Anda di halaman 1dari 151

JURNAL KESEHATAN INDRA HUSADA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDRAMAYU


Volume 9, Nomor 1 Januari-Juni 2021 p-ISSN: 2338-2597
e-ISSN: 2614-8048

SUSUNAN REDAKSI
Pembina
Ketua STIKes Indramayu

Penanggungjawab
Wakil Ketua I STIKes Indramayu

Pemimpin Dewan Redaksi


Idham Latif, SKM., M.Epid.

Wakil Pemimpin Redaksi


Riyanto, S.Kep., Ns., M.Kep.

Anggota Redaksi
Wayunah, S.Kp.,M.Kep
Dewi Eka Stia M, S.S.T., M.Kes
Muhamad Fauzi, S.KM., M.PH
Depi Yulyanti, S.KM., M.Kes

Penyunting Ahli,
Suhat, SKM., M.Kes
Gurdani Yogisutanti, SKM., M.PH
Prof. Dr. Hj.Dewi Laelatul Badriyah, M.Kes., AIFO

Tata Letak dan Desain Sampul


Dedy Yoeliusutyo, S.T.

Alamat Redaksi
Sekretariat Jurnal Kesehatan Indra Husada Indramayu STIKes Indramayu
Jl. Wirapati – Sindang Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Telp: (0234) 272020 / Fax : (0234) 272558
Email: jurnalkesehatan.indrahusada@gmail.com
Situs: http://www.ojs.stikesindramayu.ac.id

ii
JURNAL KESEHATAN INDRA HUSADA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDRAMAYU
Volume 9, Nomor 1 Januari-Juni 2021 p-ISSN: 2338-2597
e-ISSN: 2614-8048

DAFTAR ISI

HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN KUALITAS HIDUP


PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2
Rosliana Dewi, Inten Herlianti Anugrah, Iwan Permana, Johan Budhiana, Fera Melinda ................ 1

KARAKTERISTIK PENGGUNAAN KONTRASEPSI DI


KAMPUNG KB KOTA YOGYAKARTA
Sri Yuni Tursilowati, Bariana Widitia Astuti, Julaikah Julaikah...................................................... 10

PENGARUH KONSUMSI FAST FOOD DENGAN KEJADIAN


OBESITAS PADA REMAJA DI INDRAMAYU
Depi Yulyanti, Muhamad Fauzi, Rudiansyah, Heri Sugiarto, Riski Andriyani ............................... 18

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU


MASYARAKAT DALAM MEMBUANG SAMPAH DI DESA
BANGUNTAPAN
Nor Wijayanti.................................................................................................................................... 23

HUBUNGAN PENGETAHUAN, ASUPAN GIZI DAN FAKTOR


LAIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA
PADA REMAJA PUTRI KELAS XII DI SMK KANDANGHAUR
TAHUN 2020
Mayang Chyntaka, Cucu Nurmala .................................................................................................... 29

RESPON MASYARAKAT MENGENAI COVID 19 DI KABUPATEN


INDRAMAYU JAWA BARAT
Lina Rahmawati, Riyanto, Asmadi ................................................................................................... 37

HUBUNGAN USIA, LAMA PENGGUNAAN DENGAN PEROLEHAN


KEHAMILAN PADA IBU POST KONTRASEPSI HORMONAL PROGESTIN
DI DESA GUWOSARI PAJANGAN BANTUL YOGYAKARTA
Wiwin Hindriyawati, Widy Nurwiandani, Sri Untari ....................................................................... 47

PENGARUH KELAS IBU HAMIL TERHADAP PENINGKATAN


PENGETAHUAN IBU HAMIL DI DESA SEGERAN KIDUL
Cucu Nurmala ................................................................................................................................... 56

iii
PENGARUH AKUPRESUR TERHADAP PENURUNAN MUAL MUNTAH
PADA KEHAMILAN TRIMESTER I DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUKAHURIP KABUPATEN GARUT JAWA BARAT TAHUN 2020
Nurulicha, Yulita Nengsih, Hartani .................................................................................................. 64

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN KECEMASAN


PASIEN PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF DI RSUD DR. SOEKARDJO
TASIKMALAYA
Lina Marlina, Reni Nurdianti, Dewi Sri Handayani ......................................................................... 72

PENERIMAAN DIRI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) MANTAN


WANITA PEKERJA SEKS (WPS)
Alvian Pristy Windiramadhan........................................................................................................... 79

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI


TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI
SMA 1 PGRI BREBES TAHUN 2020
Tatirah, Siti Chodijah ........................................................................................................................ 87

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


AMENORRHEA PADA WANITA USIA SUBUR
Ziyadatul Chusna Almabruroh Yuni Alfi, Anisah ............................................................................ 94

DAMPAK STUNTING TERHADAP KECERDASAN INTELEKTUAL


Hilman Mulyana, Fitriani Mardiana Hidayat, Risda Hidayanti ...................................................... 102

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) KEPALA


KELUARGA DESA KARANGANYAR KECAMATAN PASEKAN
KABUPATEN INDRAMAYU
Setyo Dwi Widyastuti dan Heri Sugiarto........................................................................................ 111

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


DEPRESI PADA PASIEN SINDROM KORONER AKUT (SKA):
LITERATUR REVIEW
Rahmalia Amni, Mohammad Rizki Akbar, Aan Nuraeni............................................................... 121

STUDI LITERATUR : PENGARUH KEHADIRAN KELUARGA TERHADAP


KEPUTUSASAAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT KANKER
Efri Widianti, Afriyanti, Ni Putu Santhi Dewi Saraswati, Asti Utami, Ladia Nursyamsiah, Vica
Cahya Ningrum, Vadissa Nandia Putri, Lia Ustami ....................................................................... 133

iv
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL UNTUK PUBLIKASI PADA
JURNAL KESEHATAN INDRA HUSADA INDRAMAYU

Jurnal Kesehatan Indra Husada Indramayu merupakan jurnal publikasi ilmiah, menerima
artikel yang relevan dalam bidang kesehatan, yang meliputi artikel penelitian, literature review
dan laporan kasus (case study) dengan menggunakan sistem peer review untuk seleksi artikel.
Jurnal Indra Husada Indramayu diperuntukkan bagi praktisi, akademisi, profesional, mahasiswa
atau kalangan masyarakat umum yang berkecimpung dan berminat dalam perkembangan Ilmu
Kesehatan.

Jurnal Kesehatan Indra Husada Indramayu diterbitkan oleh Unit Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat STIKes Indramayu yang dipublikasikan setiap 2 (dua) kali setahun dan
diterbitkan untuk pertama kali pada edisi bulan Januari – Juni 2013 vol. 1 Nomor 1.

A. Petunjuk Umum
Artikel yang diterima adalah karya asli, belum pernah dan/atau sedang dalam proses
dipublikasikan di jurnal lain, seluruh artikel telah disetujui oleh komite etik dan artikel yang
melibatkan subyek manusia telah mendapatkan informed consent serta ditulis mengikuti
panduan penulisan American Psychological Association (APA) edisi 6 tahun 2009. Penulis
harus memastikan bahwa seluruh penulis pembantu telah menyetujui (dengan melampirkan
surat pernyataan dan ditandatangani diatas materai). Semua artikel akan dibahas dan ditelaah
oleh pakar serta dewan redaksi. Artikel yang perlu perbaikan akan dikembalikan kepada
penulis.

B. Penulisan Artikel
Artikel ditulis dengan menggunakan huruf Times New Roman, ukuran 10 dengan spasi 1.
Jarak tepi kiri 4 cm, tepi kanan 3 cm, tepi atas 3 cm, dan tepi bawah 3 cm. Panjang artikel
minimal 10 halaman dan maksimal 15 halaman, dengan kertas A4. Isi artiikel maksimal 3000
kata, ditulis dalam format satu kolom. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan dimulai
dari halaman judul sampai halaman terakhir.

C. Struktur Penulisan
Struktur penulisan dalam Jurnal Kesehatan Indra Husada Indramayu adalah sebagai berikut:
Judul, Abstrak, Pendahuluan, Metode, Hasil Penelitian, Pembahasan, Simpulan, Saran, dan
Daftar Pustaka. Berikut ini diuraikan pedoman setiap struktur penulisan:

1. Halaman Judul
Halaman judul berisi judul artikel (Judul tidak lebih dari 12 kata, ditulis singkat, dan jelas
dan tidak ada singkatan), nama penulis (Tanpa gelar), Afiliasi penulis (Nama departemen
dan institusi, alamat institusi), alamat e-mail penulis, nomor hand phone.
2. Abstrak
Abstrak untuk setiap artikel ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, ditulis
dalam format satu kolom. Bentuk abstrak ditulis secara ringkas dan jelas per paragraf
yang memaparkan latar belakang, metode, hasil, simpulan, dan saran (implikasi)
penelitian. Abstrak ditulis dalam jarak 1 spasi dengan jumlah kata tidak lebih dari 150 kata
yang disertai dengan kata kunci (key word) yang terdiri dari 3–5 kata kunci dan urutannya
disusun berdasarkan abjad.

v
3. Tabel
Tabel disusun berurutan, setiap tabel harus diberi judul secara singkat dan diletakkan
diatas tabel, judul tabel ditulis dengan huruf besar pada awal kata, kecuali kata depan.
Jumlah tabel maksimal dalam setiap artikel adalah 6 tabel. Penulisan judul tabel dalam
bentuk piramida terbalik.

4. Foto/Gambar/Diagram
Foto/Gambar/Diagram disusun berurutan dan diberi judul singkat serta diletakkan diatas
Foto/Gambar/Diagram dengan jumlah maksimal 3 buah.

5. Daftar Pustaka
Daftar pustaka ditulis dengan aturan APA, rujukan ditulis sesuai dengan abjad. Jumlah
rujukan minimal 50% diambil dari jurnal. Tahun terbit rujukan 80% terbitan 10 tahun
terakhir. Hindarkan rujukan berupa komunikasi pribadi (personal communication).
Berikut contoh menuliskan rujukan:

a. Jurnal dengan direct object identifier (DOI)


Author, A. A. Author, B. B. & Author, C. C. (Tahun). Judul artikel. Judul Jurnal, Vol,
hlm – hlm. doi:xx.xxxxxxxxxx

Herbs-Damm, K. L., & Kulik, J. A. (2005). Volunteer support, marital status, and the
survival times of terminally ill patients. Health Psychology, 24, 225–229.
doi:10.1037/0278-6133.24.2.225

Gilbert, D. G., McClernon, J. F., Rabinovich, N. E., Sugai, C., Plath, L. C., Asgaard,
G., … Botros, N. (2004). Effects of quitting smoking on EEG activation and attention
last for more than 31 days and are more severe with stress, dependence, DRD2 A 1
Allele, and depressive traits. Nicotine and Tobacco Research, 6, 249–267. doi:1 0.1
080/1462220041 0001676305

b. Jurnal tanpa DOI


Author, A. A. Author, B. B. & Author, C. C. (Tahun). Judul artikel. Judul Jurnal, Vol,
hlm – hlm.

c. Jurnal tanpa DOI dengan 1 penulis


Wiliams, J. H. (2008). Employee Engagement : Improving participation in safety.
Professional Safety, 53 (12), 40–45.
d. Majalah
Mathews, J., Berret, D., & Brillman, D. (2005, May 16). Other winning equaation.
Newsweek, 145 (20), 58 – 59.
e. Buku
Author, A. A (Tahun). Judul. Lokasi penerbit : penerbit

f. Buku Online lainnya


Kenney, G.M., Cook, A., & Pelletier, J. (2009). Prospects for reducing uninsured rates
among children: How much can premium assistance programs help. Retrieved from
Urban Institute
website://www.urban.org/url.cfm?ID=411823 accessed 21February 2015, 5 p.m

g. Disertasi, Tesis dan Skripsi


Author, A. A. (Tahun). Judul tesis atau disertasi. Nama Institusi. Lokasi

vi
D. Cara Pengiriman Artikel
Artikel dikirimkan disertai surat permintaan publish dan surat Pernyataan non plagiarism
ditandatangani di atas materai, bahwa artikel belum pernah dan/atau tidak sedang proses
publikasi dijurnal lainnya dan bebas dari plagiarisme. Artikel dalam bentuk soft copy
dikirimkan kepada sekretariat Jurnal Indra Husada Indramayu, dengan login ke situs:
http://www.ojs.stikesindramayu.ac.id dengan registrasi terlebih dahulu.
Panduan registasi:

1. Ketik website http://www.ojs.stikesindramayu.ac.id


2. Kemudian Pilih “Login” → cari “Bukan Pengguna”
3. Kemudian isi form yang sudah disediakan dan pada kolom pilihan terdapat pilihan
“pembaca, penulis dan reviewer” silahkan pilih sesuai dengan kebutuhan pengguna
kemudian klik “daftar”.
4. Berhasil masuk dan akun baru di Jurnal Kesehatan Indra Husada sebagai “penulis” → klik
“penyerahan naskah baru”
5. Langkah no 4 sudah masuk ke tahap penyerahan naskah dan checklis bagian naskah
sebagai langkah persetujuan dalam pemuatan artikel di Jurnal Kesehatan Indra Husada →
“simpan” dan lanjutkan.
6. Siapkan file artikel yang akan diupload → klik “browse” untuk pencarian file →
unggah→simpan dan lanjutkan.
7. Masukan metadata naskah →mengisi form penulis (silahkan “tambah penulis” jika lebih
dari 1 penulis) →klik “simpan” dan lanjutkan.
8. Mengunggah file tambahan (lampiran-lampiran) →klik “browse” untuk pencarian file
→unggah→ simpan dan lanjutkan.
9. Mengkonfirmasi penyerahan naskah dan biaya cetak jurnal →klik “penyerahan” selesai
10. Tunggu status dari “menunggu penugasan” ke “aktif”. Apabila penulis ingin menyerahkan
naskah artikel baru bisa memilih “ klik disini” pada bagian beranda pengguna :

Kontak Person Editor:


Idham Latif, S.K.M., M.Epid
HP/WA: 081324431113
Surat elektronik/e-mail: jurnalkesehatan.indrahusada@gmail.com

Biaya penerbitan:
Biaya Penerbitan Jurnal Sebesar Rp. 300.000,- (Tiga Ratus ribu Rupiah)
Dikirim Melalui Bank BJB Kantor Cabang Indramayu
Nomor Rekening : 0016248096101Atas nama STIKes Indramayu
Konfirmasi pembayaran via e-mail
ke: jurnalkesehatan.indrahusada@gmail.com dengan subjek: (NO ID Artikel) bukti
pembayaran a/n ………… (tulis nama corresponding author)

vii
Cover Letter for Submission of a Paper

[Name] [Date]
[Affiliation]
[Contac number]
[Address]

Dear Jurnal Kesehatan Indra Husada Editor in Chief.

We would like to submit a new manuscript entitled “[title of article]” for consideration by the
"Jurnal Kesehatan Indra Husada" journal.

We confirm that this work is original and has neither been published elsewhere nor currently
under consideration for publication elsewhere.
In this paper, we report on [research statement]. This is significant because [reason]. The paper
should be of interest to readers in [the areas of study].
[Please explain in your own words the significance and novelty of the work, the problem that is
being addressed, and why the manuscript belongs in this journal. Do not simply insert your
abstract into your cover letter! Briefly describe the research you are reporting in your paper, why
it is important, and why you think the readership of the journal would be interested in it].

Please address all correspondence concerning this manuscript to me at [email address] or contact
number for Whatsapp.

Thank you for your consideration of this manuscript.

Sincerely,

[Name, Signature]

viii
STATEMENT LETTER

Name :
Institution :
Institution Address :
Mailing Address :
E-mail :
Mobile Phone (WA) :
Article Title :

a. Author and co-author has sufficiently participated in the writing of this article so the article
can be accountable to the public.
b. All of the authors have reviewed the final version of the manuscript and agreed to publish this
manuscript.
c. This text has not been published in a form that is similar or the same in other journals or any
magazines and are not processed in any other journal or any magazine.
d. This text is really the original work of the authors and plagiarism free, if later found
indications of plagiarism, the authors are willing to accept sanctions in accordance with
prevailing regulations.
e. This text is accompanied by copy of ethical clearance statement*
f. The manuscript was sent to "Jurnal Kesehatan Indra Husada" Journal will not be withdrawn
before it was decided whether the manuscript is accepted or rejected.
g. The author is willing to pay the cost of the article publication amounted 300,000 IDR,-, if the
article has been declared worthy of publication.

……………,…………202..

First Author Co-author (1) Co-author (2), … etc

(name, signature) (name, signature) (name, signature)

Note:
* Devoted to experimental research involving human and/animals samples
- Biodata is filled by the corresponding author only
- All Writers who contributed to this paper are required to provide consent signatures
- Signature with 10,000 stamped listed to only corresponding author

ix
HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN KUALITAS HIDUP
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2

RELATIONSHIP OF THE KOPING MECHANISM WITH THE QUALITY OF


LIFE IN TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENTS
Rosliana Dewi1,2, Inten Herlianti Anugrah1, Iwan Permana1,2,
Johan Budhiana1,2, Fera Melinda1,3
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi,
2
Lincoln University College Malaysia.
3
STIKes Jendral Achmad Yani
E-mail: roslianadewi@dosen.stikesmi.ac.id
Phone : 0858-7149-7607

ABSTRAK
Komplikasi diabetes mellitus mempengaruhi kualitas hidup dari klien. Mekanisme koping yang
positif pada penderita diabetes mellitus dapat mengurangi stres, menyebabkan penurunan kadar gula darah
sehingga bisa memelihara kualitas hidup yang baik. Untuk mengetahui hubungan mekanisme koping
dengan kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus tipe 2.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional dan pendekatan cross sectional yang
melibatkan 41 responden, menggunakan kuesioner The Brief COPE dan DQOL secara online. Chi kuadrat
digunakan untuk menganalisis data.
Mekanisme koping pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebagian besar maladaptif 21 orang
(51,2 %), dan kualitas hidup sedang 17 orang (41,4%). Ada korelasi yang signifikan antara mekanisme
koping dengan kualitas hidup p 0,003 (α> 0,05).
Mekanisme koping berpengaruh terhadap kualitas hidup penderita mellitus tipe 2, upaya yang
dapat dilakukan dengan memberikan edukasi terkait pentingnya mekanisme koping pada penderita
maupun keluarga agar mengoptimalkan mekanisme koping, sehingga berdampak lebih baik pada kontrol
gula darah dari penderita.

Kata Kunci : Diabetes Melitus, Kualitas Hidup, Mekanisme Koping

ABSTRACT
Diabetes mellitus complications affect the quality of life of the client. The use of positive coping
mechanisms in people with diabetes mellitus can reduce stress, cause a decrease in blood sugar levels in
diabetes mellitus sufferers so that they can maintain a good quality of life. To determine the relationship of
coping mechanisms with quality of life in people with type 2 diabetes mellitus.
This research uses a correlational research type and a cross sectional approach involving 41
respondents, the COPE and DQOL The Brief online questionnaire. Chi squared was used to analyze data.
Most of the coping mechanisms in type 2 diabetes mellitus sufferers had maladaptive for 21 people
(51.2%), and moderate quality of life for 17 people (41.4%). There is a significant correlation between
coping mechanisms and quality of life p-value of 0.003 (α> 0.05).
The coping mechanism affects the quality of life of people with mellitus type 2, efforts that can be
made by providing education regarding the importance of coping mechanisms for sufferers and their
families in order to optimize the coping mechanism, so that it has a better impact on blood sugar control.

Keywords: Diabetes Mellitus, Quality of Life, Coping Mechanism.

PENDAHULUAN (2017) menunjukkan sekitar 425 juta orang di


Diabetes Mellitus (DM) adalah seluruh dunia mengalami DM. Tahun 2045
masalah kesehatan yang serius di seluruh diperkirakan 693 juta orang usia 18-99 tahun
dunia, termasuk di Indonesia. Data dari atau 629 juta orang usia 20-79 tahun akan
International Diabetes Federation (IDF) mengalami DM. Prevalensi DM berdasarkan

1
diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 Pertama, stres secara langsung dapat
tahun hasil Riskesdas 2018 meningkat menjadi mempengaruhi kadar tingkat glukosa darah
2% (Kemenkes RI, 2019). DM merupakan 10 melalui mekanisme psikologi. Kejadian stress
besar penyakit terbanyak yang terjadi di Jawa akan membawa perubahan dalam tubuh dengan
Barat, prevalensi DM terdiagnosis dokter atau memprovokasi respon tubuh dari sistem saraf
gejala di Jawa Barat sebesar 2,0 % (Riskesdas, otonom dan mempengaruhi perubahan kadar
2018). hormon yang terlibat dalam metabolisme
Diabetes melitus merupakan salah satu glukosa (Cunningham et al., 2018; Firmansyah,
penyakit yang berpengaruh langsung pada 2019; Mahmoud et al., 2018). Bagi pasien DM
psikososial penyesuaian dan kesejahteraan tipe 2, stres dapat mempengaruhi kadar gula
fisik pasien, akibatnya dalam kompleksitas darah meskipun banyak literatur medis
rejimen untuk mengelola diabetes (Younis et mengatakan bahwa stres tidak hanya dapat
al., 2017). DM dapat menimbulkan berbagai meningkatkan kadar glukosa darah akan tetapi
komplikasi terutama pada mata, saraf, juga dapat menyebabkan hypoglikemia. Jika
pembuluh darah, ginjal, dan jantung yang stres tersebut dibiarkan hal ini akan
banyak terjadi pada masyarakat (Sirait et al., menimbulkan efek pada kualitas hidup.
2015). Komplikasi yang sering dialami klien (Chong et al., 2015; Hariani et al., 2020; Suni,
DM dapat mempengaruhi kualitas hidup dari 2018; Yap et al., 2019).
klien. Penyakit dan perawatan yang dialami Mekanisme koping adalah cara yang
oleh klien DM dapat mempengaruhi kesehatan dilakukan oleh individu untuk beradaptasi
fungsional, psikologis serta sosial dan terhadap stres, menyelesaikan masalah,
kesejahteraan dari klien DM, selain itu juga penyesuaian diri terhadap perubahan, dan
bisa mempengaruhi kualitas hidup klien DM respon terhadap situasi yang mengancam jiwa
(Faridah et al., 2017). dengan mengatur kebutuhan eksternal dan
Kualitas Hidup yang berkualitas ialah internal tertentu yang membatasi sumber
kondisi fungsional yang optimal, sehingga seseorang (Albai et al., 2017; Stuart, 2016).
mereka dapat menikmati masa tuanya dengan Mekanisme koping adaftif dapat menghasilkan
baik (Mudaliar et al., 2018; Tjekyan, 2014). kualitas hidup yang lebih baik dan
Kualitas hidup penderita DM dapat di menghasilkan suatu tindakan yang positif.
pengaruhi faktor psikologis seperti strategi Lebih lanjut, kebutuhan pasien DM untuk
koping (Rochmah, 2019). Penelitian tentang meningkatkan kualitas hidup tidak hanya pada
“Self Care, Coping Strategies and Quality pemenuhan atau pengobatan gejala fisik,
of Life of Individuals With Diabetes” namun juga pentingnya dukungan terhadap
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual
strategi koping dengan kualitas hidup dengan sebagai dorongan positif yang harus diberikan
p-value 0,001(Chaidir et al., 2017). oleh tenaga kesehatan (Pradana, 2012).
Hidup Penderita diabetes mellitus dengan Upaya Puskesmas telah melakukan
mekanisme koping yang buruk dapat di program untuk mengurangi angka kejadian DM
damping dengan stress (Bak et al., 2018; Novi yaitu home care dengan melakukan kunjungan
Asafitri et al., 2019). Stres psikologis dapat keluarga sehat untuk melakukan pengukuran
mempengaruhi kontrol glikemik antara gula darah ke setiap wilayah. Akan tetapi,
individu dengan diabetes. (Laoh & untuk mengkaji mekanisme koping terhadap
Tampongangoy, 2015; Lyra e Silva et al., kualitas hidup tentang DM belum pernah
2019; Nauck et al., 2019; Saputra et al., 2017). dilakukan.

2
Metode daring dengan menggunakan google formulir.
Penelitian ini menggunakan desain Semua data dianalisis menggunakan perangkat
deskriptif korelasi melalui pendekatan cross lunak SPSS versi 16. Analisis data dilakukan
sectional dengan 41 penderita DM tipe 2 di dengan menghitung univariat termasuk
Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota distribusi frekuensi dan analisis bivariat
Sukabumi. Penelitian menggunkan teknik menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat
pengambilan sampel Totaly Sampling. Kriteria kepercayaan 95%.
inklusi adalah menderita diabetes mellitus ≥ 1
tahun, pasien pria dan wanita berusia ≥ 45 tahun, Hasil
bisa membaca, bersedia menjadi responden, A. Karakteristik Responden
memiliki handphone dan dapat mengakses internet.
Instrumen yang digunakan berupa Tabel. 1 Distribusi Frekuensi Responden
Menurut Jenis Kelamin responden, Usia,
kuesioner online yang terdiri dari kuesioner
Status Pernikahan, Pendidikan Terakhir,
demografi responden, kuesioner The Brief COPE
Pekerjaan, Riwayat Keluarga, Lama
oleh Carver tahun 1997 untuk mengukur Mengalami DM
mekanisme koping dan DQOL oleh Munoz &
Thiangarajan tahun 1988 untuk mengukur Variabel Frekuensi Presentasi
kualitas hidup. Kuesioner The Brief COPE (f) (%)
Jenis Kelamin
memiliki 28 item pertanyaan dengan versi
Laki – laki 27 65.9
singkat dari 60 item pertanyaan skala COPE Perempuan 14 34.1
yang dikembangkan oleh Carver pada tahun Umur
1989. Alat ukur Brief COPE adalah alat ukur 45-59 Tahun 32 78.0
60-69 Tahun 9 22.0
yang valid dengan hasil uji reliabilitas
Status Pernikahan
instrumen Brief COPE menunjukkan koefisien Belum 2 4.9
reliabilitas sebesar 0,82 sehingga instrumen ini Menikah
dapat dikategorikan reliabel (Akasyah, 2018). Menikah 35 85.4
Duda 3 7.3
Kuesioner DQOL ini dikhususkan
Janda 1 2.4
untuk kualitas hidup pasien diabetes mellitus Pendidikan terakhir
yang telah diterjemahkan dan diuji validitasnya SD 5 12.3
di banyak negara sehingga ada banyak versi, Sederajat
SMP 16 39.0
termasuk bahasa Indonesia. Uji Validitas
Sederajat
menunjukkan nilai validitasnya adalah r= 0,62- SMA 19 46.3
0,92 dan nilai reliabilitasnya adalah r= 0,78- Sederajat
0,92 dengan Cronbach’s (Jacobson et al., Pendidikan 1 2.4
Tinggi
1988). Versi Bahasa Indonesia dari DQOL Pekerjaan
didapatkan nilai uji validitas r= 0,428-0,851 Bekerja 21 51.2
dan nilai uji reliabilitasnya Alpha Cronbach Tidak 20 48.8
0,963 (Rochmah, 2019). Bekerja
Riwayat Keluarga
Data penelitian diambil pada Februari – Ya 27 65.9
Agustus Tahun 2020 oleh peneliti, semua Tidak 14 34.1
pasien yang telah dideskripsikan dan bersedia Lama Mengalami
menjadi responden, kemudian menandatangani DM
1 Tahun 12 29.4
informed consent, menyebarkan link melalui 2 Tahun 16 39.0
grup aplikasi, dan mengisi kuesioner secara 3 Tahun 8 19.5

3
4 Tahun 1 2.4
5 Tahun 1 2.4
6 Tahun 2 4.9
18 Tahun 1 2.4

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Gambaran


Mekanisme Koping dan Kualitas Hidup
Penderita DM Tipe 2

Variabel Frekuensi Presentasi


(f) (%)
Mekanisme
Koping
Adaptif 20 48.8
Maladaptif 21 51.2
Kualitas Hidup
Rendah 12 29.3
Sedang 17 41.4
Tinggi 12 29.3

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Hubungan Mekanisme Koping dengan Kualitas Hidup Penderita DM
Tipe 2

Mekanisme Kualitas Hidup Total (%) X2 p


Koping Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%)
Adaptif 1 5 12 60 7 35 20 100 11.531 0.003
Maladaptif 11 52.38 5 23.81 5 23.81 21 100
Total 12 29.27 17 41.46 12 29.27 41 100

Sejumlah 41 pasien dilibatkan, memiliki mekanisme koping maladaptif


menunjukkan karakteristik responden (Tabel 1) sebagian besar memiliki kualitas hidup rendah
bahwa pada umunya berjenis kelamin laki – yaitu sebanyak 11 responden (52.38 %) dan
laki 65.9%, beusia 25-59 tahun 78.0 %, sebagian kecil memiliki kualitas hidup sedang
dengan status menikah 85.4%, pendidikan dan tinggi yaitu sebanyak 5 responden
terakhir SMA 46.3 % dan sudah 2 tahun (23.81%). Hasil uji statistik dengan menggunakan
mengalami DM tipe 2 39.0%. Chi-Square di peroleh nilai P-Value = 0.003 berarti
Berdasarkan hasil analisa univariat < 0.05.
(Tabel 2) menunjukkan mekanisme koping
maladaptif 51.2 % (21 responden) dan DISKUSI
mekanisme koping adaptif 48.8 % (20 Penelitian ini menunjukkan bahwa
responden). Kualitas hidup sedang 41.4 % (17 terdapat hubungan mekanisme koping dengan
responden), sedangkan kualitas hidup rendah kualitas hidup penderita DM tipe 2.
dan tinggi 29.3 % (12 responden). Penggunaan mekanisme koping pada penderita
Tabel 3 menunjukkan responden yang DM akan berdampak pada kepatuhan penderita
memiliki mekanisme koping adaptif sebagian dalam terapi DM yang pada akhirnya kadar
besar memiliki kualitas hidup sedang yaitu glukosa darah penderita DM dapat diturunkan
sebanyak 12 responden (60%) dan sebagian atau meningkat. Mekanisme koping yang
kecil memiliki kualitas hidup rendah yaitu efektif diperlukan untuk mengurangi stress,
sebanyak 1 responden (5%). Responden yang menjaga hubungan sosial individu,

4
mempertahankan konsep diri yang positif Koping yang sehat seperti peningkatan
sehingga dapat memelihara kualitas hidup yang koping, latihan kontrol impuls, dan dukungan
baik (Novi Asafitri et al., 2019) pengambilan keputusan sangat diperlukan oleh
Diabetes mellitus dapat berdampak klien DM agar status kesehatan dan kualitas
negatif pada kualitas hidup terkait kesehatan hidup klien dalam kondisi yang baik (Li et al.,
klien (Pichon-Riviere et al., 2015; Rochmah et 2014). Mukwato et al (2010) mengatakan
al., 2019). Penderita diabetes mellitus dapat mekanisme koping yang baik ada empat yang
mengalami kualitas hidup yang rendah di meliputi (a) dukungan sosial, (b) spiritual, (c)
semua subskala disebabkan distres tinggi dan sikap atau pemikiran yang positif, dan (d)
mekanisme koping maladaftif (Gómez- mendapatkan informasi atau pendidikan. Hasil
Pimienta et al., 2019). Kualitas hidup klien DM penelitian ini didukung dari penelitian Suni
dapat di pengaruhi psikologis mengalami (2018) didapatkan hasil bahwa ada hubungan
penyakit kronis, pembatasan diet, perubahan yang signifikan antara strategi koping dengan
dalam kehidupan sosial, dan komplikasi kronis kualitas hidup pada pasien DM tipe 2 dengan
(Rochmah et al., 2019). p-value 0,005, semakin tinggi strategi koping
Adanya hubungan mekanisme koping yang digunakan maka cenderung tinggi pula
biologis dari tekanan emosional dan diabetes kualitas hidup pada pasien DM tipe 2.
mellitus tipe 2 didukung dengan melibatkan
peningkatan kadar hormon adrenokortikotropik KETERBATASAN PENELITIAN
(ACTH) yang mendorong aktivitas sumbu a. Penelti tidak dapat mengendalikan faktor
hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA), sumbu dari mekanisme koping seperti dukungan
itu sendiri mengubah kadar glukosa (Chan et sosial, keyakinan atau pandangan positif,
al., 2005; Chong et al., 2015). Lebih lanjut, tingkat pendidikan, keterampilan sosial.
HPA adalah mediator kunci dari respon stres b. Penelitian ini dilakukan secara daring
yang mengatur sekresi glukokortikoid oleh (online) dikarenakan sedang dalam masa
kelenjar adrenal, yang berpartisipasi dalam pandemic Covid-19 dan PSBB
beberapa endokrin dan neuropsikiatri penyakit (Pembatasan Sosial Berskala Besar).
(López et al., 1998). Disfungsi pensinyalan Instrumen disebar melalui grup aplikasi
insulin ke otak dapat mengganggu respon sehingga kualitas jawaban kuesioner
normal aksis HPA stres, memungkin terdapat bias karena responden
memfasilitasi perkembangan depresi menjawab sesuai dengan keinginan
Selanjutnya peningkatan glukosa diketahui responden tersebut dan bila ada
memengaruhi suasana hati; sebaliknya, pertanyaan yang tidak jelas responden
mekanisme koping maladaftif dari stress tidak bisa bertanya langsung ke peneliti.
emosional dapat menjadi penyebab yang c. Responden sebagian besar lansia yang
mungkin kontrol metabolik yang tidak tidak memiliki handphone dan internet
memadai pada pasien dengan diabetes mellitus sehingga sulit memberikan kuesioner
tipe 2 (Adib-Hajbaghery et al., 2014; Chong et daring.
al., 2015; Lyra e Silva et al., 2019). Hidup
dengan diabetes mellitus dapat menyebabkan KESIMPULAN
stress atau depresi emosional, dan mekanisme Terdapat hubungan mekanisme koping dengan
koping maladaftif yang akan menimbulkan kualitas hidup penderita Diabetes Mellitus tipe
efek pada kualitas hidup (Novi Asafitri et al., 2.
2019; Rayanti et al., 2016).

5
SARAN Properties Of The Audit Of Diabetes-
a. Bagi Pelayanan Keperawatan Dependent Quality Of Life (Addqol) In A
Pihak Puskesmas dapat memberikan Population-Based Sample Of Polish
edukasi pengendalian mekanisme koping. Adults With Type 1 And 2 Diabetes.
Melibatkan keluarga dalam pemberian edukasi Health And Quality Of Life Outcomes,
melalui pendidikan kesehatan yang terstruktur 16(1), 1–9.
tentang mekanisme koping, proses koping dan Https://Doi.Org/10.1186/S12955-018-
DM tipe 2. Penatalaksanaannya dalam bentuk 0878-Y
support group, sharing, keluarga dan sosial, Chaidir, R., Wahyuni, A. S., & Furkhani, D.
bahkan melalui dukungan dari orang yang W. (2017). Hubungan Self Care Dengan
memiliki permasalahan yang sama, penderita Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus.
dapat mempelajari cara untuk mengatasi Jurnal Endurance, 2(2), 132.
mekanisme koping yang tepat untuk Https://Doi.Org/10.22216/Jen.V2i2.1357
mengontrol kondisi emosional dalam hidupnya. Chan, O., Inouye, K., Akirav, E., Park, E.,
b. Bagi Peneliti Selanjutnya Riddell, M. C., Vranic, M., & Matthews,
Penelitian ini dapat dijadikan bahan S. G. (2005). Insulin Alone Increases
pertimbangan untuk penelitian selanjutnya Hypothalamo-Pituitary-Adrenal Activity,
yang berhubungan kualitas hidup penderita And Diabetes Lowers Peak Stress
DM tipe 2. Responses. Endocrinology, 146(3), 1382–
1390. Https://Doi.Org/10.1210/En.2004-
DAFTAR PUSTAKA 0607
Chong, A. C. N., Vogt, M. C., Hill, A. S.,
Adib-Hajbaghery, M., Abasi, A., & Rajabi- Brüning, J. C., & Zeltser, L. M. (2015).
Beheshtabad, R. (2014). Whole Body Central Insulin Signaling Modulates
Massage For Reducing Anxiety And Hypothalamus-Pituitary-Adrenal Axis
Stabilizing Vital Signs Of Patients In Responsiveness. Molecular Metabolism,
Cardiac Care Unit. Medical Journal Of 4(2), 83–92.
The Islamic Republic Of Iran, 28(1). Https://Doi.Org/10.1016/J.Molmet.2014.
Akasyah, W. (2018). Determinan Resiliensi 12.001
Psikologis Remaja Korban Bullying Cunningham, A. T., Crittendon, D. R., White,
Dengan Pendekatan Model Adaptasi N., Mills, G. D., Diaz, V., & Lanoue, M.
Stres Stuart. 1982021820081 D. (2018). The Effect Of Diabetes Self-
Albai, A., Sima, A., Papava, I., Roman, D., Management Education On Hba1c And
Andor, B., & Gafencu, M. (2017). Quality Of Life In African-Americans: A
Association Between Coping Systematic Review And Meta-Analysis.
Mechanisms And Adherence To Bmc Health Services Research, 18(1).
Diabetes-Related Self-Care Activities: A Https://Doi.Org/10.1186/S12913-018-
Cross-Sectional Study. Patient 3186-7
Preference And Adherence, 11, 1235– Fajriyah, Y. L., Demartoto, A., & Murti, B.
1241. (2017). The Effect Of Depression , Stigma
Https://Doi.Org/10.2147/Ppa.S140146 , And Peer Support Group , On The
Bak, E., Marcisz, C., Nowak-Kapusta, Z., Quality Of Life Of People Living With
Dobrzyn-Matusiak, D., Marcisz, E., & Hiv / Aids In Solo Plus Peer Support
Krzeminska, S. (2018). Psychometric Group , Surakarta , Central Java. 27–36.

6
Faridah, I. N., Perwitasari, D. A., Pusfita, M., Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian
& Jasman, H. (2017). Relationship Dan Pengembangan. (2018). Hasil Utama
Between Emotional Distress And Quality Riset Kesehatan Dasar. Kementrian
Of Life On Type 2 Diabetes Mellitus Kesehatan Republik Indonesia, 1–100.
Patients In Meranti Island Regency Http://Www.Depkes.Go.Id/Resources/Do
Hospital. Iop Conference Series: wnload/Info-Terkini/Hasil-Riskesdas-
Materials Science And Engineering, 2018.Pdf
259(1). Https://Doi.Org/10.1088/1757- Laoh, J. M., & Tampongangoy, D. (2015).
899x/259/1/012002 Mellitus Di Poliklinik Endokrin.
Firmansyah, M. R. (2019). Mekanisme Koping Juiperdo, 4(1), 32–37.
Dan Efikasi Diri Dengan Manajemen Https://Media.Neliti.Com/Media/Publicat
Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus ions/92587-Id-Gambaran-Kualitas-
Tipe 2. Jurnal Ilmiah Multi Science Hidup-Pasien-Diabetes.Pdf
Kesehatan, 11, 9–18. Li, M., Li, T., Shi, B. Y., & Gao, C. X. (2014).
Gómez-Pimienta, E., González-Castro, T. B., Impact Of Motivational Interviewing On
Fresan, A., Juárez-Rojop, I. E., Martínez- The Quality Of Life And Its Related
López, M. C., Barjau-Madrigal, H. A., Factors In Type 2 Diabetes Mellitus
Ramírez-González, I. R., Martínez- Patients With Poor Long-Term Glycemic
Villaseñor, E., Rodríguez-Sánchez, E., Control. International Journal Of
Villar-Soto, M., López-Narváez, M. L., Nursing Sciences, 1(3), 250–254.
Tovilla-Zárate, C. A., & Genis-Mendoza, Https://Doi.Org/10.1016/J.Ijnss.2014.05.
A. D. (2019). Decreased Quality Of Life 022
In Individuals With Type 2 Diabetes López, J. F., Chalmers, D. T., Little, K. Y., &
Mellitus Is Associated With Emotional Watson, S. J. (1998). Regulation Of
Distress. International Journal Of Serotonin(1a), Glucocorticoid, And
Environmental Research And Public Mineralocorticoid Receptor In Rat And
Health, 16(15). Human Hippocampus: Implications For
Https://Doi.Org/10.3390/Ijerph16152652 The Neurobiology Of Depression.
Hariani, Abd. Hady, Nuraeni Jalil, & Surya Biological Psychiatry, 43(8), 547–573.
Arya Putra. (2020). Hubungan Lama Https://Doi.Org/10.1016/S0006-
Menderita Dan Komplikasi Dm Terhadap 3223(97)00484-8
Kualitas Hidup Pasien Dm Tipe 2 Di Lyra E Silva, N. De M., Lam, M. P., Soares, C.
Wilayah Puskesmas Batua Kota N., Munoz, D. P., Milev, R., & De Felice,
Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan F. G. (2019). Insulin Resistance As A
Diagnosis, 15(1), 56–63. Shared Pathogenic Mechanism Between
Https://Doi.Org/10.35892/Jikd.V15i1.330 Depression And Type 2 Diabetes.
Hidayatur Rochmah, P. (2019). Hubungan Frontiers In Psychiatry, 10(Feb).
Mekanisme Koping Dengan Kualitas Https://Doi.Org/10.3389/Fpsyt.2019.0005
Hidup Pada Klien Diabetes Melitus Tipe 7
2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates Mahmoud, S. S., El Mahdy, M. H., Mahfouz,
Kabupaten Jember. M. S., Nada, I. S., Aqeeli, A. A., Al
Kemenkes RI. (2019). Hari Diabetes Sedunia Darbi, M. A., & Ahmed, A. E. (2018).
Tahun 2018. Pusat Data Dan Informasi Effects Of A Psychoeducational Program
Kementrian Kesehatan Ri, 1–8. On Hemoglobin A1c Level And Health-

7
Related Quality Of Life In Patients With Quality Of Life In Type 2 Diabetes
Type 2 Diabetes Mellitus, Jazan, Saudi Mellitus Patients Requiring Insulin
Arabia. Biomed Research International, Treatment In Buenos Aires, Argentina: A
2018. Cross-Sectional Study. International
Https://Doi.Org/10.1155/2018/6915467 Journal Of Health Policy And
Mudaliar, M. R., Yiragamreddy, S. R., Management, 4(7), 475–480.
Tejashwani, P. P., Umapathi, S., Sake, Https://Doi.Org/10.15171/Ijhpm.2015.80
N., & Sharma, S. (2018). Quality Of Life Pradana, I. P. W. (2012). Hubungan Kualitas
In Stroke Patients Using Ssqol Scale And Hidup Dengan Kebutuhan Perawatan
Barthel Index. Indian Journal Of Paliatif Pada Pasien Kanker Di Rsup
Pharmacy Practice, 11(1), 44–50. Sanglah Denpasar. Pembimbing 1, 2.
Https://Doi.Org/10.5530/Ijopp.11.1.8 Rayanti, R. E., Wariunsora, N. S., Soegijono,
Mukwato, K. P., Mweemba, P., Makukula, M. S. P., Kristen, U., & Wacana, S. (2016).
K., & Makoleka, M. M. (2010). Stress The Psychosocial Responses And Coping
And Coping Mechanisms Among Breast Strategies Of Diabetes Mellitus Type 2
Cancer Patients And Family Caregivers: Patients Of The Ambon Culture Dengan
A Review Of Literature. Medical Journal Budaya Ambon. 389–399.
Of Zambia, 37(1). Rochmah, P. H., Rasni, H., & Nur, K. R. M.
Nauck, M. A., Buse, J. B., Mann, J. F. E., (2019). Hubungan Mekanisme Koping
Pocock, S., Bosch-Traberg, H., Frimer- Dengan Kualitas Hidup Pada Klien
Larsen, H., Ye, Q., & Gray, A. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah
Health-Related Quality Of Life In People Kerja Puskesmas Kaliwates-Jember.
With Type 2 Diabetes Participating In Pustaka Kesehatan, 7(2), 80.
The Leader Trial. Diabetes, Obesity And Https://Doi.Org/10.19184/Pk.V7i2.19119
Metabolism, 21(3), 525–532. Saputra, O., Lisiswanti, Ri., Larasati, T., &
Https://Doi.Org/10.1111/Dom.13547 Rahmania, H. (2017). Strategi Koping
Novi Asafitri, R., Aini, F., & Galih, Y. (2019). Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2:
Hubungan Mekanisme Koping Dengan Studi Kualitatif. Jurnal Agromedicine,
Kualitas Hidup Pada Penderita Diabetes 4(1), 7–13.
Melitus Tipe 2 Di Rs Roemani Semarang. Sirait, A. M., Bogor, K., Kohor, S., Faktor, P.,
Journal Of Holistics And Health Science, Sirait, A. M., Sulistiowati, E., Sihombing,
1(1), 45–51. M., Kusuma, A., & Idayani, S. (2015).
Https://Doi.Org/10.35473/Jhhs.V1i1.11 Insiden Dan Faktor Risiko Diabetes
Peijin, F., Monica, E., Siok, T., Gillan, F., & Melitus Pada Orang Penyakit Tidak
Poh, C. (2019). International Journal Of Menular ( Incident And Risk Factor Of
Nursing Studies Adequacy Of Different Diabetes Mellitus In Adults At Bogor .
Measurement Methods In Determining Prospective Cohort Study Risk Factors
Nasogastric Tube Insertion Lengths : An Non Comunicable Diseases ). Buletin
Observational Study. International Penelitian Sistem Kesehatan, 18(2), 151–
Journal Of Nursing Studies, 92, 73–78. 160.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Ijnurstu.2019.0 Stuart, G. W. (2016). Prinsip Dan Praktik
1.003 Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart
Pichon-Riviere, A., Irazola, V., Beratarrechea, (Edisi Indonesia) Buku 1 (B. A. Keliat
A., Alcaraz, A., & Carrara, C. (2015). (Ed.); Indonesia). Elsevier Ltd.

8
Suni, A. F. (2018). Hubungan Antara Strategi Reduced And Preserved Ejection
Coping Dengan Kualitas Hidup Pada Fraction. Journal Of The American Heart
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Skripsi, Association, 8(17), E013114.
1–113. Https://Doi.Org/10.1161/Jaha.119.01311
Tjekyan, R. (2014). Angka Kejadian Dan 4
Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Di Younis, B. Bin, Arshad, R., Yousuf, H.,
78 Rt Kotamadya Palembang Tahun Salman, F., Masood, J., & Khurshid, S.
2010. Majalah Kedokteran Sriwijaya, (2017). Impact Of Type 2 Diabetes
46(2), 85–94. Mellitus On Quality Of Life In People
Yap, J., Tay, W. T., Teng, T. H. K., Anand, I., With Diabetes Presenting To A Specialist
Richards, A. M., Ling, L. H., Macdonald, Diabetes Clinic. Turkish Journal Of
M. R., Chandramouli, C., Tromp, J., Medical Sciences, 47(1), 123–126.
Siswanto, B. B., Zile, M., Mcmurray, J., Https://Doi.Org/10.3906/Sag-1508-3
& Lam, C. S. P. (2019). Association Of
Diabetes Mellitus On Cardiac
Remodeling, Quality Of Life, And
Clinical Outcomes In Heart Failure With

9
KARAKTERISTIK PENGGUNAAN KONTRASEPSI DI KAMPUNG KB
KOTA YOGYAKARTA

SOCIODEMOGRAPHIC ASPECTS OF CONTRACEPTION USE IN KAMPUNG


KB KOTA YOGYAKARTA)
Sri Yuni Tursilowati, Bariana Widitia Astuti, Julaikah Julaikah
Stikes Surya Global Yogyakarta
yunitursilowati77@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk adalah
dengan menurunkan angka kelahiran melalui program KB dengan memanfaatkan metode kontrasepsi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek sosiodemografi yang mempengaruhi penggunaan
kontrasepsi di Kampung KB Kota Yogyakarta.
Metode:Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional dengan rancangan cross sectional dengan
pendekatan kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Accidental Random Sampling.
Pengumpulan data kuantitatif melalui kuesioner online yang dibagikan kepada wanita usia subur di semua
Kampung KB Kota Yogyakarta. Data hasil penelitian diolah dengan bantuan software statistik STATA
versi 14 dengan model analisa data bertahap yang meliputi analisis univariabel, bivariabel.
Hasil:Usia, pendidikan, keinginan memiliki anak, paritas, pengetahuan dan sikap berpeluang
meningkatkan penggunaan kontrasepsi sedangkan tingkat ekonomi tidak berhubungan positif dengan
penggunaan kontrasepsi. Alasan wanita usia subur tidak menggunakan kontrasepsi adalah tidak ada ijin
dari pasangan dan tekanan pihak eksternal.
Kesimpulan:Karakteristik akseptor berpeluang meningkatkan penggunaan kontrasepsi di kampung KB
Kota Yogyakarta.
Kata Kunci:Kontrasepsi, Kampung KB, Karakteristik akseptor

ABSTRACT
Background: One of the government's efforts to control the population growth rate is to reduce the birth
rate through the family planning program by utilizing the contraceptive method.This study aims to analyze
the factors that influence contraceptive use at Kampung KB in Yogyakarta
Method: It belongs to obsvational research with cross sectional layout using quantitative approach.
Sampling was performed using Accidental Random Sampling.Collecting data using online quitioner that
was shared to women in reproductive years in all Kampung KB. Data processing using STATA version 14.
The data analysis was performed gradually covering univariable analysis, bivariable.
Result: Age, education, desire to have children, parity, knowledge and attitudes have the pto increase
contraceptive use, while economic level is not positively related to contraceptive use.The reasons for not
using contraception are lack of permission from a partner and external environmental pressure.
Conclusion: Acceptor’s characteristics have the opportunity to increase contraceptive use at Kampung KB
in Kota Yogyakarta.
Keywords: contraceptive, Kampung KB, acceptor’s characteristics

PENDAHULUAN dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai


Indonesia merupakan negara di posisi 1,49% per tahun (BPS, 2011).
keempat dengan jumlah penduduk terbanyak di Salah satu upaya pemerintah dalam
dunia (PRB, 2015). Pada tahun 2010 jumlah mengendalikan laju pertumbuhan penduduk
penduduk Indonesia mencapai 237.641.326, adalah dengan menurunkan angka kelahiran
dan diproyeksikan akan meningkat mencapai melalui program Keluarga Berencana (KB)
sekitar 255 juta di tahun 2015 dan 306 juta di Nasional (Kependudukan, Perempuan, &
tahun 2035 (BPS, 2010). Terdapat tren Bappenas, 2010). Keberadaan program KB
peningkatan jumlah penduduk dari tahun 1971 dapat membantu pasangan suami istri atau

10
pasangan usia subur untuk memperoleh jumlah Kabupaten/Kotamadya di seluruh wilayah
anak yang dikehendaki, mengatur jarak dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hinga saat ini
waktu kelahiran serta mengantisipasi sudah terdapat 160 Kampung KB yang aktif.
kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), Berdasarkan latar belakang diatas, maka
dengan memanfaatkan alat, obat dan metode peneliti ingin mengetahui aspek
kontrasepsi (WHO, 2013). sosiodemografi dalam penggunaan kontrasepsi
Laporan Survei Demografi dan di kampung KB Kota Yogyakarta.
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017
menunjukkan tren pemakaian alat/cara KB METODE
modern di antara wanita kawin meningkat dari Penelitian ini merupakan penelitian
SDKI 2002/03 sebesar 57 persen sampai observasional dengan rancangan cross
dengan 58 persen di tahun 2012, namun sedikit sectional dengan pendekatan kuantitatif.
turun pada SDKI 2017 sebesar 57 persen. Seluruh variabel, baik variabel bebas maupun
Sementara itu, pemakaian alat/cara KB variabel terikat diukur pada waktu bersamaan
tradisional terus meningkat dari SDKI 2002/03 (Gordis, 2004). Pendekatan kuantitatif
sebesar 4 persen sampai dengan SDKI 2017 digunakan untuk melihat hubungan aspek
mencapai 6 persen. Pemakaian alat kontrasepsi sosiodemografi terhadao peluang penggunaan
modern pada wanita kawin di Provinsi kontrasepsi di kampung KB Kota Yogyakarta.
Yogyakarta yaitu 57 persen, sedangkan Penelitian dilakukan di Kota
wanita kawin yang memilih menggunakan cara Yogyakarta dengan populasi penelitian adalah
KB tradisonal sebesar 18 persen dan sebanyak seluruh wanita usia subur yang berada di
24 persen wanita kawin belum menggunakan Kampung KB Kota Yogyakarta. Pengambilan
metode KB apapun (BPS, BKKBN, sampel dilakukan dengan dengan cara
Kementerian Kesehatan, & International., Accidental Sampling. Media pengumpulan data
2018). dilakukan dengan menggunakan kuesioner
Kampung KB merupakan salah satu Survei Akuntabilitas Kinerja Program KKBPK
'senjata pamungkas' baru pemerintah dalam (SKAP 2018) yang isinyatelah disesuaikan
mengatasi masalah kependudukan, terutama di dengan variabel penelitian ini. Proses
wilayah-wilayah yang jarang 'terlihat' oleh pengumpulan data dilakukan secara online
pandangan pemerintah. Pembentukan dengan cara membagikan kuesioner kepada
Kampung KB diharapkan menjadi salah satu wanita usia subur di semua Kampung KB
inovasi strategis untuk dapat melalui aplikasi WhattsApp. Hasil data
mengimplementasikan kegiatan-kegiatan dianalisa dengan menggunakan software
prioritas program KKBPK secara utuh di lini STATA versi 14 yang meliputi analisis
lapangan dalam mewujudkan Agenda Prioritas univariat, bivariat menggunakan uji regresi
5 (Aldrighi et al.) dari 9 agenda prioritas logistic.
pemerintahan periode 2015 – 2019 yakni
“Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia HASIL DAN PEMBAHASAN
Indonesia” melalui Pembangunan Total responden pada penelitian ini
Kependudukan dan Keluarga Berencana sebesar 126 orang. Jumlah responden yang
(Raikhani, Yunas, Ratnasari, & Hariastuti, menggunakan kontrasepsi sebesar 73 persen
2018). Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa dan yang tidak menggunakan kontrasepsi
Yogyakarya melalui BKKBN (Badan sekitar 27 persen. Lebih dari 90 persen
Koordinasi dan Keluarga Berencana Nasional) responden memiliki pengetahuan tentang KB
mencanangkan Kampung KB di 5 yang baik. Sikap responden terhadap keluarga

11
berencana 80 persen dalam kategori baik, 55 Ingin anak lagi 17 6 (4.76) 23 (18.25)
(13.49)
persen di antaranya menggunakan kontrasepsi Tidak ingin 14 61 (48.41) 75 (59.52)
dan 24 persen tidak menggunakan kontrasepsi. anak lagi (11.11)
Responden usia 35 tahun ke atas yang Belum 3 (2.38) 25 (19.84) 28 (22.22)
memutuskan
saat ini menggunakan kontrasepsi sebesar 54 Tingkat
persen dan 14 persen tidak menggunakan pendidikan istri
kontrasepsi.Secara keseluruhan, responden Dasar 3 (2.38) 14 (11.11) 17 (13.49)
Menengah 15 52 (41.27) 67 (53.17)
memiliki 2 anak dan 43 persen menggunakan (11.90)
kontrasepsi. Empat dari sepuluh wanita yang Tinggi 16 20 (20.63) 42 (33.33)
(12.70)
menggunakan kontrasepsi menyatakan masih Pekerjaan istri
menginginkan anak lagi dan sekitar 48 persen Ibu rumah 23 58 (46.77) 81 (65.32)
sudah tidak ingin punya anak lagi. tangga (18.55)
Pedagang 2 (1.61) 10 (8.06) 12 (9.68)
Pengguna kontrasepsi banyak PNS/TNI/Polri 2 (1.61) 5 (4.03) 7 (5.65)
ditemukan pada wanita usia subur dengan Pegawai 6 (4.84) 10 (8.06) 16 (12.90)
Swasta
tingkat pendidikan menengah. Pekerjaan
Lainnya 1 (0.81) 7 (5.65) 8 (6.45)
responden terbanyak adalah ibu rumah tangga Agama
dengan persentase 81 persen, 47 persen di Islam 29 84 (66.67) 113
(23.02) (89.68)
antaranya menggunakan kontrasepsi dan 18 Kristen 2 (1.59) 2 (1.59) 4 (3.17)
persen tidak menggunakan kontrasepsi. Secara Katolik 3 (2.38) 6 (4.76) 9 (7.14)
umum, 90 persen responden memiliki tingkat Sosial ekonomi
Kurang 4 (3.17) 8 (6.35) 12 (9.52)
ekonomi cukup dan beragama Islam. Cukup 30 84 (66.67) 114
(23.81) (90.48)
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian Metode kontrasepsi jangka panjang
Penggunaan Kontrasepsi cukup diminati oleh 49 persen responden
Tidak Pakai Total
Karakteristik pakai kontrasep dimana presentase IUD sebanyak 41 persen
si kemudian diikuti oleh metode operasi wanita 7
N (%) N (%) N (%) persen dan metode operasi pria 1 persen.
Total 34 92 (73.02) 126
(26.98) (100.0) Sedangkan untuk metode kontrasepsi jangka
Pengetahuan pendek yang paling banyak digunakan adalah
tentang kondom sebesar 30 persen, suntik 16 persen
kontrasepsi
Buruk 0 (0.00) 2 (1.59) 2 (1.59) dan pil kontrasepsi 4 persen.
Baik 34 90 (71.43) 124
(26.98) (98.41) Gambar 1. Jenis kontrasepsi yang
Sikap tentang
keluarga digunakan
berencana
Buruk 3 (2.38) 22 (17.46) 25 (19.84)
Baik 31 70 (55.56) 101
(24.60) (80.16)
Paritas
0-1 20 16 (12.70) 36 (28.57)
(15.87)
2 9 (7.14) 55 (43.65) 64 (50.79)
3 5 (3.97) 21 (16.67) 26 (20.63)
Usia
< 35 tahun 16 24 (19.05) 40 (31.75)
(12.70)
≥35 tahun 18 68 (53.97) 86 (68.25) Fasilitas kesehatan yang paling banyak
(14.29) dimanfaatkan responden untuk mengakses
Keinginan
memiliki anak kontrasepsi adalah puskesmas dan apotek/toko

12
obat sebesar 35 persen dan 26 persen. Sekitar daripada wanita yang memiliki pengetahuan
20 persen responden memperoleh alat kontrasepsi buruk. Begitu juga dengan wanita
kontrasepsi melalui pelayanan KB yang berada yang memiliki sikap yang baik tentang
dekat dengan wilayah tempat tinggal responden kontrasepsi berpeluang menggunakan
seperti klinik, PLKB, dokter praktek, bidan kontrasepsi 7,3 kali lebih tinggi daripada
praktek, bidan desa, kader KB dan posyandu. mereka yang memiliki sikap yang buruk
tentang keluarga berencana.
Gambar 2. Tempat pelayanan kontrasepsi Variabel lain yang berhubungan dengan
penggunaan kontrasepsi yaitu usia responden.
Wanita yang berusia 35 tahun ke atas
berkemungkinan menggunakan kontrasepsi 2,5
kali lebih tinggi dibandingkan wanita yang
berusia di bawah 35 tahun. Kemungkinan
wanita yang memiliki 2 anak akan 7,6 kali
lebih berpeluang menggunakan kontrasepsi
dibandingkan wanita yang memiliki 0-1 anak.
Sedangkan untuk wanita yang memiliki 3 anak
berpeluang menggunakan kontrasepsi 5,2 kali
Responden yang tidak menggunakan lebih besar daripada wanita dengan 0-1 anak.
kontrasepsi adalah sebesar 27 persen. Gambar Pengguna kontrasepsi 12 kali lebih
3 menunjukkan alasan responden tidak tinggi pada wanita yang tidak ingin anak lagi
menggunakan metode kontrasepsi. Sebagian dan 23 kali lebih tinggi pada wanita yang
besar responden menyatakan tidak belum memutuskan apakah ingin memiliki
mendapatkan ijin suami untuk menggunakan anak lagi atau tidak dibandingkan wanita yang
kontrasepsi sebesar 70 persen dan diikuti masih ingin anak lagi. Responden yang
alasan lain yaitu tekanan dari sekitar untuk memiliki suami dengan pendidikan tinggi
segera memiliki anak sebanyak 12 persen. berpeluang menggunakan kontrasepsi 92
persen lebih rendah dibandingkan dengan
Gambar 3. Alasan tidak menggunakan
responden yang memiliki suami dengan
kontrasepsi
pendidikan rendah.

Tabel 2. Analisis bivariate hubungan


variabel bebas dan luar dengan penggunaan
kontrasepsi pada wanita usia subur di
Kampung KB Kota Yogyakarta.
Variabel OR (95%CI)
Pengetahuan tentang
kontrasepsi
Buruk 1
Baik 2,64 (1,78-3,92)***
Berdasarkan Tabel 2 terlihat adanya Sikap tentang
keluarga berencana
hubungan antara pengetahuan dan sikap Buruk 1
tentang kontrasepsi dengan penggunaan Baik 7.3 (2,19-4,50)**
kontrasepsi. Wanita yang memiliki Paritas
pengetahuan tentang kontrasepsi baik akan 0-1 1
2 7,6 (2,91-20,02)***
menggunakan kontrasepsi 2,6 kali lebih tinggi

13
>3 5,25 (1,61-17,02)** maka tidak akan berlangsung lama atau bersifat
Usia hanya sementara (Bernadus, Madianung, &
<35 tahun 1
≥35 tahun 2,5 (1,11-5,71)* Masi, 2013). Hasil ini sejalan dengan penelitian
Keinginan memiliki yang dilakukan di Nusa Tenggara Barat dan
anak Tangerang Selatan yang didapatkan bahwa ada
Ingin anak lagi 1 hubungan yang signifikan antara pengetahuan
Tidak ingin anak lagi 12,34 (4,12-
36,9)*** dengan penggunaan kontrasepsi pada wanita
Belum memutuskan 23,61 (5,18- usia subur (Huda, Widagdo, & Widjanarko,
107,59)** 2016; Santoso & Surya, 2017).
Tingkat pendidikan Sikap terhadap program Keluarga
istri
Dasar 1 Berencana merupakan dasar utama bagi
Menengah 0,74 (0,18-2,93) timbulnya kesediaan untuk ikut terlibat dan
Tinggi 0,34 (0,86-1,40) berperan aktif dalam kegiatan program
Pekerjaan istri Keluarga Berencana. Pada penelitian ini, sikap
Ibu rumah tangga 1
Pedagang 1,98 (0,40-9,75) berpengaruh secara signifikan terhadap
PNS/TNI/Polri 0,99 (0,17-5,47) penggunaan kontrasepsi. Penelitian yang
Pegawai Swasta 0,66 (0,21-2,02) dilakukan oleh Mola (2020) menyatakan
Lainnya 2,77 (0,32-23,8) bahwa ada hubungan antara sikap wanita usia
Agama
Islam 1 subur dengan penggunaan kontrasepsi (Mola et
Kristen 0,34 (0,04-2,56) al., 2020).
Katolik 0,72 (0,16-2,93) Wanita dengan yang memiliki lebih
Tingkat pendidikan dari 2 anak yang masih hidup kemungkinan
suami
Dasar 1 menggunakan kontrasepsi lebih besar. Temuan
Menengah 0,33 (0,06-1,61) ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
Tinggi 0,08 (0,01-0,40)* di Jawa Timur yang membuktikan bahwa
Pekerjaan suami jumlah mempengaruhi pemilihan alat
Petani 1
Pedagang 0,52 (0,13-2,04) kontrasepsi (Fitrianingsih & Melaniani, 2016).
PNS/TNI/Polri 0,20 (0,03,1,20) Studi lain juga menemukan bahwa wanita
Pegawai Swasta 0,3 (0,15-0,96)* dengan lebih dari tiga anak yang masih hidup
Lainnya 4,77 (2,32-9,8)***
lebih cenderung menggunakan kontrasepsi
Sosial ekonomi
Kurang 1 dibandingkan mereka yang tidak memiliki
Cukup 1,4 (0,39-4,98) anak, dan alasan penggunaannya kontrasepsi
adalah untuk mencegah memiliki lebih banyak
Penelitian ini berusaha menilai anak (Gafar et al., 2020). Wanita akan memilih
hubungan karakteristik akseptor dengan untuk menggunakan kontrasepsi saat mereka
penggunaan kontrasepsi pada wanita menikah memiliki jumlah anak ideal (Aviisah et al.,
di Kampung KB Kota Yogyakarta. Faktor 2018). Oleh karena itu, wanita yang memiliki
pertama yang mempengaruhi seorang wanita banyak anak lebih cenderung menggunakan
menggunakan kontrasepsi dalam penelitian ini kontrasepsi karena mereka lebih mungkin
yaitu pengetahuan terhadap kontrasepsi. mencapai ukuran keluarga ideal mereka.
Seseorang yang berperilaku didasari oleh Organisasi Kesehatan Dunia telah melaporkan
pengetahuan, kesadaran dan sikap positif maka bahwa kematian ibu meningkat pada wanita
perilaku tersebut akan bersifat langgeng atau yang memiliki lebih dari empat anak-anak
bertahan lama, namun sebaliknya bila perilaku (WHO, 2016). Wanita multipara memiliki
itu tidak didasari pengetahuan dan kesadaran risiko tertinggi kematian ibu, sehingga

14
penggunaan kontrasepsi harus didorong untuk et al., 2020).
mengurangi kematian ini (Ganatra & Faundes, Penelitin ini menemukan bahwa tidak
2016). ada hubungan antara tingkat ekonomi dengan
Wanita usia lebih dari 35 tahun penggunaan kontrasepsi. Namun, apabila
berhubungan secara signifikan terhadap melihat dari karakteristik responden, rata-rata
penggunaan kontrasepsi. Penelitian berada pada tingkat ekonomi cukup. Tingkat
sebelumnya mendokumentasikan bahwa wanita ekonomi berpengaruh pada kemampuan
yang lebih tua memiliki perhatian yang lebih seseorang untuk mencukupi semua kebutuhan,
terhadap penggunaan kontrasepsi (Mola et al., salah satunya adalah kemamapuan untuk
2020). Umur yang terbaik bagi wanita untuk berKB (Sukardi, Muslimin, & Adam, 2019).
hamil antara 20 – 35 tahun karena pada masa Pada tahun 2017, Ofonime menyatakan faktor
ini alat – alat reproduksi sudah siap dan cukup keuangan memainkan peran penting dalam
matang untuk mengandung janin dan penurunan penggunaan kontrasepsi di antara
melahirkan anak. Sedangkan wanita yang wanita menikah termiskin (Johnson, 2017).
berada pada umur >35 tahun, penggunaan alat Memberikan akses kontrasepsi gratis untuk
kontrasepsi sangat diperlukan untuk mencegah wanita miskin akan bermanfaat meningkatkan
kehamilan karena mencegah kehamilan pada cakupan penggunaan kontrasepsi (Gafar et al.,
resiko tinggi (Rauf, 2014). 2020).
Keinginan mempunyai anak lagi Di dalam penelitian ini, ditemukan 3
memengaruhi penggunaan metode KB yang dari 10 orang responden yang tidak
dipakai. Terhadap hubungan yang sangat menggunakan kontrasepsi. Sebagian besar
signifikan pada wanita yang tidak ingin alasan yang disampaikan yaitu tidak mendapat
memiliki anak lagi dengan penggunaan ijin dari suami, tekanan keluarga dan
kontrasepsi. Penelitian ini didukung oleh masyarakat untuk memiliki anak serta
penelitian Sumartini (2016) yang menyatakan berkaitan dengan kualitas pelayanan keluarga
bahwa keinginan memiliki anak disesuaikan berencana yaitu harga kontrasepsi yang mahal
dengan jumlah anak yang ideal yang dan tidak tersedia di tempat pelayanan. Senada
sebelumnya sudah diputuskan pasangan suami dengan penelitian ini, penelitian yang
istri untuk dimilikinya (Sumartini & Indriani, dilakukan oleh Belizzi juga menemukan hal
2016). yang sama. Ketidaksetujuan suami dan biaya
Dalam penelitian ini, wanita dengan kontrasepsi merupakan alasan yang tidak
pendidikan yang lebih tinggi cenderung menggunakan kontrasepsi (Bellizzi, Mannava,
menggunakan kontrasepsi dibandingkan Nagai, & Sobel, 2020).
mereka tanpa pendidikan formal. Orang yang
berpendidikan tinggi menjadi lebih sadar akan PENUTUP
manfaat dan pentingnya kontrasepsi (Islam et Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
al., 2016). Bahkan, terdapat hubungan antara hubungan yang kuat antara karakteristik
suami yang memiliki pendidikan tinggi dengan akseptor dengan peningkataan penggunaan
penggunaan kontrasepsi. Pendidikan umumnya kontrasepsi di kampung KB Kota Yogyakarta
diasumsikan sebagai tingkat pengetahuan. baik dari faktor usia, pendidikan, keinginan
Seseorang dengan tingkat pendidikan yang memiliki anak, jumlah anak hidup serta sikap
lebih tinggi memiliki pengetahuan yang lebih dan juga pengetahuan. Selain itu, pendidikan
baik. Pendidikan tetap menjadi faktor penting pasangan juga berhubungan dengan peluang
dalam hal meningkatkan pengetahuan penggunaan kontrasepsi pada wanita usia
perempuan tentang keluarga berencana (Gafar subur.

15
UCAPAN TERIMA KASIH Jakarta, Indonesia: BPS, BKKBN,
Terimakasih kepada Kementrian Riset Kemenkes, and ICF International.
dan Pendidikan Tinggi sebagai penyandang Dasgupta, A., Kantorová, V., & Ueffing, P.
dana penelitian ini melalui program Penelitian (2020). The impact of the COVID-19
Dosen Pemula Tahun anggaran 2019. crisis on meeting needs for family
planning: a global scenario by
DAFTAR PUSTAKA contraceptive methods used. Gates
Aldrighi, J. M., Petta, C. A., Bahamondes, L., Open Research, 4(102), 102.
Caetano, M. E., Martinez, T. R. L., & Fitrianingsih, A. D. R., & Melaniani, S. (2016).
De Lima, G. R. (2004). Lipid profile in Faktor sosiodemografi yang
women over 35 years old using memengaruhi pemilihan metode
triphasic combined oral contraceptives. kontrasepsi. Jurnal Biometrika dan
Contraception, 69(5), 395-399. Kependudukan, 5(1), 10-18.
Aviisah, P. A., Dery, S., Atsu, B. K., Yawson, Gafar, A., Suza, D. E., Efendi, F., Has, E. M.
A., Alotaibi, R. M., Rezk, H. R., & M. a., Pramono, A. P., & Susanti, I. A.
Guure, C. (2018). Modern (2020). Determinants of contraceptive
contraceptive use among women of use among married women in
reproductive age in Ghana: Analysis of Indonesia. F1000Research, 9.
the 2003–2014 Ghana Demographic Ganatra, B., & Faundes, A. (2016). Role of
and Health Surveys. BMC women's birth spacing, family planning services,
health, 18(1), 141. safe abortion services and post-abortion
Bellizzi, S., Mannava, P., Nagai, M., & Sobel, care in reducing maternal mortality.
H. (2020). Reasons for discontinuation Best Practice & Research Clinical
of contraception among women with a Obstetrics & Gynaecology, 36, 145-
current unintended pregnancy in 36 low 155.
and middle-income countries. Gordis, L. (2004). Epidemiology: (2nd ed.).
Contraception, 101(1), 26-33. New York: W.B. Sauders Company.
Bernadus, J. D., Madianung, A., & Masi, G. Huda, A. N., Widagdo, L., & Widjanarko, B.
(2013). Faktor-faktor yang (2016). Faktor-Faktor yang
berhubungan dengan pemilihan alat Berhubungan dengan Perilaku
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) bagi Penggunaan Alat Kontrasepsi pada
akseptor KB di Puskesmas Jailolo. e- Wanita Usia Subur di Puskesmas
NERS, 1(1). Jombang-Kota Tangerang Selatan.
BPS. (2010). Proyeksi penduduk menurut Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-
provinsi, 2010–2035. Population Journal), 4(1), 461-469.
projection by province, 2035. Islam, A. Z., Mondal, M. N. I., Khatun, M. L.,
BPS. (2011). Penduduk Indonesia menurut Rahman, M. M., Islam, M. R., Mostofa,
Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 M. G., & Hoque, M. N. (2016).
dan 2010 [The Population of Indonesia Prevalence and determinants of
by Provinces 1971, 1980, 1990, 1995, contraceptive use among employed and
2000 and 2010]: Retrieved. unemployed women in Bangladesh.
BPS, BKKBN, Kementerian Kesehatan, & International Journal of MCH and
International., I. (2018). Indonesia AIDS, 5(2), 92.
Demographic and Health Survey 2017. Johnson, O. E. (2017). Determinants of modern
contraceptive uptake among Nigerian

16
women: Evidence from the national Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 3(6), 7-
demographic and health survey. African 13.
Journal of Reproductive Health, 21(3), Santoshini, S. (2020). Family planning efforts
89-95. upended by the coronavirus. Foreign
Kemenkes. (2020). Panduan Pelayanan Policy.
Keluarga Berencana Dan Kesehatan Santoso, B. I., & Surya, R. (2017). Knowledge,
Reproduksi Dalam Situasi Pandemi attitude, and practice of contraception
Covid-19. among pregnant women in Ende
Kependudukan, D., Perempuan, P., & district, East Nusa Tenggara, Indonesia.
Bappenas, P. A. (2010). Laporan Akhir Journal of South Asian Federation of
Evaluasi Pelayanan Keluarga Obstetrics and Gynaecology, 9(2), 110-
Berencana Bagi Masyarakat Miskin 118.
(Keluarga Prasejahtera/Kps Dan Sukardi, S., Muslimin, I., & Adam, A. (2019).
Keluarga SejahteraI/Ks-I. Jakarta: PENGARUH KARAKTERISTIK
Direktorat Kependudukan, SOSIAL EKONOMI TERHADAP
Pemberdayaan Perempuan, dan PENGGUNAAN KONTRASEPSI DI
Perlindungan Anak Bappenas. PROVINSI SULAWESI BARAT.
Mola, F. E. P., Suza, D. E., Efendi, F., Jurnal Ilmiah Maju, 2(2), 1-12.
Hadisuyatmana, S., Astutik, E., & Sumartini, S., & Indriani, D. (2016). Pengaruh
Susanti, I. A. (2020). Factors keinginan pasangan usia subur (pus)
Associated with the Use of dalam penggunaan metode kontrasepsi
Contraception among Women Age 15- jangka panjang. Jurnal Biometrika dan
24 Years in Indonesia. Systematic Kependudukan, 5(1), 27-34.
Reviews in Pharmacy, 11(5). Weinberger, M., Hayes, B., White, J., &
PRB. (2015). 2015 World population data sheet Skibiak, J. (2020). Doing things
with a special focus on women’s differently: what it would take to ensure
empowerment: Author Washington, continued access to contraception
DC. during COVID-19. Global Health:
Purdy, C. (2020). Opinion: how will COVID- Science and Practice, 8(2), 169-175.
19 affect global access to WHO. (2013). Programming strategies for
contraceptives—and what can we do postpartum family planning. Geneva:
about it? Devex. World Health Organization.
Raikhani, A., Yunas, N. S., Ratnasari, L., & WHO. (2016). Family planning/Contraception.
Hariastuti, I. (2018). Analisa Kontribusi Retrieved 10 Januari, 2017, from
Program Kampung KB dalam Upaya http://www.who.int/mediacentre/factshe
Peningkatan Program KKBPK di Kab. ets/fs351/en/
Jombang, Provinsi Jawa Timur. Jurnal
Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal of
Midwifery), 4(2), 101-113.
Rauf, S. K. D. (2014). FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI
PENGGUNAAN KONTRASEPSI
SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI
PUSKESMAS BUNGORO
KABUPATEN PANGKEP. Jurnal

17
PENGARUH KONSUMSI FAST FOOD DENGAN KEJADIAN OBESITAS
PADA REMAJA DI INDRAMAYU
Depi Yulyanti1, Muhamad Fauzi2, Rudiansyah3, Heri Sugiarto 4, Riski Andriyani5
Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat STIKes Indramayu
Jalan Wirapati-Sindang Kabupaten Indramayu, 45222, Indonesia
Email: fauzimuhamad631@gmail.com , HP: 085223050557

ABSTRAK
Fast food memiliki ciri kandungan gizi tidak seimbang. Kebanyakan mengandung kalori tinggi, tetapi
sangat rendah serat. Fast food merupakan faktor utama yang mempengaruhi obesitas. Berdasarkan
Riskesdas 2013 prevalensi obesitas sebesar 28.9% sedangkan hasil data Riskesdas 2018 diketahui
prevalensi obesitas sudah mencapai 52.8%. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa adanya kenaikan
kasus obesitas sebesar 1.36%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan konsumsi fast food
dengan kejadian obesitas pada remaja. Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik
dengan pendekatan Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan Accidental sampling
dengan jumlah 94 sampel dihitung menggunakan rumus slovin. Instrumen penelitian ini menggunakan
kuesioner, Tempat penelitian di sekolah menegah kejuruan di Kabupaten Indramayu pada tahun 2019.
Analisis yang digunakan analisis univariat dan bivariat dilakukan dengan Uji Chi-Square. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ada pengaruh antara konsumsi fast food dengan kejadian Obesitas dengan nilai
P=0,000. Peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti dukungan keluarga, dan lingkungan sekolah terhadap
perilaku konsumsi fast food pada remaja.

Kata Kunci : Fast Food, Obesitas, Perilaku, Penyakit Tidak Menular, Remaja

ABSTRACT
Fast food is characterized by an imbalanced nutritional content. Most are high in calories, but very
low in fiber. Fast food is a major factor affecting obesity. Based on the 2013 Riskesdas the prevalence of
obesity was 28.9%, while the results of the 2018 Riskesdas data showed that the prevalence of obesity had
reached 52.8%. Based on these data, it is known that there is an increase in obesity cases by 1.36%. The
purpose of this study was to determine the relationship between fast food consumption and obesity in
adolescents. This research method uses analytical research design with a cross sectional approach. The
sampling technique used accidental sampling with a total of 94 samples calculated using the Slovin
formula. The research instrument used a questionnaire, research sites in vocational high schools in
Indramayu District in 2019. The analysis used univariate and bivariate analysis was carried out by using
the Chi-Square Test. The results of this study indicate that there is an effect between consumption of fast
food and the incidence of obesity with a value of P = 0.000. The next researcher should examine family
support and the school environment for fast food consumption behavior in teenagers.

Keyword : Obesity, Fast Food, Behavior, Non-Communicable Diseases,Teenagers

PENDAHULUAN 52.8%. Berdasarkan data tersebut diketahui


Fast food adalah makanan cepat saji yang bahwa adanya kenaikan kasus obesitas sebesar
dikonsumsi secara instan. Fast food memiliki 1.36% (Kementerian Kesehatan RI,
ciri kandungan gizi tidak seimbang. 2013),(Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Kebanyakan mengandung kalori tinggi, tetapi Kasus obesitas di Kabupaten Indramayu
sangat rendah serat, fast food juga tinggi menempati urutan ke 16 yang mengalami
kandungan lemak (termasuk kolesterol), gula obesitas sebesar 7,41%. Berdasarkan data
dan garam (Kurdanti et al., 2015). Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu Kasus
Diketahui berdasarkan data dari obesitas tertinggi di wilayah kerja Puskesmas
Riskesdas 2013 prevalensi obesitas sebesar Margadadi.
28.9% sedangkan hasil data Riskesdas 2018
diketahui prevalensi obesitas sudah mencapai

18
Grafik 1 artinya penentuan sampel berdasarkan
Perbandingan Presentase Kejadian Obesitas kebetulan. Dalam penelitian ini alat
Pada Anak SD, SMP dan SMA di pengumpulan data yang digunakan adalah
Kabupaten Indramayu Tahun 2016-2018 angket. Analisa data yang digunakan dalam
1000
penelitian ini adalah analisa bivariat
menggunakan uji chi-square, penelitian
2016 dilakukan pada tahun 2019 (Arikunto, 2010).
500
2017
HASIL
2018 Karakteristik Responden
0
Karakteristik responden digunakan untuk
SD SMP SMA
mengetahui gambaran umum subjek peneliti.
Karakteristik responden terdiri dari usia, kelas,
Dilihat dari presentase pada kriteria SD = jurusan, jenis kelamin, tinggi badan, status gizi,
53,2%, SMP = 68,3%, SMA = 32,8% sehingga dan berat badan
penurunan kasus obesitas pada anak Tabel 1
SMA/SMK kecil dibandingkan pada anak SD Karakteristik Responden
dan SMP (Dinas Kesehatan Kabupaten Karakteristik F %
Indramayu, 2016), (Dinas Kesehatan
Usia
Kabupaten Indramayu, 2017), (Dinas
15 8 8.5
Kesehatan Kabupaten Indramayu, 2018).
Prevalensi kejadian obesitas pada anak 16 55 58.5
SMA/SMK yang memiliki kasus obesitas 17 28 29.8
terbanyak di wilayah kerja Puskesmas 18 3 3.2
Margadadi pada tahun 2018 adalah SMK N 1 Kelas
Indramayu adapun kasus sebesar 30 kasus X 56 59.6
(Margadadi, 2018). XI 32 34.0
Rendahnya aktifitas fisik merupakan XII 6 6.4
faktor utama yang mempengaruhi obesitas. Jurusan
Kebiasaan olahraga didasarkan atas aktifitas Perhotelan 19 20.2
fisik anak dalam kesehariannya antara lain OTKP 18 19.1
kebiasaan berjalan kaki dan bersepeda. Perkantoran 11 11.7
Obesitas dapat menyebabkan gangguan Animasi 12 12.8
dalam fungsi tubuh. Ada beberapa penyakit Akuntansi 18 19.1
yang meningkat prevalesinya pada orang Multimedia 11 11.7
obesitas, seperti penyakit-penyakit Tata Boga 5 5.3
kardiovaskuler termasuk hipertensi, diabetes Jenis Kelamin
mellitus, dan beberapa jenis penyakit lainnya. Laki-laki 43 45.7
Penyakit-penyakit lainnya meningkat, Perempuan 51 54.3
sedangkan jangka hidup (life span) Tinggi Badan
dilaporkan memendek (Proverawati, Atikah, 151-160 38 40.4
2010). 130-140 2 2.1
141-150 10 10.6
METODE PENELITIAN 151-160 38 40.4
Rancangan penelitian ini menggunakan 161-170 34 36.2
metode analitik dengan pendekatan cross 171-180 10 10.6
sectional. Populasi penelitian ini yaitu Status Gizi
seluruh siswa/siswi SMKN “X” sebanyak Karakteristik F %
1673 orang dihitung menggunakan rumus Obesitas 4 4.1
slovin dengan jumlah sampel 94, dan teknik Gemuk 29 30.9
pengambilan sampel dalam penelitian ini Normal 61 64.9
menggunakan teknik accidental sampling
19
Berat Badan ini menghasilkan distribusi frekuensi dan
40-45 12 12.8 persentase dari setiap variabel. Berikut hasil
46-50 18 19.1 analisa univariat menggunakan uji statistik.
51-55 17 18.1
56-60 31 33.0 Tabel 2
61-65 11 11.7 Distribusi Responden Berdasarkan
66-70 3 3.1 Variabel Independen dan Dependen
71-75 2 2.1
Karakteristik F %
Mengkonsumsi 23 24.5
Berdasarkan tabel 1 diatas bahwa
siswa/i umur 16 tahun sebanyak 55 dengan Tidak mengkonsumsi 71 75.5
jumlah persentase 58.5%, Kelas X sebanyak
56 dengan jumlah persentase 59.6%, Jurusan Berdasarkan table 2 diatas bahwa yang
sebanyak 19 dengan persentase 20.2% tidak mengkonsumsi terdapat 71 orang dengan
Perhotelan, Jenis kelamin 19 dengan persentase 75.5%, konsumsi Fast food
persentase 20.2% perempuan, Tinggi badan sebanyak 23 dengan persentase 24.5% yang
151-160 sebanyak 38 dengan persentase tidak mengkonsumsi.
40.4%, Status gizi sebanyak 61 dengan Analisis Bivariat
persentase 64.9% normal, Berat badan 56-60 Analisis bivariat adalah analisis yang
sebanyak 31 dengan persentase 33.0%. digunakan terhadap dua variabel yaitu variabel
independen dan variabel dependen yang diduga
Analisi Univariat berpengaruh. Berikut hasil analisa
Analisis Univariat bertujuan untuk karakteristik responden dengan menggunakan
menjelaskan atau mendeskripsikan uji statistik.
karakteristik setiap variabel. Dalam analisis

Tabel 3
Pengaruh Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Obesitas pada Remaja
Konsumsi Fast Kejadian Obesitas
Food Obesitas Gemuk Normal Total
n % n % n % n % P-Value
Mengkonsumsi 3 13.0 14 60.9 6 26.1 23 100 0,000
Tidak 1 1.4 15 21.1 55 77.5 71 100
Mengkonsumsi
Jumlah 4 4.3 29 30.9 61 64.9 94 100

Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa hasil PEMBAHASAN


analisis pengaruh antara konsumsi fast food Pengaruh Konsumsi Fast Food dengan
dengan kejadian obesitas. Diperoleh dari 23 Kejadian Obesitas pada Remaja
siswa/i yang mengkonsumsi fast food terdapat Hasil analisis pengaruh konsumsi fast food
3 (13.0%) yang mengalami obesitas dan 14 dengan kejadian obesitas berdasarkan hasil uji
(60.9%) mengalami kegemukan. Sedangkan statistik diperoleh nilai p-value 0,000 yang
dari 71 siswa/i yang tidak mengkonsumsi fast artinya ada pengaruh yang signifikan antara
food didapatkan 1 (1.4%) yang mengalami konsumsi fast food dengan kejadian obesitas
obesitas dan 15 (21.1%) mengalami pada remaja di Indramayu Tahun 2019.
kegemukan. Fast food adalah makanan cepat saji yang
Hasil uji statistik menggunakan pearson dikonsumsi secara instan. Fast food memiliki
chi-square didapatkan nilai P = 0,000 (< P- ciri kandungan gizi tidak seimbang.
value 0,05) dan ini menunjukan bahwa Ho Kebanyakan mengandung kalori tinggi,tetapi
ditolak, maka dapat disimpulkan ada pengaruh sangat rendah serat, fast food juga tinggi
yang signifikan antara konsumsi Fast food kandungan lemak (termasuk kolesterol), gula
dengan kejadian obesitas. dan garam (Kurdanti et al., 2015).

20
keluarga (Depi Yulyanti, Geby Dhea Lukita,
Menyatakan bahwa konsumsi tinggi 2019).
makanan cepat saji (fast food) diduga dapat
menyebabkan obesitas karena kandungan dari SARAN
makanan cepat saji. Remaja merupakan Bagi Siswa/Siswi
golongan yang paling mudah terkena Diharapkan siswa/siswi Indramayu
pengaruh budaya dari luar karena mereka agar tetap menjaga pola makan hidup sehat
sedang mencari identitas diri akibat periode yang bertujuan untuk meningkatkan derajat
transisi yang dilalui. Perubahan yang terjadi kesehatan.
bukan hanya tampak pada penampilan fisik, Bagi Sekolah
tetapi juga pada perubahan pola konsumsi Diharapkan pengelola kantin sekolah
makan (Pramantara, 2015). agar dapat menyediakan makanan sehat,
Remaja lebih dominan mengkonsumsi bergizi agar siswa/i dapat membiasakan diri
makan berlebihan, kebanyakan remaja sering untuk mengkonsumsi jajanan sehat dan pihak
makan di malam hari, banyak ngemil, makan sekolah dapat melakuakan kegiatan senam
makanan mengandung gula, dari pola makan setiap 1 minggu sekali.
tersebut biasanya dapat terpicu dalam keadaan
stress atau bahkan sedang kecewa dari hal Bagi Puskesmas
tersebut mereka suka mengkonsumsi nasi Diharapkan petugas puskesmas dapat
goreng, ayam goreng dan bakso sehingga bisa melakukan kegiatan program promosi
menimbulkan terjadinya obesitas (Ayu and kesehatan dan penyuluhan di lapangan secara
Sartika, 2011). rutin terkait pentingnya menjaga pola makan,
Seseorang yang mengalami obesitas akan gizi seimbang dan pntingnya melakukan
memiliki dampak biasanya mengidap penyakit kegiatan aktivitas fisik dan dapat memberikan
kasdiovaskuler seperti hipertensi, diabetes edukasi kepada siswa/i di Indramayu.
mellitus, hiperkolesterol, penyakit jantung,
artritis (sakit sendi), dan stroke. Sehingga Bagi Dinas Kesehatan
mereka perlu adanya melakukan suatu kegiatan Mengoptimalkan program yang sudah
seperti aktivitas fisik ringan agar tidak terjadi berjalan dengan melibatkan pihak petugas
beberapa hal penyakit yang akan timbul kesehatan yang terkait untuk turut serta dalam
dikemudian yang akan datang (Puspito, 2005). melakukan program promosi kesehatan dalam
Mengkonsumsi makanan yang pencegahan terjadinya obesitas.
berlebihan atau jajanan dan bahkan mereka
harus bisa mengikuti pola hidup sehat supaya Bagi Peneliti Lain
tidak adanya kejadian obesitas pada remaja. Disarankan bagi penelitian selanjutnya,
Remaja harus lebih paham akan pentingnya untuk meneliti mengenai pengaruh dukungan
mengubah pola pikir dan pola makan sehat keluaga dan lingkungan sekolah terhadap
bahwa mengubah pola tersebut dapat konsumsi makanan cepat saji pada remaja.
menurunkan berat badan dan tindakan
berkesinambungan (Restuastuti, Jihadi and DAFTAR PUSTAKA
Ernalia, 2016). Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian Suatu
Remaja harus lebih teratur dalam Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
mengkonsumsi makan ditiap jam makan, baik Ayu, R. and Sartika, D. (2011) ‘FAKTOR
sarapan, makan siang, dan makan malam, tetapi RISIKO OBESITAS PADA ANAK 5-15
mereka harus bisa mengurangi porsi makan TAHUN DI INDONESIA’, 15(1), pp. 37–
malam karena malam malam itu sendiri dapat 43.
menyebabkan kegemukan . Depi Yulyanti, Geby Dhea Lukita, dan B. S. P.
Upaya untuk mengatasi konsumsi fast (2019) ‘No Title’, Jurnal Kesehatan Indra
food pada remaja diperlukan juga peranan Husada, 8(1), pp. 104–116. doi:
keluarga. Peranan keluarga sangat penting https://doi.org/10.36973/jkih.v8i1.204.
dalam mengubah perilaku, dukungan pertama Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu (2016)
dalam perubahan perilaku remaja adalah dari Laporan Tahunan Dinas Kesehatan

21
Kabupaten Indramayu.
Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu (2017)
Laporan Tahunan Dinas Kesehatan
Kabupaten Indramayu.
Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu (2018)
Laporan Tahunan Dinas Kesehatan
Kabupaten Indramayu.
Kementerian Kesehatan RI (2013) Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI (2018) Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta.
Kurdanti, W. et al. (2015) ‘Jurnal Gizi Klinik
Indonesia Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian obesitas pada
remaja’, 11(04), pp. 179–190.
Margadadi, P. (2018) Laporan Tahunan
Puskesmas Margadadi Kabupaten
Indramayu.
Pramantara, I. D. P. (2015) ‘Jurnal Gizi Klinik
Indonesia Konsumsi fast food dan soft
drink sebagai faktor risiko obesitas pada
remaja’, 11(04).
Proverawati, Atikah, and E. K. W. (2010) Ilmu
Gizi Untuk Keperawatan. Bandung:
Alfabeta.
Puspito, S. (no date) ‘HUBUNGAN
OBESITAS DENGAN
LABORATORIUM KLINIK PRODIA’.
Restuastuti, T., Jihadi, M. and Ernalia, Y.
(2016) ‘Hubungan Pola Makan Dan
Aktivitas Fisik Terhadap Obesitas Pada
Remaja Di Sma Negeri 5 Pekanbaru’,
Jurnal Online Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Riau, 3(I), pp. 1–
20.

22
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MASYARAKAT
DALAM MEMBUANG SAMPAH DI DESA BANGUNTAPAN

FACTORS RELATED TO BEHAVIOR THE COMMUNITY IN DISPOSING OF


GARBAGE IN THE VILLAGE OF BANGUNTAPAN
Nor Wijayanti1*
1
STIkes Surya Global Yogyakarta, Jl. Ringroad Selatan Km 6,7 Blado Potorono Banguntapan Bantul
Yogyakarta, email : wijayantinor@gmail.com
(* Korespondensi Author )

ABSTRAK
Menurut American Public Health Association, sampah diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan,
tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya. Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul Tahun 2018
Penghasil sampah terbesar ada di Kecamatan Banguntapan sebesar 264,49 m³/hari sedangkan terendah
sebesar 77,64 m³/hari terdapat di Kecamatan Kretek. Hasil wawancara pada masyarakat, didapatkan
bahwa sebanyak 45% warga belum memisahkan atau membedakan sampah organik dan anorganik. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat
dalam membuang sampah Desa Banguntapan. Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling dengan jumlah
sampel 76 responden. Analisis yang digunakan yaitu analisis univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi
Square. Hasil penelitian ini yaitu pada analisis chi square menunjukkan ada hubungan antara faktor-faktor
dengan perilaku masyarakat dalam membuang sampah sebagai berikut pendidikan dengan perilaku sig.
0,002 (p<0,05), pendapatan dengan perilaku sig. 0,037 (p < 0,05), ketersediaan sarana prasarana sig. 0,000
(p<0,05). Kesimpulan yang didapatkan yaitu ada hubungan yang signifikan antara pendidikan, pendapatan,
ketersediaan sarana prasarana dengan perilaku masyarakat dalam membuang sampah di Desa
Banguntapan.

Kata kunci : Pendidikan, pendapatan, perilaku membuang sampah, sarana prasarana

ABSTRACT
According to the American Public Health Association, the junk is defined as something that is not used,
unused, unwanted or something disposed of, derived from human activities and does not happen by itself.
Based on data from the Department of Environment Bantul Regency Year Of 2018 Producing the biggest
waste there is in the District of Banguntapan by 264,49 m3/day while the lowest was 77,64 m3/day are in
the District of Kretek. The results of the interviews in the community, it was found that as much as 45% of
citizens have yet to separate or distinguish organic and inorganic waste. The purpose of this study was to
determine the factors associated with the behavior of the community in disposing of garbage the Village of
Banguntapan. This research uses descriptive quantitative with cross sectional approach. The sampling
technique used is accidental sampling with a total sample of 76 respondents. The analysis used is the
analysis of univariate and bivariate with Chi Square statistical test. The results of this research is on the
analysis of the chi square showed no relationship between the factors with the behavior of the community
in disposing of garbage as follows education with behavior sig. 0,002 (p<0,05), the income with the
behavior of the sig. 0,037 (p < 0.05), availability of infrastructure gis. 0.000 (p<0.05). The conclusion
obtained that there is significant relationship between education, income, availability of infrastructure to
the behavior of the community in disposing of garbage in the Village of Banguntapan.

Keywords : Behavior throw away garbage education, income, infrastructure

23
PENDAHULUAN benar sesuai dengan jenis sampah, ketersediaan
Menurut American Public Health sarana dan prasarana seperti tempat pembuangan
Association, sampah (waste) diartikan sebagai sampah sementara yang masih kurang (DLH
sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, Kabupaten Bantul 2018).
tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi berikut : 1) untuk mengetahui hubungan tingkat
dengan sendirinya (Sumantri, 2017). Menurut pendidikan, pendapatan, ketersediaan sarana dan
Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 mengenai prasarana dengan perilaku masyarakat dalam
Pengelolaan Sampah, sampah haruslah dikelola membuang sampah di Desa Banguntapan. 2)
dengan metode yang sesuai dan teknik untuk mengetahui Hubungan ketersediaan sarana
pengelolaan sampah yang berwawasan dengan perilaku masyarakat dalam membuang
lingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak Sampah di Dusun Plumbon, RW 17 Babadan
negatif terhadap kesehatan. Penghasil sampah Desa Banguntapan. Pendahuluan memuat latar
terbesar ada di Kecamatan Banguntapan sebesar belakang, dukungan teori tidak perlu dimasukkan
264,49 m³/hari sedangkan terendah sebesar 77,64 pada bagian ini, tetapi penelitian relevan yang
m³/hari terdapat di Kecamatan Kretek. Tingginya sudah ada dapat dinyatakan. Urgensi latar
timbulan sampah disebabkan oleh beberapa faktor belakang disajikan dengan model piramida
antara lain kepadatan penduduk yang tinggi dan terbalik secara global sampai dengan lokal.
peningkatan aktivitas serta belum semua pihak Disajikan dalam 3-4 paragraf/ maksimal 1,5
mempunyai kemampuan maupun kemauan dalam halaman, spasi 1,15 ditulis dengan book antiqua,
mengelola sampah dengan prinsip 3R (Reduce, font 10. Diakhir pendahuluan harus
Reuse, Recaycle). mengemukakan tujuan penelitian.
Volume sampah yang tertangani pada
tahun 2017, Pengolahan sampah di Kabupaten BAHAN DAN METODE
Bantul dilaksanakan dengan prinsip mengurangi, Jenis penelitian yang digunakan adalah
memanfaatkan, dan mendaur ulang sampah, penelitian survei deskriptif kuantitatif.
dengan cara setempat, komunal, dan pengolahan Rancangan penelitian yang digunakan adalah
sampah mandiri. Pengolahan sampah pada tempat
Cross Sectional. Populasi yang digunakan
penampungan sampah sementara ditetapkan
dalam penelitian ini adalah seluruh kepala
tersebar di seluruh kecamatan sesuai dengan
tingkat pelayanannya. Tempat Pembuangan Akhir
keluarga dari 8 RT Berdasarkan data dari
(TPA) sampah yaitu di Desa Sitimulyo, Kantor Balai Desa Banguntapan di wilayah
Kecamatan Piyungan seluas kurang lebih 12 penelitian yaitu sejumlah 259 KK.
hektar, yang dikelola dengan sanitary landfill Berdasarkan perhitungan sampel yang menjadi
untuk sampah residu akhir. Layanan sampah responden dalam penelitian ini di sesuaikan
terpusat yang cukup besar berada di wilayah menjadi sebanyak 73 KK dari seluruh total
kecamatan yang termasuk kawasan perkotaan jumlah KK per 8 RT dilakukan untuk
yaitu Kecamatan Bantul, Banguntapan, Sewon, mempermudah dalam pengelolahan data dan
dan Kasihan. Sedangkan kecamatan Dlingo untuk hasil pengujian yang lebih baik.
sepenuhnya belum terlayani oleh layanan sampah
Penelitan ini dilaksanakan di Desa
terpusat. Berdasarkan julah volume terangkut,
Banguntapan Kecamatan Bantul adapun
volume sampah yang terkecil yaitu sampah dari
TPS pasar. Hasil studi pendahuluan yang
penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan pada
dilakukan pada tanggal 5 Oktober 2019 bulan Desember sampai dengan Januari 2020.
,didapatkan bahwa sebanyak 45% warga belum Pengumpulan data menggunakan data
memisahkan atau membedakan sampah organik primer dan data sekunder, data primer
dan anorganik. Sedangkan sampah tersebut ada menggunakan angket dan observasi dan data
yang bisa diurai dan sulit diurai, pengetahuan sekunder menggunakan laporan Desa
yang kurang mengenai pembuangan sampah yang Banguntapan yang sudah ada. Teknik analisis

24
data menggunakan analisis univariat dan responden perempuan yaitu sejumlah 24 orang
bivariat. Analisis unvariat bertujuan untuk responden (31.6%) .
menjelaskan atau mendeskripsikn katakteristik
setiap variabel penelitian. Bentuk analisis Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel
Penelitian Di Dusun Plumbon Desa
univariat tergantung jenis datanya. Untuk data
Banguntapan Tahun 2019
numerik digunakan nilai macam atau rata-rata,
Variabel Frekuensi Persentase %
median dan standar deviasi. Pada umumnya Penelitian
dalam analisis ini hanya menghasilkan Pendidikan
distribusi frekuensi dan persentase dari setiap Rendah 20 26.3
variabel. Analisis Bivariat, apabila telah Menengah 35 46.1
dilakukan analisis univariat tersebut diatas, Tinggi 21 27.6
hasilnya akan diketahui karakteristik atau Pendapatan
distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan Di bawah UMK 39 51.3
analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan Di atas UMK 37 48.7
terhadap dua variabel yang diduga Ketersediaan
berhubungan atau berkorelasi. Sarana
Prasarana
Tersedia 38 50.0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tidak tersedia 38 50.0
Hasil pada analisis univariat didapatkan
Perilaku Tokoh
karakteristik responden sebagai berikut : Masyarakat
Baik 41 53.9
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Tidak Baik 35 46.1
Responden Di Dusun Plumbon Desa Total 76 100.0
Banguntapan
Karakteristik Frekuensi Persentase %
Responen Tabel 2 menunjukkan bahwa pendidikan
Umur mayoritas responden dengan tingkat pendidikan
≤29 Tahun menengah sebanyak 35 orang (46.1%), responden
3 3.9
yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sebanyak
30-39 Tahun 7 9.2
21 orang (27.6%), dan responden dengan
40-49 Tahun 23 30.3 pendidikan rendah sebanyak 20 orang (26.3%).
≥49 Tahun 43 56.6 Mayoritas tingkat pendapatan responden yaitu di
Jenis bawah UMK (Upah Minimum Kerja) sebanyak
Kelamin
39 orang (51.3%), dan pendapatan di atas UMK
Laki-Laki 52 68.4 (Upah Minimum Kerja) sebanyak 37 orang
Perempuan 24 31.6 (48.7%). Mayoritas ketersediaan sarana
Total 76 100.0 prasarana responden dengan tersedia sarana
sebanyak 38 orang (50.0%) dan tidak tersedia
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar sarana responden sebanyak 38 orang (50.0%).
responden berusia > 49 Tahun yaitu sejumlah 43 Mayoritas perilaku tokoh masyarakat dengan
orang responden (56.6%). Responden yang perilaku baik sebanyak 41 orang ( 53.9%) dan
berusia 40-49 Tahun sejumlah 23 orang perilaku tokoh masyarakat dengan perilaku tidak
responden (30.3%). Responden yang berusia 30- baik sebanyak 35 orang ( 46.1%).
39 Tahun sejumlah 7 orang responden (9.2%).
Sedangkan sisanya yaitu sejumlah 3 orang
responden (3.9%) dengan usia <29 Tahun. Dan
sebagian besar responden laki-laki yaitu sejumlah
52 orang responden (68.4%). Sedangkan sisanya

25
Hasil analisis Bivariat rendah terdapat 4 orang responden (20.0%)
memiliki perilaku baik dan 16 orang
Tabel 3. Tabulasi Silang Faktor-Faktor Yang
responden (80.0%) memiliki perilaku tidak
Berhubungan Dengan Perilaku Masyarakat
Dalam Membuang Sampah Di Desa baik dalam membuang sampah. Hasil dari
Banguntapan Bantul penelitian menyebutkan ada hubungan antara
pendidikan dengan perilaku membuang
Perilaku Membuang sampah. Hal ini sejalan dengan penelitian
Faktor- Sampah P
Jumlah yang dilakukan oleh Ryan Aditya Pratama
Faktor Yang Tidak Val OR
Baik Baik
Berhubungan ue (2016,4.1) di lokasi tempat pembuangan
F % F % F %
sementara (TPS). Pada TPS yang terdapat di
Pendapatan
Di Bawah 0.0 2,9
Kelurahan Sungai Jawi Dalam perilaku
UMK 23 59 16 41.0 39 100 37 95 masyarakat cenderung membuang sampah ke
Di Atas UMK 12 32,4 25 67.6 37 100 luar TPS yang telah disediakan. Hal ini
Total 35 46,1 41 53,9 76 100 disebabkan karena petugas yang menjaga
Pendidikan TPS tidak menegur orang yang membuang
Rendah 16 80.0 4 20.0 20 100 0,0 sampah diluar TPS. Sedangkan pada TPS
02 yang ada di Kelurahan Sungai Beliung
Menengah 12 34,3 23 65,7 35 100

Tinggi 7 33,3 14 66,7 21 100


perilaku masyarakat cenderung membuang
Total 35 46,1 41 53,9 76 100
sampah ke dalam TPS. Hal itu dikarenakan
Ketersediaan
petugas yang menjaga TPS mengawasi dan
Sarana menegur orang yang membuang sampah
Prasarana 0.0 6,9
Tidak 00 81 sembarangan. Hal ini juga sejalan dengan
Tersedia 26 68,4 12 31,6 38 100
penelitian yang dilakukan oleh May Erviana
Tersedia 9 23,7 29 76,3 38 100
Safitri (2019) bahwa responden yang
Total 35 46,1 41 53,9 76 100
memiliki tingkat pendidikan yang rendah
lebih banyak dibandingkan responden dengan
Tabel 3 Pada variabel pendidikan
tingkat pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan
diperoleh hasil Chi Square dengan tingkat
rendah yaitu SD atau sederajat dan SMP atau
signifikan 5% diperoleh nilai p value sebesar
sederajat, sedangkan tingkat pendidikan
0,002 sehingga nilai p < 0,05 maka Ho
tinggi yaitu SMA atau sederajat dan Sarjana
ditolak dan Ha diterima yang artinya ada
atau sederajat. Responden dengan tingkat
hubungan antara pendidikan dengan perilaku
pendidikan paling rendah yakni SD memiliki
membuang sampah di Desa Plumbon RW 17
kecenderungan lebih tinggi untuk tidak
Babadan, Desa Banguntapan Kecamatan
menerapkan pemilahan sampah di rumah
Bantul, dan tingkat pedidikan menengah
dibandingkan responden dengan tingkat
sebanyak 35 orang responden (100%)
pendidikan SMP, SMA atau perguruan tinggi.
sebanyak 23 orang responden (65.7%)
Pada variabel pendapatan diperoleh
memiliki perilaku yang baik, sedangkan 12
hasil Chi Square dengan tingkat signifikan
orang responden (34.3%) memiliki perilaku
5% diperoleh nilai p value sebesar 0,020
tidak baik. Dari 21 orang responden ( 100%)
sehingga nilai p < 0,05 maka Ho ditolak dan
yang berpendidikan tinggi, sebanyak 14
Ha diterima yang artinya ada hubungan
orang responden (66,7%) berperilaku baik,
antara pendapatan dengan perilaku
dan 7 orang responden (33,3%) berperilaku
membuang sampah di Desa Plumbon RW 17
tidak baik. Sedangkan dari 20 orang
Babadan, Desa Banguntapan Kecamatan
responden (100%) yang berpendidikan
Bantul, dan diperoleh nilai OR= 2,995 artinya

26
responden yang memiliki tingkat pendapatan tidak baik.hal ini berarti bahwa dengan tidak
dibawah UMK maka mempunyai peluang adanya ketersediaan sarana maka dapat
besar 2,9 kali lebih besar untuk berperilaku mempengaruhi tindakan membuang sampah
tidak baik dalam membuang sampah secara tidak baik. Hal ini sejalan dengan
dibandingkan dengan responden yang penelitian yang dilakukan oleh Napis Alfikri,
memiliki tingkat pendapatan diatas UMK dkk (2018), pada variabel ketersediaan
dengan perilaku baik dalam membuang sarana, dari 69 responden yang sarananya
sampah. dari 39 orang responden (100%) tidak tersedia mayoritas melakukan tindakan
yang berpendapatan dibawah UMK (Upah membuang sampah tidak baik yaitu 85,5%.
Minimum Kerja) terdapat 23 orang responden Sedangkan dari 54 responden dengan
(59.0%) berperilaku tidak baik dalam ketersediaan sarana yang tersedia mayoritas
membuang sampah,dan sebanyak 16 orang melakukan tindakan membuang sampah
responden (41.0%) memiliki perilaku yang dengan baik yaitu 63,0%. Aminah (2016)
baik dalam membuang sampah. Sedangkan mengatakan, diperlukan penyediaan fasilitas
dari 37 orang responden (100%) yang dan perlakuan yang benar agar TPS dapat
berpendapatan diatas UMK (Upah Minumum digunakan untuk mengelola sampah dengan
Kerja), terdapat 12 orang responden (32.4%) cara tertentu, sehingga tidak berdampak
berperilaku tidak baik dalam membuang negatif terhadap lingkungan. Keberadaan TPS
sampah, dan 25 orang responden (67.6%) perlu mendapatkan perhatian yang serius dan
memiliki perilaku yang baik dalam evaluasi secara berkala agar dapat berfungsi
membuang sampah. secara baik. Menurut (Notoatmodjo, 2010)
Pada variabel ketersediaan sarana pengukuran atau penilaian, pengetahuan pada
prasarana diperoleh hasil Chi Square dengan umumnya dilakukan melalui tes atau
tingkat signifikan 5% diperoleh nilai p value wawancara dengan alat bantu kuesioner berisi
sebesar 0,000 sehingga nilai p < 0,05 maka materi yang diukur dari responden. Dengan
Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada demikian diasumsikan bahwa pengetahuan
hubungan antara Ketersediaan sarana seseorang dapat menggambarkan besarnya
prasarana dengan perilaku membuang pengaruh sikap dan perilaku dalam
sampah di Desa Plumbon RW 17 Babadan, perkembangan pribadi secara utuh dan
Desa Banguntapan Kecamatan Bantul, dan mengerjakan aktivitasnya sehari-hari seperti
diperoleh nilai OR= 6,981 artinya responden halnya dalam pembuangan sampah
yang memiliki ketersediaan sarana sembarangan.
mempunyai peluang besar 6,9 kali lebih besar
untuk berperilaku baik dalam membuang KESIMPULAN DAN SARAN
sampah dibandingkan dengan responden yang Berdasarkan hasil analisis dan
tidak memiliki ketersediaan sarana. pembahasan yang telah dikemukakan oleh
responden terbanyak ketersediaan sarana peneliti maka pada penelitian ini dapat
prasarana sebanyak 38 orang responden diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1) Ada
(100%), 29 orang responden (76.3%) hubungan antara pendidikan dengan perilaku
memiliki perilaku baik, 9 orang responden masyarakat dalam membuang sampah di Desa
(23.7%) memiliki perilaku tidak baik. Banguntapan. 2) Ada hubungan antara
Sedangkan yang tidak tersedia sarana pendapatan dengan perilaku masyarakat dalam
prasarana sebanyak 12 orang responden membuang sampah. 3) Ada hubungan antara
(31.6%) memiliki perilaku yang baik, dan 26 ketersediaan sarana prasarana dengan perilaku
orang responden (68.4%) memiliki perilaku masyarakat dalam membuang sampah di Desa

27
Banguntapan. Notoatmodjo,Soekidjo. Kesehatan Masyarakat
Berdasarkan pada simpulan hasil Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.
penelitian tersebut , maka peneliti memberikan 2014
saran-saran sebagai berikut : 1) Untuk Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif,
Pemerintah Desa Banguntapan, dapat lebih Kualitatif, dan R & D. Bandung:
menggerakan masyarakatnya untuk berperilaku Alpabeta. 2013
baik dalam melakukan pembuangan sampah Pratama, Ryan Aditya. PERILAKU
pada tempatnya agar dapat tercipta masyarakat MASYARAKAT DALAM
yang lebih baik lagi serta dapat menciptakan MEMBUANG SAMPAH DI
lingkungan yang lebih bersih dan TEMPAT PENAMPUNGAN
meningkatkan derajat kesehatan khususnya SEMENTARA (TPS) DI
serta memberikan pelatihan dengan prinsip 3R KECAMATAN PONTIANAK
(Reduce, Reuse, Recaycle). 2) Kepala Dinas BARAT KOTA PONTIANAK. Jurnal
Kesehatan Kabupaten Bantul, perlu adanya Teknologi Lingkungan Lahan Basah.
upaya pembinaan, sosialisasi tentang kebijakan 2016;4(1): 1-10
pengelolaan sampah, bahaya sampah bagi Safitri, May Erviana & Ahmad Faizal
kesehatan dan lingkungan, menyediakan sarana Rangkuti; HUBUNGAN TINGKAT
prasarana tempat sampah yang dekat dengan PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN
pemukiman dan terjangkau oleh warga dan SIKAP DENGAN PERILAKU
membentuk kelompok masyarakat yang peduli PENGELOLAAN SAMPAH PADA
akan kebersihan lingkungan. 3) Bagi peneliti PEDAGANG BUAH DAN SAYUR DI
selanjutnya, disarankan agar peneliti PASAR GIWANGAN
selanjutnya melakukan pengkajian tentang YOGYAKARTA; (Skripsi). Yogyakarta
pemilahan sampah sehingga dapat : Universitas Ahmad Dahlan; 2019
dimanfaatkan dan meminimalisir untuk Napis Alfikri, Wisnu Hidayat , Vierto Irennius
terjadinya tumpukan sampah yang berserakan. Girsang. FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN
UCAPAN TERIMAKASIH TINDAKAN MEMBUANG SAMPAH
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN
kepada STIKes Surya Global yang telah HELVETIA KECAMATAN MEDAN
mendanai kegiatan tridharma ini sampai HELVETIA TAHUN 2017. Jurnal Riset
dengan selesai Juga kepada Aparat Desa Hesti Medan, 2018. 3(1). 10-20
Banguntapan Bantul yang telah memberikan Aminah, C.S. Evaluasi Pengelolaan Tempat
ijin kegiatan penelitian. Pembuangan Akhir (Studi Kasus Tpa
Ikhulung Kabupaten Aceh Barat Daya).
DAFTAR PUSTAKA Magister Ilmu Lingkungan Program
Sumanrti, Arif. Kesehatan Lingkungan. Jawa Pasca sarjana Universitas Diponegoro
Barat : Kencana. 2017 Semarang. 2016
Dinas Lingkungan Hidup 2018. Informasi Notoatmodjo, S. Kesehatan Masyarakat Ilmu
Kerja Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta. 2010
Kabupaten Bantul. 2018.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung :
Alpabeta. 2018

28
HUBUNGAN PENGETAHUAN, ASUPAN GIZI DAN FAKTOR LAIN
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA
PUTRI KELAS XII DI SMK KANDANGHAUR TAHUN 2020

RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE, NUTRITION INTAKE AND OTHER


FACTORS RELATED TO THE EVENT OF ANEMIA IN ADOLESCENTS XII
CLASS PRINCESS AT KANDANGHAUR VOCATIONAL SCHOOL, 2020
Mayang Chyntaka1, Cucu Nurmala2
Program Sarjana Kebidanan STIKES Indramayu
Jl. Wirapati Sindang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat
Coresponding author : mayangchyntaka87@gmail.com, cucunurmala5@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan adalah bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, asupan gizi
dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri kelas XII di SMK
Kandanghaur tahun 2020. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian survey
menggunakan pendekatan crosssectional. Populasi semua remaja putri kelas XII di SMK Kandanghaur
sebanyak 300 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan random sampling berjumlah 75
responden. Hasil penelitian dari analisis univariat diperoleh bahwa dari seluruh responden terdapat
sebanyak 71 responden atau 94,7% mempunyai pengetahuan baik tentang anemia, 52 responden atau
69,3% dengan status gizi normal, 73 responden atau 97,3% dengan pola makan teratur, 72 responden atau
96% dengan pekerjaan ayah adalah pekerja tidak tetap, dan 45 responden atau 60% yang tidak mengalami
anemia. Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa hanya satu faktor yang berhubungan terhadap
kejadian anemia yaitu status gizi, sedangan faktor lainnya seperti pengetahuan, pola makan sehari-hari,
dan pekerjaan orang tua tidak terdapat hubungan yang bermakna terhadap kejadian anemia pada remaja
putri kelas XII di SMK Kandanghaur tahun 2020.

Kata kunci : pengetahuan, status gizi, pola makan, anemia, remaja putri

ABSTRACT
This research aims to determine the relationship between knowledge, nutritional intake and other factors
related to the incidence of anemia in female adolescents in grade XII at SMK Kandanghaur in 2020. The
method used in this research is a type of survey research using a cross-sectional approach. The population
of all female adolescents in class XII at SMK Kandanghaur is 300 students. Sampling in the study using
random sampling amounted to 75 respondents. The results of the research from the univariate analysis
showed that 71 respondents or 94.7% of all respondents had good knowledge about anemia, 52
respondents or 69.3% with normal nutritional status, 73 respondents or 97.3% with a regular diet, 72
respondents or 96% whose father's job is temporary workers, and 45 respondents or 60% who do not have
anemia. Based on the bivariate analysis, it is known that only one factor is related to the incidence of
anemia, namely nutritional status, while other factors such as knowledge, daily diet, and parents'
occupation have no significant relationship with the incidence of anemia in XII grade girls at SMK
Kandanghaur. 2020.

Keywords : knowledge, nutritional status, diet, anemia, young women

29
PENDAHULUAN Menurut data Riskesdas tahun 2013,
Penyakit Anemia merupakan kondisi cakupan prevalensi anemia di Indonesia yaitu
ketika jumlah sel darah merah lebih rendah 21,7% dengan kisaran usia penderita yang
dari jumlah normal. Selain itu, anemi terjadi mengalami anemia berumur 5-14 tahun
ketika hemoglobin didalam sel-sel darah sebesar 26,4% dan 18,4%, kisaran berumur
merah tidak cukup, seperti protein kaya zat 15-24 tahun 2013.(Statistik, 2013)
besi yang memberikan warna merah darah. Berdasarkan Data Survei Kesehatan
Protein ini membantu sel-sel darah merah Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 prevalensi
membawa oksigen dari paru-paru keseluruh anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil
tubuh. Apabila tubuh kita tidak sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja
mendapatkan cukup sel darah yang baik, putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia
maka aliran oksigenpun akan berkurang. 19-45 tahun sebesar 39,5%. Dari data tersebut
Akibatnya seseorang mungkin akan merasa sudah sangat jelas bahwa risiko usia terjadi
lelah, letih atau lemah,selain itu gejala lain anemia yaitu pada remaja usia 10-18 tahun.
yang mungkin akan muncul adalah sesak Berbagai faktor yang melatar belakangi
nafas, ousing atau sakit kepala. (Redaksi, tingginya angka kejadian anemia zat besi di
n.d.) Negara berkembang antara lain masih
Anemia gizi merupakan masalah gizi yang rendahnya keadaan sosial ekonomi, pendidikan
paling utama di Indonesia yang banyak terjadi rendah , penghasilan yang rendah, serta
pada remaja putri. Dampak yang biasanya kesehatan pribadi yang buruk contohnya adalah
terjadi karena anemia pada remaja biasanya zat gizi yang dikonsumsi sehari-hari. Selain itu
adalah menurunnya daya tahan tubuh sehingga dengan adanya gangguan siklus mentruasi pada
mudah terkena penyakit, dapat menurunkan perempuan setiap bulan juga dapat menjadi
konsentrasi pada sehinggahal tersebut dapat salah satu factor penyebab perempuan mudah
berpengaruh pada prestasi belajar, selain itu terkena anemia karena difisiensi zat
menurunkan kebugaran remaja. Anemia yang besi.(Sediaoetomo,2004).
terjadi pada remaja putri merupakan risiko
terjadinya gangguan fungsi fisik dan mental. METODE PENELITIAN
Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya Metode penelitian ini dilaksanakan
hal tersebut adalah dengan menambah sasaran dengan desain study analitik dengan
program pada usia pranikah sehingga bila pendekatan cross-sectional, yaitu variabel
pengetahuan tentang anemia dan upaya sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang
pencegahannya dimiliki oleh para remaja terjadi pada objek penelitian diukur atau diteliti
diharapkan nantinya pada saat berumah tangga secara simultan (dalam waktu yang
akan lebih efektif dalam uapaya pencegahan bersamaan). (Notoatmodjo, 2012)
anemia dimasa reproduksi.
Jumlah kejadian anemia sampai saat
ini masih cukup tinggi terutama bagi remaja
putri berdasarkan surve yang dilakukan
World Health Organization (WHO) (2013),
prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%.
Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun)
di Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari
50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan
(Kesehatan, 2013)

30
HASIL PENELITIAN Berdasarkan tabel di atas, diketahui
Hasil penelitian disajikan dalam tabel bahwa 72 responden atau 96% ayah dari
dibawah ini : responden menjadi pekerja tidak tetap.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tabel 5
No Pengetahuan f % Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia
1 Baik 71 94,7 No Kejadian Anemia F %
2 Kurang 4 5,3 1 Anemia 30 40
Jumlah 75 100 2 Tidak Anemia 45 60
Jumlah 75 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa
dari seluruh responden sebanyak 71 responden Berdasarkan tabel di atas, diketahui
atau 94,7% mempunyai pengetahuan baik bahwa terdapat 45 responden atau 60% yang
tentang anemia. tidak mengalami anemia, namun masih ada 30
.Tabel 2 responden atau 40% mengalami anemia.
Distribusi Frekuensi Status Gizi Berdasarkan analisis bivariat, hasil
No Status Gizi F % penelitian sebagai berikut :
1 Gemuk 9 12
2 Normal 52 69,3 Tabel 6
3. Kurus 14 18,7 Hasil Uji Statistik
Jumlah 75 100 PengetahuanTerhadapKejadian Anemia
Kejadian
Anemia
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa P
Penget Tidak Jumlah
terdapat 52 responden atau 69,3% masuk Val
ahuan Anemia Anemi
ue
kedalam kategori dengan status gizi normal a
Tabel3 F % F % F %
Baik 2 4 7
Distribusi Frekuensi Pola Makan 40,8 59,2 100
9 2 1
No PolaMakan F % Kurang 7 0,5
1 25 3 4 100
1 Teratur 73 97,3 5 29
Jumlah 3 40 4 6 7
2 Tidakteratur 2 2,7 100
0 5 0 5
Jumlah 75 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa
Berdasarkan tabel di atas, diketahui dari 71 responden yang memiliki pengetahuan
bahwa 73 responden atau 97,3% terbiasa baik terdapat 42 responden atau 59,2% yang
dengan pola makan yang teratur. tidak mengalami anemia dan dari 4 responden
yang memiliki pengetahuan kurang terdapat 3
Tabel 4 responden atau 75% yang tidak mengalami
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ayah anemia.
No Pek Ayah F % Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh
1 Tidaktetap 72 96
nilai P = 0,529 > atau nilai P = 0,529 > 0,05
sehingga Ha ditolak dan Ho diterima, artinya
2 Tetap 3 4
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
Jumlah 75 100
pengetahuan dengan kejadian anemia.

31
Tabel 7 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa
Hasil Uji Statistik Status dari 73 responden dengan pola makan teratur
GiziTerhadapKejadian Anemia terdapat 43 responden atau 58,9% yang tidak
Kejadian mengalami anemia dandari 2 responden dengan
Anemia pola makan tidak teratur seluruhnya tidak
Jumla P
Status Tidak
h Val mengalami anemia.
Gizi Anemia Anemi
ue Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh
a
F % F % F % nilai P = 0,242 > atau nilai P = 0,242 > 0,05
Gemuk 8 11, 10 sehingga Ha di tolak dan Ho diterima, artinya
88,9 1 9
1 0
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
Normal 1 4 76, 5 10
23,1 pola makan dengan kejadian anemia.
2 0 9 2 0 0,00
Kurus 1 28, 1 10 0
71,4 4
0 6 4 0 Tabel 9
Jumlah 3 40 4 60 7 10 Hasil Uji Statistik Pekerjaan Ayah
0 5 5 0
TerhadapKejadian Anemia
Kejadian
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa Anemia
dari 9 responden dengan status gizi gemuk Pekerja P
Tidak Jumlah
an Val
terdapat 8 responden atau 88,9% yang Anemia Anemi
Ayah ue
mengalami anemia, dari 52 responden dengan a
F % F % F %
status gizi normal terdapat 40 responden atau
Pekerj
76,9% yang tidak mengalami anemia dandari 2 4 7
aTidak 40,3 59,7 100
14 responden dengan status gizi kurus terdapat 9 3 2
Tetap
0,8
10 responden atau 71,4% yang mengalami Pekerj
1 33,3 2 66,7 3 100 10
anemia. aTetap
Jumla 3 40 4 6 7
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh h 0 5 0 5
100
nilai P = 0,000 < atau nilai P = 0,000 < 0,05
sehingga Ho ditolak dan Haditerima, artinya Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara status dari 72 responden dengan pekerjaan ayah
gizi dengan kejadian anemia. adalah pekerja tidak tetap terdapat 43
responden atau 59,7% yang tidak mengalami
Tabel8 anemia dan dari 3 responden dengan pekerjaan
Hasil Uji Statistik ayah adalah pekerja tidak tetap terdapat 2
PolaMakanTerhadapKejadian Anemia responden atau 66,7% yang tidak mengalami
Kejadian anemia.
Anemia
Jumla P Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh
Pola Tidak
h Valu nilai P = 0,810 > atau nilai P = 0,810 > 0,05
Makan Anemia Anemi
e
a sehingga Ha ditolak dan Hoditerima, artinya
F % F % F % tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
Teratur 3 4 7 10 pekerjaan ayah dengan kejadian anemia.
41,1 58,9
0 3 3 0
TidakT
0 0 2 100 2 100 0,242
eratur
Jumlah 3 40 4 6 7
100
0 5 0 5

32
PEMBAHASAN Contoh gizi yang baik terutama makanan
A. Gambaran Variabel yang mengandung zat besi dapat
Gambaran pengetahuan tentang bersumber dari hewani berupa ikan,
anemia diketahui bahwa dari 75 responden daging, hati maupun sumber nabati
terdapat 71 responden atau 94,7% berupa sayuran hijau tua.
mempunyai pengetahuan baik tentang Gambaran pekerjaan ayah
anemia. Rata – rata pendidikan responden diketahuibahwa dari 75 responden terdapat
adalah sedang menempuh pendidikan 72 responden atau 96% dengan pekerjaan
menengah atas, hal ini bias menjadi salah ayah adalah pekerja tidak tetap .Pekerjaan
satu factor responden memiliki cukup ayah berhubungan dengan tingkat
pengetahuan tentang anemia yang terjadi pendapatan dan kemampuan dalam
pada masa remaja. Masa remaja pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.
merupakan masa dimana terjadi Dalam penelitian ini pekerjaan ayah
perkembangan dan pertumbuhan yang mayoritas pekerja tidak tetap yaitu
cukup cepat, terjadi pula perubahan pedagang, petani, buruh dan sebagainya.
fisiologis maupun psikologis . Dengan pekerjaan tersebut perolehan
Perkembangan fisiologis terjadi terutama pendapatan dan kemampuan dalam
pada system reproduksi salah satunya mencukupi kebutuhan keluarga tentunya
yaitu terjadinya siklus menstruasi yang berbeda-beda, sehingga pemenuhan
berlangsung secara periodik. Dengan kebutuhan gizi keluarga ada yang
adanya siklus ini maka kadar terpenuhi dan tidak terpenuhi.
haemoglobin dalam darah akan menurun, Gambaran kejadian anemia
maka seorang perempuan akan rentan diketahui bahwa dari 75 responden
mengalami defisiensi anemia zat besi. terdapat 45 responden atau 60% tidak
Berdasarkan gambaran status gizi mengalami kejadian anemia. Masa remaja
diketahui bahwa dari 75 responden merupakan masa pertumbuhan yang
terdapat 52 responden atau 69,3% sangat cepat, serta aktivitas kegiatan yang
responden masuk kedalam kategori status sangat tinggi, remaja lebih sering makan
gizi normal. Penghitungan status gizi diluar bahkan biasanya cenderung banyak
diukur dengan penghitungan Index Masa makan dengan gizi yang cukup. sehingga
Tubuh yang menunjukkan mayoritas pada masa ini kekurangan , serta rata-rata
responden memiliki status gizi termasuk remaja sekolah sudah mendapatkan uang
ke dalam kategori status normal. saku dari kedua orangtuanya untuk
Gambaran tentang pola makan keperluan jajan serta makan selama
diketahui bahwa dari 75 responden aktivitas di luar rumah/sekolah.
terdapat 73 responden atau 97,3% dengan
pola makan teratur.Pola makan teratur B. Analisis Bivariat
adalah makan 3 kali sehari. Sebagian 1. Hubungan Pengetahuan Terhadap
besar responden mayoritas memiliki pola Kejadian Anemia
makan teratur, namun aktifitas sekolah Pengetahuan yang dimiliki seseorang
yang cukup padat mengharuskan tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat
konsumsi makanan harus teratur dan pendidikan saja, namun masih ada factor
terjaga. Pola makan yang baik, bukan lain yang mempengaruhi pengetahuan
berada pada frekuensi kita makan, namun seperti usia, faktor psikologis (nutrisi,
terletak pada apa menu yang dimakan. ketenangan,hubungan personal), faktor

33
lingkungan , tempat memperoleh senantiasa berkeinginan untuk belajar dan
pengetahuan dan lain-lain. melindungi dirinya.
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa dari 71 responden yang 2. Hubungan Status Gizi Terhadap
memiliki pengetahuan baik terdapat 42 Kejadian Anemia
responden atau 59,2% dan tidak Status gizi sampai saat ini masih
mengalami anemia dan dari 4 responden merupakan masalah bagi kesehatan
yang memiliki pengetahuan kurang masyarakat pada umumnya, karena masih
terdapat 3 responden atau 75% yang tidak banyak juga remaja yang masuk ke dalam
mengalami anemia. Berdasarkan hasil uji golongan gizi kurang ataupun berlebih.
statistik diperoleh nilai P = 0,529 > a atau Timbulnya masalah gizi pada remaja
nilaiP = 0,529 > 0,05 sehingga Ha ditolak biasanya terjadi karena perilaku konsumsi
dan Ho diterima, artinya tidak terdapat makan yang salah seperti
hubungan yang bermakna antara ketidakseimbangan antara jumlah
pengetahuan dengan kejadian anemia. makanan serta kandungan zat gizi
Hal ini menunjukkan bahwa didalamnya yang dianjurkan.
mayoritas responden memiliki Berdasarkan hasil penelitian
pengetahuan yang baik tentang anemia diketahui bahwa dari 9 responden dengan
dan tidak mengalami anemia. Pengetahuan status gizi gemuk terdapat 8 responden
yang diperoleh oleh responden bisa atau 88,9% yang mengalami anemia, dari
diperoleh saat disekolah karena memang 52 responden dengan status gizi normal
terdapat pelajaran yang sedikit membahas terdapat 40 responden atau 76,9% yang
tentang menstruasi (biologi) , selain itu tidak mengalami anemia dan dari 14
rentang usia responden berada pada responden dengan status gizi kurus
rentang usia remaja sehingga dapat terdapat 10 responden atau 71,4% yang
menangkap informasi yang diperoleh mengalami anemia. Berdasarkan hasil uji
dengan baik/kemampuan dalam berfikir statistik diperoleh nilai P = 0,000 < a atau
dan merespon dengan baik apalagi nilai P = 0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak
menyangkut dengan kesehatan yang dan Ha diterima, artinya terdapat
berhubungan dengan dirinya. hubungan yang bermakna antara status
Hasil penelitian ini sesuai dengan gizi dengan kejadian anemia.
penelitian yang dilakukan oleh Dian Berdasarkan penelitian yang telah
Gunatmaningsih tentang factor-faktor dilakukan oleh Fhany,et al pada tahun
yang berhubungan kejadian anemia pada 2014 menyimpulkan bahwa semakin baik
remaja puti pada tahun 2007 di kabupaten status gizi seseorang (remaja) maka akan
brebes diperoleh hasil bahwa rata-rata dapat mengaurangi risiko terjadinya
responden yang mempunyai tingkat anemia. Gizi yang baik akan membawa
pengetahuan yang baik tidak mengalami pengaruh positif terhadap metabolisme
anemia, dan hasil uji statistik tubuh, maka semakin gizi nya bagus maka
menunjukkan tidak ada hubungan antara seseorang biasanya dapat dipastikan
pengetahuan dengan kejadian anemia pada bahwa secara fisik maupun psikologis
remaja putri dengan nilai p = 0,416. (Pada dalam keadaan sehat.
et al., 2007). Hal tersebut menunjukan Akan tetapi hasil penelitian ini
bahwa seseorang yang memiliki bertolak belakang dengan penelitian yang
pengetahuan maka mereka akan telah dilakukan oleh Wahyu Mahar pada

34
tahun 2016, dengan judul hubungan antara dengan nilai p=0,026. (Tiaki & Ismarwati,
status gizi, siklus dan lama menstruasi 2017)
dengan kejadian anemia pada remaja putri Responden seluruhnya tidak
di Surabaya, menunjukan bahwa 55,36% mengalami anemia, hal tersebut
responden memiliki status gizi yang baik menunjukan bahwa pola makan tidak
(normal) dan uji statistic menunjukan berpengaruh terhadap kejadian anemia,
tidak ada hubungan antara status gizi karena pola makan yang baik atau teratur
dengan kejadian anemia pada remaja putri tidak selalu diartikan sebagai keteraturan
dengan nilai P=0,902. waktu dan berapa kali makan, namun
makanan yang mengandung zat gizi
3. Hubungan Pola Makan Terhadap seimbang untuk mendukung aktivitas dan
Kejadian Anemia peningkatan daya tahan tubuh.
Pola makan yang baik sangat
diperlukan, karena dapat membantu 4. Hubungan Pekerjaan Ayah Terhadap
aktivitas sehari – hari dan dapat Kejadian Anemia
mempengaruhi gizi seseorang, hal tersebut Pekerjaan orang tua biasanya
dikarenakan kualitas serta kuantitas berhubungan erat dengan dengan
makanan dan minuman yang dikonsumsi pendapatan, dimana pendapatan menjadi
akan mempengaruhi tingkat kesehatan salah satu faktor terhadap kuantitas dan
seseorang. Setiap orang memerlukan pola kualitas makanan yang dikonsumsi oleh
makan yang baik untuk menjaga anggota keluarganya. Pendapatan yang
kesehatannya serta mendukung kelancaran diperoleh besar maka biasanya akan
aktivitas, terutama pada remaja yang selalu mampu memberikan kemudahan dalam
memiliki aktivitas yang tinggi setiap memilih bahan pangan yang baik,
harinya. sehingga bahan pangan yang dibuat
Berdasarkan hasil penelitian menjadi makanan akan lebih mempunyai
diketahui bahwa dari 73 responden dengan nilai gizi yang cukup untuk kebutuhan
pola makan teratur terdapat 43 responden keluarga terutama bagi remaja yang
atau 58,9% yang tidak mengalami anemia mempunyai aktivitas tinggi setiap harinya.
dan dari 2 responden dengan pola makan Berdasarkan hasil penelitian
tidak teratur seluruhnya tidak mengalami diketahui bahwa dari 72 responden dengan
anemia. Berdasarkan hasil uji statistik pekerjaan ayah adalah pekerja tidak tetap
diperoleh nilai P = 0,242 > a atau nilai P = terdapat 43 responden atau 59,7% yang
0,242 > 0,05 sehingga Ha ditolak dan Ho tidak mengalami anemia dan dari 3
diterima, artinya tidak terdapat hubungan responden dengan pekerjaan ayah adalah
yang bermakna antara pola makan dengan pekerja tidak tetap terdapat 2 responden
kejadian anemia. atau 66,7% yang tidak mengalami anemia.
Hasil penelitian ini tidak didukung Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh
oleh penelitian yang dilakukan oleh Nur nilai P = 0,810 > a atau nilai P = 0,810 >
Khatim AH Tiaki yang berjudul 0,05 sehingga Ha ditolak dan Ho diterima,
Hubungan Pola Makan Terhadap Kejadian artinya tidak terdapat hubungan yang
Anemia Pada Tahun 2017. Berdasarkan bermakna antara pekerjaan ayah dengan
hasil penelitian tersebut menunjukan kejadian anemia.
bahwa ada hubungan antara pola makan Rata –rata pekerjaan orang tua
dengan kejadian anemia pada remaja putri responden adalah tidak tetap, namun

35
idealnya harus kita tanykan adalah kisaran Sediaoetomo, A. (2004). Ilmu Gizi untk
penghasilan orang tua perbulannya. Hal Mahasiswa dan Profesi. Dian Rakyat.
itu bisa menjadi salah satu indikator untuk Shara, F. El, Wahid, I., & Semiarti, R. (2014).
memperkuat faktor penghasilan terhadap Hubungan Status Gizi dengan Kejadian
kejadian anemia. Pemenuhan kebutuhan Anemia pada Remaja Putri di SMAN 2
keluarga dalam konsumsi makanan Sawahlunto Tahun 2014. Jurnal
dengan gizi seimbang sangat dipengaruhi Kesehatan Andalas, 6(1).
oleh besar kecilnya pendapatan keluarga. https://doi.org/https://doi.org/10.25077/jka
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai .v6i1.671
dengan yang telah dilakukan oleh Dian Statistik, B. P. (2013). Survai Demografi dan
Gunatmaningsih dengan judul fakto-faktor Kesehatan Indonesia.
yang berhubungan dengan kejadian Tiaki, N. K. A., & Ismarwati, I. (2017).
anemia pada remaja putri, dengan hasil ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS
bahwa rata-rata pendapatan orang tua XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA ANEMIA
termasuk dalam kategori tinggi yaitu PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI
55.7% dengan hasil uji statistik [Universitas AISYIYAH].
menunjukan adanya hubungan antara http://digilib.unisayogya.ac.id/2469/
tingkat pendapatan dengan kejadian
anemia pada remaja putri dengan nilai P=
0,035.

DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan, K. (2013). Riset Kesehatan Dasar.
https://www.kemkes.go.id/folder/view/01/
structure-publikasi-pusdatin-profil-
kesehatan.html
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Rineka Cipta.
Pada, A., Putri, R., Sma, D. I., Jatibarang, K.,
Brebes, K., & Gunatmaningsih, D. (2007).
FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA
NEGERI 1 KECAMATAN JATIBARANG
KABUPATEN BREBES TAHUN 2007.
Negeri Semarang.
Permatasari, W. M. (2016). Hubungan antara
status gizi, siklus dan lama menstruasi
dengan kejadian anemia remaja putri di
sma negeri 3 surabaya. Universitas
Airlangga.
Redaksi, H. (n.d.). Anemia Defisiensi Besi.
Diambil 2 Februari 2021, dari
https://www.halodoc.com/kesehatan/anem
ia-defisiensi-besi

36
RESPON MASYARAKAT MENGENAI COVID 19 DI KABUPATEN
INDRAMAYU JAWA BARAT

COMMUNITY RESPONSE REGARDING COVID 19 IN INDRAMAYU WEST


JAVA
1
Lina Rahmawati, 2Riyanto, 3Asmadi
1
Aper Saifudi Zuhri Indramayu 2STIKes Indramayu 3STIKes Kuningan
Jalan. Pahlawan no 45 Lemahmekar Indramayu 45212
linarahmawati2409@gmail.com

ABSTRAK
Respon masyarakat menyikapi wabah virus corona beragam, ada yang mengikuti protokol kesehatan,
tapi karena alasan ekonomi, mereka harus keluar rumah dan bertahan hidup.
Agar masyarakat bisa selamat dari pandemi ini dan terlepas dari wabah, kami sebagai Forum
Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kabupaten Indramayu / Forum Pengurangan Resiko Bencana
(FPRB) dianggap penting untuk mengetahui sejauh mana respon masyarakat. untuk wabah pandemi Covid
19.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Data diperoleh dari 31 Kecamatan di Kabupaten
Indramayu, kemudian data dianalisis didapat masyarakat memperoleh informasi tentang virus corona dari
media televisi elektronik, masyarakat mengerti apa itu ODP dan PDP, masyarakat dapat informasi
mengenai Covid 19 sehingga lebih berhati-hati dan waspada, masyarakat mengurangi aktivitas di luar
rumah, melakukan himbauan pemerintah untuk tidak mengunjungi tempat keramaian seperti pasar, mall,
dan lain-lain, selalu memakai alat pelindung diri seperti masker ketika berbicara dengan orang lain atau
keluar rumah, jika ada tetangga atau kerabat yang batuk pilek lalu menjauhi tidak berinteraksi dengan
orang tersebut, mencegah penularan virus corona dengan banyak istirahat, makan buah dan sayur, lebih
sering coba Cuci tangan pakai sabun dan hand sanitizer, menjaga pola hidup bersih dan sehat, rajin
berolahraga, memeriksa kesehatan.
Disimpulkan saat ini virus corona masih eksis dan penderitanya semakin meningkat meski ada yang
sudah sembuh. Rekomendasi hasil penelitian ini menjadi rujukan bagi stakeholders khususnya pemerintah
daerah untuk mengurangi dan menanggulangi bencana Covid 19 di Indramayu. Pemerintah harus
berkolaborasi dengan organisasi dan komunitas untuk berpartisipasi dalam upaya penanggulangan wabah
Covid 19, termasuk FPRB yang memiliki peran penting dalam bencana.

ABSTRACT
The public's response to the corona virus outbreak has varied, some are following health protocols,
but for economic reasons, they have to leave the house and survive.
In order for the community to survive this pandemic and apart from the outbreak, we as the
Indramayu Regency Disaster Risk Reduction Forum (FPRB)/Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB)
is deemed important to determine the extent of the public's response to the Covid 19 pandemic outbreak.
This type of research is descriptive quantitative. Data was obtained from 31 Districts in Indramayu
Regency, then the data was analyzed and the data was obtained by the community getting information
about the corona virus from electronic television media, the community understood what ODP and PDP
were, the community got information about Covid 19 so that they were more careful and vigilant, people
reduced their activities in outside the home, make government calls not to visit crowded places such as
markets, malls, etc., always wear personal protective equipment such as masks when talking to other
people or going out of the house, if there are neighbors or relatives who cough a cold then stay away from
not interacting with this person, prevents transmission of the corona virus by getting plenty of rest, eating
fruits and vegetables, trying to wash hands more often with soap and hand sanitizer, maintaining a clean
and healthy lifestyle, exercising diligently, checking health.
It was concluded that currently the corona virus still exists and the sufferers are increasing even
though some have recovered. The recommendations from this research are a reference for stakeholders,
especially local governments, to reduce and cope with the Covid 19 disaster in Indramayu. The

37
government must collaborate with organizations and communities to participate in efforts to tackle the
Covid 19 outbreak, including FPRB which has an important role in disasters.

Keywords: Community Response, Covid 19, FPRB Indramayu

PENDAHULUAN komunikasi sosial yang ada dengan efektif dan


Virus corona 2019 (corona virus tepat sasaran ( Jamil, Bahrum 2020).
disease/Covid 19) nama yang abru diberikan Penyebab covid 19 yaitu oleh SARS-
World Health Organization (WHO) bagi CoV-2 yaitu virus jenis baru dari coronavirus
pasien dengan infeksi virus novel corona 2019 (kelompok virus yang menginfeksi system
yang pertama kali dilaporkan di kota Wuhan, pernafasan). Infeksi virus corona bisa
Cina akhir 2019. Penyebaran terjadi dengan menyebabkan infeksi pernafasan ringan sampai
cepat dan membuat ancaman pandemic baru. dengan sedang, seperti flu atau infeksi sistem
Etiologi penyakit ini diketahui pasti yaitu pernafasan dan paru-paru seperti pneumonia.
termasuk virus ribonulceid acid (RNA) yaitu Virus ini awalnya ditularkan hewan ke
virus corona jenis baru. Betacorona virus dan manusia, setelah itu diketahui infeksi bisa
satu kelompok dengan virus corona penyebab menular dari manusia ke manusia. Penularan
severe acure respiratory syndrome (SARS) dan melalui droplet yang keluar saat penderita
middle east respitatory syndrome (MERS bersin dan batuk, memegang mulut, mata tanpa
CoV). Diagnosa saat itu ditegakan dengan mencuci tangan terlebih dahulu, kontak jarak
resiko perjalanan dari Wuhan atau Negara dekat (kurang dari 2 meter) dengan penderita
terjangkit dalam kurun waktu 14 hari disertai tanpa mengenalkan masker. Menurut WHO
gejala infeksi saluran nafas atas atau bawah, covid 19 juga bisa menular melalui aerosol
disertai bukti laboratorium pemeriksaan real (partikel zat udara) meski demikian, cara
time polymerase chain reaction (RT-PCR). penularan ini terjadi dalam prosedur medis
(Handayani dian dkk, 2020). tertentu seperti bronkoskopi, intubasi
Pada forum diskusi ilmiah yang endotrakeal, hisap lendir, dan pemberian obat
dilaksanakan oleh FISIP Universitas Medan hirup melalui nebulizer (Cristy Pane M.D,
dengan tema “ komunikasi social dan respon 2020).
masyarakat terhadap covid 19, antara maut dan Penelitian sebelumnya oleh Sudiro
perut” pada 26 Juni 2020 bahwa respon Achmaddudin & Wattimena Like ( 2020)
masyarakat sangat beragam antara lain mengenai sikap dan perilaku masyarakat
masyarakat ada yang benar-benar mengerti dan Indonesia terhadap pandemic virus (Covid 19)
mematuhi protocol kesehatan, ada yang di Indonesia bahwa masyarakat menunjukan
mengerti akan tetapi terpaksa keluar rumah emosional sedih, takut terhadap kondisi saat
dengan melanggar kesehatan, tidak mau ini. Masyarakat menggunakan berita online
mengerti, menyikapi kebijakan penanganan sebagai sumber informasi mengenai covid 19,
Covid 19 dan menghubungkannya dengan ada juga yang memilih memperoleh informasi
politik, dan sangat percaya dengan prinsip dari praktisi kesehatan, otoritas kesehatan,
nyawa di tangan tuhan sehingga tidak ada masyarakat berharap adanya pemeriksaan dan
perubahan perilaku salam kehidupan sehari- pengobatan gratis, pendidikan kesehatan
hari. Solusinya kebijakan harus benar-benar melalui mencuci tangan, menggunakan masker,
jelas, tegas dan mengikat dari pemangku dll. Kesimpulan penelitian tersebut bahwa
kebijakan, proses edukasi yang konsisten dan empati masyarakat terhadap masalah tersebut
berkomitment dari pemerintah dan stakeholder tergolong tinggi. Media online dijadikan
lainnya dan gunakan saluran-saluran sumber informasi mengenai covid 19.

38
Masyarakat berhadap mendapatkan pengobatan Covid 19, sehingga masa pandemic dapat
gratis, dan upaya pencegahan preventif tetap berakhir dengan cepat . untuk itu penelitian ini
dilakukan. dilakukan FPRB untuk mengetahui sejauh
Penelitian serupa telah dilakukan di mana respon masyarakat terkait Covid 19
Bali oleh Yanti dkk (Agustus 2020) sehingga hasilnya dapat menjadi masukan bagi
bekerjasama dengan PPNI setempat mengenai pemerintah dalam pengambilan keputusan,
gambaran perilaku masyarakat tentang Covid penyusunan strategi sehingga terbebas dari
19 dan perilaku masyarakat dimasa Pandemi pandemic Covid 19 khususnya di Kabupaten
Covid 19 hasil nya bahwa pengetahuan Indramayu.
masyarakat mengenai hal tersebut baik yaitu
70%. Masyarakat Bali menunjukan kepatuhan Metode Penelitian
terhadap protocol kesehatan dimasa pandemic Metode yang dilakukan dalam
Covid 19. Kategori kasus masyarakat sebagian penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
besar beresiko rendah (85,33%) mengalami Deskriptif adalah metode yang dilakukan untuk
Covid 19. menggambarkan, menjelaskan, berbagai
Survey respon masyarakat mengenai kondisi, situasi, fenomena atau berbagai
Covid 19 di Kabupaten Indramayu salah variable penelitian menurut kejadian
satunya bertujuan menghentikan penyebaran sebagaimana adanya yang dapat di potret.
virus corona untuk membantu mitigasi Penelitian deskriptif menggunakan angka,
penyebaran virus corona di Kabupaten mulai dari pengumpulan data, penafsiran
Indramayu. Hal ini ditujukan untuk terhadap data tersebut serta penampilan dari
memberikan informasi yang baik, edukatif dan hasilnya. Dan dideskripsikan secara deduksi
berbasis data terkait virus corona. Harapannya yang berangkat dari teori-teori umum, lalu
dengan informasi yang baik, masyarakat dan dengan observasi untuk menguji validitas
stakeholder mendapatkan informasi yang keberlakuan teori tersebut ditariklah
proporsional pas untuk bereaksi dalam kesimpulan. Kemudian dijabarkan secara
mengambil langkah-langkah penting baik deskriptif, karena hasilnya akan diarahkan
untuk pencegahan dan kewaspadaan kedepan. untuk mendeskripsikan data yang diperoleh
Peningkatan kasus Covid 19 yang saat untuk menjawab rumusan (Arikunto, 2005).
ini masih terjadi sehingga diperlukan upaya Populasi dalam penelitian merupakan
preventif agar penularan virus tidak terjadi. hal penting untuk memberikan batasan yang
Masyarakat harus meningkatkan PHBS jelas tentang objek yang diteliti. Menurut
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Untuk itu Burhan Bungin populasi penelitian merupakan
upaya preventif antara lain melalui penggunaan keseluruhan objek penelitian berupa manusia,
masker, menutup mulut dan hidung, mencuci hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, segala nilai,
tangan teratur dengan sabun dan desinfektan, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya sehingga
menghindari kontak dengan orang teronfeksi, objek-objek tersebut menjadi sumber data
menjaga jarak, menahan diri menyentuh mata, penelitian (Burhan Bungin (2005). Pupulasi
hidung dan mulut dengan tangan yang tidak pada penelitian ini adalah masyarakat di
dicuci ( Di Gennaro et al, 2020). Akan tetapi Kabupaten Indramayu Tahun 2020 sebanyak
pengetahuan saja dan perilaku saja tidak cukup. 1.675.790 jiwa .
Pemerintah di setiap daerah harus mengetahui Menurut W. Gulo sampling asalah
apa yang terjadi di wilayahnya sendiri, pengambilan sampel dari suatu populasi. Cara
pemerintah harus melalukan tindakan nyata yang ditempuh untuk menentukan sampel
terkait PHBS untuk menurunkan jumlah kasus dalam penelitian ini adalah seluruh pupulasi

39
yang ada di Kabupaten Indramayu terdiri dari Tabel 2.
31 Kecamatan kemudian dari hasil perhitungan Distribusi Respon Masyarakat Tentang
sampel menurut Slovin dalam jurnal Sevilla, Covid 19 (n = 598)
Consuelo G. et. al (2007). Diperoleh hasil 600 Karakteristik f %
Darimana Saudara lebih
sampel dengan margin error 5%. Akan tetapi
sering memperoleh informasi
adanya kendala beberapa responden penelitian mengenai virus corona?
tidak mau mengisi kuisioner sehingga Media Sosial misalnya 251 41,97
responden yang mengisi hanya 598 orang. whatsapp, facebook, website
Peneliti mengambil data dari setiap Media elektronik misalnya 293 49,00
Kecamatan sejumlah 20 sampel. Peneliti televisi
Media cetak misalnya koran 1 0,17
menyebarkan angket melalui anggota Forum
Petugas kesehatan 7 1,17
Pengurangan Resiko Bencana Kabupaten Obrolan teman 46 7,69
Indramayu yang tersebar di seluruh Kabupaten Apakah Saudara memahami
Indramayu. yang dimaksud dengan ODP
(Orang Dalam Pemantauan)?
Hasil Ya 440 73,58
Hasil penelitian ini berkaitan dengan distribusi Tidak 122 20,40
frekuensi karakteristik responden, distribusi Ragu-ragu 36 6,02
respon masyarakat tentang Covid 19 yang Apakah Saudara memahami
yang dimaksud dengan PDP
ditampilkan pada Tabel 1, Tabel 2, secara (Pasien Dalam Pengawasan)?
berturut turut. Ya 411 68,73
Tabel 1. Tidak 144 24,08
Distribusi karakteristik repsonden Ragu-ragu 43 7,19
Karakteristik f % Banyaknya informasi
Jenis kelamin mengenai virus corona, apa
Laki-laki 363 60,70 yang Saudara rasakan?
Biasa-biasa saja 98 16,39
Perempuan 235 39,30 Lebih hati-hati/ waspada 410 68,56
Usia Menjadi makin takut/ panik 76 12,71
12-17 4 1 Merasa ragu 14 2,34
18-40 342 57 Bagaimana aktifitas Saudara
41-60 252 42 di luar rumah dengan adanya
Pendidikan mewabahnya virus corona ini?
SD 122 20,40 Biasa-biasa saja tidak 167 27,93
SLTP 118 19,73 terganggu
SLTA 307 51,34 Mengurangi kegiatan di luar 418 69,90
D3 7 1,17 rumah
SARJANA 44 7,36 Lebih sering keluar rumah 13 2,17
Lingkungan Tempat Tinggal Adanya himbauan untuk tidak
Kota 12 2,01 mengunjungi tempat
Desa 576 96,32 keramaian seperti pasar, mall,
Perumahan 10 1,67 dan
lainnya, apa yang Saudara
lakukan?
Mengikuti himbauan tersebut 484 80,94
Tidak terpengaruh 84 14,05
Merasa keberatan 30 5,02
Bila Saudara berbicara dengan

40
orang lain atau keluar rumah, Teknik mencuci tangan yang
apa yang Saudara lakukan baik menurut kesehatan?
untuk mencegah penularan Ya 532 88,96
virus corona? Tidak 66 11,04
Memakai alat pelindung diri 434 72,58
seperti masker Tabel 1 menunjukan bahwa responden berjenis
Biasa saja tidak perlu pakai 164 27,42 kelamin laki-laki (60,70%), berusia 18-40
masker (57%), dan berpendidikan SLTA (51,34%),
Bila ada tetangga atau kerabat
tahun (57%), berpendidikan SLTA (51,34%),
yang batuk pilek, apa yang
Saudara pikirkan? lingkungan tempat tinggal (96,32%) di
Kemungkinan terkena virus 94 15,72 pedesaan. Hasil angket menunjukan bahwa
corona sumber informasi mengenai virus corona
Menganggap penyakit biasa 168 28,09 diperoleh dari media elektronik (49%)
Menjauh tidak berinteraksi 263 43,98 kemudian selanjutnya melalui media sosial
dengan orang tersebut whatsup, facebook dan website (41,96%).
Tidak terpengaruh tetap 73 12,21
Pemahaman mengenai ODP (Orang Dalam
berinteraksi dengan orang
tersebut Pemantauan) sebagian besar masyarakat
Untuk mencegah penularan memahami yaitu (73,58%). Pemahaman
virus corona, apa yang sering mengenai PDP (Pasien Dalam Pemantauan
Saudara lakukan? (Pilihan (68,73%) walaupun masih ada masyarakat
jawaban boleh lebih dari satu) yang tidak memahami sebesar (24,08%) dan
Banyak makan buah dan 195 33,60 yang ragu-ragu (7,19%). Sebagian besar
sayuran
masyarakat merasakan lebih hati-hati atau
Banyak istirahat 251 41,97
Membatasi bergaul dengan 178 29,76 waspada terhadap virus corona (68,56%),
orang lain walaupun demikian masih ada yang biasa-biasa
Tidak mendatangi tempat 199 33,27 saja (16,39%) dan menjadi panic (12,34%)
kerumunan orang seperti serta merasa ragu (2,34%). Walaupun angka
pasar, mall, dan lainnya atau persentase sedikit akan tetapi mengingat
Biasa saja melakukan rutinitas 115 19,23 penting nya diketahui maka menjadi suatu
yang penting menggunakan
alat pelindung diri seperti permasalahan yang harus di cermati. Sebagian
masker besar masyarakat mengurangi kegiatan di luar
Lebih sering mencuci tangan 127 21,23 rumah semasa pandemic virus corona ini
pakai sabun atau hand (69,90%). Selain itu sebagian besar masyarakat
sanitaizer juga mengikuti himbauan pemerintah untuk
Bagaimana perilaku hidup tidak mengunjungi keramaian seperti di pasar
bersih dan sehat yang Saudara dan tempat lainnya (80,94%). Masyarakat juga
lakukan dengan adanya
penyebaran virus corona? sadar bahwa menggunaka alat pelindung diri
(Pilihan jawaban boleh lebih masker ketika berbicara dengan orang lain,
dari satu) keluar rumah untuk mencegah virus corona
Biasa saja 163 27,25 (72,58%), walaupun begitu masih ada yang
Makin rajin mencuci tangan 453 75,75 bersikap biasa saja dan tidak memakai masker
pakai sabun atau ketika berbicara dengan orang lain atau keluar
antiseptic/sanitaizer
rumah (27,42%). Apabila ada tetangga atau
Makin rajin berolahraga 285 47,65
Makin rajin cek kesehatan 47 7,85 kerabat yang batuk pilek, maka sebagian besar
Apakah Saudara memahami masyarakat menjauh tidak berinteraksi dengan

41
orang tersebut (43,98%), akan tetapi masih ada masyarakat Indonesia. Beberapa
masyarakat yang menganggap virus corona itu pemberitahuan menjadi konsumsi public terkait
penyakit biasa (28,09%), dan tidak terpengaruh isu virus corona. Melalui media masyarakat
dan tetap berinteraksi dengan orang tersebut belajar mengenai physical distancing dan
(12,21%). Hasil penelitian juga menunjukan memberikan solusi upaya pencegahan virus
bahwa berbagai upaya dilakukan untuk corona.
mencegah penularan virus corona antara lain
sebagian besar masyarakat menjawab banyak b. Pemahaman masyarakat mengenai ODP
istirahat (41,97%), sedangkan yang lainnya dan PDP
menjawab banyak makan buah dan sayuran Hasil penelitian sebagian besar
(33,60%). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masyarakat memiliki pengetahuan yang baik
(PHBS) juga dilakukan sebagian besar mengenai ODP (73,58%) dan PDP (68,73%).
masyarakat antara lain makin rajin cuci tangan Walaupun demikian masih ada masyarakat
pakai sabun dan hand sanitizer (75,75%), rajin yang tidak tahu mengenai ODP (20,40%) dan
berolah raga (47,65%), dan rajin cek kesehatan PDP (24,08). Ketidaktahuan masyarakat
(7,85%). Walaupun demikian masih ada saja mengenai ODP dan PDP menjadikan suatu
masyarakat yang menganggap bahwa PHBS itu permasalahan baru sehingga apabila tidak
biasa saja (27,25%). Terakhir sebagian besar dilakukan penanganan pada masyarakat yang
masyarakat memahami bagaimana mencuci belum memahami maka akan menimbulkan
tangan yang baik menurut kesehatan (88,96%), suatu masalah. Walaupun angkanya sedikit
akan tetapi masih ada masyarakat yang masih karena virus corona ini penyebaran nya begitu
belum memahami teknik mencuci tangan yang luar biasa maka penting untuk melakukan
baik menurut kesehatan (11,04%). penyebarluasan informasi mengenai
pemahaman apa itu OPD dan PDP.
Pembahasan Pengetahuan mengenai pandemic Covid
a. Sumber Informasi mengenai Covid 19 19 yang baik dan perilaku hidup bersih dan
Hasil penelitian menunjukan bahwa sehat sebagai upaya mencegah penularan
sebagian besar masyarakat memperoleh Covid 19 penting untuk diterapkan. Penelitian
informasi mengenai virus corona dari media Darma Yanti dkk (2020) yang berjudul
elektronik yaitu televisi (49%), melalui media Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang
sosial whatsup, facebook dan website (41,97%) Covid 19 dan Perilaku Masyarakat di Masa
sisanya melalui media cetak koran, petugas Pandemi Covid 19 di Bali ada pada kategori
kesehatan dan obrolan teman. baik. Hal tersebut menunjukan bahwa
Sebagian besar responden berada di masyarakat Bali sebagian besar ada pada
wilayah pedesaan kemungkinan masih kategori kasus risiko rendah.
menonton televisi sebagai sumber informasi c. Informasi Mengenai Corona
utama. Menurut jurnal Adawiyah & Kadir Hasil penelitian menunjukan bahwa
(2020) dalam penelitian nya berjudul analisis sebagian sumber informasi mengenai virus
peran media dalam upaya penyebaran virus corona diperoleh dari media elektronik (49%)
corona di Indonesia bahwa media memiliki kemudian selanjutnya melalui media social
pengaruh besar terhadap kehidupan whatsup, facebook dan website (41,96%).
masyarakat, terutama internet yang merupakan Wabah yang terjadi saat ini menumbulkan
media paling banyak digunakan masyarakat kecemasan bagi masyarakat. Pemberitahuan
untuk mencari informasi mengenai corona. terus menerus, kabar simpang siur, dan
Media berperan sebagai pusat informasi bagi banyaknya informasi di internet menambah

42
kekhawatiran terhadap kebenaran informasi. keluarga yang mengalami gejala itu
Dalam jurnal Nurislaminingsih (2020) bahwa ditempatkan di ruang terpisah jika di
pengetahuan berpengaruh terhadap kekebalan rumah. Selain itu harus menggunakan
tubuh. Melalui informasi yang benar dan dapat masker dan menghindari kontak dengan
dipertanggungjawabkan maka terjadi anggota lainnya (Febrianto, Lutfi, 2021).
peningkatan kekebalan tubuh. Dalam hal ini
pusat data dapat bertindak sebagai bank data e. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
yang valid tentang segala hal yang berkaitan a. Mencuci tangan
dengan corona, pusat informasi harus menjadi Dari total responden
sumber terpercaya, dan pusat dokumentasi. 532/88,96% diantaranya memahami
Perpustakaan melalui layanan referensi teknik mencuci tangan dengan baik.
memberikan rujukan pengetahuan tentang Dalam sebuah artikel Depkes Tahun
corona. 2020 bahwa virus Covid 19 bisa berada
Kebutuhan masyarakat akan tambahan dimana saja, menempel di benda-benda
pengetahuan menurut Yahya (2020) dalam yang ada disekitar kita. Cara yang
Islaminingsih (2020) bahwa hasil survey RRI efektif mencegah penularan virus
(Radio Republik Indonesia) bersama lembaga tersebut adalah sering mencuci tangan
Barometer terdapat sebagian masyarakat pakai sabun. Membiasakan mencuci
Indonesia yang merasa belum menerima tangan dengan sabun dan air mengalir
anjuran pemerintah atau Kementrian Kesehatan penting dilakukan. Ini meripakan kunci
mengenai tata cara pencegahan virus corona. untuk membunuh dan mematikan virus
Salah satu peneliti diwawancarai wartawan yang mencemari tangan kita. Penularan
beralasan bahwa hal tersebut disebabkan melalui benda disekitar kita yang
karena ada jarak antara pemerintah pusat dan tercemar virus covid 19 yang kita
masyarakat sehingga perlu perbaikan sentuh dan kemudian menyentuh mulut,
sosialisasi. Lembaga informasi sebagai pusat hidung dan mata.
informasi selayaknya dapat memberikan b. Tidak mengunjungi tempat
layanan pengetahuan tentang segala sesuatu umum/berkerumun
yang berkaitan dengan corona. Dari total responden 199
diantaranya atau 33,27% tidak
d. Hal yang Dilakukan Apabila Orang mendatangi tempat
Disekitar Sakit umum/kerumunan/pasar/mall.
Sebagian responden menjawab Social distancing /physical
menjauh dan tidak berinteraksi dengan distancing adalah cara efektif dalam
orang dengan positif Covid 19 yaitu 267 menghambat penyebaran virus atau
orang atau 43,98%. penyakit yakni dengan mencegah orang
Dalam sebuah artikel Liputan 6.com bahwa sakit melakukan kontak dengan orang-
jika ada anggota keluarga yang mengalami orang lain untuk mencegah penularan.
gejala terkena virus korona maka harus Akan tetapi masyarakat banyak yang
segera mencari pertolongan medis. Bila ada tidak mematuhinya sehingga harus
anggota keluarga yang mengalami demam, dimuat dalam peraturan pemerintah
rasa lelah, kantuk, baruk kering, maka tentang upaya penanganan covid 19
segera mencari pertolongan atau pergi ke yang salah satunya mengatur social
sarana kesehatan dan ikuti perintah tenaga distancing adalah kewajiban. Social
kesehatan. Setelah itu meminta anggota distancing bukan berarti penghentian

43
interaksi akan tetapi sementara yang physical distancing, menghindari
sebetulnya yaitu jaga jarak fisik. kerumunan, rajin cuci tangan dengan
Kemudia segala sesuatu aktivitas dibuat sabun dan menjaga kebersihan (Ika,
berjaga jarak fisik (Karyono, 2020). 2020).
c. Rajin olah raga e. Makan buah dan sayur
Dari total responden 285 orang Dari total responden 195 orang
atau 27,25% diantaranya makin rajin atau sekitar 33,60% banyak makan
berolah raga. Menurut Jurnal Idhom buah dan sayur ketika wabah corona
Addi, M (2020) bahwa olah raga selain terjadi.
pada usia muda, lansia juga dapat Saat pandemic mengkonsumsi buah dan
melaksanakan olah raga untuk sayur penting untuk meningkatkan daya tahan
mencegah terinfeksi virus corona. Saat tubuh (imun tubuh). Buah dan sayur yang
ini sekitar 43,6% positif corona berasal mengandung vitamin C dan E wajib
dari kalangan usia 60 tahun keatas. dikonsumsi dimana buah sebanyak 150 gram
Langkah lain untuk mencegah dan buah 250 gram per hari. Buah papaya,
penularan corona untuk menjaga jeruk, jambu biji, sementara sayuran antara lain
imunitas yaitu olah raga selama 30 tauge, wortel, bayam, lobak hijau dan brokoli.
menit per hari. Olah raga berfungsi Buah dan sayur mampu menangkal penyerbu
untuk tetap menjaga kebugaran fisik asing (virus, kuman, dan bakteri) maka limfosit
agar tidak rentan mengalami sakit atau (sel darah putih) harus tersedia dalam jumlah
penurunan kualitas kesehatan yang bisa cukup. Mengkonsumsi vitamin C dosis tinggi
beresiko fatal. Bagi lansia tentu saja dapat meningkatkan produksi limfosit. Vitamin
olah raga ringan. C bekerja seperti antibiotik didalam tubuh
d. Menggunakan masker untuk menghancurkan virus dan penyakit
Dari total responden sebagian (Hafil Muhammad, 2020).
besar yaitu 434 orang atau 72,58%
menggunakan masker sebagai upaya Kesimpulan
pencegahan virus corona. Masker kain Berbagai upaya dilakukan untuk
menjadi alternatif sebagian masyarakat mencegah virus corona. Upaya tidak hanya
di tengah kalangan masker bedah dalam melindungi diri sendiri, akan tetapi orang lain
upaya mencegah virus corona jenis baru disekitar kita dengan mengetahui fakta-fakta
Covid 19. Walaupun masker kain sehingga mengambil langkah pencegahan yang
kurang efektif dalam penularan covid tepat. Berbagai upaya tersebut antara lain
19, akan tetapi dapat digunakan sebagai mencuci tangan dengan sabun secara rutin,
alternatif terakhir. Masker ada 3 jenis selalu menjaga jarak aman dengan yang batuk
antara lain masker kain, bedah dan N95. dan bersin, selalu menggunakan masker, etika
Masker N95 memiliki tingkat efektifitas batuk bersin yang baik, jangan keluar rumah
tinggi dibandingkan masker lainnya jika merasa tidak enak badan, demam batuk,
karena kerapatan yang lebih padat atau kesulitan bernafas, dan mencari
dibanding masker bedah dan kain. pertolongan kesehatan apabila diperlukan
Masker kain dapat digunakan sebagai Dapat disimpulkan bahwa respon
alternatif terakhir untuk melindungi diri masyarakat Kabupaten Indramayu baik dalam
dari ancaman penularan, akan tetapi upaya pencegahan dan penularan virus corona.
faktor-faktor lain juga harus dipatuhi Tantangan bagi pemerintah, petugas kesehatan,
agar bisa mencegah penularan seperti Forum Pengurangan Risiko Bencana, BPBD

44
Kabupaten Indramayu, Satgas Covid 19 agar Severe Acute Respiratory Syndrome
bersinergi melakukan berbagai upaya Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Jakarta :
pencegahan dan penularan disesuaikan dengan Alodokter.
kondisi di Kabupaten Indramayu sendiri. https://www.alodokter.com/covid-19
Burhan Bungin (2005). Metodologi
Saran Penelitian Kuantitatif : Komunikasi,
Berdasarkan simpulan diatas, peneliti Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta
mengusulkan beberapa rekomendasi bagi bagi Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta :
pemerintah sebagai berikut : (1) Pemerintah di Kencana.
setiap daerah harus mengetahui apa yang Sevilla, Consuelo G. et. al (2007). Research
terjadi di wilayahnya sendiri dan melalukan Methods. Rex Printing Company.
tindakan nyata terkait PHBS untuk Quezon City.
menurunkan jumlah kasus Covid 19, sehingga W. Gulo, Metodologi Penelitian, Jakarta:
masa pandemic dapat berakhir dengan cepat (2) Grasindo, 2002, hal. 78
Edukasi mengenai penanganan dan pencegahan Darma Yanti, dkk (2020). Gambaran
Covid 19 harus lebih masif tidak hanya Pengetahuan Masyarakat Tentang
penindakan tapi juga pendekatan door to door Covid 19 dan Perilaku Masyarakat di
(3) penanganan covid harus terintegrasi dengan Masa Pandemi Covid 19 di Denpasar
baik dari Desa, Kecamatan dan Kabupaten (4) Bali. Semarang : Jurnal Keperawatan
Pelibatan stakeholder dalam menangani covid Jiwa Volume 8 No. 3 Fikes Universitas
19. Muhammadiyah Semarang.
Adawiyah Dwi PR & Kadir Nurhaya, (2020).
Daftar Pustaka Analisis Peran Media Dalam Upaya
Jamil, Bahrum, (2020). Respon Masyarakat Pencegahan Penyebaran Virus Corona
Terhadap Covid 19. Medan : FISIP (Covid 19) di Indonesia. Kediri : Jurnal
Universitas Medan . IAIN. Jurnal.iainkediri.ac.id
https://uma.ac.id/berita/respon- Darma Yanti NME dkk. (2020). Gambaran
masyarakat-terhadap-covid-19 Pengetahuan Masyarakat Tentang
Handayani, Dian, (2020). Penyakit Virus Covid 19 dan Perilaku Masyarakat Di
Corona 2019. Jakarta : Jurnal Masa Pandemi. Semarang : Jurnal
Respirologi Indonesia. Vol. 40. No.2 Keperawatan Jiwa Volume 8 No. 3
April 2020. Agustus 2020. Hal 485-490.
Suharsini Arikunto. (2005). Prosedur Islaminingsih Rizky. (2020). Layanan
Penelitian : Suatu Pendekatan Pengetahuan Tentang Covid 19 di
Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Hal Lembaga Informasi. Bandung : Jurnal
12. Ilmu Perpustakaan dan Informasi IAIN
Sudiro, A & Wattimena L, (2020). Sikap dan Curup. Fakultas Ilmu Komunikasi
Perilaku Masyarakat Indoensia Universitas Padjadjaran.
Terhadap Pandemi Virus (Covid 19) di Karyono. (2020). Penanganan dan
Indonesia. E jurnal Universitas Pencegahan Pandemi Wabah Virus
Sriwijaya Palembang. Corona (Covid 19) Kabupaten
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk Indramayu. Jurnal Kolaborasi Resolusi
k/article/view/11275 Konflik. Volume 2 Nomor 2. Hal 167-
Cristy Pane, M.D (2020). Covid 19 adalah 173. UNTAG Cirebon.
Penyakit yang disebabkan Oleh Virus Febrianto, Lutfi. (2020). Lakukan Ini Jika

45
Ada Keluarga Alami Gejala Virus
Corona Covid 19.
https://www.liputan6.com/bola/read/42
10163/lakukan-ini-jika-ada-keluarga-
alami-gejala-virus-corona-covid-19
Kemenkes RI. (2020). Cuci Tangan Kunci
Bunuh Virus Covid 19.
www.dekpes.go.id diakses tanggal 25
Januari 2021
Idhom Addi M. (2020). Manfaat dan Tips
Olah Raga Bagi Lansia Saat Pandemi
Covid 19. https://tirto.id/manfaat-dan-
tips-olahraga-bagi-lansia-saat-pandemi-
covid-19-f62r . Diakses tanggal 25
Januari 2021
Ika. (2020). Efektifitas Masker Kain Cegah
Covid 19 Paling Rendah.
https://ugm.ac.id/id/berita/19280-
efektivitas-masker-kain-cegah-covid-
19-paling-rendah. Diakses 25 Januari
2021.
Hafil, Muhammad. (2020). Manfaat Makan
Buah dan Sayur Saat Pandemi Virus
Corona.
https://republika.co.id/berita/q8yeyl430/
manfaat-makan-buah-dan-sayur-saat-
pandemi-virus-corona. Diakses tanggal
25 Januari 2021.

46
HUBUNGAN USIA, LAMA PENGGUNAAN DENGAN PEROLEHAN
KEHAMILAN PADA IBU POST KONTRASEPSI HORMONAL
PROGESTIN DI DESA GUWOSARI PAJANGAN BANTUL
YOGYAKARTA.

RELATIONSHIP BETWEEN AGE, DURATION OF USE AND PREGNANCY


POST-ACCEPTORS OF PROGESTIN CONTRACEPTION IN GUWOSARI
VILLAGE, PAJANGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Wiwin Hindriyawati1, Widy Nurwiandani2, Sri Untari3


1-2
STIKes AKBIDYO Yogyakarta, 3Universitas An Nuur Purwodadi
E mail : Winwin.f815@gmail.com
085740625612

ABSTRAK
Pendahuluan : Mitos tentang kontrasepsi membuat banyak perempuan enggan menjalankan rencana
keluarga berencana (KB). Padahal, keluarga berencana sudah banyak diusulkan agar suami dan istri
memiliki kesempatan untuk membuat perencanaan yang matang sebelum akhirnya melahirkan, seperti
perencanaan keuangan untuk pendidikan. Kesalahpahaman yang terjadi bahwa kontrasepsi sebabkan Sulit
hamil (Cnnindonesia 2019). Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian cros sectional. Sampel
penelitian ibu hamil dengan riwayat post kontrasepsi hormonal Progestin, 32 responden. Hasil: nilai
p=0,001ada hubungan usia dengan perolehan kehamilan ibu post kontrasepsi progestin, dan nilai p=0,237
tidak ada hubungan lama penggunaan dengan perolehan kehamilan. Akseptor progestin suntik 3 bulan rata-
rata mendapatkan kehamilan 20,6 bulan, akseptor implant rata-rata waktu 14,6 bulan. Kesimpulan:
Perolehan kehamilan berhubungan dengan usia dan tidak berhubungan dengan lama penggunaan
kontrasepsi.

Kata Kunci : Kehamilan, Lama Penggunaan, Post Kontrasepsi Progestin, Usia.

ABSTRACT
Background: Myths about contraception discourage some women from doing family planning programs.
In fact, family planning is presented so that husbands and wives have the opportunity to do careful
planning before finally having children, such as financial planning to education. Myth: Contraceptive use
causes difficulty getting pregnant (Cnnindonesia 2019). Methods: cross sectional study design. sample of
pregnant with post-Progestin contraception, 32 respondents. Results: have a relationship between age and
pregnancy of postacceptor progestin (p = 0.001), there is no relationship between duration of use and
pregnancy (p = 0.237). Progestin injection for 3 months had an average pregnancy of 20.6 months,
implant acceptors had an average time of 14.6 months. Conclusion: pregnancy is related to age and not
related to the length of contraceptive use.

Keywords: Pregnancy, Duration of Use, Post acceptor Progestin, Age.

PENDAHULUAN terjadi kontrasepsi sebabkan Sulit hamil. Jenis


Mitos tentang kontrasepsi membuat sebagian kontrasepsi hormonal tertentu ada keterkaitan
wanita enggan menjalankan rencana keluarga dengan kesuburan, seperti kontrasepsi suntik
berencana (KB). Padahal, keluarga berencana DMPA/ Depo Medroksi Progesteron Acetat.
sudah banyak diusulkan agar suami dan istri Setelah selesai pemakaian kontrasepsi
memiliki kesempatan untuk membuat progestin, biasanya dibutuhkan waktu 12
perencanaan yang matang sebelum akhirnya hingga 18 bulan bagi wanita untuk
melahirkan, seperti perencanaan keuangan mendapatkan hormon mereka kembali normal.
untuk pendidikan. Kesalahpahaman yang Setelah jangka waktu tersebut, kesuburan

47
wanita benar-benar akan kembali normal. prematur dan berat badan rendah. Penting
Berbeda dengan kontrasepsi Non hormonal memerhatikan jarak ideal tidak hanya berlaku
kontrasepsi yang tidak memengaruhi hormon, kehamilan kedua, tapi juga kehamilan ketiga,
sehingga wanita dapat merencanakan dan seterusnya. Perlu dipertimbangkan faktor
kehamilan segera setelah melepas alat usia Anda. Hamil di usia 35 tahun atau lebih
kontrasepsinya (Cnnindonesia 2019). semakin meningkatkan risiko. Menghitung
Kontrasepsi hormonal salah satunya hormon jarak kehamilan dengan melibatkan usia ibu
progestin prinsip kerjanya mencegah dan dan mempertimbangkan jumlah anak yang
menghambat terjadinya ovulasi: ovulasi direncanakan (sunarto 2009). Menggunakan
terhambat karena gangguan fungsi alat kontrasepsi untuk mnegatur jarak dengan
hipotalamus, hipofisis, proses ovarium, dan Kesuburan yang pulih kembali dan
modifikasi FSH dan LH. Menghambat mendapatkan kehamilan menjadi salah satu
Implantasi: implementasi dicegah dengan alasan akseptor. Kehamilan merupakan suatu
diberikan progesterone pra ovulasi. masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
Mengentalkan lender serviks, sehingga sulit janin dimulai sel telur dibuahi oleh sperma, lalu
ditembus sperma, membuat lapisan dalam tertanam di dalam endometrium (lapisan
rahim menjadi tipis dan tidak layak untuk rahim), kemudian menjadi janin. Kehamilan
tumbuh hasil konsepsi (Saifuddin, A. B. terjadi selama 280 hari (40 minggu atau 9
Affabdi, B., Baharudin, M & Soekir 2010). bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
Berhentinya penggunaan kontrasepsi hormonal terakhir HPHT). Kehamilan terdiri 3 trimester,
maka akan memulihkan kesuburan dan yaitu trimester I dimulai dari konsepsi sampai
perolehan kehamilan dapat terjadi karena bulan ketiga; trimester II dari bulan keempat
fungsi kontrasepsi untuk mengatur jarak waktu sampai 6 bulan; dan trimester III dari bulan
antar kehamilan. Idealnya, jarak antar ketujuh sampai 9 bulan dengan ciri-ciri
kehamilan dengan waktu 2 tahunan. perkembangan janin yang spesifik
Pertimbangannya, waktu tersebut cukup (Prawirohardjo 2016). Kontrasepsi hormonal
panjang (tapi juga tidak terlalu lama) dalam progestin diantaranya KB Suntik 3 bulan dan
membangun kesiapan, baik fisik, psikis, implant, dimana KB suntik 3 bulan lebih
maupun finansial. Pada ibu yang persalinan banyak diminati. Kelebihan: Suntik 3 bulan
sebelumnya dilakukan secara sesar, dianjurkan aman bagi wanita menyusui, dan setelah 6
untuk tidak kembali hamil kurang satu tahun, minggu pascapersalinan, efek samping: spoting
mengingat umumnya persalinan berikut juga atau Keluar flek-flek Perdarahan ringan di
berisiko dilakukan sectio sesarea (SC). Karena antara dua masa haid, amenorea, Sakit kepala,
SC adalah tindakan operasi, sangat diperlukan Kenaikan berat badan, dan kontrasepsi implan
istirahat fisik lebih lama dibanding persalinan atau susuk digunakan dengan cara memasukan
normal. Mengenai jarak waktu antar kehamilan batang implant pada lengan non dominan
ini, sebuah penelitian oleh Center for Disease (lengan kiri) bagian atas. Beberapa jenis
Control and Prevention menyebutkan, implan ada 1 dan 2 batang bisa digunakan
sebenarnya jarak waktu antar kehamilan selama 3 tahun, dan implan 6 batang digunakan
idealnya adalah 18-23 bulan karena kondisi untuk 5 tahun. Kelebihan: implan digunakan
tubuh sudah kembali dalam kondisi baik. Riset aman bagi wanita menyusui dan dapat dipasang
juga menyebutkan, jarak kehamilan terlalu setelah 6 minggu pascapersalinan. efek
dekat berisiko bagi kesehatan janin. Begitu samping: Perubahan pola haid masih dalam
juga jarak antar kehamilan terlalu jauh. Risiko batas normal, berupa spoting dengan
keduanya, antara lain mengakibatkan bayi lahir perdarahan ringan di antara masa haid atau

48
Keluar flek- Flek, amenorea tidak terjadi haid, sebelumnya dilakukan, secara tertulis peneliti
Sakit kepala ringan (Adhi I S 2020). Cakupan menjelaskan tujuan penelitian, prosedur
peserta persrta KB aktif agustus 2020 di penelitian, dampak dan manfaat, perlindungan
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan kerahasiaan, dan hak untuk menarik diri
Implant 28,417, Suntikan 157,734, Cakupan sebagai responden selama penelitian
peserta KB aktif dikabupaten bantul dengan berlangsung kepada responden. Setelah
total jumlah 101,691 diantaranya ada IUD membaca informed consent, bersedia untuk
25,280, MOW 5,054, MOP 1,021, Kondom menjadi responden secara tertulis diberikan,
10,451, Implant 4,495, Suntikan 45,100, Pil maka proses penelitian dilanjutkan ke tahap
10,290 (DIY BPS 2020). Berdasarkan studi berikut nya yaitu pengumpulan data. data
pendahuluan bulan januri 2019 di desa dikumpulkan dari 25 November 2019 s.d 25
guwosari dari 288 pasangan usia subur yang Mei 2020. Menggunakan kuesioner dengan
ikut KB 198 KK, dan terdapat ibu hamil wawancara terpimpin dengan data primer
sebanyak 120 ibu, Pil 15 KK, Kondom 12 kk, retrospektif. Teknik analisis data yaitu dengan
IUD 68 KK, Suntik 68 KK 1 bulan dan 3 menggunakan analisis univariat menampilkan
bulan, Implant 3 KK, MOP 1 KK, MOW 10 distribusi frekuensi, nilai rata-rata. Analisis
KK. Adanya anggapan bahwa kontrasepsi bisa bivariat, untuk menganalisis perolehan
menyebabkan sulit hamil kembali, kehamilan. variabel bebasnya adalah Usia,
membutuhkan waktu lama untuk hamil, Lama Penggunaan, variabel terikatnya adalah
Berdasarkan latar belakang penulis tertarik Perolehan Kehamilan Pada Ibu Post
mengambil judul “Hubungan Usia, Lama Kontrasepsi Progestin. Dalam analisa
Penggunaan Dengan Perolehan Kehamilan menggunakan uji statistik korelasi kendall’s
Pada Ibu Post Kontrasepsi Hormonal Progestin Tau-b
Di Desa Guwosari Pajangan Bantul
Yogyakarta” HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden
METODE PENELITIAN
Tabel 1. Distribusi karakteristik responden
penelitian survey analitik dengan menggunakan
Pendidikan f %
rancangan cross sectional. Penelitian survey SD 1 3,1
analitik yaitu dengan teknik korelasi dapat SMP 19 59,4
diketahui hubungan variasi lain (Arikunto SMA/SMK 12 37,5
2010). Pengambilan sampel sampel Non Total 32 100
Pekerjaan
Random Sampling. Tehnik sampling adalah IRT 20 62,5
purposive sampling, dengan kriteria inklusi Swasta 10 31,3
sampel ibu saat ini hamil dengan riwayat Wiraswasta 2 6,3
pernah menggunakan kontrasepsi progestin dan Total 32 100
Riwayat
sudah pernah menggunakan kontrasepsi Kontrasepsi
hormonal progestin (meliputi suntik 3 bulan Suntik 27 84,3
dan implan) sebanyak 32 orang, dan responden Progestin /
dalam keseharian tinggal bersama suami atau 3Bln
Implant 5 15,7
tidak menjalani hubungan jarak jauh. Tempat Total 32 100
penelitian di Desa Guwosari Pajangan Bantul,
dan sudah mendapatkan ijin penelitian dari
pemerintah kabupaten bantul No:
070/Reg/2353/DSN/2019. Etika penelitian

49
Hasil data distribusi responden paling Data Terdapat hubungan antara usia
banyak pada pendidikan SMP sebanyak 59,4%, dengan perolehan kehamilan dengan p value
pekerjaan sebagai IRT 62,5%, dan Riwayat 0,001 (<0,05 ), diketahui nilai koefisien
Kontrasepsi yang pernah digunakan suntik 3 korelasi (Correlation Coefficient) : 0,586**,
bulan 84,3% maka dapat disimpulkan bahwa hubungan
2. Analisis Univariat antara variabel usia dengan perolehan
kehamilan adalah kuat pada rentang nilai
Tabel 2. Distribusi Variabel Univariat kooefisien korelasi sebesar 0,51 s.d 0,75
Usia f % artinya hubungan kuat.
Reproduksi 23 71,9
Sehat (20-35 Th)
Reproduksi Tua 9 28,1 b. Analisis Lama Penggunaan Dengan
(> 35 Th) Perolehan Kehamilan pada ibu post
Total 32 100 kontrasepsi progestin
Lama
Penggunaan
Tabel 4. Lama Penggunaan Dengan
0-3 Th 18 56,3
4-6 Th 6 18,7
Perolehan Kehamilan
≥ 7 Th 8 25,0 Lama Perolehan
Total 32 100 Pengg Kehamilan
unaan
Waktu
Correlation 1,000 -,173
Perolehan Lama Coefficient
Kehamilan Pengguna Sig. (2- . ,307
Cepat (0-2 Th) 26 81,3 an tailed)
Cukup (3-6 Th) 5 15,6 Kendall N 32 32
Lambat (≥ 7 th) 1 3,1 's tau_b Correlation -,173 1,000
Total 32 100 Coefficient
Perolehan
Data distribusi variabel univariat paling Sig. (2- ,307 .
Kehamilan
tailed)
banyak pada usia reproduksi sehat 20-35 th N 32 32
sebanyak 71,9%, lama penggunaan pada
rentang 0-3Th sebanyak 56,3%, dan waktu Data tidak terjadi hubungan antara Lama
perolehan kehamilan kategori cepat (0-2 Th) Penggunaan dengan Perolehan Kehamilan
81,3% degan nilai p value 0,307 (> 0,05)
3. Analisis Bivariat
c. Tabulasi silang Usia dengan Perolehan
a. Analsis Usia dengan Perolehan
Kehamilan
Kehamilan pada ibu post kontrasepsi
Tabel 5. Usia Dengan Perolehan Kehamilan
hormonal progestin Usia * Perolehan Kehamilan Crosstabulation
Perolehan Kehamilan Tota
Tabel 3. Usia Dengan Perolehan Kehamilan Cepat Cukup Lambat l
Usia Perolehan (0-2 (3 th -6 (≥ 7 Th)
Kehamilan th) Th)
Correlation 1,000 ,586** Reproduksi 22 1 0 23
Coefficient Sehat (20-35
Usia Sig. (2- . ,001 Usia Th)
tailed) Reproduksi 4 4 1 9
Kendall N 32 32 Tua > 35 th
's tau_b Correlation ,586** 1,000 Total 26 5 1 32
Coefficient
Perolehan
Sig. (2- ,001 . Data menunjukkan hasil tabulasi silang
Kehamilan
tailed)
N 32 32
terbanyak pada usia reproduksi sehat 20-35 Th
dengan perolehan kehamilan cepat pada

50
rentang 0-2 Th sebanyak 22 Responden. variabel usia dengan perolehan kehamilan
d. Tabulasi Silang Lama Penggunaan Dengan adalah kuat, dimana usia yang mendominasi
Perolehan Kehamilan pada usia reproduksi sehat 20-35 Th sebanyak
Tabel 6. Lama Penggunaan Dengan 23 responden (71,9 %), dengan hasil tabulasi
Perolehan Kehamilan silang memperoleh kehaamilan cepat pada
Lama * Perolehan Kehamilan Crosstabulation masa tunggu 0-2 Th sebanyak 22 (95,65%)
Perolehan Kehamilan Total
Cepat Cukup Lambat responden dan 1 responden pada masa tunggu
(0-2 (3 Th-6 (≥ 7 cukup 3 th. Pada usia reproduksi tua > 35 Th
th) Th) Th) pada data hasil tabulasi terdapat 1 responden
Lama 0-3 Th 14 3 1 18 yang perolehan kehamilannya dengan waktu
Pengguna 4-6 Th 4 2 0 6
an ≥7 Th 8 0 0 8
≥7 Th. Menurut teori (Effendi 2009) secara
Total 26 5 1 32 umum menyatakan bahwa seorang wanita
dikatakan siap secara fisik jika tubuhnya telah
Data Menunjukkan hasil tabulasi silang menyelesaikan pertumbuhan, yaitu sekitar usia
lama penggunaan 0-3 Th perolehan 20 tahun, sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan
kehamilanya cepat 0-2 Th sebanyak 14 pedoman kesiapan fisik dan usia kehamilan
responden, namun ada juga yang lambat yang ideal berada pada rentang umur 20-35
sebanyak 1 responden, dan responden yang tahun dan diusia ini merupakan usia yang aman
menggunakan kontrasepsi progestin selama ≥7 untuk seseorang hamil mengurangi resiko
Th terjadi perolehan kehamilan dengan waktu cepat kematian maternal, bayi, dan anak, pada usia
0-2 th sebanyak 8 responden. reproduksi sehat 20-35 Th perlu dilakukan
program KB dengan mengatur jarak kelahiran
e. Rata-rata waktu Perolehan Kehamilan pada
sesuai dengan teori dari (Hartanto 2010) alat
pengguna kontrasepsi progestin
kontrasepsi berprinsip pada pola KB rasional
Tabel 7. Rata-rata waktu perolehan
yaitu dengan berpola pada 3 fase yaitu fase
kehamilan
Riwayat Waktu Perolehan Kehamilan menunda/mencegah kehamilan apabila usia ibu
Kontrasepsi Min/Bulan Max/Bulan Rata- 30 tahun, terutama di atas 35 tahun. Hasil
Progestin Rata/bulan distribusi karakteristik responden paling
Suntik 1 84 20,6 banyak pada pendidikan SMP, dan Pekerjaan
Progestin/3
bulan Sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sehingga
Implant 1 24 14,6 perlu untuk dilakukan pengaturan jarak
kelahiran karena mampu meningkatkan status
Data menunjukkan rata-rata perolehan ekonomi apabila jarak kehamilannya
kehamilan pada riwayat pengguna kontrasepsi direncanakan dengan baik, sehingga perolehan
progestin suntik 20, 6 bulan, dan pengguna kehamilannya kembali tidak akan menjadikan
implant rata-rata 14,6 bulan. ibu cemas/stress karean ekonomi ataupun jarak
kelahiran yang terlalu dekat kurang dari 2
PEMBAHASAN tahun. Sejalan (Romauli, suryati 2012)
1. Hubungan Usia Dengan Perolehan
pekerjaan berkaitan dengan tingkat penghasilan
Kehamilan
responden, kesibukan responden yang bisa
Terdapat hubungan antara usia dengan
menjadikan alasan responden untuk mengatur
perolehan kehamilan ibu post kontrasepsi
jarak kelahiran.
hormonal progestin dengan nilai p value 0,001,
Hasil tabulasi silang penelitian ibu > 35
nilai CI (Correlation Coefficient) : 0,586**
tahun dengan perolehan kehamilan dengan
dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
kurun waktu cepat 0-2 Th ada 4 responden,

51
kurun waktu 3-6 Th ada 4 responden, dan kesuburan dimulai dengan siklus menstruasi
terdapat 1 responden perolehan kehamilannya yang teratur dengan beberapa orang mengalami
menunggu ≥ 7 thun dengan kategori lambat, pengembalian kesuburan lambat antara 6
Ibu dengan usia reproduksi tua > 35 Th, bulan-1 tahun. adanya menstruasi yang teratur
termasuk kategori usia resiko tinggi terjadi menandakan peluang terjadinya kehamilan,
kehamilan, dan dimasa usia > 35 Th resiko sesuai dengan hasil penelitian pada tabulasi
infertilitas lebih meningkat dan terjadi silang bahwa responden pengguna kontrasepsi
penurunan fungsi organ reproduksi, pada suntik progestin mendominasi dan usia
wanita usia > 35 tahun terjadi masa transisi reproduksi sehat juga mendominasi, sehingga
klimakterium yang berawal dan tahap berakhir kesuburan dengan mendapatkan kehamilan
dari organ reproduksi dari usia 35-65 th kembali, memiliki peluang yang tinggi
diakhiri dengan masa senium, secara alamiah dikarenakan ibu pada usia reproduksi sehat 20-
usia bertambah akan menjadikan seorang 35 Th.
wanita sulit hamil, bukan karena penggunaan
kontrasepsi namun karena lebih pada fungsi 2. Hubungan Lama Penggunaan Dengan
organ reproduksinya. Perolehan Kehamilan pada ibu post
Menurut (Wiknjosastro 2008) kontrasepsi progestin.
kontrasepsi yang ideal harus memenuhi syarat- Hasil Uji statistik nilai p value 0,307 (>
syarat sebagai berikut: dapat dipercaya, efek 0,05) artinya Tidak ada hubungan antara Lama
samping yang ditimbulkan tidak mengganggu penggunaan dengan perolehan kehamilan pada
kesehatan, efektifitas tinggi dan dapat diatur ibu post akseptor kontrasepsi progestin, belum
menurut kebutuhan, hubungan seksual tetap ada bukti tentang penggunaan kontrasepsi
nyaman tidak terganggu, tidak memerlukan progestin dalam waktu yang panjang akan
motivasi terus-menerus, mudah meningkatkan terlambatnya perolehan
pelaksanaannya, harganya terjangkau oleh kehamilan. Sejalan dengan penelitian
seluruh lapisan masyarakat, dapat diterima (Handayani et al. 2010) penelitian tentang lama
penggunaannya oleh pasangan, reversibel penggunaan dengan kontrasepsi progestin
tinggi/ menstruasi yang teratur pulih kembali suntik DMPA dengan kembali kesuburan, nilai
dan setelah berhenti menggunakan alat ρ value = 0,119 pada interval kepercayaan
kontrasepsi karena ingin menambah keturunan 95%, maka Ho diterima sehingga dapat
bisa terealisasi kembali tanpa harus menunggu dikatakan tidak terjadi hubungan antara lama
lama. Pada data distribusi responden dimana penggunaan KB suntik DMPA dengan lama
riwayat pengguna kontrasepsi didominasi kembalinya kesuburan pada wanita pasca
kontrasepsi progestin suntik 3 bulan sebanyak menggunakan KB suntik DMPA. Hal ini
27 responden 84,3 %. Menurut (Saifuddin, A. sesuai dengan pernyataan Pardthaisong, Gray
B. Affabdi, B., Baharudin, M & Soekir 2010) dan McDaniel bahwa belum terdapat bukti
kontrasepsi hormonal progestin terutama KB tentang penggunaan DMPA dalam jangka
suntik progestin DMPA membutuhkan waktu waktu yang panjang dapat meningkatkan
lama kembali kesuburan, lambat bisa mencapai terlambatnya kembalinya kesuburan pada
6 bulan untuk mendapatkan menstruasi, mitos seorang wanita (Handayani et al. 2010). Ada
tentang pemakain alat kontrasepsi menjadikan beberapa wanita beberapa wanita menunggu
seseorang sulit hamil itu tidak benar, karena sampai bertahun-tahun untuk memperoleh
pada dasarnya tubuh membutuhkan waktu kehamilan pasca penggunaan kontrasepsi
untuk mengembalikan kesuburannya dimana tersebut. Keterlambatan kesuburan dengan
progestin meningalkan tubuh, kembalinya perolehan kehamilan pada post pengguna

52
kontrasepsi progestin khususnya setelah kehamilan kategori cepat dengan waktu 0-2 Th
penyuntikan DMPA bukanlah disebabkan oleh sebanyak 14 ibu, meskipun ada 1 ibu yang
terjadinya kelainan atau kerusakan pada organ kembali kesuburan denga perolehan kehamilan
genetalia, namun lebih karena masih ada saja ≥7 tahun. Dimana 1 ibu termasuk pada usia >
terjadi pelepasan gestagen (hormone 35 tahun. Menurut (Saifuddin, A. B. Affabdi,
progesterone) yang terus-menerus dari B., Baharudin, M & Soekir 2010) usia diatas >
kontrasepsi hormonal yang terbentuk 35 tahun merupakan fase untuk tidak hamil
(Baziad.A 2008). Tidak ditemukan bukti lagi. Penggunaan kontrasepsi progestin
bahwa kontrasepsi hormoanal progestin termasuk indikasi pada usia > 35 Th baik untuk
misalnya pada kontrasepsi suntik 3 bulan menjarangkan kehamilan ataupun
menyebabkan gangguan kesuburan secara menghentikan kehamilan, sehingga sesuai
permanen. Lebih dari 50% mantan akseptor dengan hasil tidak ada hubungan lama dengan
akan mengalami haid kembali setelah 6 bulan perolehan kehamilan. Pemilihan alat
dan rata-rata 85% bulan dari suntik yang kontrasepsi hendaknya disesuaikan dengan
terakhir. Obat KB akan tersimpan dalam tahap masa reproduksi tersebut.
jaringan lemak tubuh sehingga dalam darahnya
masih tersimpan hormon progesteron, maka 3. Rata-Rata waktu perolehan kehamilan
sebagian wanita memerlukan waktu untuk ibu post kontrasepsi progestin.
mendapatkan kesuburan rahim yang Hasil penelitian pada ibu post
sebelumnya kondisi pada dinding endometrium kontrasepsi progestin 23 responden dimana
mengalami atrofi dengan kelenjar yang idak terdiri dari kontrasepsi progestin suntik dan
aktif (Hartanto 2010). Sebenarnya Proses implant, didapatkan dimana minimal kembali
kehamilan dimulai dari proses ovulasi, kesuburan perolehan kehamilan 1 bulan,
konsepsi, hingga implantasi dalam rahim. maksimal perolehan kehamilan pada pengguna
Ovulasi terjadi ketika sel telur (ovum) keluar kontrasepsi progestin suntik maksimal 84 bulan
dari ovarium (ovarium=indung telur). Ovulasi dengan rata-rata 20,6 bulan, dan implan
ini normalnya terjadi setiap bulan sesuai siklus maskimal kembali perolehan kehamilan 24
menstruasi dan rata-rata terjadi sekitar dua bulan, dengan rata-rata 14,6 bulan. Hal Ini
minggu sebelum periode (siklus) mens menunjukan perolehan kehamilan pada
berikutnya. Kenaikan Hormon Setelah telur pengguna kontrasepsi progestin masih bisa
meninggalkan folikel, folikel berkembang didapatkan setelah menggunakan kontrasepsi
menjadi korpus luteum. Korpus luteum berkisar waktu 1-2 tahun. Kontrasepsi implant
melepaskan hormon untuk membantu dari hasil penelitian didapatkan lebih cepat
menebalkan lapisan rahim, dan untuk memiliki peluang terjadinya kehamilan
mempersiapkan terjadi proses kehamilan dibandingkan kontrasepsi progestin suntik 3
nantinya. Telur Berjalan ke Tuba Fallopi bulan. Implan merupakan kontrasepsi yang
Setelah telur dilepaskan, dan bergerak ke tuba berisi levonogestrel (LNG) yang dibungkus
falopi. Sel telur tinggal di sana selama sekitar dalam kapsul silastic silicon
24 jam, menunggu sel sperma untuk (polydimethylsiloxane) dan dipasang dibawah
membuahi. Semua ini terjadi, rata-rata, sekitar kulit. Implant berisi dua batang dimana setiap
dua minggu setelah hari pertama menstruasi batang Implant mengandung LNG 75mg. Cara
terakhir (Prawirohardjo 2016). Bersadarkan kerja Implant sangat efektif dengan kegagalan
hasil Tabulasi silang dimana lama penggunaan 0,2 - 1 kehamilan per 100 perempuan dengan
kontrasepsi hormonal progestin selama 0-3 Th lama efektifitas 3 tahun (Mulyani 2016).
hasil paling banyak mendapatkan perolehan Sejalan dengan hasil penelitian dapat diketahui

53
bahwa dari 21 responden di Desa Nyatnyono kelebihan-dankekurangannya. Diakses 13
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Maret 2021.
Semarang, rata-rata pengembalian kesuburan Agustin R; Andayani A, C.N., 2016. Perbedaan
pasca KB suntik 3 bulan (DMPA) adalah Pengembalian Kesuburan Pasca KB
selama 13,9 bulan dengan standar deviasi 7,1 Ungaran Kabupaten Semarang. Jurnal
bulan. Sedangkan pengembalian kesuburan Ilmiah Kebidanan, 1 No 1. Available at:
paling cepat 2,0 bulan dan paling lama 30,0 http://ojs.akbidylpp.ac.id/index.php/Prada/
bulan (Agustin R; Andayani A 2016). article/view/37/35. Diakses 12 Maret 2021
Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian
KESIMPULAN Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik.
1. Ada Hubungan Usia dengan Perolehan Jakarta: Rineka Cipta, p.274.
kehamilan ibu post kontrasepsi hormonal Baziad.A, 2008. Kontrasepsi Hormonal,
progestin terdapat hubungan dengan hasil Jakarta: YBP-SP.
p value 0,001. Cnnindonesia, 2019. Jarak Ideal Antara
2. Tidak ada hubungan antara lama Kelahiran Anak Pertama Dan Kedua.
penggunaan dengan perolehan kehamilan https://www.cnnindonesia.com/gaya-
ibu post kontrasepsi hormonal dengan nilai hidup/20191004145246-255-
p value 0,235, dimana hasil tabulasi silang 436770/jarak-ideal-antara-kelahiran-
dengan lama penggunaan durasi waktu 0-3 anak-pertama-dan-kedua. Available at:
tahun, memiliki peluang perolehan https://www.cnnindonesia.com/gaya-
kehamilan terbanyak sebanyak 14 ibu, dan hidup/20191004145246-255-
ada durasi waktu pemakaian > 7 tahun, 436770/jarak-ideal-antara-kelahiran-anak-
semua 8 responden perolehan kehamilan pertama-dan-kedua.
cepat 0-2 tahun, dan tidak ada yang DIY BPS, 2020. Jumlah Pasangan Usia Subur
mengalami pereolehan kembali kesuburan dan Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten
lambat. di D.I.Y, DIY. Available at:
3. Rata-rata perolehan kehamilan ibu post https://yogyakarta.bps.go.id/static
kontrasepsi progestin pada kontrasepsi table/2020/8/07/144/JumlahPasangan-
suntik progestin rata-rata 20,6 bulan, dan Usia Subur-danpeserta-kb-aktif-
implan rata-rata perolehan kehamilan 14,6 menurutkabupaten-kota-di-d-i-
bulan. yogyakarta-2019-html. Diakses 14
Februari 2021.
SARAN Effendi, F.& M., 2009. Keperawatan
Perlu adanya Peningkatan Komunikasi Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek
Informasi dan Edukasi yang benar dan Dalam Keperawatan., Jakarta: Salemba
pelatihan-pelatihan sebagai konselor guna Medika.
meningkatkan pemahaman akseptor KB bagi Handayani, R., Fajarsari, D. & Suryani, E.S.,
PLKB (Petugas Lapangan Keluarga 2010. Hubungan Lamanya Pemakaina
Berencana). Kontrasepsi Unsik DMPA dengan
Kembalinya Kesuburan pada Post
DAFTAR PUSTAKA Akseptor KB Suntik DMPA. Bidan
Adhi I S, 2020. 11 Jenis Kontrasepsi. Kompas, Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, 1(1),
pp.1–7. Available at: pp.16–27. diakses 12 Februari 2021
https://health.kompas.com/read/2020/06/0 Hartanto, H., 2010. Keluarga Berencana dan
7/060200168/11-jeniskontrasepsi-beserta- Kontrasepsi, Jakarta: Pustaka Sinar

54
Harapan.
Mulyani, N., 2016. Keluarga Berencana dan
Alat Kontrasepsi. In Keluarga Berencana
dan Alat Kontrasepsi.
Prawirohardjo, S., 2016. Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo. Edisi Ke-4.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, pp.774–782.
Romauli, suryati, dan vindari, 2012.
Kesehatan Reproduksi Buat Mahasiswa
Kebidanan, Yogyakarta: Nuha Medika.
Saifuddin, A. B. Affabdi, B., Baharudin, M &
Soekir, S., 2010. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka.
sunarto, A., 2009. Tunda Kehamilan dengan
Alat Kontrasepsi yang Tepat. kompas,
pp.1–2. Available at:
https://tekno.kompas.com/read/2009/04/1
9/21300292/tunda.kehamilan.dengan.alat.
kontrasepsi.yang.tepat?page=all. Diakses
13 Maret 2021
Wiknjosastro, 2008. Ilmu Kandungan, Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

55
PENGARUH KELAS IBU HAMIL TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN IBU HAMIL DI DESA SEGERAN KIDUL

Cucu Nurmala
cucunurmala5@gmail.com
Staf pengajar Prodi Pendidikan Profesi Bidan STIKes Indramayu

ABSTRAK
Pendahuluan : Saat ini pendidikan bagi kesehatan ibu dan anak umumnya masih banyak dilakukan
melalui cara-cara penyuluhan dengan jumlah peserta yang banyak, sedangkan untuk konsultasi perorangan
atau kasus per kasus hanya diberikan pada saat ibu hamil memeriksakan kandungannya secara mandiri
atau pada waktu kegiatan posyandu. Untuk mengatasi bermacam-macam kelemahan yang dialami tersebut,
maka pemerintah mengembangkan program metode pembelajaran ibu hamil dapat meningkatkan
pengetahuan ibu hamil, dan terjadi perubahan perilaku positif. Kegiatan ini dirancang dalam bentuk tatap
muka langsung dengan membahas materi-materi tentang kehamilan trimester 1, 2 dan 3 , materi tersebut
ada di dalam Buku Kesehatan Ibu Anak (KIA) disertai diskusi dan tukar pengalaman antar ibu
hamil/suami/keluarga dan bidan. Kegiatan kelompok belajar ini diberi nama program kelas ibu hamil
sebagai bentuk upaya preventif dan promotif berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 97 tahun 2014.
Program kelas ibu hamil adalah merupakn salah satu bentuk program pendidikan prenatal yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan, serta diharapkan terjadi perubahan perilaku positif sehingga ibu hamil
mau memeriksakan kehamilan, serta bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan, sekaligus menjadi salah satu
upayan menurunkan kejadian kematian ibu dan bayi.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui pengaruh program kelas ibu hamil terhadap peningkatan
pengetahuan ibu hamil di desa segeran kidul.
Metode Penelitian : Jenis penelitian adalah penelitan analitik, dengan desian menggunakan Pre-
experiment, dengan pendekatan one group Pre –Post Design. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan total sampling sebanyak 32 orang. Pengumpulan data primer yaitu berupa kuesioner yang
di isi oleh ibu hamil sebelum dan setelah pelaksanaan program kelas ibu hamil. Teknik analisis data
univariat dan bivariate dengan uji paried t-test.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukan rata-rata skor pengetahuan pre-test 16,88, dan pengetahuan
post-test meningkat dengan rata-rata 21,59 yang artinya ada peningkatan sebesar 4,719. Hasil
penghitungan statistik diperoleh nilai t hitung sebesar -8,354 dan p value sebesar 0,000 sehingga p value <
0,05 berarti bahwa terdapat pengaruh kelas ibu hamil terhadap peningkatan pengetahuan.
Kesimpulan : Terdapat pengaruh program kelas ibu hamil terhadap peningkatan pengetahuan ibu hamil di
desa segeran kidul.

Kata Kunci : Kelas Ibu Hamil, Peningkatan Pengetahuan.

ABSTRACT
Introduction: Currently, education for maternal and child health is generally still carried out through
extension methods with a large number of participants, while individual or case-by-case consultations are
only given when pregnant women have their wombs checked independently or during posyandu activities.
To overcome these various weaknesses, the government has developed a learning method program for
pregnant women to increase the knowledge of pregnant women. This activity is designed in a face-to-face
form by discussing materials about pregnancy in the 1st, 2nd and 3rd trimesters, the material is in the
Mother and Child Card Book (KIA) accompanied by discussions and sharing of experiences between
pregnant women / husbands / families and health workers. . This study group activity is named the class of
pregnant women as a form of preventive and promotive efforts based on the Regulation of the Minister of
Health No. 97 of 2014. Mothers who have attended the Pregnant Women Class are expected to change
their behavior or increase their knowledge so that they are aware of the importance of coming to health
services.

Research Purposes: This is to determine the effect of the class of pregnant women on increasing the
knowledge of pregnant women in Segeran Kidul villages

56
Research Methods: The type of research used is analytical research, with a pre-experimental design, with
a one group Pre-Post Design approach. In this study, researchers used a total sampling of 32 people. Data
collection was in the form of a questionnaire that was filled in by pregnant women before and after the
implementation of the class for pregnant women. Univariate and bivariate data analysis techniques used
paried t-test.
Research Results: The results showed that the mean score of pre-test knowledge was 16.88, and post-test
knowledge increased by an average of 21.59, which means that there was an increase of 4.719. The results
of statistical calculations obtained the t value of -8.354 and the p value of 0.000 so that the p value <0.05
means that there is an influence of the class of pregnant women on the increase in knowledge.
Conclusion: There is an effect of the class of pregnant women on increasing the knowledge of pregnant
women in Segeran Kidul villages.

Keywords: Pregnant Mother Class, Knowledge Enhancement

PENDAHULUAN biaya, belum ada rencana kerja yang


Salah satu upaya pembangunan terstruktur karena masih sering ditemukan
kesehatan dalam Rencana Pembangunan perubahan jadwal dalam pelaksanaan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) program kelas ibu hamil.2
Kementerian Kesehatan RI tahun 2015-2019 Untuk mengatasi bermacam kelemahan
adalah peningkatan kesehatan pada kelompok tersebut, maka dikembangkan metode
kesehatan ibu dan anak yaitu ibu hamil, pembelajaran bagi ibu yaitu dengan program
bersalin, masa nifas dan neonates, bayi dan kelas ibu hamil. Kegiatan ini dirancang dalam
balita. Berdasarkan UU. No 36 tahun 2009 bentuk pertemuan/ tatap muka dengan
tentang kesehatan, upaya kesehatan ibu dan membahas materi terkait dengan pengetahuan
anak salah satunya bertujuan untuk menjaga kehamilan pada saat kehamilan trimester 1, 2
kesehatan ibu agar ibu mampu melahirkan dan 3,serta disertai dengan kegiatan diskusi
generasi sehat dan berkualitas serta dapat dan berbagi pendapat ataupun bertukar
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). pengalaman antar ibu hamil,
Upaya tersebut meliputi upaya promotif, pasangan/suami/keluarga dan dengan petugas
preventif, kuratif dan rehabilitatif.1 kesehatan. Kegiatan kelompok belajar ini
Dewasa ini pendidikan kesehatan bagi diberi nama Kelas Ibu Hamil sebagai bentuk
ibu dan anak pada umumnya masih banyak uapaya preventif dan promotif berdasarkan
dilakukan melalui penyuluhan dengan jumlah peraturan Menteri Kesehatan No.97 tahun
peserta yang banyak, konsultasi perorangan 2014.3
atau kasus per kasus yang diberikan biasanya Dengan Program Kelas ibu hamil
dilakukan pada waktu ibu memeriksakan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
kehamilannya secara mandiri atau pada saat dan terjadi perubahan perilaku positif
kegiatan posyandu. Kegiatan penyuluhan sehingga ibu, memahami tentang perubahan
seperti ini bermanfaat untuk menangani kasus fisik maupun psikologis selama kehamilan,
yang mungkin dihadapi oleh ibu hamil, perubahan tubuh dan keluhan selama
namun juga memiliki beberapa kelemahan kehamilan, perawatan selama kehamilan,
antara lain: pengetahuan yang diperoleh oleh masa persalinan, perawatan masa nifas,
para peserta sangat terbatas, karena tidak program keluarga berencana, deteksi dini
semua bias berkonsultasi dengan jumlah penyakit menular yang mungkin dialami oleh
peserta yang banyak. Penyuluhan yang ibu dan proses pembuatan akte kelahiran.
diberikan selama ini juga belum terkoordinasi Bidan merupakan Pelaksana kegiatan
dengan baik, karena keterbatasan waktu serta program kelas ibu hamil, bidan dalam hal ini

57
mempunyai tugas sebagai fasilitator dalam jumlah peserta maksimal adalah sebanyak 10
program kelas ibu hamil, dalam pelaksanaan orang. Selama kegiatan ini berlangsung ibu-
program kelas ibu hamil para peserta dapat ibu hamil akan belajar bersama dengan
langsung meminta bantuan nara sumber mendengarkan kajian materi yang diberikan
untuk dapat menyampaikan materi sesuai oleh nara sumber, berdiskusi, berbagi
dengan bidang keahliannya sehingga dapat informasi serta bertukan pengalaman tentang
meningkatkan kualitas system pembelajaran.4 seputar kehamilan, masa persalinan sampai
Menurut Depkes, Program kelas ibu dengan pasca persalinan secara menyeluruh
hamil pada dasarnya merupakan proses dan sistematis serta dilaksanakan secara
pembelajaran. Suatu keberhasilan pelatihan terjadwal dan berkesinambungan.6
ataupun pembelajaran dapat dilihat dari Kepuasan merupakan penilaian
sistem input, proses, luaran, dampak yang mengenai ciri atau keistimewaan produk atau
dihasilkan, evaluasi serta lingkungan yang jasa, atau produk itu sendiri, yang
mendukung. Ada beberapa faktor yang dapat menyediakan kesenangan konsumen yang
berpengaruh dalam proses pelatihan/ berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
pembelajaran seperti yang disampaikan oleh konsumsi konsumen dalam artian bahwa
Notoatmdjo (1993) bahwa terdapat empat tingkat kepuasan pasien dipengaruhi oleh
kelompok faktor yang berpengaruh terhadap jenis produk atau layanan tertentu, persepsi
keberhasilan sebuah pelatihan atau terhadap kualitas produk serta layanan dan
pembelajaran yaitu: Faktor materi (hal yang harga. Selain itu faktor pribadi seperti
dipelajari), Lingkungan Fisik (suhu, suasana hati atau keadaan emosional
kelembaban udara, kondisi tempat belajar dan pelanggan dan factor situasional yaitu seperti
lingkungan sosial yaitu manusia dengan opini dari anggota keluarga juga dapat
segala interaksinya), Instrumental yang terdiri mempengaruhi kepuasan. Kepuasan
dari perangkat keras dan lunak (perlengkapan merupakan salah satu dampak dari
belajar, alat peraga, kurikulum, pengajar dan pelaksanaan interprofesional collaboration
metode belajar), dan kondisi individual dalam pelayanan kesehatan. 9 Hal ini sesuai
subjek belajar (kondisi fisiologis, kondisi dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
psikologis),5 Diana pada tahun 2019 tentang pengaruh
Bagi peserta yang telah mengikuti penerapan praktik interprofesional education
kegiatan program kelas ibu hamil diharapkan terhadap tingkat kepuasan ibu yang telah
akan terjadi perubahan pada yaitu berupa mengikuti program kelas ibu hamil dengan
peningkatan pengetahuan, serta terjadi hasil penelitian adalah terjadi peningkatan
perubahan sikap serta perilaku yang positif rata-rata tingkat kepuasan ibu yang telah
pentingnya memeriksakan kehamilan dan mengikuti program kelas ibu hamil sebelum
persalinan sampai dengan perawatan pasca dan sesudah sebesar 1,13 point.7
persalinan kepada tenaga kesehatan. Meskipun kegiatan program kelas ibu
Sehingga dapat dicapai output yaitu hamil ini telah dilaksanakan sejak tahun
meningkatnya keinginan serta minat ibu 2009, ternyata pada pelaksanaannya masih
hamil yang membaca serta memahami isi belum maksimal, contohnya seperti
buku Kesehatan Ibu Anak, terjadi pengelolaan hasil evaluasi kegiatan tersebut
peningkatan kunjungan K4. Sasaran Program masihlah kurang. Evaluasi kegiatan akan
Kelas ibu hamil ini adalah ibu-ibu hamil sangat bermanfaat pada kegiatan program
dengan kelompok umur kehamilan 20 kelas ibu hamil yaitu harapannya dengan
minggu sampai dengan 32 minggu dengan semakin meningkatnya pengetahuan akan

58
meningkatkan pula kewaspadaan bagi ibu Tujuan dilakukan penelitian ini adalah
hamil untuk mendeteksi dini apabila ada untuk mengetahui Pengaruh Kelas Ibu Hamil
kelainan pada kehamilan atau merubah Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan
perilaku positif seperti akan lebih sering Kepuasan Di Desa Segeran Kidul
melakukan pemerikasaan Ante Natal Care
(ANC) ke puskesmas ataupun pelayanan METODE PENELITIAN
kesehatan lainnya, selain itu sebagai Metode penelitian menggunakan Jenis
tambahan untuk mengukur tingkat penelitian penelitan analitik, dengan desain
keberhasilan program maka perlu juga menggunakan Pre-experiment, dengan
adanya evaluasi kepuasaan ibu hamil agar pendekatan one group Pre –Post Design. 9
dapat menganalisis berbagai faktor yang yaitu untuk mengetahui pengaruh kelas ibu
dapat menghambat keberhasilan program hamil terhadap peningkatan pengetahuan ibu
Kelas Ibu Hamil. hamil , tempat penelitian ini di lakukan di
Berdasarkan data Sinkernas Cakupan Desa Segeran Kidul Kecamatan Juntinyuat.
ANC Ideal pada Ibu Hamil hanya sebesar Sampel penelitian menggunakan total
29.3%. Dari persentase tersebut sebanyak sampling yaitu semua ibu hamil yang
45% mengikuti program Kelas Ibu Hamil mengikuti 3 kali pertemuan kelas ibu hamil
(KIH) lengkap, 38.4% KIH tidak lengkap, sebanyak 32 orang. Tehnik pengumpulan
dan 27.1% tidak pernah mengikuti KIH, dan data menggunakan data primer, proses
data cakupan Puskesmas yang melaksanakan pengumpulan data dilakukan oleh peneliti
kelas ibu hamil selama 3 tahun terakhir, sendiri berupa kuesioner berisi pertanyaan
secara nasional 95,33 % (2016), 97,28 % yang di isi oleh ibu hamil sebelum dan
(2017), dan 97,86 % (2018). Namun data setelah pelaksanaan program kelas ibu hamil.
komunitas dari Sirkesnas menyebut sebagian Teknik analisis data univariat untuk
besar ibu hamil di Indonesia (81,8%) tidak mengetahui karateristik responden dan
mengikuti program KIH yang dilaksanakan bivariatedengan menggunakan uji T.
oleh pemerintah dengan alasan beberapa Dependent (Uji T Paried). Uji T dependen
faktor.8 sering digunakan pada analisis data penelitian
Desa segeran kidul adalah salah satu eksperimen. Rangcangan ini dikenal dengan
desa dibawah lingkup kerja puskesmas rancangan pre-post, artinya membandingkan
pondoh kecamatan juntinyuat kabupaten nilai rata-rata nilai pre test dan nilai pos test
indramayu, puskemas tersebut telah dengan dari satu sampel.
baik dan terencana melaksanakan program
kelas ibu hamil, bagitupun peneliti telah HASIL PENELITIAN
mengikuti kegiatan kelas ibu hamil di desa Tabel 1.1
segeran kidul, antusis sangat tinggi dan Distribusi Frekuensi Ibu Hamil
cakupan Ante Natal Care K-4 lebih dari 80%, Berdasarkan Umur
namun selama kegiatan kelas ibu hamil No. Umur Frekuensi Persentase
belum pernah dilakukan penelitian (f) (%)
sebelumnya untuk mengetahui berapa besar 1 < 20 Tahun 2 6,2
2 20 – 35 25 78,1
program kelas ibu hamil tersebut dalam Tahun
peningkatan pengetahuan dan kepuasan ibu 3 35 Tahun 5 15,7
hamil terhadap program yang talah menjadi 32 100
salah satu program wajib pemerintah.

59
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa Tabel 1.4
diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil Distribusi Rata-Rata Pengetahuan Ibu
berada pada kisaran umur 20 – 35 tahun Hamil Sebelum dan Setelah Mengikuti
Kelas Ibu Hamil
sebanyak 25 orang atau (78,1%). Usia tersebut
Penge Mean Median Min Std. 95%
masuk ke dalam kategori umur produktif. tahuan - Dev CI
Max
Tabel 1.2 Pre Test 16,88 17 10 – 3,20 15,72
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil 23 –
Berdasarkan Pendidikan 18,03
No. Pendidikan Frekuensi Persentase Post 21,59 21,5 14 - 2,34 20,50
Test 26 –
(f) (%) 22,44
1 SMA 18 56,2
2 SMP 12 37,6 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa
3 SD 2 6,2 pengetahuan pre-test ibu hamil rata-rata
32 100 sebesar 16,88 dengan median 17 dan standar
deviasi 3,20. Pengetahuan terendah 10 dan
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lebih tertinggi 23, serta diyakini bahwa 95%
dari setengahnya ibu hamil berpendidikan pengetahuan saat pre-test berada diantara 15,83
SMA sebanyak 18 orang atau (56,2%), dan – 18,03. Sedangkan pengetahuan saat pos-test
yang berpendidikan SMP sebanyak 12 orang ibu hamil rata-rata sebesar 21,59 dengan
atau (37,6%) dan masih ada yang median 21,5 dan standar deviasi 2,34.
berpendidikan SD yaitu sebanyak 2 orang atau Pengetahuan terendah 14 dan tertinggi 26, serta
(6,2%). diyakini bahwa 95% pengetahuan saat pos-test
Tabel 1.3 berada diantara 20,50 – 22,44.
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil
Berdasarkan Paritas Tabel 1.5
No. Paritas Frekuensi Persentase Pengaruh Kelas Ibu Hamil Terhadap
(f) (%) Peningkatan Pengetahuan
1 Primigravida 11 34,4
Mean Std t P
2 Multigravida 21 65,6
32 100 Dev value
Pre Test 16,88 3,200
-8,354 0,000
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa lebih Post Test 21,59 2,340
dari setengahnya ibu hamil dengan paritas
multigravida/telah memiliki anak lebih dari Berdasarkan data pada tabel di atas dapat
satu sebanyak 21 orang atau (65,6%) dan diketahui rata-rata pengetahuan pre-test ibu
primigravida/ baru pertama kali memiliki anak hamil sebesar 16,88 sedangkan pengetahuan
yaitu sebanyak 11 orang atau (34,4%). pos-test sebesar 21,59, yang artinya ada
peningkatan sebesar 4,719. Hasil penghitungan
statistik diperoleh nilai t hitung sebesar -8,354
dan p value sebesar 0,000 sehingga p value <
0,05 dengan keputusan (ho) ditolak berarti
bahwa terdapat pengaruh kelas ibu hamil
terhadap peningkatan pengetahuan.

60
PEMBAHASAN hamil yaitu sebesar 16,88 sedangkan
Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui pengetahuan pos-test sebesar 21,59, yang
bahwa sebagian besar ibu hamil yaitu artinya ada peningkatan sebesar 4,719, Hasil
sebanyak 25 orang atau (78,1%) berada pada penghitungan statistik diperoleh nilai t hitung
kisaraan umur 20-35 tahun. Usia adalah umur sebesar -8,354 dan p value sebesar 0,000
terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat sehingga p value < 0,05 dengan keputusan (ho)
dia akan berulang tahun. Semakin cukup ditolak berarti bahwa terdapat pengaruh kelas
umur, tingkat kematangan dan kekuatan ibu hamil terhadap peningkatan pengetahuan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir Peningkatan pengetahuan pada penelitian
dan bekerja. Dari segi kepercayaan ini dapat dikatakan merupakan salah satu tolak
Masyarakat yang lebih dewasa akan lebih ukur keberhasilan program kelas ibu hamil,
dipercaya dari pada orang yang belum cukup yang di dalamnya terdapat kegiatan belajar
tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai mengajar (learning) dari segi kognitif, melalui
akibat dari pegalaman dan kematangan transformasi informasi yang dilakukan secara
jiwanya. terus menerus pada diri responden. Hal ini
Bila ditinjau dari segi tingkat sejalan dengan pandangan Winkel dalam
pendidikan, dapat dilihat bahwa lebih besar bukunya yang berjudul “Psikologi Pengajaran”
yaitu sekitar 56,2% responden berpendidikan menyatakan bahwa proses belajar merupakan
SMA/MA. Menurut Septalia, pendidikan suatu rangkaian peristiwa/kejadian di dalam
adalah suatu kegiatan proses pembelajaran diri subyek yang berlangsung secara berurutan
untuk mengembangkan atau meningkatkan yang dimulai dengan adanya input atau
kemampuan tertentu sehingga sasaran stimulus sampai dengan proses evaluasi atau
pendidikan itu dapat berdiri sendiri, adanya umpan balik (dalam hal ini pre-post
pendidikan dapat mempengaruhi cara test). Sedangkan subyek sendiri merasakan
pandang seseorang terhadap informasi yang efek dari adanya stimulus tersebut berupa
diterimanya, maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar, dengan demikian subyek
semakin tinggi pendidikan seseorang maka mendapat konfirmasi bahwa keseluruhan
semakin tinggi pengetahuan yang proses belajar telah berjalan dengan tepat dan
dimilikinya. Menurut Notoatmodjo, dengan benar.12
adanya pendidikan, maka manusia yang Meningkatnya rata-rata pengetahuan
semakin tinggi pengetahuannya dianggap responden setelah mendapatkan penyuluhan
semakin tinggi tingkat intelegensinya. Selain juga sejalan dengan beberapa hasil penelitian
itu responden dalam penelitian ini adalah sebelumnya dilakukan oleh Azeem yaitu pada
lebih dari setengahnya atau sekitar 21 orang 35 responden di Puskesmas Metro Kecamatan
ibu hamil atau (65,6%) termasuk kedalam Metro tentang hubungan pengetahuan dan
paritas multigravida atau telah mempunya sikap ibu hamil terhadap keikutsertaan dalam
anak lebih dari satu, artinya orang yang kelas ibu menunjukkan adanya peningkatan
memiliki pengalaman akan mempunyai secara signifikan skor pengetahuan responden
pengetahuan yang lebih baik dibandingkan sebesar (nilai p = 0.001) setelah mendapatkan
dengan yang belum memiliki pendidikan kesehatan dengan durasi satu jam.13
10,11
pengalaman. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nora
Berdasarkan tabel 1.5 tentang pengaruh Isa Tri Novadela, tentang pengaruh program
peningkatan kelas ibu hamil terhadap kelas ibu hamil trimester III tentang Teknik
peningkatan pengetahuan ibu hamil dapat meneran juga menunjukan adanya rata-rata
diketahui adanya pengetahuan pre-test ibu skor pengetahuan ibu sebelum mengikuti kelas

61
ibu 18,10, sedangkan sesudah mengikuti kelas seperti bloom dan wingkel bahwa dalam
ibu meningkat menjadi 24,44 dengan nilai aspek kognitif terbukti saling berkaitan dalam
mean perbedaan skor antara pengetahuan ibu membentuk persepsi seseorang terhadap
sebelum dan sesudah kelas ibu adalah 6,34. informasi yang diterima sebagai dasar
Hasil uji statistic p value 0,000 (p value < 0,05) terbentuknya perilaku baru. Hal ini dipertegas
artinya ada perbedaan signifikan antara oleh Notoatmodjo yang menyatakan bahwa
pengetahuan ibu sebelum dan susedah perilaku yang didasai oleh pengetahuan akan
mengikuti kelas ibu.14 lebih langgeng dibanding perilaku tanpa
Ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil pengetahuan.
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan,
merubah sikap dan meningkatkan perilaku SIMPULAN DAN SARAN
positif tentang kehamilannya karena adanya Simpulan
interaksi dan tukar pengalaman antara peserta Berdasarkan hasil penelitian adanya
kelas ibu hamil dan peserta dengan pengetahuan pre-test ibu hamil yaitu sebesar
fasilitatornya. Hasil analisis pada penelitian 16,88 sedangkan pengetahuan pos-test sebesar
yang dilakukan oleh Ariyani, Suindri dan 21,59, yang artinya ada peningkatan sebesar
Budiani pada tahun 2011 mengenai pengaruh 4,719, Hasil penghitungan statistik diperoleh
pelaksanaan kelas antenatal terhadap perilaku nilai t hitung sebesar -8,354 dan p value
ibu hamil menunjukkan bahwa terdapat sebesar 0,000 sehingga p value < 0,05 dengan
perbedaan pengetahuan yang sangat bermakna keputusan (ho) ditolak berarti bahwa terdapat
(p; 0,0000), sikap (p; 0,000) dan tindakan (p; pengaruh kelas ibu hamil terhadap peningkatan
0,000) antara kelompok perlakuan (ibu hamil pengetahuan
yang mengikuti kelas antenatal) dan kelompok
kontrol (ibu hamil yang tidak mengikuti kelas Saran : Masih perlu dilakukan pengembangan
ibu hamil).15 penelitian berikutnya yaitu dengan
Menurut abdul muthit, dkk tahun 2019 menambahkan variabel independen lainnya,
tentang Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil Sebagai seperti tingkat kepuasan ibu dan analisis faktor
Upaya Peningkatan Pengetahuan, Keluarga – faktor yang mempengaruhi keikutsertaan ibu
Dan Kader Dalam Deteksi Dini Resiko hamil dalam kegiatan kelas ibu hamil dan lain-
Tinggi Ibu Hamil Di Wilayah Kerja lain, sehingga semua faktor untuk
Puskesmas Sambeng Kabupaten Lamongan mengevaluasi evektifitas kegiatan kelas ibu
disimpulkan bahwa : banyak hal yang hamil lebih lengkap, dan hasil penelitian
menentukan pengetahuan yakni pendidikan, tersebut dapat digunakan untuk
mass media/informasi, sosial budaya dan mengembangkan atau perbaikan kegiatan kelas
ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia. ibu hamil.
peningkatan pengetahuan seseorang bisa
karena kematangan usia dan pendidikannya. DAFTAR PUSTAKA
Dengan kematangan usia dan pendidikan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor
yang mencapai pendidikan dasar menjadikan 36 Tahun 2009. Jakarta;2009
seseorang berfikir lebih matang dan dewasa Fuada,N., & Setyawati, B. (2015).
serta mudah menerima informasi dan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil Di
menentukan mana yang baik bagi dirinya dan Indonesia. Jurnal Kesehatan
keluarga. Reproduksi, 6(2),67-
Dari beberapa hasil penelitian yang 75,https://doi.org/10.22435/kespro.v6i
telah dilakukan ataupun pendapat para ahli 2.4745.67-75

62
Kementrian Kesehatan RI (Kemenkes RI). Nora Isa. Pengaruh Program Kelas Ibu Hamil
Pengangan Fasilitor Kelas Ibu Balita. Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil
Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia Trimester III Tentang Teknik Meneran.
2011. Jakarta. 2013;Jurnal Kesehatan. Vol IV,Nomor
Edi sukiarko, SKM. Pengaruh Pelatihan 2:351-356.
Dengan metode Belajar Berdasarkan Ariyani N, Suindri N, Budiani N. Pengaruh
Masalah Terhadap pengetahuan dan Pelaksanaan Kelas AntenatalTerhadap
ketrampilan Kader gizi dalam kegiatan Perilaku Ibu Hamil. J Skala Husada.
Posyandu. Undip.2007 . 2012;9(1):10–5.
Rini Puspita S, Syamsulhuda, Kusyogo.
Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Kelas
Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas
Mranggen Kabupaten Demak
Description Of Implementation Of
Pregnancy Class In Worked Area Of
Public Health Centre Mranggen District
Demak Regency. JURNAL
KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Journal), Volume 2, Nomor 3, Maret
2014 . Online di http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jkm.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Laporan Survei Indikator
Kesehatan Nasional (Sirkesnas) 2016.
Pedoman Pelaksanaan Kelas ibu Hamil.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Tahun 2009.
Depkes RI. Pedoman Pelaksaanan Kelas Ibu
Hamil. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat; 2009
Budiman dan ryanto. 2013. Kapita Selakta
Kuesioner : Pengetahuan dan Sikap
Dalam Penelitian Kesehatan. Pnerbit
Salemba Medika, Jakarta.
Septalia D. Pendidikan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika; 2010.
Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;2003.
Winkel. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi
Belajar. Jakarta: PT Gramedia;2007.
Azeem. Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Ibu Hamil TerhadapKeikutsertaan
Kelas Ibu Di Puskesmas Metro
Kecamatan Metro.2011;4(2):224 –232.

63
PENGARUH AKUPRESUR TERHADAP PENURUNAN MUAL
MUNTAH PADA KEHAMILAN TRIMESTER I
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAHURIP KABUPATEN
GARUT JAWA BARAT
TAHUN 2020

THE EFECT OF ACUPRESSURE ON DECREASING NAUSEA AND VOMITING


IN THE FIRST TRIMESTER OF PREGNANCY IN THE WORK AREA OF THE
SUKAHURIP HEALTH CENTER, GARUT REGENCY, WEST JAVA, 2020
Nurulicha1, Yulita Nengsih2, Hartani3
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra RIA Husada Jakarta
Email : icha26.nurulicha@gmail.com

ABSTRAK
Perubahan fisik dan psikologis mempengaruhi keluhan mual dan muntah atau bahkan hiperemesis terutama
pada trimester I. Data di Puskesmas Sukahurip, ibu hamil yang mengalami emesis trimester I masih tinggi,
yakni pada bulan Januari-Maret Tahun 2020 yaitu sebanyak 70.7%. Salah satu penanganan non
farmakologi pada hiperemesis yaitu dengan pijatan akupresur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh akupresur terhadap penurunan mual muntah (emesis) pada kehamilan trimester I. Rancangan
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, pendekatan pre-eksperimental menggunakan pre test dan post
test one-group design. Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu hamil trimester I yang mengalami mual
muntah. Data diperoleh dengan menggunakan format observasi, kemudian dianalisis dengan uji Paired
Test.Hasil penelitian ini diperoleh frekuensi mual muntah sebelum dilakukan pijat akupresur sebanyak 17.41
point, kemudian setelah pijat akupresur mengalami penurunan yaitu menjadi 10.47 poin. Hasil uji statistik
menggunakan Paired test didapatkan ada pengaruh akupresur terhadap penurunan keluhan mual muntah
pada ibu hamil dengan p value 0,000. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pijat akupresur berpengaruh
terhadap penurunan mual muntah pada ibu hamil trimester pertama. Oleh karena itu bidan dapat
menerapkan teknik pijat akupresur tersebut kepada ibu hamil untuk menurunkan mual muntah sebagai
upaya peningkatan pelayanan kebdianan.

Kata Kunci : Akupresur, mual muntah, ibu hamil

ABSTRACT
Physical and psychological changes that afect complaints of nausea and vomiting or even hyperemesis,
especially in the first trimester. Data at the Sukahurip Health Center, pregnant women who experience
emesis in the first trimester is still high, namely in January-March 2020, which is as much as 70.7%. One
of the non-pharmacological treatments for hyperemesis is acupressure massage. The purpose of this study
was to determine the effect of acupressure on reducing nausea and vomiting (emesis) in the first trimester
of pregnancy. The design of this research is quantitative research, pre-experimental approach using pre-
test and post-test one-group design. The sample in this study were pregnant women in the first trimester
who experienced nausea and vomiting. The data were obtained using an observation format, then analyzed
by using the Paired Test. The results of this study showed that the frequency of nausea and vomiting before
acupressure massage was 17.41 points, then after acupressure massage decreased to 10.47 points. The
results of statistical tests using Paired test showed that there was an effect of acupressure on reducing
complaints of nausea and vomiting in pregnant women with a p value of 0.000. The conclusion of this
study is acupressure massage has an effect on reducing nausea and vomiting in first trimester pregnant
women. Therefore, midwives can apply acupressure massage techniques to pregnant women to reduce
nausea and vomiting as an effort to improve maternity services.

Keywords : Accupressure, nausea, vomiting, pregnant women.

64
PENDAHULUAN Emesis biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi
Mual muntah pada kehamilan ada yang timbul setiap saat dan malam hari.4
merupakan hal yang fisiologis, namun Setiap wanita hamil akan memiliki
kondisi tersebut apabila tidak ditangani dapat derajat emesis yang berbeda- beda, ada yang
menjadi yang patologis. Kasus mual muntah tidak terlalu merasakan apa-apa, tetapi ada
yang berlebihan pada kehamilan /hiperemesis juga yang merasa mual dan ada yang merasa
gavidarum memerlukan perhtian karena 5

berdampak buruk pada kehamilan, persalinan sangat mual dan ingin muntah setiap saat.
dan bayi baru lahir. Kehamilan dengan Keluhan emesis pada kehamilan disebabkan
hiperemesis gravidarum menurut World karena ketidakseimbangan hormonal selama
Health Organization (WHO) mencapai 12,5% kehamilan, kekurangan vitamin B. Faktor
dari seluruh jumlah kehamilan di dunia dengan psikologis juga memegang peranan penting
angka kejadian yang beragam.1 pada emesis seperti takut terhadap kehamilan
Angka kejadian mual muntah atau dan persalinan dan lainnya. Ada beberapa
emesis pada kehamilan trimester I di faktor yang dapat meningkatkan risiko emesis
Indonesia adalah mulai dari 1-3% atau 5-20 pada ibu hamil yaitu hamil pada usia muda,
kasus per 1000 kehamilan. Hal ini didasrkan obesitas, hamil pertama kalinya, kehamilan
dari keluhan-keluhan yang disampaikan kembar, hamil anggur (mola hidatidosa), dan
secara subjketif pada instansi pelayanan pernah mengalami emesis berat
kesehatan, umumnya keluhan mual muntah sebelumnya. Apabila emesis tersebut tidak
dapat terjadi pada pagi hari sehingga dapat segera diatasi maka akan menjadi hal yang
menyebabkan terganggunya aktivitas ibu patologis. Pada ibu yang mengalami keluhan
hamil.2 emesis satu di antara seribu kehamilan gejala-
Menurut data di Jawa Barat sebesar gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual
13% dari ibu hamil, sedangkan menurut data ini disebabkan oleh meningkatnya kadar
di Kabupaten Garut tahun 2019, jumlah kasus hormon estrogen dan HCG (Human Corionic
mual muntah pada kehamilan berkisar 14,2% Gonadotropin) dalam serum, selain itu
dari 2.9771 ibu hamil.3 Data dari Puskesmas progesterone juga diduga menajdi factor
Sukahurip pada bulan April 2020 sebanyak 41 penyebab emesis4.
ibu hamil trimeter I, sebanyak 34 ibu hamil Emesis pada ibu hamil apabila tidak
pada trimester II dan 38 ibu hamil pada diatasi maka dapat menimbulkan berbagai
trimester III. Dari 41 ibu hamil trimester I dampak pada ibu hamil dan janin dikemudian
terdapat 29 orang (70.7%) diantaranya hari. Upaya penanganan mual muntah pada
mengalami emesis yang menyebabkan sering ibu hamil dapat dilakukan dengan
berkunjung ke tenaga kesehatan. farmakologi dan nonfarmakologi.
Mual muntah atau emesis merupakan Penanganan farmakologi berupa pemberian
sensasi untuk mengeluarkan muntah obat-obatan antihistamin dan agen- agen
merupakan sensasi yang segera mendahului prokinetik sebagai farmakoterapi lin pertama
muntah. Umumnya mual muntah pada ibu yang aman dan efektif. Suplementasi dengan
hamil dapat terjadi pada kehamilan trimster tiamin dapat dilakukan untuk mencegah
pertama. Emesis pada kehamilan disebut terjadinya komplikasi berat hyperemesis.
dengan nausea atau emesis garvidaru. Selain farmakologi, penanganan mual
muntah dapat dilakukan dengan non
farmaklogi.9

65
Penanganan nonfarmakologi pada Berdasarkan penelusuran beberapa
emesis adalah dengan perubahan dalam diet, literatur terkait dengan emesis pada ibu hamil
pengobatan komplementer seperti homeopati, elah dilakukan penelitian oleh Purnama
aromaterapi, osteopati, refleksiologi, pijatan Anggi11 mengenai efektivitas akupresur
ringan (endorphine) maupun dengan terhadap penurunan emesis pada ibu hamil
akupresur pada titik perikardium. trimester pertama, dalam penelitiannya yang
Dibandingkan dengan penanganan non dilakukan dari bulan Februari sampai April
famakologi lain, pijat akupressur tidak kepada 11 orang ibu hamil trimester I. Hasil
membutuhkan ruangan, peralatan khusus serta penelitiannya mendapatkan bahwa terdapat
persiapan khusus, lain hal nya terapi perbedaan frekuensi emesis, durasi dan
refleksiologi, aroma terapi, akupunktur yang intensitas emesis sebelum dan sesudah
membutuhkan peralatan seperti jarum, benda dilakukan tindakan akupresur. Kesimpulan
tumpul, wangi-wangian khusus, suasana penelitian ini adalah bahwa akupresur efektif
ruangan yang betul-betul nyaman, serta terhadap penurunan emesis pada ibu hamil
keterampilan khusus. Sehingga teknik pijat trimester pertama. Begitupun dengan
akupresur merupakan terapi yang mudah, penelitian Juwita12 yang menemukan
murah serta memiliki efek samping yang baik. intervensi kebidanan komplementer akupresur
Akupressur dapat dilakukan oleh suami atau pada titik P6 dapat dikategorikan sebagai
ibu sendiri yang telah diajarkan oleh tenaga intervensi yang aman dan cukup efektif dalam
kesehatan.10 mengurangi mual dan muntah pada ibu hamil
Pijat akupresure merupakan sebuah yang tidak mendapatkan terapi lain selain
terapi yang cukup penting diberikan pada akupresur pada titik P6.
wanita hamil. Sementara ini, umumnya untuk Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
menurunkan emesis, ibu hamil dilakukan pada tanggal 6 Januari dengan 9
memeriksakannya ke bidan dan minum air Maret tahun 2020 dengan cara penelusuran
hangat setiap pagi, konsumsi makanan data sekunder didapatkan masih terdapat
kering, makan nasi dengan porsi sedikit tapi tingginya emesis ibu hamil pada trimetser I.
seting. Padahal pijat tersebut dilakukan sendiri Data dari buku register di Puskesmas
dengan penekanan menggunakan ibu jari pada Sukahurip didapatkan data ibu hamil trimester
daerah 3 jari di atas pergelangan tangan (P6). I sebanyak 41 orang, dari jumlah tersebut
Stimulus pada titik P6 merupakan titik penting sebanyak 29 orang (70,7%) diantaranya
yang diberikan akupresur pada klien dengan didiagnosis mengalami mual muntah pada
hyperemesis.9 Karena dengan menggunakan trimester I, catatan asuhan kebidanan pada ibu
pijat ini membantu ibu merasa lebih segar, rileks hamil didapatkan data penatalaksanaan yang
dan nyaman sehingga dapat menurunkan dilakukan pada ibu hamil dengan gejala
emesis. Hal itu terjadi karena terapi akupressur emesis adalah dengan pemberian obat
ini menstimulasi sistem regulasi dan antihistamin. Dalam hal ini bidan bidan tidak
mengaktifkan mekanisme endokrin dan menerapkan teknik non farmakologi pijat
neurologi untuk mempertahankan dalam mengurangi keluhan emesis ibu hamil.
keseimbangan. Hal ini juga didukung oleh Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Koosnadi10 yang menuliskan bahwa titik P6 pengaruh akupresur terhadap penurunan mual
merupakan salah satu titik yang digunakan muntah (emesis) pada kehamilan trimester I
pada kasus darurat dengan mual dan muntah. di Wilayah Kerja Puskesmas Sukahurip
Pengobatan ini mengurangi mual pada banyak Kabupaten Garut tahun 2020.
wanita hamil.

66
METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pre Univariat
eksperimen One Group pre test dan post test Tabel 1
without control design33. Jenis penelitian ini Frekuensi mual muntah pada ibu hamil
akan dilakukan dengan cara sebelum diberikan sebelum dan sesudah dilakukan pijat akupresur
intervensi, variabel diobservasi terlebih di Wilayah Kerja Puskesmas Sukahurip
Kabupaten Garut Jawa Barat Tahun 2020
dahulu (pre test) setelah itu dilakukan
intervensi dan setelah intervensi, dilakukan
Frek mual n Min Maks Rata- SD
pengukuran/observasi lagi (post test).30 muntah rata
Populasi dalam penelitian ini adalah Sebelum 17 14 20 17.41 1.734
seluruh ibu hamil trimester I yang berada di pijat
wilayah kerja Puskesmas Sukahurip periode akupresur
Sesudah 17 8 13 10.47 1.419
Juni tahun 2020 yang berjumlah 41 orang. pijat
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil akupresur
trimester I yang mengalami mual muntah dan
berada di wilayah kerja Puskesmas Sukahurip Berdasarkan data pada tabel 1
dengan dropout jumlah sampel 10% sehingga didapatkan mual muntah pada ibu hamil
total sample yang digunakan sebayak 17 trimesrer 1 paling rendah adalah 14 point dan
responden. Teknik pengambilan sampel paling tinggi 20 point, rata-rata skor mual
dengan menggunakan teknik purposive muntah sebelum intervensi sebanyak 17.41
sampling yaitu pengambilan sampel point dengan standar deviasi 1.734 point.
dengan menentukan kriteria penelitian. Selanjutnya frekuensi mual muntah sesuah
Intrumen yang digunakan untuk intervensi didapatkan emesis pada ibu hamil
mengukur mual muntah pada ibu hamil adalah trimesrer 1 paling rendah adalah 8 point dan
dengan menggunakan kuisioner yang paling tinggi 13 point, rata-rata skor emesis
mengacu pada Rhodes INVR dengan jumlah sesudah intervensi sebanyak 10.47 point
pertanyaan sebanyak 8 pertanyaan yang diisi dengan standar deviasi 1.419 point.
oleh responden menggunakan skala likert 0-4. Data frekuensi mual muntah baik
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sebelum maupun sesudah intervensi
sudah tersusun dengan baik, sudah matang, di dilakukan uji normalitas. Uji normalitas
mana responden dan interviewer tinggal tersebut menggunakan shapiro-wilk karena
memberikan tanda-tanda tertentu sesuai jumlah sampel dalam penelitian ini kurang
dengan keluhan yang dirasakan. Adapun dari 50. Berdasarkan hasil uji normalitas
Analisa yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh p value sebelum intervensi sebesar
adalah analisa univariat dan Analisa bivariat. 0,103 dan sesudah intervgensi sebesar 0,301
(>alpha 0,05) sehingga data tersebut
berdistribusi normal dan uji statistik
menggunakan paired test.

67
Bivariat mengalami penurunan, artinya pada hasil
Tabel 2 penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi
Pengaruh akupresur terhadap penurunan mual mual muntah penurunan. Perbandingan
muntah pada ibu hamil di Wilayah Kerja hiperemesis gravidarum dan sebelum dan
Puskesmas Sukahurip Kabupaten Garut Jawa sesudah intervensi menunjukkan hasil yang
Barat Tahun 2020 berbeda secara signifikan. Hal ini diperjelas
n Rata- Selisih T P dengan hasil uji statistik menggunakan paired
rata Hitung Value
Mual muntah 17 17.41 6.94 18.345 0.00 test didapatkan nilai thitung sebesar 18.345
sebelumpijat 0 (<t tabel, 1,740) dan p value 0,000 (0,05).
akupresur Artinya terdapat pengaruh akupresur terhadap
Mual 17 10.47 penurunan keluhan emesis pada ibu hamil di
muntah
Sesudah Wilayah Kerja Puskesmas Sukahurip
pijat Kabupaten Garut Jawa Barat Tahun 2020
akupresur dapat diterima secara statistik.
Hal ini disebabkan karena pijat
Data pada tabel 2 menunjukkan rata- akupresur merupakan cara lembut membantu
rata skor emesis pada ibu hamil trimster I ibu merasa lebih segar, rileks, dan nyaman.
sebelum diberikan intervensi berupa pijat Sebuah penelitian menyebutkan, ibu yang
akupresur adalah 17.41 point, kemudian dipijat 10-20 menit yang dilakukan jauh hari
setelah dilakukan pijat akupresur menurun sebelum persalinan dapat memberikan rasa
menjadi 40.47 point. Sehingga terdapat selisih aman, nyaman, tenang, rileks yang tentunya ibu
penurunan skor keluhan mual muntah sebesar hamil dapat beristirahat dengan cukup.26
6.94 point. Hasil uji statistik menggunakan Pemijatan akupressur yang dilakukan
paired test didapatkan nilai thitung sebesar pada responden bertujuan untuk untuk
18.345 (<t tabel, 1,740) dan p value 0,000 membangun kembali sel- sel dalam tubuh
(0,05). Artinya terdapat pengaruh akupresur yang melemah serta mampu membuat system
terhadap penurunan keluhan mual muntah pertahanan dan meregenerasi sel tubuh.27
pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Umumnya penyakit berasal dari tubuh yang
Sukahurip Kabupaten Garut Jawa Barat Tahun teracuni, sehingga pengobatan akupresur
2020. memberikan jalan keluar meregenerasikan
sel–sel agar daya tahan tubuh kuat untuk
PEMBAHASAN mengurangi sel–sel abnormal. Dalam
Penelitian tentang pengaruh pijat pengobatan akupresur tidak perlu makan
akupresur terhadap eremesis gravidarum pada obat–obatan, jamu dan ramuan sebab dengan
responden dapat dilihat dari rata-rata skor terapi akupresur tubuh kita sudah lengkap
emesis pada ibu hamil trimster I sebelum kandungan obat dalam tubuh jadi tinggal
diberikan intervensi berupa pijat akupresur diaktifkan oleh sel–sel syaraf dalam tubuh.
adalah 17.41 point, kemudian setelah Tubuh manusia memiliki kemampuan
dilakukan pijat akupresur menurun menjadi memproduksi zat–zat tertentu yang berguna
40.47 point. Sehingga terdapat selisih untuk ketahanan tubuh. Jika ditambah obat–
penurunan skor keluhan emesis sebesar 6.94 obatan, yang terjadi adalah kelebihan dosis
point. yang justru akan mengakibatkan kerusakan
Data ini menunjukkan bahwa setelah organ tubuh terutama ginjal.
dilakukan pijat akupresur, keluhan mual Akupresur terbukti bermanfaat untuk
muntah yang dirasakan oleh responden pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit,

68
rehabilitasi (pemulihan) dan meningkatkan perbedaan frekuensi mual dan muntah, durasi
daya tahan tubuh. Untuk pencegahan dan intensitas mual dan muntah sebelum dan
penyakit, akupresur dipraktikan pada saat– sesudah dilakukan tindakan akupresur
saat tertentu secara teratur sebelum sakit, (frekuensi mual : p=0.000, frekuensi muntah :
tujuannya untuk mencegah masuknya p=0.001, durasi mual : p=0.026, durasi muntah :
penyebab penyakit dan mempertahankan p=0.011, intensitas mual : p=0.011 dan
kondisi tubuh. Melalui terapi akupresur intensitas muntah : p=0.007). Kesimpulan
penyakit pasien dapat disembuhkan karena penelitian ini adalah bahwa akupresur efektif
akupresur dapat digunakan untuk terhadap penurunan mual dan muntah pada
menyembuhkan keluhan sakit dan dipraktikan ibu hamil trimester pertama.
ketika dalam keadaan sakit. Akupresur juga Berdasarkan uraian diatas, mual dan
dapat bermanfaat sebagai rehabilitasi muntah selama kehamilan ini bisa dikontrol
(pemulihan) dengan cara meningkatkan dengan beberapa tindakan antara lain
kondisi kesehatan sesudah sakit. Selain itu, perubahan dalam diet (makan dan minum yang
akupresur juga bermanfaat untuk teratur, istirahat yang cukup) aromaterapi dan
meningkatkan daya tahan tubuh (promotif) pijatan ringan pada titik takikardium
walaupun tidak sedang dalam keadaan sakit. (pergengalangan tangan). Dari pengalaman
Secara fisiologis, pijatan merangsang dan penelitian ternyata pijatan akupresur pada
dan mengatur tubuh, memperbaiki aliran darah lengan mempunyai hasil yang cukup baik. Hal
dan kelenjer getah bening, sehingga oksigen, ini disebabkan karena pijatan titk P6 karena
zat makanan, dan sisa makanan dibawa dengan menggunakan pijat ini membantu ibu
secara efektif ke dan dari jaringan tubuh dan merasa lebih segar, rileks dan nyaman
plasenta. Dengan pemberian pijatan akan sehingga dapat menurunkan emesis. Hal itu
dapat menyeimbangkan kadar estrogen yang terjadi karena terapi akupressur ini
meningkat dan mencegah tertimbunnya zat menstimulasi sistem regulasi dan
toksik. mengaktifkan mekanisme endokrin dan
Menurut Balaskas (2015) yang neurologi untuk mempertahankan
mengatakan bahwa hal itu terjadi karena pijat keseimbangan.
merangsang tubuh melepaskan senyawa
endorphin yang merupakan salah satu KESIMPULAN
senyawa neuropeptide, endorphine. α,β dan Hasil penelitian menunjukkan adanya
μ-Endorphine. Endorphine merupakan residu pengaruh pijat akupresur terhadap kejadian
asam amino β-lipoprotein yang mengikat hiperemesis gravidarum. Yang dibuktikan
reseptor opiat (opium) pada berbagai daerah dengan penurunan poin kejadian
di otak. hiperemesis gravidarum sesudah diberikan
Pernyataan ini sejalan juga dinyatakan pijatan akupresur.
oleh Tiran (2009) bahwa pemijatan yang Peneliti mengharapkan Suami dan
menghasilkan senyawa endorphin dapat keluarga ibu hamil dapat melakukan
meringankan mual dan muntah, mabuk darat konsultasi secara proaktif kepada tenaga
dan mabuk laut, mual muntah pada wanita kesehatan untuk menurunkan mual muntah
hamil dan juga mual post operasi. dengan belajar melakukan pijat akupresur
Hasil penelitian yang dilakukan oleh pada ibu hamil supaya dapat mengatasi
Anggi (2010) menemukan bahwa dari Hasil keluhan mual dan muntah yangdi alami oleh
uji analisa data dengan paired sample t-test ibu hamil pada trimester I. Dan mengingtakan
dan uji hilcoxon menunjukkan bahwa terdapat kepada para tenaga Kesehatan/Bidan bahwa

69
para tenaga Kesehatan/Bidan juga dapat perikardium 6 dalam mengatasi mual dan
mengembangkan kemampuan diri dalam muntah pada kehamilan. Ners
melakukan asuhan kebidanan melalui Lentera.2015;3(1):1-20.
pelatihan, pendidikan baik formal maupun Indrawati. Panduan Perawatan Kehamilan.
non formal sehingga dapat melakukan asuhan Atma Media Press; 2013.
kebidanan pada ibu hamil dengan mual Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit
muntah secara optimal. Kandungan Dan KB.4thed. Buku
Kedokteran EGC; 2013.
DAFTAR PUSTAKA Harnawatiaj. Perubahan Anatomi dan Fisiologi
“Global report on helath and pregnant.WHO wanita Hamil.
Library Cataloguing-in-Publication Nirwana. Psikologi Kesehatan Wanita. Nuha
Data,World Health Organisation 2019” Medika; 2016.
Publishedonline 2019:2016. Tiran D.Mual Dan Muntah Dalam Kehamilan.
htp:/www.who.int Buku Kedokteran EGC; 2015.
Kemenkes. Profil Kesehatan Indonesia.;2017. Aminin. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Dinkes.Kab.Garut.Profil Kesehatan Kabupaten Dengan Hiperemesis Gravidarum Di
Garut. Published online 2016. Klinik Umum Dan Bersalin Medika
Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan. IV. Yayasan Utama Kecamatan Balongbendo
Bina Pustaka Sarwono Kabupaten Sidoarjo. kebidanan
Prawirohardjo;2013. 2013;2:18.
Wiknjosastro.Buku Acuan Nasional Pelayanan Lestari. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Kesehatan Maternal Dan Neonatal. fisiologos dan pathologis Salemba
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Medika; 2012.
Prawiroharjo; 2010. Kaem. Emesis Kehamilan: Apa yang Melatar
Rose.Kenali Perubahan Psikologis Ibu Hamil. belakangi?.
Hidayat. Sujiatmi. Dan Anis Indriyani. Dasar- Pierce. Serial buku Nakita solusi kehamilan
Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat dan persalinan. Buku Kedokteran EGC;
Dalam Kebidanan.fitramaya;2010. 2012.
Tim Triesxmedia. 1001 TentangKehamilan. Suparyanto. Sehat Dan Bugar Saat Hamil Dan
Prefect Ed.TriexMedia; 2015. Melahirkan. Media Ilmu; 2011.
Ganiswara SG. Farmakologi Dan Terapi. 4thed. Siswosudarmo. Obstetri Fisologi. Bagian
Fakultas Kedokteran Obstetri & Ginekologi. FKUGM;2015.
Universitas Indonesia.;2009. Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I.
Koosnadi. Akupunktur Klinik.1sted.Air langga Media Aesculapius; 2015.
University Press; 2013. Ayu C. Tips untuk Mengatasi Emesis saat
Anggi P. Efektivitas Akupresur Terhadap Hamil.
Penurunan Mual dan Muntah pada Ibu Sukanta. Pijat Akupresur Untuk Kesehatan,.
Hamil Trimester Pertama diKelurahan Penerbit Plus+; 2012.
Jati Karya Kecamatan Binjai Utara Fengge.Terapi Akupresur: Manfaat & Teknik
Kota Binjai. Kebidanan. Pengobatan. I.Crop Circle Corp; 2012.
2013;3(2):2013. Cunningham. Obststeri Wiliam. 3rded. Buku
Juwita.Literaturereview: terapi komplementer Kedokteran EGC; 2010.
akupresur pada titik Runiari,(2010).Asuhan Keperawatan Pada
Klien dengan Hiperemesis Gravidarum:
Penerapan Konsepdan Teori. Jakarta:

70
Salemba Medika. Published Online
2010:2010.
Nursalam. Konsep Dan Penerapan Metodologi
PenelitianI lmu Keperawatan. Salemba
Medika;2013.
Riduwan.Belajar Mudah Penelitian. Alfa
beta;2011.
NotoatmodjoS. Metodologi
Penelitian.TeoriDanAplikasi .Rhineka
Cipta; 2010.

71
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN KECEMASAN
PASIEN PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF DI RSUD DR. SOEKARDJO
TASIKMALAYA

RELATIONSHIP OF THERAPEUTIC COMMUNICATION WITH ANXIETY OF


FIRST ACTIVE PHASE LABOR PATIENTS IN DR. SOEKARDJO
TASIKMALAYA’S HOSPITAL
1)
Lina Marlina, 2) Reni Nurdianti, 3) Dewi Sri Handayani
1,3)
Dosen Program Studi D III Kebidanan, Universitas Bhakti Kencana Tasikmalaya
2)
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan, Universitas Bhakti Kencana Tasikmalaya
Kampus I : Jl. Ir. H. Djuanda No. 02 (By Pass) Kota Tasikmalaya
Kampus II : Jl. RE. Martadinata No 142 Kota Tasikmalaya
*Email : lina.marlina@bku.ac.id
HP 085223359512

ABSTRAK
Kecemasan menjelang persalinan akan mengakibatkan peningkatan kecemasan ke level yang lebih
tinggi dan meningkatkan resiko cedera dan akan mempengaruhi kontraksi menjadi hypotonic. Salah satu
faktor yang mempengaruhi kecemasan persalinan yaitu kurangnya komunikasi terapeutik. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien
persalinan kala 1 fase aktif di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya. Metoda penelitian yang digunakan
deskriptif korelasional. Populasinya adalah pasien bersalin kala 1 fase aktif, di ruang bersalin. Sampel 30
orang secara accidental sampling selama 3 minggu. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner
komunikasi terapeutik dan kecemasan yang sudah baku. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan
Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukan persentasi komunikasi terapeutik paling tinggi yaitu kategori
“kurang” sebanyak 13 orang (43.33%), untuk tingkat kecemasan paling tinggi kategori “berat” sebanyak
20 orang (66.66%). Hasil uji hipotesis menunjukkan ada hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat
kecemasan pasien inpartu kala 1 fase aktif dengan P-value = 0,026, nilai koefisien korelasi 0.463 artinya
kekuatan hubungannya cukup. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar bidan dapat memberikan
pelayanana yang terbaik terhadap pasien dengan meningkatkan komunikasi terapeutik supaya kecemasan
pada ibu bersalin/inpartu berkurang.

Kata Kunci : Kecemasan, Komunikasi Terapeutik

ABSTRACT
Anxiety during childbirth without a solution will increase of anxiety to a high level and increase the
risk of injury and will affect contractions to be hypotonic. One of the factors influence anxiety during
childbirth is therapeutic communication less. Research purposes is to determine relationship of
therapeutic communication with anxiety level of patients during active phase labor in dr. Soekardjo
Tasikmalaya’s hospital. The research method used descriptive correlational. The population in this study
are patient of first active phase on labor in delivery room. Research sample is 30 people by accidental
sampling for 3 weeks. Instrument research used a standardized therapeutic communication and anxiety
questionnaire. Hypothesis testing used Rank Spearman test. The results showed that the highest percentage
of therapeutic communication is "less" category is 13 people (43.33%), The highest level of anxiety is
"heavy" category as many as 20 people (66.66%). hypothesis test show that there is a relationship between
therapeutic communication and anxiety level of patients during the first active phase labor with P-value =
0.026, the correlation coefficient value is 0.463, which means that the strength of the relationship is
sufficient. Based on this research results is suggested that midwives can provide the best service to patients
by improving therapeutic communication to reduce anxiety mothers in labor.

Keywords : Anxiety, Therapeutic Communication

72
PENDAHULUAN mengakibatkan kecemasan meningkat ke level
Berdasarkan laporan World Health yang lebih tinggi dan meningkatkan resiko
Organization (WHO) pada tahun 2019 cedera. Misalnya, ibu yang mengalami
Terdapat setidaknya 303 ribu wanita di kecemasan saat menghadapi persalinan akan
seluruh dunia meninggal menjelang ataupun mempengaruhi his sehingga terjadi his
selama proses persalinan berlangsung. Tingkat hypotonic (Wildan, 2016).
kematian Ibu di Indonesia pada tahun 2019 Pada penelitian Indrawati (2010)
angka kematian ibu berkisar 305 per 100.000. menunjukkan bahwa dari 20 orang responden
Dari 14.640 total kematian ibu yang ibu hamil anak pertama (primigravida),
dilaporkan hanya 4.999, berarti ada 9.641 diperoleh hasil sekitar 75% atau 15 orang
yang tidak dilaporkan ke pusat. Dari data mengalami tingkat kecemasan sedang. Tingkat
tersebut, ada 83.447 kematian ibu di desa kecemasan primigravida lebih tinggi dari pada
maupun kelurahan, sementara di Puskesmas ibu multigravida (hamil lebih dari satu kali).
ada 9.825 kematian ibu, dan 2.868 kematian Menurut data United Nations Children’s Fund
ibu di rumah sakit (Achadi, 2019). menyebutkan bahwa sekitar 12.230.142 jiwa,
Angka kematian ibu di Jawa Barat pada ibu mengalami masalah dalam persalinan.
tahun 2017 berdasarkan profil kesehatan 2017 30% diantaranya disebabkan oleh kecemasan
sebanyak 76,03 per 100.000 KH, jika karena kehamilan anak pertama (Sitepu,
dibandingkan dengan proporsi AKI tahun 2016). Pada proses persalinan komunikasi
2017 yang ditargetkan maka AKI Provinsi terapeutik akan memberikan kenyamanan saat
Jawa Barat sudah berada dibawah target bersalin, sehingga kelemahan pada saat
nasional (MGDS) tahun 2015. Menurut Dinas berkomunikasi masih menjadi masalah untuk
kesehatan Kota Tasikmalaya pada tahun 2019 tenaga kesehatan ataupun klien karena proses
Angka Kematia Ibu sebanyak 1 kasus. keperawatan tidak berjalan secara maksimal
Salah satu faktor yang berpengaruh dan mengakibatkan ketidaknyamanan kepada
terhadaap keselamatan persalinan adalah pasien. Pasien sering mengeluh dengan
faktor kecemasan pada saat proses persalinan. pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan
Kecemasan yang terjadi pada ibu hamil dapat yang dirasakan kurang memuaskan sehingga
mempengaruhi kesehatan ibu maupun janin pasien menjadi marah, hal ini kadang-kadang
yang dikandungnya. Dalam hal ini, paritas disebabkan karena kesalahpahaman dalam
sebagai salah satu koping yang mempengaruhi berkomunikasi antara tenaga kesehehatan
besarnya tingkat kecemasan dalam yang tidak mengerti akan pesan yang
menghadapi proses persalinan. Pada ibu yang dikemukakan oleh pasien (Sya’diyah, 2012).
melahirkan dengan operasi mengalami Menurunkan morbiditas, mengurangi tingkat
kecemasan yang berbeda dibandingkan pada kecemasan, mengurangi rasa sakit,
ibu yang melahirkan secara normal (Erawati, mempersingkat persalinan dan menurunkan
2011). Tingkat kecemasan sekitar 28,7% dapat angka persalinan melalui operasi Caesar
memperberat nyeri yang diakibatkan oleh (Jannah, 2014).
persalinan sehingga dapat memperlambat Masalah yang sering muncul pada
kelahiran bayi (Sitepu, 2016). proses persalinan kala 1 fase aktif yaitu
Kecemasan yang terjadi pada ibu hamil penurunan stamina, tidak suka diajak
mendekati persalinan merupakan hal yang komunikasi apalagi dinasehati mengenai apa
sangat penting untuk diperhatikan, karena yang harus dilakukan, fokus berjuang supaya
apabila kecemasan berlangsung dengan terus rasa sakit dapat berkurang dan keinginan
menerus tanpa solusi, maka akan untuk mengedan, menangis, berteriak,

73
melampiaskan kemarahan jika tidak dapat kuesioner yang sudah dibuat oleh Devi
mengendalikan rasa sakit. Shintana OS (2016) yang diisi oleh pasien.
Hasil penelitian Wildan 2016, Jawaban kuesioner menggunakan skala
menyebutkan adanya pengaruh komunikasi perilaku dengan rentang jawaban terdiri dari :
terapeutik terhadap tingkat kecemasan saat tidak pernah (skor 1), kadang kadang (skor 2)
proses persalinan kala I di RS. Elizabeth dan sering atau tidak ( skor 3). Kuesioner
Situbondo. Menurut penelitian Surahman untuk tingkat kecemasan menggunakan
(2018), Disimpulkan bahwa ada pengaruh Formulir Skala Kecemasan Hamilton Rating
komunikasi terapeutik dengan lama kala I dan Scale For Anxiety (HARS) dengan pilihan
Kala II persalinan dengan nilai (0,000) < α jawaban : 0 = tidak cemas, 1 = ringan, 2 =
(0,05) pada kala I, nilai (0,007) < α (0,05) sedang, 3 = berat, 4 = berat sekali. Proses
pada kala II dan nilai (0,000) < α (0,05) pada pengumpulan data dengan melalui wawancara
total lama persalinan. kepada pasien kala I fase aktif, peneliti
Hasil survey awal di Ruang Persalinan membacakan soal dan responden manjawab
RSUD Dr.Soekadjo, melalui pengamatan pertanyaan, jawaban di isi oleh peneliti. Uji
terhadap 5 orang ibu bersalin kala 1, empat statistik dengan Rank Spearman karena data
ibu bersalin mengalami kecemasan salah variabel indevenden dan dependen berskala
satunya yaitu, kecemasan melahirkan. dan ke ordinal.
empat ibu bersalin ini menyatakan sangat
cemas karena tidak diberi komunikasi HASIL DAN PEMBAHASAN
terapeutik sebelum dan saat persalinan, dan Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29
hampir merasa putus asa ingin mengajukan Juni – 18 Juli 2020. Dalam proses penelitian
tindakan operasi caesar. Sedangkan satu ibu ini banyak responden yang menolak saat
bersalin yang diberi komunikasi terapeutik diberikan surat persetujuan dan harus tetap
mengalami tingkat kecemasan ringan, memperhatihan protokol kesehatan pada saat
sehingga ibu bersalin mampu melewati melakukan penelitian berhubungan dengan
tahapan saat melahirkan dengan lancar. terjadinya pandemi Covid-19, sehingga
Berdasarkan fenomena diatas maka tujuan sampel hanya mendapatkan 30 responden.
pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas
hubungan komunikasi terapeutik dengan mengenai hasil penelitian akan disajikan di
tingkat kecemasan ibu bersalin kala 1 fase bawah ini.
aktif di ruang bersalin RSUD dr. Soekardjo 1. Variabel Komunikasi Terapetik
Kota Tasikmalaya. Hasil pengolahan data mengenai variabel
komunikasi terapeutik kepada pasien
METODE bersalin kala I fase aktif di Ruang
Jenis penelitian pada penelitian ini Bersalin RSUD dr. Soekardjo Kota
adalah deskriptif korelasional. Populasinya Tasikmalaya dapat dilihat dalam tabel
adalah ibu yang bersalin pada tahapan kala 1 berikut ini:
fase aktif, di ruang bersalin RSUD
dr.Soekarjdo Kota Tasikmalaya. Pengambilan
sampel dengan nonprobability sampling yakni
secara accidental sampling selama 3 minggu
sebanyak 30 responden. Instrumen yang
digunakan adalah kuesioner yaitu untuk
menilai komunikasi terapeutik menggunakan

74
Tabel 1 senyum, kurang ramah serta kurang memberi
Distribusi Frekuensi Komunikasi Terapetik penjelasan akan berdampak negative, yang
di Ruang Bersalin dapat menyebabkan partus lama. Pasien pun
RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya akan merasa tidak nyaman bahkan terancam
No Komunikasi Frekuensi Persentase dengan sikap bidan.
Terapetik Menurut Suryani (2013) kinerja bidan
1 Kurang 13 43.33% dapat terhambat apabila saat ibu yang
2 Cukup 11 36.67% melahirkan merasakan ketidaknyamanan dan
3 Baik 6 20% ketidakpuasan dari pelayanan yang diberikan
Jumlah 30 100 % oleh bidan karena pasien dapat melakukan
Dari tabel di atas, menunjukkan reaksi negative, dan hal inilah yang dapat
persentasi komunikasi terapeutik paling tinggi menghambat kinerja bidan. Seperti pasien
adalah kategori kurang sebanyak 13 orang tidak mau kembali untuk melakukan
(43.33%). Dalam hal ini, pasien pemeriksaan berikutnya karena
mempersepsikan bahwa pelaksanaan ketidaknyamanan dan ketidakpuasan yang
komunikasi terapeutik bidan di masih belum dirasakan sebelumnya. Selain itu juga,
maksimal, dimana bidan hanya melakukan perasaan kecewa pasien akan muncul dan
beberapa dari keseluruhan tahapan komunikasi pasien juga merasa sia–sia atas biaya yang
terapeutik. Hal tersebut dapat menimbulkan telah dikeluarkan untuk persalinannya.
pertanyaan tentang faktor yang menyebabkan
kekurangmaksimalnya komunikasi terapeutik 2. Variabel Tingkat Kecemasan
yang diberikan, karena komunikasi tersebut Hasil pengolahan data mengenai
adalah ujung tombak dari pelayanan yang variabel Tingkat Kecemasan di Ruang
diberikan oleh tenaga kesehatan. Bersalin RSUD dr. Soekardjo Kota
Menurut Permatasari (2016), bidan Tasikmalaya dapat dilihat dalam tabel
memiliki kewenangan dalam memberikan berikut:
asuhan terhadap pasien, yang meliputi Tabel 2
pencegahan, promosi kesehatan, deteksi Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan di
penyakit sampai dengan pertolongan pertama Ruang Bersalin
yang perlukan oleh pasien. Dalam RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
memberikan asuhan kebidanan, bidan juga No Tingkat Frekuensi Persentase
memiliki kewenangan untuk memberikan Kecemasan
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) 1 Berat 20 66.66%
terhadap pasien. Dalam hal ini, yang 2 Sedang 5 16.67%
dibutuhkan oleh pasien adalah komunikasi
3 Ringan 5 16.67%
terapeutik. Komunikasi terapeutik
Jumlah 30 100%
berpengaruh jangka panjang, dimana pasien
akan merasa lebih nyaman dan percaya
Dari tabel di atas menunjukkan
dengan bidan, pasien akan mentaati anjuran–
persentasi untuk tingkat kecemasan paling
anjuran yang diberikan bidan sehingga pasien
tinggi yaiatu kategori berat sebanyak 20
akan lebih cepat sembuh dan akan proses
orang (66.66%). Hal ini menunjukkan
persalinan menjadi lebih cepat. Namun
bahwa proses persalinan dapat
sebaliknya jika antara pasien dan bidan tidak
meningkatkan terjadinya kecemasan.
ada interaksi yang baik maka dapat terjadi
Kecemasan pada proses persalinan bisa
masalah yang serius. Bidan yang kurang

75
terjadi karena rasa sakit saat terjadinya dilatasi serviks, hipoksia otot rahim,
kontraksi. iskemia dari korpus uteri, teregangnya
Menurut Mansur dan Budiarti (2014) segmen bawah rahim, dan penekanan saraf
faktor-faktor yang menyebabkan adanya pada serviks (ganglionik servikalis).
kecemasan dalam persalinan diantaranya Subjektif tentang nyeri persalinan
adalah nyeri. Hampir semua wanita dapat dipengaruhi oleh paritas, ukuran dan
merasakan sakit selama persalinan, namun posisi janin, tindakan medis, kecemasan,
respons setiap wanita terhadap nyeri kelelahan, budaya, mekanisme koping,
persalinan berbeda-beda. Nyeri pada kala I serta lingkungan mengakibatkan
persalinan adalah perasaan sakit dan tidak ketegangan (stress). Stress dapat
nyaman yang dialami sejak awal mulainya melepaskan katekolamin yang
persalinan sampai serviks berdilatasi mengakibatkan berkurangnya aliran darah
maksimal atau pembukaan lengkap. Nyeri ke uterus sehingga uterus kekurangan
tersebut disebabkan karena adanya proses oksigen.

3. Analisis Bivariat
Tabel 3
Distribusi Hubungan Komunikasi Terapetik dengan Tingkat Kecemasan
pada Pasien di Ruang Bersalin RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
Komunikasi Terapetik
Tingkat Total P-Value
Kurang Cukup Baik %
Kecemasan
N % N % N %
Berat 10 33.3% 9 30% 1 3.33% 20 0.026
66.66% nilai
Sedang 2 6.67% 1 3.33% 2 6.67% 5 16.67% korelasi
Ringan 1 3.33% 1 3.33% 3 10% 5 16.67% adalah
Total 13 43.3% 11 36.6% 6 20% 30 100% sebesar
0.463

Berdasarkan Tabel di atas, Sebagian terdapat hubungan antara Komunikasi


besar ada pada kategori Tingkat Terapeutik dengan Tingkat Kecemasan ibu
Kecemasan “Berat” dengan komunikasi primigravida dalam menghadapi persalinan
terapeutik“Kurang” yaitu sebanyak 10 di Puskesmas Pleret Bantul, namun nilai
orang (33.3%). Berdasarkan uji statistic koefisien korelasi sebesar 0.329,
dengan menggunakan Rank Spearman, menunjukkan bahwa keeratan
maka didapatkan nilai p = 0,026 (<0,05) hubungannya dalam kategori rendah. Hal
dengean nilai korelasi adalah sebesar tersebut bisa disebabkan karena masih
0.463. Sehingga dinyatakan adanya adanya variabel lain yang mempengaruhi
hubungan antara komuniasi terapeutik kecemasan ibu selain komunikasi
dengan tingkat kecemasan pada pasien kala terapeutik diantaranya kondisi fisik,
I fase aktif di ruang bersalin RSUD dr. psikologis dan faktor lingkungan. Proses
Soekardjo Tasikmalaya dengan keeratan persalinan sangat membutuhkan kesiapan
hubungannya cukup. mental yang baik dari ibu.
Penelitian ini sejalan dengan hasil Berdasarkan penelitian yang
penelitian Fatmawati dan Syaifudin (2010) dilakukan oleh Yusnita (2012) yang

76
menunjukkan bahwa komunikasi teurapetik menghadapi persalinan di Puskesmas
bidan “baik” dengan tingkat cemas “tidak Pleret Bantul Tahun 2010. Retrieved
cemas” yaitu 24 responden (42,1%) dan from
responden dengan komunikasi teurapetik http://digilib.unisayogya.ac.id/1658/1/N
“kurang” dengan tingkat kecemasan ASKAH%20PUBLIKASI%20TATI%20
“cemas” yaitu sebanyak 18 responden 090104001.pdf
(31.6%) dari 27 responden. Hal ini berarti Indrawati (2010). Faktor-Faktor yang
bahwa komunikasi terapeutik memiliki Mempengaruhi Tingkat Kecemasan pada
pengaruh yang kuat dalam menurunkan Ibu Primigravida dalam Menghadapi
kecemasan pada ibu bersalin. Persalinan. Jurnal Keperawatan, XI(2).
Jannah, N (2014). Askeb II Persalinan
SIMPULAN DAN SARAN Berbasis Kompetensi. Jakarta : EGC.
Sesuai degan hasil penelitian bahwa Mansur dan Budiarti 2014 Mansur, H. dan
persentasi komunikasi terapeutik paling tinggi Budiarti, T (2014). Psikologi Ibu dan
adalah kategori “kurang” sebanyak 13 orang Anak. Jakarta: Salemba Medika
(43.33%), tingkat kecemasan paling tinggi Permatasari (2016). Faktor - Faktor Yang
adalah kategori “berat” sebanyak 20 orang Berhubungan Dengan Komunikasi
(66.66%). Hasil uji statistik menggunakan Terapeutik Bidan Puskesmas dalam
rank spearman diperoleh P-Value = 0.026, Memberikan Pelayanan Kesehatan Di
nilai koefisien korelasi 0.463, yang artinya Puskesmas Kota Semarang. Jurnal
adanya Hubungan Komunikasi Terapetik Kesehatan Masyarakat, VI(2). Retrieved
dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien di from
Ruang Bersalin RSUD dr. Soekardjo Kota https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/j
Tasikmalaya dengan tingkat keeratan km/article/view/11968/11622
hubungannya cukup. Reeder, M dan Koniak-Griffin (2013).
Melalui hasil penelitian ini, maka Keperawatan Maternitas Kesehatan
disarankan untuk bidan agar dapat Wanita, Bayi dan Keluarga. Jakarta :
memberikan pelayanan kesehehatan yang EGC
terbaik terhadap pasien dengan meningkatkan Sitepu, S (2016). The Relationship of
komunikasi terapeutik untuk mengurangi Husband's Support with the Anxiety
kecemasan pada pasien/ibu bersalin. Level of First Maternity in Primigravida
at Pratama Niar Marendal II Clinic
DAFTAR PUSTAKA Medan. Journal of Applied Health
Achadi, EL (2019, February). Kematian Management and Technology.
Maternal dan Neonatal di Yusnita, R (2012). Hubungan komunikasi
Indonesia:disampaikan pada Rakernas teurapetik bidan dengan kecemasan ibu
2019. Kemenkes RI. Diunduh dari bersalin di ruang kebidanan dan bersalin
https://www.kemkes.go.id/resources/tan rumah sakit umum daerah kabupaten
ggal 10 Mei 2019 pidie. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Erawati, AD (2011). Buku Ajar Asuhan Surahman, R. A. (2019). Pengaruh
Kebidanan Persalinan Normal. Jakarta: Komunikasi Terapeutik Terhadap Lama
EGC. Kala I Dan Kala II Persalinan Pada Ibu
Fatmawati, T dan Syaifudin (2010). Hubungan Primigravida Di Klinik Pratama Niar
Komunikasi Teurapeutik dengan tingkat Tahun 2018. Medan Health Polytechnic
kecemasan ibu primigramvida dalam Of The Ri Ministry. Retrieved from

77
http://repo.poltekkes-
medan.ac.id/xmlui/handle/123456789/73
9

Mappa, AR (2009). Hubungan persepsi


pasien tentang komunikasi
terapeutik dengan kepuasan pasien
terhadap komunikasi di RSUP dr.
Soeradji Tirtonegoro (skripsi tidak
dipublikasikan). Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas
Muhammadiyah, Surakarta.
Sya’diyah (2012). Komunikasi Keperawatan.
Yogyakarta : Andi.
Wildan, M, Palupi, J, Sukartini (2016).
Pengaruh Komunikasi Terapeutik
Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Dalam
Menghadapi Proses Persalinan Kala I.
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes, VII(2), 103.
http://dx.doi.org/10.33846/sf.v7i2.25

78
PENERIMAAN DIRI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) MANTAN
WANITA PEKERJA SEKS (WPS)

SELF-ACCEPTANCE OF PEOPLE LIVING WITH HIV/AIDS (PLWHA) EX


FEMALE SEX WORKER (FSW)
Alvian Pristy Windiramadhan
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan, STIKes Indramayu
Email : alvianpristy28@gmail.com
Jl. Wirapati – Sindang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Indonesia

ABSTRAK
Latar Belakang : HIV/AIDS merupakan penyakit yang secara global angka kejadiannya masih sangat
tinggi dan masih belum bisa disembuhkan. Sehingga penerimaan diri Orang dengan HIV/AIDS atau yang
dikenal ODHA bukanlah hal yang mudah.
Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk mengungkap secara mendalam tentang penerimaan diri ODHA
mantan WPS.
Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif.
Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam pada enam mantan WPS yang terinfeksi HIV
yang telah mengungkapkan status dan kondisi penyakitnya kepada petugas kesehatan. Hasil penelitian
dianalisis dengan metode Colaizzi.
Hasil Penelitian : Semua partisipan dalam penelitian ini merupakan mantan WPS yang pernah bekerja
sebagai WPS selama 2-6 tahun, rentang usia partisipan antara 25-38 tahun dan pendidikan terakhirnya
adalah Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil wawancara dideskripsikan dalam tiga tema, yaitu : 1) Merasakan
tekanan batin saat tahu positif HIV, 2) Memotivasi diri dan mendapatkan dukungan dari orang terdekat,
dan 3) Menerima dan membuka status dirinya sebagai ODHA.
Kesimpulan : Proses penerimaan diri ODHA mantan WPS bukanlah hal yang mudah sehingga perlu
adanya dukungan dari orang terdekat dan petugas kesehatan.

Kata kunci : Orang dengan HIV/AIDS, Penerimaan diri, Wanita Pekerja Seks

ABSTRACT
Background: HIV / AIDS is a disease where the incidence rate is still very high globally and still cannot
be cured. So that self-acceptance of people living with HIV / AIDS or known as PLWHA is not an easy
thing.
Purpose: The purpose of this study was to reveal in depth the self-acceptance of PLWHA ex-FSW.
Methods: The research design used was qualitative with a descriptive phenomenology approach. Data
were collected by in-depth interviews with six PLWHA ex-FSW who has disclosed the status and condition
of the disease to health workers. The research results were analyzed using the Colaizzi method.
Results: All participants in this study were PLWHA ex-FSW who had worked as FSW for 2-6 years, the
age range of participants was between 25-38 years and their last education was elementary school. Based
on the Results are described in three related themes i.e.: 1) Felt the inner pressure when you know that you
are HIV positive, 2) Motivated yourself and getting support from the closest people, and 3) Accepted and
opened up their status as ODHA.
Conclusion: The process of self-acceptance of PLWHA, former FSW is not an easy thing, so it needs
support from the closest people and health workers.

Keyword : Female sex workers , People living with HIV/AIDS, Self-acceptance

79
Pendahuluan sendiri adalah karena salah satu faktor resiko
Kesehatan merupakan hal yang penting hubungan heteroseksual yaitu maraknya
bagi setiap orang, agar bisa melakukan hidup Wanita Pekerja Seks (WPS) baik yang bekerja
yang produktif baik secara sosial maupun di daerah maupun yang melakukan urbanisasi
ekonomi. Secara global masalah kesehatan ke kota-kota besar.
yang masih menjadi perhatian sampai dengan WPS sering kali mendapatkan tekanan
saat ini adalah masalah penyakit HIV/AIDS. negatif dari masyarakat bahkan sampai menjadi
Menurut data United Nations Programme on bahan ejekan dan dianggap kaum pinggiran
HIV/AIDS (UNAIDS) menunjukan bahwa pada yang rendah derajatnya oleh masyarakat
tahun 2018 di dunia secara global jumlah kasus disekitarnya (Kartono, 2011). Sama halnya
infeksi HIV baru sebesar 1,7 juta orang Orang Dengan HIV/AIDS atau yang lebih
(UNAIDS, 2017). Situasi seperti ini juga dikenal dengan ODHA, seringkali mereka
terjadi pada negara-negara yang sedang distigmatisasi dan didiskriminasi oleh
berkembang dengan status sosial ekonomi masyarakat. Sehingga untuk menerima
rendah yang diperkirakan setiap harinya kenyataan bahwa dirinya terinfeksi HIV dan
ditemukan sebanyak 6.000 kasus HIV pada memiliki virus yang tidak dapat disembuhkan
kelompok usia produktif yaitu antara 15-24 bukanlah hal yang mudah baik secara fisik,
tahun (Kemenkes, 2018). psikis, sosial dan spiritual (Putri & Tobing,
Menurut laporan Ditjen P2P Kemenkes 2016).
RI, (2020) perkembangan HIV/AIDS dan Penerimaan diri menurut Ryff (1996)
Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) dalam Putri & Tobing, (2016) merupakan suatu
Triwulan I tahun 2020 menyebutkan kondisi yang menunjukan bahwa seseorang
bahwasannya jumlah kumulatif kasus memiliki penilaian positif terhadap dirinya
HIV/AIDS secara nasional sebanyak 511.955 sendiri, menerima, dan mengakui segala
kasus. Jumlah kasus HIV/AIDS di Jawa Barat kekuatan dan keterbatasannya, serta tidak
sendiri menempati urutan ke empat setelah merasa malu atau bersalah terhadap kodrat
Jawa Timur, DKI Jakarta dan Papua dengan dirinya. Oleh karena itu penerimaan diri pada
jumlah kasus sebanyak 49.440 kasus. ODHA mantan WPS merupakan hal yang
Peningkatan kasus HIV di Jawa Barat bukan penting, sehingga ketika sudah mampu
hanya ditemukan di kota-kota besar saja. Akan menerima dirinya sebagai ODHA, mereka juga
tetapi, kabupaten yang secara geografis mampu meningkatkan kualitas hidupnya.
letaknya jauh dari kota besar juga ikut Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti
menyumbang kasus HIV baru yang cukup tertarik untuk meneliti tentang Penerimaan diri
tinggi ke-dua yaitu Kabupaten Indramayu. ODHA mantan Wanita Pekerja Seks (WPS) di
Berdasarkan data dari Komisi Kecamatan X Kabupaten Indramayu.
Penanggulangan HIV/AIDS Indramayu (2019)
menyebutkan bahwasannya data kumulatif Metode Penelitian
kasus HIV/AIDS dari tahun 1993 sampai Peneliti menggunakan desain penelitian
dengan tahun 2018 yaitu sebanyak 3399 kasus. kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini
Indramayu (2019), Jumlah WPS yang sebanyak enam orang ODHA mantan WPS
terinfeksi HIV/AIDS dari tahun 1993 sampai yang memenuhi kriteria inklusi yaitu berusia
dengan tahun 2018 sebanyak 896 orang positif 25 – 45 tahun, pernah bekerja sebagai WPS
terinfeksi HIV/AIDS. Tingginya angka lebih dari 1 tahun, lebih dari enam bulan
kejadian HIV/AIDS di Kabupaten Indramayu setelah terdiagnosis dan telah mengungkapkan

80
status dan kondisi penyakitnya kepada petugas P1 : “Terus hasile positif, terus pikirane kuh
kesehatan, keadaan umum baik, mampu embuh lahhh… Tapi kita kuh ora kanda-kanda
berkomunikasi, kooperatif dan mau ning keluarga. karena apa? merasa sendiri
mengungkapkan pengalaman hidupnya terus ya Allah… harapane tipis lah, harapane
Penelitian ini telah dilaksanakan pada kecil, mikir bakalan mati bae”. (Terus hasilnya
bulan April – Mei 2020 di Kecamatan X positif, terus pikirannya tuh tidak tahu lah….
Kabupaten Indramayu yang merupakan Tapi saya itu tidak cerita-cerita sama keluarga.
kecamatan yang menempati urutan pertama Karena apa? Merasa sendiri terus ya Allah…
jumlah penderita HIV terbanyak di wilayah harapannya tipis lah, harapannya kecil, mikir
Kabupaten Indramayu. Saat menemui akan mati saja)
partisipan peneliti didampingi oleh perawat Sub tema merasa tidak menyangka
Puskesmas. Peneliti melakukan wawancara diungkapkan partisipan karena merasa kaget
dengan menggunakan teknik in depth interview dan tidak percaya kalau dirinya positif HIV.
selama 30 – 60 menit di rumah partisipan. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh
Kemudian hasil penelitian dianalisis dengan pernyataan partisipan sebagai berikut :
metode Colaizzi
P3 : “Awalnya ya kaget, engga nyangka kalau
Hasil Penelitian bisa kena penyakit ini, ya kagetlah… Ah masa
Semua partisipan dalam penelitian ini sih? Masa sih begitu? Hampir engga percaya
merupakan mantan WPS yang pernah bekerja lah. Pas dilihat hasilnya posistif, ya mau
sebagai WPS selama 2-6 tahun, rentang usia gimana lagi? Toh bukan saya sendiri kan yang
partisipan antara 25-38 tahun, dan pendidikan kayak gini”
terakhirnya adalah sekolah dasar. Penerimaan
diri ODHA mantan Wanita Pekerja Seks Sub tema merasakan keterpurukan
(WPS) di Kabupaten Indramayu di diungkapkan oleh partisipan karena merasa
deskripsikan kedalam tiga tema, yaitu : 1) malu, sedih, hatinya hancur, stress, dan dijauhi
Merasakan tekanan batin saat tahu positif HIV, oleh sekitar setelah mengetahui bahwa dirinya
2) Memotivasi diri dan mendapatkan dukungan terinfeksi HIV. Hal tersebut di dukung oleh
dari orang terdekat, dan 3) Menerima dan pernyataan partisipan sebagai berikut :
membuka status dirinya sebagai ODHA.
Tema 1 : Merasakan tekanan batin saat P4 : “Ya pengalaman saya waktu itu ya down
tahu positif HIV hancur banget sampe ngedrop. Sampe ga mau
Tema ini diangkat berdasarkan pengalaman mikirin makan ga mau, sampe 2 bulan ga mau
partisipan yang mengungkapkan perasaannya makan, ga mau minum, nangis terus mikirin
pertama kali saat tahu dirinya positif terinfeksi nasib saya, terud ditambah anak saya dicek
HIV. Tema ini terdiri dari empat sub tema yaitu juga ternyata ada juga positif. Gimana tuh
: merasa putus asa, merasa tidak menyangka, perasaan saya? Hancur… hancur lebur
merasakan keterpurukan, dan merasa menyesal. perasaan saya. Terus sempet bengong aja, ga
Sub tema merasa putus asa diungkapkan mau ngapa-ngapain, bengong… gimana ya?
partisipan karena mengalami stress, merasakan Orang kena penyakit ini ya stress lah ya. Terus
tidak ada harapan, dan tidak tahu harus berbuat pas pertama sayanya cerita tuh kakak yang
apa. Hal tersebut di dukung oleh pernyataan cewe ga mau deket-deket sama saya tuh, ya
partisipan sebagai berikut : sayanya tuh nangis ya (menatap ke atas).
Saudara kandung sendiri ga mau deket-deket
sama saya, gelas aja ga mau barengan, piring

81
aja ga mau barengan, harus dipisah katanya P1 : “Awale bisa memotivasi diri ya karena
tuh, ga mau barengan sama saya tuh takut deleng batur, ohhhh kuen bae gah bisa sehat,
ketularan katanya” apa maning kita? terus ya kitae gah pengen
waras orah pa, emong mengkenen-mengkenen
Sub tema merasa menyesal diungkapkan bae. Kita kuh kudu semangat ngining obat,
partisipan karena telah bekerja sebagai WPS kuduk sehat pokoke mah”. (Awalnya bisa
sehingga dirinya positif terinfeksi HIV. Hal memotivasi diri ya karena melihat teman,
tersebut diungkapkan oleh partisipan sebagai ohhhh itu saja juga bisa sehat, apa lagi saya?
berikut : terus ya sayanya juga pengen sehat kan pa,
tidak mau begini-begini terus. Saya tuh harus
P6 : “Ya awale mah kaget, ora nyangka, nyesel semangat minum obat, harus sehat pokoknyaa
kita kuh kerja mengkenen sampe due penyakit sih)
mengkenen kuh, tapi kuh ya periben maning
wong arane kebutuhan hidup. Ngenes pisan lah Sub tema mendapatkan dukungan dari orang
mas, nyesel, kelingan mati bae, kan ana bature terdekat diungkapkan oleh partisipan saat
kita gah sing positif HIV terus ngedrop pisan dirinya terpuruk dan dimotivasi oleh pasangan,
sampe awake gering pisan teruse mati.”. (Ya keluarga, dan orang-orang disekitarnya
awalnya sih kaget, tidak menyangka, menyesal sehingga mau menjalani pengobatan agar
saya tuh kerja begini sampai punya penyakit kondisinya sehat kembali. Hal tersebut
seperti ini tuh, tapi ya bagaimana lagi namanya diungkapkan oleh partisipan seperti berikut ini:
juga kebutuhan hidup. Sedih sekali lah mas,
menyesal, keinget mati saja, kan ada teman P2 : “Tapi bersyukure pas wis cerita keluarga
saya juga yang positif HIV terus ngedrop sekali pada mensupport kabeh ambir kitae sehat.
sampai badannya kurus sekali terus Keluarga, tetangga pada ngedukung kokon
meninggal.) rutin nginung obat ambir gage waras, ambir
rosa maning. (Tapi bersyukurnya pas sudah
Tema 2 : Memotivasi diri dan mendapatkan cerita keluarga pada mensupport semua biar
dukungan dari orang terdekat saya sehat. Keluarga, tetangga pada ngedukung
Tema ini diangkat berdasarkan pengalaman suruh rutin minum obat biar cepat sembuh, biar
partisipan yang mengungkapkan setelah dirinya kuat lagi)
tahu positif HIV, kemudian mencoba untuk
bangkit dengan menjalani pengobatan karena Tema 3 : Menerima dan membuka status
motivasi diri untuk tetap sembuh dan dirinya sebagai ODHA
mendapatkan dukungan dari orang-orang Tema ini diangkat berdasarkan pengalaman
terdekatnya. Tema ini disusun berdasarkan dua partisipan yang mengungkapkan perasaannya
sub tema yaitu memotivasi diri untuk tetap setelah dirinya terinfeksi HIV, kemudian
sehat dan mendapatkan dukungan dari orang mereka mencoba untuk bangkit dari
terdekat. keterpurukannya dengan menerima dan
Sub tema memotivasi diri untuk tetap sehat membuka status dirinya sebagai ODHA. Tema
diungkapkan partisipan karena melihat orang ini terdiri dari dua sub tema yaitu : sudah bisa
lain yang smaa-sama terinfeksi HIV dan bisa menerima, tidak perduli orang lain mengetahui
sehat dengan menjalani pengobatan. Hal status dirinya sebagai ODHA, dan menjalani
tersebut diungkapkan partisipan sebagai berikut aktivitas normal kembali.
: Sub tema sudah bisa menerima diungkapkan
partisipan dengan cara membuka pikiran,

82
mengikhlaskan diri, dan bersyukur masih Pembahasan
diberikan umur panjang walaupun dengan Berdasarkan hasil penelitian
diberikan cobaan berupa penyakit. Hal tersebut mengungkapkan bahwa ODHA mantan WPS
diungkapkan partisipan sebagai berikut : saat pertama kali mengetahui dirinya positif
HIV akan muncul reaksi emosional berupa
P5 : “Lama-lama kan terbuka pikiran saya tuh. perasaan putus asa, merasa tidak menyangka,
Jadi, oh..ya sudah iya saya juga ngga apa- merasakan keterpurukan, dan merasa menyesal.
apa., karena kan dulu saya sih kerja, kerja di Hal ini merupakan hal yang wajar, dimana
Jakarta, ya memang sih dulunya kerja begitu menurut Kubler Ross (1969) dalam Sheila &
lah…Ya, mencoba ikhlas. Alhamdulillah saya Videbeck (2011) seseorang yang berhadapan
bersukur banget karena Tuhan masih ngasih pada penyakit yang menimbulkan kematian
saya semangat hidup, saya masih diberikan akan melewati lima tahapan yakni, tahap
kesehatan sampai dengan sekarang ini.” penolakan dan menarik diri, marah, tawar-
menawar, depresi, dan penerimaan.
Sub tema tidak peduli orang lain mengetahui Pada tahapan ini juga mereka seringkali
status dirinya sebagai ODHA diungkapkan oleh menolak semua fakta, segala informasi, dan
partisipan dengan bersikap cuek dan masa bodo segala sesuatu yang berhubungan dengan apa
orang lain mengetahui status dirinya sebagai yang mereka alami (Yonah, Fredrick, & Leyna
ODHA. Hal tersebut seperti yang diungkapkan 2014). Respon berduka dari yang dialami oleh
oleh partisipan berikut ini : partisipan merupakan hal yang wajar ketika
seseorang sudah mendapatkan proses berduka,
P2 : “Ya ana sing weruh gah masa bodoh, ora terutama pada seseorang yang tahu terdiagnosis
terlalu diambil pusing, ora terlalu dipikir aken. suatu penyakit dan dapat menyebabkan
Mader kita sing ngerasa aken dewek, dudu kematian (Karamouzian et al., 2014)
kaen.” (Ya ada yang tahu juga masa bodoh, Hal demikian sejalan dengan penelitian
tidak terlalu diambil pusing, tidak terlalu yang dilakukan Sulung & Rahmi (2019) yang
dipikirkan. Lagi pula saya yang merasakan menyatakan bahwa ketika seseorang
sendiri, bukan dia.) mengetahui positif HIV akan timbul perasaan
kaget, takut, malu, menyesal, tidak percaya dan
Sub tema menjalani aktivitas normal kembali marah. Penelitian serupa yang dilakukan oleh
diungkapkan oleh partisipan dengan melakukan Carsita (2017) juga mengungkapkan bahwa
aktivitas normal seperti sebelum terinfeksi ODHA pada saat pertama kali megetahui
HIV. Hal tersebut diungkapkan partisipan dirinya terinfeksi HIV mereka juga cenderung
seperti berikut ini : ketakutan dan khawatir mendapatkan stigma
negatif yang melekat pada dirinya dari
P3 : “Sekarang sih dirumah aja, jadi ibu keluarga, teman, kerabat, bahkan masyarakat,
rumah tangga. Terus kan sekarang mah udah terutama pada mereka yang pernah bekerja
menikah lagi. Alhamdulillah dapat suami yang sebagai WPS.
bisa menerima saya. Ya bersyukur aja bisa Berdasarkan hasil penelitian setelah
menjalani aktivitas sehari-hari lagi, udah ga mengalami keterpurukan akibat mengetahui
ngedrop lagi. Kadang kalau musim panen kaya dirinya positif terinfeksi HIV, partisipan
sekarang itu suka bantuin suami, bantuin mengungkapankan bahwa mereka memotivasi
orang tua jemur padi kaya tadi tuh. Udah sih diri dan mendapatkan dukungan dari orang-
begitu aja aktivitas saya mah” orang disekitarnya untuk bangkit menjalani
kehidupan. Dukungan sosial yang diberikan

83
pada ODHA akan meningkatkan kulitas menawar, dan depresi, tahapan selanjutnya
hidupnya (Khumsaen, Aoup-por, & adalah tahapan penerimaan. Pada tahapan ini
Thammachak 2012). Penelitian lainnya yang partisipan mengungkapkan sudah bisa
dilakukan Mustamu, Nurdin, dan Pratiwi menerima, tidak perduli orang lain mengetahui
(2018) megungkapkan bahwa ODHA yang status dirinya sebagai ODHA, dan menjalani
mendapatkan dukungan keluarga memiliki aktivitas normal kembali. Hal ini mereka
kualitas hidup lebih baik dibandingkan ODHA lakukan sebagai bentuk meningkatkan
yang tidak mendapatkan dukungan dari kepercayaan diri untuk berkomunikasi dan
keluarganya. Hal ini terjadi karena ODHA berinteraksi dengan orang lain (Candra &
cenderung memiliki kondisi fisik yang buruk, Dewi, 2017).
memiliki ancaman kematian yang cukup tinggi, Penelitian lain yang dilakukan
dan adanya tekanan sosial dari masyarakat Syafitasari, Djannah, Rosida, dan Hakimi
sehingga berakibat pada kualitas hidup ODHA (2020) mengungkapkan bahwa ODHA yang
yang menurun. sudah pada tahapan penerimaan diri mampu
Menurut penelitian yang dilakukan menunjukan aktualisasi dirinya, mampu
Windiramadhan, Suyani dan Ibrahim (2020) memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya.
menunjukan bahwa penerimaan diri pada Mereka juga senantiasa berupaya untuk menata
ODHA dipengaruhi oleh dukungan sosial yang hidupnya menjadi lebih baik dan bermanfaat
berasal dari lingkungannya. Dimana keluarga, dari pada kehidupan terdahulunya. Selain itu
teman, masyarakat sekitar, tenaga kesehatan juga hal demikian mereka lakukan untuk
sebagai sumber koping bagi mereka untuk meningkatkan kuliatas hidupnya sebagai
membuka diri atau melakukan self disclosure ODHA (Carsita & Mirah, 2019).
dengan segala pertimbangan keuntungan dan
kerugiannya yang telah dilakukannya untuk Simpulan dan Saran
menerima status dirinya sebagai ODHA. Proses penerimaan diri ODHA mantan
Penelitian lain yang dilakukan Carsita, WPS membutuhkan proses yang panjang, dari
Winarni, dan Lestari (2016) dukungan pada tahap penolakan dan menarik diri, marah,
ODHA dapat diberikan baik dukungan secara tawar-menawar, depresi, sampai dengan tahap
emosional, dukungan informasi maupun penerimaan. Keseluruhan proses yang dilalui
dukungan perawatan, sehingga mereka tetap oleh ODHA dari mengalami keterpurukan
bisa menjaga kesehatan diri dan mentalnya. sampai dengan bangkit kembali membutuhkan
Dukungan dari keluarga yang diterima ODHA dukungan baik dari keluarga, teman, tatangga,
merupakan dukungan yang sangat berarti bagi dan masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu kita
mereka. Hal ini mereka anggap sebagai bentuk sebagai perawat hendaknya mampu
kepedualian keluarga terhadap dirinya dan memberikan dukungan penuh kepada ODHA
menunjukan bahwa dirinya masih dianggap dan mengedukasi orang disekitarnya sehingga
sebagai bagian dari keluarga walaupun dengan mereka mampu menjalani kehidupannya
status sebagai ODHA yang berbeda seperti saat kembali dan meningkatkan kualitas hidupnya
dirinya masih sehat (Novrianda, Nurdin, & dengan status sebagai ODHA.
Ananda 2018). Artinya dukungan pada ODHA
ini sangat penting sekali, agar mereka bisa Daftar Pustaka
menerima dengan penuh status dirinya sebagai Candra, I. W., & Dewi, A. G. I. A. (2017).
ODHA. Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Pada
Setelah melewati tahapan tahap Orang Dengan Hiv/Aids (Odha). Jurnal
penolakan dan menarik diri, marah, tawar- Ilmu Dan Teknologi Kesehatan, 4(2),

84
133–145. Informasi Kementrian Kesehatan Republik
https://doi.org/10.32668/jitek.v4i2.57 Indonesia Situasi Umum HIV/AIDS dan
Tes HIV. Kementrian Kesehatan.
Carsita, Wenny, N., & Mirah, Asmi, K. (2019).
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/do
Kualitas Hidup ODHA Di Kecamatan
wnload/pusdatin/infodatin/InfoDatin-HIV-
Bongas. Jurnal Keperawatan Profesional
AIDS-2018.pdf
(JKP), 7(Nomor 2), 1–14.
Khumsaen, N., Aoup-por, W., & Thammachak,
Carsita, W. N. (2017). Pengalaman Odha
P. (2012). Factors Influencing Quality of
Dalam Menghadapi Stigma Dan
Life Among People Living With HIV
Diskriminasi Terkait Penyakitnya. The
(PLWH) in Suphanburi Province,
Indonesian Journal of Health Science,
Thailand. Journal of the Association of
8(2), 156–164.
Nurses in AIDS Care, 23(1), 63–72.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.32528/t
https://doi.org/10.1016/j.jana.2011.01.003
he.v8i2.869
Mustamu, A. C., Nurdin, M., & Pratiwi, I. G.
Carsita, W. N., Winarni, I., Lestari, R., Ilmu,
(2018). Hubungan Antara Dukungan
F., Universitas, B., Studi, P.,
Keluarga dengan Kualitas Hidup Pada
Keperawatan, M., Kedokteran, F., &
Orang Dengan HIV dan AIDS. Jurnal
Brawijaya, U. (2016). Studi
Kesehatan Prima, 13(1), 76–84.
fenomenologi: Orang dengan HIV AIDS
https://doi.org/10.32.807/jkp.v13i1.211
(ODHA) dalam menjalani Self-Disclosure
di Wilayah Kerja Puskesmas Bongas. Novrianda, D., Nurdin, Y., & Ananda, G.
Jurnal Ilmu Keperawatan, 4(2). (2018). Dukungan Keluarga dan Kualitas
Hidup Orang dengan HIV/AIDS di
Ditjen P2P Kemenkes RI. (2019). Laporan
Lantera Minangkabau Support. Jurnal
Perkembangan HIV-AIDS & Penyakit
Ilmu Keperawatan Medikal Bedah, 1(1),
Infeksi Menular Seksual (PMS) Triwulan
26. https://doi.org/10.32584/jikmb.v1i1.96
II Tahun 2019. Kemenkes.
Putri, I. A. K., & Tobing, D. H. (2016).
Dinkes Indramayu. (2020). Laporan HIV/AIDS
Gambaran Penerimaan Diri Pada
Kabupaten Indramayu Tahun 2019. Dinas
Perempuan Bali Pengidap HIV-AIDS.
Kesehatan Kabupaten Indramayu.
Jurnal Psikologi Udayana, 3(9), 395–406.
KPA Indramayu, (2019). Laporan
Sheila, L., & Videbeck. (2011). Psychiatric
Perkembangan HIV/AIDS Tahun 2018.
Mental Health Nursing (5th ed.).
Komisi Penanggulangan AIDS
Philadelphia : Wolters Kluwer.
Indramayu.
Sulung, N., & Rahmi, A. (2019). The analysis
Karamouzian, M., Akbari, M., Haghdoost, A.,
of spirituality of patients with HIV/AIDS
Hamidreza Setayesh, & Zolala, F. (2014).
in taking lessons and self-acceptance.
‘“ I Am Dead to Them ”’: HIV-related
Indian Journal of Palliative Care, 25(2),
Stigma Experienced by People Living
232–235. https://doi.org/doi:
With HIV in. Journal of the Association of
10.4103/IJPC.IJPC_203_18
Nurses in AIDS Care, 26(1), 46–56.
https://doi.org/10.1016/j.jana.2014.04.005 Syafitasari, J., Djannah, S. N., Rosida, L., &
Hakimi, H. (2020). Gambaran Penerimaan
Kartono, K. (2011). Patologi Sosial Kenakalan
Diri Pada Orang Dengan Hiv/Aids (Odha)
Remaja. Rajawali Perss.
Di Yayasan Victory Plus Yogyakarta
Kemenkes. (2018). Infodatin Pusat Data dan
85
(Studi Fenomenologi). Jurnal Media
Kesehatan, 13(1), 30–39.
https://doi.org/10.33088/jmk.v13i1.471
UNAIDS. (2017). UNAIDS DATA 2017.
https://www.unaids.org/sites/default/files/
media_asset/20170720_Data_book_2017_
en.pdf
Windiramadhan, A. P., Suryani, S., & Ibrahim,
K. (2020). Pengalaman Hidup Wanita
Pekerja Seks ( WPS ) yang Terinfeksi
HIV. The Indonesian Journal of Health
Science, 12(2), 169–182.
https://doi.org/10.32528/ijhs.v12i2.4873.
Yonah, G., Fredrick, F., & Leyna, G. (2014).
HIV serostatus disclosure among people
living with HIV/AIDS in Mwanza,
Tanzania. AIDS Research and Therapy,
11(1), 1–5. https://doi.org/10.1186/1742-
6405-11-5

86
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI
TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI
SMA 1 PGRI BREBES TAHUN 2020

SELF-ACCEPTANCE OF PEOPLE LIVING WITH HIV/AIDS (PLWHA) EX


FEMALE SEX WORKER (FSW
Tatirah, Siti Chodijah
STIKes Brebes
Tati.alma672@gmail.com

ABSTRAK
Remaja putri merupakan salah satu bagian dari populasi yang beresiko terkena keputihan dan perlu
perhatian khusus. Penyebab keputihan antara lain disebabkan oleh jamur, bakteri, atau parasit. Personal
Hygiene merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting untuk menghindari terjadinya
infeksi yang dapat menyebabkan keputihan, infeksi bahkan mengakibatkan kemandulan dan hamil diluar
kandungan serta kanker leher rahim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat
pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene dengan kejadian keputihan.
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik dan rancangan penelitiannya
dengan cross secional, adapun populasinya yaitu siswi kelas XI SMA 1 PGRI Brebes yang berjumlah 103
siswi, yang menjadi sampelnya adalah 82 siswi. Pengambilan sampel secara random sampling, adapun
variabel penelitian variabel bebas adalah pengetahuan tentang personal hygiene dan variabel terikatnya
adalah kejadian keputihan. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Data dalam penelitian ini
menggunakan data primer dan data sekunder. Hasil penelitian dari 82 responden menunjukan bahwa
tingkat pengetahuan buruk pada remaja yang menderita keputihan 45,1%, lebih banyak dibandingkan
dengan remaja yang tidak menderita keputihan yakni hanya 3,7%. Hasil analisis statistik menunjukkan
nilai ρ = 0,043 dan OR = 3,385 dengan CI 95% = 0,975<OR<15,232. Nilai ρ < 0,05 dapat diinterpretasikan
secara statistik bahwa ada hubungan yang signifikan antar tingkat pengetahuan remaja putri tentang
personal hygiene dengan kejadian keputihan.
Sehingga tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene menjadi faktor risiko kejadian
keputihan pada remaja putri.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan
remaja putri tentang personal hygiene dengan kejadian keputihan di SMA 1 PGRI Brebes. Saran bagi
sekolah diharapkan pihak sekolah dapat memperbanyak kegiatan dengan sasaran kesehatan reproduksi
pada remaja.

Kata kunci :Pengetahuan, Remaja, Personal Hygiene, Keputihan Bibliografi (2010-2017)

PENDAHULUAN pakaian dalam yang ketat, hubungan seks


Keputihan sering dikaitkan dengan kadar dengan pria yang membawa bakteri Neisseria
keasaman daerah sekitar vagina, karena gonorrhoea, menggunakan WC umum yang
keputihan bisa terjadi akibat PH (Potesial tercemar bakteri Clamydia. Keputihan
Hidrogen) vagina tidak seimbang. Sementara disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan
kadar keasaman vagina disebabkan oleh dua timbul karena kurangnya personal hygiene.
hal yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor Keputihan yang terjadi dapat bersifat normal
intern antara lain dipicu oleh pil kontrasepsi dan abnormal (Nurjanah, 2015).
yang mengandung estrogen, trauma akibat Penyebab terjadinya keputihan patologi
pembedahan, terlalu lama menggunakan yaitu infeksi atau peradangan, kurang
antibiotik, kanker atau HIV positif. Sedangkan pengetahuan dan informasi mengenai
faktor ekstern antara lain kurangnya personal perawatan alat genetalia sehingga mencuci alat
higiene kehamilan dan diabetes mellitus, genetalia menggunakan air kotor/menggenang,

87
menggunakan cairan pembersih vagina secara hampir 70% wanita indonesia pernah
berlebihan, dan cara cebok yang salah. mengalami keputihan setidaknya sekali dalam
Keputihan ini bisa dicegah dengan kebiasaan hidupnya (Widyastuti, 2009)
vulva hygiene yang baik, sedangkan kebiasaan
ini harus disertai dengan pengetahuan tentang METODE
vulva hygiene benar (Utama, 2012). Rancangan penelitian ini adalah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuantitatif , metode yang digunakan adalah
tingkat pengetahuan tentang personal hygien, deskriptif analitik. Pendekatan yang digunakan
dan kejadian keputihan pada remaja kelas XI di adalah cross sectional . variabel independennya
SMA 1 PGRI Brebes Tahun 2020 serta untuk adalah pengetahuan tentang personal hygiene
mengetahui ada tidaknya Hubungan Tingkat sedangkan variabel dependennya adalah
Pengetahuan antara personal hygiene dengan kejadian keputihan.
kejadian keputihan di kelas XI SMA 1 PGRI Populasi dalam penelitian ini adalah
Brebes Tahun 2020. siswi kelas XI di SMA 1 PGRI Brebes,
Bagi pelajar Indonesia perhatian berjumlah 103 siswi. Sampel dalam penelitian
pemerintah dalam bidang kesehatan adalah ini menggunakan tekhnik random sampling,
dengan dilaksanakannya program Usaha sehingga diperoleh sampel sebanyak 82
Kesehatan Sekolah (UKS) ini terdapat berbagai responden. Analisis data dilakukan dengan
macam usaha pelajaran kesehatan bagi para analisis univariat, dan bivariat. Analisis
siswa, guru dan karyawan dan berbagai pihak univariat dilakukan untuk menerangkan angka
yang termasuk civitas akademik. Program UKS atau nilai jumlah masing-masing variabel yang
ini juga dilaksanakan di kelas XI SMA 1 PGRI ada secara deskriptif dengan menghitung
Brebes. distribusi frekuensi atau prosentase dan
Menurut WHO menyatakan bahwa proporsi dari setiap variabel yang diteliti.
sekitar 5% remaja di dunia terjangkit PMS Analisis bivariat untuk melihat hubungan
dengan gejala keputihan setiap tahunnya. antara dua variabel yaitu masing-masing
Sedangkan di Indonesia sekitar 90 % wanita variabel bebas dengan variabel terikat dengan
berpotensi mengalami keputihan karena menggunakan uji chi-square.
indonesia merupakan daerah dengan iklim
tropis, yang dapat menyebabkan jamur mudah HASIL ANALISIS UNIVARIAT
tumbuh dan berkembang sehingga perempuan Hasil analisis univariat ini menerangkan
indonesia banyak terjadi kasus angka atau nilai jumlah masing- masing
keputihan.(Ajeng, 2018) variabel yaitu Tingkat Pengetahuan remaja
putri tentang personal hygiene sebagai variabel
Data penelitian tentang kesehatan bebas dan kejadian keputihan :
reproduksi menunjukan bahwa 75% wanita di
dunia pasti mengalami keputihan paling tidak
sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat
mengalami keputihan sebanyak 2 kali atau
lebih, di Indonesia kejadian keputihan semakin
meningkat. Berdasarkan hasil penelitian
menyebutkan bahwa tahun 2002, 50% wanita
Indonesia pernah mengalami keputihan,
kemudian pada tahun 2003, 60% wanita pernah
mengalami keputihan, sedangkan tahun 2004

88
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Tabel 3. Hubungan antara tingkat
Pengetahuan Remaja Putri tentang Personal pengetahuan remaja putri tentang personal
Hygiene di kelas XI SMA 1 PGRI Brebes hygiene dengan kejadian keputihan di kelas
Kabupaten Brebes tahun 2020. XI SMA 1 PGRI Brebes Kabupaten Brebes
Tingkat Frekuensi Prosentase (%) tahun 2020.
pengetahuan Subyek penelitian Total
Tingka
Baik 13 15,9% Tidak
t
Buruk 69 84,1% Keputihan Keputiha
penget
Total 82 100,0% n
ahuan
Berdasarkan tabel 1 diatas dengan Jml % Jml % Jml %
sampel 82 dari jumlah total 100 % (n : 82), dari 39, 84,
data yang diperoleh terlihat bahwa jumlah Buruk 37 45,1 32 0 69 1
responden tingkat pengetahuan baik lebih baik 3 3,7 10 12, 13 15,
sedikit yaitu sebanyak 13 responden (15,9%) 2 9
dari 82 responden (100%), sedangkan 51,
Total 40 48,8 42 82 100
responden dengan tingkat pengetahuan buruk 2
berjumlah 69 responden (84,1%) dari jumlah OR = CI 95% = 0,975 Nilai p =
total 82 responden (100%). 3,854 <OR<15,232 0,043

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Keputihan di Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa


kelas XI SMA 1 PGRI Brebes Kabupaten tingkat pengetahuan buruk pada remaja yang
Brebes tahun 2020. menderita keputihan 45,1%, lebih banyak
Kasus Frekuensi Prosentase ( dibandingkan dengan remaja yang tidak
%) menderita keputihan yakni hanya 3,7%. Hasil
Keputihan 40 48,8% analisis statistik menunjukkan nilai ρ = 0,043
Tidak 42 51,2% dan OR = 3,385 dengan CI 95% =
keputihan 0,975<OR<15,232. Nilai ρ < 0,05 dapat
Total 82 100,0% diinterpretasikan secara statistik bahwa ada
hubungan yang signifikan antar tingkat
Berdasarkan tabel 2 diatas dengan pengetahuan remaja putri tentang personal
sampel 82 dari jumlah total 100 % (n : 82), dari hygiene dengan kejadian keputihan. Sehingga
data yang diperoleh relihat bahwa jumlah tingkat pengetahuan remaja putri tentang
responden dengan keputihan berjumlah 40 personal hygiene menjadi faktor risiko kejadian
responden (48,8%) dari jumlah total 82 keputihan pada remaja putri.
responden (100%), sedangkan responden yang Berdasarkan uji chi square (X²) dengan
tidak Keputihan sebanyak 42 responden taraf signifikan 0,043 dan dengan
(51,2%) dari jumlah total (100%). menggunakan SPSS windows versi 16.0
diperoleh hasil X² hitung sebesar 3,854
HASIL ANALISIS BIVARIAT sedangkan X² tabel dengan dk = 1 dan α = 0,05
Berdasarkan hasil analisa uji bivariate adalah 3,841 oleh karena X² hitung > X²tabel
dengan menggunakan Chi-square untuk maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis
melihat hubungan masing-masing variabel kerja (Ha) diterima, jadi dalam penelitian ini
independent dengan variable dependent adalah ada hubungan antara tingkat pengetahuan
sebagai berikut: remaja putri tentang personal hygiene dengan

89
kejadian keputihan di kelas XI SMA 1 PGRI informasi yang di dengar dan dilihat
Brebes Kabupaten Brebes Tahun 2020. maka semakin banyak pula pengetahuan
Sementara itu dari hitungan odds ratio yang diperolehnya.(Mokodongan, 2015)
(OR) diperoleh nilai OR sebesar 3,854 yang
berarti bahwa remaja putri dengan tingkat 2. Kejadian Keputihan
pengetahuan rendah mempunyai resiko 3,854 Berdasarkan hasil penelitian
kali lebih besar untuk mengalami keputihan remaja putri tentang kejadian keputihan
dibandingkan remaja putri yang mempunyai diperoleh responden dengan keputihan
pengetahuan baik. berjumlah 40 responden (48,8%)
sedangkan responden yang tidak
PEMBAHASAN Keputihan sebanyak 42 responden
1. Tingkat Pengetahuan Personal (51,2%).
Hygiene Keputihan adalah nama lain dari
Berdasarkan hasil penelitian flour albus. Keputihan biasanya dialami
tingkat pengetahuan remaja putri oleh wanita. Keputihan ada dua macam
tentang personal hygiene yang diperoleh yaitu keputihan yang normal dan
jumlah responden dengan tingkat abnormal, dimana keputihan yang normal
pengetahuan baik lebih sedikit yaitu dialami sebelum atau sesudah menstruasi,
sebanyak 13 responden (15,9%) bisa juga disebabkan karena kehamilan,
sedangkan responden dengan tingkat kelelahan, stres dan mengkonsumsi obat-
pengetahuan buruk berjumlah 69 obatan hormonal seperti pil KB.
responden (84,1%) dan ini menunjukan Sedangkan keputihan yang abnormal
keterkaitan dengan pendapat yaitu keputihan yang menimbulkan rasa
Notoatmodjo (2012) yaitu Pengetahuan tak nyaman pada vagina, rasa gatal,
merupakan hasil “tahu” dan terjadi lengket dan jumlah banyak. (Pratiwi,
setelah orang melakukan penginderaan 2012)
terhadap suatu obyek tertentu. Berdasarkan hail penelitian,
Penginderaan terjadi melalui panca responden yang mengalami keputihan
indra manusia, yaitu :indra penglihatan, pada siswa kelas XI di SMA 1 PGRI
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Brebes adalah karena faktor personal
Sebagian besar pengetahuan manusia hygiene, tidak tersedianya tissue dan
diperoleh melalui penglihatan dan penggunaan air yang tidak bersih pada
pendengaran. Pengetahuan merupakan lingkungan toilet sekolah. Menurut
dasar untuk terbentuknya tindakan Maulana, menyatakan bahwa penyebab
seseorang. Salah satu program yang dari keputihan itu sendiri adalah karena
mendukung pengetahuan di SMA 1 faktor hygiene atau kebersihan diri yang
PGRI Brebes adalah dengan kurang. Kondisi yang kotor disekitar
dilaksanakannya program Usaha vagina menyebabkan masalah kesehatan
Kesehatan Sekolah (UKS). Program seperti keputihan, tingkat kelembapan
UKS ini terdapat berbagai macam usaha vagina yang tinggi mengakibatkan bakteri
pelajaran kesehatan bagi para siswa, pathogen mudah mengalami penyebaran
guru dan karyawan dan berbagai pihak (Maulana, 2010). Selain itu menurut
yang termasuk civitas akademik. Hal Pribakti menyatakan bahwa jadwal
ini sesuai dengan hasil penelitian sekolah dari pagi sampai sore
Mokodongan bahwa semakin banyak menyebabkan terkadang malas untuk

90
mengganti pembalut saat menstruasi. dengan kejadian keputihan di kelas XI Di
Mengganti pembalut saat haid setiap SMA 1 PGRI Brebes Tahun 2011.
selesai mandi dan selesai buang air kecil Tingkat pengetahuan buruk pada
atau 4 sampai 5 kali sehari disaat darah remaja yang menderita keputihan 45,1%,
haid banyak dan pada hari terakhir lebih banyak dibandingkan dengan
dianjurkan mengganti pembalut 3 kali remaja yang tidak menderita keputihan
sehari (Pribakti, 2012). yakni hanya 3,7%. Hasil analisis statistik
Menurut Andira, dalam menunjukkan nilai ρ = 0,043 dan OR =
kehidupan sehari-hari kebersihan 3,385 dengan CI 95% =
merupakan hal yang sangat penting dan 0,975<OR<15,232. Nilai ρ < 0,05 dapat
harus diperhatikan karena kebersihan diinterpretasikan secara statistik bahwa
akan mempengaruhi kesehatan dan ada hubungan yang signifikan antara
psikis seseorang (Andira, 2010). tingkat pengetahuan remaja putri tentang
Sedangkan menurut penelitian personal hygiene dengan kejadian
Agustiyani (2015) kondisi stress dan keputihan. Sehingga tingkat pengetahuan
kelelahan fisik maupun psikologis dapat remaja putri tentang personal hygiene
mempengaruhi hormon-didalam tubuh menjadi faktor risiko kejadian keputihan
perempuan termasuk memicu pada remaja putri.
peningkatan hormon estrogen, yang Personal hygiene akan
dapat menyebabkan terjadinya mempengaruhi kesehatan dan psikis
keputihan. seseorang. Menurut penelitian Agustiyani
Menurut penelitian Nikmah, mengungkapkan bahwa kondisi stress dan
menyatakan bahwa kebiasaan kelelahan fisik maupun psikologis dapat
membersihkan diri yang tidak tepat mempengaruhi hormon-hormon didalam
dapat menyebabkan rentan terserang tubuh perempuan termasuk memicu
infeksi bakteri, virus, maupun jamur. peningkatan hormon estrogen. Hormon
Dengan selalu menjaga kebersihan estrogen tersebut yang dapat memicu
daerah vagina mulai dari arah vagina ke terjadinya keputihan. (Agustyani, 2015)
anus, menghindari celana dalam yang Dari hasil penelitian didapat
ketat, tidak menggunakan cairan keputihan paling banyak terjadi pada
antiseptic berlebihan, dan menggunakan responden dengan pengetahuan kurang.
air yg bersih dan mengalir serta alat Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
mandi yang bersih itu semua akan Notoatmodjo bahwa pendidikan akan
menjaga kita dari terjadinya keputihan. memberikan pengetahuan sehingga
(Nikmah, US & Widyasih, 2018) terjadi perubahan perilaku dan tingkat
pengetahuan meningkat. Seseorang yang
3. Hubungan antara tingkat pengetahuan mempunyai sumber informasi lebih
remaja putri tentang personal hygiene banyak akan mempunyai pengetahuan
dengan kejadian keputihan yang luas, hal-hal yang pernah di alami
Berdasarkan hasil uji statistik akan menambah pengetahuan, tentang
contingency coefficient tentang hubungan sesuatu yang bersifat non formal serta
antara pengetahuan dengan kejadian kepercayaan dan sikap sangat
keputihan diperoleh nilai p = 0,043 yang mempengaruhi perilaku manusia.
berarti bahwa terdapat hubungan yang Sehingga jelas tingkat pengetahuan
positif dalam katagori antara pengetahuan seseorang banyak menentukan sikap dan

91
keterampilan dalam mengambil mengalami kejadian keputihan bisa
keputusan dan bertindak.(Notoatmodjo, berkurang.
2012) b. Bagi Dinas Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan
KESIMPULAN DAN SARAN sebagai masukan dalam melakukan
1. Kesimpulan pendekatan yang lebih efektif dan
a. Responden dengan pengetahuan baik efisien khususnya dalam pemberian
yaitu sebesar 13 responden bila materi Kesehatan Reproduksi Remaja
dibandingkan dengan responden yang (KRR) di sekolah.
tingkat pengetahuannya buruk yaitu c. Bagi Peneliti Selanjutnya
sebesar 69 responden. Diharapkan untuk lebih
b. Responden dengan pengetahuan memperluas wawasan dan
keputihannya lebih baik yaitu sebesar 3 pengetahuannya tentang personal
responden dan yang pengetahuan hygiene khususnya dengan kejadian
keputihannya buruk yaitu 37 keputihan, sehingga dalam penyusunan
responden. Responden dengan penelitian berikutnya mampu
pengetahuan tidak keputihannya baik mengembangkan penlitian yang ada
yaitu 32 responden dan yang dengan variabel yang lebih bervariasi
pengetahuan tidak keputihan buruk sehingga hasilnya lebih baik lagi.
yaitu 10 responden.
c. Bersarkan uji chi square diperoleh X² DAFTAR PUSTAKA
hitung (4,805) > X²tabel (3,841) dan Agustyani, D. (2015). Hubungan Tingkat Stres
nilai P Value (0,043) < α (0,05) dengan dengan Kejadian Keputihan pada Siswi
demikian bahwa ada hubungan antara Kelas X dan MAN XI di SMA Taman
tingkat pengetahuan remaja putri Jetis Yogyakarta. Naskah Publikasi.
tentang personal hygiene dengan Ajeng. (2018). 7 Hal yang Membuat Anda
kejadian keputihan di kelas XI SMA 1 Berisiko Terkena Infeksi Jamur. Artikel
PGRI Brebes Kabupaten Brebes tahun Kesehatan. https://hellosehat.com/pusat-
2011. kesehatan/ perawatan-
d. Berdasarkan perhitungan OR kewanitaan/penyebab-infeksi-jamur-pada-
didapatkan nilai OR = 3,854 dengan vagina/
demikian dapat disimpulkan bahwa Andira, D. (2010). Seluk-Beluk Kesehatan
remaja yang pengetahuannya rendah Reproduksi Wanita. Yogyakarta : A Plus
beresiko lebih besar mengalami Book.
keputihan dibandingkan dengan remaja Maulana, M. (2010). Penyakit Kehamilan dan
yang pengetahuannya tinggi. Pegobatannya. Yogyakarta: Kata Hati.
Mokodongan, W. & W. (2015). Hubungan
2. Saran Tingkat Pengetahuan tentang Keputihan
a. Bagi SMA 1 PGRI Brebes dengan Perilaku Pencegahan Keputihan
Untuk dapat meningkatkan pada Remaja Putri. Jurnal E-Clinic., 3
pengetahuan dan pemahaman tentang (1)., 272–276.
kesehatan reproduksi dan Nikmah, US & Widyasih, H. (2018). Personal
penatalaksanaan bagi remaja yang Hygiene Habits dan kejadian Flour Albus
mengalami keputihan, sehingga yang Patologis pada Santriwati PP Al-
Munawwir Yogyakarta,. Jurnal MKMI.,

92
14 (1)., 36–43.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian
Kesehatan Edisi Revisi. Rineka Cipta.
Nurjanah. (2015). Kesehatan Reproduksi
Wanita. Jakarta : arca.
Pratiwi. (2012). Buku Pintar Kesehatan
Wanita. Yogyakarta : Imperium.
Pribakti. (2012). Tips dan Trik Merawat Organ
Intim. Jakarta : Sagung Seto.
Utama, S. R. (2012). Hubungan Pengetahuan
dan Perilaku Remaja Putri dengan
Kejadian Keputihan di Kelas XII SMA
Negeri 1 Seunuddon Kabupaten Aceh
Utara Tahun 2012,. Kesehatan
Masyarakat.
http://ejournal.uui.ac.id/jurnal/RITA_PUR
NAMA_SARI-ygojurnal.pdf,
Widyastuti. (2009). Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta : Fitra.

93
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
AMENORRHEA PADA WANITA USIA SUBUR
Ziyadatul Chusna Almabruroh Yuni Alfi1), Anisah 2)
Prodi DIII Kebidanan, STIKes Brebes
E mail: ayya_chusna@ymail.com
STIKes Brebes
Jl. Raya Janegara KM 08. Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes 52261

ABSTRAK
Setiap wanita sering mengalami gangguan dalam siklus haidnya. Gangguan siklus haid antara lain
tidak teraturnya siklus haid atau amenorrhea. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian amenorrhea.
Jenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah wanita usia
subur berjumlah 431. Teknik pengambilan sampel dengan purpossive sampling 76 responden. Data
diperoleh menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan
analisis korelasi Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi responden adalah gemuk sebanyak
36 responden (47,4%), responden menggunakan obat KB sebanyak 48 responden (63,2%) dan responden
mempunyai tingkatan stres sedang sebanyak 37 responden (48,7%). Analisis bivariat dengan chi-square
menunjukkan ada hubungan positif antara status gizi dengan kejadian amenorrhea, ada hubungan positif
antara stres dengan kejadian amenorrhea serta ada hubungan positif antara penggunaan obat KB dengan
kejadian amenorrhea.
Disarankan bagi responden untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga kesehatan khususnya bagi
responden dengan status gizi gemuk dan obesitas perlu melakukan olah raga teratur dan melakukan diet
sehat.

Kata Kunci : Amenorrhea, Penggunaan obat KB, Status gizi, stress.

ABSTRACT
Every woman often experiences in their disturbance of menstrual cycle. The menstrual cycle
distrubance such as menstrual irregular cycle or amenorrhea. The purpose of this research is to know
about the factors that connect with the incidence of amenorrhea.
The type of this research is analytical research with cross sectional technique. The populations are
fertile women totaled 431 women. The sampling uses purposive sampling totaled 76 respondents. The data
is obtained using questionnaire. Data analyzed by univariate and bivariate with chi square correlation
analysis.
The results show that the nutrition status in most respondents is fat totaled 36 respondents
(47.4%), respondents have average level of stress totaled 37 respondents (48,7%) and most respondents
use KB totaled 48 respondents (63,2%). Bivariate analysis with chi square is a positive relationship
between nutrition status with incidence of amenorrhea and there’s a positive relationship between stress
with incidence of amenorrhea and also there is a positive relationship between the use of medicial KB with
the incidence of amenorrhea.
It is recommended for respondents to actively participate in maintaining health, especially for the
respondents with the fat nutrition status and obesity need to do some exercises regularly and do healthy
diet.

Keywords: amenorrhea, the use of medicinal KB, nutrition status, stress.

94
1. Pendahuluan mempengaruhi terjadinya gangguan pada
Wanita dalam kehidupannya tidak sistem reproduksi khususnya Amenorrhea.
luput dari adanya siklus haid normal yang Oleh karena itu, berdasarkan latar
terjadi secara siklik. Ia akan merasa belakang di atas penulis tertarik untuk
terganggu bila hidupnya mengalami melakukan penelitian tentang “Faktor-
perubahan terutama bila haid menjadi lebih Faktor Yang Berhubungan Dengan
lama, banyak, tidak teratur, lebih sering Kejadian Amenorrhea Pada Wanita Usia
atau tidak haid sama sekali (amenore). Subur”.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang dilakukan pada bulan Januari 2018 di 2. Metode
Kelurahan Pasarbatang pada wanita usia Jenis penelitian yang dilakukan
subur (20-35 tahun) yang berjumlah 15 adalah penelitian analitik dengan
orang, ditemukan bahwa sebanyak 9 orang pendekatan cross sectional.
(60%) yang mengalami menstruasi tidak Menurut Badriah, “Penelitian cross
teratur dan sebanyak 6 orang (40%) sectional atau lintas bagian adalah
mengalami menstruasi yang teratur. penelitian yang mengukur prevalensi
BKKBN menyatakan bahwa, penyakit. Oleh karena itu seringkali disebut
“Wanita usia subur adalah wanita yang sebagai penelitian prevalensi.”
berumur 15-45 tahun pada masa atau Populasi dalam penelitian ini adalah
periode dimana dapat mengalami proses wanita usia subur berjumlah 431 responden.
reproduksi yang ditandai dengan timbulnya Pengambilan sampelnya menggunakan
menstruasi kemudian diakhiri dengan purposive sampling yaitu sampel yang
menopouse.” dipilih secara sengaja dengan
Gangguan siklus menstruasi pada mempertimbangkan tujuan yang ingin
wanita usia subur diantaranya adalah tidak dicapai dari karakteristik yang diteliti.
teraturnya siklus menstruasi atau Sampel dalam penelitian ini adalah
amenorrhea. Manuaba menjelaskan bahwa, wanita usia subur yang mengalami
“Amenorrhea adalah terjadinya amenorrhea yang berjumlah 81 responden
keterlambatan menstruasi lebih dari tiga yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
bulan berturut-turut. Wanita akan a. Kriteria inklusi: Wanita usia subur
mengalami menstruasi teratur setelah berusia 20-35 tahun, Sehat, Sudah
mencapai usia 18 tahun. Amenorrhea menikah, Saat penelitian ada di wilayah
dibedakan menjadi 2 yaitu Amenorrhea
tempat penelitian, dan Bersedia
Primer dan Amenorrhea Sekunder”.
Untuk waktunya, Amenorrhea menjadi responden
jangka pendek yang hanya beberapa bulan, b. Kriteria eksklusi: Wanita usia subur
tidak menyebabkan masalah yang (20-35 tahun) yang hamil, Tidak ada di
signifikan pada sistem reproduksi. tempat pada saat penelitian
Sedangkan pada Amenorrhea jangka berlangsung dan Tidak bersedia
panjang yang waktunya hingga lebih dari menjadi responden
tiga sampai enam bulan dapat menandakan
Instrument penelitian yang digunakan
bahwa ovarium tidak berfungsi dengan baik
untuk memperoleh data dalam penelitian ini
sehingga dapat menyebabkan terjadinya
adalah kuesioner yang berupa kuesioner
kista ovarium.
terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner
Sebagai seorang Bidan merupakan
terbuka berisi tentang identitas dan hasil
mata rantai yang sangat penting karena
pengukuran berat badan dan tinggi badan
kedudukannya sebagai ujung tombak dalam
untuk mengetahui status gizi responden,
upaya peningkatan pengetahuan sumber
kuesioner tertutup berisi daftar cek list
daya manusia melalui kemampuannya
untuk mengetahui pengetahuan responden
untuk memberikan pendidikan serta
tentang stres, tahapan stres, dan respon
informasi tentang faktor-faktor yang dapat
terhadap stres serta penggunaan obat KB.

95
3. Hasil Penelitian responden menggunakan obat KB
a. Analisis Univariat sebanyak 48 responden (63,2%) dan
Tabel 3.1 Distribusi Frekwensi yang tidak menggunakan obat KB
sebanyak 28 responden (36,8%).
Variabel FrekuensiPersentase (%) d. Kejadian Amenorrhea pada
Status gizi responden
Normal 23 30,3 Berdasarkan analisis univariat
Gemuk 36 47,4 data kejadian amenorrhea pada
Obesitas 17 22,4 wanita usia subur dapat dilihat pada
Tingkatan stress tabel 3.1 menunjukkan bahwa
Stres ringan 17 22,4 sebagian besar responden
Stres sedang 37 48,7 mengalami amenorrhea sebanyak
Stres berat 22 28,9 41 responden (53,9%) dan yang
Penggunaan obat KB tidak mengalami amenorrhea
Ya 48 63,2 sebanyak 35 responden (46,1%).
Tidak 28 36,8
Amenorrhea
Ya 41 53,9 b. Analisis Bivariat
Tidak 35 46,1 Tabel 3.2 Hubungan antara status gizi
dengan kejadian amenorrhea pada wanita
a. Status Gizi Responden Variabel Kejadian Amenorrhea Total X2 P
Berdasarkan analisis Ya Tidak Hitu Valu
ng e
univariat terhadap data status gizi, Status Gizi N % N % N %
Tabel 3.1 menunjukkan bahwa Normal 7 30,4 16 69,6 23 100 7,342 0,025
sebagian besar responden Gemuk 23 63,9 13 36,1 36 100
Obesitas 11 64,7 6 35,3 17 100
mempunyai status gizi gemuk Tingkatan stres
dengan kelebihan berat badan Stres 4 23,5 13 76,5 17 100 8,341 0,015
tingkat ringan sebanyak 36 ringan
responden (47,4%) dan status gizi Stres
sedang
24 64,9 13 35,1 37 100

normal sebanyak 23 responden Stres 13 59,1 9 40,9 22 100


(30,3%) serta status gizi obesitas berat
dengan kelebihan berat badan Penggunaobat
Ya
KB
31 64.6 17 35,4 48 100 5,932 0,015
tingkat berat sebanyak 17 Tidak 10 35,7 18 64,3 28 100
responden (22,4%). usia subur
b. Tingakatan Stres Responden
Berdasarkan analisis univariat
terhadap data tingkatan stres pada 1) Hubungan antara status gizi dengan
wanita usia subur pada tabel 3.1 kejadian amenorrhea
menunjukkan bahwa sebagian besar Berdasarkan tabel 3.2 wanita
responden mempunyai tingkatan usia subur yang status gizinya
stres yang sedang sebanyak 37 normal sebagian besar tidak
responden (48,7%), tingkatan stres mengalami amenorrhea yaitu 16
ringan sebanyak 17 responden responden (69,6%), wanita usia
(22,4%) dan tingkatan stres berat subur yang status gizinya gemuk
sebanyak 22 responden (28,9%). sebagian besar mengalami
c. Penggunaan Obat KB oleh amenorrhea yaitu 23 responden
Responden (63,9%) dan wanita usia subur yang
Berdasarkan analisis univariat status gizinya obesitas sebagian
data penggunaan obat KB pada besar mengalami amenorrhea yaitu
wanita usia subur pada tabel 3.1 11 responden (64,7%).
menunjukkan bahwa sebagian besar

96
Hasil uji statistik dengan Chi adalah 3,841. Hal ini menunjukkan
Square diperoleh nilai X2 hitung bahwa X2 hitung lebih besar dari X2
7,342 dengan df = 2 dan taraf tabel (5,932 > 3,841) serta diperoleh
signifikansi 5% maka nilai X2 tabel Pvalue = 0,015 (Pvalue < 0,05). Dapat
adalah 5,991. Hal ini menunjukkan disimpulkan bahwa ada hubungan
bahwa X2 hitung lebih besar dari X2 antara penggunaan obat KB dengan
tabel (7,342 > 5,991) serta diperoleh kejadian amenorrhea pada wanita
Pvalue = 0,025 (Pvalue < 0,05). Dapat usia subur.
disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara status gizi 4. Pembahasan
dengan kejadian amenorrhea pada i. Analisis Univariat
wanita usia subur. 1) Gambaran Status Gizi Responden
2) Hubungan antara stres dengan
Berdasarkan hasil penelitian
kejadian amenorrhea menunjukkan bahwa sebagian besar
Berdasarkan tabel 3.2 wanita responden mempunyai status gizi
usia subur yang stres ringan gemuk dengan kelebihan berat badan
sebagian besar tidak mengalami tingkat ringan sebanyak 36 responden
amenorrhea yaitu 13 responden (47,4 %), artinya sebagian besar
(76,5%), wanita usia subur yang responden sudah berkeluarga
stres sedang sebagian besar mempunyai gizi yang berlebih.
mengalami amenorrhea yaitu 24 Menurut Miliarini (2010:1)
responden (64,9%) dan wanita usia menyatakan bahwa, “Pola makan
subur yang stres berat sebagian yang baik selalu mengacu pada gizi
besar mengalami amenorrhea yaitu yang seimbang yaitu terpenuhinya
12 responden (54,5%). semua gizi sesuai dengan kebutuhan
Hasil uji statistik dengan Chi dan seimbang”.
Square diperoleh nilai X2 hitung Wanita usia subur seringkali
8,341 dengan df = 2 dan taraf mengalami gangguan siklus haidnya
signifikansi 5% maka nilai X2 tabel dengan faktor penyebab yang
adalah 5,991. Hal ini menunjukkan bermacam-macam. Menurut
bahwa X2 hitung lebih besar dari X2 Prawirohardjo (2011) menyatakan
tabel (8,341 > 5,991) serta diperoleh bahwa, “Salah satu penyebab dari
Pvalue = 0,015 (Pvalue < 0,05). Dapat amenorrhea adalah status gizi.
disimpulkan bahwa ada hubungan Status gizi responden didukung
antara stres dengan kejadian kebiasaan menjaga kesehatan yang
amenorrhea pada wanita usia subur. buruk akan menyebabkan terjadinya
3) Hubungan antara penggunaan obat gangguan kesehatan salah satunya
KB dengan kejadian amenorrhea adalah gangguan pada sistem
Berdasarkan tabel 3.2 wanita reproduksinya. Menurut Saifuddin
usia subur yang menggunakan obat (2010) menjelaskan bahwa, “Terlalu
KB sebagian besar mengalami gemuk akan menyebabkan
amenorrhea yaitu 31 responden terganggunya keseimbangan hormon-
(64,6%), wanita usia subur yang hormon yang dapat menghambat
tidak menggunakan obat KB kesuburan.”
sebagian besar tidak mengalami 2) Gambaran Tingkatan Stres
amenorrhea yaitu 18 responden Responden
(64,3%). Manusia yang mengalami stres
Hasil uji statistik dengan Chi memiliki tahapan-tahapan dari mulai
Square diperoleh nilai X2 hitung stres yang paling ringan sampai
5,932 dengan df = 1 dan taraf dengan stres yang berat, tergantung
signifikansi 5% maka nilai X2 tabel dari tingkat stresor atau tekanan yang

97
dialami. Menurut Hawari (2011) menggunakan KB untuk mengatur
menjelaskan bahwa, “stres terbagi jumlah kelahiran.
dalam 6 tahapan, tergantung dari Hasil penelitian ini sesuai dengan
tingkat tekanan yang dialaminya”. teori bahwa wanita usia subur
Berdasarkan hasil penelitian seringkali mengalami gangguan
menunjukkan bahwa sebagian besar siklus haidnya dengan faktor
responden mempunyai tingkatan stres penyebab yang bermacam-macam.
yang sedang sebanyak 37 responden Menurut Prawirohardjo (2011)
(48,7%), artinya sebagian besar menyatakan bahwa, “Faktor
responden mempunyai beban dan penyebab dari amenorrhea sekunder
tekanan mental dan beban kehidupan adalah gangguan kejiwaan, status
(stresor) yang dialami. gizi, gangguan poros hipotalamus,
Stres akan memicu pelepasan gangguan hipofisis, gangguan uterus
hormon kortisol, diman hormon ini dan vagina, gangguan indung telur,
dijadikan tolak ukur untuk melihat obat-obatan”.
derajat stres seseorang. Hormon Setiap wanita tidak selalu
kortisol diatur oleh hipotalamus otak mangalami masa subur yang teratur,
dan kelenjar pituari, dengan tergantung dari bagaimana makanan
dimulainya aktivitas hipotalamus, yang dikonsumsinya. Hal ini sesuai
hipofisis mengeluarkan hormon FSH dengan pendapat Saifuddin (2010)
(Follicle Stimulating Hormone) dan menyatakan bahwa, “Setiap obat pasti
proses stimulus ovarium akan memiliki efek samping.”
menghasilkan esterogen. Jika terjadi Seorang wanita yang
gangguan pada hormon FSH dan LH menggunakan obat tertentu kadang
(Lutenizing Hormon) maka akan kala akan mempengaruhi produksi
mempengaruhi produksi esterogen hormon, sehingga akan
dan progesteron yang menyebabkan mempengaruhi siklus menstruasi.
ketidak teraturan siklus menstruasi. Menurut Prawirohardjo (2011)
Dari yang tadinya siklus menjelaskan bahwa, “Beberapa obat
menstruasinya normal menjadi dapat menyebabkan amenorrhea,
amenorea. Gejala-gejala ini umumnya antara lain obat penenang jenis
bersifat sementara dan biasanya akan fenotiazin dan KB”.
kembali normal apabila stres yang ii. Analisis Bivariat
ada bisa diatasi. (Arfa. 2011) 1) Hubungan antara status gizi dengan
Strategi menghadapi stres antara kejadian amenorrhea
lain dengan mempersiapkan diri
Berdasarkan hasil uji statistik
menghadapi stresor dengan cara
dengan Chi Square diperoleh nilai
melakukan perbaikan diri secara
X2 hitung 7,342 dengan df = 2 dan
psikis/mental, fisik dan sosial. Hal ini
taraf signifikansi 5% maka nilai X2
sesuai dengan pendapat Hawari
tabel adalah 5,991. Hal ini
(2011) menyatakan bahwa,
menunjukkan bahwa X2 hitung lebih
“Perbaikan diri secara psikis/mental,
besar dari X2 tabel (7,342 > 5,991)
perbaikan diri secara fisik dan
serta diperoleh Pvalue = 0,025 (Pvalue <
perbaikan diri secara sosial”.
0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada
3) Gambaran Penggunaan Obat KB hubungan antara status gizi dengan
Berdasarkan hasil penelitian kejadian amenorrhea pada wanita
menunjukkan bahwa sebagian besar usia subur. Hasil X2 hitung
responden menggunakan obat KB diperoleh nilai 7,342 berarti wanita
sebanyak 48 responden (63,2%), usia subur yang mempunyai status
artinya sebagian besar responden gizi yang berlebih atau kekurangan
mempunyai resiko 7,342 kali lebih

98
besar mengalami amenorrhea diperoleh Pvalue = 0,015 (Pvalue <
daripada wanita usia subur yang 0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada
mempunyai status gizi normal. hubungan antara stres dengan
Menurut Syaifuddin (2010) kejadian amenorrhea pada wanita
menjelaskan bahwa, “Terlalu gemuk usia subur. Hasil X2 hitung
akan menyebabkan terganggunya diperoleh nilai 8,341 berarti wanita
keseimbangan hormon-hormon yang usia subur yang mempunyai tingkat
dapat menghambat kesuburan.” stres berat mempunyai resiko 8,341
Tingkatan status gizi baik normal, kali lebih besar mengalami
gemuk atau obesitas akan amenorrhea daripada wanita usia
mempengaruhi kerja dari organ subur yang mempunyai tingkatan
reproduksi. Hal ini sesuai dengan stres ringan. Hal ini menunjukkan
pendapat Prawirohardjo (2011) bahwa responden dengan tingkat
bahwa wanita usia subur seringkali stres yang berlebihan akan
mengalami gangguan siklus haidnya mengganggu pembentukan hormon
dengan faktor penyebab yang yang diperlukan oleh organ
bermacam-macam salah satunya reproduksi sehingga dapat
adalah status gizi responden. menghambat kesuburan.
Hampir sekitar 30 – 40 % Manusia yang mengalami stres
wanita saat ini mengalami masalah memiliki tahapan-tahapan dari mulai
kesuburan dan gangguan stres yang paling ringan sampai
pembuahan (konsepsi). Gangguan dengan stres yang berat, tergantung
kesuburan tersebut biasanya dari tingkat stresor atau tekanan
disebabkan karena masalah berat yang dialami. Hal ini sesuai dengan
badan yang tidak seimbang, terlalu pendapat Saifuddin (2010)
gemuk atau terlalu kurus. Idealnya, Menyatakan bahwa, “Tanda-tanda
berat badan sebelum hamil (pada wanita tidak subur antara lain siklus
masa pra konsepsi) tidak melebihi haid yang tidak teratur atau
atau kurang dari 10 % berat badan terlambat”.
normal sesuai tinggi badan. Siklus haid normal adalah
Wanita usia subur tidak boleh sekitar 35 hari. Siklus haid yang
terlalu kurus dan tentu harus lebih panjang dari normal
memerhatikan asupan gizinya. berhubungan erat dengan
Namun kenyataannya, banyak unovulatory (tidak adanya sel telur
wanita usia subur yang makan tidak yang dihasilkan indung telur).
teratur, tidak sarapan pagi misalnya Sementara siklus haid yang tidak
atau sering makan junk food yang teratur bisa disebabkan karena
kadar gizinya tidak seimbang. adanya gangguan kista ovarium atau
Terlalu gemuk akan menyebabkan penyakit lainnya, kondisi stres dan
terganggunya keseimbangan kelelahan serta terganggunya
hormon-hormon yang dapat keseimbangan hormon.
menghambat kesuburan. 3) Hubungan antara penggunaan obat
2) Hubungan antara stres dengan KB dengan kejadian amenorrhea
kejadian amenorrhea Berdasarkan hasil uji statistik
Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi Square diperoleh nilai
dengan Chi Square diperoleh nilai X2 hitung 5,932 dengan df = 1 dan
X2 hitung 8,341 dengan df = 2 dan taraf signifikansi 5% maka nilai X2
taraf signifikansi 5% maka nilai X2 tabel adalah 3,841. Hal ini
tabel adalah 5,991. Hal ini menunjukkan bahwa X2 hitung lebih
menunjukkan bahwa X2 hitung lebih besar dari X2 tabel (5,932 > 3,841)
besar dari X2 tabel (8,341 > 5,991) serta diperoleh Pvalue = 0,015 (Pvalue <

99
0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada KB maka dia memberi tambahan
hubungan antara penggunaan obat hormon pada tubuhnya sehingga
KB dengan kejadian amenorrhea akan mempengaruhi kadar hormon
pada wanita usia subur. Hasil X2 yang diperlukan dan apabila
hitung diperoleh nilai 5,932 berarti berhenti menggunakan obat KB
wanita usia subur yang maka akan membutuhkan waktu
menggunakan obat KB mempunyai agar kadar hormon yang dibutuhkan
resiko 5,932 kali lebih besar oleh tubuh menjadi normal. Oleh
mengalami amenorrhea daripada kerena itu seorang yang mengalami
wanita usia subur yang tidak amenorrhea karena dia
menggunakan obat KB. Hal ini menggunakan obat KB, tidak akan
menunjukkan bahwa wanita usia langsung mengalami menstruasi,
subur yang menggunakan obat KB butuh beberapa waktu untuk
akan mengalami gangguan menghilangkan efek samping dari
kesuburan karena penggunaan obat obat KB tersebut.
KB dapat mempengaruhi produksi
hormon yang sangat penting untuk 5. Simpulan
menjaga kesuburan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Wanita usia subur seringkali dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
mengalami gangguan siklus haidnya sebagai berikut:
dengan faktor penyebab yang a. Status gizi pada wanita usia subur (20-35
bermacam-macam. Menurut Tahun) sebagian besar gemuk dengan
Prawirohardjo (2011) menyatakan
kelebihan berat badan tingkat ringan
bahwa, “Faktor penyebab dari
amenorrhea sekunder adalah (47,4%), sebagian besar responden
gangguan kejiwaan, status gizi, mempunyai tingkatan stres yang sedang
gangguan poros hipotalamus, (48,7%) dan sebagian besar responden
gangguan hipofisis, gangguan uterus menggunakan obat KB (63,2%).
dan vagina, gangguan indung telur, b. Ada hubungan positif antara status gizi
obat-obatan”. dengan kejadian amenorrhea pada wanita
Setiap wanita tidak selalu
usia subur.
mangalami masa subur yang teratur,
tergantung dari bagaimana makanan c. Ada hubungan positif antara stres dengan
yang dikonsumsinya. Hal ini sesuai kejadian amenorrhea pada wanita usia
dengan pendapat Saifuddin (2010) subur.
menyatakan bahwa, “Setiap obat d. Ada hubungan positif antara penggunaan
pasti memiliki efek samping, obat KB dengan kejadian amenorrhea pada
seorang wanita yang menggunakan wanita usia subur.
obat KB kadang kala akan
mempengaruhi produksi hormon,
sehingga akan mempengaruhi siklus 6. Saran
menstruasi.” Perlunya partisipasi dan peningkatan
Wanita yang mempunyai siklus kesadaran responden akan pentingnya
haid teratur setiap bulan biasanya menjaga kesehatan khususnya bagi responden
subur. Satu putaran haid dimulai dengan status gizi gemuk dan obesitas dengan
dari hari pertama keluar haid hingga melakukan olah raga teratur, makan-makanan
sehari sebelum haid datang kembali, yang bergizi seimbang dan melakukan diet
yang biasanya berlangsung selama sehat.
28 hingga 30 hari. Siklus haid Responden dengan tingkatan stres yang
dipengaruhi oleh hormon yaitu sedang dan berat diharapkan lebih banyak
esterogen dan progesteron, jika beristirahat dan lebih sabar dalam menghadapi
seorang wanita menggunakan obat beban hidupnya serta perlunya partisipasi

100
keluarga untuk memberikan motivasi dan
dukungannya.
Untuk petugas kesehatan, Perlunya
pemberian penyuluhan tentang Gangguan
Reproduksi pada wanita usia subur sehingga
dapat lebih meningkatkan pengetahunnya
tentang gangguan pada system reproduksi dan
akibatnya, serta untuk mendeteksi adanya
penyakit berat yang diderita akibat dari
gangguang reproduksi yang dialami.

7. Daftar Pustaka
Agung, Syarif (2010). Tahap-tahapan Stres.
(www.eprints.undip.ac.id.)
Arfa R, (2011). Stress & Menstrual cycle.
(lp:/digilib.unsri.ac.id.)
Badriah, Dewi Laelatul. (2012). Metodologi
Penelitian Ilmu-ilmu Kesehatan.
Bandung: Multazam
BKKBN. (2011). Buku Pegangan Tentang
Pembangunan Keluarga Berencana
Bagi Petugas Lapangan Keluarga
Berencana. Jakarta : Kantor Menteri
Negara Kependudukan/ Badan
Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional
Hawari, Dadang. (2011). Manajemen Stres
Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Miliarini. (2010). Gizi Untuk Remaja. Jakarta
: Salemba Medika
Prawiroharjo,Sarwono (2011) Ilmu
kandungan. In: Prof.dr.Mochammad
Anwar, MMedSc S, ed. 3rd ed
Saifuddin. AB (2010). Ilmu Kebidanan,
edisi.4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Sugiyono. (2010). Statistik Untuk Penelitian.
Bandung: ALFABETA

101
DAMPAK STUNTING TERHADAP KECERDASAN INTELEKTUAL

INTELLEGENCE QUOTIENT) CHILDREN OF BASIC SCHOOL AGE:


A LITERATURE REVIEW
¹Hilman Mulyana, ²Fitriani Mardiana Hidayat, ³Risda Hidayanti
Nursing Undergraduate Study Program, Faculty of Nursing, Bhakti Kencana University Tasikmalaya
E-mail : hilman.mulyana@bku.ac.id, E-mail : risdahidayanti80@gmail.com

ABSTRAK
Stunting merupakan permasalahan gizi di dunia atau global yang menimbulkan dampak terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak salah satunya pada kecerdasan intelektual anak sehingga
memengaruhi tingkat kecerdasan yang dimiliki anak dan dapat menyebabkan terjadinya penurunan pada
tingkat produktivitas di masa depan. Studi Literatur review ini bertujuan untuk melihat dan menganalisis
dampak stunting terhadap kecerdasan intelektual (Intellegence Quotient) anak usia Sekolah Dasar. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah literatur review yang diambil dari jurnal nasional dan
internasional terkait dengan stunting dan kecerdasan intelektual. Sumber pencarian jurnal melalui beberapa
database yaitu google scholar, Pubmed, Science Direct, dan IJSR dalam rentang waktu 10 tahun (2010
sampai 2020), didapatkan hasil pencarian sebanyak 15 jurnal yang dilakukan review. Hasil penelitian dari
15 jurnal tersebut, 12 jurnal menunjukkan adanya dampak stunting terhadap kecerdasan intelektual anak
usai Sekolah Dasar dan 3 jurnal menunjukkan hasil tidak adanya dampak stunting terhadap kecerdasan
intelektual anak usia Sekolah Dasar. Kesimpulan peneliti menemukan bahwa status gizi dan stunting
memiliki hubungan dengan perkembangan kognitif dan kecerdasan intelektual (IQ) anak usia Sekolah
Dasar, serta kondisi stunting menimbulkan dampak buruk terhadap kecerdasan intelektual anak,
perkembangan kognitif anak, dan prestasi belajar siswa. Saran dalam penelitian ini adalah keluarga dapat
memenuhi dan melakukan perbaikan gizi pada anak untuk mencegah terjadinya kurang gizi dan stunting,
melakukan konsultasi kepada perawat mengenai pemantauan pertumbuhan dan perkembangan pada anak
sehingga mencapai tumbuh kembang yang optimal.

Kata Kunci : Anak Usia Sekolah, Kecerdasan Intelektual (IQ), dan Stunting.

ABSTRACT
Stunting is a nutritional problem in the world or globally that has an impact on children's growth and
development, one of which is the intellectual intelligence of children, which affects the level of intelligence
possessed by children and can cause a decrease in the level of productivity in the future. This review
literature study aims to see and analyze the impact of stunting on intellectual intelligence (Intelligence
Quotient) of elementary school-age children.
Keywords: Stunting, intellectual intelligence, school-age children. The method used in this research is a
literature review taken from national and international journals related to stunting and intellectual
intelligence. Sources of searching for journals through several databases, namely Google Scholar,
Pubmed, Science Direct, and IJSR within a period of 10 years (2010 to 2020), obtained search results for
15 journals that were reviewed. The results of research from 15 journals, 12 journals showed the impact of
stunting on children's intellectual intelligence after elementary school and 3 journals showed no impact on
the intellectual intelligence of elementary school-aged children. The conclusion of the researchers found
that nutritional status and stunting have a relationship with cognitive development and intellectual
intelligence (IQ) of elementary school-age children, and stunting has a negative impact on children's
intellectual intelligence, children's cognitive development, and student learning achievement. Suggestions
in this study are that families can fulfill and improve nutrition in children to prevent malnutrition and
stunting, conduct consultations with nurses regarding monitoring growth and development in children so
as to achieve optimal growth and development.

Keywords: Intellectual Intelligence (IQ), School Age Children, and Stunting.

102
LATAR BELAKANG tidak menemukan hambatan dan kesulitan
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah dalam persoalan hitungan sederhana, akan
unsur penting yang memiliki akal, perasaan, tetapi pada sebagian anak yang mengalami
keterampilan, keinginan, pengetahuan, kurang gizi dalam masa perkembangannya
dorongan dan karya sehingga menjadi aset akan menemukan hambatan tersebut.
dalam pencapaian suatu tujuan yang ingin Perkembangan yang optimal merupakan faktor
dicapai (Sutrio, 2016). Sumber Daya Manusia penting dalam menghasilkan kecerdasan
(SDM) yang berkualitas tinggi yaitu SDM inteligensi seorang anak (Sujadi, 2013).
yang mempunyai fisik tangguh, mental kuat, Kecerdasan atau Intellegence Quotient (IQ)
kesehatan prima dan penguasaan ilmu dapat terjadi penurunan sebesar 1015 point
pengetahuan serta teknologi. Kualitas SDM karena pengaruh dari kondisi stunting
dipengaruhi oleh berbagai factor seperti faktor (Sumiaty, & Hardi, 2018). Stunting adalah
kesehatan, faktor ekonomi dan faktor suatu kondisi kurang gizi kronis sebagai akibat
pendidikan. Faktor kesehatan sebagai penentu dari kurangnya asupan gizi dalam waktu lama
kualitas SDM adalah jumlah penderita gizi sehingga berdampak pada gangguan
kurang dan usia harapan hidup yang berkaitan pertumbuhan pada anak ditandai dengan tinggi
dengan masalah gizi seseorang (Azwar, I., badan anak yang kurang atau lebih rendah dari
2014). standar usianya (Kemenkes, 2019).
Anak usia sekolah merupakan investasi Prevalensi stunting di dunia mengalami
bangsa sebagai generasi penerus yang menjadi penurunan dari 32,4 % (199,5 juta anak) pada
penentu terhadap kualitas bangsa di masa tahun 2000 menjadi 21,3 % (144,0 juta anak)
depan, tahap pertumbuhan dan perkembangan pada tahun 2019 (UNICEF, 2019). Data tahun
anak usia sekolah berhubungan dengan 2018 kejadian stunting didunia sebesar 23,8%,
pemberian nutrisi yang memiliki kualitas dan dengan Indonesia berada pada urutan ke 17 dari
kuantitas yang baik (Sutrio, 2016). Perbaikan 117 negara (Global Nutrition Report, 2018).
gizi pada anak usia sekolah menjadi langkah Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
strategis dalam pencapaian SDM yang 2018, prevalensi kejadian stunting di Indonesia
berkualitas dan anak-anak yang diperkenalkan sebesar 30,8% pada tahun 2018 dan sebesar
dengan makanan sejak dini beresiko tinggi 27,67% pada tahun 2019. Data Badan
menjadi kurus dan kerdil (stunting) yang Kependudukan dan Keluarga Berencana
mempengaruhi dalam kecerdasan anak (Lestari, Nasional (BKKBN) di Provinsi Jawa Barat
W., Margawati, A., & Rahfiludin, Z., 2014, tahun 2019 menunjukkan kasus stunting di
Sutrio, 2016). provinsi Jawa Barat mencapai 29,9 % atau
Tingkat kecerdasan atau intelegensi anak sebanyak 2,7 juta balita. Data Dinas Kesehatan
dapat dilihat saat anak berada di Sekolah Dasar Kota Tasikmalaya tahun 2018, menunjukkan
(SD), karena anak usia sekolah dasar sebagai prevalensi balita yang mengalami stunting
pondasi kuat dalam perkembangan pendidikan sebesar 10,7 % atau sebanyak 5.290 balita dari
selanjutnya khususnya dinegara Indonesia jumlah keseluruhan sebanyak 49.547 balita
(Munorih, 2011., dalam Khumaerah, 2017). (Profil Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya,
Penurunan kecerdasan intelektual dapat 2018).
dilihat dari jumlah siswa SD yang lulus ujian Stunting yang dialami pada saat balita
akhir sekolah (Yuliwianti, A. A., Kusmiati, Y., menyebabkan adanya gangguan serta
& Wahyuni, H. P. 2017). Data yang diperoleh kegagalan dalam pertumbuhan dan
dari Departemen Kesehatan menyebutkan, anak perkembangan akan menjadi stunting pada saat
normal yang berusia 14 tahun pada umumnya anak di usia sekolah dasar (6-12 tahun)

103
(Ginting dan Pandiangan, 2019). Stunting yang Sehingga tinjauan pustaka ini bertujuan
terjadi pada usia sekolah menimbulkan efek untuk menganalisis “Dampak Stunting terhadap
merugikan terhadap kecerdasan, keterampilan Kecerdasan Intelektual (Intellegence Quotient)
motorik halus, perkembangan psikomotorik, Anak Usia Sekolah Dasar”.
integrasi pada neurosensorik serta anak
menjadi rentan terhadap penyakit yang METODE PENELITIAN
menyebabkan terjadinya penurunan pada Metode yang digunakan dalam penelitian
tingkat produktivitas di masa depan serta ini adalah literatur review yaitu penelitian
kurang maksimalnya tingkat kecerdasan berkenaan dengan pengumpulan data pustaka,
intelektual (Arfines dan Puspitasari, 2017). melalui penggalian informasi dari berbagai
Penanganan yang dapat dilakukan pada kepustakan seperti buku, ensiklopedi, jurnal
anak stunting yaitu dengan melakukan ilmiah, majalah dan dokumen. Sumber data
perbaikan gizi, peran perawat dalam yang digunakan dalam penelitian ini adalah
permasalahan stunting adalah sebagai educator data sekunder, yaitu data yang didapat bukan
dan pemberi informasi, memberikan edukasi dari pengamatan atau survey secara langsung
kesehatan kepada ibu di Posyandu dalam tapi didapatkan dari hasil peneliti-peniliti
pencegahan faktor resiko terjadinya stunting terdahulu dari berbagai sumber yang ada. Pada
pada anak. Stunting dapat dicegah dengan penelitian ini sumber diambil dari jurnal
memberikan kucukupan gizi di 1000 Hari nasional dan internasional terkait dengan
Pertama Kehidupan (HPK) pada ibu maupun stunting, kecerdasan intelektual dan anak usia
anak. Anak stunting dapat dilakukan skrining sekolah dasar.
untuk mendeteksi adanya keterlambatan
perkembangan dan pertumbuhan dengan HASIL
memberikan stimulasi pada anak stunting Jumlah artikel atau jurnal yang diperoleh
(Hanum, R. and Safitri, M. E., 2018). dari beberapa database (google scholar,
Berdasarkan hasil penelitian Pradita, R. R. pubmed, science direct, IJSR, dan Portal
A. (2009) menunjukkan hasil bahwa terdapat Garuda) adalah 74 artikel atau jurnal sesuai
hubungan antara stunting dengan hasil skor IQ dengan tema, yang sebelumnya telah dilakukan
yang didapat anak usia sekolah dasar dari pengorganisasian dan didentifikasi sesuai judul
keluarga miskin di Klaten, dimana anak yang jurnal, tahun terbit, ketersediaan fulltext dan
mengalami stunting memiliki skor IQ sebesar terdapat nomor ISSN yang kemudian dilakukan
59,09 dan anak yang tidak mengalami stunting pemilihan kembali berdasarkan abstrak dan
memiliki skor IQ sebesar 71,569. tahun terbit sehingga didapatkan 38 artikel.
Penelitian lain menurut Gunasari, D. S. Kemudian artikel tersebut dilakukan pemilahan
(2016) di Kecamatan Nanggalo Kota Padang kembali mengenai stunting, kecerdasan
dengan judul “Hubungan Stunting dengan intelektual, status gizi, prestasi belajar,
Tingkat Kecerdasan Intelektual Pada Anak perkembangan kognitif, anak usia sekolah
Baru Masuk Sekolah Dasar”. Penelitian dasar dan didapatkan 15 artikel atau jurnal
dilakukan pada anak baru masuk sekolah dasar yang akan dibaca secara keseluruhan dan
usia 6-7 tahun sebanyak 232 orang. Hasil diidentifikasi serta dianalisis.
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan Hasil penelitian Indah, W., Aurora, D.,
yang bermakna antara stunting dengan tingkat Sitorus, R. J., & Flora, R. (2020), tentang
kecerdasan intelektual pada anak baru masuk perbandingan skor IQ pada anak stunting dan
SD dengan angka stunting sebesar 16,8% dan normal menunjukkan bahwa terdapat
kecerdasan intelektual rendah sebesar 31,03%. perbedaan yang signifikan dalam nilai skor IQ

104
anak yang mengalami stunting dan anak intelektual anak adalah usia, status gizi, pola
normal. Dalam penelitian ini menunjukkan asuh dan suku bangsa. Anak dengan konsisi
bahwa anak yang mengalami stunting stunting memiliki risiko lebih besar dalam
kemungkinan 4,5 kali mendapatkan kecerdasan memiliki nilai IQ dibawah rata-rata bila
rata-rata kebawah dibandingkan dengan dibandingkan dengan anak yang status gizinya
kecerdasan anak yang tidak mengalami normal.
stunting. Stunting merupakan salah satu faktor Hasil penelitian tersebut tidak sesuai
yang memengaruhi terjadinya anak usia dengan penelitian Sumiaty dan Hardi (2018),
sekolah memiliki kecerdasan rata-rata ke yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh
bawah. antara karakteristik pendidikan ibu, pendapatan
Hasil penelitian Venables, P. H., dan orangtua dan status gizi dengan tingkat
Raine, A. (2015), tentang The Impact of kecerdasan siswa SD. Hal ini disebabkan oleh
Malnutrition on Intelligence at 3 and 11 Years faktor lain yaitu sarapan pagi, meskipun hasil
of Age menunjukkan bahwa ada hubungan pengukuran IMT/U sebagian besar kurang tapi
langsung antara malnutrisi dengan IQ. mereka tidak pernah melewatkan sarapan pagi.
Malnutrisi berkaitan dengan kinerja kognitif Penelitian lain yang tidak sesuai adalah
yang buruk, stunting diukur dengan tinggi penelitian Mahyiddin, Z., Al’Abqary, R., Fajri.,
badan berdasarkan usia yang menjadi ukuran Z. (2019), menunjukkan bahwa tidak ada
malnutrisi kronis. Penilaian terhadap gizi buruk pengaruh status gizi terhadap tingkat IQ,
dapat dilakukan ketika anak berumur 3 tahun, kondisi status gizi didapatkan dari pemeriksaan
namun kondisi ini mungkin memiliki dampak antropometri dan tingkat kecerdasan dari tes IQ
jangka panjang dan lama. Malnutrisi dapat dengan metode CPM. Tingkat IQ tidak hanya
muncul pada masyarakat kurang mampu dalam ditentukan oleh status gizi melainkan
hal gizi. Dalam hal ini orang tua kurang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
berinteraksi positif dengan anaknya karena faktor genetik dan faktor lingkungan.
sikap apatis dan penarikan diri karena gizi dan Hasil penelitian Adrianus et al (2018)
anak dibesarkan dalam lingkungan yang tidak tentang hubungan status gizi dengan prestasi
menstimulus sosial tapi sering menimbulkan belajar pada anak siswa SD menunjukkan
stess. Akibat dari gizi kurang terhadap diri bahwa terdapat hubungan yang signifikan
sendiri adalah terjadinya gangguan kecerdasan, antara status gizi dengan prestasi belajar anak
berlanjut memiliki tingkat pekerjaan yang siswa SD. Hasil penelitian didapatkan adanya
rendah. anak yang memiliki status gizi kurang yang
Hasil penelitian Sujadi (2013), tentang dapat menimbulkan dampak buruk pada
faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatannya sehingga akan menurunkan
kecerdasan intelektual anak usia siswa SD prestasi anak.
menjukkan bahwa terdapat hubungan antara Hasil penelitian Kristanti, L. A., dan
status gizi dan stimulasi dengan kecerdasan Sebtalesy, C. Y. (2019) tentang hubungan
intelektual anak usia siswa SD. Anak yang status gizi dengan prestasi belajar anak siswa
memiliki status gizi normal memiliki SD menunjukkan hasil bahwa terdapat
kecerdasan intelektual yang baik dan anak yang hubungan status gizi dengan prestasi belajar.
memiliki status gizi buruk memiliki kecerdasan Status gizi terdiri dari kurus atau gizi kurang,
intelektual yang kurang. Penelitian lain yang gemuk dan obesitas. Gizi kurang disebabkan
sejalan adalah penelitian Khumaerah, K., & oleh kurangnya asupan gizi dan penyakit.
Rauf, S. (2018) yang menunjukkan hasil bahwa Obesitas disebabkan oleh faktor lingkungan,
faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan ketidakseimbangan pola dan prilaku makan

105
dengan aktivitas fisik. Asupan gizi yang tidak tinggal di daerah replete GAKI (Gangguan
adekuat menyebabkan adanya gangguan pada Akibat Kekurangan Iodium) dengan yang
pertumbuhan dan perkembangan anak, tinggal di daerah non replete GAKI. Kelompok
gangguan pada sistem kekebalan tubuh, responden di daerah replete GAKI memiliki
perkembangan otak, dan kapasitas intelektual fungsi kognitif (skor IQ) yang lebih rendah.
dan apabila tidak ditangani dengan dapat Kondisi stunting berdampak pada gangguan
meningkatkan penurunan kecerdasan, kesakitan kognitif pada anak sekolah, yang merupakan
dan kematian anak. Terjadinya penurunan manifestasi pada balita stunting karena
kecerdasan anak dapat menimbulkan rendahnya terjadinya kegagalan tumbuh kembang,
prestasi belajar pada anak. kekurangan zat gizi dalam jangka waktu lama
Hasil penelitian ini sejalan dengan (faktor rendahnya pendidikan orang tua,
penelitian Sa’adah, R. H., Herman, R. B., dan kualitas dalam pengasuhan terkait makan) dan
Sastri, S. (2014) tentang hubungan status gizi terjadinya penyakit infeksi.
dengan prestasi belajar siswa SD yang Penelitian tersebut sejalan dengan hasil
menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan penelitian Arini, D., Mayasari, A. C., dan
antara status gizi dengan prestasi belajar. Hasil Rustam, M. Z. A. (2019) tentang gangguan
penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar perkembangan kognitif pada anak yang
siswa memiliki status gizi normal, sebagian mengalami stunting dengan hasil menyatakan
siswa memiliki status gizi stunting dan wasting. bahwa terdapat hubungan antara stunting
Hasil penelitian didapatkan data bahwa prestasi dengan perkembangan kognitif anak.
belajar siswa rata-rata baik dan diatas Kriteria Perkembangan kognitif yang normal
Ketuntasan Minimal (KKM). berpengaruh kuat mengenai orang tua yang
Hasil penelitian tersebut tidak sejalan memberikan stimulasi berupa dukungan pada
dengan penelitian Hasan, T., Djuffrie, M., dan pendidikan anak, pemberian alat mainan dalam
Gamayanti, I. L. (2014). yang menemukan mendukung perkembangan kognitifnya dan
bahwa stunting tidak memiliki hubungan yang pemenuhan gizi yang diperlukan dalam proses
signifikan dengan prestasi belajar. Tobianus perkembangan kognitifnya terhadap respon
menyatakan bahwa prestasi belajar siswa hanya kecerdasan pada anak.
dipengaruhi oleh pendidikan orang tua, hasil Hasil penelitian Kamath, S. M.,
penelitian ini menunjukkan secara signifikan Venkatappa, K. G., dan Sparshadeep, E. M.
yang berpengaruh terhadap prestasi belajar (2017) tentang Impact of Nutritional Status on
siswa adalah pendidikan Ayah (p=0,021) dan Cognition in Institutionalized Orphans
pendidikan Ibu (p=0,007). Sebagian besar menunjukkan bahwa anak di Panti Asuhan
siswa yang mengalami stunting mempunyai mempunyai tingkat malnutrisi dan
prestasi belajar yang rendah, keterkaitannya ketelambatan perkembangan kognitif yang
dengan pendidikan orangtua sehingga tinggi. Nutrisi menjadi salah satu faktor penting
memerlukan peningkatan pemberdayaan peran dalam perkembangan mental yang berakibat
Ibu dalam keluarga dan masyarakat dengan pada kinerja kognitif dan dukungan
melakukan dan memberikan penyuluhan pertumbuhan serta maksimalnya potensi
tentang gizi anak dan pola asuh anak. belajar.
Penelitian Riyanto, S., Yunitawati, D.,
dan Nur, N. (2019). tentang fungsi kognitif PEMBAHASAN
pada siswa SD dengan stunting menunjukkan Status gizi merupakan ukuran terhadap
hasil bahwa terdapat perbedaan fungsi kognitif keseimbangan antara kebutuhan dengan
antara kelompok responden stunting yang masukan nutrisi yang diindikasikan dan diukur

106
dengan menggunakan pengukuran antropometri kurang optimal sehingga mengganggu proses
dengan ketentuan buruk, kurang, baik dan lebih belajar disekolah dan penurunan pada prestasi
(Adrianus, R., dan Soekarno, S. 2018). belajar.
Perkembangan kognitif adalah proses Anak umur prasekolah merupakan masa
pertumbuhan dan penyempurnaan kapasitas emas (golden age) dalam perkembangan. Fase
pada intelektual seorang individu (Sudjana, N., usia sekolah membutuhkan asupan gizi yang
2017). Perkembangan kognitif adalah optimal untuk menunjang pertumbuhan dan
kemampuan anak dalam menghubungkan, perkembangan, kebutuhan energi, dan
menilai dan mempertimbangkan dalam proses perkembangan otak. Untuk itu SDM yang
berpikir. Kognitif berkaitan dengan intelektual berkualitas harus disiapkan sejak dini dengan
anak dalam proses berpikir dan pengambilan adanya perhatian dari keluarga, masyarakat,
keputusan sehingga munculnya ide dalam ataupun pemerintah terhadap permasalahan gizi
belajar dan penyelesaian masalah. pada anak salah satunya stunting (Maku , A.,
Perkembangan kognitif meliputi perkembangan Mendri, N. K., & Devianto, A., 2018).
pengetahuan baik pengetahuan umum, sains, Stunting yang terdeteksi pada saat anak
bilangan, hurup, lambang dan konsep bentuk berada pada usia sekolah dasar tetapi
Fitri, A., Nurhafizah, N., dan Yaswinda, Y. kekurangan gizi kronis tersebut sudah sejak
(2020). Kondisi kognitif pada anak merupakan lama atau sejak dalam kandungan. Stunting
salah satu dampak dari tahap perkembangan mengindikasikan adanya gangguan
yang dimulai sejak masa kehamilan. Proses pertumbuhan pada organ tubuh, salah satunya
kognitif terjadi dalam beberapa fase yang otak. Otak menjadi saraf pusat yang berkaitan
diawali dengan fase motivasi, konsentrasi, dengan respon dan kemampuan anak untuk
pengolahan informasi, menggali informasi, melihat, mendengar, berpikir, serta melakukan
prestasi, dan umpan balik. Faktor psikososial gerakan. Kekurangan gizi pada anak
dalam perkembangan kognitif salah satunya menyebabkan tingkat kecerdasan intelektual
adalah motivasi belajar disekolah yang menurun 10-15 IQ poin dan beresiko tidak
berhubungan positif dengan prestasi belajar, dapat mengadopsi ilmu pengetahuan serta
kecerdasan intelektual dan persepsi kompetensi mempunyai daya pikir lemah. Upaya
pada anak. pencegahan yang dilakukan untuk
Faktor yang mempengaruhi prestasi meminimalisir kerusakan lebih luas adalah
belajar terdiri dari faktor internal diantaranya dengan memberikan pendidikan kesehatan atau
faktor fisiologis (status gizi), faktor eksternal edukasi kepada orang tua tentang gizi anak dan
dan faktor pendekatan belajar. Rendahnya kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan
status gizi anak berdampak negatif pada (Aurora, W. I. D., Sitorus, R. J., & Flora, R.,
peningkatan SDM dan rendahnya pencapaian 2020).
prestasi akademik (Maku, A., Mendri, N. K.,
dan Devianto, A., 2018). Asupan gizi yang KESIMPULAN
tidak optimal dan berlangsung lama dapat Berdasarkan hasil analisis dan
menyebabkan perubahan pada metabolisme pembahasan mengenai pengaruh stunting
dalam otak sehingga daya berpikir menjadi terhadap kecerdasan intelektual (IQ) anak usia
rendah. Status gizi yang rendah memberikan SD, dari jumlah 15 jurnal yang dilakukan
dampak pada kualitas pendidikan anak dengan review terdapat 12 jurnal yang menunjukkan
anak memiliki prestasi kurang, karena anak hasil adanya hubungan dari variabel yang
dengan gizi rendah cenderung mudah menjadi tema penelitian dan 3 jurnal yang
mengantuk, kurang bergairah, daya piker anak menunjukkan hasil tidak adanya hubungan dari

107
variabel yang menjadi tema penelitian, maka Wilayah Pesisir Surabaya. Journal of
peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai Health Science and Prevention, 3(2),
berikut: 122–128.
1. Status gizi dan stunting memiliki hubungan https://doi.org/10.29080/jhsp.v3i2
dengan perkembangan kognitif anak usia Aurora, W. I. D., Sitorus, R. J., & Flora, R.
Sekolah Dasar. (2020). Perbandingan Skor IQ
2. Status gizi dan stunting memiliki hubungan (Intellectual Question) Pada Anak
dengan prestasi belajar anak usia Sekolah Stunting dan Normal. Jambi Medical
Dasar. Journal. 8(1): 19-25.
3. Status gizi dan stunting memiliki hubungan https://doi.org/10.22437/jmj.v8i1.8333
dengan kecerdasan intelektual (IQ) anak Azwar, I. (2014). HUBUNGAN TINGKAT
usia Sekolah Dasar. PENDIDIKAN IBU DAN STATUS
4. Stunting menimbulkan dampak terhadap EKONOMI KELUARGA
kecerdasan intelektual anak, perkembangan TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
kognitif anak, dan prestasi belajar siswa. PERKEMBANGAN ANAK DI TK
KECAMATAN KUTA BARO,
SARAN ACEH BESAR TAHUN 2014. ETD
Berdasarkan kajian literatur ini peneliti Unsyiah.
menemukan kelemahan-kelemahan yang ada BKKBN Jawa Barat. (2019). Profil Program
dalam artikel tersebut, diantaranya: hanya KBN Jawa Barat 2019. Jawa Barat:
sebagian jurnal yang menjelaskan mekanisme BKKBN Jawa Barat.
secara terperinci bagaimana variabel satu Fitri, A., Nurhafizah, N., & Yaswinda, Y.
dengan lainnya berbungan. Diharapkan dalam (2020). Pengaruh Media Puzzle Angka
penelitian selanjutnya dijelaskan bagaimana Modifikasi Terhadap Kemampuan
perjalanan dari stunting sehingga memiliki Berhitung Anak Taman Kanak-
dampak terhadap kecerdasan intelektual secara Kanak. Jurnal Pendidikan
jelas. Tambusai, 4(1), 7-12.
Ginting, K. P., & Pandiangan, A. (2019).
DAFTAR PUSTAKA Tingkat Kecerdasan Intelegensi Anak
Adrianus, R., & Soekarno, S. (2018). Stunting. Jurnal Penelitian Perawat
Determinants of momentum strategy Profesional, 1(November), 47–52.
and return in short time horizon: case Global Nutrition Report. (2018).
in Indonesian stock https://globalnutritionreport.org/report
market. International Journal of Trade s/global-nutrition-report-2018/
and Global Markets, 11(1-2), 50-56. Gunasari, D. S. (2016). Hubungan
Arfines, P. P., & Puspitasari, F. D. (2017). Stunting dengan Tingkat
Hubungan stunting dengan prestasi Kecerdasan Intelektual (Intelligence
belajar anak sekolah dasar di daerah Question) Pada Anak Baru Masuk
kumuh, kotamadya Jakarta Pusat. Sekolah Dasar di Kecamatan
Buletin Penelitian Kesehatan, 45(1): Nanggalo Kota Padang. Fakultas
45-52. Kedokteran Universitas Andalas.
Arini, D., Mayasari, A. C., & Rustam, M. Z. A. Padang
(2019). Gangguan Perkembangan Venables, P. H., & Raine, A. (2016). The
Motorik Dan Kognitif pada Anak impact of malnutrition on intelligence
Toodler yang Mengalami Stunting di at 3 and 11 years of age: The

108
mediating role of Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri
temperament. Developmental Purworejo 3 Kabupaten Madiun.
psychology, 52(2), 205. Jurnal Komunikasi Kesehatan.
Hasan, T., Djuffrie, M., & L. Gamayanti, I. 10(01):73-80.
(2016). Riwayat gizi buruk masa lalu Lestari, W., Margawati, A., & Rahfiludin, Z.
(stunted) tidak berhubungan dengan (2014). Faktor risiko stunting pada
prestasi belajar siswa SD di anak umur 6-24 bulan di kecamatan
Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Penanggalan kota Subulussalam
Timur. Jurnal Gizi Dan Dietetik provinsi Aceh. Jurnal Gizi Indonesia
Indonesia (Indonesian Journal of (The Indonesian Journal of Nutrition),
Nutrition and Dietetics), 2(2), 93. 3(1), 37-
https://doi.org/10.21927/ijnd.2014.2(2 45. https://doi.org/10.14710/jgi.3.1.12
).93-102 6-134
Indah, W., Aurora, D., Sitorus, R. J., & Flora, Maku, A., Mendri, N. K., & Devianto, A.
R. (2019). PERBANDINGAN SKOR (2018). Hubungan Antara Status Gizi
IQ ( Intellectual Question ) PADA Dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah
ANAK STUNTING DAN NORMAL. Dasar Di SDN Ngringin Depok
Kamath, S. M., Venkatappa, K. G., & Sleman Yogyakarta. Caring. 7(1):1-8.
Sparshadeep, E. M. (2017). Impact of Pradita, R. R. A. (2009) .Hubungan Stunting
nutritional status on cognition in Dengan Skor IQ Anak Usia Sekolah
institutionalized orphans: A pilot Dasar Keluarga Miskin Di Kabupaten
study. Journal of Clinical and Klaten. Fakultas Kedokteran
Diagnostic Research, 11(3), CC01– Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
CC04. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018).
https://doi.org/10.7860/JCDR/2017/22 Badan Penelitian dan Pengembangan
181.9383. Kesehatan Kementerian RI tahun
Kemenkes, R. I. (2020). 1 dari 4 Balita 2018.
Mengalami Stunting pada 2019. 2020. Riyanto, S., Yunitawati, D., & Nur, N. (2019).
https://databoks.katadata.co.id/datapub Thyroid and Cognitive Function of
lish/2020/01/13/28-dari-100-balita- Elementary School Children with
mengalami-stunting-pada-2019 Stunting in IDD Replete and Non
Kemenkes, R. I. (2019). The Stategy and policy Replete Area. Media Gizi Mikro
to involve property in Indonesia. Indonesia, 10(2), 137–148.
Germas, 2(2), 41–52. https://doi.org/https://doi.org/10.22435
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. /mgmi.v10i2.1926
(2019). Profil Kesehatan Indonesia Sudjana, N. (2017). Penilaian Hasil Proses
2018 Kemenkes RI. (2019). Belajar Mengajar. Bandung; PT.
Khumaerah, K., & Rauf, S. (2018). Faktor Remaja Rosdakarya
Yang Mempengaruhi Kecerdasan Tasikmalaya, dinas kesehatan kota. (2018).
Intelektual Anak. Journal of Islamic Profil Kesehatan Kota Tasikmalaya
Nursing, 2(1), 21–24. Tahun 2018. 100.
https://doi.org/10.24252/JOIN.V2I1.4 UNICEF. (2019). Laporan Tahunan 2019
968 UNICEF Indonesia, Ringkasan Upaya
Kristanti, L. A., & Sebtalesy, C. Y. (2019). UNICEF Indonesia.
Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Yuliwianti, A. A., Kusmiyati, Y., & Wahyuni,

109
H. P. (2017). Hubungan Status Gizi
Dengan Kecerdasan Intelektual Pada
Anak Sekolah Dasar Intelektual Pada
Anak Sekolah Dasar Di SD Kanisius
Pugeran Tahun 2016. Diploma thesis,
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

110
GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
KEPALA KELUARGA DESA KARANGANYAR KECAMATAN PASEKAN
KABUPATEN INDRAMAYU

Setyo Dwi Widyastuti dan Heri Sugiarto


Dosen Prodi Sarjana Kesehatan Masyarakat STIKes Indramayu
Jalan Wirapati Sindang Indramayu, Telp (0234) 272020 Indramayu 45222
HP : 087717926818 – email: niamulwafa70@gmail.com

ABSTRAK
Perilaku Hidup bersih dan Sehata (PHBS) Tatanan Rumah Tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara
dan meningkatkan status kesehatannya, mencegah seluruh anggota rumah tangga dari resiko menderita
penyakit dan melindungi dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan masyarakat sehat.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat kepala
keluarga di Desa Karanganyar Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu.
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, populasi sebanyak 972 KK dan
sampelnya adalah total populasi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan pengumpulan data
dilakukan pada tahun 2018. Analisis data secara univariat.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masih ada 18,2% Rumah Tangga yang persalinannya
tidak ditolong oleh tenaga kesehatan, 13,5% tidak memberikan ASI Eksklusif, 16,9% bayi dan balita tidak
ditimbang setiap bulan, 0,8% KK belum menggunakan air bersih, 3,6% KK belum mempunyai kebiasaan
mencuci tangan, 11,5% KK belum menggunakan jamban sehat, 18,4% KK tidak melakukan
pemberantasan jentik nyamuk, 2,2% KK tidak mempunyai kebiasaan mengkonsumsi buah dan sayur,
2,3% KK tidak mempunyai kebiasaan melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan 57,1% KK mempunyai
kebiasaan merokok di dalam rumah.
Diharapkan agar kepala keluarga dan anggota keluarganya meningkatkan perilaku hidup yang bersih
dan sehat PHBS serta pemahaman tentang bahaya akibat rokok, serta kepada institusi pelayanan kesehatan
untuk selalu memberikan edukasi tentang bahaya rokok bagi kesehatan.

Kata Kunci: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Kepala Keluarga

ABSTRACT
Clean and Healthy Living Behavior (PHBS) Household Order is an effort to empower household
members to be aware, willing and able to do PHBS to maintain and improve their health status, prevent all
household members from the risk of suffering from disease and protect from the threat of disease and play
an active role in the healthy society movement. The purpose of the study was to determine the description
of the Clean and Healthy Life Behavior of the head of the family in Karanganyar Village, Pasekan District,
Indramayu Regency.
The research design used was descriptive research, the population was 972 families and the sample
was the total population. Data collection using questionnaires and data collection was carried out in 2018.
Data analysis was univariate.
Based on the results of the study, it is known that there are still 18.2% of households whose
deliveries are not assisted by health workers, 13.5% do not provide exclusive breastfeeding, 16.9% infants
and toddlers are not weighed every month, 0.8% of households have not used water clean, 3.6% of
households do not have the habit of washing hands, 11.5% of households do not use healthy latrines,
18.4% of households do not eradicate mosquito larvae, 2.2% of households do not have the habit of
consuming fruits and vegetables, 2,3 % Of households do not have a habit of doing physical activity every
day, and 57.1% of families have a habit of smoking in the house.
It is hoped that the head of the family and their family members improve the clean and healthy
lifestyle of PHBS and an understanding of the dangers caused by smoking, as well as for health service
institutions to always provide education about the dangers of smoking for health.

111
Keywords: Clean and Healthy Life Behavior, Family Head

PENDAHULUAN pemberian ASI eksklusif pada bayi, setiap


Tujuan pembangunan kesehatan di bulan balita ditimbang, menggunakan air
Indonesia adalah untuk meningkatkan bersih, mencuci tangan dengan menggunakan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup air bersih dan sabun, menggunakan jamban
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat yang sehat, melakukan PSN di rumah sekali
kesehatan masyarakat melalui terciptanya seminggu, mengkonsumsi sayur dan buah
masyarakat yang ditandai dengan masyarakat setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap
yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan hari, dan tidak merokok di dalam rumah.
dengan melaksanakan perilaku hidup bersih Apabila suatu Rumah Tangga tidak ada ibu
dan sehat.(Depkes RI, 2011) yang melahirkan, tidak mempunyai bayi dan
Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat tidak mempunyai balita, maka pengertian
kesehatan masyarakat yang masih belum Rumah Tangga ber-PHBS adalah rumah tangga
optimal, antara lain : kondisi lingkungan baik yang memenuhi tujuh indikator perilaku sehat.
lingkungan fisik, kimia, biologi, maupun (Depkes RI, 2014)
sosial, perilaku masyarakat, pelayanan Pelaksanaan program PHBS,, baik secara
kesehatan, dan keturunan. Menurut pendapat secara langsung maupun tidak langsung
para ilmuwan, faktor yang paling dominan mempunyai pengaruh terhadap
yang mempengaruhi derajat kesehatan penanggulangan masalah kesehatan melalui
masyarakat, selain lingkungan, adalah perilaku pencegahan untuk terjadinya kesakitan dan
masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, kematian. Program PHBS mengisyaratan
upaya yang dapat dilakukan untuk mengubah adanya slogan bahwa Lebih Baik Mencegah
perilaku masyarakat agar mendukung daripada Mengobati. (Dinkes Jawa Barat,
peningkatan derajat kesehatan adalah melalui 2016)
program pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Pelaksanaan PHBS di rumah tangga
Sehat. (Depkes RI, 2014) diharapkan mengurangi risiko terjadinya
Gerakan PHBS adalah ujung tombak kematian bayi karena tidak ditolong atau
untuk pembangunan kesehatan dalam rangka dibantu oleh tenaga kesehatan, meningkatnya
meningkatkan perilaku hidup sehat bagi daya tahan tubuh dengan ASI. Pencegahan
anggota masyarakat. Program PHBS tatanan penyakit degeneratif dengan berolahraga,
Rumah Tangga merupakan suatu upaya untuk mengkonsumsi makanan bergizi. Pencegahan
memberdayakan anggota rumah tangga atau penyakit pernafasan dengan tidak merokok dan
keluarga agar tahu, mau serta mampu tinggal di rumah atau tempat yang tidak terlalu
melaksanakan tindakan perilaku hidup bersih padat penghuninya.. Ketersediaan air bersih
dan sehat serta berpartisipasi secara aktif dalam dan jamban serta lantai mengurangi risiko
gerakan masyarakat sehat di masyarakat. PHBS kejadian penyakit berbasis lingkungan. Sampai
tatanan Rumah Tangga dilaksanakan guna saat ini penyakit Infeksi saluran pernafasan dan
mencapai Rumah Tangga yang melaksanakan diare masih meruoakan penyebab kematian
perilaku hidup bersih dan sehat. bayi yang cukup besar. (Dinkes Provinsi Jawa
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah Barat, 2017).
Rumah tangga yang seluruh anggota rumah Berdasarkan Rencana Strategis Bidang
tangganya melakukan perilaku hidup bersih Kesehatan Tahun 2015 – 2019 bahwa target
dan sehat, yang mencakup 10 indikator, yaitu rumah tangga melakukan perilaku hidup bersih
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, dan sehat di Indonesia adalah sebesar 80%,

112
(Kemenkes RI, 2015). Sedangkan cakupan kesehatan tahun 2015 – 2019 yaitu sebesar
rumah tangga yang melaksanakan perilaku 80%. (Kemenkes RI, 2015)
hidup bersih dan sehat di Indonesia pada tahun Desa Karanganyar merupakana desa yang
2017 adalah sebesar 60,89%, yang artinya ada di wilayah kerja Puskesmas Pasekan
target telah tercapai. Berdasarkan propinsi, ada Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu.
9 propinsi yang sudah mencapai 100%, yaitu Secara geografis berada di pinggir Pantai Utara
Sulawesi Barat, Gorontalo, Bali, Daerah Pulau Jawa dengan dengan total penduduk
Istimewa Yogyakarta, Propinsi Jawa Tengah, sebanyak 4.461 orang. Mayoritas pekerjaan
DKI Jakarta, Kepulaun Riau, dan Bengkulu. penduduknya sebagai petani, baik petani sawah
Propinsi dengan persentase terendah adalah maupun petani tambak ikan. Berbagai sarana
Propinsi Papua, Papua Barat, dan Nusa dan prasana sudah tersedia di Desa
Tenggara Timur. (Kemenkes RI, 2018) Karanganyar seperti terdapat 5 unit Posyandu,
Cakupan rumah tangga melakukan PHBS Tempat beribadah (Masjid &
di Jawa Barat dari tahun ke tahun menunjukan Langgar/Surau/Mushola), Tempat
adanya peningkatan, namun pada tahun 2015 berlangsungnya KBM (Kegiatan Belajar
dan 2016 menunjukkan penurunan dari 53,7% Mengajar) mulai dari TK (Taman Kanak-
menjadi 52,5%. (Dinkes Jawa Barat, 2016) kanak) atau PAUD (Pendidikan Anak Usia
Sedangkan cakupan rumah tangga yang Dini), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah
melakukan perilaku hidup bersih dan sehat di Menengah Pertama) ,SMA (Sekolah Menengah
Propinsi Jawa barat pada tahun 2017 adalah Atas), dan sarana olahraga yang memadai
sebesar 57,80%, menunjukkan kenaikan 5,30% (lapangan sepak bola, lapangan bulu tangkis,
bila dibandingkan pada tahun 2016.(Dinkes dan lapangan voli).
Provinsi Jawa Barat, 2017) Berdasarkan gambaran uraian di atas,
Cakupan rumah tangga yang melakukan penulis tertarik untuk melakukan penelitian
perilaku bersih dan sehat di Kabupaten tentang Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan
Indramayu dari tahun ke tahun menunjukkan Sehat Masyarakat Desa Karanganyar.
peningkatan, pada tahun 2015 hanya sebesar
40,2%.(Dinkes Propinsi Jawa Barat, 2015). METODE PENELITIAN
Pada tahun 2016, persentase Rumah Tangga Rancangan Penelitian : Rancangan penelitian
ber PHBS 52,4%.(Dinkes Jawa Barat, 2016). yang digunakan adalah penelitan deskriptif.
Menurut data yang tercantum dalam Populasi: Populasi pada penelitian ini adalah
Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten seluruh kepala keluarga yang bertempat tinggal
Indramayu, bahwa pada tahun 2017 persentase di Karanganyar Kecamatan Pasekan Kabupaten
rumah tangga yang melakukan PHBS adalah Indramayu dengan populasi 972 kepala
sebesar 74%, yang berarti bahwa masih banyak keluarga.
rumah tangga yang belum mempraktikkan Sampel: sampel penelitian ini adalah total
PHBS sekitar 26 % lagi. (Dinkes Kabupaten populasi, dengan kriteria inklusi: Kepala
Indramayu, 2017) keluarga dan tinggal di Desa Karanganyar,
Apabila dibandingkan dengan Rencana sedangkan kriteria eksklusinya adalah tidak
dan Strategi (Renstra) Kementerin Kesehatan, bersedia menjadi responden dan tidak berada di
cakupan rumah tangga yang melakukan rumah selama proses penelitian.
perilaku hidup bersih dan sehat, di Propinsi Prosedur pengumpulan data : Data primer
Jawa Barat maupun Kabupaten Indramayu diperoleh secara lansung dengan melihat
masih dibawah Rencana strategi bidang jawaban dalam lembar checklist yang diisi oleh
kepala keluarga sebagai responden berdasarkan

113
10 indikator PHBS rumah tangga masing – Buruh 395 40,7
Nelayan 55 5,7
masing di Desa Karanganyar Kecamatan Petani 136 13,9
Pasekan Kabupaten Indramayu. Data sekunder Pedagang/Wiraswasta 160 16,5
diperoleh dari kantor Desa Karanganyar, PNS/TNI/Polri 39 4,0
Karyawan Swasta 32 3,3
Puskesmas Pasekan dan Dinkes Kabupaten Lainnya 47 4,9
Indramayu. Pengumpulan data dilakukan pada Jumlah 972 100,0
tahun 2018
6. Pendapatan (Rp)
Pengolahan dan Analisis Data : Proses < 2.000.000,- 444 45,7
pengolahan data melalui tahapan editing, = 2.000.000,- 157 16,1
>2.000.000,- 371 38,2
coding, processing, dan cleaning. Analisis data Jumlah 972 100,0
dengan menggunakan analisis univariat dengan
tujuan untuk menggambarkan distribusi Berdasarkan Tabel di atas diketahui
frekuensi masing-masing variabel dan disajikan bahwa 65,8% kepala keluarga berumur 15 – 49
dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi tahun, 85,9% status perkawianannya adalah
dan diinterpretasikan kawin, 87,6% berjenis kelamin (seks) laki-laki,
46,6% berpendidikan Sekolah Dasar (SD),
HASIL PENELITIAN DAN 40,7% sebagai buruh, dan 45,7% penghasilan
PEMBAHASAN per bulannya kurang dari Rp 2.000.000,-.
1. Karakteristik Responden
Distribusi frekuensi kepala keluarga di Desa 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Karanganyar Kecamatan Pasekan Gambaran Perilaku Hidup bersih dan
Kabupaten Indramayu disajikan pada tabel Sehat kepala keluarga Desa Karanganyar
berikut: Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu
Distribusi Frekuensi Karakteristik Kepala adalah sebagai berikut :
Keluarga a. Penolong Persalinan oleh Tenaga
No. Karakteristik F %
Kepala Keluarga
Kesehatan
1. Umur (Tahun) Distribusi Frekuensi Penolong Persalinan
15 – 49 640 65,8 oleh Tenaga Kesehatan
≥ 50 332 34,2
Jumlah 972 100,0 No. Penolong F %
Persalinan
2. Status Perkawinan 1. Tenaga 18 81,8
Kawin 835 85,9 Kesehatan
Duda/Janda 132 13,6 2. Bukan 4 18,2
Tidak Kawin 5 0,5 Tenaga
Jumlah 972 100,0 Kesehatan
Jumlah 22 100
3. Seks
Laki-laki 851 87,6 Berdasarkan Tabel di atas diketahui
Perempuan 121 12,4 bahwa masih ada 18,2% penolong persalinan di
Jumlah 972 100,0
Desa Karanganyar Kecamatan Pasekan
4. Pendidikan Kabupaten Indramayu di dilakukan oleh bukan
Tidak Sekolah 311 31,9
SD 453 46,6
tenaga kesehatan.
SMP/Sederajat 85 8,8 Hasil penelitian ini hasilnya lebih rendah
SMA/Sederajat 99 10,2 bila dibandingkan dengan hasil Riskesdas
Perguruan Tinggi 24 2,5
Jumlah 972 100,0 (2013), bahwa proporsi rumah tangga yang
proses persalinannya ditolong tenaga kesehatan
5. Pekerjaan adalah sebesar 87,6%. (Kemenkes, 2013)
Tidak Bekerja 107 11,0

114
Bila dilihat dari karakateristik kepala Puskesmas Minggir Kabupaten Sleman yaitu
keluarga di Desa Karanganyar Kecamatan sebesar 82,5%. (Untari, 2017)
Pasekan Kabupaten Indramayu bahwa lebih Pemberian ASI eksklusif adalah bayi usia
dari 50% berpendidikan dasar (tidak sekolah, ≤6 bulan yang hanya mendapatkan ASI saja
SD, dan SMP), 40,7% dengan pekerjaan buruh, dalam 24 jam terakhir saat wawancara atau
dan 45,7% pendapatan per bulan kurang dari individu baduta yang pertama kali diberi
Rp 2.000.000,-. Karakteristik tersebut yang minuman atau makanan berumur enam bulan
kemungkinan mempengaruhi pemilihan dalan atau lebih. (Kemenkes, 2013)
penolong persalinan. Keunggulan ASI antara lain: 1)
Persalinan ditolong oleh tenaga mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi
kesehatan karena: 1) tenaga kesehatan untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik
mempunyai keahlian dalam membantu serta kecerdasan, 2) mengandung zat imun, 3)
persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi Melindungi bayi dari penyakit, 4) Aman dan
terjamin, 2) jika ada kelainan dapat diketahui terjamin kebersihannya 5) tidak pernah basi,
dan cepat ditolong atau dirujuk ke Puskesmas mempunyai suhu yang tepat dan dapat
atau RS, dan 3) persalinan oleh tenaga diberikan setiap saat dan dimanapun berada, 6)
kesehatan memakai peralatan yang aman, Membantu memperbaiki refleks menghisap,
bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya menelan dan pernafasan bayi. (Depkes RI,
infeksi dan bahaya kesehatan lainnya. 2014)
(Kemenkes RI, 2011)
c. Penimbangan Balita dan Bayi setiap
Persalinan oleh tenaga kesehatan adalah
persalinan yang dibantu oleh bidan dan dokter Bulan
(tenaga medis). Pertolongan yang dibantu oleh Distribusi Frekuensi Balita dan Bayi yang
tenaga kesehatan diharapkan dapat Ditimbang Rutin Setiap Bulan
menurunkan AKI dan AKB. (Proverawati, No. Menimbang F %
2016) Setiap Bulan
1. Ya 270 83,1
b. Pemberian ASI Eksklusif 2. Tidak 55 16,9
Jumlah 325 100
Distribusi Frekuensi Pemberian ASI
Eksklusif Berdasarkan Tabel di atas diketahui
No. Memberi ASI F % bahwa masih ada 16,9% balita dan bayi belum
Eksklusif ditimbang secara rutin setiap bulannya.
1. Ya 64 86,5
2. Tidak 10 13,5 Hasil penelitian ini hasilnya lebih tinggi
Jumlah 74 100 dari hasil Riskesdas (2013), bahwa proporsi
rumah tangga mempunyai balita dan bayi
Berdasarkan Tabel di atas diketahui kemudian ditimbang setiap bulan adalah
bahwa masih ada 13,5% ibu yang menyusui sebesar 68,0%. (Kemenkes, 2013) serta lebih
belum memberi ASI Eksklusif pada bayinya tinggi bila dibandingkan dibandingkan dengan
Hasil penelitian ini hasilnya lebih tinggi hasil penelitian yang dilakukan oleh Lia
dari hasil Riskesdas (2013), bahwa proporsi Kamila, dkk (2017) tentang Faktor
rumah tangga yang memberikan ASI eksklusif Pengetahuan yang Mempengaruhi Keteraturan
adalah sebesar 38,0%. (Kemenkes, 2013) serta Ibu Balita dalam Mengunjungi Posyandu di
hasil penelitian Untari,, 2017 tentang Desa Cipangeran Kecamatan Saguling
Hubungan antara Karakteristik Ibu dengan Kabupaten Bandung Barat Tahun 2017 yaitu
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja sebesar 69%.(Kamila Lia, Liawati, 2017)

115
Penimbangan balita dan bayi bertujuan Manfaat memakai air bersih, antara lain: 1)
untuk memantau pertumbuhan setiap bulan. Terhindar dari penyakit, misalnya diare,
Kegiatan penimbangan balita dan bayi thypus, kolera, kecacingan, disentri, dan lain
dilakukan setiap bulan mulai umur 1 (satu) sebagainya. 2) Setiap anggota keluarga
bulan sampai 5 tahun di Posyandu.(Depkes RI, kebersihan dirinya terpelihara. (Depkes RI,
2014) 2014)
Banyak manfaat yang dapat diperoleh
dengan melakukan penimbangan bayi dan e. Kebiasaan Mencuci Tangan
balita, antara lain: 1) Untuk mengetahui Distribusi Frekuensi KK Berdasarkan
tumbuh kembang balita. 2) bila ada gangguan Kebiasaan Mencuci Tangan
pertumbuhan pada balita dapat diketahui dan No. Kebiasaan F %
Mencuci
dicegah. 3) Untuk mengetahui balita yang
Tangan
sakit, (demam/batuk/pilek/diare), berat badan 1. Ya 937 96,4
dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang 2. Tidak 35 3,6
berat badannya BGM (Bawah Garis Merah) Jumlah 972 100
dan dicurigai Gizi buruk sehingga dapat segera
dirujuk ke Puskesmas. 4) Untuk mengetahui Berdasarkan Tabel di atas diketahui
status imunisasi. 5) Untuk mendapatkan bahwa masih ada 3,6% kepala keluarga yang
edukasi tentang gizi. (Depkes RI, 2014) belum mempunyai kebiasaan mencuci tangan.
Hasil penelitian ini hasilnya lebih tinggi
d. Penggunaan Air Bersih dari hasil Riskesdas (2013), bahwa proporsi
Distribusi Frekuensi KK Berdasarkan rumah tangga yang mempunyai kebiasaan
Penggunaan Air Bersih mencuci tangan adalah sebesar 47,2%.
No. Penggunaan F % (Kemenkes, 2013) serta hasil penelitian Artika,
Air Bersih
1. Ya 964 99,2
2017 tentang Hubungan Kebiasaan Mencuci
2. Tidak 8 0,8 Tangan dan Memotong Kuku dengan Kejadian
Jumlah 972 100 Giardiasis Asimtomatik yaitu sebesar
68,3%.(Artika et al., 2017)
Berdasarkan Tabel di atas diketahui Perilaku mencuci tangan yang benar
bahwa masih ada 0,8% kepala keluarga yang adalah jika dilakukan sebelum menyajikan
belum menggunakan air bersih. makanan, setiap kali tangan kotor (misalnya
Hasil penelitian ini hasilnya lebih tinggi memegang uang, binatang dan berkebun),
dari hasil Riskesdas (2013), bahwa proporsi setelah Buang Air Besar (BAB), setelah
rumah tangga yang memakai air bersih adalah menceboki bayi/anak, setelah menggunakan
sebesar 82,2%. (Kemenkes, 2013) serta hasil pestisida/insektisida, sebelum memberi susu
penelitian Fatmawati (2017) tentang Analisis kepada bayi, dan sebelum makan, dan mencuci
Penggunaan Air Bersih, Mencuci Tangan, tangan dilakukan dengan menggunakan sabun
Membuang Tinja Dengan Kejadian Diare pada dan air yang mengalir. (Depkes RI, 2014)
Balita yaitu sebesar 83,9%.(Fatmawati et al., Kegunaan mencuci tangan : 1)
2017) Membunuh bibit penyakit yang berada di
Air adalah salah satu kebutuhan dasar tangan, 2) Mencegah penularan penyakit
yang digunakan sehari-hari untuk kebutuhan misalnya Kolera Disentri, Typhus, Diare,
minum, memasak, mandi, berkumur, dan kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran
kebutuhan rumah tangga lainnya, agar Pernapasan Akut (ISPA), flu burung atau
terhindar dari penyakit. (Depkes RI, 2014) Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

116
dan 3) Tangan menjadi bersih dan bebas dari No. Pemberantasan F %
bibit penyakit. (Depkes RI, 2014) Jentik Nyamuk
f. Penggunaan Jamban yang Sehat 1. Ya 793 81,6
2. Tidak 179 18,4
Distribusi Frekuensi KK Berdasarkan
Jumlah 972 100
Penggunaan Jamban yang Sehat
No. Menggunakan F % Berdasarkan Tabel di atas diketahui
Jamban yang
bahwa masih ada 18,4% kepala keluarga yang
Sehat
1. Ya 860 88,5 tidak melakukan pemberantasan jentik
2. Tidak 112 11,5 nyamuk.
Jumlah 972 100 Hasil penelitian ini hasilnya lebih tinggi
dari hasil Riskesdas (2013), bahwa proporsi
Berdasarkan Tabel di atas diketahui
rumah tangga yang melaksanakan
bahwa masih ada 11,5% kepala keluarga yang
pemberantasan jentik nyamuk adalah sebesar
belum menggunakan jamban sehat.
77,4%. (Kemenkes, 2013) serta hasil penelitian
Hasil penelitian ini hasilnya lebih tinggi
yang dilakukan oleh Chelvam, 2017 tentang
dari hasil Riskesdas (2013), bahwa proporsi
Gambaran Perilaku Masyarakat dalam
rumah tangga yang menggunakan jamban yang
Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD dan
sehat adalah sebesar 81,9%. (Kemenkes, 2013)
Kemampuan Mengamati jentik di wilayah
serta hasil penelitian Rohmah, 2017 tentang
kerja Puskesmas Banjarangkan II, yaitu sebesar
Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan dan
42,9%.(Chelvam & Pinatih, 2017)
Penggunaan Jamban Sehat Dengan Kejadian
Pemberantasan jentik nyamuk dilakukan
Diare Balita, yaitu sebesar 72,41%.(Rohmah &
dengan cara melakukan dengan cara 3 M plus
Syahrul, 2017)
(Menutup Menguras, dan Mengubur, serta
Jamban merupakan suatu ruangan yang
Menghindari gigitan nyamuk). PSN adalah
mempunyai kelengkapan untuk membuang
kegiatan memberantas telur, dan jentik, serta
kotoran manusia yang terdiri atas tempat
kepompong nyamuk penular berbagai penyakit,
jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
diantaranya Demam Berdarah Dengue,
atau tanpa leher angsa (cemplung) yang
Chikungunya, Malaria, Filariasis (Kaki
dilengkapi dengan unit penampungan kotoran
Gajah). (Depkes RI, 2014)
dan air untuk membersihkannya. (Depkes RI,
2014) h. Kebiasaan Konsumsi Buah dan Sayur
Manfaat menggunakan jamban yang Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga
sehat, antara lain: 1) Menjaga kebersihan Berdasarkan Kebiasaan Makan Buah dan
lingkungan dan lingkungan tidak berbau, 2) Sayur
Tidak menjadi sumber pencemaran bagi air No. Kebiasaan F %
yang ada disekitarnya, 3) Tidak menjadikan Makan Buah
datangnya lalat atau serangga yang dapat dan Sayur
menjadi sumber penularan penyakit Kolera 1. Ya 951 97,8
2. Tidak 21 2,2
Disentri, Diare, Thypus, kecacingan, penyakit
Jumlah 972 100
saluran pencernaan, penyakit kulit, dan
keracunan. (Depkes RI, 2014) Berdasarkan Tebal di atas diketahui
g. Pemberantasan Jentik Nyamuk bahwa masih ada 2,2% kepala keluarga yang
Distribusi Frekuensi KK Berdasarkan tidak biasa mengkonsumsi buah dan sayur.
Melakukan Pemberantasan Jentik Nyamuk Hasil penelitian ini hasilnya lebih tinggi dari
hasil Riskesdas (2013), bahwa proporsi rumah

117
tangga yang mengkonsumsi huah dan sayur Anggota keluarga melakukan kegiatan
tiap hari adalah sebesar 10,7%.(Kemenkes, aktifitas fisik minimal 30 menit setiap hari.
2013) Serta hasil penelitian Rachman, 2017 Kegiatan aktivitas fisik adalah menggerakkan
tentang Faktor yang berhubungan dengan anggota tubuh sehingga mengeluarkan tenaga
perilaku konsumsi buah dan sayur siswa SMP yang sangat penting bagi memelihara
di Denpasar yaitu sebesar 71,8%.(Rachman et kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan
al., 2017) kualitas hidup agar tetap sehat serta bugar
Setiap anggota rumah tangga sepanjang hari. Kegiatan aktifitas fisik dapat
mengkonsumsi paling tidak 2 porsi sayuran dan berupa kegiatan yang dilakukan sehari-hari,
3 porsi buah atau sebaliknya untuk setiap diantaranya: berjalan kaki, menyapu, mengepel
harinya. Mengkonsumsi sayur dan buah sangat lantai, memasak, mencuci dan lain sebaginya.
penting karena buah dan sayur merupakan Kegiatan aktivitas fisik dilakukan secara teratur
sumber vitamin dan mineral, yang berfungsi paling sedikit 30 menit atau setengah jam
untuk mengatur pertumbuhan dan dalam sehari, maka akan dapat membuat sehat
pemeliharaan tubuh serta mengandung serat untuk organ jantung, paru-paru dan organ
yang sangat tinggi. Dalam buah dan sayur tubuh lainnya. Apabila banyak melakukan
mengandung tinggi serat. Serat adalah kegiatan aktifitas fisik maka akan memperoleh
makanan yang bersumber dari tumbuh- manfaat yang lebih banyak. Bila kegiatan
tumbuhan yang mempunyai fungsi untuk aktifitas fisik dilaksanaka secara rutin setiap
memelihara usus. Serat tidak dapat dicerna hari maka dalam waktu 3 bulan ke depan akan
sehingga serat tidak menghasilkan energy dan dapat merasakan hasilnya..(Depkes RI, 2014)
dibuang bersama tinja. Serat tidak
menyebabkan kenyang namun dapat menunda j. Tidak Merokok di Dalam Rumah
pengosongan lambung sehingga orang menjadi Distribusi Frekeunsi KK Berdasarkan
tidak cepat merasa lapar. (Depkes RI, 2014) Merokok di Dalam Rumah
No. Merokok F %
i. Kebiasaan Melakukan Aktifitas Fisik di Dalam
Distribusi Frekuensi KK Berdasarkan Rumah
1. Ya 555 57,1
Kebiasaan Melakukan Aktifitas Fisik
2. Tidak 417 42,9
No. Melakukan F % Jumlah 972 100
Aktifitas
Fisik
Berdasarkan Tabel di atas diketahui
1. Ya 950 97,7
2. Tidak 22 2,3 bahwa ada 57,1% kepala keluarga yang
Jumlah 972 100 mempunyai kebiasaan merokok di dalam
rumah
Berdasarkan Tabel di atas diketahui Hasil penelitian ini hasilnya lebih rendah
bahwa masih ada 2,3% kepala keluarga yang dari hasil Riskesdas (2013), bahwa proporsi
tidak mempunyai kebiasaan melakukan rumah tangga yang merokok di dalam rumah
kegiatan aktifitas fisik setiap hari. adalah sebesar 78,8 %. (Kemenkes, 2013) serta
Hasil penelitian ini hasilnya lebih tinggi Adiputra (2013) tentang Gambaran Kebiasaan
dari hasil Riskesdas (2013), bahwa proporsi Merokok Masyarakat di Wilayah Kerja
rumah tangga yang melakukan aktifitas Puskesmas Pekutatan I Kabupaten Jembaran
kegiatan fisik setiap hari adalah sebesar Periode Juni – Juli 2013, yaitu sebesar
52,8 %.(Kemenkes, 2013). 50%.(Adiputra, 2015)

118
Setiap anggota keluarga dilarang dan 57,1% KK mempunyai kebiasaan merokok
merokok di dalam rumah. Rokok banyak di dalam rumah.
mengandung bahan kimia. Seseorang yang
menghisap 1 (satu) batang rokok akan b. Saran
mengeluarkan sekitar 4.000 zat kimia yang 1. Bagi Kepala Keluarga
berbahaya, antara lain : Nikotin, Tar, dan Agar rumah tangga meningkatkan
Carbon Monoksida (CO). Nikotin dapat perhatian akan pentingnya Perilaku Hidup
menyebabkan ketagihan serta merusak organ Bersih dan Sehat (PHBS), terutama mengenai
jantung dan aliran darah. Tar mengakibatkan rokok dan bahaya yang dapat ditimbulkannya
kerusakan pada sel paru-paru dan kanker. 2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Carbon Monoksida dapat mengakibatkan a. Agar institusi pelayanan kesehatan
berkurangnya kemampuan darah untuk setempat mendorong upaya-upaya yang
membawa oksigen, sehingga sel-sel dalam berkaitan dengan kesehatan masyarakat di
tubuh akan mati.(Depkes RI, 2014) wilayahnya.
Bahaya bagi para perokok antara lain: b. Agar dinas kesehatan, puskesmas, kader
rambut rontok; gangguan pada mata, seperti posyandu dan segala pihak yang terkait
misalnya katarak; terjadinya gangguan pada selalu memberikan informasi yang
pendengaran lebih awal dibandingkan dengan berkesinambungan berkaitan dengan
yang bukan perokok; menyebabkan terjadinya PHBS kepada masyarakat, seperti
penyakit paru-paru kronis; merusak gigi dan penyuluhan mengenai masalah rokok dan
menyebabkan bau mulut yang tidak sedap; bahaya yang ditimbulkannya
menyebabkan stoke dan serangan jantung; 3. Bagi Peneliti Lain
tulang menjadi lebih mudah patah; Agar peneliti lain yang tertarik untuk
menyebabkan terjadinya kanker kulit; meneliti PHBS dapat memperkaya pembahasan
menyebabkan kemandulan dan impotensi; dan mengenai PHBS di Rumah Tangga
Menyebabkan kanker rahim dan keguguran.
(Depkes RI, 2014) Daftar Pustaka
Adiputra, A. A. (2015). Gambaran Kebiasaan
SIMPULAN DAN SARAN Merokok Masyarakat di Wilayah Kerja
a. Simpulan Puskesmas Pekutatan I Kabupaten
Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Jembaran Periode Juni 2013-Juli 2013.
Sehat Kepala Keluarga di Desa Karanganyar Intisari Sains Medis, 3(1), 58–63.
Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu Artika, M., Nurhayati, N., & Alioes, Y. (2017).
adalah 18,2% Rumah Tangga persalinannya Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan
ditolong oleh tenaga kesehatan, 13,5% tidak dan Memotong Kuku dengan Kejadian
memberikan ASI Eksklusif, 16,9% bayi dan Giardiasis Asimtomatik. Jurnal Kesehatan
balita tidak ditimbang setiap bulan, 0,8% KK Andalas, 6(1), 70–75.
belum menggunakan air bersih, 3,6% KK Chelvam, R., & Pinatih, I. (2017). Gambaran
belum mempunyai kebiasaan mencuci tangan, perilaku masyarakat dalam pemberantasan
11,5% KK belum menggunakan jamban yang sarang nyamuk demam berdarah dengue
sehat, 18,4% KK tidak melakukan (PSN DBD) dan kemampuan mengamati
pemberantasan jentik nyamuk, 2,2% KK tidak jentik di wilayah kerja Puskesmas
mempunyai kebiasaan mengkonsumsi buah Banjarangkan II. Intisari Sains Medis,
dan sayur, 2,3% KK tidak mempunyai 8(3), 164–170.
kebiasaan melakukan aktifitas fisik setiap hari, Depkes RI. (2011). Peraturan Menteri

119
Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Indonesia Tahun 2017 (Vol. 1227, Nomor
Menteri Kesehatan No. 2406 TAHUN July). https://doi.org/10.1002/qj
2011 tentang Pedoman Umum Proverawati, A. (2016). Perilaku Hidup Bersih
Penggunaan Antibiotik, 4. dan Sehat. Yogyakarta, Nuha Medika.
Depkes RI. (2014). Booklet Perilaku Hidup Rachman, B. N., Mustika, I. G., &
Bersih dan Sehat di Rumah Tangga. Kusumawati, I. G. A. W. (2017). Faktor
Departemen Kesehatan RI, 1–48. yang berhubungan dengan perilaku
Dinkes Jawa Barat. (2016). Profil Kesehatan konsumsi buah dan sayur siswa SMP di
Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 (West Denpasar. Jurnal Gizi Indonesia (The
Java Province Health Profile). 326. Indonesian Journal of Nutrition), 6(1), 9–
http://www.depkes.go.id/resources/downl 16.
oad/pusdatin/lain-lain/Data dan Informasi Rohmah, N., & Syahrul, F. (2017). Hubungan
Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia kebiasaan cuci tangan dan penggunaan
2016 - smaller size - web.pdf jamban sehat dengan kejadian diare balita.
Dinkes Kabupaten Indramayu. (2017). Jurnal Berkala Epidemiologi, 5(1), 95–
Rencana Kerja Kabupaten Indramayu. 21. 106.
https://dinkes.indramayukab.go.id/wp- Untari, J. (2017). Hubungan antara
content/uploads/2017/11/Renja-2018.pdf karakteristik ibu dengan pemberian asi
Dinkes Propinsi Jawa Barat. (2015). Profil eksklusif di wilayah kerja puskesmas
Kesehatan Jawa Barat 2015 (West Java Minggir Kabupaten Sleman. Jurnal
Province Healtlh Profile). Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati,
Dinkes Provinsi Jawa Barat. (2017). Profil 2(1).
Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat 2017. Diskes Jabarprov, 52.
Fatmawati, T. Y., Indrawati, I. I., & Ariyanto,
A. A. (2017). Analisis Penggunaan Air
Bersih, Mencuci Tangan, Membuang
Tinja Dengan Kejadian Diare Pada Balita.
Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah
Problema Kesehatan, 2(3), 294–302.
Kamila Lia, Liawati, S. L. A. (2017). Faktor
Pengetahuan yang Mempengaruhi
Keteraturan Ibu Balita dalam
Mengunjungi Posyandu di Desa
Cipangeran Kecamatan Saguling
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2017.
Jurnal Kesehatan Indra Husada, Vol.5,
No.2 Jul-Des 2017, 5(2), 13–20.
Kemenkes, R. (2013). Hasil Riskesdas 2013. In
Kemenkes, RI.
https://doi.org/10.1517/13543784.7.5.803
Kemenkes RI. (2015). Rencana Strategi
Kementerian Kesehatan Tahun 2015 -
2019.
Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan

120
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
DEPRESI PADA PASIEN SINDROM KORONER AKUT (SKA):
LITERATUR REVIEW

FACTORS RELATED TO DEPRESSION IN ACUTE CORONARY SYNDROME


(ACS) PATIENTS: LITERATURE REVIEW
Rahmalia Amni1, Mohammad Rizki Akbar2, Aan Nuraeni3
1
Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala
2
Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran
3
Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran
*E-mail: rahmaliaamni@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Pasien SKA berisiko mengalami komplikasi psikologis, khususnya depresi. Pengetahuan
akan faktor yang berkontribusi terhadap kejadian depresi sangat diperlukan, sehingga kejadian depresi
dapat dicegah sedini mungkin. Penelitian bertujuan untuk melihat faktor yang berhubungan dengan
kejadian depresi pada pasien SKA.
Metode: Studi literatur ini dibuat dengan melakukan analisis terhadap artikel ilmiah yang dipublikasi
tahun 2009 sampai 2019 dan berbahasa Inggris. Data didapatkan dari database PubMed, DOAJ, dan
Proquest.
Hasil: Analisis terhadap 16 artikel, didapatkan bahwa depresi pada pasien SKA dipengaruhi oleh berbagai
faktor, yaitu faktor demografi (usia, jenis kelamin, pendidikan, dan status perkawinan), status sosial
ekonomi (asuransi kesehatan dan penghasilan), penyakit penyerta, periode rawat inap, episode SKA,
tingkat keparahan penyakit, dukungan sosial, nyeri, indeks massa tubuh, perilaku kesehatan, riwayat
keluarga dengan depresi, dan riwayat mayor depressive disorder sebelumnya.
Kesimpulan: Telaah literatur ini dapat menjadi dasar dalam penanganan faktor yang mempengaruhi
terjadinya depresi pada pasien SKA, sehingga depresi dapat dicegah sedini mungkin.

Kata Kunci: depresi, sindrom koroner akut, intervensi koroner perkutan, bedah pintas arteri koroner

ABSTRACT
Introduction: ACS patients are at risk of experiencing psychological complications, particularly
depression. Knowledge of the factors that contribute to the incidence of depression is needed so that the
incidence of depression can be prevented as early as possible. This study aims to determine the factors
associated with the incidence of depression in ACS patients.
Methods: This literature study was made by analyzing scientific articles published from 2009 to 2019 and
in English. Data obtained from the PubMed, DOAJ, and Proquest databases.
Results: Analysis of 18 articles, it was found that depression in ACS patients was influenced by various
factors, namely demographic factors (age, gender, education, and marital status), socioeconomic status
(health insurance and income), comorbidities, period of hospitalization. , ACS episodes, disease severity,
social support, pain, body mass index, health behaviors, family history of depression, and previous history
of major depressive disorder.
Conclusion: This literature review can be the basis for managing the factors that influence depression in
ACS patients so that depression can be prevented as early as possible.

Keywords: depression, acute coronary syndrome, percutaneous coronary intervention, coronary artery
bypass grafting

121
PENDAHULUAN Pasien sindrom koroner akut yang
Sindrom koroner akut (SKA) merupakan mengalami depresi biasanya akan
sekelompok gejala klinis akut yang muncul menunjukkan perilaku kesehatan yang buruk,
akibat rupturnya plak aterosklerosis pada seperti merokok, ketidakpatuhan terhadap
pembuluh darah koroner, sehingga pengobatan, dan ketidakaktifan secara fisik
menyebabkan penurunan atau terhentinya (Whooley & Wong, 2013). Berkurangnya
aliran darah ke jantung yang mengakibatkan adopsi perilaku pencegahan tersebut
iskemia bahkan kematian otot-otot jantung, bila berimplikasi pada perburukan kualitas hidup
tidak ditangani dengan segera (World Health dan prognosis pasien, serta terjadinya SKA dan
Organization, 2017; Huffman et al., 2010; perawatan berulang dirumah sakit. Hal tersebut
Badran, et al., 2017). Penyakit kardiovaskular juga akan berdampak pada peningkatan biaya
merupakan penyebab kematian nomor satu di perawatan kesehatan. Depresi yang terjadi pada
dunia dan Asia tenggara pada tahun 2016, serta akhirnya akan menyebabkan peningkatan
menjadi penyebab kematian utama dalam 15 mortalitas serta morbiditas pada pasien SKA
tahun terakhir secara global. Pada tahun 2016, (Myers et al., 2012; Ziegelstein et al., 2000;
dari 17,9 juta kematian di dunia akibat penyakit Bauer et al., 2012; Hare, Toukhsati, Johansson,
kardiovaskular dan stroke, sebanyak 15,2 juta & Jaarsma, 2014; Ruo, Rumsfeld, & Hlatky,
kematian disebabkan penyakit arteri koroner 2003; Ades et al., 2002; Toukhsati & Hare,
dan stroke, serta 75% diantaranya terjadi di 2016; Davidson, 2012; Bauer et al., 2012;
negara berpenghasilan rendah dan menengah Worcester et al., 2018; Abbasi et al., 2016).
(World Health Organization, 2017 & 2018b). Depresi yang terjadi pada pasien dengan
Penyakit arteri koroner di Indonesia menjadi SKA juga dapat menyebabkan peningkatan
penyebab kematian tertinggi kedua setelah risiko kateterisasi dan angiografi serta rawat
stroke, yaitu sebanyak 12,9% kematian inap di rumah sakit karena komplikasi jantung
(Kemenkes RI, 2017). (Lauzon et al., 2003), serta penurunan fungsi
Penyakit sindrom koroner akut utama dalam kehidupan, khususnya berkaitan
merupakan suatu stressor yang tidak hanya dengan pekerjaan dan peran fungsi dalam
mempengaruhi keadaan fisik pasien, namun keluarga (Oneil, Sanderson, & Oldenburg,
juga berdampak pada psikologis pasien. 2010).
Gangguan psikologis yang sering terjadi pada Mengingat kompleksnya dampak yang
pasien dengan SKA adalah depresi. SKA dan ditimbulkan akibat depresi, maka American
depresi sendiri memiliki hubungan timbal balik Heart Association (AHA) merekomendasikan
yang saling mempengaruhi (WHO, 2018; skrining depresi pada semua pasien dengan
Topcu, Alpar, Gulseven, & Kebapci, 2017). penyakit jantung. Skrining yang tepat sedini
Depresi merupakan gangguan mental mungkin akan mengurangi dampak negatif
umum yang dihasilkan dari interaksi kompleks yang timbul akibat depresi (Benjamin et al.,
faktor sosial, psikologis dan biologis yang jika 2019; Lichtman et al., 2014).
tidak ditangani akan memperparah kondisi Hasil telaah literatur yang dilakukan dari
kardiovaskular. Depresi menjadi penyebab berbagai negara menunjukkan bahwa depresi
utama kecacatan di seluruh dunia, dan yang terjadi pada pasien dengan sindrom
merupakan kontributor utama beban penyakit koroner akut disebabkan oleh berbagai faktor,
global secara keseluruhan, khususnya penyakit baik faktor yang berasal dari dalam diri
kardiovaskular (WHO, 2018a; Chauvet, Trojak, individu maupun dari luar diri individu.
& Verges, 2013) Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa
faktor yang berkaitan dengan demografi pasien,
122
faktor sosial ekonomi, tindakan yang dijalani dipublikasi pada 2009–2019. Kriteria eksklusi:
pasien, dan penyakit penyerta berkontribusi 1) tidak memiliki struktur artikel yang lengkap;
terhadap peningkatan kejadian depresi 2) review artikel.dan analisis dari artikel yang
(Moşuţan, Diaconu & Radulescu, 2011; Abbasi terkait dengan pertanyaan dan tujuan
et al., 2016; Gu, Zhou, Zhang, & Cui, 2016; penelitian. Metode pencarian menggunakan
Nemati & Astaneh, 2011; Smolderen et al., beberapa database elektronik, yakni PubMed,
2015). Proquest & DOAJ.
Meskipun tidak semua faktor yang
berkontribusi terhadap kejadian depresi dapat HASIL
dirubah, namun penting mengetahui faktor Berdasarkan hasil penelusuran yang
yang berkontribusi terhadap kejadian depresi, dilakukan menggunakan kata kunci maka
sehingga pemberi pelayanan bisa lebih hati-hati didapatkan sebanyak 2650 artikel dari PubMed,
merawat pasien dengan keadaan tersebut. Oleh 30 artikel dari DOAJ, dan 465 artikel dari
karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan Proquest, sehingga secara keseluruhan
literature review terkait faktor-faktor yang didapatkan sebanyak 3145 artikel. Setelah
berkontribusi terhadap terjadinya depresi pada dilakukan penyortiran dengan kriteria inklusi
pasien SKA. didapatkan dari PubMed sebanyak 32 artikel,
DOAJ sebanyak 11 artikel, dan Proquest
METODE sebanyak 15 artikel dengan total keseluruhan
Studi literatur dilakukan dengan sebanyak 48 artikel. Terdapat 4 artikel yang
membuat ringkasan dan Proquest dengan kata sama sehingga menjadi 44 artikel. Lalu
kunci depression, acute coronary syndrome, dilakukan proses penyortiran dan hanya 16
associated factors, Percutaneous Coronary artikel yang memiliki struktur sebuah artikel
Intervention (PCI) dan Coronary Artery Bypass serta membahas faktor-faktor yang sesuai
Grafting (CABG). Kriteria inklusi: 1) artikel dengan tujuan penelitian. Untuk lebih jelasnya
yang memiliki judul dan isi yang relevan hasil review artikel dapat dilihat pada Tabel 1.
dengan tujuan penelitian; 2) berbahasa Inggris
dan fulltext; 3) artikel penelitian yang
Tabel 1. Hasil Review Artikel Penelitian

Penulis Desain Sampel Tujuan Hasil & Kesimpulan

Aburuz & Prospective N = 230 Untuk menentukan Gejala depresi menyebabkan


Aldweik, Comparativ Consecutiv perbedaan tingkat komplikasi setelah infark
(2018) e Study e Sampling depresi dan tingkat miokard akut pada laki-laki
komplikasi berdasarkan dan perempuan. Pasien
jenis kelamin setelah perempuan dengan infark
infark miokard akut. miokard akut menunjukkan
tingkat depresi serta
komplikasi lebih tinggi
dibandingkan laki-laki.
Yesilbursa, Deskriptif N = 300 Untuk membandingkan Kelompok SKA memiliki
(2014) Comparatio Consecutiv tingkat depresi dan tingkat depresi dan kecemasan
n Study e sampling kecemasan pada pasien yang lebih tinggi
yang dirawat karena dibandingkan kelompok lain,
sindrom koroner akut khususnya pada subkelompok
(SKA), dengan pasien SKA dengan STEMI tetapi
yang mengalami hubungannya tidak signifikan
penyakit arteri koroner secara statistik. Skor depresi
(PAK) stabil di klinik dan kecemasan lebih tinggi

123
rawat jalan, serta pada pasien SKA laki-laki
kelompok kontrol tanpa dibandingkan dengan
penyakit arteri koroner. perempuan. Durasi periode
rawat inap juga berhubungan
signifikan dengan peningkatan
skor depresi dan kecemasan
pada pasien dengan SKA.
Ceccarini, Cross N = 82 Untuk mengevaluasi Gejala depresi muncul pada
Manzoni, & Sectional Consecutiv tingkat depresi, ansietas 87,8% pasien. Skor depresi,
Castelnuovo Observasion e sampling dan agorafobia panik ansietas, dan agorafobia panik
, (2014) al Study pada pasien yang lebih tinggi pada pasien
menjalani pengobatan perempuan, sedangkan pada
SKA, serta hubungannya pasien dengan penyakit
dengan jenis kelamin penyerta diabetes mellitus
dan penyakit penyerta lebih tinggi skor depresi dan
(diabetes mellitus, ansietas. Namun, pasien
hiperkolesterolemia dan dengan riwayat
riwayat penyakit hiperkolesterolemia dan
serebrovaskular (CVD)). penyakit serebrovaskular
(CVD) sebelumnya memiliki
tingkat depresi lebih tinggi.

Frazier et Cross- N = 789 Untuk mengetahui Gejala depresi selama periode


al., (2012) Sectional Convenienc prevalensi gejala depresi SKA berbeda antara laki-laki
Observation e Sample dan gejala depresi dan perempuan. Gejala
al Study somatik yang dilaporkan somatik merupakan indikator
sendiri oleh pasien yang penting depresi di antara
dirawat di rumah sakit pasien SKA. Jenis kelamin
untuk sindrom koroner mempengaruhi peningkatan
akut (SKA), serta untuk gejala depresi secara
mengeksplorasi dampak keseluruhan dan peningkatan
gender kedua gejala gejala depresi somatik
tersebut. (gangguan tidur dan nafsu
makan dan kelelahan),
perempuan memiliki gejala
depresi serta somatik lebih
tinggi dibandingkan laki-laki.
Figueiredo, Observation N = 356 Untuk menilai prevalensi Major Depressive Disorder
Silva, al, Consecutiv Major Depressive (MDD) yang terjadi pada
Pereira, & Descriptive, e sampling Disorder (MDD) pada pasien SKA memiliki
Oliveira, Cross- pasien SKA, serta untuk hubungan signifikan dengan
(2017) Sectional, menganalisis faktor yang jenis kelamin perempuan,
Case-Series mempengaruhi melalui berusia muda (≤ 60 tahun),
Study interdependensi variabel gaya hidup, dan riwayat MDD
sosiodemografi, gaya sebelumnya, serta memiliki
hidup dan keadaan klinis hubungan yang tidak stabil
pasien. (status perkawinan).

Dessotte, e Cross- N = 252 Untuk membandingkan Persentase pasien yang tinggi


Silva, Sectional, Consecutiv kemungkinan perbedaan menunjukkan gejala depresi
Bolela, Descriptive e Sampling gejala depresi pada saat dirawat di rumah
Rossi, & And berdasarkan diagnosis sakit untuk episode pertama
Dantas, Exploratory klinis Sindrom Koroner SKA. Prevalensi tersebut
(2013) Study, Akut (AMI dan UA), secara signifikan lebih tinggi
jenis kelamin dan usia di antara perempuan yang
pada pasien rawat inap berusia bawah 60 tahun,
karena serangan jantung dengan angina tidak stabil
pertama. (UA).

124
Stenman & Cohort N = 2512 Untuk menilai kelayakan Tingkat depresi pada pasien
Sartipy, Study Consecutiv dan hasil program dengan bedah pintas arteri
(2019) e sample skrining depresi pada koroner (CABG) yang elektif
pasien bedah jantung dan yang urgent menunjukkan
(CABG). tingkat depresi berat sebesar
15% dari 65% pasien elektif
yg merespon skrining. Tingkat
depresi pada perempuan 2x
lebih tinggi dibandingkan
laki-laki.
Neto et al., Prospective N = 57 Untuk menilai dampak Prevalensi depresi lebih tinggi
(2013) study Consecutiv revaskularisasi (CABG) pada laki-laki, tindakan
e sampling terhadap gejala depresi revaskularisasi menyebabkan
pada pasien dengan peningkatan depresi pada
penyakit arteri koroner. pasien yang awalnya tidak
depresi atau memiliki gejala
depresi ringan, serta terdapat
hubungan signifikan gejala
depresi dan kualitas hidup
pasien setelah CABG.
Rejai et al., Observation N = 197 Untuk mengidentifikasi Keterbatasan fisik berkaitan
(2012) al Study Consecutiv faktor-faktor yang dnegan nyeri tubuh dan
e Sampling berkaitan dengan gejala tampak lebih tinggi pada
depresi pada pasien pasien yang mengalami
dengan penyakit jantung. depresi. Pasien yang
menunjukkan gejala depresi
lebih cenderung perempuan
dan belum menikah. Serta,
depresi berat (BDI ≥ 10 lebih
sering pada pasien dengan
dukungan sosial negatif
(rendah).
Nemati & Prospective N = 68 Untuk mengevaluasi Tindakan CABG dapat
Astaneh, Study Consecutiv dampak pendekatan mengurangi tingkat
(2011) e Sampling bedah, yang terkait kecemasan dan depresi pada
dengan terapi medis pasien yang dijadwalkan
lainnya dalam untuk operasi dalam tindak
mengurangi depresi dan lanjut jangka pendek. .
kecemasan pada Usia perempuan yang
sekelompok pasien yang mengalami depresi lebih tua
dijadwalkan untuk dari pada laki-laki , yaitu 55
CABG. tahun. Skor depresi dan
kecemasan pada laki-laki
menurun setelah CABG,
namun tidak pada perempuan.
Moşuţan et Prospective N = 104 Untuk mengidentifikasi Penyakit diabetes, status
al., (2011) study Consecutiv faktor-faktor risiko yang sosioekonomi rendah,
e sampling menyebabkan depresi ketiadaan anggota keluarga
pada pasien lansia dan jenis kelamin perempuan
dengan infark miokard adalah faktor risiko untuk
ST elevasi (STEMI). depresi pasca-STEMI pada
lansia.

Smolderen VIRGO N = 3572 Untuk mengidentifikasi Tingkat riwayat depresi dan


et al., study Consecutiv tingkat depresi pada gejala depresi seumur hidup
(2015) e Sampling pasien AMI yang lebih yang tinggi pada saat AMI
muda dan faktor yang diamati pada perempuan yang

125
berkontribusi terhadap lebih muda dibandingkan
kejadian depresi, dengan laki-laki. Gejala
khususnya jenis kelamin. depresi memengaruhi mereka
yang memiliki profil klinis
dan sosial ekonomi yang lebih
rentan dan disertai dengan
tingkat stres yang tinggi serta
penurunan status fungsional.
Abbasi et Cross- N = 770 Untuk mengidentifikasi Prevalensi gejala depresi lebih
al., (2016) Sectional Consecutiv faktor yang berkaitan tinggi pada perempuan
Study e sampling dengan gejala depresi dibandingkan laki-laki. Faktor
pada orang dewasa muda yang berkaitan dengan gejala
dengan penyakit arteri depresi pada pasien laki-laki
koroner (PAK). dengan PAK premature adalah
penggunaan opium, kejadian
cardiac yang merugikan
(MACE), pengobatan CABG
awal, riwayat keluarga dengan
penyakit PAK dan merokok,
sedangkan faktor hipertensi
dan body mass index (BMI)
mempengaruhi tingkat depresi
pada perempuan.
Walters et Cohort N = 803 Untuk menggambarkan Kriteria klinis pasien adalah
al., (2014) Study Concecutiv karakteristik memiliki riwayat infark,
e Sampling sosiodemografi dan angina, masih mengalami
klinis pasien dengan nyeri dada. gangguan depresi
penyakit arteri koroner definitif ICD-10. Faktor
dan menentukan tingkat prediktor penting depresi
prevalensi depresi serta adalah hidup sendirian, nyeri
faktor-faktor yang terkait dada atau ketidaknyamanan
dengan depresi pada fisik.
pasien tersebut.
Gu et al., Cohort N = 170 Untuk menentukan Prevalensi kecemasan,
(2016) Study Concecutiv hubungan antara PCI dan depresi, dan komorbiditas
e Sampling terjadinya gejala meningkat secara signifikan
kecemasan serta depresi satu hari sebelum dan setelah
pada pasien penyakit pengobatan PCI, dan menurun
arteri koroner, serta secara signifikan seiring
faktor yang berkontribusi berjalannya waktu pasca PCI.
dan hasil jangka panjang. Faktor lain yang berkontribusi
terhadap kecemasan dan
depresi pada pasien tersebut
adalah tingkat pendidikan
yang rendah, kekhawatiran
mengenai kualitas
keperawatan, potensi
disfungsi jantung, dan
kegagalan operasi.

126
PEMBAHASAN namun pada lelaki episode depresi yang
Studi literatur ini terdiri dari 18 artikel dialami akan membaik seiring meningkatnya
yang membahas mengenai faktor-faktor yang usia (Smolderen et al., 2015).
mempengaruhi tingkat depresi pada pasien Status Perkawinan. Status perkawinan
sindrom koroner akut. Hasil telaah literatur berkorelasi dengan timbulnya depresi pada
dapat disimpulkan bahwa faktor yang pasien yang mengalami sindrom koroner akut.
mempengaruhi depresi pada pasien yang Perempuan yang belum menikah memiliki
mengalami sindrom koroner akut terdiri dari risiko mengalami depresi berat lebih besar
faktor demografi, status sosial ekonomi, dibandingkan laki-laki yang belum menikah
penyakit penyerta, perilaku kesehatan. Periode (Smolderen et al., 2015). Status perkawinan
rawat inap, stress emosional akut, dukungan dikaitkan dengan ketidakstabilan hubungan
sosial, tindakan revaskularisasi, riwayat interpersonal yang bisa mempengaruhi
keluarga, Body Mass Index, riwayat major psikologis seseorang, khususnya pasien SKA
depressive disorder (MDD), nyeri atau (Figueiredo et al., 2017).
ketidaknyamanan, periode serangan jantung, Pendidikan. Tingkat Pendidi-kan erat
serta tingkat keparahan penyakit yang dialami, kaitannya dengan tingkat pengetahuan
Faktor Demografi seseorang, rendahnya tingkat Pendidikan
Jenis Kelamin. Baik laki-laki maupun berisiko terhadap peningkatan gejala depresi
perempuan sama-sama memiliki risiko untuk pada pasien dengan sindrom koroner akut
mengalami depresi. Mayoritas artikel yang di (Smolderen et al., 2015; Gu et al., 2016).
telaah mengatakan bahwa perempuan lebih Namun, tidak semua penelitian menunjukkan
berisiko mengalami depresi (Frazier et al., hasil yang sama. Penelitian Steptoe et al.,
2012; Ceccarini et al., 2014; Aburuz & Al- (2011) menunjukkan bahwa tingkat Pendidikan
Dweik, 2018; Dessotte et al., 2013; Smolderen tidak berkontribusi terhadap kejadian depresi
et al., 2015; Moşuţan et al., 2011; Nemati & pada pasien pasca SKA.
Astaneh, 2011; Abbasi et al., 2016), bahkan
salah satu penelitian menyatakan bahwa
perempuan dua kali lipat lebih berisiko Status Sosial Ekonomi
mengalami depresi dibandingkan laki-laki Asuransi Kesehatan. Ketidak-tersediaan
(Stenman & Sartipy, 2019). Namun, penelitian asuransi kesehatan menyebabkan peningkatan
lain menyatakan bahwa laki-laki lebih rentan beban psikologis pasien, yang kemudian
mengalami depresi dibandingkan perempuan, berkembang menjadi depresi (Smolderen et al.,
misalnya pada pasien laki-laki yang akan 2015).
menjalani prosedur revaskularisasi (Yesilbursa, Penghasilan. Penghasilan yang rendah
2014; Neto et al., 2013). berkontribusi terhadap peningkatan depresi
Usia. Usia muda lebih risiko mengalami secara signifikan pada pasien dengan SKA,
depresi dibandingkan usia tua. Pasien sindrom khususnya dalam 3 minggu pasca SKA dan
koroner akut yang berusia ≤ 55 tahun (Nemati berlanjut hingga 6 bulan masa tindak lanjut
& Astaneh, 2011) atau ≤ 60 tahun lebih pasca SKA (Steptoe et al., 2011).
berisiko mengalami depresi dibandingkan yang Penyakit Penyerta. Riwayat penyakit
berusia ≥ 60 tahun (Figueiredo et al., 2017; sebelumnya atau penyakit penyerta terdiri dari
Dessotte et al., 2013). Usia dan jenis kelamin penyakit diabetes melitus, hiperkolesterone-
saling berkaitan, dimana pasien perempuan mia, serebrovaskular, dan hipertensi. Pasien
dengan usia muda lebih berisiko mengalami dengan penyakit kronis mayoritas mengalami
depresi yang akan bertahan seumur hidupnya, depresi, sehingga penyakit tersebut menjadi

127
faktor penting yang berkontribusi terhadap berkontribusi terhadap awitan gejala depresi
peningkatan depresi pada pasien SKA dan (Abbasi et al., 2016).
perlu menjadi perhatian bagi pemberi Major Depressive Disorder (MDD).
pelayanan kesehatan (Moşuţan et al., 2011; Seorang pasien SKA yang memiliki riwayat
Smolderen et al., 2015; Abbasi et al., 2016). MDD sebelumnya akan berisiko lebih besar
Perilaku kesehatan. Merokok mengalami gangguan depresi mayor kembali.
merupakan salah satu perilaku kesehatan yang Hal ini khususnya lebih sering terjadi pada
menjadi faktor risiko terjadinya penyakit perempuan berusia muda ≤60 tahun dengan
kardiovaskular, serta menjadi faktor status hubungan atau perkawinan yang tidak
predisposisi peningkatan depresi pada pasien stabil (Figueiredo et al., 2017).
dengan sindrom koroner akut (Smolderen et al., Tindakan Revaskularisasi. Tindakan
2015), terutama pasien dengan jenis kelamin revaskularisasi merupakan suatu tindakan yang
laki-laki (Abbasi et al., 2016; Figueiredo et al., dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi
2017). penyumbatan pada arteri koroner. Tindakan
Periode Rawat Inap. Periode rawat inap yang dilakukan dapat berupa Percutaneous
pasien dengan SKA adalah minimum 2 hari, Coronary Intervention (PCI) maupun Coronary
maksimum 9 hari dan periode rata-rata adalah Artery Bypass Grafting (CABG), baik elektif
4,73 ± 1,61 hari. Semakin lama pasien sindrom maupun urgent atau primary. Pasien SKA yang
koroner akut menjalani rawat inap, maka akan menjalani tindakan revaskularisasi
tingkat depresi yang dialami pasien semakin menunjukkan peningkatan depresi, bahkan
meningkat (Yesilbursa, 2014). pada pasien yang awalnya tidak mengalami
Dukungan Sosial. Pasien sindrom depresi. Namun, pasca tindakan terjadi
koroner akut yang hidup sendiri, tanpa penurunan depresi pada pasien dengan
keluarga menunjukkan tingkat depresi lebih revaskularisasi PCI (Gu et al., 2016; Neto et
tinggi. Hal tersebut terjadi karena ketiadaan al., 2013; Stenman & Sartipy, 2019; Abbasi et
dukungan sosial dari orang terdekat yang al., 2016), sedangkan pada pasien post CABG
menyebabkan terjadinya peningkatan stressor hanya laki-laki yang mengalami penurunan
pada diri individu (Walters et al., 2014). tingkat depresi, tetapi tidak terjadi pada
Adapun hal ini lebih sering terjadi pada pasien perempuan (Nemati & Astaneh, 2011).
dengan usia tua atau lansia (Moşuţan et al., Nyeri. Perasaan tidak nyaman atau nyeri
2011). Peningkatan depresi (depresi berat) juga yang dirasakan pasien akibat iskemia yang
terjadi pada pasien dengan dukungan sosial terjadi pada pembuluh koroner jantung dapat
negatif (Rejai et al., 2012). mengakibatkan keterbatasan fisik serta
Riwayat Keluarga. Seseorang dengan fungsional, dan jika berlangsung lama dan
riwayat keluarga depresi berisiko mengalami tidak diatasi akan menyebabkan gangguan
depresi juga. Hal ini dikaitkan dengan faktor psikologis, berupa depresi. Pasien dengan nyeri
genetik, dimana kepribadian seseorang dalam menunjukkan tingkat depresi yang lebih berat
satu keluarga bisa diwariskan atau sama dibandingkan pasien tanpa nyeri (Rejai et al.,
sehingga peningkatan stress dapat terjadi juga 2012; Walters et al., 2014).
pada anggota keluarga yang lain (Abbasi et al., Episode SKA. Pasien yang dirawat di
2016). rumah sakit dengan episode pertama sindrom
Body Mass Index (BMI). Indeks massa koroner akut menunjukkan gejala depresi yang
tubuh atau Body Mass Index (BMI) diluar batas lebih tinggi, khususnya pada pasien perempuan
wajar, khususnya pada perempuan akan muda dengan unstable angina (Dessotte et al.,
2013).

128
Tingkat Keparahan Penyakit. Sindrom 10.2174/1874434601812010205
koroner akut terdiri atas infark miokard STEMI Ades, P. A., Savage, P. D., Tischler, M. D.,
dan non-STEMI, serta Unstable Angina Poehlman, E. T., Dee, J., & Niggel, J.
Pectoris (UAP). Tingkat keparahan bisa (2002). Determinants of disability in older
dihubungkan dengan jenis SKA diatas atau coronary patients. American Heart
jumlah pembuluh darah koroner yang Journal, 143(1), 151–156. https://doi.org/
mengalami penyumbatan (aterosklerosis). 10.1067/mhj.2002.119379
Peningkatan keparahan penyakit berkontribusi Badran, H.M Eldin A.M.K Sultan, G.M El-
terhadap keparahan depresi yang dirasakan Alem, M. O. S. (2017). Acute Coronary
pasien. Pasien SKA dengan STEMI memiliki Syndrome Registries. Stem Cell, 8(2),
tingkat depresi yang lebih tinggi dibandingkan 200. https://doi.org/10.7537/marsscj
jenis SKA lainnya (Yesilbursa, 2014). 080217.11.Key
Bauer, L. K., Caro, M. A., Beach, S. R.,
KESIMPULAN Mastromauro, C. A., Lenihan, E., Januzzi,
Berdasarkan hasil telaah dari 16 artikel J. L., & Huffman, J. C. (2012). Effects of
yang telah dilakukan, faktor yang depression and anxiety improvement on
mempengaruhi terjadinya depresi pada pasien adherence to medication and health
sindrom koroner akut dapat berasal diri behaviors in recently hospitalized cardiac
individu maupun dari luar diri individu, yaitu patients. American Journal of Cardiology,
faktor demografi (usia, jenis kelamin, 109(9), 1266–1271. https:
pendidikan, dan status perkawinan), status //doi.org/10.1016/j.amjcard.2011.12.017
sosial ekonomi (asuransi kesehatan dan Benjamin, E. J., Muntner, P., Alonso, A.,
penghasilan), penyakit penyerta, periode rawat Bittencourt, M. S., Callaway, C. W.,
inap, episode SKA, tingkat keparahan penyakit, Carson, A. P., … Virani, S. S. (2019).
dukungan sosial, nyeri, riwayat keluarga, BMI, Heart Disease and Stroke Statistics-2019
perilaku kesehatan, dan MDD. Hasil telaah Update: A Report From the American
literatur ini dapat menjadi dasar dalam Heart Association. In Circulation (Vol.
mengidentifikasi pasien SKA dengan risiko 139). https://doi.org/10.1161/CIR.00000
gangguan psikologis, khususnya depresi. 00000000659
Ceccarini, M., Manzoni, G. M., &
REFERENSI Castelnuovo, G. (2014). Assessing
Abbasi, S. H., Kassaian, S. E., Sadeghian, S., Depression in Cardiac Patients: What
Karimi, A., Saadat, S., Peyvandi, F., … Measures Should Be Considered?
Rosendaal, F. (2016). Factors associated Depression Research and Treatment,
with depressive symptoms in young adults 2014, 1–17. https://doi.org/10.1155/2014/
with coronary artery disease: Tehran heart 148256
center’s premature coronary Chauvet-Gélinier, J. C., Trojak, B., Vergès-
atherosclerosis cohort (THC-PAC) Study. Patois, B., Cottin, Y., & Bonin, B. (2013).
Iranian Journal of Psychiatry, 11(4), 214– Review on depression and coronary heart
223. disease. Archives of Cardiovascular
AbuRuz, M. E., & Al-Dweik, G. (2018). Diseases, 106(2), 103–110. https://
Depressive Symptoms and Complications doi.org/10.1016/j.acvd.2012.12.004
Early after Acute Myocardial Infarction: Davidson, K. W. (2012). Depression and
Gender Differences. The Open Nursing coronary heart disease. ISRN Cardiology,
Journal, 12(1), 205–214. https://doi.org/ ID 743813, 1–18.

129
https://doi.org/10.1038/nrcardio.2016.181 Penyebab Kematian Tertinggi, Kemenkes
Dessotte, C. A. M., e Silva, F. S., Bolela, F., Ingatkan CERDIK http://www.depkes.
Rossi, L. A., & Dantas, R. A. S. (2013). go.id/article/view/17073100005/penyakit-
Presence of depressive symptoms in jantung-penyebab-kematian-tertinggi-
patients with a first episode of acute kemenkes-ingatkan-cerdik-.html.
coronary syndrome. Revista Latino- Lauzon, C., Beck, C. A., Huynh, T., Dion, D.,
Americana de Enfermagem, 21(1), 325– Racine, N., Carignan, S., … Pilote, L.
331. https://doi.org/10.1590/S0104-1169 (2003). Depression and prognosis
2013000100006 following hospital admission because of
Figueiredo, J. H. C., Silva, N. A. de S. e, acute myocardial infarction. Canadian
Pereira, B. de B., & Oliveira, G. M. M. de. Medical Association Journal, 168(5),
(2017). Major Depression and Acute 547–552.
Coronary Syndrome-Related Factors. Lichtman, J. H., Froelicher, E. S., Blumenthal,
Arquivos Brasileiros de Cardiologia, J. A., Carney, R. M., Doering, L. V.,
217–227. Frasure-Smith, N., … Wulsin, L. (2014).
https://doi.org/10.5935/abc.20170028 Depression as a risk factor for poor
Frazier, L., Yu, E., Sanner, J., Liu, F., Udtha, prognosis among patients with acute
M., Cron, S., … Bogaev, R. C. (2012). coronary syndrome: Systematic review
Gender Differences in Self-Reported and recommendations: A scientific
Symptoms of Depression among Patients statement from the american heart
with Acute Coronary Syndrome. Nursing association. Circulation, 129(12), 1350–
Research and Practice, 2012, 1–5. 1369. https://doi.org/10.1161/CIR.000
https://doi.org/10.1155/2012/109251 0000000000019
Gu, G., Zhou, Y., Zhang, Y., & Cui, W. Moşuţan, C., Diaconu, R. E., Rădulescu, M. L.,
(2016). Increased prevalence of anxiety Adela, M., & Duncea, C. R. (2011). Risk
and depression symptoms in patients with factors for post-acute myocardial
coronary artery disease before and after infarction depression in elderly. 3(3),
percutaneous coronary intervention 220–227.
treatment. BMC Psychiatry, 16(1), 1–9. Myers, V., Gerber, Y., Benyamini, Y.,
https://doi.org/10.1186/s12888-016-0972- Goldbourt, U., & Drory, Y. (2012). Post-
9 myocardial infarction depression:
Hare, D. L., Toukhsati, S. R., Johansson, P., & Increased hospital admissions and reduced
Jaarsma, T. (2014). Depression and adoption of secondary prevention
cardiovascular disease: A clinical review. measures - A longitudinal study. Journal
European Heart Journal, 35(21), 1365– of Psychosomatic Research, 72(1), 5–10.
1372. https://doi.org/10.1016/j.jpsychores.2011.
https://doi.org/10.1093/eurheartj/eht462 09.009
Huffman, J. C., Celano, C. M., & Januzzi, J. L. Nemati, M. H., & Astaneh, B. (2011). The
(2010). The relationship between impact of coronary artery bypass graft
depression, anxiety, and cardiovascular surgery on depression and anxiety.
outcomes in patients with acute coronary Journal of Cardiovascular Medicine,
syndromes. Neuropsychiatric Disease and 12(6), 401–404. https://doi.org/10.2459/
Treatment, 6, 123–126. https:// JCM.0b013e32834358e9
doi.org/10.2147/ndt.s6880 Neto, J. A. de F., Sousa, R. M. L. de, Costa, V.
Kemenkes RI. (2017). Penyakit Jantung L. X. de C., Silva, F. de M. A. M., Hora,

130
A. F. L. T. da, Silva, E. L. C. da, … Medicine, 41(9), 1857–1866.
Nunes, J. K. V. R. S. (2013). Depression https://doi.org/10.
after CABG: a prospective study. Revista 1017/S0033291710002588
Brasileira de Cirurgia Cardiovascular, Topcu, S., Alpar, S. E., Gulseven, B., &
28(4), 491–497. https://doi.org/ Kebapci, A. (2017). Patient experiences in
10.5935/1678-9741.20130080 intensive care units : a systematic review.
O’Neil, A., Sanderson, K., & Oldenburg, B. Patient Experience Journal, 4(3), 115–
(2010). Depression as a predictor of work 127.
resumption following myocardial Toukhsati, S., & Hare, D. (2016). The Cardiac
infarction (MI): A review of recent Depression Scale (CDS) During Hospital
research evidence. Health and Quality of Admission for Acute Coronary Syndrome
Life Outcomes, 8, 1–11. https://doi.org/ Identifies Patients at Risk of Persistent
10.1186/1477-7525-8-95 Depression. Heart, Lung and Circulation,
Rejai, S., Giardino, N. D., Krishnan, S., 25, S303. https://doi.org/10.1016/
Ockene, I. S., Rubenfire, M., & Jackson, j.hlc.2016.06.714
E. A. (2012). Quality of life and baseline Walters, P., Barley, E. A., Mann, A., Phillips,
characteristics associated with depressive R., & Tylee, A. (2014). Depression in
symptoms among patients with heart primary care patients with coronary heart
disease. Clinical Epidemiology, 4(1), 181– disease: Baseline findings from the
186. UPBEAT UK study. PLoS ONE, 9(6).
https://doi.org/10.2147/CLEP.S29247 https://doi.org/10.1371/journal.pone.0098
Ruo, B., Rumsfeld, J. S., & Hlatky, M. A. 342
(2003). Depressive symptoms and health- Whooley, M. A., & Wong, J. M. (2013).
related quality of life. ACC Current Depression and Cardiovascular Disorders.
Journal Review, 12(5), 22. https://doi.org/ Annual Review of Clinical Psychology.
10.1016/j.accreview.2003.08.067 Annual Review of Clinical Psychology,
Smolderen, K. G., Strait, K. M., Dreyer, R. P., 9(1), 327–354.
D’Onofrio, G., Zhou, S., Lichtman, J. H., https://doi.org/10.1146/annurev-clinpsy-
… Spertus, J. A. (2015). Depressive 050212-185526
symptoms in younger women and men Worcester, M. U., Goble, A. J., Elliott, P. C.,
with acute myocardial infarction: Insights Froelicher, E. S., Murphy, B. M.,
from the VIRGO study. Journal of the Beauchamp, A. J., … Hare, D. L. (2018).
American Heart Association, 4(4), 1–12. Mild Depression Predicts Long-Term
https://doi.org/10.1161/JAHA.114.001424 Mortality After Acute Myocardial
Stenman, M., & Sartipy, U. (2019). Depression Infarction: A 25-Year Follow-Up. Heart
Screening in Cardiac Surgery Patients. Lung and Circulation, 1–7.
Heart Lung and Circulation, 28(6), 953– https://doi.org/10.1016/j.hlc.2018.11.013
958. World Health Organization. (2017).
https://doi.org/10.1016/j.hlc.2018.04.298 Cardiovascular diseases (CVDs)
Steptoe, A., Molloy, G. J., Messerly-Bürgy, N., https://www.who.int/news-room/fact-
Wikman, A., Randall, G., Perkins-Porras, sheets/detail/cardiovascular-diseases-
L., & Kaski, J. C. (2011). Emotional (cvds). https://doi.org/10.1007/978-1-
triggering and low socio-economic status 60761-673-3_4
as determinants of depression following World Health Organization. (2018a).
acute coronary syndrome. Psychological Depression https://www.who.int/news-

131
room/fact-sheets/detail/depression.
World Health Organization. (2018b). The top
10 causes of death Http://www.who.int/
mediacentre/factsheets/fs310/en/index2.ht
ml.
Yesilbursa, D. (2014). The Comparison of
Depression and Anxiety Levels in Patients
with Acute Coronary Syndrome. Journal
of Clinical and Analytical Medicine, 5(5),
1–4. https://doi.org/ 10.4328/jcam.1443
Ziegelstein, R. C., Fauerbach, J. A., Stevens, S.
S., Romanelli, J., Richter, D. P., & Bush,
D. E. (2000). Patients with depression are
less likely to follow recommendations to
reduce cardiac risk during recovery from a
myocardial infarction. Archives of
Internal Medicine, 160(12), 1818–1823.
https://doi.org/10.1001/archinte.160.12.18
18

132
STUDI LITERATUR : PENGARUH KEHADIRAN KELUARGA
TERHADAP KEPUTUSASAAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT
KANKER

Efri Widianti, Afriyanti, Ni Putu Santhi Dewi Saraswati, Asti Utami,


Ladia Nursyamsiah, Vica Cahya Ningrum, Vadissa Nandia Putri, Lia Ustami
Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran
efri.widianti@unpad.ac.id

ABSTRAK
Masalah psikologis yang sering dialami oleh pasien kanker salah satunya adalah keputusasaan terhadap
penyakit yang dialaminya sehingga diperlukan dukungan keluarga untuk meningkatkan kepercayaan akan
kesembuhan terhadap penyakit kanker. Dukungan dari setiap anggota keluarga memiliki peranan penting
bagi pencegahan maupun penanganan masalah psikologis yang muncul pada pasien kanker. Tujuan
penelitian untuk mengetahui pengaruh kehadiran keluarga dalam mengatasi keputusasaan pasien dengan
panyakit kanker. Metode pencarian literature dilakukan secara komprehensif melalui Database PubMed,
Science Direct dan Google Scholar dengan kriteria inkulusi artikel berbahasa inggris yang dipublikasikan
pada rentang tahun 2015 – 2020. Hasil dari pencarian yang dilakukan diperoleh 81.927 artikel dan setelah
melakukan penyaringan, diperolah 7 artikel yang memenuhi syarat. Hasil penelitian bahwa social support
yang diberikan kepada pasien kanker memiliki pengaruh positif dalam menurunkan keputusasaan dan
kecemasan pasien kanker dan juga caregiver. Dukungan sosial ini dapat menjadi faktor protektif untuk
mencegah keputusasaan pasien kanker karena dukungan social yang diberikan oleh keluarga dan kerabat
terdekat pasien sangatlah membantu pasien dalam mengekspresikan perasaan, kekhawatiran, dan
pengalamannya sehingga mampu meningkatkan harapan hidup dan meminimalisir keputusasaan pasien
kanker. Kesimpulan: keputusasaan yang dirasakan pasien kanker dapat diturunkan melalui social support
yaitu dengan dukungan yang diberikan oleh keluarga dan kerabat dekat pasien. Oleh karena itu, disarankan
agar perawat memberikan penguatan pada sistem dukungan sosial dalam proses pengobatan pasien kanker
dan keluarga dapat menjadi sumber harapan atau kekuatan bagi pasien kanker.

Kata kunci: Hopelessness, Cancer, Family

ABSTRACT
One of the psychological problems that arise in cancer patients is hopelessness about the disease they are
experiencing. So, it needs family support to increase hopefulness in cancer patients. Support from each
family member has an important role in the prevention and management of psychological problems that
arise in cancer patient. The aim of the study was to see the effect of family presence in overcoming
hopelessness in patients with cancer. A comprehensive literature search was carried out through PubMed,
Science Direct and Google Scholar database with criteria for inclusion of English-Language published in
the period 2015-2020. After screening, 7 articles were obtained which fulfilled the requirements. The
results showed that social support provided to cancer patients has a positive effect in reducing
hopelessness and anxiety for cancer patients and caregivers. This social support can be a protective factor
to prevent hopelessness in cancer patients because the social support provided by the patient’s family and
closest relatives helps patients express their feelings, worries, and experiences to increase life expectancy
and minimize hopelessness in cancer patients. Conclusion: it can lower the frustration felt by cancer
patients through social support, namely the support provided by the patient’s family and close relatives.
Therefore, nurses provide reinforcement in the social support system in treating cancer patients, and their
families can be a source of hope or strength for cancer patients.

Keywords: Hopelessness, Cancer, Family

133
PENDAHULUAN
Kanker menjadi salah satu penyakit pasien kanker seringkali mengalami
serius yang memiliki andil besar sebagai penderitaan fisik, psikososial, spiritual, dan
penyebab kematian di dunia. Kanker masalah lainnya. Masalah psikososial meliputi
merupakan penyakit yang timbul akibat kecemasan, kekambuhan penyakit, ketakutan
kesalahan sistem pembelahan tingkat sel dalam menjalani pemeriksaan, depresi dan
sehingga terjadi pertumbuhan sel yang kematian. Sedangkan dalam penelitian lain
abnormal dengan tingkat pertumbuhan yang didapati bahwa masalah psikologis yang
terus menerus, tidak terkontrol, dapat berubah dialami oleh pasien kanker adalah depresi,
bentuk serta menyebar ke organ lainnya atau cemas, dan keputusasaan. Keputusasaan adalah
disebut metastase (Otto, 2015). Kanker dapat sebuah penilaian yang negatif terhadap hasil
menyerang semua kelompok umur, strata sosial yang akan dicapai dan ketidakberdayaan
ekonomi dan strata pendidikan dari strata terhadap harapan. Manifestasi klinis dari
pendidikan rendah hingga tinggi (Kemenkes, keputusasaan adalah adanya perubahan
2012). psikososial seperti perasaan harga diri rendah,
World Health Organization (WHO) perasaan tidak beruntung, perasaan ingin
menguraikan bahwa data yang terhimpun mendapatkan kembali kemampuan yang
mengenai angka kejadian kanker mengalami mengalami penurunan, berduka, takut dan
peningkatan dari tahun ke tahun, dan masih putus asa. Menurut Abramson, Alloy dan
menjadi masalah kesehatan yang besar di dunia Metalsky (1989) keputusasaan pada hakikatnya
terlebih lagi di negara berkembang. Angka merupakan precursor dalam perjalanan
kematian akibat kanker yang lebih tinggi di depresi.
negara berkembang dibandingkan di negara Kondisi tersebut dapat diminimalisir
maju menandakan bahwa terdapat perbedaan oleh dukungan keluarga, dukungan itu sendiri
yang mencakup faktor risiko, keberhasilan dapat berupa motivasi, doa, informasi, dan
penanganan deteksi, dan kesediaan pengobatan. emosi. Adapun dukungan keluarga yang baik
WHO dan Bank Dunia memperkirakan, dalam membuat pasien akan merasa lebih tenang,
setiap tahun 12 juta orang di seluruh dunia nyaman dan mencapai proses adaptasi sesuai
menderita kanker dan 7,6 juta meninggal dunia. dengan teori keperawatan adaptasi dari Sister
Kejadian kanker yang tidak dikendalikan akan Callista Roy. Di dalam teori adaptasi Roy
mengakibatkan kemungkinan 26 juta orang faktor yang terpenting untuk proses adaptasi
menjadi penderita kanker dan 17 juta orang adalah manusia, sehat-sakit, lingkungan dan
meninggal karena kanker pada tahun 2030. keperawatan yang saling terkait. Faktor
Kejadian tersebut bisa saja terjadi lebih pesat di lingkungan berhubungan dengan keluarga,
negara miskin dan berkembang. Di Indonesia dalam hal ini keluarga menjadi stimulus yang
sendiri, kanker merupakan penyebab kematian dapat mengurangi tingkat kecemasan pada
nomor 7 setelah stroke, TB, hipertensi, cedera, pasien kanker melalui dukungan yang
perinatal, dan diabetes melitus dengan diberikan.
prevalensi sebesar 1,4 per 1.000 penduduk. Secara emosional, dukungan keluarga
Prevalensi kanker umumnya didapati lebih menjadi kebutuhan dari setiap anggotanya dan
tinggi terjadi pada wanita, sebesar 5,7 per memiliki peranan penting bagi pencegahan
1.000 penduduk. masalah psikologis yang kerap muncul pada
Kanker memiliki dampak yang serius pasien kanker (Ozkan & Ogze, 2008). Hal ini
pada kualitas hidup seseorang, yang mana dikarenakan keluarga menjadi tempat untuk

134
seseorang memperoleh kenyamanan, cinta dan kebelakang. Metode yang digunakan untuk
dukungan emosional. Semua itu menjadi melakukan tinjauan literatur dengan melakukan
kebutuhan dari setiap anggota keluarga agar pencarian melalui database elektronik. Adapun
mereka menjadi bahagia, sehat, dan aman data base yang digunakan adalah PubMed,
(Benokraitis, 2009). Science Direct dan Google Scholar dengan
Berdasarkan masalah psikis pasien kriteria inklusi artikel berbahasa inggris dan
kanker yang erat sekali hubungannya dengan menggunakan kata kunci (keyword) atau istilah
dukungan keluarga, maka kami akan mengulas pencarian “Hopelessness AND “Cancer”,
kehadiran keluarga dan social support terhadap AND “Family”. Hasil dari pencarian yang
keputusasaan pasien dengan penyakit kanker. dilakukan diperoleh 142 artikel melalui
Melalui penelitian ini kami ingin PubMed, 6.085 artikel melalui Science Direct
menginvestigasi manfaat dari kehadiran dan 75.700 artikel melalui Google Scholar.
keluarga dan social support terhadap Hasil dari pencarian yang dilakukan diperoleh
keputusasaan pasien dengan penyakit kanker. 81.927 artikel jurnal dan setelah dilakukan
skrining dari judul sampai abstrak dan
METODE didapatkan 7 artikel jurnal yang memenuhi
Tinjauan literatur dilakukan kriteria inklusi dan memiliki informasi terkait
berdasarkan data empiris yang dipublikasikan pengaruh kehadiran keluarga dalam mengatasi
secara umum dari tahun 2015 hingga tahun keputusasaan pada pasien dengan penyakit
2020 atau kurang lebih selama 5 tahun kanker.

DIAGRAM PRISMA

Ide Artikel yang diidentifikasi melalui Artikel tambahan yang


nti pencarian basis data Pubmed+Science diidentifikasi melalui
fik Direct+Google Scholar sumber lain adalah = 0
asi 142+6.085+75.700 = 81.927

Skr Artikel yang


ini Artikel setelah duplikat dihapus
81.927- 0 = 0 dikeluarkan adalah = 0
ng

Artikel yang dikeluarkan


Artikel yang di skrining
Pubmed+Science Direct
Kriteria Inklusi = 40+188+17.100= 17.328
adalah = 17.321
Judul & Abstrak = 4+1+2 = 7

Uji
Kelayak Artikel teks lengkap yang dinilai untuk uji Artikel teks lengkap yang
an kelayakan dikeluarkan dengan
Pubmed+Science Direct+Google Scholar alasan adalah = 0
= 7

Pe
ng
am Artikel yang dimasukkan dalam sintesis
bil kualitatif adalah = 7
an

135
HASIL Formulir Informasi Pasien, Formulir Informasi
Setelah dilakukan tinjauan literatur, Caregiver, Multidimensional Perceived Social
kami menemukan bahwa keputusasaan Support Scale (MSPSS), Beck Hopelessness
(hopelessness) tidak hanya dapat dirasakan Scale (BHS), dan Thorson Powell's Death
oleh pasien kanker saja melainkan para Anxiety Scale (DAS).
caregiver ataupun keluarga dapat merasakan Tingkat dukungan sosial yang dirasakan
keputusasaan. Terdapat pula pengaruh dan pasien (61.48T19.47) tinggi, dan mereka
manfaat dari kehadiran keluarga dan social mengalami tingkat keputusasaan sedang
support terhadap keputusasaan pada pasien menurut skor rata-rata BHS mereka
dengan penyakit kanker. Pada literatur yang (7.94T4.80) dan kecemasan kematian menurut
kami temukan, terdapat perbedaan tingkat skor rata-rata DAS mereka (53.10T17. 70) .
keputusasaan dan dampak positif yang Tingkat dukungan sosial yang dirasakan dari
dihasilkan dari kehadiran keluarga dan social caregivers (60.20T19.94) ditemukan tinggi,
support pada pasien dengan kanker ginekologi, dan mereka mengalami tingkat keputusasaan
kanker paru-paru serta kanker payudara dan sedang menurut skor rata-rata BHS mereka
ginekologi. (5.91T4.59) dan kecemasan kematian ringan
menurut skor rata-rata DAS mereka
Pasien Dengan Kanker Ginekologi (46.83T16.88). Dukungan sosial yang
Penelitian ini berjudul Hopelessness, dirasakan pasien lebih tinggi daripada para
Death Anxiety, and Social Support of caregivers nya, tetapi perbedaan tersebut tidak
Hospitalized Patients with Gynecologic Cancer signifikan secara statistik (P = 0,515). Tingkat
and Their Caregivers dilakukan oleh Uslu- keputusasaan pasien lebih tinggi daripada
Sahan, F., Terzioglu, F., & Koc, G. (2019). caregivers, dan perbedaan antara mereka
Jenis penelitian yang digunakan ialah signifikan secara statistik (PG.001). Tingkat
Descriptive Correlational Study. Tujuan dari kecemasan kematian pasien lebih tinggi
penelitian ini yakni untuk menentukan apakah daripada caregivers (PG.001).
pasien rawat inap rumah sakit dengan kanker
ginekologi bersama caregiver mereka memiliki Pasien Dengan Kanker Paru-Paru
perasaan yang berbeda mengenai hopelessness Penelitian ini berjudul The Evaluation
dan kecemasan terhadap kematian, dan of Hopelessness and Perceived Social Support
bagaimana kondisi itu mungkin memiliki Level in Patients with Lung Cancer dilakukan
keterkaitan dengan dukungan sosial mereka. oleh Bozdogan Yesilot, S., Oztunc, G., Yesil
Sampel pada penelitian ini berjumlah 200 Demirci, P., Inel Manav, A., & Paydas, S.,
pasien ginekologi dengan 200 caregivers 2017. Jenis penelitian yang digunakan adalah
mereka. Teknik sampling yang digunakan Descriptive and Cross-Sectional Study. Tujuan
untuk mengambil sampel adalah purposive dari penelitian ini yakni untuk menyelidiki
sampling. dukungan sosial dan keputusasaan pada pasien
Setelah memberikan informed consent, dengan kanker paru-paru, yang merupakan
pasien dan pengasuh mereka diwawancarai jenis kanker paling umum di Turki dan di
secara tatap muka oleh peneliti dan melengkapi dunia. Sampel pada penelitian ini berjumlah 98
instrumen penelitian (pasien) di kamar rumah pasien kanker paru-paru dengan kriteria inklusi
sakit pasien dan di ruang perawat, masing- didiagnosis menderita kanker paru-paru
masing. Melengkapi instrumen penelitian setidaknya tiga bulan yang lalu, berusia lebih
membutuhkan waktu 30 sampai 35 menit untuk dari 18 tahun, memiliki kompetensi kognitif
setiap peserta. Instrumen studi termasuk

136
untuk menjawab pertanyaan, secara sukarela dasar termasuk jenis kelamin, usia, status
berpartisipasi dalam penelitian. perkawinan, pendidikan, ukuran keluarga, dan
Instrumen yang digunakan berupa tempat tinggal, informasi medis mengenai
formulir Personal Identifikasi yang terdiri dari stadium kanker, waktu yang berlalu sejak
15 pertanyaan yang mencakup sosio- diagnosis, pengobatan, dan durasi penyakit
demografis pasien dan riwayat kesehatan. dicatat. Beck Hopelessness Scale (BHS), Back
Instrumen ke dua adalah Beck Hoplessness Depression Scale (BDS), Multidimensional
Scale (BHS) yang digunakan untuk Scale of Perceived Social Support (MSPSS).
mengidentifikasi sikap negatif atau Penelitian ini mengungkapkan koeksistensi
keputusasaan tentang masa depan, skala sosiodemografi, masalah fisik, psikologis, dan
tersebut memiliki tiga subskala yaitu perasaan kognitif yang dihadapi pasien kanker.
dan harapan tentang masa depan, hilangnya Penelitian ini menunjukkan bahwa
motivasi, dan harapan. Instrumen ke tiga keputusasaan pasien kanker payudara menurun
adalah Multidimensional Scale of Perceived dengan peningkatan dukungan sosial mereka.
Social Support (MSPSS). Oleh karena itu, mengaktifkan sistem
Penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial pasien sangat penting untuk
partisipan mendapatkan dukungan sosial yang meningkatkan harapan mereka. Secara
tinggi dan keputusasaan yang rendah namun keseluruhan, penelitian yang dilakukan pada
tidak ada hubungan yang signifikan terdeteksi pasien kanker payudara yang berada di Qatar,
secara statistik di antara mereka. Pasie mengungkapkan adanya hubungan yang
menerima dukungan sosial sebagian besar dari signifikan antara skor keputusasaan partisipan
keluarga. Orang yang telah menikah dan dan pendidikan, jumlah paritas, status sosial,
memiliki keluarga inti mendapatkan dukungan dukungan sosial, tingkat pendidikan, pekerjaan
lebih tinggi. Dukungan sosial bisa menjadi dan pendapatan. Implikasi dari penelitian ini
faktor pelindung dari keputusasaan. meliputi rekomendasi bahwa perawat harus
membantu pasien meningkatkan harapan
Pasien Dengan Kanker Payudara mereka dan untuk mengaktifkan sistem
Penelitian ini berjudul Depression, dukungan sosial mereka, bekerja secara
Hopelessness and Social Support among kooperatif dalam tim multidisiplin dengan
Breast Cancer Patients: in Highly tujuan dalam mendukung pasien secara
Endogamous Population dilakukan oleh psikologis dan finansial, dan secara khusus
Abdulbari Bener, Reem Alsulaima, Lisa menargetkan pasien dengan tingkat pendidikan
Doodson, Tony Agathangelou. Jenis penelitian rendah.
yang digunakan adalah Kohort Observasional Selain pada pasien pengidap kanker
Study. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk ginekologi, kanker paru-paru serta kanker
menilai hubungan antara variabel demografis payudara, kami juga menemukan literatur
yang berbeda, keputusasaan, depresi dan terkait dampak yang dihasilkan dari kehadiran
dukungan sosial pasien kanker payudara pada keluarga dan social support pada pasien kanker
populasi Qatar. Sampel pada penelitian ini secara umum.
melibatkan 678 pasien kanker payudara yang
diambil dari keseluruhan pasien kanker Pengalaman Orangtua Terhadap Anak
payudara sebanyak 995 orang di Rumah Sakit Pengidap Kanker
Umum Hamad. Penelitian ini berjudul Tightrope
Instrumen yang digunakan berupa walkers suffering in silence: A qualitative study
kuesioner demografi yang menilai informasi into the experiences of older parents who have

137
an adult child with cancer dilakukan oleh yakni untuk menyelidiki peran keputusasaan
Humbeeck, L. Van, Dillen, L., Piers, R., dan dukungan sosial yang dirasakan untuk
Deveugele, M., Grypdonck, M., Verhaeghe, S., pasien Iran dengan kanker. Sampel pada
& Den Noortgate, N. Van. (2015). Jenis penelitian ini terdiri dari 100 pasien penderita
penelitian yang digunakan yakni penelitian kanker yang datang ke Pusat Pendidikan dan
kualitatif yang didukung dengan grounded Perawatan Valiasr di Zanjan, Iran.
theory. Tujuan penelitian ini yaitu untuk Kriteria inklusi pada penelitian ini
mendapatkan wawasan tentang pengalaman, yakni partisipan berusia minimal 18 tahun,
kekhawatiran, dan dilema orang tua mengenai bebas dari gangguan psikologis dan kejiwaan,
posisi dan peran mereka sebagai orang tua dari terdiagnosis minimal 4 bulan sebelum
anak dewasa penderita kanker. Sampel pada penelitian, pasien pada stadium akhir penyakit,
penelitian ini berjumlah 25 orang tua (20 ibu dirawat di rumah sakit, dan sedang menerima
dan 5 ayah) dari 22 anak dewasa. Orang tua, pengobatan. Penelitian menggunakan kuesioner
usia 65-91 tahun, semuanya adalah ras demografis, Beck Hopelessness Scale (BHS),
Kaukasia dengan tingkat pendidikan yang dan Social Support from Family and Friends
beragam, mulai dari rendah (sekolah dasar) Scale digunakan untuk mengumpulkan data.
hingga tinggi (pendidikan universitas atau Terdapat korelasi negatif yang
kejuruan tinggi). Anak-anak dewasa, usia 33- signifikan dapat diamati antara skor rata-rata
66 tahun, berbeda dalam tahap penyakit dan pada keputusasaan dengan social support yang
pengobatan, dengan kanker payudara yang diberikan oleh keluarga (P = 0,007; r = −0,270)
lebih besar. dan teman (P = 0,001; r = −0,327). Hal tersebut
Peneliti (LVH), seorang perawat dan menunjukkan korelasi antara domain
peneliti junior, dilatih dan dibimbing oleh keputusasaan (perasaan tentang masa depan,
peneliti kualitatif (MG) yang berpengalaman. kehilangan motivasi, dan harapan) dan
Daftar topik wawancara dikembangkan dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga
berdasarkan literatur dan masukan dari para dan teman.
ahli klinis dan akademis. Untuk memastikan
kedalaman pengetahuan, orang tua yang lebih Family Dignity Intervention (FDI)
tua didorong untuk menceritakan kisah mereka Penelitian ini berjudul A novel Family
melalui pertanyaan terbuka: “Bagaimana Dignity Intervention (FDI) for enhancing and
keadaan Anda sejak putra / putri Anda informing holistic palliative care in Asia: study
didiagnosis menderita kanker?”. Wawancara protocol for a randomized controlled trial
direkam dengan audio dan ditranskrip pada dilakukan oleh Ho, A. H. Y., Car, J., Ho, M.-H.
verba tim. Semua data di anonimkan dan R., Tan-Ho, G., Choo, P. Y., Patinadan, P. V.,
diperlakukan secara rahasia. Chong, P. H., Ong, W. Y., Fan, G., Tan, Y. P.,
Neimeyer, R. A., & Chochinov, H. M. (2017).
Keputusasaan dan Dukungan Sosial pada Jenis penelitian yang digunakan ialah Open
Pasien Kanker di Iran label Randomized Control Trial. Tujuan dari
Penelitian ini berjudul Hopelessness, penelitian ini yakni untuk menilai kelayakan,
Perceived Social Support and their akseptabilitas, dan potensi efektivitas FDI
Relationship in Iranian Patients with Cancer dalam mengurangi tekanan psikososial,
dilakukan oleh Madani, H., Pourmemari, M., emosional, spiritual, dan psiko-fisiologis pada
Moghimi, M., & Rashvand, F. (2018). Jenis pasien yang tinggal di komunitas dan rawat
penelitian yang digunakan adalah Descriptive inap di Asia serta pasien lanjut usia yang sakit
Correlational Study. Tujuan dari penelitian ini parah dan keluarga mereka yang tinggal di

138
Singapura. Sampel pada penelitian ini ini terdiri dari 20 pernyataan benar-salah yang
berjumlah 126 keluarga Asia di Singapura, dirancang untuk menilai sejauh mana
yang akan mencakup peserta dari etnis keyakinan positif dan negatif tentang masa
Tionghoa, Melayu, India dan Eurasia lainnya. depan selama satu minggu terakhir.
Setiap keluarga termasuk pasien-keluarga Penelitian ini menunjukkan bahwa
dyad: (1) satu pasien tua yang sakit parah dan MBCT memiliki pengaruh yang signifikan
(2) satu anggota keluarga teridentifikasi yang terhadap variabel keputusasaan. Terdapat
dianggap pasien sebagai yang utama atau perbedaan yang signifikan antara kelompok
terpercaya. dalam hal keputusasaan karena kehilangan
Hasil kuantitatif (ukuran subjektif dan motivasi dan terdapat juga perbedaan yang
objektif) serta hasil kualitatif dinilai dengan signifikan antara kelompok dalam hal
pasien dan pengasuh keluarga melalui keputusasaan karena harapan masa depan.
wawancara tatap muka. Semua data kuantitatif Penemuan ini menunjukkan bahwa MBCT
dimasukkan, disimpan, dan dianalisis secara signifikan meningkatkan ukuran
menggunakan software analisis statistik SPSS. keputusasaan.
Kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dibandingkan pada hasil utama (rasa martabat PEMBAHASAN
pasien; tekanan psikologis untuk pengasuh)
dan hasil sekunder (tekanan psikologis, makna Pasien Dengan Kanker Ginekologi
dalam hidup, quality of life, spiritualitas, Penelitian Hopelessness, Death Anxiety,
harapan, dukungan yang dirasakan, dan and Social Support of Hospitalized Patients
kesejahteraan psikofisiologis bagi pasien). with Gynecologic Cancer and Their Caregivers
ini menunjukkan bahwa dukungan sosial
berpengaruh signifikan terhadap keputusasaan
Mindfulness-Based Cognitive Therapy dan kecemasan pasien dan caregiver.
Penelitian ini berjudul Effectiveness of Dukungan sosial yang dirasakan memiliki
Mindfulness-Based Cognitive Therapy on pengaruh positif yang signifikan keputusasaan
Hopelessness among Women with Breast dan kecemasan pasien kanker dan caregiver.
Cancer and Gynecological Cancer dilakukan Oleh karena itu, sejak saat diagnosis, pasien
oleh Kashani et al, 2017. Jenis penelitian yang harus dievaluasi bersama caregiver-nya dalam
digunakan adalah Quantitative Study. Tujuan hal dukungan sosial yang dirasakan. Perawat
dari penelitian ini yakni untuk mengetahui efek perlu mengevaluasi pasien dan caregiver dalam
terapi kognitif berbasis kesadaran (MBCT) hal keputusasaan dan kecemasan serta
pengentasan gejala keputusasaan pada wanita mempertimbangkan sistem dukungan sosial
dengan kanker payudara dan ginekologi. mereka. Perawat harus mengetahui dan
Sampel pada penelitian ini berjumlah Wanita mengidentifikasi tanda dan gejala keputusasaan
dengan payudara dan kanker ginekologi dan kematian serta mengintervensi secara tepat
dengan rentang usia 24-65 tahun yang dirujuk untuk meringankan kondisi dengan
oleh ahli hematologi, ahli onkologi, ginekolog, mempraktikkan teknik komunikasi yang efektif
ahli bedah, dan dokter perawatan primer yang dan memberikan dukungan psikologis bagi
berafiliasi dengan Cancer Research Center pasien dan caregiver. Kemudian perawat harus
(CRC) Rumah Sakit Shohadaye Tajrish, Iran, melakukan intervensi untuk menentukan dan
dalam 8 bulan setelah didiagnosis kanker. memperkuat sistem dukungan sosial pasien dan
Instrumen yang digunakan adalah Beck caregiver, merencanakan perawatan dalam
Hopelessness Scale (BHS) dimana instrumen pendekatan tim multidisiplin, dan memastikan

139
koordinasi antara anggota tim lainnya selama rekomendasi bahwa perawat harus membantu
proses ini. pasien meningkatkan harapan mereka dan
untuk mengaktifkan sistem dukungan sosial
Pasien Dengan Kanker Paru-Paru mereka, bekerja secara kooperatif dalam tim
Penelitian The Evaluation of multidisiplin dengan tujuan dalam mendukung
Hopelessness and Perceived Social Support pasien secara psikologis dan finansial, dan
Level in Patients with Lung Cancer ini secara khusus menargetkan pasien dengan
menunjukkan pasien kanker paru yang tingkat pendidikan rendah.
mendapatkan dukungan sosial tingkat tinggi
telah memiliki keputusasaan ringan, tetapi Pengalaman Orangtua Terhadap Anak
tidak ada hubungan yang signifikan secara Pengidap Kanker
statistik yang terdeteksi di antara keduanya. Penelitian The Evaluation of
Pasien menerima dukungan sosial sebagian Hopelessness and Perceived Social Support
besar dari keluarganya. Orang yang menikah Level in Patients with Lung Cancer ini
dan memiliki keluarga inti memiliki dukungan menunjukkan menjadi orang tua mungkin tidak
sosial yang lebih tinggi. Dukungan sosial ini sepenting ketika anak-anak masih kecil, namun
dapat menjadi faktor protective untuk penelitian ini mengungkapkan dimana
keputusasaan. Oleh karena itu, disarankan agar pengalaman psikologis sebagai orang tua terus
perawat memberikan penguatan sistem memainkan peran penting disepanjang
dukungan sosial dalam proses pengobatan kehidupan. Peran dan pengalaman orang tua
pasien kanker paru dan dapat ditingkatkan dengan anak yang menderita kanker lebih
sehingga keluarga dapat menjadi sumber transparan. Studi ini menunjukkan bahwa
harapan atau kekuatan bagi pasien kanker. kehidupan anak, mertua dan cucu begitu
Selama proses perawatan, perawat memiliki terjalin dengan kehidupan orang tua sehingga
peran penting dalam membantu pasien untuk setiap penderitaan yang dialami dapat
mempertahankan dukungan sosial yang mereka mempengaruhi kesejahteraan mereka.
dapatkan dari keluarga. Hubungan orang tua dan anak perlu dijalin
dengan baik hingga anak memasuki usia
Pasien Dengan Kanker Payudara dewasa, dan hal tersebut sangat berpengaruh
Penelitian Depression, Hopelessness untuk perencanaan pengasuhan yang efektif.
and Social Support among Breast Cancer Perlu diperhatikan bahwa perawat harus
Patients: in Highly Endogamous Population ini mengarahkan juga terkait bagaimana orang tua
menunjukkan bahwa keputusasaan pasien dalam menjalankan peran sebagai orang tua
kanker payudara menurun dengan peningkatan dan tentunya dengan tetap menghormati
dukungan sosial mereka. Oleh karena itu, otonomi anak. Pendekatan naratif dapat
mengaktifkan sistem dukungan sosial pasien memberikan kesempatan kepada orang tua, jika
sangat penting untuk meningkatkan harapan mereka menginginkannya, untuk berbicara
mereka. Secara keseluruhan, penelitian yang tentang pengalaman mereka dan membiarkan
dilakukan pada pasien kanker payudara yang mereka merasa pengalaman mereka berharga.
berada di Qatar, mengungkapkan adanya Asas-asas perawatan yang berpusat pada
hubungan yang signifikan antara skor keluarga disarankan sebagai landasan untuk
keputusasaan partisipan dan pendidikan, menghormati keterhubungan antara anak
jumlah paritas, status sosial, dukungan sosial, dengan kanker dan orang tua mereka.
tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Implikasi dari penelitian ini meliputi

140
Keputusasaan dan Dukungan Sosial pada Mindfulness-Based Cognitive Therapy
Pasien Kanker di Iran Penelitian Effectiveness of Mindfulness-
Penelitian Hopelessness, Perceived Based Cognitive Therapy on Hopelessness
Social Support and their Relationship in among Women with Breast Cancer and
Iranian Patients with Cancer ini menunjukkan Gynecological Cancer ini menunjukkan MBCT
bahwa dukungan sosial yang dirasakan dapat efektif dalam mengurangi keputusasaan di
mempengaruhi harapan hidup pasien kanker antara pasien yang menderita kanker payudara
dengan tingkat keputusasaan yang relatif dan ginekologi. Intervensi MBCT dapat
ringan. Mengingat kondisi khusus pasien ini, memberikan pendekatan baru untuk mengatasi
keluarga harus berupaya memaksimalkan diagnosis awal kanker dan juga dapat
peluang dukungan sosial. Tingkat dukungan menurunkan gejala keputusasaan. Intervensi ini
sosial yang lebih tinggi yang diberikan kepada termasuk proses emosional reaksi awal
pasien kanker oleh keluarga dan teman terhadap diagnosis, informasi psikoedukasi
sangatlah membantu pasien dalam mengenai kanker, kesadaran, teknik relaksasi
mengekspresikan perasaan, kekhawatiran, dan dan latihan, dan restrukturisasi kognitif
pengalamannya dengan penyakit secara lebih pengembangan keterampilan. Namun, analisis
efektif, sehingga meningkatkan harapan penelitian ini dibatasi oleh sejumlah kecil
mereka. Hasil penelitian ini dapat dijadikan responden yang memenuhi syarat. Sehingga
pedoman untuk perbaikan status psikologis dan efektivitas MBCT perlu dilakukan pada pasien
emosional penderita kanker. dengan berbagai jenis kanker tidak terfokus
pada kanker payudara dan ginekologi.
Family Dignity Intervention (FDI)
Penelitian A novel Family Dignity KESIMPULAN
Intervention (FDI) for enhancing and Social support dan Family Support memiliki
informing holistic palliative care in Asia: study pengaruh positif untuk menurunkan
protocol for a randomized controlled trial ini keputusasaan dan kecemasan pasien kanker
menunjukkan FDI memberikan dampak dalam dan juga pada caregiver. Dukungan sosial ini
perawatan sehingga menjadi berkualitas tinggi dapat menjadi faktor protektif untuk mencegah
yang diberikan kepada pasien dan keluarga. keputusasaan pasien kanker karena social
Model FDI dapat mempromosikan perawatan support yang diberikan oleh keluarga dan
yang berpusat pada keluarga. Praktik ini sangat kerabat terdekat pasien sangatlah membantu
dihargai di Asia, dimana intervensi ini pasien dalam mengekspresikan perasaan,
melampaui perawatan di masyarakat Barat. kekhawatiran, dan pengalamannya sehingga
Bahkan, FDI bisa menjadi titik awal mampu meningkatkan harapan hidup dan
melibatkan pasien dan keluarganya dengan meminimalisir keputusasaan pasien kanker.
pengasuh profesional dengan komunikasi yang Oleh karena itu, disarankan agar perawat
jujur dan konstruktif, mereka yang tidak hanya memberikan penguatan pada social support
membina ekspresi emosional, tetapi juga dalam proses pengobatan pasien kanker
mendorong kerjasama dalam pengasuhan sehingga keluarga dapat menjadi sumber
keluarga dan profesional, serta menumbuhkan harapan atau kekuatan bagi pasien kanker.
partisipasi yang terinformasi dalam
pengambilan keputusan perawatan.

141
DAFTAR PUSTAKA Ho, A. H. Y., Car, J., Ho, M.-H. R., Tan-Ho,
Abramson, L.Y., Alloy, L.B. dan Metalsky, G., Choo, P. Y., Patinadan, P. V., Chong,
G.I., 1989. Hopelessness Depression: A P. H., Ong, W. Y., Fan, G., Tan, Y. P.,
Theory-Based Subtype of Depression. Neimeyer, R. A., & Chochinov, H. M.
Psychological Review, 96 (2), 358–372 (2017). A novel Family Dignity
Afiyah, R. K. (2018). Dukungan Keluarga Intervention (FDI) for enhancing and
Mempengaruhi Kemampuan Adaptasi informing holistic palliative care in Asia:
(Penerapan Model Adaptasi Roy) Pada study protocol for a randomized controlled
Pasien Kanker Di Yayasan Kanker trial. Trials, 18(1), 587.
Indonesia Cabang Jawa Timur. Journal of https://doi.org/10.1186/s13063-017-2325-
Health Sciences, 10(1), 96–105. 5
https://doi.org/10.33086/jhs.v10i1.150 Humbeeck, L. Van, Dillen, L., Piers, R.,
American Cancer Society (ACS). Caring for Deveugele, M., Grypdonck, M.,
patient with cancer at home: A guide for Verhaeghe, S., & Den Noortgate, N. Van.
patients and families. Atlanta: American (2015). Tightrope walkers suffering in
Cancer Society, 2015 silence: A qualitative study into the
Bener, A., Alsulaiman, R., Doodson, L., & experiences of older parents who have an
Agathangelou, T. (2017). Depression, adult child with cancer. International
Hopelessness and Social Support among Journal of Nursing Studies, 52(9), 1445–
Breast Cancer Patients: in Highly 1453.
Endogamous Population. Asian Pacific https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2015.05.
Journal of Cancer Prevention: APJCP, 010
18(7), 1889–1896. Kemenkes RI Kementerian Kesehatan Republik
https://doi.org/10.22034/APJCP.2017.18.7 Indonesia (Kemenkes RI). Peraturan
.1889 Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Benokaritis, Nijole. (2009). Marriages & Nomor 19 Tahun 2014 Tentang
Families. Changes, Choices, and Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan
Constraints. 6th edition. USA: Pearson Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan
Education International. Kesehatan Dan Dukungan Biaya
Bozdogan Yesilot, S., Oztunc, G., Yesil Operasional Pada Fasilitas Kesehatan
Demirci, P., Inel Manav, A., & Paydas, S. Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah
(2017). the Evaluation of Hopelessness 2014.pdf. [cited 2020 November 07].
and Perceived Social Support Level in Available from: URL: http:
Patients with Lung Cancer. LIFE: //www.depkes.go.id.
International Journal of Health and Life- Lotfi-Kashani, F., Fallahi, L., Akbari, M. E.,
Sciences, 3(2), 88–105. Mansour-Moshtaghi, N., & Abdollahi, F.
https://doi.org/10.20319/lijhls.2017.32.881 (2018). Effectiveness of Mindfulness-
05 Based Cognitive Therapy on Hopelessness
Effendy C., Vissers K, Osse B.H., Tejawijaya, among Women with Breast Cancer and
S. Vernooij-Dagsen, M., Engels, Y. Gynecological Cancer. International
Comparison of problems and unmet needs Journal of Body, Mind and Culture, 5(1),
of patients with advanced cancer in a 24–31.
European country and an Asian country. https://doi.org/10.22122/ijbmc.v5i1.112
Pain Pract 2014;(5): 433-440 Madani, H., Pourmemari, M., Moghimi, M., &
Rashvand, F. (2018). Hopelessness,

142
Perceived Social Support and their Torre, Lindsey A. MSPH. Global cancer
Relationship in Iranian Patients with statistics. 2012. Volume 65, Issue 2.
Cancer. Asia-Pacific Journal of Oncology March/April 2015. Pages 87–108. First
Nursing, 5(3), 314–319. published: 4 February 2015. DOI:
https://doi.org/10.4103/apjon.apjon_5_18 10.3322/caac.21262. diunduh 6 oktober
Ozkan,S., Ogce F. Importance Of Social 2016).
Support For Functional Status In Breast Uslu-Sahan, F., Terzioglu, F., & Koc, G.
Cancer Patients. Asian Pacific Journal Of (2019). Hopelessness, Death Anxiety, and
Cancer Prevention. 2008
Social Support of Hospitalized Patients With
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Gynecologic Cancer and Their Caregivers.
Kementerian Kesehatan RI. [cited 2020 Cancer Nursing, 42(5), 373–380.
November 07]. Available from:
https://doi.org/10.1097/NCC.00000000000006
http://depkes.go.id/downloads/
riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%20201 22
3.pdf

143

Anda mungkin juga menyukai