A dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Aman Nyaman: Ansietas
pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit USU
Provinsi Sumatera Utara
Oleh
142500114
FAKULTAS KEPERAWATAN
2017
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmatNya sehingga saya diberi kesehatan dan kesempatan untuk membuat Karya
Tulis Ilmiah berjudul: “Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Aman Nyaman: Ansietas pada Pasien Hipertensi di
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara”. Karya Tulis
Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan
pendidikan dan mencapai gelar diploma di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara Medan.
ii
Universitas Sumatera Utara
Adek Timothy atas dukungan dan semangat yang selalu di berikan kepada
saya.
9. Saya juga berterima kasih kepada teman-teman saya Kak Ririn Warista, Dita
Tamala, Kezia Rekha, Zahrina Violla, Irma Linda Wahyu Utami, Nina Ervina,
Warno Pasaribu, Desvan Manalu atas bantuan dan semangat yang selalu
diberikan kepada saya.
10. Teman-teman satu dosen pembimbing saya dan tidak lupa saya berterima
kasih kepada semua teman-teman mahasiswa/I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 atas kebersamaan yang kita telah
lalui selama 3 tahun ini dan terima kasih untuk dukungan dan semangat yang
kalian berikan.
Penulis
iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................................1
Tujuan ........................................................................................................................4
Manfaat ......................................................................................................................5
iv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
diproyeksikan sekitar 29 persen warga duniaterkena hipertensi
(Limpakarnjanarat, 2013 dalam Widiyani, 2013).
2
Universitas Sumatera Utara
Tinggal didaerah perkotaan dengan polusi udara yang tinggi bisa memicu
naiknya tekanan darah atau hipertensi. Sumber polusi bisa berasal dari
kendaraan bermotor, debu, atau polutan dari pembangkit listrik
(Wardayati, 2011).
Hipertensi memberikan dampak baik dari fisik maupun secara
psikologis. Menurut Studi Framingham (1948), pasien dengan hipertensi
mempunyai peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner,
stroke, penyakit arteriperifer, dan gagal jantung (Dosh, 2001). Seseorang
yang terkena hipertensi akan mengalami gangguan psikis seperti ansietas
dan atau depresi. Gangguan psikis seperti ansietas di samping
menimbulkan gangguan fungsional jantung juga sebagai salah satu faktor
risiko terjadinya penyakit jantung kororner. Selain itu, ansietas dapat
memperlambat penyembuhan, meningkatkan komplikasi, dan mortalitas
penderita hipertensi (Harapan, 2005).
Penderita gangguan ansietas di Indonesia diperkirakan sekitar 8,3%
populasi (Wiguna, 2003). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Kementerian Kesehatan tahun 2007, diketahui bahwa 11,6% penduduk
Indonesia usia di atas 15 tahun mengalami masalah gangguan kesehatan
jiwa (depresi dan ansietas). Sebanyak 5% dari jumlah penduduk Indonesia
mengalami gangguan ansietas, baik akut maupun kronik dengan
perbandingan antara wanita dan pria 2 : 1 (PPDGJ-III, 1993 dalam
Agustarika, 2009).
Prevalensi ansietas cukup tinggi terutama pada pasien yang
pertama kali mengetahui dirinya mengidap penyakit jantung seperti
hipertensi (Harapan, 2005). Ansietas pada penderita hipertensi umumnya
berusia muda yaitu pada usia 30-40 tahun dan lebih banyak dijumpai pada
wanita dibandingkan pria. Hal ini didukung dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wei dan Wang (2006) yang menyatakan bahwa
terdapat 3 faktor umum yang biasanya berkaitan antara ansietas pada
pasien dengan hipertensi, yaitu pasien dengan jenis kelamin perempuan,
lamanya menderita hipertensi, dan pasien yang memiliki riwayat
hospitalisasi karena gangguan kardiovaskuler. Namun, penatalaksanaan
3
Universitas Sumatera Utara
ansietas yang memadai dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas
penyakit jantung khususnya hipertensi serta memperbaiki kualitas hidup
pasien (Harapan, 2005).
Asuhan keperawatan ansietas diperlukan untuk membantu
memperbaiki kualitas kesehatan pasien dengan hipertensi. Asuhan
keperawatan pada pasien dengan ansietas bertujuan agar pasien mampu
mengenal ansietas dan mampu mengatasi ansietas yang terjadi (Keliat,
dkk., 2005 dalam Supriati, 2010). Kemampuan yang harus dimiliki oleh
pasien terdiri dari pengetahuan dan kemampuan melakukan cara mengatasi
ansietas terdiri dari pasien mampu menyebutkan penyebab ansietas,
menyebutkan situasi yang menyertai ansietas, menyebutkan perilaku
terkait ansietas, melakukan pengalihan situasi, melakukan teknik relaksasi
tarik napas dalam, melakukan teknik relaksasi otot (Keliat, dkk., 2005
dalam Supriati, 2010).
Fisher (2007) menyebutkan bahwa dengan berlatih tarik napas
dalam mampu mengurangi tingkat kecemasan yang dialami oleh
seseorang. Penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan
oleh Aivazyan et.al (1988) yang menyebutkan bahwa latihan teknik
relaksasi tarik napas dalam mampu menurunkan tekanan darah pada
pasien dengan hipertensi.
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada Ny. A dengan prioritas
masalah kebutuhan kasar aman nyaman: ansietas pada pasien
hipertensi.
4
Universitas Sumatera Utara
c. Melakukan tindakan keperawatan pada Ny. A dengan masalah
kebutuhan dasar aman nyaman: ansietas pada pasien hipertensi.
d. Melakukan implementasi pada Ny. A dengan masalah
kebutuhan dasar aman nyaman: ansietas pada pasien hipertensi.
e. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan yang telah dilakukan
pada Ny. A dengan masalah kebutuhan dasar aman nyaman:
ansietas pada pasien hipertensi
1.3. Manfaat
1. Praktik Pelayanan Keperawatan.
Berguna sebagai wacana dan pengetahuan tentang perkembangan ilmu
keperawatan, khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah gangguan kecemasan.
2. Pendidikan Keperawatan.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sangat berguna untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai penerapan ilmu yang telah
diterima selama kuliah, terutama bagi ilmu keperawatan jiwa
gangguan kecemasan baik pasien maupun kepada keluarga pasien.
3. Bagi Klien.
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan klien untuk mengetahui
cara pemenuhan kebutuhan mengenai gangguan kecemasan.
5
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
6
Universitas Sumatera Utara
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun
gangguan keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat
menimbulkan ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik juga
merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas
terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi,
masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008).Setiap individu
menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda,seseorang dapat
tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stressberat
pada orang lain.Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas
adalah :
1) Faktor predisposisi
Beberapa teori yang menjelaskan terjadinya ansietas:
a) Teori psikoanalitik.
Ansietas merupakan konflik emosional antara id dan super ego
yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu
bahaya yang perlu diatasi.
b) Teori interpersonal.
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal.
Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa
pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan yang
menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang
mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk
mengalami ansietas berat.
c) Teori perilaku.
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Para ahli perilaku mengangap ansietas
merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan
7
Universitas Sumatera Utara
keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini
bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan
pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan
kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan masa
dewasanya.
d) Kondisi keluarga
Ansietas dapat timbul secara nyata dalam keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi.
e) Kajian Biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine.
Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA
(gamma amino butyric acid) juga berperan utama dalam
mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya dengan endorfin.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi
stressor.
2) Faktor presipitasi
Ansietas adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada
kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan.
Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa
situasi dan hubungan interpersonal. Namun demikian secara
umum ada 2 (dua) ancaman besar yang dapat menimbulkan
ansietas, yaitu:
a) Ancaman integritas diri: meliputi ketidakmampuan fisiologis
atau gangguan terhadap kebutuhan dasar.
b) Ancaman sistem diri, antara lain ancaman terhadap identitas
diri, harga diri, dan hubungan interpersonal, kehilangan serta
perubahan status/peran.
8
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Klasifikasi Ansietas
Gejala kecemasan baik sifatnya akut maupun kronik
(menahun) merupakan komponen utama bagi hampir semua
gangguan kejiwaan (psychiatric disorder). Edisi revisi keempat
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV-
TR) mencamtumkan gangguan kecemasan berikut ini menurut
klinisnya: gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia,
agorafobia tanpa riwayat gangguan panik, fobia spesifik dan sosial,
obsessive-compulsive disorder (OCD) , gangguan stress pasca
trauma, gangguan stress akut, gangguan kecemasan menyeluruh,
gangguan kecemasan akibat keadaan medis umum, gangguan
kecemasan yang diinduksi zat, dan gangguan kecemasan yang
tidak tergolongkan. Hal ini menerangkan setiap gejala klinis yang
dialami memilki arti klinis gangguan kecemasan yang berbeda
(Sadock & Sadock, 2004).
9
Universitas Sumatera Utara
a. Respon fisik: ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital
meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering
mondar- mandir, suara berubah: bergetar, nada suara tinggi,
kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering berkemih,
sakit kepala, pola tidur berubah, sering nyeri punggung.
b. Respon kognitif: lapang persepsi menurun, tidak perhatian
secara selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang
perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun,
pembelajaran terjadi dengan memfokuskan.
c. Respon emosional: tidak nyaman, mudah tersinggung,
kepercayaandiri goyah, tidak sabar, gembira.
3) Ansietas berat (3+)
a. Respon fisik: ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak
mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat,
nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan,
rahang menegang, menggertakan gigi, kebutuhan ruang gerak
meningkat, mondarmandir, berteriak, meremas tangan,
gemetar.
b. Respon kognitif: lapang persepsi terbatas, proses berfikir
terpecah-pecah, sulit berfikir, penyelesaian masalah buruk,
tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya
memperhatikan ancaman.
c. Respon emosional: sangat cemas, agitasi, takut, bingung,
merasa tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas.
10
Universitas Sumatera Utara
b. Respon kognitif: persepsi yang sempit, pikiran tidak logis,
terganggu, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan
masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak rasional, sulit
memahami stimulus eksternal, halusinasi, waham, ilusi terjadi.
c. Respon emosional: merasa terbebani, merasa tidak mampu/
tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah,
mengharapkan hasil yang buruk, kaget, takut, lelah.
11
Universitas Sumatera Utara
c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek
kebutuhan personal seseorang.
2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego.
Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah.
Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri,
sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya
mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara
realita. Untuk menilai penggunaan makanisme pertahanan individu
apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :
a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan
mekanisme pertahanan klien.
b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa
pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian.
c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap
kemajuan kesehatan klien.
d. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.
12
Universitas Sumatera Utara
Gelisah, kesedihan yang mendalam, distress, ketakutan, perasaan
tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri, peningkatan kewaspadaan,
iritabilitas, gugup, senang berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan
ketidakberdayaan, peningkatan rasa ketidakberdayaan yang
persisten, bingung, menyesal, ragu/ tidak percaya diri, dan khawatir.
3) Fisiologis
Wajah tampak tegang, tremor tangan, peningkatan keringat,
peningkatan ketegangan, gemetar, tremor, dan suara bergetar.
4) Simpatik
Anoreksia, eksitasi kardiovaskular, diare, mulut kering, wajah
merah, jantung berdebar-debar, peningkatan tekanan darah,
peningkatan denyut nadi, peningkatan refleks, peningkatan frekuensi
pernapasan, pupil melebar, kesulitan bernapas, vasokonstriksi
superfisial, kedutan pada otot, dan kelemahan.
5) Parasimpatik
Nyeri abdomen, penurunan tekanan darah, penurunan denyut nadi,
diare, vertigo, letih, mual, gangguan tidur, kesemutan pada
ekstremitas, sering berkemih, dan dorongan segera berkemih.
6) Kognitif
Menyadari gejala fisiologis, blocking pikiran, konfusi, penurunan
lapang persepsi, kesulitan berkonsentrasi, penurunan kemampuan
untuk belajar, penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah,
ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik, lupa, gangguan
perhatian, khawatir, melamun, dan cenderung menyalahkan orang
lain.
13
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan,
kemungkinan data dalam kebutuhan ansietas dikelompokkan
menjadi Data Subjektif dan Data Objektif.
Menurut Mayor (Adam et al, 1997), batasan karakteristik
dalam data subjektif pada kebutuhan dasar ansietas seperti
mengungkapkan secara verbal atau isyarat, gelisah, jantung
berdebar, ketakutan tidak dapat rileks. Selain data subjektif,
batasan karakteristik data juga ditemukan dalam data objektif
seperti peningkatan tekanan darah, peningkatan pernafasan, suara
tremor, marah berlebihan dan menangis, mencela diri, menarik diri,
gelisah, kurang inisiatif diri, kewaspadaan berlebihan, perilaku
menjaga atau sikap melindungi, gangguan tidur (mata terlihat kayu,
gerakan tidak teratur atau tidak menentu dan menyeringai),
perubahan pola tidur, perubahan berat badan dan penurunan
interaksi dengan orang lain.
2.2.4. Perencanaan
Berdasarkan hasil rumusan masalah, ditemukan
perencanaan keperawatan pada klienansietas yang meliputi tujuan,
kriteria hasil dan intervensi. Dari hasil data rumusan masalah
tersebut didapatkan diagnosa pada kebutuhan dasar psikologis:
ansietas antara lain (Wilkinson & Ahern, 2011):
14
Universitas Sumatera Utara
1) Ansietas yang berhubungan dengan penyakit yang dialami dan
hubungan dengan anak-anaknya.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien
mampu Mengatasi masalah ansietas yang dialaminya dengan
teknik relaksasi. Klien dapat mengenal ansietasnya.
15
Universitas Sumatera Utara
2.3. Asuhan Keperawatan Kasus
2.3.1. Pengkajian
I. BIODATA
Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin :P
Umur : 65 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : wirausaha
Alamat : Jalan B. Katamso Gg. Kenanga No.11
Tanggal Pengkajian : 6 Mei 2017
16
Universitas Sumatera Utara
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Biasanya anak Ny. A yang paling kecil mengajak ia
mengobrol mengurangi cemasnya.
B. Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan
Ny. A merasa takut jika ia dipasang alat medis.
2. Bagaimana dilihat
Ny. A kelihatan pucat dan bibirnya bergetar.
C. Region
1. Dimana lokasinya :-
2. Apakah menyebar : Tidak.
D. Time
Biasanya timbul pada setiap memikirkan hal yang berat.
17
Universitas Sumatera Utara
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Ny. A mengatakan terganggu dengan cemas yang dialami
karena menghambat Ny. A untuk beraktivitas.
B. Konsep diri
1. Gambaran diri :Ny. A memiliki tubuh yang
gemuk. Ia mengatakan
bentuk tubuhnya masih
wajar dikarenakan ia sudah
melahirkan 5 orang anak.
2. Ideal diri : Ny. A ingin sembuh.
3. Harga diri : Ny. A merasa hidupnya
tidak berarti lagi.
4. Peran diri : Ny. A adalah seorang istri
dan seorang ibu.
5. Identitas : Ny. A adalah seorang istri
dari Alm. Tn. M dan ibu dari
5 orang anak-anaknya.
C. Keadaan emosi : Kurang Stabil
D. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti : Ke 5 anak Ny. A.
2. Hubungan dengan keluarga : Kurang Baik.
3. Hubungan dengan oranglain : Baik.
4. Hambatan dalam berhubungan dengan oranglain: -
E. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan : Ny. A menganut agama
Islam dan bersuku Gayo.
2. Kegiatan ibadah : Ny. A tekun beribadah.
VII. STATUS MENTAL
a. Tingkat kesadaran : Compos mentis
b. Penampilan : Rapi dan bersih
18
Universitas Sumatera Utara
c. Pembicaraan : Klien tampak gelisah selama
Wawancara.
d. Alam perasaan : Klien mengatakan sedih dan
khawatir jika mengingat
anak-anaknya dan
penyakitnya.
e. Afek : Sesuai ekspresi.
f. Interaksi selama wawancara : Kooperatif, kontak mata
positif.
g. Memori : Gangguan daya ingat jangka
pendek.
h. Proses pikir : Koheren (sesuai).
i. Isi pikir : Saat wawancara klien dapat
fokus.
19
Universitas Sumatera Utara
Rambut
Penyebaran dan Keadaan Rambut: Merata.
Warna kulit : Putih.
Wajah
Warna kulit : Putih.
Struktur wajah : Simetris.
Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : Kedua mata lengkap dan
simetris.
Konjungtiva dan sklera : Konjungtiva anemis dan
scklera berwarna putih.
Pupil : Hitam dan bulat.
Kornea dan iris : Kornea transparan dan iris
mata jernih.
Hidung
Tulang hidung dan posisi septum nasi : Simetris dan posisi
septum nasi berada
di garis tengah.
Lubang hidung : Tidak ada sekret atau
lendir.
Cuping hidung : Tidak ada.
Telinga
Bentuk telinga : Simetris dan kembali setelah
dilipat.
Ukuran posisi telinga : Simetris.
Lubang telinga : Tidak ada lendir.
Ketajaman pendengaran : Baik.
Mulut dan Faring
Keadaan bibir : Bibir berwarna merah,
simetris.
Keadaan gusi dan gigi : Gigi berwarna kuning.
Keadaan lidah : Posisi lidah ditengah, warna
20
Universitas Sumatera Utara
merah muda dan pergerakan
lidah bebas.
Leher
Posisi trakhea : Simetris.
Thyroid : Tidak ada pembengkakan.
Suara : Nyaring.
Kelenjar limfe : Tidak ada pembengkakan.
Vena jugularis : Teraba.
Denyut nadi karotis : Teraba.
Pemeriksaan Integumen
Kebersihan : Bersih.
Kehangatan : Hangat.
Warna : Putih.
Turgor : Baik, pada saat dicubit
dengan ujung jarikulit
kembali ke posisi semula.
Kelembapan : Lembab.
Kelainan pada kulit : Tidak ada.
Pemeriksaan Thoraks/Dada
Inspeksi : Pengembangan dada
simetris.
Pernafasan : Frekuensi (reguler) dan
Irama (vesikuler).
Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada.
Pemeriksaan Muskuloskeletal/Ekstremitas
Kesimetrisan : Simetris.
Kekuatan otot : Skala 4.
Edema : Tidak ada.
Pemeriksaan Neurologi
Fungsi Sensorik : Ny.A berespon ketika
diberikan stimulus.
21
Universitas Sumatera Utara
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
Frekuensi makan/hari : 3x sehari.
Nafsu makan : Berkurang.
Nyeri ulu hati : Tidak ada.
Alergi : Tidak ada.
Mual dan muntah : Tidak ada.
Waktu minum : Ny. A sering minum air putih.
II. Perawatan diri/personal hygiene
Kebersihan tubuh : Bersih.
Kebersihan gigi dan mulut : Bersih.
Kebersihan kuku kaki dan tangan : Tidak bersih.
III. Pola kegiatan/aktivitas
Aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian
dibantu anak terakhir.
IV. Pola eliminasi
1. BAB
Pola BAB : 1 x sehari.
Karakter feses : Lunak.
Riwayat perdarahan : Tidak ada perdarahan.
BAB terakhir : Pagi hari.
Diare : Tidak ada.
Penggunaan laksatif : Tidak ada.
2. BAK
Pola BAK : 5 x sehari.
Karakter feses : Kuning keruh.
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada.
Penggunaan diuretik : Tidak ada.
Upaya mengatasi masalah : Tidak ada.
22
Universitas Sumatera Utara
V. Mekanisme Koping
Klien dapat menyelesaikan masalahnya. Ia lebih suka
memendam masalahnya sendiri daripada membagikannya ke
orang lain.
23
Universitas Sumatera Utara
c) Wajah tamppak
tegang.
d) Mukosa bibir kering.
e) Tampak menggigit
bibir.
Tekanan darah 150/90
mmHg, Nadi 88
x/menit, RR 20 x/menit,
Suhu 36,5˚C.
24
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Rumusan Masalah
Masalah keperawatan yang menjadi prioritas:
1. Ansietas.
2. Pola tidur terganggu.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ansietas berhubungan dengan penyakit yang di derita.
2. Pola tidur terganggu berhubungan dengan kecemas
2.3.4. Perencanaan
Berdasarkan masalah yang ditemukan dari analisa data diatas,
maka penulis melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada Ny. A yang tercantum dalam
tabel berikut:
No. Dx Perencanaan Keperawatan
Tujuan:
Kriteria Hasil:
25
Universitas Sumatera Utara
Rencana tindakan Rasional
Tujuan:
26
Universitas Sumatera Utara
Kriteria Hasil:
27
Universitas Sumatera Utara
2.3.5. Implementasi dan Evaluasi
No. Hari/ Waktu Implementasi Evaluasi
Dx Tanggal Keperawatan
(SOAP)
A:
Masalah belum teratasi
- Klien masih tampak tegang.
P : Intervensi dilanjutkan
- Motivasi klien untuk
28
Universitas Sumatera Utara
melakukan teknik relaksasi
29
Universitas Sumatera Utara
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
30
Universitas Sumatera Utara
setelah pasien selalu berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam
didapatkan hasil tekanan darahnya yaitu mencapai 110/70 mmHg.
Hasil wawancara juga didapatkan pasien merasa lebih nyaman dan
tenang setelah berlatih tarik napas dalam dan cemas yang ada mulai
berkurang.
3.2. Saran
1. Bagi Keluarga
Keluarga adalah orang terdekat dari klien, diharapkan dapat saling
bekerja sama dalam menemukan intervensi paling tepat dan dapat
membantu klien untuk mengatasi masalah hipertensi dan kecemasan
pasien.
2. Bagi Penulis
Perlu untuk menambah dan meningkatkan kemampuan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan prioritas
masalah berhubungan dengan ansietas.Perawat yang ada di tatanan
pelayanan kesehatan didalam merawat pasienhipertensi tidak hanya
memperhatikan masalah fisiknya sajanamun masalahpsikososial juga
perlu untuk diperhatikan seperti masalah ansietas.
31
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Adam, A.J. et. al. (1999). Essential Hyppertension. The Lancet, 1629-1635.
Agustarika, B. (2009). Pengaruh terapi thought stopping terhadap ansietas klien
dengan gangguan fisik di RSUD Kabupaten Sorong. Tesis. Program
Pascasarjana Kekhususan Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Aivazyan, T.A., et. al. (1988). Efficacy of relaxation techniques in hypertensive
patients. Health psychology, 7, 193-200.
Departemen Kesehatan RI. (2000). Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: Depkes RI.
Dosh, S.A. (2001). The diagnosis of essential and secondary hypertension in
adults. Journal Fam Practice, 50, 707-712.
Harapan, M.S. (2005). Ansietas penderita jantung. 10 Juni 2013.
http://health.detik.com/read/2005/08/10/132550/419549/178/ansietaspende
rita-jantung
Fisher, B.H. (2007). The effects of utilizing a preshot routine and deep breathing
on reducing performance anxiety and improving serving performance
among youth tennis players. Thesis. Morgantown: School of Physical
Education West Virginia.
Herdman, T. Heather. (2012). NANDA International Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Mansjoer. (1999). Kapita Selecta Kedokteran. Jakarta: Aesculapius.
NANDA Internasional. (2012). Diagnosis Keperawatan 2012-2014. EGC:
Jakarta.
Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 1.
Jakarta: EGC.
Purba, J. M,. Nasution, M.L., Wahyuni, SE., & Daulay, W. (2008). Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan
Jiwa. Medan: USU Press.
32
Universitas Sumatera Utara
Setiawan, Z. (2006). Karakteristik sosiodemografi sebagai faktor risikohipertensi
studi ekologi di pulau jawa tahun 2004. Tesis. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. (2005). Principles and practice of psychiatric
nursing. 8th edition. St. Louis: Mosby Year Book.
Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Supriati, L. (2010). Pengaruh terapi thought stopping dan progressive muscle
relaxation terhadap ansietas pada klien dengan gangguan fisik di RSUD
Dr. Soedono Madiun. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
Videbeck, S.L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.
Wardayati, K.T. (2011). Polusi perkotaan pemicu hipertensi. 10 Juni 2013.
http://intisari-online.com/read/polusi-perkotaan-pemicu-hipertensi
Wei & Wang. (2006). Anxiety symptoms in patients with hypertension: a
community-based study. International Journal Psychiatry in medicine, 36,
315-322.
Widiyani, R. (2013). Penderita hipertensi terus meningkat. Jakarta: EGC
Wiguna. (2003). Istilah Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta:EGC
Wilkinson dan Ahern. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan NANDA,
Intervensi NIC, Hasil Kriteria NOC Edisi 9. Jakarta: EGC.
Wisnu, I.M.L. (2013). Waspadai hipertensi, pemicu penyakit kelas berat. 10 Juni
2013.http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaming
gu&ki d=24&id=74882
33
Universitas Sumatera Utara
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN
34
Universitas Sumatera Utara
No. Hari/ Tindakan
Pukul Evaluasi
Dx Tanggal Keperawatan
1 Sabtu, 11.00 – pemandangan dan
06 Mei 2017 12.05WIB gambar,
berbincang dengan
anggota keluarga,
dan
mendengarkan
musik..
1 Sabtu, 11.00 - 1. Mengkaji tingkat S: Klien mengatakan
06 Mei 2017 12.05WIB kemampuan klien susah untuk
untuk berpindah melakukan kegiatan
dari kursi, berdiri. sehari-hari.
2. Menganjurkan ketika cemasnya
klien untuk tidak kambuh.
melakukan O: Klien tampak
kegiatan yang kelihatan lelah.
melelahkan. Tanda-tanda Vital :
3. Mengajarkan klien TD: 150/90 mmHg.
dalam memberikan HR: 75x/menit
lingkungan yang RR: 24x/menit.
tenang dan T : 37ºC.
nyaman. A: Masalah belum
4. Mengkaji tanda- teratasi.
tanda vital P: Intervensi
sebelum, selama dilanjutkan.
dan setelah - memberikan
melakukan lingkungan nyaman
aktivitas. dan menganjurkan
mengurangi
kegiatan yang
menyebabkan
35
Universitas Sumatera Utara
kelelahan.
36
Universitas Sumatera Utara
No. Hari/ Tindakan
Pukul Evaluasi
Dx Tanggal Keperawatan
2 Senin, 12.10- 1.Membatasi S: -
08 Mei 2017 12.30WIB kegiatan yang O: Klien tampak
memicu sulit tidur. gelisah.
2. Memonitor pola A: Masalah belum
tidur dan jam tidur teratasi.
klien. P: Intervensi
dilanjutkan.
- Mengkaji pola
tidur pasien.
2 Senin, 08 Mei 12.00 – 1. Mendiskusikan S : Klien
2017 12.30WIB pada pasien faktor mengatakan
yang penyebab susah
mempengaruhi tidur.
sulit tidur. O : Klien tampak
2. Membuat jadwal lebih baik.
tidur yang efektif. Tanda-tanda vital :
TD : 140/80 mmHg.
HR : 65x/menit.
RR : 20x/menit.
T : 36,50C.
A : Masalah
sebagian teratasi.
P : Intervensi
dilanjutkan oleh
klien.
- Mengevaluasi
jadwal tidur klien
dan mengurangi
kegiatan yang
berlebihan.
37
Universitas Sumatera Utara