek nampak sekali sangek risau Pak Ateng?

‘Mengapa Pak Ateng kelihatan sangat cemas sekali?’

B: Ateng sangek risau karano memikirkan nak sedang sakik

‘Ateng sangat cemas karena memikirkan anak sedang sakit’

56 A: Sai kalimaro sedao Pak Ateng yang datang karumah?

‘Siapa saudara Pak Ateng yang datang ke rumah kemarin?’

B: Akak kandung Pak Ateng

‘Kakak kandung Pak Ateng’

Data (55 dan 56) di atas menggunakan sapaan Atengyang digunakan untuk menyapa

berdasarkan julukan. Data (55 dan 56) di atas terjadi di suatu tempat di jalan. Tuturan (55)

adalah penyapa menanyakan mengapa ateng kelihatan cemas. Sedangkan tuturan (56) penyapa

menanyakan siapa saudara Ateng yang datang ke rumah.

Universitas Sumatera Utara


4.2.5. Sapaan Berdasarkan Profesi/Gelar

4.2.5.1 Pak/Buk Guru

Sapaan Pak/ Buk Guruadalah sapaan untuk orang yang mengajar di sekolah atau

perguruan tinggi. biasanya sapaan ini digunakan oleh anak-anak sekolah untuk menyapa guru-

guru mereka di sekolah maupun di luar sekolah. Selain murid-murid tempat guru itu mengajar,

masyarakat yang mengetahui seseorang itu adalah guru juga akan menyapanya dengan sebutan

Pak atau Buk. Berikut contoh datanya,

57 A: Apo pelajaran yang Bapak Guruajarkan hari ko?

‘Pelajaran apa yang Bapak Guruajarkan hari ini?’

B: Matematika dan IPA

‘Matematika dan IPA’

58 A: Bu Gurulonceng lah bunyi waktunyo baliak

‘Bu Gurubel sudah berbunyi waktunya pulang’

B: Yo, sampai jumpo esok hari

‘Ya,sampai bertemu besok hari’

Data (57 dan 58) di atas menggunakan sapaan Bapak dan Ibu Guru yang digunakan

untuk menyapa berdasarkan profesi/gelar. Data (57 dan 58) di atas terjadi di suatu tempat di

sekolahan. Tuturan (57) adalah penyapa menanyakan pelajaran apa yang akan di ajarkan pak

guru. Sedangkan tuturan (58) penyapamember tahu kepada bu guru sudah waktunya pulang

siapa saudara ateng yang datang ke rumah.

4.2.5.2 Bidan

Universitas Sumatera Utara


Sapaan Bidan adalah sapaan yang digunakan untuk menyapa seorang bidan, biasanya

ketika menyapa diikuti oleh nama bidan tersebut. Misalnya Bidan Ita, Bidan Tanti.Berikut

contoh data,

59 A: Bidan Ita di suru karumah menyuntik Amak

‘Bidan Ita di suruh ke rumah menyuntik Ibu’

B: Iyo

‘Iya’

60 A: SukoBidan Tantimakan ba’so pakek banyak lado

‘Suka Bidan Tanti makan ba’so pakai banyak cabai’

B: Indak suko banyak makan lado

‘Tidak suka makan banyak cabai’

Data (59 dan 60) di atas menggunakan sapaan Bidan yang digunakan untuk menyapa

berdasarkan profesi/gelar. Data (59 dan 60) di atas terjadi di suatu tempat puskesmas dan

warung. Tuturan (59) adalah penyapa memanggil bidan segara datang kerumah. Sedangkan

tuturan (60) penyapa menanyakan ke pada seorang bidan suka makan dengan banyak cabai.

4.2.5.3 Pak Kua

Sapaan Pak Kua adalah sapaan untuk orang yang bekerja di kantor urusan agama. Baik

ketika Pak Kua berada dalam kantor maupun diluar kantor. Berikut contoh data,

61 A: Bisa Pak Kua uruskan surat nikah wak esok?

‘Bisa Pak Kua uruskan surat nikah saya besok?’

B: Insyallah

‘Insyallah’

62 A: Alah jadi Pak Kua bikinkan buku nikah urang tua ko?

Universitas Sumatera Utara


‘Sudah jadi Pak Kua buatka buku nikah orang tua itu?’

B: Alun lai

‘Belum’

Data (61 dan 62) di atas menggunakan sapaan Pak Kua yang digunakan untuk menyapa

berdasarkan profesi/gelar. Data (61 dan 62) di atas terjadi di suatu tempatkantor agama. Tuturan

(61) adalah penyapa menanyakan surat nikah dapat di urus oleh pak kua. Sedangkan tuturan (62)

penyapa menanyakan tentang buku nikah yang akan di buat oleh pak kua.

4.2.5.4 Datuk

Sapaan Datuk adalah sapaan yang digunakan untuk menyapa orang banyak mengetahui

adat istiadat setempat. Biasanya gelar ini disertakan nama diri pemiliknya. Misalnya: Datuk Raja

Hitam, dan Datuk Rambe. Brikut contoh data,

63 A: Datuk Rambe sangek terkenal di kampong nin

‘Datuk Rambe sangat terkenal di kampung ini’

B: Yo, benar

‘Ya benar’

64 A: Sia namo Datuk Hitam?

‘Siapa nama Datuk Hitam?’

B: Muhammad Ari.

‘Muhammad Ari’

Data (63 dan 64) di atas menggunakan sapaan Datuk yang digunakan untuk menyapa

berdasarkan profesi/gelar. Data (63 dan 64) di atas terjadi di suatu tempat luar rumah. Tuturan

(63) adalah penyapa memberi tahukan bahwa datuk sangat terkenal di kampung. Sedangkan

tuturan (64) penyapa menanyakan nama seorang datuk.

Universitas Sumatera Utara


4.2.6. Sapaan Berdasarkan Penggolongan Kata

Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan berdasarkan

penggolongan kata terbagi atas berapa, yaitu sebagai berikut:

4.2.6.1 Kata Ganti Persona Pertama

1. Aku

Sapaan Aku sepadan dengan kata aku/saya dalam bahasa Indonesia yaitu kata ganti

persona pertama. Sapaan aku digunakan oleh seseorang untuk menyebut diri sendiri ketika

berbicara dengan teman sebaya dan tidak boleh digunakan kepada orag yang lebih tua karena

dianggap kasar, dengan orang yang lebih tua biasanya menggunakan nama diri. Berikut contoh

data,

65 A: Aku hendak pai manganyial ikan di sunge

‘Saya ingin pergi memancing ikan di sungai’

B: Hati-hati di jalan yo

‘Hati-hati di jalan ya’

66 A: Akak lah lamo Aku tahankan raso sakik ko

‘Sudah lama Saya menahanka rasa sakit ini Kak’

B: Sabar yo banyak bedoa insyallah sembuh

‘Sabar ya bnyak ber do’a insyallah sembuh’

Universitas Sumatera Utara


Data (65 dan 66) di atas menggunakan sapaan Aku yang digunakan untuk menyapa

berdasarkan penggolongan kata ganti persona pertama. Data (65 dan 66) di atas terjadi di suatu

tempat luar rumah dan rumah sakit. Tuturan (65) adalah memberi tahukan bahwa ingin pergi

memancing. Sedangkan tuturan (66) sudah lama menahankan sakit yang di rasakan.

2. Awak

Sapaan Awak sepadan dengan kata saya dalam bahasa Indonesia.Penggunaan sapaan

awak untuk orang yang lebih tua usianya dari penyapa.Hal tersebut dikarenakan sapaan awak

terlihat lebih santun atau sopan bila dibandingkan dengan kata aku. Pada mayarakat Riau kota

Pekan Baru kecamatan Tampan sapaan awak dapat menjadi persona pertama jamak dalam

bahasa Indonesia sepadan dengan kata kita. Sapaan awak digunakan untuk menyatakan dirinya

dengan mitra bicaranya.Penggunaan sapaan awak dirasa lebih sopan.Berikut contoh data,

67 A: Lah lamo Awak ndak karumah Atuk

‘Sudah lama Saya tidak ke rumah Kakek’

B: Iyo

‘Iya’

Data (67) di atas menggunakan sapaan Awak yang digunakan untuk menyapa

berdasarkan penggolongan kata ganti persona pertama.Data (67) di atas terjadi di suatu tempat

dalam rumah.Tuturan (67) adalah memberi tahukan bahwa awak sudah lama tidak berkunjung

kerumah kakek.

4.2.6.2 Kata Ganti Persona Kedua

1. Kami

Universitas Sumatera Utara


Sapaan Kami sepadan dengan kata kami dalam bahasa Indonesia yaitu kata ganti persona

kedua tunggal. Sapaan kami digunakan untuk menyatakan diri sebagai orang pertama jamak

dalam sebuah percakapan. Berikut contoh data,

68 A: Kapan Kami bisa balek kampung halaman Kak?

‘Kapan Kamibisa pulang ke kampung halaman Kak?’

B: Ndak tau

‘Tidak tahu’

Data (68) di atas menggunakan sapaan Kami yang digunakan untuk menyapa berdasarkan

penggolongan kata ganti persona ke dua.Data (68) di atas terjadi di suatu tempat di rumah.

Tuturan (68) adalah memberi tahukan serta bersedih tadak bisa kembali ke kampung halaman.

2. Kito

Sapaan Kito sepadan dengan kata kita dalam bahasa Indonesia yaitu kata ganti persona

kedua tunggal. Berikut contoh data,

69 A: Kamano Kito pai liburan tahun ko?

‘Ke mana Kita pergi liburan tahun ini?’

B: Kito pai liburan ke Bali

‘Kita pergi liburan ke Bali’

Data (69) di atas menggunakan sapaan Kito yang digunakan untuk menyapa berdasarkan

penggolongan kata ganti persona ke dua.Data (69) di atas terjadi di suatu tempat dalam

rumah.Tuturan (69) adalah menanyakan kemana liburan tahun ini.

3. Tuan-tuan

Sapaan Tuan-tuan sepadan dengan kata kamu dalam bahasa Indonesia yaitu kata ganti

persona kedua jamak. Sapaan tuan-tuan biasanya digunakan untuk menyapa orang sebaya atau

Universitas Sumatera Utara


yang usianya lebih muda dari pada pesapa.Jika digunakan untuk orang tua maka dianggap tidak

sopan atau tidak memiliki etika daam berbicara. Berikut contoh data,

70 A: Tuan-tuan nandak pesan makan po?

‘Tuan-tuan mau pesan makan apa?’

B: Pesan makan randang daging pakek nasi

‘Pesan makanan rending daging pakai nasi’

Data (70) di atas menggunakan sapaan Tuan-tuan yang digunakan untuk menyapa

berdasarkan penggolongan kata ganti persona ke dua.Data (70) di atas terjadi di rumah makan.

Tuturan (70) adalah menanyakan makanan apa yang ingin dipesan dan di santap.

4. Kalian

Sapaan Kalian sepadan dengan kata kamu dalam bahasa Indonesia yaitu kata ganti

persona kedua jamak. Sapaan tuan-tuan biasanya digunakan untuk menyapa orang yang sebaya

atau usianya lebih muda dari pada pesapa.Jika digunakan untuk orang tua maka dianggap tidak

sopan atau tidak memiliki etika dalam berbicara. Berikut contoh data,

71 A: Lah barapa lamo Kalian disinin?

‘Sudah berapa lama Kalian di sini?’

B:Lah ompek jam

‘Sudah empat jam’

Data (71) di atas menggunakan sapaan Kalian yang digunakan untuk menyapa

berdasarkan penggolongan kata ganti persona ke dua.Data (71) di atas terjadi di suatu

tempat.Tuturan (71) adalah pesapa menanyakan sudah lama menunggu.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan dapat ditarik simpulan bahwa

penelitian ini mengkaji tentang bentuk kata sapaan yang ada pada masyarakat Melayu Riau kota

Pekan Baru kecamatan Tampan dan sistem kata sapaan dalam nonkekerabatan oleh masyarakat

Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan. Berdasarkan analisis data kata sapaan pada

masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Bentuk kata sapaan pada masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan terdiri

atas 11 bentuk sapaan yaitu : 1) Bentuk sapaan kepada orang tua laki-laki dan perempuan,

2)Bentuk sapaan kepada anak laki-laki dan perempuan, 3) Bentuk sapaan kepada kakak laki-

laki dan perempuan, 4) Bentuk sapaan kepada adik laki-laki dan perempuan, 5) Bentuk sapaan

kepada kakek dan nenek, 6) Bentuk sapaan kepada kakek buyut dan nenek buyut, 7) Bentuk

sapaan kepada kakak ayah atau ibu yang laki-laki dan perempuan, 8) Bentuk sapaan kepada

adik ayah atau ibu yang laki-laki dan perempuan 9) Kata sapaan bidang agama 10) Kata

sapaan dalam bidang adat 11) Kata sapaan umum.

2.Sistem sapaan yang digunakan pada masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan

Tampan berdasarkan hubungan nonkekerabatan terdiri dari :1) Sapaan Berdasarkan Usia, 2)

Sapaan Berdasarkan Panggilan Sayang, 3) Sapaan Berdasarkan Garis Keturunan, 4) Sapaan

Berdasarkan Julukan, 5) Sapaan Berdasarkan Profesi/ Gelar, 6) Sapaan Berdasarkan

Penggolongan Kata.

Universitas Sumatera Utara


5.2. Saran

Bahasa daerah adalah salah satu unsur kebudayan yang sangat penting dan kelestariannya

perlu dikembangkan dan dijaga. Melalui skripsi ini, maka penulis menyarankan: 1) Kepada

seluruh masyarakat Melayu Riau, terutama bagi yang telah meninggalkan kampung halamannya

agar tetap merasa bangga dengan bahasa ibunya, dan mengajarkan bahasa daerah tersebut kepada

anak-anaknya. 2) Diharapkan kepada generasi muda, janganlah sampai menipis keinginan untuk

mempelajari kebudayaan daerah sendiri.

Universitas Sumatera Utara


DARFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

AR Mangatur Sinaga, Damayanti Hasnah Faizah. 2013. “Sistem Sapaan Bahasa Melayu Riau

Dialek Kubu Kabupaen Rokan Hilir”(Tesis). Riau: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Riau Pekanbaru.

Chaer, Abdul. 1994. Lingustik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul &Leonie Agustina.1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.Jakarta:Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2000. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia.Jakarta: Bharata Karya Aksara.

Chaer, Abdul & Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal (Edisi Revisi).

Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul &Leonie Agustina.2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal (Edisi Revisi).

Jakarta:Rineka Cipta.

Fishman, Joshua A. 1976. The Sosiolinguistic Of Language. Massachussetts: Newbury House

Publisher

Universitas Sumatera Utara


Friskilia Sihombing, Reni. 2016. “Kata Sapaan Bahasa Batak Toba

Di Unit 5 Desa Panca Bakti dan Bakti Mulya Kecamatan Sungai Bahar”(Skripsi). Jambi:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi.

Kridalaksana, Harimurti. 1985. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa.Ende Flores:

Nusa Indah..

Mashun. 1995. Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Muzamil A.R, Ahadi sulissusiawan, Hartono, dan M. Junus. 1997. Sistem Sapaan Melayu

Sambas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pembangunan Bahasa.

M. Ismail Nst, Ermanto, dan Nika Sari. 2013. “Sistem Kata Sapaan Kekerabatan Dalam Bahasa

Melayu Di Kepenghuluan Bangko Kiri Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir

Provinsi Riau” (Skripsi). Padang: Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Padang.

Nababan, P.W.J. 1984. Sosiolinguistik. Jakarta: Gramedia.

Ritonga, Parlaungan dkk. 2016. Bahasa Indonesia Praktis. Medan: Bartong Jaya.

Universitas Sumatera Utara


Rusbiyantoro, Wenni. 2011. “Penggunaan Kata Sapaan Dalam Bahasa Melayu Kutai”Jurnal

Balai Bahasa Privinsi Kalimantan (Online). Jurnal.undip.ac.id//https. Diakses pada

tanggal 27Agustus 2017.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Dharma

University Press.

Sumarsono, dan Partana, P. 2004.Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda

Suwito.1982. Sosiolinguistik Teori dan Problema. Surakarta: Henany Offset.

Syafyahya, Leni, dkk. 2000. Kata sapaan Bahasa Minangkabau Di Kabupaten Agam. Jakarta:

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN I : DATA INFORMAN

INFORMAN I

1. Nama : Siti Nur Azizah

2. Jenis kelamin : Perempuan

3. Umur : 45 tahun

4. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

5. Pendidikan terakhir : SMA

6. Agama : Islam

Universitas Sumatera Utara


INFORMAN 2

1. Nama : Khairun Nisa

2. Jenis kelamin : Perempuan

3. Umur : 55 tahun

4. Pekerjaan : Guru

5. Pendidikan terakhir : S.pd

6. Agama : Islam

Universitas Sumatera Utara


INFORMAN 3

1. Nama : Syarida Nadia

2. Jenis kelamin : Perempuan

3. Umur : 28 tahun

4. Pekerjaan : Bidan

5. Pendidikan terakhir : A.Md.Keb.

6. Agama : Islam

Universitas Sumatera Utara


INFORMAN 4

1. Nama : Heri Iriyanto

2. Jenis kelamin : Laki-laki

3. Umur : 52 tahun

4. Pekerjaan : Wiraswasta

5. Pendidikan terakhir : SMA

6. Agama : Islam

Universitas Sumatera Utara


INFORMAN 5

1. Nama : Yendi Nofrian Syah

2. Jenis kelamin : Laki-laki

3. Umur : 25 tahun

4. Pekerjaan : Asisten Dosen

5. Pendidikan terakhir : S.P

6. Agama : Islam

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN II : DATA PERCAKAPAN

1.A: Apak kamano jo dai tadi?


‘ kemana saja Ayah dari tadi?’
B: Boli pupuk kawarung
‘Beli pupuk ke warung’
A: Lamo nyo Apak pai kawarung ko
‘Ayahlama sekali pergi ke warung itu’
B: Iy, Apak bacakap-cakap di warung ko.
‘Iy, Ayah berbincang-bincang di warung itu’
2. A: Lah makan Amak kue iko?
‘Sudah Ibu makan kue itu?’
B: Lah makan tadi.
‘Sudah makan tadi’
A: Amak mua kito pai ke pasar.
‘Ayo kita pergi ke pasar Bu’
B: Mua la
‘Ayolah’
3. A: Nak ari singgahlah karumah
‘Ari singgahlah ke rumah’
B: Beko Ari karumah kalau indak lupo yo.
‘Ya, nanti Ari ke rumah kalau tidak lupa’
4. A: Lah dai tadi nak Rini datang?
‘Sudah dari tadi Rini datang?’
B: Indak Rini baru a jo datang.
‘Tidak, baru saja Rini datang’

Universitas Sumatera Utara


5. A: Bilo Abang sampe di sini?
‘Kapan Kakak sampai di sini?’
B: Beko malam Abang sampe.
‘Kakak nanti malam sampai’
6. A: Akak abeak ndak pai kapakan?
‘Mengapa Kakak tidak pergi ke pekan?’
B: Akak ndak pai karano ndak do piti.
‘Kakak tidak pergi karena tidak ada uang’
7. A: Adiak ndak paham dengan pelajaran ko.
‘Adik tidak mengerti dengan pelajaran itu’.
B: Pantaslah manangi jo dai tadi Adiak.
‘Pantaslah Adik menangis saja dari tadi’
8. A: Makanlah kue koAdiak.
‘Makanlah kue itu Adik’.
B: Ya, beko Adiak makan kue ko.
‘Ya, nanti Adik makan kue itu’.
9. A:Lah lamo penyakik batokAtuk ndak membaik?.
‘Sudah lama penyakit batuk Kakek tidak membaik?’
B: Lah lamo jugo
‘Sudah lama juga’
A: Beko siang Atuk baru di bao karumah sakit.
‘Nanti siang Kakek baru di bawa ke rumah sakit’
10. A: Ahiarnyo Ninik sampe juo di rumah.
‘Akhirnya sampai juga Nenek di rumah’.
B: Alhamdulilah tibo jua di rumah.
‘Alhamdulilah tiba juga di rumah’.
11. A: Unyang, di mano kunci motor latakan?

Universitas Sumatera Utara


‘Dimana kunci motor Uyut letakan?’
B: Caliak di ateh lemari.
‘Lihat di atas lemari’
12. A: Unyang,minta pitih limaribu jo.
‘Uyut minta uang lima ribu saja’
B: Ambiak dalam saku sarawah Unyang
‘Ambil dalam saku rok Uyut’
13. A: Bilo pakcik datang karumah kami?
‘Pakcik kapan datang ke rumah kami?’
B: Beko Pakcik bilo kabari datangnyo.
‘Nanti Pakcikkabari kapan datangnya’
14. A: Makcik, banyak balanjoan yang makcik bao ko.
‘Makcik, banyak sekali belanjaan yang makcik bawa itu’
B: Iyo untuak keperluan stok sabulan.
‘lya untuk stok keperluan satu bulan’
15. A: Om, ayo kita pai kakebun binatang
‘Pamanayo kita pergi ke kebun binatang’
B: Ayolah pai kita kakabun binatang.
‘Marilah kita pergi ke ke kebun binatang’
16. A: Jadi Etekbali bahan untuak buek bolu?
‘Jadi Bibi beli bahan untuak buat bolu?’
B: Indak, malas mambuek nyo bali jadi jo
‘Tidak, males membuatnya beli jadi saja’
17. A: Pak Ustadz bilo sampai?
‘Pak Ustadz kapan sampai di sini?’
B: Lah dai tadi
‘Sudah dari tadi’

Universitas Sumatera Utara


18. A: Rajin banah Pak Mudim membersihkan masjid ko
‘Pak Mudim rajin sekali membersihkan mesjid ini’
B: Lah kawajiban membersihkan masjid ni
‘Sudah ke wajiban membersihkan mesjid ini’

19. A: Bao pulang dai mano Pak Haji


‘Pak Haji baru pulang dari mana’
B: Bao pulang dai mokah
‘Baru pulang dari mekkah’

20. A: Selamat mencuba bolu awak Bu Hajah


‘Selamat mencicipi bolu saya Bu Hajah’
B: Terimakasih
‘Terimakasih’

21. A: Sia Urang Tuo yang memimpin pernikahan ko?


‘Siapa Kepala Suku yang memimpin pernikahan itu?’
B: Sia ndak tau
‘Tidak tahu siapa’

22. A: Lah datang Kepalo Penghulu rudi tadi karumah da?


‘Sudah ada Penghulu Rudi tadi ke rumah?’
B: Ndak do dai tadi karumah Kepalo Penghulu Rudi
‘Belum ada Penghulu Rudi ke rumah dari tadi’

23. A: Beapo Besedao Kandung kalian samuanyo?


‘Berapa Bersaudara Kandung kalian semuanya?’
B: Kami semuo Besedao Kandung ado lima
‘Kami semua Bersaudara Kandung ada lima’
24. A: Kalimaro pak Kepalo Desa ado datang karumah awak?
‘Kemarin pak Kepala Desa ada singgsh ke rumah?”
B: Kalimaro ado
‘Ada kemarin’
25. A: Nandak kemano Ninik?
‘Hendak ke mana Nenek?’
B: Balek karumah Ninik
‘Pulang ke rumah Nenek’
A: Hati-hati Ninik di jalan

Universitas Sumatera Utara


‘Hati-hati di jalan Nenek
26. A: Nak tolong ambiakan Atuk makan
‘Nak tolong ambilkan Kakek makan’
B: Iya Tuk
‘Ya Atuk’
A: Makasih ya nak
‘Terimakasih nak’
27. A: Baru bali mobil Om ya
‘Om baru beli mobil ya’
B: Indak mobil lamo nyo
‘Tidak mobil lamanya’

28. A: Ibu masak apo?

‘Ibu masak apa?’


B: Masak randang daging
‘Masak rendang daging’

29. A: Bangdai mano jo?


‘Abang dari mana saja?
B: Dai sinin
‘Dari sana’

30. A: Elok bana hati Akakko


‘Baik benar hati Kakak ini’
B: Makasih
‘Terimakasih’

31. A: Risna nandak pai kamano?


‘Risna mau pergi ke mana?’
B: Nandak pai ke kampung
‘Hendak pergi ke kampung’

32. A: Lah paham Riko dengan pelajaran ko?


‘Riko sudah mengerti dengan pelajaran ini?’
B: Riko lah paham pelejaran ko Rin
‘Riko sudah mengerti pelajaran ini Rin’

Universitas Sumatera Utara


33. A: Lasak nyo Budakko
‘Lasaknya Anak ini’
B: Budak ko sakik makanyo lasak
‘Budak itu sakit makanya lasak’

34. A: Rame sekali Budak-budak ko di lapangan voli ko


‘Ramai sekali Anak-anak di lapangan voli itu’
B: YoBudak-budak ko sedang bertanding voli
‘Ya, Anak-anak itu sedang bertanding voli’

35. A: Lah lamo beliau kerja di kantor iko


‘Beliau sudah lama bekerja di kantor itu’
B: Lah lima tahun kerja di kantor ko
‘Sudah lima tahunbekerja di kantor itu’

36. A: Cubo Beliaujo yang bejalan diluan


‘Coba Beliau saja yang berjalan diluan’
B: Yo lah baeklah
‘Ya sudah baiklah’

37. A: Kalian beduo Sedao Akak Adiak yo?


‘Kalian berdua Saudara Kakak Adik ya?’
B: Yo, kami Akak Beradiak
‘Ya, kami kakak beradik’
38. A: Banyak nyo Sedao datang karumah kau
‘Banyak sekali Saudara datang ke rumah kamu’
B: Iyo.
‘Iya’
39. A: Baek nyo Ino awak nin
‘Baiknya anak satu-satu saya ini’
B: Amak bisa ajo malu Ino jadi nyo
‘Amak bisa saja malu Ino jadinya’

40. A: Mua kito ke pakan mambawa Onsu


‘Ayo kita ke pekan membawa Onsu’
B: Indak usah beko Onsu manangis jo di jalan
‘Tidak usah nanti Onsu menangis saja di jalan’

Universitas Sumatera Utara


41. A: Dai mano joKantan amak ko ndak nampak saharian?
‘Dari mana saja Anak Laki-laki ibu ini, tidak kelihatan satu harian ini?’
B: Dai rumah kawan amak
‘Dari rumah teman bu’
42. A: Jan lupo Kantan singgah karumah beko makcik
‘Nanti Kantan jangan lupa singgah ke rumahmakcik’
B: Yo insyallah kantan ndak lupo
43. A: Abeak adiak Manjo ndak bisa karumah?
‘Mengapa adik Manjo tidak bisa ke rumah?’
B: Adiak Manjo sakik bu
‘adik Manjo sakit bu’
44. A: Manjo nyo urang ko samo amaknyo
‘Anak laki-laki orang itu Manjo sama ibunya’
B: Biyarkan ajo la
‘Biyarkan sajalah’
45 A: Minantu Tengkuh Usman sangek elok dan rancak
‘Menantu Tengkuh Usman sangat baik dan cantik’
B: Terimakasih ateh pujian nyo
‘Terimakasih atas pijuannya’

46. A: Di mano kito manganyial ikan Tengkuh Ali?


‘Di mana kita memencing ikan Tengkuh Ali?
B: Di tompek pemancingan jo
‘Di tempat pemancingan saja’

47. A: Kalimaro Wan Safar ndak singgah karumah


‘Kemarin Wan Safar tidak singgah kerumah’
B: Maaf ndak sompat singgah lah telat masuk kakantor
‘Maaf tidak sempat singgah sudah telat masuk ke kantor’

Universitas Sumatera Utara


48. A: Wan Ery sedang po ko?
‘Wan Ery sedang apa itu?’
B: Sedang makan kue
‘Sedang makan kue’
49. A: Abek Said Eko ndak masuk karumah?
‘Said Eko mengapa tidak masuk ke rumah?’
B: Kaki wak kotor segan hendak masuk karumah
‘Kaki saya kotor segan ingin masuk ke rumah’

50. A: Bilo SaidSalman sampai di sinin?


‘Kapan SaidSalman sampai di sini?’
B: Beko siang
‘Nanti siang’

51. A: Lah makan Tungkek Tempuong?


‘Sudah makan Tungkek Tempuong?’
B: Alun lai
‘Belum’

52. A: Tungkek Tempuong paham dengan cerito ibu ko


‘Tungkek Tempuong mengerti dengan cerita ibu itu’
B: Ndak paham
‘Tidak mengerti’

53. A: Mengapo Panglima Latu belum menikah?


‘Mengapa Panglima Latu belum menikah?’
B: Balum do jodohnyo
‘Belum ada jodohnya’

54. A: Panglima Latuko elok hati nyo dan ganteng rupa nyo
‘Panglima Latu itu baik hatinya dan tampan wajahnya’
B: Terimakasih.
‘Terimakasih’

55. A: Abek Nampak sekali sangek risau Pak Ateng?


‘Mengapa Pak Ateng kelihatan sangat cemas sekali?’
B: Ateng sangek risau karano memikirkan nak sedang sakik
‘Ateng sangat cemas karena memikirkan anak sedang sakit’

Universitas Sumatera Utara


56. A: Sai kalimaro sedao pak Ateng yang datang karumah?
‘Siapa saudara Pak Ateng yang datang ke rumah kemarin?’
B: Akak kandung Pak Ateng
‘Kakak kandung pak Ateng’

57. A: Apo pelajaran yang Bapak Guruajarkan hari ko?

‘Pelajaran apa yang Bapak Guruajarkan hari ini?’


B: Matematika dan IPA
‘Matematika dan IPA’

58. A: Bu Buru lonceng lah bunyi waktunyo baliak


‘Bu Buru bel sudah berbunyi waktunya pulang’
B: Yo, sampai jumpo esok hari
‘Ya,sampai bertemu besok hari’

59. A: Bidan Ita di suru karumah menyuntik amak


‘Bidan Ita di suruh ke rumah menyuntik ibu’
B: Iyo
‘Iya’

60. A: Suko Bidan Tanti makan ba’so pakek banyak lado


‘Suka Bidan Tanti makan ba’so pakai banyak cabai’
B: Indak suko banyak makan lado
‘Tidak suka makan banyak cabai’

61. A: Bisa Pak Kua uruskan surat nikah wak esok?


‘Bisa Pak Kua uruskan surat nikah saya besok?’
B: Insyallah
‘Insyallah’

62. A: Alah jadi Pak Kua bikinkan buku nikah urang tua ko?
‘Sudah jadi Pak Kua buatka buku nikah orang tua itu?’
B: Alun lai
‘Belum’

63. A: Datuk Rambe sangek terkenal di kampong nin


‘Datuk Rambe sangat terkenal di kampung ini’
B: Yo, benar
‘Ya benar’

64. A: Sia namo Datuk Hitam?


‘Siapa nama Datuk Hitam?’
B: Muhammad Ari
‘Muhammad Ari’

Universitas Sumatera Utara


65. A: Aku hendak pai manganyial ikan di sunge
‘Saya ingin pergi memancing ikan sungai’
B: Hati-hati di jalan yo
‘Ya hati-hati di jalan’
66. A: Akak lah lamo Aku tahankan raso sakik ko
‘Sudah lama Saya menahanka rasa sakit ini Kak’
B: Sabar yo banyak bedoa insyallah sembuh
‘Sabar ya bnyak ber do’a insyallah sembuh’
67. A: Lah lamo Awak ndak karumah atuk
‘Sudah lama Saya tidak ke rumah kakek’
B: Iyo
‘Iya’

68. A:Kapan Kami bisa balek kampung halaman Kak?


‘KapanKami bisa pulang ke kampung halaman Kak?’
B: Ndak tau
‘Tidak tahu’

69. A: Kamano Kito pai liburan tahun ko?


‘Ke mana Kita pergi liburan tahun ini?’
B: Kito pai liburan ke bali
‘Kita pergi liburan ke bali’

70. A: Tuan-tuan nandak pesan makan po?


‘Tuan-tuan mau pesan makan apa?’
B: Pesan makan randang daging pakek nasi
‘Pesan makanan rending daging pakai nasi’

71. A: Lah barapa lamo Kalian disinin?


‘Sudah berapa lama Kalian di sani?’
B: Lah ompek jam
‘Sudah empat jam’

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai