Anda di halaman 1dari 88

JURNAL ILMIAH

ILMU KEBIDANAN

Susunan Redaksi

Pelindung
Dr. Denok Sri Utami

Penasehat
Siti Maryam, SST. M.Kes
Dra. Nunun Nurhajati, M.Si
Nunik Ningtiyasari, S.Si.T

Penanggung Jawab
Ainun Hanifa, S.Si.T

Pemimpin Redaksi
Ainun Hanifa, S.Si.T

Sekretaris Redaksi
Widya Lusi A, SST

Anggota Redaksi
Sri Hartatik, Amd
Moch. Eldon, SE
Sri Supeni, Amd

Alamat Redaksi
Program Studi D III Kebidanan Universitas Tulungagung
Jl. Raya Tulungagung-Blitar Km. 4 Sumbergempol Tulungagung 66291
Telp. (0355) 331080, 335735, fax. (0355) 331080
Email. akbid_unita@yahoo.co.id
Website. www.akbid-unita.ac.id

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page ii


Pedoman Bagi Penulis

Jurnal Ilmiah Kebidanan merupakan Penulisan Artikel


jurnal ilmiah yang terbit setiap 1 Artikel diketik 1 spasi pada kertas A4,
tahun sekali. Jurnal Ilmiah dengan jarak dari tepi kiri 4 cm, tepi
Kebidanan Prodi D III Kebidanan kanan, atas dan bawah 3 cm. Jumlah
Universitas Tulungagung dapat halaman maksimal 10 lembar tiap
menerima semua artikel penelitian artikel, jenis huruf Arial ukuran 11.
asli yang relevan dengan bidang Setiap halaman diberi nomor secara
kebidanan dengan ketentuan berurutan dimulai dari halaman judul
sebagai berikut: sampai halaman terakhir. artikel
ilmiah dikirimkan dalam bentuk
Artikel Penelitian softcopy (CD) dan 1 berkas artikel
Artikel penelitian asli dalam ilmu penelitian asli. Tulis nama file dan
kebidanan. Format artikel penelitian program yang dipergunakan pada
terdiri atas halaman judul, abstrak label CD.
(Indonesia/ Inggris), pendahuluan,
tinjauan pustaka, metode penelitian, Halaman Judul
hasil dan pembahasan, kesimpulan, Halaman judul berisi judul artikel
saran dan daftar pustaka. ilmiah, nama penulis dengan gelar
lengkap.
Laporan Kasus
Artikel mengenai kasus dalam Abstrak dan Kata Kunci
bidang ilmu kebidanan yang perlu Abstrak untuk setiap artikel bisa ditulis
disebarluaskan. Format laporan menggunakan bahasa Indonesia/
kasus terdiri atas judul, abstrak Inggris. Bentuk abstrak tidak
(Indonesia/ Inggris), pendahuluan, terstruktur dengan jumlah maksimal
tinjauan pustaka, kasus, 200 kata. Abstrak ditulis ringkas dan
pembahasan, daftar pustaka. jelas sesuai dengan format
introduction, method, resulth,
Surat Kepada Redaksi discussion (IMRAD).
Sarana komunikasi pembaca
dengan redaksi dan pembaca lain Tabel
yang dapat berisi komentar, Tabel disusun berurutan. Setiap tabel
sanggahan, atau opini mengenai isi harus diberi judul singkat. Tempatkan
jurnal ilmiah kebidanan sebelumnya penjelasan dan singkatan pada
atau usul untuk selanjutnya. keterangan tabel, bukan pada judul
tabel. Jumlah tabel maksimal 6 buah.
Petunjuk Umum
Untuk menghindari duplikasi, Jurnal Metode Statistik
Ilmiah Kebidanan Prodi D III Jelaskan metode statistik secara rinci
Kebidanan Universitas Tulungagung pada bab metode.
tidak menerima artikel yang sudah
dipublikasikan atau sedang diajukan Daftar Pustaka
kepada jurnal ilmiah lain, dengan Rujukan ditulis sesuai dengan aturan
menandatangani surat pernyataan. penulisan, diberi nomor urut sesuai
Penulis harus memastikan bahwa dengan pemunculan dalam jurnal
seluruh penulis pembantu telah ilmiah kebidanan. Jumlah rujukan
menyetujui. Bila diketahui artikel maksimal 20 buah dar iterbita minimal
telah dimuat pada jurnal lain, maka 10 tahun terakhir. hindarkan rujukan
Jurnal Imiah Kebidanan Prodi D III berupa komunikasi pribadi kecuali
Kebidanan Universitas Tulungagung untuk informasi yang tidak mungkin
edisi selanjutnya artikel akan diperoleh dari sumber umum.
dianulir.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page iii


DAFTAR ISI
Hubungan antara sikap lansia tentang posyandu lansia dengan keteraturan mengikuti
posyandu lansia di desa Mojoarum kecamatan Gondang kabupaten Tulungagung
tahun 2013
Lisa Wiratnasari, Astika Rasyiid, Ainun Hanifa ............................................................... 1

Hubungan kehamilan serotinus dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD dr.


Iskak kabupaten Tulungagung tahun 2012
Ayu Fitri M, Siti Maryam, Rini Sulistyowati ..................................................................... 6

Hubungan paritas ibu bersalin dengan kejadian hemorrhagic post partum (hpp) di
RSUD dr. iskak kabupaten Tulungagung tahun 2012
Putri Eka Sejati, Nunik Ningtiyasari, Widya Lusi A ........................................................ 12

Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pemantauan pertumbuhan berat badan


dengan frekuensi penimbangan batita 1-3 tahun di posyandu desa Wonorejo
kecamatan Sumbergempol kabupaten Tulungagung tahun 2013
Inggit Yullyansi.............................................................................................................. 28

Perbedaan apgar score antara bayi baru lahir normal dengan bayi baru lahir sectio
caesaria di ruang Mawar RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun 2013
Putri Nurlia, Nunik Ningtiyasari, Widya Lusi A ............................................................... 23

Hubungan antara sikap ibu primigravida trimester III tentang nutrisi kehamilan dengan
status gizi ibu hamil di BPS Tumini desa Pulosari kecamatan Ngunut kabupaten
Tulungagung tahun 2013
Lindha Wulandari, Astika Rasyiid, Ainun Hanifa............................................................ 28

Hubungan sikap ibu primigravida tentang imunisasi TT dengan pelaksanaan


imunisasi TT di desa Tiudan kecamatan Gondang kabupaten Tulungagung tahun
2013
Mahlufi Arafah, Nunik Ningtiyasari, Ainun Hanifa ......................................................... 34

Perbedaan sikap primigravida dan multigravida tentang persiapan persalinan di


puskesmas Gondang kabupaten Tulungagung
Siti Amiroh H,Nunik Ningtiyasari, Erik Ekowati .............................................................. 39

Hubungan pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga dengan kunjungan lansia ke


posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas Bangunjaya kecamatan Pakel
kabupaten Tulungagung
Ernik Rustiana............................................................................................................... 44

Hubungan sikap ibu bayi tentang personal hygiene dengan kejadian diaper rash di
posyandu desa Kedungsigit kecamatan Karangan kabupaten Trenggalek tahun 2013
Mita Purnamasari, Inggit Yullyansi, Anita Dwi A ............................................................ 50

Hubungan antara sikap ibu balita tentang posyandu dengan keteraturan kunjungan
ibu balita ke posyandu di desa Wonorejo kecamatan Sumbergempol kabupaten
Tulungagung tahun 2013
Astika Rasyid ................................................................................................................ 56

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page iv


Keefektifan foot and hand massage dalam penurunan nyeri post secar di RSIA
Harapan Sehat Tentram Trenggalek Tahun 2013
Rini Sulistyawati............................................................................................................ 60

Hubungan nilai tes masuk mahasiswa berdasarkan ujian dan rapor dengan prestasi
belajar mahasiswa di prodi D3 kebidanan universitas Tulungagung
Ernawati Tri Handayani................................................................................................. 65

Sikap ibu balita tentang tumbuh kembang anak balita usia 0-5 tahun di posyandu
desa Mirigambar kecamatan Sumbergempol kabupaten Tulungagung tahun 2013
Nuraniza Cipta Devida, Inggit Yullyansi, Sandra Dewi S ............................................... 68

Sikap ibu nifas tentang penggunaan KB suntik 3 bulan di ruang Melati RSUD dr.
Iskak Tulungagung tahun 2013
Lusi Taniya, Astika Rasyid, Ainun Hanifa ...................................................................... 73

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page v


HUBUNGAN ANTARA SIKAP LANSIA TENTANG POSYANDU LANSIA
DENGAN KETERATURAN MENGIKUTI POSYANDU LANSIA
DI DESA MOJOARUM KECAMATAN GONDANG
KABUPATEN TULUNGAGUNG
TAHUN 2013

Oleh :
LISA WIRATNASARI
ASTIKA RASYID, SST
AINUN HANIFA, S.Si.T

Integrated health service posts elderly people were followed by elderly people in an
area that by the community where they can get health care. Target integrated health service
posts visits elderly in 2012 were 50% while the number of 17% had been achieved. The
purpose of this study was to determine the relationship between attitudes about the elderly
with regularity elder integrated health service posts following elderly integrated health service
posts.
Based on the results of research on attitudes elderly in elderly integrated health
service posts from Chi Square test results obtained signifikan was 0,05 produce p value =
0,040. Because 0.040 < 0.05 which meant that H0 was significance level (rejected, so that
there is a relationship between attitudes about elderly integrated health service posts with
regularity follow elderly integrated health service posts. Information from health professionals
will have an impact on a positive attitude. So expect more positive attitude elderly will
increase the regularity of visits to the elderly posyandu.

Pendahuluan
Posyandu lansia adalah pos Tinjauan Pustaka
pelayanan terpadu untuk masyarakat usia Sikap adalah reaksi atau respon
lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah seseorang yang masih tertutup terhadap
disepakati, yang digerakkan oleh suatu stimulasi atau obyek (Notoatmodjo,
masyarakat dimana mereka bisa 2003: 124).
mendapatkan pelayanan kesehatan. Sikap memiliki tiga komponen yang
World Health Organization (WHO) ketiganya saling berkaitan yaitu :
meramalkan bahwa penduduk lansia di 1. Komponen Kognitif
Indonesia pada tahun 2020 mendatang 2. Komponen Afektif
sudah mencapai angka 11,34% atau 3. Komponen Konatif
tercatat 28,8 juta orang. Berdasarkan data Menurut Notoatmodjo (2003: 27),
Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2007, sikap terdiri dari :
jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,96 1. Menerima (receiving)
juta orang. Jumlah lansia pada tahun 2012 2. Merespon (responding)
di Kabupaten Tulungagung sejumlah 3. Menghargai (valuing)
170.505 orang. Target kunjungan lansia 4. Bertanggung jawab (responsible)
ke posyandu lansia di Kabupaten Faktor yang Mempengaruhi
Tulungagung tahun 2012 adalah sebanyak Pembentukan Sikap menurut Azwar
50% atau 85.253 orang. Sedangkan yang (2003: 17) terdiri dari:
telah tercapai sejumlah 17% atau 28.986 1. Pengalaman pribadi
orang. 2. Pengaruh orang lain yang diangap
penting
Tujuan Penelitian 3. Pengaruh kebudayaan
Mengetahui hubungan antara sikap 4. Media massa
lansia tentang posyandu lansia dengan 5. Lembaga pendidikan dan lembaga
keteraturan lansia mengikuti posyandu agama
lansia di Desa Mojoarum Kecamatan 6. Pengaruh faktor emosional
Gondang Kabupaten Tulungagung Tahun Penelitian menggunakan skala
2013 Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 1


jawaban yang tegas terhadap suatu Jenis pelayanan kesehatan yang
permasalahan yang ditanyakan. Skala dapat diberikan kepada lanjut usia di
Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk Posyandu menurut Sulistyorini dkk (2010:
pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam
da 52) adalah:
bentuk check list. Jawaban dapat dibuat 1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan
skor tertinggi satu dan skor terendah nol. sehari-hari
hari meliputi kegiatan dasar
dalam kehidupan
No Pernyataan TS S
2. Pemeriksaan status mental
1 Negatif 1 0 3. Pemeriksaan status gizi
2 Positif 0 1 4. Pengukuran tekanan darah
5. Pemeriksaan hemoglobin
Keterangan :
TS : Tidak Setuju
6. Pemeriksaan
saan adanya gula dalam air
seni
S : Setuju
Kemudian diubah menjadi skor T 7. Pemeriksaan adanya zat putih telur
dengan rumus sebagai berikut : (protein) dalam air seni
8. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas
T = 50 + 10 9. Penyuluhan kesehatan
10. Pemberian Makanan Tambahan
(PMT)
Keterangan : 11. Kegiatan olahraga
x : Skor responden 12. Program Kunjungan Lansia minimal
x : mean skor kelompok dapat dilakukan 1 (satu) bbulan sekali
s : standar devisi Skor kelompok Menurut Sulistyorini dkk (2010: 50)
Skor T merupakan skala yang biasa mekanisme pelayanan di posyandu lansia
digunakan dalam skala model Likert untuk ada beberapa, meliputi:
menentukan sikap seseorang. 1. Sistem 7 (tujuh) meja
Kriteria: Mekanisme sistem 7 (tujuh) meja
1. Sikap positif skor T ≥ mean T. sebagai berikut :
2. Sikap negatif skor T < mean T. a. Meja 1 : Pendaftaran
(Azwar, 2010: 156) b. Meja 2 : Pemeriksaan kesehatan
Posyandu lansia merupakan c. Meja 3 : Penukuran tekanan
perwujudan pelaksanaan program darah, TB, BB serta pencatatan
pengembangan dari kebijakan Pemerintah KMS
melalui pelayanan kesehatan bagi lansia
lansia. d. Meja 4 : Penyuluhan
Adapun sasaran posyandu lansia e. Meja 5 : Pengobatan
(Sulistyorini dkk, 2010: 45) adalah : f. Meja 6 : Pemeriksaan Gigi
1. Sasaran langsung g. Meja 7 : PMT (Pemberian
a. Kelompok pra usia lanjut (45 (45-59 Makanan Tambahan)
tahun) 2. Sistem 5 (lima) meja
b. Kelompok usia lanjut (60 tahun a. Meja 1 : Pendaftaran
keatas) b. Meja 2 : Pengukuran
c. Kelompok usia lanjut dengan tentang pengukuran dan
resiko tinggi (70 tahun keatas) penimbangan bera
berat badan
2. Sasaran tidak langsung c. Meja 3 : Pencatatan
a. Organisasi sosial yang bergerak tentang pengukuran tinggi badan
dalam pembinaan usia lanjut dan berat badan, Indek Massa
b. Masyarakat luas. Tubuh (IMT) dan mengisi KMS.
Menurut Sulistyorini dkk (2010: 47) d. Meja 4 : Penyuluhan,
kegiatan posyandu lansia mencakup konseling dan pojok gizi, serta
upaya-upaya
upaya perbaikan dan peningkatan pemberian PMT.
kesehatan masyarakat, meliputi: e. Meja 5 : Pemeriksaan
1. Promotif kesehatan dan pengobatan,
2. Preventif mengisi data
data-data hasil
3. Kuratif pemeriksaan kesehatan pada
4. Rehabilitatif KMS dan diharapkan setiap

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 2


kunjungan pada lansia sikap kesehatan juga sejalan dengan
diannjurkan untuk selalu pengetahuan kesehatan (Notoatmodjo,
membawa KMS lansia guna 2003: 129). Perilaku sesorang dipengaruhi
memantau status kesehatannya. oleh sikap (attitude), sedangkan sikap
3. Sistem 3 (tiga) meja seseorang adalah cerminan kesiapan
Mekanisme system 3 (tiga) meja untuk bereaksi terhadap suatu obyek.
sebagai berikut : Demikian juga pengetahuan lansia akan
a. Meja 1 : Pendaftaran lansia, manfaat lansia dapat diperoleh dari
pengukuran dan penimbangan pengalaman pribadi dalam kehidupan
berat badan atau tinggi badan. sehari-harinya. Dari pengetahuan dan
b. Meja 2 : Melakukan pengalaman lansia tentang posyandu
pencatatan BB, TB, Indeks Massa berpengaruh terhadap perilaku lansia
Tubuh (IMT), pelayanan untuk melakukan kunjungan posyandu
kesehatan seperti pengobatan lansia secara teratur sesuai dengan
sederhana dan rujukan kasus peraturan 1 kali dalam 1 bulan atau
juga dilakukan di meja 2 (dua). melakukan kunjungan 6 bulan berturut-
c. Meja 3 : Melakukan kegiatan turut.
penyuluhan atau konseling (pojok
gizi). Metode Penelitian
Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia Jenis penelitian yang digunakan
adalah sebuah kartu catatan tentang dalam penelitian ini adalah observasional.
perkembangan status kesehatan yang Desain yang digunakan dalam penelitian
dipantau setiap .kunjungan ke Posyandu ini adalah penelitian analitik non
lansia atau berkunjung ke Puskesmas eksperimental dengan pendekatan cross
yang meliputi pemantauan kesehatan fisik sectional.
dan emosional serta deteksi dini atas Populasi yang digunakan dalam
penyakit atau ancaman kesehatan yang penelitian ini adalah semua lansia usia >
dihadapi lansia. 60 sejumlah 40 responden. Teknik
Keteraturan kunjungan ke posyandu sampling yang digunakan adalah
adalah mendatangi kegiatan posyandu accidental sampling. Sampel yang
beberapa kali secara teratur dalam waktu digunakan dalam penelitian ini 35
6 bulan berturut-turut (PPKM, 2002: 16). responden.
Kegiatan posyandu lansia pada prinsipnya Alat yang digunakan dalam
harus dilakukan 1 bulan sekali agar dapat pengumpulan data sikap lansia tentang
memantau kondisi kesehatan (Soeweno posyandu lansia adalah kuesioner. Alat
dkk, 2010: 24). yang digunakan untuk menilai keteraturan
Faktor yang Mempengaruhi lansia dalam mengikuti posyandu lansia
Keteraturan Kunjungan Posyandu Lansia: adalah KMS Lansia. Teknik uji statistik
1. Pengetahuan lansia tentang manfaat yang dipilih berdasarkan tujuan uji yaitu
posyandu. hubungan (korelasi/asosiasi) dan skala
2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu data sikap lansia tentang posyandu lansia
lansia. yaitu nominal dengan keteraturan lansia
3. Dukungan keluarga untuk mengantar mengikuti posyandu adalah ordinal.
maupun mengingatkan lansia untuk Berdasarkan acuan Tersebut maka
datang ke posyandu. digunakan uji Chi Square.
4. Sikap terhadap petugas posyandu.
5. Sarana dan prasarana penunjang Hasil Dan Pembahasan
pelaksanaan Posyandu Lansia. Berdasarkan hasil penelitian
Hubungan Sikap Lansia tentang diketahui bahwa sebagian besar dari
Posyandu Lansia dengan Keteraturan responden yaitu sebanyak 21 responden
Mengikuti Posyandu: (60%) memiliki sikap positif dan sebagian
Sikap merupakan penilaian seseorang besar dari responden teratur mengikuti
terhadap stimulus atau obyek, proses posyandu lansia yaitu 20 responden
selanjutnya akan menilai atau bersikap (57%).
terhadap stimulus atau obyek kesehatan Berdasarkan hasil analisis dengan
tersebut, oleh karena itu indikator untuk uji Chi Square dapat diperoleh hasil

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 3


dengan signifikan 0,05 menghasilkan p Kabupaten Tulungagung Tahun
value = 0,040 dimana 0,040 < 0,05 maka 2013".
Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya
"ada hubungan antara sikap lansia tentang Saran
posyandu lansia dengan keteraturan 1. Bagi responden diharapkan dapat
lansia mengikuti posyandu di Desa lebih meningkatkan sikap lansia
Mojoarum Kecamatan Gondang tentang keteraturan mengikuti
Kabupaten Tulungagung Tahun 2013". posyandu lansia sehingga dapat
Sikap merupakan penilaian merubah sikap ke arah yang lebih baik
seseorang terhadap stimulus atau obyek, dan pada akhirnya dapat menciptakan
proses selanjutnya akan menilai atau perilaku yang lebih aktif dalam
bersikap terhadap stimulus atau obyek mengikuti kegiatan posyandu lansia.
kesehatan tersebut, oleh karena itu 2. Bagi tempat penelitian diharapkan
indikator untuk sikap kesehatan juga dapat lebih meningkatkan pelayanan
sejalan dengan pengetahuan kesehatan. dan motivasi kepada lansia guna
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh memberi dorongan, mendayagunakan
sikap. Pengetahuan lansia akan manfaat dan mengembangkan kegiatan
posyandu lansia dapat diperoleh dari posyandu lansia.
pengalaman pribadi dalam kehidupan 3. Bagi institusi pendidikan diharapkan
sehari-harinya. Dengan pengalaman, hasil penelitian ini dapat dijadikan
pengetahuan lansia menjadi meningkat bahan kajian pustaka lebih lanjut
yang menjadi dasar pembentukan sikap khususnya untuk penelitian yang
dan dapat mendorong minat atau motivasi sejenis mengenai posyandu lansia.
mereka untuk selalu mengikuti kegiatan 4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
posyandu lansia. Kegiatan posyandu dapat dijadikan pengalaman nyata
lansia pada prinsipnya harus dilakukan 1 dalam melakukan penelitian
bulan sekali agar dapat memantau kondisi khususnya dalam hal sikap lansia
kesehatan. Lansia yang memiliki sikap tentang posyandu lansia dengan
positif akan memiliki kecenderungan keteraturan mengikuti posyandu
perilaku teratur memeriksakan kesehatan lansia.
di posyandu lansia. Semakin positif sikap 5. Bagi Penelitian Selanjutnya
lansia tentang posyandu lansia akan diharapkan dapat menjadi bahan
semakin teratur kunjungan lansia ke wacana dalam penelitian selanjutnya
posyandu, karena dari sikap positif akan
membentuk perilaku yang positif dalam Daftar Pustaka
upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
pada lansia. Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hal:
Kesimpulan 131, 235, 236
1. Dari 35 responden hampir seluruhnya Ariwibowo.2012. Pengetahuan dengan
dari responden memiliki sikap positif Status Kunjungan Posyandu Lansia.
yaitu sebanyak 21 responden (60%). Jakarta.
2. Dari 35 responden hampir seluruhnya http://nursemenden.blogspot.com.
dari responden teratur mengikuti Tanggal akses 29 September 2012
posyandu lansia yaitu 20 responden jam 10.00 WIB. Hal:
(57%). Azwar, Saifudin. 2003. Sikap Manusia dan
3. Berdasarkan uji Chi Square Teori Pengukuranya. Jakarta: Pusat
didapatkan hasil signifikan 0,05 Pelajar.
menghasilkan p value = 0,040 dimana Hal: 17, 29
0,040 < 0,05 maka Ho ditolak, dan Ha . 2007. Sikap Manusia dan
diterima yang artinya "ada hubungan Teori Pengukuranya. Jakarta: Pusat
antara sikap lansia tentang posyandu Pelajar.
lansia dengan keteraturan lansia Hal: 30
mengikuti posyandu di Desa . 2010. Sikap Manusia dan
Mojoarum Kecamatan Gondang Teori Pengukuranya. Jakarta: Pusat
Pelajar.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 4


Hal: 156 Silalahi, Ulber. 2003. Metode Penelitian
Gerungan, W, A. 2002. Psikologi Sosial. Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Hal:
Bandung: Refika Aditama. Hal: 25 38
Hidayat. 2007. Metode Penelitian Sugiono. 2006. Statistik Untuk Penelitian.
Kebidanan dan Teknik Analisis Bandung: Alfabeta. Hal: 246
Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal: Soeweno dkk. 2010. Pedoman
116, 91, 86, 121 Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia:
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Jakarta. Komisi Nasional Lanjut
Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif Usia. Hal: 5, 9, 22, 24, 52
dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Sulistyorini dkk. 2010. Posyandu dan
Persada Press. Hal: 54 Desa Siaga. Muha Medika. Bantul.
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan Hal: 45, 47, 48, 50, 52
pada Klien Lanjut Usia. Salemba Sunaryo. 2004. Psikologi untuk
Medika. Jakarta. Hal: 2 Keperawatan. Jakarta: EGC. Hal: 197
Maryam. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Tamher dkk. 2011. Kesehatan Usia Lanjut
Perawatannya. Jakarta: Salemba dengan Pendekatan Asuhan
Medika. Hal: 32, 33, 34 Keperawatan. Hal: 15, 57
Notoatmodjo. 2003. Metode Penelitian Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial.
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Yogyakarta: Andi. Hal: 111, 113,
Hal: 124, 27, 129, 79, 116 135
.2005. Metode Penelitian
Kesehatan. Rineka
Cipta. Jakarta. Hal:
125, 48
.2007. Metode Penelitian
Kesehatan. Rineka
Cipta. Jakarta. Hal:
112, 183
Nursalam. 2003. Konsep Dasar
Penerapan Metodologi Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 57, 79,
212, 96, 97, 119

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 5


HUBUNGAN KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA
NEONATORUM DI RSUD dr. ISKAK
KABUPATEN TULUNGAGUNG
TAHUN 2012

Oleh :
AYU FITRI MEILIZA
SITI MARYAM, SST, M. Kes
RINI SULISTYOWATI, SST

Serotinus is one of the high-risk pregnancy, where there can be complications in the
mother and fetus. The perinatal mortality was significantly higher in infants and neonates
serotinus during labor and delivery and emergency cases categorized neonatal.The goal of
this research is to find the relationship between the incidence of serotinus pregnancy with
neonatal asphyxia in dr. Iskak in 2012.
The results obtained from a total of 597 deliveries, most of the 379 deliveries (63.5%)
is not serotinus labor and neonatal asphyxia. Statistical test Chi Square, with a significant
0.05 produces 0,001, where 0,001 < 0.05, so H0 is rejected and H1 is accepted, which
means that there is a relationship between the incidence of pregnancy serotinus with
neonatal asphyxia. Serotinus pregnancy often cause complications due to reduced supply of
nutrients and oxygen at the end of pregnancy, due to the excess of time, become old, and
reduced placental function, which can cause asphyxia neonatorum.

Pendahuluan asfiksia neonatorum di RSUD dr. Iskak


Serotinus yaitu kehamilan yang Tulungagung tahun 2012.
berlangsung selama lebih dari 42 minggu
atau 294 hari (Abidin. D, 2008: 97). Tinjauan Pustaka
Serotinus merupakan salah satu Kehamilan serotinus adalah
kehamilan yang beresiko tinggi, dimana kehamilan yang berlangsung 42 minggu
dapat terjadi komplikasi pada ibu dan atau lebih. Kira-kira 10% kehamilan
janin. Komplikasi yang dapat terjadi salah berlangsung terus sampai 42 minggu, 4%
satunya adalah asfiksia neonatorum berlanjut sampai usia 43 minggu
(FKUI, 2007:5). Bayi dengan asfiksia (Sastrawinata, 2004 : 13).
neonatorum memberikan masalah Serotinitas adalah istilah yang
kehidupan pada semua fungsi organ menggambarkan sindrom dismaturitas
tubuhnya yang dapat terjadi pada kehamilan
Menurut data Survei Demografi dan serotinus. Keadaan ini terjadi pada 30%
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 kehamilan serotinus dan 3% kehamilan
angka kematian bayi sebesar 34 aterm (Sastrawinata, 2004: 14).
kematian/1000 kelahiran hidup. Angka Tanda-tanda bayi serotinus:
kematian bayi ini sebanyak 47% 1. Menghilangnya lemak subkutan.
meninggal pada masa neonatal. Adapun 2. Kulit kering, keriput, atau retak-retak.
penyebab kematian bayi baru lahir di 3. Pewarnaan mekonium pada kulit,
Indonesia, salah satunya asfiksia yaitu umbilikus, dan selaput ketuban.
sebesar 27%. Berdasarkan studi 4. Kuku dan rambut panjang.
pendahuluan yang dilakukan pada bulan 5. Bayi malas.
September 2012 di RSUD Dr. Iskak Komplikasi yang dapat terjadi adalah
Kabupaten Tulungagung didapatkan dari kematian janin dalam rahim, akibat
95 bayi serotinus, 77 bayi (81%) insufisiensi plasenta karena menuanya
mengalami asfiksia neonatorum. plasenta dan kematian neonatus yang
tinggi. Asfiksia adalah penyebab utama
Tujuan Penelitian mortalitas dan morbiditas neonatus. Pada
Mengetahui hubungan antara otopsi neonatus dengan serotinitas
kehamilan serotinus dengan kejadian didapatkan tanda-tanda hipoksia termasuk
adanya petekie pada pleura dan

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 6


perikardium serta didapatkan adanya intrauterin. Pada kehamilan serotinus juga
partikel-partikel mekonium pada paru dihadapi masalah kematangan serviks (
(Sastrawinata, 2004: 14). Manuaba, 2009 : 127).
Mengingat morbiditas dan mortalitas Asfiksia neonatorum adalah
yang tinggi pada kehamilan serotinus, keadaan dimana bayi tidak dapat segera
penilaian terhadap risiko terjadinya bernafas secara spontan dan teratur
dismaturitas harus dilakukan antepartum setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
untuk memutuskan apakah fetus masih hipoksia janin dalam uterus (Sarwono. P,
boleh tinggal dalam rahim (menunggu 2002: 348).
persalinan spontan) atau harus dilahirkan Bila terdapat gangguan pertukaran
(Sastrawinata, 2004: 15). gas atau pengangkutan oksigen dari ibu
Penilaian kesejahteraan janin dapat ke janin, akan terjadi asfiksia janin.
dilakukan dengan cara: Gangguan ini dapat timbul pada masa
1. Evaluasi cairan amnion dengan kehamilan, persalinan atau segera setelah
amniosentesis atau USG untuk melihat lahir.
adanya oligohidramnion. (Towell, 1966) dalam buku
2. Pantau perubahan denyut jantung (Sarwono, 2002: 389-371) menganjurkan
janin tanpa beban (nonstress test) atau penggolongan penyebab kegagalan
dengan beban (contraction stress test). pernafasan pada bayi yang terdiri dari:
3. Tentukan skoring profil biofisik yang 1. Faktor Ibu
didapat dari pemeriksaan NST, USG Hipoksia ibu. Hal ini akan
untuk melihat pernapasan janin, tonus menimbulkan hipoksia janin dengan
fetus, pergerakan fetus, dan jumlah segala akibatnya. Hipoksia ibu ini
cairan amnion. dapat terjadi karena hipoventilasi
Penatalaksanaan: akibat pemberian obat analgetika atau
1. Ekspektatif anesthesia dalam gangguan aliran
2. Aktif darah uterus.
Tanpa melihat keadaan serviks induksi 2. Faktor plasenta
harus dilakukan pada fetus yang Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat
mempunyai risiko untuk mengalami gangguan mendadak pada plasenta,
dismaturitas, atau bila kehamilan misalnya solusio plasenta, perdarahan
mencapai umur 44 minggu. plasenta dan lain-lain.
Prognosis kematian janin pada 3. Faktor fetus
kehamilan serotinus meningkat bila pada Kompresi umbilicus akan
kehamilan 42-43 minggu angka kematian mengakibatkan terganggunya aliran
bayi menjadi 3,3% dan pada kehamilan 44 darah dalam pembuluh darah
minggu menjadi 6,6%. Morbiditas ibu umbilicus dan menghambat pertukaran
meningkat karena kejadian partus buatan gas antar ibu dan janin. Gangguan
dan seksio sesarea meningkat aliran darah ini dapat ditemukan pada
(Sastrawinata, 2004: 15). keadaan talu pusat menumbung, tali
Komplikasi Kehamilan Serotinus: pusat melilit leher, kompresi tali pusat
1. Oligohidramnion antara janin dan jalan lahir dan lain-
2. Warna mekonium lain.
3. Makrosomia 4. Faktor neonatus
4. Dismaturitas bayi Depresi pusat pernafasan pada bayi
Masalah yang dihadapi pada baru lahir dapat terjadi karena
serotinus adalah resiko terhadap janin, beberapa hal:
waktu yang tepat untuk melakukan a. Pemakaian obat
persalinan, menentukan persalinan per anesthesia/analgetika yang
vagina versus perabdominal. Risiko berlebihan
kematian janin intrauterin dan risiko b. Trauma yang terjadi pada
makrosomia. Pada kehamilan serotinus, persalinan
persalinan perlu dipercepat bila terjadi c. Kelainan konginetal pada bayi
preeklampsia/ eklampsia,ibu dengan
hipertensi, ibu dengan diabetes melitus,
dan gangguan tumbuh kembang janin

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 7


Asfiksia neonatorum dapat dibagi dalam: mengandung 02 tinggi ke dalam
1. Skor APGAR 7-10. Dalam hal ini bayi kateter secara mulut ke pipa atau
dianggap sehat dan tidak memerlukan ventilasi kantong ke pipa. Usaha
tindakan istimewa. pernafasan (gasping) biasanya
2. Asfiksia sedang. Skor APGAR 4-6. mulai timbal setelah tekanan positif
Pada pemeriksaan fisik akan terlihat diberikan 1-3 kali. Bila setelah 3
frekuensi jantung lebih dari 100/menit, kali inflasi tidak didapatkan
tonus otot kurang baik atau baik, perbaikan pernafasan atau
sianosis, refleks iritabilitas tidak ada. frekuensi jantung, masase jantung
3. Asfiksia berat. Skor APGAR 0-3. Pada eksternal harus segera kerjakan
pemeriksaan finis ditemukan frekuensi dengan frekuensi 80-100/menit.
jantung kurang dari 100/menit, tonus Tindakan ini dilakukan dengan
otot buruk, sianosis berat dan kadarig- diselingi ventilasi tekanan dalam
kadang pucat, refleks-iritablitas tidak perbandingan 1 : 3, yaitu setiap 1
ada, asfiksia berat dengan henti kali ventilasi tekanan diikuti oleh 3
jantung. kali kompresi dinding toraks.
Tujuan utama mengatasi asfiksia Asfiksia berat dengan disertai henti
ialah untuk mempertahankan kelang- jantung:
sungan hidup bayi dan membatasi gejala Tindakan yang dilakukan sesuai
sisa yang mungkin timbul di kemudian dengan penderita asfiksia berat,
hari. Tindakan yang dikerjakan pada bayi hanya dalam hal ini disamping
lazim disebut resusitasi bayi baru lahir. pemasangan pipa endotrakeal,
Prinsip dasar resusitasi: segera pula dilakukan masase
1. Memberikan lingkungan yang baik jantung eksternal (Saifudin, 2002:
pada bayi dan mengusahakan saluran 124).
pernafasan tetap babas serta b. Asfiksia sedang (skor APGAR 4-6)
merangsang timbulnya pernafasan. Bila dalam waktu 36-60 detik tidak
2. Melakukan koreksi terhadap asidosis timbul pernafasan spontan,
yang terjadi. ventilasi aktif harus segera dimulai.
3. Menjaga agar sirkulasi darah tetap Ventilasi aktif yarg sederhana,
baik. dapat dilakukan secara 'frog
Dalam Saifudin (2002: 121-125) cara breathing'. Cara ini kerjakan
resusitasi terbagi atas tindakan umum dan dengan meletakkan kateter 02
tindakan khusus: intranasalsian 02 dialirkan dengan
1. Tindakan umum aliran 1-21/menit. Ventilasi ini
a. Pernapasan, suhu dihentikan bila setelah 1-2 menit
b. Pembersihan jalan nafas tidak dicapai hasil yang
c. Rangsangan untuk menimbulkan diharapkan. Dalam hal ini segera
pernafasan dilakukan ventilasi paru dengan
2. Tindakan khusus tekanan positif secara tidak
Cara yang dikerjakan disesuaikan langsung (Saifudin, 2002: 125).
dengan beratnya asfiksia yang timbul Ventilasi ini dapat kerjakan dengan
pada bayi yang dimanifestasikan oleh 2 cara. yaitu ventilasi mulut ke
tinggi rendahnya skor APGAR mulut atau ventilasi kantong ke
(Saifudin, 2002: 123) masker. Ventilasi dilakukan secara
a. Asfiksia Berat (skor APGAR 0-3). teratur dengan frekuensi 20-30
Langkah utama ialah memperbaiki kali/menit dan diperhatikan
ventilasi paru dengan memberikan gerakan pernafasan spontan yang
02 dengan tekanan dan intermiten. mungkin timbul. Tindakan
Cara yang terbaik ialah dengan dinyatakan tidak berhasil bila
melakukan intubasi endotrakeal. setelah dilakukan beberapa saat
Setelah kateter diletakkan dalam terjadi penurunan frekuensi jantung
trakea, 02 diberikan dengan atau perburukan tonus otot.
tekanan tidak lebih dari 30 cm H20. Intubasi endotrakeal harus segera
Tekanan positif ini dilakukan dikerjakan dan bayi diperlakukan
dengan meniupkan udara yang

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 8


sebagai penderita asfiksia berat adalah lembar observasi. Setelah data
(Saifudin, 2002: 125). terkumpul kemudian dilakukan analisa
c. Asfiksia ringan Nilai apgar 7-10 data dengan tahap-tahap coding, scoring
pada usia 1 menit dan tabulating. Tehnik uji statistik yang
Bayi dengan nilai apgar 7-10 dipilih berdasarkan tujuan uji yaitu
jarang memerlukan tindakan hubungan (kolerasi atau asosiasi) dan
resusitasi kecuali pengisapan jalan skala data kehamilan serotinus yaitu
nafas. nominal dan asfiksia neonatorum adalah
nominal. Berdasarkan acuan tersebut
Konsep Hubungan Serotinus dengan maka digunakan Uji Chi Square.
Asfiksia Neonatorum
Angka kematian dalam serotinus Hasil Dan Pembahasan
lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan Berdasarkan hasil penelitian pada
cukup bulan disebabkan akibat tanggal 12-14 pebruari 2013 menunjukkan
berkurangnya penyediaan nutrisi dan bahwa dari total 597 persalinan di RSUD
oksigen pada akhir kehamilan, karena dr. Iskak Tulungagung tahun 2012,
dengan kelebihan waktu, plasenta menjadi sebagian besar persalinan 379 (63,5%)
tua dan berkurang fungsinya. Komplikasi adalah persalinan tidak serotinus dan tidak
yang dapat terjadi salah satunya adalah asfiksia neonatorum, dan sebagian kecil
asfiksia neonatorum (FKUI, 2007: 5). persalinan 76 (7,7%) adalah persalinan
Komplikasi yang dapat terjadi pada serotinus, dimana sebagian besar
serotinus adalah kematian janin dalam persalianan serotinus mengalami asfiksia
rahim akibat insufiensi plasenta karena neonatorum yaitu 40 (6,7%), dan yang
menuanya plasenta yang dapat tidak mengalami asfiksia neonatorum yaitu
berdampak pada asfiksia. Asfiksia adalah 6 (1%).
penyebab utama dan morbiditas neonates. Berdasarkan Uji statistik Chi Square
Serotinus yang dapat berdampak dengan signifikan 0,05 menghasilkan p
pada asfiksia neonatorum pada umumnya value 0,001 dimana 0,001 < 0,05 sehingga
disebabkan oleh manajemen persalinan H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti
yang buruk dan kurangnya akses ke ada hubungan antara kehamilan serotinus
pelayanan obstetri. Asupan kalori dan dengan kejadian asfiksia neonatorum di
mikronutrien juga menyebabkan keluaran RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun 2012.
yang buruk. Angka kematian dalam serotinus
lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan
Metode Penelitian cukup bulan yang disebabkan
Jenis penelitian yang digunakan berkurangnya penyediaan nutrisi dan
dalam penelitian ini adalah penelitian oksigen pada akhir kehamilan, karena
observasional. Desain penelitian yang dengan kelebihan waktu, plasenta menjadi
digunakan dalam penelitian ini adalah tua dan berkurang fungsinya. Komplikasi
analitik, Pendekatan yang digunakan yang dapat terjadi salah satunya adalah
adalah pendekatan “cross sectional”. asfiksia neonatorum (FKUI, 2007: 5).
Populasi dalam penelitian ini adalah Fakta dan teori diatas didapatkan
Seluruh ibu bersalin dan bayinya di RSUD bahwa ibu yang melahirkan di RSUD dr.
dr. Iskak Kabupaten Tulungagung bulan Iskak Tulungagung tahun 2012 sebagian
Oktober-Desember tahun 2012 sejumlah kecil adalah kehamilan serotinus, namun
597 persalinan. Tehnik pengambilan demikian kehamilan serotinus mempunyai
sampel yang digunakan dalam penelitian pengaruh terhadap kejadian asfiksia
ini adalah jenis non probability sampling neonatorum. Serotinus yang dapat
dengan metode total sampling. Besar berdampak pada asfiksia neonatorum
sampel dalam penelitian ini sejumlah 597 pada umumnya disebabkan oleh
persalinan pada bulan Oktober-Desember manajemen persalinan yang buruk dan
tahun 2012. kurangnya akses ke pelayanan obstetri.
Pengumpulan data serotinus dan Asupan kalori dan mikronutrien juga
asfiksia neonatorum dilakukan dengan menyebabkan keluaran yang buruk, pada
observasi data rekam medic. Dalam keadaan neonatus serotinus dapat
penelitian ini instrumen yang digunakan dicegah apabila wanita mendapatkan

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 9


nutrisi yang cukup dan mendapatkan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal:
perawatan yang sesuai pada saat 111.
kehamilan, kelahiran dan periode pasca Bobak, Irene. 2004. Keperawatan
persalinan. Maternitas. Jakarta : EGC. Hal :
245-248
Kesimpulan Dedy, dkk. 2008. Hubungan BBLR
1. Dari total 597 responden persalinan di Dengan Asfiksia Neonatorum.
RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun gtcommunitys.blogspot.com.
2012, hampir seluruhnya dari 23/11/2011. 14.01.
responden 379 (63,5%) tidak Departemen Kesehatan Republik
mengalami serotinus. Indonesia. 2009. Manajamen Bayi
2. Dari total 597 persalinan di RSUD dr. Berat Lahir Rendah Untuk Bidan
Iskak Tulungagung tahun 2012, Dan Perawat. Jakarta: DepKes RI.
sebagian besar dari responden 383 Hal: 10,13,14,20.
(64,15%) tidak mengalami asfiksia Departemen RI. 2005. BBLR dan
neonatorum. Penatalaksanaannya. Jakarta:
3. Uji statistik Chi Square dengan Depkes RI. Hal : 1-4
signifikan 0,05 menghasilkan p value _________. 2007. Profil Kesehatan di
0,001 dimana 0,001 < 0,05 sehingga Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Hal
H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti :9
ada hubungan antara kehamilan _________. 2008. Pencegahan dan
serotinus dengan kejadian asfiksia Penataksanaan Asfiksia
neonatorum di RSUD dr. Iskak Neonatorum. Jakarta: Depkes RI.
Tulungagung tahun 2012. Hal : 5
_________. 2009. Buku Kesehatan Ibu
Saran Dan Anak. Jakarta: DepKes RI.
1. Bagi Tempat Penelitian hendaknya Hal: 25.
meningkatkan kemampuan dalam _________. 2009. Manajamen Bayi
pengawasan dan pelayanan antenatal Berat Lahir Rendah Untuk Bidan
serta penanganan neonatus dengan Dan Perawat. Jakarta: DepKes RI.
komplikasi dengan cara memberikan Hal: 10,13,14,20.
pelatihan yang berkelanjutan sesuai Dirjen Bina Gizi. 2011. Kejadian BBLR di
dengan perkembangan ilmu Indonesia. Gizi.KIA.depkes.go.id,
pengetahuan dan teknologi yang ada. 12/11/2011. 09.18 AM.
2. Bagi Instansi Pendidikan hendaknya Fadlun. 2011.
berkerjasama dengan Dinas http://dwieriznia.blogspot.com/2011
Kesehatan untuk menyelenggarakan /04/asfiksia-neonatorum.
berbagai kegiatan penyuluhan kepada 26/11/2012. 19.24.
ibu hamil dan sosialisasi kepada Hidayat, Alimul, A. 2003. Metode
tenaga kesehatan tentang Penelitian Kebidanan dan Teknik
pengawasan antenatal yang tepat Analisa Data. Jakarta : Salemba
khususnya tentang kehamilan Medika. Hal: 43, 50, 67, 68, 81,
serotinus 121.
3. Bagi Tenaga Kesehatan hendaknya _________. 2007. Metode Penelitian
bisa dijadikan tambahan informasi Kebidanan dan Teknik Analisa
dalam penanganan kegawatdaruratan Data. Jakarta : Salemba Medika.
khususnya yang berkaitan dengan Hal: 43, 50, 67, 68, 81, 121.
kehamilan serotinus dan asfiksia _________. 2008. Praktikum Ketrampilan
neonatoru. Dasar Praktek Klinik. Jakarta :
Salemba Medika. Hal: 166.
Daftar Pustaka Manuaba, IBG. 2002. Buku Ajar Patologi
Abidin, D. 2011. Pentingnya Tangis Obstetri – Untuk Mahasiswa
Pertama Bayi. generasikita.web.id. Kebidanan. Jakarta: EGC. Hal : 77
11/11/2011 11.21 AM. Mohctar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur jilid 1. Jakrta : EGC. Hal : 65
Penelitian Suatu Pendekatan

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 10


Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. ________. 2003. Panduan Praktek
Bogor: Ghalia. Hal: 124, 126. Pelayanan Kesehatan Maternal
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metode dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Rineka Cipta. Hal : 121 Prawirohardjo. Hal : 110
________. 2005. Metode Penelitian ________. 2005. Pelayanan Kesehatan
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Hal: 69, 142, 145. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
________. 2010. Metode Penelitian Prawirohardjo. Hal : 123
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Santrock, J. W.. 2002. Perkembangan
Hal: 103, 124, 130. Masa Hidup. Jakarta : Erlangga.
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Hal : 47
Metodologi Penelitian Ilmu Setiawan dan Saryono. 2010. Metodologi
Keperawatan. Surabaya: Salemba Penelitian Kebidanan. Yogyakarta
Medika. Hal: 59, 91, 94, 111. : Nuha Medika. Hal : 54.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Silalahi, Amin. 2003. Metodologi dan Studi
Acuan Nasional Pelayanan Kasus, cetakan pertama. Jakarta:
Kesehatan Maternal Dan Neonatal. CV. Citramedia. Hal : 49
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Sarwono Prawirohardjo. Hal: 381. Kuantitatif Kualitatif Dan R & D.
_________. 2002. Ilmu Kebidanan. Bandung: Alfabeta. Hal: 38-39, 80.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sunarto, dkk. 2010. Hubungan Antara
Sarwono Prawirohardjo. Hal: 753- Hipertensi, Proteinuria Ibu
757, 763-764. Preeklampsia Dengan Kejadian
Saifuddin, AB. 2002. Pelayanan Asfiksia Neonatorum Di RSU dr.
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Harjono S. Ponorogo. Jurnal
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Peneltian Suara Forikes. Vol. I. No.
Sarwono Prawirohardjo. Hal : 97 4. Oktober 2011

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 11


HUBUNGAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN HEMORRHAGIC POST
PARTUM (HPP) DI RSUD dr. ISKAK
KABUPATEN TULUNGAGUNG
TAHUN 2012

Oleh :
PUTRI EKA SEJATI
NUNIK NINGTIYASARI, S.Si.T
WIDYA LUSI A, S.ST

High parity is a risk factor for the occurrence of HPP (haemoragic post partum)
because it tends to occur atonic uterus. Atonic uterus in women with high parity occurs
because miometriunm condition and muscle tone is not good anymore, causing vascular
compression failure at the site of implantation plaseta resulting in HPP. The purpose of this
study to know the relationship with the incidence of maternal parity HPP in dr. Iskak
Tulungagung.
The results obtained from 278 respondents maternity, nearly half of respondents were
primiparous and HPP, as many as 194 (69.8%) respondents. Statistical test Chi Square with
a significant p value of 0.05 produces 0,001 where 0,001 <0.05 so H0 is rejected and H1 is
accepted, which means that there is a relationship between parity with HPP. High parity on
maternal common HPP myometrium during labor because of the condition and muscle tone
is not good anymore so the compression of blood vessels in the uterus does not work
optimally.

Pendahuluan Kejadian HPP di RSUD dr. Iskak


Paritas tinggi merupakan salah Kabupaten Tulungagung tahun 2012.
satu faktor resiko terjadinya HPP. Hal ini
disebabkan haemoragic post partum Tinjauan Pustaka
(HPP) pada ibu dengan paritas tinggi Paritas adalah jumlah kehamilan
yang mengalami persalinan cenderung yang menghasilkan janin yang mampu
terjadi Atonia uteri. Atonia uteri pada ibu hidup di luar rahim (28 minggu)
dengan paritas tinggi terjadi karena (JHPIEGO, 2008: 52). Menurut
kondisi miometriunm dan tonus ototnya Winkjosastro (2003: 24) ditinjau dari
sudah tidak baik lagi sehingga tingkatannya paritas dikelompokkan
menimbulkan kegagalan kompresi menjadi tiga antara lain :
pembuluh darah pada tempat implantasi 1. Paritas rendah atau primipara
plaseta yang akibatnya terjadi HPP Paritas rendah meliputi nullipara dan
(Pritchard, 2009: 31). atau primipara
Data dari Survei Demografi dan 2. Paritas sedang atau multipara
Kesehatan Indonesia (SDKI) perdarahan Paritas sedang atau multipara
menduduki peringkat pertama penyebab digolongkan pada hamil dan bersalin
kematian ibu melahirkan di Indonesia, dua sampai empat kali.
yakni 28%. Sedangkan menurut LB 3 KIA 3. Paritas tinggi atau grandemultipara
dipropinsi Jawa Timur penyebab terbesar Kehamilan dan persalinan pada paritas
kematian ibu berturut-turut adalah tinggi atau grandemultipara, adalah ibu
perdarahan (34,62%) (Prawesty, 2010). hamil dan melahirkan 4 kali atau lebih.
Berdasarkan data skunder Rekam Medik Menurut Mansjoer (2003: 21)
RSUD dr. Iskak Tulungagung, 2011 seorang wanita yang telah mengalami
didapatkan kejadian HPP mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih,
peningkatan dari tahun 2010 sebanyak 53 kemungkinan dapat mengalami:
(23,25%) menjadi 66 (29,73%) pada tahun 1. Kontraksi yang lemah pada saat
2011. persalinan (karena otot rahimnya
lemah)
Tujuan Penelitian 2. Perdarahan setelah persalinan (karena
Untuk mengetahui adanya otot rahimnya lemah)
Hubungan Paritas Ibu Bersalin dengan

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 12


3. Plasenta previa (plasenta letak 7. Pastikan Kontraksi berlangsung baik
rendah). (keluarkan bekuan darah, lakukam
4. Pre eklampsi pijatan uterus, berikan uterotonika 10
Hemorraghic post partum (HPP) IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam
adalah perdarahan yang melebihi 500 ml 500cc NS/RL dengan 40
setelah bayi lahir. (Prawirohardjo, 2009: tetesan/menit.
523). 8. Pastikan placenta telah lahir dan
Menurut Rahmawati (2011: 229) lengkap, eksplorasi kemungkinan
penyebab umum perdarahan postpartum robekan jalan lahir.
adalah: 9. Bila perdarahan terus berlangsung,
1. Atonia uteri lakukan uji beku darah.
2. Retensio plasenta 10. Pasang cateter tetap dan lakukan
3. Sisa plasenta pemantauan input-output cairan
a. Pelekatan yang abnormal 11. Cari penyebab perdarahan dan
(plasenta akreta dan perkreta) lakukan penangan spesifik
b. Tidak ada kelainan perlekatan Faktor Predisposisi:
(plasenta seccenturia) 1. Grandemultipara
4. Trauma jalan lahir 2. Uterus yang terlalu regang
5. Penyakit darah (hidramnion, hamil ganda, anak sangat
6. Inversi Uterus besar (BB > 4000 gram).
7. Subinvolusi uterus 3. Kelainan uterus (uterus bicornis,
Klasifikasi HPP: mioma uteri, bekas operasi).
1. HPP primer/dini (early post partum 4. Placenta previa dan solutio placenta
hemorrhage), yaitu perdarahan yang (perdarahan antepartum).
terjadi dalam 24 jam pertama. 5. Partus lama (exhausted mother).
2. HPP Sekunder/lambat (late post 6. Partus precipitatus.
partum hemorrhage), yaitu perdarahan 7. Hipertensi dalam kehamilan
yang terjadi setelah 24 jam pertama (Gestosis).
setelah bayi lahir. 8. Infeksi uterus.
Untuk membuat diagnosis HPP 9. Anemi berat.
perlu diperhatikan ada perdarahan yang 10. Penggunaan oxitocin yang berlebihan
menimbulkan hipotensi dan anemia. dalam persalinan (induksi Partus).
apabila hal ini dibiarkan berlangsung 11. Riwayat HPP sebelumnya atau riwayat
terus, pasien akan jatuh dalam keadaan placenta manual.
syok. Cara yang terbaik untuk mencegah 12. Pimpinan kala III yang salah, dengan
terjadinya HPP adalah memimpin kala II memijit-mijit dan mendorong-dorong
dan kala III persalinan secara tepat. uterus sebelum placenta terlepas.
Menurut Prawirohardjo (2006: 159), 13. Intra Uterial Fetal Detardation (IUFD)
penanganan umum pada HPP: yang sudah lama, penyakit hati, emboli
1. Ketahui dengan pasti kondisi pasien air ketuban (koagulopati).
sejak awal (saat masuk) 14. Tindakan operatif dengan anestesi
2. Pimpin persalinan dengan mengacu umum yang terlalu dalam (Sarwono,
pada persalinan bersih dan aman 2009).
(termasuk upaya pencegahan HPP) Hubungan Paritas dengan
3. Lakukan observasi melekat pada 2 jam Kejadian HPP:
pertama pasca persalinan (di ruang Paritas tinggi merupakan salah
persalinan) dan lanjutkan pemantauan satu faktor resiko terjadinya HPP. Hal ini
terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di disebabkan pada ibu dengan paritas tinggi
ruang rawat gabung). yang mengalami persalinan cenderung
4. Selalu siapkan keperluan tindakan terjadi atonia uteri. Menurut Mansjoer
gawat darurat (2003: 71) seorang wanita yang telah
5. Segera lakukan penlilaian klinik dan mengalami kehamilan sebanyak 6 kali
upaya pertolongan apabila dihadapkan atau lebih, lebih mungkin mengalami: 1)
dengan masalah dan komplikasi Kontraksi yang lemah pada saat
6. Atasi syok persalinan (karena otot rahimnya lemah),
2) perdarahan setelah persalinan (karena

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 13


otot rahimnya lemah), 3) Plasenta previa disebabkan pada ibu dengan paritas tinggi
(plasenta letak rendah), dan 4) Pre yang mengalami persalinan cenderung
eklampsi. terjadi atonia uteri. Menurut Mansjoer
(2003: 71) seorang wanita yang telah
Metode Penelitian mengalami kehamilan sebanyak 6 kali
Jenis penelitian yang digunakan atau lebih, lebih mungkin mengalami: 1)
dalam penelitian ini adalah penelitian kontraksi yang lemah pada saat
observasional. Desain penelitian yang persalinan (karena otot rahimnya lemah),
digunakan dalam penelitian ini adalah 2) perdarahan setelah persalinan (karena
analitik. Pendekatan antar variabel adalah otot rahimnya lemah), 3) plasenta previa
pendekatan “Cross Sectional". (plasenta letak rendah), dan 4) pre
Populasi dalam penelitian ini eklampsi. Ibu grandemulti merupakan
adalah seluruh ibu bersalin di RSUD dr. paritas rawan oleh karena grandemulti
Iskak Kabupaten Tulungagung pada bulan banyak kejadian-kejadian obstetri patologi
Oktober-Desember 2012 sejumlah 597 yang bersumber pada paritas tinggi,
responden. Dalam penelitian ini peneliti antara lain: plasenta previa, perdarahan
menggunakan metode purposive sampling postpartum, dan lebih memungkinkan lagi
yaitu suatu penetapan sampel dengan terjadinya atonia uteri. Ibu paritas tinggi
cara memilih sampel diantara populasi sudah mengalami penurunan fungsi
sesuai yang dikehendaki peneliti kontraksi otot rahim sehingga pembuluh
(Nursalam, 2010: 125). Besar sampel darah uterus kurang berfungsi secara
dalam penelitian ini adalah 278 responden maksimum dan dapat menyebabkan
yang terdiri dari 220 ibu primípara dan 58 terjadinya perdarahan yang berlebih saat
ibu grandemulti pada bulan Oktober- persalinan.
Desember 2012.
Dalam penelitian ini pengumpulan Kesimpulan
data paritas ibu hamil dan HPP dilakukan 1) Dari total 278 ibu bersalin di RSUD dr.
dengan observasi data sekunder rekam Iskak Tulungagung, hampir seluruhnya
medik. Dalam penelitian ini instrumen dari responden adalah primipara, yaitu
yang digunakan adalah lembar observasi sebanyak 220 (79,14%) responden.
data sekunder rekam medik. Setelah data 2) Dari total 278 persalinan di RSUD dr.
terkumpul kemudian dilakukan analisa Iskak Tulungagung, hampir seluruhnya
data dengan tahap-tahap coding, scoring dari responden tidak mengalami HPP,
dan tabulating. yaitu sebanyak 210 (75,54%)
Teknik uji statistik yang dipilih responden.
berdasarkan tujuan uji yaitu hubungan 3) Dari total 278 persalinan sebagian
(kolerasi atau asosiasi) dan skala data besar dari responden adalah primipara
paritas ibu bersalin yaitu data kategorik dan tidak HPP, yaitu sebanyak 194
dan HPP adalah data kategorik. (69,8%) responden. Uji statistik Chi
Berdasarkan acuan tersebut maka Square dengan signifikan 0,05
digunakan uji Chi Square. menghasilkan p value 0,001 dimana
0,001 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan
Hasil Dan Pembahasan H1 diterima, yang berarti ada hubungan
Hasil penelitian menunjukkan antara paritas dengan HPP di RSUD
bahwa dari 278 responden yang bersalin dr. Iskak Tulungagung tahun 2012.
di RSUD dr. Iskak, sebagian besar
responden adalah primipara dan tidak Saran
HPP, yaitu sebanyak 194 (69,8%) 1. Bagi peneliti hendaknya penelitian ini
responden. Uji statistik Chi Square dengan dapat dijadikan sebagai sarana
signifikan 0,05 menghasilkan p value penerapan ilmu yang diperoleh selama
0,001 dimana 0,001 < 0,05 sehingga H0 perkuliahan, dan sebagai sarana
ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada pengabdian diri kepada masyarakat
hubungan antara paritas dengan HPP di sebagai bukti aplikasi atau penerapan
RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun 2012. tri dharma perguruan tinggi.
Paritas tinggi merupakan salah 2. Bagi Tempat Penelitian Disarankan
satu faktor resiko terjadinya HPP. Hal ini hendaknya meningkatkan kemampuan

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 14


dalam pengawasan dan pelayanan Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian.
antenatal serta penanganan neonatus Bogor: Ghalia. Hal: 126.
dengan komplikasi dengan cara Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
memberikan pelatihan yang Metodologi Penelitian Ilmu
berkelanjutan sesuai dengan Keperawatan. Jakarta: Salemba
perkembangan ilmu pengetahuan dan Medika. Hal: 87, 91, 92, 111, 125.
teknologi yang ada. Notoatmojo, Soekidjo. 2002. Metode
3. Bagi Institusi Pendidikan hendaknya Penelitian Kesehatan. Jakarta:
ada kerjasama dengan Dinas Rineka Cipta. Hal: 22.
Kesehatan untuk menyelenggarakan __________, S. 2005. Promosi Kesehatan
berbagai kegiatan penyuluhan kepada Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
ibu hamil dan sosialisasi kepada Cipta. Hal: 69, 142, 145.
tenaga kesehatan tentang __________, 2010. Metode Penelitian
pengawasan antenatal yang tepat Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
khususnya tentang HPP Hal: 105, 183.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya hendaknya Prawesty, Dian. 2010. Kematian Maternal.
penelitian ini dapat dijadikan tambahan http://addy1571.wordpress.com.
wacana bagi penelitian lebih lanjut Diakses tanggal 8 Oktober 2012.
yang berkaitan dengan paritas dan Jam: 18.00.
HPP. Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Ilmu
Kebidanan. Jakarta : YBSP.Hal:
Daftar Pustaka 7, 54, 523.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian __________, 2006. Ilmu Kebidanan.
Suatu pendekatan praktek. Jakarta: YBSP. Hal: 153, 157,
Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 111. 159.
BKKBN. 2006. Deteksi Dini Komplikasi Pritchard, Jack Adison, dkk. 2009. Obstetri
Persalinan. Jakarta: BKKBN. Hal: Wiliams. Surabaya: Airlangga. Hal:
23. 31.
Bobak. Irene. 2004. Keperawatan Rahmawati, Eny Nur. 2011. Ilmu Praktis
Maternitas. Jakarta: EGC. Hal: Kebidanan. Surabaya: Victori Inti
629. Cipta. Hal: 229, 230, 231, 232.
Chapman, V. 2003. Asuhan Kebidanan Schorge, J O. 2002. Pelvic mass, uterus
Persalinan & Kelahiran. Jakarta: leiomyoma. Williams Gynecology.
EGC. Hal: 19. Jakarta: EGC. Hal: 241.
________. 2003. Keadaan Darurat Silalahi, Amin. 2003. Metodologi dan Studi
Kebidanan di Puskesmas. Jakarta: Kasus, cetakan pertama. Jakarta:
Depkes RI. Hal: 57. CV. Citramedia. Hal: 38.
Depkes RI. 2008. Panduan Pelayanan Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Antenatal. Jakarta: Depkes RI.. Kuantitatif Kualitatif Dan R & D.
Hidayat,A, A, A. 2007. Metode Penelitian Bandung: Alfabeta. Hal: 38-39, 80-
Kebidanan dan Teknik Analisa 81.
Data. Jakarta : Salemba Medika. Wheeler, Linda. 2004. Buku Saku Asuhan
Hal: 34, 65, 67, 83, 116, 121. Pranatal & Pascapartum. Jakarta .
Mansjoer, Arif. 2003. Kapita Selekta EGC. Hal:
Kedokteran. Jakarta: Fakultas 34.
Kedokteran Universitas Indonesia. Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu
Hal: 21. Kebidanan. Jakarta: YBPSP. Hal: 25
Maryam, Siti. 2012. Peran Bidan yang __________. 2002. Ilmu Kebidanan.
Kompeten Terhadap Suksesnya Jakarta: YBPSP. Hal: 92.
MDG’S. Jakarta: Salemba Medika.
Hal: 6.
Misha, Datta, dkk.2010. Rujukan Cepat
Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta:
EGC. Hal: 102.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 15


HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMANTAUAN PERTUMBUHAN
BERAT BADAN DENGAN FREKUENSI
PENIMBANGAN BATITA 1-3 TAHUN DI POSYANDU
DESA WONOREJO KECAMATAN SUMBERGEMPOL
KABUPATENTULUNGAGUNG TAHUN 2013

Oleh :
INGGIT YULLYANSI, SST

Pendahuluan
Di Indonesia, masalah gizi, khususnya ranah kognitif mempunyai enam tingkatan
pada batita, menjadi masalah besar menurut teori Bloom:
karena berkaitan erat dengan indikator 1. Tahu (Know)
kesehatan umum seperti tingginya angka 2. Memahami (Comprehention)
kesakitan serta angka kematian bayi dan 3. Aplikasi (Application)
batita. WHO memperkirakan sekitar 60% 4. Analisis (Analysis)
penyebab langsung kematian bayi dan 5. Sintesis (Syntesis)
anak disadari oleh keadaan gizi yang 6. Evaluasi (Evaluation)
jelek. Peningkatan jumlah anak batita di Faktor-faktor yang mempengaruhi
Indonesia yang mengalami status gizi pengetahuan:
buruk sangat mengejutkan. Tahun 2005 1. Faktor internal
ditemukan 1,8 juta balita dengan status a. Pendidikan
gizi buruk, sementara masih ada lima juta b. Pekerjaan
lebih anak balita lainnya yang mengalami c. Umur
status gizi kurang. 2. Faktor eksternal
Di Kabupaten Tulungagung sendiri a. Lingkungan
status gizi penduduk masih perlu b. Sosial budaya
mendapat perhatian, hal ini diperkuat c. Informasi
dengan data status gizi buruk balita yang Pengukuran pengetahuan dapat
mengalami peningkatan dari tahun 2010 dilakukan dengan wawancara atau angket
sebanyak 0,99% balita, 2011 sebanyak yang berisi pertanyaan suatu materi yang
1,10% balita dan 2012 sebanyak 1,2%. ingin diukur dari subjek penelitian atau
Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) responden yang disesuaikan dengan
tahun 2012 di wilayah kerja Puskesmas tingkat pengetahuan yang diukur.
Sumbergempol balita dengan status gizi Pertumbuhan adalah masalah
baik 96,11%, gizi kurang 0,91%, gizi perubahan di dalam besar, jumlah,
sangat kurang 0,26% dan gizi lebih ukuran atau dimensi suatu sel, atau lebih
2,74%. mudahnya adalah hal-hal yang dapat
diukur, seperti berat, panjang yang
Tujuan Penelitian sifatnya fisik. Pertumbuhan dipengaruhi
Mengetahui hubungan tingkat oleh dua faktor :
pengetahuan ibu tentang pemantauan 1. Faktor internal (genetic)
pertumbuhan berat badan dengan 2. Faktor eksternal (lingkungan)
frekuensi penimbangan batita 1-3 tahun di Pada dasarnya jenis pertumbuhan
posyandu Desa Wonorejo Kecamatan dapat dibagi dua yaitu:
Sumbergempol Kabupaten Tulungagung 1. Pertumbuhan linear
tahun 2013. Berhubungan dengan panjang.
Contohnya adalah panjang badan,
Tinjauan Pustaka lingkar dada, dan lingkar kepala.
Pengetahuan merupakan hasil dari Ukuran linear ini menunjukkan
yang tidak tahu menjadi tahu melalui keadaan gizi yang kurang akibat
berbagai kegiatan manusia karena kekurangan energy dan protein yang
adanya pemikiran dan rangsangan, diderita waktu lampau.
dimana pengetahuan sangat penting 2. Pertumbuhan massa jaringan
dalam terbentuknya tindakan seseorang Bentuk dan ukuran massa jaringan
(overt behavior). Pengetahuan dalam adalah massa tubuh. Contohnya

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 16


adalah berat badan, lingkar lengan 4. Arah grafik naik kembali, ibu telah
atas (LILA), dan tebal lemak bawah berhasil menaikkan kembali berat
kulit. badan anaknya.
Pertumbuhan anak dapat dinilai 5. Grafik jauh diatas jalur warna hijau,
dengan memantau berat badan, tinggi anak terlalu gemuk.
badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas Berat badan menggambarkan jumlah
dan tebalnya lipatan kulit. dari protein, lemak, air dan mineral pada
tulang. Berat badan merupakan ukuran
Pertumbuhan anak dikatakan baik antropometrik yang terpenting. Berat
apabila: badan dipakai sebagai indikator yang
1. Berat badan anak menunjukkan terbaik pada saat ini untuk mengetahui
kenaikan pada penimbangan setiap keadaan gizi dan pertumbuhan anak.
bulannya. Indeks BB/U lebih menggambarkan
2. Berpedoman pada buku KIA maupun status gizi seseorang saat ini (current
kalender tumbuh kembang batita. nutritional status).
Penyebab penyimpangan 1. Kelebihan indeks BB/U
pertumbuhan: a. Lebih mudah dan cepat
1. Kelainan bawaan, terutama kelainan dimengerti oleh masyarakat
pada saluran cerna umum
2. Penyakit-penyakit infeksi b. Baik untuk mengukur status gizi
Contoh : akut atau kronis
a. Akut : diare, infeksi saluran c. Berat badan dapat berfluktuasi
pernafasan atas (ISPA) d. Sangat sensitive terhadap
b. Kronis: Tuberkulosis perubahan-perubahan kecil
3. Penyakit-penyakit parasit e. Dapat mendeteksi kegemukan
Contoh : kecacingan, malaria (over weight)
4. Pemasukan makanan yang kurang 2. Kelemahan indeks BB/U
Contoh : a. Dapat mengakibatkan
a. Anak tidak mau makan atau interpretasi status gizi yang keliru
nafsu makan anak yang kurang bila terdapat edema maupun
b. Yang dimakan tidak ada (miskin) asites.
c. Kurangnya pengetahuan b. Di daerah pedesaan yang masih
orangtua tentang makanan yang terpencil dan tradisional, umur
bergizi sering sulit ditaksir secara tepat.
5. Tabu c. Memerlukan data umur yang
Contoh : akurat, terutama untuk anak
a. Anak tidak boleh makan daging dibawah usia lima tahun.
karena takut cacingan d. Sering terjadi kesalahan dalam
b. Vegetarian (tidak boleh makan pengukuran.
makanan yang berasal dari e. Secara operasional sering
binatang). mengalami hambatan karena
Untuk menilai pertumbuhan yang masalah sosial budaya
berpatokan pada buku KIA atau kalender setempat.
harus diperhatikan arah grafik Pemantauan pertumbuhan (Growth
pertumbuhan: Monitoring) merupakan suatu kegiatan
1. Arah grafik naik dan berada dijalur yang dilakukan secara terus menerus
warna hijau, maka pertumbuhan anak (berkesinambungan) dan teratur.
baik. Dalam pemantauan pertumbuhan ada
2. Arah grafik mendatar, maka tiga kegiatan penting:
pertumbuhan anak kurang baik. 1. Ada kegiatan penimbangan yang
3. Arah grafik menurun bahkan sampai dilakukan terus menerus secara
di bawah jalur warna hijau, teratur.
pertumbuhan anak jelek atau 2. Ada kegiatan pengisian berat badan
berbahaya. anak kedalam buku KIA.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 17


3. Ada penilaian naik atau turunnya c. Ibu tetap memberikan ASI
berat badan anak sesuai dengan kepada anak sampai usia 2
arah garis pertumbuhannya. tahun
Perkembangan status gizi yang d. Ibu memberikan MP-ASI sesuai
didasarkan pada hasil pemantauan usia dan kondisi kesehatan anak
pertumbuhan adalah sebagai berikut: e. Ibu memberikan makanan
1. Tetap baik beraneka ragam bagi anggota
Bila berat badan anak hasil keluarga lainnya
penimbangan berturut-turut berada f. Ibu memberitahukan pada
pada jalur pertumbuhan normalnya. petugas kesehatan/kader bila
a. Membaik anak batita mengalami sakit atau
Bila berat badan anak hasil gangguan pertumbuhan
penimbangan berturut-turut 2. Penanggulangan masalah gizi tingkat
menunjukkan adanya pengejaran Posyandu :
terhadap jalur pertumbuhan a. Kader melakukan penimbangan
normalnya. batita setiap bulan di Posyandu
b. Memburuk serta mencatat hasil
Bila berat badan anak hasil penimbangan pada KMS.
penimbangan berturut-turut b. Kader memberikan nasehat pada
menunjukkan adanya orangtua batita untuk
penyimpangan dari jalur memberikan hanya ASI kepada
pertumbuhan normalnya. bayi usia 0–6 bulan dan tetap
Tanda-tanda gangguan gizi dan memberikan ASI sampai anak
penanggulangannya: usia 2 tahun.
1. Kurang Energi Protein (KEP) c. Kader memberikan penyuluhan
KEP adalah seseorang yang kurang MP-ASI sesuai dengan usia anak
gizi disebabkan oleh rendahnya serta makanan beraneka ragam
konsumsi energi dan protein. Anak untuk anggota keluarga lainnya.
dikatakan KEP apabila berat d. Bagi anak dengan berat badan
badannya kurang dari 80% indeks tidak naik (“T”) diberikan
berat badan menurut umur (BB/U). penyuluhan gizi dan PMT
2. Klasifikasi KEP Penyuluhan.
a. Gizi kurang e. Kader memberikan PMT
Seorang anak mengalami gizi Pemulihan bagi batita dengan
kurang jika: “3T” dan “BGM” (Bawah Garis
1) Catatan berat badan anak Merah).
batita di bawah garis merah Frekuensi penimbangan yaitu:
2) Tubuh anak batita sangat 1. Frekuensi penimbangan baik jika
kurus melakukan penimbangan 17-24 kali
3) Tubuh bayi yang baru lahir penimbangan
tampak sangat kecil 2. Frekuensi penimbangan cukup jika
b. Gizi buruk melakukan penimbangan 9-16 kali
1) Kwashiorkor (kekurangan penimbangan
protein) 3. Frekuensi penimbangan kurang jika
2) Marasmus melakukan penimbangan 0 ≤ 8 kali
3) Marasmus dan kwashiorkor penimbangan
c. Kegemukan (obesitas) Alat digunakan dalam penimbangan
Penanggulangan masalah gizi pada anak batita adalah dacin. Jenis timbangan
batita: lain yang digunakan adalah detecto yang
1. Penanggulangan masalah gizi tingkat terdapat di puskesmas. Alat lain yang
keluarga : diperlukan adalah kantong celana
a. Ibu membawa anak untuk timbang atau kain sarung, kotak atau
ditimbang di Posyandu secara keranjang.
teratur 9 langkah penimbangan yaitu:
b. Ibu memberikan ASI hanya 1. Langkah 1
kepada bayi usia 0-6 bulan Gantungkan dacin pada :

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 18


a. Dahan pohon lingkungan
b. Palang rumah Posyandu atau pos pelayanan
c. Penyangga kaki tiga terpadu, merupakan salah satu bentuk
2. Langkah 2 pelayanan kesehatan yang
Periksalah apakah dacin sudah diselenggarakan oleh masyarakat untuk
tergantung kuat. Tarik batang dacin masyarakat dengan dukungan tehnis dari
ke bawah kuat-kuat. petugas kesehatan. Tujuan posyandu
3. Langkah 3 menurut yaitu:
Sebelum dipakai letakkan bandul 1. Menurunkan Angka Kematian Bayi
geser angka 0 (nol). Batang dacin (AKB), Angka Kematian Ibu (ibu
dikaitkan dengan tali pengaman. hamil, melahirkan dan nifas)
4. Langkah 4 2. Membudayakan NKKBS
Pasanglah celana timbang, kotak 3. Meningkatkan peran serta dan
timbang atau sarung timbang yang kemampuan masyarakat untuk
kosong pada dacin. Ingat bandul mengembangkan kegiatan kesehatan
geser pada angka 0 (nol). dan KB serta kegiatan lainnya yang
5. Langkah 5 menunjang untuk tercapainya
Setimbangkan dacin yang sudah masyarakat sehat sejahtera.
dibebani celana timbang, sarung 4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan
timbang atau kotak timbangan Reproduksi Keluarga Sejahtera,
dengan cara memasukkan pasir Gerakan Ketahanan Keluarga dan
kedalam kantong plastik. Gerakan Ekonomi Keluarga
6. Langkah 6 Sejahtera.
Anak ditimbang, dan seimbangkan Kegiatan pokok posyandu yaitu:
dacin. 1. KIA
7. Langkah 7 2. KB
Tentukan berat badan anak, dengan 3. Imunisasi
membaca angka diujung bandul 4. Gizi
geser. 5. Penanggulangan Diare
8. Langkah 8 Pelaksanaan program posyandu:
Catat hasil penimbangan diatas Posyandu dilaksanakan sebulan
dengan secarik kertas. sekali yang ditentukan oleh LKMD, Kader,
9. Langkah 9 Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan
Geserlah bandul ke angka 0 (nol), serta petugas kesehatan dari KB.
letakkan batang dacin dalam tali Posyandu dilakukan pelayanan
pengaman, setelah itu bayi atau anak masyarakat dengan sistem 5 (lima) meja
diturunkan. yaitu:
Penimbangan batita secara rutin, 1. Meja I : Pendaftaran
bermanfaat untuk: Cocokkanlah identitas. Siapkan
1. Memantau berat badan anak batita kertas kecil untuk mencatat nomor
setiap bulannya urut, nama anak, tanggal lahir (umur),
a. Menilai pertumbuhan normal jenis kelamin.
batita sesuai garis pertumbuhan 2. Meja II : Penimbangan
yang ada Setelah melakukan penimbangan
b. Menafsirkan penyimpangan catatlah berat badan hasil
keadaan kesehatan batita sedini penimbangan pada kertas kecil yang
mungkin telah dicatat nomor urut, nama anak,
c. Mengenali kebutuhan batita tanggal lahir (umur), jenis kelamin
sesuai dengan tingkat anak.
pertumbuhannya 3. Meja III : Pengisian buku KIA
d. Memberikan penyuluhan kepada Pencatatan hasil penimbangan pada
ibu tentang gizi batita, imunisasi, buku KIA untuk batita oleh petugas
tumbuh kembang anak, penimbangan dari puskesmas, bidan
pencegahan penyakit (defisiensi desa atau kader posyandu.
vitamin A) dehidrasi terhadap 4. Meja IV : Penyuluhan perorangan
diare, sanitasi personal dan berdasarkan buku KIA

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 19


5. Meja V : Pelayanan KB Kesehatan pemantauan pertumbuhan berat badan
a. Imunisasi adalah kuesioner dan variabel terikat
b. Pemberian vitamin A Dosis yaitu frekuensi penimbangan batita 11-3
Tinggi berupa obat tahun adalah buku KIA dan lembar
c. Tetes ke mulut tiap Februari dan observasi. Setelah data terkumpul
Agustus kemudian dilakukan analisa ddata dengan
d. Pembagian n pil atau kondom tahap-tahap coding, scoring dan
e. Pengobatan ringan tabulating. Seluruh jawaban responden
f. Konsultasi KB-Kes akan dianalisa untuk dicari prosentase
Petugas pada Meja I s/d IV sebagai langkah awal dari keseluruhan
dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan proses analisis dengan rumus :
Meja V oleh paramedis (bidan desa, Sp
perawat dan petugas KB). Sasaran N= x 100%
Sm
posyandu yaitu :
1. Bayi/batita Keterangan :
2. Ibu hamil/ibu menyusui N = Nilai
Faktor-faktor yang mempengaruhi Sp = Jumlah skor yang diperoleh
frekuensi penimbangan batita antara lain:
lain Sm = Jumlah skor maximal
1. Pengetahuan Teknik uji statistik yang dipilih
2. Pendidikan berdasarkan tujuan uji yaitu hubungan
3. Pekerjaan (kolerasi atau asosiasi) dan skala data
4. Sosial budaya ordinal dan ordinal. Berdasarkan acuan
5. Sumber informasi tersebut maka digunakan Uji Rank
Correlation Test (Spearmen
Spearmen).
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Hasil Dan Pembahasan
observasional. Desain penelitian survey Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan
analitik dengan pendekatan cross hampir setengahnya dari responden
sectional. mempunyai pengetahuan tinggi tentang
Populasi pada penelitian ini adalah pemantauan pertumbuhan berat badan
ibu balita yang mempunyai anak usia 1
1-3 dengan frekuensi penimbangan baik pada
tahun yang datang ke posyandu.
posyandu Pada balita usia 1-3
3 tahun yaitu sebanyak 17
penelitian ini menggunakan stratified (49%) responden dari 62 responden.
random sampling. Dengan rumus Berdasarkan data tabulasi silang,
sebagai berikut : pengetahuan ibu tentang pemantauan
pertumbuhan berat badan dengan
n= frekuensi penimbangan balita usia 1 1-3
tahun yang menggunakan uji statistik
Keterangan : Rank Correlation Test (Spearmen) dan
n = jumlah sampel dengan bantuan
ntuan komputer didapatkan
N = jumlah populasi hasil Sig. (2-tailed) = 0,009 karena Sig.
d = tingkat signifikasi (0,1) (2-tailed) < 0,05 maka Ho ditolak. Jadi
163 “Ada hubungan antara pengetahuan ibu
n= pemantauan pertumbuhan berat badan
1  163(0,05) 2 dengan frekuensi penimbangan balita
163 usia 1-3 tahun”.
n=
1  0,4075 Pengetahuan merupakan ffaktor yang
penting untuk terbentuknya tindakan
163
n= seseorang. Dengan pengetahuan yang
1,4075 baik maka lama-lama lama ibu dapat
menerapkan dalam kehidupan sehari
sehari-hari
khususnya dalam hal pemantauan
n = 116
pertumbuhan berat badan batitanya
batitanya.
Jadi jumlah sampel = 116
Sehingga hal ini akan meningkatkan
Alat yang digunakan untuk
status
us gizi anaknya yang biasanya
pengambilan data untuk variabel bebas
ditandai dengan penambahan berat
yaitu tingkat pengetahuan tentang

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 20


badan. Dan berat badan akan pertumbuhan berat badan pada
berkembang mengikuti pertambahan batita.
umur jika anak dalam keadaan normal
Daftar Pustaka
Kesimpulan Amin. 2004. Kuliah STPD 2013 : Sejarah
1. Pengetahuan ibu tentang dan Falsafah Sains,
pemantauan pertumbuhan berat pkukmweb.ukm.my/~msinar/N1_P
badan batita 1-3 tahun didapat endahuluan.ppt. Hal: 13
setengahnya dari responden Anonim. Faktor Penghambat Posyandu.
berpengetahuan sedang yaitu 31 digilib.menlh.go.id/. diakses
(50%) responden. tanggal 7 Maret 2013 jam 15.00
2. Frekuensi penimbangan balita usia 1- . 92.063 Balita Menjadi Sasaran
3 tahun didapat sebagian besar dari Bulan Penimbangan Balita,
responden mempunyai frekuensi www.kotabogor.go.id. diakses
penimbangan baik yaitu 35 (57%) tanggal 7 Maret 2013 jam 15.00
responden. . Gizi Tentukan Kualitas Hidup.
3. Berdasarkan hasil perhitungan data www.depkes.go.id. diakses
tabulasi silang, pengetahuan ibu tanggal 8 Maret 2013 jam 20.00
tentang pemantauan pertumbuhan . Pedoman Umum Revitalisasi
berat badan dengan frekuensi Posyandu.
penimbangan balita usia 1-3 tahun www.gebyarposyandu27.com
yang menggunakan uji statistik Rank diakses tanggal 11 Maret 2013
Correlation Test (Spearmen) jam 20.00
didapatkan hasil Sig. (2-tailed) = . Pertumbuhan Balita.
0,009 karena Sig. (2-tailed) < 0,05 www.gizi.net/pedoman-gizi/
maka Ho ditolak. Jadi “Ada hubungan download/KMSbaganrev.doc.
antara pengetahuan ibu pemantauan diakses tanggal 11 Maret 2013
pertumbuhan berat badan dengan jam 20.00
frekuensi penimbangan balita usia 1- Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
3 tahun”. pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. Hal: 209, 236
Saran Departemen Kesehatan RI Direktorat
1. Bagi Peneliti Selanjutnya Jenderal Pembinaan Kesehatan
Diharapkan tindakan yang lebih Masyarakat Direktorat Bina Gizi
spesifik dapat dilakukan untuk Masyarakat. 1999. Petunjuk
mencegah terjadinya pertumbuhan Teknis Pemantauan Status Gizi
berat badan batita yang tidak optimal. (PSG) Anak Balita. Jakarta
2. Bagi Responden Departemen Kesehatan RI. 2006. Buku
Diharapkan ibu lebih aktif lagi untuk Saku Bidan PosKesDes untuk
datang ke posyandu setiap bulan Mewujudkan Desa Siaga. Jakarta.
untuk mengetahui pertumbuhan berat Hal: 78, 79
badan batita sehingga pertumbuhan Departemen Kesehatan RI. JICA. 2004.
batitanya bisa terus dipantau. Petunjuk Teknis Penggunaan
3. Bagi Institusi Pendidikan Buku Kesehatan Ibu dan Anak.
Diharapkan institusi pendidikan Jakarta
bekerja sama dengan instansi yang Departemen Kesehatan RI. 2007.
lain untuk memberikan penyuluhan Penggerakan dan Pemberdayaan
tentang pentingnya pemantauan Masyarakat Melalui Kemitraan.
pertumbuhan pada batita. Jakarta. Hal: 42-43, 44, 51-52
4. Bagi Kader posyandu Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan
Diharapkan bidan dan kader Sosial Kabupaten Tulungagung,
posyandu hendaknya telaten, sabar, 2003. Klasifikasi Status Gizi Anak
serta tidak bosan-bosannya untuk Bawah Lima Tahun (Balita)
mengingatkan kepada ibu untuk tetap Berdasarkan SK MenKes RI
memberikan penyuluhan tentang Nomor:920/MENKES/SK/VIII/2002
pentingnya pemantauan

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 21


Tanggal 1 Agustus 2002. Keperawatan: Pedoman Skripsi,
Yogyakarta Tesis dan Instrumen Penelitian
DinKes DKI. Konseling Keluarga Mandiri Keperawatan. Jakarta: Salemba
Sadar Gizi (Kadarzi). www.dinkes- Medika. Hal: 100, 101, 108, 132-
dki.go.id/. diakses tanggal 22 133, 134
Maret 2013 jam 19.00 Poedjawijatna. 2004. Tahu dan
DinKes Tulunagung. 2006. Profil Pengetahuan Pengantar ke Ilmu
Kesehatan Tulungagung Tahun dan Filsafat. Jakarta: Rineka
2012. Tulungagung Cipta. Hal: 15
Djaiman. Faktor-faktor yang PSIK-B. Mahasiswa. 2002. Diagnosis
Mempengaruhi Balita Berkunjung Keperawatan Nanda: Definisi dan
ke Posyandu. Klasifikasi 2001-2002. Yogyakarta:
www.digilib.itb.ac.id/. diakses FK UGM Angkatan 2002. Hal: 129
tanggal 22 Maret 2013 jam 19.00 Satgas. 1999. Pedoman Deteksi Dini
Efendi. N. 1998. Dasar-dasar Penyimpangan Tumbuh Kembang
Keperawatan Kesehatan Balita Bagi Satgas. Jakarta. Hal: 5,
Masyarakat Edisi 2. Jakarta: EGC 7, 23, 19-20, 24
Gupte. 2004. Panduan Perawatan Anak. Sembiring. 2004. Posyandu Sebagai
Jakarta: Pustaka Populer Obor. Saran Peran Serta Masyarakat
Hal: 142 Dalam Usaha Peningkatan
Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Keperawatan. Jakarta: Salemba http://library.usu.ac.id. Hal: 2
Medika. Hal: 8, 34, 86 Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang
Isdiany. Peran Poltekkes Dalam Anak. Jakarta: EGC. Hal: 76
Penyediaan Sumber Data Sugiyono. 2005. Statistika Untuk
Manusia Kesehatan Untuk Desa Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Siaga (Bagian 1). Hal: 105
www.bppsdmk.depkes.go.id. Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi.
diakses tanggal 20 Maret 2013 Jakarta: EGC. Hal: 18, 27, 28-31,
jam 19.00 34, 39, 40, 41, 42, 57
KBBI. 2002. Jakarta: Balai Pustaka Suriadi. 2001. Buku Pegangan Praktek
Krisno, Agus. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Klinik: Asuhan Keperawatan Pada
Gizi. Malang: UMM Press. Hal: 13, Anak Edisi 1. Jakarta: Sagung
15, Seto. Hal: 195
Manji. Indikator Kadarzi Taslim. Kontroversi Seputar Gizi Buruk:
.www.blogster.com. diakses Apakah Ketidakberhasilan
tanggal 19 Maret 2013 jam 19.00 Departemen Kesehatan. 2006.
Millah. S. Gerakan Menanam (Modal) www.gizi.net. diakses tanggal 25
Manusia. www.pikiran-rakyat.com. Maret 2013 jam 21.00
diakses tanggal 23Maret 2013 jam Tim Revitalisasi Posyandu. 2006. Buku
21.00 Pintar Posyandu. Kota
Nency. Y. Arifin M.T. Gizi Buruk. Tulungagung
Ancaman Generasi yang Hilang. Trihono. 2005. ARRIMES: Manajemen
2005. http://io.ppi-jepang.org/. Puskesmas Berbasis Paradigma
diakses tanggal 23Maret 2013 jam Sehat. Jakarta: CV.Agung Seto
21.00 UI. KesMas. 2007. Gizi dan Kesehatan
Notoatmodjo. 2002. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Raja
Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. Grafindo Persada
Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 26, 27, Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial.
121-124, 145 Jogjakarta : Andi. Hal: 145
. 2007. Promosi Kesehatan Zulkifli. 2003. Posyandu dan Kader
dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Kesehatan. www.library.usu.ac.id.
Cipta. Hal: 127-128, 130, 140 diakses tanggal 25 Maret 2013
Nursalam. 2001. Konsep dan Penerapan jam 21.00
Metodologi Penelitian Ilmu

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 22


PERBEDAAN APGAR SCORE ANTARA BAYI BARU LAHIR NORMAL DENGAN BAYI
BARU LAHIR SECTIO CAESARIA DI RUANG
MAWAR RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG
TAHUN 2013

Oleh :
PUTRI NURLIA IMASARI
NUNIK NINGTIYASARI, S.Si.T
WIDYA LUSI A, SST

The high incidence of asphyxia that occurs in infants sectio Caesaria than normal baby.
Assessment on the baby’s condition can be seen with Apgar score at birth. By Knowing the
difference in Apgar score between normal baby with neonatal sectio Caesaria in the Rose
Room of dr. Iskak Tulungagung.
The results of the research got 34 infants had studied at the Rose Room dr. Iskak
Tulungagung, half of the respondents were 15 (39.5%) babies born with sectio Caesarea and
asphyxia experience. Mann-Whitney test statistic with a significant p value of 0.05 obtained
in which 0.004 <0.05 so H0 is rejected and that means that there are differences in Apgar
score between normal newborns with neonatal sectio Caesaria in the Rose Room of dr.
Iskak Tulungagung. Sectio Caesaria childbirth was used anesthetic drugs make hypotension
in the mother's bloodstream reduction impact in uteroplasma. If there is interference with gas
exchange or transportation of oxygen during delivery will occur more severe asphyxia. This
case can make hypoxia and acidosis in the fetus.

Pendahuluan
Score apgar dihitung dengan ringan sebanyak 12% (Depkes.RI). Pada
menilai kondisi bayi yang baru lahir survey statistik tahun 2011 di Kabupaten
menggunakan lima kriteria sederhana Tulungagung bayi baru lahir dengan sectio
dengan skala nilai nol, satu, dua. Kelima caesaria didapati data terjadi asfiksia
nilai kriteria tersebut kemudian berat sebesar 35% (257 bayi) dan terjadi
dijumlahkan untuk menghasilkan angka asfiksia berat 15% (110 bayi).
nol hingga 10. Kata “Apgar” merupakan
singkatan dari Appearance, Pulse, Tujuan Penelitian
Grimace, Activity, Respiration (warna kulit, Untuk mengetahui perbedaan
denyut jantung, respon refleks, tonus otot / apgar score antara bayi baru lahir normal
keaktifan, dan pernafasan), untuk dengan bayi baru lahir sectio caesaria di
mempermudah menghafal (Finster, 2005: Ruang Mawar RSUD dr. Iskak
62). Tingginya angka kejadian asfiksia Tulungagung tahun 2013.
yang terjadi pada bayi secara sectio
caesaria dari pada bayi baru lahir normal Tinjauan Pustaka
dapat mempengaruhi kelangsungan hidup Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi
bayi baru lahir. Penilaian keadaan bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dapat di lihat dengan penghitungan apgar dengan umur kehamilan 37 minggu
score saat lahir. sampai 42 minggu dan berat lahir 2500
Hasil survey Demografi dan gram sampai 4000 gram.
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010- Karakteristik Bayi Baru Lahir
2011, di Indonesia menunjukkan bahwa (Normal)
baru lahir normal didapati data terjadi 1. Usia 36-42 minggu.
asfiksia ringan 15% dari total bayi yang 2. Berat badan lahir 2500-4000 gr.
ada dan bayi baru lahir dengan sectio 3. Dapat bernafas dengan teratur dan
caesaria didapati data terjadi asfiksia normal.
berat 64%. Di Jawa Timur bayi baru lahir 4. Organ fisik lengkap dan dapat
normal dengan asfiksia ringan 12% dan berfungsi dengan baik.
bayi baru lahir dengan sectio caesaria Skore apgar atau nilai nilai apgar
didapati asfiksia berat 51% dan asfiksia (apgar score) adalah sebuah metode

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 23


yang diperkenalkan pertama kali pada Bayi dengan nilai apgar 8-10 jarang
tahun 1953 oleh dr.Virginia Apgar sebagai memerlukan tindakan resusitasi
sebuah metode sederhana untuk secara kecuali pengisapan jalan nafas.
cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru 2. Nilai apgar 5-7 pada usia 1 menit
lahir sesaat setelah kelahiran (Finster, Bayi mengalami asfiksia ringan,
2005). biasanya berespon terhadap
pemberian oksigen dan pengeringan
Komponen penilaian Apgar bayi dengan handuk. Jika bayi gagal
baru lahir: mempertahankan pernapasan ritmis
Kompone Skore
Akronim saat rangsangan dihentikan, ulangi
n 0 1 2 pemberian rangsangan dan teruskan
Frekwen Tidak <100 >100
si jantung ada x/menit x/menit
Pulse pemberian oksigen melalui hidung
Kemamp Lambat / Respirati dan mulut.
Tidak Menangi 3. Nilai apgar 3-4 pada usia 1 menit
uan tidak on
ada s kuat
bernafas teratur Biasanya bayi pada keadaan ini
Ekstremit berespon terhadap ventilasi kantong
Tonus Lumpu Gerakan
as agak Activity
otot h
fleksi
aktif serta sungkup.
Gerakan 4. Nilai apgar 0-2 pada usia 1 menit
Tidak Gerakan
Refleks
ada sedikit
kuat / Grimace Bayi mengalami asfiksia berat dan
melawan memerlukan ventilasi segera dan
Tubuh
kemerah Seluruh
mungkin memerlukan pemijatan
Warna Biru / Appeara jantung serta bantuan sirkulasi. Jika
an / tubuh
kulit pucat nce tidak berhasil dilakukan intubasi
ekstremit merah
as biru trakea dan kembangkan serta
ventilasikan paru dengan oksigen.
Terdapat hubungan terbalik antara Prosedur penilaian apgar score
nilai apgar dengan derajat asidosis serta (Hidayat, 2009):
hipoksia. Nilai 4 atau kurang pada usia 1 1. Hitung frekwensi jantung
menit berhubungan dengan peningkatan 2. Kaji kemampuan bernafas
insidensi asidosis. Sedangkan nilai 8-10 3. Kaji tonus otot
biasanya berhubungan dengan ketahanan 4. Kaji kemampuan reflek
hidup yang normal. Nilai 4 atau kurang 5. Kaji warna kulit
pada usia 5 menit berhubungan dengan 6. Hitung total skor yang di dapat dari
peningkatan insidensi asidosis, distres hasil pengkajian
penapasan, serta kematian (Rudlolph, 7. Tentukan hasil penilaian ke dalam tiga
2006). kategori asfiksia, yaitu:
Tabel interpretasi skore bayi lahir a. Asfiksia ringan : skore 7-10
menurut nilai APGAR: b. Asfiksia berat :
Jumlah skore < 6
Interpretasi Catatan
skore Jumlah skore rendah pada tes
Memerlukan menit pertama dapat menunjukkan bahwa
Asfiksia
<6 tindakan medis bayi baru lahir ini membutuhkan perhatian
berat
yang lebih intensif medis lebih lanjut. Jika apgar score tetap
Memerlukan di bawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15,
tindakan medis atau 30 menit), maka ada resiko bahwa
segera seperti anak tersebut dapat mengalami kerusakan
Asfiksia penyedotan lendir syaraf jangka penjang.
7-10 ringan/ yang menyumbat Sectio caesaria adalah suatu
Normal jalan nafas, atau persalinan buatan, di mana janin
pemberian oksigen dilahirkan melalui sesuatu insisi pada
untuk membantu dinding perut dan rahim dengan syarat
bernafas rahim dalam keadaan utuh serta berat
Keadaan bayi dan resusitasi pada janin di atas 500 gram (Prawirohardjo,
nilai apgar menit ke- 1: 2007: 127).
1. Nilai apgar 8-10 pada usia 1 menit Pembagian Sectio caesaria:
1. Sectio caesaria klasik atau corporal

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 24


Adalah insisi memanjang pada d. Vasa Previa (Dini, 2003).
segmen atas uterus. 3. Faktor kelainan tali pusat
2. Sectio caesaria transperitonial a. Prolaps tali pusat (tali pusat
profunda menumbung)
Adalah insisi pada segmen bawah b. Terlilit tali pusat (Manuaba, 2008).
rahim. Teknik ini paling sering 4. Faktor ibu
dilakukan. a. Usia
3. Sectio caesaria extra peritonial b. Tulang Panggul
Rongga peritoneum tidak dibuka. Dulu c. Persalinan sebelumnya dengan
di lakukan pada pasien dengan infeksi operasi sesar (Manuaba, 2008).
intra uterin yang berat. 5. Faktor hambatan jalan lahir
4. Caesarian sectio hysterectomy 6. Kelainan kontraksi uterus
Setelah sectio caesaria dikerjakan 7. Ketuban pecah dini
hysterektomi dengan indikasi: atonia 8. Rasa takut kesakitan
uteri, plasenta accreta, myoma uteri, Secsio caesaria tidak boleh
infeksi intra uteri yang berat dilakukan pada kasus-kasus seperti ini :
Kerugian sectio caesaria: 1. Janin sudah mati dalam kandungan.
Prosedur anestesi pada operasi 2. Janin terlalu kecil untuk mampu hidup
biasa membuat anak ikut terbius, di uar kandungan.
sehingga anak tidak spontan menangis, 3. Terjadi infeksi dalam kehamilan.
keterlambatan menangis ini 4. Anak dalam keadaan cacat seperti
mengakibatkan kelainan hemodinamika Hidrocefalus dan Anecepalus
dan mengurangi apgar score. (Cunningham, 2006).
Kemungkinan timbulnya infeksi bila luka Komplikasi:
operasi tidak dirawat dengan baik. 1. Infeksi puerperal
Indikasi sectio caesaria: 2. Perdarahan
1. Indikasi absolut 3. Komplikasi – komplikasi lain
Setiap keadaan yang membuat 4. Suatu komplikasi yang baru tampak
kelahiran lewat jalan lahir tidak pada kemudian hari
mungkin terlaksana yaitu : 5. Komplikasi pada bayi sectio caesaria
a. Kesempitan panggul yang sangat 6. Anastesi
berat Konsep Perbedaan Apgar Score
b. Neoplasma yang menyumbat Bayi baru lahir normal dan Sectio
jalan lahir caesaria:
2. Indikasi relative Apgar Score bayi baru lahir normal pada
Adalah kelahiran lewat vagina bisa menit pertama rata-rata adalah 7-10,
terlaksana tatapi keadaan adalah sedangkan pada bayi baru lahir dengan
sedemikian rupa sehingga kelahiran sectio caesaria sering kali terjadi asfiksia
lewat sectio caesaria akan lebih aman ringan (nilai apgar 4-6) bahkan juga
bagi ibu, anak atau keduanya. asfiksia berat (nilai apgar 0-3), hal ini
Penyebab sectio caesaria: dikarenakan prosedur anestesi pada
1. Faktor janin operasi biasa membuat anak ikut terbius,
a. Bayi terlalu besar sehingga anak tidak spontan menangis,
b. Kelainan letak keterlambatan menangis ini
1) Letak sungsang mengakibatkan kelainan hemodinamika
2) Letak lintang dan mengurangi apgar score (Manuaba,
3) Ancaman gawat janin 2008). Dalam persalinan sectio caesaria
4) Janin abnormal digunakan obat anestesi yang
2. Faktor plasenta menyebabkan hipotensi pada ibu yang
Ada beberapa kelainan plasenta yang dampak pada penurunana aliran darah
menyebabkan keadaan gawat darurat uteroplasma. Hal ini dapat menyebabkan
pada ibu atau janin sehingga harus hipoksia dan asidosis pada fetus. Bila
dilakukan persalinan dengan operasi. terdapat gangguan pertukaran gas atau
a. Plasenta previa pengangkutan oksigen selama persalinan
b. Plasenta lepas akan terjadi asfiksia yang lebih berat.
c. Plasenta accrete

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 25


Keadaan ini mempengaruhi fungsi sel Ruang Mawar RSUD dr. Iskak
tubuh (Latief, 2002). Tulungagung.
Dalam persalinan sectio caesaria
Metode Penelitian digunakan obat anestesi yang
Jenis penelitian yang digunakan menyebabkan hipotensi pada ibu yang
dalam penelitian ini adalah penelitian dampak pada penurunan aliran darah
observasional. Desain penelitian yang uteroplasma. Hal ini dapat menyebabkan
digunakan adalah analitik yang bersifat hipoksia dan asidosis pada fetus. Bila
komparasi. Pendekatan antar variabel terdapat gangguan pertukaran gas atau
dalam penelitian ini adalah case control. pengangkutan oksigen selama persalinan
Populasi dalam penelitian ini akan terjadi asfiksia yang lebih berat.
adalah seluruh bayi baru lahir di Ruang Fakta dan teori diatas sudah
Mawar RSUD dr. Iskak Tulungagung pada sesuai bahwa ada perbedaan apgar score
tanggal 10-16 Juni 2013 sejumlah 56 bayi. antara bayi lahir normal dengan bayi lahir
Tehnik sampling dalam penelitian ini sectio caesaria.
adalah purposive sampling. Besar sampel
dalam penelitian ini adalah 38 bayi di Kesimpulan
Ruang Mawar dr.Iskak Tulungagung. 1. Dari 19 bayi yang lahir normal di
Instrument yang digunakan dalam Ruang Mawar RSUD dr. Iskak
penelitian ini adalah lembar observasi. Tulungagung, sebagian besar dari
Analisa data menggunakan coding, responden 13 (68,42%) bayi lahir
scoring dan tabulating. secara normal tidak asfiksia
Uji statistic yang digunakan adalah 2. Dari 19 bayi yang lahir dengan sectio
Mann-Whitney. Uji Mann-Whitney caesaria di Ruang Mawar RSUD dr.
merupakan alternatif bagi uji-t. Uji Mann Iskak Tulungagung, hampir
Whitney merupakan uji non-parametrik seluruhnya dari responden 15
yang digunakan untuk membandingkan (78,95%) bayi mengalami asfiksia.
dua mean populasi yang berasal dari 3. Dari 38 bayi hampir setengah dari
populasi yang sama. Bila α < 0,05 maka responden 15 (39,5%) bayi lahir
hipotesis nol (Ho) ditolak yang berarti dengan sectio caesaria dan
menyatakan ada perbedaan antara apgar mengalami asfiksia. Uji statistik Mann-
score bayi baru lahir normal dengan bayi Whitney dengan signifikan 0,05
baru lahir sectio caesaria di Ruang Mawar didapatkan nilai p value 0,004 dimana
RSUD dr. Iskak Tulungagung. Bila α ≥ 0,004 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan
0,05 maka hipotesis nol (Ho) di terima H1 diterima, yang berarti ada
yang berarti menyatakan tidak ada perbedaan apgar score antara bayi
perbedaan antara apgar score bayi baru baru lahir normal dengan bayi baru
lahir normal dengan bayi baru lahir sectio lahir sectio caesaria di Ruang Mawar
caesaria di Ruang Mawar RSUD dr. Iskak RSUD dr. Iskak Tulungagung.
Tulungagung.
Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil dan Pembahasan Hendaknya penelitian ini dapat
Hasil penelitian didapatkan bahwa dijadikan sebagai tambahan informasi
dari 38 bayi yang diteliti di Ruang Mawar dan data awal untuk peneliti
RSUD dr. Iskak Tulungagung, hampir selanjutnya.
setengah dari responden 15 (39,5%) bayi 2. Bagi Tempat Penelitian
lahir dengan sectio caesaria dan Disarankan hendaknya meningkatkan
mengalami asfiksia. Uji statistik Mann- kemampuan dalam menangani bayi
Whitney dengan signifikan 0,05 asfiksia neonatorum baik dari bayi
didapatkan nilai p value 0,004 dimana yang lahir normal maupun dari bayi
0,004 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 yang lahir dengan sectio caesaria
diterima, yang berarti ada perbedaan 3. Bagi Instansi Pendidikan
apgar score antara bayi baru lahir normal Hendaknya hasil penelitian ini dapat
dengan bayi baru lahir sectio caesaria di dijadikan tambahan informasi dan
bekerja sama dengan instansi yang

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 26


lain untuk lebih meningkatkan __________. 2003. Pendidikan dan
pelayanan pada kasus asfiksia. Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta. Hal: 121, 124, 128.
Daftar Pustaka Nursalam. 2002. Konsep Penerapan
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Metodologi Penelitian dan Ilmu
Suatu Pendekatan Praktek. Perawatan. Jakarta : Salemba
Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 80. Medika. Hal : 44, 107
__________. 2006. Prosedur Penelitian. ________. 2003. Konsep Penerapan
Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 25. Metodologi Penelitian dan Ilmu
Benso, P. 2009.. Buku saku Obsetry Perawatan (Pedoman Skripsi,
Gynecology William. Jakarta: EGC. Tesis dan Instrumen Penelitian
Cunningham, F. G. 2006. Obsetry: Keperawatan). Surabaya: Salemba
Gynecology William. Jakarta: EGC. Medika. Hal: 96,97, 98.
Dini, Kasdu. 2003. Operasi Caesar Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu
Masalah dan Solusinya. Jakarta: Kandungan. Jakarta: YBP-SP. Hal:
Puspa Swara. 121, 180.
Fauzi, D.A. 2007. Operasi Caesar Rudolph, Abraham, M. 2006. Buku Ajar
Masalah dan Solusinya. Jakarta: Pediatri Vol.3. Jakarta: EGC.
Puspaswara. Hal: 94. Sugiyono. 2008. Statistik untuk Penelitian.
Finster M, Wood M. 2005. The Apgar Bandung: Alfabeta. Hal: 116, 401.
Score Has Survived the Test of Soetjiningsih. 2004. Pendidikan dan
Time. Terjemahan. Jakarta: EGC. Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Hal: 62. Rineka Cipta. Hal: 36, 37.
Gallagher, C.M. 2004. Pemulihan Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu
Pascaoperasi Caesar. Jakarta : Kebidanan. Jakarta: EGC. Hal:
Erlangga. 100, 119, 637, 639.
Hidayat, A.A.A. 2007. Metode Penelitian.
Bogor Selatan: Salemba Medika.
Hal: 46.
Hidayat Alimul Aziz. 2009. Metode
Penelitian Kebidanan Teknik
Analisa Data. Jakarta: Salemba
Medika. Hal: 68, 125
Manuaba, 2008. Ida Bagus Gde. 2002.
Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan & Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran. Hal:
198
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi 2.
Jakarta : Rineka Cipta. Hal: 13, 36,
37, 39.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 27


HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III TENTANG NUTRISI
KEHAMILAN DENGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DI BPS TUMINI DESA PULOSARI
KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2013

Oleh :
LINDHA WULANDARI
ASTIKA RASYID, SST
AINUN HANIFA, S.Si.T

Pregnant mother nutrient state at pregnancy can regard fetus growth that be at
contains. Primigravida's mother have gotten information about nutrition gestation, but its
decreased grasp so has low science about nutrition during pregnancy. The purpose of the
research is to find out relationship among III trimester primigravida mother’s attitude about
pregnancy nutrition with pregnant mother nutrient state at Tumini private practicing midwife
Pulosari village Ngunut subdistrict Tulungagung regency in 2013.
The research was conducted on May 6th – 18th 2013. The type of research was
observational with analytic and cross sectional's approaching design. Data collected by using
questionnaires sheet and observational sheet were data processed and analyzed. The result
of the research was obtained almost all respondents have positive attitude about pregnancy
nutrition and have normal nutrient, there were 25 respondents (69,4%). Chi square's
statistical quiz results p value 0,000< 0,05 so H0 is refused that meaning available
relationship among III trimester primigravida mother’s attitude about pregnancy nutrition with
pregnant mother nutrient state.

Pendahuluan ibu hamil berhubungan dengan status gizi


Kehamilan merupakan masa yang ibu hamil.
sangat penting, karena pada masa ini
kualitas seorang anak di tentukan. Tujuan Penelitian
Pemeliharaan kehamilan di mulai dari Mengetahui Hubungan antara Sikap
perencanaan menu yang benar. Masukan Ibu Primigravida Trimester III tentang
gizi pada ibu hamil menentukan Nutrisi Kehamilan dengan Status Gizi Ibu
kesehatannya dan janin yang di Hamil di BPS Tumini Desa Pulosari
kandungnya. Status gizi ibu hamil dapat di Kecamatan Ngunut Kabupaten
tingkatkan dengan menganjurkan ibu Tulungagung Tahun 2013.
mengkonsumsi makanan yang memenuhi
zat–zat gizi. Tinjauan Pustaka
Menurut data Risdinkes tahun 2007 Sikap merupakan reaksi atau respon
prevalensi resiko Kekurangan Energi yang masih tertutup dari seseorang
Kronis di provinsi Jawa Timur khususnya terhadap stimulus atau obyek. Sikap itu
kota Tulungagung sebesar 10,4%. mengandung 3 komponen yang
Berdasarkan study pendahulaun yang membentuk struktur sikap:
dilakukan di BPS Tumini Desa Pulosari 1. Komponen kognitif (komponen
Kecamatan Ngunut Kabupaten perseptual)
Tulungagung tanggal 30 Oktober 2012 2. Komponen afektif (komponen
pada ibu primigravida trimester III di emosional)
dapatkan 5 orang ibu hamil trimester III 3. Komponen konatif (komponen
sebanyak 3 orang (60%) memiliki lingkar perilaku)
lengan atas < 23,5 cm, dan sebanyak 2 Menurut Notoatmodjo (2003: 132)
orang (40%) memiliki lingkar lengan atas sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,
normal. Berdasarkan wawancara pada yaitu :
Ibu hamil trimester III di dapatkan 1. Menerima (Receiving)
sebanyak 2 (40%) orang dapat 2. Merespons (Responding)
menjelaskan dengan baik tentang nutrisi 3. Menghargai (Valuing)
kehamilan, sedangkan 3 (60%) orang 4. Bertanggung jawab (Responsible)
tidak dapat menjelaskan tentang nutrisi

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 28


Faktor-faktor yang mempengaruhi Sp
sikap: Rumus : P = x100 %
Sm
1. Faktor internal
a. Faktor biologis Keterangan :
b. Faktor psikologis P = Presentase
2. Faktor eksternal Sp = Jumlah Skor yang diperoleh
a. Pengalaman Sm = Jumlah Skor Maksimal
b. Situasi Kemudian diinterprestasikan dengan
c. Norma-norma ranting nilai menurut Sugiono (2006),
d. Hambatan adalah sebagai berikut:
e. Pendorong 100 % : Seluruhnya dari
f. Informasi dan sumber informasi responden
Menurut Purwanto (2008: 63) sikap 76 % - 99% : Hampir seluruh dari
dapat pula bersifat positif dan dapat responden
pula bersifat negatif, yaitu : 51 % - 75 % : Sebagian besar dari
1. Sikap positif kecenderungan responden
tindakan adalah mendekati, 50 % : Setengahnya dari
menyenangi, mengharapkan obyek responden
tertentu 26 % - 49 % : Hampir setengahnya dari
2. Sikap negatif terdapat responden
kecenderungan untuk menjahui, 1 % - 25 % : Sebagian kecil dari
menghindari, membenci, tidak responden
menyukai obyek tertentu. 0% : Tidak satupun dari
Skala Guttman hanya dua interval responden
yaitu ”setuju” atau ”tidak setuju”. Penelitian Ibu adalah wanita yang telah
menggunakan skala Guttman dilakukan melahirkan seseorang. Primigravida
bila ingin mendapatkan jawaban yang adalah seorang wanita yang hamil untuk
tegas terhadap suatu permasalahan yang pertama kali.
ditanyakan. Nutrisi (zat gizi) adalah ikatan kimia
Pernyataan Sikap yang di perlukan tubuh untuk melakukan
No Pernyataan TS S fungsinya, yaitu menghasilkan energi,
membangun dan memelihara jaringan,
1 Negatif 1 0
serta mengatur proses-proses kehidupan.
2 Positif 0 1
Faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil:
Keterangan :
1. Umur
TS : Tidak Setuju
2. Berat badan
S : Setuju
3. Suhu lingkungan
Kemudian diubah menjadi skor T
4. Aktifitas
dengan rumus sebagai berikut:
5. Status kesehatan
6. Pengetahuan zat gizi dalam makanan
T = 50 + 10 7. Kebiasaan dan pandangan wanita
terhadap makanan
Keterangan : 8. Status ekonomi
x : Skor responden Kebutuhan Gizi Ibu Hamil:
x : Mean skor kelompok 1. Energy
s : Standar devisi Skor kelompok 2. Protein
Skor T merupakan skala yang biasa 3. Zat besi
digunakan dalam skala model Likert untuk 4. Asam folat
menentukan sikap seseorang. 5. Kalsium
Kriteria: 6. Vitamin
Sikap Positif skor T ≥ mean T. 7. Mineral
Sikap Negatif skor T < mean T 8. Lemak
Berikut rumus perhitungan Manfaat pemenuhan kebutuhan gizi
presentase menurut Nursalam (2003: 113) ibu hamil:
: 1. Cukup kalori, protein yang bernilai
biologi tinggi, vitamin, mineral, dan

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 29


cairan untuk memenuhi kebutuhan zat 5. Kesukaan Terhadap Jenis Makanan
gizi ibu, janin, serta placenta. Tertentu
2. Makanan padat kalori dapat 6. Kebiasaan Makan
membentuk lebih banyak jaringan 7. Sanitasi Makanan
tubuh bukan lemak. 8. Pengetahuan Gizi
3. Cukup kalori dan zat gizi untuk Di masyarakat, cara pengukuran
memenuhi pertambahan berat baku status gizi yang paling sering digunakan
selama hamil. adalah antropometri gizi. Antropometri gizi
4. Perencanaan perawatan gizi yang adalah berhubungan dengan berbagai
memungkinkan ibu hamil untuk macam pengukuran dimensi tubuh dan
memperoleh dan mempertahankan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
status gizi optimal umum dan tingkat gizi. Antropometri
5. Perawatan gizi yang dapat sebagai indikator status gizi dapat
mengurangi atau menghilangkan dilakukan dengan mengukur beberapa
reaksi yang tidak diinginkan, seperti parameter. Parameter adalah ukuran
mual dan muntah. tunggal dari tubuh manusia, antara lain:
6. Perawatan gizi yang dapat membantu 1. Umur
pengobatan penyulit yang terjadi 2. Berat badan
selama kehamilan. 3. Tinggi badan
7. Mendorong ibu hamil sepanjang 4. Lila
waktu untuk mengembangkan Menurut Supriasa (2002: 48)
kebiasaan makan yang baik yang pengukuran LLA pada kelompok wanita
dapat diajarkan kepada anaknya usia subur (WUS) adalah salah satu cara
selama hidup. deteksi dini yang mudah dan dapat
Menurut Paath (2004: 96) dampak dilaksanakan oleh masyarakat awam,
kekurangan nutrisi adalah sebagai berikut: untuk mengetahui kelompok beresiko
1. Dampak pada janin Kekurangan Energi Kronis (KEK).
a. BBLR Pengukuran LLA adalah suatu cara
b. Terhambatnya pertumbuhan otak untuk mengetahui resiko Kekurangan
janin Energi Protein (KEP) wanita usia subur
c. Bayi lahir dengan kurang darah (WUS). Pengukuran LLA tidak dapat
(anemia) digunakan untuk memantau perubahan
d. Bayi mullah kena infeksi status gizi dalam jangka pendek. Ambang
e. Abortus batas LLA WUS dengan resiko KEK di
2. Dampak pada ibu Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran
a. Anemia LLA kurang 23,5 cm atau di bagian merat
b. Perdarahan pita LLA, artinya wanita tersebut
c. BB tidak bertambah secara mempunyai resiko KEK, dan diperkirakan
normal akan melahirkan berat bayi lahir rendah
d. Mudah terkena infeksi. (BBLR).
Status gizi adalah keadaan tubuh Pengukuran LLA dilakukan melalui
sebagai akibat konsumsi makanan dan urutan-urutan yang telah ditetapkan
penggunaan zat-zat gizi. berupa 7 langkah pengukuran LLA
Keadaan gizi adalah keadaan akibat sebagai berikut:
dari keseimbangan antara konsumsi dan 1. Tetapkan posisi bahu dan siku
penyerapan zat gizi dan penggunaan zat- 2. Letakkan pita antara bahu dan siku
zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik 3. Tentukan titik tengah lengan
akibat dari tersediannya zat gizi dalam 4. Lingkarkan pita LLA pada tengah
seluler tubuh. lengan
Menurut Krisno (2009: 13) faktor- 5. Pita jangan terlalu ketat
faktor yang mempengaruhi gizi adalah 6. Pita jangan terlalu longgar
sebagai berikut: 7. Cara pembacaan skala yang benar
1. Produk Pangan Hal-hal yang perlu diperhatikan
2. Produk Papan dalam pengukuran LLA adalah
3. Akseptabilitas (Daya Terima) pengukuran dilakukan di bagian tengah
4. Pantangan Pada Makanan Tertentu lengan antara bahu dan siku lengan kiri.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 30


Lengan harus dalam posisi bebas, lengan square dengan signifikan 0,05
baju dan otot lengan dalam keadaan tidak menghasilkan P value < 0,05 (0,000 <
tegang atau kencang. Alat pengukura 0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima,
dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut yang berarti ada hubungan antara sikap
atau sudah dilipat-lipat sehingga ibu primigravida trimester III tentang nutrisi
permukaannya sudahtidak rata. Hasil kehamilan dengan status gizi ibu hamil di
pengukuran LLA ada dua kemungkinan BPS Tumini.
yaitu kurang dari 23,5 cm dan diatas atau Sikap itu masih merupakan reaksi
sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil tertutup, bukan merupakan reaksi tingkah
pengukuran < 23,5 cm berarti resiki KEK laku yang terbuka. Sikap positif
dan > 23,5 cm berarti tidak beresiko KEK. kecenderungan tindakan adalah
mendekati, menyenangi, mengharapkan
Metode Penelitian obyek tertentu, dan juga pendapat. Faktor
Jenis penelitian ini adalah nutrisi pada ibu hamil salah satunya di
observasional. Desain penelitian yang pengaruhi oleh sikap ibu tentang nutrisi
digunakan dalam penelitian ini adalah selama hamil. Lebih banyaknya
analitik. Pendekatan yang dilakukan dalam responden yang mempunyai status gizi
penelitian ini adalah Cross sectional. normal menunjukkan bahwa ibu
Populasi dalam penelitian ini adalah primigravida trimester III sangat
seluruh ibu primigravida trimester III yang memperhatikan pemenuhan nutrisinya
datang ke BPS Tumini Desa Pulosari selama kehamilan. Pemenuhan gizi
Kecamatan Ngunut Kabupaten tersebut merupakan perwujudan dari sikap
Tulungagung . Teknik sampling yang positif ibu hamil tentang nutrisi kehamilan.
digunakan dalam penelitian ini adalah Kebutuhan gizi ibu hamil yang tercukupi
accidental sampling yang bersifat non dapat dilihat dari status gizi ibu hamil yang
probability sampling. Besar sampel dalam bisa dilihat dari LLA. Demikian juga Ibu
penelitian ini sejumlah 36 orang. primigravida trimester III yang bersikap
Dalam penelitian ini pengumpulan positif tentang nutrisi kehamilan akan
data menggunakan kuesioner. Bentuk berdampak pada status gizinya selama
kuiseoner yang digunakan bersifat hamil adalah normal atau tidak mengalami
tertutup. Sedangkan untuk mengumpulkan kekurangan gizi.
data status gizi dilakukan dengan lembar
observasi. Obsevasi ini dengan lembar Kesimpulan
pengamatan/ observasi secara langsung 1. Dari total 36 responden hampir
tentang status gizi yang dilakukan peneliti seluruhnya dari responden bersikap
dengan menggunakan format positif tentang nutrisi kehamilan, yaitu
pengumpulan data LLA ibu hamil trimester sebanyak 28 (77,8%) responden.
III. 2. Dari total 36 responden sebagian
Setelah data terkumpul kemudian besar responden mempunyai status
dilakukan analisa data dengan tahap- gizi normal, yaitu sebanyak 26
tahap editing, coding, scoring, tabulating. (72,22%) responden
Teknik uji statistik yang dipilih berdasarkan 3. Uji statistik chi square dengan
tujuan uji yaitu hubungan (kolerasi atau signifikan 0,05 menghasilkan P value
asosiasi) dan skala data sikap ibu bayi < 0,05 (0,000 < 0,05) sehingga H0
yaitu nominal dan status gizi ibu hamil ditolak dan H1 diterima, yang berarti
adalah ordinal. Berdasarkan acuan ada hubungan antara sikap ibu
tersebut maka digunakan uji Chi Square. primigravida trimester III tentang
nutrisi kehamilan dengan status gizi
Hasil dan Pembahasan ibu hamil.
Berdasarkan data yang diperoleh
dari penelitian pada tanggal 6-18 Mei Saran
2013, didapatkan dari total 36 responden 1. Bagi Responden
sebagian besar dari responden bersikap Diharapkan ibu primigravida
positif tentang nutrisi kehamilan dan trimester III lebih aktif mencari dan
mempunyai gizi normal, yaitu sebanyak menambah informasi mengenai nutrisi
25 responden (69,4%). Uji statistik chi kehamilan kepada tenaga kesehatan

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 31


maupun melalui media masa dan Hidayat, Alimul Aziz. 2003. Metode
elektronik. Penelitian Kebidanan dan Tehnik
2. Bagi Tenaga Kesehatan Analisa Data. Jakarta: Salemba
Hendaknya tenaga kesehatan Medika. Hal : 34
tetap melaksanakan dan ________. 2007. Metode Penelitian
meningkatkan jumlah frekuensi Kebidanan dan Tehnik Analisa Data.
penyuluhan tentang nutrisi kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. Hal : 43,
3. Bagi Institusi Pendidikan (Prodi DIII 68, 114, 125
Kebidanan Universitas Tulungagung) ________. 2009. Metode Penelitian
Diharapkan dapat bekerja sama Kebidanan dan Tehnik Analisa Data.
dengan institusi kesehatan dalam Jakarta: Salemba Medika. Hal : 45,
memberikan informasi yang lebih 99
banyak tentang nutrisi kehamilan Krisno, Budianto, Agus. 2009. Dasar-
melalui penyuluhan maupun melalui Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM
media. Press. Hal: 13.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya Maimunah, Siti, 2005. Kamus Istilah
Diharapkan dapat menjadi Kebidanan, Jakarta; EGC.Hal: 143.
inspirasi bagi mahasiswa untuk Mochtar Rustam. 2003. Sinopsis Obstetri
meneruskan penelitian ini dengan fisiologis dan Pathologi. Jakarta:
metode yang lebih baik lagi. EGC. Hal: 43.
5. Bagi Peneliti Nazir. Muhammad. 2005. Metode
Hasil penelitian ini dapat Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
dijadikan tambahan pengalaman bagi Hal: 124.
peneliti dalam pengaplikasian ilmu Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
yang diperoleh selama perkuliahan perilaku kesehatan. Jakarta: PT
dan dapat dijadikan sebagai Rineka Cipta. Hal: 35, 130, 131, 132
pengabdian kepada masyarakat Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan dan
dalam rangka tridharma pendidikan. perilaku kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta. Hal : 142, 145.
Daftar Pustaka _______. 2010. Pendidikan dan perilaku
Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Cipta. Hal : 183.
Utama.Hal : 3 Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Metodologi Penelitian Ilmu
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Keperawatan: Pedoman Skripsi,
Rineka Cipta. Hal: 209. Tesis dan Instrumen Penelitian
________. 2006. Prosedur Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Medika. Hal : 96, 97, 113, 119, 133
Rineka Cipta. Hal : 131, 236 Nursalam. 2008. Konsep & Penerapan
Arisman, MB. 2004. Gizi Dalam Daur Metodologi Penelitian Ilmu
Kehidupan. Jakarta: EGC. Hal: 9, Keperawatan. Jakarta : Salemba
13,14,15,17, 19 Medika. Hal: 93.
Asfuah. S. 2010. Gizi Untuk Kebidanan. Paath, Erna Francin. 2004. Gizi dalam
Yogyakarta: Medical Book. Hal: 36, Daur Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
51, 52, 63, 94, 96 EGC. Hal : 4, 6, 39, 53, 54, 92, 93-
Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia. 94, 96.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 5, Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku
36, 107, 156 Acuan Nasional Pelayanan
Dorland, Newman. 2002. Kamus Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Jakarta: EGC. Hal: 1766. Sarwono Prawirohardjo. Hal: 17.
Baron, dkk . 2010. Psikologi Sosial. Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian
Bandung: Refika Aditama. Hal: 32, Kuantitatif Untuk Psikologi dan
33 Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Gerungan A, W. 2002. Psikologi Sosial. Pelajar. Hal : 63
Jakarta: Eresco.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 32


Setiawan dan Saryono. 2010. Metodologi Indonesia Modern. Surabaya :
Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Agung Harapan. Hal: 243.
Nuha Medika. Hal: 54. Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial.
Silalahi, Uber. 2003. Metode Penelitian Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Hal :
Sosial. Bandung: PT. Refika 113, 114, 115.
Aditama. Hal: 38.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif. Jakarta:
Alfabeta. Hal: 77.
_______. 2006. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif. Jakarta:
Alfabeta. Hal: 97.
_______. 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif. Jakarta:
Alfabeta. Hal: 183.
Supriasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2002.
Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Hal: 2, 18, 36, 56, 57, 58.
Tim Bahasa Pustaka Agung Harapan.
2003. Kamus Lengkap Bahasa

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 33


HUBUNGAN SIKAP IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG IMUNISASI TT DENGAN
PELAKSANAAN IMUNISASI TT DI DESATIUDAN KECAMATAN
GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG
TAHUN 2013

Oleh :
MAHLUFI ARAFAH
NUNIK NINGTIYASARI, S.Si.T
AINUN HANIFA, S.Si.T

The elimination of Tetanus Neonatorum (ETN) is an action of suppressing the


occurrence of tetanus neonatorum that is carried out by providing immunization of tetanus
toksoid vaccine. The aim of this research is to identify the relation of attitudes of primigravida
mothers toward the immunization of TT and the implementation of the immunization of TT.
The research was carried out in June 23th-25th, 2013. The kind of this research is
observational by using an analytical design and a cross-sectional approach. The data was
collected using questionnaires and then processed and analyzed with chi square. The result
of the research indicates that 14 respondents (50%) show positive attitudes toward the
immunization of TT and the implementation of TT completely. The statistical test of chi
square results in P value = 0.020 (0.020 < 0.05) so that H1 is accepted, that means there is a
relation between the attitudes of primigravida mothers toward the immunization of TT and the
implementation of TT implementation.

Pendahuluan Kecamatan Gondang Kabupaten


Indikator dalam pengukuran derajat Tulungagung Tahun 2013.
kesehatan masyarakat diukur melalui
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Tinjauan Pustaka
Kematian Bayi (AKB). Salah satunya, Sikap merupakan reaksi atau respon
melalui program Millenium Development yang masih tertutup dari seseorang
Goals (MDGs). Eliminasi Tetanus terhadap stimulus atau obyek. Sikap itu
Neonatorum (ETN) adalah suatu tindakan mengandung 3 komponen yang
untuk menekan sekecil mungkin terjadinya membentuk struktur sikap:
kasus tetanus neonatorum. Tindakan ini 1. Komponen kognitif (komponen
dilakukan dengan pemberian imunisasi perseptual)
vaksin tetanus toksoid. Hal ini dilakukan 2. Komponen afektif (komponen
agar menekan angka kematian anak dan emosional)
angka kematian ibu. 3. Komponen konatif (komponen
Kematian akibat tetanus di negara perilaku)
berkembang 135 kali lebih tinggi dibanding Menurut Notoatmodjo (2003: 132)
negara maju. Di Indonesia sekitar 9,8 % sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,
(18032 bayi) dari 184 ribu kelahiran bayi yaitu :
menghadapi kematian atau bisa dikatakan 1. Menerima (Receiving)
imunisasi tetanus tetap rendah. Cakupan 2. Merespons (Responding)
Imunisasi TT2 di Jawa Timur (25,48%). 3. Menghargai (Valuing)
Pada beberapa puskesmas cakupan UCI 4. Bertanggung jawab (Responsible)
dibawah 50 %, diantaranya yaitu Faktor-faktor yang mempengaruhi
Puskesmas Tiudan dan pencapaian sikap:
cakupan desa/kelurahan UCI tahun 2010 1. Faktor internal
sebesar 69,37 % dari target 100 % a. Faktor biologis
(DinKes Tulungagung). b. Faktor psikologis
2. Faktor eksternal
Tujuan Penelitian a. Pengalaman
Mengetahui Hubungan Sikap Ibu b. Situasi
Primigravida tentang Imunisasi TT dengan c. Norma-norma
Pelaksanaan Imunisasi TT di Desa Tiudan d. Hambatan
e. Pendorong

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 34


f. Informasi dan sumber informasi 100 % : Seluruhnya dari
Menurut Purwanto (2008: 63) sikap responden
dapat pula bersifat positif dan dapat 76 % - 99% : Hampir seluruh dari
pula bersifat negatif, yaitu : responden
1. Sikap positif kecenderungan 51 % - 75 % : Sebagian besar dari
tindakan adalah mendekati, responden
menyenangi, mengharapkan obyek 50 % : Setengahnya dari
tertentu responden
2. Sikap negatif terdapat 26 % - 49 % : Hampir setengahnya dari
kecenderungan untuk menjahui, responden
menghindari, membenci, tidak 1 % - 25 % : Sebagian kecil dari
menyukai obyek tertentu. responden
Skala Guttman hanya dua interval 0% : Tidak satupun dari
yaitu ”setuju” atau ”tidak setuju”. Penelitian responden
menggunakan skala Guttman dilakukan
bila ingin mendapatkan jawaban yang Imunisasi Tetanus Toksoid adalah
tegas terhadap suatu permasalahan yang proses untuk membangun kekebalan
ditanyakan. sebagai upaya pencegahan terhadap
Pernyataan Sikap infeksi tetanus. Manfaat Imunisasi TT
pada ibu hamil:
No Pernyataan TS S
1. Melindungi bayinya yang baru lahir
1 Negatif 1 0 dari tetanus neonatorum
2 Positif 0 1 2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan
Keterangan : tetanus apabila terluka
TS : Tidak Setuju Imunisasi TT untuk ibu hamil
S : Setuju diberikan 2 kali dengan dosis 0,5cc
Kemudian diubah menjadi skor T disuntikkan secara intramuskuler atau
dengan rumus sebagai berikut: subkutan Sebaiknya imunisasi TT
diberikan sebelum kehamilan 8 bulan.
T = 50 + 10 Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1
dengan TT2 adalah minimal 4 minggu.
Efek samping Immunisasi TT
Keterangan : biasanya hanya terjadi gejala-gejala
x : Skor responden ringan seperti nyeri, kemerahan dan
x : Mean skor kelompok pembengkakan pada tempat suntikan.
s : Standar devisi Skor kelompok Efek samping tersebut berlangsung 1-2
Skor T merupakan skala yang biasa hari dan akan sembuh sendiri tanpa
digunakan dalam skala model Likert untuk diperlukan tindakan/pengobatan.
menentukan sikap seseorang. Jadwal Imunisasi TT pada WUS
Kriteria:
Sikap Positif skor T ≥ mean T. Imuni Pemb Selang Waktu Masa Dosis
Sikap Negatif skor T < mean T sasi erian Pemberian Perlindun
Berikut rumus perhitungan Imuni Minimal gan
presentase menurut Nursalam (2003: 113) sasi
TT T1 - - -
: WUS T2 4 minggu stlh T1 3 tahun 0,5 cc
Sp T3 6 bulan stlh T2 5 tahun 0,5 cc
Rumus : P = x100 % T4 1 tahun stlh T3 10 tahun 0,5 cc
Sm T5 1 tahun stlh T4 25 tahun 0,5 cc

Keterangan :
1. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon
P = Presentase
penganten) sudah mendapat TT
Sp = Jumlah Skor yang diperoleh
sebanyak 2 kali, maka kehamilan
Sm = Jumlah Skor Maksimal
pertama cukup mendapat TT 1 kali,
Kemudian diinterprestasikan dengan
dicatat sebagai TT ulang dan pada
ranting nilai menurut Sugiono (2006),
kehamilan berikutnya cukup
adalah sebagai berikut:
mendapat TT 1 kali saja.
2. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon
Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 35
penganten) atau hamil sebelumnya purposive sampling. Besar sampel dalam
baru mendapat TT 1 kali, maka perlu penelitian ini sejumlah 28 orang.
diberi TT 2 kali selama kehamilan ini Dalam penelitian ini instrumen yang
dan kehamilan berikutnya cukup digunakan adalah kuesioner dan
diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang. observasi. Bentuk kuesioner yang
3. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat digunakan bersifat tertutup. Setelah data
TT 2 kali pada kehamilan terkumpul kemudian dilakukan analisa
sebelumnya, cukup mendapat TT 1 data dengan tahap-tahap editing, coding,
kali dan dicatat sebagai TT ulang. scoring, tabulating.
Vaksin jerap TT (Tetanus Toksoid) Dalam menganalisis hubungan sikap
adalah vaksin yang mengandung toksoid ibu primigravida tentang imunisasi TT
tetanus yang telah dimurnikan dan dengan pelaksanaan imunisasi TT
teradsorbsi kedalam 3 mg/ml aluminium menggunakan bantuan komputer jenis uji
fosfat. Dipergunakan untuk mencegah statistik korelasi Chi-Square.
tetanus pada bayi baru lahir dengan
mengimunisasi WUS (Wanita Usia Subur) Hasil dan Pembahasan
atau ibu hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Cara pemberian dan dosis: dari total 28 responden setengah dari
1. Sebelum digunakan vaksin harus responden 14 (50%) bersikap positif
dikocok terlebih dahulu agar suspensi tentang imunisasi TT dan melaksanakan
menjadi homogeny. imunisasi TT dengan lengkap.
2. Untuk mencegah tetanus/tetanus Uji statistik chi square dengan
neonatal terdiri dari 2 dosis primer signifikan 0,05 menghasilkan P value
yang disuntikkan secara intra 0,020 lebih kecil dari nilai  0,05 (0,020 <
muscular atau subkutan dalam, 0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima,
dengan dosis pemberian 0,5 ml yang berarti ada hubungan sikap ibu
dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan primigravida tentang imunisasi TT dengan
dengan dosis ketiga setelah 6 bulan pelaksanaan imunisasi TT.
berikutnya. Sikap merupakan penilaian
3. Di unit pelayanan statis, vaksin TT seseorang terhadap stimulus atau obyek.
yang telah dibuka hanya boleh Perilaku seseorang dipengeruhi oleh sikap
digunakan selama 4 minggu dengan (attitude) sedangkan sikap yang terbentuk
ketentuan: dipengaruhi oleh pengetahuan
a. Vaksin belum kadaluarsa, (knowledge). sikap ibu primigravida
b. Vaksin disimpan dalam suhu +2º - dipengaruhi oleh pengetahuan ibu
+8ºC, terhadap imunisasi TT itu sendiri. sikap
c. Tidak pernah terendam air, yang didasari oleh pengetahuan maka
d. Sterilitasnya terjaga, akan lebih langgeng dari pada seseorang
e. VVM (Vaccine Vial Monitor) yang bersikap tanpa pengetahuan.
masih dalam kondisi A atau B. Ibu primigravida yang telah
4. Di posyandu, vaksin yang sudah mendapatkan informasi tentang imunisasi
terbuka tidak boleh digunakan lagi TT akan bersikap positif dalam
untuk hari berikutnya. menanggapi hal tersebut dibandingkan
Primigravida adalah seorang wanita dengan ibu primigravida yang belum
yang hamil untuk pertama kali. mendapatkan informasi. Hubungan positif
atau negatif antara individu dengan obyek
Metode Penelitian tertentu, seperti halnya sikap ibu
Jenis penelitian yang digunakan primigravida apabila memiliki pemahaman
dalam penelitian ini adalah observasional. yang baik tentang imunisasi TT maka
Desain penelitian yang digunakan adalah akan bersikap positif dalam pelaksanaan
analitik. Pendekatan antar variabel yang imunisasi TT yang berdampak pada
digunakan adalah pendekatan “Cross perilakunya mau melaksanakan imunisasi
Sectional". TT secara lengkap.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu hamil primigravida trimester III. Kesimpulan
Dalam penelitian ini menggunakan 1. Dari total 28 responden sebagian

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 36


besar dari responden 18 (64,29%) _________. 2003. Metodologi Penelitian
bersikap positif tentang imunisasi TT. Kedokteran dan Kesehatan
2. Dari total 28 responden sebagian Masyarakat. Jakarta: Binarupa
besar dari responden 17 (60,71%) Aksara.
melaksanakan imunisasi TT dengan ________. 2009. Metode Penelitian,
lengkap Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
3. Uji statistik chi square dengan Hal: 36, 156.
signifikan 0,05 menghasilkan P value ________. 2010. Sikap Manusia; Teori
0,020 lebih kedil dari inilai  0,05 dan Pengukuranya, Yogyakarta:
(0,020 < 0,05) sehingga H0 ditolak dan Pustaka Pelajar. Hal: 106.
H1 diterima, yang berarti ada DepKes RI, 2006. Modul Materi Dasar
hubungan sikap ibu primigravida Kebijakan Program Imunisasi.
tentang imunisasi TT dengan Hal: 74-114
pelaksanaan imunisasi TT. DepKes RI, 2008. Imunisasi Dasar bagi
Pelaksana Imunisasi. Hal: 93-135
Saran DepKes RI, 2004. Pedoman
1. Bagi Responden Penyelenggaraan Imunisasi.
Ibu primigravida diharapkan lebih aktif Jakarta
mencari dan menambah informasi Hidayat, A. Azis Alimul. 2003. Metode
mengenai imunisasi TT kepada Penelitian Kebidanan dan Teknis
tenaga kesehatan maupun melalui Analisa Data. Jakarta: Salemba
lain untuk meningkatkan sikap positif Medika.
ibu primigravida tentang imunisasi TT _________. 2007. Metode Penelitian
2. Bagi Peneliti Kebidanan dan Teknis Analisa
Hasil penelitian ini dapat dijadikan Data. Jakarta: Salemba Medika.
tambahan wawasan bagi peneliti dan Idayati. 2005. TT Pregnancy. Available
diharapkan dapat dijadikan tambahan http: adln.Lib.Unair.ac.id.
wacana bagi peneliti selanjutnya Kusmiati, Yuni. 2009. Perawatan Ibu
dalam melakukan penelitian tentang Hamil (Asuhan Ibu Hamil).
imunisasi TT. Yogyakarta: Fitramaya. Hal 169.
3. Bagi Tempat Penelitian Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit
Hendaknya tenaga kesehatan Kandungan dan Keluarga
meningkatkan penyuluhan imunisasi Berncana untuk Pendidikan
TT dan pengawasan tentang Bidan. Jakarta: EGC. Hal 158.
imunisasi TT. Markum, A.H. 2000. Imunisasi. Jakarta:
4. Bagi Institusi Pendidikan (Prodi DIII FKUI. Hal 13, 30.
Kebidanan Unita) Muchtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri
Diharapkan dapat bekerja sama jilid 1. Jakarta: EGC.
dengan institusi kesehatan dalam Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan
memberikan informasi tentang Perilaku Kesehatan. Jakarta:
imunisasi TT terhadap masyarakat Rineka Cipta.
baik melalui penyuluhan maupun ________________. Metodologi
melalui media. Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta. Hal 138.
Daftar Pustaka Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Kesehatan, Jakarta:
Penelitian Suatu Pendekatan FKUI. Hal: 27, 35, 130-131.
Praktik. Jakarta: Asdi Mahastya. _________.2005.Metode Penelitian
________. 2006. Prosedur Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suatu Pendekatan Praktik. Nursalam & Pariani, Siti. Metodologi Riset
Jakarta: Asdi Mahastya. Hal 235, Keperawatan. Jakarta: Sagung
237, 246. Seto. Hal: 95.
Azwar, Syaifudin. 2002. Sikap Manusia. Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Metodologi Penelitian Ilmu
Hal: 24-25 Keperawatan. Jakarta: Salemba

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 37


Medika. Hal 93, 96, 97, 101, 119, Sugiyono. 2003. Statistika Untuk
124. Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Nursalam.2008.Konsep dan Penerapan Hal 56.: 22,69,70,142,145.
Metodologi Penelitian Ilmu Sugiyono. 2006. Metode Penelitian
Keperawatan. Surabaya: Salemba Kuantitatif Kualitatif. Jakarta:
Medika: 59,91,111. Alfabeta. Hal: 97, 246.
Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Ilmu ________. 2007. Statistika Untuk
Kebidanan. Jakarta: EGC. Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Purnomo,Windhu.2009.Metodologi Sulistyowati, Ari. Asuhan Kebidanan pada
Penelitian Kuantitatif. Surabaya: masa Kehamilan. Yogyakarta:
Universitas Airlangga: 23, 27. Salemba Medika. Hal 120-121.
Rustam, Mochtar. 2003. Sinopsis Obstetri Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial edisi
fisiologis dan Pathologi. Jakarta: revisi. Yogyakarta: Andi. Hal 113-
EGC. 115.
Sarwono, Prawirohardjo. 2008. Ilmu ________. 2009. Psikologi Sosial edisi
Kebidanan. Jakarta: Yayasan revisi. Yogyakarta: Andi..
BPPS. Hal: 168.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 38


PERBEDAAN SIKAP PRIMIGRAVIDA DAN MULTIGRAVIDA TENTANG PERSIAPAN
PERSALINAN DI PUSKESMAS GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

Oleh :
SITI AMIROH KHUSNA
NUNIK NINGTIYASARI, S.Si.T
ERIK EKOWATI, SST

Preparation for labor or birth plan is a plan of action made by the mother, family
members and midwives. Impact of unfavorable childbirth is difficult to determine where labor
mothers, mothers do not know who will help her labor, do not know the cost to be prepared
and not be able to anticipate risks that will occur at the time of delivery. This study aims to
Know the different attitudes and multigravid primigravida about childbirth.
The experiment was conducted on June 1 to 30 January 2013 in the PHC Gondang
Bulletin. Design research is a comparative analytical nature. Data collection using
questionnaires attitude with Gutttman, the data were analyzed with T scores were analyzed
with the Wilcoxon test. The results obtained in most of the health centers primigravida
negative attitudes about birth preparedness ie 11 (73%) of people. Almost all mothers at the
health center multigravid positive about childbirth that 12 (80%) of people. There is a
difference in attitude and multigravid primigravida about childbirth preparation with Wilcoxon
obtained  value 0,005 < (0,05). so Ho is rejected means there is a difference.

Pendahuluan dari 6 ibu multigravida setelah dilakukan


Persiapan persalinan adalah wawancara didapatkan ada 4 ibu
rencana tindakan yang dibuat oleh ibu, multigravida atau 67% yang mengerti
anggota keluarganya dan bidan, dan ini tentang persiapan persalinan dan ada 2
akan menurunkan kebingungan dan ibu multigravida atau 33% tidak mengerti
kekacauan pada saat persalinan dan tentang persiapan persalinan. Sedangkan
meningkatkan kemungkinan dimana ibu dari 4 ibu primigravida setelah dilakukan
akan menerima asuhan yang sesuai serta wawancara didapatkan ada 3 ibu
tepat waktu. Persiapan ibu dalam proses primigravida atau 75% tidak mengerti
persalinan dinilai dari dua faktor yaitu siap tentang persiapan persalinan dan ada 1
secara fisik dan siap secara mental. Oleh ibu primigravida atau 25% mengerti
karena itu penting sekali persiapan tentang persiapan persalinan.
persalinan dilakukan oleh ibu hamil.
Dalam kenyataannya dilapangan Tujuan Penelitian
persiapan persalinan ini sering diabaikan Mengetahui perbedaan sikap
oleh karena pengetahuan ibu yang primigravida dan multigravida tentang
kurang. persiapan persalinan di Puskesmas
Menurut Sensus Kesehatan Gondang Kabupaten Tulungagung.
Nasional (SUSENAS, 2011) jumlah
kunjungan terakhir pada ibu hamil (K4) Tinjauan Pustaka
untuk persiapan persalinan di Jawa Timur Sikap merupakan reaksi atau respon
pada tahun 2011 adalah 81,79%, hal ini yang masih tertutup dari seseorang
masih jauh dari target yang telah terhadap stimulus atau obyek. Sikap itu
ditetapkan yaitu 90%. Data Dinas mengandung 3 komponen yang
Kesehatan Kabupaten Tulungagung bulan membentuk struktur sikap:
januari sampai dengan september 2012 1. Komponen kognitif (komponen
didapatkan jumlah kunjungan terakhir perseptual)
pada ibu hamil (K4) sebanyak 60,50% 2. Komponen afektif (komponen
sedangkan targetnya 90%. Hasil studi emosional)
pendahuluan oleh penulis di Puskesmas 3. Komponen konatif (komponen
Gondang pada tanggal tanggal 19 Oktober perilaku)
2012 dari 10 ibu hamil yang melakukan
Antenatal Care (ANC) di Poli KIA ada 6
ibu multigravida dan 4 ibu primigravida,
Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 39
Menurut Notoatmodjo (2003: 132) Kriteria:
sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, Sikap Positif skor T ≥ mean T.
yaitu : Sikap Negatif skor T < mean T
1. Menerima (Receiving) Berikut rumus perhitungan
2. Merespons (Responding) presentase menurut Nursalam (2003: 113)
3. Menghargai (Valuing) :
4. Bertanggung jawab (Responsible) Sp
Faktor-faktor yang mempengaruhi Rumus : P = x100 %
Sm
sikap:
1. Faktor internal Keterangan :
a. Faktor biologis P = Presentase
b. Faktor psikologis Sp = Jumlah Skor yang diperoleh
2. Faktor eksternal Sm = Jumlah Skor Maksimal
a. Pengalaman Kemudian diinterprestasikan dengan
b. Situasi ranting nilai menurut Sugiono (2006),
c. Norma-norma adalah sebagai berikut:
d. Hambatan 100 % : Seluruhnya dari
e. Pendorong responden
f. Informasi dan sumber informasi 76 % - 99% : Hampir seluruh dari
Menurut Purwanto (2008: 63) sikap responden
dapat pula bersifat positif dan dapat 51 % - 75 % : Sebagian besar dari
pula bersifat negatif, yaitu : responden
1. Sikap positif kecenderungan 50 % : Setengahnya dari
tindakan adalah mendekati, responden
menyenangi, mengharapkan obyek 26 % - 49 % : Hampir setengahnya dari
tertentu responden
2. Sikap negatif terdapat 1 % - 25 % : Sebagian kecil dari
kecenderungan untuk menjahui, responden
menghindari, membenci, tidak 0% : Tidak satupun dari
menyukai obyek tertentu. responden
Skala Guttman hanya dua interval Primigravida adalah wanita yang
yaitu ”setuju” atau ”tidak setuju”. Penelitian hamil untuk pertama kali. Multigravida
menggunakan skala Guttman dilakukan adalah ibu hamil yang sebelumnya sudah
bila ingin mendapatkan jawaban yang pernah hamil lebih dari satu kali.
tegas terhadap suatu permasalahan yang Persiapan persalinan atau rencana
ditanyakan. persalinan adalah rencana tindakan yang
Pernyataan Sikap dibuat oleh ibu, anggota keluarganya dan
No Pernyataan TS S bidan. Manfaat persiapan persalinan
adalah menurunkan kebingungan dan
1 Negatif 1 0
kekacauan pada saat persalinan dan
2 Positif 0 1
meningkatkan kemungkinan dimana ibu
Keterangan :
akan menerima asuhan yang sesuai serta
TS : Tidak Setuju
tepat waktu. Tujuan Persiapan Persalinan:
S : Setuju
1. Ibu hamil bisa menentukan tempat
Kemudian diubah menjadi skor T
persalinan
dengan rumus sebagai berikut:
2. Ibu tahu siapa yang akan menolong
persalinannya nanti
T = 50 + 10 3. Ibu bisa mempersiapan biaya yang
harus disiapkan dan
Keterangan : 4. Ibu bisa mengantisipasi resiko yang
x : Skor responden akan terjadi pada saat persalinan
x : Mean skor kelompok bersama bidan/dokter
s : Standar devisi Skor kelompok Ada 5 komponen persiapan
Skor T merupakan skala yang biasa persalinan:
digunakan dalam skala model Likert untuk 1. Membuat Rencana Persalinan,
menentukan sikap seseorang. meliputi:

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 40


a. Menentukan tempat persalinan 4. Menjaga kebersihan diri.
b. Memilih tenaga kesehatan yang 5. Mengenali tanda-tanda risiko tinggi
terlatih pada ibu hamil, bersalin,nifas dan bayi
c. Bagaimana menghubungi tenaga baru lahir
kesehatan tersebut? Dampak persiapan persalinan yang
d. Bagaimana transportasi ke tempat kurang baik adalah ibu kesulitan
persalinan tersebut menentukan tempat persalinan, ibu tidak
e. Siapa yang akan menemani saat tahu siapa yang akan menolong
persalinan persalinannya nanti, ibu tidak tahu biaya
f. Berapa banyak biaya yang yang harus disiapkana dan ibu tidak bisa
dibutuhkan dan bagaimana cara mengantisipasi resiko yang akan terjadi
mengumpulkan biaya tersebut pada saat persalinan.
g. Siapa yang akan menjaga keluarga
jika ibu tidak ada Metode Penelitian
2. Membuat rencana pembuatan Jenis penelitian yang digunakan
keputusan jika terjadi adalah observasional. Desain penelitian
kegawatdaruratan pada saat pembuat yang digunakan adalah analitik bersifat
keputusan utama tidak ada, meliputi: komparatif. Dalam penelitian ini yang
a. Siapa pembuat keputusan utama menjadi populasi adalah seluruh ibu
dalam keluarga primigravida dan multigravida di
b. Siapa yang akan membuat Puskesmas Gondang. Dalam penelitian ini
keputusan jika pembuat peneliti menggunakan metode purposive
keputusan utama tidak ada saat sampling yang bersifat nonprobability
terjadi kegawatdaruratan sampling.
3. Mempersiapkan Sistem Transportasi Besar sampel dalam penelitian ini
Jika Terjadi Kegawatdaruratan, sejumlah 30 responden. Instrumen yang
meliputi: dipakai dalam penelitian ini adalah lembar
a. Dimana ibu akan bersalin (desa, kuesioner. Kuesioner yang digunakan
fasilitas kesehatan, RS) adalah kuesioner tertutup dengan pilihan
b. Bagaimana cara menjangkau jawaban setuju dan tidak setuju. Setelah
tingkat asuhan yang lebih lanjut data terkumpul kemudian dilakukan
jika terjadi analisa data dengan tahap-tahap editing,
c. Kegawat daruratan? coding, scoring, tabulating.
d. Ke fasilitas kesehatan mana ibu Perbedaan sikap primigravida dan
tersebut harus dirujuk? multigravida tentang persiapan persalinan
e. Bagaimana cara mendapatkan di Puskesmas Gondang tahun 2012
dana jika terjadi dianalisis dengan uji wilcoxon signed rank
kegawatdaruratan test. Alasan pemilihan tehnik ini adalah
f. Bagaimana cara mencari donor karena dalam penelitian ini bertujuan
darah yang potensial untuk membedakan atau komparasi dan
4. Membuat Rencana/Pola Menabung terdapat 1variabel dengan membedakan 2
5. Mempersiapkan Barang-Barang yang sampel dengan skala nominal yaitu
Diperlukan untuk Persalinan perbedan 2 sampel berbeda. Exact Sig.(2-
Secara teknik yang perlu tailed) dengan nilai ( = 0,05), jika ρ <0,05
dipersiapkan ibu hamil dalam menghadapi maka Ho ditolak, dan H1 diterima (ada
kehamilan, persalinan dan nifas yang perbedaan sikap primigravida dan
sewaktu-waktu mungkin menjadi resiko multigravida tentang persiapan persalinan
tinggi antara lain: di Puskesmas Gondang tahun 2012).
1. Pemeriksaan kehamilan sedini
mungkin, minimal 4 kali, 1 kali pada Hasil dan Pembahasan
trimester I, 1 kali pada trimester II dan Berdasarkan data yang diperoleh
2 kali pada trimester III. dari penelitian didapatkan dari total
2. Makan makanan dengan nilai gizi responden yang berjumlah 30 orang, yang
yang baik. terbagi 2 kelompok, yang terdiri dari 15
3. Cukup istirahat dan tidak bekerja orang primigravida dan 15 orang
berat. multigravida diketahui ada perbedaan

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 41


antara sikap primigravida dan multigravida value = 0,005 dimana 0,005 < 0,05),
dimana sikap multigravida lebih banyak sehingga H1 diterima dan H0 ditolak,
yang bersikap positif, sebanyak 12 orang yang artinya ada perbedaan sikap
(80%), dibanding dengan sikap primigravida dan multigravida tentang
primigravida yang hampir sebagian besar persiapan persalinan di Puskesmas
bersikap negatif sebanyak 11 orang Gondang kabupaten tulungagung
(73%). tahun 2013.
Hasil analisis uji wilcoxon perbedaan
sikap primigravida dan multigravida Saran
tentang persiapan persalinan di dapatkan 1. Bagi Responden (Ibu Hamil)
Exact Sig.(2-tailed) = 0,005 dimana 0,005 Disarankan untuk mencari informasi
< 0,05 sehingga Ho ditolak H1 diterima, tentang persiapan persalinan
berati ada perbedaan sikap primigravida sehingga menurunkan kebingungan
dan multigravida tentang persalinan. pada saat persalinan.
Adanya perbedaan sikap 2. Bagi Tempat Penelitian (Puskesmas)
primigravida dan multigravida dimana Diharapkan lebih banyak memberikan
sikap positif lebih banyak di miliki informasi kepada ibu hamil tentang
multigravida dari pada primigravida hal ini persiapan persalinan melalui
dikarenakan multigravida lebih banyak penyuluhan.
mendapatkan informasi yang valid 3. Bagi Institusi Pendidikan
sedangkan primigravida banyak yang Diharapkan dapat bekerja sama
belum mendapatkan informasi. dengan instansi lain dalam
Sikap ibu primigravida dan memberikan penyuluhan tentang
multigravida di pengaruhi oleh persiapan persalinan.
pengetahuan mereka tentang persiapan 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
persalinan, sehingga ibu multigravida yang Diharapkan hasil penelitian ini dapat
mendapatkan pengetahuan dari tenaga dijadikan data awal bagi peneliti untuk
kesehatan mempunyai sikap positif, ini melakukan penelitian lebih lanjut.
akan jauh berbeda dari ibu primigravida,
karena tidak cukup mempunyai wawasan Daftar Pustaka
tentang persiapan persalinan, Azwar, Saifuddin. 2005. Reliabilitas dan
menyebabkan kebanyakan ibu dari Validitas. Yogyakarta: Pustaka
primigravida bersikap negatif. Kurangnya Pelajar. Hal: 5.
pengalaman seorang ibu primigravida ________. 2009. Sikap Manusia; Teori
umumnya akan menciptakan sikap negatif dan Pengukuranya, Yogyakarta:
terhadap persiapan persalinan. Namun Pustaka Pelajar. Hal: 23-28, 30-38,
demikian belum tentu ibu primigravida 106, 156.
yang belum pernah mengalami proses Baron, dkk. 2010. Psikologi Sosial.
persalinan tidak mengetahui dan tidak bisa Bandung : Refika Aditama. Hal: 32-
mempersiapkan segala persiapan 33.
persalinan dengan baik dan cermat. Cristina, Widya Utami. 2006. Statistika
Terapan untuk Penelitian. Jakarta:
Kesimpulan Salemba Empat.
1. Sebagian besar ibu primigravida di Dajan, Anto. 2005. Pengantar Metode
Puskesmas Gondang Kecamatan Statistik Jilid Dua. Jakarta: LP3ES.
Gondang Kabupaten Tulungagung Hal: 26.
tahun 2013 bersikap negatif tentang DepKes R.I. 2002. Strategi Komunikasi
persiapan persalinan yaitu 11 (73%) Informasi dan Edukasi Kesehatan
orang. Ibu dan Anak. Jakarta : Dirjen
2. Hampir seluruh ibu multigravida di Binkesmas dan Binkesga Hal: 6, 14,
Puskesmas Gondang Kecamatan 16, 34.
Gondang Kabupaten Tulungagung Gerungan, W.A. 2002. Psikologi Sosial.
tahun 2013 bersikap positif tentang Bandung : Refika Aditama.
persiapan persalinan yaitu 12 (80%) Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diit
orang. Rumah Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
3. Uji statistik wilcoxon didapatkan nilai ρ Hal: 378.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 42


Hidayat, A.A.A. 2011. Metodologi Keperawatan. Jakarta: Salemba
Penelitian Kebidanan dan Teknik Medika. Hal: 92-93.
Analisa Data. Jakarta: Salemba Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu
Medika. Hal: 81, 102-104, 106, Kandungan. Jakarta - Yayasan
121. Bina Pustaka Sarwono
______. 2010. Metodologi Penelitian Prawirohardjo, Jakarta. hal.100
Kesehatan. Jakarta: Salemba Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian
Medika. Hal: 54 Kuantitatif untuk Psikologi dan
Kamus Saku Bidan. 2005. Jakarta: EGC. Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Hal: 301. Pelajar. Hal: 63.
Manuaba. 2008. Pengantar Kuliah Salmah. 2006. Asuhan Kebidanan
Obstetri, Jakarta : EGC hal 137 Antenatal. Jakarta : EGC. Hal: 117
Nasir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Sudarso. 2007. Metodologi Penelitian
Cetakan keenam. Ciawi : Penerbit Kesehatan. Jakarta PT Rineka
Ghalia Indonesia. Cipta.hal.19, 22 24
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian.
Penelitian Kesehatan. Jakarta PT Jakarta: Alfabeta. Hal: 246.
Rineka Cipta.hal.19, 22 _______. 2006. Metode Penelitian
__________.2003. Ilmu Kesehatan Kuantitatif Kualitatif. Jakarta:
Masyarakat. Jakarta: PT. Aneka Alfabeta. Hal: 97, 246.
Cipta. Hal. 27, 45, 130-131 _______. 2008. Metode Penelitian
__________. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D.
Kesehatan. Jakarta PT Rineka Bandung: CV Alfabeta. Hal: 43-44,
Cipta.hal. 64, 48, 116 246.
________. 2010. Metodologi Penelitian Umar, Husein. 2003. Metode Riset Bisnis.
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Hal: 37-38, 83, 93, 103, 121, 176. Utama. Hal: 49, 92.
Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial.
Metodologi Penelitian Ilmu Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Keperawatan, Jakarta: Salemba Whalley Janet, Ann Keppler. 2008.
Medika. Hal 31, 36, 78, 83, 96, 107, Panduan Lengkap Kehamilan,
131 Melahirkan, dan Bayi, Edisi Revisi.
__________. 2008. Konsep dan Jakarta: Arcan. Hal: 75.
Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan Edisi Revisi.
Jakarta: Salemba Medika. Hal: 87,
93.
_________. 2011. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 43


HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BANGUNJAYA KECAMATAN
PAKEL KABUPATEN TULUNGAGUNG

Oleh:
ERNIK RUSTIANA, SST.M.Keb

The increasing of Indonesian life expectancy is one indicator of the success of health
development in Indonesia. The efforts to increase life expectancy needs to be done by the
promotion and prevention activities through integrated health service for elderly. The purpose
of this study is to analyze and determine the correlation between knowledge, attitude and
family support with elderly visit to the health center in Bangunjaya Public Health Center work
area Pakel Regional Tulungagung district.
The method of this study was analytic with case-control approach. Samples were
taken by simple random sampling technique. The statistic test to see the correlation between
variables used chi-square and to see the most dominant factors using multiple logistic
regression. The results showed that elderly with good knowledge (85%) had positive attitude
(89%), and good family support (86%). The result of bivariable analysis showed there was
significant correlation between knowledge, attitude, and family support to elderly visit to
Integrated Health Service (p<0.05). The results of multiple logistic regression found that
family support variable was the most dominant risk variable with elderly visit to Integrated
Health Service p<0.001; OR 25.49 (IK 95%.7.021−92.58).

Pendahuluan pelayanan kesehatan pada Lansia melalui


Pembangunan kesehatan Posyandu Lansiayaitu 70%.
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat Tujuan Penelitian
bagi setiap orang agar terwujud derajat 1 Menganalisis hubungan pengetahuan,
kesehatan masyarakat yang setinggi- sikap, dan dukungan keluarga dengan
tingginya. Salah satu indikator kunjungan Lansia ke Posyandu
keberhasilan pembangunan kesehatan di Lansia di wilayah kerja Puskesmas
Indonesia yaitu meningkatkan usia Bangunjaya Kecamatan Pakel
harapan hidup (UHH) manusia Indonesia. Kabupaten Tulungagung.
Ketidaktahuan masyarakat, keluarga 2 Menganalisis faktor yang paling
maupun Lansia sendiri mengakibatkan dominan risikonya terhadap
keadaan kesehatan fisik, mental maupun kunjungan Lansia ke Posyandu
sosial Lansia tidak tertangani atau Lansia di wilayah kerja Puskesmas
terpenuhi dengan baik sehingga Bangunjaya Kecamatan Pakel
menghambat pencapaian Lansia sehat Kabupaten Tulungagung.
sejahtera dan produktif.
Berdasaskan Profil Kesehatan Tinjauan Pustaka
Indonesia tahun 2008 Lansia yang Posyandu Lansia juga merupakan
mendapatkan pelayanan kesehatan pada suatu wadah pelayanan kepada Lansiadi
kelompok usia lanjut mengalami masyarakat yang proses pembentukan
penurunan menjadi 20,79% dibandingkan dan pelaksanaannya dilakukan oleh
dengan cakupan tahun 2007 sebesar masyarakat bersama Lembaga Swadaya
25,34%. Cakupan Posyandu Lansia yang Masyarakat (LSM), lintas sektor
didapat di Kabupaten Tulungagung tahun pemerintah dan nonpemerintah, swasta,
2010 sebanyak 12,12% dan tahun 2011 organisasi sosial dan lain-lain, dengan
meningkat menjadi 39,62%, namun menitik beratkan pelayanan kesehatan
peningkatan tersebut masih jauh dari Lansia pada upaya promotif serta
target yang diharapkan. Dinas Kesehatan preventif.
Kabupaten Tulungagung mengharapkan
pada tahun 2015 target cakupan

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 44


Tujuan pembentukan Posyandu 5. Kit Lansia yang berisi timbangan
Lansia adalah: dewasa, meteran pengukuran tinggi
1. Menentukan secara dini penyakit yang badan, stetoskop, tensimer, peralatan
diderita atau ancaman masalah laboratorium sederhana, dan
kesehatan baik fisik, mental emosional, termometer
dan kemandirian yang dihadapi Lansia 6. Kartu Menuju Sehat (KMS)Lansia
2. Meningkatkan kesadaran pentingnya 7. Buku Pedoman Pemeliharaan
kesehatan bagi Lansia agar selamanya Kesehatan (BPPK) Lansia
tetap mandiri dan berdaya guna. Mekanisme pelaksanaan kegiatan
Sasaran Posyandu Lansia yang sebaiknya digunakan sistem 5
dikelompokkan menjadi dua yaitu sasaran tahapan (5 meja) yaitu:
langsung dan sasaran tidak langsung. 1. Tahap pertama: pendaftaran Lansia
Sasaran langsung terdiri atas: 1) pra- sebelum pelaksanaan pelayanan
Lansia 45−59 tahun, 2) Lansia 60−69 2. Tahap kedua: pencatatan kegiatan
tahun, 3) Lansia yang risiko tinggi yaitu sehari-hari yang dilakukan Lansia,
lebih dari 70 tahun atau Lansia yang penimbangan berat badan, dan
berusia 60 tahun atau lebih dengan pengukuran tinggi badan
masalah kesehatan. Sasaran tidak 3. Tahap ketiga: pengukuran tekanan
langsung terdiri atas: 1) keluarga tempat darah, pemeriksaan kesehatan, dan
Lansia berada; 2) masyarakat di pemeriksaan status mental
lingkungan Lansia berada, 3) organisasi 4. Tahap keempat: pemeriksaan air seni
sosial yang bergerak dalam pembinaan dan kadar darah (laboratorium
kesehatan Lansia, masyarakat luas. sederhana)
Jenis pelayanan kesehatan yang 5. Tahap kelima: pemberian penyuluhan
dapat diberikan di posyandu Lansia yaitu: dan konseling
1. Pemeriksaan kegiatan aktivitas sehari- Lansia yaitu suatu proses alami
hari yang tidak dapat dihindarkan. Banyak
2. Pemeriksaan status mental faktor yang memengaruhi penuaan
3. Pemeriksaan status gizi seseorang seperti:19 1) genetik
4. Kegiatan pemeriksaan tekanan darah (keturunan), 2) asupan gizi; 3) kondisi
5. Pemeriksaan darah mental, 4) pola hidup, 5) lingkungan, dan
6. Konseling serta penyuluhan kesehatan 6) pekerjaan sehari-hari.
dan gizi Proses penuaan yang terjadi
7. Rujukan ke puskesmas bilamana ada secara alami pada kehidupan manusia
keluhan dan atau kelainan pada menurunkan fungsi tubuh. Angka
pemeriksaan butir 1 hingga 6 kesakitan penduduk Lansia tahun 2005
8. Home care (kunjungan rumah) oleh sebesar 29,98%; tahun 2007 sebesar
kader disertai petugas kesehatan bagi 31,11%; dan tahun 2009 sebesar 30,46%.
anggota kelompok Lansia yang tidak Perubahan yang terjadi pada
datang, dalam rangka kegiatan Lansia:
perawatan kesehatan masyarakat. 1. Perubahan Fisik
9. Pemberian makanan tambahan (PMT) 2. Perubahan Aspek Psikososial
penyuluhan 3. Perubahan spiritual
10. Kegiatan lain seperti kegiatan 4. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
olahraga misalnya senam Lansia, gerak K ebutuhan dasar Lansia meliputi:
jalansantai, dan lain sebagainya 1. Kebutuhan fisik
Untuk kelancaran pelaksanaan 2. Kebutuhan psikis
kegiatan Posyandu Lansia dibutuhkan 3. Kebutuhan sosial
sarana dan prasarana penunjang, antara 4. Kebutuhan aktualisasi diri
lain: 5. Kebutuhan ekonomi
1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan, 6. Kebutuhan spiritual
atau tempat terbuka) Prinsip pelayanan kesehatan
2. Meja dan kursi Lansia meliputi:
3. Alat tulis 1. Pendekatan yang menyeluruh
4. Buku pencatatan kegiatan (buku 2. Orientasi terhadap kebutuhan
register bantu)

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 45


3. Team work dalam memberikan 2. Komponen afektif (komponen
pelayanan emosional)
Melibatkan kelurrga dalam 3. Komponen konatif (komponen perilaku)
pelaksanaannya. Menurut Notoatmodjo (2003: 132)
Konsep dari Green dikemukakan sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,
bahwa perilaku dipengaruhi oleh dua yaitu :
faktor pokok yaitu faktor perilaku dan 1. Menerima (Receiving)
faktor luar perilaku. Perilaku itu sendiri 2. Merespons (Responding)
dibentuk dari tiga faktor yaitu: 3. Menghargai (Valuing)
1. Faktor predisposisi (predisposing 4. Bertanggung jawab (Responsible)
factor): sesuatu keadaan pikiran Faktor-faktor yang mempengaruhi
mencakup pengetahuan, keyakinan, sikap:
nilai, karakteristik individu, dan sikap 1. Faktor internal
tentang sesuatu yang a. Faktor biologis
menguntungkan. b. Faktor psikologis
2. Faktor pendukung (enabling factor): 2. Faktor eksternal
sumberdaya keterampilan yang a. Pengalaman
memudahkan terjadi perilaku b. Situasi
kesehatan. c. Norma-norma
3. Faktor penguat (reinforcing factor): d. Hambatan
terwujud dalam bentuk sikap perilaku e. Pendorong
petugas kesehatan atau petugas f. Informasi dan sumber informasi
lainnya Menurut Purwanto (2008: 63) sikap
Pengetahuan merupakan hasil dapat pula bersifat positif dan dapat
“tahu” dan ini terjadi setelah seseorang pula bersifat negatif, yaitu :
melakukan penginderaan terhadap suatu 1. Sikap positif kecenderungan
objek tertentu. tindakan adalah mendekati,
Pengetahuan yang dicakup dalam menyenangi, mengharapkan obyek
dimensi kognitif mempunyai 6 (enam) tertentu
tingkatan yaitu: 2. Sikap negatif terdapat
1. Tahu kecenderungan untuk menjahui,
2. Memahami menghindari, membenci, tidak
3. Apliksi menyukai obyek tertentu.
4. Analisis Skala Guttman hanya dua interval
5. Sintesis yaitu ”setuju” atau ”tidak setuju”. Penelitian
6. Evaluasi menggunakan skala Guttman dilakukan
Pengetahuan merupakan faktor bila ingin mendapatkan jawaban yang
penting untuk pembentukan perilaku tegas terhadap suatu permasalahan yang
seseorang, dalam hal ini yaitu perilaku ditanyakan.
Lansia dalam melakukan kunjungan Pernyataan Sikap
Posyandu Lansia. Pengetahuan No Pernyataan TS S
seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberap faktor, yaitu: 1 Negatif 1 0
1. Pengalaman 2 Positif 0 1
2. Tingkat Pendidikan Keterangan :
3. Keyakinan TS : Tidak Setuju
4. Fasilitas S : Setuju
5. Pekerjaan Kemudian diubah menjadi skor T
6. Sosial Budaya dengan rumus sebagai berikut:
Sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang T = 50 + 10
terhadap stimulus atau obyek. Sikap itu
mengandung 3 komponen yang
membentuk struktur sikap: Keterangan :
1. Komponen kognitif (komponen x : Skor responden
perseptual) x : Mean skor kelompok
s : Standar devisi Skor kelompok
Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 46
Skor T merupakan skala yang biasa 5. Membantu dalam hal sumber
digunakan dalam skala model Likert untuk keuangan
menentukan sikap seseorang. 6. Memberikan kasih sayang,
Kriteria: menghormati, dan menghargai
Sikap Positif skor T ≥ mean T. 7. Bersikap sabar dan bijaksana
Sikap Negatif skor T < mean T terhadap perilaku Lansia
Berikut rumus perhitungan 8. Menyediakan waktu dan perhatian
presentase menurut Nursalam (2003: 113) 9. Jangan menganggapnya sebagai
: beban
Sp 10. Memberi kesempatan untuk tinggal
Rumus : P = x100 % bersama
Sm
11. Mintalah nasehatnya dalam peristiwa-
Keterangan : peristiwa yang penting
P = Presentase 12. Mengajaknya dalam acara-acara
Sp = Jumlah Skor yang diperoleh keluarga
Sm = Jumlah Skor Maksimal 13. Membantu mencukupi kebutuhannya
Kemudian diinterprestasikan dengan 14. Memberi dorongan untuk kegiatan di
ranting nilai menurut Sugiono (2006), luar rumah termasuk pengembangan
adalah sebagai berikut: hobi
100 % : Seluruhnya dari 15. Membantu mengtur keuangan
responden 16. Mengupayakan sarana transport
76 % - 99% : Hampir seluruh dari untuk kegiatan mereka
responden 17. Memberikan kesehatan secara teratur
51 % - 75 % : Sebagian besar dari 18. Memberikan dorongan untuk tetap
responden hidup bersih dan sehat
50 % : Setengahnya dari 19. Mencegah terjadi kecelakaan baik di
responden rumah maupun diluar rumah
26 % - 49 % : Hampir setengahnya dari 20. Pemeliharaan kesehatan usia lanjut
responden tanggungjawab bersama
1 % - 25 % : Sebagian kecil dari 21. Memberikan perhatianyang baik pada
responden orang tua yang sudah lanjut.
0% : Tidak satupun dari Menurut Depkes RI menyatakan
responden peran keluarga dalam pembinaan Lansia
Dukungan keluarga yaitu antara lain:
komunikasi verbal dan nonverbal, saran, 1. Memberikan dorongan, kemudahan,
bantuan, yang nyata atau tingkah laku dan fasilitas bagi Lansia untuk
yang diberikan oleh orang-orang yang mengamalkan kemampuan serta
akrab dengan subjek di dalam lingkungan kearifan yang dimiliki
sosialnya. 2. Mengembangkan kehidupan
Beberapa dimensi dukungan beragama
keluarga dalam pemanfaatan pelayanan 3. Pembinaan fisik/mental
kesehatan yaitu: 4. Pembinaan sosial ekonomi dan
1. Dimensi emosional/empati budaya
2. Dimensi emosional/empati
3. Dimensi instrumental Metodologi Penelitian
Dimensi informasion Dalam Populasi terjangkau dalam penelitian
melakukan perawatan terhadap Lansia, ini yaitu Lansia yang berkunjung ke
setiap anggota keluarga memiliki peranan Posyandu Lansiabaik secara teratur
yang sangat penting yaitu: maupun tidak teraturdi wilayah kerja
1. Melakukan pembicaraan terarah Puskesmas Bangunjaya Kecamatan Pakel
2. Mempertahankan kehangatan Kabupaten Tulungagung periode Januari
keluarga sampai dengan Desember 2012,
3. Membantu menyiapkan makanan bagi berdasarkan register Posyandu Lansia.
Lansia Sampel dalampenelitian ini sebanyak
4. Membantu dalam hal transportasi 70 lansia, ditentukan berdasarkan rumus
rule of thumb, penghitungan yaitu dengan

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 47


cara untuk tiap variabel yang terlibat n = Ukuran sampel
dalam analisis minimal 10 orang.
Berdasarkan jumlah variabel yang diteliti 7 Reliabilitas alat ukur dihitung dengan
variabel, sehingga didapat jumlah sampel mengorelasikan total skor butir genap
70. dengan total skor butir ganjil (split half
method). selanjutnya dilakukan analisis
Penelitian ini menggunakan
korelasi dengan menggunakan Rank
perbandingan besar sampel untuk kasus: Spearman.
kontrol 1:1, sampel terdiri atas 70 Rumus Uji Reliabilitas:
6∑
responden untuk kelompok kasus dan 70 =
( − 1)
untuk kelonpok kontrol. Keterangan:
Teknik pengambilan sampel dilakukan rs = Koefisien korelasi Rank Spearman
dengaan simple random sampling (sampel N = Jumlah pasangan Rank untuk
acak sederhana). Spearman
Ukuran Ukuran d2= Selisih setiap pasangan Rank
Nama Populas Sampel*) Pengolahan data yang melalui
Desa i Kasu Kontro serangkaian proses yaitu editing, coding,
s l processing, cleaning.
Pecuk 58 9 9
Kasreman 63 10 10 Hasil dan Pembahasan
Sanan 84 13 13 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Bangunjay 50 8 8 pengetahuan, sikap, dan dukungan
a keluarga mempunyai hubungan positif
Ngrance 46 7 7 dengan kunjungan Lansia ke Posyandu
Gebang 62 10 10 Lansia (p<0,05).
Gesikan 48 7 7 Hasil penelitian bahwa Lansia yang
Gempolan 45 6 6 mempunyai pengetahuan tinggi dan sikap
Jumlah 455 70 70 positif tentang posyandu cenderung untuk
*) Ket: = × selalu mengikuti kegiatan posyandu. Hal
ini berarti walaupun terdapat perbedaan
Penelitian ini adalah studi analitik
karakteristik dan lokasi penelitian hasilnya
dengan menggunakan rancangan kasus
tetap sama.
kontrol.
Hasil penelitian ini mendukung teori
Uji coba alat ukur kunjungan
bahwa pengetahuan merupakan dimensi
Posyandu Lansia dilakukan pada 30 orang
yang sangat penting untuk terbentuknya
yang memenuhi kriteria seperti responden
perilaku Lansia berkunjung ke Posyandu
penelitian. Setelah diuji coba alat ukur
Lansia.
kemudian dilakukan analisis dengan
Perilaku yang didasari oleh
mengkorelasikan skor genap dengan total
pengetahuan akan lebih langgeng
skor dan mengorelasikan skor ganjil
daripada yang tidak didasari pengetahuan.
dengan total skor. Uji validitas
Pengetahuan berhubungan dengan daya
menggunakan rumus Koefisien Korelasi
pikir seseorang. Pengetahuan Lansia
Peringkat Spearman. Alat ukur dikatakan
mengenai Posyandu Lansia ini dapat
valid jika besarnya koefisien korelasi
diperoleh dari berbagai sumber dan
r>0,4.
dengan menghadiri kegiatan Posyandu
Rumus Uji Validitas:
Lansia. Dengan pengalaman ini,
pengetahuan Lansia meningkat yang
+1 menjadi dasar pembentukan sikap dan
( ) ( )− ( 2 ) dapat mendorong minat Lansia untuk
= selalu mengikuti kegiatan posyandu.
+1 +1
( ) − ( 2 ) ( ) − ( 2 ) Sikap Lansia yang baik karena Lansia
merasakan manfaat posyandu baik secara
Keterangan: jasmani maupun sosial, sehingga Lansia
R(xi) = Rank skor x merasa penting untuk datang ke
R(yi) = Rank skor y Posyandu Lansia. Pengalaman Lansia
Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 48
terkait manfaat posyandu Lansia tersebut 1998 Tentang Kasejahteraan Lanjut
memengaruhi motivasi Lansia untuk Usia. Jakarta: Kemenkes RI; 1998.
berkunjung mengikuti kegiatan posyandu. Departemen Kesehatan RI. Pedoman
Pada penelitian ini ditemukan Lansia Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut
yang mempunyai dukungan keluarga bagi Petugas Kesehatan. Jakarta:
kurang, rata-rata mempunyai perilaku Bina Kesehatan Masyarakat
berkunjung ke posyandu tidak teratur. Departemen Kesehatan; 2005.
Dukungan keluarga sangat penting dalam Departemen Kesehatan RI. Pedoman
meningkatkan minat serta semangat Puskesmas Santun Usia Lanjut bagi
Lansia untuk selalu hadir mengikuti Petugas Kesehatan. Jakarta: Bina
kegiatan posyandu. Aspek-aspek dalam Kesehatan Masyarakat Departemen
dukungan keluarga ini dapat berupa Kesehatan; 2003.
nasehat, usulan, saran, petunjuk, Hardywinoto S. Panduan gerontologi.
pemberian informasi, serta akomodasi. Jakarta: Pustaka Utama; 2007.
Dinas Kesehatan Jawa Timur. Profil
Kesimpulan Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
1. Terdapat hubungan positif Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi
pengetahuan, sikap, dan dukungan Jawa Timur; 2010.
keluarga dengan kunjungan Lansia ke Departemen Kesehatan RI. Profil
Posyandu Lansia Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta:
2. Dukungan keluarga merupakan faktor Departemen Kesehatan RI; 2010.
yang paling berpengaruh terhadap Dinas Kesehatan Kabupaten
kunjungan Lansia ke Posyandu Tulungagung. Laporan Tahunan
Lansia Bidang Pelayanan Kesehatan
3. Pengetahuan, sikap, dan dukungan Kabupaten Tulungagung.
keluarga yang rendah memiliki risiko Tulungagung: Dinas Kesehatan
kunjungan ke Posyandu Lansia tidak Kabupaten Tulungagung; 2011.
teratur Dinas Kesehatan Tulungagung. Rencana
Strategis Dinas Kesehatan
Saran Kabupaten Tulungagung Tahun
1. Penelitian ini dapat digunakan 2010. Tulungagung: Dinas
sebagai dasar untuk Kesehatan Kabupaten Tulungagung;
mengembangkan penelitian 2010.
selanjutnya mengenai kunjungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Lansia ke Posyandu Lansia dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
menambahkan variabel dukungan Timur Nomor 5 Tahun 2007 Tentang
lintas sektor yang memengaruhi Kesejahteraan Lanjut Usia.
kunjungan lansia ke Posyandu Lansia. Surabaya: Pemerintah Provinsi Jawa
2. Bidan disarankan untuk melakukan Timur; 2007.
sosialisasi dalam menggerakkan Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku
Lansia berkunjung ke Posyandu kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Lansia dengan melibatkan lintas lintas Cipta; 2003.
sektor Pujiyono. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemanfaatan Posyandu
Daftar Pustaka Lansia di Desa Jetis Kecamatan
Komisi Nasional Lanjut Usia. Pedoman Karangroyong Kabupaten Grobokan
Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. (Tesis). Semarang: Pascasarjana
Jakarta: Komisi Lanjut Usia; 2010. Magister Promosi Kesehatan
BKKBN. Indonesia Punya 24 Juta Lansia Universitas Diponegoro; 2009.
yang Kurang Diperhatikan. 2009. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman
[diunduh 5 Agustus 2012]. Tersedia Umum Pengelolaan Posyandu.
dari: Jakarta; Kementerian Kesehatan RI;
http://banten.bkkbn.go.id/berita/367/ 2011.
Kementerian RI. Undang-Undang Azizah LM. Keperawatan lanjut usia.
Republik Indonesia No 13 Tahun Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 49


Noorkasiani, Tamher S. Kesehatan usia Syah M. Psikologi pendidikan dengan
lanjut dengan pendekatan asuhan pendekatan baru. Bandung: PT
keperawatan. Jakarta: Salemba; Remaja Rosdakrya; 2005.
2009. Azwar S. Sikap manusia teori dan
Glass TA, Leon CM, Holi RA, Berckman pengukurannya. Yogyakarta:
LFM. Population based study of Pustaka Pelajar; 2007.
social and produktif activity as Friedman. Buku ajar keperawatan
predictor of survival among elderly keluarga riset, teori dan praktik. Edisi
American. BMJ. 1999;31(9):478−83. ke-5. Jakarta: FKUI; 2002.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Sarafino, EP. Health Pscyhology:
Perawatan Kesehatan Usia Lanjut di biopsychosocial interaction. Edisi ke-
Rumah. Jakarta: Direktorat 2. New York: John Wilky and Sons
Kesehatan Keluarga; 2003. Inc; 2004.
Setiti SG. Pelayanan lanjut usia berbasis Maryam Siti. Asuhan keperawatan pada
kekerabatan (Studi kasus pada lima Lansia. Trians Info Media: 2010.
wilayah di Indonesia).2006 [diunduh Dewson B, Trapp RG. Basic and clinical
21 Oktober 2012]. Tersedia dari: biostatistic. Edisi ke-3. Singapore:
www. depsos.go.id. MC Grave-Hill; 2012.
Departemen Kesehatan RI. Perilaku hidup Notoatmodjo. Metodologi penelitian
bersih dan sehat di rumah tangga. kesehatan. Edisi revisi. Jakarta:
Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Rineka Cipta; 2003.
Departemen Kesehatan RI; 2006. Dahlan MS. Statistik kedokteran dan
Notoatmodjo S. Ilmu perilaku kesehatan. kesehatan. Jakarta: Salemba
Jakarta: PT Rineka Cipta; 2003. Medika; 2012
Notoatmodjo S. Prinsip-prinsip dasar ilmu Sugiono. Statistik untuk penelitian.
kesehatan masyarakat. Jakarta: PT Bandung: Alfabeta; 2010.
Rineka Cipta; 2003.
Walgito B. Psikologi sosial (suatu
pengantar). Edisi ke-3. Yogyakarta:
Andi Offset; 2003.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 50


HUBUNGAN SIKAP IBU BAYI TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN
DIAPER RASH DI POSYANDU DESA KEDUNGSIGIT KECAMATAN KARANGAN
KABUPATEN TRENGGALEK
TAHUN 2013

Oleh :
MITA PURNAMASARI
INGGIT YULLYANSI, S.ST
ANITA DWI AGUSTINASARI, SST

Mother care about disposible diaper his baby whit right way in Indonesia is lack. This
even can increase a rate of diaper rash in baby caused lack of mother knowledge in baby
care during make disposible diaper. The reserch have purpose is to identify relationships
mother baby attitudes about personal hygiene with diaper rash incident.
The research was done 4 to 18 February 2013. This is observational research with an
analytic correlational research design. Its population is baby's mother in the village
Kedungsigit about 86 people. This research sampling techniques was proportional simple
random sampling. The data collection is technique questionnaires and observation
sheetsand. Results of research from all respondents 62 of 36 (58.1%) of respondents have a
positive, and most of the 38 (61.3%) had no diaper rash.result of statistic analys Chi square
gets α = 0,011 (α < 0,05) so there are relations mother baby attitudes with diaper rash in
posyandu Kedungsigit karangan Trenggalek.

Pendahuluan yang mempunyai pengetahuan kurang


Kemajuan teknologi membuat tentang personal hygiene tersebut
masyarakat kurang lagi mementingkan terdapat 9 ibu yang bayinya pernah
efek jangka panjang terhadap kesehatan mengalami diaper rash.
anak atau bayi. Salah satu kondisi
kesehatan yang amat penting adalah Tujuan Penelitian
menjaga kesehatan kulit. Gangguan Mengidentifikasi hubungan sikap ibu
kesehatan kulit pada bayi yang paling bayi tentang personal hygiene dengan
banyak ditemui adalah diaper rash. kejadian diaper rash di Posyandu Desa
Diaper rash paling banyak terjadi Kedungsigit Kabupaten Trenggalek Tahun
pada bayi. Prevalensi bervariasi 2013”
dilaporkan dari 4-35% pada 2 tahun
pertama kehidupan. Diaper rash dapat Tinjauan Pustaka
bermula pada periode neonatus segera Sikap merupakan reaksi atau respon
setelah anak memakai popok. Insiden yang masih tertutup dari seseorang
tertinggi pada umur 7-12 bulan, menurun terhadap stimulus atau obyek. Sikap itu
sesuai umur. Angka diaper rash pada bayi mengandung 3 komponen yang
yang menggunakan disposible diapers membentuk struktur sikap:
meningkat dari 7,1% hingga 61%. Tahun 1. Komponen kognitif (komponen
2008 ini masih mencapai 50% mengalami perseptual)
diaper rash. 2. Komponen afektif (komponen
Studi pendahuluan tentang kejadian emosional)
diaper rash di Posyandu Desa Kedungsigit 3. Komponen konatif (komponen
yaitu bahwa dari seluruh jumlah bayi yaitu perilaku)
110 bayi usia 0-1 tahun, dan dari 110 bayi Menurut Notoatmodjo (2003: 132)
tersebut terdapat 40 bayi yang pernah sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,
mengalami diaper rash. Dari jumlah yaitu :
tersebut sebagaian besar yaitu 25 ibu bayi 1. Menerima (Receiving)
(62,5%) mempunyai pengetahuan yang 2. Merespons (Responding)
kurang mengenai personal hygiene dan 15 3. Menghargai (Valuing)
(37,5%) ibu bayi lainnya mempunyai 4. Bertanggung jawab (Responsible)
pengetahuan yang baik mengenai
personal hygiene, dan dari 25 (62,5%) ibu

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 51


Faktor-faktor yang mempengaruhi Sp
sikap: Rumus : P = x100 %
Sm
1. Faktor internal
a. Faktor biologis Keterangan :
b. Faktor psikologis P = Presentase
2. Faktor eksternal Sp = Jumlah Skor yang diperoleh
a. Pengalaman Sm = Jumlah Skor Maksimal
b. Situasi Kemudian diinterprestasikan dengan
c. Norma-norma ranting nilai menurut Sugiono (2006),
d. Hambatan adalah sebagai berikut:
e. Pendorong 100 % : Seluruhnya dari
f. Informasi dan sumber informasi responden
Menurut Purwanto (2008: 63) sikap 76 % - 99% : Hampir seluruh dari
dapat pula bersifat positif dan dapat responden
pula bersifat negatif, yaitu : 51 % - 75 % : Sebagian besar dari
1. Sikap positif kecenderungan responden
tindakan adalah mendekati, 50 % : Setengahnya dari
menyenangi, mengharapkan obyek responden
tertentu 26 % - 49 % : Hampir setengahnya dari
2. Sikap negatif terdapat responden
kecenderungan untuk menjahui, 1 % - 25 % : Sebagian kecil dari
menghindari, membenci, tidak responden
menyukai obyek tertentu. 0% : Tidak satupun dari
Skala Guttman hanya dua interval responden
yaitu ”setuju” atau ”tidak setuju”. Penelitian Ibu adalah wanita yang telah
menggunakan skala Guttman dilakukan melahirkan seseorang dan sebutan untuk
bila ingin mendapatkan jawaban yang wanita yang sudah bersuami. Bayi adalah
tegas terhadap suatu permasalahan yang anak yang berusia 0-12 bulan. Sehingga
ditanyakan. ibu bayi bisa dikatakan sebagai seorang
Pernyataan Sikap wanita yang telah melahirkan dan memiliki
No Pernyataan TS S anak usia 0-12 bulan.
Personal Hygiene berasal dari
1 Negatif 1 0
bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
2 Positif 0 1
perorangan dan hygiene yang berarti
Keterangan :
sehat. Kebersihan perorangan adalah
TS : Tidak Setuju
suatu tindakan untuk memelihara
S : Setuju
kebersihan dan kesehatan seseorang
Kemudian diubah menjadi skor T
untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
dengan rumus sebagai berikut:
Macam-macam perawatan personal
hygiene:
T = 50 + 10 1. Perawatan Kulit Kepala dan Rambut
2. Perawatan hidung
Keterangan : 3. Perawatan telinga
x : Skor responden 4. Perawatan kuku kaki dan tangan
x : Mean skor kelompok 5. Perawatan genetalia dan area bokong
s : Standar devisi Skor kelompok 6. Perawatan kulit seruruh tubuh
Skor T merupakan skala yang biasa Menurut Nurjanah (2004: 77) tujuan
digunakan dalam skala model Likert untuk personal hygiene adalah sebagai berikut:
menentukan sikap seseorang. 1. Meningkatkan derajat kesehatan
Kriteria: seseorang
Sikap Positif skor T ≥ mean T. 2. Memelihara kebersihan diri seseorang
Sikap Negatif skor T < mean T 3. Memperbaiki personal hygiene yang
Berikut rumus perhitungan kurang
presentase menurut Nursalam (2003: 113) 4. Mencegah penyakit
: 5. Menciptakan keindahan
6. Meningkatkan rasa percaya diri

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 52


Tujuan perawatan personal hygiene: tanda-tanda peradangan yaitu agak
1. Menghilangkan minyak yang membengkak.
menumpuk, keringat, sel-sel kulit yang 2. Jika disertai dengan infeksi sekunder
mati dan bakteri oleh jamur Candida maka dapat
2. Menghilangkan bau badan yang ditemukan lesi.
berlebihan 3. Iritasi sekunder oleh kuman ditandai
3. Memelihara integritas permukaan kulit dengan timbulnya cairan nanah.
4. Menstimulasi sirkulasi/peredaran 4. Terasa gatal seperti terbakar dan
darah tidak nyaman.
5. Meningkatkan perasaan sembuh bagi 5. Kemerahan ringan di kulit daerah
klien sekitar popok yang bersifat terbatas,
6. Memberikan kesempatan pada disertai dengan lecet-lecet ringan atau
perawatan untuk mengkaji kondisi luka pada kulit.
kulit klien. 6. Kulit tampak kemerahan diserta bintik-
7. Meningkatkan percaya diri seseorang bintik kecil dan bersisik
8. Menciptakan keindahan Pencegahan Diaper Rash:
9. Meningkatkan derajat kesehatan 1. Gantilah popok segera setelah anak
seseorang buang air kecil/besar. Jangan
Faktor yang mempengaruhi personal memakai popok dengan ketat.
hygiene: Gunakan popok dengan longgar
1. Body Image sehingga bagian yang basah dan
2. Praktik social terkena tinja tidak menggesek kulit.
3. Status sosio ekonomi 2. Bersihkan dengan lembut daerah
4. Pengetahuan popok dengan air biasa yang hangat.
5. Variabel kebudayaan Hindari penggunaan tisu basah atau
6. Pilihan pribadi sejenisnya.
7. Kondisi fisik 3. Hindari menggunakan bedak bayi
Dampak Yang Sering Timbul Pada atau talk
Masalah Personal Hygiene: 4. Keringkan kulit dan bokong bayi
1. Dampak fisik dengan menempel-nempelkan handuk
2. Dampak psikososial atau kain lembut (bukan menggosok
Diaper rash adalah kulit yang bokong atau kulit dengan handuk atau
disebabkan karena infeksi jamur Candida kain).
albican. Etiologi Diaper rash adalah 5. Gantilah popok sekali pakai bila
sebagai berikut: tampungan urin sudah penuh.
1. Iritasi 6. Hindari pemakaian popok sekali pakai
2. Personal hygiene lebih dari 3 jam
3. Terlalu lama tidak mengganti popok 7. Pilih popok yang baik, terbuat dari
sekali pakai dapat membuat kulit katun yang dapat menyerap keringat
menjadi lembab, panas, lebih rentan atau air serta lembut.
terhadap gesekan dan mudah 8. Rebus popok kain atau popok yang
teriritasi. bisa dicuci selama kurang lebih 10-15
4. Popok lain tidak dibilas bersih setelah menit
dicuci dengan diterjen atau bahan Terapi diaper rash adalah sebagai
pemutih. Sisa diterjen dan pemutih berikut:
dapat menjadi iritasi. 1. Mengoleskan krim yang mengandung
5. Gesekan penggunaan diaper zinc oxide atau salep petroleum jelly
cenderung memicu terjadinya untuk melindungi kulit bayi Anda dari
gesekan antara popok dengan kulit. kelembaban.
6. Jamur Candida albicans, jamur ini 2. Mengoleskan minyak kelapa atau
selain terdapat di kulit juga ada dalam minyak herbal seperti campuran
kotoran. sandalwood, pepermint dan lavender.
Gejala diaper rash adalah sebagai 3. Segera konsultasikan ke dokter bila
berikut: dalam jangka waktu 3-4 hari diaper
1. Kulit di daerah popok menjadi rash belum sembuh.
kemerah-merahan dengan disertai

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 53


Metodologi Penelitian hygiene dengan kejadian diaper rash di
Jenis penelitian yang digunakan desa Kedungsigit Kecamatan Karangan
dalam penelitian ini adalah penelitian kabupaten Trenggalek dengan
observasional. Desain penelitian yang menggunakan rumus chi-square,
digunakan dalam penelitian ini adalah didapatkan hasil α=0,011 yang berarti α<
analitik korelasional. Dengan pendekatan 0,05. Dengan hasil ini, maka Ho ditolak
Cross Sectional Study. dan H1 diterima, yang berarti ada
Populasi dalam penelitian ini adalah hubungan sikap ibu bayi tentang personal
seluruh ibu yang mempunyai bayi di Desa hygiene dengan kejadian diaper rash.
Kedungsigit Kecamatan Karangan Mengacu pada hasil penelitian dan
Kabupaten Trenggalek pada bulan 4-8 setelah dilakukan crosstabs hasilnya ada
Februari 2013. Besar sampel ditentukan hubungan sikap ibu bayi tentang personal
dengan menggunakan rumus sebagai hygiene dengan kejadian diaper rash.
berikut : Pengetahuan tentang personal hygiene
N menjadikan ibu lebih memperhatikan
n= kebersihan bayinya untuk menghindari
1 + N(d)² diaper rash pada bayi. Perawatan bayi
yang baik membawa dampak yang baik
Keterangan: pada kesehatan bayi. Meskipun memakai
N = Besar Sampel popok disposible, diaper rash tidak terlalu
N = Besar Populasi dikhawatirkan lagi. Informasi dan sumber
D = Tingkat Kepercayaan/Ketepatan infortentang personal hygiene membawa
yang digunakan (0,05) dampak yang positif terhadap
n= N pengetahuan ibu, dengan bertambahnya
1+ N (0,05)² pengetahuan maka akan membawa sikap
ibu lebih positif.
n = 110
1 + 110 (0,0025) Kesimpulan
n = 86,27 n = 86 1. Dari 62 responden sebagian besar 36
(58,1%) responden bersikap positif
Adapun teknik sampel yang 2. Dari 62 responden sebagian besar 38
digunakan dalam penelitian ini yaitu (61,3%) bayi tidak mengalami diaper
Proporsional Simple Random Sampling. rash
Instrumen yang dipakai dalam penelitian 3. Hasil analisa hubungan sikap ibu bayi
ini adalah lembar kuesioner. Kuesioner tentang personal hygiene dengan
yang digunakan adalah kuesioner tertutup kejadian diaper rash dengan
dengan pilihan jawaban setuju dan tidak menggunakan rumus Chi Square.
setuju. Setelah data terkumpul kemudian Hasil Chi square di dapatkan α =
dilakukan analisa data dengan tahap- 0,011 yang berarti α < 0,05, sehingga
tahap editing, coding, scoring, tabulating. H0 ditolak dan H1 diterima, yang
Pada tahap ini dilakukan pengukuran berarti ada hubungan sikap ibu bayi
untuk mengetahui hubungan sikap ibu tentang personal hygiene dengan
bayi tentang personal hygiene dengan kejadian diaper rash di desa
kejadian diaper rash . digunakan uji Kedungsigit Kecamatan Karangan
statistik chi-square (X2) dengan skala data Kabupaten Trenggalek.
sikap ibu yaitu nominal dan kejadian
diaper rash adalah nominal. Berdasarkan Saran
acuan tersebut maka digunakan uji chi 1. Bagi Peneliti Selanjutnya
square dengan α = 0,05. Sebagai sumber informasi dan
melanjutkan penelitian yang
Hasil dan Pembahasan berhubungan dengan diaper rash
Berdasarkan hasil penelitian 2. Bagi Responden
didapatkan dari 62 bayi sebagian besar Hasil penelitian diharapkan mampu
dari responden 38 (61,3%) tidak menambah wawasan dengan cara
mengalami diaper rash. Hasil analisa bertanya ke tenaga kesehatan atau
hubungan sikap ibu bayi tentang personal mencari yang lain tentang personal

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 54


hygiene. Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Ilmu
3. Bagi Tenaga Kesehatan Kesehatan Masyarakat (Prinsip-
Disarankan kepada tenaga kesehatan Prinsip Dasar), Jakarta: FKUI. Hal:
utuk memberikan penyuluhan yang 54,56,64,77,80,101
menyeluruh kepada ibu bayi dengan ___________________.2005. Metodologi
memberikan konseling tentang Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
pentingnya personal hygiene bagi Rineka Cipta. Hal: 64,85-
bayi 90,102,110,113,183
4. Bagi Institusi (Prodi D III Kebidanan) Nurjanah. 2004. Kebutuhan kebersihan
Disarankan untuk institusi diri. Yogyakarta: Pustaka Media.
bekerjasama dengan tenaga Hal: 77,79,92,104
kesehatan dan kepala desa untuk Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
mengadakan penyuluhan tentang Metodologi Penelitian Ilmu
personal hygiene yang baik bagi bayi keperawatan. Jakarta: Salemba
untuk mengurangi kejadian diaper Medika. Hal: 56, 64, 80, 93,96, 102,
rash 106, 113, 212
Sugiyono.2005. Statistika untuk Penelitian.
Daftar Pustaka Bandung: Alfabeta. Hal: 97, 98,
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur 246
Penelitian Suatu pendekatan praktik. ________.2009. Metode Penelitian Bebas
Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 130 Dimana Aja. Jakarta: Alfabet. Hal :
Azwar, Saiffudin. 2003. Metode Penelitian, 97
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 30, Suliani. 2007. Sentifitas kulit bayi. Jakarta.
158 www. Ebloggspot. Com. Hal: 03.
Budiana.2002. Perawatan Anak Sehari- Diakses tanggal 24 oktober 2012
Hari. Jakarta. Pustaka cipta. Hal: 30 jam 20.35 WIB
Diena. 2008. Cara merawat bayi. Suparyanto.2008.Diaper Rash pada Kulit
Bandung. Insan Media. Hal:10 Bayi.Jakarta www. blogkes.com.
Fransiska. 2005. Perawatan terbaikmu. Hal.01. diakses tanggal 24 Oktober
Bandung: Insan Media. Hal: 104,110 2012 jam 20.08 WIB
________.2011. Semua perawatan bayi. Tanto . 2008. Perawatan yang baik untuk
Bandung: Insan media. Hal 101 anak Bunda. Jakarta: Media Plus
Hidayat, Alimul Aziz Arohman. 2007. Hal: 20.
Metode Penelitian Kebidanan Teknik Tarwoto, dkk. 2006. Kebutuhan Dasar
Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Manusia dan Proses Keperawatan.
Hal: 73,78 Jakarta: Salemba Empat. Hal : 78
___________________.2006. Metode Walgito.2003. Psikologi Sosial.
Penelitian Kebidanan. Jakarta: Salemba Yogyakarta: Andi Offset. Hal: 155.
Mdika. Hal: 89
Lutfi. 2011. Personal Hygiene Penting.
Jakarta. www. Lutfiblog. Com. Hal:
01 diakses tanggal 24 oktober 2012
jam 20.10 WIB

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 55


HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN
KETERATURAN KUNJUNGAN IBU BALITA KE POSYANDU
DI DESA WONOREJO KECAMATAN SUMBERGEMPOL
KABUPATEN TULUNGAGUNG
TAHUN 2013

Oleh
ASTIKA RASYID, SST

Latar Belakang 3. Menghargai (Valuing)


Tujuan pembangunan kesehatan 4. Bertanggung jawab (Responsible)
adalah tercapainya kemampuan hidup sehat
bagi setiap penduduk atau individu agar Faktor-faktor yang mempengaruhi
dapat mewujudkan derajat kesehatan sikap:
masyarakat yang optimal. Posyandu 1. Faktor internal
merupakan salah satu bentuk kesehatan a. Faktor biologis
bersumber daya manusia guna b. Faktor psikologis
memberdayakan masyarakat dalam 2. Faktor eksternal
memperoleh pelayanan kesehatan dasar, a. Pengalaman
utamanya untuk mempercepat penurunan b. Situasi
angka kematian ibu dan bayi. c. Norma-norma
Berdasarkan study pendahuluan d. Hambatan
tanggal 8 April 2013 di Posyandu 3 Desa e. Pendorong
Wonorejo Kecamatan Sumbergempol f. Informasi dan sumber informasi
Kabupaten Tulungagung terhadap 10 ibu Menurut Purwanto (2008: 63) sikap
balita didapatkan ibu balita dengan dapat pula bersifat positif dan dapat pula
pengetahuan baik tentang posyandu bersifat negatif, yaitu :
sebanyak 4 orang (40%) dan yang memiliki 1. Sikap positif kecenderungan tindakan
pengetahuan kurang tentang posyandu adalah mendekati, menyenangi,
sebanyak 6 orang (60%). Sedangkan yang mengharapkan obyek tertentu
teratur melakukan kunjungan ke posyandu 2. Sikap negatif terdapat kecenderungan
sebanyak 3 orang (30%) dan 7 orang (70%) untuk menjahui, menghindari,
tidak teratur melakukan kunjungan ke membenci, tidak menyukai obyek
posyandu. tertentu.
Skala Guttman hanya dua interval yaitu
Tujuan Penelitian ”setuju” atau ”tidak setuju”. Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggunakan skala Guttman dilakukan bila
mengetahui Hubungan antara Sikap Ibu ingin mendapatkan jawaban yang tegas
Balita tentang Posyandu dengan Keteraturan terhadap suatu permasalahan yang
Kunjungan Ibu Balita ke Posyandu Desa ditanyakan.
Wonorejo Kecamatan Sumbergempol Pernyataan Sikap
Kabupaten Tulungagung Tahun 2013
No Pernyataan TS S
Tinjauan Pustaka 1 Negatif 1 0
Sikap merupakan reaksi atau respon 2 Positif 0 1
yang masih tertutup dari seseorang terhadap Keterangan :
stimulus atau obyek. Sikap itu mengandung 3 TS : Tidak Setuju
komponen yang membentuk struktur sikap: S : Setuju
1. Komponen kognitif (komponen Kemudian diubah menjadi skor T
perseptual) dengan rumus sebagai berikut:
2. Komponen afektif (komponen emosional)
3. Komponen konatif (komponen perilaku) T = 50 + 10
Menurut Notoatmodjo (2003: 132) sikap
ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :
1. Menerima (Receiving) Keterangan :
2. Merespons (Responding) x : Skor responden
x : Mean skor kelompok
Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 56
s : Standar devisi Skor kelompok Posyandu Pratama memiliki ciri-ciri :
Skor T merupakan skala yang biasa a. Kegiatan belum mantap
digunakan dalam skala model Likert untuk b. Kegiatan belum rutin
menentukan sikap seseorang. c. Jumlah kader terbatas
Kriteria: 2. Posyandu Madya
Sikap Positif skor T ≥ mean T. Posyandu Madya memiliki ciri-ciri :
Sikap Negatif skor T < mean T a. Kegiatan lebih teratur
Berikut rumus perhitungan presentase b. Jumlah kader 5 (lima) orang
menurut Nursalam (2003: 113): 3. Posyandu Purnama
Sp a. Kegiatan sudah teratur
Rumus : P = x100 % b. Cakupan program/kegiatannya baik
Sm
c. Jumlah kader 5 (lima) orang
Keterangan :
d. Mempunyai program tambahan
P = Presentase
4. Posyandu Mandiri
Sp = Jumlah Skor yang diperoleh
a. Kegiatan secara teratur dan mantap
Sm = Jumlah Skor Maksimal
b. Cakupan program/kegiatannya baik
Kemudian diinterprestasikan dengan
c. Memiliki Dana Sehat dan JPKM
ranting nilai menurut Sugiono (2006), adalah
yang mantap
sebagai berikut:
Posyandu dilaksanakan sebulan sekali
100 % : Seluruhnya dari responden
yang ditentukan oleh LKMD, Kader, Tim
76 % - 99% : Hampir seluruh dari
Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta
responden
petugas kesehatan dari KB. Posyandu
51 % - 75 % : Sebagian besar dari
dilakukan pelayanan masyarakat dengan
responden
sistem 5 (lima) meja yaitu:
50 % : Setengahnya dari responden
1. Meja I : Pendaftaran
26 % - 49 % : Hampir setengahnya dari
Cocokkanlah identitas. Siapkan kertas
responden
kecil untuk mencatat nomor urut, nama
1 % - 25 % : Sebagian kecil dari
anak, tanggal lahir (umur), jenis kelamin.
responden
2. Meja II : Penimbangan
0% : Tidak satupun dari
Setelah melakukan penimbangan
responden
catatlah berat badan hasil penimbangan
Posyandu adalah kegiatan kesehatan
pada kertas kecil yang telah dicatat
dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan
nomor urut, nama anak, tanggal lahir
untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas
(umur), jenis kelamin anak.
kesehatan di suatu wilayah kerja Puskesmas,
3. Meja III : Pengisian buku KIA
dimana program ini dapat dilaksanakan di
Pencatatan hasil penimbangan pada
balai dusun, balai kelurahan, maupun tempat-
buku KIA untuk batita oleh petugas
tempat lain yang mudah didatangi oleh
penimbangan dari puskesmas, bidan
masyarakat. Manfaat Posyandu:
desa atau kader posyandu.
1. Bagi Masyarakat 4. Meja IV : Penyuluhan perorangan
Memperoleh kemudahan untuk berdasarkan buku KIA
mendapatkan informasi dan pelayanan 5. Meja V : Pelayanan KB Kesehatan
kesehatan bagi anak balita dan ibu. a. Imunisasi
2. Bagi Kader b. Pemberian vitamin A Dosis Tinggi
Mendapatkan berbagai informasi berupa obat
kesehatan lebih dahulu dan lebih c. Tetes ke mulut tiap Februari dan
lengkap. Ikut berperan secara nyata Agustus
dalam tumbuh kembang anak balita dan d. Pembagian pil atau kondom
kesehatan ibu.. e. Pengobatan ringan
Dana pelaksanaan Posyandu berasal f. Konsultasi KB-Kes
dari swadaya masyarakat melalui gotong Petugas pada Meja I s/d IV
royong dengan kegiatan jimpitan beras dan dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan
hasil potensi desa lainnya. Meja V oleh paramedis (bidan desa, perawat
Jenjang posyandu menurut “KONSEP dan petugas KB). Sasaran posyandu yaitu :
ARRIF” dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu 1. Bayi/batita
sebagai berikut : 2. Ibu hamil/ibu menyusui
1. Posyandu Pratama
Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 57
Faktor-faktor yang mempengaruhi Jika besar populasi kurang dari 1000,
frekuensi penimbangan batita antara lain: maka besar sampel dalam penelitian
1. Pengetahuan ditentukan dengan menggunakan rumus
2. Pendidikan sebagai berikut:
3. Pekerjaan
4. Sosial budaya n=
5. Sumber informasi 2
1+
Pemberian intervensi gizi berupa PMT
ini bertujuan untuk menanggulangi secara
langsung masalah gizi yang terjadi pada Keterangan :
golongan atau kelompok rentan gizi seperti n = jumlah sampel
balita dan anak-anak usia prasekolah. N = jumlah populasi
Agar pengadaan PMT ini lebih efektif d = tingkat signifikasi (0,1)
dan efisien, maka harus diperhatikan Jumlah sampel yang diperlukan yaitu:
beberapa hal tersebut di bawah ini : n= ( , )
1. Timely (kapan harus diberikan)
2. Adequate (jumlah, untuk memenuhi n= ,
kebutuhan gizi) n=
3. Safe (penyiapan, penyimpanan, ,
pemberian) n = 66,44 = 66
4. Properly fed (dimakan oleh anak) Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini
5. Sustainable (tidak menimbulkan adalah 66 ibu balita
ketergantungan, pemberdayaan) Adapun teknik sampel yang digunakan
Ibu balita adalah perempuan yang telah dalam penelitian ini yaitu Proporsional
melahirkan seseorang anak dibawah usia 5 Random Sampling. Alat yang digunakan
tahun untuk pengambilan data untuk variabel bebas
Keteraturan kunjungan ke posyandu yaitu sikap ibu balita tentang posyandu
adalah mendatangi kegiatan posyandu adalah kuesioner dan variabel terikat yaitu
beberapa kali secara teratur dalam waktu 6 keteraturan kunjungan ibu balita ke posyandu
bulan berturut-turut. Faktor yang adalah lembar observasi.
Mempengaruhi Keteraturan Kunjungan Setelah data terkumpul kemudian
Posyandu: dilakukan analisa data dengan tahap-tahap
1. Pengetahuan ibu balita tentang manfaat editing, coding, scoring, tabulating. Tehnik uji
posyandu statistik yang dipilih berdasarkan tujuan uji
2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yaitu hubungan (kolerasi atau asosiasi) dan
3. Dukungan keluarga untuk mengantar skala data sikap ibu balita yaitu nominal dan
maupun mengingatkan ibu balita untuk keaktifan ibu balita adalah nominal.
datang ke posyandu. Berdasarkan acuan tersebut maka digunakan
4. Sikap terhadap petugas posyandu. Uji Chi Square.
5. Sarana dan prasarana penunjang
pelaksanaan Posyandu Hasil dan Pembahasan penelitian
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
Metode Penelitian Sikap Lansia tentang Posyandu di Desa
Jenis penelitian yang digunakan dalam Wonorejo Kecamatan Sumbergempol
penelitian ini adalah penelitian observasional. Kabupaten Tulungagung menunjukkan
Desain penelitian yang digunakan dalam hampir setengah dari responden yaitu
penelitian ini adalah analitik korelasional. sebanyak 29 responden (43,9%) memiliki
Dengan pendekatan Cross Sectional Study. sikap positif dan teratur kunjungan ke
Populasi dalam penelitian ini adalah posyandu. Analisis dengan uji Chi Square
seluruh ibu balita Posyandu Desa Wonorejo adalah diperoleh hasil dengan signifikan 0,05
Kabupaten Tulungagung sejumlah 198 orang menghasilkan p value = 0,001 dimana 0,001
Jika besar populasi 1000, maka sampel < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang
bisa diambil 20-30%. artinya "Ada Hubungan antara Sikap Ibu
Balita tentang Posyandu dengan Keteraturan
Kunjungan ke Posyandu.
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh
sikap (attitude), sedangkan sikap seseorang
Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 58
adalah cerminan kesiapan untuk bereaksi penelitian yang sejenis mengenai
terhadap suatu obyek. Demikian juga posyandu.
pengetahuan lansia akan manfaat posyandu 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
lansia dapat diperoleh dari pengalaman Hasil penelitian ini dapat dijadikan
pribadi. Dengan pengalaman, pengetahuan pengalaman nyata dalam melakukan
ibu balita menjadi meningkat yang menjadi penelitian khususnya dalam hal sikap ibu
dasar pembentukan sikap dan dapat balita tentang posyandu dengan
mendorong minat atau motivasi mereka untuk keteraturan kunjungan ke posyandu.
selalu mengikuti kegiatan posyandu.
Keteraturan kunjungan ke posyandu Daftar Pustaka
adalah mendatangi kegiatan posyandu Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur
beberapa kali secara teratur dalam waktu 6 Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Hal
bulan berturut-turut. Informasi yang didapat 209.
dari tenaga kesehatan akan mempengaruhi ________. 2006. Prosedur Penelitian.
sikap ibu balita. Sehingga sumber informasi Jakarta: Rineka Cipta. Hal.130, 235-
berpengaruh terhadap sikap positif ibu balita 236.
untuk melakukan kunjungan 6 bulan berturut- Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan
turut atau sesuai dengan peraturan 1 kali Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
dalam 1 bulan. Ibu balita yang memiliki sikap Pelajar. Hal 156.
positif akan memiliki kecenderungan perilaku Dinkes Sumbar. 2013. Posyandu Bukan
teratur memeriksakan kesehatan di Sekedar Beri Imunisasi. Sumbar. http:
posyandu. Dinkes.sumbarprov.go.id. 31/02/2013.
18.00
Kesimpulan Hidayat, Aziz, Alimul. 2007. Metode
1. Dari 66 responden, sebagian besar dari Penelitian Kebidanan dan Teknik
responden yaitu sebanyak 26 responden Analisa Data. Jakarta: Salemba
(60,6%) memiliki sikap positif. Medika. Hal 102.
2. Dari 66 responden, sebagian besar dari ________. 2009. Metode Penelitian
responden teratur kunjungan ke Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
posyandu yaitu 37 responden (56,1%). Jakarta: Salemba Medika. Hal 81.
3. Hasil signifikan 0,05 menghasilkan p Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi
value = 0,001 dimana 0,001 < 0,05 maka Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta:
Ho ditolak, dan H1 diterima yang artinya Rineka Cipta. Hal 48, 145.
"Ada Hubungan antara Sikap Ibu Balita _________. 2003. Metodologi Penelitian
tentang Posyandu dengan Keteraturan Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka
Kunjungan Ibu Balita ke Posyandu di Cipta. Hal 130, 132.
Desa Wonorejo Kecamatan _________. 2005. Metodologi Penelitian
Sumbergempol Kabupaten Tulungagung Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka
Tahun 2013". Cipta. Hal 43, 64, 138.
Nursalam. 2003. Konsep-konsep Metodologi
Saran Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
1. Bagi Responden Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Diharapkan dapat lebih meningkatkan Keperawatan. Edisi I. Jakarta: Salemba
sikap ibu balita tentang keteraturan Medija.
mengikuti posyandu sehingga dapat Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian.
menciptakan perilaku yang lebih aktif Bandung: Alfa Beta. Hal 146.
dalam mengikuti kegiatan posyandu. Sulistyorini, Cahyo Ismawati, dkk. 2010..
2. Bagi Tempat Penelitian Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
Diharapkan dapat lebih meningkatkan dan Desa Siaga. Yogyakarta. Hal 3-42
pelayanan dan motivasi kepada ibu balita Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Ed IV.
guna mengembangkan kegiatan Yogyakarta: Andi Offset. Hal 110-111.
posyandu. Widiastuti. 2006. Pemanfaatan
3. Bagi Institusi Pendidikan Penimbangan Balita di Posyandu.
Diharapkan dapat dijadikan bahan kajian Yogyakarta.
pustaka lebih lanjut khususnya untuk http://www.irc.kmpk.ugm.ac.id.
31/02/2013. 18.00

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 59


KEEFEKTIFAN FOOT AND HAND MASSAGE DALAM
PENURUNAN NYERI POST SECAR DI RSIA
HARAPAN SEHAT TENTRAM
TRENGGALEK TAHUN 2013

Oleh :
RINI SULISTYOWATI, SST

Pendahuluan 4. Totok Darah


Ibu post partum baik yang Pijat berdasarkan usia:
melahirkan secara normal maupun 1. Pijat untuk Bayi
dengan tindakan cesar seharusnya sedini 2. Pijat untuk Orang Dewasa
mungkin bisa menjalin hubungan awal 3. Pijat untuk Wanita Hamil
antara ibu dan bayi baru lahir. Karena hal 4. Pijat untuk Lansia
ini sangat penting dimana hubungan awal Pijat dapat dilakukan berdasarkan
antara ibu dan bayi bisa meningkatkan titik meridian dan akupuntur yang ada di
hubungan psikologis antara ibu dan bayi. tubuh:
Akan tetapi bagi ibu yang melahirkan 1. Pijat Akupresur
secara cesar masalah yang bisa 2. Pijat Wajah
ditimbulkan dari pasca tindakan cesar 3. Pijat Telinga
adalah sakit ditulang belakang, nyeri 4. Jaripunktur
dibekas jahitan, nyeri dibekas sayatan dan 5. Refleksi
mual muntah. Adapun tujuan dari massage adalah:
Berdasarkan data rekam medis 1. Melancarkan peredaran darah
RSIA Harapan Sehat Tentram tahun 2011 terutama peredaran darah vena
terdapat 387 persalinan dengan cesar , (pembuluh balik) dan peredaran getah
tahun 2012 terdapat 402 persalinan bening (air limphe)
dengan cesar dan pada bulan Pebruari 2. Menghancurkan pengumpulan sisa-
2013 terdapat 40 persalinan dengan sisa pembakaran didalam sel-sel otot
cesar. Menurut penelitian Abbaspoor Z, yang telah mengeras yang disebut
Akbari M, Najar S. dari 80 wanita dengan mio-gelosis (asam laktat)
elektif cesar Intensitas nyeri ditemukan 3. Menyempurnakan pertukaran gas dan
berkurang setelah intervensi foot and hand zat didalam jaringan atau
massage dibandingkan dengan intensitas memperbaiki proses metabolisme
sebelum intervensi foot and hand 4. Menyempurnakan pembagian zat
massage. makanan ke seluruh tubuh
5. Menyempurnakan proses
Tujuan Penelitian pencernakan makanan
Untuk mengetahui efektifitas foot 6. Menyempurnakan proses
and hand massage dalam penurunan pembuangan sisa pembakaran kea
nyeri post secar di RSIA Harapan Sehat lat-alat pengeluaran atau mengurangi
Tentram Trenggalek Tahun 2013. kelelahan
7. Merangsang otot-otot yang
Tinjauan Pustaka dipersiapkan untuk bekerja yang lebih
Foot and hand massage adalah berat, menambah tonus otot, efisiensi
bentuk massage pada kaki atau tangan otot (kemampuan guna otot) dan
yang didasarkan pada premis bahwa elsitas otos (kekenyalan otot)
ketidaknyamanan atau nyeri diarea 8. Merangsang jaringan syaraf,
spesifik kaki atau tangan berhubungan mengaktifkan syaraf sadar dan kerja
dengan bagian tubuh atau gangguan syaraf otonomi ( syaraf tak sadar)
(Stillwell S. B, 2002). 9. Membantu penyerapan (absorbs)
Terdapat banyak sekali jenis pijat pada peradangan bekas luka
berdasarkan tekniknya: 10. Membantu pembentukan sel baru
1. Pijat Aroma Terapi dalam perkembangan tubuh
2. Pijat Batu Panas 11. Membersihkan dan menghaluskan
3. Totok Aura kulit

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 60


12. Memberikan rasa nyaman, segar dan 2. Transmisi melibatkan proses
kehangatan pada tubuh penyaluran impuls dari tempat
13. Menyembuhkan atau meringankan tranduksi melewati saraf perifer
berbagai gangguan penyakit sampai ke terminal di medula spinalis.
Adapun manfaat massage antara 3. Modulasi nyeri, melibatkan aktivitas
lain : saraf melalui jalur-jalur saraf
1. Meredakan stress desenden dari otak yang dapat
2. Menjadikan tubuh rileks mempengaruhi transmisi nyeri
3. Melancarkan sirkulasi darah setinggi medula spinalis.
4. Menambah aliran QI 4. Persepsi nyeri adalah pengalaman
5. Mengurangi rasa sakit atau nyeri subjektif nyeri yang dihasilkan oleh
6. Mempercepat pemulihan setelah sakit aktivitas transmisi nyeri oleh saraf
Manfaat Foot And Hand Massage: Faktor-faktor yang Mempengaruhi
1. Penekanan pada area spesifik kaki Respons Nyeri:
atau tangan diduga melepaskan 1. Usia
hambatan pada area tersebut dan 2. Kebudayaan
memungkinkan energy mengalir 3. Makna nyeri
bebas melalui bagian tubuh tersebut 4. Perhatian
sehingga pada titik yang tepat pada 5. Ansietas
kaki yang di massage dapat 6. Keletihan
mengatasi gejala nyeri 7. Pengalaman terdahulu
2. Intensitas nyeri post cesar dapat 8. Gaya koping
berkurang setelah dilakukan foot and 9. Dukungan keluarga
hand massage dan pijat kaki dan Penatalaksanaan Nyeri:
tangan dapat dianggap sebagai 1. Penatalaksanaan Farmakologis
metode pelengkap untuk mengurangi Penatalaksanaan farmakologis
rasa sakit dari operasi caesar secara merupakan penanganan nyeri dengan
efektif menggunakan agens farmakologis.
3. Pijat kaki dan tangan terbukti berguna Analgesik merupakan merupakan
sebagai intervensi keperawatan efektif metode yang banyak digunakan.
dalam mengontrol nyeri pasca 2. Penatalaksanaan Nonfarmakologis
operasi. Beberapa tindakan untuk
4. Pijat kaki dan tangan menjadi, efektif, menghilangkan nyeri antara lain,
murah, strategi berisiko rendah, mengubah posisi, melakukan tindakan
fleksibel, dan mudah diterapkan untuk ritual (melangkah, berayun-ayun,
manajemen nyeri pasca operasi. menggosok), makan, meditasi,
Nyeri adalah pengalaman sensori mengompres pada bagian yang nyeri.
dan emosional yang tidak menyenangkan Penatalaksanaan nonfarmakologis
akibat dari kerusakan jaringan yang terjadi terdiri dari berbagai tindakan
aktual atau potensial. Menurut Long C.B penanganan nyeri berdasarkan
(1996) mengklasifikasi nyeri berdasarkan stimulasi fisik maupun perilaku kognitif
jenisnya, meliputi : seperti foot and hand massage
1. Nyeri akut, nyeri yang berlangsung 3. Penatalaksanaan Secara Holistik
tidak melebihi enam bulan Penatalaksaanaan nyeri secara
2. Nyeri kronis, nyeri yang berlangsung holistic bisa dilakukan secara :
enam bulan atau lebih a. Dengan sentuhan terapeutik
Neurofisiologis Nyeri yaitu antara b. Dengan akupresure
stimulus cidera jaringan dan pengalaman c. Dengan Relaksasi
subjektif nyeri terdapat empat proses Sectio caesarea adalah suatu
tersendiri yaitu transduksi, transmisi, pembedahan untuk melahirkan janin lewat
modulasi dan persepsi. insisi pada dinding abdomen dan uterus
1. Tranduksi adalah proses rangsangan persalinan buatan, sehingga janin
yang mengganggu sehingga dilahirkan melalui perut dan dinding perut
menimbulkan aktivitas listrik di dan dinding rahim agar anak lahir dengan
reseptor nyeri. keadaan utuh dan sehat.
Cara pembiusan:

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 61


1. Anestesi Lokal Desain Penelitian yang digunakan dalam
2. Bius regional penelitian ini adalah True eksperimen
a. Bius epidural ,metode eksperimen pra-test dan pasca-
b. Bius spinal tes. Populasi dalam penelitian ini adalah
c. Bius ketamin Seluruh ibu post secar di Ruang Nifas
3. Bius total RSIA Harapan Sehat Tentram Trenggalek
Indikasi Secar: Tahun 2013. Teknik pengambilan sampel
1. Mengatasi disproporsi sefalo pelvic yang digunakan dalam penelitian ini
dan aktivvitas uterus yang abnormal adalah jenis probability sampling dengan
2. Mempercepat pelahiran untuk Simple Random Sampling atau secara
keselamatan ibu atau janin random acak.
3. Mengurangi trauma janin (misalnya Instrumen yang dipakai dalam
presentasi bokong premature kecil) penelitian ini adalah untuk foot and hand
dan infeksi janin (misalnya risiko massage menggunakan perlakuan tehnik
tertular infeksi herpetic atau HIV) pemijatan pada tangan dan kaki
4. Mengurangi risiko pada ibu (misalnya sedangankan untuk alau ukur nyeri ibu
gangguan jantung, lesi intracranial
post cesar menggunakan Pain Assessment
atau keganasan pada serviks)
5. Memungkinkan ibu untuk menjalankan Behavioral Scale. Setelah data terkumpul,
pilihan sesuai keinginan maka dilakukan pengolahan data melalui
Efek samping operasi secar: tahap editing, coding, scoring, data entry
1. Sakit di tulang belakang dan cleaning kemudian dianalisis dengan
2. Nyeri di bekas sayatan uji paired sampel t-test dan Transformasi
3. Rasa nyeri dibekas sayatan data menggunakan SPSS 16 for window.
4. Mual muntah
5. Muncul keloid dibekas jahitan Hasil dan Pembahasan
6. Gatal dibekas jahitan Dari hasil penelitian diperoleh data
7. Luka berpeluang infeksi rata – rata skala nyeri sebelum dilakukan
8. Tidak boleh segera hamil foot and hand massage adalah 6,33
9. Mobilisasi terbatas dengan standart deviasi 0,884 sedangkan
10. Latihan pernafasan dan batuk sesudah dilakukan foot and hand
11. Kemungkinan sembelit massage adalah 5,17 dengan standart
Masalah fisik post secar: deviasi 1,392. Terlihat perbedaan nilai
1. Timbulnya rasa sakit mean antara sebelum dan sesudah
2. Perdarahan dilakukan food and hand massage
3. Infeksi sebesar 1,167 dengan standart deviasi
Efek pembiusan: 1,416. Hal ini menunjukkan ada
1. Jika pasien mendapat bius epidural perbedaan tingkat nyeri antara sebelum
maka efek biusnya kecil, sedangkan dan sesudah dilakukan foot and hand
apabila menggunakan anestesi spinal, massage dan berdasarkan hasil uji
tungkai bawah akan terasa kebal/baal, statistik terbukti bahwa intensitas nyeri
tidak dapat digerakkan selama pada kelompok kontrol dan kelompok
beberapa jam. Namun apabila operasi perlakuan berbeda secara signifikan,
menggunakan anestesi umum, dengan nilai signifikan p = 0,000 pada
biasanya pasien akan mengantuk tingkat kemaknaan p < 0,05.
serta nyeri kerongkongan (akibat Hal ini peneliti berpendapat bahwa
selang yang biasanya dimasukkan ke tindakan foot and hand massage juga
dalam mulut dan kerongkongan untuk melibatkan sentuhan serta pijatan pada
membantu pernafasan). tangan dan kaki secara akupresur dapat
2. Perasaan letih dan bingung mungkin mengurangi nyeri yang sesuai dengan
akan dialami sebagian besar ibu pendapat dari (Mackey,1995).
setelah melahirkan. Foot and hand massage sebagai
intervensi keperawatan efektif dalam
Metode Penelitian mengontrol nyeri pasca operasi dan pijat
Jenis penelitian yang digunakan kaki dan tangan tampak menjadi efektif,
dalam penelitian ini adalah eksperimental. murah, strategi beresiko rendah, fleksibel

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 62


dan mudah diterapkan untuk managemen Daftar Pustaka
nyeri pasca operasi. Berdasar hasil Alimul, Azis Hidayat. 2007 Metode
penelitian ini peneliti berasumsi bahwa Penelitian Keperawatan dan Teknik
massage utamanya tehnik foot and hand Analisis Data. Jakarta: Salemba
massage sangat efektif untuk mengatasi Medika
dari nyeri dimana dalam tehnik ini Abbaspoor Z, Akbari M, Najar S, 2013
perpaduan sentuhan, akupresur dan Effect of Foot and Hand Massage
massage sendiri terbukti terbukti In Post-Cesarean Section Pain
bermanfaat untuk manajemen nyeri. Control: A Randomized Control
Trial
Kesimpulan http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
1. Dari total 30 responden sebelum 23352729
dilakukan perlakuan foot and hand Corwin, E.J. (1997). Buku Saku
massage hampir setengah dari Patofisiologi. Penerbit Buku
responden 12 (40%) mengalami nyeri Kedokteran EGC. Jakarta.
berat dengan skala 7 Bambang Trisnowiyanto, 2012
2. Dari total 30 responden sesudah keterampilan Dasar massage,
diberikan perlakuan foot and hand penerbit Nuha Medika Jogyakarta
massage hampir setengah dari 2012
responden 11 (36.7%) mengalami Barbara & Kevin Kunz, 2012 Pijar
nyeri sedang dengan skala nyeri 5 Refleksi Sehat lewat pijatan jari,
3. Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh Penerbit PT Grafika Multi Warna 2012
data pada tabel nilai signifikansi = Cunningham, F.Garry. 2005. Obstetri
0.000 dimana nilai p < 0.05, yang Williams. Jakarta: EGC.
berarti nilai hasil signifikansi 0,000 < Degirmen N, Ozerdogan N, Sayiner D,
0.05 maka Ho ditolak yaitu ada Kosgeroglu N, Ayranci U, 2010
perbedaan skala nyeri sebelum dan Effectiveness of foot and hand
sesudah dilakukan foot and hand massage in postcesarean pain
massage pada ibu post secar di RSIA control in a group of Turkish
Harapan Sehat Tentram Trenggaek pregnant women.
tahun 2013 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
20643325
Saran Didi, Kusmarjadi. 2008. PROM Ketuban
1. Bagi Responden Pecah Dini.
Diharapkan bagi ibu post secar dan http://www.drdidispog.com.
keluarga mampu mempraktekkan dan Dini Kasdu, 2003, Operasi Caesar,
menerapkan foot and hand massage Penerbit Puspa suara Jakarta,
2. Bagi Peneliti Selanjutnya Cetakan pertama, konsultasi ahli dr.
Perlu penelitian lanjutan dengan Lastio Bramantyo, Sp.Og
penambahan jumlah dari sampel Hanifa Wiknjosastro, 2002 Ilmu
penelitian serta mengidentifikasi Kebidanan , Yayasan Bina Pustaka
pengaruh foot and hand massage Sarwono Prawiroharjo
pada kasus yang terjadi di Rumah Hartwig, Mary S dan Wilson, Lorraine M.
sakit 2002. Nyeri. Dalam : Price, S. A dan
3. Bagi Tempat Penlitian Wilson, L. M, 2006. Patofisiologi:
Diharapkan penelitian ini bisa Konsep Klinis Proses-proses
digunakan dalam protap Penyakit. Huriawati Hartanto, dkk
penatalaksanaan penuruunan nyeri di (Eds), Brahm U. Pendit, dkk
RSIA Harapan Sehat Tentram (penterjemah), 2006. Ed. 6, Cetakan
Trenggalek dan Rumah sakit lainnya I, EGC, Jakarta.
4. Bagi Tenaga Kesehatan Hawthorn, Jan dan Redmond, Kathy.,
Perlunya pengembangan 2004. Pain: Causes and
penatalaksanaan managemen nyeri Management, First published,
dengan pendekatan metode Blackwell Science Ltd, USA.
alternative Iqra’ Al-Firdaus, 2011 Terapi Pijat Untuk
Kesehatan Kecerdasan Otak Dan

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 63


Kekuatan Daya Ingat, Buku Biru Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda
2011 G. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Liu, david T, T, 2008 Manual Persalinan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
penerbit buku kedokteran EGC Monica Ester (Ed), Agung Waluyo,
Long, C.B. (1996). Medikal Surgical dkk (penterjemah), 2002. Ed. 8,
Nursing. Alih Bahasa Oleh Yayasan Cetakan I, EGC, Jakarta
Ikatan Alumni Pendidikan Soekidjo Notoatmodjo.2010. Metodelogi
Keperawatan. Bandung Penelitian Kesehatan,Jakarta,
M Ferry Wong, 2012, Panduan Lengkap Penerbit Rineka Cipta
Pijat, Penerbit Penerbar Plus+ Sugiono, 2005, Metode penelitian
M Sopiyudin Dahlan, 2008 Statistik Administrasi, Bandung: Alfabeta
Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Susan B. Stillwell, 2011, Pedoman
Salemba Medika 2008 Keperawatan Kritis, Jakarta buku
Nursalam, 2003 Konsep Dan Penerapan kedokteran EGC 2011
Metodelogi Penelitian Ilmu Tamsuri, Anas, 2006. Konsep dan
Keperawatan, Penerbit Salemba Penatalaksanaan Nyeri, Esty
Medika Wahyuningsih, (Ed), 2007. Cetakan
Oman, Katheleen S. and McLain, Jane I, EGC, Jakarta.
Kaziol., 2007. Emergency Nursing Wang HL, Keck JF, 2004 Foot and hand
Secrets, Ed. I, Mosby Elsevier, USA. massage as an intervention for
Potter. Patricia A. dan Perry. Anne Griffin., postoperative pain
2005. Fundamental Keperawatan: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1
Konsep, Proses dan Praktik, 5297952 diakses tanggal
Yasmin Asih, dkk (penterjemah),
2005. Edisi 4, Vol. 1, EGC, Jakarta.
Setiadi.2007. Konsep Dan Penulisan Riset
Keperawatan, Penerbit Graha Ilmu
Yogyakarta

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 64


HUBUNGAN NILAI TES MASUK MAHASISWA BERDASARKAN UJIAN DAN RAPOR
DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DI PRODI
D3 KEBIDANAN UNIVERSITAS
TULUNGAGUNG

Oleh :
ERNAWATI TRI HANDAYANI, M.KEB

The quality of diplom midwivery education program is associated with good students
admission process.The self evaluation report stated there were difference on the grade point
average (GPA) between studens admitted based on testing result and based on high school
report, as well as 50% of students admitted based on testing achieved 4L (pass 4 subjects)
had low GPA (IP<2,75). Theoretically students who were admitted based on high school
report have better achievement than students who accepted based on testing result.
This study was conducted with cross sectional method. . The statistical analysis used
student t-test, Mann-Whitney and followed by Person correlation. The result found that mean
of GPA students admitted based on testing result (2.98) and report value(2.91). There was
not difference and correlation with (GPA)students admitted based on examination and
report(r=0,11; p>0,05). The mean of Asuhan Kebidanan, students were joint depent on
examination (2.98) and report (2.91). This study concluded that there was not correlation
between the scores of students who are admitted based on admission test and based on
high school report to the GPA.

Pendahuluan adalah data hasil seleksi masuk, IPK, nilai


Kualitas tenaga kesehatan mata kuliah Asuhan Kebidanan dan nilai
dihasilkan dari proses pendidikan tenaga ujian praktik mahasiswa semester 6 yang
kesehatan yang memenuhi standar berjumlah 96 di Prodi D3 Kebidanan
jaminan mutu lulusan. Mutu lulusan sendiri Universitas Tulungagung Tahun Akademik
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : 2011/2012. Sampel dalam penelitian
1) Raw Input (peserta didik), 2) berjumlah 83 orang dengan teknik total
Instrumental Input (kurikulum, sarana dan sampling.
prasarana pendidikan, tenaga pengajar Analisis data menggunakan analisis
dan tenaga administrasi), 3) Instrumental univaribel yaitu untuk mendeskripsikan
Output. karakteristik masing-masing variabel yang
Hasil seleksi penerimaan akan diteliti: 1) uji beda dengan
mahasiswa baru Prodi D3 Kebidanan menggunakan t-tes untuk data yang
Universitas Tulungagung pada tahun mempunyai distribusi normal dan uji
akademik 2008-2009, dari 16 mahasiswa Mann-Whitney untuk data yang
yang masuk dengan ujian mempunyai nilai mempunyai distribusi tidak normal, 2) uji
tertinggi 4L (lulus empat mata uji), 50% (8 korelasi dengan menggunakan Person bila
mahasiswa) mempunyai IP kurang dari data mempunyai distribusi normal dan
2,75 pada semester dua dan IP rata-rata Rank Spearman bila data mempunyai
2,77 dibandingkan mahasiswa yang distribusi tidak normal. Analisis
masuk berdasarkan nilai rapor dengan IP multivariabel dengan menggunakan
rata-rata 3,18. Sedangkan pada akhir regresi linier.
kelulusan tahun akademik 2010-2011 IPK
rata-rata mahasiswa yang masuk dengan Hasil dan Pembahasan
ujian adalah 3,22 sedangkan IPK rata-rata Nilai
mahasiswa yang masuk berdasarkan nilai Nilai Tes Ujian Rapor
rapor adalah 3,02. r p r P
-
Metode Penelitian Matematika -0,05 0,64 0,11 0,67
Desain yang digunakan dalam IPA 0,10 0,40 0,06 0,80
penelitian adalah studi analitik kuantitatif -
dengan metode potong lintang (cross Bahasa Inggris 0,06 0,60 0,42 0,09
-
sectional). Populasi dalam penelitian ini Bahasa Indonesia -0,09 0,43 0,09 0,72

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 65


Keterangan : berdasarkan korelasi Person kebidanan dan tidak terdapat hubungan
r = koefisien korelasi; antara penilaian mata pelajaran pada tes
* Signifikan pada level 0,05 masuk dengan ujian dan berdasarkan
rapor terhadap nilai ujian.
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan tidak ada mata pelajaran Saran
yang mempunyai korelasi bermakna baik Bagi penelitian mendatang bisa
dari mahasiswa yang masuk berdasarkan menggali faktor proses (PBM) dan
ujian maupun berdasarkan nilai rapor menjadikan mahasiswa dari beberapa
dengan nilai ujian praktik (p>0,05). angkatan sebagai responden sehingga
Berdasarkan meta-analisis penelitian lebih bisa diketahui penyebab perbedaan
menunjukkan dengan jelas bahwa IP mahasiswa dilihat dari seleksi
kemampuan kognitif Global Cognitive penerimaan mahasiswa baru. Bagi
Assesment (GCA) adalah alat yang institusi pendidikan kebidanan, hasil
digunakan untuk prediktor yang kuat penelitian ini dapat digunakan untuk
dalam pencapaian kinerja pada pekerjaan, merancang seleksi ujian masuk D3
dan ukuran kemampuan khusus tidak kebidanan, yang tidak hanya melihat
meningkatkan daya prediksi keseluruhan kemampuan kognitif saja, melainkan juga
tes GCA. Hasil penelitian ini juga kemampuan yang lain baik afektif maupun
bertentangan dengan penelitian Satino psikomotor yang dapat dijadikan sebagai
tentang hubungan kemampuan kognitif standar penerimaan mahasiswa baru di
dengan kemampuan psikomotor melalui D3 Kebidanan.
nilai ujian tulis dan praktik keperawatan
pada mahasiswa akademi perawatan Daftar Pustaka
menunjukkan ada hubungan yang Kementrian Kesehatan RI. Kurikulum inti
bermakna antara kemampuan kognitif pendidikan diploma 3 kebidanan;
dengan kemampuan psikomotor 2011
mahasiswa keperawatan. Sardiman AM. Interaksi dan motivasi
Kemampuan motorik (psikomotor) belajar mengajar. Jakarta:
tidak berkorelasi positif dengan Rajawali Press; 2003: 51
kemampuan kognitif. Hal ini menunjukkan Prodi D3 Kebidanan Universitas
kemampuan psikomotor untuk mencapai Tulungagung. EPSBED tahun
kompetensi tertentu dapat dicapai hanya akademik 2010-2011.
dengan berlatih/mengerjakan keterampilan Tulungagung; 2011
tersebut secara berulang-ulang. Penilaian Dep. Dik. Nas. Pendidikan sebagai sistem.
output pendidikan (indeks prestasi) sangat Jakarta: Dirjen Dikti; 2001
dipengaruhi oleh proses belajar mengajar Kementrian Kesehatan RI. Petunjuk teknis
yang diterapkan dengan baik selain itu pelaksanaan seleksi penerimaan
juga ditentukan oleh kemampuan peserta mahasiswa baru diknakes tahun
didik tidak hanya kemampuan kognitif ajaran 2010-2011. Jakarta; 2010
tetapi juga keadaan mental, psikologi dan Purwanto. Evaluasi hasil belajar.
fisik dari peserta didik. Bagi mahasiswa Yogyakarta: Pustaka Pelajar;
kebidanan output yang baik tidak hanya 2011
dilihat dari pengetahuanya saja yang baik, Bote M., Munro D., & Powis D. A
tetapi juga kestabilan emosi dan performa comprehensive model for the
pada saat melakukan tindakan ke pasien. selection of medical students.
Australia; 2009
Kesimpulan Prodi D3 Kebidanan Universitas
Berdasarkan hasil penelitian diatas Tulungagung. Standar
dapat disimpulkan tidak terdapat operasional prosedur
hubungan antara nilai tes masuk penerimaan mahasiswa baru.
mahasiswa dengan ujian dan rapor Tulungagung; 2010
terhadap IPK, terdapat hubungan positif Supriatna N. Daya prediksi rapor terhadap
antara penilaian mata pelajaran pada tes prestasi belajar mahasiswa jalur
masuk dengan ujian dan berdasarkan PMDK di FPTK Universitas
rapor terhadap nilai mata kuliah Asuhan

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 66


Pendidikan Indonesia. invotec Muslich M. Sertifikasi guru menuju
FPTK 2009; V profesionalisme pendidik.
Suswanti I. Correlation between the Jakarta: Bumi Aksara; 2007.
student’s score in entrance test Yunianti, Faktor penentu pencapaian
and student”s academic grade kompetensi kognitif mahasiswa
point at medical faculty. Malang; pada mata kuliah kebutuhan
2009 dasar manusia. Denpasar: JIPP;
Kumaidi. Prestasi belajar mahasiswa ikip 2007.
padang menurut model seleksi: Sudjana N. Penilaian hasil proses belajar
Forum Pendidikan. Vol.21 (02). mengajar. Bandung: PT Remaja
Padang: MRC Press; 1996: 81- Rosdakarya; 2011.
100

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 67


SIKAP IBU BALITA TENTANG TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA USIA 0-5 TAHUN DI
POSYANDU DESA MIRIGAMBAR KECAMATAN SUMBERGEMPOL
KABUPATEN TULUNGAGUNG
TAHUN 2013

Oleh :
NURANIZA CIPTA DEVIDA
INGGIT YULLYANSI, SST
SANDRA DEWI S, SST

Parents have a very important role in the effort to support the children development,
especially when they are at an early stage of age however, the problems often arise. When
parents often lack an understanding of child development theory. The aim of research was to
determine the attitude of mother about child development ages 0-5 years.
The type of this research is descriptive observational study. The population of this
research was all of baby’s mother 0-5 years old. The technique sampling used stratified
random sampling with a sample 76 respondents. This research was conducted on 4-7 March
2013. The instrument of this research used a questionnaire. The data is processed and
analyzed. The result obtained from a total of 76 respondents the majority of respondents as
many as 48 (63,2%) of respondents are positive about the growth and development of
children under the ages of 0-5 years.

Pendahuluan sebanyak 7 (36,8%) ibu balita sudah


Masa balita disebut sebagai masa mengerti dan memahami tentang
keemasan (golden period), jendela perkembangan.
kesempatan (window of opportunity) dan
masa kritis (critical period). Orang tua Tujuan Penelitian
memiliki peranan yang amat penting Untuk mengetahui sikap ibu balita
dalam upaya mendukung perkembangan tentang tumbuh kembang anak balita usia
anak, khususnya saat mereka berada 0-5 tahun di Posyandu Desa Mirigambar
pada tahapan usia dini. Namun, Kecamatan Sumbergempol Kabupaten
permasalahan seringkali muncul, Tulungagung Tahun 2013.
manakala orang tua sering kurang
memahami teori perkembangan anak. Tinjauan Pustaka
Tidak adanya pendidikan khusus untuk Sikap merupakan reaksi atau respon
mempersiapkan seseorang menjadi orang yang masih tertutup dari seseorang
tua juga semakin mempersulit tugas orang terhadap stimulus atau obyek. Sikap itu
tua dalam menangani berbagai mengandung 3 komponen yang
permasalahan perkembangan anak. membentuk struktur sikap:
Survey Riset Kesehatan Dasar 1. Komponen kognitif (komponen
(Riskesdas) tahun 2011 didapatkan perseptual)
prevalensi status gizi menurut BB/U berat 2. Komponen afektif (komponen
kurang adalah 17,9% yang terdiri dari emosional)
4,9% gizi buruk dan 13,0 gizi kurang. 3. Komponen konatif (komponen
Jumlah balita dengan gizi buruk di Jawa perilaku)
timur pada tahun 2011 mencapai 434.000 Menurut Notoatmodjo (2003: 132)
orang dan balita dengan berat badan sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,
dibawah garis merah (BGM) sebanyak yaitu :
44.449 balita (Dinkes, 2011). Jumlah anak 1. Menerima (Receiving)
balita dengan BGM di Kabupaten 2. Merespons (Responding)
Tulungagung sebanyak 440 balita (0,7%). 3. Menghargai (Valuing)
Hasil wawancara pada 19 ibu balita 4. Bertanggung jawab (Responsible)
didapatkan sebanyak 12 (57,9%) ibu balita Faktor-faktor yang mempengaruhi
yang belum mengerti dan memahami sikap:
tentang tumbuh kembang balita dan 1. Faktor internal

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 68


a. Faktor biologis P = Presentase
b. Faktor psikologis Sp = Jumlah Skor yang diperoleh
2. Faktor eksternal Sm = Jumlah Skor Maksimal
a. Pengalaman Kemudian diinterprestasikan dengan
b. Situasi ranting nilai menurut Sugiono (2006),
c. Norma-norma adalah sebagai berikut:
d. Hambatan 100 % : Seluruhnya dari
e. Pendorong responden
f. Informasi dan sumber informasi 76 % - 99% : Hampir seluruh dari
Menurut Purwanto (2008: 63) sikap responden
dapat pula bersifat positif dan dapat 51 % - 75 % : Sebagian besar dari
pula bersifat negatif, yaitu : responden
1. Sikap positif kecenderungan 50 % : Setengahnya dari
tindakan adalah mendekati, responden
menyenangi, mengharapkan obyek 26 % - 49 % : Hampir setengahnya dari
tertentu responden
2. Sikap negatif terdapat 1 % - 25 % : Sebagian kecil dari
kecenderungan untuk menjahui, responden
menghindari, membenci, tidak 0% : Tidak satupun dari
menyukai obyek tertentu. responden
Skala Guttman hanya dua interval Ibu adalah seseorang yang telah
yaitu ”setuju” atau ”tidak setuju”. Penelitian melahirkan seseorang. Sebutan untuk
menggunakan skala Guttman dilakukan wanita yang sudah bersuami. Balita
bila ingin mendapatkan jawaban yang adalah anak dengan usia dibawah 5
tegas terhadap suatu permasalahan yang tahun. Pertumbuhan adalah adanya
ditanyakan. perubahan dalam jumlah akibat
Pernyataan Sikap pertambahan sel dan pembentukan
No Pernyataan TS S protein baru sehingga meningkatkan
jumlah dan ukuran sel diseluruh bagian
1 Negatif 1 0 tubuh. Perkembangan adalah
2 Positif 0 1 pertumbuhan dan perluasan secara
Keterangan : peningkatan sederhana menjadi komplek
TS : Tidak Setuju dan meluasnya kemampuan individu untuk
S : Setuju berfungsi dengan baik.
Kemudian diubah menjadi skor T Pola perkembangan berlangsung
dengan rumus sebagai berikut: dalam tahapan perkembangan. Pada
masa ini dibagi menjadi lima tahap yaitu:
T = 50 + 10 1. Masa pranatal
2. Masa neonatus (0-28 hari)
3. Masa Bayi (28 hari–1 tahun)
Keterangan : 4. Masa anak (1-3 tahun)
x : Skor responden 5. Masa pra sekolah (3-5 tahun)
x : Mean skor kelompok 6. Masa sekolah (5-12 tahun)
s : Standar devisi Skor kelompok 7. Masa remaja (12-18/20 tahun)
Skor T merupakan skala yang biasa Faktor yang mempengaruhi tumbuh
digunakan dalam skala model Likert untuk kembang:
menentukan sikap seseorang. 1. Faktor internal
Kriteria: a. Ras atau bangsa
Sikap Positif skor T ≥ mean T. b. Keluarga
Sikap Negatif skor T < mean T c. Umur
Berikut rumus perhitungan d. Jenis kelamin
presentase menurut Nursalam (2003: e. Genetik
113): f. Kelainan kromosom
Sp 2. Faktor eksternal
Rumus : P = x100 %
Sm a. Faktor prenatal
Keterangan : 1) Gizi

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 69


2) Mekanis d. Tahap formal operasional (>11
3) Toksin atau zat kimia tahun)
4) Endokrin 2. Perkembangan psikoseksual anak
5) Radiasi (Freud)
6) Infeksi a. Tahap oral (0-1 tahun)
7) Kelainan imonologi b. Tahap anal (1-3 tahun)
8) Anoreksia embrio c. Tahap oedipal atau phalik (3-5
9) Psikologi ibu tahun)
10) Faktor persalinan 3. Perkembangan psikososial (Erikson)
11) Faktor pasca persalinan a. Tahap percaya tidak percaya (0-
Pengukuran pertumbuhan fisik 1 thn
balita: b. Tahap kemandirian, rasa malu
1. Ukuran Antropometri dan ragu (1-3 tahun)
Secara umum antropometri artinya c. Tahap inisiatif, rasa bersalah (4-
ukuran tubuh manusia. Antropometri 6 tahun)
untuk melihat ketidakseimbangan Tugas Perkembangan (ketrampilan
protein dan energi. Indeks yang harus di capai):
antropometri: 1. Umur 0–3 bulan
a. Berat badan menurut umur a. Dapat menggerakkan kedua
(BB/U) tangan atau lengan dan kaki
b. Tinggi badan menurut umur sama mudahnya.
(TB/U) b. Mengoceh dan bereaksi
c. Berat badan menurut tinggi terhadap suara.
badan (BB/TB) c. Bereaksi senyum terhadap
Faktor-faktor yang mempengaruhi ajakan.
status gizi anak menurut adalah: 2. Umur 3–6 bulan
1. Secara langsung a. Menggerakkan kepala pada
a. Konsumsi makanan saat telungkup
b. Penyakit infeksi b. Meraih benda yang terjangkau.
2. Secara tidak langsung c. Menengok kearah sumber
a. Ketahanan pangan keluarga suara.
b. Pola pengasuhan anak d. Mencari benda yang
c. Pelayanan kesehatan dan dipindahkan
sanitasi lingkungan 3. Umur 6–9 bulan
Indikator status gizi adalah tanda a. Ketika didudukkan dapat
yang dapat memberikan indikasi tentang bertahan dengan kepala tegak.
status gizi yaitu: b. Memindahkan benda dari satu
1. Tanda fisik (tubuh) atau tangan ketangan yang lain.
antropometri. c. Tertawa atau berteriak melihat
2. Tanda biokimia, yaitu kandungan benda yang menarik.
hemoglobin, vitamin A, yodium, d. Makan biskuit tanpa dibantu.
gula dan sebagainya dalam urine 4. Umur 9–12 bulan
atau darah. a. Berjalan dengan berpegangan.
3. Tanda klinis, yaitu keadaan pucat, b. Dapat meraup benda–benda
lemah, oedema, rambut seperti kecil.
rambut jagung dan sebagainya. c. Mengatakan dua suku kata yang
4. Konsumsi zat gizi dietetik, yaitu sama.
adanya defisiensi atau tidak dalam d. Bereaksi dengan permainan
masalah kecukupan gizi. “ciluk ba”.
Teori-teori perkembangan: 5. Umur 12–18 bulan
1. Perkembangan kognitif (Piaget) a. Menumpuk 2 kubus.
a. Tahap sensori motorik (0-2 b. Memasukkan kubus ke kotak.
tahun) c. Menunjuk apa yang diinginkan
b. Tahap praoperasional (2-7 tanpa menangis atau merengek.
tahun) d. Memperlihatkan rasa cemburu.
c. Tahap kongret (7-11 tahun)

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 70


6. Umur 18–24 bulan terkumpul dilakukan pengolahan data
a. Menumpuk 4 buah kubus. dengan editing, coding, scoring dan
b. Memunggut benda kecil tabulating.
dengan ibu jari.
c. Mengelindingkan bola kearah
sasaran. Hasil dan Pembahasan
d. Belajar makan minum sendiri. Hasil penelitian didapatkan dari total
7. Umur 24–36 bulan 76 responden didapatkan sebagian besar
a. Bicara dengan baik, dari responden yaitu sebanyak
menggunakan 2 kata. 48 (63,2%) responden bersikap positif
b. Makan sendiri tanpa banyak tentang tumbuh kembang anak balita usia
tumpah. 0-5 tahun.
c. Melepas pakaian sendiri. Sikap positif kecenderungan
8. Umur 48–60 bulan tindakan adalah siap membantu,
a. Menyebut nama–nama hari. memperhatikan, berbuat sesuatu yang
b. Berpakaian sendri tanpa menguntungkan obyek tersebut. Sikap
dibantu. positif membuktikan bahwa ibu balita
c. Menjawab pertanyaan dengan sangat setuju dan mendukung
kata–kata yang benar. pertumbuhan dan perkembangan anak
Cara deteksi perkembangan: balita usia 0-5 tahun, karena pada masa
1. Denver Development Screnning Test ini tumbuh kembang sangat penting untuk
(DDST) diketahui oleh para ibu balita yang mana
2. Kuesioner Pra Skrining usia 0-5 tahun menjadi masa keemasan
Perkembangan (KPSP) bagi anak. Pada masa inilah menentukan
3. Kuesioner Perilaku Anak Pra keberhasilan pertumbuhan dan
Sekolah (KPAP) perkembangan anak di periode
4. Tes Daya Lihat dan tes Kesehataan selanjutnya. Sikap seseorang dapat
Mata Anak Pra Sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
5. Tes Daya Dengar Anak (TDD) ada dalam diri responden yang dapat
mendorong atau menimbulkan seseorang
Metodologi Penelitian untuk berperilaku. Sikap positif responden
Jenis penelitian ini adalah dalam penelitian ini, diantaranya
observasional dengan desain penelitian dipengaruhi oleh faktor informasi, dan
deskriptif. Penelitian ini populasinya yaitu sumber informasi.
semua ibu balita 0-5 tahun di Posyandu Sikap positif responden didapatkan
Desa Mirigambar Kecamatan dari responden yang pernah mendapatkan
Sumbergempol Kabupaten Tulungagung. informasi tentang tumbuh kembang anak.
Teknik sampling yang digunakan dalam Sehingga dengan didapatkannya informasi
penelitian ini adalah teknik stratified tentang tumbuh kembang anak balita usia
random sampling. 0-5 tahun, maka akan mempengaruhi
Jika besar populasi kurang dari sikap responden dalam menjaga tumbuh
1000, maka besar sampel dalam kembang anak balita.
penelitian ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut: Kesimpulan
Hasil penelitian dan pembahasan
n= tentang sikap ibu balita tentang tumbuh
2 kembang anak balita usia 0-5 tahun di
1+
Posyandu Desa Mirigambar Kecamatan
Sumbergempol Kabupaten Tulungagung
Keterangan : Tahun 2013 dari total 76 responden
n = jumlah sampel didapatkan sebagian besar dari responden
N = jumlah populasi yaitu sebanyak 48 (63,2%) responden
d = tingkat signifikasi (0,1) bersikap positif tentang tumbuh kembang
Instrumen yang digunakan adalah anak balita usia 0-5 tahun.
kuesioner. setelah data dari seluruh
responden atau sumber data lain

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 71


Saran I, Dewa, Nyoman, Supariasa. 2002.
1. Bagi peneliti selanjutnya Penilaian Status Gizi. Cetakan 1.
Hendaknya hasil penelitian dapat Jakarta: EGC. Hal: 56.
dijadikan bahan pertimbangan atau Kamisa. 2001. Kamus Besar Bahasa
informasi untuk melakukan Indonesia. Yogyakarta: Andi. Hal:
penelitian yang lebih luas lagi. 96.
2. Bagi Institusi Pendidikan Narendra, Moersintowarti B, dkk. 2005.
Sebaiknya hasil penelitian ini dapat Tumbuh Kembang Anak Dan
di gunakan sebagai tambahan Remaja. Jakarta: EGC. Hal: 4.
informasi, dan bekerja sama dengan Nasrul, Effendy. 2002. Dasar-dasar
instansi yang lain untuk memberikan Keperawatan Kesehatan
penyuluhan tentang tumbuh Masyarakat. Jakarta: EGC. Hal: 89.
kembang. Nursalam. 2003. Konsep Dasar
3. Bagi tempat penelitian Penerapan Metodologi Penelitian
Hendaknya hasil dari penelitian ini Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
dapat berguna bagi posyandu untuk Hal: 78, 104.
meningkatkan pelayanan posyandu _________. 2009. Konsep dan Penerapan
di masyarakat guna melakukan Metodologi Penelitian Ilmu
deteksi dini tumbuh kembang anak. Keperawatan (Pedoman Skripsi,
4. Bagi responden (ibu balita) Tesis, dan Instrumen Penelitian
Hendaknya lebih meningkatkan lagi Keperawatan). Surabaya: Salemba
wawasan tentang tumbuh kembang Medika. Hal: 42, 85, 93, 96, 97, 98.
dengan bertanya pada tenaga Saifudin, Azwar. 2009. Sikap Manusia dan
kesehatan atau mencari intervensi Teori Pengukurnya. Yogyakarta:
dari media. Pustaka Pelajar. Hal: 4, 30, 156.
Soekidjo, Notoatmodjo. 2002. Metodologi
Daftar Pustaka Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Adisasmito, Wiku, Ph.D. 2007. Sistem Rineka Cipta. Hal: 187.
Kesehatan. Ed.1. Jakarta: __________________. 2003. Pendidikan
Rajagrafindo Persada. Hal: 281. dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Agoes, Dariyo. 2007. Psikologi Rineka Cipta. Hal: 124, 131, 126.
Perkembangan Anak Usia Tiga ___________________. 2005.
Tahun Pertama (Psikologi Aritama). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Bandung: Refika Aditama. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 167
Alimul, Aziz, Hidayat. 2007. Metode Soetjiningsih. 2005. Tumbuh Kembang
Penelitian Keperawatan dan teknik Anak. Jakarta: EGC. Hal: 16, 18,
Analisis Data. Jakarta: Salemba 110, 121.
Medika. Hal: 37, 48, 87, 107, 108. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian
_________________. 2008. Pengantar Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Ilmu Kesehatan Anak untuk Hal: 146.
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. _______. 2009. Metode Penelitian Bisnis.
Hal: 97. Bandung: Alfabeta. Hal: 206.
Bimo, Walgito. 2003. Psikologi sosial. Yupi, Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep
Yogyakarta: Andi. Hal: 110, 128, Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
131. EGC. Hal: 134.
Depkes RI. 2007. Standar Antropometri Tanuwijaya. 2003. Konsep Umum Tumbuh
Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: dan Kembang. Jakarta: EGC.
Direktorat Departemen Kesehatan. Hal: 56.
Hal: 11. Wikipedia. 2009. Ciri Khas Perkembangan
Dinkes Jawa Timur. 2011. Gizi Balita. Balita. Http://id.wikipedia.org/wiki/
http://.dinkesjatim.go.id/go/, Balita diakses tanggal 27 Juli 2012
diakses tanggal 13 Juli 2012 Jam jam 20.00 WIB.
20.00 WIB. Wong, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan
Dinkes Jawa Timur. 2006. Pengembangan Pediatrik. Cetakan I. Jakarta: EGC.
Operasional Desa Siaga. Surabaya: Hal: 78.
Dinas Kesehatan. Hal: 46

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 72


SIKAP IBU NIFAS TENTANG PENGGUNAAN KB SUNTIK 3 BULAN DI RUANG MELATI
RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG TAHUN 2013

Oleh:
LUSI TANIYA
ASTIKA RASYID, SST
AINUN HANIFA, S.Si.T

Planning program should be carried out after the completion or 40 days postpartum (6
weeks) with the purpose of regulating the spacing and number of children idealize. But the
fact that many new mothers are less knowledge about family planning after childbirth. The
research objective was to determine the attitude of postpartum mothers on three month
injectable contraceptive use in Jasmine room RSUD dr. Iskak Tulungagung academic Year
2013.
The experiment was conducted March 1 through March 15, 2013. Types of research
using observational descriptive study design. Technique sampling was using accidental
sampling with a sample size 29 respondents. Instrument research using questionnaires, then
do the editing, coding, scoring, tabulating and then analyzed with T scores at prosentase.
The results from a total of 29 respondents found the majority of respondents as many as 20
(68.9%) of respondents are positive about the use of family planning in the three months
contraceptive injection at jasmine room RSUD dr. Iskak Tulungagung.

Latar Belakang
Program Keluarga Berencana Tujuan penelitian
Nasional mempunyai kontribusi penting Untuk mengetahui sikap ibu nifas
dalam upaya meningkatkan kualitas tentang penggunaan KB suntik 3
penduduk. Kontribusi Program Keluarga bulan di Ruang Melati RSUD dr. Iskak
Berencana Nasional tersebut dapat dilihat Tulungagung Tahun 2013.
pada pelaksanaan Program Making
Pregnancy Safer (MPS). Kontrasepsi Tinjauan Pustaka
suntik merupakan suatu alat KB hormonal Sikap merupakan reaksi atau respon
yang dipakai dengan cara disuntikkan dan yang masih tertutup dari seseorang
memberikan keamanan selama 3 bulan. terhadap stimulus atau obyek. Sikap itu
Program KB sebaiknya dilakukan ibu mengandung 3 komponen yang
setelah masa nifas selesai atau 40 membentuk struktur sikap:
hari (6 minggu). 1. Komponen kognitif (komponen
Data yang diperoleh dari BKKBN perseptual)
Jawa Timur, pencapaian target KB suntik 2. Komponen afektif (komponen
baru sebanyak 695.296 orang (52,76%). emosional)
Sedangkan hasil data BKKBN Kabupaten 3. Komponen konatif (komponen
Tulungagung didapatkan akseptor KB perilaku)
suntik sebanyak 67.633 orang (47%). Menurut Notoatmodjo (2003: 132)
Berdasarkan studi pendahuluan di Ruang sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,
Melati RSUD dr. Iskak Tulungagung pada yaitu :
5 ibu nifas melalui wawancara yang 1. Menerima (Receiving)
dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2012 2. Merespons (Responding)
didapatkan sebanyak 2 orang (40%) ibu 3. Menghargai (Valuing)
nifas sudah mengetahui tentang KB suntik 4. Bertanggung jawab (Responsible)
3 bulan dan sebanyak 3 orang (60%) Faktor-faktor yang mempengaruhi
kurang mengetahui tentang KB suntik 3 sikap:
bulan sehingga mengatakan takut 1. Faktor internal
menggunakan KB suntik 3 bulan dan a. Faktor biologis
mempunyai pendapat yang kliru tentang b. Faktor psikologis
KB suntik 3 bulan yaitu mereka 2. Faktor eksternal
menganggap KB suntik 3 bulan a. Pengalaman
mengganggu proses menyusui. b. Situasi

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 73


c. Norma-norma Kemudian diinterprestasikan dengan
d. Hambatan ranting nilai menurut Sugiono (2006),
e. Pendorong adalah sebagai berikut:
f. Informasi dan sumber informasi 100 % : Seluruhnya dari
Menurut Purwanto (2008: 63) sikap responden
dapat pula bersifat positif dan dapat 76 % - 99% : Hampir seluruh dari
pula bersifat negatif, yaitu : responden
1. Sikap positif kecenderungan 51 % - 75 % : Sebagian besar dari
tindakan adalah mendekati, responden
menyenangi, mengharapkan obyek 50 % : Setengahnya dari
tertentu responden
2. Sikap negatif terdapat 26 % - 49 % : Hampir setengahnya dari
kecenderungan untuk menjahui, responden
menghindari, membenci, tidak 1 % - 25 % : Sebagian kecil dari
menyukai obyek tertentu. responden
Skala Guttman hanya dua interval 0% : Tidak satupun dari
yaitu ”setuju” atau ”tidak setuju”. Penelitian responden
menggunakan skala Guttman dilakukan Masa nifas adalah masa sesudah
bila ingin mendapatkan jawaban yang persalinan, terhitung mulai selesai
tegas terhadap suatu permasalahan yang persalinan sampai pulihnya kembali alat-
ditanyakan. alat kandungan dalam keadaan sebelum
Pernyataan Sikap hamil. Masa nifas dibagi menjadi:
1. Puerperium dini yaitu masa
No Pernyataan TS S
pemulihan, dimana ibu
1 Negatif 1 0 memperbolehkan berdiri dan berjalan-
2 Positif 0 1 jalan.
Keterangan : 2. Puerperium intermedial yaitu
TS : Tidak Setuju pemulihan menyeluruh alat- alat
S : Setuju genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
Kemudian diubah menjadi skor T 3. Remote puerperium yaitu waktu yang
dengan rumus sebagai berikut: diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil
T = 50 + 10 atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi.
Perubahan fisiologis masa nifas:
Keterangan : 1. Perubahan sistem reproduksi
x : Skor responden a. Involusi
x : Mean skor kelompok Merupakan proses dimana
s : Standar devisi Skor kelompok uterus kembali ke kondisi
Skor T merupakan skala yang biasa sebelum hamil
digunakan dalam skala model Likert untuk b. Bagian bekas implantasi plasenta
menentukan sikap seseorang. c. Perubahan normal pada uterus
Kriteria: selama post partum
Sikap Positif skor T ≥ mean T. 1) Segera setelah persalinan,
Sikap Negatif skor T < mean T tinggi fundus uteri 2 cm
Berikut rumus perhitungan dibawah pusat, 12 jam
presentase menurut Nursalam (2003: kemudian kembali 1 cm
113): diatas pusat dan menurun
Sp kira–kira 1 cm setiap hari.
Rumus : P = x100 %
Sm 2) Pada hari ke dua setelah
Keterangan : persalinan tinggi fundus uteri
P = Presentase 1 cm dibawah pusat. Pada
Sp = Jumlah Skor yang diperoleh hari 3-4 tinggi fundus uteri
Sm = Jumlah Skor Maksimal 2 cm dibawah pusat. Pada
hari 5-7 tinggi fundus uteri
setengah pusat simpisis.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 74


Pada hari ke 10 tinggi fundus selama 3 bulan. Mekanisme kerja
uteri tidak teraba. komponen atau derivate testosterone
d. Lochea adalah:
Lochea adalah cairan kotor yang 1. Menghalangi pengeluaran FSH
keluar dari liang senggama dan dan LH sehingga tidak terjadi
terdiri dari jaringan-jaringan mati pelepasan ovum.
dan lendir, yang berasal dari 2. Mengentalkan lendir serviks, sehingga
rahim dan liang senggama. sulit ditembus spermatozoa.
e. Serviks 3. Perubahan peristaltic tuba fallopi,
Serviks mengalami involusi sehingga konsepsi dihambat.
bersama-sama dengan uterus. 4. Mengubah suasana endometrium,
f. Vulva dan vagina sehingga tidak sempurna untuk
Vulva dan vagina mengalami implantasi hasil konsepsi.
penekanan serta peregangan Menurut Prawirohardjo (2010: MK-
yang sangat besar selama proses 34), KB suntik 3 bulan komposisinya:
persalinan dan akan kembali 1. Berisi 150 Medroxy Progesteron
secara bertahap dalam 6-8 Asetat (DMPA) dengan nama dagang
minggu post partum. Depo Provera.
g. Perubahan sistem pencernaan 2. Berisi 200 Nore Etridore Erotats
Biasanya ibu mengalami obstipasi (NEE) dalam larutan minyak 2 cc >
setelah melahirkan anak. Noresterat
h. Perubahan sistem perkemihan Cara Kerja:
Kadang-kadang puerperium 1. Mencegah ovulasi.
mengalami sulit buang air kecil, 2. Mengentalkan lendir serviks sehingga
karena sfingter uretra ditekan menurunkan kemampuan penetrasi
oleh kepala janin dan spasme sperma.
oleh iritasi muskulus sphingter ani 3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis
selama persalinan. dan atropi.
i. Perubahan sistem 4. Menghambat transportasi gamet oleh
musculoskeletal tuba.
Ligamen, fasia dan diafragma Keuntungan:
pelvis yang meregang pada 1. Sangat efektif.
waktu persalinan, setelah bayi 2. Pencegahan kehamilan jangka
lahir, secara berangsur- angsur panjang.
menjadi ciut dan pulih kembali. 3. Tidak berpengaruh terhadap
j. Perubahan endokrin hubungan suami istri.
1) Hormon plasenta 4. Tidak mengandung estrogen sehingga
2) Hormon oksitosin tidak berdampak serius terhadap
3) Hipotalamik pituitary penyakit jantung dan gangguan
ovarium pembekuan darah.
k. Perubahan tanda–tanda vital 5. Tidak berpengaruh terhadap ASI.
l. Perubahan sistem kardiovaskuler 6. Sedikit efek samping.
m. Perubahan hematologi 7. Klien tidak perlu menyimpan obat
Kebutuhan dasar ibu nifas menurut suntik.
Diah, dkk (2008: 87): 8. Dapat digunakan oleh perempuan
1. Gizi usia > 35 tahun sampai
2. Ambulasi dini premenapause.
3. Eliminasi 9. Membantu mencegah kanker
4. Defekasi endometrium dan kehamilan ektopik.
5. Kebersihan diri 10. Menurunkan kejadian penyakit jinak
6. Seksual payudara.
7. Latihan senam nifas 11. Mencegah beberapa penyepenyakit
8. Keluarga berencana radang panggul.
Kontrasepsi suntik adalah suatu alat 12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit
KB hormonal yang dipakai dengan cara (sickle cell).
disuntikkan dan memberikan keamanan Keterbatasan:

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 75


1. Sering ditemukan gangguan haid Metode Penelitian
seperti Jenis penelitian ini adalah
a. Siklus haid yang memendek atau observasional dengan desain penelitian
memanjang. deskriptif. Populasi dari penelitian ini
b. Perdarahan yang banyak atau adalah semua ibu nifas di Ruang Melati
sedikit. RSUD dr Iskak Tulungagung. Teknik
c. Perdarahan sedikit atau tidak sampling dalam penelitian ini adalah
teratur. teknik Accidental Sampling. Besar sampel
d. Perdarahan tidak teratur atau dalam penelitian ini sejumlah 29
perdarahan bercak (spotting). responden. Instrumen yang digunakan
e. Tidak haid sama sekali. adalah kuesioner. Kuesioner
2. Klien sangat tergantung pada (questionnaires).
tempat sarana pelayanan kesehatan Pengolahan data melalui proses
(harus kembali untuk suntikan). editing, coding, scoring dan tabulating.
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu– Skala pengukuran sikap menggunakan
waktu sebelum suntikan berikutnya. skala guttman dan dikategorikan menjadi
4. Permasalahan berat badan persepsi positif dan negatif kemudian hasil
merupakan efek samping tersering. kriteria sikap diprosentasekan.
5. Tidak menjamin perlindungan
terhadap penularan infeksi menular Hasil dan Pembahasan
seksual, hepatitis B, virus atau infeksi Berdasarkan hasil penelitian didapat
virus HIV. dari total 29 responden sebagian besar
6. Terlambatnya kembali kesuburan dari responden yaitu sebanyak 20 (68,9%)
7. Terjadi perubahan pada lipid responden bersikap positif tentang
serum pada penggunaan jangka penggunaan KB suntik 3 bulan di Ruang
panjang. Melati RSUD dr. Iskak Tulungagung.
8. Pada penggunaan jangka panjang Sikap positif kecenderungan
dapat sedikit menurunkan kepadatan tindakan adalah siap membantu,
pada tulang. memperhatikan, berbuat sesuatu yang
9. Pada penggunaan jangka panjang menguntungkan obyek tersebut. Sikap
dapat menimbulkan kekeringan pada negatif terdapat kecenderungan untuk
vagina, menurunkan libido, gangguan mengancam, mencela, melarang, bahkan
emosi (jarang), sakit kepala, tidak akan mengindahkan. Respon ibu
nervositas, jerawat. nifas terhadap penggunaan KB suntik 3
bulan lebih besar dari pada tidak
Efek samping kontrasepsi suntik: menggunakan KB suntik 3 bulan. Sikap
1. Gangguan haid, ini yang paling ibu nifas yang mendukung tentang
sering terjadi dan yang paling penggunaan KB suntik 3 bulan ini dapat
mengganggu. mendorong ibu nifas untuk mempunyai
2. Perubahan berat badan. keinginan menjadi akseptor KB suntik 3
3. Sakit kepala. bulan nantinya, sehingga dengan
4. Pada pasien kardiovaskuler efeknya keinginan ini ibu nifas dapat mengatur
sangat sedikit mungkin ada sedikit jarak anak.
peninggian kadar insulin dan Sikap positif responden ini
penurunan HDL kolesterol. dipengaruhi oleh informasi dan sumber
informasi yang diterima responden.
Komplikasi kontrasepsi suntik Hampir seluruh dari ibu nifas pernah
1. Perdarahan yang berat. mendapat informasi tentang penggunaan
2. Infeksi bekas tempat suntikan atau KB suntik 3 bulan yang berarti hampir
abses. seluruh responden sudah mempunyai
3. Sakit kepala, migraine, sakit kepala wawasan dan pengetahuan tentang KB
berulang yang berat atau penglihatan suntik 3 bulan. Dengan pernahnya
kabur. responden mendapat informasi dan
informasi tersebut bersumber dari petugas
kesehatan, maka menjadikan responden

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 76


mampu bersikap positif tentang Nasrul, Effendy. 2002. Dasar-dasar
penggunaan KB suntik 3 bulan. Keperawatan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC. Hal: 89.
Kesimpulan Nursalam. 2003. Konsep Dasar
Total 29 responden didapatkan Penerapan Metodologi Penelitian
sebagian besar dari responden yaitu Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
sebanyak 20 (68,9%) responden Hal: 78, 104.
mempunyai sikap positif tentang _________. 2009. Konsep dan Penerapan
penggunaan KB suntik 3 bulan. Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan (Pedoman Skripsi,
Saran Tesis, dan Instrumen Penelitian
1. Bagi responden (ibu nifas) Keperawatan). Surabaya: Salemba
Hendaknya hasil penelitian ini Medika. Hal: 42, 85, 93, 96, 97, 98.
dijadikan tambahan informasi guna Retna, Eny. 2009. Asuhan Kebidanan
meningkatkan pengetahuan ibu nifas Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia
tentang KB suntik 3 bulan. Saifudin, Azwar. 2009. Sikap Manusia dan
2. Bagi tempat penelitian Teori Pengukurnya. Yogyakarta:
Hasil penelitian ini sebaiknya dijadikan Pustaka Pelajar. Hal: 4, 30, 156.
masukan bagi tempat penelitian untuk Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan
meningkatkan konseling pada ibu Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
nifas untuk ikut KB suntik 3 bulan Medika
setelah masa nifas. Soekidjo, Notoatmodjo. 2002. Metodologi
3. Bagi institusi pendidikan (Prodi DIII Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Kebidanan Universitas Tulungagung) Rineka Cipta. Hal: 187.
Hasil penelitian ini sebaiknya __________________. 2003. Pendidikan
dapat dijadikan tambahan koleksi dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
pustaka yang bisa menambah Rineka Cipta. Hal: 124, 131, 126.
wawasan pengetahuan tentang KB ___________________. 2005.
suntik 3 bulan. Metodologi Penelitian Kesehatan.
4. Bagi peneliti selanjutnya Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 167
Sebaiknya hasil penelitian ini dapat Sugiyono. 2005. Metode Penelitian
digunakan peneliti selanjutnya Administrasi. Bandung: Alfabeta.
sebagai acuan untuk melakukan Hal: 146.
penelitian yang lebih luas dengan _______. 2009. Metode Penelitian Bisnis.
menggunakan variabel yang berkaitan Bandung: Alfabeta. Hal: 206.
dengan KB suntik.

Daftar Pustaka
Alimul, Aziz, Hidayat. 2007. Metode
Penelitian Keperawatan dan teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika. Hal: 37, 48, 87, 107, 108.
BKKBN, 2007. Manfaat KB dan Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: BKKBN
Propinsi Jawa Timur
Handayani, Sri. 2010. Pelayanan Keluarga
Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihama
Hartantao, Hanafi. 2004. Keluarga
Berencana dan Kontrasepsi.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Kamisa. 2001. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Andi. Hal:
96.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 77


SIKAP IBU NIFAS TENTANG PENGGUNAAN KB SUNTIK 3 BULAN DI RUANG MELATI
RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG TAHUN 2013

Oleh:
LUSI TANIYA
ASTIKA RASYID, SST
AINUN HANIFA, S.Si.T

Planning program should be carried out after the completion or 40 days postpartum (6
weeks) with the purpose of regulating the spacing and number of children idealize. But the
fact that many new mothers are less knowledge about family planning after childbirth. The
research objective was to determine the attitude of postpartum mothers on three month
injectable contraceptive use in Jasmine room RSUD dr. Iskak Tulungagung academic Year
2013.
The experiment was conducted March 1 through March 15, 2013. Types of research
using observational descriptive study design. Technique sampling was using accidental
sampling with a sample size 29 respondents. Instrument research using questionnaires, then
do the editing, coding, scoring, tabulating and then analyzed with T scores at prosentase.
The results from a total of 29 respondents found the majority of respondents as many as 20
(68.9%) of respondents are positive about the use of family planning in the three months
contraceptive injection at jasmine room RSUD dr. Iskak Tulungagung.

Latar Belakang Tujuan penelitian


Program Keluarga Berencana Untuk mengetahui sikap ibu nifas
Nasional mempunyai kontribusi penting tentang penggunaan KB suntik 3
dalam upaya meningkatkan kualitas bulan di Ruang Melati RSUD dr. Iskak
penduduk. Kontribusi Program Keluarga Tulungagung Tahun 2013.
Berencana Nasional tersebut dapat dilihat
pada pelaksanaan Program Making Tinjauan Pustaka
Pregnancy Safer (MPS). Kontrasepsi Sikap merupakan reaksi atau respon
suntik merupakan suatu alat KB hormonal yang masih tertutup dari seseorang
yang dipakai dengan cara disuntikkan dan terhadap stimulus atau obyek. Sikap itu
memberikan keamanan selama 3 bulan. mengandung 3 komponen yang
Program KB sebaiknya dilakukan ibu membentuk struktur sikap:
setelah masa nifas selesai atau 40 1. Komponen kognitif (komponen
hari (6 minggu). perseptual)
Data yang diperoleh dari BKKBN 2. Komponen afektif (komponen
Jawa Timur, pencapaian target KB suntik emosional)
baru sebanyak 695.296 orang (52,76%). 3. Komponen konatif (komponen
Sedangkan hasil data BKKBN Kabupaten perilaku)
Tulungagung didapatkan akseptor KB Menurut Notoatmodjo (2003: 132)
suntik sebanyak 67.633 orang (47%). sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,
Berdasarkan studi pendahuluan di Ruang yaitu :
Melati RSUD dr. Iskak Tulungagung pada 1. Menerima (Receiving)
5 ibu nifas melalui wawancara yang 2. Merespons (Responding)
dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2012 3. Menghargai (Valuing)
didapatkan sebanyak 2 orang (40%) ibu 4. Bertanggung jawab (Responsible)
nifas sudah mengetahui tentang KB suntik Faktor-faktor yang mempengaruhi
3 bulan dan sebanyak 3 orang (60%) sikap:
kurang mengetahui tentang KB suntik 3 1. Faktor internal
bulan sehingga mengatakan takut a. Faktor biologis
menggunakan KB suntik 3 bulan dan b. Faktor psikologis
mempunyai pendapat yang kliru tentang 2. Faktor eksternal
KB suntik 3 bulan yaitu mereka a. Pengalaman
menganggap KB suntik 3 bulan b. Situasi
mengganggu proses menyusui. c. Norma-norma

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 78


d. Hambatan Kemudian diinterprestasikan dengan
e. Pendorong ranting nilai menurut Sugiono (2006),
f. Informasi dan sumber informasi adalah sebagai berikut:
Menurut Purwanto (2008: 63) sikap 100 % : Seluruhnya dari
dapat pula bersifat positif dan dapat responden
pula bersifat negatif, yaitu : 76 % - 99% : Hampir seluruh dari
1. Sikap positif kecenderungan responden
tindakan adalah mendekati, 51 % - 75 % : Sebagian besar dari
menyenangi, mengharapkan obyek responden
tertentu 50 % : Setengahnya dari
2. Sikap negatif terdapat responden
kecenderungan untuk menjahui, 26 % - 49 % : Hampir setengahnya dari
menghindari, membenci, tidak responden
menyukai obyek tertentu. 1 % - 25 % : Sebagian kecil dari
Skala Guttman hanya dua interval responden
yaitu ”setuju” atau ”tidak setuju”. Penelitian 0% : Tidak satupun dari
menggunakan skala Guttman dilakukan responden
bila ingin mendapatkan jawaban yang Masa nifas adalah masa sesudah
tegas terhadap suatu permasalahan yang persalinan, terhitung mulai selesai
ditanyakan. persalinan sampai pulihnya kembali alat-
Pernyataan Sikap alat kandungan dalam keadaan sebelum
hamil. Masa nifas dibagi menjadi:
No Pernyataan TS S
1. Puerperium dini yaitu masa
1 Negatif 1 0 pemulihan, dimana ibu
2 Positif 0 1 memperbolehkan berdiri dan berjalan-
Keterangan : jalan.
TS : Tidak Setuju 2. Puerperium intermedial yaitu
S : Setuju pemulihan menyeluruh alat- alat
Kemudian diubah menjadi skor T genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
dengan rumus sebagai berikut: 3. Remote puerperium yaitu waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat
T = 50 + 10 sempurna terutama bila selama hamil
atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi.
Keterangan : Perubahan fisiologis masa nifas:
x : Skor responden 2. Perubahan sistem reproduksi
x : Mean skor kelompok a. Involusi
s : Standar devisi Skor kelompok Merupakan proses dimana
Skor T merupakan skala yang biasa uterus kembali ke kondisi
digunakan dalam skala model Likert untuk sebelum hamil
menentukan sikap seseorang. b. Bagian bekas implantasi plasenta
Kriteria: c. Perubahan normal pada uterus
Sikap Positif skor T ≥ mean T. selama post partum
Sikap Negatif skor T < mean T 1) Segera setelah persalinan,
Berikut rumus perhitungan tinggi fundus uteri 2 cm
presentase menurut Nursalam (2003: dibawah pusat, 12 jam
113): kemudian kembali 1 cm
Sp diatas pusat dan menurun
Rumus : P = x100 %
Sm kira–kira 1 cm setiap hari.
2) Pada hari ke dua setelah
Keterangan : persalinan tinggi fundus uteri
P = Presentase 1 cm dibawah pusat. Pada
Sp = Jumlah Skor yang diperoleh hari 3-4 tinggi fundus uteri
Sm = Jumlah Skor Maksimal 2 cm dibawah pusat. Pada
hari 5-7 tinggi fundus uteri
setengah pusat simpisis.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 79


Pada hari ke 10 tinggi fundus disuntikkan dan memberikan keamanan
uteri tidak teraba. selama 3 bulan. Mekanisme kerja
d. Lochea komponen atau derivate testosterone
Lochea adalah cairan kotor yang adalah:
keluar dari liang senggama dan 1. Menghalangi pengeluaran FSH
terdiri dari jaringan-jaringan mati dan LH sehingga tidak terjadi
dan lendir, yang berasal dari pelepasan ovum.
rahim dan liang senggama. 2. Mengentalkan lendir serviks, sehingga
e. Serviks sulit ditembus spermatozoa.
Serviks mengalami involusi 3. Perubahan peristaltic tuba fallopi,
bersama-sama dengan uterus. sehingga konsepsi dihambat.
f. Vulva dan vagina 4. Mengubah suasana endometrium,
Vulva dan vagina mengalami sehingga tidak sempurna untuk
penekanan serta peregangan implantasi hasil konsepsi.
yang sangat besar selama proses
persalinan dan akan kembali Menurut Prawirohardjo (2010: MK-
secara bertahap dalam 6-8 34), KB suntik 3 bulan komposisinya:
minggu post partum. 1. Berisi 150 Medroxy Progesteron
g. Perubahan sistem pencernaan Asetat (DMPA) dengan nama dagang
Biasanya ibu mengalami obstipasi Depo Provera.
setelah melahirkan anak. 2. Berisi 200 Nore Etridore Erotats
h. Perubahan sistem perkemihan (NEE) dalam larutan minyak 2 cc >
Kadang-kadang puerperium Noresterat
mengalami sulit buang air kecil,
karena sfingter uretra ditekan Cara Kerja:
oleh kepala janin dan spasme 1. Mencegah ovulasi.
oleh iritasi muskulus sphingter ani 2. Mengentalkan lendir serviks sehingga
selama persalinan. menurunkan kemampuan penetrasi
i. Perubahan sistem sperma.
musculoskeletal 3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis
Ligamen, fasia dan diafragma dan atropi.
pelvis yang meregang pada 4. Menghambat transportasi gamet oleh
waktu persalinan, setelah bayi tuba.
lahir, secara berangsur- angsur Keuntungan:
menjadi ciut dan pulih kembali. 1. Sangat efektif.
j. Perubahan endokrin 2. Pencegahan kehamilan jangka
1) Hormon plasenta panjang.
2) Hormon oksitosin 3. Tidak berpengaruh terhadap
3) Hipotalamik pituitary ovarium hubungan suami istri.
k. Perubahan tanda–tanda vital 4. Tidak mengandung estrogen sehingga
l. Perubahan sistem kardiovaskuler tidak berdampak serius terhadap
m. Perubahan hematologi penyakit jantung dan gangguan
pembekuan darah.
Kebutuhan dasar ibu nifas menurut 5. Tidak berpengaruh terhadap ASI.
Diah, dkk (2008: 87): 6. Sedikit efek samping.
1. Gizi 7. Klien tidak perlu menyimpan obat
2. Ambulasi dini suntik.
3. Eliminasi 8. Dapat digunakan oleh perempuan
4. Defekasi usia > 35 tahun sampai
5. Kebersihan diri premenapause.
6. Seksual 9. Membantu mencegah kanker
7. Latihan senam nifas endometrium dan kehamilan ektopik.
8. Keluarga berencana 10. Menurunkan kejadian penyakit jinak
payudara.
Kontrasepsi suntik adalah suatu alat 11. Mencegah beberapa penyepenyakit
KB hormonal yang dipakai dengan cara radang panggul.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 80


12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit
(sickle cell). Metode Penelitian
Keterbatasan: Jenis penelitian ini adalah
10. Sering ditemukan gangguan haid observasional dengan desain penelitian
seperti deskriptif. Populasi dari penelitian ini
f. Siklus haid yang memendek atau adalah semua ibu nifas di Ruang Melati
memanjang. RSUD dr Iskak Tulungagung. Teknik
g. Perdarahan yang banyak atau sampling dalam penelitian ini adalah
sedikit. teknik Accidental Sampling. Besar sampel
h. Perdarahan sedikit atau tidak dalam penelitian ini sejumlah 29
teratur. responden. Instrumen yang digunakan
i. Perdarahan tidak teratur atau adalah kuesioner. Kuesioner
perdarahan bercak (spotting). (questionnaires).
j. Tidak haid sama sekali. Pengolahan data melalui proses
11. Klien sangat tergantung pada editing, coding, scoring dan tabulating.
tempat sarana pelayanan kesehatan Skala pengukuran sikap menggunakan
(harus kembali untuk suntikan). skala guttman dan dikategorikan menjadi
12. Tidak dapat dihentikan sewaktu– persepsi positif dan negatif kemudian hasil
waktu sebelum suntikan berikutnya. kriteria sikap diprosentasekan.
13. Permasalahan berat badan
merupakan efek samping tersering. Hasil dan Pembahasan
14. Tidak menjamin perlindungan Berdasarkan hasil penelitian didapat
terhadap penularan infeksi menular dari total 29 responden sebagian besar
seksual, hepatitis B, virus atau infeksi dari responden yaitu sebanyak 20 (68,9%)
virus HIV. responden bersikap positif tentang
15. Terlambatnya kembali kesuburan penggunaan KB suntik 3 bulan di Ruang
16. Terjadi perubahan pada lipid Melati RSUD dr. Iskak Tulungagung.
serum pada penggunaan jangka Sikap positif kecenderungan
panjang. tindakan adalah siap membantu,
17. Pada penggunaan jangka panjang memperhatikan, berbuat sesuatu yang
dapat sedikit menurunkan kepadatan menguntungkan obyek tersebut. Sikap
pada tulang. negatif terdapat kecenderungan untuk
18. Pada penggunaan jangka panjang mengancam, mencela, melarang, bahkan
dapat menimbulkan kekeringan pada tidak akan mengindahkan. Respon ibu
vagina, menurunkan libido, gangguan nifas terhadap penggunaan KB suntik 3
emosi (jarang), sakit kepala, bulan lebih besar dari pada tidak
nervositas, jerawat. menggunakan KB suntik 3 bulan. Sikap
ibu nifas yang mendukung tentang
Efek samping kontrasepsi suntik: penggunaan KB suntik 3 bulan ini dapat
1. Gangguan haid, ini yang paling mendorong ibu nifas untuk mempunyai
sering terjadi dan yang paling keinginan menjadi akseptor KB suntik 3
mengganggu. bulan nantinya, sehingga dengan
2. Perubahan berat badan. keinginan ini ibu nifas dapat mengatur
3. Sakit kepala. jarak anak.
4. Pada pasien kardiovaskuler efeknya Sikap positif responden ini
sangat sedikit mungkin ada sedikit dipengaruhi oleh informasi dan sumber
peninggian kadar insulin dan informasi yang diterima responden.
penurunan HDL kolesterol. Hampir seluruh dari ibu nifas pernah
mendapat informasi tentang penggunaan
Komplikasi kontrasepsi suntik KB suntik 3 bulan yang berarti hampir
4. Perdarahan yang berat. seluruh responden sudah mempunyai
5. Infeksi bekas tempat suntikan atau wawasan dan pengetahuan tentang KB
abses. suntik 3 bulan. Dengan pernahnya
6. Sakit kepala, migraine, sakit kepala responden mendapat informasi dan
berulang yang berat atau penglihatan informasi tersebut bersumber dari petugas
kabur. kesehatan, maka menjadikan responden

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 81


mampu bersikap positif tentang Nasrul, Effendy. 2002. Dasar-dasar
penggunaan KB suntik 3 bulan. Keperawatan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC. Hal: 89.
Kesimpulan Nursalam. 2003. Konsep Dasar
Total 29 responden didapatkan Penerapan Metodologi Penelitian
sebagian besar dari responden yaitu Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
sebanyak 20 (68,9%) responden Hal: 78, 104.
mempunyai sikap positif tentang _________. 2009. Konsep dan Penerapan
penggunaan KB suntik 3 bulan. Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan (Pedoman Skripsi,
Saran Tesis, dan Instrumen Penelitian
5. Bagi responden (ibu nifas) Keperawatan). Surabaya: Salemba
Hendaknya hasil penelitian ini Medika. Hal: 42, 85, 93, 96, 97, 98.
dijadikan tambahan informasi guna Retna, Eny. 2009. Asuhan Kebidanan
meningkatkan pengetahuan ibu nifas Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia
tentang KB suntik 3 bulan. Saifudin, Azwar. 2009. Sikap Manusia dan
6. Bagi tempat penelitian Teori Pengukurnya. Yogyakarta:
Hasil penelitian ini sebaiknya dijadikan Pustaka Pelajar. Hal: 4, 30, 156.
masukan bagi tempat penelitian untuk Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan
meningkatkan konseling pada ibu Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
nifas untuk ikut KB suntik 3 bulan Medika
setelah masa nifas. Soekidjo, Notoatmodjo. 2002. Metodologi
7. Bagi institusi pendidikan (Prodi DIII Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Kebidanan Universitas Tulungagung) Rineka Cipta. Hal: 187.
Hasil penelitian ini sebaiknya __________________. 2003. Pendidikan
dapat dijadikan tambahan koleksi dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
pustaka yang bisa menambah Rineka Cipta. Hal: 124, 131, 126.
wawasan pengetahuan tentang KB ___________________. 2005.
suntik 3 bulan. Metodologi Penelitian Kesehatan.
8. Bagi peneliti selanjutnya Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 167
Sebaiknya hasil penelitian ini dapat Sugiyono. 2005. Metode Penelitian
digunakan peneliti selanjutnya Administrasi. Bandung: Alfabeta.
sebagai acuan untuk melakukan Hal: 146.
penelitian yang lebih luas dengan _______. 2009. Metode Penelitian Bisnis.
menggunakan variabel yang berkaitan Bandung: Alfabeta. Hal: 206.
dengan KB suntik.

Daftar Pustaka
Alimul, Aziz, Hidayat. 2007. Metode
Penelitian Keperawatan dan teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika. Hal: 37, 48, 87, 107, 108.
BKKBN, 2007. Manfaat KB dan Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: BKKBN
Propinsi Jawa Timur
Handayani, Sri. 2010. Pelayanan Keluarga
Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihama
Hartantao, Hanafi. 2004. Keluarga
Berencana dan Kontrasepsi.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Kamisa. 2001. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Andi. Hal:
96.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Page 82

Anda mungkin juga menyukai