KECAMATAN TAMPAN
KAJIAN SOSIOLINGUISTIK
SKRIPSI
OLEH
NIM 130701061
MEDAN
2017
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memeroleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila
pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan
gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Penulis,
KAJIAN SOSIOLINGUISTIK
OLEH
SISKA ELVIRA YOULIA PANJAITAN
NIM 130701061
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Alih Kata Sapaan pada Masyarakat Melayu Riau Kota Pekan Baru
Kecamata Tampan. Masalah yang diteliti adalah bentuk kata sapaan dan sistem sapaan yang
digunakan masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru Kecamatan Tampan berdasarkan hubungan
nonkekerebatan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik.Dalam
pengumpulan data digunakan metode kualitatif dan simak dengan teknik simak libat cakap,
teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat.Sedangkan metode pengkajian data
menggunakan metode padan dan agih dengan teknik bebas unsur langsung (BUL). Berdasarkan
hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa (a) bentuk kata sapaan Masyarakat
Melayu Riau Kota Pekan Baru Kecamata Tampan ada sebelas, 1) Bentuk sapaan kepada orang
tua laki-laki dan perempuan, 2)Bentuk sapaan kepada anak laki-laki dan perempuan, 3) Bentuk
sapaan kepada kakak laki-laki dan perempuan, 4) Bentuk sapaan kepada adik laki-laki dan
perempuan, 5) Bentuk sapaan kepada kakek dan nenek, 6) Bentuk sapaan kepada kakek buyut
dan nenek buyut, 7) Bentuk sapaan kepada kakak ayah atau ibu yang laki-laki dan perempuan, 8)
Bentuk sapaan kepada adik ayah atau ibu yang laki-laki dan perempuan, 9) Kata sapaan bidang
agama, 10) Kata sapaan dalam bidang adat, 11) Kata sapaan umum. Sistem sapaan yang
digunakan Masyarakat Melayu Ria kota Pekan Baru Kecamatan Tampan berdasarkan hubungan
nonkekerebatan ada enam, 1. Sapaan Berdasarkan Usia, 2) Sapaan Berdasarkan Panggilan
Sayang, 3) Sapaan Berdasarkan Garis Keturunan, 4) Sapaan Berdasarkan Julukan, 5) Sapaan
Berdasarkan Profesi/ Gelar, 6) Sapaan Berdasarkan Penggolongan Kata.
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya.Skripsi
ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.Adapun judul skripsi ini adalah
“Kata Sapaan pada Masyarakat Melayu Riau Kota Pekan Baru Kecamatan Tampan”.
Saya juga menyadari penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak.Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan rendah hati dan rasa tulus ikhlas saya
1. Dr. Budi Agustono, M.S., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara
2. Prof. Drs. Mauly Purba, M.A. Ph.D., sebagai Wakil Dekan I, Dra. Heristina Dewi, M.Pd.,
sebagai Wakil Dekan II dan Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., sebagai Wakil Dekan
III.
3. Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P., sebagai Ketua Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas
Ilmu Budaya, Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum., sebagai seketaris Program Studi Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,Universitas Sumatera Utara yang telah memberi dukungan
4. Dra. Salliyanti, M.Hum., sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan
pengarahan, masukan, ilmu, perhatian, dorongan, motivasi dan meluangkan waktu kepada
penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Penulis merasa bersyukur sekaligus berterima
kasih atas kesabaran, waktu, dan tenaga yang telah ibu berikan pada penulis dalam
ini.
5. Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum., sebagai dosen pembimbing II, yang telah memberikan
pengarahan, masukan, ilmu, perhatian, dorongan, motivasi dan meluangkan waktu kepada
penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Penulis merasa bersyukur sekaligus berterima
kasih atas kesabaran, waktu, dan tenaga yang telah bapak berikan pada penulis dalam
penyusunan skripsi ini, tanpa bantuan bapak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi
ini.
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,
7. Kepada Pak Slamet, yang telah memberi banyak bantuan serta dukungan, penulis
8. Orang yang paling istimewa dalam hidup penulis sekaligus penulis banggakan yaitu
Ayahanda Sudirman Panjaitan dan Ibunda tercinta Alm Yusliana ws yang telah
membesarkan, melindungi, dan membimbing penulis dengan cinta dan kasih sayang, serta
senantiasa memberikan doa yang tulus kepada penulis. Dan juga adik-adikku tercinta,
tersayang dan terkasih Uci Putri Ayunda Panjaitan, Chili Lusi Oktin Panjaitan, dan si
9. Kepada orang yang penulis sayangi Kakak Sepupu tercinta Syahrida Panjaitan yang selalu
perhatian, penulis ucapkan banyak terima kasih. Terkhusus kepada Rosmawati dan Al
Mukmin Surahma Sitorus yang selalu mendampingi penulis dari awal perkuliahan, memberi
10. Sahabat seperjuangan Juli Indah Panggabean, Juli Hardianti, Fika, Rahmi, Intan, Nadia,
Miftah, Ucha, Lisna, Anggun, Aina dan teman-teman stambuk 2013 Program Studi Sastra
Indonesia yang selalu membantu dalam kegiatan perkuliahan dan juga dalam pengerjaan
skripsi ini. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih ke pada Almaida Sahrani, Hertaty Sireger,
Hesniati Rambe adik-adik yang telah ikut berparti sipasi membantu dalam proses pembuatan
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini.Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun. Akhirnya,
penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai Kata
Sapaan Pada Masyarakat Melayu Riau Kota Pekan Baru Kecamatan Tampan : Kajian
Sosiolinguistik.
Penulis,
Halaman
PENGESAHAN
PERNYATAAN …………………………………………………………………………. i
ABSTRAK ……………………………………………………………………………….. ii
4.1.1 Bentuk sapaan kepada Orang tua Laki-laki dan Perempuan …………………………... 29
4.1.6 Bentuk sapaan kepada Kakek Buyut dan Nenek Buyut …………………..................... 35
4.1.7 Bentuk sapaan kepada Kakak Ayah/Ibu yang Laki-laki dan Perempuan ....................... 36
4.1.8 Bentuk sapaan kepada Adik Ayah/Ibu yang Laki-laki dan Perempuan …...................... 37
4.2 Sistem Sapaan Masyarakat Melayu Riau Berdasarkan Hubungan Nonkekerabatan …….. 42
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang kaya akan keberagaman nilai budaya,
mulai Sabang sampai Merauke. Semuanya dapat berinteraksi dengan baik melalui sarana
masyarakat sosial.Hal ini juga terjadi dalam konteks sebuah kecamatan, salah satunya adalah
Kecamatan Tampan. Masyarakat yang tinggal di sini sebagian besar adalah penduduk asli,
namun ada juga berasal dari daerah lain. Etnik yang tinggal di Riau tidak hanya etnik
Minangkabau tetapi juga ada etnik Jawa.Dengan beragamnya penduduk yang tinggal di daerah
ini, secara tidak langsung berakibat pula pada beragamnya kebudayaan masyarakat tersebut.Hal
ini ikut memengaruhi bahasa yang digunakan, seperti pada penggunaan kata sapaan dalam
masyarakat Riau.
Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan buah pikiran dan
untuk menjalin hubungan yang erat.Bahasa juga sebagai hasil budaya, mengandung nilai-nilai
sosial masyarakat penuturnya (Sumarsono, 2004: 21).Bahasa sering dianggap sebagai produk
sosial atau produk budaya, bahkan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan
itu.Sebagai produk sosial atau budaya tentu bahasa merupakan wadah aspirasi sosial, kegiatan
dan perilaku masyarakat, wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh
tetap.Artinya, ujaran tersebut dari masa ke masa tetap seperti itu.Sapa menyapa tidak pernah
lepas dari kehidupan manusia, hal tersebut karena bertegur sapa sudah menjadi hal yang biasa
oleh seseorang dengan orang lain dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan lawan tutur.
Kata sapaan yang digunakan masyarakat Melayu Riau beragam, seperti: kata sapaan antarsesama
masyarakat, kata sapaan antara anak dan ayahnya. Semua kata sapaan tersebut digunakan sesuai
dengan konteks masing-masing.Hal tersebut dipengaruhi oleh pergaulan dan pengetahuan dari
Kata sapaan yaitu morfem, kata, atau frase yang dipergunakan untuk saling merujuk
tentang topik.Berkaitan dengan faktor-faktor itulah penelitian ini perlu dilakukan.Hal ini
dilakukan agar dapat dilakukan sebuah pendeskripsian kata sapaan yang ada di Riau.
Menurut Chaer (2000:107) kata sapaan adalah kata-kata yang digunakan untuk menyapa,
menegur atau menyebut orang kedua atau orang yang diajak bicara. Chaer (2000:109) juga
menyatakan bahwa kata sapaan terbagi atas dua macam yaitu kata sapaan nama diri dan kata
sapaan nama kekerabatan. Kata sapaan nama diri dapat digunakan terhadap orang yang sudah
akrab dan orang yang sebaya atau jauh lebih muda. Kata sapaan kekerabatan digunakan dengan
aturan tertentu seperti kata sapaan yang digunakan kepada 1) orang tua laki-laki, 2) orang tua
perempuan, 3) saudara yang lebih tua baik itu saudara perempuan maupun saudara laki-laki, dan
4) saudara yang lebih muda baik itu saudara perempuan maupun saudara yang laki-laki.
mempunyai sistem tutur sapa, yakni sistem yang mempertautkan seperangkat kata-kata atau
ungkapan-ungkapan untuk memanggil dan menyebut para pelaku dalam satu peristiwa
bahasa.Para pelaku itu adalah pembicara (pelaku 1), yang diajak bicara (pelaku 2), dan yang
disebut dalam pembicaraan (pelaku 3).Kata atau ungkapan yang dipakai dalam tutur sapa disebut
Sapaan dilakukan oleh seseorang dengan orang lain dalam berinteraksi dan
berkomunikasi dengan lawan tutur. Kata sapaan yang digunakan masyarakat Riau kecamatan
Tampan beragam, seperti: kata sapaan antar sesama masyarakat, kata sapaan antara anak dan
ayahnya, kata sapaan antara masyarakat dan lurah. Semua kata sapaan tersebut digunakan sesuai
dengan konteks masing-masing.Hal tersebut dipengaruhi oleh pergaulan dan pengetahuan dari
Kata Sapaan Pada Masyarakat Riau Kota Pekan Baru Kecamatan Tampan Kajian
Sosiolinguistik. Dari data yang telah dikumpulkan kata sapaan yang terdapat pada Masyarakat
Riau kecamatan Tampan terdapat tiga golongan kata sapaan yang digunakan yaitu: sapaan
1. Sapaan Umum
Kata Sapaan untuk kakak kandung laki-laki, pada masyarakat Riau kecamatan
Tampan.Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa kakak kandung laki-laki yaitu “anih,
uniang, uda,angah, abang, enek, andah, aa’, aciak dan uncu”. Contoh tuturan:
B:Beko pagi.
‘Nanti pagi’
Kata Sapaan untuk pemimpin suku.Untuk menyapa seseorang yang telah diangkat
menjadi pemimpin dalam kesatuan niniak mamak dalam satu nagari biasanya disapa dengan
urang tuo.Pengangkatan urang tuo pada masyarakat Riau biasanya dilakukan dengan cara di
musyawarahkan oleh seluruh masyarakat. Setelah dapat kata mufakat baru dilakukan pemilihan
‘Baru saja’
B:Maik Ali
‘Muhammad Ali’
Kedua tuturan di atas menggunakan kata sapaan urang tuo untuk menyapa pemimpin
B:Insyaallah
‘Insyaallah’
A: Iyo
B: ‘Iya’
Tuturan di atas digunakan untuk menyapa ulama perempuan pada masyarakat Riau.Tempat
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini
difokuskan pada penelitian kualitatif dengan subjek kata sapaan pada masyarakat Melayu
2.Sistem sapaan yang digunakan dalam masyarakat Melayu Riau berdasarkan hubungan
nonkekerabatan.
1. Bagaimanakah bentuk kata sapaan dalam masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru
Kecamatan Tampan?
2. Bagaimanakah sistem sapaan yang digunakan dalam masyarakat Melayu Riau kota Pekan
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk kata sapaan dalam masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru
Kecamatan Tampan .
2. Mendeskripsikan sistem sapaan yang digunakan dalam masyarakat Melayu Riau kota Pekan
1. Manfaat Teoretis
umumnya dan khususnya dalam kajian sosiolinguistik yang berkaitan dengan sistem sapaan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan deskripsi atau paparan tentang bentuk kata
sapaan pada masyarakat Melayu Riau dan sistem-sistem sapaan dalam masyarakat Melayu Riau
berdasarkan nonkekerabatan. Selain itu, diharapkan dari penelitian ini nantinya akan mampu
penelitian sejenis. Diharapkan pula dapat menambah wawasan peneliti sesuai bidang yang
2.1. Konsep
Sesuai dengan topik, dalam tulisan ini digunakan beberapa konsep yaitu bahasa, kata
sapaan, bentuk kata sapaan kekerabatan, bentuk kata sapaan nonkekerabatan, masyarakat tutur,
dialek pada masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan.
2.1.1. Bahasa
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang
berpola tetap dan dapat dikaidahkan (Chaer, 2004:11).Sebagai sebuah sistem, bahasa itu bersifat
sistematis juga bersifat sistemis.Sistematis maksudnya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola
tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan.Sistemis, artinya, sistem bahasa itu bukan
merupakan sebuah sistem tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem
fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon.Setiap bahasa memiliki sistem yang berbeda dari
bahasa yang lainnya.Oleh karena itu, lazim juga disebut bahwa bahasa itu bersifat universal.
Unik artinya memiliki ciri atau sifat khas yang tidak dimiliki bahasa lain; dan universal berarti,
memiliki ciri yang sama yang ada pada semua bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia secara
terminologi mengartikan “Bahasa sebagai sisem lambanga bunyi yang arbitrer yang digunakan
oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi.
Menurut Chaer (2000:107) kata sapaan adalah kata-kata yang digunakan untuk menyapa,
menegur atau menyebut orang kedua atau orang yang diajak bicara. Chaer (2000:109) juga
menyatakan bahwa kata sapaan terbagi atas dua macam yaitu kata sapaan nama diri dan kata
sapaan nama kekerabatan. Kata sapaan nama diri dapat digunakan terhadap orang yang sudah
akrab dan orang yang sebaya atau jauh lebih muda. Kata sapaan kekerabatan digunakan dengan
aturan tertentu seperti kata sapaan yang digunakan kepada 1) orang tua laki-laki, 2) orang tua
perempuan, 3) saudara yang lebih tua baik itu saudara perempuan maupun saudara laki-laki, dan
4) saudara yang lebih muda baik itu saudara perempuan maupun saudara yang laki-laki.
Menurut Kridalaksana (1985:14) kata sapaan adalah kata atau ungkapan yang dipakai
untuk menyebut atau memanggil pelaku dalam suatu peristiwa bahasa.Para pelaku itu ialah
pembicara (pelaku 1), yang diajak bicara (pelaku 2), dan yang disebut dalam pembicaraan
(pelaku 3).Kata yang dipakai dalam tutur sapa disebut kata sapaan. Dalam bahasa Indonesia
terdapat beberapa jenis kata sapaan, yaitu: (1) kata ganti (aku, kamu, ia, kami, kita, mereka,) ; (2)
nama diri (nama orang yang dipakai untuk semua pelaku); (3) istilah kekerabatan (bapak, ibu,
saudara, paman, adik). Sebagai kata sapaan, istilah kekerabatan tidak hanya dipakai terbatas di
antara orang-orang yang berkerabat, tetapi juga dengan orang lain); (4) gelar dan pangkat
Kata sapaan digunakan dalam kehidupan sehari-hari, untuk menempatkan posisi yang
tepat.Dalam berinteraksi kata sapaan digunakan sebagai bagian dari tutur sapa.Kata sapaan
dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian yang dimaksud dengan kata sapaan dalam
penelitian ini adalah kata atau frase yang digunakan untuk menyapa atau memanggil lawan
bicara, yang bertujuan untuk memancing respon dari lawan bicara dalam peristiwa berbahasa,
kelangsungan peristiwa berbahasa dapat menetukan bentuk serta pemakaian kata sapaan apa
yang digunakan.
Kekerabatan merupakan suatu bentuk hubungan sosial yang terjadi karena keturunan dan
perkawinan. Sapaan dalam hubungan kekerabatan ialah sapaan yang digunakan untuk menyapa
orang yang lebih tua atau sebaliknya dalam sebuah keluarga disesuaikan menurut hubungan
keluarga seperti:
Kata sapaan nonkekerabatan adalah kata sapaan yang digunakan untuk menyapa
seseorang dalam kelompok masyarakat diluar hubungan kekerabatan. Hal ini dikarenakan antar
sesama masyarakat harus saling menghormati, meskipun mereka kadang-kadang tidak menyadari
bahwa mereka adalah anggota dari suatu kelompok atau masyarakat, namun setidak-tidaknya
manusia berpikir dan bertindak dengan cara yang telah ditentukan oleh kelompok masyarakat.
Itulah sebabnya mengapa norma-norma yang ada di dalam masyarakat serta tata krama mereka
junjung tinggi didalam golongan atau masyarakat yang begitu kompleks. Kata sapaan
dalam Agama (2) Kata sapaan dalam profesi dan jabatan (3) Kata sapaan dalam adat.
Abdul Chaer (2010) dalam Fishman (1976:28) menyebut masyarakat tutur adalah suatu
seperti itu, maka setiap kelompok orang yang menggunakan bentuk bahasa yang sama, serta
mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa itu, mungkin
2.1.6. Dialek
Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang
berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Para penutur dalam suatu dialek,meskipun
mereka mempunyai variasi bahasa yang bersifat perseorangan, memiliki kesamaan ciri yang
menandai bahwa mereka berada pada satu dialek yang berbeda dengan panutur lain yang berada
Data penelitian ini adalah kata sapaan pada masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru
kecamatan Tampan kajian sosiolinguistik. Kata sapaan yang dibahas dalam penelitian
masyarakatMelayu Riau.
dan sekaligus menjelaskan bagaimana kata sapaanitu digunakan oleh masyarakat Riau.
2.2.1. Sosiolinguistik
mengenal pasti kata sapaan bahasa Melayu Riau yang digunakan masyarakat Riau dalam
penuturan sebenarnya. Jadi, bagaimana kata sapaan itu digunakan, dalam situasi apa, oleh siapa
kepada siapa, keluarga yang bagaimana serta dalam kawasan apa akan menjadi pertimbangan
Sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang melihat gejala sosial dan hubungannya
dengan masyarakat serta kebudayaan.Hal ini sesuai dengan pendapat Nababan (1984:2) yang
mengatakan sosiolinguistik adalah studi atau pembahasan dari bahasa, sehubungan dengan
penuturan bahasa itu sendiri sebagai anggota masyarakat.Boleh juga dikatakan bahwa
perbedaan variasi yang terdapat dalam bahasa yang bersangkutan dengan faktor-faktor
kemasyarakatan (sosial).
hubungan bahasa dengan faktor sosial dalam suatu masyarakat tutur (Chaer dan Leoni Agusti,
merupakan bagian kemasyarakatan dan kebudayaan tertentu (Suwito, 1982:2). Suwito juga
menjelaskan bahwa variasi bahasa yang terdapat dalam pemakaian bahasa itu timbul karena
kebutuhan penutur akan adanya komukasi yang sesuai dengan konteks sosial.
Bahasa tutur sapa merupakan bahasa sehari-sehari dalam bertegur sapa. Bahasa ini
cederung bersifat komunikatif dan digunakan oleh orang-orang yang saling mengenal atau
berasal dari kelompok tutur yang sama. Kata sapaan dalam penggunaannya, dapat mencerminkan
tingkat kesopanan berbahasa tutur atau lisan dari berbagai peristiwa tutur, misalnya dalam
menyapa, menegur, atau memanggil lawan tutur. Seseorang yang tidak tepat memakai kata
sapaan untuk menyapa orang lain, terutama menyapa orang yang lebih tua maka orang tersebut
dianggap kurang beradat atau kurang sopan. Selain itu, kesalahan penggunaan kata sapaan dalam
pemakaiannya dapat mengarah terjadinya salah paham atau konflik antara penyapa dengan orang
yang disapa. Kata yang diucapkan merupakan kata yang berasal dari penyebut nama diri dan
nama kerabat. Nama diri dapat digunakan dalam bentuk utuh seperti Rani, Rendra, Tina.Selain
itu juga dapat digunakan bentuk singkatannya,Ni(bentuk singkat dari Rani), Ren (bentuk singkat
dari Rendra), Tin (bentuk singkat dari Tina). Begitu juga dengan sebutan kekerabatan, digunakan
bentuk lengkap dan bentuk singkatnya.Bentuk lengkap dari sebutan kekerabatan dapat berupa
Bapak, Ibu, Ayah, Kakek, dan Nenek.Bentuk singkat nama kekerabatan dapat berupa Pak (bentuk
singkatan dari Bapak), Bu (bentuk singkatan dari Ibu), Yah (bentuk singkatan dari Ayah), Kek
dan Nek (bentuk singkatan dari Kakek dan Nenek).Hanya saja yang harus diperhatikan tidak
2. Kata yang tergolong istilah kekerabatan, seperti Bapak, Ibu, Paman, Bibi, Adik, Kakak, atau
Abang.
3. Gelar kepangkatan, profesi atau jabatan, seperti Kapten, Profesor, Dokter, Ketua, Lurah, atau
Camat.
Menurut Koenjaraningrat (dalam Syafyahya, 2000:19) jenis kata sapaan sebagai berikut:
(1) sapaan kekerabatan, (2) sapaan nonkekerabatan.Sistem sapaan kekerabatan adalah suatu
ungkapan yang digunakan oleh para pelaku bahasa dalam suatu keperluan yang berupa menyapa,
yang memiliki pertalian darah ataupun karena perkawinan.Senada dengan pernyataan di atas
dalam Syafyahya mengatakan bahwa istilah-istilah kekerabatan dalam suatu bahasa timbul
karena keperluan untuk menyatakan kedudukan diri seseorang secara komunikatif dalam suatu
keluarga. Menurut Syafyahya, dkk (2000:12) kata sapaan nonkekerabatan dapat dikelompokkan
menjadi tiga:
Sapaan bidang agama ialah kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang yang
mendalami dan bekerja dibidang agama.Penggunaan sapaan ini bergantung pada pendalaman
perempuan.Sapaan yang digunakan untuk menyapa ulama laki-laki pada masyarakat Riau yaitu
Maciak.Contoh tuturan:
B:Insyaallah
‘Insyaallah’
B:Iyo
‘Iya’
Tuturan di atas digunakan untuk menyapa ulama perempuan dan laki-laki pada masyarakat
Sapaan bidang adat ialah kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang yang
memangku jabatan dalam adat. Penggunaan kata sapaan ini bergantung kepada jabatannya dalam
adat.Kata Sapaan untuk pemimpin suku.Untuk menyapa seseorang yang telah diangkat
menjadi pemimpin dalam kesatuan niniak mamak dalam satu nagari biasanya disapa dengan
urang tuo.pengangkatanurang tuo pada masyarakat Riau biasanya dilakukan dengan cara di
musyawarahkan oleh seluruh masyarakat. Setelah dapat kata mufakat baru dilakukan pemilihan
B: Baru sabanta ko
‘Baru saja’
B: Maik Ali
` ‘Muhammad Ali’
Kedua tuturan di atas menggunakan kata sapaan urang tuo untuk menyapa pemimpin
Sapaan umum ialah kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang lain. Kata sapaan
seperti ini digunakan hampir diseluruh Kecamatan Tampan. Penggunaan kata sapaan ini
bergantung pada usia, pekerjaan, dan status sosial.Kata Sapaan untuk kakak kandung laki-
laki dan perempuan, pada masyarakat Riau.Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa kakak
kandung laki-laki yaitu “anih, uniang, uda,angah, abang, akak”. Contoh tuturan:
B: Beko pagi
‘Nanti pagi’
Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan.
Ada beberapa buku yang dipakai dalam memahami dan mendukung penelitian ini antara lain
buku yang berjudul Sosiolinguistik perkenalan awal oleh Chaer dan Agustina (2010) dan juga
buku Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa oleh Harimurti kridalaksana (1985). Berkaitan dengan
judul skripsi ini maka yang akan dibahas yaitu alih kata sapaan.
Menurut Chaer (2000:107) kata sapaan adalah kata-kata yang digunakan untuk menyapa,
menegur atau menyebut orang kedua atau orang yang diajak bicara. Chaer (2000:109) juga
menyatakan bahwa kata sapaan terbagi atas dua macam yaitu kata sapaan nama diri dan kata
sapaan nama kekerabatan. Kata sapaan nama diri dapat digunakan terhadap orang yang sudah
akrab dan orang yang sebaya atau jauh lebih muda. Kata sapaan kekerabatan digunakan dengan
aturan tertentu seperti kata sapaan yang digunakan kepada 1) orang tua laki-laki, 2) orang tua
perempuan, 3) saudara yang lebih tua baik itu saudara perempuan maupun saudara laki-laki, dan
4) saudara yang lebih muda baik itu saudara perempuan maupun saudara yang laki-laki.
Penelitian yang berkaitan dengan kata sapaan pernah dilakukan oleh Reni Friskilia
Sihombing (2016) dalam skripsinya dengan judul “Kata Sapaan Bahasa Batak Toba di Unit 5
Desa Panca Bakti dan Bakti Mulya Kecamatan Sungai Bahar” yang menjelaskan tentang
pemakaian kata sapaan dalam Bahasa Batak Toba di Desa Panca Bakti dan Bakti Mulya
Kecamatan Sungai Bahar ini, dikaitkan dengan adat dan kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode agih dalam menganalisis data. Dari hasil
penelitiannya, Reni Friskilia Sihombing menyimpulkan kata sapaan adalah cara atau sistem yang
Misnawati (2015) dalam tesisnya yang berjudul “Kata Sapaan Pada Masyarakat Ujuang
Batuang”, Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
penelitian ini mengkaji tentang jenis-jenis kata sapaan yang ada pada masyarakat Ujuang
Batuang dan bagaimana penggunaan kata sapaan tersebut oleh masyarakat Ujuang Batuang.
Dilihat berdasarkan tiga golongan sapaan yang digunakan masyarakat Ujuang Batuang, yaitu:
(1) sapaan umum, (2) sapaan adat, dan (3) sapaan agama.
Damayanti Hasnah Faizah, AR Mangatur Sinaga (2013) dalam tesisnya yang berjudul
“sistem sapaan bahasa Melayu Riau dialek Kubu Kabupaen Rokan Hilir” Berdasarkan
penelitian yang telah penulis lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa sapaan kekerabatan adalah
sapaaan yang digunakan oleh mayarakat Kubu untuk menyapa orang Kubu yang mempunyai
hubungan keluarga baik dikarenakan pertalian darah maupun perkawinan. Sapaan tersebut dapat
bersifat vertikal dan horizontal.Sapaan yang bersifat vertikal yaitu orang tua kakek/nenek,
kakek/nenek, adik dan abang kakek /nenek, ayah/ibu, adik dan abang orang tua atau paman dan
bibi, mertua, anak, cucu, cicik, buyut/piyut, lembuyut, onta-onta, oneng-oneng.Sapaan yang
bersifat horizontal yaitu saudara sekandung, sepupu, istri, suami, dan ipar.Sapaan
nonkekerabatan adalah sapaan yang digunakan kepada orang yang tidak memiliki hubungan
Nika Sari, Ermanto, dan M. Ismail Nst (2013) dengan judul “Sistem Kata Sapaan
Kekerabatan Dalam Bahasa Melayu Di Kepenghuluan Bangko Kiri Kecamatan Bangko Pusako
Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau” dimuat dalam Skripsinya. Berdasarkan hasil penelitian
Ata, Unyang, Ino, Andung, Atuk, Ata, Ibu,Uwak, Pak Cik, Om, panggil nama, Andak,
Sulung,Udo,Utih, dan Kakak. Selanjutnya, kata sapaan dalam kekerabatan berdasarkan garis
perkawinandi Bangko Kiri adalah Ibu, Umak, Mamak, Ino, Andung, Atuk, Ata, Pak Cik, Uwak,
Om, Mak Cik, Incik, Apak, panggil nama, Abang, Andak, Ongah, Alang, Ucu, Ocik, Utih, Udo,
dan Ulung.Namun, bentuk kata sapaan tersebut pemakaiannya digunakan terhadap ego yang
Wenni Rusbiyantoro (2011) dalam Jurnal Parole, Vol. 2 No 1 Tahun 2011 yang berjudul
“Penggunaan Kata Sapaan Dalam Bahasa Melayu Kutai” pada tahap analisis data digunakan
metode padan. Pada penelitian ini hasil analisi data tentang sistem sapaan dalam Bahasa Melayu
Kutai disajikan secara informal, yaitu berupa kata-kata atau unsure biasa tanpa lambing-lambang
formal yang bersifat teknis.Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan dapat ditarik
kesimpulan bahwa masyarakat Kutai ketika menyapa dengan mitra tuturnya mempunyai aturan
tersendiri. Hal yang harus di perhatikan penutur kitaka menyapa adalah usia, status, hubungan
kekerabatan, dan kedekatan dengan mitra tutur. Dalam bahasa Melayu Kutai terdapat sejumlah
kata sapaan, yaitu sapaan yang berkaitan dengan kekerabatan, pronominal persona, nama diri,
Penelitian ini menjelaskan bentuk kata sapaan dan mendeskripsikan sistem sapaan yang
digunakan dalam masyarakat Melayu Riau.Hasil penelitian kata sapaan sebelumnya dapat
menjadi informasi bagi peneliti saat ini dalam meneliti kata sapaan pada masyarakat Melayu
Riau.
Penelitian yang relevan dengan kata sapaan pada masyarakat Melayu Riau adalah
penelitian Misnawati tentang Kata Sapaan Pada Masyarakat Ujuang Batuang.Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh Misnawati,menjelaskan jenis kata sapaan
yang digunakan masyarakat Ujuang Batuang dan bagaimana kata sapaan itu digunakan oleh
Bentuk kata sapaan dalam penelitiannya meliputi tiga golongan kata sapaan yang
digunakan masyarakat Ujuang Batuang, yaitu : (1) kata sapaan umum, (2) kata sapaan adat, dan
(3) kata sapaan agama. Selanjutnya bagaimana kata sapaan itu digunakan oleh masyarakat
Ujuang Batuang.
Persamaan antara penelitian yang dilakukan adalah sama-sama mengkaji kata sapaan
dalam penelitiannya. Sementara perbedaannya adalah dalam penelitian yang dilakukan oleh
Misnawati hanya membahas mengenai jenis kata sapaan yang digunakan masyarakat Ujuang
Batuang,
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di kota Pekan Baru Kecamatan Tampan Riau. Tampan adalah
sebuah kecamatan di kota Pekan Baru provinsi Riau, Indonesia. Tampan merupakan kecamatan
terluas dan memiliki penduduk terbanyak di kota Pekan Baru dengan jumlah penduduk 175.634
jiwa memiliki luasa wilayah 4.872 km2. Kecamatan Tampan kota Pekan Baru terdiri dari 4
kelurahan. Di kecamatan Tampan kota Pekan Baru juga tersedia sarana dan prasarana sosial
3.2.1 Data
Penelitian ini menggunakan data lisan.Data lisan berupa tuturan yang dituturkan oleh
penutur asli bahasa Melayu Riau yang bermukim di Kecamatan Tampan Kabupaten Pekan
Baru.Penuturan bahasa Melayu Riau di Kecamatan Tampan masih tergolong murni. Yang
memiliki sistem pemerintahan seperti desa-desa lain, hal ini mengindikasikan bahwa ada
kebudayaan tentang sapaan dalam berbahasa dan budaya tersebut sampai sekarang masih
dipertahankan. Dari lokasi penelitian inilah peneliti akan memperoleh data untuk bahan
digunakan dalam pengkajian variasai bentuk dan fungsi dalam sapaan bahasa Melayu ini adalah
data lisan dan data verifikasi. Data verifikasi maksudnya adalah berupa data tuturan-tuturan
bahasa Melayu yang dibuat oleh peneliti sesuai dengan kriteria variasi bentuk dan fungsi dalam
sapaan bahasa Melayu atau tidak, kemudian diverifikasikan kepada informan (penutur asli) untuk
menentukan keabsahannya.
Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu narasumber (Informan).
Narasumber dalam hal ini yaitu orang yang bisa memberikan informasi lisan tentang sesuatu
yang ingin kita ketahui. Seorang informan bisa saja menyembunyikan informasi penting yang
dimiliki oleh karena itu peneliti harus pandai-pandai menggali data dengan cara membangun
kepercayaan, keakraban dan kerjasama dengan subjek yang diteliti di samping tetap kritis dan
analitis. Peneliti harus mengenal lebih mendalam informannya, dan memilih informan yang
benar-benar bisa diharapkan memberikan informasi yang akurat.Data atau informasi juga dapat
diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau aktifitas yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Dari peristiwa atau aktivitas ini, peneliti bisa mengetahui proses
bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung.
Informasi kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan bisa digali lewat sumber
lingkungan, peneliti bisa secara cermat mengkaji dan secara kritis menarik kemungkinan
berikut ini.
3. Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak
6. Sehat jasmani dan rohani ( Mahsun, 1995:106). Informan dalam penelitian ini berjumlah lima
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dan simak.Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa, dokumen,
arsip dan benda-benda lain. Sumber data pokok adalah tuturan, buku-buku tentang kata sapaan
dan metode dalam penelitian bahasa.Metode simak dapat disejajarkan dengan metode
pengamatan atau observasi (Sudaryanto, 2015:203).Metode simak memiliki teknik dasar yang di
sebut teknik sadap.Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan teknik sadap
sebagai teknik dasar karena penyimakan diwujudkan dengan penyadapan penggunaan bahasa
seseorang atau beberapa orang yang menjadi informan atau objek penelitian.Metode simak, yaitu
menyimak pembicaraan penutur dengan lawan tuturnya. Teknik dasar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik sadap dengan cara menyadap tuturan. Teknik lanjutan yaitu teknik
ikut aktif dalam peristiwa tuturan tersebut.Selanjutnya, peneliti melakukan pencatatan terhadap
tuturan tersebut.
Teknik catat dan rekam merupakan teknik lanjutan dalam metode simak.Disamping
peneliti menyimak percakapan yang terjadi di Kecamatan Tampan Kota Pekan Baru.
Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini adalah metode padan
dan metode agih.Metode padan yaitu memadamkan kata sapaan dengan alat penentunya. Metode
padan yang digunakan terdiri dari dua bentuk yaitu metode padan translasional, metode ini
digunakan karena kata sapaan yang diteliti bukan saja dalam bahasa indonesia, tetapi juga bahasa
daerah, dan bahasa gaul. Metode padan translasional digunakan untuk memadankan bahasa
Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya adalah bagian dari bahasa
itu sendiri (Sudaryanto, 2015:18).Metode agih dalam penelitian ini menggunkan teknik dasar
BUL (Bebas Unsur Langsung).Teknik ini digunakan untuk membagi satuan lingual data,
Berikut ini contoh bentuk sapaan dan sistem sapaan dalam bentuk nonkekerabatan pada
masyarakat Melayu Riau Kota Pekan Baru Kecamatan Tampan yang dianalisis dengan metode
untuk menyapa orang yang mempunyai hubungan darah.Bentuk kata sapaan kekerabatan
berdasarkan keturunan dalam bahasa Melayu Riau penggunaannya ditentukan oleh keturunan
patrilineal atau menurut garis keturunan ayah.Berdasarkan hasil penelitian kata sapaan menurut
ayah ditemukan delapan belas kata sapaan. Adapun kata sapaan tersebut adalah Ayah, Abah,
Apak, Atuk, Ata, Unyang, Ino, Andung, Ibu,Uwak, Pak Cik, panggil nama, Andak, Sulung,
Udo,Utih, Kakak, dan Om. Namun, bentuk kata sapaan tersebut pemakaiannya digunakan
terhadap ego yang berbeda dalam kerabat berdasarkan keturunan seperti penjelasan berikut.
Bentuk kata sapaan Ayah, Abah,danApak pemakaiannya digunakan untuk menyapa ayah
kandung. Bentuk kata sapaan Atuk dan Ata pemakainnya digunakan untuk menyapa kakak dan
adik laki-laki dari kakek.Bentuk kata sapaan Unyang pemakaiannya digunakan untuk menyapa
ayah dari kakek.Bentuk kata sapaan Ino dan Andung pemakaiannya digunakan untuk menyapa
kakak dan adik perempuan kakek.Bentuk kata sapaan Ibu pemakaiannya digunakan untuk
menyapa kakak dan adik perempuan dari ayah.Bentuk kata sapaan Uwak, Pak cik pemakaiannya
digunakan untuk menyapa kakak dan adik laki-laki dari ayah.Bentuk kata sapaan Andak dan
Sulung pemakaiannya digunakan untuk menyapa kakak laki-laki.Bentuk kata sapaan Udo, Utih,
dan Kakak pemakaiannya digunakan untuk menyapa kakak perempua. Bentuk kata sapaan
Panggil namapemakaiannya digunakan untuk menyapa adik laki-laki, adik perempuan, anak,
dan cucu. Pemakaian kata sapaan dengan menyebut nama di gunakan untuk menyapa orang yang
Dari data yang telah dikumpulkan kata sapaan yang terdapat pada Masyarakat Riau
kecamatan Tampan terdapat tiga golongan sistem kata sapaan nonkekerabatan yang digunakan
Kata Sapaan untuk kakak kandung laki-laki, pada masyarakat Riau kecamatan
Tampan.Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa kakak kandung laki-laki yaitu “anih,
uniang, uda,angah, abang, enek, andah, aa’, aciak dan uncu”. Contoh tuturan:
B: Beko pagi
‘Nanti pagi’
Kata Sapaan untuk pemimpin suku.Untuk menyapa seseorang yang telah diangkat
menjadi pemimpin dalam kesatuan niniak mamak dalam satu nagari biasanya disapa dengan
urang tuo.pengangkatanurang tuo pada masyarakat Riau biasanya dilakukan dengan cara di
musyawarahkan oleh seluruh masyarakat. Setelah dapat kata mufakat baru dilakukan pemilihan
B: Baru sabanta ko
‘Baru saja’
B: Maik Ali
‘Muhammad Ali’
B: Insyaallah
‘Insyaallah’
A: Iyo
B: ‘Iya’
Tuturan di atas digunakan untuk menyapa ulama laki-laki pada masyarakat Riau.Tempat
perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, walaupun dengan terminologi yang teknis
sifatnya (Sudaryanto, 2015:241).Dengan demikian, sajian hasil analisis data dalam penelitian ini
tidak memanfaatkan berbagai lambang, tanda, singkatan, seperti yang biasa digunakan dalam
menuangkan hasil analisis pada tulisan ini karena pada dasarnya penelitian ini tidak memerlukan
notasi formal.Metode ini dimaksudkan agar dapat mempermudah pemahaman terhadap setiap
hasil penelitian.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dikemukakan dalam bab ini yaitu bentuk kata sapaan dan sistem
sapaan yang digunakan dalam Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan
Bentuk kata sapaan dalam Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan
ada dua yaitu sapaan kekerabatan dan nonkekerabatan. Pemakaian sapaan berdasarkan hubungan
dalam bahasa Indonesia 1) Bentuk sapaan kepada orang tua laki-laki dan perempuan, 2)Bentuk
sapaan kepada anak laki-laki dan perempuan, 3) Bentuk sapaan kepada kakak laki-laki dan
perempuan, 4) Bentuk sapaan kepada adik laki-laki dan perempuan, 5) Bentuk sapaan kepada
kakek dan nenek, 6) Bentuk sapaan kepada kakek buyut dan nenek buyut, 7) Bentuk sapaan
kepada kakak ayah atau ibu yang laki-laki dan perempuan, 8) Bentuk sapaan kepada adik ayah
atau ibu yang laki-laki dan perempuan9) Kata sapaan bidang agama 10) Kata sapaan dalam
Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan
kekerabatan Apakuntuk menyapa orang tua laki-laki dalam Indonesia yang berartiAyah,
sedangkan Amak untuk menyapa orang tua perempuan dalam bahasa Indonesia yang berarti Ibu.
Baru kecamatan Tampan untuk menyapa kedua orang tuanya, seperti contoh data berikut,
B: Mua la
‘Ayolah’
menyapa orang tua laki-laki dan perempuan.Data (1dan 2) di atas terjadi di rumah.Tujuan dari
tuturan (1) adalah untuk menanyakan sesuatu kepada Ayah.Sedangkan tuturan (2) bermaksud
Nak laki dan Nak perempuan dalam sapaan Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan
Tampan digunakan sebagai bentuk sapaan kepada anak laki-laki dan perempuan. Mayoritas
Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan lebih sering menggunakan sapaan
kekerabatan dengan menyebutkan Nama Diri sebagai bentuk sapaan kepada anak laki-laki dan
anak laki-laki dan perempuan. Data (3 dan 4) di atas terjadi jalan dan di rumah. Tujuan dari
tuturan (3) adalah untuk memberi tawaran kepada seorang anak laki-laki.Sedangkan tuturan (4)
menyapa kakak perempuan dalam bahasa Indonesia yang berarti kakak anak tertua ayah dan ibu.
Sapaan Abang dan Akak lebih banyak digunakan mayoritas MasyarakatMelayu Riau kota Pekan
Baru kecamatan Tampan untuk menyapa kakak laki-laki dan perempuan, seperti contoh data
berikut,
menyapa kakak laki-laki dan perempuan. Data (5dan 6) di atas terjadi di telefon dan di
rumah.Tujuan dari tuturan (5) adalah untuk menanyakan sesuatu kepada kakak laki-
perempuan untuk menyapa adik perempuan dalam bahasa Indonesia yang berarti Anak termuda
Ayah dan Ibu. SapaanAdiak lebih banyak digunakan mayoritas MasyarakatMelayu Riau kota
Pekan Baru kecamatan Tampan untuk menyapa adik laki-laki dan perempuan, seperti contoh
data berikut,
laki-laki dan perempuan. Data (7 dan 8) di atas terjadi di rumah. Tujuan dari tuturan (7) adalah
untuk memberi tahu sesuatu bahwa adik tidak mengerti.Sedangkan tuturan (8) bermaksud
Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan
kekerabatan Atuk dalam Indonesia yang berartiKakek, sedangkan Ninik dalam bahasa Indonesia
yang berarti Nenek. Sapaan Atuk dan Niniklebih banyak digunakan mayoritas
MasyarakatMelayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan untuk menyapa orang tua dari
Data (9 dan 10) di atas menggunakan sapaan Atuk dan Ninik yang digunakan untuk
menyapa kakek dan nenek. Data (9 dan 10) di atas terjadi di rumah. Tujuan dari tuturan (7)
adalah untuk memberi tahukan sesuatu yang terjadi kepada kakek.Sedangkan tuturan (8) merasa
Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan di sebut dengan sapaan Unyangdalam bahasa
MasyarakatMelayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan untuk menyapa baik uyut laki-laki
Data (11 dan 12) di atas menggunakan sapaan Unyang yang digunakan untuk menyapa
kakek uyut laki-laki dan nenek uyut perempuan dari. Data (11 dan 12) di atas terjadi di rumah.
Tujuan dari tuturan (11) adalah untuk menanyakan sesuatu kepada kakek uyut laki-
4.1.7 Bentuk Sapaan kepada Kakak Ayah/Ibu yang Laki-laki dan Perempuan
Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan
Makcik untuk menyapa kakak perempuan Ayah/Ibu dalam bahasa Indonesia. Sapaan Pakcik dan
Makcik lebih banyak digunakan mayoritas MasyarakatMelayu Riau kota Pekan Baru kecamatan
Tampan untuk menyapa kakak dari Ayah/Ibu, seperti contoh data berikut,
Data (13 dan 14) di atas menggunakan sapaan Makcik dan Pakcik yang digunakan untuk
menyapa kakak laki-laki dan perempuan dari Ayah/Ibu. Data (13 dan 14) di atas terjadi di rumah
dan di jalan. Tujuan dari tuturan (13) adalah untuk menanyakan sesuatu ke pada kakak laki-laki
Ayah/Ibu.Sedangkan tuturan (14) bertegur sapa sambil basa-basi di jalan ke pada kakak
4.1.8 Bentuk Sapaan kepada Adik Ayah/Ibu yang Laki-laki dan Perempuan
Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan
kekerabatan Omuntuk menyapa adik laki-laki Ayah/Ibu dalam Indonesia yang berartiPaman,
sedangkan Etekuntuk menyapa adik perempuan Ayah/Ibu dalam bahasa Indonesia yang berarti
Bibi. Sapaan Om dan Ibu lebih banyak digunakan mayoritas masyarakatmelayu Riau kota Pekan
Baru kecamatan Tampan untuk menyapa adik laki-laki dan perempuan Ayah/Ibu, seperti contoh
data berikut,
Data (15 dan 16) di atas menggunakan sapaan Om dan Etekyang digunakan untuk
menyapa adik laki-laki dan perempuan dari Ayah/Ibu. Data (15 dan 16) di atas terjadi di rumah
dan di pasar. Tujuan dari tuturan (15) adalah untuk mengajak kesuatu tempat kepada adik laki-
laki Ayah/Ibu.Sedangkan tuturan (16) menanyakan sesuatu yang ingin di beli sambil berjalan di
Syafyahya (2000:12), mengatakan bahwa kata sapaan keagamaan adalah kata sapaan
yang digunakan untuk menyapa orang yang mendalami dan bekerja di dalam agama”.
Penggunan sapaan ini bergantung pada pendalaman seorang terhadap agama, khususnya agama
islam karena mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Masyarakat melayu Riau kota Pekan
Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan Ustadz, Mudim, Hajih dalam bahasa indonesi
digunakan untuk menyapa ulama laki-laki, sedangkan Hajah dalam bahasa indonesiauntuk
menyapa ulama perempuan. Sapaan Ustadz, Mudim, Hajih dan Hajahlebih banyak digunakan
mayoritas masyarakatmelayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan untuk menyapa
B: Terimakasih
‘Terimakasih’
Data (17,18,19 dan 20) di atas menggunakan sapaan Ustadz, Mudim, Hajih dan
Hajahyang digunakan untuk menyapa ulama laki-laki dan perempuan. Data (17 dan 18) di atas
terjadi di mesjid dan data (19 dan 20) di rumah dan toko kue. Tujuan dari tuturan (17)) adalah
untuk bertanya kepada ulama yaitu pak Ustadz.Tuturan (18) bertegur sapa sambil basa-basi di
mesjid kepada ulama laki-laki seorang Mudim.Tuturan (19) menanyakan dari mana saja kepada
ulama laki-laki yaitu seorang Haja.Sedangkan tuturan (20) mempersilahkan hidangan untuk
Sapaan bidang adat ialah kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang yang
memangku jabatan dalam adat. Penggunaan kata sapaan ini bergantung kepada jabatannya dalam
adat. Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan
kekerabatan untuk menyapa seseorang yang telah diangkat menjadi pemimpin dan kepala suku
dalam kesatuan biasanya disapa dengan Urang Tuo dan pembantu penghulu dalam bidang
pemerintahan biasanya menggunakan sapaan Kepalo Penghulu ( nama diri)seperti contoh data
berikut,
Data (21 dan 22) di atas menggunakan sapaan Urang Tuo dan Kepalo Penghulu (nama
dari)yang digunakan untuk menyapa kepala suku dan pembantu penghulu dalam bidang
pemerintahan. Data (21 dan 22) di atas terjadi di rumah. Tujuan dari tuturan (21) adalah untuk
menanyakan dan ingin mengetahui siapa pemimpin suku dalam pernikahan.Sedangkan tuturan
Sapaan umum ialah kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang lain. Kata sapaan
seperti ini digunakan hampir diseluruh Kecamatan Tampan. Penggunaan kata sapaan ini
bergantung pada usia, pekerjaan, dan status sosial. Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru
kecamatan Tampan menggunakan sapaan kekerabatan untuk menyapa seorang saudara kandung
biasanya disebut sebagai Sedao Kandung, sedangkan sapaan kekerabatan untuk menyapa
seseorang yang bekerja sebagai ke pala desa disebutdengan kepalo desa, seperti contoh data
berikut,
B: Kalimaro ado
‘Ada kemarin’
Data (23 dan 24) di atas menggunakan sapaan Seodao Kandung dan Kepalo Desa yang
digunakan untuk menyapa saudara kandung dan pekerjaan seseorang ( status sosial). Data (23
dan 24) di atas terjadi di kantor. Tujuan dari tuturan (23) adalah sebagai interfiuuntuk
singgah kerumah
Kata sistem diartikan sebagai prangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan
sehingga membentuk suatu totalitas.Sementara sapaan artinya kata atau frasa untuk saling
merujuk dalam pembicara dan yang berbeda-beda menurut sifat hubungan di antara pembicara.
Jika demikian maka sistem sapaan dapat diartikan sebagai tata cara menyapa yang berhubungan
dengan pamakaian bentuk sapaan di dalam berkomunikasi sesuai dengan pemakai bahasa pada
Sistem sapaan nonkekerabatan merupakan suatu ungkapan yang digunakan para pelaku
bahasa dalam suatu keperluan yang berupa menyapa yang tidak memiliki pertalian darah ataupun
perkawinan. Dalam Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan sistem sapaan
Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan berdasarkan
4.2.1.1 Ninik/ Atuk ,Sapaan Ninik/Atuk digunakan untuk menyapa orang yang usianya sebaya
B: Iya tuk
‘Iya Atuk’
A: Makasih ya nak
‘Terimakasih nak’
digunakan untuk menyapa berdasarkan usia. Data (25 dan 26) di atas terjadi di rumah dan di
jalan. Tuturan (25) adalah seseorangbertanya kepadaNenek. Sedangkan tuturan (26) Kakek
4.2.1.2 Om/Ibu
Sapaan Om/Ibu digunakan untuk menyapa orang yang usianya sebaya denganorang tua
Data (27 dan 28) di atas menggunakan sapaan Om dan Ibu yang digunakan untuk
menyapa berdasarkan usia. Data (27 dan 28) di atas terjadi di rumah. Tuturan (27) adalah
menanyakansebuah mobil baru. Sedangkan tuturan (28) menanyakan apa yang sedang dimasak
ibu.
Sapaan Abangdan Akak digunakan untuk menyapa orang yang usianya lebih tua dan
belum berkeluarga atau orang yang sebaya dengan Abang atau Kakak penyapa.Berikut contoh
data sapaan,
B: Dai sinin
‘Dari sana’
B: Makasih
‘Terimakasih’
Data (29 dan 30) di atas menggunakan sapaan Bang (Abang) dan Akak (Kakak) yang
digunakan untuk menyapa berdasarkan usia. Data (29 dan 30) di atas terjadi di rumah dan di
jalan. Tuturan (29) adalah seseorang bertanya kepada abangnya dari mana saja. Sedangkan
Data (31 dan 32) di atas menggunakan sapaan Risna (Nama Diri)) dan Riko (Nama Diri)
yang digunakan untuk menyapa berdasarkan usia. Data (31 dan 32) di atas terjadi di jalan dan di
sekolah. Tuturan (31) adalah seseorang bertanya kepada risna. Sedangkan tuturan (32) seorang
4.2.1.5 Budak
Sapaan Budak digunakan untuk menyapa orang yang usianya lebih muda dari pada
Data (33 dan 34) di atas menggunakan sapaan Budak yang digunakan untuk menyapa
berdasarkan usia. Data (33 dan 34) di atas terjadi di puskesmas dan di luar rumah. Tuturan (33)
4.2.1.6 Beliau
Sapaan Beliau digunakan untuk menyapa orang yang sudah akrab dengan
penyapa.Sapaan ini biasanya digunakan untuk orang yang lebih tua dari penyapa.Tetapi tidak
jarang sapaan ini juga digunakan kepada orang yang sebaya dengan penyapa. Berikut contoh
data sapaan,
B: Yo lah baeklah
‘Ya sudahbaiklah’
Data (35 dan 36) di atas menggunakan sapaan Beliau yang digunakan untuk menyapa
berdasarkan usia. Data (35 dan 36) di atas terjadi di tempat kerja dan di jalan. Tuturan (35)
adalah penyapa mencari informasi sekaligus bertanya. Sedangkan tuturan (36) penyapa
4.2.1.7 Sedao
Sapaan Sedao digunakan untuk orang yang sangat akrab dengan penyapa.Sapaan ini
digunakan kepada orang yang usianya sebaya dengan penyapa.Sapaan ini sebagai tanda
B: Iyo
‘Iya’
Data (37 dan 38) di atas menggunakan sapaan Sedao yang digunakan untuk menyapa
berdasarkan usia. Data (37 dan 38) di atas terjadi di suatu tempat di luar rumah. Tuturan (37)
adalah penyapa bertanya kepada kakak beradik mereka bersedao.Sedangkan tuturan (38)
Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan berdasarkan
Sapaan Ino/ Onsu digunakan untuk menyapa orang yang disayang atau dimanja untuk
satu-satunya dalam sebuah kelurarga, sedangkan sapaan Onsu biasanya digunakan untuk
menyapa anak perempua yang paling kecil dalam sebuah keluarga. Berikut contoh data,
Data (39 dan 40) di atas menggunakan sapaan Ino dan Onsu yang digunakan untuk
menyapa berdasarkan panggilan sayang. Data (39 dan 40) di atas terjadi di suatu tempat di luar
rumah dan di dalam rumah. Tuturan (39) adalah penyapa yaitu seorang ibumengagumi inonya
yang baik. Sedangkan tuturan (40) penyapa ingin mengajak onsu pergi ke pekan dan seseorang
4.2.2.2 Kantan
Sapaan Kantan digunakan untuk menyapa orang yang disayang atau dimanja untuk anak
Data (41 dan 42) di atas menggunakan sapaan Kantan yang digunakan untuk menyapa
berdasarkan panggilan sayang. Data (41 dan 42) di atas terjadi di suatu tempat di rumah dan di
luar rumah. Tuturan (41) adalah penyapa yaitu seorang ibu resah dan gelisahkantannya tidak
kelihatan di rumah satu harian. Sedangkan tuturan (42) penyapa mengingatkan kantan singgah
ke rumah makciknya.
4.2.2.3 Manjo
Sapaan Manjo digunakan untuk menyapa orang yang disayang atau dimanja untuk anak
laki-laki, apabila dalam satu kelurga memilik anak laki-laki empat orang, sedangkan ketiga anak
laki-lakinya sudah berkeluarga dan tinggallah satu anak laki-laki dalam keluarga tersebut yang
belum berkelurga maka anak laki-laki yang belum berkeluarga ini biasanya disapa Manjo.
B: Biyarkan ajo la
‘Biyarkan sajalah’
Data (43 dan 44) di atas menggunakan sapaan Manjo yang digunakan untuk menyapa
berdasarkan panggilan sayang. Data (43 dan 44) di atas terjadi di suatu tempat di luar rumah.
Tuturan (43) adalah penyapa menanyakan mengapa manjo tidak datang ke rumah. Sedangkan
Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan berdasarkan
4.2.3.1 Tengku
Sapaan Tengku digunakan untuk menyapa orang dari keturunan raja. Biasanya gelar ini
disertakan nama diri pemiliknya. Misalnya: Tengku Usman dan Tengku Ali, berikut contoh data,
B: Di tompek pemancingan jo
Data (45 dan 46) di atas menggunakan sapaan Tengkuh yang digunakan untuk menyapa
berdasarkan garis keturunan. Data (45 dan 46) di atas terjadi di suatu tempat di luar rumah dan
dalam rumah. Tuturan (45) adalah penyapa mengagumi ke baikan dan ke cantikan menantu
seorang tengkuh. Sedangkan tuturan (46) penyapamenanyakan tempat memancing ikan kepada
seorang tengkuh.
4.2.3.2 Wan
Sapaan Wan digunakan apabila yang perempuan dari suku Melayu sedangkan yang laki-
laki berasal dari Timur Tengah, misalnya Arab.Maka keturunanya menggunakan Wan.Keturunan
pertama baik laki-laki maupun perempuan tetap menggunakan gelar Wandi depan namanya.
Apabila terjadi pernikahan perempuan dengan garis keterunan Wanmenikah dengan laki-laki
tanpa garis keturunan maka gelar Wan hanya jatuh kepada anak laki-laki. Namun apabila laki-
laki dari keturunan Wanmenikah dengan perempuan tanpa garis keturunana maka gelar Wan jauh
pada setiap anaknya. Biasanya gelar ini disertakan namadiri pemiliknya. Misalnya: Wan Safar,
Data (47 dan 48) di atas menggunakan sapaan Wanyang digunakan untuk menyapa
berdasarkan garis keturunan. Data (47 dan 48) di atas terjadi di suatu tempat di luar rumah.
Tuturan (47) adalah penyapa menanyakan mengapa tidak singgah ke rumah kepada wan.
Sedangkan tuturan (48) penyapa menanyakan apa yang sedang di lakukan wan.
4.2.3.3 Said
Sapaan Said digunakan apabila keturunan tengku menikah dengan keturunan Wan, maka
keturunan dari mereka menjadi Said. Biasanya gelar ini disertakan nama diri pemiliknya.
B: Beko siang
‘Nanti siang’
Data (49 dan 50) di atas menggunakan sapaan Said yang digunakan untuk menyapa
berdasarkan garis keturunan. Data (49 dan 50) di atas terjadi di suatu tempat di rumah. Tuturan
(49) adalah penyapa menyuruh seorang said masuk ke rumah.Sedangkan tuturan (50) penyapa
Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan berdasarkan
Sapaan Tungkek Tempuong digunakan untuk menyapa orang yang sudah sangat tua tetapi
belum juga meninggal dunia, betapa tuanya orang itu sehingga ketika berjalan umpamakan
B: Alun lai
‘Belum’
‘Tidak mengerti’
Data (51 dan 52) di atas menggunakan sapaan Tungkek Tempuong yang digunakan untuk
menyapa berdasarkan julukan. Data (51 dan 52) di atas terjadi di suatu tempat di rumah. Tuturan
(51) adalah penyapa menanyakan seorang tungkek tempuong sudah makan apa belum.
Sedangkan tuturan (52) penyapa menanyakan mengerti dengan cerita seorang ibu kepada
tungkek tempuong.
Sapaan Panglima Latu digunakan untuk menyapa orang laki-laki yang sudah tua tetapi
belum juga menikah atau sapaan untuk laki-laki yang lama menikah.Berikut contoh data,
B:Terimakasih
‘Terimakasih’
Data (53 dan 54) di atas menggunakan sapaan Panglima Latu yang digunakan untuk
menyapa berdasarkan julukan. Data (53 dan 54) di atas terjadi di suatu tempat di luar rumah.
Tuturan (53) adalah penyapa bertanya kepada Panglima Latu. Sedangkan tuturan (54) penyapa
Sapaan Ateng digunakan untuk menyapa orang laki-laki yang postur tubuhnya kecil dan
Data (55 dan 56) di atas menggunakan sapaan Atengyang digunakan untuk menyapa
berdasarkan julukan. Data (55 dan 56) di atas terjadi di suatu tempat di jalan. Tuturan (55)
adalah penyapa menanyakan mengapa ateng kelihatan cemas. Sedangkan tuturan (56) penyapa
Sapaan Pak/ Buk Guruadalah sapaan untuk orang yang mengajar di sekolah atau
perguruan tinggi. biasanya sapaan ini digunakan oleh anak-anak sekolah untuk menyapa guru-
guru mereka di sekolah maupun di luar sekolah. Selain murid-murid tempat guru itu mengajar,
masyarakat yang mengetahui seseorang itu adalah guru juga akan menyapanya dengan sebutan
Data (57 dan 58) di atas menggunakan sapaan Bapak dan Ibu Guru yang digunakan
untuk menyapa berdasarkan profesi/gelar. Data (57 dan 58) di atas terjadi di suatu tempat di
sekolahan. Tuturan (57) adalah penyapa menanyakan pelajaran apa yang akan di ajarkan pak
guru. Sedangkan tuturan (58) penyapamember tahu kepada bu guru sudah waktunya pulang
4.2.5.2 Bidan
ketika menyapa diikuti oleh nama bidan tersebut. Misalnya Bidan Ita, Bidan Tanti.Berikut
contoh data,
B: Iyo
‘Iya’
Data (59 dan 60) di atas menggunakan sapaan Bidan yang digunakan untuk menyapa
berdasarkan profesi/gelar. Data (59 dan 60) di atas terjadi di suatu tempat puskesmas dan
warung. Tuturan (59) adalah penyapa memanggil bidan segara datang kerumah. Sedangkan
tuturan (60) penyapa menanyakan ke pada seorang bidan suka makan dengan banyak cabai.
Sapaan Pak Kua adalah sapaan untuk orang yang bekerja di kantor urusan agama. Baik
ketika Pak Kua berada dalam kantor maupun diluar kantor. Berikut contoh data,
B: Insyallah
‘Insyallah’
62 A: Alah jadi Pak Kua bikinkan buku nikah urang tua ko?
B: Alun lai
‘Belum’
Data (61 dan 62) di atas menggunakan sapaan Pak Kua yang digunakan untuk menyapa
berdasarkan profesi/gelar. Data (61 dan 62) di atas terjadi di suatu tempatkantor agama. Tuturan
(61) adalah penyapa menanyakan surat nikah dapat di urus oleh pak kua. Sedangkan tuturan (62)
penyapa menanyakan tentang buku nikah yang akan di buat oleh pak kua.
4.2.5.4 Datuk
Sapaan Datuk adalah sapaan yang digunakan untuk menyapa orang banyak mengetahui
adat istiadat setempat. Biasanya gelar ini disertakan nama diri pemiliknya. Misalnya: Datuk Raja
B: Yo, benar
‘Ya benar’
B: Muhammad Ari.
‘Muhammad Ari’
Data (63 dan 64) di atas menggunakan sapaan Datuk yang digunakan untuk menyapa
berdasarkan profesi/gelar. Data (63 dan 64) di atas terjadi di suatu tempat luar rumah. Tuturan
(63) adalah penyapa memberi tahukan bahwa datuk sangat terkenal di kampung. Sedangkan
Masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan menggunakan sapaan berdasarkan
1. Aku
Sapaan Aku sepadan dengan kata aku/saya dalam bahasa Indonesia yaitu kata ganti
persona pertama. Sapaan aku digunakan oleh seseorang untuk menyebut diri sendiri ketika
berbicara dengan teman sebaya dan tidak boleh digunakan kepada orag yang lebih tua karena
dianggap kasar, dengan orang yang lebih tua biasanya menggunakan nama diri. Berikut contoh
data,
B: Hati-hati di jalan yo
berdasarkan penggolongan kata ganti persona pertama. Data (65 dan 66) di atas terjadi di suatu
tempat luar rumah dan rumah sakit. Tuturan (65) adalah memberi tahukan bahwa ingin pergi
memancing. Sedangkan tuturan (66) sudah lama menahankan sakit yang di rasakan.
2. Awak
Sapaan Awak sepadan dengan kata saya dalam bahasa Indonesia.Penggunaan sapaan
awak untuk orang yang lebih tua usianya dari penyapa.Hal tersebut dikarenakan sapaan awak
terlihat lebih santun atau sopan bila dibandingkan dengan kata aku. Pada mayarakat Riau kota
Pekan Baru kecamatan Tampan sapaan awak dapat menjadi persona pertama jamak dalam
bahasa Indonesia sepadan dengan kata kita. Sapaan awak digunakan untuk menyatakan dirinya
dengan mitra bicaranya.Penggunaan sapaan awak dirasa lebih sopan.Berikut contoh data,
B: Iyo
‘Iya’
Data (67) di atas menggunakan sapaan Awak yang digunakan untuk menyapa
berdasarkan penggolongan kata ganti persona pertama.Data (67) di atas terjadi di suatu tempat
dalam rumah.Tuturan (67) adalah memberi tahukan bahwa awak sudah lama tidak berkunjung
kerumah kakek.
1. Kami
kedua tunggal. Sapaan kami digunakan untuk menyatakan diri sebagai orang pertama jamak
B: Ndak tau
‘Tidak tahu’
Data (68) di atas menggunakan sapaan Kami yang digunakan untuk menyapa berdasarkan
penggolongan kata ganti persona ke dua.Data (68) di atas terjadi di suatu tempat di rumah.
Tuturan (68) adalah memberi tahukan serta bersedih tadak bisa kembali ke kampung halaman.
2. Kito
Sapaan Kito sepadan dengan kata kita dalam bahasa Indonesia yaitu kata ganti persona
Data (69) di atas menggunakan sapaan Kito yang digunakan untuk menyapa berdasarkan
penggolongan kata ganti persona ke dua.Data (69) di atas terjadi di suatu tempat dalam
3. Tuan-tuan
Sapaan Tuan-tuan sepadan dengan kata kamu dalam bahasa Indonesia yaitu kata ganti
persona kedua jamak. Sapaan tuan-tuan biasanya digunakan untuk menyapa orang sebaya atau
sopan atau tidak memiliki etika daam berbicara. Berikut contoh data,
Data (70) di atas menggunakan sapaan Tuan-tuan yang digunakan untuk menyapa
berdasarkan penggolongan kata ganti persona ke dua.Data (70) di atas terjadi di rumah makan.
Tuturan (70) adalah menanyakan makanan apa yang ingin dipesan dan di santap.
4. Kalian
Sapaan Kalian sepadan dengan kata kamu dalam bahasa Indonesia yaitu kata ganti
persona kedua jamak. Sapaan tuan-tuan biasanya digunakan untuk menyapa orang yang sebaya
atau usianya lebih muda dari pada pesapa.Jika digunakan untuk orang tua maka dianggap tidak
sopan atau tidak memiliki etika dalam berbicara. Berikut contoh data,
Data (71) di atas menggunakan sapaan Kalian yang digunakan untuk menyapa
berdasarkan penggolongan kata ganti persona ke dua.Data (71) di atas terjadi di suatu
5.1. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan dapat ditarik simpulan bahwa
penelitian ini mengkaji tentang bentuk kata sapaan yang ada pada masyarakat Melayu Riau kota
Pekan Baru kecamatan Tampan dan sistem kata sapaan dalam nonkekerabatan oleh masyarakat
Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan. Berdasarkan analisis data kata sapaan pada
masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Bentuk kata sapaan pada masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan Tampan terdiri
atas 11 bentuk sapaan yaitu : 1) Bentuk sapaan kepada orang tua laki-laki dan perempuan,
2)Bentuk sapaan kepada anak laki-laki dan perempuan, 3) Bentuk sapaan kepada kakak laki-
laki dan perempuan, 4) Bentuk sapaan kepada adik laki-laki dan perempuan, 5) Bentuk sapaan
kepada kakek dan nenek, 6) Bentuk sapaan kepada kakek buyut dan nenek buyut, 7) Bentuk
sapaan kepada kakak ayah atau ibu yang laki-laki dan perempuan, 8) Bentuk sapaan kepada
adik ayah atau ibu yang laki-laki dan perempuan 9) Kata sapaan bidang agama 10) Kata
2.Sistem sapaan yang digunakan pada masyarakat Melayu Riau kota Pekan Baru kecamatan
Tampan berdasarkan hubungan nonkekerabatan terdiri dari :1) Sapaan Berdasarkan Usia, 2)
Penggolongan Kata.
Bahasa daerah adalah salah satu unsur kebudayan yang sangat penting dan kelestariannya
perlu dikembangkan dan dijaga. Melalui skripsi ini, maka penulis menyarankan: 1) Kepada
seluruh masyarakat Melayu Riau, terutama bagi yang telah meninggalkan kampung halamannya
agar tetap merasa bangga dengan bahasa ibunya, dan mengajarkan bahasa daerah tersebut kepada
anak-anaknya. 2) Diharapkan kepada generasi muda, janganlah sampai menipis keinginan untuk
AR Mangatur Sinaga, Damayanti Hasnah Faizah. 2013. “Sistem Sapaan Bahasa Melayu Riau
Dialek Kubu Kabupaen Rokan Hilir”(Tesis). Riau: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Chaer, Abdul. 2000. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia.Jakarta: Bharata Karya Aksara.
Chaer, Abdul & Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal (Edisi Revisi).
Jakarta:Rineka Cipta.
Publisher
Di Unit 5 Desa Panca Bakti dan Bakti Mulya Kecamatan Sungai Bahar”(Skripsi). Jambi:
Nusa Indah..
Mashun. 1995. Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Muzamil A.R, Ahadi sulissusiawan, Hartono, dan M. Junus. 1997. Sistem Sapaan Melayu
M. Ismail Nst, Ermanto, dan Nika Sari. 2013. “Sistem Kata Sapaan Kekerabatan Dalam Bahasa
Melayu Di Kepenghuluan Bangko Kiri Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir
Provinsi Riau” (Skripsi). Padang: Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Padang.
Ritonga, Parlaungan dkk. 2016. Bahasa Indonesia Praktis. Medan: Bartong Jaya.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Dharma
University Press.
Syafyahya, Leni, dkk. 2000. Kata sapaan Bahasa Minangkabau Di Kabupaten Agam. Jakarta:
INFORMAN I
3. Umur : 45 tahun
6. Agama : Islam
3. Umur : 55 tahun
4. Pekerjaan : Guru
6. Agama : Islam
3. Umur : 28 tahun
4. Pekerjaan : Bidan
6. Agama : Islam
3. Umur : 52 tahun
4. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Agama : Islam
3. Umur : 25 tahun
6. Agama : Islam
54. A: Panglima Latuko elok hati nyo dan ganteng rupa nyo
‘Panglima Latu itu baik hatinya dan tampan wajahnya’
B: Terimakasih.
‘Terimakasih’
62. A: Alah jadi Pak Kua bikinkan buku nikah urang tua ko?
‘Sudah jadi Pak Kua buatka buku nikah orang tua itu?’
B: Alun lai
‘Belum’