1. “Nggak ah. Aku mau Tokoh penokohan 10-11 konsentrasi belajar. Kakekku Alia (Penurut) bilang jangan pacaran dulu, masih kecil. Masih SMP. Nanti aja kalau sudah sarjana. Gitu pesan kakek.” Jawab Alia serius menirukan perkataan kakeknya. “Alah.. sok alim kamu Alia. Hari gini nggak pacaran..? Kuno.” Ledek Mery. “Eh Mer, dengar ya. Kata kakek justru yang pacaran itu kuno. Tahu nggak kamu. Hubungan seks bebas, homo, lesbian itu ada sejak dulu, sejak zaman kolo bendu (lama banget). Sejak Nabi Luth sudah ada. Karena itu Nabi Luth diutus Allah untuk memperbaiki kaumnya yang rusak itu agar menjadi baik. Jadi kalau pacaran itu bukannya modern, itu justru yang kuno” 2. Alia yang imut, Penokohan Alia 14-17 Terima kasih ya kemarin sudah (Labil) mau bantu aku minjamin buku Sejarah Indonesia. Aku gak tau apa jadinya kalau kamu nggak pinjamin…. Dear Alia, Maaf mengganggu ya. Aku tak ingin ini menganggu hari-hari indah Alia. Bialah ini mengalir seperti air dari hulu ke hilir…
3. Dalam waktu yang sama Alia Penokohan Alia 128
membagi cintanya kepada (suka selingkuh) Antonio dan Andika. Di hadapan Antonio, Alia bermanja ria seolah Antonio satu-satunya cowok yang ada dihatinya. Di belakang Antonio, Alia beralih kepada Andika yang hampir setiap hari ketemu disekolah. 4. “Pertanyaan apa? Maaf, aku Penokohan Alia 137-138 nggak memperhatikan. Lagi (Pembohong) blank. Benar-benar blank.” “Minggu kemarin kemana? Aku kan, nggak ke sini.” “Oh, itu. Aku pergi ke Pasar Kembang, nengok saudara.” Alia tidak menyebut dengan siapanya. Ia sengaja menyembunyikan. Tapi kalau Antonio bertanya,Alia sudah menyiapkan jawabannya. “Dengan siapa?” “Dengan sepupu aku. Anaknya Pak De. Oh iya, Imam ketemu. Malah sempat ngobrol sebentar. Ngomong, ya, Imam?” Ganti Alia memancing Antonio 5. “Iya, hati-hati. Kok hampir tiap Penokohan Alia 258-259 minggu keluar, main? (pembohong) Memangnya main ke mana?” Kata nenekny agak curiga. “Ke rumah teman, Nek. Nggak ke mana-mana, kok. Di daerah sini juga, gang paling ujung.” Alia beralasan sambil meninggalkan neneknya setelah mencium tangan neneknya 6. “Iya sih, jarang. Gini Mer, aku Penokohan Mery 74 mau minta tolong.” (Suka Menolong) “Tolong apa? Untuk kamu, temanku yang baiiik sekali, nggak akan ku tolak.” “Ini, Mau Minta tolong kasihkan surat ini kepada Antonio.” 7. “Kemarin itu, dia berbohong. Ia Penokohan Mery 157-158 tak ingin kehilangan kamu. (Amanah) Katanya. Andika bukan sepupunya. Teman satu sekolahnya. Dia berat sama kamu. “Gitu ya? Tolong sampaikan kepada Alia. Aku mau menenangkan pikiran dulu untuk sementara waktu. Lihat ajalah nanti. Toh, perjalanan masih panjang.” Antonio mendongak sejenak. “Kalau jodoh, juga nggak ke mana.” “Ya sudah, nanti aku sampaikan kepada Alia. Udah ya, aku pulang dulu.” 8. “Maaf, Nek. Sekali lagi maaf Penokohan Nenek 355 banget. Bukan saya usil, juga Alia bukan nggak suka. Begini, Nek, (Sabar) ibu-ibu ngonong kepada saya kalau mereka tak tahan denganbau yang ditimbulkan dari tubuh Alia. Maaf, Nek. Ibu-ibu menyarankan, sebaiknya Alia di ungsikan saja ke tempat yang tidak ramai penduduk.” Nenek Alia diam sejenak, berpikir. Ia tersentak. Batinnya hancur mendengar perkataan Bu Iwan. Tapi itu adalah fakta. Mau tidak mau, nenek Alia mesti berbesar hati dan berlapang dada. Nenek Alia menyadari dan memakluminya 9. “Dengan setia, nenek Alia Penokohan Nenek 384 menunggui cucunya. Kondisi Alia Alia sangat miris. Bentolan (Penyayang dan sabar) yang melepuh itu memburuk, menjadi luka. Selanjutnya luka itu mengeluarkan belatung di beberapa titik.” “Alia benar-benar tersiksa. Sungguh pedih dan memilukan. Neneknya tak tega melihat cucunya menderita begitu berat. Dengan hati-hati dan iba, ia mengeluarkan belatung itu dengan mencutik, menjepit dan menarik menggunakan lidi.” 10. Sosok perlente anak seorang Penokohan Antonio 17 manajer. Potongan rambut (Gagah ) bergaya klasik…. 11. “Usai berbincang-bincang, Penokohan Antonio 134 Imam berpamitan pulang. (Tidak Gegabah ) Sepulangnya Imam, Antonio melamunkan informasi yang disampaikan oleh Imam. Mungkinkah Alia berkianat? Tanya Antonio dalam hati. Setahuku nggak mungkin. Dia naik kepadaku. Dia bilang nggak ada cowo lain selain aku. Aku tak boleh menduga-duga. Tunggu aja sampai besok Minggu pagi.” 12. “Tapi apa?” Imam menyela. Penokohan Antonio 150 “Tapi sulit? Dia cantik? Masih (Setia) banyak yang lebih cantik. Lagian, Ton buat apa cantik kalau makan hati? Cari yang cantik yang nggak makan hati. Itu namanya punya prinsip.” Wajah Antonio mengerut, sedih. “Sulit, Mam, dapatin cewek kayak Alia. Dia itu cinta pertamaku.” 13. … Ia pegang tangan kiri Alia Penokohan Antonio 389 dengan lembut lalu mendekati (Pemaaf) telinga Alia dan membisikkan. “Alia, ini aku, Antonio. Lupakan yang sudah berlalu. Aku memaafkanmu. Kuatkan dirimu. Bangkitlah.” 14. Imam gelagepan, tak bisa Penokohan Imam 50 menjawab pertanyaan Pak (Humoris) Agung, Karena saat itu Imam sedang memikirkan scenario untuk mengerjai Alia. Pikirannya kosong. “Apa Pak? Anton? Dia teman saya, Pak.” Kata Imam sekenanya. Ha ha ha ha… huuu….! Teman sekelasnya menertawakan Imam. Imam menoleh kanan kiri, merasa keheranan melihat teman-temannya menertawakannya. Kenapa mereka menertawakanku? Tanyanya dalam hati 15. “Tolong kamu cari info. Alia Penokohan Imam masih dengan cowok yang (Penolong) 162 kemarin itu atau nggak?...” “Oalah, gitu? Oke, nanti aku cari tahu. Demi teman setia, aku siap mengembang misi.” Kata Imam mantap sambil mengepalkan tangan kanan dan tersenyum.
16. Dengan tersenyum, Andika Penokohan Andika 123
berusaha mengambil hati Alia. (Cari Perhatian) Kebetulan ia mengantongi tiga buah premen. Tangannya merogoh saku celana dan mengeluarkan dua buah permen. Satu permen ia buka dan satu ia berikan kepada Alia. 17. Di atas motor itu, Andika mulai Penokohan Andika 260 operasi nakal. Nafsu setannya (Penafsuan, nakal) bagaikan virus yang menyebar ke seluruh tubuhnya… 18. Pemuda itu memakir motor dan Penokohan Rangga 216 membuka helm pengaman. Ia (Berawakan Atletis) adalah Rangga, anak Gayusari, kenalan baru Alia yang masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya. Badannya tinggi sedang, atletis. Rambutnya pendek ikal. Kulitnya bersih. Muka oval. Alisnya tebal dan mata sedang. 19. Keduanya sudah tak tahan ingin Penokohan Rangga 251 melampiaskan hasrat yang (Penafsuan, nakal) menggoda. Setan benar-benar berhasil menguasai pikiran keduanya. Di dalam kamar, tanpa ragu dan malu, Rangga mulai membelai dan memeluk Alia dengan dekapan nafsu. Alia pun mendesah, memancing gairah. Keduanya kesetanan, tak lagi memedulikan ajaran agama…. 20. “Eh , Alia, kamu nuduh aku Penokohan Rangga 268 maling? Kamu samakan aku (Kasar atau dengan maling?” Rangga Tempramental) terpancing emosinya. “Kurang ajar kamu, ya” PLAAKK… tangan kanan Rangga mendarat ke pipi kiri Alia keras. 21. Saat Rangga sedang mondar- Penokohan Rangga 284 mandir, terlintas sebuah ide. Oh (Pendendam) iya, ada foto waktu di Kenjeran. Katanya dalam hati. Ia buka akun facebooknya, kemudian foto-foto bugil Alia yang ia ambil keteika bermesraan haram di Kenjeran diunggah. Ia bagikan foto itu di dinding/beranda Alia. 22. “Kamu itu gimana, Alia? Suruh Penokohan mama Alia 295 yang bener, malah begitu” (Kesal dan kecewa) keluar juga kekesalan mama Alia meskipun ia berusaha menyimpannya. “Kan malu, malu Alia, aib itu. Aib… 23. “Ya, masalahnya kan Rangga, Penokohan mama Alia 313 kok bicaranya dengan saya?” (Egois dank eras jawab mama Alia ketus, dan kepala) buang muka. “Nggak. Nggak, Bu.” Kata mama Alia tegas. “Saya tidak mau anak saya dipermalukan kasar lagi oleh anak ibu yang sok itu… 24 Ibu Rangga menunduk, tak Penokohan mama 314 berkutik. Namun demi Rangga (Pasrah) kebebasan anaknya, ia harus tabah untuk menerima perlakuan jutek mama Alia… 25. “Ma, Mama jangan mengikuti Penokohan papa Alia 321 hawa nafsu. Sebagai orang tua, (Penengah) tentu akit hati jika dipermalukan, tapi kita juga harus berpikir untuk kebaikan dan penyelesaian dalam masalah ini.” Kata papa Alia membujuk istrinya di telepon, yang di pinjam dari seseorang. 27. Pukul 10.15, usai makan Tahap Eksposisi atau 17 malam, Alia membuka kembali tahap pengenalan surat dari Antonio. Lipatan (Antonio) dibalik satu per satu sehingga kertas ukuran HVS A4 membentang. Surat itu ia pandang tenang sambil pikirannya terus membayangkan. Sosok perlente anak seorang manajer. Potongan rambutnya bergaya klasik, Eropa tahun Enam puluhan, disisir klimis… Alia duduk di depan. Kedua kakinya menggantung digoyang-goyang. Ia tersenyum-senyum sambil mendekap bantal dipangkuannya…. 28. Juli 2006, Alia duduk di kelas II Tahap Eksposisi atau 117-122 SMK. Ia dan teman sekolahnya tahap pengenalan mulai masuk kembali setelah (Andika) libur selama dua minggu, usai kenaikan kelas. Alia dan temannya tidak langsung belajar. Mereka mendapat pengarahan dari wali kelas. Eh, piketku bersama Alia. Kata Andika dalam hati, senang, melihat namanya tertulis dalam satu kelompok piket harian bersama Alia. Sejak pertama melihat Alia, Andika sudah ingin mendekatinya, namun belum ada momen yang tepat. 39. Premotor yang terlihat lebih tua Tahap Eksposisi atau 181-183 darinya berhenti melihat ada tahap pengenalan cewek yang sedang mengalami (Rangga) kesulitan, ia mendekati Alia. “Ada apa, Mbak?” “Kalau lancer, ya selesailah tahun ini.” Kata Rangga seraya mengeluarkan ponsel dan bertanya, “Oh iya, boleh minta nomor ponselnya?” 30. Usai berbincang-bincang, Imam Tahap pemunculan 134-138 berpamitan pulang. konflik (Antonio) Sepulangnya Imam, Antonio melamunkan informasi yang disampaikan oleh Iman. Mungkinkah Alia berkhianat? Tanya Antonio dalam hati. Setahuku nggak mungkin. Dia baik kepadaku. Dia bilang nggak ada cowok lain selain aku. Aku tak boleh menduga- duga. Tunggu saja sampai besok Minggu pagi. “Minggu kemarin ke mana? Aku kan , nggak ke sini.” “Oh, itu. Aku pergi ke Pasar Kembang, nengok saudara.” Setelah mendapat jawaban bahwa cowok yang membonceng Alia adalah sepupunya, Antonio merasa tak perlu memperpanjang masalah…. 31. Asyik bercandaan di dekat Tahap peningkatan 143-147 kandang orangutan, tak sengaja konflik (Antonio dan 268-269 Imam menoleh ke kanan. Dari Rangga) kejauhan, ia melihat Alia berjalan mesra sambil bergandeng tangan. Spontan ia memberi tahu Antonio. “Ton, lihat! Itu Alia berjalan dengan cowok.” Oh, ternyata begitu kelakuan Alia. Di depanku bermanja- manja, di belakangku dia bermesra-mesra dengan cowok lain. Antonio bergumam dalam hati, kesal dan sedih setelah tahu kelakuan Alia, berduaan dengan Andika.
“Eh , Alia, kamu nuduh aku
maling? Kamu samakan aku dengan maling?” Rangga terpancing emosinya. “Kurang ajar kamu, ya” PLAAKK… tangan kanan Rangga mendarat ke pipi kiri Alia keras. Ternyata Rangga orangnya kasar, emosional ya. Aku kira baik dewasa… belum jadi istrinya aja sudah main pukul. Gimana nanti sudah menikah? Kata Alia dalam hati sambil memendam kejengkelan dan kesal.
32. Saat Rangga sedang mondar- Tahap klimaks 284-289
mandir, terlintas sebuah ide. Oh iya, ada foto waktu di Kanjeran. Katanya dalam hati. Ia buka akun facebooknya, kemudian foto-foto bugil Alia yang ia ambil ketika bermesraan haram di Kenjean diunggah. Ia bagikan foto itu ke dinding/beranda Alia. Silahkan lihat facebook kamu. Ada suatu kejutan. “Haahh?!”Mata Alia membelalak, melotot. Detak jantungnya seketika mendebar. Rasa kesal dan sakit hatinya bertambah…. 33. Dugaan ayah Rangga Tahap penyelesaian 329 meleset.rangg dapat (Menikah) menyatakan qabul dengan lancer. Diam-diam sehari sebelum pelaksanaan, ia minta diajari ijab qabul oleh imam mushola di kepolisian. Ia pelajari dan ia halfalkan teks tersebut dengan sungguh- sungguh. “Bagaimana, Bapak-ibu, sah?” “Sah.” Jawab hadirin kompak diiringi dengan tepuk tangan kegembiraan…. 34. Sadar godaanya tak mendapat Latar Tempat 173 tanggapan, sang sopir (Surabaya) meminggirkan kendaraannya menunggu penumpang. Ia berteriak-teriak menawari calon penumpang. “Ayo Boyo, Boyo, Boyo. Ayo, Bu, Joyoboyo.” Katanya kepada seorang ibu yang sedang berjalan. 35. Belum lama setelah mereka Latar Tempat 113 duduk, pegutas dari bagian (Surabaya) informasi menyapa pengunjung melalui pengeras suara. “Selamat datang kepada seluruh pengunjung Kebun Binatang Surabaya…” 36. Setelah menempuh perjalanan Latar Tempat 236 hampir satu jam lebih, Andika (Pacet) dan Alia sampai di tempat yang ia tuju, Pacet. Wow udaranya sejuk, kata Alia dalam hati. Pantesan Andika ngajak kesini. Pemandangan juga bagus. Asri. 37. Di pintu masuk, terpampang Latar Tempat 246 tulisan berwarna keperakan (Pantai Kenjeran) dengan background biru tua berbunyi ‘TAMAN HIBURAN PANTAI KANJERAN SURABAYA’, diatapi genteng bermodel joglo. Buka saja hamparan pasir yang membentang di sepanjang pantai saja yang bisa dinikmati, tetapi juga karya kreatif yang bisa memanjakan mata pengunjung… 38. DAARR… JGEERR.. geledek Latar Tempat 263 menyambar. Ketika Andika (Rumah Nenek Alia) melongok ke ruang tamu, tenyata sudah ada seorang cowok berduaan dengan Alia. Alia gugup. Waduh Andika... Rangga curiga melihat ada cowok bertamu ke rumah Alia, juga ekspresi wajah yang tampak gugup. Gejolak jiwanya tak kalah dasyat dengan Andika, panas meradang. 39. Pukul 16.45, pembuatan gubuk Latar Tempat 373 selesai. Bangunan mungil (Gubuk Isoloasi) berukuran 3,5 x 6 m telah berdiri. Atapnya genting dan dindingnya papan kayu rapat. Ruanganya dibagi dua, satu untuk kamar dan satu lagi untuk santai nenek Alia, maupun pengunjung. … 40. Kenapa kata-kata Antonio Latar Waktu 17 nggak bisa kulupakan ya? “Dari (2004) sekian banyak teman hanya Alia yang ada di pikiranku”. Kok aku jadi kepikiran, ya? Lamunan itu terus datang menghampiri pikiran Alia usai membaca surat Antonio 41. Eh, piketku bersama Alia. Kata Latar Waktu 122 Andika dalam hati, senang, (2006) melihat namanya tertulis dalam satu kelompok piket harian bersama Alia. Sejak pertama melihat Alia, Andika sudah ingin mendekatinya, namun belum ada momen yang tepat 42. Eh cantik juga cewek ini. Gak Latar Waktu 182 salah aku bantuin. Katanya (2007) dalam hati. “Kenalkan, aku Rangga.” “Alia, Mas. Tinggal dimana, Mas Rangga.” 43. Hampir tiap malam Alia Latar Waktu 213 rebahan di tempat tidur, tak (2007) pernah belajar. Ia asyik dengan MP3-nya. Pakaiannya seksi, celana pendek sepanjang 30-an cm yang menutupi pangkal paha dan kaos lekton… 44. Masa ujian paruh tahun kedua, Latar Waktu 222 Juni 2007, tiba. Ujian akan di (2007) laksanakan selama satu minggu. Namun hal ini tidak membuat nyali Alia peduli. Kalau tidak keluar, Alia chattingan bersama Rangga. Alia lakukan hampir tiap hari. 45. Keasyikannya itu membuat Latar Waktu 239 mereka lupa norma dan etika. (2008) Bujuk rayu setan telah merasuk ke dalam sukma mereka. walhasil, tak jarang tangan Andika nakal, meraba dan memegang daerah terlarang Alia. Apalagi peluk, kecup dan cium sudah tak bisa disebutkan 46. Alia pun mendesah, memancing Latar Waktu 251 gairah. Keduanya kesetanan, tak (2009) lagi memperdulikan ajaran agama dan nilai-nilai moral. Dan.. dan.. akhirnya mereka terseret dalam lumpur hinaan, perangkap setan… 47. Silahkan lihat facebook kamu. Latar Waktu 285 Ada suatu kejutan. (2009) “Ah, apaan sih? Nyebelin banget. Sudah diputus masih aja sms,” gerutu Alia sambil terpaksa membuka pesan dari Rangga. Alia kemudian melakukan isi pesan dari Rangga, membuka akun facebook-nya, walau dengan kesal dan berat hati 48. Dengan percaya diri Rangga Latar Waktu 329 mengucapkan qobul, “Saya (2009) terima nikahnya Alia Maharani binti Tomo Wijaya denga mas kawin sebuah cincin emas murni seberat lima gram, di bayar tunai.” 48. Alia semakin memburuk. Latar Waktu 341 Badannya melemah. (2010) Penglihatannya mengabur. Tenaganya berkurang secara berangsur-angsur. Tak berkekuatan. Bicaranya tak jelas. Artikulasinya tak terkontrol. Pita suaranya tak normal 50. “Maaf, Papanya Alia. Rangga Latar Waktu 383 sudah meninggal…” jawab (2010) ayah Rangga sedih, teringat. “Innalilahi, Ya udah, Pak, kalau begitu. Maaf.” Papa Alia kemudian menelpon Andika, juga tak bisa dihubungi. Ia kemudian menelpon orangtua Andika dan mendapat jawaban yang sama. Andika sudah meninggal karena mengidap penyakit yang ciri- cirinya sama dengan penyakit Alia 51. Lama kelamaan, bau itu tericum Latar Sosial 350 oleh anak dan sang ibu. Ia spontan berkomentar. “Eh.. iya, bau anyir dan bau busuk. Kira- kira bau apa ya, bu? 52. Ketika Alia lewat naik becak Latar Sosial 352 pun, tetangga lainya juga mencium bau yang sama dengan bau yng dicium Bu Iwan. Mereka masih mencari- cari dari mana sumber bau tersebut. Setelah mereka menjenguk Alia, mereka baru tahu dan bisa memastikan, bahwa bau itu berasal dari tubuh Alia. Tak ingin menyinggung perasaan nenek Alia yang dikenal sudah akrab dengan para tetangga dan juga baik, mereka tak berani berkomentar. Mereka hanya membatin saja. 53. Bau yang ditimbulkn dari tubuh Latar Sosial 354 Alia mengganggu tetangga sekitar. Mereka tidak tahan setiap hari mencium bau anyir dan bau busuk. Karena itu, mereka mendesak nenek Alia agar Alia diungsikan ke tempat yang jauh dari keramaian, jangan di tempat yang padat penghuni. Terutama Bu Iwan yang rumahnya berdekatan. 54. “Eee.. Papanya Alia. Ada Latar Sosial 362 apa?” “Nggak usah basa basi, Bu Madun. Kenapa ibu memprovokasi ibu-ibu mengusir Alia dari sini?” “Lho? Siapa yang memprovokasi? Ibu-ibu nggak ada yang memprovokasi. Itu memang kemauan warga disini yang tidak tahan mencium bau anyir dan busuk?” 55. Pak Yadi dibantu tiga orang Latar Sosial 373 tetangga, langsung beraksi sesampainya di lading. Mereka denga sigap membagi tugas. Ada yang memotong kayu, ada yang meratakan tanah untuk lokasi gubuk, da nada yang menyiapkan papan untuk dinding dan juga genting. 56. Tetangga Bu Yadi Latar Sosial 378 menggunjingkan Alia. Mereka penasaran bertanya kepada Bu Yadi. “Bu Yadi, gimana sih ceritanya, kok sampai begitu?” Tanya tetangga Bu Yadi serius.