Anda di halaman 1dari 137

HALAMAN JUDUL

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL


PRAHARA CINTA ALIA KARYA ARIF YS:
KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana sastra

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Oleh:

RATIH WIDIA RIYANI

NIM 1414015055

Sastra Indonesia S1

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2019

i
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk


orangtuaku,
kakakku,
teman-temanku,
dan almamaterku.

v
RIWAYAT HIDUP

Ratih Widia Riyani, lahir di Paser pada hari Selasa 23 Januari

1996. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara

pasangan Bapak Iswanto dan Ibu Sulingatin. Saat ini penulis

tinggal di Jl. AW. Syahranie Gang 17 Blok B No. 17, Gunung

Kelua, Kelurahan Air Hitam, Kecamatan Samarinda Ulu,

Samarinda, Kalimantan Timur. Penulis memulai pendidikan formal di TK PGRI 4

Babulu pada tahun 2001 dan lulus pada tahun 2002. Kemudian melanjutkan

pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 003 Babulu pada tahun 2002 dan lulus pada

tahun 2008. Selanjutnya meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 3 Penajam Paser Utara tahun 2008 dan lulus pada tahun 2011. Kemudian

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Samarinda pada

tahun 2011 dan lulus pada tahun 2014. Setelah itu, pada tahun 2014 penulis

melanjutkan pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri di Samarinda dan

terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur.

vi
ABSTRAK

Riyani, Ratih Widia. 2019. Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Prahara
Cinta Alia Karya Arif YS: Kajian Psikologi Sastra. Skripsi. Program
Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Mulawarman. Pembimbing I: Dr. H. Yusak Hudiyono, M.Pd.,
Pembimbing II: Dahri D., S.S., M.Hum.

Kata kunci: struktur faktual, psikologi sastra, kepribadian


Penelitian ini membahas novel Prahara Cinta Alia karya Arif YS dengan
menggunakan pendekatan psikologi sastra untuk menganalisis struktur
kepribadian tokoh. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktural
novel Prahara Cinta Alia karya Arif YS, serta untuk mengetahui struktur
kepribadian dalam novel Prahara Cinta Alia karya Arif YS.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Penelitian ini memiliki data berupa kata dan kutipan, sedangkan
sumber data dalam penelitian ini adalah novel Prahara Cinta Alia karya Arif YS.
Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan teknik baca dan teknik
catat dengan menggunakan instrumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data, dan membuat simpulan.
Hasil penelitian ini merujuk pada unsur struktural novel yang bersifat
unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur instrinsik dalam penelitian ini meliputi tokoh
utama yaitu Alia, kemudian tokoh tambahan atau pendukung cerita yaitu Antonio,
Andika, dan Rangga. Novel ini memiliki alur campuran yang sebagian besar
berlatar di Kota Surabaya. Unsur ekstrinsik yang dijabarkan dalam penelitian ini
adalah perubahan kepribadian Alia yang lugu menjadi anak yang nakal.
Perubahan kepribadian Alia terjadi karena dilatarbekangi oleh kondisi kedua
orang tuanya yang kurang harmonis sehingga menyebabkan ia tinggal bersama
neneknya. Dari latar belakang ini pengarang menyampaikan aspirasi dalam bentuk
kepribadian Alia.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Prahara Cinta Alia Karya Arif YS:

Psikologi Sastra.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak

sebagai berikut.

1. Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si. selaku Rektor Universitas Mulawarman

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba

ilmu di Universitas Mulawarman.

2. Dr. H. Mursalim, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya yang

telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman.

3. Dahri D., S.S., M.Hum. selaku Ketua Program Studi Sastra Indonesia

dan selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. H. Yusak Hudiyono, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Staf dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Budaya, khususnya Program

Studi Sastra Indonesia.

6. Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Iswanto dan Ibu Sulingatin,

Kakak Agus Suselo, Nurvianti Amelia, serta keluarga besar yang telah

viii
memberikan motivasi, semangat, kasih sayang, dukungan dan doa

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat penulis dan Group Mantap Djiwa yang bersedia

mendukung dan memberi saran dalam mengerjakan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan di Sastra Indonesia angkatan 2014 yang

telah memberikan dukungan serta semangat kepada penulis dan tempat

bertukar pikiran dalam menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini terdapat

kekurangan. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun

kedepannya dalam menyusun skripsi ini.

Samarinda, 8 April 2019

Penulis,

Ratih Widia Riyani

NIM.1414015055

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI..............................................................iv

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................v

RIWAYAT HIDUP...............................................................................................vi

ABSTRAK............................................................................................................vii

KATA PENGANTAR........................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang……...……………………………………………………..1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………4

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………….....4

1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………….......4

1.5 Sistematika Penelitian ……………………………………………………..5

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................7

2.1 Kajian Pustaka……………………………………………………………..7


2.2 Landasan Teori………………………………………………………….....8

2.2.1 Novel……………………………………………………………….8

2.2.2 Struktur Faktual…………………………………………………...9

2.2.3 Psikologi Sastra………….……………………………………….14

2.3 Kerangka Berpikir………….…………………………………………..19

2.4 Definisi Konseptual………………………………………………………22

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................23

3.1DefinisiOperasional………………………..……………………………….23

3.2 Pendekatan Penelitian……………………………………………………23

3.3 Data dan Sumber Data…………………………………………………...23

3.3.1 Data………………………………………………………………24

3.3.2 Sumber Data……………………………………………………..24

3.4 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………………………..……...25

3.5 Teknik Analisis Data…………………………………………………….26

3.5.1 Reduksi Data…………………………………………….……….26

3.5.2 Penyajian Data………………………………………….………..26

3.5.3 Membuat simpulan……………………………………………….27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................28

4.1 Data dan Analisis………………………………………………………...28


4.1.1 Analisis Struktur Faktual dalam Novel Prahara Cinta Alia Karya

Arif YS ……………………………………………………………………..28

4.4.2 Analisis Kepribaian Tokoh Utama dalam Novel Prahara Cinta

Alia Karya Arif YS…………………………………………………………………………………………….66

4.2 Hasil Penelitian…………………………………………………………..82

4.2.1 Hasil Penelitian Struktur Faktual dalam Novel Prahara Cinta Alia

Karya Arif YS…………………………………………………….82

4.2.2 Hasil Penelitian Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Prahara

Cinta Alia Karya Arif YS……….………………………………...85

4.3 Pembahasan………………..……………………………………………86

BAB V PENUTUP................................................................................................88

5.1 Simpulan…………………………………………………………………88

5.2 Saran……………………………………………………………………...89

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................90
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Indetifikasi Novel……………………..………………………..92

Lampiran 2 : Sampul Novel…………………………………………….…….93

Lampiran 3 : Ringkasan cerita………………………………………………..94

Lampiran 4 : Data kutipan Novel…………………………………………....102

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra merupakan karya imajinatif yang menggambarkan kehidupan. Hal

ini dapat dilihat pada karya-karya yang menceritakan tentang percintaan,

keagamaan, dan sejarah. Melalui karyanya, pengarang akan memperlihatkan

kecenderungan mereka dalam berkarya. Kecenderungan ini bisa disebut sebagai

sikap pengarang dalam mengekspresikan karyanya. Oleh karena itu,

mengapresiasi karya sastra berarti berusaha untuk menemukan nilai-nilai yang

tercermin dalam karya sastra serta menemukan nilai-nilai yang dikonstruksi oleh

pengarang.

Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan tempat

untuk pengarang mengekspresikan karyanya dalam bentuk tulisan. Dalam novel

terdapat tokoh utama yang menjadi pusat utama dalam cerita. Segala konflik yang

terdapat dalam novel dialami tokoh utama dan tokoh-tokoh lain yang saling

memengaruhi. Biasanya konflik yang dialami merupakan kisah nyata maupun

fiksi belaka. Pengarang dalam menciptakan sebuah karya, tidak lepas dari kerja

keras serta pengamatan di lingkungan sekitar untuk menciptakan imajinasi yang

tinggi. Salah satunya, pengarang mengamati aspek kehidupan masyarakat, seperti

fenomena percintaan. Fenomena percintaan banyak muncul dalam karya sastra

sejak lama dan semakin berkembang hingga kini. Kemunculan fenomena ini

xiii
menjadi salah satu penyebab lahirnya karya-karya yang mengangkat isu tindakan

negatif dan menjaga moral.

xiii
2

Percintaan pada masa remaja tanpa ikatan pernikahan merupakan salah

satu penyebab lahirnya tindakan negatif yakni perbuatan asusila. Masyarakat

seharusnya mampu mencegah tindakan negatif tersebut yang saat ini menjadi

sebuah masalah besar dalam kehidupan sosial. Peristiwa seperti ini sering terjadi

di lingkungan sekitar. Seperti halnya dengan novel Prahara Cinta Alia karya Arif

YS yang diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2016. Novel

Prahara Cinta Alia bercerita tentang tindakan negatif, khususnya tindakan

asusila.

Novel Prahara Cinta Alia bercerita tentang seorang perempuan yang

bernama Alia. Alia menjalin hubungan dengan tiga laki-laki, yaitu Antonio,

Andika, dan Rangga dalam waktu yang hampir bersamaan. Namun, karena

kelakuannya tersebut membuat Alia terseret pada sebuah masalah. Dalam

percintaannya, Alia harus rela kehilangan kehormatan. Berawal dari surat yang

dikirim oleh beberapa laki-laki, membuat Alia semakin penasaran untuk membaca

surat-surat itu. Alia yang saat itu diam-diam membaca dan membalas surat

Antonio melupakan nasihat almarhum kakeknya untuk tidak berpacaran terlebih

dahulu. Hubungannya dengan Antonio berlangsung sampai mereka masuk

sekolah menengah atas.

Di sekolah barunya, Alia menjalin hubungan dengan teman sekelasnya,

yaitu Andika. Hubungan mereka terjalin diam-diam di belakang Antonio. Di lain

tempat, Alia yang saat itu hendak pulang dari salah satu pusat perbelanjaan tiba-

tiba motornya tidak bisa dinyalakan. Tidak lama kemudian Rangga lewat

menghampiri dan membantunya. Mereka kemudian bertukar nomor telepon dan

akhirnya menjadi dekat.


3

Hubungan Alia dengan kedua laki-laki tersebut terjalin dalam waktu yang

bersamaan tanpa sepengetahuan Antonio, pacar pertama Alia. Saat itu, Alia ingin

mengakhiri kisah cintanya dengan Rangga karena sifat kasar dan ringan tangan.

Akan tetapi, saat itu Rangga tidak terima diputuskan. Hal tersebut membuat

Rangga kecewa kemudian balas dendam dengan menyebarkan foto-foto syur Alia

di media sosial.

Dari perjalanan cinta Alia dengan ketiga kekasihnya tersebut terdapat

perubahan dalam diri Alia. Perubahan itu terlihat sejak almarhum kakeknya

meninggal. Perubahan-perubahan Alia semakin drastis ketika ia memasuki

sekolah menengah kejuruan dan berlangsung hingga Alia tamat sekolah. Berbeda

sekolah dengan Antonio adalah awal Alia berani mendua bahkan menigakan

Antonio. Ketidakadanya peran orang tua juga memengaruhi perubahan diri dan

kehidupan Alia dalam menjalani kisah cintanya.

Penelitian ini menggunakan kajian psikologi sastra yang mengungkap

karya sastra sebagai hasil aktivitas kejiwaan. Dalam novel Prahara Cinta Alia

menceritakan adanya perubahan dalam kehidupan tokoh Alia dengan ketiga

kekasihnya. Perubahan tersebut merupakan situasi kejiwaan tokoh yang terdapat

di dalam novel Prahara Cinta Alia. Penelitian ini akan menganalisis struktur

faktual dalam novel yang meliputi tokoh dan penokohan, alur, dan latar serta

menganalisis perubahan tokoh utama untuk mengetahui kepribadian tokoh dalam

novel Prahara Cinta Alia karya Arif YS.


4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa permasalahan

dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana struktur faktual dalam Novel Prahara Cinta Alia karya Arif

YS?

2. Bagaimana kepribadian tokoh utama yang terefleksi dalam Novel Prahara

Cinta Alia karya Arif YS?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang menjadi dasar dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan struktur faktual dalam Novel Prahara Cinta Alia karya

Arif YS.

2. Mendeskripsikan kepribadian tokoh utama yang terefleksi dalam Novel

Prahara Cinta Alia karya Arif YS.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan memperoleh hasil yang

positif dalam upaya meningkatkan prestasi. Adapun manfaat dalam penelitian ini

sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Dari segi teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu

pengetahuan dalam bidang pengkajian novel terkhusus dalam penerapan

teori psikologi sastra.


5

2. Manfaat Praktis

Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman

bagi pembaca novel yang berhubungan dengan kepribadian dalam

bermasyarakat.

1.5 Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan skripsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

BAB I : Pendahuluan

Pendahuluan adalah bagian awal dari skripsi yang meliputi

latar belakang alasan peneliti menentukan permasalahan,

rumusan masalah yang merujuk dalam bentuk pertanyaan,

tujuan penelitian yaitu keinginan yang telah dicapai dalam

penelitian, manfaat penelitian yang menunjukkan kepada

pembaca mengenai hasil penelitian, dan sistematika

penelitian berupa susunan penelitian.

BAB II : Landasan Teori

Landasan teori merupakan kajian teori yang berhubungan

dengan penelitian berupa kajian pustaka yang sebelumnya

telah dipaparkan terlebih dulu, landasan teori yang

berkaitan dengan penelitian yakni struktur factual dan

struktur kepribadian Sigmund Freud, kerangka berpikir

dibuat dalam bentuk bagan agar memudahkan penelitian,

dan definisi konseptual berupa batasan konsep yang dipakai

dalam penelitian.
6

BAB III : Metode Penelitian

Metode penelitian definisi operasional berupa variabel-

variabel, pendekatan penelitian berupa cara pendekatan

objek, data dan sumber data berupa novel Prahara Cinta

Alia Karya Arif YS, teknik pengumpulan data berupa cara

pengumpulan data dengan instrument, dan teknik analisis

data berupa cara menganalisis penelitian.

BAB IV : Hasil dan Pembahasan

Hasil dan pembahasan merupakan bagian ini dari

penelitian. Bagian ini berupa hasil analisis penelitian

dengan menggunakan kajian psikologi sastra dalam novel

Prahara Cinta Alia karya Arif YS.

BAB V : Penutup

Penutup merupakan bagian akhir penelitian yang berupa

simpulan dan saran. Simpulan merupakan pernyataan

singkat dari hasil penelitian dan saran berupa pendapat

yang dikemukakan .
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian yang relevan perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran

sebagai perbandingan. Berikut akan dijelaskan mengenai hasil penelitian psikologi

sastra yang dianggap relevan. Penelitian tersebut dilakukan oleh Khoiriyatul

Fajriyah (2017), Ririn Setyorini (2017), dan Amran (2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Fajriyah pada tahun 2017 yang berjudul

Kepribadian Tokoh Utama Wanita dalam Novel “Alisya” Karya Muhammad

Mahkdlori: Kajian Psikologi Sastra. Penelitian tersebut menggunakan teori

struktur kepribadian untuk mengungkap kepribadian tokoh wanita dalam novel

Alisya karya Muhammad Makhdlori. Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif dengan pendekatan objektif dalam kajian psikologi sastra Sigmund

Freud. Teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka. Hasil penelitian

tersebut menunjukan struktur kepribadian berupa id, ego, dan superego dan faktor

perubahan kepribadian tokoh utama wanita dalam novel Alisya karya Muhammad

Makhdlori.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Setyorini pada tahun 2017 yang

berjudul Analisis Kepribadian Tokoh Marni Kajian Psikologi Sigmund Freud

dalam Novel “Entrok” Karya Okky Madasari. Penelitian tersebut menggunakan

teori struktur kepribadian untuk mengungkap kepribadian tokoh Marni dalam

novel Entrok karya Okky Madasari. Penelitian ini merupakan pendekatan

7
8

deskriptif kualitatif dengan data berupa paragraf yang terdapat dalam novel. Hasil

penelitian tersebut menunjukan struktur kepribadian tokoh Marni berupa id, ego,

dan superego.

Penelitian lain dilakukan oleh Amran pada tahun 2018 dalam skripsi yang

berjudul Analisis Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel “Berteman Dengan

Kematian Catatan Si Gadis Lupus” Karya Sinta Ridwan. Penelitian tersebut

menggunakan teori struktur kepribadian dan konflik psikolgis untuk mengungkap

perubahan tokoh utama. Penelitian ini menggunakan penelitian psikologi sastra

Sigmund Freud. Hasil penelitian menunjukkan konflik psikologis tokoh utama

dan struktur kepribadian.

Secara umum penelitian Fajriyah, Setyorini, Amran, dan penelitian yang

akan dilakukan memiliki persamaan pada kajian, yaitu membahas kepribadian

tokoh utama. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu

pada objek dan analisis yang dilakukan. Penelitian ini akan menganalisis struktur

kepribadian tokoh utama dalam novel Prahara Cinta Alia karya Arif YS. Dalam

penelitian ini akan dianalisis struktur faktual yang meliputi tokoh dan penokohan,

alur, dan latar sebagai analisis pertama. Kemudian akan dilanjutkan dengan

menganalisis struktur kepribadian tokoh utama dalam novel tersebut.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Novel

Novel adalah sebuah karangan prosa yang mengandung makna kehidupan.

Novel biasanya berisi tentang percintaan, keagamaan, sosial dan politik yang

mencerminkan masyarakat tertentu. Selain itu, novel dapat diadaptasi dari kisah
9

nyata atau pun kisah imajinatif. Novel merupakan salah satu bentuk dari dua

prosa, yakni novel dan cerita pendek (cerpen). Secara harfiah, novel berasal dari

Itali novella yang berarti sebuah barang baru yang kecil dan diartikan sebagai

cerita pendek dalam bentuk prosa. Namun, istilah novella mengandung pengertian

yang sama dalam istilah Indonesia novelet (Inggris novelette) yang berarti sebuah

karya prosa yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang, namun tidak terlalu

pendek (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2013:11-12).

Selain itu, novel dibagi menjadi dua jenis, yaitu novel populer dan novel

serius. Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak

memiliki penggemar khususnya pembaca di kalangan remaja yang menampilkan

masalah-masalah aktual dan mengikuti zaman. Novel populer tidak menampilkan

permasalahan secara intens, sebab jika demikian novel populer akan menjadi berat

dan serius. Sedangkan, novel serius tidak bersifat mengabdi kepada selera

pembaca dan pembaca jenis novel ini tidak (mungkin) banyak. Untuk membaca

novel serius diperlukan daya konsentrasi yang tinggi dan disertai dengan kemauan

diri. Pengalaman dan permasalahan kehidupan ditampilkan dalam novel jenis ini.

Novel serius juga bertujuan untuk memberikan pengalaman yang berharga kepada

pembaca. Paling tidak mengajak pembaca untuk merenung dan meresapi

permasalahan tersebut (Nurgiyantoro, 2013:21-24).

2.2.2 Struktur Faktual

Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2013:31-32) membedakan unsur

pembangun sebuah novel dalam tiga bagian, yaitu fakta, tema, dan sarana

pengucapan. Fakta (facts) dalam sebuah cerita meliputi karakter, alur, dan latar.

Ketiganya merupakan fakta-fakta cerita yang berfungsi sebagai catatan kejadian


10

imajinatif dari sebuah cerita. Ketiga elemen ini dinamakan struktur faktual atau

tingkatan faktual cerita. Struktur faktual merupakan salah satu aspek cerita yang

disorot dari satu sudut pandang (Stanton dalam Sugihastuti, 2012:22).

(1) Tokoh dan Penokohan

Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2013:247) tokoh adalah orang-

orang yang ditampilkan dalam suatu karya fiksi atau drama yang memiliki

kualitas moral dan kecenderungan tertentu. Istilah penokohan lebih luas

pengertiannya daripada dengan tokoh, sebab mencakup masalah siapa tokoh

cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan pelukisan dalam

sebuah cerita sehingga sanggup memberi gambaran yang jelas kepada pembaca.

Penggunan istilah karakter atau penokohan merujuk pada dua konteks.

Konteks pertama merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita.

Kemudian konteks kedua merujuk pada percampuran dari berbagai kepentingan,

keinginan, emosi, dan prinsip moral (Stanton dalam Sugihastuti, 2012:33).

Tokoh-tokoh cerita pada sebuah fiksi dapat dibedakan dalam beberapa

jenis. Perbedaan sudut pandang dan tinjauan dapat dikategorikan ke dalam jenis

penamaan, yakni tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh

yang diutamakan dalam sebuah fiksi, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang

dikenai kejadian. Tokoh utama paling banyak diceritakan dan berhubungan

dengan tokoh-tokoh yang lain. Ia hadir sebagai pelaku dan penentu perkembangan

plot secara menyeluruh. Tokoh utama dalam cerita fiksi, mungkin saja lebih dari

satu orang, walaupun kadar keutamaanya tidak selalu sama. Keutamaannya

ditentukan oleh dominasi banyaknya penceritaan dan pengaruhnya terhadap

perkembangan plot secara menyeluruh. Pemunculan tokoh tambahan adalah


11

tokoh-tokoh pendamping dalam cerita yang membantu tokoh utama dalam

menyempurnakan plot secara menyeluruh (Nurgiyantoro, 2013:259).

(2) Alur

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2013:167) menjelaskan bahwa alur

merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam

pengurutan dan penyajian peristiwa untuk mencapai efek artistik dan emosional

tertentu. Artinya, alur menampilkan kejadian-kejadian yang mengandung konflik

yang mampu menarik simpati bahkan mengharukan pembaca.

Selain itu, ada tahapan lain untuk mendukung terjadinya peristiwa dalam

cerita sebagai berikut (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2013:201-.205).

1. Tahap Awal

Tahap awal sebuah cerita biasanya disebut tahap perkenalan. Tahap

awal biasanya berisi sebuah informasi penting yang berkaitan dengan

berbagai hal yang dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya.

2. Tahap Tengah

Tahap tengah biasanya disebut dengan tahap pertikaian yang

menampilkan pertentangan dan konflik yang sudah dimunculkan pada

tahap sebelumnya.

3. Tahap Akhir

Tahap akhir dikatakan sebagai tahap peleraian yang menampilkan

adegan tertentu sebagai akhir klimaks.

Selain tahap di atas terdapat tahap yang merupakan rangkaian dari peristiwa-

peristiwa yang menjadi bagian dari alur atau jalan cerita. Tasfir (dalam
12

Nurgiyantoro, 2013:209-210) membedakan tahapan plot atau alur dalam lima

bagian sebagai berikut.

1. Tahap eksposisi (pengenalan)

Tahap eksposisi adalah tahap pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh

cerita. Tahap ini merupakan tahap pemberian informasi awal untuk

memberikan gambaran cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

2. Tahap generating circumtances (pemunculan konflik)

Tahap generating circumtances adalah tahap awal terjadinya masalah

dan peristiwa yang akan dikembangkan menjadi konflik-konflik

berikutnya.

3. Tahap rising action (peningkatan konflik)

Pada tahap ini konflik yang dimunculkan berkembang dan menjadi

sebuah peristiwa dramatik dalam inti cerita.

4. Tahap climaks (puncak masalah)

Pada tahap ini semua permasalahan mencapai titik intensitas puncak.

Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh utama yang berperan

sebagai pelaku konflik utama.

5. Tahap donoument (penyelesaian)

Tahap terakhir adalah tahap penyelesaian yang telah mencapai

klimaks. Penyelesaian dalam hal ini yaitu menyelesaikan masalah

dengan mengendorkan ketegangan atau mencari jalan keluar.

(3) Latar

Stanton (dalam Sugihantuti, 2012:35) mengemukakan latar adalah

lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita semesta berinteraksi


13

dengan peristiwa yang sedang berlangsung. Latar biasanya dapat berupa latar

tempat, latar waktu, dan latar sosial yang akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Latar tempat

Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin

berupa tempat-tempat dengan nama tertentu. Untuk mendeskripsikan

suatu tempat secara meyakinkan perlu adanya unsur dominan dalam

karya yang bersangkutan. Latar tempat menjadi khas apabila didukung

oleh latar sosial dan latar spiritual yang menentukan ketipikalan latar

tempat yang ditunjuk (Nurgiyantoro, 2010: 228).

2. Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan kapan masalah atau peristiwa itu

terjadi. Latar waktu dalam fiksi menjadi dominan dan fungsional

apabila dihubungkan dengan peristiwa sejarah. Pengangkatan unsur

sejarah dalam karya fiksi akan menyebabkan waktu yang khas

sehingga tidak dapat diganti dengan waktu yang lain tanpa

memengaruhi perkembangan cerita (Nurgiyantoro, 2010:231).

3. Latar sosial

Latar sosial berhubungan dengan prilaku kehidupan sosial masyarakat

di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Mencakup tata cara

kehidupan sosial bermasyarakat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat,

tradisi, keyakinan pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap. Latar

sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan,

misalnya kelas rendah, menengah, dan atas (Nurgiyantoro, 2010:233).


14

2.2.3 Psikologi Sastra

Pada tahun 1930 sampai dengan 1970-an, psikologi didefinisikan sebagai

studi ilmiah tentang prilaku dan proses mental. Dalam hal ini, definisi psikologi

menyangkut dua hal, yakni prilaku-tampak (overt-behavior) dan proses-mental

(kognisi). Stanton (dalam Emzir dan Rohman, 2015:162) menyatakan bahwa

psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan

perbuatan individu yang tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya. Pelaksanaan

psikologi dilakukan dengan jalan mengumpulkan dan mencatat secara teliti

tingkah laku manusia selengkap mungkin dan berusaha menjauhkan diri dari

segala prasangka. Oleh karena itu, orang akan mendapat jawaban yang terpercaya

mengenai berbagai pentanyaan teoretis dan praktis.

Penelitian psikologi sastra memiliki peranan yang penting dalam bidang

sastra kerena memiliki beberapa kelebihan. Di antaranya, psikologi sastra sangat

penting untuk mengkaji aspek perwatakan secara mendalam, dapat memberikan

umpan balik kepada peneliti tentang perwatakan yang dikembangkan, dan

penelitian semacam ini sangat membantu menganalisis karya sastra yang kental

dengan masalah psikologi (Endraswara dalam Minderop, 2011:2).

Bidang psikologi sastra pada hakikatnya saling berhubungan dengan

manusia. Psikologi sastra merupakan kajian sastra yang memandang karya

sebagai aktivitas kejiwaan. Sastra menyajikan ungkapan kejiwaan manusia dalam

bentuk seni, sedangkan psikologi mempelajari proses-proses kejiwaan manusia.

Oleh karena itu, karya sastra lahir untuk mengekspresikan pengalaman-

pengalaman yang dituangkan ke dalam tokoh. Terkait dengan psikologi, terutama


15

dengan kepribadian atau perwatakan tokoh dapat menjadi bahan kajian lewat

karya sastra.

(1) Teori Kepribadian Psikoanalisis Sigmund Freud

Sigmund Freud merupakan seorang keturunan Yahudi, lahir di Austria dan

meninggal di London pada usia 83 tahun. Freud juga seorang neurolog yang

membangun gagasannya tentang teori psikologi berdasarkan pengalamannya

menghadapi pasien yang mengalami problem mental. Menurut keluarganya, Freud

merupakan anak yang istimewa dalam segala hal dan genius. Freud

mengembangkan metode psikoanalisis sebagai cara untuk menganalisis atau

menggali problem pasiennya dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang

menghasilkan pengalaman masa kecil sesorang yang dapat memengaruhi

kepribadiannya hingga dewasa. Hal ini dilakukan dengan cara berdialog dengan

pasiennya (Eagleton dalam Minderop, 2011:10-11).

Psikoanalisis memusatkan perhatiannya pada satu konsep, yakni

ketidaksadaran. Ketidaksadaran pada hakikatnya memiliki beberapa istilah, Freud

menyebutnya sebagai dimensi yang tidak bersuara, tersebunyi, dan realitas

psikologis. Konsep psikoanalisis tentang realitas psikologis yang berupa

ketidaksadaran selanjutnya dikembangkan oleh Jacques Lacan dengan

mentransformasinya pada bahasa, terutama dalam hal hasrat dan identitas. Secara

umum, ketidaksadaran itu sendiri diartikan sebagai satu rumah dari pengalaman-

pengalaman yang menyakitkan, tidak menyenangkan, dan emosi-emosi yang lain,

seperti gembira, hasrat, konflik atau ketegangan yang tidak terselesaikan,

kesedihan, keinginan dan seksual. Ketidaksadaran berasal dari masa lalu atau
16

masa muda seseorang melalui keinginan yang ditekan atau repression (Susanto,

2012:57).

3. Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud

Faktor-faktor yang memengaruhi kepribadian adalah faktor historis masa

lampau dan faktor kontemporer, analoginya faktor bawaan dan faktor lingkungan

dalam pembentukan kepribadian individu. Selanjutnya Freud membagi psikisme

manusia menjadi id, ego, dan superego.

a. Id

Id merupakan induk kepribadian yang diwarisi sejak lahir. Artinya, id

diturunkan secara genetik dan berkaitan dengan dorongan-dorongan

bersifat biologis. Menurut Freud, id berada di alam bawah sadar dan tidak

ada kontak dengan realita. Id bekerja dangan dua cara, yakni secara

refleksi dan melalui proses primer. Misalnya, ketika menginjak api maka

seseorang akan menghindar. Kerja semacam ini dinamakan kerja refleks.

Namun, refleks ini tidak selalu mampu menahan ketegangan sehingga

manusia memerlukan satu kesan yang ideal dari objek yang ingin

diraihnya. Cara kerja ini sering disebut sebagai cara primer yang dicirikan

tidak masuk akal, tidak dapat membedakan antara khayalan dan realitas.

Freud percaya dorongan ini memberi kepuasan dalam realitas eksternal

(Susanto, 2012:61).

Id juga dianggap sebagai satu-satunya penyalur kumpulan-kumpulan

energi atau ketegangan yang dicurahkan dalam tubuh manusia oleh

rangsangan-rangsangan baik dari dalam maupun luar. Freud

memprinsipkan kehidupan sebagai prinsip kesenangan yang bertujuan


17

untuk membebaskan seseorang dari ketegangan. Tujuan lain prinsip

kesenangan adalah usaha untuk mencegah dan menemukan kesenangan.

Dengan kata lain, id adalah semacam alat refleksi untuk membebaskan

dirinya dari rangsangan sensoris yang menyebabkan diri seseorang

terguncang (Hall, 2016:26).

Id bekerja menurut prinsip kenikmatan karenanya jika pemenuhan id

melambat, maka terjadi konflik-konflik yang menimbulkan rasa gelisah,

sakit, dan perasaan lain yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu,

diperlukan sistem yang dapat merealisasikan imajinasi itu menjadi

kenyataan, yakni ego (Rokhmansyah, 2014:162).

b. Ego

Ego adalah pelaksana dari kepribadian yang mengontrol dan

memerintahkan id, super-ego, dan memelihara hubungan dengan dunia

luar untuk kepentingan seluruh kepribadian dan keperluan yang luas (Hall,

2017:36). Ego timbul karena adanya kebutuhan organisme yang

memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan. Oleh

karenanya, ego dikatakan mengikuti prinsip kenyataan dan beroperasi

menurut proses sekunder. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya

ketegangan selama belum menemukan objek yang cocok untuk

memuaskan kebutuhannya. Sedangkan, proses sekunder adalah berpikir

realistik. Dengan proses ini ego menyusun rencana untuk memuaskan

kebutuhan kemudian melakukan rencana itu. Namun harus diingat, ego

merupakan bagian dari id yang memajukan tujuan-tujuan id dan bukan

untuk mengecewakan (Hall dan Gardner, 1993:66).


18

Ego berada di antara alam sadar dan alam bawah sadar. Tugasnya,

memberikan tempat pada fungsi mental utama misalnya, penyelesaian

masalah dan pengambilan keputusan. Karena ego memuat cara-cara

bagaimana kita memilih dan memutuskan pemenuhan kebutuhan id

dengan cara berpikir rasional, ego dikatakan memiliki fungsi eksekusif

dalam kepribadian manusia (Rokhmansyah, 2014:163).

c. Superego

Superego adalah cabang moril dalam kepribadian. Superego

berkembang dari ego sebagai akibat dari perpaduan yang dialami

seseorang mengenai hal yang baik atau buruk. Superego terdiri dari ego

ideal dan hati nurani. Ego ideal adalah pengertian seseorang tentang apa

yang secara moril dianggap baik. Sebaliknya, hati nurani adalah

pengertian-pengertian seseorang yang dianggap moril buruk dan semua

terbentuk melalui pengalaman hukuman. Ego ideal dan hati nurani

dianggap sebagai segi-segi yang bertentangan dari ukuran moril yang

sama (Hall, 2017: 43-44).

Superego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita

tradisional masyarakat sebagaimana diterangkan orang tua kepada

anaknya. Superego bertindak sebagai wasit tingkah laku yang

diinternalisasikan dengan memberikan respons terhadap hadiah-hadiah

atau hukuman-hukuman yang telah diberikan. Fungsi-fungsi pokok

superego adalah (1) merintangi impuls-impuls id terutama impuls seksual

dan agresif, (2) mendrong ego untuk menggantikan tujuan realitis dengan

tujuan moralistis, dan (3) mengajarkan kesempurnaan. Jadi, superego


19

cenderung untuk menantang id maupun ego dan membuat dunia menurut

gambarannya sendiri (Hall dan Gardner, 1993:67-68).

Superego dapat diartikan sebagai representasi dari berbagai nilai dan

hukum-hukum satu masyarakat di mana individu tersebut berada.

Superego mengacu pada moralitas dalam kepribadian. Misalnya, ego

seseorang ingin melakukan hubungan seks secara teratur tetapi, id orang

tersebut menginginkan hubungan seks yang memuaskan karena seks

memang nikmat. Kemudian superego timbul dan menengah dengan

anggapan merasa berdosa dengan melakukan hubungan seks (Minderop,

2011:22).

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagaimana

masalah yang penting (Sekaran dalam Sudaryono, 2017:158). Artinya,

berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan selanjutnya dianalisis secara

kritis dan sistematis hingga menghasilkan analisis yang berhubungan dengan

antar variabel yang diteliti.

Penelitian ini mengambil objek, yaitu novel Prahara Cinta Alia karya

Arif YS yang terbit pada tahun 2016. Penelitian ini akan mendeskripsikan

kepribadian tokoh utama dalam novel dengan kajian psikologi sastra khususnya

teori psikoanalisis Sigmund Freud. Untuk mengungkap kepribadian tokoh utama

perlu adanya tahapan atau alur analisis dalam penelitian, seperti struktur fatual

yang meliputi tiga bagian, yaitu tokoh dan penokohan, alur, dan latar. Dalam

struktur faktual, penelitian berfokus pada tokoh utama yang saling berhubungan
20

dengan alur dan latar. Setelah diketahui tiga bagian tersebut selanjutnya

menggunakan teori struktur kepribadian yang meliputi tiga bagian, yaitu id, ego,

dan superego untuk mencari kepribadian tokoh. Hasil dari penelitian kemudian

diperoleh gambaran tentang kondisi kepribadian tokoh utama. Kepribadian tokoh

utama inilah menjadi tujuan utama penelitian ini. Secara sederhana kerangka

berpikir ini dapat digambarkan dalam bagan berikut ini.


21

Bagan kerangka berpikir

Novel Prahara Cinta Alia Karya Arif YS

Alur Tokoh Latar

Struktur Kepribadian Sigmund Freud

Id Ego Superego

Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel


Prahara Cinta Alia Karya Arif YS
22

2.4 Definisi Konseptual

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teori yang dijadikan pedoman

sehingga mempermudah jalannya penelitian. Dari beberapa teori yang digunakan

dalam penelitian ini, maka definisi konseptual yang berhubungan dengan yang

akan diteliti sebagai berikut ini.

(1) Struktur kepribadian Sigmund Freud

Struktur kepribadian yang dimaksudkan dalam penelitian ini untuk

menjelaskan bagaimana perubahan kepribadian tokoh utama dalam novel.

Hal ini dijelaskan berdasarkan beberapa indikator berhubungan dengan

kejiwaan seperti id, ego, dan superego seseorang. Struktur kepribadian

yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan struktur kepribadian

Sigmund Freud.

(2) Tokoh utama

Tokoh utama yang dimaksud adalah tokoh Alia dalam novel yang

berhubungan langsung dengan tokoh-tokoh lain, seperti Antonio, Andika,

dan Rangga.

(3) Novel

Novel yang dimaksud adalah novel Prahara Cinta Alia karya Arif YS

tahun 2016 penerbit Gramedia Pustaka Utama.

(4) Psikologi sastra

Psikologi sastra yang dimaksud merupakan kajian dalam bidang kejiwaan

yang mengkaji aspek perwatakan tokoh melalui karya sastra.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam sebuah penelitian bertujuan untuk memberi

petunjuk yang berkaitan dengan judul atau kajian penelitian. Oleh karena itu,

diperlukan beberapa variabel-variabel yang akan dikemukakan. Varibel yang

dimaksudkan adalah sesuatu yang menjadi objek dalam penelitian. Adapun

variabel-variabel yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Variabel mengenai struktur faktual, indikatornya adalah sebagai

berikut.

a. Tokoh dan penokohan

b. Alur

c. Latar

2. Variabel mengenai struktur kepribadian, indikatornya adalah sebagai

berikut.

a. Id

b. Ego

c. Superego

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif. Pendekatan kualitatif yang dimaksud adalah melakukan penelitian

23
24

sesuai dengan mekanisne kerja penelitian dengan mendeskripsikan kata atau

kalimat secara ilmiah melalui data yang terdapat di dalam novel.

Melalui metode deskriptif, penelitian ini berusaha menggambarkan dan

menginterpresentasikan objek apa adanya (Creswell dalam Sudaryono, 2017:82).

Tujuan dari metode deskriptif ini adalah untuk menggambarkan secara sistematis

faktual dan akuratnya fakta, objek atau subjek dengan fenomena yang diselidiki

dalam novel Prahara Cinta Alia karya Arif YS.

3.3 Data dan Sumber Data

3.3.1 Data

Data dalam penelitian ini adalah berupa kutipan kata, kalimat, dan

ungkapan yang akan digunakan untuk menganalisis struktur faktual dan struktur

kepribadian dalam novel Prahara Cinta Alia karya Arif YS yang terkait dengan

rumusan masalah dalam penelitian ini.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Prahara Cinta Alia karya

Arif YS dengan identitas sebagai berikut.

Judul : Prahara Cinta Alia

Penulis : Arif YS

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2016 (cetakan pertama)

Tebal Buku : XII + 395 Halaman


25

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik baca dan

teknik catat. Teknik baca adalah membaca secara berulang-ulang novel yang

menjadi objek penelitian untuk mendapatkan data. Sedangkan teknik catat adalah

teknik yang dilakukan untuk mencatat data dari sumber data yang berupa kalimat

atau potongan kisah.

Teknik baca digunakan sebagai langkah awal pengumpulan data.

Kemudian dilanjutkan dengan teknik catat untuk mencatat data yang didapatkan

dalam novel. Untuk mencatat data digunakan instrument penelitian yang berisi

nomor data, kutipan, jenis data, dan halaman yang dijelaskan sebagai berikut.

Tabel
Instrument data

No. Kutipan Jenis Data Halaman

Nomor data yang dimaksud merupakan penomoran data secara berurutan

berdasarkan perolehan data sesuai dengan jenis data yang dicari. Kemudian

kutipan yang dimaksud merupakan potongan kalimat atau paragraf yang menjadi

data dalam penelitian ini. Sedangkan jenis data yang dimaksud merupakan isu

yang akan diteliti. Selanjutnya, halaman merupakan nomor halaman novel yang

digunakan dalam mengutip data.

Adapun langkah pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Membaca keseluruhan novel Prahara Cinta Alia karya Arif YS.


26

2. Menandai kalimat yang berkaitan dengan struktur faktual dan

struktur kepribadian.

3. Mencatat data dalam novel yang berisi seperti peristiwa-peristiwa,

latar, kehidupan sosial, alur, dan lain sebagainya.

3.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yang dilakukan dengan

urutan tata kerja atau tahap-tahap kegiatan yang ditempuh untuk menyusun

penelitian (Ibrahim, 2015:108). Adapun teknik yang digunakan untuk

menganalisis data penelitian ini sebagai berikut.

3.5.1 Reduksi Data

Reduksi data adalah proses awal menelaah data yang dihasilkan dengan

cara melakukan pengujian data dalam penelitian. Pada tahap ini peneliti

menentukan secara ulang atau menyederhanakan data yang telah diperoleh,

kemudian memasukkannya ke dalam kategori yang sesuai dengan instrumen

penelitian yang telah dibuat. Dari data-data tersebut peneliti dapat memastikan

mana data yang terkait dan mana data yang tidak terkait dalam penelitian ini.

3.5.2 Penyajian Data

Setelah melakukan reduksi data, kemudian melakukan penyajian data.

Data yang telah disortir kemudian dianalisis mengguakan teori yang berhubungan

dengan penelitian. Proses ini berlanjut hingga penelitian ini selesai. Adapun

proses penyajian data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Menganalisis unsur pembangun dalam cerita menggunakan struktur

faktual yang meliputi, tokoh dan penokohan, alur, dan latar.


27

2. Menganalisis struktur kepribadian yang berupa id, ego, dan superego

dalam novel Prahara Cinta Alia. Dari proses tersebut diperoleh

kepribadian tokoh utama yang terefleksi dalam novel Prahara Cinta

Alia melalui tokoh problematik dalam novel tersebut.

3.5.3 Membuat simpulan

Berdasarkan tahap sebelumnya, langkah selanjutnya adalah membuat

simpulan tentang kepribadian tokoh utama dalam novel Prahara Cinta Alia.

Kesimpulan dicapai untuk menjawab rumusan masalah.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data dan Analisis

4.1.1 Analisis Struktur Faktual Novel Prahara Cinta Alia Karya Arif YS

Struktur faktual dalam sebuah novel memiliki tiga unsur yang saling

berhubungan. Unsur pertama, tokoh dan penokohan berfungsi untuk mengetahui

karakter yang terdapat dalam novel. Unsur kedua, alur atau plot adalah struktur

peristiwa yang terjadi dalam novel. Unsur ketiga, latar adalah penggambaran

mengenai waktu, tempat, dan sosial dalam novel. Untuk lebih jelas, berikut

penjelasan mengenai tiga unsur struktur faktual dalam novel Prahara Cinta Alia.

4.1.1.1 Tokoh dan Penokohan

Tokoh dalam karya fiksi novel adalah pelaku cerita yang menimbulkan

terjadinya konflik. Tokoh yang mendominasi jalan cerita dalam novel Prahara

Cinta Alia karya Arif YS antara lain Alia, Mery, Nenek, Antonio, Imam,

Andika, Rangga, Mama Alia, Papa Alia, dan Mama Rangga. Berikut

penjelasan tokoh dan penokohan dalam novel Prahara Cinta Alia.

a. Alia

Alia adalah tokoh utama dalam novel Prahara Cinta Alia yang

mendominasi cerita. Tokoh Alia merupakan tokoh yang paling memengaruhi

cerita, baik dalam unsur alur maupun unsur latar. Alia digambarkan sebagai

anak yang patuh terhadap nasihat kakeknya. Sifat patuh terlihat saat Mery

menanyakan tentang surat kepada Alia. Nasihat-nasihat dari kakeknya

membuat Alia meyakini bahwa pacaran adalah prilaku kuno. Namun setelah

28
29

sepeninggalan sang kakek, Alia mulai melupakan nasihat kakeknya. Ia

akhirnya membuka dan membaca surat dari teman lelakinya. Hal itu terlihat

dalam kutipan berikut.

Kutipan 1

“Oh, iya Alia. Surat dari Fulan kok nggak dibalas sih. Anaknya nanya aku,
tahu.” Tanya Mery menyampaikan pesan sang cowok.
“Nggak ah. Aku mau konsentrasi belajar. Kakekku bilang jangan pacaran
dulu, masih kecil. Masih SMP. Nanti aja kalau sudah sarjana. Gitu pesan
kakek.” Jawab Alia serius menirukan perkataan kakeknya.
“Alah.. sok alim kamu Alia. Hari gini nggak pacaran…Kuno.” Ledek
Mery.
“Eh Mer, dengar ya. Kata kakek justru yang pacaran itu kuno. Tahu nggak
kamu. Hubungan seks bebas, homo, lesbian itu ada sejak dulu, sejak
zaman kolo bendu (lama banget). Sejak Nabi Luth sudah ada. Karena itu
Nabi Luth diutus Allah untuk memperbaiki kaumnya yang rusak itu agar
menjadi baik. Jadi kalau pacaran itu bukannya modern, itu justru yang
kuno” (Yosodipuro, 2016:10-11).
Kutipan 2
Memasuki pertengahan semester II kelas II SMP, awal April 2004, Alia
memberanikan diri membaca suratnya. Surat pertama yang ia baca dari
Agustian. Agustian anaknya hitam manis, mirip keturunan India.
Hidungnya macung, badannya tegap, lumayan tinggi. Rambutnya lebat
ikal, alisnya tebal, matanya tajam.
Alia yang imut,
Terima kasih ya kemarin sudah mau bantu aku minjamin buku Sejarah
Indonesia. Aku gak tau apa jadinya kalau kamu nggak pinjamin….
….
Yang keempat ini seorang anak manajer personalia pabrik baja terbesar di
Indonesia, PT Inspat Indo, di sepanjang taman tepatnya di Medaeng.
Potongan rambutnya bergaya klasik, Eropa tahun enam puluhan, pendek
disisir ke belakang dan berminyak klimis.
Dear Alia,
Maaf mengganggu ya. Aku tak ingin ini menganggu hari-hari indah Alia.
Biarlah ini mengalir seperti air dari hulu ke hilir….(Yosodipuro, 2016:14-
17)
30

Dari kutipan satu di atas dapat diketahui bahwa Alia menuruti pesan dari

kakeknya untuk tidak berpacaran terlebih dulu. Hal itu disampaikan kakeknya

agar Alia fokus dengan sekolahnya. Di usia yang menginjak belasan tahun,

kakeknya khawatir jika Alia gagal dalam pendidikan.

Mempunyai rasa penasaran yang tinggi adalah sifat kedua Alia. Hal ini

dirasa wajar di seumuran Alia karena banyak remaja yang memiliki rasa

penasaran terhadap dunia luar. Pikiran yang labil sering terjadi dalam masa

penjajakan diri. Setelah kepergian kakeknya, keteguhan Alia dalam

memegang nasihat berangsur menurun. Sampai akhirnya ia memutuskan

untuk membalas surat dari Antonio dan menjalin hubungan. Namun,

perjalanan cintanya dengan Antonio tidak semulus jalan raya. Alia mulai

membohongi Antonio dan neneknya dalam urusan cintanya. Hal tersebut

terlihat dalam kutipan berikut.

Kutipan 3

“Eh, ngomong-ngomong, mau nanya nih. Minggu kemarin ke mana?”


“Waduh, Antonio tahu. Pasti Imam bilang, apa alasannya?” Kata Alia
dalam hati. “Jadi minum apa ini?” jawab Alia pura-pura tidak dengar.
Mengalihkan perhatian. Lalu beranjak berjalan ke belakang mengambil air
minum.
“Ini airnya. Silahkan diminum.”
“Makasih. Eh, tadi pertanyaanku belum dijawab.” Antonio menagih
jawabannya yang sempat ia tanyakan pada Alia.
“Pertanyaan apa? Maaf, aku nggak memperhatikan. Lagi blank. Benar-
benar blank.”
“Minggu kemarin kemana? Aku kan, nggak ke sini.”
“Oh, itu. Aku pergi ke Pasar Kembang, nengok saudara.” Alia tidak
menyebut dengan siapanya. Ia sengaja menyembunyikan. Tapi kalau
Antonio bertanya, Alia sudah menyiapkan jawabannya.
31

“Dengan siapa?”
“Dengan sepupu aku. Anaknya Pak De. Oh iya, Imam ketemu. Malah
sempat ngobrol sebentar. Ngomong, ya, Imam?” Ganti Alia memancing
Antonio (Yosodipuro, 2016:137-138).
Kutipan 4

“Nek, Alia pergi main ke rumah teman.” Demikian pamitnya yang


dijadikan senjata alasan kepergiannya.
“Iya, hati-hati. Kok hampir tiap minggu keluar, main? Memangnya main
ke mana?” Kata neneknya agak curiga.
“Ke rumah teman, Nek. Nggak ke mana-mana, kok. Di daerah sini juga,
gang paling ujung.” Alia beralasan sambil meninggalkan neneknya setelah
mencium tangan neneknya (Yosodipuro, 2016:258-259).
Dari dua kutipan di atas diketahui bahwa Alia membohongi Antonio

tentang kepergiannya Minggu kemarin dengan Andika. Kepergiannya dengan

Andika adalah kencan pertama Alia dengan Andika kekasih keduanya. Tidak

hanya Antonio, kecurigaan itu juga terbesit dalam pikiran neneknya, namun

Alia pandai mencari alasan untuk membohongi neneknya untuk urusan

asmara. Selain pandai berbohong Alia juga pandai dalam urusan cinta. Alia

bersandiwara seolah-olah hanya satu saja kekasihnya. Kepandaian Alia dalam

urusan cinta tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan berikut.

Kutipan 5

Dalam waktu yang sama Alia membagi cintanya kepada Antonio dan
Andika. Di hadapan Antonio, Alia bermanja ria seolah Antonio satu-
satunya cowok yang ada di hatinya. Di belakang Antonio, Alia beralih
kepada Andika yang hampir setiap hari ketemu di sekolah (Yosodipuro,
2016:128).
“Siapa dia?”
“Teman. Teman sekolah. Mau diskusikan tugas. Ada kamu jadinya dia
malu.” Kata Alia menutup-nutupi (Yosodipuro, 2016:264).
Kutipan 6
32

Senin-Jumat malam, kecuali Rabu, ia gunakan chattingan dengan Rangga.


Rabu malamnya, keduanya kopi darat. Pada pertemuan tersebut, kalau
tidak jalan-jalan, Alia dan Rangga sekedar mengobrol di ruang tamu atau
di kursi depan rumah.
Selanjutnya Sabtu dan Minggu untuk pertemuan dengan Antonio dan
Andika. Kalau minggu ini keluar bersama Andika, Minggu berikutnya
keluar bersama Antonio. Ketika ajakan Antonio dan Andika datang
bersamaan, maka Alia akan mencari alasan satu dari keduanya
(Yosodipuro, 2016:224).
Dari dua kutipan di atas diketahui bahwa Alia bersandiwara dengan ketiga

kekasihnya, yaitu Antonio, Andika, dan Rangga. Selain itu, ia juga pandai

mengatur jadwal kencan bersama ketiga kekasihnya. Hal itu ia lakukan untuk

mengefesienkan dirinya untuk kencan bersama kekasihnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Alia memiliki

karakter tokoh yang penurut ketika kakek belum meninggal dunia. Ia juga

selalu mengingat nasihat kakeknya semasa hidup. Namun setelah kepergian

kakeknya, rasa penasaran terhadap surat-surat itu membuat Alia mengabaikan

nasihat kakeknya. Alia juga pandai berbohong, baik dengan neneknya

maupun kekasihnya. Selain itu, ia pun juga suka bersandiwara dengan ketiga

kekasihnya.

b. Mery

Mery adalah tokoh pendamping yang mendukung jalan cerita tokoh utama.

Gadis belia ini merupakan teman Alia di sekolah maupun di rumah. Mery

merupakan teman dekat yang baik dan suka menolong dalam hal percintaan

Alia. Selain itu, Mery memiliki sifat amanah. Pesan-pesan dari Alia ia

sampaikan kepada Antonio. Hal tersebut terlihat pada kutipan di bawah ini.

Kutipan 1
33

“Iya sih, jarang. Gini Mer, aku mau minta tolong.”


“Tolong apa? Untuk kamu, temanku yang baiiik sekali, nggak akan ku
tolak.”
“Ini, Mau minta tolong kasihkan surat ini kepada Antonio.”
“Surat? Yakin? Sudah mantap?”
“Eh, kok, kaya detektif aja, nanyanya. Ya sudahlah. Ini, tapi jangan kasih
tahu siapa-siapa, ya?” Alia memberikan surat kepada Mery (Yosodipuro,
2016:74).
Kutipan 2

“Kebetulan ini, ada yang mau aku sampaikan.”


“Apa itu?” Antonio meminggirkan motor seraya berhenti.
“Kemarin aku kan main ke rumah Alia,” Mery menghela Nafas dan
menelan ludah. “Dia minta maaf. Dia minta kamu memaafkannya.”
“Maaf kenapa?
“Kemarin itu, dia berbohong. Ia tak ingin kehilangan kamu. Katanya.
Andika bukan sepupunya. Teman satu sekolahnya. Dia berat sama kamu.
“Gitu ya? Tolong sampaikan kepada Alia. Aku mau menenangkan pikiran
dulu untuk sementara waktu. Lihat ajalah nanti. Toh, perjalanan masih
panjang.” Antonio mendongak sejenak. “Kalau jodoh, juga nggak ke
mana.”
“Ya sudah, nanti aku sampaikan kepada Alia. Udah ya, aku pulang dulu.”
(Yosodipuro, 2016: 157-158).
Dari dua kutipan di atas diketahui bahwa Mery adalah teman terbaik bagi

Alia. Dalam urusan asmara dengan Antonio, Alia selalu melibatkan Mery

untuk urusan surat menyurat dan pesan lisan kepada Antonio. Maklum saja di

saat itu telepon genggam masih jarang yang memiliki. Surat-menyurat adalah

hal yang wajar jika ingin mengabarkan berita ataupun menyatakan cinta.

Selain penolong, Mery juga memiliki sifat amanah dalam menyampai pesan

lisan Alia kepada Antonio maupun sebaliknya.


34

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Mery memiliki

karakter tokoh yang amanah dalam menyampaikan pesan dari Alia untuk

Antonio maupun sebaliknya. Selain itu, Mery sering membantu Alia dalam

mengirimkan surat untuk Antonio.

c. Nenek

Nenek adalah tokoh pendamping yang mendukung jalan cerita. Nenek

merupakan orang tua kedua bagi Alia. Nenek digambarkan sebagai orang tua

yang sabar dan sayang kepada Alia. Kesabaran tokoh nenek dapat dilihat

dalam kutipan berikut.

Kutipan 1

“Maaf, Nek. Sekali lagi maaf banget. Bukan saya usil, juga bukan nggak
suka. Begini, Nek, ibu-ibu ngomong kepada saya kalau mereka tak tahan
dengan bau yang ditimbulkan dari tubuh Alia. Maaf, Nek. Ibu-ibu
menyarankan, sebaiknya Alia diungsikan saja ke tempat yang tidak ramai
penduduk.”

Nenek Alia diam sejenak, berpikir. Ia tersentak. Batinnya hancur


mendengar perkataan Bu Iwan. Tapi itu adalah fakta. Mau tidak mau,
nenek Alia mesti berbesar hati dan berlapang dada. Nenek Alia menyadari
dan memakluminya (Yosodipuro, 2016:355).

Kutipan 2

“Dengan setia, nenek Alia menunggui cucunya. Kondisi Alia sangat miris.
Bentolan yang melepuh itu memburuk, menjadi luka. Selanjutnya luka itu
mengeluarkan belatung di beberapa titik.”
“Alia benar-benar tersiksa. Sungguh pedih dan memilukan. Neneknya tak
tega melihat cucunya menderita begitu berat. Dengan hati-hati dan iba, ia
mengeluarkan belatung itu dengan mencutik, menjepit, dan menarik
menggunakan lidi.” (Yosodipuro, 2016: 384).

Dari dua kutipan di atas dapat dilihat bahwa nenek Alia sabar menghadapi

teguran tetangganya. Selain itu, sifat sabarnya diuji oleh tetangga-tetangga

yang menyarankan Alia untuk dipindahkan ke tempat yang tidak ramai


35

penduduk. Nenek Alia sadar bahwa penyakit Alia sangat mengganggu

tetangga sekitar. Dengan sangat terpaksa, Alia dipindahkan ke suatu daerah

agar bau yang timbul dari badan Alia tidak mengganggu tetangganya. Merasa

kasihan dengan Alia, neneknya selalu menemani Alia di tempat pengasingan

tersebut. Rasa sayang terhadap cucunya ia buktikan saat kondisi Alia semakin

memburuk.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Nenek Alia memiliki

karakter tokoh yang sabar dalam menghadapi pergunjingan maupun teguran

keras dari tetangga. Rasa sayangnya kepada Alia ia tunjukkan ketika Alia

diisolasikan ke daerah Blora. Tak hanya itu tanpa merasa geli dan jijik Nenek

Alia mengeluarkan belatung yang ada di dalam tubuh Alia.

d. Antonio

Antonio adalah tokoh pendamping yang mendukung jalan cerita tokoh

utama. Antonio merupakan cinta pertama Alia pada masa sekolah menengah

pertama. Antonio digambarkan sebagai anak yang gagah dengan sosok

perlentenya dan banyak teman perempuannya yang mengidolakan Antonio.

Namun hal itu tidak membuat Antonio tidak gegabah dalam mengambil

kesimpulan. Begitupun dengan urusan percintaannya dengan Alia.

Ketidakgegabahan Antonio terlihat dalam kutipan berikut.

Kutipan 1

Sosok perlente anak seorang manajer. Potongan rambut bergaya klasik,


Eropa tahun enam puluhan, disisir kelimis. Kulitnya bersih, padat berisi.
Hidung mancung, badan atletis. Ia mirip Tomy Page, tampan juga
romantis (Yosodipuro, 2016:17).
36

Kutipan 2

Usai berbincang-bincang, Imam berpamitan pulang. Sepulangnya Imam,


Antonio melamunkan informasi yang disampaikan oleh Imam.
Mungkinkah Alia berkhianat? Tanya Antonio dalam hati. Setahuku nggak
mungkin. Dia baik kepadaku. Dia bilang nggak ada cowo lain selain aku.
Aku tak boleh menduga-duga. Tunggu aja sampai besok Minggu pagi
(Yosodipuro, 2016:134).

Dari dua kutipan di atas terlihat bahwa ketampanan Antonio tidak serta-

merta hanya dengan sosok perlentenya. Hidung mancung dan badan atletis

menegaskan ketampanan Antonio yang semakin disukai oleh kaum hawa.

Selain itu, Antonio memiliki sifat yang tidak gegabah saat mengambil

keputusan. Perlu waktu baginya untuk mempertimbangkan apakah hal itu

benar atau tidaknya. Hal itu terlihat ketika Imam mengabarkan bahwa dirinya

bertemu dengan Alia di lampu merah dengan laki-laki yang ia kira Antonio.

Mendengar kabar tersebut Antonio tidak langsung percaya dengan Imam dan

menanyakan langsung kepada Alia.

Kesetiaan Antonio kembali diuji setelah dirinya memergoki Alia dengan

laki-lali lain di kebun binatang. Seketika kegundahan terjadi dalam hati

Antonio, namun Antonio masih menaruh rasa kepada Alia. Melihat hal itu,

Antonio juga memaafkan segala kesalahan Alia. Kesetiaan Antonio terlihat

pada kutipan berikut.

Kutipan 3

“Antonio berpikir. “Tapi aku cinta, Mam.” Antonio menghela nafas.


“Sulit melupakan, apalagi sampai memutusnya.”
Imam cuek, meneruskan minum es buahnya. “Ton, Ton,” Imam heran,
“kok, kayak dunia ini sedaun petai, kalau kelor masih lebar. Dunia luas
Ton.”
37

“Ngomong memang gampang, Mam.” Antonio menoleh ke arah Imam


dengan serius. “ tapi…” Kata Antonio terpotong.
“Tapi apa?” Imam menyela. “Tapi sulit? Dia cantik? Masih banyak yang
lebih cantik. Lagian, Ton buat apa cantik kalau makan hati? Cari yang
cantik yang nggak makan hati. Itu namanya punya prinsip.”
Wajah Antonio mengerut, sedih. “Sulit, Mam, dapatin cewek kayak Alia.
Dia itu cinta pertamaku.” (Yosodipuro, 2016:149-150).
Kutipan 4

Sesampainya di rumah Pak Yadi, Antonio diantar Rita ke gubuk Alia


berada. Antonio sudah melupakan kekecewaannnya. Ia tak lagi mengingat
kejadian masa lalu. Ia berharap kedatangannya bisa mendorong Alia
bersemangat untuk melanjutkan hidup (Yosodipuro, 2016:387-388).

Dari dua kutipan di atas terlihat kesetiaan Antonio. Meskipun telah

disakiti oleh kekasihnya, Antonio masih mempertahankan hubungan. Ia tidak

ingin meninggalkan Alia karena Alia cinta pertamanya. Kesetiaan Antonio

kembali diuji setelah mendapat kabar bahwa Alia sedang sakit dan kritis.

Pengkhiatan yang ia terima seakan-akan melunturkan rasa kecewanya

terhadap Alia. Kepergiannya ke Blora semata-mata untuk menyemangati Alia

untuk tetap bertahan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Antonio memiliki

karakter tubuh yang gagah dengan potongan rambut bergaya klasik. Selain

gagah, Antonio memiliki sikap tidak gegabah dalam mengambil keputusan

termasuk dalam masalah percintaannya dengan Alia. Sifat setia juga ia

tunjukan kepada Alia ketika Alia terbaring sakit.

e. Imam

Imam adalah tokoh pendamping yang mendukung jalan cerita. Imam

merupakan teman baik Antonio sekaligus Alia. Imam digambarkan sebagai


38

anak yang humoris. Sifat kehumorisannya sering kali membuat Antonio tak

segan meminta pertolongan kepada Imam untuk mencari info tentang laki-laki

yang bersama Alia di kebun binatang saat itu. Kehumorisan itu terlihat dalam

kutipan berikut.

Kutipan 1

Imam gelagepan, tak bisa menjawab pertanyaan Pak Agung, Karena saat
itu Imam sedang memikirkan skenario untuk mengerjai Alia. Pikirannya
kosong. “Apa Pak? Anton? Dia teman saya, Pak.” Kata Imam sekenanya.
Ha ha ha ha… huuu….! Teman sekelasnya menertawakan Imam. Imam
menoleh kanan kiri, merasa keheranan melihat teman-temannya
menertawakannya. Kenapa mereka menertawakanku? Tanyanya dalam
hati (Yosodipuro, 2016: 49-50).

Kutipan 2

“Tolong kamu cari info. Alia masih dengan cowok yang kemarin itu atau
nggak?...”

“Oalah, gitu? Oke, nanti aku cari tahu. Demi teman setia, aku siap
mengembang misi.” Kata Imam mantap sambil mengepalkan tangan kanan
dan tersenyum (Yosodipuro, 2016:162).

Dari dua kutipan di atas terlihat sifat humoris dan penolong Imam.

Kehumorisan Imam terjadi ketika dirinya tidak fokus saat jam pelajaran

berlangsung. Selain humoris Imam juga teman yang baik bagi Antonio.

Kesediaannya membantu Antonio untuk mencari informasi tentang Andika ia

setujui. Hal itu ia lakukan karena pertemanan mereka yang sudah cukup lama.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Imam memiliki

karakter tokoh humoris ketika di dalam kelas dan sifat penolong bagi

temannya yakni Antonio.

f. Andika
39

Andika adalah tokoh pendamping yang mendukung jalan cerita tokoh

utama. Andika adalah kekasih kedua Alia setelah Antonio. Andika

merupakan teman sekelas Alia ketika di sekolah menengah kejuruan sebagai

sekretaris kelas. Pertemanan mereka berawal dari satu kelompok piket kelas.

Andika berusaha mencari perhatian Alia saat bertugas dalam kebersihan kelas.

Usaha Andika tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Kutipan 1

Dengan tersenyum, Andika berusaha mengambil hati Alia. Kebetulan ia


mengantongi tiga buah permen. Tangannya merogoh saku celana dan
mengeluarkan dua buah permen. Satu permen ia buka dan satu ia berikan
kepada Alia (Yosodipuro, 2016:123).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Andika ingin mendekati Alia. Ia

berusaha mencari perhatian Alia agar terbilang anak yang baik. Usaha

menawarkan permen kepada Alia adalah awal pendekatan mereka. Setelah

merasa tidak canggung lagi hubungan mereka semakin dekat. Sifat buruk

Andika terlihat ketika dirinya bersama Alia. Tak hanya sekali, Andika sering

melakukan hal tak senonoh untuk melampiaskan nafsu seksual. Hal tersebut

terlihat dalam kutipan berikut.

Kutipan 2

Keasyikan itu membuat mereka lupa akan norma dan etika. Bujuk rayu
setan telah merasuk ke dalam sukma mereka. Walhasil, tak jarang tangan
Andika nakal, meraba, dan memegang daerah terlarang Alia. Apalagi
peluk, kecup, dan cium sudah tak bisa disebutkan (Yosodipuro, 2016:239).

Kutipan 3

Di atas motor itu, Andika mulai operasi nakal. Nafsu setannya bagaikan
virus yang menyebar ke seluruh tubuhnya. Tangannya dengan cekatan
memegang-megang daerah terlarang kewanitaan. Alia pun pasrah
memejam terbuai rayuan setan (Yosodipuro, 2016:260).
40

Dari dua kutipan di atas diketahui sifat buruk Andika sebenarnya. Andika

memiliki sifat nafsu iblis yang mendorongnya untuk melakukan hal

kemaksiatan bersama kekasihnya, Alia. Jika ada kesempatan, keduanya

melakukan hubungan itu untuk melampiaskan rasa rindu yang ada pada diri

mereka.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Andika memiliki

karakter tokoh suka cari perhatian kepada Alia ketika mereka bersama. Selain

itu, Andika juga memililki sifat penafsu untuk memuaskan hasratnya.

g. Rangga

Rangga adalah tokoh pendamping yang mendukung jalan cerita tokoh

utama. Rangga adalah kekasih ketiga Alia setelah Antonio dan Andika.

Sosoknya yang bertubuh atletis ini terlihat gagah. Memiliki fisik yang baik

tentunya tidak sama dengan hatinya. Sifat buruk yang dimiliki Rangga

melunturkan kesan sempurna bagi Rangga. Sifat penafsu juga dimiliki Rangga

ketika bersama Alia. Hal itu dilihat dalam kutipan berikut.

Kutipan 1

Pemuda itu memarkir motor dan membuka helm pengaman. Ia adalah


Rangga, anak Gayusari, kenalan baru Alia yang masih kuliah di sebuah
perguruan tinggi swasta di Surabaya. Badannya tinggi sedang, atletis.
Rambutnya pendek ikal. Kulitnya bersih. Muka oval. Alisnya tebal dan
mata sedang (Yosodipuro, 2016:216).

Kutipan 2

Keduanya sudah tak tahan ingin melampiaskan hasrat yang menggoda.


tanpa ragu dan malu, Rangga mulai membelai dan memeluk Alia dengan
dekapan nafsu.

Alia pun mendesah, memancing gairah. Keduanya kesetanan, tak lagi


memedulikan ajaran agama… (Yosodipuro, 2016:251-252).
41

Dari dua kutipan di atas terlihat ketampanan Rangga yang bertubuh atletis,

muka oval, dan beralis tebal. Ketampanan Rangga mampu menyihir Alia sore

itu. Alia menyerahkan mahkota satu-satunya untuk Rangga yang bukan

suaminya. Selain itu, Rangga yang masih menyusun skripsi itu memiliki sifat

temperamental. Hal itu terjadi ketika Rangga dan Alia mulai membela diri

masing-masing. Ringan tangan Rangga membuat dirinya kecewa dan

memutuskan untuk menyudahi hubungannya dengan Rangga. Namun, yang

terjadi Rangga tidak terima dan balas dendam seperti kutipan berikut.

Kutipan 3

“Alah.. mana ada maling itu ngaku. Sudah ditembak kakinya dengan timah
panas juga, masih mengelak. Kecuali kalau terpojok oleh saksi dan alat
bukti, baru dia mau ngaku. Itu pun kadang masih mencari-cari alasan
untuk bela diri.”
“Eh Alia, kamu nuduh aku maling? Kamu samakan aku dengan maling?”
Rangga terpancing emosinya. “Kurang ajar kamu, ya.” PLAAKK…
Tangan kanan Rangga mendarat di pipi kiri Alia keras.

“Aaaww… “Teriak Alia sambil memegangi pipinya yang merah,


meradang. “Kok, gitu sih? Main pukul aja. Siapa yang nuduh maling? Aku
kan cuma bilang, mana ada maling mau ngaku. Sekarang kamu maling apa
nggak? Kalau nggak, ya sudah.” Alia cemberut, mberebes mili
(Yosodipuro, 2016:268-269).

Kutipan 4

Darahnya mendidih. Jantungan meledak-ledak. Emosinya sampai keubun-


ubun. Ia tidak terima diputus. Terlintas dalam pikirannya. Sialan, main
putus aja. Tapi ini memang salahku. Nggak, aku nggak terima. Aku harus
lakukan sesuatu. Akan ku balas lebih menyakitkan.

Rangga terus berpikir celah mana yang bisa ia lakukan untuk membalas
Alia dan mengekspresikan sakit hatinya. Awas… ya. Memangnya, aku
juga nggak bisa balas? Ia berdiri mencari inspirasi.

Saat Rangga sedang mondar-mandir, terlintas sebuah ide. Oh iya, ada foto
waktu di Kenjeran. Katanya dalam hati. Ia buka akun facebooknya,
kemudian foto-foto bugil Alia yang ia ambil ketika bermesraan haram di
42

Kenjeran diunggah. Ia bagikan foto itu di dinding/beranda Alia


(Yosodipuro, 2016:284).

Dari kutipan di atas diketahui sikap ringan tangan Rangga. Dengan mudah

Rangga menampar Alia. Perkelahian mereka diawali dengan ketidakpercayaan

Rangga kepada Alia. Keduanya saling membela diri dan terjadilah pukulan

kecil itu. Rasa kecewa yang dialami Alia membuatnya untuk memutuskan

hubungan dengan Rangga. Rangga yang tidak terima saat itu membalas

dengan menyebarkan foto-foto Alia saat di Pantai Kanjeran. Foto-foto

tersebut adalah foto Alia tanpa busana alias bugil. Rangga mengirim foto-foto

Alia tanpa busana di dinding Alia. Seketika foto-foto tersebut terlihat oleh

beberapa akun yang tak lain adalah tante Alia.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Rangga memiliki

karakter tokoh yang gagah dan tampan. Rangga memiliki sifat penafsu untuk

memuaskan hasratnya dalam memadu cinta dengan Alia. Sikap temperamental

yang dimiliki Rangga membuatnya gigit jari karena Alia meminta untuk

mengakhiri cintanya. Merasa sakit hati atas sikap Alia kepadanya, Rangga

membalaskan dendamnya dengan mengunggah foto-foto Alia.

h. Mama Alia

Mama Alia adalah tokoh pendamping yang mendukung jalan cerita. Mama

Alia merupakan sosok orang tua yang selalu melindungi anak-anaknya.

Walaupun kesalahan itu berada pada Alia, ia tetap melindungi anaknya karena

merasa telah dilecehkan. Rasa kecewa yang dihadapi Mama Alia tidak dapat

dipungkiri setelah ia tahu, bahwa foto-foto tanpa busana Alia tersebar di

dinding facebook. Untuk melindungi anaknya, Mama Alia melaporkan


43

Rangga kepada pihak yang berwajib. Perminta maafa orang tua Rangga di

tolak tegas oleh Mama Alia. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.

Kutipan 1

“Kamu itu gimana, Alia? Suruh yang bener, malah begitu” keluar juga
kekesalan mama Alia meskipun ia berusaha menyimpannya. “Kan malu,
malu Alia, aib itu. Aib… Mau ditaruh di mana mama? Gimana kalau
nenek tahu? Taruh di mana mukanya?” (Yosodipuro, 2016:295).

Kutipan 2

“Mamanya Alia, saya selaku orang tua Rangga, Pertama saya ingin
memohon maaf. Selanjutnya kedatangan saya kemari, ingin membicarakan
masalah berkenaan dengan Rangga.”
“Ya, masalahnya kan Rangga, Kok bicaranya dengan saya?” jawab mama
Alia ketus, buang muka.
“Betul Bu. Tetapi ini berkaitan dengan aduan ibu ke polisi.”
“Ya kalau aduan ke polisi, ibu bicara ke polisi bukan ke saya.” Sahutnya
sewot.
“Tapi tolonglah, Bu. Maafkan, anak saya salah. Anak saya khilaf. Sebagai
pertanggungjawabannya Rangga bersedia menikahi Alia.
“Nggak, nggak bu.” Kata mama Alia tegas. “Saya tidak mau anak saya
diperlakukan kasar oleh anak ibu yang sok itu. Saya seorang ibu. Saya
mamanya yang melahirkan. Meskipun Alia tinggal bersama neneknya,
tetapi ia masih menjadi tanggung jawab saya.” (Yosodipuro, 2016:312-
313).
Dari dua kutipan di atas terlihat kekecewaan Mama Alia dengan Alia.

Bagaimanapun Mama Alia tidak sampai hati untuk memarahi anaknya terus

menerus. Upaya demi upaya Mama Alia lakukan agar anaknya merasa

terlindungi, hingga akhirnya Mama Alia berusaha melaporkan Rangga ke

kantor polisi dan bersikukuh tetap menyerahkan semua kepada polisi. Sikap

keras kepala Mama Alia terlihat saat Mama Rangga meminta agar

permasalahan antaranaknya diselesaikan secara kekeluargaan.


44

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpukan bahwa Mama Alia

mengalami kekecewaan terhadap anaknya, Alia. Meskipun begitu sebagai

orang tua Mama Alia bersikeras untuk tetap memenjarakan Rangga.

i. Mama Rangga

Mama Rangga adalah tokoh pendamping yang mendukung jalan cerita.

Mama Rangga digambarkan menjadi wanita yang pasrah. Kekukuhan Mama

Alia membuat Mama Rangga pasrah dalam menghadapi Mama Alia. Hal itu

dapat dilihat pada kutipan berikut.

Kutipan 1

Ibu Rangga menunduk, tak berkutik. Namun demi kebebasan anaknya, ia


harus tabah untuk menerima perlakuan jutek mama Alia. Kasarnya,
apabila ia diminta untuk mencium kaki mama Alia, ia akan bersedia,
asalkan mama Alia bersedia mencabut aduannya.

“Ya sudah, Bu, kalau begitu. Saya pamit dulu. Tapi sekali lagi, mohon ibu
berkenan mempertimbangkan apa yang sudah saya sampaikan kepada ibu.
Permisi. Mari, Nek, Alia.”
“Ya terserah saya. Ibu nggak usah ngatur-ngatur saya,” kata mama Alia
Kesal (Yosodipuro, 2016:314).

Dari kutipan di atas terlihat kepasrahan Mama Rangga, dirinya hanya bisa

tunduk ketika Mama Alia menyampaikan kekecewaanya kepada Rangga.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Mama Rangga memiliki

karakter tokoh yang pasrah dalam menghadapi cobaan yang menimpa

anaknya. Kekukuhan orang tua Alia membuatnya tunduk dan tak bersuara.

j. Papa Alia

Papa Alia adalah tokoh pendamping yang mendukung jalan cerita. Papa

Alia digambarkan menjadi sosok yang tenang dalam menghadapi masalah.


45

Selain itu, Papa Alia juga menjadi sosok penenang untuk Mama Alia yang

bersikeras memenjarakan Rangga. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.

Kutipan 1

“ Ma, mama kan perempuan juga. Tentunya tahulah bagaimana perasaan


Alia. Alia perlu bantuan, ma. Kalau mama mencabut BAP, bukan berarti
mama menolong Rangga, tetapi menolong Alia. Mama berbuat untuk Alia,
bukan untuk Rangga, ma.”
Mama Alia diam sejenak, merenung perkataan suamiya, iya juga ya, kata
papa Alia. Kalau Rangga tidak menikahi Alia, bagaimana nanti nasib Alia
ke depan? Kata mama Alia dalam hati.
“Ma, mama…” kata papa Alia kepada Istrinya yang tidak segera
menjawab (Yosodipuro, 2016:321-322).
Dari kutipan di atas terlihat Papa Alia berusaha menjelaskan permasalahan

yang menimpa anaknya. Papa Alia juga berusaha menenangkan Mama Alia

agar meredakan suasana yang panas itu. Hingga akhirnya mereka mengambil

keputusan yang disetujui oleh kedua belah pihak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Papa Alia memiliki

karakter tokoh yang tenang dalam menghadapi masalah. Begitupun dalam

menenangkan istrinya yang panas hatinya.

4.1.1.2 Alur

Alur dalam karya fiksi ini adalah alur campuran yang ditandai oleh

perisitiwa tersebarluasnya foto-foto Alia tanpa busana di jejaring sosial

facebook. Stuktur alur selanjutnya dibagi menjadi lima bagian sebagai

berikut.

1. Tahap eksposisi ( pengenalan )

2. Tahap generating circumstances ( pemunculan konflik )


46

3. Tahap rising action ( peningkatan konflik)

4. Tahap climaks ( puncak masalah )

5. Tahap denoument (penyelesaian)

Berikut uraian tahapan alur dalam novel Prahara Cinta Alia karya Arif YS.

a. Tahap Eksposisi (Pengenalan)

Tahap eksposisi adalah tahap awal pengenalan situasi dan tokoh-tokoh

dalam cerita. Seperti halnya saat Alia pertama kali mengenal Antonio.

Antonio adalah teman laki-laki keempat yang telah mengirim surat kepada

Alia. Surat dari Antonio mampu membuat Alia tidak lepas dari lamunan.

Pikirannya terus membayangkan sosok perlente Antonio seperti kutipan

berikut.

Kutipan 1

Pukul 10.15, usai makan malam, Alia membuka kembali surat dari
Antonio. Lipatan dibalik satu per satu sehingga kertas ukuran HVS A4
membentang. Surat itu ia pandang tenang sambil pikirannya terus
membayangkan.
Sosok perlente anak seorang manajer. Potongan rambutnya bergaya klasik,
Eropa tahun Enam puluhan, disisir klimis…
Alia duduk di depan. Kedua kakinya menggantung digoyang-goyang. Ia
tersenyum-senyum sambil mendekap bantal dipangkuannya. Matanya
yang kosong menatap tembok, namun bagai screen proyektor yang sedang
mendisplay sebuah adegan. Adegan yang membuat hati deg-degan
(Yosodipuro, 2016,17-18).
Memasuki bulan Juli 2006, Alia bertemu dengan Andika yang tidak lain

adalah teman satu kelasnya. Pertemuan mereka semakin dekat setelah mereka

tergabung dalam satu kelompok piket harian kelas. Lima minggu berjalan

kedekatan mereka saling memberi respons positif. Hal itu terlihat dalam

kutipan berikut.
47

Kutipan 2

Juli 2006, Alia duduk di kelas II SMK. Ia dan teman sekolahnya mulai
masuk kembali setelah libur selama dua minggu, usai kenaikan kelas. Alia
dan temannya tidak langsung belajar. Mereka mendapat pengarahan dari
wali kelas (Yosodipuro, 2016:117).

Eh, piketku bersama Alia. Kata Andika dalam hati, senang, melihat
namanya tertulis dalam satu kelompok piket harian bersama Alia. Sejak
pertama melihat Alia, Andika sudah ingin mendekatinya, namun belum
ada momen yang tepat (Yosodipuro, 2016:122).

Kemudian, memasuki tahun 2007, Alia kembali berkenalan dengan

Rangga di salah satu pusat perbelanjaan. Pertemuan mereka secara tidak

sengaja dikarenakan sepeda motor yang dikendarai Alia tiba-tiba tidak

berfungsi. Perkenalan berlanjut hingga saling tukar-menukar nomor ponsel

mereka. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.

Kutipan 3

Pemotor yang terlihat lebih tua darinya berhenti melihat ada cewek yang
sedang mengalami kesulitan, ia mendekati Alia. “Ada apa, Mbak?”

Alia mengusap keringatnya dengan lengan bawahnya sebelum menjawab.


“Nggak tahu, Mas. Tiba-tiba mogok.” (Yosodipuro, 2016:181).

“Kalau lancar, ya selesailah tahun ini.” Kata Rangga seraya mengeluarkan


ponsel dan bertanya, “Oh iya, boleh minta nomor ponselnya?”
(Yosodipuro, 2016:183).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Alia mengenal ketiga

kekasih dalam kondisi yang berbeda. Pertama, Alia mengenal Antonio lewat

dari surat yang dikirimkan. Hubungan keduanya terus berlanjut hingga mereka

lulus sekolah menengah pertama. Kedua, Alia mengenal Andika ketika

keduanya didapati dalam satu kelompok piket harian kelas. Hubungan mereka

berlanjut hingga Alia lulus sekolah menengah kejuruan. Ketiga, Alia


48

mengenal Rangga di salah satu tempat parkir pusat perbelanjaan. Pertemuan

yang tidak sengaja itu berlanjut hingga mereka menikah.

b. Tahap Generating Circumstansces (Pemunculan Konflik)

Tahap pemunculan konflik adalah tahap awal terjadinya masalah dan

peristiwa, kemudian dikembangkan menjadi konflik berikutnya. Seperti

halnya pemunculan konflik yang dialami antara Antonio dan Alia. Hal itu

terlihat dari kutipan berikut.

Kutipan 1

“Ton, main nggak ajak-ajak sih?” kata Imam ketika ia bermain ke rumah
Antonio, malam harinya setelah tadi pagi ia menjenguk tetangganya di
RSI Siti Khadijah, Surabaya.
“Main ke mana?” jawab Antonio membantah sambil nyengir. “Aku nggak
ke mana-mana.”
“Kamu nggak main bersama Alia?”
“Enggak. Aku di rumah aja mengerjakan tugas dari guru IPS, menggambar
peta.”
“Masak, sih, yang benar?” Kata Imam tidak yakin. “Tadi aku melihat
kamu boncengan dengan Alia di depan Polda.” Kata Imam serius.
“Enggak. Sumpah.”
“Terus Alia dengan siapa? Kirain dengan kamu, Ton.”
“Jangan fitnah kamu, Mam.”
“Benar, Ton. Aku sempat menyapanya. Aku dan Alia sempat ngobrol di
atas kendaraan. Aku di bonceng Ayah, pas berdampingan dengan Alia.
Aku sapa dia.” (Yosodipuro, 2016:133-134).
“Minggu kemarin ke mana? Aku kan , nggak ke sini.”
“Oh, itu. Aku pergi ke Pasar Kembang, nengok saudara.”

Setelah mendapat jawaban bahwa cowok yang membonceng Alia adalah


sepupunya, Antonio merasa tak perlu memperpanjang masalah. Ia
menganggap wajar sepupunya mengantar Alia. Ia percaya apa yang di
katakan Alia. Lalu ia pamit pulang (Yosodipuro, 2016:138).
Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa pemunculan konflik terjadi ketika

Imam menyampai kabar bahwa dirinya bertemu Alia bersama laki-laki yang ia

kira Antonio. Saat itu, Antonio menaruh curiga kepada Alia. Namun, Antonio
49

tidak ingin percaya begitu saja dengan Imam sekalipun ia bersahabat dengan

Imam. Mendengar jawaban Alia bahwa laki-laki itu adalah sepupunya,

Antonio lantas percaya begitu saja. Pemunculan konflik selanjutnya terjadi

ketika Rangga berkunjung ke rumah Alia. Kedatangan Andika yang tiba-tiba

membuat Alia kaget. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.

Kutipan 2

DAAARR… JGEERRR… Geledek menyambar. Ketika Andika melongok


ke ruang tamu, ternyata sudah ada seorang cowok berduaan dengan Alia.
Alia gugup. Waduh, Andika. Mati aku, kata Alia dalam hati, kagetnya
setengah mati begitu tahu yang datang Andika.
Rangga nggak boleh curiga atau tahu ekspresiku, kata Alia dalam hati…
Rangga curiga melihat cowok bertamu ke rumah Alia, juga ekspresi wajah
Alia yang tampak gugup. Gejolak jiwanya tak kalah dahsyatnya dengan
Andika, panas meradang… (Yosodipuro, 2016:263).
Dari kutipan di atas terlihat kepanikan Alia mengetahui Andika datang ke

rumahnya. Pada sore itu Rangga berkunjung ke rumah Alia seperti biasanya.

Namun, kedatangan Andika tiba-tiba membuat Alia gugup dan membuat

Rangga curiga.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pemunculan konflik berawal

dari informasi yang disampaikan Imam kepada Antonio. Mendengar informasi

tersebut, Antonio tidak langsung percaya dan berniat untuk menanyakan

langsung kepada Alia. Namun, hal itu ditepis langsung oleh Alia dan mengaku

bahwa dirinya pergi bersama sepupunya. Selain itu, pemunculan konflik yang

terjadi ketika kecurigaan Rangga kepada Alia saat mengetahui tamu yang

datang adalah Andika.


50

c. Tahap Rising Action (Peningkatan Konflik)

Tahap peningkatan konflik dikembangkan menjadi konflik yang dramatik.

Seperti halnya ketika Antonio mengetahui bahwa Alia sedang berduaan

dengan Andika di kebun binatang. Hal tersebut tentunya membuat Antonio

kecewa dan marah seperti kutipan berikut.

Kutipan 1

Oh, ternyata begitu kelakuan Alia. Di depanku bermanja-manja, di


belakangku dia bermesra-mesraan dengan cowok lain. Antonio bergumam
dalam hati, kesal dan sedih setelah tahu kelakuan Alia, berduaan dengan
Andika.

Sambil berjalan mengintai Alia dan Andika, Antonio membuka kembali


foto Alia dan Andika, hasil jepretan sang cewek… (Yosodipuro,
2016:147).
Kutipan 2

Tanpa basa-basi. Sesampainya di rumah Alia, Antonio langsung bertanya


dengan nada memancing. “Eh, Alia tadi diajak main, kok nggak bisa?
Memangnya ke mana sih?” Kata Antonio sambil menahan emosinya.
“Ke rumah saudara.” Kata Alia datar, sambil tak merasa bersalah. “Kan
aku sudah bilang, diajak sepupu nengok saudara.”

Mendengar jawaban Alia yang masih berbohong, Antonio tak tahan, habis
kesabarannya. “Nengok saudara, apa ke bonbin?”.

Wajah Alia spontan berbah pucat pasi. Lho, kok, Antonio tahu kalau aku
ke bonbin? Sekedar nebak, apa ngelihat? Atau jangan-jangan ada yang
ngasih tahu? Alia berkata dalam hati. Ia bengong sesaat, heran.

“Eh, ditanya, kok, malah bengong? Nengok saudara, apa ke Bonbin?” kata
Antonio mengulangi, merasa di atas angin.

“E… anu… e… beneran, nengok saudara.” Kata Alia menyanggah.

“terus terang aja, nggak usah berkelit. Dosa lho.” Antonio memandang
Alia sambil tersenyum sinis (Yosodipuro, 2016:151-152).
51

Dari dua kutipan di atas terlihat kekesalan dalam diri Antonio.

Kebohongan Alia mulai terbongkar ketika Antonio dan Imam tidak

sengaja bertemu Alia dengan Andika di kebun binatang. Karena tidak

ingin kehilangan kesempatan Antonio dan Imam membuntuti Alia hingga

siang hari. Sore harinya, dengan penuh kekesalan Antonio mendatangi

Alia dan kembali menanyakan prihal tersebut kepada Alia. Namun

hasilnya tetap sama, Alia menjawab bahwa ia pergi dengan sepupunya.

Antonio bimbang dan meninggalkan rumah Alia.

Peningkatan konflik selanjutnya muncul antara Rangga dan Alia.

Setelah kedatangan Andika secara tiba-tiba membuat Rangga curiga.

Pertengkaran antara mereka tidak dapat dihindarkan, seketika Rangga

ringan tangan kepada Alia. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.

Kutipan 3

“Tentang cowok yang datang tempo hari. Sebenarnya dia itu siapa?” Kata
Rangga serius tak berkedip.
Bener dugaanku. Gumam Alia sebelum menjawab. “Bener, teman sekolah.
Kok, kamu nggak percaya, sih? (Yosodipuro, 2016:267).
“Eh , Alia, kamu nuduh aku maling? Kamu samakan aku dengan maling?”
Rangga terpancing emosinya. “Kurang ajar kamu, ya” PLAAKK… tangan
kanan Rangga mendarat ke pipi kiri Alia keras.
Ternyata Rangga orangnya kasar, emosional ya. Aku kira baik dewasa…
belum jadi istrinya aja sudah main pukul. Gimana nanti sudah menikah?
Kata Alia dalam hati sambil memendam kejengkelan dan kesal
(Yosodipuro, 2016:268).
Dari kutipan di atas diketahui bahwa peningkatan konflik dipicu oleh

kecurigaan Rangga kepada Alia. Mendengar jawaban Alia yang mengaku

bahwa Andika sebagai teman sekolah tidak memuaskan pertanyaan Rangga.


52

Kecurigaan Rangga terus mennyudutkan Alia hingga terjadi pertengkaran.

Panas hati memebuat Rangga susah mengontrol emosinya. Dengan santai

dirinya menampar Alia dan membuat Alia menahan kesakitan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan peningkatan konflik terjadi

ketika Antonio mengetahui langsung tentang hubungan Alia dan Andika.

Dengan penuh kekecewaan Antonio mendatangi kediaman Alia untuk

meminta penjelasannya. Namun, Alia masih saja mengelak tuduhan Antonio.

Selain itu, peningkatan konflik terjadi ketika Rangga mulai curiga dengan

kedatangan Andika ke rumah Alia. Sikap temperamental yang dimiliki

Rangga membuat Alia mencemaskan masa depannya.

d. Tahap Climaks (Puncak Masalah)

Tahap climaks merupakan tahap semua permasalahan di titik intensitas

pucak. Artinya, semua permasalahan ada di titik ini. Seperti rasa kecewa yang

dihadapi Rangga membuat dirinya mencari cara untuk membalaskan rasa

kecewa kepada Alia. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.

Kutipan 1

Saat Rangga sedang mondar-mandir, terlintas sebuah ide. Oh iya, ada foto
waktu di Kanjeran. Katanya dalam hati. Ia buka akun facebooknya,
kemudian foto-foto bugil Alia yang ia ambil ketika bermesraan haram di
Kenjean diunggah. Ia bagikan foto itu ke dinding/beranda Alia.
Silahkan lihat facebook kamu. Ada suatu kejutan.
“Haahh?!”Mata Alia membelalak, melotot. Detak jantungnya seketika
mendebar. Rasa kesal dan sakit hatinya bertambah…. (Yosodipuro,
2016:284-285).
53

Dari kutipan di atas terlihat puncak masalah yang terjadi. Rasa kecewa

yang dialami Alia membuat dirinya untuk menyudahi hubungannnya dengan

Rangga. Saat itu, Rangga berusaha untuk meminta maaf kepada Alia namun

Alia tidak menanggapi. Hingga Rangga mengambil satu keputusan untuk

menyebarkan foto-foto tanpa busana Alia di jejaring sosial facebook. Seketika

kabar buruk itu menyebar di pengguna facebook.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa klimaks dalam cerita

ini terjadi ketika Rangga mengunggah foto-foto tanpa busana Alia di jejaring

sosial. Hal itu dilakukan karena Alia tak kunjung membalas pesan singkatnya

dan meminta untuk menyudahi hubungannya. Merasa sakit hati, Rangga

membalaskan rasa sakit hatinya dengan melakukan hal tersebut.

e. Tahap Donoument (Penyelesaian)

Tahap penyelesaian adalah tahap penyelesaian masalah dengan mencari

jalan keluar masalah yang dihadapi. Seperti halnya dengan masalah antara

Rangga dan Alia. Mama Alia merasa tidak terima foto-foto tanpa busana

anaknya disebarluaskan, kemudian melaporkan tindakan itu ke pihak

berwajib. Negosiasi antara keluarga Alia dan keluarga Rangga berujung pada

kesepakatan pernikahan antara Alia dan Rangga. Hal itu terlihat pada kutipan

berikut.

Kutipan 1

Pagi hari sesuai dengan kesepakatan, orang tua Rangga, mama dan nenek
Alia mengadakan pertemuan di rumah nenek Alia. Wawan dan Alia ikut
menyaksikan. Keduanya hanya duduk mendengarkan diskusi yang
ditengahi oleh nenek Alia.
54

Dalam pertemuan itu, diambil kata sepakat bahwa mama Alia bersedia
mencabut nuntutannya dan Rangga harus menikahi Alia. Kesepakatan itu
mereka tuangkan dalam pernyataan tertulis dan ditandatangani kedua
pihak (Yosodipuro, 2016: 322).

Dari kutipan di atas terlihat tahap penyelesaian masalah. Pernikahan

diambil untuk menutupi aib kedua belah pihak. Pernikahan itu terjadi di kantor

polisi tempat Rangga dipenjarakan Mama Alia. Sesuai dengan kesepakatan

bahwa Rangga akan bebas setelah menikahi Alia.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menikah adalah cara

yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Meskipun melalui berbagai syarat,

cara ini juga dianggap untuk menutupi aib yang menimpa keluarga Alia.

4.1.1.3 Latar

Latar merupakan suasana lingkungan dalam cerita yang mencakup sebuah

peristiwa dalam cerita. Latar biasanya berupa tempat, waktu, dan sosial.

Berikut pemaparan latar dalam novel Prahara Cinta Alia karya Arif

Yosodipuro.

a. Latar Tempat

Latar tempat yang digambarkan pada cerita adalah tempat-tempat yang

memiliki kisah pada cerita ini. Selanjutnya, tempat-tempat yang digunakan

untuk menunjang cerita akan dipaparkan sebagai berikut.

Kota Surabaya merupakan latar tempat yang digambarkan dalam novel

Prahara Cinta Alia. Selain terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan, Surabaya

juga terkenal dengan kata Joyoboyo. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.

Kutipan 1

Sadar godaanya tak mendapat tanggapan, sang sopir meminggirkan


kendaraannya menunggu penumpang. Ia berteriak-teriak menawari calon
55

penumpang. “Ayo Boyo, Boyo, Boyo. Ayo, Bu, Joyoboyo.” Katanya


kepada seorang ibu yang sedang berjalan (Yosodipuro, 2016:173).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa kata Joyoboyo adalah salah satu nama

jalan atau sebutan khas yang ada di Kota Surabaya. Selain itu, Surabaya juga

terkenal dengan kebun binatang yang menjadi salah satu objek berlibur.

Kebun binatang juga menjadi saksi bisu saat Alia sedang berduaan dengan

Andika yang diketahui oleh Antonio. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.

Kutipan 2

Belum lama setelah mereka duduk, pegutas dari bagian informasi menyapa
pengunjung melalui pengeras suara. “Selamat datang kepada seluruh
pengunjung Kebun Binatang Surabaya…” (Yosodipuro, 2016:113).

Asyik bercanda di dekat kandang orangutan, tak sengaja Imam menoleh ke


kanan. Dari kejauhan, ia melihat Alia berjalan mesra sambil bergandeng
tangan. Spontan ia memberi tahu Antonio. “Ton, lihat! Itu Alia berjalan
dengan cowok.” (Yosodipuro, 2016:143).

Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa Antonio dan Imam berada di

kebun binatang yang diperjelas dengan kata ‘kandang orangutan’. Di dalam

kebun binatang tersebut Antonio melihat secara langsung Alia dengan lelaki

lain. Inilah awal kekecewaan Antonio terhadap Alia, wanita yang ia cintai.

Selain kebun binatang, Kota Surabaya juga terkenal dengan Wisata Pacetnya.

Hal itu terlihat dalam kutipan berikut.

Kutipan 3

Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam lebih, Andika dan Alia
sampai di tempat yang ia tuju, Pacet. Wow udaranya sejuk, kata Alia
dalam hati. Pantesan Andika ngajak ke sini. Pemandangan juga bagus.
Asri. (Yosodipuro, 2016:236).
56

Dari kutipan tersebut terlihat bahwa Alia dan Andika berada di Pacet. Di

tempat ini Alia dan Andika memadu cinta dan melakukan perbuatan telarang.

Selain Pacet, Alia juga melakukan hubungan terlarang dengan Rangga di

Pantai Kanjeran seperti kutipan berikut.

Kutipan 4

Di pintu masuk, terpampang tulisan berwarna keperakan dengan


background biru tua berbunyi ‘TAMAN HIBURAN PANTAI
KANJERAN SURABAYA’, diatapi genteng bermodel joglo.

Bukan hanya hamparan pasir yang membentang di sepanjang pantai saja


yang bisa dinikmati, tetapi juga karya kreatif yang bisa memanjakan mata
pengunjung… (Yosodipuro, 2016:246).

Tanpa basa-basi, Rangga langsung memesan kamar yang harga sewanya


berkisar 25-50 ribuan. Petugas penginapan memberikan kunci kamar. Ia
tak mempermasalahkan muhrim atau tidak. Seolah ia berpikir “Ah itu
bukan urusan kami” (Yosodipuro, 2016:251)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Alia dan Rangga sedang berada di

Pantai Kanjeran. Pantai Kenjeran adalah salah satu destinasi yang biasa

dikunjungi oleh beberapa wisatawan termasuk Alia dan Rangga. Pantai

Kenjeran merupakan latar tempat yang digunakan Rangga menyewa

penginapan. Di sinilah awal perbuatan terlarang Alia dan Rangga di mulai.

Dengan memesan salah satu penginapan, Alia dan Rangga melampiaskan

hasrat terlarang mereka. Selain Pantai Kenjeran, rumah nenek Alia juga

sebagai saksi bisu antara Alia dengan ketiga kekasihnya seperti kutipan

berikut.

Kutipan 5

DAARR… JGEERR.. geledek menyambar. Ketika Andika melongok ke


ruang tamu, tenyata sudah ada seorang cowok berduaan dengan Alia. Alia
gugup. Waduh Andika...
57

Rangga curiga melihat ada cowok bertamu ke rumah Alia, juga ekspresi
wajah yang tampak gugup. Gejolak jiwanya tak kalah dahsyat dengan
Andika, panas meradang (Yosodipuro, 2016:263).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Alia dan Rangga berada di ruang tamu

rumah Alia. Hal itu diperjelas dengan kata ‘ruang tamu’. Di tempat inilah awal

pertemuan Andika dan Rangga, kekasih kedua dan kekasih ketiga Alia. Latar

tempat selanjutnya gubuk isolasi yang berada di Blora. Gubuk itu digunakan

sebagai tempat pengasingan untuk Alia yang mengidap penyakit aneh. Hal itu

terlihat dalam kutipan berikut.

Kutipan 6

Pukul 16.45, pembuatan gubuk selesai. Bangunan mungil berukuran 3,5 x


6 m telah berdiri. Atapnya genting dan dindingnya papan kayu rapat.
Ruanganya dibagi dua, satu untuk kamar dan satu lagi untuk santai nenek
Alia, maupun pengunjung. …(Yosodipuro, 2016:373).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa gubuk isolasi telah siap huni. Gubuk ini

digunakan untuk pengasingan Alia karena penyakit yang dideritanya. Bau

anyir yang ditimbulkan dari tubuhnya mengharuskan dirinya diasingkan ke

tempat yang tidak ramai penduduk.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latar tempat dalam

cerita ini berdomilisi di Kota Surabaya. Seperti halnya Wisata Pacet terletak di

daerah Mojokerto, Jawa Timur. Kemudian Pantai Kenjeran merupakan tempat

wisata yang populer bagi masyarakat Surabaya. Selain itu, Blora merupakan

lokasi pengasing untuk Alia.

b. Latar Waktu
58

Latar waktu yang digambarkan pada cerita merupakan waktu-waktu yang

memiliki kisah pada cerita ini. Selanjutnya, waktu-waktu yang digunakan

untuk menunjang cerita akan dipaparkan sebagai berikut.

Tahun 2004 merupakan waktu pertama kali Alia memberanikan diri untuk

melanggar nasihat almarhum kakeknya. Kejadian itu dapat dilihat pada

kutipan berikut.

Kutipan 1

Memasuki pertengahan semester II kelas II SMP, awal April 2004, Alia


memberanikan diri membaca suratnya. Surat pertama yang ia baca dari
Agustian….(Yosodipuro, 2016:14).

Kenapa kata-kata Antonio nggak bisa kulupakan ya? “Dari sekian banyak
teman hanya Alia yang ada dipikiranku”. Kok aku jadi kepikiran, ya?
Lamunan itu terus datang menghampiri pikiran Alia usai membaca surat
Antonio (Yosodipuro, 2016:17).

Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa Alia memberanikan dirinya untuk

membaca surat-surat yang telah diberi oleh beberapa teman lelakinya. Dari

beberapa surat yang ia baca, pikirannya terus terbayang dengan sosok

Antonio. Inilah awal Alia menaruh hati kepada Antonio dan melanggar pesan

nasihat almarhum kakeknya. Memasuki tahun 2006, Alia duduk di kelas II

SMK semester ganjil. Tahun 2006 merupakan awal kedekatan Alia dengan

Andika. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.

Kutipan 2

Juli 2006, Alia duduk di kelas II SMK. Ia dan teman sekolahnya mulai
masuk kembali setelah libur selama dua minggu, usai kenaikan kelas.
Bener pula ledekan tetangga Alia. Di hari pertama masuk, Alia dan
temannya tidak langsung belajar. Mereka mendapat pengarahan dari wali
kelas (Yosodipuro, 2016:117).

Eh, piketku bersama Alia. Kata Andika dalam hati, senang, melihat
namanya tertulis dalam satu kelompok piket harian bersama Alia. Sejak
59

pertama melihat Alia, Andika sudah ingin mendekatinya, namun belum


ada momen yang tepat (Yosodipuro, 2016:122).

Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa awal pertama masuk sekolah Alia

dan teman-temannya mendapat pengarahan dari wali kelas tentang struktur

kelas dan struktur piket harian. Kedekatan antara Andika dan Alia berawal

dari teman satu kelompok piket harian. Pertemuan mereka semakin intens

karena setiap hari mereka saling bertemu. Memasuki tahun 2007 Alia tidak

sengaja bertemu Rangga di salah satu tempat parkir pusat perbelanjaan. Hal

ini terlihat pada kutipan berikut.

Kutipan 3

“Mau ke mana, Alia?” Tanya neneknya berdiri. “Kok, ngeluarkan motor?”


Alia tidak langsung menjawab, ia tengah berkonsentrasi. Ia mengeluarkan
sepeda motor dengan hati-hati dan memarkirnya di depan rumah pada
Minggu pagi, awal semester genap kelas II, Februari 2007 (Yosodipuro,
2016:171).

Eh cantik juga cewek ini. Gak salah aku bantuin. Katanya dalam hati.
“Kenalkan, aku Rangga.”
“Alia, Mas. Tinggal di mana, Mas Rangga.” (Yosodipuro, 2016:182).

Kutipan 4

Hampir tiap malam Alia rebahan di tempat tidur, tak pernah belajar. Ia
asyik dengan MP3-nya. Pakaiannya seksi, celana pendek sepanjang 30-an
cm yang menutupi pangkal paha dan kaos lekton… (Yosodipuro,
2016:213).

Masa ujian paruh tahun kedua, Juni 2007, tiba. Ujian akan dilaksanakan
selama satu minggu. Namun hal ini tidak membuat nyali Alia peduli.
Kalau tidak keluar, Alia chattingan bersama Rangga. Alia lakukan hampir
tiap hari (Yosodipuro, 2016:222).

Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa Alia sedang mengeluarkan sepeda

motor untuk membeli hadiah. Sesampainya di pusat perbelanjaan, Alia tidak

sengaja bertemu dengan Rangga. Inilah awal hubungan Rangga dan Alia
60

terjalin. Hubungan mereka semakin dekat hingga saat ujian di semester genap

tiba, Alia tinggal kelas karena kesempatannya untuk belajar tidak pernah ia

perhatikan. Hampir setiap malam Alia chatting bersama Rangga. Memasuki

tahun 2008 Alia berubah menjadi anak yang durhaka. Pada tahun ini

bertepatan dengan libur semester ganjil kelas III SMK. Saat itu Andika

mengajak Alia berlibur ke wisata Pacet. Namun, yang terjadi di sana mereka

memadu kasih tanpa mengenal norma. Kejadian tersebut dapat dilihat pada

kutipan berikut.

Kutipan 5

Wah, asyik liburan jalan-jalan ke Pacet. Kata Andika dalam hati,


membayangkan, ketika membonceng Alia pulang sekolah Minggu siang.
Ia berencana mengajak Alia jalan-jalan pada liburan semester ganjil kelas
III, Desember 2008 (Yosodipuro, 2016:225).

Keasyikannya itu membuat mereka lupa norma dan etika. Bujuk rayu
setan telah merasuk ke dalam sukma mereka. Walhasil, tak jarang tangan
Andika nakal, meraba dan memegang daerah terlarang Alia. Apalagi
peluk, kecup, dan cium sudah tak bisa disebutkan (Yosodipuro, 2016:239).

Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa di tahun 2008 Alia dan Andika telah

melakukan hal yang tidak sewajarnya mereka lakukan. Di tahun selanjutnya,

tahun 2009 Alia mengulangi kembali peristiwa buruk tersebut. Namun,

tidak dengan Andika melainkan dengan Rangga. Hal itu terlihat pada kutipan

berikut.

Kutipan 6

Malam sekitar pukul 19.30 pertengahan semester genap kelas III SMK,
Maret 2008, Alia membuka akun facebooknya. Icon obrolan ia klik untuk
mengaktifkan. Muncul di pinggir halaman sisi kanan sederet akun yang
OL (online) dengan tanda warna hijau (Yosodipuro, 2016:242).

Alia pun mendesah, memancing gairah. Keduanya kesetanan, tak lagi


memperdulikan ajaran agama dan nilai-nilai moral. Dan.. dan.. akhirnya
61

mereka terseret dalam lumpur hinaan, perangkap setan… (Yosodipuro,


2016:251).

Dari kutipan di atas dijelaskan saat pertengahan semester III, Alia

membuka icon facebook dan mengaktifkannya. Hal ini dilakukan untuk

mengirim pesan kepada Rangga. Setelah sepakat untuk pergi, Rangga

membawa Alia ke Pantai Kanjeran. Di sana mereka melakukan hubungan

terlarang yang seharusnya mereka tidak lakukan. Selain itu, pada pertengahan

tahun 2009 terjadi konflik antara Alia dan Rangga. Saat itu Alia memutuskan

hubungannya dengan Rangga karena sifat temperamental. Merasa tidak terima

Rangga membalaskan sakit hatinya dengan menyebarkan foto-foto tanpa

busana Alia di jejaring sosial facebook. Hal itu membuat semua keluarga Alia

tidak terima. Peristiwa tersebut terlihat pada kutipan berikut.

Kutipan 7

Silahkan lihat facebook kamu. Ada suatu kejutan.


“Ah, apaan sih? Nyebelin banget. Sudah diputus masih aja sms,” gerutu
Alia sambil terpaksa membuka pesan dari Rangga. Alia kemudian
melakukan isi pesan dari Rangga, membuka akun facebook-nya, walau
dengan kesal dan berat hati (Yosodipuro, 2016:285).

Dengan percaya diri Rangga mengucapkan qobul, “Saya terima nikahnya


Alia Maharani binti Tomo Wijaya denga mas kawin sebuah cincin emas
murni seberat lima gram, dibayar tunai.” (Yosodipuro, 2016:329).

Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa Rangga telah mengirim foto-foto

tanpa busana Alia. Hal itu dilakukan Rangga untuk membalaskan dendamnya

ke Alia yang telah memutuskan cintanya. Namun, untuk menutupi peristiwa

tersebut keluarga Alia dan keluarga Rangga sepakat untuk menikahkan Alia

dengan Rangga. Memasuki tahun 2010 Alia menderita penyakit yang tidak

kunjung sembuh. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.


62

Kutipan 8

Tiga bulan setelah berpisah dengan Rangga, Januari 2010, Alia merasakan
badannya panas dan gatal. Ia menderita penyakit aneh. “Aduh. Jangan
dipegang, Nek. Sakit.” Kata Alia meringis, menahan rasa sakit
(Yosodipuro, 2016:331).

Alia semakin memburuk. Badannya melemah. Penglihatannya mengabur.


Tenaganya berkurang secara berangsur-angsur. Tak berkekuatan.
Bicaranya tak jelas. Artikulasinya tak terkontrol. Pita suaranya tak normal
(Yosodipuro, 2016:341).

Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa setelah Alia dan Rangga berpisah,

Alia mengalami sakit yang tidak kunjung sembuh sehingga kondisi Alia

semakin memburuk. Selain itu, pada tahun yang sama Alia meminta untuk

bertemu dengan ketiga kekasihnya yakni, Antonio, Andika, dan Rangga

karena ingin meminta maaf kepada mereka. Namun, Andika dan Rangga

terlebih dahulu meninggal. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut.

Kutipan 9

“Maaf, Papanya Alia. Rangga sudah meninggal…” jawab ayah Rangga


sedih, teringat.
“Innalilahi, Ya udah, Pak, kalau begitu. Maaf.”
Papa Alia kemudian menelpon Andika, juga tak bisa dihubungi. Ia
kemudian menelpon orang tua Andika dan mendapat jawaban yang sama.
Andika sudah meninggal karena mengidap penyakit yang ciri-cirinya sama
dengan penyakit Alia (Yosodipuro, 2016:383).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kurun waktu

enam tahun Alia banyak mengalami masa penjajakan diri. Dalam waktu enam

tahun Alia menjadi perempuan yang tidak berpendidikan, suka gonta-ganti

pasangan, suka berbohong, dan suka berhubungan badan dengan dua

kekasihnya. Januari sampai Maret 2010 adalah waktu yang paling menyiksa.

Dalam waktu tiga bulan Alia mengalami sakit yang tidak kunjung sembuh.
63

c. Latar Sosial

Latar sosial yang digambarkan pada cerita dimulai dari tanggapan tetangga

sekitar mengenai penyakit Alia. Selanjutnya, latar sosial yang digunakan

untuk menunjang cerita akan dipaparkan sebagai berikut.

Latar sosial yang terdapat dalam cerita ini adalah tanggapan masyarakat

mengenai penyakit yang diderita oleh Alia. Lama-kelamaan bau yang ada di

tubuh Alia tercium oleh tetangga terdekat Alia. Begitupun sepulangnya dari

rumah sakit, bau busuk yang ditimbulkan dari badan Alia menjadi bahan

pembicaraan tetangga Alia seperti kutipan berikut.

Kutipan 1

Lama kelamaan, bau itu tericum oleh anak dan sang ibu. Ia spontan
berkomentar. “Eh.. iya, bau anyir dan bau busuk. Kira-kira bau apa ya, bu?
(Yosodipuro, 2016:350).

Kutipan 2

Ketika Alia lewat naik becak pun, tetangga lainya juga mencium bau yang
sama dengan bau yang dicium Bu Iwan. Mereka masih mencari-cari dari
mana sumber bau tersebut. Setelah mereka menjenguk Alia, mereka baru
tahu dan bisa memastikan, bahwa bau itu berasal dari tubuh Alia.
Tak ingin menyinggung perasaan nenek Alia yang dikenal sudah akrab
dengan para tetangga dan juga baik, mereka tak berani berkomentar.
Mereka hanya membatin saja.
Bau anyir dan busuk yang ditimbulkan dari tubuh Alia menjadi bahan
gosipan banyak orang. Tua muda, laki-laki perempuan, ramai
menggunjingkan masalah tersebut (Yosodipuro, 2016:352).

Semakin hari, bau busuk itu tercium oleh tetangga sekitar rumah Alia.

Tetangga sekitar mulai tidak tahan dengan bau yang ditimbulkan dari tubuh

Alia. Mereka mendesak nenek Alia untuk memindahkan Alia ke tempat yang

tidak berpenduduk seperti kutipan berikut.


64

Kutipan 3

Bau yang ditimbulkan dari tubuh Alia mengganggu tetangga sekitar.


Mereka tidak tahan setiap hari mencium bau anyir dan bau busuk. Karena
itu, mereka mendesak nenek Alia agar Alia diungsikan ke tempat yang
jauh dari keramaian, jangan di tempat yang padat penghuni. Terutama Bu
Iwan yang rumahnya berdekatan (Yosodipuro, 2016:354).

“Maaf, Nek. Sekali lagi maaf banget. Bukan saya usil, juga nggak suka.
Begini, Nek, ibu-ibu ngomong kepada saya kalau mereka tak tahan dengan
bau yang ditimbulkan dari tubuh Alia. Maaf ya, nek. Ibu-ibu menyarankan
sebaiknya Alia diungsikan saja ke tempat yang tidak ramai dengan
penduduk (Yosodipuro, 2016:355).

Saran dari Bu Madun menjadi kesalahpahaman dengan Papa Alia. Papa

Alia merasa tidak terima jika anaknya harus dipindahkan ke tempat yang tidak

berpenduduk seperti kutipan berikut.

Kutipan 4

“Eee.. Papanya Alia. Ada apa?”


“Nggak usah basa basi, Bu Madun. Kenapa ibu memprovokasi ibu-ibu
mengusir Alia dari sini?”
“Lho? Siapa yang memprovokasi? Ibu-ibu nggak ada yang memprovokasi.
Itu memang kemauan warga di sini yang tidak tahan mencium bau anyir
dan busuk?” (Yosodipuro, 2016:362).

Kekesalan Papa Alia berujung adu mulut dengan tetangga. Bagaimanapun

Papa Alia harus menerima teguran dari tetangganya karena penyakit yang

diderita anaknya. Namun sesuai kesepakatan bersama, Alia dipindahkan ke

Blora. Sesampainya di Blora, Pak Yadi dibantu oleh tiga tetangganya untuk

membuatkan gubuk isolasi. Tradisi gotong royong masih terlihat pada cerita

seperti kutipan berikut.

Kutipan 5

Pak Yadi dibantu tiga orang tetangga, langsung beraksi sesampainya di


ladang. Mereka dengan sigap membagi tugas. Ada yang memotong kayu,
65

ada yang meratakan tanah untuk lokasi gubuk, dan ada yang menyiapkan
papan untuk dinding dan juga genting (Yosodipuro, 2016:373).

Tradisi gotong royong dalam membuat rumah atau gubuk masih terjadi di

daerah perkampungan seperti Blora. Tradisi ini nantinya akan menjadi sistem

barter antartetangga sekitar ketika ingin membangun rumah. Pergunjingan

masalah penyakit Alia tidak hanya tetangga sekitar rumah Alia, tetapi tetangga

sekitar rumah Pak Yadi pun ikut membicarakan tentang bau yang ditimbulkan

dari tubuh Alia seperti kutipan berikut.

Kutipan 6

Tetangga Bu Yadi menggunjingkan Alia. Mereka penasaran bertanya


kepada Bu Yadi.
“Bu Yadi, gimana sih ceritanya, kok sampai begitu?” Tanya tetangga Bu
Yadi serius (Yosodipuro, 2016:378).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa kondisi sekitar Alia merasa terganggu

akibat bau yang ditimbulkan dari tubuh Alia. Selain itu, pergunjingan tentang

Alia tidak lepas dari pembicara masyarakat sekitar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial saat itu

memiliki kondisi yang tidak kondusif. Bau yang timbul dari badan Alia

membuat para tetangga protes karena tidak kuat mencium bau anyir yang terus

timbul. Bentuk protes ini menjadi kesalahpahaman antara orang tua Alia dan

tetangganya yang menginginkan Alia dipindahkan ke tempat yang jauh dari

pemukiman. Sesuai kesepakatan keluarga, Alia dipindahkan ke Blora tempat

salah satu keluarganya. Di Blora Alia di tempatkan di sebuah hutan yang tak

jauh dari rumah saudaranya. Sistem gotong royong masih digunakan untuk

membantu warga yang kesulitan dalam membuat rumah ataupun lainnya.


66

4.4.2 Analisis Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Prahara Cinta Alia

Karya Arif YS

Prahara Cinta Alia merupakan fiksi karangan Arif YS. Dari judul novel,

sudah dapat membayangkan kerumitan dalam novel terutama urusan percintaan

tokoh Alia. Kata prahara dalam KBBI berarti badai. Artinya, dalam novel

tersebut terdapat masalah besar yang menimpa Alia terutama dalam urusan

percintaan, yakni terseretnya Alia dalam lumpur kehinaan. Alia telah

menyerahkan mahkota satu-satunya untuk laki-laki yang bukan suaminya.

Analisis dimulai pada bagian pertama dalam novel. Pada bagian satu

halaman 1 tertulis kalimat Gempar Dunia Maya. Kata gempar diartikan sebagai

kabar yang akan meramaikan jagad raya. Kabar tersebut tidak lain adalah kabar

beredarnya foto-foto Alia tanpa busana. Hal itu diperjelas oleh Neti ketika

menghubungi Ida yang tidak lain adalah Tante Alia.

“Alia bugil Mbak.” Kata Neti gugup di ponsel sambil menghela nafas
kepada kakak iparnya, Ida. Neti adalah ipar papa Alia, istri Wawan,
adiknya. Neti memberitahu perihal prahara yang dialami oleh Alia
keponakannya (Yosodipuro, 2016:1).

Pada kutipan di atas terdapat kata bugil. Kata tersebut sudah mewakili

sumber permasalahan dalam novel tersebut. Tentu terdapat alasan mengapa Alia

melakukan hal yang dipandang buruk oleh masyarakat. Pemaparan tentang tokoh

Alia dibahas secara mendalam berdasarkan kepribadian tokoh Alia sebagai

berikut.
67

a. Id

Id adalah sistem kepribadian dasar sejak lahir yang beroperasi berdasarkan

konsep kenikmatan, yakni berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari

rasa sakit. Id bekerja tanpa mengenal norma-norma moralitas dan tidak dapat

membedakan mana perbuatan baik dan perbuatan buruk. Ia bekerja terhadap

kesenangan yang berupa dorongan-dorongan biologis.

Dorongan biologis yang pertama adalah keinginan Alia untuk

menanggapi surat dari teman laki-lakinya termasuk Antonio. Alia mulai

membuka dan membaca satu per satu surat tersebut sebagaimana yang

dijelaskan pada kutipan berikut.

Kutipan 1

Seiring dengan berjalannya waktu sepeninggal sang kakek, keteguhan Alia


dalam memegang nasihat berangsur mengendor. Pikirannya tergoda, ingin
menanggapi surat-surat yang dulu hanya ia geletakkan, enggan
menyentuhnya.
Memasuki pertengahan semester II kelas II SMP, awal April 2004, Alia
memberanikan diri membaca suratnya. Surat pertama yang ia baca dari
Agustian. Agustian anaknya hitam manis, mirip keturunan India.
Hidungnya macung, badannya tegap, lumayan tinggi. Rambutnya lebat
ikal, alisnya tebal, matanya tajam.
Alia yang imut,
Terima kasih ya kemarin sudah mau bantu aku minjamin buku Sejarah
Indonesia. Aku gak tau apa jadinya kalau kamu nggak pinjamin….
….
Yang keempat ini seorang anak manajer personalia pabrik baja terbesar di
Indonesia, PT Inspat Indo, di sepanjang taman tepatnya di Medaeng.
Potongan rambutnya bergaya klasik, Eropa tahun enam puluhan, pendek
disisir ke belakang dan berminyak klimis.
68

Dear Alia,
Maaf mengganggu ya. Aku tak ingin ini menganggu hari-hari indah Alia.
Biarlah ini mengalir seperti air dari hulu ke hilir….(Yosodipuro, 2016:13-
17)
Dari kutipan di atas diketahui naluri Alia, yaitu keinginannya untuk

menanggapi surat-surat tersebut. Keinginanannya muncul karena rasa

penasaran yang selama ini menjadi tekanan emosional dalam dirinya. Hal itu

ditambah dengan ketiadaan kakeknya yang selama ini sering mengawasi dan

memberi nasihat. Dorongan biologis Alia berlanjut ketika dirinya mulai

membayangkan satu adegan dengan Antonio seperti kutipan berikut.

Kutipan 2
Alia duduk di depan. Kedua kakinya menggantung digoyang-goyang. Ia
senyum-senyum sambil mendekap bantal di pangkuannya. Matanya
kosong menatap tembok, namun bagai screen proyektor yang sedang
mendisplay sebuah adegan. Adegan yang membuat hati deg-degan.
….
“Eh teman-teman kayaknya pas deh. Coba lihat…! Serasi kan?” Tanya
Imam memegang pundak Antonio lalu menunjuk Alia. Ia belum tahu
kalau Antonio sudah mengirim surat kepada Alia.
“Apa sih. Ngaco kamu,” celoteh Antonio mendorong Imam dengan
bahunya.
Alia senyum-senyum malu sambil makan bakwan dan menggigit cabe. Ia
agak kepedesan. Untuk mengalihkan perhatian. Alia menawari Mery yang
duduk di sebelah kanannya. “Eh Mer pakai cabe nggak kamu? Pedes …
kamu. Cobain deh.”
….
“Eh…! Tahu nggak kamu apa bedanya gula dengan Alia.”
“Ya jelas bedalah. Alia manusia sedangkan gula makanan,” jawab Antonio
percaya diri.
“Bukan.”
“Aku tahu,” sahut Mery. “Alia cewek, kalau gula e.. anu… apa?”
69

“Anu apa? Tahu nggak? Bedanya, kalau gula dikerubung semut, kalau
Alia dikerubung cowok.”
….
Plek…. IIIIIIIHHHH…! Alia meloncat. Bantal di pangkuannya melenting,
membumbung mengenai langit-langit. Kakinya gedrug-gedrug – jingkrak-
jingkrak geli. Seluruh badannya bergerak, menjingkat. Seekor cicak jatuh
tepat di kepalanya.

Alia mengambil bantal yang terpelanting dan duduk kembali. Ia berusaha
menyambung kembali cerita yang ditayangkan di tembok tapi tidak bisa,
ibarat media player sudah di off. Sulit di-on kembali. Hilang lamunan,
Alia pun merebahkan diri dengan muka ditutup bantal (Yosodipuro,
2016:18-19).
Kutipan di atas memperlihatkan id Alia sedang membayangkan sosok

Antonio. Nalurinya untuk dekat dengan Antonio mulai muncul dan

mendisplay adegan-adegan percintaan ABG yang tren dimasa itu. Hasrat

untuk kembali membayangkan Antonio ditandai oleh kalimat ia berusaha

menyambung kembali cerita. Kalimat tersebut merupakan upaya Alia untuk

kembali memutar cerita yang ada di dalam id-nya. Nalurinya berlanjut ketika

dirinya bertemu dengan Antonio sebagaimana kutipan berikut.

Kutipan 3
Setali tiga uang. Alia tak ubahnya dengan Antonio. Melihat Antonio
berjalan bersama temannya mengarah ke kelasnya, Alia jadi caper, alias
cari perhatian. Ia pasang aksi agar saat Antonio lewat, Alia bisa
melihatnya dan beradu akting (Yosodipuro, 2016:24).
Naluri Alia terus bergulir hingga akhirnya terpenuhi oleh ego. Keinginan

Alia untuk pasang aksi memancing rangsangan biologisnya untuk segera

melakukan sesuatu hal agar dapat di respons oleh Antonio. Rangsangan

tersebut mendorong biologis Alia untuk segera mencari perhatian Antonio.

Dorongan ini diperjelas dengan kalimat Alia jadi ceper. Kalimat tersebut
70

secara tidak langsung membuktikan bahwa Alia merespons isi surat dari

Antonio pada kutipan kesatu. Mengetahui Antonio menaruh rasa padanya,

Alia mulai membuka hati dan menerima Antonio. Dorongan biologis Alia

terus berkembang hingga ia menginjak sekolah menengah kejuruan.

Pertemanannya dengan Andika berujung cinta. Hubungan mulai tercium oleh

Imam sebagaimana kutipan berikut.

Kutipan 4
“Eh, ngomong-ngomong, mau nanya nih. Minggu kemarin ke mana?”
Waduh, Antonio tahu. Pasti Imam. Apa alasannya? Kata Alia dalam hati.
“Jadi minum apa ini? Jawab Alia pura-pura tidak dengar, ,emgalihkan
perhatian, lalu ia beranjak berjalan ke belakang mengambil (Yosodipuro,
2016:137).
Dorongan biologis Alia kembali muncul ketika Antonio menanyakan

keberadaan minggu kemarin. Instingnya mulai bekerja setelah mendengar

pertanyaan Antonio. Instingnya juga menebak bahwa Imam lah yang

memberitahu Antonio tentang kepergiannya minggu kemarin. Hasrat untuk

memiliki kekasih kembali muncul setelah dirinya bertemu dengan Rangga.

pertemanan berujung menjadi cinta sebagaimana dijelaskan pada kutipan

berikut.

Kutipan 5
Sejak menjalin asmara dengan Rangga, hari-hari sepulang sekolah, Alia
hanya tiduran di kamar. Selesai Maghrib, dua adik lelakinya
mempersiapkan buku pelajaran untuk esok hari, kemudian membaca dan
mengerjakan PR, pekerjaan rumah tetapi tidak untuk Alia.
Hampir tiap hari Alia rebahan di tempat tidur, tak pernah belajar. Ia asyik
dengan MP3-nya. Pakaianya seksi, celana pendek sepanjang 30-an yang
hanya menutupi pangkal paha dan kaos lekton, kelek katon (ketiaknya
kelihatan), ala gadis metropolitan (Yosodipuro, 2016:213).
71

Sejak menjalin hubungan dengan Rangga, Alia mengalami banyak

perubahan. Selain hari-harinya yang diisi dengan tiduran di kamar, enampilan

Alia juga berubah. Frasa pakaianya seksi adalah tanda perubahan Alia yang

terlihat. Selain itu juga memberi kesan negatif untuk Alia, yakni naluri ingin

terlihat seperi gadis metropolitan. Setelah menjalin hubungan dengan tiga

kekasih, Alia mengidap penyakit serius dan harus di asingkan ke daerah yang

tidak berpenduduk. Nalurinya untuk meminta maaf kepada Antonio, Andika,

dan Rangga disampaikan ke neneknya berikut.

Kutipan 6
“Nek… tolong sampaikan permintaan maaf Alia kepada Antonio, Andika,
dan Rangga.” Mata Alia larak-lirik. Dengan semangat yang memaksakan,
Alia menguatkan untuk bicara kepada neneknya dengan suara sangat
pelan, nyaris tak terdengar (Yosodipuro,2016:381).
Naluri Alia untuk meminta maaf kepada Antonio, Andika, dan Rangga

muncul setelah Alia mengidap penyakit. Keinginannya untuk meminta maaf

dengan ketiga kekasihnya disampaikan ke neneknya. Namun, Andika dan

Rangga sudah terlebih dahulu meninggal karena penyakit yang sama seperti

Alia.

Berdasarkan uraian id yang dialami Alia, dapat disimpulkan bahwa

nalurinya ingin berpacaran. Pada dasarnya, keinginan Alia untuk memiliki tiga

kekasih tidak terbesit di pikirannya. Namun, dorongan dari ego membuat id

Alia melakukan perbuatan itu. Keinginannya untuk tidak mengenal pacaran

berangsur hilang setelah kepergian kakeknya. Alia merasa tidak ada lagi yang

mengawasinya dalam segala hal.


72

b. Ego

Sebagai manusia, Alia juga memiliki ego. Ego tersebut muncul setelah

membaca surat dari Antonio. Alia mulai memikirkan kata-kata Antonio di

sepanjang malamnya seperti kutipan berikut.

Kutipan 1

Kenapa kata-kata Antoni nggak bisa kulupakan ya? “Dari sekian banyak
teman hanya Alia yang ada di pikiranku”. Kok aku jadi kepikiran, ya?
Lamunan itu terus datang menghampiri pikiran Alia usai membaca surat
Antonio.
Pukul 10.15, usai makan malam, Alia membuka kembali surat dari
Antonio. Lipatan dibalik satu per satu sehingga kertas seukuran HVS, A4
membentang. Surat itu ia pandang tenang sambil pikirannya terus
membayangkan (Yosodipuro, 2016:17).
Kutipan 2
“Mer, semalam aku nggak bisa tidur….” Kata Alia sambil menuntun
sepeda di kiri Mery setelah menyebrang, memasuki jalan ke sekolahnya
(Yosodipuro,2016:21).
Tekanan emosional Alia terus memicu ego-nya untuk memikirkan

Antonio. Seperti kalimat Alia membuka kembali surat menyimpulkan bahwa

ego-nya muncul karena adanya kebutuhan naluri Alia kurang terpenuhi yakni

rasa kurang puas. Kebutuhan biologis Alia terus berlanjut hingga malam hari.

Kalimat Mer, semalam aku nggak bisa tidur pada kutipan 2, menjelaskan

bahwa ego Alia terus berkembang dan pikirannya terpusat pada Antonio. Ego

Alia selanjutnya adalah keinginan Alia untuk menanggapi surat dari Antonio

seperti kutipan berikut.


73

Kutipan 3

Tak puas dengan hasil tulisannya yang penuh coretan, kertas itu ia remas-
remas dan ia buang ke keranjang sampah. Khawatir neneknya tak sengaja
membaca isinya, kertas yang sudah ia buang ke tempat sampah, ia ambil
kembali, lalu ia robek-robek dan ia buang kembali ke tempat sampah.

Alia mengambil selembar kertas surat yang ia beli tadi pagi, dan mulai
menulis dari awal dengan hati-hati, sehingga tidak ada coretan
(Yosodipuro,2016:35).
Frasa tak puas adalah sebuah ungkapan yang menegaskan bahwa dirinya

merasa keinginannya tidak terpenuhi dan ingin kembali mencobanya. Seperti

halnya membalas surat dari Antonio, ego Alia menginginkan hasil yang

sempurna. Namun kenyataannya Alia berkali-kali mencoret dan menyobek

kertas. Tidak hanya itu, keegoannya kembali muncul ketika Alia tidak jadi

menitipkan surat tersebut kepada Mery seperti kutipan berikut.

Kutipan 4
“Lia, tega benar… surat, kok, dirobek? Apa kamu nggak sayang?”
“Sayang, sih. Tapi aku harus mengambil keputusan. Pokoknya Alia nggak
mau surat-suratan selagi masih SMP.”
Melihat Alia keukeuh, Mery terdiam, tak mau bersitegang dengannya.
Apalagi urusan pribadi Alia. Mery tahu hubungannya mereka berdua
hanyalah sebatas teman. Tak mau memperuncing masalah, Mery
mengalihkan pembicaraan mereka ke topik lain (Yosodipuro,2016:37).
Frasa sayang sih merupakan ego Alia dalam kutipan tersebut. Kutipan

tersebut menunjukan keegoan Alia muncul ketika mengurungkan niatnya

untuk menitipkan surat balasan kepada Mery. Di saat yang sama, ego hadir

menggantikan idnya yang terbatas dan melaksanakan hasrat terpendam Alia.

Dari kutipan di atas, terlihat pula sifat Alia yang keras kepala dalam

mempertahankan argumennya. Ego-nya mulai bekerja untuk mengambil


74

keputusan. Seperti yang dijelaskan Rokhmansyah (2014:163), ego berfungsi

untuk memilih rangsangan yang harus dipuaskan. Ego memuat bagaimana

memilih dan memutuskan pemenuhan kebutuhan id dengan cara berpikir

rasional dan memiliki fungsi ekskutif dalam kepribadian manusia seperti

kutipan berikut.

Kutipan 5
Bener juga kata Mery. Bisa-bisa Antonio nyantol ke cewek lain kalau aku
nggak segera balas. Alia berkata dala hati, masih berdiri, sambil tangan
kirinya berpegangan tiang teras (Yosodipuro, 2016:65).
Kutipan 6
Setelah menganalisis dengan matang, akhirnya Alia memutuskan untuk
membalas surat dari Antonio. Ia mengambil buku tulis yang berukuran
besar dari tasnya, dan merobek bagian tengahnya. Lalu ia mengambil pena
dan mulai menulis surat balasan untuk Antonio (Yosodipuro,2016:72).
Dua kutipan di atas memperlihatkan ego Alia telah memilih dan

memutuskan kebutuhan id-nya. Hal itu dipicu oleh kekhawatiran Alia jika

Antonio berpaling ke perempuan lain. Hasrat untuk memiliki Antonio sudah

muncul sejak ia tahu bahwa Antonio mencintainya. Secara tidak langsung ego

Alia meredakan ketegangan yang ada dalam id-nya, yakni untuk tidak

berpacaran. Ego Alia terus berkembang ketika Alia dan Antonio pertama

kencan seperti kutipan berikut.

Kutipan 7
Alia membiarkan tangan Antonio memegang erat jemarinya. Antonio pun
lega. Gejolak asmara telah membara di antara sepasang remaja yang sama
usia. Alia serasa terbang ke angkasa bersama sang Arjuna memadu cinta.
Indahnya… (Yosodipuro,2016:115).
Kalimat Alia membiarkan tangan Antonio memegang jemarinya adalah

tanda bahwa Alia menerima dan menikmati genggaman dari Antonio yang
75

belum ia dapat sebelumnya. Ego-nya muncul untuk memuaskan kebutuhan

naluri Alia. Seperti, masa-masa kasmaran yang terjadi di antara mereka

merupakan salah satu tekanan emosional yang mereka dapatkan. Di masa-

masa remaja seperti itu sering kali menyalahi aturan. Naluri berpacaran terus

berkembang hingga Alia memasuki sekolah menengah kejuruan. Alia tidak

puas dengan satu kekasih. Alia menjalin hubungan dengan teman sekelasnya

yang bernama Andika seperti kutipan berikut.

Kutipan 8
Dalam waktu yang sama Alia membagi cintanya kepada Antonio dan
Andika. Di depan Antonio, Alia bermanja ria seolah Antoniolah satu-
satunya cowok yang ada di hatinya. Di belakang Antonio, Alia beralih
kepada Andika yang hampir setiap hari bertemu di sekolah
(Yosodipuro,2016:128).
Kutipan di atas menunjukan sifat Alia yang dijelaskan pada penokohan

Alia. Bersandiwara di depan kedua kekasihnya adalah cara untuk tetap

mendapatkan hati Antonio dan Andika. Naluri Alia menginginkan

hubungannya dengan Antonio dan Andika tetap berjalan tanpa diketahui

kedua belah pihak. Hal ini memberikan kenikmatan tersendiri bagi Alia karena

kebutuhan dari id sudah dipenuhi oleh ego-nya. Hubungan mereka terus

berlanjut hingga Antonio mengetahui bahwa Alia menduakannya. Keegoan

kembali muncul ketika dirinya tidak ingin kehilangan Antonio seperti yang

Alia sampaikan kepada Mery berikut.

Kutipan 9
“Aku khilaf, Mery. Tadi aku tetap ngotot bahwa Andika sepupuku, karena
aku tak ingin kehilangan Antonio. Tolong aku, gimana caranya agar
Antonio mau memaafkan dan tidak meninggalkan aku.” Kata Alia melas
(Yosodipuro,2016:155).
76

Kutipan di atas memperlihatkan ego Alia yang tidak ingin berpisah dengan

Antonio. Hal itu dilakukan karena ego-nya telah mengontrol dan memutuskan

insting-insting untuk memuaskan hasratnya, yakni ketidakinginan untuk

berpisah dengan Antonio kekasih pertama dan Andika kekasih kedua. Tak

ada penyesalan bagi Alia atas prilakunya terhadap Antonio. Frase Aku khilaf

adalah sebuah ungkapan penyesalan Alia untuk meyakinkan Mery. Ungkapan

tersebut adalah akal-akalan Alia untuk menutupi kisah cintanya, begitupun

dengan asmaranya bersama Rangga, kekasih ketiga Alia. Setelah menjalin

hubungan dengan Rangga, hari-hari Alia diisi dengan chattingan dengan

Rangga seperti kutipan berikut.

Kutipan 10

Masa ujian paruh tahun kedua, Juni 2007, tiba. Ujian akan dilaksanakan
selama satu minggu. Namun hal ini tidak membuat nyali Alia peduli.
Kalau tidak keluar, Alia chattingan bersama Rangga. Alia lakukan hampir
tiap malam (Yosodipuro, 2016:222).
Kedekatannya dengan Rangga membuat Alia berubah menjadi pemalas.

Setiap hari ia gunakan untuk chatting bersama Rangga. Perubahan yang

terjadi karena proses ego-nya membawa ke suatu titik yang dapat memuaskan

dirinya seperti chatting dengan Rangga. Ego terus berkembang hingga dirinya

menjadwal pertemuannya dengan ketiga kekasihnya seperti kutipan berikut.

Kutipan 11
Senin-Jumat malam, kecuali Rabu, ia gunakan untuk chattingan dengan
Rangga. Rabu malamnya, keduanya kopi darat. Pada pertemuan tersebut,
kalau tidak jalan-jalan, Alia dan Rangga sekedar mengobrol di ruang tamu
atau di kursi depan rumah.
Selanjutnya Sabtu dan Minggu untuk pertemuannya dengan Antonio dan
Andika. Kalau minggu ini keluar bersama Andika, minggu berikutnya
77

keluar dengan Antonio. Ketika ajakan Antinio dan Andika datang


bersamaan, maka Alia akan mencari alasan satu dari keduanya
(Yosodipuro, 2016:224).
Penjadwalan seperti di atas memudahkan Alia untuk mengatur waktu

dengan kekasihnya. Jika diperhatikan kembali, perubahan Alia pada kutipan

10 dikarenakan waktu yang dimiliki Alia dan Rangga sangat banyak. Berbeda

dengan Antonio dan Andika yang memiliki waktu lebih sedikit. Di samping

itu pembentukan karakter Alia dipicu oleh kurangnya pengawasan yang tidak

ia dapatkan. Memilih tinggal bersama neneknya, Alia kurang mendapat kasih

sayang dari kedua orang tuanya. Pengawasan yang minim membuat Alia

semakin tidak dapat diatur dalam kisah asmaranya yang berujung pada

kemaksiatan seperti kutipan berikut.

Kutipan 11
Keasyikannya itu membuat mereka lupa akan norma dan etika. Bujuk rayu
setan telah merasuk ke dalam sukma mereka. Walhasil, tak jarang tangan
Andika nakal, meraba dan memagang daerah terlarang Alia. apalagi peluk,
kecup, dan cium sudah tidak bisa disebutkan (Yosodipuro, 2016:239).
Kutipan di atas memperlihatkan kebutuhan id Alia telah dipenuhi oleh

ego-nya. Ego-nya mengontrol keperluan id Alia untuk memilih dan mencari

insting manakah yang harus dipuaskan. Kemesraan ia lakukan semata-mata

untuk melepaskan hasrat id-nya. Melalui dorongan biologisnya tanpa malu-

malu, Alia dan Rangga melakukan hubungan badan tanpa memedulikan

norma etika sebagaimana dalam kutipan berikut.

Kutipan 12
Alia pun mendesah, memancing gairah. Keduanya kesetanan, tak lagi
memedulikan ajaran agama dan nilai-nilai moral. Dan… dan… akhirnya
78

mereka terseret dalam lumpur kehinaan, perangkap setan. …


(Yosodipuro,2016:251).
Kutipan 13
Mereka tak takut lagi ancaman Tuhan, tak takut lagi dosa dan laknat.
Setidaknya dua atau tiga minggu sekali, Alia melakukan hubungan badan,
melampiaskan nafsu seksual dengan Rangga dan Andika tanpa
memedulikan norma susila dan agama (Yosodipuro,2016:261).
Kutipan di atas menunjukan ego Alia yang melampaui batas. Keberadaan

ego-nya sudah tidak dapat ia kontrol. Mereka hanya memenuhi kebutuhan id

untuk memuaskan rasa yang ada dalam diri mereka. Untuk memuaskan diri,

Alia melakukan perbuatan itu dua atau tiga minggu sekali bersama Andika dan

Rangga. Ego Alia tidak terpisah dengan id-nya bahkan Alia tidak menolaknya.

Id-nya bekerja sesuai dengan prinsip, yakni kenikmatan. Nasihat-nasihat dari

almarhum kakeknya adalah angin lalu baginya. Kepuasan adalah hal utama

untuk Alia dan bersandiwara adalah hal selanjutnya yang ia harus lakukan

agar ketiga kekasihnya tidak mencurigainya seperti kutipan berikut.

Kutipan 14
Alia segera pasang aksi, menetralkan diri. Ia tarik nafas dalam-dalam
hingga terasa nyaman dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kalau
tidak, bisa ketahuan keduanya. Dengan wajah berseri, Alia menyilahkan
masuk Andika (Yosodipuro, 2016:263).
Kutipan di atas memperlihatkan kegugupan Alia ketika Andika datang.

Kegugupan Alia mendorong id-nya untuk memenuhi ego Alia, yakni

merilekskan dirinya. Secara langsung ego-nya menyusun rencana atau cara

untuk memuaskan kebutuhan Alia.


79

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ego dalam diri Alia

terpenuhi, yaitu pacaran. Tidak hanya berpacaran, kebutuhan id-nya seperti

berbohong, bersandiwara, dan seksualitas telah terealisasikan.

c. Superego

Meskipun Alia memiliki sifat yang keras kepala dan merasa tidak puas,

namun Alia memiliki kesadaran tentang nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral ini

didapat dari orang tua yang mengajarkannya. Hal ini yang terjadi ketika

kakeknya masih hidup. Alia selalu mendapat nasihat-nasihat dari kakeknya

seperti kutipan berikut.

Kutipan 1
“Alah sok Alim kamu Alia. Hari gini nggak pacaran…? Kuno,” ledek
Mery.
“Eh Mer, dengar ya. Kata kakek justru yang pacaran itu kuno. Tahu nggak
kamu. Hubungan seks bebas, homo, lesbian itu sudah ada sejak dulu, sejak
zaman kolo bendu (lama banget).Sejak Nabi Luth sudah ada. Kemarin itu
Nabi Luth diutus Allah untuk memperbaiki kaumnya yang rusak itu agar
menjadi baik. Jadi kalau pacaran itu bukannya modern, itu justru yang
kuno.” (Yosodipuro, 2016:11).

Kutipan 2
“Terus terang, Mer. Aku tidak mau gegabah menentukan pacar. Siapa tahu
dia baik karena ada maunya. Setelah diterima, ia berubah. ‘Kan, kita nggak
tahu?” (Yosodipuro, 2016:64).
Dua kutipan di atas menunjukkan superego Alia muncul ketika diledek

oleh Mery tentang tidak ingin pacaran. Secara langsung Alia mengingat apa

yang telah diajarkan oleh kakeknya. Superego-nya diperoleh dari kakeknya

sebelum meninggal dunia. Namun, setelah kakeknya meninggal dan

pengawasan yang minim Alia mulai membaca dan membalas surat dari
80

Antonio. Ego-nya terus berkembang dan memaksa Alia untuk membalas surat

tersebut seperti kutipan berikut.

Kutipan 3
Tak puas dengan hasil tulisannya yang penuh coretan, kertas itu ia remas-
remas dan ia buang ke keranjang sampah. Khawatir neneknya tak sengaja
membaca isinya, kertas yang sudah ia buang ke tempat sampah, ia ambil
kembali, lalu ia robek-robek dan ia buang kembali ke tempat sampah.
Alia mengambil selembar kertas surat yang ia beli tadi pagi, dan mulai
menulis dari awal dengan hati-hati, sehingga tidak ada coretan
(Yosodipuro,2016:35).
Kutipan di atas menunjukan superego Alia ketakutan. Seperti kalimat

khawatir neneknya tak sengaja membaca isinya merupakan ungkapan

ketakutan Alia jika neneknya tahu bahwa dirinya membalas surat dari

Antonio. Superego-nya Alia kembali muncul setelah membaca dan berencana

untuk membalas surat dari Antonio. Superego Alia mencoba untuk

mempertimbangkan untuk tidak gegabah dalam mengambil keputusan karena

masih ingat pesan nasihat kakeknya seperti kutipan berikut.

Kutipan 4
Alia berpikir-pikir antara membalas dan tidak. Banyak hal yang menjadi
pertimbangan. Di antaranya, ia masih ingat pesan kakeknya semasa hidup,
sedangkan Alia belum siap belum siap mental. Alia bimbang (Yosodipuro,
2016:72).
Kebimbangan yamg terjadi membuat Alia merasa serba salah jika tidak

menjalankan nasihat almarhum kakeknya. Dirinya takut jika ia membalas

suratnya akan terjadi konsekuensi. Maklum saja, saat itu Alia tinggal bersama

kakek dan nenek yang sangat menomorsatukan agama. Superego-nya kembali

muncul ketika hubungannya dengan Rangga mulai berselisih. Hal itu terlihat

dalam kutipan berikut.


81

Kutipan 5

Ternyata Rangga orangnya kasar, emosional ya. Aku kira baik dewasa…
belum jadi istrinya saja sudah main pukul. Gimana nanti sudah menikah?
Kata Alia dalam hati sambil kejengkelan dan kesal (Yosodipuro,
2016:269).
Kutipan di atas menunjukan ketika superego Alia muncul dan mulai

menyesali. Kalimat belum jadi istrinya saja sudah main pukul merupakan

ungkapan kekesalan Alia kepada Rangga. Ditambah dengan kalimat gimana

nanti sudah menikah. Kalimat tersebut merupakan kekhawatiran Alia jika

berumah tangga dengan Rangga. Secara tidak langsung penyeselasan

menyelimutin diri Alia. Rasa kecewa yang diterima muncul ketika Alia mulai

meratapi nasibnya seperti kutipan berikut.

Kutipan 6
Gimana, ya? Diteruskan apa nggak? Apa diputus saja. Kalau diteruskan,
belum jadi istri aja sudah begitu sikapnya kepadaku. Tapi aku terlanjur
memberikan kegadisanku. Waduh, gimana ini? Katanya dalam hati
sekembalinya ke kamar sambil duduk di pinggir tempat tidur, mengingat-
ingat sikap kasar Rangga kepadanya (Yosodipuro, 2016:274).
Kutipan di atas memperlihatkan penyesalan Alia kepada Rangga. Alia

menyesal telah memberikan keperawanan kepada Rangga. Pertimbangannya

berakhir pada sebuah keputusan untuk mengakhiri asmaranya dengan Rangga.

Superego-nya berkembang dari ego sebagai akibat prilaku Alia yang buruk di

sosial maupun di agama.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa superego dalam diri

Alia adalah ketidakinginan Alia untuk berpacaran. Ketidakpuasan Alia dalam

segi asmara, mendorong ego Alia untuk terus memuaskan nalurinya. Selain
82

itu, dalam struktur kepribadian Alia terdapat pertentangan antara ego dan

superego. Kenyataannya yang dilakukan Alia sangatlah bertentangan dengan

moral yang ada dalam masyarakat. Seperti saat keinginan Alia untuk tidak

mengenal pacaran dan kenyataannya Alia memenuhi tuntutan id-nya. Namun

cara yang Alia pilih salah, yakni memiliki tiga kekasih dalam waktu hampir

bersamaan dan melakukan hubungan badan. Alia menyadari apa yang ia

lakukan adalah salah dan melanggar norma dan etika. Untuk menebus

kesalahannya, Alia menerima azab sebagai ganjaran dari prilakunya.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Hasil Penelitian Struktur Faktual dalam Novel Prahara Cinta Alia

Karya Arif YS

4.2.1.1 Tokoh dan Penokohan

Dari hasil data analisis di atas, penelitian psikologi sastra dalam novel

Prahara Cinta Alia karya Arif YS ditinjau dari struktur faktual meliputi tokoh dan

penokohan, alur, dan latar yang terjadi dalam novel. Dalam penelitian ini aspek

tokoh dan penokohan terdiri dari; (1) Tokoh Alia yang digambarkan sebagai anak

penurut. Namun setelah kepergian kakeknya, Alia berubah menjadi suka

berbohong dan suka menjalin hubungan dengan laki-laki. (2) Tokoh Mery

digambarkan tokoh yang amanah dalam menyampaikan pesan dan sering

membantu Alia dalam mengirimkan surat untuk Antonio. (3) Tokoh Nenek

digambarkan sebagai orang yang sabar dan penyayang dalam menghadapi cobaan

keluarganya. (4) Tokoh Antonio digambarkan sebagai anak yang gagah, memiliki

sikap tidak gegabah dalam mengambil keputusan, dan setia. (5) Tokoh Imam
83

digambarkan sebagai anak yang humoris dan suka menolong Antonio. (6) Tokoh

Andika digambarkan sebagai anak yang suka cari perhatian kepada Alia dan

memililki sifat penafsu. (7) Tokoh Rangga digambarkan sebagai anak yang gagah,

memiliki sifat penafsu, temperamental, dan pendendam. (8) Tokoh Mama Alia

digambarkan sebagai orang yang memiliki sifat keras kepala dan kecewa saat

mengetahui foto Alia beredar. (9) Tokoh Mama Rangga digambarkan sebagai

orang yang pasrah dalam menghadapi masalah anaknya. Dan (10) Tokoh Papa

Alia digambarkan sebagai orang yang tenang dalam mengambil keputusan.

4.2.1.2 Alur

Dalam aspek alur terdapat lima tahap alur, yakni (1) Tahap pengenalan

(eksposisi) dalam cerita dideskripsikan sebagai berikut. Pertama, Alia mengenal

Antonio melalui dari surat yang dikirimkan kepada Alia. Hubungan keduanya

terus berlanjut hingga mereka lulus sekolah menengah pertama. Kedua, Alia

mengenal Andika ketika keduanya satu kelompok piket harian kelas. Hubungan

mereka berlanjut hingga Alia lulus sekolah menengah kejuruan. Ketiga, Alia

mengenal Rangga di salah satu pusat perbelanjaan. Pertemuan yang tidak sengaja

itu berlanjut hingga mereka menikah. (2) Tahap pemunculan konflik (generating

circumstanscess) dalam cerita dideskripsikan sebagai berikut. Tahap ini dimulia

dari informasi yang disampaikan Imam kepada Antonio bahwa dirinya bertemu

Alia dengan laki-laki yang dikira Antonio. Mendengar informasi tersebut,

Antonio langsung bertanya kepada Alia. Namun, hal itu ditepis langsung oleh

Alia dan mengaku bahwa dirinya pergi bersama sepupunya. Selain itu,

pemunculan konflik yang terjadi ketika kecurigaan Rangga kepada Alia saat

mengetahui tamu yang datang adalah Andika. (3) Tahap peningkatan konflik
84

(rising action) dalam cerita dideskripsikan sebagai berikut. Tahap ini diawali

dengan Antonio yang mengetahui langsung tentang hubunga Alia dan Andika.

Namun, Alia masih saja mengelak tuduhan Antonio. Selain itu, peningkatan

konflik terjadi ketika Rangga mulai curiga dengan kedatangan Andika ke rumah

Alia. Sikap temperamental yang dimiliki Rangga membuat Alia mencemaskan

masa depannya. (4) Tahap puncak masalah (climaks) dalam cerita dideskripsikan

sebagai berikut. Puncak masalah terjadi ketika Rangga mengunggah foto-foto

tanpa busana Alia di jejaring sosial. Hal itu dilakukan karena Alia tak kunjung

membalas pesan singkatnya dan meminta untuk menyudahi hubungannya. Merasa

sakit hati, Rangga membalaskan rasa sakit hatinya dengan melakukan itu. (5)

Tahap penyelesaian (donoument) dalam cerita dideskripsikan sebagai berikut.

Tahap penyelesaian yang dipilih adalah menikah. Menurut mereka ini cara yang

tepat untuk menutupi aib keluarga.

4.2.1.3 Latar

Dalam penelitian ini terdapat aspek latar berupa; (1) Latar tempat dalam

cerita bertempat di Kota Surabaya. Wisata Pacet yang terletak di daerah

Mojokerto, Jawa Timur. Pantai Kenjeran merupakan tempat wisata yang populer

bagi masyarakat Surabaya. Selain itu, Blora merupakan lokasi pengasing untuk

Alia. (2) Latar waktu dalam cerita terdapat kurun waktu enam tahun Alia banyak

mengalami masa penjajakan diri. Dalam waktu enam tahun Alia menjadi

perempuan yang tidak berpendidikan, suka gonta-ganti pasangan, suka

berbohong, dan suka berhubungan badan dengan dua kekasihnya. Januari sampai

Maret 2010 adalah waktu yang paling menyiksa. Dalam waktu tiga bulan Alia

mengalami sakit yang tidak kunjung sembuh. (3) Latar sosial yang terdapat dalam
85

cerita terjadi ketika bau yang timbul dari badan Alia membuat para tetangga

protes karena tidak kuat mencium bau anyir tersebut. Bentuk protes ini menjadi

kesalahpahaman antara orang tua Alia. Sesuai kesepakatan keluarga, Alia di

pindahkan ke Blora ke tempat salah satu keluarganya. Di Blora Alia di tempatkan

di sebuah hutan yang tak jauh dari rumah saudaranya. Sistem gotong royong

masih digunakan untuk membantu warga yang kesulitan dalam membuat rumah

ataupun lainnya.

4.2.2 Hasil Penelitian Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Prahara

Cinta Alia Karya Arif YS

Selain struktur dalam cerita, penelitian ini meninjau struktur kepribadian

yang meliputi id, ego dan superego. (1) Ditinjau dari struktur id, Alia memiliki

rasa ingin pacaran. Pada dasarnya keinginan untuk memiliki tiga kekasih bukanlah

keinginan dari hatinya. Dorongan dari ego membuat Alia melakukan itu.

Keinginannya untuk tidak mengenal pacaran berangsur hilang setelah kepergian

kakeknya. Alia merasa tidak ada lagi yang mengawasinya dalam segala hal.

Keinginan Alia yang lain adalah bertemu Antonio, Andika, dan Rangga.

Nalurinya ingin meminta maaf kepada mereka yang telah Alia bohongi selama ini.

(2) Ditinjau dari struktur ego, bahwa terdapat keseimbangan antara id dan ego

dalam diri Alia. Alia mampu memenuhi kebutuhan id-nya, yaitu berpacaran.

Namun, Alia tidak mampu mengendalikan egonya yang akhirnya tidak

mempedulikan norma dan etika yang berlaku. (3) Ditinjau dari struktur superego,

bahwa dalam kepribadian Alia memiliki rasa tidak ingin berpacaran. Namun,
86

karena dorongan yang cukup besar, semua keinginan pada diri Alia terealisasi

dalam ego.

4.3 Pembahasan

Melalui hasil penelitian di atas dapat dideskripsikan bagaimana

kepribadian tokoh Alia dalam novel Prahara Cinta Alia karya Arif YS kajian

psikologi sastra. Dalam pengertiannya psikologi sastra berhubungan dengan

kejiwaan manusia. Hal ini terefleksi dalam novel Prahara Cinta Alia, tokoh Alia

merupak tokoh utama dalam novel. Dalam novel Alia digambarkan sebagai anak

yang penurut semasa kakeknya masih hidup namun berubah menjadi anak

pembangkang setelah kepergian kakeknya. Keinginannya untuk tidak mengenal

pacaran berbanding balik dengan realita yang ada. Merasa tidak ada yang

mengawasinya lagi, Alia leluasa mengekspresikan dirinya saat itu. Diusia yang

masih remaja wajar saja jika Alia mengenal dunia cinta, namun pergaulan di masa

remaja banyak disalah gunakan oleh penikmatnya termasuk Alia. Diusianya yang

menginjak belasan tahun harus ia harus menerima hal pahit dihidupnya, yakni

kehilangan mahkota satu-satu.

Dalam naluri seorang Alia banyak keinginan-keinginan yang

memengaruhi hidupnya. Pada dasarnya keingingan seseorang akan terealisasi jika

ego-nya dapat mengontrol id itu sendiri. Memiliki tiga kekasih dalam waktu yang

hampir bersamaan sebenarnya bukan keinginan dari hatinya, namun dorongan dari

ego yang mengharuskan ia membagi cintanya. Memiliki id yang cukup besar

mendorong ego Alia untuk memenuhi kebutuhannya termasuk seksualitas.

Perilaku seperti ini rasanya bukan hanya di dunia fiksi tetapi di dunia nyatapun
87

ada. Yang membedakannya jika di dalam dunia fiksi dengan dunia nyata adalah

tanggapan masyarakat sebagai makhluk sosial. Karena dorongan id sudah

dipenuhi oleh ego, Alia tidak memikirkan apa yang bakal terjadi pada dirinya

nanti. Ia hanya menikmati id-nya tanpa memikirkan karma apa yang akan

menimpanya.

Dalam novel Prahara Cinta Alia diceritakan bagaimana akibatnya jika

melakukan hubungan badan di luar nikah. Diending cerita, Alia dan dua

kekasihnya Andika dan Rangga mendapat azab dari Tuhan karena perilakunya.

Hal ini adalah salah satu contoh pengarang mengingatkan pembaca bahwa

melakukan hubungan badan adalah perbuatan yang dibenci Tuhan dan akan

mendapat ganjarannya. Tak hanya itu dalam novel ini selain mengingatkan lewat

dalam dialog, pengarang juga mengingatkan pembaca untuk menjaga makhkota

masing-masing dalam sebuah surah An-Nuur: 30-32 yang berbunyi;

30) Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: (Hendaklah mereka


menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian
itu adalah suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka perbuat.”
31) Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka
menahan pandangan dan memelihara kemaluannya,… dst.”
Dalam surah di atas dijelaskan agar kaum laki-laki dan kaun wanita untuk

saling menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Namun, hal ini

sangat kontras dengan Alia. Mengabaikan itu dan melakukannya dengan laki-laki

yang berbeda.
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian kepribadian tokoh utama dalam novel

Prahara Cinta Alia karya Arif YS di atas, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan mengenai penokohan dan kepribadian yang dialami oleh tokoh Alia

sebagai berikut.

5.1.1 Gambaran struktur faktual dalam novel Prahara Cinta Alia karya

Arif YS

a. Tokoh penokohan Alia dalam cerita memiliki karaktek penurut dan patuh

kepada nasihat kakeknya. Selanjutnya memiliki karakter pembohong dan

pandai bersandiwara dengan ketiga kekasihnya.

b. Alur dalam cerita merupakan alur campuran, dimana diceritakan terlebih

dulu peristiwa foto-foto Alia tersebarluas di jejaring sosial.

c. Latar dalam cerita ini miliki tiga bagian pertama, latar tempat dalam cerita

berdomilisi di Kota Surabaya. Kedua, latar waktu dalam cerita terjadi

dalan kurung waktu enam tahun dari tahun 2004 hingga 2010. Ketiga latar

sosial dalam cerita adalah pergunjingan dan sistem gotong royong masih

berjalan.

88
89

5.1.2 Gambaran struktur kepribadian tokoh utama dalam novel Prahara

Cinta Alia karya Arif YS

a. Id Alia dalam analisis ini adalah nalurinya ingin berpacaran. Keinginan

untuk berpacaran di picu oleh ketiadaan kakeknya dan banyaknya surat-

surat yang dikirim dari teman laki-lakinya.

b. Ego Alia dalam analisis ini adalah terealisasinya keinginannya untuk

berpacaran. Hal itu di buktikan oleh Alia yang memiliki tiga kekasih,

yaitu Antonio kekasih pertama, Andika kekasih kedua, dan Rangga

kekasih ketiga. Karena keegoannya, Alia terseret dalam kehinaan. Ia harus

rela menyerahkan mahkota satu-satunya kepada Rangga.

c. Superego dalam analisis ini adalah ketidakinginan Alia untuk berpacaran.

Hal ini di latar belakangi oleh nasihat-nasihat sang kakek yang masih Alia.

5.2 Saran

Penelitian ini menggunakan teori psikologi sastra Sigmund Freud yang

masih jarang ditemukan sehingga referensi yang didapat terbatas. Oleh karena itu,

semoga penelitian ini dapat bermanfaat dalam memberikan pengetahuan dan

pemahaman kepada para pembaca mengenai kepribadian tokoh yang terdapat

dalam karya sastra. Selain itu, diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar dapat

mengembangkan teori kepribadian khususnya kajian psikologi sastra Sigmund

Freud untuk menganlisis karya sastra lain.


DAFTAR PUSTAKA

Amran. 2018. “Analisis Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Berteman


Dengan Kematian Catatan Si Gadis Lupas Karya Sinta Ridwan.” Skripsi
Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Mulawarman. Tidak Diterbitkan.

Emzir, Saifur Rohman. 2015. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Fajriyah, Khoiriyatul. 2017. “Kepribadian Tokoh Utama Wanita dalam Novel


Alisya Karya Muhammad Mukhdlori: Kajian Psikologi Sastra.” Skripsi
Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Mulawarman. Tidak Diterbitkan.

Hall, Calvin S. 2017. Naluri Kekuasaan Sigmund Freud. Yogyakarta: Narasi-


Tarawang Press.

Hall, Gardner Lindzey. 1993. Teori-Teori Psikodonamik (Klinis). Yogyakarta:


Kanisius.

Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kelima (KBBI V)

Minderop, Albertine. 2011. Psikologo Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan
Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.
______. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra (Perkenalan Awal
Terhadap Ilmu Sastra). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setyorini, Ririn. 2017. “Analisis Kepribadian Tokoh Marni Kajian Psikologi
Sigmund Freud dalam Novel “Entrok” Karya Okky Madasar” dalam
Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra, Volume 2, No. 1, Juni, hlm 12-24.
Sudaryono. 2017. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

90
91

Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra Dasar-Dasar Memahami Fenomena


Kesusastraan: Psikologi Sastra, Strukturalisme, Formalisme Rusia,
Marxisme, Interpretasi dan Pembaca, dan Pascastrukturalisme.
Yogyakarta: CAPS.
Suryabrata, Sumadi. 2012. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Stanton, Robert. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

YS. Arif. 2016. Prahara Cinta Alia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
92

LAMPIRAN 1
IDENTITAS NOVEL

Judul Novel : Prahara Cinta Alia

Penulis : Arif Yosodipuro

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

Cetakan dan Tahun Terbit : Pertama / 2016

Tebal Buku dan Jumlah Halaman : XII + 395 Halaman

ISBN :978-602-03-3316-8
93

LAMPIRAN 2
SAMPUL NOVEL
94

LAMPIRAN 3
RINGKASAN NOVEL

Alia adalah seorang remaja yang masih duduk di sekolah menengah

pertama. Di sekolah, Alia terkenal sebagai siswa yang banyak penggagumnya.

Dalam sebulan ia mendapat empat surat dari teman laki-lakinya. Suatu ketika

Mery sahabat Alia menanyakan prihal surat-surat yang diterimanya, lantaran

salah satu teman laki-lakinya menanyakan kabar surat balasan dari Alia. Namun,

Alia enggan untuk membalas surat-surat tersebut karena ingin konsentrasi

belajar dan berpegang teguh pada nasihat kakeknya untuk tidak berpacaran.

Setelah sepeninggal almarhum kakeknya, keteguhan Alia mulai mengendor.

Rasa ingin membaca dan menanggapi surat-surat itu dilakukan. Surat pertama

dari Agustian, anaknya hitam manis, keturunan India, hidungnya mancung dan

lumayan tinggi. Surat kedua dari Beni, anak seorang pengusaha bangunan

terbesar di Waru, anaknya periang dan romantis. Surat ketiga dari Feri, anaknya

posesif. Surat keempat dari Antonio, anak seorang manajer personalia pabrik

baja terbesar di Indonesia, potongan rambutnya gaya klasik, kulitnya putih dan

badan atletis. Dari keempat surat yang dibaca, Alia merasa bahwa surat dari

Antonio tidak lepas dari bayangan pikirannya.

Kedekatan Alia dan Antonio semakin terjalin. Hingga sampailah pada

waktu yang sangat special bagi Alia. Hari itu Alia sedang berulang tahun tanpa

sepengetahuannya, Antonio, Imam, dan Mery telah membuat rencana untuk

memberikan kejutan kecil di kantin sekolah. Keributan antara Alia dan Antonio

tak terhindarkan. Sambil berjalan mendekati Alia dan Antonio, Imam memberikan
95

brownies cake seraya menyanyikan lagu ulang tahun untuk Alia. Hari itu menjadi

hari yang sangat berkesan bagi Alia. Setelah libur kenaikan kelas III SMP, Alia

benar-benar dihadapkan dengan dua pilihan yang sulit yakni, membalas surat dari

Antonio dan menjalin hubungan khusus atau tetap menuruti nasihat almarhum

kakeknya. Namun jika tidak membalas, berarti ia membohongi perasaannya

terhadap Antonio. Setalah berpikir dan menganalis dengan matang, Alia memilih

membalas surat dari Antonio dan meneruskan hubungannya. Hubungan antara

Alia dan Antonio terus berlanjut hingga mereka lulus sekolah menengah pertama.

Hari itu Antonio mengajak Imam, Alia, dan Mery untuk berlibur ke kebun

binatang yang ada di Kota Surabaya. Sesampainya di kebun binatang, Mery dan

Imam sengaja membiarkan Antonio dan Alia untuk menikmati kebersamaanya.

Memasuki kelas II SMK, Alia bertemu dengan Andika yang tak lain

adalah teman sekelasnya. Pertemuan mereka semakin dekat lantaran Alia dan

Andika namanya tertulis dalam satu kelompok piket harian. Setelah memasuki

akhir semester I, sikap Alia mulai berubah. Ia tidak lagi takut berpacaran dan

seolah lupa akan pesan almarhum kakeknya. Kedekatannya dengan Andika mulai

tercium oleh Imam yang tidak sengaja bertemu Alia dan Andika di jalan. Dalam

waktu yang sama Alia membagi cintanya kepada Antonio dan Andika. Saat

bermain kerumah Antonio, Imam bercerita bahwa ia bertemu dengan Alia di jalan

depan Polda dengan laki-laki yang ia kira adalah Antonio. Setelah mendapat

informasi dari Imam, Antonio mulai memikirkan Alia apakah betul ia berkhianat.

Tidak mau menduga-duga Antonio berkunjung ke rumah Alia pada hari Minggu

berikutnya.
96

Tidak sabar ingin bertemu Alia, dengan perasaan yang tidak tenang

Antonio berkunjung kerumah Alia. Sesampainya di rumah Alia, Antonio langsung

menanyakan keberadaan Alia pada Minggu kemarin saat Antonio tidak

berkunjung ke rumahnya. Mengetahui bahwa Antonio akan menanyakan hal itu,

Alia sudah menyiapkan alasannya. Dengan santai Alia menjawab bahwa ia

kemarin berkunjung ke rumah salah satu saudaranya bersama sepupunya dan

sempat bertemu Imam di jalan. Percaya akan yang dibicarakan Alia, Antonio

pamit pulang ke rumahnya. Kebohongan Alia mulai terbongkar ketika Antonio

dan Imam bertemu Alia dengan Andika di kebun binatang pada siang itu. Tak

ingin melewatkannya Antonio dan Imam terus mengawasi Alia dan Andika.

Sedih, geram, dan cemburu setelah melihat kelakuan Alia di belakang bersama

Andika.

Memasuki awal semester genap kelas II SMK 2007, Alia berniat pergi ke

CITO untuk membeli kado ulang tahun sepupunya Rita. Setelah mendapat barang

yang dibeli Alia bergegas pergi ke tempat parkir. Setelah mengeluarkan karcis di

dalam kantong celananya, Alia mulai menyalakan motornya namun motornya

mogok. Sambil tengak-tengok mencari bantuan, datang seorang premotor yang

membantu Alia. Dia adalah Rangga, mahasiswa tingkat akhir di salah satu

universitas yang ada di Surabaya. Seusai berkenalan, Rangga mengeluarkan

ponselnya untuk meminta nomor telepon Alia dan sebaliknya.

Perkenalan Alia dan Rangga berlanjut hingga saling menanyakan kabar

melalui SMS. Di sisi lain, hubungan Alia dan Antonio kembali berjalan normal.

Alia berhasil meyakinkan Antonio prihal hubungannya dengan Andika. Sesuai


97

rencana, jam Sembilan Minggu pagi Alia sudah bersiap dari tiga puluh menit yang

lalu. Kali ini Alia pergi bersama Antonio ke bandara Juanda hanya untuk melihat-

lihat bandara. Tak ingin kalah dengan Antonio, Andika bergegas menjemput Alia

di tempat biasa mereka janjian. Asyik berduaan dengan Antonio, Alia lupa bahwa

ia juga mempunyai janji kepada Andika. Saat itu, Andika menelpon Alia dengan

nada yang sedikit kesal. Lupa dengan janjinya, Alia berbohong kepada Andika

bahwa ia sedang mengerjakan tugas kelompok. Tak ingin hubungannya dengan

Andika ketahuan maupun hubungannya dengan Antonio, Alia harus pandai

bersandiwara dalam menjaga kerahasiaan cintanya.

Sejak menjalin hubungan dengan Rangga, hampir tiap malam Alia rebahan

di tempat tidur dan tidak pernah belajar. Hari-hari sepulang sekolah hanya ia

habisnya dengan mendengarkan MP3. Malam itu Rangga berkunjung ke rumah

Alia dengan mengenakan kaos warna putih, celana jeans biru, dan sandal gunung.

Dilihat dari cara penampilan, Rangga tampak anak orang menengah. Setidaknya

tiga minggu sekali, Rangga bersama Alia berduaan mencari hiburan. Sampai

akhirnya, pada tahun kedua Juni 2007, ujian sekolah akan dilaksanakan dalam

seminggu. Namun tidak untuk Alia, kesempatan belajar tak pernah ia perhatikan.

Kalau tidak keluar, Alia chattingan dengan Rangga tiap malam. Kerena

kelalaiannya, Alia tinggal kelas dan tidak naik ke kelas III. Tinggal kelas tidak

membuat Alia berubah. Senin sampai Jumat malam kecuali Rabu, ia gunakan

chattingan dengan Rangga. Rabu malam, keduanya kopi darat. Selanjutnya, Sabtu

dan Minggu untuk pertemuan dengan Andika dan Antonio.


98

Libur semester ganjil kelas III, Antonio mengajak Alia untuk pergi ke

Padaan daerah Pasuruan. Namun, Alia menolak karena terlebih dahulu janji

dengan Andika. Alia beralasan bahwa ia akan pergi di acara keluarganya. Pagi itu,

sesudah sarapan, Alia meminta izin kepada neneknya untuk mengerjakan tugas di

rumah temannya. Dari ketiga pacarnya, hanya Andika yang belum pernah

berkunjung ke rumah Alia. Sesampainya di Pacet, Andika mencari lokasi yang ia

yakini nyaman. Keduanya bercengkrama mesra dengan penuh gairah cinta.

Keasyikannya itu membuat mereka lupa akan norma dan etika. Tak jarang tangan

nakal Andika meraba dan memegang area terlarang Alia. Sejak kunjungan ke

wisata Pacet, Andika dan Alia menjadi ketagihan dengan kemesraan ilegalnya.

Pertengahan semester genap kelas III SMK 2009, Rangga mengajak Alia

ke pantai Kenjeran. Keduanya sepakat untuk pergi pukul lima sore. Sesampainya

di Pantai Kenjeran hamparan pasir yang membentang menyambut kedatangan

mereka. Untuk memanjakan lidah, pengunjung bisa memesan lontong kupang,

nasi rames, rawon, dan soto madura. Rangga dan Alia berjalan bergandengan

mesra mengikuti luasnya hamparan pasir. Malam beranjak kelam, setan semakin

beraksi merapat kepada keduanya. Tak ingin momen itu berkesudahan, tanpa

basa-basi Rangga memesan satu buah kamar. Mereka pun berjalan menuju kamar

tersebut. Di kamar itu keduanya sudah tak tahan ingin melampiaskan hasrat yang

menggoda. Keduanya melakukan perbuatan yang seharusnya tidak boleh

dilakukan bagi pasangan yang belum sah. Malam itu Rangaa dan Alia kehilangan

akal sehat mereka. Alia menyerahkan satu-satunya mahkota pemberian Tuhan.


99

Kejadian itu juga diabadikan di ponsel Rangga dalam berbagai pose Alia tanpa

busana.

Setamat SMK, Alia semakin menjadi-jadi dan tidak terkontrol. Ia pandai

beralasan kepada neneknya. Bahkan ia tak lagi takut ancaman Tuhan, setidaknya

dua atau tiga minggu sekali Alia melakukan hubungan badan dengan Rangga dan

Andika untuk melampiaskan nafsu seksual tanpa memedulikan norma susila dan

agama. Rabu malam, Andika untuk pertama kali berkunjung ke rumah Alia.

Namun, yang terjadi kekecewaan menimpa dirinya. Ia melihat Alia dan Rangga

duduk mesra di ruang tamu. Tak ingin Rangga tahu, Alia bersandiwara mengajak

Andika untuk gabung bersama-sama. Tetapi Andika menolak dan pilih pergi dari

rumah Alia. Rabu malam minggu berikutnya, kecurigaan Rangga menjadi

boomerang bagi Alia. Pertikaian antara mereka tidak dapat dihindarkan. Rangga

yang tidak dapat mengontrol emosinya memukul Alia. Sifat temperamental

Rangga terlihat pada saat itu.

Seusai pertikaian tersebut, Alia mulai menghindar dan sampailah saat Alia

memutuskan hubungannya dengan Rangga. Hari itu juga Rangga mencari akal

untuk membalas Alia yang dianggapnya telah melukai hatinya. Terlintas foto-foto

Alia di Pantai Kenjeran kemarin. Tanpa pikir panjang Rangga mengirim foto-foto

Alia tanpa busana ke beranda atau dinding facebook Alia. Geram, benci, dan

detak jantung berdebar kencang itu yang di rasa Alia. Takut jika keluarganya tahu

soal foto-foto itu. Mendengar berita itu, Mama Alia tidak terima dan merasa sakit

hati kepada Rangga. Disarankan temannya, Mama Alia melaporkan hal tersebut

ke pihak berwajib. Kurang dari 24 jam Rangga ditangkap. Namun untuk menutupi
100

kejadian tersebut, kedua belah pihak keluarga sepakat jika Alia dan Rangga

dinikahkan karena melihat kondisi Alia yang seperti itu, kemungkinan jika Alia

sudah tidak perawan lagi. Usia perkawinan Rangga dan Alia hanya berumur

hitungan bulan. Alia memilih untuk pulang ke rumah neneknya lantaran Rangga

tidak mau diajak tinggal dikontrakan. Tidak ada surat nikah, karena mereka hanya

menikah siri.

Tiga bulan setelah pisah dengan Rangga, Januari 2010, Alia merasakan

badannya panas dan gatal-gatal. Dua hari berlalu, namum belum ada tanda-tanda

Alia membaik. Penyakit yang ia derita semakin hari semakin parah. Segala upaya

diusahakan oleh pihak keluarga Alia. Namun penyakit yang diderita alia semakin

mengeluarkan bau anyir. Bau yang ditimbulkan dari badan Alia tidak dapat

dihindari. Tetangga yang tinggal di sekitar rumah Alia merasa terganggu dengan

bau itu. Banyak pergunjingan antarmasyarakat baik yang muda maupun yang tua.

Mereka menyarankan bahwa Alia diisolasikan ke tempat yang tidak padat

penduduk. Gejolak batin yang dihadapi keluarga Alia semakin pasrah. Akhirnya

Alia diisolasikan ke Blora tepatnya tempat Paman Papa Alia.

Sesampainya di Blora, kondisi Alia semakin memburuk. Keinginannya

untuk bertemu dengan ketiga pacarnya itu, (Antonio, Andika, dan Rangga) di

usahakan. Sayangnya, Andika dan Rangga juga memiliki penyakit yang sama

dengan yang diderita Alia hingga menyebabkan keduanya meninggal dunia.

Kematian kedua laki-laki itu menyisakan Antonio yang masih setia dengan Alia.

Kesetiaan Antonio terlihat dengan melupakan masa-masa kelamnya dahulu.

Antonio dengan perasaan yang sama datang menemui Alia di gubuk isolasi. Alia
101

pun meminta maaf kepada Antonio atas segala kesalahan dan pengkhianatan yang

dilakukannya di masa lalu.


102

LAMPIRAN 4
DATA KUTIPAN NOVEL
4.1 Fakta Cerita

No. Kutipan Jenis Data Halaman


1. “Nggak ah. Aku mau Tokoh penokohan 10-11
konsentrasi belajar. Kakekku Alia (Penurut)
bilang jangan pacaran dulu,
masih kecil. Masih SMP. Nanti
aja kalau sudah sarjana. Gitu
pesan kakek.” Jawab Alia serius
menirukan perkataan kakeknya.
“Alah.. sok alim kamu Alia.
Hari gini nggak pacaran..?
Kuno.” Ledek Mery.
“Eh Mer, dengar ya. Kata kakek
justru yang pacaran itu kuno.
Tahu nggak kamu. Hubungan
seks bebas, homo, lesbian itu
ada sejak dulu, sejak zaman
kolo bendu (lama banget). Sejak
Nabi Luth sudah ada. Karena
itu Nabi Luth diutus Allah
untuk memperbaiki kaumnya
yang rusak itu agar menjadi
baik. Jadi kalau pacaran itu
bukannya modern, itu justru
yang kuno”
2. Alia yang imut, Penokohan Alia 14-17
Terima kasih ya kemarin sudah (Labil)
mau bantu aku minjamin buku
Sejarah Indonesia. Aku gak tau
apa jadinya kalau kamu nggak
pinjamin….
Dear Alia,
Maaf mengganggu ya. Aku tak
ingin ini menganggu hari-hari
indah Alia. Bialah ini mengalir
seperti air dari hulu ke hilir…

3. Dalam waktu yang sama Alia Penokohan Alia 128


membagi cintanya kepada (suka selingkuh)
Antonio dan Andika. Di
hadapan Antonio, Alia
bermanja ria seolah Antonio
103

satu-satunya cowok yang ada


dihatinya. Di belakang Antonio,
Alia beralih kepada Andika
yang hampir setiap hari ketemu
disekolah.
4. “Pertanyaan apa? Maaf, aku Penokohan Alia 137-138
nggak memperhatikan. Lagi (Pembohong)
blank. Benar-benar blank.”
“Minggu kemarin kemana? Aku
kan, nggak ke sini.”
“Oh, itu. Aku pergi ke Pasar
Kembang, nengok saudara.”
Alia tidak menyebut dengan
siapanya. Ia sengaja
menyembunyikan. Tapi kalau
Antonio bertanya,Alia sudah
menyiapkan jawabannya.
“Dengan siapa?”
“Dengan sepupu aku. Anaknya
Pak De. Oh iya, Imam ketemu.
Malah sempat ngobrol sebentar.
Ngomong, ya, Imam?” Ganti
Alia memancing Antonio
5. “Iya, hati-hati. Kok hampir tiap Penokohan Alia 258-259
minggu keluar, main? (pembohong)
Memangnya main ke mana?”
Kata nenekny agak curiga.
“Ke rumah teman, Nek. Nggak
ke mana-mana, kok. Di daerah
sini juga, gang paling ujung.”
Alia beralasan sambil
meninggalkan neneknya setelah
mencium tangan neneknya
6. “Iya sih, jarang. Gini Mer, aku Penokohan Mery 74
mau minta tolong.” (Suka Menolong)
“Tolong apa? Untuk kamu,
temanku yang baiiik sekali,
nggak akan ku tolak.”
“Ini, Mau Minta tolong
kasihkan surat ini kepada
Antonio.”
7. “Kemarin itu, dia berbohong. Ia Penokohan Mery 157-158
tak ingin kehilangan kamu. (Amanah)
Katanya. Andika bukan
sepupunya. Teman satu
sekolahnya. Dia berat sama
104

kamu.
“Gitu ya? Tolong sampaikan
kepada Alia. Aku mau
menenangkan pikiran dulu
untuk sementara waktu. Lihat
ajalah nanti. Toh, perjalanan
masih panjang.” Antonio
mendongak sejenak. “Kalau
jodoh, juga nggak ke mana.”
“Ya sudah, nanti aku sampaikan
kepada Alia. Udah ya, aku
pulang dulu.”
8. “Maaf, Nek. Sekali lagi maaf Penokohan Nenek 355
banget. Bukan saya usil, juga Alia
bukan nggak suka. Begini, Nek, (Sabar)
ibu-ibu ngonong kepada saya
kalau mereka tak tahan
denganbau yang ditimbulkan
dari tubuh Alia. Maaf, Nek.
Ibu-ibu menyarankan,
sebaiknya Alia di ungsikan saja
ke tempat yang tidak ramai
penduduk.”
Nenek Alia diam sejenak,
berpikir. Ia tersentak. Batinnya
hancur mendengar perkataan Bu
Iwan. Tapi itu adalah fakta.
Mau tidak mau, nenek Alia
mesti berbesar hati dan
berlapang dada. Nenek Alia
menyadari dan memakluminya
9. “Dengan setia, nenek Alia Penokohan Nenek 384
menunggui cucunya. Kondisi Alia
Alia sangat miris. Bentolan (Penyayang dan sabar)
yang melepuh itu memburuk,
menjadi luka. Selanjutnya luka
itu mengeluarkan belatung di
beberapa titik.”
“Alia benar-benar tersiksa.
Sungguh pedih dan memilukan.
Neneknya tak tega melihat
cucunya menderita begitu berat.
Dengan hati-hati dan iba, ia
mengeluarkan belatung itu
dengan mencutik, menjepit dan
menarik menggunakan lidi.”
105

10. Sosok perlente anak seorang Penokohan Antonio 17


manajer. Potongan rambut (Gagah )
bergaya klasik….
11. “Usai berbincang-bincang, Penokohan Antonio 134
Imam berpamitan pulang. (Tidak Gegabah )
Sepulangnya Imam, Antonio
melamunkan informasi yang
disampaikan oleh Imam.
Mungkinkah Alia berkianat?
Tanya Antonio dalam hati.
Setahuku nggak mungkin. Dia
naik kepadaku. Dia bilang
nggak ada cowo lain selain aku.
Aku tak boleh menduga-duga.
Tunggu aja sampai besok
Minggu pagi.”
12. “Tapi apa?” Imam menyela. Penokohan Antonio 150
“Tapi sulit? Dia cantik? Masih (Setia)
banyak yang lebih cantik.
Lagian, Ton buat apa cantik
kalau makan hati? Cari yang
cantik yang nggak makan hati.
Itu namanya punya prinsip.”
Wajah Antonio mengerut,
sedih. “Sulit, Mam, dapatin
cewek kayak Alia. Dia itu cinta
pertamaku.”
13. … Ia pegang tangan kiri Alia Penokohan Antonio 389
dengan lembut lalu mendekati (Pemaaf)
telinga Alia dan membisikkan.
“Alia, ini aku, Antonio.
Lupakan yang sudah berlalu.
Aku memaafkanmu. Kuatkan
dirimu. Bangkitlah.”
14. Imam gelagepan, tak bisa Penokohan Imam 50
menjawab pertanyaan Pak (Humoris)
Agung, Karena saat itu Imam
sedang memikirkan scenario
untuk mengerjai Alia.
Pikirannya kosong. “Apa Pak?
Anton? Dia teman saya, Pak.”
Kata Imam sekenanya.
Ha ha ha ha… huuu….! Teman
sekelasnya menertawakan
Imam. Imam menoleh kanan
kiri, merasa keheranan melihat
106

teman-temannya
menertawakannya. Kenapa
mereka menertawakanku?
Tanyanya dalam hati

15. “Tolong kamu cari info. Alia Penokohan Imam


masih dengan cowok yang (Penolong) 162
kemarin itu atau nggak?...”
“Oalah, gitu? Oke, nanti aku
cari tahu. Demi teman setia, aku
siap mengembang misi.” Kata
Imam mantap sambil
mengepalkan tangan kanan dan
tersenyum.

16. Dengan tersenyum, Andika Penokohan Andika 123


berusaha mengambil hati Alia. (Cari Perhatian)
Kebetulan ia mengantongi tiga
buah premen. Tangannya
merogoh saku celana dan
mengeluarkan dua buah
permen. Satu permen ia buka
dan satu ia berikan kepada Alia.
17. Di atas motor itu, Andika mulai Penokohan Andika 260
operasi nakal. Nafsu setannya (Penafsuan, nakal)
bagaikan virus yang menyebar
ke seluruh tubuhnya…
18. Pemuda itu memakir motor dan Penokohan Rangga 216
membuka helm pengaman. Ia (Berawakan Atletis)
adalah Rangga, anak Gayusari,
kenalan baru Alia yang masih
kuliah di sebuah perguruan
tinggi swasta di Surabaya.
Badannya tinggi sedang, atletis.
Rambutnya pendek ikal.
Kulitnya bersih. Muka oval.
Alisnya tebal dan mata sedang.
19. Keduanya sudah tak tahan ingin Penokohan Rangga 251
melampiaskan hasrat yang (Penafsuan, nakal)
menggoda. Setan benar-benar
berhasil menguasai pikiran
keduanya. Di dalam kamar,
tanpa ragu dan malu, Rangga
mulai membelai dan memeluk
Alia dengan dekapan nafsu.
Alia pun mendesah, memancing
107

gairah. Keduanya kesetanan, tak


lagi memedulikan ajaran
agama….
20. “Eh , Alia, kamu nuduh aku Penokohan Rangga 268
maling? Kamu samakan aku (Kasar atau
dengan maling?” Rangga Tempramental)
terpancing emosinya. “Kurang
ajar kamu, ya” PLAAKK…
tangan kanan Rangga mendarat
ke pipi kiri Alia keras.
21. Saat Rangga sedang mondar- Penokohan Rangga 284
mandir, terlintas sebuah ide. Oh (Pendendam)
iya, ada foto waktu di Kenjeran.
Katanya dalam hati. Ia buka
akun facebooknya, kemudian
foto-foto bugil Alia yang ia
ambil keteika bermesraan
haram di Kenjeran diunggah. Ia
bagikan foto itu di
dinding/beranda Alia.
22. “Kamu itu gimana, Alia? Suruh Penokohan mama Alia 295
yang bener, malah begitu” (Kesal dan kecewa)
keluar juga kekesalan mama
Alia meskipun ia berusaha
menyimpannya. “Kan malu,
malu Alia, aib itu. Aib…
23. “Ya, masalahnya kan Rangga, Penokohan mama Alia 313
kok bicaranya dengan saya?” (Egois dank eras
jawab mama Alia ketus, dan kepala)
buang muka.
“Nggak. Nggak, Bu.” Kata
mama Alia tegas. “Saya tidak
mau anak saya dipermalukan
kasar lagi oleh anak ibu yang
sok itu…
24 Ibu Rangga menunduk, tak Penokohan mama 314
berkutik. Namun demi Rangga (Pasrah)
kebebasan anaknya, ia harus
tabah untuk menerima
perlakuan jutek mama Alia…
25. “Ma, Mama jangan mengikuti Penokohan papa Alia 321
hawa nafsu. Sebagai orang tua, (Penengah)
tentu akit hati jika
dipermalukan, tapi kita juga
harus berpikir untuk kebaikan
dan penyelesaian dalam
108

masalah ini.” Kata papa Alia


membujuk istrinya di telepon,
yang di pinjam dari seseorang.
27. Pukul 10.15, usai makan Tahap Eksposisi atau 17
malam, Alia membuka kembali tahap pengenalan
surat dari Antonio. Lipatan (Antonio)
dibalik satu per satu sehingga
kertas ukuran HVS A4
membentang. Surat itu ia
pandang tenang sambil
pikirannya terus
membayangkan.
Sosok perlente anak seorang
manajer. Potongan rambutnya
bergaya klasik, Eropa tahun
Enam puluhan, disisir klimis…
Alia duduk di depan. Kedua
kakinya menggantung
digoyang-goyang. Ia
tersenyum-senyum sambil
mendekap bantal
dipangkuannya….
28. Juli 2006, Alia duduk di kelas II Tahap Eksposisi atau 117-122
SMK. Ia dan teman sekolahnya tahap pengenalan
mulai masuk kembali setelah (Andika)
libur selama dua minggu, usai
kenaikan kelas. Alia dan
temannya tidak langsung
belajar. Mereka mendapat
pengarahan dari wali kelas.
Eh, piketku bersama Alia. Kata
Andika dalam hati, senang,
melihat namanya tertulis dalam
satu kelompok piket harian
bersama Alia. Sejak pertama
melihat Alia, Andika sudah
ingin mendekatinya, namun
belum ada momen yang tepat.
39. Premotor yang terlihat lebih tua Tahap Eksposisi atau 181-183
darinya berhenti melihat ada tahap pengenalan
cewek yang sedang mengalami (Rangga)
kesulitan, ia mendekati Alia.
“Ada apa, Mbak?”
“Kalau lancer, ya selesailah
tahun ini.” Kata Rangga seraya
mengeluarkan ponsel dan
109

bertanya, “Oh iya, boleh minta


nomor ponselnya?”
30. Usai berbincang-bincang, Imam Tahap pemunculan 134-138
berpamitan pulang. konflik (Antonio)
Sepulangnya Imam, Antonio
melamunkan informasi yang
disampaikan oleh Iman.
Mungkinkah Alia berkhianat?
Tanya Antonio dalam hati.
Setahuku nggak mungkin. Dia
baik kepadaku. Dia bilang
nggak ada cowok lain selain
aku. Aku tak boleh menduga-
duga. Tunggu saja sampai
besok Minggu pagi.
“Minggu kemarin ke mana?
Aku kan , nggak ke sini.”
“Oh, itu. Aku pergi ke Pasar
Kembang, nengok saudara.”
Setelah mendapat jawaban
bahwa cowok yang
membonceng Alia adalah
sepupunya, Antonio merasa tak
perlu memperpanjang
masalah….
31. Asyik bercandaan di dekat Tahap peningkatan 143-147
kandang orangutan, tak sengaja konflik (Antonio dan 268-269
Imam menoleh ke kanan. Dari Rangga)
kejauhan, ia melihat Alia
berjalan mesra sambil
bergandeng tangan. Spontan ia
memberi tahu Antonio. “Ton,
lihat! Itu Alia berjalan dengan
cowok.”
Oh, ternyata begitu kelakuan
Alia. Di depanku bermanja-
manja, di belakangku dia
bermesra-mesra dengan cowok
lain. Antonio bergumam dalam
hati, kesal dan sedih setelah
tahu kelakuan Alia, berduaan
dengan Andika.

“Eh , Alia, kamu nuduh aku


maling? Kamu samakan aku
dengan maling?” Rangga
110

terpancing emosinya. “Kurang


ajar kamu, ya” PLAAKK…
tangan kanan Rangga mendarat
ke pipi kiri Alia keras.
Ternyata Rangga orangnya
kasar, emosional ya. Aku kira
baik dewasa… belum jadi
istrinya aja sudah main pukul.
Gimana nanti sudah menikah?
Kata Alia dalam hati sambil
memendam kejengkelan dan
kesal.

32. Saat Rangga sedang mondar- Tahap klimaks 284-289


mandir, terlintas sebuah ide. Oh
iya, ada foto waktu di Kanjeran.
Katanya dalam hati. Ia buka
akun facebooknya, kemudian
foto-foto bugil Alia yang ia
ambil ketika bermesraan haram
di Kenjean diunggah. Ia
bagikan foto itu ke
dinding/beranda Alia.
Silahkan lihat facebook kamu.
Ada suatu kejutan.
“Haahh?!”Mata Alia
membelalak, melotot. Detak
jantungnya seketika mendebar.
Rasa kesal dan sakit hatinya
bertambah….
33. Dugaan ayah Rangga Tahap penyelesaian 329
meleset.rangg dapat (Menikah)
menyatakan qabul dengan
lancer. Diam-diam sehari
sebelum pelaksanaan, ia minta
diajari ijab qabul oleh imam
mushola di kepolisian. Ia
pelajari dan ia halfalkan teks
tersebut dengan sungguh-
sungguh.
“Bagaimana, Bapak-ibu, sah?”
“Sah.” Jawab hadirin kompak
diiringi dengan tepuk tangan
kegembiraan….
34. Sadar godaanya tak mendapat Latar Tempat 173
tanggapan, sang sopir (Surabaya)
111

meminggirkan kendaraannya
menunggu penumpang. Ia
berteriak-teriak menawari calon
penumpang. “Ayo Boyo, Boyo,
Boyo. Ayo, Bu, Joyoboyo.”
Katanya kepada seorang ibu
yang sedang berjalan.
35. Belum lama setelah mereka Latar Tempat 113
duduk, pegutas dari bagian (Surabaya)
informasi menyapa pengunjung
melalui pengeras suara.
“Selamat datang kepada seluruh
pengunjung Kebun Binatang
Surabaya…”
36. Setelah menempuh perjalanan Latar Tempat 236
hampir satu jam lebih, Andika (Pacet)
dan Alia sampai di tempat yang
ia tuju, Pacet. Wow udaranya
sejuk, kata Alia dalam hati.
Pantesan Andika ngajak kesini.
Pemandangan juga bagus. Asri.
37. Di pintu masuk, terpampang Latar Tempat 246
tulisan berwarna keperakan (Pantai Kenjeran)
dengan background biru tua
berbunyi ‘TAMAN HIBURAN
PANTAI KANJERAN
SURABAYA’, diatapi genteng
bermodel joglo.
Buka saja hamparan pasir yang
membentang di sepanjang
pantai saja yang bisa dinikmati,
tetapi juga karya kreatif yang
bisa memanjakan mata
pengunjung…
38. DAARR… JGEERR.. geledek Latar Tempat 263
menyambar. Ketika Andika (Rumah Nenek Alia)
melongok ke ruang tamu,
tenyata sudah ada seorang
cowok berduaan dengan Alia.
Alia gugup. Waduh Andika...
Rangga curiga melihat ada
cowok bertamu ke rumah Alia,
juga ekspresi wajah yang
tampak gugup. Gejolak jiwanya
tak kalah dasyat dengan
Andika, panas meradang.
112

39. Pukul 16.45, pembuatan gubuk Latar Tempat 373


selesai. Bangunan mungil (Gubuk Isoloasi)
berukuran 3,5 x 6 m telah
berdiri. Atapnya genting dan
dindingnya papan kayu rapat.
Ruanganya dibagi dua, satu
untuk kamar dan satu lagi untuk
santai nenek Alia, maupun
pengunjung. …
40. Kenapa kata-kata Antonio Latar Waktu 17
nggak bisa kulupakan ya? “Dari (2004)
sekian banyak teman hanya
Alia yang ada di pikiranku”.
Kok aku jadi kepikiran, ya?
Lamunan itu terus datang
menghampiri pikiran Alia usai
membaca surat Antonio
41. Eh, piketku bersama Alia. Kata Latar Waktu 122
Andika dalam hati, senang, (2006)
melihat namanya tertulis dalam
satu kelompok piket harian
bersama Alia. Sejak pertama
melihat Alia, Andika sudah
ingin mendekatinya, namun
belum ada momen yang tepat
42. Eh cantik juga cewek ini. Gak Latar Waktu 182
salah aku bantuin. Katanya (2007)
dalam hati. “Kenalkan, aku
Rangga.”
“Alia, Mas. Tinggal dimana,
Mas Rangga.”
43. Hampir tiap malam Alia Latar Waktu 213
rebahan di tempat tidur, tak (2007)
pernah belajar. Ia asyik dengan
MP3-nya. Pakaiannya seksi,
celana pendek sepanjang 30-an
cm yang menutupi pangkal
paha dan kaos lekton…
44. Masa ujian paruh tahun kedua, Latar Waktu 222
Juni 2007, tiba. Ujian akan di (2007)
laksanakan selama satu minggu.
Namun hal ini tidak membuat
nyali Alia peduli. Kalau tidak
keluar, Alia chattingan bersama
Rangga. Alia lakukan hampir
tiap hari.
113

45. Keasyikannya itu membuat Latar Waktu 239


mereka lupa norma dan etika. (2008)
Bujuk rayu setan telah merasuk
ke dalam sukma mereka.
walhasil, tak jarang tangan
Andika nakal, meraba dan
memegang daerah terlarang
Alia. Apalagi peluk, kecup dan
cium sudah tak bisa disebutkan
46. Alia pun mendesah, memancing Latar Waktu 251
gairah. Keduanya kesetanan, tak (2009)
lagi memperdulikan ajaran
agama dan nilai-nilai moral.
Dan.. dan.. akhirnya mereka
terseret dalam lumpur hinaan,
perangkap setan…
47. Silahkan lihat facebook kamu. Latar Waktu 285
Ada suatu kejutan. (2009)
“Ah, apaan sih? Nyebelin
banget. Sudah diputus masih aja
sms,” gerutu Alia sambil
terpaksa membuka pesan dari
Rangga. Alia kemudian
melakukan isi pesan dari
Rangga, membuka akun
facebook-nya, walau dengan
kesal dan berat hati
48. Dengan percaya diri Rangga Latar Waktu 329
mengucapkan qobul, “Saya (2009)
terima nikahnya Alia Maharani
binti Tomo Wijaya denga mas
kawin sebuah cincin emas
murni seberat lima gram, di
bayar tunai.”
48. Alia semakin memburuk. Latar Waktu 341
Badannya melemah. (2010)
Penglihatannya mengabur.
Tenaganya berkurang secara
berangsur-angsur. Tak
berkekuatan. Bicaranya tak
jelas. Artikulasinya tak
terkontrol. Pita suaranya tak
normal
50. “Maaf, Papanya Alia. Rangga Latar Waktu 383
sudah meninggal…” jawab (2010)
ayah Rangga sedih, teringat.
114

“Innalilahi, Ya udah, Pak, kalau


begitu. Maaf.”
Papa Alia kemudian menelpon
Andika, juga tak bisa
dihubungi. Ia kemudian
menelpon orangtua Andika dan
mendapat jawaban yang sama.
Andika sudah meninggal karena
mengidap penyakit yang ciri-
cirinya sama dengan penyakit
Alia
51. Lama kelamaan, bau itu tericum Latar Sosial 350
oleh anak dan sang ibu. Ia
spontan berkomentar. “Eh.. iya,
bau anyir dan bau busuk. Kira-
kira bau apa ya, bu?
52. Ketika Alia lewat naik becak Latar Sosial 352
pun, tetangga lainya juga
mencium bau yang sama
dengan bau yng dicium Bu
Iwan. Mereka masih mencari-
cari dari mana sumber bau
tersebut. Setelah mereka
menjenguk Alia, mereka baru
tahu dan bisa memastikan,
bahwa bau itu berasal dari
tubuh Alia.
Tak ingin menyinggung
perasaan nenek Alia yang
dikenal sudah akrab dengan
para tetangga dan juga baik,
mereka tak berani berkomentar.
Mereka hanya membatin saja.
53. Bau yang ditimbulkn dari tubuh Latar Sosial 354
Alia mengganggu tetangga
sekitar. Mereka tidak tahan
setiap hari mencium bau anyir
dan bau busuk. Karena itu,
mereka mendesak nenek Alia
agar Alia diungsikan ke tempat
yang jauh dari keramaian,
jangan di tempat yang padat
penghuni. Terutama Bu Iwan
yang rumahnya berdekatan.
54. “Eee.. Papanya Alia. Ada Latar Sosial 362
apa?”
115

“Nggak usah basa basi, Bu


Madun. Kenapa ibu
memprovokasi ibu-ibu
mengusir Alia dari sini?”
“Lho? Siapa yang
memprovokasi? Ibu-ibu nggak
ada yang memprovokasi. Itu
memang kemauan warga disini
yang tidak tahan mencium bau
anyir dan busuk?”
55. Pak Yadi dibantu tiga orang Latar Sosial 373
tetangga, langsung beraksi
sesampainya di lading. Mereka
denga sigap membagi tugas.
Ada yang memotong kayu, ada
yang meratakan tanah untuk
lokasi gubuk, da nada yang
menyiapkan papan untuk
dinding dan juga genting.
56. Tetangga Bu Yadi Latar Sosial 378
menggunjingkan Alia. Mereka
penasaran bertanya kepada Bu
Yadi.
“Bu Yadi, gimana sih ceritanya,
kok sampai begitu?” Tanya
tetangga Bu Yadi serius.

4.2 Struktur Kepribadian

No. Kutipan Jenis Data Halaman

1. Seiring dengan berjalannya Id 13-17


waktu sepeninggal sang kakek,
keteguhan Alia dalam
memegang nasihat berangsur
mengendor. Pikirannya tergoda,
ingin menanggapi surat-surat
yang dulu hanya ia geletakan,
enggan menyentuhnya.

Memasuki pertengahan
semester II kelas II SMP, awal
April 2004, Alia memberanikan
diri membaca suratnya. Surat
pertama yang ia baca dari
Agustian. Agustian anaknya
116

hitam manis, mirip keturunan


India. Hidungnya macung,
badannya tegap, lumayan
tinggi. Rambutnya lebat ikal,
alisnya tebal, matanya tajam.

Alia yang imut,

Terima kasih ya kemarin sudah


mau bantu aku minjamin buku
Sejarah Indonesia. Aku gak tau
apa jadinya kalau kamu nggak
pinjamin….
….
Yang keempat ini seorang anak
manajer personalia pabrik baja
terbesar di Indonesia, PT Inspat
Indo, di sepanjang taman
tepatnya di Medaeng. Potongan
rambutnya bergaya klasik,
Eropa tahun enam puluhan,
pendek disisir ke belakang dan
berminyak klimis.
Dear Alia,

Maaf mengganggu ya. Aku tak


ingin ini menganggu hari-hari
indah Alia. Biarlah ini mengalir
seperti air dari hulu ke hilir….(
2. Alia duduk di depan. Kedua Id 17-19
kakinya menggantung
digoyang-goyang. Ia senyum-
senyum sambil mendekap
bantal di pangkuannya.
Matanya kosong menatap
tembok, namun bagai screen
proyektor yang sedang
mendisplay sebuah adegan.
Adegan yang membuat hati
deg-degan.
….
“Eh teman-teman kayaknya pas
deh. Coba lihat…! Serasi kan?”
Tanya Imam memegang pundak
Antonio lalu menunjuk Alia. Ia
belum tahu kalau Antonio
sudah mengirim surat kepada
117

Alia.
“Apa sih. Ngaco kamu,” celoteh
Antonio mendorong Imam
dengan bahunya.
Alia senyum-senyum malu
sambil makan bakwan dan
menggigit cabe. Ia agak
kepedesan. Untuk mengalihkan
perhatian. Alia menawari Mery
yang duduk di sebelah
kanannya. “Eh Mer pakai cabe
nggak kamu? Pedes … kamu.
Cobain deh.”
….
“Eh…! Tahu nggak kamu apa
bedanya gula dengan Alia.”
“Ya jelas bedalah. Alia manusia
sedangkan gula makanan,”
jawab Antonio percaya diri.
“Bukan.”
“Aku tahu,” sahut Mery. “Alia
cewek, kalau gula e.. anu…
apa?”
“Anu apa? Tahu nggak?
Bedanya, kalau gula dikerubung
semut, kalau Alia dikerubung
cowok.”
….
Plek…. IIIIIIIHHHH…! Alia
meloncat. Bantal di
pangkuannya melenting,
membumbung mengenai langit-
langit. Kakinya gedrug-gedrug
– jingkrak-jingkrak geli.
Seluruh badannya bergerak,
menjingkat. Seekor cicak jatuh
tepat di kepalanya.

Alia mengambil bantal yang
terpelanting dan duduk kembali.
Ia berusaha menyambung
kembali cerita yang
ditayangkan di tembok tapi
tidak bisa, ibarat media player
sudah di off. Sulit di-on
kembali. Hilang lamunan, Alia
118

pun merebahkan diri dengan


muka ditutup bantal
3. Setali tiga uang. Alia tak Id 24
ubahnya dengan Antonio.
Melihat Antonio berjalan
bersama temannya mengarah ke
kelasnya, Alia jadi caper, alias
cari perhatian. Ia pasang aksi
agar saat Antonio lewat, Alia
bisa melihatnya dan beradu
akting
4. “Eh, ngomong-ngomong, Id 137
mau nanya nih. Minggu
kemarin ke mana?”
Waduh, Antonio tahu. Pasti
Imam. Apa alasannya? Kata
Alia dalam hati. “Jadi minum
apa ini? Jawab Alia pura-pura
tidak dengar, ,emgalihkan
perhatian, lalu ia beranjak
berjalan ke belakang
mengambil
5. Sejak menjalin asmara dengan Id 213
Rangga, hari-hari sepulang
sekolah, Alia hanya tiduran di
kamar. Selesai Maghrib, dua
adik lelakinya mempersiapkan
buku pelajaran untuk esok hari,
kemudian membaca dan
mengerjakan PR, pekerjaan
rumah tetapi tidak untuk Alia.

Hampir tiap hari Alia rebahan


di tempat tidur, tak pernah
belajar. Ia asyik dengan MP3-
nya. Pakaianya seksi, celana
pendek sepanjang 30-an yang
hanya menutupi pangkal paha
dan kaos lekton, kelek katon
(ketiaknya kelihatan), ala gadis
metropolitan
6. “Nek… tolong sampaikan Id 381
permintaan maaf Alia kepada
Antonio, Andika, dan Rangga.”
Mata Alia larak-lirik. Dengan
semangat yang memaksakan,
119

Alia menguatkan untuk bicara


kepada neneknya dengan suara
sangat pelan, nyaris tak
terdengar
7. Kenapa kata-kata Antoni nggak Ego 17
bisa kulupakan ya? “Dari
sekian banyak teman hanya
Alia yang ada di pikiranku”.
Kok aku jadi kepikiran, ya?
Lamunan itu terus datang
menghampiri pikiran Alia usai
membaca surat Antonio.
Pukul 10.15, usai makan
malam, Alia membuka kembali
surat dari Antonio. Lipatan
dibalik satu per satu sehingga
kertas seukuran HVS, A4
membentang. Surat itu ia
pandang tenang sambil
pikirannya terus
membayangkan
8. “Mer, semalam aku nggak bisa Ego 21
tidur….” Kata Alia sambil
menuntun sepeda di kiri Mery
setelah menyebrang, memasuki
jalan ke sekolahnya.
9. Tak puas dengan hasil Ego 35
tulisannya yang penuh coretan,
kertas itu ia remas-remas dan ia
buang ke keranjang sampah.
Khawatir neneknya tak sengaja
membaca isinya, kertas yang
sudah ia buang ke tempat
sampah, ia ambil kembali, lalu
ia robek-robek dan ia buang
kembali ke tempat sampah.

Alia mengambil selembar kertas


surat yang ia beli tadi pagi, dan
mulai menulis dari awal dengan
hati-hati, sehingga tidak ada
coretan
10. “Lia, tega benar… surat, kok, Ego 37
dirobek? Apa kamu nggak
sayang?”
“Sayang, sih. Tapi aku harus
120

mengambil keputusan.
Pokoknya Alia nggak mau
surat-suratan selagi masih
SMP.”
Melihat Alia keukeuh, Mery
terdiam, tak mau bersitegang
dengannya. Apalagi urusan
pribadi Alia. Mery tahu
hubungannya mereka berdua
hanyalah sebatas teman. Tak
mau memperuncing masalah,
Mery mengalihkan pembicaraan
mereka ke topik lain
11. Bener juga kata Mery. Bisa- Ego 65
bisa Antonio nyantol ke cewek
lain kalau aku nggak segera
balas. Alia berkata dala hati,
masih berdiri, sambil tangan
kirinya berpegangan tiang teras

12. Setelah menganalisis dengan Ego 72
matang, akhirnya Alia
memutuskan untuk membalas
surat dari Antonio. Ia
mengambil buku tulis yang
berukuran besar dari tasnya, dan
merobek bagian tengahnya.
Lalu ia mengambil pena dan
mulai menulis surat balasan
untuk Antonio.
13. Alia membiarkan tangan Ego 115
Antonio memegang erat
jemarinya. Antonio pun lega.
Gejolak asmara telah membara
di antara sepasang remaja yang
sama usia. Alia serasa terbang
ke angkasa bersama sang
Arjuna memadu cinta.
Indahnya…
14. Dalam waktu yang sama Alia Ego 128
membagi cintanya kepada
Antonio dan Andika. Di depan
Antonio, Alia bermanja ria
seolah Antoniolah satu-satunya
cowok yang ada di hatinya. Di
belakang Antonio, Alia beralih
121

kepada Andika yang hampir


setiap hari bertemu di sekolah
15. “Aku khilaf, Mery. Tadi aku Ego 155
tetap ngotot bahwa Andika
sepupuku, karena aku tak ingin
kehilangan Antonio. Tolong
aku, gimana caranya agar
Antonio mau memaafkan dan
tidak meninggalkan aku.” Kata
Alia melas
16. Masa ujian paruh tahun kedua, Ego 222
Juni 2007, tiba. Ujian akan
dilaksanakan selama satu
minggu. Namun hal ini tidak
membuat nyali Alia peduli.
Kalau tidak keluar, Alia
chattingan bersama Rangga.
Alia lakukan hampir tiap malam
17. Senin-Jumat malam, kecuali Ego 224
Rabu, ia gunakan untuk
chattingan dengan Rangga.
Rabu malamnya, keduanya kopi
darat. Pada pertemuan tersebut,
kalau tidak jalan-jalan, Alia dan
Rangga sekedar mengobrol di
ruang tamu atau di kursi depan
rumah.
Selanjutnya Sabtu dan Minggu
untuk pertemuannya dengan
Antonio dan Andika. Kalau
minggu ini keluar bersama
Andika, minggu berikutnya
keluar dengan Antonio. Ketika
ajakan Antinio dan Andika
datang bersamaan, maka Alia
akan mencari alasan satu dari
keduanya
18. Keasyikannya itu membuat Ego 239
mereka lupa akan norma dan
etika. Bujuk rayu setan telah
merasuk ke dalam sukma
mereka. Walhasil, tak jarang
tangan Andika nakal, meraba
dan memagang daerah terlarang
Alia. apalagi peluk, kecup, dan
cium sudah tidak bisa
122

disebutkan
19. Alia pun mendesah, memancing Ego 251
gairah. Keduanya kesetanan, tak
lagi memedulikan ajaran agama
dan nilai-nilai moral. Dan…
dan… akhirnya mereka terseret
dalam lumpur kehinaan,
perangkap setan. …

20. Mereka tak takut lagi ancaman Ego 261


Tuhan, tak takut lagi dosa dan
laknat. Setidaknya dua atau tiga
minggu sekali, Alia melakukan
hubungan badan, melampiaskan
nafsu seksual dengan Rangga
dan Andika tanpa memedulikan
norma susila dan agama
21. Alia segera pasang aksi, Ego 263
menetralkan diri. Ia tarik nafas
dalam-dalam hingga terasa
nyaman dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya. Kalau
tidak, bisa ketahuan keduanya.
Dengan wajah berseri, Alia
menyilahkan masuk Andika
22. “Alah sok Alim kamu Alia. Superego 11
Hari gini nggak pacaran…?
Kuno,” ledek Mery.
“Eh Mer, dengar ya. Kata kakek
justru yang pacaran itu kuno.
Tahu nggak kamu. Hubungan
seks bebas, homo, lesbian itu
sudah ada sejak dulu, sejak
zaman kolo bendu (lama
banget).
Sejak Nabi Luth sudah ada.
Kemarin itu Nabi Luth diutus
Allah untuk memperbaiki
kaumnya yang rusak itu agar
menjadi baik. Jadi kalau
pacaran itu bukannya modern,
itu justru yang kuno.”
23. “Terus terang, Mer. Aku tidak Superego 64
mau gegabah menentukan
pacar. Siapa tahu dia baik
karena ada maunya. Setelah
123

diterima, ia berubah. ‘Kan, kita


nggak tahu?”
24. Tak puas dengan hasil Superego 35
tulisannya yang penuh coretan,
kertas itu ia remas-remas dan ia
buang ke keranjang sampah.
Khawatir neneknya tak sengaja
membaca isinya, kertas yang
sudah ia buang ke tempat
sampah, ia ambil kembali, lalu
ia robek-robek dan ia buang
kembali ke tempat sampah.

Alia mengambil selembar kertas


surat yang ia beli tadi pagi, dan
mulai menulis dari awal dengan
hati-hati, sehingga tidak ada
coretan.
25. Alia berpikir-pikir antara Superego 72
membalas dan tidak. Banyak
hal yang menjadi pertimbangan.
Di antaranya, ia masih ingat
pesan kakeknya semasa hidup,
sedangkan Alia belum siap
belum siap mental. Alia
bimbang.
26. Ternyata Rangga orangnya Superego 269
kasar, emosional ya. Aku kira
baik dewasa… belum jadi
istrinya saja sudah main pukul.
Gimana nanti sudah menikah?
Kata Alia dalam hati sambil
kejengkelan dan kesal.
27. Gimana, ya? Diteruskan apa Superego 274
nggak? Apa diputus saja. Kalau
diteruskan, belum jadi istri aja
sudah begitu sikapnya
kepadaku. Tapi aku terlanjur
memberikan kegadisanku.
Waduh, gimana ini? Katanya
dalam hati sekembalinya ke
kamar sambil duduk di pinggir
tempat tidur, mengingat-ingat
sikap kasar Rangga kepadanya

Anda mungkin juga menyukai