Anda di halaman 1dari 48

Asuhan Keperawatan pada Ny.

M dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar: Kebersihan Diri
Pasien Stroke Haemoragik di Rumah Sakit USU
Provinsi Sumatera Utara

Karya Tulis Ilmiah (KTI)


Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

ZAHRINA VIOLLA
142500108

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

Universitas Sumatera Utara


7
i

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmatNya sehingga saya diberi kesehatan dan kesempatan untuk membuat Karya
Tulis Ilmiah berjudul: “Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Kebersihan Diri Pasien Stroke Haemoragik di Rumah
Sakit USU Provinsi Sumatera Utara”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai
salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai
gelar diploma di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini telah banyak mendapat bantuan,


bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Setiawan, S.Kp.,MNS.,Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keperawatan


Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB selaku Wakil
Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku Wakil Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku ketua program
studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
dan selaku Dosen Penguji Karya Tulis Ilmiah saya.
6. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Dosen Pembimbing Karya
Tulis Ilmiah saya.
7. Teristimewa kepada orangtua saya Ayahanda Hasnimura S.Pd dan Ibunda
Asda S.Pd terima kasih atas segala pengorbanan dan perjuangan baik dalam
segala moril dan materil dan dukungan penuh dalam doa dan kasih sayang
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Terima kasih
juga kepada saudara kandung saya atas dukungan dan semangat yang selalu
di berikan kepada saya.
8. Saya juga berterima kasih kepada teman-teman saya Kezia Rekha, Inggrid
Monica, Wisda Elviani, Irma Linda Wahyu Utami, Warno Pasaribu, Desvan
Manalu atas bantuan dan semangat yang selalu diberikan kepada saya.
9. Terimakasih kepada semua teman-teman mahasiswa/I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Angkatan 2014 atas kebersamaan yang kita telah
lalui selama 3 tahun ini dan terima kasih untuk dukungan dan semangat yang
kalian berikan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi penyusunan


kalimat, tutur bahasa dan cara penulisan di dalam Karya Tulis Ilmiah ini. Maka
dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran serta
masukan dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat


memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan kiranya Tuhan selalu
melimpahkan berkatnya bagi kita semua.

Medan, Juli 2017

Penulis

Zahrina Violla
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang................................................................................................1


1.2. Tujuan.............................................................................................................4
1.3. Manfaat...........................................................................................................5

BAB II PENGELOLAAN KASUS

2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar


Personal Hygiene
2.1.1. Pengertian Personal Hygiene.........................................................................5
2.1.2. Klasifikasi Personal Hygiene........................................................................6
2.1.3. Tujuan Personal Hygiene..............................................................................9
2.1.4. Faktor-faktor Personal Hygiene....................................................................10
2.1.5. Manfaat Personal hygiene.............................................................................11
2.1.6. Dampak Personal Hygiene............................................................................12
2.2. Asuhan Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Dasar Personal Hygiene
2.2.1. Pengkajian......................................................................................................13
2.2.2. Analisa Data...................................................................................................13
2.2.3. Rumusan Masalah..........................................................................................14
2.2.4. Diagnosa Keperawatan..................................................................................15
2.2.5. Perencanaan...................................................................................................15
2.3 Asuhan Keperawatan Kasus
2.3.1. Pengkajian......................................................................................................16
2.3.2. Analisa Data...................................................................................................25
2.3.3. Rumusan Keperawatan..................................................................................26
2.3.4. Intervensi Keperawatan.................................................................................26
2.3.5. Implementasi dan Evaluasi............................................................................29

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1. Kesimpulan.....................................................................................................34

3.2. Saran...............................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUA

1.1. Latar Belakang


Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan
psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan. Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima
kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri,
dan aktualisasi diri (Potter & Patricia, 2005).
Menurut Abraham Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki
tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat
dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Hierarchy of
needs (hirarki kebutuhan) dari Maslow menyatakan bahwa manusia
memiliki 5 macam kebutuhan yaitu physiological needs (kebutuhan
fisiologis), safety and security needs (kebutuhan akan rasa aman), love and
belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki),
esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization
(kebutuhan akan aktualisasi diri) (Maslow, 1970 dalam Potter & Perry,
2005).
Stroke merupakan gangguan potensial yang fatal pada suplai darah
bagian otak. Tidak ada satupun bagian tubuh manusia yang dapat bertahan
bila terdapat gangguan suplai darah dalam waktu relatif lama sebab darah
sangat dibutuhkan dalam kehidupan terutama oksigen pengangkut bahan
makanan yang dibutuhkan pada otak dan otak pusat control system tubuh
termasuk perintah dari semua gerakan fisik. Dengan kata lain stroke
merupakan manifestasi keadaan pembuluh darah cerebral yang tidak sehat
sehingga bisa disebut juga “cerebral arterial disease” atau “cerebrovascular
disease”. Cedera dapat disebabkan oleh sumbatan bekuan darah,
penyempitan pembuluh darag, sumbatan dan penyempitan atau pecahnya

Universitas Sumatera Utara


pembuluh darah. Semua ini menyebabkan kurangnya pasokan darah yang
memadai (Irfan, 2010).
Stroke haemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran
atau pecahnya pembuluh darah didalam otak, sehingga darah
menggenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel otak. Adanya darah
yang mengenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel otak akan
menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan menyebabkan kerusakan
fungsi kontrol otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak sekitar
pembuluh darah yang pecah (intracerebral haemorage) atau dapat juga
genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak (subarachnoid
hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan sampai
pada kematian. Stroke haemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut usia,
karena penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh darah yang sudah
rapuh (aneurisma). Pembuluh darah yang sudah rapuh ini, disebabkan
karena faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa juga disebabkan karena
faktor keturunan (genetik). Keadaan yang sering terjadi adalah kerapuhan
karena mengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak atau
arteriosklerosis akan lebih parah lagi apabila disertai dengan gejala
tekanan darah tinggi (Junaidi, 2011).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian
akibat stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah
tinggi. Selain itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan
tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah
dalam tubuh secara patologis berperan dalam peningkatan konsentrasi
glikoprotein, yang merupakan pencetus beberapa penyakit vaskuler. Kadar
glukosa darah yang tinggi pada saat stroke akan memperbesar
kemungkinan meluasnya area infark karena terbentuknya asam laktat
akibat metabolisme glukosa secara anaerobik yang merusak jaringan otak
(Rico dkk, 2008).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit
stroke di Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke
tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas
(43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%.
Prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%)
dibandingkan dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal,
prevalensi stroke di perkotaan lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan
daerah pedesaan (5,7%). Berdasarkan data 10 besar penyakit terbanyak di
Indonesia tahun 2013, prevalensi kasus stroke di Indonesia berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mill dan 12,1 per mill untuk
yang terdiagnosis memiliki gejala stroke. Prevalensi kasus stroke tertinggi
terdapat di Provinsi Sulawesi Utara (10,8%) dan terendah di Provinsi
Papua (2,3%), sedangkan Provinsi Jawa Tengah sebesar 7,7%. Prevalensi
stroke antara laki-laki dengan perempuan hampir sama (Kemenkes, 2013).
Personal hygiene merupakan suatu usaha pemeliharaan kesehatan
diri seseorang yang bertujuan mencegah terjangkitnya penyakit serta untuk
memperbaiki status kesehatannya. Salah satu indikator dari personal
hygiene adalah perawatan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung dan
telinga, kaki dan kuku, genetalia serta kebersihan dan kerapian pakaian
(Potter & Perry, 2005).
Keterbatasan kebersihan diri biasanya diakibatkan karena stressor
yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien, sehingga dirinya tidak
mau mengurus merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian,
dan berhias. Keterbatasan tersebut akan terus berlanjut dalam pemenuhan
kebutuhan dasar lain nya. Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam,
namun pada hakikatnya setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar yang
sama. Salah satunya yang mengalami defisit perawatan diri adalah pasien
yang terkena penyakit Stroke memiliki keterbatan pergerakan dan tidak
mampu memenuhi kebutuhan dasar: mandi (Asmadi,2008).
Berdasarkan laporan periode Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara Provinsi Sumatera Utara Medan didapatkan data dari bulan Mei
2017 tercatat jumlah pasien rawat di ruang ICU, di dapatkan dengan
gangguan Kebersihan Diri/personal hygiene dengan jumlah pasien 3
(50%) dari 6 pasien yang masuk di Ruang ICU. Situasi lingkungan yang
mempengaruhi kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
sehingga muncul masalah baru yaitu Kebersihan Diri/personal hygiene.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui
lebih rinci “Asuhan Keperawatan Pada Ny. M dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Kebersihan Diri Pasien Stroke
Haemoragik di Rumah Sakit USU Provinsi Sumatera Utara”.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini untuk
memberikan Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Kebersihan Diri pada Pasien Stroke
Haemoragik di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Provinsi
Sumatera Utara.

1.2.2. Tujuan Khusus


Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien Ny. M
dengan pemenuhan Kebutuhan Kebersihan Diri: Personal Hygiene.
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien
Ny. M dengan Kebersihan Diri.
b. Penulis mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien
Ny. M dengan Kebersihan Diri.
c. Penulis mampu merencanakan intervensi keperawatan pada
klien Ny. M dengan Kebersihan Diri.
d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada
klien Ny. M dengan Defisit Kebersihan Diri.
e. Penulis mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien
Ny. M dengan Kebersihan Diri.
1.3. Manfaat
1. Praktik Pelayanan Keperawatan
Hasil penulisan Karya Tulis Ilmiah yang diperoleh dapat menjadi
sumber pengetahuan dan strategi bagi keperawatan dengan masalah
pemenuhan kebutuhan kebersihan diri: personal hygiene.
2. Pendidikan Keperawatan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sangat berguna untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai penerapan ilmu yang telah
diterima selama kuliah, terutama bagi ilmu keperawatan jiwa tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan prioritas masalah kebutuhan
dasar kebersihan diri: personal hygiene yang dipergunakan dalam
pembelajaran asuhan keperawatan.
3. Bagi Klien
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan klien untuk
mengetahui cara pemenuhan kebutuhan perawatan diri dengan
prioritas masalah Kebersihan Diri: Personal Hygiene.
BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan


Dasar: Personal Hygiene
2.1.1. Pengertian Personal Hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti personal
yang artinya perseorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan
perseorangan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan fisikis
(Tarwoto & Wartonah).
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang
sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan
mempengaruhi kesehatan dan fisikis seseorang. Kebersihan itu sendiri
sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit
maka masalah kebersihan biasanya kurang diperhatikan. Hal ini terjadi
karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele,
padahal jika masalah tersebut dibiarkan terus akan mempengaruhi
kesehatan secara umum (Tarwoto, 2004).
Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan
individu, keamanan dan kesehtan. Kebutuhan personal hygiene dibutuhkan
bukan hanya orang sakit saja melainkan orang sehat juga. Praktik personal
hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan
garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi. Dengan
implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga
untuk melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan
pasien (Potter & Perry, 2006).

2.1.2. Klasifikasi Personal Hygiene


Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara
kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
fisikisnya. Seseorang dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila,
orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi
kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung , telinga, kaki dan
kuku, genetalian serta kebersihan dan kerapian pakaian.
Menurut Potter & Perry (2006) macam-macam personal hygiene
adalah:
a. Perawatan Kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi,
ekskresi, pengatur temperatur, dan sensasi. Kulit memiliki tiga lapisan
utama yaitu epidermis, dermis, dan subkutan. Epidermis (lapisan luar)
disusun beberapa lapisan tipis dari sel yang mengalami tahapan berbeda
dari maturasi, melindungi jaringan yang berada dibawahnya terhadap
hilangnya cairan dan cedera mekanis maupun kimia serta mencegah
masuknya mikroorganisme yang memproduksi penyakit. Dermis,
merupakan lapisan kulit yang lebih tebal yang terdiri dari ikan kolagen dan
serabut elastik untuk mendukung epidermis. Serabut saraf, pembuluh
darah, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan folikel rambut bagian yang
melalui lapisan dermal. Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum, minyak,
cairan odor, kedalam folikel rambut. Sebum meminyaki kulit dan rambut
untuk menjaga agar tetap lemas dan kuat. Lapisan subkutan terdiri dari
pembuluh darah, saraf dan limfe dan jaringan penyambung halus yang
terisi dengan sel-sel lemak. Jaringan lemak berfungsi sebagai insulator
panas bagi tubuh.
Kulit berfungsi sebagai pertukaran oksigen, nutrisi dan cairan
dengan pembuluh darah yang berbeda dibawahnya, mensitesa sel baru, dan
mengeliminasi sel mati, sel yang tidak berfungsi. Sirkulasi yang adekuat
penting untuk memelihara kehidupan sel. Kulit sering kali mereflekskan
perubahan pada kondisi fisik dengan perubahan pada warna, ketebalan,
tekstur, turgor, temperature. Selama kulit masih utuh dan sehat, fungsi
fisiologisnya masih optimal.
b. Mandi
Mandi adalah perawatan hygiene total. Mandi dapat dikategorikan
sebagai pembersihan atau teraupetik. Mandi ditempat tidur yang lengkap
diperlukan bagi individu dengan ketergantungan total dan memerlukan
personal hygiene total. Keluasan mandi individu dan metode yang
digunakan untuk mandi berdasarkan pada kemampuan fisik individu dan
kebutuhan tingkat hygiene yang diperlukan. Individu yang bergantung
dalam kebutuhan hygienenya sebagian atau individu yang terbaring
ditempat tidur dengan kucukupan diri yang tidak mampu mencapai semua
bagian badan memperoleh mandi sebagian ditempat tidur.
c. Perawatan Mulut
Hygiene mulut membantu status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan
bibir. Menggosok membersihkan gigi dari partikel-partikel makanan plak,
dan bakteri memasase gusi, dan menggurangi ketidaknyamanan yang
dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Beberapa penyakit yang
muncul akibat perawatan gigi dan mulut yang kurang akan menyebabkan
karies, radang gusi, dan sariawan. Hygiene mulut yang baik memberikan
rasa sehat dan selanjutkan menstimulasi nafsu makan.
Golongan stroke sering mengalami terjadi bau mulut. Karies dapat
timbul akibat permentasi sisa makanan yang menempel apada gigi oleh
kuman yang lambat laun mengakibatkan lubang pada enamel gigi dan bila
tidak ditambal dapat menyebabkan radang dan kemtian saraf gigi karena
infeksi. Setelah konsumsi makan dan minuman yang bersifat asam, gigi
perlu dibersihkan yaitu kumur-kumur dengan air. Maka penting untuk
gosok gigi minimal dua kali sehari (Setia Budi, 2010).
d. Perawatan Mata, Hidung dan Telinga
Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk
membersihkan mata, hidung, dan telinga selama individu mandi.
Perawatan mata tidak diperlukan secara khusus karena secara terus
menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata, dan bulu mata
mencegah masuknya partikel asing ke dalam mata. Normalnya, telinga
tidak terlalu memerlukan kebersihan. Namun, telinga yang terlalu banyak
serumen perlu dibersihkan baik mandiri ataupun dibantu oleh keluarga.
Hygiene telinga merupakan implikasi untuk mempertajam pendengaran.
Bila benda asing terkumpul pada kanal telinga luar maka akan menganggu
kondisi suara. Hidung berfungsi sebagai indera penciuman, memantau
temperature, dan kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah
masuknya partikel asing kedalam sistem pernapasan.
e. Perawatan Rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari
cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau
ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan
rambut sehari-hari. Menyikat, menyisir dan bershampo adalah cara-cara
dasar higienis perawatan rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi
indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal, stres emosional
maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu, atau obat-obatan
dapat mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut merupakan bagian dari
tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui
rambut perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi.
Kerontokan rambut sering terjadi pada pasien stroke. Jumlah
rambut rata-rata adalah lebih 100.000 helai, 80% bersifat aktif tumbuh dan
sisanya 20% berada pada stadium tidak aktif. Rambut membutuhkan
perawatan baik dan teratur, terutama pada wanita. Agar tidak terlalu
banyak mengalami kerontokan, antara lain kurangi sanitasi atau adanya
infeksi jamur yang lazim disebut ketombe. Rata-rata 50-100 helai rambut
dapat rontok dalam masa sehari. Oleh karena itu rambut sebaik-baiknya
perlu dicuci dengan shampo yang mengandung anti ketombe yang cocok.
Cuci rambut sebaiknya dilakukan tiap 2 atau 3 hari dan minimal seminggu
sekali (Setia Budi, 2010).
f. Perawatan Kaki dan Kuku
Kaki dan kuku sering kali memerlukan perhatian khusus untuk
mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi orang seringkali
tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau
ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku penting dalam
mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk
kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu kuku seharusnya tetap dalam
kedaaan sehat dan bersih. Perawatan da[at dilakukan selama mandi atau
pada waktu yang terpisah.
g. Perawatan Genetalia
Perawatan genetalia merupakan bagian dari mandi lengkap.
Seseorang yang paling butuh perawatan genetalia yang teliti adalah
seorang yang beresiko memperoleh infeksi. Seseorang yang tidak mampu
melakukan perawatan diri dapat dibantu keluarga untuk melakukan
personal hygiene.

2.1.3. Tujuan Personal Hygiene


Menurut Tarwoto (2004) tujuan perawatan personal hygiene:
a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang.
b. Memelihara kebersihan diri seseorang.
c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang.
d. Mencegah penyakit.
e. Meningkatkan percaya diri seseorang.
f. Menciptakan keindahan.

2.1.4. Faktor-faktor Personal Hygiene


Menurut Tarwoto (2004) sikap seseorang melakukan personal
hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
a. Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan
fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap
peningkatan citra tubuh individu. Gambaran individu terhadap dirinya
sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak perduli terhadap kebersihannya.
b. Praktik Sosial
Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas
atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang
mempengaruhi perawatan personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting, karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Kendati demikian,
pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Seseorang harus termotivasi
untuk memelihara perawatan diri. Seringkali pembelajaran penyakit
atau kondisi yang mendorong individu untuk meningkatkan personal
hygiene.
e. Budaya
Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi personal
hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktek
perawatan diri yang berbeda. Disebagian masyarakat jika individu sakit
tertentu maka tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan Seseorang
Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi, bercukur, dan
melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri seperti menggunkan shampo dan
alat mandi yang lain.
g. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tentu untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan anggota keluarga untuk melakukannnya.
2.1.5. Manfaat Perawatan Personal
Hygiene
Menurut Potter & Perry (2006):
a. Perawatan Kulit
Memiliki kulit yang utuh, bebas bau badan, dapat mempertahankan
rentan gerak, merasa nyaman dan sejahtera, serta dapat berpastisipasi
dalam mengalami metode perawatan kulit.
b. Mandi
Mandi dapat menghilangkan mikroorganisme dari kulit serta sekresi
tubuh, menghilangkan bau tidak enak, memperbaiki sirkulasi darah ke
kulit, membuat individu merasa lebih rileks dan segar serta
meningkatkan citra dari individu.
c. Perawatan Mulut
Mukosa mulut utuh terhidrasi baik serta untuk mencegah penyebaran
penyakit yang ditularkan dari mulut misalnya typus dan hepatitis,
mencegah penyakit mulut dan gigi, meningkatkan daya tahan tubuh,
mencapai rasa nyaman, memahami praktik hygiene mulut dan mampu
melakukan sendiri perawatan hygiene dengan benar.
d. Perawatan Mata, Hidung dan Telinga
Organ sensorik yang berfungsi normal, mata, hidung, dan telinga akan
bebas dari infeksi, serta dapat berpartisipasi dan mampu melakukan
perawatan mata, hidung dan telinga sehari-hari.
e. Perawatan Rambut
Memiliki rambut dan kepala yang sehat, untuk mecapai rasa nyaman
dan harga diri, dan dapat berpartisipasi dalam melakukan perawatan
rambut.
f. Perawatan Kaki dan Kuku
Memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut, merasa nyaman
dan bersih, serta dapat memahami dan melakukan metode perawatan
kuku yang benar.
g. Perawatan Genetalia
Untuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan
genetalia, meningkatkan kenyamanan serta mempertahankan personal
hygiene.

2.1.6. Dampak Personal Hygiene


Menurut Tarwoto (2004) dampak yang akan timbul jika kurangnya
personal hygiene adalah:
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah munculnya kutu pada rambut, gangguan
integritas kulit, gangguan mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga,
dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak fisikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.
2.2. Asuhan Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Dasar Personal
Hygiene
2.2.1. Pengkajian
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis
ysng terorganisir yang meliputi tiga aktifitas dasar yaitu: mengumpulkan
data secara sistematis, mensortir dan mengatur data yang dikumpulkan dan
mendokumentasi data dalam format yang dapat dibuka kembali.
Pengumpulan dan pengorganisasian data harus menggambarkan dua hal:
1. Status kesehatan klien
2. Kekuatan klien dan masalah kesehatan yang dialami (actual atau
resiko/potensial). Dalam melakukan pengkajian diperlukan keahlian-
keahlian (skil) seperti wawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi.
Hasil pengumpulan data kemudian diklasifikasikan dalam data
subjektif dan objektif. Data subjektif merupakan ungkapan atau
presepsi yang dikemukakan oleh klien. Data objektif merupakan data
yang di dapat dari hasil observasi, pengukuran, dan pemeriksaan fisik.
Ada beberapa cara pengelompokan data menurut Tarwoto &
Wartonah (2003) yaitu:
a. Berdasarkan sistem tubuh
b. Berdasarkan kebutuhan dasar (Maslow)
c. Berdasarkan teori keperawatan
d. Berdasarkan pola kesehatan fungsional

2.2.2. Analisa Data


Analisa data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta
kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan data
merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Data dasar adalah
kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien,
kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil
konsultasi dari medis atau profesi kesehehatan terhadap dirinya sendiri,
dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
Data fokus adalah tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap
kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup
tindakan yang dilaksanakan terhadap klien. Data dasar akan digunakan
untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan
keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-
masalah klien. Pengumpulan data di mulai sejak klien masuk rumah sakit
(intial assesment), selama klien dirawat secara terus menerus (ongoing
assesment) serta pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data (re-
assesment)(Siswanto, 2010).

Tipe Data
1. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa
ditentukan oleh perawat, mencakup presepsi, perasaan, ide klien terhadap
status kesehatan lainnya (Siswanto, 2010).
2. Data Objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat
diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba/sentuhan)
selama pemeriksaan fisik, kemudian mengkaji batasan karakteristik dan
faktor yang berhubungan (Wilkison, 2013).

2.2.3. Rumusan Masalah


Rumusan masalah ini bertujuan untuk mendiskripsikan masalah
apa yang akan dicapai. Masalah keperawatan yang akan dicapai dilihat
berdasarkan teori kebutuhan dasar dan hasil pengkajian kasus klien. Pada
kasus teori kebutuhan dasar yang dibahas adalah kebutuhan dasar personal
hygiene.
2.2.4. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Kebutuhan Dasar
Pada masalah kebutuhan dasar personal hygiene diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul menurut Potter & Perry, (2006) adalah
sebagai berikut:
a. Resiko kerusakan integritas kulit
b. Kerusakan integritas kulit
c. Perubahan perfusi jaringan perifer
d. Defisit perawatan diri: mandi
e. Kerusakan integritas jaringan
f. Resiko infeksi
g. Defisiensi pengetahuan perawatan kaki dan kuku
h. Perubahan membrane mukosa mulut
i. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
j. Defesiensi pengetahuan tentang hygiene oral.
k. Gangguan citra tubuh
l. Defisit perawatan diri: eliminasi
m. Defisit perawatan diri: makan

2.2.5. Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang
menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan terhadap klien
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan.
2.3. Asuhan Keperawatan Kasus
2.3.1. Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUANG
ICU RUMAH SAKIT UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA

1. BIODATA
Identitas Klien
Nama/Inisial : Ny. M

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 53 tahun

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl Dahlia Pamatang Simalungun, Kota

P.Siantar Tanggal masuk RS : 24 April 2017

No. Register :

Ruangan/kamar : ICU (Intensive Care Unit)

Golongan darah :A

Tanggal pengkajian : 03 Mei 2017

Tanggal Operasi :-

Diagnosa medis : Stroke Haemoragik


II. KELUHAN UTAMA
Klien mengalami sakit kepala secara tiba-tiba dan kemudian terjadi
penurunan kesadaran. Keluarga klien mengatakan selama dirawat di
Rumah Sakit, klien tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar kebersihan diri.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Penyakit stroke hemoragik yang sudah di derita klien yang sudah
berlangsung lama.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Perawat membantu memenuhi kebutuhan mobilisasi pada klien.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Klien mengatakan sakit kepala secara tiba-tiba dan kemudian terjadi
penurunan kesadaran sehingga klien tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasar kebersihan diri.
2. Bagaimana dilihat
Klien terlihat tidak sadarkan diri dan kulit terlihat kusam.
C. Severity
Keluarga klien mengatakan klien merasa terganggu dengan keadaan
yang dialaminya saat ini.
D. Time
Sampai saat ini klien masih menggalami penurunan kesadaran dan
badan terlihat kotor dan bau.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang dialami
Keluarga klien mengatakan klien sudah mengalami stroke sejak 6
bulan yang lalu.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Keluarga klien mengatakan klien berobat di Rumah Sakit
Universitas Sumatera 3 bulan terakhir ini.
C. Pernah dirawat/operasi
Keluarga klien mengatakan klien pernah dirawat/tidak pernah di
operasi sebelumnya.
D. Lama dirawat
Keluarga klien mengatakan lama dirawat ±2 bulan.
E. Alergi
Keluarga klien mengatakan klien tidak memilik riwayat alergi
terhadap makanan dan obat.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


A. Orang Tua
Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit yang serius.
B. Saudara Kandung
Saudara klien tidak memiliki riwayat penyakit yang serius.
C. Penyakit Keturunan
Keluarga klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan.
D. Anggota Keluarga yang Meninggal
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
meninggal.
E. Penyebab Meninggal
Tidak ada.
F. Genogram

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL


a. Persepsi klien tentang penyakitnya
Pada saat pasien sadarkan diri keluarga klien mengatakan klien
merasa malu dengan penyakitnya saat ini dan klien ingin cepat
pulang, klien merasa hidupnya akan selamanya di rumah sakit.
b. Konsep diri
a. Gambaran diri : Pada saat klien sadarkan diri klien
mengatakan menyukai tubuhnya
terutama bagian hidung dan tangannya.
b. Identitas diri : Klien berpendidikan SMP dan sudah
menikah.
c. Peran diri : Klien sebagai anak kedua dari dua
bersaudara dalam keluarga.
d. Ideal diri : Klien berharap agai ia cepat sembuh dan
dapat segera pulang agar dapat kembali
berkumpul dengan keluarganya.
e. Harga diri : Pada saat klien sadar klien mengatakan
dirinya berguna dan berarti.
c. Keadaan emosi
Pada saat klien sadarkan diri klien mengatakan emosinya tidak stabil
karena klien hanya bisa berdiam di tempat tidur.
d. Hubungan sosial
a. Orang yang bearti
Keluarga klien mengatakan bahwa orang yang paling bearti bagi
klien adalah suami serta anak-anaknya.
b. Hubungan dengan keluarga
Keluarga klien mengatakan klien memiliki hubungan yang baik
dan harmonis dengan keluarga.
c. Hubungan dengan orang lain.
Keluarga klien mengatakan klien memiliki hubungan yang baik
dan harmonis dengan orang lain.
d. Hambatan interaksi sosial
Keluarga klien mengatakan interaksi klien didalam ruangan ICU
baik.
e. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien menganut agama Islam dan mempercayai ajaran yang ada
pada agama tersebut.
b. Kegiatan Ibadah
Sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan rajin shalat, dan
selama di rawat dirumah sakit klien tidak melaksanakan shalat.

VII. STATUS MENTAL


a. Tingkat kesadaran : Letargi (penurunan kesadaran).
b. Penampilan : Tidak rapi dan penggunaan pakaian
kotor.
c. Pembicaraan : Lambat dan tidak mampu
memulai pembicaraan.
d. Alam perasaan : Tidak sadarkan diri.
e. Afek : Tidak sesuai ekspresi.
f. Interaksi selama wawancara : Kurang kooperatif.
g. Memori : Gangguan daya ingat.
h. Proses pikir : Inkoheren (tidak sesuai).
i. Isi pikir : Saat dilakukan wawancara klien
sulit berkonsentrasi.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum
Kondisi klien tidak sadarkan diri. Kondisi penampilan tidak rapi, kulit
kusam, kuku panjang dan kotor, serta badan bau.
B. Tanda-tanda Vital
a. Suhu tubuh : 38º C
b. Tekanan darah : 160/90 mmHg
c. Nadi : 101 x/menit
d. Pernafasan : 28 x/menit
e. Saturasi 02 : 97%
f. Tinggi badan : 156 cm
g. Berat badan : 55 kg
C. Pemeriksaan Head to
toe Rambut
Penyebaran rambut klien : Penyebaran rambut klien merata.
Bau : Rambut klien bau.
Warna kulit : Warna kulit klien hitam
Keadaan rambut : Kusut

Kepala
Bentuk : Bulat, kepala klien simetris dan
tidak ada benjolan.
Kulit kepala : Kulit kepala klien berketombe dan
bau.
Kebersihan : Kotor
Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : Klien memiliki mata yang lengkap
dan simetris antara kanan dan kiri.
Konjungtiva dan sklera : Konjungtiva klien pucat
Kebersihan mata : Ada kotoran (belek)

Hidung
Kebersihan hidung : Terdapat sekret
Adakah septum deviasi : Ada

Mulut
Keadaan mukosa mulut : Kering dan pucat
Kelembapannya : Tidak lembab
Adakah lesi : Terdapat lesi karena klien
menggunakan alat bantu nafas.
Kebersihan : Mulut tidak bersih

Gigi
Pertumbuhan : Gigi sebagian ompong
Kebersihan : Gigi kotor dan bau

Telinga
Adakah kotoran : Ada
Adakah lesi : Tidak ada
Bagaimana bentuk telinga : Simetris kanan dan kiri
Adakah infeksi : Tidak ada

Kulit
Kebersihan : Kulit kusam
Adakah lesi : Ada di bagian bokong
Keadaan turgor : Turgor kulit kembali sebelum 2
detik
Warna kulit : Cokelat
Kelembapan : Kulit klien tidak lembap.

Kuku tangan dan kaki


Bentuknya bagaimana : Normal
Adakah lesi : Tidak ada
Pertumbuhannya : Lengkap
Kebersihan : Kuku tangan dan kaki kotor dan
panjang

Tubuh secara umum


Kebersihan : Tubuh kotor dan bau
Keadaan postur : Normal

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


A. Pola makan dan minum
1. Frekunesi makan perhari : 3 x sehari
2. Nafsu/selera makan : Nafsu makan berkurang
3. Nyeri uluhati : Tidak ada
4. Alergi : Tidak ada
5. Mual muntah : Tidak ada
6. Waktu pemberian makan : Pagi, siang dan sore
7. Jumlah jenis makanan : Sonde
8. Waktu pemberian cairan/minum : Tidak ditentukan
9. Masalah makan dan minum : Klien makan dan minum
melalui NGT.

B. Perawatan Diri/personal hygiene


1. Kebersihan tubuh : Tubuh tampak kotor,
berbau dan berdaki
2. Kebersihan gigi dan mulut : Gigi kuning, mulut kering
dan kotor.
3. Kebersihan kuku kaki dan tangan: Kuku panjang dan kotor
pada kuku kaki dan tangan

C. Pola Kegiatan/Aktivitas
a. Klien tidak mampu melakukan aktivitas di karenakan klien
dalam keadaan bedrest.
b. Selama dirawat dirumah sakit, klien tidak pernah melakukan
aktivitas kegiatan beribadah.

D. Pola Eliminasi
1. BAB
a. Pola BAB : 1 x perhari
b. Karakter feses : Encer
c. Riwayat perdarahan : Tidak ada
d. BAB terakhir : Pagi hari
e. Diare : Tidak ada
f. Penggunaan laktasi : Tidak ada
2. BAK
a. Pola BAK : 2-3 x perhari
b. Karakter urin : Kuning pekat
c. Nyeri/rasaterbakar/kesulitan BAK : Tidak ada
d. Penggunaan deuretik : Tidak ada
e. Upaya mengatasi masalah : Klien terpasang
kateter

E. Mekanisme Koping
Klien melakukan mekanisme koping dengan aktivitas konstruktif
dan dengan berbincang dengan anggota keluarga dan perawat
sesuai yang diajarkan oleh perawat dan tidak ada ditemukan
maladaftif.
2.3.2 Analisa Data
Masalah
No. Data Penyebab Keperawatan
1 Data Subjektif: - Stroke Hemoragik Defisit Perawatan
Data Objektif: Diri/personal
1. Badan bau hygiene
2. Rambut klien kotor, Penurunan
kulit kepala kotor. motivasi
3. Mulut dan gigi bau,
kulit kusam dan
kotor, kuku panjang Defisit Perawatan
dan kotor. Diri/personal
hygiene
2 Data Subjektif: Stroke Hemoragik Resiko gangguan
Klien tidak mampu Integritas Kulit
untuk bergerak, kulit
kemerahan. Gangguan mobilisasi
Data Objektif:
Tampak adanya lesi
pada kulit. Resiko gangguan
Pasien kesadarannya integritas kulit
letargi, pasien tidur
dalam posisi semi
fowler45º,
TD: 170/100 mmHg
HR: 101 x/menit
RR 28x/menit
Suhu 38ºC
2.3.3. Rumusan Keperawatan
Masalah keperawatan:
1. Defisit Perawatan Diri/personal hygiene
2. Integritas Kulit
Diagnosa Keperawatan

1. Defisit Perawatan Diri/personal hygiene berhubungan dengan


penurunan kesadaran ditandai dengan klien tidak sadarkan diri, badan
bau dan berdaki, gigi kuning dan mulut kering dan kotor, kuku tangan
dan kaki panjang dan kotor.
2. Integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik ditandai dengan
klien bedrest total.

2.3.4. Intervensi Keperawatan


No. Dx Perencanaan Keperawatan
1. Tujuan dan kriteria hasil:
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan kebersihan diri dapat berkurang.
Kriteria Hasil:
1. Kebersihan kebutuhan diri mandi dibantu oleh perawat
dan keluarga.
2. Libatkan keluarga dan perawat dalam kebersihan diri:
personal hygiene.
Rencana tindakan Rasional
1. Pantau kebersihan diri 1. Data dasar dalam
klien dan perawatan intervensi.
diri.
2. Bantu klien dalam 2. Melakukan kebersihan diri
kebersihan badan, pada klien.
mulut, rambut, dan
kuku.
3. Libatkan keluarga 3. Melibatkan keluarga dalam
dalam pemenuhan Mengarahkan klien dalam
kebutuhan perawatan kebersihan diri.
diri klien.
4. Berikan pendes kepada 4. Mengarahkan Keluarga
keluarga. dalam pemenuhan
kebutuhan perawatan diri
klien.
No. Dx Perencanaan Keperawatan
2. Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan gangguan integritas kulit dapat berkurang atau
menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil:
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan
tidak terinfeksi.
Rencana tindakan Rasional

1. Kaji kebutuhan 1.Data dasar dalam melakukan


personal hgyiene intervensi
pasien
2. Kaji keadaan luka 2.Menentukan intervensi lebih
pasien lanjut
3. Jaga kulit agar tetap 3.Menghindari resiko infeksi
utuh dan kebersihan kulit
kulit pasien dengan
cara membantu mandi
pasien
4. Jaga kebersihan tempat 4.Mengurangi tekanan dan
tidur, selimut bersih menghindari luka dekubitus
dan kencang
5. Observasi tanda-tanda 5. Pencegahan infeksi secara
infeksi dini
6. Lakukan pijat pada 6. Mencegah dekubitus
kulit dan lakukan
perubahan posisi setiap
2 jam
2.3.5. Implementasi dan Evaluasi

No. Dx Hari/ Waktu Implementasi Evaluasi


Tanggal Keperawatan (SOAP)

1. Rabu, 09.00- 1. Mengkaji keadaan S : Keadaan umum pasien lemah


03 Mei 10.00 umum klien
2017 2. Memantau kebersihan O : Badan bau, kulit kepala
diri klien dengan berketombe dan bau, gigi
kebersihan diri kotor dan bau, kuku kaki dan
3. Melakukan mandi tangan panjang dan kotor
kering pada klien di atas
tempat tidur A : Masalah belum teratasi
4. Menggosok gigi klien
menggunakan kassa dan P : Intervensi dilanjutkan
tong spatel Pantau kebersihan klien.
5. Merawat rambut klien
6. Memotong kuku

Rabu, 03 11.00- 1. Memantau TTV S : Keadaan umum pasien lemah


Mei 12.00 2. Memberi obat demam
2017 Paracetamol. O : Pasien tidur dalam
3. Memberikan kompres posisi semi fowler 45º
hangat. TD: 160/90 mmHg
4. Melepaskan pakaian HR: 104 x/menit
yang menyebabkan suhu RR: 26 x/menit
tubuh meningkat. Suhu: 38ºC
Saturasi O2: 95%.
A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
Memberikan obat demam
(Paracetamol).
3. Kamis, 10.00- 1. Mengkaji kembali S : Keadaan umum pasien lemah
04 Mei 11.00 kebutuhan personal
2017 hgyiene klien O : Badan bau, kulit kepala
2. Memantau kembali berketombe dan bau, gigi
kebersihan diri klien kotor dan bau
dengan kebersihan diri
3. Melakukan mandi A : Masalah sebagian teratasi
kering pada klien di
atas tempat tidur P : Intervensi dilanjutkan
4. Memberikan pendkes Pantau kebersihan klien.
kepada keluarga klien Kuku sudah di potong
dalam membantu
pemenuhan kebersihan
diri klien

4. Kamis, 12.00- 1. Mengkaji TTV S : Klien tidak sadarkan diri.


04 Mei 13.00 2. Mengkaji keadaan luka
2017 3. Melakukan observasi O : Pasien tidur dalam
tanda-tanda infeksi posisi semi fowler 45º
4. Melakukan miring kanan TD: 130/80 mmHg
dan miring kiri pada HR: 76 x/menit
klien setiap 2 jam sekali RR: 26 x/menit
5. Memantau kebersihan Suhu: 37ºC
tempat tidur. Saturasi O2: 88%.
Terdapat lesi pada bokong.
Keadaan pasien bau.

A : Masalah teratasi sebagian.

P : Intervensi dilanjutkan
Melakukan miring kanan dan
miring kiri pada klien setiap
2 jam sekali
Pantau lesi pada bokong.
Pantau kebersihan pasien.
5. Jumat, 14.00- 1. Mengkaji kembali S : Klien tidak sadarkan diri.
04 Mei 16.00 kebutuhan personal
2017 hgyiene klien O : Badan sedikit bersih, gigi
2. Memantau kembali bau
kebersihan diri
3. Memberikan pendkes A : Masalah teratasi sebagian.
kepada keluarga klien
dalam membantu P : Intervensi dilanjutkan
pemenuhan kebersihan Mempertahankan kebersihan
diri klien pasien.
6. Jumat, 17.00- 1. Mengkaji TTV S : Klien tidak sadarkan diri.
05 Mei 17.45 2. Mengkaji kembali
2017 keadaan luka O : Pasien tidur dalam
3. Melakukan observasi posisi semi fowler 45º
kembali tanda-tanda TD: 120/70 mmHg
infeksi HR: 79 x/menit
4. Melakukan miring kanan RR: 24 x/menit
dan miring kiri pada Suhu: 37ºC
klien setiap 2 jam sekali Saturasi O2: 90%.
5. Memantau kebersihan Terdapat lesi pada bokong.
tempat tidur.
6. Memberikan pendkes A : Masalah teratasi sebagian.
kepada keluarga untuk
melakukan miring kanan P : Intervensi dilanjutkan
dan miring kiri setiap 2 Melakukan miring kanan dan
jam sekali. miring kiri pada klien setiap
2 jam sekali
Pantau lesi pada bokong.
Memberikan pendkes kepada
keluarga.
BAB III

PENUTU

3.1. Kesimpulan

Dari seluruh uraian, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai


berikut:

a. Pengakajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses


keperawatan. Tahap pengkajian yang penulis angkat pada kasus Ny. M
terdiri atas pengumpulan data, perumususan masalah klien, analisa data
subjektif yaitu klien tidak sadarkan diri dan tidak bisa beraktivitas, dan
data objektif pada kasus Ny. M yang ditandai dengan badan bau, kulit
kepala klien kotor dan bau, mulut dan gigi bau, kulit kusam, kuku panjang
dan kotor.
b. Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari
pengkajian. Diagnosa yang penulis angkat pada kasus Ny. M adalah
Kebersihan Diri. Tujuan umum dilakukan tindakan keperawatan pada
permasalahan yang dihadapi yaitu klien mampu melakukan Kebersihan
Diri.
c. Intervensi adalah merencanakan kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan
yang akan perawat lakukan adalah menjelaskan pentingnya melakukan
perawatan diri (personal hgyiene): Mandi serta melatih klien untuk
melakukan perawatan diri (personal hgyiene): Mandi.
d. Implementasi adalah melakukan tindakan sesuai perencanaan yaitu,
membina hubungan saling percaya, memfasilitasi untuk melakukan
aktivitas kebersihan diri: mandi dan memantau kebersihan diri klien
dengan perawatan diri.
e. Evaluasi adalah menilai hasil dari kegiatan yang telah terlaksana. Dan
pada kasus Ny. M, kebutuhan dasar Kbersihan Diri sudah terpenuhi.
3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengambil saran dalam rangka
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan, sebagai berikut:
1. Pihak Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk selalu memberikan motivasi
dan sarana yang memadai bagi mahasiswa/i guna untuk menyelesaikan
karya tulis ilmiah.
2. Untuk Perawat
Bagi seorang perawat, sebaiknya harus memahami dan mengerti
kebutuhan klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirimya. Dan
perawat memberikan asuhan keperawatan diri dengan baik.
3. Klien
Klien diharapkan lekas sadar sehingga mampu untuk menjaga kebersihan
dirinya.
BAB III

PENUTU

3.1. Kesimpulan

Dari seluruh uraian, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai


berikut:

f. Pengakajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses


keperawatan. Tahap pengkajian yang penulis angkat pada kasus Ny. M
terdiri atas pengumpulan data, perumususan masalah klien, analisa data
subjektif yaitu klien tidak sadarkan diri dan tidak bisa beraktivitas, dan
data objektif pada kasus Ny. M yang ditandai dengan badan bau, kulit
kepala klien kotor dan bau, mulut dan gigi bau, kulit kusam, kuku panjang
dan kotor.
g. Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari
pengkajian. Diagnosa yang penulis angkat pada kasus Ny. M adalah
Kebersihan Diri. Tujuan umum dilakukan tindakan keperawatan pada
permasalahan yang dihadapi yaitu klien mampu melakukan Kebersihan
Diri.
h. Intervensi adalah merencanakan kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan
yang akan perawat lakukan adalah menjelaskan pentingnya melakukan
perawatan diri (personal hgyiene): Mandi serta melatih klien untuk
melakukan perawatan diri (personal hgyiene): Mandi.
i. Implementasi adalah melakukan tindakan sesuai perencanaan yaitu,
membina hubungan saling percaya, memfasilitasi untuk melakukan
aktivitas kebersihan diri: mandi dan memantau kebersihan diri klien
dengan perawatan diri.
j. Evaluasi adalah menilai hasil dari kegiatan yang telah terlaksana. Dan
pada kasus Ny. M, kebutuhan dasar Kbersihan Diri sudah terpenuhi.
3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengambil saran dalam rangka
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan, sebagai berikut:
4. Pihak Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk selalu memberikan motivasi
dan sarana yang memadai bagi mahasiswa/i guna untuk menyelesaikan
karya tulis ilmiah.
5. Untuk Perawat
Bagi seorang perawat, sebaiknya harus memahami dan mengerti
kebutuhan klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirimya. Dan
perawat memberikan asuhan keperawatan diri dengan baik.
6. Klien
Klien diharapkan lekas sadar sehingga mampu untuk menjaga kebersihan
dirinya.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan RI. (2000). Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta: Depkes RI.

Fitria. (2009). Prinsip dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Irfan. (2010). Fisioterapi Bagi Insan Stroke Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Junaidi. (2011). Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: Andi Publisher.

Kemenkes. (2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013.


Jakarta: Kemenkes RI.

NANDA Internasional. (2012). Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta:


EGC.

Nurjanah. (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:


Mocomedia.

Maslim. (2001). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta: Bag. Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.

Rico, dkk. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stroke pada Usia
Muda Kurang dari 40 Tahun. Jurnal Epidemiologi. 2008:1-13.

Stuart, dkk. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3. Jakarta: EGC.

Siswanto. (2010). Beberapa Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kejadian Stroke


Berulang. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro.
Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 1.
Jakarta: EGC.

Potter dan Patricia. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses
dan Praktik. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah. (2006), Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson dan Ahern. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan NANDA,


Intervensi NIC, Hasil Kriteria NOC Edisi 9. Jakarta: EGC.

World Health Organization. (2010). Global Physical Activity Surveillance.


From:http://WHO.int/chp/steps/gpaq/en/indeks.html.www.slideshare.net/te
ntangkesehatan jiwa.

Anda mungkin juga menyukai